pengaruh relaksasi otot progresif ... - eprints.ums.ac.ideprints.ums.ac.id/59762/14/naspub...

17
PENGARUH RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI DI POSYANDU LANSIA PURWODININGRATAN JEBRES Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I Pada Program Studi Keperawatan Disusun Oleh: Hariati Wahyuningsih Khairiyah J210161045 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

Upload: ngodang

Post on 13-May-2019

266 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP

PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA

PENDERITA HIPERTENSI DI POSYANDU

LANSIA PURWODININGRATAN JEBRES

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I Pada

Program Studi Keperawatan

Disusun Oleh:

Hariati Wahyuningsih Khairiyah

J210161045

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

ii

PERNYATAAN PUBLIKASI ILMIAH

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Naskah Publikasi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguran tinggi dan sepanjang

pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan

orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya

pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 23 Januari 2018 Penulis

HARIATI WAHYUNINGSIH KHAIRIYAH

NIM. J210161041

iii

1

PENGARUH RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP

PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA

PENDERITA HIPERTENSI DI POSYANDU

LANSIA PURWODININGRATAN JEBRES

Abstrak

Latar Belakang : Lanjut usia mulai mengalami penurunan fungsi salah satunya

pada sistem peredaran darah. Penurunan elastisitas dinding pembuluh darah yang

dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Salah satu upaya penanganan

yang dapat dilakukan untuk meurunkan tekanan darah adalah terapi relaksasi otot

progresif. Terapi relaksasi otot progresif pada lanjut usia bertujuan untuk

memunculkan respon relaksasi yang dapat merangsang aktivitas saraf simpatis

dan parasimpatis sehingga terjadi penurunan tekanan darah pada lanjut usia.

Tujuan Penelitian : mengetahui pengaruh relaksasi otot progresif terhadap

tekanan darah penderita hipertensi di posyandu lansia Purwodiningratan Jebres

Metode Penelitian : Jenis penelitian ini adalah Quasi Experimental Design

Group Design.dengan desain penelitian berupa Pretest-Posttest With Control

group. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik Purposive

Sampling. Jumlah sampel sebanyak 50 orang yang terbagi atas 25 orang sebagai

kelompok perlakuan, dan 25 orang sebagai kelompok control. Analisis data

menggunakan uj Wilcoxon dan Mann Whitney.

Hasil Penelitian : Hasil uji Wilcoxon pada kelompok perlakuan untuk nilai

tekanan sistolik adalah p =0,001 dan tekanan diastolic p = 0,005.

Hasil uji Wilcoxon pada kelompok kontrol untuk nilai tekanan sistolik adalah p

=0,101 dan tekanan diastolic p = 0,593. Hasil uji beda pengaruh relaksasi otot

progresif terhadap tekanan darah sistolik adalah p = 0,001 dan diastolic p=0,001.

Kesimpulan : ada pengaruh relaksasi otot progresif terhadap tekanan darah

penderita hipertensi di Posyandu Lansia Purwodiningratan Jebres

Kata Kunci : Terapi Relaksasi Otot Progresif, Hipertensi, Lanjut Usia.

Abstract

Background : The elderly began to decrease function, one of decrease function

was circulatory system. the decrease elasticity of artery walls that can lead to

increased blood pressure to the elderly. One way of treatment for decreased blood

pressure was progressive muscle relaxation therapy. Progressive muscle

relaxation therapy in elderly aims to evoke the relaxation response can stimulate

the sympathetic and parasympathetic nervous activity resulting in decreased

blood pressure in elderly.

Objective: To determine the effect of progressive muscle relaxation to blood

pressure of hypertension patient in elderly posyandu Purwandingratan Jebres.

Methods : Kind of study was Quasi Experimental Design with research design

was Pretest-Posttest With Control Group Design. The sampling technique used

Purposive Sampling Technique. sample was 50 elderly with 25 persons as

treatment group and 25 persons with control group.

2

Results : The result of Wilcoxon test of treatment group with data systolic

pressure obtained p =0,001 and diastolic pressure with p = 0,005

The result of Wilcoxon test of control group with data systolic pressure obtained

p =0,101 and diastolic pressure with p = 0,0593. Result of different effect of

Progressive Muscle Relaxation to systolic blood pressure with p = 0,001 and

systolic blood pressure with p = 0,001.

Conclusion : There was an effect progressive muscle relaxation to blood

pressure of hypertension patient in elderly posyandu purwandingratan Jebres

Keywords : Progressive Muscle Relaxation, Hypertension, Elder

1. PENDAHULUAN

Data dari World Health Organization (WHO) atau Badan Kesehatan dunia

tahun 2014, satu milyar orang di dunia menderita hipertensi, 2/3 diantaranya

berada di negara berkembang yang berpenghasilan rendah sampai dengan sedang.

Prevalensi hipertensi akan terus meningkat tajam, diprediksi pada tahun 2025

sebanyak 29% orang dewasa di seluruh dunia terkena hipertensi. Hipertensi telah

mengakibatkan kematian sekitar 8 juta orang setiap tahun, 1,5 juta kematian

Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 di Indonesia setelah

setelah stroke dan tuberkolusis, yakni mencapai 6,7% dari total kematian pada

semua umur (Riskesdas, 2013). Prevalensi kasus hipertensi hipertensi pada lansia

di provinsi Jawa Tengah pada tahun 2015 mengalami penurunan 0,70%

dibandingkan pada tahun 2014 yang prevalensinya sebesar 0,80% (Dinkes Jateng,

2016). Relaksasi merupakan suatu terapi relaksasi yang diberikan kepada pasien

dengan menegangkan otot-otot tertentu dan kemudian relaksasi. Relaksasi

progrsif adalah suatu cara dari teknik relaksasi yang mengkombinasi latihan nafas

dalam dan serangkaian kontraksi dan relaksasi otot (Davis, 2010).

Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 26 Maret 2017 berdasarkan

hasil wawancara dengan Kader Kesehatan di Posyandu Lansia Purwodiningratan

Jebres menyatakan bahwa dari 100% lansia, terdapat 75% lansia yang mengalami

hipertensi. Selama ini lansia yang mengalami hipertensi hanya menggunakan obat

hipertensi untuk menjadikan tekanan darahnya stabil. Lansia belum pernah

melakukan terapi non farmakologi seperti relaksasi otot progresif dalam

perawatan hipertensi.

3

Tujuan umum penelitian untuk mengetahui pengaruh relaksasi otot progresif

terhadap tekanan darah pada lansia penderita hipertensi di Posyandu Lansia

Purwodiningratan Jebres.

2. METODE PENELITIAN

Rancangan penelitian ini menggunakan quasi experiment Desain penelitian

ini menggunakan pre and post test with control group. Populasi penelitian ini

adalah seluruh anggota di Posyandu Lansia Purwodiningratan Jebres dengan

jumlah 54 lansia. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan metode purposive

sampling. dan diperoleh sebanyak 50 orang yang terbagai atas 25 sebagai

kelompok perlakuan dan 25 sebagai kelompok control.

Kriteria Sampel

Kriteria Inklusi

a) Lansia yang merupakan anggota dari Posyandu Lansia di Purwodiningratan

Jebres

b) Berumur 60-74 tahun

c) Lansia yang mengalami hipertensi

d) Lansia belum pernah mengikuti terapi relaksasi otot progresif

e) Lansia bersedia mengikuti jalannya penelitian dari awal sampai akhir

f) Lansia yang tidak mengkonsumsi obat anti hipertensi

Kriteria Eksklusi

a) Lansia yang sedang sakit seperti sakit kepala, sehingga dapat mengganggu

jalannya penelitian

b) Lansia pergi ke luar kota

Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah sphygmomanometer, Lembar

identitas responden meliputi: nomor responden, alamat, usia responden, riwayat

menderita hipertensi. Penilaian hasil ukur tekanan darah

Analisis bivariat dengan uji Wilcoxon dan Mann Withney.

4

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Karakteristik Responden

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden

No. Karakteristik Rata-rata SD Min Maks

1. Umur

Kel. perlakuan 66.52 4.21 60 75

Kel. kontrol 65.96 4.72 60 74

No. Karakteristik Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol

Jumlah % Jumlah %

2. Jenis Kelamin

Laki – laki

Perempuan

10

15

40.0

60.0

7

18

28.0

72.0

3. Lama Menderita

1-5 tahun

6-10 tahun

11-15 tahun

2

15

8

8.0

60.0

32.0

7

13

5

28.0

52.0

20.0

Tabel 1 diketahui rata-rata umur responden kelompok perlakuan adalah 66,52 ±

4,21 tahun, dengan umur termuda 60 tahun dan tertua 75

tahun. Rata-rata umur responden kelompok kontrol adalah 65,96 ± 4,72

tahun, dengan umur termuda 60 tahun dan tertua 74 tahun. Sebagian besar responden

berjenis kelamin perempuan, dan mayoritas responden menderita hipertensi selama 6-10

tahun.

3.2. Analisis Bivariat

3.2.1. Uji Beda Rata-Rata Tekanan Darah Sitolik Dan Diastolik Pre Test

Dan Post Test Kelompok Perlakuan

Tabel 2. Hasil Beda Rata-Rata Tekanan Darah Sitolik dan

Diastolik Pre Test Dan Post Test Kelompok Perlakuan

5

Tekanan Darah Mean Rank Z P*

Sistolik pre test - Sistolik post test

13,00 -4,494 0,001

0,00

Diastolik pre test - Diastolik post test 9,00

0,00 -3,944 0,005

*uji Wilcoxon

Tabel 2 menunjukkan p = 0,001, (p<0,05) pada sistolik dan nilai Z = -3,944

dengan p = 0,001, (p<0,05) pada diastolik, sehingga disimpulkan terdapat perbedaan

rata-rata tekanan darah sistolik dan

diastolik pada pre test dan post test pada kelompok perlakuan di posyandu Lansia

Purwodiningratan Jebres

3.2.2. Uji Beda Rata-Rata Sitolik Dan Diastolik Pre Test Dan Post Test Tekanan

Darah Dan Post Test Tekanan Darah Kelompok Kontrol

Tabel 3. Hasil Beda Rata-Rata Tekanan Darah Sitolik dan

Diastolik Pre Test Dan Post Test Kelompok Kontrol

Tekanan Darah Mean Rank Z P*

Sistolik pre test – Sistolik post test 6,14 -1,642 0,101

4,00

Diastolik pre test – Diastolik post test 7,50

7,50 -0,535 0,593

Tabel 3 menunjukkan p = 0,101 (p>0,05) pada sistolik, dan p = 0, 593,

(p>0,05) pada dioastolic, sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat

perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik kelompok kontrol di posyandu

Lansia Desa Purwodiningratan Jebres.

3.2.3. Uji Beda Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Dalam Terhadap Tekanan

Darah Responden

Tabel 4. Hasil Beda Pengaruh Relaksasi Otot Progresif

Terhadap Tekanan Darah Sistolik Dan Diastolik di

Posyandu Lansia Purwodiningratan Jebres

Selisih Tekanan Darah Post Test Mean Rank Z P

Sistolik Kel. Perlakuan – Sistolik Kel. Kontrol 15,66

-4,942 0,001 35,34

Diastolik Kel. Perlakuan – Diastolik Kel. Kontrol 18,48

32,52 -3,656 0,0001

*uji Mann Whitney

6

Tabel 4.10 menunjukkan nilai p = 0, 001, (p<0,05) pada sistolik dan diastolik

sehingga disimpulkan terdapat terdapat pengaruh relaksasi otot progresif terhadap

tekanan darah sistolik dan diastolik di Posyandu Lansia Purwodiningratan Jebres.

3.3 Pembahasan

3.3.1 Karakteristik Responden

3.3.1.1 Umur

Berdasarkan hasil penelitian rata-rata umur responden kelompok perlakuan adalah

66,52±4,21 tahun, kelompok control adalah 65,96±4,72 tahun. rata-rata umur kedua

kelompok cenderung sama. Banyaknya responden di tempat penelitian menunjukkan

lansia bersedia untuk menjadi responden, baik saat kegiatan posyandu lansia maupun

saat peneliti mendatangi responden di rumahnya dalam mengikuti terapi relaksasi otot

progresif dalam sampai selesai. Kuntjoro (2002) proses menua pada adalah proses alami

yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, termasuk tekanan darah yang tidak stabil.

Penelitian Agrina (2011) umur penderita hipertensi di Kelurahan Sidomulyo Barat Kota

Pekanbaru, 33responden (55%) yang berumur 51 - 65 tahun.

3.3.1.2 Jenis Kelamin

Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin diketahui perempuan lebih banyak

baik dari kelompok perlakuan maupun control dikaitkan dengan kejadian hipertensi.

Tambayong (2006) menjelaskan insiden hipertensi lebih tinggi dari laki-laki

dikarenakan fungsi hormon esterogen pada wanita usia pertengahan mulai menurun,

dimana hormon ini berperan dalam meningkatkan kadar HDL (High Density

Lipoprotein), yang merupakan faktor pelindung terjadinya arterosklerosis. Penelitian

Putri (2014) menyebutkan dari 82 responden penelitian (57.3%) adalah perempuan yang

mengalami hipertensi di Desa Mancasan wilayah kerja Puskesmas I Baki Sukoharjo.

3.3.1.3 Lama Menderita Hipertensi

Sebagian besar responden telah menderita hipertensi antara 6-10 tahun. Stanley

(2007) mengemukakan hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua seseorang

semakin besar resiko terserang hipertensi. Umur lebih dari 40 tahun mempunyai resiko

terkena hipertensi. Arteri kehilangan elastisitasnya atau kelenturannya, kebanyakan

orang hipertensinya meningkat ketika berumur lima puluhan dan enam puluhan.

7

Pendadapat Stanley (2007) ini sejalan dengan kondisi responden bahwa responden

sudah sejak lama menderita hipertensi seperti pada saat menjadi anggota Posyandu

Lansia Purwodiningratan. Hasil penelitian Bety (2011) menjelaskan banyak lansia yang

menderita hipertesi di wilayah kerja UPT. Puskesmas Purwosari Surakarta di atas 3

tahun dalam penelitian hubungan stress dan kekambuhan hipertensi.

3.3.2. Analisis Bivariat

3.3.2.1 Tekanan Darah Responden Sebelum Diberikan Terapi Relaksasi

Otot Progresif

Berdasarkan hasil penelitian diketahui responden yang mendapatkan terapi

relaksasi otot progresif rata-rata tekanan darah sistolik kelompok perlakuan sebesar

159,20±9,09 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastolik sebesar 91,40±4,45mmHg

sebelum dilakukan terapi. Rata-rata tekanan darah sistolik pre test kelompok control

sebesar 160,40±10,59 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastolik sebesar

156,80±11,445 mmHg. Menurut Depkes RI (2014) tekanan darah sistolik 160-179

mmHg dan tekanan darah diastolik 100-109 mmHg masuk dalam klasifikasi hipertensi

derajat 2.

Hipertensi pada lansia terjadi karena adanya perubahan struktural dan fungsional

pada sistem pembuluh perifer yang bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah.

Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan

penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang pada gilirannya

menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya

aorta dan arteri besar kurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang

dipompa oleh jantung, mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan

tahanan perifer (Smeltzer & Bare, 2002). Penelitian Kumutha (2014) menyebutkan

lansia sebelum diberikan terapi relaksasi otot progresif dalam mayoritas mengalami

hipertensi sedang dalam penelitian di desa Vayalanallur India.

3.3.2.2 Tekanan Darah Responden Sesudah Diberikan Terapi Relaksasi Otot

Progresif

Rata-rata tekanan darah sistolik kelompok perlakuan setelah diberi terapi sebesar

138,40±8,00 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 84,00±5,00 mmHg. Rata-rata

tekanan darah sistolik pada post test sebesar 156,80±11,45mmHg dan tekanan darah

8

diastolik sebesar 91,20±5,25 mmHg. Tekanan darah kelompok perlakuan setelah diberi

terapi relaksasi otot progresif banyak dalam hipertensi derajat I, sementara kelompok

control pada post test tetap banyak di hipertensi derajat II. Penurunan tekanan darah

responden baik kelompok perlakuan setalah diberikan terapi relaksasi relaksasi otot

progresif 3x/minggu selama 2 minggu atau 6 kali pertemuan. Joint National Committee

7 memberikan panduan hipertensi derajat 1 dengan nilai 140-159 mmHg. Penelitian

Wahyuni (2016) menunjukkan adanya penurunan rata-rata tekanan darah sistolik, pada

pre test sebesar 168,82 ± 24,29 mmHg, dan post test 167,91 ± 24,40 mmHg. Rata-rata

tekanan darah sistolik, pada pre test sebesar 89,86 ± 15,78 mmHg, dan post test 88,05 ±

16,22 mmHg setelah latihan pengaturan pernafasan untuk menurunkan tekanan darah

pada penderita hipertensi primer di Posyandu Lansia “Seger Waras” dan “Aisyiyah”

Sanggrahan Pucangan Kartasura.

3.3.2.3 Analisis bivariat Pengaruh relaksasi otot progresif terhadap Tekanan

Darah pada Lansia dengan Hipertensi

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh menunjukkan kelompok perlakuan pada

post test rata-rata tekanan darah sistolik sebesar 138,40±8,00mmHg dan tekanan darah

diastolik sebesar 84,00±5,00 mmHg. Arti dari sistolik sendiri adalah tekanan darah pada

saat jantung memompa darah ke dalam pembuluh nadi (saat jantung mengkerut)

sedangkan diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung mengembang dan menyedot

darah kembali (pembuluh nadi mengempis kosong). Menurut WHO, di dalam

guidelines : tekanan darah sistolik 140-159 mmHg masuk dalam Hipertensi derajat I

dan ≥160 mmHg masuk dalam Hipertensi derajat II.

Berdasarkan hasil uji statistic pada kelompok perlakuan menunjukkan adanya

perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah melakukan

relaksasi otot progresif selama 3 kali latihan selama 2 minggu. latihan relaksasi otot

progresif yang mana gerakan-gerakan didalamnya juga bertujuan untuk menurunkan

kecemasan, stres, dan menurunkan tingkat depresi. Penurunan tersebut akan

menstimulasi kerja sistem saraf perifer (autonom nervous system) terutama parasimpatis

yang menyebabkan vasodilatasi penampang pembuluh darah akan mengakibatkan

terjadinya penurunan tekanan darah baik sistolik maupun diastotik (Pollock, &

Wilmore, 2008).

9

Rangsangan pada sistem saraf simpatis meningkatkan aktilitas jantung,

meningkatkan frekuensi jantung, dan menaikkan kekuatan pemompaan. Peningkatan

kemampuan jantung dalam memompa darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap

oksigen, menyebabkan jantung tidak perlu berdenyut lebih cepat untuk dapat memompa

darah dalam jumlah tertentu seperti sewaktu sebelum berolahraga teratur (Sherwood,

2006).

Terdapat hubungan langsung antara peningkatan pemasukan oksigen saat mengerahkan

tenaga dengan peningkatan denyut jantung. Denyut jantung meningkat pada saat tubuh

melakukan aktivitas lebih dan pemafasan juga meningkat untuk memenuhi kebutuhan

oksigen pada metabolisme tubuh. Pada prinsipnya semakin rendah kecepatan denyut

jantung waktu istirahat, maka semakin baik bentuk jantung. Jadi supaya lebih bugar,

kecepatan denyut jantung waktu istirahat harus menurun (Suhardjono, 2014).

Tekanan darah menggambarkan interelasi dari curah jantung, tahanan vaskuler

perifer, volume darah, viskositas darah dan elastisitas arteri. Tekanan darah bergantung

pada curah jantung dan tahanan perifer. Faktor-faktor yang turut mempengaruhi tekanan

darah adalah faktor genetik, usia, stres, dan gaya hidup. Tekanan darah dewasa

cenderung meningkat dengan pertambahan usia. Ansietas, takut, nyeri dan stres emosi

mengakibatkan stimulasi simpatik, yang meningkatkan frekuensi denyut jantung, curah

jantung, dan tahanan vaskuler perifer karena menimbulkan stimulasi simpatik sehingga

meningkatkan tekanan darah (Potter & Perry, 2005).

4. PENUTUP

4.1 Simpulan

Tekanan darah responden kelompok perlakuan setalah diberi relaksasi otot progresif

semuanya dalam hipertensi derajat I, tekanan darah responden kelompok control pada

post banyak dalam hipertensi derajat II. Jadi terdapat pengaruh relaksasi otot progresif

terhadap tekanan darah pada kelompok perlakuan.

4.2 Saran

4.2.1 Bagi responden

Diharapkan responden untuk dapat melakukan dan mengikuti relaksasi otot

progresif secara teratur sehingga tekanan darah tetap dalam kondisi stabil

10

4.2.2 Bagi kader posyandu

Berdasarkan hasil penelitian, masih banyak lansia yang mengalami hipertensi,

Diharapkan kader posyandu dapat memberikan latihan relaksasi otot progresif

kepada anggota posyandu secara teratur dan terjadwal sehingga tekanan darah pada

lansia tetap dalam kondisi stabil.

4.2.3 Bagi peneliti lain

Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat menjadi bahan referensi serta dapat

dikembangkan dengan menambah variabel lain yang berhubungan dengan relaksasi

otot progresif seperti pengukuran denyut nadi, maupun frekuensi nafas.

DAFTAR PUSTAKA Aaronson, P.I. & Ward, J.P.T. (2008). At a Glance Sistem Kardiovaskuler. Jakarta:

Erlangga

Agrina (2011) Kepatuhan Lansia Penderita Hipertensi Dalam Pemenuhan Diet

Hipertensi. Jurnal . Vol 6, No 1, April 2011: 46 – 53 ISSN 1907 – 364X

Muscle Relaxation on the Fatigue and Quality of Life Among Iranian Aging Persons. Original Articl.e Acta Medica Iranica, Vol. 54, No. 7 (2016)

Alimansur M, Choirul A. (2013) Efek Relaksasi Terhadap Penurunan Tekanan Darah

Pada Penderita Hipertensi. Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 1 Nopember 2013

ISSN 2303-1433

Arikunto, S. (2012). Prosedur Penelitian. Cetakan keduabelas. Yogyakarta : Rineka

Cipta

Avianti N (2016) Progressive Muscle Relaxation Effectiveness of the Blood Sugar

Patients with Type 2 Diabetes. Journal of Nursing, Department of Nursing

Bandung Healthy Polytechnic of the Ministry of Health of the Republic of

Indonesia, Bandung, Indonesia

Baradero M, Dayrit W, Siswadi Y. (2008.) Klien Gangguan Ginjal. Jakarta: EGC.

Bety, Y (2011) Hubungan Antara Stres dengan Tingkat Kekambuhan pada Penderita

Hipertensi Di Wilayah Kerja. Naskah publikasi. Fakultas Ilmu kesehatan,

universitas Muhammdiyah Surakarta.

Darmojo (2008 ). Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Anjut Usia). Jakarta : FKUI

11

Davis. (2010). Hypertension. Washington. University of Washington School Of

Medicine. America Heart Public.

Depkes, RI. (2014). Pedoman Pengukuran dan Pemeriksaan. Depkes RI, Jakarta,

Dickinson HO (2008). Relaxation Therapies for the Management of Primary

Hypertension in Adults: a Cochrane review. Journal of Human Hypertension

(2008) 22, 809–820

Gunawan, (2007) Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: Gramedia.

Hanna, M. (2015). Relaksasi untuk Mengurangi Stres Pada Penderita Hipertensi

Esensial”. Humanitas Vol. 12 No. 1 . 12-28 ISSN 1693-7236

Herodes, R. (2010). Anxiety and Depression in Patient.

Hidayat. AA 2007. Metode Penelitian Kebidanan Dan Tehnik Analisis Data. Surabaya:

Salemba

Indriana, R. (2012). Grontologi & Progeria . Pustaka Pelajar

Ismudiati,L. Et. (2004). Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Gaya Baru

Isnaini Herawati (2016) Manfaat Latihan Pengaturan Pernafasan Untuk Menurunkan

Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Primer. The 3rd Universty Research

Colloquium 2016. ISSN 2407-9189

Kahija, YH. 2007. Hipnoterapi. Prinsip-prinsip dasar Praktik Psikoterapi. Jakarta:

Gramedia.

Kumutha, V. (2014) Effectiveness of Progressive Muscle Relaxation Technique on

Stress and Blood Pressure among Elderly with Hypertension. IOSR Journal of

Nursing and Health Science (IOSR-JNHS) e-ISSN: 2320–1959.p- ISSN: 2320–

1940 Volume 3, Issue 4 Ver. II (Jul-Aug. 2014), PP

Kuntjoro Z.,2002. Memahami Mitos dan Realita Tentang Lansia. E-psikologi.com

Maryam, S dkk, (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba

Medika

Murti, T. (2011). Perbedaan Tekanan Darah pada pasien Hipertensi Esensial Sebelum

dan Sesudah pemberian Relaksasi Otot Progresif di RSUD Tugurejo Semarang.

Naskah publikasi. STIKES Tlogorejo Semarang.

Muttaqin, A. (2009). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika

12

Notoatmodjo, S. (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam.Yogyakarta : Nuha Medika

Pollock, M.L. dan Wilmore, J.H. 2008. Exercise in Health and Disease :

Evaluation and Prescription for Prevention and Rehabilitation. . Ed.

Sauders, Philadelphia.

Potter, P & Perry, A., 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4, Volume 1,

EGC, Jakarta

Price and Wilson. (2005). Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Vol.2. Jakarta

: EGC.

Profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2013).

Diakseshttp://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PRO

VINSI_2013/13_Prov_Jateng_2013.pdf

Putri, R. (2014) Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Diet Hipertensi

Dengan Kejadian Kekambuhan Hipertensi Lansia di Desa Mancasan Wilayah

Kerja Puskesmas I Baki Sukoharjo. Naskah publikasi, FIK UMS Surakarta.

Ramdhani N, dan Putra A A (2009). Pengembangan Multimedia “Relaksasi” . Modul

Kuliah Psikologi. Bagian Psikologi Klinis Fakultas Psikologi UGM.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan Kementerian RI tahun 2013.Diakses: dari

http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%20

2013.pdf

Ruhyanudin, F, (2007). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan System

Kardiovaskuler, Yogyakarta : Mitra Cendikia Press

Scanlon V dan Sanders T, (2007). Buku Ajar Anatomi Dan Fisiologi (Essentials of

Anatomy and Physiology) ; Edisi III, cetakan pertama Jakarta :Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Setyoadi dan Kushariyadi. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien

Psikogeriatrik. Jakarta. Salemba Medika.

Sherwood, L . 2006, Human Physiology from Cells to System, 3th Ed. Brooks/Cole

Smeltzer, S. C & Bare, B. G. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol. 2.

Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran. EGC.

Stanley. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Edisi 2. Alih Bahasa: Eny

Meiliya dan Monica Ester. Jakarta: Penerbit buku kedokteran : EGC

13

Suhardjono; Sdi. (2014). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Penerbit Bumi Aksara.

Tambayong, J (2006) Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Townsend. (2005). Psyciatric and Mentak Heath Nursing: Concept of Care, 2nd

Edition. Philadelphia: FADAVISA

Udjianti, W. (2011). Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.

Vancampfort, D (2013). Progressive muscle relaxation in persons with schizophrenia: a

systematic review of randomized controlled trials. Article. Clinical

Rehabilitation. University Psychiatric Centre Catholic University Leuven,

Campus Kortenberg, Kortenberg, Belgium

Wahyuni (2016) Manfaat Latihan Pengaturan Pernafasan Untuk Menurunkan Tekanan

Darah pada Penderita Hipertensi Primer. The 3rd Universty Research

Colloquium 2016 ISSN 2407-9189

Yumpin Li, et al. (2015). Progressive Muscle Relaxation Improves Anxiety and

Depresion of Pulmonary Arterial Hypertension Patients Research Article

Hindawi Publishing Corporation Evidence-Based Complementary and

Alternative Medicine Volume 2015