legal memorandum an
TRANSCRIPT
LEGAL MEMORANDUM
Uuntuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Hukum
Perusahaan
Semester Ganjil 2010/2011
OLEH
MONIQUE FIRSTY RP 0710113163
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS HUKUM
MALANG
2010
A. KEPALA LEGAL MEMORANDUM (HEADING)
Kepada : Ibu Amelia Sri Kusumadewi
Dari : Monique Firsty RP
Pokok Masalah : Potensi konflik yang timbul dalam pembuatan berita acara
RUPS Perseroan Terbatas
Para Pihak : 1.Direktur
2.Komisaris
3.Pemegang Saham
Tanggal : 20 Desember 2010
Perihal : Tinjauan Yuridis Tanggung Jawab Notaris dalam
Pembuatan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham
B. PERMASALAHAN HUKUM (LEGAL ISSUES)
Pasal 1 butir (1) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas menyatakan Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan
adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan
perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya
terbagai dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-
undang ini serta peraturan pelaksananya.
Sebagai badan hukum, perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan
perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya
terbagi dalam saham mempunyai konsekuensi, yaitu merupakan lembaga yang
mandiri pendukung hak dan kewajiban yang dapat melakukan perbuatan hukum
baik di dalam maupun di luar pengadilan serta mempunyai harta yang terpisah
dari pengurusnya maupun para pendirinya. Berbeda dengan orang perseorangan
(manusia), perseroan terbatas walaupun merupakan subyek hukum mandiri adalah
suatu artifical person yang tidak dapat melakukan tugasnya sendiri. Oleh karena
itu perseroan memerlukan organ- organnya untuk menjalankan usahanya,
mengurus kekayaannya, dan mewakili perseroan di depan pegadilan maupun di
luar pengadilan. Organ perseroan tersebut sebagaimana dinyatakan dalam pasal 1
ayat (2) UUPT Nomor 40 Tahun 2007, bahwa organ perseroan adalah Rapat
Umum Pemegang Saham, Direksi dan Dewan Komisaris.
Organ-organ tersebut mempunyai fungsi dan tugas masing-masing sesuai
dengan ketentuan Undang-Undang perseroan Terbatas maupun anggaran dasar
perseroan. RUPS adalah organ perseroan yang memegang kekuasaan tertinggi
dalam perseroan dan memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan dan
memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada direksi dan komisaris.
RUPS mempunyai segala wewenang yang tidak diserahkan kepada direksi atau
komisaris dalam batas yang ditentukan oleh undang-undang dan anggaran dasar.
RUPS yang diselenggarakan oleh suatu perseroan merupakan organ yang
sangat penting dalam mengambil berbagai kebijakan yang berkaitan dengan
perseroan, sehingga sesuai dengan pasal 77 ayat (4) UUPT Nomor 40 Tahun 2007
setiap penyelenggaraan RUPS harus dibuatkan risalah rapat (pernyataan
keputusan rapat) yang disetujui dan ditandatangani oleh semua peserta RUPS.
Dalam prakteknya, RUPS dituangkan dalam suatu akta otentik yang dibuat di
hadapan notaris.
Akta otentik sebagai alat bukti terkuat dan terpenuh mempunyai peranan
penting dalam setiap hubungan hukum dalam kehidupan masyarakat. Melalui akta
otentik yang menentukan secara jelas hak dan kewajiban, menjamin kepastian
hukum, dan sekaligus diharapkan pula dapat terhindar dari terjadinya sengketa.
Walaupun sengketa tersebut tidak dapat dihindari, namun dalam proses
penyelesaian sengketa tersebut akta otentik yang merupakan alat bukti tertulis
terkuat dan terpenuh memberi sumbangan nyata bagi penyelesaian perkara.
Dalam hal pembuatan berita acara rapat umum pemegang saham yang
dibuat oleh notaris, notaris hanya menguraikan secara otentik sesuatu tindakan
yang dilakukan atau suatu keadaan yang dilihat atau disaksikannya di dalam
menjalankan jabatan notaris. Melihat kenyataan yang ada maka dapat ditarik
beberapa permasalahan yakni :
1. Bagaimakah potensi konflik yang timbul dalam pembuatan berita acara
RUPS perseroan terbatas?
2. Bagaimana upaya notaris mengatasi konflik yang terjadi dalam
pembuatan berita acara RUPS perseroan terbatas?
C. JAWABAN SINGKAT (BRIEF ANSWER)
Potensi konflik yang timbul dalam pembuatan berita acara rapat umum
pemegang saham perseroan terbatas antara lain:
1. Benturan kepentingan organ perseroan terbatas
Benturan kepentingan adalah perbedaan antara kepentingan ekonomis
perusahaan dengan kepentingan ekonomis pribadi direktur, komisaris dan atau
pemegang saham utama perusahaan.1 Untuk itu perlu suatu pedoman yang
dijadikan acuan dalam hal benturan kepentingan.
Dalam hal direksi menjalankan perusahaan tidak terlepas dari Good
Corporate Governance. Pemahaman ini dapat diartikan sebagai suatu proses
1 Hasil wawancara dengan Bapak Edi, direksi PT. Bentala Subur tanggal 20 Desember 2010
dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan guna memberikan nilai
tambah pada perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang bagi
pemegang saham, dengan memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya
berlandaskan peraturan perundang-undangan dan norma yang laku.
Pasal 93 UUPT menetapkan bahwa peraturan tentang pembagian tugas
dan wewenang setiap anggota direksi serta besar dan jenis penghasilan direksi
ditetapkan oleh RUPS. Dalam anggaran dasar dapat ditetapkan bahwa
kewenangan RUPS dilakukan oleh komisaris atas nama RUPS. Dalam
anggaran dasar dapat ditetapkan bahwa kewenangan RUPS dilakukan oleh
komisaris atas nama RUPS. Lebih jelasnya dinyatakan bahwa direksi
bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan
tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar
pengadilan.
Selanjutnya undang-undang perseroan terbatas menegaskan, direksi
mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan. Dalam hal
anggota direksi terdiri lebih dari satu orang yang berwenang mewakili
perseroan adalah setiap anggota direksi, kecuali ditentukan lain dalam undang-
undang, anggaran dasar, atau keputusan RUPS. Keputusan RUPS tidak boleh
bertentangan dengan ketentuan undang-undang dan atau anggaran dasar
perseroan. (pasal 98 UUPT).
Dalam hal kuorum RUPS pertama tidak tercapai, rapat harus tetap dibuka
dan kemudian ditutup dengan membuat notulen rapat yang menerangkan
bahwa RUPS pertama tidak dapat dilanjutkan karena kuorum tidak tercapai dan
selanjutnya dapat diadakan pemanggilan RUPS yang kedua.
2. Pemegang saham minoritas tidak dapat mempergunakan mekanisme RUPS
dalam mempertahankan hak-haknya2.
Secara teoritis seluruh kekuasaan dan wewenang suatu perseroan terbatas
di tangan RUPS dan direksi yang menerima pendelegasian wewenang dari
RUPS. Kedua organ perseroan ini mengambil keputusan berdasarkan suara
terbanyak atau dengan prinsip mayoritas.
UPAYA NOTARIS DALAM PEMBUATAN BERITA ACARA RUPS
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam suatu rapat umum
pemegang saham perseroan dapat terjadi konflik sehingga notaris yang diberi
kewenangan dalam mengesahkan akta berita acara rapat tersebut mendapat
kendala, dalam bentuk kuorum yang tidak memenuhi jumlah suara yang
ditentukan, notulen rapat yang dihadapkan tidak sesuai dengan anggaran dasar,
serta keabsahan notulen rapat di bawah tangan yang sering direkayasa, daftar
hadir yang tidak sesuai. Maka pembuatan akta berita acara rapat pemegang saham
tidak langsung dapat disahkan oleh Notaris (tertunda).
Karena notaris merupakan suatu pekerjaan yang memiliki keahlian khusus
yang menuntut pengetahuan luas, serta tanggung jawab yang berat untuk melayani
kepentingan masing-masing pihak dalam rapat umum pemegang saham dan inti
tugas notaris adalah mengatur secara mufakat para pihak yang di dalam rapat
tersebut. Sehingga notaris perlu memperhatikan apa yang disebut sebagai perilaku
profesi yang mempunyai integritas moral yang mantap, harus jujur kepada klien
maupun dirinya sendiri, sadar akan batas-batas kewenangannya, serta tidak
semata-mata berdasarkan uang.
2 Hasil wawancara dengan Bapak Djarot, direksi PT. Toh Joyo Mandiri tanggal 20 Desember 2010.
Notaris harus menaati ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku tentang
seberapa jauh ia dapat bertindak dan apa yang boleh serta apa yang tidak boleh
dilakukan. Adalah bertentangan dengan perilaku profesional apabila seorang
notaris ternyata dan berdomisili dan bertempat tinggal tidak di tempat
kedudukannya sebagai notaris. Atau memasang papan dan mempunyai kantor di
tempat kedudukannya, tetapi tempat tinggalnya di lain tempat. Seorang notaris
juga dilarang untuk menjalankan jabatannya di luar daerah jabatannya.
D. FAKTA-FAKTA (STETEMENT OF FACTS)
1. Kekuasaan tertinggi yang diberikan oleh undang-undang kepada RUPS tidak
berarti bahwa RUPS dapat melakukan lingkup tugas dan wewenang yang telah
diberikan undang-undang dan anggaran dasar kepada direksi dan komisaris.
2. Kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh RUPS hanya mengenai wewenang yang
tidak dapat dipengaruhi oleh RUPS.
3. Penyelenggaraan RUPS secara tahunan dan secara sewaktu-waktu pada
prinsipnya yang berwenang menyelenggarakan adalah direksi, kecuali direksi
berhalangan atau ada pertentangan kepentingan antara direksi dan perseroan,
maka pemanggilan dilakukan oleh komisaris.
4. Pemegang saham baik sendiri maupun diwakili berdasarkan surat kuasa berhak
menghadiri RUPS dan menggunakan hak suaranya sesuai dengan jumlah
saham yang dimilikinya dan pemegang saham dari saham tanpa suara.
5. Dalam pelaksanaan RUPS perseroan terbatas di lapangan menimbulkan akibat
pengambilan keputusan serta pengendalian perseroan dilakukan menurut
kehendak pemegang saham mayoritas.
6. Pemegang saham minoritas pada umumnya tidak dapat mempergunakan
mekanisme RUPS dalam mempertahankan hak-haknya, terutama disebabkan
seringkali pemegang saham mayoritas identik dengan direksi, baik secara fisik
maupun kepentingannya
7. Tidak mudah bagi pemegang saham minoritas untuk memenangkan
tuntutannya melalui mekanisme RUPS.
8. Dalam pemungutan suara, anggota direksi, anggota dewan komisaris, dan
karyawan perseroan yang bersangkutan dilarang bertindak sebagai kuasa dari
pemegang saham.
9. Kourum yang dicapai bagi sahnya suatu RUPS berdasarkan UUPT ini berbeda-
beda, tergantung kepada materi atau masalah yang akan diputuskan.
10.Dalam praktek berita acara RUPS dituangkan dalam suatu akta otentik yang
dibuat di hadapan notaris, mengingat notaris adalah pejabat umum yang
mempunyai wewenang untuk membuat akta otentik mengenai semua
perbuatan, perjanjian, dan penetapan yang diperintahkan oleh peraturan umum
atau diminta oleh para pihak yang membuat akta.
11.Sebagai pejabat umum, maka berita acara RUPS yang dibuat notaris itu harus
mempunyai kekuatan pembuktian otentik. Notaris mempunyai kewajiban untuk
memasukkan bahwa apa yang termuat dalam akta notaris sungguh-sungguh
telah dimengerti dan sesuai dengan kehendak para pihak, yaitu dengan cara
membacakan sehingga menjadi jelas isi dari akta notaris itu, serta memberikan
akses terhadap informasi termasuk akses terhadap peraturan perundang-
undangan yang terkait dengan pihak penandatangan akta.
12.Tidak berarti bahwa para pemegang saham yang telah hadir dalam rapat tidak
mutlak harus menandatanganinya. Hal itu tidak berarti bahwa pemegang saham
yang telah hadir dalam rapat mutlak tidak perlu menandatangani akta
pernyataan keputusan RUPS yang dibuat oleh notaris.
13.Dalam pembuatan berita acara RUPS tidak jarang berita acara rapat tersebut
tidak segera dapat dilaksanakan karena terjadi konflik kepentingan diantara
organ perseroan tersebut.
14.Benturan kepentingan merupakan perbedaan antara kepentingan ekonomis
perusahaan dengan kepentingan ekonomis pribadi organ perseroan.
15.Notulen rapat di bawah tangan sering direkayasa, terlihat dari dari daftar hadir
yang tidak sesuai.
16.Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap lima orang responden,
bahwa dua responden menyatakan tidak pernah menemukan konflik dalam
pembuatan pernyataan keputusan rapat, sedangkan tiga responden menyatakan
menemukan konflik dalam pembuatan berita acara rapat itu.
17.Berdasarkan wawancara dengan responden menyatakan bahwa notaris harus
selektif dalam pembuatan berita acara rapat umum pemegang saham suatu
perseroan terbatas dan harus melihat kredibilitas dari suatu perusahaan. 3
E. ANALISA (ANALYSIS)
Rapat Umum Pemegang Saham adalah organ perseroan yang memegang
kekuasaan tertinggi dalam perseroan dan memegang segala wewenang yang
tidak diserahkan kepada Direksi dan Komisaris. RUPS mempunyai segala
3 Hasil wawancara dengan Notaris/PPAT Kayun Widiharsono S.H., M.Kn
wewenang yang tidak diserahkan Direksi atau Komisaris dalam batas yang
ditentukan undang-undang nomor 40 tahun 2007 dan atau Anggaran Dasar.
RUPS berhak memperoleh segala keterangan yang berkaitan dengan
kepentingan perseroan dari direksi dan komisaris. RUPS terdiri dari RUPS
tahunan dan RUPS lainnya yang sewaktu-waktu diperlukan yang disebut
Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham. RUPS tahunan diadakan dalam
waktu paling lambat enam bulan setelah tahun buku, dan atau dapat dilakukan
sewaktu-waktu berdasarkan kebutuhan.
RUPS merupakan organ perseroan yang kedudukannya adalah sebagai
organ yang memegang kekuasaan tertinggi dalam perseroan sebagaiman yang
ditentukan dalam Pasal 1 butir (4) Undang-Undang nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas yang menyatakan Rapat umum Pemegang Saham
yang selanjutnya disebut RUPS adalah organ perseroan yang memegang
kekuasaan tertinggi dalam perseroan dan memegang segala wewenang yang
tidak diserahkan kepada direksi atau komisaris. Dalam setiap penyelenggaraan
RUPS harus dibuatkan berita acara RUPS yang disetujui dan ditandatangai
oleh semua peserta (Pasal 77 ayat (4) UUPT).
Kemudian dalam prakteknya Berita Acara Rapat Umum Pemegang
Saham dituangkan dalam suatu akta otentik yang dibuat di hadapan notaris,
mengingat Notaris adalah pejabat umum yang mempunyai wewenang untuk
membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan penetapan
yang diperintahkan oleh peraturan umum atau diminta oleh para pihak yang
membuat akta.
Namun, dalam pembuatan berita acara RUPS tidak jarang berita acara
rapat tersebut tidak dapat segera dilaksanakan, karena terjadi konflik
kepentingan di antara organ perseroan tersebut. Benturan kepentingan
merupakan perbedaan antara kepentingan ekonomis perusahaan dengan
kepentingan ekonomis pribadi organ perseroan.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap lima orang
responden, bahwa dua responden menyatakan tidak pernah menemukan
konflik dalam pembuatan pernyataan keputusan rapat, sedangkan tiga
responden menyatakan menemukan konflik dalam pembuatan berita acara
rapat itu. Adapun konflik yang ditemui tersebut sebagaimana dijelaskan
sebagai berikut:
1. Tidak dipenuhi kourum, sehingga setiap berita acara rapat umum
pemegang saham perseroan, maka terlebih dahulu diteliti anggaran dasar
dan perubahan terakhir anggaran dasar untuk mengetahui orang-orang
yang mempunyai wewenang untuk menghadiri rapat umum pemegang
saham sehingga memenuhi persyaratan kuorum, melihat cacat atau tidak
berita acara rapat tersebut, sehingga jika terdapat kesalahan dalam notulen
rapat, maka dapat menolak untuk berita acara tersebut.4 Dalam hal kuorum
RUPS pertama tidak tercapai, rapat harus tetap dibuka dan kemudian
ditutup dengan membuat notulen rapat yang menerangkan bahwa RUPS
pertama tidak dapat dilanjutkan karena kuorum tidak tercapai dan
selanjutnya dapat diadakan pemanggilan RUPS yang kedua.
4 Hasil wawancara dengan Bapak Maulidhin selaku direksi PT. Bumi Lindung, tanggal 10 November 2010
2. Selanjutnya konflik yang terjadi dalam pembuatan berita acara RUPS yang
dihadapkan kepada notaris yang keabsahan notulen rapat di bawah tangan
yang sering direkayasa. Hal ini terlihat dari daftar hadir yang tidak sesuai.5
Memang untuk berita acara rapat tidak menjadi soal, apakah orang-orang
yang hadir itu menolak untuk menandatangani akta itu. Apabila pada
pembuatan akta tersebut para pemegang saham telah meninggalkan rapat
sebelum akta itu ditandatangani, maka cukup notaris menerangkan di
dalam akta bahwa para yang hadir telah meninggalkan rapat sebelum
menandatangani akta itu dan dalam hal ini tetap merupakan akta otentik.
Pembedaan yang dimaksud dalam kaitannya dengan pemberian
pembuktian sebaliknya terhadap isi akta itu. Terhadap kebenaran isi dari
akta berita acara rapat tidak dapat digugat, kecuali dengan menuduh bahwa
akta itu adalah palsu. Pada akta partij dapat digugat isinya tanpa menuduh
akan kepalsuannya, dengan jalan menyatakan bahwa keterangan dari para
pihak yang bersangkutan diuraikan sesuai dengan sesungguhnya dalam
akta itu, akan tetapi keterangan itu tidak benar. Artinya terhadap
keterangan yang diberikan itu diperkenankan pembuktian sebaliknya.
Hasil wawancara dengan responden menyatakan bahwa yang wajib
menghadap dan menandatangani minuta akta berita acara di hadapan
notaris adalah penerima kuasa/yang ditunjuk secara tegas di dalam notulen
rapat yang disampaikan kepada notaris untuk membuat akta berita acara
rapat. Jadi salah satu hasil keputusan rapat yang tertuang dalam notulen
rapat internal/di bawah tangan tersebut adalah penunjukan atau pemberian
5 Hasil wawancara dengan Bapak Marwansyah selaku anggota PT Bumi Lindung, tanggal 20 November 2010
kuasa kepada salah seorang peserta rapat untuk menghadap notaris
membuat akta berita acara rapat dan sekaligus memohon pengesahan atau
melaporkan hasil rapat kepada Kementerian Hukum dan HAM RI sesuai
UUPT.6
F. KESIMPULAN (CONCLUSION)
Dalam suatu Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan dapat terjadi
konflik, karena tidak ada kata sepakat, penerima kuasa dalam notulen rapat tidak
sesuai dengan anggaran dasar (dilarang sebagai penerima kuasa), keabsahan
notulen rapat di bawah tangan sering direkayasa, serta daftar hadir yang tidak
sesuai sehingga dalam pengambilan keputusan tidak mendapat suara yang sama,
oleh karenanya notaris harus mengatasi hal ini dengan memberikan solusi yang
dapat diterima oleh semua pihak, pertimbangan-pertimbangan hukum, jalan keluar
yang dapat ditempuh, musyawarah kembali.
Jika segala usaha ini ternyata gagal, notaris tidak wajib melanjutkan rapat
tersebut dan pimpinan rapat (Dirut) harus menutup rapat karena konflik tidak
dapat dihentikan. Notaris tetap membuat berita acara rapat yang isinya adalah
sama dengan apa yang dihadapinya saat itu yaitu kegagalan rapat mengambil
keputusan sesuai acara rapat perseroan terbatas tersebut.
Upaya notaris dalam terjadinya konflik saat rapat diadakan adalah
memberikan solusi yang dapat mudah ditempuh dengan melakukan penundaan
rapat umum pemegang saham tersebut selama empat belas hari (dua minggu) ke
depan, mencari sumber konflik agar dapat menyelesaikan perdamaian atau jika
sangat perlu menghadirkan orang-orang yang disegani atau oleh pihak atau badan
6 Hasil wawancara dengan Ibu Teti, salah satu RUPS PT. Indo Marco tanggal 20 November 2010.
arbitrase pengacara dan sebagainya. Namun notaris bukanlah pelaku rapat, notaris
hanya pembuat akta berita acara rapat dari apa yang dibicarakan dalam rapat itu.
Tanggung jawab notaris dalam pembuatan akta berita acara RUPS dalam
ketentuan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris adalah
pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan
lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini, yang mempunyai
tanggung jawab atas kebenaran isi berita acara rapat yang dibuat dan menjamin
kepastian hukum, ketertiban, dan perlindungan hukum bagi para pemegang saham
sendiri ataupun kepada pihak ketiga demi kelanjutan perseroan terbatas tersebut
tanpa berpihak kepada siapapun.
Apabila terjadi konflik, RUPS tidak dapat diteruskan notaris disarankan
harus tetap membuat berita acara RUPS perseroan terbatas itu mengenai
kegagalan RUPS tersebut. Notaris dapat bersifat bijaksana, arif, seimbang, dan
tidak memperburuk suasana konflik, sehingga notaris harus berusaha
mendinginkan dan mendamaikan konflik yang sedang terjadi, jika tidak tercapai
kata sepakat mungkin dapat dilimpahkan ke Pengadilan Negeri. Disarankan
kepada organ perseroan terbatas yang akan mengadakan rapat harus mengetahui
konflik apa yang akan timbul dalam rapat tersebut, karena notaris hanya pembuat
akta bukan anggota rapat. Notaris hanya berwenang membuat segala perbuatan di
dalam rapat, berhasil atau tidaknya rapat bukan wewenang notaris melainkan
wewenang perseroan tetapi notaris hanya berusaha menghilangkan konflik jika
terjadi dan berusaha untuk mendinginkan suasana.
DAFTAR PUSTAKA
Budiarto, Agus, 2002, Kedudukan Hukum & Tanggungjawab Pendiri Perseroan
Terbatas, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Fuady, Munir, 2003, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung.
Peraturan Perundang-undangan
Undang-undang tentang, Perseroan Terbatas, UU Nomor 40 Tahun
2007.