pengaruh struktur pengendalian intern...

62
1 PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM MEMENUHI KEWAJIBAN PAJAK PENGHASILANNYA DENGAN AKUNTABILITAS KINERJA SEBAGAI VARIABEL MODERATING Oleh: NURDIYANA NIM: 104082002700 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA 1429 H\2008 M

Upload: ngotruc

Post on 05-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

1

PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN

TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DALAM

MEMENUHI KEWAJIBAN PAJAK PENGHASILANNYA

DENGAN AKUNTABILITAS KINERJA SEBAGAI

VARIABEL MODERATING

Oleh:

NURDIYANA

NIM: 104082002700

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIFHIDAYATULLAH JAKARTA

1429 H\2008 M

Page 2: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Sasaran utama kebijakan peningkatan penerimaan keuangan negara di

Indonesia antara lain menggali, mendorong, dan mengembangkan sumber-

sumber penerimaan dari dalam negeri, agar jumlahnya semakin meningkat

sesuai dengan kebutuhan pembangunan serta penyelenggaraan pemerintahan.

Dalam hal ini upaya peningkatan penerimaan keuangan negara tersebut

mempunyai korelasi positif terhadap adanya tuntutan untuk meningkatkan

kemampuan disektor terkait, termasuk peningkatan kemampuan penerimaan

dari sektor pajak. Untuk itu, dalam upaya peningkatan penerimaan khususnya

melalui berbagai program intensifikasi, karena sektor pajak sebagai salah satu

tulang punggung sumber penerimaan negara, yang secara fungsional sangat

menentukan kelancaran pemerintahan, pembangunan serta dalam

mempercepat pertumbuhan ekonomi.

Kebijakan pemerintah dalam meningkatkan penerimaan dalam negeri

dari sektor pajak, antara lain melalui perubahan sistem pungutan official-

assesment menjadi self-assesment. Sistem self-assesment diberlakukan sejak

tahun 1984. Dalam sistem self-assesment, wajib pajak diwajibkan untuk

menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Upaya

pemberdayaan masyarakat melalui pelaksanaan sistem self-assesment,

memerlukan penyesuaian perilaku dan sistem nilai, baik pada wajib pajak dan

Page 3: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

3

juga perlu diikuti dengan tindak pengawasan guna mewujudkan tercapainya

sasaran kebijakan perpajakan. Sehubungan dengan hal itu, maka pemeriksa

pajak dalam melakukan tugas pengawasan perlu didukung oleh berbagai

faktor penunjang salah satunya adalah menetapkan langkah strategi

meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Pemerintah juga menyadari bahwa

pembaharuan sistem perpajakan memang sangat dibutuhkan dan perlu disertai

dengan upaya pembenahan aparat perpajakan, baik menyangkut prosedur, tata

kerja, disiplin kerja, maupun sikap mental para petugas, serta pelayanan yang

optimal.

Pada dasarnya kebijakan pemungutan pajak merupakan wujud

pengabdian, kewajiban, dan peran serta wajib pajak untuk secara langsung dan

melaksanakan kewajiban perpajakan yang diperlukan bagi pembiayaan negara

dalam melaksanakan pembangunan nasional. Kewajiban dan tanggungjawab

terhadap pajak sebagai pencerminan kesadaran di bidang perpajakan adalah

berada pada wajib pajak itu sendiri. Pemerintah dalam hal ini aparat

perpajakan sesuai dengan fungsinya hanya berkewajiban melakukan

penyuluhan, pelayanan, dan pemeriksaan terhadap pelaksanaan kewajiban

wajib pajak, dan mengukurnya apakah kewajiban tersebut telah sesuai dengan

ketentuan dan peraturan perundang-undangan perpajakan. Di lain pihak,

sistem self-assesment yang dibarengi dengan ditingkatkannya pengawasan

menyebabkan perusahaan juga perlu meningkatkan suatu sistem didalam

perusahaan yang dapat meningkatkan kepatuhan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban perpajakannya.

Page 4: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

4

Struktur pengendalian intern yang diwakili oleh tiga hal, yaitu

lingkungan pengendalian, sistem akuntansi, dan prosedur pengendalian yang

memadai dalam suatu perusahaan akan dapat membantu manajemen dalam

melindungi asset baik fisik maupun non fisik dari penyalahgunaan dan

kecurangan-kecurangan. Struktur pengendalian intern juga ditunjukkan untuk

mencegah duplikasi usaha yang tidak perlu dan mencegah penggunaan sumber

daya perusahaan yang tidak efisien, serta memberikan jaminan bagi pemodal

agar kebijakan-kebijakan manajemen dapat dipatuhi oleh karyawan. Dimana

selanjutnya dengan adanya kondisi nyata bahwa proses pengolahan data

akuntansi akan menghasilkan informasi keuangan yang teliti dan andal.

Dengan semakin kompleksnya lingkungan strategis perusahaan

semakin kompleks pula pelaksanaan dan proses akuntabilitasnya. Oleh karena

itu, diperlukan kejelasan tentang bagaimana akuntabilitas pada pengendalian

internal diterapkan dalam perusahaan. Penerapan akuntailitas pada

pengendalian intern ini terkait dengan pengelolaan sumber daya dan

pelaksanaan kebijakan yang harus diukur pencapaian kinerjanya.

Akuntabilitas kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian

pelaksanaan suatu kegiatan atau program atau kebijaksanaan dalam

mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam

perumusan rencana strategis (strstegic planning) suatu organisasi secara

umum.

Melalui akuntabilitas, akan dapat dinilai kinerja organisasi jangka

pendek (tahunan) maupun dalam kaitan tujuan jangka panjang. Dengan

Page 5: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

5

demikian akan tumbuh suatu kondisi dimana setiap organisasi akan merasakan

kebutuhan yang mendasar dari informasi keberhasilan atau kegagalan

pencapaian kinerja. Tanpa akuntabilitas terhadap pengendalian intern dan

evaluasi kinerja, sulit untuk mengetahui secara tepat peta permasalahan dan

tindakan-tindakan yang diperlukan untuk pencapaian visi dan misi organisasi.

Salah satu aspek pendukung kinerja suatu organisasi yang seringkali

mendapatkan perhatian adalah konsumen atau pelanggan. Konsep dasar

akuntabilitas didasarkan pada klasifikasi responsibilitas manajerial setiap

tingkatan dalam organisasi untuk melaksanakan kegiatan dan

bertanggungjawab atas kegiatan di bagian masing-masing. Konsep inilah yang

membedakan adanya kegiatan yang terkendali dan kegiatan yang tidak

terkendali. Kegiatan yang terkendali merupakan kegiatan-kegiatan yang secara

nyata dapat dikendalikan oleh seseorang atau suau pihak. Ini berarti, kegiatan

yang tidak benar-benar direncanakan, dilaksanakan, dan dinilai hasilnya oleh

pihak yang mempunyi kendali tersebut.

Untuk mengetahui keberhasilan atau kegagalan organisasi, seluruh

aktivitas organisasi tersebut dapat diukur. Selanjutnya keandalan dari laporan

keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan akan membantu wajib pajak dalam

menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang

sesuai dengan ketentuan peratuan perundang-undangan perpajakan yang

berlaku.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Kiryanto (1999)

yang berjudul “Pengaruh Penerapan Struktur Pengendalian Intern Terhadap

Page 6: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

6

Kepatuhan Wajib Pajak Badan dalam Memenuhi Kewajiban Pajak

Penghasilannya”. Hasil Penelitian tersebut menunjukan bahwa penerapan

struktur pengendalian intern mepunyai hubungan signifikan terhadap

kepatuhan wajib pajak badan dalam memenuhi kewajiban pajak

penghasilannya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah

dalam menggunakan sampel, dimana penelitian sebelumnya menggunakan

sampel perusahaan-perusahaan Manufaktur yang ada di Kodya Yogyakarta,

sedangkan penelitian ini peneliti ingin mencoba menggunakan sampel berupa

perusahaan-perusahaan Manufaktur yang sudah go pulic maupun yang belum

go public yang ada di Jakarta. Dalam penelitian ini, peneliti menambah

akuntabilitas kinerja sebagai variabel moderating.

Berdasarkan dari uraian yang dikemukakan diatas, maka judul

penelitian adalah “Pengaruh Struktur Pengendalian Intern Terhadap

Kepatuhan Wajib Pajak Badan dalam Memenuhi Kewajiban Pajak

Penghasilannya Dengan Akuntabilitas Kinerja Sebagai Variabel

Moderating”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, masalah yang diteliti selanjutnya dapat

dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, apakah interaksi antara struktur

pengendalian intern dengan akuntabilitas kinerja berpengaruh signifikan

terhadap kepatuhan wajib pajak?

Page 7: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

interaksi antara struktur pengendalian intern dengan akuntabilitas kinerja

sebagai variabel moderating signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

2. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Memberikan masukan kepada Direktorat Jendral Pajak khususnya pada

Kantor Pelayanan Pajak Setia Budi II dan Kantor Pelayanan Pajak

Perusahaan Masuk Bursa, tentang peranan struktur pengendalian intern

dan akuntabilitas kinerja terhadap kepatuhan wajib pajak badan dalam

memenuhi kewajiban pajak penghasilannya. Sehingga diharapkan hasil

dari penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk

mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak badan sebelum dilakukan

pemeriksaaan pajak lebih lanjut.

b. Memberikan dasar yang kuat bagi perusahaan bahwa struktur

pengendalian intern dan akuntabilitas kinerja dalam suatu perusahaan

sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan penerimaan pajak

melalui peningkatan pajak penghasilan badan dalam memenuhi

kewajiban pajak. Bagi manajemen perusahaan disarankan agar

memanfaatkan temuan penelitian ini untuk meningkatkan kepatuhan

pajak di lingkungannya, bahwa iklim keorganisasian, kondisi

keuangan dan fasilitas perusahaan.

Page 8: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Struktur Pengendalian Intern

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Profesional

Akuntan Publik (1994:319.5), struktur pengendalian intern adalah suatu

proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel

lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang

pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: (a) keandalan laporan

keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi operasi, dan (c) kepatuhan terhadap

hukum dan peraturan yang berlaku. Struktur pengendalian intern ini terdiri

dari:

a. Lingkungan Pengendalian

Menurut COSO dalam buku “Accounting Information System”

(2003:120), inti dari bisnis apapun adalah orang-orangnya. Ciri

perorangan termasuk integritas, nilai-nilai etika, dan kompetensi serta

lingkungan tempat berorganisasi. Mereka adalah mesin yang

mengemudikan organisasi dan dasar tempat segala hal terletak.

Lingkungan pengendalian merupakan pengaruh gabungan dari

berbagai faktor dalam membentuk, memperkuat, dan memperlemah

efektivitas dan prosedur tertentu. Lingkungan pengendalian

menciptakan suasana pengendalian dalam suatu organisasi dan

Page 9: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

9

mempengaruhi kesadaran personel organisasi tentang pengendalian.

Faktor yang mempengaruhi lingkungan pengendalian adalah sebagai

berikut:

1) Filosofi dan Gaya Operasi

Filosofi merupakan apa yang seharusnya dikerjakan dan

tidak dikerjakan perusahaan. Sedangkan gaya operasi

mencerminkan ide manajer tentang bagaimana operasi suatu entitas

harus dilaksanakan. Filosofi dan gaya operasi dibutuhkan dalam

perusahaan untuk menciptakan lingkungan pengendalian yang

sehat.

2) Struktur Organisasi Satuan Usaha

Organisasi dibentuk untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.

Struktur organisasi memberikan kerangka untuk perencanaan,

pengendalian, dan pemantauan atas aktivitas operasi perusahaan.

Pengembangan struktur organisasi satuan usaha mencangkup

pembagian wewenang dan pembebanan tanggungjawab didalam

suatu organisasi.

3) Dewan Komisaris dan Komite Audit

Dewan komisaris adalah wakil pemegang saham dalam

perusahaan berbadan hukum PT. Fungsinya adalah mengawasi

pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan oleh manajemen.

Sedangkan komite audit memberikan seleksi awal kelemahan

Page 10: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

10

pengendalian dan ketidakberesan dengan melakukan hal-hal

sebagai berikut:

a) Menetapkan departemen audit intern, mereview ruang lingkup

dan status audit, mereview temuan audit dengan dewan, dan

memastikan manajemen telah melakukan tindakan yang tepat.

b) Memelihara komunikasi diantara dewan manajemen, auditor

intern, dan auditor ekstern serta secara rutin melakukan

pertemuan, dan melakukan review laporan keuangan yang telah

di audit dan melakukan perbaikan jika terjadi kesalahan.

c) Mengawasi investigasi khusus, menilai kinerja manajemen, dan

melakukan review kepatuhan terhadap undang-undang dan

peraturan serta kode etik korporat.

4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan Tanggungjawab

Pembagian wewenang yang jelas mempermudah alokasi

sumber daya yang dimiliki dan mempermudah pertanggung

jawabannya. Ketidakseimbangan pembagian wewenang dan

pembebanan tanggungjawab menimbulkan kemungkinan sering

terjadi ketidakberesan.

5) Kesadaran Pengendalian

Kesadaran pengendalian dapat tercermin dari reaksi yang

ditunjukan oleh manajemen dari berbagai jenjang organisasi atas

kelemahan pengendalian yang ditemukan oleh auditor intern

maupun auditor ekster

Page 11: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

11

6) Kebijakan dan Praktik Sumber Daya Manusia

Faktor ini meliputi pertimbangan kebijakan yang berkaitan

dengan recruitment, orientasi, training, motivasi, evaluasi,

promosi, kompensasi, konseling, pemecatan, dan perlindungan

karyawan. Karyawan yang jujur dan kompeten lebih mendukung

sehatnya unsur struktur pengendalian intern, sehingga tujuan

umum perusahaan dapat tercapai.

7) Nilai Integritas dan Etika

Efektivitas struktur pengendalian intern bersumber dari diri

orang yang mendesain dan melaksanakannya. Tanggungjawab

manajemen adalah menjunjung tinggi nilai integritas yaitu suatu

kemampuan untuk mewujudkan apa yang dikatakan atau telah

menjadi komitmennya. Didalam menjalankan aktivitas bisnisnya,

manajer dituntut untuk mendasarkan pada etika bisnis. Jadi

keduanya harus diperhatikan oleh pelaku bisnis.

8) Komitmen terhadap Kompetensi

Komitmen terhadap kompetensi mencakup pertimbangan

manajemen atas pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan,

perpaduan antara kecerdasan, pelatihan, dan pengalaman yang

dituntut dalam pengembangan kompetensi. (Hastuti, 2005:26).

b. Sistem Akuntansi

Sistem akuntansi terdiri dari metode dan catatan yang

diciptakan untuk mengidentifikasi, menghimpun, menganalisis,

Page 12: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

12

mengelompokkan, mencatat transaksi satuan usaha untuk

menyelenggarakan pertanggungjawaban aktiva dan kewajiban yang

bersangkutan dengan transaksi tersebut.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Profesional

Akuntan Publik (1994:391.5), sistem akuntansi yang efektif

mempertimbankan pembuatan, metode, dan catatan yang akan:

1. Mengidentifikasi dan mencatat semua transaksi yang sah.

2. Menggambarkan transaksi secara tepat waktu dan rinci sehingga

memungkinkan pengelompokkan transaksi secara semestinya

untuk pelaporan keuangan.

3. Mengukur nilai transaksi untuk memungkinkan pencatatan nilai

keuangan yang layak dalam laporan keuangan.

4. Menentukan periode terjadinya transaksi pada periode dari yang

semestinya.

5. Menyajikan dengan semestinya transaksi dan pengugkapannya

dalam laporan keuangan.

c. Prosedur Pengendalian

Prosedur pengendalian adalah kebijakan prosedur sebagai

tambahan terhadap lingkungan penendalian dan sistem akuntansi yang

telah diciptakan manajemen untuk memberikan keyakinan yang

memadai bahwa tujuan tertentu satuan usaha yang akan tercapai.

Prosedur pengendalian merupakan beberapa tujuan yang diterapkan

pada tingkatan oganisasi sistem akuntansi. Menurut Ikatan Akuntan

Page 13: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

13

Indonesia dalam Standar Profesional Akuntan Publik, prosedur

pengendalian dapat dikelompokkan kedalam prosedur yang

bersangkutan dengan:

1. Posisi yang dapat melakukan dan sekaligus menutupi kekeliruan

dan ketidakberesan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari. Oleh

sebab itu tanggung jawab untuk memberikan otorisasi transaksi,

mencatat transaksi, dan menyimpan aktiva perlu untuk dipisahkan

ditangan karyawan yang berbeda. Otorisasi yang semestinya atas

transaksi dan kegiatan.

2. Pemisahan tugas yang mengurangi kesempatan yang

memungkinkan seseorang dalam melakukan kecurangan.

3. Perencanaan dan penggunaan dokumen serta catatan yang

memadai untuk membantu pencatatan secara semestinya antara

transaksi dan peristiwa.

4. Pengamanan yang cukup atas akses dan penggunaan aktiva

perusahaan dan catatan.

5. Pengecekkan secara independen atas pelaksanaan dan penilaian

yang semestinya atas jumlah yang dicatat.

2. Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kepatuhan berarti tunduk

atau patuh pada ajaran atau aturan (Badudu dan Sutan, 1994 dalam

Sawarjuwono, 2005).

Page 14: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

14

Kepatuhan wajib pajak badan dalam memenuhi kewajiban

pajaknya pada dasarnya tercermin dari tiga hal, yaitu: (1) pemenuhan

kewajiban intern, seperti pembayaran massa dan SPT massa termasuk

SPT PPn dan PPBM yang dilaksanakan setiap bulan, (2) pemenuhan

kewajiban tahunan seperti menghitung dan melunasi hutang pajak, serta

melaporkan perhitungannya dalam SPT diakhir tahun, (3) Pemenuhan

ketentuan materil dan yuridis formal perpajakan melalui perlakuan

pembukuan atas pengakuan penghasilan dan biaya serta berbagai transaksi

keuangan lain untuk memperoleh dasar perhitungan pajak terutang dalam

pembukuan wajib pajak. Jadi kepatuhan dalam konteks perpajakan adalah

sustu ketaatan untuk melakukan ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan

perpajakan yang diwajibkan atau diharuskan untuk dilaksanakan wajib

pajak. Salah satu upaya peningkatan kepatuhan wajib pajak yang

dilakukan oleh dirjen Pajak adalah dengan melakukan e-SPT dan e-filling.

Proses ini merupakan sarana penyampaian SPT secara on-line artinya

setiap wajib pajak dapat menyampaikan SPT-nya melalui sarana komputer

dimanapun wajib pajak berada melalui Penyedia Jasa Aplikasi yang telah

ditentukan oleh Dirjen Pajak (Kep.88/PJ/2004).

Program reformasi administrasi perpajakan di atas merupakan

sebagian upaya yang dilakukan, secara garis besar, Dirjen Pajak

menyebutkan tiga cara untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak, yaitu:

Page 15: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

15

a. Membuat program dan kegiatan yang dapat menyadarkan dan

meningkatkan kepatuhan sukarela, khususnya terhadap wajib pajak

yang belum patuh;

b. Meningkatkan pelayanan terhadap wajib pajak yang sudah patuh agar

kepatuhan tetap dipertahankan;

c. Memerangi ketidakpatuhan (Purnomo, 2004).

Kepatuhan wajib pajak telah menjadi isu pokok terutama dalam

kaitannya dengan peningkatan penerimaan negara. Banyak penelitian yang

berkaitan dengan tingkat kepatuhan wajib pajak telah dilakukan dan

dipublikasikan pada jurnal-jurnal ilmiah seperti Jean 1983; Silver, 1995;

dan James, 1993 dalam Somya, Mienati Lasmana dkk, 2005.

Jean (1983) dalam Somya, Mienati Lasmana dkk. (2005)

mengartikan kepatuhan sebagai perbuatan atau kebiasaan untuk

memenuhi; pemenuhan sebuah perintah, larangan, atau hukum dan aturan

yang ditentukan; tunduk pada kekuasaan; sebagai kepatuhan kepada

seseorang atau kepada hukum.

James (1993) dalam Somya, Mienati Lasmana dkk. (2005) dalam

menguji tingkat kepatuhan wajib pajak dengan cara mengetahui apa yang

dan seharusnya dilakukan oleh pembuat kebijakan perpajakan, mengatur

biaya dan keuntungan dari berbagai variasi investasi dalam meningkatkan

kepatuhan kewajiban dalam pembayaran pajak. Hasil empiris menyatakan

bahwa wajib pajak akan meningkatkan kewajiban pajaknya setelah di

audit, sementara administrasi pajak dalam hal pelayanan terhadap wajib

Page 16: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

16

pajak, keadilan dalam prosedur dan insentif positif untuk wajib pajak yang

patuh sangat efektif dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

Silver (1995) dalam Somya, Mienati Lasmana dkk. (2005) menguji

tentang kepatuhan dalam kewajiban membayar pajak baik secara kuantitas

maupun kualitas secara periode waktu tertentu yang akan digunakan

sebagai bahan untuk memprediksi perilaku wajib pajak dimasa yang akan

datang, dengan melihat apakah terjadi pergeseran sikap mengenai

pembayaran pajak setiap tahunnya mulai tahun 1951 sampai dengan tahun

1991. Hasil empiris menunjukkan bahwa setiap usaha yang dilakukan

untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak harus diawali dengan

peningkatan sikap wajib pajak dan berbagai cara lainnya seperti

penyelenggaraan peraturan, kemudahan dalam pengisian SPT, dan

peningkatan dialog antara fiskus dan wajib pajak/praktisi pajak.

Kriteria siapa yang digolongkan sebagai wajib pajak patuh hanya

diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 544/KMK.04/2000 yang

diubah dengan KMK No. 235/KMK.03/2003 jo Keputusan Dirjen Pajak

Nomor 550 Tahun 2000 yaitu wajib pajak yang dapat memberikan

pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak. Pada

Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2007 pasal 17 C menyebutkan bahwa

apabila 4 kriteria dibawah ini dipenuhi, maka wajib pajak dapat

digolongkan sebagai wajib pajak patuh. Keempat kriteria tersebut adalah:

a. Wajib pajak tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan

untuk semua jenis pajak dalam dua tahun terakhir;

Page 17: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

17

b. Wajib pajak tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis

pajak kecuali telah memperoleh izin mengangsur atau menunda

pembayaran pajak;

c. Wajib pajak tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan

tindakan pidana di bidang perpajakan dalam jangka waktu sepuluh

tahun terakhir; dan

d. Dalam hal laporan keuangannya diaudit oleh akuntan publik atau

BPKP (Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembagunan) harus dengan

pendapat wajar tanpa pengecualian atau dengan pendapat wajar dengan

pengecualian sepanjang pengecualian itu tidak mempengaruhi laporan

laba rugi fiskal. Selanjutnya ditegaskan apabila laporan keuangan

diaudit, laporan audit tersebut harus disusun dalam bentuk panjang dan

menyajikan rekonsiliasi laba rugi komersial dan fiskal.

Wajib pajak dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan

pembayaran pajak dalam hal memenuhi persyaratan/kriteria tertentu

sebagai berikut (KMK No. 235/2003):

a. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT Tahunan dalam 2 tahun

terakhir;

b. Dalam tahun terakhir telah menyampaikan SPT Masa yang terlambat

tidak lebih dari 3 masa pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak

berturut-turut;

Page 18: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

18

c. SPT Masa yang terlambat sebagaimana dimaksud dalam angka 2 telah

disampaikan tidak lwat batas waktu penyampaian SPT Masa pajak

berikutnya;

d. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak:

1) Kecuali, jika telah memperoleh izin untuk mengangsur atau

menunda pembayaran pajak;

2) Tidak termasuk tunggakan pajak sehubungan dengan SPT yang

diterbitkan untuk 2 masa pajak terakhir.

e. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindakan pidana di

bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir;

f. Dalam hal laporan keuangan diaudit oleh akuntan publik harus dengan

pendapat wajar tanpa pengecualian atau dengan pendapat wajar dengan

pengecualian sepanjang pengecualian itu tidak mempengaruhi laporan

laba rugi fiskal.

Jadi semakin tinggi tingkat kebenaran menghitung dan

memperhitungkan, ketepatan menyetor, serta mengisi dan memasukan

Surat Pemberitahuan (SPT) wajib pajak, maka diharapkan semakin tinggi

kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan dan memenuhi kewajiban

pajaknya.

3. Akuntabilitas Kinerja

Menurut John. M. Echois dan Hassan Shadily (1996:7) dalam

bukunya Inggris-Indonesia menjelaskan bahwa akuntabilitas berasal dari

bahasa Inggris, yaitu accountaility yang artinya keadaan untuk

Page 19: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

19

dipertanggingjawabkan, keadaan yang dapat dimintai

pertanggungjawaban. Akuntabilitas dipandang penting dalam sebuah

organisasi atau perusahaan. Proses Akuntabilitas sudah lama dilakukan

oleh perusahaan-perusahaan dan lembaga birokrat di pemerintahan dengan

tujuan untuk dapat memastikan apakah perusahaan atau lembaga itu telah

berhasil mencapai tujuan seperti yang direncanakan dalam strategi

manajemennya . Ada tiga faktor penting dalam penilaian sebuah organisasi

atau lembaga dalam kaitannya dengan akuntabilitas yaitu verifikasi

penggunaan sumber daya yang tersedia, pencapaian target dan penilaian

output yang dihasilkan.

Akuntabilitas adalah istilah umum untuk menjelaskan betapa

sejumlah organisasi telah memperlihatkan bahwa mereka sudah memenuhi

misi yang mereka emban (Benveniste, 1991). Definisi lain menyebutkan

akuntabilitas dapat diartikan sebagai kewajiban-kewajiban dari individu-

individu atau penguasa yang dipercayakan untuk mengelola sumber-

sumber daya publik dan yang bersangkutan dengannya untuk dapat

menjawab hal-hal yang menyangkut pertanggungjawabannya.

Akuntabilitas terkait erat dengan instrumen untuk kegiatan kontrol

terutama dalam hal pencapaian hasil pada pelayanan publik dan

menyampaikannya secara transparan kepada masyarakat (Arifiyadi,

Teguh:2008 ).

Berkaitan dengan istilah akuntabilitas, Saleh dan Aslam Iqbal

berpendapat bahwa akuntabilitas merupakan sisi-sisi sikap dan watak

Page 20: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

20

kehidupan manusia yang meliputi akuntabilitas internal dan eksternal

seseorang. Dari sisi internal seseorang akuntabilitas merupakan

pertanggungjawaban orang tersebut kepada Tuhan-nya. Sedangkan

akuntabilitas eksternal seseorang adalah akuntabilitas orang tersebut

kepada lingkungannya baik lingkungan formal (atasan-bawahan) maupun

lingkungan masyarakat.

Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, sistem, dan

pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan

terlaksana secara efektif. Masalah yang sering ditemukan pada

perusahaan-perusahaan di Indonesia adalah mandulnya fungsi pengawasan

Dewan Komisaris. Atau justru sebaliknya, Komisaris Utama mengambil

peran berikut wewenang yang seharusnya di jalankan oleh Direksi.

Padahal, diperlukannya kejelasan fungsi dan organ perusahaan agar

tercipta suatu mekanisme check and balance kewenangan dan peran dalam

mengelola perusahaan. Kewajiban untuk memiliki Komisaris Independen

dan Komite Audit sebagaimana ditetapkan oleh Bursa Efek Indonesia

(BEI), merupakan salah satu implementasi prinsip ini. Bila prinsip

accountability ini diterapkan secara efektif maka akan tercapai kejelasan

fungsi, hak, kewajiban dan wewenang, dan tanggungjawab antara

Pemegang Saham, Dewan Komisaris, dan Direksi. Dengan adanya

kejelasan ini maka perusahaan akan terhindar dari kondisi Agency Problem

(benturan kepentingan peran). Standarisasi pelaporan itu perlu, tetapi tidak

harus mengakomodasi semua kebutuhan pemakai, karena bila demikian

Page 21: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

21

akan menjadi semakin sangat kompleks "format laporan" yang seharusnya

berlaku umum untuk semua instansi pemerintah. Untuk itu perlu

diperhatikan ciri-ciri akuntabilitas yang efektif antara lain :

a. Utuh dan menyeluruh;

b. Mencakup aspek integritas keuangan, ekonomi, efisiensi, efektivitas,

dan prosedur;

c. Akuntabilitas merupakan bagian dari sistem manajemen untuk menilai

kinerja individu atau satuan organisasi;

d. Akuntabilitas harus dibangun berdasarkan sistem informasi yang andal

untuk menjamin keabsahan, akurasi, obyektivitas, dan ketepatan waktu

penyampaian informasi;

e. Adanya penilaian yang obyektif dan independen terhadap akuntabilitas

suatu satuan organisasi;

f. Adanya tindak lanjut terhadap laporan penilaian atas akuntabilitas.

Menurut Plumptre T., 1981, dalam artikelnya "Persepctive

Accountability in The Public Sector", untuk mencapai keberhasilan

akuntabilitas, diperlukan :

a) Pemimpin teladan (Exemplary leadership)

Pemimpin yang sensitif, responsif, akuntabel, transparan kepada

bawahan, dia memerlukan akuntabilitas yang dipraktikkan mulai dari

tingkat bawahan.

Page 22: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

22

b) Koordinasi (Coordination)

Adanya koordinasi antar semua instansi pemerintah sangat baik bagi

tumbuh kembang akuntabilitas. Koordinasi memang sudah tiap hari

diucapkan tapi tiap hari pula orang tak mampu melaksanakan karena

sering terjadi conflict or interest.

c) Keterbukaan dan kejelasan (Explicitness and clarity)

Standar evaluasi kinerja harus jelas, sehingga mudah diketahui apa

yang harus diakuntabilitaskan. Kurangnya transparansi dapat

mengurangi eksistensi akuntabilitas.

d) Legitimasi dan pengakuan (Legitimacy and acceptance)

Tujuan dan makna akuntabilitas harus dikomunikasikan secara terbuka

sehingga standar dan aturannya dapat diterima oleh semua pihak untuk

dijadikan patokan dalam pengukuran keberhasilan/kegagalan.

e) Umpan balik dan evaluasi (Feed back and evaluation)

Agar akuntabilitas dapat terus-menerus ditingkatkan, perlu diperoleh

informasi untuk mendapatkan umpan balik dari penerima akuntabilitas

dan perlu dilakukan evaluasi.

Menurut Kepmendagri Nomor 16 Tahun 2004 tentang Sistem

Akuntabilitas Kinerja Departemen Dalam Negeri, Akuntabilitas kinerja

merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

kegiatan atau program atau kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran,

tujuan, visi dan misi organisasi yang tertuang dalam perumusan rencana

Page 23: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

23

strategis (Strategic Planning) suatu organisasi secara umum. Untuk

mengetahui keberhasilan ataupun kegagalan suatu organisasi, seluruh

aktivitas organisasi tersebut harus diukur.

Menurut Kunami (2007), perusahaan harus dapat

mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk

itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan

kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan

pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas

merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang

berkesinambungan. Pedoman pelaksanaan kinerja adalah:

a. Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab

masing-masing organ perusahaan dan semua karyawan secara jelas dan

selaras dengan visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan.

b. Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan dan semua

karyawan mempunyai kompetensi sesuai dengan tugas, tanggung

jawab, dan perannya dalam pelaksanaan GCG.

c. Perusahaan harus memastikan adanya sistem pengendalian internal

yang efektif dalam pengelolaan perusahaan.

d. Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran

perusahaan yang konsisten dengan nilai-nilai perusahaan, sasaran

utama dan strategi perusahaan, serta memiliki sistem penghargaan dan

sanksi (reward and punishment system) .

Page 24: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

24

e. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap organ

perusahaan dan semua karyawan harus berpegang pada etika bisnis dan

pedoman perilaku (code of conduct) yang telah disepakati.

4. Interaksi Antara Struktur Pengendalian Intern Dengan Akuntabilitas

Kinerja Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Sistem pemungutan pajak di Indonesia adalah “Self Assesment

System”. Berdasarkan sistem ini, wajib pajak diberikan kepercayaan untuk

melaksanakan kegotongroyongan nasional melalui sistem menghitung,

memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang

terutang. Besarnya pajak yang dihitung sendiri oleh wajib pajak, kemudian

membayar pajak yang terutang berdasarkan Ketentuan Perundang-

undangan Perpajakan yang berlaku. Dengan sistem perpajakan yang baru

diharapkan akan tercipta unsur keadilan dan kebenaran mengingat para

wajib pajak yang bersangkutan yang sebenarnya mengetahui besarnya

pajak terutang. Untuk dapat menghitung, memperhitungkan, membayar,

dan melaporkan pajak terutangnya sesuai dengan persyaratan yang

ditentukan, tentunya diperlukan suatu sarana akuntansi atau pembukuan

tang tertib dan benar.

Undang-undang Perpajakan No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan mengatur tentang pembukuan ini, yang

diatur dalam Pasal 28 ayat 1 sebagai berikut: “Wajib pajak orang pribadi

yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan wajib pajak

Page 25: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

25

badan di Indonesia wajib menyelenggarakan pembukuan”. (Pemerintah &

DPR, 2007).

Pembukuan merupakan suatu proses pencatatan yang teratur dari

waktu ke waktu dan pengolahan data kejadian-kejadian dalam perusahaan.

Selama hal tersebut dianggap penting untuk pelaksanaan dan penilaian

yang tepat bagi pemimpin perusahaan dan pihak lain yang tidak

berkepentingan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Adanya akuntansi

atau pembukuan yang tertib dan benar oleh wajib pajak, maka wajib pajak

akan menghitung besarnya pajak terutangnya dan juga merupakan sarana

informasi bagi wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan,

membayar, dan melaporkan besarnya pajak melalui pengisian SPT secara

lengkap, benar, dan tepat waktu.

Dengan adanya struktur prngendalian intern dan akuntabilitas

kinerja dalam perusahaan akan menghasilkan atau menjamin pelaksanaan

pembukuan secara benar dan dapat dipercaya sehingga dapat

menghasilkan laporan keuangan yang dapat diandalkan dan adanya

pertanggungjawaban atas hasil yang diperoleh. Pada akhirnya perusahaan

atau wajib pajak dapat menghitung penghasilan kena pajak (PKP) dengan

benar sehingga dapat menghitung besarnya pajak terutang serta dapat

mengisi dan menyampaikan SPT dengan benar, lengkap, dan tepat waktu.

Selanjutnya akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak yang bersangkutan

dalam memenuhi kewajiban pajaknya.

Page 26: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

26

B. Model Penelitian

Berdasarkan uraian diatas yang dikemukakan sebelumnya, maka

kerangka penelitian ini dapat digambarkan dalam bentuk diagram seperti yang

disajikan berikut ini:

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Variabel Dependen Variabel Independen Variabel Moderating C. Pengembangan Hipotesis

Melihat dari penelitian-penelitian terdahulu dan tinjauan teoritis yang

sudah ada, maka peneliti dapat merumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ha: Dengan akuntabilitas kinerja, maka struktur pengendalian intern akan

berpengaruh secara signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.

Struktur Pengendalian Intern 1. Lingkungan

Pengendalian 2. Sistem

Akuntansi 3. Prosedur

Pengendalian

Kepatuhan Wajib Pajak

Akuntabilitas Kinerja

Page 27: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah perpajakan, dimana membahas

tentang pengaruh struktur pengendalian intern dan akuntabilitas kinerja

sebagai variabel moderating terhadap kepatuhan wajib pajak badan dalam

memenuhi kewajiban pajak penghasilannya (studi empiris pada perusahaan

manufaktur yang sudah go public maupun yang belum go public yang berada

di Jakarta.

Berdasarkan karakteristik masalah dalam penelitian ini, metode yang

digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah model kausal, yaitu suatu

metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui pengaruh satu atau lebih

variabel tertentu yaitu Struktur Pengendalian Intern (Variabel Independen)

dan Akuntabilitas Kinerja (Variabel Moderating) terhadap Kepatuhan Wajib

Pajak (Variabel Dependen), penelitian ini juga dilakukan dengan

menggunakan multiple regression analysis melalui uji interaksi statistik

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah ahli pajak atau staf pajak

atau yang lebih dikenal dengan sebutan tax professional yang bekerja pada

perusahaan manufaktur yang tersebar di wilayah DKI Jakarta dengan kriteria:

(1) telah menjabat minimal 1 tahun, dan (2) pernah mengisi SPT. Untuk

Page 28: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

28

mengantisipasi perusahaan yang dijadikan sampel mempunyai tax

professional lebih dari 1 orang, maka setiap amplop diisi 3 kuesioner. Dari

hasil wawancara dengan 15 responden melalui telepon, diketahui rata-rata

perusahaan menengah dan besar mempunyai tax professional antara 1 – 6

orang. Dengan demikian diharapkan 3 orang responden tersebut cukup

representatif.

C. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data

primer didapat dari menyebarkan kuesioner yang disampaikan langsung oleh

peneliti, sehingga peneliti dapat berhubungan langsung dengan responden dan

memberikan penjelasan seperlunya dan kuesioner dapat langsung

dikumpulkan setelah selesai dijawab oleh responden.

Data sekunder didapat peneliti dari jurnal, buku atau berbagai macam

bentuk terbitan secara periodik, seperti Jurnal Perpajakan Indonesia dan Jurnal

Riset Akuntansi oleh Kompartemen Akuntan Pendidik-Ikatan Akuntan

Indonesia (Indriantoro dan Supomo: 1999,129).

Data penelitian ini dikumpulkan melalui metode survey dengan

menggunakan kuesioner yang ditujukan kepada para staf pajak yang bekerja

pada perusahaan manufaktur. Pengumpulan data dilakukan dengan cara

mengantar langsung ke tempat responden dan datang ke Kantor Pelayanan

Pajak di Jakarta Selatan dengan menghampiri responden yang sedang

membayar pajak

Page 29: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

29

D. Metode Analisis

Data yang diperoleh dalam pengumpulan data, dianalisis dengan

menggunakan metode analisis statistik. Metode analisis sebagai berikut :

1. Statistik Deskriptif

Gambaran umum responden mengenai jenis kelamin dan umur.

Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan data dalam bentuk

kuantitatif dengan tidak menyertakan pengambilan keputusan melalui

hipotesis (Ghozali, 2005:19).

2. Uji Normalitas Data

Normalitas data dapat dilihat analisis grafik, dengan melihat

normal probality plot. Dengan cara membandingkan distribusi kumulatif

dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus

diagonal. Dasar pengambilan keputusan yaitu:

a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal, maka menunjukkan pola distribusi normal sehingga model

regresi memenuhi asumsi normalitas.

b. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan atau tuidak mengikuti arah

garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas

data (Ghozali, 2005:110).

3. Uji Kualitas Data

a. Uji Validitas

Uji validitas dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana

instrument dapat mengukur sebuah construct. Suatu instrument

Page 30: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

30

dikatakan valid jika instrument tersebut mengukur apa yang

seharusnya diukur (Indriantoro dan Supomo,2002:181). Pengujian ini

menggunakan pearson correlation, jika korelasi antara skor masing-

masing butir pertanyaan dengan total skor mempunyai tingkat

signifikasi dibawah 0,005 maka butir pertanyaan tersebut dapat

dikatakan valid (Santoso, 2001:168).

b. Uji Reabilitas

Uji reabilitas berfungsi untuk mengukur ketepatan atau akurasi

suatu alat ukur sehingga menghasilkan instrument yang stabil, tidak

berubah-ubah dan dapat diandalkan karena penggunaan instrument

tersebut berkali-kali akan menghasilkan hasil yang serupa (Santoso,

2001:183). Hasil pengujian reabilitas akan menghasilkan cronbach

alpha. Suatu konstruk atau variable dikatakan reabel jika memberikan

nilai cronbach alpha >0,60 (Ghozali, 2005:130).

4. Uji Asumsi Klasik

Model regresi linear yang baik selain harus memenuhi asumsi

normalitas data, juga harus terbebas dari asumsi-asumsi klasik statistik.

Uji asumsi terdiri dari 3 pengujian statistik sebagai berikut :

a. Heteroskesastisitas

"Heteroskedastisitas terjadi jika residual tidak memiliki varian

yang konstan. Model regresi yang baik adalah model yang memiliki

persamaan varian residual suatu periode pengamatan ke periode

Page 31: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

31

pengamatan yang lain, sehingga model tersebut dapat dikatakan

homokedastisitas.

Cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu

model dapat dilihat dari pola gambar scatterplot model tersebut.

Analisis pada gambar scatterplot yang menyatakan model regresi

linear berganda tidak terdapat heteroskedastisitas jika:

1) Titik-titik data menyebar diatas dan dibawah atau disekitar 0.

2) Titik-titik data tidak mengumpul hanya diatas atau dibawah saja.

3) Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola

bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali

dan

4) Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola (Ghozali,

2005:105)

b. Multikolinearitas

Uji statistik multikolinearitas diperlukan untuk mengetahui ada

tidaknya variabel independen yang memeiliki kemiripan dengan

variabel independen lain dalam satu model. Juga bertujuan untuk

menghindari kebiasaan dalam proses pengambilan kesimpulan

mengenai pengaruh pada uji parsial masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen.

Deteksi multikolinearitas pada suatu model dapat dikatakan

terbebas dari beberapa hal, salah satunya adalah jika nilai Variance

Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai toleransi tidak

Page 32: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

32

kurang dari 0,1. Maka model dapat dikatakan terbebas dari

multikolinearitas (Ghozali, 2005:91-92).

4. Uji Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan multiple

regression analysis dengan uji interaksi. Uji ini digunakan karena

penelitian ini pada dasarnya merupakan eksistensi dari metode regresi

dalam analisis bivariate yang umumnya digunakan untuk menguji

pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen

dengan skala pengukuran interval dalam suatu persamaan linear. Fokusnya

adalah pada kesignifikanan dan sifat pengaruh interaksi yang ada dalam

persamaan tersebut.

a. Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Nilai

R Square dikatakan baik jika diatas 0.5 karena nilai R Square antara 0

sampai 1 (Ghozali, 2005:83).

b. Uji – F (f-test)

Pengujian ini dilakukan untuk menetahui apakah semua variabel

independen secara bersama-sama (simultan) dapat berpengaruh

terdapat variabel dependen. Pengujian ini dilakukan menggunakan

distribusi F dengan membandingkan antara nilai kritis F dengan nilai F

test (F Ratio) yang terdapat pada tabel analysis of variance (ANOVA)

dari hasil perhitungan (Ghozali, 2005:84).

Page 33: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

33

b. Uji-T (t-test)

Tes ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-

masing variabel independen secara individual (parsial) terhadap

variabel dependen. Hasil uji ini pada output SPSS dapat dilihat pada

tabel Coefficient. Nilai dari uji t-test dapat dilihat dari 1 – value (pada

kolom sig.) pada masing-masing variabel independent, jika p-value

lebih kecil dari level of significant yang ditentukan (p-value < 0,05),

atau t hitung (pada kolom t) lebih besar dari t tabel (dihitung dari two-

tailed α = 5% df-k, k merupakan jumlah variabel independen) maka

dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh signifikan dan terdapat

pengaruh antara masing-masing variabel dependen dan independent

(Ghozali, 2005:84).

Adapun model penelitian adalah dengan rumus persamaan regresi

sebagai berikut:

Y = a + b1 X1 + b3X1X2 + e

Dimana :

Y = Kepatuhan Wajib Pajak

X1 = Struktur Pengendalian Intern

X2 = Akuntabilitas Kinerja

X1X2 = Interaksi antara SPI & Akuntabilitas Kinerja

e = estimasi standar error

Page 34: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

34

E. Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel

lain. Variabel independen dalam penelitian ini adalah struktur

pengendalian intern, yang terdiri dari:

a. Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian merupakan gabungan dari berbagai

faktor dalam membentuk, memperkuat atau memperlemah efektivitas

kebijakan dan prosedur tertentu. Skala pengukurannya adalah skala

likert yang terdiri dari 5 poin, yaitu:

1) Menunjukkan sangat tidak setuju

2) Menunjukkan tidak setuju

3) Menunjukkan ragu-ragu

4) Menunjukkan setuju

5) Menunjukkan sangat setuju

b. Sistem Akuntansi

Sistem akuntansi adalah suatu sistem yang menghasilkan

informasi akuntansi yang akan berguna terutama bagi pihak-pihak

yang berkepentingan dengan laporan keuangan. Skala pengukurannya

adalah skala likert yang terdiri dari 5 poin, yaitu:

1) Menunjukkan sangat tidak setuju

2) Menunjukkan tidak setuju

3) Menunjukkan ragu-ragu

Page 35: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

35

4) Menunjukkan setuju

5) Menunjukkan sangat setuju

c. Prosedur Pengendalian

Prosedur pengendalian adalah kebijakan dan prosedur sebagai

tambahan terhadap lingkungan pengendalian dan sistem akuntansi

yang telah diciptakan oleh manajemen untuk memberikan keyakinan

yang memadai bahwa tujuan tertentu satuan usaha akan tercapai.

Skala pengukurannya adalah skala likert yang terdiri dari 5

poin, yaitu:

1) Menunjukkan sangat tidak setuju

2) Menunjukkan tidak setuju

3) Menunjukkan ragu-ragu

4) Menunjukkan setuju

5) Menunjukkan sangat setuju

2. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh

variabel independen. Dalam penelitian ini, variabel dependen yang

digunakan adalah kepatuhan wajib pajak badan dalam memenuhi

kewajiban pajak penghasilannya. Kepatuhan wajib pajak didefinisikan

sebagai masukkan dan melaporkan pada waktunya informasi yang

diperlukan, mengisi secara benar jumlah pajak yang terutang, dan

membayar pajak pada waktunya tanpa ada tindakan paksaan.

Page 36: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

36

Skala pengukurannya adalah skala likert yang terdiri dari 5

poin, yaitu:

1) Menunjukkan tidak pernah sama sekali

2) Menunjukkan tidak pernah

3) Menunjukkan kadang-kadang

4) Menunjukkan sering

5) Menunjukkan sangat sering

3. Variabel Moderating

Variabel moderating adalah varabel yang memperkuat atau

memperlemah pengaruh variabel independen dan variabel dependen.

Akuntabilitas kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian

pelaksanaan suatu kegiatan atau program atau kebijaksanaan dalam

mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang tertuan dalam

perumusan rencana strategis (strategic planning). Skala pengukurannya

adalah skala likert yang terdiri dari 5 poin, yaitu:

1) Menunjukkan sangat tidak setuju

2) Menunjukkan tidak setuju

3) Menunjukkan ragu-ragu

4) Menunjukkan setuju

5) Menunjukkan sangat setuju

Page 37: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

37

Tabel 3.1 Operasional Variabel

Variabel Indikator Skala

1. Struktur Pengendalian Intern

2. Kepatuhan Wajib

Pajak Badan 3. Akuntabilitas Kinerja

1. Lingkungan Pengendalian

2. Sistem Akuntansi 3. Prosedur Pengendalian 1. Tepat Waktu dalam

Menyampaikan SPT dalam Dua Tahun Terakhir.

2. Tidak Mempunyai Tunggakan Pajak.

3. Tidak Pernah Dijatuhi Hukuman karena Tindakan Pidana Di Bidang Perpajakan.

4. Laporan Keuangannya Di audit. Oleh Akuntan Publik atau BPKP dengan Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian.

1. Menetapkan rincian

tugas dan tanggung jawab tiap organ preusan.

2. Adanya Sistem Pengendalian Internsl yang Efektif.

3. Memiliki Usuran Kinerja untuk Semua Jajaran Preusan yang konsisten.

Likert

Likert

Likert

Page 38: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

38

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah manajer perpajakan, staf

perpajakan/akuntansi atau mereka yang mempunyai kaitan langsung dengan

perusahaan dalam bidang perpajakan yang lebih dikenal dengan sebutan tax

professional dengan kriteria telah menjabat minimal 1 tahun dan pernah

mengisi SPT, sehingga hasil yang diperoleh dalam penelitian ini diharapkan

jauh dari bias yang disebabkan kurangnya pemahaman mengenai sistem

administrasi perpajakan modern yang berlaku saat ini. Penyebaran kuesioner

dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mendatangi langsung perusahaan-

perusahaan manufaktur yang ada di Jakarta dan mendatangi responden wajib

pajak badan yaitu pada saat melakukan pembayaran dan pelaporan Surat

Pemberitahuan Masa yaitu pada tanggal 1-20 Februari 2008 dan Surat

Pemeberitahuan Tahunan pada tanggal 10-31 Maret 2008 pada Kantor

Pelayanan Pajak di Jakarta Selatan.

Hasil kuesioner yang diisi dan dikembalikan oleh responden kemudian

dilakukan perhitungan dan analisa untuk menguji pengaruh struktur

pengendalian inten terhadap kepatuhan wajib pajak badan dalam memenuhi

kewajiban pajak penghasilannya dengan akuntabilitas kinerja sebagai variabel

moderating. Kuesioner yang diberikan sebanyak 110 lembar eksemplar

dengan jumlah pengembalian kuesioner sebanyak 107 kuesioner atau 97,27%

Page 39: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

39

dari total kuesioner yang diberikan Setelah diseleksi terdapat 3 kuesioner

yang tidak dapat digunakan akibat pengisian yang kurang lengkap dengan

tingkat persentase 2,80%, sehingga kuesioner yang memenuhi syarat sebanyak

103 kuesioner dengan tingkat persentase 96,26% dari total kuesioner yang

diterima.

Tabel 4.1 Gambaran Distributif Kuesioner

Kuesioner Jumlah Persentase

Kuesiner yang diberikan 110 100%

Kusioner yang dikembalikan 107 97,27%

Kuesioner yang diolah dan memenuhi

syarat penelitian

103 96,26%

Sumber: Data di olah

Responden yang digunakan dalam penelitian ini mengambil objek

Perusahaan-perusahaan Manufaktur yang ada di Jakarta. Hasil data statistik

responden dapat dilihat pada table 4.2.

Page 40: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

40

Tabel 4.2 Data Statistik Responden

Jumlah Persentase

Jenis Kelamin Pria

Wanita

81

22

78,64%

21,36%

Umur 25-35 tahun

> 35 tahun

62

41

60,19%

39,81%

Pendidikan Terakhir SLTA

D3

S1

S2

S3

3

29

68

3

0

2,91%

28,16%

66,02%

2,91%

0%

Lama Bekerja < 1 thn

1-3 thn

> 3 thn

15

52

36

14,56%

50,49%

34,95%

Sumber: Data di olah

Data tersebut diatas memperlihatkan jumlah responden pria lebih

banyak dibandingkan dengan tingkat persentase wanita 24,75% dan pria

75,25%. Pada tabel umur responden tingkat umur 25-35 tahun mempunyai

persentase lebih besar yaitu sebesar 56,44% dibandingkan umur >35 tahun

yang hanya 43,56% walaupun perbedaan tidak begitu signifikan.

Berdasarkan tingkat pendidikan terakhir responden yang paling banyak

adalah Strata Satu (S1) sebanyak 68 orang (66,02%), setelah itu D3 sebanyak

29 orang (28,16%), lalu S2 dan SLTA masing-masing 3 orang (2,91%). Lama

bekerja responden yang paling mendominasi adalah 1-3 thn, yaitu sebanyak 52

orang (50,49%), sisanya yang bekerja selama > 3 thn sebanyak 36 orang

(34,95%) dan yang bekerja < 1 thn sebanyak 15 orang (14,56%).

Page 41: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

41

Variabel-variabel yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi

variabel struktur pengendalian intern, akuntabilitas kinerja dan kepatuhan

wajib pajak akan diuji secara statistik deskriptif seperti yang terlihat pada tabel

4.3 yaitu:

Tabel 4.3 Deskriptif Statistik

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation TOT.SPI 103 91,00 153,00 121,7282 14,52530 TOT.KP 103 23,00 40,00 34,5437 3,51126 TOT.AKT 103 22,00 28,00 25,9903 1,74049 Valid N (listwise) 103

Sumber: Data Primer Diolah

Tabel 4.3 menjelaskan bahwa variabel struktur pengendalian intern

minimum jawaban resonden memiliki nilai sebesar 91 dan maksimum

jawaban responden sebesar 153 dengan rata-rata total jawaban responden

adalah 121.7282 dengan standar deviasi1 4,52530. Pada variabel akuntabilitas

kinerja minimum jawaban responden sebesar adalah 22 dan maksimum

jawaban responden adalah 28 dengan rata-rata total jawaban responden

25.9903 dan mempunyai standar deviasi 1.74049 Sedangkan variabel

kepatuhan wajib pajak menunjukan minimum jawaban responden sebesar 23

dan maksimum jawaban responden adalah 40 dengan rata-rata total jawaban

responden sebesar 34,5437 dengan standar deviasi 3,51126.

Page 42: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

42

B. Hasil dan Pembahasan

1. Uji Normalitas

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Observed Cum Prob

0.0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.0

Expe

cted

Cum

Pro

b

Dependent Variable: TOT.KP

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Sumber: Data di olah

Pedoman suatu model dikatakan terdistribusi secara normal jika

nilai-nilai sebaran terletak disekitar garis lurus diagonal. Tabel 4.4

menunjukkan bahwa hasil uji normalitas struktur pengendalian intern

terhadap akuntabilitas kinerja tampak bahwa grafik normal probability

plots titik-titik menyebar berhimpit disekitar diagonal dan hal ini

menunjukkan bahwa residual terdistribusi secara normal.

Page 43: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

43

2. Uji Kualitas Data

a. Uji Validitas

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas

(Validitas Struktur Pengendalian Intern)

PERTANYAAN Sig PEARSON CORELLATION

KET

SPI01 0,011 0,251** VALID SPI02 0,003 0,290** VALID SPI03 0,006 0,267** VALID SPI04 0,000 0,340** VALID SPI05 0,000 0,470** VALID SPI06 0,000 0,563** VALID SPI07 0,000 0,434** VALID SPI08 0,000 0,462** VALID SPI09 0,000 0,696** VALID SPI10 0,000 0,426** VALID SPI11 0,000 0,574** VALID SPI12 0,000 0,569** VALID SPI13 0,000 0,634** VALID SPI14 0,000 0,576** VALID SPI15 0,000 0,543** VALID SPI16 0,000 0,734** VALID SPI17 0,000 0,685** VALID SPI18 0,000 0,444** VALID SPI19 0,000 0,376** VALID SPI20 0,000 0,417** VALID SPI21 0,000 0,594** VALID SPI22 0,000 0,449** VALID SPI23 0,013 0,245** VALID SPI24 0,000 0,486** VALID SPI25 0,000 0,551** VALID SPI26 0,000 0,413** VALID SPI27 0,000 0,488** VALID SPI28 0,000 0,660** VALID SPI29 0,000 0,440** VALID SPI30 0,000 0,499** VALID SPI31 0,004 0,281** VALID SPI32 0,000 0,490** VALID SPI33 0,000 0,373** VALID

Sumber: Data di olah

Page 44: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

44

Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas

(Validitas Akuntabilitas Kinerja)

PERTANYAAN Sig PEARSON COLLETATION

KET

AK.KI01 0,001 0,309** VALID AK.KI02 0,000 0,346** VALID AK.KI03 0,000 0,460** VALID AK.KI04 0,000 0,520** VALID AK.KI05 0,000 0,572** VALID AK.KI06 0,000 0,402** VALID

Sumber: Data di olah

Pada hasil uji validitas dengan menggunakan Pearson

Correlation di atas memperlihatkan semua nilai korelasi. Seperti

terlihat semua pertanyaan dapat dikatakan valid karena memiliki nilai

signifikan dibawah 0,05 yaitu seluruhnya memiliki nilai 0,000.

Berarti item-item dari variabel moderating akuntabilitas kinerja

adalah valid.

Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas

(Validitas Kepatuhan Wajib Pajak)

PERTANYAAN Sig PEARSON COLERATION

KETERANGAN

KP01 0,000 0,669** VALID KP02 0.000 0,675** VALID KP03 0,000 0,589** VALID KP04 0,000 0,675** VALID KP05 0,000 0,475** VALID KP06 0,000 0,429** VALID KP07 0,001 0,321** VALID KP08 0,005 0,275** VALID KP13 0,004 0,285** VALID

Sumber: Data di olah

Page 45: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

45

Hasil uji validitas dengan menggunakan Pearson

Correlation di atas memperlihatkan semua nilai korelasi. Seperti

terlihat semua pertanyaan dapat dikatakan valid karena memiliki nilai

signifikan dibawah 0,05 yaitu seluruhnya memiliki nilai 0,000.

Berarti item-item dari variabel dependen kepatuhan wajib pajak

adalah valid.

b. Uji Reliabilitas

Kuesioner yang telah dikumpulkan dan sah untuk

dianalisis, selanjutnya dilakukan pengelompokkan untuk tiap item

pertanyaan yang diajukan dan menentukan nilai dari masing-masing

variabel dari sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk mengukur

variabel tersebut. Kemudian dilakukan pengujian reliabilitas dengan

menggunakan Cronbach’s Alpha. Pedoman alat pengukur dikatakan

reliable adalah jika nilai koefisien alpha diatas 0,5. Hasil dari uji

reliabilitas dapat dilihat pada tabel 4.8.

Tabel 4.8 Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach

Alpha

Struktur Pengendalian Intern 0,738

Akuntabilitas Kinerja 0,617

Kepatuhan Wajib Pajak 0,745

Sumber: Data di olah

Page 46: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

46

Tabel 4.8 di atas menunjukan hasil uji yang reliable karena

nilai alpha masing-masing pertanyaan yang meliputi struktur

pengendalian intern , akuntabilitas kinerja dan kepatuhan wajib pajak

di atas nilai 0,5 yaitu 0,738; 0,617; 0,745.

3. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinearitas

Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolinearitas

Struktur Pengendalian Intern dan Akuntabilitas Kinerja

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta

Tolerance VIF

1 (Constant)

28,594 5,637 5,073 ,000

TOT.SPI ,084 ,023 ,348 3,732 ,000 1,000 1,000

TOT.AKT -,166 ,188 -,082 -,879 ,381 1,000 1,000

a Dependent Variable: TOT.KP

Tabel 4.9 menjelaskan VIF untuk struktur pengendalian

intern dan akuntabilitas kinerja disekitar angka 1 yaitu 1,000.

Tolerance struktur pengendalian intern dan akuntabilitas kinerja juga

mendekati angka 1 yaitu 1,000. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak

ada multikolonieritas pada variabel independen dalam model regresi.

Page 47: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

47

b. Uji Heteroskedastisitas

Tabel 4.10 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Struktur Pengendalian Intern terhadap kepatuhan wajib pajakmelalui akuntabilitas kinerja

sebagai variabel moderating

-4 -2 0 2 4

Regression Standardized Predicted Value

-4

-3

-2

-1

0

1

2

Regr

essi

on S

tude

ntize

d Re

sidu

al

Dependent Variable: TOT.KP

Scatterplot

Sumber: Data di olah

Tabel 4.10 diatas dapat dilihat titik-titik menyebar secara

acak dan tidak membantu pola tertentu, serta tersebar diatas dan

dibawah angka 0 pada sumbu Y. Berari tidak terjadi

heteroskedastisitas pada model regresi struktur pengendalian intern

mempengaruhi kepatuhan wajib pajak melalui akuntabilitas kinerja

sebagai variabel moderating, sehingga model layak digunakan.

Page 48: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

48

4. Uji Hipotesis

Hasil perhitungan koofesien determinasi untuk menguji pengaruh

akuntabilitas kinerja terhadap struktur pengendalian intern dari kepatuhan

wajib pajak badan dalam memenuhi kewajiban pajak penghasilannya.

Hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel 4.11 tabel 4.12 dan 4.13.

a. Hasil Uji Koefisien Determinasi

Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi

Struktur Pengendalian Intern terhadap akuntabilitas kinerja

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

1 ,359(a) ,129 ,102 3,32713

a Predictors: (Constant), Moderating, TOT.AKT, TOT.SPI

Tampilan output SPSS memberikan besarnya adjusted r square

sebesar 0,102, hal ini berarti variansi dari kedua variabel independen

mempengaruhi variabel dependen (kepatuhan wajib pajak) sebesar

10,2% sedangkan sisanya sebesar 89,8% dipengaruhi oleh faktor-

faktor lain di luar penelitian.

Menurut Siahaan (2005) dalam Mustikasari (2005), kondisi

keuangan adalah kemampuan keuangan perusahaan yang tercermin

dari tingkat profitabilitas (profitability) dan arus kas (cash flow).

Perusahaan yang tingkat profitabilitasya tinggi tidak menjamin

likuiditasnya baik. Hal ini dimungkinkan karena rasio profitabilitas

dihitung dari laba akuntansi dibagi dengan investasi, aset, atau ekuitas,

yang mana laba akuntansi menganut basis akrual. Oleh karena itu,

Page 49: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

49

untuk mengukur kondisi keuangan perusahaan, selain profitabilitas,

ukuran penting yang lain adalah arus kas. Profitabilitas perusahaan

(firm profitahility) telah terbukti merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kepatuhan perusahaan dalam mematuhi peraturan

perpajakan karena profitabilitas akan menekan perusahaan untuk

melaporkan pajaknya. Perusahaan yang mempunyai profitabilitas yang

tinggi cenderung melaporkan pajaknya dengan jujur dari pada

perusahaan yang mempunyai profitabilitas rendah. Perusahaan dengan

profitabilitas rendah pada umumnya mengalami kesulitan keuangan

(financial difficulty) dan cenderung melakukan ketidakpatuhan pajak.

Demikian pula, perusahaan yang mengalami kesulitan likuiditas ada

kemungkinan tidak mematuhi peraturan perpajakan dalam upaya untuk

mempertahankan arus kasnya. Pada sisi yang lain suatu perusahaan

yang memiliki penghasilan bersih di atas rata-rata mungkin memiliki

dorongan untuk tidak mematuhi kewajiban pajaknya dalam upaya

untuk meminimalkan political visibility.

Menurut Siahaan dan Bradley (2005) dalam Mustikasari

(2005), sikap manajemen mempengaruhi keputusan perusahaan untuk

mempekerjakan karyawan yang memiliki keahlian di bidang

perpajakan (tax professional). Fasilitas yang diberikan perusahaan,

diharapkan dapat menjamin bahwa tax professional tersebut akan

memiliki kemampuan untuk menyajikan semua informasi yang

dibutuhkan untuk pengambilan keputusan di bidang perpajakan.

Page 50: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

50

Fasilitas perusahaan dapat mengurangi ketidakpastian bagi tax

professional dan dapat menjamin, bahwa mereka memiliki semua data

yang dibutuhkan untuk membuat suatu pelaporan yang dapat

menginformasikan semuanya secara lengkap (fully informed reporting

decision). Dalam situasi di mana tax professional memperoleh fasilitas

yang memadai, maka ketidakpastian yang dihadapi oleh tax

professional hanya berasal dari atau hanya berkaitan dengan

ketidakpastian yang ada dalam peraturan perpajakan (tax law) itu

sendiri.

Menurut Vardi (2001) dalam Mustikasari (2005), perilaku

individu dipengaruhi oleh lingkungan dimana individu tersebut berada.

Diduga, keputusan untuk mematuhi peraturan perpajakan bagi suatu

perusahaan dipengaruhi oleh iklim perusahaan. Iklim keorganisasian

merupakan persepsi bersama (shared perception). Iklim

keorganisasian yang positif akan mendukung tax profesional untuk

berperilaku patuh. Sebaliknya, jika iklim keorganisasiannya negatif

akan mendorong tax professional yang patuh menjadi tidak patuh dan

yang tidak patuh semakin tidak patuh.

Struktur pengendalian intern dan akuntabilitas kinerja memiliki

pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak badan, akan tetapi terdapat

faktor lain yang diduga merupakan kondisi keuangan, fasilitas

perusahaan, dan sikap manajemen yang juga memiliki pengaruh yang

cukup kuat atas kepatuhan wajib pajak badan.

Page 51: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

51

b. Hasil Uji F

Tabel 4.12

Hasil Uji F dari Model Regresi Struktur Pengendalian Intern terhadap akuntabilitas kinerja

Model Sum of

Squares df Mean

Square F Sig. 1 Regressi

on 161,644 3 53,881 4,867 ,003(a)

Residual 1095,910 99 11,070

Total 1257,553 102

a Predictors: (Constant), Moderating, TOT.AKT, TOT.SPI b Dependent Variable: TOT.KP

Uji F menghasilkan nilai F hitung adalah 4,867 dengan tingkat

signifikansi 0,003 sehingga signifikasi jauh lebih kecil dari 0,05, hal

ini berarti model regresi dapat digunakan untuk menilai kepatuhan

wajib pajak atau dapat dikatakan bahwa struktur pengendalian intern,

akuntabilitas kinerja dan moderat secara bersama-sama berpengaruh

terhadap kepatuhan wajib pajak

Page 52: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

52

c. Hasil Uji t

Tabel 4.13 Hasil Uji t dari Model Regresi

Struktur Pengendalian Intern terhadap akuntabilitas kinerja

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 25,481 43,442 ,587 ,559 TOT.SPI ,110 ,354 ,454 ,310 ,757 TOT.AKT -,044 1,687 -,022 -,026 ,979 Moderatin

g -,001 ,014 -,121 -,072 ,943

a Dependent Variable: TOT.KP

Berdasarkan table 4.13 diatas dapat dibuat persamaan regresi

sebagai berikut:

Y = a + b1 X1 + b3X1X2 + e

Y = 25,481 + 0,110X1 - 0,044X2 - 0,001X1X2 + e

Persamaan diatas mempunyai arti bahwa setiap naiknya

struktur pengendalian intern atau akuntabilitas kinerja sebesar 1% akan

menyebabkan naiknya kepatuhan wajib pajak sebesar 0,110 dan 0,044.

Sebaliknya, turunnya interaksi antara struktur pengendalian intern dan

akuntabilitas kinerja sebesar 1% akan memnyebabkan penurunan

kepatuhan wajib pajak sebesar 0,001

Hasil uji t yang ditampilkan pada table 4.13 menghasilkan nilai

t hitung sebesar -0,072 dengan tingkat signifikasi 0,943 atau berada

jauh di atas 0,05. Hasil negatif dan tidak signifikan ini berarti menolak

Page 53: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

53

Ha yang menyatakan interaksi antara struktur pengendalian intern

dengan akuntabilitas kinerja berpengaruh signifikan terhadap

kepatuhan wajib pajak

Sejalan dengan pernyataan Teguh Arifiyadi (2008), konsep

akuntabilitas kinerja di Indonesia memang bukan merupakan hal yang

baru. Hampir seluruh instansi dan lembaga-lembaga pemerintah

menekankan konsep akuntabilitas ini khususnya dalam menjalankan

fungsi administratif kepemerintahan. Akuntabilitas juga merupakan

instrumen untuk kegiatan kontrol terutama dalam pencapaian hasil

pada pelayanan publik. Dalam hubungan ini, diperlukan evaluasi

kinerja yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian

hasil serta cara-cara yang digunakan untuk mencapai semua itu.

Pengendalian (control) sebagai bagian penting dalam manajemen yang

baik adalah hal yang saling menunjang dengan akuntabilitas. Dengan

kata lain pengendalian tidak dapat berjalan efisien dan efektif bila

tidak ditunjang dengan mekanisme akuntabilitas yang baik

Akuntabilitas kinerja belum di terapkan pada perusahaan

manufaktur, maka akuntabilitas kinerja tidak dapat mempengaruhi

kepatuhan dalam membayar pajak dari perusahaan manufaktur.

Akuntabilitas berkaitan dengan pelaksanaan evaluasi (penilaian)

mengenai standar pelaksanaan kegiatan, apakah standar yang dibuat

sudah tepat dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, dan apabila

dirasa sudah tepat, manajemen memiliki tanggung jawab untuk

Page 54: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

54

mengimlementasikan standard-standard tersebut. Diharapkan dengan

telah diterapkannya akuntabilitas kinerja di instansi pemerintah, maka

akuntabilitas kinerja juga dapat diterapkan oleh perusahaan manufaktur

yang dapat berfungsi untuk mengetahui gambaran mengenai tingkat

pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program atau

kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi

organisasi yang tertuang dalam perumusan rencana strategis (Strategic

Planning) suatu organisasi secara umum.

Page 55: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

55

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. KESIMPULAN

Penelitian ini bertujuan untuk menguji atau membuktikan bahwa

akuntabilitas kinerja merupakan variabel moderating regresi kausalitas

struktur pengendalian intern terhadap kepatuhan wajib pajak badan dalam

memenuhi kewajiban pajak penghasilannya. Responden penelitian ini

berjumlah 103 perusahaan manufaktur yang sudah go public maupun yang

belum go public yang ada di Jakarta. Pengujian ini menggunakan program

multiple regression analysis dengan uji interaksi menggunakan bantuan

program SPSS 12.

Hasil pengujian dan analisis data, dapat disimpulkan bahwa:

1. Variabel struktur pengendalian intern, variabel akuntabilitas kinerja secara

bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan

wajib pajak. Hal ini ditunjukkan oleh nilai F hitung adalah 4,867 dengan

tingkat signifikasi 0,003 sehinnga signifikasi jauh lebih kecil dari 0,005.

2. Tanpa variabel moderating, struktur pengendalian intern terhadap

kepatuhan wajib pajak tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel kepatuhan wajib pajak, dan variabel akuntabilitas kinerja yang

merupakan variabel interaksi tidak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib

pajak. Ini berarti, akuntabilitas kinerja bukanlah variabel yang memoderasi

antara variabel struktur pengendalian intern dengan variabel kepatuhan

Page 56: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

56

wajib pajak. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa Ha ditolak, hasil ini

ditunjukkan karena hasil uji t menunjukkan bahwa secara individu variabel

struktur pengendalian intern memberikan nilai koofesien 0,310 dengan

tingkat signifikansi 0,757. Variabel akuntabilitas kinerja memberikan nilai

koofesien -0,026 dengan tingkat signifikansi 0,979.

B. IMPLIKASI

Penelitian ini seluruh variabelnya telah teruji reabilitas dan

validitasnya. Penelitian ini memenuhi uji normalitas serta terbebas dari adanya

gejala multikolonieritas dan heteroskedesitas, sehinnga dapat diimplikasikan

bahwa penelitian ini dapat dikembangkan. Dari beberapa kesimpulan di atas

juga memberikan implikasi bahwa akuntabilitas kinerja tidak dapat

memperkuat atau variabel moderating antara struktur pengendalian intern

terhadap kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajak

penghasilannya. Namun, fakta yang terjadi di lapangan berbeda dengan hasil

penelitian ini, adanya akuntabilitas pada perusahaan akan meningkatkan

kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajak penghasilannya.

Sehingga implikasi dari adanya akuntabilitas kinerja yang optimal akan

meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajak

penghasilannya dari segi produktivitas, efektivitas, dan efisiensi pada

perusahaan dan meningkatkan penerimaan negara dari pajak yang dibayarkan

perusahaan baik tiap bulan maupun tiap tahunnya.

Page 57: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

57

C. KETERBATASAN DAN SARAN

Adapun keterbatasan penelitian ini adalah:

1. Ada beberapa perusahaan manufaktur yang pegawainya keberatan dan

menolak untuk mengisi kuesioner disebabkan waktu melakukan penelitian

bertepatan dengan puncak kesibukan pekerja perusahaan.

2. Ada beberapa kuesioner yang tidak dapat digunakan akibat ada kuesioner

yang tidak dikembalikan dan pengisian kuesioner yang kurang lengkap,

sehingga mengurangi jumlah data yang diperoleh yang mungkin

mempengaruhi hasil penelitian.

3. Berubahnya beberapa alamat Perusahaan Manufaktur yang menjadi

sasaran tidak diketahui sehingga target yang ingin dicapai tidak dapat

dijangkau.

4. Syarat yang diajukan agar dapat menyebarkan kuesioner di beberata

Perusahaan Manufaktur terlalu rumit, sehingga peneliti memutuskan untuk

tidak menggunakan pegawai di Perusahaan Manufaktur tersebut sebagai

responden.

5. Data penelitian ini diambil melalui kuesioner dimana kesimpulan yang

diambil hanya berdasarkan data yang dikumpulkan melalui penggunaan

instrumen tertulis, sehinnga persepsi responden berbeda.

6. Penelitian hanya dapat dijadikan analisis pada objek penelitian yang

terbatas struktur pengendalian intern pada perusahaan manufaktur

sehinnga memungkinkan perbedaan hasil dan kesimpulan apabila

dilakukan pada semua perusahaan.

Page 58: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

58

Penelitian ini dimasa datang diharapkan dapat menyajikan hasil

penelitian yang lebih berkualitas lagi, dengan adanya beberapa masukan

mengenai beberapa hal, diantaranya:

1. Menambah jumlah responden dalam penelitian sehingga menambah

keakuratan hasil penelitian.

2. Skop penelitian diperluas sehingga bisa diketahui perilaku kepatuhan

pajak badan seluruh Indonesia.

3. Mengganti atau menambah variabel moderating lain disamping

akuntabilitas kinerja dan meneliti variabel-variabel lain, menerapkan teori

lain, atau model lain dengan harapan menghasilkan temuan yang lebih

bermanfaat bagi praktisi dan pengembangan teori perilaku perpajakan.

4. Menambah instrumen penelitian lain yang lebih baik untuk menghindari

salah persepsi dari responden.

DAFTAR PUSTAKA

Arifiyadi, Teguh, “Konsep tentang Akuntabilitas dan Implementasinya di

Indonesia”, diakses tanggal 12 Januari 2008 dari http://www.depkominfo.go.id

Page 59: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

59

/portal/?act=detail&mod=artikel_itjen&view=1&id=BRT070511110601,

Benveniste, Guy, “Birokrasi”, Jakarta : Rajawali, 1991

Friantara, D., “ Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak”, Jakarta, Djambatan: 2002,

23-24

Ghozali, I, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Undip, Semarang: 2001

Hapsono, Doddy, “Keberadaan Sistem Pengendalian Intern dalam Perusahaan:

suatu paradoks”, Jurnal Perpajakan Indonesia, Volume 2, Jakarta: 1999

Hastuti, Sri, “Seputar Struktur Pengendalian Intern Perusahaan”, Media

Akuntansi, Jakarta: 2005 Husen, Syarifuddin, “Pemeriksaan Pajak sebagai Tindakan Pengawasan atas

Pelaksanaan Sistem Self Assesment dan Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak”, Jurnal Kipas, Volume 2, Nomor 14, Jakarta: 1999

Indriantoro, N. Dan Bambang. S, “Metodologi Penelitian dan Bisnis untuk

Akuntansi dan Manajemen”, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta: 2002 Ikatan Akuntansi Indonesia, “Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)”, IAI,

Jakarta: 1994, 319.4 – 319.6 Keputusan direktur jenderal pajak KEP-88/PJ/2004 tentang “Penyampaian Surat

Pemberitahuan Secara Elektronik”, diakses tanggal 15 September 2007, http://www.laporpajak.com/laporpajak/files/KEP-88-PJ-2004.pdf

Kepmendagri Nomor 16 Tahun 2004 tentang “Sistem Akuntabilitas Kinerja Departemen Dalam Negeri” diakses tanggal 12 Januari 2008 dari http://www.depkominfo.go.id/portal/?act=detail&mod=artikel_itjen&view=1&id=BRT07051111060

Keputusan Menteri Keuangan No. 235/KMK/2003 tentang “Kriteria Wajib Pajak yang dapat Diberikan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak”, diakses tanggal 16 September 2007 dari http://groups.yahoo.com/group/foUm -pajak/message/19360

Page 60: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

60

Kiryanto, “Pengaruh Penerapan Struktur Pengendalian Intern terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan dalam Memenuhi Kewajiban Pajak Penghasilannya”, Tesis, Semarang: 1999

Kunami, “Pelaksanaan-Good-Corporate-Governance” diakses tanggal 27

Desember 2007 dari http://kunami.wordpress.com/2007/11/09/pelaksanaan-good-corporate-governance/=

Laila, Erit, dan Irawati, “Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan: Tinjauan atas

Rasio Gearing, Umur, dan Komite Audit dengan Kualitas Auditor sebagai Variabel Moderating”, Jurnal Akuntansi, Volume 1, Jakarta: 2005

Marshall, B., Rowney, Paul, John, “Accounting Information System”, Salemba

Empat, Jakarta, 2003 Mustikasari, Elia, “Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kepatuhan Tax

Profesional Dalam Pelaporan Pajak Badan pada Perusahaan Industri Manufaktur di Surabaya”. Simposium Nasional Akuntansi X, Makasar, 2007.

Nazir, Mohamad, “Metode Penelitian”, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1998 Plumptre T., "Persepctive Accountability in The Public Sector", dalam artikelnya,

tahun 1981 Purnomo, Hadi, “Kepatuhan Wajib Pajak”, Gramedia, Jakarta, 2000 Riba’ti, Meika., “Optimalisasi Pengendalian Internal untuk Mencapai Efektivitas

dan Efisiensi Perusahaan”, Fordema, Volume 2, Jakarta: 2002 Saleh, Sirajudin H & Aslam Iqbal, “Accountability”, Chapter I in a Book

“Accountability The Endless Prophecy” edited by Sirajudin H Saleh and Aslam Iqbal, Asian and Pacific Develompent Centre, 1995 diakses tanggal 15 Juni 2008 http://www.pekalongankab.go.id/web/index.php?option=com_ content&task=view&id=419 &Itemid=0

Santoso, Singgih, “Latihan SPSS: Statistik Parametik, Elex Media Komputindo”, Jakarta, 2000

Sawardjuwono, Tjiptohadi, “Kepercayaan Wajib Pajak terhadap Fiskus, Kesadaran Wajib Pajak terhadap Pentingnya Membayar Pajak,

Page 61: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

61

Rekayasa Akuntansi, dan Kepatuhan Wajib Pajak”, Jurnal Manajemen, Akuntansi, dan Bisnis, Volume 3, Nomor 2, Jakarta: 2005

Somya, Mienati Lasmana, et, all, “Pengaruh Penerapan Sistem Monitoring

Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3) terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris pada Kantor Wilayah Jenderal Direktorat Pajak Jawa Bagian Jawa Timur)”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Volume 2, No. 1, Juli 2005: 130-158, Departemen Akuntansi, FE UI.

Suandy, Early, “Perencanaan Pajak”, Salemba Empat, Jakarta: 2001 Sudiman, dan Teguh, Widjinarko, “Konsep Struktur Pengendalian Intern pada

Perusahaan”, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta: 2008 Trout, Jack, “Yang Terbaru tentang Strategi Bisnis Nomor Satu Dunia”, Jakarta ;

Gramedia Pustaka Utama, 1997 Undang-undang Perpajakan No. 28 tentang “Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan yang Mengatur Pembukuan”, diakses tanggal 20 April 2007 http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=12761

Undang-undang Perpajakan No. 28 Tahun 2007 Pasal 17 C tentang “Empat

Kriteria Wajib Pajak Patuh”, diakses tanggal 20 April 2007 http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=13038

DAFTAR RESPONDEN

1. ARGO PANTES. Tbk

Page 62: PENGARUH STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16605/1/... · peraturan serta kode etik korporat. 4) Pemberian Wewenang dan Pembebanan

62

2. PANASIA INDOSINTEK 3. INDAH KIAT PULP AND PAPER 4. TWIJI KIMIA 5. TIRA AUSTENITE 6. LIPPO INTERPRISES 7. PAN BROTHER TEXTILE 8. SEPATU BATA 9. UNILIVER INDONESI. Tbk 10. AQUA GOLDEN M 11. DELTA DJAKARTA 12. FAST FOOD INDONESIA 13. INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk 14. MAYORA INDAH 15. MULTI BINTANG INDONESIA 16. BAT INDONESIA 17. GUDANG GARAM. Tbk 18. H.M SAMPOERNA. Tbk 19. ERATEX DJAJA LIMITED. Tbk 20. LAUTAN LUAS Tbk 21. UNGGUL INDAH CAHAYA Tbk 22. DUTA PERTIWI NUSANTARA 23. EKADARMA TAPE INDUSTRIES 24. INTAN WIJAYA INTERNATIONAL Tbk 25. ASAHIMAS FLAT GLASS Tbk 26. DYNA PLAS Tbk 27. IBAR JAYA 28. SIWANI MAKMUR Tbk 29. CITRA TUBINDO 30. KAMATSU INDONESIA 31. METRODATA ELECTRONIC Tbk 32. GOODYEAR INDONESIA 33. HEXINDO ADHIPERKASA 34. INTRACO PENTA 35. SELAMAT SEMPURNA 36. TUNAS RIDEAN Tbk 37. DANKOS LABORATORIES 38. TEMPO SCAN PACIFIC 39. MUSTIKA RATU 40. ALFINDO ADES P 41. ASIA INTI SELERA