pengelolaan risiko keuangan

30
MANAGING RISK ( PERTEMUAN KE – 4) Disusun oleh : Ni Made Novi Susilowati, SE, Ak (1490661023) Ni Luh Putu Sri Sandhi, ST (1490661024 I Gusti Ngurah Agung Ariwiantara (1490661033) PROGRAM PASCA SARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA

Upload: gunkdatuk

Post on 04-Sep-2015

24 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Manajemen Risiko Keuangan, Financial Risk Management, Financial Management, Risk,

TRANSCRIPT

MANAGING RISK

( PERTEMUAN KE 4)

Disusun oleh :Ni Made Novi Susilowati, SE, Ak (1490661023)Ni Luh Putu Sri Sandhi, ST (1490661024I Gusti Ngurah Agung Ariwiantara (1490661033)

PROGRAM PASCA SARJANAPROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMENFAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS UDAYANAPengelolaan Risiko (Managing Risk) | 19

TAHUN 2015KONTEN PAPER

A. PENGHINDARAN RISIKOB. PENAHANAN RISIKOC. PEMINDAHAN RISIKO1. TRANSFER RISIKO KEPADA PERUSAHAAN ASURANSI2. TRANSFER RISIKO KEPADA BUKAN PERUSAHAAN ASURANSI3. HEDGING4. INCORPORTEDD. KEPUTUSAN PEMILIHAN ALTERNATIF PENGELOLAAN RISIKOE. PENGENDALIAN RISIKO1. TEORI DOMINO2. RISK CHAIN3. FOKUS DAN TIMING PENGENDALIAN RISIKOF. BAHAN DISKUSI : PENERAPAN ISO 31000 DALAAM PENGELOLAAN RISIKO PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT (STUDI KASUS BANK PERKREDITAN RAKYAT X)

PENGELOLAAN RISIKO(MANAGING RISK)

A. PENGHINDARAN RISIKO (RISK AVOIDANCE)Penghindaran risiko adalah salah satu alternatif strategi dalam manajemen risiko dimana jika memungkinkan, risiko dapat dihilangkan tanpa adanya pengaruh negatif terhadap pencapaian tujuan. Akan tetapi dalam kebanyakan situasi risiko tidak bisa dihindari. Perusahaan akan melaksanakan suatu bisnis tertentu untuk memperoleh keuntungan, dalam melakukan aktivitas bisnis tersebut perusahaan akan menghadapi risiko yang berakaitan dengan setiap aktivitas tersebut karenanya sangat kecil kemungkinan untuk dapat menghindari risiko.Strategi ini juga merupakan strategi yang penting karena akan dapat menekan risiko hingga nilai nol dengan kata lain tidak lagi diperlukan teknik manajemen risiko yang lain karena potensi kerugiannya sudah dihapuskan sama sekali, akan tetapi strategi ini tetap memiliki kelemahan. Sebagai ilustrasi, sebuah perusahaan konstruksi ditawari kontrak sebuah proyek swasta di suatu daerah dengan keadaan politik yang tidak stabil. Setelah dianalisa, kemungkinan perusahaan untuk terkena risiko tersebut sangat tinggi dan akan merugikan secara financial. Dalam posisi ini, apabila perusahaan memilih strategi penghindaran risiko maka perusahaan akan menolak proyek tersebut karena perusahaan akan mendapat kerugian akibat risiko tersebut. Disisi lain, perusahaan berhasil menghindar dari risiko yang mungkin akan diterima tetapi perusahaan akan kehilangan peluang untuk mendapatkan keuntungan dari proyek tersebut. Sebelum perusahaan memilih strategi ini, terdapat beberapa elemen kunci yang diperhatikan dimana untuk situasi yang : Aktivitas secara inheren berbahaya dan atau berpotensi mengakibatkan cidera serius Risiko mendatang yang akan muncul berada diluar kendali perusahaan Kegiatan ini tidak diperlukan untuk memenuhi tujuan pendidikan Risiko yang tidak dapat diterima oleh perusahaan Perusahaan tidak ingin mencurahkan sumber daya yang diperlukan untuk pengelolaan risiko dengan baikApabila risiko telah diidentifikasi dengan benar sesuai langkah langkah yang komprehensif, dapat diambil keputusan apakah risiko harus dihindari atau tidak.

B. PENANGGUNGAN ATAU PENAHANAN RISIKO (RISK RETENTION)Yang dimaksud dengan penahanan risiko direncanakan adalah dimulai dari upaya untuk mengetahui seluruh risiko yang mungkin timbul, atau mengindentifikasi risiko yang ada kemudian menyusun berbagai tindakan yang akan diambil. Pada kondisi ini tindakan yang diambil menjadi tanggung jawab perusahaan sendiri dan tidak dialihkan pada pihak lain atau pihak ketiga diluar perusahaan contohnya perusahaan lebih menekankan pada pelatihan mengemudi dan seleksi pengemudi yang ketat dalam upaya mengantisipasi risiko terjadinya kerusakan kendaraan akibat kecelakaan. Pada kondisi ini perusahaan lebih memilih menganggarkan dana untuk meningkatkan ketrampilan mengemudi daripada mengasuransikan kendaraan.Penahanan atau penaggungan risiko dapat terjadi secara terencana ataupun tidak. Jika suatu perusahaan mengevaluasi risiko risiko yang ada, kemudian memutuskan untuk menahan sebagian atau seluruh risiko, maka perusahaan tersebut menahan risiko dengan terencana. Pada sisi lain, perusahaan tidak sadar akan adanya risiko yang dihadapinya dimana perusahaan tidak melakukan langkah langkah tertent. Dalam situasi tersebut perusahaan dapat dikatakan menahan risiko dengan tidak terencana. Penahanan risiko tidak direncanakan adalah merupakan bentuk kegagalan perusahaan dalam mengindentifikasi risiko yang mungkin terjadi sehingga pada saat risiko itu terjadi perusahaan tidak memiliki anggaran atau tidak memiliki tindakan yang telah terencana dalam mengatasinya. Misalnya risiko kegagalan peluncuran produk terkait dengan tenaga ahli yang beralih pada perusahaan lain, atau tuntutan konsumen terhadap produk, dan lain-lainRisiko yang ditahan ini bisa didanai dan bisa juga tidak didanai. Jika perusahaan tidak menetapkan pendanaan yang khusus ditujukan untuk mendanai risiko tertentu, jika risiko tersebut benar-benar muncul maka muculnya risiko tidak akan dibiayai. Dalam beberapa situasi, pilihan tersebut masuk akal dimana perusahaan menduga bahwa risiko yang timbul merupakan risiko bisnis seperti bisnis supermarket yang dianggap bahwa pencurian barang oleh pembeli merupakan risiko bisnis maka tidak perlu dibuat pendanaan yang khusus. Kerugian yang timbul akibat pencurian tersebut dapat dialihkan menjadi biaya operasional. Akan tetapi jika kerugian yang timbul sangat besar, maka perusahaan dapat mengalami kesulitan jika harus membiayai kerugian tersebut. Dalam situasi apabila potensi kerugian yang timbul sangat besar, perusahaan dapat mendanai risiko tersebut dimana pendanaannya dapat dilakukan melalui beberapa cara diantaranya :

Dana CadanganDana cadangan ini berarti perusahaan secara periodik menyisihkan dana untuk membiayai kerugian yang mungkin timbul akibat risiko tertentu. Perusahaan dapat juga menyiapkan dana cadangan dalam bentuk aset likuid berupa kas atau juga dapat membangun akses ke pasar keuangan yang baik sehingga perusahaan dapat memperoleh dana dari pasar keuangan apabila terjadi sesuatu yang merugikan. Self-insurancePengelolaan dana cadangan untuk antisipasi kerugian akibat risiko dapat ditingkatkan lagi menjadi semacam asuransi untuk internal perusahaan sendiri atau yang dikenal dengan istilah self insurance. Istilah ini bukan berarti adanya transfer risiko ke pihak luar melainkan risiko masih akan ditanggung perusahaan. Dengan self insurance, perhitungan dilakukan dengan lebih teliti untuk menentukan berapa besarnya premi yang harus disisihkan serta besarnya tanggungan yang bisa diberikan. Kerugian yang terjadi lebih besar dari yang ditanggung maksimum, bisa dialihkan ke pihak luar. Self insurance bisa dilakukan jika eksposur diperusahaan cukup besar sehingga skala ekonomisnya tercapai dan risiko dapat diprediksi dengan baik. Captive InsurersDilakukan dengan mendirikan anak perusahaan asuransi yang menjadi bagian dari perusahaan. Risiko dalam perusahaan bisa saja diasuransikan ke captive insurers tersebut. Terdapat beberapa alasan kenapa captive insurers menjadi menarik, diantaranya :1. Di beberapa negara, perlakuan pajak sedemikian rupa sehingga menguntungkan untuk membuat captive insurers dalam arti pajak yang dibayarkan menjadi lebih kecil.2. Kontrak asuransi menjadi lebih fleksibel karena praktis berurusan dengan pihak internal. Kadang kadang manajer captive insurers sekaligus menjadi manager risiko dalam sebuah perusahaan. Dalam hal ini asimetri informasi dan problem keagenan bisa dihilangkan, sederhananya dapat diilustrasikan karena manajer risiko sekaligus menjadi manager captive insurers ,maka premi yang dibayar tentu lebih kecil dibanding membeli asuransi dari pihak luar.

C. PEMINDAHAN RISIKO (RISK TRANSFER)Bila skala ekonomis tidak terpenuhi, serta merasa tidak memilki kompetensi dan waktu untuk mengelola risiko maka alternatif yang dapat dipilih dalam mengelola risiko adalah melakukan transfer risiko atau risk transfer. Pada kondisi ini dengan mengalokasikan sejumlah biaya tertentu (biaya lebih rendah jika dibandingkan biaya yang mungkin dikeluarkan bila risiko terjadi) pada pihak lain yang memiliki kemampuan dan kapasitas yang lebih baik sehingga bisa mendiversifikasilan risiko lebih baik atau karena mempunyai keahlian untuk melakukan manajemen risiko lebih baik. Pemindahan risiko dapat dilakukan dengan cara :1. Transfer risiko kepada perusahaan asuransi (mengasuransikan).2. Transfer risiko kepada perusahaan yang bukan perusahaan asuransi (non insurance transfer).3. Lindung Nilai/Hedging4. Membentuk perseroan terbatas (Incorporated)

1) Transfer risiko kepada perusahaan asuransi (mengasuransikan). Asuransi merupakan metode transfer risiko yang paling umum, khususnya risiko murni (pure risk). Asuransi merupakan kontrak perjanjian antara yang diasuransikan (insured) dan perusahaan asuransi (insurer), dimana insurer bersedia memberikan kompensasi atas kerugian yang dialami pihak yang diasuransikan, dan pihak pengasuransi (insurer) memperoleh premi asuransi sebagai balasannya. Ada empat hal yang diperlukan dalam transaksi asuransi: (1) perjanjian kontrak, (2) pembayaran premi, (3) tanggungan (benefit) yang dibayarkan jika terjadi kerugian seperti yang disebutkan dalam kontrak, dan (4) penggabungan (pool) sumberdaya oleh perusahaan asuransi yang diperlukan untuk membayar tanggungan.Prinsip bisnis asuransi didasarkan pada upaya mengumpulkan (pool) sumberdaya, bukannya mengumpulkan risiko. Melalui premi yang diterima perusahaan asuransi, sampai pada skala ekonomisnya akan memperkecil probabilitas tidak bisa memenuhi kewajibannya. Pada kondisi ini pihak asuransi dapat menghitung tingkat biaya yang akan dibebankan mengingat mereka sudah dapat menghilangkan risiko ketidak pastiannya.Dewasa ini asuransi telah berkembang menjadi suatu bidang usaha/bisnis yang menarik dan memiliki peranan yang penting dalam menunjang dunia bisnis, keluarga dan masyarakat. Cara penanganan risiko melalui pemindahan risiko kepada perusahaan asuransi, merupakan cara yang penting dalam Manajemen Risiko.Dalam transaksi asuransi melibatkan dua pihak, yaitu tertanggung dan penanggung. Pihak penanggung (perusahaan asuransi) menjamin pihak tertanggung, bahwa tertanggung akan mendapatkan penggantian terhadap suatu kerugian yang mungkin akan dideritanya, sebagai akibat dari suatu peril yang mungkin terjadi yang menimpanya sebagai kontra prestasinya pihak tertanggung diwajibkan membayar sejumlah uang yang disebut dengan premi.a) Pengertian AsuransiPengertian asuransi menurut Kitab Undang-undang Hukum Dagang Pasal 246 : Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin terjadi karena suatu peristiwa tak tertentu.Berdasarkan pengertian di atas, maka dalam asuransi terkandung 4 unsur, yaitu :1. Pihak tertanggung (insured) wajib membayar uang premi kepada penanggung.2. Pihak penanggung (insurer) wajib membayar uang santunan/pertanggungan kepada pihak tertanggung atas suatu kejadian tak tertentu yang menimbulkan kerugian.3. Suatu peristiwa (accident) yang tak tertentu (tidak diketahui sebelumnya)4. Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami kerugian karena peritiwa yang tak tertentu.b) Manfaat AsuransiManfaat asuransi bagi tertanggung, antara lain :1. Rasa aman dan perlindungan2. Polis asuransi dapat dijadikan jaminan untuk memperoleh kredit3. Berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan.4. Alat penyebaran risiko5. Membantu meningkatkan kegiatan usaha.c) Prinsip Asuransi1. Insurable interest, yaitu adanya kepentingan terhadap barang yang dipertanggungkan.2. Utmost good faith, yaitu adanya itikad baik dari kedua belah pihak. Tertanggung dan penanggung tidak boleh mengembangkan fakta yang dapat menyebabkan kerugian bagi pihak lain.3. Indemnity, berarti mengembalikan posisi finansial tertanggung setelah terjadi kerugian seperti pada posisi sebelum terjadinya kerugian tersebut. Dengan demikian indemmity ini merupakan prinsip ganti rugi oleh penanggung terhadap tertanggung. Prinsip ini tidak berlaku untuk asuransi jiwa dan asuransi kecelakaan.4. Proximate Cause, adalah suatu sebab aktif yang mengakibatkan terjadinya suatu peristiwa secara berantai atau berurutan tanpa intervensi suatu kekuatan lain.5. Subrogasi, pada prinsipnya merupakan hak penanggung yang telah memberikan ganti rugi kepada tertanggung untuk menuntut pihak lain yang mengakibatkan kepentingan asuransinya mengalami kerugian.d) Risiko yang dapat diasuransikan (insurable risk)Secara umum risiko yang dapat diasuransikan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :1. Loss-Unexpected, yaitu terjadinya suatu peristiwa yang menimbulkan kerugian adalah benar-benar tidak direncanakan, jadi tidak dapat diperkirakan bahwa peristiwa tersebut benar-benar akan terjadi.2. Reasonable, yang dimaksudkan disini, yaitu risiko yang dapat dipertanggungkan adalah benda yang memiliki nilai, baik dari pihak penanggung maupun dari pihak tertanggung.3. Catastrophic, yaitu risiko tersebut tidak akan menimbulkan rugi yang sangat besar yang terjadi bersamaan.4. Homogeneous, berarti barang yang akan dipertanggungkan homogen.e) Kontrak Asuransi Kontrak asuransi disebut juga dengan contingent of contract, yaitu kontrak atau janji dimana perusahaan asuransi akan melakukan sesuatu tergantung pada terjadinya suatu peristiwa, misalnya terbakarnya rumah yang dipertanggungkan. Dasar dari seluruh kontrak asuransi adalah disebut prinsip indemnifikasi atau principle of indemnification, yaitu suatu kontrak untuk mengganti kerugian pihak tertanggung. Dokumen dasar dari kontrak asuransi disebut polis.f) Jenis Usaha PerasuransianPenggolongan asuransi dapat dilakukan dengan melihat aspek jenis usahanya. Menurut Undang-undang No.2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian, jenis usaha perasuransian meliputi :1. Usaha asuransi terdiri dari : Asuransi kerugian (non life insurance) Asuransi jiwa (life insurance) Reasuransi (reinsurance)2. Usaha penunjang usaha asuransi terdiri dari : Pialang asuransi yaitu usaha yang memberikan jasa keperantaraan dalam penutupan asuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi asuransi dengan bertindak untuk kepentingan tertanggung. Pialang reasuransi yaitu usaha yang memberikan jasa keperantaraan dalam penempatan reasuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi reasuransi dengan bertindak untuk kepentingan perusahaan asuransi. Penilai kerugian asuransi yaitu usaha yang memberikan jasa penilaian terhadap kerugian pada obyek asuransi yang dipertanggungkan Konsultan aktuaria yaitu usaha yang memberikan jasa konsultan aktuaria Agen asuransi yaitu pihak yang memberikan jasa keperantaraan dalam rangka pemasaran jasa asuransi untuk dan atas nama penanggung.g) Asuransi KerugianUsaha asuransi kerugian menurut Undang-undang No. 2 tahun 1992 yaitu usaha yang memberikan jasa-jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti. Sedangkan perusahaan asuransi kerugian adalah perusahaan yang hanya dapat menyelenggarakan usaha dalam bidang usaha asuransi kerugian termasuk reasuransi. Menurut UU No. 2 tahun 1992 tersebut perusahaan asuransi kerugian tidak diperkenankan melakukan kegiatan diluar usaha asuransi kerugian dan reasuransi. Asuransi kerugian di beberapa negara juga disebut general insurance yang terdiri dari asuransi kebakaran, pengangkutan laut dan udara, kendaraan bermotor, kompensasi bagi pegawai, profesi, jaminan dan sebagainya.

Selanjutnya usaha asuransi kerugian dalam prakteknya di Indonesia dapat dibagi sebagai berikut : Asuransi kebakaran yaitu asuransi yang menutup risiko kebakaran, petir, ledakan dan kejatuhan pesawat. Asuransi pengangkutan Asuransi aneka yaitu jenis asuransi kerugian yang tidak dapat digolongkan ke dalam asuransi kebakaran dan asuransi pengangkutan. Jenis asuransi aneka ini antara lain meliputi : asuransi kendaraan bermotor, asuransi kecelakaan diri, pencurian, uang dalam pengangkutan, uang dalam penyimpanan, kecuranganh) ReasuransiPengertian sederhana reasuransi (reinsurance) pada prinsipnya adalah pertanggungan ulang atau pertanggungan yang dipertanggungkan atau sering disebut asuransi dari asuransi. Di beberapa buku teks dapat diambil suatu kesimpulan mengenai pengertian reasuransi ini yaitu suatu sistem penyebaran risiko di mana penanggung menyebarkan seluruh atau sebagian dari pertanggungan yang ditutupnya kepada penanggung yang lain. Pihak yang menyerahkan pertanggungan (tertanggung) disebut dengan ceding company dan yang menerima pertanggungan (penanggung) disebut reinsurer atau disebut juga reasuradir. Sedangkan menurut UU No. 2 tahun1992 perusahaan reasuransi adalah perusahaan yang memberikan jasa dalam pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi kerugian atau perusahaan asuransi jiwa.Dalam menjalankan kegiatan usahanya, perusahaan asuransi senantiasa dihadapkan pada perhitungan tingkat risiko yaitu jumlah klaim yang harus dibayarkan pada tertanggung dibanding dengan kemampuan finansialnya. Oleh karena itu dalam menanggulangi kemungkinan terjadinya risiko yang melebihi kemampuan keuangan perusahaan asuransi yang bersangkutan, maka perlu dilakukan pembagian atau penyebaran risiko yang ditutupnya dengan cara mempertanggungkan kembali sebagian dari risiko yang ditutupnya tersebut. Proses pertanggungan ini disebut reasuransi.i) KoasuransiDalam kegiatan usaha perasuransian, terutama dalam hal penutupan asuransi, merupakan suatu prinsip bahwa risiko yang ditutup harus disebarkan kepada pihak lain untuk menghindari beban risiko melebihi batas kemampuannya. Dengan adanya penyebaran risiko tersebut, maka sebagian risiko yang ditutupnya itu akan ditanggung sendiri, sementara sebagian lainnya dibebankan pada perusahaan asuransi lain yang ikut menanggung, prinsip ini disebut dengan spreading of risk principle. Selanjutnya, penyebaran risiko tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) cara yaitu :a. Koasuransi (co-insurance)b. Reasuransi (reinsurance)Koasuransi pada dasarnya adalah pertanggungan yang dilakukan secara bersama atas suatu objek asuransi. Biasanya nilai pertanggungan berjumlah besar, sehingga perusahaan asuransi tersebut dalam rangka menyebarkan risikonya perlu menawarkan atau mengajak beberapa perusahaan asuransi lain untuk ikut mengambil bagian pertanggungan atas penutupan risiko tersebut. Dalam mekanisme koasuransi ini dikenal istilah leader yang bertugas untuk mengorganisasi dan mengelola pelaksanaan pertanggungan tersebut.Sering kedua cara tersebut dipakai secara bersamaan sebagai suatu kombinasi gabungan yang digunakan sekaligus. Suatu perusahaan asuransi yang akan melakukan penutupan risiko dalam jumlah besar yang melebihi kemampuan keuangannya akan melakukan cara koasuransi sebelum melakukan reasuransi. Selanjutnya, setelah koasuransi dilakukan barulah kemudian mencari perusahaan reasuransi untuk menyebarkan risiko untuk bagian yang ditutupnya. Dalam melakukan koasuransi ini terdapat 2 (dua) cara penutupan yaitu koasuransi yang penutupannya menggunakan satu polis saja dan koasuransi dengan menggunakan polis masing-masing sesuai dengan besarnya jumlah bagian yang ditutup. Cara penutupan yang manapun dipilih sangat tergantung pada kesepakatan perusahaan asuransi yang terlibat.

2) Transfer risiko kepada perusahaan yang bukan perusahaan asuransi (non insurance transfer).Pemindahan risiko kepada pihak non insurance biasanya dilakukan melalui kontrak-kontrak bisnis biasa atau melalui kontrak khusus untuk pemindahan risiko. Isi kontrak adalah berkenaan dengan pemindahan tanggung jawab atas kerugian terhadap :a. Harta kekayaanb. Net Incomec. Personild. Tanggungjawab (liabilities) kepada pihak ketiga.Pemindahan ini dapat dibeda-bedakan berdasarkan ruang lingkup dari tanggung jawab yang dipindahkan, mulai dari ekstrim; transferer/penanggung hanya memindahkan tanggung jawab keuangan untuk kerugian akibat tindakan yang tidak disengaja oleh transferee/tertanggung, sampai pada ekstrim; tertanggung akan menerima ganti-rugi berkenaan dengan peril yang disebutkan dalam kontrak dan tidak peduli apa penyebab dari kerugian tersebut.Ada beberapa keterbatasan dari nonisurance transfer, antara lain :1. Kontrak mungkin hanya memindahkan sebagian dari risiko yang menurut pendapat Manajer Risiko harus dipindahkan ke pihak lain. Oleh sebab itu Manajer Risiko harus mempelajari dengan cermat isi kontrak pemindahan.2. Bahasa yang digunakan dalam kontrak adalah Bahasa Hukum, sehingga kadang-kadang sukar dipahami oleh orang awam (termasuk Manajer Risiko), sehingga mudah menimbulkan salah pengertian.3. Kontrak dapat dibatalkan oleh pengadilan bila isinya bertentangan dengan undang-undang, peraturan pemerintah, kebijaksanaan pemerintah atau dianggap tidak wajar bagi tertanggung.Contoh : Melalui perjanjian leasing, pihak lessor dapat memindahkan tanggung jawab keuangan kepada penyewa untuk kerusakan harta, tanggung jawab kepada pihak ketiga, tanggung jawab mana sebelum ada kontrak berada pada lessor. Melalui leasing, leassee (penyewa) juga dapat memindahkan kerugian potensialnya kepada lessor. Dengan leasing berarti leassee bebas dari risiko turunnya harga barang yang disewa, risiko keusangan ekonomis, risiko keusangan teknis. Risiko mana akan ditanggung bila barang itu milik sendiri. Perusahaan menyerahkan pengangkutan produknya kepada perusahaan transportasi, bertujuan untuk memindahkan risiko dalam pengangkutan kepada perusahaan transportasi. Dalam perjanjian sewa-menyewa rumah, pemilik rumah memindahkan risiko kerusakan kepada penyewa, yang biasanya terhadap kerusakan karena kelalaian penyewa.

3) HedgingHedging atau lindung nilai pada dasarnya mentransfer risiko kepada pihak lain yang lebih bisa mengelola risiko lebih baik melalui transaksi instrumen keuangan. Merupakan salah satu bentuk risk transfer dengan melibatkan pihak lain sebagai penanggung jawab bila terjadi kejadian yang tidak diinginkan terjadi. Hedging biasanya terkait dengan perlindungan terhadap kewajiban membayar atau kebutuhan akan uang asing. Misalnya kewajiban untuk dapat membayar hutang dalam dolar atau dalam mata uang asing lainnya, atau juga kewajiban untuk membayar pembelian bahan baku dalam mata uang asing seperti dolar atau pounstreling dan yen. Perubahan kurs mata uang asing terhadap rupiah misalnya dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar misalnya saja waktu kejadian kerusuhan Mei 1998 yang mendorong dollar terapresiasi terhadap rupiah yang mencapai 500%. Pada kondisi ini perusahaan yang melakukan hedging dengan kepemilikan atau opsi membeli dollar dimasa depan akan sangat tertolong mengingat sesuai dengan perjanjian forward atau future yang bersangkutan tidak harus membeli pada kurs yang akan datang tetapi berdasarkan kesepakatan yang berlaku dalam kontrak. Untuk kondisi seperti ini hedging sangat mirip dengan asuransi.Cara kerja hedging mirip dengan asuransi, yaitu jika kerugian dialami karena risiko tertentu, perusahaan memperoleh kompensasi dari kontrak lainnya. Jika diasuransikan maka kompensasi diberikan oleh perusahaan asuransi sedangkan pada hedging dengan instrumen derivatif, kompensasi diberikan oleh pihak lain (counter party) yang menjual kontrak derivatif tersebut.

4) Incorporated Incoporated aatau membentuk perseroan terbatas merupakan alternatif bentuk transfer risiko bagi individu mengingat dengan pembentukan perseroan terbatas, kewajiban pemegang saham dalam perseroan terbatas hanya terbatas pada modal yang disetorkan. Kewajiban tersebut tidak akan sampai ke kekayaan pribadi. Secara efektif, sebagian risiko perusahaan ditransfer ke pihak lain, dalam hal ini biasanya kreditur (pemegang hutang). Jika perusahaan bangkrut, maka pemegang saham dan pemegang hutang akan menanggung risiko bersama, meskipun dengan tingkatan yang berbeda. Pemegang hutang biasanya mempunyai prioritas yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemegang saham. Misalkan perusahaan bangkrut, asetnya dijual, hasil penjualan aset tersebut akan diberikan ke pemegang hutang. Jika masih ada sisa, pemegang saham baru bisa memperoleh bagiannya. Tetapi kewajiban pemegang saham tidak akan sampai pada harta pribadinya.

D. KEPUTUSAN PEMILIHAN ALTERNATIF PENGELOLAAN RISIKOSecara umum jika risiko memiliki frekuensi yang sering dengan severity yang rendah maka alternatif risiko ditahan merupakan alternatif yang paling optimal. Jika risiko mempunyai frekuensi yang kecil tetapi mempunyai severity yang besar, maka alternatif ditransfer merupakan alternatif yang optimal. Jika frekuensi dan severity tinggi maka perusahaan dapat memutuskan untuk menghindari risiko tersebut. Hal tersebut dapat dirangkum dalam tabel dibawah ini:

Frekuensi (Probabilitas)Severity (Keseriusan)Teknik yang dipilih

RendahRendahDitahan

TinggiDitransfer

TinggiRendahDitahan

TinggiDihindari

Misalnya risiko kecelakaan mobil dari perspektif individu mempenyai frekuensi rendah dengan tingkat severity yang tinggi. Untuk risiko semacam ini, alternatif yang dengan pemindahan risiko (risk transfer) merupakan alternatif yang optimal, karena itu akan lebih baik bagi individu untuk membeli asuransi kecelakaan mobil dibandingkan dengan menahan risiko tersebut. Risiko kebakaran atau terkena serangan badai merupakan contoh lain risiko yang memiliki ciri frekuensi yang rendah dengan severity yang tinggi.Besar kecilnya severity dan frekuensi bersifat relatif tergantung dari sudut pandangnya. Misalnya kerugian sebesar satu milyar rupiah bagi perusahaan kecil tentunya akan berarti besar (tingkat severity tinggi) dan sebaliknya bagi perusahaan besar, mungkin nilai tersebut memiliki tingkat severity yang kecil. Suatu perusahaan dapat menggunakan kombinasi dari alternatif pengelolaan risiko. Misalnya suatu perusahaan mengasuransikan kerugian kebakaran diatas angka 1 milyar rupiah sedangkan dibawah angka tersebut, perusahaan bersedia menanggung (menahan) risiko tersebut. Dalam hal ini, perusahaan menggunakan alternatif menahan risiko sekaligus melakukan transfer risiko.Penggunaan alternatif pengelolaan risiko tersebut diatas perlu dilengkapi dengan pengendalian risiko. Pengendalian risiko yang baik dapat memperkecil risiko sehingga alternatif menahan risiko dapat dipilih. Untuk alternatif mentransfer risiko, pengendalian risiko dapat menurunkan harga yang dibayarkan untuk mentransfer risiko. Misalnya, perusahaan dapat mengendalikan risiko kebakaran bangunan dengan cara memasang alarm kebakaran dan penyediaan tabung pemadam kebakaran sehingga premi asuransi kebakaran dapat diturunkan.Manajemen risiko adalah bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen proses. Manajemen risiko adalah bagian dari proses kegiatan didalam organisasi dan pelaksananya terdiri dari mutlidisiplin keilmuan dan latar belakang, manajemen risiko adalah proses yang berjalan terus menerus.Elemen utama dari proses manajemen risiko, seperti yang terlihat pada gambar dibawah meliputi:a. Penetapan tujuanMenetapkan strategi, kebijakan organisasi dan ruang lingkup manajemen risiko yang akan dilakukan. b. Identifikasi risikoMengidentifikasi apa, mengapa dan bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya risiko untuk analisis lebih lanjut.c. Analisis risikoDilakukan dengan menentukan tingkatan probabilitas dan konsekuensi yang akan terjadi. Kemudian ditentukan tingkatan risiko yang ada dengan mengalikan kedua variabel tersebut (probabilitas x konsekuensi).d. Evaluasi risikoMembandingkan tingkat risiko yang ada dengan kriteria standar. Setelah itu tingkatan risiko yang ada untuk beberapa hazards dibuat tingkatan prioritas manajemennya. Jika tingkat risiko ditetapkan rendah, maka risiko tersebut masuk ke dalam kategori yang dapat diterima dan mungkin hanya memerlukan pemantauan saja tanpa harus melakukan pengendalian.e. Pengendalian risikoMelakukan penurunan derajat probabilitas dan konsekuensi yang ada dengan menggunakan berbagai alternatif metode, bisa dengan transfer risiko, dan lain-lain.f. Monitor dan ReviewMonitor dan review terhadap hasil sistem manajemen risiko yang dilakukan serta mengidentifikasi perubahan-perubahan yang perlu dilakukan.g. Komunikasi dan konsultasiKomunikasi dan konsultasi dengan pengambil keputusan internal dan eksternal untuk tindak lanjut dari hasil manajemen risiko yang dilakukan. Manajemen risiko dapat diterapkan di setiap level di organisasi. Manajemen risiko dapat diterapkan di level strategis dan level operasional. Manajemen risiko juga dapat diterapkan pada proyek yang spesifik, untuk membantu proses pengambilan keputusan.

Gambar Lingkup Analisis Risiko dalam Proses Manajemen Risiko

E. PENGENDALIAN RISIKO (RISK CONTROL)Untuk risiko yang tidak bisa dihindari, organisasi perlu melakukan pengendalian risiko. Pengendalian risiko bertujuan untuk mengurangi probabilitas munculnya kejadian, mengurangi tingkat keseriusan (severity), atau keduanya. Agar dapat mengendalikan risiko dengan lebih baik, diperlukan pemahaman terhadap karakteristik risiko. Dalam rangka memahami risiko, ada beberapa teori yang ingin menelusuri penyebab munculnya risiko, antara lain teori domino dan teori rantai risiko.

Teori Domino (Heinrich, 1959)Menurut teori ini, kecelakaan bisa dilihat sebagai urutan lima tahap seperti digambarkan dalam kartu domino berikut. Jika satu kartu jatuh, maka akan mendorong kartu kedua jatuh, dan seterusnya sampai kartu domino terakhir jatuh.

Bagan Kartu Domino :

Ada lima tahapan yang merupakan rangkaian kecelakaan, yaitu :1. Lingkungan sosial dan faktor bawaan yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu (misal mempunyai temperamen tinggi sehingga gampang marah).2. Personal fault (kesalahan individu), dimana individu tersebut tidak mempunyai respon yang tepat (benar) dalam situasi tertentu.3. Unsafe act or physical hazard (tindakkan yang berbahaya atau kondisi fisik yang berbahaya).4. Kecelakaan 5. Cedera Penelitian oleh Heinrich menunjukkan bahwa faktor ketiga (tindakan yang berbahaya) menjadi penyebab utama dari kecelakaan kerja (88%). Beberapa contoh tindakan yang berbahaya adalah bekerja tanpa alat pengaman yang memadai, teman kerja yang mengganggu konsentrasi kerja, serta peralatan yang tidak digunakan sebagaimana mestinya.Berdasarkan hasil tersebut, pengendalian risiko yang efektif bisa dilakukan dengan memfokuskan pada faktor ketiga misalnya menghilangkan tindakan yang berbahaya, menghilangkan kondisi fisik yang rentan terhadap risiko.

Rantai risiko (Risk Chain)Menurut Mekhofer, 1987, risiko yang muncul bisa dipecah ke dalam beberapa komponen :1. Hazard (kondisi yang mendorong terjadinya risiko)2. Lingkungan di mana hazard tersebut berada3. Interaksi hazard dengan lingkungan 4. Hasil dari interaksi5. Konsekuensi dari hasil tersebutSebagai contoh, di gudang yang banyak bahan mudah terbakar (misal kertas) terdapat kompor dengan menggunakan minyak tanah. Gudang adalah lingkungannya, sedangkan kompor tersebut adalah hazard. Kompor dengan menggunakan minyak tanah meningkatkan risiko kebakaran (hazard). Interaksi antara gudang dengan kompor didalamnya akan semakin meningkatkan risiko kebakaran, sehingga suatu saat terjadi kebakaran (faktor keempat). Konsekuensi dari kebakaran adalah kerugian yang cukup signifikan.Manajer risiko bisa mengatasi risiko melalui cara menghilangkan hazard, misalnya kompor minyak tanah diganti kompor listrik. Lingkungan dibuat agar lebih tahan terhadap munculnya risiko misal dengan menyingkirkan bahan-bahan yang mudah terbakar. Konsekuensi dari hasil (kebakaran) yang berupa kerugian bisa dikurangi misalnya dengan membuat tembok lebih tahan api sehingga kebakaran pada ruang tersebut tidak mudah menjalar ke tempat lain.

Fokus dan Timing Pengendalian Risiko a. Fokus pengendalian risikoPengendalian risiko bisa difokuskan pada usaha mengurangi kemungkinan (probability) munculnya risiko dan mengurangi keseriusan (severity) konsekuensi risiko tersebut, misalnya memakai peralatan pengamanan selama bekerja bisa mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Memasang airbag di mobil merupakan contoh untuk mengurangi severity kecelakaan mobil. Kantong udara tersebut tidak mencegah terjadinya kecelakaan.Pemisahan (separation) dan duplikasi (duplication) merupakan dua bentuk umum metode untuk mengurangi keseriusan risiko. Contoh pemisahan adalah menyebar operasi perusahaan, sehingga jika terjadi kecelakaan kerja, karyawan yang menjadi korban akan terbatas. Duplikasi dilakukan dengan cara menyimpan produk yang serupa atau mirip di tempat yang terpisah. Contohnya menyimpan file penting di beberapa tempat misal hard disk PC di kantor, hard disk di notebook dan flash disk atau CD.Tentunya kita bisa menggunakan metode mengurangi kemungkinan munculnya risiko dengan pengurangan severity secara bersamaan. Sebagai contoh, dokter ahli bedah belajar metode baru dalam pembedahan yang lebih canggih dan lebih aman. Dengan metode baru tersebut, dokter tersebut bisa mengurangi probabilitas terkena risiko digugat akibat mal praktik, dan juga sekaligus menurunkan severity tuntutan jika risiko gugatan terjadi.b.Timing pengendalian risikoDari sisi timing (waktu), pengendalian risiko bisa dilakukan sebelum, selama, dan sesudah risiko terjadi. Sebagai contoh, perusahaan bisa melakukan training untuk karyawannya mengenai peraturan, prosedur, dan teknik untuk menghindari kecelakaan kerja. Karena aktivitas tersebut dilakukan sebelum terjadinya kecelakaan kerja, maka aktivitas tersebut merupakan aktivitas sebelum risiko terjadi.Pengendalian risiko juga bisa dilakukan pada saat terjadinya risiko. Sebagai contoh, kantong udara pada mobil secara otomatis akan mengembang jika terjadi kecelakaan. Pengendalian risiko juga bisa dilakukan setelah risiko terjadi, contohnya, perusahaan bisa mengelola nilai sisa dari bangunan yang terbakar, atau memperbaiki mobil yang rusak karena kecelakaan kemudian bisa dijual lagi dengan harga yang lebih tinggi. Jika hal semacam ini bisa dilakukan, maka kerugian (serevity) bisa dikurangi.

DAFTAR PUSTAKA

Hanafi, Mamduh M. 2014. Manajemen Risiko. Edisi Kedua, Yogyakarta : UPP STIM YKPN

Meilania, Tiurma A.A.D. 2014. Penerapan ISO 31000 dalam Pengelolaan Risiko Pada Bank Perkreditan Rakyat (Studi Kasus Bank Perkreditan Rakyat X). Jurnal Administrasi Bisnis Vol. 10 No. 1 Hal. 17-32. Center for Business Studies, FISIP Univerasitas Parahyangan.