pengembangan instrumen penilaian kognitif …

21
i PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF PEMBELAJARAN TEMA 8 TEMPAT TINGGALKU SUB TEMA 2 KEUNIKAN DAERAH TEMPAT TINGGALKUKELAS 4 SD SEMESTER 2 ARTIKEL Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana oleh Vitalia Luruk Seran 292012303 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

Upload: others

Post on 03-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF …

i

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF

PEMBELAJARAN TEMA 8 TEMPAT TINGGALKU

SUB TEMA 2 KEUNIKAN DAERAH TEMPAT

TINGGALKUKELAS 4 SD SEMESTER 2

ARTIKEL

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

pada Universitas Kristen Satya Wacana

oleh

Vitalia Luruk Seran

292012303

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 2: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF …

i

Page 3: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF …

ii

Page 4: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF …

iii

Page 5: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF …

iv

Page 6: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF …

1

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF

PEMBELAJARAN TEMA 8 TEMPAT TINGGALKU

SUB TEMA 2 KEUNIKAN DAERAH TEMPAT

TINGGALKU KELAS 4 SD SEMESTER 2

Vitalia Luruk Seran

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP

Universitas Kristen Satya Wacana

Email: [email protected]

ABSTRAK

Tujuan penelitian untuk mengetahui (1) bagaimanakah mengembangkan instrumen kognitif

pembelajaran tema 8 Tempat Tinggalku Sub Tema 2 Keunikan DaerahTempat TinggalkuKelas 4 SD

Semester 2berdasarkan kurikulum 2013; (2) bagaimanakah visibilitas penggunaan instrumen aspek

kognitif di lapangan dan; (3) bagaimanakah tingkat validitas instrumen aspek kognitif berdasarkan

teori respon butir (TRB).

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan. Prosedur penelitian ini

adalah membuat instrumen butir soal, uji coba produk, analisis butir soal, revisi, uji coba produk,

revisi, uji coba produk, produk akhir. Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Salatiga 05, SDN

Blotongan 1, dan SDN Kumpulrejo 03 Salatiga dengan melibatkan 35 siswa. Teknik pengumpulan

data adalah teknik tes dengan instrumen butir soal berjenis obyektif berbentuk pilihan ganda. Teknik

analisis data menggunakan analisis butir soal.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) cara mengembangkan instrumen kognitif melalui

langkah menentukan tema dan sub tema, menentukan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar,

menentukan tujuan pembelajaran, menentukan alat ukur, membuat kisi-kisi pengukuran kognitif,

membuat instrumen butir soal, melakukan uji coba I, analisis butir soal I, revisi I, uji coba II, analisis

butir soal II, revisi II, uji coba III, analisis butir soal III, produk akhir; (2) visibilitas instrumen kognitif

yang digunakan untuk menilai aspek kognitif saja dan dapat digunakan untuk mengukur KD yang

diharapkan; (3)tingkat validitas instrumen aspek kognitif berdasarkan teori respon butir (TRB) adalah

sahih dengan r ≥0,20, reliabel dengan α≥0,20dan tingkat kesukaran butir soal sedang 0,25 <P≤0,75.

Instrumen kognitif pembelajaran tema 8 Tempat Tinggalku Sub Tema 2 Keunikan Daerah

TinggalkuKelas 4 SD semester 2 layak sebagai instrumen yang baik.

Saran yang diberikan bahwa guru perlu melakukan analisis butir soal untuk melakukan

penilaian kepada siswa baik penilaian aspek kognitif, afektif maupun psikomotor untuk instrumen

yang berbentuk obyektif.

Kata kunci : Pengembangan, Instrumen Penilaian Kognitif, Pembelajaran Tematik,

Kurikulum 2013.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Instrumen penilaian merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam

pembelajaran. Instrumen digunakan sebagai acuan untuk mengukur kemampuan siswa atau

hasil belajar siswa dan sekaligus sebagai salah satu indikator untuk menentukan mutu

Page 7: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF …

2

pendidikan. Dalam pembelajaran tematik, Wardani Naniek Sulistya dkk., (2012 :141).

menyatakan bahwa penyusunan instrumen tes mempunyai beberapa tujuan yaitu untuk

mengetahui pencapaian indikator yang telah ditetapkan, memperoleh umpan balik bagi guru,

untuk mengetahui hambatan yang terjadi dalam pembelajaran maupun efektivitas

pembelajaran, memperoleh gambaran yang jelas tentang perkembangan pengetahuan,

keterampilan dan sikap peserta didik, sebagai acuan dalam menentukan tindak lanjut

(remedial, pengayaan, dan pemantapan).

Penilaian yang sering dilakukan di sekolah untuk mengetahui hasil belajar siswa

adalah penilaian kognitif yang menekan pada pemahaman siswa tentang materi. Teknik yang

digunakan untuk mengetahui hasil belajar adalah berupa tes yang diujikan dengan butir soal,

namun masalah yang ditemukan di sekolah adalah sebagai pendidik atau guru sering kurang

menyadari bahwa mengembangkan butir soal sebagai alat ukur hasil belajar perlu

memperhatikan langkah langkah dalam menulis butir-butir soal, karena demikian seringnya

pengajar menyusun butir soal hasil belajar justru sering menimbulkan kecerobohan, karena

mengangap hal menyusun butir soal adalah hal yang sudah biasa dilakukan secara umum

dilakukan dan kurang perlu mempersiapkannya secara cermat dan tidak perlu memperhatikan

langkah-langkah dalam menyusun butir soal, dan terkadang dalam semester baru guru tidak

lagi membuat butir soal yang digunakan sebagai tes, tetapi guru menggunakan butir soal yang

dari semester sebelumnya digunakan untuk melakukan tes terhadap peserta didik dan

menentukan hasil belajar peserta didik. Untuk mengurangi kesalahan dalam pengukuran hasil

belajar, maka dalam membuat butir soal harus memperhatikan karakteristik peserta didik, tes

harus direncanakan secara cermat dan menyusun butir soal perlu memperhatikan langkah-

langkah penyusunan butir soal. Oleh karena itu perlu dilakukan pengembangan instrumen

butir soal minimal untuk aspek kognitif.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah mengembangkan

instrumen kognitif pembelajaran tema 8 Tempat Tinggalku Sub Tema 2 Keunikan Daerah

Tempat Tinggalku kelas 4 SD Semester 2 berdasarkan kurikulum 2013; bagaimanakah

visibilitas penggunaan instrumen aspek kognitif di lapangan; bagaimanakah tingkat validitas

instrumen aspek kognitif berdasarkan teori respon butir (IRT).

Page 8: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF …

3

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan pengetahuan untuk

mengembangkan dunia pendidikan khususnnya dalam hal pengembangan instrumen penilaian

kognitif Manfaat Teoritis : Secara akademis penelitian ini bermanfaat sebagai bahan evaluasi

dan perbaikan lebih lanjut instrumen kognitif dalam desain pembelajaran saintifik yang

diterapkan dengan memperbaiki kelemahan yang ada.

KAJIAN PUSTAKA

Pembelajaran Tematik

Menurut Kemendikbud tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah

Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (2013: 7) pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran

dengan memadukan beberapa mata pelajaran melalui penggunaan tema. Pada pembelajaran

tematik terpadu peserta didik tidak mempelajari materi mata pelajaran secara terpisah

semua mata pelajaran yang ada di sekolah dasar (SD) sudah melebur menjadi satu

kegiatan pembelajaran yang diikat dengan tema.

Pembelajaran pada jenjang sekolah dasar dan menengah menggunakan kurikulum

2013 dengan pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik untuk SD/MI masing-masing kelas

disediakan dalam berbagai tema. Tema-tema pada pembelajaran integratif kurikulum 2013

berkaitan dengan alam dan kehidupan manusia. Keduanya memberi makna yang substansial

terhadap mata pelajaran PPKn, Bahasa Indonesia, Seni Budaya dan Prakarya, serta Penjaskes

pada kelas 1 sampai kelas 6. Kompetensi inti dirancang dalam empat kelompok yang saling

terkait yaitu: (1) berkenaan dengan sikap spritual, (2) tentang sikap sosial, (3) tentang

pengetahuan, dan (4) tentang keterampilan

Permendikbud Nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses menyatakan bahwa

sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan

yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki

proses psikologis yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas “menerima, menjalankan,

menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas

“mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta”.

Keterampilan diperoleh melalui aktivitas “mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji,

dan mencipta”.

Pembelajaran tematik untuk kelas 4 semester II terdiri dari 5 tema dan dalam setiap

tema terdiri dari beberapa sub tema, berikut adalah sajian tema dan penjabaran dari sub tema.

Page 9: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF …

4

Tabel 2.1.

Pembelajaran Tematik Kelas 4 Semester II

Tema Sub Tema

5) Pahlawanku

1. Perjuangan Para Pahlawan

2. Pahlawanku Kebanggaanku

3. Sikap Kepahlawanan

6) Indahnya Negeriku

1.Keanekaragaman Hewan dan Tumbuhan

2. Keindahan Alam Negeriku

3. Indahnya Peninggalan Sejarah

7 ) Cita-citaku

1 Aku dan Cita-citaku

2 Hebatnya Cita-citaku

3 Giat Berusaha Meraih Cita-cita

8 ) Tempat Tinggalku

1. Lingkungan Tempat Tinggalku

2. Keunikan Daerah Tempat Tinggalku

3. Aku Bangga dengan Daerah Tempat Tinggalku

9) Makananku Sehat dan

Bergizi

1 Makananku Sehat dan Bergizi

2 Manfaat Makanan Sehat dan Bergizi

3 Kebiasaan Makanku

Sumber : Buku Guru SD/MI Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Kelas 4

Semester II

Pada pembelajaran tematik berdasarkan kurikulum 2013 disekolah, guru harus

menggunakan pendekatan ilmiah (scientific) dalam proses pembelajaran yang menyentuh

tiga aspek yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam Buku Guru IPS Klas 7 SMP

(2014, 8) mendefinisikan pendekatan scientifik sebagai pembelajaran yang dirancang

sedemikian rupa, sehingga peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum, atau

prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan pertanyaan, mengumpulkan

informasi, mengolah informasi dan menarik kesimpulan serta mengkomunikasikan

kesimpulan (5M). Dalam setiap pembelajaran, guru tidak hanya mentransfer materi kepada

peserta didik, namun juga harus melakukan evaluasi belajar, sehingga hasil belajar dari

setiap siswa dapat diketahui. Menurut Wardani Naniek Sulistya (2012:12) hasil belajar adalah

besarnya skor yang diperoleh melalui pengukuran pada saat proses belajar (non tes) dan

pengukuran pada hasil belajar (tes). Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik maka perlu

adanya pengukuran, asesmen, dan evaluasi.

Pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk

memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda, sehingga hasil

pengukuran akan selalu berupa angka Wardani Naniek Sulistya, dkk. (2012: 47). Menurut

Alen dan Yen(1979) dalam Wardani Naniek Sulistya,dkk. (2012 : 48), pengukuran adalah

menetapkan angka dengan cara yang sistematik untuk menyatakan keadaan individu.

Penetapan angka dalam pengukuran memerlukan alat ukur atau instrumen. Bentuk-bentuk

instrumen adalah tes, lembar observasi, wawancara, skala sikap dan angket. Salah satu aspek

Page 10: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF …

5

yang dapat diukur untuk mengetahui kemampuan peserta didik adalah aspek kognitif.

Menurut Benyamin Bloom, dalam Wardani Naniek Sulistya,dkk. (2012 : 193) menyatakan

bahwa, aspek kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir mengetahui dan

memecahkan masalah. Dari uraian di atas dapat simpulkan bahwa aspek kognitif adalah hasil

belajar yang menitik beratkan pada kemampuan otak, sehingga peserta didik mampu

mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, sintesis, dan mengevaluasi. Jenjang

proses berpikir terdiri dari 6 yaitu:

1. Ingatan (C1), merupakan jenjang proses berpikir yang paling sederhana.

2. Pemahaman (C2) merupakan jenjang proses berpikir yang setingkat lebih tinggi dari

ingatan.

3. Penerapan (C3) merupakan jenjang proses berpikir yang setingkat lebih tinggi dari

pemahaman.

4. Analisis (C4), merupakan jenjang proses berpikir yang setingkat lebih tingi dari

penerapan.

5. Evaluai (C5) merupakan jenjang proses berpikir yang lebih kompleks dari analisis.

6. Membuat (C6) menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan.

Arikunto (2013: 134) menyatakan bahwa ranah kognitif yang cocok diterapkan di SD

yaitu pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi. Selain itu dapat dilatihkan di sekolah menengah

pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA), atau perguruan tinggi. Oleh karena itu, dalam

penulisan soal obyektif ini hanya sampai pada C1 dan C3 karena penelitian ini berkaitan

dengan pembelajaran di SD. Dalam melaksanakan pengukuran ada 2 teknik pengukuran yaitu

teknik tes dan non tes. Menurut Suryanto Adi, dkk.(2009) tes adalah seperangkat pertanyaan

atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasih tentang trait atau sifat atau

atribut pendidikan yang setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan

yang dianggap benar (dalam Wardani Naniek (2012 : 70 ). Berdasarkan cara mengerjakannya,

tes dibagi menjadi 3 yaitu: Jenis tes tertulis secara umum dikelompokan menjadi 2 yaitu Tes

Subyektif dan Tes Obyektif.

Cara mengembangkan instrumen penilaia obyektif dalam Wardani Naniek dkk.

(2012 : 176.) Asesmen Pembelajaran SD ada 10 pedoman dalam mengembangkan Tes pilhan

ganda

Page 11: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF …

6

1. Soalnya harus jelas

2. Isi pilhan jawaban harus homogen dalam arti isi

3. Panjang kalimat pilihan jawaban relative sama,\

4. Tidak ada petunjuk jawaban benar

5. Hindari menggunakan pilihan jawaban “semua benar” atau semua salah”

6. Pilhan jawaban angka diurutkan

7. Pilhan jawaban logis dan tidak menggunakan negative ganda

8. Kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta tes

9. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan baku

10. Letak jawaban yang benar ditentukan secara acak.

Analisis Butir soal menggunakan Item Respon Butir (IRT) Kualitas butir soal

dapat diketahui melalui analisis butir soal.Menurut S. Hamid & Aswi (1991) dalam Wardani

Naniek dkk., (2012 : 335) analisis butir soal diperlukan untuk :

1. mengetahui kekuatan dan kelemahan butir tes, sehingga dapat dilakukan dengan seleksi

revisi butir soal.

2. memperoleh informasih tentang spesifikasi butir soal secara lengkap, sehingga kan lebih

memudahkan bagi guru menyusun perngkat soal yang akan memenuhi kebutuhan ujian

dalam bidang dan tingkat tertentu.

3. segera dapat diketahui masalah yang terkandung dalam butor soal, seperti; kemenduaan

butir soal, kesalahan meletakan kunci jawaban, soal yang terlalu sukar atau terlalu mudah,

atau soal yang tidak dapat membedakan anatar peserta didik yang mempersiapkan diri

secara baik atau tidak dalam menghadapi tes.

4. dijadikan alat guna menilai butir soal yang akan disimpan dalam kumpulan soal atau bank

soal yang baik menjadi kumpulan soal atau bank soal merupakan hal yang akan dianjurkan

kepada guru.

5. Memperoleh informasi tentang butir soal sehingga memungkinkan untuk menysun

beberapa perangkat soal yang parallel. Penyusunan perangkat seperti ini sangat bermanfaat

bila akan memudahkan ujian ulang atau mengukur kemampuan beberapa kelompok peseta

tes dalam waktu yang berbeda.

Dalam melakukan analisis butir soal ada 2 teori yang digunakan. Wardani Naniek dkk.

(2012 :335 )mengemukakan 2 teori tersebut adalah teori tes klasik dan teori tes modern.

Dalam melaksanakan analisis butir soal, ada 2 teknik yaitu teknik secara kualitatif dan

kuantitatif.

Page 12: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF …

7

Millman dan Greene, (1993) oleh Wardani Naniek dkk. (2012 : 337) Asesmen

Pembelajaran SD Aspek yang perlu diperhatikan dalam analisis butir soal secara klasik adalah

setiap butir soal ditelaah dari segi Tingkat kesukaran adalah angka yang menunjukan

proporsi peserta didik yang menjawab betul suatu buti soal Slameto (2011)oleh Wardani

Naniek (2012 : 338) Asesmen Pembelajaran SD Semakin besar tingkat kesukaran berarti soal

itu semakin mudah, demikian juga sebaliknya semakin rendah tingkat kesuran soal berarti

soal itu makin sukar. Indeks tingkat kesukaran soal (p) dapat dihitung dengan rumus seperti

berikut:

P

Untuk menentukan tingkaat kesukaran butir soal dapat mnggunakan tabel tingkat kesukaran

berikut

Rentang Nilai Tinggkat Kesukaran

0,00-25

0,26-075

0,76-1.00

Sukar

sedang

Mudah

Daya Pembeda cara menghitung DB menggunkan rumus berikut ini:

Daya Beda (DB) =

Keterangan:

KA: Jumlah peseta didik dalam kelompok atas sekitar (30% berdasrkan

ranking skor total) yang menjawab benar

KB: Jumlah peserta didik dalam kelompok bawah (sekitar 30% berdasarkan

ranking skor total) menjawab benar

J : Jumlah seluruh peserta tes kelompok atas dan kelompok bawah.

Penyebaran (Distribusi) jawaban dijadikan dasar dalam penelaah soal. Hal ini

dimaksud untuk mengetahui berfubgsi tidaknya jawaban yang tersedia.

1. Paling tidak dipilih oleh 5% dari seluruh peserta didik

2. Lebih banyak dipilih oleh kelompok peserta didik yang belum menguasai materi.

Validitas Instrumen yaitu ketepatan mengukur yang dimilki oleh sebutir item untuk

mengukur apa yang seharusnya (Sudijono, A. 2001) dalam Wardani Naniek (2012 : 342)

Skor total variable terikat (dependent variable ), skor item variable bebas (independent

variable). Realiabilitas Skor Tes menurut Wardani Naniek (2012 : 344) Asesmen

Page 13: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF …

8

Pembelajaran SD adalah kemampuan alat ukur untuk memberikan hasil pengukuran yang

konstan atau ajeg.

Kerangka Berpikir

Dalam pembelajaran ada beberapa tujuan.Untukmencapai kompetensi itu harus ada

alat yang digunkan untuk mengukur. Alat ukur itu harus sahih/valid.dan reliabilitas(ajeg)

Validitas mengukur faktor apa yang harus diukur realibilitas kemampuan alat ukur untuk

memberikan hasil pengukuran yang konstan atau ajeg.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (research and development /

R&D) yang didefinisikan oleh Borg Dan Gal (1983 : 772) yang dikutip oleh Wardani Naniek

dalam penelitiannya sebagai a process used to develop and validate educational products.

Istilah produk mengacu pada objek material seperti model pembelajaran, perangkat

pembelajaran seperti RPP, buku, LKS, soal- soal, materi ajar. Borg dan Gall (1983 : 775- 776)

menjelaskan ada sepuluh langkah dalam Siklus R&D yang meliputi dari mengumpulkan data

hingga diseminasi produk.

Pembelajaran Tematik

Tujuan Pembelajaran

Pengukuran Instrumen

Kognitif

Pengembangan Instrumen

(butir Soal PG

Soal Baik

Butir Soal (PG) 4

alternatif

Analisis Item

Uji Coba Instrumen

Page 14: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF …

9

Adapun langkah-langkah penelitian secara detil adalah (1) melakukan penelitian

pendahuluan (2)menyusun perencanaan membuat RPP (3) mengembangkan instrument

(membuat butir soal) (4). uji coba instrument (20 siswa) (5) analisis butir soal (6) revisi

butir soal uji lapangan utama 5 siswa (7) uji lapangan(10 Siswa) revisi (8) uji lapangan akhir.

Ruang lingkup instrumen yang dikembangkan adalah pengembangn instrumen aspek

kognitif pada pembelajaran tematik dengan Tema 8 sub tema 2 kelas 4 Instrumen yang

dikembangkan berupa tes pilhan ganda dengan 4 alternatif jawabanInstrument divalidasi

melalui Item Respon Teori atau teori respon butirInstrument digunakan untuk mengetahui

aspek kognitif Vasibilitas instrument dilakukan dengan menguji cobakan instrument dengan

teori RPB/RPD teori 3 pembeda tingkat kesukaran soal.

Prosedur Penelitian

Secaragaris besar langkah penelitian danpengembangan yang dikembangkan oleh

Sukmadinata dan kawan-kawan terdiri atas tiga tahap, yaitu: 1) Studi Pendahuluan, 2)

Pengembangan produk, dan ke 3) Pengujian produk.

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Pengembangan

Studi Pendahuluan

Tahap pertama studi pendahuluan merupakan tahap awal atau persiapan untuk

pengembangan. Tahap ini terdiri atas dua langkah, pertama studi kepustakaan dan kedua

survei lapangan. Studi kepustakaan merupakan kajian untuk mempelajari konsep-konsep

atau teori-teori yang berkenaan dengan produk instrumen penilaian ranah kognitif yang akan

TAHAP

PENGEMBANGAN

PRODUK AKHIR

MELAKUKAN STUDI

PENDAHULUAN

MENYUSUN

PERENCANAAN RPP

ANALISIS

BUTIR SOAL

UJI COBA

PRODUK 20

SISWA

PENGGUNA

REVISI UJI 5

SISWATERBAT

AS

MEMBUAT

INSTRUMEN

BUTIR SOAL

REVISI UJI 10

SISWATERBAT

AS

Page 15: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF …

10

dikembangkan.

Menyusun RPP dan Membuat Butir Soal

Langkah pertama, mengkaji KD berdasarkan silabus Tema 8 subtema 2 kelas IV.

Tentang Lingkungan Tempat Tinggalku. Silabus Tema 8 subtema 2 kelas IV dalam

kurikulum 2013

Membuat Butir Soal

Langkah selanjutnya, menulis butir soal. Setelah membuat RPP dan membuat kisi- kisi

insrtumen yang dikembangkan berdasarkn pada teori yang diacu lalu dilkukan penulisan butir

soal. Uji Coba Produk

Setelah penyususnan RPP dan penulisan soal dilakukan, Langkah selanjutnya, Pengujian

Produk Instrument Penilaian Ranah kognitif dengan Menggunakan dengan teori respon butir

(TRB) atau Instrument Respon Theory (IRT) dengan 3 parameter (tingkat kesukaran soal,

daya pembeda dan korelasi biseria. Analisis Butir Soal Setelah uji coba produk instrument

ranah kognitif kemudian dilakukan analisis butir soal dengan menggunakan Item Respon

Butir (IRT) teori dalam tahap yang dilakukan adalah analisis secara kuantitatif yaitu:

a. Tingkat kesukaran soal dengan kesukaran (p) dapat dihitung dengan

b. Daya Pembeda tes pilhan ganda (DB) = –

c. Penyebaran (Distribusi) jawaban Soal pihan ganda

d. Validasi berdasar kriteria

e. Realibilitas skor tes

Revisi Uji coba Skala utama 5 siswa Langkah berikutnya adalah melakukan revisi

terhadap butir pertanyaan, tujuan dari revisi instrument adalah Produk (Uji Coba 10 Siswa)

Setelah dilakukan uji coba kepada 5 siswa dilakukan revisi jika dalam uji coba 5 siswa

tersebut masih terdapat kelemahan dalam soal, dan perbaiki kemudian diuji cobakan kepada

10 siswa Produk (uji Coba produk terkahir)Setelah dilakukan uji coba kepada 10 siswa

dilakukan revisi jika dalam uji coba 10 siswa tersebut masih terdapat kelemahan dalam soal,

dan perbaiki kemudian diuji lapngan terakhir dan diperbaiki lagi. Subyek yang berpartisipasi

dalam uji coba produk instrumen penilaian ranah kognitif pada uji coba terbatas melibatkan

60 orang siswa SD dari tiga sekolah, yaitu SD Negeri Kumpulrejo 03, SD Negeri Salatiga 05

dan SD Negeri Blotongan 01 .

Page 16: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF …

11

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian dan pengembangan instrument penilian kognitif yang dilakukan mengacu

pada langkah-langkah pengembangan menurut Borg dan Gall (1983 : 775-776) ada sepuluh

langkah. Langkah- langkah penelitiaan tersebut kemudian disesuaikan dengan kebutuhan

yaitu dalam penelitian ini ada 8 langkah Adapun langkah- langkah penelitian secara detil

adalah: (1) melakukan penelitian pendahuluan, (2)menyusun perencanaan membuat RPP, (3)

mengembangkan instrument (membuat butir soal), (4)uji coba instrument (20 siswa), (5)

analisis butir soal, (6) revisi butir soal uji lapangan utama 5 siswa, (7) uji lapangan(10 Siswa)

revisi, dan (8) uji lapangan akhir.

Tahap Studi Pendahuluan

Pada saat Studi pendahuluan dilakukan observasi dan pngamatan terhadap kurikulum

dan butir soal yang digunakan oleh guru sekolah dasar yang melibatkan tiga sekolah sebagai

subjek penelitian. Dari observasi ini didapatkan hasil bahwa kurikulum yang digunakan oleh

SDN Blotongan 01 dan SDN Kumpulrejo 03 adalah kurikulum KTSP dan SDN Salatiga 05

menggunakan kurikulum2013 dilihat dari silabus dan RPP yang digunakan oleh guru sekolah

dasar yang dijadikan subjek penelitian ini perangkat pembelajaran iniperangkat pembelajaran

ini sudah melakukan penilaian kognitf yang harus dicapai untuk setiap materi pokok yang

diajarkan.

Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru juga sudah kooperatif yaitu dengan

metode ceramah interaktif dan diskusi. Namun, evaluasi yang dilakukan oleh guru masih

terbatas pada evaluasi domain kognitif dengant tes formatif tetapi butir soal tidak dilakukan

analisis item Padahal, menurut soal evaluasi yang baik perlu dilakukan analisis item agar

mendapatkan butir soal yang valid dan ajeg.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru didapatkan pula informasi guru mendapat

pelatihan pembuatan alat evaluasi untuk penilaian domin kognitif yaitu dengan tes yang

berupa pilihan ganda dan uraian. Sedangkan domain afektif dapat dilakukan dengan beberapa

cara, antaara lain pengamatan, pemberian angket atau inventori namun, dalam pelaksanaanya

untuk menilaian kognitif hanya dilakukan tes subyektif jarang dilakukan tes obyektif dan soal

yang diteskan belum di anaisis item, Penilaian kognitif yang dilakukan juga hanya terbatas

tidak memperhatikan tingkat ranah kognitif yang dimulai dari C1 sampai pada C6.

Oleh karena itu penilaian kognitif tidak bisa jika hanya dilakukan dengan tes

subyektif, perlu alat evaluasikognitif yang tepat sesuai dengan panduan penyusunan

instrumen penilaian kognitif dari Depdiknas (2008).

Page 17: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF …

12

Dalam pembuatan kisi-kisi, menggunakan tingkatan ranah kognitif dan Kata Kerja

Operasional (KKO) pada taksonomi Bloom yang meliputi:(C1)mengingat,(C2)Memahami,

(C3)menerapkan, (C4)menganalisis, (C5)Mengevaluasi,dan (C6)Menciptakan.

Berdasarkan uraian hasil penelitian sebelumnya, diketahui bahwa guru belum

memiliki alat penilaian domain kognitif yang tepat sesuai KI dan KD panduan dari

Depdiknas. Oleh karena itu dalam penilaian domain kognitif ini pertama menentukan

menentukan cakupan materi yang akan diukur, KI dan KD terlebih, menentukan indikator,

Kisi- kisi soal, menyusun RPP bersama perangkatnya. Salah satu alat evaluasi kognitif yang

tepat dan berkualitas untuk menilai domain kognitif siswa yaitu dengan instrumen tes yang

sesuai dengan tingkat berpikir sehingga siswa dapat memberi jawaban dari yang mudah

kesukar atau dari yang sukar kemudah terhadap materi pembelajaran yang diterimanya oleh

karena itu . Setelah menulis butir soal dilakukan Uji coba produk dengan menggunakan 20

siswa untuk mengetahui kelayakan soal. Hasil uji coba butir soal ini menggunakan Siswa

kelas IV SDN Salatiga 05 sebagai subyek (masukan Data). Dari hasil yang didapatkan pada

uji coba 20 siswa dilakukan analisis butir soal dengan menggunkana Teori Item Respon

Butir (IRT) validasi berdasar kriteria dan Reliabilitas skor tes.

Pengembangan indikator penilaian dalam instrumen penilaian domain kognitif

disusun sesuai dengan Kata kerja Operasional (KKO) ranah kognitif dan materi Tema 8

subtema 2 kelas IV. Tentang Lingkungan Tempat Tinggalku subtema 2 Keunikan Daerah

Tempat Tinggalku. Sesuai dengan ketentuan dalam pengembangan instrumen penilaian

kognitif , indikator penilaian, butir pertanyaan, nomor butir pernyataan dan skala penilaian

sebelum disusun menjadi instrument. Dalam uji coba soal nomor 4, 8 dan 12 tingkat

kesukarannya sangat sukar,daya pembedanya tidak berfungsi maka dilakukan perbaikan.

dilakukan perbaikan agar dapat diuji cobakan pada kelompok kecil. Pada uji coba kelompok

dengan menggunakan 20 siswa hasil uji coba Daya Pembeda soal nomor 4, dan 9 daya

pembeda jelek - 0,75. Validitas yaitu ketepatan mengukur yang dimilki oleh sebutir item

untuk mengukur apa yang seharusnya (Sudijono, A. 2001) dalam Wardani Naniek (2012 :

342). Pada uji coba kelompok dengan menggunakan 20 siswa ,hasil uji validitas terhadap

instrumen penilaian domain kognitif dengan Teori rtabel sebesar 0,300. Setelah dilaksanakan

ujicoba terdapat 7 ( 35%) item pernyataan yang tidak valid dengan rhitung < 0,300,

sedangkan 13 (65%) item pernyataan lainnya sudah valid dengan rhitung > 0,300. Pernyataan

yang tidak valid antara lain nomor 1,5,6,15,16,18,19.

Page 18: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF …

13

1) Analisis Reliabilitas Instrumen

Berdasarkan hasil analisis daya beda, validitas dan reliabilitas instrumen tersebut daapt

disimpulkan bahwa draf 1 instrumen penilaian domain kognitif 16 (80%) item memiliki daya

beda yang baik, 13 (65%) item pernyataan valid dan indeks keandalan tergolong baik. Dalam

instrumen tersebut masih terdapat banyak pernyataan yang belum valid, hal ini disebabkan

karena hanya berbekal pengalaman secar teoritik. Oleh karena itu untuk menghasilkan

instrumen penilaian domain kognitif yang lebih baik, dilakukan revisi terhadap draf I

instrumen yaitu untuk item pertanyaan tidak valid dan memiliki daya beda kecil. Hasil uji

Skala utama ini menggunakan siswa kelas IV SDN Kumpul Rejo 03 sebagai

Subyek(masukan Hasil) dari uji coba ini soal nomor 20 tingkat kesukarannya dalam ketgori

sukar. Dilakukan revisi diujikan lagi kepada siswa 10 Setelah menganilisis dan merevisi soal

yang dianggap lemah Langkah berikutnya adalah melakukan uji coba skala sedang 10 siswa.

Hasil uji Skala utama ini menggunakan siswa kelas IV SDN Salatiga 05 sebagai

Subyek (masukan Hasil) dari uji coba ini soal nomor 20 tingkat kesukarannya dalam ketegori

sukar. Dilakukan revisi diujikan lagi kepada siswa 10. Setelah menganilisis dan merevisi soal

yang dianggap lemah Langkah berikutnya adalah melakukan uji coba terkahir dengan

menggunakan 20 siswa. Hasil uji produk akhir ini menggunakan Siswa kelas IV SDN

Blotongan 01 sebagai subyek (masukan Hasil). Pengembangan instrumen disesuaikan dengan

standar kompetensi (KI) dari Tema 8 Tempat Tinggalku subtema 2 Keunikan Daerah Tempat

Tinggalku. Karena instrumen penilaian domain kognitif ini berfungsi untuk menilai hasil

belajar siswa, yang merupakan bagian dari proses pembelajaran maka instrumen penilaian

domain kognitif ini disusun dengan mempehatikan tingkatan penilaian ranah kognitif yang

terdiri dari enam tingkatan yaitu mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3),

menganalisis (C4) mengevaluasi (C5) menciptakan (C6) Kata Kerja Operasional (KKO)

dalam tingkatan ranah kognitif digunakan untuk menyususn indikator penilaian yang tertera

dalam kisi-kisi instrumen penilaian domain kognitif. Arikunto (2013: 134) menyatakan

bahwa ranah kognitif yang cocok diterapkan di SD yaitu pengetahuan, pemahaman, dan

aplikasi. Selain itu dapat dilatihkan di sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah

atas (SMA), atau perguruan tinggi. Oleh karena itu, dalam penulisan soal obyektif ini hanya

sampai pada C1 dan C3 karena penelitian ini berkaitan dengan pembelajaran di SD. Hasil

telaah inilah yang digunakan untuk memperbaiki draf awal instrumen. Perbaikan draf awal

juga didasarkan pada hasil validasi dari tim ahli. Hasil validasi dari tim ahli ini juga dijadikan

acuan dalam penyususnan draf I instrumen yang digunakan untuk di ujicobakan kepada

responden. Ujicoba dilakukan dengan melibatkan 15 responden.

Page 19: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF …

14

Validitas dan reliabilitas merupkan indikator penting dalam menganalisis instrumen.

Hasil dari analisis validitas dan reliabilitas inilah yang dijadikan acuan untuk memperbaiki

isntrumen setelah pelaksanaan ujicoba.

Indeks tingkat kesukaran soal (p) dapat dihitung dengan rumus seperti berikut:

P Tingkat kesukaran soal pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang

besarnya berkisar 0,00-1,00 (Aiken(1994) dalam Wardani Naniek 2012 : 338. Asesmen

Pembelajaran SD). Untuk menentukan tingkaat kesukaran butir soal dapat mnggunakan tabel

tingkat kesukaran berikut

Rentang Nilai Tinggkat Kesukaran

0,00-25

0,26-075

0,76-1.00

Sukar

sedang

Mudah

Setelah melakukan perbaikan instrumen disusun kembali dan digunakan untuk uji

coba lapangan. Hasil ujicoba dengan jumlah siswa 30 siswa mendapatkaan hasil, tingkat

kesukaran r ≤ 025 ≤ p ≤ 0,75.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan dapat disimpulkan

bahwa instrumen penilaian kognitif Tematik Kelas 4 tema 8 sub tema 2 pada semester genap

tahun ajaran 2015/2016 dapat dikembangkan atau digunakan lagi namun dengan revisi.hadir

penelitian awal menunjukan bahwa penilaian kognitif yang digunakan gutu kurang tepat,

karena hanya dilakukan dengan uji ahli dan tidakdiujikan langsung pada siswa. Oleh karena

itu dikembangkan instrumen penilaian domain kognitif sebagai salah satu alat evaluasi guru.

Pengembangan draf awal instrumen, yaitu dengan uji coba, analisis butir soal hasil analisis

butir soal menyatakan instrumen penilaian domain kognitif layak dengan rata persentase

sahih dengan r ≥ 0,20 reiliabel dengan α ≥ 0,20 dan tingkat kesukran soal butir soal sedang

0,25 ≤ P ≤ 0,75. Instremen kognitif pembelajaran tema 8 Tempat tinggalku Sub tema 2

Keunikan Daerah Tempat Tinggalku Kelas 4 semester 2 layak sebai instrument yang baik.

Saran

Berdasarkan simpulan yang diperoleh, saran yang diberikan adalah guru perlu

melakukan analisis butir soal untuk melakukan penilaian kepada siswa baik penilaian aspek

kognitif, afektif maupun psikomor. Mengembangkan instrumen penilaian domain kognitif ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu penulisan indikator sesuai dengan KKO ranah

Page 20: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF …

15

kognitif, penggunaan bahasa yang tepat serta perbedaan penyususnan kalimat pada setiap

kriteria pengukuran kognitif

DAFTAR PUSTAKA

Admiral, Munira. 2010. Dalam penelitiannya “Students’ Conceptions of the Nature of

Mathematics and Attitudes towards Mathematics Learning” mengatakan bahwa

The survey was conducted using a five-point Likert scale ranging from ‘strongly

agree’ through ‘neutral’ to ‘strongly disagree’.

Azwar, Saifuddin. 2011. Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Dimyati dan Mudjiono.2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Kemendikbud. (2014). Permendikbud No. 57 tentang Kurikulum 2013 Sekolah

Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Undang-Undang, Nomor : 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Kose, Esra Ozay. 2010.Dalam penelitiannya “The Factors That Affect Attitudes towards

Environment of Secondary SchoolStudents”. Mengatakan bahwa There are a lot of

studies that show environmental attitude of secondary school students and factors

which affect this attitude. These studies introduced that a lot of factors effect

student’s attitude. The most important of these factors is students’ knowledge about

environment

Mardapi. 2008. Teknik Penyusunan Instrumen tes dan nontes. Yogjakarta: Mitra Cendikia

Press

Mehmet Erdogan, dkk. 2011. Dalam penelitiannya “Development and validation of

Children’s Responsible Environmental Behavior Scale”. Mengatakan bahwa

Though environmentally responsible behavior (ERB) has been a focus of many

studies in the field of environmental education, very few scales have been developed

to assess children’s ERB.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan praktiknya/Sukardi.

Jakarta: Bumi Aksara.

Sukmadinata, nana syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung Rosdakarya.

Wardani, Naniek Sulistya, dkk.2012. Asesmen Pembelajaran SD.BBM. Salatiga : Widya Sari.

Page 21: PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF …

16

Wardani, Naniek Sulistya, dan Slameto. 2012. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar SD.

Salatiga : widya Sari.

Wardani Naniek Sulistya.Slameto.2012. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar. Salatiga.

WidyaSari