pengaruh tingkat partisipasi angkatan kerja...
TRANSCRIPT
PENGARUH TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA
(TPAK), INVESTASI ASING (PMA), DAN EKSPOR
TERHADAP PDRB DI DKI JAKARTA
PERIODE 1987 – 2009
Oleh
Wulan Anggraeni NIM: 106084002846
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS ILMU EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Rabu, 15 juni 2011 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa :
1. Nama : Wulan Anggraeni
2. NIM : 106084002846
3. Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
4. Judul Skripsi : PENGARUH TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA
(TPAK), INVESTASI ASING (PMA), DAN EKSPOR
TERHADAP PDRB DI DKI JAKARTA PERIODE 1987-2009
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama
proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut diatas dinyatakan lulus dan
skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 15 Juni 2011
1. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS (_______________________ )
NIP. 195706171985031002 Ketua
2. Dr. Lukman, M.Si ( _______________________ )
NIP. 196406072003021001 Sekertaris
3. Prof. Dr. Ahmad Rodoni ( _______________________ )
NIP. 196902032001121003 Penguji Ahli
4. Pheni Chalid, SF, MA.Ph.D ( _______________________ )
NIP. 1956050520001210012 Pembimbing I
5. Fitri Amalia. M. Si ( ________________________ )
NIP. 198207102009122002 Pembimbing II
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Senin, 7 Maret 2011 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa :
1. Nama : Wulan Anggraeni
2. NIM : 106084002846
3. Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
4. Judul Skripsi : PENGARUH TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA
(TPAK), INVESTASI ASING (PMA), DAN EKSPOR TERHADAP
PDRB DI DKI JAKARTA PERIODE 1987-2009
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan
selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut diatas
dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 7 maret 2011
1. Dr. Lukman, M.Si ( ________________________ )
NIP. 196406072003021001 Ketua
2. Fitri Amalia, M.Si ( _________________________ )
NIP. 198207102009122002 Sekertaris
3. Pheni Chalid, SF, MA.Ph.D ( _________________________ )
NIP. 1956050520001210012 Penguji Ahli
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Wulan Anggraeni
No. Induk Mahasiswa : 106048002846
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya :
1. tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan
2. tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain
3. tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa ijin pemilik karya
4. tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya
ini
Jikalau ini kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggung-jawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Ciputat, 4 juni 2011
( Wulan Anggraeni)
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Wulan Anggraeni
2. Tempat & Tgl Lahir : Tangerang, 3 juli 1988
3. Alamat : Jln.Wr.Supratman Gg.Cemara
Rt 04/11 No.27 Desa Rengas.
4. Kebangsaan : Indonesia
5. Telepon : 085714731734/ 021 7410341
6. Jenis Kelamin : Perempuan
7. Agama : Islam
II. PENDIDIKAN
Pendidikan Formal
Tempat Waktu
1. SD Negeri 2 Pondok Ranji 1994 – 2001
2. SMP Negeri 5 Ciputat 2001 – 2003
3. SMA Negeri 2 Ciputat 2003 – 2006
4. UIN SYARIF HIDAYATULLAH Jakarta
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan
2006 – 2011
ii
Pendidikan Non Formal
Pelatihan/Seminar Waktu
1. Seminar Ekonomi Islam " Ekonomi
Syariah sebagai Pondasi Pembangunan di
Indonesia".
Juni 2007
2. Kursus Bahasa Inggris, Latansa BEC2 Maret 2006
3. KKN di Desa Cimande, Bogor Juli 2009 – Agustus
2009
4. Pelatihan SPSS.17, UIN Syarif
Hidayatullah
Desember 2009
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Muhammad Mujib
2. Tempat & Tgl Lahir : Surabaya, 10 Desember 1959
3. Alamat : Jln.Wr.Supratman Gg.Cemara
Rt 04/11 No.27 Desa Rengas.
4. Telepon : 021 7410341
3. Ibu : Siti Maisaroh
5. Tempat & Tgl Lahir : Jakarta, 6 juli 1960
6. Alamat : Jln.Wr.Supratman Gg.Cemara
Rt 04/11 No.27 Desa Rengas.
7. Telepon : 021 7410341
iii
ABSTRACT
The purpose of this research was aimed to know the influence of Labor
Force Participation Rate (LFPR), Foreign Direct Investment (FDI), and Export to
Gross Regional domestic Product (GRDP) in Jakarta. The dependent variable
was the economic growth (GRDP), while the independent variables were the
Labor force Participation Rate (LFPR), Foreign Direct Investment (FDI), and
Exports. The data were used time series, 1987-2009 and the analytical method is
used an with multiple regression.
The results showed that the Foreign Investment (FDI) and Exports
positively influenced and significant to the GRDP growth in Jakarta, with
coefficient determination (R2), which is equal to 0,958513.
It means that the GRDP of Jakarta respectively increased with the
increase of the Foreign Investment and Exports, supported by sectors of industry
and tax. While the Labour Force Participation Rate (LFPR) has not positive
influenced to the growth of GRDP in Jakarta significantly.
Keywords: Gross Regional Domestic Product (GRDP), Labor force Participation
Rat (LFPR), Foreign Direct Investment (FDI), Export.
iv
ABSTRAKSI
Tujuan dari penelitian ini untuk menjelaskan pengaruh Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK), Investasi Asing (PMA), dan Ekspor terhadap PDRB di
DKI Jakarta. Variabel terikat yang digunakan adalah pertumbuhan ekonomi
(PDRB), sedangkan variabel bebasnya adalah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK), Investasi Asing (PMA) dan Ekspor. Data yang digunakan adalah time
series yaitu periode 1987-2009. Analisa yang digunakan metode regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Penanaman Modal Asing
(PMA) dan Ekspor berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan
PDRB DKI Jakarta, dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,958513.
Hal ini berarti bahwa PDRB DKI Jakarta akan semakin meningkat dengan
meningkatnya Penanaman modal asing dan ekspor yang didorong oleh sektor-
sektor industri yang ada dan pendapatan pajak. Sedangkan Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
PDRB DKI Jakarta.
Kata kunci : Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB), Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK), Penanaman Modal Asing (PMA), dan
Ekspor
v
KATA PENGANTAR
Alhamdu Lillahi Robbil ‘Alamin
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala kekuatan dan kesabaran yang
diberikan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Investasi Asing
(PMA) Dan Ekspor Terhadap PDRB Di DKI Jakarta Periode 1987-2009”.
penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program
sarjana ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Sripsi ini merupakan sebuah karya yang tidak mungkin terselesaikan tanpa
adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Mujib dan Ibu Tiaroh, sumber motivasi bagi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas semua doa dan dukungan yang
telah diberikan padaku sampai detik ini. Semoga suatu saat aku dapat
membalas kebaikan yang diberikan dan dapat menjadi kebanggan bagi Papa
dan Mama. Amin.
2. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. Lukman M.Si. selaku ketua jurusan IESP Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif hidayatullah Jakarta.
vi
4. Pheni Chalid Sf, MA, Ph.D. selaku dosen pembimbing I skripsi yang telah
banyak memberikan saran dan pembelajaran kepada penulis.
5. Fitri Amalia, MS.i. selaku dosen pembimbing II skripsi yang juga telah
banyak memberikan saran kepada penulis.
6. Seluruh Dosen FEB atas ilmunya yang bermanfaat yang telah diberikan, iesp
for: Ibu Utami Baroroh, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Ilmu Ekonomi dan
Studi Pembangunan yang telah memberi motivasi dan penguji seminar
proposal yang luar biasa dan Ibu Lili yang begitu baik dan murah hati untuk
memudahkan saya dalam urusan di akademik jurusan IESP.
7. Aris, yang telah banyak memberikan semangat bagi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih karena telah menjadi sahabat dan
teman terdekat dalam hidupku.
8. Buat keluarga ku tercinta, keluarga besar H. Ayani Hasan, kakak-kakakku
Mas Angga, Mas Ari, Mas Bayu yang sudah membantu dan mensupport ku
dalam kuliah dan tidak lupa juga kepada adikku tercinta, Farhati Anggraeni
yang sudah banyak membantuku.
9. Anak-anak Atdeeeeuh IESP B, Rezi, Zaka, Anda, Ikel, Iwan, Awang dan
semuanya yang selama ini telah mendukung dan memberi semangat selama
berkuliah.
10. Rekan-rekan IESP angkatan 2006 yang sama-sama berjuang untuk lulus
skripsi. Terimakasih karena kalian telah memberikan banyak kenangan manis
dalam catatan kehidupan penulis.
vii
11. Teman-teman IESP B, terima kasih untuk hari-hari yang indah yang tak
terlupakan.
12. Kepada seluruh pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah
membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.
13. Buat Febby dan Leny terima kasih banyak atas bantuan kalian selama ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan penulis dalam
mencapai kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga penelitian ini dapat berguna dan
bermanfaaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan. Terima Kasih
Jakarta, Juni 2011
WULAN ANGGRAENI
penulis
viii
DAFTAR ISI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................ i
ABSTRACT .............................................................................................. iii
ABSTRAKSI ........................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................. v
DAFTAR ISI ........................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 11
C. Tujuan Penelitian ……………………… ............................................. 12
D. Manfaat Penelitian ……………………… ........................................... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 13
A. Pertumbuhan Ekonomi ......................................................................... 13
1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi .................................................... 13
2. Faktor-faktor Pertumbuhan Ekonomi ................................................ 14
3. Indikator Pertumbuhan Ekonomi ....................................................... 17
4. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neoklasik ........................................... 18
5. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) ................................. 20
ix
B. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) ........................................ 25
1. Pengertian Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)................... 25
2. Indikator Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) ..................... 28
3. Teori Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) ........................... 28
C. Investasi ................................................................................................ 29
1. Pengertian Investasi ........................................................................... 29
2. Teori Investasi Harrod Domar ........................................................... 31
3. Penanaman Modal Asing (PMA)....................................................... 33
4. Investasi Asing (PMA) dan Pertumbuhan Ekonomi ......................... 35
D. Ekspor ................................................................................................... 37
1. Pengertian Ekspor .............................................................................. 37
2. Teori Ekspor ...................................................................................... 39
3. Ekspor dan Pertumbuhan Ekonomi ................................................... 41
E. Penelitian Sebelumnya .......................................................................... 42
F. Kerangka Pemikiran .............................................................................. 49
G. Hipotesis Penelitian .............................................................................. 52
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................. 54
x
A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 54
B. Metode Pengumpulan Sampel .............................................................. 54
C. Metode Pengumpulan Data ................................................................... 55
D. Metode Analisis Data............................................................................ 56
1. Uji Stasioneritas ............................................................................... 57
2. Uji Asumsi Klasik ............................................................................ 59
a. Uji Normalitas Data ..................................................................... 59
b. Uji Autokorelasi .......................................................................... 59
c. Uji Heterokedastisitas .................................................................. 60
d. Uji Multikolinieritas .................................................................... 61
3. Uji Statistik ...................................................................................... 62
a. Uji Signifikansi Individual (uji t - Statistik) ................................ 62
b. Uji Signifikan Simultan (Uji F-Statistik)..................................... 63
c. Uji Koefisien Determinasi ( R2)................................................... 64
E. Operasional Variabel Penelitian ............................................................ 64
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................. 67
A. Deskripsi Objek Penelitian .................................................................. 67
xi
1. Keadaan Geografis DKI Jakarta....................................................... 67
2. Perkembangan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) ...... 68
3. Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) .......... 71
4. Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) ............................ 73
5. Perkembangan Ekspor ...................................................................... 76
B. Analisis Pembahasan dan Hasil Regresi .............................................. 79
1. Uji Stasioneritas .............................................................................. 79
2. Uji Asumsi Klasik ........................................................................... 81
a. Hasil Uji Normalitas ................................................................... 81
b. Hasil Uji Autokorelasi ................................................................ 82
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas ...................................................... 82
d. Hasil Uji Multikolinearitas ......................................................... 83
3. Hasil Uji Regresi Metode OLS ....................................................... 85
4. Hasil Uji Statistik ............................................................................ 85
a. Uji Parsial (Uji-t) ........................................................................ 85
b. Uji F-statistik .............................................................................. 92
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)................................................... 92
xii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 94
A. Kesimpulan ....................................................................................... 94
B. Implikasi ............................................................................................ 96
C. Saran .................................................................................................. 97
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 99
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Hal
1.1 Data PDRB DKI Jakarta Atas dasar harga konstan
2000 tahun 2005-2009…………………………………............ 3
1.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja menurut jenis kelamin
Di DKI Jakarta 2005-2009…………….................................... 5
1.3 Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) 2005-2009
Nilai Persetujuan pemerintah.................................................... 8
1.4 Data Nilai Ekspor DKI Jakarta 2005-2009............................... 9
2.1 Penelitian Sebelumnya ............................................................. 48
3.1 Variabel Penelitian ................................................................... 66
4.1 Hasil Uji Stasioner Tingkat Level …........................................ 79
4.2 Hasil Uji Stasioner Tingkat First Different.............................. 80
4.3 Hasil Uji Autokorelasi …......................................................... 82
4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas.................................................... 83
4.5 Hasil Uji Multikolinieritas….................................................... 84
4.6 Hasil Olah data dengan Metode OLS....................................... 85
4.7 Hasil Uji t-Statistik ……...…................................................... 91
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Hal
2.1 Skema Angkatan Kerja............................................................. 26
2.2 Kerangka Pemikiran................................................................. 51
4.1 Perkembangan PDRB Berdasarkan Harga konstan 2000
periode 1987-2009................................................................. 69
4.2 Perkembangan TPAK (dalam persentase) periode
1987-2009............................................................................... 72
4.3 Perkembangan PMA (dalam Ribu US $) periode
1987-2009…............................................................................ 74
4.4 Perkembangan EKSPOR (dalam Milyar US $) periode
1987-2009................................................................................ 77
4.5 Hasil Uji Normalitas……………………................................ 81
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Hal
1 Data Penelitian ....................................................................... 102
2 Hasil Data Setelah Diestimasi ................................................ 104
3 Hasil Regresi Log Linier ....................................................... 105
4 Hasil Uji Stasioner Tingkat Level ......................................... 106
5 Hasil Uji Stasioner Tingkat First Different ............................ 110
6 Hasil Uji Normalitas JB Test ................................................. 114
7 Hasil Uji Autokorelasi ........................................................... 115
8 Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................................. 116
9 Hasil Uji Multkolinieritas ..................................................... 117
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara
dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari
perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari
satu periode keperiode lainnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan
barang dan jasa akan meningkat yang disebabkan oleh faktor-faktor produksi yang
selalu mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya. Menurut Sukirno
(2004) dalam analisis makro, tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh
suatu negara diukur dari perkembangan pendapatan nasional riil yang dicapai
suatu negara/daerah.
Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik menyatakan pertumbuhan
ekonomi (didaerah diukur dengan pertumbuhan PDRB) bergantung pada
perkembangan faktor-faktor produksi yaitu ; modal, tenaga kerja dan teknologi
(Sukirno, 1994 : 456).
Adapun beberapa factor sebagai sumber penting yang dapat mewujudkan
pertumbuhan ekonomi menurut ahli ekonomi klasik yaitu, Ricardo, Malthus dan
Stuart Mill dimana bahwa:
1. Tanah dan kekayaan alam lainnya.
Kekayaan alam negara meliputi luas dan kesuburan tanah, keadaan
iklim dan cuaca, jumlah dan jenis hasil hutan dan laut yang dapat diperoleh,
2
dan jumlah atau jenis kekayaan barang tambang yang ada. Hal ini akan
mempermudah usaha untuk membangun perekonomian suatu negara, terutama
pada masa permulaan proses pertumbuhan ekonomi. Namun terdapat
hambatan dalam mengembangkanya, kekurangan modal, tenaga ahli dan
pengetahuan hingga terbatasnya pasar bagi berbagai jenis kegiatan ekonomi.
Untuk mengatasi hambatan yang ada, maka perlu adanya modal yang cukup,
teknologi, teknik produksi dan tenaga-tenaga ahli secara efisien dan dapat
menguntungkan. Peranan penanaman modal dan barang-barang pertanian
untuk diekspor menjadi penggerak permulaan bagi pertumbuhan ekonomi di
Indonesia.
2. Jumlah dan mutu dari penduduk dan tenaga kerja
Penduduk yang bertambah dari waktu ke waktu dapat mendorong
maupun menghambat dalam perkembangan ekonomi. Penduduk yang
bertambah akan memperbesar jumlah tenaga kerja.
3. Barang-barang modal dan tingkat teknologi
Barang-barang modal penting artinya dalam mempertinggi efisiensi
pertumbuhan ekonomi. Barang-barang modal bertambah jumlahnya, dan
teknologi yang telah menjadi bertambah modern memegang peranan penting
sekali dalam mewujudkan kemajuan ekonomi yang tinggi.
4. Sistem sosial dan sikap masyarakat
Sistem sosial dan sikap masyarakat memegang peranan yang cukup
dalam pertumbuhan ekonomi. Dalam membicarakan masalah-masalah
pembangunan dinegara berkembang ahli ekonomi telah menunjukan bahwa
3
sistem sosial dan sikap masyarakat dapat menjadi penghambat yang serius
kepada pembangunan.
5. Luas pasar sebagai sumber pertumbuhan
Sekitar pada tahun 1998 Indonesia mulai mengalami krisis dari dampak
krisis dunia. Kerusuhan yang begitu hebat melanda Indonesia, dimana pada saat
itu terjadi penjarahan hingga, perekonomian menurun drastis. Hal ini terjadi
dijantung perekonomian Indonesia, tepatnya DKI Jakarta dan hal ini berujung
pada krisis moneter yang menyebabkan morat maritnya perekonomian DKI
Jakarta. PDRB saat itu mengalami kemerosotan yang drastis sekitar -17,49%. Hal
ini tentunya membuat perekonomian Indonesia dan khususnya DKI Jakarta yang
merupakan pusat perekonomina Indonesia mengalami kemerosotan pertumbuhan
ekonomi tetapi pada tahun-tahun berikutnya hingga tahun 2008 indonesia
mengalami kebangkitan walaupun sedikit-demi sedikit. Kenapa demikian? Karena
dengan memulai dari periode 1987 dimana Indonesia delapan tahun sebelum
mengalami krisis dan berakhir pada periode 2009, dimana tiga belas tahun setelah
mengalami krisis.
Tabel 1.1
Data PDRB DKI Jakarta
Atas dasar harga konstan 2000 Tahun 2005-2009
Tahun Nilai PDRB
(Juta rupiah)
Laju Pertumbuhan
(%)
2005 295.270.545,00 6,01
2006 312.826.713,00 5,95
2007 322.971.255,00 6,44
2008 353.539.057,00 6,22
2009 371.399.302,00 5,01 Sumber Data : Badan Pusat Statistik, Jakarta Dalam Angka, 2010.
4
Pada perkembangan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Propinsi DKI Jakarta pada periode sebelumnya mengalami fluktuasi pertumbuhan
ekonomi nasional dan perkembangan pertumbuhan pada Propinsi DKI Jakarta
dimana pada tahun 2005 PDRB mengalami kenaikan sekitar 6,01 persen, pada
tahun 2006 pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta sedikit melambat 5,95 persen.
Namun pada tahun 2007 dampak dari peningkatan harga tersebut mulai
berkurang, perekonomian DKI tumbuh lebih cepat, yaitu 6,44 persen.
Sedangkan pada tahun 2008 dan 2009 perekonomian DKI Jakarta kembali
melambat. Hal ini terjadi karena krisis ekonomi global yang berawal dari Amerika
dan menjalar ke Eropa dan sebagian negara Asia sedikit banyak turut
mempengaruhi perekonomian Indonesia, terutama Jakarta, sehingga pada tahun
2009 PDRB mengalami penurunan sekitar 5,01 persen. ( BPS, 2010:18-21).
Perannya sebagai ibu kota tidak hanya sekedar menjadi pusat
pemerintahan, Jakarta berkembang menjadi pusat segala kegiatan, konsekuensinya
sekitar 72 persen perekonomian Jakarta digerakkan oleh jasa-jasa terutama sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sektor ini menciptakan nilai tambah
sekitar 30 persen dari PDRB DKI Jakarta, kemudian diikuti oleh sektor
perdagangan, hotel, dan restoran dengan kontribusi sekitar 20 persen. Sisanya,
sekitar 22 persen disumbangkan oleh sektor jasa kemasyarakatan, jasa perorangan,
dan jasa transportasi dan komunikasi.
Suatu perekonomian yang berkembang dengan pesat belum tentu jaminan
yang paling baik terhadap ciri suatu daaerah itu makmur, bila tidak diikuti
perluasan kesempatan kerja guna menampung tenaga- tenaga kerja baru yang
5
setiap tahun. Memasuki angkatan kerja, dalam hal ini pertumbuhan ekonomi
nasional maupun regional berkaitan erat dengan perluasan kesempatan kerja
karena faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor yang penting artinya bagi
pertumbuhan ekonomi, selain dipengaruhi oleh model alam dan teknologi. Oleh
pertumbuhan penduduk harus diimbangi dengan perluasan kesempatan kerja agar
angkatan kerja yang ada dapat diserap.
Pertumbuhan penduduk dan hal- hal yang berhubungan dengan kenaikan
jumlah angkatan kerja secara tradisional dianggap sebagai faktor yang positif dan
merangsang pertumbuhan ekonomi artinya semakin banyak penduduk akan
meningkatkan potensi pasar domestik, dengan catatan mereka mempunyai daya
beli, sehinga permintaan akan meningkat (Todaro, 1997:63). Namun apabila
Pertumbuhan penduduk sangat pesat akan berakibat pada peningkatan jumlah
kerja. Tingkat partisipasi angkatan kerja merupakan perbandingan antara jumlah
angkatan kerja dengan penduduk dalam usia kerja dalam kelompok yang sama.
Tabel 1.2
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Menurut Jenis kelamin di DKI jakarta 2005-2009
Sumber data : sakernas BPS DKI jakarta, 2010
Pertumbuhan ekonomi didalam perekonomian dipengaruhi oleh banyak
faktor diantaranya tingkat partisipasi angkatan kerja. Pertumbuhan ekonomi yang
terjadi di Daerah DKI Jakarta dari tahun ke tahun cenderung mengalami
peningkatan. Pada pertengahan tahun 1997 dimana Indonesia mengalami krisis
Tahun TPAK (%)
2005 63,08
2006 62,72
2007 61,04
2008 68,68
2009 66,60
6
manejer, sehingga terjadi perubahan pembangunan ketenagakerjaan dan
perkembangan kesempatan kerja. Hal ini dapat dilihat dari berkurangnya tingkat
partisipasi angkatan kerja yang terserap dari berbagai lapangan pekerjaan didaerah
tertentu, khususnya di Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Tingkat partisipasi
angkatan kerja (TPAK) dari 2005 mengalami kenaikan sebesar 1,78 persen.
Pada tabel 1.3 diatas memberikan gambaran bahwa perkembangan papada
tahun 2005-2008 mengalami peningkatan dan penurunan yang relative pada tahun
2009, jumlah penduduk usia kerja di Jakarta yang masuk pasar kerja Jakarta, yang
diukur dengan TPAK, setiap tahunnya rata-rata berjumlah 62,84 persen dari total
penduduk bekerja (sekitar 4,2 juta jiwa). Setelah itu TPAK berangsur meningkat
meskipun masih sangat berfluktuasi, dengan persentase tertinggi terjadi pada
tahun 2008, yaitu sebesar 68,68 persen (sekitar 4,77 juta jiwa). (BPS, 2010:23).
Melihat kondisi Jakarta yang sedimikian rupa maka peningkatan modal
pada saat itu juga sangat berperan penting untuk meningkatkan perekonomian,
oleh karena itu pemerintah dan swasta berupaya meningkatkan pertumbuhan
ekonomi melalui penghimpunan dana yang diarahkan pada kegiatan ekonomi
produktif yaitu dengan menggenjot investasi, baik penanaman modal dalam negeri
maupun penanaman modal dalam negeri serta penimgkatan volume perdagangan
luar negeri melalui ekspor guna menambah cadangan devisa.
Pada dasarnya Investasi merupakan pembentukan modal yang mendukung
peran swasta dalam perekonomian. Menurut Harrod Domar, dalam mendukung
pertumbuhan ekonomi diperlukan investasi-investasi baru sebagai stok modal
seperti penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing.
7
Penanaman modal asing langsung merupakan investasi yang dilakukan oleh
swasta asing ke suatu negara tertentu. Bentuknya dapat berupa cabang perusahaan
multinasional, lisensi, joint venture, dan lain-lain. Investasi oleh penduduk dalam
negeri merupakan pengakuisisian surat-surat berharga luar negeri dan aset fisik.
Investasi luar negeri dalam aset keuangan khususnya lembaga investasi dilakukan
untuk mendiversifikasi resiko dan untuk mendapatkan penghasilan yang lebih
tinggi daripada penghasilan yang diterima dengan investasi yang sebanding di
dalam negeri. Investasi luar negeri langsung dalam bentuk fisik di dalam pabrik
manufaktur yang baru dan cabang-cabang penjualan yang lebih bagi pengusaha
multinasional.
Kota Jakarta merupakan ibu kota negara Indonesia dengan jumlah
penduduk yang paling padat dibandingkan dengan propinsi lainya diindonesia.
Kepadatan penduduk kota Jakarta ini disebabkan oleh beberapa factor diantaranya
dengan tujuan untuk menetap dijakarta untuk mencari nafkah. Hal ini disebabkan
oleh produktifitas dijakarta sangat tinggi dibandingkan dengan propinsi-propinsi
lainya di Indonesia. Masyarakat pun beranggapan bahwa mencari uang atau
mencari pekerjaan dijakarta lebih mudah karena lapangan pekerjaan lebih banyak
dibandingkan dengan lapangan kerja yang ada dipropinsi lain di Indonesia,
sehingga penduduk desa lebih banyak ingin mengadu nasib dijakarta dan itu
semua membuat pendapatan DKI Jakarta meningkat sehingga tingkat
pertumbuhan ekonomi Jakarta saat ini ikut pula meningkat hal ini dikarenakan
banyak factor, salah satunya adalah banyaknya investasi asing yang menanamkan
modal dijakarta dan tingginya perkembangan ekspor dijakarta.
8
Tabel 1.3
Perkembangan penanaman modal asing (PMA) 2005-2009
Nilai persetujuan pemerintah
Tahun PMA
Proyek Investasi
(Ribu US $)
2005 796 2.624.156
2006 801 2.635.281
2007 916 6.091.830
2008 434 9.927,8
2009 433 5.510,8 Sumber data: BPS, indicator ekonomi DKI Jakarta,2010
Berdasarkan tabel diatas, perkembangan penanaman modal asing (PMA)
dalam kurun waktu 2005-2008 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2005 dimana
bidang usaha jasa-jasa lainnya memberikan kontribusi yang besar sedangkan pada
tahun 2006 nilai investasi yang disetujui sebesar 2.635.281 ribu US $. Tahun 2007
sebesar 6.091.830 ribu US $. Secara keseluruhan kurun waktu dari tahun 2005-
2009 mengalami mengalami penurunan nilai investasi yang sangat berarti.
Investasi di harapkan sebagai penggerak pertumbuhan perekonomian di DKI
Jakarta. Karena melihat perkembangan perekonomian Jakarta yang sangat tinggi dan
merupakan ibu kota atau pusat perekonomian Indonesia, peran investasi dari luar
negeri (PMA) di harapkan dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi Jakarta,
melihat investor-investor luar yang menanamkan modalnya di Jakarta, hal ini
dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia khususnya Daerah DKI
Jakarta.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Musleh Jawas, 2008 menyatakan
bahwa, Pengaruh investasi asing mempunyai arti penting terhadap pertumbuhan
ekonomi dan ekspor. Ketika Indonesia mengalami pertumbuhan ekspor maka hal
tersebut mencerminkan bertambahnya pula cadangan devisa Negara. Oleh karena
9
itu, perlu adanya perhatian utama terhadap ekspor sebagai penghasil devisa.
Dalam era perdagangan global, kebijakan perdagangan luar negeri menjadi sangat
penting. Salah satu kebijakan perdagangan luar negeri adalah kebijakan ekspor,
tujuan utama dari kebijakan ekspor adalah meningkatkan ekspor dengan prasyarat
bahwa kebutuhan pasar domestik telah terpenuhi.
Tabel 1.4
Data Nilai Ekspor DKI Jakarta 2005-2009
Tahun Nilai Ekspor
( Milyar US $)
Perubahan (%)
2005 26.958.167.238 10,03
2006 29.809.517.841 10,58
2007 32.186.884.841 7,98
2008 36.090.170.062 12,13
2009 37.060.160.034 10,26 Sumber data : BPS, Ekspor DKI Jakarta, 2009
Selama kurun waktu lima tahun terakhir, nilai ekspor DKI Jakarta selalu
mengalami peningkatan dimana nilai ekspor DKI Jakarta tahun 2009 telah
mencapai 37,06 milyar US $. Sedangkan pada tahun 2005 nilai ekspor baru
mencapai 26,95 milyar US $. Peningkatan nilai ekspor ini nampaknya bukan
semata-mata akibat meningkatnya volume ekspor sebab pada saat terjadi
penurunan volume ekspor, justru nilainya meningkat.
Masalah terkait dalam meningkatkan pertumbuhan PDRB antara
perekonomian tenaga kerja dimana melihat perkembangan ketenagakerjaan DKI
jakarta yang merupakan tujuan utama bagi para pencari kerja pada tenaga kerja
daerah akan menyebabkan meningkatnya pula urbanisasi dan peningkatan
penawaran kesempatan tenaga kerja, sedangkan pada perdagangan internasional
dimana investasi asing dan ekspor diharapkan dapat menjadi motor penggerak
10
proses pemulihan ekonomi nasional. Dalam teori ekonomi makro (macro economi
theory), hubungan antara ekspor dengan tingkat pertumbuhan ekonomi dan / atau
pendapatan nasional merupakan suatu persamaan identitas karena ekspor
merupakan bagian dari tingkat pendapatan nasional.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Yuni Priadi Utomo mengenai ekspor
mendorong pertumbuhan atau pertumbuhan mendorong ekspor mengatakan
bahwa, ekspor pada dasarnya telah memainkan peranan yang sangat penting di
dalam proses pembangunan ekonomi indonesia. Ekspor (terutama migas dan gas
bumi) hanya dipandang sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan
yang dominan yang kemudian pandangan ini sebagai sektor yang diharapkan
dapat menjadi motor pertumbuhan ekonomi.
Dengan demikian berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah
diuraikan diatas, Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK), investasi asing
(PMA), dan ekspor dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi khususnya pada
produk domestik regional bruto (PDRB). Dengan begitu penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “ PENGARUH TINGKAT PARTISIPASI
ANGKATAN KERJA (TPAK), INVESTASI ASING (PMA), DAN EKSPOR
TERHADAP PDRB DI DKI JAKARTA PERIODE 1987-2009 ”
11
B. Rumusan Masalah
Pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi
oleh pemerintah khususnya daerah/kota Jakarta menarik untuk dilihat. Salah satu
indikator yang digunakan dalam pertumbuhan ekonomi adalah PDRB.
Pertumbuhan tingkat partisipasi angkatan kerja, investasi asing dan ekspor
merupakan salah satu faktor yang dapat berpengaruh terhadap besar kecilnya
perkembangan pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta.
Data BPS yang ada menunjukan bahwa pertumbuhan tingkat partisipasi
angkatan kerja, investasi asing dan ekspor ekonomi DKI Jakarta saat itu
berpengaruh terhadap fluktuasi pertumbuhan ekonomi. Hal ini sangat terlihat jelas
dalam perkembangan dan permasalahan perekonomian.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut diatas, maka
pertanyaan yang akan dikemukakan dalam penelitian ini adalah :
1. Sejauh mana pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
terhadap PDRB DKI Jakarta?
2. Sejauh mana pengaruh Investasi Asing (PMA) terhadap PDRB DKI
Jakarta?
3. Sejauh mana pengaruh Ekspor terhadap PDRB DKI Jakarta?
4. Sejauh mana pengaruh TPAK, PMA, dan Ekspor secara bersama-sama
terhadap PDRB DKI Jakarta?
12
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk :
a. Untuk menganalisis pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) terhadap PDRB DKI Jakarta.
b. Untuk menganalisis pengaruh Investasi Asing (PMA) terhadap
PDRB DKI Jakarta.
c. Untuk menganalisis pengaruh Ekspor terhadap PDRB DKI Jakarta.
d. Untuk menganalisis pengaruh TPAK, PMA dan Ekspor secara
bersama-sama terhadap PDRB DKI Jakarta.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
a. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi input dan dasar
pertimbangan bagi pemerintah untuk menentukan kebijakan yang
tepat dalam pesatnya pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
yang terjadi.
b. Sebagai bahan pembanding bagi pembaca yang tertarik untuk
meneliti hal yang sama bagi peneliti selanjutnya.
c. Sebagai salah satu syarat mendapat gelar sarjana pada Fakultas
Ekonomi dan ilmu social Universitas Syarief Hidayatullah Jakarta
(UIN).
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pertumbuhan Ekonomi
1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan
dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi
dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.
Jadi pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu
perekonomian. Dari suatu periode ke periode lainnya kemampuan suatu
negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan
yang meningkat ini disebabkan oleh pertambahan faktor-faktor produksi
baik dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi akan menambah barang
modal dan teknologi yang digunakan juga makin berkembang. Disamping
itu tenaga kerja bertambah sebagai akibat perkembangan penduduk seiring
dengan meningkatnya pendidikan dan keterampilan mereka.
Dalam hal ini pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai
kenaikan GDP/GNP tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar
atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah
perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak. (Arsyad,2004:13)
Pertumbuhan ekonomi dapat bernilai positif dan dapat pula bernilai
negatif. Jika pada suatu periode perekonomian mengalami pertumbuhan
14
negatif, berarti kegiatan ekonomi pada periode tersebut mengalami
penurunan.
2. Faktor-faktor Pertumbuhan Ekonomi
Menurut ekonom Klasik, Smith, pertumbuhan ekonomi
dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni pertumbuhan output total dan
pertumbuhan penduduk (Arsyad, 2004: 94). Unsur pokok dari sistem
produksi suatu negara ada tiga :
1. Sumber daya alam yang tersedia merupakan wadah paling
mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat dimana jumlah
sumber daya alam yang tersedia mempunyai batas maksimum bagi
pertumbuhan suatu perekonomian.
2. Sumber daya insani (jumlah penduduk) merupakan peran pasif
dalam proses pertumbuhan output, maksudnya jumlah penduduk
akan menyesuaikan dengan kebutuhan akan tenaga kerja.
3. Stok modal merupakan unsur produksi yang sangat menentukan
tingkat pertumbuhan output.
Laju pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh produktivitas
sector-sektor dalam menggunakan faktor-faktor produksinya.
Produktivitas dapat ditingkatkan melalui berbagai sarana pendidikan,
pelatihan dan manajemen yang lebih baik.
15
Menurut Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik, pertumbuhan
ekonomi bergantung pada faktor-faktor produksi, teori produksi klasik
sederhana adalah :
Q = f (K,L)
Persamaan diatas secara sederhana menunjukan factor-faktor yang
menentukan pertumbuhan ekonomi dari banyaknya berbagai factor yang
ada, untuk analisis pertumbuhan ekonomi dapat dikembangkan lebih
lanjut, sehingga dapat kita tulis dengan persamaan:
Δ Y = f (ΔK, ΔL, ΔT)
Dimana :
Δ Y = tingkat pertumbuhan ekonomi
Δ K = tingkat pertambahan barang modal
Δ L = tingkat pertambahan tenaga kerja
Δ T = tingkat pertambahan teknologi
Dari persamaan diatas dapat dijelaskan beberapa factor yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi ( Rahardja,2004:125).
a. Barang Modal
Agar ekonomi bertumbuh, stok barang modal harus bertambah,
penambahan stok barang modal dilakukan lewat investasi. Karena
itu salah satu upaya pokok untuk meningkatkan investasi adalah
menangani factor-faktor yang mempengaruhi tingkat investasi.
Yang juga harus dingat adalah pertumbuhan ekonomi baru
dimungkinkan jika investasi neto lebih besar dari pada nol. Sebab,
16
jika investasi neto sama dengan nol, perekonomian hanya dapat
berproduksi pada tingkat sebelumya. Akan lebih baik lagi, jika
penambahan kuantitas barang modal juga disertai peningkatan
kualitas
b. Tenaga kerja
Sampai saat ini, tenaga kerja (TK) masih merupakan factor
produksi yang sangat dominan. Penambahan tenaga kerja
umumnya sangat berpengaruh terhadap peningkatan output. Yang
menjadi persoalan adalah sampai berapa banyak penambahan TK
akan terus meningkatkan output. Hal ini tergantung dari seberapa
cepat terjadinya The Law of Diminishing Return (TLDR).
Sedangkan cepat atau lambatnya proses TLDR sangat ditentukan
oleh kualitas SDM dan keterkaitanya dengan kemajuan teknologi
produksi. Selama ada sineji antara TK dan teknologi, penambahan
TK akan memacu pertumbuhan ekonomi.
c. Teknologi
Dapat dipastikan bahwa penggunaan teknologi yang tinggi sangat
memacu pertumbuhan ekonomi, jika hanya dilihat dari peningkatan
output. Namun apakah hal itu berarti makin baik ?, tujuan akhir
pertumbuhan ekonomi adalah masyarakat yang adil dan sejahtera.
Kemajuan teknologi membuat kesempatan kerja bertambah
maupun berkurang, hal itu sudah dibahas sebelumnya. Dengan
penggunaan teknologi, manusia dapat memanfaatkan secara
17
optimal apa yang ada dalam diri dan lingkungannya. Bahkan
kelebihan penggunaan teknologi tepat guna ditetankan dalam
pemborosan penggunaan SDA atau energi proses produksi.
3. Indikator Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting
guna menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi suatu negara.
”pertumbuhan” (growth) tidak identik dengan ”pembangunan”
(development) Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu syarat dari banyak
syarat yang diperlukan dalam proses pembangunan. Pertumbuhan ekonomi
hanya mencatat peningkatan produksi barang dan jasa secara nasional,
sedang pembangunan berdimensi lebih luas.
Pendapatan nasional menunjukkan tingkat kegiatan ekonomi yang
dicapai pada suatu tahun tertentu. Sedangkan pertumbuhan ekonomi
menunjukkan perubahan tingkat kegiatan ekonomi yang terjadi dari tahun
ke tahun. Oleh karena itu, jika ingin mengetahui tingkat pertumbuhan
ekonomi kita harus membandingkan pendapatan nasional dari tahun ke
tahun. Laju pertumbuhan ekonomi suatu tahun tertentu dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Gt = 𝑌𝑟𝑡 −𝑌𝑟𝑡−1
𝑌𝑟𝑡−1 𝑥 100%
Dimana: Gt = tingkat pertumbuhan ekonomi
Yrt = pendapatan nasional riil pada tahun t
Yrt-1 = pendapatan nasional riil pada tahun t-1.
18
Salah satu sasaran pembangunan ekonomi daerah adalah
meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi daerah. Pertumbuhan ekonomi
daerah diukur dengan pertumbuhan Pendapatan Domestik Regional Bruto
(PDRB) menurut harga konstan. Laju pertumbuhan PDRB akan
memperlihatkan proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang.
Penekanan pada ”proses”, karena mengandung unsur dinamis, perubahan
atau perkembangan. Oleh karena itu pemahaman indikator pertumbuhan
ekonomi biasanya akan dilihat dalam kurun waktu tertentu, misalnya
tahunan. Aspek tersebut relevan untuk dianalisa sehingga kebijakan-
kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah untuk mendorong
aktivitas perekonomian domestik dapat dinilai efektifitasnya.
4. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik
Dalam model pertumbuhan ekonomi Neo Klasik Solow (Solow
Neo Classical Growth Model) maka fungsi produksi agregat standar
adalah sama seperti yang digunakan dalam persamaan sektor modern
Lewis yakni:
Y = Aeμt
. Kα . L
1-α
Y = Produk Domestik Bruto
K = stok modal fisik dan modal manusia
L = tenaga kerja non terampil
A = konstanta yang merefleksikan tingkat teknologi dasar
eμt
= melambangkan tingkat kemajuan teknologi
α = melambangkan elastisitas output terhadap model, yakni
19
Menurut teori pertumbuhan Neo Klasik Tradisional, pertumbuhan
output selalu bersumber dari satu atau lebih dari 3 (tiga) faktor yakni ;
a. kenaikan kualitas dan kuantitas tenaga kerja, yaitu melalui
pertumbuhan dan kuantitas tenaga kerja.
b. penambahan modal, yaitu melalui tabungan dan investasi.
c. penyempurnaan teknologi, dimana kualitas teknologi canggih dan
modern dapat meningkatkan pertumbuhan output. (Todaro,2000:
98).
Teori pertumbuhan Neoklasik dapat disajikan dalam bentuk fungsi
produksi Cobb-Douglas, dimana output merupakan fungsi dari tenaga
kerja dan modal. Sedangkan tingkat kemajuan teknologi merupakan
variabel eksogen. Asumsi yang digunakan adalah skala pengembalian
yang konstan (constant returns to scale). (Arsyad, 2010 : 90)
Fungsi tersebut bisa dituliskan dengan cara berikut:
Qt = Tt Kt
a Lt
b
Dimana ; Qt = tingkat produksi pada tahun t
Tt = tingkat teknologi pada tahun t
Kt = jumlah stok barang modal pada tahun t
Lt = jumlah tenaga kerja pada tahun t
a = pertambahan output yang diciptakan oleh
pertambahan satu unit modal
b = pertambahan output yang diciptakan oleh
pertambahan satu unit tenaga kerja
20
5. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Pengertian PDRB menurut Badan Pusat Statistik (2004:8) yaitu
jumlah nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha dalam
suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir
yang dihasilkan seluruh unit ekonomi di suatu wilayah.
Pengertian PDRB menurut Tarigan (2005:18-19) yaitu jumlah nilai
tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor
perekonomian di wilayah itu. Yang dimaksud dengan nilai tambah bruto
adalah nilai produksi (output) dikurangi dengan biaya antara
(intermedicate cost).
Penghitungan PDRB dapat dilakukan dengan menggunakan dua
metode yaitu langsung dan tidak langsung (alokasi).
1. Metode Langsung
Penghitungan metode langsung ini dapat dilakukan melalui tiga
pendekatan yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan dan
pendekatan pengeluaran. Walaupun mempunyai tiga pendekatan yang
berbeda namun akan memberikan hasil penghitungan yang sama (BPS,
2004: 26).
Seperti dikatakan di atas, penghitungan PDRB secara langsung
dapat dilakukan melalui tiga pendekatan sebagai berikut :
21
a. PDRB Menurut Pendekatan Produksi (Production Approach)
PDRB adalah jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh berbagai unit produksi (di suatu region) pada suatu
jangka waktu tertentu (setahun). Perhitungan PDRB melalui
pendekatan ini disebut juga penghitungan melalui pendekatan nilai
tambah (value added).
Cara perhitungan pendapatan nasional menurut pendekatan
produksi adalah dengan cara menjumlahkan nilai produksi yang
dihasilkan dari sektor-sektor produktif.
Rumusnya : Y = 𝑃 .𝑄
Y = P1 . Q1 + P2 . Q2 + .... + Pn . Qn
Ket : P = harga produk dari sektor tertentu
Q = Jumlah (volume) produk dari sektor itu
Pendekatan produksi adalah penghitungan nilai tambah barang dan
jasa yang diproduksi oleh suatu kegiatan/sektor ekonomi dengan cara
mengurangkan biaya antara dari total produksi bruto sektor atau sub
sektor tersebut. Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi
dan nilai biaya antara. Biaya antara adalah nilai barang dan jasa yang
digunakan sebagai input antara dalam proses produksi. Barang dan jasa
yang termasuk input antara adalah bahan baku atau bahan penolong
yang biasanya habis dalam sekali proses produksi atau mempunyai
umur penggunaan kurang dari satu tahun, sementara itu pengeluaran
atas balas jasa faktor produksi seperti upah dan gaji, sewa tanah, bunga
22
modal, dan keuntungan yang diterima perusahaan bukan termasuk
biaya antara. Begitu juga dengan penyusutan dan pajak tidak langsung
neto bukan merupakan biaya antara (Tarigan, 2005:25).
Pendekatan produksi banyak digunakan untuk memperkirakan nilai
tambah dari sektor yang produksinya berbentuk fisik/barang. PDRB
menurut pendekatan produksi terbagi atas 9 lapangan usaha (sektor)
yaitu : pertanian; pertambangan dan penggalian; industry pengolahan;
listrik, gas dan air minum; bangunan dan konstruksi;
perdagangan,hotel dan restoran; angkutan dan komunikasi; bank dan
lembaga keuangan lainnya; jasa-jasa. Oleh karena itu penelitian ini
menggunakan PDRB menurut pendekatan produksi.
b. PDRB Menurut Pendekatan Pendapatan (Income Approach)
PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor
produksi yang ikut dalam proses produksi di suatu wilayah pada jangka
waktu tertentu (setahun). Penghitungan PDRB melalui pendekatan ini
diperoleh dengan menjumlahkan semua balas jasa yang diterima faktor
produksi yang komponennya terdiri dari upah dan gaji, sewa tanah, bunga
modal dan keuntungan ditambah dengan penyusutan dan pajak tidak
langsung neto (BPS, 2004:27).
Cara perhitungan pendapatan nasional menurut pendekatan
pendapatan yaitu ;
23
Rumusnya : Y = Yw + YI + YR + YP
Ket : W = upah
I = bunga
R = sewa
c. PDRB Menurut Pendekatan Pengeluaran (Expend. Approach).
PDRB adalah jumlah seluruh pengeluaran untuk konsumsi rumah
tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi
pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok dan
ekspor netto di suatu wilayah. Perhitungan PDRB melalui pendekatan ini
dilakukan dengan bertitik tolak dari penggunaan akhir barang dan jasa
yang dihasilkan di wilayah domestik (BPS, 2004:27).
Cara perhitungan pendapatan menurut pendekatan Pengeluaran
adalah dengan menjumlahkan semua pengeluaran.
Rumusnya : Y = C + I + G + (X-M)
Ket : C = pengeluaran konsumsi
I = pengeluaran produsen (income)
G = pengeluaran pemerintah
X-M = pengeluaran luar negeri / ekspor neto (ekspor-
impor)
2. Metode Tidak Langsung atau Metode Alokasi
Dalam metode ini PDRB suatu wilayah diperoleh dengan
menghitung PDRB wilayah tersebut melalui alokasi PDRB wilayah yang
24
lebih luas. Untuk melakukan alokasi PDRB wilayah ini digunakan
beberapa alokator antara lain: Nilai produksi bruto atau netto setiap
sektor/subsektor pada wilayah yang dialokasikan ; jumlah produksi fisik;
tenaga kerja; penduduk, dan alokator tidak langsung lainnya. Dengan
menggunakan salah satu atau beberapa alokator dapat diperhitungkan
persentase bagian masing-masing propinsi terhadap nilai tambah setiap
sektor dan subsektor.
Cara penyajian PDRB adalah sebagai berikut :
a. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, semua agregat pendapatan dinilai atas
dasar harga yang berlaku pada masing-masing tahunnya, baik pada saat
menilai produksi dan biaya antara maupun pada penilaian komponen
PDRB. PDRB atas dasar harga berlaku menunjukkan kemampuan sumber
daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Nilai PDRB yang besar
menunjukkan kemampuan sumberdaya ekonomi yang besar, begitu juga
sebaliknya.
b. PDRB Atas Dasar Harga Konstan, semua agregat pendapatan dinilai
atas dasar harga tetap, maka perkembangan agregat pendapatan dari tahun
ke tahun semata-mata karena perkembangan produksi riil bukan karena
kenaikan harga atau inflasi. PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan
laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun
ke tahun.
25
B. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
1. Pengertian Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Menurut Sukirno (2004:18), angkatan kerja adalah jumlah tenaga
kerja yang terdapat dalam perekonomian pada suatu waktu tertentu.
Angkatan kerja terdiri atas golongan yang bekerja dan golongan yang
menggangur yang sedang mencari pekerjaan, sedangkan yang dimaksud
dengan bukan angkatan keja adalah mereka yang masih sekolah, golongan
yang mengurus rumah tangga dan golongan lain-lain atau menerima
pendapatan.
Sedangkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah
perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan penduduk dalam usia
kerja, yang dimaksud dengan penduduk usia kerja adalah penduduk yang
telah berusia 15-64 tahun keatas yng berpotensi memproduksi barang dan
jasa.
Besarnya angkatan kerja tergantung pada tingkat partisipasi
angkatan kerja (labour force participation rate) yaitu berapa persen dari
tenaga kerja yang akan menjadi angkatan kerja dan pengertian dari
angkatan kerja itu sendiri adalah bagian dari tenaga kerja yang
sesungguhnya terlibat dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi barang
dan jasa. Dan dalam konsep “Labour Force Participation Rate” angkatan
kerja mempunyai refrensi waktu yang pasti misalnya satu minggu dan
sebagainya. Menurut konsep ini berfokus kepada mereka yang bekerja.
26
Jadi mereka yang bukan pekerja (yaitu: penggangguran/pencari pekerjaan)
dianggap sebagai kelompok residual.
Gambar 2.1
Skema Angkatan Kerja
Sumber : Supas, Jakarta.
Dalam ilmu kependudukan (Demografi) orang yang mencari kerja
masuk dalam kelompok penduduk yang disebut angkatan kerja.
Berdasarkan kategori usia, usia angkatan kerja adalah 15-65 tahun. Tetapi
tidak semua orang yang berusia 15-65 tahun dihitung sebagai angkatan
kerja, yang dihitung sebagai angkatan kerja adalah penduduk yang berusia
15-65 tahun yang bekerja dan sedang mencari kerja,sedangkan yang tidak
mencari kerja, masuk dalam rumah tangga dan sekolah.
Pada Gambar 2.1 diatas terlihat bahwa jumlah penduduk satu
Negara dapat dibedakan menjadi usia kerja (15-65 tahun) dan bukan usia
Penduduk
Tenaga Kerja Bukan Tenaga Kerja
Angkatan Kerja
Bukan Angkatan Kerja
Menganggur Bekerja Sekolah Mengurus
Rumah tangga
Penerima Pendapatan
Setengah Pengangguran Bekerja
Penuh
27
kerja. Dari jumlah penduduk usia kerja, yang masuk angkatan kerja adalah
mereka yang mencari kerja atau bekerja.
Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) merupakan indicator
yang dipergunakan dalam melihat perkembangan tingkat tenaga kerja di
Indonesia. Tujuan menghitung Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) : Untuk memperoleh gambaran tentang persentase angkatan kerja
terhadap penduduk usia kerja. Dilihat dari sisi kerja, TPAK yang rendah
ditemui pada kelompok penduduk usia kerja wanita dan pada penduduk
usia muda.
Sedangkan dari sisi tingkat kemudahan atau kesulitan untuk
mendapatkan kerja, nilai TPAK yang rendah menunjukkan kecilnya
kesempatan kerja yang tersedia bagi penduduk usia kerja dan sebaliknya
TPAK yang tinggi menunjukkan besarnya kesempatan kerja yang tersedia.
Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan.
Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan
seiring dengan berlangsungnya proses demografi. Pada tahun 2005, di
Indonesia terdapat 155,5 juta penduduk usia kerja, sekitar 60,61 persen
dari mereka berada di Pulau Jawa. Bagian dari tenaga kerja yang aktif
dalam kegiatan ekonomi disebut angkatan kerja. Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK), merupakan ukuran yang menggambarkan jumlah
angkatan kerja untuk setiap 100 angkatan kerja.
Kenaikan TPAK antara lain disebabkan oleh kondisi sosial
ekonomi nasional yang belum setabil, sehingga memberikan pengaruh
28
terhadap faktor-faktor produksi di Indonesia. Secara langsung naik
turunnya faktor produksi ini akan membeirikan dampak terhadap tinggi
rendahnya faktor permintaan dan penawaran tenaga kerja.
2. Indikator Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Indikator yang digunakan untuk menghitung tingkat partisipasi
angkatan kerja adalah Rasio antara jumlah angkatan kerja dengan
pendudduk usia kerja, dengan rumus sebagai berikut:
𝑇𝑃𝐴𝐾 =𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑢𝑠𝑖𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 x 100%
Angka TPAK tidak hanya dapat disajikan untuk menghitung
TPAK dari seluruh penduduk usia kerja, namun dapat juga digunakan
untuk menghitung TPAK penduduk usia kerja dengan spesifikasi yang
lebih khusus seperti umur, jenis kelamin, atau tempat tinggal (desa,kota).
3. Teori Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Menurut teori Solow, pertumbuhan tergantung kepada
pertambahan penyediaan factor-faktor produksi (penduduk, tenaga
kerja, dan modal akumulasi) dan tingkat kemajuan teknologi. Lebih
dalam teori ini mengembangkan tentang rasio modal output yang
dapat berubah-ubah. Dimana untuk menghasilkan sejumlah output
tertentu,dapat menggunakan kombinasi modal dan tenaga kerja
yang berbeda-beda. (Arsyad, 2010:89)
29
Kombinasi antara jumlah modal dan tenaga kerja yang
digunakan akan menghasilkan tingkat output yang berbeda dan
tingkat efisiensi yang berbeda pula. Dengan kata lain, pada suatu
kombinasi tertentu antara jumlah modal dan tenaga kerja yang
digunakan akan menghasilkan otput yang optimal dan lebih
efisiensi dibandingkan kombinasi lainnya sehingga dengan input
yang kecil mampu menghasilan output yang optimal, dan dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi kearah yang positif.
Dapat disimpulkan juga bahwa TPAK adalah salah satu factor
yang mempengaruhi besaran output suatu kegiatan perekonomian,
sehingga semakin banyak masyarakat yang produktif, maka akan
menghasilkan output yang tinggi pula yang mempengaruhi PDRB.
C. Investasi
1. Pengertian Investasi
Teori ekonomi mengartikan atau mendefinisikan investasi sebagai
”pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan
peralatanperalatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama
menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan
digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa di masa depan” .
Menurut Boediono (1992) investasi adalah pengeluaran oleh sector
produsen (swasta) untuk pembelian barang dan jasa untuk menambah stok
yang digunakan atau untuk perluasan pabrik. Dornbusch & Fischer
30
berpendapat bahwa investasi adalah permintaan barang dan jasa untuk
menciptakan atau menambah kapasitas produksi atau pendapatan di masa
mendatang Persyaratan umum pembangunan ekonomi suatu negara
menurut Todaro (1981) adalah:
a. Akumulasi modal, termasuk akumulasi baru dalam bentuk tanah,
peralatan fisik dan sumber daya manusia;
b. Perkembangan penduduk yang dibarengi dengan pertumbuhan
tenaga kerja dan keahliannya;
c. Kemajuan teknologi.
Akumulasi modal akan berhasil apabila beberapa bagian atau
proporsi pendapatan yang ada ditabung dan diinvestasikan untuk
memperbesar produk (output) dan pendapatan di kemudian hari. Untuk
membangun itu seyogyanya mengalihkan sumber-sumber dari arus
konsumsi dan kemudian mengalihkannya untuk investasi dalam bentuk
”capital formation” untuk mencapai tingkat produksi yang lebih besar.
Investasi di bidang pengembangan sumberdaya manusia akan
meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia,sehingga menjadi tenaga
ahli yang terampil yang dapat memperlancar kegiatan produktif. Menurut
Sadono Sukirno (2000) kegiatan investasi memungkinkan suatu
masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan
kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan
taraf kemakmuran masyarakat. Peranan ini bersumber dari tiga fungsi
penting dari kegiatan investasi, yakni ;
31
1) investasi merupakan salah satu komponen dari pengeluaran agregat,
sehingga kenaikan investasi akan meningkatkan permintaan agregat ,
pendapatan nasional serta kesempatan kerja;
2) pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan menambah
kapasitas produksi;
3) investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi.
2. Teori Investasi Harrod Domar
Teori Harrod-Domar mengemukakan bahwa model pertumbuhan
ekonomi yang merupakan pengembangan dari teori Keynes. Teori tersebut
menitik beratkan pada peranan tabungan dan industri sangat menentukan
dalam pertumbuhan ekonomi daerah. (Arsyad, 2010:84)
Beberapa asumsi yang digunakan dalam teori ini adalah bahwa:
1. Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan
faktor-faktor produksi yang ada juga dimanfaatkan secara penuh (full
utilization).
2. Perekonomian terdiri dari dua sektor : sektor Rumah Tangga dan
Perusahaan.
3. Besarnya tabungan masyarakat proporsional dengan besarnya
pendapatan nasional.
4. Kecenderungan menabung (Marginal Propensity to Save =MPS)
besarnya tetap, demikian juga ratio antar modal dan output (Capital
Output Ratio= COR) dan rasio penambahan modal-output
32
(Incremental Capital Output Ratio) dimana persamaanya sebagai
berikut; COR = k sehingga, k = 𝐾
𝑌 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑘 =
∆𝐾
∆𝑌 𝑎𝑡𝑎𝑢 ∆𝐾 =
𝑘.∆𝑌 Dimana; K = stok modal, Y = output total dan k = COR.
Teori ini memiliki kelemahan yakni (MPS) kecendrungan
menabung dan (ICOR) ratio pertambahan modal-output dalam
kenyataannya selalu berubah dalam jangka panjang. Demikian pula
proporsi penggunaan tenaga kerja dan modal tidak tetap, harga selalu
berubah dan suku bunga dapat berubah akan mempengaruhi investasi.
Dalam model pertumbuhan endogen dikatakan bahwa hasil
investasi akan semakin tinggi bila produksi agregat di suatu negara
semakin besar. Dengan diasumsikan bahwa investasi swasta dan publik di
bidang sumberdaya atau modal manusia dapat menciptakan ekonomi
eksternal (eksternalitas positif) dan memacu produktivitas yang mampu
mengimbangi kecenderungan ilmiah penurunan skala hasil. Meskipun
teknologi tetap diakui memainkan peranan yang sangat penting, namun
model pertumbuhan endogen menyatakan bahwa teknologi tersebut tidak
perlu ditonjolkan untuk menjelaskan proses terciptanya pertumbuhan
ekonomi jangka panjang.
Implikasi yang menarik dari teori ini adalah mampu menjelaskan
potensi keuntungan dari investasi komplementer (complementary
investment) dalam modal atau sumberdaya manusia, sarana prasarana
infrastruktur atau kegiatan penelitian. Mengingat investasi komplementer
akan menghasilkan manfaat personal maupun sosial, maka pemerintah
33
berpeluang untuk memperbaiki efisiensi alokasi sumberdaya domestik
dengan cara menyediakan berbagai macam barang publik (sarana
infrastruktur) atau aktif mendorong investasi swasta dalam industri padat
teknologi dimana sumberdaya manusia diakumulasikannya. Dengan
demikian model ini menganjurkan keikutsertaan pemerintah secara aktif
dalam pengelolaan investasi baik langsung maupun tidak langsung.
Investasi swasta di Indonesia dijamin keberadaannya sejak
dikeluarkannya Undang-Undang No.1 Tahun 1967 tentang Penanaman
Modal Asing (PMA) dan Undang-Undang No.12 Tahun 1970 tentang
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Berdasarkan sumber dan
kepemilikan modal, maka investasi swasta dibagi menjadi penanaman
modal dalam negeri dan asing. Dengan semakin besarnya investasi
pemerintah pada barang publik maka diharapkan akan mendorong
pertumbuhan sektor pertumbuhan sektor swasta dan rumah tangga dalam
mengalokasikan sumberdaya yang ada di suatu daerah. Hal ini pada
akhirnya akan menyebabkan makin meningkatnya PDRB.
3. Penanaman Modal Asing (PMA)
Penanaman modal asing (PMA) merupakan aliran arus modal yang
berasal dari luar negeri yang mengalir ke sektor swasta baik yang melalui
investasi langsung (Direct Investment) maupun investasi tidak langsung
(Portofolio). (Suyatno, 2003;72) Untuk membangun suatu perekonomian
harus memiliki Social Overhead Capital yaitu proyek-proyek raksasa yang
34
diperlukan untuk memperlancar bisnis dan perdagangan seperti jalan raya,
rel kereta api, proyek irigasi dan bendungan, serta sarana kesehatan umum.
Semua ini memerlukan investasi yang sangat besar yang cenderung
bersifat sekaligus. Tidak ada seorang pun atau perusahaan kecil yang
mampu membangun suatu sistem jalan raya. Tidak ada perusahaan yang
bisa berharap mendapatkan laba jika dana yang diperlukan tidak mampu
disediakan oleh pemerintah. Disinilah manfaat proyek investasi skala besar
yang kesemuanya itu berasal dari luar negeri yang dapat menyebar ke
seluruh perekonomian.
1. Investasi Langsung (Direct Investment)
Investasi langsung (Direct Investment) merupakan investasi yang
melibatkan pihak investor secara langsung dalam operasional usaha yang
akan di laksanakan, sehingga dinamika usaha yang menyangkut kebijakan
perusahaan yang di tetapkan, tujuan yang hendak di capai, tidak lepas dari
pihak yang berkepentingan (investor asing). Investasi langsung, langsung
di perjual belikan di pasar uang (money market), pasar modal (capital
market) dan pasar turunan (derivative market)
2. Investasi Tidak Langsung (Portofolio)
Investasi tidak langsung (portofolio) merupakan investasi
keuangan yang di lakukan di luar negeri. Investor membeli uang atau
ekuitas, dengan harapan mendapat manfaat finansial dari investasi
tersebut. Bentuk investasi portofolio yang sering di temui adalah
35
pembelian obligasi/perusahaan asing, tanpa kontrol manajemen di
perusahaan investasi.
4. Investasi Asing (PMA) dan Pertumbuhan Ekonomi
Dalam pengertian investasi riel dibedakan antara investasi bruto
dan investasi netto, investasi swasta dan investasi pemerintah, serta
investasi domestik dan investasi asing. Dua pasangan pengertian investasi
riel yang terakhir jelas merupakan pembedaan dari segi pemiliknya saja
yaitu apakah merupakan milik serta dilakukan pemerintah atau oleh
swasta, dan merupakan milik serta dilakukan oleh orang asing atau oleh
warga negara sendiri. Istilah investasi bruto swasta domestik menunjukkan
investasi pada mesin-mesin, peralatan serta gedung-gedung yang habis
dikonsumsi dalam proses produksi pada tahun berjalan ditambah dengan
tambahan netto persediaan barang-barang kapital. Konsumsi pemakaian
barang-barang kapital merupakan penyusutan. Jadi investasi bruto adalah
investasi pengganti ditambah investasi bersih atau investasi tambahan.
Pertumbuhan ekonomi suatu negara bisa dilihat dari investasi nettonya,
bila investasi bruto melebihi penyusutan atau investasi penggantinya maka
terdapat investasi netto dan perekonomian negara tersebut mengalami
perluasan. Perekonomian suatu negara mengalami stagnasi atau penurunan
bila investasi netto negatif atau dimana investasi bruto lebih kecil daripada
investasi pengganti.
36
Dunia usaha mengadakan investasi didorong oleh pertimbangan
ekspektasi keuntungan jangka panjang yang dipengaruhi oleh kemajuan
teknologi, pertumbuhan penduduk serta faktor-faktor lain. Investasi
bervariasi secara langsung dengan pendapatan, hal ini karena investasi
berhubungan dengan keuntungan, dan sebagian besar investasi dibiayai
secara internal dari keuntungan perusahaan. Bila pendapatan naik,
keuntungan juga naik dan demikian pula tingkat investasi. Bila tingkat
pendapatan atau output rendah, ini berarti dunia usaha mempunyai cukup
banyak kelebihan kapasitas produksi hingga tak ada dorongan membeli
barang-barang kapital baru.
Pengaruh investasi asing langsung terhadap pertumbuhan ekonomi
merupakan arti penting bagi negara sedang berkembang termasuk
Indonesia. Sampai saat ini konsep pembangunan dengan menggunakan
modal asing masih sering menimbulkan pendapat. Foreign Direct
Investment (FDI) dipandang sebagai cara yang lebih efektif untuk
mendorong pertumbuhan perekonomian suatu negara. Dengan melalui
Penanaman Modal Asing (PMA), modal asing dapat memberikan
kontribusi yang lebih baik kedalam proses pembangunan. Oleh karena itu,
beberapa negara berkembang di Asia Timur, termasuk Indonesia, berusaha
memberikan insentif kepada masuknya modal asing dalam bentuk FDI/
PMA ini. Disisi lain, negara pengekspor kapital juga memberikan insentif
kepada sektor swasta berupa insentif pajak, jaminan dan asuransi atas
investasi untuk mendorong FDI ke negara berkembang.
37
Kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus-menerus
meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan
pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat.
Pengaruh dari peran ini bersumber dari tiga fungsi penting dari kegiatan
investasi dalam perekonomian. Pertama, investasi merupakan salah satu
komponen dari pengeluaran agregat. Maka kenaikan investasi akan
meningkatkan permintaan agregat dan pendapatan nasional. Peningkatan
seperti ini akan selalu diikuti oleh pertambahan dalam kesempatan kerja.
Kedua, pertambahan barang modal sebagai akibat investasi akan
menambahkan kepastian memproduksi dimasa depan dan perkembangan
ini akan menstimulir pertambahan produksi nasional dan kesempatan
kerja. Ketiga, investasi selalu diikuti oleh perkembangan teknologi.
Perkembangan akan memberikan sumbangan penting ke atas kenaikan
produktivitas dan pendapatan perkapita masyarakat (Sukirno,2000: 367).
D. Ekspor
1. Pengertian Ekspor
Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara
mengeluarkan barang-barang dari dalam negeri keluar wilayah pabean
Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Ekspor adalah
kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean. (Hamdani, 2007:12),
sedangkan menurut Priadi (2000:43) ekspor adalah sistem perdagangan
38
dengan cara mengeluarkan barang-barang dalam negeri keluar negeri
untuk memenuhi ketentuan yang berlaku.
Menurut Mankiw (2006:128) ekspor adalah penjualan berbagai
macam barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri ke luar negeri.
Fungsi penting komponen ekspor dari perdagangan luar negeri adalah
negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik, yang pada
gilirannya menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi.
(Jhingan, 2000:448).
Ekspor maupun impor merupakan faktor penting dalam
merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ekspor impor akan
memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara meningkatkan output dunia,
serta menyajikan akses ke sumber-sumber daya yang langka dan pasar-
pasar internasional yang potensial untuk berbagai produk ekspor yang
mana tanpa produk-produk tersebut, maka negara tidak akan mampu
mengembangkan kegiatan dan kehidupan perekonomian nasionalnya.
Ekspor juga dapat membantu pertumbuhan dalam negeri membantu dalam
menjalankan usaha-usaha pembangunan melalui promosi serta penguatan
sektor-sektor ekonomi yang mengandung keunggulan komparatif, baik itu
berupa ketersediaan faktor-faktor produksi tertentu dalam jumlah yang
melimpah, atau keunggulan efisiensi alias produktifitas tenaga kerja.
Ekspor dapat membantu pertumbuhan dalam negeri dalam mengambil
keuntungan dari skala ekonomi yang mereka miliki. Untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan pada umumnya, setiap
39
daerah/kota perlu merumuskan dan menerapkan kebijakan-kebijakan
internasional yang berorientasi ke luar. Dalam semua kasus, kemandirian
yang didasarkan pada isolasi, baik yang penuh maupun yang hanya
sebagian, tetap saja secara ekonomi akan lebih rendah nilainya daripada
partisipasi ke dalam perdagangan dunia yang benar-benar bebas tanpa
batasan atau hambatan apapun (Todaro dan Smith, 2004:28).
2. Teori Ekspor
a. Teori Hecksher-Ohlin
Teori modern ini dalam perdagangan internasional
dikemukakan pertama kali oleh Bertil Ohlin pada tahun 1933
dalam bukunya “ Interregional and International trade” yang
didasarkan sebagian atas tulisan gurunya, yaitu Eli Heckscher,
yang ditulisnya pada tahun 1919. Dengan demikian dikenal teori
Hecksher-Ohlin. (Soelistyo dan Nopirin, 1977:54)
Dalam model Hecksher-Ohlin yang sederhana ada beberapa
anggapan yaitu;
1) Dua faktor produksi, yaitu tenaga kerja dan capital.
2) Dua barang yang mempunyai “kepadatan” factor produksi yang
tidak sama, yang satu (X) lebih padat karya, yang lain (Y) lebih
padat capital.
3) Dua Negara yang memiliki jumlah kedua factor produksi yang
berbeda. (Boediono, 2000:59).
40
Inti dari model Hecksher-Ohlin yang diuraikan diatas adalah
suatu Negara lebih cenderung untuk mengekspor barang yang
menggunakan lebih banyak factor produksi relative melimpah
dinegara tersebut.
b. Model “Dua Kesenjangan” (Two Gap)
Model dua kesenjangan (Two Gap model) ini mengatakan
bahwa Negara berkembang pada umumnya menghadapi kendala
berupa keterbatasan tabungan domestic yang jauh dari mencukupi
untuk menggarap segenap peluang investasi yang ada. Secara
sederhana model dua kesenjangan sebagai berikut;
1) Kesenjangan tabungan. Dimulai dengan identitas hubungan
antara arus pemasukan modal (misalnya, selisih antara ekspor
dan impor) dan dengan sumber-sumber yang dapat digunakan
untuk investasi.
2) Kesenjangan devisa. Didalamnya terdapat perkembangan
investasi yaitu antara impor dan ekspor, dalam hal ini tingkat
ekspor eksogen, dimana arus modal, pendapatan dan ekspor
secara eksogen (ditentukan dari luar). Maka salah satu dari
kedua ketidaksamaan diatas yang akan menjadi factor
penghambat tingkat investasi akan tertekan menjadi lebih
rendah oleh salah satu ketidaksamaan tersebut. (Todaro,
1998:169-171).
41
3. Ekspor dan Pertumbuhan Ekonomi.
Ekspor merupakan total barang dan jasa yang dijual oleh sebuah
negara ke negara lain, termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-
jasa pada suatu tahun tertentu
Fungsi penting komponen ekspor dari perdagangan luar negeri adalah
negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik, yang pada
gilirannya menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan
tingkat output yang lebih tinggi lingkaran setan kemiskinan dapat
dipatahkan dan pembangunan ekonomi dapat ditingkatkan (Jhingan,
2000:448).
Ekspor merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan
ekonomi suatu negara. Ekspor akan memperbesar kapasitas konsumsi
suatu negara meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke
sumber-sumber daya yang langka dan pasar-pasar internasional yang
potensial untuk berbagai produk ekspor yang mana tanpa produk-produk
tersebut, maka negara-negara miskin tidak akan mampu mengembangkan
kegiatan dan kehidupan perekonomian nasionalnya. Ekspor juga dapat
membantu semua negara dalam menjalankan usaha-usaha pembangunan
mereka melalui promosi serta penguatan sektor-sektor ekonomi yang
mengandung keunggulan komparatif, baik itu berupa ketersediaan faktor-
faktor produksi tertentu dalam jumlah yang melimpah, atau keunggulan
efisiensi alias produktifitas tenaga kerja.
42
Ekspor juga dapat membantu semua negara dalam menganbil
keuntungan dari skala ekonomi yang mereka miliki. Untuk meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan pada umumnya (Todaro dan
Smith, 2004:28 ).
Ekspor mempunyai hubungan positif dengan pertumbuhan
ekonomi, artinya ketika ekspor mengalami kenaikan maka pertumbuhan
ekonomi juga mengalami kenaikan dan sebaliknya apabila ekspor
mengalami penurunan maka pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan.
E. Penelitian Sebelumnya
Prabowo Supranto (2004), dalam penelitiannya “Analisis faktor-
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi tahun 1986-2002”. Data
yang digunakan dalam bentuk data tahunan tahun 1986-2002. Dan alat
analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan metode
OLS (Ordinary Least Square). Variabel bebas yang digunakan adalah
investasi asing, total nilai ekspor, jumlah tenaga kerja, tabungan domestik
dan hutang luar negeri. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini
adalah variabel investasi asing, total nilai ekpor, jumlah tenaga kerja, dan
tabungan domestik, berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Sedangkan hutang luar negeri,
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia.
43
Jamzani Sodik dan Didi Nuryadin (2008), dengan judul ”
Determinan Investasi di daerah: studi kasus propinsi di indonesia”. Dalam
penelitian ini menggunakan data panel dan translog model, analisis regresi
panel dan pendekatan ekonometri. Variabel bebas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah market size (PDRB), indicator infrastruktur (listrik),
indikator ketenagakerjaan (angkatan kerja dan upah minimum propinsi),
indicator ekonomi (ekspor netto danlaju inflasi). Sedangkan variabel
terikatnya adalah factor-faktor yang mempengaruhi investasi dalam
memilih lokasi tujuan untuk berinvestasi yaitu, PMA dan PMDN.
Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat bahwa variabel market size
(PDRB) berpengaruh di daerah tetapi dengan arah yang negative, untuk
indicator infrastruktur yaitu listrik terpasang tidak berpengaruh terhadap
pilihan lokasi investasi, sedangkan indicator ketenagakerjaan yaitu
angkatan kerja dan upah, hanya angkatan kerja yang berpengaruh dan
negative, dan untuk indicator keterbukaan ekonomi yaitu ekspor
berpengaruh positif dan signifikan terhadap lokasi berinvestasi.
Rahmad Bagiyo (2007) “ Analisis kausalitas antara tingkat
partisipasi angkatan kerja dengan PDRB didaerah khusus ibu kota Jakarta
tahun 1979-2005”. Dari penelitian ini menunjukan bahwa pada periode
1979 Pertumbuhan tingkat partisipasi angkatan kerja saat itu mengalami
kenaikan dan dimana angkatan kerja memulai pekerjaanya untuk
menghasikan barang dan jasa yang bernilai ekonomis. Pada pertengahan
tahun 1997 dimana Indonesia mengalami krisis manejer, sehingga terjadi
44
perubahan pembangunan ketenagakerjaan dan perkembangan kesempatan
kerja. Hal ini dapat dilihat dari berkurangnya tingkat partisipasi angkatan
kerja yang terserap dari berbagai lapangan pekerjaan didaerah tertentu,
khususnya di Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Tingkat partisipasi angkatan
kerja (TPAK) dari tahun 2001 ke tahun 2002 mengalami penurunan,
Namun pada tahun 2004 sampai 2005 perkembangan ketenagakerjaan
mulai mngalami kenaikan yang berarti.
Dengan metode kausalitas Granger penelitian ini mencoba
mengamati hubungan antara tingkat partisipasi angkatan kerja dengan
produk domestic regional bruto didaerah khusus ibu kota Jakarta. Ingin
diteliti apakah didaerah ibu kota jakarta telah terjadi mekanisme tingkat
partisipasi angkatan kerja (TPAK) mendorong pertumbuhan PDRB
ataukah pertumbuhan PDRB mendororng TPAK. Hasil analisis tersebut
memperlihatkan bahwa TPAK tampaknya tidak terjadi motor penggerak
dari pertumbuhan ekonomi PDRB ibu kota Jakarta.
Rus’an Nasrudin dan Nining I. Soesilo (2004) “Perkembangan
Perbankan Indonesia: Analisis Dampak terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Regional Indonesia dan Penyebab-penyebabnya dengan Data Panel 1983-
1999”. Dalam Penelitian ini metode yang digunakan adalah regresi linier
dengan pendekatan kuadrat terkecil (OLS) dengan teknik data panel.
Variabel terikat yang dipakai adalah tingkat pertumbuhan ekonomi
perkapita riil/PDRB harga konstan masing-masing daerah. Kemudian
variabel bebas dalam model data panel ini adalah indicator perkembangan
45
perbankan yang didefinisikan dalam penelitian ini terdiri dari tiga
komponen utama, kredit, asset dan dana pihak ketiga yang terhimpun.
Dari hasil yang diperoleh bahwa factor penyebab beragamnya pengaruh
perkembangan perbankan dan pertumbuhan ekonomi pada sisi
intermediasi pada kredit berpengaruh positif yang dipengaruhi oleh fungsi
permintaan kredit yaitu factor penarikan investasi di suatu daerah dan du
factor lainnya yaitu factor produksi yaitu biaya tenaga kerja dan
ketersediaannya. Secara umum indicator perbankan menunjukkan
hubungan positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Yuni Priadi Utomo (2000) mengenai “Ekspor Mendorong
Pertumbuhan atau Pertumbuhan Mendorong Ekspor”. Sejak industrialisai
Indonesia masih bersifat substitusi impor pada periode 1970-an, hingga
Indonesia mulai beralih ke strategi promosi ekspor karena krisis harga
minyak yang mencapai titik terendah pada agustus 1986, ekspor pada
dasarnya telah memainkan peranan yang sangat penting di dalam proses
pembangunan ekonomi Indonesia. Pada periode industrialisasi substitusi
impor, ekspor (terutama migas dan gas bumi) hanya dipandang sebagai
salah satu sumber pembiayaan pembangunan yang dominan dan bukan
sebagai motor pertumbuhan ekonomi, ketika Indonesia mulai beralih ke
strategi industrialisasi promosi ekspor pandangan tersebut berubah, ekspor
kemudian dipandang sebagai sektor yang diharapkan dapat menjadi motor
pertumbuhan ekonomi (export led growth).
46
Dipilihnya strategi industrialisasi promosi ekspor pada hakekatnya
dilandasi keyakinan bahwa ekspor akan dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi (export led growth atau export as an angine of growth), padahal
dari hasil berbagai penelitian tentang pengaruh ekspor terhadap
pertumbuhan ekonomi, hal tersebut masih menjadi perdebatan. Untuk
itulah perlu dilakukan penelitian empiris mengenai apakah mekanisme
export led grotwh memang telah terjadi di Indonesia. Apabila mekanisme
export led growth ternyata tidak terbukti, berati peralihan strategi
industrialisasi tersebut adalah sia-sia.
Dengan metode kausalitas Granger penelitian ini mencoba
mengamati hubungan antara ekspor dan pendapatan nasional di Indonesia.
Ingin diteliti apakah di Indonesia telah terjadi mekanisme ekspor
mendorong pertumbuhan ataukah pertumbuhan mendororng ekspor. Hasil
analisis tersebut memperlihatkan bahwa mekanisme export led growth
ataupun growth led export ternyata tidak terjadi di Indonesia. Ekspor
tampaknya menjadi motor penggerak dari pertumbuhan ekonomi
Indonesia.
Nushiwat, Munter, (2010) “ Ekspor dan Pertumbuhan Ekonomi A
Re-Pemeriksaan atas hubungan kausalitas di Enam Negara 1981-2005 ”
Pada penelitian ini dikatakan bahwa, dalam banyak kasusu, kausalitas
berlangsung dari pertumbuhan ekonomi ke ekspor pertumbuhan. Untuk
mendudkung argument ini, dimulai dengan memeriksa bukti mengenai
kausalitas dalam studi empiris yang dilakukan pada subjek ini, dalam
47
penelitian ini menguji secara empiris dengan arah sebab-akibat antara
ekspor dan pertumbuhan ekonomi.
Alat analisis yang digunakan adalah metode uji kausalitas Granger
pada data time series dari enam negara (Brasil, India, Indonesia, Korea
Selatan, Meksiko dan Thailand). Hasil dari pengujian mengungkapkan
bahwa ekspor saling mempengaruhi yaitu, pertumbuhan ekonomi
mempengaruhi ekspor dan ekspor mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Svetlana Ledyaeva dan Mikael Linden, (2006) “ Investasi Asing
Langsung dan Pertumbuhan Ekonomi: Bukti Empiris dari daerah Rusia.
Kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah model Solow-Swan
Neoklasik yang ditentukan untuk menentukan dampak FDI terhadap
pertumbuhan per kapita di 74 wilayah Rusia selama periode 1996-2003.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah model data
panel dalam estimasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada FDI
umum (komponen investasi terkait) tidak memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Rusia pada periode yang
dianalisis. Daerah pertumbuhan menjelaskan berawal dari tingkat
perkembangan ekonomi, krisis keuangan 1998, investasi domestic, dan
ekspor. Namun beberapa bukti FDI berpengaruh positif terhadap agregat
pendapatan yang lebih tinggi. Hasil lain yang menarik adalah ketersediaan
sumber daya alam yang merangsang pertumbuhan wilayah, sedangkan
daerah miskin tidak signifikan. FDI memainkan peranan penting dalam
proses pertumbuhan baru wilayah Rusia.
48
Tabel 2.1
Tabel Penelitian Sebelumnya
No. Peneliti Tahun
Peneliti
Judul Metode Hasil
1. Yuni Priadi
Utomo
2000 Ekspor
mendorong
pertumbuhan atau
pertumbuhan
mendorong ekspor
Kausalitas
Granger
sifnifikan antara ekspor dan
PDB, sebaliknya juga
begitu.
2. Prabowo
Supranto
2004 Analisis Faktor-
faktor yang
mempengaruhi
pertumbuhan
ekonomi tahun
1986-2002
Regresi
berganda
dan OLS.
Variable investasi asing,
total nilai ekspor, jumlah
tenaga kerja dan tabungan
domestic berpengaruh
signifikan pada
pertumbuhan ekonomi.
3. Rus’an
Nasrudin dan
Nining I.
Soesilo
terhadap
pertumbuhan
ekonomi.
2004 “Perkembangan
Perbankan
Indonesia:
Analisis Dampak
terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi Regional
Indonesia dan
Penyebab-
penyebabnya
dengan Data Panel
1983-1999”.
OLS
dengan
teknik
data panel.
Variabel terikat adalah
tingkat pertumbuhan
ekonomi perkapita
riil/PDRB harga konstan
masing-masing daerah.
variabel bebas adalah
indicator perkembangan
perbankan yang
didefinisikan dalam
penelitian ini terdiri dari
tiga komponen utama,
kredit, asset dan dana pihak
ketiga yang terhimpun.
Secara umum indicator
perbankan menunjukkan
hubungan positif
4. Svetlana
Ledyaeva dan
Mikael Linden
2006 Investasi Asing
Langsung dan
Pertumbuhan
Ekonomi: Bukti
Empiris daerah
Rusia.
Data panel FDI berpengaruh positif
terhadap agregat pendapatan
dan daerah miskin tidak
signifikan
5. Rahmad
Bagiyo
2007 Analisis kausalitas
antara tingkat
partisipasi
angkatan kerja
dengan PDRB
didaerah khusus
ibu kota Jakarta
tahun 1979-2005”
Kausalitas
Granger
TPAK tidak signifikan
terhadap PDRB, sebaliknya
pun begitu, PDRB tidak
signifikan terhadap TPAK.
49
6. Jamzani Sodik
dan Didi
Nuryadin
2008 Determinan
Investasi di
daerah: studi
kasus propinsi di
indonesia”
Kausalitas
Granger
Variabel market size
(PDRB) berpengaruh
negative, untuk indicator
infrastruktur yaitu listrik
tidak berpengaruh terhadap
pilihan lokasi investasi,
sedangkan indicator
ketenagakerjaan yaitu
angkatan kerja dan upah,
hanya angkatan kerja yang
berpengaruh dan negative,
untuk indicator keterbukaan
ekonomi yaitu ekspor
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap lokasi
berinvestasi.
7. Nushiwat,
Munter
2010 Ekspor dan
Pertumbuhan
Ekonomi A Re-
Pemeriksaan atas
hubungan
kausalitas di Enam
Negara 1981-2005
Kausalitas
Granger
Variabel Ekspor dan
Pertumbuhan Ekonomi
saling mempengaruhi
Sumber : Berbagai Jurnal
F. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang
tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran
dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternative solusi dari
serangkaian masalah yang ditetapkan (Hamid, 2010:26).
Berdasarkan pada uraian sebelumnya maka kerangka pemikiran
penelitian ini menganalisis pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK), Investasi Asing (PMA), dan Ekspor terhadap pertumbuhan
PDRB DKI Jakarta. Variabel bebas yang terdiri dari Tingkat pertisipasi
angkatan kerja (TPAK), Investasi Asing (PMA), Ekspor DKI Jakarta
50
(sebagai variable bebas) berpengaruh terhadap pertumbuhan PDRB
(sebagai variabel terikatnya). Tingkat Partisipasi Angkatan kerja
merupakan indikator yang dipergunakan untuk melihat perkembangan
tingkat tenaga kerja di DKI Jakarta. Tujuan menghitung Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) untuk memperoleh gambaran tentang
persentase angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja. Nilai TPAK yang
rendah menunjukkan kecilnya kesempatan kerja yang tersedia bagi
penduduk usia kerja dan sebaliknya TPAK yang tinggi menunjukkan
besarnya kesempatan kerja yang tersedia begitu juga dapat menambah
pendapatan nasional akan pertumbuhan PDRB DKI Jakarta.
Di sisi lain, investasi Asing pada penanaman modal asing (PMA)
juga berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan PDRB. Peran
investasi dari luar negeri (PMA) di harapkan dapat mempercepat
pertumbuhan ekonomi Jakarta, meningkatnyan PMA akan mendorong
pertumbuhan ekonomi karena kenaikan PMA dapat memacu
perekonomian terutama bagi sektor-sektor yang ada, sehingga mendorong
pertumbuhan ekonomi yang baik, diharapkan investor-investor asing dapat
bertahan dalam berinvestasi menanamkan modalnya. Selain itu
perkembangan ekspor juga membantu dalam meningkatkan perekonomian
wilayah Jakarta, hal ini menyebabkan meningkatnya devisa dan
pendapatan pajak, dan dapat mendorong pertumbuhan PDRB DKI Jakarta.
Secara umum kerangka pemikiran dalam penelitian ini yang
digambarkan dalam skema adalah sebagai berikut :
51
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
Tujuan
1. Menganalisis bagaimana pengaruh
TPAK terhadap PDRB.
2. Menganalisis bagaimana pengaruh
PMA terhadap PDRB.
3. Menganalisis bagaimana pengaruh
Ekspor terhadap PDRB.
4. Menganalisis bagaimana pengaruh
TPAK, PMA dan Ekspor secara
bersama-sama terhadap PDRB.
Pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK),
Investasi Asing (PMA), dan Ekspor Terhadap PDRB di
DKI Jakarta periode 1987-2009
Latar Belakang
PDRB adalah jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh
unit ekonomi disuatu wilayah. PDRB menjadi perhatian penting karena merupakan
salah satu ukuran pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut. Dimana apabila
naik turunya PDRB akan berdampak terhadap variable makro ekonomi lainnya.
Perumusan Masalah
1.Sejauh mana pengaruh Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) terhadap PDRB.
2.Sejauh mana pengaruh Investasi Asing (
PMA) terhadap PDRB.
3.Sejauh mana pengaruh Ekspor terhadap
PDRB.
4.Sejauh mana pengaruh TPAK, PMA, dan
Ekspor secara bersama-sama terhadap
PDRB.
Variabel Independn :
Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja
(TPAK)
Penanaman Modal
Asing (PMA)
Ekspor (EXP)
Variabel Dependen :
PDRB
Hasil
Kesimpulan dan
Implikasi
Metode Analisis :
Model Regresi Berganda
52
G. Hipotesis Penelitian:
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) diduga berpengaruh tidak
signifikan dan positif terhadap nilai pertumbuhan PDRB DKI Jakarta.
Ha:β1≠0 Diduga Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta.
Ho:β1=0 Diduga Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja tidak
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
DKI Jakarta.
2. Investasi Asing (PMA) diduga berpengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai pertumbuhan PDRB DKI Jakarta.
Ha:β2≠0 Diduga Investasi Asing berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta.
Ho:β2=0 Diduga Investasi Asing tidak berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta.
3. Ekspor diduga berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
pertumbuhan PDRB DKI Jakarta.
Ha:β3≠0 Diduga Ekspor berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta.
Ho:β3=0 Diduga Ekspor tidak berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta.
53
4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Investasi Asing (PMA),
dan Ekspor diduga secara bersama-sama berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai pertumbuhan PDRB DKI Jakarta.
Ha:β1, β2, β3 ≠0 Diduga Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja,
Investasi Asing dan Ekspor berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta.
Ho:β1, β2, β3 =0 Diduga Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja,
Investasi Asing dan Ekspor tidak berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi DKI
Jakarta.
54
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini, penelitian menggunakan data kuantitatif. Dimana
data kuantitatif adalah data yang bersifat numerik atau angka
(Lukman,2007:4). Penelitian ini menggunakan studi literature tentang
pengaruh PDRB, TPAK, PMA, dan Ekspor di DKI Jakarta. Penelitian ini
menggunakan studi time series dari tahun 1987-2009. Serta pengolahan
data dengan menggunakan metode regresi berganda dan alat pengolahan
data menggunakan eviews 5.
B. Metode Pengumpulan Sampel
Sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi
(Kuncoro,2003:104). Sedangkan sampling ,adalah proses memilih
sejumlah elemen dari sebuah populasi yang mencukupi untuk mempelajari
sampel dan memahami karakteristik elemen populasi.
Sampel yang baik pada umumnya memiliki beberapa karakteristik.
Karakteristik tersebut ialah (Kuncoro, 2003:105) :
1. Sampel yang baik memungkinkan peneliti untuk mengambil keputusan
yang berhubungan dengan besaran sampel untuk memperoleh jawaban
yang dikendaki.
55
2. Sampel yang baik menidentifikasikan setiap probabilitas dari setiap
unit analisis untuk menjadi sampel.
3. Sampel yang baik memungkinkan peneliti menghitung akurasi dan
pengaruh dalam pemilihan sampel dari pada harus melakukan sensus.
4. Sampel yang baik memungkinkan peneliti menghitung derajat
kepercayaan yang diterapkan dalam estimasi populasi yang disusun dari
sampel statistika.
Proses pemilihan sampel merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
berurutan. Adapun tahapan dalam penentuan sampel adalah sebagai
berikut (Kuncoro, 2003:108) :
1. Penentuan Populasi
2. Penentuan Unit Pemilihan Sampel
3. Penentuan Kerangka Pemilihan Sampel
4. Penentuan Desain sampel
5. Penentuan Jumlah Sampel
6. Pemilihan Sampel
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yang
bersumber dari data-data statistik yang diterbitkan oleh Badan Pusat
Statistik (BPS) DKI Jakarta.
56
D. Metode Analisis Data
Metode analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode
regresi linear berganda dan secara umum model regresi berganda sebagai
berikut :
Untuk menstandarkan data, model diatas kemudian di transformasikan
kedalam bentuk persamaan logaritma natural, persamaannya adalah
sebagai berikut :
LogPDRB = α + β1LogTPAK + β2LogPMA + β3LogEXP + μi
Dimana :
LPDRB : Produk Domestik Regional Bruto
TPAK : Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
LPMA : Penanaman Modal Asing
LEXP : Ekspor
α : Intercept / Konstan
i : Observasi ke i
μ : Kesalahan yang disebabkan oleh faktor acak
β1, β2, β3, : Parameter Elastisitas
Analisis regresi linear berganda adalah hubungan secara linear antara
dua atau lebih variable independen dengan variable dependen. Analisis ini
untuk mengetahui arah hubungan antara variable independen dengan
variable dependen apakah masing-masing variable independen
57
berhubungan positif atau negative dan untuk memperediksi nilai variabel
dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau
penurunan. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio.
Metode OLS adalah metode untuk mengestimasi suatu garis regresi
dengan jalan meminimalkan jumlah kuadrat kesalahan dari setiap
observasi terhadap garis tersebut (Kuncoro, 2003:216).
Menurut Widarjono, 2007:23-25, metode OLS adalah metode mencari
nilai residual sekecil mungkin dengan menjumlahkan kuadrat residual.
Model dasar dari persamaan estimasi OLS akan dikembangkan menjadi
model dinamis dan menaksir variabel dependen berdasarkan Regresi.
Sebelum melakukan interprestasi terhadap hasil regresi dari model
penelitian yang akan digunakan, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian
terhadap data penelitian tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
apakah model tersebut dapat dianggap relevan atau tidak. Pengujian yang
dilakukan melalui uiji stasioneritas, uji asumsi klasik yang meliputi uji
normalitas, autokorelasi, heterokedastisitas, dan multikolinearitas, juga uji
statistik yang meiliputi uji signifikansi parameter individu (uji statistik t),
uji sinifikan simultan (uji statistik F), dan uji koefisien determinasi (R2).
1. Uji Stasioneritas
Menurut Nachrowi (2006:339-340) sebagai mana diketahui bahwa
data time series merupakan data sekumpulan nilai suatau variable yang
diambil pada waktu yang berbeda. Setiap data ditampilkan secara
58
berkala pada interval waktu tertentu, misalnya : harian, triwulan,
tahunan, dan sebagainya.
Dalam berbagai studi ekonometrika, data time series sangat banyak
digunakan. Namun dibalik begitu pentingnya data tersebut, ternyata
data time series “menyimpan” berbagai permasalahan yaitu salah
satunya masalah atokorelasi. Autokorelasi ini merupakan penyebab
yang mengakibatkan data menjadi tidak stasioner, sehingga bila data
distasionerkan maka Autokorelasi akan hilang dengan sendirinya,
karena metode transformasi adat untuk membuat data yang tidak
stasioner menjadi stasioner sama dengan tranformasi data untuk
menghilangkan otokorelasi.
Dengan kondisi seperti diatas, maka dapat diduga bahwa sangat
banyak metode dalam membuat model-model ekonometrika dengan
data time series yang mengharuskan kita menggunakan data yang
stasioner. Jadi, dapatlah mengerti mengapa stasioneritas menjadi
masalah penting dalam analisis data time series.
Sekumpulan data yang dinyatakan stasioner jika nilai rata-rata dan
varian dari data time series tersebut tidak mengalami perubahan secara
sistematik sepanjang waktu, atau sebagian ahli menyatakan rata-rata
dan variannya konstan.
Uji Unit Root
Stasioneritas dapat dilihat dengan menggunakan sebuah uji formal
yang dikenal dengan sebutan uji akar unit root atau “Uji Unit Root (uji
59
ADF)” uji ini merupakan pengujian yang sangat popular, dan
dikenalkan oleh David Dickey dan Wayne Fuller yang disebut Uji
Augented Dickey-Fuller (ADF) test. (Nachrowi, 2006:353).
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas Data
Uji ini bertujuan untuk mengetahui data dalam variable yang
akan digunakan dalam penelitian, data yang baik dan layak
digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi
normal. Normalitas data dapat dilihat dengan beberapa cara
diantaranya : dengan uji jarque-bera atau Histrogram Normality
Test. Suatu variable dikatakan normal jika korelogram pada
gambar menunjukan bahwa residual berdistribusi normal
(Winarno,Wing Wahyu, 2007:816).
Hal ini ditunjukan oleh :
a. Kurva yang mengikuti bentuk lonceng.
b. Nilai statistic jarque-bera memiliki probabilitas yang jauh lebih
besar dari pada 0,05 atau 5 %
b. UJi Autokorelasi
Autokorelasi adalah suatu keadaan kesalahan penggangu dari
periode tertentu (μt) berkorelasi dengan kesalahan pengganggu dari
periode sebelumnya (μt-1). Dalam keadaan ini kesalahan
60
pengganggu telah bebas, tetapi satu sama lain berhubungan.
Apabila kesalahan penggangu dari suatu periode (waktu t)
berkorelasi dengan kesalahan-kesalahan penggangu periode
sebelumnya (waktu t-i), maka terjadi kasus korelasi serial
sederhana atau disebut autokorelasi tingkat pertama.
Pengujian terhadap autokorelasi dapat diuji breuschh-Godfrey
nama lain dari uji BG ini adlah uji langrange multiplier (LM test
atau pengganda langrange). Apabila probabilitas kesalahan (dalam
LM test) lebih kecil dari = 5 % maka terdapat autokorelasi dan
apabila probabilitas kesalahan lebih besar dari = 5 % maka
tidak terdapat autokorelasi, (Winarno,Wing Wahyu, 2007:527)
c. Uji Heteroskedastisitas
Heterokedastisitas adalah keadaan dimana faktor penggangu
tidak memilki varian yang sama (Winarno, Wing,Wahyu 2007:5.8).
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk mengetahui
masalah heterokedastisitas adalah dengan uji white. Asumsi yang
digunakan ialah jika nilai χ2 hitung (Obs*R-Squared) < χ
2 tabel atau
variabel penggangu dan persamaan regresi mempunyai varian yang
sama maka uji white test tidak memiliki masalah heterokedastisitas.
Atau dapat diketahui dengan melihat nilai probablity, jika nilai
probability Obs*R-Sqauared > 0,05 atau α 5%, maka tidak terdapat
masalah heterokedastisitas.
61
d. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas artinya kondisi adanya hubungan linear antar
variabel independen. Karena melibatkan beberapa variabel
independen, maka multikoleniaritas tidak akan terjadi pada
persamaan regresi sederhana (yang terdiri atas satu variable
dependen dan satu variable independen), (Winarno, Wing Wahyu,
2007:51).
Multikolinieritas adalah kondisi adanya hubungan linear antara
variabel independen. Kondisi terjadinya multikolinearitas dapat
ditunjukkan dengan berbagai informasi berikut, yaitu :
1) Nilai R2 tinggi, tapi variabel independen banyak yang tidak
signifikan.
2) Dengan menghitung koefisien korelasi antarvariabel
independen. Apabila koefisiennya rendah maka tidak terdapat
multikolinearitas.
3) Dengan melakukan regresi auxiliary. Regresi ini dapat
digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih
variabel, sebagai variabel dependen dan variabel independen lain
tetap diperlakukan sebagai variabel independen.
Pengujian Multikolinieritas juga dapat dilakukan dengan
metode deteksi Klien, yaitu dengan membandingkan koefisien
determinasi auxiliary dengan koefisien determinasi model regresi
aslinya. Jika koefisien determinasi auxiliary lebih besar dari
62
koefisien determinasi model regresi aslinya, maka terjadi
permasalahan multikolinieritas antara variabel independen yang
digunakan dalam model penelitian (Widarjono, 2007:117).
3. Uji Statistik
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen
secara individu dan bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen. Uji statistik ini meliputi Uji t, Uji F dan Koefisien
Determinasi (R2).
a. Uji Siginifikansi Individual (Uji t-Statistik)
Uji t digunakan untuk menguji hubungan regresi secara parsial.
Pengujian ini dilakukan untuk mengukur tingkat signifikan setiap
variable bebas terhadap variable terikatnya dalam model regresi.
Jika t statistik < t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak,
artinya tidak ada pengaruh antara variable independen terhadap
variable dependen.
Jika t statistik > t tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak,
artinya ada pengaruh antara variable independen terhadap
variable dependen.
Pengujian ini dilakukan pada taraf signifikan tertentu adalah
5% yang artinya tingkat kesalahan suatu variable adala 5% atau
0,05 sedangkan tingkat keyakinannya adalah 95% atau 0,95. Jadi
63
apabila tingkat kesalahan suatu variable > 5% atau 0,05 berarti
variable tersebut tidak signifikan dan begitu sebaliknya.
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji F-Stastik)
Pengujian ini akan memperlihatkan hubungan atau pengaruh
variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel
dependen (Widarjono,2007:73). Maka dalam pengujian ini
dilakukan hipotesis sebagai berikut :
1) Jika F-hitung < F tabel, maka Ho diterima yang berarti secara
bersama-sama variabel independen secara signifikan tidak
dipengaruhi variabel dependen.
2) Jika F-hitung > F tabel, maka Ha ditolak yang berarti secara
bersama-sama variabel independen secara signifikan
mempengaruhi variabel dependen.
Selain dengan cara diatas, uji-F juga dapat dilakukan dengan
cara Quick Look, yaitu: melihat nilai probability dan derajat
kepercayaan yang ditentukan dalam penelitian atau melihat nilai F-
tabel dengan F-hitungnya. Jika nilai probability < 0,05 atau α=5
persen yang berarti menolak Ho dan menerima Ha dan sebaliknya.
Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen secara bersama-
sama mempengaruhi variabel dependennya dan sebaliknya
(Kuncoro, 2003:219).
64
c. Koefisien Determinasi R2
(Goodness Of Fit)
Koefisien Determinasi adalah kemampuan model dalam
menjelaskan hubungan antar variabel (Winarno, 2007:4.5). Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu, semakin angka
mendekati satu maka semakin baik garis regresi karena mampu
menjelaskan data aktualnya, sebaliknya semakin angka mendekati
nol maka kita mempunyai garis regresi yang kurang baik.
Koefisisen determinasi merupakan konsep statistik, sehingga
sebuah garis regresi baik jika nilai R2 tinggi (Widarjono, 2007:29).
E. Operasional Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel
penelitian yang digunakan, berikut operasional dan cara pengukurannya.
Penjelasan dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian
ini antara lain:
1. Variabel Dependen
Variabel dependen ialah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh
variabel bebas (Lukman, 2007 : 5).
a. Pertumbuhan PDRB
Menggunakan data tentang pertumbuhan PDRB Propinsi DKI
Jakarta atas dasar harga konstan 2000. Data yang digunakan adalah data
tahun 1987 - 2009 dinyatakan dalam juta rupiah.
65
Tingkat pertumbuhan ekonomi dalam suatu tahun tertentu (tahun t)
dapat ditentukan dengan menggunakan formula sebagai berikut
(Sadono Sukirno, 2000:17) :
Ket:
= Pertumbuhan ekonomi periode t
= PDRB riil periode t (berdasarkan harga konstan
2000) (Rp)
= PDRB satu periode sebelumnya
2. Variabel Independen
Variabel independen ialah variabel yang nilainya mempengaruhi
perilaku dari variabel terikat (Lukman, 2007 : 5).
a. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Adalah tingkat patisipasi angkatan kerja (TPAK) di propinsi
DKI Jakarta, yang dinyatakan dengan kelompok usia 15-64 tahun
keatas dinyatakan dalam bentuk persentase.
b. Penanaman Modal Asing (PMA)
Adalah penanaman modal asing (PMA) di Propinsi DKI
Jakarta, yang dinyatakan dalam bentuk Ribu US $ per tahun.
c. Ekspor
Adalah jumlah keseluruhan ekspor barang dan jasa ke luar
wilayah pabean DKI Jakarta. Data operasional yang digunakan
66
dalam penelitian ini diambil dari data yang dikeluarkan oleh Badan
Pusat Statistik berdasarkan perhitungan tahunan dan dinyatakan
dalam bentuk miliyar US $ per tahun.
Tabel 3.1
Variabel Penelitian
No. Variabel Definisi Satuan
1. Variabel Dependent
- Pertumbuhan
Ekonomi
(PDRB)
PDRB adalah seluruh nilai
barang dan jasa akhir yang
dihasilkan seluruh unit ekonomi
disuatu wilayah
Juta Rupiah
2. Variabel Independent
- Tingkat
partisipasi
angkatan kerja
(TPAK)
- Investasi Asing
(PMA)
- Ekspor
- Gambaran persentase
angkatan kerja dan
penduduk usia kerja.
- Penanaman modal asing
/arus modal yang
berasal dari luar negeri
yang mengalir ke sector
swasta yang disetujui
oleh pemerintah.
- Ekspor adalah
perdagangan barang dan
jasa dari dalam negeri
keluar negeri.
Persentase
Ribu US $
Milyar US $
67
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
1. Keadaan Geografis DKI Jakarta
Propinsi DKI Jakarta berada dibagian barat Indonesia. Propinsi DKI
Jakarta terbagi menjadi 5 wilayah kota administrasi dan satu kabupaten
administrative, yaitu: kota administrasi Jakarta pusat dan luas 47,90 km2
,
Jakarta utara dengan luas 142,20 km2 ; Jakarta barat dengan lus 126,15 km
2 ;
Jakarta selatan dengan luas 145,73 km2 dan kota administrasi Jakarta timur
dengan luas 187,73 km, serta kabupaten administatif kepulauan seribu dengan
luas 11,81 km2. Disebelah utara membentang pantai sepanjang 35 km, yang
menjadi tempat bermuaranya 13 sungai dan 2 kanal.
Sedangkan potensi wilayah Jakarta dengan kondisi georgafis lautan yang
lebih luas dari daratan memiliki potensi sumber daya laut yang cukup
besar,yaitu berupa sumber daya mineral dan hasil laut sumber daya mineral
yang dihasilkan, tepatnya pulau pabelokan, kepulauan seribu, berupa minyak
bumi dan gas mulai dieksploitasi sejak tahun 2000 dengan rata-rata kapasitas
produksi sekitar 4 juta barel per tahun.
Perannya sebagai ibu kota Negara indonesia, Jakarta tidak hanya sekedar
menjadi pusat pemerintahan. pada perjalananya, Jakarta berkembang menjadi
pusat segala kegiatan, antara lain kegiatan ekonomi, budaya, pendidikan, dan
hiburan. Sebagai konsekuensinya, sekitar 72 persen perekonomian Jakarta
68
digerakkan oleh sektor jasa-jasa terutama sektor keuangan, persewaan, dan
jasa perusahaan. Dominasi sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan
membuat perekonomian DKI jakarta rentan terhadap gejolak yang timbul di
sektor keuangan (moneter maupun fiskal). Oleh karenanya, pada saat krisis
ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 jakarta menjadi daerah yang paling
merasakan dampaknya. Dan menurut komponen penggunaan, nilai tambah di
jakarta tercipta karena konsumsi masyarakat yang didorong pembentukan
modal dan permintaan luar jakarta (ekspor neto). Dari sisi pertumbuhan
ekonomi, selama delapan tahun terakhir perekonomian DKI Jakarta perlahan
terus menunjukkan kecenderungan meningkat.
2. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB adalah indicator yang lazim digunakan untuk mengukur kondisi
perekonomian suatu wilayah dalam tingkat propinsi / kabupaten dan PDB
untuk tingkat nasional. Dalam penelitian ini, PDRB yang digunakan adalah
PDRB yang dihitung atas dasar harga konstan tahun 2000, yaitu semua
produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit kegiatan
ekonomi yang ada diwilayah tersebut.
Dalam perekonomian DKI Jakarta pada tahun 2009 nilai PDRB
memiliki peran yang cukup berpengaruh, sehingga menciptakan nilai
tambah sekitar 16 persen dari PDRB DKI Jakarta. Bila dilihat menurut
PDRB, sekitar 50 persen nilai tambah di Jakarta tercipta karena konsumsi
masyarakat. Sementara yang didorong oleh pembentukan modal tetap bruto
69
sekitar 33 persen, dan yang disebabkan oleh permintaan luar Jakarta (ekspor
neto) sekitar 30 persen. Fluktuasi laju perkembangan PDRB DKI Jakarta
dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 4.1
Perkembangan PDRB Berdasarkan Harga konstan 2000
Periode 1987-2009
Sumber : Indikator Ekonomi DKI Jakarta (BPS)
Berdasarkan pada gambar 4.1 dikatakan bahwa perkembangan PDRB
mengalami peningkatan tiap tahunnya dimulai dari tahun 1987 PDRB terus
mengalami kenaikan hingga pada tahun 1997 pendapatan produk regional
bruto mencapai angka Rp. 265.529.501,00 namun pada tahun 1998 jakarta
mengalami krisis moneter sehingga terjadi penurunan nilai PDRB pada
tahun tersebut menjadi Rp. 219.089.230,00. Pertumbuhan ekonomi pun
turun sekitar -17,49 persen dan tahun-tahun berikutnya Jakarta mengalami
penurunan yaitu pada tahun 1999 jakarta hanya tumbuh sekitar -0,29 persen
70
namun dari sisi pertumbuhan ekonomi, selama delapan tahun terahir
perekonomian DKI Jakarta secara perlahan terus menunjukan
kecenderungan meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 5,5 persen
per tahun. Perkembanganya berangsur-angsur dapat terlihat pada tahun
2005-2009, PDRB mengalami kenaikan nilai, tahun 2005
Rp.295.270.545,00 pertumbuhan ekonomi pun terlihat jelas, ekonomi
tumbuh sekitar 6,01 persen, pada tahun 2006 pertumbuhan ekonomi DKI
Jakarta sedikit melambat 5,95 persen. Namun pada tahun 2007 dampak dari
peningkatan harga tersebut mulai berkurang, perekonomian DKI tumbuh
lebih cepat, yaitu 6,44 persen.
Sedangkan pada tahun 2008 dan 2009 perekonomian DKI Jakarta
kembali melambat. Hal ini terjadi karena krisis ekonomi global yang
berawal dari Amerika dan menjalar ke Eropa dan sebagian negara Asia
sedikit banyak turut mempengaruhi perekonomian Indonesia, terutama
Jakarta, sehingga pada tahun 2009 PDRB mengalami penurunan sekitar 5,01
persen. Krisis ekonomi tersebut terjadi disektor keuangan, dalam hal ini
pasar modal. Namun pada sisi perdagangan, menurunnya kinerja
perekonomian di negara-negara tujuan ekspor produk DKI Jakarta telah ikut
menurunkan produksi sejumlah sektor.
71
3. Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Tenaga kerja diperlukan dalam kegiatan pembangunan suatu wilayah,
karena tenaga kerja merupakan penggerak dan pelaksana pembangunan
ekonomi tersebut. Sumber daya manusia yang berkualitas serta memiliki
keinginan untuk berusaha merupakan modal utama bagi pembangunan yang
aktif terhadap perekonomian.
Semakin banyak tenaga kerja yang bekerja, semakin tinggi tingkat
kebutuhanya pula akan konsumsi, sehingga baik langsung maupun tidak
langsung, berpengaruh terhadap pertumbuhan PDRB.
Tetapi pada Negara berkembang seperti Indonesia pada umumnya
memiliki jumlah penduduk yang padat dan memiliki kota besar,
terpenuhinya kebutuhan akan tenaga kerja masih terganjal oleh hal-hal
dimana pertumbuhan angkatan kerja lebih besar dari pada pertumbuhan
kesempatan kerja, ditambah lagi dengan imigran dari daerah yang lebih
terpencil yang ingin mengadu nasib di kota besar seperti Jakarta, sehingga
masih banyak angkatan kerja yang tidak dapat berpartisipasi dalam kegiatan
ekonomi dikarenakan kurangnya ketersediaan lapangan kerja, terkecuali jika
mereka dapat berwiraswasta tetapi hal itu pun terkadang terbatas oleh dan
usaha yang dibutuhkan.
Keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi dapat diukur dengan
menghitung proporsi penduduk yang masuk dalam pasar kerja atau proporsi
angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja. Ukuran ini biasanya disebut
dengan Tingkat Partisipasi Angkatan kerja (TPAK). Semakin tinggi TPAK,
72
maka semakin besar keterlibatan penduduk dalam pasar kerja, baik mencari
pekejaan maupun bekerja.
Gambar 4.2
Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(dalam Persentase) Periode 1987-2009
Sumber : Indikator Ekonomi DKI Jakarta (BPS)
Pada grafik 4.2 terlihat bahwa nilai TPAK mengalami fluktuasi pada
pada setiap tahunnya, pergerakan yang meningkat dari tahun 1987 – 1997,
hal ini didukung oleh keadaan ekonomi yang membaik saat itu.
Perkembangan tenaga kerja pada masa orde baru tersebut juga dapat dilihat
dari perkembangan pertumbuhan ekonomi yang pada saat itu terus membaik,
sehingga angka tenaga kerja yang bekerja pada saat itu mulai teserap oleh
perkembangan ekonomi, dari peranan pemerintah yang terus mendukung
perkembangan tenaga kerja di Jakarta lebih dari 60 persen penduduk usia
kerja (15 tahun keatas ) di DKI Jakarta, masuk dalam kategori angkatan
73
kerja. Hal ini terlihat dari indicator Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) yang merupakan gambaran persentase penduduk 15 tahun ke atas
yang termasuk dalam angkatan kerja.
Dalam tahun 1996 persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang
bekerja mengalami kenaikan sekitar 57,90 persen dan pada tahun 1997
TPAK mengalami kenaikan menjadi 59,20 persen namun pada tahun-tahun
berikutnya Jakarta mulai mengalami penurunan angka persentase penduduk
usia kerja, yaitu pada tahun 1998 angka TPAK turun menjadi 58,16 dan
mengalami perkembangan yang berfluktuasi pada tahun 2005-2009. Hal ini
disebabkan oleh tejadinya krisis ekonomi yang dialami oleh indonesia pada
saat itu, sehingga berdampak pula terhadap DKI Jakarta, dimana Jakarta
merupakan ibu kota indonesia yang sebagian besar pusat perekonomian
indonesia. Sedangkan pada tahun 2005 Jakarta mengalami kenaikan angka
TPAK sekitar 63,08 persen dan mengalami turun naik hingga pada tahun
2009 TPAK menempati angka sekitar 66,60 persen. Keadaan ini dipacu oleh
kurang stabilnya pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta saat itu.
4. Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA)
Penanaman modal asing adalah penanaman modal asing secara
langsung yang dilakukan berdasarkan ketentuan Undang-Undang No. 1
tahun 1967 dan yang digunakan menjalankan perusahaan di Indonesia,
dalam arti pemilik modal secara langsung menanggung resiko dari penanam
modal tersebut (Widjaya, 2000:25).
74
Gambar 4.3
Perkembangan Penanaman Modal Asing
(dalam Ribu US $)
Periode 1987-2009
Sumber: Indikator Ekonomi DKI Jakarta (BPS)
DKI Jakarta dihadapkan pada tantangan untuk memicu penanaman
modal baru, dan mempertahankan penanam modal yang berasal dari luar
negeri (PMA). Investasi sangat diperlukan untuk menunjang dan melengkapi
roda perekonomian serta mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak. Untuk
menarik investasi dari luar negeri, khususnya DKI Jakarta sangat dibutuhkan
guna berkembangnya pembangunan yang sudah ada.
Pada gambar 4.3 terlihat bahwa, telah terjadi peningkatan positif dari
tahun 1987 sampai dengan tahun 1995. Keadaan ini menunjukkan bahwa
Jakarta merupakan pusatnya kota besar dalam perekonomian indonesia yang
75
masih diminati oleh asing. Hal tersebut disebabkan oleh kondisi stabilitas
ekonomi, politik dan keamanan DKI Jakarta.
Pada tahun berikutnya yaitu tahun 1998, PMA mengalami penurunan
yaitu menjadi. 703.916,00 ribu US $ Hal ini sebagai dampak dari krisis
ekonomi yang melanda Indonesia. Hal ini juga membuat keluarnya beberapa
perusahaan asing seperti nike dan sony yang memindahkan penanaman
modalnya ke negara lain. PMA menunjukkan pergerakan yang kurang baik,
jika dibandingkan dengan pergerakan PMA sebelum krisis. Pergerakan
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut, pada tahun 1999 PMA masih tetap
pada kisaran angka yaitu 777.547,00 ribu US $. Pada dua tahun berikutnya
nilai PMA kembali meningkat, bahkan mencapai 1.234.428,52 ribu US $
dan pada tahun 2003 menginjak angka 5.395.705,00 ribu US $. Hal ini di
sebabkan sudah mulai pulihnya kepercayaan pada perekonomian DKI
Jakarta. meningkatnya investasi ini juga ditandai dengan meningkatnya
impor bahan baku dan barang modal pada tahun tersebut.
Tetapi pada tahun 2004 nilai PMA kembali menurun menjadi
1.867.972,00 ribu US $ hal ini disebabkan kondisi perekonomian Jakarta
yang dianggap masih tidak stabil. Selain itu ada indikasi beralihnya minat
investor asing dari sektor industri ke bidang perdagangan. Pada tahun
selanjutnya nilai PMA terus mengalami pergerakan yang fluktuatif yang
cenderung positif dan mengalami peningkatan yang cukup positif di tahun
2007 yaitu mencapai 6.091.830,00 ribu US $ Hal ini didorong oleh
permintaan minat investor untuk berinvestasi di Jakarta. Tetapi pada dua
76
tahun berikunya yaitu tahun 2008 dan 2009, PMA kembali mengalami
penurunan hal ini disebabkan sebagai dampak krisis ekonomi yang melanda
Amerika dan beberapa negara eropa lainnya. Penanaman modal asing
(PMA), menurun sebesar 44,5 persen dibanding tahun 2008, dari 9,93 ribu
US $ menjadi 5,51 ribu US $ pada tahun 2009.
5. Perkembangan Ekspor
Ekspor merupakan total barang dan jasa yang dijual oleh sebuah negara
ke negara lain, termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada
suatu tahun tertentu. Fungsi penting komponen ekspor dari perdagangan luar
negeri adalah negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik,
yang pada gilirannya menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan
ekonomi. (Jhingan, 2000:448).
Ekspor merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan
ekonomi suatu negara. Ekspor akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu
negara meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-
sumber daya yang langka dan pasar-pasar internasional yang potensial untuk
berbagai produk ekspor yang mana tanpa produk-produk tersebut, maka
negara tidak akan mampu mengembangkan kegiatan dan kehidupan
perekonomian nasionalnya.
77
Gambar 4.4
Perkembangan Ekspor
(dalam Milyar US $) Periode 1987-2009
Sumber : Indikator Ekonomi DKI Jakarta (BPS)
Pada gambar 4.4 diatas menjelaskan bahwa selama kurun waktu 11
tahun terakhir, nilai ekspor diatas menggambarkan bahwa wilayah DKI
Jakarta selalu mengalami peningkatan dalam kegiatan ekspor yang selama
ini telah dijalankan yaitu, pada tahun dasawarsa „70an merupakan dasawarsa
panen devisa ekspor. Dasawarsa „80an, sebaliknya merupakan dasawarsa
pailit devisa di Indonesia saat itu. Penerimaan ekspor agaknya membaik
kembali dalam dasawarsa „90an. Pada Jakarta sendiri penerimaan ekspor
pada tahun-tahun 1987-88-89 meningkat, namun pada kenaikan-kenaikan
yang ada masih belum mampu menutup penurunan-penurunan yang terjadi
pada tahun-tahun sebelumnya, nilai ekspor sekitar 2.426.282.898 milyar US
$ itulah sebabnya secara keseluruhan sepanjang kurun waktu 1980-1989
78
penerimaan ekspor berkembang negatif dan pada tahun berikutnya terus
mengalami peningkatan yaitu, pada tahun 1998 nilai ekspor mencapai
17.729575474 milyar US $.
Namun pada tahun 1999 dan 2001 nilai ekspor mengalami penurunan
yaitu, sekitar 13,83 persen dan 7,56 persen. Dimana nilai ekspor pada tahun
1999 15.278.037.741 milyar US $ dan tahun 2001 19.798.812.260 milyar
US $. Hal ini dipacu oleh pengaruh kinerja ekspor yang bersifat eksternal
yaitu, lingkungan ekonomi internasional. Ekspor tentu saja tidak luput dari
dinamika atau gejolak perekonomian dunia pada umumnya. Dampak krisis
moneter yang melanda Indonesia begitu terasa imbasnya pada ibu kota
Jakarta yang sebagai pusat perekonomian saat itu. Sehingga jika
dibandingkan antara nilai ekspor tahun 2008 dengan tahun 1991 maka
peningkatan ekspor mencapai 5 kali lipat. Nilai ekspor DKI Jakarta tahun
2008 telah mencapai 36.090.170.062 milyar US $, sementara untuk tahun
1991 nilainya baru mencapai 7.609.660.652 milyar US $. Peningkatan nilai
ekspor ini bukan semata-mata akibat meningkatnya nilai volume ekspor,
sebab pada saat terjadi penurunan volume ekspor, justru nilainya meningkat.
Hal ini merupakan akibat dari jenis barang yang berbeda, ataupun makin
murahnya produk Indonesia di luar negeri akibat depresiasi rupiah.
79
B. Analisis dan Pembahasan
1. Hasil Uji Stasioneritas
Uji stasioner adalah suatu uji yang dilakukan untuk melihat apakah
data yang dihasilkan terjadi ketidakstasioneran atau tidak. (Winarno,
Wing, Wahyu 2007:10.2) Tujuan uji stasioneritas ini adalah agar meanya
stabil dan random errornya = 0, sehingga model regresinya yang
diperoleh adalah regresi semu. Tingkatan-tingkatan dalam pengujian
stasioner ini mulai dari tingkat level, first different, dan second defferent.
Adapun tahap-tahap untuk melakukan uji stasioner apakah data yang ada
merupakan data yang sudah stasioner atau belum, adalah sebagai berikut:
Level
Tingkat level ini merupakan uji stasioner tingkat paling pertama
yang dilakukan untuk menguji variable-variabel yang ada, Apakah
sudah stasioner atau belum. Berikut ini adalah table hasil pengujian
stasioner tingkat level.
Tabel 4.1
Hasil Uji Stasioner Tingkat Level
Variabel t-statistik Prob Keterangan
LPDRB 0,1493858 0,5179 Tidak stasioner
LTPAK 0,1136464 0,6821 Tidak stasioner
LPMA 0,2146840 0,2300 Tidak stasioner
LEXP 0,4049361 0,0054 Stasioner
Dari hasil stasioner tingkat level diatas kita lihat bahwa variable
PDRB, TPAK, dan PMA masih adanya variable yang tidak stasioner, maka
dilakukan uji stasioner tahap selanjutnya sampai semuavariabel yang ada
80
benar-benar stasioner. Untuk menguji tahap selanjutnya yaitu dilakukan uji
stasioner tahap First Different.
First Different
Tingkat first different ini merupakan tingkatan yang kedua yang
dilakukan karena pada pengujian tingkat level masih ada variable yang
tidak stasioner. Berikut adalah hasil pengujian stasioner tingkat first
different :
Tabel 4.2
Hasil Uji stasioner Tingkat First Different
Variabel t-statistik Prob Keterangan
LPDRB 0,3135647 0,0391 Stasioner
LTPAK 0,5210527 0,0004 Stasioner
LPMA 0,5482602 0,0003 Stasioner
LEXP 0,3824426 0,0096 Stasioner
Dari hasil stasioner tingkat first different diatas kita lihat bahwa semua
variable benar-benar sudah stasioner, tidak ada lagi yang tidak stasioner
sehingga tidak perlu dilakukan uji stasioner tahap selanjutnya yaitu second
different.
81
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Normalitas
Gambar 4.5
Hasil Uji Normalitas
Sumber: Data sekunder yang diolah
Pengujian normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah
model peneltian, variabel dependen dan independen atau keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang baik adalah
berdistribusi normal atau mendekati normal. Hal ini dapat dilihat dari nilai
probability yang nilainya lebih besar dari 5 persen.
Gambar 4.5 menunjukkan bahwa uji statistik JB, nilai statistiknya
sebesar 0,218892 yang lebih kecil dari nilai X2 tabel 0,05 df=(n-k) 21- 4=17
sebesar 27.58711 Selain itu nilai probabilitas lebih besar dari α=5 persen
yaitu: 0,896330 atau 8,9 persen. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat permasalahan normalitas.
82
b. Hasil Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah dalam
sebuah terdapat hubungan antara residual antar waktu pada model
penelitian yang digunakan, sehingga estimasi menjadi bias. Identifikasi
ada tidaknya permaslahan autokorelasi dilakukan menggunakan uji
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test. Untuk mengetahui ada
tidaknya autokorelasi dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.3
Hasil Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 0.838861 Probability 0.451501
Obs*R-squared 2.112528 Probability 0.347753
Sumber: Data sekunder yang diolah
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai probabilitas Obs*R-squared
adalah 0,347753. Nilai ini lebih besar dari derajat kesalahan (α)=5
persen atau 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat permasalahan autokorelasi.
c. Hasil Uji Heterokedastisitas
Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana faktor gangguan tidak
memiliki varian yang sama. Pengujian terhadap gejala heterokedastisitas
dapat dilakukan dengan melakukan White Test, Untuk mengetahui ada
tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel 4.4.
83
Tabel 4.4
Hasil Uji Heteroskedastisitas
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic 0.673814 Probability 0.718544
Obs*R-squared 7.462988 Probability 0.589032
Sumber: Data sekunder yang diolah
Tabel 4.4 menujukkan bahwa, nilai Obs*R-squared adalah
7.462988 nilai ini lebih kecil dari χ2
tabel yaitu 27.58711. Selain itu nilai
probabilitas Obs*R-squared adalah 0.589032. Nilai ini lebih besar dari
derajat kesalahan (α) = 5 persen (0,05), maka dapat dikatakan bahwa
dalam model penelitian ini tidak terdapat permasalahan
heteroskedastisitas.
d. Hasil Uji Multikolinieritas
Pengujian multikolinieritas dilakukan untuk menguji apakah
dalam sebuah model terdapat hubungan linier antara variabel
independen dalam suatu model regresi. Suatu model regresi dikatakan
terkena multikolinieritas bila terjadi hubungan linier yang sempurna
atau pasti diantara beberapa atau seluruh variabel bebas dari suatu
model regresi. Akibat yang ditimbulkan ialah terdapat kesulitan untuk
melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
84
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolinieritas dengan Regresi Auxiliary
Variabel Koefisien R2
LPDRB=f(LTPAK,LPMA,LEXP) 0,958513
LTPAK=f(LPMA,LEXP) 0,844526
LPMA=f(LEXP,LTPAK) 0,419471
LEXP=f(LTPAK,LPMA) 0,875453
Sumber: Data sekunder yang diolah
Dari tabel 4.6, uji multikolinieritas dengan regresi auxiliary dapat
menunjukkan koefisian determinasi regresi auxiliary masing-masing
variabel. Hasil uji dengan regresi auxiliary menunjukkan bahwa R2
LTPAK
= 0,844526, R2
LPMA = 0,419471, dan R2
LEXP = 0,875453. Semua nilai
koefisien determinasi tersebut harus lebih kecil dari koefisien determinasi
untuk regresi aslinya (R2 = 0,958513). Dari hasil tersebut diketahui
bahwa R-squared yang dihasilkan dari regresi auxiliary lebih kecil dari
regresi model utama. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pada
model ini tidak terdapat permasalahan multikolinearitas.
85
2. Hasil Uji Regresi Metode OLS
Hasil pengolahan data menggunakan regresi linier berganda dengan
metode OLS untuk model persamaan LogPDRB = α + β1LogTPAK +
β2LogPMA + β3LogEXP + μi adalah sebagai berikut.
Tabel 4.6
Hasil Olah Data Dengan Metode OLS
Sumber: Data sekunder yang diolah
3. Hasil Uji Statistik
a. Uji Parsial (Uji-t)
Uji t statistik dapat dilakukan dengan uji satu sisi (one tail test),
dengan α = 5%. Jika t-tabel < t-hitung berarti Ho ditolak atau variabel
independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, tetapi
Dependent Variable: LPDRB
Method: Least Squares
Date: 01/06/08 Time: 12:33
Sample (adjusted): 1987 2007
Included observations: 21
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LTPAK 0.587415 0.279952 2.098272 0.0511
LPMA 0.066493 0.026990 2.463607 0.0247
LEXP 0.297912 0.065948 4.517383 0.0003
C 8.932592 0.565971 15.78276 0.0000
R-squared 0.958513 Mean dependent var 19.14720
Adjusted R-squared 0.951192 S.D. dependent var 0.336208
S.E. of regression 0.074277 Akaike info criterion -2.192388
Sum squared resid 0.093790 Schwarz criterion -1.993431
Log likelihood 27.02007 F-statistic 130.9229
Durbin-Watson stat 1.395784 Prob(F-statistic) 0.000000
86
jika t-tabel > t-hitung berarti Ho diterima, maka variabel independen
tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
Tabel 4.7
Hasil Uji t-Statistik
Variabel Probabilitas t-hitung t-tabel Keterangan
LTPAK 0,0511 2.098272 1.739 Tidak Signifikan
LPMA 0,0247 2.463607 1.739 Signifikan
LEXP 0,0003 4.517383 1.739 Signifikan
Sumber : data diolah dengan Eviews 5.0
1) Uji t-statistik terhadap variabel TPAK
Hipotesis pengaruh variabel TPAK terhadap variabel PDRB
adalah :
Ha : β1 ≠ 0, maka variabel Independen berpengaruh terhadap variabel
dependen.
Ho : β1 = 0, maka variabel Independen tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen.
Hasil perhitungan yang didapat adalah t-hitung β1 = 2,098272
sedangkan t-tabel = 1.739 [df = n-k (21-4=17), α = 0,05], sehingga
dapat disimpulkan t-hitung > t-tabel, tetapi hasil yang diperoleh ialah
(2,098272 > 1,739).
87
Perbadingan tersebut menunjukkan jika t-hitug > t tabel , sehingga
Ho diterima maka dapat disimpulkan variabel β1 positif dan tidak
signifikan terhadap PDRB.
Nilai Prob. t-statistik TPAK adalah 0,0511. Nilai ini lebih besar
dari α=5 persen atau 0,05 yang berarti menolak HA dan menerima Ho.
Hal ini menunjukkan bahwa variabel TPAK secara individual tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap PDRB. Ini dikarenakan bahwa
adanya penambahan tingkat partisispasi angkatan kerja di DKI Jakarta
yang disebabkan oleh meningkatnya urbanisasi penduduk besar-
besaran dari desa ke kota. Hal tersebut terjadi karena masyarakat desa
ingin mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dikota Jakarta, namun
keadaan ini mengakibatkan tenaga kerja yang berada di DKI Jakarta
meningkat. Pada dasarnya di dalam TPAK itu sendiri merupakan
orang yang bekerja dan sedang mencari pekerjaan, tetapi pada
kenyataannya Jakarta saat ini banyak orang yang sedang mencari
pekerjaan meningkat namun lapangan pekerjaan di wilayah DKI
Jakarta masih kurang memadai. Oleh karena itu pada nilai TPAK tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan PDRB DKI
Jakarta. Sehingga pengaruh TPAK nilainya masih relative rendah
terhadap pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta. Hasil penelitian ini juga
diperkuat oleh penelitian Rahmad Bagiyo (2007) yang berjudul “
Analisis kausalitas antara tingkat partisipasi angkatan kerja dengan
PDRB didaerah khusus ibu kota Jakarta tahun 1979-2005”.
88
Mengatakan bahwa TPAK tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap PDRB DKI Jakarta.
2) Uji t-statistik terhadap variabel Investasi (PMA)
Hipotesis pengaruh variabel Invetasi (PMA) terhadap variabel
PDRB adalah :
Ha : β2 ≠ 0, maka variabel Independen berpengaruh terhadap variabel
dependen.
Ho : β2 = 0, maka variabel Independen tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen.
Hasil perhitungan yang didapat adalah t-hitung β2 = 2,463607
sedangkan t-tabel = 1,739 [df = n-k (21-4=17), α = 0,05], sehingga
dapat disimpulkan bahwa t-hitung > t-tabel, tetapi hasil yang diperoleh
(2,463607 > 1,739).
Perbandingan tersebut menunjukkan jika t-hitug > t tabel , maka
Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan variabel β2 berpengaruh
positif dan signifikan terhadap PDRB.
Nilai Prob. t-statistik PMA adalah 0,0247. Nilai ini lebih kecil dari
α=5 persen atau 0,05 yang berarti menolak Ho dan menerima HA. Hal
ini menunjukkan bahwa variabel PMA secara individual berpengaruh
positif dan signifikan terhadap variabel PDRB. Nilai koefisien
variabel PMA adalah 0,066493 sehingga dapat diartikan jika PMA
mengalami kenaikan sebesar satu persen maka nilai PDRB akan naik
sebesar 0,066493 persen. Hasil regresi tersebut menunjukkan bahwa
89
koefisien PMA (Penanaman Modal Asing) memiliki pengaruh yang
posistif dengan PDRB. Dapat diartikan jika PMA mengalami kenaikan
sebesar satu persen, maka Pendapatan Domestik Regional Bruto
(PDRB) akan terdepresiasi atau naik sebesar persen. 0,066493. Hal
ini menujukkan bahwa saat nilai PMA meningkat maka pendapatan
domestik regional bruto (PDRB) akan terdepresiasi.
Terjadinya hubungan positif antara PMA dengan PDRB. Hal ini
dikarenakan, PMA dapat meningkatkan pendapatan wilayah Jakarta
yang salah satu caranya yaitu dengan kebijakan memperluas sektor-
sektor yang bisa dimasuki oleh investor asing. Dengan adanya PMA
akan membawa dampak positif bagi ibu kota yang meliputi adanya
transfer teknologi, kesempatan untuk memicu tenaga kerja dan
pertumbuhan industri barang dan jasa yang cepat, sehingga dengan
masuknya investasi asing industri lokal dapat menyerap dan
mengaplikasikan kemajuan teknologi dan peningkatan efisiensi untuk
ikut ambil bagian dalam perdagangan internasional, dengan begitu
investor-investor asing dapat menanamkan modalnya untuk
pembangunan wilayah yang ada dijakarta, sehingga hal ini dapat
menyebabkan pendapatan bruto DKI Jakarta meningkat secara tidak
langsung terhadap pertumbuhan ekonomi Jakarta. Dengan begitu dari
penghasilan PMA dan investor yang ada, PMA dapat meningkatkan
pertumbuhan PDRB DKI Jakarta. Hal ini juga dapat mendorong
pertumbuhan sektor-sektor ekonomi lainya, misalnya sektor industri
90
tekstil serta sektor perdagangan dan reparasi. Sektor pertambangan,
dan sektor industri kendaraan bermotor juga mengalami laju
pertumbuhan yang baik.
3) Uji t-statistik terhadap variabel EXP
Hipotesis pengaruh variabel EXP terhadap variabel PDRB adalah :
Ha : β3 ≠ 0, maka variabel Independen berpengaruh terhadap variabel
dependen.
Ho : β3 = 0, maka variabel Independen tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen.
Hasil perhitungan yang didapat adalah t-hitung β3 = 4,517383
sedangkan t-tabel = 1,739 [df = n-k (21-4=17), α = 0,05], sehingga
dapat disimpulkan t-hitung > t-tabel, tetapi hasil yang diperoleh
(4,517383 > 1,739).
Perbadingan tersebut menunjukkan jika t-hitug > t-tabel , maka
Ho ditolak. Sehingga dapat disimpulkan variabel β3 positif dan
signifikan terhadap PDRB.
Selain itu, nilai Prob. t-statistik EXP adalah 0,0003. Nilai ini lebih
kecil dari α=5 persen atau 0,05 yang berarti menolak Ho dan
menerima HA. Hal ini menunjukkan bahwa variabel EXP secara
individual berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel PDRB.
Berdasarkan hasil regresi, nilai koefisien variabel EXP sebesar
0,291972 sehingga dapat diartikan jika EXP mengalami kenaikan
91
sebesar satu persen maka nilai PDRB akan naik sebesar 0,291972
persen.
Hal ini berarti bahwa Ekspor berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi, dimana melihat dari pertumbuhan PDRB.
Bahwa apabila nilai ekspor naik, maka akan mempengaruhi nilai
pertumbuhan PDRB DKI Jakarta. Hal ini disebabkan dari hasil ekspor
produk barang dan jasa keluar negeri yang dapat menyebabkan
peningkatan terhadap pendapatan pajak, Bea cukai, dan pertumbuhan
pendapatan di wilayah sekitar. Dimana ini merupakan pergerakan
ekspor dalam pertumbuhan Jakarta, naiknya ekspor dapat
mengakibatkan sektor-sektor lain berkembang, pengiriman industri
ekspor dapat meningkatnya pendapatan pajak dan usaha-usaha terkait
dalam perdagangan luar negeri, disisi lain juga dapat menyerap SDM
yang ada seperti halnya, tenaga kerja buruh dalam sektor industri di
sekitar wilayah DKI Jakarta.
Selama ini beranggapan ekspor hanya berpengaruh secara eksternal
dalam perkembangan pembangunan dan pertumbuhan yang ada,
namun kenyataan tersebut salah, bahwa ekspor dapat menjadi motor
penggerak akan kemajuan pembangunan dalam wilayah yang
pertumbuhanya pesat. Dengan begitu, Ekspor dapat mengendalikan
pergerakan perekonomian pada saat itu.
92
b. Uji F-statistik
Uji statistik F digunakan untuk menguji signifikansi seluruh variabel
independen secara bersama-sama dalam mempengaruhi variabel
dependen, atau melihat pengaruh variabel independen secara bersama-
sama. Dengan cara membandingkan antara F-hitung dengan F-tabel.
F tabel = (α : k-1, n-k), α = 0,05 (4-1= 3; 21-4 = 17).
Hasil Perhitungan yang didapat adalah F hitung = 130,9229,
sedangkan F tabel = 3,20 (α = 0,05 ; 4 ; 16), Dari hasil perbandingan
antara F hitung dan F tabel, menunjukkan nilai F hitung > F tabel maka
Ho di tolak dan HA diterima. Dengan kata lain variabel TPAK, PMA,
dan EXP secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel
Pertumbuhan PDRB pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Selain itu, nilai Prob. F-statistik adalah 0,000000. Nilai ini lebih kecil
dari tingkat kesalahan (α=5 persen atau 0,05) yang berarti menolak Ho
dan menerima Ha. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen
(TPAK, PMA, dan EXP) secara bersama–sama berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen (PDRB).
c. Koefisien Determinasi (R2)
Perhitungan yang dilakukan untuk mengukur proporsi atau
prosentase dari variasi total variabel dependen yang mampu dijelaskan
oleh model regresi R2 dalam regresi sebesar 0.958513. Hal ini
menunjukkan bahwa model regresi tersebut dapat menjelaskan sebesar
93
95,8513 persen terhadap permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini.
Sedangkan sisanya sebesar 4,1478 persen dipengaruhi oleh variabel
diluar model ini.
94
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini mengkaji mengenai pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja (TPAK), investasi asing (PMA), dan Ekspor terhadap Pertumbuhan
Ekonomi PDRB di DKI Jakarta selama periode 1987-2009. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Hasil pengujian secara individu terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
Pertumbuhan ekonomi PDRB dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Hasil pengujian menunjukkan bahwa Tingkat Partisipasi Angkatan
Kerja (TPAK) bernilai positif namun tidak berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi PDRB DKI Jakarta. Hal ini
dikarenakan adanya penambahan tingkat partisipasi angkatan kerja di
DKI Jakarta yang disebabkan oleh meningkatnya urbanisasi penduduk
daerah ke kota, sehingga mengakibatkan tenaga kerja yang berada di
DKI Jakarta meningkat tajam. Dalam TPAK dikatakan bahwa ada
orang yang bekerja dan yang sedang mencari pekerjaan, namun disini
orang yang sedang mencari pekerjaan lebih banyak dan meningkat.
Oleh karena itu pada nilai TPAK tidak berpengaruh secara singnifikan
terhadap pertumbuhan PDRB DKI Jakarta.
95
b. Hasil Pengujian ini menunjukkan bahwa Penanaman Modal Asing
(PMA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan
PDRB. Jadi saat terjadi kenaikan nilai PMA maka akan menyebabkan
pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan terhadap wilayah tersebut.
Dimana sektor industri barang dan jasa meningkat, begitu juga dengan
pajak, sektor-sektor ekonomi dan usaha terkait lainya. Hal ini karena
PMA merupakan masih tujuan investor asing dalam menanamkan
modalnya di Jakarta, sehingga berpengaruh lansung terhadap nilai
pertumbuhan PDRB.
c. Hasil pengujian menunjukkan bahwa Ekspor mempunyai pengaruh
positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi PDRB Jakarta.
Jadi apabila nilai ekspor naik, maka akan mempengaruhi nilai
pertumbuhan PDRB Jakarta. Hal ini disebabkan karena hasil ekspor
dari produk barang dan jasa akan keluar negeri dapat menyebabkan
peningkatan terhadap pertumbuhan pendapatan wilayah sekitar yaitu,
pergerakan ekspor akan menjadi motor penggerak pertumbuhan DKI
Jakarta. Dimana dapat menyerap SDM seperti buruh dan mendorong
usaha-usaha terkait di sekitar wilayah Jakarta.
2. Berdasarkan hasil regresi penelitian pada masing-masing uji individual
variabel menunjukan bahwa pada variabel TPAK tidak berpengaruh secara
signifikan. Sedangkan pada variabel PMA dan Ekspor, masing-masing
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan PDRB di DKI Jakarta.
96
3. Variabel Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Penanaman Modal
Asing (PMA), dan Ekspor secara bersama–sama mampu menjelaskan
pengaruh pada pertumbuhan ekonomi terhadap Pendapatan Domestik
Regional Bruto (PDRB) dengan probability F-statistik PDRB = 0,000000
atau lebih kecil dari α = 5 persen. Nilai koefisien konstanta adalah 8,932592
berarti bila semua variabel independen naik satu persen secara rata-rata
maka pertumbuhan ekonomi terhadap PDRB akan mengalami kenaikan
sebesar 8,932592 persen.
4. Besarnya R-squared pada hasil estimasi model PDRB adalah sebesar
0,95851. Hal ini berarti 95,851 persen perubahan PDRB secara bersama-
sama dapat dijelaskan oleh variabel independen yang digunakan dalam
model yaitu TPAK, PMA dan Ekspor. Sedangkan sisanya sebesar 4,1487
persen dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model
yang digunakan.
B. Implikasi
Implikasi kebijakan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian
tentang pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Penanaman
Modal Asing (PMA) dan Ekspor terhadap PDRB adalah dimana pemerintah
harus menjaga perkembangan pertumbuhan ekonomi dengan terus
memperhatikan kebijakan yang ada seperti halnya menekan tingginya tingkat
urbanisasi dan memperhatikan penyerapan kesempatan tenaga kerja. kinerja
dan pelayanan dengan memudahkan dan menyediakan sarana dan prasarana
97
untuk sektor-sektor usaha yang ada guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi
PDRB.
C. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh maka dapat diajukan beberapa saran
yang bisa dijadikan sebagai pertimbangan bagi pengambilan kebijakan, saran
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Hasil penelitian menemukan bahwa peningkatan PMA akan menghasikan
kenaikan pendapatan domestik regional bruto (PDRB). Hal ini disebabkan
karena PMA masih mengandalkan investor asing yang menanamkan
modalnya dalam proses produksinya. Untuk itu pemerintah perlu
mendorong PMA yang lebih menguntungkan bagi perekonomian DKI
Jakarta, dengan menjaga biaya input yang kompetitif, peningkatan sumber
daya manusia, peningkatan ketersediaan dan kinerja fasilitas atau
infrastruktur, sistem keamanan dan kestabilan ekonomi Jakarta.
2. Dengan ditemukannya bahwa bila ekspor meningkat maka pertumbuhan
ekonomi juga akan meningkat, maka kebijakan yang dapat diambil adalah
dengan menjaga kestabilan ekspor yang terjadi di masyarakat, sehingga
pengaturan akan bea masuk dan pajak dapat menstabilkan nilai pendapatan
akan ekspor. Sehingga pertumbuhan ekonomi terhadap PDRB akan berada
dalam keadaan stabil dan pertumbuhan ekonomi akan terus tumbuh.
3. Dalam penelitian selanjutnya, perlu adanya penambahan variabel makro
ekonomi lain yang kemungkinan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
98
terhadap PDRB agar model estimasi dapat lebih dipercaya dan mampu
menjelaskan pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta.
99
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Lincolin. “Ekonomi Pembangunan”, Edisi ke 5, STIM YKPN,
Yogyakarta, 2010.
Arsyad, Lincolin. “Ekonomi Pembangunan”, Edisi ke 4, Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2004.
Badan Pusat Statistik. Indikator ekonomi. BPS, DKI Jakarta, 2010.
Badan Pusat Statistik. Jakarta Dalam Angka. BPS, DKI Jakarta, 1989.
Badan Pusat Statistik. Jakarta Dalam Angka. BPS, DKI Jakarta, 2000.
Badan Pusat Statistik. Jakarta Dalam Angka. BPS, DKI Jakarta, 2002.
Badan Pusat Statistik. Jakarta Dalam Angka. BPS, DKI Jakarta, 2008.
Badan Pusat Statistik. Pendapatan Nasional Indonesia. BPS, Jakarta, 2004.
Bagiyo, Rahmad. “ Analisis kausalitas antara tingkat partisipasi angkatan kerja
dengan PDRB didaerah khusus ibu kota Jakarta tahun 1979-2005”.
Skripsi sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2007.
Boediono. “Ekonomi Internasional”, pengantar ilmu ekonomi internasional No.3,
Edisi 1, Yogyakarta, 2000.
Gujarati, Damodar. Ekonometrika Dasar, Alih Bahasa Sumarno Zain, Erlangga,
Jakarta, 1997.
Hamid, Abdul MS, “Buku Panduan Penulisan Skripsi” Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. 2010.
Hamdani, “Seluk beluk perdagangan ekspor-impor”. BUSHINDO: Jakarta, 2007.
Jamzani Sodik, Didi Nuryadin “ Determinan investasi di daerah: studi kasus
propinsi di Indonesia”. Jurnal ekonomi pembangunan kajian ekonomi
negara berkembanga hal: 223-233, Fakultas Ekonomi UPN “Veteran”
Yogyakarta. 2008.
Jhingan. “Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan”. Rajawali Press, Jakarta,
2000.
Kuncoro, Mudrajad. “Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi”. Erlangga,
Jakarta: 2003.
100
Mankiw, Greogory. N. “ Pengantar Ekonomi Makro”, Edisi ke 3. Salemba empat,
Jakarta, 2006.
Mulyadi S. Ekonomi SDM dalam perspektif pembangunan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.Hakim, Abdul (2000) , Statistik Induktif, Ekonisia,
Yogyakarta, 2003.
Nachrowi, Djalal, Nachrowi dan Usman, Harding. “ Pendekatan Populasi dan
Praktis ekonometrika untuk analisis ekonomi dan keuangan”. Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia : Jakarta, 2006.
Nushiwat, Munter. “Exports and Economic Growth A RE-Examination of the
Causality Relation in six Countries 1981-2005”. Applied Econometrics
and International Development,Vol. 8-2 , 2010.
Priadi. “Perdagangan Internasional “ BUSHINDO: Jakarta. 2000.
Rahardja, Prathama. Teori Ekonomi Makro : suatu pengantar, edisi kedua,
Lembaga Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2004.
Rus’an Nasrudin, Nining I. Soeslio. “Perkembangan Perbankan
Indonesia:Analisis Dampak terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional
Indonesia dan Penyebab-penyebabnya dengan Data Panel 1983-1999”.
Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia Vol.IV No. 01, hal 137-155
Departemen Ilmu Ekonomi FEUI. Jakarta, 2004.
Rustiono, Deddy, SE. “Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, dan
Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi
Jawa Tengah.” Tesis sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro
Semarang, 2008.
Soelistyo MBA dan Nopirin MA, “ Teori Perdagangan Internasional ” Jakarta,
1977.
Sukirno, Sadono. Pengantar Teori Makroekonomi, edisi kedua, PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2000.
Sukirno, Sadono. “Ekonomi Pembangunan : Proses, Masalah, dan Dasar
Kebijakan” ,Edisi ke 2, Kencana, Jakarta, 2007.
Supranto, Prabowo. dalam penelitiannya “Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi tahun 1986-2002”. skripsi sarjana (
tidak dipublikasikan ). 2004.
101
Svetlana, Ledyaeva and Mikael, Linden. “Foreign Direct Investment and
Ekonomic Growth: Empirical evidence from Russian regions”. Bofit
Discussion Papers, 2006.
Tarigan, Robinson. “M.R.P Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi”, Edisi revisi,
2005.
.
Todaro, Michael p., ”Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga”, Edisi ke 7,
Erlangga, Jakarta, 1998.
Utomo, Yuni Priadi, Ekspor Mendorong Pertumbuhan atau Pertumbuhan
Mendorong Ekspor, Jurnal Manajemen, Vol.1, No.1, UII, Yogyakarta, 2000.
Widarjono, Agus. “Ekonometrika : Teori dan Aplikasi Untuk Ekonomi dan
Bisnis”. Yogyakarta : Ekonisia FE UII. 2007.
Winarno, Wing, Wahyu. “ Analisis ekonometrika dan statistika dengan Eviews”,
sekolah tinggi ilmu manajemen YKPN : Yogyakarta, 2007.
102
Lampiran 1 : Data Penelitian (Data Mentah)
OBS PDRB TPAK PMA EXP
1987 107,599,284 42.32 501,291 2,426,282,898
1988 115,115,165 43.10 390,758 3,394,072,948
1989 125,886,202 43.20 557,307 4,614,581,866
1990 136,676,610 44.60 1,250,799 5,793,457,911
1991 147,335,207 45.82 759,770 7,609,660,652
1992 160,050,023 47.30 1,090,996 10,638,899,769
1993 173,540,509 47.80 1,166,727 11,947,516,628
1994 211,929,189 48.10 1,355,937 12,870,545,871
1995 231,567,708 48.60 1,918,702 13,939,283,868
1996 252,629,225 57.90 3,752,123 15,574,726,734
1997 265,529,501 59.20 847,169 17,450,894,752
1998 219,089,230 58.16 703,916 17,729,575,474
1999 218,458,107 60.19 777,547 15,278,037,714
2000 227,924,124 61.64 1,188,670 21,418,543,499
2001 238,673,940 61.65 313,475 19,798,812,260
2002 250,348,044 60.83 1,234,429 19,959,587,089
2003 263,624,242 60.45 5,395,705 20,454,440,187
2004 278,524,823 61.93 1,867,972 24,501,221,918
2005 295,270,545 63.08 2,624,156 26,958,167,238
2006 312,826,713 62.72 2,635,281 29,809,517,655
2007 332,971,255 61.04 6,091,830 32,186,884,841
2008 353,539,057 68.68 9,927 36,090,170,062
2009 371,399,302 66.60 5,510 37,060,160,034
103
Keterangan :
PDRB : Produk Domestik Regional Bruto (Rp)
TPAK : Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (Persentase)
PMA : Penanaman Modal Asing (US $)
EXP : Ekspor (US $)
104
Lampiran 2 : Hasil Data Setelah Diestimasi
obs LPDRB LTPAK LPMA LEXP
1987 18.49392455 3.745259788 13.12494205 21.60962625
1988 18.56144362 3.763522997 12.87584372 21.9452965
1989 18.6508889 3.765840495 13.23087153 22.2524871
1990 18.73312818 3.797733859 14.03929311 22.47999517
1991 18.80822087 3.824720677 13.54077103 22.75268442
1992 18.89099697 3.856510295 13.9026016 23.08778291
1993 18.97192161 3.867025639 13.96971295 23.20378928
1994 19.17176276 3.873282177 14.12000329 23.27820727
1995 19.26038286 3.883623531 14.46715947 23.35797687
1996 19.34743346 4.058717385 15.13783237 23.46891536
1997 19.39723651 4.080921542 13.64965548 23.58265676
1998 19.20498965 4.063197833 13.46441431 23.59850001
1999 19.20210482 4.097506226 13.56389937 23.44968219
2000 19.24452334 4.12131101 13.98834559 23.7875229
2001 19.29060891 4.12147323 12.65547489 23.70888779
2002 19.33836268 4.108083088 14.02611907 23.71697542
2003 19.39003532 4.101816577 15.50111382 23.74146582
2004 19.44501774 4.126004715 14.44036391 23.92198883
2005 19.5034026 4.144403762 14.78026988 24.01755214
2006 19.56115996 4.138680376 14.78450038 24.11809356
2007 19.62356672 4.111529387 15.62245909 24.1948249
2008 19.68350452 4.229458036 14.56575432 24.30928637
2009 19.73278833 4.198704578 13.37565743 24.33580838
105
Lampiran 3 : Hasil Uji Regresi Log Linier
Dependent Variable: LPDRB
Method: Least Squares
Date: 01/06/08 Time: 12:33
Sample (adjusted): 1987 2007
Included observations: 21
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LTPAK 0.587415 0.279952 2.098272 0.0511
LPMA 0.066493 0.026990 2.463607 0.0247
LEXP 0.297912 0.065948 4.517383 0.0003
C 8.932592 0.565971 15.78276 0.0000
R-squared 0.958513 Mean dependent var 19.14720
Adjusted R-squared 0.951192 S.D. dependent var 0.336208
S.E. of regression 0.074277 Akaike info criterion -2.192388
Sum squared resid 0.093790 Schwarz criterion -1.993431
Log likelihood 27.02007 F-statistic 130.9229
Durbin-Watson stat 1.395784 Prob(F-statistic) 0.000000
106
Lampiran 4 : Hasil Uji Stasioneritas
Tingkat Level : PDRB,TPAK, PMA, EXP
Null Hypothesis: LPDRB has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.493858 0.5179
Test critical values: 1% level -3.769597
5% level -3.004861
10% level -2.642242
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(LPDRB)
Method: Least Squares
Date: 05/22/11 Time: 10:13
Sample (adjusted): 1988 2009
Included observations: 22
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LPDRB(-1) -0.060345 0.040395 -1.493858 0.1508
C 1.213215 0.774562 1.566325 0.1330
R-squared 0.100380 Mean dependent var 0.056312
Adjusted R-squared 0.055399 S.D. dependent var 0.066179
S.E. of regression 0.064319 Akaike info criterion -2.563400
Sum squared resid 0.082740 Schwarz criterion -2.464214
Log likelihood 30.19740 F-statistic 2.231611
Durbin-Watson stat 1.427793 Prob(F-statistic) 0.150823
107
Null Hypothesis: LTPAK has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -1.136464 0.6821
Test critical values: 1% level -3.769597
5% level -3.004861
10% level -2.642242
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(LTPAK)
Method: Least Squares
Date: 05/22/11 Time: 10:22
Sample (adjusted): 1988 2009
Included observations: 22
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LTPAK(-1) -0.072285 0.063605 -1.136464 0.2692
C 0.309358 0.254260 1.216701 0.2379
R-squared 0.060660 Mean dependent var 0.020611
Adjusted R-squared 0.013693 S.D. dependent var 0.045763
S.E. of regression 0.045449 Akaike info criterion -3.257959
Sum squared resid 0.041312 Schwarz criterion -3.158773
Log likelihood 37.83754 F-statistic 1.291549
Durbin-Watson stat 2.310477 Prob(F-statistic) 0.269197
108
Null Hypothesis: LPMA has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -2.146840 0.2300
Test critical values: 1% level -3.808546
5% level -3.020686
10% level -2.650413
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(LPMA)
Method: Least Squares
Date: 05/22/11 Time: 10:29
Sample (adjusted): 1988 2007
Included observations: 20
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LPMA(-1) -0.478738 0.222996 -2.146840 0.0457
C 6.809566 3.117894 2.184027 0.0424
R-squared 0.203854 Mean dependent var 0.124876
Adjusted R-squared 0.159624 S.D. dependent var 0.785373
S.E. of regression 0.719967 Akaike info criterion 2.275417
Sum squared resid 9.330346 Schwarz criterion 2.374990
Log likelihood -20.75417 F-statistic 4.608920
Durbin-Watson stat 1.954117 Prob(F-statistic) 0.045681
109
Null Hypothesis: LEXP has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.049361 0.0054
Test critical values: 1% level -3.769597
5% level -3.004861
10% level -2.642242
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(LEXP)
Method: Least Squares
Date: 05/22/11 Time: 10:32
Sample (adjusted): 1988 2009
Included observations: 22
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LEXP(-1) -0.122732 0.030309 -4.049361 0.0006
C 2.989053 0.707882 4.222531 0.0004
R-squared 0.450509 Mean dependent var 0.123917
Adjusted R-squared 0.423034 S.D. dependent var 0.133298
S.E. of regression 0.101251 Akaike info criterion -1.655918
Sum squared resid 0.205036 Schwarz criterion -1.556733
Log likelihood 20.21510 F-statistic 16.39732
Durbin-Watson stat 2.380854 Prob(F-statistic) 0.000627
110
Lampiran 5 : Hasil Uji Stasioneritas
Tingkat First Different : PDRB, TPAK, PMA, EXP
Null Hypothesis: D(LPDRB) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.135647 0.0391
Test critical values: 1% level -3.788030
5% level -3.012363
10% level -2.646119
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(LPDRB,2)
Method: Least Squares
Date: 05/22/11 Time: 10:14
Sample (adjusted): 1989 2009
Included observations: 21
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
D(LPDRB(-1)) -0.681598 0.217371 -3.135647 0.0054
C 0.037742 0.018933 1.993500 0.0608
R-squared 0.341017 Mean dependent var -0.000868
Adjusted R-squared 0.306333 S.D. dependent var 0.079128
S.E. of regression 0.065903 Akaike info criterion -2.510863
Sum squared resid 0.082522 Schwarz criterion -2.411385
Log likelihood 28.36406 F-statistic 9.832285
Durbin-Watson stat 1.985180 Prob(F-statistic) 0.005444
111
Null Hypothesis: D(LTPAK) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.210527 0.0004
Test critical values: 1% level -3.788030
5% level -3.012363
10% level -2.646119
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(LTPAK,2)
Method: Least Squares
Date: 05/22/11 Time: 10:24
Sample (adjusted): 1989 2009
Included observations: 21 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
D(LTPAK(-1)) -1.209150 0.232059 -5.210527 0.0000
C 0.025545 0.011590 2.204150 0.0400
R-squared 0.588295 Mean dependent var -0.002334
Adjusted R-squared 0.566627 S.D. dependent var 0.071565
S.E. of regression 0.047112 Akaike info criterion -3.182198
Sum squared resid 0.042171 Schwarz criterion -3.082720
Log likelihood 35.41308 F-statistic 27.14960
Durbin-Watson stat 2.060552 Prob(F-statistic) 0.000050
112
Null Hypothesis: D(LPMA) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.482602 0.0003
Test critical values: 1% level -3.831511
5% level -3.029970
10% level -2.655194
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Warning: Probabilities and critical values calculated for 20
observations and may not be accurate for a sample size of 19
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(LPMA,2)
Method: Least Squares
Date: 05/22/11 Time: 10:30
Sample (adjusted): 1989 2007
Included observations: 19
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
D(LPMA(-1)) -1.294620 0.236132 -5.482602 0.0000
C 0.170292 0.182338 0.933939 0.3634
R-squared 0.638751 Mean dependent var 0.057214
Adjusted R-squared 0.617501 S.D. dependent var 1.276855
S.E. of regression 0.789690 Akaike info criterion 2.464949
Sum squared resid 10.60138 Schwarz criterion 2.564363
Log likelihood -21.41701 F-statistic 30.05892
Durbin-Watson stat 2.180170 Prob(F-statistic) 0.000040
113
Null Hypothesis: D(LEXP) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4)
t-Statistic Prob.*
Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.824426 0.0092
Test critical values: 1% level -3.788030
5% level -3.012363
10% level -2.646119
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(LEXP,2)
Method: Least Squares
Date: 05/22/11 Time: 10:33
Sample (adjusted): 1989 2009
Included observations: 21
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
D(LEXP(-1)) -0.815543 0.213246 -3.824426 0.0011
C 0.090121 0.039217 2.297987 0.0331
R-squared 0.434965 Mean dependent var -0.014721
Adjusted R-squared 0.405226 S.D. dependent var 0.166639
S.E. of regression 0.128515 Akaike info criterion -1.175151
Sum squared resid 0.313805 Schwarz criterion -1.075673
Log likelihood 14.33909 F-statistic 14.62623
Durbin-Watson stat 2.217978 Prob(F-statistic) 0.001144
114
Lampiran 6 : Hasil Uji Normalitas JB Test
115
Lampiran 7 : Hasil Uji Autokorelasi Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 0.838861 Probability 0.451501
Obs*R-squared 2.112528 Probability 0.347753
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 01/06/08 Time: 12:35
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LTPAK -0.137728 0.333445 -0.413046 0.6854
LPMA -0.015090 0.029652 -0.508916 0.6182
LEXP 0.038190 0.078781 0.484760 0.6348
C -0.128636 0.592862 -0.216975 0.8312
RESID(-1) 0.337633 0.274994 1.227781 0.2384
RESID(-2) 0.055655 0.293442 0.189662 0.8521
R-squared 0.100597 Mean dependent var 4.26E-16
Adjusted R-squared -0.199205 S.D. dependent var 0.068480
S.E. of regression 0.074991 Akaike info criterion -2.107935
Sum squared resid 0.084355 Schwarz criterion -1.809500
Log likelihood 28.13332 F-statistic 0.335544
Durbin-Watson stat 1.844419 Prob(F-statistic) 0.883522
116
Lampiran 8 : Hasil Uji Heteroskedastisitas
White Heteroskedasticity Test:
F-statistic 0.673814 Probability 0.718544
Obs*R-squared 7.462988 Probability 0.589032
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 01/06/08 Time: 12:35
Sample (adjusted): 1987 2007
Included observations: 21
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -3.255589 3.405718 -0.955918 0.3597
LTPAK 2.205131 2.370117 0.930389 0.3721
LTPAK^2 -0.107830 0.828199 -0.130198 0.8988
LTPAK*LPMA -0.040512 0.081803 -0.495242 0.6302
LTPAK*LEXP -0.033882 0.249309 -0.135904 0.8944
LPMA 0.076712 0.156203 0.491104 0.6330
LPMA^2 -0.002712 0.002845 -0.953397 0.3609
LPMA*LEXP 0.006952 0.018673 0.372284 0.7168
LEXP -0.141564 0.307806 -0.459913 0.6545
LEXP^2 0.003840 0.026093 0.147163 0.8857
R-squared 0.355380 Mean dependent var 0.004466
Adjusted R-squared -0.172036 S.D. dependent var 0.005874
S.E. of regression 0.006359 Akaike info criterion -6.972067
Sum squared resid 0.000445 Schwarz criterion -6.474676
Log likelihood 83.20671 F-statistic 0.673814
Durbin-Watson stat 2.839267 Prob(F-statistic) 0.718544
117
Lampiran 9 : Hasil Uji Multikolinearitas Dependent Variable: LTPAK
Method: Least Squares
Date: 01/08/08 Time: 12:28
Sample (adjusted): 1987 2007
Included observations: 21
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LPMA -0.027597 0.021773 -1.267460 0.2211
LEXP 0.211099 0.024642 8.566664 0.0000
C -0.547447 0.458710 -1.193448 0.2482
R-squared 0.844526 Mean dependent var 3.983389
Adjusted R-squared 0.827251 S.D. dependent var 0.150462
S.E. of regression 0.062537 Akaike info criterion -2.574564
Sum squared resid 0.070395 Schwarz criterion -2.425347
Log likelihood 30.03292 F-statistic 48.88736
Durbin-Watson stat 0.733386 Prob(F-statistic) 0.000000
118
Dependent Variable: LPMA
Method: Least Squares
Date: 01/08/08 Time: 12:28
Sample (adjusted): 1987 2007
Included observations: 21
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LEXP 1.256774 0.493898 2.544606 0.0203
LTPAK -2.969033 2.342506 -1.267460 0.2211
C -3.412357 4.876717 -0.699724 0.4930
R-squared 0.419471 Mean dependent var 14.04217
Adjusted R-squared 0.354968 S.D. dependent var 0.807652
S.E. of regression 0.648657 Akaike info criterion 2.103738
Sum squared resid 7.573602 Schwarz criterion 2.252955
Log likelihood -19.08925 F-statistic 6.503111
Durbin-Watson stat 1.652098 Prob(F-statistic) 0.007489
119
Dependent Variable: LEXP
Method: Least Squares
Date: 01/08/08 Time: 12:29
Sample (adjusted): 1987 2007
Included observations: 21
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
LTPAK 3.804081 0.444056 8.566664 0.0000
LPMA 0.210504 0.082726 2.544606 0.0203
C 5.189737 1.611054 3.221330 0.0047
R-squared 0.875453 Mean dependent var 23.29881
Adjusted R-squared 0.861614 S.D. dependent var 0.713626
S.E. of regression 0.265471 Akaike info criterion 0.316939
Sum squared resid 1.268545 Schwarz criterion 0.466157
Log likelihood -0.327861 F-statistic 63.26162
Durbin-Watson stat 0.996266 Prob(F-statistic) 0.000000