167595151 bantuan hidup dasar bls revisi

Upload: dea-saufika

Post on 10-Mar-2016

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bls

TRANSCRIPT

2.3 Bantuan Hidup Dasar ( Resusitasi Jantung Paru )Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support, disingkat BLS) adalah suatu tindakan penanganan yang dilakukan dengan sesegera mungkin dan bertujuan untuk menghentikan proses yang menuju kematian. Tujuan utama dari BLS adalah untuk melindungi otak dari kerusakan yang irreversibel akibat hipoksia, karena peredaran darah yang berhenti selama 3-4 menit. Resusitasi Jantung Paru adalah teknik pemompaan jantung tanpa membuka dinding dada, terdiri atas dorongan tekanan yang intermitten pada dinding dada bersama dengan pemberian pernapasan buatan dan ditambah dengan defibrilasi. Resusitasi jantung paru (RJP) merupakan usaha yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi pernafasan, sirkulasi pada henti nafas (respiratory arrest) dan henti jantung (cardiac arrest). Resusitasi jantung paru otak dibagi dalam tiga fase : bantuan hidup dasar, bantuan hidup lanjut, bantuan hidup jangka lama. Idealnya, RJP terdiri dari dua komponen : kompresi dada dikombinasi dengan pernafasan bantuan mulut kemulut.Menurut AHA Guidelines tahun 2005, tindakan BLS ini dapat disingkat dengan teknik A-B-C yaitu Airway atau membebaskan jalan nafas, Breathing atau memberikan nafas buatan, dan Circulation atau pijat jantung pada posisi shock. Namun pada tahun 2010 tindakan BLS diubah menjadi C-A-B (circulation, airway, breathing). Hal tersebut diubah karena, pada tindakan A-B-C, penekanan dada seringkali terlambat karena didahului oleh pembukaan jalan napas untuk memberikan napas mulut ke mulut ataupun pembebasan jalan napas akibat benda asing. AHA menerapkan urutan CAB (Compression-Airway-Breathing ) dengan alasan bahwa masih ada sisa oksigen dari nafas terakhir diparu-paru dan aliran darah, dan juga meminimalisir waktu yang terbuang dikala membuka jalan nafas dan pemberian nafas mouth to mouth yang sulit dilakukan oleh orang yang belum terlatih. Kompresi dada tanpa diikuti tiupan dianjurkan AHA bagi orang tidak atau kurang terlatih, tetapi tetap dapat menyelamatkan jiwa. Dengan mengubah ke teknik C-A-B, kompresi dada dapat dilakukan lebih awal dan keterlambatan ventilasi dapat minimal. Kompresi dada menyebabkan darah mengalir dengan meningkatnya tekanan intrathoracic dan secara langsung memompa jantung. Hal ini menyebabkan oksigen dan aliran darah dapat mencapai myocardium dan otak.

Gambar : Tindakan C-A-B (Circulation Airway Breathing)Sumber : International Consensus on Cardiopulmonary Resucitation and Emergency Cardiovascular Care Science With Treatment Recommendations, 2010.

Perubahan utama pada Guidelines for CPR and EEC 2010 oleh American Heart Association (AHA) adalah sebagai berikut : Alogaritma dari Universal adult Basic Life Support dibuat lebih sederhana dengan menghilangkan bagian Look, Listen, and feel for Breathing (Lihat, dengar, dan rasakan). Penilaian segera / langsung berdasarkan penilaian respon dan pernafasan tidak normal ( korban tidak bernafas/terengah-engah) Penekanan terhadap high-quality CPR (dengan chest compression yang adekuat dalam rate dan kedalamannya, meminimalisir gangguan pada saat kompresi, dan mencegah ventilasi berlebih). Terdapat perubahan urutan tindakan dimana chest compression dilakukan sebelum memberikan napas buatan ( tindakan ABC diubah menjadi CAB ). Penyelamat yang sendirian harus memulai CPR dengan mendahulukan 30 kompresi daripada 2 ventilasi untuk mengurangi terlambatnya kompresi pertama. Rata-rata kompresi harus sedikitnya 100/menit ( BLS yang lama menuliskan mendekati 100/menit). Kedalaman kompresi untuk dewasa diubah dari kisaran 1,5 2 inchi menjadi paling sedikir 2 inchi (5cm).

AHA 2010 dalam panduannya memberikan 2 jenis algoritma BLS bagi korban dewasa yaitu algoritma sederhana untuk penolong non petugas kesehatan dan khusus untuk petugas kesehatan.

Gambar : Simple AlogarithmaSumber : Journal of The America Heart Association, Circulation, 2010.

Gambar : BLS untuk petugas kesehatanSumber : Journal of The America Heart Association, Circulation, 2010.

Langkah-langkah Basic Life Support :1) Memeriksa keadaan pasien, respon pasien, termasuk mengkaji ada / tidak adanya nafas secara visual tanpa teknik Look Listen and Feel.2) Melakukan panggilan darurat dan mengambil AED (Automated External Defibrillator)3) Circulation (Memulihkan sirkulasi darah dengan kompresi dada bila nadi negative Push hard and fast) Pertama dilakukan perabaan pada nadi karotis dan menetukan denyut nadi karotis. Jika ada denyut nadi maka dilanjutkan dengan memberikan bantuan pernafasan, tetapi jika tidak ditemukan denyut nadi, maka dilanjutkan dengan melakukan kompresi dada. Pemeriksaan denyut nadi ini tidak boleh lebih dari 10 detik. Untuk penolong non petugas kesehatan tidak dianjurkan untuk memeriksa denyut nadi korban. Petugas berlutut jika korban terbaring di bawah, atau berdiri disamping korban jika korban berada di tempat tidur. Lokasi kompresi berada pada tengah dada korban (setengah bawah sternum). Letakkan satu telapak tangan di atas pertengahan dada pasien, antara puting. Letakkan tangan lain di atas tangan pertama. Posisikan siku lurus dan posisikan bahu tepat segaris di atas posisi tangan. Penentuan lokasi ini dapat dilakukan dengan cara tumit dari tangan yang pertama diletakkan di atas sternum, kemudian tangan yang satunya diletakkan di atas tangan yang sudah berada di tengah sternum. Jari-jari tangan dirapatkan dan diangkat pada waktu penolong melakukan tiupan nafas agar tidak menekan dada.

Gambar : Posisi tangan pada kompresi dadaSumber : European Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation 2010 Section 6. Paediatric life support, 2010.

Kompresi dada dilakukan sebanyak satu siklus (30 kompresi, sekitar 18 detik). Kecepatan kompresi diharapkan mencapai sekitar 100 kompresi/menit. Kedalaman kompresi untuk dewasa minimal 2 inchi (5 cm), sedangkan untuk bayi minimal sepertiga dari diameter anterior-posterior dada atau sekitar 1 inchi (4 cm) dan untuk anak sekitar 2 inchi (5 cm).

4) Airway with c-spine control (Membebaskan jalan napas)Korban dengan tidak dicurgai cedera tulang belakang, dilakukan pembebasan jalan nafas melalui head tilt chin lift. Caranya dengan meletakkan satu tangan pada dahi korban, lalu mendorong dahi korban ke belakang agar kepala menengadah dan mulut sedikit terbuka (Head Tilt) Pertolongan ini dapat ditambah dengan mengangkat dagu (Chin Lift).

Gambar : head-tilt dan chin-liftSumber : www.firstaidreference.com

Namun jika korban dicurigai cedera tulang belakang maka bebaskan jalan nafas melalui jaw thrust yaitu dengan mengangkat dagu sehingga deretan gigi Rahang Bawah berada lebih ke depan daripada deretan gigi Rahang Atas sehingga menghilangkan obstruksi akibat palatum mole dan epiglotis.

Gambar : Teknik Jaw ThrustSumber : European Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation 2010 Section 4. Adult advanced life support, 2010.

5) BreathingVentilasi diberikan sebanyak 2 kali. Pemberian ventilasi dengan jarak 1 detik diantara ventilasi. Perhatikan kenaikan dada korban untuk memastikan volume tidal yang masuk adekuat. Untuk pemberian napas mulut ke mulut langkahnya sebagai berikut : Pastikan jalan napas terbuka dan kemudian pencet hidung hingga tertutup rapat Persiapkan diri untuk mengambil napas dan ambil napas seperti biasa dan jangan terlalu dalam. Buat keadaan mulut ke mulut yang serapat mungkin dan berikan satu ventilasi tiap satu detik sambil dilihat apakah dada bergerak naik. Bila naik, berikan pernapasan kedua. Bila dada tidak naik, lakukan kembali head-tilt dan chin-lift dan kemudian baru berikan napas kedua. Ini adalah satu siklus, dan kemudian dilanjutkan kembali dengan 30 kompresi dada. Bila tidak memungkinkan untuk memberikan pernafasan melalui mulut korban dapat dilakukan pernafasan mulut ke hidung korban. Untuk pemberian melalui bag mask pastikan menggunakan bag mask dewasa dengan volume 1-2 L agar dapat memeberikan ventilasi yang memenuhi volume tidal sekitar 600 ml. Setelah terpasang advance airway maka ventilasi dilakukan dengan frekuensi 6 8 detik/ventilasi atau sekitar 8-10 nafas/menit dan kompresi dada dapat dilakukan tanpa interupsi.

Gambar : Mouth to mouth breathingSumber : Sumber : Jurnal Penuntun Skill Lab Emergency and Patient Safety, 2012

Resusitasi Jantung Paru kemudian terus dilakukan hingga alat defibrilasi otomatis datang, pasien bangun, atau petugas ahli datang. 6) DefibrilasiKhusus untuk petugas kesehatan, penggunaan alat defibrilasi otomatis sebaiknya segera dilakukan setelah alat tersedia/datang ke tempat kejadian. Pergunakan program/panduan yang telah ada, kenali apakah ritme tersebut dapat diterapi kejut atau tidak, jika iya lakukan terapi kejut sebanyak 1 kali dan lanjutkan RJP selama 2 menit dan periksa ritme kembali. Namun jika ritme tidak dapat diterapi kejut lanjutkan RJP selama 2 menit dan periksa kembali ritme. Lakukan terus langkah tersebut hingga petugas ACLS (Advanced Cardiac Life Support ) datang, atau korban mulai bergerak.

Sumber :Guyton. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 11. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta : 20062010 AHA Guidelines: The ABCs of CPR Rearranged to CAB.Journal of The America Heart Association, Circulation, 2010.Deakin CD, Nolan JP, Soar J. 2010. European Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation 2010 Section 4. Adult advanced life support. Resuscitation. 1305-1352.

Biarent D, Bingham R, Eich C. 2010. European Resuscitation Council Guidelines for Resuscitation 2010 Section 4. Adult advanced life support. Resuscitation. 1364-1388.