pengembangan area etika, moral, mediko legal dan

7
Vol. 2 | No. 1 | Maret 2013 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia 9 Yani Istadi, Pengembangan Area Etika, Moral, Mediko Legal dan Profesionalisme serta Keselamatan Pasien dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi Korespondensi: FK Unissula JL. Raya Kaligawe Km.4 Semarang, 50112. PO Box 1054/SM, 08156534492 Fax: (024) 6594366 Email: [email protected] Pengembangan Area Etika, Moral, Mediko Legal dan Profesionalisme serta Keselamatan Pasien dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi Yani Istadi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Abstract Introduction: The existence of the application of competency-based curriculum (CBC) with the strategy of problem based learning (PBL) has influenced the learning process of ethics and professionalism. It poses a challenge for every medical school to develop the new curriculum. There has been a controversy on the model of the curriculum development. Objective: This article describes several educational studies on ethics and professionalism and proposes one curriculum model. Discussion: The method used in the study of ethics is directed in accordance with the level of education and the complexity of the expertise field. Determination of the material depends on the competence and the expected outcomes. Challenges in the assessment and ethics and professionalism must be faced. Conclusion : The development of a curriculum that will better ensure the achievement of competence 7th SKDI area. Therefore, the curriculum makers must continue to innovate. Keywords: ethics and professionalism, curriculum development Abstrak Pendahuluan: Keberadaan penerapan kurikulum berbasis kompetensi dengan strategi problem based learning (PBL) telah mempengaruhi proses pembelajaran etik dan profesionalisme. Sebuah tantangan setiap institusi pendidikan kedokteran mengembangkan kurikulum baru pada area ini. Adanya kontroversi pada pengembangan area ini di dalam kurikulum. Tujuan: Artikel ini menggambarkan beberapa penelitian pendidikan etik dan profesionalisme dan menawarkan satu contoh model pengembangannya Pembahasan: Metode yang digunakan dalam pembelajaran etik diarahkan sesuai dengan tingkat pendidikan dan kompleksitas bidang keahlian. Penentuan materi tergantung pada kompetensi dan luaran yang diharapkan. Tantangan dalam asessment etik dan profesionalisme harus dihadapi. Kesimpulan: Pengembangan kurikulum yang baik akan menjamin pencapaian kompetensi area ke-7 SKDI. Oleh karena itu, pembuat kurikulum harus terus berinovasi. Kata Kunci : etik dan profesionalisme, pengembangan kurikulum

Upload: others

Post on 03-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengembangan Area Etika, Moral, Mediko Legal dan

Vol. 2 | No. 1 | Maret 2013 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia 9

Yani Istadi, Pengembangan Area Etika, Moral, Mediko Legal dan Profesionalisme serta Keselamatan Pasien dalamKurikulum Berbasis Kompetensi

Korespondensi: FK Unissula JL. Raya Kaligawe Km.4 Semarang, 50112. PO Box 1054/SM, 08156534492 Fax: (024) 6594366Email: [email protected]

Pengembangan Area Etika, Moral, Mediko Legal danProfesionalisme serta Keselamatan Pasien dalamKurikulum Berbasis Kompetensi

Yani IstadiFakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan AgungSemarang

Abstract

Introduction: The existence of the application of competency-based curriculum (CBC) with the strategy of problembased learning (PBL) has influenced the learning process of ethics and professionalism. It poses a challenge for everymedical school to develop the new curriculum. There has been a controversy on the model of the curriculum development.Objective: This article describes several educational studies on ethics and professionalism and proposes one curriculummodel.Discussion: The method used in the study of ethics is directed in accordance with the level of education and the complexityof the expertise field. Determination of the material depends on the competence and the expected outcomes.Challenges in the assessment and ethics and professionalism must be faced.Conclusion: The development of a curriculum that will better ensure the achievement of competence 7th SKDI area.Therefore, the curriculum makers must continue to innovate.

Keywords: ethics and professionalism, curriculum development

Abstrak

Pendahuluan: Keberadaan penerapan kurikulum berbasis kompetensi dengan strategi problem based learning(PBL) telah mempengaruhi proses pembelajaran etik dan profesionalisme. Sebuah tantangan setiap institusipendidikan kedokteran mengembangkan kurikulum baru pada area ini. Adanya kontroversi pada pengembanganarea ini di dalam kurikulum.Tujuan: Artikel ini menggambarkan beberapa penelitian pendidikan etik dan profesionalisme dan menawarkansatu contoh model pengembangannyaPembahasan: Metode yang digunakan dalam pembelajaran etik diarahkan sesuai dengan tingkat pendidikandan kompleksitas bidang keahlian. Penentuan materi tergantung pada kompetensi dan luaran yang diharapkan.Tantangan dalam asessment etik dan profesionalisme harus dihadapi.Kesimpulan: Pengembangan kurikulum yang baik akan menjamin pencapaian kompetensi area ke-7 SKDI. Olehkarena itu, pembuat kurikulum harus terus berinovasi.

Kata Kunci: etik dan profesionalisme, pengembangan kurikulum

Page 2: Pengembangan Area Etika, Moral, Mediko Legal dan

Vol. 2 | No. 1 | Maret 2013 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia10

Yani Istadi, Pengembangan Area Etika, Moral, Mediko Legal dan Profesionalisme serta Keselamatan Pasien dalamKurikulum Berbasis Kompetensi

PENDAHULUAN

Pada saat ini pendidikan kedokteran sedang mengada-kan inovasi pada kurikulum. Kurikulum yangterselenggara adalah kurikulum berbasis kompetensi.Kurikulum berbasis kompetensi ini merupakanpendidikan berbasis luaran (outcome), artinya kompetensiyang ada berawal dari luaran yang diharapkan olehmasyarakat. Salah satu kompetensi yang harus dipunyaiseorang dokter adalah area etika, moral, mediko legaldan profesionalisme serta keselamatan pasien. Area inididesain untuk memfasilitasi tanggung jawab perilakudan keterampilan pengembangan profesi yang dibutuh-kan mahasiswa untuk praktek klinik.

Area ini merupakan salah satu materi pembelajarankurikulum kedokteran. Pembelajaran etik dan profesio-nalisme merupakan komponen penting pendidikankedokteran, yang secara empirik masih sedikit informasidi dalam kurikulum. Dahulu materi etika dan hukumkedokteran diselenggarakan dalam bentuk mata kuliah.Metode pembelajaran yang digunakan hanya satu yaitukuliah. Materi yang diajarkan sebagian besar berisipengetahuan sedangkan sikap merupakan hiddencurriculum. Evaluasinya masih menilai pengetahuan.

Adanyapenerapankurikulumberbasiskompetensi (KBK)dengan strategi pendekatan problem based learning (PBL)mempunyai pengaruh terhadap proses pembelajaran etikdan profesionalisme. Banyak kontroversi di kalanganpendidik tentang cara efektif di dalam mengajarkan areaini apakah proses pembelajarannya dibuat dalam satublok/modul habis atau disebar ke dalam blok-blok/modul-modul sepanjang proses pendidikan. Suatutantangan tersendiri bagi setiap fakultas kedokteranuntuk mengembangkan area tersebut di dalamkurikulumnya.

PEMBAHASAN

Prinsip Dasar Pengembangan Pembelajaran AreaEtika, Moral, Mediko Legal dan Profesionalisme sertaKeselamatan Pasien.

Penerapan kurikulum berbasis kompetensi (KBK)dengan strategi pendekatan problem based learning (PBL)mempunyai pengaruh terhadap proses pembelajaran etikdan profesionalisme termasuk di dalamnya caramengembangkan pembelajarannya. Beberapa literatur

yang membahas tentang prisip-prinsip dasarpengembangan pembelajaran pada area ini diantaranya:

1. Menurut Emilia dan Harsono1 pada prinsipnyamengajarkan etik dan profesionalisme sebaiknyamenggunakan pendekatan yang sistematik, yaitupertama kali harus diidentifikasi kompetensi yangmemang ingin dicapai melalui pembelajaran ini.Kedua ditetapkan komponen kurikulum yangcocok untuk mengenalkan konsep etik danprofesionalisme. Ketiga, pembelajaran ini harusbersifat eksplisit dan masuk dalam aturan formalinstitusi. Prinsip keempat adalah jangan sekali-kali mengkompensasikan aspek etik dan profe-sionalisme dengan penilaian aspek lain karenajustru tidak membantu pembinaan kompetensietik dan profesionalisme. Kelima, mahasiswaharus diberi kesempatan dan keterampilan untukmelakukan refleksi terhadap proses pembelajaranyang telah dijalaninya.

2. Integrasi penuh di dalam pengajaran etik danhukum kedalam kurikulum direkomendasikan,terutama pada fase rotasi klinik.2 Sebaiknya setiapbagian klinik mempunyai pembahasan isu etikdan legal yang relevan di bagiannya.3

3. Keterampilan pembuatan keputusan etikmerupakan bagian integrasi dari prosespembuatan keputusan klinik sehingga prosespembelajarannya sebaiknya diintegrasikan kedalam komponen pembelajaran klinik.4

4. Pembelajaran etik dan hukum kedokteran sepertimateri kurikulum inti yang lain tentunya dinilaisecara formal juga.5

5. Para ahli pendidikan menekankan pembelajaranyang berpusat pada mahasiswa maka langkahpertama yang dilakukan adalah identifikasikebutuhan dari mahasiswa.6

6. Pendidikan etik dilakukan dengan pendekatanintegrasi antara pelayanan pasien dan etika itusendiri.7

Metode Pembelajaran

Metode yang digunakan dalam pembelajaran etiktentunya diarahkan sesuai dengan tingkat pendidikanmahasiswa, dan tingkat kompleksitas pelayanan pasiendan bidang keahliannya. Oleh karena itu metodependekatan pembelajaran yang digunakan bagi dokter

Page 3: Pengembangan Area Etika, Moral, Mediko Legal dan

Vol. 2 | No. 1 | Maret 2013 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia 11

Yani Istadi, Pengembangan Area Etika, Moral, Mediko Legal dan Profesionalisme serta Keselamatan Pasien dalamKurikulum Berbasis Kompetensi

muda akan berbeda sekali dengan residen.7 Beberapaliteratur tentang metode pembelajaran etik danprofesionalisme, diantaranya menyebutkan bahwa:

1. Pembelajaran melalui diskusi kelompok kecildengan menggunakan studi kasus di dalamkurikulum terintegrasi dapat secara efektifmengembangkan nilai normatif profesi kedokter-an. Semakin banyak kesempatan di dalam diskusikelompok kecil maka efektifitasnya semakinbesar.5 Pembelajaran ini juga memberikanpengaruh besar terhadap penalaran moral (moralreasoning ) daripada kuliah atau kelas besar.2,8

Temuan dari Self et al9 menunjukkan bahwadiskusi kelompok kecil menimbulkan efekpenalaran moral ketika mahasiswa terpapar 20jam atau lebih didalam proses pembelajaran.Menurut Kauffman et al10, alasan mengapa diskusikelompok kecil lebih efektif daripada kuliah ataukelas besar adalah kemungkinan karena di dalamproses diskusi kelompok kecil terjadi hubunganyang kondusif yang memungkinkan adanyatransformative learning.

2. Adanya integrasi teori dengan praktek, melakukanbimbingan yang mendukung/positif, pembelajaranbersifat bertahap sepanjang kurikulum, dan disertaidengan ilustrasi yang konkrit.11

3. Adanya pola interaktif dan tidak menggurui,berbasis kasus, pendekatan menyeluruh danmanusiawi, melihat pasien/ kasus secara langsungmaupun tidak langsung (melalui klip video atauskenario kasus), mengedepankan umpan balikpositif terhadap proses pembelajaran, kurikulumterstruktur dan berjenjang.12

4. Pembelajaran dengan melibatkan mahasiswa terjunke rumah sakit dengan melihat kasus etik dilingkungan sekitar yang kemudian kasus tersebutdiangkat di dalam suatu forum. Forum tersebutdiarahkan oleh seorang pakar bioetik yang telahmempersiapkan sumber pustaka. Forum semacamini dinilai sangat efektif karena mahasiswa diajarkansesuai dengan kenyataan yang dialaminya. Forumini bersifat informasi/ bimbingan sehinggamahasiswa tidak perlu takut untuk dinilai.13 Spike19

menyarankan setiap rumah sakit pendidikansebaiknya selalu ada seorang ahli etik yang bekerjafull-time guna membantu jika seseorang ingin

menanyakan alternatif pertimbangan di dalamproses pelayanan kesehatan

5. Adanya pembelajaran dengan menggunakanpendekatan kuliah yang mengutamakan metodecerita, diskusi interaktif dengan kombinasi debatetik, sesi panel ahli, bermain peran, tugas-tugas yangharus diselesaikan, dan mengamati situasi praktekyang ada.1

6. Menggunakan dosen sebagai role model. Role modellebih efektif daripada formal coursework olehkarena dosen berkeinginan untuk mengakui ke-kurangan ketika berbagi pengalaman pribadimereka dengan mahasiswa sehingga hal inimemainkan peran penting didalam menumbuh-kan sikap kritis yang konstruktif terhadap maha-siswa.14 Data empiris lain juga menguatkan bahwamahasiswa lebih terpengaruh oleh role modeldaripada formal coursework.15Hafferty dan Franks16

menyarankan bahwa role model dapat membantumenetralkan efek dari hidden curriculum.

7. Visite besar etik dan kursus etik berbasis web.7

8. Menggunakan pendekatan Bristol yaitu: kurikulumterstruktur dan berjenjang, pembelajaran secara aktifmelibatkan mahasiswa, belajar berdasarkan kasus,kasus-kasus etik yang dipelajari berkenaan denganpasien, pembahasan teori disertai dengan aplikasiklinik, pendekatan menyeluruh dan manusiawi,disampaikan secara interaktif dan tidak menggurui,adanya suasana yang aman dalam berdiskusi, kritikyang muncul bersifat membangun dan diberikansecara berkesinambungan dan bila memungkin-kanadanya tim ajar etik dalam mengorganisasi danmenjalankannya.17

Materi Pembelajaran Etik dan ProfesionalismeDalam menentukan materi apa yang akan diberikantentunya tergantung pada kompetensi dan luaran yangdiharapkan. Standar Kompetensi Dokter telah mengaturhal tersebut tetapi harus dijabarkan lagi ke dalam sasaranbelajar. Beberapa literatur yang menyarankan tentangmateri pembelajaran etik diantaranya:

1. Autonomy, inform consent, kerahasiaan, alkohol, hakasasi manusia, negligencedan malpraktek.5

2. Komitmenuntukbelajar, keterampilan komuni-kasi,bekerjasama sebagai anggota tim, dan integrity.8

Page 4: Pengembangan Area Etika, Moral, Mediko Legal dan

Vol. 2 | No. 1 | Maret 2013 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia12

Yani Istadi, Pengembangan Area Etika, Moral, Mediko Legal dan Profesionalisme serta Keselamatan Pasien dalamKurikulum Berbasis Kompetensi

3. Inform consent, patient autonomy, beneficience, keadilan,kerahasiaan dan etika klinik. 19

4. Inform consent, hubungan interprofessional, inter-aksidengan keluarga, keterampilan komunikasi danperawatan end-of life.6

5. Etika kedokteran umum, etika kedokteran khusus,etika dalam masalah klinik, etika dalam masalahpenelitian kedokteran, dan etika dalam masalahreproduksi manusia.20

AsesmenAsesmen etik dan profesionalisme dalam pengetahuan,keterampilan dan sikap merupakan tantangan yangpenting. Pengetahuan faktual dapat dievaluasi melaluiujian langsung menggunakan ujian tertulis (MEQ, Essayatau MCQ). Keterampilan dapat menggunakan objectivestandardized clinical examination (OSCE).Sedangkanuntukprofesionalisme menggunakan3600 reviews (peer, perawatdan lainnya) atau disediakan form elektronik evaluasi.18,21

Contoh Implementasi area Etika, Moral, Mediko Legaldan Profesionalisme serta Keselamatan Pasien yangdikembangkan di Fakultas Kedokteran Unissula

Fakultas Kedokteran Unissula mulai mengembangkanmateri pembelajaran area Etika, Moral, Mediko Le-gal dan Profesionalisme serta Keselamatan Pasiensejak 2007-sekarang. Sebelumnya materi etika dan

hukum kedokteran masih mengacu pada kurikulumyang lama, dan pengorganisasian materi dilaksanakansebagai matakuliah. Setelah 2007, materi pembelajar-an dikembangkan sesuai dengan tingkat kompetensidan learning outcome yang diharapkan oleh StandarKompe-tensi Dokter Indonesia. Oleh karena isikurikulum diintegrasikan baik secara horizontalmaupun vertikal maka materi pada area ini jugadiintegrasikan ke dalam modul-modul dan disesuaikandengan temanya artinya diorganisasi secara terstrukturdan berjenjang. Struktur Kurikulum terdiri dari pro-gram pendidikan sarjana (fase 1 dan 2) dan programpendidikan profesi dokter (fase 3).

Pada Fase 1 pembelajaran ditekankan pada aspek teoritikdari etika, legal dan profesionalisme serta nilai intikedokteran. Fase 2 ditekankan pada aspek penangananpasien seperti prima facie; KODEKI dan hukumkedokteran; sumpah; UUPK; hak asasi manusia;keterampilan penyelesaian masalah terkait etika, legal,dan hukum dengan menggunakan skenario kasus/klipvideo sedangkan fase 3 (klinik) ditekankan pada aspekhukum pelayanan kedokteran dan RS; pengetahuan danketerampilan surat-surat yang berkekuatan hukum;keselamatan pasien; dan keterampilan penyelesaianmasalah terkait etika, legal, dan hukum dengan meng-gunakan kasus nyata. Tabel 1 menunjukkan contohmateri area 7 yang dimasukkan ke dalam kurikulum.

Tabel 1. Sebaran materi area 7 pada tahun pertama

Page 5: Pengembangan Area Etika, Moral, Mediko Legal dan

Vol. 2 | No. 1 | Maret 2013 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia 13

Yani Istadi, Pengembangan Area Etika, Moral, Mediko Legal dan Profesionalisme serta Keselamatan Pasien dalamKurikulum Berbasis Kompetensi

Page 6: Pengembangan Area Etika, Moral, Mediko Legal dan

Vol. 2 | No. 1 | Maret 2013 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia14

Yani Istadi, Pengembangan Area Etika, Moral, Mediko Legal dan Profesionalisme serta Keselamatan Pasien dalamKurikulum Berbasis Kompetensi

Penggunaan metode pembelajaran pun juga disesuaikandengan fase pembelajaran, tingkat kompetensi danlearning outcome yang diharapkan. Pada fase 1, sebagianbesar metode pembelajaran menggunakan metodekuliah interaktif dan sebagian kecil skill lab (pembelajarandi skill lab ditujukan untuk keterampilan etik danprofesionalisme). Fase 2, metode yang digunakan sudahada variasi yaitu menggunakan metode small groupdiscussion yang membahas kasus masalah-masalah etikklinis dalam bentuk skenario, kuliah interaktif denganmenggunakan skenario kasus sebagai “gaining attention”,keterampilan medik yang disisipkan komponenpenilaian profesionalisme. Sedangkan fase 3, metodepembelajarannya ditekankan pada pembelajaran denganpasien atau masyarakat di wahana pendidikan klinik.Mahasiswa dihadapkan dengan kasus-kasus etik klinikyang mereka jumpai selama mereka pendidikan ditempat tersebut. Metode pembelajarannya menggunakantutorial klinik, pleno, sesi journal reading tentang etikdan laporan kasus.22

KESIMPULAN

Dari penjelasan singkat di atas dapat diambil kesimpulanbahwa adanyapenerapan kurikulumberbasis kompetensi(KBK) dengan strategi pendekatan problem based learning(PBL) memaksa para pengembang kurikulum untukmelakukan inovasi. Area Etika, Moral, Mediko Legaldan Profesionalisme serta Keselamatan Pasien merupa-kan area ke 7 dari standar kompetensi dokter yangmemfasilitasi tanggung jawab perilaku dan keterampilanpengembangan profesi yang dibutuhkan mahasiswauntuk praktek klinik. Agar tercapainya area kompetensiini diperlukan suatu sistem pengembangan kurikulumyang baik mulai dari tingkat kurikulum makro,kurikulum meso dan kurikulum mikro. Pengertian yangbaik tentang etik kedokteran merupakan sentral dalammenuju pelayanan kedokteran yang baik.

Page 7: Pengembangan Area Etika, Moral, Mediko Legal dan

Vol. 2 | No. 1 | Maret 2013 | Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia 15

Yani Istadi, Pengembangan Area Etika, Moral, Mediko Legal dan Profesionalisme serta Keselamatan Pasien dalamKurikulum Berbasis Kompetensi

DAFTAR PUSTAKA

1. Emilia O, Harsono. Mengajar etik dan profesional-isme.Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi KesehatanIndonesia. 2007;2(4): 126-9.

2. Goldie J, Schwartz L, Mc Connachie A, Morrison J.The impact of a modern curriculum on students’proposed behaviour on meeting ethical dilemmas.Medical Education [Internet]. 2004 [cited 2009 Jul22];38(9):942-9. Available from: MEDLINE.

3. UK Consensus Statement. Teaching medical ethics andlaw within medical education: a model for the UK corecurriculum. Journal Medical Ethics [Internet]. 1998[cited 2009 Jul 22];24(3): 188-92.Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1377522.

4. Goldie J. Review of ethics curricula in undergraduatemedical education. Medical Education [Internet]. 2000[cited 2009 Jul 30];34(2): 108-19. Available from:MEDLINE.

5. Goldie J, Schwartz L, Mc Connachie A, Morrison J.The impact of three years ethics teaching, in integratedmedical curriculum, on students’ proposed behaviouron meeting ethical dilemmas. Medical Education[Internet]. 2002 [cited 2009 Aug 2];36(5): 489-97.Available from: MEDLINE.

6. Goold SD and Stern DT. Ethics and professionalism:what does a resident need to learn? The AmericanJournal of Bioethic [Internet]. 2006 [cited 2009 Aug2];6(4): 9-17. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16885093.

7. Bolin JN. Strategies for incorporating professional ethicseducation in graduate medical programs. The AmericanJournal of Bioethics [Internet]. 2006 [cited 2009 Aug7];6(4): 35-6. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16885103.

8. Self DJ, Wolinsky FD, Baldwin DC. The effect ofteaching medical ethics on medical students’ moralreasoning. Academic Medicine [Internet]. 1989 [cited2009 Jul 20;64(12): 755-9. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2590358.

9. Self DJ, Olivarez M, Baldwin DC. The amount of smallgroup case-study discussion needed to improve themoral reasoning skills of medical students. AcademicMedicine [Internet]. 1998 [cited 2009 Jul 19];73(5):521-3. Available from: http://www.ncbi. nlm.nih.gov/pubmed/9609864.

10. Kaufman DM, Mann KV, Jennett PA. ASME MedicalEducation Booklet. Teaching and learning in medicaleducation: how can theory inform practice. MedicalEducation. 2000;34: 20-2. Available from: MEDLINE.

11. Li B. Ethics teaching in medical school. Hastings CenterReport. 2000;30( Suppl 4):S30-2.

12. Swick HM, Szenas P, Danoff D, Whitcomb ME.Teaching professionalism in undergraduate medicaleducation. JAMA [Internet]. 1999 [cited 2009 Aug 16];282(9): 830-2. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10478688.

13. Spike JP. Residency education in clinical ethics andprofessionalism: not just what, but when, where, andhow ought residents be taught? The American Journalof Bioethics [Internet]. 2006 [cited 2009 Aug 16]; 6(4):23-5. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih. gov/pubmed/16885097.

14. Goldie J, Schwartz L, Mc Connachie A, Morrison J.Impact of a new course on students’ potential behaviouron encountering ethical dilemmas. Medical Education[Internet]. 2001 [cited 2009 Aug 16];35(3): 295-302.Available from: MEDLINE.

15. Sulmasy DP, Terry PB, Faden RR, Levine DM. Long-term effects of ethics education on the quality of carefor patients who have do-not-resuscitate orders. J GenIntern Med [Internet]. 1994 [cited 2009 Aug 20];9: 622-6. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/7853071.

16. Hafferty FW, and Franks R. The hidden curriculum,ethics teaching and the structure of medical education.Academic Medicine [Internet]. 1994 [cited 2009 Aug20];69(11): 861-71. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/7945681.

17. Brennan MG. Ethics and attitudes. In: Dent JA, HardenRM, editors. A Practical Guide for Medical Teachers,2nd ed. Edinburgh: Elsevier Churchill Livingstone 2005;248-55.

18. Arnold L. Assessing professional behavior: yesterday,today, and tomorrow. Academic Medicine [Internet].2002 [cited 2009 Aug 22];77(6): 502-15. Availablefrom: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12063194.

19. Robin ML and Caniano DA. Analysis of clinicalbioethics teaching in pediatric surgery residency. Journalof Pediatric Surgery [Internet]. 1998 [cited 2009 Aug22];33(2): 373-7. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9498421.

20. Samil RS. Etika kedokteran Indonesia. Edisi kedua.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiro-hardjo;2001.

21. Lynch DC, Surdyk PM, and Eiser AR. Assessingprofessionalism: a review of the literature. MedicalTeacher [Internet]. 2004 [cited 2009 Sep 2];26(4): 366-73. Available from: MEDLINE.

22. Istadi Y. Blue print implementasi area etika, moral,mediko legal dan profesionalisme serta keselamatanpasien fakultas kedokteran Unissula Semarang.Disampaikan pada pertemuan dengan HWS Dikti;2008.