pengelolaan hara sayuran pada sistem pertanian...
TRANSCRIPT
167
PENGELOLAAN HARA SAYURAN PADA SISTEM PERTANIAN ORGANIK
Wiwik Hartatik dan Diah Setyorini
Balai Penelitian Tanah Jalan Tentara Pelajar No. 12, Cimanggu, Bogor
ABSTRAK
Dalam upaya peningkatan produktivitas sayuran, pendapatan petani, dan kelestarian lingkungan maka pengelolaan
hara dalam memenuhi kebutuhan hara sayuran perlu dilakukan. Tujuan penelitian mendapatkan teknologi
pengelolaan hara terpadu untuk sayuran organik dan mengevaluasi perubahan sifat kimia dan biologi tanahnya.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan delapan perlakuan dan tiga ulangan.
Perlakuan yang dicobakan sebagai berikut (1) Pukan ayam 10 t/ha + arang sekam 500 kg/ha, (2) Pukan ayam 10 t/ha +
arang sekam 500 kg/ha + hijauan kirinyu 5 t/ha, (3) Pukan ayam 10 t/ha + hijauan Tithonia 5 t/ha + kompos sisa
tanaman 1 t/ha, (4) Pukan ayam 10 t/ha + hijauan Tithonia 5 t/ha + kompos batang pisang 1 t/ha, (5) Pukan ayam 10
t/ha + hijauan Tithonia 5 t/ha, (6) Pukan ayam 10 t/ha, dan (7) Pukan kambing 10 t/ha + arang sekam 500 kg/ha dan
Kontrol (pukan ayam 25 t/ha). Lahan yang digunakan adalah lahan sayuran organik di Permata Hati Farm, Desa Tugu
Utara, Kec. Cisarua, Kab. Bogor, Jawa Barat (06o40’31,6” LS dan 106
o57’24,7” BT). Penelitian dilakukan pada MT 2008.
Ukuran petak 1 x 10 m. Pertanaman kesatu berupa tumpangsari bawang daun dengan bunga kol dan pertanaman
kedua tumpangsari Caisim dan wortel. Pengamatan sifat kimia tanah meliputi pH, C-organik, N-total, P dan K (ekstrak
HCl 25%), P tersedia (ekstrak Bray I), kation dapat ditukar (Ca, Mg dan K), kejenuhan basa (KB), hara mikro (Fe, Mn, Cu
dan Zn) (ekstrak DTPA). Pengamatan sifat biologi tanah yaitu total bakteri, C-mic, dan respirasi tanah. Pengamatan
agronomis tinggi tanaman dan produksi. Pupuk organik diberikan sebelum tanam pada lubang tanam, sedangkan
pupuk hijau disebarkan di permukaan tanah kemudian diaduk dengan tanah pada lapisan olah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa selama dua kali pertanaman terjadi peningkatan C-organik dan penurunan basa-basa dapat
ditukar walaupun secara uji statistik tidak berbeda nyata. Pada awal penelitian respirasi tanah dan C-mic cukup tinggi,
tetapi terjadi penurunan setelah penanaman I dan II. Perlakuan pukan ayam + arang sekam + kirinyu (MT I) dan pukan
ayam + arang sekam (MT II) memberikan nilai C-mic lebih tinggi dari perlakuan lainnya. Total bakteri dan respirasi
tanah pada MT II yang tinggi dicapai oleh perlakuan pukan ayam + hijauan Tithonia. Pada penanaman I tumpangsari
bawang daun-bunga kol menunjukkan bahwa produksi bawang daun yang tinggi dicapai oleh perlakuan pukan ayam
10 t/ha sebesar 7,80 t/ha dan kombinasi pukan kambing (10 t/ha) + arang sekam (500 kg/ha) sebesar 7,1 t/ha.
Sedangkan perlakuan pukan ayam (10 t/ha) yang dikombinasikan dengan hijauan Tithonia (5 t/ha) + kompos sisa
tanaman (1 t/ha) memberikan produksi kembang kol sebesar 9,68 t/ha. Pada penanaman II tumpangsari caisim-wortel
menunjukkan bahwa produksi caisim tertinggi sebesar 7,95 t/ha dicapai oleh perlakuan pukan ayam (10 t/ha) +
hijauan Tithonia (5 t/ha) + batang pisang (1 t/ha). Produksi wortel sebesar 32,67 t/ha dicapai oleh perlakuan pukan
ayam (10 t/ha) + arang sekam (500 kg/ha) + hijauan kirinyu (5 t/ha). Terjadi peningkatan produktivitas tanaman
sayuran 14-22%. Aplikasi kombinasi pukan dan hijauan Tithonia diversifolia, kirinyu dan sisa tanaman dapat
menurunkan dosis pukan ayam 9 t/ha dan dapat memenuhi kebutuhan hara sayuran.
Kata kunci: Pengelolaan hara, sayuran organik, sifat kimia dan biologi tanah
PENDAHULUAN
Sistem pertanian organik didefinisikan sebagai “kegiatan usahatani secara menyeluruh sejak proses
produksi sampai proses pengolahan hasil (pasca-panen) yang bersifat ramah lingkungan dan dikelola secara
alami (tanpa penggunaan bahan kimia sintetis dan rekayasa genetika), sehingga menghasilkan produk yang
Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik Bogor, 18 – 19 Juni 2014
168
sehat dan bergizi” (IFOAM, 2002).
Departemen Pertanian Amerika mendefinisikan pertanian organik sebagai “suatu sistem produksi
pertanian yang meniadakan input sintetis seperti pupuk, pestisida, hormon pengatur tumbuh dan aditif
pakan ternak”. Untuk mencapai hasil maksimal, sistem budidaya pertanian organik diterapkan melalui
teknik rotasi tanaman, pemanfaatan residu tanaman, pupuk kandang, tanaman legum, pupuk hijau, limbah
organik dari luar kebun, pengolahan mekanis, pemanfaatan batuan mineral serta aspek perlindungan
tanaman cara biologis untuk mengelola produktivitas lahan.
Ditinjau dari definisi di atas terlihat jelas bahwa untuk menjalankan kegiatan budidaya pertanian
organik secara benar akan dibutuhkan dukungan teknologi di bidang pra-produksi hingga pasca-panen.
Tantangan yang dihadapi cukup besar, mengingat budidaya pertanian organik membutuhkan persyaratan
tertentu, agar produknya mendapat sertifikat produk pertanian organik dari badan akreditasi dan
standarisasi internasional.
Tujuan dari budidaya pertanian organik menurut IFOAM (2002) antara lain (1) memproduksi
makanan yang berkualitas tinggi dalam jumlah yang cukup; (2) memperbaiki dan mendukung keberlanjutan
siklus biologis dalam usahatani dengan memanfaatkan mikroba, flora dan fauna tanah serta tumbuhan dan
tanaman; (3) mengelola dan meningkatkan kelestarian kesuburan tanah; (4) meminimalkan segala bentuk
polusi dalam tanah, serta (5) memanfaatkan dan menghasilkan produk pertanian organik yang mudah
didekomposisi dari sumber yang dapat didaur ulang.
Ketentuan yang disyaratkan dalam sistem budidaya pertanian organik menurut IFOAM (2002)
antara lain adalah memilih lahan yang bebas bahan agrokimia (pupuk dan pestisida), menyediakan pupuk
organik dari bahan yang aman, benih yang bukan merupakan hasil rekayasa genetika atau GMO,
pengelolaan tanaman dengan rotasi serta aplikasi pestisida nabati dan agensia hayati untuk perlindungan
tanaman. Di Indonesia, ketentuan persyaratan dan kriteria mengenai Sistem Pertanian Organik yang
menyangkut Produksi, Pemrosesan, Pelabelan dan Pemasaran telah diatur dalam SNI No. 6729-2013 yang
merupakan adopsi dan modifikasi dari Standar IFOAM dan CODEX. Standar ini berisi persyaratan yang
relevan dengan proses produksi pertanian organik di Indonesia.
Penerapan sistem pertanian organik di Indonesia berlangsung secara selektif dan kompetitif serta
akan berjalan seiring dengan program revolusi hijau yang bertujuan mempertahankan program ketahanan
pangan nasional. Jenis komoditas dalam budidaya pertanian organik akan berkembang sesuai dengan
permintaan pasar domestik maupun luar negeri. Hasil penelitian pada tahun 2003 menunjukkan bahwa
produk organik yang beredar di pasaran saat ini terbatas pada kopi, sayuran, beras, daging ayam, telor,
susu, apel dan salak organik. Sedangkan tanaman yang berpotensi untuk dikembangkan adalah tanaman
perkebunan seperti teh, rempah dan obat, apel, salak, mangga, durian, manggis, kacang mete dan kacang
tanah (Setyorini et al., 2003).
Perkembangan permintaan produk pertanian organik di negara-negara maju meningkat pesat dari
tahun ke tahun. Hal ini dipicu oleh (1) menguatnya kesadaran peduli lingkungan dan gaya hidup sehat, (2)
dukungan kebijakan pemerintah nasional, (3) dukungan industri pengolahan pangan, (4) dukungan pasar
modern (supermarket menyerap produk organik), (5) adanya harga premium di tingkat konsumen, (6)
adanya label generik, dan (7) adanya kampanye nasional pertanian organik secara gencar (Biocert, 2002).
Permintaan pasar produk pertanian organik dunia mencapai 15-20% per tahun, namun pangsa
pasar yang dapat terealisasi hanya sebesar 0,5-2% dari keseluruhan produk. Meskipun di Eropa
penambahan luas areal pertanian organik dibanding total lahan pertanian terus meningkat, dari rata-rata
kurang dari satu persen tahun 1987 menjadi 2-7% pada tahun 1997 (tertinggi di Austria mencapai 10,12%),
namun tetap belum mampu memenuhi pesatnya permintaan (IFOAM, 2002).
Wiwik Hartatik dan Diah Setyorini : Pengelolaan Hara Sayuran pada Sistem Pertanian Organik
169
Dalam mendukung revitalisasi pertanian, penelitian teknologi pengelolaan hara pada budidaya
pertanian organik ikut mendorong terwujudnya kelestarian sumberdaya lingkungan. Sistem pertanian
organik merupakan sistem yang menerapkan teknologi ramah lingkungan dalam mencapai sistem pertanian
yang lestari dan berkelanjutan untuk membangun kesuburan tanah jangka panjang. Sistem pertanian
organik yang diterapkan pada komoditas yang bernilai ekonomis tinggi dan lokasi yang terpilih diharapkan
dapat meningkatkan pendapatan petani serta peningkatan devisa melalui ekspor.
Dalam upaya peningkatan produktivitas sayuran, pendapatan petani, dan kelestarian lingkungan
maka penerapan pengelolaan tanaman terpadu yaitu pendekatan dalam sistem usahatani sayuran yang
berlandaskan keterpaduan antara sumber daya dan pengelolaan tanaman dengan penerapan good
agricultural practices. Tujuan penelitian mendapatkan teknologi pengelolaan hara terpadu untuk sayuran
organik serta mengevaluasi perubahan sifat kimia dan biologi tanahnya.
BAHAN DAN METODE
Lahan pertanian yang digunakan adalah lahan sayuran organik di Permata Hati Farm, Desa Tugu
Utara, Kec. Cisarua, Kab. Bogor, Jawa Barat (06o40’31,6” LS dan 106o57’24,7” BT). Budidaya sayuran
dilakukan secara organik dengan metode tumpang sari. Pada percobaan ini dilakukan penanaman sayuran
dua kali setahun pada MT 2008. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Kelompok dengan tiga ulangan. Perlakuan-perlakuan terdiri dari:
1. Pukan ayam 10 t/ha + arang sekam 500 kg/ha
2. Pukan ayam 10 t/ha + arang sekam 500 kg/ha + hijauan kirinyu 5 t/ha
3. Pukan ayam 10 t/ha + hijauan Tithonia 5 t/ha + kompos sisa tanaman 1 t/ha
4. Pukan ayam 10 t/ha + hijauan Tithonia 5 t/ha + kompos batang pisang 1 t/ha
5. Pukan ayam 10 t/ha + hijauan Tithonia 5 t/ha
6. Pukan ayam 10 t/ha
7. Pukan kambing 10 t/ha + arang sekam 500 kg/ha
8. Kontrol (pukan ayam 25 t/ha)
Kombinasi tanaman yang ditanam adalah jenis sayuran daun, umbi dan buah. Tanah diolah secara
minimum tillage setelah lahan dibersihkan, sisa tanaman sebelumnya dikumpulkan untuk dikomposkan.
Tanaman legum dan kacang babi ditanam sebagai sumber pestisida nabati. Pengendalian hama penyakit
dilakukan dengan pestisida nabati dan secara mekanis menggunakan perangkap tumbuhan atau
penghalang lain sesuai kebiasaan petani. Panen dilakukan secara berkala sesuai jenis dan umur tanaman
dan diamati bobot hasil tanaman. Pengamatan sifat kimia tanah meliputi: pH, kapasitas tukar kation (KTK),
C-organik, N-total, C/N rasio, P dan K potensial (ekstrak HCl 25%), P tersedia (ekstrak Bray I), kation dapat
ditukar yaitu Ca, Mg, K dan Na, kejenuhan basa (KB), hara mikro (Zn, Cu, Mn, Fe) ekstrak DTPA serta logam
berat Pb dan Cd. Pengamatan sifat biologi tanah meliputi bakteri total dan aktivitas mikroba tanah (C-mic
dan respirasi CO2).
Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik Bogor, 18 – 19 Juni 2014
170
HASIL DAN PEMBAHASAN
Produksi hijauan Mucuna sp
Untuk meningkatkan kesuburan tanah, dilakukan penanaman legum Mucuna sp sebagai cover crop.
Mucuna dipilih karena mudah tumbuh dan menghasilkan biomassa yang cukup banyak. Setelah Mucuna
berumur dua bulan, dipanen kemudian dibenamkan lebih kurang 20 cm dan dicampur/diaduk dengan
tanah dalam setiap bedengan. Setelah diinkubasi selama tiga minggu dan setelah legum Mucuna telah
melapuk dalam tanah, bedengan siap dipupuk dengan pupuk organik sesuai perlakuan dan ditanami
dengan tanaman sayuran. Data biomasa disajikan pada Tabel 1. Bobot biomasa Mucuna pada ulangan II
dan III umumnya lebih tinggi dari ulangan I, walaupun rataan biomasa antar bedeng berdasarkan uji
statistic tidak berbeda nyata. Rataan bobot basah biomasa berkisar 3,82-4,68 t/ha. Hal ini disebabkan pada
ulangan I, tanahnya padat, berkirikil dan sedikit ada naungan pohon.
Sifat kimia tanah awal di Permata Hati Farm
Hasil analisa sifat kimia tanah awal di Permata Hati Farm menunjukkan bahwa tanah di lokasi
tersebut bertekstur lempung dengan reaksi tanah agak masam. Kandungan C-organik, N-total tergolong
sedang. P-potensial, K-potensial dan P tersedia ekstrak Olsen tergolong sangat tinggi. Basa-basa dapat
ditukar yaitu K dapat ditukar tergolong tinggi, Ca dapat ditukar dan Mg dapat ditukar tergolong sedang dan
Na dapat ditukar tergolong rendah. Kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa tergolong sedang. Kadar
unsur mikro Fe, Mn dan Cu tergolong cukup kecuali Zn tergolong rendah. Kadar logam berat Pb dan Cd
tergolong rendah (Tabel 2).
Tanah awal yang digunakan untuk penelitian di Permata Hati Farm cukup subur kecuali hara mikro
Zn rendah. Pemberian pupuk organik meningkatkan kadar C-organik, P dan K potensial (HCl 25%), P
tersedia (Bray I) dan kadar Ca dan Mg dapat ditukar.
Tabel 1. Bobot basah biomassa mucuna yang dikembalikan ke lahan
No. Perlakuan
Bobot Biomasa (t/ha)
Ulangan Rata-rata I II III
1. Pukan ayam+arang sekam 2,25 4,90 6,90 4,68 a 2. Pukan ayam+arangsekam+hj.kirinyu 3,20 5,80 4,50 4,50 a 3. Pukan ayam+hj.Tithonia+kps.sisa tanaman 1,85 3,15 3,20 2,73 a 4. Pukan ayam+hj. Tithonia+kps.btng pisang 2,40 4,25 5,00 3,88 a 5. Pukan ayam+hj.Tithonia 3,20 3,30 5,50 4,00 a 6. Pukan ayam 3,20 4,85 4,10 4,05 a 7. Pukan kambing+arang sekam 3,40 2,25 5,80 3,82 a 8. Kontrol praktek petani (pukan ayam) 2,80 3,40 6,40 4,20 a
Keterangan : Angka dalam satu lajur yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf uji 5%.
Wiwik Hartatik dan Diah Setyorini : Pengelolaan Hara Sayuran pada Sistem Pertanian Organik
171
Tabel 2. Sifat kimia tanah awal di Permata Hati Farm
Parameter Nilai
Tekstur Pasir 51,0 Debu 35,0 Liat 14,0 pH pH-H2O 6,0 pH-KCl 5,2 C-organik (%) 2,68 N-total (%) 0,31 C/N 9 P-HCl 25% (mg/100 g) 139,0 K-HCl 25% (mg/100 g) 63,0 P-Olsen 118,0 Basa dapat tukar (me/100 g) K 0,76 Ca 7,60 Mg 1,99 Na 0,17 KTK 21,35 KB (%) Unsur mikro ekstrak DTPA Fe (ppm) Mn (ppm) Cu (ppm) Zn (ppm) Pb (ppm) Cd (ppm) Asam humat Asam fulvat
49
87,6 1,6 0,7 0,5
20,6 0,14 0,28 0,62
Kadar hara dalam kompos
Pupuk organik yang digunakan untuk penelitian adalah pukan kambing, ayam yang dikombinasikan
dengan arang sekam, kompos sisa tanaman dan batang pisang dan hijauan Tithonia dan kirinyu. Kadar hara
dalam pupuk organik yang digunakan disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Kadar hara dalam kompos dan pupuk hijau yang digunakan di Permata Hati Farm
Perlakuan N-total
(%) C- org
(%) C/N
Unsur makro (%)
P K Ca Mg
Pukan kambing 1,59 18,54 14 1,45 1,00 1,39 0,38 Pukan ayam 1,85 28,04 15 3,71 2,51 3,84 0,13 Pukan kambing+arang sekam 1,03 13,66 15 0,99 2,29 1,41 0,48 Pukan ayam+arang sekam 2,02 16,56 10 5,49 2,87 7,19 0,79 Kompos sisa tanaman 0,90 8,69 11 0,53 4,30 1,06 0,31 Kompos batang pisang 0,61 6,22 12 0,23 1,55 0,95 0,17 Tithonia 3,98 37,94 9,5 0,35 0,62 2,38 0,63 Kirinyu 2,42 43,32 17,9 0,20 1,80 1,47 0,33 Mucuna 3,06 40,97 13,4 0,18 1,07 1,07 0,24 Arang sekam 0,66 3,93 5,95 0,17 0,42 0,11 0,17
Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik Bogor, 18 – 19 Juni 2014
172
Kandungan C-organik pukan kambing dan ayam cukup tinggi berturut-turut sebesar 18,54 dan
13,01% memenuhi kriteria persyaratan pupuk organik Kementan No.70/2011 yaitu C-organik lebih dari
15%. Demikian juga dengan rasio C/N berturut-turut yaitu 14 dan 15 memenuhi persyaratan rasio C/N 15-
25. Dengan rasio C/N yang lebih rendah dari 25 menunjukkan bahwa pukan yang digunakan sudah matang
dan mineralisasi pukan tersebut diharapkan dapat menyediakan unsur hara bagi tanaman. Kandungan hara
makro N, P, K, dan Ca serta hara mikro Mn dan Cu pukan ayam lebih tinggi dari pukan kambing.
Pukan ayam yang dikombinasikan dengan arang sekam kandungan N, P, K, Ca, dan Mg meningkat,
tetapi terjadi penurunan C-organik dan rasio C/N. Sedangkan pukan kambing yang dikombinasikan dengan
arang sekam menyebabkan terjadinya penurunan kandungan N-total, C-organik dan P, serta. Terjadi
peningkatan kandungan K, Ca, dan Mg. Kompos sisa tanaman (wortel dan brangkasan jagung) dan batang
pisang mempunyai kandungan C-organik lebih rendah dari pukan yaitu berturut-turut 8,69 dan 6,22%. Hal
ini dapat dimengerti karena kompos yang berasal dari tanaman merupakan bahan yang mudah dilapuk
(kandungan ligninnya rendah) yang ditunjukkan dengan rasio C/N yang lebih rendah. Kandungan N, P, Ca,
dan Mg lebih rendah dari pukan, kecuali kandungan K pada kompos sisa tanaman cukup tinggi. Kandungan
Fe pukan dan kompos sisa tanaman dan batang pisang cukup tinggi melebihi ketentuan syarat mutu pupuk
organik maksimal 4.000 ppm, menyusul kandungan Mn diikuti oleh Zn dan Cu. Kandungan Pb dan Cd masih
aman, berada di bawah batas ambang yang diperbolehkan. Pukan ayam maupun kambing yang
dikombinasikan dengan arang sekam umumnya meningkatkan kadar hara mikro Fe, Mn, Cu dan Zn. Arang
sekam mampu menyumbangkan hara mikro pada pukan. Kadar hara pupuk organik yang digunakan di
Permata Hati Farm menunjukkan kadar C-organik pukan kambing dan ayam cukup tinggi berturut-turut
sebesar 18,54 dan 13,01% dan rasio C/N berturut-turut yaitu 14 dan 15. Kandungan hara makro N, P, K, dan
Ca serta hara mikro Mn dan Cu pukan ayam lebih tinggi dari pukan kambing (Tabel 4). Kompos sisa
tanaman (wortel dan brangkasan jagung) dan batang pisang mempunyai kandungan C-organik yang lebih
rendah dari pukan.
Pupuk hijau Tithonia, kirinyu dan mucuna mengandung hara N yang cukup tinggi berkisar 2,42-
3,98%, kadar P berkisar 0,18-0,35% dan kadar K, Ca, dan Mg cukup tinggi berturut-turut berkisar 0,62-
1,80%; 1,07-2,38% dan 0,24-0,63. Jama et al. (2000) mengemukakan bahwa Tithonia mengandung kadar N,
P, dan K yang tinggi. Kandungan C-organik cukup tinggi berkisar 37,94-43,32% dan C/N rasio berkisar 9,5-
17,9. Pupuk hijau Tithonia, kirinyu dan mucuna merupakan sumber pupuk hijau yang cukup baik digunakan,
karena mengandung C-organik dan hara yang tinggi.
Tabel 4. Kandungan unsur mikro dan logam berat, pH, kadar air kompos dan pupuk hijau yang digunakan di Permata Hati Farm
Perlakuan Unsur mikro (ppm) Kadar air
(%) pH Pb Cd Fe Mn Cu Zn
Pukan kambing 2779 268 15 103 49,1 7,5 13,1 0,3 Pukan ayam 381 566 52 10 14,1 8,1 1,8 1,0 Pukan kambing+arang sekam 7537 452 19 88 39,0 8,9 2,0 0,4 Pukan ayam+arang sekam 1247 585 52 265 14,3 8,1 1,0 0,3 Kompos sisa tanaman 27087 913 32 114 32,3 8,7 17 0,4 Kompos batang pisang 19076 779 22 85 52,7 8,9 15 0,2 Tithonia 360 133 10 40 - - 1,2 1,0 Kirinyu 248 152 19 57 - - 5,5 0,3 Mucuna 788 161 15 29 - - 1,0 0,1 Arang sekam 3896 504 8 65 - - 7,8 0,1
Wiwik Hartatik dan Diah Setyorini : Pengelolaan Hara Sayuran pada Sistem Pertanian Organik
173
Perubahan sifat kimia tanah setelah penanaman Mucuna dan 30 HST setelah penanaman I dan II
Nilai pH, C-organik, N-total, P dan K potensial ekstrak HCl 25% dan P tersedia (Bray I) disajikan pada
Tabel 5. Nilai pH setelah penanaman mucuna dan 30 HST sedikit lebih rendah dibanding tanah awal, hal ini
diakibatkan oleh pupuk organik yang dapat menyumbangkan asam-asam organik. Namun pengamatan
antar perlakuan setelah penanaman mucuna dan 30 HST tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, hal ini
karena dosis pupuk organik masing-masing perlakuan hampir sama. Nilai pH, C-organik dan N-total
umumnya sedikit meningkat pada 30 HST dibandingkan setelah penanaman mucuna. P potensial dan P
tersedia pada pengamatan 30 HST meningkat dibandingkan setelah penanaman mucuna.
Tabel 5. Nilai pH, C-organik, N-total, P dan K potensial ekstrak HCl 25% dan P tersedia (Bray I) setelah penanaman mucuna dan 30 HST setelah penanaman I dan II
No Perlakuan
pH Bahan Organik HCl 25%
P-Bray I ppm H2O KCl
C N-total C/N
P2O5 K2O
----- % ------- --mg/100 g---
Tanah Awal 6,0 5,2 2,68 0,31 9 139 63 -
Setelah penanaman Mucuna
1. Pukan ayam+arang sekam 5,1 a 4,7 a 3,01 a 0,32 a 9,3 ab 119,67a 61,67 a 26,10 a 2. Pukan ayam+arang
sekam+hj.kirinyu 5,1 a 4,6 a 2,81 a 0,31 a 9,0 b 114,33a 82,00 a 21,80 a
3. Pukan ayam+hj. Tithonia+ sisa tanaman
5,2 a 4,7 a 2,71 a 0,29 a 9,7 ab 115,00a 70,33 a 25,72 a
4. Pukan ayam + hj. Tithonia+ btt pisang
5,2 a 4,8 a 2,73 a 0,27 a 10,3 a 122,67a 75,00 a 29,07 a
5. Pukan ayam + hijauan Tithonia
5,2 a 4,7 a 3,00 a 0,33 a 9,3 ab 134,00a 74,67 a 24,17 a
6. Pukan ayam 10 t/ha 5,1 a 4,7 a 2,89 a 0,28 a 10,3 a 122,00a 64,00 a 30,23 a 7. Pukan kambing + arang
sekam 3,5 a 4,7 a 2,80 a 0,28 a 10,0 ab 118,33a 65,00 a 26,90 a
8. Kontrol (pukan ayam) 5,2 a 4,7 a 2,86 a 0,33 a 9,0 b 97,00a 71,33 a 15,90 a Umur 30 HST – Setelah penanaman I 1. Pukan ayam+arang sekam 5,7a 4,9a 3,05 ab 0,38 a 8,0 a 177,67 ab 94,33 b 87,80 ab
2. Pukan ayam+arang sekam+ hj. kirinyu
5,6a 4,9a 3,07 ab 0,38 a 8,3 a 159,00 ab 122,67 ab 56,80 ab
3. Pukan ayam+hj. Tithonia + sisa tanaman
5,7a 5,1a 2,52 b 0,31 b 8,0 a 136,33 b 119,00 ab 50,50 b
4. Pukan ayam + hj. Tithonia + btt pisang
5,7a 5,0a 2,79 ab 0,36 ab 8,0 a 177,67 ab 117,33 ab 62,50 ab
5. Pukan ayam+hijauan Tithonia
5,7a 5,0a 3,06 ab 0,38 a 8,3 a 182,33 ab 124,00 ab 71,30 ab
6. Pukan ayam 10 t/ha 5,7a 5,0a 3,04ab 0,37ab 8,0a 172,00ab 110,00b 62,53ab 7. Pukan kambing + arang
sekam 5,7a 4,9a 2,92ab 0,36ab 8,3a 126,67b 98,67b 29,60b
8. Kontrol (pukan ayam) 5,8a 5,2a 3,20a 0,41a 8,0a 228,67a 183,00a 127,40a Umur 30 HST –Setelah penanaman II 1. Pukan ayam+arang sekam 5.43 b 4.97 b 3.60 a 0.30 a 12.00ab 138.00 abc 76.33 de 32.87 c
2. Pukan ayam+arang sekam + hj. kirinyu
5.50 ab 4.93 b 3.48 a 0.31 a 11.33ab 136.33 abc 99.00 bc 64.57 bc
3. Pukan ayam + hj. Tithonia + sisa tanaman
5.57 ab 5.07 ab 3.17 a 0.29 a 11.00 b 118.67 bc 95.00b cde 87.67 bc
4. Pukan ayam + hj. Tithonia + btt pisang
5.60 ab 5.07 ab 3.28 a 0.27 a 12.33 a 149.67 abc 98.33 bcd 119.67 ab
5. Pukan ayam+hijauan Tithonia
5.57 ab 4.97 b 3.74 a 0.33 a 11.33 ab 160.33 ab 102.33 b 84.53b c
6. Pukan ayam 10 t/ha 5.50 ab 4.97 b 3.60 a 0.31 a 12.00 ab 144.33 abc 75.33 e 28.20 c 7. Pukan kambing + arang
sekam 5.37 b 4.83 b 3.56 a 0.32 a 11.00 b 107.00 c 78.33 cde 26.43 c
8. Kontrol (pukan ayam) 5.77 a 5.27 a 3.90 a 0.34 a 11.67 ab 184.33 a 127.00 a 166.67 a
*) Angka dalam kolom yang sama diikuti huruf yang sama berlaku untuk setiap periode pengamatan tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji DMRT
Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik Bogor, 18 – 19 Juni 2014
174
Kadar P pada perlakuan kontrol (praktek petani yaitu pemberian pukan ayam 25 t/ha) nyata lebih
tinggi dibandingkan perlakuan pukan ayam + hj. Tithonia + sisa tanaman dan pukan kambing + arang sekam,
sedangkan dengan perlakuan lainnya tidak berbeda nyata. Sejalan dengan P potensial, parameter K-(HCL
25%) juga meningkat pada 30 HST, perlakuan kontrol berbeda nyata dibandingkan perlakuan pukan
ayam+arang sekam, pukan ayam dan pukan kambing+arang sekam. Perbedaan ini berkaitan dengan adanya
sumbangan K dari pukan ayam.
Nilai Ca, Mg, K dan Na dapat ditukar, kapasitas tukar kation (KTK) dan kejenuhan basa (KB) disajikan
pada Tabel 6. Nilai basa-basa dapat ditukar dan KB pada pengamatan 30 HST meningkat dibanding tanah
awal dan setelah penanaman mucuna, namun pengamatan antar perlakuan setelah penanaman mucuna
dan 30 HST tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Pemberian pupuk organik akan menyumbangkan
basa-basa dapat ditukar ke dalam tanah (Tabel 6). Parameter KTK setelah penanaman mucuna dan 30 HST
umumnya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Nilai KTK tanah awal, setelah penanaman mucuna
dan 30 HST tidak banyak berubah.
Kadar unsur mikro Fe, Mn, Cu, dan Zn dan logam berat Pb dan Cd disajikan pada Tabel 7. Kadar Fe
tersedia umumnya menurun dibandingkan dengan tanah awal. Terjadi peningkatan kadar Fe pada
pengamatan 30 HST dibandingkan setelah penanaman mucuna. Kadar Fe antar perlakuan yang dicoba tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata. Demikian juga kadar Mn memberikan kecenderungan yang hampir
sama dengan Fe umumnya kadar Mn antar perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.
Pemberian pupuk organik nyata meningkatkan kadar Cu dan Zn tersedia dibandingkan tanah awal.
Tabel 6. Nilai basa-basa dapat ditukar, KTK, KB setelah penanaman mucuna dan 30 HST setelah penanaman I dan II
No. Perlakuan
Nilai tukar kation (NH4-asetat 1 N ph 7) KTK
KB % Ca Mg K Na
…………… me/100g ……………….
Tanah awal 7,60 1,99 0,76 0,17 21,35 49 Setelah penanaman Mucuna 1. Pukan ayam+arang sekam 7,85 a 1,72 a 0,93 a 0,23 b 22,04a 48,67 a
2. Pukan ayam+arang sekam+hj.kirinyu 7,45 a 1,75 a 1,24 a 0,33 b 20,46a 52,00 a 3. Pukan ayam+hj. Tithonia+ sisa tanaman 7,97 a 1,87 a 0,99 a 0,39 ab 21,68a 52,33 a 4. Pukan ayam+hj.Tithonia+ btt pisang 7,85 a 1,94 a 1,07 a 0,28 ab 23,34a 48,00 a 5. Pukan ayam+hijauan Tithonia 7,75 a 1,77 a 1,16 a 0,19 b 20,49a 54,33 a 6. Pukan ayam 10 t/ha 7,91 a 1,79 a 0,96 a 0,28 ab 22,27a 49,33 a 7. Pukan kambing + arang sekam 7,99 a 1,87 a 0,99 a 0,34 ab 22,33a 50,67 a 8. Kontrol (pukan ayam) 7,12 a 1,80 a 1,07 a 0,91 a 21,13a 51,67 a Umur 30 HST – Setelah penanaman I 1. Pukan ayam+arang sekam 8.81 a 2,26 a 1,00 a 0,35 a 21,43 ab 58,00 a
2. Pukan ayam+arang sekam+hj.kirinyu 7,90 a 2,07 a 1,40 a 0,33 a 22,84 a 52,00 a 3. Pukan ayam+hj. Tithonia+ sisa tanaman 8,65 a 2,40 a 1,46 a 0,42 a 20,61 ab 63,00 a 4. Pukan ayam+hj.Tithonia+ btt pisang 8,71 a 2,58 a 1,80 a 0,62 a 22,04 a 62,00 a 5. Pukan ayam+hijauan Tithonia 9,14 a 2,59 a 1,52 a 0,43 a 19,45 b 71,00 a 6. Pukan ayam 10 t/ha 8,67 a 2,25 a 1,24 a 0,56 a 20,67 ab 61,33 a 7. Pukan kambing + arang sekam 7,70 a 2,09 a 1,25 a 0,29 a 20,47 ab 55,00 a 8. Kontrol (pukan ayam) 8,93 a 2,54 a 1,51 a 0,48 a 21,54 ab 63,33 a Umur 30 HST - Setelah penanaman II 1. Pukan ayam+arang sekam 1,98 c 1.06 bcd 0.47 a - 23.23 ab 52.67 b
2. Pukan ayam+arang sekam+hj.kirinyu 2,10 abc 1.36 b 0.53 a - 23.23 ab 55.33 b 3. Pukan ayam+hj. Tithonia+ sisa tanaman 2,54 ab 1.31 bc 0.59 a - 25.64 a 57.67 ab 4. Pukan ayam+hj.Tithonia+ btt pisang 2,35 abc 1.33 b 0.51 a - 22.46 ab 62.27 ab 5. Pukan ayam+hijauan Tithonia 2,10 abc 1.3 4b 0.57 a - 21.42 b 61.67 ab 6. Pukan ayam 10 t/ha 1,92 c 0.95 d 0.43 a - 22.11 ab 53.33 b 7. Pukan kambing + arang sekam 2,01b c 1.03 cd 0.29 a - 21.70 ab 50.67 b 8. Kontrol (pukan ayam) 2,55 a 1.63 a 0.54 a - 21.83 ab 69.67 a
*) Angka dalam kolom yang sama diikuti huruf yang sama berlaku untuk setiap periode pengamatan tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji DMRT
Wiwik Hartatik dan Diah Setyorini : Pengelolaan Hara Sayuran pada Sistem Pertanian Organik
175
Ketersediaan Cu dan Zn di dalam tanah dipengaruhi antara lain pH dan bahan organik, dimana
kelarutan Cu dan Zn meningkat dengan penambahan bahan organik (Arneses dan Singh, 1999). Kadar Cu
dan Zn masih meningkat pada umur 30 HST, walaupun antar perlakuan yang dicobakan tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata. Hal ini karena pemberian pupuk organik dapat menyumbangkan hara mikro Cu dan
Zn yang dibutuhkan tanaman. Umumnya antar perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, hal ini
karena dosis pupuk organik yang diberikan hampir sama, walaupun perlakuan kontrol pukan ayam 25 t/ha
memberikan kadar Cu dan Zn lebih tinggi pada 30 HST.
Kadar Pb dan Cd umumnya tidak banyak berubah setelah perlakuan pupuk organik. Kadar Pb
umumnya menurun pada 30 HST. Antar perlakuan yang dicobakan umumnya juga tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata. Kadar Pb dan Cd masih jauh di bawah ambang batas baku mutu tanah untuk Pb
yaitu 100-400 ppm dan Cd yaitu 3-8 ppm, sehingga belum perlu mengkhawatirkan adanya keracunan logam
berat dalam sistem budidaya sayuran organik (Alloway, 1990).
Perubahan sifat biologi tanah setelah penanaman Mucuna
Hasil pengamatan respirasi tanah setelah penanaman Mucuna sp menunjukkan bahwa tingkat
respirasi tanah berkisar antara 7,71-8,91 mg C-CO2 kg-1 hari-1. Menurut Gregorich dan Janzen (1999)
respirasi tanah sebesar kurang dari 9,5 lb CO2-C are-1 hari-1 setara dengan 2,154 mg CO2 kg-1 hari-1
tergolong dalam kelas tanah yang sangat rendah aktivitasnya. Berdasarkan kriteria di atas respirasi tanah
setelah penanaman mucuna umumnya tinggi. Sejalan dengan respirasi tanah nilai C-mic tanah setelah
penanaman Mucuna sp cukup tinggi yaitu berkisar 371,91-789,68 ppm. Populasi total bakteri pada bedeng
percobaan setelah penanaman mucuna berkisar antara 38,30-44,20 x 106 Spk g-1.
Tabel 7. Kadar unsur mikro, Pb dan Cd setelah penanaman mucuna dan umur 30 HST pertanaman I dan II
No. Perlakuan
Ekstrak DTPA
Fe Mn Cu Zn Pb Cd
………. ppm ……….
Tanah awal 87,6 11,6 0,7 0,5 20,6 0,14 Setelah penanaman mucuna 1. Pukan ayam+arang sekam 43,07 a 14,27 a 3,43 a 3,93 a 22,80 a 0,18 a 2. Pukan ayam+arang sekam+hj.kirinyu 42,23 a 15,30 a 4,03 a 3,50 a 21,83 ab 0,18 a 3. Pukan ayam+hj. Tithonia+ sisa tanaman 40,43 a 20,03 a 4,17 a 3,53 a 21,97 ab 0,15 a 4. Pukan ayam+hj.Tithonia+ btt pisang 38,60 a 15,30 a 4,00 a 3,60 a 21,33 ab 0,13 a 5. Pukan ayam+hijauan Tithonia 39,17 a 11,43 a 4,50 a 3,53 a 20,53 b 0,18 a 6. Pukan ayam 10 t/ha 40,63 a 10,00 a 4,30 a 3,47 a 20,83 ab 0,16 a 7. Pukan kambing + arang sekam 38,83 a 12,23 a 4,73 a 3,67 a 20,10 b 0,15 a 8. Kontrol (pukan ayam) 42,23 a 15,30 a 3,53 a 3,17 a 20,37 b 0,16 a Umur 30 HST-Setelah penanaman I 1. Pukan ayam+arang sekam 49,77 ab 18,47 a 6,43 bc 6,63 b 17,49 a 0,11 a 2. Pukan ayam+arang sekam+hj.kirinyu 57,00 a 21,40 a 7,20 abc 6,10 b 17,59 a 0,11 a 3. Pukan ayam+hj. Tithonia+ sisa tanaman 46,63 b 26,73 a 4,83 c 5,43 b 17,21 a 0,07 a 4. Pukan ayam+hj.Tithonia+ btt pisang 51,20 ab 23,63 a 6,40 bc 6,00 b 17,15 ab 0,08 a 5. Pukan ayam+hijauan Tithonia 51,10 ab 18,50 a 7,87 ab 6,97 b 16,35 abc 0,10 a 6. Pukan ayam 10 t/ha 48,67 b 13,67 a 6,80 abc 5,64 b 15,91 bcd 0,11 a 7. Pukan kambing + arang sekam 50,30 ab 14,03 a 6,00 bc 4,40 b 15,78 cd 0,08 a 8. Kontrol (pukan ayam) 54,57 ab 18,47 a 9,20 a 11,0 a 14,96 d 0,10 a Umur 30 HST-Setelah penanaman II 1. Pukan ayam+arang sekam 36.80 a 16.37ab 5.17 ab 4.43 b 18.23 ab 0.15 a 2. Pukan ayam+arang sekam+hj.kirinyu 35.43 a 19.47ab 4.70 ab 4.37 b 19.30 ab 0.14 a 3. Pukan ayam+hj. Tithonia+ sisa tanaman 35.80 a 26.60 a 3.70 b 3.70 b 20.90 a 0.14 a 4. Pukan ayam+hj.Tithonia+ btt pisang 30.43 a 18.83 ab 4.57 ab 4.90 b 18.50 ab 0.13 a 5. Pukan ayam+hijauan Tithonia 34.93 a 15.30 5.27 ab 4.53 b 18.37 ab 0.16 a 6. Pukan ayam 10 t/ha 33.73 a 12.20 4.77 ab 4.00 b 17.57 b 1.15 a 7. Pukan kambing + arang sekam 33.97 a 13.37 3.90 ab 3.13 b 17.97 b 0.14 a 8. Kontrol (pukan ayam) 35.03 a 13.97 5.53 a 6.70 a 17.70 b 0.16 a
*) Angka dalam kolom yang sama diikuti huruf yang sama berlaku untuk setiap periode pengamatan tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji DMRT
Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik Bogor, 18 – 19 Juni 2014
176
Total bakteri pada pengamatan 30 HST pada penanaman I dan II umumnya menurun dibandingkan
setelah penanaman mucuna dan beberapa perlakuan memberikan total bakteri yang sangat rendah. Total
bakteri pada penanaman I dan II berturut-turut berkisar 20,90-36,60 x 106 Spk g-1 dan 8,17-38,30 x 106 Spk
g-1. Total bakteri tertinggi pada penanaman I dicapai oleh perlakuan pukan ayam + arang sekam, sedangkan
pada penanaman II dicapai oleh perlakuan pukan ayam + Tithonia. Perlakuan kontrol memberikan total
bakteri yang rendah. Adanya penanaman dan perlakuan pupuk organik umumnya memberikan total bakteri
yang lebih rendah, hal ini karena adanya pengolahan tanah dan penanaman sayur berpengaruh terhadap
lingkungan mikro dalam tanah sehingga bakteri kurang kondusif untuk tumbuh berkembang.
Sejalan dengan total bakteri, pengamatan C-mic demikian juga umumnya terjadi penurunan. Nilai
C-mic pada penanaman I dan II berturut-turut berkisar 378,19-614,99 ppm dan 196,46-519,61 ppm. C-mic
tertinggi dicapai oleh perlakuan pukan ayam+arang sekam+hj. kirinyu dan pukan ayam+arang sekam.
Perlakuan kontrol memberikan nilai C-mic yang lebih rendah dari perlakuan lainnya.
Respirasi tanah umumnya tidak menunjukkan perbedaan setelah penanaman I dan II. Respirasi
tanah pada penanaman I berkisar 7,03-10,91 mgC-CO2/kg tanah/hari dan pada penanaman II berkisar 7,71-
11,14 mgC-CO2 kg tanah/hari. Aktifitas respirasi tanah setelah penanaman I dan II tergolong cukup tinggi.
Walaupun terjadi penurunan total bakteri selama penanaman I dan II, tetapi aktifitas mikroba cukup tinggi,
hal ini dicerminkan dengan data C-mic dan respirasi tanah. Hal ini diduga disebabkan oleh jumlah mikroba
selain bakteri aktivitasnya cukup tinggi.
Tabel 8. Total Bakteri, C-mic dan Respirasi Tanah di Permata Hati Farm
Perlakuan Total bakteri Spk/g tanah
Respirasi tanah mg C-CO2/kg tanah/hari
C-mic ppm C-mic % C-mic/ C-org
Setelah penanaman mucuna Ulangan I 41,20 x 10
6 7,71 789,68 - -
Ulangan II 44,20 x 106 8,91 757,72 - -
Ulangan III 38,30 x 106 8,91 371,91 - -
30 HST Penanaman I Pukan ayam+arang sekam 36,60 x 10
6 7,03 419,95 3,05 1.38
Pukan ayam+arang sekam+hj.kirinyu 28,90 x 106 7,89 614,99 3,07 2.00
Pukan ayam+hj. Tithonia+ sisa tanaman 28,50 x 106 10,97 426,69 2,52 1.69
Pukan ayam+hj.Tithonia+ btt pisang 26,40 x 106 8,57 422,41 2,79 1.51
Pukan ayam+hijauan Tithonia 20,90 x 106 8,57 378,19 3,06 1.23
Pukan ayam 10 t/ha 21,90 x 106 7,54 417,36 3,04 1.37
Pukan kambing + arang sekam 32,80 x 106 9,09 560,42 2,92 1.92
Kontrol (pukan ayam) 23,40 x 106 9,26 383,27 3,20 1.20
30 HST Penanaman II Pukan ayam+arang sekam 8,78 x 10
6 7,71 519,61 3.60 1.44
Pukan ayam+arang sekam+hj.kirinyu 9,71 x 106 9,94 340,00 3.48 0.98
Pukan ayam+hj. Tithonia+ sisa tanaman 22,60 x 106 9,43 225,48 3.17 0.71
Pukan ayam+hj.Tithonia+ btt pisang 28,20 x 106 8,40 478,73 3.28 1.46
Pukan ayam+hijauan Tithonia 38,30 x 106 11,14 453,79 3.74 1.21
Pukan ayam 10 t/ha 18,70 x 106 8,40 210,17 3.60 0.58
Pukan kambing + arang sekam 25,70 x 106 7,71 335,06 3.56 0.94
Kontrol (pukan ayam) 8,17 x 106 8,06 196,46 3.90 0.50
Wiwik Hartatik dan Diah Setyorini : Pengelolaan Hara Sayuran pada Sistem Pertanian Organik
177
Penanaman sayuran I
Penanaman sayuran ke I merupakan tanaman tumpangsari (mixed cropping) antara tanaman
bawang daun dan kembang kol.
Tinggi tanaman, jumlah anakan dan produksi bawang daun
Tinggi tanaman dan jumlah anakan umur 30 HST umumnya tidak menunjukkan perbedaan yang
nyata antar perlakuan. Tinggi tanaman tertinggi sebesar 41,7 cm dicapai oleh perlakuan pukan ayam +
arang sekam yang berbeda nyata dengan perlakuan pukan kambing + arang sekam dan kontrol. Pukan
ayam yang dikombinasikan dengan arang sekam mampu memberikan jumlah hara yang cukup untuk
mendukung pertumbuhan tanaman bawang daun. Tinggi tanaman bawang daun saat panen umumnya
tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan. Tinggi tanaman tertinggi sebesar 41,7 cm
dicapai oleh perlakuan pukan ayam + arang sekam yang berbeda nyata dengan perlakuan pukan
ayam+hijauan Tithonia + sisa tanaman, pukan ayam + hijauan. Tithonia+ batang pisang, pukan kambing +
arang sekam dan kontrol. Jumlah anakan bawang daun tidak berbeda nyata antar perlakuan. Jumlah
anakan berkisar 1,8-2,6 (Tabel 9).
Perlakuan pukan ayam 10 t/ha memberikan produksi bawang daun yang cukup tinggi yaitu 7,8 t/ha
yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan pukan kambing + arang sekam. Terjadi peningkatan
produktivitas bawang daun 22% dibandingkan kontrol. Perlakuan kontrol pukan ayam dengan dosis yang
lebih tinggi 25 t/ha justru memberikan produksi bawang daun lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa
dosis 10 t/ha telah mencukupi kebutuhan hara bawang daun. Perlakuan pukan ayam+hijauan Tithonia +
sisa tanaman memberikan produksi bawang daun lebih rendah dari perlakuan lainnya. Hal ini diduga
Tithonia diversifolia mempunyai sifat allelophatic terhadap tanaman melalui pelepasan senyawa phytotoxic
ke dalam tanah. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak daun, batang dan akar tanaman Tithonia diversifolia
menghambat perkecambahan selada (Gatti et al., 2004).
Tabel 9. Rataan tinggi tanaman, jumlah anakan umur 30 HST dan saat panen dan produksi bawang daun di Permata Hati Farm
No. Perlakuan
Bawang daun
Tinggi tanaman (cm) Jumlah daun Produksi t/ha 30 HST Saat panen 30 HST Saat panen
1. Pukan ayam+arang sekam 41,7 a 51,07 a 1,9 a 3,3 a 5,67 bc 2. Pukan ayam+arang sekam + hj.
kirinyu 38,7ab 49,40 a 2,0 a 3,7 a 5,72 bc
3. Pukan ayam+hj. Tithonia+ sisa tanaman
36,0b 49,93 a 2,5 a 3,0 a 4,93 c
4. Pukan ayam+hj.Tithonia+ btt pisang
36,6b 50,67 a 2,3 a 2,7 a 5,35 c
5. Pukan ayam+hijauan Tithonia 38,0ab 47,73 a 2,5 a 3,3 a 6,16 bc 6. Pukan ayam 10 t/ha 38,7ab 47,60 a 1,8 a 3,0 a 7,80 a 7. Pukan kambing + arang sekam 35,3b 45,13 a 1,8 a 3,3 a 7,10 ab 8. Kontrol (pukan ayam) 35,3b 46,27 a 2,6 a 3,3 a 5,83 bc
*) Angka pada kolom yang sama, diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji DMRT
Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik Bogor, 18 – 19 Juni 2014
178
Tinggi tanaman dan produksi kembang kol
Tinggi tanaman kembang kol umur 30 HST umumnya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata
antar perlakuan. Perlakuan pukan ayam + hijauan Tithonia + kompos batang pisang memberikan tinggi
tanaman kembang kol tertinggi yaitu sebesar 28,7 cm. Tinggi tanaman terendah sebesar 22,9 cm pada
perlakuan pukan ayam + arang sekam. Tinggi tanaman kembang kol saat panen umumnya tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan. Perlakuan pukan ayam + arang sekam + hj kirinyu
memberikan tinggi tanaman kembang kol tertinggi yaitu sebesar 57,8 cm dan tidak berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya.
Perlakuan kontrol pemberian pukan ayam 25 t/ha memberikan produksi kembang kol tertinggi
yaitu 10,67 t/ha yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan pukan ayam+arang sekam+hj.kirinyu, pukan
ayam+hj.Tithonia+ sisa tanaman, pukan ayam+hj.Tithonia+ batang pisang dan pukan ayam+hijauan
Tithonia. Berdasarkan hal diatas menunjukkan bahwa pukan ayam 10 t/ha yang dikombinasikan dengan
hijauan baik dengan Tithonia maupun kirinyu, sisa tanaman dan arang sekam dapat menyediakan
kebutuhan hara yang cukup terhadap kembang kol. Penurunan dosis pukan ayam 10 t/ha yang
dikombinasikan dengan hijauan Tithonia maupun kirinyu, sisa tanaman, batang pisang dan arang sekam
masih mampu memberikan produksi kembang kol yang cukup tinggi (Tabel 10).
Penanaman sayuran ke II
Penanaman sayuran ke II merupakan tanaman tumpangsari (mixed cropping) antara tanaman
caisim dan wortel.
Tinggi tanaman dan produksi caisim
Tinggi tanaman caisim saat panen umumnya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antar
perlakuan. Tinggi tanaman caisim berkisar 26,00-30,93 cm. Tinggi tanaman caisim tertinggi pada perlakuan
kontrol dan terendah pada perlakuan pukan kambing + arang sekam. Produksi caisim tertinggi sebesar 7,95
t/ha dicapai oleh perlakuan pukan ayam+hijauan Tithonia + batang pisang yang tidak berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya kecuali dengan perlakuan pukan kambing + arang sekam. Terjadi peningkatan
produktivitas tanaman caisim 14% dibandingkan kontrol. Perlakuan pukan kambing + arang sekam
memberikan tinggi tanaman dan produksi caisim yang rendah dibandingkan pukan ayam, hal ini karena
kadar hara pada pukan kambing lebih rendah dari pukan ayam (Tabel 11).
Tabel 10. Rataan tinggi tanaman, jumlah anakan umur 30 HST dan saat panen dan produksi kembang kol di Permata Hati Farm
No. Perlakuan
Kembang Kol
Tinggi tanaman (cm) Produksi t/ha 30 HST Saat panen
1. Pukan ayam+arang sekam 22,9 b 48,33 a 7,30 bc 2. Pukan ayam+arang sekam+hj.kirinyu 26,6 ab 48,27 a 8,93 ab 3. Pukan ayam+hj. Tithonia+ sisa tanaman 28,2 a 47,40 a 9,68 a 4. Pukan ayam+hj.Tithonia+ btt pisang 28,7 a 46.27 a 8,87 ab 5. Pukan ayam+hijauan Tithonia 25,6 ab 50,67 a 9,62 a 6. Pukan ayam 10 t/ha 25,2 ab 51,53 a 6,23 c 7. Pukan kambing + arang sekam 24,9 ab 48,47 a 7,37 bc 8. Kontrol (pukan ayam) 24,5 ab 50,80 a 10,67 a
*) Angka pada kolom yang sama, diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji DMRT
Wiwik Hartatik dan Diah Setyorini : Pengelolaan Hara Sayuran pada Sistem Pertanian Organik
179
Tinggi tanaman dan produksi wortel
Tinggi tanaman dan produksi wortel disajikan pada Tabel 12. Tinggi tanaman wortel sampai 75 HST
umumnya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan. Pada pengamatan 90 dan 105 HST
perlakuan pukan ayam + hijauan Tithonia memberikan tinggi tanaman tertinggi. Tinggi tanaman pada 105
HST berkisar 49,13-54,53 cm. Produksi wortel berkisar 19,70-32,67 t/ha. Produksi wortel tertinggi pada
perlakuan kontrol dan pukan ayam + arang sekam + hijauan kirinyu. Produksi terendah pada perlakuan
pukan ayam + hijauan Tithonia + sisa tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa pemupukan pukan ayam 5 t/ha
yang dikombinasikan dengan arang sekam dan hijauan kirinyu 5 t/ha tidak berbeda nyata dengan kontrol
yaitu pemberian pukan ayam dengan dosis lebih tinggi yaitu 25 t/ha. Perlakuan pemberian arang sekam
dan hijauan kirinyu menyumbangkan hara yang dapat mengurangi dosis pukan ayam.
Tabel 11. Rataan tinggi tanaman saat panen dan produksi caisin
No. Perlakuan Tinggi tanaman saat panen (cm)
Produksi t/ha
1. Pukan ayam+arang sekam 30,33 a 7,35 ab 2. Pukan ayam+arang sekam+hijauan kirinyu 27,67 a 6,67 ab 3. Pukan ayam+hijauan Tithonia+ sisa tanaman 27,46 a 6,99 ab 4. Pukan ayam+hijauan Tithonia+ btt pisang 28,00 a 7,95 a 5. Pukan ayam+hijauan Tithonia 30,20 a 7,00 ab 6. Pukan ayam 10 t/ha 28,60 a 7,62 ab 7. Pukan kambing + arang sekam 26,00 a 6,36 b 8. Kontrol (pukan ayam) 30,93 a 6,98 ab
Tabel 12. Rataan tinggi tanaman, dan produksi wortel di Permata Hati Farm
No. Perlakuan
Wortel Produksi
(t/ha) Tinggi tanaman (cm)
45 HST 60 HST 75 HST 90 HST 105 HST
1. Pukan ayam+arang sekam 14,40 a 25,03 a 36,93 a 46,00 bc 53,20 a 24,67 de 2. Pukan ayam+arang
sekam+hijauan kirinyu 14,00 a 25,20 a 38,80 a 46,40 abc 51,40 a 31,40 ab
3. Pukan ayam+hijauan. Tithonia+ sisa tanaman
14,67 a 26,93 a 38,13 a 48,20 ab 49,13 a 19,70 f
4. Pukan ayam+hijauan.Tithonia+ btt pisang
14,20 a 26,73 a 38,67 a 43,93 c 52,47 a 23,53 e
5. Pukan ayam+hijauan Tithonia 14,47 a 26,47 a 38,60 a 50,27 a 54,53a 27,37 cd 6. Pukan ayam 10 t/ha 13,93 a 27,53 a 37,07 a 47,53 abc 52,67 a 28,53 bc 7. Pukan kambing + arang sekam 15,33 a 26,87 a 37,67 a 45,07 bc 51,67 a 28,27 bc 8. Kontrol (pukan ayam) 17,27 a 30,40 a 39,53 a 48,67 ab 53,80 a 32,67 a
Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik Bogor, 18 – 19 Juni 2014
180
KESIMPULAN
Sifat kimia tanah selama dua kali pertanaman menunjukkan terjadi peningkatan C-organik dan
penurunan basa-basa dapat ditukar walaupun secara uji statistik tidak berbeda nyata. Pada awal penelitian
respirasi tanah dan C-mic cukup tinggi, tetapi terjadi penurunan setelah penanaman I dan II. Perlakuan
pukan ayam + arang sekam + kirinyu (MT I) dan pukan ayam + arang sekam (MT II) memberikan nilai C-mic
lebih tinggi dari perlakuan lainnya. Total bakteri dan respirasi tanah pada MT II yang tinggi dicapai oleh
perlakuan pukan ayam + hijauan Tithonia. Pada penanaman I tumpangsari bawang daun-bunga kol
menunjukkan bahwa produksi bawang daun yang tinggi dicapai oleh perlakuan pukan ayam 10 t/ha sebesar
7,80 t/ha dan kombinasi pukan kambing ( 10 t/ha) + arang sekam (500 kg/ha) sebesar 7,1 t/ha. Sedangkan
perlakuan pukan ayam (10 t/ha) yang dikombinasikan dengan hijauan Tithonia (5 t/ha) + kompos sisa
tanaman (1 t/ha) memberikan produksi kembang kol sebesar 9,68 t/ha. Pada penanaman II tumpangsari
caisim-wortel menunjukkan bahwa produksi caisim tertinggi sebesar 7,95 t/ha dicapai oleh perlakuan
pukan ayam (10 t/ha) + hijauan Tithonia (5 t/ha) + batang pisang (1 t/ha). Produksi wortel sebesar 32,67
t/ha dicapai oleh perlakuan pukan ayam (10 t/ha) + arang sekam (500 kg/ha) + hijauan kirinyu (5 t/ha).
Terjadi peningkatan produktivitas tanaman sayuran 14 -22%. Aplikasi kombinasi pukan dan hijauan Tithonia
diversifolia, kirinyu dan sisa tanaman dapat menurunkan dosis pukan ayam 9 t/ha dan dapat memenuhi
kebutuhan hara sayuran.
DAFTAR PUSTAKA
Alloway BJ. 1990. Heavy Metal in Soils. Second edition. Blackie Academic and Professional. London-Glasgow-
Weinheim-New York-Tokyo-Melbourne-Madras.
Arneses AKM and BR Singh. 1999. Plant uptake and DTPA-extractability of Cd, Cu, Ni and Zn in a Norwegian alum
sahale soil as affected by previous addition of dairy and pig manures and peat. Can. J. Soil Sci., 531-539.
Biocert. 2002. Info Organis. Penjaminan Produk dalam Sistem Pertanian Organik. Bogor.
Gatti AB, SC Perez, and MIS Lima. 2004. Allelophatic activity of aqueous extracts of Aristolochia esperanzae O. Kuntze
in the germination and Growth of Lactuca sativa L. and Raphanus sativus L. Acta Bot. Bras. 18 (3): 459-472.
Gregorich EG and Janzen HH. 1999. Storage of soil carbon in the light fraction and macroorganic matter. In: carter,
M.R. and Steward, D.A. (Eds). Structure and organic matter storage in Agricultural soils. Lewis Publ.
IFOAM (International Federation of Organic Agriculture Movement). 2002. Organic Agriculture Worldwide: Statistic
and Future Prospects. The World Organik Trade Fair Nurnberg, BIO-FACH. Intensification, soil biodiversity and
agroecosystem function. Applied Soil Ecology 6:3-16.
Jama BA,CA Palm, RJ Buresh, AI Niang, C Gachengo, G Mziguheba, and B Amadalo. 2000. Tithonia diversifolia as a
Green Manure for Soil Fertility Improvement in Western Kenya: A Review, Agroforestry System. 49: 201-221.
Kementan. 2011. Peraturan Menteri Pertanian No. 70/Kementan/SR.140/10/2011 Tentang Pupuk Organik, Pupuk
Hayati dan Pembenah Tanah. Kementerian Pertanian.
Setyorini D, Subowo, dan Husnain. 2003. Penelitian Peningkatan Produktivitas Lahan Melalui Teknologi Pertanian
Organik. Laporan Bagian Proyek Penelitian Sumberdaya Tanah dan Proyek Pengkajian Teknologi Pertanian
Partisipatif.