meningkatkan kemampuan berhitung anak dengan menggunakan
TRANSCRIPT
0
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK
DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BELAJAR ULAR
TANGGA DI TK MENTARI BONTOA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
ST BINTANG MANGIRIANG
10545 11045 16
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
i
ii
iii
iv
v
MOTO
Kesulitan bagaimana pekerjaan
Jika dihadapi dengan penuh kesungguhan
Diiringi doa dan harapan serta kesabaran
Insya allah kenyataan dan harapan akan tercapai
Karya ini saya kepada yang saya sayang
Kedua orang tua ku, suamiku dan mertua ku
yang mendoakan serta teman-teman ku dan
merindukan apa yang saya cita-citakan yang
senantiasa memberi Do’a demi keberhasilan
vi
ABSTRAK
St Bintang Mangiriang 2020.Meningkatkan kemampuan berhitung anak dengan
menggunakan media belajar ular tangga Kelompok B Di Tk Mentari Bontoa.
Kecamatan Tamalate Kota Makassar. Skripsi. Prodi Pendidikan Guru Pendidikan
Anak Usia Dini Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Baharullah dan Sri Sufliati Romba.
Peneliti ini menelaah tentang Meningkatkan Kemampuan Berhitung Anak
Dengan Menggunakan Media Belajar Ular Tangga Di Tk Mentari Bontoa Pada
Kelompok B2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
perkembangan berhitung anak diTaman Kanak-Kanak Mentari Bontoa melalui
penggunaan media belajar ular tangga. Pendekatan dalam penelitian ini yaitu
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan fokus penelitian yaitu media belajar ular
tangga dalam mengembangkan berhitung anak Di Taman Kanak-Kanak Mentari
Bontoa Kota Makassar. Subjek penelitian adalah anak didik yang berjumlah 10
anak didik, pengambilan data dilaksanakan melalui observasi, wawancara dan
dokumentasi. Hasil yang diperoleh verifikasi secara penelitian tindakan kelas.
Hasil pengumpulan data selanjutnya dilakukan reduksi data guna memperoleh
data yang akurat dan memperoleh tahap kepercayaan tinggi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dengan menggunakan media belajar ular tangga baik
menggunakan alat peraga tanpa alat peraga tersebut kemampuan berhitung anak
dapat berkembang hal ini terlihat pada saat ibu guru memainkan permainan media
belajar ular tangga ini .
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan secara bertahap pada
meningkatkan kemampuan berhitung anak dengan menggunakan media belajar
ular tangga. Dalam peningkatan kemampuan berhitung anak dengan
menggunakan media belajar ular tangga dalam pelaksanaan siklus I memperoleh
nilai skor keseluruhan 492 dengan hasil rata-rata 49,2% dengan kriteria
cukup/berkembang sesuai harapan (BSH). Pada siklus II mengalami peningkatan
sebesar dengan menunjukkan jumlah skor keseluruhan 762 dengan hasil rata-rata
persentase 76% dengan kriteria cukup/berkembang sesuai harapan (BSH).
Perolehan persentase tersebut menunjukkan bahwa kemampuan berhitung anak
dengan menggunakan media belajar ular tangga di kelompok B dengan kriteria
cukup yang telah mencapai indikator keberhasilan sebesar 70%.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami kirimkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuas, karena
berkat rahmat, nikmat dan kehidayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul
“Meningkatkan kemampuan berhitung anak dengan menggunakan media belajar
ular tangga diTaman Kanak-Kanak Mentari Bontoa Kota Makassar” dapat
diselesaikan. Penulisan ini dimaksud untuk memenuhi salah satu persyaratan guna
memperoleh sebutan Sarjana Pendidikan dan menyelesaikan studi Program
Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini pada Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammdiyah Makassar.
Dalam penulisan Skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari
sahabat-sahabat Indriana Ruslan,Wahyuni Yahya,Siti Aisyah syafril,Asrita dan
Nuraeni Anwar baik materil maupun bersifat moril. Untuk itu, saya ucapkan
banyak terimah kasih yang mendalam kepada bapak Dr. Baharullah, M.Pd dan ibu
Sri Sufliati Romba, S.Pd., M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan motivasi selama penyusunan Skripsi ini. Selanjutnya
terima kasih juga kami haturkan kepada bapak Erwin Akib, M.Pd., Ph.D selaku
Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Tasrif
Akibat S.Pd, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan
Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Bapak dan ibu Dosen pada Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan
Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar .
Kepala Sekolah, Guru, serta Staf di Lingkungan Taman Kanak-Kanak Mentari
Bontoa Kota Makassar yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan
penelitian selama ini. Suami, ibunda dan mertua yang telah memberikan kasih
sayang dan sumbangsih moril dan material, serta doa sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi ini. Seluru rekan mahasiswa PG PAUD Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah memberikan
bantuan dan kerja samanya, baik dalam proses perkuliahan maupun dalam
penyusunan skripsi.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini, masih terdapat beberapa
kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun
senantiasa diharapkan demi kesempurnaan karya ini. Semoga segala bantuan yang
diberikan selama ini bermanfaat bagi penulis dan orang lain serta bernilai ibadah.
Amin.
Makassar , 20 November 2020
Penulis
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar halaman
2.1 Gambar Media Ular Tangga.............................................................. 21
2.2 Gambar Kerangka Pikir .................................................................... 22
4.1 Gambar Media Belajar Ular Tangga ................................................ 41
4.2 Gambar Media Belajar Ular Tangga ................................................ 56
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Hasil Observasi dan Evaluasi Aktivitas Anak Didik Meningkatkan
Kemampuan berhitung Anak Pada Siklus I Pertemuan Pertama ................. 37
4.2 Rekapitulasi Hasil Observasi dan Evaluasi Aktivitas Anak Didik
Meningkatkan Kemampuan berhitung anak Pada Siklus I Pertemuan
Pertama ........................................................................................................ 30
4.3 Hasil Observasi dan Evaluasi Aktivitas Anak Didik Meningkatkan
Kemampuan Berhitung anak Pada Siklus I Pertemuan Kedua .................... 34
4.4 Rekapitulasi Hasil Observasi dan Evaluasi Aktivitas Anak Didik
Meningkatkan Kemampuan berhitung Anak Pada Siklus I Pertemuan Kedua
..................................................................................................................... 45
4.5 Hasil Observasi dan Evaluasi Aktivitas Anak Didik Meningkatkan
Kemampuan berhitung anak Pada Siklus II Pertemuan Pertama ................ 52
4.6 Rekapitulasi Hasil Observasi dan Evaluasi Aktivitas Anak Didik
meningkatkan Kemampuan Berhitung Anak Pada Siklus II Pertemuan
Pertama ........................................................................................................ 53
4.7 Hasil Observasi dan Evaluasi Aktivitas Anak Didik Meningkatkan
Kemampuan berhitung Pada Siklus II Pertemuan Kedua ..................................... 58
4.8 Rekapitulasi Hasil Observasi dan Evaluasi Aktivitas Anak Didik
Meningkatkan Kemampuan berhitung Anak Pada Siklus II Pertemuan
Kedua ................................................................................................. 60
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Kisi-kisi Instrument
Kisi-kisi Instrument Penilaian anak dan guru
Kisi-kisi Instrument Penilaian aktivitas anak
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (Rpph)
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian Siklus I Pertemuan I
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian Siklus I Pertemuan II
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian Siklus II Pertemuan I
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian Siklus II Pertemuan II
Gambar Media Belajar Ular Tangga
Hasil Observasi Penilaian Anak (ceklis) dan Guru Siklus I dan Siklus II
Dokumentasi
Lampiran 2
Surat Pengantar Dari TU
Surat Pengantar Dari Lp3m
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING. ........................................................ iii
SURAT PERNYATAAN ....................................................................... iv
SURAT PERJANJIAN ........................................................................... v
MOTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................ vi
ABSTRAK ............................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................. 7
A. Kajian Pustaka ............................................................................... 7
1. Penelitian Relevan .................................................................... 7
2. Teori Bahasa ............................................................................. 10
3. Kemampuan Berbicara ............................................................. 19
4. Metode Sosiodrama .................................................................. 24
xii
B. Kerangka Pikir .............................................................................. 32
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................ 34
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian.................................................... 34
B. Fokus Penelitian ............................................................................ 35
C. Setting dan Subjek Penelitian ........................................................ 35
D. Desain dan Prosedur Penelitian ..................................................... 36
0
E. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data ...................................... 38
F. Teknik Analisis Data ..................................................................... 39
G. Indikator Keberhasilan .................................................................. 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 41
A. Hasil Penelitian . ............................................................................. 41
B. Deskripsi Hasil Penelitian .............................................................. 43
C. Pembahasan . .................................................................................. 64
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 68
A. Simpulan ......................................................................................... 69
B. Saran ............................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 70
LAMPIRAN LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan ialah suatu proses belajar seseorang dimana ia akan
mendapatkan ilmu pengetahuan. Selain itu, fungsi Pendidikan yang lain adalah
untuk mengembangkan sikap, watak serta keterampilan untuk memasuki
kehidupan di hari esok dan pada masa yang akan datang. Menurut Undang –
Undang No.20 Tahun 2003 mengenai sistem pendidikan nasional Bab 11 pasal 3,
menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
Negara yang demokrats dan memiliki tanggung jawab.
Anak usia dini merupakan individu yang berbeda, unik, dan memiliki
karakteristik tersendiri sesuai dengan tahapan usianya. Masa usia dini (0-6 tahun )
merupakan masa keemasan (golden age), yang pada masa ini stimulasi seluruh
aspek perkembangan berperan penting untuk tugas perkembangan yang sangat
pesat (eksplorasi).
Mengingat pentingnya masa ini, maka peran stimulasi berupa penyediaan
lingkungan yang kondusif harus disiapkan oleh para pendidik, baik orang tua,
guru, pengasuh, atau orang dewasa lain yang ada di sekitar anak, sehingga anak
memiliki kesempatan untuk mengembangkan potensi. Pengembangan potensi
yang sebenarnya telah dimiliki oleh setiap anak dan merupakan tujuan utama
dalam proses pembelajaran pada anak usia dini. Potensi yang dimaksud ialah
enam aspek perkembangan yang meliputi perkembangan nilai agama dan moral,
sosial emosional, bahasa, kognitif, fisik motorik, dan seni. Pendidikan anak usia
dini diberikan pada awal kehidupan anak untuk dapat berkembang secara optimal.
Salah satu aspek yang harus dikembangkan adalah aspek perkembangan
kognitif, seperti yang tercantum dalam peraturan pemerintah nomor 58 tahun 2009
2
perkembangan kognitif anak usia dini dibagi menjadi tiga tahapan perkembangan
yaitu pengetahuan umum dan sains, konsep bentuk dan ukuran, dan pola, konsep
bilangan, lambang bilangan dan huruf. Oleh karena itu, pemahaman konsep
bilangan merupakan dasar dan pondasi yang kuat bagi anak akan mengembangkan
kemampuan matematika pada tahap selanjutnya yang kompleks.
Permainan ular tangga merupakan salah satu media pembelajaran yang
dapat digunakan untuk mengajarkan cara berhitung pada anak. Kegiatan berhitung
pada anak harus melalui beberapa tahapan, yaitu mampu mengenal angka,
menyebutkan angka dan mengurutkan angka yang pada akhirnya anak akan
mampu melakukan berhitung secara sederhana dengan benar.
Stimulasi yang dapat diberikan pada keterampilan kognitif dan matematika
yang stimulasi yaitu agar anak dapat mengenal lambang dan konsep bilangan,
serta menyebutkan urutan bilangan. Oleh karena itu, permainan ular tangga
disimpulkan bisa membantu meningkatkan skill berhitung kelompok anak usia
dini agar lebih optimal.
Sementara itu, yang terjadi di lapangan berdasarkan pengamatan observasi
awal yang dilakukan pada hari senin tanggal 06-10 Januari pada pukul 09:00-
10:30 terhadap anak kelompok B peneliti menemukan bahwa anak memiliki
kemampuan berhitung yang belum berkembang sesuai dengan usianya. Hal
tersebut dapat dilihat dari proses belajar di kelas kelompok B di TK MENTARI
BONTOA di mana masih ada beberapa anak yang belum mampu mengurutkan
angka dan menyebutkan sedangkan guru sudah mengajarkan mengenalkan dengan
menggunakan pensil yang dimiliki serta menuliskan di atas papan namun ada anak
yang belum mampu.
3
Berdasarkan observasi yang telah saya lakukan pada anak di Tk Mentari
Bontoa dalam hal kemampuan berhitung masih kurang, hal ini dikarenakan
kurangnyya penggunaan media pembelajaran yang dapat meningkatkan dan
menstimulasi kemampuan berhitung anak dala proses pembelajaran.
Adapun hasil wawancara peneliti bersama guru yang ada di TK Mentari
Bontoa tersebut bahwa anak masih kesulitan untuk fokus dan masih banyak yang
sering menggagu temannya karena bosan, tetapi guru juga tidak mempunyai
pilihan macam media yang digunakan. Dalam hal ini faktor yang menyebabkan
kurangnya kemampuan tersebut adalah sebaiknya guru menggunakan media yang
bukan itu-itu saja, sehingga anak tertarik dalam belajar. Sehingga ini perlu adanya
peningkatan proses belajar salah satunya yaitu dengan penggunaan media yang
tepat. Selain penggunaan media dalam belajar atau tentu cara pendidikan anak
usia dini berbeda dengan pendidikan usia dewasa. Perlu diketahui bahwa anak
usia dini TK Mentari Bontoa adalah masa di mana anak suka bermain, sehingga
proses belajarnya harus dengan metode bermain sambil belajar dan belajar sambil
bermain.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis mengangkat penelitian dengan
Judul “ Meningkatkan Kemampuan Berhitung Anak Dengan Menggunakan
Media Belajar Ular Tangga Di Taman Kanak-Kanak Mentari Bontoa”.
Dengan menerapkan media bermain ular tangga mendorong peneliti untuk
digunakan sebagai langkah untuk meningkatkan kemampuan berhitung pada anak
di Tk Mentari Bontoa.
4
B. Masalah Penelitian
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka identifikasi bahwa:
a. kemampuan berhitung pada anak masih kurang
b. guru kurang kreatif dalam memberikan pembelajaran
c. kurangnya pemahaman guru dalam melakukan pendekatan pembelajaran
2. Alternatif Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan masalah tentang kemampuan berhitung anak di
Tk Mentari Bontoa akan dipecahkan melalui alternatif media ular tangga.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah adalah
“apakah dengan menggunakan media permainan ular tangga dapat
meningkatkan kemampuan berhitung pada anak kelompok B di Tk Mentari
Bontoa?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan menggunakan
media permainan ular tangga dapat meningkatkan kemampuan berhitung pada
anak kelompok B di Tk Mentari Bontoa.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai perbendaharaan penelitian dalam mengoptimalkan skill
berhitung anak menggunakan permainan ular tangga.
5
b. Mendukung teori sebelumnya bahwa permainan media ular tangga
sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan anak
dalam berhitung.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi anak didik
1) Untuk menggugah semangat belajar anak.
2) Untuk menciptakan suasana belajar yang lebih mengasyikkan
dengan media yang bervariasi
3) Untuk memaksimalkan kemampuan pada peserta didik dalam ranah
kognitif
b. Bagi guru
1) Agar proses pembelajaran menjadi lebih mudah
2) Untuk menciptakan kesan tidak bosan guru maupun anak didik
karena media pembelajaran tidak menonton dan lebih bervariasi.
c. Bagi kepala sekolah
Sebagai solusi dan pertimbangan dalam pengadaan media belajar ular
tangga.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
1. Penelitian Relevan
a. Skripsi mengenai “Pengembangan Alat Permainan Edukatif (APE)
Marutangga Bilangan Dalam Meningkatkan Kemampuan Berhitung
pada Anak Kelompok B TK/RA Perwanida Tlawong Sawit Boyolali” dari
Mareta Yola. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa produk APE
merutangga bilangan bisa digunakan dalam rangka meningkatkan
kemampuan berhitung dan kualitas produk APE termasuk kategori layak
untuk digunakan sebagai pembelajaran. Sebagaimana hasil validasi ahli
matari terhadap aspek pembelajaran yang mendapat jumlah skor 3.30
dengan persentase 82.7%. Hasil validasi ahli media mendapatkan skor
3.21 dengan persentase 80.2%. Hasil dari ahli guru mendapatkan skor
3.21 dengan peresentase 80%. Adapun hasil uji menunjukkan 20 anak,
pada uji pelaksanaan didapatkan data penilaian terhadap alat permainan
edukatif berjumlah 183 dengan jawaban ya.
b. Jurnal mengenai “Numerical Knowledge in Early Childhood” oleh
Catherine Sophian. Dalam jurnal dikutip bahwa “An analysis of
predictors of academic achievement,based on six longitudinal dat sest,
found that childern’s math skills at school entry predicted subsequent
school performance more strongly than did early reading
skills,attentional skills or socioemotional skills”
7
Berdasarkan analisa mengenai estimasi presentasi akademik
berdasarkan 6 data longitudinal disebutkan bahwa anak dengan skill
matematika pada saat awal masuk sekolah diprediksi akan lebih cepat dalam
memperoleh keterampilan perhatian, sosial emosional dan membaca. Jadi, skill
matematika ini merupakan pondasi penting untuk membentuk skill pendukung
lainnya.
Berdasarkan penjelasan diatas dari penelitian sebelumnya terdapat
perbedaan dari segi lokasi penelitian. Lokasi pada penelitian ini yaitu pada Tk
Mentari Bontoa.
2. Kemampuan Berhitung
a. Pengertian Berhitung
Berhitung ialah salah satu aspek matematika yang dapat digunakan
dalam rangka mencari tahu jumlah benda yang berkaitan dengan sifat
hubungan bilangan nyata dengan perhitungan mereka, utamanya terkait
pengurangan, penjumlahan, pembagian, dan perkalian (Murjayanti,
2012:11). Menghitung sebagai bagian dari matematika, menghitung sering
disebut sebagai aritmetika. Suyanto (2003: 177) mengungkapkan bahwa
menghitung ialah menghubungkan antar benda dengan konsep bilangan
dimulai dari angka 1. Sedangkan, Abdurrahman (2009: 253) menyatakan
bahwa aritmetika merupakan cabang matematika yang berkaitan dengan
sifat hubungan bilangan nyata dengan perhitungan mereka terutama yang
berkenaan dengan pengurangan, penjumlahan, pembagian serta perkalian.
Pengertian lain menurut Susanto (2011:98), berhitung permulaan
merupakan keahlian yang dimiliki oleh anak-anak dalam mengeksplorasi
8
skill, karakteristik perkembangan anak dimulai dari lingkungan terdekatnya,
sejalan dengan perkembangan skill yang dimilikinya, mereka bisa
meningkatkan ke tahap pengertian tentang jumlah, yakni berkaitan dengan
penjumlahan dengan pengurangan.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwasanya aritmetika atau berhitung ialah salah satu ilmu cabang dari
matematika yang mempelajari tentang pengurangan, penjumlahan,
pembagian, serta perkalian dan juga menghubungkan benda dengan konsep
bilangan yang cocok.
b. Tujuan Berhitung Pada Anak Usia Dini
Berhitung yaitu salah satu dari sekian banyak cabang ilmu matematika
yang selalu berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, belajar
berhitung tentu sangat penting bagi anak-anak usia dini sebagai dasar
sebelum naik ke jenjang berikutnya. Menurut Piage (dalam Suyanto
2005:161), salah satu tujuan anak usia dini belajar matematika yaitu sebagai
sarana belajar berpikir logis atau logika-matematika learning dengan cara
yang tidak rumit mengasyikkan, sehingga tujuannya bukan agar peserta
didik dapat berhitung sampai 100 atau 1000, tetapi agar mereka mengerti
kalimat matematika dan bagaimana menggunakannya untuk berpikir.
Berikut ini tujuan umum dan khusus permainan berhitung pada anak
usia dini (Depdiknas, 2007:1) :
1) Tujuan umum
Secara umum, permainan berhitung bagi anak usia dini
bertujuan untuk mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung sehingga
9
suatu saat nanti anak usia dini akan lebih siap menerima materi pelajaran
berhitung pada jenjang selanjutnya yang lebih rumit.
2) Tujuan Khusus
a) Agar anak dapat berpikir sistematis dan logis sejak dini, melalui
observasi terhadap benda konkret atau nyata, angka, atau gambar
yang ada di sekitar anak.
b) Agar anak mampu menyesuaikan diri dan terlibat bersosialisasi
dalam masyarakat yang sehari-harinya tentu memerlukan skill
berhitung.
c) Agar anak memiliki abstraksi, konsentrasi, ketelitian, serta daya
apresiasi yang tinggi.
d) Agar anak memahami konsep ruang dan waktu serta bisa
mengestimasikan probabilitas urutan sesuatu peristiwa yang terjadi
di sekitar.
e) Agar anak lebih kreatif dan imajinatif.
Berdasarkan teori diatas, tujuan umum berhitung lebih memfokuskan pada
aspek global berhitung, yakni memahami dasar-darar konsep sehingga dapat
lebih memudahkan di jenjang selanjutnya, sedangkan pada tujuan khusus
dijelaskan lebih rinci, yakni agar berpikir logis melalui pengamatan benda nyata
di sekitarnya dan juga dapat terlibat dalam lingkungan sehari-hari yang
membutuhkan skill berhitung.
c. Tahapan Berhitung Pada Anak
Pada anak usia dini, pembelajaran berhitung tidaklah secara langsung
memperkenalkan angka dan menjumlahkan angka-angka karena mereka masih
dalam tahap Pra-Operational, untuk itu diperlukan tahapan dalam mengajarkan
10
mereka berhitung. Berikut ini tahap berhitung pada anak usia dini menurut
Susanto (2011: 100):
1) Tahap penguasaan konsep
Diawali dengann ekspresi pada benda-benda konkret yang dapat
dilihat dengan panca indera, seperti pengenalan bentuk dan warna, serta
menghitung bilangan.
2) Tahap transisi
Tahap ini merupakan tahap peralihan dari pemahaman konkret ke
lambang, di mana anak mulai belajar memahami.
3) Tahap pengenalan lambang
Tahap di mana anak telah diberikan kesempatan untuk menulis sendiri
tanpa paksaan, berupa bentuk-bentuk, lambang bilangan, dan lain-lain.
Berdasarkan beberapa tahapan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada
anak usia dini pembelajaran berhitung dapat dilakukan melalui menghitung benda
konkret yang ada sekitarnya, selanjutnya menggunakan lambang bilangan untuk
menunjukkan jumlah benda yang dihitung dan dapat meningkatkan keahlian
berhitung anak usia dini.
d. Pelaksanaan Pembelajaran Berhitung Pada Anak Usia Dini
Karena berhitung pada anak usia dini masih termasuk tahap pra-
operasional, maka tentu hal ini mempengaruhi proses pembelajaran. Telah
dijelaskan sebelumnya bahwasanya dengan menggunakan metode bermain
pembelajaran anak usia dini dapat menjadikan pembelajaran lebih menyenangkan.
Permainan sebagai salah satu cara yang penting dalam proses belajar agar anak
usia dini merasa senang dan pembelajaran lebih menarik sesuai dengan karakter
11
anak usia dini. Permainan berhitung pada anak usia dini dapat dilaksanakan
melalui cara berikut ini (Depdiknas, 2007b:14)
1) Bermain Klasifikasi
Pada permainan ini, anak usia dini diharapkan dapat
mengklasifikasikan suatu benda sesuai jenis, warna, bentuk, serta fungsi
sesuai yang diharapkan oleh tenaga pendidik.
2) Bermain Pola
Anak usia dini diharapkan mampu mengenali dan menyusun pola
yang ada sekitar setelah melihat contoh kemudian membuat pola sesuai
kreativitas. Bermain pola dapat dimulai dari yang sederhana.
3) Bermain Ukuran
Anak usia dini diharapkan dapat mengenali konsep ukuran standar
alamiah seperti besar, panjang, dan tinggi menggunakan alat ukur alami
seperti jari, langkah, jengkal, tali, tongkat, dan sebagainya.
4) Bermain Bilangan
Anak usia dini diharapkan dapat mengenali serta memahami konsep
bilangan, lambang dan transisi sesuai banyaknya benda, pengenalan bentuk
ambang serta mencocokkan dengan lambang bilangan.
5) Bermain Geometri
Diharapkan agar anak usia dini dapat mengenali dan dapat
menyebutkan berbagai benda yang sesuai bentuk geometri disekitarnya
seperti segitiga, lingkaran, oval, segi empat, bujur sangkar, setengah
lingkaran, segi enam, dan lain-lain.
6) Bermain Statistika
12
Anak usia dini diharapkan mempunyai skill untuk mengerti
perbedaan dalam perbandingan dan jumlah dari hasil observasi objek
tertentu.
7) Bermain Estimasi
Anak usia dini diharapkan mampu memprediksi sesuatu seperti
jumlah, ruang, dan waktu, serta terlatih dapat mengantisipasi kemungkinan
yang akan terjadi.
Berdasarkan teori diatas, banyak metode dalam mengajarkan berhitung
pada anak salah satunya dengan bermain bilangan. Dalam permainan tersebut
anak usia dini belajar tentang mencocok jumlah benda dengan simbol angka serta
berhitung sesuai tujuan dari penelitian. Pelaksanaan pembelajaran anak usia dini
bukan dengan memberikan materi serta menjelajahi yang tidak sesuai dengan
tahap pertumbuhan anak usia dini, melainkan dengan mengemasnya dalam bentuk
permainan yang berisi materi yang sudah ditentukan. Skill yang diharapkan dalam
permainan berhitung anak usia dini dapat dilaksanakan melalui penguasaan
konsep, transisi dan lambang yang terdapat semua jalur matematika yang terdiri
dari klasifikasi bilangan, pola, geometri, estimasi, ukuran, dan statistic
(Depdiknas, 2007:14).
3. Pembelajaran Matematika
a. Konsep Matematika Anak Usia Dini
Anak usia dini masih dalam tahapan pra-operasional yang sudah mulai
bisa dikenalkan dengan pelajaran-pelajaran dasar seperti matematika.
Pembelajaran matematika pada anak usia dini tentu memiliki perbedangan dengan
tingkat remaja, di mana pada anak usia dini hanya diberikan pengenalan konsep
13
dasar. Seefeldt dan Wasik (2008:385) mengungkapkan bahwasanya perubahan
dalam pengetahuan matematika memungkinkan anak usia 3-5 tahun mengerti
konsep matematika lewat cara memahami. Pada masa tersebut, anak usia dini
sudah mulai berpikir perihal simbol. Seseorang sudah mulai mengerti bahwa kata-
kata seperti “mari” dan “sama” mewakili seseorang. Seperti halnya anak-anak
yang sudah paham hal-hal abstrak contohnya angka.
Konsep belajar pada anak usia dini lebih menekankan pengenalan awal
dan berhitung secara secara sederhana. Konsep matematika anak usia dini
menurut Suyanto (2003:176), antara lain:
1) Klasifikasi, yakni mengelompokkan benda menjadi beberapa kelompok
untuk matematika bisa berdasarkan pada bentuk /ukurannya.
2) Memilih, membandingkan, kemudian mengurutkan, contohnya memilih
balok yang pendek kemudian diteruskan ke yang lebih panjang sehingga
menjadi urutan dari yang pendek ke yang lebih panjang.
3) Angka, yakni simbol dari kuantitas. Anak usia dini bisa menghubungkan
benda dengan simbol angka.
4) Menghitung, yakni menghubungkan antara benda dengan konsep bilangan
dimulai dari 1, apabila sudah mahir maka anak usia dini sudah bisa
menghitung kelipatan.
5) Ukuran, yakni anak usia dini yang bisa mengukur suatu benda dengan
beragam cara, kemudian dimulai dengan ukuran nonstandar menjadi
ukuran standar.
6) Geometri, yakni mengenali bentuk, volume, luas, dan area.
7) Pola.
14
8) Membuat grafik.
9) Problem Solving, yakni skill memecahkan problem sederhana yang terdiri
dari bilangan dan operasi bilangan.
Berdasarkan penjelasan teori diatas dapat ditarik ke simpulan bahwasanya
mengenalkan angka dan berhitung merupakan konsep dalam pembelajaran
matematika anak usia dini, di mana dijelaskan bahwasanya anak usia dini
menggunakan symbol, seperti angka untuk mempresentasikan benda sekitar yang
dilihat dengan menggantinya dengan angka sesuai jumlah benda tersebut.
b. Prinsip Pembelajaran Matematika Anak Usia Dini
Menurut teori Piaget, proses belajar anak usia dini masih dalam tahap
pra-operasional yaitu mempunyai metode tersendiri san sangat berbeda dengan
orang dewasa. Anak usia dini lebih gampang dalam persentasi lingkungan
menggunakan benda-benda yang nyata. Pembelajaran pada anak usia dini tetap
memakai benda-benda yang nyata serta membutuhkan suasana yang
mengasyikkan. Metematika ialah skill berhitung anak usia dini salah satunya
dengan bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain. Prinsip permainan
berhitung anak usia dini menurut Depdiknas (2007:2), sebagai berikut :
1) Permainan berhitung diberikan secara bertahap, diawali dengan
menghitung benda-benda atau pengawalan konkret yang dialami melalui
pengamatan terhadap alam sekitar.
2) Pengetahuan dan keterampilan pada permainan berhitung diberikan
secara bertahap menurut tingkat kesukarannya, misalnya dari konkret ke
abstrak, mudah kesulitan, dan dari sederhana ke yang lebih kompleks.
15
3) Permainan berhitung akan berhasil jika anak usia dini diberi kesempatan
berpartisipasi dan dirangsang untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.
4) Permainan berhitung membutuhkan suasana menyenangkan dan
memberikan rasa aman serta kebebasan bagi anak usia dini.
5) Bahasa yang digunakan dalam pengenalan konsep berhitung se
yogyakarta bahasa yang sederhana dan jika memungkinkan mengambil
contoh yang terdapat di lingkungan sekitar anak usia dini.
6) Dalam permainan dalam berhitung anak usia dini dapat diklasifikasikan
sesuai tahapan penguasaan, yakni tahap konsep, dan lambang bilangan
serta masa transisi.
7) Dalam melakukan evaluasi hasil perkembangan anak usia dini mestinya
dimulai dari awal hingga akhir kegiatan.
8) Berdasarkan teori tersebut dijelaskan bahwasanya konsep dan prinsip
dalam berhitung anak usia dini dimulai dari hal yang mudah sesuai
perkembangan anak usia dini, metode belajar sambil bermain agar anak
usia dini merasa gembira, dan proses evaluasi dilakukan seluruhnya dari
awal hingga akhir pembelajaran.
c. Komponen Matematika Pada Anak Usia Dini
Salah satu skill kognitif yang seharusnya dikembangkan pada anak
usia dini adalah skill berhitung dalam matematika. Pengenalan matematika
yang memiliki berbagai komponen diberikan dengan cara yang sesuai dengan
karakteristik dan kemampuannya anak usia dini. Anak yang berada pada
bangku Taman Kanak-kanak usia 4-6 tahun yang dalam tahap perkembangan
16
kognitif pada tahap pra-operasional pada umum dikenalkan matematika
berikut ini (Piaget, Jean & Inhelder, Barbel 2010:111):
1) Konservasi (conservation)
2) Bilangan (number)
3) Klasifikasi (classification)
4) Pengurutan (sorting)
5) Waktu dan kecepatan
6) Jarak (distance)
7) Pengukuran (measurement)
8) Pola (pattern)
Berdasarkan teori tersebut dapat disimpulkan bahwa bilangan serta
pengurutan bilangan ialah salah satu unsur matematika yang harus diberikan
pada anak usia dini.
4. Media Belajar Ular Tangga
a. Media Belajar
Kata media berasal dari bahasa latin medium yang secara Bahasa
berarti pengantar atau perantara, sehingga media adalah wahana untuk
menyalurkan informasi belajar atau penyalur pesan (Syaiful Djamarah dan
Aswan Zain, 2002:136).
Menurut Association of Education and Cummunication
Technology, media adalah semua bentuk dan saluran yang dipakaidalam
meninggikan proses belajar anak usia dini dalam pembelajaran yang suatu
saat diharapkan dapat memaksimalkan hasil belajar yang dicapai (Nana
Sudjana dan Ahmad Rivai, 2002:2),
17
Dari teori di atas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya media
belajar merupakan semua yang dapat dipakai sebagai alat untuk
menyampaikan informasi dari pengirim ke penerima dengan merangsang,
rasa, dan perhatian anak didik sehingga proses belajar berlangsung sesuai
yang target diharapkan, khususnya dalam hal ini proses belajar berhitung
untuk anak usia dini TK Mentari Bontoa Kota Makassar. Tujuan, jenis dan
syarat media ular tangga, sebagai berikut:
1) Jenis Media Belajar
Penggunaan media dalam belajar harus disesuaikan dengan
tempat, materi, maupun lingkungan. Menurut Arif S Sadiman
(2006:19), terdapat beberapa jenis media belajar, yaitu:
a) Media Audio, yaitu media yang mengandalkan peran dari indera
pendengaran yang disampaikan melalui lambang auditif secara verbal
dan non verbal.
b) Media Grafis, yaitu media termasuk dalam media visual yang
melibatkan indera penglihatan dan pesan kemudian disampaikan dalam
simbol komunikasi visual dan tercetak.
c) Media Proyeksi Diam, yaitu media yang mempunyai kemiripan
dengan media grafis yang menyajikan rangsangan melalui gambar.
Perbedaan mendasar di antara kedua media tersebut yaitu pada media
grafis secara langsung dapat berinteraksi dengan pesan media yang
bersangkutan. Adapun media proyeksi diam, pesannya harus
diproyeksikan menggunakan proyektor sehingga bisa dilihat oleh
sasaran dalam hal ini anak didik.
18
Media belajar yang dipakai pada penelitian ini tergolong media
grafis, karena pesan belajar yang disajikan mengandalkan indera
penglihatan dan berbentuk simbol gambar tercetak.
2) Tujuan Penggunaan Media
Penggunaan media dalam proses belajar mengajar tentu memiliki
tujuan yaitu membantu menyampaikan informasi kepada penerima atau
anak didik. Secara umum, media dibuat sehingga proses pembelajaran
lebih mudah, efektif dan efisien sesuai peserta didik agar pesan
tersampaikan dengan baik. Hal ini berkaitan dengan pengenalan skill
anak usia dini dalam berhitung, media yang akan digunakan dalam
pembelajaran di Taman kanak-kanak adalah untuk belajar sambil
bermain, karena lingkungan belajar yang penuh tawa dan gerak dapat
dapat terwujud melalui metode bermain dan kegiatan-kegiatan kreatif
serta penggunaan pendekatan edukatif dan rekreatif untuk
menggerakkan keakraban anak usia dini dengan alam sekitarnya. Tujuan
dan fungsi penggunaan media dalam pembelajaran (Sujiono, 2004:8):
a) Sebagai alat bantu
b) Bereksperimen.
c) Merangsang anak usia dini melakukan kegiatan, pikiran, perasaan,
perhatian, dan minat.
d) Mencapai tujuan pendidikan yang optimal
e) Sebagai alat peraga untuk memperjelas sesuatu (menghilangkan
verbalisme).
f) Menyelidiki atau meneliti.
g) Mengembangkan imajinasi.
h) Melaksanakan tugas yang diberikan.
19
i) Di gunakan sebagai alat permainan.
j) Melatih kepekaan berpikir.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwasanya
fungsi dan tujuan adanya media dalam rangka mengembangkan berhitung
pada anak ialah untuk mengaplikasikan media yang dapat menyentuh sisi
berhitung anak usia dini, sehingga media tersebut mampu menyatu dan
cocok dengan karakteristik anak.
3) Syarat Media Belajar Anak Usia Dini
Media pembelajaran pada anak usia dini tentunya memiliki aturan
tersendiri. Telah dijelaskan bahwasanya pada anak usia dini proses
pembelajaran dikombinasikan dengan bermain. Untuk itu, media belajar
usia dini harus cocok dengan karakter anak usia dini, materi belajar, dan
tidak menimbulkan bahaya bagi mereka. Menurut Sujiono (2004:9),
beberapa syarat media belajar untuk mengembangkan berhitung anak usia
dini sebagai berikut :
a) Menyenangkan dan menarik dari segi warna maupun bentuk
b) Ukuran sesuai anak usia dini
c) Tumpul
d) Bisa memanipulasikan
e) Tidak membahayakan anak usia dini
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa media
untuk anak usia dini yaitu menarik, tidak membahayakan, dapat
memanipulasi dan ukurannya disesuaikan dengan perkembangan anak-anak.
b. Ular tangga
Ular tangga diartikan sebagai permainan untuk anak usia dini dimana
terdapat 2 orang pemain atau lebih. Secara mendasar, ular tangga
20
merupakan alat bermain anak usia dini yang dapat dikemas menjadi media
belajar dalam menyampaikan materi tertentu. Menurut Francisca (2008:18),
permainan ular tangga ialah permainan papan yang terbuat diatas media dua
dimensi yang dimainkan oleh 3 orang atau lebih. Papan permainan dibagi
dalam kotak-kotak kecil, beberapa ular dan tangga digambar di beberapa
kotak yang terhubung dengan kotak yang lain.
Berdasarkan pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya
permainan ular tangga ialah bentuk permainan papan yang digambar kotak-
kotak serta memiliki beberapa gambar ular dan tangga yang
menghubungkan satu kotak dengan kotak yang lain, kemudian permainan
ini bisa dimainkan 2 orang atau lebih. Secara tidak langsung, permainan ini
dapat membentuk karakter anak, sehingga perlu dikembangkan melalui
pengarahan yang dilakukan oleh guru maupun orang tua. Permainan dapat
dimainkan oleh orang tua bersama anak atau guru bersama anak didiknya
pada waktu senggang. Dengan permainan ini diharapkan bahwa komunikasi
dan keakraban bisa dijalin dengan lebih baik. Ketika bermain bersama anak
usia dini atau peserta didik, mereka diajarkan apa maksud dan tujuan dari
permainan ular tangga. Menurut Semiawan (2002:21), anak akan lebih
mudah mengingat pada masa kecil daripada ketika sudah dewasa, sehingga
dengan bermain ular tangga, anak usia dini memiliki memori tentang
pelajaran moral dan pendidikan karakter yang ada di dalam permainan ular
tangga. Berikut ini langkah-langkah permainan ular tangga, gambaran dan
kelebihan serta kekurangannya:
1) Langkah-Langkah Permainan Ular Tangga Dan Gambar
Media ular tangga yang digunakan untuk penelitian berbentuk
kotak yang dicetak diatas spanduk berukuran 1x1 meter yang dibagi
21
menjadi dua puluh kotak dan setiap kotak diberi gambar dan angka
sesuai urutan 1 sampai 20 agar anak-anak dapat belajar mengurutkan
angka. Permainan dimulai dari kotak pertama yaitu angka satu
(biasanya kiri bawah) kemudian bergiliran melempar dadu, setiap
pemain menjalankan langkah sesuai mata dadu yang muncul. Poin yang
berhenti di kotak yang bergambar ujung tangga, maka bisa langsung
naik ke ujung tangga satunya, jika berhenti di kotak yang bergambar
ujung ular maka harus turun ke ujung satunya. Pemain dikatakan
menang apabila telah mencapai kotak terakhir lebih dulu.
Media ular tangga dalam penelitian ini menyertakan soal di
setiap kotaknya, bertujuan agar setiap anak usia dini harus menjawab
soal yang ada. Setiap kotak memiliki tingkatan soal, ada tingkat
mengurutkan (baris pertama), tingkat mencocokkan (baris kedua),
tingkat penjumlahan (baris ketiga), tingkat pengurangan (baris
keempat). Pertanyaan harus dijawab oleh anak usia dini sesuai nomor
kotak di mana poin terhenti, apabila anak usia dini tidak dapat
menjawab, maka poin akan kembali ke kotak semula.
1.1 Gambar media belajar ular tangga
2) Kelebihan dan kekurangan media ular tangga
22
Kelebihan dari permainan ular tangga menurut Sri Rahayu
(2013:46):
a) Permainan ini termasuk permainan yang mengasyikkan bagi anak-
anak karena mereka terlibat langsung dalam permainan.
b) Permainan ini sangat fleksibel karena dapat disesuaikan dengan
materi yang akan diajarkan.
c) Penggunaan media belajar ini dapat menstimulasi anak usia dini
untuk belajar problem solving sederhana tanpa disadari anak.
d) Mengembangkan bahasa anak usia dini khususnya menambah
kosakata yang ada sekitar.
e) Mengembangkan interaksi dan komunikasi anak-anak karena
bermain secara berkelompok.
f) Meningkatkan perkembangan motorik anak karena permainan ini
melibatkan fisik anak usia dini secara langsung.
Sedangkan kekurangan dari permainan ini yaitu :
a) Kurangnya pemahaman mengenai aturan bermain dapat
menimbulkan kericuhan.
b) Memerlukan tempat yang luas agar anak lebih leluasa ketika
melakukan permainan.
5. Meningkatkan keahlian berhitung anak dengan menggunakan media
belajar ular tangga
Menurut teori dari Khadijah (2016:143), kemampuan berhitung
ialah kemampuan yang dimiliki oleh setiap anak dalam matematika,
kegiatan yang dilakukan dalam berhitung dalam anak dengan cara
23
mengurutkan bilangan atau membilang serta mengenai jumlah untuk
menumbuh kembang, keterampilan yang sangat diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari. Pembelajaran berhitung merupakan salah satu cabang
matematika yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Skil
berhitung pada anak usia dini sangatlah penting dalam rangka pengenalan
dasar sebelum menuju ke jenjang pendidikan selanjutnya, sehingga anak
usia dini tidak merasakan kesulitan nantinya.
Permainan ular tangga adalah bentuk permainan yang berbentuk
papan yang digambar kotak-kotak dan terdapat beberapa gambar tangga dan
ular yang menghubungkan kontak satu dengan lainnya, kemudian dapat
dimainkan dua orang atau lebih. Permainan ular tangga dapat membentuk
karakter anak usia dini secara tidak langsung, sehingga perlu dikembangkan
melalui arahan yang oleh guru atau orang tua. Permainan ini bisa dimainkan
oleh orang tua bersama anaknya ataupun guru bersama anak didiknya pada
waktu senggang. Diharapkan komunikasi dan keakraban bisa dibangun
melalui permainan ini. Ketika bermain bersama anak atau peserta didik,
mereka diajarkan maksud dan tujuan dari permainan ular tangga.
B. Kerangka Pikir
Belajar ialah suatu proses seseorang dari tidak tahu menjadi tahu
melalui proses penyampaian pesan-pesan atau pengetahuan dan juga dapat
mengubah perilaku seseorang menjadi lebih baik. Ada banyak metode yang
bisa dilakukan oleh guru dalam menyampaikan pesan belajar, salah satunya
melalui media pembelajaran atau permainan. Dewasa ini, penggunaan media
24
dalam proses belajar mengajar sangatlah penting kontribusinya dalam
menunjang tercapainya tujuan belajar yang hendak dicapai.
Sebagaimana telah dijelaskan bahwasanya pada masa prasekolah
(PAUD) karakter anak didik merupakan usia bermain, sehingga metode
belajarnya adalah belajar sambil bermain dan bermain sambil belajar. Salah
satu faktor yang dapat menunjang tercapainya hasil belajar adalah penggunaan
media yang tepat dan menarik, sehingga akan memicu minat dan semangat
belajar anak-anak usia dini.
Pesan belajar akan lebih mudah diterima anak-anak apabila
menggunakan media yang dapat merangsang minat belajar anak usia dini
seperti media ular tangga, sehinga dapat meningkatkan skill anak usia dini TK
Mentari Bontoa Kota Makassar dalam berhitung.
25
C. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini ialah penggunaan belajar ular
tangga dapat meningkatkan kemampuan berhitung pada anak usia dini di TK
Mentari Bontoa Kota Makassar.
Kemampuan Berhitung
Anak usia dini Kelompok B2
masih rendah
Pembelajaran Taman Kanak-
Kanak Tk Mentari Bontoa Kota
Makassar
Indikator Kemampuan Berhitung
1. Dapat menggunakan gambar sebagai
naik dan turun
2. Dapat mengenal benda dengan dadu
3. Dapat menunjukkan gambar yang
sama
4. Dapat membedakan gambar sebagai
pengetahuan bentuk
5. Dapat menyebutkan angka dengan
mengangkat jari sebagai pengetahuan
membilang
6. Dapat mengurutkan angka sebagai
pengetahuan mengenal lambang
bilangan
Anak usia dini
Hasil Penelitian
Tindakan untuk meningkatkan
kemampuan anak dalam
berhitung menggunakan media
permainan ular tangga
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan kelas adalah proses pengkajian
masalah pembelajaran dalam kelas melalui refleksi diri dan upaya untuk
memecahkan dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana
dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dan tindakan tersebut.
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan TK Mentari Bontoa Kota Makassar pada
kelompok B2 yang berlokasi jln.Abd Kuddus Bontoa. Dengan subjek
penelitian seluruh anak didik pada kelompok B2 TK Mentari Bontoa
sebanyak 10 anak 5 laki-laki dan 5 perempuan.
C. Faktor Yang Diselidiki
1. Faktor proses
Pada penelitian ini berdasarkan faktor prosesnya, yang akan diteliti
adalah antusias atau kreativitas anak usia dini dalam mengikuti pembelajaran
selama proses pembelajaran tersebut berlangsung.
2. Faktor Hasil
Pada penelitian ini berdasarkan faktor hasil, yang akan diteliti adalah
kemampuan berhitung anak usia dini Tk Mentari Bontoa Kota Makassar.
27
D. Prosedur Tindakan
Prosedur tindakan pada penelitian ini tentang langkah-langkah saat
melaksanakan penelitian. Adapun tahapan dalam prosedur rencana tindakan,
yaitu :
1. Siklus I
a. Perencanaan
Persiapan rencana yang akan dilakukan dalam tahapan perencanaan
penelitian ini adalah
1) Membuat dan menyusun perencanaan pembelajaran harian sesuai
dengan pada hari TK Mentari Bontoa Kota Makassar.
2) Mempersiapkan kelas yang akan digunakan untuk pembelajaran
3) Menyiapkan media pembelajaran serta yang dibutuhkan dalam proses
pembelajaran melalui penerapan media bermain ular tangga.
4) Menyiapkan instrument penilaian berupa lembar observasi yang akan
digunakan dalam penerapan media belajar ular tangga.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan merupakan implementasi atau penerapan rancangan yaitu
melakukan tindakan di kelas. Pada tahapan ini guru harus ingat dan taat pada
rencana yang sudah disepakati dan dirumuskan oleh guru dan peneliti. Pada
tahapan ini guru melaksanakan kegiatan sesuai dengan rancangan
pelaksanaan pembelajaran harian dan prosedur penelitian yang telah disusun
bersama. Guru sebagai pelaksana tindakan dan peneliti sebagai pengamat
jalannya proses tindakan.
28
c. Observasi dan Pengamatan
Pelaksanaan observasi oleh peneliti dilakukan pada saat tindakan
sedang berlangsung. Jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama.
Pada penelitian ini peneliti bertindak sebagai observer. Selama proses
pembelajaran berlangsung peneliti mengamati proses pembelajaran dengan
penerapan media belajar ular tangga. Peneliti mengamati anak usia dini serta
guru ketika pembelajaran dalam menggunakan media belajar ular tangga
dilakukan. Pengamatan dalam proses penerapan permainan berlangsung
dilakukan oleh peneliti untuk mengamati aspek kemampuan berhitung anak
yang ada pada anak usia dini. Kegiatan tersebut dilakukan untuk
mengumpulkan data yang akan di olah untuk menentukan tindakan yang akan
dilakukan selanjutnya.
d. Refleksi
Refleksi kegiatan merupakan kegiatan yang akan dilakukan untuk
mengemukakan kembali apa yang sudah tejadi. Istilah refleksi dilaksanakan
ketika guru sebagai pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian
berhadapan dengan peneliti dan subjek penelitii, untuk bersama-sama
mendiskusikan implementasi rancangan tindakan, guru dan peneliti
melaksanakan analisi peneliti melakukan refleksi sekitarnya tehadap
kekurangan atau kelebihan. Kemudian guru dan peneliti mencari solusi
terhadap kekurangan tersebut untuk perbaikan pada siklus selanjutnya.
29
2. Siklus II
Siklus II ialah suatu perbaikan dari hasil refleksi yang akan dilakukan
pada siklus sebelumnya yaitu siklus 1
a. Perencanaan
Kegiatan yang peneliti akan lakukan pada tahap ini sebagai berikut:
1) Membuat perencanan kemampuan berhitung anak usia dini mulai dari
usia 5-6 tahun dengan menggunakan media belajar ular tangga serta
membuat perangkat pembelajaran berupa rencana pelaksanaan
pembelajaran.
2) Menyiapkan bahan pengenalan kemampuan berhitung anak usia
dini.yaitu media belajar ular tangga
3) Menyusun tujuan pembelajaran untuk peserta didik dan membuat
rencana strategi pembelajaran
4) Menyusun instrumen penilaian untuk dslam menilai kemampuan
berhitung peserta didik.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan yaitu dengan menerapkan media belajar ular
tangga pada kemampuan berhitung dan menyesuaikan RPPH yang telah
dibuat,. Tahapan ini terdiri dari :
1) Guru menanyakan kabar peserta didik
2) Guru menjelaskan apresiasi mengenai hubungan antara materi
sebelumnya atau dengan kata lain mengaitkannya dengan pengalaman
yang dimiliki oleh peserta didik
3) Guru meminta peserta didik menunjukkan angka-angka yang disebut
30
4) Guru mengajak peserta didik memainkan media belajar ular tangga
agar anak dapat menghitung
5) Peserta didik diberikan pertanyaan sesuai dengan jumlah mata dadu
setelah dilempar, sebagai penilaian dalam bentuk observasi bagaimana
kemampuan berhitung anak
c. Observasi
Kegiatan peneliti pada tahap obeservasi, yaitu :
1) Secara langsung mengamati dengan menerapkan media belajar ular
tangga
2) Mengamati perilaku anak usia dini selama proses kegiatan
pembelajaran berlangsung
3) Mengamati kegiatan yang muncul dalam proses pembelajaran dan
melakukan dokumentasi proses kegiatan belajar mengajar yang
berlangsung.
d. Refleksi
Hasil kegiatan pelaksanaan pembelajaran dalam bentuk data di kelas
siklus II dianalisis. Kemudian, hasil analisis akan dijadikan sebagai bahan
refleksi dalam artian merenungkan apa yang terjadi selama kegiatan
pembelajaran berlangsung serta apa saja kekurangan dan kelebihan saat
menerapkan tindakan pembelajaran. Hasil ini yang akan menentukan berhasil
tidaknya tindakan yang diimplementasikan. Refleksi dilaksanakan untuk
membuat rencana pembelajaran baru yang akan dilaksanakan.
31
Apabila tindakan yang dilakukan pada siklus II belum memperoleh
hasil yang sesuai target, maka peneliti akan melanjutkan tindakan pada siklus
III
E. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Lembar observasi
Lembar obeservasi digunakan agar peneliti lebih terarah dalam
melakukan observasi. Sehingga hasil ada yang di dapatkan mudah di olah.
Lembar observasi tersebut digunakan untuk mengetahui kemampuan
berhitung anak usia dini melalui media belajar ular tangga.
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini tehnik pengumpulan data yang digunakan
adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.
1. Observasi
Metode observasi dilakukan dengan cara mengamati dan mencari
semua aktivitas anak usia dini pada proses penerapan media belajar ular
tangga.
2. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan sebuah cara yang dilakukan untuk
menyediakan dokumen-dokumen dengan menggunakan bukti yang akurat
dari pencatatan sumber-sumber informasi khususnya dari karangan/tulisan,
buku, undang-undang dan sebagainya.
G. Teknk Analisi Data
32
Data adalah catatan penilaian, baik yang berupa fakta maupun
angka-angka. Data yang diperoleh dan dikumpulkan dan dianalisis terlebih
dahulu dengan maksud untuk membuktikan ada tidaknya. Dengan adanya
analisis data ini, maka dapat diketahui seberapa besar peningkatan
kemampuan berhitung setelah diberikan tindakan melalui penerapan media
belajar ular tangga. Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas, ada dua
data yang dapat digunakan yaitu :
1. Data kualitatif
Data kualitatif yaitu informasi yang berbentuk kalimat yang
memberi gambaran tentang tingkat pemahaman terhadap sesuatu,
pandangan atau sikap anak usia dini terhadap metode belajar yang baru
yang dapat dianalisis secara kualitatif.
2. Data Kuantitatif
Data Kuantitatif yaitu data yang dapat di analisis secara dekskriptif
menggunakan analisis statistik deskriptif (mengitung rata-rata
perkembangan anak usia dini berdasarkan skor yang di peroleh dari lembar
observasi).
Penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif kuantitatif
yaitu mencoba menggambarkan keadaan yang sebenarnya dan di
deskripsikan dalam bentuk narasi sesuai hasil pengamatan. Data juga
dianalisis menggunakan deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar dari perlakuan yang diberikan guru.
Tujuannya yaitu untuk mengetahui peningkatan kemampuan berhitung
anak usia dini setelah diberikan media belajar ular tangga. Rumus yang
33
digunakan dalam analisis data dekriptif kuantitatif sederhana untuk
mencari presentasi, mengacu pada pendapat Sujiono (2006:43), yaitu
sebagai berikut:
P =
x
P = Angka Presentasi
f = frekuensi yang sedang dicari PRESENTASiNYA
n = jumlah presentasi/banyaknya individu/indikator
H. Indikator Keberhasilan
Sesuai dengan indikator keberhasilan, penelitian tindakan kelas ini
dinyatakan berhasil apabila ada perubahan atau peningkatan terhadap hasil
belajar yang di peroleh anak setelah diberikan tindakan. Penelitian ini
dikatakan berhasil, jika 70% anak berada pada tingkat kemampuan berhitung
anak usia dini dalam penerapan media pembelajaran ular tangga.
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Pemaparan siklus 1
Dalam penelitian ini, terdapat 4 tahapan pada siklus 1, yaitu tahap
perencanaan, tindakan, pengamatan (observasi) dan refleksi. Pada siklus ini
dilaksankan sebanyak dua kali pertemuan. Pertemuan yang pertama dilaksanakan
pada hari Senin, 12 Oktober 2020, kemudian pertemuan yang kedua dilaksanakan
pada hari kamis tanggal 15 Oktober 2020. Berikut merupakan deskripsi
pelaksanaan penelitian siklus I.
a. Perencanaan
1) Menentukan Tema
Dalam menentukan tema yang akan digunakan, peneliti menyesuaikan
tema yang ada TK Mentari Bontoa. Tema yang dipilih adalah tema
“kebutuhanku”, sub tema “buah “, sub-sub tema “macam-macam buah”.
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)
Rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) ini disusun oleh
peneliti yang bekerja sama dengan pendidik.
3) Menyiapkan media
Sebelum penelitian dilakukan, peneliti telebih dahulu menyiapkan
medianya. Media yang disiapkan antara lain papan permainan ular tangga beserta
perlengkapannya, seperti dadu dan kartu soal sesuai dengan nomor petak. Papan
permainan media belajar ular tangga ini berukuran 1 kali 1,5 meter dan terdapat
gambar-gambar buah-buahan sebagai background.
35
4) Mempersiapkan Instrumen
Peneliti ini menggunakan lembar observasi berbentuk ceklis. Lembar
observasi digunakan untuk mengukur Peningkatan kemampuan berhitung anak
usia dini pada proses pembelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
1) Pertemuan pertama, siklus I/Senin 12 Oktober 2020
Proses tindakan pertemuan pertama siklus I terdiri dari kegiatan awal,
inti dan akhir. Pertemuan pertama siklus 1 ini menggunakan tema “kebutuhanku”,
sub “buah”, sub-sub tema “macam-macam buah”. Pelaksanaan tindakan
dilakasankan pada hari senin 12 Oktober 2020, deskripsi pertemuan pertama
sebagai berikut :
a) Kegitan Awal
Langkah pertama anak-anak berbaris didepan kelas setelah berbunyi
suara bel, dilanjutkan dengan kegiatan motorik yaitu jalan ditempat lalu bernyanyi
(lagu Ayo berbaris dan Lonceng berbunyi). Pada tahap awal pelaksanaan kegiatan
pembelajaran didahului dengan mengucapkan salam terlebih dahulu dan berdoa
bersama (doa sebelum belajar) kemudian guru mengajak peserta didik membaca
surah-surah pendek (surah Al-Fatihah, Al-Ikhlas ,dan An-Naas), selanjutnya guru
mengajak peserta didik untuk bernyanyi (lagu macam-macam buah), guru
mengkomunikasikan sub-sub tema yaitu: “Macam-macam buah”.
b) Kegiatan Inti
Guru telah memberikan waktu kepada peneliti untuk melakukan
kegiatan proses belajar mengajar menggunakan media ular tangga yang akan
digunakan. Peneliti membagi siswa menjadi 5 kelompok, masing- masing
beranggotakan 2 anak. Peneliti menyiapkan media ular tangga, kemudian
dilanjutkan dengan menjelaskan cara bermain media ular tangga tesebut. Jika
36
anak-anak telah memahami cara serta aturan permainan, anak mulai bermain
media belajar ular tangga dan dibantu oleh guru dan peneliti. Soal dalam
permainan tersebut terdiri dari soal, mencocokkan jumlah benda, mengurutkan
angka, penjumlahan dan pengurangan sesuai nomor yang tertera di kartu soal.
c) Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir merupakan kegiatan yang akan dilakukan setelah proses
permainan telah selesai berdasarkan waktu yang sudah ditentukan. Guru Bersama
peneliti mengajak peserta didik untuk bertepuk tangan sebagain apresiasi
keberhasilan proses pembelajaran di hari itu. Guru mengapresiasi setiap kelompok
yang meraih level tertinggi dalam permainan. Guru berdiskusi dengan peserta
didik mengenai pembelajaran hari ini sekaligus mengulas pembelajaran dengan
media ular tangga, selanjutnya guru bertanya kepada peserta didik, perasaan
ketika melakukan kegiatan, sertamemberi pertanyaan mengenai gambar apa saja
yang tertera pada gambar permainan ular tangga, membaca doa harian (doa
keselamatan dunia akhirat, doa kedua orang tua, serta doa keluar rumah) dan
pesan-pesan untuk anak dan selanjutnya guru mengajak anak bernyanyi (lagu
gelang sepatu gelang) membaca doa sebelum pulang (surah Al-Asr), salam dan
pulang.
c. Observasi
a) Observasi Anak
Tahap ini merupakan tahap di mana peneliti dapat menilai tujuan
pembelajaran yang telah dicapai. Pengamatan dilakukan oleh peneliti di dalam
kelas, yakni pada saat penyelenggaraan proses pembelajaran oleh guru. Pada saat
guru menjelaskan beberapa peserta didik berusaha memahami dan menyimak
yang disampaikan, namun terdapat peserta didik yang tidak focus. Hal ini terbukti
ada beberapa anak sibuk cerita dengan teman kelompoknya. Oleh karena itu ada 6
37
anak belum berkembang, 4 anak mulai berkembang, oleh karena itu pendidik
lebih menekankan untuk memberikan pengarahan tentang peraturan dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran media
belajar ular tangga agar anak mulai paham setiap aturan pelaksanaan kegiatan
pembelajaran meskipun belum seluruhnya optimal.
Adapun hasil observasi aktivitas anak usia dini meningkatkan
kemampuan berhitung anak pada Siklus I pertemuan pertama yang disajikan
dalam Tabel di bawah ini :
Tabel 4.1. Hasil Observasi dan Evaluasi Aktivitas Anak Didik Meningkatkan
Kemampuan Berhitung Peserta Didik Pada Siklus I Pertemuan
Pertama
No Nama Anak
Didik
Skor
P. 1 Persentase
Skor
P.2 Persentase Kriteria
1 Naura
7 42% 9 54% Kurang/ Mulai
Berkembang(MB)
2 Kanza
6 36% 7 42% Kurang/ Mulai
Berkembang(MB)
3 Nabila
7 42% 9 54% Kurang/Mulai
Berkembang (MB)
4 Dila
6 36% 8 48% Kurang/Mulai
Berkembang (MB)
5 Fiqa
6 36% 7 42% Kurang/ Mulai
Berkembang(MB)
6 Aska
7 42% 8 48% Kurang/Mulai
Berkembang(MB)
7 Kevin
6 36% 8 48% Kurang/Mulai
Berkembang(MB)
8 Rafi
6 36% 9 54% Kurang/Mulai
Berkembang(MB)
9 Abdi
6 36% 9 54% Kurang/Mulai
Berkembang(MB)
10 Naufal
7 42% 8 48% Kurang/Mulai
Berkembang(MB)
Rata-Rata Persentase Aktivitas Anak Didik Meningkatkan
Kemampuan berhitung anak Pada Siklus I 49,2%
Kurang/Mulai
Berkembang
38
(MB)
Ket : Skor Pertemuan 1(Skor.P.1)
Skor Pertemuan 2(Skor.P.2)
Dari tabel hasil observasi dapat diketahui pencapaian meningkatkan
kemampuan berhitung anak dikelompok B2 pada siklus I menggambarkan bahwa
dari 10 anak ada 2 anak yang memiliki kriteria belum berkembang karena pada
saat menjalankan permainan media belajar ular tangga dan memberi soal
berhitung berupa lembaran teks kepada masing-masing anak belum bisa dan sibuk
cerita dengan temannya, tidak mengikuti peraturan yang sudah dijelaskan oleh
karena di mana pada saat anak berjalan tidak sesuai dengan jumlah point yang di
dapat. 4 anak kriteria mulai berkembang karena di mana pada saat anak berjalan
mengurutkan angka yang di dapat pada saat melempar dadu dari awal star menuju
angka selanjutnya ke arah kanan dan jika mendapatkan tangga maka anak tersebut
naik ke angka selanjutnya tetapi mendapatkan ular maka anak tersebut turun ke
angka yang lebih rendah. Sudah mulai mematuhi aturan yang telah dijelaskan oleh
pendidik.
Ada 4 anak yaitu Naura, Nabila, Rafi dan Abdi memiliki kriteria
berkembang sesuai harapan karena di mana sudah bisa menyebutkan,
mengurutkan, menunjukkan lambang bilangan tanpa harus di ingatkan dan di
bimbing oleh peneliti serta sudah dapat membantu temannya. Pada saat melempar
dadu Naura, Nabila, Rafi dan Abdi sangat bersemangat dan berjalan sesuai jumlah
titik yang didapat pada dadu. Mematuhi aturan karena pada saat mendapatkan ular
di nomor 10 Naura langsung menurunkan rafi di bawah ke nomor 3. Nabila pada
39
saat mendapatkan anak tangga di nomor 7 langsung naik ke nomor 13 tanpa harus
ditanya.
Dari tabel hasil observasi dan evaluasi aktivitas, peserta didik
meningkatkan skill berhitung anak dengan bantuan ular tangga pada pertemuan
kesatu dan pertemuan kedua, pada siklus I diatas dapat disajikan melalui Tabel
dibawah ini:
Tabel 4.2. Rekapitulasi Hasil Observasi dan Evaluasi Aktivitas Anak Didik
Meningkatkan Kemampuan Berhitung anak Pada Siklus I
Pertemuan Pertama
No Kriteria
Jumlah
Anak
Didik
Persentase Skor
1 Tidak Baik/ Belum Berkembang (BB)
2 Kurang /Mulai Berkembang (MB) 10 49,2 % 492
3 Cukup /Berkembang Sesuai Harapan(BSH)
4 Baik /Berkembang Sangat Baik (BSB)
Rata-rata persentase aktivitas anak didik meningkatkan
kemampuan berhitung anak pada siklus I
49,2%
Berdasarkan Tabel rekapitulasi data hasil aktivitas dan evaluasi anak
didik untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak pada pertemuan kesatu,
pertemuan kedua pada siklus I mengalami sedikit peningkatan. Dari 10 anak ada 2
anak memiliki kriteria belum berkembang yaitu Kanza dan Afiqa karena
memperoleh jumlah skor 7.
a. Observasi Guru
Hasil observasi terhadap kegiatan guru merupakan suatu gambaran
keterampilan guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran dengan meningkatkan
kemampuan berhitung pada anak. Observasi dilakukan oleh peneliti dengan
menggunakan lembar observasi guru yang ada pada lampiran, bentuk penilaian
yang digunakan yaitu ceklis dengan kriteria penilaian Ya/Tidak. Diberi ceklis Ya
40
apabila guru melakukan tindakan, diberi ceklis Tidak apabila guru tidak
melakukan tindakan. Hasil observasi terhadap aktivitas guru pada siklus I
pertemuan pertama sebagai berikut :
1) Pada pijakan sebelum bermain, guru melakukan tindakan dalam
menyiapkan karpet agar anak duduk berkelompok di karpet.
2) Pada pijakan selama bermain, guru melakukan tindakan yaitu
memberikan penjelasan kepada anak tentang permainan yang akan
dilakukan yaitu bermain ular tangga dengan sub tema macam-macam
buah, guru memberikan kesempatan kepada anak untuk memilih teman
yang mulai bermain ular tangga, guru menyiapkan media atau dadu yang
digunakan anak untuk bermain ular tangga, anak mengambil alat dan
dadu yang akan digunakan untuk bermain ular tangga dibantu oleh guru,
dan anak melakukan permainan media belajar ular tangga sebagai media .
3) Pijakan setelah bermain, guru melakukan tindakan dalam
mendokumentasikan kegiatan media belajar ular tangga yang telah
dilakukan serta mendiskusikan kegiatan media belajar ular tangga yang
telah dilakukan dengan anak, kemudian guru tidak melakukan tindakan
dalam membuat ke simpulan dari kegiatan yang sudah dilakukan dan
tidak mendiskusikan kedalam kehidupan sehari-hari.
2. Pemaparan Siklus II
Penelitian pada siklus I, terdiri dari 4 tahapan yaitu tahap perencanaan,
tindakan, observasi dan refleksi, di mana pada siklus ini dilaksanakan 2 kali
pertemuan. Pertemuan pertama berlangsung pada hari Senin, tanggal 12 Oktober
2020, selanjutnya pada pertemuan yang kedua berlangsung pada hari Kamis,
41
tanggal 15 Oktober 2020. Berikut merupakan deskripsi pelaksanaan penelitian
siklus I.
a. Perencanaan
1) Menentukan Tema
Dalam menentukan tema yang akan digunakan, peneliti menyesuaikan
tema yang ada TK Mentari Bontoa. Tema yang diambil adalah tema
“kebutuhanku”, sub tema “buah “sub-sub tema “warna-warna buah”.
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)
Rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) ini disusun oleh
peneliti yang bekerja sama dengan pendidik.
3) Menyiapkan media
Sebelum penelitian dilakukan, peneliti menyiapkan media untuk kegiatan
pembelajaran yaitu media belajar ular tangga
4) Mempersiapkan Instrumen
Peneliti menggunakan lembar observasi yang berbentuk ceklis. Lembar
observasi digunakan untuk mengukur meningkatkan kemampuan berhitung anak
pada proses pembelajaran.
b. Tahap Tindakan
Proses tindakan siklus I pertemuan kedua terdiri dari kegiatan awal, inti
dan akhir. Siklus I pertemuan kedua menggunakan tema “kebutuhanku”, sub tema
“buah”, sub-sub tema “warna-warna buah”. Pelaksanaan tindakan dilakasankan
pada hari kamis 15 Oktober 2020, deskripsi pertemuan kedua sebagai berikut :
a) Kegitan Awal
42
Langkah pertama anak-anak berbaris didepan kelas setelah bel
berbunyi, dilanjutkan dengan kegiatan motorik dengan jalan ditempat serta
bernyanyi (lagu lonceng berbunyi dan ayo berbaris). Pada tahap awal
pelaksanaan kegiatan pembelajaran didahului dengan mengucapkan salam
terlebih dahulu dan berdoa bersama (doa sebelum belajar) kemudian guru
mengajak peserta didik membaca surah-surah pendek (surah Al-Fatihah, Al-
Ikhlas ,dan An-Naas), selanjutnya guru mengajak peserta didik untuk tepuk
buah (tepuk buah), guru mengkomunikasikan sub-sub tema yaitu: “warna-
warna buah”
b) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti guru sudah memberikan waktu kepada peneliti
untuk melakukan kegiatan proses belajar mengajar dengan kegiatan permainan
media belajar ular tangga, langkah yang dilakukan guru dan peneliti untuk
melihat kemampuan berhitung anak yaitu:
1) Anak-anak diberi penjelasan tentang permainan yang akan dilakukan,
yaitu bermain ular tangga dengan sub-sub tema warna-warna buah.
2) Guru membagi anak menjadi 5 kelompok dan dalam 1 kelompok ada
2 anak dan ada anak yang berjalan diatas media belajar ular tangga
sambil melempar dadu, kemudian ada anak yang membantu temannya
menjawab kartu soal.
3) Guru menyiapkan media atau alat yang digunakan anak untuk bermain
ular tangga yang telah di siapkan.
4) Anak berjalan diatas papan media ular tangga sambil melempar dadu
dan membantu temannya untuk menjawab kartu soal.
43
5) Anak melakukan permainan media belajar ular tangga. Naura
berpasangan dengan kanza, aska berpasangan dengan afiqa, nabila
berpasangan dengan kevin, naufal berpasangan dengan ikzan, abdi
berpasangan dengan dila. Kegiatan selanjutnya yang mulai melepar
dadu yaitu nabila, aska, naura, naufal dan abdi, sedangkan yang
membantu temannya untuk menjawab kartu soal sehingga temannya
bisa melanjutkan jalannya yaitu afiqa, kevin, ikzan dan dila.
Kegiatan selanjutnya, yaitu anak mengerjakan lembar kerja dengan
kegiatan menjumlahkan, mengurutkan, mencocokkan dan juga pengurangan.
Sebelum melaksanakan kegiatan guru menjelaskan cara menjumlahkan,
mengurutkan, mencocokkan dan pengurangan dengan benar kemudian guru
membagikan lembar kerja.
c) Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir dilakukan setelah proses belajar di mana anak diajak
duduk melingkar untuk membaca doa sesudah makan. Kemudian dilanjutkan
dengan guru mengajak anak untuk melakukan diskusi tentang pembelajaran hari
ini dan menanyakan bagaimana perasaannya saat melaksanakan kegiatan tersebut.
membaca doa sebelum pulang (doa kedua orang tua kebaikan dunia dan akhirat,
surah Al-Asr, doa keluar rumah/ruangan, doa naik kendaraan), salam dan pulang.
c. Observasi
a) Observasi Anak
Tahap ini merupakan tahap di mana peneliti dapat menilai tujuan
pembelajaran yang telah dicapai. Pengamatan dilakukan oleh peneliti di dalam
kelas, yakni pada saat penyelenggaraan proses pembelajaran oleh guru. Pada saat
guru menjelaskan, beberapa anak berusaha memahami yang disampaikan oleh
44
pendidik dan terdapat anak tidak fokus hal ini terbukti ada beberapa anak sibuk
ngobrol kelompok lain. Oleh karena itu ada 2 anak memiliki persentase 42%, 4
anak memiliki persentase 48% dan 4 anak memiliki presentase 54%, yang
memiliki persentase 54% anak mulai berkembang karena itu pendidik lebih
menekankan untuk memberikan pengarahan tentang peraturan dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan media belajar ular
tangga agar anak mulai paham setiap aturan pelaksanaan kegiatan pembelajaran
meskipun belum seluruhnya optimal.
Adapun hasil observasi aktivitas anak peningkatan kemampuan berhitung
anak pada Siklus I pertemuan kedua yang disajikan dalam Tabel di bawah ini :
Tabel 4.3. Hasil Observasi dan Evaluasi Aktivitas Anak Didik Meningkatkan
Kemampuan Berhitung anak Pada Siklus I Pertemuan Kedua
No Nama Anak Didik Skor Persentase Kriteria
1 Naura
9 54% Kurang/Mulai
Berkembang (MB)
2 Kanza
7 36% Kurang/Mulai
Berkembang (MB)
3 Nabila
9 54% Kurang/Mulai
Berkembang (MB)
4 Dila
8 48% Kurang/Mulai
Berkembang (MB)
5 Afiqa
7 42% Kurang/Mulai
Berkembang (MB)
6 Aska
8 48% Kurang/Mulai
Berkembang (MB)
7 Kevin
8 48% Kurang/Mulai
Berkembang (MB)
8 Rafi
9 54% Kurang/Mulai
Berkembang (MB)
9 Abdi
9 54% Kurang/Mulai
Berkembang (MB)
10 Naufal
8 48% Kurang/Mulai
Berkembang (MB)
Rata-Rata Persentase Aktivitas Anak Didik
Meningkatkan Kemampuan berhitung Anak Pada
Siklus I Pertemuan Kedua
49,2 % Kurang/ Mulai
Berkembang(MB)
45
Dapat diketahui pencapaian peningkatan kemampuan berhitung
anak dikelompok B2 pada siklus I pertemuan kedua menggambarkan bahwa dari
10 anak ada 10 anak yang memiliki mulai berkembang karena di mana pada saat
kegiatan pembelajaran dalam media belajar ular tangga anak mulai mampu
menunjukkan sikap percaya diri dalam bermain meskipun dalam bantuan.
Dari Tabel hasil observasi dan evaluasi aktivitas anak didik
peningkatan kemampuan berhitung pada siklus I pertemuan kedua diatas dapat
disajikan melalui Tabel dibawah ini :
Tabel 4.4. Rekapitulasi Hasil Observasi dan Evaluasi Aktivitas Anak Didik
Meningkatkan Kemampuan berhitung Anak Pada Siklus I
Pertemuan Kedua
No Kriteria Jumlah
Anak Didik Persentase Skor
1 Tidak Baik/ Belum Berkembang (BB)
2 Kurang /Mulai Berkembang (MB) 10 49,2% 492
3 Cukup /Berkembang Sesuai Harapan(BSH)
4 Baik /Berkembang Sangat Baik (BSB)
Rata-rata persentase aktivitas anak didik Meningkatkan
kemampuan berhitung anak pada siklus I pertemuan kedua 49,2% 492
Berdasarkan Tabel rekapitulasi data hasil aktivitas dan evaluasi anak
didik untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak pada siklus I di pertemuan
kedua mengalami sedikit peningkatan. Dari 10 anak ada 2 anak yang memiliki
kriteria belum berkembang yaitu kanza dan afiqa memperoleh jumlah skor 7.
karena pada saat bermain ular tangga belum mampu menunjukkan sikap percaya
diri dalam bermain, belum mampu berjalan sendiri dan menjawab soal kartu tes.
Berdasarkan pelaksanaan sebelum tindakan menunjukkan bahwa
peningkatan kemampuan berhitung anak belum seluruhnya optimal karena masih
46
terdapat anak memiliki kriteria tidak baik/belum berkembang (BB) sebelum
tindakan memperoleh rata-rata persentase 37% yang diperoleh dari keseluruhan
rata-rata yang dimiliki oleh anak. Sedangkan pada siklus I pertemuan pertama
memiliki kriteria tidak baik/belum berkembang (BB) memperoleh rata-rata
persentase 38,4%. Pada siklus I pertemuan kedua memiliki kriteria kurang/mulai
berkembang dengan memperoleh hasil persentase 49,2%. Namun hal ini belum
mencapai kriteria yang diharapkan yaitu kriteria cukup/berkembang sesuai
harapan (BSH), maka peneliti ingin memperbaiki hasil pada pelaksanaan
penelitian ke siklus II.
b) Observasi Guru
Hasil observasi terhadap kegiatan guru merupakan suatu gambaran
keterampilan guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran dengan meningkatkan
kemampuan berhitung anak. Observasi dilakukan oleh peneliti dengan
menggunakan lembar observasi guru yang ada pada lampiran, bentuk penilaian
yang digunakan yaitu ceklis dengan kriteria penilaian Ya/Tidak. Diberi ceklis Ya
apabila guru melakukan tindakan, diberi ceklis Tidak apabila guru tidak
melakukan tindakan. Hasil observasi terhadap aktivitas guru pada siklus I
pertemuan kedua sebagai berikut :
1) Pada pijakan sebelum bermain, guru tidak melakukan tindakan yaitu guru
tidak menyiapkan karpet untuk anak- anak duduk berkelompok
2) Pada pijakan selama bermain, guru melakukan tindakan yaitu memberikan
penjelasan kepada anak tentang permainan yang akan dilakukan yaitu
bermain ular tangga dengan sub tema warna-warna buah, guru
memberikan kesempatan kepada anak untuk memilih yang mulai bermain
47
media ular tangga, guru menyiapkan media atau alat yang digunakan anak
untuk bermain media ular tangga, anak mengambil papan permainan
media ular tangga dan dadu lalu menjelaskan cara bermain media ular
tangga, di bantu oleh guru dan anak melakukan permainan media ular
tangga.
3) Pijakan setelah bermain, guru tidak melakukan tindakan yaitu tidak
mendokumentasikan kegiatan permainan ular tangga yang telah dilakukan
oleh anak, guru tidak melakukan tindakan dalam membuat kesimpulan dari
kegiatan yang sudah dilakukan dan tidak mendiskusikan kedalam
kehidupan sehari-hari.
d. Refleksi Siklus I
Refleksi merupakan kegiatan yang dilakukan pada siklus I oleh peneliti
dan guru pada akhir siklus I. Refleksi dilakukan dalam rangka mengetahui
kendala-kendala yang dialami selama proses pembelajaran pada siklus I. Pada
tindakan siklus I dapat dilihat bahwa sebagian peserta didik kurang kondusif
terutama pada kelompok yang sedang menunggu giliran bermain. Hal ini
disebabkan karena peserta didik terlalu lama menunggu giliran bermain. Masalah
lainnya adalah terdapat anak yang mempunyai karakter pendiam, sehingga mereka
kurang aktif dalam permainan. Adapun kendala-kendala yang terjadi pada siklus I
antara lain:
1) Masih banyak peserta didik yang ramai sendiri ketika kelompok lainnya
melakukan permainan ular tangga.
2) Beberapa anak yang pendiam kurang aktif dalam permainan ular tangga.
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I dapat diketahui bahwa terjadi
peningkatan kemampuan berhitung pada peserta didik, namun masih belum
48
mencapai indikator yang ditentukan, sehingga tindakan siklus II perlu dilakukan.
Penelitian siklus II adalah evaluasi yang dilakukan yang terhadap pelaksanaan
kegiatan pada siklus I. Hasil refleksi berikutnya dapat dijadikan pedoman untuk
melaksanakan kegiatan menggunakan media belajar ular tangga dengan metode
bermain pada siklus II. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa proses kegiatan
pembelajaran menggunakan media ular tangga dinilai dapat memberikan stimulus
untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak.
4. Paparan Siklus II
Pelaksanaan siklus II ini dilaksanakan sebagai bentuk perbaikan pada
siklus I. Media yang digunakan dalam proses pembelajaran ini masih sama yaitu
ular tangga. Penelitian pada siklus II juga berlangsung dua kali pertemuan pada hari
Senin, 19 Oktober 2020. Dalam setiap pertemuan, peserta didik belajar
menggunakan media ular tangga yang dibantu peneliti bersama guru sebagai
pendamping.
a. Perencanaan
1) Menentukan Tema
Tema yang akan digunakan dengan menyesaikan dengan tema yang ada
TK Mentari Bontoa . Tema yang digunakan yaitu tema “binatang ”, sub tema
“binatang darat”, sub-sub tema “macam-macam binatang darat”.
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)
Rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) ini disusun oleh
peneliti yang bekerja sama dengan pendidik.
3) Menyiapkan media
Sebelum penelitian berlangsung, peneliti menyiapkan media untuk
49
kegiatan pembelajaran yaitu media belajar ular tangga seperti gambar dibawah
ini:
4.1 Gambar Media permainan ular tangga
4) Menyiapkan Instrumen
Peneliti menggunakan lembar observasi berbentuk ceklis. Lembar
observasi digunakan untuk mengukur peningkatan kemampuan berhitung anak
pada saat pembelajaran.
b. Tahap Tindakan
Proses tindakan pertemuan pertama siklus II terdiri dari kegiatan awal,
inti dan akhir. Siklus II pertemuan pertama menggunakan tema “binatang”, sub
tema “binatang darat”, sub-sub tema “macam-macam binatang darat” Pelaksanaan
tindakan dilakasankan pada hari senin 19 Oktober 2020, deskripsi pertemuan
pertama sebagai berikut :
a. Kegitan Awal
Langkah awal yang dilakukan yaitu anak-anak berbaris di depan kelas
pada saat bel berbunyi, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan motorik yaitu jalan
ditempat dan bernyanyi (lagu Lonceng berbunyi dan ayo berbaris). Pada tahap
awal pelaksanaan kegiatan pembelajaran didahului dengan mengucapkan salam
terlebih dahulu dan berdoa bersama (doa sebelum belajar) kemudian guru
mengajak peserta didik membaca surah-surah pendek (surah Al-Fatihah, Al-
50
Ikhlas, dan An-Naas), selanjutnya guru mengajak peserta didik untuk bernyanyi
(lagu nama-nama binatang), guru mengkomunikasikan sub-sub tema yaitu:
“Macam-macam binatang darat”.
b. Kegiatan Inti
Pada saat kegiatan inti, guru memberikan waktu kepada peneliti untuk
mengambil alih kegiatan belajar mengajar dengan media belajar ular tangga.
Langkah yang dilakukan guru dan peneliti dalam kegiatan mengenal konsep
bilangan anak yaitu:
1) Guru menyiapkan bahan dengan tujuan meningkatkan kemampuan anak
dalam berhitung yaitu media belajar ular tangga dan dadu yang sudah
disediakan oleh peneliti.
2) Peneliti menjelaskan tata cara dan aturan bermain dan mengenalkan
beberapa binatang darat kepada anak. Peneliti membagi beberapa
kelompok yang setiap kelompok terdiri dari 2 orang anak.
3) Peneliti dan guru mempraktekkan terlebih dahulu cara melaksanakan
permainan media ular tangga selanjutnya anak diminta mempraktekkan
cara melaksanakan pada petak baris pertama (Level 1) anak menjawab soal
mengurutkan angka, petak baris kedua (level 2) anak menjawab soal
mencocokkan angka, petak baris ketiga (level 3) anak menjawab soal
penjumlaha, dan petak baris keempat (level 4) anak menjawab soal
pengurutan.
4) Kegiatan menyebutkan dan membilang 1-20, mengenal lambang bilangan,
menghubungkan konsep bilangan dengan lambang bilanga, membuat
urutan bilangan dengan benda-benda, membedakan dan membuat dua
51
kumpulan benda yang sama jumlahnya, yang tidak sama, lebih sedikit dan
lebih banyak, menyebutkan hasil penambahan dan pengurangan dengan
benda. Setiap anak mendapatkan giliran untuk melempar dadu dan masing-
masing kelompok mengikuti permainan sampai pada kotak terakhir/finish.
Di mana pada saat menjalankan permainan media belajar ular tangga ada 4
anak sibuk cerita dengan teman kelompoknya sehingga tidak berjalan, dan
ada 4 anak mengurutkan angka yang didapat pada saat melempar dadu dari
awal star menuju angka selanjutnya ke arah kanan dan jika mendapatkan
tangga maka anak tersebut naik ke angka selanjutnya tetapi mendapatkan
ular maka anak tersebut turun ke angka yang lebih rendah
5) Selain itu peneliti dan guru membimbing setiap kelompok mengalami
kesulitan. Setelah peserta didik melaksanakan pekerjaannya dan
membereskan peralatan belajarnya. Peserta didik mencuci tangan
sebelum makan, berdoa sebelum makan (doa sebelum makan), dan
makan bersama.
c. Kegiatan Akhir
Setelah proses belajar dilakukan kegiatan akhir, di mana anak diajak
duduk melingkar untuk membaca doa sesudah makan. Kemudian dilanjutkan
dengan guru mengajak anak untuk melakukan diskusi tentang pembelajaran hari
ini dan menanyakan bagaimana perasaanya saat melaksanakan kegiatan tersebut.
Selanjutnya guru mengajak anak bernyanyi (lagu nama-nama binatang darat)
membaca doa sebelum pulang (doa kedua orang tua, do’a kebaikan dunia dan
akhirat, surah Al-Asr, doa keluar rumah/ruangan, doa naik kendaraan), salam dan
pulang.
52
c. Observasi
a) Observasi Anak
Pengamatan dalam kemampuan berhitung anak pada pertemuan
pertama siklus II menunjukkan adanya peningkatan yang merupakan hasil dari
proses perbaikan. 3 anak memiliki persentase 60%,4 anak memiliki persentase
66% dan 3 anak memiliki persentase 72%.
Adapun hasil observasi aktivitas anak didik peningkatan kemampuan
berhitung anak pada Siklus II pertemuan pertama yang disajikan dalam Tabel di
bawah ini :
Tabel 4.5. Hasil Observasi dan Evaluasi Aktivitas Anak Didik Meningkatkan
Kemampuan berhitung anak Pada Siklus II Pertemuan Pertama
No Nama Anak Didik Skor Persentase Kriteria
1 Naura
12 72% Cukup/Berkembang
Sesuai Harapan (BSH)
2 Kanza
10 60% Kurang/Mulai
berkembang (MB)
3 Nabila
12 72% Kurang/Mulai
berkembang (MB)
4 Dila
11 66% Cukup/Berkembang
Sesuai Harapan (BSH)
5 Afiqa
10 60% Kurang/Mulai
Berkembang (MB)
6 Aska
12 72% Cukup/Berkembang
Sesuai Harapan (BSH)
7 Kevin
10 60% Kurang/Mulai
berkembang (MB)
8 Rafi
11 66% Cukup/Berkembang
Sesuai Harapan (BSH)
9 Abdi
11 66% Cukup/Berkembang
Sesuai Harapan (BSH)
10 Naufal
11 66% cukup/Berkembang
Sesuai Harapan(BSH)
Rata-Rata Persentase Aktivitas Anak Didik
Meningkatkan Kemampuan berhitung Anak Pada
Siklus II Pertemuan Pertama
66% Cukup/Berkembang
Sesuai Harapan (BSH)
53
Dapat diketahui pencapaian peningkatkan kemampuan berhitung anak
di kelompok B2 pada siklus II pertemuan pertama menggambarkan bahwa dari 10
anak ada 3 anak memiliki kriteria kurang/mulai berkembang (MB) dan 7 anak
memiliki kriteria cukup/berkembang sesuai harapan (BSH). Anak yang memiliki
kriteria mulai berkembang karena pada saat kegiatan pembelajaran dalam bermain
peran anak mulai mampu menunjukkan sikap percaya diri dalam bermain ular
tangga dan menjawab kartu soal walaupun masih dalam bantuan guru serta. 7
anak memiliki kriteria cukup/berkembang sesuai harapan (BSH). Karena pada
saat kegiatan pembelajaran dalam bermain ular tangga anak mulai mampu
menunjukkan sikap percaya diri dalam soal tes dan berjalan sesuai angka dadu
tanpa bantuan guru.
Dari Tabel hasil observasi dan evaluasi aktivitas anak didik peningkatan
kemampuan berhitung anak pada siklus II pertemuan pertama diatas dapat
disajikan melalui Tabel dibawah ini :
Tabel 4.6. Rekapitulasi Hasil Observasi dan Evaluasi Aktivitas Anak Didik
meningkatkan Kemampuan Berhitung Anak Pada Siklus II
Pertemuan Pertama
No Kriteria Jumlah
Anak Didik Persentase Skor
1 Tidak Baik/ Belum Berkembang (BB)
2 Kurang /Mulai Berkembang (MB) 3 18% 180
3 Cukup /Berkembang Sesuai Harapan(BSH) 7 48% 480
4 Baik /Berkembang Sangat Baik (BSB)
Rata-rata persentase aktivitas anak didik Meningkatkan
kemampuan berhitung anak pada siklus II pertemuan pertama 66% 660
54
Berdasarkan Tabel rekaptulasi data hasil aktivitas dan evaluasi anak
didik untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak pada siklus II di pertemuan
pertama mengalami sedikit peningkatan . Dari 10 anak ada 3 anak yang memiliki
kriteria kurang/mulai berkembang (MB) karena pada saat menjalankan permainan
media belajar ular tangga dan memberikan soal berhitung anak masih ragu-ragu
untuk menjawab soal teksnya. 7 anak memiliki kriteria cukup/berkembang sesuai
harapan (BSH). Karena pada saat kegiatan pembelajaran dalam permainan media
belajar ular tangga mulai dan di mana anak sudah mulai bisa mencocokkan,
mengurutkan, pengurangan dan penjumlahan, serta anak sudah mulai percaya diri
dalam berjalan sesuai angka dadu yang ingin dimainkan tanpa bantuan guru.
Berdasarkan pelaksanaan Siklus I pertemuan kedua menunjukkan
bahwa peningkatan kemampuan berhitung anak belum seluruhnya optimal karena
memiliki kriteria kurang/mulai berkembang dengan memperoleh hasil rata-rata
persentase 88%. Sedangkan pada siklus II pertemuan pertama memperoleh hasil
rata-rata persentase 66%. Namun hal ini belum mencapai indikator yang telah
ditetapkan, maka peneliti melanjutkan siklus II pertemuan kedua.
b) Observasi Guru
Hasil observasi terhadap kegiatan guru merupakan suatu gambaran
keterampilan guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran dengan meningkatkan
kemampuan berhitung anak. Observasi dilakukan oleh peneliti dengan
menggunakan lembar observasi guru yang ada pada lampiran, bentuk penilaian
yang digunakan yaitu ceklis dengan kriteria penilaian Ya/Tidak. Diberi ceklis Ya
apabila guru melakukan tindakan, diberi ceklis Tidak apabila guru tidak
55
melakukan tindakan. Hasil observasi terhadap aktivitas guru pada siklus I
pertemuan pertama sebagai berikut :
1) Pada pijakan sebelum bermain, guru tidak melakukan tindakan yaitu guru
tidak menyiapkan karpet untuk anak-anak duduk berkelompok
2) Pada pijakan selama bermain, guru melakukan tindakan yaitu
memberikan penjelasan kepada anak tentang permainan yang akan
dilakukan yaitu bermain ular tangga sub-sub tema macam-macam
binatang darat, guru memberikan kesempatan kepada anak untuk
berdiskusi dengan teman kelompoknya, guru menyiapkan media atau alat
yang digunakan anak untuk bermain ular tangga, anak mengambil alat
dan bahan lalu memulai bermain ular tangga yang akan digunakan dan
dibantu oleh guru, dan anak melakukan permainan media belajar ular
tangga.
3) Pijakan setelah bermain, guru melakukan tindakan yaitu
mendokumentasikan kegiatan media belajar ular tangga yang telah
dilakukan serta tidak mendiskusikan kegiatan media belajar ular tangga
yang telah dilakukan dengan anak, kemudian guru melakukan tindakan
dalam membuat kesimpulan dari kegiatan yang sudah dilakukan dan
tidak mendiskusikan kedalam kehidupan sehari-hari.
b. Siklus II Pertemuan Kedua
1. Tahap Perencanaan
a) Menentukan Tema
56
Peneliti dalam menentukan tema yang akan digunakan dengan
menyesaikan tema yang ada TK Mentari Bontoa. Tema yang digunakan adalah
tema “binatang”, sub tema “binatang air”, sub-sub tema “ciri-ciri binatang air”.
b) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)
Rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) ini disusun oleh
peneliti yang bekerja sama dengan pendidik.
c) Menyiapkan media
Sebelum melakukan penelitian, peneliti mempersiapkan media untuk
kegiatan pembelajaran yaitu media belajar ular tangga seperti gambar dibawah ini:
4.2 Gambar Media Belajar Ular Tangga
d) Mempersiapkan Instrumen
Peneliti ini menggunakan lembar observasi berbentuk ceklis.
Lembar observasi digunakan untuk mengukur peningkatan kemampuan
kognitif anak pada proses pembelajaran.
2. Tahap Tindakan
Proses tindakan siklus II pertemuan kedua terdiri dari kegiatan awal,
inti dan akhir. Siklus II pertemuan kedua menggunakan tema “binatang”, sub tema
“binatang air”, sub-sub tema “ciri-ciri binatang air” Pelaksanaan tindakan
57
dilakasankan pada hari kamis, 22 Oktober 2020, deskripsi pertemuan pertama
sebagai berikut :
a) Kegitan Awal
Langkah pertama anak-anak berbaris di depan kelas setelah bel
berbunyi, dilanjutkan dengan kegiatan motorik dengan jalan ditempat serta
bernyanyi (lagu Lonceng berbunyi dan ayo berbaris). Pada tahap awal
pelaksanaan kegiatan pembelajaran di dahului dengan mengucapkan salam
terlebih dahulu dan berdoa bersama (doa sebelum belajar) kemudian guru
mengajak peserta didik membaca surah-surah pendek (surah Al-Fatihah, Al-Ikhlas
,dan An-Naas), selanjutnya guru mengajak peserta didik untuk bernyanyi (lagu
sebut binatang air), guru mengkomunikasikan sub-sub tema yaitu: “ciri-ciri
binatang air”.
b) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti, guru memberikan waktu kepada peneliti untuk
melakukan proses belajar mengajar dengan media belajar ular tangga, langkah
yang dilakukan guru dan peneliti untuk melihat kemampuan berhitung anak, yaitu:
a. Peserta didik diberikan penjelasan mengenai permainan yang akan dilakukan,
yaitu media belajar ular tangga dengan sub-sub tema ciri-ciri binatang air.
b. Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk memulai permainan.
c. Guru menyiapkan media atau alat yang digunakan anak untuk media belajar
ular tangga.
d. Anak mengambil alat dan bahan yang akan digunakan untuk media belajar
ular tangga.
58
e. Anak melakukan permainan media belajar ular tangga kemudian ada anak
yang berjalan diatas ular tangga sambil melempar dadu dan ada anak yang
menjawab kartu soal.
Sebelum melaksanakan kegiatan guru menjelaskan aturan permainan
dan cara menjawab kartu soal.
c) Kegiatan Akhir
Setelah proses belajar mengajar selesai, anak diajak duduk melingkar
untuk membaca doa sesudah makan. Kemudian dilanjutkan dengan guru
mengajak anak untuk melakukan diskusi tentang pembelajaran hari ini dan
menanyakan bagaimana perasaanya saat melaksanakan kegiatan tersebut.
Selanjutnya guru mengajak anak bernyanyi (lagu ayo makan sayur) membaca doa
sebelum pulang (doa kedua orang tua, do’a kebaikan dunia dan akhirat, surah Al-
Asr, doa keluar rumah/ruangan, doa naik kendaraan), salam dan pulang.
3. Tahap Pengamatan (observasi)
a) Observasi Anak
Pengamatan dalam kemampuan berhitung anak di pertemuan kedua
siklus II menunjukkan adanya progress atau peningkatan sebagai hasil dari proses
perbaikan. Sebagian besar anak mampu memainkan media belajar ular tangga
yang tadinya tidak bersemangat, kurang aktif, suka main sendiri dan cenderung
diam, jauh lebih berkurang, pada tahap ini sudah bisa mengikuti tahap demi tahap
dari seluruh rangkaian permainan. Hal ini dibuktikan dengan hampir semua
indikator tercapai, semua anak mengikuti seluruh permainan dengan aturan
selama proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan anak dalam
berhitung dengan menerepkan media belajar ular tangga.
59
Adapun hasil observasi aktivitas anak didik peningkatan kemampuan
berhitung anak pada Siklus II pertemuan kedua yang disajikan dalam Tabel di
bawah ini :
Tabel 4.7. Hasil Observasi dan Evaluasi Aktivitas Anak Didik Meningkatkan
Kemampuan berhitung Pada Siklus II Pertemuan Kedua
No Nama Anak Didik Skor Persentase Kriteria
1 Naura
14 84% Cukup/Berkembang
Sesuai Harapan (BSH)
2 Kanza
11 66% Cukup/Berkembang
Sesuai Harapan (BSH)
3 Nabila
14 84% Cukup/Berkembang
Sesuai Harapan (BSH)
4 Dila
13 78% Cukup/Berkembang
Sesuai Harapan (BSH)
5 Afiqa
11 66% Cukup//Berkembang
Sesuai Harapan (BSH)
6 Aska
14 84% Cukup/Berkembang
Sesuai Harapan (BSH)
7 Kevin
11 66% Cukup/Berkembang
Sesuai Harapan (BSH)
8 Rafi
13 78% Cukup/Berkembang
Sesuai Harapan (BSH)
9 Abdi
13 78% Cukup/Berkembang
Sesuai Harapan (BSH)
10 Naufal
13 78% Cukup/Berkembang
Sesuai Harapan (BSH)
Rata-Rata Persentasi Aktivitas Anak Didik
Meningkatkan Kemampuan berhitung Anak Pada
Siklus II Pertemuan Kedua
76,2% Cukup/Berkembang
Sesuai Harapan (BSH)
Dapat diketahui pencapaian meningkatkan kemampuan berhitung anak
dikelompok B2 pada siklus II pertemuan kedua semua anak yang mengikuti
proses bahwa dari 10 anak secara keseluruhan anak dapat dikatakan 10 anak
tersebut memiliki kriteria berkembang sesuai harapan karena pada saat
60
menjalankan permainan media belajar ular tangga anak sudah mampu memakai
dan menggunakan simbol, mengklasifikasikan, memahami angka dan menjawab
kartu soal secara mandiri dan konsisten tanpa harus di ingatkan oleh peneliti.
Ada 10 anak memiliki kriteria berkembang sesuai harapan karena pada
saat menjalankan permaianan media ualar tangga anak sudah mampu
menyebutkan, menggurutkan, menunjukkan lambang bilangan secara mandiri dan
menjawab kartu soal tanpa harus di ingatkan dan saat menjalankan orang (bidak)
mengurutkan angka yang didapat pada saat melempar dadu dari awal star menuju
angka selanjutnya ke arah kanan dan jika mendapatkan tangga maka anak tersebut
naik ke angka selanjutnya tetapi mendapatkan ular maka anak tersebut turun ke
angka yang lebih rendah dan jika berada pada level maka akan menjawab soal
yang telah di buat oleh peneliti. Sudah mulai mematuhi aturan yang telah
dijelaskan oleh peniliti.
Dari Tabel hasil observasi dan evaluasi aktivitas anak didik
meningkatkan kemampuan berhitung anak pada pertemuan kesatu dan pertemuan
kedua pada siklus II diatas dapat disajikan melalui Tabel dibawah ini:
Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Observasi dan Evaluasi Aktivitas Anak Didik
Meningkatkan Kemampuan berhitung Anak Pada Siklus II
Pertemuan Kedua
No Kriteria Jumlah
Anak Didik Persentase Skor
1 Tidak Baik/ Belum Berkembang (BB)
2 Kurang /Mulai Berkembang (MB)
3 Cukup /Berkembang Sesuai Harapan(BSH) 10 76,2% 762
4 Baik /Berkembang Sangat Baik (BSB)
Rata-rata persentase aktivitas anak didik meningkatkan
kemampuan berhitung anak pada siklus II pertemuan kedua 76% 762
61
Berdasarkan Tabel rekapitulasi data hasil observasi dan evaluasi
aktivitas anak didik untuk meningkatkan kemampuan berhitung anak pada
pertemuan kesatu dan pertemuan kedua pada siklus II. Hasil yang diperoleh pada
pertemua kedua lebih tinggi, karna semua anak berkembang sesuai harapan. dan
memiliki kriteria baik/ berkembang sesuai harapan (BSH). Hal ini sejalan dengan
tingkat kesuksesan yang akan dicapai pada akhir pembelajaran, yaitu anak yang
memiliki kriteria cukup/ berkembang sesuai harapan(BSH) ada 10 peserta didik
memiliki kriteria berkembang sesuai harapan dan mengikuti aturan main media
belajar ular tangga dan menyelesaikan pekerjaannya sampai ahkir dan tidak
menganggu temannya.
Hasil tindakan pada siklus II pertemuan pertama memiliki skor 110 dan
pada pertemuan kedua siklus 11 memiliki skor 127 meningkat, kriteria cukup/
berkembang sesuai harapan (BSH). Jadi pada siklus II kemampuan berhitung anak
meningkat menjadi 76,2 sehingga terdapat pada kriteria cukup/ berkembang
sesuai harapan (BSH).
b) Observasi Guru
Hasil observasi terhadap kegiatan guru merupakan suatu gambaran
keterampilan guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran dengan meningkatkan
kemampuan berhitung anak. Observasi dilakukan oleh peneliti dengan
menggunakan lembar observasi guru yang ada pada lampiran, bentuk penilaian
yang digunakan yaitu ceklis dengan kriteria penilaian Ya/Tidak. Diberi ceklis Ya
apabila guru melakukan tindakan, diberi ceklis Tidak apabila guru tidak
melakukan tindakan. Hasil observasi terhadap aktivitas guru pada siklus II
pertemuan kedua sebagai berikut :
62
a. Pada pijakan sebelum bermain, guru melakukan tindakan yaitu guru
menyiapkan karpet untuk anak duduk berkelompok
b. Pada pijakan selama bermain, guru melakukan tindakan yaitu memberikan
penjelasan kepada anak perihal permainan yang akan dimainkan yaitu
bermain ular tangga dengan sub-sub tema ciri-ciri binatang air, guru
memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya yang belum paham cara
bermain ular tangga yang ingin dimainkan, media atau alat yang digunakan
anak untuk bermain ular tangga disiapkan oleh guru, anak mengambil dadu
yang akan digunakan untuk media belajar ular tangga dibantu oleh guru, dan
anak melakukan permainan .
c. Pijakan setelah bermain, guru melakukan tindakan yaitu mendokumentasikan
kegiatan media belajar ular tangga yang telah dilakukan serta tidak
mendiskusikan kegiatan media belajar ular tangga yang telah dilakukan
dengan anak, kemudian guru melakukan tindakan dalam membuat
kesimpulan dari kegiatan yang sudah dilakukan dan tidak mendiskusikan
kedalam kehidupan sehari-hari.
4. Tahap Refleksi Siklus II
Kegiatan yang dilakukan oleh guru dan peneliti pada akhir siklus II ini
adalah melakukan refleksi. Refleksi bertujuan untuk mengetahui kendala-kendala
selama proses pembelajaran berlangsung pada siklus II, namun setelah melakukan
observasi tidak ada kendala. Hasil refleksi dari data observasi pembelajaran siklus
II sudah lebih baik dari siklus I. Proses pembelajaran siklus II berlangsung lebih
baik dari siklus I. Proses pembelajaran yang dilakukan kondusif dan antusias
63
peserta didik menunjukan peningkatan, setelah itu siswa yang aktif juga lebih
banyak dari sebelumnya.
Hasil yang diperoleh pada siklus II ini menunjukan adanya peningkatan
anak dalam berhitung, dibuktikan dengan jumlah nilai pada siklus I yaitu 110
dengan persentase 66%, kemudian meningkat menjadi 127 dengan persentase
76,2% pada siklus II. Berdasarkan persentase tersebut maka dapat dikatakan
bahwa penelitian ini telah berhasil dan indikator yang ditetapkan telah tercapai,
sehingga penelitian ini hanya sampai pada siklus II saja.
B. Pembahasan
1. Hasil Proses Meningkatkan Kemampuan Berhitung Peserta Didik
dengan Menggunakan Media Ular Tangga
Pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua anak belum paham
tentang kegiatan pembelajaran mengenal konsep mencocokkan,
mengurutkan,menjumlahkan dan pengurangan dengan menggunakan media
belajar ular tangga karena terbukti ada beberapa anak yang memiliki kriteria
belum berkembang. Pada pertemuan kedua anak belum terlalu paham tentang
kegiatan pembelajaran mengenal konsep mencocokkan, mengurutkan,
menjumlahkan dan pengurangan dengan menggunakan media belajar ular tangga.
Karena tindakan siklus I ini terlihat beberapa anak tidak sabaran menunggu
giliran, anak-anak pada umumnya masih bersifat egosentris ini sesuai dengan
pernyataan Hartanti (Rita, 2015:67) yang menyatakan anak usia dini masih
memikirkan egonya tanpa memikirkan orang lain. Misalnya dalam hal bermain
64
media belajar ular tangga ada beberapa anak kurang aktif dan cenderung diam
serta masih ada anak yang harus di ingatkan, di bimbing serta di contohkan dalam
menjalankan permainan media belajar ular tangga dan beberapa anak tidak
mengikuti aturan yang telah disampaikan oleh pendidik.
Hal ini sesuai dengan teori Menurut Francisca (Yuvitasari, 2015:41)
permaina media belajar ular tangga adalah permainan papan yang terbuat dari dua
dimensi. Menurut Riasatun (Yuvitasari, 2015 : 43) tata cara permainan ular tangga
yaitu peserta didik dibagi menjadi 5 kelompok untuk melakukan permainan.
Pencapaian indikator kemampuan mengenal konsep bilangan pada anak
kelompok B (usia 5-6 tahun) Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan
Republik Indonesia no 146 tahun 2014 (Kemendikbud, 2015) sebagai berikut
memakai dan menggunakan simbol, mengklasifikasikan, memahami angka.
Sebagai pengetahuan mengenal konsep bilangan dan menunjukkan lambang
bilangan sebagai pengetahuan mengenal lambang bilangan dan seluruh langkah-
langkah pembelajaran dilaksankan oleh peneliti berjalan dengan lancar.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksankan bahwa hasil penelitian pada
siklus I mendapatkan nilai skor 492 dengan kriteria mulai berkembang dan pada
siklus II mengalami peningkatan dengan mendapatkan nilai skor 762 dengan
kriteria berkembang sangat baik.
Menurut Docker dalam Fadillah (2018:8) bermain merupakan kebutuhan
bagi anak, karena melalui bermain anak akan memperoleh pengetahuan yang
dapat mengembangkan kemampuan dirinya.
Sedangkan, menurut Browne dalam Moeslichatoen (2004:32) melalui
bermain anak belajar mengendalikan diri sendiri, memahami kehidupan,
65
memahami dunianya. Jadi bermain merupakan cermin perkembangan anak.
Bermain merupakan cara belajar anak yang bersifat alami. Anak dapat
berlatih menggunakan kemampuan kognitinya untuk memecahkan berbagai
masalah seperti mengukur, membandingkan, mencari jawaban yang
berbeda, berhitung dan sebagainya. Adapun menurut Hetherington dalam
Meoslichatoen (2004:34 ), bermain juga berfungsi untuk mempermudah
perkembangan kognitif anak. Dengan bermain akan memungkinkan anak
meneliti lingkungan, mempelajari segala sesuatu, dan memecahkan masalah
yang dihadapinya.
Salah satu media pembelajaran bagi peserta didik adalah media ular
tangga untuk meningkatkan kemampuan anak dalam berhitung. Kemampuan anak
dalam berhitung sebelum tindakan menunjukkan bahwa hampir seluruh indikator
berhitung anak kurang berkembang. Pencapaian pada semua indikator belum
memenuhi kriteria indikator keberhasilan yang sudah ditentukan. Menurut
peneliti, penurunan presentasi pada pertemuan pertama ini dipengaruhi oleh
kegiatan pembelajaran yang hanya terpaku pada lembar kerja anak. Selain itu,
kemampuan mengenal berhitung anak dalam bermian. Terjadi penurunan pada
pertemuan pertama sebelum tindakan. Peningkatan yang dimaksud belum sesuai
dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Kemampuan peserta didik
dalam menaati aturan permainan pada pertemuan.
Dari hasil observasi peneliti, dapat diketahui permasalahan yang
muncul pada siklus I yaitu anak cepat bosan dan sibuk sendiri dalam mengikuti
pembelajaran karena guru kurang memotivasi dan memberikan dorongan kepada
anak serta kurangnya reward kepada anak berupa kata good job dalam mengenal
66
konsep bilangan anak pada anak kelompok B2 di TK Mentari Bontoa kota
Makassar. Seperti halnya yang diungkapkan oleh santoso (Endratshi 2014:65)
bahwa anak memerlukan penghargaan yang dapat berupa ucapan, hadia, dan
pujian. Reward merupakn salah satu bentuk hadia yang diberikan untuk anak
sebagai penghargaan atas perbaikan perlakuan. Hal ini sejalan dengan yang
dikatakan oleh Azhar (Endratshi 2014:65) yang mengemukan bahwa siswa yang
berhasil belajar didorong untuk terus belajar.
2. Aktivitas Anak Didik untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitungnya
dengan Menerapkan Media Belajar Ular Tangga
Untuk mengetahui peningkatan aktivitas anak didik dalam
pembelajaran mengenal berhitung dengan menggunakan media belajar ular tangga
yang di peroleh melalui hasil observasi sebelum tindakan dan sesudah tindakan.
Pada siklus I masih belum berkembang karena masih berada pada kriteria tidak
baik/ belum berkembang dan pada saat anak mengocok dadu lalu menghitung
jumlah titik yang ada pada dadu dan menjalankan jumlah poin masih ada yang
melangkah tidak sesuai jumlah titik yang didapat pada saat mengocok dadu.
Sudah cukup/ berkembang sesuai harapan(BSH) pada saat mengocok dadu dan
menjalankan point peserta didik sudah dapat melangkah sesuai jumlah titik yang
didapat secara konsisten dan mandiri tanpa bantuan oleh peneliti.
67
BAB V
A. Simpulan
Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan
bahwa melalui permainan media belajar ular tangga kemampuan berhitung anak
usia dini khususnya anak kelompok B2 TK Mentari Bontoa dapat meningkat. Hal
ini dapat di buktikan dengan meningkatnya kemampuan berhitung anak dengan
menggunakan media belajar ular tangga. Pada siklus I, jumlah skor keseluruhan
492 dengan kriteria kurang/ mulai berkembang (MB). Kemudian, setelah
dilakukan tindakan pada siklus II kemampuan berhitung mengalami peningkatan
dengan menunjukkan jumlah skor keseluruhan 762 dengan cukup/ berkembang
sesuai harapan (BSH). Telah terlaksana dengan baik sehingga indikator
keberhasilan dapat dicapai 70 %.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan
kemampuan berhitung anak, maka peneliti merekomendasikan saran berikut
untuk meningkatkan kemampuan berhitung:
1. Bagi guru, disarankan agar banyak menggunakan berbagai macam media
pembelajaran, agar anak lebih tertarik dalam pembelajaran.
68
2. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah wawasan peneliti akan kegiatan
dalam pembelajaran khususnya kemampuan berhitung anak dan diharapkan
dapat memberi manfaat dan sebagai kajian yang relevan dalam penulisan
karya ilmiah lainnya.
69
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Agus Cahyono. 2017. Meningkatkan Kemampuan Berhitung Menggunakan Media
Belajar Ular Tangga Ditaman Kanak-Kanak Dharma Wanita 2 Jragan
Tembarak Temanggung.
Anonim. 2003. Undang – undang Republik Indonesia.No.20 Tahun 2003,Tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Depdiknas.
Arif S. Sadiman, dkk. 2011. Media Pendidikan dan proses Belajar Mengajar.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta
:Balai Pustaka.
________ . 2004. UU Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003. Jakarta: Sinar
Grafika.
________. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi 3.Jakarta: Balai Pustaka
________. 2005. Kurikulum Taman Kanak-kanak 2004. Jakarta:Dirjen.
Pendidikan Dasar dan Menengah.
_________. 2007. Pedoman Pembelajaran Permainan Berhitung Permulaan di
Taman Kanak - kanak. Jakarta: Depdiknas.
Dindin Jamaludin. (2010). Metode Pendidikan Anak. Bandung: Penerbit Pustaka
Al-Fikriis.
Fadillah, M. 2018. Bermain dan Permainan Anak Usia Dini. Jakarta :
Prenadamedia Group. (http://id.whhhhikipedia.Org/wiki/Ular
Tangga,Ular) Di Unduh Pada Tanggal 26 September tahun 2020 Pukul
13:30 Wita
Fransisca Wulandari. 2008. Pengembangan Media Sederhana Ular Tangga
Bertema Bagi Siswa Taman Kanak – Kanak. Skripsi. Yogyakarta: UNY.
Jamaris Martini. 2003. Perkembangan dan Pengembangan Anaka Usia TK.
Jakarta:PPs UNJ Press.
Moeslichatoen. 2004. Metode Pengajaran diTaman Kanak-Kanak. Jakarta : PT.
Rineka Cipta.
Mulyasa H.E. 2012. Manajemen PAUD. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. 2002. Media Pengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
70
Nusa Nining,2013.Penelitian Kualitatif ;Pendidikan anak usia dini.Jakarta:PT
RAJAGrafindo Persada
Satrianawati. 2017. Media dan Sumber Belajar. Yogyakarta : Deepublish
Sugiyono.2017.Metode penelitian kuatitatif, kualitatif, dan
R&D.Bandung:Alfabeta
Sujiono Yuliani Nurani. 2004. Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Susanto Ahmad. 2011. Pembelajaran Anak Usia dini. Jakarta: Kencana
Suyanto Slamet. 2003. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta:
UNY Pres.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.