pengelolaan hara sayuran pada sistem pertanian...

14
167 PENGELOLAAN HARA SAYURAN PADA SISTEM PERTANIAN ORGANIK Wiwik Hartatik dan Diah Setyorini Balai Penelitian Tanah Jalan Tentara Pelajar No. 12, Cimanggu, Bogor [email protected] ABSTRAK Dalam upaya peningkatan produktivitas sayuran, pendapatan petani, dan kelestarian lingkungan maka pengelolaan hara dalam memenuhi kebutuhan hara sayuran perlu dilakukan. Tujuan penelitian mendapatkan teknologi pengelolaan hara terpadu untuk sayuran organik dan mengevaluasi perubahan sifat kimia dan biologi tanahnya. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan delapan perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang dicobakan sebagai berikut (1) Pukan ayam 10 t/ha + arang sekam 500 kg/ha, (2) Pukan ayam 10 t/ha + arang sekam 500 kg/ha + hijauan kirinyu 5 t/ha, (3) Pukan ayam 10 t/ha + hijauan Tithonia 5 t/ha + kompos sisa tanaman 1 t/ha, (4) Pukan ayam 10 t/ha + hijauan Tithonia 5 t/ha + kompos batang pisang 1 t/ha, (5) Pukan ayam 10 t/ha + hijauan Tithonia 5 t/ha, (6) Pukan ayam 10 t/ha, dan (7) Pukan kambing 10 t/ha + arang sekam 500 kg/ha dan Kontrol (pukan ayam 25 t/ha). Lahan yang digunakan adalah lahan sayuran organik di Permata Hati Farm, Desa Tugu Utara, Kec. Cisarua, Kab. Bogor, Jawa Barat (06 o 40’31,6” LS dan 106 o 57’24,7” BT). Penelitian dilakukan pada MT 2008. Ukuran petak 1 x 10 m. Pertanaman kesatu berupa tumpangsari bawang daun dengan bunga kol dan pertanaman kedua tumpangsari Caisim dan wortel. Pengamatan sifat kimia tanah meliputi pH, C-organik, N-total, P dan K (ekstrak HCl 25%), P tersedia (ekstrak Bray I), kation dapat ditukar (Ca, Mg dan K), kejenuhan basa (KB), hara mikro (Fe, Mn, Cu dan Zn) (ekstrak DTPA). Pengamatan sifat biologi tanah yaitu total bakteri, C-mic, dan respirasi tanah. Pengamatan agronomis tinggi tanaman dan produksi. Pupuk organik diberikan sebelum tanam pada lubang tanam, sedangkan pupuk hijau disebarkan di permukaan tanah kemudian diaduk dengan tanah pada lapisan olah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama dua kali pertanaman terjadi peningkatan C-organik dan penurunan basa-basa dapat ditukar walaupun secara uji statistik tidak berbeda nyata. Pada awal penelitian respirasi tanah dan C-mic cukup tinggi, tetapi terjadi penurunan setelah penanaman I dan II. Perlakuan pukan ayam + arang sekam + kirinyu (MT I) dan pukan ayam + arang sekam (MT II) memberikan nilai C-mic lebih tinggi dari perlakuan lainnya. Total bakteri dan respirasi tanah pada MT II yang tinggi dicapai oleh perlakuan pukan ayam + hijauan Tithonia. Pada penanaman I tumpangsari bawang daun-bunga kol menunjukkan bahwa produksi bawang daun yang tinggi dicapai oleh perlakuan pukan ayam 10 t/ha sebesar 7,80 t/ha dan kombinasi pukan kambing (10 t/ha) + arang sekam (500 kg/ha) sebesar 7,1 t/ha. Sedangkan perlakuan pukan ayam (10 t/ha) yang dikombinasikan dengan hijauan Tithonia (5 t/ha) + kompos sisa tanaman (1 t/ha) memberikan produksi kembang kol sebesar 9,68 t/ha. Pada penanaman II tumpangsari caisim-wortel menunjukkan bahwa produksi caisim tertinggi sebesar 7,95 t/ha dicapai oleh perlakuan pukan ayam (10 t/ha) + hijauan Tithonia (5 t/ha) + batang pisang (1 t/ha). Produksi wortel sebesar 32,67 t/ha dicapai oleh perlakuan pukan ayam (10 t/ha) + arang sekam (500 kg/ha) + hijauan kirinyu (5 t/ha). Terjadi peningkatan produktivitas tanaman sayuran 14-22%. Aplikasi kombinasi pukan dan hijauan Tithonia diversifolia, kirinyu dan sisa tanaman dapat menurunkan dosis pukan ayam 9 t/ha dan dapat memenuhi kebutuhan hara sayuran. Kata kunci: Pengelolaan hara, sayuran organik, sifat kimia dan biologi tanah PENDAHULUAN Sistem pertanian organik didefinisikan sebagai “kegiatan usahatani secara menyeluruh sejak proses produksi sampai proses pengolahan hasil (pasca-panen) yang bersifat ramah lingkungan dan dikelola secara alami (tanpa penggunaan bahan kimia sintetis dan rekayasa genetika), sehingga menghasilkan produk yang

Upload: nguyennhi

Post on 02-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

167

PENGELOLAAN HARA SAYURAN PADA SISTEM PERTANIAN ORGANIK

Wiwik Hartatik dan Diah Setyorini

Balai Penelitian Tanah Jalan Tentara Pelajar No. 12, Cimanggu, Bogor

[email protected]

ABSTRAK

Dalam upaya peningkatan produktivitas sayuran, pendapatan petani, dan kelestarian lingkungan maka pengelolaan

hara dalam memenuhi kebutuhan hara sayuran perlu dilakukan. Tujuan penelitian mendapatkan teknologi

pengelolaan hara terpadu untuk sayuran organik dan mengevaluasi perubahan sifat kimia dan biologi tanahnya.

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan delapan perlakuan dan tiga ulangan.

Perlakuan yang dicobakan sebagai berikut (1) Pukan ayam 10 t/ha + arang sekam 500 kg/ha, (2) Pukan ayam 10 t/ha +

arang sekam 500 kg/ha + hijauan kirinyu 5 t/ha, (3) Pukan ayam 10 t/ha + hijauan Tithonia 5 t/ha + kompos sisa

tanaman 1 t/ha, (4) Pukan ayam 10 t/ha + hijauan Tithonia 5 t/ha + kompos batang pisang 1 t/ha, (5) Pukan ayam 10

t/ha + hijauan Tithonia 5 t/ha, (6) Pukan ayam 10 t/ha, dan (7) Pukan kambing 10 t/ha + arang sekam 500 kg/ha dan

Kontrol (pukan ayam 25 t/ha). Lahan yang digunakan adalah lahan sayuran organik di Permata Hati Farm, Desa Tugu

Utara, Kec. Cisarua, Kab. Bogor, Jawa Barat (06o40’31,6” LS dan 106

o57’24,7” BT). Penelitian dilakukan pada MT 2008.

Ukuran petak 1 x 10 m. Pertanaman kesatu berupa tumpangsari bawang daun dengan bunga kol dan pertanaman

kedua tumpangsari Caisim dan wortel. Pengamatan sifat kimia tanah meliputi pH, C-organik, N-total, P dan K (ekstrak

HCl 25%), P tersedia (ekstrak Bray I), kation dapat ditukar (Ca, Mg dan K), kejenuhan basa (KB), hara mikro (Fe, Mn, Cu

dan Zn) (ekstrak DTPA). Pengamatan sifat biologi tanah yaitu total bakteri, C-mic, dan respirasi tanah. Pengamatan

agronomis tinggi tanaman dan produksi. Pupuk organik diberikan sebelum tanam pada lubang tanam, sedangkan

pupuk hijau disebarkan di permukaan tanah kemudian diaduk dengan tanah pada lapisan olah. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa selama dua kali pertanaman terjadi peningkatan C-organik dan penurunan basa-basa dapat

ditukar walaupun secara uji statistik tidak berbeda nyata. Pada awal penelitian respirasi tanah dan C-mic cukup tinggi,

tetapi terjadi penurunan setelah penanaman I dan II. Perlakuan pukan ayam + arang sekam + kirinyu (MT I) dan pukan

ayam + arang sekam (MT II) memberikan nilai C-mic lebih tinggi dari perlakuan lainnya. Total bakteri dan respirasi

tanah pada MT II yang tinggi dicapai oleh perlakuan pukan ayam + hijauan Tithonia. Pada penanaman I tumpangsari

bawang daun-bunga kol menunjukkan bahwa produksi bawang daun yang tinggi dicapai oleh perlakuan pukan ayam

10 t/ha sebesar 7,80 t/ha dan kombinasi pukan kambing (10 t/ha) + arang sekam (500 kg/ha) sebesar 7,1 t/ha.

Sedangkan perlakuan pukan ayam (10 t/ha) yang dikombinasikan dengan hijauan Tithonia (5 t/ha) + kompos sisa

tanaman (1 t/ha) memberikan produksi kembang kol sebesar 9,68 t/ha. Pada penanaman II tumpangsari caisim-wortel

menunjukkan bahwa produksi caisim tertinggi sebesar 7,95 t/ha dicapai oleh perlakuan pukan ayam (10 t/ha) +

hijauan Tithonia (5 t/ha) + batang pisang (1 t/ha). Produksi wortel sebesar 32,67 t/ha dicapai oleh perlakuan pukan

ayam (10 t/ha) + arang sekam (500 kg/ha) + hijauan kirinyu (5 t/ha). Terjadi peningkatan produktivitas tanaman

sayuran 14-22%. Aplikasi kombinasi pukan dan hijauan Tithonia diversifolia, kirinyu dan sisa tanaman dapat

menurunkan dosis pukan ayam 9 t/ha dan dapat memenuhi kebutuhan hara sayuran.

Kata kunci: Pengelolaan hara, sayuran organik, sifat kimia dan biologi tanah

PENDAHULUAN

Sistem pertanian organik didefinisikan sebagai “kegiatan usahatani secara menyeluruh sejak proses

produksi sampai proses pengolahan hasil (pasca-panen) yang bersifat ramah lingkungan dan dikelola secara

alami (tanpa penggunaan bahan kimia sintetis dan rekayasa genetika), sehingga menghasilkan produk yang

Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik Bogor, 18 – 19 Juni 2014

168

sehat dan bergizi” (IFOAM, 2002).

Departemen Pertanian Amerika mendefinisikan pertanian organik sebagai “suatu sistem produksi

pertanian yang meniadakan input sintetis seperti pupuk, pestisida, hormon pengatur tumbuh dan aditif

pakan ternak”. Untuk mencapai hasil maksimal, sistem budidaya pertanian organik diterapkan melalui

teknik rotasi tanaman, pemanfaatan residu tanaman, pupuk kandang, tanaman legum, pupuk hijau, limbah

organik dari luar kebun, pengolahan mekanis, pemanfaatan batuan mineral serta aspek perlindungan

tanaman cara biologis untuk mengelola produktivitas lahan.

Ditinjau dari definisi di atas terlihat jelas bahwa untuk menjalankan kegiatan budidaya pertanian

organik secara benar akan dibutuhkan dukungan teknologi di bidang pra-produksi hingga pasca-panen.

Tantangan yang dihadapi cukup besar, mengingat budidaya pertanian organik membutuhkan persyaratan

tertentu, agar produknya mendapat sertifikat produk pertanian organik dari badan akreditasi dan

standarisasi internasional.

Tujuan dari budidaya pertanian organik menurut IFOAM (2002) antara lain (1) memproduksi

makanan yang berkualitas tinggi dalam jumlah yang cukup; (2) memperbaiki dan mendukung keberlanjutan

siklus biologis dalam usahatani dengan memanfaatkan mikroba, flora dan fauna tanah serta tumbuhan dan

tanaman; (3) mengelola dan meningkatkan kelestarian kesuburan tanah; (4) meminimalkan segala bentuk

polusi dalam tanah, serta (5) memanfaatkan dan menghasilkan produk pertanian organik yang mudah

didekomposisi dari sumber yang dapat didaur ulang.

Ketentuan yang disyaratkan dalam sistem budidaya pertanian organik menurut IFOAM (2002)

antara lain adalah memilih lahan yang bebas bahan agrokimia (pupuk dan pestisida), menyediakan pupuk

organik dari bahan yang aman, benih yang bukan merupakan hasil rekayasa genetika atau GMO,

pengelolaan tanaman dengan rotasi serta aplikasi pestisida nabati dan agensia hayati untuk perlindungan

tanaman. Di Indonesia, ketentuan persyaratan dan kriteria mengenai Sistem Pertanian Organik yang

menyangkut Produksi, Pemrosesan, Pelabelan dan Pemasaran telah diatur dalam SNI No. 6729-2013 yang

merupakan adopsi dan modifikasi dari Standar IFOAM dan CODEX. Standar ini berisi persyaratan yang

relevan dengan proses produksi pertanian organik di Indonesia.

Penerapan sistem pertanian organik di Indonesia berlangsung secara selektif dan kompetitif serta

akan berjalan seiring dengan program revolusi hijau yang bertujuan mempertahankan program ketahanan

pangan nasional. Jenis komoditas dalam budidaya pertanian organik akan berkembang sesuai dengan

permintaan pasar domestik maupun luar negeri. Hasil penelitian pada tahun 2003 menunjukkan bahwa

produk organik yang beredar di pasaran saat ini terbatas pada kopi, sayuran, beras, daging ayam, telor,

susu, apel dan salak organik. Sedangkan tanaman yang berpotensi untuk dikembangkan adalah tanaman

perkebunan seperti teh, rempah dan obat, apel, salak, mangga, durian, manggis, kacang mete dan kacang

tanah (Setyorini et al., 2003).

Perkembangan permintaan produk pertanian organik di negara-negara maju meningkat pesat dari

tahun ke tahun. Hal ini dipicu oleh (1) menguatnya kesadaran peduli lingkungan dan gaya hidup sehat, (2)

dukungan kebijakan pemerintah nasional, (3) dukungan industri pengolahan pangan, (4) dukungan pasar

modern (supermarket menyerap produk organik), (5) adanya harga premium di tingkat konsumen, (6)

adanya label generik, dan (7) adanya kampanye nasional pertanian organik secara gencar (Biocert, 2002).

Permintaan pasar produk pertanian organik dunia mencapai 15-20% per tahun, namun pangsa

pasar yang dapat terealisasi hanya sebesar 0,5-2% dari keseluruhan produk. Meskipun di Eropa

penambahan luas areal pertanian organik dibanding total lahan pertanian terus meningkat, dari rata-rata

kurang dari satu persen tahun 1987 menjadi 2-7% pada tahun 1997 (tertinggi di Austria mencapai 10,12%),

namun tetap belum mampu memenuhi pesatnya permintaan (IFOAM, 2002).

Wiwik Hartatik dan Diah Setyorini : Pengelolaan Hara Sayuran pada Sistem Pertanian Organik

169

Dalam mendukung revitalisasi pertanian, penelitian teknologi pengelolaan hara pada budidaya

pertanian organik ikut mendorong terwujudnya kelestarian sumberdaya lingkungan. Sistem pertanian

organik merupakan sistem yang menerapkan teknologi ramah lingkungan dalam mencapai sistem pertanian

yang lestari dan berkelanjutan untuk membangun kesuburan tanah jangka panjang. Sistem pertanian

organik yang diterapkan pada komoditas yang bernilai ekonomis tinggi dan lokasi yang terpilih diharapkan

dapat meningkatkan pendapatan petani serta peningkatan devisa melalui ekspor.

Dalam upaya peningkatan produktivitas sayuran, pendapatan petani, dan kelestarian lingkungan

maka penerapan pengelolaan tanaman terpadu yaitu pendekatan dalam sistem usahatani sayuran yang

berlandaskan keterpaduan antara sumber daya dan pengelolaan tanaman dengan penerapan good

agricultural practices. Tujuan penelitian mendapatkan teknologi pengelolaan hara terpadu untuk sayuran

organik serta mengevaluasi perubahan sifat kimia dan biologi tanahnya.

BAHAN DAN METODE

Lahan pertanian yang digunakan adalah lahan sayuran organik di Permata Hati Farm, Desa Tugu

Utara, Kec. Cisarua, Kab. Bogor, Jawa Barat (06o40’31,6” LS dan 106o57’24,7” BT). Budidaya sayuran

dilakukan secara organik dengan metode tumpang sari. Pada percobaan ini dilakukan penanaman sayuran

dua kali setahun pada MT 2008. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Rancangan Acak Kelompok dengan tiga ulangan. Perlakuan-perlakuan terdiri dari:

1. Pukan ayam 10 t/ha + arang sekam 500 kg/ha

2. Pukan ayam 10 t/ha + arang sekam 500 kg/ha + hijauan kirinyu 5 t/ha

3. Pukan ayam 10 t/ha + hijauan Tithonia 5 t/ha + kompos sisa tanaman 1 t/ha

4. Pukan ayam 10 t/ha + hijauan Tithonia 5 t/ha + kompos batang pisang 1 t/ha

5. Pukan ayam 10 t/ha + hijauan Tithonia 5 t/ha

6. Pukan ayam 10 t/ha

7. Pukan kambing 10 t/ha + arang sekam 500 kg/ha

8. Kontrol (pukan ayam 25 t/ha)

Kombinasi tanaman yang ditanam adalah jenis sayuran daun, umbi dan buah. Tanah diolah secara

minimum tillage setelah lahan dibersihkan, sisa tanaman sebelumnya dikumpulkan untuk dikomposkan.

Tanaman legum dan kacang babi ditanam sebagai sumber pestisida nabati. Pengendalian hama penyakit

dilakukan dengan pestisida nabati dan secara mekanis menggunakan perangkap tumbuhan atau

penghalang lain sesuai kebiasaan petani. Panen dilakukan secara berkala sesuai jenis dan umur tanaman

dan diamati bobot hasil tanaman. Pengamatan sifat kimia tanah meliputi: pH, kapasitas tukar kation (KTK),

C-organik, N-total, C/N rasio, P dan K potensial (ekstrak HCl 25%), P tersedia (ekstrak Bray I), kation dapat

ditukar yaitu Ca, Mg, K dan Na, kejenuhan basa (KB), hara mikro (Zn, Cu, Mn, Fe) ekstrak DTPA serta logam

berat Pb dan Cd. Pengamatan sifat biologi tanah meliputi bakteri total dan aktivitas mikroba tanah (C-mic

dan respirasi CO2).

Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik Bogor, 18 – 19 Juni 2014

170

HASIL DAN PEMBAHASAN

Produksi hijauan Mucuna sp

Untuk meningkatkan kesuburan tanah, dilakukan penanaman legum Mucuna sp sebagai cover crop.

Mucuna dipilih karena mudah tumbuh dan menghasilkan biomassa yang cukup banyak. Setelah Mucuna

berumur dua bulan, dipanen kemudian dibenamkan lebih kurang 20 cm dan dicampur/diaduk dengan

tanah dalam setiap bedengan. Setelah diinkubasi selama tiga minggu dan setelah legum Mucuna telah

melapuk dalam tanah, bedengan siap dipupuk dengan pupuk organik sesuai perlakuan dan ditanami

dengan tanaman sayuran. Data biomasa disajikan pada Tabel 1. Bobot biomasa Mucuna pada ulangan II

dan III umumnya lebih tinggi dari ulangan I, walaupun rataan biomasa antar bedeng berdasarkan uji

statistic tidak berbeda nyata. Rataan bobot basah biomasa berkisar 3,82-4,68 t/ha. Hal ini disebabkan pada

ulangan I, tanahnya padat, berkirikil dan sedikit ada naungan pohon.

Sifat kimia tanah awal di Permata Hati Farm

Hasil analisa sifat kimia tanah awal di Permata Hati Farm menunjukkan bahwa tanah di lokasi

tersebut bertekstur lempung dengan reaksi tanah agak masam. Kandungan C-organik, N-total tergolong

sedang. P-potensial, K-potensial dan P tersedia ekstrak Olsen tergolong sangat tinggi. Basa-basa dapat

ditukar yaitu K dapat ditukar tergolong tinggi, Ca dapat ditukar dan Mg dapat ditukar tergolong sedang dan

Na dapat ditukar tergolong rendah. Kapasitas tukar kation dan kejenuhan basa tergolong sedang. Kadar

unsur mikro Fe, Mn dan Cu tergolong cukup kecuali Zn tergolong rendah. Kadar logam berat Pb dan Cd

tergolong rendah (Tabel 2).

Tanah awal yang digunakan untuk penelitian di Permata Hati Farm cukup subur kecuali hara mikro

Zn rendah. Pemberian pupuk organik meningkatkan kadar C-organik, P dan K potensial (HCl 25%), P

tersedia (Bray I) dan kadar Ca dan Mg dapat ditukar.

Tabel 1. Bobot basah biomassa mucuna yang dikembalikan ke lahan

No. Perlakuan

Bobot Biomasa (t/ha)

Ulangan Rata-rata I II III

1. Pukan ayam+arang sekam 2,25 4,90 6,90 4,68 a 2. Pukan ayam+arangsekam+hj.kirinyu 3,20 5,80 4,50 4,50 a 3. Pukan ayam+hj.Tithonia+kps.sisa tanaman 1,85 3,15 3,20 2,73 a 4. Pukan ayam+hj. Tithonia+kps.btng pisang 2,40 4,25 5,00 3,88 a 5. Pukan ayam+hj.Tithonia 3,20 3,30 5,50 4,00 a 6. Pukan ayam 3,20 4,85 4,10 4,05 a 7. Pukan kambing+arang sekam 3,40 2,25 5,80 3,82 a 8. Kontrol praktek petani (pukan ayam) 2,80 3,40 6,40 4,20 a

Keterangan : Angka dalam satu lajur yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf uji 5%.

Wiwik Hartatik dan Diah Setyorini : Pengelolaan Hara Sayuran pada Sistem Pertanian Organik

171

Tabel 2. Sifat kimia tanah awal di Permata Hati Farm

Parameter Nilai

Tekstur Pasir 51,0 Debu 35,0 Liat 14,0 pH pH-H2O 6,0 pH-KCl 5,2 C-organik (%) 2,68 N-total (%) 0,31 C/N 9 P-HCl 25% (mg/100 g) 139,0 K-HCl 25% (mg/100 g) 63,0 P-Olsen 118,0 Basa dapat tukar (me/100 g) K 0,76 Ca 7,60 Mg 1,99 Na 0,17 KTK 21,35 KB (%) Unsur mikro ekstrak DTPA Fe (ppm) Mn (ppm) Cu (ppm) Zn (ppm) Pb (ppm) Cd (ppm) Asam humat Asam fulvat

49

87,6 1,6 0,7 0,5

20,6 0,14 0,28 0,62

Kadar hara dalam kompos

Pupuk organik yang digunakan untuk penelitian adalah pukan kambing, ayam yang dikombinasikan

dengan arang sekam, kompos sisa tanaman dan batang pisang dan hijauan Tithonia dan kirinyu. Kadar hara

dalam pupuk organik yang digunakan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Kadar hara dalam kompos dan pupuk hijau yang digunakan di Permata Hati Farm

Perlakuan N-total

(%) C- org

(%) C/N

Unsur makro (%)

P K Ca Mg

Pukan kambing 1,59 18,54 14 1,45 1,00 1,39 0,38 Pukan ayam 1,85 28,04 15 3,71 2,51 3,84 0,13 Pukan kambing+arang sekam 1,03 13,66 15 0,99 2,29 1,41 0,48 Pukan ayam+arang sekam 2,02 16,56 10 5,49 2,87 7,19 0,79 Kompos sisa tanaman 0,90 8,69 11 0,53 4,30 1,06 0,31 Kompos batang pisang 0,61 6,22 12 0,23 1,55 0,95 0,17 Tithonia 3,98 37,94 9,5 0,35 0,62 2,38 0,63 Kirinyu 2,42 43,32 17,9 0,20 1,80 1,47 0,33 Mucuna 3,06 40,97 13,4 0,18 1,07 1,07 0,24 Arang sekam 0,66 3,93 5,95 0,17 0,42 0,11 0,17

Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik Bogor, 18 – 19 Juni 2014

172

Kandungan C-organik pukan kambing dan ayam cukup tinggi berturut-turut sebesar 18,54 dan

13,01% memenuhi kriteria persyaratan pupuk organik Kementan No.70/2011 yaitu C-organik lebih dari

15%. Demikian juga dengan rasio C/N berturut-turut yaitu 14 dan 15 memenuhi persyaratan rasio C/N 15-

25. Dengan rasio C/N yang lebih rendah dari 25 menunjukkan bahwa pukan yang digunakan sudah matang

dan mineralisasi pukan tersebut diharapkan dapat menyediakan unsur hara bagi tanaman. Kandungan hara

makro N, P, K, dan Ca serta hara mikro Mn dan Cu pukan ayam lebih tinggi dari pukan kambing.

Pukan ayam yang dikombinasikan dengan arang sekam kandungan N, P, K, Ca, dan Mg meningkat,

tetapi terjadi penurunan C-organik dan rasio C/N. Sedangkan pukan kambing yang dikombinasikan dengan

arang sekam menyebabkan terjadinya penurunan kandungan N-total, C-organik dan P, serta. Terjadi

peningkatan kandungan K, Ca, dan Mg. Kompos sisa tanaman (wortel dan brangkasan jagung) dan batang

pisang mempunyai kandungan C-organik lebih rendah dari pukan yaitu berturut-turut 8,69 dan 6,22%. Hal

ini dapat dimengerti karena kompos yang berasal dari tanaman merupakan bahan yang mudah dilapuk

(kandungan ligninnya rendah) yang ditunjukkan dengan rasio C/N yang lebih rendah. Kandungan N, P, Ca,

dan Mg lebih rendah dari pukan, kecuali kandungan K pada kompos sisa tanaman cukup tinggi. Kandungan

Fe pukan dan kompos sisa tanaman dan batang pisang cukup tinggi melebihi ketentuan syarat mutu pupuk

organik maksimal 4.000 ppm, menyusul kandungan Mn diikuti oleh Zn dan Cu. Kandungan Pb dan Cd masih

aman, berada di bawah batas ambang yang diperbolehkan. Pukan ayam maupun kambing yang

dikombinasikan dengan arang sekam umumnya meningkatkan kadar hara mikro Fe, Mn, Cu dan Zn. Arang

sekam mampu menyumbangkan hara mikro pada pukan. Kadar hara pupuk organik yang digunakan di

Permata Hati Farm menunjukkan kadar C-organik pukan kambing dan ayam cukup tinggi berturut-turut

sebesar 18,54 dan 13,01% dan rasio C/N berturut-turut yaitu 14 dan 15. Kandungan hara makro N, P, K, dan

Ca serta hara mikro Mn dan Cu pukan ayam lebih tinggi dari pukan kambing (Tabel 4). Kompos sisa

tanaman (wortel dan brangkasan jagung) dan batang pisang mempunyai kandungan C-organik yang lebih

rendah dari pukan.

Pupuk hijau Tithonia, kirinyu dan mucuna mengandung hara N yang cukup tinggi berkisar 2,42-

3,98%, kadar P berkisar 0,18-0,35% dan kadar K, Ca, dan Mg cukup tinggi berturut-turut berkisar 0,62-

1,80%; 1,07-2,38% dan 0,24-0,63. Jama et al. (2000) mengemukakan bahwa Tithonia mengandung kadar N,

P, dan K yang tinggi. Kandungan C-organik cukup tinggi berkisar 37,94-43,32% dan C/N rasio berkisar 9,5-

17,9. Pupuk hijau Tithonia, kirinyu dan mucuna merupakan sumber pupuk hijau yang cukup baik digunakan,

karena mengandung C-organik dan hara yang tinggi.

Tabel 4. Kandungan unsur mikro dan logam berat, pH, kadar air kompos dan pupuk hijau yang digunakan di Permata Hati Farm

Perlakuan Unsur mikro (ppm) Kadar air

(%) pH Pb Cd Fe Mn Cu Zn

Pukan kambing 2779 268 15 103 49,1 7,5 13,1 0,3 Pukan ayam 381 566 52 10 14,1 8,1 1,8 1,0 Pukan kambing+arang sekam 7537 452 19 88 39,0 8,9 2,0 0,4 Pukan ayam+arang sekam 1247 585 52 265 14,3 8,1 1,0 0,3 Kompos sisa tanaman 27087 913 32 114 32,3 8,7 17 0,4 Kompos batang pisang 19076 779 22 85 52,7 8,9 15 0,2 Tithonia 360 133 10 40 - - 1,2 1,0 Kirinyu 248 152 19 57 - - 5,5 0,3 Mucuna 788 161 15 29 - - 1,0 0,1 Arang sekam 3896 504 8 65 - - 7,8 0,1

Wiwik Hartatik dan Diah Setyorini : Pengelolaan Hara Sayuran pada Sistem Pertanian Organik

173

Perubahan sifat kimia tanah setelah penanaman Mucuna dan 30 HST setelah penanaman I dan II

Nilai pH, C-organik, N-total, P dan K potensial ekstrak HCl 25% dan P tersedia (Bray I) disajikan pada

Tabel 5. Nilai pH setelah penanaman mucuna dan 30 HST sedikit lebih rendah dibanding tanah awal, hal ini

diakibatkan oleh pupuk organik yang dapat menyumbangkan asam-asam organik. Namun pengamatan

antar perlakuan setelah penanaman mucuna dan 30 HST tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, hal ini

karena dosis pupuk organik masing-masing perlakuan hampir sama. Nilai pH, C-organik dan N-total

umumnya sedikit meningkat pada 30 HST dibandingkan setelah penanaman mucuna. P potensial dan P

tersedia pada pengamatan 30 HST meningkat dibandingkan setelah penanaman mucuna.

Tabel 5. Nilai pH, C-organik, N-total, P dan K potensial ekstrak HCl 25% dan P tersedia (Bray I) setelah penanaman mucuna dan 30 HST setelah penanaman I dan II

No Perlakuan

pH Bahan Organik HCl 25%

P-Bray I ppm H2O KCl

C N-total C/N

P2O5 K2O

----- % ------- --mg/100 g---

Tanah Awal 6,0 5,2 2,68 0,31 9 139 63 -

Setelah penanaman Mucuna

1. Pukan ayam+arang sekam 5,1 a 4,7 a 3,01 a 0,32 a 9,3 ab 119,67a 61,67 a 26,10 a 2. Pukan ayam+arang

sekam+hj.kirinyu 5,1 a 4,6 a 2,81 a 0,31 a 9,0 b 114,33a 82,00 a 21,80 a

3. Pukan ayam+hj. Tithonia+ sisa tanaman

5,2 a 4,7 a 2,71 a 0,29 a 9,7 ab 115,00a 70,33 a 25,72 a

4. Pukan ayam + hj. Tithonia+ btt pisang

5,2 a 4,8 a 2,73 a 0,27 a 10,3 a 122,67a 75,00 a 29,07 a

5. Pukan ayam + hijauan Tithonia

5,2 a 4,7 a 3,00 a 0,33 a 9,3 ab 134,00a 74,67 a 24,17 a

6. Pukan ayam 10 t/ha 5,1 a 4,7 a 2,89 a 0,28 a 10,3 a 122,00a 64,00 a 30,23 a 7. Pukan kambing + arang

sekam 3,5 a 4,7 a 2,80 a 0,28 a 10,0 ab 118,33a 65,00 a 26,90 a

8. Kontrol (pukan ayam) 5,2 a 4,7 a 2,86 a 0,33 a 9,0 b 97,00a 71,33 a 15,90 a Umur 30 HST – Setelah penanaman I 1. Pukan ayam+arang sekam 5,7a 4,9a 3,05 ab 0,38 a 8,0 a 177,67 ab 94,33 b 87,80 ab

2. Pukan ayam+arang sekam+ hj. kirinyu

5,6a 4,9a 3,07 ab 0,38 a 8,3 a 159,00 ab 122,67 ab 56,80 ab

3. Pukan ayam+hj. Tithonia + sisa tanaman

5,7a 5,1a 2,52 b 0,31 b 8,0 a 136,33 b 119,00 ab 50,50 b

4. Pukan ayam + hj. Tithonia + btt pisang

5,7a 5,0a 2,79 ab 0,36 ab 8,0 a 177,67 ab 117,33 ab 62,50 ab

5. Pukan ayam+hijauan Tithonia

5,7a 5,0a 3,06 ab 0,38 a 8,3 a 182,33 ab 124,00 ab 71,30 ab

6. Pukan ayam 10 t/ha 5,7a 5,0a 3,04ab 0,37ab 8,0a 172,00ab 110,00b 62,53ab 7. Pukan kambing + arang

sekam 5,7a 4,9a 2,92ab 0,36ab 8,3a 126,67b 98,67b 29,60b

8. Kontrol (pukan ayam) 5,8a 5,2a 3,20a 0,41a 8,0a 228,67a 183,00a 127,40a Umur 30 HST –Setelah penanaman II 1. Pukan ayam+arang sekam 5.43 b 4.97 b 3.60 a 0.30 a 12.00ab 138.00 abc 76.33 de 32.87 c

2. Pukan ayam+arang sekam + hj. kirinyu

5.50 ab 4.93 b 3.48 a 0.31 a 11.33ab 136.33 abc 99.00 bc 64.57 bc

3. Pukan ayam + hj. Tithonia + sisa tanaman

5.57 ab 5.07 ab 3.17 a 0.29 a 11.00 b 118.67 bc 95.00b cde 87.67 bc

4. Pukan ayam + hj. Tithonia + btt pisang

5.60 ab 5.07 ab 3.28 a 0.27 a 12.33 a 149.67 abc 98.33 bcd 119.67 ab

5. Pukan ayam+hijauan Tithonia

5.57 ab 4.97 b 3.74 a 0.33 a 11.33 ab 160.33 ab 102.33 b 84.53b c

6. Pukan ayam 10 t/ha 5.50 ab 4.97 b 3.60 a 0.31 a 12.00 ab 144.33 abc 75.33 e 28.20 c 7. Pukan kambing + arang

sekam 5.37 b 4.83 b 3.56 a 0.32 a 11.00 b 107.00 c 78.33 cde 26.43 c

8. Kontrol (pukan ayam) 5.77 a 5.27 a 3.90 a 0.34 a 11.67 ab 184.33 a 127.00 a 166.67 a

*) Angka dalam kolom yang sama diikuti huruf yang sama berlaku untuk setiap periode pengamatan tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji DMRT

Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik Bogor, 18 – 19 Juni 2014

174

Kadar P pada perlakuan kontrol (praktek petani yaitu pemberian pukan ayam 25 t/ha) nyata lebih

tinggi dibandingkan perlakuan pukan ayam + hj. Tithonia + sisa tanaman dan pukan kambing + arang sekam,

sedangkan dengan perlakuan lainnya tidak berbeda nyata. Sejalan dengan P potensial, parameter K-(HCL

25%) juga meningkat pada 30 HST, perlakuan kontrol berbeda nyata dibandingkan perlakuan pukan

ayam+arang sekam, pukan ayam dan pukan kambing+arang sekam. Perbedaan ini berkaitan dengan adanya

sumbangan K dari pukan ayam.

Nilai Ca, Mg, K dan Na dapat ditukar, kapasitas tukar kation (KTK) dan kejenuhan basa (KB) disajikan

pada Tabel 6. Nilai basa-basa dapat ditukar dan KB pada pengamatan 30 HST meningkat dibanding tanah

awal dan setelah penanaman mucuna, namun pengamatan antar perlakuan setelah penanaman mucuna

dan 30 HST tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Pemberian pupuk organik akan menyumbangkan

basa-basa dapat ditukar ke dalam tanah (Tabel 6). Parameter KTK setelah penanaman mucuna dan 30 HST

umumnya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Nilai KTK tanah awal, setelah penanaman mucuna

dan 30 HST tidak banyak berubah.

Kadar unsur mikro Fe, Mn, Cu, dan Zn dan logam berat Pb dan Cd disajikan pada Tabel 7. Kadar Fe

tersedia umumnya menurun dibandingkan dengan tanah awal. Terjadi peningkatan kadar Fe pada

pengamatan 30 HST dibandingkan setelah penanaman mucuna. Kadar Fe antar perlakuan yang dicoba tidak

menunjukkan perbedaan yang nyata. Demikian juga kadar Mn memberikan kecenderungan yang hampir

sama dengan Fe umumnya kadar Mn antar perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.

Pemberian pupuk organik nyata meningkatkan kadar Cu dan Zn tersedia dibandingkan tanah awal.

Tabel 6. Nilai basa-basa dapat ditukar, KTK, KB setelah penanaman mucuna dan 30 HST setelah penanaman I dan II

No. Perlakuan

Nilai tukar kation (NH4-asetat 1 N ph 7) KTK

KB % Ca Mg K Na

…………… me/100g ……………….

Tanah awal 7,60 1,99 0,76 0,17 21,35 49 Setelah penanaman Mucuna 1. Pukan ayam+arang sekam 7,85 a 1,72 a 0,93 a 0,23 b 22,04a 48,67 a

2. Pukan ayam+arang sekam+hj.kirinyu 7,45 a 1,75 a 1,24 a 0,33 b 20,46a 52,00 a 3. Pukan ayam+hj. Tithonia+ sisa tanaman 7,97 a 1,87 a 0,99 a 0,39 ab 21,68a 52,33 a 4. Pukan ayam+hj.Tithonia+ btt pisang 7,85 a 1,94 a 1,07 a 0,28 ab 23,34a 48,00 a 5. Pukan ayam+hijauan Tithonia 7,75 a 1,77 a 1,16 a 0,19 b 20,49a 54,33 a 6. Pukan ayam 10 t/ha 7,91 a 1,79 a 0,96 a 0,28 ab 22,27a 49,33 a 7. Pukan kambing + arang sekam 7,99 a 1,87 a 0,99 a 0,34 ab 22,33a 50,67 a 8. Kontrol (pukan ayam) 7,12 a 1,80 a 1,07 a 0,91 a 21,13a 51,67 a Umur 30 HST – Setelah penanaman I 1. Pukan ayam+arang sekam 8.81 a 2,26 a 1,00 a 0,35 a 21,43 ab 58,00 a

2. Pukan ayam+arang sekam+hj.kirinyu 7,90 a 2,07 a 1,40 a 0,33 a 22,84 a 52,00 a 3. Pukan ayam+hj. Tithonia+ sisa tanaman 8,65 a 2,40 a 1,46 a 0,42 a 20,61 ab 63,00 a 4. Pukan ayam+hj.Tithonia+ btt pisang 8,71 a 2,58 a 1,80 a 0,62 a 22,04 a 62,00 a 5. Pukan ayam+hijauan Tithonia 9,14 a 2,59 a 1,52 a 0,43 a 19,45 b 71,00 a 6. Pukan ayam 10 t/ha 8,67 a 2,25 a 1,24 a 0,56 a 20,67 ab 61,33 a 7. Pukan kambing + arang sekam 7,70 a 2,09 a 1,25 a 0,29 a 20,47 ab 55,00 a 8. Kontrol (pukan ayam) 8,93 a 2,54 a 1,51 a 0,48 a 21,54 ab 63,33 a Umur 30 HST - Setelah penanaman II 1. Pukan ayam+arang sekam 1,98 c 1.06 bcd 0.47 a - 23.23 ab 52.67 b

2. Pukan ayam+arang sekam+hj.kirinyu 2,10 abc 1.36 b 0.53 a - 23.23 ab 55.33 b 3. Pukan ayam+hj. Tithonia+ sisa tanaman 2,54 ab 1.31 bc 0.59 a - 25.64 a 57.67 ab 4. Pukan ayam+hj.Tithonia+ btt pisang 2,35 abc 1.33 b 0.51 a - 22.46 ab 62.27 ab 5. Pukan ayam+hijauan Tithonia 2,10 abc 1.3 4b 0.57 a - 21.42 b 61.67 ab 6. Pukan ayam 10 t/ha 1,92 c 0.95 d 0.43 a - 22.11 ab 53.33 b 7. Pukan kambing + arang sekam 2,01b c 1.03 cd 0.29 a - 21.70 ab 50.67 b 8. Kontrol (pukan ayam) 2,55 a 1.63 a 0.54 a - 21.83 ab 69.67 a

*) Angka dalam kolom yang sama diikuti huruf yang sama berlaku untuk setiap periode pengamatan tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji DMRT

Wiwik Hartatik dan Diah Setyorini : Pengelolaan Hara Sayuran pada Sistem Pertanian Organik

175

Ketersediaan Cu dan Zn di dalam tanah dipengaruhi antara lain pH dan bahan organik, dimana

kelarutan Cu dan Zn meningkat dengan penambahan bahan organik (Arneses dan Singh, 1999). Kadar Cu

dan Zn masih meningkat pada umur 30 HST, walaupun antar perlakuan yang dicobakan tidak menunjukkan

perbedaan yang nyata. Hal ini karena pemberian pupuk organik dapat menyumbangkan hara mikro Cu dan

Zn yang dibutuhkan tanaman. Umumnya antar perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, hal ini

karena dosis pupuk organik yang diberikan hampir sama, walaupun perlakuan kontrol pukan ayam 25 t/ha

memberikan kadar Cu dan Zn lebih tinggi pada 30 HST.

Kadar Pb dan Cd umumnya tidak banyak berubah setelah perlakuan pupuk organik. Kadar Pb

umumnya menurun pada 30 HST. Antar perlakuan yang dicobakan umumnya juga tidak menunjukkan

perbedaan yang nyata. Kadar Pb dan Cd masih jauh di bawah ambang batas baku mutu tanah untuk Pb

yaitu 100-400 ppm dan Cd yaitu 3-8 ppm, sehingga belum perlu mengkhawatirkan adanya keracunan logam

berat dalam sistem budidaya sayuran organik (Alloway, 1990).

Perubahan sifat biologi tanah setelah penanaman Mucuna

Hasil pengamatan respirasi tanah setelah penanaman Mucuna sp menunjukkan bahwa tingkat

respirasi tanah berkisar antara 7,71-8,91 mg C-CO2 kg-1 hari-1. Menurut Gregorich dan Janzen (1999)

respirasi tanah sebesar kurang dari 9,5 lb CO2-C are-1 hari-1 setara dengan 2,154 mg CO2 kg-1 hari-1

tergolong dalam kelas tanah yang sangat rendah aktivitasnya. Berdasarkan kriteria di atas respirasi tanah

setelah penanaman mucuna umumnya tinggi. Sejalan dengan respirasi tanah nilai C-mic tanah setelah

penanaman Mucuna sp cukup tinggi yaitu berkisar 371,91-789,68 ppm. Populasi total bakteri pada bedeng

percobaan setelah penanaman mucuna berkisar antara 38,30-44,20 x 106 Spk g-1.

Tabel 7. Kadar unsur mikro, Pb dan Cd setelah penanaman mucuna dan umur 30 HST pertanaman I dan II

No. Perlakuan

Ekstrak DTPA

Fe Mn Cu Zn Pb Cd

………. ppm ……….

Tanah awal 87,6 11,6 0,7 0,5 20,6 0,14 Setelah penanaman mucuna 1. Pukan ayam+arang sekam 43,07 a 14,27 a 3,43 a 3,93 a 22,80 a 0,18 a 2. Pukan ayam+arang sekam+hj.kirinyu 42,23 a 15,30 a 4,03 a 3,50 a 21,83 ab 0,18 a 3. Pukan ayam+hj. Tithonia+ sisa tanaman 40,43 a 20,03 a 4,17 a 3,53 a 21,97 ab 0,15 a 4. Pukan ayam+hj.Tithonia+ btt pisang 38,60 a 15,30 a 4,00 a 3,60 a 21,33 ab 0,13 a 5. Pukan ayam+hijauan Tithonia 39,17 a 11,43 a 4,50 a 3,53 a 20,53 b 0,18 a 6. Pukan ayam 10 t/ha 40,63 a 10,00 a 4,30 a 3,47 a 20,83 ab 0,16 a 7. Pukan kambing + arang sekam 38,83 a 12,23 a 4,73 a 3,67 a 20,10 b 0,15 a 8. Kontrol (pukan ayam) 42,23 a 15,30 a 3,53 a 3,17 a 20,37 b 0,16 a Umur 30 HST-Setelah penanaman I 1. Pukan ayam+arang sekam 49,77 ab 18,47 a 6,43 bc 6,63 b 17,49 a 0,11 a 2. Pukan ayam+arang sekam+hj.kirinyu 57,00 a 21,40 a 7,20 abc 6,10 b 17,59 a 0,11 a 3. Pukan ayam+hj. Tithonia+ sisa tanaman 46,63 b 26,73 a 4,83 c 5,43 b 17,21 a 0,07 a 4. Pukan ayam+hj.Tithonia+ btt pisang 51,20 ab 23,63 a 6,40 bc 6,00 b 17,15 ab 0,08 a 5. Pukan ayam+hijauan Tithonia 51,10 ab 18,50 a 7,87 ab 6,97 b 16,35 abc 0,10 a 6. Pukan ayam 10 t/ha 48,67 b 13,67 a 6,80 abc 5,64 b 15,91 bcd 0,11 a 7. Pukan kambing + arang sekam 50,30 ab 14,03 a 6,00 bc 4,40 b 15,78 cd 0,08 a 8. Kontrol (pukan ayam) 54,57 ab 18,47 a 9,20 a 11,0 a 14,96 d 0,10 a Umur 30 HST-Setelah penanaman II 1. Pukan ayam+arang sekam 36.80 a 16.37ab 5.17 ab 4.43 b 18.23 ab 0.15 a 2. Pukan ayam+arang sekam+hj.kirinyu 35.43 a 19.47ab 4.70 ab 4.37 b 19.30 ab 0.14 a 3. Pukan ayam+hj. Tithonia+ sisa tanaman 35.80 a 26.60 a 3.70 b 3.70 b 20.90 a 0.14 a 4. Pukan ayam+hj.Tithonia+ btt pisang 30.43 a 18.83 ab 4.57 ab 4.90 b 18.50 ab 0.13 a 5. Pukan ayam+hijauan Tithonia 34.93 a 15.30 5.27 ab 4.53 b 18.37 ab 0.16 a 6. Pukan ayam 10 t/ha 33.73 a 12.20 4.77 ab 4.00 b 17.57 b 1.15 a 7. Pukan kambing + arang sekam 33.97 a 13.37 3.90 ab 3.13 b 17.97 b 0.14 a 8. Kontrol (pukan ayam) 35.03 a 13.97 5.53 a 6.70 a 17.70 b 0.16 a

*) Angka dalam kolom yang sama diikuti huruf yang sama berlaku untuk setiap periode pengamatan tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji DMRT

Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik Bogor, 18 – 19 Juni 2014

176

Total bakteri pada pengamatan 30 HST pada penanaman I dan II umumnya menurun dibandingkan

setelah penanaman mucuna dan beberapa perlakuan memberikan total bakteri yang sangat rendah. Total

bakteri pada penanaman I dan II berturut-turut berkisar 20,90-36,60 x 106 Spk g-1 dan 8,17-38,30 x 106 Spk

g-1. Total bakteri tertinggi pada penanaman I dicapai oleh perlakuan pukan ayam + arang sekam, sedangkan

pada penanaman II dicapai oleh perlakuan pukan ayam + Tithonia. Perlakuan kontrol memberikan total

bakteri yang rendah. Adanya penanaman dan perlakuan pupuk organik umumnya memberikan total bakteri

yang lebih rendah, hal ini karena adanya pengolahan tanah dan penanaman sayur berpengaruh terhadap

lingkungan mikro dalam tanah sehingga bakteri kurang kondusif untuk tumbuh berkembang.

Sejalan dengan total bakteri, pengamatan C-mic demikian juga umumnya terjadi penurunan. Nilai

C-mic pada penanaman I dan II berturut-turut berkisar 378,19-614,99 ppm dan 196,46-519,61 ppm. C-mic

tertinggi dicapai oleh perlakuan pukan ayam+arang sekam+hj. kirinyu dan pukan ayam+arang sekam.

Perlakuan kontrol memberikan nilai C-mic yang lebih rendah dari perlakuan lainnya.

Respirasi tanah umumnya tidak menunjukkan perbedaan setelah penanaman I dan II. Respirasi

tanah pada penanaman I berkisar 7,03-10,91 mgC-CO2/kg tanah/hari dan pada penanaman II berkisar 7,71-

11,14 mgC-CO2 kg tanah/hari. Aktifitas respirasi tanah setelah penanaman I dan II tergolong cukup tinggi.

Walaupun terjadi penurunan total bakteri selama penanaman I dan II, tetapi aktifitas mikroba cukup tinggi,

hal ini dicerminkan dengan data C-mic dan respirasi tanah. Hal ini diduga disebabkan oleh jumlah mikroba

selain bakteri aktivitasnya cukup tinggi.

Tabel 8. Total Bakteri, C-mic dan Respirasi Tanah di Permata Hati Farm

Perlakuan Total bakteri Spk/g tanah

Respirasi tanah mg C-CO2/kg tanah/hari

C-mic ppm C-mic % C-mic/ C-org

Setelah penanaman mucuna Ulangan I 41,20 x 10

6 7,71 789,68 - -

Ulangan II 44,20 x 106 8,91 757,72 - -

Ulangan III 38,30 x 106 8,91 371,91 - -

30 HST Penanaman I Pukan ayam+arang sekam 36,60 x 10

6 7,03 419,95 3,05 1.38

Pukan ayam+arang sekam+hj.kirinyu 28,90 x 106 7,89 614,99 3,07 2.00

Pukan ayam+hj. Tithonia+ sisa tanaman 28,50 x 106 10,97 426,69 2,52 1.69

Pukan ayam+hj.Tithonia+ btt pisang 26,40 x 106 8,57 422,41 2,79 1.51

Pukan ayam+hijauan Tithonia 20,90 x 106 8,57 378,19 3,06 1.23

Pukan ayam 10 t/ha 21,90 x 106 7,54 417,36 3,04 1.37

Pukan kambing + arang sekam 32,80 x 106 9,09 560,42 2,92 1.92

Kontrol (pukan ayam) 23,40 x 106 9,26 383,27 3,20 1.20

30 HST Penanaman II Pukan ayam+arang sekam 8,78 x 10

6 7,71 519,61 3.60 1.44

Pukan ayam+arang sekam+hj.kirinyu 9,71 x 106 9,94 340,00 3.48 0.98

Pukan ayam+hj. Tithonia+ sisa tanaman 22,60 x 106 9,43 225,48 3.17 0.71

Pukan ayam+hj.Tithonia+ btt pisang 28,20 x 106 8,40 478,73 3.28 1.46

Pukan ayam+hijauan Tithonia 38,30 x 106 11,14 453,79 3.74 1.21

Pukan ayam 10 t/ha 18,70 x 106 8,40 210,17 3.60 0.58

Pukan kambing + arang sekam 25,70 x 106 7,71 335,06 3.56 0.94

Kontrol (pukan ayam) 8,17 x 106 8,06 196,46 3.90 0.50

Wiwik Hartatik dan Diah Setyorini : Pengelolaan Hara Sayuran pada Sistem Pertanian Organik

177

Penanaman sayuran I

Penanaman sayuran ke I merupakan tanaman tumpangsari (mixed cropping) antara tanaman

bawang daun dan kembang kol.

Tinggi tanaman, jumlah anakan dan produksi bawang daun

Tinggi tanaman dan jumlah anakan umur 30 HST umumnya tidak menunjukkan perbedaan yang

nyata antar perlakuan. Tinggi tanaman tertinggi sebesar 41,7 cm dicapai oleh perlakuan pukan ayam +

arang sekam yang berbeda nyata dengan perlakuan pukan kambing + arang sekam dan kontrol. Pukan

ayam yang dikombinasikan dengan arang sekam mampu memberikan jumlah hara yang cukup untuk

mendukung pertumbuhan tanaman bawang daun. Tinggi tanaman bawang daun saat panen umumnya

tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan. Tinggi tanaman tertinggi sebesar 41,7 cm

dicapai oleh perlakuan pukan ayam + arang sekam yang berbeda nyata dengan perlakuan pukan

ayam+hijauan Tithonia + sisa tanaman, pukan ayam + hijauan. Tithonia+ batang pisang, pukan kambing +

arang sekam dan kontrol. Jumlah anakan bawang daun tidak berbeda nyata antar perlakuan. Jumlah

anakan berkisar 1,8-2,6 (Tabel 9).

Perlakuan pukan ayam 10 t/ha memberikan produksi bawang daun yang cukup tinggi yaitu 7,8 t/ha

yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan pukan kambing + arang sekam. Terjadi peningkatan

produktivitas bawang daun 22% dibandingkan kontrol. Perlakuan kontrol pukan ayam dengan dosis yang

lebih tinggi 25 t/ha justru memberikan produksi bawang daun lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa

dosis 10 t/ha telah mencukupi kebutuhan hara bawang daun. Perlakuan pukan ayam+hijauan Tithonia +

sisa tanaman memberikan produksi bawang daun lebih rendah dari perlakuan lainnya. Hal ini diduga

Tithonia diversifolia mempunyai sifat allelophatic terhadap tanaman melalui pelepasan senyawa phytotoxic

ke dalam tanah. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak daun, batang dan akar tanaman Tithonia diversifolia

menghambat perkecambahan selada (Gatti et al., 2004).

Tabel 9. Rataan tinggi tanaman, jumlah anakan umur 30 HST dan saat panen dan produksi bawang daun di Permata Hati Farm

No. Perlakuan

Bawang daun

Tinggi tanaman (cm) Jumlah daun Produksi t/ha 30 HST Saat panen 30 HST Saat panen

1. Pukan ayam+arang sekam 41,7 a 51,07 a 1,9 a 3,3 a 5,67 bc 2. Pukan ayam+arang sekam + hj.

kirinyu 38,7ab 49,40 a 2,0 a 3,7 a 5,72 bc

3. Pukan ayam+hj. Tithonia+ sisa tanaman

36,0b 49,93 a 2,5 a 3,0 a 4,93 c

4. Pukan ayam+hj.Tithonia+ btt pisang

36,6b 50,67 a 2,3 a 2,7 a 5,35 c

5. Pukan ayam+hijauan Tithonia 38,0ab 47,73 a 2,5 a 3,3 a 6,16 bc 6. Pukan ayam 10 t/ha 38,7ab 47,60 a 1,8 a 3,0 a 7,80 a 7. Pukan kambing + arang sekam 35,3b 45,13 a 1,8 a 3,3 a 7,10 ab 8. Kontrol (pukan ayam) 35,3b 46,27 a 2,6 a 3,3 a 5,83 bc

*) Angka pada kolom yang sama, diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji DMRT

Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik Bogor, 18 – 19 Juni 2014

178

Tinggi tanaman dan produksi kembang kol

Tinggi tanaman kembang kol umur 30 HST umumnya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata

antar perlakuan. Perlakuan pukan ayam + hijauan Tithonia + kompos batang pisang memberikan tinggi

tanaman kembang kol tertinggi yaitu sebesar 28,7 cm. Tinggi tanaman terendah sebesar 22,9 cm pada

perlakuan pukan ayam + arang sekam. Tinggi tanaman kembang kol saat panen umumnya tidak

menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan. Perlakuan pukan ayam + arang sekam + hj kirinyu

memberikan tinggi tanaman kembang kol tertinggi yaitu sebesar 57,8 cm dan tidak berbeda nyata dengan

perlakuan lainnya.

Perlakuan kontrol pemberian pukan ayam 25 t/ha memberikan produksi kembang kol tertinggi

yaitu 10,67 t/ha yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan pukan ayam+arang sekam+hj.kirinyu, pukan

ayam+hj.Tithonia+ sisa tanaman, pukan ayam+hj.Tithonia+ batang pisang dan pukan ayam+hijauan

Tithonia. Berdasarkan hal diatas menunjukkan bahwa pukan ayam 10 t/ha yang dikombinasikan dengan

hijauan baik dengan Tithonia maupun kirinyu, sisa tanaman dan arang sekam dapat menyediakan

kebutuhan hara yang cukup terhadap kembang kol. Penurunan dosis pukan ayam 10 t/ha yang

dikombinasikan dengan hijauan Tithonia maupun kirinyu, sisa tanaman, batang pisang dan arang sekam

masih mampu memberikan produksi kembang kol yang cukup tinggi (Tabel 10).

Penanaman sayuran ke II

Penanaman sayuran ke II merupakan tanaman tumpangsari (mixed cropping) antara tanaman

caisim dan wortel.

Tinggi tanaman dan produksi caisim

Tinggi tanaman caisim saat panen umumnya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antar

perlakuan. Tinggi tanaman caisim berkisar 26,00-30,93 cm. Tinggi tanaman caisim tertinggi pada perlakuan

kontrol dan terendah pada perlakuan pukan kambing + arang sekam. Produksi caisim tertinggi sebesar 7,95

t/ha dicapai oleh perlakuan pukan ayam+hijauan Tithonia + batang pisang yang tidak berbeda nyata dengan

perlakuan lainnya kecuali dengan perlakuan pukan kambing + arang sekam. Terjadi peningkatan

produktivitas tanaman caisim 14% dibandingkan kontrol. Perlakuan pukan kambing + arang sekam

memberikan tinggi tanaman dan produksi caisim yang rendah dibandingkan pukan ayam, hal ini karena

kadar hara pada pukan kambing lebih rendah dari pukan ayam (Tabel 11).

Tabel 10. Rataan tinggi tanaman, jumlah anakan umur 30 HST dan saat panen dan produksi kembang kol di Permata Hati Farm

No. Perlakuan

Kembang Kol

Tinggi tanaman (cm) Produksi t/ha 30 HST Saat panen

1. Pukan ayam+arang sekam 22,9 b 48,33 a 7,30 bc 2. Pukan ayam+arang sekam+hj.kirinyu 26,6 ab 48,27 a 8,93 ab 3. Pukan ayam+hj. Tithonia+ sisa tanaman 28,2 a 47,40 a 9,68 a 4. Pukan ayam+hj.Tithonia+ btt pisang 28,7 a 46.27 a 8,87 ab 5. Pukan ayam+hijauan Tithonia 25,6 ab 50,67 a 9,62 a 6. Pukan ayam 10 t/ha 25,2 ab 51,53 a 6,23 c 7. Pukan kambing + arang sekam 24,9 ab 48,47 a 7,37 bc 8. Kontrol (pukan ayam) 24,5 ab 50,80 a 10,67 a

*) Angka pada kolom yang sama, diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% uji DMRT

Wiwik Hartatik dan Diah Setyorini : Pengelolaan Hara Sayuran pada Sistem Pertanian Organik

179

Tinggi tanaman dan produksi wortel

Tinggi tanaman dan produksi wortel disajikan pada Tabel 12. Tinggi tanaman wortel sampai 75 HST

umumnya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan. Pada pengamatan 90 dan 105 HST

perlakuan pukan ayam + hijauan Tithonia memberikan tinggi tanaman tertinggi. Tinggi tanaman pada 105

HST berkisar 49,13-54,53 cm. Produksi wortel berkisar 19,70-32,67 t/ha. Produksi wortel tertinggi pada

perlakuan kontrol dan pukan ayam + arang sekam + hijauan kirinyu. Produksi terendah pada perlakuan

pukan ayam + hijauan Tithonia + sisa tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa pemupukan pukan ayam 5 t/ha

yang dikombinasikan dengan arang sekam dan hijauan kirinyu 5 t/ha tidak berbeda nyata dengan kontrol

yaitu pemberian pukan ayam dengan dosis lebih tinggi yaitu 25 t/ha. Perlakuan pemberian arang sekam

dan hijauan kirinyu menyumbangkan hara yang dapat mengurangi dosis pukan ayam.

Tabel 11. Rataan tinggi tanaman saat panen dan produksi caisin

No. Perlakuan Tinggi tanaman saat panen (cm)

Produksi t/ha

1. Pukan ayam+arang sekam 30,33 a 7,35 ab 2. Pukan ayam+arang sekam+hijauan kirinyu 27,67 a 6,67 ab 3. Pukan ayam+hijauan Tithonia+ sisa tanaman 27,46 a 6,99 ab 4. Pukan ayam+hijauan Tithonia+ btt pisang 28,00 a 7,95 a 5. Pukan ayam+hijauan Tithonia 30,20 a 7,00 ab 6. Pukan ayam 10 t/ha 28,60 a 7,62 ab 7. Pukan kambing + arang sekam 26,00 a 6,36 b 8. Kontrol (pukan ayam) 30,93 a 6,98 ab

Tabel 12. Rataan tinggi tanaman, dan produksi wortel di Permata Hati Farm

No. Perlakuan

Wortel Produksi

(t/ha) Tinggi tanaman (cm)

45 HST 60 HST 75 HST 90 HST 105 HST

1. Pukan ayam+arang sekam 14,40 a 25,03 a 36,93 a 46,00 bc 53,20 a 24,67 de 2. Pukan ayam+arang

sekam+hijauan kirinyu 14,00 a 25,20 a 38,80 a 46,40 abc 51,40 a 31,40 ab

3. Pukan ayam+hijauan. Tithonia+ sisa tanaman

14,67 a 26,93 a 38,13 a 48,20 ab 49,13 a 19,70 f

4. Pukan ayam+hijauan.Tithonia+ btt pisang

14,20 a 26,73 a 38,67 a 43,93 c 52,47 a 23,53 e

5. Pukan ayam+hijauan Tithonia 14,47 a 26,47 a 38,60 a 50,27 a 54,53a 27,37 cd 6. Pukan ayam 10 t/ha 13,93 a 27,53 a 37,07 a 47,53 abc 52,67 a 28,53 bc 7. Pukan kambing + arang sekam 15,33 a 26,87 a 37,67 a 45,07 bc 51,67 a 28,27 bc 8. Kontrol (pukan ayam) 17,27 a 30,40 a 39,53 a 48,67 ab 53,80 a 32,67 a

Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik Bogor, 18 – 19 Juni 2014

180

KESIMPULAN

Sifat kimia tanah selama dua kali pertanaman menunjukkan terjadi peningkatan C-organik dan

penurunan basa-basa dapat ditukar walaupun secara uji statistik tidak berbeda nyata. Pada awal penelitian

respirasi tanah dan C-mic cukup tinggi, tetapi terjadi penurunan setelah penanaman I dan II. Perlakuan

pukan ayam + arang sekam + kirinyu (MT I) dan pukan ayam + arang sekam (MT II) memberikan nilai C-mic

lebih tinggi dari perlakuan lainnya. Total bakteri dan respirasi tanah pada MT II yang tinggi dicapai oleh

perlakuan pukan ayam + hijauan Tithonia. Pada penanaman I tumpangsari bawang daun-bunga kol

menunjukkan bahwa produksi bawang daun yang tinggi dicapai oleh perlakuan pukan ayam 10 t/ha sebesar

7,80 t/ha dan kombinasi pukan kambing ( 10 t/ha) + arang sekam (500 kg/ha) sebesar 7,1 t/ha. Sedangkan

perlakuan pukan ayam (10 t/ha) yang dikombinasikan dengan hijauan Tithonia (5 t/ha) + kompos sisa

tanaman (1 t/ha) memberikan produksi kembang kol sebesar 9,68 t/ha. Pada penanaman II tumpangsari

caisim-wortel menunjukkan bahwa produksi caisim tertinggi sebesar 7,95 t/ha dicapai oleh perlakuan

pukan ayam (10 t/ha) + hijauan Tithonia (5 t/ha) + batang pisang (1 t/ha). Produksi wortel sebesar 32,67

t/ha dicapai oleh perlakuan pukan ayam (10 t/ha) + arang sekam (500 kg/ha) + hijauan kirinyu (5 t/ha).

Terjadi peningkatan produktivitas tanaman sayuran 14 -22%. Aplikasi kombinasi pukan dan hijauan Tithonia

diversifolia, kirinyu dan sisa tanaman dapat menurunkan dosis pukan ayam 9 t/ha dan dapat memenuhi

kebutuhan hara sayuran.

DAFTAR PUSTAKA

Alloway BJ. 1990. Heavy Metal in Soils. Second edition. Blackie Academic and Professional. London-Glasgow-

Weinheim-New York-Tokyo-Melbourne-Madras.

Arneses AKM and BR Singh. 1999. Plant uptake and DTPA-extractability of Cd, Cu, Ni and Zn in a Norwegian alum

sahale soil as affected by previous addition of dairy and pig manures and peat. Can. J. Soil Sci., 531-539.

Biocert. 2002. Info Organis. Penjaminan Produk dalam Sistem Pertanian Organik. Bogor.

Gatti AB, SC Perez, and MIS Lima. 2004. Allelophatic activity of aqueous extracts of Aristolochia esperanzae O. Kuntze

in the germination and Growth of Lactuca sativa L. and Raphanus sativus L. Acta Bot. Bras. 18 (3): 459-472.

Gregorich EG and Janzen HH. 1999. Storage of soil carbon in the light fraction and macroorganic matter. In: carter,

M.R. and Steward, D.A. (Eds). Structure and organic matter storage in Agricultural soils. Lewis Publ.

IFOAM (International Federation of Organic Agriculture Movement). 2002. Organic Agriculture Worldwide: Statistic

and Future Prospects. The World Organik Trade Fair Nurnberg, BIO-FACH. Intensification, soil biodiversity and

agroecosystem function. Applied Soil Ecology 6:3-16.

Jama BA,CA Palm, RJ Buresh, AI Niang, C Gachengo, G Mziguheba, and B Amadalo. 2000. Tithonia diversifolia as a

Green Manure for Soil Fertility Improvement in Western Kenya: A Review, Agroforestry System. 49: 201-221.

Kementan. 2011. Peraturan Menteri Pertanian No. 70/Kementan/SR.140/10/2011 Tentang Pupuk Organik, Pupuk

Hayati dan Pembenah Tanah. Kementerian Pertanian.

Setyorini D, Subowo, dan Husnain. 2003. Penelitian Peningkatan Produktivitas Lahan Melalui Teknologi Pertanian

Organik. Laporan Bagian Proyek Penelitian Sumberdaya Tanah dan Proyek Pengkajian Teknologi Pertanian

Partisipatif.