pengaruh tepung daun gamal (gliricidi asepium
TRANSCRIPT
i
PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium)
TERFERMENTASI MIKROORGANISME LOKAL (MOL)
BONGGOL PISANG DALAM PAKAN TERHADAP
KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA IKAN MAS (Cyprinus
carpio)
MUH ISMAIL RUSLI
105941101116
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2021
ii
PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidia sepium)
TERFERMENTASI MIKROORGANISME LOKAL (MOL)
BONGGOL PISANG DALAM PAKAN TERHADAP
KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA IKAN MAS (Cyprinus
carpio)
Muh. Ismail Rusli
1105941101116
Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan Pada
Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2021
iii
iv
v
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Tepung
Daun Gamal (Gliricidia sepium) Terfermentasi Mikroorganisme Lokal
(MOL) Bonggol Pisang Dalam Pakan Terhadap Kualitas Air Pada Budidaya
Ikan Mas (Cyprinus carpio) adalah benar hasil karya saya yang belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Makassar, April 2021
Muh. Ismail Rusli
105941101116
vi
HALAMAN HAK CIPTA
@ Hak Cipta milik Unismuh Makassar, tahun 2020
Hak Cipta dilindungi undang-undang
1. Dilarang mengutip sebahagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan,
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Universitas
Muhammadiyah Makassar
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebahagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk laporan apapun tampa izin Unismuh Makassar.
viii
ABSTRACT
Muh. Ismail Rusli 105941101116, The Effect of Local Microorganisme
Fermented Gamal (Gliricidia sepium) Leaf Flour in Feed with Banana Weevil
on Water Quality in Goldfish Cultivation (Cyprinus carpio), supervised by
Burhanuddin and Asni Anwar.
This study aims to determine the effect of using MOL fermented gamal
(Gliricidia sepium) leaf feed on the improvement of water quality in the
cultivation of goldfish (Cyprinus carpio). This study used two treatments with
initial, middle, and final sampling. The experimental treatments were feed with
the addition of gamal leaf flour without MOL fermentation of banana weevil
(treatment A) and feed with the addition of MOL fermented banana leaf flour
(treatment B). The maintenance of the test fish used a 60x40x40 cm3 basin which
was placed in an open space which was then filled with 30 liters of water with a
density of 12 fish/container. Feeding is carried out for 50 days with a frequency of
feeding 3 times a day at 08:00, 12:00, and 17:00 WITA. The results were
analyzed using the ANOVA statistical test and showed that feeding with the
addition of gamal leaf flour fermented MOL banana weevil did not affect the
water quality of goldfish, the best treatment was obtained in treatment A (feed
with the addition of gamal leaf flour without MOL fermentation).
Key words: Cyprinus carpio, Gliricidia sepium, Local microorganism
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah, rahmat, dan
karunianya sehingga penulis mampu menyelesaikan sebuah Skripsi Penelitian
yang menjadi tugas akhir untuk menyandang gelar sarjana perikanan pada
Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Makassar yang berjudul Pengaruh Tepung Daun Gamal (Gliricidia sepium)
Terfermentasi Mikroorganisme Lokal (MOL) Bonggol Pisang Dalam Pakan
Terhadap Kualitas Air Pada Budidaya Ikan Mas (Cyprinus carpio). Shalawat serta
salam juga terharturkan kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah
mengantarkan ummat muslim dari jalan kegelapan ke jalan terang benderang.
Dengan segala kerendahan hati tak lupa pula penulis ingin menyampaikan
rasa terima kasih secara tulus dan ikhlas atas kerjasama dan dukungannya selama
ini, kepada:
1. Ibunda Nur Hasni dan Ayahanda Muh. Rusli Hoya yang tak henti-
hentinya selalu memberikan doa dan dukungan kepada penulis.
2. Ayahanda Dr. H. Burhanuddin, S.Pi., M. P. Selaku Dekan Fakultas
Pertanian, Universitas Muhammadiyah Makssar sekaligus menjadi
Pembimbing I penulis dan Ibunda Asni Anwar, S.Pi. M.Si. selaku
pembimbing II
3. Ibunda Dr. Ir. Hj. Andi Khaeriyah, M.Pd. sebagai ketua Program Studi
Budidaya Perairan, Universitas Muhammadiyah Makassar.
x
4. Rekan - rekan mahasiswa Program Studi Budidaya Perairan angkatan
2016.
Penulis menyadari segala kekurangan dalam penulisan ini. Dan jika selama
ini penulis berbuat kesalahan kepada semuanya penulis menyampaikan
permohonan maaf lahir dan bathin.
Makassar, April 2021
Muh. Ismail Rusli
xi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang 1
1.2 Tujuan dan kegunaan penelitian 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan Mas
2.1.1 Klasifikasi Ikan Mas 4
2.1.2 Morfologi Ikan Mas 5
2.1.3 Habitat Ikan Mas 5
2.1.4 Kualitas Air 5
2.2 Tanaman Gamal
2.2.1 Klasifikasi Tanaman Gamal 8
2.2.2 Morfologi Tanaman Gamal 9
2.2.3 Habitat Tanaman Gamal 9
2.2.4 Kandungan Nutrisi dan Manfaat Tanaman Gamal 10
2.3 Fermentasi 10
2.4 Mikroorganisme Lokal (MOL) 11
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat 13
3.2 Alat dan Bahan 13
3.3 Wadah Penelitian 13
3.4 Penyiapan Hewan Uji 13
3.5 Penyiapan PakanUji 14
xii
3.5.1 Pembuatan Tepung Daun Gamal 14
3.5.2 Pembuatan MOL Bonggol Pisang 14
3.5.3 Proses FermentasiTepung Daun Gamal 14
3.5.4 Pembuatan Pakan Uji 14
3.6 Pemeliharaan Hewan Uji dan Pemberian Pakan 15
3.7 Rancangan Percobaan 15
3.8 Peubah yang diamati 16
3.9 Analisis Data 17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil 18
4.2 Pembahasan 18
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 24
5.2 Saran 24
DAFTAR PUSTAKA 25
LAMPIRAN 29
RIWAYAT HIDUP 34
xiii
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Komposisi Bahan Pakan 15
2. Kulitas Air Ikan Mas 17
xiv
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
1. Ikan mas (Cyprinus Carpio) 4
2. Tanaman Gamal 8
xv
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks Halaman
1. Tabel pengukuran kualitas air Suhu dan pH selama
penelitian 29
2. Tabel hasil pengukuran kualitas air di Laboratorium 29
3. Analisis Statistik Pengukuran Suhu 29
4. Analisis Statistik Pengukuran Ph 30
5. Analisis Statistik Pengukuran DO 30
6. Analisis Statistik Pengukuran Nitrat 31
7. Analisis Statistik Pengukuran Amoniak 31
8. Analisis Statistik Pengukuran TSS 32
9. Dokumentasi 32
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ikan mas (Cyprinus carpio) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang
berkembang pesat sebagai ikan komersial. Ikan mas merupakan salah satu
komoditi yang memiliki nilai ekonomis penting di dalam dan luar negeri. Di
provinsi sulawesi selatan produksi ikan mas mencapai 9.707 di tahun 2018
(BPS, 2018).
Penggunaan pakan dalam budidaya ikan merupakan salah satu hal penting
yang menunjang peningkatan nilai produksi. Pakan ikan juga merupakan sumber
nutrsi bagi ikan agar ikan bisa mendapatkan energi untuk proses metabolisme dan
juga berkembang biak. Permasalahan umum yang sering dihadapi oleh
pembudidaya ikan adalah tingginya harga bahan baku pakan seperti tepung ikan
dan tepung kedelai dimana pakan ini merupakan sumber protein bagi ikan.
Tepung kedelai merupakan sumber protein nabati utama dalam pakan. Namun,
harganya yang relatif mahal menyebabkan biaya pakan menjadi meningkat,
sehingga dibutuhkan alternatif lain untuk mendapatkan sumber bahan baku lokal
yang mudah didapatkan, menekan biaya harga pakan, dan memiliki nilai gizi yang
sesuai dengan kebutuhan ikan mas. Salah satu cara untuk menggantikan bahan
baku utama pakan yaitu dengan penggunaan tepung daun gamal.
Tanaman gamal (Gliricidia sepium) merupakan salah satu jenis tanaman
leguminosa dengan kandungan unsur hara yang tinggi. Menurut Suwastika, et.al
(2015) bahwa gamal yang berumur satu tahun memiliki 3-6% N; 0,31% P; 0,77%
K; 15-30% serat kasar. Berdasarkan hasil penelitian Sutari (2009), kandungan
2
unsur hara yang terdapat dalam larutan MOL daun gamal dengan konsentrasi
250 g/L air kelapa lebih tinggi daripada larutan MOL dengan bahan dasar rebung
dan rumput gajah (Suwastika, et.al 2015). Pemanfaatan tepung daun gamal masih
mengalami kendala yaitu tingginya kandungan serat kasar, rendahnya kandungan
protein, keseimbangan asam amino yang rendah, dan adanya zat antinutrisi.
(Nurhayati dan Nazlia, 2019).
Salah satu cara pengolahan yang dapat dilakukan untuk menghilangkan zat
antinutrisi melalui fermentasi. Produk akhir dari fermentasi biasanya mengandung
senyawa yang lebih sederhana sehingga bahan tersebut mudah dicerna serta dapat
meningkatkan nilai gizinya. Penelitian sebelumnya oleh Nurhayati & Nazlia
(2019) bahwa kosentrasi tepung daun gamal terfermentasi Azpergillus niger
sebanyak 40% dapat meningkatkan sintasan dan pertumbuhan ikan nila dengan
nilai SGR 0,7%, FCR 1,7 dan retensi protein 14,99 %, namun belum pernah
dilakukan penelitian mengenai pemanfaatan mikroorganisme lokal (MOL)
bonggol pisang sebagai fermentor untuk meningkatkan kualitas nutrisi tepung
daun gamal dalam pakan ikan mas.
Berdasarkan hal tersebut, sangat penting dilakukan penelitian mengenai
“Pengaruh Penggunaan Pakan Tepung Gamal (Gliricidia sepium) Terfermentasi
Mikroorganisme Lokal (MOL) Bonggol Pisang Terhadap Kualitas Air Pada
Budidaya Ikan Mas (Cyprinus carpio)”.
1.2. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dosis pakan daun gamal
(Gliricidia sepium) terfermentasi MOL yang tepat terhadap perbaikan kualitas air
3
pada budidaya ikan mas (Cyprinus carpio).
Penelitian ini diharapkan menjadi informasi ilmiah tentang dosis pakan
daun gamal (Gliricidia sepium) terfermentasi MOL yang tepat terhadap perbaikan
kualitas air dalam pemeliharaan ikan mas (Cyprinus carpio). Selain itu, sebagai
bahan acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ikan Mas
2.1.1 Klasifikasi Ikan Mas
Menurut Saanin (1984) secara taksonomi hewan, klasifikasi ikan mas
(Gambar 1), adalah sebagai berikut:
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Kelas : Actinopterygii
Sub Kelas : Neopterygii
Ordo : Cypriniformes
SubOrdo : Cyprinoidea
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio
Gambar 2.1 Ikan mas (Cyprinus carpio)
5
2.1.2 Morfologi Ikan Mas
Ikan mas merupakan (Cyprinus carpio) merupakan salah satu jenis ikan
hias. Ikan mas memiliki bentuk tubuh agak memanjang dan memipih tegak
(compressed). Mulut terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan
(protaktil) serta terdapat dua pasang sungut. Di ujung dalam mulut terdapat gigi
kerongkongan (pharyngeal teeth) yang bersusun dari tiga baris gigi geraham.
Hampir seluruh bagian tubuh ikan mas ditutupi sisik, kecuali beberapa varietas
yang memiliki sedikit sisik. Sisik ikan mas berukuran relatif besar dan
digolongkan ke dalam sisik tipe lingkaran (cycloid) (Amri dan Khairuman,2008).
2.1.3 Habitat Ikan Mas
Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan air tawar yang airnya
tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai
atau danau. Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150-600 m
(dpl) dan pada suhu 25-30°C. Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan mas
kadang-kadang ditemukan di perairan payau atau muara sungai yang bersalinitas
kadar garam 25-30 ppt ikan mas tergolong jenis omnivora, yakni ikan yang dapat
memangsa berbagai jenis makanan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun
binatang renik. Namun, makanan utamanya adalah tumbuhan dan binatang yang
terdapat di dasar dan tepi perairan (Amri dan Khairuman, 2008).
2.1.4 Kualitas Air
Kualitas air merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan
karena sangat berpengaruh dalam kualitas dan pertumbuhan ikan mas.
Dalampengukuran kualitas air beberapa parameter yang harus diperhatikan yakni
6
suhu, pH, oksigen terlarut, nitrit, amoniak dan TSS.
Suhu merupakan salah satu faktor abiotik penting yang mempengaruhi
aktivitas, nafsu makan, kelangsungan hidup, pertumbuhan ikan mas. Menurut
Nasir dan Munawar (2016) yang menyatakan bahwa toleransi suhu yang optimal
dalam pemeliharaan ikan mas yaitu 25oC – 30oC. Suhu yang ada pada perairan
tersebut masih bisa dikatakan cukup baik untuk hidup ikan mas, suhu merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi nafsu makan ikan mas dan pertumbuhan,
metabolisme serta mempengaruhi kadar oksigen yang terlarut (DO) dalam air. Hal
ini diperkuat oleh pernyataan Nasir dan munawar (2016) bahwa ikan mas dapat
hidup pada kisaran suhu 14oC – 38oC. Pada suhu dibawah 14oC dan diatas 38oC.,
kehidupan ikan mas mulai terganggu dan akan mati pada suhu 6oC dan 42oC.
pH atau logaritma negatif adalah indeks konsentrasi ion hidrogen (H+)
merupakan master variabel dalam kualitas air karena ion hidrogen mempengaruhi
banyak reaksi. Kisaran pH optimal untuk sebagian besar organisme akuatik adalah
6.5-8.5, dan titik kematian asam dan basa sekitar pH 4 dan pH 11 (Boyd, 2014).
Nasir dan munawar (2016) menyatakan, bahwa derajat keasaman (pH)
mempengaruhi daya produktifitas suatu perairan. Air yang bersifat basa dan netral
cenderung lebih produktif dibandingkan dengan air yang bersifat asam. pH yang
baik untuk pertumbuhan ikan mas berkisar 7 – 8. Nilai pH yang dapat ditolelir
antara 5 – 11, tetapi kehidupan normal pada pH antara 7-8 (Nasir dan Munawar,
2016).
Oksigen terlarut merupakan salah satu parameter kualitas air yang dapat
mempengaruhi proses fisiologis ikan mas. Secara umum, kandungan oksigen
7
terlarut rendah akan menyebabkan nafsu makan organisme dan tingkat
pemanfaatannya rendah, berpengaruh pada tingkah laku dan proses fisiologis
seperti tingkat kelangsungan hidup, pernafasan, sirkulasi, makan dan
metabolisme. Kandungan oksigen terlarut (DO) yang baik untuk kehidupan ikan
mas ialah pada 3 - 5 mg/L (Nasir dan Munawar, 2016). Jika kandungan oksigen
terlarut (DO) dalam media pemeliharaan tidak optimal, ikan mas akan membuka
mulutnya dan selalu berada di permukaan air, bahkan bila air tidak segera diganti
dapat menimbulkan kematian.
Nitrit merupakan bentuk nitrogen yang hanya sebagian teroksidasi. Nitrit
tidak ditemukan dalam air limbah yang segar, melainkan dalam limbah yang
sudah basi atau lama. Nitrit tidak dapat bertahan lama dan merupakan keadaan
sementara proses oksidasi antara amoniak dan nitrat. Nitrit tidak tetap dan dapat
berubah menjadi amoniak atau dioksidasi menjadi nitrat (Emilia, 2019). Menurut
Tim Agriminakultura (2014), nitrit dalam pemeliharaan ikan mas maksimum
0,1mg/l.
Amoniak adalah senyawa nitrogen dan hidrogen yang memiliki aroma tajam
dengan bau yang khas. Sebuah molekul amoniak terbentuk dari ion nitrogen
bermuatan negatif dan tiga ion hidrogen bermuatan positif, dan karena itu secara
kimia direpresentasikan sebagai NH3. Amoniak dapat terjadi secara alami atau
dapat diproduksi (Nasir dan Munawar, 2016). Kadar amoniak bebas yang terdapat
dalam perairan tawar yang dapat ditolerir organisme disekitarnya adalah 1.5 mg/l
(Nasir dan munawar, 2016). Menurut Tim Agriminakultura (2014), ammonia total
dalam pemeliharaan ikan mas maksimum 0,02 mg/l.
8
Total Suspended Solid (TSS) merupakan zat padat (pasir, lumpur, dan tanah
liat) atau partikel tersuspensi dalam air dan dapat berupa komponen hidup (biotik)
seperti fitoplankton, zooplankton, bakteri, fungi, ataupun komponen mati (abiotik)
seperti detritus dan partikel anorganik (Ainy,et.al 2011). Menurut Tim
Agriminakultura (2014), Total Suspended Solid (TSS) atau residu padat terlarut
total dalam pemeliharaan ikan mas yaitu maksimum 2000 mg/l.
2.2 Tanaman Gamal
2.2.1 Klasifikasi Tanaman Gamal
Menurut Kon (2018) klasifikasi tanaman gamal (Gambar 2) sebagai berikut:
Filum : Plantea
Divisi : Magnoliophyta
Ordo : Fabales
Family : Fabaceas
Sub-famili : Faboideae
Genus : Gliricidia
Spesies : Gliricidia sepium
Gambar 2.2 Tanaman Gamal (Gliricidia sepium)
9
2.2.2 Morfologi Tanaman Gamal
Batang gamal berukuran kecil hingga sedang, tingginya dapat mencapai
10- 12 m, sering bercabang dari dasar dengan diameter basal mencapai 50-70 cm.
Kulit batang halus dengan warna bervariasi, dari putih abu-abu kemerah tua-
coklat. Batang dan cabang-cabang pada umumnya ada bercak putih kecil
(Winata,et.al 2012). Daun gamal menyirip ganjil, biasanya perpasangan sepanjang
sekitar 30 cm melebar 5-20 cm, helai daun berbentuk ovale atau elips, panjang
daun 2-7 cm, dan lebar daun 1-3 cm. Helai daun, pelepah dan tulang belakang
kadang-kadang bergaris-garis merah. Bunga berwarna merah muda ke unguan,
sedikit warna putih, biasanya dengan titik kuning pucat menyebar di dasar
kelopak. Dasar kelopak bunga bulat dan hampir tegak, dengan ukuran sekitar 20
mm, panjang kelopak bunga 15-20 mm, dan lebarnya 4-7 mm. Polong muda
berwarna hijau kemerahan-unguan, berwarna kuning-cokelat setelah masak, dan
berwarna kuning coklat muda sampai coklat bila sudah tua. Polong berbentuk
pipih hampir bulat, panjang polong 10-18 cm, lebarnya 2 cm, jumlah biji 4-10
(Winata, et.al 2012).
2.2.3 Habitat Tanaman Gamal
Tanaman gamal adalah nama jenis perdu dari kerabat polong-polongan
(suku fabaceae atau leguminosae). Penyebaran alami tidak diketahui dengan jelas
karena telah dibudidayakan sejak lama, tetapi kuat menunjukkan bahwa
penyebarannya terbatas pada hutan hujan tropis di daratan rendah pesisir pasifik
dan beberapa lembah pedalaman di Amerika Tengah dan Meksiko. Tanaman ini
sekarang sudah menyebar di seluruh daerah tropis termasuk Indonesia (Direktorat
10
perbenihan tanaman hutan, 2002).
2.2.4 Kandungan Nutrisi dan Manfaat
Daun gamal merupakan hijauan pakan yang produksinya berkesinambungan
dan memiliki kandungan gizi berdasarkan berat kering protein 16,88%, serat kasar
16,97%, bahan organik 89,63%, kadar abu 10,37%, energi kotor 3,01%, kalsium
0,20% dan kadar fosfor 0,40% (Olopade, et.al 2015).
Selain bermanfaat sebagai tanaman pagar, daun gamal juga berfungsi
sebagai tanaman pelindung, sumber pupuk hijau, kayu bakar, bahan bangunan
sederhana dan furniture, menyediakan bahan arang, pencegah erosi, untuk
kepentingan penghijaun lahan kritis, pakan ternak, selain itu tanaman gamal juga
dilaporkan digunakan dalam kepentingan lainnya seperti daunnya digunakan
sebagai pakan ikan (Ajayi, 2005).
2.3 Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses terjadinya perubahan kimia pada suatu
substrat organik melalui aktivitas enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme
(Suprihatin, 2010). Nutrient tambahan adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi percepatan proses fermentasi dan pertumbuhan mikroorganisme,
selain itu faktor seperti suhu, pH awal fermentasi, inokulum, substrat juga mampu
mempengaruhi proses fermentasi. Menurut Wahyu (2011) fermentasi memiliki
fungsi yaitu sebagai salah satu cara pengolahan dalam rangka pengawetan bahan
dan cara untuk mengurangi bahkan menghilangkan zat racun yang dikandung
suatu bahan serta adanya berbagai jenis mikroorganisme yang mempunyai
kemampuan untuk mengkonversikan pati menjadi ptotein dengan penambahan
11
nitrogen anorganik melalui fermentasi.
Fermentasi juga dimanfaatkan dalam pembuatan pakan untuk hewan
budidaya, fermentasi ini dimanfaatkan untuk mengubah bahan organik kompleks
menjadi molekul yang lebih sederhana sehingga mudah dicerna. Perombakan
senyawa yang terjadi pada proses fermentasi yaitu karbohidrat menjadi glukosa,
lemak menjadi asam lemak dan gliserol, serta protein akan mengalami penguraian
menjadi asam amino, serta enzim yang akan memperbaiki nilai nutrisi,
pertumbuhan, serta meningkatkan daya cerna serat kasar, protein, dan nutrisi
pakan lainnya (Amarwati, et.al 2015).
2.4 Mikroorganisme Lokal (MOL)
Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikrooganisme yang dimanfaatkan
sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun cair bahan utama
MOL terdiri beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber
mikroorganisme. Bahan dasar untuk fermentasi larutan MOL dapat berasal dari
hasil pertanian, perkebunan, maupun limbah organik rumah tangga. Karbohidrat
sebagai sumber nutrisi untuk mikroorganisme larutan MOL yang telah mengalami
proses fermentasi dapat digunakan sebagai dekomposer dan pupuk cair untuk
meningkatkan kesuburan tanah dan sumber unsur hara bagi pertumbuhan
tanaman. Mikroorganisme merupakan makhluk hidup yang sangat kecil,
mikroorganisme digolongkan ke dalam golongan Protista yang terdiri dari
bakteri, fungi, protosea, dan algae (Darwis, 1992).
Larutan MOL adalah hasil fermentasi yang berbahan dasar dari berbagai
sumaberdaya alam yang tersedia. Menurut Marsiningsih, et.al 2015 larutan MOL
12
mengandung unsur hara mikro dan makro dan juga mengandung bakteri yang
berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan, dan
sebagai agen pengendali penyakit tanaman sehingga MOL dapat digunakan baik
sebagai dekomposer, pupuk hayati, dan sebagai pestisida organik terutama
sebagai fungisida.
13
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu Dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September hingga bulan Oktober
2020 di Balai Benih Ikan (BBI) Limbung, Kelurahan Kalebajeng, Kecamatan
Bajeng, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan.
3.2. Alat Dan Bahan
Alat yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu Wadah baskom, aerasi,
timbangan digital, selang aerasi, baskom, bak tandon, sendok besar, saringan,
penggaris, termometer, pH meter, DO meter, kertas lakmus, alat tulis.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu benih ikan mas, tepung daun
gamal, tepung ikan, tepung kedelai, tepung jagung, tepung pollard, tepung
tapioka, minyak ikan, minyak jagung, premix, vitamin C, dan air tawar.
3.3. Wadah Penelitian
Tahap persiapan wadah dilakukan dengan mempersiapkan wadah baskom
kapasitas 30 liter sebanyak dua wadah, kemudian wadah dicuci dan dikeringkan.
Wadah yang telah dikeringkan diberi label sesuai perlakuan, setelah itu diletakkan
lalu wadah baskom diisi air sebanyak 20 liter yang sebelumnya telah di tampung
di tandon, kemudian diberi aerasi selama 24 jam.
3.4. Penyiapan Hewan Uji
Ikan uji yang digunakan adalah ikan mas berukuran ± 2,5 cm dengan berat
rata-rata ± 3,3 gram. Kemudian selama 1 minggu ikan uji diaklimatisasi untuk
mengadaptasikan pada kondisi lingkungan yang baru. Sebelumnya terlebih dahulu
dilakukan pengukuran panjang dan berat awal ikan uji. Setalah itu wadah waskom
14
diisi dengan ikan uji, padat penebaran 12 ekor per wadah.
3.5. Penyiapan Pakan Uji
3.5.1 Pembuatan Tepung Daun Gamal
Pembuatan tepung daun gamal diawali dengan mengumpulkan daun gamal
disekitar wilayah Kota Makassar. Selanjutnya daun gamal tersebut dikeringkan
dibawah sinar matahari. Daun gamal yang sudah mengering kemudian digiling
menjadi tepung.
3.5.2 Pembuatan Mol Bonggol Pisang
Pembuatan Mikroorganisme Lokal diawali dengan mengambil bonggol
pisang kepok (Musa acuminate balbisiana) dari perkebunan sekitar wilayah Kota
Makassar. Sebanyak 1 kg bonggol pisang yang telah dihaluskan dimasukkan ke
dalam wadah dan ditambahakan dengan air cucian beras sebanyak 2 liter dan gula
merah sebanyak 1/5 kg.kemudian di fermentasi selama 7 hari secara anaerob.
3.5.3 Proses Fermentasi Tepung Daun Gamal
Tepung daun gamal ditimbang sesuai perlakuan kemudian ditambahkan
MOL bonggol pisang sebanyak 0,5%. Selanjutnya dimasukkan dalam plastik klip
dan difermentasikan selama 3 hari secara anaerob. Selanjutnya disimpan dalam
box dengan tujuan agar suhu ruangan sama. Setelah proses inkubasi selesai
disimpan dalam freser untuk menghentikan kerja enzim cairan MOL, kemudian
dianalisis.
3.5.4 Pembuatan Pakan Uji
Tepung daun gamal yang telah difermentasi MOL bonggol pisang dicampur
dengan tepung jagung, tepung pollard, tepung ikan, tepung tapioka, minyak ikan,
15
minyak jagung, premix, vitamin C dan Cr2O3 (sebagai indikator) sesuai formulasi
yang telah ditetapakan disetiap perlakuan. Selanjutnya pakan yang telah dicetak
dijemur selama 3 hari dibawah sinar matahari hingga kering. Pakan yang telah
kering tersebut diuji proksimat laboratoriumnya untuk mengukur mengetahui
kandungan nutrisinya. Adapun komposisi bahan pakan yang digunakan pada
penelitian ini tersaji pada tabel 1.
Tabel 3.1 Komposisi Bahan Pakan
Bahan Pakan Formlasi Bahan Pakan
Tepung Ikan 28%
Tepung Jagung 7%
Dedak Halus 9%
Tepung Terigu 9%
Tepung Daun Gamal 45%
Minyak Ikan 1%
Vitamin A 1%
∑ 100%
3.6. Pemeliharaan Hewan Uji dan Pemberian Pakan
Pemeliharaan ikan uji dilakukan selama 50 hari dengan frekuensi pemberian
pakan dilakukan sebanyak 3 kali sehari yaitu pada pukul 08.00,12.00 dan 17.00
WITA. Selama pemeliharaan dilakukan penyaringan sisa pakan setiap pagi hari
sebelum pemberian pakan dan pergantian air sebanyak 20% dari total volume air
wadah baskom setiap 1 minggu sekali.
3.7. Rancangan penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan yaitu dengan mengambil sampel
kualitas air pada awal, tengah, dan akhir penelitian.
16
1. Perlakuan A = Pakan tepung daun gamal tanpa fermentasi MOL bonggol
pisang
2. Perlakuan B = Pakan tepung daun gamal terfermentasi MOL bonggol pisang
3.8. Peubah yang Diamati
Parameter yang akan di amati yaitu kualitas air, beberapa parameter fisika
dan kimia lingkungan pemeliharaan antara lain suhu, pH, oksigen terlarut, nitrat,
amonia dan TSS. Suhu diukur dengan menggunakan thermometer, pH diukur
dengan menggunakan pH meter, oksigen terlarut diukur dengan menggunakan DO
meter, nitrit dan amonia diukur dengan menggunakan spektofotometer sedangkan
TSS dihitung perbedaan antara padatan terlarut total dan padatan total dengan
rumus (Bold, 2014) :
𝑇𝑆𝑆 = (𝐴 − 𝐵)𝑥 1000/𝑉
Keterangan:
TSS = Total Suspended Solid atau residu padat terlarut total (mg/L)
A = Berat kertas saring + residu kering (mg),
B = Berat Kering Saring (mg)
V = Volume(L)
Suhu, pH, dan oksigen terlarut diukur 2 kali sehari yakni pada pukul 06.00
pagi dan sore pukul 17.00. Adapun nitrat, ammonia dan TSS diukur 3 kali selama
penelitian, yakni pada awal, pertengahan, dan akhir penelitian.
17
3.4 Analisis Data
Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dengan menggunakan
aplikasi Microsoft Excel 2010. Kemudian dianalisis statistik Anova, selanjutnya
jika hasilnya berbeda maka dilakukan dengan uji BNT untuk mengetahui
perbedaan antar perlakuan
18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil pengukuran kualitas air ikan mas yang diberi pakan tepung daun
gamal terfermentasi MOL bonggol yang disajikan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Kualitas Air Ikan Mas
Perlakuan Parameter Waktu Pengukuran SNI
1999 Awal Tengah Akhir
Perlakuan A
Suhu (ºC) 24 27-28 28-29.5 25-30
pH 6 6 6 6.5-8.5
DO (mg/l) 1.60 5.28 4.053 >5
Nitrat (ppm) 0.024 1.098 2.059 20
Amoniak (ppm) 0.006 0.017 0.029 0.2
TSS (ppm) 0.032 0.146 0.231 <50
Perlakuan B
Suhu (ºC) 24 27-28 28-30 25-30
pH 6 6 6 6.5-8.5
DO (mg.l) 1.60 5.76 4.373 ≥5
Nitrat (ppm) 0.024 0.977 2.232 20
Amoniak (ppm) 0.006 0.019 0.031 0.2
TSS (ppm) 0.032 0.168 0.292 <50
4.2 Pembahasan
Hasil pengukuran kualitas air perlakuan A dan B menunujukkan angka
kisaran suhu yang baik dalam pemeliharaan ikan mas yaitu berkisar 24-30ºC
(Tabel 4.1). Suhu merupakan parameter yang dapat mempengaruhi
kelulushidupan, pertumbuhan dan juga kesehatan ikan. Menurut Mukaminan
(2011) kisaran suhu optimum untuk kehidupan ikan yaitu berkisar antara 25-32ºC,
19
namun hasil penelitian oleh Ridwantara, et.al (2019) menunjukkan bahwa ikan
mas mampu beradaptasi dengan kisaran suhu 20ºC dan suhu 24 ºC dimana suhu
ini merupakan angka dibawah suhu optimal untuk pertumbuhan ikan mas
sedangkan suhu dengan 29ºC merupakan suhu yang ideal untuk pertumbuhan ikan
mas. Ridwantara, et.al (2019) juga melanjutkan bahwa penurunan suhu sebesar
1ºC per hari tidak akan membuat ikan mas menjadi stress karena perubahan tidak
terjadi secara drastis.
Derajat keasaman mempunyai pengaruh yang besar pada organisme perairan
terutama jika pH terlalu rendah taupun terlalu tinggi. Kisaran pH yang dihasilkan
selama penelitian baik pada perlakuan A dan perlakuan B memperoleh nilai pH 6.
Menurut Sabrina, et.al (2018) nilai pH yang tinggi (>9) akan mengakibatkan
pertumbuhan ikan menjadi terhambat sedangkan pH yang rendah (<4,5 -6,5) akan
menjadi racun bagi ikan, mengalami pertumbuhan terhambat, dan ikan akan
menjadi sensitive dengan bakteri dan parasite. Hal serupa dikemukakan oleh
Kordi dan Tanjung (2007) bahwa dalam budidaya pada pH 5 masih dapat ditolerir
pada ikan, tetapi menghambat pertumbuhan. Effendi (2003) juga menambahkan
semakin meningkatnya pH dan suhu perairan menyebabkan persentase ammonia
bebas terhadap ammonia total semakin meningkat. Nilai pH pada air tergolong
angka yang masih layak bagi ikan mas, hal ini diduga karena kadar amoniak
rendah dan oksigen yang melimpah membuat pH air menjadi stabil. Kadar
amoniak rendah dikarenakan pakan yang diberikan dicerna baik oleh ikan mas
sebagai sumber energi dan untuk proses metabolisme di dalam tubuh ikan.
20
Kandungan oksigen terlarut yang tersaji pada tabel 4.1 menunjukkan hasil
yang layak untuk kehidupan ikan mas. DO tertinggi diperoleh oleh perlakuan A
yaitu mencapai 4.053 ppm dibandingkan dengan perlakuan B yaitu 4.373 ppm.
Menurut Saptarini (2010) kandungan oksigen terlarut yang sesuai untuk
pembudidaya ikan yaitu berkisar antar 5 mg/l, dan kisaran DO yang dapat
membuat ikan menjadi stress berkisar antara 3-4 mg/l. Hasil pengukuran oksigen
terlarut tergolong stabil dikarenakan adanya pompa air dengan system resirkulasi
yang baik sehingga kebutuhan oksigen terlarut tetap terjaga. Kestabilan
kandungan oksigen juga dikarenakan suhu pada perairan yang masih stabil karena
pakan yang diberikan mampu dicerna baik oleh ikan dan tidak banyak yang
terbuang dan menjadi toksik.
Nitrat merupakan salah satu zat yang menunjang kesuburan dan menjadi
faktor penentu kualitas suatu perairan. Oleh karena itu jika konsentrasi nitrat
melebihi baku mutu yang telah ditentukan maka dipastikan akan terjadi
menurunnya kualitas perairan tersebut dan akan berdampak negative pada biota
air. Kandungan nitrat tertinggi diperoleh pada perlakuan pakan daun gamal
terfermentasi MOL bonggol pisang (perlakuan B) yaitu sebanyak 2.232 mg/l,
sedangkan pada perlakuan pakan daun gamal tanpa fermentasi MOL bonggol
pisang (perlakuan A) menghasilkan nitrat sebanyak 2.059 mg/l. Nilai nitrat yang
diperoleh masih dalam kisaran yang layak bagi ikan, menurut Boham (2004) nitrat
akan mengakibatkan kematian jika lebih dari 50 mg/l dan akan nitrat akan
menjadi racun jika lebih dari 100 mg/l. Angka yang diperoleh pada pengukuran
nitrat baik perlakuan A dan B masing-masing memiliki angka yang masih ditolerir
21
oleh kehidupan ikan mas, hal ini diduga karena nilai angka pada pengukuran
amoniak yang masih stabil sehingga nilai nitrat rendah dan kualitas air tetap
terjaga.
Menurut Sumeru dan Ana (2008) sumber utama ammonia dalam air adalah
hasil perombakan bahan organik, sumber bahan organik yang terbesar dalam
budidaya insentif adalah pakan. Sebagian pakan dimanfaatkan oleh ikan untuk
pertumbuhan, tetapi sebagian lagi akan diekskresikan dalam bentuk kotoran padat
dan amoniak terlarut (NH3) dalam air. Hasil pengukuran amoniak yang terbaik
adalah pada perlakuan A mencapai 0.0029 mg/l dibandingkan dengan perlakuan B
yaitu 0.0031 mg/l (Tabel 4.1). Amoniak merupakan hasil akhir dari proses
metabolisme ikan, semakin tinggi nilai ammoniak berarti semakin banyak sisa
pakan yang tidak tercerna dan akan menjadi racun bagi ikan. Menurut Effendie
(2000) kandungan amoniak pada perairan tawar tidak melebihi 0,2 mgl/l, ini
berarti kadar amnoniak pada penelitian ini masih dalam keadaan yang baik.
Jumlah amoniak yang diekskresikan oleh ikan bervariasi tergantung pada
kandungan protein yang terdapat pada pakan yang diberikan. Hasil hidrolisis
protein juga menunjukkan bahwa perlakuan A memiliki kadar protein lebih tinggi
dibanding perlakuan B. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tacon (1995) bahwa
tingkat protein optimum dalam pakan untuk pertumbuhan ikan berkisar antara 25
– 50 %.
TSS atau Total Suspended Solid merupakan salah satu faktor penting yang
sangat berguna dalam menganalisis perairan dan buangan domestik yang tercemar
serta dapat digunakan untuk mengevaluasi mutu air, maupun menentukan efisiensi
22
unit pengolahan. Banyaknya TSS yang berada dalam perairan dapat menurunkan
kesediaan oksigen terlarut. Jika hal itu terjadi dan berlangsung lama akan
menyebabkan kematian pada ikan. Nilai TSS yang diperoleh pada perlakuan A
mencapai 0,231 mg/l angka yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan B
yaitu sebanyak 0.292 mg/l (tabel 4.1). Nilai TSS pada penelitian merupakan nilai
yang layak bagi ikan mas, sesuai dengan pernyataan Agus, et.al (2016)
menyatakan bahwa baku mutu kandungan TSS maksimal 50 mg/l. Menurut
Effendi (2003) TSS dalam jumlah yang berlebihan dapat menyebabkan
penyumbatan filament insang ikan atau selaput pernapasan lainnya, sehingga
asupan oksigen oleh ikan menjadi berkurang karena terlapisi oleh padatan.
Pengukuran kualitas air (suhu, pH, oksigen terlarut, amoniak, nitrat dan
TSS) ikan mas pada perlakuan A dengan perlakuan B menghasilkan nilai yang
masih baik bagi budidaya ikan mas. Namun dari data yang dapat dilihat pada tabel
4.1 pengukuran kualitas pada perlakuan A (pakan tepung daun gamal tanpa
fermentasi MOL) lebih layak dibandingkan dengan perlakuan B (pakan tepung
daun gamal terfermentasi MOL). Hal ini diduga karena kandungan nutrisi pakan
tepung daun gamal tanpa fermentasi MOL bonggol pisang (perlakuan A) yang
lebih sesuai dengan kebutuhan ikan mas terlihat jelas pada hasil pengukuran kadar
amoniak dan TSS perlakuan A yang lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan
B. Rendahnya nilai amoniak diduga karena pakan yang diberikan lebih banyak
masuk ke dalam tubuh untuk keperluan proses metabolisme daripada yang
terbuang.
23
Hasil pengukuran kualitas air sejalan dengan hasil hidrolisis protein oleh
Wandi (2020) yang menunjukkan bahwa perlakuan pakan dengan penambahan
tepung daun gamal tanpa terfermentasi memiliki kadar protein mencapai 21.67 %,
lemak 24.5 % dan karbohidrat 2.8% dimana menurut Frikardo (2009) kebutuhan
protein ikan umumnya sekitar 20%-60% dan baiknya sekitar 30-36%. Sedangkan
menurut SNI (2006) kandungan pakan buatan bagi ikan mas yaitu protein
sebanyak 25%-30%, lemak sebanyak 5%, dan karbohidrat sebanyak 28%.
Hasil yang diperoleh pada sintasan atau survival rate oleh Julianti (2020)
juga menunjukkan hal yang sama bahwa penambahan tepung daun gamal
terfermentasi mikroorganisme lokal (MOL) bonggol pisang pada pakan tidak
memberikan pengaruh nyata (P>0.05) untuk semua perlakuan. Dan pada
perlakuan pakan daun gamal tanpa fermentasi MOL bonggol pisang menghasilkan
sintasan sebesar 94,44%, yang dimana menurut SNI (1999) standar sintasan untuk
ikan mas minimal 80%. Tingginya sintasan diduga karena pakan yang digunakan
sesuai dengan kebutuhan hidup ikan mas sehingga ikan mas mampu
memanfaatkannya dengan baik.
24
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan pakan
tepung daun gamal yang terfermentasi mikroorganisme lokal (MOL) bonggol
pisang tidak berbeda dengan perlakuan pakan daun gamal tanpa fermentasi MOL
bonggol pisang pada budidaya ikan mas (Cyprinus carpio).
5.2 Saran
Saran yang bisa diberikan pada penelitian ini, sebaiknya dilakukan penelitian
lebih lanjut mengenai pengaruh penggunaan tepung daun gamal yang difermentasi
mikroorganisme lokasl (MOL) bonggol pisang dengan dosis yang lebih tinggi
atau dengan menggunakan metode fermentasi lainnya.
25
DAFTAR PUSTAKA
Agus, U.N., F. Putut, M.H.B., Ibnul, M. 2016. Toksisitas Akut Limbah Cair
Tenun Troso Terhadap Ikan Mas (Cyprinus carpio L.). Jurnal Universitas
Negeri Semarang. ISSN 2252-6277.
Ainy,K., Aries. D.S., Dan Wahyu, A.N. 2011. Sebaran Total Suspended Solid
(Tss) Di Perairan Sepanjang Jembatan Suramadu kabupaten Bangkalan.
Jurnal KELAUTAN. Volume 4(2). ISSN : 1907-9931.
Ajayi, O.C., F. Place, f. Kwesiga, P. Mafongoya Dan S. Franzel. 2005. Impact of
Fertilizer Tree Fallows In Eastern Zambia. Word Agroforestry Centre.
Nairobi. Kenya United Nation Avenue Gigiri. Aksara. Jakarta.
Amarwati, H., Subandiyono, dan Pinandoyo. 2015. Pemanfaatan Tepung Daun
Singkong (Manihot utilissima) yang Difermentasi dalam Pakan Buatan
Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus).
Jurnal of Aquaculture Management and Technology. 4 (2): 51-59 hlm.
Amri, K. dan Khairuman. 2008. Ciri Morfologi Ikan Mas. Jakarta. AgroMedia
Pustaka.
Association of official Analytical Chemists ( AOAC ).1995.Official methods of
Analysis of AOAC International. 16thedition . Vol Ii.Published By AOAC
International. Arlington Virginia. Amerika Serikat.
Association Of Official Analytical Chemists (AOAC). 1970. Official methods of
analysis 11th edition. Association of official analytical
Chemists.Inc.,Washington. D.C.
Association of official Analytical Chemists (AOAC). 2005. Official Metdohs of
Analysis of The Association of Analytical Chemists. Benyamin Franklin
Station. Washington D.C.
Badan Pusat Statistik. 2018. Statistik Indonesia Tahun 2018. Jakarta Pusat : Badan
Pusat Statistik.
Boham, I. 2004. Efektivitas Filter untuk Budidaya Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) dengan sistem resirkulasi. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Universitas Sam Ratulangi.
Boyd, C.E., 2014. Water Quality An Introduction Second Edition. Springer
26
International Publishing Switzerland. ISBN 978-3-319-17446-4.
Darwis,dkk. 1992. Teknologi Fermentasi. Rajawali-Press, Jakarta.
Direktorat. Perbenihan Tanaman Hutan. 2002. Informasi Singkat
Benih. Direktorat. Perbenihan Tanaman Hutan. Bandung.
Effendie. 2000. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Cetakan Keempat. Yogyakarta : Kanisius.
Effendie, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Cetakan Kelima. Yogyakarta : Kansius.
Emilia, I. 2019. Analisa Kandungan Nitrat Dan Nitrit Dalam Air Minum Isi Ulang
Menggunakan Metode Spektrofotometri Uv-Vis. Jurnal Indobiosains. Vol
1 (1). http://univpgri-palembang.ac.id/e_jurnal/index.php/biosains.
Frikardo. 2009. Teknologi Pembuatan Pakan Buatan.
http://afsaragih.wordpress.com
Julianti. 2020. Penggunaan Tepung Daun Gamal (Gliricidia Sepium)
Terfermentasi Mikroorganisme Lokal (Mol bonggol pisang) Terhadap
Sintasan Dan Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus Carpio). Skripsi :
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Kon, H.S. 2018. Pengaruh Lama Fermentasi Pupuk Cair Daun Gamal (Gliricidia
sepium) Dengan Penambahan Bioaktivator EM4 dan Tetes Tebu Terhadap
Kandungan N-total dan Rasio C/N. [SKRIPSI]. Universitas Sanata
Dharma. Yogyakarta.
Kordi M. G dan Tanjung A.B. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya
Perairan. Jakarta : Rineka Cipta.
Makaminan, W. 2011. Studi Parameter Kualitas Air pada Lokasi Budidaya Ikan
di Danau Tondano desa Eris Kecamatan Eris Kabupaten Minahasa
Provinsi Sulawesi Utara. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Universitas Sam Ratulangi. Manado
Marsiningsih, N.W., Angurah, G.S., Ni,W.S.S. 2015. Analisis Kualitas Larutan
Mol (Mikroorganisme Lokal) Berbasis Ampas Tahu. E-Jurnal
Agroekoteknologi Tropika. Vol 4 (3). ISSN: 2301-6515.
Murni., Asni, A., Nurul, L. S., Hardiyanti, B., Dian, Z. 2019. Evaluasi Kualitas
Air, Sintasan dan Pertumbuhan Udang Vannamei Litopenaeus vannamei
Dengan Aplikasi Tepung Limbah Sayur Terfermentasi Cairan Rumen.
Jurnal Ecosystem. Universitas Muhammadiyah Makassar. Vol.19 No.2.
27
Nasir, M. Dan Munawar, K. 2016. Pengaruh Penggunaan Beberapa Jenis Filter
Alami Terhadap Pertumbuhan, Sintasan Dan Kualitas Air Dalam
Pemeliharaan Ikan Mas (Cyprinus Carpio). Acta Aquatica. Vol 3(1). 33-
39. ISSN. 2406-9825.
Nurhayati., Nazlia, S. 2019. Aplikasi Tepung Daun Gamal (Gliricidia sepium)
yang Difermentasi Sebagai Penyusun Ransum Pakan Terhadap Laju
Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Ilmiah Samudra
Akuatika. e-ISSN 2614-6738 – p-ISSN 2621-5314 Vol 3(1):6 – 11.
Olopade, O., Lamidi, A & Ogungbesan, M. 2015. Effect of Gliricidia sepium
(Jacq) leaf meal supplemented with enzymes (roxazyme® G2 and
maxigrain®) on growth performance of Clarias gariepinus Burchell, 1822.
American Journal of Experimental Agriculture, vol. 8, no. 3, pp 152–158.
Ridwantara, D., Dwi, I. Buwono, Agus, A.H.S. 2019. Uji Kelangsungan Hidup
dan Pertumbuhan Benih Ikan Mas Mantap (cyprinus carpio) Pada Rentang
Suhu yang Berbeda. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Universitas
Padjajaran. Vol.X No.1 Hal. 46-54.
Saanin, 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Volume I dan II. Bina
Rupa.
Sabrina, Samilok, N., Musayyadah, T., Desiana, T. Tobigo. 2018. Pertumbuhan
Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio) Pada Media Biofilter Berbeda. Jurnal
Penyuluhan Perikanan dan Kelautan. Vol. 12 (3). Hal. 215-224.
Saptarini, P. 2010. Efektifitas Teknik Akuaponik dengan Kangkung darat
(Ipomoea reptans) terhadap Penurunan Amonia pada Pembesaran Ikan
Mas. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Silaban,T.F., Limin, S. Dan Suparmono. 2012. Dalam Peningkatan Kinerja Filter
Air Untuk Menurunkan Konsentrasi Amonia Pada Pemeliharaan Ikan Mas
(Cyprinus Carpio). e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan.
Vol 1(1). ISSN:2302-3600.
SNI. 1999. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) strain Majalaya kelas
induk pokok (Parent Stock). SNI 01-6131-1999.
SNI. 2006. Pakan Buatan untuk Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) pada Budidaya
Intensif. SNI 01-4266-2006.
28
Sumeru, S.U. dan Anna, S. 2008. Karbondioksida (CO2) dalam Hubungannya
dengan Pakan Udang.
Suprihatin. 2010. Teknologi Fermentasi. UNESA Press. Surabaya.
Suwastika,N.A.N.G., Ni,W.S.S., Dan Ni,W. M. 2015. Analisis Kualitas Larutan
Mikroorganisme Lokal Daun Gamal (Gliricidia sepium) pada Beberapa
Waktu Inkubasi. AGROTROP. Vol 5 (2): 206 – 215. ISSN: 2008-155X.
Tacon AGJ. 1995. Fishmeal replacers: Review of antinutrients within oilseeds and
pulses- A limiting factor for the aquafeed green revolution in: Feed
Ingredients Asia. Singapore.
Tim Agriminakultura. 2014. Sukses Bisnis dan Budidaya Ikan Mas. PT Gramedia
Pustaka utama: Jakarta.
Wahyu, P. Teknologi Fermentasi, Alternatif Dalam Upaya Pemanfaatan Bahan
Pakan Lokal. Media Akuakultur. Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi
Budidaya Perikanan Air Tawar Subang. Vol.6 No.1
Wandi, Idham S. 2020. Evaluasi Kandungan Nutrisi Tepung Daun Gamal
(Gliricidia Sepium) Hasil Fermentasi menggunakan Mikroorganisme
Lokal (Mol bonggol pisang) sebagai Pakan Ikan Mas (Cyprinus Carpio).
Skripsi : Universitas Muhammadiyah Makassar.
Winata, N. A. S. H., Karno dan Sutarno. 2012 . Pertumbuhan Dan Produksi
Hijauan Gamal (Gliricidia Sepium) Dengan Berbagai Dosis Pupuk
Organik Cair. Animal Agriculture Journal, Vol. 1(1). 797-807.
29
LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel pengukuran kualitas air Suhu dan pH selama penelitian
Perlakuan Parameter
(ppm)
Waktu Pengukuran
Awal Tengah Akhir
Perlakuan A Suhu (ºC) 24 27-28 28-29.5
pH 6 6 6
Perlakuan B Suhu (ºC) 24 27-28 28-30
pH 6 6 6
Lampiran 2. Tabel hasil pengukuran kualitas air di Laboratorium
Perlakuan Parameter
(ppm)
Waktu Pengukuran
Awal Tengah Akhir
Perlakuan A
DO (mg/l) 1.60 5.28 4.053
Nitrat (ppm) 0.024 1.098 2.059
Amoniak (ppm) 0.006 0.017 0.029
TSS (ppm) 0.032 0.146 0.231
Perlakuan B
DO (mg.l) 1.60 5.76 4.373
Nitrat (ppm) 0.024 0.977 2.232
Amoniak (ppm) 0.006 0.019 0.031
TSS (ppm) 0.032 0.168 0.292
Lampiran 3. Analisis Statistik Pengukuran Suhu
ANOVA
Suhu
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 0,010416667 1 0,010417 0,001647 0,969569 7,708647
Within Groups 25,29166667 4 6,322917 Total 25,30208333 5
30
UJI BNT
Suhu
Perlakuan Rata-rata Simbol BNT+Rata-rata
Tanpa fermentasi 26,75 ns 71,93451
Dengan fermentasi 26,83333 ns 72,01784
Lampiran 4. Analisis Statistik Pengukuran Ph
ANOVA
Ph
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 0 1 0 0 1 7,708647421
Within Groups 0,000133333 4 3,33333E-05 Total 0,000133333 5
UJI BNT
Ph
Perlakuan Rata-rata Simbol BNT+Rata-rata
Tanpa fermentasi 6,00666667 ns 6,110412394
Dengan fermentasi 6,00666667 ns 6,110412394
Lampiran 5. Analisis Statistik Pengukuran DO
ANOVA
DO
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 0,106666667 1 0,106667 0,026676 0,878181162 7,708647
Within Groups 15,99467867 4 3,99867 Total 16,10134533 5
31
UJI BNT
DO
Perlakuan Rata-rata Simbol BNT+Rata-rata
Tanpa fermentasi 3,644333 ns 39,57693067
Dengan fermentasi 3,911 ns 39,84359734
Lampiran 6. Analisis Statistik Pengukuran Nitrat
ANOVA
Nitrat
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 0,000450667 1 0,000451 0,000398 0,985033 7,708647
Within Groups 4,525573333 4 1,131393 Total 4,526024 5
UJI BNT
Nitrat
Perlakuan Rata-rata Simbol BNT+Rata-rata
Tanpa fermentasi 1,060333 ns 20,17372
Dengan fermentasi 1,077667 ns 20,19105
Lampiran 7. Analisis Statistik Pengukuran Amoniak
ANOVA
Amoniak
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 2,66667E-06 1 2,67E-06 0,018476 0,898446 7,708647
Within Groups 0,000577333 4 0,000144 Total 0,00058 5
32
UJI BNT
Amoniak
Perlakuan Rata-rata Simbol BNT+Rata-rata
Tanpa fermentasi 0,017333 ns 0,233214
Dengan fermentasi 0,018667 ns 0,234548
Lampiran 8. Analisis Statistik Pengukuran TSS
ANOVA
TSS
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 0,001148167 1 0,001148 0,085422 0,784613 7,708647
Within Groups 0,053764667 4 0,013441 Total 0,054912833 5
UJI BNT
TSS
Perlakuan Rata-rata Simbol BNT+Rata-rata
Tanpa fermentasi 0,136333 ns 2,219621
Dengan fermentasi 0,164 ns 2,247288
Lampiran 9. Dokumentasi
A. Media Pemeliharaan Ikan Mas Selama Penelitian
33
B. Proses Pembuatan Pakan
C. Pengambilan sampel air untuk Laboratorium
D. Ikan yang telah di sampling
34
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Muh. Ismail Rusli
dilahirkan di Kab. Kepulauan Selayar pada tanggal 24
Desember 1997, sebagai anak pertama dari ayah yang
bernama Muh. Rusli Hoya dan ibu bernama Nur Hasni.
Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar di SDI
Babussalam dan tamat pada tahun 2009. Penulis kemudian melanjutkan
pendidikan di Mts. Muhammadiyah dan tamat pada tahun 2012 kemudian
melanjutkan sekolah di SMA Kartini dan lulus pada tahun 2016. Dan pada tahun
2016 penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar
Fakultas Pertanian, program studi Budidaya Perairan.
Selama proses perkuliahan di Universitas Muhammadiyah Makassar
penulis pernah mengikuti kegiatan organisasi yaitu Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah pada tahun 2016 dan juga organisasi Aqua Study Club Makassar
(ASCM) pada tahun 2016. Penulis juga memiliki pengalaman magang kerja di
PT. Esaputlii Prakarsa Utama (Benur Kita), Kab. Barru dan juga melaksanakan
KKP (Kuliah Kerja Profesi) di Kab. Takalar. Hingga akhirnya penulis melakukan
penelitian di Balai Benih Ikan Air Tawar Limbung Kel. Bajeng, Kec. Bajeng Kab.
Gowa sebagai tugas akhir dalam tahap penyelesaian study dengan judul ”
Pengaruh Tepung Daun Gamal (Gliricidia sepium) Terfermentasi
Mikroorganisme Lokal (MOL) Bonggol Pisang Dalam Pakan Terhadap Kualitas
Air Pada Budidaya Ikan Mas (Cyprinus carpio) dibawah bimbingan Dr.
Burhanuddin, S.Pi., M.P. dan Asni Anwar, S.Pi., M.Si.
35