pengaruh perkembangan e-commerce dan infrastruktur telekomunikasi … · 2021. 1. 28. ·...
TRANSCRIPT
Pengaruh Perkembangan E-Commerce dan Infrastruktur
Telekomunikasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun
2001-2018
SKRIPSI
Oleh:
Farhatul Aini
(11160840000063)
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H/ 2020 M
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
PENGARUH PERKEMBANGAN E-COMMERCE DAN
INFRASTRUKTUR TELEKOMUNIKASI TERHADAP PERTUMBUHAN
EKONOMI INDONESIA
Tahun 2001-2018
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh:
Farhatul Aini
Nim: 11160840000063
Dibawah bimbingan
Pembimbing I
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
NIP: 195706171985031002
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H/ 2020 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini, Kamis 16 Bulan April Tahun Dua Ribu Dua Puluh telah dilakukan Ujian
Komprehensif atas Mahasiswa :
1. Nama : Farhatul Aini
2. NIM 11160840000063
3. Jurusan : Ekonomi Pembangunan
4. Judul Skripsi : Pengaruh Perkembangan E-Commerce dan
Infrastruktur Telekomunikasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia Tahun 2001-2018
Setelah Mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan
ke tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta. 16 April 2020
1. Arief Fitrijanto, M.Si NIP. 197111182005011003
Penguji 1
2. Dr. M. Hartana I.P, M.Si
NIP. 196806052008011023
iii
( )
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Farhatul Aini
Nim 11160840000063
Jurusan : Ekonomi Pembangunan
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu
mengembangkan dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab
atas karya ini.
Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Falkutas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 09 Oktober 2020
Farhatul Aini
NIM. 11160840000063
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi
1. Nama : Farhatul Aini
2. Tempat/Tanggal Lahir : Tangerang, 5 Mei 1998
3. Alamat : Jl. Amil Abbas RT.001/01 No. 83 Kel.
Larangan Selatan, Kec. Larangan, Kota
Tangerang 15154
4. Telepon : 088973070305 / 087715549262
5. Email : [email protected]
II. Riwayat Pendidikan
1. SDI Al-Hasanah 2004-2010
2. MTsN 32 Jakarta 2010-2013
3. SMAN 32 Jakarta 2013-2016
4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016-2020
III. Pengalaman Organisasi
1. Anggota Departemen Eksternal Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017
2. Sekretaris Departemen Internal Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2018
3. Penanggung Jawab Lomba Debat ECOFUSION 2.0 tahun 2018
4. Kepala Bidang 3 Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2019
IV. Seminar
1. ― 4th
Industrial Revolution – Global Walfare through Digitalization‖
diselenggarakan oleh International Conference on Multidiciplinary
Academy (ICMA) PPI UKM 2018
2. Seminar Nasional ―Menjawab Peluang dan Tantangan Perkembangan
Financial Technology di Indonesia‖ diselenggarakan oleh HMJ EP.
vi
3. Diskusi dan Bedah Buku ―Problem Domestik Bruto: Sejarah dan Realitas
Politik di Balik Angka Pertumbuhan Ekonomi‖ diselenggarakan oleh HMJ
EP.
4. Seminar Nasional Islam ― Integrating SDG’S Through Islamic Economics,
Banking, and Finance in Digital Revolution Era‖ diselenggarakan oleh
Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia.
5. Seminar ―Peran Generasi Muda Dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0
dan Ekonomi Digital‖ diselenggarakan oleh HMJ EP
vii
ABSTRACT
The term of digital economy has been frequently heard in recent years as a part of
Industry revolution 4.0. information as an economic commodity becomes important,
especially in the all-digital era, supported primarily by adequate
telecommunications infrastructure to distribution of information in the economy.
Indonesia is starting to prioritize the digital economy sector as one of the potential
sectors to be developed, especially because of the large potential market it has with
its 260 million people. This study aims to see the impact of the development of E-
commerce and telecommunications infrastructure on Indonesia's economic growth
in 2001-2018. Data analysis used multiple linear regression analysis with
secondary data in the form of time series data during 2001-2018. The results
showed that the E-commerce development had a positive but insignificant effect on
economic growth and the telecommunications infrastructure had a positive and
significant effect on Indonesia's economic growth during 2001-2018.
Simultaneously, these two variables have a significant effect on Indonesia's
economic growth in 2001-2018.
Keyword: Economic Growth, E-Commerce, Telecommunication Infrastructure,
viii
ABSTRAK
Beberapa tahun belakangan mulai dikenal istilah ekonomi digital merupakan salah
satu bagian dari perkembangan revolusi industri 4.0. informasi sebagai komoditas
ekonomi, terutama di era serba digital seperti sekarang ini, menjadi hal yang sangat
penting. sehingga diperlukan infastruktur, terutama infrastruktur telekomunikasi
yang memadai dalam mendukung pendistribusian informasi tersebut dalam
perekonomian. Indonesia mulai memprioritaskan sektor ekonomi digital sebagai
salah satu sektor potensial yang dikembangkan.. Penelitian ini bertujuan untuk
melihat pengaruh perkembangan e-commerce dan infrastruktur telekomunikasi
terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2001-2018. Analisis data
menggunakan analisis regresi linear berganda dengan data sekunder berupa data
time series selama tahun 2001-2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel
perkembangan E-Commerce berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi dan variabel infrastruktur telekomunikasi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia selama tahu 2001-
2018. Secara simultan kedua variabel ini berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2001-2018.
Kata Kunci: Pertumbuhan Ekonomi, E-Commerce, Infrastruktur telekomunikasi,
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Puji serta syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya
serta shalawat dan salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga
skripsi dengan judul ―Pengaruh Perkembangan E-Commerce Dan Infrastruktur
Telekomunikasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2001-2018”
dapat terselesaikan.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi
dalam memperoleh gelar sarjana di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari
masih ada kekurangan dan kesalahan yang penulis buat dalam penulisan skripsi ini
karena masih jauh nya kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki oleh penulis,
makan dengan ini penulis memohon maaf sebesar-besar nya apabila masih adanya
kekurangan pada penulisan ini.
Selanjutnya, dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari tidak terlepas
dari bantuan, nasehat, dukungan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih atas dukungan
dan doa yang di berikan kepada:
1. Kedua orang tua, Bapak Sanusi dan Ibu Aminah , serta keluarga atas segala
dukungan dan doa yang tidak terbatas yang telah dicurahkan selama proses
penulisan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E.Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP., selaku
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
jajaran.
3. Bapak. M. Hartana Iswandi Putra, M.Si., dan Bapak Deni Pandu, M.Sc.,
selaku kepala dan sekertaris jurusan Ekonomi Pembangunan yang telah
membantu memberikan arahan selama proses belajar maupun penulisan
skripsi.
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS., selaku pembimbing skripsi, yang telah
meluangkan waktu nya untuk memberikan bimbingan selama proses
penulisan.
5. Seluruh teman-teman yang telah memberikan doa dan dukungan selama
proses pembelajaran di perkuliahan maupun selama proses penulisan
skripsi.
x
DAFTAR ISI
1. LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ......................................................................... II
2. LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ....................................................... III
3. LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ................................................ IV
4. LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................................... V
5. DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................................................VI
6. ABSTRACT .................................................................................................................... VIII
7. ABSTRAK ...................................................................................................................................... IX
8. KATA PENGANTAR ......................................................................................................... X
9. DAFTAR ISI ...................................................................................................................... XI
10. DAFTAR TABEL............................................................................................................ XIII
11. DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... XIV
12. BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 15
A. LATAR BELAKANG ................................................................................................................................................ 15
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................................................................................... 27
C. TUJUAN PENELITIAN............................................................................................................................................. 27
D. MANFAAT PENELITIAN ........................................................................................................................................ 28
13. BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 29
A. KAJIAN TEORI ......................................................................................................................................................... 29
1) Pertumbuhan Ekonomi .............................................................................................. 29
2) Perkembangan E-Commerce ..................................................................................... 36
3) Infrastruktur Telekomunikasi ..................................................................................... 42
B. PENELITIAN TERDAHULU .................................................................................................................................... 50
C. KERANGKA BERFIKIR........................................................................................................................................... 52
D. HIPOTESA PENELITIAN......................................................................................................................................... 52
14. BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................. 53
A. RUANG LINGKUP PENELITIAN .......................................................................................................................... 53
B. METODE PENGUMPULAN DATA ....................................................................................................................... 53
C. METODE ANALISIS DATA ................................................................................................................................... 58
15. BAB IV TEMUAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 67
A. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ...................................................................................................... 67
B. TEMUAN HASIL PENELITIAN ............................................................................................................................. 72
C. PEMBAHASAN .......................................................................................................................................................... 84
16. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................... 121
A. KESIMPULAN ..........................................................................................................................................................121
B. SARAN.......................................................................................................................................................................122
xi
DAFTAR ISI
17. DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 124
18. LAMPIRAN ..................................................................................................................... 129
xii
DAFTAR TABEL
1. Table 1-1 Peringkat Electricity and Telephony Infrastructure ............................... 17
2. Table 2-1 Klasifikasi E-Commerce ....................................................................... 37
3. Table 2-2 Klasifikasi Model Bisnis E-Commerce .................................................. 39
4. Table 2-3 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 50
5. Table 3-1 Variabel Penelitian ............................................................................... 54
6. Table 4-1 Jumlah Pengguna Internet Pada Aktifitas E-Commerce ........................ 72
7. Table 4-2 Kolmogorov-Smirnov Test .................................................................... 73
8. Table 4-3 Uji Heteroskedastisitas ......................................................................... 76
9. Table 4-4 Uji Multikolinearitas............................................................................. 77
10. Table 4-5 Uji Autokorelasi ................................................................................... 78
11. Table 4-6 Uji F Simultan ...................................................................................... 79
12. Table 4-7 Koefisien Determinasi........................................................................... 80
13. Table 4-8 Hasil Estimasi regresi linear berganda ................................................. 80
14. Table 4-9 Uji T Parsial ......................................................................................... 82
xiii
DAFTAR GAMBAR
1. Figure 1-1 Grafik Pengguna internet di Asia Tenggara.............................................. 20
2. Figure 1-2 Grafik Jumlah penetrasi internet di Indonesia tahun 2018 ........................ 21
3. Figure 1-3 Nilai Transaksi Retail E-Commerce ......................................................... 23
4. Figure 1-4 kontribusi sektor Industri terhadap PDB industri pengolahan non migas
2017 .......................................................................................................................... 26
5. Figure 4-1 Peta Proyek Palapa Ring ......................................................................... 68
6. Figure 4-2 Jumlah penetrasi pengguna Internet di Indonesia ..................................... 70
7. Figure 4-3 Jumlah Pengguna Internet Pada Aktifitas E-Commerce ............................ 71
8. Figure 4-4 Scatter Plot Variabel PDB dan Log_use ................................................... 74
9. Figure 4-5 Scatter Plot Variabel PDB dan FIXED ..................................................... 74
10. Figure 4-6 Scatter Plot Variabel PDB dan MOBILE .................................................. 75
11. Figure 4-7 Jumlah Usaha Berdasarkan Tahun Mulai Usaha ...................................... 86
12. Figure 4-8 Nilai Transaksi Usaha E-Commerce......................................................... 87
13. Figure 4-9 Penetrasi Pengguna E-Commerce ............................................................ 88
14. Figure 4-10 Nilai Pangsa Pasar E-Commerce di Asia Tenggara ................................ 89
15. Figure 4-11 Penetrasi Pengguna Internet tiap Provinsi ............................................. 90
16. Figure 4-12 Pengguna Internet di Pulau Jawa ................................................................ 91
17. Figure 4-13 Jumlah Pengguna Internet Pada Aktifitas E-Commerce .......................... 94
18. Figure 4-14 Data Volume dan Nominal Transaksi Uang Elektronik di Indonesia tahun
2013-2019 ................................................................................................................. 96
19. Figure 4-15 Pengguna Telepon seluler per 100 Penduduk ....................................... 102
20. Figure 4-16 Pertumbuhan Sektor Telekomunikasi .................................................... 105
21. Figure 4-17 Indeks Perkembangan TIK 2017-2019 .................................................. 106
22. Figure 4-18 Proyek Palapa Ring ............................................................................. 114
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan faktor penting yang berdampak
secara umum bagi kesejahteraan suatu masyarakat. Orang-orang dari negara
yang berbeda memiliki pengalaman yang berbeda mengenai standar hidup
mereka karena perbedaan tingkat pertumbuhan dan pola pertumbuhan yang
sangat berbeda dari waktu ke waktu antar ekonomi.
Infrastruktur telah lama dianggap sebagai salah satu faktor utama
di balik daya saing industri. Hampir semua pelaku bisnis yang menjalankan
sektor industri merasakan posisi yang serupa pada dampak infrastruktur
terhadap daya saing mereka. Infrastruktur menjadi salah satu kunci dalam
perkembangan ekonomi suatu negara. Kim (2006) mengatakan bahwa
infrastruktur merupakan Social Overhead Capital. maksud nya adalah
infrasruktur sebagai sarana dasar yang memberikan dampak pada masyarakat
dalam aktifitas produksi untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas,
membantu memberikan kesadaran akan potensi sumber daya manusia, dan
menciptakan situasi yang kondusif agar potensi tersebut dapat dimanfaatkan.
infrastruktur sebagai pengungkit perekonomian tidak terlepas
pengaruhnya dari perkembangan teknologi yang mendorong inovasi untuk
meningkatkan efisiensi dalam produksi. informasi sebagai komoditas
15
16
ekonomi, terutama di era serba digital seperti sekarang ini, menjadi hal yang
sangat penting. sehingga di perlukan infrastruktur, terutama nya infrastruktur
telekomunikasi yang memadai dalam mendukung pendistribusian informasi
tersebut dalam perekonomian. Dalam era digital, informasi memiliki nilai
ekonomi yang signifikan, kemampuan yang dimiliki suatu negara untuk
mendapatkan, memanfaatkan, mengolah informasi untuk memicu
peningkatan investasi dan pertumbuhan ekonomi. (TAMARA 2011)
Beberapa tahun belakangan mulai dikenal istilah ekonomi digital.
Yang merupakan salah satu bagian dari perkembangan revolusi industri 4.0.
Revolusi industri 4.0 merupakan sebuah perubahan yang sangat cepat dan
fundamental dalam perekonomian dengan menekankan interkoneksi,
automatisasi, machine learning dan data realtime. Revolusi industri 4.0
memberikan dampak yang cukup signifikan kepada perekonomian.
Perkembangan teknologi membantu perekonomian bekerja lebih efisien,
mengurangi input cost, serta peningkatan kualitas maupun kuantitas barang
yang di produksi. Dengan bantuan teknologi, dapat di mungkinkan untuk
mendapatkan lebih banyak output dengan jumlah kuantitas input yang sama.
Hal ini tentu menjadi penghematan dalam keseluruhan faktor produksi.
Berkaitan dengan hal tersebut, Indonesia belum mampu untuk
menyediakan layanan telekomunikasi yang memadai dalam menopang sektor
digital Indonesia. Sektor teknologi informasi dan komunikasi akan dapat
bekerja dengan efisien apabila didukung penuh baik perangkat lunak maupun
perangkat keras. sehingga diperlukan infrastruktur yang memadai untuk
17
menyokong kinerja teknologi informasi dan komunikasi dalam
pendistribusian informasi yang memiliki nilai dalam perekonomian. Terlebih
Indonesia merupakan negara besar dalam bentuk kepulauan. Integrasi
informasi sangat diperlukan lebih utama untuk pemerataan kesejahteraan
masyarakat.
Table 1-1 Peringkat Electricity and Telephony Infrastructure
Negara
2011
2017
Jepang
28
5
Korea Selatan
30
10
Malaysia
53
45
Singapura
12
6
Indonesia
97
77
Thailand
53
62
Filipina
99
98
Brunei Darussalam
57
60
Vietnam
75
87
Kamboja
120
102
Sumber: World economics forum global competitive index dataset
Dalam tabel 1.1 penilaian peringkat yang di keluarkan oleh World
Economic Forum berdasarkan penilaian kualitas pasokan listrik, jumlah
pelanggan telfon seluler, dan jumlah pengguna saluran telepon tetap. Dalam
tabel tersebut, negara-negara maju memberikan perhatian khusus dalam
pengadaan infrastruktur listrik dan telekomunikasi. Jepang melesat ke
peringkat 5 di tahun 2017 setelah sebelumnya berada di peringkat 28 di tahun
18
2011. Begitu pula dengan Korea Selatan yang berada di peringkat 10 naik
dari yang sebelumnya di peringkat 30.
Untuk kawasan ASEAN sendiri, dari 8 negara di ASEAN,
Indonesia masih berada di peringkat lebih rendah dalam hal kualitas
infrastruktur listrik dan telekomunikasi dari pada negara Singapura yang
berada di peringkat 6, Malaysia di peringkat 45, Thailand 67, bahkan Brunei
Darussalam yang berada di peringkat 60. Indonesia hanya unggul dari negara
Filipina, Vietnam dan Kamboja
Ada banyak literatur yang menunjukkan tentang faktor sosio-
ekonomi dari pertumbuhan ekonomi tetapi hanya sedikit perhatian yang
ditunjukan pada hubungan Teknologi Informasi dan Komunikasi dengan
pertumbuhan ekonomi. teori pertumbuhan ekonomi modern terutama
berfokus pada kontribusi teknologi, Research and Development (R&D), dan
pengetahuan inovatif yang mendorong pertumbuhan
Indonesia mulai memprioritaskan sektor ekonomi digital sebagai
salah satu sektor potensial yang di kembangkan. Perkembangan infrastruktur
telekomunikasi menjadi salah satu langkah dalam menguatkan perekonomian
Indonesia melalui peran nya dalam menopang sektor digital.
Rencana awal peningkatan konektivitas antar pulau di Indonesia
sebenarnya sudah ada sejak 1998 namun harus berhenti akibat krisis ekonomi
yang waktu itu melanda negara. Pada tahun 2005 proyek Palapa Ring pertama
kali dicetuskan. Pada tahun 2016, presiden Indonesia Joko Widodo
memasukan proyek Palapa Ring sebagai salah satu proyek strategis nasional,
19
di bawah kementrian Komunikasi dan informatika, dengan nilai proyek
kurang lebih mencapai Rp 5,13 Triliun. Ide awal pembangunan proyek ini
adalah agar ini menjadi tulang punggung (back bone) sistem telekomunikasi
nasional.
Jaringan ini akan menjadi tumpuan semua penyelenggara
telekomunikasi dan pengguna jasa telekomunikasi di Indonesia dan
terintegrasi dengan jaringan yang telah ada milik penyelenggara
telekomunikasi. "Sovereignty/Kedaulatan Negara" dan "Ketahanan Nasional"
melalui ketersediaan infrastruktur telekomunikasi yang terintegrasi.
Akselerasi pertumbuhan dan pemerataan pembangunan sosial ekonomi
melalui ketersediaan infrastruktur jaringan telekomunikasi berkapasitas besar
yang terpadu bisa memberikan jaminan kualitas internet dan komunikasi yang
berkualitas tinggi, aman, dan murah. (Kominfo, 2013).
Pada awalnya, penggunaan internet pada perekonomian hanya
terbatas pada transaksi surat berharga. Kemudian perkembangan komputer
dan internet yang secara masif memudahkan publik dalam berkomunikasi dan
mengakses informasi. Kemudahan yang di tawarkan yang menjanjikan akses
tanpa batas, cepat, dan interaktif memudahkan konsumen dalam mendapatkan
produk sesuai yang diinginkan. Peluang ini yang kemudian dimanfaatkan
oleh pelaku bisnis, baik produsen maupun distributor, untuk memasarkan
produk secara online. Saat ini diperkirakan lebih dari setengah transaksi
perdagangan ritel telah menggunakan E-Commerce (ATKearney, 2014). Hal
ini didorong dengan semakin banyaknya orang-orang yang menggunakan
20
400 360
260
200
Pengguna Internet
di Asia Tenggara
(Juta Jiwa)
0
2019 201
gawai dalam mengakses internet. Faktor kemudahan dan kenyamanan
menggunakan smartphone dalam mengakses internet, memungkinkan
konsumen semakin intensif melakukan belanja online dalam transaksi
pembelian barang-barang.
Banyak penelitian yang telah dilakukan, seperti oleh OECD di
tahun 2013, telah menggarisbawahi pentingnya internet yang berhubungan
dengan aktifitas ekonomi atau ekonomi digital, termasuk juga kontribusi
langsung pada industry emerging yang memiliki dampak dinamis yang sama
dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui produktifitas enchanging
transformation.
Figure 1-1 Grafik Pengguna internet di Asia Tenggara
Sumber: Laporan Google dan Temasek (2019).
Berdasarkan data yang di rilis Google dan Temasek ditahun 2019,
terjadi peningkatan jumlah pengguna internet di kawasan Asia Tenggara
sejak tahun 2015. Terjadi peningkatan sebesar 100 juta pengguna internet
sampai tahun 2019, menjadikan jumlah pengguna total di tahun 2019 pada
Asia Tenggara mencapai 360 Juta. Pengguna di dominasi remaja dengan
rentang usia 15-19 tahun. Mereka akan tumbuh dewasa dengan perangkat
yang memungkinkan mereka untuk berkomunikasi dengan rekan dan
21
Penetrasi Internet di Indonesia, 2018
60%
40%
20
Penetrasi Internet di
Indonesia, 2018
keluarga, mengerjakan tugas sekolah dengan teman sekolah, menghibur diri
dengan berbagai gim, musik, dan juga video terbaru, dan menemukan
informasi yang dapat membantu dalam pembelajaran sekolah. Dan saat
gelombang pengguna muda, seluler, dan yang terhubung secara digital ini
memasuki kehidupan kerja mereka, secara alami mereka akan menjadi
bagian dari ekonomi Internet, yang selanjutnya mendorong
pertumbuhannya.
Penetrasi teknologi khususnya layanan internet yang masif juga
terjadi di Indonesia. Berdasarkan survey yang dilakukan Asosiasi Penyedia
Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2018, penetrasi internet mencapai
64,8% atau 171,17 juta jiwa dari total populasi Indonesia yang berjumlah
264,16 juta jiwa. terjadi pertumbuhan sebesar 10.12% dari yang sebelumnya
143,26 juta jiwa pada tahun 2017. secara demografi, pengguna internet masih
di dominasi di pulau Jawa mencapai lebih dari 50% yang di susul oleh
Sumatra 21.6%, Sulawesi, Maluku dan Papua sebesar 10,9% dan Kalimantan
6,6% serta Bali dan Nusa Tenggara mencapai 5,5%.
Figure 1-2 Grafik Jumlah penetrasi internet di Indonesia tahun 2018
Sumber: Survey Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, 2018
22
Beberapa penelitian terdahulu juga telah meneliti pengaruh internet
terhadap pertumbuhan ekonomi Penggunaan komputer dan internet dalam
bisnis juga membuat masyarakat semakin mudah menemukan peluang untuk
berinovasi karena mudahnya dan murahnya memperoleh informasi.
Kombinasi tersebut pada tahap selanjutnya membuat entrepreneur tumbuh
lebih cepat sebagai sebuah sumber pertumbuhan ekonomi di era modern.
Dalam perspektif bisnis, transformasi sektor ekonomi dan pasar yang terjadi
dalam era digitalisasi dapat mendorong peningkatan produksi barang dan jasa
secara kualitas maupun kuantitas dengan biaya produksi yang lebih rendah.
(Liu, (2013); Qu dan Chen, (2014).)
Sektor E-Commerce bertransformasi menjadi salah satu kekuatan
ekonomi baru pada ekonomi digital. E-Commerce menjadi sektor dengan
nilai paling tinggi pada ekonomi digital, diikuti oleh Travel Online dan
Transportasi online. Managing Director Google Asia Tenggara dalam laporan
ekonomi internet Asia Tenggara (2019) mengatakan hal tersebut dipicu
beberapa hal, salah satunya adalah pemasaran dalam E-Commerce yang unik,
salah satu nya adalah festival belanja.
Peran penting e-commerce sebagai contoh dapat dilihat pada
pertumbuhan yang masif pada e-commerce di China. Grafik1.3 menunjukan
perkembangan retail E-commerce di China perbandingannya dengan Amerika
Serikat di Tahun 2005 dan 2016.
23
Figure 1-3 Nilai Transaksi Retail E-Commerce
Sumber: McKinsey Global Institute
Terjadi perkembangan yang begitu signifikan pada perkembangan
ekonomi digital di China. Nilai transaksi retail E-Commerce di China
meningkat mencapai 42.4% yang sebelumnya di tahun 2005 bahkan tidak
mencapai 1 persen dari nilai transaksi e-commerce global, jauh tertinggal dari
presentase Amerika Serikat dan dunia yang masing-masing bernilai 34.9%
dan 64.5%.
Menurut laporan McKinsey Global Institue, adanya pergeseran
pada kekuatan sistem digital China, Tingkat digitalisasi industri nya, dan
ruang lingkup teknologi digital yang menyebabkan adanya pertambahan nilai
pada ekonomi digital di China yang berhasil mencapai 42.4% di tahun 2016,
melesat jauh jika di bandingkan dengan Amerika Serikat yang mencapai
24.1% dan dunia yang hanya mencapai 33.5%. (Wang, Kevin Wei; Woetzel,
Jonathan ; Seong, Jeongmin; Chui, Michael ; Wong, Wendy; 2017)
Contoh lainnya adalah penelitian pada Kota Beijing yang
dilakukan oleh Bingwu Liu dan Juntao Li ditahun 2015. E-Commerce
menjadi bagian penting dalam pertumbuhan ekonomi di kota Beijing, China.
70
60
64,5
40
China 42,
4 30
20
10
34,9
33,5
24,1
Amerika Serikat
Dunia
0,6
2005 201
% n
ilai tr
an
saksi
reta
il e
- co
mm
erc
e
24
Skala ekonomis 10 perusahaan terbaik dan 6 diantara nya yang berkantor
pusat di Beijing, Penjualan melalui e-commerce di Kota Beijing meningkat
mencapai 25.4 Triliun Yuan, atau meningkat sebesar 100%. Beijing telah
mengumpulkan pengembangan teknologi informasi logistik bisnis elektronik,
logistik bisnis, bakat finansial, keunggulan sumber daya internasional, seperti
docking yang awalnya dibentuk klaster industri e-commerce. Menurut data
statistik Biro kota Beijng menunjukkan, pada tahun 2010 volume transaksi e-
commerce Beijing sekitar 400 miliar yuan, periode "Kesebelas Lima Tahun",
pertumbuhan tahunan rata-rata 45%, omset platform e-commerce sebagai
pihak ketiga mencapai 260 miliar yuan . Perusahaan e-commerce Beijing
menyumbang sekitar 9% dari total jumlah pendapatan negara. E-commerce
telah menjadi bagian penting dari mode pertumbuhan ekonomi di Beijing.
(Bingwu Liu, Juntao Li (2015)
Sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi internet paling besar
dan paling cepat, Ekonomi digital Indonesia di estimasi mencapai 130 Milliar
USD di tahun 2025. Pada tahun 2019 nilai ekonomi digital Indonesia
mencapai 40 Milliar USD, 4 kali lebih besar dari tahun 2015 dengan rata-rata
pertumbuhan tiap tahun mencapai 49%. Dominasi terjadi pada sektor e-
commerce dan Raid Hailing, didukung dengan iklim yang kompetitif baik
dari pemain domestik maupun regional. Semua sektor diuntungkan dengan
pertumbuhan adaptasi keuangan/pembayaran digital. Perkembangan ini
diikuti dengan nilai investasi pada sektor ini yang meningkat, dengan
penawaran yang lebih sedikit namun dalam jumlah besar. Putaran pendanaan
25
dalam jumlah besar di pimpin oleh unicorn-unicorn di Indonesia, seperti
Bukalapak, Gojek, Tokopedia and Traveloka. (Google dan Temasek, 2019)
Tren perdagangan melalui media elektronik pun masuk dalam
pembahasan dalam lingkup regional. Pada November 1999, organisasi
kawasan Asia Tenggara menyetujui ASEAN Task Force, yaitu badan
pengawas yang berisikan perwakilan pihak pemerintah dan swasta dari 10
negara anggota. Tujuannya diantara nya adalah mendukung kemunculan E-
Commerce berupa usaha dot-com, dan proyek-proyek yang menopang nya,
seprti enteroreunrship seminar, ASEAN School Network, Jaringan
Perdagangan Regional, Portal ASEAN World Master, serta program
pertukaran bisnis/industri (Orbeta JR 2002)
Negara-negara ASEAN seperti Indonesia, Singapura, Thailand,
Filipina, dll. Telah memiliki formulasi kebijakan tersendiri mengenai e-
commerce yang mengatur transaksi melalui media elektronik. Diantara
negara-negara tersebut, Singapura memiliki visi sebagai pusat E-commerce
Internasional , yaitu menjadi pusat segala transaksi elektronik di seluruh
dunia diproses. Tak heran jika Singapura memiliki perangkat regulasi
kebijakan yang lengkap dan memadai.
Pemerintah melalui Kementrian Perindustrian pada tahun 2018
meluncurkan peta jalan (roadmap) pengembangan industri 4.0. melalui
Making Indonesia 4.0, implementasi industri 4.0 diharapkan dapat
meningkatkan nilai tambah industri manufaktur dalam negeri sehingga dapat
bersaing secara global. Pesat nya perkembangan teknologi menjadi pemicu
26
perlu nya revitalisasi industri manufaktur agar tidak tertinggal. Ada 5 sektor
manufaktur yang menjadi fokus pada implementasi industri 4.0 ini (Figure 1-
4), antara lain makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, bahan
kimia, dan elektronik. Pertimbangan kelima faktor ini dilihat dari kontribusi
nya terhadap PDB.
Figure 1-4 kontribusi sektor Industri terhadap PDB industri pengolahan non migas 2017
Sumber : Kementrian Perindustrian (2018)
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengambil
judul ―Pengaruh Perkembangan E-Commerce dan Infrastruktur
Telekomunikasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Tahun 2001-2018.‖ Dengan alasan bahwa perkembangan terknologi
berkembang sangat cepat dan fundamental yang menyebabkan terjadinya
perubahan-perubahan pada sektor lain, termasuk sektor ekonomi.
Perkembangan era baru ekonomi menjadi hal yang tidak bisa kita hindari lagi,
dan E-Commerce menjadi salah satu sektor utama nya. Seluruh entitas bisnis
di tuntut untuk dapat beradaptasi dengan era baru yang berorientasi pada
teknologi agar dapat terus bersaing di. Karena seperti yang kita tahu,
27
perekonomian modern semakin di tuntut menjadi lebih kompetitif, dengan
menekankan efektifitas dan efisiensi lebih tinggi, peningkatan infrastruktur
dan keberadaan E-Commerce membantu negara dalam mencapai hal tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah, dengan asumsi Cetiris Paribus, dapat
diketahui rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut
a) Seberapa besar E-Commerce mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada tahun 2001-2018?
b) Seberapa besar Infrastruktur Telekomunikasi mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2001-2018?
c) Seberapa besar E-Commerce dan Infrastruktur Telekomunikasi
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2001-
2018?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, dengan asumsi Cetiris Paribus, dapat
diketahui tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Untuk mengetahui pengaruh E-Commerce terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia pada tahun 2001-2018
b) Untuk mengetahui Infrastruktur Telekomunikasi terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2001-2018
c) Untuk mengetahui pengaruh E-Commerce dan Infrastruktur
Telekomunikasi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada
tahun 2001-2018
28
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, adapun manfaat dari penelitian ini adalah
sebagai berikut
1. Manfaat secara teoritis, penelitian ini merupakan kajian ilmu ekonomi
studi pembangunan yang diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran mengenai perkembangan e-commerce dan infrastruktur
Telekomunikasi, serta menjadi bahan kajian baru melihat sejauh mana
pengaruh sektor E-Commerce dan telekomunikasi terhadap
perekonomian.
2. Manfaat secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah
satu sumber rujukan dan pisau analisis bagi pegiat ilmu ekonomi,
memberikan pengetahuan tentang manfaat serta potensi sektor E-
Commerce dan telekomunikasi dalam pemanfaatan nya pada kehidupan
sehari-hari yang dapat memberikan kontrbusi terhadap perekonomian
bagi masyarakat, serta memberikan sumbangan pemikiran serta
masukan dalam perumusan kebijakan-kebijakan guna mendorong
pemanfaatan sektor E-Commerce dan telekomunikasi secara maksimal
bagi pemerintah.
29
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1) Pertumbuhan Ekonomi
Pengertian dan Konsep Dasar Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan Ekonomi diartikan sebagai suatu ukuran kuantitatif
yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu
tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Menurut Kuznet, Pertumbuhan ekonomi (Economic Growth)
adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang
bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada
penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau
dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyelesaian- penyelesaian
berbagai tuntutan keadaan yang ada (Todaro 1998, 130)
Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan PDB atau PNB
tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari
tingkat pertumbuhan penduduk, dan apakah terjadi perubahan struktur
ekonomi atau perbaikan sistem kelembagaan atau tidak. (Arsyad 2010,
12)
Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita
dalam jangka panjang. Tekanannya pada tiga aspek, yaitu: proses,
output perkapita dan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah
30
suatu proses, bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu saat. Disini
kita melihat aspek dinamis dari suatu perekonomian, yaitu bagaimana
suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu.
Tekanannya ada pada perubahan atau perkembangan itu sendiri.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi:
Para ekonom aliran klasik yang telah mempelajari gejala
pertumbuhan ekonomi, melihat bahwa terdapat faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Dalam pembahasan teori
produksi (Teori Ekonomi Mikro), telah diperkenalkan dengan fungsi
produksi klasik sederhana ( Rahardjadan and Manurung 2008, 136):
Q = f (K,L) (2.1)
dimana:
Q = output
K = barang modal
L = tenaga kerja
Untuk analisis pertumbuhan ekonomi (analisis makro), model
klasik tersebut
Dapat dikembangkan lebih lanjut, sehingga dapat ditulis
persamaan:
Q = f (K,L,T,U) (2.2)
dimana:
Q = output atau PDB
K = barang modal
L = tenaga kerja
31
T = teknologi
U = uang
∂Q / ∂K;∂Q / ∂L;∂Q /T;∂Q / ∂U ≥ 0
Persamaan diatas secara sederhana menunjukkan faktor-faktor
yang menentukan pertumbuhan ekonomi. Berikut ini akan dijelaskan
faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi tersebut ( Rahardjadan and
Manurung 2008, 136-137)
Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor penting
(Arsyad 2010) yaitu:
1. Akumulasi Modal Akumulasi modal adalah semua investasi
baru yang berwujud tanah (lahan), peralatan fiskal dan
sumber daya manusia (human resources), akan terjadi jika
ada bagian dari pendapatan sekarang yang ditabung dan
kemudian diinvestasikan untuk memperbesar output pada
masa yang akan datang. Akumulasi modal akan menambah
sumber daya yang telah ada.
2. Pertumbuhan Penduduk Pertumbuhan penduduk dan hal-
hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angkatan
kerja (labor force) dianggap sebagai faktor yang positif
dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Namun
kemampuan merangsang pertumbuhan ekonomi tergantung
pada kemampuan sistem ekonomi yang berlaku dalam
32
menyerap dan mempekerjakan tenaga kerja yang ada secara
produktif.
3. Kemajuan Teknologi Menurut para ekonom, kemajuan
teknologi merupakan faktor yang paling penting bagi
pertumbuhan ekonomi. Dalam bentuknya yang paling
sederhana, kemajuan teknologi disebabkan oleh cara-cara
baru dan cara-cara lama yang diperbaiki dalam melakukan
pekerjaan-pekerjaan tradisional.
Teori Pertumbuhan Ekonomi
Secara umum teori pertumbuhan dapat dikelompokkan dalam
mashab analitis/teori dan mashab historian/empiris (Budiono, 1982).
Beberapa teori pertumbuhan penting, yang termasuk dalam mashab
analitis adalah teori-teori pertumbuhan klasik, Teori Pertumbuhan
Neoklasik dan Teori Pertumbuhan Endogen (Teori Pertumbuhan Baru).
a) Teori Ekonomi Klasik
Pada teori pertumbuhan ekonomi klasik, analisis di
dasarkan pada kepercayaan dan efektivitas mekanisme pasar bebas.
Teori ini merupakan teori yang dicetuskan oleh para ahli ekonom
klasik antara lain Adam Smith, David Ricardo, dll. Menurut
pandangan Adam Smith, kebijakan laissez-faire atau sistem
mekanisme pasar akan memaksimalkan tingkat pembangunan
ekonomi yang dapat dicapai oleh suatu masyarakat. Mengenai
33
faktor yang menentukan pembangunan, Smith berpendapat bahwa
perkembangan penduduk akan mendorong pembangunan ekonomi
dan mengenai corak proses pertumbuhan ekonomi, Smith
mengatakan bahwa apabila pembangunan sudah terjadi, maka
proses tersebut akan terus menerus berlangsung secara kumulatif.
Teori Pertumbuhan Klasik David Ricardo mengembangkan
Teori Klasik Smith ke dalam model yang lebih tajam baik dalam
konsep-konsep maupun dalam hal mekanisme proses pertumbuhan.
Menurut Ricardo dengan keterbatasan tanah, maka pertumbuhan
penduduk akan menghasilkan produk marjinal (marginal product)
semakin menurun yang lebih dikenal dengan the law of
deminishing return. Satu-satunya peluang untuk tetap
meningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah kemungkinan
kemajuan teknologi. Menurut Ricardo proses pertumbuhan
ekonomi adalah proses tarik menarik antara kedua kekuatan
dinamis ini, yang akhirnya dimenangkan oleh the law of
diminishing return sehingga, menurut teori ini, keterbatasan tanah
akan membatasi pertumbuhan ekonomi (Boedion 1982)
Menurut pandangan para ekonom klasik terdapat banyak
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi seperti jumlah
penduduk, jumlah stok barang modal, luas tanah dan kekayaan
alam, serta tingkat teknologi. Mereka menggambarkan, apabila
jumlah penduduk sedikit, dan kekayaan alam relatif berlebihan
34
(banyak), maka tingkat pengembalian modal dari investasi yang
dihasilkan tinggi, sehingga di sini para pengusaha akan
mendapatkan keuntungan besar, yang akan menciptakan investasi
baru, dan pada akhirnya akan mewujudkan pertumbuhan ekonomi..
b) Pertumbuhan Ekonomi Neo-Klasik
Menurut Teori Neoklasik, pertumbuhan ekonomi
tergantung pada ketersediaan faktor-faktor produksi: penduduk,
tenaga kerja, dan akumulasi modal dan tingkat kemajuan teknologi
(Arsyad, 2010). Analisis teori ini didasarkan atas asumsi-asumsi
dari teori klasik yaitu bahwa perekonomian berada pada tingkat
pengerjaan penuh (full employment) dan tingkat penggunaan
penuh (full utilization) dari faktor-faktor produksinya. Model ini
menjelaskan bahwa teknologi yang digunakan menentukan
besarnya output yang diproduksi dari jumlah modal dan tenaga
kerja tertentu.
Menurut Model pertumbuhan Solow merupakan model
pertumbuhan yang mengasumsikan bahwa perkembangan
teknologi adalah exogenues. Asumsi-asumsi penting dari model
Solow antara lain: tingkat depresiasi dianggap konstan, tidak ada
perdagangan luar negeri atau aliran keluar masuk barang modal,
tidak ada sektor pemerintah, tingkat pertambahan penduduk
(tenaga kerja) dianggap konstan serta seluruh penduduk bekerja,
35
sehingga jumlah penduduk sama dengan jumlah pekerja (
Rahardjadan and Manurung 2008, 141)
c) Pertumbuhan Ekonomi Endogen
Selanjutnya muncul Teori Pertumbuhan Endogen yang
dikembangkan oleh Paul Romer pada akhir tahun 80-an. Teori ini
memandang pertumbuhan ditentukan oleh sistem yang mengatur
proses produksi (endogenous) bukan oleh kekuatan-kekuatan dari
luar sistem. Karenanya, teori ini memandang penting identifikasi
dan analisis faktor-faktor yang berasal dari dalam (endogenous)
sistem ekonomi, yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi
(Todaro, 2006; Gordon, 2000; Mankiw, 2007).
Teori ini mengembangkan dari Model Pertumbuhan Solow
dimana menunjukkan bahwa pertumbuhan berkelanjutan berasal
dari kemajuan teknologi. Tetapi dari mana kemajuan teknologi
berasal dipandang sebagai faktor eksogen yang masih bersifat
asumsi, yang sering disebut Residu Solow.
Teori Pertumbuhan Endogen menjelaskan faktor-faktor
yang menentukan besaran tingkat pertumbuhan GDP yang tidak
dijelaskan dan dianggap sebagai variabel eksogen dalam
perhitungan Pertumbuhan Neoklasik Solow (Residu Solow). Paul
Romer menjelaskan tiga elemen dasar dalam pertumbuhan endogen
yaitu perubahan teknologi yang bersifat endogen melalui sebuah
36
proses akumulasi ilmu pengetahuan, ide-ide baru oleh perusahaan
sebagai akibat dari mekanisme luberan pengetahuan (knowledge
spillover), dan produksi barang-barang konsumsi yang dihasilkan
oleh faktor produksi ilmu pengetahuan akan tumbuh tanpa batas
(Arsyad 2010)
2) Perkembangan E-Commerce
Perkembangan Teknologi dan Ekonomi Digital
Yang dimaksud dengan E-Commerce adalah segala bentuk
transaksi, baik itu penjualan maupun pembelian secara online atau
menggunakan jaringan computer, menurut Fitcher (2003) yang
dimaksud dengan E-Commerce adalah seluruh pembelian dan
penjualan, baik yang dilakukan oleh entitas bisnis, konsumen,
pemerintah, organisasi sektor public maupun swasta, yang dimana
dilakukan dengan mediasi jaringan computer. E-commerce
didefinisikan sebagai transaksi komersial yang melibatkan pertukaran
nilai yang dilakukan melalui atau menggunakan tekonologi digital
antara individu (Laudon, K. C. and Traver, C. G. (2018), 8-9)
Sampai tahun 2000-an awal, banyak bisnis menyediakan barang
dan jasa mereka di World Wide Web (WWW) yang memberikan
fasilitas penyediaan data dan akses informasi secara umum, serta
mendukung akses data multimedia berupa gambar, suara, video dan
animasi. Selain mendukung bisnis berbasis B2B dan B2C, dalam
37
perkembangannya muncul metode penjualan consumer-to-consumer
(C2C). C2C memfasilitasi end-users untuk saling melakukan transaksi.
Penjualan dapat berupa transaksi barang-barang baru yang sengaja
dibeli lalu dijual kembali maupun barang-barang bekas. Teguh
menamakan Bisnis B2B dinamakan sebagai supply chain, B2C sebagai
customer chain, dan C2C sebagai community chain (Dianari, 2018).
(Orbeta JR 2002) mengklasifikan E-Commerce kedalam beberapa
klasifikasi.
Table 2-1 Klasifikasi E-Commerce
Seller/Buyer Bussiness Consumer Goverment
Bussiness B2B
Bisnis
menawarkan
untuk menjual
atau membeli
barang ke
entitas bisnis
lainnya
B2C
Bisnis
menawarkan untuk menjual
atau membeli
barang dan jasa
kepada
konsumen
B2G
Bisnis
menawarkan untuk menjual
atau membeli
barang dan jasa
kepada
pemerintahan.
Consumer C2B
Konsumen
menawarkan
untuk menjual
atau membeli
barang dan jasa
kepada bisnis
C2C
Konsumen
menawarkan
unruk menjual
atau membeli
bararang dan
jasa kepada
konsumen
lainnya
C2G
Konsumen
menwarkan
untuk mennjual
atau membeli
barang dan jasa
kepada
pemerintah
Goverment G2B
Pemerintah
menawarkan
untuk menjual
atau membeli
barang dan jasa
kepada bisnis
G2C
Pemerintah
menawarkan
untuk menjual
atau membeli
barang dan jasa
kepada
konsumen
G2G
Pemerintah
menawarkan
untuk membeli
atau menjual
barang dan jasa
kepada
pemerintah lainnya.
Sumber: Wicaksono (2018)
38
Suatu perusahaan membutuhkan informasi, infrastruktur,
dan layanan pendukung yang tepat untuk dapat melakukan kegiatan e-
commerce. Komponen atau pilar pendukung e-commerce menurut
(Turban 2015, 9) adalah sebagai berikut:
1. Manusia. Penjual, pembeli, perantara, sistem informasi dan
pakar teknologi, karyawan lain, dan peserta lainnya.
2. Kebijakan publik. Masalah hukum dan kebijakan lain dan
peraturan, seperti perlindungan privasi dan perpajakan, yang
ditentukan oleh pemerintah, termasuk standar teknis dan
kepatuhan.
3. Pemasaran dan periklanan. Seperti bisnis lainnya, e-commerce
biasanya membutuhkan dukungan pemasaran dan periklanan.
Hal ini sangat penting dalam transaksi online B2C, di mana
pembeli dan penjual biasanya tidak saling mengenal.
4. Layanan pendukung. Banyak layanan dibutuhkan untuk
mendukung ecommerce. Ini berkisar dari pembuatan konten
hingga pembayaran hingga pengiriman pesanan.
5. Kemitraan bisnis. Usaha patungan, pertukaran, dan kemitraan
bisnis dari berbagai jenis umum terjadi di e-commerce. Ini
sering terjadi di seluruh rantai pasokan yaitu, interaksi antara
perusahaan dan pemasoknya, konsumen, dan mitra lainnya).
39
Berdasarkan klasifikasi model bisnis E-Commerce dari
Kementerian Keuangan (2013) dan TechInAsia (2014), berikut model
bisnis yang dijalankan oleh pelaku bisnis E-Commerce di Indonesia:
Table 2-2 Klasifikasi Model Bisnis E-Commerce
Model Pengertian
Online
Marketplace
Situs yang disediakan oleh penyelenggara jasa
internet kepada para penjual untuk dapat
menjajakan dagangannya melalui dunia maya
Classified Ads Kegiatan menyediakan tempat dan/atau waktu
untuk memajang konten barang dan/atau jasa bagi
pengiklan untuk memasang iklan yang ditujukan
kepada pengguna iklan melalui situs yang
disediakan oleh penyelenggara classified ads
Daily Deals Kegiatan menyediakan tempat kegiatan usaha
berupa situs daily deals sebagai tempat penjual.
Situs ini menjual barang dan/atau jasa kepada
pembeli dengan menggunakan voucher sebagai
sarana pembayaran
Online Retail Kegiatan menjual barang dan/atau jasa yang
dilakukan oleh penyelenggaraan online retail
kepada pembeli di situs online retail
( Dianari 2018)
Menurut hasil riset yang dilakukan oleh APJII (Asosiasi Penyedia
Jaringan Internet Indonesia) pada tahun 2012, diketahui bahwa terdapat
bebrapa kendala dalam yang dirasakan konsumen ketika berbelanja
online, sebagai berikut;
Kekhawatiran penipuan. Semua transaksi yang terjadi secara
digital, membatasi informasi yang kita dapatkan mengenai
penjual dan bagaimana kondisi sebenarnya barang tersebut. Hal
ini yang masih menjadi bahan pertimbangan bagi orang-orang
40
yang lebih memilih berbelanja secara konvensional. Hambatan
ini memiliki presentase sebesar 40%.
Tidak mengetahui kondisi barang sesungguhnya. Bagi sebagian
orang, menyentuh dan meresakan langsung barang yang akan
dibeli menjadi salah satu faktor utama dalam ketika berbelanja,
yang mana tentu hal tersebut tidak dapat dilakukan ketika
bertransaksi secara online. Hal ini cukup besar pengaruhnya
hingga mencapai 21.5%
E-Commerce dan pertumbuhan ekonomi
E-commerce merupakan bukti bahwa perkembangan teknologi
yang begitu masif pada giliran nya akan mempengaruhi perekonomian.
Melalui teknologi berbasis jaringan internet, aliran transaksi barang dan jasa
dari produsen atau penjual ke konsumen dapat terjadi dengan mudah dan
cepat.) Pemanfaatan internet ini kemudian berimplikasi pada peningkatan
arus penyebaran ide dan informasi yang mendorong tumbuhnya inovasi
serta pelaku yang menyertainya (entrepreneur). Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa sumber pertumbuhan ekonomi dari penerapan E-
Commerce menjadi factor pembawa ide dan inovasi bagi penggunanya yang
mampu mengelola internet menjadi peluang untuk mendapat keuntungan (
Dianari 2018)
41
E-commerce memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi:
1. meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui penurunan biaya dan
efisiensi. Zhang dan Wang menggunakan teori ekonomi klasik
yang muncul dan keseimbangan umum model untuk
menyimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi terkait dengan
pengembangan E-commerce. Terutama setelah mengurangi biaya,
E-commerce telah meningkatkan transaksi.
2. E-commerce meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan
menstimulus sisi konsumen. Georgiou dalam penelitiannya berpikir
bahwa E-commerce meningkatkan penjualan (dan karenanya
konsumsi), yang pada gilirannya meningkatkan kinerja perusahaan,
sehingga mengarah pada pertumbuhan ekonomi pada akhirnya. S.
Liu (2013) menganalisis dan menguraikan
Mekanisme dampak pengembangan e-commerce terhadap
perkembangan ekonomi nasional.
3. E-commerce dapat meningkatkan produktivitas suatu negara.
Penelitian yang dilakukan oleh Cisco Systems Inc. menunjukkan
bahwa antara 1995 dan 2010, E-commerce AS meningkat rata-rata
tahunan tingkat pertumbuhan dari 1,2% menjadi 2,1% Dari 2000
hingga 2010, E-commerce meningkatkan rata-rata tingkat
pertumbuhan tahunan produksi UE dari 1,3% menjadi 1,7%
4. E-commerce menjadi salah satu factor baru dalam peningkatan
pertumbuhan ekonomi. Huang (2010) memperkenalkan faktor E-
42
commerce ke dalam fungsi produksi Cobb-Douglas dan
menyimpulkan bahwa E-commerce adalah titik pertumbuhan
ekonomi baru dan titik balik dalam pembangunan ekonomi. Yang,
Zhou, dan Li (2011) juga memperkenalkan E-commerce Indeks -
komersial ke dalam fungsi produksi Cobb-Douglas, membentuk
fungsi produksi Cobb-Douglas dengan indeks E-commerce, dan
menyimpulkan bahwa E-commerce adalah dorongan baru untuk
pertumbuhan ekonomi. (Jinyi 2018)
Menurut PC Magazine dalam artian lebih luas dari sekedar
transaksi online atau pasar online adalah ―The impact of information
technology on the economy―. Pengertiannya lebih menonjolkan pada
penerapan teknologi informasi pada bidang ekonomi. Ekonomi digital
adalah sektor ekonomi meliputi barang-barang dan jasa-jasa saat
pengembangan, produksi, penjualan atau suplainya tergantung kepada
teknologi digital.
3) Infrastruktur Telekomunikasi
Infrastruktur dan Telekomunikasi
Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) Infrastruktur
dapat diartikan sebagai sarana dan prasaran umum. Saran umum dapat
diartikan sebagai fasilitas publik seperti rumah sakit, jalan, jembatan,
dll. Lebih jauh lagi dalam ilmu ekonomi, infrastruktur merupakan
wujud dari public capital (modal publik). (Mankiw 2003, 38)
43
Definisi lainnya mengenai infrastruktur yaitu bahwa infrastruktur
mengacu pada fasilitas kapital fisik dan termasuk pula kerangka kerja
organisasional, pengetahuan, dan teknologi yang penting untuk
organisasi masyarakat dan pembangunan mereka, meliputi; Undang-
undang, sistem kesehatan dan pendidikan, sistem keselamatan, dsb.
(Tatom, 1993;124)
Beberapa pakar menyebutkan pentingnya infrastruktur dalam
meningkatkan perkonomian suatu negara dalam mendukung masyarakat
melalui kegiatan produksi pada perekonomian seperti Grigg dan
Fontane dalam Kodoatie tahun 2005, Hirscman (1958)
Dalam laporan infrastruktur Bank Dunia, membagi kedalam 2
jenis infrastruktur (Bank 1994, 12)
1. infrastruktur ekonomi, merupakan asset fisik yang
menyediakan jasa dan digunakan dalam produksi dan
konsumsi akhir, meliputi pubic utilities (telekomunikasi.
air minum, sanitasi, dan gas), publics work (bendungan,
saluran irigasi, dan drainase), serta sektor transportasi
(kereta api, pelabuhan, jalan)
2. infrastruktur social, merupakan asset yang mendukung
kesehatan dan keahlian masyarakat meliputi kesehatan
(rumah sakit), pendidikan (sekolah dan perpustakaan), dan
rekreasi (taman, tempat hiburan, museum).
44
3. infrastruktur administrasi/instansi, meliputi penegak
hukum, kontrol administasi, dan koordinasi serta
kebudayaan
Pengadaan infrastruktur merupakan hasil dari kekuatan permintaan
dan penawaran. infrastruktur sangat di butuhkan yang berguna
mendorong tercapainya pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
ekonomi yang berkelanjutan. maka dari itu intervensi pemerintah dalam
pengadaan infrastruktur sangat besar. terlebih lagi keberadaan
infrastruktur sangat penting dalam menyokong berbagai aspek ekonomi
dan kegiatan sosial dan akan ada konsekuensi yang besar yang harus di
tanggung apabila terjadi kegagalan dalam pengadaan infrastruktur ini.
(Canning,1998)
Salah satu jenis infrastruktur yang menjadi fokus pada penelitian
ini adalah infrastruktur telekomunikasi. istilah telekomunikasi muncul
setelah adanya perpaduan antara teknologi informasi dan teknologi
komunikasi. Teknologi telekomunikasi merupakan teknologi yang
menggabungkan komputasi (computer) dengan jalur komunikasi
berkecepatan tinggi yang membawa data, suara, dan video. (William dan
Sawyer, 2003)
Teknologi informasi dan komunikasi merupakan kombinasi dan
integrasi dari jaringan komputer, telekomunikasi, elektronik, jaringan,
dan media informasi yang berdampak pada rumah tangga, perusahaan,
dan perekonomian secara keseluruhan. Utilitas utama dari perkembangan
45
telekomunikasi adalah berkurangnya biaya komunikasi yang pada
akhirnya memperlancar arus informasi dan pengetahuan (Majeed and
Ayub 2018)
Lebih lanjut menurut Majeed dan Ayub, perkembangan
telekomunikasi telah menghubungkan perekonomian secara global.
Suprastruktur dan infrastruktur teknologi yang semakin meningkatkan
integrasi jaringan kedalam jaringan multimoda yang padat dari individu
pada level mikro di organisasi sampai level global melalui rantai supply
global dan kota global.
Koordinasi dalam pengembangan infrastruktur perekonomian juga
dituntut untuk merespon keinginan pasar yang lebih cepat. Economic
linkage yang terwujud haruslah memiliki fondasi infrastruktur yang kuat.
Informasi sebagai sebuah komoditas ekonomi yang memiliki nilai, kini
menjadi bagian yang penting dalam sebuah ekonomi. Sektor teknologi
informasi dan komunikasi akan dapat bekerja dengan efisien apabila
didukung penuh baik perangkat lunak maupun perangkat keras. sehingga
diperlukan infrastruktur yang memadai untuk menyokong kinerja
teknologi informasi dan komunikasi dalam pendistribusian informasi
yang memiliki nilai dalam perekonomian.
Infrastruktur Telekomunikasi dan Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Antonelli, Greenstein dan Spiller (dalam Prasetyo, 2016)
dalam penelitian nya mengungkapkan bahwa perkembangan infrastruktur
46
telekomunikasi memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi
baik secara langsung maupun tidak langsung. penggunaan infrastruktur
telekomunikasi yang efisien menghasilkan dampak langsung pada
menurun nya biasa transaksi dan informasi pemasaran yang lebih baik,
dan manfaat tidak langsung adalah dengan terciptanya percepatan
penyebaran informasi.
Beberapa dalil yang menyatakan hubungan perkembangan
infrastruktur telekomunikasi dengan pertumbuhan ekonomi. pertama
adalah Supply-Leading Hypothesis (SLH) dimana hipotesis ini didukung
oleh beberapa peneliti seperti Cieślik dan Kaniewsk (2004); Yoo dan
Kwak (2004); Ahmed dan Krishnasamy (2012); Mehmood and Siddiqui
(2013). SLH menyatakan bahwa perkembangan infrastruktur
telekomunikasi diperlukan sebagai pra-syarat pertumbuhan ekonomi.
dengan demikian, dikatakan bahwa kausalitas berjalan dari
Perkembangan Infrastruktur Telekomunikasi ke pertumbuhan ekonomi.
pendukung hipotesis ini mempertahankan argumen nya bahwa
Perkembangan Infrastruktur telekomunikasi menyebabkan pertumbuhan
ekonomi secara langsung melalui dukungan terhadap infrastruktur lain
dan terhadap faktor produksi. dengan demikian mendorong peningkatan
terhadap pertumbuhan ekonomi.
Kedua adalah Demand-Following Hypothesis (DFH). dimana pada
hipotesis ini kausalitas dianggap berjalan dari pertumbuhan ekonomi ke
perkembangan infrastruktur telekomunikasi. pendukung hipotesis ini Beil
47
et al. (2005); Veeramacheneni et al. (2007); Pradhan et al. (2013)
menyatakan bahwa perkembangan infrastruktur telekomunikasi hanya
memiliki peran yang kecil dalam pertumbuhan ekonomi dan itu
merupakan produk sampingan dari pertumbuhan ekonomi.
Ketiga merupakan Feedback Hypothesis (FBH), dimana
pendukung hipotesis ini Chakraborty and Nandi (2003, 2011); Yoo and
Kwak (2004); Zahra et al. (2008); Ramlan and Ahmed (2009); Pradhan et
al. (2013) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dan Perkembangan
infrastruktur telekomunikasi saling melengkapi dan memperkuat satu
sama lain, menjadikan pertumbuhan ekonomi dan Perkembangan
infrastruktur telekomunikasi memiliki kausalitas mutual.
Keempat adalah Neutralitas Hypothesis (NLH) atau tidak adanya
kausalitas, dengan alasan bahwa terdapat ketiadaan hubungan apa pun
antara infrastruktur telekomunikasi dan pertumbuhan ekonomi. NLH
didukung oleh sangat sedikit makalah (Dutta 2001; Veeramacheneni et
al. 2007; Shiu dan Lam 2008).
Satu bagian literatur menggali tentang bagaimana manfaat
telekomunikasi yang mendorong inovasi dan pengembangan dapat
dimaksimalkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang cepat dan
berkelanjutan. Roller dan Waverman (2001) berpendapat bahwa
kemajuan pada telekomunikasi berkontribusi lebih dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi melalui investasi asing masuk (FDI) dan
eksternalitas jaringan. Vu (2004) berpendapat bahwa manfaat dari
48
telekomunikasi dapat ditangkap melalui peningkatan kelancaran dalam
bahasa Inggris, reformasi edukasi, dan kualitas institusi (Majeed dan
Ayub, 2018).
Promosi Telekomunikasi suatu hal yang sangat penting, untuk
kondisi kehidupan yang lebih baik, inovasi, merangsang wirausaha dan
perekonomian. Telekomunikasi dapat berperan dalam fasilitasi
perdagangan dan integrasi regional. Ini juga memfasilitasi berbagi
informasi dan pengetahuan, komunikasi lintas batas dan transaksi
keuangan. Telekomunikasi juga menghasilkan hasil yang
menguntungkan untuk Litbang, perdagangan dan pengembangan
keuangan dan juga memperkuat efisiensi dan keterampilan tenaga kerja
yang secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
(Majeed dan Ayub, 2018).
Telekomunikasi juga mempengaruhi perdagangan dari banyak sisi.
Misalnya adalah teknologi internet telah menciptakan basis pada
pembaruan pasar, bisnis, dan produk dan jasa yang selanjutnya
mengembangkan e-commerce dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Infrastruktur telekomunikasi di era modern juga mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi melalu kelancaran pada investasi asing dan nilai
positif pada ekspor (Majeed dan Ahmad, 2006; Zahra et al., 2008).
Dalam laporan Information Economi yang dilakukan PBB,
menunjukan terdapat perbedaan hubungan telekomunikasi dengan kinerja
perekonomian pada negara emerging dan negara berkembang. Pertama
49
investasi pada sektor telekomunikasi dapat menurunkan biaya
administrasi yang di bebankan kepada perusahaan sebagai hasil
pengadopsian model e-goverment. Kedua telekomunikasi dapat
memfasilitasi pelatihan dan pelayanan konsultasi. Ketiga telekomunikasi
meningkatkan akses terhadap informasi yang relevan. Keempat
telekomunikasi berperan sebagai alat untuk mengurangi biaya transaksi
dan biaya perjalanan. Pelayanan ini tidak spesifik pada negara emerging
dan negara berkembang, tapi bagaimanapun juga telekomunikasi pada
perekonomian kini memberikan pelayanan yang tidak ada pada
perekonomian non-digital sebelumnya. (PBB. 2011).
50
B. Penelitian terdahulu Table 2-3 Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Model/Metode Penelitian Hasil Penelitian
Rr. Getha Fety
Dianari (2018)
Pengaruh e-commerce
terhdap pertumbuha
ekonomi Indonesia selama tahun 1996-2015
menggunakan pendekatan Auto-
Regressive Distributed Lag
(ARDL)
Hasil estimasi menunjukkan perkembangan e-commerce yang
direpresentasikan melalui perkembangan nilai transaksi e-commerce, perkembangan jumlah situs bisnis, dan jumlah pengguna internet
terbukti berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Namun demikian, pengaruh hanya signifikan pada jangka panjang tetapi tidak signifikan pada jangka pendek.
Galih Adi
Prasetyo
( 2016)
Pengaruh Pembangunan
Infrastruktur
Telekomunikasi Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Di ASEAN
Penelitian ini meggunakan
data panel pada 10 negara
ASEAN rentang tahun 2000-
2013 dengan menggunakan Generalized Method of Moment (GMM)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa infrastruktur telekomunikasi
berpengaruh signifikan namun negative terhadap pertumbuhan
ekonomi. Dampak pembangunan infrastruktur telekomunikasi hanya muncul melalui product atau outcome dari pertumbuhan ekonomi.
Pembangunan infrastruktur telekomunikasi dinilai sebagai dampak
pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat.
Ulya Amaliya
(2011)
E-Commerce di
Singapura dan
Indonesia; Sebuah Perbandingan
Penelitian bersifat deskriptif
kualitatif, dengan metode
analisis konsep.
Singapura telah memiliki visi untuk menjadi Pusat E-Commerce
Internasional sejak tahun 1998 melalui E-Commerce Master Plan..
Sedangkan pengembangan teknologi informasi dan komunikasi Indonesia baru disinggung dalam Master Plan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang
dicanangkan pada tahun 2011.
Bingwu Liu, Juntao Li (2015)
The Development
Strategic of E-
Commerence logistic in
Beijing
Penelitian bersifat deskriptif
kualitatif, dengan metode
analisis konsep.
Beijing telah mengumpulkan pengembangan teknologi informasi logistik bisnis elektronik, logistik bisnis, bakat finansial, keunggulan
sumber daya internasional, seperti docking yang awalnya dibentuk
klaster industri e-commerce. Beijing adalah simpul inti dari proyek demonstrasi Internet generasi berikutnya dan pilot triple play nasional kota.
51
Nailul Huda,
Izzudin Al Farras Adha,
Riza Annisa Pujarama (2019)
The Impact of E-
Commerce Sector on
Indonesian Economy
Penelitian menggunakan analisis
Vector Autoregression (VAR) dan Input-Output analysis
methods
Hasilnya menunjukkan bahwa e-commerce mempengaruhi GDP
secara positif. Dan perkembangan inovasi dan teknologi memberi dampak pada pertumbuhan PDB baik secara positif maupun negatif.
Dengan analisis I-O, investasi dalam e-commerce dapat meningkatkan pertumbuhan PDB sekitar 0,389 persen
Muhammad
Tariq Majeed
(2018)
Information and
Communication Technology (ICT) and
Economic Growth
Nexus: A Comparative
Global Analysis
Penelitian ini menggunakan
sample dari 149 negara selama periode 1980-2015. penelitian
ini menggunakan teknik
Ordinary Least Squares (OLS), Pooled OLS, Two Stage Least
Squares (2SLS) and Generalized
Method of Moments (GMM)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua indikator Telekomunikasi
dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi global dan regional. Namun beberapa indikator seperti layanan berbasis online, infrastruktur
telekomunikasi, dan e-government relatif lebih kondusif dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi. Analisis untuk sub-sampel negara maju, negara berkembang dan negara emerging mengungkapkan
bahwa negara berkembang dan negara emerging memperoleh lebih
banyak bentuk Telekomunikasi daripada negara maju
Rudra P.
Pradhan, Mak B. Arvin,
Sahar Bahmani,
& Neville R. Norman (2014)
Telecommunication
Infrastructure And
Economic Growth: Comparative Policy
Analysis G20
Developed And
Developing Country
Penelitian ini membahas
hubungan antara pembangunan
infrastruktur telekomunikasi , pertumbuhan ekonomi, dan
empat indikator utama operasi
negara maju menggunakan Model Auto-Regresif Vektor
Panel untuk mendeteksi
kausalitas dan memeriksa hubungan jangka panjang antara
variabel di negara-negara G-20 untuk periode 2001-2012
Ditemukan bukti bahwa pembangunan infrastruktur telekomunikasi,
yang diukur melalui enam indikator, dapat menyebabkan pertumbuhan
ekonomi dan penyebabnya mungkin dua arah. Tidak mengherankan, sifat kausalitas yang tepat bergantung pada kelompok negara yang
dipertimbangkan dan definisi DTI.
Zhongwei
Xing (2018) The impacts of
Information and
Communications
Technology (ICT) and E-commerce on bilateral
trade flows
Studi ini meneliti dampak
Internet dan adopsi e-commerce
pada arus perdagangan bilateral menggunakan panel dari 21
negara berkembang dan kurang
berkembang dan 30 negara OECD.
Hasil empiris menunjukkan bahwa akses yang lebih baik ke TIK
modern dan penerapan aplikasi e-commerce merangsang arus
perdagangan bilateral di berbagai tingkatan. Studi tersebut mencatat bahwa penggunaan TIK yang efisien yang dilengkapi dengan internet
berkecepatan tinggi dan server yang aman merupakan tonggak penting
untuk membuka potensi perdagangan elektronik untuk negara berkembang dan negara yang paling tidak berkembang.
Infrastruktur Telekomunikasi
Perkembangan E-Commerce
Pertumbuhan
Ekonomi
Indonesia
52
C. Kerangka Berfikir
Gambar 2.1 Kerangka berfikir
D. Hipotesa Penelitian
Merujuk kepada kerangka berfikir diatas, di hipotesiskan sebagai berikut:
1) Ho = Tidak ada pengaruh signifikan antara perkembangan E-Commerce
terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2001-2018
H1 = Ada pengaruh signifikan antara perkembangan E-Commerce terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2001-2018.
2) H0 = Tidak ada pengaruh signifikan antara Infrastruktur telekomunikasi
terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2001-2018.
H1 = Ada pengaruh signifikan antara Infrastruktur telekomunikasi terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2001-2018
3) H0 = Tidak ada pengaruh signifikan antara perkembangan E-Commerce
dan Infrastruktur telekomunikasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia Tahun 2001-2018 secara bersama-sama.
H1 = Ada pengaruh signifikan antara perkembangan E-Commerce dan
Infrastruktur telekomunikasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Tahun 2001-2018 secara bersama-sama.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif untuk menjelaskan
variabel variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan
yang lainnya. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yang merupakan data Timeseris. Pengolahan data pada penelitian
kali ini akan menggunakan software SPSS dan Microsoft Excel 2013.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari
perkembangan E-Commerce di Indonesia serta pengaruh dari infrastruktur
Telekomunikasi terhadap kinerja Pertumbuhan Ekonomi Indonesia secara
parsial dan simultan. karena keterbatasan data, penelitian dibatasi dari
tahun 2001-2018
B. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan
menggunakan data sekunder sebagai data penelitiannya. Data sekunder
merupakan data yang diperoleh dari dokumen/publikasi/laporan penelitian
dari dinas/instansi maupun sumber data lainnya yang menunjang
(Darmawan, Deni 2013, 13)
53
54
Data penelitian ini meliputi data Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), Variabel penelitian
meliputi Jumlah Pengguna Internet di Indonesia, Fixed Broadband
Subscription, Mobile Celluler Subscription bersumber dari worldbank dan
hasil Survey Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII)
Table 3-1 Variabel Penelitian
Jenis Variabel
Variabel Indikator Satuan Sumber Data
Terikat Pertumbuhan
Ekonomi PDB
Miliar
Rupiah
Badan Pusat
Statistik (BPS)
Independen
Perkembangan
E-Commerce
Jumlah Pengguna
Internet
Ribu jiwa
Asosiasi Penyelenggara
Jasa Internet (APJII)
Independen
Infrastruktur Telekomunikasi
Fixed Broadband
Subscription Ribu jiwa World Bank
Mobile Celluler
Subscription
Ribu orang
World Bank
PDB sebagai proxy pertumbuhan ekonomi digunakan untuk
menjelaskan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebagai variabel terikat pada
penelitian ini. Produk domestik bruto (PDB) adalah total produksi (output)
yang dihasilkan oleh pemerintah. PDB merupakan nilai barang dan jasa
yang diproduksikan di dalam suatu negara pada suatu periode tertentu.
Produk domestik bruto merupakan konsep dalam perhitungan pendapatan
nasional. (Sukirno 2015).
PBD digunakan sebagai salah satu indikator perhitungan
pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan biasanya dihitung dalam nilai riil
dengan tujuan untuk menghilangkan adanya inflasi dalam harga dan jasa
yang diproduksi sehingga PDB riil mencerminkan perubahan kuantitas
55
produksi. Pertumbuhan ekonomi merupakan upaya peningkatan kapasitas
produksi untuk mencapai penambahan output, yang diukur menggunakan
Produk Domestik Bruto (PDB) maupun Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) dalam suatu wilayah. (Adisasmita 2013, 4)
Pertumbuhan ekonomi mengukur perkembangan kegiatan
perekonomian suatu negara yang tercermin dalam kenaikan PDB dan PNB
dalam jangka panjang tanpa melihat besar kecil nya pertumbuhan
penduduk dan perubahan struktur perekonomian. PBD dianggap sebagai
ukuran terbaik untuk melihat kinerja perekonomian. Tujuan dari PDB
adalah meringkas kegiatan ekonomi dalam suatu nilai uang di satu periode
waktu tertentu.
Selain itu, penelitian lain yang dilakukan oleh Huda, Adha and
Pujarama (2019), Liu dan Li (2015), Liu, Sixun (2013), Xing (2018),
Dianari (2018) menggunakan proxy PDB sebagai variabel yang
menjelaskan pertumbuhan ekonomi.
Jumlah pengguna internet digunakan untuk menjelaskan
Perkembangan E-Commerce sebagai variabel independen. Jumlah
pengguna internet sendiri menjadi gambaran potensi ekonomi digital,
berperan penting dalam pasar atau mendorong permintaan untuk
mendorong kontribusi E-Commerce terhadap pertumbuhan ekonomi. Di
karenakan terbatas nya data, proxy perkembangan E-Commerce
menggunakan proxy jumlah pengguna internet.
56
Jumlah pengguna internet di gunakan sebagai salah satu indikator
dalam penentuan B2C E-Commerce Index yang di keluarkan oleh
UNCTAD, bersamaan dengan Penggunaan Credit Card (% of age 15),
pengguna layanan internet aman (Secured Internet Service), serta jumlah
orang yang memiliki paket yang dikirimkan ke rumah.
Selain itu, adanya perkembangan dalam pengadopsian internet
pada bisnis, sehingga indikator jumlah pengguna Internet mungkin
menjadi yang paling penting. Karena yang membedakan E-Commerce
dengan model bisnis konvensional adalah penggunaan yang menggunakan
Internet
Untuk infrastruktur telekomunikasi sebagai variabel independen,
dijelaskan dengan Fixed Broadband Subscription dan Mobile Celluler
Subscribtion. Kedua variabel merupakan 2 dari indikator perhitungan
indikator telecommunication infrastructure index. Merupakan indeks yang
mengukur kesiapan infrastruktur telekomunikasi negara dalam
pengadopsian kesempatan yang di tawarkan oleh teknologi informasi dan
komunikasi dalam meningkatkan daya saing mereka. Indikator nya; Active
Mobile Broadband subscriptions/ 100 population, Fixed broadband
internet subscriptions/ 100 population, Fixed telephone lines, Internet
users, Mobile telephone subscriptions
Kedua indikator menunjukkan adanya perkembangan pada
telekomunikasi yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan pada jumlah
pengguna jaringan pita lebar dan pengguna telepon seluler. Kedua
57
indikator menjelaskan perkembangan infrastruktur telekomunikasi dari sisi
permintaan.
Menurut International Telecommunication Union,Fixed Broadband
Subscription merupakan:
“ Fixed-broadband subscriptions refers to fixed subscriptions
to high-speed access to the public Internet (a TCP/IP
connection), at downstream speeds equal to, or greater than,
256 kbit/s. This includes cable modem, DSL, fibreto-the-
home/building, other fixed (wired)-broadband subscriptions ,
satellite broadband and terrestrial fixed wireless broadband.”
(International Telecommunication Union 2018)
Maksudnya adalah Fixed Broadband Subscription mengacu pada
langganan tetap pada akses internet publik berkecepatan tinggi, pada
kecepatan rendah sama dengan, atau lebih besar dari, 256 kbit/dtk. Ini
termasuk modem kabel, DSL, fibreto-the-home / building, langganan fixed
(kabel) -broadband lainnya, broadband satelit dan broadband nirkabel tetap
terestrial.
Keberadaan Fixed broadband subscribtion menjadi bentuk fisik
dari pembangunan infrastruktur telekomunikasi. keberadaannya
memberikan peningkatan pada aksesibilitas thd jaringan telekomunikasi
yang baik, terutama nya internet
Selain Fixed Broadband Subscription, Mobile Celluler
Subscription juga digunakan untuk menjelaskan infrastruktur
telekomunikasi pada penelitian ini. Menurut Millenium Development
Goals Indicator, Mobile Celluler Subscrption merupakan:
“ Mobile-cellular telephone subscriptions refers to the number of
subscriptions to a public mobile-telephone service that provide access to the
PSTN using cellular technology. The indicator includes the number of
58
postpaid subscriptions and the number of active prepaid accounts (i.e. that
have been used during the last three months). The indicator applies to all
mobile-cellular subscriptions that offer voice communications. It excludes
subscriptions via data cards or USB modems, subscriptions to public mobile
data services, private trunked mobile radio, telepoint, radio paging and
telemetry services. “
Maksudnya adalah Langganan telepon seluler mengacu pada
jumlah langganan ke layanan telepon seluler publik yang menyediakan
akses ke PSTN menggunakan teknologi seluler. Indikatornya mencakup
jumlah langganan pascabayar dan jumlah akun prabayar aktif (yaitu yang
telah digunakan selama tiga bulan terakhir). Indikator ini berlaku untuk
semua langganan seluler-seluler yang menawarkan komunikasi suara.
C. Metode Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis regresi
berganda. Pada regresi berganda terdapat satu variabel tergantung dan dua
atau lebih variabel bebas. Analisa diperlukan untuk mengetahui arah
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan data
berskala interval atau rasio. (Arifin 2017, 156)
Regresi berganda adalah perkembangan dari regresi sederhana
yang menjelaskan hubungan antara variabel terikat dengan lebih dari satu
variabel bebas (Freund dan Wilson 2006). Secara umum penaksiran model
dugaan model regresi linier berganda menurut Sembiring (2003),
59
dituliskan:
Y ˆ = ˆ 0+ ˆ 1X1 + ˆ 2X2+…+ ˆ nXn+ ˆ
Dimana:
Y ˆ = Variabel Terikat
X1, X2,X3... = Variabel Bebas
ˆ 0 = Konstanta
ˆ 1, ˆ 2, ... = Koefisien Regresi
Dalam pengolahan data ini, digunakan metode kuadrat terkecil atau
sering disebut dengan Ordinary Least Square (OLS) untuk model regresi
linear berganda dengan menggunakan software aplikasi SPSS
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia adalah Dapat dinyatakan dalam fungsi berikut: Jumlah
Pengguna Internet di Indonesia, Fixed Broadband Subscription, Mobile
Celluler Subscription
� = �0 + �1 �1 + �2 �2 + �3 �3 + µ
�_PDB = �0 + �1 USE + �2 FIXED + �3 MOBILE + µ (1)
Dimana:
� = Variabel dependen atau terikat, Pertmbuhan
Ekonomi Indonesia
�0 = Konstanta
�1 �2 �3 = Koefisien regresi
EG = PDB
USE = Jumlah Pengguna Internet
FIXED = Fixed Broadband Subscription
MOBILE = Mobile Celluler Subscription
µ = Error Term
60
Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik adalah pengujian asumsi statistik
yang harus dilakukan pada analisis regresi linear berganda. Uji
asumsi klasik dilakukan untuk menguji asumsi yang ada dalam
pemodelan regresi linear berganda sehingga data dapat dianalisa
lebih lanjut tanpa menghasilkan data yang bias.
Model regresi yang baik adalah model yang menghasilkan
estimasi linear tidak bias atau BLUE (Best Linier Unbiased
Estimator). Kondisi ini akan terjadi apabila terpenuhinya beberapa
asumsi, yaitu:
a. Uji Normalitas
Bertujuan untuk menguji apakah nilai residual
terdistribusi secara normal atau tidak pada variabel terikat dan
variabel bebas. Model regresi yang baik adalah model yang
memiliki nila residual terdistribusi secara normal.
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model
regresi variabel residual memiliki distribusi normal. (Ghozali
2016, 154)
Penyebab terjadinya kasus normalitas umumnya dikarenakan:
1. Terdapat data residual dari model regresi dengan nilai
yang jauh dari himpunan data sehingga penyebaran data
menjadi tidak normal.
61
2. Terdapat kondisi alam dari data yang pada dasarnya tidak
berdistribusi normal.
Menurut Singgih Santoso (2012:293) dasar
pengambilan keputusan bisa dilakukan berdasarkan probabilitas
(Asymtotic Significance), yaitu:
1) Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari model
regresi adalah normal.
2) Jika probabilitas < 0,05 maka distribusi dari model
regresi adalah tidak normal.
b. Uji Linearitas
Menurut Sugiyono dan Susanto (2015:323) uji
linearitas dapat dipakai untuk mengetahui apakah variabel
terikat dengan variabel bebas memiliki hubungan linear atau
tidak secara signifikan. Uji linearitas dapat dilakukan melalui
test of linearity. Kriteria yang berlaku adalah jika nilai
signifikansi pada linearity ≤ 0,05, maka dapat diartikan bahwa
antara variabel bebas dan variabel terikat terdapat hubungan
yang linear.
c. Uji Multikolinearitas
Adalah kondisi adanya hubungan linear antar variabel
independen. Menurut Ghozali (2016:103), uji multikolinearitas
bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas. Karena melibatkan
62
beberapa varibel independen, multikolinearitas tidak terjadi
pada regresi sederhana (yang terdiri dari 1 variabel independen
dan dependen).
Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas dapat dilihat
dari besaran Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance.
Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinieritas
(Gujarati. 2012, 432) adalah
(1) mempunyai angka tolerance mendekati 1.
(2) Batas VIF adalah 10, jika nilai VIF dibawah 10, maka tidak
terjadi gejala multikolinieritas
Indikasi Multikolinearitas ditunjukkan dengan:
Nilai R2 tinggi tapi banyak variabel independen yang
tidak signifikan
Dengan menghitung korelasi antar variabel independen.
Apabila nilai korelasi diatas 85% atau 0.85, maka
mengandung multikolinearitas.
Dengan melakukan regresi auxillary. Regresi jenis ini
dapat diketahui untuk menentukan hubungan antara 2
variabel independen atau lebih yang secara bersama-
sama mempengaruhi satu variabel independen lainnya.
d. Uji Heteroskedastisitas
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk
mengindentifikasi ada tidaknya masalah heteroskedastisitas .
63
diantaranya dapat menggunakan uji White. Untuk
mengetahuinya yaitu dengan membandingkan nilai probabilitas
obs*R-Squared. Apabila nilai probabilitasnya lebih besar dari
0.05%, maka dapat dikatakan bebas dari heteroskedastisitas.
(Winarno, 2011. 5.16)
e. Uji Autokorelasi
Untuk menguji apakah apakah dalam sebuah model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pada t-1. Dan model regresi yang
baik adalah yang bebas dari autokorelasi. (Gujarati, 2012.)
Salah satu pengujian autokorelasi dengan menggunakan metode
Durbin-Watson.
Pengambilan keputusan dalam durbin-watsin dapat melihat:
1) Jika (D-W) < l d , maka ho ditolak
2) Jika (D-W) > u d , maka ho diterima
3) Jika l d < (D-W) < u d , maka tidak dapat diambil
kesimpulan
Uji dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson,
dengan rumus:
∑
∑
64
Uji T Parsial
Pengujian t parsial dilakukan dengan tujuan untuk melihat
apakah ada pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen secara parsial dengan asumsi variabel independen lain
dianggap konstan.
Pengujian t parsial dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut
( Sugiyono, 2014:250):
t = √
√
Dengan:
t = distribusi t
r = koefisien korelasi parsial
r 2 = koefisien determinasi
n = jumlah/banyak nya data
Dasar pengambilan keputusan dalam uji t parsial adalah apabila
a) Nilai signifikan
1. Hipotesis (H0) diterima apabila nilai sig < 0,05 yang
artinya ada pengaruh antara variabel independen dengan
variabel dependen
2. Hipotesis (H0) ditolak apabila nilai sig > 0,05 yang
artinya ada tidak pengaruh antara variabel independen
dengan variabel dependen
65
b) Nilai t hitung
1. Hipotesis (H0) di terima apabila nilai t hitung lebih
besar daripada nilai t table yang artinya ada pengaruh
antara variabel independen dengan variabel dependen
2. Hipotesis (H0) ditolak apabila t hitung lebih kecil
daripada t tabel yang artinya tidak ada pengaruh antara
variabel independen dengan variabel dependen
Uji F Simultan
Uji F digunakan untuk melihat apakah ada signifikan
pengaruh variabel -variabel independen terhadap variabel dependen
secara bersama-sama atau simultan dengan melihat nilai sig dan
membandingkan nilai F hitung dengan F tabel.
Dasar pengambilan keputusan pada uji F simultan adalah
a) Nilai signifikan dilihat dari output anova
1. Hipotesis (H0) diterima apabila nilai sig < 0,05 yang
artinya ada pengaruh antara variabel independen dengan
variabel dependen
2. Hipotesis (H0) ditolak apabila nilai sig > 0,05 yang
artinya ada tidak pengaruh antara variabel independen
dengan variabel dependen
66
b) Nilai F hitung
1. Hipotesis (H0) di terima apabila nilai F hitung lebih
besar daripada nilai F table (F Hitung > F tabel) yang
artinya ada pengaruh antara variabel independen dengan
variabel dependen
2. Hipotesis (H0) ditolak apabila F hitung lebih kecil
daripada F tabel (F Hitung < F tabel) yang artinya tidak
ada pengaruh antara variabel independen dengan
variabel dependen
Koefisien Determinasi
Nilai koefisien determinasi Adjusted R Square digunakan
untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel-variabel independen
mempengaruhi variabel dependen secara bersama-sama atau simultan.
Dalam menentukan nilai koefisien determinasi harus terlebih
dahulu melihat nilai F pada uji F simultan. Apabila nilai uji F
signifikan dapat ditentukan seberapa besar pengaruh nya variabel
independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama.
BAB IV
TEMUAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah mencapai lebih
dari 1,9 juta km2 dengan jumlah penduduk lebih dari 260 juta jiwa yang
tersebar di lebih dari 17,504 pulau di Indonesia. Menjadi salah satu negara
terbesar sejalan dengan besar potensi ekonomi
Masuk nya Indonesia kedalam G20 menunjukan bahwa potensi
ekonomi yang dimiliki Indonesia begitu besar. World Economic Forum
memprediksi kekuatan ekonomi baru akan mulai diisi oleh negara-negara
Asia dan Indonesia berada di peringkat 5 pada tahun 2024. Dengan
pertumbuhan kelas menengah yang masif menjadi salah satu faktor yang
menggeser peringkat negara-negara barat dalam penghasilan terbesar
dunia dalam beberapa tahun mendatang.
Dalam kondisi stady state, aliran perekonomian berasal dari rumah
tangga dan perusahaan. Yang menjadi gangguan (disruptive) adalah
inovasi teknologi, yang mendorong perekonomian mengejar target baru.
Dalam mendukung pemerataan dan akselerasi pembangunan
konektivitas telekomunikasi nasional di seluruh wilayah Indonesia,
pemerintah, dalam hal ini Kementrian Informasi dan Telekomunikasi
menggunakan Peraturan pemerintah No. 58 tahun 2018 tentang percepatan
67
68
pelaksanaan Proyek Strategi Nasional (PSN). Proyek Jaringan tulang
punggung internet cepat Palapa Ring dan Satelit Multifungsi Satelit
Indonesia Raya (SATRIA) merupakan 2 proyek dibawah Kementrian
Informasi dan Komunikasi yang dalam mendukung pembangunan
infrastruktur telekomunikasi. Tantangan nya adalah bagaiman
memaksimalkan output melalui perubahan pada teknologi/telekomunikasi
dan inovasi, bukan hanya untuk perekonomian tapi juga untuk pelayanan
publik secara umum. Rencana awal peningkatan konektivitas antar pulau
di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak 1998 namun harus berhenti akibat
krisis ekonomi yang waktu itu melanda negara. Pada tahun 2005 proyek
Palapa Ring pertama kali di cetuskan. Proyek pembangunan infrastruktur
Palapa Ring Broadband merupakan proyek pembangunan serat optik di
seluruh wilayah Indonesia sepanjang 35.00 Km di bawah kementrian
Komunikasi dan Informatika. Proyek ini menjangkau 34 provinsi dan 440
Kabupaten/kota.
Figure 4-1 Peta Proyek Palapa Ring
Sumber: KPBU Kemenkeu
69
Pembangunan di bagi dalam 3 tahap. Palapa Ring Barat
mencangkup mencakup Kabupaten/Kota Lingga, Kepulauan Meranti,
Kabupaten Bengkalis, Kepulauan Anambas, dan Natuna. Paket Tengah
Palapa Ring berlokasi di 17 Kabupaten/Kota, yaitu meliputi Kalimantan,
Sulawesi, dan Maluku Utara (sampai Kepulauan Sangihe-Talaud).
Sementara itu, Paket Timur berlokasi di 17 Kabupaten/Kota, yakni
mencakup wilayah Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua Barat, dan
Papua. (KPBU DJPPR Kemenkeu)
Keberadaan internet dalam perekonomian sudah ada sejak tahun
1996 di tandai dengan ada nya situs toko buku online sanur.com dan
bhinneka.com namun pada saat itu hanya sebatas pemasaran produk dan
Company profile. Kemudian berkembang hingga setelah krisis moneter. Di
tahun 1999, bhinneka.com mulai memasarkan produk nya, dan muncul nya
situs berita online detik. Pada awal-awal perkembangan, situs bisnis
umumnya hanya memasarkan produk namun transaksi nya masih secara
konvensional.
Ekonomi digital semakin berkembang yang ditandai dengan
muncul nya startup-startup di tahun-tahun kemudian seperti
iklanbaris.co.id, gadogado.net, lipposhop, yang mayoritas merupakan situs
lelang. Bahkan portal berita seperti kopitime.com berhasil menembus
bursa efek Jakarta (BEJ). Masuk ke tahun 2010, Gojek dan turunan nya
memberikan terobosan dan perkembangan ekonomi digital yang semakin
pesat. Besarnya potensi pasar konsumsi Indonesia melahirkan startup-
70
Jumlah penetrasi pengguna Internet di
Indonesia (Juta Jiwa)
Jumlah penetrasi pengguna Internet di Indonesia (Juta Jiwa) 88,
1
110,2
171,17
132,7 143,26
2014 2015 2016 2017 2018
startup baru yang di dukung kekuatan ekonomi asing dengan nilai investasi
begitu besar. Misal nya bhinneka.com yang menerima investasi sebesar
hampir USD 22 Juta atau setara 300 miliar dari Ideosource, Tokopedia
sebesar USD 100 Juta atau setara 1,2 Triliun, dll.
Melihat lebih jauh, berdasarkan indikator kunci perkembangan
infrastruktur telekomunikasi di Indonesia, Rumah tangga yang mengakses
internet mengalami pertumbuhan yang paling tinggi. Hal ini perkuat pula
bahwa penetrasi penggunaan internet mengalami peningkatan. Menurut
APJII (Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia) pada tahun 2016
penetrasi pengguna internet sebesar 51,8% meningkat menjadi 54,68% di
tahun 2017. Di tahun 2018 masih terus meningkat menjadi 64,8% dari
total populasi Indonesia.
Figure 4-2 Jumlah penetrasi pengguna Internet di Indonesia
Sumber: Laporan Survei APJII tahun 2018
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh We Are Social and
Hootsuite dalam Digital 2020, pengguna internet usia antara 13 tahun
keatas mencapai 77%, dan diikuti usia 18 tahun keatas sebesar 69%. rata-
71
Penggunaan Internet pada aktifitas e-commerce
100%
80%
60%
40%
20%
0%
presentase penggunaan internet usia
16-64 dalam aktifitas e-commerce
mencari produk/jasa yang akan di beli secara
online (dari segala perangkat)
mengunjungi toko onlien via website
(segala perangkat)
membeli produk secara online (segala perangkat)
melakukan pembelian secara online
via laptop/komputer
melakukan pembelian online via perangkat seluler
rata setiap orang menggunakan internet di segala perangkat mencapai
hampir 8 jam setiap harinya.
Ekonomi digital sebagai Model bisnis baru telah merubah struktur
perekonomian. Mengubah model bisnis melalui transformasi digital
merupakan pilihan strategis bagi pemain mapan dalam menghadapi
permintaan konsumen akan layanan baru yang lebih cepat, lebih mudah
dan terjangkau pada platform digital.
Figure 4.3 menunjukkan bahwa aktivitas pada E-Commerce
memiliki presentase yang sangat besar dalam penggunaan internet bagi
rentang usia 16-64 tahun. Lebih dari 80% pengguna melakukan aktivitas e-
commerce dari mulai mencari produk yang ingin dibeli, mengunjungi toko
online hingga pembelian secara online (segala perangkat). Khusus untuk
pembelian online hanya via perangkat seluler bahkan presentase nya
mencapai lebih dari 80%
Figure 4-3 Jumlah Pengguna Internet Pada Aktifitas E-Commerce
Sumber: We Are Social (2020)
72
Perkembangan ekonomi digital, lebih khusus nya e-commerce
didukung oleh peningkatan infrastruktur keuangan, dimana inklusi
keuangan menjadi salah satu faktornya. Berdasarkan hasil laporan oleh We
Are Social and Hootsuite dalam Digital 2020, 48% populasi berusia diatas
15 tahun memiliki rekening yang terhubung institusi keuangan, dengan
11% nya melakukan pembayaran atau pembelian secara online.
B. Temuan Hasil Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan software SPSS. Data
penelitian merupakan data time series sebanyak 18 sample dari tahun
2001-2018. Dalam penelitian ini, variabel PDB merupakan variabel
dependen, variabel Jumlah Penetrasi pengguna internet (USE), variabel
Fixed Broadband Subscribtion (FIXED), dan Mobile Celuler Subscription
(MOBILE) merupakan variabel independen.
Table 4-1 Jumlah Pengguna Internet Pada Aktifitas E-Commerce
Model
Variabel Entered Variabel
Removed
Method
1. Log USE, FIXED,
MOBILE
Enter
Sumber: SPSS
a. Dependent Variable: PDB
b. All variables requested entered
73
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah data terdistribusi
secara normal. pada penelitian ini pengujian normalitas dilakukan
dengan uji normalitas Kolmogorov-smirnof dengan melihat Asymp
Sig (2-tailed) dan membandingkan nya dengan nilai signifikasi
0.05
Table 4-2 Kolmogorov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandarized Residual
N 19
Normal Parameter a.b
Mean .0000000 Std. Deviation 92746.16162
Most Extreame Difference
Absolute .189
Positive .189 Negative -.101
Test statistic .189
Asymp. Sig. (2-tailed) c .072
Monte Carlo Sig. (2- tailed)
d
Sig. .071
99% Confidence
Intreval
Lower Bound
.065
Upper Bound
.078
Sumber: SPSS
Berdasarkan uji normalitas Kolmogorov-smirnof diketahui
bahwa data pada penelitian ini berdistribusi secara normal dengan
nilai Asymp. Sig (2-tailed) 0.072 lebih besar daripada nilai
signifikan 0.05
74
Uji Linearitas
Uji linearitas digunakan untuk melihat apakah hubungan
antara variabel dependen dengan tiap variabel independen
berkorelasi linear atau membentuk pola lain. penelitian ini
menggunakan Scatter plot untuk melihat ada tidak hubungan linear
antara variabel dependen dan variabel independen.
Adapun kriteria uji linearitas (Masrukhin 2008) adalah :
a. Jika pada grafik mengarah ke kanan atas, maka data
termasuk dalam kategori linear.
b. Jika pada grafik tidak mengarah ke kanan atas, maka data
termasuk dalam kategori tidak linear
Figure 4-4 Scatter Plot Variabel PDB dan Log_use
Figure 4-5 Scatter Plot Variabel PDB dan FIXED
75
Figure 4-6 Scatter Plot Variabel PDB dan MOBILE
Berdasarkan hasil uji linearitas menggunakan Scatter Plot
diketahui bahwa titik-titik ketiga variabel membentuk arah ke
kanan atas terhadap PDB yang artinya data variabel USE, FIXED,
dan MOBILE termasuk kategori linear.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heretoskedastisitas merupakan uji yang digunakan
untuk melihat dalam model regresi apakah ada ketidaksamaan
variance (variasi) dalam residual satu pengamatan ke pengamatan
lainnya. residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain
harusnya sama (Homoskedastisitas) dan penelitian yang baik harus
nya tidak terjadi heteroskedastisitas. salah satu cara menemukan
gejala heteroskedastisitas adalah dengan melakukan uji Glejser.
dimana prinsip dalam uji ini adalah dengan meregresikan variabel
independen dengan absolute residual.
76
Table 4-3 Uji Heteroskedastisitas
Coefficients
a
Model
Unstandarized B
Coefficients
Std. Error
Standarized
Coefficients
Beta
t
Sig.
1 (Constant) -1111643.654 457955.451 -.244 .811
Log_USE 46793.013 119314.735 .261 .392 .700
FIXED -.032 .022 -.760 -1.4761 .161
MOBILE .001 .000 -.740 1.112 .284
Sumber: SPSS
a. Dependent Vareable: ABS_RES
Pengambilan keputusan uji heteroskedastisitas ini adalah
dengan melihat nilai sig pada tiap varian di tabel coefficients.
berdasarkan hasil diketahui bahwa nilai sig pada seluruh variabel
independen lebih besar dari nilai signifikasi 0.05. nilai sig variabel
penetrasi pengguna internet (Log_USE) sebesar 0.700 lebih besar
dari 0.05, nilai sig variabel Fixed Broadband Subscribtion
(FIXED) sebesar 0.161 lebih besar daripada 0.05, dan nilai variabel
Mobile Celuler Subscription (MOBILE) sebesar 0.284 lebih tinggi
dari 0.05, yang artinya untuk semua variabel independen tidak
terjadi heteroskedastisitas.
Uji Mutikolinearitas
Uji multikolinearitas adalah uji untuk melihat ada tidak nya
korelasi antara variable independen nya. untuk mengetahui ada
tidak nya multikolinearitas pada data penelitian salah satunya
77
adalah dengan melihat nilai tolerance dan VIF pada tabel
coefficient. pengambilan keputusan untuk uji multikolinearitas
adalah dengan apabila nilai Tolerence lebih besar dari 0.10 dan
nilai VIF lebih kecil dari 10.00
Table 4-4 Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandarized
B
Coefficient
Std. Error
Standarized
Coefficients
Beta
t
Sig.
Collienearity
Statistic
Tolere nce
VIF
1 (Constant) -1111643.654 457955.451
-.244 .811
Log_USE 46793.013 119314.735 .261 .392 .700 .118 5.052
FIXED -.032 .022 -.760 -1.4761 .161 .198 8.448
MOBILE .001 .000 -.740 1.112 .284 .118 8.471
Sumber: SPSS
a. Dependent Vareable: ABS_RES
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tidak terjadi
multikolinearitas pada semua variabel independen, dimana nilai
tolerance variabel penetrasi pengguna internet (Log_USE) sebesar
0.118 lebih besar dari nilai 0.10 dan nilai VIF 8.471 dan lebih kecil
dari nilai VIF 10.00, nilai tolerence variabel Fixed Broadband
Subscribtion (FIXED) sebesar 0.198 lebih besar dari nilai 0.10 dan
nilai VIF 5.052 lebih kecil dari nilai VIF 10.00, nilai tolerence
variabel Mobile Celuler Subscription (MOBILE) sebesar 0.118
lebih tinggi dari 0.10, dan nilai VIF sebesar 8.448 kurang dari
10.00, yang artinya ketiga variabel independen tidak terjadi
multikolinearitas.
78
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk melihat apakah terjadi
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dan kesalahan
pengganggu pada periode t-1. salah satu pengujian ini adalah
dengan menggunakan durbin Watson. pengambilan keputusan
untuk auto korelasi durbin Watson adalah dengan melihat nilai dU
atau dL dan 4-dU atau 4-dL. tidak terjadi auto korelasi apabila nilai
d atau durbin Watson penelitian berada di antara nilai dU dan 4-
dU.
Table 4-5 Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of The Estimate
Durbin- Watson
1 .997a .994 .993 380493.8978 1.037
Sumber: SPSS
a. Prediction: (Constant). Log_USE, FIXED, MOBILE
b. Dependent Variable: PDB
. Berdasarkan tabel 4.5, nilai durbin Watson adalah sebesar
1.037. nilai dU untuk data ini adalah 0.742 dan 4-dU adalah 2.584
yang artinya nilai durbin Watson 1,037 lebih besar dari nilai dU
0,742 dan lebih kecil dari nilai 4-dU 2,584. Nilai durbin wiatson
berada di antar antara nilai dU dan 4-dU atau (2,584>1,037>0,742)
artinya tidak terjadi auto korelasi apabila nilai d atau durbin
Watson penelitian berada di antara nilai dU dan 4-dU.
79
Uji F Simultan dan Uji Koefisien Determinasi
Uji F digunakan untuk melihat apakah ada signifikan
pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen
secara bersama-sama atau simultan dengan melihat nilai sig dan
membandingkan nilai F hitung dengan F tabel.
Table 4-6 Uji F Simultan
Anova
Model Sum of squares
df Mean square f Sig.
1 Regression 3.481E+14 3 1.160E+14 801.577 0.00b
Residual 2.172E+12 15 1.448E+11
Total 3.503E+14 18
Sumber: SPSS
a.Dependent variable: PDB
b.Predictors: (constant). Log_USE, FIXED, MOBILE
Berdasarkan hasil regresi diketahui bahwa nilai F hitung
lebih besar 801,577 daripada nilai F tabel yang 3,24 dan nilai sig
0,00 lebih kecil daripada 0,05 yang artinya variabel Log USE,
FIXED, dan MOBILE secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen PDB.
Nilai koefisien determinasi Adjusted R Square digunakan
untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel-variabel
independen mempengaruhi variabel dependen secara bersama-
sama atau simultan.
80
Table 4-7 Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of The Estimate
Durbin- Watson
1 .997a .994 .993 380493.8978 1.037
Sumber: SPSS
a. Prediction: (Constant). Log_USE, FIXED, MOBILE
b. Dependent Variable: PDB
Berdasarkan hasil regresi diketahui bahwa nilai adjusted R
square adalah 0.993 yang artinya variabel Log USE, FIXED dan
MOBILE secara bersama-sama mempengaruhi PDB sebesar 99,3%
sisa nya 0,07% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak di teliti
penulis.
Hasil Regresi linear berganda
Hasil Estimasi regresi linear berganda
Table 4-8 Hasil Estimasi regresi linear berganda
Coefficientsa
Model
Unstandarized B
Coefficient Std. Error
Standarized
Coefficients Beta
t
Sig.
Collienearity Statistic
Tolere nce
VIF
1 (Constant) -1402285.868 1715079.913 -.818 .426
Log_USE 802413.045 446843.256 .106 1.796 .093 .118 5.052
FIXED .850 .081 .480 10.500 .000 .198 8.448
MOBILE .013 .002 .446 7.541 .000 .118 8.471
Sumber: SPSS
Dependent variable: PDB
81
Berdasarkan hasil regresi dengan menggunakan aplikasi
SPSS di dapatkan hasil estimasi linear berganda sebagai berikut:
� = -1402285,87 + 802413,04Log�1 + 0,85 �2 + 0,013 �3+ µ
�_EG = -1402285,87 + 802413,04 LogUSE + 0,85 FIXED + 0,013 MOBILE + µ
1) Konstanta sebesar -1402285,87 yang artinya PDB akan
menurun sebesar 1402285,87 ketika variabel LogUSE,
FIXED, dan MOBILE bernilai nol.
2) Nilai koefisien LogUSE sebesar 802413,04 yang artinya apabila
terjadi kenaikan pada variabel LogUSE, variabel PDB akan
meningkat sebesar 802413,04
3) Nilai koefisien FIXED sebesar 0,85 artinya adalah apabila terjadi
kenaikan pada variabel FIXED, variabel PDB akan mengalami
peningkatan sebesar 0,85.
4) Nilai koefisien MOBILE sebesar 0,013 yang artinya apabila
varabel MOBILE mengalami kenaikan, maka variabel PDB akan
mengalami peningkatan sebesar 0,013.
Uji T Parsial atau Uji Signifikan Individu
Uji T atau Uji Signifikan Individu digunakan untuk melihat ada
tidaknya pengaruh tiap variabel independen secara parsial terhadap
variabel dependen dengan melihat nilai signifikan dan
membandingkan nilai t hitung dan t tabel.
82
a) Nilai signifikan
1. Hipotesis diterima apabila nilai sig < 0,05 yang artinya
ada pengaruh antara variabel independen dengan
variabel dependen
2. Hipotesis ditolak apabila nilai sig > 0,05 yang artinya
ada tidak pengaruh antara variabel independen dengan
variabel dependen
b) Nilai t hitung
1. Hipotesis di terima apabila nilai t hitung lebih besar
daripada nilai t table yang artinya ada pengaruh antara
variabel independen dengan variabel dependen
2. Hipotesis ditolak apabila t hitung lebih kecil daripada t
tabel yang artinya tidak ada pengaruh antara variabel
independen dengan variabel dependen
Table 4-9 Uji T Parsial Coefficients
a
Model
Unstandarized B
Coefficient
Std. Error
Standarized
Coefficients
Beta
t
Sig.
Collienearity Statistic
Tolere nce
VIF
1 (Constant) -1402285.868 1715079.913 -.818 .426
Log_USE 802413.045 446843.256 .106 1.796 .093 .118 5.052
FIXED .850 .081 .480 10.500 .000 .198 8.448
MOBILE .013 .002 .446 7.541 .000 .118 8.471
Sumber: SPSS
Dependent variable: PDB
83
Nilai t tabel di dapat dengan melihat nilai df (derajat
degree of freedom) dan α/2 pada tabel distribusi t. Berdasarkan
hasil regresi menggunakan SPSS di ketahui: variabel Jumlah
Penetrasi pengguna internet (USE), variabel Fixed Broadband
Subscribtion (FIXED), dan Mobile Celuler Subscription
(MOBILE)
1) Variabel Jumlah Penetrasi pengguna internet (Log_USE),
memiliki nilai sig 0,093, lebih besar daripada 0,05 (0,093 >
0,05) dan nilai t hitung 1,796 lebih kecil dari t tabel 2,13145
(1,796 < 2,13145 ) yang artinya tidak ada pengaruh signifikan
terhadap variabel dependen atau PDB.
2) Variabel Fixed Broadband Subscribtion (FIXED) memiliki
nilai sig 0,00 lebih kecil dari 0,05 (0,00 < 0,05 ) dan nilai t
hitung 7,541 lebih besar daripada t tabel 2,13145 (7,541 >
2,13145) yang artinya berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen atau PDB.
3) Variabel Mobile Celuler Subscription (MOBILE) memiliki
nilai sig 0,00 lebih kecil dari 0,05 (0,00 < 0,05 ) dan nilai t
hitung 10,500 lebih besar daripada t tabel 2,13145 (10,500 >
2,13145) yang artinya berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen atau PDB.
84
C. Pembahasan
1. Pengaruh Perkembangan E-Commerce Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan variabel jumlah
penetrasi pengguna internet sebagai variabel perkembangan E-
Commerce berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan nilai 802413,04 yang artinya
kenaikan 1000 pengguna internet akan direspon PDB sebesar Rp.
8,024 Miliar.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yan dilakukan oleh Dianari
(2018), Wibowo (2018), Kamaruddin Tone (2020), Penelitian
yang dilakukan oleh OECD ditahun 2013 menggarisbawahi
pentingnya internet yang berhubungan dengan aktivitas ekonomi atau
ekonomi digital, termasuk juga kontribusi langsung pada industry
emerging yang memiliki dampak dinamis yang sama dengan
peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui produktifitas enchanging
transformation.
Jumlah Jumlah pengguna internet sendiri menjadi gambaran
potensi ekonomi digital, berperan penting dalam pasar atau
mendorong permintaan untuk mendorong kontribusi e-commerce
terhadap pertumbuhan ekonomi. Jumlah pengguna internet juga
memberikan eksternalitas jaringan. Dimana dengan adanya
peningkatan pada jumlah pengguna, semakin besar pula nilai dan
85
manfaat yang dapat dinikmati oleh pengguna (Roller & Waverman,
2001).
Hasil penelitian menunjukkan hasil yang tidak signifikan yang
berarti hasil penelitian ini tidak dapat menjelaskan hubungan jumlah
pengguna internet sebagai proxy yang menjelaskan perkembangan E-
Commerce pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi yang proxy
nya di jelaskan dengan PDB. Hal ini mungkin saja terjadi, misalnya
karena pengadopsian nya yang belum cukup besar dan merata
sehingga manfaat nya belum dapat begitu dirasa bagi perekonomian.
Selain itu, memungkinkan pengaruhnya dapat dilihat di jangka
panjang. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Dianari (2018) yang
menunjukkan bahwa jumlah penetrasi pengguna internet dalam jangka
panjang tidak berpengaruh signifikan, namun berpengaruh signifikan
dalam jangka panjang. Bahwa ada kecenderungan pemanfaatan
internet bukan hanya dalam meningkatkan sektor konsumsi, namun
juga menodorong terciptanya unit bisnis baru dalam mecetak
enterpreneur, serta terciptanya inovasi-inovasi.
Seperti dalam laporan statistik Indonesia 2019 yang dikeluarkan
oleh Badan Pusat Statistik yang menunjukkan bahwa pada figure 4-7
pemanfaatan internet untuk bisnis tertinggi dilakukan pada rentang
tahun 2017-2018 sebesar 45,30% usaha, 28,06% dilakukan dalam
rentang tahun 2010-2016, dan 1,53% sebelum tahun 2010
86
Jumlah Usaha berdasarkan
Tahun Mulai Usaha
2017-2018
2010-2016
< 2010
45,3
28,06
1,53
0 10 20 30 40 50
Figure 4-7 Jumlah Usaha Berdasarkan Tahun Mulai Usaha
Sumber: Laporan Statistik E-Commerce Indonesia 2019
Hal ini mengindikasikan bahwa pemanfaatan internet dalam bisnis
baru terjadi beberapa tahun belakangan ini. Sebelumnya keberadaan
internet dalam bisnis hanya sebagai media pemasaran, transaksi masih
di lakukan secara offline.
Melihat adanya pengaruh positif dari variabel E-Commerce
terhadap PDB dengan jumlah penetrasi pengguna internet sebagai
indikator nya, tanpa melihat nilai signifikasi nya, membenarkan
hipotesis dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini sesuai dengen
peneitian yang dilakukan oleh Alyoub, 2015; Liu, Sixun, 2013; Huda,
Adha and Pujarama 2019; Dianari, 2018; Liu and Li, 2015; Jinyi;
2018
Melihat banyaknya literatur yang meneliti bagaimana E-Commerce
berpengaruh terhadap perekonomian menunjukkan bahwa E-
Commerce menjadi salah satu sektor ekonomi baru yang potensi nya
sangat menggiurkan. Pada Figure 4-8 Berdasarkan laporan Badan
Pusat Statistik dalam Statistik E-Commerce 2019 menunjukkan
87
Nilai Transaksi Usaha E-Commerce
8% 7%
26%
59%
1-4 Pekerja
5-19 Pekerja
20-99 Pekerja
>100 Pekerja
jumlah transaksi E-Commerce mencapai 24,8 Juta transaksi dengan
nilai transaksi mencapai Rp. 17, 21 Trillin sepanjang tahun 2018.
Selain itu, usaha yang memiliki 1-4 pekerja dengan nilai trasaksi
sebesar 6,90%, 5-19 pekerja dengan nilai transaksi 58,71%, 20-99
pekerja dengan26,68 serta diatas 100 pekerja dengan 7,71%.
Figure 4-8 Nilai Transaksi Usaha E-Commerce
Sumber: Laporan Statistik E-Commerce Indonesia 2019
Selain itu, tren pertumbuhan E-Commerce juga di prediksi
masih akan terjadi di Indonesia dalam beberapa tahun kedepan.
Statista mencatat bahwa pertumbuhan Indonesia akan terus
terjadi, baik pada penetrasi pengguna maupun jumlah pengguna
nya itu sendiri. Di tahun 2019 penetrasi pengguna mencapai
62,2% dan di tahun 2023 di prediksi masih akan tumbuh
mencapai 75,3%.
88
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Penetrasi Pengguna E-commerce
75,3 69,9
72,9
62,2
66,3 57,
6 52,5
Penetrasi Pengguna
E-commerce
2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023
Figure 4-9 Penetrasi Pengguna E-Commerce
Sumber: Statista, 2019
Indonesia juga di prediksi menjadi negara dengan dengan
pangsa pasar E-Commerce terbesar di Asia Tenggara.
Berdasarkan laporan e-Conomy SEA 2019, menujukkan bahwa
pangsa pasar ( gross merchandise value/GMV) Indonesia yang
tahun 2015 mencapai USD 1,7 Milliar, akan meningkat di
prediksi mencapai USD 20,9 Milliar, dan di tahun 2025 nilai nya
di prediksi mencapai USD 82 Milliar, tertinggi di Asia Tenggara.
konomi ASEAN yang tumbuh rata-rata sekitar 5%
mengindikasikan stabilnya perekonomian kawasan. GMV
ekonomi digital Asia pada 2015 baru mencapai US$ 32 miliar,
kemudian pada 2019 diproyeksikan tumbuh menjadi US$ 100
miliar dan menjadi US$ 300 miliar pada enam tahun ke depan.
89
Nilai Pangsa Pasar E-Commerce Asia Tenggara
9E+10
8E+10
7E+10
6E+10
5E+10
4E+10
Indonesia
Vietnam
Thailand
Filipina
Malaysia
Singapura
2015 2019 2025
Figure 4-10 Nilai Pangsa Pasar E-Commerce di Asia Tenggara
Sumber: e-Conomy SEA 2019
Penggunaan internet sebagai indikator ekonomi digital juga
memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di negara-
negara ASEAN, namun masih terkonsentrasi pada sektor konsumsi.
Internet dalam hal ini harus mampu mencetak enterpreneur agar
manfaat internet terhadap pertumbuhan ekonomi dapat lebih
maksimal. (Wibowo,2018)
Pertumbuhan E-Commerce yang pesat beberapa tahun belakangan di
Indonesia didorong oleh perubahan beberapa struktural pada Industri
(Google dan Temasek, 2018).
a. pertama adalah peningkatan penetrasi ponsel pintar yang dapat
terjadi akibat dari perangkat dengan biaya murah. Peningkatan
penetrasi internet meningkatkan wilayah pengadopsian
ekonomi digital. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh
Asosiasi Pengguna Jasa Internet di Indonesia (APJII)
90
Penetrasi Pengguna Internet
tiap Provinsi 70
60
50
40
30
20
10
0
Jawa
Sumatra
Kalimantan
Sulawesi
Bali dan Nusa
Tenggara
2016 2017 2018 2019
persebaran penetrasi pengguna internet masih terkonsentrasi di
Pulau Jawa dilihat dari grafik yang menunjukkan bahwa
penetrasi mencapai lebih dari 50% tiap tahunnya. Di Sumatra,
penetrasi pengguna internet tiap tahunnya mencapai 10-20%,
di Kalimantan berkisar 5-7%, di Sulawesi 5-6%, Bali dan Nusa
Tenggara 4-5%, serta Maluku dan Papua hanya berkisar 2%.
Hal ini menunjukkan bahwa ada permasalahan mendasar pada
perkembangan teknologi Internet di Indonesia, yaitu maish
tidak merata nya keberadaan infrastruktur telekomunikasi
sebagai infrastruktur utama penyokong kegiatan berbasis
digital. Seperti yang kita tahu bahwa pembangunan di
Indonesia memang sering kali terkonsentrasi di pulau Jawa
sehingga terlihat cukup jelas ketimpangan dengan provinsi-
provinsi lain yang berada di luar pulau Jawa.
Figure 4-11 Penetrasi Pengguna Internet tiap Provinsi
Sumber: Survey Asosiasi Pengguna Jasa Internet Indonesia
91
Pengguna Internet di Pulau Jawa
100
80
60
40
20
0
80,48
578,5 71,
6
58,3
73,8
76,8
58,9
2018
2019
DKI Jawa DIY Jawa Jakarta Barat Tengah
Jawa Timur
Banten
66,3 65 71 71,
Di Pulau Jawa, terjadi tren penurunan penetrasi pengguna
Internet. Hal ini terjadi karena yang menjadi pengali—jumlah
total populasi (penduduk) baik nasional maupun per provinsi
tahun t —mengalami peningkatan dari total penduduk tahun
sebelumnya. Besar kecilnya peningkatan pengguna internet
tergantung besar kecilnya peningkatan jumlah penduduknya
baik secara nasional dan provinsi. Jadi singkatnya meskipun
persentase penetrasi menurun dari tahun 2018 tetapi jumlah
penggunannya tetap menunjukkan kenaikan karena jumlah
penduduk nasional dan per provinsi 2019 mengalami kenaikan.
Figure 4-12 Pengguna Internet di Pulau Jawa
Sumber: Survey Asosiasi Pengguna Jasa Internet Indonesia
Di Pulau Jawa, terjadi tren kenaikan jumlah pengguna
internet di hampir seluruh provinsi. Di provinsi-provinsi di
Pulau Jawa, ketersediaan akses ke layanan Internet sudah
hampir merata di seluruh provinsi, di tunjukan dengan
presentase pengguna internet terhadap penduduk yang pada
92
tahun 2019 mencapai diatas 70%. Meskipun persentase
kontribusi penetrasi menurun di 2018 tetapi jumlah
penggunanya tetap menunjukkan kecenderungan kenaikan
karena jumlah penduduk nasional dan per provinsi 2019
mengalami kenaikan pula. Sementara jika kenaikan penduduk
lebih kecil dari kontribusi penetrasi maka pengguna internet
akan menurun.
Google (2018) dalam laporan nya menunjukkan bahwa di
Indonesia, 45% pencarian berasal dari luar perkotaan. Selain
itu, pertumbuhan E-Commerce melalui peningkatan penetrasi
ponsel pintar dan internet di Indonesia salah satunya adalah
didukung rampung nya proyek pembangunan palapa ring.
Palapa ring merupakan proyek pembangunan serat optik
sebagai tol informasi pada seluruh wilayah Indonesia. Proyek
ini bukan hanya untuk tujuan menghubungkan dan
memperluas jaringan telekomunikasi Indonesia tapi juga untuk
mengikis gap layanan dan infrastruktur telekomunikasi antar
pulau di seluruh wilayah Indonesia.
b. Kedua adalah perkembangan kelas menengah dengan porsi
pendapatan disposible yang besar menjadi target dari
perusahaan-perusahaan E-Commerce. Dengan populasi
mencapai lebih dari 260 juta jiwa di seluruh Indonesia dan
dibarengi meningkatnya layanan internet, pasar digital
93
Indonesia menjadi yang paling potensial di seluruh Asia
Tenggara yang di tawarkan.
E-Commerce sudah lama menjadi bagian kunci dari
ekonomi digital. Namun belakangan terjadi perubahan yang
cukup besar, dimana jika beberapa tahun yang lalu pembelian
bergantung pada besar nya diskon yang di tawarkan, terutama
pada barang-barang mewah seperti barang elektronik, kini
perilaku belanja berubah dengan konsumen banyak
menghabiskan waktu pada internet dan membeli barang
dengan harga murah seperti kebutuhan pribadi, bahan
makanan, dan pakaian.
Jumlah pengguna internet merefleksikan perkembangan E-
Commerce dari sisi konsumen. Lebih dari 50% penggunaan
internet pada ponsel pintar menggunakan internet untuk
kegiatan transaksi secara elektronik. Pada survey Hootsuit
dalam laporan Digital 2020: Indonesia, 55% pengguna internet
rentang usia 16-65 tahun menggunakan aplikasi belanja online
dan 33% menggunakan aplikasi banking tiap bulannya.
Sedangkan di tahun sebelumnya sebesar 61% pada
penggunaan belanja online dan aplikasi banking.
Figure 4-13 menunjukkan aktivitas E-Commerce pada
pengguna internet rentang usia 16-64 tahun. Perkembangan E-
Commerce yang pesat dipicu oleh beragamnya tawaran produk
94
Penggunaan Internet pada aktifitas e-commerce
100%
80%
60%
40%
20%
0%
93% 90% 88% 80%
25%
presentase penggunaan internet usia
16-64 dalam aktifitas e-commerce
mencari produk/jasa yang akan di beli secara online (dari segala perangkat)
mengunjungi toko onlien via website
(segala perangkat)
membeli produk secara online (segala perangkat)
melakukan pembelian secara online via laptop/komputer
melakukan pembelian online via
perangkat seluler
atau jasa yang menarik, inovatif, akses yang mudah, serta tepat
guna. Lebih dari 80% pengguna melakukan aktivitas e-
commerce dari mulai mencari produk yang ingin dibeli,
mengunjungi toko online hingga pembelian secara online
(segala perangkat). Khusus untuk pembelian online hanya via
perangkat seluler bahkan presentase nya mencapai lebih dari
80%
Figure 4-0-13 Jumlah Pengguna Internet Pada Aktifitas E-Commerce
Sumber: We Are Social (2020)
Di tahun 2019, 168,3 juta orang melakukan pembelian
barang konsumsi secara online dengan nilai mencapai USD
18.76 miliar dalam laporan Digital Indonesia oleh we are
social tahun 2020. Pada tahun 2025 nilai nya di prediksi
mecapai USD 130 Miliar (Google dan Temasek, 2019).
c. Ketiga adalah peningkatan investasi pada sektor E-Commerce.
Menurut Thomas Lembong, selaku ketua BKPM (Badan
Koordinasi Penanaman Modal) nilai Investasi asing langsung
95
yang sangat besar hampir mencapai USD 2-2.5 Miliar
pertahun yang sebagian besar dari perusahaan China dan barat,
secara khusus melalui perusahaan Joint Venture atau hubungan
mitra yang signifikan seperti Lazada-Alibaba, Shopee-
Tencent-KKR, dll. Melesat dengan presentase 15-20%
terhadap total FDI di Indonesia menjadikan satu dari 2 sektor
yang mendulang investasi asing bersama dengan sektor
industri pengolahan. Investasi asing langsung kedalam negri
banyak masuk ke E-Commerce terutama yang berstatus
Unicorn, namun masih sebanding dengan investasi domestik
sehingga tidak perlu nya ada kekhawatiran akan dominasi
perusahaan asing di perusahaan E-Commerce Indonesia.
(Thomas 2019)
d. Keempat adalah akselerasi evolusi dari infrastruktur keuangan
dan pembayaran, meningkatkan jumlah fintech dan alternatif
pembayaran, yang memungkinkan seseorang yang tidak
memiliki rekening bank dapat melakukan transaksi secara
online.
Berdasarkan laporan Digital Indonesia yang dikeluarkan
oleh We Are Social, Di tahun 2019 48% populasi penduduk
yang berusia diatas 15 tahun memiliki akun yang terinklusi
dengan insititusi keuangan. 2,4% memiliki kartu kredit, 3,1%
memiliki mobile money dan 11% nya melakukan
96
pembelian/pembayaran secara online. Selain itu 13%
perempuan melakukan transaksi online, lebih banyak dari
jumlah laki-laki sebesar 9,4% yang melakukan transaksi
online.
Menurut data Bank Indonesia, peningkatan transaksi uang
elektronik terus terjadi tiap tahunnya. Di tahun 2019 volume
transaksi mencapai lebih dari 5 miliar dengan nominal lebih
dari 142 triliun rupiah dan sebanyak 147,1 Juta Jiwa
melakukan transaksi di Indonesia (We Are Social, 2020)
Figure 4-14 Data Volume dan Nominal Transaksi Uang Elektronik di Indonesia tahun 2013-2019
Sumber: Bank Indonesia
PDB dipertimbangkan sebagai indikator yang cukup baik
dalam mencerminkan pertumbuhan ekonomi. Salah satu pendekatan
dalam menghitung PDB adalah melalui pendekatan pengeluaran.
Bagaimana E-Commerce mempengaruhi PDB adalah dengan
menstimulasi sisi Konsumsi, Investasi, Pengeluaran pemerintah dan
160
140
120
100
80
60
40
Volume
Nomina
l
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Tri
liu
n
97
Net ekspor. Pertama, E-Commerce menyebabkan terjadinya
perkembangan pada industri emerging, seperti industri logistik, dan
menciptakan banyak lapangan pekerjaan baru pada industri seperti
komputer dan internet, Hal ini menstimulasi peningkatan pada
konsumsi. E-Commerce menyediakan berbagai jenis produk dan
mempertemukan kebutuhan material dan budaya secara lebih luas
kepada banyak orang.
Kedua, dari sisi investasi, untuk bersaing dalam hal
pengguna/konsumen, seluruh perusahaan e-commerce harus dapat
menjamin barang tersedia dalam cangkupan waktu dan tempat spesifik
menurut pelanggan untuk memenuhi permintaan mereka, yang mana
akan sangat membutuhkan dana dalam jumlah besar untuk pada area
terkait, seperti stock kuantitatf, infrastruktur telekomunikasi, yang
mana mengarah pada peningkatan investasi modal tetap.
Ketiga, pemerintah harus membangun lebih banyak jalan
untuk menopang tingginya permintaan akan transportasi sebagai
akibat dari perkembangan E-Commerce yang pesat, menyediakan
peningkatan infrastruktur telekomunikasi sebagai tanggapan untuk
pertumbuhan permintaan layanan tambahan, juga keamanan operasi
bisnis E-Commerce karena ketatnya persyaratan E-Commerce pada
keamanan data jaringan, kredit bisnis perusahaan dan kredit pribadi,
pemerintah akan meningkatkan belanja pengadaan terkait.
98
Keempat, E-Commerce telah mencapai penyebaran arus
informasi yang lancar, sangatlah bermanfaat untuk membantu
meningkatkan reputasi internasional pada produk dan layanan
perusahaan, yang tidak diragukan lagi telah memainkan peran penting
dalam memperluas ekspor. Selain itu, penerapan E-Commerce
memungkinkan kita untuk berpartisipasi dalam persaingan pasar
internasional secara lebih efektif dan memperoleh keuntungan serta
inisiatif untuk memperoleh manfaat yang lebih besar dalam proses
globalisasi ekonomi dan mendorong pembangunan ekonomi yang
cepat dan sehat. (Liu, Sixun 2013)
Google dan Tamasek (2019) dalam penelitiannya
menunjukkan bahwa terjadi lonjakan permintaan pada E-Commerce
dan Ride Hailing, dipicu perubahan fundamental pada konsumen.
Mereka menawarkan kemudahan, nilai, dan akses ke layanan dan
produk yang sebelumnya sulit diperoleh, membawa E-Commerce dan
Ride hailing menjadi bagian yang kini sulit dipisahkan dari kehidupan
masyarakat. Ride hailing menjadi begitu digemari, kemudahan
aksesibilitas yang luas dan biaya yang terjangkau, terutaman pada
kota-kota padat dengan tingkat kemacetan yang tinggi.
Begitu juga yang terjadi pada pelayanan pengantaran
makanan. Kenyamanan yang di dapat dari makanan yang dibeli bisa
diantar sampai kedepan pintu menjadi hal yang sangat di hargai,
99
terutama bagi kelas menengah. Perilaku konsumen seperti itu telah
menjadi norma, terutama di kalangan keluarga berpenghasilan ganda.
Perkembangan E-Commerce yang pesat dipicu oleh
beragamnya tawaran produk atau jasa yang menarik, inovatif, akses
yang mudah, serta tepat guna. Menyadari potensi yang besar juga
mendorong pemerintah dalam hal ini sebagai regulator, mengeluarkan
roadmap (peta jalan) yang menjadi panduan serta arah tujuan industri
perdagangan digital. Terdapat 7 insentif yang diberikan untuk
mendukung perkembangan E-Commerce, yakni menyangkut logistik,
pendanaan, perlindungan konsumen, infrastruktur komunikasi, pajak,
pendidikan dan SDM, serta keamanan (databoks, 2016).
2. Pengaruh Infrastruktur Telekomunikasi Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jumlah
Langganan broadband kabel tetap dan variabel Langganan telepon
seluler sebagai variabel perkembangan infrastruktur telekomunikasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
Indoenesia. Langganan broadband kabel tetap berpengaruh sebesar
0,85 yang artinya kenaikan pengguna Langganan broadband kabel
tetap akan direspon PDB sebesar Rp. 0,85 Miliar. Nilai 0,013 pada
koefisien Langganan telepon seluler artinya setiap kenaikan pengguna
100
Langganan telepon seluler akan direspon PDB sebesar Rp. 0,013
Miliar.
Terlepas dari signifikasi pengaruhnya pada penelitian ini,
hasil penelitian membenarkan hipotesis bahwa terdapat pengaruh
antara infrastruktur telekomunikasi dengan pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Majeed (2018) bahwa Mobile Subscription dan Fixed broadbandt
subscription berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal
ini di dukung oleh beberapa penelitian seperti Zahra et al., 2008; Liu,
Sixun, 2013; Saidi and Mongi, 2018; Majeed and Ayub, 2018; Aghaei
and Rezagholizadeh, 2017; Xing, 2018; Tamara, 2011; Pradhan, , et
al., 2014,;
Hasil ini sesuai dengan teori pertumbuhan Solow dan
dimana di katakan bahwa teknologi sebagai faktor exogenous dalam
pertumbuhan. Maksud dari teknologi sebagai faktor exogenous adalah
bahwa nilainya tidak sengaja dipilih oleh pelaku ekonomi dalam
model tetapi ditentukan oleh faktor di luar model. Model Solow
memprediksikan bahwa jika negara-negara memiliki tingkat tabungan,
pertumbuhan populasi, kemajuan teknis, dan tingkat depresiasi yang
serupa, maka terlepas dari keluaran awal per kapita mereka, semua
negara akan bertemu dengan jalur pertumbuhan seimbang yang serupa
dan tingkat ketidakmampuan per kapita mereka pada akhirnya
menjadi serupa dalam jangka panjang. (Zhao 2019)
101
Adapula teori pertumbuhan endogen dimana pada teori ini,
perkembangan teknologi menjadi faktor dalam proses produksi
(endogen) yang menentukan pertumbuhan. Karenanya, teori ini
memandang penting identifikasi dan analisis faktor-faktor yang
berasal dari dalam (endogenous) sistem ekonomi, yang memengaruhi
pertumbuhan ekonomi (Todaro, 2006; Gordon, 2000; Mankiw, 2007).
Banyak penelitian yang merujuk bahwa infrastruktur secara
umum berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Infrastruktur
telekomunikasi menurunkan biaya tetap untuk memperoleh informasi
dan biaya variabel untuk berpartisipasi dalam pasar. Kenaikan
infrastruktur telekomunikasi akan menurunkan biaya dan
meningkatkan output yang dihasilkan perusahaan dari berbagai sektor
ekonomi. Infrastruktur telekomunikasi terdiri dari jaringan akses
(sambungan telepon rumah dan seluler) dan jaringan backbone yang
menghubungkan jaringan akses. menyelesaikan panggilan telepon
rumah atau seluler tergantung pada keberadaan interkoneksi di seluruh
jaringan ini. Hal ini membuat spesifikasi yang salah atau tidak
memadai untuk membuat penawaran hanya bergantung pada harga
jalur utama atau harga ponsel. Pun sama halnya dengan investasi pada
sektor infrastruktur telekomunikasi dan segala layanan turunan nya,
memberikan keuntungan yang signifikan terhadap perekonomian.
(Sridhar and Sridhar 2007).
102
Jumlah pengguna telepon seluler
per 100 penduduk
180,0
160,0
164,4
147,4
140,0
120,0
100,0
80,0
60,0
40,0
20,0
0,0
124,4 127,6 131,2 127,5
113,5 119,3
101,9
87,4 pengguna telepon
seluler (per 100
penduduk)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki pertumbuhan
pada sektor telekomunikasi tercepat. Melihat dari tinggi nya
pertumbuhan pada penetrasi jumlah pengguna telepon seluler dan
pada jaringan broadband pada rumah tangga. Adanya cakupan yang
diperluas, peningkatan pada keterjangkauan, penetrasi penggunaan
ponsel cerdas, peningkatan layanan dan penggunaan data pada bisnis
menjadi beberapa hal yang mendorong pertumbuhan ekonomi dari
sektor ini. Negara ini terus memperluas jaringan serat optik dan
jangkauan 4G, didukung oleh investasi yang kuat dalam belanja
modal. Investasi di sektor telekomunikasi tumbuh dengan pesat dan
momentum yang diharapkan tetap terjaga.
Figure 4-15 Pengguna Telepon seluler per 100 Penduduk
Sumber: World Bank
Berdasarkan grafik pada figure 4-15 penggunaan telepon
seluler di Indonesia ada tren positif dengan peningkatan tiap tahunnya.
Di tahun 2018 terjadi penurunan yang sangat signifikan karena adanya
103
pemberlakukan regulasi registrasi kartu SIM. Di Indonesia sendiri, di
banding dengan negara-negara lain termasuk negara yang cukup
tertinggal dalam hal unduh data, namun masih dapat di tertutup
dengan pembangunan layanan 4G yang kian masif, salah satunya
dengan adanya pembangunan proyek serat optik Palapa Ring. Selain
itu, harga penggunaan data di Indonesia sudah cukup murah daripada
negara-negara tetangga lainnya, meskipun masih tertinggal daripada
India.
Berdasarkan riset Ericsson Mobility Report menunjukkan
adanya pergeseran jumlah kuota data yang dikonsumsi masyarakat. Di
kuartal III tahun 2018 ada peningkatan pada konsumsi diatas 10 GB
menjadi 25% dari tahun sebelumnya sebesar 12%, serta kenaikan tipis
pada rentang 5-10 GB menjadi 16% dari sebelumnya 15%. Pada
rentang konsumsi data kurang dari 1 GB menurun di kisaran 20% dari
sebelumnya sebesar 30%, begitupun pada rentang konsumsi 1-5 GB
turun sekitar 10% menjadi 35%. Hal ini bahwa adanya pengadopsian
teknologi 5G dan pertumbuhan konten video yang menyebabkan
peningkatan pada konsumsi kuota data internet masyarakat Indonesia.
Perkembangan teknologi 4G dimana penggunaan internet
yang semua dalam bentuk komputer kemudian bergesar menjadi
penggunaan pada device yang mudah dalam genggaman. Kemudian
teknologi 5G menggeser penggunaan device yang awalnya kita bawa
menjadi yang membawa kita, baik secara virtual maupun secara
104
kenyataan. Namun hasil dan manfaat teknologi 5G selain konektivitas
yang super cepat, belum begitu di ketahui pada model bisnis, investasi
yang diperlukan serta jadwal. Pada penggunaan broadband di rumah
tangga, dalam analisi yang dikeluarkan oleh Idem Est Research tahun
2020 menunjukkan bahwa industri broadband masih akan tumbuh
mencapai tingkat dua kali lipat setiap tahunnya dan akan berlanjut
selama periode 2019-2023 dengan meningkatnya minat akan data
berkecepatan tinggi di antara kelas berpenghasilan menengah yang
berkembang di Indonesia yang mendorong penggunaan broadband
tetap dan penetrasi rumah tangga.
Selain itu, juga Sebagian besar operator telekomunikasi
sedang dalam fase investasi besar-besaran baik di segmen jaringan
tetap maupun seluler, menghabiskan banyak uang untuk
meningkatkan infrastruktur jaringan 4G mereka. Penerbit layanan
telekomunikasi mengharapkan gelombang gabungan di Indonesia
sebelum 2022-2023, ketika margin semakin ditekan dan siklus Belanja
Modal baru dimulai dengan 5G.
Peningkatan penetrasi smartphone yang dimungkinkan oleh
ketersediaan perangkat berbiaya rendah telah memicu pertumbuhan e-
commerce, memanfaatkan potensi kelas menengah yang sedang
berkembang di Indonesia dengan disposable income yang relatif
tinggi. GoJek, Tokopedia, Grab, dan Bukalapak memimpin paket
105
Pertumbuhan Sektor Telekomunikasi
12
10
8
6
4
2
10,06
9,63 8,8
7
9,41
7,02
4,79
5,02
5,07
5,17
5,02
Pertumbuhan sektor TIK
Pertumbuhan PDB
2015 2016 2017 2018 2019**
dengan E-Commerce, ride-sharing, dan pembayaran seluler.
(Indonesia Telecoms Industry Report – 2020-2025 2020)
Sektor Telekomunikasi sendiri memberikan pengaruh ke
PDB sekitar 3% tiap tahunnya namun adanya tren peningkatan dengan
pertumbuhan yang tinggi, bahkan lebih tinggi daripada pertumbuhan
PDB. Presentase kontribusi sektor telekomunikasi terhadap PDB di
tahun 2015-2019 berturut-turut sebesar 3,52%, 3,63%, 3,78%, 3,77%,
dan 3,96%. Namun presentase pertumbuhan sektor masih jauh lebih
tinggi daripada presentase pertumbuhan ekonomi. Figure 4-16
menujukkan berdasarkan laporan Statistik Telekomunikasi Indonesia
2019 Pertumbuhan sektor telekomunikasi di tahun 2015 mencapai
10,06% kemudian menurun menjadi sebesar 8,87% di tahun 2016. Di
tahun 2017 terjadi peningkatan mencapai 9,63% namun kemudian
kembali menurun menjadi 7,02% di tahun 2018 dan meningkat
kembali mencapai 9,42% di tahun 2019.
Figure 4-16 Pertumbuhan Sektor Telekomunikasi
Sumber: Badan Pusat Statistik
106
Subindeks Akses dan Infrastruktur
Subindeks Pengguna
Subindeks Keahlian
Indeks Perkembangan
TIK
2017 2018 2019
Berdasarkan data Indeks Pembangunan Teknologi
Informasi dan Komunikasi yang dikeluarkan oleh Badan Pusat
Statistik tahun 2019, pada figure 4-17 menunjukkan bahwa ada
peningkatan nilai indeks pembangunan telekomunikasi di Indonesia.
Di tahun 2017, nilai indeks mencapai 4,96% kemudian meningkat
5,07% di tahun 2018 dan 5,32% di tahun 2019. Di tahun 2018,
pertumbuhan subindeks akses dan infrastruktur telekomunikasi
menjadi subindeks dengan pertumbuhan tertinggi yaitu mencapai
5,05%. Di tahun 2019, pertumbuhan subindeks akses dan infrastruktur
hanya mencapai 3,56%, namun adanya peningkatan yang tinggi pada
subindeks pengguna yang mencapai 8,99%. Sumbangan terbesar pada
kenaikan indeks perkembangan tik masih dari subindeks akses dan
infrastruktur telekomunikasi mencapai lebih dari 40% setiap tahunnya.
Figure 4-17 Indeks Perkembangan TIK 2017-2019
Sumber: Laporan statistik Indeks Pembangunan TIK, BPS
Vu (2011) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa
infrastruktur telekomunikasi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
melalui tiga saluran, yaitu dengan mendorong difusi teknologi dan
107
inovasi; meningkatkan kualitas pengambilan keputusan oleh
perusahaan dan rumah tangga; dan meningkatkan permintaan serta
mengurangi biaya produksi. Ketiga hal ini bersama-sama
meningkatkan tingkat keluaran.
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Rima,
Dominicious, dan Tanti (2019) di kolaborasikan dengan penelitian
Calderon and Serven (2004) menunjukkan bahwa kuantitas dan
kualitas infrastruktur telekomunikasi berpengaruh signifikan negatif
terhadap ketimpangan provinsi-provinsi di Indonesia melalui
pertumbuhan ekonomi.
Terdapat hubungan kausalitas antara Telekomunikasi
dengan pertumbuhan ekonomi melalui sektor investasi, dimana pada
negara dengan PDB Per Kapita yang tinggi lebih memungkinkan
untuk melakukan investasi lebih besar pada sektor telekomunikasi.
Didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Stanley et al (2018)
yang menyebutkan bahwa pada negara dengan pendapatan lebih tinggi
memiliki dampak telekomunikasi yang lebih besar (Majeed and Ayub
2018)
Adanya hubungan kausalitas juga didukung hipotesis
Supply-Leading dimana para peneliti hipotesis ini menyatakan bahwa
perkembangan infrastruktur telekomunikasi diperlukan sebagai pra-
syarat pertumbuhan ekonomi. dengan demikian, dikatakan bahwa
kausalitas berjalan dari Perkembangan Infrastruktur Telekomunikasi
108
ke pertumbuhan ekonomi. pendukung hipotesis ini mempertahankan
argumen nya bahwa Perkembangan Infrastruktur telekomunikasi
menyebabkan pertumbuhan ekonomi secara langsung melalui
dukungan terhadap infrastruktur lain dan terhadap faktor produksi.
dengan demikian mendorong peningkatan terhadap pertumbuhan
ekonomi. Penelitian ini didukung beberapa peneliti seperti Yoo dan
Kwak (2004); Ahmed dan Krishnasamy (2012); Mehmood and
Siddiqui (2013).
Penelitian lain yang dilakukan memberikan hasil yang
sedikit berbeda dimana infrastruktur telekomunikasi memberikan
pengaruh langsung terhadap pertumbuhan ekonomi, pada negara G-20
dan pengaruhnya secara 2 arah. hubungan kausalitas nya tergantung
dari pada grup mana negara tersebut di kategorikan dan bagaimana
negara mengartikan infrastruktur telekomunikasi atau dikenal dengan
Feedback Hypothesis (FBH). Penelitian ini juga menemukan bahwa
baik perkembangan infrastruktur telekomunikasi dan pertumbuhan
ekonomi memungkinkan terdapat keterkaitan kausalitas pada variabel
makroekonomi lainnya (Pradhan, Rudra P., Girijasankar Mallik, and
Tapan P. Bagchi, 2018)
Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Prasetyo (2016) yang menunjukkan bahwa
infrastruktur di ASEAN tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
secara langsung. Sesuai dengan pandangan teori Demand-Following
109
Hypotesis (DFH) dimana dikatakan bahwa pengaruh nya infrastruktur
telekomunikasi terhadap pertumbuhan ekonomi sangat kecil, dan
dampak nya hanya melalui output pertumbuhan ekonomi. Pandangan
ini juga mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi lah yang
meningkatkan infrastruktur telekomunikasi melalui kemampuan
investasi pada sektor infrastruktur telekomunikasi. Pertumbuhan
ekonomi yang meningkat akan meningkatkan permintaan masyarakat
akan infrastruktur telekomunikasi. Pendapat ini didukung penelitian
yang menggunakan Demand-Following Hypotesis (DFH) seperti Beil
& Jackson (2005), Shiu & Lam (2008), Lee, et al (2012), dan
Pradhan, R. P., Bele, S., & Pandey, S. (2013).
Porter et al (2002) dalam laporan global competitiveness
report 2001-2002 menyebutkan ada peran infrastruktur
telekomunikasi yang berbeda pada beberapa tingkatan kondisi socio-
economy suatu negara. Pertama adalah teknologi dan inovasi
memiliki pengaruh yang signifikasi nya kecil pada negara dengan
pendapatan yang rendah. Pada negara dengan pendapatan rendah
masih berfokus pada bagaimana memobilisasi tanah, modal, dan
tenaga kerja untuk bekerja dengan baik. Pertumbuhan ekonomi masih
bergantung pada penggunaan lahan, komoditas utama, dan tenaga
kerja tidak terlatih.
Kedua adalah negara berpendapatan menengah. Pada
negara dengan pendapatan menengah, adopsi teknologi menjadi
110
sangat penting karena terintegrasinya perekonomian domestik dengan
sistem ekonomi internasional dimana pengadopsian teknologi oleh
produksi lokal akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Ketiga pada negara maju atau negara berpendapatan tinggi.
Pada negara maju, pencapaian daya saing pada tingkat global
didapatkan atas hasil pembelajaran, terutama pembelajaran sains. Pada
perekonomian berpendapatan tinggi, yang menjadi fokus adalah
keberlanjutan pelatihan dan peningkatan angkatan kerja, mobilitas
tenaga kerja yang tinggi pada seluruh perusahaan, dan kombinasi
dinamis antara persaingan yang ketat dan kerja sama antar perusahaan.
Sejalan dengan penelitian ini, Sridhar, K. & Sridhar, V.
(2007) dalam penelitiannya juga menyebut bahwa pengaruh
infrastruktur telekomunikasi terhadap pertumbuhan ekonomi pada
negara berkembang, dimana pada negara-negara ini dapat
memanfaatkan perkembangan telekomunikasi untuk lebih
meningkatkan pertumbuhan mereka. di negara berkembang,
teledensitas pedesaan sangat rendah. Salah satu penyebabnya adalah
mahalnya penyelenggaraan telekomunikasi dan rendahnya daya beli
masyarakat pedesaan. sedangkan di negara maju, 90% rumah tangga
mampu membayar belanja bulanan untuk layanan telekomunikasi.
Lebih jauh, penawaran pada investasi telekomunikasi bergantung
pada permintaan potensial yang diukur dengan daftar tunggu pada
111
saluran telepon utama (per 100 population). Berdasarkan harga, efek
yang diekspektasikan positif.
Studi lain menyatakan bahwa bagaimana infrastruktur
telekomunikasi memberikan dampak terhadap perekonomian suatu
negara adalah melalui informasi yang cepat dan dapat diandalkan
yang difasilitasi oleh infrastruktur telekomunikasi. Misalnya adalah
jika suatu negara maju mengimpor tenaga kerja terampil dengan
tujuan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi, akan
menghasilkan lebih banyak barang dan menurunkan harga untuk
konsumen. Pada jangka pendek, hal ini akan menguntungkan bahkan
untuk negara berkembang sekalipun, yang mendapatkan barang
dengan harga lebih terjangkau dengan efek limpahan dari kebijakan
ini. Dalam jangka panjang, pekerja akan lebih memilih untuk tetap
bekerja pada negara maju. Negara maju akan dengan senang hati
meningkatkan pembangunan layanan bagi warga nya. mengarah pada
insentif spillover lebih lanjut yang mencakup, antara lain,
menempatkan lebih banyak karyawan di negara maju dan
meningkatkan pendapatan karyawan yang ingin pindah ke jaringan
yang lebih cepat. Manuver sederhana ini akan memiliki banyak efek
limpahan yang jelas dan tidak kentara baik dalam jangka pendek
maupun panjang. Hal ini mengakibatkan disparitas yang lebih besar,
yang membuat negara berkembang tidak akan bisa mengejar
112
ketertinggalan langkah pertama yang dicapai negara maju. (Germano
and Mullens 2017)
Di Indonesia, penelitian yang dilakukan oleh Untari et al
(2019) menunjukkan bahwa pada provinsi-provinsi yang memiliki
tingkat infrastruktur telekomunikasi yang tinggi, yang di
representasikan oleh kepemilikan telepon seluler, aksesibilitas
internet, jumlah BTS per kapita, dan rasio pengeluaran TIK
pemerintah, memiliki pertumbuha ekonomi diatas pertumbuhan
ekonomi Indonesia, baik pada kuadran provinsi-provinsi rendah dan
tinggi (kemiskinan). (Untari, Priyarsono, and Novianti 2019)
Ada beberapa kondisi yang menyebabkan masih belum
maksimalnya pembangunan infrastruktur, terutama infrastruktur
telekomunikasi di Indonesia. Pertama adalah negara kepulauan dan
distribusi penduduk yang masih belum merata dituding menjadi
alasan belum merata nya pembangunan infrastruktur telekomunikasi
Indonesia. Demografi wilayah Indonesia dengan bentuk perkotaan,
pedesaan, pegunungan, dsb. Menjadi tantangan tersendiri dalam
menghadirkan infrastruktur telekomunikasi dengan kualitas yang
baik. Dianari (2018) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa
pembangunan infrastruktur telekomunikasi mayoritas masih di
pegang oleh BUMN ataupun swasta profited-oriented seperti seperti
PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom),Telkomsel, Indosat dan XL
Axiata, menyebabkan pembangunan masih terkonsentrasi pada pulau
113
Jawa ataupun wilayah barat Indonesia, yang memiliki potensi
permintaan dan daya beli. Dalam menyikapi tantangan tersebut,
pemerintah membangun Jaringan tulang punggung internet cepat
Palapa Ring dan Satelit Multifungsi Satelit Indonesia Raya
(SATRIA).
Dalam mendukung pemerataan dan akselerasi
pembangunan konektivitas telekomunikasi nasional di seluruh wilayah
Indonesia, pemerintah, dalam hal ini Kementrian Informasi dan
Telekomunikasi menggunakan Peraturan pemerintah No. 58 tahun
2018 tentang percepatan pelaksanaan Proyesk Strategi Nasional
(PSN). Proyek Jaringan tulang punggung internet cepat Palapa Ring
dan Satelit Multifungsi Satelit Indonesia Raya (SATRIA) merupakan
dua proyek dibawah Kementrian Informasi dan Komunikasi yang
dalam mendukung pembangunan infrastruktur telekomunikasi.
Tantangan nya adalah bagaimana memaksimalkan output melalui
perubahan pada teknologi/telekomunikasi dan inovasi, bukan hanya
untuk perekonomian tapi juga untuk pelayanan publik secara umum.
Rencana awal peningkatan konektivitas antar pulau di Indonesia
sebenarnya sudah ada sejak 1998 namun harus berhenti akibat krisis
ekonomi yang waktu itu melanda negara. Pada tahun 2005 proyek
Palapa Ring pertama kali dicetuskan. Proyek pembangunan
infrastruktur Palapa Ring Broadband merupakan proyek pembangunan
serat optik di seluruh wilayah Indonesia sepanjang 35.00 Km di
114
bawah kementrian Komunikasi dan Informatika. Proyek ini
menjangkau 34 provinsi dan 440 Kabupaten/kota.
Figure 4-18 Proyek Palapa Ring
Sumber: KPBU Kemenkeu
Pembangunan di bagi dalam 3 tahap. Palapa Ring Barat
mencangkup mencakup Kabupaten/Kota Lingga, Kepulauan Meranti,
Kabupaten Bengkalis, Kepulauan Anambas, dan Natuna. Paket
Tengah Palapa Ring berlokasi di 17 Kabupaten/Kota, yaitu meliputi
Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku Utara (sampai Kepulauan Sangihe-
Talaud). Sementara itu, Paket Timur berlokasi di 17 Kabupaten/Kota,
yakni mencakup wilayah Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua Barat,
dan Papua. (KPBU DJPPR Kemenkeu).
Faktor lain yang menyebabkan pembangunan infrastruktur
telekomunikasi belum maksimal adalah faktor alam. Seperti yang
diketahui bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada
dalam zona ring of fire atau cincin api pasifik, yang mengakibatkan
sewaktu-waktu dapat terjadi nya gempa ataupun gunung meletus. Hal
115
ini tentu menjadi tantangan bagi pemerintah, bukan hanya dalam
membangun infrastruktur telekomunikasi tapi juga dalam
pemeliharaan infrastruktur maupun kualitas jaringan itu sendiri agar
tetap baik dan dapat dimanfaatkan maksimal. Seperti di tahun 2016
lalu, dimana pesisir Papua Nugini dilanda gempa, yang menyebabkan
gangguan internet dan telekomunikasi di wilayah timur Indonesia
dikarenakan pecahnya kabel laut wilayah timur Indonesia.
Mahalnya biaya akses bagi konsumen menjadi alasan lain
masih rendahnya daya beli masyarakat. Pembangunan infrastruktur
yang hanya dilakukan oleh pemerintah bisa menyebabkan biaya
pembangunan menjadi mahal. Skema pembiayaan dengan model
infrastructure telecommunication sharing bisa menjadi salah satu
solusi dalam menekan biaya pembangunan infrastruktur
telekomunikasi. Model ini banyak digunakan negara-negara lain,
seperti Malaysia, Amerika Serikat, Brazil, dll. Biaya pembangunan
infrastruktur yang rendah diharapkan dapat menurunkan biaya akses
oleh konsumen sehingga akan menurunkan kesenjangan digital
masyarakat.
3. Implikasi Kebijakan bagi pemerintah berdasarkan hasil temuan
a. Peningkatan kapasitas dan kualitas baik untuk E-Commerce maupun
infrastruktur telekomunikasi.
116
Hal ini sehubung dengan melihat pengaruh nya kedua
sektor tersebut kepada perekonomian, baik secara langsung maupun
melalui dukungan terhadap sektor lain. Potensi ekonomi digital yang
begitu besar, serta di dukung pertumbuhan penduduk yang tinggi,
diperlukan kemampuan yang baik oleh kedua sektor ini dalam
mengakomodasikan perkembangan yang cepat.
Potensi ekonomi digital Indonesia mencapai di tahun 2019,
dalam laporan we are social tahun 2020 168,3 juta orang melakukan
pembelian barang konsumsi secara online dengan nilai mencapai USD
18.76 miliar. Pada tahun 2025 nilai nya di prediksi mencapai USD
130 Miliar (Google dan Temasek, 2019).
Dengan populasi mencapai 250 juta jiwa yang tersebar di
lebih dari 17.000 pulau dari Sabang sampai Marauke perlu kapasitas
yang besar dalam mengakomodir kebutuhan digital. Selain itu, kondisi
geografis dan demografi yang masih belum merata menjadi penyebab
pembangunan dan perkembangan digital masih terkonsentrasi di
wilayah-wilayah tertentu seperti pulau Jawa sehingga pemanfaatan
perkembangan E-Commerce dan Infrastruktur telekomunikasi masih
belum maksimal.
Selain itu, pengadopsian memang perlu di segerakan
mengingat kebutuhan digital bukan hanya untuk perekonomian tapi
juga kehidupan sehari-hari. Terjadinya pandemi Covid-19 di tahun
2020 menyebabkan dibatasi nya aktivitas tatap muka guna
117
mengehentikan penyebaran virus. Disini peran digital sangat terlihat
dibutuhkan nya dengan mayoritas berbagai bidang di Indonesia
bertransformasi kedalam bentuk virtual/digital.
b. Dukungan Industri penunjang serta infrastruktur dasar
Perlu adanya penguatan dalam menopang perkembangan E-
Commerce dan Infrastruktur telekomunikasi, melalui pengintegrasian
industri serta infrastruktur penunjang. Dukungan sarana pra-sarana,
baik itu infrastruktur telekomunikasi, infrastruktur finansial, dan
infrastruktur logistik yang menjadi tulang punggung perkembangan E-
Commerce. Hal ini sangat penting terutama untuk Indonesia
mengingat besar nya potensi pasar dengan lebih dari 264 juta jiwa
tersebar di lebih dari 17.000 pulau di seluruh Indonesia. (Alyoubi
2015)
Perlu nya di bangun lebih banyak jalan untuk menopang
tingginya permintaan akan transportasi sebagai akibat dari
perkembangan E-Commerce yang pesat, menyediakan peningkatan
infrastruktur telekomunikasi sebagai tanggapan untuk pertumbuhan
permintaan layanan tambahan, juga keamanan operasi bisnis E-
Commerce karena ketatnya persyaratan E-Commerce pada keamanan
data jaringan, kredit bisnis perusahaan dan kredit pribadi, pemerintah
akan meningkatkan belanja pengadaan terkait. (Liu, Sixun 2013)
118
c. Mendorong secara lebih aktif pengadopsian kedua sektor ini pada
ekonomi kecil (UMKM)
Keberadaan kedua sektor ini harus mampu mempu mencetak lebih
banyak enterpreneur bukan hanya memberikan pengaruh yang besar
melalui sektor konsumsi. Wibowo (2018) menyebutkan bahwa
keberadaan internet masih terkonsentrasi pada sektor konsumsi.
Dianari (2018) menyebutkan bahwa keberadaan Internet harus mampu
mendorong pengguna nya untuk dapat memanfaatkan peluang untuk
mendapatkan keuntungan.
UMKM sendiri pada negara maju maupun berkembang merupakan
bisnis yang mempekerjakan mayoritas pekerja pada sektor manufaktur
maupun sektor jasa. UMKM sendiri pada umumnya melayani pasar
domestik dan berpengaruh langsung terhadap PDB.
Pada tahap ini, UMKM mulai dapat masuk kedalam praktik bisnis
yang kompetitif baik dalam pengoperasian bisnis maupun strategi
bisnis. Ekonomi digital menjadi hal yang berkaitan erat dengan
UMKM dalam kualitas institusi, pasar, serta organisasi yang
membentuk lingkaran bisnis baru. Perkembangan model bisnis baru
merupakan kode bagi UMKM untuk mempelajari cara baru yang lebih
efektif dan efisien dalam menjalankan bisnis, termasuk di dalamnya
mengenalkan inovasi kedalam strategi baru dalam berbisnis.
UMKM memiliki potensi setidaknya lebih dari 55% kontribusi
terhadap PDB Indonesia serta menyerap 97% dari total seluruh tenaga
119
kerja di Indonesia tahun 2010-2018 (Kementrian Koperasi, Usaha
Kecil dan Menengah, 2018). Pemerintah perlu melakukan dorongan
guna menyokong pertumbuhan UMKM pada sektor ekonomi digital.
Melalui perusahaan E-Commerce, pelaku UMKM mendapatkan
pembinaan bukan hanya dalam peningkatan kualitas produk serta
pemasaran, namun juga peningkatan kualitas SDM.
d. Peningkatan pemahaman serta kualitas sumber daya manusia melalui
pendidikan serta pelatihan.
Perkembangan teknologi yang begitu cepat menyebabkan
transformasi digital haruslah disikapi dengan bijak. Teknologi digital
perlu digunakan secara baik bila, sumber daya manusia tersebut
memiliki keahlian untuk memanfaatkan teknologi digital tersebut.
Memahami cara pakai serta mampu menyelaraskannya dengan proses
yang ada di dalam unit-unit terkait sehingga menjadi bagian tidak
terpisahkan dari kegiatan sehari-hari. (Hadiono and Santi 2020)
Perlu adanya keseriusan dalam pembinaan serta peningkatan
kualitas sumber daya manusia, dimana pengembangan kualitas
sumberdaya manusia nya harus berorientasi pada ekonomi digital.
Harus adanya peninternalisasian teknologi terutama teknologi
komunikasi seperti internet, yang di lakukan pemerintah ke dalam
pendidikan mulai dari jenjang dasar. hal ini penting dilakukan agar
sumber daya Indonesia mampu bersaing dalam era baru ekonomi
120
digital dan globalisasi ini. Secara khusus, pemerintah dapat
menyediakan fasilitas pendidikan lanjutan bagi calon pekerja atau
bahkan pekerja untuk meningkatkan keterampilan TIK, tidak hanya
melalui vokasi, melainkan sampai sertifikasi. (Sayekti 2018)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh perkembangan E-
Commerce dan infrastruktur telekomunikasi terhadap pertumbuhan
ekonomi pada tahun 2001-2018 dan seberapa besar pengaruhnya.
Variable yang di gunakan pada penelitian ini meliputi Jumlah Pengguna
Internet di Indonesia, untuk menjelaskan perkembangan E-Commerce
dan Fixed Broadband Subscription dan Mobile Celluler Subscription
untuk menjelaskan variabel infrastruktur telekomunikasi.
Berdasarkan hasil temuan peneliti dapat diketahui bahwa:
1. Variabel jumlah penetrasi pengguna internet sebagai variabel
perkembangan E-Commerce berpengaruh positif namun tidak
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan
nilai 802413,04 yang artinya kenaikan 1 pengguna internet
akan meningkatkan PDB sebesar Rp. 802.413 Miliar.
Jumlah pengguna internet sendiri menjadi gambaran potensi
ekonomi digital, berperan penting dalam pasar atau mendorong
permintaan untuk mendorong kontribusi E-Commerce terhadap
pertumbuhan ekonomi.
121
122
2. Variabel jumlah Fixed Broadband Subscription dan variabel
Mobile Celluler Subscription sebagai variabel perkembangan
infrastruktur telekomunikasi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi Indoensia. Fixed Broadband
Subscription berpengaruh sebesar 0,85 yang artinya kenaikan 1
Fixed Broadband Subscription akan menaikan PDB sebesar
Rp. 0,85 Miliar. Nilai 0,013 pada koefisien Mobile Celluler
Subscription artinya setiap kenaikan 1 pengguna Mobile
Celluler Subscription akan meningkatkan PDB sebesar Rp.
0,013 Miliar.
3. Secara simultan variabel jumlah penetrasi pengguna internet
sebagai variabel perkembangan E-Commerce, Fixed
Broadband Subscription dan Mobile Celluler Subscription
sebagai variabel perkembangan infrastruktur telekomunikasi
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah disampaikan, penulis memiliki
beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi penulis selanjutnya, diharapkan dapat terus meneliti
mengenai topik ini dengan menggali variabel-variabel
independen baru yang masih relevan dan bisa
123
mempertimbangkan penelitian ini sebagai salah satu bahan
rujukan.
2. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai
rujukan dalam mengembangkan potensi E-Commerce dan
infrastruktur telekomunikasi, dimana setiap orang bisa
mengambil peran dalam mendorong perekonomian Indonesia
melalui sektor ini.
3. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini bisa dijadikan salah satu
rujukan untuk merumuskan kebijakan-kebijakan dalam
mendorong pemanfaatan potensi sektor E-Commerce maupun
infrastruktur telekomunikasi menyadari besar nya potensi
sektor ini.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, Rahardjo. Teori-Teori Pembangunan Ekonomi, Pertumbuhan
Ekonomi dan Pertumbuhan wilayah, cetakan pertama. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013.
Alyoubi, Adel A. "E-commerce in Developing Countries and How to Develop
Them During the Introduction of Modern Systems." Procedia Computer
Science Vol. 65 , 2015: 479 – 483.
Amaliya, Ulya. "E-Commerce di Singapura dan Indonesia: Sebuah Perbandingan
Kebijakan." Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM,
Arifin, J. SPSS 24 untuk Penelitian dan Skrips. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2017.
Arsyad, Lincolin. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Unit Peberbit dan
Percetakan STIM YKPN Yogyakarta, 2010.
Asianbrirefing.com. Indonesian"s Palapa Ring: Bringing Connectivity to the
Archipelago. 2020. https://www.aseanbriefing.com/news/indonesias-
palapa-ring-bringing-connectivity-archipelago/ (diakses tgl 28 Agustus
2020 01.05).
Badan Pusat Statistik . Indeks Pembangunan Teknologi Infromasi dan Komunikasi
2018. Badan Pusat Statistik, 2018.
Badan Pusat Statistik . Statistik Telekomunikasi Indonesia 2019. Badan Pusat
Statistik, 2019.
Badan Pusat Statistik. Statistik E-Commerce Indonesia 2019. Badan Pusat
Statistik, 2019.
Bank, World. World Development Report: Infrastructure for Development. New
York.: Oxford University Press, 1994.
Boedion. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta: BPFE, 1982.
Darmawan, Deni. Metode Penelitian Kuantitati. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013.
124
125
Databoks.Katadata. Transaksi E-Commerce Indonesia Naik 500% dalam 5 tahun.
2016. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/11/16/transaksi-e-
commerce-indonesia-naik-500-dalam-5-tahun# (diakses 23 Agustus 2020
15.49).
Dianari, Rr. Getha Fety. "Pengaruh E-Commerce Terhadap Pertumbuhan
EkonomI." Bina Ekonomi Vol 22, 2018: 45-64.
ekonomi.bisnis.com. Daftar Negara PDB Terbesar 2024: China nomor1,
Indonesia Peringkat 5. 2020.
https://ekonomi.bisnis.com/read/20200722/9/1269585/daftar-negara-pdb-
terbesar-pada-2024-china-nomor-1-indonesia-peringkat-5 (diakses tgl 21
Agustus 2020 21.05).
Germano, James , and Williams Mullens. "Telecommunications Infrastructure:
Another O-Ring in the Economics Devepolment of the Thrid World."
Catholic University Journal of Law and Technology. Vol. 25 Isue 1, 2017:
67-93.
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, 2016.
Google & Temasek. E-Conomy SEA 2019. Bain and Company, 2019.
Gujarati. Dasar-Dasar Ekonometrika. Terjemahan Mangunsong, R.C. Buku 2,
Edisi 5. Jakarta: Salemba 4, 2012.
Hootsuite (We Are Social). Digital 2020: Indonesia. Hootsuite, 2020.
Huda, Nailul, Izzudin Al Farras Adha, and Riza Annisa Pujarama. Impact of E-
Commerce Sector on Indonesian Economy. YSI Asia Convening, 2019.
Indonesia Telecoms Industry Report – 2020-2025. Indonesia: Idem Est Research,
2020.
International Telecommunication Union . " ITU Regional ICT Indicators
Workshop for Africa ." Lilongwe, Malawi: https://www.itu.int/en/ITU-
D/Regional-
Presence/Africa/Documents/ICT%20Indicators%20Training%202018/Ses
sion%208.%20Fixed-broadband,%20mobile-
broadband%20and%20bundles%20and%20more.pdf, 2018. Session 8:
Fixed-broadband, mobilebroadband and traffic indicators.
Jinyi, Li. "Role of E-commerce on Trading Sector in China." 2018.
126
Kementrian Informasi dan Komunikasi . Bangun Infrastruktur TIK, Pemerintah
Buat Lompatan Kebijakan . 2019.
https://www.kominfo.go.id/content/detail/21553/bangun-infrastruktur-tik-
pemerintah-buat-lompatan-kebijakan/0/berita_satker (diakses tgl 22
Agustus 2020 03.05).
Kompas.com. Perjalanan Palapa Ring, Dicetuskan 2005 Hingga Diresmikan
Jokowi. 2019.
https://www.kompas.com/tren/read/2019/10/14/191700465/perjalanan-
palapa-ring-dicetuskan-sejak-2005-hingga-diresmikan-jokowi?page=all.
(diakses tgl 28 Agustus 2020 01.00).
Kompasiana.com . Sejarah E-Commerce Indonesia: Apa Yang Telah dan Akan
Terjadi? 2017.
https://www.kompasiana.com/www.bhinneka.com/59b25877085ea659435
94dc2/sejarah-e-commerce-indonesia-apa-yang-telah-dan-akan-
terjadi?page=all (diakses tgl 23 Agustus 2020 01.23).
Laudon, K. C., and Traver, C. G. E-commerce 2017. (2018).
Liu, Bingwu, and Juntao Li. "The Development Strategy of E-Commerce." Open
Journal of Social Sciences, 3, 2015: 99-105.
Liu, Sixun. "An Empirical Study on E-commerce‟s effects on Economic Growth."
The Authors, International Conference on Education Technology and
Management Science (ICETMS 2013), 2013.
Majeed, Muhammad Tariq, and Tayba Ayub. "Information and communication
technology (ICT) and economic growth nexus: A comparative global
Analysis." Pakistan Journal of Commerce and Social Sciences Vol. 12 (2),
2018: 443-476.
Mankiw, N. Gregory. “Pengantar Ekonomi (Haris Munandar, Penerjemah).
Jakarta: Erlangga, 2003.
Masrukhin. Statistik Inferensial (Aplikasi Program SPSS) Hal. 75 . Kudus: Media
Ilmu Press, 2008.
Orbeta JR, A. C. "„E-Commerce in Southeast Asia: A Review of
Developments,Challenges, and Issues." In Information Technology in
Asia: New Development Paradigm, by C. S. Yue and J. J. Lim. Singapore:
Institute of Southeast Asian Studies., 2002.
127
Pradhan, , Rudra P., Mak B. Arvin, Sahar Bahmani , and Ne.
"Telecommunications Infrastructure and Economic Growth: Comparative
Policy Analysis for the G-20 Developed and Developing Countries."
Journal of Comparative Policy Analysis: Research and Practice, 2014:
401-423.
Prasetyo, G. A. "Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Telekomunikasi Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN." Doctoral dissertation, Universitas
Airlangga, 2016.
Qu, J., Simes, R., & O'Mahony, J. "How do digital technologi drive economic
growth?" Economic Record, 2017: 57-69.
Rahardjadan , Pratama , and Mandala Manurung. Teori Ekonomi Makro: Suatu
Pengantar. Jakarta: Lembaga Penerbit FE U, 2008.
Satriya, Eddy. "Effective Strategy for Digital Economy Transformation in
Indonesia." FGD WANTIKNAS. Kementrian Koordinator Bidang
Kemaritiman, 2020.
Sridhar, Kala Seetharam, and Varadharajan Sridhar. "telecommunication
infrastructure and eceonomic growth: eveidence from developing
countris." Applied Economics and international development. Vol 7-2,
2007.
Sukirno, Sadono. "Makroekonomi teori pengantar." . Jakarta: PT Raja Grafindo
Perkasa , 2004.
—. Ekonomi pembangunan: proses, masalah, dan dasar kebijakan. . Kencana
(Prenada Media), 2006.
—. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015.
Tamara , Trini Indrati . "Pengaruh Infrastruktur Telekomunikasi Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia tahun 2000-2009." Thesis, 2011.
Thomas, Vincent Fabian. Tiap Tahun, e-Commerce RI Diguyur Investasi Asing
USD2,5 Miliar. Febuari 26, 2019. https://tirto.id/tiap-tahun-e-commerce-
ri-diguyur-investasi-asing-usd25-miliar-dhQw (accessed November 14,
2020).
Todaro, Michael. P. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi Keenam, .
Jakarta: Penerbit Erlangga, 1998.
128
Turban, Efraim, et al. Business-to-business E-commerce. Electronic Commerce.
Springer, Cham, 2015.
Untari, Rima , Dominicus Savio Priyarsono,, and Tanti Novianti. "Impact of
Information and Communication Technology (ICT) Infrastructure on
Economic Growth and Income Inequality in Indonesia." IJSRSET |
Volume 6 | Issue 1, 2019: 109-116.
Wang, Kevin Wei; Woetzel, Jonathan ; Seong, Jeongmin; Chui, Michael ; Wong,
Wendy;. Digital China: Powering the economy to global competitiveness.
McKinsey Institute Global, 2017.
Wibowo, E. W. "Analisis Ekonomi Digital Dan Keterbukaan Terhadap
Pertumbuhan GDP Negara ASEAN., ." Lentera Bisnis Vol. 7, 2018: 66-80.
Xing, Zhongwei. "The impacts of Information and Communications Technology
(ICT) and E-commerce on bilateral trade flow." Int Econ Econ Policy; 15,
2018: 565-586.
Zaroni. "Logistik E-Commerce." www.supplychainIndonesia.com. n.d.
Zhao, Rui. "Technology and economic growth: From Robert Solow to
PaulRomer." Human Behavio and Emerging Technologies. Vol1. Issue. 1,
2019: 62-65.
Lampiran
Data Penelitian
Tahun
Penetrasi
Pengguna Internet
(RIBU jiwa)
Fixed
broadband
subscribe
(Jiwa)
Mobile Celluler
Subscribe
(Jiwa)
PDB
(Miliar
Rupiah)
2000 1900 4000 3669327 1389769,9
2001 4200 15000 6520947 1646322
2002 4500 38300 11700000 1821833,4
2003 8000 61600 18495251 2013674,6
2004 11200 84900 30336607 2295826,2
2005 16000 108200 46909972 2774281,1
2006 20000 194367 63803015 3339216,8
2007 20000 778770 93386881 3950893,2
2008 25000 981562 140578243 4948688,4
2009 30000 1863821 163676961 5606203,4
2010 42000 2280316 211290235 6446851,9
2011 55000 2736379 249805619 7419187,1
2012 63000 2983000 281963665 8615704,5
2013 71200 3251800 313226914 9546134
2014 88100 3400000 325582819 10094928,9
2015 110200 3983000 338948340 11526332,8
2016 132700 5227393 385573398 12401728,5
2017 143260 6215923 435193605 13589825,7
2018 171170 8874116 319434605 14838311,5
Jenis Variabel Variabel Indikator Satuan Sumber Data
Terikat Pertumbuhan
Ekonomi PDB
Miliar
Rupiah
Badan Pusat
Statistik (BPS)
Independen
Perkembangan E-
Commerce
Jumlah Pengguna
Internet
Ribu jiwa
Asosiasi
Penyelenggara
Jasa Internet (APJII)
Independen
Infrastruktur Telekomunikasi
Fixed Broadband
Subscription Ribu jiwa World Bank
Mobile Celluler
Subscription
Ribu orang
World Bank
129
130
Hasil Penelitian
Uji Normalitas
Uji Linearitas
131
Uji Heteroskedastisitas
Uji Multikolinearitas
Uji Autokorelasi
132
Hasil Estimasi Regresi Linear Berganda