pengelolaan supervisi akademik kepala sekolah di …

106
| 127 Pengelolaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah di Sekolah Dasar Negeri Kota Semarang | Ngatini & Bambang Ismanto Kelola Jurnal Manajemen Pendidikan Magister Manajemen Pendidikan FKIP Universitas Kristen Satya Wacana [email protected] ISSN 2443-0544 Volume: 2, No.2, Juli - Desember 2015 Halaman: 127-138 PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR NEGERI KOTA SEMARANG Ngatini [email protected] Alumni Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan FKIP-Universitas Kristen Satya Wacana Bambang Ismanto [email protected] Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan FKIP-Universitas Kristen Satya Wacana ABSTRACT This study aimed to know the management of school academic supervision activity that conducted by principal in the state primary school Pongangan, Gunungpati, Semarang area that included the planning, implementation, and the follow-up to increacse teachers’ performace. This research was conducted with qualitative descriptive method. The collecting data used interview, observation, and documentation. Research results revealed that (1) the planning of academic supervision by the principal at SDN Pongangan rated very good. (2) the implementation of academic supervision in SDN Pongangan a great fit the program, the schedule, the instruments that used according to the design, aspects that disupervisi votes had been lead on target academic supervision adapted to the needs of teachers and schools, the approach was with the program, academic supervision techniques used varied enough, the academic supervision of implementation constraints by the head of the school is the limited time; (3) the principal efforts made in the follow-up assessed academic supervision has been very good and hard-wired. Activities performed were: a) the beginning of each semester were held in groups/joint supervision of teachers meeting school/KKG school; b) performs the inverse to the teacher in order to reflect ourselves; c) implementing guidance on drafting/administration/creation of learning; d) emphasize on teachers that always paid attention to the discipline of work in carrying out the task of teaching as a teacher; e) provided guidance for teachers on how to teach in interesting and fun way; f) conducted coaching and guidance for teachers in the use of learning media, techniques/methods of teaching; g) provide a learning device formats that are new to the teacher, and taught how to fill them; g) For School Superintendent gave a complete written report in the end of years. Keywords: Management of Academic Supervision, Principal

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 127

Pengelolaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah di Sekolah Dasar Negeri Kota Semarang | Ngatini & Bambang Ismanto

KelolaJurnal Manajemen PendidikanMagister Manajemen PendidikanFKIP Universitas Kristen Satya [email protected]

ISSN 2443-0544Volume: 2, No.2, Juli - Desember 2015

Halaman: 127-138

PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH

DI SEKOLAH DASAR NEGERI KOTA SEMARANG

[email protected]

Alumni Program Pascasarjana Magister Manajemen PendidikanFKIP-Universitas Kristen Satya Wacana

Bambang [email protected]

Program Pascasarjana Magister Manajemen PendidikanFKIP-Universitas Kristen Satya Wacana

ABSTRACT

This study aimed to know the management of school academic supervisionactivity that conducted by principal in the state primary school Pongangan,Gunungpati, Semarang area that included the planning, implementation, and thefollow-up to increacse teachers’ performace. This research was conducted withqualitative descriptive method. The collecting data used interview, observation, anddocumentation. Research results revealed that (1) the planning of academic supervisionby the principal at SDN Pongangan rated very good. (2) the implementation ofacademic supervision in SDN Pongangan a great fit the program, the schedule, theinstruments that used according to the design, aspects that disupervisi votes hadbeen lead on target academic supervision adapted to the needs of teachers andschools, the approach was with the program, academic supervision techniques usedvaried enough, the academic supervision of implementation constraints by the headof the school is the limited time; (3) the principal efforts made in the follow-up assessedacademic supervision has been very good and hard-wired. Activities performed were:a) the beginning of each semester were held in groups/joint supervision of teachersmeeting school/KKG school; b) performs the inverse to the teacher in order to reflectourselves; c) implementing guidance on drafting/administration/creation of learning;d) emphasize on teachers that always paid attention to the discipline of work incarrying out the task of teaching as a teacher; e) provided guidance for teachers onhow to teach in interesting and fun way; f) conducted coaching and guidance forteachers in the use of learning media, techniques/methods of teaching; g) provide alearning device formats that are new to the teacher, and taught how to fill them; g)For School Superintendent gave a complete written report in the end of years.

Keywords: Management of Academic Supervision, Principal

Page 2: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

128 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

PENDAHULUAN

Kualitas mutu pendidikan di sekolahmerupakan tanggungjawab bersama antarakepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikanlainnya yang berada di sekolah. Kepala sekolahsebagai pemimpin di sekolah agar dapatmenghasilkan pendidikan bermutu harusdidukung oleh kompetensi kepribadian,manajerial, supervisi, sosial, dan kewirausahaan(Permendiknas Nomor 13 tahun 2007).Demikian halnya guru, ia harus memiliki empatkompetensi yang melekat dan kuat pada dirinyayaitu kompetensi kepribadian, sosial, pae-dagogik, dan profesional untuk dapat melak-sanakan tugas sebagai guru yang memilikiprofesionalitas tinggi.

Kepala sekolah sebagai manajer dansupervisor mempunyai peran penting dalammenggerakan dan mengarahkan kompetensiprofesional guru agar mumpuni dalam melak-sanakan pembelajaran. Sebagai manajer dansupervisor kepala sekolah dituntut mampumengelola pelaksanaan supervisi akademikdengan baik.

Kegiatan supervisi akademik padaintinya adalah membina guru dalam mening-katkan mutu proses pembelajaran. Hal ini sesuaidengan amanat Permendiknas nomor 41 tahun2007, yaitu Tentang Standar Proses UntukPendidikan Dasar Dan Menengah, yang me-nyatakan bahwa salah satu dimensi kompetensikepala sekolah/madrasah adalah supervisiakademik yang nantinya guru akan memperolehbimbingan dari kepala sekolah secara langsung.

akademik adalah supervisi yang menitikberatkan pengamatan pada masalah akademik,yaitu yang langsung berada dalam lingkupkegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guruuntuk membantu siswa ketika sedang dalamproses belajar. Terkait dengan supervisiakademik Suharsimi (2004: 13) menegaskanbahwa supervisi akademik mempunyai fungsisebagai kegiatan meningkatkan mutu pem-belajaran, sebagai pemicu atau penggerakterjadinya perubahan pada unsur-unsuryangterkait dengan pembelajaran, dan sebagaikegiatan memimpin dan membimbing.Dari duapendapat di atas dapat disimpulkan bahwasupervisi akademik adalah pengawasan dariatasan kepada guru yang fungsinya untuk mem-bantu guru dalam melaksanakan pembelajaransehingga dapat mencapai tujuan pembelajaranyang ditentukan.

Menurut Mulyasa (2013: 249), supervisiakademik adalah bantuan profesional kepadaguru, melalui siklus perencanaan yang siste-matis, pengamatan yang cermat dan umpanbalik yang objektif dan segera. Pendapat ter-sebut sesuai dengan pendapat Suharsimi(2004:5) yang menyatakan bahwa supervisi

Hersey dan Blanchard dalam Sudjana(2000:17) memberi arti pengelolaan sebagai“Management as working with and through

individual and groups to accomplishorganizational goals” (pengelolaan merupakankegiatan yang dilakukan bersama dan melaluiorang-orang serta kelompok dengan maksuduntuk mencapai tujuan-tujuan organisasi).Sedang Sumijo Soebedjo dalam Sudjana(2000:17) mengemukakan bahwa “Managementthe process of planning, organizing, leading,

and controlling the efforts of organizingmembers and of using all other organizational

resources achieve statet organizationalgoals”. Kalau kita simpulkan dari keduapengertian di atas konsep manajemen ataupengelolan merupakan serangkaian kegiatanmerencanakan, mengorganisasikan, mengge-rakkan, mengendalikan dan mengembangkansecara inovatif terhadap segala upaya dalammengatur dan mendayagunakan sumber dayamanusia, sarana prasarana secara efektif danefisien untuk mencapai tujuan organisasi yang

Page 3: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 129

Pengelolaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah di Sekolah Dasar Negeri Kota Semarang | Ngatini & Bambang Ismanto

telah ditetapkan.Berdasarkan hal di atas maka penger-

tian pengelolaan mengandung unsur usaha danproses. Usaha ditunjukkan oleh kemauankepala sekolah, tenaga edukatif dan tenagaadministratif yang terlibat, sedangkan prosesditunjukkan oleh jalannya usaha dalam rangkapencapaian tujuan di sekolah. Usaha danproses tersebut berupa kegiatan-kegiatanpengelolaan, seperti perencanaan, pengorgani-sasian, pengarahan dan pengendalian.Berdasar-kan proses-proses yang dikedepankan oleh paraahli manajemen tersebut, maka Suryobroto(2004:33) mengabstrasikan bahwa pengelolaan/manajemen menjadi empat proses yaitu:planning, orginizing, actuating, dan controling.

Hal senada disampaikan pula olehPidarta (2004: 13) memberikan penjelasanbahwa empat fungsi pengelolaan yaknimerencanakan, mengorganisasi, memotivasi danmengontrol. Menurut Suryobroto (2004: 35)pengelolaan pendidikan mengandung pengertianproses untuk mencapai tujuan pendidikan.Proses itu dimulai dari perencanaan, pengor-ganisasian, pengarahan, dan pemantauan.

Berdasarkan uraian di atas maka dapatdisimpulkan bahwa pengelolaan adalah suatuusaha yang dilakukan secara bersama-samauntuk menentukan dan mencapai tujuan-tujuanorganisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsiperencanaan (planning), pengorganisasian(organizing), pelaksanaan (actuating), danpengawasan (controlling). Manajemen dibutuh-kansetidaknya untuk mencapai tujuan, menjagakeseimbangan di antara tujuan-tujuan yangsaling bertentangan, dan untuk mencapaiefisiensi dan efektivitas.

Dirjen PMPTK(2014:164). Supervisi akademiktidak terlepas dari penilaian kinerja guru dalammengelola pembelajaran. Sergiovanni (1987)menegaskan bahwa refleksi praktis penilaiankinerja guru dalam supervisi akademik adalahmelihat kondisi nyata kinerja guru dalam prosespembelajaran, antara lain untuk menjawabpertanyaan-pertanyaan yang muncul: Apa yangsebenarnya terjadi di dalam kelas? apa yangsebenarnya dilakukan oleh guru dan pesertadidik di dalam kelas? Aktivitas-aktivitas manadari keseluruhan aktivitas di dalam kelas itu yangbermakna bagi guru dan peserta didik?Apayang telah dilakukan oleh guru dalam mencapaitujuan akademik? Apa kelebihan dan kekurangandan bagaimana cara mengembangkannya?Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini akan diperoleh informasimengenai kemampuan guru dalam mengelolapembelajaran. Namun satu hal yang perluditegaskan di sini, bahwa setelah melakuakanpenilaian kinerja bukan berarti selesailahpelaksanaan supervisi akademik, melainkanharus dilanjutkan dengan tindak lanjutnyaberupa pembuatan program tindak lanjut.

Dalam kaitannya dengan manajemendan kepemimpinan kepala sekolah, supervisilebih ditekankan pada pembinaan dan pening-katan kemampuan dan kinerja tenaga kepen-didikan/guru di sekolah dalam melaksanakanpembelajaran. Untuk memahami dan wawasanyang lebih luas tentang supervisi, dalamCarter

Good’s Dictionary of Education dikemukakandefinisi supervisi sebagai berikut: Segala usahapejabat sekolah dalam memimpin guru-gurudan tenaga kependidikan lainnya, untukmemperbaiki pengajaran, termasuk mensti-mulasi, menyeleksi pertumbuhan dan per-kembangan jabatan guru-guru, menyeleksi, danmerevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahanpengajaran dan metode-metode mengajar sertaevaluasi pengajaran.

Supervisi akademik adalah serangkaiankegiatan membuat guru untuk mengembangkankemampuannya mengelola proses pembelajar-an untuk mencapai tujuan pembelajaran(Daresh,1989, Glickman, et al; 2007), dalam

Page 4: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

130 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

Pada hakikatnya supervisi mengandungbeberapa kegiatan pokok, yaitu pembinaanyang kontinyu, pengembangan kemampuanprofesional personel, perbaikan situasi belajarmengajar, dengan sasaran akhir pencapaiantujuan pendidikan dan pertumbuhan pribadipeserta didik. Dengan kata lain, dalam supervisiada proses pelayanan untuk membantu ataumembina guru-guru. Pembinaan ini menyebab-kan perbaikan atau peningkatan kemampuanprofesional guru, kemudian selanjutnya ditrans-fer ke dalam perilaku mengajar sehingga tercip-tanya situasi belajar mengajar yang lebih efektifdan pada akhirnya dapat meningkatkan prestasibelajar peserta didik. Jadi pengertian supervisilebih difokuskan kepada upaya memberi layan-an dan bantuan, baik secara individual maupunsecara kelompok dalam usaha memperbaikipengajaran, sehingga guru dan tenaga kepen-didikan lainnya merasakan bimbingan dariseorang supervisor, bukan sebagai hubunganantara atasan dengan bawahan tetapi suatuhubungan kemanusiaan.

Berdasarkan uraian di atas maka dapatdiambil kesimpulan bahwa supervisi akademikadalah bantuan profesional yang diberikankepala sekolah pada guru yang merupakanserangkaian kegiatan pada guru untuk dapatmengembangkan kemampuannya mengelolaproses pembelajaran sehingga dapat mencapaitujuan pembelajaran yang diinginkan.

Tujuan supervisi akademik antara lainmembantu guru-guru,(1) mengembangkanproses belajar mengajar, (2) menerjemahkankurikulum ke dalam bahasa belajar mengajar,(3)melihat tujuan pendidikan membimbingpengalaman belajar mengajar, menggunakansumber dan metode mengajar, memenuhikebutuhan belajar dan menilai kemajuan siswa,membina moral kerja, menyesuaikan diri, dan(4) membantu mengembangkan profesional guru.

Teknik supervisi akademik terdiri atasdua macam, yaitu teknik supervisi individual danteknik supervisi kelompok. Prosedur supervisiakademik merupakan rangkaian kegiatansupervisi untuk memberikan bantuan danbimbingan kepada kepala sekolah dan guru agartermotifasi melakukan perbaikan-perbaikanyang diperlukan dalam bidang akademikdengan cara memilih pendekatan, metode, danteknik supervisi yang tepat sesuai dengan tujuanyang ingin dicapai. Prosedur pelaksanaansupervisi akademik terdiri atas: 1) Tahap per-siapan meliputi: (a) menyiapkan instrumen dan(b) menyiapkan jadwal bersama, 2) TahapPelaksanaan, yaitu pelaksanaan observasisupervise baik secara langsung maupun tidaklangsung, 3) Tahap Pelaporan, meliputi; (a)mengidentifikasi hasil pengamatan pada saatobservasi, (b) menganalisis hasil supervise, (c)mengevaluasi bersama antara supervisordengan kepala sekolah dan guru, (d) membuatcatatan hasil supervisi yang didokumentasikansebagai laporan, 4) Tahap Tindak Lanjut,meliputi: (a) mendiskusikan dan membuat solusibersama, (b) memberitahukan hasil pelaksana-an supervisi akademik, dan (c) mengkomuni-kasikan hasil pelaksanaan supervisi akademikantara kepala sekolah dan guru.

Top Bottom of Form Kepala sekolahdalam kedudukan dan tanggung jawabnyasebagai supervisor melaksanakan programtindak lanjut hasil supervisi dilakukan sebagai-mana tercantum dalam Permendikbud Nomor65 tahun 2013 tentang Standar Proses meliputi:(a) memberi penguatan dan penghargaankepada guru yang menunjukkan kinerja yangmemenuhi standar, (b) memberi kesempatankepada guru untuk mengikuti programpengembangan keprofesionalan berkelanjutan.Pelaksanaan tindak lanjut yang dilakukankepala sekolah menganalisis kelemahan dan

Page 5: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 131

Pengelolaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah di Sekolah Dasar Negeri Kota Semarang | Ngatini & Bambang Ismanto

kekuatan guru dengan alat instrumen penilaiankinerja guru (IPKG), sehingga hasil analisiscatatan supervisor dapat dimanfaatkan untukmengembangkan kompetensi guru dalammelaksanakan pembelajaran, meningkatkanprofesional guru. Dari umpan balik itu pulatercipta suasana komunikasi yang harmonis,memberi kesempatan untuk mendorong gurumemperbaiki kinerjanya kegiatan sebagaiberikut:a). Pembinaan langsung, pembinaan inidilakukan terhadap hal-hal yang bersifat khusus,yang perlu perbaikan dengan segera dari hasilanalisis supervisi, pembinaan dapat dilakukanmelalui pemberian contoh, diskusi, konsultasi,atau pengadakan pelatihan. b) Pembinaan tidaklangsung adalah hal-hal yang bersifat umumdari hasil analisis supervisi.

Berdasarkan uraian di atas maka dapatdisimpulkan bahwa tindak lanjut supervisiakademik adalah tindakan yang dilakukankepala sekolah setelah hasil dari supervisiakademik dilakukan yang tujuannya untukmemperbaiki kekurangan dan kelemahan guruyang diperoleh dari proses pembelajaran yangdilakukan.

Dari hasil pengamatan peneliti dilapangan bahwa supervisi akademik kepalasekolah di Gugus Ibu Kartini GunungpatiSemarang secara umum ditemukan beberapakelemahan bahwa supervisi akademik kepalasekolah di Gugus Ibu Kartini GunungpatiSemarang belum berjalan dengan baik,diantaranya kepala sekolah belum memahamitugasnya sebagai supervisor. Dalam melakukansupervisi belum melakukan tahapan yang benaryaitu dengan perencanaan program supervisiakademik, pelaksanaan program supervisiakademik, dan tindak lanjut hasil supervisiakademik.

belum optimal dalam menjalankan profesinya,sebagai guru terutama dalam memahami lan-dasan kependidikan, belum melakukan pe-ngembangan kurikulum atau silabus, belumsempurnanya membuat perencanaan pembe-lajaran, belum optimal dalam melaksanakanpembelajaran, belum optimal dalam melak-sanakan evaluasi hasil belajar, hal ini meng-akibatkan mutu pendidikan belum optimal.Fenomena masih belum optimalnya mutu prosespembelajaran di Gugus Ibu Kartini, diperolehmelalui hasil studi pendahuluan dan diskusi yangdilakukan oleh penulis terhadap sesama kepalasekolah dan guru-guru di Gugus Ibu Kartini.

Melihat fenomena yang terjadi sebagai-mana dijelaskan di atas, tentu dapat diprediksibahwa mutu pendidikan sekolah dasar menjaditerabaikan, karena salahsatu kriteria pencapaianmutu pendidikan adalah sumber daya kepalasekolah dan guru.

SDN Pongangan Kecamatan Gunung-pati Kota Semarang sebagai SD Inti sangatmenarik untuk dijadikan objek penelitian dalamrangka membuktikan asumsi penulis. Penulismencoba mencari pemecahan dengan me-lakukan kajian lapangan tentang pengelolaansupervisi akademik dengan melakukanpenelitian di SDN Pongangan Gunungpati KotaSemarang

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian kualitatifdengan menggunakan metode diskriptif. Prosespenelitian menggunakan pendekatan kualitatifbersifat fenomenologis yaitu menyelidiki suatufenomena sosial atau masalah manusia. MenurutSugiyono (2009:1), penelitian kualitatif yaitusuatu metode yang digunakan untuk menelitipada kondisi objek yang alamiah, dimanapeneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknikpengumpulan data dilakukan secara triangulasi(gabungan), sifat analisis data dan hasil pene-

Demikian halnya dengan guru-guru diGugus Ibu Kartini dimana banyak guru yang

Page 6: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

132 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

litian kualitatif lebih menekankan makna dari-pada generalisasi. Tujuan dari penelitiankualitatif deskriptif ini dimaksudkan untukmendiskripsikan permasalahan yang ada padasuatu penelitian sehingga akan diperolehpemecahan permasalahnya dalam hal iniberhubungan dengan pengelolaan supervisiakademik oleh Kepala Sekolah di SDNPongangan Kecamatan Gunungpati KotaSemarang.

Subjek pada penelitian ini adalahKepala Sekolah SDN Pongangan KecamatanGunungpati Kota Semarang. Lokasi penelitianyaitu di SDN Pongangan Kecatam GunungpatiKota Semarang. Dipilihnya SDN Pongangansebagai objek dan lokasi penelitian karenasekolah tersebut merupakan SD inti yangnantinya hasil penelitian dapat dikembangkandan direkomendasi untuk sekolah itu sendiri dansekolah imbas.

Teknik pengumpul data merupakanlangkah yang paling penting dalam penelitian.Pengumpulan data dapat dilakukan dalamberbagai cara dan berbagai sumber. Sumberdata dapat menggunakan sumber primer, dansumber data sekunder. Sumber primer adalahsumber data yang diperoleh dari pihak yanglangsung berhubungan dengan permasalahan,sedangkan data primer adalah sumber data daripihak/sumber lain yang berfungsi untukpenguatan atau crosschek.

Ditinjau dari segi tata cara atau teknikpengumpul data, maka teknik pengumpulandata dapat dilakukan dengan wawancara(interview), observasi (pengamatan), doku-mentasi dan gabungan ketiganya. Berdasarkansifat penelitian kualitatif maka data yangdigunakan dalam penelitian ini terdiri dataprimer dan data sekunder, dengan teknikpengumpulan data yang dilakukan dengan cara:Wawancara, Pengamatan (Observasi) dan

Dokumentasi dan Arsip.Setelah diperoleh data, maka data

dianalisisis. Pada penelitian ini analisis datamenggunakan model interaktif, yaitu me-ngumpulkan data dengan model analisisinteraktif ada tiga komponen utama analisis,yaitu reduksi data, sajian data dan penarikankesimpulan atau verifikasi. Dalam analisis datakualitatif dilakukan secara interaktif dan ber-langsung secara terus menerus sampai tuntas,sehingga data yang diperoleh sampai titik jenuh.Untuk memperjelas model analisis interaktifdapat digambarkan dengan skema sebagaiberikut:

HASIL PENELITIAN

Perencanaan merupakan syarat bagisetiap organisasi atau lembaga dalam melaku-kan kegiatan, baik perorangan maupunkelompok. Perencanaan merupakan keharusanuntuk melakukan kegiatan pelaksanaan.Perencanaan pada penelitian ini adalah tentangperencanaan program supervisi akademik yangdilakukan oleh kepala sekolah yang ditinjaudari tujuan, sasaran, langkah-langkah, danwaktu yang ditetapkan.

Program perencanaan yang digunakandalam pengelolaan supervisi akademik di SDNPongangan dilaksanakan dengan cara meng-koordinasikan lewat rapat dengan semua guruuntuk menentukan dasar atau landasan dalammenyusun perencanaan supervisi, menyusunjadwal rencana supervisi akademik, memahamitujuan dari supervisi yang dilakukan nantinya.Dengan panduan kalender pendidikan yang dibuat kepala sekolah dan menyiapkan buku-buku sebagai sarana pendukung yangdiperlukan. Kegiatan riilnya berupa penyusunanprogram supervisi akademik, pelaksanaanpembelajaran serta rencana evaluasi dan tindaklanjut. Sedang mekanisme melalui rapat guru

Page 7: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 133

Pengelolaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah di Sekolah Dasar Negeri Kota Semarang | Ngatini & Bambang Ismanto

untuk mensosialisasikan program supervisiakademik yang akan dilakukan kepala sekolah.

Perencanaan supervisi akademik diSDN Pongangan Gunungpati ini tentunyadilakukan dengan langkah-langkah yangterstruktur serta supervisi akademik ini memilikiaspek atau materi yang harus diketahui kepalasekolah dan guru sehingga dapat disupervisi.Dalam perencanaan supervisi akademik yangdilakukan kepala sekolah SDN PonganganKecamatan Gunungpati Kota Semarang adalahsebagai berikut: 1) Kepala Sekolah melakukananalisis hasil supervisi tahun lalu, 2) Menyusunprogram, jadwal dan instrument, 3) melakukansosialisasi kepada guru, 4) melaksanakansupervisi manajerial dan akademik, 5) melak-sanakan tindak lanjut (refleksi, pembinaan danpenyusunan laporan), 6) pembuatan dilakukanpada awal tahun pelajaran baru hal tersebutdimaksudkan karena awal semester pada bulanke dua supervisi akademik tersebut akan atausudah harus digunakan, 7) menganalisis hasildari pelaksanaan tahun lalu, 8) mengadakanpertemuan dengan guru untuk berdiskusi, 9)menyusun program atau rencana, dan 10)kepala sekolah menanyakan kepada guruaspek atau materi yang perlu disupervisiakademik ini meliputi aspek manajerial yaituadministrasi kelas dan pembelajaran dan aspekakademis yaitu perencanaan, pelaksanaan danpenilaian pembelajaran.

Pelaksanaan merupakan kegiatanuntuk merealisasikan rencana menjadi tindakannyata dalam rangka mencapai tujuan secaraefektif dan efisien. Rencana yang telah disusunakan mempunyai nilai jika dilaksanakan denganefektif dan efisien. Dalam pelaksanaan, setiaporganisasi harus memiliki kekuatan yang mantapdan meyakinkan sebab jika tidak kuat, makaproses pendidikan yang diinginkan sulitterealisasi.

Pelaksanaan supervisi akademik yangdilakukan oleh Kepala Sekolah di SDNPongangan Kecamatan Gunungpati KotaSemarang ini menggunakan langkah-langkahyang telah terstruktur dan waktu pelaksanaanyang sudah direncanakan sebelumnya sehingganantinya akan mampu menghasilkan hasilsupervisi yang maksimal dan optimal. Langkah-langkah yang dilakukan kepala sekolah dalampelaksanaan supervisi akademik di SDNPongangan Kecamatan Gunungpati KotaSemarang ini antara lain adalah 1) mengadakanpertemuan awal dengan guru, 2) menyampaikaninstrument untuk disepakati, 3) melakukanpemantauan dokumen pembelajaran atauadministrasi kelas, 4) melaksanakan pengamat-an atau observasi pembelajaran, 5) mengada-kan balikan guna melakukan refleksi. Kemudianwaktu dalam pelaksanaan supervisi akademikdi SDN Pongangan Gunungpati ini yaitu: 1)pada awal semester pertama dan kedua, hal inidimaksudkan sebagai alat formatif untukmengadakan pembinaan dan PKB, dan 2)Akhir tahun pelajaran, yaitu sebagai penilaianformatif PKG.

Tindak lanjut supervisi akademik adalahsuatu kegiatan yang dilakukan kepala sekolahyang berguna untuk menganalisis kelemahandan kekuatan guru dengan alat instrumenpenilaian kinerja guru (IPKG), sehingga hasilanalisis catatan supervisor dapat dimanfaatkanuntuk mengembangkan kompetensi guru dalammelaksanakan pembelajaran, meningkatkanprofesional guru.

Kepala Sekolah dalam menindaklanjuti pelaksanaan supervisi akademik tentunyadilakukan dengan serinci mungkin.Hal tersebutdilakukan supaya hasil yang diperoleh nantinyadapat sesempurna yang diinginkan. Begitu puladalam mengatasi hambatan dalam pelaksanaansupervisi akademik di SDN PonganganGunungpati Semarang kepala sekolah harus

Page 8: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

134 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

mampu mengatasinya dengan semaksimalmungkin. Tindak lanjut supervisi akademikkepala sekolah di SDN Pongangan GunungpatiSemarang adalah dengan melakukan balikankepada guru baik dalam catatan instrumenmaupun pembinaan cara langsung maupun tidaklangsung kepada guru dan pembinaan melaluirapat sekolah dan juga melakukan refleksi.

PEMBAHASAN

Perencanaan supervisi akademik yangdilakukan kepala sekolah SDN PonganganKecamatan Gunungpati Kota Semarang adalahsebagai berikut: 1) Kepala Sekolah melakukananalisis hasil supervisi tahun lalu, 2) Menyusunprogram, jadwal dan instrumen, 3) melakukansosialisasi kepada guru, 4) melaksanakansupervisi manajerial dan akademik, 5) melak-sanakan tindak lanjut (refleksi, pembinaan danpenyusunan laporan), 6) pembuatan dilakukanpada awal tahun pelajaran baru hal tersebutdimaksudkan karena awal semester pada bulanke dua supervisi akademik tersebut akan atausudah harus digunakan, 7) menganalisis hasildari pelaksanaan tahun lalu, 8) mengadakanpertemuan dengan guru untuk berdiskusi, 9)menyusun program atau rencana, dan 10)kepala sekolah menanyakan kepada guruaspek atau materi yang perlu disupervisiakademik ini meliputi aspek manajerial yaituadministrasi kelas dan pembelajaran dan aspekakademis yaitu perencanaan, pelaksanaan danpenilaian pembelajaran.

Perencanaan supervisi akademik diSDN Pongangan Kecamatan Gunungpati iniselain perlu menyusun program supervisitentunya juga perlu menyusun instrumen supervisiyang gunanya untuk melihat bagaimanakesiapan guru dalam pelaksanaan supervisi yangakan dilaksanakan nantinya. Instrumen tersebutbiasanya berupa instrumen cek list yang akan

dibuat oleh supervisor sendiri yaitu kepalasekolah untuk melihat apakah semua persiapanguru dalam pembelajaran sudah sesuai ataubelum seperti penyusunan Silabus, RPP, alataperaga pembelajaran, media pembelajaran danlain sebagainya.

Berdasarkan hasil penelitian menunjuk-kan bahwa aktivitas perencanaan supervisiakademik yang dilakukan oleh kepala sekolahmenekankan pada tujuan yang berorientasipada peningkatan profesionalisme dan pening-katan kualitas guru dalam pembelajaran. Selainitu sasaran supervisi akademik sudah ber-dasarkan permasalahan dan karateristikpermasalahan yang dihadapai guru.

Peran kepala sekolah dalam membinaguru atau yang lebih dikenal dengan istilahsupervisi pendidikan/pengajaran, kedudukan-nya sangat strategis dalam rangka meningkatkankemampuan profesionalisme guru khususnyadalam kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini,kepala sekolah diharapkan mampu membim-bing, membina, dan mendorong guru dalammemecahkan problematika kegiatan belajarmengajar yang dihadapi guru. Hal ini sebagai-mana yang dijelaskan oleh Syaiful Sagala (2010:95) yaitu kegiatan supervisi menaruh perhatianutama pada bantuanyang dapat meningkatkankemampuan profesional guru. Kemampuanprofessional ini tercermin pada kemampuanguru memberikan bantuan belajar kepadamuridnya, sehingga terjadi perubahan perilakuakademik pada siswanya.

Pelaksanaan merupakan kegiatanuntuk merealisasikan rencana menjadi tindakannyata dalam rangka mencapai tujuan secaraefektif dan efisien. Rencana yang telah disusunakan mempunyai nilai jika dilaksanakan denganefektif dan efisien. Dalam pelaksanaan, setiaporganisasi harus memiliki kekuatan yang mantapdan meyakinkan sebab jika tidak kuat, maka

Page 9: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 135

Pengelolaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah di Sekolah Dasar Negeri Kota Semarang | Ngatini & Bambang Ismanto

proses pendidikan yang diinginkan sulitterealisasi.

Pelaksanaan supervisi akademik kepalasekolah terhadap pembelajaran di SDNPongangan Kecamatan Gunungpati KotaSemarang ini adalah 1) menyusun jadwal pelak-sanaan, 2) melakukan koordinasi kesepakatandengan guru, 3) melaksanakan supervisi sesuaijadwal, 4) menganalisis hasil supervisi, 5)menyusun laporan, 6) mengadakan pertemuanawal dengan guru, 7) menyampaikan instrumenuntuk disepakati, 8) melakukan pemantauandokumen pembelajaran atau administrasi kelas,9) melaksanakan pengamatan atau observasipembelajaran, dan 10) mengadakan balikanguna melakukan refleksi.

Supervisi juga dilaksanakan olehsupervisor secara konstruktif dan kreatif dengancara mendorong inisiatif guru untuk ikut aktifmenciptakan suasana kondusif yangdapatmembangkitkan suasana kreativitas pesertadidik dalam belajar. Pendapat senada disampai-kan oleh Ali Imron (2011: 23) mengartikanbahwa supervisi pembelajaran adalah bantuandalam wujud layanan profesional yang diberikanoleh orang yang lebih ahli dalam rangkapeningkatan kemampuan profesional, terutamadalam proses belajar mengajar.

Melalui kegiatan supervisi tersebutdiharapkan proses belajar mengajar, yang didalamnya melibatkan guru dan siswa, melaluiserangkaian tindakan, bimbingan dan arahanakan menjadi baik. Proses belajar mengajarakan baik pencapaiannya antara lain melaluipeningkatan kemampuan profesional gurutersebut diharapkan memberikan kontribusibagipeningkatan mutu pendidikan.

Aspek-Aspek yang disupervisi olehKepala Sekolah adalah aspek perencanaan,pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, dankegiatan tindak lanjut.Aspek perencanaan

pembelajaran, yakni program/materi supervisiyang berhubungan/berkaitan dengan adminis-trasi guru meliputi: program tahunan,programsemester, silabus, RPP, KKM, kalenderpendidikan, jadwal tatap muka,agenda harian,daftar nilai, dan absensi siswa. Pada komponenpelaksanaan pembelajaran, kegiatan supervisidiarahkan pada kemampuan guru dalammengelola kelas, dimulai dari kegiatanpendahuluan, kegiatan inti, dan penutup.

Berdasarkan hasil penelitian danpembahasan pada aspek pelaksanaan supervisiakademik kepala SDN Pongangan telahmelaksanakan supervisi dengan baik karenatelah melaksanakan sesuai prinsipi supervisiakademik berorientasi pada permasalahan dankebutuhan guru, dalam rangka peningkatankemampuan dan kualitas pembelajaran.Pendekatan sesuai tujuan dan permasalahan.Kesemuanya dilakukan dengan berbagai tehnikdengan kunjungan kelas, pertemuan pribadi,kelompok melalui rapat serta dengan meman-faatkan informasi dari guru lain, siswa danorangtua. Kesemuanya dibingkai dalampelaksanaan supervisi kolegial familiersebagaimana dinyatakan kepala sekolah.

Tindak lanjut supervisi akademik adalahsuatu kegiatan yang dilakukan kepala sekolahyang berguna untuk menganalisis kelemahandan kekuatan guru dengan alat instrumenpenilaian kinerja guru (IPKG), sehingga hasilanalisis catatan supervisor dapat dimanfaatkanuntuk mengembangkan kompetensi guru dalammelaksanakan pembelajaran, meningkatkanprofesional guru.

Tindak lanjut supervisi akademikkepala sekolah di SDN Pongangan GunungpatiSemarang adalah dengan melakukan balikankepada guru baik dalam catatan instrumenmaupun pembinaan cara langsung maupun tidaklangsung kepada guru dan pembinaan melalui

Page 10: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

136 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

rapat sekolah dan juga melakukan refleksi.Tindak lanjut pada pelaksanan supervisiakademik kepala sekolah di SDN PonganganKecamatan Gunungpati Kota Semarang inidilakukan untuk melengkapi kekurangan darisupervisi yang telah dilaksanakan sebelumnya.Proses tindak lanjut yang dilakukan dalamsupervisi akademik di SDN PonganganKecamatan Gunungpati Kota Semarang iniadalah dengan mengadakan pelatihan/workshop pada guru yang disupervisi, kepalasekolah memberikan pengarahan pada guruyang disupervisi pada tiap akhir semester ataupada akhir bulan yang gunanya untuk mening-katkan kemampuan guru dalam pelaksanaanproses kegiatan belajar mengajar.

Kegiatan tindak lanjut adalah kegiatansupervisi diarahkan pada pembimbingan danpenilaian profesional guru, dan dilakukan upayaperbaikan mutu pendidikan melalui supervisiadministrasi penilaian pembelajaran denganjalan pembimbingan guru sebagai refleksi danfeedback hasil penilaian kinerja.

Dilihat dari pendekatannya, pengawasdalam melakukan kegiatan supervisi menerap-kan tiga model pendekatan, yakni: menggunakanpendekatan kedinasan, pendekatan sebagaimitra kerja, dan pendekatan cara kekeluar-gaan. Sedangkan dilihat dari teknik, pengawasmenerapkan atau melaksanakan kegiatansupervisedengan teknik-teknik yang cukupbervariasi. Teknik-teknik kegiatan supervisikepala sekolah yang dapat diidenifikasi antaralain: teknik diskusi kelompok atau rapatsupervisi, teknik pertemuan individual, danteknik kunjungan kelas/lapangan.

Keadaan ini menunjukkan bahwakepala sekolah telah memiliki keterampilanyang cukup baik dalam melakukan tugasnyasebagai supervisor pengajaran. Dengandemikian maka keterampilan yang dimiliki

kepala sekolah tersebut merupakan salah satukekuatan yang dimiliki sekolah dalam rangkameningkatkan kemampuan guru dalam halmengelola pembelajaran, sehingga padagilirannya dapat pula meningkatkan mutu prosesdan hasil pembelajaran.

Kepala sekolah SDN Pongangandalam menjalankan fungsinya sebagaisupervisor pendidikan tidak dapat dilepaskandari beberapa kendala baik secara internalmaupun eksternal. Secara internal kendala-kendala kegiatan supervisi dapat diidentifikasimenjadi dua jenis, yakni kendala yangberhubungan dengan teknis dan kendala yangbersifat non-teknis. Secara teknis kendalapengawas dalam mengadakan kegiatansupervisi yaitu kendala yang berhubungandengan kemampuan atau keterampilan sebagaisupervisor, sedangkan kendala yang bersifatnon-teknis diantaranya adalah jika kepalasekolah sakit sementara guru-guru yang lainkurang respon, maka jadwal kegiatan supervisimenjadi terganggu.

Upaya yang dilakukan kepala sekolahdalam melaksanakan supervisi akademik dapatberjalan dengan baik dan lancar adalah berkatkemampuan yang dimiliki oleh kepala sekolahyang selalu membina atau membangunkomunikasi yang baik dengan para guru. Hasilsupervisi akademik dievaluasi dan dianalisisuntuk kemudian didiskusikan dan diinterpretasi-kan melalui rapat. Sikap guru terhadap hasilsupervisi merespon dengan baik bahkan untukke depan bisa diberikan bimbingan lebih baik.Selain itu hasil dilaporkan kepada pengawassebagai bukti pelaksanaan supervisi. Dengandemikian berdasarkan hasil penelitian dan kajianteori bahwa aspek tindak lanjut supervisiakademik yag dilakukan oleh kepala sekolahSDN Pongangan sangat baik.

Page 11: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 137

Pengelolaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah di Sekolah Dasar Negeri Kota Semarang | Ngatini & Bambang Ismanto

SIMPULAN DAN SARAN

Perencanaan supervisi akademik yangdilakukan kepala sekolah SDN PonganganKecamatan Gunungpati Kota Semarang adalahsebagai berikut: 1) Kepala Sekolah melakukananalisis hasil supervisi tahun lalu, 2) Menyusunprogram, jadwal dan instrumen, 3) melakukansosialisasi kepada guru, 4) melaksanakansupervisi manajerial dan akademik, 5) melak-sanakan tindak lanjut (refleksi, pembinaan danpenyusunan laporan), 6) pembuatan dilakukanpada awal tahun pelajaran baru hal tersebutdimaksudkan karena awal semester pada bulanke dua supervisi akademik tersebut akan atausudah harus digunakan, 7) menganalisis hasildari pelaksanaan tahun lalu, 8) mengadakanpertemuan dengan guru untuk berdiskusi, 9)menyusun program atau rencana, dan 10)kepala sekolah menanyakan kepada guru aspekatau materi yang perlu disupervisi akademik inimeliputi aspek manajerial yaitu administrasikelas dan pembelajaran dan aspek akademisyaitu perencanaan, pelaksanaan dan penilaianpembelajaran.

Pelaksanaan supervisi akademikkepala sekolah terhadap pembelajaran di SDNPongangan Kecamatan Gunungpati KotaSemarang ini antara lain adalah 1) menyusunjadwal pelaksanaan, 2) melakukan koordinasikesepakatan dengan guru, 3) melaksanakansupervisi sesuai prosedur, prinsip, dan jadwal,4)menganalisis hasil supervisi, 5) menyusunlaporan, 6) mengadakan pertemuan awal denganguru, 7) menyampaikan instrumen untukdisepakati, 8) melakukan pemantauan dokumenpembelajaran atau administrasi kelas, 9)melaksanakan pengamatan atau observasipembelajaran, dan 10) mengadakan balikanguna melakukan refleksi.

Tindak lanjut supervisi akademikkepala sekolah di SDN Pongangan Gunungpati

Semarang adalah dengan melakukan balikankepada guru baik dalam catatan instrumentmaupun pembinaan cara langsung maupun tidaklangsung kepada guru dan pembinaan melaluirapat sekolah dan juga melakukan refleksi.

Ada beberapa saran yang dapat penelitisampaikan berdasarkan hasil penelitian yaitu:Bagi Peneliti selanjutnya, diharapkan penelitianini dapat memberikan sumbangan wawasan danpengetahuan dalam melaksanakan kegiatansupervisi akademik. Bagi Kepala sekolah,penelitian ini diharapkan dapat dijadikanrujukan dalam menyusun program, melaksana-kan program dan mengevaluasi programsupervisi akademik di sekolah. Bagi guru,penelitian ini diharapkan dapat menambahpengetahuan dan wawasan dalam melaksana-kan kegiatan pembelajaran yang berkualitas.Bagi Pengawas, penelitian ini diharapkan dapatmemberikan bahan dan masukan sertawawasan kepada guru dalam pelaksanaansupervisi akademik yang akan dilakukanberikutnya. Pihak-pihak yang terkait lainnya,diharapkan dapat menyusun strategi danprogram peningkatan profesionalisme gurusekolah dasar.

DAFTAR PUSTAKA

Atmodiwiryo, Soebagio. 2011. ManajemenPengawasan dan Supervisi Sekolah.Jakarta: Ardadizya Jaya.

Darmadi, Hamid. 2011. Methode PenelitianPendidikan. Bandung: Alfabeta.

Daryanto, Haji. 2010. Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Rineka Cipta.

Irawan, Prasetya. 2007. Peneltian Kualitatif& Kuantitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial.Jakarta: DIA FISIP UniversitasIndonesia.

Page 12: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

138 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

Lembaga Pengembangan dan PemberdayaanKepala Sekolah. 2011. SupervisiAkademik. Surakarta.

Makawimbang, Jerrry H. 2011. Supervisi DanPeningkatan Mutu Pendidikan. Bandung:Alpabeta.

Mulyasa, E. 2011. Manajemen dan Kepe-mimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PTBumi Aksara.

Mulyasa, E. 2006. Menjadi Kepala Sekolah.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyono. 2008. Manajemen Administrasi.Ar-Ruzz Media: Yogyakarta.

Muhroji, dkk. 2004. Manajemen Pendidikan:Pedoman bagi Kepala Sekolah DanGuru. Surakarta: University Muhamma-diyahPress.

Pidarta, M. 2004. Manajemen PendidikanIndonesia. Rineka Cipta: Bandung.

Purwanto, Ngalim. 2010. Administrasi danSupervisi Pendidikan. Bandung: PTRemaja Rosda Karya.

Sagala, Saeful. 2010. Supervisi Pembelajarandalam Profesi Pendidikan. Bandung: PTRemaja Rosda Karya.

Sahertian, A, Piet.2006. Konsep Dasar danTeknik Supervisi. Jakarta: PenerbitRineka Cipta.

Satori, Djama’an. 2009. MetodologiPenelitian Kualitatif. Bandung:Alfabeta .

Suryosubroto, B. 2004. Manajmen Pendidikandi Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Slameto. 2009. Manajemen Pendidikan.Salatiga: Widyasari Press.

Sugiyono. 2009. Metode PenelitianPendidikan Pendekatan Kuantitatif,kualitatif, dan RD. Bandung: Alpabeta.

Sunjana, Nana. 2011. Supervisi AkademikMembina Profesianalisme GuruMelalui SupervisiKlinis. Jakarta: BinaMitra Pulisting.

Page 13: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 139

Evaluasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) | Rita Widjajanti & Bambang Suteng Sulasmono

KelolaJurnal Manajemen PendidikanMagister Manajemen PendidikanFKIP Universitas Kristen Satya [email protected]

ISSN 2443-0544Volume: 2, No.2, Juli - Desember 2015

Halaman: 139-150

EVALUASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS)DI SMP NEGERI BOJA KABUPATEN KENDAL

Rita [email protected]

Alumni Program Pascasarjana Magister Manajemen PendidikanFKIP-Universitas Kristen Satya Wacana

Bambang Suteng [email protected]

Program Pascasarjana Magister Manajemen PendidikanFKIP-Universitas Kristen Satya Wacana

ABSTRACT

The study aimed to evaluate 1) whether the PAKEM plan carried out as a fulfillment ofthe standardized goal-oriented learning plan. 2) The performance of PAKEM learningcarried out looking into whether it is in accordance with the goal-oriented plans. 3)The outputs of PAKEM learning, measured by the achievement of the learning objectives.The research conducted here has applied an evaluative approach using both quantitativeand qualitative methodology. This research was conducted in SMPN 2 Boja Kendalregency. The respondents assigned to the research were principal, 20 classroom teachersof IX grade and 30 students of class IX C. The data collection techniques usedobservation, documentation study and interview. The quantitative data analysis wasconducted to gain the results of the data of observation and of studying the documents,whereas the qualitative data analysis was carried out to examine the results of theinterviews. The research showed that (1) the PAKEM learning plan carried out hadfulfilled the standardized goal-oriented learning plan. Nevertheless, the teachers’competence in selecting and making use of teaching media needs improving. Teachersas individuals or with the support of school may do this either. (2) The performance ofPAKEM learning carried out has been done well in accordance with the goal-orientedplan because all the teachers have achieved good grades of teaching performance.However, to enhance their teaching performance, it is necessary for the teachers toimprove their competence in making use of the available learning and teaching sources,teaching media and in assessing the students learning. (3) The outputs of PAKEMlearning have been able to measure the goal achievement of learning. This has beenproven by the fact that a lot of students have passed most of the school subjects (8subjects) achieving grades higher than the minimum grades required to pass them.Referring to the minimum grade required to pass the subjects, only a few students havenot passed 4 of them. Nevertheless, school needs to gradually raise the minimum passinggrade in order to be equal to the national one.

Keywords: program evaluation, school-based management, PAKEM

Page 14: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

140 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

PENDAHULUAN

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)menurut Mulyasa, (2014: 11) adalah suatukonsep yang menawarkan otonomi padasekolah untuk menentukan kebijakan sekolahdalam rangka meningkatkan mutu, efisiensi danpemerataan pendidikan agar dapat meng-akomodasi keinginan masyarakat setempatserta menjalin kerjasama yang erat antara seko-lah, masyarakat dan pemerintah ManajemenBerbasis Sekolah (MBS) atau School BasedManagement merupakan model penyeleng-garaan pendidikan untuk mencapai mutu pen-didikan yang sesuai dengan paradigma desen-tralisasi. Masih menurut Mulyasa (2014: 24),MBS merupakan salah satu wujud dari refor-masi pendidikan yang menawarkan kepadasekolah untuk menyediakan pendidikan yanglebih baik dan memadai bagi para pesertadidik. Otonomi dalam manajemen merupakanpeluang bagi sekolah untuk meningkatkankinerja staff, menawarkan partisipasi langsungkelompok-kelompok yang terkait, dan me-ningkatkan pemahaman masyarakat terhadappendidikan. Terdapat 3 (tiga) pilar dalam MBSyaitu: a) Manajemen sekolah, b) PembelajaranAktif Kreatif dan Menyenangkan (PAKEM),dan c) Peran serta masyarakat. Ketiga pilarMBS itu -manajemen sekolah, PAKEM, danperan serta masyarakat- perlu terus dansemakin ditingkatkan guna mewujudkanpendidikan yang bermutu baik dalam hal kualitaspembelajaran, kurikulum, pendidik, tenagakependidikan lainnya, maupun pelayananpendidikan secara keseluruhan.

PAKEM adalah pendekatan yangmemungkinkan peserta didik mengerjakankegiatan beragam untuk mengembangkanketrampilan, sikap, dan pemahamannya denganpenekanan belajar sambil bekerja. Sementara,guru menggunakan berbagai sumber dan alat

bantu belajar, termasuk pemanfaatan lingkungan,supaya pembelajaran lebih menarik, menye-nangkan, dan efektif (Asmani, 2013: 59).PAKEM berasal dari konsep bahwa pem-belajaran harus berpusat pada siswa (studentcentered learning) dan pembelajaran harusbersifat menyenangkan (learning is fun), agarmereka termotivasi untuk terus belajar sendiritanpa diperintah dan agar mereka tidak merasaterbebani atau merasa takut (Rusman, 2010:321). Lebih lanjut menurut Rusman (2010:323), dalam model PAKEM guru dituntut untukdapat melakukan kegiatan pembelajaran yangdapat melibatkan siswa melalui kegiatan-kegiatan yang partisipatif, aktif, kreatif, efektifdan menyenangkan yang pada akhirnyamembuat siswa dapat menciptakan karya,gagasan, pendapat, ide atas hasil penemuannyadan usahanya sendiri, bukan dari gurunya.

SMP Negeri 2 Boja Kabupaten Kendalmerupakan sekolah Standar Nasional yangsejak tahun 2010 sudah menerapkan ManajemenBerbasis Sekolah. Sekolah ini sebenarnyasangat ideal untuk menjadi sekolah yangberprestasi, baik di bidang akademik maupunnon akademik. Hal ini didukung dengan kondisiantara lain: 1) lokasi sekolah yang sangatstrategis dan menjadi pilihan orang tua, 2) jumlahguru yang memenuhi syarat dalam jumlah,kualifikasi maupun kompetensinya, 3) gurumengajar sesuai bidangnya, 4) jumlah tenagakependidikan yang memenuhi syarat baikkualifikasi dan kompetensinya, 5) ruang kelasyang cukup, ruang penunjang lainnya yangmemenuhi syarat (ruang ketrampilan,perpustakaan, laboratorium, ruang media,tempat ibadah), 6) serta peralatan dan mediapembelajaran yang cukup. Namun ketersediaanberbagai kondisi yang ideal tersebut belumseimbang dengan mutu/prestasi yang diperoleholeh sekolah. Hal ini dibuktikan dengan nilai

Page 15: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 141

Evaluasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) | Rita Widjajanti & Bambang Suteng Sulasmono

ujian nasional yang fluktuatif dalam kurun tigatahun terakhir, sebagaimana terlihat pada tabelberikut.

Hal di atas mengisyaratkan perlunyadilakukan evaluasi terhadap program MBSkhususnya dalam aspek pembelajaran PAKEMdi SMPN 2 Boja. Evaluasi ini dimaksudkanuntuk mengetahui berbagai kendala dankekurangan serta kelebihan proses pembelajar-an yang berlangsung di SMPN 2 Boja selamaini. Mengingat tidak bisa dipastikannya sebuahprogram pembelajaran yang sama akanmemberikan hasil yang sama pula pada tempatdan waktu yang berbeda. Tujuan diadakannyaevaluasi program adalah untuk mengetahuipencapaian tujuan program dengan langkahmengetahui keterlaksanaan kegiatan program,karena evaluator program ingin mengetahuibagian mana dari komponen dan sub komponenprogram yang belum terlaksana dan apasebabnya (Arikunto, 2008: 18).

Penelitian ini menggunakan ModelGoal

Oriented Evaluation. Goal oriented evaluationatau evaluasi yang berorientasi pada tujuan,merupakan sebuah model evaluasi yangmenekankan peninjauan pada tujuan sejak awalkegiatan dan berlangsung secara berkesinam-bungan. Pada tahap perencanaan dalamPAKEM di SMPN 2 Boja Kabupaten Kendal,peneliti melakukan observasi terhadap prosesperencanaan pembelajaran yang telah

dilakukan. Pengecekan ini dilakukan secaraterus menerus dan berkesinambungan sehinggadiketahui ketercapaian tujuan perencanaanprogram pembelajaran PAKEM. Pada tahappelaksanaan, peneliti melakukan pantauan

No Tahun AjaranBhsInd

BhsIngg

MTK IPARata-rata

PeringkatKab

1 2011/2012 8,39 5,63 6,37 7,25 6,91 19

2 2012/2013 7,88 5,57 6,48 5,92 6,46 5

3 2013/2014 7,50 5,87 5,10 5,74 6,05 15

Tabel 1 Hasil UN Siswa SMPN 2 Boja Tahun Ajaran 2011/2012 – 2013/2014

Sumber: Data diolah, 2015

terhadap proses pelaksanaan pembelajaranyang telah dilakukan oleh guru di kelas.Pengecekan ini dilakukan secara terus menerusdan berkesinambungan sehingga diketahuiketercapaian tujuan pelaksanaan programpembelajaran PAKEM. Pada tahap evaluasidalam PAKEM di SMPN 2 Boja KabupatenKendal, peneliti secara terus menerus danberkesinambungan melakukan pantauanterhadap evaluasi pembelajaran yang telahdilakukan oleh guru seusai pembelajaran, baikevaluasi proses maupun evaluasi hasil belajar.

Beberapa penelitian terdahulu yangmemiliki relevansi dengan penelitian ini adalahsebagai berikut. Pertama, penelitian TriWahyuningsih (2010) dengan judul Implemen-

tasi MBS dalam Upaya Peningkatan MutuSekolah di SMPN 1 Purwokerto Tahun Ajaran

2010/2011. Hasil penelitian menunjukkanbahwa program implementasi MBS mampumeningkatkan mutu pendidikan di sekolah yangmeliputi SDM guru serta hasil belajar siswasecara bertahap dan berkelanjutan serta adanyakerjasama antar pihak secara intensif. Kedua,penelitian Blimpo dan Evans (2011) yangberjudul School-Based Management and

Educational Outcomes: Lessons from aRandomized Field Experiment. Hasil

Page 16: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

142 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

penelitian ini menunjukkan bahwa prosespembelajaran menjadi lebih bernilai denganhasil optimal jika dikelola secara efektif danefisien dengan menerapkan model manajemenberbasis sekolah. Ketiga, penelitian Arifin(2007) dengan judul Penerapan Model

PAKEM Dalam Meningkatkan MutuPembelajaran Gaya Gesekan Pada Siswa

Kelas V SD Laboratorium UniversitasNegeri Gorontalo. Hasil yang diperoleh daripenelitian ini adalah model pembelajaran aktif,kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM)dapat diterapkan dalam meningkatkan mutupembelajaran gaya gesekan pada peserta didikkelas V Sekolah Dasar Laboratorium Univer-sitas Negeri Gorontalo. Keempat, Ratam(2009) dalam penelitiannya yang berjudulPengaruh Pola Pembelajaran Aktif, Kreatif

dan Menyenangkan (PAKEM) dan MotivasiBelajar terhadap Ketuntasan IPS Materi

Sejarah siswa Sekolah Dasar di KecamatanKaranganyar Kabupaten Purbalingga,menemukan bahwa pola pembelajaranPAKEM lebih efektif dalam menolong siswamencapai ketuntasan belajar dari pada polakonvensial. Kelima, Syaikhudin (2008) dalampenelitiannya yang berjudul EvaluasiPelaksanaan Model Pembelajaran Aktif,

Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan(PAKEM) di Madrasah Ibtidaiyah Negeri

(MIN) Jejeran Bantul Yogyakarta, menunjuk-kan bahwa (1) 38% guru termasuk dalamkategori baik dan 14% sangat baik dalam halpemahaman tentang pembelajaran PAKEM (2)48% guru termasuk kategori baik dan 9% Gurumasuk dalam kategori sangat baik dalam halpelaksanaan pembelajaran PAKEM. Kelimapenelitian di atas memiliki kesamaan yaituberupa penelitian evaluatif terhadap pem-belajaran dalam konteks manajemen berbasissekolah, yang di Indonesia disebut PAKEM.Penelitian yang hendak dilakukan berbeda

dengan penelitian terdahulu, baik dari segi modelevaluasi yang hendak digunakan maupun lokasipenelitiannya.

Berdasarkan uraian latar belakang di atasmaka peneliti tertarik untuk mengadakanpenelitian dengan judul “Evaluasi ManajemenBerbasis Sekolah (MBS) dalam PAKEM diSMP Negeri 2 Boja Kabupaten Kendal.”Sejalan dengan latar belakang di atas makarumusan masalah dalam penelitian ini adalah:1)apakah perencanaan pembelajaran PAKEMdi SMPN 2 Boja Kabupaten Kendal meme-nuhi standar RPP yang berorientasi padatujuan?, 2) apakah pelaksanaan pembelajaranPAKEM di SMPN 2 Boja Kabupaten Kendalsesuai dengan perencanaan yang berorientasipada tujuan?, dan 3) apakah evaluasi pem-belajaran PAKEM di SMPN 2 Boja Kabu-paten Kendal dapat mengukur ketercapaiantujuan pembelajaran? Tujuan dari penelitian iniadalah untuk mengevaluasi perencanaanpembelajaran PAKEM dalam pemenuhanstandar RPP yang berorientasi pada tujuan, danpelaksanaan pembelajaran PAKEM dalamkesesuaiannya dengan perencanaan, sertaevaluasi pembelajaran PAKEM yang diukurdengan ketercapaian tujuan pembelajaran.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitianevaluatif dengan pendekatan kuantitatif dankualitatif. Model evaluasi yang digunakanadalah model evaluasi berbasis tujuan (goal

oriented evaluation model). Subyek dalampenelitian ini adalah kepala sekolah, 20 gurumata pelajaran yang mengajar di kelas IXSMPN 2 Boja Kabupaten Kendal. Teknikpengumpulan data yang digunakan mencakupobservasi, studi dokumen dan wawancara.Analisis data menggunakan metode campuranyaitu metode kuantitatif dan kualitatif. Datakualitatif merupakan data yang dikumpulkan

Page 17: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 143

Evaluasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) | Rita Widjajanti & Bambang Suteng Sulasmono

wawancara dengan kepala sekolah maupunguru. Sedang data kuantitatif berupa data angkayang diperoleh melalui penilaian perencanaanpembelajaran oleh guru dengan menggunakaninstrumen IPKG 1, dan skor pelaksanaan pem-belajaran yang dilakukan oleh guru denganmenggunakan instrumen IPKG 2. Kualitasperencanaan dan pelaksanaan pembelajaranguru diklasifikasikan dalam rentang skor padaTabel 2.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

a. Hasil Evaluasi Perencanaan Pembelajaran.

Penilaian terhadap RPP 20 guru yangmengajar di kelas IX, menghasilkan dataperencanaan pembelajaran per komponennya,

tergambar dalam tabel 3.

Tabel 2 Rentang skor Kualitas Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran

Rentang skor Nilai Kualitas

86 - 100 A Sangat Baik71 – 85 B Baik56 – 70 C Cukup

< 55 D Kurang

Tabel 3 Rekapitulasi Nilai Komponen Perencanaan Pembelajaran Guru

Keterangan: Lima Komponen perencanaan pembelajaran meliputi: 1) Perumusan Tujuan Pembelajar-an, 2) Pemilihan danpengorganisasian Materi Pembelajaran, 3) Pemilihan Sumber Belajar/Media Pembelajaran, 4) Metode Pembelajaran,dan 5) Penilaian hasil Belajar.

NoNamaguru/Kode

Mata pelajaranKomponen Perencanaan

Jumlah Rata-rata1 2 3 4 5

1 Gr 1 Bahasa Indonesia 4 3,50 3 3,50 3,66 17,66 3,532 Gr 2 PKn 4 3 2,66 3,25 2,66 15,57 3,113 Gr 3 IPA Terpadu 4 3,25 3 2,55 3 15,75 3,154 Gr 4 PAI 4 3,25 3 3 3 16,25 3,255 Gr 5 TIK 4 3 3 4 3 17 3,436 Gr 6 IPS Terpadu 3,33 3 2,33 3 2,66 14,29 2.857 Gr 7 Ketrampilan 4 3 3 2 3 15,00 3,008 Gr 8 Seni Budaya 3,66 3 3 3 3,66 15,99 3,989 Gr 9 Matematika 4 3,5 3,25 3 2,66 16,41 3,28

10 Gr 10 Bahasa Jawa 3.66 3 2,66 2,5 3 14,82 2,9611 Gr 11 IPS Terpadu 4 3 3 3 2,66 15,66 3,1312 Gr 12 IPA Terpadu 3.66 3,75 2,66 3 3 16.07 3,2113 Gr 13 BK 3,25 3 3,66 3,5 4 17,41 3,4814 Gr 14 Penjasorkes 4 3,25 3 3,25 3,66 17.16 3,4315 Gr 15 Bahasa Inggris 3 3 2,33 3 3 14,33 2,8616 Gr 16 Bahasa Inggris 3,66 3 2,33 3 3 14,99 2,9917 Gr 17 Bahasa Inggris 3,33 3,75 2,66 3,25 3 15,99 3,1918 Gr 18 Matematika 4 3,75 3 3,25 3 17 3,419 Gr 19 Matematika 3.33 3,50 2,66 3 3 15,41 3,0820 Gr 20 Matematika 4 3,25 3 3 3 16,25 3,15

Jumlah 71,63 64,7 57,2 61,0 61,2 315,92 63,18Nilai Komponen (skala ratusan)= Nilai diperoleh : Nilai

maksimal x10089,53 80,98 71,5 76,31 76,61 394,9 78,98

Page 18: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

144 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

Menurut Tabel 3, nilai tertinggi yang diperolehpara Guru adalah komponen ke-1 yaituperumusan tujuan pembelajaran dengan nilairata-rata 89,53, nilai terendah adalahkomponen ke-3 yaitu pemilihan sumber belajar/media pembelajaran dengan nilai rata-rata 71,5.Rendahnya nilai ini disebabkan antara lain olehketerbatasan sumber belajar/media pembe-lajaran yang dimiliki sekolah, dan keterbatasankemampuan guru dalam menggunakan mediapembelajaran yang ada di sekolah. Tampakjuga bahwa nilai rata-rata setiap komponenperencanaan belum mencapai kategori AmatBaik. Penyebabnya antara lain adalah karenasebagian guru masih meng-copy paste RPPyang di buat oleh MGMP atau sumber lain yangbelum disesuaikan dengan kondisi sekolah.

NoNamaguru/Kode

Matapelajaran

Komponen Pelaksanaan Pembelajaran Jumlah

Rata-rata1 2 3 4 5 6 7 8

1 Gr 1 Bhs.Ind 4 3,5 3,11 2,66 3,5 3,66 3 3,25 26,93 3,36

2 Gr 2 PKn 3,5 3,25 3,28 2,33 3,16 4 3 3,25 25,77 3,22

3 Gr 3 IPA 4 3,66 3,33 3 2,66 3,16 2,5 3,25 25,56 3,19

4 Gr 4 PAI 3,25 3 3 2,66 3 3,66 2,5 3,25 24,32 3,04

5 Gr 5 TIK 3,25 3 3 2,66 2,83 4 3 3,25 24,99 3,12

6 Gr 6 IPS 3,25 3 3,14 2,66 3 3,66 3 3 24,71 3,08

7 Gr 7 Ketrampila 3,5 3 2,77 3 3,16 4 2,5 3,25 25,18 3,14

8 Gr 8 S. Budaya 3,25 3,4 3,14 3,33 3 4 3 3,25 26,37 3,29

9 Gr 9 Mat 3,5 3 3,16 3,16 3 2,66 2,83 3,25 24,56 3,07

10 Gr 10 Bhs. Jawa 3,5 3 2,77 3 3,16 4 2,5 3,25 25,18 3,14

11 Gr 11 IPS 4 3 3,14 2,66 3 4 3 3,25 26,05 3,25

12 Gr 12 IPA 3,5 3,66 3,28 2 2,83 4 3 3,25 25,52 3,19

13 Gr 13 B K 3,5 3 2,77 3 3,16 4 2,5 3,25 25,18 3,14

14 Gr 14 Penjas 3,5 3 2,77 3 3,16 4 2,5 3,25 25,18 3,14

15 Gr 15 B. Inggris 3,25 3,4 3,14 3,33 3 4 3 3,25 26,37 3,29

16 Gr 16 B. Inggris 3,5 3 2,77 2,66 2,83 4 3 3 24,76 3,09

17 Gr 17 B. Inggris 4 3,66 3,14 2,66 3,16 3,66 3 3,25 26,53 3,31

18 Gr 18 Math 3,5 3,33 3,16 3 3 3,16 3 2,75 24,9 3,11

19 Gr 19 Math 3,5 3 3,16 2,75 2,33 3 3 3,25 23,99 2,99

20 Gr 20 Math 3.5 3 3.16 2.33 2.88 3 2.5 3 23.37 2.92

Jumlah 71 63.86 61.19 55.85 59.82 73.62 56.33 63.75 505.4 63.17

Nilai Komponen(skala ratusan)

= Nilai diperoleh :Nilai maksimal x100

88.75 79.82 76.49 69.81 74.77 92.02 70.41 79.68 631.78 78.97

Tabel 4. Rekapitulasi Nilai Komponen Pelaksanaan Pembelajaran Guru

Sumber: Data penelitian, diolahKeterangan : komponen 1 adalah membuka pelajaran, komponen 2 adalah penguasaan materi, komponen 3 adalah

pendekatan dan strategi, komponen 4 adalah pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran, komponen5 adalah peran aktif siswa, komponen 6 adalah penggunaan bahasa, komponen 7 adalah penilaianproses dan hasil belajar, serta komponen 8 adalah menutup pelajaran.

b. Evaluasi Pelaksanaan Pembelajaran

Hasil observasi terhadap pelaksanaanpembelajaran dari 20 guru mata pelajaran yangmengajar kelas IX, disajikan dalam Tabel 4.

Menurut Tabel 4, nilai tertinggi yangdicapai oleh para Guru adalah nilai dalamkomponen ke-6 yaitu penggunaan bahasadengan tara-rata nilai 92,02 (A), sedang nilaiterendah adalah komponen ke-4 yaitupemilihan sumber belajar/media pembelajarandengan nilai rata-rata 69,81 (C). Nilai terendahkedua adalah nilai komponen ke-7 yaitupenilaian proses dan hasil belajar dengan nilairata-rata 70,41. Rendahnya nilai komponen ke-4 yaitu pemanfaatan sumber belajar/mediapembelajaran disebabkan antara lain keter-batasan sarana dan prasarana khususnya

Page 19: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 145

Evaluasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) | Rita Widjajanti & Bambang Suteng Sulasmono

sumber belajar/media pembelajaran yangdimiliki sekolah, dan masih rendahnya kemam-puan guru dalam menggunakan media pem-belajaran yang ada. Sedang rendahnya nilaikomponen ke-7 yaitu penilaian proses dan hasilbelajar siswa disebabkan antara lain : guru tidak/belum melaksanakan penilaian proses dan hasilbelajar sesuai rencana karena sebagian gurumasih ada yang berpendapat bahwa yangterpenting sudah menyusun perencanaan, danpelaksanaan nnya bolehtidak sesuai denganyang direncanakan.

c. Evaluasi terhadap penilaian hasil belajar

Data hasil evaluasi terhadap, penilaianhasil belajar siswa yang dilakukan oleh paraguru setelah melaksanakan pembelajarantergambar dalam Tabel 5. Berdasarkan tabel

di bawah ini, tampak bahwa jika dibandingkandengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)untuk tiap-tiap matapelajaran yang sudahditetapkan oleh sekolah, maka dari 12 matapelajaran yang diajarkan, terdapat 8 matapelajaran yang seluruh siswanya telah mencapainilai KKM. Sedangkan 4 mata pelajaran yanglain yaitu PKn, Bahasa Inggris, Matematika,IPS, terdapat sejumlah siswa yang belummencapai KKM. Sepintas tampak bahwaberdasarkan data di atas secara umum kualitashasil belajar siswa pada ulangan harian yangdiselenggarakan oleh para Guru sudah termasukbaik. Namun jika ditilik lebih dalam akantampak bahwa dari dua belas mata pelajaranyang ada, hanya dua mata pelajaran yangdisajikan hanya ada 2 (dua) matapelajaran yaituIPS dan Mulok Ketrampilan yang KKM nya

Nomor Nilai per Mata Pelajaran

Jum

lah

Rat

a-ra

ta

Uru

t

Indu

k

Pen

d A

gam

a

P K

ewar

gane

g

B I

ndon

esia

B I

nggr

is

Mat

emat

ika

Pen

g A

lam

Pen

g So

sial

Seni

Bud

aya

Pen

jaso

rkes

Tek

Inf

orm

asi

Bah

asa

Jaw

a

Mul

ok I

IKKM 73 73 73 70 70 70 75 72 72 72 72 75

1 5984 73 84 80 75 70 80 75 80 75 75 75 80 922 76,832 6015 75 72 73 70 80 80 75 80 80 75 75 80 915 76,253 5951 80 80 84 70 75 85 85 85 80 80 80 80 964 80,334 5922 75 72 80 70 75 85 85 85 80 85 80 85 957 79,755 6083 80 84 76 80 75 75 80 85 80 72 80 85 952 79,336 6050 80 78 84 85 80 90 85 80 85 75 75 80 977 81,427 5985 73 88 92 75 75 90 85 80 75 75 75 85 968 80,678 6090 75 88 88 80 75 70 65 85 75 80 80 80 941 78,429 5960 75 84 92 80 85 85 75 80 75 85 75 80 971 80,9210 5990 80 92 84 75 70 70 75 90 80 75 85 80 956 79,6711 6058 80 76 86 75 65 75 75 85 75 75 90 80 937 78,0812 6029 73 84 88 70 65 85 70 85 75 75 75 75 920 76,6713 6122 75 88 84 70 80 70 70 80 80 85 85 85 952 79,3314 6030 80 84 84 70 75 75 75 80 80 90 75 85 953 79,4215 5935 75 72 80 70 70 70 80 80 85 85 85 80 932 77,6716 6035 75 88 88 75 80 80 80 85 85 85 85 80 986 82,1717 5971 75 84 84 85 70 90 80 90 85 75 85 80 983 81,9218 6127 75 80 84 75 85 80 90 85 75 75 85 85 974 81,1719 6069 80 88 88 70 80 80 85 85 75 75 75 80 961 80,0820 5940 75 80 84 70 75 80 75 80 75 80 75 75 924 77,0021 6002 75 80 75 65 75 70 70 80 80 75 75 75 895 74,5822 6003 73 80 84 80 75 80 75 80 80 75 80 75 937 78,0823 6004 80 80 84 85 75 75 75 80 80 75 80 80 949 79,0824 6102 80 84 84 70 80 75 75 80 85 72 75 80 940 78,3325 5943 73 60 84 70 75 75 80 80 85 75 75 75 907 75,5826 6106 75 88 88 85 75 75 85 85 75 72 80 85 968 80,6727 6109 80 92 84 90 80 90 75 90 75 90 90 80 1016 84,6728 5978 80 80 84 75 85 80 75 80 75 75 80 80 949 79,0829 6014 80 76 80 75 85 85 75 85 75 72 80 80 948 79,0030 5950 73 73 75 70 75 75 70 80 80 72 75 75 893 74,42

Nilai Rata-rata 77 81 84 75 76 79 77 83 79 78 80 80 948 79Nilai Tertinggi 80 92 92 90 85 90 90 90 85 90 90 85 1016 85Nilai Terendah 73 60 73 65 65 70 65 80 75 72 75 75 893 74Tuntas (%) 100 87 100 97 93 100 83 100 100 100 100 100Tidak tuntas (%) 0 13 0 3 7 0 17 0 0 0 0 0

Tabel 5 Rekap Nilai Ulangan Harian Kedua Kelas IX C

Sumber: Data penelitian, diolah

Page 20: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

146 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

sama dengan KKM Nasional yaitu sebesar 75.Selebihnya KKM 10 (sepuluh) mata pelajaranyang lain masih kurang dari 75. Hal inimenunjukkan bahwa kualitas KKM di SMP 2Boja mayoritas masih di bawah KKM Nasionalyaitu 75. Sehingga capaian atas KKM oleh parasiswa di atas, sebagian besar belum mencapaiKKM Nasional.

2. Pembahasan

a. Pembahasan Hasil Perencanaan PembelajaranBerdasarkan hasil penilaian perencanaan

pembelajaran yang telah dipaparkan di atas,bisa dikatakan bahwa perencanaan pembe-lajaran yang dilakukan oleh guru-guru SMPNegeri 2 Boja pada dasarnya telah mengacumodel RPP pembelajaran PAKEM yangmencakup komponen RPP yang benar yaitumeliputi: Identitas sekolah, Standar Kompe-tensi, Kompetensi Dasar, Indikator pencapaianhasil belajar, tujuan pembelajaran, materipembelajaran, pendekatan dan metodepembelajaran, langkah kegiatan pembelajaran(pendahuluan, inti dan penutup), alat dansumber belajar serta penilaian pembelajaran.Hal ini telah sesuai dengan komponen RPPPAKEM yang dikemukakan oleh Usman(2008) yang menyebutkan secara teknisrencana pembelajaran minimal mencakupkomponen-komponen berikut: (1) Standarkompetensi, kompetensi dasar, dan indikatorpencapaian hasil belajar, (2) Tujuanpembelajaran. (3) Materi pembelajaran. (4)Pendekatan dan metode pembelajaran. (5)Langkah-langkah kegiatan pembelajaran. (6)Alat dan sumber belajar. (7) Evaluasi pem-belajaran.

Secara kualitas nilai semua komponenperencanaan pembelajaran menunjukkan nilaiyang belum mencapai Amat Baik. Masih adakomponen yang sangat penting dalam sebuahperencanaan, yang nilainya masih rendah yaitu

pada komponen 3 (tiga) tentang pemilihansumber belajar/media pembelajaran. Rendahnyakemampuan guru dalam memilih dan meng-gunakan sumber pembelajaran/media pem-belajaran disebabkan karena sebagian gurubelum memiliki kompetensi yang baik dalammemilih dan menggunakan sumber pembelajar-an/media pembelajaran. Selain itu juga dikare-nakan masih terbatasnya sarana prasarana/media pembelajaran yang ada di sekolah. Halini perlu pendapatkan perhatian baik dari gurumaupun kepala sekolah, agar guru meningkat-kan kompetensinya dalam pemilihan danpemanfaatan sumber/media pembelajaran.

Kategori nilai Baik yang diperoleh dalamperencanaan pembelajaran yang disusun olehguru disebabkan karena sebagian besar guruaktif dalam kegiatan Musyawarah Guru MataPelajaran (MGMP) sekolah yang diadakansetiap 2 (dua) minggu sekali maupun MGMPKabupaten yang diadakan setiap bulan sekalipada minggu keempat. Selain itu, kemampuanguru dalam menyusun RPP juga dipengaruhidengan adanya fungsi kepala sekolah sebagaisupervisor yang telah menjalankan tugasnyadengan baik yaitu dengan memeriksa RPP gurusebelum digunakan dalam pembelajaran.Kualitas kemampuan guru dalam menyusun RPPjuga dipicu oleh adanya kegiatan rutin kompetisiguru berprestasi tingkat kabupaten yang biasadiadakan tiap semester.

b. Pembahasan Hasil Pelaksanaan Pembe-lajaran

Pelaksanaan pembelajaran yang dilaku-kan oleh guru-guru di SMP Negeri 2 Boja padadasarnya sudah sesuai dengan model PAKEM,hal ini ditunjukkan dalam pelaksanaanpembelajarannya sudah memenuhi kriteria aktif,kreatif, efektif dan menyenangkan, namundemikian kompetensi guru tetap masih sangatperlu ditingkatkan terus agar kualitas pem-

Page 21: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 147

Evaluasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) | Rita Widjajanti & Bambang Suteng Sulasmono

belajaran semakin baik sehingga hasilnya punjuga akan semakin baik. Masih dijumpai be-berapa guru dalam membuka pelajaran banyakmenghabiskan waktu sehingga tidak sesuaidengan yang direncanakannya.

Pada kegiatan inti, masih ada komponenyang memperoleh nilai rendah yaitu padakomponen pemanfaatan sumber belajar/mediapembelajaran dan komponen penilaian prosesdan hasil belajar. Hal ini terjadi karena kom-petensi guru dalam pemanfaatan sumberbelajar/media pembelajaran masih sangatkurang. Banyak guru yang belum mampumenggunakan komputer / LCD sebagai media.Untuk menyikapi hal tersebut, dalam kegiataninti ini guru dituntut untuk lebih kreatif me-manfaatkan lingkungan yang ada sebagai mediapembelajaran. Kegiatan pembelajaran tidakharus di dalam kelas tetapi bisa juga dilakukandi luar kelas dengan memanfaatkan lingkunganyang ada. Hal ini perlu mendapatkan perhatianyang serius dari guru maupun sekolah agarkompetensi dan kreativitas guru lebih ditingkat-kan, agar siswa gembira dalam mengikutipelajaran sehingga mereka akan mencintai ilmuyang dipelajarinya. Dengan suasana yanggembira dan mencintai ilmu yang dipelajarinyatentu siswa akan lebih mudah menyerap materipelajaran sehingga tujuan yang direncanakanbisa tercapai. Demikian halnya dengan kegiatanpenutup, terkadang guru lupa tidak memberikanrefleksi dan penugasan. Kegiatan refleksi sangatpenting untuk mengetahui seberapa besar materiyang sudah diserap dan dipahami oleh siswa,oleh karena itu guru harus lebih disiplin dalampemanfaatan waktu, agar semua kegiatan bisadilaksanakan dengan baik.

Berdasarkan hasil penilaian pelaksana-an pembelajaran di atas, ternyata faktorkedisiplinan guru dalam menggunakan waktuberdasarkan perencanaan yang telah disusunperlu mendapatkan perhatian yang serius.

Secara keseluruhan nilai rata-rata pelak-sanaan pembelajaran semua guru di SMPNegeri 2 Boja sudah Baik. Hal ini jugadisebabkan karena adanya program kegiatansupervisi yang dilakukan oleh kepala sekolahsecara rutin tiap 2 kali dalam 1 semester. Selainsupervisi oleh kepala sekolah, guru juga mampumenciptakan interaksi dengan siswa yang baiksehingga pembelajaran lebih kondusif. Sedang-kan pada kegiatan inti pelajaran, ada duakomponen yang nilainya masih dalam kategoriCukup, yaitu komponen 4 (empat) yaitu pe-manfaatan sumber belajar dan media pem-belajaran dan komponen 7 (tujuh) yaitu pe-nilaian proses dan hasil belajar. Mengingat pen-tingnya kedua komponen tersebut, maka gurumaupun kepala sekolah agar memberikanperhatian. Rendahnya nilai kedua komponenini disebabkan masih terbatasnya kemampuanguru dalam memanfaatkan sumber belajar danmedia pembelajaran, juga disebabkan masihterbatasnya media/alat pembelajaran yangdisediakan oleh sekolah.

Pada dasarnya pelaksanaan pembelajar-an PAKEM di SMP 2 Boja sudah berjalandengan baik sesuai dengan hasil penelitiannyaBlimpo dan Evans (2001) yang mengatakanbahwa proses pembelajaran menjadi lebihbernilai dengan hasil optimal jika dikelola secaraefektif dan efisien dengan menerapkan modelPAKEM, namun masih perlu pembenahan danpeningkatan.

Disisi lain sebagai pembanding, menuruthasil penelitian yang dilakukan oleh Kafit (2009)tentang Efektifitas Penggunaan MediaPembelajaran Komputer Untuk Meningkatkanhasil Belajar Mata Pelajaran IPA Kelas VIIIMTs NU Hasyim Asyari Honggowongso JekuloKudus, menyatakan bahwa: Penggunaan mediapembelajaran komputer mampu mening-katkan prestasi belajar IPA, karena denganmenggunakan media tersebut siswa lebih ter-

Page 22: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

148 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

tarik dan lebih termotivasi. Dengan demikiankompetensi guru SMP Negeri 2 Bojakhususnya dalam pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran sangat perlu ditingkatkanagar kualitas pembelajaran semakin baik danhasil/prestasi belajar siswa pun juga semakinmeningkat.

Dengan demikian, sekalipun di SMPNegeri 2 Boja sudah mengimplementasikanMBS dan PAKEM, namun, dengan pencapaianprestasi belajar siswa yang belum memenuhiharapan, maka kompetensi guru dalammenerapkan PAKEM masih sangat perluditingkatkan, dan sekolah perlu memberikandukungan dengan memberikan fasilitas yangcukup bagi guru untuk melaksanakan PAKEM.

c. Pembahasan Hasil Evaluasi Pembelajaran

Menurut Asmani (2013: 105) salahsatu kriteria penilaian yang sesuai dengankonsep PAKEM yaitu penilaian yang sesuaidengan pembelajaran model PAKEM yaitupenilaian otentik yang merupakan prosespengumpulan informasi oleh guru tentangperkembangan dan pencapaian pembelajaranpeserta didik melalui berbagai teknik yangmampu mengungkapkan, membuktikan ataumenunjukkan secara tepat bahwa tujuanpembelajaran telah benar-benar dikuasai dandicapai. Bentuk penilaian tes dapat dilakukansecara lisan, tertulis, dan perbuatan. Sementaraitu, bentuk penilaian non-tes dilakukan denganmenggunakan skala sikap, ceklis, kuesioner,studi kasus, dan portofolio.

Mengacu pada hasil observasi pelak-sanaan pembelajaran yang salah satu kom-ponennya adalah penilaian proses dan hasilpembelajaran, ternyata yang dilaksanakan olehguru SMP Negeri 2 Boja belum dilaksanakandengan baik. Hal ini tentunya belum sesuaisepenuhnya dengan karateristik evaluasi yangseharusnya dilakukan dalam model PAKEM

yang meliputi pretest, penilaian proses danpostest maupun bentuk penilaian lainya sepertiportofolio, penugasan terstruktur maupunkegiatan mandiri terstruktur. Perencanaanevaluasi pembelajaran yang telah dilaksanakanyang meliputi kualitas butir soal, kualitas hasilbelajar, kualitas waktu dalam perencanaan danKriteria Ketuntasan Minimal (KKM) diperolehhasil bahwa kualitas butir soal ternyata belumsemua guru menyusun instrumen penilaiansecara lengkap dalam RPP.

Kualitas hasil belajar siswa SMP N 2Boja, secara umum sebenarnya sudah baik, halini dibuktikan dengan 8 mata pelajaranmenunjukkan semua anak telah mencapaiKKM, sedangkan 4 mata pelajaran yang lainyaitu mata pelajaran PKn, Bahasa Inggris,Matematika dan IPS hanya menunjukkanbeberapa anak yang belum mencapai batastuntas. Kualitas KKM di SMP 2 Boja perluadanya peningkatan menuju KKM Nasionalyaitu 75, hal ini terlihat dari dari data KKMsekolah hanya dua mata pelajaran yang KKMnya 75, yaitu mata pelajaran IPS danKetrampilan, sedangkan mata pelajaran yanglain KKM nya masih di bawah 75.

Pentingnya mengevaluasi pembelajarankarena guru akan mengetahui tingkatkeberhasilan maupun bagian-bagian yang perludiperbaiki. Hal ini sebagaimana dikemukakanoleh Uno (2008: 95), bahwa Evaluasi akhir ataupost test berfungsi untuk memperoleh gambar-an tentang kemampuan yang dicapai siswa padaakhir pengajaran. Jika hasil evaluasi akhir kitabandingkan dengan evaluasi awal, maka dapatdiketahui seberapa jauh efek atau pengaruh daripengajaran yang telah kita berikan, disampingsekaligus dapat pula diketahui bagian-bagianmana dari bahan pengajaran yang masih belumdipahami oleh sebagian besar siswa.

Page 23: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 149

Evaluasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) | Rita Widjajanti & Bambang Suteng Sulasmono

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Perencanaan pembelajaran PAKEM diSMPN 2 Boja Kabupaten Kendal telah me-menuhi standar RPP yang berorientasi padatujuan, akan tetapi masih perlu perbaikandan peningkatan kompetensi guru padakomponen pemilihan dan pemanfaatansumber/media pembelajaran, baik olehguru secara mandiri maupun oleh sekolah

2. Pelaksanaan pembelajaran PAKEM diSMPN 2 Boja Kabupaten Kendal telahsesuai dengan perencanaan yang berorientasipada tujuan, karena semua guru memilikinilai pelaksanaan pembelajaran rata-rataBaik, akan tetapi agar kualitas pembelajaranmenjadi lebih baik, maka guru perlumeningkatkan kompetensinya dalamkomponen pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran dan penilaian prosesdan hasil belajar

3. Evaluasi pembelajaran PAKEM di SMPN2 Boja Kabupaten Kendal telah dapatmengukur ketercapaian tujuan pembelajar-an. Meskipun belum semua guru matapelajaran melaksanakan penilaian sesuaidengan standar PAKEM yaitu melaluipretest, penilaian proses, postest, portofoliomaupun penugasan terstruktur dan tugasmandiri tidak terstruktur sesuai denganrencana penilaian, namun tujuan pem-belajaran sudah tercapai, hal ini bisadibuktikan dengan 12 (dua belas) matapelajaran yang diajarkan di kelas IX,terdapat 8 (delapan) mata pelajaran yangsiswanya tuntas semua sesuai dengan KKMyang sudah ditetapkan, dan hanya 4 (empat)mata pelajaran yang sebagian kecil siswabelum tuntas berdasarkan KKM, namunsekolah perlu secara bertahap meningkatkanKKM menuju KKM nasional.

Saran

1. Kepala Sekolah hendaknya: a) mengadakankegiatan In House Training (IHT) denganmenghadirkan narasumber dengan materipemanfaatan sumber/media pembelajaran.b) mengintensifkan kegiatan supervisiakademik untuk memastikan guru meningkatkompetensinya dalam pemanfaatan sumberbelajar/media pembelajaran. dan penilaianproses dan hasil belajar. c) menambah alatperaga/media pembelajaran yang dibutuh-kan oleh guru sehingga kualitas pembelajaranguru semakin baik, d) mengadakan kegiatanIHT/Workshop tentang penyusunan butirsoal dan alat evaluasi agar kompetensi gurukhususnya dalam penilaian proses dan hasilbelajar dapat lebih berkualitas, e) menga-dakan pemberdayaan kegiatan MGMPsekolah.

2. Guru hendaknya: a) aktif belajar mandiri dariberbagai sumber dan aktif mengikuti ke-giatan IHT/Workshop, serta diklat yang di-selenggarakan oleh LPMP dll tentang pe-milihan dan pemanfaatan sumber/mediapem-belajaran, b) meningkatkan kompetensinyadalam komponen penggunaan/pe-manfaatansumber belajar/media pembelajaran, dengansecara terbuka meminta kepala sekolahuntuk mensupervisi pembelajaran danmemberikan masukan, c) meningkatkankompetensinya dalam penilaian proses danhasil belajar sehingga kualitas pembelajaranmenjadi lebih baik, dengan cara aktif belajarmandiri dari berbagai sumber sertamengikuti kegiatan IHT/Workshop terkaitandengan penilaian proses dan hasil belajar,d) mengembangkan kreativitas dan ino-vasinya dalam proses pembelajaran denganmengembangkan/menciptakan alat peraga/media pembelajaran serta memanfaatkanlingkungan sekolah sebagai sumber belajar,

Page 24: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

150 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

e) memiliki motivasi dan merasa tertantanguntuk meningkatkan KKM mata pelajaranmenuju KKM Nasional.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Irvin Novita. 2007. Penerapan ModelPakem Dalam Meningkatkan MutuPembelajaran Gaya Gesekan Pada SiswaKelas V SD Laboratorium UniversitasNegeri Gorontalo. Jurnal Penabur UNG.Vol. 09, No. 2.

Arikunto, Suharsimi. 2008. Evaluasi ProgramPendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Asmani, Jamal Ma’mur. 2013. 7 Tips AplikasiPAKEM. Yogyakarta: Diva Press.

Blimpo dan Evans. 2011. School-BasedManagement and Educational Outcomes:Lessons from a Randomized FieldExperiment. SIEPR, Stanford UniversityThe World Bank. Nop. Vol. 4 No.45.

Depdiknas. 2001. Manajemen PeningkatanMutu Berbasis Sekolah. Buku 2:Panduan Penyusunan dan Pelaporan.Jakarta: Depdiknas, Ditjen DikdasmenDirektorat SLTP.

Kafit, M. 2009. Efektifitas Media Pem-belajaran Komputer Untuk Meningkat-kan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPAKlas VIII MTs NU Hasyim Asyari 03Honggowongso Jekulo KabupatenKudus. Semarang: Walisongo Press.

Mulyasa, E. 2014. Manajemen BerbasisSekolah. Bandung: Rosda Karya.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19Tahun 2005 Tentang Standar NasionalPendidikan.

Ratam. 2009. Pengaruh Pola PembelajaranAktif, Kreatif dan Menyenangkan(PAKEM) dan Motivasi Belajarterhadap Ketuntasan IPS MateriSejarah Siswa Sekolah Dasar diKecamatan Karanganyar KabupatenPurbalingga. Yogyakarta: UIN SunanKalijaga Press.

Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran.Bandung: Mulia Mandiri Press.

Slameto. 2009. Manajemen Pendidikan.Salatiga: Widya Sari Press.

Syaikhudin, Ahmad. 2008. Evaluasi Pelak-sanaan Model Pembelajaran Aktif,Kreatif, Efektif, dan Menyenang-kan(PAKEM) di Madrasah IbtidaiyahNegeri (MIN) Jejeran Bantul Yogya-karta. Yogyakarta: UIN Sunan KalijagaPress.

Tri Wahyuningsih. 2010. Implementasi MBSdalam Upaya Peningkatan MutuSekolah di SMPN 1 Purwokerto Tahunajaran 2010/2011. Tesis. Purwokerto:UNP Press.

Uno, Hamzah.2013. Belajar dengan Pende-katan PAIKEM. Jakarta: Bumi Aksara.

Usman, Uzer. 2008.Menjadi Guru Profesional.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Page 25: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 151

Evaluasi Implementasi Program Sekolah Dasar Standar Nasional (SDSN)| Eriyani & Sutriyono

KelolaJurnal Manajemen PendidikanMagister Manajemen PendidikanFKIP Universitas Kristen Satya [email protected]

ISSN 2443-0544Volume: 2, No.2, Juli-Desember 2015

Halaman: 151-161

EVALUASI IMPLEMENTASI PROGRAM SEKOLAH DASARSTANDAR NASIONAL (SDSN) DI SEKOLAH DASAR NEGERI

KABUPATEN TEMANGGUNG

[email protected]

Alumni Program Pascasarjana Magister Manajemen PendidikanFKIP-Universitas Kristen Satya Wacana

[email protected]

Program Pascasarjana Magister Manajemen PendidikanFKIP-Universitas Kristen Satya Wacana

ABSTRACT

This study aimed to describe the design, installation, process and product implementationSDSN program at SDN 1 Ngadirejo Temanggung. This study is evaluative, by using amixed methods Discrepancy models. The data collecting technique used interview,questionnaires, study documentation, and observation. The validity of the data wasdone by using triangulation. The results of the study were (a) the design stage inaccordance with the guidelines organizing school national standards, (b) the installationphase there was a shortage of space (c) phase of the process has not been implementedto the maximum, competency standards there was a gap in the medium category thathas not been able to achieve in the level district or higher. Content standards had gapswith low category, the ownership of the curriculum document by 80%. Standardprocesses had gaps with low category that teachers rarely did ICT-based learning.Standard teachers and education personnel had gaps medium category that educatorswere still many of internship teachers(Guru Wiyata Bhakti). Standard facilities andinfrastructure has a gap with category-less school grounds and space for PBM.Management standards had gaps lower categories, namely activities carried out 70-89% of new schools, school community involvement in decision making policy andschool programs of up to 70-80%. Standard finance was still a gap with the low categoryfor schools to implement the program required additional costs of the public. Assessmentstandards had gaps with low category because of the level of student learning outcomesdocumentation was only implemented by 75-90%. (d) Product implementation ofprograms already met the standard mastery learning is at least 95% and 90% ofgraduates go on to a higher school. The standards have not been met is the UN valuesabove the regional average and have achievements in regional, national andinternational.

Keywords: Program Evaluation, National Standard Elementary School

Page 26: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

152 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

PENDAHULUAN

Tujuan pendidikan nasional secaraumum adalah untuk mencerdaskan kehidupanbangsa, oleh sebab itu setiap warganegaraIndonesia berhak memperoleh pendidikan yangbermutu sesuai dengan bakat dan minat yangdimilikinya tanpa memandang status sosial, ras,etnis, dan agama mereka. Oleh karena ituUndang-Undang Nomor 20 Tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IIPasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasionalberfungsi mengembangkan kemampuan danmembentuk watak serta peradaban bangsayang bermartabat dalam rangka mencerdaskankehidupan bangsa.

Pendidikan yang bermutu diharapkandapat membuahkan Sumber Daya Manusia(SDM) yang unggul dan mampu bersaing di eraglobalisasi ini. Dalam upaya tersebut pemerintahmenetapkan Standar Nasional Pendidikan,sebagaimana yang tertuang dalam PeraturanPemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentangStandar Nasional Pendidikan. Dalam peraturanini pemerintah memetakan sekolah/madrasahmenjadi sekolah/madrasah yang sudah atauhampir memenuhi Standar Nasional Pendidikandan sekolah/madrasah yang belum memenuhiStandar Nasional Pendidikan. Selanjutnyapemerintah mengkategorikan sekolah/madrasah yang telah memenuhi atau hampirmemenuhi Standar Nasional Pendidikan kedalam kategori mandiri, dan sekolah/madrasahyang belum memenuhi Standar NasionalPendidikan ke dalam kategori standar.

Sekolah Standar Nasional (SSN)diharapkan menjadi acuan atau rujukan sekolahlain dalam pengembangan sekolah, sesuaidengan standar nasional. Selain itu SSNdiharapkan dapat memacu untuk terusmengembangkan diri dan mencapai prestasidalam berbagai bidang yang sesuai dengan

potensi yang dimiliki oleh masing-masingsekolah. SSN diharapkan juga berfungsi sebagaipatok duga (bench mark) bagi sekolah dalammengembangkan diri menuju layanan pendidikanyang baik dan komprehensif (Depdiknas,2008). Sedang Sekolah Dasar Standar Nasionalselanjutnya disebut SDSN sebagaimanadisebutkan dalam buku Panduan Penyeleng-garaan Sekolah Dasar Standar Nasional tahun2007 adalah Sekolah Dasar/MadrasahIbtidaiyah yang memenuhi Standar NasionalPendidikan. Standar-standar tersebut meliputistandar isi, proses, kompetensi lulusan, pen-didik dan tenaga kependidikan, sarana danprasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan peni-laian. Tujuan penyelenggaraan Sekolah DasarStandar Nasional adalah (1) memfungsikan SD/MI menjadi pusat pembudayaan ilmu penge-tahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dannilai; (2) menjamin terwujudnya mutu pen-didikan sekolah dasar yang dapat mencerdas-kan kehidupan bangsa dan membentuk watakserta peradaban bangsa yang bermartabat; (3)meningkatkan mutu layanan pendidikan ditingkat sekolah dasar. Tujuan SDSN dapatterwujud bila sekolah dapat memenuhi delapanstandar nasional pendidikan.

Dari studi pendahuluan di KabupatenTemanggung diketahui bahwa pelaksanaanSDSN mengalami beberapa hambatan sepertibelum intensifnya sosialisasi implementasiSDSN, dan sumber daya manusia pelaksanakebijakan yang belum mampu menjabarkan danmelaksanakan kebijakan SDSN. Prestasisekolah-sekolah SDSN di Kabupaten Temang-gung juga belum optimal. Hal ini terbukti dariprestasi akademik maupun non akademiksebelas sekolah dasar yang ditetapkan sebagaiSDSN paling awal yaitu tahun pelajaran 2007/2008 masih tertinggal dari SD yang bukanStandar Nasional. Selama ini implementasiSDSN di Kabupaten Temanggung belum

Page 27: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 153

Evaluasi Implementasi Program Sekolah Dasar Standar Nasional (SDSN)| Eriyani & Sutriyono

pernah dievaluasi secara akademik, oleh karenaitu penulis tertarik untuk melakukan evaluasiterhadap implementasi SDSN.

Evaluasi berasal dari kata evaluation

(bahasa Inggris) yang kemudian kata tersebutdiserap ke dalam perbendaharaan istilah bahasaIndonesia menjadi “evaluasi” dengan tujuanmempertahankan kata aslinya dengan sedikitpenyesuaian lafal. Arikunto dan Jabar (2008)mengemukakan bahwa evaluasi adalah kegiatanuntuk mengumpulkan informasi tentangbekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasitersebut digunakan untuk menentukan alternatifyang tepat dalam sebuah keputusan. Tylermengemukakan bahwa evaluasi ialah prosesyang menentukan sampai sejauh mana tujuanpendidikan dapat dicapai. Sedangkan Maclcolm,Provus mendefinisikan evaluasi sebagai per-bedaan apa yang ada dengan suatu standaruntuk mengetahui apakah ada selisih.(Tayibnapis, 2008). Di lain pihak Wirawan(2011) mengemukakan bawa evaluasi sebagairiset untuk mengumpulkan, menganalisis, danmenyajikan informasi yang bermanfaatmengenai objek evaluasi, menilainya denganmembandingkannya dengan indikator evaluasidan hasilnya dipergunakan untuk mengambilkeputusan mengenai objek evaluasi. Beberapapendapat di atas menunjukkan hakikat evaluasiadalah upaya untuk mengumpulkan data tentangsesuatu obyek evaluasi sebagai bahan dalampengambilan keputusan tentang obyek evaluasiitu sendiri. Dalam penelitian ini obyek evaluasi-nya adalah implementasi program SDSN disalah satu SDSN di Kabupaten Temanggung,yaitu Sekolah Dasar Negeri 1 NgadirejoKabupaten Temanggung. Model evaluasi yanghendak penulis gunakan adalah Discrepancy

Model yang dikembangkan oleh MalcomProvus (Wirawan 2011) atau yang dikenal puladengan Model Kesenjangan.

Penelitian tentang implementasi SSNantara lain pernah dilakukan oleh Muhawwin(2012) dengan judul Studi Evaluasi Imple-mentasi Program Sekolah Standar Nasional(SSN) Pada SMP Negeri Di KabupatenLombok Timur. Hasil dari penelitian inimenunjukkan bahwa kendala yang dihadapidalam implementasi program SSN adalah polapikir dari sebagian stakeholder yang tidaksungguh-sungguh menyikapi perubahankebijakan pemerintah di bidang pendidikan.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalahdalam penelitian ini adalah bagaimana disain,instalasi, proses dan produk implementasiprogram SDSN di Sekolah Dasar Negeri 1Ngadirejo Kabupaten Temanggung? Tujuanpenelitian ini adalah mendiskripsikan disain,instalasi, proses dan produk implementasiprogram SDSN di Sekolah Dasar Negeri 1Ngadirejo Kabupaten Temanggung. Manfaatteoritis adalah untuk menambah dan mengem-bangkan wawasan ilmu pengetahuan yangberhubungan dengan masalah tentang pelak-sanaan program Sekolah Dasar StandarNasional (SDSN). Selain itu, hasil penelitianini juga dapat menjadi referensi tentangpelaksanaan program SDSN, sehingga menjadiacuan dalam pengelolaan bagi SD yang belumberstatus SDSN. Manfaat praktis diharapkanhasil penelitian ini akan memberikan masukanbagi pihak sekolah SDN 1 Ngadirejo dalampengambilan kebijakan untuk memperbaikipelaksanaan program SDSN selanjutnya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitianevaluatif dengan menggabungkan jenispenelitian kualitatif dan kuantitatif (mixed

methods). Metode analisis data dengan caraanalisis kesenjangan (discrepancy analysis).Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri

Page 28: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

154 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

1 Ngadirejo Kabupaten Temanggung. Instru-men pengumpulan data yang digunakanmengadopsi instrumen baku, yaitu instrumenkinerja sekolah monitoring dan evaluasi SSNdari Departemen Pendidikan Nasional Direk-torat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasardan Menengah Tahun 2008. Data mengenaiimplementasi SDSN diperoleh melalui wawan-cara dengan Kepala Sekolah, tim pengembangSDSN dan Komite Sekolah serta studi doku-mentasi yang ada di SD N 1 Ngadirejo. Untukmengecek keabsahan data, penulis memakaiteknik triangulasi sumber.

HASIL PENELITIAN

Setelah dilakukan penelitian daninformasi yang diperoleh dianalisis makadihasilkan berbagai data (informasi) yangdisajikan dalam masing-masing tahapan sebagaiberikut :

1. Disain Implementasi Program SDSN

Berdasarkan wawancara denganKepala Sekolah SD Negeri 1 Ngadirejo sertastudi dokumentasi terhadap berbagai dokumenyang terkait dengan program SDSN di SDNegeri 1 Ngadirejo, diperoleh informasi disainimplementasi program SDSN sebagai berikut.

Tahap/Aspek

Aspek yangDievaluasi Standar/ kriteria keberhasilan

Taha

pIn

stal

asi

(inpu

t)

Pendanaan,Sarana danPrasarana sertaSumber DayaManusia

1. Memiliki RPS dan RAPBS2. Memiliki dokumen kurikulum (silabus, RPP dan bahan ajar) untuk semua

mata pelajaran dan semua tingkatan kelas3. Memiliki ruang kelas, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang ibadah,

kamar kecil yang cukup dan memadai4. Memiliki ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang multimedia

dan ruang serba guna, sarana olah raga / kesenian.Memiliki sarana pembelajaran yang memadai dan mencukupikebutuhan jumlah siswaRasio ruang kelas: siswa = 1:28

7. Memiliki tenaga pendidik minimal 50% S18. Penguasaan kompetensi, 50% guru bersertifikasi kompetensi9. Memiliki tenaga kependidikan yang kompeten di bidangnya.

Taha

pPr

oses

(pro

cess

)

Pemenuhandelapan StandarNasionalPendidikan

1. Terpenuhinya Standar Kompetensi Lulusan.2. Terpenuhinya Standar Isi.3. Terpenuhinya Standar Proses.4. Terpenuhinya Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan.5. Terpenuhinya Standar Sarana dan Prasarana.6. Terpenuhinya Standar Pengelolaan.7. Terpenuhinya Standar Pembiayaan.8. Terpenuhinya Standar Penilaian.

Taha

pPr

oduk

(out

put)

Prestasi siswameliputi aspekAfektif, Kognitif,dan Psikomotorik

1. Standar ketuntasan belajar minimal 95% (SKBM).2. Nilai UN di atas rata-rata regional.3. Memiliki prestasi di tingkat regional, nasional dan internasional.4. 90% lulusan melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi.

6.

5.

Sumber: Data penelitian, diolah

Tabel 1 Disain Implementasi Program SDSN

Page 29: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 155

Evaluasi Implementasi Program Sekolah Dasar Standar Nasional (SDSN)| Eriyani & Sutriyono

Tabel 1 di atas merupakan disain(standar/kriteria) Sekolah SD Negeri 1 Ngadi-rejo. Kriteria atau standar di atas merupakanindikator atau syarat yang dijadikan dasar dalammenentukan tingkat keberhasilan SDSN. Kri-teria tersebut dapat dijadikan tolok ukur apakahimplementasi SDSN sudah sejalan denganpanduan penyelenggaraan SDSN tahun 2007.

2. Instalasi Implementasi Program SDSN

Hasil penelitian menunjukkan bahwakepemilikan RPS dan RAPBS Sekolah SDNegeri 1 Ngadirejo sudah sesuai dengan pasal53 Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005tentang Standar Nasional Pendidikan.Pembiayaan SDSN dibantu oleh pemerintahpusat dan daerah, sekolah yang ditetapkansebagai SDSN setiap tahunnya dijanjikan untukmendapatkan bantuan dari pemerintah daerah(APBD II), namun pada kenyataannya bantuandari pemerintah daerah (APBD II) hanyaberlangsung satu kali yaitu pada prosesperintisan atau pada awal penetapan sebagaisekolah standar nasional. Kepemilikandokumen kurikulum (silabus, RPP dan bahanajar) untuk semua mata pelajaran dan semuatingkatan kelas belum semuanya terpenuhidokumen kurikulum baru sekitar 80 % sehinggamasih belum memenuhi standar. Namun dalamhal kepemilikan ruang, SD Negeri 1 Ngadirejomasih kekurangan 1 (satu) ruang kelas danruang ibadah. Rasio ruang kelas belum sesuaidengan standar program SDSN karena dalamprogram SDSN rasio ruang kelas dengan siswaadalah 1 berbanding 28, sementara jumlahsiswa di SD Negeri 1 Ngadirejo pada tahunpelajaran 2014/2015 adalah 373 orang siswa.Kualifikasi akademik tenaga pendidik di SDNegeri 1 Ngadirejo sudah sesuai denganPeraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor16 tahun 2007 tentang Standar KualifikasiAkademik dan Kompetensi Guru Minimal 50%

S1. Dalam hal penguasaan kompetensipendidik, baru terdapat 40.9 % tenaga pendidikdi SD Negeri 1 Ngadirejo memiliki sertifikatpendidik.

3. Proses Implementasi Program SDSN

Evaluasi proses dilakukan untuk menilaisejauh mana ketercapaian dari masing-masingstandar dari 8 (delapan) Standar NasionalPendidikan.

3.1. Analisis Kesenjangan Standar KompetensiLulusan

Pencapaian standar kompetensi lulusandi SD Negeri 1 Ngadirejo seperti terlihat padagambar berikut :

Gambar 1 Kesenjangan Standar Kompetensi Lulusan

Tampak bahwa capaian standar kompetensilulusan di SD Negeri 1 Ngadirejo baru 71.56 %dari nilai standar. Kesenjangan antara nilaistandar dan nilai perolehan dalam standarkompetensi lulusan ini sebesar 28.44% yangmenunjukkan kesenjangan dalam kategorisedang. Kesenjangan terjadi karena sekolahbelum dapat meraih prestasi akademik maupunnon akademik di tingkat kabupaten atau yanglebih tinggi.

3.2. Hasil Analisis Kesenjangan Standar Isi

Evaluasi terhadap sejauh manaketercapaian masing-masing komponen daridokumen kurikulum memberikan gambaransebagai berikut.

Page 30: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

156 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

Gambar 2 Kesenjangan Standar Isi

Capaian pelaksanaan Standar Isi di SD Negeri1 Ngadirejo mencapai 91.05 % dari nilaistandar. Kesenjangan sebesar 8.95 % termasukdalam kategori rendah. Kesenjangan ini terjadikarena sekolah baru memiliki 80% dokumenkurikulum yang semestinya dimilikinya.

3.3. Hasil Analisis Kesenjangan Standar Proses

Hasil penerapan standar proses di SDNegeri 1 Ngadirejo adalah sebagai berikut.

0

20

40

60

80

100

Standar Proses

100

80.02

19.98

Nilai Standar

Nilai Perolehan

Kesenjangan

Gambar 3 Kesenjangan Standar Proses

Kesenjangan antara nilai standar dan nilaiperolehan dalam standar proses ini sebesar19.98 % yang termasuk kesenjangan dalamkategori rendah. Kesenjangan terjadi karenamasih banyak guru yang jarang menggunakanICT dalam proses pembelajaran.

3.4.Hasil Analisis Kesenjangan StandarPendidik dan Tenaga Kependidikan

Pemenuhan standar pendidik dantenaga kependidikan di SD Negeri 1 Ngadirejoadalah sebagai berikut.

Gambar 4 Kesenjangan Standar Pendidik danTenaga Kependidikan

Kesenjangan antara nilai standar dan nilaiperolehan dalam standar pendidik dan tenagakependidikan sebesar 30.16% merupakankesenjangan kategori sedang. Hal itu terjadikarena jumlah guru PNS yang ada masihkurang, walaupuan proses pembelajaranterbantu oleh guru wiyata bakti.

3.5. Hasil analisis kesenjangan Standar Saranadan Prasarana

Hasil analisis kesenjangan StandarSarana dan Prasarana di SD Negeri 1Ngadirejo adalah sebagai berikut.

Gambar 5 Kesenjangan Standar Sarana danPrasarana

Kesenjangan antara nilai standar dan nilaiperolehan dalam standar sarana dan prasaranadi SD Negeri 1 Ngadirejo sebesar 36.98%yang menunjukkan kesenjangan kategorisedang. Kesenjangan terjadi, meskipun saranapembelajaran di SD Negeri 1 Ngadirejo sudahcukup lengkap, namun sekolah ini masihkekurangan ruang-ruang pendukung pem-belajaran.

Page 31: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 157

Evaluasi Implementasi Program Sekolah Dasar Standar Nasional (SDSN)| Eriyani & Sutriyono

3.6. Hasil Analisis Kesenjangan StandarPengelolaan

Hasil evaluasi terhadap pelaksanaanstandar proses di SD Negeri 1 Ngadirejoadalah sebagai berikut.

Kesenjangan dalam standar sarana danprasarana di SD Negeri 1 Ngadirejo sebesar17.33% yang menunjukkan kesenjangan dalamkategori rendah. Kesenjangan ini bisa terjadikarena program yang direncanakan barutercapai 80%.

3.1. Hasil Analisis Kesenjangan StandarPembiayaan

Hasil evaluasi terhadap implementasiStandar Pembiayaan di SD Negeri 1 Ngadirejoterlihat pada gambar 7 berikut.

Gambar 7 Kesenjangan Standar Pembiayaan

Kesenjangan antara nilai standar dan nilaiperolehan dalam standar pembiayaan di SDNegeri 1 Ngadirejo sebesar 15.75% yangmenunjukkan kesenjangan dalam kategorirendah. Hal ini terjadi karena untukmenuntaskan kegiatan sekolah, masyarakatatau orang tua wali murid harus memberikandana tambahan.

3.7. Hasil Analisis Kesenjangan StandarPenilaian

Hasil analisis kesenjangan pelaksanaanstandar penilaian di SD Negeri 1 Ngadirejoterlihat pada Gambar 8 di bawah ini.

Gambar 8 Kesenjangan Standar Penilaian

Kesenjangan antara nilai standar dan nilaiperolehan dalam standarpenilaian di SD Negeri 1Ngadirejo sebesar 5.8% yang menunjukkankesenjangan kategori rendah. Hal ini terjadikarena tingkat pendokumentasian hasil belajarsiswa oleh guru baru dilaksanakan 75-90%.

4. Produk Implementasi Program SDSN

Hasil evaluasi terhadap produk masing-masing komponen SDSN adalah sebagaiberikut.

4.1. Standar ketuntasan belajar minimal 95 %

Untuk standar kelulusan semua siswadi SD Negeri 1 Ngadirejo telah memenuhistandar kelulusan sebagaimana terbukti darilulusnya 100 % siswa pada setiap akhir ujiannasional. Namun untuk standar kenaikan kelas,belum semuanya siswa memenuhi standar.Sebagian besar siswa telah memenuhi bataskriteria ketuntasan minimal pada setiap matapelajaran, namun masih ada beberapa siswayang belum memenuhi batas kriteria ketuntasanminimal.

4.2. Nilai UN di atas rata-rata regional

SD Negeri 1 Ngadirejo belum mampumemenuhi standar nilai Ujian Nasional di atas

Page 32: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

158 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

rata-rata regional. SD Negeri 1 Ngadirejo barumemiliki prestasi nilai UN di atas rata-ratakecamatan. Hal ini tidak sesuai dengan indikatorkeberhasilan SDSN bahwa sekolah SDSNharus memiliki nilai UN di atas rata-rataregional.

4.3. Memiliki prestasi di tingkat regional,nasional dan internasional

Prestasi mencakup dua aspek yaituprestasi akademik dan prestasi non akademik.SD Negeri 1 Ngadirejo belum dapat memenuhistandar in karena belum memiliki prestasi -baikprestasi akademik maupun non akademik- ditingkat regional. SD Negeri 1 Ngadirejo barumendapatkan kejuaraan lomba mapel IPA danBahasa Indonesia dan Seni Mocopat di tingkatKecamatan, kemudian mewakili kecamatanuntuk maju ke tingkat Kabupaten namun diKabupaten belum memperoleh juara.

4.4. 90% lulusan melanjutkan ke sekolah yanglebih tinggi

Kepala Sekolah menjelaskan bahwaseluruh lulusan dari SD Negeri 1 Ngadirejomelanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi danhampir semuanya dapat diterima di sekolahnegeri kecuali yang memang sengaja mendaftardi sekolah swasta. Dengan demikian berarti SDNegeri 1 Ngadirejo telah memenuhi standaroutput SDSN yaitu 90% lulusan melanjutkanke sekolah yang lebih tinggi.

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

SD Negeri 1 Ngadirejo menggunakansistem belajar tuntas yang ketentuan batastuntas dari masing-masing mata pelajaranditentukan oleh sekolah sendiri dengan namaKriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Kenaik-an kelas dan kelulusan siswa dilaksanakanberdasarkan berdasarkan Permendiknas No.5 Tahun 2008. Masih terdapat kesenjangandalam pelaksanaan standar kompetensi lulusan

di SD Negeri 1 Ngadirejo. Sekolah juga belumdapat meraih prestasi non akademik di tingkatKabupaten atau yang lebih tinggi sehinggawalaupun standar kompetensi lulusan sudahdisusun dan dilaksanakan sesuai denganperaturan namun hasilnya masih belummaksimal. Untuk memenuhi standar kompetensilulusan diperlukan adanya saling keterkaitanantara terpenuhinya standar pendidik dantenaga kependidikan serta standar sarana danprasarana pendidikan.

Dari segi standar isi sekolah telahmembuat dan memiliki dokumen Kurikulum,silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran(RPP), kriteria ketuntasan minimum (KKM),program tahunan, program semester, kalenderpendidikan, pembagian tugas mengajar guru,dan pedoman penilaian untuk semua guru.Hanya saja kepemilikan dokumen kurikulumsekolah baru sebanyak 80% dan penyusunandokumen kurikulum dilakukan oleh sekolahbukan oleh masing-masing guru sehingga tingkatkelengkapan dokumen masih kurang. Penerap-an standarisi di SD Negeri 1 Ngadirejo masihterdapat kesenjangan dan belum sesuai denganketentuan standar isi yang memuat kerangkadasar dan struktur kurikulum, beban belajar,kurikulum tingkat satuan pendidikan, dankalender pendidikan/akademik (Depdiknas,2006).

Standar proses pendidikan berkaitandengan pelaksanaan pembelajaran pada satusatuan pendidikan untuk mencapai standarkomptensi lulusan. Dalam proses pembelajarandiselenggarakan secara interaktif, inspiratif,memotivasi, menyenangkan, menantang,mendorong peserta didik untuk berpartisipasiaktif, serta memberikan ruang yang cukup bagiprakarsa, kreativitas, dan kemandirian pesertadidik sesuai dengan bakat, minat, dan perkem-bangan fisik serta psikologinya (Depdiknas,2007). Dalam standar proses masih terdapat

Page 33: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 159

Evaluasi Implementasi Program Sekolah Dasar Standar Nasional (SDSN)| Eriyani & Sutriyono

kesenjangan dikarenakan belum semua guruyang melakukan proses pembelajaran berbasisICT, namun hal tersebut dirasakan tidakmenggangggu proses belajar mengajar karenapemilihan media pembelajaran disesuaikandengan materi pembelajaran. Penggunaanmedia pembelajaran dapat juga memanfaatkanlingkungan sekitar.

Tenaga kependidikan pada SD Negeri1 Ngadirejo masih belum memenuhi standarpendidik dan ketenaga kependidikan SDSNkarena sekurang-kurangnya pendidik dantenaga kependidikan SDSN terdiri atas kepalasekolah, tenaga administrasi, tenaga perpus-takaan, tenaga laboratorium, dan tenaga keber-sihan sekolah. Persyaratan untuk menjadikepala SDSN meliputi: berstatus guru SD;memiliki kualifikasi akademik dan kompetensisebagai agen pembelajaran sesuai denganketentuan perundangan yang berlaku; memilikipengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5(lima) tahun di SD; dan memiliki kemampuankepemimpinan dan kewirausahaan di bidangpendidikan (Depdiknas, 2007)

Dari sisi standar Sarana dan Prasarana,SD Negeri 1 Ngadirejo hanya memiliki luaslahan 2.494 m2 sedangkan standar sarana danprasarana yang harus dimiliki SDSN luas lahanminimum adalah 10.000 m2(Depdiknas,2007).Kelengkapan sarana dan prasarana meliputiruang kelas sebanyak 11 ruang sedangkanseharusnya 12 ruang kelas, ruang perpustakaan,ruang guru, kamar mandi dan WC, lapangansekolah. Sarana dan prasarana yang lain sepertiruang ibadah dan ruang UKS belum dimilikioleh SD Negeri 1 Ngadirejo sehingga dalamhal ini sarana dan prasarana yang dimiliki belumsesuai dengan ketentuan standar sarana danprasarana pendidikan.

Dalam hal standar pengelolaan,pelaksanaan kegiatan sekolah dilakukan sesuaidengan RKS yang telah disusun. Implementasi

RKS di SD Negeri 1 Ngadirejo saat ini barumencapai 70-89 % terlaksana, keterlibatan atauperan serta warga sekolah dalam pengambilankeputusan kebijakan dan program sekolahsebesar 70-89% dikarenakan pelibatandisesuaikan dengan porsinya masing-masing.Pengawasan yang dilakukan di SD Negeri 1Ngadirejo meliputi pemantauan proses belajarmengajar, supervisi oleh kepala sekolah,evaluasi hasil belajar, pelaporan hasil belajar,dan tindak lanjut dari hasil pengawasan.Supervisi dilakukan secara teratur oleh kepalasekolah dan pengawas pendidikan.SD Negeri 1Ngadirejo juga melaksanakan dan mem-berikan laporan hasil belajar yang diberikankepada orang tua/wali siswa, berisi hasil ulangansetiap tengah dan akhir semester serta setiapnilai ulangan harian siswa.

Standar pembiayaan mengatur kom-ponen dan besarnya biaya operasional satuanpendidikan. Pembiayaan SDSN mencakupbiaya investasi, biaya operasi dan biaya personalsatuan pendidikan. (Depdiknas, 2009). SDNegeri 1 Ngadirejo memiliki dukungan sumberdana yang cukup baik yang berasal daripemerintah pusat yaitu block grant SDSN,pemerintah daerah serta dari orang tua walimurid melalui Komite Sekolah.

Standar penilaian pendidikan berkaitandengan mekanisme, prosedur, dan instrumenpenilaan prestasi belajar peserta didik. Penilaanhasil belajar peserta didik dilaksanakan sesuaidengan ketentuan Peraturan Menteri No. 20Tahun 2007. Dari data yang diperoleh tentangalat, ruang lingkup dan jenis penilaian yangdilakukan oleh SD Negeri 1 Ngadirejodikatakan sudah mengacu pada standarpenilaian pendidikan. Alat yang digunakan untukpenilaian di SD Negeri 1 Ngadirejo meliputipengamatan keaktifan siswa, penugasan, unjukkerja dan tes hasil belajar.

Page 34: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

160 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

Dari segi produk dapat dikatakanbahwa SD Negeri 1 Ngadirejo telah memenuhistandar karena siswa SD Negeri 1 Ngadirejolulus 100% setiap tahunnya. Untuk standarkenaikan kelas sebagian besar siswa sudahmencapai batas ketuntasan minimal yangditentukan pada KKM walaupun masihterdapat beberapa siswa yang belum tuntas.Pada komponen nilai UN menujukkan bahwaSD Negeri 1 Ngadirejo belum dapat memenuhistandar memiliki nilai UN di atas rata-rataregional. Nilai rata-rata UN tertinggi justrudiperoleh sekolah yang bukan merupakanSDSN. Hal ini tidak sesuai dengan yangdiharapkan oleh Depdiknas tahun 2008 yangberbunyi Sekolah Standar Nasional (SSN)diharapkan menjadi acuan atau rujukan sekolahlain dalam pengembangan sekolah, sesuaidengan standar nasional. Dari segi prestasiakademik dan prestasi non akademik, SDNegeri 1 Ngadirejo belum dapat memenuhistandar, yaitu belum dapat memiliki prestasi ditingkat regional. Sedang dari segi tingkatmelanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi daripara lulusannya SDN 1 Ngadirejo tidakterdapat kesenjangan, karena seluruh lulusanSDN 1 Ngadirejo melanjutkan ke berbagaiSMP di Kabupaten Temanggung. Dari uraiantersebut dapat disimpulkan bahwa dalamkomponen ini tidak terjadi kesenjangan denganindikator keberhasilan SDSN yang tercantumdalam panduan penyelenggaraan sekolahstandar nasional untuk sekolah dasar tahun2007.

SIMPULAN DAN SARAN

Uraian dan pembahasan hasil penelitiandi atas dapat disimpulkan sebagai berikut:1. Disain implementasi program SDSN di SD

Negeri 1 Ngadirejo sudah dibuat sesuaidengan panduan, disain ini digunakan untuk

mengukur keberhasilan pelaksanaanprogram SDSN.

2. Secara spesifik kekurangan yang terjadipada tahap instalasi adalah ketidaklengkapan ruang kelas, ruang ibadah, UKS,laboratorium dan ruang olah raga/ruangkesenian dan terdapat kesenjangan antararasio ruang kelas dengan siswa.

3. Implementasi program SDSN di SD Negeri1 Ngadirejo sudah terlaksana namun belummaksimal. Terdapat kesenjangan kategorisedang pada: 1) standar kompetensi lulusan,2) standar pendidik dan tenaga kepen-didikan, dan 3) standar sarana dan pra-sarana; kesenjangan kategori rendah pada:1) standar isi, 2) standar proses, 3)standarpengelolaan, 4) standar pembiayaan dan 5)standar penilaian

4. Produk program SDSN di SD Negeri 1Ngadirejo yang sudah terpenuhi adalahstandar ketuntasan belajar minimal 95% dan90% lulusan melanjutkan ke sekolah yanglebih tinggi. Sebaliknya standar yang belumdapat terpenuhi adalah nilai UN di atas rata-rata regional dan memiliki prestasi di tingkatregional, nasional dan internasional.

Saran

1. Bagi Kepala Sekolaha. Untuk memenuhi standar kompetensi

lulusan kepala sekolah hendaknyamemberikan pelatihan kepada gurutentang proses pembelajaran yangbervariasi sehingga pengetahuan gurutentang kegiatan belajar mengajar dapatbertambah.

b. Untuk memenuhi standar isi sebaiknyakepala sekolah menugaskan kepadaguru untuk melengkapi kepemilikandokumen kurikulum sehingga dapatmemenuhi standar.

Page 35: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 161

Evaluasi Implementasi Program Sekolah Dasar Standar Nasional (SDSN)| Eriyani & Sutriyono

c. Untuk memenuhi standar proses kepalasekolah hendaknya menghimbau kepadaguru agar lebih memanfaatkan alat bantuICT guna menambah pengetahuan siswa.

d. Untuk meningkatkan standar pendidikdan tenaga kependidikan, sebaiknyakepala sekolah memberikan pelatihankepada guru, sehingga walaupun gurubelum memiliki sertifikat pendidik namunpengetahuan tentang pembelajaran sudahluas dan proses belajar mengajar menjadilebih bervariasi.

e. Untuk memenuhi standar sarana danprasarana, kepala sekolah perlu bekerja-sama dengan masyarakat melalui komitesekolah, selain itu hendaknya kepalasekolah membatasi jumlah penerimaansiswa baru tiap tahunnya agar jumlahsiswa tidak melebihi rasio ruang kelas.

f. Kepala sekolah juga sebaiknya lebihmelibatkan warga sekolah dalam pe-ngambilan keputusan kebijakan danprogram sekolah sesuai dengan kom-petensi masing-masing untuk memenuhistandar pengelolaan.

g. Untuk memenuhi standar pembiayaansebaiknya sekolah dalam menyusunRPS/RAKS lebih memperhitungkanbiaya yang dibutuhkan sehingga untukmelaksanakan program tidak perlupenambahan biaya dari masyarakat.

h. Untuk pemenuhan standar penilaiankepala sekolah hendaknya memberikantugas kepada guru untuk lebih mening-katkan pendokumentasian hasil belajarsiswa.

2. Bagi GuruUntuk memenuhi delapan standar nasionalpendidikan guru sebaiknya mengikuti pe-latihan pembelajaran terutama pembelajaran

dengan menggunakan alat bantu ICTsehingga proses pembelajaran lebih ber-variatif dan dapat menambah pengetahuansiswa. Guru juga sebaiknya memenuhidokumen kurikulum sesuai dengan standarisi. Dalam proses belajar mengajar gurusupaya lebih memanfaatkan alat bantu ICTuntuk menambah pemahaman siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. & A. Jabar. 2008. EvaluasiProgram Pendidikan. Jakarta: BumiAksara.

Direktorat Pembinaan TK dan SD. 2007.Panduan Penyelenggaraan SekolahStandar Nasional untuk SekolahDasar. Jakarta : Depdiknas.

Direktorat Jenderal Manajemen PendidikanDasar dan Menengah. 2008. IstrumenKinerja Sekolah Monitoring danEvaluasi SSN. Jakarta : Depdiknas.

Muhawwin. 2012. Studi Evaluasi ProgramSekolah Standar Nasional (SSN) padaSMP Negeri di Kabupaten LombokTimur. pasca.undiksha.ac.id/e-journal/index. php/ jurnal_ep/ article/ .../33/33diakses pada 20 Mei 2014.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005Standar Nasional Pendidikan.

Tayibnapis, Farida Y. 2008. Evaluasi Programdan Instrumen Evaluasi. Jakarta:Rineka Cipta.

Wirawan. 2011. Evaluasi Teori, Model,Standar, Aplikasi, dan Profesi. Depok:Rajagrafindo Persada.

Yoni, Mia. 2012. Proses ImplementasiKebijakan Sekolah Standar Nasionalpada Sekolah Dasar di KabupatenPurbalingga. Purbalingga: UNSOED.

Page 36: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

162 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

KelolaJurnal Manajemen PendidikanMagister Manajemen PendidikanFKIP Universitas Kristen Satya [email protected]

ISSN 2443-0544Volume: 2, No.2, Juli-Desember 2015

Halaman: 162-172

PENERAPAN SUPERVISI KUNJUNGAN KELAS

UNTUK MENINGKATKAN KINERJA GURU SD NEGERI 2

KALIMANGGIS KECAMATAN KALORAN, TEMANGGUNG

Suprih [email protected]

Alumni Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan

FKIP-Universitas Kristen Satya Wacana

Slameto [email protected]

Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan

FKIP-Universitas Kristen Satya Wacana

ABSTRACT

Suprih Danurwati, 942013161. Implementation of supervision class visitingto increase teacher’s performance of SD Negeri 2 Kalimanggis District of Kaloran.Thesis. The graduatiton Program Master of Management Education Satya WacanaChristian University Salatiga. Supervisor Prof. Dr. Slameto, M.Pd.

This study is to determine that through the implementation of supervision classvisiting can improve the performance of teachers in the learning management. Thesubjects of this study are teachers in SD Negeri 2 Kalimanggis, Kaloran, Temanggung. The procedure used in this study consists of a series of three main activities undertakenin a repeating cycle, including (a) plan, (b) action by observation, and (c) reflection.research approach using action research methods, while the method of data collectionusing the study documentation, observations, questionnaires, and interviews. Theresults showed an increasing in the ability of teachers to prepare lesson plans andmanage the learning of the first act, second, until the third act. The inference thatsupervision class visiting that can improve the performance of teachers in the learningmanagement. Suggestions given to teachers, is taking  advantage of supervisionactivities as a source of information to improve the competence and performance,for principals use the results of this study as a reference in conducting research,while for school superintendent will use the results of this study as one of the referencesin activity guidance to the heads of schools and teachers to improve their performance.

Keywords: academic supervision, class visiting, teacher performance

Page 37: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 163

Penerapan Supervisi Kunjungan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja Guru | Suprih Danurwati & Slameto

PENDAHULUAN

Ada tiga faktor yang mempengaruhikinerja karyawan, yaitu “kemampuan, usahayang dicurahkan, dan dukungan organisasi atauinstitusi.” Kinerja seseorang akan meningkatjika ketiga komponen (kemampuan, motivasi,dan dukungan) itu ada pada dirinya, sebaliknyajika salah satu komponen itu tidak ada makasangat mungkin kinerja seseorang akanberkurang (Brotosejati, 2012:6; Prasojo,2011:103; Sudiyono, 2011:103; Mangkunegara,2004:67, dan Mustafa, 2013:155).

Guru adalah pendidik profesional yangtugas utamanya adalah mengajar, mendidik,membimbing, melatih, mengarahkan, menilai,serta mengevaluasi. Guru idealnya memilikikemampuan untuk merancang programpembelajaran, mengelola kelas dalam hal iniproses pembelajaran, mengevaluasi hasilbelajar, serta melakukan tindak lanjut dari hasilbelajar siswa, sehingga tujuan dari prosespembelajaran dapat tercapai dan tujuan akhirproses pendidikan yaitu mendewasakan pesertadidik juga tercapai. Kinerja guru juga dipenga-ruhi oleh ketiga faktor di atas. KemampuanGuru antara lain ditunjukan oleh kepemilikansertifikasi pendidik yang mencerminkanpengakuan atas penguasaan empat kompetensiGuru yaitu kompetensi kepribadian, kompetensisosial, kompetensi pedagogik, dan kompetensiprofessional. Motivasi Guru tercermina dalamantusiasme mereka ketika menunaikan tugasprofesionalnya. Sedang dukungan bagi Guruyang menampilkan unjuk kerjanya antara laindiwujudkan dalam bentuk supervisi akademikoleh Kepala Sekolah.

Supervisi akademik merupakan bagiandari supervisi pendidikan yaitu merupakansegala upaya yang dilakukan secara ber-kesinambungan untuk membantu guru dankepala sekolah untuk mengembangkankemampuan serta kinerja guru dalam mengelolapembelajaran. Fathurrohman (2011:30)

menyebutkan bahwa supervisi adalah “usahayang sistematis dan terus menerus dalam rangkamemberikan dorongan dan pengarahan bagiperkembangan profesional guru”. Sedangmenurut Prasojo (2011:84) supervisi akademikadalah “serangkaian kegiatan membantu gurudalam mengembangkan kemampuan dalammengelola proses pembelajaran untuk mencapaitujuan pembelajaran.” Dari dua pengertiantentang supervisi akademik di atas dapatdisimpulkan bahwa pada dasarnya supervisiakademik adalah suatu tindakan yang berupayauntuk membantu guru dalam mengembangkankemampuan atau potensinya dalam mengelolaproses pembelajaran dalam kelas sehinggatujuan pembelajaran dapat tercapai.

Supervisi akademik yang dilakukankepala sekolah maupun pengawas akanmengena pada sasarannya jika dilaksanakansesuai prosedur, artinya ada perencanaan,pelaksanaannya dengan menimbang kaidah-kaidah yang ada, dievaluasi, dan yang tidakkalah pentingnya adalah adanya tindak lanjutdari hasil supervisi tersebut. Tanpa adanyatindak lanjut maka kegiatan supervisi yangsudah dilaksanakan menjadi sia-sia, karenatujuan utama diadakan supervisi tidak akantercapai dan terwujud. ( PPTK, PSDM danPMP, 2011:19; Prasojo, 2011:84; Fathur-rochman, 2011:30; Nakpodia,2011; danPurwanto, 2012:89)

Kunjungan kelas merupakan salah satuteknik supervisi akademik. Teknik supervisimerupakan cara-cara yang ditempuh olehsupervisor dalam hal ini kepala sekolah ataupengawas sekolah untuk mencapai tujuantertentu yang berorientasi pada peningkatanmutu pendidikan dan masalah-masalahakademik dengan sasaran para guru di sekolah.Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guruoleh kepala sekolah atau pengawas sekolahdengan mengamati proses pembelajaran dikelas sehingga memperoleh data yang

Page 38: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

164 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

diperlukan masih dalam rangka pembinaanguru. Dengan supervisi kunjungan kelas kepalasekolah maupun pengawas sekolah dapatmengukur seberapa tingkat kompetensipedagogik yang dimiliki oleh seorang guru.Karena hanya dengan teknik kunjungan kelaskita dapat memperoleh data tentang kemam-puan guru dalam mengelola pembelajaran dikelas, diantaranya penguasaan materi,ketrampilan menggunakan alat peraga danmedia pembelajaran, kemampuan memilihmetode pembelajaran serta ketrampilan dalammemilih alat evaluasi yang tepat.

Supervisi kunjungan kelas bertujuanuntuk mendapatkan data yang lengkap tentangguru yang disupervisi dalam hal pengelolaanpembelajaran dan selanjutnya adalah untukmenolong guru dalam mengatasi masalah dalamkelas. Kunjungan kelas dilakukan denganberbagai tiga cara, yaitu dengan: (1) pem-beritahuan terlebih dahulu, (2) tanpa pem-beritahuan terlebih dahulu, (3) atas permintaanatau undangan guru yang bersangkutan”..

Kunjungan kelas merupakan cara yangtepat untuk mendapatkan informasi yang tepattentang proses belajar mengajar secara langsung,baik menyangkut kelebihan, kekurangan, dankelemahannya. Melalui kunjungan kelassupervisor dapat mengamati secara langsungkegiatan guru dalam mengelola proses pem-belajaran, dimana di dalamnya mencakup caramengajar, penggunaan metode, penggunaan alatperaga dan media pembelajaran, penguasaanmateri dan semua unsur pendukungnya.

Supervisor hendaknya mampu merubahcara pandang guru tentang supervisi, oleh karenaitu supervisor harus memiliki atau menemukancara yang lebih tepat dalam melaksanakansupervisi kunjungan kelas, sehingga kehadiransupervisor di kelas menjadi sesuatu yangdinantikan oleh guru, dengan kata lain kunjungankelas oleh supervisor bukan menjadi hal yangmenakutkan dan dihindari oleh guru.

Kondisi guru di lapangan belum sepertiapa yang diharapkan, pada kenyataannya masihbanyak guru yang kinerjanya belum memenuhiStandar Pelayanan Minimal (SPM), bahkandapat dikatakan bekerja tanpa target, apalagitarget prestasi. Karenanya masih perlu adanyamotivator dan supervisor untuk mendampingiguru dalam melaksanakan tugas kesehariandiantaranya melalui supervisi.

Berdasarkan observasi dan studidokumen yang peneliti lakukan di SD Negeri2 Kalimanggis ternyata prestasi akademikmaupun non akademik masih kurang,hal ini jugaterlihat dalam dokumen pencapaian prestasikejuaraan bidang non akademik maupun lombayang bersifat akademik di tingkat kecamatanmasihdalam kategori cukup, berdasarkan datacapaian UTS/UAS/US di UPT DinpendikKecamatan Kaloran, hasil ulangan tengahsemester gasal 2014/2015 dan akhir semesterperingkat 21 dari 27 sekolah di kecamatan,bahkan hasil ujian sekolah tahun pelajaran2013/2014 hanya meraih rata-rata 6,90(20,69) dan menduduki peringkat 20 dari 27sekolah Dasar di Kecamatan Kaloran.Kurangnya prestasi SD Negeri 2 Kalimanggisdimungkinkan karena proses pembelajaranyang tidak direncanakan dan dilaksanakansesuai prosedur dan tahapan-tahapan yangsemestinya, dan kinerja guru yang belummaksimal disamping faktor lainnya, sehinggahasil dari proses pembelajaran juga tidakmaksimal.

Selain prestasi sekolah rendah dampaklain adalah menurunnya tingkat kepercayaanmasyarakat Desa Kalimanggis terhadap SDNegeri 2 Kalimanggis dalam dua tahun terakhir.Hal itu dibuktikan dengan jumlah siswa yangsemakin menurun, dikarenakan pendaftar yangmasuk di SD Negeri 2 Kalimanggis sangatsedikit.

Dari catatan dan dokumen tentang guruyang ada di sekolah dapat disimpulkan bahwa

Page 39: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 165

Penerapan Supervisi Kunjungan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja Guru | Suprih Danurwati & Slameto

selama ini 5 (55,6 %) dari guru yang ada diSDN 2 Kalimanggis masuk kategori kurangdisiplin dalam hal administrasi dan waktu, haltersebut sangat mungkin menjadi salah satupenyebab sekolah tidak dapat berprestasisecara maksimal. SDN 2 Kalimanggis yangselama ini tidak pernah diperhitungkan dalamberbagai kegiatan tingkat kecamatan, kondisiinipun tidak berpengaruh terhadap motivasi dankinerja guru-gurunya, mereka merasa nyamandan aman dalam kondisi seperti tersebut di atas.Selama ini kegiatan supervisi yang dilakukankepala sekolah belum terprogram dan belumada tindak lanjutnya, sehingga belum terasadampaknya terhadap kinerja guru. Jika masalahtersebut dibiarkan dan tidak segera adapenanganan maka dikhawatirkan kondisisekolah akan semakin terpuruk sehingga secaratidak langsung berpengaruh terhadap pesertadidik dan kepercayaan masyarakat kepadasekolah.

Berdasarkan permasalahan tersebutmaka peneliti memandang perlu untukmelakukan tindakan sebagai upaya peningkatankinerja guru diantaranya dengan melakukansupervisi akademik kunjungan kelas secaraefektif dan berkesinambungan. Adanyasupervisi kunjungan kelas diharapkan gurumendapatkan bimbingan dan pembinaan sertapendampingan untuk menjalankan tugas pokokdan fungsinya utamanya dalam pengelolaanproses pembelajaran. Dengan kunjungan kelasdapat diketahui kekurangan dan kesulitan yangdialami guru ketika melaksanakan prosespembelajaran di kelas.

Pemilihan tindakan dengan supervisiakademik kunjungan kelas juga didasari olehpenelitian-penelitian terdahulu yang relevandengan penelitian yang akan penulis lakukansebagai berikut. Penelitian Edi Wahjanto(2007) tentang supervisi akademik kunjungankelas di SMA Negeri se Kota Magelang,menunjukkan bahwa kegiatan supervisi

kunjungan kelas di SMA Negeri se KotaMagelang berpengaruh terhadap kinerja dankompetensi guru, Kinerja dan kompetensi guruakan berpengaruh terhadap prestasi siswa.Demikian juga, penelitian Tri Widodo (2014)tentang Supervisi Kunjungan Kelas dalam Me-ningkatkan Kinerja Guru IPA SMP Negeri 1Bandungan, yang menunjukkan bahwa supervisikunjungan kelas berpengaruh positif dalammeningkatkan kinerja guru IPA SMP Negeri 1Bandungan dalam perencanaan pembelajarandan dalam pelaksanaan pembelajaran.NamunYuli Indrawati (2012) dalam penelitian-nya tentang pengaruh supervisi Kepala Sekolahdan Motivasi Kerja Guru terhadap KinerjaGuru TK/RA di UPT Dinpendik KecamatanBandungan, Kabupaten Semarang menemukanbahwa tidak ada pengaruh positif dan signifikanantara supervisi kepala sekolah dan motivasikerja terhadap kinerja guru TK/RA. Jadi, duadari tiga penelitian di atas menunjukkan bahwakegiatan supervisi kunjungan kelas yangdilaksanakan kepala sekolah memiliki dampakpositif terhadap peningkatan kinerja guru.Dalam penelitian Edi Wahyudi, hasil supervisikunjungan kelas dimanfaatkan untuk mengetahuipengaruhnya terhadap kinerja dan kompetensiguru dalam pembelajaran, sedangkan TriWidodo dalam simpulannya menyatakanbahwa supervisi kunjungan kelas berdampakpositif dalam peningkatan kinerja guru IPA baiksecara administratif maupun pengelolaanpembelajaran dalam kelas.

Berbeda dengan penelitian-penelitianterdahulu, cara yang akan dilakukan olehpeneliti dalam supervisi kunjungan kelas dalampenelitian ini pada tahap akhir kunjungan, akandilakukan evaluasi diri dari pihak guru yangdisupervisi, sehingga dapat dikatakan bahwasupervisi kunjungan kelas yang akan dilakukanadalah berbasis evaluasi diri guru.Dimana padatahap akhir kunjungan guru bersama supervisormengamati rekaman pelaksanaan pembelajaran

Page 40: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

166 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

yang dilaksanakan guru, kemudian gurumengevaluasi sendiri apa yang dilaksanakanmenggunakan instrumen yang ada. Hasilevaluasi diri guru dicocokkan dengan hasilpengamatan supervisor, jika terdapat kesamaanpersepsi maka langkah selanjutnya adalahmenentukan tindak lanjut berdasarkankekurangan yang dilakukan guru dalampengelolaan pembelajaran.

Mempertimbangkan latar belakangyang telah dipaparkan pada bagian di atas, makarumusan masalah penelitian ini adalah“Apakahpenerapan supervisi kunjungan kelas dapatmeningkatkan kinerja guru SD Negeri 2Kalimanggis dalam pengelolaan pembelajar-an?” Sedang tujuan penelitian ini adalah untukmengetahui apakah penerapan super-visikunjungan kelas dapat meningkatkan kinerjaguru SD. Negeri 2 Kalimanggis dalampengelolaan pembelajaran.

Secara teoritis, hasil penelitian inidiharapkan dapat memberi sumbangan penge-tahuan tentang upaya peningkatan kinerja gurudalam pengelolaan proses kegiatan belajarmengajar melalui supervisi akademik kunjungankelas. Sedang secara praktis hasil penelitian inidiharapkan dapat bermanfaat bagi KepalaSekolah, yaitu sebagai referensi bagi kepalasekolah dalam melaksanakan supervisiterhadap guru, dan bagi Pengawas Sekolahyaitu sebagai bahan pertimbangan dalammenyusun program kegiatan pengawas,membina kepala sekolah dan guru untukmeningkatkan kinerjanya dalam upayameningkatkan efektifitas pembelajaran danmutu pendidikan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini masuk dalam jenispenelitian deskriptif kualitatif, dengan metodepenelitian tindakan. Data yang diperoleh dalampenelitian ini dipaparkan berupa diskripsi,sedangkan data kuantitatif dikonversi kedalam

bentuk kualitatif. Begitupun hasil dari penelitianini juga berupa uraian atau deskripsi yangmendalam tentang hasil dari supervisi kunjungankelas.

Penelitian ini terdiri rangkaian tigakegiatan pokok yang dilakukan dalam siklusberulang. Tiga kegiatan utama yang ada padasetiap tindakan adalah (a) perencanaan, (b)tindakan dengan pengamatan, dan (c) refleksi,dengan disertai evaluasi diri guru. Rangkaiankegiatan design intervensi penelitian tindakansekolah tampak pada gambar 2 berikut ini.

Perencanaan

Refleksi Tindakan/Pengamatan

Gambar 1 Prosedur Penelitian

Pada kegiatan perencanaan dalampenelitian ini peneliti melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut menyusun proposalpenelitian, membuat instrumen penelitian,mengajukan ijin penelitian, mengumpulkandata awal pendukung penelitian, dan menyusunprogram supervisi. Dalam penelitian ini, penelitimerencanakan tiga kali tindakan, setiapkegiatan tindakan terdiri dari tiga tahap, yaitutahap persiapan, tahap pengamatan, dan tahaprefleksi. Pada tahap persiapan supervisormenentukan sasaran kunjungan, jadwal kun-jungan, khusus pada tindakan pertama kegiatanpersiapan ditambah dengan sosialisasi padaguru-guru tentang maksud dan tujuan supervisi,serta penyampaian indikator yang akan dinilaidalam supervisi. Tahap pengamatan, adalahkegiatan dimana supervisor mengamati proseskegiatan belajar mengajar dalam kelas denganmenggunakan instrumen pengamatan dandibantu media lain berupa kamera dan alatrekam adegan/ kegiatan. Tahap refleksi,merupakan tahap akhir dalam supervisi

Page 41: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 167

Penerapan Supervisi Kunjungan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja Guru | Suprih Danurwati & Slameto

kunjungan kelas dimana guru dan supervisorduduk bersama setelah kegiatan pembelajaranselesai untuk bersama-sama melihat rekamanproses pembelajaran dan kemudian mengevaluasikegiatan tersebut, dilanjutkan adanyakesepakatan untuk tindak lanjutnya.

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 2Kalimanggis, UPT Dinpendik KecamatanKaloran, Kabupaten Temanggung. Penelitianini dilaksanakan pada bulan Februari 2015sampai dengan Mei 2015.

Dalam penelitian ini pengumpulan datadilakukan dengan empat cara yaitu 1) StudiDokumentasi, 2) Observasi, 3) Angket dan 4)Wawancara. Studi dokumentasi dilakukanterhadapdokumen hasil ujian nasional, datahasil supervisi yang dilakukan kepala sekolah,dan hasil penilaian kinerja guru. Observasi yangdimaksudkan disini adalah kegiatan pengamatandalam tindakan kunjungan kelas. Metode inimerupakan bagian yang sangat penting dalampenelitian tindakan kelas. Observasi dilakukandengan teknik observasi partisipatif pasif.Angket, peneliti gunakan sebagai alat evaluasidiri guru setelah kegiatan pembelajaran ber-langsung, sekaligus sebagai alat kroscek ter-hadap hasil pengamatan yang dilakukansupervisor dalam hal ini peneliti, selain itu jugaangket untuk mengetahui respon guru terhadappelaksanaan supervisi kunjungan kelas. Sedangwawancara dilakukan terhadap guru pada tahaprefleksi, yaitu setiap sehabis kegiatan supervisiberakhir dan pada saat kegiatan evaluasi. Dalam penelitian ini data yang diperoleh,dianalisis dengan menggunakan tiga langkahyaitu: reduksi data, paparan data, dan penarikansimpulan. Hasil reduksi data dalam penelitianini berupa data pokok yang diantaranya berupadata hasil pengamatan supervisor, hasil evaluasidiri guru, hasil wawancara dengan kepalasekolah. Sedang keabsahan data dilakukanmelalui triangulasi, baik triangulasi sumber, danwaktu. Triangulasi sumber adalah cara untuk

mengecek data yang sama namun diperolehdari sumber yang berbeda, dan dengan teknikyang berbeda. Dalam penelitian ini data kinerjaguru dalam pengelolaan pembelajaran diperolehmelalui dokumen hasil PKG guru, hasil supervisikunjungan kelas sebelum tindakan, dan hasilwawancara. Triangulasi waktu, diakukandengan mengecek hasil wawancara dengansumber yang sama namun dalam waktu yangberbeda.

Berdasarkan hipotesis kinerja yangberbunyi “Penerapan supervisi kunjungan kelasdiduga dapat meningkatkan kinerja guru SDNegeri 2 Kalimanggis dalam pengelolaanpembelajaran” maka penelitian ini dinyatakanberhasil apabila: 1) Lima dari enam orang guruyang mendapat supervisi kunjungan kelasmemperoleh nilai kategori Baik (71- 85) padaaspek persiapan pembelajaran, dan 2) Limadari enam orang guru yang mendapat supervisikunjungan kelas memperoleh nilai kategoriBaik (71 - 85) pada aspek pelaksanaan pem-belajaran.

HASIL PENELITIAN DANPEMBAHASAN

Deskripsi Kondisi Awal

Kepala SD Negeri 2 Kalimanggissudah menyusun program supervisi setiaptahunnya. Namun dalam pelaksanaannyakadang tidak sesuai dengan rencana yang sudahdisusun, hal itu dikarenakan berbagai tugas yangharus dikerjakan oleh kepala sekolah yangsifatnya insidentil dan bersifat urgen. Hal itudibuktikan dengan dokumen supervisi terhadapperangkat pembelajaran dilaksanakan terhadaplima orang guru pada semester genap tahunpelajaran 2014/2015 sedangkan supervisikunjungan kelas belum terlaksana.

Tentang kinerja Guru dokumen yangada di UPT Dinpendik Kecamatan Kaloranmenunjukkan bahwa jika dibandingkan denganprestasi sekolah di seluruh wilayah UPT Dinpen-

Page 42: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

168 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

dik Kecamatan Kaloran, maka prestasi siswadi SD Negeri 2 Kalimanggis berada pada kate-gori cukup. Kurangnya prestasi tersebut dise-babkan kinerja guru yang kurang maksimaldisamping faktor-faktor lainnya. Hal tersebutdiperkuat dengan hasil wawancara denganKepala sekolah serta dokumen-dokumen sekolahyang berhubungan dengan kinerja guru, dian-taranya adalah dokumen RPP yang digunakanguru, hasil supervisi yang dilakukan kepalasekolah, administrasi kelengkapan pembelajar-an, hasil PKG, SKP Guru, presensi guru, danbuku pembinaan karyawan.

Pelaksanaan Penelitian

Tindakan I, II, dan III

Prosedur pelaksanaan penelitian padatindakan satu, dua, dan tiga merupakan tahapandalam siklus yang berulang, yaitu meliputitahapan persiapan, pengamatan dan tahaprefleksi.

a.Tahap persiapanPada tahap persiapan dalam tindakan

pertama peneliti menentukan sasaran kunjunganyaitu guru yang akan mendapat supervisikunjungan kelas, jadwal kunjungan, dan jugamengadakan sosialisasi kepada guru-gurutentang kegiatan supervisi kunjungan kelas yangakan dilaksanakan dalam dua bulan yang akandatang dan tujuannya.

b.Tahap PengamatanDalam tahap ini peneliti selaku super-

visor melakukan kunjungan kelas sesuai jadwalmingguan yang sudah disepakati. Penelitimelakukan pengamatan pelaksanaan kegiatanpembelajaran dari awal kegiatan dimulai sampaikegiatan berakhir dalam satu pertemuan.Selama pengamatan supervisor menggunakaninstrumen pengamatan KBM untuk mencatatsegala sesuatu yang dilakukan oleh guru dalampelaksanaan pembelajaran. Selain itu super-visor juga menggunakan alat bantu perekam

adegan (handycam) dan kamera, hal tersebutdilakukan sebagai pelengkap pengumpulandata yang diperoleh dengan instrumen sertabukti pelaksanaan supervisi kunjungan kelas.

c.Tahap RefleksiRefleksi dilakukan bersama antara guru

dan supervisor dengan cara mengamati rekamanadegan proses pembelajaran, setelah mengamatirekaman adegan guru mengisi angket evaluasidiri tentang pelaksanaan KBM yang dilakukan,hasil evaluasi diri di kros cek dengan hasilpengamatan supervisor dalam hal ini meng-gunakan instrumen pengamatan. Hasil refleksitindakan pertama didapatkan beberapa ke-kurangan baik pada penyusunan rencana pem-belajaran maupun pada pelaksanaan prosespembelajaran, diantaranya adalah penggunaanmetode pembelajaran, pemanfaatan alat peragadan penggunaan instrumen penilaian, pelaksana-an penilaian, dan tindak lanjut penilaian, sertakegiatan penutup pembelajaran.

Hasil Penelitian

1. Hasil Perencanaan

Perencanaan adalah awal dari sebuahproses, berhasil tidaknya suatu kegiatan atauproses banyak bergantung pada perencanaan-nya, begitupun dengan kegiatan penelitian yangakan peneliti lakukan. Dalam kegiatan peren-canaan ini antara lain dihasilkan Kisi-kisipenelitian, instrumen yang digunakan pengamat-an proses pelaksanaan pembelajaran, instrumenevaluasi diri guru, angket respon guru pascasupervisi, panduan wawancara dengan kepalasekolah, program supervisi kunjungan kelas,dan data pendukung awal berupa dokumen hasilsupervisi sebelumnya dari kepala sekolah.

2. Hasil tindakan

a. Rencana Pelaksanaan PembelajaranPenilaian terhadap dokumen RPP dan

perencanaan pembelajaran lainnya dilaksanakanbersamaan dengan pelaksanaan pengamatan

Page 43: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 169

Penerapan Supervisi Kunjungan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja Guru | Suprih Danurwati & Slameto

proses pembelajaran dengan menggunakaninstrumen yang melekat pada instrumen lembarpengamatan proses kegiatan pembelajaran.Hasil penelitian terhadap dokumen perencana-an pembelajaran yang meliputi silabus, prota,promes, serta rencana pelaksanaan pembelajar-an mulai tindakan pertama sampai tindakanketiga dapat dilihat dalam tabel 1. Dari data diatas dapat didiskripsikan hasil dari setiaptindakan, sebagaimana tertera dalam tabel 1.

Tabel 1 menunjukkan bahwa dari satutindakan ke tindakan berikutnya ada pening-katan kompetensi guru dalam merencanakanpelaksanaan pembelajaran. Untuk Kegiatanbelajar mengajar dari tiga kali tindakanpengamatan proses kegiatan Belajar Mengajarpada enam kelas dengan guru pengelola

pembelajaran tujuh belas kali kunjungan kekelas atau pelaksanaan pembelajaranmemperoleh hasil sebagai berikut,

b. Pengamatan Proses Kegiatan belajarMengajar

Hasil pengamatan proses pembelajaranyang tertera pada tabel 2 merupakan gabunganantara nilai evaluasi diri guru setelah mengamatirekaman adegan proses pembelajaran yangbaru dilaksanakan dan hasil pengamatansupervisor ketika proses pembelajaran ber-langsung. Dari tindakan pertama, kedua, danketiga dapat dilihat pada tabel 2.

Pada tabel 2, menunjukkan bahwa daritindakan pertama, tindakan kedua hinggatindakan ketiga terjadi peningkatan kompetensiguru dalam mengelola kegiatan pembelajaran.

No SubyekTindakan I Tindakan II Tindakan III

Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori1 A 61,1 C 66,7 C 72,2 B

2 B 66,7 C 77,8 B 83,3 B

3 C 72,2 B 77,8 B 83,3 B

4 D 66,7 C 77,8 B - -

5 E 61,1 C 77,8 B 83,3 B

6 F 61,1 C 66,7 C 72,2 B

Rerata 64,8 C 74,1 B 78,9 B

Tabel 1 Hasil Penilaian Dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Sumber: Data penelitian diolah

No SubyekTindakan I Tindakan II Tindakan III

Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori

1 A 64,80 C 69,65 C 76,20 B

2 B 69,75 C 76,50 B 81,70 B

3 C 69,75 C 79,00 B 82,10 B

4 D 66,70 C 76,50 B - -

5 E 67,30 C 78,40 B 79,00 B

6 F 67,90 C 69,10 C 74,70 B

Rerata 67,70 C 76,09 B 79,00 B

Tabel 2 Hasil Pengamatan Proses Kegiatan Belajar Mengajar

Sumber: Data penelitian diolah

Page 44: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

170 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

PEMBAHASAN

Supervisi akademik adalah serangkaiankegiatan membantu guru dalam mengembang-kan kemampuan dalam mengelola prosespembelajaran untuk mencapai tujuan pem-belajaran. Dengan demikian fungsi supervisiakademik sebenarnya tidak untuk menilai gurudalam melaksanakan tugasnya, namun untukmembantu guru dalam mengembangkanpotensinya. Namun untuk mengetahui bantuanapa yang harus diberikan pada seorang guru,maka supervisor dalam hal ini kepala sekolahmaupun pengawas sekolah perlu mengetahuikekurangan maupun kelebihan yang dimilikiguru dalam mengelola pembelajaran sehinggadapat menentukan bantuan dengan tepat.

Pelaksanaan supervisi kunjungan kelasdalam penelitian ini dilaksanakan sesuailangkah-langkah yang ada dalam penelitiantindakan. Langkah tersebut meliputi tahapperencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, dantahap refleksi. Penelitian yang penulis lakukanmemiliki kesamaan dengan tiga penelitianterdahulu. Kesamaannya yaitu baik penelitianyang dilakukan Edi Wahjanto di SMA Negerise Kodya Magelang, penelitian Tri Widodo diSMP Negeri 1 Bandungan, serta penelitian YuliIndrawati pada guru TK/RA UPT DinpendikKecamatan Bandungan bertujuan untukmengetahui pengaruh supervisi kunjungan kelasterhadap kinerja guru.

Walaupun memiliki kesamaan namunpenelitian ini memiliki perbedaan denganpenelitian sebelumnya yaitu dalam tahapanmaupun pelaksanaan supervisinya. Perbedaanpada tahap refleksi ada kegiatan evaluasi diridari guru setelah mengamati rekaman adeganproses kegiatan pembelajaran yang barudilakukan oleh guru yang bersangkutan, hasilevaluasi diri guru akan menjadi bahanpembahasan antara supervisor dengan guru.Supervisi kunjungan kelas dalam penelitian inidapat disebut supervisi berbasis evaluasi diri.

Dalam penelitian ini peneliti menambahkankegiatan evaluasi diri pada setiap tahap refleksi,hal ini belum lazim digunakan pada kegiatansupervisi kunjungan kelas, ternyata hasil super-visi yang diperoleh dengan adanya evaluasi dirilebih dapat diterima oleh guru yang men-dapatkan supervisi kunjungan kelas. Dari uraiantersebut dapat disimpulkan bahwa tahapan yangpeneliti lakukan dalam supervisi ini adalah 1)perencanaan, 2) tindakan sekaligus pengamat-an, 3) Refleksi dengan Evaluasi diri.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telahdiuraikan pada bab IV dalam tiga tindakandapat disimpulkan sebagai berikut:1. Supervisi kunjungan kelas sebagai upaya

untuk meningkatkan kompetensi guru dapatmeningkatkan kinerja guru dalam aspekpenyusunan rencana pelaksanaan pembe-lajaran pada guru SD negeri 2 Kali-manggis.

2. Supervisi kunjungan kelas sebagai upayauntuk meningkatkan kompetensi guru dapatmeningkatkan guru SD Negeri 2 Kali-manggis pada aspek pelaksanaan pem-belajaran

Saran

Saran berikut ini peneliti ajukan untukguru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah.Saran ini ada kaitannya dengan penelitian tentangpenerapan supervisi kunjungan kelas untukmeningkatkan kinerja guru SD Negeri 2Kalimanggis dalam pengelolaan pembelajaran.

1. Bagi Guru Guru lain dapat dan mau memanfaatkan

kegiatan supervisi sebagai sumber informasiuntuk meningkatkan kinerja guru dalammelaksanakan tugas pokok dan fungsinya,yaitu dalam pengelolaan pembelajaran.

Page 45: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 171

Penerapan Supervisi Kunjungan Kelas Untuk Meningkatkan Kinerja Guru | Suprih Danurwati & Slameto

2. Bagi Kepala SekolahDapat memanfaatkan hasil penelitian inisebagai referensi dalam melaksanakansupervisi terhadap guru.

3. Bagi Pengawas SekolahMemanfaatkan hasil penelitian ini sebagaisalah satu referensi atau bahan pertimbangandalam menyusun program kegiatan pem-binaan terhadap kepala sekolah dan guruuntuk meningkatkan kinerjanya

DAFTAR PUSTAKA

Brotosejati. 2012. Pengaruh SupervisiKunjungan Kelas oleh Kepala Sekolahterhadap Kinerja Guru SD Negeri diKecamatan Sukoharjo. Jurnal Pendi-dikan & Kebudayaan, Vol 18, nomor 3,September 2012.

Edi Wahjanto. 2007. Pengaruh SupervisiKunjungan Kelas Oleh Kepala Sekolahdan Kompetensi Guru terhadapKinerja Guru dan Prestasi BelajarSiswa SMA Negeri se Kota Magelang,lib.unnes.ac. vol 02, No 7, 2007.

Fathurrohman, Pupuh. 2011. SupervisiPendidikan, dalam PengembanganProses Pengajaran. Bandung: RefikaAditama.

Mangkunegara AA, Prabu. 2007. ManajemenSumber Daya Manusia Perusahaan.Bandung: Remaja Rosdakarya

Mulyasa, H.E. 2011. Manajemen & Kepe-mimpinan Kepala Sekolah. Jakarta:Bumi Aksara

——. 2012. Penelitian Tindakan Sekolah.Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mustafa, Syaiful. 2013. Supervisi PendidikanTerobosan Baru dalam PeningkatanKinerja Pengawas Sekolah dan Guru,Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Nakpodia, E.D. 2011. The Dependentoutcome of Teachers Performance insecondary schools in Delta State anAssessment of principal’s SupervisionCapacity. African Journal of Educationand Technology, Vol 1, Number 1, April2011.

Permeneg PAN & RB Nomor 16 Tahun 2009tentang Jabatan Fungsional Guru danAngka Kreditnya.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun2005 tentang Standar NasionalPendidikan. Jakarta: Sekjen Depdiknas.

Pidarta, Made. 2009. Supervisi PendidikanKontekstual. Jakarta: Rineka Cipta.

Prasojo, Lantip Diat. 2011. SupervisiPendidikan. Yogyakarta: Gava Media.

Purwanto, Ngalim. 2012. Administrasi danSupervisi Pendidikan . Bandung:Remaja Rosdakarya.

Sudiyono.2011. Supervisi Pendidikan.Yogyakarta: Gava Media.

Sugiyono. 2014. Metode PenelitianKombinasi. Bandung: Alfabeta

Tri Widodo. 2014. Supervisi Kunjungan Kelasdalam Meningkatkan Kinerja Guru IPASMP Negeri 1 Bandungan. Tesis.Program Studi S2 Magister ManajemenPendidikan, Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan, Universitas KristenSatyawacana.

Widyani, Nengah Ni. 2011. Teknik SupervisiKunjungan Kelas Sebagai upayaMeningkatkan Kompetensi Profesio-nalisme Guru SD 3 dan 10 KesimanDenpasar. WIDYATECH Jurnal Sainsdan teknologi.Volume 11 No. 1Agustus 2011.

Page 46: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

172 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

Yuli Indrawati. 2012. Pengaruh SupervisiKepala Sekolah dan Motivasi KerjaGuru terhadap Kinerja Guru TK/RA diUPT Dinpendik Kecamatan Bandungan,Kabupaten Semarang. Tesis. Program

Studi S2 Magister Manajemen Pen-didikan, Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan, Universitas Kristen Satya-wacana.

Page 47: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 173

Hubungan Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi dengan Kinerja... | Abdul Rahmat

KelolaJurnal Manajemen PendidikanMagister Manajemen PendidikanFKIP Universitas Kristen Satya [email protected]

ISSN 2443-0544Volume: 2, No.2, Juli-Desember 2015

Halaman: 173-184

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI DENGANKINERJA APARATUR PENDIDIKAN NONFORMAL

DI DINAS PENDIDIKAN KOTA GORONTALO

Abdul [email protected]

Universitas Negeri Gorontalo

ABSTRACT

This study aimed to examine the alleged causality between the dependent andindependent variables. This study is a descriptive research using survey method. Datacollected by using questionnaire and analyzed using path analysis to test the hypothesis.Engineering analysis will be determined by SPSS data analysis program. The result ofthe study were; 1) Leadership style has a significant relationship with the performanceof officials local government in Gorontalo city. It is seen in the calculation of theproduct r correlation counted is 0.811 at the significance level (0.05), r table at 0,239then count r > r of the table so that we can conclude the existence of a significantrelationship, while the relationship is based on arithmetic interval coefficient criteria ris 0.811, which means relatively strong relationship with the leadership style ofperformance in local government apparatus city Gorontalo relatively strong. While t is0.957 and compared t table with a significance level of 0.044 (0.05) turns out t count> t table with the sense of the hypothesis is accepted which stated the existence of asignificant relationship. 2) Organizational Culture has a significant relationshipperformance in local government apparatus city Gorontalo, it can be seen that thecalculation of the product correlation r counted is 0.922 at the significance level (0.05)r price table is 0.098 then the count r > r table. It conclude the existence of a significantrelationship, while the relationship is based on interval arithmetic coefficient criteria ris 0.922, which means has relatively strong relationship with the organizational cultureapparatus as very strong performance. While t is 0.957 and compared t table with asignificance level of 0.044 (0.05) turns out t > t table. It means the hypothesis is acceptedwhich states the existence of a very significant. 3) Relationship between LeadershipStyle and organizational culture have significant performance relationship in localgovernment of Gorontalo apparatus city. It is seen in the strength of mastery skills andcultural organization along with the performance of the apparatus, comparing the rcounting with r table it is known that 0.811 > 0.239, the correlation both have strongsignificant relationship.

Keywords: Culture, leadership, and staff performance

Page 48: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

174 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

PENDAHULUAN

Hasil observasi awal, ternyata masihbanyak Pegawai Negeri Sipil (PNS) KotaGorontalo yang tidak masuk kerja alias mem-bolos tanpa ada alasan yang jelas. Profe-sionalisme aparatur negara masih rendah yaitusekitar 40%, dan angka ini jauh dari harapan.Disamping itu, kendala yang dihadapi olehPemda Kota Gorontalo dalam rangka pening-katan kinerja aparatur saat ini adalah disebab-kan inovasi dan kreativitas aparat birokrasimasih relatif rendah. Hal ini dapat dilihat darikondisi riil yang ada yakni manakala pimpinanmelakukan tugas (dinas) luar, maka ada anggapanbahwa tugas dan tanggungjawab yang adadapat ditunda pelaksanaannya atau dengan katalain selalu menunggu pimpinan kembali untukmeminta petunjuk dan pengarahannya. Dengankondisi demikian maka proses pengurusan yangada dibirokrasi akan berjalan tidak sebagai-mana mestinya. Kendala yang perlu mendapatperhatian untuk menghadapi isu yang ber-kembang di atas serta untuk mewujudkankinerja aparatur yang baik setidak-tidaknyadapat dihubungani oleh beberapa faktor yangmemhubunganinya, antara lain adalah faktorkepemimpinan, budaya yang berkembangdidalam organisasi, serta struktur maupunmekanisme kerja yang ada didalam organisasitersebut.

Kalau kita amati dari beberapa faktoryang telah dikemukakan di atas, maka faktorkepemimpinan mempunyai hubungan yangbesar dengan kinerja yang akan dicapai olehaparatur. Sebab didalam organisasi apapunbentuknya baik besar maupun kecil pastimemerlukan seorang pemimpin. Oleh karenaitu pemimpin yang baik dapat menjadi panutanatau teladan bagi bawahan dalam bekerja dansekaligus dapat memberikan motivasi dansemangat kerja didalam organisasi. Di samping

faktor kepemimpinan sebagaimana disebutkansebelumnya, yang tidak kalah penting dan perlumendapatkan perhatian untuk mencapai tujuanorganisasi ialah faktor budaya yang berkembangdidalam organisasi yang selanjutnya kita sebutdengan budaya organisasi. Suatu organisasiakan berhasil atau gagal untuk mencapaitujuannya, sebagian besar ditentukan oleh faktorbudaya. Salah satu bukti gagalnya organisasidalam mencapai tujuannya, yaitu adanya budayapaternalisme yang mengakar kuat dalambirokrasi pemerintahan, budaya paternalisme

masih sangat kuat, yang cenderung mendorongpejabat birokrasi lebih berorientasi padakekuasaan dari pada tugas pelayanan.

Aparat/aparatur adalah keseluruhanorgan pemerintahan atau pejabat negara sertapemerintahan negara yang bertugas melaksana-kan suatu kegiatan yang berkaitan dengan tugasdan kewajiban sebagai tanggung jawab yangdibebankan negara kepadanya. Untuk itusumber daya manusia dalam organisasipemerintahan sering disebut “aparatur” yaitupegawai negeri yang melaksanakan tugas-tugaskelembagaan (Widjaja, 1995:177). Sehinggapenggunaan istilah sumber daya manusiaberkenaan dengan orang-orang didalamorganisasi (Simamora,1992:2) sama denganaparatur pegawai.

Menurut Wiley dan Yukl (1997:129)kinerja adalah cara segenap elemen di suatuinstansi dalam melaksanakan tugas danfungsinya masing-masing sesuai dengan aturanyang ada. Handoko (1988:143) mengatakanbahwa kinerja merupakan keadaan emosionalyang menyenangkan atau tidak menyenangkan.Hal ini akan tanpak dari sikap positif karyawandengan segala sesuatu yang dihadapi di ling-kungan kerja. Pendapat yang sama jugadisampaikan oleh Tiffin (dalam As’ad,1991:104) mengatakan bahwa kinerja ber-hubungan erat dengan sikap dari karyawan

Page 49: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 175

Hubungan Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi dengan Kinerja... | Abdul Rahmat

dengan pekerjaannya, situasi kerja, kerjasamaantara pimpinan dengan karyawan, dan antarsesama karyawan. Dalam pengertian ini dapatdiketahui bahwa kinerja sebagai hasil interaksimanusia dengan lingkungan kerja. Berkaitandengan hal ini Prawirosentono (1999:2)mengartikan kinerja atau performance adalahhasil kerja yang dapat dicapai oleh seorang atausekelompok orang dalam suatu organisasi,sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabmasing-masing dalam rangka upaya mencapaitujuan organsasi bersangkutan secara legal,tidak melanggar hukum dan sesuai denganmoral maupun etika.

Untuk mengukur kinerja organisasi ataukinerja aparatur, Lenvine sebagaimana yangdikutip oleh Dwiyanto (1995) menawarkan tigakonsep yaitu: responsiveness, responsibility

dan accauntability. Responsiveness atauresponsivitas yaitu kemampuan organisasi untukdapat mengenali kebutuhan masyarakat,menyusun agenda dan prioritas pelayanan,mengembangkan program-program pelayananpublik yang sesuai dengan kebutuhan danaspirasi masyarakat. Dengan kata lain responsi-vitas adalah kesesuaian antara program dankegiatan yang dijalankan dengan yang dibutuhkanoleh masyarakat. Responsibility atau respon-sibilitas yaitu menjelaskan apakah pelaksanaankegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuaidengan prinsip administrasi yang benar atausesuai dengan kebijakan organisasi baik yangimplisit maupun ekplisit. Accuntability atauakuntabilitas yaitu menunjuk pada seberapabesar kebijakan dan kegiatan organisasi tundukpada para pejabat politik yang dipilih olehrakyat (elected officials).

Namun untuk mengukur kinerjaorganisasi publik ada dua konsep lagi yaituproduktifitas dan kualitas layanan. Produktivitasadalah output yang dihasilkan oleh organisasiyaitu jenis layanan apa yang dihasilkan atau yang

dilakukan oleh suatu organisasi. Sedangkankualitas layanan dapat dilihat dari penilaianpengguna jasa atau masyarakat yaitu bagaimanatingkat kepuasan mereka dengan layanan yangdiberikan oleh organisasi. Untuk mengukur kinerjadari pegawai atau aparatur, Mondy dan Noe(1990:99) menggunakan pendekatan yang me-ngarah pada Management by Objective (MBO).

Metode MBO melihat perilaku pegawai atauaparatur (personal attributes) dalam melaksana-kan pekerjaan. Indikator yang digunakan adalahquantity of work, quality of work, dependa-

bility, initiative, adaptability, dan cooperati-on. Selain itu, juga diberikan kebebasan kepadapegawai untuk memberikan pendapatnyamengenai kinerjanya selama ini, juga pendapatnyadengan kinerjanya masa depan.

Kegiatan manusia secara bersama-sama membutuhkan pemimpin. Keberhasilandan kegagalan sebuah organisasi dalam men-jalankan misinya sangat tergantung kepadatanggung-jawab dari seorang pemimpin. Untukitu kepemimpinan dapat diartikan sebagaisebuah aktivitas untuk memimpin orang-orangagar diarahkan mencapai suatu tujuan organisasiTerry (dalam Thoha, 2001:227). Seorangpemimpin apapun wujudnya, dimanapunletaknya akan selalu mempunyai beban untukmempertanggung jawabkan kepemimpinannya.Mengingat besarnya arti kepemimpinan dalamorganisasi, maka seorang pemimpin harusmampu dan dapat memainkan peranannya, pe-mimpin harus mampu menggali potensi-potensiyang ada pada dirinya dan memanfaatkannyadidalam unit organisasi. Ada tiga peran utamayang dimainkan oleh setiap manajer dimanapunletak hirarkinya, peran tersebut meliputi: PeranHubungan Antar Pribadi (Interpersonal Rale),Peran yang Berhubungan dengan Informasi(Informational Role), dan Peran PembuatKeputusan (Decisional Role) (Thoha, 2001:232-240).

Page 50: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

176 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

Dalam arti klasik, budaya organisasiadalah persepsi yang sama dikalangan paraanggota organisasi tentang makna kehidupanbersama dalam organisasi tersebut (Siagian,2002:64). Kultur atau budaya organisasi ialahsuatu sistem nilai dan keyakinan bersama yangdianut oleh semua pihak yang harus berinteraksidalam rangka mencapaian tujuan. Jadi dapatdisimpulkan bahwa yang dimaksud dengankultur organisasi adalah kesepakatan bersamatrntang nilai yang dianut bersama dalamkehidupan organisasi dan mengikat semua orangdalam organisasi yang bersangkutan. Robbins(1992: 247) memberikan definisi tentangpengertian budaya organisasi yaitu suatupersepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi dan merupakan suatu sistemdari makna bersama. Budaya (culture)merupakan pola asumsi dasar bersama yangdipelajari oleh kelompok dalam suatu organiassisebagai alat untuk memecahkan masalahdengan penyesuaian faktor ekternal dan integrasifaktor internal, dan telah terbukti sahih, olehkarenanya diajarkan kepada anggota organisasiyang baru sebagai cara yang benar untuk mem-persepsikan pemikiran dan merasakan dalakaitan masalah-masalah yang dihadapi itu.Kuatnya budaya dalam organisasi ditandaidengan ditanamnya nilai-nilai budaya secara luasdan menyebar kepada seluruh anggota. Hal iniditandai dengan semakin kuatnya anggotaorganisasi menerima nilai-nilai dan komitmendengan nilai-nilai tersebut sehingga mampumembangun iklim yang kondusif serta loyalitasdengan organisasi. Disamping itu budaya lemah(weak culture) ditandai dengan lamanyakomitmen dengan tujuan organisasi, prilakuyang tidak konsisten dan kurangnya loyalitasdan kebanggaan dengan organisasi, sertatingginya turnover karyawan.

Dari apa yang telah dikemukakan diatas penulis mencoba melihat lebih jauhbagaimana faktor kepemimpinan dan faktorbudaya organisasi dapat memberikan kontribusiatau hubungan dengan kinerja yang telah dicapaioleh aparatur didalam organisasi adalah denganjudul: “Hubungan Gaya Kepemimpinan danBudaya Organisasi dengan Kinerja AparaturPendidikan Nonformal di Dinas PendidikanKota Gorontalo”.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan tahun 2014di dinas pendidikan kota Gorontalo. Penelitianini adalah penelitian deskriptif denganmenggunakan metode survei yakni suatupenelitian yang mengambil sampel dari suatupopulasi dengan menggunakan kuesionersebagai alat pengumpulan data yang pokok(Arikunto, 1998:3). Teknik pengumpulan datayang digunakan adalah angket dan observasi.Analisis data yang digunakan untuk mengujihipotesis penelitian ini adalah path analysis

(analisis jalur). Analisis ini dipilih karenapenelitian ini bertujuan untuk menguji dugaansebab akibat antara variabel dependen denganvariabel independen. Teknik analisisnya akanditentukan melalui komputasi analisis dataprogram SPSS.

Hasil penelitian yang valid adalahapabila terdapat kesmaan antara data yangterkumpul dengan data yang sesungguhnyaterjadi pada objek yang diteliti. Valid berartiinstrument yang dipilih dapat digunakan untukmengukur apa yang seharusnya diukur (SinggihSantoso, 2000: 109). Uji validitas padapenelitian ini dilakukan dengan analisis butirmenggunakan rumus korelasi ProductMoment.

rxy =

Page 51: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 177

Hubungan Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi dengan Kinerja... | Abdul Rahmat

Keterangan:xy = skor pertanyaan-pertanyaan dikalikan skor

totalx = Skor jawaban pertanyaan-pertanyaan tiap

respondeny = skor totalN= Jumlah responden

Untuk mengetahui apakah item-itemdapat dinyatakan valid atau tidak adalah denganmembandingkan hasil perbandingan nilai r

hitung

dengan rtabel.

Apabila rhitung

> rtabel

maka itemdinyatakan valid, demikian sebaliknya(Arikunto, 1998: 137).

Pengujian reliabilitas instrumentpenelitian menggunakan teknik AlphaCronbrack dengan menggunakan rumus:

r =

Keterangan:r = koefisien Reliabilitas Instrumen

(cronbach alfa)k = Banyaknya butir pertanyaan

= Jumlah variabel butir5Øßt² = varian total

Untuk menginterpresentasikan koefisienAlpha (r) digunakan kategori menurut Arikunto(2002: 245), yaitu:

No Koefisien Interpresentasi

1 Antara 0,8000 - 1,000 Sangat Tinggi2 Antara 0,6000- 0,799 Tinggi

3 Antara 0,4000- 0,599 Cukup Tinggi4 Antara 0,2000- 0,399 Rendah5 Antara 0,0000- 0,199 Sangat Rendah

Tabel 1 Interpresentasi Koefisien Alpha

Sumber: Arikunto, 2002

Uji F digunakan untuk mengetahui adatidaknya hubungan simultan variabel-variabelindependen dengan variabel dependen. Kriteriapengujian yang digunakan adalah jikaprobability value (p value) < 0,05, maka Haditerima dan jika p value > 0,05, maka Ha

ditolak (Duwi Priyatno, 2011: 258). Uji tdigunakan untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel independen dengan variabeldependen. Kritaeria pengujian yang digunakanadalah jika p value < 0,05, maka Ha diterimadan jika p value > 0,05, maka Ha ditolak.

HASIL PENELITIAN

Analisis Uji Pengolahan Data

1. Hasil Uji Validitas

Uji coba instrumen akan dilakukan pada93 orang responden yang semuanya merupakanpopulasi dari penelitian ini yang dijadikan sampelpenelitian. Pengujian validitas tiap butir yangdigunakan adalah analisis item/butir yaitumengkorelasikan skor tiap butir dengan skortotal yang merupakan jumlah tiap skor butirdengan menggunakan rumus korelasi Pearson

Product Moment (PPM) sebagai berikut :

2222 )()( YYXX

YXYXriiii

iiiixy

nn

n

rxy

= nilai koaefisien product momentn = banyaknya respondenX

i= skor butir soal

Yi

= skor total butir soal

Analisis dilakukan dengan semua butirinstrumen. Kriteria pengujian dengan caramembandingkan r

hitung dengan r

tabel. Jika r

hitung

lebih besar dari rtabel

maka butir instrumendinyatakan valid dan sebaliknya apabila r

hitung

lebih kecil dari rtabel

maka instrumen dinyatakantidak valid atau drop, sehingga tidak dapatdigunakan untuk keperluan penelitian.

2. Uji Reliabilitas

Uji coba instrumen yang dilakukan pada93 orang responden yang semuanya merupakanpopulasi dari penelitian yang dijadikan sampelpenelitian. Pengujian reliabilitas tiap butir yangdigunakan adalah analisis item/butir. Instrumen

Page 52: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

178 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

yang digunakan untuk menghitung reliabilitasadalah instrumen yang valid saja. NilaiReliabilitas dapat dihitung dengan menggunakanRumus sebagai berikut:

SSr

t

itt k

k2

2

11

Keterangan:R

tt= Reliabilitas instrumen

K = Butir soal yang valid

S i

2 = Jumlah Varians Butir

S t

2 = Varians Total

Adapun hasil pengolahan data dengan

program exel (dengan bantuan program SPSS

versi 17) semua variabel realibel hasil per-

hitungan dapat dilihat pada lampiran untuk

rekapitulasi hasil perhitungan di bawah:

Tabel 1 Reliabilitas Variabel Gaya Kepemimpinan (X1)

Tabel 2 Reliabilitas Variabel Budaya Organisasi (X2)

Pengujian Persyaratan Analisis dengan UjiAsumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Pengujian asumsi klasik denganmenggunakan regresi berganda uji normalitasdimaksudkan untuk menguji variabel bebas (X)dan data variabel terikat (Y) pada persamaanregresi yang dihasilkan apakah berdistribusi

normal atau berdistribusi tidak normal. Per-samaan regresi dikatakan baik jika mempunyaidata variabel bebas dan data variabel terikatberdistribusi normal atau tidak sama sekali.

Dengan persamaan regresi statistikpada uji normalitas maka harus diketahuiterlebih dahulu melalui nilai kemiringan kurva(skewness = a3) atau nilai kruncingan kurva(kurtosis = a4) diperbandingkan dengan nilaiZ

tabel, dengan ketentuan analisis sebagai berikut

berdasarkan ketentuan analisis: a) Veriabel(bebas atau terikat) berdistribusi normal jikaZ

hitung (Za3 atau Za4) < Z tabel. b) Variabel

berdistribusi tidak normal jika Z hitung (Za3atau Za4) > Z

tabel. Untuk mengetahui apakah

dengan menggunakan uji statistik pada distribusinormalitas sebagaimana hasil olah data yangdisajikan berikut (lihat lampiran uji normalitas):

Nilai uji pada variabel Gaya Kepemim-pinan diketahui Z

hitung (Za3 atau Za4) <

Ztabel

yaitu - 0,757 < 0,495, maka variabel X1

berdistribusi normal. Kemudian, variabelBudaya Organisasi diketaui Z

hitung(Za3 atau

Za4) < Ztabel

yakni memiliki perbandingan 0,018< 0,495, maka dinyatakan berdistribusi normal.Dan, varibel terikat (Y) Kinerja Aparaturmemiliki perbandingan Z

hitung(Za3 atau Za4)

< Ztabel

, yakni 0,052 < 0,495, maka dinyatakanberdistribusi normal.

Maka dari itu hasil analisis data padauji normalitas ini telah memenuhi analisisprasyarat yang diajukan untuk kemudiandilanjutkan pada pengujian hipotesis dan ujilainnya.

2. Uji Multikolinieritas

Uji ini dimaksudkan untuk mendeteksigejala korelasi antara variabel independen yangsatu dengan variabel independen yang lain.Pada model regresi yang baik seharusnya tidakterdapat korelasi di antara variabel independen.Uji Multikolinieritas dapat dilakukan dengan 2

Cronbach'sAlpha

N of Items

0,924 28

Cronbach'sAlpha

N of Items

0,923 26

Cronbach'sAlpha

N of Items

0,948 40

Tabel 3 Reliabilitas Variabel Kinerja Aparatur (Y)

Page 53: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 179

Hubungan Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi dengan Kinerja... | Abdul Rahmat

cara yaitu dengan melihat VIF (VarianceInflation Factors) dan nilai tolerance. Jika VIF> 10 dan nilai tolerance < 0,10 maka terjadigejala Multikolinieritas. Hasil oleh datasebagaimana berikut ini:

Tabel 4 Hasil Uji Multikolenieritas

Sumber: Data Primer diolah, 2014.

Dari data tabel tersebut dapat diketahuibahwa syarat untuk lolos dari uji multikolinieritassudah terpenuhi oleh seluruh variabelindependen yang ada, yaitu nilai tolerenceyangtidak kurang dari 0,10 dan nilai VIF yang tidaklebih dari 10. Maka dari itu dapat disimpulkanbahwa seluruh variabel independen yangdigunakan dalam penelitian ini tidak berkorelasiantara variabel independen satu dengan variabelindependen yang lain. Sehingga dapatdisimpulkan tidak terjadi multikolenieritas.

2. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untukmenguji apakah dalam model regresi terjadiketidaksamaan variance dari residual satupengamatan ke pengamatan yang lain tetap, ataudisebut homoskedastisitas. Model regresi yangbaik adalah yang homoskedastisitas, tidakheteroskedastisitas. Heteroskedastisitasditandai dengan adanya pola tertentu padagrafik scatterplot. Jika titik-titik yang adamembentuk suatu pola tertentu yang teratur(bergelombang), maka terjadi heterokedas-tisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, titik-titikmenyebar di atas dan di bawah angka nol padasumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.Maka untuk lebih jelas hasil olah datasebagaimana berikut ini:

Gambar 1 Uji Kurva Penyebaran P-Plot

Berdasarkan grafik hasil Gambar 1,dapat dilihat bahwa distribusi data tidak teraturdan tidak membentuk pola tertentu, sertatersebar di atas dan bawah angka 0 pada sumbuY, sehingga dapat disimpulkan bahwa padamodel regresi ini tidak terjadi masalahheteroskedasitas.

2. Uji Autokorelasi

Persamaan regresi yang baik adalahyang tidak memiliki masalah autokorelasi. Jikaterjadi autokorelasi maka persamaan tersebutmenjadi tidak baik atau tidak layak dipakaiprediksi. Masalah autokorelasi baru timbul jikaada korelasi secara linier antara kesalahanpengganggu periode (berada) dan kesalahanpengganggu periode t-1 (sebelumnya).

Model Summaryb

Model Durbin-Watson

1 1,815

a. Predictors: (Constant), Budaya Organisasi,Gaya Kepemimpinan

b. Dependent Variable: Kinerja Aparatur

Tabel 5 Hasil Uji Durbin-Watson (DW)

Berdasarkan hasil tersebut, salah satuukuran dalam menentukan ada tidaknyamasalah autokorelasi dengan uji Durbin-Watson (DW), dengan ketentuan hasil data diatas, ditemukan Durbin-Watson (DW) test =

No.Variabel

Independen Tolerance VIF Keterangan

1 GayaKepemimpinan

0,920 1,087 Tidak terjadiMultikolenieritas

2 BudayaOrganisasi

0,920 1,087 Tidak terjadiMultikolenieritas

Page 54: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

180 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

1,815 dan DW < 2. Maka dapat disimpulkanbahwa data di atas tidak terjadi autokorelasi.Karena angka angkat DW test berada di antara-2 dan +2 atau -2 d” DW d” +2.

Pengujian Hipotesis

1. Uji Determinasi (Uji R2)

Uji determinasi digunakan untukmengukur seberapa jauh kemampuan modelmenjelaskan variasi dependen. Apabila nilaikoefisien determinasi dalam model regresisemakin kecil (mendekati nol) berarti semakinkecil hubungan semua variabel independendengan variabel dependen. Dengan kata lainnilai R2 yang nilai kecil berarti kemampuansemua variabel dalam menjelaskan variabeldependen sangat terbatas. Sebaliknya apabilanilai R2semakin mendekati 100% berarti semuavariabel independen dalam model memberikanhampir semua imformasi yang diperlukan untukmemprediksi variabel dependennya atausemakin besar hubungan semua variabelindependen dengan variabel dependennya.Hasil koefisien determinasi (R2) GayaKepemimpinan dan Budaya Organisasi denganKinerja Aparatur dapat dilihat pada Tabel 6berikut ini,

Berdasarkan hasil pengujian yang adapada Tabel 6, diketahui bahwa Adjusted

Determination Coefficient (R2) sebesar 0,031yaitu lebih dari nol dan kurang dari satu yangberarti variabilitas Gaya KepemimpinandanBudaya Organisasi yang dapat dijelaskan olehvariabilitas variabel kinerja aparatur sebesar0,4%, sehingga variabel Gaya Kepemimpinandan Budaya Organisasi dengan Kinerja

Aparatur mempunyai kemampuan dalammenerangkan dan memprediksi variabel kinerjasangat terbatas

3. Uji Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk mengetahui adatidaknya hubungan simultan variabel-variabelindependen dengan variabel dependen. Kriteriapengujian yang digunakan adalah jikaprobability value (p value) < 0,05, maka Haditerima dan jika p value > 0,05, maka Haditolak. Uji F dapat pula dilakukan denganmembandingkan nilai F

hitungdan F

tabel. Jika F

hitung

> Ftabel

, maka Ha diterima. Artinya, secarastatistik daya yang ada dapat membuktikanbahwa semua variabel independen (X

1,X

2)

berhubungan dengan variabel dependen (Y).Jika F

hitung< F

tabel, maka ditolak. Artinya, secara

statistik daya yang ada dapat membuktikanbahwa semua variabel independen (X

1,X

2) tidak

berhubungan dengan variabel dependen (Y).

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwaberdasarkan hasil uji simultan (Uji F)menunjukan bahwa F

hitung< F

tabel = 0,042 <

0,957 maka hasil data tersebut dapatdinyatakan Ha ditolak. Artinya, secara statistikdaya yang ada dapat membuktikan bahwasemua variabel yakni variabel (X) GayaKepemimpinan dan Budaya Organisasi tidakmempunyai hubungan signifikan pada variabel(Y) yakni kinerja aparatur.

4. Uji Parsial (Uji t)

Uji parsial (Uji t) digunakan untukmengetahui hubungan masing-masing variabelindependen dengan variabel dependen. Kriteriapengujian yang digunakan adalah jika p value

Gaya Kepemimpinan dan BudayaOrganisasi dengan Kinerja

Aparatur Guru

Koefisien Determinasi(R2)

Keterangan

X-Y 0,031 Persamaan X100%

Tabel 6 Koefisien Determinasi Gaya Kepemimpinan danBudaya Organisasi dengan Kinerja Aparatur

Sumber: Data Primer yang diolah, 2014

Tabel 7 Hasil Uji Simultan (Uji F)

Sumber: Data primer diolah, 2014

N F (hitung) F (tabel) Kesimpulan

93 0,044 0,957 Positif

Page 55: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 181

Hubungan Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi dengan Kinerja... | Abdul Rahmat

< 0,05, maka Ha diterima dan jika p value> 0,05, maka Ha ditolak. Kemudian, hasil olahdata SPSS uji parsial (uji t) berikut ini:

Variabel t (hitung) t (tabel)

Gaya Kepemimpinan 0,239 0,811Budaya Organisasi 0,098 0,922

Sumber: Data primer diolah, 2014.

Tabel 8 Hasil Uji Parsial (Uji t)

Berdasarkan Tabel 8, dapat disimpul-kan bahwa nilai t (hitung) pada variabel GayaKepemimpinan 0,239 dengan nilai probabilitas(disamakan dengan nilai t (tabel)) adalah 0,811atau 81,1% (persamaan koefisiensi determinasi)di atas 5%. Dan, nilai t (hitung) pada variabelBudaya Organisasi adalah 0,098 dengan nilaiprobabilitas 0,922 atau 92,2% di atas 5%. Halini dapat disimpulkan bahwa variabel GayaKepemimpinan memiliki nilai t (hitung) = 0,239> 0,05 atau 5% (persamaan nilai probabilitas),maka Ho ditolak. Sedangkan, variabel BudayaOrganisasi memiliki nilai t (hitung) = 0,098 >0,05 atau 5%, maka Ho ditolak.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil olah data dan analisadi atas maka selanjutnya menafsirkan dariberbagai hasil data statistik tersebut. Dalam halini dibagi menjadi dua bagian sebagaimanatercantum dalam rumusan masalah padapenelitian ini..

Hubungan Antara Gaya Kepemimpinandengan Kinerja Aparatur

Hipotesis yang pertama yang diujikanadalah terdapatnya hubungan antara GayaKepemimpinandengan kinerja aparatur. Darihasil analisa dengan SPSS Versi. 17 (lihatlampiran) dapat dijelaskan bahwa F

hitung

102.477 lebih besar dari Ftabel

atau juga nilaisignifikansi uji F lebih kecil dari nilai alfa 0,05yang artinya regresi mempunyai hubungan yangsangat signifikan. Sedangkan konstantanya

22,519 yang artinya jika variabel GayaKepemimpinan meningkat satu point makavariabel kinerja aparatur akan meningkat22,619 point.

Dari hasil perhitungan dapat disimpul-kan bahwa koefisien diterminasi 0,031 yangartinya kinerja aparatur disumbang oleh GayaKepemimpinan sebesar 3,1%, melalui modelpersamaan regresinya. Kekuatan hubunganGaya Kepemimpinan dengan kinerja aparatur,berdasarkan analisis perhitungan korelasiproduct moment bahwa r hitungnya adalah0,811 pada taraf signifikansi (0.05) harga r

tabel

sebesar 0,239 maka rhitung

> rtabel

sehinggadapat disimpulkan adanya hubungan yangsangat signifikan, adapun kekuatan hubunganberdasarkan kriteria interval koefisien r

hitung

0,811 tergolong kuat yang artinya hubunganGaya Kepemimpinan dengan kinerja aparaturtergolong kuat. Sedangkan t

hitungsebesar 0,957

dan dibandingkan ttabel

sebesar (0,044) dengantaraf signifikansi (0.05) ternyata t

hitung> dari

ttabel

dengan arti hipotesis diterima yangmenyatakan adanya hubungan yang signifikan.

N r (hitung) t (Hitung)Signifikansi 0.05

r tabel t tabel

93 0,811 0,957 0,239 0,044

Tabel 9 Hasil Perhitungan Uji Korelasi ProductMoment dan t Hitung

Sumber: Data primer yang diolah, 2014

Pengujian ini menunjukan adanyahubungan yang signifikan sedangkan kekuatanhubungannya sebesar 3,1% hal ini juga berartibahwa semakin baik Gaya Kepemimpinanmaka kinerja aparatur semakin baik dalammelaksanakan tugas atau kerja. Kondisidemikian bisa disebabkan oleh multifaktor makabagi pimpinan dalam membangun iklim kerjayang kondusif harus memperhatikan item-itemevaluasi lainnya.

Page 56: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

182 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

Hubungan Antara Budaya Organisasidengan Kinerja Aparatur

Hipotesis kedua yang diujikan adalahterdapatnya hubungan Budaya Organisasidengan Kinerja Aparatur. Pengujiandimaksudkan untuk mengetahui apakahpersamaan regresi yang diperoleh sama atauhampir sama dengan model regresi berganda.Dari hasil analisa dengan SPSS Versi. 17 (lihatlampiran) dapat dijelaskan bahwa F

hitung

102.477 lebih besar dari Ftabel

atau juga nilaisignifikansi uji F lebih kecil dari nilai alfa 0,05yang artinya regresi mempunyai hubungan yangsangat signifikan. Sedangkan konstantanya22,519 yang artinya jika variabel GayaKepemimpinan meningkat satu poin makavariabel kinerja aparatur akan meningkat22,619 poin.

Dari hasil perhitungan dapat disimpul-kan bahwa koefisien diterminasi 0,031 yangartinya Budaya Organisasi disumbang olehKinerja Aparatur sebesar 3,1%, melalui modelpersamaan regresinya. Kekuatan hubunganvariabel Budaya Organisasi dengan KinerjaAparatur, berdasarkan analisis perhitungankorelasi product moment bahwa r

hitungnya

adalah 0,922 pada taraf signifikansi (0.05)harga r

tabel sebesar 0,098 maka r

hitung > dari r

tabel sehingga dapat disimpulkan adanya

hubungan signifikan, adapun kekuatan hubung-an berdasarkan kriteria interval koefisien r

hitung

0,922 tergolong kuat yang artinya hubunganBudaya Organisasi memiliki hubungan yangcukup signifikan. Sedangkan t

hitung sebesar

0,957 dan dibandingkan t tabel sebesar (0,044)dengan taraf signifikansi (0.05) ternyata t

hitung

> dari ttabel

dengan arti hipotesis diterima yangmenyatakan adanya hubungan yang signifikan.

Pengujian ini menunjukan adanyahubungan yang signifikan sedangkan kekuatanhubungannya sebesar 3,1% hal ini juga berarti

N r (hitung) t (Hitung)Signifikansi 0.05

r tabel t tabel

93 0,922 0,957 0,098 0,044

Tabel 10 Hasil Perhitungan Uji Korelasi ProductMoment dan t

hitung

Sumber: Data primer yang diolah, 2014

bahwa semakin banyak Budaya Organisasiberarti kinerja aparatur semakin baik.

Pengujian Hipotesis Hubungan SecaraBersama-sama Antara Gaya Kepemim-pinan dan Budaya Organisasi denganKinerja Aparatur

Hipotesis yang ketiga yang diujikanadalah terdapatnya hubungan secara bersama-sama antara Gaya Kepemimpinan dan BudayaOrganisasi dengan kinerja aparatur. Pengujiandimaksudkan untuk mengetahui probabilitaskeliru, apakah persamaan regresi yangdiperoleh sama atau hampir sama dengan modelregresi berganda Y = a + bX

1+ bX

2. Dari hasil

analisa SPSS Versi 17 (Lihat: Lampiran) dapatdijelaskan bahwa F hitung 102,477 lebih besardari F

tabelatau juga nilai signifikansi untuk uji F

lebih kecil dari nilai alfa 0,05 yang artinyaregresi mempunyai hubungan yang sangatsignifikan.

Dari hasil perhitungan dapat disimpul-kan bahwa koefisien diterminasi 0,031 yangartinya Gaya Kepemimpinan dan BudayaOrganisasi dengan kinerja aparatur secarabersama-sama sebesar 3,1%, melalui modelpersamaan regresinya. Kekuatan penguasaanketerampilan dan Budaya Organisasi secarabersama-sama dengan kinerja aparatur,membandingkan antara r hitung dengan r

tabel

maka diketahui bahwa 0,811 > 0,239, makakekuatan korelasi keduanya memiliki cukuphubungan yang signifikan.

Page 57: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 183

Hubungan Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi dengan Kinerja... | Abdul Rahmat

Tabel 11 Hasil Perhitungan Uji Korelasi ProductMoment dan t

Hitung

N r (hitung)Signifikansi 0.05

r tabel

93 0,811 0,239

Pengujian ini menunjukkan adanyahubungan yang sangat signifikan sedangkankekuatan hubungannya hanya sebesar 3,1% halini juga berarti bahwa semakin baik GayaKepemimpinan dan Budaya Organisasi secarabersama-sama maka semakin baik pula kinerjaaparatur.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasanpenelitian ini dapat di simpulkan bahwa:

1. Gaya Kepemimpinan mempunyai hubunganyang signifikan dengan kinerja aparatur diPendidikan Nonformal di Dinas PendidikanKota Gorontalo, hal tersebut dapat dilihatpada perhitungan korelasi product momentbahwa r

hitungnya adalah 0,811 pada taraf

signifikansi (0.05) harga rtabel

sebesar 0,239maka r hitung > dari r

tabel sehingga dapat

disimpulkan adanya hubungan yang sangatsignifikan, adapun kekuatan hubunganberdasarkan kriteria interval koefisien r

hitung

0,811 tergolong kuat yang artinya hubunganGaya Kepemimpinan dengan kinerjaaparatur di Pemda Kota Gorontalo tergolongkuat. Sedangkan t

hitung sebesar 0,957 dan

dibandingkan ttabel

sebesar 0,044 dengantaraf signifikansi (0.05) ternyata t

hitung >

dari ttabel

dengan arti hipotesis diterima yangmenyatakan adanya hubungan yang sangatsignifikan.

2. Budaya Organisasi mempunyai hubunganyang signifikan dengan Kinerja Aparatur di

Pendidikan Nonformal Di Dinas PendidikanKota Gorontalo, hal tersebut dapat dilihatpada perhitungan korelasi product momentbahwa r

hitungnya adalah 0,922 pada taraf

signifikansi (0.05) harga rtabel

sebesar 0,098maka r

hitung > dari r

tabel sehingga dapat

disimpulkan adanya hubungan yang sangatsignifikan, adapun kekuatan hubunganberdasarkan kriteria interval koefisien rhitung 0,922 tergolong kuat yang artinyahubungan Budaya Organisasi denganKinerja Aparatur tergolong sangat kuat.Sedangkan t

hitung sebesar 0,957 dan

dibandingkan t tabel sebesar 0,044 dengantaraf signifikansi (0.05) ternyata t

hitung > dari

ttabel

dengan arti hipotesis diterima yangmenyatakan adanya hubungan yang sangatsignifikan

3. Hubungan antara Gaya Kepemimpinan danBudaya Organisasi secara bersama-samamempunyai hubungan yang signifikan denganKinerja Aparatur di Pendidikan NonformalDi Dinas Pendidikan Kota Gorontalo. Haltersebut dapat dilihat pada kekuatanpenguasaan keterampilan dan BudayaOrganisasi secara bersama-sama dengankinerja aparatur, membandingkan antara r

hitungdengan r

tabel maka diketahui bahwa

0,811 > 0,239, maka kekuatan korelasikeduanya memiliki cukup hubungan yangsignifikan.

DAFTAR PUSTAKA

As’ad, Muhammad. 1991. Kinerja SebagaiMedia Peningkatan Drajad DalamKonteks Industrialisasi; Bandung:Ganeca.

Arikunto, Suharsimi. 1998.Prosedur PenelitianSuatu Pendekatan Praktek; Jakarta:Rineka Cipta.

Page 58: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

184 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

____2002. Prosedur Suatu Penelitian:Pendekatan Praktek. Edisi Revisi.Kelima. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Dwiyanto, Agus. 1995. Penilaian KinerjaOrganisasi Publik; Yogyakarta: FisipolUniversitas Gajah Mada.

Handoko. 1988. Kinerja dan TingkatEmosional. Surabaya: Pratama.

Mondy, R.W. & Robert M. Noe. 1990. HumanResources Management. Allyn andBacon.

Prawirosentono, S. 1999. Kebijakan KinerjaKaryawan. Yogyakarta: BPFE.

Robbins, P. Stephen. 2002. PerilakuOrganisasi, Jilid 1 (terjemahan).Jakarta: Prehallindo.

Siagian, Sondang P. 2002. Manajemen Abad21. Jakarta: Bumi Jakarta Aksara.

Simamora, Ermaya. 1992. PsikologiKepegawaian dan Peran PemimpinDalam Memotivasi Kerja. Bandung:Ramadan.

Singgih Santoso. 2000. Buku Latihan SPSSStatistik Parametrik. Jakarta: PT ElekMedia Komputindo.

Thoha, Miftah. 2001. Kepemimpinan DalamManajemen. Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada.

Widjaja, A.W. 1995.Administrasi Kepegawaian.Suatu Pengantar. Jakarta: RajaGrafindo.

Wiley dan Yulk.1977. Strategik Manajemendan Industrial. London: DitmenPublishing.

Yulk, GA. 1998. Ledership In Organisation(secon edition). Englewood Clips, NewJersey: Prencice Hull, Inc.

Page 59: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 185

Penguasaan Kompetensi Pedagogik Guru Tersupervisi Klinis dan Guru Tanpa Supervisi | Leinora Juliana Kaipatty dkk.

KelolaJurnal Manajemen PendidikanMagister Manajemen PendidikanFKIP Universitas Kristen Satya [email protected]

ISSN 2443-0544Volume: 2, No.2, Juli-Desember 2015

Halaman: 185-195

PENGUASAAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURUTERSUPERVISI KLINIS DAN GURU TANPA SUPERVISI

DI DUA SMA SWASTA DI KOTA AMBON

Leinora Juliana [email protected]

Alumni Program Pascasarjana Magister Manajemen PendidikanFKIP-Universitas Kristen Satya Wacana

Lobby [email protected]

Program Pascasarjana Magister Manajemen PendidikanFKIP-Universitas Kristen Satya Wacana

[email protected]

Program Pascasarjana Magister Manajemen PendidikanFKIP-Universitas Kristen Satya Wacana

ABSTRACT

This study is an experimental research with using pretest and posttest control groupdesign. The aimed of the study were: 1). To know the differences significant of teacher’smastery of pedagogical competences between teachers clinical supervised in SMAKristen YPKPM Ammbon and non-supervised teachers in SMA Kartika XIII-I Ambon,2). To determine how the the clinical supervision influenced the teachers’ mastery ofpedagogical competences. The data was collected by using observation towardteaching profile competence from Wasserman and Egert. Data analyzed using t testcomparative and linear regression analysis. The result of the study was the coefficientt test was 4,184 with significant 0,001 < 0,05. It proved that there was a differencebetween supervision and non-supervision teachers significantly. The clinicalsupervision has influence about 41,9% on teachers pedagogical competences.

Keywords: Pedagogic Competency, Clinic Supervision

Page 60: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

186 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

PENDAHULUAN

Dalam proses pendidikan formal,terdapat aktivitas pembelajaran, dan tenagapendidik memiliki peran penting dalammenunjang keberhasilan pembelajaran yangdilakukan. Oleh karena itu setiap guru harusmemiliki kompetensi dalam mendidik danmencapai tujuan pendidikan. Kompetensiadalah seperangkat pengetahuan, keterampilandan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dandikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksana-kan tugas keprofesionalannya. (UU No.14tahun 2007). Dalam perspektif kebijakanpendidikan nasional, pemerintah Indonesia telahmerumuskan empat jenis kompetensi gurumeliputi kompetensi pedagogik, professional,kepribadian dan sosial (UU No.14 tahun2005).

Kompetensi pedagogik merupakanbagian yang tak terpisahkan dari empatkompetensi yang harus dimiliki seorang guru.Kompetensi pedagogik sangat dibutuhkan olehguru dalam mendesain pembelajaran sekaligusmengevaluasinya sehingga pembelajaran dikelas akan berjalan dengan lancar sejak awaldimulainya proses pembelajaran sampai tahapevaluasi. Slameto (2013) menyatakan bahwainti dari kompetensi pedagogik terletak padakemampuan guru dalam menyelenggaraanpembelajaran yang mendidik, inti dari pem-belajaran yang mendidik terletak pada kemam-puan guru untuk melaksanakan pembelajarankeseharian. Pembelajaran mendidik merupakankemampuan manajemen pembelajaranmencakup proses merancang pembelajaran,mengimplementasikan pembelajaran, menilaiproses dan hasil pembelajaran, serta melakukanperbaikan secara berkelanjutan.

Penelitian ini lebih memfokuskan padapenguasaan kompetensi pedagogik guru yangberkaitan dengan kompetensi guru dalam

mengajar. Wasserman dan Eggert (1981)menyatakan bahwa profil kompetensi mengajarguru yaitu kemampuan dasar professional gurudalam menjalankan tugas dan tanggung jawabdalam mendidik, melatih, membimbing danmemfasilitasi kegiatan belajar peserta didikuntuk mencapai tujuan pembelajaran yangsecara efektif dan efisien.

Permasalahan umum yang saat inimasih menimpa dunia pendidikan, terjadi dalampenyelenggaraan pendidikan yang dialamiSekolah Menengah Atas Kota Ambon. Faktadi lapangan khususnya di sekolah-sekolahtingkat menengah atas (SMA) kota Ambon,menurut Data yang diperoleh dari DinasPendidikan Kota Ambon tahun 2012 yangmenunjukkan UKA (Uji Kompetensi Awal) dikota Ambon yang meliputi penguasaankompetensi pedagogik dan professional masihdi bawah standar nasional. Dari uji kompetensiawal yang dilakukan di kota ambon terdapatdua pokok penting yang diuji dalam UKA yaitupenguasaan bahan ajar dan metode pedagogikyang digunakan dalam perancangan pem-belajaran. Adapun Hasil dari UKA guru darikompetensi pedagogik dengan standar deviasiadalah 12,72. Hasil Kompetensi pedagogikhanya memperoleh nilai 37,26 di bawah skorrata-rata nasional 45,06 atau berada padaperingkat 32 nasional. Untuk skor maksimumdari kompetensi pedagogik dan professionaladalah 100, dan hanya 1,42% guru di kotaAmbon memperoleh skor di atas 70, sebagianbesar 53,55% guru di kota Ambon mem-peroleh skor antara 3039,9 dan 17,06% yangmemperoleh skor kurang dari 30sebagian besar53,55% guru di kota Ambon memperoleh skorantara 3039,9 dan 17,06% yang memperolehskor kurang dari 30.

Melihat fakta di lapangan mengenaipenguasaan kompetensi pedagogik, masihbanyak masalah, yang dihadapi guru, oleh karena

Page 61: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 187

Penguasaan Kompetensi Pedagogik Guru Tersupervisi Klinis dan Guru Tanpa Supervisi | Leinora Juliana Kaipatty dkk.

itu guru perlu diberikan bantuan sesuai dengankebutuhannya untuk mengatasi kelemahan ataukekurangan dalam proses pembelajaran sehing-ga dapat meningkatkan penguasaan kompetensipedagogik guru. Salah satu upaya yang dapatdilakukan untuk meningkatkan penguasaankompetensi pedagogik guru adalah pelaksana-an supervisi klinis. Supervisi Klinis menurutAcheson dan Gall (2003) “Supervision as theprocess of helping the teacher reduce the

discrepancy” (suatu proses membantu gurumemperkecil kesenjangan antara perilakumengajar yang nyata dengan perilaku mengajaryang ideal). Defenisi ini memberi indikasi bahwasupervisi klinis merupakan suatu prosesmembantu guru mengatasi kesulitannya dalammengajar. Proses membantu pada supervisiklinis dalam arti memberi pertolongan secaralangsung yang diberikan supervisor kepadaguru-guru dengan cara melakukan tindakanobservasi untuk membantu memecahkanmasalah-masalah yang terjadi dalam prosespembelajaran.

SMA Kristen YPKPM Ambon, danSMA Kartika XIII-I Ambon, adalah sekolahmenengah atas yang terdapat di kota Ambon,yang memiliki kesamaan, antara lain, memilikijumlah guru 45 guru, memiliki akreditasi B danberstatus sekolah swasta. Dalam penelitian ini,penulis ingin mengetahui perbedaan penguasaankompetensi pedagogik guru yang tersupervisiklinis dengan guru tanpa supervisi.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka masalah dalam penelitian inidirumuskan sebagai: a) Adakah perbedaansignifikan penguasaan kompetensi pedagogikguru yang tersupervisi klinis di SMA KristenYPKPM Ambon dengan guru tanpa supervisidi SMA Kartika XIII-I Ambon?, dan b)seberapa besar pengaruh pelaksanaan supervisiklinis terhadap penguasaan kompetensipedagogik guru?. Oleh karena itu tujuan

penelitian ini dirumuskan sebagai a) untukmengetahui perbedaan penguasaan kompetensipedagogik (kompetensi mengajar) guru antaraguru yang tersupervisi klinis di SMA KristenYPKPM Ambon dengan guru tanpa supervisidi SMA Kartika XIII-I Ambon, dan b) untukmengetahui berapa besar pengaruh pelaksana-an supervisi klinis kepala sekolah terhadappenguasaan kompetensi pedagogik guru.

Secara teoritik manfaat yang dapatdiambil dari penelitian ini adalah bahwa hasilpenelitian ini dimanfaatkan sebagai bahanreferensi/kajian tentang peningkatan pengua-saan kompetensi pedagogik melalui supervisiklinis. Sedang secara praktis hasil penelitian inidapat menjadi masukan bagi guru, dalammendorong guru untuk meningkatkan pengua-saan kompetensi pedagogik melalui supervisiklinis sehingga dapat meningkatkan kualitaspembelajaran di sekolah. Hasil penelitian inidiharapkan juga dapat memberi masukan jugapada sekolah, dan dinas pendidikan dalammengambil kebijakan akan pentingnya supervisiuntuk peningkatan penguasaan kompetensipedagogik guru.

METODE PENELITIANJenis penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah penelitian eksperimendengan jenis desain Pretest-Postest Control

Group Design (Sugiyono, 2006). Desain initerdapat dua kelompok yang dipilih secararandom, kemudian diberi pretest untukmengetahui keadaan awal adakah perbedaanantara kelompok eksperimen dan kelompokkontrol, dan diberi posttest setelah dilakukantreatmen untuk mengetahui adakah perbedaansetelah di beri treatmen pada kelompokkontrol dan kelompok eksperimen. Kelompokyang diberi perlakuan atau treatmen disebutkelompok eksperimen sedangkan kelompokyang tidak diberi treatment disebut kelompok

Page 62: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

188 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

kontrol. Lokasi penelitian dilaksanakan di duatempat, yaitu SMA Kristen YPKPM Ambondan SMA Kartika XIII-I Ambon. Subyekpenelitian adalah guru-guru di SMA KristenYPKPM Ambon dan SMA Kartika XIII-IAmbon yang masing-masing sampel guru yangditeliti berjumlah 32 guru yaitu 16 guru dariSMA Kristen YPKPM, dan 16 Guru SMAKartika XIII-I Ambon, alasan mendasarmemilih 16 guru dari masing-masing sekolahkarena peneliti harus mengambil subyek yangmemiliki kesamaan-kesamaannya pada tingkatpendidikan, golongan, dan masa kerja. Variabeldalam penelitian ini ada dua jenis yaitu variabelbebas (X) dan variabel terikat (Y). Di dalampenelitian ini yang bertindak sebagai variabelbebas (X) adalah tersupervisi klinis (X

1) dan

tanpa supervisi klinis (X2). Sedangkan untuk

variabel terikatnya (Y) adalah penguasaankompetensi pedagogik (kompetensi mengajar)guru.

Langkah-langkah dalam melakukanpengumpulan data dalam penelitian ini, yaitupertama melakukan Uji kesetaraan terhadapseluruh guru dengan signifikansi 5%. Jika angkaSignifikansi hitung kurang dari 0,05 makasekolah tersebut tidak setara. Sedangkan jikaangka signifikansi hitung lebih besar dari 0,05maka sekolah tersebut setara. Menghitung ujikesetaraan diperoleh dari skor penguasaankompetensi pedagogik guru; langkah keduamelakukan treatment,dalam penelitian ini kelaseksperiment diberi treatment kepada guru-guru dalam pembelajaran di kelas yangtersupervisi klinis sedangkan pada kelompokkontrol pada guru-guru dalam pembelajaran dikelas tanpa ada peran supervisor dalammelaksanakan supervisi klinis pada prosespembelajaran; Langkah ketiga melakukanPosttest. Posttest berupa hasil Observasi dikelas berdasarkan instrumen observasipenguasaan kompetensi pedagogik (kompetensi

mengajar guru) di kelas dengan tujuan untukmengetahui kemampuan akhir dari kelompokeksperimen dan kelompok kontrol setelahdilakukan treatment. Langkah Keempat

Analisis Data. Setelah posttest diberikan,dilakukan analisis untuk membandingkan hasilposttest antara kelompok eksperimen dankelompok kontrol.

Teknik pengumpulan data dalampenelitian ini adalah pengumpulan data berupapenguasaan kompetensi pedagogik pada saatposttest yang berupa lembar observasi yangdigunakan untuk mengumpulkan data tentangpenguasaan kompetensi pedagogik guru(kompetensi mengajar guru) di kelas. Padaobservasi penguasaan kompetensi pedagogikberupa kegiatan belajar mengajar di dalamkelas yang telah teruji validitas dan realibilitasnyakepada sampel guru. Teknik analisis data yangdigunakan dalam penelitian ini adalah analisisdeskriptif dan analisis komparatif t yaitu denganmelihat perbedaan nilai kelompok eksperimendan kelompok kontrol (posttest) padapenguasaan kompetensi pedagogik guru danregresi linear untuk mengetahui berapa besarpengaruh supervisi klinis terhadap penguasaankompetensi pedagogik.

HASIL PENELITIAN

Pada hasil penelitian ini pelaksanaansupervisi klinis dilakukan sebanyak tiga kalipada kelompok eksperimen yaitu SMA KristenYPKPM Ambon dan pada kelompok kontrolyaitu SMA Kartika XIII-I Ambon tidakdilakukan supervisi atau tanpa ada peransupervisor dalam supervisi.Pelaksanaan supervisi:a. Pertemuan pertama

Dilakukan pada 12-17 Januari 2015.Adapun prosedur pelaksanaan supervisi klinisdilakukan,1. Tahap Perencanaan

Page 63: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 189

Penguasaan Kompetensi Pedagogik Guru Tersupervisi Klinis dan Guru Tanpa Supervisi | Leinora Juliana Kaipatty dkk.

Pada tahap awal perencanaan, yang dilaku-kan adalah supervisor, guru senior dan guruyang diteliti, bersama-sama secara bertatapmuka langsung, menciptakan suasana akrab,untuk mereview, mendiskusikan, meng-analisis, terkait dengan Pemetaan StandarKompetensi Inti (KI) dan KompetensiDasar (KD), Penyusunan RPP, dan Silabusyang sesuai dengan Permendiknas No.41tahun 2007 tentang Standar Proses, sertapenyiapan materi ajar bagi guru yang diteliti.Kemudian dari guru yang belum pahamdalam menyusun RPP dengan baik, mulaisecara individu dapat menyusun kembaliRPP dengan bimbingan dari guru senior yangmemiliki basik pengetahuan yang sama.

2. Tahap Pelaksanaan PembelajaranPada tahap pelaksanaan pembelajaran yangdilakukan oleh supervisor untuk melakukanobservasi di kelas. Adapun tahap observasiini dilakukan dengan dibantu instrumentobservasi supervisi klinis yang menggunakankemampuan melaksanan pembelajaran yaitupelaksanaan pembelajaran mengajar guru(IPKG2). IPKG 2 seperti yang telah dibaku-kan oleh Depdiknas serta PedomanPenilaian Kinerja Guru dari DirektoratJenderal Peningkatan Mutu Pendidik danTenaga Kependidikan DepartemenPendidikan Nasional tahun 2008. Adapunhasil pengamatan atau observasi berdasar-kan kegiatan-kegiatan pada instrumendengan memiliki indikator dalam penilaianpada tabel 1.Kemudian hasil observasi yangtersaji dalam tabel 1 itu dianalisis olehsupervisor. Hasil pada pertemuan pertamamasih terlihat ada kekurangan yangdilakukan guru dalam proses pembelajarandi kelas yang belum menunjuk keberhasilankarena baru mencapai nilai rata-rata 2,91.

3. Tahap Umpan Balik atau RefleksiPada tahap balikan atau refleksi kegiatan ini,

untuk mengatasi kekurangan yang dihadapioleh guru, yang berdasarkan hasil dataobservasi yang telah dianalisis oleh super-visor, maka selanjutkan dilakukan wawan-cara dengan guru-guru yang bersangkutanuntuk mendapatkan sebuah data yangobyektif dengan membandingkan hasilobservasi dengan wawancara dan studidokumentasi. Dari hasil observasi yang telahdianalisis oleh supervisor, wawancaradengan guru yang diteliti dan dokumentasikemudian dikumpulkan, dicatat sehinggamendapatkan kemantapan kebenarannyadata yang valid. Data yang telah dianalisis,memperoleh sebuah data dari kekuranganyang dilakukan oleh guru pada prosespembelajaran yaitu: 1) kurang mengaitkanmateri pengajaran dengan pengetahuan yangrelevan, 2) kurang dalam penguasaan Kelas,3) kurang melibatkan siswa dalam peman-faatan media, 4) melakukan penilai akhirbelum sesuai dengan kompetensi (tujuan)pembelajaran, Belum terlihat pada penyam-paian pesan materi pada proses pembelajar-an dengan gaya yang sesuai dalam menyam-paikan pesan materi tersebut, 5) kurangmemberikan rangkuman akhir, dan tidakada keterlibatkan siswa secara bersama-sama dalam membuat rangkuman dari akhirmateri pembelajaran, dan 6) Guru belumoptimal memanfaatkan hasil penilaianpencapaian pembelajaran untuk melakukanumpan balik kepada siswa belum dilaksana-kan karena kekurangan waktu.

Dari hasil data kekurangan yangdiperoleh, kemudian supervisor dapat melaku-kan beberapa langkah-langkah supervisi klinisdalam mengatasi kekurangan yang dihadapioleh guru pada proses pembelajaran di kelas.Penyelesaian masalah ini dilakukan bersamadengan guru yang bersangkutan. Pengem-bangan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Page 64: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

190 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

1. Mendengarkan. Supervisor mendengarkankesan yang dialami oleh guru pada prosespembelajaran yang dilakukan, termasukmasalah/kekurangan yang dihadapi olehguru berdasarkan hasil yang telah dianalisis.Dari kekurangan tersebut yang diperolehdari hasil yang didengar dari pihak gurutersebut, supervisor memperjelas tentangmasalah yang dihadapi oleh guru, danmelakukan tanya jawab dengan guru untukmendapatkan apa yang diinginkan oleh guru.

2. Mendorong. Dalam proses menyelesaikanmasalah supervisor membuat suasana yangnyaman dengan guru agar guru dalammelakukan perbaikan tidak merasa tertekan.

3. Presentasi. pada bagian ini, supervisormemberikan gambaran mengenai masalahatau kesulitan yang dihadapi guru dalampertemuan pertama beserta memberikansolusi/saran kepada guru untuk menjadi lebihbaik.

4. Pemecahan masalah. Supervisor bersamadengan guru yang bersangkutan melakukanperundingan untuk menyelesaikan masalahyang dihadapi oleh guru. Suasana berundingterjadi dalam suasana yang nyaman.

5. Negosiasi. Pada negosiasi masih samatujuannya dengan pemecah masalah, yaituuntuk menyelesaikan masalah yang dihadapiguru-guru.

6. Demonstrasi. Setelah mencapai kesepakat-an dalam penyelesaian masalah, selanjutnyasupervisor mendemonstrasikan atau mem-berikan contoh untuk memperagakan apayang akan dilakukan guru dalam pertemuanyang kedua, sehingga diharapkan padapertemuan ke dua dapat terjadi perubahanyang lebih baik.

7. Mengarahkan. Masih seperti pada bagiandemonstrasi, hanya saja dalam bagian ini super-visor memberikan kesempatan kepada guruuntuk menanyakan apa saja yang belum jelas.

8. Standarisasi. Jika guru sudah jelas, super-visor memberikan patokan yang perludilakukan guru pada pertemuan kedua.Pemberian patokan diambil dari hasil diskusibersama dengan guru-guru.

9. Penguatan. Supervisor memberikan moti-vasi kepada guru. Agar dalam pertemuanberikutnya guru menjadi lebih bersemangat.

b. Pertemuan Kedua

Pelaksanaan supervisi pada pertemuankedua dilakukan pada tanggal 19-24 Januari2015. Adapun prosedur pelaksanaan supervisiklinis pada tiap tahapan tetap sama seperti yangdilakukan pada pertemuan pertama. Pada tahapperencanaan supervisor, guru senior dan guruyang diteliti tetap melakukan diskusi bersama,yang masih terkait dengan Kompetensi Inti (KI),Kompetensi Dasar (KD), Penyusunan RPP dansilabus bagi guru yang belum paham benar, ataumasih yang belum jelas, sehingga pada tahapini, guru bisa mendapatkan hasil yang optimal/puas. Tahap observasi pada pelaksanaanpembelajaran di kelas tetap sama dilakukanpada pertemuan pertama. Pertemuan kedua inisudah terlihat perbaikan yang terjadi darikekurangan dalam pertemuan pertama.Perbaikan terlihat pada nilai rata-rata yangdiperoleh pada pertemuan kedua yaitu 3,63.Ada beberapa kelemahan yang masih dilakukanguru dalam proses pembelajaran pada per-temuan kedua sebagai berikut, yaitu: 1) Gurumasih kurang melibatkan siswa dalampemanfaatan media, 2) Guru melakukan peni-laian akhir yang sesuai dengan kompetensitujuan, 3) masih kurang tindak lanjut denganmemberikan arahan/tugas sebagai bagianremedi/pengayaan, 4) Guru belum optimal padapenilaian pencapaian pembelajaran untukmelakukan umpan balik kepada siswa karenakurang waktu.

Page 65: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 191

Penguasaan Kompetensi Pedagogik Guru Tersupervisi Klinis dan Guru Tanpa Supervisi | Leinora Juliana Kaipatty dkk.

Untuk mengatasi kekurangan yangterjadi dalam pertemuan kedua, supervisortetap melakukan langkah-langkah yang samaseperti supervisi pada pertemuan pertama.Diharapkan dengan cara yang sama padatahapan umpan balik atau refleksi, guru yangbersangkutan dapat merasa nyaman dalammengatasi kekurangan, bersama dengan super-visor. Sehingga hasil dari supervisi pada per-temuan kedua diharapkan dapat meningkatkankompetensi guru dalam mengajar di SMAKristen YPKPM Ambon, terutama dalam per-temuan yang ketiga.

c. Pertemuan KetigaPelaksanaan supervisi pada pertemuan

ketiga dilakukan pada tanggal 26 – 31 Januari2015. Pertemuan ketiga sudah memperlihatkanpeningkatan yang nyata dalam proses pem-belajaran. Hal ini terlihat hasil rata-rata padapertemuan ketiga yaitu 4,23. Namun masih adakelemahan yang terjadi pada pertemuan ketiga,yaitu menyampaikan materi pembelajarandengan gaya dan melaksanakan tindak lanjutdengan memberikan arahan, atau tugas sebagaibagian remedi/pengayaan. Walaupun dalampenelitian ini pertemuan ketiga merupakanpertemuan terakhir, supervisor tetap melakukansupervisi klinis. Adapun langkah-langkahsupervisi tetap sama dengan langkah-langkahpada pertemuan pertama dan kedua. Diharap-kan pada supervisi pertemuan ketiga ini,masalah-masalah yang terjadi pada prosespembelajaran di kelas khusus dalam penyam-paian materi dengan gaya yang memberikanarahan atau tugas sebagai remedy atau pengayaandapat teratasi.

Adapun hasil rekapitulasi data danpersen (%) peningkatan pada tiap pertemuansupervisi klinis tersaji pada Tabel 1.

Kegiatan Banyak Guru Total Rata-Rata

Pertemuan I 16 78,50 2,91

Pertemuan II 16 97,75 3,63

Pertemuan III 16 114,19 4,23

Tabel 1 Hasil Peningkatan Rata-rata TiapPertemuan Supervisi Klinis

Hasil pada tabel 1 terlihat peningkatanrata-rata pada pertemuan pertama adalah 2,91menjadi 3,63 dengan kenaikan 24,4% dankenaikan juga terlihat pada pertemuan ketigadimana pada pertemuan kedua rata-rata 3,63menjadi 4,23 naik 16,5%. Dari hasil yangdiperoleh pada pelaksanaan supervisi klinisterhadap penguasaan kompetensi mengajarguru, mengalami peningkatan di tiap pertemuandari pertemuan pertama sampai pada per-temuan ketiga.

Berdasarkan hasil penelitian yang telahdilakukan, hasil posttest kelompok eksperimendan kelompok kontrol pada penguasaankompetensi pedagogik yang memiliki nilaitertinggi pada kelompok eksperimen diperoleh10 orang dan nilai sedang 6 orang, denganmemiliki mean (rata-rata) 62,19, dan standardeviasi 7.259 jika dibandingkan denganposttest kelompok kontrol yang memiliki nilaisedang berjumlah 13 orang, nilai rendah 3 orangdengan nilai mean (rata-rata) 53,84 denganstandar deviasi 5.767. Rata-rata (mean)kelompok eksperimen lebih besar. dibanding-kan dengan kelompok kontrol dengan selisihpada mean yaitu 8,25.

Berdasarkan Uji beda Paired Sample

T (Test) diperoleh hasil t hitung sebesar 4,184dengan Sig.2-tailed 0,001<0,05. Maka mem-buktikan hasil hipotesis yang diajukan dalampenelitian ini berbunyi jika koefisien signifikansi< 0,05 maka H1 yang berbunyi ada perbedaanyang signifikan penguasaan kompetensipedagogik (kompetensi mengajar) antara guruyang tersupervisi klinis dengan guru tanpasupervisi diterima. Sehingga hasil uji bedat antara

Page 66: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

192 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

guru yang tersupervisi klinis dengan tanpasupervisi menghasilkan koefisien signifikansi0,001<0,05 menyimpulkan H1 diterima Hoditolak. Terlihat pada tabel 2.

Sedangkan hasil dari pengaruhpelaksanaan supervisi klinis terhadappenguasaan kompetensi pedagogik mengguna-kan regresi linear memperoleh nilai koefisien

Tabel 2 Hasil Uji Beda Postest Penguasaan Kompetensi Pedagogik antara Guru yangTersupervisi Klinis dengan Guru Tanpa Supervisi

Paired Samples Test

regresi 0,224, dengan nilai F sebesar 10,086dengan signifikansi 0,007<0,05 dan mem-berikan sumbangan sebesar 41,9% terhadappenguasaan kompetensi pedagogik yangditunjukkan oleh nilai R

SguareSebesar 0,419,

dengan penyimpangan estimasi yang mungkinterjadi sebesar 5.729. Terlihat pada tabel 3.

Tabel 3 Hasil Pengaruh Supervisi Klinis TerhadapKompetensi Pedagogik

a. Predictors: (Constant), SupervisiKlinisb. Dependent Variable: Kompetensi Pedagogik

ANOVAb

Model Squares D f Mean Square F Sig.

Regression 331.000 1 331.000 10.086 .007 a

Residual 459.438 14 32.817Total 790.438 15

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .647 a .419 .377 5.729

a. Predictors: (Constant), Supervisi Klinis

Kompetensi Pedagogik

Model

UnstandardizedCoefficients

StandardizedCoefficients

T Sig.

BStd.

ErrorBeta

1 (Constant) .448 19.493 .023 .982

SupervisiKlinis .224 .071 .647 3.176 .007

a. Dependent Variable:

Paired Differences

T DfSig. (2-tailed)Mean

Std.Deviation

Std.ErrorMean

Pair 1 Postest Eksperiment – PostestKontrol

8.250 7.887 1.972 4.047 12.453 4.184 15 .001

95%Confidence

Interval of theDifference

Lower Upper

Coefficientsa

Page 67: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 193

Penguasaan Kompetensi Pedagogik Guru Tersupervisi Klinis dan Guru Tanpa Supervisi | Leinora Juliana Kaipatty dkk.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menemukan adaperbedaan penguasaan kompetensi pedagogikantara guru yang tersupervisi klinis dengan gurutanpa supervisi, dengan diketahui hasil posttestrata-rata penguasaan kompetensi pedagogikpada kelompok eksperimen lebih tinggidibandingkan dengan rata-rata kelompok kontrolyaitu untuk kelompok eksperimen sebesar62,19 dan kelompok kontrol sebesar 53,94dengan selisih mean (rata-rata) sebesar 8,25dengan signifikansi 0,001<0,05, sehinggamembuktikan ada perbedaan penguasaan kom-petensi pedagogik guru tersupervisi klinisdengan tanpa supervisi. Adanya perbedaan inidipengaruhi oleh supervisi klinis yang dijalankansehingga terbukti dapat membantu guru untukmemperbaiki setiap kekurangan yang ada padapenguasaan kompetensi pedagogik (kompe-tensi mengajar guru di kelas). Hasil dari penga-ruh supervisi klinis terhadap penguasaankompetensi pedagogik dengan nilai F sebesar10,086 dengan signifikan sebesar 0,007<0,05.Membuktikan bahwa supervisi klinis mem-berikan pengaruh yang positif signifikan bagikompetensi pedagogik guru sebesar 41,9% halini menunjukkan bahwa besarnya pengaruhyang dapat diberikan supervisi klinis terhadappenguasaan kompetensi pedagogik guru adalahsebesar 41,9% sedangkan sisanya yang 58,1%dipengaruhi oleh variabel lain. Sehingga dapatmenyimpulkan bahwa supervisi klinis dilakukanterbukti dapat memberikan peningkatan bagipenguasaan kompetensi pedagogik padakelompok eksperimen yaitu SMA KristenYPKPM Ambon. Tujuan supervisi menurutAchelson dan Gall (2003) yaitu: (1) menyedia-kan umpan balik yang obyektif terhadap gurumengenai pengajaran yang dilaksanakannya, (2)mendiagnosis dan membantu memecahkanmasalah-masalah pengajaran, (3) membantu

guru mengembangkan keterampilannya danmengembangkan model atau strategi dalampembelajaran, (4) membantu guru mengem-bangkan satu sikap positif terhadap pengem-bangan professional yang berkesinambungan.

Berbeda dengan pembelajaran tanpasupervisi klinis yang dilakukan dalam kelompokkontrol, karena peran supervisor tidak adadalam proses pembelajaran sehingga gurudalam kelompok kontrol di SMA Kartika XIII-IAmbon melakukan pembelajaran sendiri tanpabantuan supervisor. Pembelajaran berlangsungseperti biasa yang dilakukan guru-guru SMAKartika XIII-I Ambon sehari-hari. Pada hasilakhir penelitian tidak terjadi peningkatanpenguasaan kompetensi pedagogik karenakekurangan-kekurangan yang terjadi dalampelaksanaan pembelajaran tidak mendapatperbaikan langsung.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasilpenelitian yang dilakukan oleh Fitriana (2008)dengan judul “Upaya Peningkatan Kompetensipedagogik guru PAI Kelas VII SMPN 1Comal”. Selain itu penelitian ini juga sejalandengan Korma (2012) dengan judul “Pen-dekatan Supervisi Klinis terhadap WawasanKompetensi Pedagogik dan Kualitas Pengelo-laan Pembelajaran Para Guru di Gugus IV SDKecamatan Denpasar Selatan“ yang menyim-pulkan bahwa pendekatan supervisi klinis mem-punyai pengaruh yang signifikan terhadapwawasan kompetensi pedagogik dan pengelo-laan pembelajaran guru sehingga dapat mening-katkan kompetensi guru.

Hasil penelitian ini bertolak belakangdengan hasil penelitian yang dilakukan oleh ChuiMi (2012) dan Hernadi (2010) yang membukti-kan bahwa supervisi tidak effektif dan tidakmeningkatkan kualitas guru dalam proses pem-belajaran (kompetensi pedagogik) guru. Hal inidi karenakan pada penelitian Chui Mi (2012)dan Hernadi (2010), pelaksanaan supervisi

Page 68: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

194 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

klinis tidak diterapkan atau dilaksanakan secarabaik. Chui Mi (2012) dalam hasil penelitiannyamenyatakan bahwa supervisi klinis hanyadilaksanakan pada pemeriksaan administrasipembelajaran guru berupa RPP dan Silabus.Sehingga, guru beranggapan bahwa merekamampu melaksanakan pembelajaran di kelasdengan baik. Maka dari hasil penelitiannyabahwa supervisi klinis tidak effektif dilaksanakandalam meningkatkan penguasaan kompetensipedagogik guru.

Sedangkan hasil penelitian Hernadi(2010) bahwa pelaksanaan supervisi klinis,guru-guru tidak dilibatkan pada tahap peren-canaan pelaksanaan supervisi klinis sehinggamembuat guru tidak dapat memahami manfaatdari supervisi klinis tersebut, kemudian padatahap umpan balik/pembinaan lanjutan tidakdilakukan oleh supervisor dalam memperbaikikekurangan-kekurangan guru pada pelaksana-an pembelajaran sehingga membuat hasil darisupervisi klinis tidak meningkatkan kompetensipedagogik.

Sesuai yang diajukan pada penelitianini bahwa terdapat perbedaan yang signifikanantara guru yang tersupervisi dengan guru tanpasupervisi sehingga pelaksanaan supervisi klinisyang dilaksanakan memberikan pengaruhdalam peningkatan penguasaan kompetensipedagogik (kompetensi mengajar) guru.

SIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan penelitian ini dirumuskan sebagaiberikut:1. Ada perbedaan penguasaan kompetensi

pedagogik antara guru yang tersupervisiklinis di SMA Kristen YPKPM Ambondengan tanpa supervisi di SMA KartikaXIII-I Ambon. Artinya bahwa supervisiklinis yang dilakukan dapat meningkatkanpenguasaan kompetensi pedagogik guru.

2. Besar pengaruh pelaksanaan supervisi klinisterhadap penguasaan kompetensi pedagogikguru sebesar 41,9%, sedangkan sisanya58,1% yang dipengaruhi oleh faktor/variabellain. Artinya semakin tinggi skor supervisiklinis maka semakin tinggi pula skorkompetensi pedagogik demikian pulasebaliknya

Berdasarkan simpulan penelitian yangtelah dipaparkan, maka dapat diajukan bebe-rapa saran. Kepala Sekolah dapat meningkat-kan penguasaan kompetensi pedagogik guruyang masih rendah, maka perlu dengan me-nyelenggarakan dan meningkatkan supervisiklinis di sekolah yang dipimpinnya. Pengawas,untuk meningkatkan penguasaan kompetensipedagogik guru di Kota Ambon yang masihrendah, maka pengawas diharapkan mengawasidan meningkatkan pengawasan ke seluruh satuanpendidikan termasuk satuan pendidikan SMAdengan cara memberikan supervisi klinislangsung kepada guru-guru dalam peningkatanpenguasaan kompetensi pedagogik. Untukpenyempurnaan penelitian disarankan kepadapenelitian lanjutan untuk mengadakan penelitiandengan mengkaji lebih dalam pada setiap tahappelaksanaan supervisi klinis yaitu pada tahapperencanaan, pelaksanaan dan umpan balikuntuk mengetahui seberapa besar pengaruh daritiap-tiap tahap supervisi tersebut, sehinggadalam penelitian lanjutan ini peneliti dapatmemakai (multiple regresion).

DAFTAR PUSTAKA

Achelson, K. dan Gall, M. 1992. TechniquesIn The Clinical Supervision of Teachers(Preservice and Inservice Application).New York: Longman.

———2003. Using Clinical Supervision inTeacher Evaluation. In ClinicalSupervision and Teacher Development

Page 69: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 195

Penguasaan Kompetensi Pedagogik Guru Tersupervisi Klinis dan Guru Tanpa Supervisi | Leinora Juliana Kaipatty dkk.

Preservice and Inservice Applications.New York: Wiley.

Chui Mi. 2012. Pelaksanaan Supervisi Klinisdalam Mengelola Pembelajaran diSMA Negeri 2 Sambas. Jurnal Visi IlmuPendidikan, Vol.7 No.1. diakses. 20/04/2014.

Depdiknas. 2007. Permendiknas No.16 tahun2007 tentang Standar KualifikasiAkademik dan Kompetensi Guru.

Fitriana. 2008. Upaya Peningkatan Kompe-tensi Pedagogik Guru PAI Kelas VIISMPN 1 Comal. Semarang. Skripsi.Institut Agama Islam Negeri WalisongoSemarang.

Hernadi Dedi. 2010. Effektivitas Supervisiterhadap Kualitas Pengajaran danPembelajaran Bahasa Inggris (StudiKualitatif di SMP Negeri 3 Bayat).Tesis. Surakarta. Univeristas SebelasMaret.

Korma. 2012. Pengaruh ImplementasiPendekatan Supervisi Klinis TerhadapWawasan Kompetensi Pedagogik danKualitas Pengelolaan PembelajaranPara Guru di Gugus IV SD KecamatanDenpasar Selatan. Jurnal Vol 2. No.2Universitas Pendidikan Ganesha.

Slameto. 2013. Implementasi Eksplorasi,Elaborasi, dan Konfirmasi dalamPembelajaran Guna MeningkatkanKompetensi Pedagogik Guru SD.Salatiga: Tisara Grafika.

Sugiyono. 2006. Metode PenelitianPendidikan. Bandung: CV. Alfabeta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor14 Tahun 2005. Tentang Guru danDosen.

Wasserman, S., and Eggert, W. 1981. Profileof Teaching Competency. BritishColombia. Cebter for The Study ofCurriculum and Instruction.

Wijaya, Daya N. 2011. Peningkatan Kemam-puan Guru dalam Menyusun RPPMelalui Supervisi Klinis & Implikasiterhadap Pembelajaran IPS di SMPN2 Wlingi Kabupaten Blitar. Malang:Jurnal Vol 7 No.2. Universitas NegeriMalang.

Page 70: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 195

Efektifitas Penerapan Project Based Learning Berbantuan Web 2.0 Tools dan Deming Cycle | Nohel Yemima

KelolaJurnal Manajemen PendidikanMagister Manajemen PendidikanFKIP Universitas Kristen Satya [email protected]

ISSN 2443-0544Volume: 2, No.2, Juli-Desember 2015

Halaman: 196-202

EFEKTIFITAS PENERAPAN PROJECT BASED LEARNINGBERBANTUAN WEB 2.0 TOOLS DAN DEMING CYCLE PADA

MATAKULIAH PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

Nohel [email protected]

Alumni Program Pascasarjana Magister Manajemen PendidikanFKIP-Universitas Kristen Satya Wacana

ABSTRACT

This is a Quasi Experimental research which aimed to know the effectiveness ofimplementing Project Based Learning (PBL) with assistance of Web 2.0 tools andDeming Cycle towards the learning achievement in Mathematics Problem SovingCourse of undergraduate students in Primary School Teacher Education Program inSatya Wacana Christian Univerisity (PGSD, UKSW). This research included 52students which were devided into two classes consist of 26 students. In the experimentalgroup, the treatment were given by implementing a PBL with Web 2.0 tools and DemingCycle whereas in control group, PBL was implemented but without the use of Web 2.0tools and Deming Cycle. The T-Test anylisis showed that the experimental group hadthe significant increasing of learning achievement compare to the control group. Asthe result, in the third term of 2013/2014 accademic year, it is effective to improvestudents learning achievement in Mathematics Problem Solving Course byimplementing PBL with the assistance of Web 2.0 tools and Deming Cylce.

Keywords: Deming cycle, Mathematics, PBL, Primary School, Web 2.0 tools.

PENDAHULUAN

Dalam upaya peningkatan kualitaspendidikan tentu tidak terlepas dari faktor-faktor utama yang mempengaruhinya salah satudiantaranya adalah manajemen. MenurutArikunto & Yuliana (2012:3) definisi darimanajemen adalah “rangkaian segala kegiatanyang menunjuk kepada usaha kerjasama antaradua orang atau lebih untuk mencapai salah satutujuan yang telah ditetapkan” Berdasarkan

definisi tersebut, kerjasama yang efisien danefektif antara seluruh stakeholder pendidikanseperti pendidik, perserta didik, orang tua,penyedia sarana dan prasarana, pimpinanyayasan dan pihak-pihak penentu kebijakandari suatu insistusi pendidikan menjadi sangatpenting.

Lingkup manajemen yang terkecilnamun terpenting dari sebuah pendidikan formaladalah di dalam kelas. Seperti yang dijelaskan

Page 71: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

196 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

oleh Arikunto & Yuliana (2012:5) bahwamanajemen kelas merupakan “suatu kegiatanterkecil dalam usaha pendidikan yang justrumerupakan “dapur inti” dari seluruh jenismanajemen pendidikan”. Oleh karena itu,peningkatan kualitas pendidikan harus dimulaidari peningkatan kualitas pembelajaran. Didalam pembelajaran tentunya peran manajemenmenjadi sangat penting untuk meningkatkanefisiensi dan efektifitas pembelajaran yang padaakhirnya bermuara pada peningkatan mutupendidikan secara kongkrit, efektifitas danefisiensi kerjasama antara guru dengan siswadan antar siswa dengan siswa menjadi penentudalam keberhasilan sebuah pembelajaran.

Untuk meningkatkan kualitas pem-belajaran dibutuhkan sarana pendidikan yangmenunjang dengan manajemen yang efektif danefisien. Oleh karena itu, peran dari manajemensarana pendidikan sangatlah penting. Arikuntodan Yuliana (2012:187) menjelaskan bahwa

“sarana pendidikan adalah semua fasilitasyang diperlukan dalam proses belajarmengajar baik yang bergerak maupun tidakbergerak agar pencapaian tujuan pendidik-an dapat berjalan dengan lancar, teratur,

efektif, dan efisien”

Dari penjelasan tersebut, media pembe-lajaran berupa media audio, visual dan mediaaudio visual merupakan sarana manjemen yangtidak bergerak yang penting untuk peningkatankualitas pembelajaran jika digunakan dengantepat. Selain itu, peran multimedia sepertisoftware pembelajaran ataupun LearningManagement System (LMS) seperti Moodle,Blackboard, Joomla dan lain-lain sebagainyajuga merupakan sarana peranti lunak yangdapat digunakan untuk meningkatkan efisiensidan efektifitas pembelajaran di kelas. Beberapapenelitian telah menunjukan bahwa penggunaanLMS dengan manajemen yang baik dapatmeningkatkan kualitas pembelajaran. Ndlovu

& Mostert (2014) dalam penelitiannya tentangpotensi Moodle dengan blended learning

management system bagi guru matematika diAfrika Selatan membuktikan bahwa interaksiantara dosen dan siswa meningkat ketikamenggunakanMoodle sehingga dapat dikatakanbahwa penggunaan LMS dapat meningkatkanefisiensi dan keaktifan dalam pembelajaran.Namun demikian pernyataan Noam Chomskyyang dikutip oleh George Veletsianos (2014)terkait peran teknologi dalam dunia pendidikanadalah sebagai berikut.

“As far as technology itself andeducation is concerned, technology isbasically neutral. It’s like a hammer. Thehammer doesn’t care whether you use itto build a house or whether on torture,using it to crush somebody’s skull, thehammer can do either.”

Pernyataan Chomsky ini menunjukanbahwa berhasil atau tidaknya penggunaanteknologi sangat tergantung pada penggunanya.Oleh karena itu, jika LMS digunakan dalampembelajaran maka selain aspek familiarityterhadap teknologi, aspek manajemen peng-gunaan teknologi juga menjadi sangat pentinguntuk keberhasilan sebuah pembelajaran.

Faktor utama berikutnya selain faktormanajemen, faktor pendidik memiliki perananyang sangat penting juga dalam dunia pen-didikan. Keberhasilan sebuah Negara dalamdunia pendidikan tidak bergantung pada systemyang kuat tetapi kualitas pendidik yang pro-fessional. McKinsey mengatakan bahwa“kualitas sistem pendidikan tidak dapat melebihikualitas guru” (Barber & Mourshed, 2007.p.13). Selanjutnya dijelaskan bahwa keyakinanbahwa perubahan organisasi bisa memicuprestasi yang lebih baik merupakan hal yangnaif. Dengan demikian tentunya peran gurudalam menghasilkan siswa yang berprestasisangatlah besar.

Page 72: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 197

Efektifitas Penerapan Project Based Learning Berbantuan Web 2.0 Tools dan Deming Cycle | Nohel Yemima

Program Pendidikan Guru SekolahDasar (PGSD) merupakan program yangbertujuan untuk mencetak guru-guru yangmampu mengajar siswa sekolah dasar. Tentunyaakan sangat disesalkan apabila lulusan PGSDtidak mampu mengajar siswa sekolah dasardengan baik. Untuk menghasilkan lulusan yangprofessional, tentunya sangat bergantung jugadari kualitas dosen yang mengajar dan mem-bimbing calon guru.

Salah satu matakuliah wajib yang harusdiikuti para siswa PGSD adalah matakuliahPemecahan Masalah Matematika. Dalampelaksanaan pembelajaran pada umumnyadosen mempraktekan pembelajaran berbasisproyek dengan cara membagi siswa dalam 3-4 orang per kelompok kemudian merekadiminta untuk mencari informasi dari berbagaisumber tentang bagaimana memecahkan soal-soal permasalahan matematika. Namun ber-dasarkan pengalaman peneliti dalam mengajarmatakuliah ini, penerapan pembelajaran mate-matika berbasis proyek ini belum dikatakanberhasil sepenuhnya karena dalam melakukanpresentasi, mereka hanya menjawab soal-soalpemecahan masalah matematika denganperhitungan matematis tanpa menggunakanmedia pembelajaran berupa animasi dalamkomputer yang mempermudah pemahamanpenyelesaian permasalahan matematika,sehingga ada siswa yang tidak bisa mengertihasil yang teman mereka presentasikan.

Dari permasalahan ini, setelah melaku-kan refleksi terhadap pembelajaran yang telahdilakukan pada semester sebelumnya, penelitimenemukan bahwa kelemahan penerapanpembelajaran berbasis proyek adalah kurangnyaperencanaan yang matang dan tentunya hal initerkait dengan manajemen pembelajaran yangtidak tertata dengan benar. Tentunya teori W.Edwards Deming tentang PDCA - Plan(merencanakan), Do (melaksanakan), Check

(menganalisa), dan Act (memperbaikipelaksanaan) sangat perlu untuk dilakukandalam pelaksanaan pembelajaran berbasisproyek di kelas.

Penerapan Project Based Learning(PBL) dengan manajemen yang baik tentudapat meningkatkan hasil belajar siswa. Namunbagaimana bila penerapan PBL yang terencanadi kelas dibantu dengan aplikasi Web 2.0 dansiklus manajemen Deming? Apakah hasilnyaakan lebih baik ataukah sama saja denganpenerapan PBL pada umumnya. Membanding-kan efektifitas kedua model penerapan PBLinilah yang menjadi fokus penelitian ini.Penerapan PBL dengan Web 2.0 selain terkaiterat dengan manajemen tetapi juga terkaitdengan penggunaan teknologi komputer daninternet yang pada umumnya sudah tidak lagiasing bagi para siswa di abad dua puluh satuini. Oleh karena itu, penting sekali bagi dosenuntuk mengembangkan kreativitas dan kemam-puan kolaborasi siswa dengan memberikankesempatan kepada siswa untuk bekerjasamamenyajikan hasil proyek mereka denganmenggunakan alat kolaborasi Web 2.0.Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan olehElam & Nesbit (2012) terhadap 22 siswaKorea Selatan jurusan pariwisata membuktikanbahwa penerapan PBL dengan bantuan alatkolaborasi Web 2.0 berhasil meningkatkanmotivasi dan kemampuan kolaborasisiswa.Web 2.0 menurut Dictionary.com (2014)adalah sebagai berikut.

“a second generation in the developmentof the World Wide Web, conceived as acombination of concepts, trends, andtechnologies that focus on user colla-boration, sharing of user-generated

content, and social networking.”

Dalam hal ini aplikasi perangkat lunakyang menunjang terjadinya kolaborasi antarpengguna merupakan bagian dari Web 2.0.

Page 73: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

198 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

Beberapa contoh Web 2.0 adalah facebook,twitter, skype, learning management system

(LMS) seperti Moodle, Blackboard, Joomla,Schoology, dan lain sebagainya.

Oleh karena itu, dalam penelitian inipeneliti mencoba membandingkan efektifitaspenerapan PBL yang selama ini dilaksanakandengan PBL berbantuan Web 2.0 dengan siklusmanajemen Deming. Dengan demikian judulpenelitian eksperimen ini adalah “EfektifitasPenerapan Project Based Learning berbantuanWeb 2.0 tools dan Mangement cycle Demingpada Matakuliah Pemecahan MasalahMatematika bagi siswa PGSD UKSW.

Berdasarkan latar belakang masalahmaka dapat dirumuskan masalah dalampenelitiam yaitu: Apakah ada perbedaanefektifitas antara penerapan Project BasedLearning (PBL) berbantuan Web 2.0 tools danDeming cycle dengan PBL tanpa berbantuanWeb 2.0 dan tanpa bantuan Deming Cycleterhadap prestasi belajar siswa PGSD UKSWdalam matakuliah Pemecahan MasalahMatematika SD?

Adapun tujuan dari penelitian ini adalahuntuk mengetahui seberapa besar efektifitaspenerapan Project Based Learning berbantuanWeb 2.0 tools dan Deming Cycle (PDCA)

terhadap hasil belajar Matematika padamatakuliah Pemecahan Masalah Matematikamahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar,Universitas Kristen Satya Wacana semesterantara tahun 2013-2014.

METODE PENELITIAN

Jenis dan Lokasi Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalampenelitian ini adalah quasi eksperimen dimanaakan terdapat dua kelompok yang diteliti yaitukelompok kontrol dan kelompok eksperimen.Dalam penelitian ini dilakukan pretest dan

posttest pada kedua kelompok tersebut. Quasieksperimen atau eksperimen semu dipilihkarena peneliti sulit mendapatkan kelompokkontrol selain itu dalam penentuan kelompokeksperimen dan kontrol tidak dilakukan secararandom.

Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ProgramStudi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, UniversitasKristen Satya Wacana.Dilaksanakan mulai bulanMei 2014 hingga Agustus 2014. Subjek dalampenelitian ini adalah siswa PGSD angkatan2011 sebanyak dua kelas dengan jumlah siswasebanyak 52 siswa yang mana 26 siswa akandijadikan sebagai kelompok eksperimen dan26 siswa sebagai kelompok kontrol.

Variabel Penelitian

a. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah variabel yang mem-pengaruhi variabel terikat (Priyatno 2010:3).Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalahpenggunaan Project Based Learning berbantuanWeb 2.0 tools dan Deming Cycle

b. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah variabel yang nilainyadipengaruhi oleh variabel lain (Priyatno 2010:3).Dalam penelitian ini yang menjadi variableterikat adalah hasil belajar siswa padamatakuliah Pemecahan Masalah Matematika.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalampenelitian eksperimen untuk mengetahuiefektifitas pada kelas eksperimen setelah meng-gunakan PBL berbantuan Web 2.0 tools danDeming Cycle adalah melalui observasi dantes. Dalam penelitian ini digunakan dua kelasdengan mata kuliah yang sama. Salah satu kelasmenjadi kelompok kontrol dengan Project

Page 74: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 199

Efektifitas Penerapan Project Based Learning Berbantuan Web 2.0 Tools dan Deming Cycle | Nohel Yemima

Based Learning, sedangkan kelas lainnyamenjadi kelompok eksperimen dengan ProjectBased Learning berbantuan Web2.0 tools danDeming Cycle pada matakuliah PemecahanMasalah Matematika.

Sebelum dilakukan penelitian, dibuatrancangan rencana pelaksanaan pembelajaran(RPP) untuk kelas kontrol maupun kelaseksperimen. Kemudian peneliti akan membuatserangkaian soal untuk Pre Test dan Post Test.Pada tahap awal, kedua kelas diberikan Pretest untuk mengukur kemampuan awal siswasebelum diberikan perlakuan. Setelah itu keduakelas diberikan perlakuan yang berbeda. Kelaskontrol hanya diberikan Project Based Learningsedangkan untuk kelas eksperimen diberikanProject Based Learning berbantuan Web 2.0tools dan Deming Cycle. Pada tahap akhir,siswa diberikan Post-test untuk mengevaluasihasil belajar tentang materi yang telah dipelajari,setelah itu dibandingkan hasil antara Post Testkelas kontrol dan Post Test kelas Eksperimen.Berikut ini adalah model penelitian

Group Pretest Treatment Posttest

Kelas Eksperimen T1 XE T2

Kelas Kontrol T3 XK T4

Tabel 1 Model Penelitian

Keterangan:

T1 = T

3 = Pre Test yang diberikan sebelum proses

pembelajaran diberikanT

2 = T

4 = Post Test yang diberikan setelah proses

pembelajaranX

E= Perlakuan terhadap kelompok eksperimen

yang berupa Project Based learningberbantuan Web 2.0 tools dan Deming Cycleterhadap matakuliah Pemecahan MasalahMatematika

XK

= Perlakuan terhadap kelompok kontrol yangberupa Project Based Learning terhadap matakuliah Pemecahan Masalah Matematika

Instrumen Pengumpulan Data

1. Soal pre-test dan post-test2. Artifak pekerjaan mahasiswa

Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas adalah pengujian yangdilakukan untuk mengetahui seberapa cermatsuatu instrumen dalam mengukur apa yang ingindiukur (Priyatno 2010:14). Menurut Sugiyono(2010:455) bahwa N=40 (N= jumlah siswadalam kelas uji validitas), maka bataskoefisiennya adalah > 0,304. Validitas dihitungmenggunakan SPSS 20 for Windows.

Uji reliabilitas yaitu untuk mengujikonsistensi alat ukur, apakah hasilnya tetapkonsisten jika pengukuran diulang (Priyatno2010:14). Reliabilitas instrumen dimaksudkanuntuk mengetahui tingkat keajegan instrumendari variabel yang hendak diukur. Batasan untukmenentukan tingkat reliabilitas instrumendigunakan pedoman menurut Sekaran (Priyatno2010:32) yaitu kurang dari 0,6 adalah kurangbaik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan di atas0,8 adalah baik.Uji reliabilitas dihitung denganmenggunakan SPSS 17 for Windows.

Instrumen Skor Non Diskrit

Instrumen skor non diskrit merupakaninstrumen pengukuran yang bersifat gradualyaitu ada penjenjangan skor dimulai dari yangtertinggi sampai dengan yang terendah.Instrumen skor non diskrit digunakan untuk testyang berbentuk uraian. Interval skor yangdigunakan adalah 1 (satu) sampai 10 (sepuluh).Pada instrumen skor non diskrit analisis relia-bilitasnya menggunakan rumus Alpha(Widoyoko, 2012).

Berikut ini adalah rumus Alpha,

2

211

b

t

kr

k

, dimana

2

2 1

2 1

n

ini

ii

b

X

xN

N

Keteranganr = reliabilitas instrumen k = banyaknya soal

2b = jumlah varians

2t = varian total

X = skor total

Page 75: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

200 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

Setelah dilakukan penghitungan ber-dasarkan rumus alpha, instrumen dikatakanreliabel apabila nilai koefisien Alpha lebih besardari harga kritik atau standar reliabilitas. Hargakritik untuk indeks reliabilitas intrumen adalah0,7. Artinya apabila nilai koefisien Alpha lebihbesar dari 0,7 maka instrumen tersebut reliabeldan sebaliknya bila nilai koefisien Alpha lebihrendah dari 0,7 maka instrumen tersebut tidakreliabel (Widoyoko, 2012).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dari segi penggunaan media, padakelompok eksperimen hasil produknya lebihmenarik dan bervariasi karena mereka tidakhanya menggunakan animasi dalam Ms. PowerPoint saja tetapi juga menggunakan mediapembelajaran berbasis web 2.0 sebagai contohprezi, screen-o-matic, schoology, weebly, atau-pun animasi flash,dan sebagainya. Sedangkanuntuk interaksi mahasiswa dengan dosen, padakelas eksperimen lebih intens bila dibandingkandengan kelas kontrol dimana semua siswa bisalangsung memberikan input terhadap per-kembangan produk yang dikerjakan olehsebuah kelompok. Dalam hal ini peran Web2.0 membuka peluang terjadinya kolaborasiantar kelompok secara real time untuk meng-hasilkan produk yang terbaik yang diharapkan.Mahasiswa cenderung lebih aktif dalam me-nanggapi dan memberikan masukan bagikelompok yang lain sehingga mahasiswa bisamempelajari semua materi berdasarkanpresentasi, revisi, dan konsultasi yang diberikanoleh dosen maupun mahasiswa. Berdasarkanhasil analisa data, penerapan PDSA berbantuanWeb 2.0 yang diterapkan di kelas eksperimendibandingkan dengan kelas kontrol memilikiperbedaan yang signifikan. Jika dilihat dariselisih gain maka kelompok eksperimen lebihtinggi hasilnya dengan perbedaannya sebesar

15.7692 bila dibandingkan dengan kelompokkontrol.

Pada kelompok kontrol produk yangdihasilkan kurang begitu bervariasi karenahanya menggunakan Power Point saja. Sedang-kan untuk interaksi mahasiswa dengan dosen,pada kelas kontrol tidak begitu intens karenakonsultasi dilakukan hanya sekali saja di kelassaat presentasi dan lewat feedback yangdituliskan pada tugas yang dikumpulkan dalambentuk hardcopy. Keterbatasan komunikasimenyebabkan masing-masing kelompok dikelas kontrol cenderung berfokus pada materiyang dipelajarinya saja sedangkan pekerjaanteman yang lain cenderung diabaikan.Kemudian jika dilihat dari segi waktu setidaknyadibutuhkan satu minggu bagi satu kelompokuntuk menerima masukan dari dosen dan hanyabeberapa teman saja yang aktif memberikanfeedback bagi kelompok tersebut.Selain itu,kelas kontrol dalam proses revisi memerlukanwaktu yang lama, serta tidak semua siswalangsung bisa melihat hasil masukan temannyadikarenakan revisi dilakukan secara manual(print out tugas).Oleh karena itu proses inidirasakan kurang efisien. Namun, walaupuntidak signifikan, hasil dari penerapan PBL dikelas kontrol menunjukan adanya peningkatanskor dari rata-rata 48.08 menjadi 67.31 denganselisih sebesar 19.23. Hal ini menunjukanadanya dampak dari penerapan PBL terhadappeningkatan hasil belajar.

Berdasarkan penjelasan di atas dapatkita simpulkan bahwa pelakasanan Project

Based Learning (PBL) berbantuan Web 2.0dan Deming Cycle pada kelompok eksperimendapat memberikan hasil yang signifikanterhadap peningkatan hasil belajar mahasiswapada mata kuliah pemecahan masalah mate-matika. Hal ini disebabkan oleh lima faktorutama. Pertama, dari segi partisipasi mahasiswa,

Page 76: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 201

Efektifitas Penerapan Project Based Learning Berbantuan Web 2.0 Tools dan Deming Cycle | Nohel Yemima

mereka cenderung aktif memberikan komentarterhadap pekerjaan teman mereka melaluiSchoology. Selain itu juga dosen memberikanfeedback terhadap pekerjaan mahasiswa.Perbaikan yang dilakukan membuat produkyang dihasilkan semakin lebih baik. Kedua, darisegi waktu, mahasiswa dan dosen dapat salingberkomunikasi kapan saja diluar pertemuan dikelas. Oleh karena tidak adanya batasan waktudan ruang, memungkinkan mahasiswa untukaktif berdiskusi online diluar tatap muka. Ketiga,dengan terlaksananya siklus PDSA mahasiswamemiliki kebiasaan untuk memperbaikiproduknya secara terus menerus lewat komen-tar dan masukan dari dosen maupun temanmereka. Proses perencanaan, pelaksanaan,analisa, dan tindakan dapat dimonitor dandidokumentasikan oleh dosen lewat LMSsehingga proses PDSA dapat berjalan denganbaik. Keempat, dengan menganalisa danmemberikan komentar terhadap pekerjaankelompok lain. Dengan demikian setiapmahasiswa secara tidak langsung mempelajaridan menganalisa pekerjaan mereka sendiri dantemannya. Dengan demikian setiap mahasiswadapat memahami semua materi yang diberikandosen kepada setiap kelompok. Kelima,motivasi mahasiswa meningkat karena adanyarasa kepemilikan mereka akan produk yangdikerjakan. Hal itu terlihat dari meningkatnyaintensitas komunikasi mahasiswa terkait proyekyang dikerjakan. Mahasiswa diberikankebebasan untuk secara kreatif menyajikanproduknya dengan cara yang kreatifmenggunakan Web 2.0.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data danpembahasan, dapat disimpulkan bahwa darisegi efektifitas, terdapat perbedaan yang

signifikan antara hasil belajar mahasiswa padamata kuliah pemecahan masalah matematika dikelompok eksperimen dengan kelompokkontrol. Penerapan PBL berbantuan Web 2.0tools dan Deming Cycle di kelompokeksperimen dapat dinyatakan efektif terhadappeningkatan hasil belajar mahasiswa. Hal inidisebabkan oleh lima faktor utama. Pertama,mahasiswa aktif melakukan diskusi danperbaikan terkait proyek yang dikerjakan.Kedua, akftifitas diskusi tidak dibatasi olehwaktu dan ruang. Ketiga, siklus Deming Cyclemenolong mahasiswa untuk dapat melakukanperbaikan terus menerus terhadap produk yangdihasilkan. Keempat, mahasiswa dapat salingbelajar dari pekerjaan teman dari kelompoklain sehingga setiap mahasiswa dapatmempelajari seluruh materi yang diberikandosen melalui masing-masing kelompok.Kelima, mahasiswa memiliki rasa kepemilikanterhadap proyek yang dikerjakan. Hal inimenyebabkan motivasi mereka meningkatkarena mereka diberikan kebebasan untuksecara kreatif membuat dan mempresentasikanhasil karya mereka menggunakan Web 2.0tools.

Bedasarkan data statistika, ditemukanbahwa terdapat perbedaan yang cukupsignifikan antara rata-rata “Gain” kelompokkontrol dengan “Gain” kelompok eksperimendengan selisih sebesar 15.7692. Setelahdilakukan uji T, nilai T hitung 3.665 memilikisignifikansi sebesar 0.001 kurang dari 0.05maka dapat disimpulkan bahwa kelompokeksperimen menunjukan perubahan yangsignifikan dibandingkan kelompok kontrol.Berdasarkan temuan tersebut maka dapatdisimpulkan bahwa H

1diterima karena

penerapan PBL dengan Web 2.0 dan DemingCycle efektif meningkatkan hasil belajarmahasiswa PGSD, UKSW pada mata kuliahPemecahan Masalah Matematika.

Page 77: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

202 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., & Yuliana, L. 2012. ManajemenPendidikan. Yogyakarta: Aditya MediaYogyakarta.

Barber, M., & Mourshed, M. 2007. How theworld’s best-performing school systemscome out on top. London: McKinsey &Company.

Elam, J. R., & Nesbit, B.2012. The effectivenessof project-based learning utilizing Web 2.0tools in EFL.The Jalt Call Journal 2012,8, 113-127.

George Veletsianos. 2014. January 23. On NoamChomsky and technology’s neutrality.Retrieved September 8, 2014, from http://www.veletsianos.com/2014/01/23/on-noam-chomsky-and-technologys-neutrality/

Ndlovu, I. Mostert. 2014. The Potential OfMoodle In A Blended LearningManagement System: A Case Study Of AnIn-Service Programme For SecondaryMathematics Teachers, EdulearN14Proceedings, pp. 3715-3724.

Priyatno, D. 2010. Teknik Mudah dan CepatMelakukan Analisis Data Penelitiandengan SPSS dan Tanya Jawab UjianPendadaran. Yogyakarta: Gava Media

Web 2.0. (n.d.). Dictionary.com Unabridged.diunduh pada August 02, 2013, dariDictionary.com website: http://dictionary.reference.com/browse/Web 2.0

Widoyoko, S. 2012. Evaluasi ProgramPembelajaran. Yogyakarta: PustakaPelajar.

Page 78: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 203

Evaluasi Hidden Curriculum SMP...|Neni Lestari & Bambang S. Sulasmono

KelolaJurnal Manajemen PendidikanMagister Manajemen PendidikanFKIP Universitas Kristen Satya [email protected]

ISSN 2443-0544Volume: 2, No.2, Juli-Desember 2015

Halaman: 203-213

EVALUASI HIDDEN CURRICULUM

DI SMP NEGERI BOJA, KABUPATEN KENDAL

Neni [email protected]

Alumni Program Pasca Sarjana Manajemen PendidikanFKIP - Universitas Kristen Satya Wacana

Bambang Suteng [email protected]

Program Pasca Sarjana Manajemen PendidikanFKIP - Universitas Kristen Satya Wacana

ABSTRACT

This study aimed to evaluate the implementation and impact of Hidden Curriculum,as well as the determinant factors of success and sustainability in SMPN 2 BojaKendal. This study was an evaluative research using qualitative approach. The datacollected by using observation, interviews, and documentation. Data analyzed bycollecting and selecting to be deduce. Validity used triangulation data that combinedthe result of observation, interviews, and documentation. The results of the studywere: 1) The activities of hidden curriculum development at SMPN 2 Boja Kendal,namely: flag ceremony, school environmental management, establishing and enforcingdiscipline, special religious worship, smiles, greetings and courtesies, exemplary,relationship among students and principal, teachers, and staff, school canteenservices. 2) The impact of the hidden curriculum development was the changing ofschool community’s behavior being better, created clean and beautiful schoolenvironment, the improvement of public trust to the school toward their kids’ education.Development of the hidden curriculum could establish students good character andan optimal achievement as well as a good school culture. 3) Internal supportingfactors including: qualified human resources, the availability of school facilities,school environment was clean and beautiful. External supporting factors occur inthe form of endorsement of the parents, school committees and communities inestablishing good and virtuous character for the students.

Keywords: Program Evaluation, Goal Free Model, Hidden Curriculum

Page 79: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

204 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

PENDAHULUAN

Ketika seorang guru memberikanpelajaran fisika, maka seharusnya guru berpikirbagaimana mata pelajaran fisika dapatmembentuk anak yang memiliki sikap,kecerdasan, dan keterampilan sesuai dengantujuan pendidikan, demikian juga guru matapelajaran lainnya. Sehingga ketika hal itu sudahdapat dilaksanakan oleh semua guru, matapelajaran apapun yang diberikan akan me-ngarah pada tujuan yang sama, yaitu pem-bentukan sikap, kecerdasan, dan keterampilanbagi setiap peserta didik. Tampaknya,pelaksanaan pendidikan kita di sekolah belumsesuai dengan harapan di atas. Para guru masihbekerja sendiri-sendiri sesuai dengan matapelajaran yang diberikan, seakan-akan matapelajaran yang satu terlepas dari mata pelajaranyang lain. Dengan perkataan lain terdapatkeragaman dalam immplementasi kurikulum disekolah-sekolah negeri ini.

Terdapat dua hal yang dapat dipahamidalam pengertian kurikulum, yaitu kurikulumpada aspek program atau rencana, yang padahakikatnya adalah kurikulum ideal (idealcurriculum) dan kurikulum pada aspekpengalaman belajar siswa, yang pada hakikat-nya adalah kurikulum faktual (actual

curriculum) (Wina Sanjaya, 2008: 22).Kurikulum ideal merupakan kurikulum yangmenggambarkan suatu cita-cita dalam bidangpendidikan yang diharapkan dapat dilaksanakandan berfungsi sebagai acuan atau pedoman gurudalam proses pembelajaran. Sedangkan kuri-kulum faktual merupakan kurikulum yang disaji-kan di hadapan kelas atau yang dilaksanakanoleh guru di sekolah, dan merupakan pen-jabaran dari kurikulum resmi ke dalam pe-ngembangan program mengajar, dimanakurikulum faktual secara riil dapat dilaksanakanoleh guru sesuai dengan kondisi yang ada.

Termasuk di dalam kurikulum ini adalahhiddencurriculum, karena hidden curriculum

disajikan dan dialami oleh peserta didik disekolah baik di kelas ataupun di luar kelas.

Istilah hidden curriculum terdiri daridua kata, yaitu hidden dan curriculum. Secaraetimologi, kata “hidden” berasal dari BahasaInggris, yaitu hide yang berarti tersembunyi(terselubung). Sedangkan istilah kurikulumsendiri berarti sejumlah mata pelajaran danpengalaman belajar yang harus dilalui pesertadidik demi menyelesaikan tugas pendidikannya.Dengan demikian, hidden curriculum adalahkurikulum tersembunyi atau kurikulum ter-[selubung dimana kurikulum ini tidak tercantumdalam kurikulum ideal tetapi memiliki andildalam pencapaian tujuan pendidikan. Beragamdefinisi tentang hidden curriculum atau kuri-kulum tersembunyi yang dikemukakan olehpara ahli (dalam Rohinah, 2012: 27), sebagaiberikut: Jhon D. MC. Neil, menyatakan bahwahidden curriculum adalah pengaruh pem-belajaran yang tidak resmi (tidak direncana) halmana bisa melemahkan atau menguatkan dalammereliasasikan tujuan. Sedang Allan A. Glattron,menyatakan bahwa hidden curriculum adalahkurikulum yang tidak menjadi bagian untukdipelajari, yang secara definitif digambarkansebagai berbagai aspek dari sekolah di luarkurikulum yang dipelajari, namun mampumemberikan pengaruh dalam perubahan nilai,persepsi dan perilaku siswa. Di lain pihak, DedeRosyada dikutip sebagai menyatakan hiddencurriculum secara teoritik sangat rasionalmempengaruhi siswa, baik menyangkutlingkungan sekolah, suasana kelas, pola inter-aksi guru dengan siswa dalam kelas, bahkanpada kebijakan serta manajemen pengelolaansekolah secara lebih luas dan perilaku darisemua komponen sekolah dalam hubunganinteraksi vertikal dan horisontal mereka. OemarHamalik, menyatakan hidden curriculum

Page 80: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 205

Evaluasi Hidden Curriculum SMP...|Neni Lestari & Bambang S. Sulasmono

adalah hasil dari desakan sekolah, tugas bacabuku yang memberikan efek yang tak diinginkanbegitu pula kebutuhan untuk mempengaruhiorang lain agar menyetujui sesuatu yangdiharapkan. Melalui interaksi kelas dan testingguru-guru secara sadar dapat mengubah cita-cita pendidikan yang dimintakan. SedangkanH. Dakir, dikutip sebagai menyatakan bahwahidden curriculum adalah kurikulum yangtidak direncanakan, tidak diprogram dan tidakdirancang tetapi mempunyai pengaruh, baiksecara langsung maupun tidak langsungterhadap output dari proses belajar mengajar.Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkanbahwa hidden curriculum adalah segalapengalaman belajar yang di alami para siswa diluar pengalaman belajar yang bersumber darikurikulum formal.

Menurut Rohinah (2012: 3) kurikulumsebagai dokumen dan sebagai konsep yangdisebut kurikulum ideal tidak mempunyaimakna apa-apa jika tidak dilaksanakan olehpendidik dalam proses pengajaran danpembelajaran di dalam atau di luar kelas. Prosespelaksanaan dan penerapan kurikulum menjadisalah satu materi tersendiri disebut sebagaikurikulum tersembunyi. Apa yang dilakukanoleh guru di dalam dan di luar sekolah akanmenjadi pengalaman belajar yang sangat mem-pengaruhi peserta didik. Pengalaman belajarpeserta didik di sekolah dalam pelaksanaankurikulum ideal disebut sebagai kurikulum yangsebenarnya (real curriculum) atau kurikulumfaktual (factual curriculum). Dengan demikiankurikulum tersembunyi (hidden curriculum)adalah segala sesuatu yang terjadi pada saatpelaksanaan kurikulum ideal menjadi kurikulumfaktual. Sebagai contoh segala sesuatu yangterjadi dalam kelas, seperti kebiasaan guru,kepala sekolah, tenaga kependidikan ataubahkan peserta didik itu sendiri.

Mengingat pentingnya manfaat hiddencurriculum bagi perkembangan karakterpeserta didik dalam proses maupun pascapembelajaran, maka hidden curriculum perlumemperoleh pengelolaan yang positif dari pihaksekolah. Dalam hal ini, tentunya mencakupbagaimana hidden curriculum di sekolahmaupun pengendalian dan pengevaluasinyauntuk menghasilkan tindak lanjut yang lebihbaik.

Dalam rangka mewujudkan tujuanpendidikan nasional yang erat kaitannya denganpembentukan karakter peserta didik di SMPNegeri 2 Boja mempunyai visi “Luhur BudiPekerti Unggul dalam Prestasi”. Tujuan yangakan dicapai dalam kurun waktu 5 tahunkedepan antara lain: mengembangkan ling-kungan pendidikan yang kondusif, bersih,indah, nyaman, rindang dan asri denganditunjang pembentukan pendidikan nilai-nilailuhur dengan berlandaskan bertaqwa danakhlak mulia, dan menumbuhkan semangatNasionalisme peserta didik melalui PembinaanNasionalisme yang terintegrasi dengan matapelajaran.

Dari pengamatan awal nampak bebe-rapa hidden curriculum di SMP Negeri 2 Bojaantara lain kegiatan bersalaman di pagi hari, gurumenyambut peserta didik dengan senyum, sapa,salam sekaligus mengecek ketertiban dalamberseragam, kebersihan kuku, tagihan kosakata Bahasa Inggris dipandu peserta didikpilihan, kegiatan sholat dhuhur berjamaah,upacara bendera dan perwalian, senam dankebersihan, pengelolaan kelas, pemasangantulisan dan gambar-gambar yang memotivasidi kelas dan lokasi-lokasi yang strategis.Namun demikian, belum semua warga sekolahmemiliki komitmen yang sama dalam kegiatan-kegiatan tersebut. Berangkat dari permasalahantersebut peneliti mengadakan penelitian dengan

Page 81: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

206 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

judul “Evaluasi Hidden Curriculum di SMPNegeri 2 Boja Kabupaten Kendal”.

Beberapa kajian terdahulu tentanghidden curriculum yang relevan denganpenelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama,penelitian Khairun Nisa’ (2009) yang berjudulHidden Curriculum: Upaya PeningkatanKecerdasan Spiritual Peserta didik. Hasilkajiannya menunjukkan bahwa penerapanhidden curriculumdapat membantu pencapaiantujuan pendidikan nasional yang diinginkan,peserta didik tidak hanya cerdas secara intelek-tual, tetapi juga cerdas secara spiritual. Olehkarena itu, hidden curriculum harus menjadikajian evaluatif dalam proses perbaikan danpengembangan sekolah. Kedua, penelitian SigitWahyono (2010) yang berjudul InovasiHidden Curriculum pada Pesantren Berbasis

Entrepreneurship (Studi Kasus di PondokPesantren Al Isti’anah Plangitan Pati). Hasildari penelitian ini adalah inovasi pendidikanentrepreneurship yang diaplikasikan dalambidang- antara lain: 1) visi seorang kyai ataubahasa sederhananya, impian dan keinginanseorang kyai dalam membentuk tradisi danaktifitas keseharian dalam pondok pesantren,2) pola hubungan yang dibangun antara sesamasantri, antara santri dengan ustadz dan santridengan pengasuh/kyai, 3) peraturan, rutinitassehari-hari dan kebijakan yang ada danditerapkan dalam aktivitas keseharian padaPondok Pesantren Al-Isti’anah. Ketiga,penelitian Wijayanto (2014) dengan judulKepemimpinan kepala sekolah perempuan

dalam mengembangkan hidden curriculum(studi kasus di SD Plus Al-Kautsar Malang).Hasil penelitian sebagai berikut: (1) Hiddencurriculum yang dikembangkan difokuskanpada dua aspek yaitu: (a) kegiatan terprogramyang diwujudkan melalui misi sekolah sertakegiatan ekstrakurikuler dan (b) kegiatan tidak

terprogram yang diwujudkan melalui keteladananguru dan pembiasaan budaya sekolah. (2)Strategi pengembangan hidden curriculumdilakukan melalui: (a) pembiasaan peserta didikuntuk menerapkan budaya 7S (salam, salim,senyum, sapa, santun, sehat dan sabar), (b)pelatihan kepemimpinan peserta didik, (c)penerapan jam motivasi untuk guru, (d)penciptaan lingkungan sekolah yang kondusif.(3) karakteristik kepala sekolah perempuandalam mengembangkan hidden curriculummengacu pada dua aspek yaitu: (a) berkaitandengan karakter kepala sekolah yang feminissebagai seorang perempuan yang dapat dilihatpada integritas kepala sekolah, gaya kepemim-pinan kepala sekolah, kemampuan manajerialkepala sekolah serta kompetensi kepalasekolah, (b) berkaitan dengan faktor penentukeberhasilan hidden curriculum yang meliputikewenangan kepala sekolah, peran guru dalammengawal pelaksanaan hidden curriculum,dukungan orang tua, serta otonomi sekolah. (4)dukungan komponen sekolah dalam pelaksanaanhidden curriculum menjadi langkah strategisbagi pengembangan karakter positif pesertadidik. (5) kendala pelaksanaan hidden

curriculum bersumber dari dua hal yaitu (a)internal sekolah berupa minimnya kesadaranguru dalam menjalankan program yang telahditetapkan yang berdampak pada pelanggaranterhadap komitmen yang telah disepakati.Solusinya dilakukan melalui upaya-upayasistematis dengan mencatat setiap pelanggaranyang dilakukan oleh guru kedalam buku kasus,mengingatkan kembali akan tanggung jawabdan peran sebagai pendidik, pemberian teguranprosedur yang berlaku hingga pengurangan jammengajar bagi guru. (b) eksternal sekolah berupaminimnya kesadaran orang tua dalam pendidikananaknya yang berdampak pada kepedulianorang tua untuk mendukung setiap aktifitas

Page 82: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 207

Evaluasi Hidden Curriculum SMP...|Neni Lestari & Bambang S. Sulasmono

positif peserta didik. Solusinya dilakukan melaluipembentukan Forum Komunikasi Kelas,membentuk SMS Centre, dan optimalisasiwebsite sekolah. (6) dampak karakter yangdibangun dari hidden curriculum yaitu: (a)perubahan perilaku warga sekolah ke arah yanglebih baik, (b) terwujudnya suasana sekolahyang nyaman dan menyenangkan, (c) ter-bangunnya kesadaran peserta didik akanbatasan-batasan perilaku yang harus dijalankan,dan (d) tumbuhnya kepercayaan masyarakatpada sekolah untuk pendidikan putra-putrinya

Keempat, penelitian “Hidden Curri-culum Contributing to Social Production-

Reproduction in a Math Classroom” oleh AcarEsin (2012), membuktikan bahwa kegiatankurikuler dan ekstrakurikuler seringkalidilingkari oleh pengaruh keputusan budaya/kebiasaan. Di samping itu, sebuah kelas mate-matika dasar menunjukkan bahwa murid-muriddibentuk dari budaya dan pola sosial yangmemudar lebih dari yang diharapkan. Kelima,penelitian oleh Zuhal Cubukcu (2012) berjudul“The Effect of Hidden Curriculum on

Character Education Process of PrimarySchool Students” adalah penelitian yang meng-gunakan model studi kasus dengan tujuan untukmengetahui kegiatan yang mendukung danpandangan siswa yang berpartisipasi dalamkegiatan ini tentang pentingnya kurikulumtersembunyi dalam mendapatkan nilai dalampendidikan karakter di sekolah dasar. Hasilnyakegiatan yang mendukung kurikulum tersembunyiantara lain seperti kegiatan sosial dan budaya,kegiatan waktu luang dan kegiatan sportif,perayaan hari-hari khusus dan minggu, karyaklub sosial. Semua kegiatan itu dianggap sebagaisarana yang bagi siswa sekolah dasar dalammemahami, menginternalisasi dan mewujud-nyatakan nilai-nilai.

Sejalan dengan latar belakangmasalah dan kajian beberapa penelitian di atas

maka rumusan permasalahan dalam penelitianini adalah: a) bagaimana pelaksanaan Hidden

Curriculum di SMP Negeri 2 Boja KabupatenKendal?, b) apa dampak dari Hidden

Curriculum di SMP Negeri 2 Boja KabupatenKendal?, dan c) apa faktor-faktor penentukeberhasilan dan keberlanjutan HiddenCurriculum di SMP Negeri 2 Boja KabupatenKendal?. Oleh karena itu tujuan dari penelitianini adalah untuk mengevaluasi pelaksanaanHidden Curriculum, dampak dari pengelolaanHidden Curriculum, dan faktor-faktor penentukeberhasilan dan keberlanjutan HiddenCurriculum di SMP Negeri 2 Boja,berdasarkanatas jawaban ketiga masalah penelitian di atasakan dirumuskan beberapa masukan bagiperbaikan pengelolaan hidden curriculum diSMP N 2 Boja, Kendal.

Jadi penelitian ini diharapkan bisamemberikan manfaat baik secara teoritis danpraktis bagi para pemerhati pendidikan. Secarateoritis hasil penelitian ini diharapkan dapatmemberi pengetahuan kepada peneliti danpembaca mengenai hidden curriculum

terhadap terbentuknya karakter peserta didikdan memberi sumbangan bagi pengembanganteori tentang kurikulum khususnya kurikulumtersembunyi. Secara praktis, bagi kepala sekolahdan guru hasil penelitian ini diharapkan dapatmemberikan kontribusi dalam perkembanganpendidikan yang berkaitan dengan pembentukankarakter peserta didik sehingga pada akhirnyadapat memberikan kepuasan (satisfaction),kepercayaan (trust), dan pelayanan (service)kepada masyarakat luas dan pemakai jasapendidikan (stakeholders) terhadap lembagapendidikan khususnya di SMP Negeri 2 Boja.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitianevaluatif dengan pendekatan kualitatif.Penelitian evaluatif dalam hal ini adalah

Page 83: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

208 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

penelitian yang berupaya mengevaluasi sesuatuuntuk memperoleh hasil secara maksimal.Dalam penelitian ini jenis evaluasi yangdigunakan peneliti adalah model Goal Free

Evaluation (Arikunto & Jabar, 2014). Subyekutama dalam penelitian ini adalah KepalaSekolah, guru dan peserta didik di SMP Negeri2 Boja baik yang aktif maupun pasif dalammengikuti proses pembelajaran. Pengumpulandata dalam penelitian ini, peneliti berfungsisebagai pelaku dan instrumen. Adapun untukmengumpulkan data digunakan beberapateknik yaitu observasi, wawancara, dandokumentasi. Peneliti dalam mengambil datamenggunakan beragam sumber data yangberbeda-beda. Artinya data yang sama atausejenis akan lebih valid kebenarannya apabiladigali dari beberapa sumber data yang berbeda,yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasiuntuk sebagai sumber triangulasi data yangsama secara serempak.

HASIL PENELITIAN DANPEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Bentuk kegiatan pengembanganhidden

curriculum di SMP Negeri 2 Boja antara lain:budaya 3S (senyum, salam, dan sapa),keteladanan seluruh warga sekolah, membinahubungan baik antar warga sekolah, upacarabendera, pengelolaan kelas dan lingkungansekolah seperti kebersihan dan kesehatan kelasdan lingkungan sekolah, mengintegrasikan nilai-nilai dalam proses pembelajaran, ibadah khususkeagamaan, dan layanan kantin sekolah dankantin kejujuran.

Pelaksanaan hidden curriculum diSMP Negeri 2 Boja merupakan integrasikerjasama antar pihak sekolah. Kepala sekolahdidukung oleh para guru dan peserta didikberkomitmen melestarikan keberlangsungan

hidden curriculum di sekolah yang bernuansapositif dan memberikan manfaat bagi sekolah.Sebaliknya, pihak sekolah menghentikanberbagai program kegiatan di sekolah jikakegiatan tersebut bernuansa negatif. Hal inisebagai bentuk tanggungjawab pihak sekolahpada hidden curriculum sekolah.

Hidden Curriculum di SMP Negeri 2Boja berlangsung dengan baik karena memilikitujuan yang mengarah pada tercapainya pesertadidik yang memiliki pengetahuan, berakhlakmulia dan berkarakter. Pada akhirnya nantihidden curriculum di SMP Negeri 2 Bojadapat membentuk budaya sekolah yang baik,sehingga mampu menumbuhkan kepercayaanmasyarakat pada sekolah untuk pendidikanputra putrinya.

Kepala sekolah sebagai manajer disekolah memberikan dukungan dalam bentukriil dan berperan pada setiap kegiatan di sekolahdalam bentuk keteladanan guna menumbuhkanprogram hidden curriculum di SMP Negeri 2Boja.

Keberadaan guru sebagai tenagapendidik memiliki posisi strategis dalammendampingi peserta didik. Peran guru dalampelaksanaan hidden curriculum di SMPNegeri 2 Boja tidak terbatas, baik pada saatpembelajaran di kelas maupun di luar kelas.

Aktivitas peserta didik dalam pelak-sanaan hidden curriculum di SMP Negeri 2Boja berlangsung secara alamiah dengan latarbelakang yang berbeda dan pengalaman hidupmasing-masing. Peserta didik menjadi lebih aktifkarena adanya dukungan kepala sekolah danguru sehingga terbina potensi karakter pesertadidik yang positif.

Pelaksanaan hidden curriculum diSMP Negeri 2 Boja Kendal memunculkanbanyak manfaat sebagai dampak positif yangbermuara pada terbentuknya peserta didikberkarakter bangsa dengan prestasi yang

Page 84: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 209

Evaluasi Hidden Curriculum SMP...|Neni Lestari & Bambang S. Sulasmono

optimal dan terbentuknya budaya sekolah yangberkarakter. Untuk lebih jelasnya dapat dilihatdalam Tabel 1.

Kegiatan HiddenCurriculum

Pihak yang terlibat Dampak

Budaya 3S (senyum, salam,dan sapa)

Peserta didik, guru,kepala sekolah, dantenaga kependidikan

- Peserta didik secara spontan memberi salam,bersalaman, dan mencium tangan ketikadimanapun berjumpa dengan guru, KS,maupun tenaga kependidikan

Upacara Bendera Peserta didik, guru,kepala sekolah, dantenaga kependidikan

- Kedisiplinan peserta didik terbentuk

Membangun kedisiplinan Peserta didik, guru,kepala sekolah, dantenaga kependidikan,orang tua

- Peserta didik menjadi lebih tertib dan santundalam berpakaian, lebih sopan dalam bersikapdan berperilaku

- Orang tua mengapresiasi adanya komunikasiyang dilakukan terkait dengan pelanggaranpeserta didik

Pengelolaan kelas danlingkungan sekolah(kebersihan, kesehatan, danmengelola kelas)

Peserta didik, guru,kepala sekolah,koordinator 7K, tenagakependidikan dan walikelas

- Peserta didik menjadi lebih peduli terhadapkebersihan dan kesehatanLingkungan yang bersih, indah dan asri.Suasana ruang dan kelas yang nyamanuntuk belajar

Ibadah khusus keagamaan Peserta didik, guruagama, wali kelas,kepala sekolah danpembantu kepala sekolah

- Peserta didik dapat beribadah sholat duhurlebih tepat waktu

Pengintegrasian nilai-nilaidalam proses pembelajaran

Peserta didik, guru,kepala sekolah, tenagakependidikan

- Pembelajaran di kelas berlangsung lebihkondusif

- Peserta didik lebih memahami bahwanilai/norma tidak hanya dipelajari pada mapelAgama dan PKn saja.

Keteladanan Warga Sekolah Semua warga sekolah - Peserta didik lebih menata perilaku, tutur katayang santun di sekolah.

- Kebiasaan guru datang tepat waktu ketikamengajar di kelas berpengaruh kepadapembentukan kepribadian peserta didik.

- Perubahan perilaku warga sekolah menjadilebih baik

Hubungan antar wargasekolah

Peserta didik, guru,kepala sekolah, tenagakependidikan

- Terbina kedekatan peserta didik dengan kepalasekolah, guru, tenaga kependidikan sehinggatercipta suasana kekeluargaan yang lebihkental.

- Tercipta hubungan yang harmonis antar wargasekolah sehingga jarang terjadi konflik

Layanan kantin sekolah dankantin kejujuran

Peserta didik, guru,kepala sekolah, tenagakependidikan pengurusOSIS, pengelola kantin

- Kondisi kantin sekolah yang kurangrepresentatif menimbulkan peserta didikkurang dalam memperhatikan kesehatan,kebersihan, saling menghargai, dan disiplinwaktu

- Layanan kantin kejujuran belum mampumendidik pemahaman dan perilaku jujurdalam lingkungan skala kecil yaitu disekolah

Tabel 1 Gambaran umum dampak kegiatan pengembangan hidden curriculum di SMP Negeri 2 Boja

Sumber: Data penelitian, diolah

Page 85: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

210 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

Pelaksanaan hidden curriculum diSMP Negeri 2 Boja didukung oleh semua pihak,baik oleh kepala sekolah, guru, komite, orangtua peserta didik dan peserta didik. Peserta didikmelaksanakan hidden curriculum dengansemangat dan kesediaannya dalam mengikutiarahan guru dalam berbagai kegiatan ber-dasarkan atas kondisi lingkungan sekolah yangmendukung.

Dukungan dari kelengkapan saranaprasarana yang tersedia, berupa tersedianyalapangan sepak bola, halaman sekolah yang luasdan bisa untuk pelaksanaan upacara, mushollauntuk kegiatan keagamaan, dan lingkungansekolah yang asri dan mendukung, dan ruangkelas yang memadai.

Pembahasan

Program utama SMP Negeri 2 Bojatertuang dalam visi, misi dan tujuan sekolah.Adanya visi, misi dan tujuan sekolah berorientasipada keberhasilan yang berupa tercapainya mutupendidikan baik berupa prestasi akademikmaupun non akademik. Selain kurikulumnormatif, keberhasilan mutu akademik didukungoleh kegiatan harian yang berupa hidden

curriculum. Hidden Curriculum di sekolahsebagai kurikulum yang tidak terencana, sehinggabisa dikatakan sebagai kurikulum yangtersembunyi, hal ini berupa aturan-aturan taktertulis namun sudah menjadi aktivitas yang rutin.Hidden Curriculum di SMP Negeri 2 Bojamerupakan sejumlah pengalaman peserta didikdalam mengembangkan nilai-nilai di sekolahyang prosesnya berbeda-beda sesuai tingkatsemangat kepala sekolah, guru, tenagakependidikan, dan kondisi fisik serta keadaansosial dari sekolah, bertujuan untuk membentukpeserta didik berkarakter. Hal tersebut sesuaidengan apa yang dinyatakan oleh Zamroni(2011:111) tentang budaya sekolah adalah polanilai-nilai, prinsi-prinsip, tradisi-tradisi dan

kebiasaan-kebiasaan yang terbentuk dalamperjalanan panjang sekolah, dikembangkansekolah dalam jangka waktu yang lama danmenjadi pegangan serta diyakini oleh seluruhwarga sekolah sehingga mendorong munculnyasikap dan perilaku warga sekolah.

Strategi pengembangan hiddencurriculum SMP Negeri 2 Boja Kendal antaralain meliputi 1) upacara bendera, 2) Pengelolaanlingkungan sekolah (kebersihan, kesehatan), 3)Membangun dan menegakkan kedisiplinan, 4)Ibadah khusus keagamaan, 5) Senyum, salam,dan sapa, 6) Keteladanan (Kepala sekolah,guru, dan tenaga kependidikan), 7) Hubunganpeserta didik dengan Kepala sekolah, guru, dantenaga kependidikan, 8) Layanan kantin sekolah.Persamaan dengan penelitian Wijayanto (2014)adalah strategi pengembanganhidden curriculum

melalui budaya senyum, salam, sapa, penciptaanlingkungan sekolah yang kondusif. Sejalan jugadengan apa yang dikemukakan oleh DedeRosyada (2004), hidden curriculum di SMPNegeri 2 Boja mempengaruhi siswa, baikmenyangkut lingkungan sekolah, suasana kelas,pola interaksi guru dengan siswa dalam kelas,bahkan pada kebijakan serta manajemenpengelolaan sekolah secara lebih luas danperilaku dari semua komponen sekolah dalamhubungan interaksi vertikal dan horisontalmereka.

Salah satu tujuan hidden curriculum diSMP Negeri 2 Boja adalah mengarah padatercapainya peserta didik berprestasi danberkarakter secara komprehensif yang padaakhirnya dapat membentuk budaya sekolah yangpositif. Sesuai dengan apa yang telah diamanatkanUndang-undang Sistem Pendidikan Nasionalbertujuan membentuk insan Indonesia yangcerdas dan berkepribadian atau berkaraktersehingga melahirkan generasi bangsa yangtumbuh dan berkembang dengan karakter yang

Page 86: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 211

Evaluasi Hidden Curriculum SMP...|Neni Lestari & Bambang S. Sulasmono

bernapaskan nilai-nilai luhur bangsa dan agama(Anas Salahudin, 2013: 42) .

Selaras dengan penelitian Khairun Nisa’(2009) bahwa penerapan hidden curriculum

bertujuan agar peserta didik tidak hanya cerdassecara intelektual, tetapi juga cerdas secaraspiritual, sehingga hidden curriculum menjadikajian evaluatif dalam proses perbaikan danpengembangan sekolah.

Dampak Hidden Curriculum di SMPNegeri 2 Boja Kabupaten Kendal

Pengembangan hidden curriculum diSMP Negeri 2 Boja memberikan dampak positifantara lain: 1) peningkatan kedisiplinan dannasionalisme pada kegiatan upacara bendera; 2)terwujudnya lingkungan sekolah menjadi bersihdan asri, dan peserta didik terbiasa membuangsampah di tempatnya pada kegiatan pengelolaanlingkungan sekolah, 3) kegiatan membangun danmenegakkan kedisiplinan, berdampak padaketertiban dan kedisiplinan peserta didik disekolah meningkat, 2) kegiatan ibadah khususkeagamaan, meningkatnya peserta didik dalamkesadaran untuk beribadah tepat waktu, 3)kegiatan Senyum, Salam, dan Sapa, memberikandampak pada spontanitas peserta didikbersalaman, menyapa dengan sopan ketikabertemu dengan Kepala Sekolah, guru, dantenaga kependidikan, 4) keteladanan dari KepalaSekolah, guru, dan tenaga kependidikan berupatutur kata yang sopan dan sikap yang santunmampu membentuk pola yang baik dalamperilaku yang santun, tutur kata yang sopan dalamkehidupan di masyarakat. 5) kebiasaan gurudatang tepat waktu ketika mengajar di kelas akanberpengaruh positif pada pembentukankepribadian peserta didik. 6) Pengintegrasiannilai-nilai dalam proses pembelajaran telahmampu menjadikan pembelajaran di kelasberjalan kondusif, dan peserta didik menjadipaham bahwa nilai-nilai tidak hanya dipelajari

pada mata pelajaran Agama dan PKn saja tetapipada semua mata pelajaran.

Selain mata pelajaran Agama dan PKn,nilai-nilai juga dipelajari pada mata pelajaranlainnya seperti penelitian Esin Acar (2012) bahwadalam kelas matematika dasar peserta didikdapat dibentuk dari budaya dan pola sosial yangtelah memudar.

Kegiatan ibadah khusus keagamaansangat didukung oleh kondisi masyarakat Kendalyang agamis sehingga seharusnya tidak sulit untukmembentuk generasi yang berakhlak mulia.

Berdasarkan uraian tersebut bisadikatakan bahwa pelaksanaanhidden curriculum

di SMP Negeri 2 Boja Kendal berdampak padaperubahan perilaku warga sekolah kearah yanglebih baik, terwujudnya suasana sekolah yangbersih dan asri, aman dan nyaman, tumbuhnyakepercayaan masyarakat pada sekolah akanpendidikan putra putrinya. Disamping itupengembangan hidden curriculum dapatmembentuk peserta didik berkarakter denganprestasi yang optimal dan terbentuknya kultursekolah yang baik sehingga terwujud pendidikanyang baik.

Faktor-faktor penentu keberhasilan dankeberlanjutan Hidden Curriculum di SMPNegeri 2 Boja Kabupaten Kendal

Pelaksanaan hidden curriculum diSMP Negeri 2 Boja Kabupaten Kendalberlangsung karena berbagai faktor pendukungbaik internal maupun eksternal. Faktor pendukunginternal dapat terlihat berupa: 1) adanya SDMyang berkualitas (meliputi: kepala sekolah, guru,peserta didik), 2) tersedianya sarpras sekolah,3) lingkungan sekolah. Dimana ketiga faktor diatas tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Faktor pendukung eksternal pelaksanaanhidden curriculum di SMP Negeri 2 Bojamuncul dari orang tua peserta didik, komite

Page 87: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

212 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

sekolah serta masyarakat mengenai pembentuk-an karakter peserta didik dan berbudi luhur.

Hal ini selaras dengan penelitian “InovasiHidden Curriculum pada Pesantren BerbasisEntrepreneurship” oleh Sigit Wahyono (2010)dan penelitian “Kepemimpinan Kepala SekolahPerempuan dalam Mengembangkan HiddenCurriculum” oleh Wijayanto (2014) menunjuk-kan bahwa keteladanan guru dan kepala sekolahdan pembiasaan budaya sekolah merupakanfaktor penentu keberhasilan hidden curriculumsebagai langkah strategis bagi pengembangankarakter peserta didik.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Pelaksanaan Hidden Curriculum di SMPNegeri 2 Boja Kabupaten Kendal dalambentuk kegiatan-kegiatan yang berorientasipada terbentuknya peserta didik berkarakterdan pencapaian prestasi serta mutu pendi-dikan, meliputi: 1) upacara bendera, 2)pengelolaan lingkungan sekolah, 3)membangun dan menegakkan kedisiplinan,4) ibadah khusus keagamaan, 5) senyum,salam, dan sapa, 6) keteladanan, 7) hubunganpeserta didik dengan kepala sekolah, guru,dan tenaga kependidikan, 8) layanan kantinsekolah.

2. Dampak Hidden Curriculum di SMP Negeri 2Boja Kabupaten Kendal meliputi: 1) kegiatanupacara bendera, memberikan dampakpositif pada peningkatan kedisiplinan dantepat waktu; 2) kegiatan pengelolaanlingkungan sekolah (kebersihan, kesehatan)berdampak positif pada terwujudnyalingkungan sekolah menjadi bersih, pesertadidik terbiasa membuang sampah ditempatnya, 3) kegiatan membangun danmenegakkan kedisiplinan, memberikandampak positif pada ketertiban dan

kedisiplinan peserta didik di sekolah, 2)kegiatan Ibadah khusus keagamaan,memberikan manfaat berupa meningkatnyapeserta didik dalam kesadaran untukberibadah setiap waktu, 3) kegiatan Senyum,Salam, dan Sapa, berdampak positif padakebiasaan peserta didik senyum danbersalaman, menyapa dengan sopan ketikabertemu, 4) keteladanan dari Kepala Sekolahdan guru berdampak positif bagi peserta didikdalam bertutur kata santun dan bersikap. 5)kebiasaan guru datang tepat waktuberdampak positif pada kepribadian pesertadidik yang disiplin. 6) pembinaan hubunganyang baik antara peserta didik dengan guruberdampak positif pada terciptanya suasanakekeluargaan. Hasil dari pengembanganhidden curriculum adalah terbentuknyapeserta didik berkarakter bangsa denganprestasi yang optimal dan kultur sekolahkondusif berbasis karakter.

c. Faktor-faktor penentu keberhasilan dankeberlanjutan Hidden Curriculum di SMPNegeri 2 Boja Kabupaten Kendal, terdiri atasfaktor pendukung internal meliputi: SDM yangberkualitas, tersedianya sarpras sekolah,lingkungan sekolah yang asri. Faktorpendukung eksternal berupa dukungan orangtua peserta didik, komite sekolah dan masya-rakat mengenai pembentukan peserta didikberkarakter dan berbudi luhur.

Saran

1. Kepala Sekolah hendaknya:a) menghentikankebiasaan-kebiasaan yang berkonotasinegatif yang berakibat pada rendahnyakarakter dan mutu pendidikan, b) mensupervisitidak hanya berkaitan dengan kurikulumnormatif saja, melainkan juga pada hidden

curriculum, c) sebagai agen perubahandiharapkan mampu mewujudkan layanankantin yang sehat dan representatif, misalnya

Page 88: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 213

Evaluasi Hidden Curriculum SMP...|Neni Lestari & Bambang S. Sulasmono

dengan upaya menjalin kerjasama denganDinas Kesehatan setempat untuk menserti-fikasi kantin sehat yang menjual makanansehat, bebas MSG dan pengawet, d)berupaya menjembatani antara pihak sekolahdengan komite untuk duduk bersama dalampengembangan karakter peserta didik.Sehingga tidak selalu pihak sekolah mengun-dang orang tua ketika berurusan denganfinansial saja.

2. Guru hendaknya: (1) menghentikan kebia-saan-kebiasaan yang berkonotasi negatifyang berakibat pada rendahnya karakter danmutu pendidikan, (2) lebih meningkatkanpengetahuannya dengan banyak membacabuku khususnya berkaitan dengan perkem-bangan peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Acar, Esin. 2012. Hidden CurriculumContributing to Social Production-Reproduction in a math Classroom.International Online Journal of Edu-cational Sciences 4 (1):19-30.

Anas Salahudin. 2013. Pendidikan Karakter:Pendidikan Berbasis Agama danBudaya Bangsa. Bandung: CV. PustakaSedia.

Arikunto, Suharsimi & Abdul Jabar. 2014.Evaluasi Program Pendidikan: PedomanTeoretis Praktis bagi Mahapeserta didikdan Praktisi Pendidikan. Edisi Kedua.Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Dede Rosyada. 2004. Paradigma PendidikanDemokrasi. Sebuah Model PelibatanMasyarakat dalam PenyelenggaraanPendidikan. Jakarta: Prenada Media.

Khairun Nisa. 2009. Hidden Curriculum: UpayaPeningkatan Kecerdasan SpiritualPeserta didik. Lentera Pendidikan, Vol12 No. 1. Juni. 72-86.

Rohinah M.Noor. 2012. The HiddenCurriculum: Membangun Karaktermelalui Kegiatan Kurikuler. Yogyakarta.Insan Madani

Sigit Waluyo.2010. Inovasi Hidden Curriculumpada Pesantren Berbasis Enterpreneur-ship (Studi Kasus di Pondok PesantrenAl-Isti’anah Plangitan Pati). SemarangIAIN Walisongo.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi(Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

Undang-Undang No. 20. Tahun 2003 tentangSistem Pendidikan Nasional.

Wijayanto & Nurul Ulfatin. 2014. KepemimpinanKepala Sekolah Perempuan dalamMengembangkan Hidden Curriculum.Manajemen Pendidikan: Volume 24Nomor 3, Maret jal 242-250.

Wina Sanjaya. 2008. Kurikulum danPembelajaran: Teori dan PraktikPengembangan Kurikulum TingkatSatuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:Kencana

Zamroni. 2011. Manajemen Berbasis Sekolah:Piranti Reformasi Sistem Pendidikan.

Zuhal Cubukcu. 2012. The Effect of HiddenCurriculum on Character EducationProcess of Primary School Student.Education, Vol. 133 (1): 49-66.

Page 89: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

214 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

KelolaJurnal Manajemen PendidikanMagister Manajemen PendidikanFKIP Universitas Kristen Satya [email protected]

ISSN 2443-0544Volume: 2, No.2, Juli-Desember 2015

Halaman: 214-220

*) makalah pernah disajikan dalam seminar nasional “Peningkatan Kinerja Guru dalam Menghadapi Persaingan Global”,FKIP UNS 7 November 2015.

ANTUSIASME GURU DALAM PROGRAM PENGEMBANGANKOMPETENSI PEDAGOGIK DAN DETERMINANNYA*)

Donald [email protected]

Program Studi S1 Pendidikan EkonomiFKIP - Universitas Kristen Satya Wacana

ABSTRACT

This study aimed to describe the enthusiasm of the teachers at SMPN 2Gedangsari, Gunung kidul in the program of Education and Training (Dik-lat) forpedagogic competence development, organized by the Education Foundation ofAstra-Michael D. Ruslim (which is running a program of Corporate SocialResponsibility in the field of education in the middleschool. In addition, this studyalso aimed to find the determinant factor for the enthusiasm of the teachers. Thisresearch applied mixed method. The results showed enthusiasm in participating inteacher training pedagogical competence development was quite high. Inquantitative terms, the level of enthusiasm of teachers was worth on average 3.8with H

0 was rejected (teacher enthusiasm was high). In addition, there were several

determinants affecting the enthusiasm of teachers, namely, the intensity of individualmeetings (b value = 0.633), while the suitability of the teacher trainers approachdid not affect the enthusiasm (b value = 0.364). Thus, the trainer advised tofrequently meet with the teacher so that the enthusiasm of teachers increased, anddik-lat program targets could be achieved well.

Keywords: Enthusiasm, Pedagogiccompetence, Meeting Intensity, Approach.

PENDAHULUAN

Undang-Undang No. 14 Tahun 2005Tentang Guru dan Dosen menentukan bahwaguru yang profesional perlu memiliki 4kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik,kepribadian, sosial, dan profesional. Darikeempat kompetensi tersebut, kompetensipedagogik adalah kompetensi yang strategis,karena kompetensi inilah yang membedakan

profesi guru dengan profesi-profesi yang lain.Kompetensi pedagogik berisikan 10 sub-kompetensi yang mengarah pada kemampuanguru dalam kaitannya dengan pembelajaranyang dilaksanakan. Subkompetensi dimulai darikemampuan mengenali karakter peserta didik,hingga melakukan tindakan reflektif untukperbaikan pembelajaran.

Page 90: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 215

Antusiasme Guru dalam Program Pengembangan Kompetensi Pedagogik dan Determinannya | Donald Samuel

Adapun pengertian kompetensi peda-gogik adalah kemampuan dalam pengelolaanpeserta didik, (Saiful Sagala, 2009) meliputi:1. Pemahaman wawasan guru akan landasan

dan filsafat pendidikan.2. Guru memahami potensi dan keberagaman

peserta didik, sehingga dapat didesainstrategi pelayanan belajar sesuai keunikanmasing-masing peserta didik.

3. Guru mampu mengembangkan kurikulum/silabus baik dalam bentuk dokumen maupunimplementasi dalam bentuk pengalamanbelajar.

4. Guru mampu menyusun rencana dan strategipembelajaran berdasarkan standar kompe-tensi dan kompetensi dasar.

5. Mampu melaksanakan pembelajaranyangmendidik dengan suasana dialogis daninteraktif.

6. Mampu memanfaatkan teknologi pem-belajaran

7. Mampu melakukan evaluasi hasil belajardengan memenuhi prosedur dan standaryang dipersyaratkan.

8. Mampu mengembangkan bakat dan minatpeserta didik melalui kegiatan intrakulikulerdan ekstrakulikuler untuk mengaktualisasikanberbagai potensi yang dimilikinya.

Kompetensi pedagogik perlu men-dapatkan perhatian yang serius. Hal ini penting,dikarenakan pendidikan di Indonesia dinyata-kan kurang berhasil oleh sebagian masyarakat.Oleh sebab itu guru harus memiliki kompetensipedagogik sehingga mampu mengelolapembelajaran dan mengubah paradigma yangada di masyarakat tersebut.

Salah satu kompetensi yang harusdimiliki oleh seorang guru adalah kompetensipedagogik (Mendiknas, 2007). Karakteristikkompetensi tersebut seperti berikut:1. Menguasai karakteristik peserta didik dari

aspek fisik, moral, sosial, kultural,emosional, dan intelektual.

2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsippembelajaran yang mendidik.

Kompetensi adalah perpaduan daripenguasaan, pengetahuan, keterampilan, nilaidan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaanberpikirdan bertindak dalam melaksanakantugas/pekerjaannya; kemampuan yangmerupakan gambaran hakikat kualitatif dariperilaku guru atau tenaga kependidikan yangtampak sangatberarti (Cece Wijaya dan TabraniRusyan, 1994).

Di sini dapat diartikan kompetensisebagai suatu tugas yang memadai,ataupemilikan pengetahuan, keterampilan dankemampuan yang dituntut oleh jabatanseseorang. Dari uraian diatas nampak bahwakompetensi mengacu pada kemampuanmelaksanakan sesuatu yang diperoleh melaluipendidikan. Kompetensi guru menunjukkepada performance dan perbuatan yangrasional untuk memenuhi spesifikasi tertentudalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan.Dikatakan rasional karena mempunyai arah dantujuan, sedangkan performance adalahperilaku nyata dalam arti tidak hanya diamatitetapi mencakup sesuatu yang tidak kasat mata.

Pedagogik adalah teori mendidik yangmempersoalkan apa dan bagaimana mendidikitu sebaik-baiknya (Edi Suardi, 1979). Sedangkanpendidikan menurut pengertian Yunani adalahpedagogik, yaitu ilmu menuntun anak yangmembicarakan masalah atau persoalan-persoalan dalam pendidikan dan kegiatan-kegiatan mendidik, antara lain seperti tujuanpendidikan, alat pendidikan, cara melaksanakanpendidikan, anak didik, pendidik dan sebagainya.Orang Romawi melihat pendidikan sebagaieducate, yaitu mengeluarkan dan menuntun,tindakan merealisasikan potensi peserta didik(Robiah, 2009). Oleh sebab itu pedagogikdipandang sebagai suatu proses atau aktifitasyang bertujuan agar tingkah laku manusiamengalami perubahan (Dewi Gusti, 2009).

Page 91: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

216 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

3. Mengembangkan kurikulum yang terkaitdengan bidang pengembangan yangdiampu.

4. Menyelenggarakan kegiatan pengembanganyang mendidik Kegiatan pengembangandapat berupa berbagai kreativitas yangdibangun siswa bersama gurunya.

5. Memanfaatkan teknologi informasi dankomunikasi untuk kepentingan penyeleng-garaan kegiatan pengembangan yangmendidik. Sudah banyak tool TeknologiInformasi dan Komunikasi (TIK) yangdapat digunakan sebagai media pem-belajaran.

6. Memfasilitasi pengembangan potensipeserta didik untuk mengaktualisasikanberbagai potensi yang dimiliki.

7. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dansantun dengan peserta didik.

8. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasiproses dan hasil belajar Guru memiliki hakistimewa dalam menentukan nilai siswa.

9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasiuntuk kepentingan pembelajaran.

10. Melakukan tindakan reflektif untukpeningkatan kualitas pembelajaran.

Bertolak dari pentingnya kompetensipedagogik bagi seorang guru, PT. Astra Inter-national membuat suatu program CorporateSocial Responsibility (CSR) dalam hal pe-ngembangan kompetensi pedagogik gurumelalui Yayasan Pendidikan Astra-Michael D.Ruslim. Salah satu sekolah yang dibina guru-gurunya supaya memiliki kompetensi pedagogikyang baik adalah SMP Negeri 2 Gedangsari,Kabupaten Gunungkidul. Kegiatan pengem-bangan kompetensi pedagogik yang dilak-sanakan di sekolah ini telah dimulai sejak tahun2008.

Kenyataan yang ditemui di lapanganmenunjukkan bahwa sebagian guru menampil-kan sikap tidak antusias ketika mengikuti pro-gram-program yang dilaksanakan. Hal initampak dari gejala-gejala ketika programdilaksanakan. Beberapa gejala tersebut adalah

kecenderungan beberapa guru untuk meng-hindar ketika bertemu dengan pelatih. Beberapaguru yang didampingi menyatakan bahwasedang menghadapi berbagai kesibukan,sehingga tidak dapat mengikuti pelatihan ataumengerjakan target-target pelatihan. Berdasar-kan gejala-gejala yang tampak, dapat dinyata-kan bahwa guru memiliki kecenderungan untuktidak antusias ketika mengikuti programpengembangan kompetensi pedagogik.

Antusiasme adalah energi, bahan bakar,nyala api yang membawa sekitar hasil yangsukses. Seorang penulis terkenal pernah me-ngatakan bahwa tidak ada yang besar pernahterjadi tanpa antusiasme. Jika Anda ingin men-capai hal-hal besar; jika Anda ingin mewujud-kan tujuan besar; jika Anda ingin hidup yangbesar, Anda benar-benar harus memilikiantusiasme untuk semua yang Anda lakukan.Mengapa antusiasme begitu penting untuksukses? Alasannya adalah bahwa perbedaanantara keberhasilan dan kegagalan sering menit.Dua orang dengan hampir jumlah yang samaketerampilan dan bakat dapat berbeda jauhdalam jumlah kesuksesan yang mereka capai.Perbedaan ini tidak dapat dikaitkan denganmemiliki kemampuan lebih dibandingkan oranglain. Bahkan, dalam banyak kasus, orang yanglebih sukses sebenarnya memiliki kemampuankurang. Perbedaannya adalah dalam antusias-me (Randy Slechta, t.th)

Antusiasme adalah kegembiraan,lonjakan gairah, minat yang besar dalam sesuatu.Antusiasme kata berasal dari kata Yunani yangberarti Entheos “Tuhan dalam” atau “diilhamioleh Allah”. Antusiasme dan kepercayaanadalah perasaan, kesadaran dari hubunganantara orang dan sumber kekuatan untukmencapai tujuan. Antusiasme adalah harmonidan kepercayaan, kesadaran dari hubunganantara orang dan sumber kekuatan untukmencapai tujuan. Oleh karena itu kita perlu

Page 92: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 217

Antusiasme Guru dalam Program Pengembangan Kompetensi Pedagogik dan Determinannya | Donald Samuel

berbicara menggunakan antusiasme dan sikappositif dan bertindak dengan kepercayaan.Energi dapat ditransmisikan atau sebagaiantusiasme menular dengan sendirinya kepadaorang-orang di sekitar kita. Antusiasme akanmendorong seseorang ke depan dan memenang-kan perjuangannya (Ruly Mujahid, 2012).

Antusiasme adalah pilihan dari perasaanyang muncul dan diseleksi kemudian dilanjutkandan diperkuat, karena antusiasme dapatdihasilkan dari dan dalam diri kita sendiri atauoleh keadaan di luar diri, paling kuat adalahpilihan sendiri, karena ketika Anda telahmemutuskan untuk memilih untuk menjadiantusias, maka akan dijalankan program dalampikiran langsung menghasilkan energi.

Guru perlu memiliki motivasi, antusiasdan perasaan sehingga mereka dapat terusbekerja dan melakukan pekerjaan merekadengan sukacita. Antusiasme harus dibawa keguru sendiri atau siapa saja yang memiliki tujuanuntuk dapat bekerja nyaman, bahagia dangembira, untuk kemudian mendapatkankesuksesan.

Dalam perannya sebagai agen-agenperubahan, guru antusias perlu memilikikarakteristik dasar atau kemampuan maka iaharus terus-menerus dengan itu. Kemampuandigambarkan indah oleh Fullan (1993) denganempat dasar kapasitas untuk menjadi melekatdalam guru sebagai agen perubahan. Karakterdasar dari 4 kapasitas adalah: pengembanganvisi pribadi, penyelidikan kebiasaan, pentingnyapenguasaan dan kolaborasi. Kemampuan untukbelajar bersama atau bekerja sama diperlukan.Selain itu kemampuan untuk belajar untukmengatasi kelemahan pribadi yang biasanyadatang dalam keterbatasan diri. Bekerja dalamkelompok telah juga karakteristik perkem-bangan modern akhir-akhir ini. Kolaborasi yangefektif biasanya dikompensasi oleh bertanyaketerampilan pribadi terus menerus. Namun hal

itu dapat dicapai dalam pembelajaran kola-boratif. Untuk siswa, model ini lebih menarikdan semakin nyata, karena membawa kehidup-an nyata ke dalam kompleksitas dan berbagaiaspek. Di sebuah perspektif yang lebih luas,guru dapat menerapkan model bersama-samadan dengan pemangku kepentingan lainnya.

Banyak faktor yang dapat membangkit-kan semangat/antusiasme, sebagai berikut (RulyMujahid, 2012):1. Niat atau Factor Purpose. Sadar atau tidak

sadar seseorang akan sangat senang karenaia memiliki tujuan yang jelas yang ingindicapai. Akibatnya seseorang mampumemilih jalan dan membuat kananstrategiuntuk membangkitkan dan memperkuatsemangat.

2. Menetapkan Tujuan atau Target Peren-canaan. Ini adalah bagian dari tujuan yangjelas di atas apalagi jika seseorang memilikimenargetkan di masa depan dalam beberapatahun atau bulan bekerja atau hidup.Penetapan tujuan sangat mem-pengaruhiantusiasme dalam pekerjaan, mengarahkantindakan dan tetap semangat untuk tetaptinggi.

3. Potensi dan Hambatan Pengakuan. Untukmewujudkan potensi dan hambatankemudian seseorang harus memiliki besargambar kemampuannya, keahlian, kekuatandan sumber daya apa pun. Mereka adalahhal-hal yang dibutuhkan untuk menjadiditingkatkan dan belajar, untuk meningkat-kan kepercayaan diri, memperkuat harga diridan pasti terima dengan Pencipta.

4. Positivity dalam pikiran, kata-kata danperasaan, sebisa mungkin dapat memancar-kan energi positif di sekitar dan itu akandirespon oleh alam semesta maka akandikembalikan kembali ke dia sebagai positiflebih besar. Positif akan menyebabkan sikapdan persepsi positif untuk menghadapi danmengatasi peristiwa datang, memfasilitasi diriuntuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Pendidikan dan pelatihan adalahseperangkat komponen atau unsur-unsur atau

Page 93: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

218 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

sub-sistem yang berinteraksi untuk meningkat-kan kompetensi guru sehingga mereka bisatampil lebih baik dalam proses belajar mengajar.Pendekatan dalam sistem pendidikan danpelatihan terdiri dari serangkaian komponenseperti ‘input’, ‘proses’, ‘output’, dan ‘outcome’.Unsur ‘Masukan/input’ bisa dalam bentukmateri pendidikan dan pelatihan diajarkan olehdosen yang kompeten. Tentu saja, ada bebe-rapa faktor yang perlu dipertimbangkanmengenai pelatihan manajemen seperti anggar-an, waktu, sarana dan prasarana. Sebuahproses pembelajaran adalah sebagai sub-sistemdalam pendidikan dan pelatihan, evaluasi pra-dan-pospelatihan pendidikan, penataaninfrastruktur kelas dan sebagainya (Slameto,2013).

Sebuah program pendidikan danpelatihan dapat berhasil jika peserta mampumelibatkan diri dalam melakukan perubahantugas dan perilaku yang tercermin dalam sikapmereka, disiplin dan etos kerja. Salah satu upayauntuk meningkatkan kompetensi pedagogikguru selain antusiasme-adalah organisasipendidikan dan pelatihan kompetensi yangefektif (Slameto, 2013). Struktur programpendidikan dan pelatihan kompetensi guru perludirancang secara komprehensif. Karenapendidikan dan pelatihan yang komprehensifdiharapkan secara efektif meningkatkankompetensi guru. Identifikasi informasi yangberkaitan dengan kompetensi real seorang guruharus memiliki di lapangan. Tujuan kompetensi,pendidikan dan materi pelatihan, pengalamandikembangkan, sumber belajar, alokasi waktuuntuk pendidikan dan pelatihan harus dipetakanketika merancang pelatihan. Hal ini diperlukanuntuk memperhatikan strategi yang relevandengan karakteristik peserta. Pendidikan danmateri pelatihan harus memfasilitasi pembelajaranaktif dan menyenangkan, berdasarkan kom-petensi berbasis pengalaman dan pengembang-

an, merancang skenario pelatihan yang efektifyang dikendalikan, dan akuntabel. Pendidikandan pelatihan harus relevan dengan kebutuhan,untuk mendapatkan respon positif dari parapeserta. Oleh karena itu, pendidikan danpelatihan yang terencana melalui prosespenilaian penting. Pelatih harus mampumenyampaikan materi dengan baik, menyeleng-garakan sesi pendampingan yang teratur, tertibdan penuh makna. Intensitas pertemuanmenjadi faktor kunci keberhasilan dik-lat.

Ada beberapa strategi pelatihan yangdapat meningkatkan antusiasme guru, yaitu:1. Kelompok belajar melalui diskusi kelompok

kecil2. Penggunaan konteks yang relevan ber-

dasarkan materi pelatihan disampaikan,3. Metode evaluasi yang mendalam yang

membutuhkan peserta untuk memiliki belajarbermakna bukan hanya menghafal (Gokhale,1995).

Ada beberapa faktor yang harusdipertimbangkan dengan baik yaitu penerapanpendekatan Andragogi yang didasarkan padapengalaman dan kinerja pengembangan/pemberdayaan; pengembangan pengalamanpeserta melalui pembelajaran aktif, danmelibatkan peserta sebagai subyek kegiatanpendidikan dan pelatihan selama prosespembelajaran. Dengan mengalami dan terlibatdalam kegiatan tertentu, pendidikan danpelatihan akan mampu menarik dan menyenang-kan dan hati-hati dalam evaluasi. Keterlibatanpeserta juga akan membuat mental, emosional,sosial, fisik atau atmosfer yang lebih baik, selainlingkungan pelatihan akan lebih “hidup” dan parapeserta akan lebih antusias. Beberapa refleksidiri yang diperlukan untuk melihat, kemudianmengevaluasi dan mengurangi kelemahan.Akibatnya, beberapa sisi terintegrasi (sepertiFGD), harus terlibat.

Penelitian Slameto (2013) menyatakanbahwa pelatihan yang diikuti 37 guru menunjuk-

Page 94: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 219

Antusiasme Guru dalam Program Pengembangan Kompetensi Pedagogik dan Determinannya | Donald Samuel

kan adanya pengembangan model pelatihanyang efektif dan efisien. Model yang dikem-bangkan oleh Slameto dipengaruhi 3 deter-minan yaitu perilaku positif, kejelasan dankebermaknaan tugas, serta sikap kooperatifdan antisipatif yang meningkatkan 81,6%antusiasme guru.

Penelitian ini bertujuan mendeskripsi-kan antusiasme guru di SMP Negeri 2 Gedang-sari, Kabupaten Gunungkidul dalam mengikutiprogram Pendidikan dan Pelatihan (Dik-lat)pengembangan kompetensi pedagogik yangdiselenggarakan oleh Yayasan PendidikanAstra-Michael D. Ruslim (yang sedang men-jalankan program Corporate Social Res-ponsibility bidang pendidikan di SMP ini).Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untukmenemukan faktor yang menjadi determinanbagi antusiasme guru.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian campur-an yang menggunakan strategi triangulasi kon-kruen. Data kuantitatif yang dihasilkan ditriangulasi dengan data kualitatif. Pengumpulandata kuantitatif dengan teknik angket yangdisebar pada guru. Sedangkan data kualitatifdikumpulkan dengan cara wawancara.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwaantusiasme guru dalam mengikuti pelatihanmendekati kategori tinggi dengan nilai rata-rata

3,8 dan standar deviasi 1,23 sebagaimana tersajidalam tabel 1. Selain itu intensitas pertemuanberada pada nilai 19,5 dan standar deviasi2,21. Sedangkan pendekatan yang digunakanoleh trainer berada pada nilai 7,5 denganstandar deviasi 1,27 sebagaimana tersaji dalamtabel 1.

Selanjutnya, determinan dari antusiasme,yaitu intensitas dan pendekatan diuji, sehinggadiperoleh persamaan regresi Y=-5,806+0,633X1 dan Y=-5,806+(-0,364).Nilai beta variabel intensitas adalah 0,633dengan nilai t 4,139 yang signifikan pada tingkatkesalahan 0,001 yang berarti H0 ditolak atauada pengaruh intensitas terhadap antusiasmeguru. Sedangkan nilai beta variabel pendekatanadalah -0,364 dengan nilai t -1,371 yangsignifikan pada 0,188 yang berarti H0 diterimayang berarti tidak ada pengaruh pendekatanterhadap antusiasme guru.

Hasil pengumpulan data secarakualitatif mendukung temuan kuantitatifpenelitian, di mana guru berpendapat bahwadengan intensitas yang sering, guru menjaditerbiasa dan menjadi mudah dalam mengem-bangkan kompetensi pedagogiknya. Olehkarena itulah antusiasme guru menjadi tinggi.Guru berpikir bahwa belajar yang baik adalahbelajar yang sering (walau hanya sebentar), danbukan belajar yang lama namun jarang. Olehkarena itu, intensitas menjadi kunci dari modelini.

Temuan penelitian ini sejalan dengantemuan Slameto (2013) sekalipun beda

Statistics

Antusiasme Intensitas Pendekatan

N Valid 20 20 20

Missing 0 0 0

Mean 3.8000 19.5000 7.5500

Std. Deviation 1.23969 2.21241 1.27630

Tabel 1 Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif Antusiasme, Intensitas, dan Pendekatan

Page 95: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

220 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

Coefficientsa

ModelUnstandardized Coefficients

StandardizedCoefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) -5.806 1.607 -3.612 .002

Intensitas .633 .153 1.130 4.139 .001

Pendekatan -.364 .265 -.374 -1.371 .188

a. Dependent Variable: Antusiasme

determinannya, kebiasaan positif, kualitas tugasyang antisipatif, jelas dan bermakna serta kerjasama. Kedua temuan ini memperkuat teoripsikologi positif yang terbukti efektif dalammodel pendidikan dan pelatihan.

SIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan antusiasmeguru dalam mengikuti Dik-lat pengembangankompetensi pedagogik cukup tinggi. Secarakuantitatif, tingkat antusiasme guru bernilai 3,8secara rata-rata degan keputusan bahwa H

0

ditolak (antusiasme guru termasuk tinggi). Selainitu, terdapat dua determinan yang mempengaruhiantusiasme guru, yaitu intensitas pertemuanindividu (nilai b = 0,633). Dengan demikian,disarankan pada trainer untuk sering bertemudengan guru supaya antusiasme guru meningkat,dan target program diklat dapat tercapai denganbaik.

DAFTAR PUSTAKA

Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan. 1994.Kemampuan Dasar Guru DalamProses Belajar Mengajar. Bandung: PTRemaja Rosdakarya.

Dewi Gusti. Kompetensi Pedagogik, http://dewigusti.blogspot.com. Diakses padatanggal 6 Maret 2009.

Edi Suardi. 1979. Pedagogik. Bandung:Angkasa Offset.

Fullan, M. G. 1993. Why Teachers MustBecome Change Agent. Education

Tabel 2 Hasil Perhitungan Konstatanta dan Koefisien Persamaan Regresi

Reform. Educational leadership Mar1993, 50, 6.

Gokhale. 1995. Collaborative LearningEnhances Critical Thinking. EjournalsJTE. Volume 7, Number 1 Fall 1995.

Mendiknas. 2007. Permendiknas RI No. 16Tahun 2007 Tentang Standar KualifikasiAkademik dan Kompetensi Guru.

Randy Slechta. (t.th). A global leadership and

organizational development company.President of Leadership ManagementInternational, Inc.

Robiah, 2009. Pengertian dan Unsur

Pendidikan.http://robiah. Blogmalhikdua.com.

Ruly Mujahid. 2012. Bangkitkan antusiasmeanda. http://reframepositive.com

Saiful Sagala. 2009. Kemampuan Profesio-nalisme Guru danTenaga Kependi-

dikan. Bandung: Alfabeta.

Saiful Sagala. 2009. Kemampuan Profesio-

nalisme Guru dan Tenaga Kependi-dikan. Bandung: Alfabeta.

Slameto. 2013. Enthusiasm Enhancement of

Elementary School Teacher through‘Training and Development PersonnelModel’ and Its Success. Determinant.DOI: 10.7763/IPEDR. 2013. V66. 17).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor20 Tahun 2003. Tentang SISDIKNAS.

Page 96: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 221

Analisis Akar Masalah Ketidakefektifan Manajemen Kelas di Sekolah Dasar | Hilda S.Momongan & Supramono

KelolaJurnal Manajemen PendidikanMagister Manajemen PendidikanFKIP Universitas Kristen Satya [email protected]

ISSN 2443-0544Volume: 2, No.2, Juli-Desember 2015

Halaman: 221-231

ANALISIS AKAR MASALAH KETIDAKEFEKTIFANMANAJEMEN KELAS DI SEKOLAH DASAR

DI SALATIGA DAN SEKITARNYA

Hilda Saranita [email protected]

Alumni Program Pasca Sarjana Manajemen PendidikanFKIP - Universitas Kristen Satya Wacana

[email protected]

Program Pasca Sarjana Manajemen PendidikanFKIP - Universitas Kristen Satya Wacana

ABSTRACT

The aim of this study is to determine the root cause of ineffectiveness at classroommanagement which is applied by teachers as well as to propose solution to overcomeineffectiveness at elementary school’s classroom management. The data collectiontechnique used in this research is focused group discussions and observations inthe classrooms. The analysis technique used is Fishbone analysis or Ishikawadiagram. The results of this study shows that there are six roots of ineffectivenessproblem at classroom management, namely: 1) teachers did not focus on studentsindividually but to the curriculum only; 2) the existence of dissability studentshave different learning pace compared to others; 3) there was no demanding fromprincipal about fun learning implementation in classroom; 4) teachers luck ofknowledge about classroom management; 5) teachers lack to provide interpersonalrelationship with students; 6) teachers had low trust about students ability todisciplined and organized themselves. The proposed solutions formulated togetherare such as teachers review the lesson plans and the daily teaching journal, teachersimplement the system of reward and punishment as well as peer-teaching method tostudents, and principals require fun learning and supervise teachers in theclassrooms.

Keywords: root cause, ineffectiveness at classroom management, Fishbone analysis

Page 97: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

222 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

PENDAHULUAN

Salah satu tujuan pendidikan nasionaladalah meningkatkan kualitas manusiaIndonesia seutuhnya. Menurut Mulyasa (2006),tiga syarat utama dalam pembangunan pen-didikan agar dapat memberikan kontribusiterhadap peningkatan kualitas sumber dayamanusia adalah sarana gedung, buku ber-kualitas, serta guru yang profesional. Guruprofesional mempunyai pengaruh sangat besarterhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah.Slameto (2013) menyatakan bahwa guru seringdianggap sebagai penyebab utama rendahnyakualitas pendidikan. Salah satu penyebabnyaadalah rendahnya kemampuan guru dalammengelola proses pembelajaran dan penguasaanpengetahuan tentang manajemen kelas.

Dalam Peraturan Menteri PendidikanNasional Nomor 41 tahun 2007 tentang standarproses untuk satuan pendidikan dasar danmenengah dinyatakan pentingnya manajemenkelas.Manajemen kelas bertujuan mewujudkansituasi dan kondisi kelas yang memungkinkansiswa mengembangkan kemampuan merekasecara optimal, menghilangkan hambatan yangmenghalangi terwujudnya interaksi pembelajar-an, dan menyediakan dan mengatur fasilitasserta perabot belajar yang mendukung danmemungkinkan siswa belajar sesuai denganlingkungan sosial, emosional dan intelektualsiswa dalam kelas (Dikdasmen, 1996).

Manajemen kelas adalah semuaaktivitas guru di kelas yang dapat menciptakandan mempertahankan kondisi yang optimal bagiterjadinya proses belajar. Manajemen kelasadalah suatu usaha yang dilakukan penanggungjawab kegiatan belajar mengajar dengan tujuanagar tercapai kondisi yang optimal sertakondusif, sehingga dapat terlaksana kegiatanbelajar seperti yang diharapkan dan mengen-dalikan jika terjadi gangguan atau hambatan

(Cooper, 1995; Arikunto, 2006; dan Mulyasa,2006). Dengan demikian manajemen kelasmerupakan usaha sadar, untuk mengaturkegiatan proses belajar mengajar secarasistematis. Usaha sadar itu mengarah padapenyiapan bahan belajar, penyiapan sarana danalat peraga, pengaturan ruang belajar,mewujudkan situasi/kondisi proses belajarmengajar dan pengaturan waktu sehinggapembelajaran berjalan dengan baik dan tujuankurikuler dapat tercapai (Dirjen PUOD danDirjen Dikdasmen, 1996).

Tentang tujuan manajemen kelas,Sudirman (2000) menyatakan bahwa tujuanmanajemen kelas adalah penyediaan fasilitasbagi macam-macam kegiatan belajar siswadalam lingkungan sosial, emosional, dan intelek-tual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itumemungkinkan siswa belajar dan bekerja,terciptanya suasana sosial yang memberikankepuasan, suasana disiplin, perkembanganintelektual, emosional, dan sikap serta apresiasipada siswa. serta sifat-sifat individunya (DirjenPUOD dan Dirjen Dikdasmen,1996). Dalamhubungan ini, Rusydie (2011) menyatakanbahwa jika kegiatan manajemen kelasdilaksanakan dengan baik maka tujuan darimanajemen kelas dapat tercapai.

Secara umum faktor yang mempengaruhimanajemen kelas menurut Djamarah (2006)dibagi menjadi dua golongan yaitu, faktor interndan faktor ekstern siswa. Faktor intern siswaberhubungan dengan masalah emosi, pikiran,dan perilaku. Faktor ekstern siswa terkaitdengan masalah suasana lingkungan belajar,penempatan siswa, pengelompokan siswa,jumlah siswa, dan sebagainya. Di lain pihakCooper (1995) mengemukakan adanya tigapendekatan dalam pengelolaan kelas, yaituBehaviour-Modification Approach (Behavio-

rism Approach), Socio-emotional ClimateApproach (Humanistic Approach), dan Group

Page 98: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 223

Analisis Akar Masalah Ketidakefektifan Manajemen Kelas di Sekolah Dasar | Hilda S.Momongan & Supramono

Process Approach. Schmuck dan Schmuckdalam Entang dan Joni (1985) mengemukakanprinsip-prinsip dalam penerapan pendekatanproses kelompok, adalah mutual expectations,

leadership, attraction, norm, communication,cohesiveness.

Rukmana & Suryana (2009) menjelas-kan bahwa secara garis besar kegiatan gurudalam manajemen kelas ada dua yaitukegiatanpengaturan kondisi non-fisik meliputi pengaturankondisi emosional siswa yaitu tingkah laku,kedisiplinan, minat/perhatian, gairah belajar,dinamika kelompok dan pengaturan kondisisosio-emosional yang melekat pada guru antaralain tipe kepemimpinan, sikap, suara, pem-binaan hubungan. Kedua, pengaturan fasilitasbelajar mengajar/kondisi fisik meliputi ventilasi,pencahayaan, kenyamanan, letak duduk,penempatan siswa. Selain itu, pengaturankondisi organisasional yang berkaitan denganrutinitas yang dilakukan tingkat kelas maupunsekolah juga mempengaruhi keberhasilanmanajemen kelas. Selain dua kegiatan mana-jemen kelas, Good & Brophy (1991) mengata-kan bahwa guru juga menghadapi beberapa tipesiswa dalam kelas antara lain successful

students, social students, dependent students,alienated students, dan phantom students.

Kondisi tersebut juga dialami oleh be-berapa sekolah dasar seperti yang terjadi disekolah dasar di Salatiga yaitu SDN KaumanKidul, SDN Ujung-Ujung 01 dan 02, SDNSalatiga 02, dan SDN 10 Salatiga. Wawancaraawal dengan beberapa guru menyatakan bahwamereka mengalami beragam kesulitan terutamadalam menghadapi bermacam siswa yang adadalam kelas sehingga menghambat terjadinyaproses belajar mengajar. Berdasar uraian diatas, penulis memandang perlu diadakannyapenelitian mengenai apa yang menjadi akarmasalah manajemen kelas di lima sekolah dasarSalatiga serta mengusulkan solusi manajemen

kelas agar siswa dapat memaksimalkan prestasibelajarnya secara optimal. Penelitian ini meng-gunakan Analisis Tulang Ikan atau DiagramSebab-Akibat untuk mendapat akar masalahmanajemen kelas sekolah dasar. Analisis akandilakukan terhadap kegiatan manajemen kelasyaitu kegiatan pengaturan kondisi non-fisik(emosional dan sosio-emosional), pengaturankondisi fisik, serta pengaturan kondisiorganisasional.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah deskriptifyang menganalisis akar masalah manajemenkelas di 2 (dua) sekolah di Kabupaten Semarangdan 3 (tiga) sekolah di Kota Salatiga sertamerumuskan usulan solusi atas permasalahantersebut. Data primer didapatkan melalui FGD(Focus Group Discussion) dan untuk melengkapidata tersebut dilakukan observasi.FGD dilakukandi tiap sekolah dengan beberapa guru kelasuntuk mengetahui akar masalah manajemenkelas, dan merumuskan usulan solusi bersamauntuk mengatasi akar masalah manajemen kelas.Dalam penelitian ini observasi dilakukan olehpeneliti di dalam ruang kelas di tiap sekolahsaat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung.Analisis data penelitian ini menggunakan analisistulang ikan atau diagram Fishbone (Ishikawa,1985).Focus Group Discussion di SDN Ujung-Ujung 01 dan 02 dilakukan bersama-sama olehguru-guru dari kedua sekolah di salah satu ruangkelas SDN Ujung-Ujung 02 setelah siswapulang sekolah. Jumlah guru yang terlibat FGDberjumlah 4 orang dari kedua sekolah. FGDyang sama juga dilakukan di tiga sekolah lainnyayaitu SDN Kauman Kidul, SDN Salatiga 10,dan SDN Salatiga 02. Jumlah peserta FGD diSD Kauman Kidul berjumlah 3 orang, SDNSalatiga 10 berjumlah 2 orang, dan SDNSalatiga 02 diikuti 2 orang guru.

Page 99: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

224 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

HASIL PENELITIAN

Pada tahap awal, peserta FGD mela-kukanbrainstorming mengenai semua masalahdalam manajemen kelas tanpa dibatasi ataupundiinterupsi sehingga peserta dapat mencurahkansemua permasalahan yang dihadapi. Setelah itu,semua masalah dikelompokkan sesuai dengankegiatan pengaturan dalam manajemen kelas.Kemudian, peserta mendiskusikan penyebabutama dari masalah-masalah dalam tiapkegiatan pengaturan dan dimasukkan dalamdiagram fishbone. Setelah pengelompokkanselesai dilakukan, para peserta diminta memilihpenyebab utama dalam pengaturan manajemenkelas yang memiliki masalah paling penting yangmempengaruhi keefektifan manajemen kelas.

Hasil FGD dengan diagram fishbonedapat dilihat pada Gambar 1.

Ketidakefektifan

Manajemen

Kelas di SekolahDasar

Pengaturan KondisiSosio -Emosional

Pengaturan KondisiEmosional

PengaturanKondisi Fisik

Pengaturan KondisiOrganisasional

Tugas tambahandari sekolah dan

dinas

Overloadtugas

administrasiInkonsistensisekolah dan dinas

dalam PSB

Minat, perhatian,gairah belajar

dalam kelas kurang

Guru cenderung monoton dalam kelas

Inkonsistensi gurudalam penegakan

kedisiplinan

Perkembanganteknologi

Kelelahan gurusecara fisik dan

emosional

Banyakmisbehavior

students

Sekolah tidakfokus pada

sarpras

Keberadaan siswaABK membutuhkanpenanganan khusus

Gambar 1 Diagram Fishbone Hasil FGD di Lima Sekolah Dasar

Peserta di SDN Ujung-Ujung 01 dan02 menyatakan bahwa ada tiga kegiatanpengaturan dalam manajemen kelas yangmemiliki permasalahan paling vital adalah

pengaturan kondisi emosional, kondisi sosio-emosional, dan kondisi fisik. Sementara pesertadari ketiga sekolah dasar lainnya menyatakanbahwa tiga kegiatan pengaturan dalam mana-jemen kelas yang memiliki permasalahan palingvital adalah kegiatan pengaturan kondisiemosional, kondisi sosio-emosional, dan kondisiorganisasional. Pada kondisi organisasional,guru-guru di SDN Kauman Kidul menyatakanbahwa adanya adanya tugas tambahan darisekolah sebagai petugas TU dan pustakawanmempengaruhi efektifitas manajemen kelasyang mereka terapkan, sementara guru-guru diSDN Salatiga 10 menyatakan bahwabanyaknya administrasi yang harus diselesaikanyang mempengaruhi manajemen kelas, danadanya inkonsistensi sekolah dan dinas dalamPSB dinyatakan oleh guru-guru di SDNSalatiga 02 sebagai penyebab utama dalampengaturan kondisi organisasional yangmempengaruhi efektifitas manajemen kelas.Namun dalam diskusi selanjutnya, para peserta

Page 100: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 225

Analisis Akar Masalah Ketidakefektifan Manajemen Kelas di Sekolah Dasar | Hilda S.Momongan & Supramono

menyepakati bahwa hanya dua kegiatanpengaturan yang paling berpengaruh terhadapefektifitas manajemen kelas yaitu pengaturankondisi emosional dan kondisi sosio-emosional.

Dalam diagram fishbone di atas tampakbahwa ada tiga penyebab utama pada duakegiatan pengaturan dalam manajemen kelasyang dialami guru-guru di SDN Ujung-Ujung01 dan 02 yaitu pada pengaturan kondisiemosional dan sosio-emosional. Penyebabutama timbulnya permasalahan pada kegiatanpengaturan kondisi emosional karena adabanyak misbehavior students dalam kelas.Penyebab utama ini homogen didapati padakelima sekolah yang menyatakan bahwamisbehavior students dalam kelas yangsebagian besar mencari perhatian siswa lain danguru mempengaruhi manajemen kelas mereka.Selain itu, penyebab kesulitan dalam pengaturankondisi emosional adalah minat, perhatian,gairah belajar siswa kurang dalam PBM dikelas. Guru-guru di SDN Salatiga 10 menyadaribahwa siswa kurang berminat karena bosandengan suasana monoton yang disebabkan olehsistem teacher-centered yang diterapkan guru.Minat, perhatian, gairah belajar siswa kurangjuga homogen didapati di tiga sekolah lainnyayaitu SDN Kauman Kidul dan SDN Ujung-Ujung 01 dan 02. Sementara di SDN KaumanKidul penyebab utama lainnya dalampengaturan kondisi emosional adalahkeberadaan siswa ABK yang membutuhkanpenanganan khusus. Dalam pengaturan kondisisosio-emosional ditemukan bahwa dalam kelasguru-guru di SDN Ujung-Ujung 01 dan 02menyatakan bahwa penyebab utama kesulitandalam pengaturan kondisi sosio-emosionaladalah kelelahan secara fisik maupun emosional.Sementara di SDN Salatiga 10 penyebabutama dari permasalahan pengaturan kondisisosio-emosional adalah guru cenderungmonoton dalam PBM. Penyebab ini juga

homogen didapati pada SDN Ujung-Ujung 01dan 02.

Penyebab utama ketiga adalah adanyainkonsistensi guru dalam penegakan disiplindalam kelas dinyatakan oleh SDN Ujung-Ujung 01 dan 02 serta SDN Salatiga 10sebagai faktor utama yang berpengaruh dalampengaturan kondisi sosio-emosional guru.Langkah selanjutnya setelah menyepakatikedua permasalahan dalam kegiatan manajemenkelas, para peserta mulai mendiskusikan akarmasalah dari masalah-masalah tersebut.Rangkuman masalah, penyebab utama, sertaakar masalah ketidakefektifan manajemen kelasdi lima sekolah tersebut disajikan dalam matriksebab dan akar masalah pada Tabel 2.

Dalam Tabel 2 para guru di lima sekolahmenyepakati bahwa masalah-masalah dalampengaturan kondisi emosional disebabkan olehtiga penyebab utama yaitu banyaknya mis-

behavior students dalam kelas, keberadaansiswa ABK yang membutuhkan penanganankhusus, minat, perhatian, gairah belajar siswakurang. Peneliti kemudian menanyakanmengenai akar masalah dari masing-masingpenyebab utama dan didapati bahwa akarmasalahnya adalah guru belum fokus padasiswa secara individu namun pada penyelesaiankurikulum. Kedua, keberadaan siswa ABKyang memiliki learning pace berbeda dengansiswa lain. Ketiga, belum ada tuntutan darikepala sekolah mengenai fun learning dalamPBM. Keempat, guru kurang pengetahuan akanmanajemen kelas. Kelima, guru kurangmengadakan pendekatan interpersonal dengansiswa. Terakhir, guru kurang percaya bahwasiswa dapat disiplin dan teratur dalam kelas.

Dua minggu setelah diadakan FGD,peneliti kembali ke SDN Ujung-Ujung 01 dan02 untuk melakukan observasi mengenaimanajemen kelas yang dilakukan guru dalamkelas. Hasil observasi sesuai dengan hasil FGD

Page 101: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

226 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

Tabe

l 2M

atri

k Se

bab

dan

Aka

r Mas

alah

Ket

idak

efek

tifa

n M

anaj

emen

Kel

as

Page 102: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 227

Analisis Akar Masalah Ketidakefektifan Manajemen Kelas di Sekolah Dasar | Hilda S.Momongan & Supramono

yang dilakukan sebelumnya bahwa dalamproses PBM dalam kelas, tindakan menganggudan menyimpang banyak dilakukan siswaseperti bermain telepon genggam saat gurusedang fokus pada siswa lain, berlari keluarkelas, mengganggu teman, serta berjalan-jalandalam kelas. Observasi di SDN Kauman Kiduldilakukan tiga minggu sesudah FGDdilaksanakan. Dalam manajemen kelas, guruterlihat cukup kesulitan menghadapi tingkah lakusiswa dalam kelas. Saat guru sedang mengoreksipekerjaan salah satu siswa atau fokus padasiswa ABK, jeda waktu digunakan siswa lainuntuk bermain sendiri, mengganggu teman yangsedang mengerjakan tugas, saling memukul,serta ada beberapa siswa yang bercakap-cakapdengan teman dengan suara keras. Gurukemudian memperingatkan siswa untuk diamdan tenang dengan nada tinggi, namunketenangan hanya berlangsung sebentarkemudian siswa mulai bermain dan bercandadengan teman lainnya kembali bahkan ada yangberlari di dalam kelas.

Hasil observasi yang dilakukan penelitidi SDN Salatiga 10 pada tiga minggu sesudahFGD juga mendapat hasil yang sama denganpaparan guru-guru saat diskusi. Dalam satukelas yang diobservasi, guru terkadang kesulitandalam mengkondusifkan kelas karena kelasdalam situasi siswa ramai berbicara dengantemannya. Hal ini sering terjadi saat ada waktukosong yang sering dimanfaatkan siswa untukberbicara sendiri, menjahili teman, berkelahi,maupun berjalan-jalan dalam kelas. Guru seringberbicara menggunakan nada tinggi karenasiswa tidak mendengarkan guru saat menegurdengan suara pelan. Observasi di SDN Salatiga02 dilakukan dua minggu setelah FGD selesaidilakukan. Peneliti menemukan bahwa hasilFDG dengan hasil observasi sedikit berbedayaitu siswa dalam kelas cenderung lebih mudahdiatur dibandingkan siswa di sekolah dengan

jenjang kelas yang sama. Saat siswa mulaiberbicara sendiri atau mengganggu teman, gurumenegur dengan suara rendah namun tegas dansiswa pun mulai tenang walaupun beberapa saatkemudian siswa kembali ramai saat ada celahwaktu kosong. Saat observasi berlangsung,tidak ada siswa yang berjalan-jalan dalam kelas,berteriak, ataupun mengganggu temannyasehingga suasana kelas cukup kondusif.

Akar permasalahan di atas menjadidasar dari perumusan usulan solusi untukmenangani ketidakefektifan manajemen kelasyang diaplikasikan guru dalam kelas. Adapunusulan solusi yang telah dirumuskan bersamadapat dilihat dalam Tabel 3

DalamTabel 3, guru-guru menyepakatibahwa alternatif solusi yang dapat dilakukanpada akar permasalahan pertama adalah gurumereview pada RPH maupun RPP yang telahdibuat agar agihan waktu dapat disesuaikanagar waktu untuk pemenuhan kebutuhanpsikologi siswa juga dapat terpenuhi. Pada akarpermasalahan yang kedua, guru dapat mene-rapkan sistem reward and punishment padasiswa lain yang dapat menyelesaikan tugasnyadengan disiplin selama guru mendampingi ataufokus pada siswa ABK dan metode peer-teaching dalam kelas. Solusi yang dapatdilakukan untuk akar permasalahan ketigaadalah kepala sekolah mewajibkan guru untukmenerapkan fun learning dalam PBM sehinggapembelajaran dalam kelas dapat lebih menarikdan tidak membosankan bagi siswa.

Pada akar permasalahan keempat,solusi yang dapat dilakukan adalah guru dapatmereview kembali urgensi manajemen kelasbahwa manajemen kelas bukan hanya sekedarteori atau hasil penelitian namun sesuatu yangwajib diaplikasikan agar tujuan manajemenkelas dapat tercapai. Selain itu, guru dapatmendiskusikan strategi manajemen kelasdengan kolega maupun guru senior sebagai

Page 103: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

228 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

langkah preventif untuk minimalisisr masalah-masalah yang sering terjadi dalam manajemenkelas.

Akar permasalahan kelima adalah gurukurang mengadakan pendekatan interpersonaldengan siswa. Solusi yang dapat diaplikasikandalam kelas adalah guru mengingat kembaliprinsip-prinsip dalam manajemen kelas sertamengaplikasikannya dalam PBM. Selain itu,break time yang biasanya berlangsung dua kalidalam satu hari dapat dimanfaatkan guru untukmelakukan pendekatan pribadi pada siswasehingga hal-hal yang berkaitan dengan siswa,latar belakang keluarga, permasalahan sosialisasi,ataupun permasalahan siswa lainnya dapatdiketahui oleh guru sehingga dapat dilakukanlangkah-langkah solusinya. Pada akar per-masalahan terakhir solusi yang dapat dilakukanuntuk guru kurang percaya bahwa siswa dapatdisiplin dan teratur adalah adanya konsistensiguru dalam penegakan kedisiplinan dalam kelasdan pengembangan rasa trust guru pada siswasehingga siswa enggan untuk melakukantindakan indisipliner dalam kelas.

Akar Permasalahan Alternatif Solusi

Guru belum fokus pada siswasecara individu namun padapenyelesaian kurikulum.

- Guru mereview kembali RPH dan RPP dengan penyesuaianagihan waktu.

Keberadaan siswa ABK yangmemiliki learning pace berbedadengan siswa lain.

- Guru menerapkan sistem reward and punishment kepadasiswa.

- Guru menerapkan metode peer-teaching dalam kelas.

Belum ada tuntutan dari kepalasekolah mengenai fun learningdalam PBM.

- Kepala sekolah mewajibkan fun learning dalam PBM.

- Kepala sekolah melakukan supervisi dalam kelas.

- Guru menggunakan variasi dalam PBM.

Guru kurang pengetahuan akanmanajemen kelas.

- Guru mereview kembali urgensi manajemen kelas.

- Guru bekerjasama dengan kolega/senior sebagai tindakanpreventif.

Guru kurang mengadakanpendekatan interpersonal dengansiswa.

- Guru mengaplikasikan prinsip manajemen kelas.- Guru memanfaatkan break time untuk pendekatan personal.

Guru kurang percaya bahwa siswadapat disiplin dan teratur dalamkelas.

- Guru konsisten dalam penegakan kedisiplinan siswa.- Guru mengembangkan trust pada siswa.

Tabel 3 Akar Permasalahan dan Alternatif Solusi

PEMBAHASAN

Berdasarkan pada paparan akarpermasalahan di atas maka pada bagian iniakan dibahas mengenai usulan solusi yang dapatdiaplikasikan dalam manajemen kelas yaitu,keberadaan misbehaviour students adalahsalah satu masalah krusial dalam manajemenkelas karena berpengaruh terhadap smoothness

dalam PBM. Selain itu, siswa dengan perilakumengganggu atau menyimpang juga berpengaruhterhadap tercapainya tujuan manajemen kelas.Namun, guru belum fokus pada siswa secaraindividu karena hanya berpikir untuk penyelesaiankurikulum agar semua selesai tepat waktu dalamsatu semester. Solusi yang dapat dilakukandalam kelas untuk permasalahan ini adalah gurumereview kembali RPH dan RPP agar agihanwaktu untuk kurikulum maupun kebutuhanpsikologis siswa dapat terpenuhi. Sebagaicontoh, guru memasukkan total waktu sepuluhsampai lima belas menit untuk berbincang ataumemberikan perhatian dengan satu ataubeberapa siswa dalam kelas. Kegiatan ini dapatdilakukan pada keesokan harinya untuk siswa

Page 104: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 229

Analisis Akar Masalah Ketidakefektifan Manajemen Kelas di Sekolah Dasar | Hilda S.Momongan & Supramono

yang berbeda sehingga setiap siswa merasadiperhatikan dan diberi kasih sayang oleh gurumereka. Waktu yang ada tidak hanya digunakanuntuk penyelesaian kurikulum namun juga dapatdigunakan guru untuk mempelajari karakter tiapsiswa, mencari tahu latar belakang siswa,permasalahan yang dihadapi dalam belajarmaupun bersosialisasi bahkan juga minat bakatpada masing-masing siswa.

Siswa ABK dalam kelas membutuhkanperhatian serta waktu khusus dalam pena-nganannya padahal guru memiliki waktuterbatas untuk menyelesaikan semua tugasnyadalam kelas. Para guru merasa kesulitan dalammenyampaikan materi kepada seluruh kelasmaupun pada saat membimbing siswa ABKsecara khusus. Solusi yang telah dirumuskanadalah pemberian reward and punishment

dalam kelas selama guru fokus membimbingsiswa ABK. Sebagai contoh, guru akan mem-berikan reward berupa hadiah kecil atau poinyang dikumpulkan hingga akhir tahun. Parasiswa yang mendapat poin yang tinggi akanmendapat hadiah akhir tahun. Punishment

dapat diberikan untuk siswa yang tidak disiplincontohnya berdiri di depan kelas atau menger-jakan tugas piket tambahan. Selain reward andpunishment, solusi yang dapat diaplikasikanadalah metodepeer-teachingyaitu siswa dibagidalam kelompok dengan ketua kelompok yangdapat bertanggung-jawab atas kelompoknyadan dengan kemampuan akademis beragamagar siswa dapat saling membantu. Tujuan lainpeer-teaching adalah agar siswa tidak sibuksendiri dalam kelas selama guru fokus padasiswa ABK.

Minat, perhatian, gairah belajar kurangdapat ditingkatkan dengan metode mengajaryang menarik. Namun, pada kenyataannya gurucenderung monoton dengan metode pembe-lajaran teacher-centered. Akibatnya, siswakurang berminat dan bergairah dalam mengikuti

PBM dalam kelas sehingga mencari kegiatanyang lebih menarik bagi mereka. Guru-gurutidak berminat untuk menerapkan fun learningkarena belum ada tuntutan dari kepala sekolah,selain itu mereka juga fokus pada penyelesaianmateri.

Kepala sekolah dapat mewajibkan funlearning dalam PBM sebagai salah satu solusisehingga guru terpacu untuk mengembangkanmetode pembelajaran yang lebih menarik minatsiswa. Kepala sekolah juga diharapkan melaku-kan supervisi sebagai tindak lanjut daripenerapan fun learning dalam kelas. Supervisidiharapkan dapat meningkatkan kinerja gurudalam menerapkan manajemen kelas yangefektif. Selain itu, melalui supervisi guru dapatterpacu untuk menerapkan fun learning dalamkelas. Guru juga dapat menggunakan variasidalam PBM dengan penggunaan audio visualaids seperti alat peraga, video, juga games ataugroup discussion agar siswa lebih tertarikdalam mengikuti PBM dalam kelas.

Guru cenderung monoton dalam PBMdisebabkan oleh kurangnya keterampilan dalammenganalisis kondisi kelas. Akar permasalah-annya terletak pada kurangnya pengetahuanakan manajemen kelas. Salah satu solusi yangdapat dilakukan adalah guru mereview kembaliakan urgensi manajemen kelas, teori maupunaplikasi agar dapat efektif dilaksanakan. Gurujuga dapat bekerjasama dengan kolega dengancara mendiskusikan secara terus menerusmengenai manajemen kelas sebagai langkahpreventif untuk permasalahan yang sering terjadidalam manajemen kelas.

Banyaknya permasalahan dalam kelasantar siswa maupun guru dengan siswa yangmengakibatkan kelelahan guru secara fisik mau-pun emosional disebabkan oleh kurang akrab-nya guru dengan siswa dan kurangnya pema-haman guru terhadap siswa secara individu.Selain itu, disebabkan juga oleh kurangnya

Page 105: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

230 |

JurnalKelola Vol.2, No.2, Juli-Desember 2015

pendekatan interpersonal guru dengan siswa.Guru harus dapat mengaplikasikan prinsip-prinsip manajemen kelas seperti hangat,antusias, variasi, dan lainnya. Solusi yang keduaadalah guru dapat memanfaatkan waktu breaktime yang biasanya dilaksanakan dua kalidalam satu hari untuk melakukan pendekatanpersonal pada siswa. Guru dapat memberiperhatian serta menggali latar belakang siswa,cara bersosialisasi, maupun mencari tahukesulitan belajar yang dihadapi di sekolah.

Guru-guru dalam kelas sering mela-kukan inkonsistensi dalam penegakan disiplindalam kelas karena kurangnya kepercayaanguru terhadap siswa. Guru kurang percayabahwa siswa sekolah dasar dapat disiplin danteratur. Akibatnya, toleransi lebih seringdiberikan oleh guru kepada siswa bahkan seringtindakan indisipliner siswa dibiarkan terjadidalam kelas. Solusi untuk akar permasalahanterakhir adalah guru harus konsisten dalampenegakan kedisiplinan dalam kelas. Selain itu,guru juga harus mengembangkan hubungansaling mempercayai dengan siswa. Dengan dasarinilah, guru dapat yakin untuk melaksanakanmanajemen kelas efektif agar tujuan yang telahditetapkan dapat dicapai.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasar pada hasil analisis dalam pe-

nelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. Terdapat 6 (enam) akar permasalahandalam pengaturan kondisi emosional dansosio-emosional yaitu: a) guru belum fokuspada siswa secara individu namun padapenyelesaian kurikulum, b) keberadaansiswa ABK yang memiliki learning paceberbeda dengan siswa lain, c) belum adanyatuntutan dari kepala sekolah mengenai funlearning dalam kelas, d) guru kurangpengetahuan akan manajemen kelas, e)

guru kurang mengadakan pendekataninterpersonal dengan siswa, dan f) gurukurang percaya bahwa siswa sekolah dasardapat disiplin dan teratur.

2. Alternatif solusi yang dapat diaplikasikanuntuk mengatasi ketidakefektifan mana-jemen kelas yaitu guru mereview kembaliRPH dan RPP dengan penyesuaian agihanwaktu, guru menerapkan sistem rewardand punishment juga metode peer-teaching dalam kelas, kepala sekolahmewajibkan fun learning dalam kelas sertamelakukan supervisi, guru menggunakanalternatif penyampaian materi, gurumereview kembali urgensi manajemen kelasserta mendiskusikan strategi manajemenkelas dengan kolega maupun senior, gurumengaplikasikan prinsip-prinsip manaje-men kelas serta memanfaatkan break timeuntuk melakukan pendekatan personalpada siswa.

SaranBerdasarkan hasil analisis pada pene-

litian ini, berikut ini dikemukakan saran yangdapat dijadikan pertimbangan bagi kepalasekolah dan guru untuk mencapai tujuanmanajemen kelas efektif.1. Guru diharapkan dapat mengembangkan

tugas dan tanggung jawabnya yang dapatdilakukan dengan membangkitkan innermotivation dan self-awareness sebagaiseorang guru. Guru diharapkan dapatmemperkaya pengetahuan melalui internet,buku dan sumber lainnya untuk dapat me-nambah pengetahuan mengenai manajemenkelas efektif yang dilakukan sekolah lainatau bahkan sekolah di luar negeri. Konsis-tensi dan kepercayaan dalam melakukansemua yang telah dirancang atau dituju jugaharus dimiliki oleh guru agar tujuan atausolusi yang telah diusulkan bersama dapat

Page 106: PENGELOLAAN SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DI …

| 231

Analisis Akar Masalah Ketidakefektifan Manajemen Kelas di Sekolah Dasar | Hilda S.Momongan & Supramono

dilaksanakan dan manajemen kelas efektifdapat terwujud.

2. Kepala sekolah diharapkan dapat mem-bantu guru dalam meningkatkan keefektifanmanajemen kelasnya dengan cara mereviewRPP maupun RPH yang telah dibuat guru,melakukan supervisi dalam kelas, dan jugamewajibkan guru mengaplikasikan funlearning dalam kelas. Selain itu, kepalasekolah dapat mengembangkan sistempenghargaan kepada guru kreatif dalamPBM sehingga guru terpacu untuk meng-aplikasikan pembelajaran menyenangkandalam kelas. Kepala sekolah juga dapatmemfasilitasi para guru untuk mengadakanworkshop mengenai fun learning. Denganadanya bantuan serta supervisi dari kepalasekolah diharapkan manajemen kelas yangdilakukan guru dapat berhasil sesuai dengantujuan.

3. Penelitian ini tidak terlepas dari keter-batasan dan kekurangan yang dimiliki olehpeneliti. Berbagai keterbatasan ini dapatdiperbaiki dalam penelitian yang akandatang. Dalam penelitian ini tidak melibat-kan kepala sekolah dan orang tua siswasehingga belum ditelusuri lebih lanjutmengenai hubungan signifikan banyaknyapermasalahan emosional siswa di sekolahdengan latar belakang yang mendasarimunculnya perilaku-perilaku mengganggu/menyimpang yang dilakukan misbehaviorstudents. Selain itu, peneliti melihat danmeneliti lima sekolah secara bersamaansehingga hasil penelitian kurang detaildibandingkan jika hanya meneliti satu ataudua sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Pengelolaan Kelas danSiswa: Sebuah Pendekatan Evaluatif.Jakarta: Rajawali.

Cooper, J.M. 1995. Classroom TeachingSkills. A Handbook. Lexingtong: DeHealth and Coy.

Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen. 1996.Pengelolaan Kelas, Seri PeningkatanMutu 2. Jakarta: Depdagri danDepdikbud.

Djamarah, S.B. 2006. Strategi BelajarMengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Entang & Joni. 1983. Pengelolaan Kelas,Proyek Pengembangan LembagaPendidikan Tenaga Kependidikan.Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud

Entang, Joni & Prayitno. 1985. PengelolaanKelas, Proyek Pengembangan LembagaPendidikan Tenaga Kependidikan.Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud

Ishikawa, K. 1985. Pengendalian MutuTerpadu. Bandung: Remaja Rosdakarya

Mulyasa. 2006.Kurikulum Berbasis Kompetensi.Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rukmana & Suryana. 2009. ManajemenPendidikan. Bandung: Alfabeta.

Rusydie, Salman. 2011. Prinsip-PrinsipManajemen Kelas. Yogyakarta: DivaPress.

Slameto. 2013. Implementasi, Eksplorasi,Elaborasi, dan Konfirmasi DalamPembelajaran Guna MeningkatkanKompetensi Pedagogik Guru SD.Salatiga: Tisara Grafika.

Sudirman, dkk, 1991. Ilmu Pendidikan.Bandung: Remaja