pengelolaan karakter kedisiplinan di sd al-islam 3

19
PENGELOLAAN KARAKTER KEDISIPLINAN DI SD AL-ISLAM 3 GEBANG SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Program Studi Magister Administrasi Pendidikan Dasar Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk memenuhi salah satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Oleh : SUMANTO NIM. Q 100 130 103 PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

Upload: lyque

Post on 30-Dec-2016

227 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGELOLAAN KARAKTER KEDISIPLINAN DI SD AL-ISLAM 3

0

PENGELOLAAN KARAKTER KEDISIPLINAN DI SD

AL-ISLAM 3 GEBANG SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Program Studi Magister Administrasi Pendidikan Dasar

Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta

Untuk memenuhi salah satu Syarat Guna Memperoleh

Gelar Magister Pendidikan

Oleh :

SUMANTO

NIM. Q 100 130 103

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015

Page 2: PENGELOLAAN KARAKTER KEDISIPLINAN DI SD AL-ISLAM 3

1

Page 3: PENGELOLAAN KARAKTER KEDISIPLINAN DI SD AL-ISLAM 3

2

Page 4: PENGELOLAAN KARAKTER KEDISIPLINAN DI SD AL-ISLAM 3

3

Page 5: PENGELOLAAN KARAKTER KEDISIPLINAN DI SD AL-ISLAM 3

4

Abstrak

Sumanto (Q 100 130 103). 2016. Pengelolaan Karakter Kedisiplinan di SD Al-Islam

3 Gebang Surakarta. Program Magister Administrasi Pendidikan. Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mendeskripsikan konsep Disiplin manajemen

(manajemen) Karakter di SD Al Islam 3 Gebang Surakarta saat ini 2) Upaya

meningkatkan belajar siswa di sekolah dasar Disiplin Al Islam 3 Gebang Surakarta. 3)

Faktor pendukung dan penghambat faktor Karakter siswa Disiplin di SD Al Islam 3

Gebang Surakarta.

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Al Islam 3 Surakarta di Jl.Bromo No.02 Desa

Kadipiro Banjarsari Surakarta Kabupaten kota Solo terletak di bagian utara, sementara

penelitian dilakukan di Januari 2015.

Hasil penelitian Secara umum pelaksanaan kode disiplin menjalankan secara tertib dan

teratur, dapat dilihat dari antusiasme dan keaktifan siswa dalam praktek. Meskipun ada

beberapa siswa yang tidak begitu peduli dengan disiplin. Upaya untuk meningkatkan

Disiplin Siswa di SD Al Islam 3 Gebang Surakarta. Pelaksanaan manajemen bisnis

sebagai internalisasi karakter disiplin ajaran Islam di SD Al-Islam Surakarta 3 penanaman

nilai-nilai agama meliputi: doa disiplin apel pagi disiplin, dan disiplin tadarus Al-Qur'an.

Sedangkan budidaya nilai-nilai moral termasuk hal disiplin dan Salim, pemutaran murotal

dan asmaul husna, disiplin Jumat bersih dan disiplin infaq / sedekah. Nilai-nilai Islam

yang dapat diinternalisasikan ke pelajar dengan karakter yang ada dari disiplin nilai

ibadah dan nilai-nilai moral. Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam

meningkatkan belajar siswa di sekolah dasar Disiplin Al Islam 3 Gebang Surakarta

Faktor-faktor yang mendukung karakter disiplin siswa pendidikan adalah) Nilai

kejujuran, b) Nilai tanggung jawab dan c) penilaian Model pada setiap subjek

menggunakan penilaian kognitif (pengetahuan) , afektif (sikap), juga psikomotor

(keterampilan). Faktor penghambat adalah lingkungan yang tidak baik.

Kata kunci: disiplin, pendidikan karakter, Sekolah Dasar

Page 6: PENGELOLAAN KARAKTER KEDISIPLINAN DI SD AL-ISLAM 3

5

Abstract

Sumanto (Q 100 130 103). 2016. Character Management Discipline in SD Al-Islam 3

Gebang Surakarta. Master Program in Educational Administration. Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

The purpose of this research is:1) To describe the concept of management (management)

Character Discipline in SD Al Islam 3 Gebang Surakarta this time 2) Efforts to improve

student learning in elementary school Discipline Al Islam 3 Gebang Surakarta. 3)

Factors supporting and inhibiting factors Character Discipline students in elementary Al

Islam 3 Gebang Surakarta.

This research was conducted at the Primary School Al Islam 3 No.02 Jl.Bromo Surakarta

in Surakarta Regency Village Kadipiro Banjarsari city of Solo is located in the northern

part, while research conducted in January 2015

The result of the study In general the implementation of the discipline code running in an

orderly and organized, it can be seen from the enthusiasm and activeness of students into

practice. Although there are some students who are not so concerned with the discipline.

Efforts to improve Discipline Students in elementary Al Islam 3 Gebang Surakarta.

Implementation of business management as a discipline character internalization of

Islamic teaching in elementary Al-Islam 3 Surakarta the planting of religious values

include: discipline apple morning prayers discipline, and discipline tadarus Qur'an.

While the cultivation of moral values include regards discipline and Salim, playback

murotal and asmaul husna, discipline clean Friday and discipline infaq / alms. The

values of Islam which can be internalized to the learner with the existing character of a

value discipline of worship and moral values. Factors supporting and inhibiting factors

in improving student learning in elementary school Discipline Al Islam 3 Gebang

Surakarta Factors that support character education student discipline is a) Value

honesty, b) Value of responsibility and c) Model assessment on each subject using

cognitive assessment (knowledge), affective (attitude), also psychomotor (skills).

Inhibiting factor is the environment that is not good.

Keyword : discipline, character education, elementary school

Page 7: PENGELOLAAN KARAKTER KEDISIPLINAN DI SD AL-ISLAM 3

6

PENDAHULUAN

Pendidikan karakter dalam konteks kekinian sangat relevan dan penting

untuk mengantasi krisis moral yang terjadi di Indonesia. Diakui atau tidak diakui

saat ini terjadi krisis nyata dan mengkhawatirkan karena telah berimbas kepada

anak-anak dan remaja usia sekolah. Krisis tersebut berupa tawuran antar pelajar,

menurunnya kejujuran, kehilangan daya kreatif (kreatifitas), tanggungjawab, dan

sebagainya yang sudah menjadi masalah sosial dan ikut memberi andil terjadinya

konflik ditingkat rakyat bawah.

Pendidikan sebagai suatu upaya sadar mengembangkan potensi peserta

didik, tidak dapat dilepaskan dari lingkungan mereka berada, utamanya

lingkungan budaya, karena pendidikan yang tidak dilandasi prinsip budaya

menyebabkan peserta didik tercabut dari akar budayanya, dan ketika hal itu terjadi

maka mereka tidak akan mengenal budayanya dan akan menjadi asing dalam

lingkungan budaya masyarakatnya, kondisi demikian menjadikan siswa cepat

terpangaruh oleh budaya luar. Kecenderungan itu terjadi karena ia tidak memiliki

norma dan nilai budaya yang dapat digunakan untuk melakukan pertimbangan

(Kemendiknas, 2010:5).

Pendidikan karakter menjadi amat penting karena melalui kegiatan

tersebut nilai-nilai kebangsaan akan tersosialisasi sistimatis dan diterima semua

kalangan utamanya peserta didik sebagai generasi muda bangsa; pendidikan

karakter sebagai wujud implementasi sosialisasi nilai-nilai luhur budaya bangsa,

adalah format penguatan yang sistematis dan terencana. Semakin kuat seseorang

memiliki dasar pertimbangan nilai kebangsaan, semakin kuat pula kecenderungan

untuk tumbuh dan berkembang menjadi warga masyarakat yang baik, dan pada

titik kulminasinya secara individual maupun kolektif akan memegang teguh nilai

budaya. Hal tersebut sesuai dengan fungsi utama pendidikan yang diamanatkan

dalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003, yaitu “mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam angka mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, aturan dasar yang

mengatur pendidikan nasional (UUD 1945 dan Undang-Undang Sisdiknas Nomor

Page 8: PENGELOLAAN KARAKTER KEDISIPLINAN DI SD AL-ISLAM 3

7

20 Tahun 2003) sudah memberikan landasan yang kokoh untuk mengembangkan

keseluruhan potensi diri seseorang sebagai anggota masyarakat dan bangsa.

Proses pengembangan nilai-nilai yang menjadi landasan dari karakter itu

menghendaki suatu proses yang berkelanjutan, dilakukan melalui berbagai mata

pelajaran yang ada dalam kurikulum. Dalam mengembangkan pendidikan karakter

bangsa, kesadaran akan siapa dirinya dan bangsanya adalah bagian yang teramat

penting, kesadaan tersebut hanya dapat terbangun dengan baik melalui pencerahan

masa lalu, masa kini dan akan datang tentang bangsanya. (Kemendiknas, 2010: 6)

Pendidikan karakter sejatinya merupakan bagian esensial tugas sekolah

dalam hal ini sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan nilai-nilai luhur

dalam lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat.

Zubaedi (2011: 17) menyatakan pendidikan karakter adalah: Upaya

penanaman kecerdasan dalam berfikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan

pengamalan dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai luhur yang menjadi

jati dirinya, diwujudkan dalam interaksi dengan Tuhannya, diri sendiri,

antarsesama, dan lingkungannya. Nilai luhur tersebut antara lain kejujuran,

kedisiplinan, kemandirian, sopan santun, kemuliaan sosial, kecerdasan berfikir

termasuk kepenasaran akan intelektual, dan berfikir logis. Pendidikan memiliki

beberapa tujuan utama yaitu; pengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta

didik sebagai manusia sekaligus warga bangsa; mengembangkan kebiasaan dan

perlaku peserta didik yang terpuji, menanamkan jiwa kepemimpinan dan

tanggungjawab, mengembangkan peserta didik menjadi manusia mandiri, kreatif,

dan berwawasan kebangsaan, mengembangkan lingkungan belajar yang aman,

jujur, disiplin, penuh kreatifitas dan persahabatan.

Dalam mewujudkan tujuan pendidikan karakter, sangat dibutuhkan peran

guru dalam pengelolaan pendidikan karakter yang benar-benar memiliki kekuatan

dalam menciptakan suasana yang kondusif bagi tumbuh kembangnya nilai-nilai

karakter yang diharapkan, bukan sekedar konsep yang ditempelkan pada mata

pelajaran tertentu untuk mendapatkan pengakuan bahwa pendidikan karakter

sudah dilaksanakan, sehingga tidak memberikan dampak yang berarti terhadap

kepribadian peserta didik.

Page 9: PENGELOLAAN KARAKTER KEDISIPLINAN DI SD AL-ISLAM 3

8

Pada studi awal lapangan ditemukan sekitar 79 persen guru SD Al Islam

3 Gebang Surakarta menyatakan bahwa pendidikan karakter sudah dilaksanakan,

hal tersebut dibenarkan Wakasek Kesiswaan Munawar Kholil, S.Pd

(diwawancarai, 26/03/2015) yang menyatakan telah dilaksanakan aktifitas sebagai

bentuk pendidikan karakter yakni: pembiasaan perilaku siswa yang mengarah

kepada peningkatan kesadaran diri dan lingkungan (akhlak mulia) dengan wujud :

tiap-tiap siswa datang ke sekolah pagi hari memunguti rumput dan membuangnya

ke tong sampah; berbaris tertib saat masuk dan keluar ruang belajar; menghormati

guru yang dijumpai dengan menjabat tangan sang guru tak peduli apakah

mengajar di kelasnya atau tidak. Pembiasaan tersebut sudah dilakukan sejak tahun

pelajaran 2010 – 2014 hingga sekarang.

Berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan karakter yang disosialisasikan

ke sekolah SD Al Islam 3 Gebang Surakarta menjelang tahun pelajaran 2015 –

2016, dalam tinjauan perilaku karakter kedisiplinan tampaknya sama dengan apa

yang sudah dilakukan selama ini, namun apabila bertitik tolak pada pengelolaan

yang sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter yang diterbitkan

Kemendiknas (2011:26) yakni : menyusun analisis konteks, menyusun Rencana

Akasi Sekolah (RKS) yang berintikan penyusunan dokumen tentang nilai-nilai

yang akan dikembangkan secara terstruktur dan terprogram dalam visi, misi serta

prinsip pengembangan; pembelajaran, inovatif, kreatif, adaptif dan proaktif

berbudaya lingkungan sampai kepada kurikulum yang adaptif, belum

dilaksanakan secara penuh, maka sesuai dengan penelitian awal yang

dilaksanakan di SD Al Islam 3 Gebang Surakarta, hanya 12 persen dari seluruh

guru yang menyatakan sudah dilaksanakan pengelolaan pendidikan karakter,

selebihnya yakni 88 persen menyatakan belum dilakukan pendidikan karakter.

Memperhatikan temuan tersebut dan dihubungkan dengan informasi Ibu

Jaetun, S.Pd salah seorang guru (diwawancarai, 28/05/2015) bahwa sesuai dengan

informasi dari pihak Pengawas sekolah yang ditugaskan melakukan sosialisasi

pendidikan karakter di SD Al Islam 3 Gebang Surakarta, maka pendidikan

karakter dilakukan melalui pencantuman nilai-nilai karakter tertentu ditiap-tiap

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu pada setiap Kompetensi Dasar

Page 10: PENGELOLAAN KARAKTER KEDISIPLINAN DI SD AL-ISLAM 3

9

(KD). Nilai pendidikan karakter dianggap tercapai apabila KD yang diajarkan

tuntas, yang dinilai melalui penilaian atau tes formatif. Ditambahkan pula bahwa

proses penanaman nilai-nilai karakter dianggap satu bagian tak terpisahkan dari

proses pembelajaran yang dilakukan, walaupun kurikulum yang digunakan belum

dilakukan penyesuaian dengan kurikulum khusus untuk mendukung pelaksanaan

pendidikan karakter.

Menurut Kepala Tata Usaha (KTU) SD Al Islam 3 Gebang Surakarta

(01/05/2015) pendidikan karakter di SD Al Islam 3 Gebang Surakarta benar-benar

sudah dilaksanakan sebagaimana dikemukakan oleh guru-guru, baik itu mengatur

perilaku siswa maupun melakukan pembinaan di kelas dan pembinaan ketakwaan

di mesjid serta pembinaan lainnya melalui Pramuka dan Palang Merah Remaja

(PMR), namun hal-hal yang berhubungan dengan administrasi pembelajaran yang

berkaitan dengan pendidikan karakter seperti kurikulum, sarana, cara-cara

mengajar apalagi dalam hal menegakan disiplin terhadap siswa pada pagi hari

sampai waktu pulang sekolah masih jadi masalah, karena bukan kendalanya bukan

saja pada siswa; tetapi guru juga sendiri masih jauh dari sikap disiplin dalam

melaksanakan tugasnya; mereka belum bisa memberikan keteladanan yang

sungguh-sungguh, lebih banyak menuntut hak daripada melaksanakan

kewajibannya sebagai guru. Sehingga tidak mengherankan kalau disiplin yang

diharapkan belum bejalan baik, demikian pula kejujuran, sopan santun, kratifitas

dan kemandirian belum bisa diwujudkan secara maksimal di sekolah, apalagi di

rumah.

Kondisi obyektif lapangan yang ditemukan, apabila dihubungkan dengan

pelaksanaan pendidikan karakter sesuai dengan pedoman Kemendikbud (2011:13)

yang menyatakan pelaksanaan pendidikan karakter dimulai dari tahap

perencanaan visi, misi dan tujuan sekolah, tahap pelaksanaan, tahap

pengkondisian pendidikan karakter, tahap penilaian keberhasilan dan tindak

lanjut, maka hasil temuan lapangan mengidikasikan pengelolaan pendidikan

karakter di SD Al Islam 3 Gebang Surakarta belum sesuai sepenuhnya

dilaksanakan sesuai dengan Desain Induk Pendidikan Karakter (2015) ataupun

Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Pendidikan Karakter SD (2015).

Page 11: PENGELOLAAN KARAKTER KEDISIPLINAN DI SD AL-ISLAM 3

10

Dengan kasus yang tampak tersebut, peneliti tertarik dan terdorong

mengungkap dan mempelajari lebih jauh tentang bagaimana sesungguhnya

implementtasi pengelolaan karakter kedisiplinandi SD Al Islam 3 Gebang

Surakarta sehingga benar-benar mampu berkontribusi dalam proses pembentukan

karakter peserta didik yang konsisten, sehingga pemahaman siswa terhadap nilai-

nilai kehidupan yang terpuji (akhlak mulia), tidak lagi hanya melalui proses

pembiasaan dan pencantuman nilai-nilai dalam program pembelajaran semata,

tetapi dilakukan secara holistik multi jalan dan multi program, mengingat SD Al

Islam 3 Gebang Surakarta adalah termasuk sekolah Terakreditasi A yang ada di

Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta, dan menjadi salah satu sekolah yang

berada di kawasan padat penduduk, meskipun demikian tidak pernah terlibat

dalam konflik.

Tujuan dalam penelitian ini adalah Untuk mendeskripsikan konsep

Pengelolaan (manajemen) Karakter Kedisiplinan di SD Al Islam 3 Gebang

Surakarta Selama ini. Usaha-usaha untuk meningkatkan Kedisiplinan Belajar

siswa di SD Al Islam 3 Gebang Surakarta. Faktor pendukung dan faktor

penghambat Karakter Kedisiplinan siswa di SD Al Islam 3 Gebang Surakarta.

LANDASAN TEORI/ KAJIAN PUSTAKA

1. Pendidikan

Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana dalam proses

pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh berkembang

menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat

dan berakhlak (berkarakter) mulia (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003).

Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) menegaskan bahwa “Pendidikan

nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

Page 12: PENGELOLAAN KARAKTER KEDISIPLINAN DI SD AL-ISLAM 3

11

negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Undang-Undang Nomor

20 Tahun 2003 Pasal 3).

Berdasarkan hukum yuridis tersebut, pendidikan nasional mengemban

misi untuk membangun manusia sempurna (insan kamil). Untuk membangun

bangsa dengan jati diri yang utuh, dibutuhkan sistem pendidikan yang

memiliki materi yang holistik, serta ditopang oleh pengelolaan dan

pelaksanaan yang baik. Dengan demikian, pendidikan nasional harus bermutu

dan berkarakter.

2. Karakter

Secara etimologis, kata karakter (Inggris : character) berasal dari bahasa

Yunani, eharassein yang berarti “to engrave” (Ryan and Bohlin, 1999: 5).

Kata “to engrave” itu sendiri dapat diterjemahkan menjadi mengukir,

melukis, memahatkan, atau menggoreskan (Echols dan Shadily, 1995: 214).

Arti ini sama dengan istilah “karakter” dalam bahasa Inggris (character) yang

juga berarti mengukir, melukis, memahatkan atau menggoreskan (Echols dan

Shadily, 1995: 214).

Berbeda dengan bahasa Inggris, dalam bahasa Indonesia “karakter”

diartikan sebagai tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang

membedakan seseorang dengan yang lain. Arti karakter secara kebahasaan

yang lain adalah huruf, angka, ruang atau simbol khusus yang dapat

dimunculkan pada layar dengan papan ketik (Pusat Bahasa Depdiknas, 2008:

682). Artinya, orang yang berkarakter adalah orang yang berkepribadian,

berperilaku, bersifat, bertabiat, atau berwatak tertentu, dan watak tersebut

yang membedakan dirinya dengan orang lain.

Di samping karakter dapat dimaknai secara etimologis, karakter juga

dapat dimaknai secara terminologis. Secara terminologis Thomas Lickona,

sebagaimana dikutip Marzuki mendefinisikan karakter sebagai “A reliable

inner disposition to respond to situasions in a morally good way”.

Selanjutnya, Lickona menyatakan, “Character so conceived has three

interrelated parts: moral knowing, moral feeling, and moral behavior”.

Karakter mulia (good character) mencakup pengetahuan tentang kebaikan

Page 13: PENGELOLAAN KARAKTER KEDISIPLINAN DI SD AL-ISLAM 3

12

(moral knowing) yang menimbulkan komitmen terhadap kebaikan (moral

feeling), dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan (moral behavior).

Dengan demikian, karakter mengacu pada serangkaian pengetahuan

(cognitives) sikap (attitudes) dan motivasi (motivations), serta perilaku

(behavior) dan ketrampilan (Marzuki, 2011: 470).

Dari pengertian secara etimologis maupun terminologis di atas, dapat

disimpulkan bahwa karakter merupakan nilai-nilai universal perilaku manusia

yang meliputi seluruh aktivitas kehidupan, baik yang berhubungan dengan

Tuhan, diri sendiri, sesama manusia, maupun dengan lingkungan yang

terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan

berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat

istiadat.

Berbagai pengertian karakter dala berbagai perspektif di atas

mengindikasikan bahwa karakter identik dengan kepribadian, atau dalam

Islam disebut akhlak. Dengan demikian, kepribadian merupakan ciri,

karakteristik, atau sifat. Karakter atau akhlak merupakan ciri khas seseorang

yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan,

misalnya keluarga pada masa kecil dan bawaan sejak lahir (Doni Koesoema,

2007: 80).

Karakter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai sifat-

sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari

yang lain. Karakter juga bisa diartikantabiat, yaitu perangai atau perbuatan

yang selalu dilakukan atau kebiasaan. Karakter juga diartikan watak, yaitu

sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku

atau kepribadian.

Aristoteles membedakan moral dengan pendidikan karakter. Moral

adalah ajaran atau aturan tentang seperangkat nilai-nilai untuk membedakan

mana yang benar dan mana yang salah. Moral masih bersifat normatif, berupa

seperangkat aturan yang dijadikan acuan dalam pendidikan karakter.

Page 14: PENGELOLAAN KARAKTER KEDISIPLINAN DI SD AL-ISLAM 3

13

3. Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter, menurut Ratna Megawangi (2004: 95), “sebuah

usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan

bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka

dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya”. Definisi

lainnya dikemukakan oleh Fakry Gaffar (2010: 1): “Sebuah proses

transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam

kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang

itu”. Dalam definisi tersebut, ada tiga ide pikiran penting, yaitu: 1) proses

transformasi nilai-nilai, 2) ditumbuhkembangkan dalam kepribadian, dan 3)

menjadi satu dalam perilaku.

Pendidikan karakter dalam seting sekolah sebagai “Pembelajaran yang

mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang

didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah”. Definisi ini

mengandung makna (Dharma Kesuma, 2011: 67):

a. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang terintegrasi dengan

pembelajaran yang terjadi pada semua mata pelajaran,

b. Diarahkan pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh.

Asumsinya anak merupakan organisme manusia yang memiliki potensi untuk

dikuatkan dan dikembangkan,

c. Penguatan dan pengembangan perilaku didasari oleh nilai yang dirujuk

sekolah (lembaga).

Pendidikan karakter itu erat kaitannya dengan habit atau kebiasaan atau

kebiasaan yang terus menerus dipraktikkan dan dilakukan sehingga

melahirkan kepribadian. Pendidikan karakter adalah internalisasi nilai-nilai

kelayakan yang di kawal dalam pembiasaan hingga melahirkan kepribadian

yang mulia. Tujuan pendidikan karakter pada tingkat institusi mengarah pada

pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku,

tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh

semua warga sekolah dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah

Page 15: PENGELOLAAN KARAKTER KEDISIPLINAN DI SD AL-ISLAM 3

14

merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di

masyarakat luas.

Jika pendidikan karakter ini berjalan sesuai dengan aturan, maka tujuan

tersebut akan tercapai, bahkan fungsi pendidikan karakter akan lebih

bermakna dalam membangun masyarakat yang mampu mengembangkan aset

pemberian Allah. Dengan aset raga yang sehat, manusia bisa bekerja keras.

Dengan aset pikiran, manusia bisa bekerja dengan cerdas. Dengan aset hati,

manusia bisa bekerja dengan ikhlas. Mampu membangun hubungan

kepatuhan dengan Sang Khalik. Begitu juga dengan sesama manusia, akan

terjalin hubungan yang harmonis. Saling asah, asih, dan asuh. Inilah harapan

dari pendidikan karakter.

Dari konsep pendidikan dan karakter sebagaimana disebutkan di atas,

muncul pendidikan karakter (character education). Ahmad Amin (1980: 62)

mengemukakan bahwa kehendak (niat) merupakan awal terjadinya akhlak

(karakter) pada diri seseorang jika kehendak itu diwujudkan dalam bentuk

pembiasaan sikap dan perilaku.

METODE PENELITIAN

Tempat penelitian di Sekolah Dasar Al Islam 3 Surakarta di Jl.Bromo

No.02 Kelurahan Kadipiro Kecamatan Banjarsari Surakarta Terletak di kota Solo

Bagian Utara, sedangkan Penelitian dilaksanakan bulan Januari tahun 2015.

Kondisi lingkungan fisik SD Al-Islam 3 Surakarta secara umum

mendukung terjadinya proses belajar mengajar, hal itu terlihat pada gedung kelas

yang bersih serta nyaman dengan halaman yang cukup luas, masjid tepat berada di

tengah sekolah, letak yang strategis dengan jangkauan transportasi yang mudah.

Sumber data dalam penelitian ini adalah data-data pendidikan karakter

disiplin pada siswa SD Al Islam 3 Gebang Surakarta serta hasil wawancara

langsung dengan pihak-pihak yang dapat mendukung penelitian ini, yaitu:

a) Kepala Sekolah SD Al Islam 3 Gebang Surakarta

Page 16: PENGELOLAAN KARAKTER KEDISIPLINAN DI SD AL-ISLAM 3

15

b) Guru Sekolah Dasar Al Islam 3 Gebang Surakarta

c) Siswa siswi SD Al Islam 3 Gebang Surakarta

HASIL PENELITIAN

1. Karakter Kedisiplinan di SD Al-Islam 3 Gebang Surakarta

Secara umum pelaksanaan karakter kedisiplinan tersebut berjalan secara tertib

dan teratur, hal ini bisa terlihat dari antusias dan keaktifan siswa dalam

melaksanakannya. Meskipun ada beberapa siswa yang tidak begitu peduli

dengan adanya kedisiplinan tersebut.

2. Usaha-usaha untuk meningkatkan Kedisiplinan Siswa di SD Al Islam 3

Gebang Surakarta.

Usaha penerapan pengelolaan karakter kedisiplinan sebagai upaya

internalisasi nilai Ajaran Islam di SD Al-Islam 3 Surakarta yaitu penanaman

nilai ibadah meliputi : kedisiplinan apel pagi, kedisiplinan shalat berjamaah,

dan kedisiplinan tadarus Al- Qur’an. Sedangkan penanaman nilai akhlak

meliputi kedisiplinan salam dan salim, pemutaran murotal dan asmaul husna,

kedisiplinan jum’at bersih serta kedisiplinan infaq/sedekah. Nilai-nilai ajaran

Islam yang dapat di internalisasikan kepada peserta didik dengan adanya

karakter kedisiplinan yang ada yaitu nilai ibadah serta nilai akhlak.

3. Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam meningkatkan

Kedisiplinan belajar Siswa di SD Al Islam 3 Gebang Surakarta

Faktor yang mendukung pendidikan karakter kedisiplinan siswa adalah a)

Nilai kejujuran, b) Nilai tanggung jawab dan c) Model penilaian pada setiap

mata pelajaran menggunakan penilaian kognitif (pengetahuan), afektif

(sikap), juga psikomotorik (ketrampilan). Faktor penghambat adalah

lingkungan yang tidak baik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka ada beberapa saran

yang diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk perbaikan dalam penerapan

Page 17: PENGELOLAAN KARAKTER KEDISIPLINAN DI SD AL-ISLAM 3

16

pendidikan karakter disiplin peneliti menyampaikan saran yang bertujuan untuk

memberikan masukan kepada pihak sekolah dalam rangka meningkatkan

keefektifan pengelolaan karakter kedisiplinan yang diterapkan guna internalisasi

nilai ajaran Islam:

1. Kepala Sekolah

Diharapkan bagi kepala sekolah untuk selalu aktif dalam melakukan pengawasan

dan evaluasi terhadap pelaksanaan karakter kedisiplinan serta berpartisipasi dalam

pelaksanaanya. Karena tanpa adanya kerja sama antara pihak-pihak terkait, tujuan

dari pelaksanaan karakter kedisiplinan tidak akan tercapai.

2. Guru

Diharapkan bagi guru untuk dapat dijadikan model atau contoh yang baik

terhadap nilai-nilai ajaran Islam sehingga nilai-nilai tersebut dapat tertanam

dengan baik (terinternalisasi) pada diri peserta didik. Karena jika modelnya tidak

sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam (karena sifat khilafnya manusia) maka

berakibat gagalnya proses internalisasi nilai-nilai ajaran Islam tersebut.

3. Wali Kelas

Diharapkan bagi wali kelas untuk dapat lebih tegas dalam menertibkan siswa serta

memberi sanksi bagi yang melanggar peraturan dalam pelaksanaan karakter

kedisiplinan, hal ini dilakukan untuk memberikan efek jera bagi siswa, sehingga

siswa mempunyai kesadaran dan tanggung jawab dalam pelaksanaan karakter

kedisiplinan tersebut.

4. Orang Tua

Diharapkan bagi orang tua untuk lebih aktif dalam menjalin komunikasi dengan

pihak sekolah terkait masalah atau hambatan dalam pelaksanaan karakter

kedisiplinan yang diterapkan di rumah serta lebih aktif lagi dalam memantau

aktifitas anak-anaknya.

5. Siswa

Diharapkan bagi siswa untuk mendukung serta mensukseskan pelaksanaan

pengelolaan karakter kedisiplinan dengan jalan selalu aktif mengikuti dan

melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan sehingga dapat menambah

Page 18: PENGELOLAAN KARAKTER KEDISIPLINAN DI SD AL-ISLAM 3

17

pengetahuan agamanya serta menghayati nilai-nilai yang terkandung di dalamnya

kemudian mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Arisutha, Damartaji, 2005. Dimensi Kualitas Pelayanan. Penerbit Gramedia

Berry, R. S., 1994. 100 Ideas That Work Discipline In The Classroom. Philipines:

ACSI Publications

Bloom, B.S., 1979. Taxonomy Of Educational Objectives Book 1: Cognitive

Domain. London: Longman Group LTD.

Bungin, B. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis ke

Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Chen, W.B., & Gregory. 2011. “Parental Involvement In The Prereferral Process:

Iimplications For Schools”. Remedial and Special Education, 32 (6), hlm.

447–457.

Chiu, M.M., & Chow, B.W.Y. 2011. “Classroom Discipline Across Forty-One

Countries: School, Economic, And Cultural Differences”. Journal Of

Cross-Cultural Psychology, 42 (3), Hlm. 516– 533.

Curvin, R. L., & Mindler, A. N. 1999. Discipline With Dignity. USA: Association

For Supervision And Curriculum Development.

Dahl, A, Campos, J. J., & Witherington, D. C. 2011. “Emotional Action And

Communication In Early Moral Development”. Emotion Revie, 3 (2),

hlm.147–157.

Devine, D. 2002. “Children’s Citizenship and the Structuring of Adult Child

Relations in the Primary School”. Childhood, 9 (3), Hlm. 303–320.

Domina, T. 2005. “Levelling the Home advantage: Assessing the Effectiveness of

Parental Involvement in Elementary School”. Sociology of Education, 78,

hlm. 233-249.

Johansson, E., dkk. 2011. “Practices For Teaching Moral Values in the Early

Years: A Call for a Pedagogy Of Participation”. Education, Citizenship

And Social Justice, 6 (2), Hlm. 109–124.

Kirschenbaum, H. 1995. 100 Ways To Enhance Values And Morality In Schools

And Youth Setting. London: Allyn And Bacon.

Page 19: PENGELOLAAN KARAKTER KEDISIPLINAN DI SD AL-ISLAM 3

18

Lickona, T. 1991. Educating For Character. New York: Bantam Books. Lickona,

T. 2012. Character matters: persoalan karakter, bagaimana membantu

anak mengembangkan penilaian yang baik, integritas, dan kebajikan

penting lainnya (Terjemahan). Jakarta: Bumi Aksara.

Moleong, L. J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda

Karya.

Mulyasa, E. 2011. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.

Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Nucci, L. P., & Narvaez, D. 2008. Handbook Of Moral And Character Education.

New York: Routledge.

Ritzer, G. & Goodman, D. J. 2010. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana

Perdana Media Group.

Sheldon, S. B & Epstein, J. L. 2002. “Improving Student Behavior And School

Discipline with Family and Community Involvement”. Education And

Urban Society, 35 (1), Hlm. 4-26.

Sudrajat, A. & Wibowo, A. 2013. “Pembentukan Karakter Terpuji di Sekolah

Dasar Muhammadiyah Condongcatur”. Jurnal Pendidikan Karakter, 1 (2),

Hlm. 174-185