rekomendasi pemupukan hara spesifik lokasi (phsl)...

12
1 REKOMENDASI PEMUPUKAN HARA SPESIFIK LOKASI (PHSL) TANAMAN SAYURAN Oleh : Dr. Lutfi Izhar, SP., MSc Peneliti Sistem Usaha Pertanian Loka pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau Tanaman sayuran merupakan komoditas penting yang dikonsumsi untuk menunjang kesehatan manusia. konsumsi sayuran di Indonesia masih rendah yaitu sebesar 41,90 kg/kapita/tahun. Nilai tersebut masih di bawah standar FAO sebesar 73 kg/kapita/tahun. Kementrian Pertanian mencanangkan Gerakan Makan Sayuran (GEMA Sayuran) di seluruh Indonesia sebagai salah satu upaya untuk menaikkan tingkat konsumsi sayur. Ketersediaan lahan dan potensi pengembangan sayuran khususnya di dataran rendah masih berpeluang besar. Lahan potensial yang dapat digunakan sebagai lahan pertanian mencapai 48.747.000 ha, sedangkan lahan dataran rendah yang potensial tersedia dan belum efektif digunakan sekitar 25.090.000 ha. Lahan pada jenis tanah ini sebagian besar cocok untuk dikembangkan sebagai lahan usahatani tanaman sayuran yang memiliki nilai ekonomis tinggi, dibutuhkan masyarakat, dan mampu beradaptasi di berbagai jenis lahan pertanian. Pengembangan dan permintaan komoditas sayuran menunjukkan kecenderungan yang selalu meningkat, namun produktivitas tanaman sayuran Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan negara maju seperti Amerika, Jepang dan Eropa. Sebagai contoh salah satu tanaman sayuran yaitu tomat, produktivitas rata-rata nasional tanaman tomat di Indonesia hanya mencapai 16,8 ton ha -1 (BPS, 2012), sedangkan menurut data (FAO, 2012) di Amerika Serikat mencapai 81,1 ton ha -1 , di Jepang mencapai 56,2 ton ha -1 , dan di Belanda mencapai 56, 2 ton ha -1 .

Upload: doanxuyen

Post on 02-Mar-2019

261 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: REKOMENDASI PEMUPUKAN HARA SPESIFIK LOKASI (PHSL) …kepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/phsl.lutfi.pdf · REKOMENDASI PEMUPUKAN HARA SPESIFIK LOKASI (PHSL) TANAMAN SAYURAN

1

REKOMENDASI PEMUPUKAN HARA SPESIFIK LOKASI (PHSL) TANAMAN SAYURAN

Oleh : Dr. Lutfi Izhar, SP., MSc

Peneliti Sistem Usaha Pertanian Loka pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau

Tanaman sayuran merupakan komoditas penting yang dikonsumsi untuk

menunjang kesehatan manusia. konsumsi sayuran di Indonesia masih rendah yaitu

sebesar 41,90 kg/kapita/tahun. Nilai tersebut masih di bawah standar FAO sebesar 73

kg/kapita/tahun. Kementrian Pertanian mencanangkan Gerakan Makan Sayuran

(GEMA Sayuran) di seluruh Indonesia sebagai salah satu upaya untuk menaikkan

tingkat konsumsi sayur.

Ketersediaan lahan dan potensi pengembangan sayuran khususnya di dataran

rendah masih berpeluang besar. Lahan potensial yang dapat digunakan sebagai lahan

pertanian mencapai 48.747.000 ha, sedangkan lahan dataran rendah yang potensial

tersedia dan belum efektif digunakan sekitar 25.090.000 ha. Lahan pada jenis tanah

ini sebagian besar cocok untuk dikembangkan sebagai lahan usahatani tanaman

sayuran yang memiliki nilai ekonomis tinggi, dibutuhkan masyarakat, dan mampu

beradaptasi di berbagai jenis lahan pertanian.

Pengembangan dan permintaan komoditas sayuran menunjukkan

kecenderungan yang selalu meningkat, namun produktivitas tanaman sayuran

Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan negara maju seperti Amerika,

Jepang dan Eropa. Sebagai contoh salah satu tanaman sayuran yaitu tomat,

produktivitas rata-rata nasional tanaman tomat di Indonesia hanya mencapai 16,8 ton

ha-1 (BPS, 2012), sedangkan menurut data (FAO, 2012) di Amerika Serikat mencapai

81,1 ton ha-1, di Jepang mencapai 56,2 ton ha-1, dan di Belanda mencapai 56, 2 ton

ha-1.

Page 2: REKOMENDASI PEMUPUKAN HARA SPESIFIK LOKASI (PHSL) …kepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/phsl.lutfi.pdf · REKOMENDASI PEMUPUKAN HARA SPESIFIK LOKASI (PHSL) TANAMAN SAYURAN

2

Rendahnya produktivitas tanaman sayuran karena belum optimalnya

penerapan teknologi budidaya yang baik seperti karakterisasi lahan, perbenihan,

pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, panen dan pasca panen. Budidaya

sayuran yang belum memperhatikan perihal tersebut di atas berakibat pada tidak

optimalnya produksi dan kondisi lingkungan sekitar lokasi budidaya akan rusak

(degradasi lahan).

Alternatif peningkatan produktivitas sayuran dapat dilakukan dengan cara

perbaikan kualitas tanah melalui kesesuaian pemupukan hara spesifik lokasi (PHSL).

Penanganan hara tersebut dilakukan melalui aplikasi pemupukan yang sesuai kondisi

spesifik tanah.

Pemupukan adalah penambahan hara ke dalam media tumbuh tanaman seperti

tanah dan air untuk mendukung pertumbuhan maksimum tanaman apabila jumlah

hara tersebut tidak dapat dipenuhi dari dalam media tumbuh. Salah satu filosofi

pemupukan adalah tingkat kecukupan bagi tanaman (crop sufficiency level) yang

banyak diaplikasikan oleh berbagai negara dalam rangka membangun rekomendasi

pemupukan dengan keramahan lingkungan (environmentally friendliness) yang

tinggi. Dampak negatif aplikasi pemupukan terhadap tanaman, terhadap manusia

maupun terhadap lingkungan akan timbul apabila implementasi filosofi pemupukan

tidak diterapkan secara baik dan benar.

Saat ini tanah yang terkontaminasi bahan kimia dari aplikasi pemupukan

anorganik berlebihan dan aplikasi pestisida tidak sesuai anjuran, semakin tersebar

dan meluas di seluruh wilayah Indonesia. Upaya-upaya tertentu diperlukan untuk

mencegah kerusakan tanah dan pencemaran lingkungan (polusi, pencemaran air dan

eutrofikasi) di sekitar wilayah usahatani sayuran oleh unsur kimia yang berlebihan

saat diaplikasi dalam usaha budidaya. Perkembangan harga pupuk yang semakin

meningkat, mengharuskan petani dan pemangku kepentingan menerapkan aplikasi

pemupukan yang lebih efisien dan efektif.

Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengurangi

kontaminasi bahan kimia yang berlebihan pada tanah pertanian serta penerapan

pupuk yang efisien adalah perakitan rekomendasi pemupukan berdasarkan uji tanah.

Page 3: REKOMENDASI PEMUPUKAN HARA SPESIFIK LOKASI (PHSL) …kepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/phsl.lutfi.pdf · REKOMENDASI PEMUPUKAN HARA SPESIFIK LOKASI (PHSL) TANAMAN SAYURAN

3

Analisis uji tanah merupakan upaya untuk implementasi pemupukan yang menjamin

ketersediaan hara tanaman serta mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

Uji tanah harus melalui beberapa tahapan yaitu uji korelasi dan uji kalibrasi

berdasarkan analisis hara tanah. Prosedur pemupukan ini telah diadopsi oleh banyak

laboratorium uji tanah di negara maju guna membantu petani dan pemangku

kepentingan lainnya dalam upaya aplikasi pupuk yang tepat dan ramah lingkungan.

Melalui upaya pemupukan yang baik diharapkan peningkatan produktivitas tanaman

akan tercapai dengan selalu memperhatikan kelestarian sumberdaya lahan tanpa

adanya kelebihan dan polusi unsur kimia di tanah.

Uji tanah dapat memberikan informasi kebutuhan hara esensial yang optimum

untuk tanaman. Aplikasi pemupukan berdasarkan uji tanah akan mempertimbangkan

kondisi hara tanah dan kebutuhan hara oleh tanaman, sehingga pemberian pupuk

tidak berlebih dengan memperhatikan dukungan lingkungan dan tidak kekurangan

bagi kebutuhan hara tanaman.

Studi dan penelitian rekomendasi pupuk berdasarkan uji tanah di Indonesia

sudah mulai sejak tahun 1970-an namun masih terfokus untuk tanaman padi

(pangan). Rekomendasi pemupukan berdasarkan uji tanah untuk tanaman sayuran

masih sedikit sekali. Pemupukan yang dilakukan hanya berdasarkan uji dosis pupuk

dan bervariasi dengan skala selang yang luas. Metode ini kurang optimal bagi

perkembangan dan pertumbuhan tanaman karena tidak mempertimbangkan

ketersediaan hara yang ada di dalam tanah.

Faktor penting dalam budidaya sayuran adalah identifikasi ketersediaan unsur

hara. Pengelolaan unsur hara yang salah melalui teknik budidaya yang kurang baik

akan mempengaruhi dan membatasi ketersediaannya sehingga produksi tanaman akan

menurun.

Umumnya metode analisis hara tanah di Indonesia masih menggunakan

menggunakan pelarut single nutrient soil analysis, karena terbatasan biaya.

Sedangkan dinegara maju uji tanah telah menggunakan multi nutrient soil analysis.

Kedua metode uji tanah ini dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu metode uji

korelasi, uji kalibrasi dan pembuatan rekomendasi pemupukan. Melalui tahapan uji

Page 4: REKOMENDASI PEMUPUKAN HARA SPESIFIK LOKASI (PHSL) …kepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/phsl.lutfi.pdf · REKOMENDASI PEMUPUKAN HARA SPESIFIK LOKASI (PHSL) TANAMAN SAYURAN

4

tersebut akan didapatkan uraian informasi akan kebutuhan unsur hara tanaman

khususnya sayuran pada waktu dan tempat tertentu.

Unsur hara utama dan esensial bagi tanaman sayuran adalah Fosfor (P) dan

Kalium (K). Apabila unsur hara esensial tersebut tidak cukup bagi tanaman maka

akan berakibat rendahnya pertumbuhan dan produksi tanaman. Salah satu upaya yang

dilakukan adalah memberikan tambahan suplai kedua unsur hara P dan K dengan

penggunaan pupuk anorganik yang optimal melalui rekomendasi pemupukan sesuai

dosis dan berimbang.

Pada saat ini di Indonesia belum memiliki Prosedur Operasional Baku (POB)

atau Best Management Practices untuk rekomendasi pemupukan hara spesifik lokasi

(PHSL) yang dibangun berdasarkan analisis tanah. Bahkan pemupukan masih belum

masuk ke dalam salah satu faktor dari POB tersebut. Akibatnya rekomendasi pupuk

yang ada sangat bervariasi dengan skala rentang dosis yang lebar sehingga sangat

sulit dipakai sebagai acuan untuk meningkatkan hasil sayuran secara maksimal.

Disamping itu, status kecukupan hara tanaman khususnya P dan K terutama di

dataran rendah lahan kering belum tersedia, sedangkan data status tersebut sangat

diperlukan sebagai dasar untuk menentukan rekomendasi penggunaan pupuk.

Sebelum melakukan uji tanah, hal penting dan perlu dilakukan adalah

identifikasi hara tanah melalui dua cara yaitu: (1) pengambilan hara dengan tahapan

perbedaan kandungan hara dari berbagai lokasi dengan jenis tanah yang sama, dan

(2) pembuatan status hara yang bertingkat, dimana dilakukan di satu lokasi tertentu

dengan luasan tertentu dengan kondisi hara awal kandungan hara tanah yang rendah

atau sangat rendah. Kemudian dilanjutkan dengan uji korelasi dan uji kalibrasi.

Uji korelasi adalah suatu tahapan kegiatan penelitian uji tanah, yang bertujuan

untuk menentukan atau menyeleksi jenis pengekstrak terbaik guna mengukur jumlah

unsur yang tersedia bagi tanaman dan tanah tertentu. Uji korelasi tanah menggunakan

larutan ekstraksi yang sifatnya selektif dan sebaiknya berkonsentrasi rendah. Pelarut

tersebut hanya mengekstrak bentuk unsur-unsur tertentu dalam bentuk tersedia bagi

tanaman. Unsur dalam bentuk ini umumnya berupa ion dalam larutan yang tidak

terikat, terikat lemah dan imobil.

Page 5: REKOMENDASI PEMUPUKAN HARA SPESIFIK LOKASI (PHSL) …kepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/phsl.lutfi.pdf · REKOMENDASI PEMUPUKAN HARA SPESIFIK LOKASI (PHSL) TANAMAN SAYURAN

5

Metode ekstraksi hara fosfor yang biasa digunakan untuk tanah-tanah masam

adalah larutan HCl 25%, Bray 1, Bray 2, Truog, Mehlich, dan Morgan Wolf.

Sedangkan untuk tanah alkalin (basa) antara lain Olsen dan Colwell. Metode

ekstraksi kalium yang biasa digunakan adalah larutan K-HNO3, larutan HCl 25%,

larutan NaHCO3, Bray 1, Bray, Truog, Mehlich 1, dan Morgan. Sedangkan untuk

tanah alkalin (basa) antara lain Olsen, NH4-asetat pH 7 dan larutan NH4OAc 1 N.

Metode ekstrasi terbaik bagi tanaman sayuran menunjukan hasil yang sangat

bervariasi. Setiap jenis tanaman sayuran memiliki spesifik pengekstrak terbaik guna

mengukur jumlah unsur yang tersedia bagi tanaman dan tanah tertentu (Table 1). Uji

korelasi ini bertujuan untuk menentukan atau menyeleksi jenis pengekstrak terbaik

guna mengukur jumlah unsur yang tersedia bagi tanaman dan tanah tertentu.

Page 6: REKOMENDASI PEMUPUKAN HARA SPESIFIK LOKASI (PHSL) …kepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/phsl.lutfi.pdf · REKOMENDASI PEMUPUKAN HARA SPESIFIK LOKASI (PHSL) TANAMAN SAYURAN

6

Tabel 1. Hasil Penelitian Uji Korelasi pada Beberapa Tanaman Sayuran di Indonesia Jenis Tanaman Metode ekstraksi Koefisien

korelasi Jenis tanah Unsur hara Sumber pustaka

Cabai (Amaranthus sp)

HCl 25 % Olsen Bray I Meclich I Morgan vanema

0.76 0.91 0.76 0.78 0.69

Ultisols Fosfor Kartika J.G., dan Anas D.,

S. 2008

Terong (Solanum melongena

L.)

HCl 25 % Olsen Bray I Mehlich I Morgan vanema

0.72 0.67 0.57 0.45 0.38

Ultisols Fosfor Kartika J.G., dan Anas D.,

S. 2008

Cabai (Capsicum anuum L.)

HCl 25 % Olsen Bray I Mehlich I Morgan vanema

0.79 0.90 0.82 0.89 0.71

Ultisols Fosfor Kartika J.G., dan Anas D.,

S. 2008

Tomat (Lycopersicum esculentum L.)

HCl 25 % Olsen Bray I Mehlich I Morgan vanema

0.47 0.81 0.59 0.56 0.17

Ultisols Fosfor Kartika J.G., dan Anas D.,

S. 2008

Kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.)

HCl 25 % Olsen Bray I Mehlich I Morgan vanema

0.75 0.50 0.85 0.59 0.65

Ultisols Fosfor Kartika J.G., dan Anas D.,

S. 2008

Kacang panjang (Vigna unguilata)

HCl 25 % Olsen Bray I Meclich I Morgan vanema

0.86 0.78 0.75 0.80 0.64

Ultisols Fosfor Kartika J.G., dan Anas D.,

S. 2008

Kentang (Solanum tuberosum L.) Bray I 0.82 Hydric

Dystrandept Fosfor Widjaja-Adhi

dan Wandjik. 1984

Kacang panjang (Vigna unguilata)

Truog Mehlich I HCl 25 % Olsen Bray I Water Morgan vanema

0.57 0.73 0.76 0.77 0.77 0.62 0.65

Ultisols Fosfor Susila, A.D., et al. 2010

Tomat (Lycopersicum

esculentum L.) Mulsa

HCl 25 % Morgan vanema NH4OAc 1M pH 7 Bray I Meclich I

0.66 0.89 0.83 0.66 0.50

Inceptisols Kalium Amisnaipa, et al. 2005.

Tomat (Lycopersicum esculentum L.) Tanpa Mulsa

Truog Morgan wolf Bray II Bray I Mehlich I

0.81 0.67 0.82 0.80 0.89

Inceptisols Fosfor Izhar et al, 2012.

Page 7: REKOMENDASI PEMUPUKAN HARA SPESIFIK LOKASI (PHSL) …kepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/phsl.lutfi.pdf · REKOMENDASI PEMUPUKAN HARA SPESIFIK LOKASI (PHSL) TANAMAN SAYURAN

7

Uji tanah menggunakan metode ekstraksi belum memiliki arti luas secara

agronomis bila nilai uji tanah dari metode-metode tersebut belum dikalibrasikan

dengan kisaran produksi di lapangan (Tabel 2). Pada uji kalibrasi tanah didapatkan

suatu nilai yang terbagi atas beberapa tingkatan seperti ketersediaan unsur hara yang

sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi yang pada akhirnya akan

mempengaruhi kemungkinan respon tanaman seperti pertumbuhan dan

perkembangan serta hasil panen di setiap tingkatan ketersediaan hara. Adapun

tahapan utama melakukan proses pengujian kalibrasi tanah antara lain: analisis tanah,

menumbuhkan tanaman di lapangan, mendapatkan data hasil yang dapat dipasarkan

(marketable yield), menghubungkan proses pengujian relatif uji tanah terhadap hasil.

Tabel 2. Hasil Penelitian Uji Kalibrasi pada Beberapa Tanaman Sayuran di Indonesia

Jenis Tanaman Metode ekstraksi Jenis tanah Kategori respon Hasil

relatif (%) Dosis pupuk prediksi Sumber pustaka

Kentang (Solanum

tuberosum L.) Bray 1 Hydric

Dystrandept

Rendah Sedang Tinggi

- < 15 ppm P

15 – 30 ppm P > 30 ppm P

Widjaja-Adhi dan Wandjik.

1984

Yard Long Bean (Vigna unguilata) Olsen Ultisols

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi

< 50 50-75 75-100 >100

≤ 18.4 ppm P2O5 18.4-<117.3 ppm P2O5

117.3-<267.1 ppmP2O5

≥ 267.1 ppm P2O5

Susila, A.D., et al. 2010

Yard Long Bean (Vigna unguilata) Bray 1 Ultisols

Rendah Sedang Tinggi

50-75 75-100 >100

≤ 87.8 ppm P2O5 871.8–233.8 ppm P2O5

≥ 233.8 ppm P2O5

Susila, A.D., et al. 2010

Tomato (Lycopersicum esculentum L.)

Morgan Vanema Inceptisols

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi

< 50 50-75 75-100 >100

≤ 58.3 ppm K 58.3 - <103.3ppm K 103.3 - < 205 ppm K

≥ 205

Amisnaipa, et al 2005.

Tomato (Lycopersicum esculentum L.)

Mulsa

NH4OAc pH 7 Inceptisols

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi

< 50 50-75 75-100 >100

≤ 90.5 ppm K 90.5 – < 158.5 ppm K 158.5 - < 296 ppm K

≥ 296 ppm K

Amisnaipa, et al 2005.

Tomato (Lycopersicum esculentum L.) Tanpa Mulsa

Mehlich I Inceptisols

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi

< 50 50-75 75-100 >100

≤ 1.7 ppm P2O5 1.7 – < 18.1 ppm P2O5

18.1 - < 48.1 ppm P2O5

≥ 48.1 ppm P2O5

Izhar et al 2012.

Page 8: REKOMENDASI PEMUPUKAN HARA SPESIFIK LOKASI (PHSL) …kepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/phsl.lutfi.pdf · REKOMENDASI PEMUPUKAN HARA SPESIFIK LOKASI (PHSL) TANAMAN SAYURAN

8

Uji kalibrasi dengan satu lokasi membutuhkan kondisi awal hara tanah yang

rendah sehingga dapat dilakukan pembuatan status hara pada level yang berbeda dari

sangat rendah sampai sangat tinggi. Pola budidaya tanaman sayuran akan

berpengaruh terhadap hasil dan dosis metode ekstraksi yang terpilih. Budidaya secara

tradisional akan berbeda dengan pola budidaya yang lebih modern seperti aplikasi

mulsa, irigasi drip dan pemberian nutrien yang terukur.

Tabel 3. Rekomendasi Pemupukan pada Beberapa Tanaman Sayuran di Indonesia

Tanaman Metode ekstraksi Jenis tanah Kategori

respon Dosis pupuk Sumber pustaka

Kacang Panjang (Vigna unguilata) Olsen Ultisols Rendah

Sedang 516 SP-36 kg ha-1 486 SP-36 kg ha-1

Susila, A.D., et al. 2010

Kacang Panjang (Vigna unguilata) Bray 1 Ultisols Rendah

Sedang 512 SP-36 kg ha-1 448 SP-36 kg ha-1

Susila, A.D., et al. 2010

Tomat (Lycopersicum esculentum L.)

Mulsa

Morgan Vanema Inceptisols

Sangat rendah Rendah Sedang

300 KCl kg ha-1 219 KCl kg ha-1 137 KCl kg ha-1

Amisnaipa, et al 2005.

Tomat (Lycopersicum esculentum L.) Tanpa Mulsa

Mehlich I Inceptisols Sangat rendah Rendah

509 SP-36 kg ha-1 198 SP-36 kg ha-1

Izhar, et al 2012.

Rekomendasi pemupukan P dan K untuk tanman sayuran menunjukan hasil

yang berbeda sesuai dengan karakteristik lokasi, jenis lahan, topografi dan keadaan

iklim setempat. Pengujian dosis rekomendasi pemupukan berdasarkan uji hara tanah

perlu dilakukan berulang-ulang di wilayah tertentu dan waktu tertentu dapat

memberikan hasil yang lebih tepat, meminimalisir kesalahan dan lebih dapat

dipercaya.

Aplikasi Pemupukan Hara Spesifik Lokasi (PHSL) Lebih Lanjut di Indonesia

Aplikasi dan rekomendasi pemupukan berdasarkan analisis tanah telah

berkembang pesat khususnya di beberapa negara maju seperti Amerika, Australia dan

Eropa. Namun aplikasi dan rekomendasi pemupukan dengan metode ini di Indonesia

masih banyak kendala yang dihadapi. Beberapa kendala tersebut antar lain masih

Page 9: REKOMENDASI PEMUPUKAN HARA SPESIFIK LOKASI (PHSL) …kepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/phsl.lutfi.pdf · REKOMENDASI PEMUPUKAN HARA SPESIFIK LOKASI (PHSL) TANAMAN SAYURAN

9

terbatasnya dana penelitian, kebijakan pembangunan pertanian yang belum optimal

mendukung pengembangan sektor ini, kolaborasi dan perencanaan pengembangan

teknologi ini yang masih belum berkesinambungan antar institusi dan lembaga.

Aplikasi teknologi rekomendasi pemupukan hara spesifik masih berpeluang

besar di kembangkan di Indonesia. Pemberian rekomendasi pemupukan yang tepat

akan meningkatkan produktivitas sayuran dan tanaman lainnya dengan selalu

berpedoman pada pertanian berkelanjutan yang menerapkan optimalisasi penggunaan

unsur hara dan memperhatikan kelestarian sumberdaya lahan tanpa adanya kelebihan

atau polusi unsur kimia di tanah dan air.

Pembuatan rekomendasi pemupukan berdasarkan uji tanah untuk tanaman

sayuran dan hortikultura lainnya perlu dilakukan terencana, berkesinambungan dan

spesifik lokasi. Perlu dilakukan uji tanah di seluruh sentra produksi sayuran untuk

berbagai jenis tanaman sayuran. Pembuatan rekomendasi pemupukan melalui uji

tanah yang semakin sering dilakukan akan berpengaruh pada tingkat kepercayaan

hasil uji yang lebih tinggi dan koefisien korelasi yang semakin baik.

Beberapa strategi pendukung PHSL yang dapat dikembangkan seperti:

1. Pengembangan laboratorium analisis tanah yang berskala provinsi, melalui

peningkatan SDM, keterampilan dan fasilitas laboratoium, standarisasi alat dan

standar prosedur operasional analisis serta monitoring dan evaluasi yang

dilakukan secara berkala. Saat ini hanya terdapat beberapa laboratorium tanah

yang berkembang baik di Indonesia, namun standar analisis masih bervariasi

antara satu laboratorium dengan laboratorium lainnya. Peluang besar dapat

dikembangkan dan dimanfaatkan secara lebih intesif fasilitas laboratorium tanah

yang dimiliki BPTP dan Universitas di daerah dengan wilayah operasional yang

jelas. Validitas data uji tanah sangat tergantung dengan hasil analisa laboratorium,

sehingga perbaikan fasilitas uji tanah pada berbagai laboratorium tanah di seluruh

Indonesia perlu segera diupayakan, perlu metode penyetaraan atau distrandarisasi

dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang jelas, baku dan hasil yang

mudah dibaca oleh pengguna.

Page 10: REKOMENDASI PEMUPUKAN HARA SPESIFIK LOKASI (PHSL) …kepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/phsl.lutfi.pdf · REKOMENDASI PEMUPUKAN HARA SPESIFIK LOKASI (PHSL) TANAMAN SAYURAN

10

2. Perbaikan struktur pembiayaan pembangunan pertanian, melalui dukungan

pembiayaan yang optimum untuk pengembangan teknologi, informasi dan data

karakteristik lahan pertanaman. Memperbanyak survei kondisi kesuburan tanah,

peningkatan penelitian uji tanah dan diseminasi hasil teknologi rekomendasi

pemupukan pada berbagai jenis tanaman dan jenis lahan tertentu. Pengembangan

piranti uji tanah portable hasil pengembangan Balai Besar Sumber daya Lahan

dan Balai Penelitian Tanah, Bogor yaitu Soil Test Kit sangat menunjang

pengembangan uji tanah secara cepat di berbagai wilayah Indonesia.

3. Pengembangan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan yang mudah dilakukan

oleh petugas di lapang dan kelompok petani dengan hasil yang dapat dipercaya

dan sesuai dengan spesifik kondisi alami lahan pertanaman. Secara perlahan

dilakukan transfer metode analisis yang hanya menggunakan single nutrient

analysis menjadi multi nutrient analysis khususnya pada beberapa sentra produksi

tanaman unggulan.

4. Perbaikan kelembagaan tani dan kerjasama antar institusi lainnya. Melalui sistem

kearifan lokal, maka diharapkan pembiayaan uji tanah dapat dilakukan di semua

lahan petani dalam waktu tertentu dan luasan tertentu.

5. Pengembangan teknologi pemetaan melalui Sistim Informasi Geografis (SIG)

dengan skala detail mengenai kondisi kesuburan tanah, jenis tanah dan topografi

pada lokasi tertentu dan dalam waktu tertentu yang di overlay dengan peta

pengunaan lahan, jenis tanah, dan kondisi iklim. Hal ini berguna untuk

mengidentifikasi kekurangan atau kelebihan hara tanah dan pengunaan

pemupukan pada saat itu.

Aplikasi Pemupukan Hara Spesifik Lokasi (PHSL) Tanaman Sayuran

Secara umum, belum ada dan berkembangan teknologi pemupukan hara

spesifik lokasi berdasarkan analisis tanah yang sesuai untuk wilayah sentra produksi

tanaman sayuran. Sehingga perlu aplikasi beberapa upaya yang harus dilakukan untuk

pembuatan rekomendasi PHSL dan mekanisme ditingkat petani seperti :

Page 11: REKOMENDASI PEMUPUKAN HARA SPESIFIK LOKASI (PHSL) …kepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/phsl.lutfi.pdf · REKOMENDASI PEMUPUKAN HARA SPESIFIK LOKASI (PHSL) TANAMAN SAYURAN

11

1. Karakterisasi dan survei kandungan hara di lahan pertanian diseluruh areal

pertanaman untuk mengetahui kondisi eksisting hara yang ada saat ini.

2. Klasifikasi jenis tanah dan kandungan hara yang ada (sifat tanah).

3. Pemataan lahan berdasarkan kondisi hara dan jenis tanah yang dapat di

overlay dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RT/RW) Daerah.

4. Sosialisasi dan Pembuatan Road Map aplikasi dan pengembangan uji tanah

berdasarkan hara spesifik serta pembuatan rekomendasi pemupukan ramah

lingkungan untuk berbagai tanaman sayuran/hortikultura dengan melibatkan

berbagai institusi terkait di daerah seperti universitas, lembaga penelitian,

pemilik laboratorium tanah, pemerintah daerah, lembaga keuangan dan

lembaga tani.

5. Aplikasi secara bertahap sesuai waktu dan indikator pencapaian selama

beberapa tahun kedepan yang melibatkan berbagai institusi. Pentahapan

dilakukan mulai dari sosialisasi, aplikasi di lapangan, transfer teknologi,

pengembangan, pemantapan, penumbuhan kawasan serta implementasi

teknologi dan kelembagaan.

6. Monitoring dan evaluasi dilakukan secara berkala pada waktu tertentu yang

dilakukan oleh institusi terkait.

7. Aplikasi rekomendasi PHSL harus dilakukan setiap musim tanam akan

dimulai sehingga kondisi hara eksisting dapat diketahui dengan baik tanpa

kelebihan atau kekurangan bagi tanaman serta tidak berdampak negatif

terhadap lingkungan.

Page 12: REKOMENDASI PEMUPUKAN HARA SPESIFIK LOKASI (PHSL) …kepri.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/phsl.lutfi.pdf · REKOMENDASI PEMUPUKAN HARA SPESIFIK LOKASI (PHSL) TANAMAN SAYURAN

12

(a) Inkubasi lahan (b) Pembuatan status hara

(c) Media uji korelasi (d) Uji korelasi

(e) Uji kalibrasi (f) Hasil tomat

Gambar 1. Contoh Tahapan Pembuatan Rekomendasi PHSL Tanaman Tomat di Inceptisols Dramaga, Bogor