pengaruh perbedaan umpan terhadap hasil tangkap …repository.ub.ac.id/7010/1/ulfa...

77
PENGARUH PERBEDAAN UMPAN TERHADAP HASIL TANGKAP RAJUNGAN PADA ALAT TANGKAP BUBU DI PERAIRAN BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN SKRIPSI Oleh : ULFA WAHYUNINGSIH NIM. 135080200111015 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Upload: others

Post on 19-Oct-2020

19 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • PENGARUH PERBEDAAN UMPAN TERHADAP HASIL TANGKAP

    RAJUNGAN PADA ALAT TANGKAP BUBU DI PERAIRAN BRONDONG

    KABUPATEN LAMONGAN

    SKRIPSI

    Oleh :

    ULFA WAHYUNINGSIH

    NIM. 135080200111015

    PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

    JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN

    FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2017

  • PENGARUH PERBEDAAN UMPAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN

    RAJUNGAN PADA ALAT TANGKAP BUBU DIPERAIRAN BRONDONG

    KABUPATEN LAMONGAN

    SKRIPSI

    Sebagai Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana

    Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

    Universitas Brawijaya

    Oleh:

    ULFA WAHYUNINGSIH

    NIM. 135080201111064

    PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

    JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN

    FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    SEPTEMBER 2017

  • ii

  • iii

    Judul : PENGARUH PERBEDAAN UMPAN TERHADAP HASIL

    TANGKAPAN RAJUNGAN PADA ALAT TANGKAP

    BUBU DIPERAIRAN BRONDONG KABUPATEN

    LAMONGAN

    Nama Mahasiswa : ULFA WAHYUNINGSIH

    NIM : 135080200111015

    Program Studi : Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

    PENGUJI PEMBIMBING:

    Pembimbing 1 : IR. SUKANDAR, MP

    Pembimbing 2 : IR. ALFAN JAUHARI, MS

    PENGUJI BUKAN PEMBIMBING:

    Dosen Penguji 1 : DR. ALI MUNTAHA, A.PI., S.PI., MT

    Dosen Penguji 2 : DR. IR TRI DJOKO LELONO, M.SI

    Tanggal Ujian : 28 SEPTEMBER 2017

  • iv

    PERNYATAAN ORISINILITAS

    Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam usulan proposal skripsi yang

    saya tulis ini benar merupakan hasil karya saya sendiri, dan sepanjang

    pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis

    atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan

    disebutkan dalam daftar pustaka.

    Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan terdapat hasil

    penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

    tersebut, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.

    Malang, September 2017

    Mahasiswa,

    Ulfa Wahyuningsih

    135080200111015

  • v

    UCAPAN TERIMAKASIH

    Saya panjatkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa,

    karena berkat Rahmat, Karunia dan Hidayah-Nya penulis dapat

    menyelesaikan laporan skripsi sebagai salah satu syarat kelulusan di

    Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang.

    Dalam hal ini penulis memperoleh dukungan dari berbagai pihak, oleh

    karena itu penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada :

    1. Allah SWT atas karunia dan kesehatan yang diberikan selama ini

    sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa juga

    sholawat serta saran kita curahkan kepada nabi besar SAW.

    2. Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Ketua Jurusan PSPK

    (DR. IR. Daduk Setyohadi, MS) dan Ketua Prodi PSP (Sunardi, ST.

    MT) yang telah menandatangani berkas maupun laporan skripsi

    3. Bapak Ir. Sukandar, MP dan Bapak Ir. Alfan Jauhari, MS, selaku dosen

    pembiminng skripsi yang senantiasa membimbing selama proses

    penyelesaian laporan skripsi.

    4. Bapak Dr. Ali Muntaha, A.PI., S.PI., MT dan Bapak Dr. Ir Tri Djoko

    Lelono, M.SI selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan

    saran kepada penulis.

    5. Kedua Orang Tua dan adik saya yang selalu mendukung, memberikan

    motivasi, doa dan semangat untuk saya dalam proses pengerjaan

    skripsi ini.

    6. Teman-teman Kontrakan yang selalu mengingatkan pada saat

    mengerjakan skripsi.

    7. Teman-teman yang membantu pada saat dilapang

  • vi

    8. Teman-teman PSP 2013 yang memberikan dukungan dan semangat

    untuk mengerjakan skripsi ini.

  • vii

    RINGKASAN

    ULFA WAHYUNINGSIH. Pengaruh Perbedaan Umpan Terhadap Hasil Tangkap Rajungan Pada Alat Tangkap Bubu Di Perairan Brondong Kabupaten Lamongan (dibawah bimbingan Ir. Sukandar, MP dan Ir. Alfan Jauhari, MS )

    Bubu merupakan salah satu alat penangkapan yang dioperasikan didaerah lamongan, penelitian kali ini dilakukan di perairan brondong kabupaten lamongan. Dengan bertujuan untuk mengetahui hasil tangkapan bubu, mengetahui perbedaan hasil tangkapan bubu menggunakan umpan yang berbeda : umpan ikan peperek, umpan ikan swanggi, umpan belut dan mengetahui perbedaan ukuran rajungan.

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak

    Kelompok (RAK) dengan menggunakan 3 perlakuan yaitu umpan yang berbeda pada bubu rajungan dengan pengulangan penelitian sebanyak 9 kali. Sedangkan metode analisisnya menggunakan uji normalitas dalam spss, Rancangan Acak Kelompok (RAK), sidik ragam dan Benda Nyata Terkecil (BNT).

    Pada hasil penelitian yang sudah dilakukan didapatkan untuk jumlah

    total hasil tangkapan didapatkan hasil adanya perbedaan total hasil tangkapan pada ketiga jenis umpan dengan Fhitung = 7,053 dan Ftabel = 3,402, karena Fhitung > Ftabel maka H1 diterima H0 ditolak. Pengujian untuk jumlah hasil tangkapan rajungan didapatkan hasil adanya perbedaan jumlah hasil tangkapan rajungan pada ketiga jenis umpan dengan Fhitung = 9,733 dan Ftabe l= 3,402, karena Fhitung > Ftabel maka H1 diterima dan H0 ditolak. Pengujian untuk ukuran berat rajungan didapatkan hasil adanya perbedaan ukuran berat rajungan hasil tangkapan pada ketiga jenis umpan yang berbeda dengan Fhitung = 40,541 dan Ftabel = 3,402, karena Fhitung > Ftabel maka H1 diterima H0 ditolak. Pengujian untuk ukuran panjang karapas rajungan didapatkan hasil adanya perbedaan ukuran panjang karapas hasil tangkapan rajungan pada ketiga jenis umpan yang berbeda dengan Fhitung = 79,296 dan Ftabel = 3,402, karena Fhitung > Ftabel maka H1 diterima H0 ditolak. Pengujian untuk ukuran lebar karapas rajungan didapatkan dengan adanya perbedaan ukuran lebar karapas hasil tangkapan rajungan pada tiga jenis umpan yang berbeda dengan Fhitung = 19,292 dan Ftabel =3,402, karena Fhitung > Ftabel maka H1 diterima dan H0 ditolak.

    Berdasarkan analisis yang dilakukan bahwa umpan menggunakan ikan

    swanggi memiliki nilai yang paling tinggi diantara yang lain dan umpan menggunakan belut memiliki nilai yang paling rendah.

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

    rahmat serta hidayah – Nya sehingga penulis dapat menyusun skripsi yang

    berjudul “Pengaruh Perbedaan Umpan Terhadap Hasil Tangkap Rajungan Pada

    Alat Tangkap Bubu Di Perairan Brondong Kabupaten Lamongan”.

    Sangat disadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena

    itu,penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun

    agar tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.

    Malang, September 2017

    Penulis

  • ix

    DAFTAR ISI

    Halaman HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. ii

    PERNYATAAN ORISINILITAS ........................................................................... iv

    UCAPAN TERIMAKASIH ..................................................................................... v

    RINGKASAN ......................................................................................................vii

    KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii

    DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix

    DAFTAR TABEL ................................................................................................. xi

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii

    DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiv

    1. Pendahuluan ................................................................................................ 1

    1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 3 1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 3 1.4 Kegunaan Penelitian ........................................................................................ 3 1.5 Hipotesis ............................................................................................................. 4

    2. Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 6

    2.1. Deskripsi Rajungan .......................................................................................... 6 2.1.1. Klasifikasi Dan Morfologi Rajungan ....................................................... 7 2.1.2 Tingkah Laku .............................................................................................. 7 2.1.3 Makanan ..................................................................................................... 8 2.1.4 Habitat ......................................................................................................... 8

    2.2. Deskripsi Bubu .................................................................................................. 9 2.2.1. Bentuk Bubu ............................................................................................ 10 2.2.2 Bahan Dan Konstruksi Bubu.................................................................. 10

    2.3. Metode Pengoperasian .................................................................................. 11 2.4. Umpan .............................................................................................................. 12

    2.4.1 Jenis Umpan ............................................................................................ 13 2.4.2 Ukuran Umpan ......................................................................................... 13

    2.5 Penelitian Terdahulu ...................................................................................... 14 3. Metode Penelitian ....................................................................................... 15

    3.1 Tempat Dan Waktu .......................................................................................... 15 3.2 Alat dan bahan ................................................................................................ 15 3.3 Metode Penelitian ............................................................................................ 15

  • x

    3.4 Pengumpulan Data .......................................................................................... 16 3.4.1 Data Pimer ................................................................................................ 16 3.4.2 Data Skunder ........................................................................................... 17

    3.5 Cara pengambilan data ................................................................................... 17 3.5.1 Indentifikasi alat tangkap ........................................................................ 17 3.5.2 Pengukuran hasil tangkapan ................................................................. 18

    3.6 Analisis Data ..................................................................................................... 18 3.7 Prosedur Penelitian ......................................................................................... 21

    4. Hasil Dan Pembahasan ................................................................................. 22

    4.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian ................................................................. 22 4.1.1 Letak Geografis ...................................................................................... 22 4.1.2 Kondisi Umum Penduduk ....................................................................... 23

    4.2 Operasi Penangkapan Bubu Rajungan ........................................................ 23 4.2.1 Persiapan .................................................................................................. 24 4.2.2 Penurunan ................................................................................................ 24 4.2.3 Perendaman Dan Penarikan Bubu ....................................................... 24

    4.3 Daerah Penangkapan ..................................................................................... 25 4.4 Data Pengamatan ............................................................................................ 25 4.5 Analisis Data ..................................................................................................... 33

    BAB 5. PENUTUP ............................................................................................. 47

    5.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 47 5.2 Saran ................................................................................................................. 47

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 48

    LAMPIRAN ........................................................................................................ 50

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1. Data Ekspor Rajungan Dan Harga .......................................................................... 2

    2. Komponen Model Matematika Dari Uji ANOVA Untuk Melihat Pengaruh Jenis

    Umpan Terhadap Jumlah Hasil Tangkapan Rajungan ............................................ 19

    3. Data Jumlah Total Hasil Tangkapan (Ekor/Trip) .................................................. 25

    4. Data Jumlah Hasil Tangkapan Rajungan (Ekor/Trip) ......................................... 27

    5. Data Total Berat Hasil Tangkapan ......................................................................... 28

    6. Data Berat Rajungan (gram) ................................................................................... 29

    7. Data Panjang Karapas Rajungan (mm) ................................................................ 31

    8. Data Lebar Karapas Rajungan(mm) ...................................................................... 32

    9. Hasil Uji Normalitas Jumlah Total Hasil Tangkapan (ekor/ trip) ........................ 34

    10. Hasil Uji Normalitas Jumlah Hasil Tangkapan (ekor/trip) .................................. 35

    11. Hasil Uji Normalitas Total Berat Rajungan (gram) ............................................. 35

    12. Hasil Uji Normalitas Berat Rajungan (gram) ....................................................... 36

    13. Hasil Uji Homogenitas Jumlah Total Hasil Tangkapan (ekor/trip) ................... 36

    14. Hasil Uji Homogenitas Jumlah Hasil Tangkapan (ekor/trip) ............................. 37

    15. Hasil Uji Homogenitas Total Berat Hasil Tangkapan(gram) ............................. 37

    16. Hasil Uji Homogenitas Berat Rajungan(gram) .................................................... 37

    17. Hasil Uji Homogenitas Panjang Karapas Rajungan(mm) ................................. 38

    18 Hasil Uji Homogenitas Lebar Karapas Rajungan (mm) ...................................... 38

    19. Hasil One-way ANOVA Data Jumlah Total Hasil Tangkapan (ekor/trip) ........ 39

  • xii

    20. Hasil Uji BNT 5% Data Jumlah Total Hasil Tangkapan (ekor/trip) ................... 39

    21. Hasil One-way ANOVA Data Jumlah Hasil Tangkapan (ekor/trip) .................. 40

    22. Hasil Uji BNT 5% Data Jumlah Hasil Tangkapan (ekor) ................................... 41

    23. Hasil One-way ANOVA Data Berat Total Hasil Tangkapan (gram) ................. 41

    24. Hasil Uji BNT 5% Data Berat Total Hasil Tangkapan (gram) ........................... 42

    25. Hasil One-way ANOVA Data Berat Rajungan(gram) ......................................... 43

    26. Hasil Uji BNT 5% Data Berat Rajungan(gram) ................................................... 43

    27. Hasil One-way ANOVA Data Panjang Karapas Rajungan(mm) ...................... 44

    28. Hasil Uji BNT 5% Data Panjang Karapas Rajungan(mm)................................. 44

    29. Hasil One-way ANOVA Data Lebar Karapas Rajungan (mm) ......................... 45

    30. Hasil Uji BNT 5% Data Lebar Karapas Rajungan (mm) .................................... 46

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1. Rajungan ....................................................................................................................... 6

    2.Bubu .............................................................................................................................. 18

    3. Pengukuran rajungan ................................................................................................ 18

    4. Alur Penelitian ............................................................................................................ 21

    5. Lokasi penelitian ........................................................................................................ 23

    6. Grafik Jumlah Total Hasil Tangkapan (Ekor) ........................................................ 26

    7. Grafik Jumlah Hasil Tangkapan Rajungan (Ekor) ................................................ 27

    8. Grafik Berat Total Hasil Tangkapan(gram) ............................................................ 29

    9.Grafik Berat Rajungan (gram) ................................................................................... 30

    10. Grafik Panjang Karapas Rajungan (mm) ............................................................. 31

    11. Grafik Lebar Karapas Rajungan (mm) ................................................................ 33

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Halaman

    1. Peta Perairan Brondong………………………………………………………….. 50

    2. Peta Kabupaten Lamongan………………………………………………………. 51

    3. Kegiatan penelitian………………………………………………………………… 52

    4. Hasil Tangkapan Bubu……………………………………………………………. 54

    5. Total jumlah hasil tangkapan rajungan………………………………………….. 55

    6. Konstruksi Bubu……………………………………………………………………. 59

  • 1

    1. Pendahuluan

    1.1 Latar Belakang

    Wilayah laut indonesia yang terletak di daerah tropis menjadikan

    keanekaragaman hayati laut indonesia tertinggi di dunia. Sumberdaya perikanan

    laut terutama pada perairan pantai yang keanekaragaman ekosistem dan

    variabilitas organisme laut sangat penting bagi kehidupan sebagian masyarakat

    indonesia. Ikan karang, rajungan, kepiting bakau, ikan peagis lainnya sering

    berimigrasi ke perairan pantai sehingga keanekaragaman hayati laut begitu

    penting untuk kehidupan sosial-ekonomi (Zulkarnain, 2011).

    Alat penangkapan ikan ada beberapa salah satunya adalah bubu yang

    merupakan alat tangkap untuk menangkap ikan atau biota lain dilaut.

    Pengoperasiaon bubu sendiri dengan cara menjebak ikan sehingga ikan masuk

    ke bubu tanpa paksaan. Sehingga alat tangkap bubu bisa digunakan berkali-kali

    dan ikan yang ditangkap besar kemungkinan tubuh ikan tidak akan rusak (Butar-

    butar, 2005).

    Bahan yang digunakan untuk membuat alat tangkap bubu ada

    bermacam-macam misal: kayu, bambu, plastik, jaring atau kawat. Bubu salah

    satu alat tangkap ramah lingkungan karena pengoperasiannya yang pasif

    dengan menunggu ikan masuk ke jebakan. Bubu memiliki kelebihan untuk hascil

    tangkapannya karena hasil tangkapan yang didapatkan selalu segar. Ukuran

    pada badan bubu agak besar sehingga memungkinkan ikan masih bisa bergerak

    bebas didalamnya (Ilyas, 2001).

    Menurut Yoni (2010), rajungan (Portunus pelagicus) memiliki nilai

    ekonomis yang tinggi, komoditas perikanan yang sangat penting bagi ekonomi

    dan menjadi komoditas ekspor yang permintaannya dari tahun ke tahun terus

    meningkat. Hingga saat ini ekspor rajungan masih menggantungkan pada hasil

  • 2

    tangkapan dari laut untuk memenuhi kebutuhan, dikhawatirkan populasi rajungan

    di alam berpengaruh. Lihat tabel 1.

    Tabel 1. Data Ekspor Rajungan Dan Harga

    Negara Tujuan 2012 2013 2014 2015

    Berat Bersih (Ton)

    Jepang 1.404,90 1.278,20 1.058,40 718,4

    Hongkong 3.301,20 2.068,40 949,6 2.150,40

    Korea Selatan 3.871,30 3.421,80 3.107,10 2.682,00

    Taiwan 6.736,40 7.377,10 7.321,40 12.786,00

    Tiongkok1) 26.000,10 43.358,00 34.167,80 42.683,90

    Thailand 6.140,90 8.920,70 4.938,00 2.715,50

    Singapura 3.394,00 2.547,00 2.453,50 2.839,40

    Malaysia 4.742,20 4.327,60 4.242,40 6.950,10

    Amerika Serikat 5.885,40 3.292,10 4.683,30 3.962,20

    Kanada 353,7 75 51,5 60,3

    Belanda 109,6 129,8 166,7 163,2

    Italia 7.546,50 6.168,40 8.421,90 8.803,40

    Spanyol 252,9 139,1 655 637,4

    NilaiFOB(RibuUS$)

    Jepang 9.279,00 7.767,20 6.026,40 3.597,30

    Hongkong 7.795,90 4.104,80 4.084,40 4.328,20

    Korea Selatan 12.750,00 10.697,60 13.290,40 11.980,10

    Taiwan 10.755,80 10.785,90 10.238,30 21.219,70

    Tiongkok1) 59.383,50 120.298,90 73.692,30 77.937,50

    Thailand 6.622,40 8.294,20 4.020,80 6.242,60

    Singapura 9.988,80 8.325,80 7.746,30 8.939,50

    Malaysia 9.750,20 10.409,50 11.082,10 16.308,20 Amerika Serikat 94.153,20 36.930,30 58.855,10 31.125,10

    Kanada 3.188,70 580 212,9 214,5

    Belanda 570,4 560,5 1.082,80 740,8

    Italia 37.553,30 24.945,40 30.252,30 32.880,60

    Spanyol 1.393,80 813,8 2.387,20 2.208,40

    Sumber: Badan Puat Statistik (2016)

    Ada berbagai macam umpan yang bisa digunakan, diantaranya: umpan

    alami dan umpan buatan. Umpan alami bisa berupa: ikan rucah, keong, dan

    kerang-kerangan. Bubu merupakan alat tangkap yang menggunakan umpan

    alami berupa ikan rucah. Ikan rucah sering digunakan sebagai umpan karenan

    harganya murah, mudah diperoleh, dan masih memiliki kesegaran yang cukup

  • 3

    baik (Ramdani, 2007). Dari uraian diatas maka perlu adanya penelitian umpan

    yang berbeda supaya diketahui umpan yang efektip. Dalam penelitian ini

    menggunakan tiga umpan yang berbeda yaitu : pertama umpan ikan peperek,

    ikan swangi dan belut.

    1.2 Rumusan Masalah

    Dari pernyataan tersebut pada latar belakang penelitian maka :

    1) Bagiamana hasil tangkapan rajungan dengan alat tangkap bubu ?

    2) Bagaimana perbedaan hasil tangkapan dengan umpan ikan peperek, ikan

    swangi, belut terhadap hasil tangkapan ?

    3) Bagaimana ukuran hasil tangkapan rajungan dengan bubu ?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini antara lain:

    1) Mengetahui hasil tangkapan rajungan dengan alat tangkap bubu.

    2) Mengetahui perbedaan hasil tangkapan rajungan dengan alat tangkap bubu

    menggunakan umpan ikan peperek, ikan swangi dan belut.

    3) Mengetahui ukuran karapas dan berat rajungan yang tertangkap dengan

    bubu.

    1.4 Kegunaan Penelitian

    Adapun kegunaan dari penelitian ini antara lain:

    1) Bagi mahasiswa diharapkan dapat menambah pengetahuan baru mengenai

    perbedaan umpan yang digunakan pada alat tangkap bubu.

    2) Bagi akademik dapat dijadikan masukan untuk penelitian lebih lanjut dan

    pengembangan informasi mengenai perbedaan umpan yang digunakan pada

    alat tangkap bubu.

  • 4

    3) Bagi nelayan diharapkan dari hasil penelitian ini nelayan nantinya dapat

    mengetahui jenis umpan yang manakah yang paling di sukai oleh rajungan

    pada alat tangkap bubu.

    4) Bagi kalangan umum dapat dijadikan sebagai bahan informasi tentang

    perbedaan umpang yang digunakan pada alat tangkap bubu.

    1.5 Hipotesis

    1) Pengujian Jumlah Total Hasil Tangkapan

    H0 : Tidak ada perbedaan jumlah total hasil tangkapan pada ketiga jenis umpan

    yang berbeda

    H1 : Ada perbedaan jumlah total hasil tangkapan pada ketiga jenis umpan yang

    berbeda

    2) Pengujian Jumlah Hasil Tangkapan Rajungan

    H0 : Tidak ada perbedaan jumlah hasil tangkapn rajungan pada ketiga jenis

    umpan yang berbeda

    H1 : Ada perbedaan jumlah hasil tangkapan rajungan pada ketiga jenis umpan

    yang berbeda

    3) Pengujian Ukuran Panjang Karapas Hasil Tangkapan Rajungan

    H0 : Tidak ada perbedaan ukuran panjang karapas hasil tangkapan rajungan

    pada ketiga jenis umpan yang berbeda

    H1 : Ada perbedaan ukuran panjang karapas hasil tangkapan rajungan pada

    ketiga jenis umpan yang berbeda

    4) Pengujian Ukuran Lebar Karapas Hasil Tangkapan Rajungan

    H0 : Tidak ada perbedaan ukuran lebar karapas hasil tangkapan rajungan pada

    ketiga jenis umpan yang berbeda

    H1 : Ada perbedaan ukuran lebar karapas hasil tangkapan rajungan pada ketiga

    jenis umpan yang berbeda

  • 5

    5) Pengujian Ukuran Berat Hasil Tangkapan Rajungan

    H0 : Tidak ada perbedaan ukuran berat hasil tangkapan rajungan pada ketiga

    jenis umpan yang berbeda

    H1 : Ada perbedaan ukuran berat hasil tangkapan rajungan pada ketiga jenis

    umpan yang berbeda

  • 1

    2. Tinjauan Pustaka

    2.1 Deskripsi Rajungan

    Menurut ary (1996), rajungan (Portunus pelagicus) memepunyai tubuh

    yang lebih ramping dan capit yang lebih panjang dan mempunyai berbagai

    macam warna yang menarik pada daerah karapas rajungan. Duri yang ada di

    akhir pada dua sisi karapas relatif lebih panjang dan lebih runcing. Lihat gambar

    1.

    Gambar 1 Rajungan Sumber: Lisda (2011)

    Rajungan memiliki bentuk karapas bulat pipih dengan warna yang menarik.

    Karapas pada rajungan biasanya lebih besar pada arah lebarnya dari pada

    panjangnya. Duri pada karapas rajungan disisi belakang matanya ada 9,6,5 atau

    4 dan diantara mata rajungan terdapat 4 buah duri besar. Rajungan memiliki 5

    pasang kaki yang mempunyai fungsi yang berbeda-beda: satu pasang sebagai

    capit, 3 pasang sebagai kaki untuk berjalan, dan sepasang kaki untuk berenang

    rajungan (Butar-Butar, 2005)

  • 2

    2.1.1 Klasifikasi Dan Morfologi Rajungan

    Klasifikasi rajungan menurut Pratt(1935) adalah sebagai berikut :

    Filum : Arthopoda

    Kelas : Crustacean

    Sub Kelas : Malacostraca

    Ordo : Decapoda

    Sub Ordo : Reptantia

    Seksi : Brachyuran

    Tribe : Branchyrhyncha

    Family : Portunidae

    Genus : Portunus sp

    Rajungan (Portunus pelagicus) memiliki beberapa bagian pada tubuhnya,

    terdiri dari kepala, dada, dan perut. Bagian kepala rajungan menjadi satu dengan

    dada yang disebut dengan cephalothorax bagian perut(abdomen) rajungan

    berbentuk segitiga, dan melipat pada sisi karapas. Pada rajungan jantan bentuk

    abdomen lebih meruncing sedangkan pada rajungan betina abdomennya lebih

    lebar (Oemarjati dan Wardhana, 1990).

    2.1.2 Tingkah Laku

    Perkembangan hidup rajungan sering mengalami pergantian kulit. Kulit

    rajungan sering berganti karena kulit rajungan terbentuk dari bahan yang

    berkapur yang tidak bisa tumbuh terus menerus. Biasanya setelah rajungan

    mengganti kulitnya rajungan berubah menjadi individu yang lebih besar dan

    kulitnya lunak. Pada saat ini lah masa-masa rawan untuk rajungan karena

    pertahanan melemah sehingga rajungan mudah diserang, dirobek-robek, dan

    bisa saja dimangsa sesama jenisnya (Nontji, 2005).

  • 3

    Menurut Prakoso (2005), ada dua faktor yang mempengaruhi tingkah laku

    rajungan yang pertama faktor alami, diantaranya perkembangan hidup, pengaruh

    siklus bulan, dan feeding habit. Faktor yang kedua yaitu faktor buatan salah

    satunya yaitu umpan yang digunakan untuk memikat rajungan sehingga bisa

    mempengaruhi tingkah laku rajungan.

    2.1.3 Makanan

    Berdasarkan penelitian (Erlinda et al. 2016), dilakukan pembedahan

    lambung rajungan yang ditangkap di Perairan Lakara menunjukan bahwa dari 19

    rajungan terbagi menjadi empat kelompok yang memiliki makanan yang

    berbedaya yaitu : moluska (bivalvia), daging, plankton, dan MTT (material tidak

    teridentifikasi). Presentase komposi kelompok yang memiliki nilai paling tinggi

    ada pada plankton, yang kedua daging, ketiga moluska, dan yang memiliki

    urutan yang terakhir ada pada material tidak teridentifikasi.

    Menurut Chande dan Mgaya (2004) dalam Ramdani (2007), hasil

    penelitian dengan menggunakan 3948 perut kepiting dari perairan dangkal di

    Kunduchi, Teluk Msasani dan sungai Mzinga didapatkan bahwa makanan utama

    yang dimakan rajungan adalah Moluska (51,3%), Krustasea (24,1%), duri ikan

    (18%) dan beberapa makanan yang tidak terdefinisi (6,6%). Makanan yang

    dominan dimakan oleh rajungan adalah Bivalva arcuatula dan dan beberapa

    Gastropoda.

    2.1.4 Habitat

    Menurut Susanto, (2010) dalam Jafar (2011), rajungan menghabiskan

    banyak waktunya untuk berendam di pasir tetapi rajungan masih menonjolkan

    matanya untuk menunggu ikan dan jenis invertebrata yang mencoba untuk

    mendekatinya sehingga rajungan bisa menyerang atau di mangsa. Perkawinan

  • 4

    rajungan dilakukan pada musim panas dengan rajungan jantan menempelkan

    diri ke rajungan betina kemudian melakukan perkawinan dengan berenang.

    Menurut Kumar et al. (2000) rajungan memiliki dua habitat yang pertama

    di habitat perairan pantai biasannya rajungan yang berada didaerah pantai

    merupakan rajungan yang masih kecil. Habitat kedua berada diperairan yang

    lebih dalam, untuk perairan yang lebih dalam biasannya ditempati oleh rajungan

    yang sudah dewasa.

    2.2 Deskripsi Bubu

    Alat tangkap bubu merupakan sebuah perangkap yang mempunyai

    bentuk seperti kurungan dan tersusun dari berbagai bahan serta mempunyai

    satu injap (pintu bubu) bahkan lebih pintu bubu (SNI, 2008).

    Menurut Anna et al. (2015), bubu merupakan alat tangkap yang dikenal

    oleh nelayan berupa jebakan, yang bersifat pasif. Dalam pengoperasian bubu

    dibagi menjadi 3 jenis, antara lain :

    1) Bubu Dasar

    Bubu dasar merupakan bubu yang dalam operasionalnya daerah

    penangkapan berada di dasar perairan.

    2) Bubu Apung

    Bubu apung merupakan bubu yang dalam operasional penangkapan bubu

    diapungkan.

    3) Bubu Hanyut

    Bubu hanyut merupakan bubu yang dalam operasional penangkapan bubu

    dihanyutkan.

  • 5

    2.2.1 Bentuk Bubu

    Bubu di Kronjo menggunakan jenis bubu lipat dua pintu, yang banyak

    digunakan di Pulau Jawa, digunakan untuk menangkap rajungan yang

    menggunakan umpan berupa ikan asin. Di Kalimantan juga bubu digunakan

    tetapi berbeda jenis yaitu bubu lipat dengan tiga pintu untuk menangkap kepiting

    bakau. Bubu lipat tiga pintu merupakan alat tangkap asli Korea Selatan(Butar-

    Butar, 2005).

    Bentuk bubu yang baik bisa meningkatkan efektifitas dan keramah

    lingkungan dalam penangkapan rajungan menggunakan bubu lipat. Bubu yang

    baik yaitu bubu yang bisa menangkap banyak rajungan dengan ukuran yang

    besar. Penggunaan escape gap(celah pelolosan) pada bubu lipat sangat efektif

    karena rajungan yang kecil bisa meloloskan diri sehingga yang tertangkap pada

    bubu cuma rajungan yang berukuran besar. Alat tangkap bubu lebih efektif,

    efisien dan ramah lingkungan(Susanto, 2012).

    2.2.2 Bahan Dan Konstruksi Bubu

    Bahan yang digunakan untuk membuat alat tangkap bubu ada

    bermacam-macam misal: kayu, bambu, plastik, jaring atau kawat. Bubu salah

    satu alat tangkap ramah lingkungan karena pengoperasiannya yang pasif

    dengan menunggu ikan masuk ke jebakan. Bubu memiliki kelebihan untuk hascil

    tangkapannya karena hasil tangkapan yang didapatkan selalu segar. Ukuran

    pada badan bubu agak besar sehingga memungkinkan ikan masih bisa bergerak

    bebas didalamnya (Ilyas, 2001).

    Sebagian besar konstruksi bubu terbagi dari tiga bagian yaitu mulut

    (funnel), badan (body), dan pintu bubu. Mulut yang membentuk corong memiliki

    fungsi untuk tempat ikan masuk ke bubu sehingga ikan tidak bisa keluar. Bagian

  • 6

    badan bubu memiliki fungsi sebagai rongga dimana ikan terkurung dan

    tertangkap. Pada bagian pintu bubu digunakan untuk mempermudah nelayan

    untuk mengambil hasil tangkapan yang ada di dalam bubu (Subani dan Barus,

    (1989) dalam Ramdani, (2007)).

    2.3 Metode Pengoperasian

    Pengoperasian bubu dimulai dengan setting dimana pelampung tanda

    pertama diturun kan dengan ditandai adanya bendera selanjutnya bubu diturun

    kan satu persatu sampai habis. Setting dilakukan sekitar 10-15 menit, selama

    melakukan setting mesin kapal masih hidup tidak dimatikan. Selanjutnya proses

    perendaman (soaking) yang biascanya dilakukan sekitar 5-9 jam jika

    penangkapan dilakukan pada pagi hari dan apabila pada sore hari maka

    perendaman dilakukan selama 5-12 jam. Tahapan terakhir yaitu proses

    pengangkatan (hauling). Pengangkatan bubu biasannya tidak menggunakan

    tenaga mesin melainkan menggunakan tenaga manusia. Proses hauling

    membutuhkan waktu sekitar 1 jam dan hasil tangkapan bubu langsung

    dimasukan ke wadah yang sudah disediakan (Irnawati et al. 2014).

    Menurut Ramdani 2007, pengoperasian alat tangkap bubu ada beberapa

    tahapan :

    1) Tahap pertama : melakukan tagging pada alat tangkap bubu yang dilakukan

    pada malam hari sebelum pengoperasian untuk menandai jenis-jenis umpan

    yang berbeda pada tiap bubu.

    2) Tahap kedua : pagi harinya dilakukan pengecekan di fishing base untuk

    mengecek peralatan dan bahan yang akan digunakan dikapal.

    3) Tahap ketiga : setelah persiapan matang kapal berangkat ke daerah fishing

    ground. Selama kapal perjalanan menuju fishing ground dilakukan

  • 7

    pemasangan umpan. pemasangan umpan dilakukan dengan memasukan

    umpan kedalam kantong satu persatu.

    4) Tahap keempat : sesampainya di fising ground, maka mulai dilakukannya

    penurunan bubu (setting). Setting pada bubu yang pertama dilakukan adalah

    penurunan pelampung tanda setelah beberapa detik selanjutnya bubu

    diturunkan satu persatu.

    5) Tahap kelima : dilakukannya perendaman alat tangkap yang dilakukan

    kurang lebih sekitar 4 jam.

    6) Tahap keenam : bubu diangkat (hauling).

    7) Tahap ketujuh : bubu dibiarkan diatas dek kapal sampai kembali di fishing

    base.

    2.4 Umpan

    Umpan merupakan alat bantu penangkapan dengan cara membentuk

    rangsangan (stimulus) yang dapat menimbulkan ikan-ikan untuk tertarik

    mendekat. Umpan yang baik dapatdilihat dari sifatnya, daya tahan, serta harga

    dari umpan itu sendiri, umpan dikatakan efektif jika umpan yang digunakan dapat

    menarik ikan, umpan mudah diperoleh, serta mudah disimpan dan tahan lama

    (Ramdani, 2007).

    Umpan merupakan salah satu faktor yang sangat penting agar dapat

    menunjang keberhasilan suatu operasi penangkapan ikan, khususnyha pada alat

    tangkap yang pasif seperti bubu dan pancing. Umpan yang digunakan pada alat

    tangkap bubu terdiri dari beberapa jenis ikan yang tidak ekonomis (ikan rucah),

    tetapi kadang ada juga yang menggunakan umpan buatan (pelet) (Rahadjo dan

    Linting, 1993, dalam Muldiani, 2007).

  • 8

    2.4.1 Jenis Umpan

    Bubu adalah alat penangkapan ikan yang cara pengoperasiannya secara

    pasif. Tertangkapnya hasil tangkapan bubu dipengaruhi beberapa faktor salah

    satunya adalah umpan. Rajungan yang berada di daerah Kronjo banyak

    ditangkap menggunakan alat tangkap bubu yang umpannya berupa ikan rucah.

    Ada berbagai macam umpan yang bisa digunakan, diantaranya: umpan alami

    dan umpan buatan. Umpan alami bisa berupa: ikan rucah, keong, dan kerang-

    kerangan. Bubu merupakan alat tangkap yang menggunakan umpan alami

    berupa ikan rucah. Ikan rucah sering digunakan sebagai umpan karenan

    harganya murah, mudah diperoleh, dan masih memiliki kesegaran yang cukup

    baik (Ramdani, 2007).

    Menurut Yoni (2010), selama penelitian diperairan bungo rajungan yang

    tertangkap alat tangkap bubu adalah Portunus pelagicus dan rajungan pelong

    (Portunus sp). Umpan menggunakan ikan peperek merupakan jenis umpan yang

    terbaik untuk menangkap rajungan dibandingkan dengan umpan keong dan

    cacing dengan hasil tangkapan sebanyak 715 ekor rajungan.

    2.4.2 Ukuran Umpan

    Menurut Septianingsih (2013), frekuensi rajungan yang masuk kedalam

    bubu pada umpan yang berbobot 50 gram sangat tinggi dengan jumlah rajungan

    yang masuk sebanyak 250 kali, sedangkan pada bobot 150 gram merupakan

    frekuensi terendah dengan jumlah rajungan yang masuk hanya 195 kali.

    Menurut Miller (1983) mengatakan bahwa perangkap yang menggunakan

    umpan dengan ukuran 3 kg besar kemungkinan dapat menangkap 50% lebih

    kepiting dibandingkan dengan perangkap yang menggunakan umpan 1 kg

    dengan menggunakan waktu perendaman selama satu hari atau empat hari.

  • 9

    2.5 Penelitian Terdahulu

    Menurut yoni (2010), yang melakukan penelitian di perairan Bungko yaitu

    Portunus pelagicus dan rajungan pelong (portunus sp). Dalam penelitian tersebut

    umpan pepetek merupakan umpan yang terbaik diantara umpan keong dan

    cacing. Menggunakan umpan peperek hasil tangkapan bubu lebih banyak

    rajungan dan memiliki ukuran yang lumayan besar.

    Pada penelitian yang dilakukan dikabupaten tanggerang bubu lipat yang

    digunakan untuk menangkap rsjungan dengan bubu lipat dua pintu dan bubu

    lipat tiga pintu. Didapatkan dengan hasil tangkapan menggunakan bubu lipat dua

    pintu sebanyak 53 ekor sedangkan untuk bubu tiga pintu hanya 11 ekor

    rajungan. Sehingga menggunakan bubu lipat dua pintu lebih efektif dan efesien

    dalam pengoperasian selama penelitian tersebut (Butar-Butar,2005).

  • 15

    3. Metode Penelitian

    3.1 Tempat Dan Waktu

    Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Brondong Kabupaten Lamongan.

    Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret - April 2017.

    3.2 Alat dan bahan

    Adapun alat yang digunakan untuk menujang penelitian adalah sebagai

    berikut :

    1) Satu unit perahu motor

    2) Bubu

    3) Timbangan

    4) Tagging

    5) Kantong plastik

    6) Jangka sorong

    7) Penggaris ukur

    8) Gunting dan pisau

    9) Alat tulis

    10) Kamera

    Adapun bahan yang digunakan untuk menunjang penelitian adalah ikan

    peperek, ikan swangi dan belut.

    3.3 Metode Penelitian

    Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode experimental

    fishing, dimana data didapatkan dengan melakukan uji coba penangkapan

  • 16

    dilapang. Pengambilan data dilakukan dengan melakukan operasi penangkapan

    selama 9 kali percobaan dengan jumlah setting sebanyak satu kali per harinya.

    3.4 Pengumpulan Data

    3.4.1 Data Pimer

    Data primer ini diperoleh secara langsung dengan cara melakukan

    pengamatan dan pencatatan dari hasil observasi dan wawancara langsung dan

    dokumentasi. Berikut ini adalah teknik pengambilan data :

    1) Observasi

    Observasi dalam penelitian ini yaitu dengan melakukan pencatatan data

    yang dibutuhkan selama penelitian. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui

    proses persiapan bubu di daratkan sebelum berangkat dan juga proses bongkar

    hasil tangkapan.

    2) Wawancara

    Wawancara dalam penelitian ini dilakukan secara langsung terhadap

    pihak pemilik kapal, nahkoda, anak buah kapal yang berkaitan secara langsung

    maupun tidak langsung dengan rumusan masalah penelitian guna mendapatkan

    data maupun informasi yang dibutuhkan.

    3) Dokumentasi

    Dokumentasi pada penelitian ini didapat dengan mengambil gambar

    keadaan dilapang, kegiatan wawancara, kapal, alat tangkap dan rekaman

    kegiatan penelitian menggunakan kamera hp.

  • 17

    3.4.2 Data Skunder

    Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah jurnal

    penelitian, artikel penelitian laporan skripsi yang dapat membantu informasi yang

    dibutuhkan.

    3.5 Cara pengambilan data

    3.5.1 Indentifikasi alat tangkap

    Bubu yang digunakan dalam penelitian ini adalah bubu yang

    menggunakandua pintu, dengan panjang 40 cm, lebar 30 cm dan tinggi 18 cm.

    rangka dari bubu terbuat dari kawat galvanis yang mempunyai diameter 3 mm

    dan bahan bubu terbuat polyethylene (PE) multifilament berwarna hijau dengan

    mesh size 30 mm.

    Pada badan bubu bagian atas dibagi menjadi dua dan pada pertengahan

    terdapat engsel yang terbuat dari besi yang kemudian dapat menyatukan kedua

    rangka bubu bagian atas. Engsel memiliki fungsi untuk menyangga bubu agar

    bisa berdiri ketika sedang dioperasikan sekaligus dapat badan bubu terlipat lagi

    ketika bubu tidak dioperasikan.

    Mulut bubu memiliki faktor yang penting karena dapat mengetahui

    keberhasilan penangkapan dimana pada mulut bubu bisa mempermudah hasil

    tangkapan yang masuk sekaligus menyusahkan hasil tangkapan untuk keluar

    dari bubu. Mulut bubu yang digunakan pada penelitian memiliki dua mulut saja,

    yang berbentuk horizontal pada bagian belakang dan depan bubu. Pintu masuk

    pada bubu memiliki ukuran 18 cm dengan lebar 34 cm. tempat umpan pada bubu

    berada ditengah bubu, dengan menggunakan kawat yang berbentuk seperti

    pengait. Lihat gambar 2.

  • 18

    Gambar 1.Bubu Sumber: Ramdani (2007)

    3.5.2 Pengukuran hasil tangkapan

    Metode pengukuran panjang karapas dan lebar karapas pada rajungan :

    lihat gambar 3.

    Gambar 2 Pengukuran rajungan Sumber: Ramdani (2007)

    Keterangan :

    CW : Lebar karapas

    CL: Panjang Karapas

    3.6 Analisis Data

    Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    Rancangan Acak Kelompok (RAK) Rancangan Acak Kelompok (RAK) adalah

    suatu design (percobaan) dimana unit-unit percobaan dikelompokkan ke dalam

  • 19

    block (kelompok) sehingga unit-unit eksperimen dalam masing-masing kelompok

    sacara relative bersifat homogen.

    Data berupa jumlah hasil tangkapan terlebih dahulu diuji kenormalannya

    menggunakan uji Kolmogorov-smirnov. Uji ini mempunyai fungsi yang sama

    dengan uji Liliefors yakni untuk menguji kenormalan data. Apabila data menyebar

    maka data akan di analisis dengan anova, tetapi apabila data tidak menyebar

    normal maka data akan di analisis dengan menggunakan uji H-Kruskal-Wallis.

    Model matematika ANOVA sebagai berikut (Steel Dan Torrie, 1995): lihat tabel 2.

    Tabel 1 komponen model matematika dari uji ANOVA untuk melihat pengaruh jenis umpan terhadap jumlah hasil tangkapan rajungan

    Sumber

    Keragaman Derajat Bebas

    Jumlah

    Kuadrat Kuadrat Tengah F Hitung

    Jenis Umpan t-1 JKP

    Galat t(r-1) JKG

    Total rt-1 JKT

    Sumber: Ramdani (2007)

    Jika terdapat perbedaan nyata pada perlakuan umpan terhadap jumlah

    total hasil tangkapan, jumlah hasil tangkapan rajungan, ukuran panjang karapas,

    lebar karapas maupun berat rajungan yang tertangkap maka akan dilanjutkan

    dengan menggunakan BNT. Model matematika untuk uji BNT sebagai berikut

    (Steel Dan Torrie, 1995) :

    KTP Fhit

    KTG

  • 20

    Keterangan :

    = Ragam contoh

    = Rata-rata atau nilai tengah contoh

    Tetapi apabila data rajungan tidak menyebar maka data akan dianalisis

    menggunakan statistik non parametrik yakni menggunakan Uji H Kruskal-Wallis.

    Model matematika uji Kruskal-Wallis adalah (Spiegel, 1988):

    Keterangan :

    H = nilai uji H Kruskal-Wallis

    K = sampel

    N = ukuran sampel total

    R = Jumlah peringkat untuk masing-masing sampel

    Jika terdapat perbedaan nyata pada perlakuan umpan terhadap jumlah

    total hasil tangkapan, jumlah ha sil tangkapan rajungan, ukuran panjang karapas,

    lebar karapas maupun berat rajungan yang tertangkap maka akan dilanjutkan

    dengan menggunakan uji U Mann- Whitney. Model matematika uji U Mann-

    Whitney adalah sebagai berikut (Spiegel, 1988) :

    Keterangan :

    U = nilai uji U Mann-Whitney

    N1= Ukuran sampel ke-1

    N2= Ukuran sampel ke-2

    R1= jumlah peringkat untuk sampel ke-1

  • 21

    3.7 Prosedur Penelitian

    Gambar 3 Alur Penelitian

    Sumber: Penulis

    Pengaruh Perbedaan Umpan Terhadap Hasil Tangkapan Rajungan Pada

    Alat Tangkap Bubu Di Perairan Brondong

    Data

    Primer Data Skunder

    1. Data statistik perikanan

    DKP lamongan

    2. Demografi Desa

    Survei

    Wawancara :

    1. Setting/ Trip 2. pengalaman

    1. Hasil tangkapan

    rajungan yang

    ada di brondong.

    2. Berat dan ukuran

    rajungan yang

    ada di brondong.

    Uji kenormalan

    Tidak menyebar :

    Menggunakan uji H-Kruskal-

    Wallis

    Menyebar :

    Menggunakan ANOVA

    HASIL

  • 22

    4. Hasil Dan Pembahasan

    4.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian

    4.1.1 Letak Geografis

    Lamongan merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Jawa

    Timur, dengan mempunyai letak geografis titik koordinat 060 53’ 54”- 070 23’ 6”

    Lintang Selatan dan 1120 04’ 41” – 1120 33’ 12” Bujur Timur. Luas wilayah

    Kabupaten Lamongan kurang lebih 1.812,80 km2 setara 3,78% dari luas wilayah

    provinsi Jawa Timur dengan garis pantai 47 km dan terbagimenjadi 27

    kecamatan (Kabupaten Lamongan, 2008).

    Kecamatan Brondong merupakan bagian dari wilayah Kabupaten

    Lamongan, dengan titik koordinat antara 060 53’ 30,81” – 070 23’ 6” Lintang

    Selatan dan 1120 17’ 01,11” – 1120 33’ 12” Bujur Timur dengan batas wilayah

    sebagai berikut :

    Sebelah Utara : Laut Jawa

    Sebelah Timur : Kecamatan Paciran

    Sebelah Selatan : Kecamatan Laren dan Kecamatan Solokuro

    Sebelah Barat : Kecamatan Pala

    Penelitian ini dilakukan di Desa Sedayulawas Kecamatan Brondong

    Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Secara geografis Desa Sedayulawas

    mempunyai luas wilayah 10,64 km2 dengan ketinggian dua meter di atas

    permukaan laut dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : lihat gambar 5.

    Sebelah Utara : Laut Jawa

    Sebelah Timur : Kelurahan Brondong

    Sebelah Selatan : Desa Sendangharjo

  • 23

    Sebelah Barat : Desa Brengkok

    Gambar 1Lokasi penelitian Sumber: google earth

    4.1.2 Kondisi Umum Penduduk

    Pada umumnya penduduk Desa Sedayulawas terdiri dari suku jawa dan

    bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa. Desa Sedayulawas terdiri dari tiga

    Dusun yaitu Dusun Sedayulawas, Dusun Wedung, dan Dusun Ngesong. Jumlah

    total penduduk Desa Sedayulawas sampai akhir tahun 2015 mencapai 16.482

    jiwa yang terdiri dari 7.874 jiwa penduduk laki-laki dan 8.608 jiwa penduduk

    perempuan. Sedangkan untuk mata pencaharian penduduk Desa Sedayulawas

    adalah petani dan nelayan.

    4.2 Operasi Penangkapan Bubu Rajungan

    Secara umum pengoperasian bubu rajungan yang ada di Desa

    Sedayulawas dan di tempat yang lain hampir sama yang membedakan hanya

    umpan dan waktu perendaman. Tahap untuk pengoperasian alat tangkap bubu

    dimulai dari tahap persiapan, penurunan bubu, pernedaman, dan penarikan

    bubu.

  • 24

    4.2.1 Persiapan

    Sebelum melakukan operasi penangkapan menggunakan alat tangkap

    bubu sebaiknya terlebih dahulu dilakukan persiapan untuk mempersiapkan

    semua kebutuhan yang akan diperlukan selama pengoperasian alat tangkap

    bubu rajungan berlangsung. Persiapan dimulai dari perbekalan sampai dengan

    penyediaan umpan untuk alat tangkap bubu. Umpan yang digunakan selama

    penelitian ada tiga yaitu ; ikan peperek, ikan swanggi, dan belut. Umpan

    tancapkan atau dikaitkan ke pengait yang ada didalam bagian tengah bubu.

    Nelayan berangkat menuju fishing ground pada pukul 09.00 WIB,

    pemasangan umpan dilakukan dikapal saat menuju fishing ground. Setelah

    pemasangan umpan selesai bubu akan disusun dibagian tengah kapal agar bisa

    mempermudah nelayan saat akan melakukan perendaman.

    4.2.2 Penurunan

    Sebelum melakukan proses penurunan bubu, nelayan menentukan

    fishing ground terlebih dahulu. Setelah nelayan menemukan fishing ground baru

    akan dimulai proses penurunan bubu, pertama yang dilakukan nelayan adalah

    menurunkan pelampung tanda yang berupa stereform dilengkapi dengan

    bendera, setelah itu dilajutkan dengan penurunan pemberat yang berupa batu

    selanjutnya penurunan bubu dengan keadaan perahu berjalan. Jarak antar bubu

    satu dengan bubu yang lain sejauh 12 meter dengan kedalaman rata-rata 124-

    235 meter.

    4.2.3 Perendaman Dan Penarikan Bubu

    Dalam proses perendaman bubu di Sedayulawas memerlukan waktu

    yang lama hampir 10 jam. Sehingga nelayan biasanya memutuskan kembali

  • 25

    kedaratan dan meninggalkan bubu dan menunggu waktu untuk penarikan bubu.

    Untuk waktu penarikan nelayan berangkat dari daratan ke tempat bubu berada

    dimulai pada pukul 21.00 WIB, setelah sampai ditempat bubu direndam nelayan

    langsung memulai penarikan bubu kedalam kapal.

    4.3 Daerah Penangkapan

    Untuk menentukan daerah penangkapan para nelayan menggunakan

    insting, pengalaman, dan info dari nelayan bubu lainnya. Apabila salah satu

    nelayan mendapatkan hasil tangkapan yang banyak maka daerah yang

    digunakan nelayan tersebut akan menjadi tujuan penangkapan oleh nelayan

    yang lainnya. Daerah penangkapan alat tangkap bubu oleh nelayan yang saya

    ikuti pada saat penelitian ini biasanya dilakukan didaerah dengan jarak tempuh

    sekitar 16 mill.

    4.4 Data Pengamatan

    Pada penelitian ini umpan dibagi menjadi tiga yang pertama umpan ikan

    peperek, umpan ikan swanggi, san umpan belut. Setiap umpan terdiri dari 15

    bubu dengan melakukan 9 kali ulangan atau trip.Berikut merupakan data hasil

    tangkapan selama penelitian : lihat tabel 3.

    Tabel 1 Data Jumlah Total Hasil Tangkapan (Ekor/Trip)

    Trip Umpan Peperek Umpan Swangi Umpan Belut

    1 3 4 3

    2 3 3 2

    3 4 3 3

    4 3 3 2

    5 3 4 2

    6 3 3 3

    7 4 4 2

  • 26

    8 4 3 3

    9 3 5 3

    Rata-Rata 3,33 3,55 2,55

    Standar Deviasi 0,5 0,72 0,52

    Sumber: Hasil Penelitian Penulis

    Pada grafik dibawah membuktikan bahwa jumlah total hasil tangkapan

    pada umpan ikan swanggi memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan

    menggunakan umpan yang lain. Berikut grafik selama penelitian untuk jumlah

    total hasil tangkapan pada bubu rajungan : lihat gambar 6.

    Gambar2. Grafik Jumlah Total Hasil Tangkapan (Ekor) Sumber: Hasil Penelitian Penulis

    Berdasarkan data diatas, rata-rata jumlah total hasil tangkapan (ekor)

    pada umpan peperek sebesar 3,33 dengan standart deviasi sebesar 0,5. Pada

    umpan swanggi diperoleh rata-rata jumlah total hasil tangkapan (ekor) sebesar

    3,56 dengan standart deviasi sebesar 0,72. Sedangkan pada umpan belut

    diperoleh rata-rata total jumlah hasil tangkapan (ekor) sebesar 2,55 dengan

    standart deviasi 0,52.

    Pada penelitian ini umpan dibagi menjadi tiga yang pertama umpan ikan

    peperek, umpan ikan swanggi, san umpan belut. Setiap umpan terdiri dari 15

  • 27

    bubu dengan melakukan 9 kali ulangan atau trip.Berikut merupakan data hasil

    tangkapan selama penelitian : lihat tabel 4.

    Tabel 2 Data Jumlah Hasil Tangkapan Rajungan (Ekor/Trip)

    Trip Umpan Peperek Umpan Swangi Umpan Belut

    1 3 3 1

    2 2 2 2

    3 3 3 2

    4 2 3 2

    5 2 2 1

    6 3 2 2

    7 2 3 1

    8 3 3 2

    9 2 2 1

    Rata-Rata 2,44 2,55 1,55

    Standar Deviasi 0,52 0,52 0,52

    Sumber: Hasil Penelitian Penulis

    Pada grafik dibawah membuktikan bahwa jumlah total hasil tangkapan

    pada umpan ikan swanggi memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan

    menggunakan umpan yang lain. Berikut grafik selama penelitian untuk jumlah

    total hasil tangkapan pada bubu rajungan : lihat gambar 7

    Gambar 3 Grafik Jumlah Hasil Tangkapan Rajungan (Ekor) Sumber: Hasil Penelitian Penulis

  • 28

    Berdasarkan data diatas, rata-rata jumlah hasil tangkapan (ekor) pada

    umpan peperek sebesar 2,44 dengan standart deviasi sebesar 0,52. Pada

    umpan swanggi diperoleh rata-rata jumlah hasil tangkapan (ekor) sebesar 2,55

    dengan standart deviasi sebesar 0,52. Sedangkan pada umpan belut diperoleh

    rata-rata jumlah hasil tangkapan (ekor) sebesar 1,55 dengan standart deviasi

    0,52.

    Pada penelitian ini umpan dibagi menjadi tiga yang pertama umpan ikan

    peperek, umpan ikan swanggi, san umpan belut. Setiap umpan terdiri dari 15

    bubu dengan melakukan 9 kali ulangan atau trip.Berikut merupakan data hasil

    tangkapan selama penelitian : lihat tabel 5.

    Tabel 3 Data Total Berat Hasil Tangkapan

    Trip Umpan Peperek Umpan Swangi Umpan Belut

    1 76,66 78,75 53

    2 86 94,66 55

    3 85 90 56,66

    4 92,33 85 57,5

    5 86 88,5 55

    6 94,33 91,66 58

    7 88,25 90,25 55

    8 89 94,33 56

    9 99,66 90,2 55,66

    Rata-Rata 88,583 89,26 55,75

    Standar Deviasi 6,50 4,90 1,51

    Sumber: Hasil Penelitian Penulis

    Pada grafik dibawah membuktikan bahwa jumlah total hasil tangkapan

    pada umpan ikan swanggi memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan

    menggunakan umpan yang lain. Berikut grafik selama penelitian untuk jumlah

    total hasil tangkapan pada bubu rajungan : lihat gambar 8.

  • 29

    Gambar 4Grafik Berat Total Hasil Tangkapan(gram) Sumber: Hasil Penelitian Penulis

    Berdasarkan data diatas, rata-rata berat rajungan pada umpan peperek

    sebesar 88,58 dengan standart deviasi sebesar 6,50. Pada umpan swanggi

    diperoleh rata-rata berat rajungan sebesar 89,26 dengan standart deviasi

    sebesar 4,90. Sedangkan pada umpan belut diperoleh rata-rata berat rajungan

    sebesar 55,75 dengan standart deviasi 1,51.

    Pada penelitian ini umpan dibagi menjadi tiga yang pertama umpan ikan

    peperek, umpan ikan swanggi, san umpan belut. Setiap umpan terdiri dari 15

    bubu dengan melakukan 9 kali ulangan atau trip.Berikut merupakan data hasil

    tangkapan selama penelitian : lihat tabel 6

    Tabel 4. Data Berat Rajungan (gram)

    Trip Umpan Peperek Umpan Swangi Umpan Belut

    1 76,66 71,33 50

    2 84 88 55

    3 73 70 55,5

    4 83,5 85 57,5

    5 79 97,5 60

    6 94,33 93,5 57

    7 74,5 89 60

  • 30

    8 85,33 87,33 59

    9 99,5 94,5 57

    Rata-Rata 83,31 86,24 56,77

    Standar Deviasi 8,90 9,66 3,10

    Sumber: Hasil Penelitian Penulis

    Pada grafik dibawah membuktikan bahwa jumlah total hasil tangkapan

    pada umpan ikan swanggi memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan

    menggunakan umpan yang lain. Berikut grafik selama penelitian untuk jumlah

    total hasil tangkapan pada bubu rajungan : lihat gambar 9.

    Gambar 5.Grafik Berat Rajungan (gram) Sumber: Hasil Penelitian Penulis

    Berdasarkan data diatas, rata-rata berat rajungan pada umpan peperek

    sebesar 83,31 dengan standart deviasi sebesar 8,90. Pada umpan swanggi

    diperoleh rata-rata berat rajungan sebesar 86,24dengan standart deviasi sebesar

    9,66. Sedangkan pada umpan belut diperoleh rata-rata berat rajungan sebesar

    56,77 dengan standart deviasi 3,10.

    Pada penelitian ini umpan dibagi menjadi tiga yang pertama umpan ikan

    peperek, umpan ikan swanggi, san umpan belut. Setiap umpan terdiri dari 15

  • 31

    bubu dengan melakukan 9 kali ulangan atau trip.Berikut merupakan data hasil

    tangkapan selama penelitian : lihat tabel 7

    Tabel 5 Data Panjang Karapas Rajungan (mm)

    Trip Umpan Peperek Umpan Swangi Umpan Belut

    1 54,33 60 40

    2 61 60,5 37

    3 53,23 57,03 34

    4 50 55,66 35,5

    5 49 50,5 38

    6 52,66 54,5 34

    7 47 52,33 37

    8 52,66 52 38,5

    9 55 61 39

    Rata-Rata 52,76 55,94 37

    Standar Deviasi 4,03 3,94 2,13

    Sumber: Hasil Penelitian Penulis

    Pada grafik dibawah membuktikan bahwa jumlah total hasil tangkapan

    pada umpan ikan swanggi memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan

    menggunakan umpan yang lain. Berikut grafik selama penelitian untuk jumlah

    total hasil tangkapan pada bubu rajungan :lihat gambar 10.

    Gambar 6. Grafik Panjang Karapas Rajungan (mm) Sumber: Hasil Penelitian Penulis

  • 32

    Berdasarkan data diatas, rata-rata panjang karapas rajungan pada

    umpan peperek sebesar 48,21 dengan standart deviasi sebesar 6,64. Pada

    umpan swanggi diperoleh rata-rata panjang karapas rajungan sebesar 48,33

    dengan standart deviasi sebesar 4,99. Sedangkan pada umpan belut diperoleh

    rata-rata panjang karapas rajungan sebesar 43,66 dengan standart deviasi 9,89.

    Pada penelitian ini umpan dibagi menjadi tiga yang pertama umpan ikan

    peperek, umpan ikan swanggi, san umpan belut. Setiap umpan terdiri dari 15

    bubu dengan melakukan 9 kali ulangan atau trip.Berikut merupakan data hasil

    tangkapan selama penelitian : lihat tabel 8.

    Tabel6 Data Lebar Karapas Rajungan(mm)

    Trip Umpan Peperek Umpan Swangi Umpan Belut

    1 105,13 97,03 80

    2 92,5 101,7 66,8

    3 94,46 93,56 75,75

    4 81,5 84,8 75,25

    5 81,75 99 70

    6 94,66 97,75 69,5

    7 99,2 84,36 78

    8 84,9 90,5 77

    9 86,75 81 77

    Rata-Rata 91,20 92,19 74,36

    Standar Deviasi 8,10 7,39 4,49

    Sumber: Hasil Penelitian Penulis

    Pada grafik dibawah membuktikan bahwa jumlah total hasil tangkapan

    pada umpan ikan swanggi memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan

    menggunakan umpan yang lain. Berikut grafik selama penelitian untuk jumlah

    total hasil tangkapan pada bubu rajungan : lihat gambar 11.

  • 33

    Gambar7. Grafik Lebar Karapas Rajungan (mm) Sumber: Hasil Penelitian Penulis

    Berdasarkan data diatas, rata-rata lebar karapas rajungan pada umpan

    peperek sebesar 91,20 dengan standart deviasi sebesar 8,10. Pada umpan

    swanggi diperoleh rata-rata lebar karapas rajungan sebesar 92,19 dengan

    standart deviasi sebesar 7,39. Sedangkan pada umpan belut diperoleh rata-rata

    lebar karapas rajungan sebesar 74,36 dengan standart deviasi 4,49.

    4.5 Analisis Data

    Sebelum dilakukan analisis ragam One-way ANOVA terhadap data hasil

    penelitian terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang melandasi pengujian

    tersebut. Uji asumsi yang melandasi analisis ragam One-way ANOVA adalah uji

    normalitas data dan uji homogenitas ragam. Apabila salah satu asumsi yang

    melandasi pengujian analisis ragam One-way ANOVA tidak terpenuhi maka

    analisis ragam One-way ANOVA dapat digantikan dengan uji statistik non-

    parametrik Kruskal-Wallis.

  • 34

    1) Uji Normalitas Data

    Pengujian normalitas data pada penelitian ini menggunakan uji

    Kolmogorov-Smirnov. Suatu data hasil penelitian dikatakan berdistribusi normal

    apabila nilai signifikan (p-value) hasil analisis lebih besar dari 0,05. Hasil uji

    normalitas data total jumlah hasil tangkapan (Trip) dapat dilihat pada tabel

    berikut ini. Lihat tabel 9.

    Tabel7 Hasil Uji Normalitas Jumlah Total Hasil Tangkapan (ekor/ trip)

    A B C

    N 9 9 9

    Normal Parametersa Mean 3.3333 3.5556 2.5556

    Std. Deviation .50000 .72648 .52705

    Most Extreme

    Differences

    Absolute .414 .333 .356

    Positive .414 .333 .299

    Negative -.252 -.222 -.356

    Kolmogorov-Smirnov Z 1.243 1.000 1.068

    Asymp. Sig. (2-tailed) .091 .270 .204

    a. Test distribution is Normal.

    Sumber: Hasil Penelitian Penulis

    Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa nilai signifikansi hasil pengujian

    data jumlah total hasil tangkapan pada masing-masing umpan lebih besar dari

    0,05 sehingga disimpulkan data hasil tangkapan berdistribusi normal.

    Hasil uji normalitas data Jumlah Hasil Tangkapan (ekor) dapat dilihat

    pada tabel berikut ini. Lihat tabel 10.

  • 35

    Tabel8. Hasil Uji Normalitas Jumlah Hasil Tangkapan (ekor/trip)

    A B C

    N 9 9 9

    Normal Parametersa Mean 2.4444 2.5556 1.5556

    Std. Deviation .52705 .52705 .52705

    Most Extreme

    Differences

    Absolute .356 .356 .356

    Positive .356 .299 .299

    Negative -.299 -.356 -.356

    Kolmogorov-Smirnov Z 1.068 1.068 1.068

    Asymp. Sig. (2-tailed) .204 .204 .204

    a. Test distribution is Normal.

    Sumber: Hasil Penelitian Penulis

    Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa nilai signifikansi hasil pengujian

    data jumlah hasil tangkapan pada masing-masing umpan lebih besar dari 0,05

    sehingga disimpulkan data hasil tangkapan berdistribusi normal.

    Hasil uji normalitas data berat karapas rajungan dapat dilihat pada tabel

    berikut ini. Lihat tabel 11.

    Tabel9. Hasil Uji Normalitas Total Berat Rajungan (gram)

    A B C

    N 9 9 9

    Normal Parametersa Mean 88.5830 89.2611 55.7578

    Std. Deviation 6.50403 4.90180 1.51134

    Most Extreme

    Differences

    Absolute .180 .227 .197

    Positive .141 .135 .136

    Negative -.180 -.227 -.197

    Kolmogorov-Smirnov Z .539 .680 .591

    Asymp. Sig. (2-tailed) .933 .745 .876

    a. Test distribution is Normal.

    Sumber: Hasil Penelitian Penulis

    Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa nilai signifikansi hasil pengujian

    data berat rajungan pada masing-masing umpan lebih besar dari 0,05 sehingga

    disimpulkan data hasil tangkapan berdistribusi normal.

  • 36

    Hasil uji normalitas data berat karapas rajungan dapat dilihat pada tabel

    berikut ini. Lihat tabel 12.

    Tabel10. Hasil Uji Normalitas Berat Rajungan (gram)

    A B C

    N 9 9 9

    Normal Parametersa Mean 83.5926 86.2407 56.9444

    Std. Deviation 8.57933 9.66383 3.18634

    Most Extreme

    Differences

    Absolute .197 .227 .185

    Positive .197 .161 .169

    Negative -.145 -.227 -.185

    Kolmogorov-Smirnov Z .592 .680 .555

    Asymp. Sig. (2-tailed) .874 .744 .918

    a. Test distribution is Normal.

    Sumber: Hasil Penelitian Penulis

    Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa nilai signifikansi hasil pengujian

    data berat rajungan pada masing-masing umpan lebih besar dari 0,05 sehingga

    disimpulkan data hasil tangkapan berdistribusi normal.

    2) Uji Homogenitas Ragam

    Pengujian homogenitas ragam pada penelitian ini menggunakan uji

    Levene. Suatu kelompok data dikatakan memiliki ragam yang homogen apabila

    nilai signifikan (p-value) hasil analisis lebih besar dari 0,05. Hasil uji homogenitas

    ragam data Hasil Tangkapan (ekor) dapat dilihat pada tabel 13 berikut ini. Lihat

    tabel 13.

    Tabel11. Hasil Uji Homogenitas Jumlah Total Hasil Tangkapan (ekor/trip)

    Levene

    Statistic df1 df2 Sig.

    1.642 2 24 .215

    Sumber: Hasil Penelitian Penulis

  • 37

    Berdasarkan tabel 13 terlihat bahwa data jumlah total hasil tangkapan

    (ekor) pada berbagai umpan memiliki ragam yang homogen karena nilai

    signifikansi hasil analisis menunjukkan lebih besar dari taraf nyata 0,05.

    Tabel12. Hasil Uji Homogenitas Jumlah Hasil Tangkapan (ekor/trip)

    Levene

    Statistic df1 df2 Sig.

    .000 2 24 1.000

    Sumber: Hasil Penelitian Penulis

    Berdasarkan tabel 14 terlihat bahwa data jumlah hasil tangkapan (ekor)

    pada berbagai umpan memiliki ragam yang homogen karena nilai signifikansi

    hasil analisis menunjukkan lebih besar dari taraf nyata 0,05. Lihat tabel14.

    Tabel13. Hasil Uji Homogenitas Total Berat Hasil Tangkapan(gram)

    Levene

    Statistic df1 df2 Sig.

    2.962 2 24 .071

    Sumber: Hasil Penelitian Penulis

    Berdasarkan tabel 15 terlihat bahwa data berat rajungan pada berbagai

    umpan memiliki ragam yang homogen karena nilai signifikansi hasil analisis

    menunjukkan lebih besar dari taraf nyata 0,05. Lihat tabel 15.

    Tabel14. Hasil Uji Homogenitas Berat Rajungan(gram)

    Levene

    Statistic df1 df2 Sig.

    2.910 2 24 .074

    Sumber: Hasil Penelitian Penulis

    Berdasarkan tabel 16 terlihat bahwa data berat rajungan pada berbagai

    umpan memiliki ragam yang homogen karena nilai signifikansi hasil analisis

    menunjukkan lebih besar dari taraf nyata 0,05. Lihat tabel 16.

  • 38

    Tabel15. Hasil Uji Homogenitas Panjang Karapas Rajungan(mm)

    Levene

    Statistic df1 df2 Sig.

    1.462 2 24 .252

    Sumber: Hasil Penelitian Penulis

    Berdasarkan tabel 17 terlihat bahwa data panjang karapas rajungan pada

    berbagai umpan memiliki ragam yang homogen karena nilai signifikansi hasil

    analisis menunjukkan lebih besar dari taraf nyata 0,05. lihat tabel 17.

    Tabel16 Hasil Uji Homogenitas Lebar Karapas Rajungan (mm)

    Levene

    Statistic df1 df2 Sig.

    2.162 2 24 .137

    Sumber: Hasil Penelitian Penulis

    Berdasarkan tabel 18 terlihat bahwa data lebar karapas rajungan pada

    berbagai umpan memiliki ragam yang homogen karena nilai signifikansi hasil

    analisis menunjukkan lebih besar dari taraf nyata 0,05. Lihattabel 18.

    Pengujian terhadap asumsi normalitas dan homogenitas ragam yang

    melandasi uji One-way ANOVA telah dilakukan dan didapatkan hasil bahwa data

    hasil pengamatan telah memenuhi kedua asumsi tersebut. Sehingga selanjutnya

    data hasil penelitian akan diuji menggunakan uji One-way ANOVA pada taraf

    nyata 5%. Apabila hasil uji One-way ANOVA menunjukkan berbeda signifikan

    maka akan dilanjutkan dengan uji BNT 5% untuk mengetahui ada tidaknya

    perbedaan signifikan antar perlakuan.

  • 39

    3) Uji One-way ANOVA

    Uji one-way ANOVA digunakan untuk menetahui data tersebut ada

    perbedaan yang signifikan atau tidak signifikan. Untuk uji one-way ANOVA

    jumlah total hasil tangkapan dapat dilihat pada tabel berikut. Lihat tabel 19.

    Tabel17. Hasil One-way ANOVA Data Jumlah Total Hasil Tangkapan (ekor/trip)

    ANOVA

    Sum of

    Squares df Mean Square F Sig.

    Between

    Groups 4.963 2 2.481 7.053 .004

    Within Groups 8.444 24 .352

    Total 13.407 26

    Sumber: Hasil Penelitian Penulis

    Berdasarkan hasil analisis One-way ANVOA diperoleh nilai Fhitung sebesar

    7,053 dengan nilai signifikansi sebesar 0,04. Nilai Ftabel pada derajat bebas 2 dan

    24 serta taraf nyata 5% adalah 3,402. Karena nilai Fhitung > Ftabel atau nilai

    signifikansi < 0,05 maka disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan rata-

    rata jumah total hasil tangkapan (ekor) antar perbedaan umpan yang diteliti.

    Untuk mengetahui perbedaan umpan yang memiliki perbedaan signifikan

    dengan perbedaan umpan lainnya terhadap jumlah total hasil tangkapan (ekor)

    maka dilakukan uji lanjut BNT 5%. Berikut hasil analisisnya: lihat tabel 20.

    Tabel18 Hasil Uji BNT 5% Data Jumlah Total Hasil Tangkapan (ekor/trip)

    Perbedaan Umpan Rata-rata Notasi BNT 5%

    Swanggi 3,55 a

    0,57 Peperek 3,33 a

    Belut 2,55 b

    Sumber: Hasil Penelitian Penulis

    Lihat tabel 20. Berdasarkan uji BNT 5% yang telah dilakukan diketahui

    bahwa perbedaan umpan untuk ikan swanggi memiliki rata-rata jumlah total hasil

    tangkapan (ekor) tertinggi dibandingkan dengan umpan yang belut. Perbedaan

  • 40

    umpan ini memiliki jumlah total hasil tangkapan (ekor) berbeda signifikan dengan

    umpan yang lain. Sedangkan umpan menggunakan belut merupakan perbedaan

    umpan dengan jumlah total hasil tangkapan (ekor) terendah dibandingkan umpan

    yang lainnya. Perbedaan umpan ini memiliki jumlah total hasil tangkapan (ekor)

    yang berbeda signifikan dengan jumlah total menggunakan umpan peperek dan

    berbeda signifikan dengan jumlah total hasil tangkapan (ekor) menggunakan

    umpan swanggi.

    Untuk uji one-way ANOVA jumlah hasil tangkapan rajungan dapat dilihat

    pada tabel berikut. Lihat tabel 21.

    Tabel19. Hasil One-way ANOVA Data Jumlah Hasil Tangkapan (ekor/trip)

    ANOVA

    Sum of

    Squares Df Mean Square F Sig.

    Between

    Groups 5.407 2 2.704 9.733 .001

    Within Groups 6.667 24 .278

    Total 12.074 26

    Sumber: Hasil Penelitian Penulis

    Berdasarkan hasil analisis One-way ANVOA diperoleh nilai Fhitung sebesar

    9,733 dengan nilai signifikansi sebesar 0,001. Nilai Ftabel pada derajat bebas 2

    dan 24 serta taraf nyata 5% adalah 3,402. Karena nilai Fhitung > Ftabel atau nilai

    signifikansi < 0,05 maka disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan rata-

    rata jumah hasil tangkapan (ekor) antar perbedaan umpan yang diteliti. Untuk

    mengetahui perbedaan umpan yang memiliki perbedaan signifikan dengan

    perbedaan umpan lainnya terhadap jumlah hasil tangkapan (ekor) maka

    dilakukan uji lanjut BNT 5%. Berikut hasil analisisnya: lihat tabel 22.

  • 41

    Tabel20 Hasil Uji BNT 5% Data Jumlah Hasil Tangkapan (ekor)

    Perbedaan Umpan Rata-rata Notasi BNT 5%

    Swanggi 2,55 a

    0,51 Peperek 2,44 a

    Belut 1,55 b

    Sumber: Hasil Penelitian Penulis

    Berdasarkan uji BNT 5% yang telah dilakukan diketahui bahwa

    perbedaan umpan untuk ikan swanggi memiliki rata-rata jumlah hasil tangkapan

    (ekor) tertinggi dibandingkan dengan umpan belut. Perbedaan umpan ini memiliki

    jumlah hasil tangkapan (ekor) berbeda signifikan dengan umpan yang belut.

    Sedangkan umpan menggunakan belut merupakan perbedaan umpan dengan

    total jumlah hasil tangkapan (ekor) terendah dibandingkan umpan yang lainnya.

    Perbedaan umpan ini memiliki jumlah hasil tangkapan (ekor) yang berbeda

    signifikan dengan jumlah hasil tangkapan (ekor) menggunakan umpan peperek

    dan berbeda signifikan dengan jumlah hasil tangkapan menggunakan umpan

    swanggi.

    Untuk uji one-way ANOVA berat total hasil tangkapan dapat dilihat pada

    tabel berikut. Lihat tabel 23.

    Tabel21. Hasil One-way ANOVA Data Berat Total Hasil Tangkapan (gram)

    ANOVA

    Sum of

    Squares df Mean Square F Sig.

    Between

    Groups 6601.278 2 3300.639 144.313 .000

    Within Groups 548.914 24 22.871

    Total 7150.192 26

    Sumber: Hasil Penelitian Penulis

    Berdasarkan hasil analisis One-way ANVOA diperoleh nilai Fhitung sebesar

    144,313 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai Ftabel pada derajat bebas 2

    dan 24 serta taraf nyata 5% adalah 3,402. Karena nilai Fhitung > Ftabel atau nilai

  • 42

    signifikansi < 0,05 maka disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan rata-

    rata berat total antar perbedaan umpan yang diteliti. Untuk mengetahui

    perbedaan umpan yang tidak memiliki perbedaan signifikan dengan perbedaan

    umpan lainnya terhadap berat rajungan maka dilakukan uji lanjut BNT 5%.

    Berikut hasil analisisnya: lihat tabel 24.

    Tabel22 Hasil Uji BNT 5% Data Berat Total Hasil Tangkapan (gram)

    Perbedaan Umpan Rata-rata Notasi BNT 5%

    Swanggi 89,26 a

    4,65 Peperek 88,58 a

    Belut 55,75 b

    Sumber: Hasil Penelitian Penulis

    Berdasarkan uji BNT 5% yang telah dilakukan diketahui bahwa

    perbedaan umpan untuk ikan swanggi memiliki rata-rata berat total tertinggi

    dibandingkan dengan umpan lain. Perbedaan umpan ini memiliki berat total

    berbeda signifikan dengan umpan belut dan tidak signifikan dengan umpan

    peperek. Sedangkan umpan menggunakan belut merupakan perbedaan umpan

    dengan total jumlah hasil tangkapan (ekor) terendah dibandingkan umpan yang

    lainnya. Perbedaan umpan ini memiliki berat total yang berbeda signifikan

    dengan berat rajungan menggunakan umpan peperek dan berbeda signifikan

    dengan berat rajungan menggunakan umpan swanggi

    Untuk uji one-way ANOVA data berat rajungan dapat dilihat pada tabel

    berikut. Lihat tabel 25.

  • 43

    Tabel23. Hasil One-way ANOVA Data Berat Rajungan(gram)

    ANOVA

    Sum of

    Squares df Mean Square F Sig.

    Between

    Groups 4774.839 2 2387.419 40.541 .000

    Within Groups 1413.337 24 58.889

    Total 6188.176 26

    Sumber: Hasil Penelitian Penulis

    Berdasarkan hasil analisis One-way ANVOA diperoleh nilai Fhitung sebesar

    40,541 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai Ftabel pada derajat bebas 2

    dan 24 serta taraf nyata 5% adalah 3,402. Karena nilai Fhitung > Ftabel atau nilai

    signifikansi < 0,05 maka disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan rata-

    rata berat rajungan antar perbedaan umpan yang diteliti. Untuk mengetahui

    perbedaan umpan yang memiliki perbedaan signifikan dengan perbedaan umpan

    lainnya terhadap berat rajungan maka dilakukan uji lanjut BNT 5%. Berikut hasil

    analisisnya: lihat tabel 26.

    Tabel24. Hasil Uji BNT 5% Data Berat Rajungan(gram)

    Perbedaan Umpan Rata-rata Notasi BNT 5%

    Swanggi 86,27 a

    7,66 Peperek 83,31 a

    Belut 56,77 b

    Sumber: Hasil Penelitian Penulis

    Berdasarkan uji BNT 5% yang telah dilakukan diketahui bahwa

    perbedaan umpan untuk ikan swanggi memiliki rata-rata berat rajungan tertinggi

    dibandingkan dengan umpan lain. Perbedaan umpan ini memiliki berat rajungan

    berbeda signifikan dengan umpan belut dan tidak beda signifikan dengan umpan

    peperek. Sedangkan umpan menggunakan belut merupakan perbedaan umpan

    dengan total jumlah hasil tangkapan (ekor) terendah dibandingkan umpan yang

    lainnya. Perbedaan umpan ini memiliki berat rajungan yang berbeda signifikan

  • 44

    dengan berat rajungan menggunakan umpan peperek dan berbeda signifikan

    dengan berat rajungan menggunakan umpan swanggi.

    Untuk uji one-way ANOVA data panjang karapas rajungan dapat dilihat

    pada tabel berikut. Lihat tabel 27.

    Tabel25. Hasil One-way ANOVA Data Panjang Karapas Rajungan(mm)

    ANOVA

    Sum of

    Squares df Mean Square F Sig.

    Between

    Groups 1852.861 2 926.431 76.296 .000

    Within Groups 291.423 24 12.143

    Total 2144.285 26

    Sumber: Hasil Penelitian Penulis

    Berdasarkan hasil analisis One-way ANVOA diperoleh nilai Fhitung sebesar

    79,296 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai Ftabel pada derajat bebas 2

    dan 24 serta taraf nyata 5% adalah 3,402. Karena nilai Fhitung > Ftabel atau nilai

    signifikansi < 0,05 maka disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan rata-

    rata panjang karapas rajungan antar perbedaan umpan yang diteliti. Untuk

    mengetahui perbedaan umpan yang memiliki perbedaan signifikan dengan

    perbedaan umpan lainnya terhadap panjang karapas rajungan maka dilakukan

    uji lanjut BNT 5%. Berikut hasil analisisnya: lihat tabel 28.

    Tabel26. Hasil Uji BNT 5% Data Panjang Karapas Rajungan(mm)

    Perbedaan Umpan Rata-rata Notasi BNT 5%

    Swanggi 55,94 a

    3,39 Peperek 52,76 a

    Belut 37 b

    Sumber: Hasil Penelitian Penulis

    Berdasarkan uji BNT 5% yang telah dilakukan diketahui bahwa

    perbedaan umpan untuk ikan swanggi memiliki rata-rata panjang karapas

    rajungan tertinggi dibandingkan dengan umpan lain. Perbedaan umpan ini

  • 45

    memiliki panjang karapas rajungan tidak berbeda signifikan dengan umpan

    peperek dan berbeda signifikan dengan umpan belut. Sedangkan umpan

    menggunakan belut merupakan perbedaan umpan dengan panjang karapas

    rajungan terendah dibandingkan umpan yang lainnya. Perbedaan umpan ini

    memiliki panjang karapas rajungan yang berbeda signifikan dengan hasil

    tangkapan menggunakan umpan peperek dan berbeda signifikan dengan

    panjang karapas rajungan menggunakan umpan swanggi.

    Untuk uji one-way ANOVA data lebar karapas rajungan dapat dilihat pada

    tabel berikut. Lihat tabel 29.

    Tabel27. Hasil One-way ANOVA Data Lebar Karapas Rajungan (mm)

    ANOVA

    Sum of

    Squares df Mean Square F Sig.

    Between

    Groups 1806.825 2 903.413 19.292 .000

    Within Groups 1123.878 24 46.828

    Total 2930.703 26

    Sumber: Hasil Penelitian Penulis

    Berdasarkan hasil analisis One-way ANVOA diperoleh nilai Fhitung sebesar

    19,292 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai Ftabel pada derajat bebas 2

    dan 24 serta taraf nyata 5% adalah 3,402. Karena nilai Fhitung > Ftabel atau nilai

    signifikansi < 0,05 maka disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan lebar

    karapas rajungan antar perbedaan umpan yang diteliti. Untuk mengetahui

    perbedaan umpan yang memiliki perbedaan signifikan dengan perbedaan

    umpan lainnya terhadap lebar karapas rajungan maka dilakukan uji lanjut BNT

    5%. Berikut hasil analisisnya: lihat tabel 30.

  • 46

    Tabel28. Hasil Uji BNT 5% Data Lebar Karapas Rajungan (mm)

    Perbedaan Umpan Rata-rata Notasi BNT 5%

    Swanggi 92,19 a

    6,65 Peperek 91,20 a

    Belut 74,66 b

    Sumber: Hasil Penelitian Penulis

    Berdasarkan uji BNT 5% yang telah dilakukan diketahui bahwa

    perbedaan umpan untuk ikan swanggi memiliki rata-rata lebar karapas rajungan

    tertinggi dibandingkan dengan umpan lain. Perbedaan umpan ini memiliki lebar

    karapas rajungan tidak berbeda signifikan dengan umpan peperek dan

    berbedasignifikan dengan umpan belut. Sedangkan umpan menggunakan belut

    merupakan perbedaan umpan dengan lebar karapas rajungan terendah

    dibandingkan umpan yang lainnya. Perbedaan umpan ini memiliki lebar karapas

    rajungan yang berbeda signifikan dengan lebar karapas rajungan menggunakan

    umpan peperek dan berbeda signifikan dengan lebar karapas rajungan

    menggunakan umpan swanggi.

    Dipenelitian sebelumnya sudah ada meneliti tentang perbedaan umpan

    bubu rajungan menggunakan umpan swanggi dan peperek diperairan paciran

    yang masih termasuk dalam perairan kabupaten lamongan. Pada penelitian

    tersebut diperoleh data bahwa bubu yang menggunakan umpan swanggi dan

    umpan peperek memiliki nilai yang hampir sama dan tidak ada perbedaan yang

    signifikan antar dua umpan tersebut (Ridhon, 2016).

  • 47

    BAB 5. PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    1) Pada hasil tangkapan rajungan menggunakan bubu rajungan didapatkan

    pada umpan peperek 22 ekor rajungan, padaumpan ikan swanggi 23 ekor

    rajungan dan pada umpan belut mendapatkan 14 ekor rajungan.

    2) Pada total jumlah hasil tangkapan menggunakan alat tangkap bubu

    didapatkan pada umpan ikan peperek 30 ekor, umpan ikan swanggi 32

    ekor sedangkan pada umpan belut mendapatkan 23 ekor.

    3) Untuk ukuran karapas rajungan pada panjang karapas rajungan umpan

    peperek mendaptkan total 474,9 umpan iakan swanggi mendapatkan

    503,53 dan umpan belut mendapatkan 333. Pada lebar karapas umpan

    peperek mendapatkan 820,86 umpan ikan swanggi 827,71 dan umpan

    belut 669,3. Pada berat rajungan sendiri untuk umpan ikan peperek

    didapatkan total 749,833 umpan ikan swanggi 776,16 dan umpan belut

    511.

    5.2 Saran

    Perlu memperbanyak adanya jumlah ulangan penelitian dengan

    menggunakan perlakuan yang sama dan menggunakan beberapa tipe umpan

    yang lain sehingga diperoleh jenis umpan yang efektif untuk menangkap

    rajungan.

  • 48

    DAFTAR PUSTAKA

    Alat Penangkapan Ikan Dan Udang Laut Di Indonesia.Nomor 50 Th. 1988/1989. Edisi Khusus. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Balai Penelitian Perikanan Laut. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Jakarta.

    Anna, Lintang Yuni., Aulia, Sultan. 2015. Jenis-jenis bubu sebagai alat tangkap

    ikan disungai. Universitas Gajah Mada. Jogjakarta. Butarbutar Donna Np.2005.Perbandingan Hasil Tangkapan Rajungan Dengan

    Menggunakan Dua Konstruksi Bubu Lipat Yang Berbeda Di Kabupaten Tangerang. Skripsi.Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.

    Ilyas, M, Mawadi.2001.Pengaruh Penggunaan Jenis Umpan Terhadap Hasil

    Tangkapan Ikan Karang Pada Alat Tangkap Bubu (Trap) Dipulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Skripsi. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelauatn Institut Pertanian Bogor.

    Irnawati, R., Susanto, A., Siti, Lulu, A, M. 2014. Waktu Penangkapan Kepiting

    Bakau (Scylla Serrata) Diperairan Lontar Kabupaten Serang Banten. Jurnal Perikanan Dan Kelautan (4) :277-282.

    Jafar, Lisda. 2011. Perikanan Rajungan Di Desa Mattiro Bombing (Pulau

    Salembo, Sabangko Dan Sagara) Kabupaten Pangkep. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan Universitas Hasanuddin. Makassar.

    Kasry, A. 1996. Budidaya Kepiting Bakau Dan Biologi Ringkas. Jakarta :

    Bhratara.93 Hal. Kumar, M., G. Ferguson. Y. Xiao, G. Hooper And S. Venema. 2000. Studie S On

    Reproductive And Distribution Of The Blue Swimmer Crab (Portunus Pelagicus) In South Australian Waters. No 47. Sardi : South Australian Research And Development Institut.

    Miller, R. J. 1983. How Many Traps Should A Crab Fisherman Fish. Can. J. Fish

    Management, 3: 1-8. Muldiani, Dini. 2007. Analisis Hasil Tangkapan Rajungan Pada Bubu Lipat

    Dengan Menggunakan Konstruksi Yang Berbeda Diperairan Kronjo, Kabupaten Tanggerang. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

    Nontji, A. 2005. Lautan Nusantara. Edi Si Revisi. Jakarta : Djambatan. Oemarjati, B. S. Dan Wardhana. 1990. Taksonomi Averbrata: Pengantar

    Praktikum Laboratorium. Jakarta : Ui-Press.

  • 49

    Prakoso, G. 2005. Penggunaan Atraktor Dalam Pengoperasian Alat Tangkap Bubu Rajungan Dikabupaten Jepara, Jawa Tengah. Skripsi. Institute Pertanian Bogor. Bogor.

    Ramdani, Deni.2007. Perbandingan Hasil Tangkapan Rajungan Pada Bubu Lipat

    Dengan Menggunakan Umpan Yang Berbeda. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Institutu Pertanian Bogor.

    Ridhon, masnun. 2016.Pengaruh Perbedaan Umpan Terhadap Hasil Tangkapan

    Rajungan Pada Alat Tangkap Bubu Lipat Di Perairan Paciran Kabupaten Lamongan. Skripsi. Universitas Brawijaya.

    Septianingsih. 2013. Penggunaan Jenis Dan Bobot Umpan Yang Berbeda Pada

    Bubu Lipat Kepiting Bakau. Jurnal Ilmu Pertanian Dan Perikanan Juni 2013 Vol. 2 No. 1 Hal : 55-61.

    Sni. 2008. Istilah Dan Definisi- Bagian 10 : Alat Perangkap Ikan Spiegel, M. R. 1988. Teori Dan Soal- Soal Stati Syika. Jakarta : Erlangga. Stell, R. G. D. Dan Torrie, J. H. 1995. Prinsip Dan Prosedur Statistika: Suatu

    Pendekatan Biometrik. Edisi Kedua. Jakarta : Pt Gramedia Pustaka Utama.

    Susanto, A., Dan Irnawati R. 2012. Penggunaan Celah Pelolosan Pada Bubu

    Lipat Kepiting Bakau (Skala Laboratorium). Jurnal Perikanan Dan Kelautan (2) : 71-78

    Yoni, Asep, Amtoni., Iriana, Dulmi'ad.,Herawati, Titin.2010. Pengaruhperbedaan

    Jenis Umpan Terhadap Hasil Tangkapan Rajungan (Portunus Pelagicus) Dengan Bubu Lipat Diperairan Bungko, Kabupaten Cirebon.Jurnal Perikanan Dan Kelautan Vol 1. No. 1, Desember 2010: 24-31.

    Zulkarnaian.2011.Pengembangan Desain Bubu Lobster Yang Efektif.Buletin Psp

    Volume Xix No. 2 Edisi Juli 2011 Hal 45-57.

  • 50

    LAMPIRAN

    Lampiran 1. Peta Perairan Brondong

  • 51

    Lampiran 2. Peta Kabupaten Lamongan

  • 52

    Lampiran 3. Kegiatan penelitian

    Penurunan bubu

    Pengambilan hasil tangkapan

    hasil tangkapan rajungan

  • 53

    pengukuran lebar karapas rajungan

    wawancara dengan nelayan

  • 54

    Lampiran 4. Hasil Tangkapan Bubu

    Rajungan (Portunus Pelagicus)

    Ikan kerapu tikus (CromyleptesAltivelis)

    Ikan beloso (Suarida tumbil)

  • 55

    Lampiran 5 Total jumlah hasil tangkapan rajungan

    Trip Umpan Peperek Umpan Swangi Umpan Belut

    1 3 4 3

    2 3 3 2

    3 4 3 3

    4 3 3 2

    5 3 4 2

    6 3 3 3

    7 4 4 2

    8 4 3 3

    9 3 5 3

    Total 30 32 23

    Rata-Rata 3,33 3,55 2,55

    Standar Deviasi 0,5 0,72 0,52

    Jumlah hasil tangkapan rajungan

    Trip Umpan Peperek Umpan Swangi Umpan Belut

    1 3 3 1

    2 2 2 2

    3 3 3 2

    4 2 3 2

    5 2 2 1

    6 3 2 2

    7 2 3 1

    8 3 3 2

    9 2 2 1

    Total 22 23 14

    Rata-Rata 2,44 2,55 1,55

    Standar Deviasi 0,52 0,52 0,52

  • 56

    Ukuran Berat Rajungan

    Trip Umpan Peperek Umpan Swangi Umpan Belut

    1

    100 90 50

    60 64 70 60

    2 80 100 50

    88 76 60

    3

    113 50 51

    46 70 60

    60 90

    4

    70 83 60

    97 72 55

    100

    5

    80 100 60

    78 95

    6

    78 90 55

    105 97 59

    100

    7

    60 86 60

    89 91

    90

    8

    79 96 58

    89 87 60

    88 79

    9 101 97 57

    98 92

  • 57

    Ukuran Lebar Rajungan

    Trip Umpan Peperek Umpan Swangi Umpan Belut

    1

    112,4 106,6 80

    105 76,5 98 108

    2 85 114,4 63,6

    100 89 70

    3

    105,4 90,7 70

    80 93 81,5

    98 97

    4

    83 80 77

    80 78,4 73,5

    96

    5

    76,5 79 70

    87 119

    6

    78 98,5 79

    100 97 60

    106

    7

    99,4 89 78

    99 74,1

    90

    8

    93 71 92

    73,7 80,5 62

    88 120

    9 79,5 73 77

    94 89

  • 58

    Ukuran Panjang Rajungan

    Trip Umpan Peperek Umpan Swangi Umpan Belut

    1

    45 60 40

    56 55 62 65

    2 62 60 35

    60 61 39

    3

    60 58,1 30

    50,7 60