efektivitas terapi relaksasi otot progresif dan …
TRANSCRIPT
EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF DAN TEKNIK
IMAJINASI TERBIMBING TERHADAP PENURUNAN TEKANAN
DARAH PENDERITA HIPERTENSI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Keperawatan Jurusan Ilmu Keperawatan Pada Fakultas Kedokteran
Dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar
Oleh
RIYADHATUL JINAN
NIM: 70300117003
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2021
ii
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmatnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan tema “Efektivitas Terapi
Relaksasi Otot Progresif Dan Tehnik Imajinasi Terbimbing Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pasien Hipertensi”. Salawat serta salam semoga tetap tercurahkan
kepada nabiyullah Muhammad SAW beserta para pengikutnya yang setia di jalan
Allah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk memenuhi persyaratan penyelesaian
pendidikan pada program strata satu (S1) Jurusan Keperawatan pada Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Dengan terselesaikan skripsi ini, penulis
menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, sehingga banyak
pihak yang telah ikut berpartisipasi dalam membantu proses penyelesaian
penulisan proposal ini.
Ucapan terima kasih yang tulus kepada pembimbing, yang telah
mengarahkan, memberikan petunjuk maupun yang senantiasa memotivasi, serta
rasa hormat dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Prof. H. Hamdan Juhannis, MA PhD, sebagai Rektor UIN Alauddin
Makassar, serta Prof. Dr. H Mardan M.Ag sebagai Wakil Rektor I,
Dr.H Wahyudin, M.Hum. sebagai Wakil Rektor bidang II dan Prof.
Dr. Darussalam, M.Ag sebagai Wakil Rektor III, dan Dr. H.
Kamaluddin Abunawas, M.Ag, sebagai Wakil Rektor IV.
2. Dr. dr.Syatirah Jalaluddin, Sp.A.,M.Kes sebagai Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar, beserta Dr.
Hj. Gemy Nastity Handayany., S.Si M.Si.,Apt. sebagai Wakil Dekan
iii
I, dan Dr. H.M. Fais Satrianegara, S.KM., MARS sebagai Wakil
Dekan II dan Prof. Dr. Mukhtar Lutfi, M,Pd sebagai Wakil Dekan III.
3. Dr.Muh.Anwar Hafid, S.Kep.,M.Kes sebagai Ketua Jurusan Ilmu
Keperawatan dan Hasnah,S.Sit.,M.Kes sebagai Sekretaris Jurusan
Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Alauddin Makassar, dengan rasa tulus serta kesabarannya
memberikan arahan, motivasi, nasehat, serta semangat bimbingan
selama penulis menempuh kuliah dijurusan Ilmu Keperawatan.
4. Dr.Muh.Anwar Hafid, S.Kep.,M.Kes sebagai Pembimbing I, dan
Dr.Risnah S.Kep.,Ns.,M.Kes sebagai Pembimbing II, yang telah
meluangkan waktu untuk mengarahkan serta membimbing penulis
dengan setulus hati sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Dr.NurHidayah,S.Kep.,Ns.,M.Kes sebagai Penguji I, dan
Dr.Muhaemin,S.Ag., M.Th.I.,M,Ed Penguji II, yang bersedia
meluangkan waktu mengarahkan, memberikan masukan serta
membimbing penulis.
6. Andi Adriana Amal S.Kep.,Ns.,M.Kep, yang bersedia meluangkan
waktunya untuk saya hubungi dan berkonsultasi terkait SPSS
7. Kepala Puskesmas Pattopakang Ikhsan Muis Putra,SKM, beserta
jajarannya yang telah menerima kami dengan sangat hangat untuk
melakukan penelitian, serta masyarakat Desa cikoang yang antusias
menerima kami ayang walaupun awalnya sedikit canggung, namun
seiring berjalannya waktu kami merasa seperti keluarga sendiri.
iv
8. Penanggung jawab PTM dengan Prolanis (program pengelolaan
penyakit kronis) di puskesmas Pattopakang, Fitriyani S.Kep.,Ns,
terimakasih sudah banyak membantu saya selama penelitian.
9. Untuk Alm ayahku, terimakasih telah menitipkan ibu hebat dan kakak
hebat untukku, sehingga aku tidak merasakan bagaimana namanya
kehilangan yang amat sangat dalam.
10. Untuk orang terhebatku Ibu saya St. Maryam, kakak saya
Muhammad Iqbal dan Jf Idris, yang senantiasa mendukung saya
sampai sejauh ini, serta melengkapi kekurangan saya baik moril
maupun material terimakasih sudah ada di depan, samping dan
belakang adik bungsumu ini kakak hebatku
11. Untuk kakak dan adikku serta teman-temanku terimakasih karena
sudah meluangkan waktunya walau hanya sekedar mengatakan ayok
bisa sehingga saya bertambah semangat untuk mengerjakan skripsi.
12. Ade Novira, Yulia Putri, Wahdaniar, Nahda Purna Nugraha, Yustika,
terimakasih yang setulus-tulusnya karena sudah banyak membantu
dan menyemangati saya untuk sampai di tahap ini
13. Untuk teman-teman keperawatan angkatan 2017 terimakasih telah
berjuang bersama. Semoga keluar menjadi perawat yang berguna
bagi agama nusa dan bangsa.
v
Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan penulis sadar
bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, besar
harapan penulis kepada pembaca atas kontribusinya baik berupa saran
yang sifatnya membangun demi kesempatan skripsi ini.
Dengan segala kerendahan hati penulis semoga dengan bantuan
kalian berikan ini bernilai pahala di sisi Allah Swt. Aamiin.
Wassalamu’Alaikum Wr.Wb.
Samata, 23 Agustus 2021
Penulis,
Riyadhatul Jinan
NIM: 70300117003
vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…..…………………………………………………………i
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………1
A. Latar Belakang .....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................7
C.Hipotesis Penelitian ..............................................................................................7
D.Tujuan Penelitian ..................................................................................................8
E.Manfaat penelitian ................................................................................................9
F. Definisi Operasional Dan Ruang Lingkup Penelitian......................................10
G. Kajian Pustaka ...................................................................................................11
BAB III TINJAUAN PUSTAKA………………………………….…………….16
A. Tinjauan Umum Hipertensi ..............................................................................16
B. Konsep Terapi Relaksasi Otot Progresif ..........................................................29
C. Konsep Teknik Imajinasi Terbimbing ..............................................................37
D. Konsep Model Keperawatan ……………………………………………….38
E. Kerangka Teori ..................................................................................................41
F. Kerangka Konsep ...............................................................................................43
BAB III METODE PENELITIAN……………………………………………….44
A. Desain Penelitian ...............................................................................................44
B. Lokasi dan waktu penelitian .............................................................................44
C. Populasi dan sampel ..........................................................................................44
D. Teknik sampling ................................................................................................48
E. Cara pengumpulan data .....................................................................................48
F. Instrument penelitian .........................................................................................48
G. Langkah pengolahan data .................................................................................48
H. Analisa data........................................................................................................49
I. Etika penelitian....................................................................................................50
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………...52
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian………………………………………52
B. Hasil Penelitian ……………………………………………………………53
C. Pembahasan………………………………………………………………...58
vii
BAB V PENUTUP………………………………………………………………73
A. Kesimpulan ……………………………………………………………….73
B. Saran ……………………………………………………………………...74
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………76
LAMPIRAN……………………………………………………………………...79
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Definisi Operasional .................................................................................. 10
Tabel 1.2 Kajian Pustaka ........................................................................................... 11
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah ....................................................................... 18
Tabel 2.2 Prosedur Terapi Relaksasi Otot Progresif .............................................. 34
Tabel 4.1 Distribusi karakteristik responden pemberian terapi relaksasi otot
progresif dan teknik imajinasi terbimbing…………………………….54
Tabel 4.2 Distribusi perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik,diastolik sebelum
dan sesudah pemberian terapi relaksasi otot progresif ……………….54
Tabel 4.3 Distribusi perbedaan rata tekanan darah sistolik, diastolik sebelum dan sesudah
pemberian teknik imajinasi terbimbing ………………………………….55
Tabel 4.4 Distribusi perbedaan efektivitas penurunan tekanan darah sistolik dan
diastolik setelah diberikan Terapi Relaksasi Otot Progresif dan Teknik
imajinasiterbimbing…………………………………………………...57
DAFTAR BAGAN
Nomor Bagan .......................................................................................................... Hal
Bagan 2.1 Kerangka Teori ......................................................................................... 42
Bagan 2.2 Kerangka Konsep ................................................................................... 43
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar permohonan menjadi responden ............................................ 80
Lampiran 2 Lembar persetujuan menjadi responden ............................................... 81
Lampiran 3 Lembar Pengumpulan data .................................................................... 82
Lampiran 4 SOP Terapi Relaksasi oto progresif ..................................................... 83
Lampiran 5 SOP Teknik Imajinasi Terbimbing ...................................................... 86
Lampiran 6 Lembar Observasi Tekakanan darah .................................................... 89
Lampiran 7 Uji SPSS ................................................................................................92
Lampiran 8 Kelayakan Etik ...................................................................................... 97
Lampiran 9 PTSP ..................................................................................................... 98
Lampiran 10 Izin telah meneliti ...............................................................................99
Lampiran 11 Dokumentasi .....................................................................................100
ix
ABSTRAK
Nama : Riyadhatul Jinan
Nim : 70300117003
Judul : Efektivitas Terapi Relaksasi Otot Progresif Dan Teknik Imajinasi
Terbimbing Terhadap Penurunan Tekanan Darah Penderita
Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal, dimana jumlah
hipertensi terus meningkat setiap tahunnya yang diperkirakan pada tahun 2025
akan ada 1,5 milliar orang terkena hipertensi, dan 10,44 juta orang meninggal tiap
tahunnya akibat hipertensi dan komplikasinya. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui efektifitas antara terapi relaksasi otot progresif dan teknik imajinasi
terbimbing terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.
Penelitian ini menggunakan desain Quasi Experimental dengan rancangan
penelitian Two Group Pre test and Post test Desaign dengan teknik purposive
sampling, besar sample 36 responden yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu
Terapi relaksasi otot progresif dan teknik imajinasi terbimbing. Setiap kelompok
mendapatkan perlakuan selama 15 menit dilakukan setiap hari selama enam hari.
Setiap perlakuan dilakukan pengukuran tekanan darah pre dan post. Hasil
penelitian menggunakan uji Friedman, Wilcoxon, Kruskal-Wallis, Mann Whitney
menunjukkan bahwa tekanan darah sistolik, diastolik pada masing-masing
kelompok mengalami penurunan, terapi relaksasi otot progresif 9,89 mmHg dan
7,73 mmHg (p value = 0,000 α <0,05),teknik imajinasi terbimbing 4,2 mmHg dan
3,2 mmHg (p value = 0,000 α <0,05). Disimpulkan bahwa terapi relaksasi otot
progresif lebih efektif daripada teknik imajinasi terbimbing dalam menurunkan
tekanan darah penderita hipertensi. Sebagai perawat diharapkan dapat menerapkan
terapi seperti terapi relaksasi otot progresif dan teknik imajinasi terbimbing
sebagai alternatif terapi non farmakologik dalam penanganan pasien Hipertensi.
Keywords: Terapi Relaksasi Otot Progresif, Teknik imajinasi Terbimbing,
Tekanan darah, Hipertensi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi adalah suatu masalah kesehatan yang masih dan terus di
perbincangkan oleh masyarakat di seluruh dunia. Hipertensi di kenal dengan
sebutan the silent killer (pembunuh secara diam-diam). Dimana penyakit ini
sering terjadi tanpa memiliki keluhan yang bisa memberikan informasi awal bagi
pasien, sehingga kebanyakan dari penderita tersebut tidak mengetahui dirinya
dinobatkan sebagai hipertensi dan sadar dengan hal itu setelah terjadi komplikasi.
Hipertensi merupakan penyakit tidak menular di kenal dengan sebutan the
silent killer (pembunuh senyap) yang menjadi masalah utama bukan hanya di
Indonesia tetapi juga didunia, karena merupakan salah satu pintu masuk penyakit
seperti jantung, gagal ginjal, diabetes maupun stroke. Data WHO jumlah
penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya,diperkirakan pada tahun
2025 akan ada 1,5 M orang terkena hipertensi, dan diperkirakan 10,44 juta orang
meninggal akibat hipertensi tiap tahunnya. Data Riskesdas 2018 menyatakan
bahwa 63 juta penduduk Indonesia menyandang hipertensi. dengan estimasi
jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar 63.309.620 orang, sedangkan angka
kematian di Indonesia sebesar 427.218 kasus kematian tiap tahunnya (Kemenkes
RI, 2019).
Hipertensi biasa di sebut dengan tekanan darah tinggi. Dimana seseorang
dikatakan hipertensi apabila peningkatan tekanan darah sistol dan diastol secara
konsisten di atas 140/90 mmHg. Hipertensi juga dapat menyerang berbagai
kalangan di masyarakat mulai dari tingkat sosial tinggi hingga menengah
kebawah. Selain itu juga, meningkatnya usia pada seseorang beresiko untuk
2
menderita hipertensi akan semakin besar dikarenakan pengaruh usia seseorang
terhadap kemunculan stres juga sering terjadi.
Hipertensi masuk ke dalam penyakit yang memiliki jumlah penderita yang
tinggi. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) sebanyak 80 juta
masyarakat di Amerika dengan usia lebih dari 20 tahun dimana satu dari tiga
orang memiliki penyakit ini. Prevalensi penderita hipertensi di Kanada adalah
25% pada rentang usia dewasa (Ratnawati et al., 2020). Pada saat sekarang dapat
menunjukan bahwa hipertensi bukan hanya dialami oleh lansia, melainkan dari
berbagai golongan usia. Penderita hipertensi di Indonesia ini terdiri dari beberapa
golongan usia di mulai ketika usia lebih dari 30 tahun (Kemenkes, 2019). Pada
usia 31 – 33 tahun jumlah penderita sebanyak 31,6% . Usia 45 – 54 tahun
memiliki penderita sebanyak 45,3%. Rentang usia 55 – 64 tahun sebanyak 55,2 %
penderita (Kemenkes RI, 2019).
Data World Health Organizatiton ( WHO ) tahun 2019 memperkirakan saat
ini prevalensi hipertensi secara global sebesar 22% dari total penduduk dunia.
Wilayah Afrika memiliki prevalensi hipertensi tertinggi sebesar 27%. Sedangkan
Asia Tenggara berada di posisi ke-3 tertinggi dengan prevalensi sebesar 25%
terhadap total penduduk .Prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran pada
riskesdas Tahun 2018 mengatakan bahwa di Indonesia mencapai 34,11%, dimana
Sulawesi selatan prevalensi hipertensinya 31,68 % (Kemenkes RI, 2019).
Pada tahun 2018 data dari dinas kesehatan provinsi Sulawesi selatan bahwa
jumlah penderita hipertensi sebanyak 142.571 orang dengan rincian yang berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 54.749 orang dan jenis kelamin perempuan sebanyak
87.882 orang. Sedangkan data dinas kesehatan provinsi selatan pada tahun 2018,
prevalensi kabupaten tertinggi penderita tekanan darah tinggi atau hipertensi di
3
sulawesi selatan, yaitu kabupaten selayar 32,49%, kabupaten soppeng 24,92%,
dan Takalar 14,82% yang dimana pada penelitian ini berlokasi di daerah
kabupaten Takalar. Secara administrasi, Kabupaten Takalar terdiri dari 9
(Sembilan) kecamatan, 76 desa dan 24 kelurahan. Berdasarkan letak geografis,
kabupaten takalar memiliki batasan wilayah; di sebelah timur berbatasan langsung
dengan Kabupaten Jeneponto. Di sebelah utara, berbatasan dengan kabupaten
Gowa, sedangkan di sebelah barat dan selatan di batasi oleh selat Makassar dan
Laut Flores. Luas wilayah kabupaten Takalar tercatat 566,51 km2, dengan jarak
ibukota Takalar dan ibukota Provinsi Sulawesi Selatan mencapai 45 km dengan
melalui kabupaten Gowa. Berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2019, penduduk
Takalar mengalami pertumbuhan sebesar 0,94 persen. Sementara jumlah
penduduk berdasarkan jenis kelamin di dapatkan bahwa jumlah laki-laki sebanyak
76.508 orang dan jumlah perempuan sebanyak 90.691 orang. Bisa disimpulkan
bahwa di daerah kabupaten takalar lebih banyak penduduk perempuan dari pada
laki-laki (HARIS, 2020).
Berdasarkan data pusat statistik kabupaten Takalar tahun (2020) jumlah
penduduk di kabupaten takalar yaitu 298.688 orang, jumlah penduduk laki-laki
sebanyak 143.674 dan perempuan sebanyak 155.014 orang. Dengan jumlah
penduduk di 9 kecamatan cukup beragam, dimana kecamatan Mangarombang
merupakan kecamatan tertinggi ke-3 terbanyak penduduknya dengan jumlah
penduduk sebanyak 39378 penduduk. Kabupaten Takalar pada tahun 2018 dari
jumlah 15 puskesmas didapatkan kasus hipertensi sebanyak 757 orang dengan
rincian yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 105 orang dan jenis kelamin
perempuan sebanyak 652 orang (Wijaya et al., 2020).
4
Berdasarkan data 10 penyakit tertinggi yang berada di kabupaten takalar
tahun 2018 hipertensi merupakan penyakit paling tinggi yang berada di urutan
pertama. Dinas kesehatan kabupaten takalar (2018) melaporkan bahwa
kecamatan Mangarabombang adalah kecamatan kedua terbanyak jumlah penderita
hipertensi , dimana puskesmas pattopakang merupakan puskesmas yang berada
diwilayah kecamatan Mangarobombang (Wijaya et al., 2020). Data dari
puskesmas pattopakang mengenai kejadian hipertensi menunjukkan bahwa
penyakit hipertensi merupakan penyakit paling tinggi di bandingkan dengan
penyakit lain serta orang yang menderita hipertensi terus meningkst setiap
tahunnya. Berdasarkan data hipertensi di puskesmas tersebut, jumlah penderita
hipertensi pada tahun 2019 sebanyak 768 orang, sedangkan pada tahun 2020
sebanyak 976 orang dengan rincian yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 274
orang sedangkan yang perempuan sebanyak 702 orang. Dari data 2019-2020
menunjukkan bahwa ada peningkatan hipertensi di puskesmas Pattopakang.
Peningkatan hipertensi setiap tahunnya disebabkan karena pola makan, pola
hidup, stress serta pekerjaannya, hal itulah yang mengakibatkan kejadian
hipertensi meningkat setiap tahunnya di puskesmas Pattopakang. Oleh karena itu
hal tersebut menggambarkan penyakit hipertensi sifatnya akut yang dipengaruhi
oleh pola makan dan pola hidup masyarakat. Sehingga diperlukan adanya usaha
untuk memperbaiki pola makan dan pola hidup seperti memakan makanan dengan
pola seimbang dan teratur serta mengatur gaya hidup yang rentan stress
(Muswirah,2019).
Adapun dampak dari hipertensi yaitu penyebab utama gagal jantung, stroke
dan gagal ginjal Adapun beberapa faktor yang menyebabkan tekanan darah
masyarakat di PKM Pattopakang tidak terkontrol di akibatkan karena tidak rutin
dalam mengkonsumsi obat antihipertensi, mengapa demikian hal ini terjadi
5
disebabkan karena sebagian masyarakat tidak rutin ke puskesmas untuk
memeriksakan kesehatannya untuk mengontrol tekanan darahnya. Berdasarkan
hasil wawancara dengan beberapa orang yang menderita penyakit hipertensi di
wilayah kerja PKM Pattopakang bahwa hal tersebut sudah diketahui bahwa ketika
tidak mengkonsumsi obat antihipertensi maka tekanan darah tidak terkontrol,
tetapi karena adanya kesibukan mengurus rumah tangga,bertani, serta berdagang
sehingga ketika pekerjaan rumah menumpuk, pulang dari kebun dan berdagang
sudah merasa lelah dan juga jarak rumah dan PKM dengan masyarakat lumayan
jauh sehingga tidak memiliki kemampuan untuk mengunjungi pelayanan
kesehatan hal tersebut yang menyebabkan sebagian masyarakat tidak teratur
dalam minum obat anti hipertensi. Melihat kejadian hipertensi yang meningkat
setiap tahun mengindikasikan bahwa hipertensi perlu dan harus segera diatasi
dikarenakan hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ
dan akhirnya memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun, oleh sebab itu
bukan hanya pengobatan farmakologi yang bisa dilakukan untuk menurunkan
tekanan darah tetapi juga pengobatan non farmakologi yang membantu
menurunkan tekanan darah seseorang. Sehingga peniliti tertarik untuk
memberikan terapi relaksasi otot progresif dan teknik imajinasi terbimbing untuk
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi sebagai terapi alternatif non
farmakologik untuk menurunkan tekanan darah.
Relaksasi otot progresif merupakan latihan untuk mendapatkan sensasi rileks
dengan menegangkan suatu kelompok otot dan menghentikan tegangan. saat
melakukan relaksasi otot progresif dengan tenang, rileks, dan penuh konsentrasi,
maka sekresi CRH (Corticotropin Releasing Hormone) dan ACTH
(Adrenocorticotropic Hormone) dikelenjar hipotalamus menurun. Penurunan
kedua sekresi hormone ini menyebabkan aktivitas syaraf simpatis menurun
6
dengan demikian pengeluaran hormone adrenalin dan nonadrenalin berkurang,
akibatnya terjadi penurunan denyut jantung, pembuluh darah melebar tahanan
pembuluh darah berkurang dan penurunan pompa jantung sehingga menyebabkan
tekanan darah di arterial jantung menurun Tindakan ini mampu membangkitkan
atmosfer yang teduh, menurunkan krisis sebagai akibat suatu tanggapan dari
adanya ketegangan, menaikkan.
Terapi relaksasi imajinasi terbimbing merupakan suatu teknik untuk megkaji
kekuatan pikiran saat sadar maupu tidak sadar untuk menciptakan bayangan
gambar yang membawa ketenangan dan keheningan sehingga mampu
menurunkan tekanan darah.
Oleh karena itu, sejalan dengan teori yang mengatakan terdapat pengaruh
teknik relaksasi otot progresif terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi di
Puskesmas Bojong Soang Kabupaten Bandung, sehingga latihan relaksasi otot
progresif bisa dijadikan salah satu materi dalam pemberian pendidikan kesehatan
oleh petugas puskesmas dalam penanganan hipertensi non-farmakologi (Rahayu
et al., 2020). Disisi lain juga, dalam penelitian yang telah dilakukan oleh
(Poernomo dkk,2019) mengatakan bahwa guided Imagery atau imajinasi
terbimbing juga berpotensi untuk menurunkan tekanan darah.
Sejalan dengan teori yang telah di paparkan oleh salah satu pakar
keperawatan yaitu Dorothea E.Orem dengan model teori self care ( perawatan diri
sendiri), bisa di katakan bahwa untuk penangan hipertensi ini perlu dilakukan
perawatan oleh masing-masing penderita hipertensi, bukan hanya menggunakan
obat-obat farmakologik, tetapi juga dengan melihat dari buku standar intervensi
7
keperawatan Indonesia terdapat beberapa intervensi yang bisa membantu
penderita hipertensi untuk menurunkan tekanan darah diantaranya yaitu dengan
melakukan terapi relaksasi otot progresif dan teknik imajinasi terbimbing. Melihat
penelitian sebelumnya dengan judul Terapi Non Farmakologi dalam pengendalian
tekanan darah pada pasien Hipertensi menunjukkan bahwa terapi non
farmakologik yang efektif dalam mengendalikan tekanan darah pada pasien
hipertensi adalah terapi relaksasi otot, serta teknik imajinasi terbimbing
(Ainurrafiq, Risnah, 2019).
Berdasarkan penjelasan diatas upaya yang bisa di lakukan untuk mengatasi
masalah tekanan darah pada penderita hipertensi termasuk beberapa riset
sebelumnya, yang mengatakan intervensi yang mampu menurunkan tekanan darah
pada pasien hipertensi diantaranya adalah terapi relaksasi otot progresif dan teknik
imajinasi terbimbing untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.
Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai: “Efektivitas
terapi relaksasi otot progresif dan teknik imajinasi terbimbing terhadap penurunan
tekanan darah penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas pattopakang.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, penulis merumuskan masalah dengan pertanyaan
penelitian: “Bagaimana efktivitas antara terapi relaksasi otot progresif dan teknik
imajinasi terbimbing terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi
di wilayah kerja puskesmas Patoppakang?“
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di
mana rumusan masalah penelitian sudah dinyatakan dalam bentuk kalimat
8
pertanyaan (Sugiyono, 2018). Hipotesis juga dapat di katakan sebagai jawaban
teoritis terhadap perumusan masalah penelitian, belum di katakan jawaban yang
empirik.
1. Hipotesis nol (Ho)
Terapi relaksasi otot progresif dan teknik imajinasi terbimbing tidak efektif
dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja
puskesmas pattopakang.
2. Hipotesis Alternatif ( Ha)
Terapi relaksasi otot progresif efektif dari teknik imajinasi terbimbing
terhadap penurunan tekanan darah penderita hipertensi di wilayah kerja
puskesmas pattopakang.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui efektifitas antara terapi relaksasi otot progresif dan teknik
imajinasi terbimbing terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi
di wilayah kerja puskesmas pattopakang.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui karakteristik responden yang diberikan terapi relaksasi otot
progresif dan teknik imajinasi terbimbing
b. Mengetahui rata-rata tekanan darah sistolik,diastol sebelum dan sesudah
diberikan terapi relaksasi otot progresif
c. Mengetahui rata-rata tekanan darah sistolik,diastolik sebelum dan sesudah
diberikan teknik imajinasi terbimbing
9
d. Mengetahui efektifitas antara terapi relaksasi otot progresif dan teknik
imajinasi terbimbing terhadap penurunan tekanan darah penderita hipertensi
E. Manfaat penelitian
1. Bagi peneliti dan peneliti selanjutnya
Penelitian ini di harapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan
peneliti terkhusus terapi relaksasi otot progresif dan teknik imajinasi terbimbing
pada perubahan tekanan darah penderita hipertensi, sehingga dapat menjadi bahan
bacaan peneliti berikutnya untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut. Selain itu
juga, sebagai sumber referensi untuk penelitian selanjutnya yang dapat dilakukan
untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi
2. Bagi pendidikan
a. Sebagai bahan masukan dan informasi di puskesmas tentang terapi relaksasi
otot progresif dan tehnik imajinasi terbimbing terhadap perubahan tekanan
darah pada pasien hipertensi.
b. Hasil penelitian ini semoga menjadi masukan dalam hal menambah wawasan
pengetahuan Mahasiswa Uin Alauddin Makassar.
3. Manfaat pelayanan
Penelitian diharapkan menjadi sumber rujukan untuk perawat di puskesmas
terkhusus bagian pelayanan masyarakat, sehingga perawatan yang di berikan
bukan hanya tentang terapi farmakologis, tetapi juga untuk di berikan terapi non
farmakologis.
10
F. Definisi Operasional Dan Ruang Lingkup Penelitian
Tabel 1.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi
Operasional
Alat ukur Hasil ukur Skala
data
1
2
Independen
TROP
Teknik Imajinasi terbimbing
Latihan untuk
mendapatkan
sensasi rileks
dengan
menegangkan
suatu
kelompok otot
dan
menghentikan
tegangan
Membentuk pikiran dengan mengubah
situasi untuk meningkatkan kenyamanan
Lembar observasi
Lembar observasi
1. 1. Efektiv jika terjadi penururnan darah dari
sistolik 140-159 mmHg dan diastolik 90-99 mmHg sesudah pemberian
terapi otot progresif dan tehnik imajinasi terbimbing 2.Tidak efektif jika tidak terjadi
penurunan tekanan darah dari sistolik 140-159 mmHg dan diastolik 90-
99 mmHg sesudah pemberian terapi otot progresif dan tehnik imajinasi
terbimbing
Nominal
Nominal
3 Dependen
Tekanan
darah
Kekuatan tekanan yang
mengalir di dinding pembuluh
1. Spyghmomanometer digital
2. Lembar observasi
- Normal <120 dan
<80 mmHg
- Pre
Rasio
11
darah yang
keluar dari jantung menuju ke seluruh tubuh
Hipertensi
120-139 mmHg dan 80-89 mmHg
- Hipertensi tingkat 1 140-159 mmHg
dan 90-99 mmHg
- Hipertensi tingkat 2 >160 mmHg dan >100
mmHg
G. Kajian Pustaka
Kajian pustaka bertujuan untuk membantu peneliti menyelesaikan masalah
penelitiannya dengan mengacu pada teori dan hasil-hasil penelitian sebelumnya
yang relevan.
Tabel 1.2 Kajian pustaka
No Nama Peneliti Judul
penelitian
Tujuan
Penelitian
Metode
Penelitian
Hasil
Penelitian
Perbedaan
Penelitian
1. Irene Chrisne
Dien, Julianus Ake, Selvie Rumagit
Pengaruh
Terapi Relaksasi Otot Progresif
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi
( 2020)
Tujuan
penelitian ini untuk menganalisa Pengaruh
Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Penurunan Tekanan
Darah Pada Pasien
menggunak
an desain pra eksperimenpascatest
(pretestposttest design
Penelitian
membuktikan bahwa ada pengaruh terapi relaksasi otot
progresif terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi dengan nilai p
value = 0,000 dimana nilai p
Desain
penelitian
12
No Nama Peneliti Judul
penelitian
Tujuan
Penelitian
Metode
Penelitian
Hasil
Penelitian
Perbedaan
Penelitian
Hipertensi Di RSU GMIM Betheseda Tomohon
< dari 0,05.
2. Sri Mulyati
Rahayu, Nur Hayati, Sandra lantika asih
Pengaruh
teknik relaksasi otot progresif
terhadap tekanan darah lansia dengan hipertensi
(2020)
Tujuan
penelitian untuk mengetahui
pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi
Penelitian
ini menggunakan pra
eksperimental dengan pendekatan obe group pre test post test, penelitian ini
menggunakan purposive sampling
Hasil penelitian
menunjukkan tekanan darah sistolik dan
diastolik diperoleh nilai 0,000 (0<0,05) yang berarti ada pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap
tekanan darah pada lansia hipertensi di pusesmas bojong soang
Desain
penelitian
3. M.Ilham,
Armina, Hasyim Kadri
Efektivitas
Terapi Relaksasi Otot Progresif Dalam Menurunkan
Hipertensi Pada Lansia
(2019)
Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk melihat ada tidaknya pengaruh terapi
relaksasi otot progresif terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi
Penelitian
ini menggunakan metode Quasi Experiment dengan
rancangan Non Equivalent Control Group Pretest-Posttest,
dengan teknik purposive sampling
Hasil analisis
menggunakan uji Independent T test didapatkan perbedaan tekanan darah
kelompok eksperimen dan kontrol dimana tekanan darah sistolik p value 0,031 <(0,05), sedangkan
tekanan darah diastolik p value 0,009 <(0,05) dapat dikatakan menyimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan
Desain
penelitian
13
No Nama Peneliti Judul
penelitian
Tujuan
Penelitian
Metode
Penelitian
Hasil
Penelitian
Perbedaan
Penelitian
terhadap tekanan darah lansia hipertensi
sebelum dan sesudah diberikan terapi relaksasi otot progresif.
4 Adnan Faris
Naufal, Dini Afriani Khasanah,
Pengaruh
Terapi Relaksasi Otot Progresif terhadap Tekanan
Darah pada Wanita Lanjut Usia dengan Hipertensi
(2020)
Tujuan
penelitian ini untuk melihat ada tidaknya pengaruh terapi
relaksasi otot progresif terhadap tekanan darah pada wanita lanjut usia dengan
hipertensi
quasi
experimental pretestposttest with control group
design
Hasil uji Mann
Whitney menunjukkan tekanan sistolik pada sampel setalah diukur sistolik (p value
= 0.031) dan sedangkan diastoliknya (p value =0.261). Terapi relaksasi otot progresif berpengaruh
terhadap perubahan tekanan darah sistolik tetapi tidak berpengaruh pada perubahan
tekanan darah diastolik pada wanita lansia dengan hipertensi.
Variabel pada
penelitian ini berfokus pada wanita yang sudah lanjut usia, sedangkan
yang di harapkan pada penelitian ini variabelnyaitu sesuai dengan usia 40-50 tahun
5 Muhammad
Nurman
Efektifitas
Teknik Relaksasi otot progresif dan teknik Nafas Dalam
Terhadap Penurunan
Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui efektifitas antara relaksasi otot
progresif dan tehnik
Penelitian
ini menggunakan rancangan penelitian Quasi Ekperimen
Desigh dengan
Rata-rata
penurunan tekanan darah pada responden tehnik relaksasi nafas dalam sistolik 14
mmHg dan
Penelitian ini
bertujuan untuk membandingkan efektivitas dari TROP dengan teknik
imajinasi
14
No Nama Peneliti Judul
penelitian
Tujuan
Penelitian
Metode
Penelitian
Hasil
Penelitian
Perbedaan
Penelitian
Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi
Di Desa Pulau Birandang Wilayah Kerja Puskesmas Kampar
Timur Tahun 2020
relaksasi nafas dalam terhadap penurunan
tekanan darah pada penderita hipertensi di Desa Pulau Birandang Wilayah
Kerja Puskesmas Kampar Timur Tahun 2020
rancangan penelitian yang digunakan
adalah Group Pre Test and Post Test Desigh.
diastolik 8,67 terbimbing
6 Ainurrafiq,
Risnah,Maria Ulfa Azhar
Terapi Non
Farmakologi dalam pengendalian Tekanan Darah pasien Hipertensi:
(2019)
Tujuan
Untuk mengatasi tekanan darah pada pasien hipertensi,
merupakan intervensi non farmakologi, merupakan intervensi yang efisien
berdasarkan hasil penelitian dan intervensi yang mudah dilakukan.
Systematic
Review
Berdasarkan 10
jurnal yang terpilih sesuai dengan kriteria inklusi,terapi non farmakologik
yang efektif dalam mengendalikan tekanan darah pada pasien hipertensi adalah terapi
relaksasi,pemberian juice campur tomat dan mentimun, terapi music, suara alama dan slow deep breathing
Desain
penelitian
7 Dewi Ika Sari
Hari Poernomo, Dian Prawesti,
POTENSI
GUIDED IMAGERY MENURUN
Tujuan
penelitian adalah mempelajari
Desain
dalam penelitian ini adalah
Guided
Imagery berpotensi menurunkan
Desain
penelitian
15
No Nama Peneliti Judul
penelitian
Tujuan
Penelitian
Metode
Penelitian
Hasil
Penelitian
Perbedaan
Penelitian
Kili Astarani KAN TEKANAN DARAH DENGAN
HIPERTENSI
( 2019 )
potensi guided imagery menurunkan
tekanan darah dengan hipertensi
Pra Experiment Design
tekanan darah sistolik dengan penurunan 14 mmHg dan
menurunkan tekanan darah diastolik dengan penurunan 5,9 mmHg pada lansia dengan
hipertensi di RW II Kelurahan Bangsal Kediri
8 Yusrin Aswad,
Budi Susanto
PENGARU
H IMAJINASI TERBIMBING TERHADAP TEKANAN DARAH
PENDIERITA HIPERTENSI
(2019)
Untuk
mengetahui pengaruh teknik imajinasi terbimbing pada perubahan
tekanan darah pasien hipertensi
quasi
experimen dengan desain “group pre and post test design”
hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa Mengetahui Pengaruh Imajinasi Terbimbing
Terhadap Tekanan Darah pada Pendierita Hipertensi
Desain
penelitian
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Hipertensi
1. Definisi
Tekanan darah merupakan kekuatan atau tekanan sirkulasi darah yang diberikan
terhadap dinding pembuluh yang keluar dari jantung (pembuluh arteri) menuju
keseluruh tubuh. Tekanan darah adalah penekanan pada darah secara paksa yang
ditujukan untuk melawan dari dinding pembuluh darah (AHA, 2016).oleh sebab itu di
katakan hipertensi karena kondisi ketika tekanan sirkulasi darah terlalu tinggi (WHO,
2019).
Hipertensi adalah perumpamaan dari tekanan bagi darah untuk melewati dinding
pembuluh darah secara berlebih (AHA, 2016). Hipertensi adalah suatu keadaan yang
dialami oleh seorang pasien terhadap peningkatan tekanan darah di atas normal, baik
tekanan darah sistolik maupun diastolik. Di Indonesia, hipertensi merupakan
penyebab kematian ke-3 setelah stroke,dan tuberculosis (AYUKHALIZA, 2020) .
Hipertensi atau yang biasa disebut dengan tekanan darah tinggi adalah suatu
keadaan kronis yang ditandai dengan meningkatnya tekanan darah pada dinding
pembuluh darah arteri. Keadaan tersebut mengakibatkan jantung bekerja lebih keras
untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Hal tersebut
dapat mengganggu aliran darah, pembuluh darah, bahkan sampai dapat menyebabkan
penyakit degenerative, hingga menyebabkan kematian. Hipertensi merupakan suatu
kondisi medis yang kronis dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah
17
normal. Dimana nilai sistolik >140 mmHg dan nilai diastolik >90 mmHg (Ilham et
al., 2019).Dalam Lemon & Burke (2008) hipertensi adalah meningkatnya tekanan
darah sistolik yang menetap yaitu 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik
90 mmHg atau lebih ketika dilakukan pemeriksaan minimal tiga kali dalam waktu
yang berbeda (Damanik & Ziraluo, 2018).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
رعة ، إنما الشديد الذى ي نفسه عند الغضب ملك ليس الشديد بالص
Artinya: Bukanlah orang kuat (yang sebenarnya) dengan (selalu mengalahkan
lawannya dalam) pergulatan (perkelahian), tetapi tidak lain orang kuat (yang
sebenarnya) adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah” [HR Al-
Bukhari (no. 5763) dan Muslim (no. 2609)].
Kemudian di dalam Al-Quran juga di jelaskan
اء والكاظمين الغيظ والعافين عن ال ر اء والض ناس والله لذين ينفقون فى السر
يحب المحسنين
Terjemahan: (yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun
sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang
lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan, (QS. Ali Imran 134)
2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibedakan menjadi hipertensi primer dan
sekunder (Ernawati et al., 2020).
1. Hiperensi Primer/Essential Hypertension adalah hipertensi yang tidak dapat
diketahui penyebabnya. Hipertensi primer biasanya disingkronkan dengan
faktor gaya hidup seperti pola makan dan kurangnya aktivitas fisik. Dikatakan
18
bahwa Sekitar 90% pengidap hipertensi mengalami hipertensi primer atau
hipertensi esensial.
2. Hipertensi Sekunder/Non-essential Hypertension. Hipertensi yang
penyebabnya sudah diketahui secara pasti. Sekitar 5-10% kejadian hipertensi
disebabkan oleh penyakit ginjal. Sedangkan sekitar 1-2% disebabkan oleh
pemakaian obat tertentu maupun kelainan hormonal.
Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah (Kemenkes RI, 2019)
Kategori TDS
(MmHg )
TDD (MmHg)
Normal <120 Dan < 80
Pra-hipertensi 120 – 139 Atau 80 – 89
Hipertensi
Tingkat 1
140 – 159 Atau 90 – 99
Hipertensi
Tingkat 2
≥ 160 atau Atau ≥ 100
Sumber: Joint National Committee on Prevention Detection, Evaluation
and Treatment or High Pressure VIII/JNC – VIII, 2015
3. Patofisiologi
Penyebab terjadinya hipertensi dapat dilihat dari tekanan darah arteri sistemik
yang merupakan hasil perkalian total resistensi/ tahanan perifer dengan curah jantung
(cardiac output). Hasil Cardiac Output didapatkan melalui perkalian antara stroke
volume (volume darah yang dipompa dari ventrikel jantung) dengan hearth rate
19
(denyut jantung). Isi sekuncup jantung sendiri dipengaruhi oleh preload, afterload,
dan kontraktilitas miokardium (MUH.ANWAR, 2015).
Preload adalah derajat peregangan serabut miokardium segera sebelum
kontraksi. Peregangan serabut miokardium bergantung pada volume darah yang
meregangkan ventrikel pada akhir-diastolik. Aliran balik darah vena ke jantung
menentukan volume akhir diastolik ventrikel. Peningkatan aliran balik vena
meningkatkan volume akhir-diastolik ventrikel, yang kemudian memperkuat
peregangan serabut miokardium. Mekanisme Frank-Starling menyatakan bahwa
dalam batas fisiologis, apabila semakin besar peregangan serabut miokardium pada
akhir-diastolik, maka semakin besar kekuatan kontraksi pada saat diastolik.
Afterload dapat didefinisikan sebagai tegangan serabut miokardium yang
harus terbentuk untuk kontraksi dan pemompaan darah. Faktor-faktor yang
mempengaruhi afterload dapat dijelaskan dalam versi sederhana persamaan Laplace
yang menunjukkan bila tekanan intraventrikel meningkat, maka akan terjadi
peningkatan tegangan dinding ventrikel. Persamaan ini juga menunjukkan hubungan
timbal balik antara tegangan dinding dengan ketebalan dinding ventrikel, tegangan
dinding ventrikel menurun bila ketebalan dinding ventrikel meningkat.
Kontraktilitas adalah penentu ketiga pada volume sekuncup. Kontraktilitas
merupakan perubahan kekuatan kontraksi yang terbentuk tanpa tergantung pada
perubahan panjang serabut miokardium. Peningkatan kontraktilitas merupakan hasil
intensifikasi hubungan jembatan penghubung pada sarkomer. Kekuatan interaksi ini
20
berkaitan dengan konsentrasi ion Ca++ bebas intrasel. Kontraksi miokardium secara
langsung sebanding dengan jumlah kalsium intrasel.
Hipertensi juga diawali dengan atherosclerosis, gangguan struktur anatomi
pembuluh darah peripher yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah.
Kekakuan pembuluh darah disertai dengan penyempitan dan kemungkinan
pembesaran plaque yang menghambat gangguan peredaran darah peripher. Kekakuan
dan kelambanan aliran darah menyebabkan beban jantung bertambah berat yang
akhirnya dikompensasi dengan peningkatan upaya pemompaan jantung yang
akhirnya memberikan gambaran peningkatan tekanan darah dalam system sirkulasi
(Bustan, 2016). Hipertensi juga di kaitkan dengan penebalan dan hilangnya elastisitas
dinding arteri. Tahanan pembuluh darah perifer meningkat dalam pembuluh yang
tebal dan tidak elastis. Jantung terus memompa melawan tahanan yang lebih besar.
Akibatnya aliran darah ke organ vital seperti jantung, otak dan ginjal menurun
(PERRY & POTTER, 2019).
4. Manifestasi klinis
Hipertensi sulit dideteksi oleh seseorang sebab hipertensi tidak memiliki
tanda/ gejala khusus. Gejala-gejala yang mudah untuk diamati seperti terjadi pada
gejala ringan yaitu pusing atau sakit kepala, cemas, wajah tampak kemerahan,
tengkuk terasa pegal, cepat marah, telinga berdengung, sulit tidur, sesak napas, rasa
berat di tengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah di
21
hidung) (Fauzi, 2014; Ignatavicius, Workman, & Rebar, 2017). Selain itu, hipertensi
memiliki tanda klinis yang dapat terjadi, diantaranya adalah (Smeltzer, 2013):
a. Pemeriksaan fisik dapat mendeteksi bahwa tidak ada abnormalitas lain selain
tekanan darah tinggi.
b. Perubahan yang terjadi pada retina disertai hemoragi, eksudat, penyempitan
arteriol, dan bintik katun-wol (cotton-wool spots) (infarksio kecil), dan
papiledema bisa terlihat pada penderita hipertensi berat.
c. Gejala biasanya mengindikasikan kerusakan vaskular yang saling
berhubungan dengan sistem organ yang dialiri pembuluh darah yang
terganggu.
d. Dampak yang sering terjadi yaitu penyakit arteri koroner dengan angina atau
infark miokardium.
e. Terjadi Hipertrofi ventrikel kiri dan selanjutnya akan terjadi gagal jantung.
f. Perubahan patologis bisa terjadi di ginjal (nokturia, peningkatan BUN, serta
kadar kreatinin).
g. Terjadi gangguan serebrovaskular (stroke atau serangan iskemik transien
[TIA] [yaitu perubahan yang terjadi pada penglihatan atau kemampuan bicara,
pening, kelemahan, jatuh mendadak atau hemiplegia transien atau permanen.
5. Faktor Resiko
Hipertensi dapat berkembang dalam waktu yang cukup lama. Hipertensi bisa
timbul di sebabkan oleh pilihan gaya hidup yang tidak sehat (CDC, 2020). Menurut
22
(Yunita sari 2017) faktor-faktor yang mempunyai potensi menimbulkan masalah atau
kerugian kesehatan biasa disebut dengan faktor risiko. Adapun faktor resiko kejadian
hipertensi adalah:
a. Faktor Risiko Hipertensi yang Tidak Dapat Dimodifikasi/ di rubah
1. Usia
Semakin tua usia seseorang, maka semakin besar kemungkinan seseorang untuk
menderita hipertensi. Sejalan dengan bertambahnya usia, pembuluh darah secara
bertahap kehilangan elastisitasnya sehingga mampu berkontribusi pada peningkatan
tekanan darah (AHA, 2014). Terdapat satu tanda yang khas pada tekanan darah
seiring bertambahnya usia, karena risiko hipertensi menjadi lebih besar. Oleh sebab
itu, kebutuhan perawatan hipertensi kepada orang yang lebih tua juga berbeda
(Weber, 2019). Salah satu penelitian menunjukkan prevalensi hipertensi pada orang
dewasa di Afrika sekitar 2 hingga 4 kali lebih banyak dibandingkan pada remaja
(Bosu et al., 2019). Sehingga struktur dan fungsi jantung manusia serta perubahan
pembuluh darah terjadi seiring bertambahnya usia.
2. Jenis Kelamin
Pada umumnya pria lebih sering terserang hipertensi dibandingkan dengan
wanita. Hal ini disebabkan oleh pria banyak mempunyai faktor yang mendorong
terjadinya hipertensi seperti kelelahan, perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan.
Akan tetapi biasanya wanita juga akan mengalami peningkatan resiko hipertensi
setelah memasuki usia menopause.
23
3. Riwayat Keluarga
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, beresiko tinggi
terkena penyakit hipertensi. Faktor genetik ini tidak dapat dikendalikan, jika memiliki
riwayat keluarga yang memliki tekanan darah tinggi.Jika orang tua atau kerabat dekat
memiliki tekanan darah tinggi, risiko menderita hipertensi semakin meningkat (AHA,
2014).
Salah satu penelitian di wilayah Miyun, China menunjukkan bahwa seseorang
dengan riwayat keluarga hipertensi 4 kali lebih berisiko mengalami hipertensi (Liu et
al., 2015).Riwayat kesehatan keluarga juga menyediakan informasi mengenai risiko
kondisi langka yang disebabkan adanya mutasi gen (NIH, 2020). Hampir semua
anggota dalam keluarga akan memiliki kesamaan gen, lingkungan, dan gaya hidup
(CDC, 2019). Sehingga beberapa faktor tersebut secara bersama-sama memberikan
petunjuk terhadap permasalahan kesehatan yang mungkin terjadi di dalam sebuah
keluarga. Dengan mengevaluasi pola penyakit di antara keluarga, pihak medis
profesional mampu memperkirakan apakah individu, anggota keluarga lain atau
generasi selanjutnya kemungkinan memiliki faktor risiko lebih tinggi terhadap
penyakit tersebut. Penyakit yang dimaksud disini adalah tekanan darah tinggi
(hipertensi). Penyakit tersebut dapat dipengaruhi oleh kombinasi dari beberapa faktor
seperti genetik, kondisi lingkungan dan gaya hidup (NIH, 2020).
24
4. Etnis
Ada perbedaan tekanan darah pada orang yang berkulit hitam dan putih.
Peningkatan prevalensi hipertensi antara orang yang berkulit hitam belum jelas
kepastiannya, tetapi peningkatannya dikaitkan dengan kadar renin yang lebih rendah,
sentivitas yang lebih besar terhadap vasopressin, tingginya asupan garam, dan
tingginya stress lingkungan (M.BLACK JOYCO, 2014)
b. Faktor resiko hipertensi yang dapat di modifikasi
1. Diabetes
Diabetes mampu mempercepat ateroklerosis dan menyebabkan hipertensi karena
kerusakan pada pembuluh darah (Elsevier,2014). Diabetes dapat menyebabkan
tertumpuknya gula di dalam darah sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan
darah yang akan berujung pada risiko penyakit jantung (CDC,2020). Resistensi
insulin adalah salah satu penyebab paling umum tekanan darah tinggi pada penderita
diabetes (Tsimihodimos et al., 2017).
2. Stress
Stress adalah keadaan yang paling sering di temui di setiap orang. Stress
meningkatkan resistensi vaskuler perifer dan curah jantung serta menstimulasi
aktivitas system saraf simpatis (Elsevier, 2014). Pada saat stres, tubuh akan
merasakan ketidaknyamanan emosional. Tubuh bereaksi dengan melepaskan hormon
kortisol dan adrenalin ke dalam darah. Kemudian, sebuah respons psikopatologis,
“melawan-atau-lari” (figh or fligh) di prakarsai dalam tubuh (Elsevier, 2014 ). Hal ini
25
menyebabkan jantung berdetak lebih cepat serta pembuluh darah menyempit
sehingga tekanan darah meningkat (AHA, 2016).
3. Obesitas
Obesitas merupakan masalah malnutrisi yang sangat sering ditemui di beberapa
negara berkembang. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa obesitas
berhubungan dengan peningkatan tekanan darah (Dua et al., 2014). Obesitas bisa
menyebabkan beberapa mekanisme dalam tubuh yang berkontribusi dalam
peningkatan tekanan darah. Mekanisme tersebut adalah dislipidemia dan
aterosklerosis (Jiang et al., 2016).Obesitas atau kelebihan berat badan mampu
memberikan beban ekstra pada jantung serta sistem sirkulasi darah yang dapat
menyebabkan masalah kesehatan serius. Hal ini juga meningkatkan risiko terjadinya
hipertensi (AHA, 2014).
4. Konsumsi Natrium (Sodium)
Salah satu faktor penting yang diperlukan tubuh adalah natrium (sodium)
(Prihatini, Permaesih, & Julianti, 2016). Sodium merupakan nutrisi esensial yang
dibutuhkan untuk memelihara plasma darah, keseimbangan asam basa, transmisi saraf
impuls dan normalisasi fungsi sel (WHO, 2016). Kelebihan sodium berkaitan dengan
peningkatan tekanan darah. Penyalur utama konsumsi sodium sangat bergantung pada
budaya dan kebiasaan konsumsi pangan di masyarakat (WHO,2016). WHO
merekomendasikan konsumsi sodium untuk orang dewasa maksimal 2 gram per hari
(setara dengan 5 gram garam per hari) (WHO, 2012). Konsumsi sodium yang tinggi
dan peningkatan tekanan darah berkaitan dengan retensi air dalam tubuh, resistensi
26
sistem perifer, modifikasi aktivitas simpatetik serta modulasi saraf autonom pada
sistem peredaran darah (Grillo et al., 2019).
5. Merokok
Salah satu faktor penyebab terjadinya hipertensi adalah merokok. Merokok bisa
merusak pembuluh darah serta membuatnya menebal serta tumbuh lebih sempit. Hal
ini juga membuat jantung berdetak lebih cepat serta meningkatkan tekanan darah
(CDC, 2018).
Tercatat lebih dari 5000 komponen bahan kimia yang ada pada rokok. Ratusan di
antaranya sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia. Seperti karbon monoksida
dan nikotin pada rokok. Karbon monoksida adalah gas berbahaya yang dihirup ketika
merokok. Gas tersebut masuk ke dalam paru-paru dan ditransfer menuju aliran darah.
Karbon monoksida mampu menurunkan jumlah oksigen dalam sel darah merah. Hal
ini juga meningkatkan jumlah kolesterol yang disimpan di lapisan arteri. Semakin
lama, arteri semakin mengeras dan menyebabkan tekanan darah tinggi (AHA, 2015).
6. Mengonsumsi Alkohol berlebih
Mengkonsumsi alkohol secara berlebih berpotensi meningkatan tekanan darah
secara drastis (AHA, 2014).Alkohol dapat menyebabkan efek yang sama dengan
karbondioksida dimana keduanya dapat meningkatkan keasaman darah menjadi
kental serta jantung dipaksa untuk memompa. Bukan hanya itu, konsumsi alkohol
bisa berpengaruh pada peningkatan produksi hormon kortisol dalam darah sehingga
aktivitas rennin-angiotensin aldosteron system (RAAS) meningkat serta
menyebabkan tekanan darah meningkat (Jayanti, Wiradnyani & Ariyasa, 2017).
27
Beberapa mekanisme dalam tubuh yang menyebabkan hipertensi akibat alkohol
adalah ketidakseimbangan sistem saraf pusat, gangguan baroreseptor, peningkatan
aktivitas simpatis, stimulasi sistem renin angiotensin-aldosteron, peningkatan kadar
kortisol, peningkatan reaktivitas vaskular karena peningkatan intraseluler. Selain itu
hilangnya relaksasi karena peradangan dan cedera oksidatif endotelium oleh
angiotensin II yang mengarah ke penghambatan endotelium yang bergantung pada
produksi nitrat adalah kontributor utama hipertensi akibat alkohol (Husain, Ansari, &
Ferder, 2014).
7. Aktivitas fisik
Ketika seseorang tidak melakukan aktivitas fisik yang cukup sebagai pelengkap
dari gaya hidupnya akan meningkatkan risiko tekanan darah tinggi. Aktivitas fisik
yang tepat sangat baik untuk kesehatan jantung dan sistem peredaran darah (AHA,
2014). Latihan fisik didefinisikan sebagai aktivitas yang dilakukan secara terencana
dan tersistematis seperti jogging, jalan kaki, push up, peregangan, aerobik, dan
sebagainya. Olahraga mempunyai arti berupa aktivitas fisik yang terstruktur dan
terencana mengikuti regulasi yang berlaku. Hal ini tidak hanya ditujukan untuk alasan
kebugaran namun juga untuk memperoleh prestasi. Contohnya adalah sepak bola,
bulu tangkis, basket, berenang dan sebagainya (Kemenkes RI, 2018).
6. Komplikasi
Hipertensi dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi antara lain gagal
jantung dan stroke, dan gagal ginjal (Triyanto, 2014).
28
a. Stroke
Hipertensi berbahaya bukan hanya karena tekanan darah yang berlebihan saja,
melainkan karena penyakit-penyakit lain yang ikut sebagai penyerta. Penyakit ini
diperparah dengan meningkatnya tekanan darah dalam tubuh manusia. Beberapa
penyakit yang terkait dengan hipertensi: Atherosclerosis. Darah mengalir dalam
tubuh melalui pembuluh darah sehingga terjadi peningkatan pada tekanan darah dapat
memengaruhi kondisi pembuluh darah itu sendiri, dan kekakuan pada pembuluh
darah arteri sehingga memungkinkannya untuk menjadi rusak. Efek lanjutan dari
kerusakan ini adalah gangguan sirkulasi darah yang mengarah pada serangan jantung
dan stroke.
b. Gagal Jantung
Jantung berfungsi untuk memompa darah keseluruh tubuh. Ketika jantung
memberikan tekanan yang terlalu tinggi untuk mengalirkan darah maka diperlukan
kerja ekstra dari otot jantung. Kondisi ini menyebabkan otot jantung menjadi lebih
tebal.Tetapi jika jantung bekerja terlalu keras dalam jangka waktulama, maka lama
kelamaan otot jantung menjadi kelelahan dan tidak mampu bekerja memompa darah
secara opimal. Hal ini disebut gagal jantung. Jantung yang seharusnya memompa
darah untuk beredar berkeliling seluruh tubuh, akhirnya tidak mampu lagi dan
mengakibatkan darah menumpuk diberbagai organ. Jika menumpuk di paru-paru,
maka mengakibatkan paru-paru tergenang dan menjadikan kesulitan/sesak napas, jika
menumpuk di hati maka akan menyebabkan gangguan fungsi hati dalam menetralkan
racun, jika menumpuk di tangan dan kaki akan menyebabkan pembengkakan.
29
c. Gagal ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler-kapiler ginjal, glomerolus. Hipertensi membuat ginjal harus bekerja lebih
keras, yang mengakibatkan sel-sel pada ginjal akan lebih cepat rusak.
7. Penatalaksaan
Penatalaksanaan hipertensi menurut Lewis (2000) dibagi menjadi dua cara yaitu
non farmakologis dan farmakologis. Terapi non farmakologis merupakan terapi tanpa
menggunakan agen obat dalam proses terapinya, sedangkan terapi farmakologis
menggunakan obat atau senyawa yang dalam kerjanya dapat menurunkan tekanan
darah pasien (Triyanto, 2014). Pemberian terapi non farmakologis diantaranya
akupresure, terapi jus, pijat, yoga, pengobatan herbal, pernafasan, relaksasi otot
progresif, dan teknik imajinasi terbimbing (Bulecheck, dkk 2013 dalam Erwanto, dkk
2017).
B. Konsep Terapi Relaksasi Otot Progresif
1) Definisi
Relaksasi otot progresif merupakan latihan untuk mendapatkan sensasi rileks
dengan menegangkan suatu kelompok otot dan menghentikan tegangan (Potter &
Perry, 2010). Tindakan ini mampu membangkitkan atmosfer yang nyaman,
menurunkan krisis sebagai akibat suatu tanggapan dari adanya ketegangan,
menaikkan kerja parasimpatik, menurunkan indeks jantung, serta mengendalikan
tekanan darah (NURMAYA, 2018)
30
Relaksasi otot progresif Jacobson merupakan program relaksasi yang ditujukan
untuk pengurangan stres dan penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.
Prinsip tindakan dari relaksasi ini adalah dengan melakukan penahanan pada otot
kemudian merileksasikan otot (Guy’s & Thomas, 2019). Terapi relaksasi otot
progresif mampu meningkatkan relaksasi dengan menurunkan aktivitas saraf simpatis
serta meningkatkan aktivitas saraf parasimpatis sehingga terjadi vasodilatasi diameter
arteriol. Saraf parasimpatis akan melepaskan asetilkolin untuk menghambat aktivitas
saraf simpatis dengan menurunkan kontraktilitas otot jantung, vasodilatasi arteriol
dan vena (Muttaqin, 2014). Relaksasi otot progresif juga bersifat vasodilator yang
efeknya memperlebar pembuluh darah dan dapat menurunkan tekanan darah secara
langsung. Relaksasi ini menjadi metode relaksasi termurah, tidak ada efek samping,
mudah dilakukan, membuat tubuh dan pikiran terasa tenang dan rileks (Erwanto,
2017).
Teknik relaksasi otot progresif adalah perhatian pada suatu aktivitas otot, dengan
mengidentifikasikan otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan
melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks (Tyani S,
2015).Relakssi otot progresif adalah menggunakan teknik-teknik penegangan dan
peregangan otot untuk meredakan ketegakangan otot, ansietas, nyeri, serta
meningkatkan kenyamanan, konsentrasi dan kebugaran ((PPNI), 2018).
(Smeltzer & Bare, 2010) mengatakan tujuan relaksasi adalah untuk
menghasilkan respon yang dapat mengurangi stress. Oleh sebab itu, saat melakukan
relaksasi otot progresif dengan tenang, rileks, dan penuh konsentrasi, maka sekresi
CRH (Corticotropin Releasing Hormone) dan ACTH (Adrenocorticotropic
31
Hormone) dikelenjar hipotalamus menurun. Penurunan kedua sekresi hormone ini
menyebabkan aktivitas syaraf simpatis menurun dengan demikian pengeluaran
hormone adrenalin dan nonadrenalin berkurang, akibatnya terjadi penurunan denyut
jantung, pembuluh darah melebar tahanan pembuluh darah berkurang dan penurunan
pompa jantung sehingga menyebabkan tekanan darah di arterial jantung menurun
(Muhammad Nurman, 2017).
Selain itu juga ketika diberikan terapi relaksasi secara berturut-turut maka akan
menyebabkan peningkatan aktifitas saraf parasimpatis sehingga neurotransmitter
asetilkolin akan dilepas, dan asetilkolin tersebut akan mempengaruhi aktifitas otot
rangka dan otot polos di sistem saraf perifer. Neurotransmitter asetilkolin yang
dibebaskan oleh neuron kedinding pembuluh darah akan merangsang sel-sel
endothelium pada pembuluh tersebut untuk mensitesis dan membebaskan NO (oksida
nitrat), Pengeluaran NO akan memberikan sinyal pada sel-sel otot polos untuk
berelaksasi sehingga kontraktilitas otot jantung menurun, kemudian terjadi
vasodilatasi arteriol dan vena sehingga tekanan darah akan menurun (Valentine et al.,
n.d.) dan (Rosidin et al., 2019) Selain itu setelah melakukan relaksasi otot progresif
para lansia merasakan perasaan bahagia dan merasa tubuhnya kembali bugar,
perasaan bahagia yang didapat tentunya juga akan merangsang zat-zat seperti
serotonin (sebagai vasodilator pembuluh darah) dan hormon endorphin yang bisa
memperbaiki tekanan darah lebih lancar dan berkontribusi pada penurunan tekanan
darah (Azizah, 2011) dan (Rosidin et al., 2019).
32
2) Tujuan
Tindakan ini mampu membangkitkan atmosfer yang teduh, menurunkan krisis
sebagai akibat suatu tanggapan dari adanya ketegangan, menaikkan kerja
parasimpatik, menurunkan indeks jantung, serta mengendalikan tekanan darah
(Varvogli&Darviri,2011 dalam Indrawati,dkk 2020 ).
Menurut potter (2005) dan Herodes (2010) dalam setyoadi dan Kushariadi (2011)
tujuan dari terapi relaksasi otot progresif ini adalah :
a. Menjadikan ketegangan otot, nyeri leher, nyeri punggung, kecemasan, tekanan
darah tinggi, dan laju metabolic menurun
b. Membuat distrimia jantung, serta kebutuhan oksigen menurun
c. Gelombang alfa otak meningkat yang terjadi ketika klien sadar dan tidak
konsentrasi menjadi relaks
d. Kemampuan mengatasi stress menjadi baik
e. Membangun emosi positif, sehingga emosi negatif hilang
3) Indikasi
Menurut Setyoadi dan Kushariyadi (2011) bahwa indikasi dari terapi relaksasi
otot progresif,yaitu :
a. Klien yang mengalami insomnia
b. Klien yang sering stress
c. Klien yang mengalami kecemasan
33
d. Klien yang mengalami depresi
4) Kontra indikasi
a. Klien yang mengalami keterbatasan gerak pada anggota badan
b. Klien yang menjalani perawatan tirah baring (bedrest)
5) Hal yang perlu di perhatikan pada saat melakukan terapi relaksasi otot
progresif
Menurut Kushariyadi (2011), hal-hal yang harus diingat dalam melakukan terapi
relaksasi otot progresif yaitu :
a. Tidak boleh menegangkan otot terlalu berlebihan karena bisa menyiderai diri
sendiri
b. Untuk membuat otot - otot rileks dibutuhkan waktu sekitar 20-50 detik.
c. Perhatikan posisi tubuh, lebih nyaman dilakukan dengan mata tertutup, hindari
dengan posisi berdiri
d. Kelompok otot ditegangkan dua kali tegangan
e. Bagian kanan tubuh didahulukan dua kali hitungan, kemudian dilanjut
bagian kiri dua kali
f. Pastikan apakah klien merasakan benar-benar relaks
g. Perhatikan posisi tubuh, lebih nyaman dilakukan dengan mata tertutup, hindari
dengan posisi berdiri
h. Kelompok otot ditegangkan dua kali tegangan
34
i. Bagian kanan tubuh didahulukan dua kali hitungan, kemudian dilanjut
bagian kiri dua kali
j. Pastikan apakah klien merasakan benar-benar relaks
Tabel 2.2 Prosedur pelaksanaan Terapi Relaksasi Otot Progresif
No Gerakan Tujuan Cara pelaksanaan
1. Gerakan 1
Untuk melatih
otot tangan
1) Tangan kiri mengepal
2) Kuatkan kepalan sambil merasakan sensasi ketegangan yang terjadi
3) Pada saat melepaskan kepalan, suruh klien untuk merasakan rileks selama 10 detik
4) Gerakan tangan kiri dilakukan sebanyak dua kali sehingga bisa membedakan antara otot tegang dan otot relaks.
5) Lakukan prosedur pada tangan kanan.
2 Gerakan 2
Untuk melatih
otot bagian belakang tangan
1) Kedua lengan ditekuk ke belakang
pada pergelangan tangan sehingga otot ditangan bagian belakang dan lengan bawah menegang.
2) Jari - jari menghadap kelangit-langit
3 Gerakan 3
Untuk melatih
otot bisep
1) Membuat kepalan pada kedua tangan.
2) Kemudian angkat kedua kepalan ke arah pundak sehingga otot bisep akan tegang
35
4 Gerakan 4
Untuk melatih
otot bahu supaya mengendur
1) Angkat setinggi-tingginya kedua bahu
seperti menyentuh kedua telingan. 2) Fokuskan atas, dan leher
5 Gerakan 5
Untuk melemaskan
otot-otot dahi, mata, mulut, dan rahang
1) Mengerutkan dahi dan alis sampai otot terasa dan kulitnya keriput.
2) Tutup rapat-rapat mata sehingga dirasakan otot disekitar mata dan otot-otot yang mengendalikan gerakan mata
6 Gerakan 7
Untuk melatih
otot rahang
1) Katupakan rahang
2) Selanjutnya dengan menggigit gigi sehingga terjadi ketegangan disekitar otot
7 Gerakan 8
Untuk
mengendurkan otot-otot sekitar mulut
1) Moncongkan bibir sekuat-kuatnya dan
akan dirasakan ketegangan di sekitar mulut.
8 Gerakan 9 Untuk
merilekskan otot leher bagian depan
1) Diawali dengan gerakan otot leher bagian belakang dilanjutkan otot leher
bagian depan. 2) Letakkan kepala sehingga bisa
beristirahat
36
maupun
belakang
3) Tekan kepala pada permukaan
bantalan kursi sedemikian rupa sehingga dapat merasakan ketegangan dibagian belakang leher dan punggung atas.
9 Gerakan 10
untuk melatih
otot leher bagian depan
1) Gerakan membungkukkan kepala 2) Dagu dibenamkan ke dada, sehingga
dirasakan ketegangan di daerah leher bagian depan.
10 Gerakan 11
untuk melatih
otot punggung
1) Angkat tubuh dari sandaran kursi
2) Punggung di lengkungkan 3) Busungkan dada, tahan kondisi tegang
selama 10 detik, kemudian relaks. 4) Saat relaks,letakkan tubuh kembali
ke kursi sambil membiarkan otot
menjadi lemas.
11
Gerakan 12
untuk
melemaskan otot dada
1) Tarik napas dalam untuk mengisi paru-
paru dengan udara 2) Tahan beberapa saat, sambil rasakan
ketegangan di bagian dada sampai turun ke perut, kemudian di hembuskan
3) Saat ketegangan dilepas, lakukan napas normal dengan lega
4) Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisi tegang dan relaks.
12 Gerakan ke 13
untuk melatih
otot perut 1) menarik perut dengan kuat kedalam
2) Tahan sampai terasa kencang dan keras selama 10 detik, setelah itu
37
C. Konsep Teknik Imajinasi Terbimbing
Teknik imajinasi terbimbing merupakan teknik yang membantu mencapai
relaksasi terdalam (Tarigan,2010). Teknik imajinasi terbimbing adalah
membentuk imajinasi dengan menggunakan semua indera melalui pemrosesan
kognitif dengan mengubah obyek, tempat, peristiwa, atau situasi untuk
meningkatkan relaksasi, meningkatkan kenyamanan dan meredakan nyeri
(PPNI,2018). Terapi relaksasi imajinasi terbimbing merupakan suatu teknik
untuk megkaji kekuatan pikiran saat sadar maupu tidak sadar untuk menciptakan
bayangan gambar yang membawa ketenangan dan keheningan.
Imajinasi terbimbing adalah sebuah teknik relaksasi yang bertujuan untuk
mengurangi stres dan meningkatkan perasaan tenang dan damai serta merupakan
obat penenang untuk situasi yang sulit dalam kehidupan. Penelitian membuktikan
bahwa imajinasi terbimbing mampu menurunkan tekanan darah yaitu dengan
menstimulasi otak mulai imajinasi sehingga dapat menimbulkan pengaruh
lagsung pada system saraf dan endokrin, serta dapat menyebabkan terjadinya
pelepasan hormone endorphin yang mempengaruhi penurunan kadar katekolamin
dalam darah sehingga menyebkan pembuluh darah melebar (vasodilatsi) dan
suplai darah terpenuhi,yang kemudian berdampak pada penurunan tekan darah
serta pengurangan denyut jantung.
Teknik imajinasi terbimbing bertujuan untuk mengurangi stress dan
meningkatkan perasaan tenang dan damai serta merupakan metode penenang
lepaskan bebas
3) Mengulangi kembali gerakan awal perut ini.
38
untuk situasi yang sulit dalam kehidupan. Teknik imajinasi terbimbing merupakan
sebuah teknik pikiran yang dianggap sebagai suatu bentuk hippnotis yang di
pandu melalui konsentrasi dan imajinasi pikiran (Novantica,2015 di kutip dalam
Dzurratun,dkk 2020). Teknik imajinasi terbimbing menghasilkan hormon
Endorphin. Endorphin adalah neurohormon yang berhubungan dengan sensasi
yang menyenangkan. Endorphin akan meningkat di dalam darah saat seorang
mampu dalam keadaan relaks atau tenang sehingga dapat menurunkan tekanan
darah, pernapasan dan denyut jantung (Nafi’ah et al., 2020)
Adapun tindakan yang bisa dilakukan adalah :
1) Observasi:
Identifikasi masalah yang dialami
Monitor respon perubahan emosional
2) Terapeutik
Sediakan ruangan yang tenang dan nyaman
3) Edukasi
Anjurkan membayangkan sesuatu tempat yang sangat menyenangkan yang
pernah atau yang ingin di kunjungi (mis. Gunung, pantai )
Anjurkan membayangkan mengunjungi tempat yang dikunjungi berada
dalam kondisi yang sehat, bersama orang yang dikasihi atau dicintai dalam
suasana yang nyaman.
D. Konsep Teori/ Model Keperawatan
Terkait dengan penelitian yang dilakukan yaitu efektivitas terapi relaksasi otot
progresif dan teknik imajinasi terbimbing terhadap perubahan tekanan darah pada
penderita hipertensi,erat kaitannya dengan teori salah satu pakar keperawatan yang
39
membahas tentang bagaimana kemampuan seseorang untuk merawat dirirnya sendiri
dengan melakukan terapi secara mandiri untuk meningkatkan derajat hidupnya.
Seorang pakar keperawatan DOROTHEA ELIZABETH OREM mengemukakan
teorinya tentang “self care deficit theory” bahwa untuk melakukan proses asuhan
keperawatan maka harus dengan keyakinan bahwa setiap orang memiliki kemampuan
untuk melakukan perawatan pada dirinya sendiri sehingga akan membantu individu
dalam memunuhi kebutuhan hidupnya. Demikian dalam teori self care ini terdapat
teori yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan yaitu teori therapeutic self care
demand yaitu terapi yg dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan sesuai
dengan metode yang valid, dimana perawatan diri dilaksanakan karena adanya
masalah pada kesehatan dengan tujuan mencegah penyakit dan meningkatkan
kesehatan. Orem lahir pada tanggal 15 juli 1914, Baltimore, Maryland, Amerika.
Kemudian beliau wafat pada tanggal 22 juni 2007, di Savannah Georgie,
Amerika.Beliau mengambil pendidikan di providence Hospital Scool Of Nursing
kemudoan lulus pada tahun 1930. Pada tahun 1976 dengan latar belakang pendidikan
tinggi, Orem disebut sebagai Ners Teorist (RISNAH & IRWAN, 2021).
Menurut Orem, untuk melakukan proses asuhan keperawatan maka harus
dengan keyakinan bahwa setiap orang memiliki kemampuan untuk melakukan
perawatan pada dirinya sendiri sehingga akan membantu individu dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, memelihara kesehatannya dan mencapai kesejahteraan. Teori
Orem ini dikenal sebagai self-care deficit theory. Orem memberikan label pada
teorinya sebagai teori umum yang terdiri atas 3 teori terkait, yaitu teori self-care, teori
self-care deficit, dan teori nursing system.
40
1. Self-Care
Self-care menggambarkan dan menjelaskan beberapa manfaat dari
perawatan diri guna mempertahankan hidup, kesehatan dan juga
kesejahteraannya jika dilakukan secara efektif, upaya perawatan diri ini dapat
memberi kontribusi bagi integritas struktural fungsi dan perkembangan
manusia (Asmadi, 2005). Kebutuhan dari perawatan diri terkait penelitian
diatas menurut Orem, meliputi juga keinginan untuk normal.
2. Self-care Agency
Kemampuan dari individu untuk melakukan perawatan diri atau self-
care agency merupakan suatu kekuatan/kemampuan individu yang
mempunyai hubungan pada perkiraan dan esensial dari operasi produksi untuk
perawatan diri. Self-care agency ini dipengaruhi oleh usia, status
perkembangan, pengalaman hidup, orientasi sosial budaya, kesehatan dan juga
sumber daya yang tersedia (Asmadi, 2005).
3. Therapeutic self-care demand
Yaitu totalitas aktifitas perawatan diri yang dilakukan untuk jangka
waktu tertentu guna memenuhi kebutuhan perawatan diri dengan
menggunakan metode yang valid. Perawatan diri sendiri memiliki beberapa
prinsip, diantaranya perawatan diri dilaksanakan karena adanya masalah pada
kesehatan dengan tujuan mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan
(Asmadi, 2005).
4. Nursing Agency
41
Orem melihat individu sebagai suatu kesatuan utuh yang terdiri atas
suatu fisik, psikologik dan sosial, dengan derajat kemampuan mengasuh diri
sendiri (self-care ability) yang berbeda-beda. Berdasarkan pandangan ini, ia
berpendapat bahwa kegiatan atau tindakan keperawatan ditujukan kepada
upaya memacuh kemampuan mengasuh diri sendiri. Ia menyatakan bahwa
teorinya, yaitu self-care defisit teori of nursing merupakan teori umum
(general theory) (Kusnanto, 2003).
Berdasarkan teori yang telah di paparkan diatas, erat kaitannya dengan
variabel yang akan teliti oleh peneliti. Dimana terapi relaksasi otot progresif
dan teknik imajinasi terbimbing mampu memberikan kontribusi yang lebih
kepada penderita hipertensi dengan mengupayakan kemampuan dirinya untuk
merawat diri sendiri, sehingga tekanan darah pada penderita hipertensi bisa
menurun.
E. Kerangka Teori
Berdasarkan rumusan masalah yang diangkat tentang efektivitas terapi relaksasi
otot progresif dan teknik imajinasi terbimbing pada perubahan tekanan darah pasien
hipertensi, serta kajian pustaka yang telah di paparkan, maka peneliti menentukan
terapi relaksasi otot progresif dan teknik imajinasi terbimbing sebagai variabel bebas,
dan hipertensi sebagai variabel terikat. Sesuai dengan teori keperawatan Orem.
42
Bagan 2.1 Kerangka teori
Sumber: (Nafi’ah et al., 2020), (RISNAH & IRWAN, 2021), (MUH.ANWAR, 2015).
Teori Keperawatan
self care (perawatan
diri sendiri)
Dorothea E.Orem
1. Nursing
Agensi
2. Self care
Agensi
3. Self care
Therapeutic
Demand
4. Self care
Peningkatan
tekanan darah
(Hipertensi)
Penurunan kadar hormon
kortisol, serta peningkatan
hormone endorfin
Peningkatan kontraktilitas dan
denyut jantung
Peningkatan curah jantung
Terapi relaksasi otot
progresif
Latihan untuk mendapatkan
sensasi rileks dengan
menegangkan suatu
kelompok otot dan
menghentikan tegangan
Memperlancar aliran
darah, nutrisi dan oksigen
ke sel-sel tubuh
Vasodilatasi pembuluh darah
Perubahan tekanan darah
Peningkatan aktivitas saraf
simpatis, penurunan aktifitas saraf
parasimpatis
Teknik imajinasi terbimbing
Membentuk pikiran dengan
mengubah situasi untuk
meningkatkan kenyamanan
Memperlancar aliran darah,
nutrisi dan oksigen ke sel-
sel tubuh
peningkatan kadar
hormone endorfin
Vasodilatasi pembuluh darah
Perubahan tekanan darah
43
F. Kerangka Konsep
Kerangka Konsep adalah bentuk konseptual yang menjabarkan bentuk interaksi
dari beberapa variabel yang diteliti, sehingga akan memberikan hubungan sebab
akibat secara terpisah atau bermakna. Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri
atas dua variabel, yaitu variabel dependen dan independen.
Bagan 2.2 Kerangka konsep
Variabel independen Variabel dependen
Keterangan : Variabel Independen
Variabel Dependen
Berdasarkan bagan diatas, peneliti ingin mengetahui efekktivitas antara terapi
relaksasi otot progresif dan imajinasi terbimbing terhadap perubahan tekanan darah
pada pasien hipertensi.
Terapi relaksasi
otot progresif
Terkontrolnya
tekanan darah
Terapi imajinasi
terbimbing
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif eksperimen
(Tiro & A.S.A, 2014). Dengan desain penelitian Quasi Experimental dengan
menggunakan rancangan penelitian Two Group Pre test and Post test Desaign
(Sugiyono, 2018). Dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok intervensi yaitu
kelompok intervensi I yang merupakan kelompok yang diberikan terapi relaksasi otot
progresif dan kelompok intervensi II yaitu kelompok yang diberikan teknik imajinasi
terbimbing. Pada penelitian ini kedua kelompok dilakukan pengukuran tekanan darah
15 menit sebelum dan sesudah dilakukan intervensi terapi relaksasi otot progresif dan
teknik imajinasi terbimbing.
B. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di Dusun Cikoang Desa Cikoang Wilayah Kerja
puskesmas pattopakang kab. Takalar
Waktu : 9 juli- 15 Juli 2021
C. Populasi dan sampel
1. Populasi penelitian
Populasi merupakan seluruh unsur atau elemen yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari yang kemudian dapat ditarik kesimpulannya (Imas & T, 2018).
Berdasarkan hasil wawancara dengan penanggung jawab program PTM (penyakit
tidak menular) dengan Prolanis (Program pengelolaan penyakit kronis) di puskesmas
45
Pattopakang maka di dapatkan data bahwa penderita hipertensi jenis kelamin
perempuan yang berada di Dusun Cikoang Desa Cikoang Wilayah Kerja Puskesmas
Pattopakang berjumlah 50 orang .Oleh sebab itu, populasi pada penelitian di ambil
dari penderita hipertensi yang berada di dusun cikoang desa Cikoang Wilayah kerja
puskesmas pattopakang yaitu sebanyak 50 orang.
2. Sampel penelitian
Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi yang secara nyata diteliti kemudian ditarik kesimpulannya (Imas & T,
2018). Dimana sampel pada penelitian ini kriteria yang diberikan pada kelompok
terapi relaksasi otot progresif dan imajinasi terbimbing itu sama.
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi merupakan kriteria yang menyaring anggota populasi yang
menjadi sampel yang memenuhi kriteria secara teori yang sesuai terkait dengan topik
dan kondisi penelitian (Imas & T, 2018). Kriteria inklusi pada sampel penelitian ini
adalah:
1. Responden berjenis kelamin perempuan
2. Responden yang tidak memiliki riwayat DM, dan obesitas
3. Responden yang bersedia dan koperatif serta mau bekerjasama dalam
penelitian ini
4. Responden yang menderita hipertensi dengan tekanan darah sistolik 140-159
mmHg, dan tekanan darah diastolik 90-99 mmHg.
5. Responden bisa mendengar dan melihat
46
6. Responden yang tidak rutin mengkonsumsi obat anti hipertensi
7. Responden yang berusia 40-60 tahun
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria yang bisa digunakan untuk mengeluarkan
anggota sampel dari kriteria inklusi atau bisa di sebut ciri-ciri anggota populasi yang
tidak dapat diambil sebagai sampel (Imas & T, 2018) Kriteria eksklusi pada
penelitian ini adalah:
1. Responden yang meninggalkan lokasi penelitian
2. Responden yang tidak hamil
3. Responden tidak dapat mendengar dan melihat
4. Responden yang tidak hadir pada saat penelitian
5. Responden yang tidak mengikuti penelitian dari awal sampai akhir.
c. Penentuan besar sampel
Rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus Taro Yamane (Imas
& T, 2018). Adapun rumus Taro Yamanae adalah sebagai berikut:
n =𝑁
1 + 𝑁(𝑑)2
Keterangan :
n = Sampel
N =Jumlah Populasi
d = Presisi terhadap populasi yang diinginkan: 10% (0.10),5%
(0,05)
47
n =50
1 + 50(0,10)2
n =50
1,5
n = 32,25
Jadi besar sampel berdasarkan rumus Taro Yamane dalam penelitian
adalah sebanyak 32 orang. Untuk menghindari adanya sampel yang drop out
maka dilakukan koreksi sebesar 10% (Sastroasmoro, 2011) yaitu besar sampel
yang dibutuhkan akan ditambah 10% untuk mengantisipasi kemungkinan
drop out, sehingga keseluruhan besar sampel dengan rumus:
n’= n/(1-f)
keterangan :
n= perkiraan jumlah sampel yang di hitung
f= perkiraan proporsi drop out (10%)
n’= 32/(1-0,1)
n’= 32/0,9
n’ = 35,5
Jadi responden dalam penelitian ini berjumlah 36 orang. Kemudian
responden dibagi menjadi dua, sehingga diperoleh 18 responden intervensi
terapi relaksasi otot progresif dan 18 responden intervensi teknik imajinasi
terbimbing.
48
D. Teknik sampling
Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan pengambilan sampel secara
NonProbability Sampling dengan purposive sampling yang pengambilan sampel
dengan kriteria tertentu ((Sugiyono, 2018). Dimana subyek dalam penelitian ini yaitu
masyarakat di dusun cikoang desa Cikoang yang berada di wilayah kerja puskesmas
pattopakang.
E. Cara pengumpulan data
1. Data primer adalah data yang diambil dari responden atau subjek yang diteliti
2. Data sekunder adalah data yang diambil dari daftar hipertensi yang ada di
Puskesmas pattopakang
F. Instrument penelitian
Instrumen penelitian sebagai suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam ataupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2018). Dalam penelitian
Ulya&Faidah (2017) instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
observasi dan sphygmomanometer digital (Habibi, 2020).
G. Langkah pengolahan data
Tahapan yang dapat dilakukan dalam mengolah data menurut (Imas & T, 2018)
adalah sebagai berikut:
1. Editing
Setelah lembar observasi dikumpulkan dalam bentuk observasi, kemudian data
tersebut di lakukan pengecekan dengan maksud memeriksa kelengkapan data,
kesinambungan data serta keseragaman data dalam usaha melengkapi data yang
49
masih kurang.
2. Coding
Dilakukan pengkodian bermaksud agar data-data tersebut mudah diolah
yaitu dengan cara semua jawaban atas data yang disederhanakan dengan
membiarkan symbol-symbol/ kode dalam bentuk angka maupun alphabet pada
nomor daftar pertanyaan, dan nomor variable.
3. Entry data
Yaitu melakukan pemindahan data dari lembar observasi kedalam program
computer
4. Cleaning data
Mengecek kembali apakah ada kesalahan data, sehingga data siap untuk
dianalisa.
H. Analisa data
1. Analisis Univariat
Anlisis univariat bertujuan untuk menjelaskan/mendeskripsikan karakteristik
masing-masing variabel yang diteliti (Notoetmodjo,2010) Dalam penelitian ini
analisa univariat akan menjelaskan/mendeskripsikan tentang karakteristik
responden (data umum/demografi) yaitu umur,jenis kelamin.
2. Analisis Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara kedua bariabel.
Pada penelitian ini, uji bivariat dilakukan untuk mengetahui perbedaan
50
tekanan darah pada saat pretest dan posttest serta melihat perbedaan
efektivitas antara dua intervensi (Notoetmodjo, 2010).
I. Etika penelitian
Semua penelitian yang melibatkan manusia sebagai subjek harus menerapkan 4
(empat) prinsip dasar etika penelitian (Imas & T, 2018) yaitu:
1. Menghormati atau menghargai subjek (respon for person)
Menghormati atau menghargai orang perlu memperhatikan beberapa hal,
diantaranya:
a. Peneliti harus mempertimbangkan secara mendalam terhadap kemungkinan
bahaya dan penyalah gunaan penelitian
b. Pada subjek penelitian yang rentan terhadap bahaya penelitan maka diperlukan
perlindungan.
2. Manfaat ( beneficience)
Didalam peneliitian diharapkan dapat menghasilkan manfaat yang sebesar-
besarnya dan mengurangi kerugian atau resiko bagi subjek penelitian. Oleh sebab itu
desain penelitian harus memperhatikan keselamatan dan kesehatan dari subjek
peneliti
3. Tidak membahayakan subjek penelitian (non maleficience)
Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya bahwa peneliti harus mengurangi
kerugian atau resiko bagi subjek penelitian. Penting bagi peneliti untuk
51
memperkirakan kemungkinan-kemungkina apa yang akan terjadi dalam penelitian
sehingga dapat mencegah resiko yang mebahayakan bagi subjek penelitian.
4. Keadilan (justice)
Arti keadilan dalam hal ini adalah tidak membedakan subjek. Perlu diperhatikan
bahwa penelitian seimbang antara manfaat dan resikonya.
52
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja puskesmas pattopakang. Puskesmas
pattopakang berada di wilayah kecamatan Mangarobombang Kab. Takalar yang di
bangun pada tahun 1990 dan memiliki luas wilayah kerja kurang lebih 39.79 km.
wilayah kerja puskesmas pattopakang meliputi 6 Kelurahan yaitu Cikoang,
Mangadu, Banggae, Bontomanai, Bontoparang, Laikang. Puskesmas Pattopakang
memiliki batas wilayah yakni sebelah utara berbatasan dengan Desa Pa’Bundukang,
sebelah timur berbatasan dengan desa panyangkalang, sebelah selatan berbatasan
dengan selat Makassar dan sebelah barat berbatasan dengan kecamatan
Mappakasunggu. Jumlah penduduk di wilayah kerja puskesmas Pattopakang pada
tahun 2019 berjumlah 39378 jiwa dengan jumlah laki-laki sebanyak 18,697 orang
dan perempuan sebanyak 20,681 orang. Penduduk disekitar wilayah kerja
puskesmas Pattopakang mayoritas beragama Islam.
Adapun Visi dan Misi dari Puskesmas Pattopakang adalah:
Visi:Terwujudnya pelayanan kesehatan yang unggul, sejahtera, dan bermartabat
Misi : Meningkatkan pelayanan kesehatan Masyarakat yang bermutu dan Proffesional
53
B. Hasil penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian dengan metode kuantitatif
eksperimen. Dengan desain penelitian Quasi Experimental dengan menggunakan
rancangan penelitian Two Group Pre test and Post test Desaign untuk
membandingkan efektivitas antara terapi relaksasi otot progresif dan tehnik
imajinasi terbimbing. Penelitian ini dilaksanakan yaitu mulai tanggal 09 juli- 15
juli 2021. Bertempat diwilayah kerja puskesmas Pattopakang. Jumlah populasi
pada penelitian ini sebanyak 50 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan
rumus Taro Yamane dengan rumus sebagai berikut 𝑁
1+𝑁(𝑑)2 sehingga didapatkan
jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 36 responden. Hasil penelitian ini di
dapatkan dari pengukuran tekanan darah yang diisi pada lembar observasi. Setelah
semua data terkumpul maka dilakukan pemeriksaan kelengkapan dan kemudian
data diolah dan dianalisa secara univariat dan bivariat. Berikut ini peneliti akan
menyajikan analisa data terhadap setiap variabel.
1. Karakteristik responden yang diberikan terapi relaksasi otot progresif dan
teknik imajinasi terbimbing.
Responden pada penelitian ini adalah pasien hipertensi yang lokasi tempat
tinggalnya berada dalam wilayah kerja Puskesmas Pattopakang yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi yaitu sebanyak 36 responden. Adapun karakteristik
responden yang diteliti dapat dilihat berdasarkan usia, jenis kelamin dan pekerjaan
yang dijelaskan dalam tabel sebagai berikut :
54
Tabel 4.1
Distribusi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin,dan pekerjaan
Karakteristik Frekuensi Presentase
Jenis kelamin
Perempuan 36 100%
Umur
35-45 tahun ( Dewasa akhir) 6 16,7 %
45-60 tahun ( Lansia Awal ) 30 83,3%
Pekerjaan
IRT 20 55,6%
Petani 11 30,6%
Pedagang 5 13,8%
Sumber: Data primer 2021
Pada tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa jumlah responden yang diteliti
adalah 36 orang dengan keseluruhan responden berjenis kelamin perempuan,
dan dapat dilihat nilai validnya 100%. Selain itu juga dapat dilihat bahwa
sebagian besar responden yang mengalami hipertensi berada pada rentang usia
(45-60 tahun) yaitu sebanyak 30 responden (83,3%). Sedangkan dilihat dari
jenis pekerjaannya bahwa ibu rumah tangga lebih banyak yang menderita
hipertensi dengan jumlah responden sebanyak 20 orang ( 55,6%).
2. Rata-rata Tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah
diberikan terapi relaksasi otot progresif
Tabel 4.2
Distribusi tekanan darah Sistolik dan diastolik Sebelum dan sesudah pemberian
Terapi Relaksasi Otot Progresif di Dusun cikoang Desa Cikoang wilayah kerja
puskesmas pattopakang
No Variabel N Mean Std Deviation
P Value
Sistolik pre test TROP 18 152.68 3.235
55
1
Sistolik post test TROP
18
142.79
5.828
0,000
2
Diastolik pre test TROP Diastolik post test TROP
18 18
94.67 86.94
2.292 3.732
0,000
Sumber: Data primer 2021
Berdasarkan tabel 4.2 terlihat bahwa perbedaan tekanan darah sistolik
sebelum pemberian terapi relaksasi otot progresif adalah 152,68 mmHg dengan
standar deviasi sebesar 3.235 dan sesudah pemberian terapi otot progresif adalah
142.79 mmHg dengan standar deviasi 5.828 sedangkan tekanan darah diastolik
sebelum pemberian terapi relaksasi otot progresif adalah 94,67 mmHg dan diastolik
setelah diberikan terapi relaksasi adalah 86,94 mmHg. Nilai rata-rata penurunan
tekanan darah sistolik sebesar 9,89 mmHg, dan nilai rata-rata penurunan tekanan
darah diastolik sebesar 7,73 mmHg. Hasil uji statistik menggunakan uji Wilcoxon
didapatkan nilai P value 0,000 (≤0,05) yang artinya terdapat perbedaan yang
signifikan terhadadap perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik setelah
dilakukan terapi relaksasi otot progresif.
3. Rata-rata Tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah diberikan teknik
imajinasi terbimbing
Tabel 4.3
Distribusi tekanan darah sistolik, diastolik sebelum dan sesudah pemberian
Teknik imajinasi terbimbing di dusun cikoang Desa Cikoang wilayah kerja
puskesmas pattopakang
56
No Variabel N Mean Std
Deviation
P
Value
1
Sistolik pre test TI Sistolik post test TI
18 18
150,76 146,56
3.508 3.599
0,000
2
Diastolik pre test TI Diastolik post test TI
18 18
93,62 90,42
2.063 2.644
0,000
Sumber: Data primer 2021
Berdasarkan tabel 4.3 telah terlihat bahwa perbedaan rata-rata tekanan darah
antara sebelum dilakukan teknik imajinasi terbimbing adalah 150,76 mmHg dengan
standar deviasi sebesar 3.508 dan sesudah pemberian teknik imajinasi terbimbing
adalah 146,56 mmHg dengan standar deviasi 3.599. Sedangkan perbedaan tekanan
darah diastolik sebelum dilakukan teknik imajinasi terbimbing adalah 93,62 mmHg
dan tekanan darah diastolik setelah dilakukan teknik imajinasi terbimbing adalah
90,42 mmHg. Nilai rata-rata penurunan tekanan darah sistolik sebesar 4,2 mmHg dan
nilai rata-rata penurunan tekanan darah diastolik sebesar 3,2 mmHg. Hasil uji statistik
menggunakan uji Wilcoxon didapatkan nilai P value 0,000 (≤0,05) yang artinya
terdapat perbedaan yang signifikan terhadap penurunan tekanan darah setelah
dilakukan teknik imajinasi terbimbing pada penderita hipertensi di Desa Cikoang
wilayah kerja puskesmas pattopakang
4. Efektivitas penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik setelah dilakukan
terapi relaksasi otot progresif dan teknik imajinasi terbimbing
57
Tabel 4.4
Distribusi Efektivitas terapi relaksasi otot progresif dan teknik imajinasi
terbimbing terhadap perubahan tekanan darah di dusun cikoang Desa Cikoang
wilayah kerja puskesmas pattopakang.
No Variabel N Mean Std
Deviation
P
Value
1
Sistolik post test TROP Sistolik post test TI
18 18
142,79 146,56
5.828 3.599
0,000
2
Diastolik post test TROP Diastolik post test TI
18 18
86,94 90,42
3.732 2.644
0,000
Sumber:Data primer 2021
Berdasarkan tabel 4.3 diatas, diperoleh hasil penelitian dengan nilai rata-rata
tekanan darah pada responden yang diberikan terapi relaksasi otot progresif sistolik
menjadi 142,79 mmHg dan diastolik menjadi 86,94 mmHg, sedangkan nilai rata-rata
tekanan darah pada responden yang diberikan teknik imajinasi terbimbing sistolik
menjadi 146,56 mmHg dan diastol menjadi 90,42 mmHg. Dimana nilai rata-rata
penurunan tekanan darah setelah dilakukan terapi relaksasi otot progresif sistolik
sebesar 9,89 mmHg dan penurunan diastolik sebesar 7,73 mmHg. Dan nilai rata-rata
penurunan tekanan darah setelah dilakukan teknik imajinasi terbimbing sistolik
sebesar 4,2 mmHg dan diastolik sebesar 3,2 mmHg. Hasil uji statistik menggunakan
uji Mann withney di dapatkan nilai p value =0,000, < 0,001 yang artinya terdapat
perbedaan yang signifikan antara terapi relaksasi otot progresif dan teknik imajinasi
58
terbimbing terhadap penurunan tekanan darah,dimana penurunan tekanan darah pada
teknik relaksasi otot progresif lebih signifikan daripada pemberian teknik imajinasi
terbimbing.
C. Pembahasan Penelitian
1. Karakteristik responden yang di berikan terapi relaksasi otot progresif dan
teknik imajinasi terbimbing.
Pada penelitian ini karakteristik responden yang diteliti adalah jenis kelamin,
umur, dan pekerjan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa usia responden pada
penelitian ini terbanyak berada pada rentang usia 45-60 tahun. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin bertambahnya usia maka semakin beresiko terjadinya hipertensi.
Berdasarkan kategori umur menurut (Depkes RI,2009) usia tersebut,termasuk dalam
kategori lansia awal. Semakin bertambah usia, maka terjadi perubahan struktural dan
fungsional pada system pembuluh darah sehingga dapat menimbulkan kenaikan
tekanan darah. Menurut (Smeltzer & Bare, 2008) perubahan yang terjadi antara lain
hilangnya elastisitas jaringan ikat, serta penurunan otot polos pembuluh darah.
perubahan tersebut akan mempengaruhi kemampuan aorta dan arteri besar
mengakomodasi volume darah yang dipompa jantung sehingga akan terjadi
penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan periver. Secara fisiologi, terjadinya
peningkatan usia akan meningkatkan risiko hipertensi terhadap seseorang. Hipertensi
lebih sering terjadi pada kelompok lansia dan risiko hipertensi meningkat seiring
dengan pertambahan usia.
59
Hal ini terjadi karena pada lansia akan mengalami suatu proses yang disebut
proses penuaan, dimana pada proses ini ditandai dengan tahapan-tahapan
menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, semakin rentannya tubuh terhadap berbagai
serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan (Kurniasih, 2013) di Puskesmas Srondol Semarang pada 30
responden penderita hipertensi, usia terbanyak penderita hipertensi yang berobat
adalah usia ≥45 tahun (53,3%) dibandingkan dengan usia <45 tahun (46,7%)
disebabkan karena pada usia 45-60 tahun seseorang akan berfokus pada peningkatan
derajat kesehatannya. Selain itu juga pada usia ini seseorang masih mampu dan
mudah untuk menerima informasi terkait dengan terapi yang diberikan karena
semakin tua usia seseorang maka daya tangkap dan pola pikir menurun sehingga sulit
untuk memberikan pengetahuan terkait terapi yang diberikan.
Distribusi jenis kelamin pada kedua kelompok intervensi yang diberikan
adalah sama yaitu 100% perempuan dengan jumlah responden sebanyak 36 orang.
Penelitian Chen, Lo, Chang dan Kuo (2014) mendapatkan hasil 51,2 % perempuan
dan 48,8% laki-laki menderita hipertensi. Menurut (Chen et al., 2014) perempuan
lebih banyak menderita hipertensi setelah menopause, hal tersebut terjadi karena
adanya penurunan hormon yang menyebabkan homeostatis tubuh. Setelah usia 45
tahun perempuan lebih beresiko terkena hipertensi karena produksi hormone estrogen
yang mempengaruhi kadar High Density Lipoprotein (HDL). Perubahan hormon
tersebut dapat menyebabkan hipertensi dan penebalan pembuluh darah atau
60
ateroklerosis. Selain itu pada saat melakukan penelitian jumlah laki-laki yang ada
didaerah tersebut sangat sedikit dibandingkan dengan perempuan dengan alasan laki-
laki banyak yang merantau dan sibuk dengan pekerjaannya serta tidak siap untuk
menjadi responden dalam penelitian.
Jenis pekerjaan responden pada penelitian ini yaitu petani, pedagang, dan ibu
rumah tangga. Hasil distribusi karakteristik responden terbanyak yaitu ibu rumah
tangga. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurindah Puspitasari
(2020) yang menyatakan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga akan beresiko
terjadinya hipertensi disebabkan karena padatnya pekerjaan rumah yang dilakukan
sehingga tidak adanya kesempatan untuk beristirahat, hal ini lah yang memicu
terjadinya peningkatan tekanan darah pada seseorang yang bekerja sebagai ibu rumah
tangga. Selain itu, beban kerja yang berlebih akan menjadi salah satu faktor
terjadinya peningkatan tekanan darah disebabkan karena beban kerja yang berat akan
menambah beban tambahan bagi jantung yang harus memompa darah lebih banyak
lagi keseluruh tubuh (purwaningsih & Aisyah,2016). Selain itu pada siklus
kehidupan, seseorang tak jarang mengalami stress yang berhubungan dengan
pekerjaan mereka. Hal ini dapat dipengaruhi oleh karena tuntutan untuk menjadi ibu
rumah tangga yang harus menyediakan dan melengkapi segala kebutuhan yang ada
didalam rumah mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali, hal inilah yang
menyebabkan ibu rumah tangga lebih beresiko terkena hipertensi.
61
2. Rata-rata tekanan darah Sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah
pemberian Terapi Relaksasi Otot Progresif di Dusun cikoang Desa
Cikoang wilayah kerja puskesmas pattopakang
Setelah dilakukan uji normalitas pada tekanan darah sistolik dan diastolik
menunjukkan nilai signifikan P< 0,05 yang berarti data tidak terdistribusi nomal, maka
digunakan uji friedman, oleh karena nilai P pada uji friedmen <0,05 maka dilakukan
uji Wilcoxon untuk melihat perbedaan tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan
sesudah diberikan terapi relaksasi otot progresif.
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan hasil uji beda tekanan darah antara
sebelum dan sesudah dilakukan intervensi terapi relaksasi otot progresif dengan
menggunakan uji Wilcoxon di SPSS 23, didapatkan nilai p value 0,000, artnya <0,05
berarti ada perbedaan yang signifikan dari tekanan darah sistolik dan diastolik antara
sebelum dan sesudah dilakukan intervensi terapi relaksasi otot progresif. Dari
penelitian ini didapatkan bahwa setelah dilakukan terapi relaksasi otot progresif selama
enam hari berturut-turut dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 9,89 mmHg
dan tekanan darah diastolik sebesar 7,73 mmHg.
Menurut asumsi peneliti, terdapat efektifitas tehnik relaksasi otot progresif
terhadap perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita hipertensi,
karena terapi ini mudah dilakukan dan membuat tubuh dan pikiran menjadi tenang dan
relaks. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang mengatakan bahwa menciptakan
keadaan rileks seperti melakukan teknik relaksasi otot progresif merupakan salah satu
62
cara penatalaksanaan hipertensi secara non farmakalogis yang efektif (Muttaqin, 2014)
karena Relaksasi otot progresif bersifat vasodilator yang efeknya memperlebar
pembuluh darah dan dapat menurunkan tekanan darah secara langsung. Relaksasi ini
menjadi metode relaksasi termurah, tidak ada efek samping, mudah dilakukan,
membuat tubuh dan pikiran terasa tenang dan rileks (Erwanto, 2017).
Menurut Joohan, 2000 dikutip dalam Wahyuni et al., 2015 relaksasi otot
progresif berefek langsung terhadap sistem saraf otonom, menyebabkan penurunan
kerja sistem saraf simpatis dan peningkatan kerja sistem saraf parasimpatis sehingga
terjadi penurunan tekanan darah. Selain itu, pada saat dilakukan terapi relaksasi otot
progresif dapat menyebabkan pembuluh darah yang awalnya menyempit menjadi lebar
sehingga sirkulasi darah, oksigen dan nutrisi dapat berjalan dengan baik di dalam
tubuh. Oksigen yang meningkat akan mengaktivasi refleks kemoreseptor dan reflek
baroreseptor. Aktivasi kemoreseptor dan baroreseptor menyebabkan aktivitas kerja
saraf parasimpatis meningkat dan menurunkan aktivitas kerja saraf simpatis sehingga
akan menyebabkan penurunan tekanan darah.
Jose & Almeida, 2013 mengatakan Relaksasi efektif, pada menejemen
hipertensi secara simpel dan mudah dilakukan. Secara fisiologi seluruh tubuh terdiri
dari otot rangka. Otot rangka yang mengalami relaksasi akan memacu pengeluaran
neurotransmiter dari saraf parasimpatis yaitu asetilkolin yang akan menekan
norepinefrin yang dikeluarkan saraf simpatis sehingga dapat menurun.
63
Sesuai dengan teori Kushariyadi dan Setyoadi (2011) yang menyatakan bahwa
relaksasi otot progresif dapat menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan
punggung, tekanan darah tinggi, frekuensi jantung, laju metabolik, mengurangi
distrima jantung, kebutuhan oksigen, meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi
ketika klien sadar dan tidak memfokuskan perhatian serta rileks, mengatasi kelelahan
dan spasme otot. Pada penelitian ini ditemukan adanya penurunan tekanan darah pada
penderita hipertensi. Penurunan tekanan darah terjadi karena pada saat kondisi tubuh
seseorang yang merasakan relaks, tenang, istirahat pikiran, otot-otot rileks mata
tertutup dan pernapasan teratur maka keadaan inilah yang dapat menurunkan tekanan
darah pada penderita hipertensi. Sehingga responden yang serius dalam melakukan
relaksasi otot progresif mengalami penurunan tekanan darah (Kusharyadi & Setyyoadi,
2011)
Dengan demikian, saat melakukan relaksaksi otot progresif dengan tenang, rileks
dan penuh kosentrasi terhadap tegang dan relaksasi otot yang dilatih maka sekresi CRH
(cotricotropin releasing hormone) dan ACTH (adrenocorticotropic hormone) di
hipotalamus menurun. Penurunan kedua sekresi hormon ini menyebabkan aktivitas
syaraf simpatis menurun sehingga pengeluaran adrenalin dan noradrenalin berkurang,
akibatnya terjadi penurunan denyut jantung, pembuluh darah melebar, tahanan
pembuluh darah berkurang dan penurunan pompa jantung sehingga tekanan darah
arterial jantung menurun (Smeltzer & Bare, 2010). Selain itu juga Relaksasi otot
progresif ini memanfaatkan dari gerakan otot rangka dengan menegangkan dan
64
merelaksasikan sampai mencapai keadaan relaks. Pencapaian relaksasi inilah yang
diharapkan, karena pada saat relaksasi yang terjadi adalah otot - otot menjadi kendur
dan relaks. Menurut penelitian lain juga diperoleh informasi bahwa terdapat perbedaan
respon denyut jantung genotipe II dan non-genotipe II terhadap latihan beban
menggunakan bench test (YMCA), kecuali denyut jantung setelah 3 menit istirahat
pada atlit (MUH.ANWAR, 2015).
Keadaan tubuh yang tenang dan relaks secara otomatis akan mengabaikan
ketegangan yang dirasakan didalam tubuh. Keadaan relaks akan mempengaruhi saraf
parasimpatis memproduksi asitilkolin dan akan berinteraksi dengan reseptor asetilkolin
di sel endotel sehingga endotel akan mensintesis dan mensekresi nitrogwn oksida yang
mana memiliki vasodilator yang kuat. Hal inilah yang mempengaruhi kerja jantung dan
pembuluh darah akan mengalami vasodilatasi dan mengakibatkan peredaran darah
menjadi lancar, serta tekanan darah menurun (Triyanto, 2014).
Pembahasan diatas di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Irene,
JA,Selvie (2020) tentang “Efektivitas terapi relaksasi otot progresif terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi”. Hasil penelitian ini menunjukkan
terdapat perbedaan yang signifikan pada tekanan darah dan jantung pre dan post
intervensi, secara statistik didapatkan hasil pada tekanan darah sistolik (p<0,000).
Tekanan darah diastolic (p=0,005) dan denyut jantung (p<0,05) terjadi penurunan yang
signifikan setelah melaksanakan relaksasi otot progresif.
65
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Khairani dan Fadhila (2017)
dengan judul pengaruh relaksasi otot progresif terhadap penurunan tekanan darah pada
penderita hipertensi diwayah kerja puskesmas baiturrahman dengan hasil penelitian p
value 0,0001 < 0,005 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara mean
hipertensi pretest dan posttest setelah diberikan teknik relaksasi otot progresif pada
kelompok intervensi.
Selain itu penelitian yang lain dilakukan Tyani dkk. (2018) melakukan
relaksasi dengan memusatkan perhatian pada aktivitas otot untuk mendapatkan
perasaan relaks. Hasil dari kelompok eksperimen sebelum dilakukan perlakuan sistolik
156,60 mmHg sedangkan setelah diberi perlakuan sistolik 146,53 mmHg. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh relaksasi otot progresif dapat menurunkan
tekanan darah.
Hal ini juga diperkuat oleh penelitian Wahyuni, Suhariyanti dan Priyanto
(2017) dengan judul efektifitas relaksasi otot progresif dan mesagge kaki dengan
pemberian oil kenanga dalam menurunkan tekanan darah tinggi pada lansia dengan
hasil penelitian pada kelompok relaksasi otot progresif didapatkan nilai p value =
0,0001 < 0,05 dan pada kelompok message kaki didapatkan nilai p value =0,0001 <
0,05 perbedaan dua kelompok di tandai dengan hasil rata-rata, dimana pada kelompok
relaksasi otot progresif nilai mean yaitu 9,2 sedangkan pada message kaki nilai mean
nya yaitu 5,92 maka dapat disimpulkan bahwa relaksasi oto progresif lebih efektif
dalam menurunkan tekanan darah.
66
3. Rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah
pemberian Teknik imajinasi terbimbing di dusun cikoang Desa Cikoang
wilayah kerja puskesmas pattopakang
Berdasarkan hasil penelitian tabel 4.3 menunjukkan hasil uji beda tekanan
darah antara sebelum dan sesudah dilakukan intervensi teknik imajinasi terbimbing
dengan menggunakan uji Wilcoxon di SPSS 23,didapatkan nilai p value 0,000 yaitu
<0,05 berarti ada perbedaan yang signifikan dari tekanan darah sistolik dan diastolik
antara sebelum dan sesudah dilakukan intervensi teknik imajinasi terbimbing. Dilihat
dari penurunan rata-rata tekanan darah setelah dilakukan teknik imajinasi terbimbing
sistolik sebesar 4,2 mmHg dan diastolik sebesar 3,2 mmHg.
Menurut asumsi peneliti, terdapat efektifitas teknik imajinasi terbimbing
terhadap penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada penderita hipertensi
karena tidak membutuhkan biaya yang mahal, mudah dilakukan, namun harus dalam
kondisi yang sangat tenang. Karena pada saat melakukan teknik imajinasi
terbimbing tubuh menghasilkan hormon endorphin. Endorphin adalah neurohormon
yang berhubungan dengan sensasi yang menyenangkan. Hormone endorphin
merupakan neuromodulator yang bekerja secara tidak langsung dengan menurunkan
efek partikuler neurotransmitter. Dalam hal ini, hormone endorphin menurunkan
neurotransmitter berupa katekolamin. Penurunan kadar katekolamin dalam pembuluh
darah dapat mengakibatkan denyut jantung berkurang dan tekanan darah menjadi
turun. Endorphin akan meningkat didalam darah saat seseorang mampu dalam
67
keadaan relaks atau tenang sehingga dapat menurunkan tekanan darah, pernafasan
dan denyut jantung.
Menurut Yusiana & Rejeki, 2015; Hartina et al., 2015 guided imagery
membuat relaksasi dan imajinasi positif menurunkan aktivitas simpatis sehingga
merileksasi otot polos pembuluh darah dan menyebabkan penurunan tekanan darah.
Saat seseorang relaksasi dan berimajinasi positif akan merangsang otak untuk
mengeluarkan horman serotonin dan endorfin. Horman serotonin akan memberikan
efek untuk meningkatkan reflek baroreseptor dan endorfin juga akan memberikan
efek terhadap suasana hati, reflek baroreseptor merupakan salah satu pengontrol
sistem saraf terhadap tekanan darah, yang terletak secara spesifik pada dinding
beberapa arteri sistemik besar.
Tehnik imajinasi terbimbing mampu menstimulasi otak serta dapat
menimbulkan pengaruh langsung pada system saraf, dan endokrin sehingga
menyebabkan terjadinya pelepasan hormon endorphin yang mempengaruhi
katekolamin dalam darah sehingga menyebabkan pembuluh darah melebar
(vasodilatasi) dan suplai darah terpenuhi, yang kemudian berdampak pada penurunan
tekanan darah serta pengurangan denyut jantung (Yusrin & Susanto, 2019)
Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang di lakukan oleh Yusrin
Aswad,Budi (2019) dengan judul “Efektivitas imajinasi terbimbing terhadap
perubahan tekanan darah pasien hipertensi”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan pada tekanan darah dan jantung pre dan post
68
intervensi, secara statistik didapatkan hasil pada tekanan darah sistolik (p<0,03) dan
denyut jantung (p<0,05). Artinya ada pengaruh teknik imajinasi terbimbing terhadap
penurunan tekanan darah pasien hipertensi.
Sejalan dengan penelitian yang di lakukan Armunanto, susanti wiwi (2017)
tentang “pengaruh terapi imajinasi terbimbing terhadap perubahan tekanan darah
pada pasien hipertensi di kelurahan karangsari Kabupaten Kendal”. Hasil
menunjukkan nilai p value tekanan darah sistole sebelum dan sesudah diberikan
terapi imajinasi terbimbing (0,001) lebih kecil dari 0,005. Hal ini menunjukkan ada
pengaruh terapi imajinasi terbimbing terhadap perubahan tekanan darah pada pasien
hipertensi di Kelurahan Karangsari Kabupaten Kendal.
4. Efektivitas terapi relaksasi otot progresif dan teknik imajinasi
terbimbing terhadap perubahan tekanan darah di dusun cikoang Desa
Cikoang wilayah kerja puskesmas pattopakang.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.4 menunjukkan hasil uji beda
dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis di diperoleh nilai P=0,000, karena nilai p<
0,05 maka paling tidak terdapat perbedaan antara dua kelompok intervensi. Oleh
sebab itu untuk mengetahui kelompok mana yang mempunyai perbedaan maka harus
dilakukan analisis post hoc. Analisis post hoc untuk uji Kruskal-Wallis adalah Mann-
Whitney. Setelah dilakukan Uji Mann Whithney didapatkan nilai p< 0,001 yang
berarti terdapat perbedaan antara terapi relaksasi otot progresif dan teknik imajinasi
terbimbing dengan melihat perbedaan penurunan tekanan darah sistolik 9,89 mmHg
69
dan diastolik 7,73 mmHg setelah dilakukan terapi relaksasi otot progresif sedangkan
penurunan tekanan darah setelah dilakukan teknik imajinasi terbimbing sistolik 4,2
mmHg dan diastolik 3,2 mmHg. Hasil rata-rata penurunan tekanan darah sistolik
diastolik terapi relaksasi otot progresif lebih besar dari pada teknik imajinasi
terbimbing. Dengan demikian penelitian ini membuktikan bahwa terapi relaksasi otot
progresif lebih efektiv dibandingkan dengan teknik imajinasi terbimbing karena terapi
relaksasi otot progresif dapat mengaktivasi 2 mekanisme tubuh yaitu neural dan
hormonal, sehingga mengaktivasi refleks kemoreseptor dan baroreseptor, sedangkan
teknik imajinasi terbimbing hanya mengaktifasi mekanisme neural dan hanya
mengaktivasi refleks baroreseptor. Selain itu terapi relaksasi otot progresif lebih
mudah dilakukan dari pada teknk imajinasi terbimbing yang harus memerlukan
lingkungan yang tenang (tidak bising).
Menurut asumsi peneliti yang dilakukan selama penelitian, perbedaan
penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada responden yang diberikan
intervensi terapi relaksasi otot progresif dan responden yang diberikan intervensi
tehnik imajinasi terbimbing terjadi karena perbedan cara kerja masing-masing
intervensi dalam memberikan perlakuan. Peneliti juga berpendapat bahwa dengan
melakukan terapi relaksasi otot progresif secara teratur dapat menurunkan tekanan
darah pada penderita hipertensi. Ini dikarenakan efek dari relaksasi yang terjadi pada
saat dilakukan terapi relaksasi otot progresif dapat menyebabkan pembuluh darah
yang awalnya menyempit menjadi lebar sehingga sirkulasi darah, oksigen dan nutrisi
70
dapat berjalan dengan baik di dalam tubuh.Selain itu terapi relaksasi otot progresif
juga mempunyai manfaat bagi sistem dalam tubuh seperti dapat meringankan
ketegangan saraf, membuat tubuh dan pikiran terasa tenang dan rileks.
Sesuai dengan firman Allah SWT didalam Al-Qur’an menjelaskan
يغي روا ما بانفسهم ان الله ل يغي ر ما بقوم حتى
Terjemahan: Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum
mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri (QS. Ar-Ra'd Ayat 11)
Berdasarkan penelitian diatas yang dikaitkan dalil tersebut di jelaskan bahwa
pasien tidak akan mandiri jika tidak melakukan latihan secara mandiri. Hal ini di
dukung oleh teori keperawatan yang dipaparkan oleh Orem, yang mengatakan untuk
melakukan proses asuhan keperawatan maka harus dengan keyakinan bahwa setiap
orang memiliki kemampuan untuk melakukan perawatan pada dirinya sendiri
sehingga akan membantu individu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya,
memelihara kesehatannya dan mencapai kesejahteraan, serta mengubah life stylenya
untuk mempertahankan stabilitas tekanan darahnya . Selain itu juga salah satu teori
Orem yang berhubungan dengan penelitian ini adalah Therapeutic self-care demand,
yaitu totalitas aktifitas perawatan diri yang dilakukan untuk jangka waktu tertentu
guna memenuhi kebutuhan perawatan diri dengan menggunakan metode yang valid.
Perawatan diri sendiri dengan Therapeutic self-care demand memiliki prinsip
71
perawatan, dimana perawatan ini dilaksanakan karena adanya masalah pada
kesehatan dengan tujuan mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan.
Sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW
صلى الله عليه وسلم ق ما عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي ا له الله داء إل أنز شفاء أنز
Artinya: Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam, beliau bersabda, ‘Tidaklah Allah menurunkan penyakit, kecuali
menurunkan pula obatnya’” (Al-Albani, 2008).
Imam Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa setiap penyakit ada obatnya dari
Allah sybhanahu wa ta’ala. Jadi kita tidak perlu khawatir. Penyakit dalam urusan-
urusan badan manusia saja Allah turunkan obatnya. Ini merupakan wujud dari
sempurnanya rahmat Allah Swt kepada hamba-hambaNya. Maka dari itu orang-orang
yang beriman sangat beruntung karena mereka dekat dengan sumber rahmat Allah.
Namun tidak semua orang tepat dalam proses penyembuhannya, ada obat namun tidak
semua orang tahu, kemudian orang yang mungkin memahami namun tidak semua
orang mepraktekkan dengan benar.
Dari hadits tersebut bisa diartikan bahwa setiap penyakit ada obatnya, kita
sebagai hamba Allah yang tunduk dan taat kepadaNya kita dituntut untuk berdo.a dan
berusaha mencari obat yang sesuai dengan penyakit yang kita hadapi dengan
mengharapkan kesembuhan dari Allah Swt. Disinilah kenapa peneliti melakukan
penelitian tentang efektivitas terapi relaksasi otot progresif dan teknik imajinasi
terbimbing terhadap perubahan tekanan darah penderita hipertensi. sehingga mereka
bisa tahu, dan menggunakan terapi tersebut untuk menurunkan tekanan darahnya.
72
Setelah terbukti bahwa terapi relaksasi otot progresif lebih efektiv
dibandingkan dengan teknik imajinasi terbimbing diharapkan kepada responden yang
menderita hipertensi/ tekanan darah tinggi dapat memanfaat kan terapi ini sebagai
terapi alternative yang dapat menurunkan tekanan darah.
5. Keterbatasan penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mengalami keterbatasan penelitian yaitu, jarak yang
lumayan jauh dari tempat peneliti dan tempat penelitian.
73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisa data dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Dusun
cikoang Desa Cikoang wilayah kerja Puskesmas Pattopakang terkait dengan
efektivitas terapi relaksasi otot progresif dan teknik imajinasi terbimbing pada
penderita hipertensi yang berjenis kelamin perempuan dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Berdasarkan data karakteristik responden,bahwa responden pada penelitian
semuanya berjenis kelamin perempuan 100% yang berjumlah 36 orang. Dilihat dari
kategori usia bahwa jumlah responden yang paling banyak pada penelitian ini adalah
usia 45-60 tahun (lansia awal) dengan mayoritas pekerjaan responden adalah sebagai
ibu rumah tangga
2. Berdasarkan data dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan bahwa rerata tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah
dilakukan terapi relaksasi otot progresif selama enam hari menunjukkan perbedaan
yang signifikan dari tekanan darah sistolik dan diastolik antara sebelum dan sesudah
dilakukan terapi relaksasi otot progresif.
3. Rerata tekanan darah sistolik, diastolik sebelum dan sesudah dilakukan tehnik
imajinasi terbimbing selama enam hari juga menunjukkan adanya perbedaan yang
74
signifikan dari tekanan darah sistolik dan diastolik antara sebelum dan sesudah
dilakukan tehnik imajinasi terbimbing.
4. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan terdapat efektivitas
pemberian terapi relaksasi otot progresif dan imajinasi terbimbing didapatkan
keduanya memiliki hasil yang sangat signifikan terhadap penurunan hipertensi,
namun hasil Uji beda menggunakan Kruskal-Wallis di dapatkan hasil bahwa terapi
relaksasi otot progresif lebih signifikan untuk untuk menurunkan tekanan darah
penderita hipertensi dibandingkan dengan teknik imajinasi terbimbing.
B. Saran
Berkaitan dengan simpulan diatas, ada beberapa hal yang yang dapat di sarankan
untuk pengembangan dari hasil penelitian ini terhadap perubahan tekanan darah
pasien hipertensi
1. Bagi masyarakat dan pelayanan kesehatan terkait
Bagi penderita hipertensi diharapkan melakukan terapi relaksasi otot progresif secara
mandiri, dan teratur supaya tekanan darah bisa menurun. Pihak puskesmas juga perlu
meningkatkan program prolanis (program pengelolaan penyakit kronis)dengan
melakukan terapi relaksasi otot progresif dan teknik imajinasi terbimbing yang
bertujuan untuk mendorong peserta penyandang penyakit kronis khususnya penderita
hipertensi untuk mencapai kualitas hidup yang optimal
2. Bagi institusi pendidikan
Bagi institusi pendidikan dapat meningkatkan kapasitas dan kualitas pendidikan agar
informasi hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan tambahan untuk
75
memperkaya pengetahuan dan keperluan referensi ilmu keperawatan khususnya
perawatan penderita hipertensi
3. Bagi peneliti selanjutnya
Untuk penelitian selanjutnya setelah melihat perbedaan efektivitas dari dua terapi
diharapkan penelitian ini dapat dilanjutkan, serta dapat mengembangkan terapi
relaksasi yang ringkas namun efektif, sesuai dengan buku standar intervensi
keperawatan indonesia (SIKI).
76
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an al-qarim
(PPNI), P. P. N. I. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan (1st ed.). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
AHA. (2016). Managing Stress to Control High Blood Pressure. American Heart
Association (AHA), Retrieved from
Https://Www.Heart.Org/En/Healthtopics/High-Blood-Pressure/Changes-You-
Can-Make-to-Manage-High-Bloodpressure/Managing Stress-to-Control-High-
Blood-Pressure.
Ainurrafiq, Risnah, M. U. A. (2019). Non Pharmacological Therapy in Blood
Pressure Control in Hypertensive Patients: Systematic Review. 2(3), 192–199.
AYUKHALIZA, D. A. (2020). Faktor risiko hipertensi di wilayah pesisir (studi pada
wilayah kerja uptd puskesmas tanjung tiram) skripsi.
CDC. (2020). High Blood Pressure. Know Your Risk for High Blood Pressure.
Centers for Disease Control and Prevention. Retrieved from
Https://Www.Cdc.Gov/Bloodpressure/Risk_factors.Htm.
Chen, K., C.F., Plauschinat, C.A., Frech, F., Harer, A., Dubois, & R. (2014). Patient
Satisfaction With Antihypertensive Therapi. Journal of Human Hipertension,
19, 793–799.
Damanik, H., & Ziraluo, A. A. W. (2018). PENGARUH TEKNIK RELAKSASI OTOT
PROGRESIF TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN
HIPERTENSI DI RSU IMELDA. 1.
Ernawati, I., Fandinata, S. S., & Permatasari, S. N. (2020). KEPATUHAN
KONSUMSI OBAT PASIEN HIPERTENSI Pengukuran dan Cara Meningkatkan
Kepatuhan (N. R. H (ed.)). Graniti.
Erwanto. (2017). Lansia dan keperawatan Keluarga. Nuha Medika.
Habibi. (2020). Penerapan Relaksasi Otot Progresif dalam Menurunkan Tekanan
Darah pada Keluarga dengan Hipertensi : Literature Review. VIII(2), 86–93.
HARIS, A. (2020). KABUPATEN TAKALAR DALAM ANGKA, 2020 (B. K. Takalar
(ed.)). BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN TAKALAR.
Ilham, M., Armina, A., & Kadri, H. (2019). Efektivitas Terapi Relaksasi Otot
Progresif Dalam Menurunkan Hipertensi Pada Lansia. Jurnal Akademika
Baiturrahim Jambi, 8(1), 58. https://doi.org/10.36565/jab.v8i1.103
77
Imas, M., & T, N. A. (2018). BAHAN AJAR REKAM MEDIS DAN INFORMASI
KESEHATAN (RMIK) METODOLOGI PENELITIAN KESEHATAN.
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.
Kemenkes RI. (2019). Hipertensi Si Pembunuh Senyap. Kementrian Kesehatan RI,
1–5.
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
hipertensi-si-pembunuh-senyap.pdf
Kusharyadi, & Setyyoadi. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien
Psikogenetrik. Salemba Medika.
M.BLACK JOYCO, J. H. H. (2014). KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (8th ed.).
ELSEVIER,CV.
MUH.ANWAR, H. (2015). The Role of Angiotensin Converting Enzim Gene on The
Fitness Level And Dynamica Of Response The Heart Rate And Blood Pressure
Loading Test On Athletes. Disertasi.
Muhammad Nurman. (2017). EFEKTIFITAS ANTARA TERAPI RELAKSASI OTOT
PROGRESIF DAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP
PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA
PULAU BIRANDANG WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAMPAR TIMUR
TAHUN 2017. 1(2), 108–126.
Muttaqin. (2014). Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
kardiovaskuler. Salemba Medika.
Nafi’ah, D., Budi, S., & Mutasyah. (2020). EFEKTIFITAS GUIDED IMAGERY DAN
SLOW DEEP BREATHING TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH
PADA PASIEN ON BLOOD PRESSURE REDUCTION IN PATIENTS. 06(01),
1–11.
NURMAYA, S. (2018). PENGARUH DOSIS PEMBERIAN TERAPI RELAKSASI
OTOT PROGRESIF TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA
LANSIA HIPERTENSI.
PERRY, & POTTER. (2019). DASAR DASAR KEPERAWATAN (9th ed.).
ELSEVIER.
Potter, & Perry. (2010). Fundamental Keperawatan. EGC.
Rahayu, Sri, M., Hayati, Intan, Nur, Asih, & Lantika, S. (2020). Pengaruh Teknik
Relaksasi Otot Progresif terhadap Tekanan Darah Lansia dengan Hipertensi.
3(1), 91–98.
Ratnawati, Diah, Rosiana, & Rosiana. (2020). Terapi Komplementer Relaksasi Otot
Progresif Jacobson Untuk Menurunkan Tekanan Darah Pada Penderita
78
Hipertensi. Interest : Jurnal Ilmu Kesehatan, 9(2), 149–159.
https://doi.org/10.37341/interest.v9i2.205
RISNAH, & IRWAN, M. (2021). Falsafah dan teori keperawatan dalam integrasi
keilmuan (Musdalifah (ed.)). Alauddin University press.
Sastroasmoro, S. (2011). Dasar-dasar Metode Penelitian Klinis. Sagung Seto.
Smeltzer, S. ., & Bare, B. . (2008). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth. EGC.
Smeltzer, S. ., & Bare, B. . (2010). Buku ajar keperawatan medikal bedah. EGC.
Sugiyono. (2018). METODE PENELITIAN Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
ALFABETA,CV.
Tiro, M. A., & A.S.A. (2014). Penelitian Eksperimen. Andira Publisher.
Triyanto. (2014). Pelayanan keperawatan Bagi penderita hipertensi secara terpadu.
Graha Ilmu.
WHO. (2019). Hypertension. World Health Organization. Retrieved from
Https://Www.Who.Int/News-Room/Fact-Sheets/Detail/Hipertension.
Wijaya, I., K, R. N. K., & Haris, H. (2020). Hubungan Gaya Hidup dan Pola Makan
terhadap Kejadian Hipertensi diwilayah Kerja Puskesmas Towata Kabupaten
Takalar. 3.
Yusrin, A., & Susanto, B. (2019). pengaruh imajinasi terbimbing terhadap perubahan
tekanan darah penderita hipertensi di panti wirda ilomaata. JAMBURA
JOURNAL, 1.
79
BIODATA
Penulis Skripsi yaitu Riyadhatul jinan lahir dari pasangan Alm.
Bapak A.Madjid Tayeb dan ibu St. Maryam yang merupakan
anak ketiga dari 3 bersaudara yang memiliki dua kakak hebat
bernama Muhammad Iqbal dan Jf Idris. Penulis dilahirkan
disebuah desa yang dikelilingi banyak gunung dan laut lebih
tepatnya di Desa Rupe pada tanggal 26 Oktober 1998. Penulis
beralamat di RT 20 RW 008 Desa Rupe Kecamatan LANGGUDU Kab. Bima NTB.
Penulis menyelesaiakan pendidikan formal di SDN NO 2 RUPE, MTsN Karumbu,
MAN 1 KOTA BIMA . Setelah menempuh pendidikan menengah atas, penulis
melanjutkan pendidikan Strata ( S1 ) Program Studi Keperawatan di Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar. Selama menenmpuh pendidikan di kampus penulis
juga aktif di lembaga internal kampus yaitu di HMJ Keperawatan sebagai Kepala
Divisi Klinik Ilmiah dan pernah menjabat sebagai Ketua Senata Mahasiswa ( SEMA
) FKIK periode 2019-2020. Dengan usaha dan Do’a mengantarkan penulis untuk
mendapatkan gelar sarjana Keperawatan
80
L
A
M
P
I
R
A
N
81
Lampiran 1
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth
Calon Responden
Di-
Tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa S1 Keperawatan
UIN ALAUDDIN Makassar yaitu :
Nama : Riyadhatul Jinan
NIM : 70300117003
Dengan Judul penelitian : Efektivitas Terapi Relaksasi Otot Progresif dan
teknik imajinasi terbimbing Terhadap perubahan Tekanan darah pada Penderita
Hipertensi
Untuk keperluan tersebut saya memohon kesediaan dari saudari untuk menjadi
responden dalam penelitian ini dan menandatangani lembar persetujuan
menjadi responden, selanjutnya saya mengharapkan saudari untuk mengikuti
prosedur yang kami berikan dengan kejujuran dan jawaban anda dijamin
kerahasiaannya dan penelitian ini akan bermanfaat semaksimal mungkin. Jika
saudari tidak bersedia menjadi responden, maka tidak ada sanksi bagi saudari.
Atas perhatian dan kerja sama saudari kami ucapkan terima kasih
Peneliti
(Riyadhatul Jinan)
82
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Setelah mendengarkan dan memahami isi penjelasan tentang tujuan dan
penelitian ini, maka saya menyatakan :
Bersedia menjadi responden
penelitian Tidak bersedia menjadi
responden
Dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa S1 Keperawatan UIN
ALAUDDIN Makassar yaitu :
Nama : Riyadhatul Jinan
NIM : 70300117003
Judul : Efektivitas Terapi Relaksasi Otot Progresif dan teknik imajinasi
terbimbing Terhadap perubahan Tekanan darah pada Pasien Hipertensi
Persetujuan ini saya buat dengan sadar dan tanpa paksaaan dari siapapun .
demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat di gunakan sebagaimana
mestinya.
Takalar , Februari 2021
Responden
(………..)
83
Lampiran 3
LEMBAR PENGUMPULAN DATA PADA PENDERITA HIPERTENSI
Judul penelitian : Efektivitas Terapi Relaksasi Otot Progresif dan Teknik
imajinasi terbimbing Terhadap Perubahan Tekanan
Darah Penderita Hipertensi
Kode responden :
Tanggal pengisian :
A. Data Umum
Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
Pekerjaan :
Alamat :
B. Hasil Pengukuran Tekanan Darah
1. Pretest = S : .......... mmHg D : .......... mmHg
2. Postest = S : .......... mmHg D : .......... mmHg
84
Lampiran 4
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF
Tema :Terapi relaksasi otot progresif terhadap perubahan tekanan darah
Sasaran : para penderita hipertensi
Waktu : 15 menit
Tujuan : 1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi relaksasi otot progresif di harapkan tekanan
darah akan menurun
2.Tujuan Khusus
Setelah dilakukan terapi relaksasi otot progresif di harapkan pasien mampu:
1. Mengikuti instruksi terapi relaksasi otot progresif
2. Melakukan terapi relaksasi otot progresif secara mandiri
Indikasi :
a) Klien mengalami insomnia
b) Klien yang mengalami stress
c) Klien yang mengalami kecemasan
d) Klien yang mengalami depresi
85
No LANGKAH-LANGKAH
A TAHAP PRA INTERAKSI
1 Salam terapeutik
2 Jelaskan tujuan, manfaat,prosedur, dan pengisian lembar persetujuan
Posisikan tubuh klien senyaman mungkin, hindari melakukan relaksasi dengan posisi berdiri
Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain yang sifatnya mengikat ketat
3 Menyiapkan alat dan bahan
Kursi Bantal Lingkungan yang nyaman
B TAHAP ORIENTASI
4 Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
C TAHAP KERJA
a. Terapi pada pasien, pasien duduk bersandar di kursi yang sudah di sediakan
b. Gerakan pertama, menggenggam tangkan kiri dan kanan sambil membuat kepalan ( dilakukan bergantian, setiap gerakan dihitung 10 hitungan oleh peneliti). Pada setiap akhir gerakan klien dipandu untuk merilekskan
c. Gerakan kedua menekuk kedua lengan ke belakang pada pergelangan tangan, sehingga otot-otot ditangan bagian belakang dan lengan bawah menegang, jari-jari menghadap ke langit-langit.
d. Gerakan ketiga diawali dengan menggenggam kedua tangan sehingga
menjadi sebuah kepalan kemudian membawa kedua kepalan ke pundak sehingga otot bisap akan menjadi tegang.
e. Gerakan keempat, mengangkat kedua bahu setinggi tingginya seakan-akan bahu akan dibawa hingga menjadi tegang.
f. Gerakan kelima, mengerutkan dahi dan alis sampai otot-ototnya mengendalikan otot mata.
g. Gerakan keenam, menutu keras-keras mata sehingga dapat dirasakan
ketegangan disekitar mata dan otot-otot mengendalikan gerakan mata. h. Gerakan ketujuh, mengatupakan rahang di ikuti dengan menggigit gigi-gigi
sehingga dapat dirasakan ketegangan otot disekitar rahang
86
i. Gerakan kedelapan, bibir di moncongkan sekuat kuatnya sehingga akan
dirasakan ketegangan disekitar mulut j. Gerakan kesembilan, menekankan kepala pada permukaan bantalan kursi
sedemikian sehingga kita dapat merasakan ketegangang di bagian leher dan punggung atas
k. Gerakan kesepuluh, gerakana in dilakukan dengan mengangkat tubuh dari sandaran, kemudian punggung di lenggungkan lalu di busungkan dada. Kondisi tegang di pertahankan selama 10 detik.
l. Gerakan kedua belas, pola gerakan ini, klien diminta untuk menarik napas
panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-banyaknya. Posis ini ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan dibagian dada kemudian turun ke perut. Gerakan ini dilakukan sebanyak 2 kali.
m. Gerakan ketiga belas, gerakan ini dilakukan dengan cara menarik kuat-kuat perut ke dalam, kemudian menahannya sampai perut menjadi kencang dan keras. Setelah 10 detik dilepaskan bebas kemudian diulang kembali seperti gerakan awal.
n. Gerakan keempat belas, dilakukan dengan cara meluruskan kedua belah telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang. Gerakan ini lanjutkan dengan mengunci lutut, sedemikian sehingga ketegangan pindah ke oto-otot betis
D Tahap Terminasi
Mengeksplorasi perasaan pasien
Berdiskusi dengan umpan balik bersama pasien Melakukan kontrak waktu dan tempat, untuk kegiatan
selanjutnya/terminasi jangka panjang
87
Lampiran 5
SOP TEKNIK IMAJINASI TERBIMBING
Tahap-tahap imajinasi
terbimbing Cara pelaksanaan Hasil yang diharapkan
1. Persiapan a) sediakan lingkungn yang
nyaman dan tenang
b) berikan privasi klien
Dalam 3 menit klien
tampak lebih tenang dan rileks
2. Pelaksanaan 1. Mengucapkan salam dan
berkenalan dengan klien 2. Menjelaskan distraksi
imajinasi terbimbing 3. Menjawab pertanyaan klien 4. Membangun kepercayaan
klien dalam distraksi imajinasi terbimbing
5. Menciptakan kontrak distraksi imajinasi
terbimbing 6. Bantu klien ke posisi nyaman 7. Bantu klien pada posisi
bersandar dan minta klien menutup matanya
8. Gunakan sentuhan hanya jika hal ini tidak membuat klien merasa terancam, atau bisa
dengan menyuruh menggenggam tangannya klien
- Dalam 2 menit klien merasa lebih akrab dengan pelaksanaan
distraksi imajinasi terbimbing mengetahui tujuan distraksi imajinasi terbimbing, tidak merasa takut dan tidak salah paham. Klien merasa percaya
diri untuk berhasil dalam distraksi imajinasi terbimbing dan tercipta kontrak distraksi imajinasi terbimbing
- Klien merupakan partisipan aktif dalam
latihan imajinasi terbimbing dan harus memahami secara lengkap apa yang harus dilakukan dan hasil akhir yang diharapkan
3. Memberikan
sugesti untuk distraksi imajinasi terbimbing
1. Meminta klien untuk menghitung mundur 100 diselingi dengan sugesti
semakin rileks sampai angka-angka lenyap dari pikiran
2. Memperdalam tingkat
Dalam 3 menit klien
memasuki keadaan rileks dan ciri-ciri:
1. Pernapasan diafragma
88
rileksasi pikiran dengan
memberi sugesti setiap hembusan nafas menghantarkan tubuh dan pikiran ke dalam relaksasi yang semakin nyaman, semakin damai dan semakin memasuki alam bawah sadar a. gunakan nama yang
disukai klien b. bicara jelas dengan nada
suara yang tenang dan netral
c. minta klien menarik nafas dalam dan perlahan untuk merelaksasikan semua
otot d. dorong klien untuk “ pergi
ketempat yang sebelumnya ia rasa sangat tentram
e. bantu klien merinci gambaran dari
bayangannya minta klien untuk menggunakan semua indranya dalam menjelaskan bayangan dan lingkungan baying tersebut
f. minta klien untuk menjelaskan perasaan
fisik emosional yang ditimbulkan oleh bayangannya. Arahkan klien mengeksplorasi respon terhadap bayangan karena ini akan memungkinkan klien
memodifikasi imajinasinya. Respon Negatife dapat diarahkan kembali oleh perawat untuk memberikan hasil akhir yang lebih positif
g. berikan umpan balik
kontinu pada klien dan
tampak tenang
2. Akral tubuh hangat
3. Bola mata mengarah kearah atas atau ke bawah atau kekiri secara terus menerus tanpa
digerakkan
89
berikan komentar pada
tanda-tanda rileksasi dan ketentraman
4. Membangunkan subyek
Meminta klien membuka mata pelan-pelan setelah hitungan 5
hitungan 5 mundur hingga 1 katakan kepada kllien bahwa ia akan merasa telah beristrahat ketika mata terbuka
Dalam 1 menit dostraksi imajinasi terbimbing
berakhir dengan nyaman sehingga klien tidak merasa pusing atau bingung saat membuka mata
90
Lampiran 6
Lembar Observasi Tekanan Darah
(Pemberian Terapi Relaksasi otot progresif)
91
Lembar Observasi tekanan darah
(pemberian teknik imajinasi terbimbing)
92
Perubahan tekanan darah responden setiap hari sebelum dan sesudah diberikan
teknik imajinasi terbimbing dan terapi relaksasi otot progresif
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
Penurunan Tekanan darah setiap harinya sebelum dan sesudah diberikan teknik imajinasi terbimbing dan terapi relaksasi otot progresif
Sistolpre diastolpre sistolpost diastlpost
93
Lampiran 7
Jeniskelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid perempuan 36 100.0 100.0 100.0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Irt 20 55.6 55.6 55.6
Petani 5 13.9 13.9 69.4
Pedagang 11 30.6 30.6 100.0
Total 36 100.0 100.0
Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Dewasaakhir 6 16.7 16.7 16.7
Lansiaawal 30 83.3 83.3 100.0
Total 36 100.0 100.0
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
sistolpretrop1 .246 18 .005 .862 18 .013
diastolpretrop1 .296 18 .000 .792 18 .001
sistolposttrop1 .236 18 .009 .867 18 .016
diastolpostrop1 .168 18 .195 .912 18 .095
sistolpretrop2 .346 18 .000 .750 18 .000
94
diastpretrop2 .258 18 .003 .773 18 .001
sistposttrop2 .289 18 .000 .749 18 .000
diasposttrop2 .227 18 .015 .893 18 .044
sistpretrop3 .205 18 .043 .817 18 .003
diastpretrop3 .242 18 .006 .816 18 .003
sistposttrop3 .251 18 .004 .783 18 .001
diastposttrop3 .218 18 .024 .868 18 .017
sistpre4trop .299 18 .000 .840 18 .006
diastpre4trop .249 18 .004 .885 18 .032
sistpos4trop .287 18 .000 .833 18 .005
diastpost4trop .252 18 .004 .833 18 .005
sistpre5trop .253 18 .003 .833 18 .005
diaspre5trop .371 18 .000 .705 18 .000
sispos5trop .240 18 .007 .783 18 .001
diaspro5trop .275 18 .001 .710 18 .000
sistpre6trop .247 18 .005 .734 18 .000
diastpre6trop .380 18 .000 .720 18 .000
sistpost6trop .234 18 .010 .722 18 .000
diastpost6trop .371 18 .000 .769 18 .001
a. Lilliefors Significance Correction
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
sistolpreTI1 .235 18 .010 .831 18 .004
diastolpreti1 .241 18 .007 .831 18 .004 sistolpostTI1 .258 18 .003 .795 18 .001 diastolpostti2 .241 18 .007 .831 18 .004 sistolpreti2 .216 18 .026 .827 18 .004 diastpreti2 .281 18 .001 .776 18 .001 sistpostti2 .275 18 .001 .803 18 .002 diaspostti2 .252 18 .004 .815 18 .002
95
sistpreti3 .267 18 .001 .793 18 .001 diastpreti3 .258 18 .003 .762 18 .000 sistpostti3 .265 18 .002 .793 18 .001 diastpost3ti .252 18 .004 .815 18 .002
sistpre4ti .263 18 .002 .781 18 .001 diastpre4ti .433 18 .000 .665 18 .000 sistpos4ti .220 18 .022 .786 18 .001 diastpost4ti .308 18 .000 .767 18 .001 sistpre5ti .273 18 .001 .712 18 .000 diaspre5ti .260 18 .002 .807 18 .002 sispos5ti .255 18 .003 .804 18 .002 diaspro5ti .245 18 .006 .802 18 .002
sistpre6ti .243 18 .006 .824 18 .003 diastpre6ti .306 18 .000 .850 18 .008 sistpost6ti .241 18 .007 .841 18 .006 diastpost6ti .235 18 .010 .871 18 .019
a. Lilliefors Significance Correction
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
SistolpreTROP 18 146 159 152.68 .311 3.235 SistolpostTROP 18 130 152 142.79 .561 5.828
diastolpreTROP 18 90 99 94.67 .221 2.292 diaspolpostTROP 18 79 93 86.94 .359 3.732 Valid N (listwise) 18
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
SistolpreTI 18 142 159 150.76 .337 3.508 SistolpostTI 18 140 155 146.56 .346 3.599 DiastolpreTI 18 90 99 93.62 .198 2.063 diastolpostTI 18 84 98 90.42 .254 2.644 Valid N (listwise)
18
96
Friedman Test
Test Statisticsa
N 18
Chi-Square 195.573 Df 11 Asymp. Sig. .000
a. Friedman Test
Test Statisticsa
N 18
Chi-Square 194.671 Df 11 Asymp. Sig. .000
a. Friedman Test
Kruskal-Wallis Test
Ranks
PERLAKUAN N Mean Rank
SISTOLPRE TROP 18 125.65
TEKNIK IMAJINASI
18 91.35
Total 36
SISTOLPOST TROP 18 89.33
TEKNIK IMAJINASI
18 127.67
Total 36
DIASTOLPRE TROP 18 122.36
TEKNIK IMAJINASI
18 94.64
Total 36
DIASTOLPOST
TROP 18 80.32
TEKNIK
IMAJINASI 18 136.68
Total 36
Test Statisticsa,b
97
SISTOLPRE SISTOLPOST DIASTOLPR
E DIASTOLPO
ST
Chi-Square 16.404 20.415 10.797 44.308
Df 1 1 1 1 Asymp. Sig. .000 .000 .001 .000
a. Kruskal Wallis Test b.Grouping Variable: PERLAKUAN
Mann-Whitney Test Ranks
PERLAKUAN N Mean Rank Sum of Ranks
SISTOLPOST TROP 18 89.33 9648.00
TEKNIK IMAJINASI
18 127.67 13788.00
Total 36
DIASTOLPOST
TROP 18 80.32 8674.50
TEKNIK IMAJINASI
18 136.68 14761.50
Total 36
Test Statistics
a
SISTOLPOS
T DIASTOLPO
ST
Mann-Whitney U 33.82 49.71 Wilcoxon W 9648.000 8674.500 Z -4.518 -6.656 Asymp. Sig. (2-tailed)
.000 .000
a. Grouping Variable: PERLAKUAN
98
Lampiran 8
99
Lampiran 9
100
Lampiran 10
101
Lampiran 11
Dokumentasi :
d
Dokumentasi: Pengukuran tekanan darah dan pemberian terapi relaksasi otot progresif
102
Dokumentasi: Pengukuran tekanan darah dan pemberian terknik imajinasi
terbimbing