pemberian teknik relaksasi otot … teknik relaksasi otot progresif terhadap tingkat stres dan...
TRANSCRIPT
PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF
TERHADAP TINGKAT STRES DAN TEKANAN DARAH
PADA ASUHAN KEPERAWATAN Ny. N DENGAN
HIPERTENSI DI UPTD PUSKESMAS SIBELA
DISUSUN OLEH :
ZULKARNAEN PRIMASTITO
NIM. P.13 064
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
i
PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF
TERHADAP TINGKAT STRES DAN TEKANAN DARAH
PADA ASUHAN KEPERAWATAN Ny. N DENGAN
HIPERTENSI DI UPTD PUSKESMAS SIBELA
Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenui Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DISUSUN OLEH :
ZULKARNAEN PRIMASTITO
NIM. P.13 064
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T karena atas limpahan
hidayah, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI OTOT
PROGRESIF TERHADAP TINGKAT STRES DAN TEKANAN DARAH PADA
ASUHAN KEPERAWATAN Ny. N DENGAN HIPERTENSI DI UPTD
PUSKESMAS SIBELA.”
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada
yang terhormat :
1. Ns. Wahyu Rima Agustin, M.Kep, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada yang
telah memberi kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
2. Ns. Meri Oktariani M.Kep, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan
yang telah memberi kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
3. Ns. Alfyana Nadya Rachmawati. M.Kep, selaku Sekertaris Ketua Program
Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat
menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
4. Ns. Amalia Senja. M.Kep, selaku dosen pembimbing akademik Karya Tulis
Ilmiah yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-
masukan, inspirasi, serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
5. Ns. Nataliana Indah AN, S.Kep, selaku pembimbing klinik Kaya Tulis Ilmiah
di UPTD Puskesmas Sibela Surakarta yang telah membimbing dengan cermat,
memberikan saran, inspirasi dalam bimbingan serta memfasilitasi demi
sempurnanya studi kasus ini.
6. Ns. Siti Mardiyah, S.Kep selaku dosen penguji yang telah membimbing,
memberikan masukan-masukan, serta memfasilitasi demi sempurnanya studi
kasus ini.
v
7. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya
serta ilmu yang bermanfaat.
8. UPTD Puskesmas Sibela Surakarta yang telah berkenan memberikan lahan
dalam pengambilan studi kasus atas kebersamaan dan bantuan secara langsung
maupun tidak langsung dan membimbing dalam melaksanakan asuhan
keperawatan.
9. Ny. N dan keluarganya, atas kerelaannya memberikan kesempatan kepada saya
untuk memeriksa, mengaplikasikan tindakan dan merawat selama studi kasus.
10. Kedua orangtuaku, bapak Priyanto dan ibu Astuti yang selalu menjadi inspirasi
dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan.
11. Muzdalifah, A.Md.Kep yang telah menjadi inspirasi dan memberikan
semangat dalam menyelesaikan studi kasus ini.
12. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu,
yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Aamiin.
Surakarta, Mei 2016
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................... i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ........................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................. iii
KATA PENGANTAR ......................................................................... iv
DAFTAR ISI ....................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan .............................................................. 4
C. Manfaat Penulisan ............................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori .................................................................. 6
1. Hipertensi .................................................................... 6
2. Tekanan Darah .......................................................... 14
3. Stres ........................................................................... 16
4. Relaksasi Otot Progresif ............................................ 17
B. Kerangka Teori .................................................................. 21
BAB III METODE APLIKASI
A. Subjek Aplikasi ................................................................. 22
vii
B. Tempat dan Waktu ............................................................ 22
C. Media dan Alat .................................................................. 22
D. Prosedur Tindakan............................................................. 22
E. Alat Ukur ........................................................................... 24
BAB IV LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien ................................................................... 27
B. Pengkajian ......................................................................... 27
C. Perumusan Masalah Keperawatan .................................... 32
D. Intervensi ........................................................................... 34
E. Implementasi Keperawatan ............................................... 36
F. Evaluasi ............................................................................. 42
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian ......................................................................... 46
B. Perumusan Masalah Keperawatan .................................... 49
C. Intervensi ........................................................................... 52
D. Implementasi Keperawatan ............................................... 54
E. Evaluasi ............................................................................. 57
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan........................................................................ 60
B. Saran .................................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 3.1 Klasifikasi Tekanan Darah Tinggi Joint National Commite
(JNC)VII ....................................................................................... 24
2. Tabel 3.2 Kuisioner Tingkat Stres PSS 10 .................................... 25
3. Table 3.3 Kategori Tingkat Stres PSS 10 ..................................... 26
4. Table 5.1 Hasil Pengukuran Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah
Pemberian Terapi Relaksasi Otot Progresif .................................. 56
ix
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 2.1 Kerangka Teori ..................................................... 21
2. Gambar 4.1 Genogram ............................................................... 29
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Usulan Jurnal
Lampiran 2 Jurnal
Lampiran 3 Asuhan Keperawatan
Lampiran 4 Lembar Pernyataan Persetujuan
Lampiran 5 Kuesioner Aplikasi Riset
Lampiran 6 Lembar Observasi
Lampiran 7 Lembar Konsultasi
Lampiran 8 Lembar Kegiatan Mahasiswa
Lampiran 9 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 10 Lembar Pernyataan
Lampiran 11 Lembar Pendelegasian Pasien
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit darah tinggi atau hipertensi (Hypertension) merupakan suatu
keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah sistolik lebih
dari 140 mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg (Wijayaningsih, 2013).
Hipertensi merupakan salah satu masalah penting di dunia karena
prevalensinya yang tinggi serta hubungannya dengan penyakit kardiovaskuler,
stroke, dan penyakit ginjal. Dari hasil survei NHANES (National Health and
Nutrition Examination Survey) pada tahun 1999-2004 didapatkan prevalensi
hipertensi di Amerika sebesar 67% pada kelompok umur ≥60 tahun. Dimana
pada survei tahun 1988-1994 dan tahun 1999-2004 terjadi peningkatan
prevalensi hipertensi pada penduduk dengan jenis kelamin laki-laki yang
cukup tinggi dari 39% menjadi 51%, berbeda dengan penduduk wanita yang
hanya dari 35% menjadi 37% (Yechiam et al, 2007, dalam Saputri, 2010)
Menurut Dinas Kesehatan Kota (DKK) Surakarta (2014), jumlah kasus
hipertensi dalam tiga tahun terakhir (2011-2013) di Surakarta mencapai
143.365 kasus. Ada beberapa puskesmas yang memiliki jumlah penderita
hipertensi cukup tinggi, yaitu Puskesmas Sibela sejumlah 4.014 orang,
Puskesmas Gajahan 3.421 orang, dan Puskesmas Sangkrah 2.543 orang. Data
tersebut menunjukkan bahwa Puskesmas Sibela memiliki jumlah penderita
hipertensi paling tinggi sepuskesmas Surakarta pada 2014.
2
Kejadian hipertensi dapat dipengaruhi dari pola perilaku hidup
masyarakat seperti merokok, kurang olahraga, stres, kegemukan, dan alkohol
(Kartikasari, 2012). Gaya hidup merupakan faktor resiko penting timbulnya
hipertensi pada sesorang diusia dewasa muda. Meningkatnya hipertensi pada
seseorang diusia dewasa muda dipengaruhi oleh gaya hidup yang tidak sehat.
Hal-hal yang termasuk gaya hidup tidak sehat antara lain kebisaaan merokok,
kurang olahraga, konsumsi makanan kurang bergizi, dan stres (Nisa, 2012).
Cristian berpendapat jika stres hanya bisa dikelola dengan manajemen
stres yang merupakan upaya untuk mengendalikan stres namun tidak untuk
menghilangkannya (Saputri, 2010). Manajemen stres dengan teknik relaksasi
merupakan salah satu teknik pengelolaan diri yang didasarkan pada cara kerja
sistem saraf simpatis dan para simpatis. Selain itu, ketika otot-otot sudah
dirileksasikan maka akan menormalkan kembali fungsi organ tubuh. Setelah
seseorang melakukan relaksasi dapat membantu tubuhnya menjadi rileks,
dengan demikian dapat memperbaiki berbagai aspek kesehatan fisik (Indriana,
2014). Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktifitas saraf
simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Apabila
stres berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menjadi lebih tinggi.
Hipertensi akan muncul pada orang yang sering stres dan mengalami
ketegangan pikiran yang berlarut-larut (Sutaryo, 2011 dalam Muawanah, 2012)
Penatalaksanaan pada hipertensi dapat dilakukan secara farmakologis
dan non farmakologis. Secara farmakologis dengan pemberian obat yang
bersifat diuretik, simpatik, beta bloker, dan vasodilator yang mempunyai efek
3
samping penurunan curah jantung. Sedangkan penanganan non farmakologis
merupakan penanganan yang meliputi penurunan berat badan, olahraga teratur,
diet rendah garam dan lemak, terapi komplementer (Ramadi, 2012). Terapi
komplementer yang digunakan untuk mengatasi hipertensi diantaranya adalah
terapi relaksasi otot progresif, terapi musik, senam aerobik, dan yoga
(Triyanto, 2014).
Relaksasi otot progresif menurut Jacobson adalah suatu keterampilan
yang dapat dipelajari dan digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan
ketegangan dan mengalami rasa nyaman tanpa tergantung pada hal atau subjek
diluar dirinya (Indriana, 2014). Relaksasi otot progresif Jacobson ini dapat
membantu menurunkan tekanan darah pada klien hipertensi, insomnia, dan
asma serta dapat melawan rasa cemas, stres atau tegang dengan menegagkan
atau melemaskan otot sehingga sesorang bisa kehilangan kontraksi otot dan
menjadi rileks (Resti, 2014).
Aplikasi “Teknik Relaksasi Otot Progresif” dalam memanajemen stres
cukup sering digunakan untuk mereduksi stres yang dirasakan pada penderita
hipertensi. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Shinde dkk pada tahun 2013
menunjukkan bahwa terdapat penurunan tekanan darah sebesar 3 mmHg
setelah dilakukan relaksasi otot progresif pada 105 penderita hipertensi.
Berdasarkan data latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan
pengelolaan asuhan keperawatan pada Ny. N dengan hipertensi di wilayah
kerja UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas) Puskesmas Sibela Surakarta.
4
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengaplikasikan tindakan teknik relaksasi otot progresif terhadap tingkat
stres dan tekanan darah pada pasien dengan hipertensi.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan hipertensi.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien
dengan hipertensi.
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada pasien
dengan hipertensi.
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada pasien dengan
hipertensi.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada pasien dengan hipertensi.
f. Penulis mampu menganalisa hasil pemberian tindakan teknik
relaksasi otot progresif terhadap tingkat stres dan tekanan darah pada
Ny. N dengan hipertensi.
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Pasien
Dapat membantu dalam menurunkan tingkat stres dan tekanan darah
serta memberikan pilihan dalam penanganan hipertensi dengan
menerapkan intervensi teknik relaksasi otot progresif dalam kehidupan
sehari-hari.
5
2. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Dapat dijadikan sebagai referensi terkait intervensi keperawatan dalam
praktik keperawatan medikal dan pemecahan masalah khususnya pada
pasien dengan hipertensi.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan sebagai referensi keperawatan penyakit hipertensi dalam
pengembangan dan peningkatan pelayanan keperawatan.
4. Bagi Penulis
Menjadi referensi dalam mengaplikasikan ilmu dan meningkatkan
pengalaman dalam melakukan intervensi berbasis riset dibidang
keperawatan medikal.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Hipertensi
a. Definisi Hipertensi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan
diastoliknya diatas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistoik 160 mmHg dan tekanan diastolic
90 mmg (Smaletzer dan Bare, 2006).
Tekanan darah tinggi merupakan salah satu resiko utama
penyebab stroke, serangan jantung, gagal jantung kronis (Adib, 2011).
Penyakit darah tinggi merupakan suatu gangguan pada pembuluh
darah dan jantung yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi
yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkannya (Pujiastuti, 2011).
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee (JNC)
sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan
diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari
tekanan darah normal, tinggi, hingga hipertensi maligna (Doenges,
2000).
7
b. Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi merupakan resiko morbiditas dan mortalitas
premature, yang meningkat sesuai dengan peningkatan tekanan
sistolik dan diastolik. Menurut Joint National Committee (JNC) VII
hipertensi diklasifikasikan sebagai berikut (Smaletzer dan Bare, 2006)
1) Normal yaitu sistolik <130 mmHg dan diastolic <85
mmHg.
2) High Normal yaitu sistolik 130-139 mmHg dan diastolik
85-89 mmHg.
3) Hipertensi Grade 1 atau ringan yaitu sistolik 140-159
mmHg dan diastolik 90-99 mmHg.
4) Hiperteni Grade 2 atau sedang yaitu sistolik 160-179
mmHg dan diastolik 100-109 mmHg.
5) Hipertensi Grade 3 atau berat yaitu sistolik 180-209
mmHg dan diastolik 110 -119 mmHg.
6) Hipertensi Grade 4 atau sangat berat yaitu sistolik >210
mmHg dan diastolik >120 mmHg.
c. Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebabanya hipertensi dibedakan menjadi dua
golongan yaitu (Wijayaningsih, 2013):
1) Hipertensi primer atau essensial yang tidak diketahui
penyebabnya atau idiopatik terdapat sekitar 90% kasus
8
dan banyak penderita tidak menunjukkan gejala atau
keluhan.
2) Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar
5% kasus. Penyebab spesifikasinya diketahui seperti
glomerulonephritis, penggunaan estrogen, penyakit ginjal,
hipertensi vascular renal, hiperaldosteronisme primer,
sindrom chusing, feokromositoma, koarktasio aorta,
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-
lain.
Penyebab hipertensi menurut Yekti dan Ari (2011) hipertensi
disebabkan oleh berbagai faktor yang sangat mempengaruhi satu sama
lain. Faktor- faktor yang menyebabkan terjadinya hipertensi yaitu:
toksin, faktor genetik, umur, jenis kelamin, stres, obesitas, nutrisi,
merokok, narkoba, alkohol, kurang olahraga, kolesterol tinggi.
d. Manifestasi Klinik Hipertensi
Tanda gejala hipertensi menurut Pujiastuti (2011) antara lain:
1) Penglihatan kabur karena kerusakan retina
2) Nyeri kepala akibat meningkatnya tekanan intrakranial
3) Mual dan muntah
4) Pembengkakan karena meningkatnya tekanan kapiler
5) Lemas, kelelahan
6) Sesak nafas
7) Gelisah
9
e. Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis
merangsang pembuluh darah sebagai respons rangasang emosi,
kelenjar adrenal juga terangsang, mengkibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
menyebabkan pelepasan renin. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan
volume intravaskuler (Smaletzer dan Bare, 2006).
Ginjal mampu meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan
enzim renin yang memicu pembentukan hormon angiotensi dan
pelepasan hormon aldosteron. Sistem saraf simpatis sementara waktu
meningkatkan tekanan darah selama respon reaksi fisik tubuh
terhadap ancaman dari luar, saraf simpatis juga meningkatkan
kecepatan dan kekuatan denyut jantung, melepaskan hormon epinefrin
yaitu adrenalin dan norepinefrin atau noraderenalin yang merangsang
pembuluh darah. Ditambah lagi stres merupakan pencetus
meningkatnya tekanan darah dengan proses pelepasan hormon
epinefrin dan noreprinefrin (Triyanto, 2014).
10
f. Komplikasi Hipertensi
Komplikasi pada hipertensi menurut Murwani (2009)
diantaranya:
1) Pada ginjal
Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan
progresif akibat tekanan darah tinggi pada kapiler-kapiler
ginjal dan glumerolus.
2) Pada otak
Stroke merupakan kerusakan target organ pada otak yang
disebabkan oleh hipertensi.
3) Pada mata
Tekanan darah tinggi dan hipertensi yang berlangsung lama
dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah pada retina.
g. Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan hipertensi menurut Padila (2013) dibagi menjadi
dua yaitu:
1) Farmakologis
Obat diuretika, beta blocker seperti captrofil, calcium
channel blocker atau penghambat ACE digunakan sebagai
obat tunggal pertama dengan memeperhatikan keadaan
penderita dan penyakit lain yang menyertainya.
11
2) Non farmakologis
a) Diet
Diet rendah kolesterol dan asam lemak jenuh,
penurunan BB, asupan etanol, menghentikan rokok,
diet tinggi kalium.
b) Latihan fisik
Latihan fisik atau olahraga teratur dan terarah.
c) Edukasi psikologis
(1) Teknik biofeedback
Biofeedback digunakan untuk mengatasi nyeri
kepala dan migraine, kecemasan dan
ketegangan.
(2) Teknik relaksasi
Latihan fisik dan olahraga teratur untuk
penderita hipertensi. Bersifat alamiah untuk
mengatasi hipertensi, misalnya teknik relaksasi
otot progresif.
h. Konsep Asuhan keperawatan Hipertensi
Asuhan keperawatan menurut Wilkinson (2011) antara lain:
1) Pengkajian
a) Aktivitas/Istirahat
Kelemahan, letih, nafas pendek, frekuensi jantung
tinggi, perubahan irama jantung.
12
b) Sirkulasi
Riwayat hipertensi, aterosklerosis, kenaikan tekanan
darah, takikardi, disritmia.
c) Integritas Ego
Perubahan kepribadian, ansietas, depresi, gelisah, otot
muka tegang, pernafasan maligna.
d) Eliminasi
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti
infeksi, obstruksi atau riwayat penyakit ginjal.
e) Makanan/Cairan
Tinggi garam, lemak, kolesterol, mual, muntah,
obesitas, edema.
f) Neurosensori
Pusing, gangguan penglihatan, orienasi pola atau isi
bicara, perubahan retinal optik.
g) Nyeri/Ketidaknyamanan
Angina, nyeri hilang atau timbul pada tungkai atau
klaudikasi, sakit kepala, nyeri abdomen.
h) Pernapasan
Riwayat merokok, batuk dengan atau tanpa sputum,
takipnea, dispnea, distres respirasi atau penggunaan
otot aksesoris pernafasan, bunyi nafas tambahan.
13
2) Diagnosa Keperawatan
a) Penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload.
b) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis:
tekanan intrakranial akibat peningkatan tekanan
darah.
c) Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan gangguan sirkulasi.
d) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan
kurangnya informasi tentang penyakit.
3) Intervensi
a) Penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload.
(1) Pantau tekanan darah untuk evaluasi awal.
(2) Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral
dan perifer
(3) Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas.
(4) Catat edema umum/ tertentu.
(5) Beri lingkungan yang nyaman, kurangi
aktivitas atau keributan.
(6) Anjurkan teknik relaksasi.
14
b) Nyeri akut berhubungan dengan agencidera biologis:
tekanan intrakranial akibat peningkatan tekanan
darah.
(1) Pertahankan tirah baring selama masa akut.
(2) Minimalkan aktivitas vasokonstriksi.
(3) Beri tindakan non farmakologis (relaksasi/
distraksi)
c) Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan gangguan sirkulasi.
(1) Beri posisi semi fowler
(2) Observasi peningkatan tekanan intrakranial.
(3) Anjurkan teknik relaksasi.
d) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan
kurangnya informasi tentang penyakit.
(1) Bantu klien mengidentifikasi penyebab
penyakit.
(2) Gambarkan tanda gejala dari penyakit klien.
(3) Diskusikan pemilihan terapi dan penanganan
penyakit.
2. Tekanan Darah
a. Definisi Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding
arteri. Tekanan ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
15
curah jantung, ketegangan arteri, dan volume, laju serta kekentalan
(viskositas) darah. Tekanan darah terjadi akibat fenomena siklis.
Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut
tekanan sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan terendah, yang
terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan
sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekana diastolik, dengan nilai
dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata
tekanan darah normal biasanya 120/80 mmHg (Smaletzer dan Bare,
2006).
b. Klasifikasi Tekanan Darah
Menurut Gunawan (2012) terdapat tiga jenis tekanan darah, yaitu:
1) Tekanan darah normal apabila sistoliknya 120-140 mmHg
dan diastoliknya 80-90 mmHg.
2) Tekanan darah rendah (Hipotensi) adalah keadaan dimana
tekanan darah lebih rendah dari normal, yaitu mencapai
nilai rendah 90/60 mmHg. Gejala klinis yang muncul
diantaanya pusing, cepat lelah, penglihatan kurang jelas,
keringat dingin.
3) Tekanan darah tinggi (Hipertensi) adalah suatu keadaan
dimana tekanan darah melebihi normal, yaitu tekanan
sistoliknya ≥140 mmHg dan diastoliknya ≥90 mmHg.
16
3. Stress
a. Definisi Stres
Stres adalah suatu suatu keadaan yang dihasilkan oleh perubahan
lingkungan yang diterima sebagai suatu hal yang menantang,
mengancam atau merusak keseimbangan seseorang (Smaletzer dan
Bare, 2006). Sedangkan menurut Seyle, stres adalah respon tubuh
yang bersifat non spesifik terhadap setiap beban atas tugas atau
tanggungjawab (Indriana, 2014).
Stresor dapat terjadi dengan berbagai bentuk dan kategori. Dapat
bersifat fisik, fisiologis, dan psikososial. Stressor fisik dapat berupa
suhu dingin, panas, atau agens kimia, stressor fisiologis meliputi nyeri
dan kelelahan, sedangkan stressor psikologis dapat terjadi akibat
reaksi emosi, seperti takut akan gagal dalam menghadapi ujian atau
gagal dlam mendapat pekerjaan (Smaletzer dan Bare, 2006).
b. Etiologi Stres
Stres adalah kumpulan hasil, respon, jalan, dan pengalaman yang
berkaitan, yang disebabkan oleh berbagai stresor (Manktelow, 2008).
Stres terbentuk dari berbagai hal yang berasal dari dalam tubuh
maupun luar tubuh. Stres terjadi apabila stresor dirasakan dan
dipersepsikan sebagai ancaman, sehingga menimbulkan kecemasan
yang merupakan awal dari gangguan kesehatan fisik dan psikologis
yang berupa perubahan fungsi fisiologis, kognitif, emosi dan perilaku.
Stresor adalah segala sesuatu keadaan atau peristiwa di lingkungan
17
yang dapat diidentifikasi sebagai timbulnya respon stres (Looker,
2005).
c. Klasifikasi Stres
Rasmund (2004) membagi stres dalam beberapa tingkatan:
1) Stres Ringan
Stres ringan adalah stres yang tidak merusak aspek
fisiologis dari seseorang.
2) Stres Sedang
Stres sedang adalah stres yang terjadi lebih lama, situasi
seperti ini dapat berpengaruh pada kondisi kesehatan
seseorang.
3) Stres Berat
Stres berat merupakan stres kronis yang terjadi hingga
waktu lama, biasanya disebabkan oleh beberapa faktor
seperti kesulitan finansial, penyakit fisik yang
lama/kronis.
4. Relaksasi Otot Progresif
a. Definisi Relaksasi Otot Progresif
Teknik relaksasi otot progresif merupakan salah satu teknik
pengelolaan diri yang didasarkan pada cara kerja sistem saraf simpatis
dan parasimpatis. Teknik relaksasi dapat dilakukan untuk mengurangi
18
ketegangan, insomnia, dan asma serta dapat dilakukan pada penderita
hipertensi (Ramdhani, 2009).
Relaksasi otot progresif dalam manajemen stress cukup sering
digunakan untuk mereduksi stress. Relaksasi otot progresif menurut
Jacobson adalah suatu keterampilan yang dapat dipelajari dan
digunakan untuk melawan rasa cemas, stress, dan tegang. Dengan
menegangkan dan melemaskan beberapa kelompok otot dan
membedakan sensasi tegang dan rileks, seseorang dapat
menghilangkan kontraksi otot dan mengalami rasa rilekas (Soewondo,
2009).
Individu diminta untuk mengencangkan lalu melemaskan
kelompok otot satu per satu, untuk membandingkan perbedaan dan
untuk mengingat perasaan relaksasi. Dilakukan dalam keadaan
berbaring dalam ruangan yang tenang. Setiap kelompok otot dilatih
secara bergantian, sehingga terjadi penurunan tonus otot secara
keseluruhan (Brooker, 2008).
b. Manfaat Relaksasi Otot Progresif
1) Menurunkan kecemasan dan meningkatkan kualitas hidup
pasien yang menjalani proses dialysis.
2) Mengurangi kecemasan yang berimplikasi pada mual dan
muntah pasien yang menjalani kemoterapi.
3) Menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi primer
(Suratini, 2013)
19
c. Prosedur Relaksasi Otot Progresif
Prosedur latihan relaksasi otot progresif adalah sebagai berikut:
1) Fase Orientasi
a) Mengucap salam.
b) Memperkenalkan diri.
c) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan.
d) Menjaga privasi.
2) Fase Kerja
a) Memposisikan klien dengan nyaman.
b) Menganjurkan klien untuk berbaring atau duduk
bersandar (ada sandaran untuk kaki dan bahu).
c) Mengajarkan klien melakuan latihan nafas dalam.
d) Bersama dengan klien, melakukan identifikasi
daerah-daerah otot yang sering terasa tegang, seperti
dahi, tengkuk, leher, bahu, pinggang, lengan, dan
betis.
e) Membimbing klien untuk mengencangkan otot
tersebut selama 5 sampai 7 detik. Tindakan
selanjutnya merelaksasikan selama 20 sampai 30
detik.
f) Membimbing klien untuk mengencangkan dahi
selama 5 sampai 7 detik. Tindakan selanjutnya
20
merelaksasikan selama 20 sampai 30 detik. Minta
klien merasakan rileksnya dahi.
g) Membimbing klien mengencangkan bahu dengan
menarik bahu keatas selama 5 sampai 7 detik.
Tindakan selanjutnya merelaksasikan selama 20
sampai 30 detik. Minta klien merasakan rileksnya
bahu.
h) Membimbing klien untuk mengepalkan telapak
tangan dan mengencangkan otot bisep selama 5
sampai 7 detik. Tindakan selanjutnya adalah
merelaksasikan selama 20 sampai 30 detik. Minta
klien merasakan rileksnya dan aliran darah mengalir.
i) Membimbing klien mengencangkan betis dengan cara
ibu jari ditarik kebelakang bisep selama 5 sampai 7
detik. Tindakan selanjutnya adalah merelaksasikan
selama 20 sampai 30 detik. Minta klien merasakan
rileksnya dan aliran darah yang mengalir.
j) Selama kontraksi anjurkan klien merasakan
kencangnya otot. Selama relaksasi anjurkan klien
untuk merasakan rileksnya otot-otot (Solehati dan
Kosasih, 2012).
3) Fase Terminasi
a) Melakukan evaluasi tindakan.
21
Faktor resiko hipertensi: toksin, faktor genetik, umur, jenis kelamin,
stres, nutrisi, obesitas, gaya hidup
Peningkatan Tekanan Darah
Hipertensi
Relaksasi Otot Progresif
Penatalaksanaan Farmakologis
Penatalaksanaan Non Farmakologis
b) Berpamitan dengan klien.
c) Mencuci tangan.
B. Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber: Smaletzer dan Bare (2006), Wilkinson (2011)
22
BAB III
METODE APLIKASI
A. Subjek Aplikasi Riset
Subjek yang akan digunakan dalam aplikasi riset ini adalah Ny. N
berusia 67 tahun yang mengalami hipertensi.
B. Tempat dan Waktu
Aplikasi riset ini dilaksanakan di rumah Ny. N yang beralamat di Sibela
Tengah, Mojosongo, Surakarta pada tanggal 7 – 9 Januari 2016 jam 09.00
WIB.
C. Media dan Alat
1. Panduan Relaksasi otot progresif
2. Tensi meter jarum / Spygnomanometer
3. Stetoskop
D. Prosedur Tindakan
Tindakan pemberian teknik relaksasi otot progresif dilakukan selama 15
menit pada pagi dan sore hari.
Prosedur latihan relaksasi otot progresif adalah sebagai berikut:
4) Fase Orientasi
a) Mengucap salam.
23
b) Memperkenalkan diri.
c) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan.
d) Menjaga privasi.
5) Fase Kerja
a) Memposisikan klien dengan nyaman.
b) Menganjurkan klien untuk berbaring atau duduk bersandar (ada
sandaran untuk kaki dan bahu).
c) Mengajarkan klien melakuan latihan nafas dalam.
d) Bersama dengan klien, melakukan identifikasi daerah-daerah otot
yang sering terasa tegang, seperti dahi, tengkuk, leher, bahu,
pinggang, lengan, dan betis. Membimbing klien untuk
mengencangkan otot tersebut selama 5 sampai 7 detik. Kemudian
merelaksasikan selama 20 sampai 30 detik.
e) Membimbing klien untuk mengencangkan dahi selama 5 sampai
7 detik. Kemudian merelaksasikan selama 20 sampai 30 detik.
Minta klien merasakan rileksnya dahi.
f) Membimbing klien mengencangkan bahu dengan menarik bahu
keatas selama 5 sampai 7 detik. Kemudian merelaksasikan
selama 20 sampai 30 detik. Minta klien merasakan rileksnya
bahu.
g) Membimbing klien untuk mengepalkan telapak tangan dan
mengencangkan otot bisep selama 5 sampai 7 detik. Kemudian
24
merelaksasikan selama 20 sampai 30 detik. Minta klien
merasakan rileksnya dan aliran darah mengalir.
h) Membimbing klien mengencangkan betis dengan cara ibu jari
ditarik kebelakang bisep selama 5 sampai 7 detik. Kemudian
merelaksasikan selama 20 sampai 30 detik. Minta klien
merasakan rileksnya dan aliran darah yang mengalir.
i) Selama kontraksi anjurkan klien merasakan kencangnya otot.
Selama relaksasi anjurkan klien untuk merasakan rileksnya otot-
otot (Solehati dan Kosasih, 2012)
6) Fase Terminasi
a) Melakukan evaluasi tindakan
b) Berpamitan dengan klien
c) Mencuci tangan
E. Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan untuk mengevaluasi perubahan tekanan darah
adalah checklist sebelum dan sesudah dilakukan terapi relaksasi otot progresif.
Tabel 3.1 Klasifikasi Tekanan Darah Tinggi Joint National Committee (JNC) VII Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg) Normal < 130 (dan) < 85
High Normal 130-139 (atau) 85-89 Ht. Grade 1 140-159 (atau) 90-99 Ht. Grade 2 160-179 (atau) 100-109 Ht. Grade 3 180-209 (atau) 110-119 Ht. Grade 4 ≥ 210 (atau) ≥ 120
25
Alat ukur untuk tingkat stres adalah Perceived Stress Scale (PSS).
Petunjuk Pengisian:
Bacalah pertanyaan yang ada dengan baik. Pilih jawaban menurut
pendapat Anda dengan memberi tanda centang (√) pada kolom jawaban yang
terdiri dari 5 pilihan:
a) Tidak pernah = skor 0
b) Hampir tidak pernah = skor 1
c) Kadang-kadang = skor 2
d) Cukup sering = skor 3
e) Sangat sering = skor 4
Tabel 3.2 Kuisioner Tingkat Stres PSS 10
No Pertanyaan Skor
0 1 2 3 4 1 Dalam satu bulan terakhir, seberapa
sering Anda merasa terganggu mengenai sesuatu yang terjadi tanpa terduga?
2 Dalam satu bulan terakhir, seberapa sering Anda merasa bahwa tidak dapat mengendalikan hal-hal penting dalam kehidupan Anda?
3 Dalam satu bulan terakhir, seberapa sering Anda merasa gelisah dan stress?
4 Dalam satu bulan terakhir, seberapa sering Anda merasa yakin mengenai kemampuan Anda dalam menangani masalah-masalah pribadi Anda?
5 Dalam satu bulan terakhir, seberapa sering Anda merasa bahwa segala hal-hal yang terjadi berjalan mengikuti kehendak Anda?
6 Dalam satu bulan terakhir, seberapa
26
sering Anda menemukan bahwa Anda tidak dapat mengatasi segala hal yang harus Anda lakukan?
7 Dalam satu bulan terakhir, seberapa sering Anda mampu mengontrol gangguan dalam kehidupan Anda?
8 Dalam satu bulan terakhir, seberapa sering Anda merasa senang dalam segala hal yang Anda lakukan?
9 Dalam satu bulan terakhir, seberapa sering Anda merasa marah karena hal-hal yang berada di luar pengawasan Anda?
10 Dalam satu bulan terakhir, seberapa sering Anda merasa kesulitan yang menumpuk sehingga Anda tidak dapat mengatasinya?
Tabel 3.3 Kategori Tingkatan Stres PSS 10 Kategori Stres Total Skor PSS 10
Stres Ringan 1-14
Stres Sedang 15-26
Stres Berat ≥26
27
BAB IV
LAPORAN KASUS
A. Identitas
Pengkajian yang dilakukan penulis dengan menggunakan metode
anamnesa, observasi, pemeriksaan fisik, dan studi dokumentasi pada tanggal 7
Januari 2016 jam 09.15 WIB. Dari pengkajian diperoleh data identitas yaitu,
nama Ny.N berjenis kelamin perempuan, umur 67 tahun, beragama katholik,
alamat Sibela Tengah Mojosongo, pendidikan terakhir adalah D III, pekerjaan
Ibu Rumah Tangga. Penanggung jawab dari Ny.N adalah Nn. D umur 37
tahun. Hubungan Nn. D dengan Ny.N adalah anak Ny.N.
B. Pengkajian
Pengkajian tentang riwayat keperawatan, keluhan utama yang dirasakan
Ny.N saat dikaji adalah nyeri pada daerah tengkuk. Riwayat penyakit
sekarang, Ny.N mengatakan bahu dan tengkuk sering terasa pegal bila
kecapekan. Saat pengkajian didapat data TD= 140/100 mmHg, Nadi=
94x/menit, Provocate (P)= Ny.N mengatakan merasa nyeri jika kelelahan saat
beraktivitas, Quality (Q)= nyeri seperti ditimpa benda berat, Region (R)= nyeri
terasa pada bagian tengkuk hingga kepala bagian belakang, Scale (S)= skala
yang dirasakan nyeri tingkat 4, Time (T)= terasa sewaktu-waktu, hilang timbul,
terasa selama 3 sampai 5 menit. Ny.N mengatakan selama beberapa hari ini
penglihatannya terasa kabur, mampu melihat tetapi kurang begitu jelas. Sehari-
28
hari Ny.N tidak menggunakan alat bantu penglihatan. Ny.N mengatakan
menderita penyakit darah tinggi setelah suami meninggal, karena Ny.N merasa
tertekan dengan keadaan yang dialami. Namun tidak berlangsung lama Ny.N
kemudian mulai mengikhlaskan kepergian suaminya. Sekitar 10 tahun lalu,
selama tiga hari berturut-turut Ny.N mengkonsumsi daging kambing, tekanan
darah Ny.N mencapai 200/130 mmHg. Setelah itu Ny.N rutin check-up ke
puskesmas dan dokter keluarga namun Ny.N tidak mengkonsumsi obat.
Selama ini Ny.N hanya mengkonsumsi air perasan labu siam pada siang hari
dan menjalani terapi masasse telapak kaki ketika banyak aktivitas untuk
mengantisipasi hipertensi, selain itu Ny.N juga rutin mengikuti senam
hipertensi yang diadakan puskesmas. Dari hasil pengukuran tingkat stres
dengan Perceived Stress Scale (PSS) 10 didapatkan hasil bahwa Ny.N
termasuk dalam kategori stres sedang (skor=20).
Riwayat penyakit dahulu, Ny.N mengatakan dahulu memiliki riwayat
darah rendah dengan tekanan darah 100/60 mmHg dan tidak pernah melebihi
tekanan darah tersebut. Selain itu Ny.N mengatakan tidak memiliki riwayat
penyakit keturunan yang lain.
Riwayat kesehatan lingkungan, Ny.N mengatakan lingkungan rumah
bersih, setiap minggu selalu ada gotong royong bersih lingkungan di tempat
tinggal Ny.N.
29
Genogram :
Keterangan :
= laki-laki - - - - - = tinggal dalam satu rumah
= perempuan = Ny.N
X X = meninggal Gambar 4.1 Genogram
Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan, Ny.N mengatakan kesehatan
itu penting dan menjadi prioritas, jika ada anggota keluarga sakit maka
langsung diperiksakan ke pelayanan kesehatan setempat.
Pola kesehatan nutrisi, Ny.N mengatakan hanya makan satu porsi setiap
harinya, terkadang Ny.N enggan untuk makan karena merasa masih kenyang.
Pada pengkajian eliminasi, didapatkan data Ny.N mengatakan BAK 4-6
kali sehari. Frekuensi BAB Ny.N mengatakan BAB 1-2 kali perhari.
Pengkajian pola aktivitas dan latihan, Ny.N mengatakan secara mandiri
melakukan aktivitasnya tanpa bantuan dari alat maupun orang lain.
Pengkajian pola tidur, didapatkan data yaitu sebelum sakit Ny.N
mengatakan bisa tidur 6-8 jam perhari dan tidak ada gangguan. Selama sakit
30
Ny.N mengatakan tidur 3-4 jam perhari, seringkali tidur larut malam, sering
terjaga pada dini hari dan tidak dapat melanjutkan tidur dan saat terbangun dari
tidur merasa kurang puas.
Pengkajian pola kognitif dan perseptual, Ny.N mengatakan sudah
mengetahui tentang penyakit yang dideritanya, sering merasa pegal pada
tengkuk dan bahu, pengkajian PQRST Ny.N mengatakan P= merasa nyeri jika
kelelahan saat beraktivitas, Q= nyeri terasa seperti ditimpa beban berat, R=
nyeri terasa pada bagian tengkuk hingga kepala bagian belakang, S= skala
nyeri yang dirasakan skala 4, T= nyeri terasa sewaktu-waktu hilang timbul
dengan frekuensi sekitar 3 sampai 5 menit, dan beberapa hari ini
penglihatannya terasa kabur, mampu melihat tetapi kurang jelas.
Pengkajian pola persepsi konsep diri, identitas diri Ny.N adalah seorang
ibu rumah tangga dan sekaligus kepala rumah tangga, pada ideal diri Ny.N
mengatakan menerima keadaan dirinya yang sudah menginjak usia tua, pada
harga diri Ny.N tetap percaya diri meskipun dalam keadaan sakit, pada
gambaran diri Ny.N mengatakan menyukai seluruh anggota tubuhnya
meskipun sudah berusia tua. Pada peran diri Ny.N mengatakan menjadi kepala
rumah tangga setelah ditinggal suaminya.
Pola hubungan dan peran Ny.N mengatakan berhubungan baik dengan
keluarga maupun tetangga baik sebelum dan selama sakit.
Pada pola seksualitas reproduksi, Ny.N mengatakan sudah menikah dan
memiliki 5 anak. Ny.N mengatakan dulu pernah menggunakan alat kontrasepsi
jenis KB suntik.
31
Pola mekanisme koping, Ny.N mengatakan selalu terbuka dengan
keluarga, sehingga selalu bermusyawarah jika ada masalah. Ny.N mengatakan
menderita penyakit darah tinggi setelah suami meninggal, karena Ny.N merasa
tertekan dengan keadaan yang dialami. Namun tidak berlangsung lama Ny.N
kemudian mulai mengikhlaskan kepergian suaminya. Ny.N mengatakan
menerima penyakitnya dengan ikhlas dan menganggap itu adalah ujian dari
Tuhan. Dari hasil pengukuran skala stress dengan menggunakan PSS 10
didapat hasil tingkat stress Ny.N pada kategori sedang (skor = 20).
Pola nilai dan keyakinan, Ny.N mengatakan baragama katholik dan rutin
menjalankan ibadah ke gereja. Selama sakit Ny.N mengatakan tetap
menjalankan ibadah walaupun dalam keadaan sakit.
Pemeriksaan fisik, keadaaan umum dari Ny.N adalah baik, kesadaran
adalah composmentis dengan nilai GCS: E4 V6 M5, untuk pemeriksaan tanda-
tanda vital didapatkan hasil tekanan darah 140/100 mmHg, frekuensi nadi 94
kali per menit, irama teratur, kekuatan kuat, frekuensi pernapasan 22 kali per
menit dan irama teratur, suhu 36,8 °C. Pemeriksaan fisik kepala, bentuk kepala
mesochepal, kulit kepala bersih, dan rambut hitam, lurus, sedikit beruban.
Mata Ny.N simetris antara kanan dan kiri, sclera tidak ikterik, konjungtiva
tampak anemis, reflek pupil baik mengecil jika terdapat rangsangan cahaya
(miosis), dan tidak menggunakan alat bantu penglihatan. Hidung bersih, tidak
terdapat polip, tidak terdapat sekret. Mulut simetris, mukosa bibir lembab, dan
tidak terdapat stomatitis. Gigi bersih tetapi sudah tidak lengkap. Telinga
32
simetris, bersih, tidak terjadi penurunan pendengaran. Leher tidak terdapat
pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe.
Pada pemeriksaan dada paru, untuk inspeksi, tidak ada jejas, tidak
terdapat penggunaan otot bantu pernapasan, pengembangan dada simetris
kanan dan kiri, palpasi vocal fremitus antara kanan dan kiri sama, saat perkusi
suara paru sonor, dan saat auskultasi suara nafas vesikuler. Pemeriksaan
jantung saat inspeksi ictus cordis tidak tampak dan teraba tidak terlalu kuat di
sub intercosta 5 saat di palpasi, bunyi pekak saat di perkusi, auskultasi bunyi
jantung I dan II murni, tidak ada suara tambahan. Pemeriksaan abdomen
inspeksi perut datar, tidak ada jejas, auskultasi bising usus 20 kali per menit,
saat dilakukan perkusi terdengar bunyi pekak pada kuadran I dan pada kuadran
II, III, IV terdengar timpani, dan saat dilakukan palpasi tidak terdapat nyeri
tekan nyeri tekan di seluruh kuadran.
Pemeriksaan genetalia dan anus bersih tidak terpasang kateter dan tidak
ada hemoroid. Pemeriksaan ekstremitas atas tangan kanan dan kiri tidak ada
kelainan, tidak ada batasan gerak, capilary refile kurang dari 3 detik, perabaan
akral hangat, tidak terdapat oedem. Pemeriksaan ekstremitas bawah kaki kanan
dan kiri tidak ada kelainan, tidak ada batasan gerak, capilary refile kurang dari
2 detik, perabaan akral hangat.
C. Perumusan Masalah Keperawatan
Analisa data yang dilakukan tanggal 7 Januari 2016 jam 09.30 WIB,
didapatkan data subyektif diantaranya Ny.N mengatakan nyeri pada bagian
33
tengkuk jika kelelahan, pengkajian PQRST Ny.N mengatakan P= merasa nyeri
saat kelelahan atau banyak beraktivitas, Q= nyeri terasa seperti ditimpa beban
berat, R= nyeri terasa pada bagian tengkuk hingga kepala bagian belakang, S=
skala nyeri yang dirasakan skala 4, T= nyeri terasa sewaktu-waktu hilang
timbul dengan frekuensi sekitar 3 sampai 5 menit. Ny.N mengatakan beberapa
hari ini penglihatannya terasa kabur, mampu melihat tetapi kurang jelas. Data
obyektif Ny.N tampak lelah, hasil pemerisaan fisik, tekanan darah 140/100
mmHg, nadi 94 kali/ menit, Ny.N tampak memijat bagian tengkuk yang nyeri.
Berdasarkan analisa data penulis diatas penulis merumuskan masalah
keperawatan yaitu nyeri akut (sakit kepala) berhubungan dengan agen cidera
biologis (peningkatan tekanan darah) (00132) (Wilkinson, 2011).
Analisa data yang dilakukan tanggal 7 Januari 2016 jam 09.40 WIB,
didapatkan data subyektif yaitu Ny.N mengatakan usianya sudah 67 tahun,
tidur 3-4 jam perhari, seringkali tidur larut malam, sering terjaga pada dini hari
dan tidak dapat melanjutkan tidur dan saat terbangun dari tidur merasa kurang
puas. Data obyektif yaitu Ny.N tampak masih mengantuk, Ny.N tampak lemas
dan kurang segar, konjungtiva tampak anemis. Tekanan darah 140/100 mmHg,
nadi 94 kali per menit.
Berdasarkan analisa data penulis diatas penulis merumuskan masalah
keperawatan yaitu deprivasi tidur berhubungan dengan pergeseran tahap tidur
terkait proses penuaan (00096) (Wilkinson, 2011).
Analisa data yang dilakukan tanggal 7 Januari 2016 jam 10.00 WIB,
didapatkan data subyektif yaitu Ny.N mengatakan menderita penyakit darah
34
tinggi setelah suami meninggal, karena Ny.N merasa tertekan dengan keadaan
yang dialami. Namun tidak berlangsung lama Ny.N kemudian mulai
mengikhlaskan kepergian suaminya. Ny.N mengatakan menerima penyakitnya
dengan ikhlas dan menganggap itu adalah ujian dari Tuhan agar lebih
mendekatkan diri. Data obyektif dari hasil pengukuran skala stress dengan
menggunakan PSS 10 didapat hasil tingkat stress Ny.N pada kategori sedang
(skor = 20).
Berdasarkan analisa data penulis diatas penulis merumuskan masalah
keperawatan yaitu kesiapan meningkatkan koping berhubungan dengan tingkat
persepsi kendali diri (00158) (Wilkinson, 2011).
D. Intervensi
Tindakan keperawatan dilakukan pada Ny.N berdasarkan klasifikasi
tujuan dan kriteria hasil keperawatan dalam manajemen nyeri (2100): selama
3X24 jam diharapkan masalah nyeri Ny.N berkurang, dengan kriteria hasil
skala nyeri berkurang (2102) Ny.N mampu melaporkan skala nyeri berkurang
dari skala 4 menjadi 0, kontrol nyeri (1605) Ny.N mampu mengontrol nyeri,
tanda vital Ny.N dalam rentang normal (0802) tekanan darah, nadi,
pernapasan, suhu dalam rentang normal, status kenyamanan (2008) Ny.N
tampak nyaman. Intervensi yang akan dilakukan berdasarkan klasifikasi
intervensi keperawatan dalam manajemen nyeri (1400): kaji karakteristik nyeri
Ny.N, penyebab, kualitas, lokasi, skala, dan frekuensi nyeri. Ajarkan teknik
nonfarmakologis: relaksasi nafas dalam, relaksasi otot progresif. Lakukan
35
tindakan “Teknik Relaksasi Otot Progresif”. Kolaborasi dengan Ny.N dan
keluarga untuk keberlanjutan terapi nonfarmakologis.
Tindakan keperawatan dilakukan pada Ny.N berdasarkan klasifikasi
tujuan dan kriteria hasil keperawatan dalam tidur (0004): selama 3X24 jam
diharapkan kebutuhan tidur terpenuhi dengan kriteria hasil Ny.N merasa segar
setelah bangun tidur (000408), kebutuhan tidur tercukupi (000405), kualitas
tidur baik (000404). Intervensi yang akan dilakukan berdasarkan klasifikasi
intervensi keperawatan dalam peningkatan tidur (1850) yaitu identifikasi
penyebab gangguan tidur. Diskusikan dengan Ny.N dan keluarga tentang
teknik istirahat tidur. Ciptakan lingkungan nyaman yaitu dengan mematikan
lampu kamar saat Ny.N tidur.
Tindakan keperawatan dilakukan pada Ny.N berdasarkan klasifikasi
tujuan dan kriteria hasil keperawatan dalam kesiapan meningkatkan koping:
selama 3X24 jam diharapkan terjadi peningkatan pola kognitif dan perilaku
untuk kesejahteraan dengan kriteria hasil menerima status kesehatan Ny.N saat
ini, skala stress berkurang, Ny.N, mampu melakukan koping secara efektif.
Intervensi yang dilakukan berdasarkan klasifikasi intervensi keperawatan
dalam peningkatan koping (5230): kaji dampak dari situasi kehidupan Ny.N
terhadap hubungan dengan orang lain, bantu Ny.N dalam peningkatan koping,
kolaborasi dengan keluarga dalam peningkatan koping Ny.N.
36
E. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan yang dilakukan tanggal 7 Januari 2016 jam 10.20
yaitu mengajarkan teknik nonfarmakologis: relaksasi nafas dalam, dengan
respon subyektif Ny.N mengatakan bersedia untuk diajarkan teknik
nonfarmakologis: relaksasi nafas dalam. Respon obyektif tampak
memperhatikan penjelasan yang diberikan. Mengukur tanda vital, dengan
respon subyektif Ny.N mengatakan bersedia untuk diukur tanda vital. Respon
obyektif tekanan darah 140/ 90 mmHg, nadi 92x per menit, pernapasan 24x
per menit. Melakukan tindakan “Teknik Relaksasi Otot Progresif” untuk
menurunkan tekanan darah, dengan respon subyektif Ny.N mengatakan
bersedia. Respon obyektif Ny.N tampak kooperatif dan mengikuti instruksi
yang diberikan. Mengukur tanda vital, dengan respon subjektif Ny.N
mengatakan merasa hangat pada bagian yang diberi relaksasi. Respon objektif
tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 94x permenit, pernapasan 24x permenit.
Prosedur tindakan pemberian “Teknik Relaksasi Otot Progresif” menurut
Kumutha et.al (2014) yaitu dengan persiapan alat menggunakan tensi meter
jarum, stetoskop, dan panduan teknik relaksasi otot progresif. Tahap pertama
yaitu pelaksanaan dengan mengucap salam, memperkenalkan diri, menjelaskan
tujuan tindakan, menjelaskan prosedur tindakan dan menjaga privasi. Tahap
kedua yaitu tahap kerja dengan memposisikan Ny.N dengan nyaman,
berbaring atau duduk bersandar (ada sandaran untuk kaki dan bahu),
mengajurkan Ny.N relaksasi nafas dalam, bersama dengan Ny.N melakukan
37
identifikasi daerah-daerah otot yang sering terasa tegang, seperti dahi, tengkuk,
leher, bahu, pinggang, lengan, dan betis.
Membimbing Ny.N untuk mengencangkan otot tersebut selama 5 sampai
7 detik. Tindakan selanjutnya merelaksasikan selama 20 sampai 30 detik,
membimbing Ny.N untuk mengencangkan dahi selama 5 sampai 7 detik.
Tindakan selanjutnya merelaksasikan selama 20 sampai 30 detik, minta Ny.N
merasakan rileksnya dahi, membimbing Ny.N mengencangkan bahu dengan
menarik bahu keatas selama 5 sampai 7 detik. Tindakan selanjutnya
merelaksasikan selama 20 sampai 30 detik, meminta Ny.N merasakan
rileksnya bahu, membimbing Ny.N untuk mengepalkan telapak tangan dan
mengencangkan otot bisep selama 5 sampai 7 detik. Tindakan selanjutnya
merelaksasikan selama 20 sampai 30 detik.
Minta Ny.N merasakan rileksnya dan aliran darah mengalir,
membimbing Ny.N mengencangkan betis dengan cara ibu jari ditarik ke
belakang bisep selama 5 sampai 7 detik. Tindakan selanjutnya merelaksasikan
selama 20 sampai 30 detik. Minta Ny.N merasakan rileksnya dan aliran darah
yang mengalir, Selama kontraksi anjurkan Ny.N merasakan kencangnya otot.
Selama relaksasi anjurkan Ny.N untuk merasakan rileksnya otot-otot.
Tindakan akhir yang dilakukan setelah teknik relaksasi otot progresif selesai
adalah mengukur tekanan darah. Tahap terakhir yaitu terminasi dengan
melakukan evaluasi tindakan, berpamitan dengan Ny.N dan mencuci tangan.
Hasil penilaian tekanan darah sebelum dilakukan tindakan “Teknik
Relaksasi Otot Progresif” pada Ny.N didapatkan hasil tekanan darah 140/90
38
mmHg. Dan hasil penilaian tekanan darah setelah dilakukan tindakan “Teknik
Relaksasi Otot Progresif” didapatkan hasil tekanan darah 130/90 mmHg.
Tindakan keperawatan yang dilakukan tanggal 7 Januari 2016 jam 11.00
WIB mengidentifikasi penyebab gangguan pola tidur, dengan respon subyektif
Ny.N mengatakan tidak bisa tidur jika belum larut malam. Respon obyektif
Ny.N tampak kurang segar, Ny.N tampak masih mengantuk. Perawat
mendiskusikan dengan Ny.N dan keluarga tentang teknik istirahat tidur,
dengan respon subyektif Ny.N mengatakan saat malam sebelum tidur biasanya
Ny.N minum air putih terlebih dahulu dan tidur dengan posisi miring kearah
kanan. Respon obyektif Ny.N dan keluarga tampak kooperatif. Perawat
berkolaborasi dengan keluarga menciptakan lingkungan nyaman dan tenang
dengan menganjurkan mematikan lampu ruangan saat Ny.N tidur, dengan
respon keluarga Ny.N mengatakan bersedia, dan respon obyektif keluarga
Ny.N tampak paham dengan saran yang diberikan.
Tindakan keperawatan yang dilakukan tanggal 7 Januari 2016 jam 12.00
WIB mengkaji dampak stress terhadap hubungan dengan orang lain, dengan
respon subyektif Ny.N mengatakan selama ini hubungan dengan keluarga dan
orang sekitar baik-baik saja, jika ada masalah dibicarakan bersama. Respon
obyektif Ny.N tampak kooperatif. Mengkolaborasikan dengan keluarga untuk
memberikan dukungan kepada Ny.N dalam kehidupan sehari-hari, dengan
respon subyektif keluarga mengatakan bersedia dalam memberi dukungan
kepada Ny.N. Respon obyektif keluarga Ny.N tampak mengerti dan paham.
39
Tindakan keperawatan yang dilakukan tanggal 7 Januari 2016 jam 16.05
WIB mengukur tekanan darah Ny.N, dengan respon subyektif Ny.N
mengatakan bersedia diukur tekanan darahnya. Respon obyektif tekanan darah
130/70 mmHg. Melakukan tindakan “Teknik Relaksasi Otot Progresif” untuk
menurunkan tekanan darah, dengan respon subyektif Ny.N mengatakan
bersedia. Respon obyektif Ny.N tampak kooperatif dan mengikuti instruksi
yang diberikan. Mengukur kembali tekanan darah Ny.N, dengan respon
subyektif Ny.N mengatakan bersedia. Respon obyektif tekanan darah Ny.N
125/80 mmHg.
Tindakan keperawatan hari kedua yang dilakukan tanggal 8 Januari 2016
jam 09.00 WIB yaitu mengkaji karakteristik nyeri, dengan respon subyektif
Ny.N mengatakan P= sudah tidak merasa nyeri pada tengkuk, Q= tidak terasa
seperti ditimpa beban, R= nyeri sudah tidak terasa pada bagian tenkuk, S=
skala nyeri berkurang dari skala 3 menjadi 0, T= nyeri tidak terasa. Respon
obyektif Ny.N tampak nyaman. Mengukur tekanan darah, dengan respon
subyektif Ny.N mengatakan bersedia. Respon obyektif tekanan darah Ny.N
140/80 mmHg. Memberikan tindakan “Teknik Relaksasi Otot Progresif” untuk
menurunkan tekanan darah, dengan respon subyektif Ny.N mengatakan
bersedia. Respon obyektif Ny.N tampak kooperatif dan mengikuti instruksi
yang diberikan. Mengukur kembali tekanan darah Ny.N, dengan respon
subyektif Ny.N mengatakan bersedia. Respon obyektif tekanan darah Ny.N
130/80 mmHg.
40
Tindakan keperawatan hari kedua yang dilakukan tanggal 8 Januari 2016
jam 10.00 WIB mengidentifikasi penyebab gangguan pola tidur dan
menanyakan kualitas tidur Ny.N dengan respon subyektif Ny.N mengatakan
tidur sekitar jam 23.00, Ny.N juga mengatakan sudah dapat beristirahat namun
terbangun sekitar jam 3.00 dini hari. Respon obyektif Ny.N tampak masih
mengantuk. Perawat mendiskusikan kembali kepada Ny.N dan keluarga
tentang teknik istirahat tidur, dengan respon Ny.N mengatakan cukup
mengerti. Respon obyektif Ny.N dan keluarga tampak kooperatif.
Tindakan keperawatan hari kedua yang dilakukan tanggal 8 Januari 2016
jam 11.00 WIB mengkaji pandangan Ny.N terhadap kondisi kesehatan Ny.N
saat ini, dengan respon subyektif Ny.N mengatakan menerima keadaan
sakitnya. Respon obyektif Ny.N tampak kooperatif. Perawat berkolaborasikan
dengan keluarga dalam pemberian motivasi, dengan respon subyektif keluarga
Ny.N mengatakan bersedia. Respon obyektif keluarga Ny.N tampak mengerti
dan kooperatif.
Tindakan keperawatan hari kedua yang dilakukan tanggal 8 Januari 2016
jam 16.30 WIB mengukur tekanan darah Ny.N, dengan respon subyektif Ny.N
mengatakan bersedia diukur tekanan darahnya. Respon obyektif tekanan darah
130/60 mmHg. Melakukan tindakan “Teknik Relaksasi Otot Progresif” untuk
menurunkan tekanan darah, dengan respon subyektif Ny.N mengatakan
bersedia. Respon obyektif Ny.N tampak kooperatif dan mengikuti instruksi
yang diberikan. Mengukur kembali tekanan darah Ny.N, dengan respon
41
subyektif Ny.N mengatakan bersedia. Respon obyektif tekanan darah Ny.N
120/70 mmHg.
Tindakan keperawatan hari ketiga yang dilakukan tanggal 9 Januari 2016
jam 08.30 WIB yaitu mengukur tekanan darah Ny.N, dengan respon subyektif
Ny.N mengatakan bersedia diukur tekanan darahnya. Respon obyektif tekanan
darah 130/70 mmHg. Melakukan tindakan “Teknik Relaksasi Otot Progresif”
untuk menurunkan tekanan darah, dengan respon subyektif Ny.N mengatakan
bersedia. Respon obyektif Ny.N tampak kooperatif dan mengikuti instruksi
yang diberikan. Mengukur kembali tekanan darah Ny.N, dengan respon
subyektif Ny.N mengatakan bersedia. Respon obyektif tekanan darah Ny.N
130/80 mmHg.
Tindakan keperawatan hari ketiga yang dilakukan tanggal 9 Januari 2016
jam 09.20 WIB mengidentifikasi penyebab gangguan pola tidur dan
menanyakan kualitas tidur Ny.N dengan respon subyektif Ny.N mengatakan
sudah dapat beristirahat dengan nyaman dan jam tidur lebih lama. Respon
obyektif Ny.N tampak lebih segar. Perawat mendiskusikan kembali kepada
Ny.N dan keluarga tentang teknik istirahat tidur, dengan respon Ny.N
mengatakan bersedia. Respon obyektif Ny.N dan keluarga tampak kooperatif.
Tindakan keperawatan hari ketiga yang dilakukan tanggal 9 Januari 2016
jam 11.00 WIB mengkaji pandangan Ny.N terhadap kondisi kesehatan Ny.N
saat ini, dengan respon subyektif Ny.N mengatakan menerima keadaan
sakitnya. Respon obyektif Ny.N tampak kooperatif. Mengukur skala stress
dengan PSS 10, dengan respon subyektif Ny.N mengatakan bersedia, respon
42
obyektif Ny.N tampak mengisi skala dengan teliti, hasil pengukuran skala
stress dengan PSS 10 menunjukkan hasil tingkat stress Ny.N pada kategori
sedang (skor= 18). Perawat mendiskusikan dengan keluarga dalam pemberian
motivasi, dengan respon keluarga Ny.N mengatakan bersedia. Respon obyektif
keluarga Ny.N tampak mengerti dan kooperatif.
Tindakan keperawatan hari ketiga yang dilakukan tanggal 9 Januari 2016
jam 15.30 WIB yaitu mengukur tekanan darah Ny.N, dengan respon subyektif
Ny.N mengatakan bersedia diukur tekanan darahnya. Respon obyektif tekanan
darah 130/60 mmHg. Melakukan tindakan “Teknik Relaksasi Otot Progresif”
untuk menurunkan tekanan darah, dengan respon subyektif Ny.N mengatakan
bersedia. Respon obyektif Ny.N tampak kooperatif dan mengikuti instruksi
yang diberikan. Mengukur kembali tekanan darah Ny.N, dengan respon
subyektif Ny.N mengatakan bersedia. Respon obyektif tekanan darah Ny.N
120/70 mmHg.
F. Evaluasi
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan selama 3X24 jam, evaluasi
tanggal 7 Januari 2016 jam 16.30 adalah subyektif Ny.N mengatakan masih
merasa nyeri jika kecapekan, seperti ditimpa beban berat, terasa pada bagian
tengkuk, skala nyeri berkurag dari skala 4 menjadi skala 3, nyeri terasa hilang
timbul selama beberapa menit. Obyektif Ny.N tampak menahan nyeri dan
memijit bagian nyeri, tekanan darah 125/80 mmHg. Analisis masalah belum
43
teratasi, intervensi dilanjutkan dengan kaji karakteristik nyeri, berikan tindakan
“Teknik Relaksasi Otot Progresif”.
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan selama 3X24 jam, evaluasi
tanggal 7 Januari 2016 jam 16.40 WIB adalah subyektif, Ny.N mengatakan
merasa mengantuk tetapi tidak bisa tidur. Obyektif yaitu Ny.N tampak masih
mengantuk, Ny.N tampak lemas dan kurang segar, konjungtiva anemis.
Analisis masalah belum teratasi dan intervensi dilanjutkan identifikasi
penyebab gangguan tidur. Diskusikan dengan Ny.N dan keluarga tentang
teknik istirahat tidur, Ciptakan lingkungan nyaman nyaman yaitu dengan
mematikan lampu ruangan saat Ny.N tidur malam.
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan selama 3X24 jam, evaluasi
tanggal 7 Januari 2016 jam 16.50 WIB adalah subyektif, Ny.N mengatakan
hubungan dengan keluarga dan orang sekitar baik dan tidak ada masalah.
Obyektif yaitu Ny.N tampak kooperatif. Analisis masalah dapat ditingkatkan
sebagian dan intervensi dilanjutkan yaitu kaji pandangan Ny.N tentang kondisi
kesehatannya, kolaborasi dengan keluarga pemberian motivasi terhadap Ny.N.
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan selama 3X24 jam, evaluasi
tanggal 8 Januari 2016 jam 17.00 WIB adalah subyektif Ny.N mengatakan
sudah tidak merasakan nyeri pada daerah tengkuk, skala nyeri berkurang dari 3
menjadi 0. Obyektif yaitu Ny.N tampak nyaman, tekanan darah 120/70 mmHg.
Analisis masalah teratasi dan intervensi dilanjutkan dengan rencana tindak
lanjut monitor tekanan darah dan berikan tindakan “Teknik Relaksasi Otot
Progresif”.
44
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan selama selama 3X24 jam,
evaluasi tanggal 8 Januari 2016 jam 17.10 WIB adalah subyektif Ny.N
mengatakan bisa tidur siang tapi hanya sebentar, Ny.N juga mengatakan sudah
dapat beristirahat namun masih terbangun lebih awal dinihari tadi. Obyektif
yaitu Ny.N tampak masih mengantuk. Analisis masalah belum teratasi dan
intervensi dilanjutkan yaitu kaji penyebab gangguan pola tidur, ciptakan
lingkungan nyaman dan tenang dengan mematikan lampu ruangan saat Ny.N
tidur.
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan selama selama 3X24 jam,
evaluasi tanggal 8 Januari 2016 jam 17.30 WIB adalah subyektif Ny.N
menerima keadaan sakitnya. Obyektif yaitu Ny.N tampak tampak kooperatif.
Analisis masalah dapat ditingkatkan sebagian dan intervensi dilanjutkan
dengan kaji pandangan Ny.N terhadap kondisi kesehatannya, lakukan
pengukuran skala stress dengan PSS 10, kolaborasi keluarga pemberian
motivasi.
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan selama 3X24 jam, evaluasi
tanggal 9 Januari jam 15.50 WIB adalah subyektif Ny.N mengatakan sudah
tidak merasa nyeri, badan terasa hangat setiap melakukan terapi teknik
relaksasi otot progresif. Obyektif yaitu tampak nyaman dan mengikuti
instruksi yang diberikan saat tindakan, tekanan darah 120/70 mmHg. Analisis
masalah teratasi, karena sudah terjadi perubahan tekanan darah , dan intervensi
dilanjutkan dengan rencana tindak lanjut, anjurkan Ny.N melakukan teknik
45
telaksasi otot progresif dua kali dalam sehari, kolaborasi keluarga dalam
pemantauan terapi teknik relaksasi otot progresif.
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan selama 3X24 jam, evaluasi
tanggal 9 Januari jam 16.00 WIB adalah subyektif Ny.N mengatakan sudah
dapat beristirahat dengan nyaman. Obyektif yaitu Ny.N tampak lebih segar.
Analisis masalah teratasi dan intervensi dihentikan.
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan selama 3X24 jam, evaluasi
tanggal 9 Januari jam 16.10 WIB adalah subyektif Ny.N mengatakan
menerima keadaannya saat ini dan bersyukur kepada Tuhan. Obyektif yaitu
Ny.N tampak kooperartif, hasil dari kuisioner PSS 10 menunjukkan tingkat
stress kategori sedang (skor = 18). Analisa masalah dapat ditingkatkan
sebagian, karena terjadi penurunan skor stress dari 20 menjadi 18, dan
intervensi dilanjutkan dengan rencana tindak lanjut kolaborasi keluarga dalam
pemberian dorongan selama periode stress (merasa ada masalah).
46
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas proses keperawatan pada asuhan
keperawatan yang dilakukan pada tanggal 7-9 Januari 2016 di rumah Ny.N yang
beralamat di Sibela Tengah Mojosongo. Prinsip pembahasan ini dengan
memperhatikan aspek kehidupan proses keperawatan yang terdiri dari tahap
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
keperawatan. Pembahasan yang dilakukan dalam bab ini yaitu membahas adanya
kesesuaian maupun kesenjangan antara teori dan hasil praktik pada kasus yang
ditemukan di lapangan.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar yang bertujuan untuk mengumpulkan
informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenal
masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan klinis, baik fisik,
mental, sosial dan lingkungan (Darmawan,2012).
Menurut Smeltzer dan Bare (2002) riwayat yang lengkap harus diperoleh
untuk mengkaji gejala yang menunjukkan apakah sistem tubuh lainnya telah
terpengaruh oleh hipertensi, seperti: perdarahan hidung, nyeri angina, napas
pendek, perubahan tajam pandang, vertigo, sakit kepala, atau nokturia.
Pemeriksaan fisik juga harus memperhatikan kecepatan, irama, dan karakter
47
denyut apikal dan perifer untuk mendeteksi efek hipertensi terhadap jantung
dan pembuluh darah perifer. Pengkajian menyeluruh dapat memberikan
informasi berharga mengenai sejauh mana hipertensi mempengaruhi tubuh
begitu juga setiap faktor psikologis seperti karakteristik nyeri serta faktor yang
mempengaruhi persepsi terhadap nyeri seperti ketakutan, kegelisahan,
keletihan, perasaan marah, dan isolasi sosial, keletihan dan efeknya terhadap
kemampuan untuk melaksanankan fungsi sehari-hari, minat terhadap aktivitas,
kemampuan berkonsentrasi dan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
keletihan, pengkajian status psikososial difokuskan pada status psikologis dan
mental, suasana hati dan respon emosional, serta pengkajian citra tubuh untuk
menilai respon pasien dalam menghadapi penyakit, kemungkinan kecacatan
atau kematian.
Pengkajian pada pasien hipertensi didapatkan keluhan nyeri pada bagian
tengkuk, penglihatan terasa kabur, mampu melihat tetapi kurang jelas, dan
hasil pengukuran tingkat stress dengan PSS 10 termasuk dalam kategori
sedang dengan skor 20.
Keluhan dari Ny.N tidak jauh berbeda dengan teori. Keluhan utama pada
Ny.N adalah nyeri pada tengkuk, nyeri terasa jika kelelahan atau banyak
beraktivitas, nyeri seperti ditimpa beban berat, terasa pada tengkuk hingga
kepala bagian belakang, skala nyeri yang dirasakan tingkat 4, terasa hilang
timbul, selama 3 sampai 5 menit. Tekanan darah meningkat pada saat
vasokonstriksi yaitu arteri kecil mengkerut karena perangsangan saraf simpatis
dalam pembuluh darah dan kekuatan jantung sehingga dapat menimbulkan
48
nyeri atau pusing kepala, rasa berat di tengkuk, dan mudah lelah (Triyanto,
2014).
Ny.N juga mengeluh beberapa hari ini penglihatan Ny.N terasa kabur,
mampu melihat tetapi kurang jelas. Peningkatan tekanan darah yang dialami
Ny.N ditandai dengan nyeri pada tengkuk yang terasa berat, penglihatan mulai
kabur, hal tersebut terjadi akibat meningkatnya tekanan intra kranial karena
menigkatnya tekanan kapiler (Pujiastuti, 2011).
Hasil pemeriksaan tanda - tanda vital Ny.N diperoleh hasil tekanan darah
Ny.N 140/100 mmHg, frekuensi nadi 94 kali permenit, kekuatan denyut kuat,
frekuensi pernapasan 22 kali permenit dan irama teratur. Hasil pemeriksaan
tanda vital Ny.N sesuai dengan teori yang didefinisikan oleh Joint National
Committee(JNC) sebagai hipertensi grade 1, karena tekanan darah yang lebih
tinggi dari 140/90 mmHg (Doenges, 2000).
Selain itu Ny.N juga mengatakan usianya sudah 67 tahun dan tidur 3
sampai 4 jam perharinya, seringkali tidur larut malam, sering terjaga pada din
hari dan tidak dapat melajutkan tidur dan saat tidur merasa kurang puas.
Keluhan pada Ny.N tidak jauh berbeda dengan teori, dimana pola tidur
berubah bersamaan dengan bertambahnya usia. Pada tahap ke-3 dan ke-4 dari
siklus tidur adalah tidur yang paling dalam, dimana sulit sekali dibangunkan.
Tahap tidur dalam ini umumnya terjadi dengan frekuensi yang lebih jarang
pada lansia. Hal tersebut meningkatkan keadaan bangun, meskipun singkat
akan menciptakan impresi kurang tidur atau insomnia. Artritis, nyeri, nokturia,
49
dan apnea saat tidur dapat menyebabkan terbangun dari tidur (Smeltzer dan
Bare, 2006).
Pengkajian yang lain pada Ny.N didapatkan data, Ny.N mengatakan
menderita penyakit darah tinggi setelah suami meninggal, karena Ny.N merasa
tertekan dengan keadaan yang dialami. Namun tidak berlangsung lama Ny.N
kemudian mulai mengikhlaskan kepergian suaminya. Ny.N mengatakan
menerima penyakitnya dengan ikhlas dan menganggap itu adalah ujian dari
Tuhan agar lebih mendekatkan diri. Hasil pengukuran tingkat stress dengan
PSS 10 menurut Cohen (1988) termasuk dalam kategori sedang dengan skor
20. Keluhan dari Ny.N tidak jauh berbeda pada teori, menurut Yekti dan Ari
(2011) bahwa hipertensi disebabkan oleh berbagai faktor yang sangat
mempengaruhi satu sama lain. Faktor- faktor yang menyebabkan terjadinya
hipertensi yaitu: toksin, faktor genetik, umur, jenis kelamin, stres, obesitas,
nutrisi, merokok, narkoba, alkohol, kurang olahraga, dan kolesterol tinggi.
B. Perumusan Masalah Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respon individu,
keluarga dan komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan
yang aktual atau potensial yang merupakan dasar untuk memilih intervensi
keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab perawat
(Darmawan, 2012).
50
Perumusan masalah yang diambil oleh penulis adalah nyeri akut (sakit
kepala) berhubungan dengan agen cidera biologis (peningkatan tekanan darah)
(Wilkinson, 2011).
Penulis memprioritaskan masalah keperawatan yang pertama adalah
nyeri akut (sakit kepala) berhubungan dengan agen cidera biologis
(peningkatan tekanan darah), karena menurut data subyektif Ny.N mengatakan
nyeri pada bagian tengkuk jika kelelahan, pengkajian PQRST Ny.N
mengatakan merasa nyeri saat kelelahan atau banyak beraktivitas, nyeri terasa
seperti ditimpa beban berat, nyeri terasa pada bagian tengkuk hingga kepala
bagian belakang, skala nyeri yang dirasakan skala 4, nyeri terasa sewaktu-
waktu hilang timbul dengan frekuensi sekitar 3 sampai 5 menit. Data obyektif
Ny.N tampak lelah, hasil pemerisaan fisik, tekanan darah 140/100 mmHg, nadi
94 kali/ menit, Ny.N tampak memijat bagian tengkuk yang nyeri.
Keadaan pada Ny.N tidak jauh berbeda dengan teori, dimana Ny.N
melaporkan nyeri secara verbal, terjadi peningkatan tekanan darah, dan tampak
memijat bagian yang terasa nyeri. Batasan karakteristik untuk nyeri akut (sakit
kepala) berhubungan dengan agen cidera biologis (peningkatan tekanan darah)
yaitu berupa perubahan tekanan darah, sikap melindungi / menutupi area nyeri,
melaporkan nyeri secara verbal maupun isyarat, indikasi nyeri yang dapat
diamati (Wilkinson, 2011).
Masalah keperawatan keperawatan yang kedua adalah deprivasi tidur
berhubungan dengan pergeseran tahap tidur terkait proses penuaan,. Deprivasi
tidur sendiri yaitu periode waktu yang lama tanpa tidur (terputusnya kesadaran
51
relaif yang periodik dan dialami secara terus menerus), selain itu dapat juga
diartika sebagai gambaran kondisi kurang tidur yang berlangsung lama dengan
tindakan keperawatan yang berfokus pada peredaan gejala, seperti gelisah dan
konfusi akut (Wilkinson, 2011).
Perumusan masalah keperawatan yang diambil penulis deprivasi tidur
berhubungan dengan pergeseran tahap tidur terkait proses penuaan mengacu
pada data subyektif yaitu Ny.N mengatakan usianya sudah 67 tahun, tidur 3-4
jam perhari, seringkali tidur larut malam, sering terjaga pada dini hari dan
tidak dapat melanjutkan tidur dan saat terbangun dari tidur merasa kurang
puas. Data obyektif yaitu Ny.N tampak masih mengantuk, Ny.N tampak lemas
dan kurang segar, konjungtiva anemis. Tekanan darah 140/100 mmHg, nadi 94
kali per menit. Batasan karakteristik dari deprivasi tidur yaitu konfusi akut,
mengantuk disiang hari, lesu, malaise, keletihan (Wilkinson, 2011).
Masalah keperawatan yang ketiga adalah kesiapan meningkatkan koping
berhubungan dengan tingkat persepsi kendali diri (00158). Kesiapan
meningkatkan koping berhubungan dengan tingkat persepsi kendali diri sendiri
memiliki pengertian yaitu suatu upaya kognitif dan perilaku untuk mengatasi
tuntutan/ permintaan yang adekuat untuk kesejahteraan dan dapat diperkuat/
ditingkatkan (Wilkinson, 2011).
Perumusan masalah keperawatan yang diambil penulis kesiapan
meningkatkan koping berhubungan dengan tingkat persepsi kendali diri
mengacu pada data subyektif yaitu Ny.N mengatakan menerima penyakitnya
dengan ikhlas dan menganggap itu adalah ujian dari Tuhan agar lebih
52
mendekatkan diri. Data obyektif Dari hasil pengukuran skala stress dengan
menggunakan PSS 10 didapat hasil tingkat stress Ny.N pada kategori sedang
(skor = 20).
Keadaan Ny.N menurut data diatas tidak jauh berbeda dengan teori pada
batasan karakteristik untuk diagnosa kesiapan meningkatkan koping
berhubungan dengan tingkat persepsi kendali diri diantranya mengetahui
kelumahan/ kekuatan diri, menganggap stressor sebagai sesuatu yang dapat
diatasi menggunakan sumber spiritual (Wilkinson, 2011).
C. Intervensi
Perencanaan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah yang
merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan,
bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua
tindakan keperawatan (Dermawan, 2012).
Intervensi atau rencana yang akan dilakukan oleh penulis disesuaikan
dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat
dilaksanakan dengan SMART, Spesifik, Measurable, Acceptance, Rasional,
dan Timing. Pembahasan dari intervensi yang meliputi tujuan, kriteria hasil
dan tindakan yaitu pada diagnosa keperawatan :
Nyeri akut (sakit kepala) berhubungan dengan agen cidera biologis
(peningkatan tekanan darah). Pada kasus Ny.N penulis melakukan tindakan
keperawatan berdasarkan klasifikasi tujuan dan kriteria hasil keperawatan pada
manajemen nyeri (2100) selama 3X24 jam diharapkan masalah nyeri Ny.N
53
berkurang, dengan kriteria hasil skala nyeri berkurang (2102) Ny.N mampu
melaporkan skala nyeri, kontrol nyeri (1605) Ny.N mampu mengontrol nyeri,
tanda vital Ny.N dalam rentang normal (0802) tekanan darah, nadi,
pernapasan, suhu dalam rentang normal, status kenyamanan (2008) Ny.N
tampak nyaman (Herdman, 2012). Intervensi yang akan dilakukan berdasarkan
klasifikasi intervensi keperawatan pada manajemen nyeri (1400): kaji
karakteristik nyeri Ny.N, penyebab, kualitas, lokasi, skala, dan frekuensi nyeri.
Ajarkan teknik nonfarmakologis: relaksasi nafas dalam, relaksasi otot
progresif. Lakukan tindakan “Teknik Relaksasi Otot Progresif”. Kolaborasi
dengan pasien dan keluarga untuk keberlanjutan terapi nonfarmakologis.
Deprivasi tidur berhubungan dengan pergeseran tahap tidur terkait proses
penuaan. Pada kasus Ny.N penulis melakukan tindakan keperawatan
berdasarkan klasifikasi tujuan dan kriteria hasil keperawatan pada tidur (0004):
selama 3X24 jam diharapkan kebutuhan tidur terpenuhi dengan kriteria hasil
Ny.N merasa segar setelah bangun tidur (000408), kebutuhan tidur tercukupi
(000405), kualitas tidur baik (000404). Intervensi yang akan dilakukan
berdasarkan klasifikasi intervensi keperawatan pada peningkatan tidur (1850):
yaitu identifikasi penyebab gangguan tidur. Diskusikan dengan Ny.N dan
keluarga tentang teknik istirahat tidur. Kolaborasi dengan keluarga ciptakan
lingkungan nyaman dengan mematikan lampu kamar saat Ny.N tidur.
Kesiapan meningkatkan koping berhubungan dengan tingkat persepsi
kendali diri. Pada kasus Ny.N penulis melakukan tindakan keperawatan
dilakukan pada Ny.N berdasarkan klasifikasi tujuan dan kriteria hasil
54
keperawatan pada kesiapan meningkatkan koping: selama 3X24 jam
diharapkan terjadi peningkatan pola kognitif dan perilaku untuk kesejahteraan
dengan kriteria hasil menerima status kesehatan Ny.N saat ini, skala stress
berkurang, Ny.N mampu melakukan koping secara efektif. Intervensi yang
dilakukan berdasarkan klasifikasi intervensi keperawatan pada peningkatan
koping (5230): yaitu kaji dampak dari situasi kehidupan Ny.N terhadap
hubungan dengan orang lain, bantu Ny.N dalam peningkatan koping,
kolaborasi keluarga dalam peningkatan koping Ny.N.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Dermawan, 2012).
Salah satu terapi nonfarmakologis pada penderita hipertensi adalah
teknik relaksasi otot progresif. Teknik relaksasi otot progesif merupakan salah
satu teknik pengelolaan diri yang didasarkan pada cara kerja sistem saraf
simpatis dan parasimpatis. Teknik relaksasi dapat dilakukan untuk mengurangi
ketegangan, insomnia, dan asma serta dapat dilakukan pada penderita
hipertensi (Ramdhani, 2009). Selain itu teknik relaksasi otot progresif menurut
Jacobson adalah suatu keterampilan yang dapat dipelajari dan digunakan untuk
melawan rasa cemas, stress, dan tegang. Dengan menegangkan dan
melemaskan beberapa kelompok otot dan membedakan sensasi tegang dan
55
rileks, seseorang dapat menghilangkan kontraksi otot dan mengalami rasa
rileks (Soewondo, 2009).
Pada pengelolaan kasus Ny.N, pada diagnosa pertama yaitu nyeri akut
(sakit kepala) berhubungan dengan agen cidera biologis (peningkatan tekanan
darah) penulis mengimplementasikan hasil riset pada Ny.N yaitu memberikan
tindakan “Teknik Relaksasi Otot Progresif” dan mengukur tekanan darah
sebelum dan sesudah dilakukan tindakan. Tindakan yang dilakukan tanggal 7
Januari 2016 jam 10.20 WIB penulis melakukan pengukuran tekanan darah
sebelum dilakukan tindakan “Teknik Relaksasi Otot Progresif” dan melakukan
pengukuran tekanan darah sesudah dilakukan tindakan “Teknik Relaksasi Otot
Progresif” pada Ny.N dengan menggunakan teori menurut Hahn dan Kim
(2006) dalam Kumutha et.al (2014), didapatkan hasil signifikan terhadap
penurunan tekanan darah pada Ny.N dari 140/90 mmHg mejadi 130/90
mmHg.
Adapun kesenjangan yang ditemukan penulis pada aplikasi tindakan
pemberian “Teknik Relaksasi Otot Progresif”, pada prinsipnya tindakan ini
diterapkan pada klien dengan hipertensi untuk mengurangi tingkat stress dan
menurunkan tekanan darah tinggi pada klien tanpa adanya intervensi lain dan
dilakukan selama empat minggu pengaplikasian tindakan. Pada saat
pengaplikasian pada klien terdapat intervensi lain yaitu senam rutin hipertensi
dan masasse telapak kaki sebagai tindakan pencegahan yang dilakukan klien
selama menderita hipertensi, dan pengaplikasian tindakan hanya dapat
dilakukan kurang dari dua minggu. Hal tersebut menunjukkan bahwa tindakan
56
“Teknik Relaksasi Otot Progresif” tidak sepenuhnya menjadi terapi
nonfarmakologis yang diterapkan pada penderita Ny.N dalam mengurangi
tingkat stress dan menurunkan tekanan darah.
Tabel 5.1 Hasil Pengukuran Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Pemberian Terapi Relaksasi Otot Progresif
No Hari, tanggal Tekanan Darah
(Sebelum Tindakan) Tekanan Darah
(Sesudah Tindakan)
1 Kamis, 7 Januari 2016
140/100 130/90 130/70 125/80
2 Jum’at, 8 Januari 2016
140/80 130/80 130/60 120/70
3 Sabtu, 9 Januari 2016
130/70 130/80 130/60 120/70
4 Minggu, 10 Januari 2016 130/60 120/70 5 Senin, 11 Januari 2016 120/70 120/80
6 Selasa, 12 Januari 2016
130/90 130/80 130/80 120/80
7 Rabu, 13 Januari 2016
130/70 130/80 140/80 130/80
8 Kamis, 14 Januari 2016
130/60 120/60 120/60 120/70
9 Jum’at, 15 Januari 2016 130/90 130/80 10 Sabtu, 16 Januari 2016 130/80 120/80
Hasil untuk pemberian “Teknik Relaksasi Otot Progresif” pada
penurunan tingkat stress dan tekanan darah Ny.N adalah cukup efektif
berdasarkan dari data table diatas, dimana terjadi perubahan pada tekanan
sistolik maupun diastolik sebelum dan sesudah pemberian terapi relaksasi otot
progresif. Hasil penilaian skala stress dengan PSS 10 dan tekanan darah
sebelum dilakukan tindakan “Teknik Relaksasi Otot Progresif” pada Ny.N
didapatkan skala stress pada kategori sedang dengan skor 20 dan tekanan darah
140/100 mmHg yaitu hipertensi grade 1. Dan hasil penilaian skala stress
dengan PSS 10 dan tekanan darah setelah dilakukan tindakan “Teknik
Relaksasi Otot Progresif” pada Ny.N didapatkan skala stress pada kategori
57
sedang dengan skor 18 dan tekanan darah 120/80 mmHg yaitu tekanan darah
normal.
Diagnosa yang kedua yaitu deprivasi tidur berhubungan dengan
pergeseran tahap tidur terkait proses penuaan, implementasi yang dilakukan
penulis adalah mengidentifikasi penyebab gangguan tidur. Mendiskusikan
dengan Ny.N dan keluarga tentang teknik istirahat tidur. Menciptakan
lingkungan nyaman yaitu dengan mematikan lampu kamar saat Ny.N tidur.
Diagnosa yang ketiga yaitu kesiapan meningkatkan koping berhubungan
dengan tingkat persepsi kendali diri. Implementasi yang dilakukan penulis
adalah yaitu mengkaji dampak dari situasi kehidupan Ny.N terhadap hubungan
dengan orang lain, membantu Ny.N dalam peningkatan koping, kolaborasi
keluarga dalam peningkatan koping Ny.N. Mengukur tingkat stress dengan
kuisioner PSS 10.
E. Evaluasi
Evaluasi didefinisikan sebagai keputusan asuhan keperawatan antara
dasar tujuan keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon perilaku
klien yang tampil (Dermawan, 2012).
Evaluasi yang akan dilakukan oleh penulis disesuaikan dengan kondisi
pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat dilaksanakan
dengan SOAP, subjektive, objektive, analisis, dan planning (Dermawan, 2012).
Pembahasan dari evaluasi yang meliputi subjektif, objektif, analisa dan
rencana. Evaluasi pada diagnosa pertama yaitu nyeri akut (sakit kepala)
berhubungan dengan agen cidera biologis (peningkatan tekanan darah) yang
58
dilakukan pada tanggal 9 Januari 2016 jam 15.50 WIB adalah subyektif Ny.N
mengatakan nyeri sudah berkurang, badan terasa hangat setiap melakukan
terapi teknik relaksasi otot progresif. Obyektif yaitu tampak nyaman dan
mengikuti instruksi yang diberikan saat tindakan, tekanan darah 120/70
mmHg. Analisa masalah nyeri teratasi, karena sudah terjadi penurunan skala
nyeri dan terjadi perubahan tekanan darah, dan intervensi dilanjutkan dengan
rencana tindak lanjut, anjurkan Ny.N melakukan teknik telaksasi otot progresif
dua kali dalam sehari, kolaborasi keluarga dalam pemantauan terapi teknik
relaksasi otot progresif.
Evaluasi pada diagnosa kedua yaitu deprivasi tidur berhubungan dengan
pergeseran tahap tidur terkait proses penuaan yang dilakukan pada tanggal 9
Januari 2016 jam 16.00 WIB adalah subyektif Ny.N mengatakan sudah dapat
beristirahat dengan nyaman. Obyektif yaitu Ny.N tampak lebih segar. Analisis
masalah teratasi dan intervensi dihentikan.
Evaluasi pada diagnosa ketiga yaitu kesiapan meningkatkan koping
berhubungan dengan tingkat persepsi kendali diri yang dilakukan pada tanggal
9 Januari jam 16.10 WIB adalah subyektif Ny.N mengatakan menerima
keadaannya saat ini dan bersyukur kepada Tuhan. Obyektif yaitu Ny.N tampak
kooperartif, hasil dari kuisioner PSS 10 menunjukkan tingkat stress kategori
sedang (skor= 18). Analisa masalah dapat ditingkatkan sebagian, karena terjadi
penurunan skor stress dari 20 menjadi 18, dan intervensi dilanjutkan dengan
rencana tindak lanjut kolaborasi keluarga dalam pemberian dorongan selama
periode stress (merasa ada masalah).
59
Hasil evaluasi untuk “Teknik Relaksasi Otot Progresif” pada penurunan
tingkat stress dan tekanan darah Ny.N adalah cukup efektif berdasarkan dari
data table diatas, dimana terjadi perubahan pada tekanan sistolik maupun
diastolik sebelum dan sesudah pemberian terapi relaksasi otot progresif.
Kelebihan dari pemberian tindakan “Teknik Relaksasi Otot Progresif” telah
disampaikan, tetapi terdapat kesenjangan pada saat pengaplikasi tindakan
“Teknik Relaksasi Otot Progresif”. Selain tindakan “Teknik Relaksasi Otot
Progresif” terdapat intervensi lain yaitu senam rutin hipertensi dan masasse
telapak kaki sebagai tindakan pencegahan yang dilakukan klien selama
menderita hipertensi. Sehingga tindakan “Teknik Relaksasi Otot Progresif”
tidak sepenuhnya menjadi terapi nonfarmakologis yang diterapkan pada
penderita Ny.N dalam mengurangi tingkat stress dan menurunkan tekanan
darah.
60
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
Pengkajian Ny.N mengatakan bahu dan tengkuk sering terasa pegal
bila kelelahan. Saat pengkajian didapat data pengkajian nyeri PQRST, P=
Ny.N mengatakan merasa nyeri jika kelelahan atau banyak beraktivitas,
Q= nyeri seperti ditimpa benda berat, R= terasa pada bagian tengkuk
hingga kepala bagian belakang, S= skala yang dirasakan nyeri tingkat 4,
T= terasa sewaktu-waktu, hilang timbul, terasa selama 3 sampai 5 menit.
Ny.N mengatakan selama beberapa hari ini penglihatannya terasa kabur,
mampu melihat tetapi kurang begitu jelas. Sehari-hari Ny.N tidak
menggunakan alat bantu penglihatan. Ny.N tampak lelah, hasil pemerisaan
fisik, tekanan darah 140/100 mmHg, nadi 94 kali/ menit, Ny.N tampak
memijat bagian tengkuk yang nyeri.
Pengkajian selanjutnya yaitu Ny.N mengatakan usianya sudah 67
tahun, tidur 3-4 jam perhari, seringkali tidur larut malam, sering terjaga
pada dini hari dan tidak dapat melanjutkan tidur dan saat terbangun dari
tidur merasa kurang puas. Ny.N tampak masih mengantuk, Ny.N tampak
lemas dan kurang segar, konjungtiva tampak anemis. Tekanan darah
140/100 mmHg, nadi 94 kali per menit.
61
Pengkajian yaitu Ny.N mengatakan menerima penyakitnya dengan
ikhlas dan menganggap itu adalah ujian dari Tuhan agar lebih
mendekatkan diri. dari hasil pengukuran skala stress dengan menggunakan
PSS 10 didapat hasil tingkat stress Ny.N pada kategori sedang (skor = 20).
2. Diagnosa
Hasil perumusan diagnosa pertama keperawatan pada Ny.N adalah
nyeri akut (sakit kepala) berhubungan dengan agen cidera biologis
(peningkatan tekanan darah).
Hasil perumusan diagnosa kedua keperawatan pada Ny.N adalah
deprivasi tidur berhubungan dengan pergeseran tahap tidur terkait proses
penuaan.
Hasil perumusan diagnosa ketiga keperawatan pada Ny.N adalah
kesiapan meningkatkan koping berhubungan dengan tingkat persepsi
kendali diri.
3. Intervensi
Intervensi yang dilakukan penulis pada diagnosa nyeri akut (sakit
kepala) yaitu kaji karakteristik nyeri Ny.N, penyebab, kualitas, lokasi,
skala, dan frekuensi nyeri. Ajarkan teknik nonfarmakologis: relaksasi
nafas dalam. Lakukan tindakan “Teknik Relaksasi Otot Progresif”.
Kolaborasi dengan pasien dan keluarga untuk keberlanjutan terapi
nonfarmakologis.
62
Intervensi yang dilakukan penulis pada diagnosa deprivasi tidur
yaitu identifikasi penyebab gangguan tidur. Diskusikan dengan Ny.N dan
keluarga tentang teknik istirahat tidur. Ciptakan lingkungan nyaman yaitu
dengan mematikan lampu kamar saat Ny.N tidur.
Intervensi yang dilakukan penulis pada diagnosa kesiapan
meningkatkan koping berhubungan dengan tingkat persepsi kendali diri
yaitu kaji dampak dari situasi kehidupan Ny.N terhadap hubungan dengan
orang lain, bantu Ny.N dalam peningkatan koping, kolaborasi dengan
keluarga dalam peningkatan koping Ny.N.
4. Implementasi
Implementasi yang dilakukan penulis pada diagnosa nyeri akut (sakit
kepala) yaitu mengkaji karakteristik nyeri Ny.N (penyebab, kualitas,
lokasi, skala, dan frekuensi nyeri). Mengajarkan teknik nonfarmakologis:
relaksasi nafas dalam, relaksasi otot progesif. Melakukan tindakan “Teknik
Relaksasi Otot Progresif”. Berkolaborasi dengan pasien dan keluarga
untuk keberlanjutan pemberian terapi nonfarmakologis.
Implementasi yang dilakukan penulis pada diagnosa deprivasi tidur
yaitu mengidentifikasi penyebab gangguan tidur. Mendiskusikan dengan
Ny.N dan keluarga tentang teknik istirahat tidur. Menciptakan lingkungan
nyaman yaitu dengan mematikan lampu kamar saat Ny.N tidur.
Implementasi yang dilakukan penulis pada diagnosa kesiapan
meningkatkan koping berhubungan dengan tingkat persepsi kendali diri
63
yaitu mengkaji dampak dari situasi kehidupan Ny.N terhadap hubungan
dengan orang lain, membantu Ny.N dalam peningkatan koping,
berkolaborasi dengan keluarga dalam peningkatan koping Ny.N.
5. Evaluasi
Hasil evaluasi masalah keperawatan selama 3X24 jam dengan
diagnosa nyeri akut (sakit kepala) sudah teratasi. Hasil evaluasi masalah
keperawatan selama 3X24 jam dengan diagnosa deprivasi tidur teratasi.
Hasil evaluasi masalah keperawatan selama 3X24 jam dengan diagnosa
kesiapan meningkatkan koping berhubungan dengan tingkat persepsi
kendali diri individu dapat ditingkatakan sebagian.
6. Analisis Pemberian “Teknik Relaksasi Otot Progresif”
Hasil analisa penulis dalam melakukan penilaian skala stress dengan
PSS 10 dan tekanan darah sebelum dilakukan tindakan “Teknik Relaksasi
Otot Progresif” pada Ny.N didapatkan skala stress pada kategori sedang
dengan skor 20 dan tekanan darah 140/100mmHg yaitu hipertensi grade 1.
Dan hasil penilaian skala stress dengan PSS 10 dan tekanan darah setelah
dilakukan tindakan “Teknik Relaksasi Otot Progresif” pada Ny.N
didapatkan skala stress pada kategori sedang dengan skor 18 dan tekanan
darah 120/70 mmHg yaitu tekanan darah normal.
64
B. Saran
1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Hasil aplikasi riset ini diharapkan dapat menjadi referensi terkait
intervensi keperawatan nonfarmakologis dalam praktik keperawatan
medikal dan pemecahan masalah khususnya pada pasien dengan
hipertensi.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil aplikasi riset ini diharapkan dapat menjadi referensi
keperawatan pada penyakit hipertensi dalam pengembangan dan
peningkatan pelayanan keperawatan. Dapat digunakan sebagai acuan
penyusunan SOP tindakan pemberian “Teknik Relaksasi Otot Progresif”
pada pasien dengan hipertensi.
3. Bagi Pembaca
Menjadi referensi dalam mengaplikasikan ilmu dan meningkatkan
pengalaman dalam melakukan intervensi berbasis riset dibidang
keperawatan medikal.
Daftar Pustaka
Adib, M. 2011. Pengetahuan Praktis Program Penyakit Mematikan yang Paling
Sering Menyerang Kita. Jogjakarta: Buku Biru
Brooker, Chris. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC
Brunner And Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.
Editor: Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. Jakarta: EGC
Cohen S, Tamarck T, & Mermelstein R. 1988. A global measure of perceived
stress. Journal of Health and Social Behavior. Mind Gaden, Inc.
Darmawan, Deden. 2012. Proses Keperawatan Penerapan Konsep & Kerangka
Kerja. Yogyakarta: Gosyen Publihing
Doenges, M.E. 2000. Nursing Care Plan: Guidelines For Planning And
Documenting Patient Care. Philadelpia : FA. Davis
DKK Surakarta. 2014. Profil Kesehatan Kota Surakarta 2013. Surakarta: Dinas
Kesehatan Kota Surakarta
Gunawan, L. 2012. Hipertensi “Tekanan Darah Tinggi”. Yogyakarta: Kanisius.
Heather, Herdman T. 2012. DIAGNOSIS KEPERAWATAN: Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014. Ahli bahasa: Made Sumawarti, dkk. Jakarta: EGC
Indriana Bil Resti. 2014. Teknik Relaksasi Otot Progresif Untuk Mengurangi Stres
Pada Penderit Asma. Rumah Sakit Tamar Medical Center Pariaman
Kartikasari, A.N. 2012. Faktor Resiko Hipertensi Pada Masyarakat Di Desa
Kabongan Kidul, Kabupaten Rembang. Skripsi. Program Pendidikan
Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Semarang
Kumutha V. Aruna S, Dr. Poongodi R. 2014. Effectiveness of Progressive Muscle
Relaxation Technique on Stress and Blood Presure among Elderly with
Hypertension. India: IOSR Journal of Nursing and Health Science
Looker, Terry and Gregson, Olga. 2005. Managing Stress Mengatasi Stres Secara
Mandiri. Yogyakarta: BACA
Manktelow, James. 2008. Mengendalikan Stres. Jakarta: Esensi Erlangga Group
Moorhead, Sue et al. 2008. NIC 5th ed. USA: Mosby Elsevier
Moorhead, Sue et al. 2008. NOC 5th ed. USA: Mosby Elsevier
Muawanah. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Manajemen Stres
Terhadap Tingkat Kekambuhan Pada Penderita Hipertensi Di Panti
Wreda Dharma Bakti Surakarta. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Murwani, A. 2009. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Jogjakarta: Nuha Offset
Nisa I. 2012. Ajaibnya Terapi Hipertensi Tumpas Penyakit Hipertensi. Jakarta :
Dunia Sehat
Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika
Pujiastuti, R.D. 2011. Penyakit Pemicu Stroke. Yogyakarta: Nuha Medika
Ramdhani, N., A. A. Putra. 2009. Pengembangan Multimedia “Relaksasi”.
http://neila.staff.ugm.ac.id/wordpress/wp_content/iploads/2009/08/relaks
asi-otot.pdf, diakses 2 Desember 2015 jam 21.42
Rasmund. 2004. Pengertian Stres, Sumber Stres, dan Sifat Stresor. Jakarta:
Sagung Seto.
Saputri, D. E. 2010. Hubungan Stres Dengan Hipertensi Pada Penduduk DI
Indonesia Tahun 2007. Tesis. Program Pasca Sarjana Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia. Depok.
Smaletzer, S.C. & Bare, B.G. 2006. Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical
Surgical Nursing. Philadelphia : Lippincott
Soewondo, S. 2009. Panduan dan Instruksi Latihan Relaksasi Otot Progresif.
Depok : Lembaga Pengembangan sarana Pengukuran dan Pendidikan
Psikologi
Solehati, T. dan Kosasih, C. E. 2012. Konsep Dan Aplikasi Relaksasi Dalam
Keperawatan Maternitas. Jakarta: Refika Aditama
Suratini. 2013. Pengaruh Relaksai Otot Progresif Terhadap Tingkat Tekanan
Darah Pada Lansia Hipertensi. Jurnal Kebidanan dan Keperawatan. 9
(2): 193-204
Triyanto, E. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi.
Yogyakarta: Andi
Wijayaningsih, K. S. 2013. Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta: Transinfo
Media
Wilkinson, Judith. M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan NANDA,
Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC Edisi 9. Penerjemah Esti
Wahyuningsih. Jakarta: EGC
Yekti, S., Ari W. 2011. Cara Jitu Mengatasi Darah Tinggi “Hipertensi”.
Yogyakarta: ANDI