pengaruh penggunaan media audio visual terhadap ......pengaruh penggunaan media audio visual ....

Download PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP ......pengaruh penggunaan media audio visual . terhadap peningkatan keterampilan menulis puisi siswa kelas ix mts jabal nur . cipondoh

If you can't read please download the document

Upload: others

Post on 07-Feb-2020

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL

    TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS

    PUISI SISWA KELAS IX MTS JABAL NUR

    CIPONDOH TANGERANG

    TAHUN PELAJARAN 2014/2015

    Skripsi

    Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

    untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

    oleh

    Nur Afianti

    NIM : 1110013000010

    JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2014

  • ii

    ABSTRAK

    Nur Afianti (NIM : 1110013000010). Pengaruh Penggunaan Media Audio

    Visual terhadap Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas IX

    MTs Jabal Nur Cipondoh Tahun Pelajaran 2014/2015. Pendidikan Bahasa dan

    Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri

    Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

    Penelitian yang berjudul Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual terhadap

    Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas IX MTs Jabal Nur

    Cipondoh Tahun Pelajaran 2014/2015, dilaksanakan di MTs Jabal Nur Cipondoh

    Tangerang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan

    media audio visual terhadap pembelajaran menulis puisi di kelas IX-1 MTs Jabal

    Nur Cipondoh.

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu dan

    menggunakan teknik one group pretest-posttest design. Metode tersebut

    merupakan penelitian yang mendekati percobaan. Sampel dalam penelitian ini

    menggunakan pretest posttest pada kelas IX-1 dengan jumlah dua puluh siswa

    menggunakan media audio visual berupa video puisi melalui proyektor, laptop

    dan pengeras suara.

    Hasil penelitian yang diperoleh yaitu thitung> ttabel yaitu 2.31 > 0.68, dengan selisih

    peningkatan 24.25.Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa terdapat pengaruh

    yang signifikan dalam penggunaan media audio visual terhadap pembelajaran

    menulis puisi di kelasIX MTs Jabal Nur Cipondoh Tangerang tahun pelajaran

    2014/2015.

    Kata Kunci: Media Audio Visual, KeterampilanMenulis, Puisi.

  • iii

    ABSTRAK

    Nur Afianti (NIM : 1110013000010). The influence for Using Audio Visual

    Media to increase Poetry Writing Skill at Class IX of Mts Jabal Nur

    Cipondoh Students on 2014/2015. Indonesia Education, Faculty of Tarbiyah and

    Teaching Sciences, Syarif Hidayatullah state Islamic University Jakarta, 2014.

    The research of the Influence for Using Audio Visual Media to increase Poetry

    Writing Skills at Class IX of Mts Jabal Nur Cipondoh Students on 2014/2015

    works at Mts Jabal Nur Cipondoh Tangerang. The purpose of the research is know

    the influence for using Audio Visual Media to poetry writing learning at class IX-

    1.

    The research methods are experiment cast and one group pretest posttest design

    technique. The methods are approach to experimentation. The research’s sample

    is pretest is pretest posttests on twenty student of class IX-1 to use Audio Visual

    Media. It is poetry video by projector, laptop and loudspeakers.

    The research’s result is t. arithmetic > t. table = 2.31 > 0,68, It rises 24,25 To Sum

    up, the influence for using Audio Visual media to poetry writing learning at Class

    IX of MTs Jabal Nur Cipondoh Tangerang on 2014/2015 is significant.

    Keywords : Audio Visual Media, Poetry Writing Skills

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur hanya bagi Allah swt. karena limpahan rahmat,

    nikmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai

    dengan waktu yang telah direncanakan. Salawat dan salam tercurah kepada

    junjungan Nabi Muhammad SAW, para keluarga, dan para pengikutnya hingga

    akhir zaman.

    Skripsi berjudul “Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual Terhadap

    Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas IX MTs Jabal Nur

    Cipondoh, Tangerang Tahun Pelajaran 2014/2015”, disusun untuk memperoleh

    gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

    Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi, penulis membutuhkan

    bimbingan, dukungan, dan doa dari berbagai pihak. Sebagai ungkapan rasa

    hormat, penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada

    1. Dra. Nurlena Rifa’i, M.A., Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

    Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Dra. Didin Syafruddin, MA., Ph.D. PLT Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa

    dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang selalu

    memberikan semangat dan saran-saran.

    3. Dra. Hindun, M.Pd. Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

    Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang selalu memberikan

    saran-saran, semangat dan meluangkan waktunya membantu penulis

    selama perkuliahan berlangsung.

    4. Dra. Nuryati Djihadah, M.Pd., M.A. sebagai dosen pembimbing yang telah

    meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, motivasi,

    dan saran-saran saat penyusunan skripsi ini.

  • v

    5. Teristimewa untuk orang tua penulis, yaitu Bapak Joi Buchori dan Ibu

    Nunung Rusmaidah yang telah memberikan doa, motivasi, materi dan

    mengorbankan segala hal untuk kesuksesan anaknya.

    6. Saudara kandung, Nurmala Hayati dan Muhammad Guntur yang selalu

    memberikan dukungan lahir batin dan doa, serta Chalief Rayyan Alteza,

    ponakan yang menjadi penghilang lelah untuk penulis.

    7. Keluarga besar Alm Jamhari yang selalu memberikan doa, serta

    dukungannya bagi penulis.

    8. Deni Andrian, S.Kom sahabat yang tidak pernah lelah untuk meluangkan

    waktunya dalam memberikan dukungan serta semangat selama penulis

    mengerjakan skripsi ini.

    9. Rike Rahmalia, S.Pd dan Jayanti Puspita Dewi, S.Pd yang selalu memberi

    dukungan sampai skripsi ini selesai.

    10. Sahabat berbagi cerita Nurfie Ramadhani, S.E.Sy, Dina Sakinah, S.Pd,

    Vera Aditya Susanti, S.Pd, dan Wilda Istiana Nasution, S.Pd.

    11. Umi Churin in Nabila yang telah memberikan jalan selama penelitian.

    12. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

    Indonesia kelas A, B, dan C angkatan 2010.

    13. Keluarga besar MA Jabal Nur Cipondoh, Tangerang khususnya siswa-

    siswi kelas IX-1 yang membantu mengumpulkan puisi.

    14. Seluruh dosen dan staf Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    15. Semua orang yang telah berjasa dalam pembuatan skripsi ini yang tidak

    bisa disebutkan satu persatu.

  • vi

    Penulis berdoa dan berharap semoga semua pihak yang telah membantu

    mendapatkan balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Demikianlah yang

    dapat penulis sampaikan, penulis memohon maaf atas kekurangan yang

    terdapat dalam skripsi ini dan penulis menerima kritik dan saran yang

    membangun skripsi ini. Semoga kehadiran skripsi ini dapat bermanfaat bagi

    penulis dan pembaca.

    Jakarta, 05 November 2014

    Penulis

  • vii

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................

    SURAT PERNYATAAN ................................................................................... i

    ABSTRAK .......................................................................................................... ii

    ABSTRACT ........................................................................................................ iii

    KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv

    DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii

    DAFTAR TABEL ............................................................................................... x

    DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi

    BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

    A. LatarBelakang Masalah ..................................................................... 1

    B. Identifikasi Masalah ......................................................................... 4

    C. Pembatasan Masalah ......................................................................... 5

    D. Rumusan Masalah ............................................................................ 5

    E. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5

    F. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5

    BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN ........... 7

    A. Hakikat Media Pembelajaran ........................................................... 7

    1. Pengertian Media Pembelajaran ................................................ 7

    2. Ciri-ciri Media Pembelajaran .................................................... 8

  • viii

    3. Manfaat dan Nilai Media .......................................................... 12

    4. Fungsi Media Pelajaran ............................................................. 13

    5. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran ................................... 17

    6. Klasifikasi Media Pembelajaran ............................................... 19

    7. Audio Visual terhadap Media Pembelajaran............................. 20

    B. Hakikat Keterampilan Menulis ........................................................ 24

    1. Pengertian Keterampilan Menulis ............................................. 24

    2. Manfaat dan Tujuan Menulis .................................................... 25

    3. Ciri-ciri Tulisan yang Baik........................................................ 26

    4. Hubungan Menulis dengan Aspek Keterampilan Bahasa

    yang Baik .................................................................................. 28

    C. Hakikat Puisi .................................................................................... 29

    1. Pengertian Puisi ......................................................................... 29

    2. Jenis-jenis Puisi ......................................................................... 30

    3. Bentuk dan Struktur Fisik Puisi ................................................ 34

    D. Penelitian yang Relevan ................................................................... 43

    E. Hipotesis Penelitian .......................................................................... 44

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................ 45

    A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 45

    B. Metode dan Desain Penelitian .......................................................... 45

    C. Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................... 46

  • ix

    1. Populasi ..................................................................................... 46

    2. Sampel ....................................................................................... 46

    D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 47

    E. Instrumen Pengumpulan Data .......................................................... 48

    F. Teknik Analisis Data ........................................................................ 49

    1. Uji Normalitas ........................................................................... 49

    2. Uji Hipotesis.............................................................................. 49

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 51

    A. Gambaran Umum MTs Jabal Nur Cipondoh Tangerang ................. 51

    B. Deskripsi Data .................................................................................. 56

    C. Analisis dan Pembahasan Hasil Penelitian....................................... 68

    BAB V PENUTUP .............................................................................................. 79

    A. Simpulan........................................................................................... 86

    B. Implikasi ........................................................................................... 86

    C. Saran ................................................................................................. 87

    DAFTAR PUSTAKA

    UJI REFERENSI

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

  • x

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1 : Desain Penelitian

    Tabel 2 : Sampel

    Tabel 3 : Penilaian Instrumen

    Tabel 4 : Tenaga Kependidikan

    Tabel 5 : Nilai Pretest dan Posttest

    Tabel 6 : Data Nilai Pretest Menulis Puisi Siswa Kelas IX

    Tabel 7 : Distribusi Frekuensi

    Tabel 8 : Penghitungan Uji Normalitas Pretest (Uji Lilifors)

    Tabel 9 : Data Nilai Pretest Menulis Puisi Siswa Kelas IX

    Tabel 10 : Distribusi Frekuensi

    Tabel 11 : Penghitungan Uji Normalitas Postest (Uji Liliefors)

    Tabel 12 : Hasil Uji Normalitas Sampel X dan Y dengan Uji Liliefors

    Tabel 13 : Data Nilai Rata-Rata Pretest dan Postest Menulis Puisi

    Tabel 14 : Skor Puisi Minhatul Maula

    Tabel 15 : Skor Puisi Firda Fisqiya. A

    Tabel 16 : Skor Puisi Hilyaturrahman

    Tabel 17 : Skor Puisi Riyani

    Tabel 18 : Skor Puisi Nur Faizah

    Tabel 19 : Skor Puisi Rahmi Safira. A

  • xi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 : Nilai Kritis L untuk Uji Liliefors

    Lampiran 2 : Titik Persentase Distribusi t (df = 1 – 40)

    Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

    Lampiran 4 : Puisi Minhatul Maula“Lautan”

    Lampiran 5 : Puisi Firda Fisqya A’yun “Keindahan Alam

    Lampiran 6 : Puisi Hilyaturrahmah “Keindahan Alam”

    Lampiran 7 : Puisi Riyani “Keidahan Alam”

    Lampiran 8 : Puisi Nurfaizah “ Air Terjun”

    Lampiran 9 : Puisi Rahmiy “Derai-derai Cemara”

    Lampiran 10 : Puisi Riyani “Ibu”

    Lampiran 11 : Puisi Minhatul Maula “Ibu”

    Lampiran 12 : Puisi Firda Fisqya A’yun “Ibu”

    Lampiran 13 : Puisi Hilyaturrahmah “Ibu”

    Lampiran 14 : Puisi Riyani “Ibu”

    Lampiran 15 : Puisi Nurfaizah “ Ibu”

    Lampiran 16 : Puisi Rahmiy “Ibu”

    Lampiran 17 : Surat Penelitian

    Lampiran 18 : Surat Bimbingan

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pendidikan merupakan hal terpenting dalam kehidupan, yang menjadi

    salah satu tempat untuk melatih seseorang dalam terampil berbahasa.

    Pendidikan bisa didapatkan melalui pembelajaran formal maupun informal.

    Di lembaga yang bersifat formal seperti sekolah, keberhasilan suatu

    pendidikan dan pengetahuan dapat dilihat dari hasil prestasi belajarnya.

    Dalam pembelajaran proses belajar merupakan proses interaksi peserta

    didik, pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajarnya.

    Namun, permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan

    perkembangan situasi dan kondisi lingkungan yang ada. Informasi dan

    kebudayaan, serta berkembangnya ilmu teknologi juga berpengaruh

    terhadap dunia pendidikan. Ilmu yang diberikan pendidik diharapkan bisa

    membentuk pengetahuan, penguasaan, kemahiran dan tabiat, serta sikap dan

    kepercayaan pada peserta didik.

    Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi belajar

    dan kreativitas pengajar. Selain itu juga, dapat ditunjang dengan fasilitas

    yang memadai dan kreativitas guru yang akan membuat peserta didik lebih

    mudah mencapai target belajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi

    ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut,

    motivasi dan pembelajaran membawa pada keberhasilan pencapaian target

    belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan

    kemampuan siswa melalui proses belajar. Dalam proses belajar mengajar

    tersebut seorang guru dituntut mahir mengelola sebuah kelas dengan kreatif,

    ataupun strategi yang direncanakan sebelumnya, hal ini merupakan kunci

    sekaligus ujung tombak pencapaian tujuan pembaharuan pendidikan.

    Seorang guru dituntut untuk dapat mengarahkan dan menciptakan suasana

    kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

  • 2

    Strategi pembelajaran merupakan serangkaian rencana kegiatan yang

    termasuk di dalamnya penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai

    sumber daya atau kekuatan dalam mencapai suatu keberhasialan

    pembelajaran yang diinginkan. Strategi pembelajaran di dalamnya

    mencakup pendekatan, model, metode dan teknik pembelajaran secara

    spesifik. Suatu keberhasilan dalam belajar mengajar, dapat dilihat dari

    metode dan pengunaan media yang tepat dari seorang guru. Penggunaan

    media yang tepat dalam pengajaran akan menimbulkan minat siswa dalam

    mengikuti suatu pembelajaran. Pentingnya media pembelajaran bagi

    peningkatan kualitas pendidikan semakin tampak dengan perkembangan

    teknologi sekarang ini. Dengan perkembangan teknologi, pelaksanaan

    pendidikan dapat diperbarui. Kelengkapan media pembelajaran sangat

    dibutuhkan untuk menunjang proses kelancaran belajar mengajar, sehingga

    akan tercipta suatu pembelajaran yang menarik dan mengasikkan.

    Media pembelajaran merupakan bentuk saluran yang digunakan untuk

    menyalurkan sebuah pesan, informasi maupun bahan pelajaran kepada

    penerima pesan. Penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar

    mengajar dapat membangkitkan minat dan pengetahuan yang baru terhadap

    siswa. Media audio visual misalnya, merupakan salah satu media

    pembelajaran yang dapat memotivasi peserta didik dalam proses belajar,

    sehingga siswa menjadi lebih aktif dan merespon materi yang telah dilihat

    dan didengarnya. Oleh karena itu, secara tidak langsung guru dituntut untuk

    lebih profesional, inovatif, perspektif, dan proaktif dalam melaksanakan

    tugas pembelajaran.

    Melalui kegiatan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, siswa

    diharapkan memiliki kemampuan berbahasa yang meliputi keterampilan

    mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis. Dalam

    pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia terdapat materi menulis seperti

    menulis puisi.

    Keterampilan menulis merupakan salah satu jenis keterampilan

    berbahasa yang harus dikuasai siswa. Keterampilan menulis merupakan

  • 3

    kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak

    lain dengan melalui bahasa tulis. Ketepatan pengungkapan gagasan harus

    juga didukung dengan ketepatan bahasa yang digunakan. Melalui

    keterampilan menulis, siswa dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, dan

    perasaanya dengan baik dan terbuka, sehingga siswa dapat mengungkapkan

    perasaan dan pikirannya secara tidak langsung melalui menulis, seperti

    menulis sebuah karangan yaitu puisi.

    Puisi merupakan salah satu materi dalam pembelajaran Bahasa dan

    Sastra Indonesia yang sangat penting. Sebuah karya sastra yang

    mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun

    dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan

    pengonsentrasian fisik dan struktur batinnya. Keindahan sebuah puisi

    didukung oleh diksi, majas, rima, dan irama yang terkandung dalam karya

    sastra tersebut.

    Pada kesempatan ini, penulis membahas mengenai puisi, selama ini

    berdasarkan observasi, pengetahuan siswa terhadap karya sastra khususnya

    puisi masih sangat terbatas, terlebih lagi untuk dapat menulis puisi. Hal ini

    disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain pemahaman siswa terhadap

    karya sastra masih kurang, siswa tidak senang dengan pembelajaran

    monoton dan membosankan, terbatasnya pengetahuan siswa untuk

    mengembangkan gagasan atau ide menjadi suatu bentuk karangan yaitu

    sebuah puisi, hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan siswa dalam

    berimajinasi. Selain itu, keadaan ini mengakibatkan tidak efektifnya

    pembelajaran menulis di kelas. Agar siswa dapat maksimal dalam menulis

    perlu distimulus dengan bahan ajar yang menarik. Untuk itu, guru perlu

    mencari upaya yang dapat membuat siswa tertarik agar siswa dapat menulis

    dengan baik dan dapat menjadikan pembelajaran puisi yang lebih

    menyenangkan.

    Selain itu, seorang guru diharapkan dapat mengelola kelas. Guru yang

    kreatif dalam mengajar juga bisa memberikan semangat atau keinginan

    siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Tentu saja dari hal tersebut

  • 4

    dapat mendukung kesuksesan dalam belajar mengajar, dengan demikian

    tujuan dalam pembelajaran tersebut tercapai dengan maksimal. Dalam

    pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, guru harus dapat menemukan

    bahan ajar dan media yang tepat. Penggunaan media yang tepat untuk

    pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia akan merangsang siswa untuk

    lebih bersemangat dan lebih menyenangi pembelajaran Bahasa dan Sastra

    Indonesia yang sedang berlangsung. Dengan demikian, materi yang sedang

    diajarkan akan lebih mudah ditangkap oleh para siswa.

    Penulis tertarik untuk melakukan penelitian peningkatan pengetahuan

    siswa terhadap puisi, dengan menggunakan media audio visual. Media audio

    visual dipilih dengan pertimbangan bahwa media ini merupakan media yang

    paling digemari, mudah diingat oleh siswa. Selain itu, media audio visual

    juga belum pernah diterapkan di MTs Jabal Nur Cipondoh, kelas IX pada

    mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, dengan mengunakan media

    audio visual akan mempermudah guru dalam mengajar, dan siswa dapat

    mengingat apa yang dilihat dan didengar serta dapat mengembangkan

    kreativitas, daya imajinasi, serta mempermudah siswa dalam menuangkan

    ide-ide kreatif mereka. Dengan media audio visual diharapkan siswa dapat

    menangkap atau mengingat pelajaran yang diberikan oleh guru, juga dapat

    mengungkapkan ide-ide kreatif mereka dalam sebuah tulisan yaitu, puisi.

    Berdasarkan uraian di atas peneliti memiliki ketertarikan untuk

    meneliti dengan judul “Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual

    terhadap Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas IX MTs

    Jabal Nur Cipondoh Tahun Pelajaran 2014/2015.”

    B. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah yang

    dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut.

    1. Kurangnya penggunaan media dalam pembelajaran puisi;

    2. Pembelajaran puisi membosankan dan tidak menarik;

    3. Pengetahuan siswa terhadap karya sastra sangat terbatas;

  • 5

    4. Kurangnya kemampuan siswa dalam menulis puisi;

    5. Perlunya media yang tepat untuk meningkatkan keterampilan menulis

    puisi siswa.

    C. Pembatasan Masalah

    Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, masalah yang akan dikaji dalam

    penelitian ini dibatasi pada pengaruh penggunaan media Audiovisual

    (musikalisasi puisi) terhadap peningkatan hasil keterampilan menulis puisi

    siswa kelas IX-1 MTs Jabal Nur Cipondoh, Tangerang tahun pelajaran

    2014/2015.

    D. Rumusan Masalah

    Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan

    masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

    Bagaimana pengaruh penggunaan media audio visual terhadap peningkatan

    hasil keterampilan menulis puisi siswa kelas IX-1 di MTs Jabal Nur

    Cipondoh Tangerang tahun pelajaran 2014/2015?

    E. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini, bertujuan untuk:

    Mengetahui pengaruh penggunaan media audio visual terhadap Peningkatan

    kereatif menulis puisi siswa kelas IX MTs Jabal Nur Cipondoh Tangerang

    tahun Pelajaran 2014/2015.

    F. Manfaat Penelitian

    Manfaat hasil penelitian ini utamanya adalah untuk meningkatkan

    kemampuan keterampilan menulis puisi siswa. Maka manfaat hasil

    penelitian ini dapat diperuntukan antara lain:

  • 6

    1. Manfaat Teoretis

    a. Untuk memperkaya pengembangan strategi dalam pembelajaran

    puisi.

    b. Untuk memperbaiki strategi mengajar yang selama ini digunakan

    agar dapat menciptakan dan menerapkan kegiatan belajar mengajar

    yang menarik serta tidak membosankan.

    2. Manfaat Praktis

    a. Bagi peneliti

    Menambah ilmu pengetahuan mengenai pembelajaran puisi dan

    mengembangkan teori pembelajaran puisi dengan menggunakan

    media audio visual.

    b. Bagi Guru

    Untuk memperkaya strategi dalam pembelajaran puisi, untuk

    memperbaiki metode mengajar yang selama ini digunakan agar

    dapat menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menarik dan

    tidak membosankan.

    c. Bagi siswa

    Untuk memberikan pengalaman dalam proses pembelajaran yang

    baru dan mengasikan, sehingga dapat meningkatkan motivasi dan

    hasil belajar siswa terutama dalam keterampilan menulis puisi.

  • 7

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Hakikat Media Pembelajaran

    1. Pengertian Media pembelajaran

    Secara umum media merupakan kata jamak dari ”medium”, yang

    berarti perantara atau pengantar. Kata media berlaku untuk berbagai

    kegiatan atau usaha, seperti media dalam penyampaian pesan, media

    pengantar magnet atau panas dalam bidang teknik. Istilah media

    digunakan juga dalam bidang pengajaran atau pendidikan sehingga

    istilahnya menjadi media pendidikan atau media pembelajaran. Dalam

    proses belajar-mengajar, media mempunyai arti yang cukup penting,

    karena dalam kegiatan pelajaran, ketidakjelasan bahan yang

    disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan

    media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan

    melalui kata-kata dan kalimat tertentu.

    Sanjaya mengungkapkan:

    Bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang

    dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti, radio,

    televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya. Selain itu Rossi

    menyatakan, alat-alat seperti radio, dan televisi apabila digunakan

    dan diprogram untuk pendidikan maka merupakan media

    pembelajaran.1 Secara umum media itu meliputi orang, bahan,

    peralatan, atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang

    memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan dan

    sikap.2

    Jadi dari dari definisi di atas media merupakan alat atau perantara

    untuk mencapai tujuan pendidikan.

    1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:

    kencana, 2006), h. 163. 2 Ibid.

  • 8

    Penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan

    mendamaikannya. Dengan istilah mediator media menujukan fungsi

    atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak

    utama dalam proses belajar-siswa dan isi pelajaran.

    Media menjadi bentuk perantara yang digunakan oleh manusia

    untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau pendapat

    sehingga ide, gagasan, atau pendapat yang dikemukakan itu sampai

    kepada penerima yang dituju. Bahwa media pembelajaran meliputi alat

    yang secara fisik digunakan isi materi pejarana, yang terdiri antara lain

    buku, tape recorder, kaset, video kamera, video recorder, film, slide

    (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer.3

    Yudhi Munadi dalam bukunya, mengungkapkan bahwa: Media

    adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan

    perasan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan

    belajar yang kondusif dimana penerimannya dapat melakukan proses

    belajar secara efisien dan efektif.4

    Jadi, berdasarkan beberapa definisi di atas, media pembelajaran

    dapat dipahami, sebagai sesuatu alat yang dapat digunakan sebagai

    perantara penyampaian pesan atau informasi kepada siswa yang

    bertujuan untuk menciptakan pembelajaran yang efesien dan kondusif

    serta pencapaian pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya.

    2. Ciri-Ciri Media Pembelajaran

    Sudarwan dalam bukunya mengungkapkan:

    Media pendidikan merupakan seperangkat alat bantu atau

    pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam

    rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik. Alat

    bantu itu disebut media pendidikan, sedangkan komunikasi

    adalah sistem penyampaian.5

    3 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: RajaGrafindo Persada 2010), h.3-4.

    4 Yudhi Munadi, Media Pelajaran, (Jakarta: Gaung Persada, 2012), h.7.

    5 Sudarwan Danim, Media Komunikasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Angkasa 2010), h.7.

  • 9

    Jadi, media pendidikan merupakan alat bantu atau pelengkap

    yang digunakan oleh guru untuk berkomunikasi dengan peserta

    didik.

    Arif S. Sadiman dkk, dalam bukunya juga mengungkapkan:

    Media pendidikan sabagai salah-satu sumber yang dapat

    menyalurkan pesan sehingga membantu mengatasi hal

    tersebut. Perbedaan gaya belajar, minat, inteligensi,

    keterbatasan gaya indra cacat tubuh atau hambatan jarak

    geografis, jarak waktu dan lain-lain dapat dibantu dengan

    pemanfaatan media pembelajaran.6

    Jadi, media merupakan sumber yang dapat menyalurkan pesan

    dan dapat membantu mengatasi perbedaan gaya belajar peserta

    didik.

    Gerlach dan Ely dalam Arsyad mengemukakan:

    Tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media

    digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media

    yang mungkin guru tidak mampu (atau kurang efesian)

    melakukannya.

    a. Ciri Fiksatif (fixative Properti)

    Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam,

    menyampaikan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa

    atau objek fotografi, video tape, disket komputer, dan film. Suatu

    objek yang telah diambil gambarnya (direkam)dengan kamera atau

    video kamera dengan mudah dapat diproduksi dengan mudah

    kapan saja diperlukan. Dengan ciri fiksatif ini, media

    memungkinkan suatu rekaman kejadian atau objek yang terjadi

    pada satu waktu tertentu ditransportasikan tanpa mengenal waktu.

    Ciri ini sangat penting bagi guru karena kejadian-kejadian atau

    objek yang telah direkam atau disimpan dengan format media yang

    ada dapat digunakan setiap saat. Peristiwa yang kejadiannya hanya

    sekali (dalam satu dekade atau satu abad.) dapat diabadikan dan

    6 Arief S.Sadiman, dkk., Media Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h.9.

  • 10

    disusun kembali untuk keperluan pelajaran. Prosedur laboratorium

    yang rumit dapat direkam dan diatur untuk kemudian diproduksi

    beberapa kali pun pada saat diperlukan. Demikian pula kegiatan

    siswa dapat direkam untuk kemudian dianalisis dan dikritik oleh

    siswa sejawat baik secara perorangan maupun secara kelompok.

    b. Ciri Manipulatif (Manipulative Property)

    Transnformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena

    media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu

    berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau

    tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse

    recording. Misalnya bagaimana proses larva menjadi kepompong

    kemudian menjadi kupu-kupu dapat dipercepat dengan teknik

    fotografi tersebut. Di samping dapat dipercepat, suatu kejadian

    dapat pula diperlambat pada saat menayangkan kembali suatu

    rekaman video. Misalnya, proses loncat galah atau reaksi kimia

    dapat diamati melalui kemampuan bantuan manipulatif dari media.

    Demikian pula, suatu aksi gerakan dapat direkam dengan foto

    kamera untuk foto. Pada rekaman gambar hidup (video, motion

    film) kejadian dapat diputar mundur. Media (rekaman video atau

    audio) dapat diedit sehingga guru dapat menampilkan bagian-

    bagian penting/utama dari ceramah, pidato, atau urusan kejadian

    dengan memotong bagian-bagian yang diperlukan. Kemampuan

    media dari ciri manipulatif memerlukan kejadian sungguh-sungguh

    karena apabila terjadi kesalahan dalam pengaturan kembali urutan

    kejadian atau pemotongan bagian-bagian yang salah, maka akan

    terjadi pula kesalahan penafsiran yang tentu saja akan menjadi

    kebingungan bahkan menyesatkan sehingga dapat mengubah sikap

    mereka ke arah yang tidak diinginkan.

    Manipulasi kejadian atau objek dengan jalan mengedit hasil

    rekaman dapat menghemat waktu. Proses penanaman dan panen

    gandum, pengolahan gandum menjadi tepung, dan penggunaan

  • 11

    tepung untuk membuat roti dapat dipersingkat waktunya dalam satu

    urutan rekaman video atau film yang mampu menjadikan informasi

    yang cukup bagi siswa utuk mengetahui asal-usul dan proses dari

    penanaman bahan baku tepung hingga menjadi roti.

    c. Ciri Distributif (distributive Property)

    Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau

    kejadian ditrasportasi melalui ruang, dan secara bersama kejadian

    tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus

    pengalaman yang relatif sama dengan kejadian itu. Dewasa ini,

    distribusi media tidak hanya terbatas pada satu kelas atau beberapa

    kelas pada sekolah-sekolah di dalam suatu wilayah tertentu, tetapi

    juga media itu misalnya rekaman video, audio, disket,komputer,

    dapat disebar ke seluruh penjuru tempat yang diinginkan kapan

    saja.

    Sekali informasi direkam dalam format media apa saja, ia dapat

    direproduksi seberapa kali pun dan siap digunakan secara berulang-

    ulang di suatu tempat. Konsistensi informasi yang telah direkam

    akan terjamin sama atau hampir sama dengan aslinya.7

    Dengan demikian ciri-ciri media ada tiga yaitu ciri fiksatif, ciri

    manipulatif dan ciri distributif. Ciri-ciri media pembelajaran sangat

    penting diperhatikan oleh guru, sehingga guru dapat memilih

    dengan tepat media yang akan digunakan dalam proses

    pembelajaran, media dalam sebuah pengajaran sangat diperlukan,

    oleh karena itu sebagai seorang guru haruslah mampu memilih dan

    menggunakan media dengan baik dalam pengajaran untuk

    mencapai tujuan yang diinginkan.

    7 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: RajaGrafindo Persada 2010), h.12-14.

  • 12

    3. Manfaat dan Nilai Media

    Susilana memaparkan pengetahuan akan semakin abstrak apabila

    pesan akan disampaikan melalui kata verba. Hal ini memungkinkan

    terjadinya verbalisme. Artinya siswa hanya mengetahui tentang kata

    tanpa memahami dan mengerti makna yang terkandung di dalamnya.

    Hal semacam ini akan menimbulkan kesalahan persepsi siswa. Oleh

    sebab itu, sebaiknya siswa memiliki pengalaman yang lebih konkrit,

    pesan yang ingin disampaikan benar-benar dapat mencapai sasaran dan

    tujuan.

    Secara umum media mempunyai kegunaan; 1) memperjelas pesan

    agar tidak terlalu verbalistis; 2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu

    tenaga dan daya indera; 3) menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih

    langsung antar murid dan sumber belajar; 4) memungkinkan anak

    belajar mandiri sesuai bakat dan kempuan visual, auditori, &

    kinestetiknya; 5) memberi rangsangan yang sama, mempersamakan

    pengalaman & menimbulkan persepsi yang sama.8

    Jadi kegunaan media untuk memperjelas pesan, mengatasi

    keterbatasan ruang dan waktu, menimbulkan gairah belajar,

    menimbulkan motivasi, dan memberikan rangsangan.

    Ada juga pendapat Kemp dan Dayton dalam Susilana mengatakan

    kontribusi media pembelajaran: 1) penyampaian pesan pembelajaran

    dapat lebih terstandar; 2) pembelajaran dapat lebih menarik; 3)

    pembelajaran dapat lebih interaktif dengan penerapan teori belajar; 4)

    waktu pelaksanaan pembelajaran dapat diperpendek; 5) kualitas

    pembelajaran dapat ditingkatkan; 6) proses pembelajaran dapat

    berlangsung kapanpun dan dimanapun diperlukan; 7) sikap positif

    siswa terhadaap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat

    ditingkatkan; 8) peran guru berubah ke arah positif.9

    Jadi kontribusi media bagi pembelajaran adalah penyampaian

    pesan pembelajaran agar menjadikan pembelajaran yang lebih menarik

    dan lebih interaktif, serta meningkatkan materi pembelajaran.

    8 Rudi Susilana, dkk, Media Pembelajaran, (Bandung: VC.Wancana Prima),h.9-10

    9 Ibid.

  • 13

    Dengan demikian nilai media sangatlah penting, banyaknya

    manfaat yang telah dipaparkan di atas media sangat berfungsi dalam

    proses belajar-mengajar, dengan adanya media dapat memudahkan

    guru dalam memokuskan perhatian siswa dan penyampaian materi

    dapat diterima dengan baik oleh siswa.

    Selain memiliki manfaat media pembelajaran juga memiliki nilai

    sebagai berikut:

    1. Membuat konkret konsep-konsep yang abstrak. Konsep-konsep yang dirasakan masih bersifat abstak dan sulit dijelaskan secara

    langsung kepada siswa bisa dikongkretkan atau disederhanakan

    melalui pemanfaatan media pembelajaran.

    2. Menghadirkan objek-objek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat ke dalam lingkungan belajar.

    3. Menampilkan objek yang terlalu besar atau kecil. 4. Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau lambat. Dengan

    menggunakan taktik gerakan lambat (slow motion).10

    Jadi, manfaat lain dari media adalah membuat kongkret konsep-

    konsep yang abstrak, menghadirkan objek-objek yang terlalu kecil dan

    berbahaya, serta dapat memperlihatkan gerakan-gerakan yang terlalu

    cepat maupun lambat.

    4. Fungsi Media Pelajaran

    Telah banyak alat maupun media yang tersedia bagi pengajar,

    namun yang terpenting dalam melaksanakan pembelajaran dan

    mengimplementasikannya dalam mengajar ialah bagaimana

    menggunakan media pendidikan ini sebagai suatau system yang

    terintregrasi dalam pembelajaran. Tugas seorang pendidikan adalah

    tugas profesional, selalu menghadapi tantangan apabila ingin menjadi

    pendidik yang kreatif, dinamis, kritis dan ilmiah. Sebelum ia

    menentukan bahan pelajaran, ia harus menentukan tujuan

    instruksional yang sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik,

    kemampuan yang akan dikembangkan, menyusun kegiatan

    10

    Ibid.

  • 14

    pembelajaran, untuk ini ia harus mampu menentukan media dan

    metode pengajaran yang tepat.

    Banyak media pendidikan sekarang ini telah diprogram melalui

    media masa. Kenyataan ini bertujuan untuk bisa menyerap segala

    macam informasi, khususnya informasi yang relevan dengan bidang

    studinya, demi perkembangan lebih lanjut. Sebagai konsekuensi

    perkembangan media pendidikan yang pesat dewasa ini, pendidikan

    dituntut untuk mampu memanfaatkan media pendidikan yang tersedia

    di sekolah dan lingkungan.11

    Dengan demikian sebagai seorang pendidik kita harus bisa

    memanfaatkan segala media pendidikan agar proses belajar mengajar

    dapat berjalan dengan baik, dan informasi yang ingin diberikan dapat

    tersampaikan dengan baik. Oleh karena itu ada bebrapa pendapat

    mengenai fungsi media pembelajaran.

    Edgar Dale dalam Sanjaya menggambarkan bahwa pengetahuan

    akan semakin abstrak apabila hanya disampaikan melalui bahasa

    verbal. Hal ini menunjukan terjadinya verbalisme, artinya siswa

    hanya mengetahui tentang kata tanpa memahami dan mengerti

    makna yang terkandung dalam makna tersebut. Hal semacam ini

    akan menimbulkan persepsi siswa. Oleh sebab itu sebaiknya

    diusahakan agar pengalaman siswa menjadi lebih kongkret, pesan

    yang ingin disampaikan benar-benar dapat mencapai sasaran dan

    tujuan yang ingin dicapai, dilakukan kegiatan yang dapat

    mendekatkan siswa dengan kondisi yang sebenarnya.12

    Memperhatikan penjelasan di atas, maka secara khusus media

    pembelajaraan memiliki fungsi yang berperan untuk: 1) menangkap

    suatu objek atau peristiwa tertentu, 2) memanipulasi keadaan,

    peristiwa, atau objek tertentu, 3) menambah gairah dan motivasi

    belajar siswa.13

    11

    Iskandarwassid, dkk., Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

    2008), h. 209-210. 12

    Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:

    Kencana, 2006), h.169. 13

    Ibid, h.169-170.

  • 15

    Sementara Yudhi Munadi dalam bukunya, bahwa fungsi media

    pembelajaran ini lebih difokuskan pada dua hal, yakni analisis fungsi

    yang didasarkan pada medianya dan didasarkan pada penggunaanya.

    Pertama, fungsi yang didasarkan pada media pembelajaran, yakni :

    (1) media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar, bahwa

    media itu dapat dikatakan sebagai media penyalur, penyampaian,

    penghubungan dan lain-lain dalam proses pembelajran,

    (2) fungsi semantik, yakni kemampuan media dalam menambah

    perbedaan kata (simbol verba) yang maknanya benar-benar dipahami

    peserta didik,

    (3) fungsi manipulatif, dalam fungsi ini media memiliki dua

    kemampuan, yakni pertama, mengatasi batas-batas ruang dan waktu,

    seperti menghadirkan objek, menghadirkan objek, dan menghadirkan

    kembali objek yang telah terjadi, kedua mengatasi keterbatasan

    indrawi manusia, seperti membantu siswa dalam memahami objek.

    Kedua, fungsi yang didasarkan kepada pengguannya (anak didik)

    terdapat dua fungsi, yakni:

    (1) fungsi psikologis, antara lain:

    a) fungsi atensi, yaitu media pembelajaran yang meningkatkan

    perhatian siswa terhadap materi ajar,

    b) fungsi afetif, yaitu mediapembelajaran dapat menggugah

    perasaan, emosi, dan dan tingkat penerimannya atau penolakan

    siswa terhadap sesuatu,

    c) fungsi kognitif, media pembelajaran dapat mengembangkan

    kemampuan kognitif siswa,

    d) fungsi imajinatif, yaitu media pembelajaran dapat meningkatkan

    dan mengembangkan imajinasi siswa,

    e) fungsi motivasi, yaitu media pembelajaran melaui guru dapat

    memotivasi siswa dengan cara membangkitkan minat belajar siswa

    dan dengan cara memberikan harapan pada diri siswa.

  • 16

    (2) fungsi sosio-kultural, yakni media pembelajaran dapat mengatasi

    hambatan sosio-kultural antar peserta komunikasi pembelajaran.14

    Jadi, fungsi media pembelajaran sebagai sumber belajar untuk

    memahami makna, mengatasi ruang dan waktu, memusatkan

    perhatian, dan membangkitkan imaji serta minat belajar pada siswa.

    Dalam kaitannya dengan fungsi media pembelajaran, dapat ditekankan

    beberapa hal berikut:

    1. Penggunaan media pembelajaran bukan merupakan fungsi tambahan, tetapi memiliki fungsi tersendiri sebagai sarana bantu

    untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif.

    2. Media pembelajaran merupakan bagian integral dari keseruluhan proses pembelajaran sebagai salah satu komponen

    yang tidak berdiri sendiri tetapi saling berhubungan dengan

    komponen lainnya dalam rangka menciptakan situasi belajar

    yang diharapkan.

    3. Media pembelajaran dalam penggunaanya harus relevan dengan kompetensi yang ingin diciptakan dan isi pembelajaran itu

    sendiri. fungsi ini mengandung makna bahwa penggunaan

    media pembelajaran harus selalu melihat kepada kompetensi dan

    bahan ajar.

    4. Media pembelajaran bukan berfungsi sebagai alat hiburan, dengan demikian tidak diperkenankan menggunakannya hanya

    sekedar untuk permainan atau memancing perhatian siswa

    semata.

    5. Media pembelajaran bisa berfungsi untuk mempercepat proses belajar. Fungsi ini mengandung arti bahwadengan media

    pembelajaran siswa dapat menangkap tujuan dan bahan ajar

    lebih mudah dan lebih cepat.

    6. Media pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar. Pada umumnya hasil belajar siswa

    dengan menggunakan media pembelajaran akan lebih lama

    mengendap sehingga kualitas pembelajaran akan memiliki nilai

    yang lebih tinggi.

    7. Media pembelajaran meletakan dasar-dasar yang kongkrit untuk berpikir, oleh karena itu dapat mengurangi terjadinya penyakit

    varbalisme.15

    Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa media

    pembelajaran sangat penting bagi siswa., Dengan menggunakan media

    14

    Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada, 2012), h. 36. 15

    Rudi Susilana, dkk., Media Pembelajaran, (Bandung: CV.Wancana Prima), h.10.

  • 17

    pembelajaran pengalaman siswa dapat menjadi lebih konkret dan

    pesan yang ingin disampaikan oleh guru dapat disampaikan dengan

    benar dan sesuai tujuan yang ingin dicapai. Dengan adanya media

    pembelajaran juga dapat menambah kualitas pembelajaran menjadi

    lebih baik. Melalui media pembelajaran hal yang bersifat abstrak bisa

    menjadi konkret.

    5. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

    Di antara faktor yang perlu diperhatikan di antaranya : tujuan

    pembelajaran, karakteristik siswa, modalitas belajar siswa (ada

    beberapa auditif, visual dan kinestetik), lingkungan, ketersediaan

    fasilitas pendukung, dan lain-lain. Ada beberapa kriteria umum yang

    perlu diperhatikan dalam memilih media. Namun demikian secara

    teoretik bahwa setiap media memiliki kelebihan dan kelemahan yang

    akan memberikan pengaruh kepada afaktifitas program pembelajaran.

    Sejalan dengan hal ini, pendekatan yang ditempuh dalam mengkaji

    media sebagai integral dalam proses pendidikan yang kajiannya akan

    sangat dipengaruhi beberapa kriteria umum sebagai berikut:

    a. Sesuai dengan tujuan (instructional goals)

    Dikaji tujuan pembelajaran apa yang ingin dicapai dalam suatu

    kegiatan pembelajaran dari kajian Tujuan Instruksional Umum

    (TUI) atau Tujuan Instruksional Khusus (TIK) ini bisa dianalisis

    media apa yang cocok guna mencapai tujuan tersebut. Selain itu

    analisis dapat diarahkan pada taksonomi tujuan dari Bloom, dkk

    apakah tujuan itu bersifat kognitif, afejtif dan psikomotorik.

    b. Kesesuaian dengan Materi Pembelajaran (instructional

    content)

    Bahan atau kajian apa yang akan diajarkan. Dengan demikian kita

    bisa mempertimbangkan media apa yang yang sesuai untuk

    penyampaian bahan tersebut.

  • 18

    c. Kesesuaian dengan Karakteristik Pelajaran atau Siswa

    Dalam hal ini media haruslah familiar dengan karakteristik

    siswa/guru. Yaitu mengkaji sifat-sifat dan ciri media yang akan

    digunakan. Hal lainnya karakteristik siswa, baik secara kuantitatif

    (jumlah) ataupun kualitatif (kualitas, ciri, dan kebiasaan lain) dari

    siswa terhadap media yang cocok digunakan. Ada media yang

    cocok untuk sekelompok siswa ada juga media yang tidak cocok

    untuk sekelompok siswa.

    d. Sesuai dengan Teori

    Pemilihan media harus didasarkan atas kesesuaian dengan teori.

    Media yang dipilih bukan karena fanatisme guru terhadap suatu

    media yang dianggap paling disukai dan paling bagus, namun

    didasarkan atas teori yang diangkat dari penelitian dan riset

    sehingga telah diuji validitasnya. Pemilihan media bukan pula

    alasan selingan atau hiburan semata. Melainkan media harus

    merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran,

    yang fungsinya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas

    pembelajaran.

    e. Kesesuaian dengan Gaya Belajar Siswa

    Kriteria ini didasarkan atas kondisi psikologis siswa, bahwa siswa

    dipengaruhi pula oleh gaya belajar siswa. Harus disesuaikan

    dengan gaya belajar siswa, yaitu : tipe visual, auditorial dan

    kinestetik.

    f. Sesuai dengan Kondisi lingkungan, fasilitas, pendukung, dan

    waktu yang tersedia

    Bagaimanapun bagusnya sebuah media, apabila tidak didukung

    dengan fasilitas dan waktu yang tersedia, maka kurang efektif.

    Jadi, kriteria pemilihan media pembelajaran yaitu 1) harus

    sesuai dengan tujuan 2) kesesuaian dengan materi pembelajaran 3)

    kesesuaian dengan karakteristik siswa 4) sesuai dengan teori 5)

  • 19

    sesuai dengan gaya belajar siswa 6) sesuai dengan kondisi

    lingkungan, fasilitas, pendukung dan waktu.16

    6. Klasifikasi Media Pembelajaran

    Pengelompokkan media pembelajaran menjadi empat kelompok

    besar, antara lain:

    a. Media Audio

    Media audio adalah media yang hanya melibatkan indera

    pendengaran hanya mampu memanipulasi kemampuan suara

    semata. Media audio dapat menerima pesan verba dan nonverba.

    Jenis-jenis media audio adalah program radio dan program media

    rekam (software), yang disalurkan melalui hardware seperti radio

    dan alat-alat perekam.

    b. Media Visual

    Media yang hanya melibatkan indera penglihatan. Jenis-jenis

    media ini adalah media cetak-verba, media cetak-grafis, dan media

    yang memuat pesan-pesan verba. Kedua, media visual-nonverbal-

    grafis adalah media visual atau unsur-unsur grafis. Ketiga, media

    visual nonverbal-tiga dimensi adalah media visual yang memiliki

    tiga dimensi.

    c. Media Audio Visual

    Media audio visual adalah media yang melibatkan indera

    pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses.

    d. Multimedia

    Multimedia adalah media yang melibatkan seluruh indera dalam

    proses pembelajaran. Yang termasuk dalam media ini adalah

    segala sesuatu yang memberikan pengalaman secara langsung bisa

    melalui secara komputer dan internet, bisa juga melalui

    pengalaman berbuat dan terlibat.17

    16

    Ibid, h.53-55. 17

    Ibid.

  • 20

    Bretz mengidentifikasi ciri utama dari media menjadi tiga

    unsur pokok, yaitu suara, visual dan gerak. Visual dibedakan

    menjadi tiga yaitu gambar, garis (line graphic) dan simbol yang

    merupakan kontinum dari bentuk yang dapat ditangkap dengan

    indera penglihatan. Di samping itu, Bretz juga membedakan antara

    media siar (telecommunication) dan media rekam (recording)

    sehingga terdapat 8 klasifikasi media: 1) media audio visual gerak,

    2) media audio visual diam, 3) media audio visual semi-gerak, 4)

    media visual gerak, 5) media visual diam, 6) media semi-gerak, 7)

    media audio 8) media cetak.18

    Jadi klasifikasi media yaitu, media audio hanya melibatkan

    indera pendengaran, media visual yaitu hanya melibatkan indera

    penglihatan, media audio visual yaitu melibatkan indera

    pendengaran dan penglihatan dalam satu proses, dan multimedia

    memberikan secara langsung.

    7. Audio Visual terhadap Media Pembelajaran

    a. Perkembangan video

    Video adalah teknologi memproses sinyal elektronik meliputi

    gambar gerak dan suara. Piranti yang berkaitan dengan video

    adalah play back, storage media (seperti pita magnetic dan disc),

    dan monitor. Pembahasan tentang play back dan strorage media

    terintegrasi pada subbab ini. Pada 1951, Alexander M. poniatoff

    (1892-1980), pendiri Ampex Corporation yang berkantor di

    California, mulai berusaha untuk mengembangkan mesin praktis

    untuk perekam pita video dengan Charles Ginsberg, Charles

    Anderson, dan seorang mahasiswa muda bernama Ray Dolby (lahir

    1933), yang ditahun 1967 menemukan sistem Dolby untuk

    mengurangi kebisingan dalam perekam magnetik. Setelah melalui

    berbagi perbaikan dan perkembangan, akhirnya perusahaan video

    18

    Arief S.Sadiman, dkk, Media Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h.20.

  • 21

    di Jepang seperti Hitachi, JVC, Mutsushita, dan Sony, serta Philips

    di Belanda mengusai pasar dunia. Mereka menguasai video dalam

    dua format yakni video tape recorder (VTR) dan video cassettle

    recorder (VCR). VTR mempunyai banyak tipe, di antarannya

    adalah tipe 2 inci, 1inci, ½ inci.19

    b. Perkembangan Media Audio Visual

    Pada mulanya media hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar

    guru (teaching aids). Alat bantu yang dipakai adalah alat bantu

    visual, misalnya gambar, model, objek dan alat-alat lain yang dapat

    memberikan pengalaman kongkret, motivasi belajar serta

    mempertimbangkan daya serap dan retensi belajar siswa. Namun

    sayang, karena terlalu memusatkan perhatian pada alat bantu visual

    yang dipakainya orang kurang memperhatikan aspek disain,

    pengembangan pembelajaran (instruction*) produksi dan

    evaluasinya. Dengan masuknya pengaruh teknologi audio pada

    pertengahan abad ke-20, alat visual untuk mengkonkretkan dengan

    alat audio sehingga kita kenal adanya alat audio visual atau audio

    visual aids (AVA).

    Pada akhir tahun 1950 teori komunikasi mulai mempengaruhi

    penggunaan alat bantu audio visual, sehingga selain sebagai alat

    bantu media juga berfungsi sebagai penyalur pesan atau informasi

    belajar. Sejak saat itu, alat audio visual bukan hanya dipandang

    sebagai alat bantu guru saja, melainkan juga sebagai alat penyalur

    pesan atau media. Teori ini sangat penting dalam penggunaan

    media untuk kegiatan program-program pembelajaran. Sayang

    sampai saat itu pengaruhnya masih terbatas pada pemilihan media

    saja. Faktor siswa yang menjadi komponen utama dalam proses

    belajar belum mendapat perhatian.20

    19

    Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada, 2012), h.127. 20

    Arief S.Sadiman, dkk, Media Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h.8-9.

  • 22

    Guru-guru mulai merumuskan tujuan pembelajaran

    berdasarkan tingkah-laku siswa. Untuk mencapai tujuan

    pembelajaran tersebut, mulai dipakai berbagai format media. Dari

    pengalaman mereka, guru mulai belajar bahwa cara belajar siswa

    berbeda-beda, sebagian ;ebih cepat belajar melalui media visual,

    sebagian melalui media audio, sebagian lagi lebih senang memalui

    media cetak, yang lain memalui media audio visual.21

    c. Video

    1. Karakteristik video

    Karateristik video banyak kemiripannya dengan media film,

    diantaranya adalah:

    a) Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu.

    b) Video dapat diulang bila perlu untuk menambah

    kejelasan.

    c) Pesan yang disampaikan cepat dan mudah diingat.

    d) Mengembangkan pikiran dan pendapat para siswa.

    e) Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan

    gambaran yang lebih realistik.

    f) Sangat kuat mempengaruhi emosi seseorang.

    g) Sangat baik memperjelas suatu proses dan

    keterampilan; mampu menunjukkan rangsangan yang

    sesuai dengan tujuan serta dengan tujuan respon dari

    siswa.

    h) Semua peserta didik dapat belajar dari video, baik yang

    pandai mampun yang kurang pandai.

    i) Menumbuhkan minat dan motivasi belajar.

    j) Dengan video penampilan siswa dapat segera dilihat

    kembali untuk dievaluasi.

    Namun selain kelebihan-kelebihan di atas, karakteristik video

    tidak lepas dari kelemahannya, yakni media ini terlalu menekankan

    21

    Ibid, h.10.

  • 23

    pentingnya materi ketimbang proses pengembangan materi

    tersebut. Dilihat dari ketersediaannya, masih sedikit video

    dipasarkan yang sesuai tujuan pembelajaran di sekolah. Di sisi lain,

    produksi video sendiri membutuhkan waktu dan biaya yang cukup

    banyak.

    2. Langkah-langkah pemanfaatan video

    Pemanfaatan video dalam proses pembelajaran hendaknya

    memperhatikan hal-hal tersebut:

    a. Program video harus dipilih agar sesuai dengan tujuan

    pembelajaran. Hubungan program video dengan tujuan

    pembelajaran.

    b. Pemakaian video untuk tujuan kognitif dapat digunakan

    untuk kognitif dapat digunakan untuk hal-hal yang

    menyangkut kemampuan memberikan rangsangan berupa

    gerak yang serasi. Umpamanya, pengamatan terhadap

    kecepatan relatif suatu objek atau benda dan benda.

    Mengajarkan pengenalan makna sebuah konsep, seperti

    konsep jujur, sabar, demokrasi, dan lain-lain. Di samping

    itu untuk mengajarkan aturan dan prinsip, seperti atauran

    dan prinsip zakat, waris, dan lain-lain.

    c. Pemakaian video untuk tujuan psikomotor dapat digunakan

    untuk memperlihatkan contoh keterampilan gerak, seperti

    gerakan shalat, adab makna bersama, cara pengurusan

    mayat, dan lain-lain. Melalui media ini, siswa dapat

    langsung mendapat umpan balik secara visual terhadap

    kemampuan mereka mencoba keterampilan yang

    menyangkut gerakan tadi.

  • 24

    d. Dengan menggunakan berbagai teknik dan efek, video

    dapat menjadi media yang sangat ampuh untuk

    mempengaruhi sikap emosi.22

    Jadi, langkah-langkah pemanfaatan video yaitu 1) video

    harus dipilih dahulu sesuai dengan tujuan pembelajaran, 2)

    video haruslah memberikan rangsangan berupa gerak yang

    serasi 3) dapat memperlihatkan contoh ketrampilan gerak

    yang dapat memberikan umpan balik terhadap peserta

    didik, 4) media haruslah ampuh untuk mempengaruhi

    sikap emosi.

    B. Hakikat Keterampilan Menulis

    1. Pengertian Keterampilan Menulis

    Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa,

    yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis itu sendiri. Setiap

    keterampilan mempunyai hubungan erat dengan keterampilan yang

    lainnya. Oleh karena itu, keterampilan menulis sudah tentu

    berhubungan dengan menyimak, berbicara dan membaca.

    Menulis yaitu suatu aktivitas menuangkan fikiran secara sistematis

    di dalam bentuk tertulis. Atau, kegiatan memikirkan, menggali, dan

    mengembangkan suatu ide sambil menuliskannya.23

    Selain itu juga, menulis merupakan suatu kegiatan untuk

    menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan

    menggunakan askara.24

    Dalman berpendapat: menulis merupakan suatu kegiatan

    penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa

    tulis sebagai alat atau medianya, selain itu menulis ialah

    menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafis yang

    menghasilkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga

    22

    Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Gaung Persada, 2012), h.127-128. 23

    M.Yunus,dkk, menulis 1 (Jakarta:Universitas Terbuka,2011), h.1.3. 24

    Elaka,dkk, Buku Bahasa untuk Perguruan Tinggi (Jakarta: Khariama Putra Utama,2010),

    h.106.

  • 25

    orang lain dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut dan

    dapat memahami bahasa dan grafis itu.

    Menulis adalah mengungkapkan ide tau gagasannya dalam

    bentuk karangan secara leluasa. Dalam hal ini, menulis itu

    membutuhkan skemata yang luas sehingga sipenulis mampu

    menuangkan ide, gagasan, pendapatnya dengan mudah dan lancar.

    Skemata itu sendiri adalah pengetahuan dan pengalaman yang

    dimiliki. Jadi, semakin luas skemata seseorang, semakin mudahlah

    ia menulis.25

    Jadi, dapat disimpulkan dari beberapa definisi yang telah

    dipaparkan oleh para ahli bahwa menulis merupakan penyampaian

    pikiran, perasaan dalam bentuk lambang atau tulisan yang disusun

    menjadi sebuah pesan yang dapat tersampaikan atau dibaca oleh orang

    lain.

    2. Manfaat dan Tujuan Menulis

    a. Manfaat menulis

    Manfaat menulis yaitu: (1) meningkatkan kecerdasan, (2)

    mengembangkan daya inisiatif dan kreatifitas, (3) penumbuhan

    keberanian (4) pendorong kemauan dan kemampuan

    mengumpulkan informasi.

    b. Tujuan Menulis

    Adapun tujuan menulis yaitu:

    1. Melatih kreativitas

    Dengan terbiasa menulis, seseorang akan dapat terampil dalam

    menulis.

    2. Mencari informasi pokok

    Merangkum suatu tulisan atau pembicaraan akan dapat

    menemukan informasi pokok dengan lebih cepat dan juga akan

    timbul kemauan mengumpulkan informasi pada diri seseorang.

    3. Mengurai kata-kata atau kalimat yang tidak diperlukan

    25

    Dalman, Ketrampilan Menulis, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2014), h.4.

  • 26

    Merangkum dapat mengurai atau membuang kata-kata atau

    kalimat yang tidak diperlukan oleh penulis untuk mencari

    informasi yang dibutuhkan.

    4. Untuk meningkatkan kecerdasan

    Dengan menulis rangkuman akan meningkatkan daya pikir

    seseorang, seseorang akan berpikir mana saja yang akan ia

    rangkung untuk rangkumannya.

    5. Penumbuhan keberanian

    Terkadang banyak orang takut untuk menulis, seorang guru

    memberikan tugas menulis rangkuman terhadap para siswanya

    sehingga dengan tugas menulis rangkuman seseorang akan

    tumbuh keberaniannya untuk menulis.26

    Jadi manfaat dan tujuan menulis yaitu untuk melatih

    kreativitas, mencari informasi pokok, mengurai kata-kata atau

    kalimat yang tidak diperlukan, untuk meningkatkan kecerdasan

    serta penumbuhan keberanian dari dalam diri.

    3. Ciri-ciri Tulisan yang Baik

    Agar maksud dan tujuan penulis dapat tercapai, yaitu agar pembaca

    memberikan respons yang diinginkan oleh penulis terhadap tulisannya,

    mau tidak mau dia harus menyajikan tulisan yang baik, dan adapun

    ciri-ciri tulisan yang baik itu, antara lain:

    a) Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis

    mempergunakan nada yang sesuai.

    b) Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan menulis menyusun

    bahan-bahan yang menjadi suatu kesatuan yang utuh.

    c) Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis untuk

    menulis dengan jelas dan tidak samar-samar: memanfaatkan

    struktur kalimat, bahasa, dan contoh-contoh sehingga maknanya

    sesuai yang diinginkan oleh penulis. Dengan demikian, para

    26

    Ibid. h. 206-207.

  • 27

    pembaca tidak usah payah-payah bergumul memahami makna

    yang tersurat dan tersirat.

    d) Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis untuk

    menulis secara meyakinkan: menarik minat para pembaca terhadap

    pokok pembicaraan serta mendemonstrasikan suatu pengertian

    yang masuk akal dan cermat-teliti mengenai hal itu. Dalam hal ini

    seharusnya mengurangi kata-kata dan pengulangan frase-frase yang

    tidak perlu. Setiap kata harusnya menunjang pengertian yang

    serasi, sesuai dengan yang diinginkan oleh penulis.

    e) Tulisan yang baik memberikan dorongan kepada penulis untuk

    mengkritik dan merevisi naskah yang ditulisnnya.

    f) Tulisan yang baik mencerminkan kebanggaan penulis dalam

    naskah ataupun manuskrip: kesudian mempergunakan ejaan dan

    tanda-baca secara seksama, memeriksa makna kata dan hubungan

    ketatabahasaan dalam kalimat-kalimat sebelum menyajikannya

    kepada para pembaca. Penulis yang baik menyadari benar bahaya

    hal-hal seperti itu dapat memberi akibat yang kurang baik terhadap

    karnya.27

    Jadi tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis

    mempergunakan nada yang sesuai, menyusun bahan-bahan yang

    menjadi satu kesatuan, menulis tidak samar-samar, mengurai kata-

    kata dan pengurangan frase-frase yang tidak perlu, merevisi atau

    memeriksa tulisan, dan mempergunakan ejaan dan tanda baca

    yang benar.

    27

    Henry Guntur Tarigan, Menulis, (Bandung: Angkasa, 2008), h.6-7.

  • 28

    4. Hubungan Menulis Dengan Aspek Keterampilan Berbahasa Lain

    1. Hubungan Menulis dengan Membaca

    Menulis dan membaca merupakan ragam bahasa tulis. Pesan

    yang disampaikan penulis dan diterima oleh pembaca dijembatani

    melalui lambang bahasa yang ditulis.28

    2. Hubungan Menulis Dengan Menyimak

    Dalam menulis seseorang memerlukan informasi, ide, atau

    informasi untuk tulisannya. Itu semua dapat di peroleh dari

    berbagai sumber. Sumber itu tidak hanya bahan tercetak seperti

    buku, majalah, surat kabar, laporan penelitian, jurnal, atau artikel.

    Tetapi juga dari bahan tak tercetak seperti radio, televisi, ceramah,

    diskusi, wawancara, dan obrolan. Jika informasi dari sumber

    tercetak diperoleh melalui kegiatan membaca, maka informasi tak

    tercetak diperoleh melalui menyimak.

    Melalui menyimak, penulis tidak hanya mendapatkan ide atau

    informasi yang diperlukannya. Pada saat yang bersamaan, ia juga

    menginspirasi cara memilih kata, penataran struktur sajian, serta

    pengorganisasian dan perangkaian gagasan yang menarik dan

    berguna dalam kegiatan menulis.29

    3. Hubungan menulis dengan berbicara

    Menulis dan berbicara memilki banyak persamaan. Kedua

    sama-sama sebagai ragam keterampilan berbahasa aktif-produktif.

    Maksudnya, menulis dan berbicara adalah dua kegiatan yang

    bersifat membangun dan menyampaikan pesan (isi tulisan atau isi

    pembicaraan) pada pihak lain, dalam hal ini pembaca dan

    pendengar. Sebagai penyampai pesan, kegiatan berbahasa itu

    menghadapkan pelakunya pada sejumlah keputusan yang harus di

    ambil. Keputusan itu berkenaan dengan topik, tujuan, isi informasi

    yang akan disampaikan, corak wacana, serta cara penyampaian

    28

    Suparno, dkk., Keterampilan Dasar Menulis, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2006), h.1.8. 29

    M.Yunus,dkk., Menulis 1 (Jakarta:Universitas Terbuka, 2011), h.1.13-14.

  • 29

    yang disesuaikan dengan keadaan sasaran (pembaca dan

    pendengar).

    Karena banyaknya kesamaan antara menulis dan berbicara,

    maka ketika kita belajar tentang bagaimana merencanakan sebuah

    tulisan, maka pada dasarnya kita juga belajar tentang cara

    menyiapkan sebuah pembicaraan. Menyiapkan menulis tak jauh

    berbeda dengan berbicara.oleh karena itu pula orang yang

    tulisannya tertata, biasanya pembicaraannya juga tertata. Namun

    demikian, di samping berbagai kesamaan tertadapat pula perbedaan

    mendasar antara menulis dan berbicara.30

    C. Hakikat Puisi

    1. Pengertian Puisi

    Menganalisis sastra atau mengkritik karya sastra (puisi) itu adalah

    usaha menangkap makna dan memberi makna kepada teks karya sastra

    (puisi). Karya sastra itu merupakan struktur yang bermakna.31

    Rene

    Wellek, dkk dalam bukunya memaparkan: puisi sebagai bagian dari

    karya sastra, tentunya banyak mengandung nilai dan keindahan khas

    yang akan terungkap jika kita mampu memahaminya dengan baik dan

    benar. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra. “Definisi sastra

    dapat dibatasi pada “mahakarya” (great books), yaitu buku-buku yang

    dianggap menonjol karena bentuk dan ekspresi sastranya. Dalam hal

    ini, kriteria yang dipakai adalah segi estetis, atau nilai estetis yang

    dikombinasikan dengan nilai ilmiah” 32

    Jadi puisi merupakan karya sastra yang mengandung nilai dan

    keindahan yang khas apabila kita mampu memahaminya dengan baik

    dan benar.

    30

    Ibid. 31

    Rachmat Djoko Pradopo, Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannyanya,

    (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 141. 32

    Rene Wellek dan Austin Warren, Teori Kesusastraan, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

    Utama, 1993), h. 12.

  • 30

    Selain itu juga Waluyo ,menyatakan, puisi adalah teks-teks

    monolog yang isinya bukan pertama-tama merupakan sebuah alur.

    Maksud dari pendapat tersebut ialah isi dari puisi bukan semata-mata

    merupakan sebuah cerita, tetapi merupakan ungkapan perasaan. Puisi

    adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan

    penyair dan imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan struktur

    fisik dan struktur batin.33

    Jadi, menurut Waluyo puisi merupakan teks-teks yang isinya

    bukan semata-mata sebuah cerita, tetapi ungkapan perasaan atau

    pemikiran penulis dengan mengonsentrasikan fisik dan struktur batin.

    Booth berpendapat, Poems, perhaps even more than other texts,

    can sharpen your reading skills because they tend to be so compact, so

    fully dependent on concise expressions of feeling. Maksudnyaa adalah:

    puisi bukan hanya sekedar kegiatan membaca biasa, skil membaca,

    karena mereka tersusun dari satu kesatuan yang padat atau rapih maka

    sangat tergantung pada ungkapan perasaan.34

    Jadi, dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

    pengertian puisi adalah karya sastra yang berupa teks-teks monolog

    yang tersusun dari satu kesatuan yang padat yang terbentuk dari

    pemikiran dan perasaan penulis.

    2. Jenis-jenis Puisi

    Puisi terbagi menjadi beberapa jenis. Pembagian jenis puisi tersebut

    ialah sebagai berikut.

    a. Segi ungkapan

    1) Puisi naratif, adalah puisi yang mengungkapkan cerita atau

    penjelasan penyair. Ada puisi naratif yang sederhana, sugestif,

    dan komplek. Puisi naratif contohnya balada, epik, syair dan

    romansa.

    33

    Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: PT. Grasindo, 2008), h. 107-108. 34

    Alison Booth,dkk, Litetature, (New York, London: W.W.Norton & Company,2006),h.399.

  • 31

    2) Puisi lirik, dalam puisi lirik penyair mengungkapkan aku lirik

    atau gagasan pribadinya. Ia tidak bercerita. Jenis puisi ini

    misalnya ode, elegi, dan serenade.

    3) Puisi deskriptif, pada jenis syair ini penyair bertindak sebagai

    pemberi kesan terhadap peristiwa, benda, atau suasana yang

    dianggap menarik perhatian. Jenis puisi ini adalah satire, kritik

    sosial, dan puisi-puisi impresionik.

    4) Puisi kamar atau puisi auditorium. Puisi kamar adalah puisi

    yang cocok dibaca sendirian atau satu dua orang pendengar

    saja di kamar. Puisi auditorium adalah puisi yang cocok

    dibacakan di auditorium, di mimbar dengan jumlah pendengar

    ratusan orang.

    5) Puisi fisikal, platonik dan metafisikal. Puisi fisikal adalah puisi

    yang bersifat realistis artinya menggambarkan kenyataan

    bukan gagasan hal-hal yang dilihat, didengar atau dirasakan.

    Puisi platonik adalah puisi yang berisikan hal-hal spiritual dan

    kejiwaan, contoh puisi ini misalnya puisi religius, dan puisi

    cita-cita. Puisi metafisikal adalah puisi yang bersifat filosofis

    dan mengajak pembaca merenungkan kehidupan dan tuhan,

    puisi religius juga bisa termasuk puisi ini.

    6) Puisi subjektif dan objektif. Puisi subjektif sering disebut juga

    puisi personal yaitu puisi yang mengungkapkan gagasan,

    pikiran, perasaan, dan suasana diri dalam penyair. Puisi

    objektif merupakan puisi yang mengungkapkan hal-hal di luar

    diri penyair itu sendiri. Puisi ini juga disebut puisi impersonal,

    meskipun ada beberapa yang subjektif.

    7) Puisi konkret, puisi yang bersifat visual, yang dapat dihayati

    keindahan bentuk dari sudut penglihatan.

    8) Puisi diafan dan puisi prismatis. Puisi diafan adalah puisi yang

    kata-katanya sangat terbuka tidak mengandung lambang-

    lambang atau kiasan, dalam puisi diafan penyair menggunakan

  • 32

    kata-kata yang mudah dipahami dan cenderung merupakan

    bahasa sehari-hari. Puisi prismatis adalah jenis puisi yang

    menggunakan kata-kata lambang atau kiasan, dalam puisi ini

    pengarang memilih kata-kata yang sulit dipahami.

    9) Puisi pernasian dan puisi inspiratif. Puisi pernasian adalah

    puisi yang mengandung nilai keilmuan. Puisi inspiratif adalah

    puisi yang berasal dari mood atau passion.

    10) Puisi demonstrasi dan puisi pamflet. Puisi demonstrasi adalah

    puisi endapan dari pengalaman fisik, mental, dan emosional

    selama penyair terlibat dalam suatu peristiwa. Puisi ini banyak

    pada karya angkatan 66. Puisi pamflet adalah puisi yang

    mengungkapkan protes sosial dengan menggunakan bahasa

    pamflet secara spontan tanpa perenungan yang mendalam.

    11) Alegori, dikenal juga dengan parabel yang sering juga disebut

    dongeng perumpamaan yang maknanya dapat kita cari balik

    yang tersurat.35

    Dapat disimpulkan jenis puisi ada 11 jenis yaitu puisi naratif,

    lirik, deskriptif, puisi kamar dan auditorium, puisi fisikal, paltonik,

    metafisikal. Puisi subjektif dan objektif, puisi konkret, puisi diafan

    dan prismatis, puisi pernasian dan inspiratif, puisi demonstrasi dan

    pamflet, serta alegori.

    b. Segi bentuk

    Dari segi bentuk, secara garis besar dapat disebutkan adanya sajak-

    sajak yang bentuknya terikat, seperti soneta, kwatrin, dan pantun.

    Soneta biasanya terdiri atas empat belas larik dengan pola rima

    tertentu, sedangkan kwatrin adalah sebait sajak yang terdiri atas

    empat larik dengan rima tertentu. Pantun adalah sebuah bentuk

    puisi khas Melayu yang terdiri atas empat baris.

    c. Segi isi

    35

    Aswinarko dan Ahmad Bahtiar, Kajian Puisi (Teori dan Praktik), (Jakarta: Unindra Press:

    2013), h. 18-19.

  • 33

    Dari segi isi, puisi dapat dikategorikan dalam ode, epitaf, dan elegi.

    Ode adalah sajak yang berisi pujian untuk seorang tokoh atau suatu

    peristiwa besar. Epitaf merupakan sajak yang biasanya diguratkan

    pada batu nisan di makam seseorang yang berisi pesan moral yang

    dipetik dari pengalaman orang yang dimakamkan. Elegi adalah

    puisi yang berisi semacam dukacita akan sesuatu yang sangat

    berharga namun telah hilang.36

    Adapun jenis puisi berdasarkan isi

    yaitu:

    1) Balada adalah puisi yang mengungkapkan sesuatu dan berakhir

    dengan kesedihan.

    2) Romans adalah puisi yang mengungkapkan tentang kisah

    percintaan.

    3) Elegy adalah puisi yang mengisahkan tentang ratapan nasib.

    4) Himne adalah puisi yang berisi tentang pemujaan kepada

    dewa-dewa dan Tuhan.

    5) Ode adalah puisi yang berisi pujian terhadap seseorang atau

    sesuatu yang dianggap luhur.

    6) Satire adalah puisi yang berisi protes sosial dan sindiran keras

    terhadap kondisi tertentu dan perilaku kelompok masyarakat.

    7) Idyle adalah puisi yang mengisahkan kehidupan aman,

    tentram, damai sentosa (gemah ripah loh jinawi).

    8) Epigram adalah puisi sindiran yang berisi ajaran kehidupan

    yang luhur dan perjuangan.

    9) Didaktis adalah puisi yang berisi tentang nilai-nilai pendidikan

    dan pengajaran.

    10) Serenade adalah puisi yang mengungkapkan tentang kisah

    percintaan yang dapat dinyanyikan (puisi/lirik lagu cinta).

    11) Diafan adalah puisi sederhana karena mudah ditangkap dan

    mudah dicerna maknanya (diksi sederhana).

    36

    Melani Budianta, dkk, Membaca Sastra, (Magelang: Indonesia Tera, 2006), h. 61.

  • 34

    12) Prismatis adalah puisi yang cenderung sulit dicerna maknanya

    (diksi konotatif), tetapi bila dibaca secara cermat maknanya

    dapat dicerna.

    13) Hermetis adalah puisi yang sulit dipahami maknanya. Untuk

    memahami puisi harus memahami latar belakang dan

    kepribadian penyair.37

    Dari beberapa jenis puisi berdasarkan isinya, terdapat 13 jenis yaitu

    puisi balada, romans, elegy, himne, ode, satire, idyle, epigram, didaktis,

    serenade, diafan, prismatis, hermetis.

    3. Bentuk dan Struktur Fisik Puisi

    Bentuk dan struktur fisik puisi sering disebut metode puisi. Bentuk dan

    struktur fisik puisi mencakup:

    1) Perwajahan Puisi (Tipografi)

    Perwajahan adalah pengaturan dan penulisan kata, larik dan

    bait dalam puisi. Pada puisi konvensional, kata-katanya diatur

    dalam deret yang disebut larik atau baris. Pengaturan baris dalam

    puisi dapat menentukan kesatuan makna, dan juga berfungsi untuk

    memunculkan ketaksaan makna (ambiguitas).

    Berwajahan puisi juga bisa mencerminkan maksud dan jiwa

    pengarangnya. Perhatikan tipografi puisi “Hyang?” (Sutardji

    Calzoum Bachri) yang berlubang-lubang, terputus dan meloncat-

    loncat mengungkapkan kekosongan, kegelisahan, dan

    ketidakmenentuan pikiran penyairnya dalam mencari Hyang

    (Tuhan).

    37

    Aswinarko dan Ahmad Bahtiar, Kajian Puisi (Teori dan Praktik), (Jakarta: Unindra Press:

    2013), h. 18-19.

  • 35

    HYANG

    yang

    mana

    ke

    atau

    dari

    mana

    meski

    pun

    lalu se

    bab

    antara

    Kau

    dan

    aku

    Dapat disimpulkan bahwa perwajahan atau tipografi dalam puisi

    dapat membedakan puisi dengan prosa, fiksi, dan drama. Tipografi

    merupakan bentuk dari puisi yang bermacam-macam tergantung

    penyairnya.

    2) Diksi

    Diksi adalah pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair

    dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang

    dengan sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka

    kata-katanya harus dipilih secermat mungkin.

    Pilihan kata akan mempengaruhi ketepatan makna dan

    keselarasan bunyi. Dalam puisinya “Aku” (Chairil Anwar),

    sebelumnya tertulis seperti di bawah ini.

    Kutipan 1

    Aku

    Kalau Sampai Waktuku

  • 36

    „Ku tahu tak seorang „kan merayu

    Tidak juga kau

    …………..

    Chairil sadar bahwa kata tahu menunjukkan kelemahan dan

    menunjukkan sikap pesimis. Kemudian kata tahu diubah pada

    penerbitan berikutnya menjadi kata mau yang menunjukkan sikap

    kuat dan optimis. Seperti kutipan di bawah ini.

    Kutipan 2

    Aku

    Kalau sampai waktuku

    „Ku mau tak seorang „kan merayu

    Tidak juga kau

    ……………

    Siswanto dalam bukunya menyatakan:

    Diksi adalah pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh

    penyair dalam puisinya. Pemilihan kata dalam puisi berhubungan

    erat dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. Pemilihan

    kata juga berhubungan erat dengan latar belakang penyair.38

    Jadi fungsi diksi bagi puisi yaitu untuk memperindah dan

    memberikan fariasi pada puisi serta makna yang tersembunyi.

    3) Imaji

    Imaji adalah kata atau kelompok kata yang dapat

    mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan,

    pendengaran, penciuman, perasaan,dan peraba atau sentuh. Imaji

    dapat dibagi menjadi tiga: imaji suara (auditif), imaji penglihatan

    (visual), imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat

    mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan

    merasakan seperti yang dialami oleh penyair.39

    38

    Opcit, h.113-116. 39

    Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: PT. Grasindo. 2008), h. 118.

  • 37

    Jadi, dengan imaji pada puisi akan mebuat pembaca seakan-

    akan melihat, mendengar, mencium dan merasakan apa yang

    dirasakan oleh penulis

    .

    4) Kata Kongkret

    Kata konkret berhibungan erat dengan imaji. Kata konkreat

    adalah kata-kata yang diungkapkan dengan indera. Dengan kata

    Konkret akan memungkinkan imaji muncul.

    IKAN

    aku lihat ikan di akuaruim

    tidak pernah tidur

    lalu bagaimana ia menghitung hari dan kematian

    barangkali memang tidak perlu dihiraukan

    Karena ia selalu berzikir dengan mata dan siripnya

    Pada puisi di atas, kata konkret ditunjukan oleh kata ikan,

    akuarium, mata, dan sirip. Kata konkret berhubungan dengan kata

    kiasan atau lambang.

    Jadi, kata kongkret sangat erat dengan imaji karena kata

    kongkret dapat diungkapan dengan imaji. Kata kongkret dalam

    puisi berfungsi untuk menimbulkan imaji pada pembaca.

    5) Bahasa Figuratif (Majas)

    Majas adalah bahasa berkias yang dapat menghidupkan

    meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Sudjito

    dalam Siswanto : Bahasa figurative menyebabkan puisi menjadi

    prismatik, artinya memancarkan banak makna atau kaya akan

    makna. Waluyo dalam Siswanto : Perrine menyatakan bahasa

    riguratif dipandang lebih efektif untuk menyatakan apa yang

    dimaksud penyair karena (1) bahasa figuratif mampu

  • 38

    menghasilkan kesenangan imajinatif, (2) bahasa figuratif adalah

    cara untuk menghasilkan imaji tambahan dalam puisi sehingga

    yang abstrak jadi konkret san menjadikan puisi lebih lebih nikmat

    dibaca, (3) bahasa figuratif adalah cara menambah intensitas

    perasaan penyair untuk puisinya dan menyampaikan sikap

    penyair, (4) bahasa figuratif adalah cara untuk mengonsentrasikan

    makna yang hendak disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu

    yang banyak dan luas dengan bahasa singkat.

    Terdapat bermacam-macam bahasa kiasan/majas di dalam

    puisi. Namun ada beberapa bahsa kiasan/majas yang

    pemakaiannya lebih dominan, yaitu: perbandingan (simile),

    metafora, personifikasi, metonimi, sinekdot, hiperbola, alegori.

    a) Metafora

    Pada dasarya adalah sebuah kata atau ungkapan yang

    maknannya bersifat kiasan, dan bukan harfiah karena ia

    berfungsi menjelaskan sebuah konsep. Dengan demikian,

    demikian konsep tersebut lebih mudah dimengerti, dan

    efeknya pun menjadi lebih kuat.

    Contohnya menggunkan ungkapan : “Dewi bulan” untuk

    melukiskan seorang kasih yang cantik.

    b) Perbandingan (simile)

    Membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain namun

    yang masih memiliki kesamaan-kesamaan tertentu.

    Contohnya dengan kata-kata : senyumnya semanis gula atau

    nusantara

    c) Personifikasi

    Gaya bahasa yang cukup popular dalam puisi. Dengan gaya

    bahasa ini, benda-benda mati seolah-olah bernyawa.

    Contohnya : Aku adalah sepotong kayu / yang berlumut dan

    ditumbuhi bunga.

    d) Metonimi

  • 39

    Memiliki hubungan kedekatan dengan hal yang diwakilinya.

    Contoh : aku sedang membaca Rendra, maksudnya penutur

    tidak membaca Rendra sebagi orang, melainkan karya-karya

    tulis Rendra.

    e) Sinekdok merupakan bahasa kiasan yang mengungkapkan

    sebagian untuk menunjuk keseluruhan objek atau

    mengungkapkan keseluruhan untuk menunjuk sebagian

    objek.

    f) Hiperbola adalah sejenis majas yang mengandung

    pernyataan-pernyataan yang berlebihan jumlahnya,

    ukurannya, atau sifatnya dengan maksud memberi penekanan

    pada suatu pernyataan atau situasi untuk memperhebat,

    meningkatkan kesan dan pengaruhnya.40

    Jadi, penggunaan bahasa figuratif pada puisi sangat penting

    karena dapat memperindah, memperkaya makna dan memberi

    variasi pada puisi.

    6) Verfikasi (Rima, Ritme, dam Metrum)

    a. Rima

    Rima adalah persaaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah,

    maupun akhir baris puisi.

    b. Ritma

    Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah,

    maupun akhir baris puisi.

    c. Metrum

    Metrum merupakan tinggi-rendah, panjang-pendek, keras-

    lemahnya bunyi. Ritma lebih menonjol bila puisi itu

    dibacakan. Adahal yang menyamakan ritma dengan metrum.

    Dalam deklamasi, biasanya puisi diberi („) pada suku kata

    40

    Melani Budianta, dkk, Membaca Sastra, (Magelang: Indonesia Tera, 2006), h39-41.

  • 40

    bertekanan keras, dan (u) diatas suku kata yang bertakan

    lemah.41

    Jadi manfaat rima, ritma dan mertum dalam puisi yaitu

    untuk memberikan fariasi pada puisi terutama pada bunyi,

    sehingga dapat dibacakan dengan nada atau bunyi yang akan

    menjadikan puisi lebih menyenangkan saat dibacakan.

    7) Struktur Batin Puisi

    Waluyo berpendapat, Bahwa puisi dibangun oleh dua unsur

    pokok yakni struktur batin dan struktur fisik puisi.

    Struktur fisik puisi terdiri atas baris-baris puisi yang bersama-sama

    membangun bait-bait puisi. Selanjutnya bait-bait puisi itu

    membangun kesatuan makna di dalam keseluruhan puisi sebagai

    sebuah wacana, sedangkan struktur fisik puisi adalah medium

    pengungkap struktur batin puisi. Baris-baris puisi dibedakan dari

    baris prosa karena setiap baris puisi menunjukan adannya

    enjambemen yakni, kesenyapan yang menunjukkan bahwa setiap

    baris puisi mengungkapan kesatuan makna yang belum tentu harus

    menjadi bagian dari kesatuan makna baris berikutnya.

    Struktur batin puisi terdiri atas : tema, nada, perasaan, dan amanat.

    Keempatnya merupakan jiwa puisi yang padu.42

    Sedangkan LA. Richards dalam Siswanto: struktur batin puisi

    dengan istilah hakikat puisi. Dalam buku ini sengaja tidak

    digunakan istilah hakikat puisi (meskipun isi yang dimaksud dalam

    istilah itu sama) karena hakikat puisi tidak hanya ditentukan oleh

    isi puisi seperti yang dimaksud oleh I.A Richards, tetapi juga

    ditentukan oleh bentuk dan struktur fisik puisi, serta oleh maksud

    dan tanggapan pembaca seperti yang sudah diterangkan ditas.

    41

    Ibid, h. 42-43. 42

    Herman J.Waluyo, Teo