pengaruh suhu pada aktivitas organisme

28
LEMBAR PENGESAHAN Laporan Lengkap Praktikum Biologi Dasar dengan judul “Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Organisme” disusun oleh : Nama : SUPRIADI NIM : 101304026 Kelas / Kelompok : A / V Jurusan : Pendidikan Kimia telah dikoreksi dan diperiksa oleh Asisten/Koordinator Asisten maka dinyatakan diterima. Makassar, Desember 2010 Koordinator Asisten Asisten Muh. Riswan Ramli I ldayanti NIM: 081404038 NIM: 081404036 Mengetahui : Dosen penanggung jawab

Upload: supriadi-medicallisty

Post on 31-Dec-2014

92 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Aktivitas Mikroorganisme

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Suhu Pada Aktivitas Organisme

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Lengkap Praktikum Biologi Dasar dengan judul “Pengaruh Suhu

Terhadap Aktivitas Organisme” disusun oleh :

Nama : SUPRIADI

NIM : 101304026

Kelas / Kelompok : A / V

Jurusan : Pendidikan Kimia

telah dikoreksi dan diperiksa oleh Asisten/Koordinator Asisten maka

dinyatakan diterima.

Makassar, Desember 2010

Koordinator Asisten Asisten

Muh. Riswan Ramli Ildayanti NIM: 081404038 NIM: 081404036

Mengetahui :

Dosen penanggung jawab

Dr. A. Mu’nisa, S.Si., M.si.NIP: 197205261998022001

Page 2: Pengaruh Suhu Pada Aktivitas Organisme

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara kita ini merupakan negara yang terdiri dari banyak pulau. 1/3 dari

indonesia merupakan pulau dan 2/3-nya merupakan perairan. Dalam suatu perairan

pasti ada suatu organisme yang hidup di dalamnya, salah-satunya ialah ikan. Ikan

atau bahasa ilmiahnya adalah picses secara umum adalah termasuk hewan bertulang

belakang (vertebrata). Ikan adalah hewan berdarah dingin (polikilotermis). Suhu

tubuhnya selalu mengikuti suhu lingkungannya sehingga suhu badannya turun naik

bersama-sama dengan turun naiknya suhu sekitarnya. Ikan betina mengeluarkan

telurnya ke dalam air, demikian pula ikan jantan mengeluarkan spermanya ke dalam

air, sehingga pembuahan terjadi di luar tubuh induknya.

Pembuahan yang terjadi di luar tubuh induknya disebut pembuahan eksternal.

Ditubuh ikan terdapat gurat sisi yang berfungsi untuk mengetahui tekanan air di

sekelilingnya. Ikan menggunakan ingsan yang terletak di kepalanya untuk bernafas.

Cara ikan bernafas adalah sebagai berikut, air masuk melalui rongga mulut kemudian

masuk dalam insang, saat air ada di dalam insang, oksigen ang terlarut dalam air

diserap oleh pembuluh- pembuluh darah kecil yang terdapat pada insang dan

karbondioksida dalam darah dikeluarkan ke air. Air kelur dari rongga insang ketika

tutup insang membuka dan begitu terus-menerus. Ikan juga mempunyai gelembung

renang yang terletak diantara tulang belakang dan perut, berhubungan dengan

kerongkongan. Darah pada dinding gelembung dapat memasukkan udara kedalam

gelembung dan mengeluarkan udara dari gelembung itu sehingga berat ikan dapat

berkurang atau bertambah sehingga ikan dapat naik dan turun di dalam air.

Dari masing-masing karakteristik yang dimiliki ikan, ditemukan satu

pemikiran bahwa suhu juga berpengaruh dalam proses hidup ikan. Biasanya suhu

berperan penting terhadap adaptasi fisiologi. Penyesuaian fungsi alat-alat tubuh

Page 3: Pengaruh Suhu Pada Aktivitas Organisme

terhadap keadaan lingkungan ini yang kemudian menyangkutkan operkulum sebagai

salah satu organ tubuh yang ikut andil dalam adaptasi fisiologi. Operkulum ikan yang

membuka dan menutup sangat bergantung terhadap suhu air sebagai media hidup

ikan. Dalam rangka menyesuaikan diri dengan lingkungannya, hewan memiliki

toleransi dan resistensi pada kisaran tertentu dari variasi lingkungan.Ikan akan

melakukan mekanisme homeostasi yaitu dengan berusaha untuk membuat keadaan

stabil sebagai akibat adanya perubahan variabel lingkungan.  Mekanisme homeostasis

ini terjadi pada tingkat sel yaitu dengan pengaturan metabolisme sel, pengontrolan

permeabilitas membran sel dan pembuangan sisa metabolisme.

Suhu ekstrim, perbedaan osmotik yang tinggi, racun, infeksi dan atau

stimulasi sosial dapat menyebabkan stress pada ikan. Suhu merupakan salah satu

factor fisik lingkungan yang paling jelas, mudah diukur dan sangat beragam. Suhu

tersebut mempunyai peranan yang penting dalam mengatur aktifitas biologis

organisme, baik hewan maupun tumbuhan. Ini terutama disebabkan karena suhu

mempengaruhi kecepatan reaksi kimiawi dalam tubuh dan sekaligus menentukan

kegiatan metabolic, misalnya dalam hal respirasi. Masalah ini dijelaskan dalam kajian

ekologi, yaitu “Hukum Toleransi Shelford”. Dengan alat yang relative sederhana,

percobaan tentang pengaruh suhu terhadap aktivitas respirasi organisme tidak sulit

dilakukan, misalnya dengan menggunakan respirometer sederhana.

Sesuai dengan uraian tersebut di atas, maka penulis mencoba melakukan

penelitian untuk mengenai pengaruh suhu temperatur terhadap aktivitas makhluk

hidup dengan judul "Pengaruh Suhu terhadap Aktivitas Organisme".

B. Tujuan

Melalui percobaan ini, praktikan diharapkan dapat membandingkan kecepatan

penggunaan oksigen oleh organisme pada suhu yang berbeda.

C. Manfaat

Melalui percobaan ini, praktikan dapat mengetahui perbandingan kecepatan

penggunaan oksigen oleh organisme pada suhu yang berbeda.

Page 4: Pengaruh Suhu Pada Aktivitas Organisme

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Suhu merupakan salah satu faktor fisik lingkungan yang paling jelas,

mudah diukur, dan sangat beragam. Suhu tersebut mempunyai peranan yang

penting dalam mengatur aktivitas biologis organisme, baik hewan maupun

tumbuhan. Ini terutama disebabkan karena suhu mempengaruhi kecepatan reaksi

kimiawi dalam tubuh dan sekaligus menentukan kegiatan metabolik, misalnya

dalam hal respirasi sebagaimana halnya dengan faktor lingkungan lainnya, suhu

mempunyai bentang yang dapat di toleransi oleh setiap jenis organisme. Masalah

ini dijelaskan dalam kajian ekologi yaitu “Hukum Toleransi Shelford”

(Tim Pengajar, 2010).

Suhu adalah ukuran energi gerakan molekul. Di samudera, suhu bervariasi

secara horizontal sesuai garis lintang dan juga secara vertikal sesuai dengan

kedalaman. Suhu merupakan salah satu faktor yang penting dalam mengatur proses

kehidupan dan penyebaran organisme. Proses kehidupan yang vital yang secara

kolektif disebut metabolisme, hanya berfungsi didalam kisaran suhu yang relative

sempit biasanya antara 0-40°C, meskipun demikian bebarapa beberapa ganggang

hijau biru mampu mentolerir suhu sampai 85°C.  Selain itu, suhu juga sangat penting

bagi kehidupan organisme di perairan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas

maupun perkembangbiakan dari organisme tersebut. Oleh karena itu, tidak heran jika

banyak dijumpai bermacam-macam jenis ikan yang terdapat di berbagai tempat di

dunia yang mempunyai toleransi tertentu terhadap suhu. Ada yang mempunyai

toleransi yang besar terhadap perubahan suhu, disebut bersifat euryterm. Sebaliknya

ada pula yang toleransinya kecil, disebut bersifat stenoterm. Sebagai contoh ikan di

daerah sub-tropis dan kutub mampu mentolerir suhu yang rendah, sedangkan ikan di

daerah tropis menyukai suhu yang hangat. Suhu optimum dibutuhkan oleh ikan untuk

Page 5: Pengaruh Suhu Pada Aktivitas Organisme

pertumbuhannya. Ikan yang berada pada suhu yang cocok, memiliki selera makan

yang lebih baik (Anonim, 2010).

Beberapa ahli mengemukakan tentang suhu :

Nontji (1987), menyatakan suhu merupakan parameter oseanografi yang

mempunyai pengaruh sangat dominan terhadap kehidupan ikan khususnya dan

sumber daya hayati laut pada umumnya.

Hela dan Laevastu (1970), hampir semua populasi ikan yang hidup di laut

mempunyai suhu optimum untuk kehidupannya, maka dengan mengetahui suhu

optimum dari suatu spesies ikan, kita dapat menduga keberadaan kelompok ikan,

yang kemudian dapat digunakan untuk tujuan perikanan.

Nybakken (1988), sebagian besar biota laut bersifat poikilometrik (suhu tubuh

dipengaruhi lingkungan) sehingga suhu merupakan salah satu faktor yang sangat

penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme.

Sesuai apa yang dikatakan Nybakken pada tahun 1988 bahwa Sebagian besar

organisme laut bersifat poikilotermik (suhu tubuh sangat dipengaruhi suhu massa air

sekitarnya), oleh karenanya pola penyebaran organisme laut sangat mengikuti

perbedaan suhu laut secara geografik. Berdasarkan penyebaran suhu permukaan laut

dan penyebaran organisme secara keseluruhan maka dapat dibedakan menjadi 4 zona

biogeografik utama yaitu: kutub, tropic, beriklim sedang panas dan beriklim sedang

dingin. Terdapat pula zona peralihan antara daerah-daerah ini, tetapi tidak mutlak

karena pembatasannya dapat agak berubah sesuai dengan musim (Anonim, 2010).

Dari data satelit NOAA, contoh jenis ikan yang hidup pada suhu optimum 20-

30°C adalah jenis ikan ikan pelagis. Karena keberadaan beberapa ikan pelagis pada

suatu perairan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor oseanografi. Faktor oseanografis

yang dominan adalah suhu perairan. Hal ini dsebabkan karena pada umumnya setiap

spesies ikan akan memilih suhu yang sesuai dengan lingkungannya untuk makan,

memijah dan aktivitas lainnya. Seperti misalnya di daerah barat Sumatera, musim

ikan cakalang di Perairan Siberut puncaknya pada musim timur dimana SPL 24-26°C,

Perairan Sipora 25-27°C, Perairan Pagai Selatan 21-23°C. Organisme perairan seperti

Page 6: Pengaruh Suhu Pada Aktivitas Organisme

ikan maupun udang mampu hidup baik pada kisaran suhu 20-30°C. Perubahan suhu

di bawah 20°C atau di atas 30°C menyebabkan ikan mengalami stres yang biasanya

diikuti oleh menurunnya daya cerna (Trubus Edisi 425, 2005). Oksigen terlarut pada

air yang ideal adalah 5-7 ppm. Jika kurang dari itu maka resiko kematian dari ikan

akan semakin tinggi. Namun tidak semuanya seperti itu, ada juga beberapa ikan yang

mampu hidup suhu yang sangat ekstrim (Anonim, 2010).

Dibandingkan dengan kisaran dari ribuan derajat yang diketahui di bumi

ini, kehidupan hanya dapat berkisar pada suhu 300 oC, mulai dari -200oC sampai

-100oC, sebenarnya banyak organisme yang terbatas pada daerah temperatur

yang bahkan lebih sempit lagi. Beberapa organisme terutama pada tahap

istirahat, dapat dijumpai pada temperatur yang sangat rendah, paling tidak untuk

periode singkat. Sedangkan untuk jenis organisme terutama bakteri dan

ganggang dapat hidup dan berkembang biak pada suhu yang mendekati titik

didih. Umumnya, batas atas temperatur bersifat membahayakan (gawat)

dibanding atas bawah. Variabilitas temperatur sangat penting secara ekologi.

Embutan temperatur antara 10oC dan 80oC. Telah ditemukan bahwa organisme

yang biasanya menjadi sasaran variabel temperatur di alam, seperti pada

kebanyakan daerah beriklim sedang. Cenderung tertekan, terlambat pada

temperatur konstan (Waskito, 1992).

Pernapasan pada ikan dilakukan oleh insang yang terdapat dalam 4 pasang

kantong insang yang terletak sebelah menyeblah pharink di bawah operculum. Tiap

bilah insang terdiri atas lembaran ganda filamen. Tiap filamen tersusun atas banyak

plat transversal yang dibungkus oleh lapisan ephitalium yang banyak mengandung

pembuluh darah kapiler. Waktu bernapas, operculum menutup dan melekat pada

dinding tubuh, Archus bronchialis mengembang ke arah lateral. Air masuk melalui

mulut, kemudian klep mulut menutup, sedang Archus bronchialis berkontraksi,

dengan demikian operculum terangkat terbuka. Selanjutnya air mengalir keluar

melalui filamen. Pada saat itulah darah mengambil oksigen dan melepaskan

karbondioksida (Jasin, 1992).

Page 7: Pengaruh Suhu Pada Aktivitas Organisme

Mekanisme pernapasan pada insang dan mulut terjadi pada ikan. Pada waktu

tutup insang mengembang, membran brankiostega menempel rapat pada tubuh,

sehingga air masuk lewat mulut. Sebaliknya jika mulut ditutup maka tutup insang

mengempis, rongga faring menyempit dan rongga brankiostage melonggar, sehingga

air keluar melalui celah dari tutup insang. Air dan oksigen yang larut di dalamnya

membasahi filament insang yang penuh kapiler-kapiler darah. Oksigen diikar oleh

darah dan CO2 ikut keluar dari tubuh ikan bersama air melalui celah tutup insang.

Padad beberapa jenis ikan, misalnya ikan gabus, ikan lele, dan ikan mas koki, rongga

insangnya mempunyai perluasan keatas yang berupa lipatan-lipatan yang tidak

teratur. Lipatan-lipatan ini biasa disebut dengan labirin. Rongga labirin ini berfungsi

menyimpan udara, sehingga jenis ikan tersebut dapat hidup di air kotor atau suhu

yang panas dan suhu yang terlalu dingin dimana ikan tersebut tidak dapat bertahan

hidup, sehingga aktivitas hidupnya pun berkurang karena kekurangan oksigen

(Soemarwoto, 1990).

Sama seperti manusia, hewan juga mempunyai sistem respirasi. Ikan

merupakan hewan yang hidup di air. Ikan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu

ikan bertulang sejati dan ikan bertulang rawan. Ikan bertulang rawan memiliki

Operculum yang berfungsi sebgai penutup insang, contohnya ikan mas, ikan

bertulang rawan yang tidak memiliki Operculum, misalnya ikan pari. Insang memiliki

beberapa bagian, antara lain adalah kantong insang, operculum, batang insang, lamela

insang, dan rigi-rigi insang. Insang berada di suatu rongga atau ruangan yang disebut

kantong insang. Kantong insang memiliki bagian luar yang terbuka. Pada ikan yang

bertulang sejati, bagian terbuka tersebut ditutup oleh selembar tabung dan kulit yang

disebut Operculum (Sastrodinoto, 1980).

Page 8: Pengaruh Suhu Pada Aktivitas Organisme

BAB IIIMETODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Hari/Tgl : Kamis/ 30 Desember 2010

Waktu : Pukul 12.00 sd 14.00 WITA

Tempat : Lantai III Laboratorium Biologi FMIPA UNM Parang Tambung

B. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Toples 2 buah

b. Termometer batang 1 buah

c. Stopwatch 1 buah

2. Bahan

a. Ikan mas koki (Cyprinus carpia) 2 ekor

b. Air kran pada suhu ±31℃

c. Air panas pada suhu ±38℃

d. Air dingin (es batu) pada suhu ±16℃

C. Prosedur kerja

1. Memasukkan 2 ekor ikan mas koki yang relatif sama besarnya ke dalam

toples yang berisi air kran, dan aklimatisasi selama 15 menit.

2. Mengambil 1 ekor ikan mas koki dan memasukkan ke dalam toples (A) yang

berisi air panas (±38℃). Menghitung dan mencatat frekuensi gerakan (buka

tutup) Operculum dalam 1 menit selama 5 menit.

3. Mengambil 1 ekor ikan mas koki dan memasukkan ke dalam toples (B) yang

berisi air dingin (±16℃). Menghitung dan mencata frekuensi gerakan (buka

tutup) Operculum dalam 1 menit selama 5 menit.

Page 9: Pengaruh Suhu Pada Aktivitas Organisme

4. Mengambil 1 ekor ikan mas koki dan memasukkan ke dalam toples (C) yang

berisi air kran (±31℃). Menghitung dan mencata frekuensi gerakan (buka

tutup) Operculum dalam 1 menit selama 5 menit.

5. Mencatat hasil pengamatan dalam tabel hasil pengamatan.

Page 10: Pengaruh Suhu Pada Aktivitas Organisme

BAB IVHASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Becker GlassSuhu

(℃)

Waktu (menit ke……) Rata-

rata1 2 3 4 5

A(Air panas) 38 135 154 168 160 180 159,4

B(Air dingin) 16 183 146 134 136 120 143,8

C(Air kran) 27 104 162 196 150 170 156,4

B. Analisis Data

Dari data hasil pengamatan maka dapat ditentukan kecepatan rata-rata

gerakan operculum pada ikan dengan rumus:

V= ∑ gerakanoperculum

waktu(t )

t= 5 menit

1. Untuk air panas

V= (104+162+196+150+170 ) kali

5menit

= 782 kali5 menit

= 156,4 kali/menit

2. Untuk air dingin

V= (183+146+134+136+120 ) kali

5menit

= 719 kali5 menit

= 143,8 kali/menit

Page 11: Pengaruh Suhu Pada Aktivitas Organisme

3. Untuk air kran

V= (135+154+168+160+180 ) kali

5menit

= 797 kali5menit

= 159,4 kali/menit

C. Pembahasan

1. Topes A

Pada toples A yang berisi air panas dengan suhu ±38℃ gerakan buka

tutup Operculum pada ikan mas koki berlangsung sangat cepat. Jika dibandingkan

dengan toples yang berisi air dingin (B) dan air kran (C), gerakan Operculum ikan

mas koki pada toples A inilah yang paling cepat. Frekuensi gerakan rata-rata

Operculum pada suhu ±38℃ adalah 159,4 kali/menit. Hal ini disebabkan karena

pada suhu yang tinggi, keadaan pembuluh darah pada ikan mas koki akan

melebar, sehingga jumlah atau volume darah yang dapat dialirkan dalam

pembuluh darah tersebut juga akan semakin besar. Hal inilah yang menyebabkan

gerakan Operculum pada ikan mas koki berlangsung cepat untuk mendapatkan

oksigen dalam jumlah yang banyak untuk diangkut darah dengan volume yang

besar. Hal ini menunjukkan bahwa pada suhu tinggi, organisme memerlukan

oksigen yang lebih banyak dibandingkan pada suhu yang lebih rendah.

2. Toples B

Pada toples B yang berisi air dingin dengan suhu ±16℃. Frekuensi rata-

rata gerakan Operculum ikan mas koki adalah 143,8 kali/menit. Jika

dibandingkan pada suhu tinggi, frekuensi gerakan Operculum pada suhu rendah

lebih lambat pula, ini dikarenakan pembuluh darah pada ikan mas koki mengerut

sehingga jumlah atau volume darah yang dapat diangkut otomatis lebih kecil pula

karena diameter pembuluh darah mengecil akibat pengerutan sehingga

kebutuhannya akan oksigen untuk diangkut darah dalam jumlah yang kecil pula.

Hal ini menunjukkan bahwa pada suhu yang rendah, suatu organisme tidak

Page 12: Pengaruh Suhu Pada Aktivitas Organisme

memerlukan oksigen dalam jumlah yang besar, karena kebutuhan akan oksigen

bergantung pada suhu lingkungan tempat organisme tersebut berada.

3. Toples C

Pada toples C yang berisi air kran dengan suhu normal yaitu ±27℃

frekuensi rata-rata gerakan Operculum ikan mas koki adalah 156,4 kali/menit.

Pada temperatur ini, kebutuhan oksigen ikan mas koki tidak terlalu besar dan

tidak terlalu kecil untuk diangkut darah karena pembuluh darah dalam keadaan

normal (tidak melebar dan tidak mengerut). Hal ini menunjukkan bahwa

kebutuhan penggunaan oksigen oleh organisme bergantung pada lingkungan

tempatnya berada.

Page 13: Pengaruh Suhu Pada Aktivitas Organisme

BAB VPENUTUP

A. Kesimpulan

Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa mahkluk hidup (ikan mas koki)

membutuhkan oksigen yang berbeda pada suhu yang berbeda, dan kebutuhan oksigen

yang normal terjadi pada suhu yang normal pula, pada suhu yang tinggi organisme

akan membutuhkan oksigen yang banyak karena pembuluh darahnya melebar

sehingga darah yang mengalir semakin banyak pula dan membutuhkan oksigen yang

banyak untuk diangkutnya, maka gerakan Operculum buka tutup semakin cepat untuk

mendapatkan oksigen yang banyak, pada hasil percobaan dapat dilihat pada menit

kelima toples yang berisi air panas kecepatan gerakan buka tutup Operculum

menurun ini dikarenakan suhu air mulai turun mendekati normal, sedangkan pada

menit sebelumnya kecepatannya meningkat karena menyesuaikan dirinya dengan

suhu yang tinggi. Sedangkan pada suhu yang sangat rendah organisme membutuhkan

oksigen yang lebih sedikit, ini dikarenakan pembuluh darahnya mengerut sehingga

darah yang mengalir sedikit maka hanya sedikit oksigen yang dibutuhkan untuk

diangkut darah tersebut, maka kecepatan gerakan buka tutup Operculum akan

melambat untuk meminimalkan jumlah oksigen yang masuk dalam tubuh sesuai

kebutuhannya. Pada hasil pengamatan dapat dilihat pada menit kelima pada toples

yang berisi air dingin kecepatan gerak Operculum mulai meningkat ini dikarenakan

suhu air sudah mulai naik mendekati suhu normal.

Dari hasil percobaan ini pula dapat disimpulkan bahwa kebutuhan oksigen

organisme dipengaruhi oleh aktivitasnya, semakin banyak aktivitasnya maka semakin

banyak pula kebutuhan oksigennya. Ini dapat dilihat pada toples yang berisi air kran

yang bersuhu normal, seharusnya gerakan buka tutup Operculumnya konstan karena

suhunya juga konstan tapi pada hasil pengamatan dapat dilihat setiap menitnya selalu

berubah kadang cepat dan kadang lambat ini disebabkan karena ikan tersebut kadang

Page 14: Pengaruh Suhu Pada Aktivitas Organisme

berenang dengan cepat dan kadang pula berenang dengan lambat sehingga kebutuhan

oksigennya berubah-ubah tiap menitnya.

A. Saran

1. Untuk laboratorium

Sebaiknya kebersihan dan kenyamanan Lab tetap terjaga serta terus

dipertahankan agar praktikum berjalan lancar.

2. Untuk asisten

Sebaiknya lebih memperhatikan praktikan agar praktikan betul-betul

mengerti percobaan yang dilakukan serta memperhatikan keaktifan setiap

praktikan saat percobaan berlangsung.

3. Untuk praktikan

Sebaiknya lebih menguasai cara kerja praktikum dan kerja sama antara

praktikan yang satu dengan lainnya lebih ditingkatkan lagi demi kelancaran

praktikum.

Page 15: Pengaruh Suhu Pada Aktivitas Organisme

DAFTAR PUSTAKA

Anonim a. 2010. Pengaruh Suhu Pada Ikan. http://aryansfirdaus.wordpress.com/ 2010/10/25/pengaruh-suhu-dan-salinitas-terhadap-keberadaan-ikan/ (Diakses pada 02 Januari 2010).

Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Vertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya.

Satrodinoto. 1980. Biologi Umum 1. Jakarta: PT. Gramedia.

Soemarwoto, Idjah. 1990. Biologi Umum. Makassar: Fakultas Farmasi UMI.

Tim Pengajar. 2010. Penuntun Praktikum Biologi Dasar. Makassar: FMIPA UNM.

Waskito, dkk. 1992. Biologi. Jakarta: Bumi Aksara.

Page 16: Pengaruh Suhu Pada Aktivitas Organisme

L A M P I R A N

http://aryansfirdaus.wordpress.com/2010/10/25/pengaruh-suhu-dan-salinitas-terhadap-keberadaan-ikan/Suhu adalah ukuran energi gerakan molekul. Di samudera, suhu bervariasi secara

horizontal sesuai garis lintang dan juga secara vertikal sesuai dengan kedalaman.

Suhu merupakan salah satu faktor yang penting dalam mengatur proses kehidupan

dan penyebaran organisme. Proses kehidupan yang vital yang secara kolektif disebut

metabolisme, hanya berfungsi didalam kisaran suhu yang relative sempit biasanya

antara 0-40°C, meskipun demikian bebarapa beberapa ganggang hijau biru mampu

mentolerir suhu sampai 85°C.  Selain itu, suhu juga sangat penting bagi kehidupan

organisme di perairan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas maupun

perkembangbiakan dari organisme tersebut. Oleh karena itu, tidak heran jika banyak

dijumpai bermacam-macam jenis ikan yang terdapat di berbagai tempat di dunia yang

mempunyai toleransi tertentu terhadap suhu. Ada yang mempunyai toleransi yang

besar terhadap perubahan suhu, disebut bersifat euryterm. Sebaliknya ada pula yang

toleransinya kecil, disebut bersifat stenoterm. Sebagai contoh ikan di daerah sub-

tropis dan kutub mampu mentolerir suhu yang rendah, sedangkan ikan di daerah

tropis menyukai suhu yang hangat. Suhu optimum dibutuhkan oleh ikan untuk

pertumbuhannya. Ikan yang berada pada suhu yang cocok, memiliki selera makan

yang lebih baik.

Beberapa ahli mengemukakan tentang suhu :

Nontji (1987), menyatakan suhu merupakan parameter oseanografi yang

mempunyai pengaruh sangat dominan terhadap kehidupan ikan khususnya dan

sumber daya hayati laut pada umumnya.

Hela dan Laevastu (1970), hampir semua populasi ikan yang hidup di laut

mempunyai suhu optimum untuk kehidupannya, maka dengan mengetahui suhu

Page 17: Pengaruh Suhu Pada Aktivitas Organisme

optimum dari suatu spesies ikan, kita dapat menduga keberadaan kelompok ikan,

yang kemudian dapat digunakan untuk tujuan perikanan.

Nybakken (1988), sebagian besar biota laut bersifat poikilometrik (suhu tubuh

dipengaruhi lingkungan) sehingga suhu merupakan salah satu faktor yang sangat

penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme.

Sesuai apa yg dikatakan Nybakken pada tahun 1988 bahwa Sebagian besar organisme

laut bersifat poikilotermik (suhu tubuh sangat dipengaruhi suhu massa air sekitarnya),

oleh karenanya pola penyebaran organisme laut sangat mengikuti perbedaan suhu laut

secara geografik. Berdasarkan penyebaran suhu permukaan laut dan penyebaran

organisme secara keseluruhan maka dapat dibedakan menjadi 4 zona biogeografik

utama yaitu: kutub, tropic, beriklim sedang panas dan beriklim sedang dingin.

Terdapat pula zona peralihan antara daerah-daerah ini, tetapi tidak mutlak karena

pembatasannya dapat agak berubah sesuai dengan musim.

Organisme perairan seperti ikan maupun udang mampu hidup baik pada kisaran suhu

20-30°C. Perubahan suhu di bawah 20°C atau di atas 30°C menyebabkan ikan

mengalami stres yang biasanya diikuti oleh menurunnya daya cerna (Trubus Edisi

425, 2005). Oksigen terlarut pada air yang ideal adalah 5-7 ppm. Jika kurang dari itu

maka resiko kematian dari ikan akan semakin tinggi. Namun tidak semuanya seperti

itu, ada juga beberapa ikan yang mampu hidup suhu yang sangat ekstrim.

Dari data satelit NOAA, contoh jenis ikan yang hidup pada suhu optimum 20-30°C

adalah jenis ikan ikan pelagis. Karena keberadaan beberapa ikan pelagis pada suatu

perairan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor oseanografi. Faktor oseanografis yang

dominan adalah suhu perairan. Hal ini dsebabkan karena pada umumnya setiap

spesies ikan akan memilih suhu yang sesuai dengan lingkungannya untuk makan,

memijah dan aktivitas lainnya. Seperti misalnya di daerah barat Sumatera, musim

ikan cakalang di Perairan Siberut puncaknya pada musim timur dimana SPL 24-26°C,

Perairan Sipora 25-27°C, Perairan Pagai Selatan 21-23°C.

Page 18: Pengaruh Suhu Pada Aktivitas Organisme

PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Mengapa terjadi perbedaan frekuensi gerakan operculum ikan pada masing-

masing becker glass?

Jawab: Terjadinya perbedaan frekuensi gerakan operculum pada masing-masing

becker glass, karena adanya perbedaan suhu yang mempengaruhi aktivitas

organisme (ikan mas koki). Dimana semakin tinggi suhunya, semakin

besar pula frekuensi operculum sebagai bentuk adaptasi terhadap

lingkungan dengan temperatur yang tinggi. Demikian pula pada suhu

rendah, maka gerakan operculum ikan mas koki juga lambat. Hal ini

terjadi karena ada suhu yang rendah aktivitas ikan mas koki juga rendah

sehingga gerakan operculumnya menjadi lamban.

2. Apa kesimpulan saudara terhadap hasil padabecker glass A dan becker B?

Jawab: Pada percobaan yang telah dilakukan pada becker glass A & B, kita dapat

menyimpulkan bahwa suhu dapat memperngaruhi aktivitas suatu

organisme, dan hal ini ditandai dengan besarnya frekuensi gerakan

operculum pada ikan mas koki. Demikian halnya dengan suhu yang

rendah, dimana aktivitas ikan mas koki juga rendah, dan hal ini ditandai

dengan frekuensi gerakan operculumnya sangat lambat.

Page 19: Pengaruh Suhu Pada Aktivitas Organisme