pengembangan kemampuan berhitung 1-10 ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/6142/1/pdf...

140
PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERHITUNG 1-10 MELALUI MEDIA ULAT ANGKA DI KELOMPOK A TK CANDRA PUSPITA KECANDRAN KECAMATAN SIDOMUKTI KOTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2018/2019 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) Oleh: IRNA ISNAINI SUSANTI NIM 23050150013 PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2019

Upload: others

Post on 29-Jan-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERHITUNG 1-10

    MELALUI MEDIA ULAT ANGKA DI KELOMPOK A

    TK CANDRA PUSPITA KECANDRAN KECAMATAN

    SIDOMUKTI KOTA SALATIGA

    TAHUN PELAJARAN 2018/2019

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

    Oleh:

    IRNA ISNAINI SUSANTI

    NIM 23050150013

    PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

    FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

    2019

  • i

  • ii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING

  • iii

    PENGESAHAN KELULUSAN

  • iv

    PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

  • v

    MOTTO

    ُر الناِس َأنْ َفُعُهْم ِللناسِ َخي ْ“Sebaik-baik Manusia adalah yang paling bermanfaat bagi

    manusia”. (HR Ahmad)

  • vi

    PERSEMBAHAN

    Dengan ridho Allah SWT, karya ini penulis persembahkan untuk:

    1. Bapakku Jumarun yang senantiasa memberikan kasih sayang yang tulus ,

    mendidik dan mendoakan, Ibukku tercinta Alm. Binti Musonah semoga

    mendapat tempat terbaik disisi Allah SWT. Mas Muhammad Ainul Yakin

    dan mba Siti Syamsiatun yang terus memberikan semangat selama study.

    2. Kepada bapak, ibu dosen yang telah membimbing proses skripsi

    3. Kepada Bu Lia, Bu Tami, Bu Ana, dan Bu Indah yang telah menjadi

    bagian dari keluarga, teman, sahabat, dan selalu membimbing, terima

    kasih telah membantu terselesainya skripsi ini.

    4. Kepada Sahabat mba Aryana, mba Anis R, mba Istiana, Nurul R, mba

    Dian, mba Indana, Alfa alfi, ata dan Putri yang selalu memberikan

    dukungan dan doa pada penulis, terima kasih sudah menjadi yang terbaik

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Bismillahirohmanirrohim

    Puji syukur Alhamdilillahirobbil’alamin, penulis panjatkan kepada Allah

    SWT yang selalu memberikan nikmat, karunia, taufik, serta hidayah-Nya kepada

    penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

    “Pengembangan Kemampuan Berhitung 1-10 Melalui Media Ulat Angka di

    Kelompok A TK Candra Puspita Kecandran Sidomukti Kota Salatiga Tahun

    Pelajaran 2018/2019”.

    Tidak lupa sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada

    Nabi Agung Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat serta para

    pengikutnya yang selalu setia dan menjadikannya suri tauladan yang mana

    beliaulah satu-satunya umat manusia yang dapat mereformasi umat manusia dari

    zaman kegelapan menuju zaman terang benderang ini.

    Skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari semua

    pihak yang telah membimbing rasa terima kasih kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M. Ag. Selaku Rektor IAIN Salatiga.

    2. Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.

    3. Bapak Imam Mas Arum, S.Pd., M.Pd. Selaku Ketua Prodi Studi Pendidikan

    Islam Anak Usia Dini IAIN Salatiga.

    4. Bapak Agung Hidayatullah, S.S,.M.Pd.I. Selaku Pembimbing Akademik

    dengan ketulusan dan kesabaran mengarahkan dalam memberikan bimbingan.

  • viii

    5. Ibu Peni Susapti, M. Si. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu

    memberi motivasi dan dengan sabar memberikan bimbingan hingga skripsi

    selesai.

    6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Pendidikan Islam Anak Usia Dini, yang telah

    memberikan bekal ilmu yang tak ternilai selama belajar di IAIN Salatiga.

    7. Ibu Nur Chalia Mufida, S.Pd. Selaku kepala sekolah TK Candra Puspita yang

    telah memberikan ijin penelitian dan membantu penyusun skripsi.

    8. Ibu Aryana Wahyu Safrita, S. Pd. Guru kelompok A TK Candra Puspita.

    9. Kepada keluarga, sahabat yang selalu memberikan perhatian, semangat, dan

    dorongan untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

    10. Teman-teman PIAUD angkatan 2015 seperjuangan dalam penyusunan skripsi

    ini. Dan Semua pihak yang membantu penyusunan penelitian ini.

    11. Terimakasih kepada siswa siswi TK Candra Puspita yang tidak bisa

    disebutkan satu persatu terkhusus kelompok A

    12. Almamater tercinta, Institut Agama Islam Negeri Salatiga

    Semoga segala amal baik di terima Allah SWT dan menjadi keberkahan

    serta mendapat balasan yang tak terhingga. Penulis menyadari bahwa dalam

    penyusunan skripsi ini banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.

    Untuk itu penulis memohon kritik dan saran yang membangun dengan

    harapan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menjadi sumbangan

    pengetahuan untuk pendidikan.

    Salatiga, 22 Agustus 2019

    Penulis

  • ix

    ABSTRAK

    Susanti Irna Isnaini. 2019. (Pengembangan Kemampuan Berhitung 1-10 Melalui

    Media Ulat Angka Di Kelompok A TK Candra Puspita Kecandran

    Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019).

    Skripsi, Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini. Fakultas Tarbiyah dan

    Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Peni

    Susapti, M.Si.

    Kata Kunci: Berhitung, dan Media Ulat Angka

    Kemampuan berhitung pada anak sejak dini berguna untuk membekali

    kehidupan anak di masa yang akan datang. Kemampuan berhitung yang belum

    berkembang menjadi masalah yang dihadapi guru kelompok A. Rumusan masalah

    dalam penelitian ini yaitu apakah penerapan pembelajaran dengan menggunakan

    media ulat angka dapat meningkatan kemampuan berhitung 1-10 pada siswa

    kelompok A di TK Candra Puspita Kecandran Kecamatan Sidomukti Tahun

    Pelajaran 2018/2019? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan

    pembelajaran dengan menggunakan media ulat angka dalam meningkatan

    kemampuan berhitung 1-10 pada siswa kelompok A di TK Candra Puspita

    Kecandran Kecamatan Sidomukti Tahun Pelajaran 2018/2019.

    Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 4 tahap

    yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi. Subjek dalam penelitian

    ini adalah anak uisa 4-5 tahun yang berjumlah 23 anak di TK Candra Puspita.

    Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa observasi, dokumentasi, tes.

    analisis data penelitian ini deskriptif kualitatif. Indikator keberhasilan dalam

    penelitian ini adalah minimal 85% siswa memperoleh nilai BSH (Berkembang

    Sesuai Harapan) atau BSB (Berkembang Sangat Baik).

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan kemampuan

    berhitung 1-10 melalui media ulat angka di Kelompok A TK Candra Puspita

    Kecandran Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019 telah

    terbukti berhasil dan ada peningkatan di setiap siklusnya. Dengan menggunakan

    media ulat angka anak akan lebih mudah dalam memahami angka 1-10 karena

    didalam media ulat angka tersebut ada jumlah benda yang sesuai angka yang di

    tempel. Persentase keberhasilan pada kondisi awal (pra siklus) dari 23 anak ada

    13 anak yang dinyatakan (Mulai Berkembang) kemampuan berhitungnya dengan

    rata-rata 44,58%. Pada Siklus I terdapat 15 anak yang dinyatakan (Berkembang

    Sesuai Harapan) dengan sebanyak rata-rata 67,42%. Hasil penelitian di Siklus II

    terdapat 22 anak yang berhasil (Berkembang Sesuai Harapan) dan (Berkembang

    Sangat Baik) atau sebanyak 93,56% yang memenuhi indikator keberhasilan

    penelitian kelas sebesar 85% sehingga tindakan dihentikan pada siklus II.

  • x

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

    PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... ii

    PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .......................................................... iii

    PENGESAHAN KELULUSAN ......................................................................... iv

    MOTTO .............................................................................................................. v

    PERSEMBAHAN ............................................................................................... vi

    KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii

    ABSTRAK .......................................................................................................... ix

    DAFTAR ISI ....................................................................................................... x

    DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii

    DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv

    DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

    B. Rumusan Masalah ................................................................................... 8

    C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 9

    D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ..................................... 9

    E. Kegunaan Penelitian ............................................................................... 10

    F. Definisi Operasional ............................................................................... 11

    G. Metode Penelitian ................................................................................... 17

    H. Sistematika Penulisan ............................................................................. 27

    BAB II LANDASAN TEORI

    A. Kajian Teori.............................................................................................. 28

    1. Pendidikan Anak Usia Dini ............................................................... 28

    2. Aspek Perkembangan Kognitif ......................................................... 31

    3. Media Pembelajaran .......................................................................... 37

    4. Hakikat Berhitung Permulaan ........................................................... 40

  • xi

    5. Pengertian Bermain ........................................................................... 49

    6. Alat Peraga Edukatif ......................................................................... 52

    7. Media Ulat Angka ............................................................................. 54

    B. Kajian Pustaka .......................................................................................... 57

    BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

    A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................................ 60

    B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ............................................................. 66

    C. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Pra Siklus ........................................... 67

    D. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus I ............................................... 69

    E. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus II .............................................. 75

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Deskripsi Per Siklus ................................................................................. 80

    1. Ketentuan Penilaian dan Pengolahan Data ....................................... 80

    2. Data Hasil Penelitian Siklus I .......................................................... 82

    3. Data Hasil Penilaian Siklus II ........................................................... 89

    B. Pembahasan ............................................................................................. 97

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ............................................................................................. 100

    B. Saran ....................................................................................................... 101

    Daftar Pustaka ..................................................................................................... 102

    Lampiran-Lampiran

    Riwayat Hidup Penulis

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1 Penilaian Indikator Keberhasilan ......................................... 25

    Tabel 2.1 Lingkup Perkembangan Kognitif ......................................... 33

    Tabel 3.1 Data Nama Siswa Kelompok A ........................................... 60

    Tabel 3.2 Data Nama Siswa Kelompok B ........................................... 61

    Tabel 3.3 Daftar Nama Guru TK Candra Puspita ................................ 63

    Tabel 4.1 Penilaian Indikator Keberhasilan ......................................... 79

    Tabel 4.2 Indikator Pencapaian Perkembangan ................................... 80

    Tabel 4.3 Hasil Penilaian Siklus I ........................................................ 82

    Tabel 4.4 Data Perkembangan Permainan Ulat Angka ....................... 85

    Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Siklus I ........................... 87

    Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus I ......................... 89

    Tabel 4.7 Hasil Penilaian Siklus II ....................................................... 92

    Tabel 4.8 Data Perkembangan Permainan Ulat Angka ....................... 95

    Tabel 4.9 Hasil Pengamatan Guru Siklus II ......................................... 97

    Tabel 4.10 Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus II ........................ 99

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1.1 Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Taggart ......... 17

    Gambar 3.1 Data Struktur Kepengurusan .................................................... 64

    Gambar 4.1 Grafik Perbandingan ............................................................... 48

  • xiii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Penelitian

    Lampiran 2 Surat Keterangan Melakukan Penelitian

    Lampiran 3 Surat Pengajuan Pembimbing

    Lampiran 4 Lembar Konsultasi Skripsi

    Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Harian (RPPH) Siklus I

    Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Harian (RPPH) Siklus II

    Lampiran 7 Catatan Anekdot

    Lampiran 8 Penilaian Hasil Karya Anak

    Lampiran 9 Penilaian Pencapaian Harian

    Lampiran 10 Dokumentasi Foto Penilaian

    Lampiran 11 Daftar SKK

    Lampiran 12 Daftar Riwayat Hidup

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Berdasarkan Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

    Pendidikan Nasional, pada bab 1 pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa

    “Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan

    kepada anak sejak lahir sampai dengan anak usia enam tahun yang dilakukan

    melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

    perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam

    memasuki pendidikan lebih lanjut”.

    Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada hakikatnya ialah

    pendidikan yang diselengarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi

    pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau

    menekankan pada perkembangan seluruh aspek kepribadian anak. Dengan

    adanya lembaga PAUD perlu menyediakan berbagai kegiatan yang dapat

    mengembangkan berbagai aspek perkembangan seperti: kognitif, bahasa,

    sosial, emosi, fisik, dan motorik. Pendidikan Anak Usia Dini juga dapat

    diartikan sebagai salah satu bentuk penyelengaraan pendidikan yang

    menitik beratkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan

    perkembangan, baik koordinasi motorik (halus dan kasar), kecerdasan

    emosi, kecerdasan jamak (mutiple intelligences) maupun kecerdasan

    spiritual (Ulfah, 2012:17). Karena itulah di perlukan stimulasi yang tepat

    dan diberikan sejak dini. Salah satu aspek perkembangan yang perlu

  • 2

    dikembangkan adalah kognitif, suatu proses berpikir yaitu beripa

    kemampuan untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan

    sesuatu.

    Menurut Hasnida (2014: 43) mengungkapkan perkembangan

    kognitif merupakan perkembangan pikiran. Pikiran adalah bagian dari

    proses berpikir dari otak, pikiran yang digunakan untuk mengendali,

    memberi alasan rasional, mengatasi dan memahami kesempatan penting.

    Perkembangan kognitif anak usia dini dapat diartikan sesuatu yang

    merujuk kepada perubahan-perubahan pada proses berpikir.

    Anak adalah aset bagi orang tua dan di tangan orang tualah anak-

    anak tumbuh dan menemukan jalannya. Saat si kecil tumbuh dan

    berkembang, ia begitu lincah dan memikat. Lima tahun pertama yang

    disebut dengan The Golden Years, seseorang anak mempunyai potensi

    yang sangat besar untuk berkembang. Pada usia ini, 90% dari fisik otak

    anak sudah terbentuk di masa-masa inilah, anak seyogianya mulai

    diarahkan. Saat keemasan ini tidak akan terjadi dua kali. Sebagai orang tua

    yang proaktif, orang tua hendaknya memerhatikan hal-hal yang berkenaan

    dengan perkembangan sang buah hati, yang merupakan amanat Tuhan

    (Hasan, 2009:29). Mengingat betapa pentingnya periode kanak-kanak bagi

    seseorang inilah stimulasi yang sangat diperlukan. Stimulasi yang tepat ini

    akan membantu anak-anak tumbuh, berkembang dan belajar secara

    maksimal.

  • 3

    Masa anak usia dini sering disebut dengan “golden age” atau masa

    emas. Pada masa ini hampir seluruh potensi anak mengalami masa peka

    untuk tumbuh dan berkembang secara tepat dan hebat. Perkembangan

    setiap anak tidak sama karena setiap individu memiliki perkembangan

    yang berbeda makanan yang bergizi seimbang serta stimulasi yang intensif

    sangat dibutuhkan anak untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut,

    apabila anak diberikan stimulasi atau gizi yang baik maka proses

    pertumbuhan dan perkembangan anak akan terjadi secara baik (Hasnida,

    2014:168-169). Istilah-istilah yang dikenal diantaranya pengembangan

    kognitif, daya pikir atau ada juga yang menyebutnya sebagai

    pengembngan kognitif, daya pikir atau ada juga yang menyebutnya

    sebagai pengembangan matematika. Kegiatan pengembangan

    pembelajaran matematika untuk anak usia dini dirancang agar anak

    mampu menguasi berbagai pengetahuan dan ketrampilan matematika dan

    mengenal angka 1-10.

    Dijelaskan oleh Nia Fatmawati dalam Jurnal Pendidikan Anak Usia

    dini tentang pentingnya kemampuan berhitung merupakan kemampuan

    sebagai satu daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari

    pembawaan latihan. Standar NCTM (National Council of Teacher of

    Mathematics) memberikan gambaran rinci mengenai proses dan isi

    matematika, fokus pada siswa usia dini adalah pemahaman angka, sistem

    angka dan oprasi hitung, khususnya penambahan dan pengurangan. Dasar

    pembelajaran berhitung bagi usia dini salah satunya terdapat dalam teori

  • 4

    perkembangan kognitif. Pada tahap perkembangan kognitif anak, piaget

    menjelaskan bahwa pada uisa 7 tahun perkembangan kognitif anak

    memasuki operasional konkret.

    Menurut Susanto yang mengutip dari Suriasumantri (2000: 204),

    mengungkapkan tentang pengertian matematika, bahwa matematika pada

    hakikatnya merupakan cara belajar untuk mengatur jalan pikiran seseorang

    dengan maksud melalui matematika ini seseorang akan dapat mengatur

    jalan pikirannya. Matematika bisa menguasai dari berbagai teorinya, maka

    dimungkinkan seseorang dapat lebih sistematis dalam me-manage jalan

    pirkirannya. Atau dengan kata lain, orang yang mahir atau menguasai

    teori-teori dalam matematika, maka orang ini akan mudah untuk mengatur

    jalan pikirnya, akan mudah dalam memecahkan berbagai kesulitan dan

    permasalahan yang dihadapinya. Sehingga kemampuan yang dimiliki anak

    tersebut mampu berlanjut ke tahap pengertiann mengenai angka bilangan

    1-10.

    Menurut Hurlock (1978:51-52), seiring dengan perkembangan

    pemahaman bilangan permulaan ini, menyatakan bahwa konsep yang

    dimulai dipahami anak sejalan dengan bertambahnya pengalaman yang

    dialami anak, di antaranya konsep bilangan. Konsep bilangan berhubungan

    dengan kata-kata, ketika anak mulai bicara. Pengalaman yang dialami

    seseorang anak memengaruhi konsep bilangan anak, karena itulah secara

    umum anak yang memulai pendidikan di taman kanak-kanak umumnya

    belajar arti bilangan lebih cepat dibandingkan dengan yang tidak

  • 5

    mengalami pendidikan di taman kanak-kanak. Materi yang terdapat dalam

    Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Taman Kanak-Kanak dan Raudhatul

    Athfal. Materi yang diberikan di antaranya: membilang, menyebut urutan

    bilangan dari 1 sampai 10, membilang (mengenal konsep bilangan dengan

    benda-benda) sampai 10; membuat urutan bilangan 1-10 dengan benda-

    benda; menghubungkan/ memasangkan lambang blangan dengan benda-

    benda hingga sepuluh (anak tidak diseuruh menulis); membedakan dan

    membuat dua kumpulan benda yang sama jumplahnya, yang tidak sama,

    lebih banyak, lebih sedikit; menyebutkan hasil penambahan dan

    pengurangan dengan benda 10 (Susanto,2011:107-108). Kemampuan

    berhitung untuk anak uisa dini diperlukan untuk mengembangkan

    pengetahuan dasar matematika, seperti pengenalan angka 1-10, warna,

    bentuk, ukuran, dan dapat membentuk sikap logis, kritis dan kreatif pada

    anak

    Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan

    untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang

    pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta kemauan peserta didik

    sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi dalam rangka mencapai

    tujuan pembelajaran secara efektif (Sukiman,2012:29). Melalui

    penggunaan media pembelajaran anak dengan pengalaman sehari-hari

    anak dapat membantu pemahaman mengenal konsep matematika

    berhitung 1-10.

  • 6

    Bermain bagi anak usia dini sudah tidak asing lagi. Setiap ada

    anak usia dini, di situ pasti dijumpai kegiatan bermain. Bermain adalah

    serangkaian kegiatan atau aktivitas anak untuk bersenang-senang. Apapun

    kegiatannya, selama itu terdapat unsur kesenangan atau kebahagiaan bagi

    anak usia dini, maka bisa disebut sebagai bermain. Bermain menjadi

    prioritas utama dalam kegiatan pembelajaran anak usia dini. Melalui

    bermain seseorang anak dapat belajar berbagai hal baru yang belum ia

    ketahui sebelumnya. Selain itu, bermain dapat pula menstimulsi berbagai

    perkembangan anak, seperti fisik-motorik, kognitif, logika-matematika,

    bahasa, moral-agama, sosial-emosional, dan seni. Melalui bermain pula

    kreativitas anak akan terbangun dan berkembang dengan maksimal

    (Fadlillah, 2017: 6).

    Banyak jenis permainan yang beredar di masyarakat, dari

    permainan yang harganya murah sampai permainan yang mahal, dari

    permainan tradisional sampai permainan modern. Semua jenis permainan

    tersebut tentu dapat menimbulkan dampak yang positif maupun negatif.

    Pendidikan harus bisa mengarahkan peserta didik ke arah yang positif.

    Sehingga secara tidak langsung ketika mereka bermain sambil belajar.

    Berdasarkan hasil observasi di TK Candra Puspita pada tanggal 11

    Maret 2019 sendiri masih terdapat permasalahan mengenai aspek

    perkembangan. Aspek perkembangan yang terkait diantaranya adalah

    permasalahan menghitung angka 1-10, anak-anak di TK Candra Puspita

    kebanyakan hanya menghafal bilangan, tetapi untuk angka anak belum

  • 7

    mengetahui angka dengan bilangannya. Berdasarkan observasi kelompok

    A juga masih terdapat anak yang berhitung dengan loncat-loncat atau

    tidak urut sesuai urutan angka dan guru hanya menggunakan papan tulis

    dalam proses pembelajaran terkait berhitung yang digunakan, sehingga

    masih menggunakan media yang sama, yaitu jari tangan dan pengerjaan

    lembar kegiatan siswa. Contohnya terdapat gambar buku berjumlah 6 dan

    anak diminta menghitung jumlah gambar buku kemudian menuliskan

    angkanya dilembar kertas, ternyata antara jumlah gambar buku dan angka

    yang dituliskan dikertas masih salah.

    Penggunaan media dalam pengajaran di kelas merupakan sebuah

    kebutuhan yang tidak diabaikan. Hal ini dapat dipahami mengingat proses

    belajar yang dialami siswa tertumpu pada berbagai kegiatan menambah

    ilmu dan wawasan untuk bekal hidup di masa sekarang dan masa akan

    datang. Salah satu upaya yang harus ditempuh adalah bagaimana

    menciptakan situasi belajar yang memungkinkan terjadinya proses

    pengalaman belajar pada diri siswa dengan menggerakan segala sumber

    belajar dan cara belajar yang efektif dan efesien, dalam hal ini, media

    pengajaran merupakan salah satu pendukung efektif dalam membantu

    terjadinya proses belajar. Berdasarkan uraian di atas, dapat diyakini betapa

    pentingnya media dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran

    merupakan alat bantu yang dapat mempermudah proses permainan materi

    pembelajaran yang disampaikan dan sudah barang tentu akan

  • 8

    mempermudah pencapaian keberhasilan tujuan pembelajaran (Usep, 2016:

    8).

    Ulat angka sendiri adalah media yang dirancang untuk

    mengembangkan kemampuan berhitung dengan benda nyata, di iringi

    bernyanyi dan melompat dalam lingkaran sambil menyebutkan warna.

    Oleh sebab itu, perlu adanya cara terkait kemampuan berhitung

    dengan menggunakan media yang berbeda, agar siswa aktif dan tidak

    bosan dalam mengikuti kegiatan belajar. Untuk itu peneliti mengambil

    judul Pengembangkan Kemampuan Berhitung 1-10 Melalui Media Ulat

    Angka Di Kelompok A TK Candra Puspita Kecandran Kecamatan

    Sidomukti Kota Salatiga Tahun Ajaran 2018/2019. Hal ini diharapkan

    untuk meningkatkan pemahaman konsep menghitung dan membilang pada

    anak serta untuk memberikan salah satu cara untuk menatasi permasalahan

    yang ada di TK Candra Puspita tersebut. Penggunaan media ulat angka

    anak akan mampu mengahadapi persoalan untuk menghitung benda nyata,

    hal ini akan lebih mudah di pahami oleh anak.

    A. Rumusan Masalah

    Rumusan masalah yang digunakan dalam penulisan ini adalah Apakah

    penerapan pembelajaran dengan menggunakan media ulat angka dapat

    meningkatan kemampuan berhitung 1-10 pada siswa kelompok A di TK

    Candra Puspita Kecandran Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga Tahun

    Pelajaran 2018/2019?

  • 9

    B. Tujuan Penelitian

    Tujuan diadakanya penelitian ini adalah untuk mengetahui

    penerapan pembelajaran dengan menggunakan media ulat angka dalam

    meningkatan kemampuan berhitung 1-10 pada siswa kelompok A di TK

    Candra Puspita Kecandran Kecamatan Sidomukti Tahun Pelajaran

    2018/2019.

    C. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

    Menurut Sujiono (2009) hipotesis merupakan jawaban sementara

    terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian

    telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Hipotesis dikatakan sementara

    karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori.

    Berdasarkan pendapat diatas, peneliti menyimpulkan bahwa

    hipotesis adalah suatu dugaan atau kesimpulan sementara terhadap

    permasalahan penelitian, yang mungkin benar atau salah. Hipotesis ini

    akan diterima jika benar dan akan ditolak jika salah.

    Hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian tindakan kelas ini

    adalah dengan menggunakan media ulat angka sebagai media

    pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan berhitung 1-10 pada siswa

    kelompok A TK Candra Puspita Kecandran Kecamatan Sidomukti Kota

    Salatiga tahun pelajaran 2018/2019.

    Untuk menganilisis tingkat keberhasilan atau persentasi

    keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya

  • 10

    dilakukan dengan cara memberikan bernyanyi sambil berhitung 1-10,

    mampu membilang angka 1-10 dan mengenal konsep bilangan 1-10

    dengan jumlah benda dan menyebutkan warna yang berada dalam

    lingkaran. Dengan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir

    putaran dan melakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa.

    Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah minimal 85% siswa

    memperoleh nilai BSH (Berkembang Sesuai Harapan) atau BSB

    (Berkembang Sangat Baik).

    D. Kegunaan Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang

    baik secara teoritis maupun praktis:

    1. Manfaat Teoritis

    Hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti yang dapat

    menambah wawasan dan pengalaman dalam melakukan pembelajaran

    dengan menggunakan metode, hasil penelitian dapat dijadikan

    pedoman dalam pengembangan konsep kognitif anak terutama dalam

    bidang matematika yaitu berhitung permulaan melalui media ulat angka

    serta memudahkan siswa dalam berhitung 1-10 dan menghitung benda

    dengan lebih mudah.

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi peserta didik

    Membantu peserta didik dalam meningkatkan kognitif dan

    fisik motorik anak untuk minat belajar dengan adanya penggunaan

  • 11

    media dalam pembelajaran dan meningkatkan pemahaman dalam

    konsep berfikir anak dalam berhitung saat pembelajaran.

    b. Bagi guru

    Memberikan inovasi dan inspirasi dalam memuat media

    pembelajaran yang unik, kreatif dan dapat meningkatkan

    kemampuan dalam menciptakan alat peraga edukatif dan

    meningkatkan aspek perkembangan untuk kegiatan belajar

    mengajar di Taman kanak-kanak.

    c. Bagi sekolah

    Meningkatkan kreatifitas dalam mengembangkan alat

    peraga edukatif sebagai pendukung dalam pembelajaran dan

    sebagai bahan untuk bisa menerapkan metode bermain sambil

    belajar dengan menggunakan media pembelajaran.

    E. Definisi Operasional

    Untuk menghindari kesalahan pemahaman judul ini, maka penulis

    memberikan pengertian-pengertian dari istilah-istilah yang digunakan

    dalam judul penelitian ini:

    a. Kemampuan Berhitung

    Menurut Munandar (1999: 17), bahwa kemampuan merupakan

    daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan

    dan latihan. Seseorang dapat melakukan sesuatu karena adanya

    kemampuan yang dimiliknya. Dalam kemampuan yang dimilikinya.

    Dalam pandangan Munandar, kemampuan ini ialah potensi seseorang

  • 12

    yang merpakan bawaan sejak lahir serta dipermatang dengan adanya

    pemibasaan dan latihan, sehingga ia mampu melakukan sesuatu.

    Senada dengan Robin (1978:13) juga menyatakan bahwa

    kemampuan merupakan suatu kapasitas berbagai tugas dalam suatu

    pekerjaan tertentu. Dengan demikian, dari kedua keterangan di atas,

    dapat dipahami bahwa kemampuan merupakan suatu daya atau

    kesangkupan dalam diri setiap individu dimana daya ini dihasilkan dari

    pembawaan dan juga latihan yang mendukung individu dalam

    menyelesaikan tugasnya.

    Memberi bekal kemampuan berhitung pada anak sejak dini, guna

    untuk membekali kehidupan anak di masa yang akan datang, di masa

    yang sangat penting untuk pendidikan yang berjenjang. Dalam istilah

    salah satu konsep matematika yang paling penting dipelajari anak-anak

    usia tiga, empat, dan lima tahun ialah pengembangan kepekaan pada

    bilangan. Peka dalam bilangan berarti lebih dari sekedar menghitung.

    Kepekaan bilangan itu mencakup pengembangan rasa kuantitas dan

    pemahaman kesesuaian satu lawan satu (Hartnett & Gelman, 1998).

    Cara meningkatkan kemampuan berhitung adalah kemampuan

    untuk menggunakan keterampilan berhitung. Tahapan yang dilakukan

    untuk membantu mempercepat penugasan berhitung melalui jalur

    matematika, misalnya: tahap penugasan konsep, tahap transisi, dan

    tahap pengenalan lambang (Depdiknas, 2000: 7-8).

  • 13

    b. Alat Peraga Edukatif

    Kamtini dan Tanjung menjelaskan, bahwa alat peraga edukatif

    adalah alat permainan yang secara optimal mampu merangsang dan

    menarik minat anak sekaligus mampu mengembangkan berbagai

    potensi anak dan dimanfaatkan dalam berbagai aktivitas. Pendapat lain

    dijelaskan oleh Soetjiningsih, yang mendefinisikan alat permainan

    edukatif sebagai alat yang mengotimalkan perkembangan anak sesuai

    usia dan tingkat perkembangan dan yang berguna untuk

    pengembangan aspek fisik, bahasa, kognitif, dan sosial anak

    (Rahmawati, 2014).

    Dengan demikian, alat permainan edukatif adalah alat permainan

    yang mampu menarik anak-anak, tapi di sisi lain juga mempunyai

    nilai-nilai pendidikan dalam merangsang berbagai aspek

    perkembangan anak sesuai dengan tingkat usianya.

    c. Ulat Angka

    Dijelaskan pengertian ulat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

    ulat yaitu salah satu tahap bentuk dalam daur kehidupan kupu-kupu,

    berupa binatang kecil melata, gilik memanjang, dan umumnya berkaki

    enam, adakalanya berbulu-bulu, memakan daun, buah, atau bingkai,

    jika sudah waktunya berubah bentuk menjadi kepompong lalu menjadi

    kupu-kupu (termasuk juga anak serangga, bernga, lundi, dan

    sebagainya).

  • 14

    Ulat adalah tehap larva dari spesies dalam ordo lepidoptera, yang

    mencakup kupu-kupu dan ngengat, kebanyakan adalah pemakan

    tumbuhan walaupun beberapa spesies merupakan pemakan serangga.

    Kebanyakan ulat dianggap sebagai hama dalam pertanian. Banyak

    spesies mhemhat dikenal karena tahap ulatnya menyebabkan

    kerusakan pada buah dan produk pertanian lainnya. Kebanyakan ulat

    memiliki badan panjang dan berbentuk giling (silinder). Ulat memiliki

    tiga pasang tungkai yang sejati pada tiga segmen dada, ditambah

    dengan empat pasang tungkai semu yang disebut tungkai perut pada

    segmen tengah perut dan sering sepasang tungkai perut pada segmen

    perut terakhir. Ulat mempunyai sepuluh segmen perut.

    Dijelaskan dalam Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan, dalam proses

    pembelajaran, pendidik diharapkan tidak hanya sekedar menggunakan

    metode ceramah dan pemberian tugas, namun dituntut dapat

    memanfaatkan media pembelajaran untuk mencapai tujuan

    pembelajaran. Media merupakan bagian yang tak terpisahkan dan

    berkaitan erat dengan proses mengajar. Pemilihan media dapat

    mempengaruhi proses dan hasil belajar anak. oleh karena itu, guru

    perlu cermat dan kreatif dalam memilih serta memanfaatkan media

    pembelajaran yang akan digunakan untuk membantu meningkatkan

    minat, pemahaman dan pencapaian hasil belajar anak.

    Menurut Putri (2015: 157) permainan ulat angka adalah melatih

    kemampuan mengurutkan angka, belajar mengenali angka dan

  • 15

    menyusun puzzle. Permainan ulat angka merupakan suatu permainan

    tiruan yang berbentuk seperti binatang ulat yang badannya berbentuk

    lingkaran untu melakukan mengenal lambang bilangan 1-10.

    Belajar angka merupakan pembelajaran yang sangat penting bagi

    keberhasilan anak di masa yang akan datang. Menurut Burns dan

    Larton (2000: 22) kelompok matematika yang sudah di perkenalkan

    mulai dari usia tiga tahun adalah kelompok bilangan (Aritmatika

    berhitung), pola dan fungsinya, geometri, ukuran-ukuran, grafik,

    estimasi, probabilitas, pemecahan masalah.

    Media ulat angka merupakan alat permainan edukatif yang terbuat

    dari kardus di bentuk persegi panjang, kertas lipat, karton, spidol, lem

    kertas, double tape. Dengan cara bermin yaitu secara bergantian,

    setelah itu saat bermain anak melewati 3 lingkaran yang sudah di

    warnai, waktu berada di lingkaran anak sambil mengucapkan warna

    yang ada di dalam lingkaran itu, dan anak mengucapkan angka 1-10

    yang berada di ulat angka secara urut dan sambil bernyanyi, setelah

    itu, anak memilih angka, sambil menghitung banyaknya benda yang

    ada di dalam ulat angka tersebut. dengan ini penggunaan media ulat

    angka lebih difokuskan menggunakan indikator menyebutkan bilangan

    1-10 dan menghitung benda-benda yang di dalam ulat angka.

    Kelebihan dari media ulat angka ini adalah bersifat mudah diingat,

    dapat berguna untuk melatih perkembangan motorik kasar saat

    melompat di dalam lingkaran, melatih perkembangan kognitif saat

  • 16

    berhitung angka 1-10 dan menghitung banyaknya benda, dan melatih

    anak dalam bersosialisasi saat bergantian. Sedangkan kelemahan dari

    edia ulat angka yaitu, memungkinkan menimbulkan kejenuhan saat

    menunggu giliran, proses pembuatannya lama, dan sangat perlu adanya

    pengawasan agar tidak salah langkah saat bermain.

    Tujuan media ulat angka adalah meningkatkan minat anak untuk

    belajar, memudahkan guru dalam menyampaikan pembelajaran,

    meningkatkan kemampuan berhitung 1-10 dengan baik, dan

    memberikan gambaran seni pada anak.

    d. Anak Usia Dini

    Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu

    proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan

    selanjutnya. Pendidikan Anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh

    upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam

    proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada anak dengan

    menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengeksplorasi

    pengalaman yang memberikan kesempatan kepadanya untuk

    mengetahui dan memahami pengalaman belajar yang diperolehnya

    dari lingkungan, melalui cara mengamati, meniru dan bereksperimen

    yang berlangsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh

    potensi dan kecerdasan anak.

  • 17

    F. Metode Penelitian

    1. Rancangan Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom

    Action Research). Dari namanya penelitian tindakan kelas, sudah dapat

    dipahami isi yang ada di dalamnya, yaitu suatu kegiatan penelitian

    yang dilakukan di dalam kelas.

    Menurut Arikunto (2009: 2), Penelitian Tindakan Kelas merupakan

    kegiatan penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelas yang

    sehari-hari dipegangnya. Pembicaraan penelitian tindakan kelas

    dimulai sejak digulirnya Proyek Pengembangan Pendidikan Guru

    (P3G). Dan menyebutkan bahwa di dalam penelitin tindakan kelas ada

    tiga istilah yang membentuk pengertian tindakan tersebut, yakni:

    1. Penelitian, merujuk pada suatu kegiatan mencermati suatu

    objek dengan menggunakan cara atau aturan metodologi

    tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang

    bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal/masalah.

    2. Tindakan, merujuk pada suatu usaha/kegiatan yang sengaja

    dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.

    3. Kelas, adalah suatu tempat yang tidak terbatas pada ruang

    tertentu, tetapi menggandung pengertian pada sejumlah siswa

    dalam kelompok yang mengikuti kegiatan pembelajaran yang

    dirancang oleh guru.

  • 18

    Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu cara

    pengembangan profesionalisme guru dengan jalan memberdayakan

    mereka untuk memahami kinerjanya sendiri dan menyusun rencana

    untuk melakukan perbaikan secara terus menerus, Suhaenah (1998).

    Menurut Kemmis dan Mc Taggart (1988) mengatakan bahwa PTK

    adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-

    pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan

    praktik sosial.

    Alasan penulis menggunakan penelitian tindakan kelas

    dikarenakan penulis terlibat langsung di dalam penelitian. Dalam

    penelitian ini siswa merupakan populasi. Untuk lebih jelasnya

    tahapan-tahapan dalam penelitian tindakan kelas adalah sebagai

    berikut:

  • 19

    Skema Siklus Penelitian

    Gambar 1. 1 Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan

    Taggart

    Sumber: (Yonny, 2012: 168)

    Pada tiap siklus terdiri dari 4 komponen yakni perencanaan

    (planning), tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi

    (reflecting).

    2. Subjek Penelitan

    Subjek penelitian ini adalah anak didik kelompok A di TK Candra

    Puspita yang beralamat di Dusun Karang Padang, Desa Kecandraan,

    Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga, Kabupaten Semarang, Jawa

    Tengah. Tahun Pelajaran 2018/2019 yang berjumlah 23 anak, Yang

    terdiri dari 13 anak laki-laki dan 11 anak perempuan. Peneliti memilih

    kelompok A, karena pada usia atau tahapan ini sesuai dengan aspek

  • 20

    perkembangan kognitif atau berhitung pada anak dan aspek fisik

    motorik kasar. Dengan adanya penugasan berhitung atau

    perkembangan kognitif dan aspek fisik motorik kasar maka anak akan

    belajar berfikir secara logika dan bergerak untuk menyelesaikan suatu

    masalah, anak juga mengoptimalkan kemampuan berhitungnya sebagai

    bekal untuk melanjutkan ke sekolah dasar atau jenjang yang lebih

    tinggi. Adapun model pembelajaran yang digunakan TK Candra

    Puspita menggunakan model klasikal.

    3. Langkah-langkah penelitian

    Pada dasarnya penelitian tindakan kelas terdiri dari 4 tahapan yaitu,

    perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

    a. Perencanaan

    Pada tahap ini peneliti merancang tindakan yang akan

    dilakukan dalam penelitian yaitu meliputi prasurvai, menentukan

    tujuan pembelajaran, membuat rencana pembelajaran, merancang

    instrumen, membuat lembar observasi dan alat evaluasi untuk

    setiap pertemuan (Acep, 2010:56).

    Pada tahap perencanaan ini peneliti melakukan perencanaan

    antara lain sebagai berikut:

    1. Membuat konsep atau sekenario pembelajaran dengan media

    ulat angka, yaitu membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

    Harian (RPPH)

  • 21

    2. Membuat dan menyiapkan media ulat angka yang akan

    digunakan dalam penelitian dan diajarkan kepada anak didik.

    b. Pelaksanaan

    Pada tahap kedua ini peneliti melakukan kegiatan penelitian

    sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat. Hal penting yang

    perlu diingat dalam tahap pelaksanaan ini ialah guru harus

    berusaha semaksimal mungkin untuk merealisasikan semua hal

    yang telah direncanakan, dengan catatan guru harus tetap bersikap

    wajar, jangan dibuat-buat (Johni,201:126).

    Tahap ini merupakan pelaksanaan yang telah dibuat berupa

    penerapan pembelajaran sesuai konsep dan sekenario yang telah

    tertulis pada RPPH dan pelaksanaan tahap perencanaan.

    c. Pengamatan

    Pada tahap ketiga, yakni melakukan pengamatan oleh

    peneliti terhadap proses tindakan yang sedang dilakukan guru.

    Guru yang sedang melakukan tindakan tersebut sebagai guru

    pelaksana, dan pengamat yang mengadakan observasi terhadap

    proses tindakan peneliti.

    Pada tahap ini pengamatan dilakukan selama proses segala

    aktivitas anak didik diamati, dicatat, dan dinilai hasil proses belajar

    anak didik sehingga dapat menjadi masukkan untuk peneliti dalam

    melaksanakankegiatan belajar mengajar.

  • 22

    d. Refleksi

    Pada tahap keempat, merupakan kesempatan untuk

    mengemukakan potret atau gambaran secara utuh jalannya

    tindakan pada siklus yang telah dilaksanakan. Pada kegiatan

    refleksi pengamat membeberkan segala hal yang berkaitan dengan

    jalannya tindakan pada pertemuan yang telah dilaksanakan (Johni,

    2013:127).

    Untuk mengetahui ketercapaian dan keberhasilan tujuan

    penelitian, maka pada tahap refleksi ini peneliti melakukan:

    1. Mencatat hasil observasi dan pelaksanaan pembelajaran.

    2. Evaluasi hasil observasi

    3. Analisis hasil observasi, apabila pada siklus1 belum tercapai

    indikatornya, maka peneliti akan melakukan perbaikan pada

    siklus 2.

    4. Teknik Pengumpulan Data

    Ada sejumlah teknik pengumpulan data yang dapat digunakan

    dalam penelitian, akan tetapi tidak semua cocok untuk semua jenis data.

    Oleh karena itu, peneliti harus memilih teknik pengumpulan data yang

    dapat digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini. Teknik yang

    digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitian

    tindakan kelas ini antara lain:

  • 23

    a. Teknik Observasi

    Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke

    objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.

    Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara

    mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan

    terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi dapat

    dilakukan dengan partisipasi ataupun non partisipasi. Dalam

    observasi partisipasi pengamat ikut serta dalam kegiatan yang

    sedang berlangsung, pengamat ikut sebagai peserta rapat atau

    peserta pelatihan. Dalam observasi non partisipasi pengamat tidak

    ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan,

    tidak ikut dalam kegiatan (Suaryono,2013:38).

    Dalam hal ini peneliti mengamati proses pembelajaran,

    bagaimana cara guru mengajarkan berhitung pada anak dan juga

    alat perjaga apa yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan

    materi pembelajaran.

    b. Teknik Dokumentasi

    Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data

    penelitian mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,

    transkip, buku, surat, koran, majalah, prasasti, notulen rapat, leger

    nilai, agenda, dan lain-lain (Johni,2013:100).

    Dokumentasi dilakukan sebagai salah satu tekhnik

    pengumpulan data pengamatan hasil kemampuan berhitung 1-10

  • 24

    dan evaluasi soal tes tertulis untuk anak dan pada masing-masing

    siklus dan hasil lembar pengesahan anak kelompok A di TK

    Candra Puspita dengan menggunakan media ulat angka.

    c. Teknik Tes

    Tes sebagai instrumen pengumpul data adalah serangkaian

    pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur

    keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan, atau bakat

    yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Secara umum tes

    diartikan sebagai alat yang dipergunakan untuk mengukur

    pengetahuan atau penguasaan objek ukur terhadap seperangkat

    konten atau materi tertentu.

    Dalam hal ini peneliti merancang lembar penugasan untuk

    anak didik sebagai instrumen yang dapat digunakan untuk

    mendapatkan data kuantiatif berupa nilai hasil penerpan media ulat

    angaka dalam upaya peningkatan kempuan berhitung 1-10, yang

    kemudaian akan dianalisis dan diambil kesimpulannya (Suryono,

    2013:40).

    5. Instrumen Penelitian

    Instrumen-instrumen yang digunakan dalam penelitian tindakan

    kelas ini antara lain:

    a. Lembar observasi, yaitu lembar yang digunakan untuk

    mengamati aktifitas siswa secara langsung selama proses

    pembelajaran.

  • 25

    b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan (RPPM) dan

    Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH), yang

    merupakan panduan bagi guru dalam menyiapkan pembelajaran.

    c. Tes buatan peneliti yaitu berupa lembar tugas yang harus

    dikerjakan oleh sisiwa yang digunakan untuk mengukur

    kemampuan siswa terhadap materi yang disampaikan yakni

    mengenai materi berhitung permulaan.

    d. Dokumentasi, dalam hal ini dokumentasi yang peneliti butuhkan

    meliputi:

    1) Foto kegiatan pembelajaran.

    2) Foto alat permainan edukatif

    3) Data siswa, data guru, dan data profil sekolah.

    6. Analisis Data

    Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode nalaisis yang

    bersifat diskriptif kualitatif, yaitu mendiskripsikan data yang diperoleh

    melalui instrumen penelitian. Setelah data terkumpul kemudian

    diklasifikasikan ke dalam dua kelompok data yaitu kuantitatif yang

    berbentuk angka-angka dan kualitatif yang dinyatakan dalam kata-kata

    simbol.

    Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan

    pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini

    menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode

    penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai

  • 26

    dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi

    belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa

    terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses

    pembelajaran (Daryanto, 2018:194).

    Menurut Mulyasa (2009: 70), analiais data yaitu dilakukan sejak

    awal dan mencakup setiap aspek kegiatan penelitian. Ketika pencatatan

    lapangan melalui observasi atau pengamatan tentang kegiatan

    pembelajaran di kelas, peneliti dapat langsung menganalisis apa yang

    diamatinya, iklim kelas, suasana pembelajaran, cara guru mengajar, dan

    interaksi pembelajaran. Guru peneliti perlu memahami teknik analisis

    data yang tepat agar hasil penelitiannya dapat memberikan manfaat

    dalam meningkatkan kualitas pembelajaran secara tepat, sesuai dengan

    kondisi yang terjadi di dalam kelas.

    Tabel 1.1

    Ketentuan penilaian kemampuan berhitung 1-10 dengan

    menggunakan media ulat angka

    Simbol Bintang Skor/

    Nilai Kategori Kriteria/ketentuan

    1

    Belum

    Berkembang

    (BB)

    Jika anak mencoba,

    kurang tepat atau anak

    tidak mau mencoba.

    2

    Mulai

    Berkembang

    (MB)

    Jika anak bisa dengan

    bantuan meniru teman

  • 27

    3

    Berkembang

    Sesuai

    Harapan

    (BSH)

    Jika anakmelakukannya

    dengan mandiri dan

    konsisten tanpa harus

    dicontohkan guru

    4

    Berkembang

    Sangat Baik

    (BSB)

    Jika anak bisa tanpa

    bantuan dan bisa

    membantu teman yang

    belum bisa.

    G. Sistematika Penulisan

    Pembahasan dalam skripsi ini terdiri dari V bab yang dapat

    diuraikan sebagai berikut:

    BAB I : Pendahuluan, yang berisi : latar belakang, rumusan masalah,

    tujuan penelitian, Hipotesis tindakan, kegunaan penelitian,

    definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

    BAB II : Landasan Teori, yang berisi: kajian teori, dan kajian pustaka.

    BAB III : Pelaksanaan Penelitian, yang berisi: tentang gambaran umum

    lokasi penelitian, deskripsi pelaksanaan siklus I (perencanaan,

    pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi), dan deskripsi

    pelaksanaan siklus II

    BAB IV : Hasil penelitian dan pembahasan

    BAB V : Penutup, berisi kesimpulan dan saran.

  • 28

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Kajian Teori

    1. Pendidikan Anak Usia Dini

    a. Pengertian Anak Usia Dini

    Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu

    proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan

    selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada

    masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek

    sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup

    manusia. Proses pembelajaran sebagai bentuk perlakuan yang diberikan

    pada anak harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki setiap

    tahapan perkembangan anak (Nurani, 2009: 6).

    Menurut Trianto (2011:6) usia dini merupakan periode awal yang

    paling penting dan mendasar di sepanjang rentang pertumbuhan dan

    perkembangan kehidupan manusia. Pada masa ini ditandai oleh berbagai

    periode penting yang fundamen dalam kehidupan anak selanjutnya

    sampai periode akhir perkembangannya. Salah satu periode yang menjadi

    penciri masa usia dini adalah the golden ages atau periode keemasan.

    Banyak konsep dan fakta yang ditemukan memberikan penjelasan

    periode keemasan pada masa usia dini, di mana semua potensi anak

    berkembang paling cepat. Beberapa konsep yang disandingkan untuk

    masa anak usia dini adalah masa eksplorasi, masa identifikasi/imitasi,

  • 29

    masa peka, masa bermain, dan masa trozt alter 1 (masa membangkang

    tahap 1).

    b. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini

    Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada hakikatnya ialah

    pendidikan yang diselelenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi

    pertubuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan

    pada pengembanganseluruh aspek kepribadian anak. Oleh karena itu,

    PAUD memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan

    kepribadian dan potensi secara maksimal.

    Pendidikan bagi Anak Usia Dini adalah pemberian upaya untuk

    menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan

    pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan ketrampilan

    anak. Pendidikan pada anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh

    upaya dan tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam

    proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada anak dengan

    menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat mengksplorasi

    pengalaman yang memberikan kesempatan kepadanya untuk mengetahui

    dan memahami pengalaman belajar yang diperolehnya dari lingkungan,

    melalui cara mengamati, meniru dan bereksperimen yang berlangsung

    secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan

    anak (Nuraini, 2009: 7).

    Secara institusional, Pendidikan Anak Usia Dini juga dapat

    diartikan sebagai salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang

  • 30

    menitik beratkan, baik koordinasi motorik (halus dan kasar), kecerdasan

    emosi, kecerdasan jamak (mutiple intelligences) maupun kecerdasan

    spiritual.

    Secara yuridis, istilah anak usia dini di Indonesia ditunjukan

    kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Lebih lanjut

    pasal 1 ayat 14 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

    Pendidikan Nasional menyatakan bahwa “Pendidikan anak usia dini

    adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak usia dini

    sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

    pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

    perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam

    memasuki pendidikan lebih lanjut”.

    c. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini

    Menurut Suyadi (20013: 19) secara umum tujuan Pendidikan Anak

    Usia Dini ialah memberikan stimulasi atau rangsangan bagi

    perkembangan potensi anak agar menjadi manusia beriman dan bertakwa

    kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

    kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, dan menjadi warga negara

    yang demokratis dan bertanggung jawab. Senada dengan tujuan diatas,

    Solehuddin (1997) menyatakan bahwa tujuan pendidikan anak usia dini

    ialah memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal

    dan menyeluruh sesuai dengan norma dan nilai-nilai kehidupan yang

    dianut. Melalui pendidikan anak usia dini, anak diharapkan dapat

  • 31

    mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya seperti, Intelektual

    (kognitif), sosial, emosi, moral-agama dan fisik-motorik).

    PAUD bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi anak agar

    kelak dapat berfungsi sebagai manusia yang utuh sesuai falsafah suatu

    bangsa. Anak dapat dipandang sebagai individu yang baru mulau mulai

    mengenal dunia. Ia belum mengetahui tata krama, sopan santun, aturan,

    norma, etika, dan berbagai hal tentang dunia. Ia juga sedang berjalan

    berkomunikasi dengan orang lain dan belajar memahami orang lain, anak

    perlu dibimbing agar mampu memahami berbagai hal tentang dunia dan

    isinya (Suyanto, 2005: 3).

    2. Aspek perkembangan kognitif

    a. Pengertian perkembangan

    Setiap mahluk hidup pasti mengalami proses perkembangan

    selama hidupnya. Perkembangan yang dialami proses perkembangan

    selama hidupnya. Perkembangan yang dialami oleh makhuk hidup tidak

    hanya dalam aspek psikologis saja, tetapi juga pada aspek biologis.

    Susanto (2011:19), mengemukakan bahwa, Perkembangan

    merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini tidak bersifat kuantitatif,

    melainkan kualitatif. Perkembangan tidak ditekankan pada segi material,

    melainkan pada segi fungsional.

    Menurut Mirroh (2013: 9), perkembangan merupakan proses yang

    tidak akan berhenti dan setiap perkembangan memiliki tahapan-tahapan

    yaitu: tahap dikenangkan, tahap kandungan, tahap anak, tahap remaja,

  • 32

    tahap dewasa, dan tahap lansia, ada juga yang menggunakan patokan

    umur yang dapat pula digolongkan dalam masa intraterin, masa bayi,

    masa anak sekolah, masa remaja dan masa adonelen yang lebih lanjut

    akan disebut dengan periodesasi perkembangan.

    Teori Periodesasi Perkembangan dapat digolongkan menjadi 3

    macam yakni:

    1. Periodesasi Perkembangan Biologis

    Periodesasi berdasarkan biologis adalah Periodesasi yang

    pembahasannya berdasarkan pada kondisi atau proses pertumbuha

    biologis anak, karena pertumbuhan biologis ikut berpengaruh terhadap

    perkembangan kejiwaan seseorang anak.

    2. Periodesasi Perkembangan Didaktis

    Periodesasi berdasarkan didaktis adalah Periodesasi yang

    pembahasannya berdasarkan pada segi keperluan/ materi apa kiranya

    yang tepat diberikan kepada anak didik pada masa-masa terentu, serta

    memikirkan tentang kemungkinan metode yang paling efektif untuk

    masa tertentu tersebut.

    3. Periodesasi Perkembangan Psikologis

    Pada pembagian ini para ahli membahas gejala perkembangan jiwa

    anak, berorientasi dari sudut pandang psikologis, mereka tidak lagi

    mendasarkan pada sudut pandang biologis ataupun didaktis, sehingga

    para ahli nengembalikan masalah kejiwaan dalam kedudukan yang

    murni.

  • 33

    Adapun menurut Yusuf Syamsu (dalam Susanto, 2011:19),

    mengemukakan bahwa perkembangan adalah perubahan-perubahan

    yang dialami oleh individu atau organisme menuju tingkat

    kedewasaannya atau kematengannya (maturation) yang berlangsung

    secara sistematis, progesif dan berkesinambungan, baik menyangkut

    fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah).

    b. Pengertian Kognitif

    Para ahli yang berkecimbung dalam bidang pendidikan, banyak

    yang berbeda pendapat dalam mendefinisikan kognitif. Orang awam

    biasanya lebih mengenal kognitif dengan kata kecerdasan intelektual.

    Perkembangan kognitif setiap indvidu pun berbeda-beda.

    Kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu

    untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian

    atau peristiwa. Proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan

    (intelegensi) yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama

    sekali ditunjukan kepada ide-ide (Susanto, 2011: 47).

    Menurut Mirroh (2013:48), “Kognitif adalah proses manusia

    memperoleh pengetahuan tentang dunia, yang meliputi proses berfikir,

    belajar, menangkap, mengingat, dan memahami”. Perkembangan kognitif

    merupakan pertumbuhan dan perkembangan kapasitas intelektual.

    Adapun lampiran perkembangan kognitif anak usia 4-5 tahun

    dalam permendikbud no 137 tahun 2014 adalah sebagai berikut:

  • 34

    Tabel 2.1 Lingkup Perkembangan kognitif menurut Permendikbud

    no 137 tahun 2014

    Lingkup Perkembangan

    Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak

    Usia 4-5

    A. Berpikir logis

    1. Mengklasifikasikan benda berdasarkan fungsi, bentuk atau ukuran

    2. Mengenal kejala sebab akibat yang terkait dengan dirinya

    3. Mengklasifikasikan benda ke dalam kelompok yang sejenis atau kelompok yang berpasangan

    dengan 2 fariasi

    4. Mengenal pola (misalnya AB-AB dan ABC-ABC) dan mengulanginya

    5. Mengurutkan benda berdasarkan 5 seriasi ukuran atau warna

    B. Berpikir simbolik

    1. Membilang banyak benda satu sampai sepuluh 2. Mengenal konsep bilangan 3. Mengenal lambang bilangan 4. Mengnal lambang huruf

    Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa perkembangan kognitif

    yang sesuai dengan tema penelitian berdasarkan permendikbud no 137

    tahun 2014 adalah termasuk dalam kemampuan berpikir simbolik’.

    Kesimpulannya pembelajaran berhitung pada anak diberikan oleh

    guru/pendidik harus sesuai dengan standar tingkat pencapaian dan

    perkembangan anak yang sudah ditetapkan.

    c. Urgensi Perkembangan Kognitif

    Pada dasarnya pengembangan kognitif dimaksudkan agar anak

    mampu melakukan eksplorasi terhadap dunia sekiitar melalui panca

    inderanya, sehingga dengan pengetahuan yang didapatkannya tersebut

    anak akan dapat melangsungkan hidupnya dan menjadi manusia yang

  • 35

    utuh sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk Tuhan yang harus

    memperdayakan apa yang ada di dunia ini untuk kepentingan dirinya

    dan orang lain (Susanto, 2011:48).

    Proses kognisi meliputi berbagai aspek, seperti presepsi, ingatan,

    pikiran, simbol, penalaran, dan pemecahan masalah. Sehubungan

    dengan hal ini Pieget berpendapat, bahwa pentingnya guru

    mengembangkan kognitif pada anak adalah:

    1. Agar anak mampu mengembangkan daya persepsinya berdasarkan

    apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan, sehingga anak akan

    memiliki pemahaman yang utuh dan komprehensif.

    2. Agar anak mampu melatih ingatannya terhadap semua peristiwa dan

    kejadian yang pernah dialaminya.

    3. Agar anak mampu mengembangkan pemikiran-pemikirannya dalam

    rangka menghubungkan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya.

    4. Agar anak mampu memahami simbol-simbol yang tersebar di dunia

    sekitarnya.

    5. Agar anak mampu melakukan penalaran-penalaran, baik yang terjadi

    secara alamiah (spontan), maupun melalui proses ilmiah (percobaan)

    6. Agar anak mampu memecahkan persoalan hidup yang dihadapinya,

    sehingga pada akhirnya anak akan menjadi individu yang mampu

    menolong dirinya sendiri.

  • 36

    d. Faktor yang mempengaruhi Perkembangan Kognitif

    Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif, namun

    sedikitnya faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif dapat

    dijelaskan sebagai berikut:

    a. Faktor Herditas/ keturunan

    Teori herditas atau nativisme yang dipelopori oleh seorang ahli

    filsafat Schopenhauer, berpendapat bahwa manusia lahir sudah

    membawa potensi-potensi tertentu yang tidak dapat dipengaruhi oleh

    lingkungan.

    b. Faktor Lingkungan

    Teori lingkungan atau emperisme dipelopori oleh Jhon Locke,

    Locke berpendapat bahwa, manusia dilahirkan dalam keadaan suci

    seperti kertas putih yang masih bersih belum ada tulisan atau noda

    sedikit pun.

    c. Faktor Kematangan

    Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan matang jika telah

    mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.

    Kematangan berhubungan erat dengan usia kronologis (usia kalender).

    d. Faktor Pembentukan

    Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang

    mempengaruhi perkembangan intelegensi. Pembentukan dapat

    dibedakan menjadi pembentukan sengaja (sekolah formal) dan

    pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar). Sehingga

  • 37

    manusia berbuat intelegen karena untuk mempertahankan hidup

    ataupun dalam bentuk penyesuaian diri.

    e. Faktor Minat dan Bakat

    Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan

    dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik lagi. Adapun bakat

    diartikan sebagai kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih

    perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Bakat seseorang

    yang memiliki bakat tertentu, maka akan semakin mudah dan cepat

    mempelajarinya.

    f. Faktor Kebebasan

    Kebebasan yaitu keleluasaan manusia untuk berfikir divergen

    (menyebar) yang berarti bahwa manusia dapat memilih metode-

    metode tertentu dalam memecahkan masalah-masalah, juga bebas

    dalam memilih masalah sesuai kebutuhannya.

    3. Media Pembelajaran

    a. Pengertian Media Pembelajaran

    Media merupakan kata jamak dari medium yang artinya pengantar

    atau perantara yang digunakan oleh komunikator untuk

    menyampaikan pesan kepada komunikan dalam mencapai efek

    tertentu. Kata media berasal dari bahasa Latin “medio” dalam bahasa

    latin media diartikan sebagai antara. Secara khusus kata tersebut dapat

    diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk membawa

    informasi dari satu sumber kepada penerima. Dikaitkan dengan

  • 38

    pembelajaran, media diartikan sebagai alat komunikasi yang

    digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi

    berupa materi ajar dari guru kepada murid sehingga murid menjadi

    lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran (Usep, 2016: 6).

    Latif (2013:151) Berpendapat media dalam proses pembelajaran

    dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pembelajaran yang

    pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang

    dicapainya. Jika diartikan dengan pendidikan anak usia dini, maka

    media pembelajaran berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan bahan

    (software) dan alat (hardware) untuk bermain yang membuat AUD

    mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan menentukan

    sikap. Media yang digunakan dalam PAUD adalah alat permainan

    edukatif (APE). APE terbagi menjadi dua golongan yaitu: (1) APE

    luar: Alat permainan edukatif yang disediakan di luar ruangan

    (halaman/taman); (2) APE dalam: alat permainan edukatif yang

    disediakan untuk anak bermain di dalam ruangan.

    b. Tujuan dan Manfaat Media Pembelajaran

    Manfaat media pembelajaran anak usia dini, banyak manfaat yang

    dapat diperoleh dengan memanfaatkan media dalam pembelajaran,

    yaitu:

    1. Pesan/informasi pembelajaran dapat disampaikan dengan lebih

    jelas, menarik, konkret dan tidak hanya dalam bentuk kata-kata

    tertulis atau lisan berlaka (verbalitas).

  • 39

    2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra, misalnya

    objek yang terlalu besar dapat digantikan dengan realitas, gambar,

    film bingkai, film atau model. Kejadian atau peristiwa yang terjadi

    di masa lalu dapat ditampilkan lagi lewat rekaman film, vidio, dan

    lain-lain. Objek yang teralu kompleks dapat disajikan dengan

    model, diagram, dan lain-lain.

    3. Meningkatkan sikap aktif siswa dalam belajar.

    4. Menimbulkan kegairahan dan motivasi dalam belajar.

    5. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antar siswa dengan

    lingkungan dan kenyataan.

    6. Memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan

    dan minatnya.

    7. Memberikan perangsang, pengalaman, dan presepsi yang sama

    bagi siswa.

    c. Macam-macam Media Pembelajaran Anak Usia Dini

    Bila dikatkan dengan pembelajaran anak usia dini, media

    dimasukan sebagai alat yang menjadi perantara dalam menyampaikan

    pembelajaran pada anak usia dini. Hal ini terdapat banyak media yang

    digunakan untuk pembelajaran anak usia dini. Prinsipnya, media yang

    akan digunakan tersebut dapat memberikan rangsangan semangat atau

    motivasi anak usia dini untuk dapat belajar dengan mudah dan

    menyenangkan sehingga mereka tidak merasa jenuh atau bosan dalam

    mengikuti proses pembelajaran.

  • 40

    Adapun macam-macam media pemebelajaran untuk anak usia dini

    dapat digolongkan menjadi tiga, sebagai berikut:

    1. Media Audio adalah sebuah media pembelajaran yang mengandung

    pesan dalam bentuk audiktif (pendengaran), serta hanya

    mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio dan kaset.

    2. Media Visual

    Media Visual adalah media yang hanya mengandalkan indra

    pengelihatan.

    3. Media Audiovisual

    Media Audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara

    dan unsur gambar. Seperti ulat angka yaitu melatih kemampuan

    mengurutkan angka dan belajar mengenali angka.

    Diantara ketiga macam media tersebut yang baik untuk

    digunakan pada pembelajran anak usia dini ialah media

    audiovisual. Sebab, media ini telah memadukan antara media

    pendengaran dan pengelihatan. Media ini anak akan lebih mudah

    dalam memahami materi pembelajaran yang diberikan (Fadlillah,

    2012: 212).

    4. Hakikat Berhitung Permulaan

    a. Pengertian Berhitung

    Salah satu kemampuan yang sangat penting bagi anak yang perlu

    dikembangkan dalam rangka membekali mereka, untuk masa depan dan

    saat ini ialah memberikan bekal kemampuan berhitung.

  • 41

    Munandar (1999:17), Berpendapat bahwa kemampuan merupakan

    daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan

    dan latihan. Adapun yang dimaksud dengan kemampuan berhitung

    permulaan ialah kemampuan yang dimiliki setiap anak untuk

    mengembangkan kemampuannya, karakteristik perkembangannya

    dimulai dari lingkungan yang terdekat dengan dirinya, sejalan dengan

    perkembangan kemampuannya anak dapat meningkat ketahap

    pengertian mengenai jumlah, yaitu berhubungan dengan jumlah dan

    pengurangan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah suatu

    daya untuk kesanggupan dalam diri seseorang dimana daya tersebut

    dihasilkan dari pembawaan dan latihan yang mendukung dalm

    menyelesaikan suatu tugas.

    Susanto (dalam Suriasumantri (2000: 204), mengeungkapkan

    tentang pengertian matematika, bahwa matematika pada hakikatnya

    merupakan cara belajar untuk mengatur jalan pikiran seseorang dengan

    maksud melalui matematika ini seseorang akan dapat mengatur jalan

    pikirannya. Menguasai matematika dan berbagai teorinya, maka

    dimungkinkan seseorang dapat lebih sistematis dalam me-manage jalan

    pirkirannya. Atau dengan kata lain, orang yang mahir atau menguasai

    teori-teori dalam matematika, maka orang ini akan mudah untuk

    mengatur jalan pikirnya, akan mudah dalam memecahkan berbagai

    kesulitan dan permasalahan yang dihadapinya.

  • 42

    Pada umumnya, anak hafal angka 1-10, tetapi mereka mengalami

    kesulitan ketika dihadapkan pada kegiatan berhitung yang

    sesungguhnya, oleh karena itu, kegiatan berhitung harus dibuat menarik

    dan mudah dipahami. Anak usia 4 tahun telah dapat mengklasifikasikan

    benda berdasarkan satu kategori, mereka juga mulai menunjukkan

    keterkaitan pada anak dan kuantitas, seperti menghitung, mengukur,

    dan membandingkan. Meskipun demikian, mereka sering kali

    menggunakan angka-angka tanpa pemahaman.

    Berdasarkan beberapa pendapat diatas, adapun tingkat pencapaian

    perkembangan anak pada lingkup perkembangan kognitif untuk

    meningkatkan konsep angka anak pada usia 4-6 tahun, menurut

    kepmendikbud dalam pedoman pengembangan progam pembelajaran di

    taman kanak-kanak Tahun 2010, yaitu:

    1. Mengetahui konsep banyak dan sedikit

    2. Mengenal konsep bilangan.

    3. Mengnal lambang bilangan.

    4. Menyebutkan lambang bilangan 1-10

    5. Mencocokan bilangan dengan lambang bilangan (Suryana,

    2016:108).

    b. Tahapan Kemampuan Berhitung

    Berbagai cara dapat dilakukan oleh guru dan orang tua untuk

    mengembangkan atau meningkatkan kemampuan berhitung permulaan,

    kemampuan berhitung merupakan kemampuan untuk menggunakan

  • 43

    ketrampilan berhitung. Tahapan yang dapat dilakukan untuk membantu

    mempercepat penguasaan berhitung melalui jalur matematika,

    misalnya: tahap penguasan konsep, tahap transisi, dan tahap pengenalan

    lambang (Depdiknas, 2000: 7-8).

    Tahapan bermain hitung atau matematika anak usia dini, dengan

    mengacu pada hasil penelitian Jean Piaget tentang intelektual, yang

    menyatakan bahwa anak usia 2-7 tahun berada pada tahap operasional,

    maka penguasaan kegiatan berhitung/matematika pada anak usia taman

    kanak-kanak akan melalui tahapan sebagai berikut:

    1. Tahap konsep/ pengertian

    Pada tahap ini anak berekspresi untuk menghitung segala macam

    benda-benda yang dapat dihitung dan yang dapat dilihatnya. Kegiatan

    menghitung-hitung ini harus dilakukan dengan memikat, sehingga

    benar-benar dipahami oleh anak. Pada tahap ini guru atau orang tua

    harus dapat memberikan pembelajaran yang menarik dan berkesan,

    sehingga anak tidak menjadi reda atau bosan.

    2. Tahap transmisi/ peralihan

    Tahap transisi merupakan masa peralihan dari konkret ke lambang,

    tahap ini ialah saat anak mulai benar-benar memahami. Untuk itulah

    maka tahap ini diberikan apabila tahap konsep sudah dikuasai anak

    dengan baik, yaitu saat anak mampu menghitung yang terdapat

    kesesuaian antara benda yang dihitung dan bilangan yang disebutkan.

  • 44

    Tahap transisiinipun harus terjadi dalam waktu yang cukup untuk

    dikusai anak.

    3. Tahap lambang

    Tahap di mana anak sudah diberi kesempatan menulis sendiri tanpa

    paksaan, yakni berupa lambang bilangan, bentuk-bentuk, dan

    sebagainya jalur-jalur dalam mengenalkan kegiatan berhitung atau

    matematka.

    Konsep matematika yang perlu diberikan pada anak adalah berupa

    bilangan atau berhitung, pola dan fungsinya, geometri, ukuran-ukuran,

    grafis, estimasi, probabilitas, dan pemecahan masalah. Konsep ini perlu

    diperkenalkan kepada anak secara bertahap sesuai dengan tingkat

    menghubungkan kosnsp konkret dengan lambang bilangan dan tingkat

    lambang bilangan. Ketiga tingkat penguasaan tahapan ini dimulai dari

    memahami konsep matematika, kemudian menghubungkan benda-benda

    nyata dengan lambang bilangan dan akhirnya anak akan memahami

    lambang bilangan (Susanto, 2011: 100-101).

    Mengingat sangat pentingnya kemampuan berhitung bagi anak, maka

    kemampuan berhitung perlu diajarkan sejak dini, dengan berbagai media

    dan metode yang tepat jangan sampai merusak pola perkembangan anak.

    c. Prinsip-prinsip kemampuan berhitung

    Berhitung permulaan untuk mengembangkan kemampuan

    berhitung permulaan pada amak dikenalkan melalui permainan

  • 45

    berhitung, dikenal ada beberapa prinsip mendasar yang perlu dipahami

    dalam menerapkan permainan berhitung, yaitu:

    1. Dimulai dari menghitung benda.

    2. Berhitung dari yang lebih mudah ke yang lebih sulit.

    3. Anak berpatisipasi aktif dan adanya rangsangan untuk

    menyelesaikan masalah sendiri.

    4. Suasana yang menyenangkan

    5. Bahasa yang sederhana dan menggunakan contoh-contoh.

    6. Anak dikelompokan sesuai dengan tahapan berhitungnya.

    7. Evaluasi dari awal sampai akhir kegiatan (Depdiknas, 2000: 8).

    Prinsip-prinsip tersebut dapat di kemukakan bahwa pelajaran

    berhitung bukan sesuatu yang menakutkan, tetapi merupakan

    pembelajaran yang disenangi dinilai dari hati nuraninya sehingga anak

    akan merasa membutuhkan karena mengasyikan dan cara

    mengajarkannya pun harus tepat. Namun proses intelektualnya masih

    sempit dan cara berpikirnya masih belum terarah, dan harus diingat

    pula anak usia 6 tahun sudah dapat memecahkan persoalan-persoalan

    sederhana, seperti telah dapat menghitug 1-10.

    Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa

    kemampuan berhitung permulaan adalah kemampuan yang dimiliki

    oleh setiap anak yang berkaitan dengan konsep matematika sederhana,

    yang meliputi kegiatan mengurutkan bilangan atau membilang, dan

    mengenali jumlah, serta bertujuan untuk menumbuh kembangkan

  • 46

    keterampilan yang sangat diperlukan dalah kehidupan sehari-hari

    sebagai dasar pengembangan kemampuan matematika untuk

    pendidikan selanjutnya.

    d. Metode Pengembangan Berhitung

    Mengembangkan kemampuan berhitung permulaan pada anak

    dapat dilakukan dengan beberapa metode. Metode yang dikembangkan

    dalam mengenalkan dan mengembangkan kemampuan berhitung

    permulaan.

    Renew (2002:1), berpendapat metode yang perlu diterapkan dalam

    mengembangkan kemampuan berhitung permulaan pada anak

    dilakukan dengan permainan-permainan yang menyenangkan, suasana

    belajar yang mengembirakan dan bagaimana anak tertarik untuk

    belajar. Suasana yang nyaman dan menyenangkan, dapat membuat anak

    akan belajar angka dengan cara kreatif dalam suatu permainan

    berdasarkan tahapan-tahapan tertentu.

    e. Perkembangan Kemampuan Berhitung

    1. Pengertian berhitung

    Belajar berhitung sebenarnya telah dimulai ketika anak

    masih kecil,misalnya saat orangtua mengajarkan lagu balonku, anak

    sudah belajar berhitung. Yang perlu diperhatikan oleh guru dan

    orang tua adalah menyiapkan anak untuk menyukai pelajaran

    berhitung. Oleh karena itu dalam pelajaran berhitung harus disertai

    dengan media yang menarik. Sebelum anak diajarkan untuk

  • 47

    berhitung, terlebih dahulu anak harus bisa menghitung dan

    mengetahui angka-angka dalam menghitung tersebut, baik itu

    urutannya maupun arti dari setiap angka tersebut. belajar

    menghitung adalah langkah pertama dalam mengerti angka. Saat

    anak-anak mulai menghitung mereka menganggap itu rima.

    Mungkin mereka mengerti 1-2-3, tetapi tidak membayangkan 6-7-8.

    Bila si anak sudah tahu urutan 1-2-3-4-5-6-7-8-9-10, dia bisa mulai

    mengerti apa arti angka-angka tersebut.

    Pada umumnya, anak hafal angka 1 sa,pai 10, tetapi mereka

    mengalami kesulitan, oleh karena itu, kegiatan berhitung harus

    dibuat menarik dan mudah dipahami. Anak usia 4 tahun telah dapat

    mengklasifikan benda berdasarkan satu kategori, mereka juga mulai

    menunjukkan keterkaitan pada angka dan kuantitas, seperti

    menghitung, mengukur, dan membandingkan. Meskipun demikian,

    mereka sering kali menggunakan angka-angka tanpa pemahaman.

    Berdasarkan penjelasan diatas, berhitung merupakan bagian

    dari matematika. Kemampuan berhitung sangat diperlukan untuk

    mengembangkan pengetahuan anak tentang angka, bilangan,

    penjumlahan, dan pengurangan. Selain itu, berhitung juga

    merupakan dasar bagi perkembangan kemampuan matematika anak

    untuk mengikuti pendidikan selanjutnya, Suryana (2016:106).

  • 48

    2. Karakteristik Berhitung

    Kecerdasan berhitung seseorang anak ditandai dengan

    kemampuannya untuk berinteraksi dengan angka-angka dan

    bilangan, berpikir dan ilmiah serta adanya konsistensi dalam

    pemikiran.

    Anak dapat mempelajari berhitung melalui konsep

    matematika, yaitu melalui berhitung benda dengan konkret,

    menghubungkan jumlah dengan lambang bilangan, dan

    mengembangkan konsep menambah serta mengurang. Suyanto

    (2005: 162) konsep matematika anak usia dini, meliputi:

    a. Menghitung, yaitu menghubungkan antara benda dan konsep

    bilangan, dimulai dari satu. Jika sudah mahir anak dapat

    menghitung kelipatannya.

    b. Angka, yaitu simbol dari kuantitas. Anak bisa menghubungkan

    antara banyaknya benda dan simbol angka.

    c. Klasifikasi, yaitu mengklompokan bendabenda kedalam

    beberapa kelompok, untuk matematika bisa berdasarkan ukuran

    atau bentuknya

    Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan ciri anak cerdas

    berhitung adalah anak memiliki kemampuan memahami angka dan

    bilangan. Selain itu anak juga mengklasifikasi benda berdasarkan

    simbol, ukuran, serta bentuknya.

  • 49

    3. Tujuan Berhitung

    Berhitung merupakan bagian dari matematika yang secara

    umum di TK bertujuan agar anak mengetahui dasar-dasar

    pembelajaran berhitung pada jenjang selanjudnya, sehingga pada

    saatnya nanti anaklebih siap mengikuti pembelajaran matematika,

    Suryana (2016: 109).

    5. Pengertian Bermain

    A. Pengertian Bermain

    Meningkatkan aktivitas anak dalam kegiatan pembelajaran serta

    meningkatkan kemampuan mengenal angka 1 sampai 10 perlu

    diupayakan sebuah perbaikan dalam pemberian stimulus. Salah satunya

    adalah bermain, merupakan kebutuhan bagi anak usia dini. Selain

    sebagai aktivitas bersenang-senang, bermain juga dimaksudkan untuk

    belajar anak, karena belajarnya anak melalui aktivitas bermain. Bermain

    menjadi prioritas utama dalam kegiatan pembelajaran anak usia dini.

    Melalui bermain seseorang anak dapat belajar berbagai hal baru yang

    belum anak ketahui sebelumnya.

    Fadlillah (2017: 6), berpendapat bermain adalah serangkaian

    kegiatan atau aktivitas anak untuk bersenang-senang. Ada pun

    kegitannya, selama itu terdapat unsur kesenangan atau kebahagiaan

    bagi anak usia dini, maka bisa disebut sebagai bermain. Senada dengan

    pengertian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 857),

  • 50

    disebutkan bahwa istilah bermain berasal dari kata dasar main yang

    berarti melakukan aktivitas atau kegiatan untuk menyenangkan hati.

    Fadlillah (2012:168) Metode bermain adalah metode yang

    menerapkan permainan atau mainan tertentu sebagai wahana

    pembelajaran siswa dan suatu kegiatan yang dilakukan untuk

    kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil

    akhir. Piaget menjelaskan bahwa bermain terdiri atas tanggapan yang

    diulang sekedar untuk kesenangan fungsional.

    Hal ini perkembangan anak usia dini, bermain dapat dikategorikan

    menjadi dua jenis sebagai berikut:

    a. Bermain aktif

    Bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang dilakukan

    individu, apakah dalam bentuk kesenangan berlari atau membuat

    sesuatu dengan lilin atau cat.

    b. Bermain pasif

    Bermain pasif (hiburan), kesenangan diperoleh dari kegiatan orang

    lain. Pemain menghabiskan sedikit energi. Anak-anak yang menikmati

    temannya bermain, memandang orang atau hewan di televisi,

    menonton adegan lucu atau membaca buku adalah bermain tanpa

    mengeluarkan tenaga, tetapi kesenangannya hampir seimbang dengan

    anak yang menghabiskan tenagannya di tempat olahraga atau tempat

    bermain.

  • 51

    B. Tujuan Bermain

    Tujuan bermain dimaksudkan untuk mengetahui peran bermain

    dalam perkembangan anak usia dini. Fadlillah (2017:9), Adapun secara

    umum tujuan bermain dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bentuk

    sebagai berikut:

    a. Eksplorasi secara bahasa berarti mengelarkan. Maksudnya

    mengeluarkan atau mencurahkan seluruh kemampuan yang

    dimiliki. Jiwa anak adalah suka berpetualang, anak suka melakukan

    hal-hal yang baru diinginkan dan dianggap menarik bagi dirinya.

    Karakteristik anak ingin mempunyai rasa ingin tahu cukup kuat

    membuat anak cenderung bereksplorasi untuk mencurahkan segala

    kreativitasnya.

    b. Eksperimen, secara etimologi, eksperimen berarti uji coba. Adapun

    secara terminologi yaitu melakukan serangkaian percobaan-

    percobaan demi menghasikan sesuatu yang diharapkan. Hal ini

    dikarenakan rasa ingin tahu anak sangat tinggi, sehingga anak

    sering kali melampiaskan ke dalam bentuk-bentuk permainan yang

    dimainkannya.

    c. Imitation, imitasi dimaksudkan sebagai bentuk tiruan anak-anak,

    dengan kata lai, bermain merupakan suatu bentuk peniruan anak-

    anak terhadap permainan yang dimainkan. Selain kegiatan bermain,

    anak bebas berekspresi untuk menirukan berbagai hal uang ada

    dalam imajinasinya.

  • 52

    d. Adaptasi, tujuan lain dari kegiatan bermain ialah untuk melatih

    adaptasi anak-anak dengan lingkungan sekitar. Adaptasi sendiri

    bermakna mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan. Adapun

    kondisi anak berupaya untuk bisa beradaptasi dengan teman-

    temannya dalam rangka menciptakan suasana keakraban dan

    kegembiraan.

    Demikian besar peran bermain dalam kehidupan anak

    sebagaimana diungkapkan oleh banyak ahli tersebut, dapat

    disimpulkan bahwa bermain atau permainan merupakan sarana

    utama dalam pengembangan berbagai aspek perkembangan anak

    yaitu Nilai Agama dan Moral, Bahasa, Fisik Motorik, Sosial

    Emosi, Kognitif dan Seni, yang memiliki pengertian, tujuan

    sebagai persiapan untuk menghadapi kehidupan sebenarnya.

    6. Alat Peraga Edukatif

    Kegiatan pembelajaran anak usia dini, alat permainan edukatif

    memiliki peran cukup penting bagi anak usia dini, karena melalui alat

    permainan edukatif ini kegiatan pembelajaran akan berlangsung dengan

    lancar, menarik, kreatif, dan menyenangkan, sehingga dapat

    mempermudah tercapainya tujuan pembelajaran.

    Istilah alat permainan edukatif memiliki dua makna pokok, yaitu

    alat permainan dan edukatif. Alat permainan adalah semua alat yang

    digunakan anak memenuhi naluri bermainnya. Adapun kata edukatif

    mempunyai arti nilai-nilai pendidikan. Maka jika dipadukan alat

  • 53

    permainan edukatif ialah segala sesuatu yang dijadikan sebagai sarana

    bermain yang sekaligus bermanfaat bagi perkembangan anak.

    Menurut Mayke sebagaimana dikutip Badru Zaman alat permainan

    edukatif adalah alat permainan yang dirancang secara khusus untuk

    kepentingan pendidikan. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan alat

    peraga edukatif adalah setiap alat atau bentuk permainan yang dalamnya

    mengandung nilai-nilai pendidikan bagi pertumbuhan dan perkembangan

    anak (Fadlillah, 2017: 56).

    A. Pentingnya Alat Peraga Edukatif

    Bagi anak-anak alat permainan edukatif sangat penting dan

    bermanfaat bagi tumbuh kembang mereka. Tidak hanya menyangkut

    fisik melainkan juga psikis, dengan menggunakan alat peraga edukatif,

    semua itu bisa dikembangkan dengan mudah dan aktivitas yang

    dilakukan anak adalah bermian, namun dalam bermian itu

    sesungguhnya anak telah belajar. Bermainnya anak merupakan proses

    belajarnya anak.

    Ismail (2012: 139-140) beberapa hal yang menjadikan alasan

    mengapa alat permainan edukatif penting bagi anak usia dini adalah:

    1. APE dapat meningkatkan pemahaman terhadap totalitas kediriannya

    atau mengembangkan kepribadian anak.

    2. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi anak dan menciptakan

    kemampuan anak untuk hal-hal baru.

  • 54

    3. Meningkatk