pengaruh tepung daun gamal (gliricidi asepium

50
PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium) TERFERMENTASI MIKROORGANISME LOKAL (MOL) BONGGOL PISANG DALAM PAKAN TERHADAP KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA IKAN MAS (Cyprinus carpio) MUH ISMAIL RUSLI 105941101116 PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR 2021

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

14 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

i

PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium)

TERFERMENTASI MIKROORGANISME LOKAL (MOL)

BONGGOL PISANG DALAM PAKAN TERHADAP

KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA IKAN MAS (Cyprinus

carpio)

MUH ISMAIL RUSLI

105941101116

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

2021

Page 2: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

ii

PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidia sepium)

TERFERMENTASI MIKROORGANISME LOKAL (MOL)

BONGGOL PISANG DALAM PAKAN TERHADAP

KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA IKAN MAS (Cyprinus

carpio)

Muh. Ismail Rusli

1105941101116

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan Pada

Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Makassar

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

2021

Page 3: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

iii

Page 4: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

iv

Page 5: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

v

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Tepung

Daun Gamal (Gliricidia sepium) Terfermentasi Mikroorganisme Lokal

(MOL) Bonggol Pisang Dalam Pakan Terhadap Kualitas Air Pada Budidaya

Ikan Mas (Cyprinus carpio) adalah benar hasil karya saya yang belum diajukan

dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar, April 2021

Muh. Ismail Rusli

105941101116

Page 6: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

vi

HALAMAN HAK CIPTA

@ Hak Cipta milik Unismuh Makassar, tahun 2020

Hak Cipta dilindungi undang-undang

1. Dilarang mengutip sebahagian atau seluruh karya tulis ini tanpa

mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan,

karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu

masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Universitas

Muhammadiyah Makassar

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebahagian atau seluruh karya

tulis dalam bentuk laporan apapun tampa izin Unismuh Makassar.

Page 7: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

viii

ABSTRACT

Muh. Ismail Rusli 105941101116, The Effect of Local Microorganisme

Fermented Gamal (Gliricidia sepium) Leaf Flour in Feed with Banana Weevil

on Water Quality in Goldfish Cultivation (Cyprinus carpio), supervised by

Burhanuddin and Asni Anwar.

This study aims to determine the effect of using MOL fermented gamal

(Gliricidia sepium) leaf feed on the improvement of water quality in the

cultivation of goldfish (Cyprinus carpio). This study used two treatments with

initial, middle, and final sampling. The experimental treatments were feed with

the addition of gamal leaf flour without MOL fermentation of banana weevil

(treatment A) and feed with the addition of MOL fermented banana leaf flour

(treatment B). The maintenance of the test fish used a 60x40x40 cm3 basin which

was placed in an open space which was then filled with 30 liters of water with a

density of 12 fish/container. Feeding is carried out for 50 days with a frequency of

feeding 3 times a day at 08:00, 12:00, and 17:00 WITA. The results were

analyzed using the ANOVA statistical test and showed that feeding with the

addition of gamal leaf flour fermented MOL banana weevil did not affect the

water quality of goldfish, the best treatment was obtained in treatment A (feed

with the addition of gamal leaf flour without MOL fermentation).

Key words: Cyprinus carpio, Gliricidia sepium, Local microorganism

Page 8: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah, rahmat, dan

karunianya sehingga penulis mampu menyelesaikan sebuah Skripsi Penelitian

yang menjadi tugas akhir untuk menyandang gelar sarjana perikanan pada

Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Makassar yang berjudul Pengaruh Tepung Daun Gamal (Gliricidia sepium)

Terfermentasi Mikroorganisme Lokal (MOL) Bonggol Pisang Dalam Pakan

Terhadap Kualitas Air Pada Budidaya Ikan Mas (Cyprinus carpio). Shalawat serta

salam juga terharturkan kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah

mengantarkan ummat muslim dari jalan kegelapan ke jalan terang benderang.

Dengan segala kerendahan hati tak lupa pula penulis ingin menyampaikan

rasa terima kasih secara tulus dan ikhlas atas kerjasama dan dukungannya selama

ini, kepada:

1. Ibunda Nur Hasni dan Ayahanda Muh. Rusli Hoya yang tak henti-

hentinya selalu memberikan doa dan dukungan kepada penulis.

2. Ayahanda Dr. H. Burhanuddin, S.Pi., M. P. Selaku Dekan Fakultas

Pertanian, Universitas Muhammadiyah Makssar sekaligus menjadi

Pembimbing I penulis dan Ibunda Asni Anwar, S.Pi. M.Si. selaku

pembimbing II

3. Ibunda Dr. Ir. Hj. Andi Khaeriyah, M.Pd. sebagai ketua Program Studi

Budidaya Perairan, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Page 9: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

x

4. Rekan - rekan mahasiswa Program Studi Budidaya Perairan angkatan

2016.

Penulis menyadari segala kekurangan dalam penulisan ini. Dan jika selama

ini penulis berbuat kesalahan kepada semuanya penulis menyampaikan

permohonan maaf lahir dan bathin.

Makassar, April 2021

Muh. Ismail Rusli

Page 10: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

xi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang 1

1.2 Tujuan dan kegunaan penelitian 2

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Mas

2.1.1 Klasifikasi Ikan Mas 4

2.1.2 Morfologi Ikan Mas 5

2.1.3 Habitat Ikan Mas 5

2.1.4 Kualitas Air 5

2.2 Tanaman Gamal

2.2.1 Klasifikasi Tanaman Gamal 8

2.2.2 Morfologi Tanaman Gamal 9

2.2.3 Habitat Tanaman Gamal 9

2.2.4 Kandungan Nutrisi dan Manfaat Tanaman Gamal 10

2.3 Fermentasi 10

2.4 Mikroorganisme Lokal (MOL) 11

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat 13

3.2 Alat dan Bahan 13

3.3 Wadah Penelitian 13

3.4 Penyiapan Hewan Uji 13

3.5 Penyiapan PakanUji 14

Page 11: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

xii

3.5.1 Pembuatan Tepung Daun Gamal 14

3.5.2 Pembuatan MOL Bonggol Pisang 14

3.5.3 Proses FermentasiTepung Daun Gamal 14

3.5.4 Pembuatan Pakan Uji 14

3.6 Pemeliharaan Hewan Uji dan Pemberian Pakan 15

3.7 Rancangan Percobaan 15

3.8 Peubah yang diamati 16

3.9 Analisis Data 17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil 18

4.2 Pembahasan 18

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 24

5.2 Saran 24

DAFTAR PUSTAKA 25

LAMPIRAN 29

RIWAYAT HIDUP 34

Page 12: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

xiii

DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

1. Komposisi Bahan Pakan 15

2. Kulitas Air Ikan Mas 17

Page 13: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

xiv

DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

1. Ikan mas (Cyprinus Carpio) 4

2. Tanaman Gamal 8

Page 14: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

xv

DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Halaman

1. Tabel pengukuran kualitas air Suhu dan pH selama

penelitian 29

2. Tabel hasil pengukuran kualitas air di Laboratorium 29

3. Analisis Statistik Pengukuran Suhu 29

4. Analisis Statistik Pengukuran Ph 30

5. Analisis Statistik Pengukuran DO 30

6. Analisis Statistik Pengukuran Nitrat 31

7. Analisis Statistik Pengukuran Amoniak 31

8. Analisis Statistik Pengukuran TSS 32

9. Dokumentasi 32

Page 15: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium
Page 16: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ikan mas (Cyprinus carpio) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang

berkembang pesat sebagai ikan komersial. Ikan mas merupakan salah satu

komoditi yang memiliki nilai ekonomis penting di dalam dan luar negeri. Di

provinsi sulawesi selatan produksi ikan mas mencapai 9.707 di tahun 2018

(BPS, 2018).

Penggunaan pakan dalam budidaya ikan merupakan salah satu hal penting

yang menunjang peningkatan nilai produksi. Pakan ikan juga merupakan sumber

nutrsi bagi ikan agar ikan bisa mendapatkan energi untuk proses metabolisme dan

juga berkembang biak. Permasalahan umum yang sering dihadapi oleh

pembudidaya ikan adalah tingginya harga bahan baku pakan seperti tepung ikan

dan tepung kedelai dimana pakan ini merupakan sumber protein bagi ikan.

Tepung kedelai merupakan sumber protein nabati utama dalam pakan. Namun,

harganya yang relatif mahal menyebabkan biaya pakan menjadi meningkat,

sehingga dibutuhkan alternatif lain untuk mendapatkan sumber bahan baku lokal

yang mudah didapatkan, menekan biaya harga pakan, dan memiliki nilai gizi yang

sesuai dengan kebutuhan ikan mas. Salah satu cara untuk menggantikan bahan

baku utama pakan yaitu dengan penggunaan tepung daun gamal.

Tanaman gamal (Gliricidia sepium) merupakan salah satu jenis tanaman

leguminosa dengan kandungan unsur hara yang tinggi. Menurut Suwastika, et.al

(2015) bahwa gamal yang berumur satu tahun memiliki 3-6% N; 0,31% P; 0,77%

K; 15-30% serat kasar. Berdasarkan hasil penelitian Sutari (2009), kandungan

Page 17: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

2

unsur hara yang terdapat dalam larutan MOL daun gamal dengan konsentrasi

250 g/L air kelapa lebih tinggi daripada larutan MOL dengan bahan dasar rebung

dan rumput gajah (Suwastika, et.al 2015). Pemanfaatan tepung daun gamal masih

mengalami kendala yaitu tingginya kandungan serat kasar, rendahnya kandungan

protein, keseimbangan asam amino yang rendah, dan adanya zat antinutrisi.

(Nurhayati dan Nazlia, 2019).

Salah satu cara pengolahan yang dapat dilakukan untuk menghilangkan zat

antinutrisi melalui fermentasi. Produk akhir dari fermentasi biasanya mengandung

senyawa yang lebih sederhana sehingga bahan tersebut mudah dicerna serta dapat

meningkatkan nilai gizinya. Penelitian sebelumnya oleh Nurhayati & Nazlia

(2019) bahwa kosentrasi tepung daun gamal terfermentasi Azpergillus niger

sebanyak 40% dapat meningkatkan sintasan dan pertumbuhan ikan nila dengan

nilai SGR 0,7%, FCR 1,7 dan retensi protein 14,99 %, namun belum pernah

dilakukan penelitian mengenai pemanfaatan mikroorganisme lokal (MOL)

bonggol pisang sebagai fermentor untuk meningkatkan kualitas nutrisi tepung

daun gamal dalam pakan ikan mas.

Berdasarkan hal tersebut, sangat penting dilakukan penelitian mengenai

“Pengaruh Penggunaan Pakan Tepung Gamal (Gliricidia sepium) Terfermentasi

Mikroorganisme Lokal (MOL) Bonggol Pisang Terhadap Kualitas Air Pada

Budidaya Ikan Mas (Cyprinus carpio)”.

1.2. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dosis pakan daun gamal

(Gliricidia sepium) terfermentasi MOL yang tepat terhadap perbaikan kualitas air

Page 18: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

3

pada budidaya ikan mas (Cyprinus carpio).

Penelitian ini diharapkan menjadi informasi ilmiah tentang dosis pakan

daun gamal (Gliricidia sepium) terfermentasi MOL yang tepat terhadap perbaikan

kualitas air dalam pemeliharaan ikan mas (Cyprinus carpio). Selain itu, sebagai

bahan acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

Page 19: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ikan Mas

2.1.1 Klasifikasi Ikan Mas

Menurut Saanin (1984) secara taksonomi hewan, klasifikasi ikan mas

(Gambar 1), adalah sebagai berikut:

Filum : Chordata

Sub Filum : Vertebrata

Kelas : Actinopterygii

Sub Kelas : Neopterygii

Ordo : Cypriniformes

SubOrdo : Cyprinoidea

Famili : Cyprinidae

Genus : Cyprinus

Spesies : Cyprinus carpio

Gambar 2.1 Ikan mas (Cyprinus carpio)

Page 20: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

5

2.1.2 Morfologi Ikan Mas

Ikan mas merupakan (Cyprinus carpio) merupakan salah satu jenis ikan

hias. Ikan mas memiliki bentuk tubuh agak memanjang dan memipih tegak

(compressed). Mulut terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan

(protaktil) serta terdapat dua pasang sungut. Di ujung dalam mulut terdapat gigi

kerongkongan (pharyngeal teeth) yang bersusun dari tiga baris gigi geraham.

Hampir seluruh bagian tubuh ikan mas ditutupi sisik, kecuali beberapa varietas

yang memiliki sedikit sisik. Sisik ikan mas berukuran relatif besar dan

digolongkan ke dalam sisik tipe lingkaran (cycloid) (Amri dan Khairuman,2008).

2.1.3 Habitat Ikan Mas

Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan air tawar yang airnya

tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai

atau danau. Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150-600 m

(dpl) dan pada suhu 25-30°C. Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan mas

kadang-kadang ditemukan di perairan payau atau muara sungai yang bersalinitas

kadar garam 25-30 ppt ikan mas tergolong jenis omnivora, yakni ikan yang dapat

memangsa berbagai jenis makanan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun

binatang renik. Namun, makanan utamanya adalah tumbuhan dan binatang yang

terdapat di dasar dan tepi perairan (Amri dan Khairuman, 2008).

2.1.4 Kualitas Air

Kualitas air merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan

karena sangat berpengaruh dalam kualitas dan pertumbuhan ikan mas.

Dalampengukuran kualitas air beberapa parameter yang harus diperhatikan yakni

Page 21: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

6

suhu, pH, oksigen terlarut, nitrit, amoniak dan TSS.

Suhu merupakan salah satu faktor abiotik penting yang mempengaruhi

aktivitas, nafsu makan, kelangsungan hidup, pertumbuhan ikan mas. Menurut

Nasir dan Munawar (2016) yang menyatakan bahwa toleransi suhu yang optimal

dalam pemeliharaan ikan mas yaitu 25oC – 30oC. Suhu yang ada pada perairan

tersebut masih bisa dikatakan cukup baik untuk hidup ikan mas, suhu merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi nafsu makan ikan mas dan pertumbuhan,

metabolisme serta mempengaruhi kadar oksigen yang terlarut (DO) dalam air. Hal

ini diperkuat oleh pernyataan Nasir dan munawar (2016) bahwa ikan mas dapat

hidup pada kisaran suhu 14oC – 38oC. Pada suhu dibawah 14oC dan diatas 38oC.,

kehidupan ikan mas mulai terganggu dan akan mati pada suhu 6oC dan 42oC.

pH atau logaritma negatif adalah indeks konsentrasi ion hidrogen (H+)

merupakan master variabel dalam kualitas air karena ion hidrogen mempengaruhi

banyak reaksi. Kisaran pH optimal untuk sebagian besar organisme akuatik adalah

6.5-8.5, dan titik kematian asam dan basa sekitar pH 4 dan pH 11 (Boyd, 2014).

Nasir dan munawar (2016) menyatakan, bahwa derajat keasaman (pH)

mempengaruhi daya produktifitas suatu perairan. Air yang bersifat basa dan netral

cenderung lebih produktif dibandingkan dengan air yang bersifat asam. pH yang

baik untuk pertumbuhan ikan mas berkisar 7 – 8. Nilai pH yang dapat ditolelir

antara 5 – 11, tetapi kehidupan normal pada pH antara 7-8 (Nasir dan Munawar,

2016).

Oksigen terlarut merupakan salah satu parameter kualitas air yang dapat

mempengaruhi proses fisiologis ikan mas. Secara umum, kandungan oksigen

Page 22: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

7

terlarut rendah akan menyebabkan nafsu makan organisme dan tingkat

pemanfaatannya rendah, berpengaruh pada tingkah laku dan proses fisiologis

seperti tingkat kelangsungan hidup, pernafasan, sirkulasi, makan dan

metabolisme. Kandungan oksigen terlarut (DO) yang baik untuk kehidupan ikan

mas ialah pada 3 - 5 mg/L (Nasir dan Munawar, 2016). Jika kandungan oksigen

terlarut (DO) dalam media pemeliharaan tidak optimal, ikan mas akan membuka

mulutnya dan selalu berada di permukaan air, bahkan bila air tidak segera diganti

dapat menimbulkan kematian.

Nitrit merupakan bentuk nitrogen yang hanya sebagian teroksidasi. Nitrit

tidak ditemukan dalam air limbah yang segar, melainkan dalam limbah yang

sudah basi atau lama. Nitrit tidak dapat bertahan lama dan merupakan keadaan

sementara proses oksidasi antara amoniak dan nitrat. Nitrit tidak tetap dan dapat

berubah menjadi amoniak atau dioksidasi menjadi nitrat (Emilia, 2019). Menurut

Tim Agriminakultura (2014), nitrit dalam pemeliharaan ikan mas maksimum

0,1mg/l.

Amoniak adalah senyawa nitrogen dan hidrogen yang memiliki aroma tajam

dengan bau yang khas. Sebuah molekul amoniak terbentuk dari ion nitrogen

bermuatan negatif dan tiga ion hidrogen bermuatan positif, dan karena itu secara

kimia direpresentasikan sebagai NH3. Amoniak dapat terjadi secara alami atau

dapat diproduksi (Nasir dan Munawar, 2016). Kadar amoniak bebas yang terdapat

dalam perairan tawar yang dapat ditolerir organisme disekitarnya adalah 1.5 mg/l

(Nasir dan munawar, 2016). Menurut Tim Agriminakultura (2014), ammonia total

dalam pemeliharaan ikan mas maksimum 0,02 mg/l.

Page 23: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

8

Total Suspended Solid (TSS) merupakan zat padat (pasir, lumpur, dan tanah

liat) atau partikel tersuspensi dalam air dan dapat berupa komponen hidup (biotik)

seperti fitoplankton, zooplankton, bakteri, fungi, ataupun komponen mati (abiotik)

seperti detritus dan partikel anorganik (Ainy,et.al 2011). Menurut Tim

Agriminakultura (2014), Total Suspended Solid (TSS) atau residu padat terlarut

total dalam pemeliharaan ikan mas yaitu maksimum 2000 mg/l.

2.2 Tanaman Gamal

2.2.1 Klasifikasi Tanaman Gamal

Menurut Kon (2018) klasifikasi tanaman gamal (Gambar 2) sebagai berikut:

Filum : Plantea

Divisi : Magnoliophyta

Ordo : Fabales

Family : Fabaceas

Sub-famili : Faboideae

Genus : Gliricidia

Spesies : Gliricidia sepium

Gambar 2.2 Tanaman Gamal (Gliricidia sepium)

Page 24: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

9

2.2.2 Morfologi Tanaman Gamal

Batang gamal berukuran kecil hingga sedang, tingginya dapat mencapai

10- 12 m, sering bercabang dari dasar dengan diameter basal mencapai 50-70 cm.

Kulit batang halus dengan warna bervariasi, dari putih abu-abu kemerah tua-

coklat. Batang dan cabang-cabang pada umumnya ada bercak putih kecil

(Winata,et.al 2012). Daun gamal menyirip ganjil, biasanya perpasangan sepanjang

sekitar 30 cm melebar 5-20 cm, helai daun berbentuk ovale atau elips, panjang

daun 2-7 cm, dan lebar daun 1-3 cm. Helai daun, pelepah dan tulang belakang

kadang-kadang bergaris-garis merah. Bunga berwarna merah muda ke unguan,

sedikit warna putih, biasanya dengan titik kuning pucat menyebar di dasar

kelopak. Dasar kelopak bunga bulat dan hampir tegak, dengan ukuran sekitar 20

mm, panjang kelopak bunga 15-20 mm, dan lebarnya 4-7 mm. Polong muda

berwarna hijau kemerahan-unguan, berwarna kuning-cokelat setelah masak, dan

berwarna kuning coklat muda sampai coklat bila sudah tua. Polong berbentuk

pipih hampir bulat, panjang polong 10-18 cm, lebarnya 2 cm, jumlah biji 4-10

(Winata, et.al 2012).

2.2.3 Habitat Tanaman Gamal

Tanaman gamal adalah nama jenis perdu dari kerabat polong-polongan

(suku fabaceae atau leguminosae). Penyebaran alami tidak diketahui dengan jelas

karena telah dibudidayakan sejak lama, tetapi kuat menunjukkan bahwa

penyebarannya terbatas pada hutan hujan tropis di daratan rendah pesisir pasifik

dan beberapa lembah pedalaman di Amerika Tengah dan Meksiko. Tanaman ini

sekarang sudah menyebar di seluruh daerah tropis termasuk Indonesia (Direktorat

Page 25: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

10

perbenihan tanaman hutan, 2002).

2.2.4 Kandungan Nutrisi dan Manfaat

Daun gamal merupakan hijauan pakan yang produksinya berkesinambungan

dan memiliki kandungan gizi berdasarkan berat kering protein 16,88%, serat kasar

16,97%, bahan organik 89,63%, kadar abu 10,37%, energi kotor 3,01%, kalsium

0,20% dan kadar fosfor 0,40% (Olopade, et.al 2015).

Selain bermanfaat sebagai tanaman pagar, daun gamal juga berfungsi

sebagai tanaman pelindung, sumber pupuk hijau, kayu bakar, bahan bangunan

sederhana dan furniture, menyediakan bahan arang, pencegah erosi, untuk

kepentingan penghijaun lahan kritis, pakan ternak, selain itu tanaman gamal juga

dilaporkan digunakan dalam kepentingan lainnya seperti daunnya digunakan

sebagai pakan ikan (Ajayi, 2005).

2.3 Fermentasi

Fermentasi adalah suatu proses terjadinya perubahan kimia pada suatu

substrat organik melalui aktivitas enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme

(Suprihatin, 2010). Nutrient tambahan adalah salah satu faktor yang

mempengaruhi percepatan proses fermentasi dan pertumbuhan mikroorganisme,

selain itu faktor seperti suhu, pH awal fermentasi, inokulum, substrat juga mampu

mempengaruhi proses fermentasi. Menurut Wahyu (2011) fermentasi memiliki

fungsi yaitu sebagai salah satu cara pengolahan dalam rangka pengawetan bahan

dan cara untuk mengurangi bahkan menghilangkan zat racun yang dikandung

suatu bahan serta adanya berbagai jenis mikroorganisme yang mempunyai

kemampuan untuk mengkonversikan pati menjadi ptotein dengan penambahan

Page 26: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

11

nitrogen anorganik melalui fermentasi.

Fermentasi juga dimanfaatkan dalam pembuatan pakan untuk hewan

budidaya, fermentasi ini dimanfaatkan untuk mengubah bahan organik kompleks

menjadi molekul yang lebih sederhana sehingga mudah dicerna. Perombakan

senyawa yang terjadi pada proses fermentasi yaitu karbohidrat menjadi glukosa,

lemak menjadi asam lemak dan gliserol, serta protein akan mengalami penguraian

menjadi asam amino, serta enzim yang akan memperbaiki nilai nutrisi,

pertumbuhan, serta meningkatkan daya cerna serat kasar, protein, dan nutrisi

pakan lainnya (Amarwati, et.al 2015).

2.4 Mikroorganisme Lokal (MOL)

Mikroorganisme lokal (MOL) adalah mikrooganisme yang dimanfaatkan

sebagai starter dalam pembuatan pupuk organik padat maupun cair bahan utama

MOL terdiri beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

mikroorganisme. Bahan dasar untuk fermentasi larutan MOL dapat berasal dari

hasil pertanian, perkebunan, maupun limbah organik rumah tangga. Karbohidrat

sebagai sumber nutrisi untuk mikroorganisme larutan MOL yang telah mengalami

proses fermentasi dapat digunakan sebagai dekomposer dan pupuk cair untuk

meningkatkan kesuburan tanah dan sumber unsur hara bagi pertumbuhan

tanaman. Mikroorganisme merupakan makhluk hidup yang sangat kecil,

mikroorganisme digolongkan ke dalam golongan Protista yang terdiri dari

bakteri, fungi, protosea, dan algae (Darwis, 1992).

Larutan MOL adalah hasil fermentasi yang berbahan dasar dari berbagai

sumaberdaya alam yang tersedia. Menurut Marsiningsih, et.al 2015 larutan MOL

Page 27: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

12

mengandung unsur hara mikro dan makro dan juga mengandung bakteri yang

berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan, dan

sebagai agen pengendali penyakit tanaman sehingga MOL dapat digunakan baik

sebagai dekomposer, pupuk hayati, dan sebagai pestisida organik terutama

sebagai fungisida.

Page 28: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

13

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu Dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September hingga bulan Oktober

2020 di Balai Benih Ikan (BBI) Limbung, Kelurahan Kalebajeng, Kecamatan

Bajeng, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan.

3.2. Alat Dan Bahan

Alat yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu Wadah baskom, aerasi,

timbangan digital, selang aerasi, baskom, bak tandon, sendok besar, saringan,

penggaris, termometer, pH meter, DO meter, kertas lakmus, alat tulis.

Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu benih ikan mas, tepung daun

gamal, tepung ikan, tepung kedelai, tepung jagung, tepung pollard, tepung

tapioka, minyak ikan, minyak jagung, premix, vitamin C, dan air tawar.

3.3. Wadah Penelitian

Tahap persiapan wadah dilakukan dengan mempersiapkan wadah baskom

kapasitas 30 liter sebanyak dua wadah, kemudian wadah dicuci dan dikeringkan.

Wadah yang telah dikeringkan diberi label sesuai perlakuan, setelah itu diletakkan

lalu wadah baskom diisi air sebanyak 20 liter yang sebelumnya telah di tampung

di tandon, kemudian diberi aerasi selama 24 jam.

3.4. Penyiapan Hewan Uji

Ikan uji yang digunakan adalah ikan mas berukuran ± 2,5 cm dengan berat

rata-rata ± 3,3 gram. Kemudian selama 1 minggu ikan uji diaklimatisasi untuk

mengadaptasikan pada kondisi lingkungan yang baru. Sebelumnya terlebih dahulu

dilakukan pengukuran panjang dan berat awal ikan uji. Setalah itu wadah waskom

Page 29: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

14

diisi dengan ikan uji, padat penebaran 12 ekor per wadah.

3.5. Penyiapan Pakan Uji

3.5.1 Pembuatan Tepung Daun Gamal

Pembuatan tepung daun gamal diawali dengan mengumpulkan daun gamal

disekitar wilayah Kota Makassar. Selanjutnya daun gamal tersebut dikeringkan

dibawah sinar matahari. Daun gamal yang sudah mengering kemudian digiling

menjadi tepung.

3.5.2 Pembuatan Mol Bonggol Pisang

Pembuatan Mikroorganisme Lokal diawali dengan mengambil bonggol

pisang kepok (Musa acuminate balbisiana) dari perkebunan sekitar wilayah Kota

Makassar. Sebanyak 1 kg bonggol pisang yang telah dihaluskan dimasukkan ke

dalam wadah dan ditambahakan dengan air cucian beras sebanyak 2 liter dan gula

merah sebanyak 1/5 kg.kemudian di fermentasi selama 7 hari secara anaerob.

3.5.3 Proses Fermentasi Tepung Daun Gamal

Tepung daun gamal ditimbang sesuai perlakuan kemudian ditambahkan

MOL bonggol pisang sebanyak 0,5%. Selanjutnya dimasukkan dalam plastik klip

dan difermentasikan selama 3 hari secara anaerob. Selanjutnya disimpan dalam

box dengan tujuan agar suhu ruangan sama. Setelah proses inkubasi selesai

disimpan dalam freser untuk menghentikan kerja enzim cairan MOL, kemudian

dianalisis.

3.5.4 Pembuatan Pakan Uji

Tepung daun gamal yang telah difermentasi MOL bonggol pisang dicampur

dengan tepung jagung, tepung pollard, tepung ikan, tepung tapioka, minyak ikan,

Page 30: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

15

minyak jagung, premix, vitamin C dan Cr2O3 (sebagai indikator) sesuai formulasi

yang telah ditetapakan disetiap perlakuan. Selanjutnya pakan yang telah dicetak

dijemur selama 3 hari dibawah sinar matahari hingga kering. Pakan yang telah

kering tersebut diuji proksimat laboratoriumnya untuk mengukur mengetahui

kandungan nutrisinya. Adapun komposisi bahan pakan yang digunakan pada

penelitian ini tersaji pada tabel 1.

Tabel 3.1 Komposisi Bahan Pakan

Bahan Pakan Formlasi Bahan Pakan

Tepung Ikan 28%

Tepung Jagung 7%

Dedak Halus 9%

Tepung Terigu 9%

Tepung Daun Gamal 45%

Minyak Ikan 1%

Vitamin A 1%

∑ 100%

3.6. Pemeliharaan Hewan Uji dan Pemberian Pakan

Pemeliharaan ikan uji dilakukan selama 50 hari dengan frekuensi pemberian

pakan dilakukan sebanyak 3 kali sehari yaitu pada pukul 08.00,12.00 dan 17.00

WITA. Selama pemeliharaan dilakukan penyaringan sisa pakan setiap pagi hari

sebelum pemberian pakan dan pergantian air sebanyak 20% dari total volume air

wadah baskom setiap 1 minggu sekali.

3.7. Rancangan penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan yaitu dengan mengambil sampel

kualitas air pada awal, tengah, dan akhir penelitian.

Page 31: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

16

1. Perlakuan A = Pakan tepung daun gamal tanpa fermentasi MOL bonggol

pisang

2. Perlakuan B = Pakan tepung daun gamal terfermentasi MOL bonggol pisang

3.8. Peubah yang Diamati

Parameter yang akan di amati yaitu kualitas air, beberapa parameter fisika

dan kimia lingkungan pemeliharaan antara lain suhu, pH, oksigen terlarut, nitrat,

amonia dan TSS. Suhu diukur dengan menggunakan thermometer, pH diukur

dengan menggunakan pH meter, oksigen terlarut diukur dengan menggunakan DO

meter, nitrit dan amonia diukur dengan menggunakan spektofotometer sedangkan

TSS dihitung perbedaan antara padatan terlarut total dan padatan total dengan

rumus (Bold, 2014) :

𝑇𝑆𝑆 = (𝐴 − 𝐵)𝑥 1000/𝑉

Keterangan:

TSS = Total Suspended Solid atau residu padat terlarut total (mg/L)

A = Berat kertas saring + residu kering (mg),

B = Berat Kering Saring (mg)

V = Volume(L)

Suhu, pH, dan oksigen terlarut diukur 2 kali sehari yakni pada pukul 06.00

pagi dan sore pukul 17.00. Adapun nitrat, ammonia dan TSS diukur 3 kali selama

penelitian, yakni pada awal, pertengahan, dan akhir penelitian.

Page 32: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

17

3.4 Analisis Data

Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dengan menggunakan

aplikasi Microsoft Excel 2010. Kemudian dianalisis statistik Anova, selanjutnya

jika hasilnya berbeda maka dilakukan dengan uji BNT untuk mengetahui

perbedaan antar perlakuan

Page 33: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil pengukuran kualitas air ikan mas yang diberi pakan tepung daun

gamal terfermentasi MOL bonggol yang disajikan pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Kualitas Air Ikan Mas

Perlakuan Parameter Waktu Pengukuran SNI

1999 Awal Tengah Akhir

Perlakuan A

Suhu (ºC) 24 27-28 28-29.5 25-30

pH 6 6 6 6.5-8.5

DO (mg/l) 1.60 5.28 4.053 >5

Nitrat (ppm) 0.024 1.098 2.059 20

Amoniak (ppm) 0.006 0.017 0.029 0.2

TSS (ppm) 0.032 0.146 0.231 <50

Perlakuan B

Suhu (ºC) 24 27-28 28-30 25-30

pH 6 6 6 6.5-8.5

DO (mg.l) 1.60 5.76 4.373 ≥5

Nitrat (ppm) 0.024 0.977 2.232 20

Amoniak (ppm) 0.006 0.019 0.031 0.2

TSS (ppm) 0.032 0.168 0.292 <50

4.2 Pembahasan

Hasil pengukuran kualitas air perlakuan A dan B menunujukkan angka

kisaran suhu yang baik dalam pemeliharaan ikan mas yaitu berkisar 24-30ºC

(Tabel 4.1). Suhu merupakan parameter yang dapat mempengaruhi

kelulushidupan, pertumbuhan dan juga kesehatan ikan. Menurut Mukaminan

(2011) kisaran suhu optimum untuk kehidupan ikan yaitu berkisar antara 25-32ºC,

Page 34: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

19

namun hasil penelitian oleh Ridwantara, et.al (2019) menunjukkan bahwa ikan

mas mampu beradaptasi dengan kisaran suhu 20ºC dan suhu 24 ºC dimana suhu

ini merupakan angka dibawah suhu optimal untuk pertumbuhan ikan mas

sedangkan suhu dengan 29ºC merupakan suhu yang ideal untuk pertumbuhan ikan

mas. Ridwantara, et.al (2019) juga melanjutkan bahwa penurunan suhu sebesar

1ºC per hari tidak akan membuat ikan mas menjadi stress karena perubahan tidak

terjadi secara drastis.

Derajat keasaman mempunyai pengaruh yang besar pada organisme perairan

terutama jika pH terlalu rendah taupun terlalu tinggi. Kisaran pH yang dihasilkan

selama penelitian baik pada perlakuan A dan perlakuan B memperoleh nilai pH 6.

Menurut Sabrina, et.al (2018) nilai pH yang tinggi (>9) akan mengakibatkan

pertumbuhan ikan menjadi terhambat sedangkan pH yang rendah (<4,5 -6,5) akan

menjadi racun bagi ikan, mengalami pertumbuhan terhambat, dan ikan akan

menjadi sensitive dengan bakteri dan parasite. Hal serupa dikemukakan oleh

Kordi dan Tanjung (2007) bahwa dalam budidaya pada pH 5 masih dapat ditolerir

pada ikan, tetapi menghambat pertumbuhan. Effendi (2003) juga menambahkan

semakin meningkatnya pH dan suhu perairan menyebabkan persentase ammonia

bebas terhadap ammonia total semakin meningkat. Nilai pH pada air tergolong

angka yang masih layak bagi ikan mas, hal ini diduga karena kadar amoniak

rendah dan oksigen yang melimpah membuat pH air menjadi stabil. Kadar

amoniak rendah dikarenakan pakan yang diberikan dicerna baik oleh ikan mas

sebagai sumber energi dan untuk proses metabolisme di dalam tubuh ikan.

Page 35: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

20

Kandungan oksigen terlarut yang tersaji pada tabel 4.1 menunjukkan hasil

yang layak untuk kehidupan ikan mas. DO tertinggi diperoleh oleh perlakuan A

yaitu mencapai 4.053 ppm dibandingkan dengan perlakuan B yaitu 4.373 ppm.

Menurut Saptarini (2010) kandungan oksigen terlarut yang sesuai untuk

pembudidaya ikan yaitu berkisar antar 5 mg/l, dan kisaran DO yang dapat

membuat ikan menjadi stress berkisar antara 3-4 mg/l. Hasil pengukuran oksigen

terlarut tergolong stabil dikarenakan adanya pompa air dengan system resirkulasi

yang baik sehingga kebutuhan oksigen terlarut tetap terjaga. Kestabilan

kandungan oksigen juga dikarenakan suhu pada perairan yang masih stabil karena

pakan yang diberikan mampu dicerna baik oleh ikan dan tidak banyak yang

terbuang dan menjadi toksik.

Nitrat merupakan salah satu zat yang menunjang kesuburan dan menjadi

faktor penentu kualitas suatu perairan. Oleh karena itu jika konsentrasi nitrat

melebihi baku mutu yang telah ditentukan maka dipastikan akan terjadi

menurunnya kualitas perairan tersebut dan akan berdampak negative pada biota

air. Kandungan nitrat tertinggi diperoleh pada perlakuan pakan daun gamal

terfermentasi MOL bonggol pisang (perlakuan B) yaitu sebanyak 2.232 mg/l,

sedangkan pada perlakuan pakan daun gamal tanpa fermentasi MOL bonggol

pisang (perlakuan A) menghasilkan nitrat sebanyak 2.059 mg/l. Nilai nitrat yang

diperoleh masih dalam kisaran yang layak bagi ikan, menurut Boham (2004) nitrat

akan mengakibatkan kematian jika lebih dari 50 mg/l dan akan nitrat akan

menjadi racun jika lebih dari 100 mg/l. Angka yang diperoleh pada pengukuran

nitrat baik perlakuan A dan B masing-masing memiliki angka yang masih ditolerir

Page 36: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

21

oleh kehidupan ikan mas, hal ini diduga karena nilai angka pada pengukuran

amoniak yang masih stabil sehingga nilai nitrat rendah dan kualitas air tetap

terjaga.

Menurut Sumeru dan Ana (2008) sumber utama ammonia dalam air adalah

hasil perombakan bahan organik, sumber bahan organik yang terbesar dalam

budidaya insentif adalah pakan. Sebagian pakan dimanfaatkan oleh ikan untuk

pertumbuhan, tetapi sebagian lagi akan diekskresikan dalam bentuk kotoran padat

dan amoniak terlarut (NH3) dalam air. Hasil pengukuran amoniak yang terbaik

adalah pada perlakuan A mencapai 0.0029 mg/l dibandingkan dengan perlakuan B

yaitu 0.0031 mg/l (Tabel 4.1). Amoniak merupakan hasil akhir dari proses

metabolisme ikan, semakin tinggi nilai ammoniak berarti semakin banyak sisa

pakan yang tidak tercerna dan akan menjadi racun bagi ikan. Menurut Effendie

(2000) kandungan amoniak pada perairan tawar tidak melebihi 0,2 mgl/l, ini

berarti kadar amnoniak pada penelitian ini masih dalam keadaan yang baik.

Jumlah amoniak yang diekskresikan oleh ikan bervariasi tergantung pada

kandungan protein yang terdapat pada pakan yang diberikan. Hasil hidrolisis

protein juga menunjukkan bahwa perlakuan A memiliki kadar protein lebih tinggi

dibanding perlakuan B. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tacon (1995) bahwa

tingkat protein optimum dalam pakan untuk pertumbuhan ikan berkisar antara 25

– 50 %.

TSS atau Total Suspended Solid merupakan salah satu faktor penting yang

sangat berguna dalam menganalisis perairan dan buangan domestik yang tercemar

serta dapat digunakan untuk mengevaluasi mutu air, maupun menentukan efisiensi

Page 37: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

22

unit pengolahan. Banyaknya TSS yang berada dalam perairan dapat menurunkan

kesediaan oksigen terlarut. Jika hal itu terjadi dan berlangsung lama akan

menyebabkan kematian pada ikan. Nilai TSS yang diperoleh pada perlakuan A

mencapai 0,231 mg/l angka yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan B

yaitu sebanyak 0.292 mg/l (tabel 4.1). Nilai TSS pada penelitian merupakan nilai

yang layak bagi ikan mas, sesuai dengan pernyataan Agus, et.al (2016)

menyatakan bahwa baku mutu kandungan TSS maksimal 50 mg/l. Menurut

Effendi (2003) TSS dalam jumlah yang berlebihan dapat menyebabkan

penyumbatan filament insang ikan atau selaput pernapasan lainnya, sehingga

asupan oksigen oleh ikan menjadi berkurang karena terlapisi oleh padatan.

Pengukuran kualitas air (suhu, pH, oksigen terlarut, amoniak, nitrat dan

TSS) ikan mas pada perlakuan A dengan perlakuan B menghasilkan nilai yang

masih baik bagi budidaya ikan mas. Namun dari data yang dapat dilihat pada tabel

4.1 pengukuran kualitas pada perlakuan A (pakan tepung daun gamal tanpa

fermentasi MOL) lebih layak dibandingkan dengan perlakuan B (pakan tepung

daun gamal terfermentasi MOL). Hal ini diduga karena kandungan nutrisi pakan

tepung daun gamal tanpa fermentasi MOL bonggol pisang (perlakuan A) yang

lebih sesuai dengan kebutuhan ikan mas terlihat jelas pada hasil pengukuran kadar

amoniak dan TSS perlakuan A yang lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan

B. Rendahnya nilai amoniak diduga karena pakan yang diberikan lebih banyak

masuk ke dalam tubuh untuk keperluan proses metabolisme daripada yang

terbuang.

Page 38: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

23

Hasil pengukuran kualitas air sejalan dengan hasil hidrolisis protein oleh

Wandi (2020) yang menunjukkan bahwa perlakuan pakan dengan penambahan

tepung daun gamal tanpa terfermentasi memiliki kadar protein mencapai 21.67 %,

lemak 24.5 % dan karbohidrat 2.8% dimana menurut Frikardo (2009) kebutuhan

protein ikan umumnya sekitar 20%-60% dan baiknya sekitar 30-36%. Sedangkan

menurut SNI (2006) kandungan pakan buatan bagi ikan mas yaitu protein

sebanyak 25%-30%, lemak sebanyak 5%, dan karbohidrat sebanyak 28%.

Hasil yang diperoleh pada sintasan atau survival rate oleh Julianti (2020)

juga menunjukkan hal yang sama bahwa penambahan tepung daun gamal

terfermentasi mikroorganisme lokal (MOL) bonggol pisang pada pakan tidak

memberikan pengaruh nyata (P>0.05) untuk semua perlakuan. Dan pada

perlakuan pakan daun gamal tanpa fermentasi MOL bonggol pisang menghasilkan

sintasan sebesar 94,44%, yang dimana menurut SNI (1999) standar sintasan untuk

ikan mas minimal 80%. Tingginya sintasan diduga karena pakan yang digunakan

sesuai dengan kebutuhan hidup ikan mas sehingga ikan mas mampu

memanfaatkannya dengan baik.

Page 39: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

24

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan pakan

tepung daun gamal yang terfermentasi mikroorganisme lokal (MOL) bonggol

pisang tidak berbeda dengan perlakuan pakan daun gamal tanpa fermentasi MOL

bonggol pisang pada budidaya ikan mas (Cyprinus carpio).

5.2 Saran

Saran yang bisa diberikan pada penelitian ini, sebaiknya dilakukan penelitian

lebih lanjut mengenai pengaruh penggunaan tepung daun gamal yang difermentasi

mikroorganisme lokasl (MOL) bonggol pisang dengan dosis yang lebih tinggi

atau dengan menggunakan metode fermentasi lainnya.

Page 40: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

25

DAFTAR PUSTAKA

Agus, U.N., F. Putut, M.H.B., Ibnul, M. 2016. Toksisitas Akut Limbah Cair

Tenun Troso Terhadap Ikan Mas (Cyprinus carpio L.). Jurnal Universitas

Negeri Semarang. ISSN 2252-6277.

Ainy,K., Aries. D.S., Dan Wahyu, A.N. 2011. Sebaran Total Suspended Solid

(Tss) Di Perairan Sepanjang Jembatan Suramadu kabupaten Bangkalan.

Jurnal KELAUTAN. Volume 4(2). ISSN : 1907-9931.

Ajayi, O.C., F. Place, f. Kwesiga, P. Mafongoya Dan S. Franzel. 2005. Impact of

Fertilizer Tree Fallows In Eastern Zambia. Word Agroforestry Centre.

Nairobi. Kenya United Nation Avenue Gigiri. Aksara. Jakarta.

Amarwati, H., Subandiyono, dan Pinandoyo. 2015. Pemanfaatan Tepung Daun

Singkong (Manihot utilissima) yang Difermentasi dalam Pakan Buatan

Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus).

Jurnal of Aquaculture Management and Technology. 4 (2): 51-59 hlm.

Amri, K. dan Khairuman. 2008. Ciri Morfologi Ikan Mas. Jakarta. AgroMedia

Pustaka.

Association of official Analytical Chemists ( AOAC ).1995.Official methods of

Analysis of AOAC International. 16thedition . Vol Ii.Published By AOAC

International. Arlington Virginia. Amerika Serikat.

Association Of Official Analytical Chemists (AOAC). 1970. Official methods of

analysis 11th edition. Association of official analytical

Chemists.Inc.,Washington. D.C.

Association of official Analytical Chemists (AOAC). 2005. Official Metdohs of

Analysis of The Association of Analytical Chemists. Benyamin Franklin

Station. Washington D.C.

Badan Pusat Statistik. 2018. Statistik Indonesia Tahun 2018. Jakarta Pusat : Badan

Pusat Statistik.

Boham, I. 2004. Efektivitas Filter untuk Budidaya Ikan Nila (Oreochromis

niloticus) dengan sistem resirkulasi. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan. Universitas Sam Ratulangi.

Boyd, C.E., 2014. Water Quality An Introduction Second Edition. Springer

Page 41: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

26

International Publishing Switzerland. ISBN 978-3-319-17446-4.

Darwis,dkk. 1992. Teknologi Fermentasi. Rajawali-Press, Jakarta.

Direktorat. Perbenihan Tanaman Hutan. 2002. Informasi Singkat

Benih. Direktorat. Perbenihan Tanaman Hutan. Bandung.

Effendie. 2000. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan

Lingkungan Perairan. Cetakan Keempat. Yogyakarta : Kanisius.

Effendie, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan

Lingkungan Perairan. Cetakan Kelima. Yogyakarta : Kansius.

Emilia, I. 2019. Analisa Kandungan Nitrat Dan Nitrit Dalam Air Minum Isi Ulang

Menggunakan Metode Spektrofotometri Uv-Vis. Jurnal Indobiosains. Vol

1 (1). http://univpgri-palembang.ac.id/e_jurnal/index.php/biosains.

Frikardo. 2009. Teknologi Pembuatan Pakan Buatan.

http://afsaragih.wordpress.com

Julianti. 2020. Penggunaan Tepung Daun Gamal (Gliricidia Sepium)

Terfermentasi Mikroorganisme Lokal (Mol bonggol pisang) Terhadap

Sintasan Dan Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus Carpio). Skripsi :

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Kon, H.S. 2018. Pengaruh Lama Fermentasi Pupuk Cair Daun Gamal (Gliricidia

sepium) Dengan Penambahan Bioaktivator EM4 dan Tetes Tebu Terhadap

Kandungan N-total dan Rasio C/N. [SKRIPSI]. Universitas Sanata

Dharma. Yogyakarta.

Kordi M. G dan Tanjung A.B. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya

Perairan. Jakarta : Rineka Cipta.

Makaminan, W. 2011. Studi Parameter Kualitas Air pada Lokasi Budidaya Ikan

di Danau Tondano desa Eris Kecamatan Eris Kabupaten Minahasa

Provinsi Sulawesi Utara. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Universitas Sam Ratulangi. Manado

Marsiningsih, N.W., Angurah, G.S., Ni,W.S.S. 2015. Analisis Kualitas Larutan

Mol (Mikroorganisme Lokal) Berbasis Ampas Tahu. E-Jurnal

Agroekoteknologi Tropika. Vol 4 (3). ISSN: 2301-6515.

Murni., Asni, A., Nurul, L. S., Hardiyanti, B., Dian, Z. 2019. Evaluasi Kualitas

Air, Sintasan dan Pertumbuhan Udang Vannamei Litopenaeus vannamei

Dengan Aplikasi Tepung Limbah Sayur Terfermentasi Cairan Rumen.

Jurnal Ecosystem. Universitas Muhammadiyah Makassar. Vol.19 No.2.

Page 42: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

27

Nasir, M. Dan Munawar, K. 2016. Pengaruh Penggunaan Beberapa Jenis Filter

Alami Terhadap Pertumbuhan, Sintasan Dan Kualitas Air Dalam

Pemeliharaan Ikan Mas (Cyprinus Carpio). Acta Aquatica. Vol 3(1). 33-

39. ISSN. 2406-9825.

Nurhayati., Nazlia, S. 2019. Aplikasi Tepung Daun Gamal (Gliricidia sepium)

yang Difermentasi Sebagai Penyusun Ransum Pakan Terhadap Laju

Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Ilmiah Samudra

Akuatika. e-ISSN 2614-6738 – p-ISSN 2621-5314 Vol 3(1):6 – 11.

Olopade, O., Lamidi, A & Ogungbesan, M. 2015. Effect of Gliricidia sepium

(Jacq) leaf meal supplemented with enzymes (roxazyme® G2 and

maxigrain®) on growth performance of Clarias gariepinus Burchell, 1822.

American Journal of Experimental Agriculture, vol. 8, no. 3, pp 152–158.

Ridwantara, D., Dwi, I. Buwono, Agus, A.H.S. 2019. Uji Kelangsungan Hidup

dan Pertumbuhan Benih Ikan Mas Mantap (cyprinus carpio) Pada Rentang

Suhu yang Berbeda. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Universitas

Padjajaran. Vol.X No.1 Hal. 46-54.

Saanin, 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Volume I dan II. Bina

Rupa.

Sabrina, Samilok, N., Musayyadah, T., Desiana, T. Tobigo. 2018. Pertumbuhan

Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio) Pada Media Biofilter Berbeda. Jurnal

Penyuluhan Perikanan dan Kelautan. Vol. 12 (3). Hal. 215-224.

Saptarini, P. 2010. Efektifitas Teknik Akuaponik dengan Kangkung darat

(Ipomoea reptans) terhadap Penurunan Amonia pada Pembesaran Ikan

Mas. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Silaban,T.F., Limin, S. Dan Suparmono. 2012. Dalam Peningkatan Kinerja Filter

Air Untuk Menurunkan Konsentrasi Amonia Pada Pemeliharaan Ikan Mas

(Cyprinus Carpio). e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan.

Vol 1(1). ISSN:2302-3600.

SNI. 1999. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) strain Majalaya kelas

induk pokok (Parent Stock). SNI 01-6131-1999.

SNI. 2006. Pakan Buatan untuk Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) pada Budidaya

Intensif. SNI 01-4266-2006.

Page 43: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

28

Sumeru, S.U. dan Anna, S. 2008. Karbondioksida (CO2) dalam Hubungannya

dengan Pakan Udang.

Suprihatin. 2010. Teknologi Fermentasi. UNESA Press. Surabaya.

Suwastika,N.A.N.G., Ni,W.S.S., Dan Ni,W. M. 2015. Analisis Kualitas Larutan

Mikroorganisme Lokal Daun Gamal (Gliricidia sepium) pada Beberapa

Waktu Inkubasi. AGROTROP. Vol 5 (2): 206 – 215. ISSN: 2008-155X.

Tacon AGJ. 1995. Fishmeal replacers: Review of antinutrients within oilseeds and

pulses- A limiting factor for the aquafeed green revolution in: Feed

Ingredients Asia. Singapore.

Tim Agriminakultura. 2014. Sukses Bisnis dan Budidaya Ikan Mas. PT Gramedia

Pustaka utama: Jakarta.

Wahyu, P. Teknologi Fermentasi, Alternatif Dalam Upaya Pemanfaatan Bahan

Pakan Lokal. Media Akuakultur. Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi

Budidaya Perikanan Air Tawar Subang. Vol.6 No.1

Wandi, Idham S. 2020. Evaluasi Kandungan Nutrisi Tepung Daun Gamal

(Gliricidia Sepium) Hasil Fermentasi menggunakan Mikroorganisme

Lokal (Mol bonggol pisang) sebagai Pakan Ikan Mas (Cyprinus Carpio).

Skripsi : Universitas Muhammadiyah Makassar.

Winata, N. A. S. H., Karno dan Sutarno. 2012 . Pertumbuhan Dan Produksi

Hijauan Gamal (Gliricidia Sepium) Dengan Berbagai Dosis Pupuk

Organik Cair. Animal Agriculture Journal, Vol. 1(1). 797-807.

Page 44: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

29

LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel pengukuran kualitas air Suhu dan pH selama penelitian

Perlakuan Parameter

(ppm)

Waktu Pengukuran

Awal Tengah Akhir

Perlakuan A Suhu (ºC) 24 27-28 28-29.5

pH 6 6 6

Perlakuan B Suhu (ºC) 24 27-28 28-30

pH 6 6 6

Lampiran 2. Tabel hasil pengukuran kualitas air di Laboratorium

Perlakuan Parameter

(ppm)

Waktu Pengukuran

Awal Tengah Akhir

Perlakuan A

DO (mg/l) 1.60 5.28 4.053

Nitrat (ppm) 0.024 1.098 2.059

Amoniak (ppm) 0.006 0.017 0.029

TSS (ppm) 0.032 0.146 0.231

Perlakuan B

DO (mg.l) 1.60 5.76 4.373

Nitrat (ppm) 0.024 0.977 2.232

Amoniak (ppm) 0.006 0.019 0.031

TSS (ppm) 0.032 0.168 0.292

Lampiran 3. Analisis Statistik Pengukuran Suhu

ANOVA

Suhu

Source of

Variation SS df MS F P-value F crit

Between Groups 0,010416667 1 0,010417 0,001647 0,969569 7,708647

Within Groups 25,29166667 4 6,322917 Total 25,30208333 5

Page 45: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

30

UJI BNT

Suhu

Perlakuan Rata-rata Simbol BNT+Rata-rata

Tanpa fermentasi 26,75 ns 71,93451

Dengan fermentasi 26,83333 ns 72,01784

Lampiran 4. Analisis Statistik Pengukuran Ph

ANOVA

Ph

Source of

Variation SS df MS F P-value F crit

Between Groups 0 1 0 0 1 7,708647421

Within Groups 0,000133333 4 3,33333E-05 Total 0,000133333 5

UJI BNT

Ph

Perlakuan Rata-rata Simbol BNT+Rata-rata

Tanpa fermentasi 6,00666667 ns 6,110412394

Dengan fermentasi 6,00666667 ns 6,110412394

Lampiran 5. Analisis Statistik Pengukuran DO

ANOVA

DO

Source of

Variation SS df MS F P-value F crit

Between Groups 0,106666667 1 0,106667 0,026676 0,878181162 7,708647

Within Groups 15,99467867 4 3,99867 Total 16,10134533 5

Page 46: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

31

UJI BNT

DO

Perlakuan Rata-rata Simbol BNT+Rata-rata

Tanpa fermentasi 3,644333 ns 39,57693067

Dengan fermentasi 3,911 ns 39,84359734

Lampiran 6. Analisis Statistik Pengukuran Nitrat

ANOVA

Nitrat

Source of

Variation SS df MS F P-value F crit

Between Groups 0,000450667 1 0,000451 0,000398 0,985033 7,708647

Within Groups 4,525573333 4 1,131393 Total 4,526024 5

UJI BNT

Nitrat

Perlakuan Rata-rata Simbol BNT+Rata-rata

Tanpa fermentasi 1,060333 ns 20,17372

Dengan fermentasi 1,077667 ns 20,19105

Lampiran 7. Analisis Statistik Pengukuran Amoniak

ANOVA

Amoniak

Source of

Variation SS df MS F P-value F crit

Between Groups 2,66667E-06 1 2,67E-06 0,018476 0,898446 7,708647

Within Groups 0,000577333 4 0,000144 Total 0,00058 5

Page 47: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

32

UJI BNT

Amoniak

Perlakuan Rata-rata Simbol BNT+Rata-rata

Tanpa fermentasi 0,017333 ns 0,233214

Dengan fermentasi 0,018667 ns 0,234548

Lampiran 8. Analisis Statistik Pengukuran TSS

ANOVA

TSS

Source of

Variation SS df MS F P-value F crit

Between Groups 0,001148167 1 0,001148 0,085422 0,784613 7,708647

Within Groups 0,053764667 4 0,013441 Total 0,054912833 5

UJI BNT

TSS

Perlakuan Rata-rata Simbol BNT+Rata-rata

Tanpa fermentasi 0,136333 ns 2,219621

Dengan fermentasi 0,164 ns 2,247288

Lampiran 9. Dokumentasi

A. Media Pemeliharaan Ikan Mas Selama Penelitian

Page 48: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

33

B. Proses Pembuatan Pakan

C. Pengambilan sampel air untuk Laboratorium

D. Ikan yang telah di sampling

Page 49: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

34

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Muh. Ismail Rusli

dilahirkan di Kab. Kepulauan Selayar pada tanggal 24

Desember 1997, sebagai anak pertama dari ayah yang

bernama Muh. Rusli Hoya dan ibu bernama Nur Hasni.

Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar di SDI

Babussalam dan tamat pada tahun 2009. Penulis kemudian melanjutkan

pendidikan di Mts. Muhammadiyah dan tamat pada tahun 2012 kemudian

melanjutkan sekolah di SMA Kartini dan lulus pada tahun 2016. Dan pada tahun

2016 penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar

Fakultas Pertanian, program studi Budidaya Perairan.

Selama proses perkuliahan di Universitas Muhammadiyah Makassar

penulis pernah mengikuti kegiatan organisasi yaitu Ikatan Mahasiswa

Muhammadiyah pada tahun 2016 dan juga organisasi Aqua Study Club Makassar

(ASCM) pada tahun 2016. Penulis juga memiliki pengalaman magang kerja di

PT. Esaputlii Prakarsa Utama (Benur Kita), Kab. Barru dan juga melaksanakan

KKP (Kuliah Kerja Profesi) di Kab. Takalar. Hingga akhirnya penulis melakukan

penelitian di Balai Benih Ikan Air Tawar Limbung Kel. Bajeng, Kec. Bajeng Kab.

Gowa sebagai tugas akhir dalam tahap penyelesaian study dengan judul ”

Pengaruh Tepung Daun Gamal (Gliricidia sepium) Terfermentasi

Mikroorganisme Lokal (MOL) Bonggol Pisang Dalam Pakan Terhadap Kualitas

Air Pada Budidaya Ikan Mas (Cyprinus carpio) dibawah bimbingan Dr.

Burhanuddin, S.Pi., M.P. dan Asni Anwar, S.Pi., M.Si.

Page 50: PENGARUH TEPUNG DAUN GAMAL (Gliricidi asepium

35