pengaruh penggunaan kursi ergonomis...

177
PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS TERHADAP KENYAMANAN POSISI DUDUK PADA IBU MENYUSUI BAYI USIA SAMPAI ENAM BULAN DI KELURAHAN PISANGAN KECAMATAN CIPUTAT TIMUR KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2013 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) OLEH : SRI LISDIANA NIM : 108101000045 PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013 M 1434H

Upload: vodiep

Post on 10-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS TERHADAP

KENYAMANAN POSISI DUDUK PADA IBU MENYUSUI

BAYI USIA SAMPAI ENAM BULAN DI KELURAHAN

PISANGAN KECAMATAN CIPUTAT TIMUR

KOTA TANGERANG SELATAN

TAHUN 2013

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat (SKM)

OLEH :

SRI LISDIANA

NIM : 108101000045

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2013 M

1434H

Page 2: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi
Page 3: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

iii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Skripsi, Juli 2012 – Juli 2013

Sri Lisdiana, NIM : 108101000045

Pengaruh Penggunaan Kursi Ergonomis terhadap Kenyamanan Posisi Duduk pada

Ibu Menyusui Bayi Usia sampai Enam Bulan di Kelurahan Pisangan Kecamatan

Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Tahun 2013

xxii + 135 halaman, 26 tabel, 28 gambar, 3 bagan, 6 lampiran

ABSTRAK

Kecenderungan posisi duduk ibu saat menyusui adalah tanpa sandaran, leher dan

punggung membungkuk dengan membentuk posisi yang statis dan monoton. Hal ini tidak

dibenarkan karena dapat menimbulkan sensasi ketidaknyamanan saat menyusui. Oleh

karena itu, penelitian ini bermaksud untuk meminimalisasi ketidaknyamanan dengan

penggunaan kursi ergonomis saat menyusui dengan harapan ibu dapat melakukan aktivitas

menyusui dengan posisi duduk yang benar.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan pretest-posttest

control group design dengan jumlah sampel 34 orang yang dibagi menjadi Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol, masing-masing sebanyak 17 responden. Pada

Kelompok Eksperimen diberikan perlakuan berupa penggunaan kursi ergonomis saat

menyusui sedangkan pada Kelompok Kontrol melakukan aktivitas menyusui seperti

biasanya. Skor kenyamanan diperoleh dari skor ketidaknyamanan pada lembar Body Part

Discomfort Scale. Data dianalisis dengan uji Wilcoxon Signed-Rank Test dan Mann-

Whitney Test.

Hasil uji Wilcoxon Signed-Rank Test menyatakan bahwa pada p-value 0,015 diketahui

terdapat perbedaan rata-rata secara signifikan skor ketidaknyamanan antara sebelum dan

setelah pada Kelompok Eksperimen. Sedangkan pada uji yang sama, dengan p-value 0,977

menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan skor ketidaknyamanan antara

sebelum dan setelah pada Kelompok Kontrol. Adapun uji Mann-Whitney menunjukkan

dengan p-value 0,046, berarti terdapat beda rata-rata skor ketidaknyamanan antara

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol.

Simpulan diperoleh bahwa penerapan kursi ergonomis dapat meningkatkan skor

kenyamanan posisi duduk ibu menyusui. Sehingga, diharapkan para ibu dapat menerapkan

posisi duduk yang baik dan benar selama menyusui dengan menggunakan kursi ergonomis.

Kata Kunci: Kursi Ergonomis, Kenyamanan Posisi Duduk, Ibu Menyusui

Daftar bacaan : 49 (tahun 1989-2011)

Page 4: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

iv

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

DEPARTEMENT OF PUBLIC HEALTH

MAJOR OF OCCUPATIONAL SAFETY DAN HEALTH

Undergraduate Thesis, July 2012 – July 2013

Sri Lisdiana, NIM : 108101000045

Influence the Use of Ergonomic Chair toward Comfort Seating Position to

Breastfeeding Mothers of Infants Aged up to Six Months in Kelurahan Pisangan,

Kecamatan Ciputat Timur, Tangerang Selatan 2013

xxii + 135 pages, 26 tables, 28 pictures, 3 charts, 6 appendicies

ABSTRACT

Tendency sitting position when breastfeeding mothers are without backrest, neck and

back bent by forming a static position and monotonously. It is not justified because it can

cause a sensation of discomfort while breastfeeding. Therefore, this study intends to

minimize the discomfort to the use of ergonomic chairs while breastfeeding and the hope of

breastfeeding mothers can do activities with proper seating.

This study used an experimental method with a pretest-posttest control group design

with 34 samples, divided into experiment group and control group, respectively by 17

respondents. In the experiment group was given treatment by means of using ergonomic

chair while breastfeeding, while in the control group with breastfeeding activities as usual.

The comfort score was obtained from the discomfort score sheet of Body Part Discomfort

Scale. Data were analyzed with the Wilcoxon Signed-Rank Test and Mann-Whitney Test.

The result of Wilcoxon Signed-Rank Test suggest that the p-value 0.015, it is evident

that the average difference between the discomfort scores were significantly before and

after in the experiment group. While at the same test, with p-value 0.977 showed no

significant difference between the discomfort scores before and after in the control group.

The Mann-Whitney test shows the p-value 0.046, means that there is an average difference

of discomfort scores between the Experiment Group and Control Group.

The conclusion is obtained that the application of ergonomic chair can improve comfort

score to breastfeeding mothers seating position. Thus, mothers are expected to apply of

posture during breastfeeding properly and correctively by using an ergonomic chair.

Keyword: Comfort seating position, Ergonomic chair, Breastfeeding mothers

References : 49 (1989-2011)

Page 5: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

v

Page 6: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

vi

Page 7: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Sri Lisdiana

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Brebes/

Agama : Islam

Alamat Rumah : Jln. Lombok Gg. Kakak Tua RT. 01/02 Desa Kemurang

Kulon Kecamatan Tanjung 52254, Kabupaten Brebes

Jawa Tengah

No. HP : +628-567-050-382

e-mail : [email protected]

Pendidikan

1996 – 2002 : SD Negeri 01 Kemurang Kulon

2002 – 2005 : SMP Negeri 01 Tanjung

2005 – 2008 : SMA Negeri 01 Brebes

2008 – sekarang : S1 – Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Pengalaman Organisasi

2002 – 2003 & 2004 – 2005 : OSIS SMP Negeri 01 Tanjung

2002 – 2004 : Pramuka SMP Negeri 01 Tanjung

2005 – 2008 : ROHIS SMA Negeri 1 Brebes

2009 : Div. Konsumsi FKIK Gathering

2010 : IRMAFA (Ikatan Remaja Masjid Fathullah)

2010 – sekarang : FLP Ciputat

Page 8: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Alhamdulillahi rabbil’alamiin, puji syukur kehadirat Allah swt atas limpahan rahmat

dan karunia-Nya dalam wujud Iman, Islam, dan Ihsan sehingga skripsi ini akhirnya dapat

diselesaikan. Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad

saw, karena beliau telah membawa umat manusia dari zaman jahiliyah yang buta akan ilmu

menuju zaman cahaya yang bersinar dengan ilmu seperti sekarang ini.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin

memberikan ungkapan terima kasih kepada:

1. Allah swt yang telah memberikan nikmat hidup tiada kira dan kekasih-Nya, Baginda

Rasulullah Muhammad saw yang senantiasa menginspirasi.

2. Yang tercinta, orang tua beserta keluarga atas dukungannya baik materi maupun non-

materi yang tak dapat dikalkulasi secara matematis. Terima kasih kakak2ku untuk

support yang luar biasa dan doa2 yang senantiasa terpanjatkan tiada hentinya.

3. Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK), Prof. Dr. (hc) dr. M.K.

Tadjudin, Sp. And.

4. Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat, Ir. Febrianti, M.Si.

5. Yang terkasih, Ibu Minsarnawati Tahangnacca, SKM, M.Kes. selaku Pembimbing I,

untuk saran serta nasihat yang membangun, dan Ibu Yuli Amran, SKM, MKM selaku

Pembimbing II dan sekaligus sebagai peneliti utama terkait aplikasi ergonomi pada ibu

Page 9: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

ix

menyusui, yang dengan penuh keikhlasan dalam memberikan bimbingan dan motivasi.

Terima kasih Bu Yuli untuk ide penelitiannya yang brilian dan menginspirasi, semoga

bermanfaat dan barokallah.

6. Tim penguji skripsi: Ibu Raihana Nadra Alkaff, MMA; Bapak Ir. Rulyenzi Rasyid,

MKKK; Ibu Narila Mutia Nasir, Ph.D yang telah memberikan saran dan masukan

berarti dalam penelitian ini.

7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi ilmu

dan pengalaman serta saran yang membangun dalam penelitian ini.

8. Ibu Eni, salah satu dosen Prodi Keperawatan FKIK dengan keramahannya dalam

berdiskusi terkait Kenyamanan.

9. Pak Ghazali, staf Kesmas terrrrrrrbaik deh Pak. Terimaksih Pak, ‘tuk kemudahan2nya.

10. Ibu-ibu kader posyandu di Kelurahan Pisangan yang telah membantu memberikan

informasi terkait ibu menyusui khususnya ibu menyusui bayi usia ≤6 bulan.

11. Para responden penelitian ini, ibu-ibu menyusui bayi yang usianya ≤6 bulan atas

keramahan dan keterbukaannya dalam memberikan informasi terkait penelitian ini.

12. Seluruh dosen dan staf Program Studi Kesehatan Masyarakat atas bantuan dan

kemudahan yang telah diberikan tanpa pamrih.

13. Chingudeul Tim Penelitian Ergonomi: Nadya, Iqbal, Titi, Mba Lia, n Dhevy buat

kebersamaannya dalam pengerjaan penelitian ini. Gamsahamnida…..

14. Chingudeul Stoopelth 2008 yang kompak dan saling menyemangati. Sukses selalu.

15. Irmaaaaaa aka Irmayanti Hayat, gomaweoyo buat tengah malam di angka 30072013.

Page 10: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

x

16. Kosanku dulu 5A aw aw dengan doa2+spirit: Eka eonni multihelper-nya, T’echa-ssi

buat kepolosan n kecerdasannya, Dhepy-ssi buat masukan2nya, Tiwi-ssi my roommate

buat rasa berbagi dan kebersamaan dalam menghabiskan semangat dan malas, n Nyai

Any-ssi ‘tuk ke-gajebo-an yang menceriakan sehari-hari. Yeoribbeun, gomaweoyo…

17. Kosan Mba2 yuuu yang menenangkan dengan personil: Kak Ayuuu, Memyuuuu, n

Dasyuuu (Li2z gag mo ikut marga yuu lho…!!!hhaha). Jinjja jinjja jinjja gomaweo…

18. Compass One Heart, dalam satu hati mengurai tulusnya doa untuk setiap anggotanya.

Sukses dan senantiasa sehat selalu kawan.

19. Semua pihak yang tidak dapat penulis utarakan satu persatu dalam lembaran putih ini.

20. Spesial untuk yang tak diundang tapi hampir selalu ada menemani: sunyi, sepi, malas,

dan sakit. Dan, dari Love Rain hingga I Hear your Voice, geunyang areumdaun.

Banyak hikmah dari keberadaan kalian…!!!

Besar harapan penulis akan kemanfaatan skripsi ini untuk semua pembaca, khususnya

civitas akademika yang concern akan aplikasi ilmu K3. Kesempurnaan adalah mutlak

milik-Nya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritiknya yang membangun

demi perbaikan dalam penulisan selanjutnya.

Akhirul kalam,

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Jakarta, Juli 2013

Sri Lisdiana

Page 11: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

xi

KEYNOTE

Benar, setidaknya bagiku.

Bahwa hidup akan terus berputar meski kau menderita di tengah bahagianya yang lain. Hidup tak menuntunmu pada bahagia.

Bahwa hidup akan terus berputar meski kau merasakan sepi dan sunyi di tengah ramainya dunia yang lain. Hidup tak selalu menjadi temanmu.

Bahwa sejatinya hidup itu tak memihak siapapun. Ia punya cara sendiri ‘tuk menunjukkan keniscayaannya hingga Sang Penguasa menutupnya.

Karena itu, belajarlah percaya akan diri sendiri. Dan ingatlah, hanya ada satu manusia yang kepadanya kamu bisa bergantung dan setia menemanimu. Manusia itu adalah dirimu sendiri.

Jakarta, 02032013 @12:26 pm

#LD_joker

Page 12: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i

SURAT PERNYATAAN ................................................................................................... ii

ABSTRAK .......................................................................................................................... iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... v

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ............................................................................... vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ vii

LEMBAR KEYNOTE ......................................................................................................... xi

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL .............................................................................................................. xvii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... xix

DAFTAR BAGAN ............................................................................................................. xxi

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................................... xxii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 6

C. Pertanyaan Penelitian .......................................................................................... 7

D. Tujuan .................................................................................................................. 8

1. Tujuan Umum ................................................................................................ 8

2. Tujuan Khusus ............................................................................................... 8

Page 13: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

xiii

E. Manfaat ................................................................................................................ 10

1. Bagi Ibu Menyusui ......................................................................................... 10

2. Bagi Mahasiswa ............................................................................................. 10

3. Bagi Keilmuan K3 ......................................................................................... 10

D. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 12

A. Konsep Ergonomi ................................................................................................ 12

1. Definisi Ergonomi ......................................................................................... 12

2. Tujuan Ergonomi ........................................................................................... 13

3. Program Ergonomi ........................................................................................ 14

B. Konsep Menyusui ................................................................................................ 17

1. Proses Laktasi dan Menyusui ........................................................................ 17

2. Frekuensi dan Lama Menyusui ...................................................................... 18

3. Posisi dan Perlekatan Menyusui .................................................................... 18

4. Langkah-langkah Menyusui yang Benar ....................................................... 20

5. Manfaat Menyusui ......................................................................................... 25

C. Kenyamanan dan Ketidaknyamanan Posisi Duduk ............................................. 26

1. Definisi Kenyamanan (Comfort) ................................................................... 26

2. Definisi Ketidaknyamanan (Discomfort) ....................................................... 29

3. Perubahan Nyaman (Comfort) menjadi (Discomfort) ................................... 30

4. Pengukuran Kenyamanan Posisi Duduk ........................................................ 31

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kenyamanan Posisi Duduk saat

Menggunakan Kursi Ergonomis .......................................................................... 56

Page 14: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

xiv

1. Karakteristik Tempat Duduk ......................................................................... 56

2. Karakteristik Individu .................................................................................... 58

3. Karakteristik Pekerjaan .................................................................................. 59

4. Persepsi Tempat Duduk ................................................................................. 60

E. Konsep Kursi Ergonomis ..................................................................................... 62

F. Kerangka Teori .................................................................................................... 65

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

PENELITIAN ..................................................................................................................... 66

A. Kerangka Konsep ................................................................................................ 66

B. Definisi Operasional ............................................................................................ 70

BAB IV METODE PENELITIAN ..................................................................................... 73

A. Disain Penelitian .................................................................................................. 73

B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................................. 74

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel .......................................... 75

D. Pengumpulan Data ............................................................................................... 78

E. Instrumen Penelitian ............................................................................................ 79

F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ................................................................... 80

G. Validitas Data ...................................................................................................... 86

H. Etika Penelitian .................................................................................................... 87

BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................................... 88

A. Gambaran Profil dingkat Kelurahan Pisangan .................................................... 88

B. Hasil Penelitian Utama ........................................................................................ 89

Page 15: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

xv

1. Gambaran Skor Pre-Post Ketidaknyamanan Posisi Duduk saat Menyusui

pada Kelompok Eksperimen .......................................................................... 90

2. Gambaran Skor Pre-Post Ketidaknyamanan Posisi Duduk saat Menyusui

pada Kelompok Kontrol ................................................................................ 90

3. Perubahan Skor Ketidaknyamanan Posisi Duduk Menyusui Pada

Kelompok Eksperimen .................................................................................. 91

4. Perubahan Skor Ketidaknyamanan Posisi Duduk Menyusui Pada

Kelompok Kontrol ......................................................................................... 91

5. Perubahan Skor Ketidaknyamanan (Skor Delta (Δ)) Posisi Duduk

Menyusui Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol .................. 92

6. Gambaran Faktor-faktor selain Kursi Ergonomis yang Mempengaruhi

Kenyamanan Posisi Duduk saat Menyusui ................................................... 92

7. Hubungan Faktor-faktor selain Kursi Ergonomis terhadap Kenyamanan

Posisi Duduk saat Menyusui .......................................................................... 97

C. Hasil Penelitian Pendukung ................................................................................. 100

1. Gambaran Evaluasi Kursi Ergonomis ........................................................... 100

2. Gambaran Penggunaan Tempat Duduk pada Posisi Duduk .......................... 102

3. Gambaran Penggunaan Peralatan Bantu saat Menyusui ............................... 103

4. Gambaran Kenyamanan Posisi Duduk Studi Kualitatif ................................ 103

BAB VI PEMBAHASAN .................................................................................................. 108

A. Keterbatasan Penelitian ....................................................................................... 108

B. Gambaran Kenyamanan sebelum (pre) Menggunakan Kursi Ergonomis ........... 109

C. Perubahan Kenyamanan setelah (post) Menggunakan Kursi Ergonomis ........... 112

D. Faktor yang Diduga Confounder ......................................................................... 117

1. Usia Ibu .......................................................................................................... 117

2. IMT Ibu .......................................................................................................... 118

Page 16: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

xvi

3. Frekuensi Menyusui dan Durasi Menyusui ................................................... 119

4. Berat Badan Bayi ........................................................................................... 119

5. Tingkat Kebisingan ........................................................................................ 120

6. Suhu Lingkungan ........................................................................................... 121

7. Tingkat Pencahayaan ..................................................................................... 122

E. Gambaran Evaluasi Kursi Ergonomis ................................................................. 123

1. Masa Penggunaan Kursi Ergonomis .............................................................. 123

2. Kekurangan dan Kelebihan Kursi Ergonomis ............................................... 124

BAB VII PENUTUP .......................................................................................................... 128

A. Simpulan ............................................................................................................ 128

B. Saran ................................................................................................................... 130

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 131

Page 17: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sumber Beberapa Ketidaknyamanan (Helander & Zhang, 2007 dalam

Karwowski dan Marras, 2003) ......................................................................... 29

Tabel 2.2 Skor Penilaian Lengan Atas (Upper Arm) .......................................................... 46

Tabel 2.3 Skor Penilaian Lengan Bawah (Lower Arm) ...................................................... 47

Tabel 2.4 Skor Penilaian Pergelangan Tangan (Wrist) ....................................................... 48

Tabel 2.5 Skor Postur A ..................................................................................................... 49

Tabel 2.6 Skor Aktifitas ...................................................................................................... 49

Tabel 2.7 Skor Beban ......................................................................................................... 50

Tabel 2.8 Skor Bagian Leher (Neck) .................................................................................. 51

Tabel 2.9 Skor Bagian Batang Tubuh (Trunk) ................................................................... 51

Tabel 2.10 Skor Bagian Kaki (Legs) .................................................................................. 52

Tabel 2.11 Skor Postur B (Tabel B) ................................................................................... 52

Tabel 2.12 Skor Aktifitas .................................................................................................... 53

Tabel 2.13 Skor beban ........................................................................................................ 53

Tabel 2.14 Tabel C ............................................................................................................. 53

Tabel 2.15 Kategori Tingkat Risiko dan Tindakan yang Perlu Dilakukan dari Hasil

Analisis RULA ................................................................................................... 54

Tabel 2.16 Metode Pengukuran Ketidaknyamanan ............................................................ 55

Tabel 3.1 Definisi Operasional ........................................................................................... 70

Tabel 5.1 Daftar Nama Posyandu di Kelurahan Pisangan .................................................. 89

Tabel 5.2 Gambaran Skor Ketidaknyamanan Ibu sebelum dan setelah Menggunakan

Kursi Ergonomis ................................................................................................ 89

Page 18: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

xviii

Tabel 5.3 Perubahan Skor Ketidaknyamanan Posisi Duduk Ibu Menyusui pada

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ................................................. 92

Tabel 5.4 Gambaran dan Hubungan Faktor-faktor yang Diduga Confounder terhadap

Kenyamanan Posisi Duduk Ibu Menyusui ......................................................... 93

Tabel 5.5 Gambaran dan Hubungan Status IMT terhadap Kenyamanan Posisi Duduk

Ibu Menyusui ..................................................................................................... 94

Tabel 5.6 Gambaran Frekuensi dan Durasi Penggunaan Kursi Ergonomis ....................... 99

Tabel 5.7 Kekurangan dan Kelebihan Kursi Ergonomis .................................................... 101

Tabel 5.8 Distribusi Penggunaan Tempat Duduk pada Ibu Menyusui ............................... 102

Tabel 5.9 Distribusi Penggunaan Peralatan Bantu pada Ibu Menyusui Bayi ..................... 103

Page 19: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Macam-macam Posisi Menyusui ................................................................... 19

Gambar 2.2 Posisi Menyusui Balita pada Posisi Normal ................................................... 19

Gambar 2.3 Posisi Menyusui Bayi Baru Lahir yang Benar di Ruang Perawatan .............. 19

Gambar 2.4 Posisi Menyusui Bayi bila ASI Penuh ............................................................ 19

Gambar 2.5 Posisi Menyusui Bayi Kembar secara Bersamaan .......................................... 19

Gambar 2.6 Cara Meletakkan Bayi .................................................................................... 21

Gambar 2.7 Cara Memegang Payudara .............................................................................. 21

Gambar 2.8 Cara Merangsang Mulut Bayi .......................................................................... 21

Gambar 2.9 Teknik Menyusui yang Benar ......................................................................... 21

Gambar 2.10 Perlekatan Benar ........................................................................................... 22

Gambar 2.11 Perlekatan Salah ............................................................................................ 22

Gambar 2.12 Transisi comfort menjadi discomfort ............................................................ 31

Gambar 2.13 Single Noun Scale ......................................................................................... 34

Gambar 2.14 Multiple Noun Scale ..................................................................................... 34

Gambar 2.15 Visual Analog Scale ...................................................................................... 35

Gambar 2.16 Numeric Rating Scale ................................................................................... 36

Gambar 2.17 Graphic Rating Scale .................................................................................... 37

Gambar 2.18 Body Map for Reporting Discomfort Location ............................................. 38

Gambar 2.19 General Comfort Scale ................................................................................. 39

Gambar 2.20 General Body Visual Analogue Discomfort Scale ........................................ 40

Page 20: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

xx

Gambar 2.21 Body Part Discomfort for High and Low Carry Tasks ................................. 40

Gambar 2.22 Postur Lengan Atas (Upper Arm) ................................................................. 46

Gambar 2.23 Postur Lengan Bawah (Lower Arm) ............................................................. 47

Gambar 2.24 Postur Pergelangan Tangan (Wrist) .............................................................. 48

Gambar 2.25 Postur Leher (Neck) ...................................................................................... 50

Gambar 2.26 Postur Batang Tubuh (Trunk) ....................................................................... 51

Gambar 5.1 Posisi Duduk Menyusui Kelompok Eksperimen ............................................ 96

Gambar 5.2 Posisi Duduk Menyusui Kelompok Kontrol ................................................... 96

Page 21: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

xxi

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Prosedur Analisis Postur dengan Metode RULA .............................................. 54

Bagan 2.2 Kerangka Teori .................................................................................................. 65

Bagan 3.1 Kerangka Konsep .............................................................................................. 69

Page 22: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

xxii

DAFTAR LAMPIRAN

Lapmiran I : Form Pernyataan Persetujuan Responden

Lampiran II : Instrumen Penelitian

Lampiran III : Lembar Body Part Discomfort Scale

Lampiran IV : RULA

Lampiran V : Data Kursi Ergonomis

Lampiran VI : Hasil Output Analisa Data

Page 23: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menyusui merupakan salah satu aktivitas sehari-hari secara alami yang dilakukan

para ibu dan bersifat berulang selama masa menyusui, bisa enam bulan (eksklusif)

atau lebih, biasanya hingga usia anak dua tahun. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada

bayi merupakan cara terbaik bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia sejak

dini. ASI menjadi makanan paling sempurna bagi bayi. Menurut Pusat Kesehatan

Kerja Departemen Kesehatan RI (2005), pemberian ASI berarti memberikan zat-zat

gizi bernilai tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan syaraf

dan otak, memberikan zat-zat kekebalan terhadap beberapa penyakit, dan

mewujudkan ikatan emosional antara ibu dan bayinya.

Mengingat begitu pentingnya ASI bagi bayi, maka WHO (World Health

Organization) dan UNICEF (the United Nations Children’s Fund) sejak dasa warsa

yang lalu telah menyerukan kepada ibu-ibu di seluruh dunia tentang perlunya

pemberian ASI secara eksklusif selama 4 – 6 bulan pertama setelah kelahiran (Grant,

1993 dalam Suyatno, 1997). Hal ini membuktikan bahwa perihal ASI telah mendapat

perhatian dan sorotan secara global.

Besarnya perhatian dunia terkait ASI, memicu para ahli untuk mencermati

keberhasilan para ibu dalam aktivitas menyusui. Faktor keberhasilan dalam

menyusui yaitu menyusui secara dini dengan posisi yang benar, teratur, dan eksklusif

(Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI, 2005). Afifah (2007) juga

Page 24: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

2

mengemukakan hal yang hampir senada tentang faktor keberhasilan dalam menyusui

yaitu (1) komitmen ibu untuk menyusui, (2) dilaksanakan secara dini, (3) posisi

menyusui yang benar untuk ibu dan bayi, (4) menyusui atas permintaan bayi, dan (5)

diberikan secara eksklusif. Sementara Perinasia (1994) dalam Listya (2008)

menambahkan teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada

bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Selanjutnya, Saleha

(2009) menambahkan bahwa salah satu faktor penyebab lecetnya puting ibu adalah

kesalahan dalam teknik menyusui karena bayi tidak menyusui sampai areola tertutup

oleh mulut bayi. Puting lecet ini menjadi salah satu penyebab timbulnya peradangan

pada payudara ibu. Dari faktor-faktor tersebut, terlihat bahwa posisi menyusui

memegang peranan penting dalam keberhasilan ibu menyusui.

Setiap ibu menyusui harus berada pada posisi yang tepat dan dalam kondisi

nyaman karena akan mempengaruhi proses laktasi (Roesli, 2009). Fahma, dkk

(2010) mengemukakan kesalahan memposisikan ibu dan bayi dalam proses

menyusui dapat menyebabkan pegal-pegal pada ibu di berbagai bagian tubuh yang

harus menopang bayi saat menyusui. Menurutnya, pada saat menyusui biasanya ibu

harus duduk minimal 20 menit, karena rentang waktu tersebut cukup untuk bayi.

Artinya, ibu dipaksa untuk memposisikan diri dan bayi secara tepat agar proses

menyusui dapat berjalan lancar. Ibu akan berada pada posisi tertentu selama 20-30

menit (jika rentang waktu menyusui 10-15 menit per payudara) dan berkali-kali

(sesering mungkin, sesuai permintaan bayi) setiap harinya hingga beberapa bulan,

bisa enam bulan (ASI eksklusif) atau lebih. Kondisi yang demikian akan

Page 25: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

3

menyebabkan suatu sensasi ketidaknyamanan bagi ibu. Namun, naluri keibuannya

akan menahan rasa ketidaknyamanan tersebut.

Secara umum, banyak cedera muskuloskeletal berawal dari ketidaknyamanan.

Jika dibiarkan, maka ketidaknyamanan ini akan menjadi faktor risiko untuk

memunculkan atau meningkatkan keparahan gejala, dan dari ketidaknyamanan ini

akan berkembang menjadi sakit atau Musculoskeletal Disorders/MSDs (Stanton, et.

al, 2005). Ia menambahkan bahwa sensasi ketidaknyamanan ini merupakan tanda

peringatan dari tubuh bahwa ada beberapa faktor dari pekerjaan yang harus diubah.

Dalam ilmu ergonomi, ketidaknyamanan digunakan untuk menunjukkan suatu

masalah fisik antara pekerja dengan pekerjaan (Karwowski dan Marras, 2003).

Munculnya sensasi ketidaknyamanan pada posisi saat menyusui diperkirakan

karena prinsip ergonomi belum diterapkan. Salah satu penyelesaian masalah

ketidaknyamanan dalam menyusui yaitu dengan adanya peralatan ergonomis berupa

kursi menyusui. Banyak teori pendukung pernyataan tersebut yang tercantum dalam

penelitian Kalsum (2007). Pertama, Mark, et al (1985) menyatakan tempat kerja dan

peralatan yang ergonomis memperkecil banyaknya pergerakan tubuh dan membantu

penyesuaian postural untuk mempertahankan postur tubuh dengan tetap.

Selanjutnya, Oborne (1982) dan Pulat (1992) menyatakan tujuan ergonomi untuk

memaksimalkan kenyamanan dan Johson (1993) menyatakan desain yang ergonomis

dapat membantu mengurangi tekanan biomekanis pada tangan pekerja, bahu, dan

lengan yang dapat menyebabkan gangguan. Oleh karena itu, perlu adanya penerapan

ilmu ergonomi dalam aktivitas menyusui.

Page 26: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

4

Menurut Suma’mur (1989), ergonomi adalah ilmu yang penerapannya berusaha

untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya

dengan tujuan tercapainya produktivitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya

melalui pemanfaatan faktor manusia seoptimal-optimalnya. Ia menambahkan

pengembangan penerapan ergonomi meluas sejak diselenggarakannya Lokakarya

Ergonomi di Cibogo, Bogor pada tanggal 13 – 16 Juli 1978. Pengembangan

penerapan ergonomi dapat melingkupi berbagai bidang, dari sektor formal yang

meliputi instansi dan perusahaan hingga sektor informal termasuk di dalamnya

adalah penerapan ergonomi dalam aktivitas sehari-hari seperti kegiatan menyusui,

sehingga diharapkan terjadi peningkatan kenyamanan, keamanan, dan efisiensi kerja.

Dalam penelitiannya mengenai kenyamanan setelah penggunaan peralatan

ergonomis di sebuah perusahaan pembuat sapu ijuk, Kalsum (2007) menyatakan

terjadi penurunan rata-rata skor ketidaknyamanan dari sebelum penggunaan kursi

dan meja ergonomis (34,00) hingga setelah penggunaan kursi dan meja ergonomis

(13,60). Sementara untuk penelitian penerapan ergonomi pada ibu menyusui, Fahma,

dkk (2010) mengemukakan hasil penelitiannya berupa diperolehnya rancangan kursi

ergonomis untuk ibu menyusui berdasarkan antropometri penggunanya. Adanya

penelitian tersebut diharapkan dapat diaplikasikan kenyamanan penggunaan kursi

ergonomis pada ibu menyusui khususnya di Kelurahan Pisangan dan pada umumnya

untuk para ibu menyusui di tempat lainnya, karena posisi ibu menyusui cenderung

sama di semua tempat.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 ibu menyusui kurang

dari enam bulan di Kelurahan Pisangan, ditemukan bahwa 80% ibu lebih sering

Page 27: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

5

menggunakan posisi duduk saat menyusui, yaitu duduk di atas kursi sofa (25%) dan

duduk tanpa menggunakan kursi seperti duduk di atas lantai dengan dan/atau tanpa

alas duduk (75%). Dari hasil observasi ditemukan bahwa ibu yang duduk

menggunakan kursi saat menyusui tidak menggunakan sandaran punggung dan

sandaran tangan yang ada. Selain itu, ditemukan pula bahwa postur tubuh ibu saat

menyusui dengan duduk tersebut tidak berada pada postur duduk yang baik.

Berdasarkan hasil analisis postur dengan menggunakan metode Rapid Upper Limb

Assesment (RULA) diperoleh bahwa 75% postur duduk ibu saat menyusui berada

pada level risiko tinggi dan 25% berada pada level risiko sedang.

Adapun hasil kuesioner Body Part Discomfort Scale yang telah diisi oleh ibu

setelah menyusui, dari 80% ibu yang menyusui dengan duduk, 75% ibu (6 ibu: 1 ibu

yang duduk di sofa dan 5 ibu yang duduk tanpa menggunakan kursi) mengalami

ketidaknyamanan pada beberapa bagian tubuh. Beberapa bagian tubuh tersebut yaitu

leher (23%), punggung bagian atas (23%), punggung bagian bawah (17%), lengan

bawah (12%), pergelangan tangan (10%), bahu (10%), dan pinggul (5%). Hal ini

menunjukkan bahwa aktivitas menyusui berisiko terutama dari aspek ergonomi.

Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) yang diterapkan pada aktivitas menyusui terutama kaitannya dengan

aspek ergonomi. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa aktivitas menyusui

dilakukan secara berulang-ulang dan berkali-kali setiap harinya hingga masa

menyusui berhenti, artinya aktivitas menyusui dapat diasumsikan sebagai proses

bekerja.

Page 28: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

6

Dari studi literatur yang telah dilakukan, belum ditemukan adanya penelitian

terdahulu mengenai pengaruh penggunaan kursi ergonomis terhadap kenyamanan

posisi duduk pada ibu menyusui. Namun sebelumnya, penelitian lain hanya

membahas mengenai perancangan kursi untuk ibu menyusui berdasarkan pendekatan

antropometri di ruang laktasi rumah sakit dan hasilnya diperoleh rancangan kursi

yang ergonomis untuk ibu menyusui. Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan

penelitian mengenai pengaruh penggunaan kursi ergonomis terhadap kenyamanan

posisi duduk pada ibu menyusui di Kelurahan Pisangan tahun 2013.

B. Rumusan Masalah

Aktivitas menyusui dilakukan dengan intensitas lebih sering (umumnya selama

10 – 15 menit per payudara berkali-kali setiap harinya) dan cenderung berulang

sampai masa menyusui berakhir. Selama menyusui, ibu harus memposisikan diri dan

bayinya secara tepat agar tercipta kenyamanan, sehingga ibu dipaksa berada pada

posisi tertentu yang akhirnya memicu sensasi ketidaknyamanan yang cenderung

dibiarkan karena naluri keibuannya. Jika ketidaknyamanan ini terus dipertahankan,

sangat dikhawatirkan dapat menimbulkan risiko ergonomi seperti gangguan hingga

cedera musculoskeletal pada ibu. Selain itu, kesalahan teknik menyusui dapat

menyebabkan puting lecet pada ibu yang menjadi salah satu penyebab timbulnya

radang payudara. Pada akhirnya, hal ini dapat mengganggu bahkan menghambat

proses kelancaran dalam pemberian ASI. Oleh karena itu, para ibu menyusui

hendaknya mengetahui teknik posisi dan postur tubuh yang ergonomis dimana salah

satunya dengan menggunakan kursi ergonomis.

Page 29: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

7

Dari hasil studi pendahuluan, 80% ibu lebih sering menggunakan posisi duduk

saat menyusui. Setelah dianalisis dengan metode RULA, diperoleh 75% postur

duduk ibu saat menyusui berada pada level risiko tinggi dan 25% berada pada level

risiko sedang. Selanjutnya, ketika dinilai kenyamanan pada posisi duduknya ada

75% ibu mengalami ketidaknyamanan pada beberapa bagian tubuh. Sedangkan dari

hasil observasi, ditemukan bahwa ibu yang duduk dengan menggunakan kursi saat

menyusui, tidak menggunakan sandaran punggung dan sandaran tangan yang ada,

artinya ada ketidaksesuaian kursi dengan ibu menyusui. Hal ini mengindikasikan

bahwa prinsip ergonomi secara umum belum diterapkan dalam aktivitas menyusui.

C. Pertanyaan Penelitian

a. Bagaimana gambaran skor pre-post ketidaknyamanan posisi duduk saat

menyusui pada Kelompok Eksperimen?

b. Bagaimana gambaran skor pre-post ketidaknyamanan posisi duduk saat

menyusui pada Kelompok Kontrol?

c. Bagaimana perubahan skor ketidaknyamanan posisi duduk menyusui pada

Kelompok Eksperimen?

d. Bagaimana perubahan skor ketidaknyamanan posisi duduk menyusui pada

Kelompok Kontrol?

e. Bagaimana perubahan skor ketidaknyamanan posisi duduk menyusui pada

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol?

f. Bagaimana gambaran karakteristik individu (usia dan Indeks Massa

Tubuh/IMT), karakteristik aktivitas menyusui (frekuensi menyusui, durasi/lama

Page 30: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

8

menyusui, berat badan bayi, dan postur menyusui), dan faktor lingkungan

(kebisingan, suhu, dan pencahayaan) pada ibu menyusui bayi usia sampai enam

bulan?

g. Apakah ada hubungan antara karakteristik individu (usia dan Indeks Massa

Tubuh/IMT) dengan kenyamanan posisi duduk pada ibu menyusui bayi usia

sampai enam bulan?

h. Apakah ada hubungan antara karakteristik aktivitas menyusui (frekuensi

menyusui, durasi/lama menyusui, berat badan bayi) pada ibu menyusui bayi usia

sampai enam bulan dengan kenyamanan posisi duduk saat menyusui?

i. Apakah ada hubungan antara faktor lingkungan (kebisingan, suhu, dan

pencahayaan) dengan kenyamanan posisi duduk pada ibu menyusui bayi usia

sampai enam bulan?

j. Bagaimanakah peran dari faktor confounder terhadap hubungan antara

penggunaan kursi ergonomis dengan kenyamanan posisi duduk saat menyusui?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh penggunaan kursi ergonomis terhadap

kenyamanan posisi duduk pada ibu menyusui bayi usia sampai enam bulan di

Kelurahan Pisangan tahun 2013.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran skor pre-post ketidaknyamanan posisi duduk saat

menyusui pada Kelompok Eksperimen.

Page 31: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

9

b. Diketahuinya gambaran skor pre-post ketidaknyamanan posisi duduk saat

menyusui pada Kelompok Kontrol

c. Diketahuinya perubahan skor ketidaknyamanan posisi duduk menyusui pada

Kelompok Eksperimen.

d. Diketahuinya perubahan skor ketidaknyamanan posisi duduk menyusui pada

Kelompok Kontrol.

e. Diketahuinya perubahan skor ketidaknyamanan posisi duduk menyusui pada

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol.

f. Diketahuinya gambaran karakteristik individu (usia dan Indeks Massa

Tubuh/IMT), karakteristik aktivitas menyusui (lama menyusui, berat badan

bayi, dan postur menyusui), dan faktor lingkungan (kebisingan, suhu, dan

pencahayaan) pada ibu menyusui bayi usia sampai enam bulan.

g. Diketahuinya hubungan antara karakteristik individu (usia dan Indeks Massa

Tubuh/IMT) dari ibu yang menyusui bayi usia sampai enam bulan dengan

kenyamanan posisi duduk saat menyusui.

h. Diketahuinya hubungan antara karakteristik aktivitas menyusui (frekuensi

menyusui, durasi/lama menyusui, berat badan bayi) pada ibu menyusui bayi

usia sampai enam bulan dengan kenyamanan posisi duduk saat menyusui.

i. Diketahuinya hubungan antara faktor lingkungan (kebisingan, suhu, dan

pencahayaan) dengan kenyamanan posisi duduk pada ibu menyusui bayi usia

sampai enam bulan.

Page 32: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

10

j. Diketahuinya peran dari faktor confounder terhadap hubungan antara

penggunaan kursi ergonomis dengan kenyamanan posisi duduk saat

menyusui.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ibu Menyusui

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu ibu menyusui untuk

menerapkan posisi duduk yang benar dan ergonomis demi terciptanya

kenyamanan saat menyusui, sehingga risiko kesehatan seperti kelelahan otot

dan MSDs dapat dikurangi bahkan dihindari.

b. Dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi ibu menyusui dari sisi

ilmu ergonomi.

2. Bagi Peneliti

a. Dapat menerapkan ilmu K3 yang diperoleh selama perkuliahan, khususnya

terkait penerapan ergonomi dalam lingkungan masyarakat.

b. Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti saat menyelesaikan

salah satu permasalahan ergonomi pada posisi duduk ibu menyusui.

3. Bagi Keilmuan K3

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya informasi tentang lingkup

penerapan ilmu ergonomi di masyarakat umum (ibu menyusui).

b. Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi peneliti lain, khususnya yang

berkaitan dengan kursi ergonomis untuk ibu menyusui.

Page 33: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

11

c. Diharapkan dapat menjadi referensi tambahan bagi instansi yang menerapkan

ilmu K3, khususnya terkait kenyamanan ibu menyusui di tempat kerja.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengangkat permasalahan tentang pengaruh penggunaan kursi

ergonomis terhadap kenyamanan posisi duduk yang dilakukan pada ibu menyusui

bayi yang usianya sampai enam bulan di Kelurahan Pisangan tahun 2013. Waktu

penelitian dilakukan antara Juli 2012 – Juli 2013. Penelitian ini merupakan

penelitian kuantitatif dengan disain eksperimen yang didukung oleh studi kualitatif

tentang kenyamanan posisi duduk saat menyusui.

Page 34: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Ergonomi

1. Definisi Ergonomi

Dalam ergonomi dikandung makna penyerasian lingkungan terhadap orang

atau sebaliknya. Istilah ergonomi (ergonomics) berasal dari ergo (Yunani lama,

yang berarti kerja), dalam hal ini pengertian yang dipakai cukup luas termasuk

faktor lingkungan kerja dan metode kerja (Effendi, 2002).

Ada beberapa definisi menyatakan bahwa ergonomi ditujukan untuk “fitting

the job to the worker”, sementara itu International Labour Organization (ILO)

antara lain menyatakan, sebagai ilmu terapan biologi manusia dan hubungannya

dengan ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar mendapatkan

kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan produktivitasnya” (Pusat

Kesehatan Kerja Depkes RI, 2004).

Ergonomi adalah ilmu yang penerapannya berusaha untuk menyerasikan

pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan

tercapainya produktivitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui

pemanfaatan faktor manusia seoptimal-optimalnya (Suma’mur, 1989). Ia

menambahkan, ergonomi adalah komponen kegiatan dalam ruang lingkup

Hiperkes yang antara lain meliputi penyerasian pekerjaan terhadap tenaga kerja

secara timbal-balik untuk efisiensi dan kenyamanan kerja.

Page 35: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

13

Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya

dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat

bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah

penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk

menurunkan stress yang akan dihadapi.

2. Tujuan Ergonomi

Rijanto (2011) mengemukakan tujuan dari adanya program ergonomi adalah

untuk merancang suatu sistem di mana letak lokasi kerja, metoda kerja, peralatan

dan mesin-mesin, dan lingkungan kerja (seperti bunyi dan pencahayaan) sesuai

dengan keterbatasan fisik dan sifat-sifat pekerja. Ia menambahkan, semakin

sesuai akan semakin tinggi tingkat keamanan dan efisiensi kerjanya.

Sementara Sanders dan Mc Cormick (1992) dalam Sarimurni dan Murtopo

(2004), mengemukakan bahwa ergonomi memiliki dua tujuan utama, yaitu:

meningkatkan efektifitas dan efisiensi dengan mana pekerjaan dan aktivitas lain

dilakukan, seperti misalnya meningkatkan kemudahan penggunaan peralatan,

mengurangi kesalahan dan meningkatkan produktivitas, meningkatkan nilai-nilai

kemanusiaan yang diinginkan, termasuk didalamnya memperbaiki keselamatan

kerja, mengurangi kelelahan dan stres, meningkatkan kenyamanan,

meningkatkan penerimaan pengguna, meningkatkan kepuasan kerja, dan

memperbaiki kualitas kehidupan.

Sundari (2010) mengemukakan ergonomi sebagai disiplin ilmu yang bersifat

multidisipliner dimana terintegrasi elemen-elemen fisiologi, psikologi, anatomi,

Page 36: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

14

higiene, teknologi dan ilmu-ilmu lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan, di

dalam perkembangan dan prakteknya bertujuan untuk:

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental, khususnya dalam rangka

mencegah munculnya cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban

mental dan fisik serta mempromosikan kepuasan kerja.

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial dengan memperbaiki kualitas kontak

sosial dan bagaimana mengorganisasikan kerja sebaik-baiknya.

3. Meningkatkan efisiensi sistem manusia/mesin melalui kontribusi rasional

antara aspek teknis, ekonomi, antropologi dan budaya.

3. Program Ergonomi

Program ergonomi telah menjadi kegiatan nyata sejak akhir Pelita II, Repelita

III dan seterusnya, sedangkan pengembangan penerapan ergonomi sendiri mulai

meluas sejak diselenggarakannya Lokakarya Ergonomi di Cibogo, Bogor pada

tanggal 13-16 Juli 1978 (Suma’mur, 1989).

Untuk memperoleh manfaat dalam upaya pembangunan tersebut di atas,

diperlukan suatu program yang dapat menggerakkan, baik masyarakat industri

maupun masyarakat tradisional, sehingga ergonomi dapat diterapkan lebih luas.

Dalam hal ini, Suma’mur juga menyatakan bahwa program ergonomi tersebut

meliputi kegiatan-kegiatan berikut:

a. Kegiatan penyuluhan yang ditujukan kepada kelompok-kelompok yang

penerapan ergonominya adalah khusus. Penyuluhan pada kelompok-

kelompok ini dilakukan dengan kursus-kursus jangka pendek yang

keberhasilannya diukur dari sejauh mana teknik-teknik ergonomi diterapkan.

Page 37: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

15

Untuk penyuluhan ini perlu dikembangkan brosur-brosur, poster-poster,

slaid, dan alat-alat audiovisual lainnya.

b. Evaluasi dan koreksi keadaan ergonomi di tempat-tempat kerja melalui

kunjungan-kunjungan perusahaan oleh Tim-tim Teknis. Tim ini melakukan

penilaian, menganalisis keadaan ergonomi dan mencarikan alternatif-

alternatif penerapan yang disesuaikan dengan kebutuhan. Evaluasi dan

analisis dilakukan melalui pengujian-pengujian secara ergonomik. Tim-tim

yang bersangkutan harus lebih dahulu dipersiapkan melalui pelatihan,

diberikan kelengkapan formulir-formulir dan perengakapan pengujian. Perlu

didahulukan perusahaan-perusahaan yang kurang mampu dan keadaannya

rawan. Untuk kegiatan ini, diperlukan pula buku pedoman pelaksanaan.

c. Standarisasi dalam ergonomi atas dasar data-data yang diperoleh khususnya

dari evaluasi dan perbaikan. Untuk keperluan ini perlu kegiatan pengumpulan

dan analisis data yang ada secara statistik. Standar-standar selanjutnya dapat

dituangkan sebagai kelengkapan standar kesehatan kerja dalam rangka

mendukung produktivitas.

Kegiatan-kegiatan tersebut ditingkatkan dari tahun ke tahun secara bertahap

dalam program jangka pendek dan jangka menengah. Dengan terciptanya

program ini, bagian terpenting program jangka pendek telah terselesaikan.

Setelah program jangka menengah dilalui, pembudayaan ergonomi lebih lanjut

dapat diselenggarakan antara lain melalui pendidikan masyarakat dan pendidikan

formal. Pusat Kesehatan Kerja Depkes RI (2004) menyatakan bahwa upaya yang

dilakukan dalam bidang ergonomi antara lain berupa menyesuaikan ukuran

Page 38: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

16

tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu,

cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia.

Menurut Effendi (2002), permasalahan yang berkaitan dengan faktor

ergonomi umumnya disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian antara pekerja dan

lingkungan kerja secara menyeluruh termasuk peralatan kerja.

Penerapan ergonomi dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu:

a. Pendekatif kuratif

Pendekatan ini dilakukan pada suatu proses yang sudah atau sedang

berlangsung. Kegiatannya berupa intervensi/perbaikan/modifikasi dari proses

yang sedang/sudah berjalan. Sasaran kegiatan ini adalah kondisi kerja dan

lingkungan kerja dan dalam pelaksanaannya harus melibatkan pekerja yang

terkait dengan proses kerja yang sedang berlangsung.

b. Pendekatan konseptual

Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan sistem dan hal ini akan sangat

efektif dan efisien bila dilakukan pada saat perencanaan. Bila berkaitan

dengan teknologi, maka sejak proses pemilihan dan alih teknologi, prinsip-

prinsip ergonomi sudah seyogyanya dimanfaatkan bersama-sama dengan

kajian lain yang juga diperlukan, seperti kajian teknis, ekonomi, sosial

budaya, hemat akan energi dan melestarikan lingkungan. Pendekatan holistik

ini dikenal dengan pendekatan Teknologi Tepat Guna (Manuaba, 1997). Jika

dikaitkan dengan penyediaan lapangan kerja, pendekatan ergonomi secara

konseptual dilakukan sejak awal perencanaan dengan mengetahui

Page 39: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

17

kemampuan adaptasi pekerja sehingga dalam proses kerja selanjutnya,

pekerja berada dalam batas kemampuan yang dimiliki.

B. Konsep Menyusui

1. Proses Laktasi dan Menyusui

Menyusui adalah kegiatan alamiah memberikan ASI kepada bayi atau balita

dari payudara ibu (Fredregill, 2010). Proses ini dikenal juga dengan istilah

inisiasi menyusui dini, dimana ASI baru akan keluar setelah ari-ari atau plasenta

lepas. Plasenta mengandung hormon penghambat prolaktin (hormon plasenta)

yang menghambat pembentukan ASI. Setelah plasenta lepas, hormon plasenta

tersebut tidak diproduksi lagi, sehingga susu pun keluar. Umumnya ASI keluar 2

– 3 hari setelah melahirkan. Namun, sebelumnya di payudara sudah terbentuk

kolostrum yang sangat baik untuk bayi, karena mengandung zat kaya gizi dan

antibodi pembunuh kuman (Saleha, 2009).

Pertumbuhan dan perkembangan otak manusia dimulai sejak dalam

kandungan sampai dengan periode yang dikenal sebagai golden periode atau

“periode emas”, yaitu periode di dalam rahim sampai bayi berusia 2 tahun

(Perinasia, 2011). Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi

bayi karena mengandung kebutuhan energi dan zat yang dibutuhkan selama

enam bulan pertama kehidupan bayi. Selanjutnya, ASI telah disepakati seluruh

ahli dan seluruh dunia merupakan nutrisi yang paling optimal dan paling baik

untuk bayi baru lahir sampai dengan 6 bulan sebagai makanan tunggal yang

dikenal dengan pemberian ASI eksklusif. Pemberian ASI eksklusif serta proses

Page 40: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

18

menyusui yang benar merupakan sarana yang dapat diandalkan untuk

membangun SDM yang berkualitas.

2. Frekuensi dan Lama Menyusui

Menurut Fredregill (2010), menyusui sebaiknya dilakukan sesering mungkin

sesuai dengan permintaan bayi karena hanya bayi yang tahu kapan dia lapar dan

akan memberikan isyarat saat dia siap untuk makan. Selain itu, dalam buku An

Easy Guide to Breastfeeding disebutkan bahwa menyusui dilakukan minimal 2

jam sekali, namun juga tidak boleh dijadwal secara ketat karena semakin sering

bayi menyusu, maka akan menstimulasi payudara ibu untuk memproduksi lebih

banyak ASI.

Menyusui dilakukan selama bayi mau, rata-rata 15 – 30 menit pada beberapa

minggu pertama (Fredregill, 2010). Sutjiningsih (1997) menyatakan bahwa

setelah produksi ASI cukup, bayi dapat disusukan pada kedua buah payudara

secara bergantian, tiap payudara sekitar 10-15 menit (tidak boleh lebih dari 20

menit) dan Fredregill (2010) menyatakan bahwa untuk mengosongkan payudara,

sangat jarang dibutuhkan waktu lebih dari 20 menit per payudara. Ia

menambahkan bahwa semakin sering menyusui, selain kebutuhan ASI bayi

terpenuhi, juga untuk memberikan isyarat kepada tubuh ibu untuk memproduksi

ASI lebih banyak sebagai persiapan kebutuhan pertumbuhan bayi.

3. Posisi dan Perlekatan Menyusui

Terdapat berbagai macam posisi ketika ibu menyusui. Saleha (2009)

menyebutkan cara menyusui yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan

duduk, berdiri, atau berbaring.

Page 41: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

19

Gambar 2.1 Macam-macam Posisi Menyusui (Perinasia, 1994 dalam Saleha, 2009)

Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu, seperti ibu pasca

operasi caesar. Bayi diletakkan di samping kepala ibu dengan posisi kaki di atas.

Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara seperti memegang bola bila

disusui bersamaan, yaitu di payudara kiri dan kanan. Pada ASI yang memancar

(penuh), bayi ditengkurapkan di atas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala

bayi, sehingga dengan posisi ini bayi tidak tersedak.

Gambar 2.4 Posisi

menyusui balita

pada kondisi normal

(Perinasia, 1994)

Gambar 2.3 Posisi menyusui bayi

baru lahir yang benar di ruang

perawatan (Saleha, 2009)

Gambar 2.4 Posisi menyusui bayi bila

ASI penuh (Saleha, 2009)

Gambar 2.5 Posisi menyusui bayi kembar

secara bersamaan (Saleha, 2009)

Gambar 2.2 Posisi menyusui balita

pada kondisi normal (Saleha, 2009)

Page 42: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

20

Menurut Bahiyatun (2009), ada dua posisi ibu dan bayi yang benar saat

menyusui, yaitu:

a. Berbaring miring. Posisi ini amat baik untuk pemberian ASI pertama kali

atau bila ibu merasa lelah atau merasa nyeri.

b. Duduk. Hal yang penting diperhatikan dalam posisi duduk yaitu dengan

memberikan topangan atau sandaran pada punggung ibu, dalam posisinya

tegak lurus (90o) terhadap pangkuannya. Hal ini mungkin dapat dilakukan

dengan duduk bersila di atas tempat tidur atau di lantai atau duduk di kursi.

Posisi berbaring miring atau duduk (dengan punggung dan kaki ditopang)

memaksimalkan bentuk payudara dan memberi ruang untuk menggerakkan bayi

ke posisi yang baik. Badan bayi harus dihadapkan ke arah badan ibu dan

mulutnya dihadapkan pada puting susu ibu. Leher bayi harus sedikit

ditengadahkan. Bayi sebaiknya ditopang pada bahunya sehingga posisi kepala

yang agak tengadah dapat dipertahankan. Kepala dapat ditopang dengan jari-jari

tangan yang telentang atau pada lekukan siku ibunya.

4. Langkah-langkah Menyusui yang Benar

Menurut Saleha (2009), langkah-langkah menyusui yang benar yaitu:

a. Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan di

sekitar puting, kemudian duduk dan berbaring dengan santai.

b. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi menyanggah seluruh tubuh

bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja. Kepala dan tubuh bayi lurus,

hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan puting

Page 43: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

21

susu. Dekatkan tubuh bayi ke tubuh ibu, sentuh bibir bayi ke puting susunya,

dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.

c. Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa, sehingga bibir bawah

bayi terletak di bawah puting susu. Cara melekatkan mulut bayi dengan benar

yaitu dagu menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar, dan bibir

bawah bayi membuka lebar.

Apabila bayi telah menyusu dengan benar, maka akan memperlihatkan tanda-

tanda sebagai berikut.

a. Bayi tampak tenang.

b. Badan bayi menempel pada perut ibu.

c. Mulut bayi terbuka lebar.

d. Dagu bayi menempel pada payudara ibu.

Gambar 2.6 Cara meletakkan bayi

(Saleha, 2009)

Gambar 2.7 Cara memegang payudara

(Saleha, 2009)

Gambar 2.8 Cara merangsang mulut

bayi (Saleha, 2009)

Gambar 2.9 Teknik menyusui yang benar

(Saleha, 2009)

Page 44: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

22

e. Sebagian areola masuk ke dalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang

masuk.

f. Bayi tampak menghisap dengan ritme perlahan-lahan.

g. Puting susu tidak terasa nyeri.

h. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

i. Kepala bayi agak menengadah

Gambar 2.10 Perlekatan benar (Saleha, 2009) Gambar 2.11 Perlekatan salah (Saleha, 2009)

Latch-On

Posisi yang tepat (latch-on) adalah elemen kunci dalam kesuksesan proses

menyusui. Proses menyusui dapat ditingkatkan dengan menempelkan payudara

ke tengah-tengah bibir bayi. Hal ini akan menstimulasi bayi untuk membuka

mulutnya lebar-lebar. Saat hal ini muncul, dorong bayi lurus ke depan menuju

puting susu (ripple) dan areola (lingkaran coklat/gelap di sekeliling puting susu).

Saat posisi bayi sudah tepat (latch-on), puting susu dan sebagian dari areola akan

masuk di dalam mulut bayi. Bibir bayi dan gusinya harus berada di sekeliling

areola payudara, tidak hanya pada puting susu saja. Oleh karena itu, penting

untuk membuat mulut bayi terbuka lebar sebelumnya.

Page 45: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

23

Ibu dapat membantu bayi untuk latch-on dengan memegang/menyangga

payudara menggunakan tangan dalam posisi bebas (tidak sedang dalam posisi

menggendong bayi). Tempatkan jari-jari ibu di bawah payudara dan letakkan ibu

jari pada bagian atas (di belakang areola). Pastikan bayi berada setinggi payudara

dan pastikan juga tangan ibu yang memegang payudara berada di belakang

areola, sehingga tidak mengganggu mulut bayi.

Saat bayi pertama kali menyusu akan ada sensasi/perasaan tersedot/tertarik

(tugging sensation). Jika menimbulkan rasa sakit, maka ada kemungkinan proses

latch-on belum tepat. Hentikan sementara proses latch-on dengan cara

memasukkan jari ibu kemudian susupkan jari ibu ke arah sudut dari mulut bayi,

reposisi ulang, dan coba lagi. Hal ini dilakukan agar:

a. Aliran ASI lebih lancar.

b. Mencegah lecet pada puting susu ibu.

c. Menjaga bayi agar puas dalam menyusui.

d. Menstimulasi produksi ASI yang kuat.

e. Menjaga agar tidak terjadi pembengkakan payudara.

Bayi menggunakan bibir, gusi, dan lidah untuk mengisap ASI dari payudara.

Proses mengisap puting susu yang sederhana (simple suckling) tidak akan

mengeluarkan ASI, tetapi malah akan melukai puting susu. Proses mengisap

yang baik ditandai dnegan ciri-ciri berikut:

a. Lidah bayi berada di bawah puting susu.

b. Periode jeda dalam proses mengisap dengan ditandai dengan adanya proses

menelan yang dapat dilihat dan didengar.

Page 46: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

24

c. Pergerakan sendi rahang (temporomandibular joint) yang aktif terlihat

selama proses menyusui berlangsung.

Sebagian besar bayi akan aktif menyusu dalam keadaan lapar dan posisi yang

tepat. Pada periode minggu pertama setelah melahirkan sampai menyusui

berjalan dengan lancar, bayi tidak perlu diberikan suplemen apapun (air gula,

formula, dan lain-lain) kecuali dengan alasan medis. Bayi yang mendapat ASI

secara teratur dan efektif akan mendapat asupan air dan nutrisi yang dibutuhkan.

Perkenalan botol susu dan puting buatan dapat menimbulkan “bingung puting”

pada bayi dan mengakibatkan gangguan dalam proses menyusui.

Let-Down

Tanda-tanda dari refleks let-down berbeda antara satu wanita dengan wanita

lainnya. Saat bayi menyusu, ibu dapat merasakan geli atau sedikit nyeri pada

payudara atau ASI keluar dari payudara yang tidak digunakan untuk menyusui.

Perasaan dan keluarnya ASI ini merupakan tanda dari refleks let-down.

Ibu juga dapat merasakan kram/kontraksi pada rahim (uterus), karena

hormon dalam refleks let-down berupa oksitosin, selain menstimulasi aliran ASI

juga menyebabkan kontraksi otot-otot rahim. Untuk itu, proses menyusui

membantu rahim ibu untuk kembali ke ukuran awal sebelum melahirkan. Proses

kram ini merupakan proses normal dan salah satu tanda berhasilnya proses

menyusui. Rasa kram ini akan hilang dalam satu minggu dan selanjutnya.

Untuk membantu proses let-down, dapat dilakukan dengan cara:

a. Duduk menggunakan kursi yang nyaman, sehingga dapat menyokong

punggung dan lengan ibu.

Page 47: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

25

b. Pastikan bayi dalam posisi yang tepat (latch-on).

c. Dengarkan musik yang menenangkan dan siapkan minuman bergizi untuk

ibu selama proses menyusui.

d. Gunakan bra untuk menyusui dan pakaian yang memudahkan ibu dalam

proses menyusui.

e. Pastikan ibu berada di tempat yang tenang dan tidak ada gangguan selama

proses menyusui berlangsung.

5. Manfaat Menyusui

Menurut Pusat Kesehatan Kerja Depkes RI (2005), manfaat pemberian ASI

dapat meliputi:

a. Bagi Ibu

1) Melindungi kesehatan ibu (mengurangi perdarahan pasca persalinan

mengurangi risiko kanker payudara dan indung telur, mengurangi anemia)

2) Memperpanjang kehamilan berikutnya

3) Menghemat waktu

b. Bagi bayi

1) ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi

2) Imunitas (mengurangi risiko diare, infeksi jalan nafas, alergi dan infeksi

lainnya)

3) Aspek psikologis (mempererat hubungan ibu dan bayi, meningkatkan

status mental dan intelektual).

c. Bagi keluarga

1) Peningkatan status kesehatan dan gizi ibu dan bayinya

Page 48: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

26

2) Penghematan biaya

d. Bagi masyarakat

1) Berkontribusi untuk pengembangan ekonomi

2) Melindungi lingkungan (botol-botol bekas, dot, kemasan susu dll)

3) Menghemat sumber dana yang terbatas dan kelangkaan pangan

4) Berkontribusi dalam penghematan devisa negara

C. Kenyamanan dan Ketidaknyamanan Posisi Duduk

1. Definisi Kenyamanan (Comfort)

Kolcaba (2001) menyatakan kenyamanan (comfort) secara teoritis

didefinisikan sebagai kondisi telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia dalam

kesenangan, ketenteraman, dan kebebasan (the state of having met basic human

needs for ease, relief, and transcendence). Sedangkan kenyamanan dalam bahasa

Inggris kontemporer memiliki empat makna, yaitu (Kolcaba, 1991):

a. Kenyamanan sebagai akibat dari terbebasnya atau tidak adanya

ketidaknyamanan atau akibat dari keadaan nyaman (comfort as a cause of

relief from discomfort and/or a cause of the state of comfort).

b. Kenyamanan adalah keadaan dimana ada kemudahan, ketenangan, dan

kepuasan (comfort is a state of ease and peaceful contentment).

c. Kenyamanan adalah terbebas dari ketidaknyamanan (comfort is relief from

discomfort).

d. Kenyamanan adalah segala sesuatu yang membuat hidup mudah dan nyaman

(comfort is whatever makes life easy or comfortable).

Page 49: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

27

Adapun secara fisiologis kenyamanan adalah tidak adanya ketidaknyamanan.

Kenyamanan adalah suatu keadaan pikiran yang dihasilkan dari ketiadaan sensasi

tubuh yang tidak menyenangkan (Pheasant, 2003). Pinneau (1982) dalam

Kolcaba (1992) menyatakan bahwa kenyamanan berhubungan dengan

pengalaman individu, yang mengindikasikan kebutuhan akan kenyamanan yang

kompleks secara umum.

Konsep tentang kenyamanan (comfort) sangat sulit untuk didefinisikan,

terutama dikarenakan konsep ini lebih merupakan penilaian respondentif

individu. Seseorang tidak dapat mendefinisikan atau mengukur kenyamanan

secara pasti. Kita cenderung mengukur kenyamanan berdasarkan tingkat

ketidaknyamanan (Oborne, 1995). Sementara Branton (1972) dalam Oborne

(1995) mengutarakan bahwa kenyamanan itu lebih dari ketidakhadiran perasaan

tidak nyaman. Ia menyatakan bahwa kenyamanan bukan merupakan suatu

kontinum perasaan dari paling senang sampai paling menderita, tetapi

kenyamanan merupakan suatu kontinum dari hilangnya perasaan tidak nyaman

sampai dengan penderitaan yang tak tertahankan.

Sanders dan McCormick (1993) dalam Ardiana (2007) menggambarkan

konsep kenyamanan berupa suatu kondisi perasaan dan sangat tergantung pada

orang yang mengalami situasi tersebut. Kita tidak dapat mengetahui tingkat

kenyamanan yang dirasakan oleh orang lain secara langsung atau dengan

observasi; kita harus menanyakan pada orang tersebut untuk memberitahukan

pada kita seberapa nyaman diri mereka, biasanya dengan menggunakan istilah-

Page 50: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

28

istilah seperti agak tidak nyaman, mengganggu, sangat tidak nyaman, atau

mengkhawatirkan.

Dalam penelitian Tan, et al. (2008), Hertzberg (1972) mendeskripsikan

comfort sebagai absence of discomfort. Kenyamanan adalah istilah yang sifatnya

umum dan perasaan subjektif yang sulit untuk diukur, diinterpretasikan, dan

berhubungan dengan homeostasis fisiologis manusia dan kondisi psikologis

(Shen dan Parsons, 1997). De Looze dan Kuijt (2003) menyatakan bahwa banyak

peneliti mendefinisikan comfort sebagai: (1) Kenyamanan merupakan kondisi

yang didefinikan secara subjektif oleh seseorang (comfort is a construct of a

subjectively-defined personal nature); (2) Kenyamanan merupakan akibat dari

faktor-faktor dasar yang bervariasi yaitu fisik, fisiologis, dan psikologi (comfort

is affected by factors of various nature (physical, physiological, psychological));

dan (3) Kenyamanan merupakan reaksi terhadap lingkungan (comfort is a

reaction to the environment).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kenyamanan merupakan

suatu kondisi perasaan dimana lebih dari sekadar hilangnya rasa tidak nyaman

akibat dari variasi faktor fisik, fisiologi, dan psikologi manusia, merupakan

penilaian respondentif individu yang sulit untuk didefinisikan secara pasti karena

sangat tergantung pada orang yang mengalami situasi tersebut, sehingga harus

menanyakan langsung kepada orang tersebut untuk mengetahui kenyamanan

yang dirasakan. Artinya, rasa nyaman yang dirasakan oleh individu yang satu

belum tentu sama dirasakan oleh individu lainnya.

Page 51: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

29

2. Definisi Ketidaknyamanan (Discomfort)

Menurut Karwowski dan Marras (2003), secara konseptual ketidaknyamanan

merupakan indikator risiko yang menjadi feedback dari sistem tubuh untuk

mendeteksi adanya kemungkinan masalah. Sumber ketidaknyamanan yang

mungkin antara lain berasal dari musculoskeletal stress yaitu: ketegangan otot,

saraf, pembuluh darah, ligamen, sendi, tekanan pada jaringan lunak yang sama,

perubahan kimiawi lokal yang berhubungan dengan kelelahan otot, perubahan

kimiawi lokal yang berhubungan dengan terganggunya aliran darah dan iskemia

parsial, gangguan konduksi saraf yang diakibatkan karena adanya tekanan, dan

peradangan sekunder. Ketidaknyamanan juga dipengaruhi oleh faktor psikologi

dan sosial.

Menurut Karwowski dan Marras (2003), Perasaan ketidaknyamanan,

sebagaimana dideskripsikan oleh Helander dan Zhang (1997), diakibatkan oleh

faktor biomekanik (biomechanical factors) dan kelelahan. Sumber dari beberapa

ketidaknyamanan antara lain pada tabel berikut:

Tabel 2.1

Sumber Beberapa Ketidaknyamanan (Helander dan Zhang, 1997 dalam

Karwowski dan Marras, 2003)

Karwowski dan Marras (2003) menambahkan ketidaknyamanan diduga

sebagai kondisi khusus untuk menilai adanya ketidaksesuaian fisik yang

Page 52: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

30

berakibat pada otot. Hal ini karena masalah kecil pada otot tidak dapat dideteksi

secara baik dengan metode penilaian risiko secara umum seperti biomechanical

modeling dan gross physiological indicators (denyut jantung dan suhu tubuh).

Ketidaknyamanan berhubungan dengan faktor biomekanik yang

menghasilkan perasaan nyeri, sakit, mati rasa, kram, dan sebagainya. Perasaan

tidak nyaman akan meningkat seiring dengan meningkatnya tugas dan kelelahan.

Mengeliminasi gangguan fisik dapat mengurangi ketidaknyamanan, tetapi tidak

langsung menghasilkan rasa nyaman (Zhang, 1996 dalam Tan et. al, 2008).

Menurut Pheasant (2003), keadaan kerja yang ketat yang membatasi kita

khususnya postur dan mencegah perubahan postural, akan membawa dampak

jangka panjang dan jangka pendek. Dalam jangka pendek, ketidaknyamanan

dapat mengalihkan perhatian pekerja dari tugasnya sehingga akan meningkatkan

tingkat kesalahan, berkurangnya output, terjadinya kecelakaan, dan lain-lain.

Ketidaknyamanan ini akan hilang setelah beristirahat atau melakukan aktivitas

atau pekerjaan yang lain. Sedangkan dampak jangka panjang dapat berupa

perubahan patologis dalam jaringan otot maupun jaringan lunak yang lain.

Secara umum, rasa sakit datang seiring dengan adanya beban fisik dalam waktu

singkat dan kurangnya waktu istirahat. Pada poin ini, bukan ketidaknyamanan

lagi yang terjadi, tetapi lebih kepada cedera fisik dan proses penyakit.

3. Perubahan Nyaman (Comfort) Menjadi Tidak Nyaman (Discomfort)

Zhang (1996), menampilkan model ilustrasi interaksi comfort dan discomfort

sebagaimana ditampilkan pada gambar:

Page 53: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

31

Gambar 2.12 Transisi Comfort menjadi Discomfort

Menurut Tan et. al. (2008), Ketika rasa tidak nyaman meningkat, seperti

setelah melakukan pekerjaan dan merasakan kelelahan dalam waktu yang lama,

rasa nyaman akan berkurang. Artinya, biomekanik yang baik mungkin tidak akan

meningkatkan tingkat kenyamanan, namun lebih kepada biomekanik yang

kurang baik akan mengubah rasa nyaman menjadi tidak nyaman.

4. Pengukuran Kenyamanan Posisi Duduk

a. Cara Mengukur Kenyamanan

Seperti yang telah diuraikan dalam definisi kenyamanan bahwa menurut

Oborne (1995), kenyamanan sangat sulit untuk didefinisikan karena penilaian

kenyamanan lebih merupakan penilaian respondentif individu dan

kenyamanan cenderung diukur berdasarkan tingkat ketidaknyamanan. Begitu

juga menurut Sanders dan McCormick (1993) yang menyatakan bahwa

kenyamanan adalah suatu kondisi perasaan dan sangat tergantung pada orang

yang mengalami situasi tersebut. Dengan demikian, kita harus menanyakan

pada orang tersebut untuk memberitahukan pada kita seberapa nyaman diri

mereka, biasanya dengan menggunakan istilah-istilah seperti agak tidak

nyaman, mengganggu, sangat tidak nyaman, atau mengkhawatirkan.

Page 54: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

32

Karwowski dan Marras (2003) mendeskripsikan ketidaknyamanan secara

kuat dengan melihat empat aspek: intensitas, kualitas, lokasi, dan periode

waktu. Misalnya, duduk pada kursi yang keras selama beberapa jam akan

mengakibatkan ketidaknyamanan yang intensitasnya tergolong rendah hingga

menengah dan terjadi setelah sekitar 15 menit duduk dan akan meningkat

selama satu jam pertama kemudian berada di level konstan, ketidaknyamanan

akan mereda ke tingkat intensitas minimal setelah lima menit.

a. Intensitas

Pengukuran intensitas ketidaknyamanan biasanya dilakukan dengan

menanyakan kepada pekerja tingkat ketidaknyamanan yang dirasakan

melalui suatu skala subjektif. Ada banyak jenis skala subjektif yang

digunakan yaitu: verbal rating scales, visual analog scales, numeric

rating scales, dan graphic rating scales. Kesemuanya mempunyai angka-

angka yang lebih objektif dalam mengukur intensitas ketidaknyamanan.

Intensitas ketidaknyamanan juga dapat diukur melalui perubahan perilaku

(menggunakan behaviour rating scales) atau perubahan hubungan

biomekanikal dan fisiologikal. Penjelasan lengkap tentang cara mengukur

intensitas ketidaknyamanan, yaitu sebagai berikut:

1) Biomechanical and Physiological Correlates

Jika ketidaknyamanan diduga muncul karena beban mekanik

(mechanical load) pada sendi, maka dapat diperkirakan bahwa

analisis tersebut menggunakan position data dan biomechanical

modeling. Sedangkan jika ketidaknyamanan diduga terjadi karena

Page 55: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

33

adanya peningkatan aktivitas otot, maka electromyography dapat

digunakan sebagai alat penialain objektif. Ukuran yang lain dapat

digunakan pula denyut jantung, tekanan darah, tingkat pernapasan,

hantaran kulit, tingkat keringat, dan suhu tubuh.

Kelebihan dari metode ini adalah tidak tergantung pada laporan

pekerja atau pengakuan pekerja tentang ketidaknyamanan

(discomfort). Sedangkan kekurangannya adalah indikator biomekanik

maupun fisiologis yang diukur tersebut belum tentu menunjukkan

adanya ketidaknyamanan. Artinya, ada penyebab lain yang

memunculkan hasil-hasil pengukuran secara biomekanik dan

fisiologis tersebut. Kekurangan yang lain adalah adanya kemungkinan

pengaruh budaya dalam pengukuran tentang kenyamanan, seperti

kebudayaan barat yaitu memahami bahwa nyaman sama dengan

keseimbangan yang dinamis, bukan karena kurangnya aktivitas otot.

2) Behaviour Rating Scales

Beberapa ahli ergonomi menyarankan agar pengukuran intensitas

ketidaknyamanan dilakukan dengan melakukan obeservasi perilaku

yang diperkirakan sebagai indikator yang pasti adanya

ketidaknyamanan, seperti kegelisahan. Misalnya, Branton (1969)

menyebutkan bahwa ketidaknyamanan dalam posisi duduk dapat

dilihat dari perubahan posisi duduknya. Oleh karena itu, dapat

dikatakan bahwa semakin sering seseorang mengubah posisi

duduknya, menunjukkan bahwa ia semakin merasa tidak nyaman.

Page 56: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

34

Shackel et. al (1969) juga menyebutkan bahwa pengukuran waktu

perubahan posisi duduk sebagai pengukuran objektif perlu dilakukan

untuk mengetahui adanya ketidaknyamanan. Adapun sekarang ini

telah didukung oleh adanya teknologi dengan elektrogoniometri dan

digital motion untuk menganalisis perubahan posisi duduk.

Keuntungan dari metode behavioral scale assessment adalah tidak

tergantung pada kemampuan pekerja dan kesediaan pekerja untuk

mengungkapkan rasa ketidaknyamanannya secara verbal. Sedangkan

kekurangan dari metode ini adalah adanya asumsi bahwa perubahan

posisi dilakukan untuk mencari kenyamanan selama bekerja.

Misalnya semakin sering seseorang bergerak mengubah posisinya

mengindikasikan sebagai kebiasaan kerja yang baik daripada posisi

statis dan diperlukan pada beberapa tindakan intervensi ergonomi.

3) Verbal Rating Scales

Ada dua tipe verbal rating scale, yaitu single noun scale dimana

menggunakan kata tunggal “tidak nyaman (discomfort)” dan multiple

noun scale yang menggunakan banyak kata yang berbeda yang

menunjukkan pada perubahan intensitas dari discomfort.

Gambar 2.13

Single Noun Scale

Gambar 2.14

Multiple Noun Scale

Page 57: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

35

Baik single noun maupun multiple noun, pengumpulan datanya diisi

oleh pekerja dengan melingkari salah satu kata yang sesuai dengan

yang dirasakan oleh pekerja. Analisis datanya menggunakan

distribusi frekuensi dan rank order nonparametic statistics.

Kelebihan dari metode ini adalah terdiri dari tingkatan-tingkatan

ketidaknyamanan yang berurutan dan mudah dipahami oleh pekerja.

Sedangkan kekurangannya, pilihan yang ditunjukkan terbatas dan

intensitas ketidaknyamanan saja yang terdeteksi. Kekurangan lainnya

adalah perasaan yang hampir sama dengan rasa tidak nyaman

dideskripsikan sebagai rasa tidak nyaman oleh pekerja. Multiple noun

scale mempunyai kekurangan yang lain yaitu adanya kesalahan dalam

menginterpretasikan perasaan pada kata yang berbeda. Misalnya,

pekerja merasakan mati rasa yang diinterpretasikan memiliki

intensitas ketidaknyamanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan

kaku, dan pekerja lain mungkin juga menginterpretasikan sebaliknya.

4) Visual Analog Scales

Visual analog scale terdiri dari satu garis. Garis yang digunakan dapat

berupa garis horizontal maupun vertikal. Panjang garis biasanya

sekitar 100 mm sebagaimana terlihat pada gambar berikut:

Gambar 2.15

Visual Analog Scale

Page 58: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

36

Untuk mengetahui tingkat ketidaknyamanan, pekerja memberi tanda

pada garis. Tingkat intensitas kemudian diukur berdasarkan jarak dari

ujung garis yang paling kiri ke titik pada garis yang telah ditandai

oleh pekerja. Hasil ukurnya dalam satuan mm, skalanya mempunyai

sekitar 101 tingkat discomfort.

Kelebihan dari metode ini adalah ketepatan dalam adminsitrasi,

sensitivitas dalam analisis statistik. Kekurangannya adalah beberapa

pekerja mungkin akan mengalami kesulitan untuk mempersepsikan

intensitas atau tingkat rasa tidak nyaman pada garis.

5) Numeric Rating Scales

Numeric rating scale hampir sama dengan visual analog scale.

Perbedaannya hanya pada numeric rating scale terdapat nomor dari

kategori tingkatan discomfort, sebagaimana terlihat pada gambar

berikut:

Gambar 2.16

Numeric Rating Scale

Cara pengisiannya adalah pekerja akan menandai nomor yang

tersedia sesuai dengan tingkat “tidak nyaman” yang dirasakan.

Kelebihan dari metode ini adalah sederhana dan skala verbal dapat

digunakan selama pekerjaan manual tanpa ada gangguan dari faktor

postur. Sedangkan kekurangan dari metode ini adalah titik 0 sampai

10 mempunyai sensitivitas yang terbatas, pekerja lebih sering

terekspos dengan skala 1 sampai 100.

Page 59: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

37

6) Graphic Rating Scales

Graphic rating scale merupakan kombinasi dari visual analog scale

dengan numeric atau verbal rating scale. Skalanya terdiri dari garis

vertikal atau horizontal dengan penambahan nomor atau keterangan

di sepanjang garisnya, sebagaimana terlihat pada gambar berikut:

Gambar 2.17 Graphic Rating Scale

Cara pengisiannya adalah pekerja akan memberi tanda pada garis

yang mewakili tingkat tidak nyaman yang dirasakannya.

Kelebihan metode ini adalah mempunyai “ekstra label” yang

mungkin dapat membantu atau mempermudah pekerja yang

mengalami kesulitan dengan visual analog scale. Sedangkan

kekurangan metode ini terletak pada pengelompokan keterangan

(label) pada garis.

b. Kualitas

Kualitas ketidaknyamanan hanya dapat dinilai dengan membiarkan

deskripsi yang berbeda-beda tentang ketidaknyamanan yang dirasakan

oleh pekerja. Deskripsi yang berbeda-beda tentang ketidaknyamanan

tersebut antara lain: tingling, burning, searing, numbness, coldness,

stiffness, heat, cramping, prickling, stabbing, dan gnawing. Meskipun

kualitas sakit secara luas digunakan pada penilaian kesehatan, kualitas

Page 60: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

38

ketidaknyamanan belum digunakan secara umum oleh ahli ergonomi. Hal

ini mungkin dikarenakan implikasi dari perbedaan kualitas yang belum

jelas, tetapi implikasi intensitas, lokasi, dan periode waktu telah jelas.

c. Lokasi

Untuk mengetahui lokasi ketidaknyamanan biasanya digunakan peta

tubuh (body map) atau lainnya yang menunjukkan bagian-bagian tubuh

(body part). Pada saat pengukuran dengan body map, biasanya sudah

sekaligus dilakukan pengumpulan data tentang intensitas, kualitas, dan

periode waktu dari ketidaknyamanan pada bagian tubuh tersebut. Dengan

menunjukkan gambar bagian-bagian tubuh, pekerja akan lebih mudah

menunjukkan pada bagian tubuh mana saja ia mengalami

ketidaknyamanan. Pekerja akan memberi tanda pada bagian tubuh yang

dirasakan ada ketidaknyamanan.

Gambar 2.18

Body Map for reporting discomfort location

Page 61: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

39

Gambar 2.19

General Comfort Scale (Dari Shackel, B., Chidsey, K.D., and Shipley, P. (1969)

The assessment of chair comfort

d. Periode Waktu

Pengukuran periode waktu ketidaknyamanan biasanya dilakukan pada

waktu yang berbeda-beda. Tergantung pada alasan atau tujuan investigasi

ketidaknyamanan. Waktu pengumpulan data dapat berbeda menurut

menit, jam, hari, atau yang lebih lama lagi. Pengumpulan data yang

berulang ini dapat dilakukan dengan menggunakan lembar pengumpulan

data yang berbeda (untuk menjaga agar pekerja tidak terpengaruh dengan

pengumpulan data sebelumnya) atau dengan lembar pengumpulan data

yang sama (yang memungkinkan pekerja untuk membandingkan dengan

pengumpulan data sebelumnya).

Ada hubungan waktu yang penting antara waktu pekerja mengalami

ketidaknyamanan dengan waktu pengumpulan data. Branton (1969)

menyarankan karena pelaporan post-experience ketidaknyamanan

bergantung pada memori kinestetik, maka informasi ketidaknyamanan

sebaiknya dikumpulkan ketika pekerja sedang mengalami

ketidaknyamanan.

Berikut ini beberapa contoh instrumen penilaian ketidaknyamanan yang

sering digunakan pada banyak penelitian, antara lain sebagai berikut:

Page 62: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

40

Gambar 2.18

General Body Visual Analog Discomfort Scale (Visser and Straker (1994)

digunakan untuk mengukur ketidaknyamanan pada dokter gigi dalam 6

waktu berbeda (saat baru dating ke tempat kerja, morning break, sebelum

istirahat makan siang, setelah istirahat makan siang, mid afternoon, dan

setelah selesai bekerja)

Gambar 2.21

Body part discomfort for high and low carry tasks (Straker et al. (1997))

Gambar 2.20

General Body Visual Analog Discomfort Scale (Visser and Straker (1994) digunakan untuk

mengukur ketidaknyamanan pada dokter gigi dalam 6 waktu berbeda (saat baru dating

ke tempat kerja, morning break, sebelum istirahat makan siang, setelah istirahat makan

siang, mid afternoon, dan setelah selesai bekerja)

Page 63: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

41

b. Penentuan Cara Mengukur Kenyamanan Posisi Duduk Menggunakan

Kursi Ergonomis

Penilaian ketidaknyamanan (discomfort) haruslah memliki utilitas,

validitas, dan sensitivitas yang tinggi. Utilitas yang tinggi dapat diperoleh

melalui dua tahap, yaitu pengumpulan data dan analisis data. Utilitas yang

tinggi pada pengumpulan data memerlukan alat yang mudah untuk digunakan

pekerja secara tepat, cepat, dan dapat meminimalisasi gangguan

(interference) dengan performance pekerja pada pekerjaannya. Satu aspek

yang dapat memudahkan pekerja adalah alat yang tidak membutuhkan

banyak skill bahasa (minimal language skills). Kemudahan dalam

menggunakan alat untuk mengukur ketidaknyamanan juga akan

meminimalisasi eror.

Utilitas yang tinggi dari analisis data memerlukan data yang siap untuk

diolah dengan analisis statistik dan penyajian dengan grafik. Sedangkan

validitas data adalah suatu hal yang kritis. Data yang tidak valid berarti tidak

memiliki arti apa-apa. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya,

pengukuran valid hanya dapat diperoleh dari orang yang mengalami

ketidaknyamanan itu sendiri.

Secara umum karena dalam ilmu ergonomi ketidaknyamanan digunakan

untuk menunjukkan suatu masalah fisik antara pekerja dengan pekerjaan,

hubungan yang kuat antara ketidaknyamanan dengan indikator risiko

biomekanikal dan fisiologikal seperti perputaran sendi, maka

Page 64: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

42

electromyography adalah alat yang tepat untuk mengukur ketidaknyamanan

secara valid.

Reliabilitas merupakan faktor yang penting untuk mengecek validitas.

Van der Grinten (1991) memberikan dasar alasan reliabilitas alat penilaian

ketidaknyamanan yang merupakan satu-satunya studi yang menemukan

tentang reliabilitas alat penilaian ketidaknyamanan. Terakhir, sensitivitas

dibutuhkan untuk penilaian ketidaknyaman yang tepat untuk membedakan

kemampuan pekerja dan tujuan penilaian.

Selain alat penilaian ketidaknyamanan yang telah diuraikan di atas,

menurut Pheasant (2003) ada cara lain yang dapat digunakan untuk melihat

adanya ketidaknyamanan, yaitu tingkat kegelisahan. Menurut Pheasant

(2003), secara umum kita mungkin berpikir bahwa gelisah merupakan

pertahanan tubuh kita melawan postural stress. Mekanisme ini bekerja pada

tingkat bawah sadar, biasanya kita merasa gelisah sebelum kita menyadari

akan adanya ketidaknyamanan.

Tingkat gelisah dapat digunakan sebagai indeks kenyamanan tempat

duduk kita. Semakin kita gelisah, maka semakin kita merasa kurang nyaman

dengan tempat duduk kita. Namun, banyak faktor yang mempengaruhi

tingkat kegelisahan kita. Beberapa orang mungkin gelisah lebih dari orang

lain, dan kita akan menjadi lebih gelisah ketika kita mempunyai beban

mental yang lebih. Hal ini dapat menutup rangsangan sensorik sehingga

menyebabkan gelisah (meningkatkan ambang ketidaknyamanan kita).

Page 65: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

43

Berdasarkan uraian di atas, maka dipilih alat untuk mengukur

kenyamanan yang dianggap sesuai pada penelitian ini yaitu untuk mengukur

intensitas ketidaknyamanan menggunakan behaviour rating scale karena

perubahan posisi lebih mudah diamati dan tidak tergantung pada pengakuan

responden tentang ketidaknyamanan yang dirasakannya. Pengukuran kualitas

dan lokasi menggunakan Body Part Discomfort Scale. Untuk mengukur

periode waktu, pengukuran akan dilakukan dalam beberapa hari hingga

diperoleh kejenuhan data.

Selain kedua metode tersebut, peneliti juga menggunakan pendekatan

kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam terkait kenyamanan yang

dirasakan ibu menyusui saat menggunakan kursi ergonomis. Hal ini

berdasarkan pendapat Sanders dan McCormick (1993) yang menyatakan

bahwa kenyamanan adalah suatu kondisi perasaan dan sangat tergantung

pada orang yang mengalami situasi tersebut, sehingga kita harus menanyakan

pada orang tersebut untuk menjelaskan seberapa nyaman diri mereka.

Pengukuran kenyamanan posisi duduk ibu menyusui saat menggunakan kursi

ergonomis dilakukan pada saat ibu sedang melakukan kegiatan menyusui

dengan menggunakan kursi ergonomis yang direkomendasikan peneliti. Hal

ini sejalan dengan Branton (1969) yang menyarankan bahwa informasi

ketidaknyamanan sebaiknya dikumpulkan ketika pekerja sedang mengalami

ketidaknyamanan karena pelaporan post-experience ketidaknyamanan

bergantung pada memori kinestetik.

Page 66: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

44

Selain behaviour rating scale dan body part discomfort scale serta

metode studi kualitatif, penelitian ini menggunakan metode RULA (Rapid

Upper Limb Assessment) untuk mengukur postur ibu menyusui saat

menggunakan kursi ergonomis. Adanya pengukuran dengan metode RULA

ini bukan digunakan untuk mengukur kenyamanan posisi duduk secara

langsung, tetapi untuk mendukung kenyamanan posisi duduk saat

menggunakan kursi ergonomis, sehingga dapat diperoleh posisi duduk yang

nyaman secara ergonomis. Berikut ini penjelasan mengenai RULA.

RULA (Rapid Upper Limb Assessment)

Menurut Marras dan Karwowski (2006), RULA dikembangkan lebih

dahulu (McAtamney dan Corlett, 1993) untuk memfasilitasi penilaian

objektif terhadap risiko muskuloskeletal yang disebabkan oleh pekerjaan

yang menetap (sedentary work) di mana terjadi pembebanan yang tinggi pada

tubuh bagian atas. Kedua alat tersebut menghasilkan skor tingkat risiko mulai

dari risiko yang dapat diabaikan hingga risiko yang paling tinggi.

Mereka menambahkan, RULA secara umum digunakan ketika seseorang

berada dalam posisi duduk, berdiri, atau yang lainnya dengan posisi menetap

dan lebih banyak menggunakan tubuh bagian atas (upper body) dan tangan

untuk bekerja, seperti halnya pada aktivitas menyusui. Selain pekerjaan

tersebut, maka sebaiknya analisisnya menggunakan REBA (Rapid Entire

Body Assesment).

Marras dan Karwowski (2006) menyebutkan bahwa RULA

dikembangkan untuk memfasilitasi analisis postur dimana pekerjaan tersebut

Page 67: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

45

mempunyai beban fisik pada punggung, leher, dan anggota tubuh bagian atas.

RULA menilai postur, tenaga, dan perpindahan yang berkaitan dengan

pekerjaan menetap seperti pekerjaan operator komputer atau pekerjaan

lainnya yang membutuhkan posisi duduk atau berdiri tanpa

pergerakan/perpindahan.

Mereka menambahkan empat aplikasi utama RULA yaitu untuk:

1. Mengukur risiko muskuloskeletal, biasanya menjadi bagian dari

investigasi ergonomi.

2. Membandingkan antara beban musculoskeletal saat ini dan modifikasi

desain tempat kerja.

3. Mengevaluasi outcome seperti produktivitas atau ketepatan peralatan

yang digunakan dalam bekerja.

4. Memberikan pendidikan kepada pekerja tentang risiko muskuloskeletal

karena perbedaan postur kerja.

Prosedur penggunaan RULA terdiri dari 3 tahap, yaitu:

1. Observasi dan memilih postur yang akan dianalisis.

2. Merekam dan memberikan skor pada postur menggunakan lembar

scoring, diagram bagian tubuh, dan tabel.

3. Mengkoreksi skor dengan tingkat aktivitas (action level).

Dalam mempermudah penilaian postur tubuh, maka dalam metode ini

tubuh dibagi atas 2 segmen grup yaitu grup A dan grup B.

Page 68: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

46

1. Penilaian Postur Tubuh Grup A

Postur tubuh grup A terdiri dari lengan atas (upper arm), lengan bawah

(lower arm), pergelangan tangan (wrist), dan putaran pergelangan tangan

(wrist twist).

a) Lengan Atas (Upper Arm)

Penilaian lengan atas dilakukan terhadap sudut yang dibentuk lengan

atas pada saat melakukan aktivitas kerja. Sudut yang dibentuk oleh

lengan atas diukur menurut posisi batang tubuh. Adapun postur

lengan atas dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.22

Postur Lengan Atas (Upper Arm)

Skor penilaian untuk postur tubuh bagian lengan atas dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 2.2

Skor Penilaian Lengan Atas (Upper Arm)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

20o (ke depan maupun ke belakang

tubuh) 1

+1 Jika bahu naik.

+1 Jika lengan

berputar/bengkok.

-1 Jika terdapat sanggahan

pada lengan/dalam posisi

bersandar.

>20o (ke belakang) atau 20

o-45

o 2

45o-90

o 3

>90o

4

Page 69: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

47

b) Lengan Bawah (Lower Arm)

Penilaian terhadap lengan bawah dilakukan terhadap sudut yang

dibentuk lengan bawah pada saat melakukan aktivitas kerja. Sudut

yang dibentuk oleh lengan bawah diukur menurut posisi batang

tubuh. Adapun postur lengan bawah dapat dilihat pada gambar:

Gambar 2.23

Postur Lengan Bawah (Lower Arm)

Skor penilaian untuk lengan bawah dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.3

Skor Penilaian Lengan Bawah (Lower Arm)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

60o-100

o 1 +1 Jika lengan bawah bekerja melewati

garis tengah atau keluar dari sisi tubuh.

+1 Jika lengan bawah bekerja melewati

garis tengah.

<60o atau 100

o 2

c) Pergelangan Tangan (Wrist)

Penilaian pergelangan tangan dilakukan terhadap sudut yang dibentuk

oleh pergelangan tangan pada saat melakukan aktivitas kerja. Sudut

yang dibentuk oleh pergelangan tangan diukur menurut posisi lengan

bawah. Adapun postur pergelangan tangan (wrist) dapat dilihat pada

gambar berikut:

Page 70: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

48

Gambar 2.24

Postur Pergelangan Tangan (Wrist)

Skor penilaian untuk bagian pergelangan tangan (wrist) dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 2.4

Skor Penilaian Pergelangan Tangan (Wrist)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

Posisi netral 1

+1 jika pergelangan

tangan putaran

menjauhi sisi tengah

0o-15

o (ke atas

maupun ke bawah)

2

>15o (ke atas

maupun ke bawah)

3

d) Putaran Pergelangan Tangan (Wrist Twist)

Untuk putaran pergelangan tangan postur netral diberi skor:

1 = Posisi tengah dari putaran

2 = Pada atau dekat dari putaran

Nilai dari postur tubuh bagian lengan atas, lengan bawah, pergelangan

tangan, dan putaran pergelangan tangan dimasukkan ke dalam tabel

postur tubuh grup A untuk memperoleh skor seperti yang terlihat

pada tabel berikut:

Page 71: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

49

Tabel 2.5

Skor Postur A

e) Penambahan Skor Aktivitas

Setelah diperoleh hasil skor untuk postur tubuh grup A, maka hasil

skor tersebut ditambahkan dengan skor aktivitas. Penambahan skor

aktivitas berdasarkan kategori dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.6

Skor Aktivitas

Aktivitas Skor Keterangan

Postur Statis +1 Satu atau lebih bagian tubuh statis/diam

Pengulangan +1 Tindakan dilakukan berulang-ulang lebih

dari 4 kali per menit.

f) Penambahan Skor Beban

Setelah diperoleh hasil penambahan dengan skor aktivitas untuk

postur tubuh grup A, maka hasil skor tersebut ditambahkan dengan

Page 72: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

50

skor beban. Penambahan skor beban tersebut berdasarkan kategori

yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.7

Skor Beban

Beban Skor Keterangan

<2 kg 0 -

2 kg-10 kg 1 +1 jika postur statis dan

dilakukan berulang-ulang

>10 kg 3 -

2. Penilaian Postur Tubuh Grup B

Postur tubuh grup B terdiri atas leher (neck), batang tubuh (trunk), dan

kaki (legs).

a) Leher (Neck)

Penilaian leher dilakukan terhadap posisi leher pada saat melakukan

aktivitas kerja apakah operator harus melakukan kegiatan ekstensi

atau fleksi dengan sudut tertentu. Adapun postur leher dapat dilihat

pada gambar berikut:

Gambar 2.25

Postur Leher (Neck)

Skor penilaian untuk leher dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 73: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

51

Tabel 2.8

Skor Bagian Leher (Neck)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

0o-10

o 1 +1 jika leher berputar.

+1 leher menekuk. 10o-20

o 2

>20o

3

Ekstensi 4

b) Batang Tubuh (Trunk)

Merupakan penilaian terhadap sudut yang dibentuk tulang belakang

tubuh saat melakukan aktivitas kerja dengan kemiringan yang sudah

diklarifikasikan. Adapun klasifikasi kemiringan batang tubuh saat

melakukan aktivitas kerja dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.26

Postur Batang Tubuh (Trunk)

Skor penilaian bagian batang tubuh (trunk) dapat dilihat pada tabel:

Tabel 2.9

Skor Bagian Batang Tubuh (Trunk)

Pergerakan Skor Skor Perubahan

Posisi normal

1 +1 jika batang tubuh

berputar.

+1 jika batang tubuh

bungkuk.

0o-20

o 2

20o-60

o 3

>60o 4

c) Kaki (Legs)

Merupakan penilaian yang dilakukan terhadap posisi kaki pada saat

melakukan aktivitas kerja apakah operator bekerja dengan posisi

Page 74: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

52

normal/seimbang atau bertumpu pada satu kaki lurus. Adapun

penilaian posisi kaki dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.10

Skor Bagian Kaki (Legs)

Pergerakan Skor

Posisi normal

1

Tidak seimbang

2

Nilai dari skor postur tubuh bagian leher, batang tubuh, dan kaki

dimasukkan ke dalam tabel B berikut:

Tabel 2.11

Skor Postur B (Tabel B)

d) Penambahan Skor Aktivitas

Setelah diperoleh hasil skor untuk postur tubuh grup B, maka hasil

skor tersebut ditambahkan dengan skor aktivitas. Penambahan skor

aktivitas tersebut berdasarkan kategori yang dapat dilihat pada tabel

berikut:

Page 75: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

53

Tabel 2.12

Skor Aktivitas

Aktivitas Skor Keterangan

Postur Statis +1 Satu atau lebih

bagian tubuh

statis/diam

Pengulangan +1 Tindakan dilakukan

berulang-ulang lebih

dari 4 kali per menit.

e) Penambahan Skor Beban

Setelah diperoleh hasil penambahan dengan skor aktivitas untuk

postur tubuh grup B, maka hasik skor tersebut ditambahkan dengan

skor beban. Penambahan skor beban tersebut berdasarkan kategori

yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.13

Skor Beban

Beban Skor Keterangan

<2 kg 0 -

2 kg-10 kg 1 +1 jika postur statis dan

dilakukan berulang-ulang

>10 kg 3 -

Untuk memperoleh skor akhir (final score), skor yang diperoleh

untuk postur tubuh grup A dan grup B dikombinasikan ke tabel C:

Tabel 2.14

Tabel C

Skor postur grup B

Skor postur grup A

Page 76: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

54

Hasil skor dari tabel C di atas diklasifikasikan ke dalam beberapa

kategori level risiko, yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.15

Kategori Tingkat Risiko dan Tindakan yang Perlu Dilakukan dari

Hasil Analisis RULA

Kategori Tindakan Level Risiko Tindakan

1-2 Minimum Aman

3-4 Kecil Diperlukan beberapa

waktu ke depan

5-6 Sedang Tindakan dalam waktu

dekat

7 Tinggi Tindakan sekarang juga

Di bawah ini diperlihatkan bagan prosedur menggunakan metode

RULA (untuk keterangan lengkap lihat Lampiran 4).

Bagan 2.1

Prosedur Analisis Postur dengan Metode RULA

Page 77: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

55

Tabel 2.16

Metode Pengukuran Ketidaknyamanan

Sumber: Marras & Karwowski (2003)

No. Aspek

Pengukuran

Ketidaknya-

manan

Jenis/cara

Penggunaan

Kelebihan

Kekurangan

Penentuan Alat

ukur yang

digunakan

1. Intensitas a. Biomechanical

and

physiological

correlates

b. Behaviour

rating scales

c. Verbal rating

scales

d. Visual analog

scales

e. Numeric rating

scales

f. Graphic rating

scales

Tidak tergantung

pengakuan pekerja tentang

ketidaknyamanan.

Tidak tergantung

pengakuan verbal rasa

tidak nyaman.

Tingkatan

ketidaknyamanan

berurutan & mudah

dipahami.

Ketepatan administrasi,

sensitivitas dalam analisis

statistik.

Sederhana.

Punya ekstra label yang

mempermudah pengisian.

Indikator biomekanik &

fisiologi belum tentu

menunjukkan

ketidaknyamanan.

Asumsi perubahan posisi

dilakukan untuk

kenyamanan.

Pilihan terbatas, hanya

intensitas ketidaknyamanan

yang terdeteksi.

Kesulitan persepsi dari

tingkat rasa

ketidaknyamanan.

Sensitivitas 1 – 10 terbatas.

-

Pengamatan

perubahan posisi

duduk.

-

-

-

-

2. Kualitas Deskripsi

discomfort:

tingling, burning,

searing,

numbness,

coldness, stiffness,

heat, cramping,

prickling,

stabbing, gnawing

Belum umum digunakan

para ahli ergonomi karena

implikasi perbedaan

kualitas belum jelas.

Menggunakan Body

Part Discomfort

Scale (di dalamnya

terdapat tingkatan

rasa tidak nyaman).

3. Lokasi Body map atau

body part

Mempermudah dalam

menunjukkan gambar

bagian tubuh yang tidak

nyaman.

Menggunakan Body

Part Discomfort

Scale.

4. Periode

Waktu

Pakai periode

waktu:

menit/jam/hari

atau yang lebih

lama lagi.

Pengukuran post

pada Kelompok

Eksperimen

dilakukan 2 kali

(hari ke-3 dan ke-6).

Page 78: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

56

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kenyamanan Penggunaan Kursi

Ergonomis

Banyak faktor yang mempengaruhi kenyamanan kerja, yaitu karakteristik

individu, pekerjaan, dan persepsi (Kumar, 1999; Pheasant, 2003; dan Puswiartika,

2008). Ketika seseorang dalam posisi duduk, karakteristik tempat duduk juga ikut

berpengaruh. Selengkapnya akan diuraikan sebagai berikut:

1. Karakteristik Tempat Duduk

Tempat duduk merupakan salah satu sarana penunjang utama dalam bekerja

yang berpengaruh terhadap kondisi fisik seseorang ketika bekerja atau

beraktivitas. Seperti yang dikemukakan Sutanto, dkk. (1999) dalam Puswiartika

(2008) tempat duduk harus dapat memberikan kenyamanan bagi pemakainya

sehingga dapat mengurangi kelelahan orang yang duduk pada saat orang tersebut

bekerja.

Schuler dan Jackson (1999) dalam Puswiartika (2008) menngatakan bahwa

tempat duduk yang tidak nyaman dapat menyebabkan cedera punggung para

karyawan. Dalam studi yang dilakukan di Eastman Kodak Company New York,

telah ditemukan bahwa 35% dari pekerja yang duduk terus menerus selama

bekerja, mengunjungi bagian kesehatan dengan keluhan sakit punggung selama

periode 10 tahun. Seseorang dengan sakit punggung yang menetap ini tidak

dapat bertahan duduk selama lebih dari beberapa jam selama sehari kerja.

Akibatnya pekerja tersebut tidak dapat bekerja dengan baik dan produktivitas

kerjanya menurun (Bridger, 1995 dalam Puswiartika, 2008).

Page 79: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

57

Apabila karyawan merasakan bahwa tempat duduknya nyaman, maka

kelelahan kerja baik kelelahan fisik (sakit atau nyeri pada sistem kerangka otot

manusia) maupun kelelahan psikis (rasa jemu atau bosan terhadap pekerjaan

yang dilakukan) akan berkurang (Anoraga, 1998 dalam Puswiartika, 2008).

Apabila kelelahan kerja berkurang, maka tidak akan banyak terjadi kesalahan

kerja dan penyakit akibat kerja. Kecepatan dan ketepatan kerja pun akan

meningkat, sehingga kinerja dan keluaran dalam proses produksi akan meningkat

atau dengan kata lain produktivitas kerja para karyawan akan meningkat dan

pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi.

Sedangkan menurut Pheasant (2003), karakteristik tempat duduk yang

mempengaruhi kenyamanan pada saat bekerja dengan posisi duduk antara lain

dimensi kursi, sudut kursi (seat angle), bentuk kursi, dan bahan/pelapis/bantalan

kursi. Dimensi kursi yang dapat diukur antara lain tinggi dudukan, lebar alas

duduk, kedalaman alas duduk, tinggi sandaran, lebar sandaran, sudut sandaran,

tinggi sandaran tangan, dan panjang sandaran tangan.

Kesesuaian antara dimensi tempat duduk dengan penggunanya akan

menciptakan kenyamanan pengguna selama menggunakan tempat duduk

tersebut. Tidak cukup hanya kesesuaian dimensi tempat duduk dengan

penggunanya, posisi seseorang dalam duduk juga menentukan kenyamanan

selama duduk. Hal ini berkaitan dengan proses fisiologis dan biomekanik dalam

tubuh akibat posisi duduk tersebut. Kenyamanan akan meningkat jika didukung

Page 80: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

58

oleh misalnya seperti adanya gundukan bantal, atau hal lain yang mendukung

untuk dilakukannya perubahan postur/posisi selama duduk.

2. Karakteristik Individu

Menurut Pheasant (2003), karakteristik individu yang mempengaruhi

kenyamanan selama bekerja antara lain kondisi tubuh seperti nyeri atau adanya

sakit pada tubuh, sirkulasi atau peredaran darah, dan kondisi pikiran atau tingkat

stres. Ia menambahkan, saat seseorang bekerja dengan posisi duduk, maka

dimensi tubuh juga akan mempengaruhi kenyamanan seseorang selama duduk.

Dimensi tubuh yang diukur untuk posisi duduk antara lain sitting height, sitting

shoulder height, sitting elbow height, thigh thickness, buttock-knee length, knee

height, popliteal height, shoulder breadth (bideltoid dan biacromial), hip

breadth, chest depth, abdominal depth, shoulder-elbow length, dan elbow-

fingertip length.

Menurut hasil penelitian Tan et.al (2010) yang dilakukan pada sopir truk di

Belanda, faktor umur, tinggi badan, dan Indeks Massa Tubuh (IMT) mempunyai

hubungan signifikan dengan kenyamanan. Hasil penelitiannya menyebutkan

bahwa sopir truk yang umurnya lebih tua, lebih sering merasakan

ketidaknyamanan pada bahu kanan dibandingkan dengan sopir truk yang lebih

muda. Sopir truk dengan tinggi badan lebih, jarang merasakan ketidaknyamanan

pada kepala dan leher. Adapun sopir truk dengan IMT lebih tinggi, lebih sering

merasakan ketidaknyamanan pada betis kanan setelah satu jam bekerja.

Page 81: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

59

3. Karakteristik Pekerjaan

Karakteristik pekerjaan yang mempengaruhi kenyamanan selama bekerja

menurut Pheasant (2003) terdiri dari durasi, beban visual, beban fisik, beban

mental dan sosial. Kumar (1999) menambahkan kondisi lingkungan, waktu

istirahat dan aktivitas pada waktu istirahat juga ikut mempengaruhi kenyamanan

seseorang dalam bekerja.

Durasi menunjukkan jumlah waktu seseorang yang secara terus-menerus

terpapar oleh faktor risiko. Pekerjaan yang membutuhkan otot yang sama atau

pergerakan untuk durasi yang panjang meningkatkan kemungkinan kelelahan

lokal dan umum (Cohen et. al, 1997 dalam Rahmawati, 2010). Risiko tinggi juga

telah ditemukan ketika duduk untuk waktu yang lama, terutama di kendaraan

(Kelsey, 1975 & Mangora, 1972 dalam Kumar, 1999).

Menurut Kumar (1999), beban visual terdiri dari jarak dan arah pandang,

ukuran objek yang dilihat, warna, tekstur, dan waktu. Sedangkan beban fisik

terdiri dari ukuran objek kerja (massa, bentuk, dan posisi), penggunaan tenaga,

postur, perpindahan (tidak statis), dan waktu. Beban mental dan sosial terdiri dari

pembuatan keputusan, konsentrasi, tekanan waktu, komunikasi dan interaksi

sosial. Waktu dan aktivitas istirahat terdiri dari stabilitas selama istirahat,

kemampuan untuk relaks, bergerak bebas, dan mengubah postur. Sedangkan

kondisi lingkungan terdiri dari pencahayaan (tingkat pencahayaan, kontras, silau,

dan sumber cahaya), kebisingan, iklim, bahan kimia, dan getaran.

Ramadhani (2003) dalam Rusdjijati dan Widodo (2008) menambahkan

bahwa dari faktor lingkungan, selain faktor-faktor tersebut di atas, juga ada

Page 82: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

60

faktor kimia dan biologi. Faktor kimia selain bahan kimia, gas, uap, dan debu

juga mempengaruhi kenyamanan seseorang dalam bekerja. Faktor biologi seperti

bakteri, jamur, virus, dan cacing penyebab penyakit. Rusdjijati dan Widodo

(2008) mengatakan bahwa faktor-faktor lingkungan tersebut akan menciptakan

kondisi yang nyaman apabila tidak melebihi Nilai Ambang Batas yang telah

ditetapkan atau melebihi toleransi manusia untuk menghadapinya.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1077/MENKES/PER/V/2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara dalam Ruang

Rumah, kadar yang diisyaratkan untuk suhu di dalam rumah adalah antara 18-

30oC dan pencahayaan minimal 60 Lux. Sedangkan menurut Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 tentang Baku Mutu Kebisingan,

tingkat kebisingan yang diperbolehkan untuk kawasan perumahan dan

pemukiman adalah tidak lebih dari 55 dB.

4. Persepsi Tempat Duduk

Setiap individu dalam kehidupannya sehari-hari akan menerima stimulus atau

rangsang berupa informasi, objek, peristiwa, dan lain-lain yang berasal dari

lingkungan. Stimulus yang berkaitan dengan dirinya akan diberi makna oleh

individu yang bersangkutan. Proses pemahaman atau pemberian makna terhadap

stimulus itu dinamakan proses persepsi (Suprani, 2010).

Banyak pengertian mengenai persepsi. Persepsi dalam arti sempit adalah

penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti

luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorsng memandang

atau mengartikan sesuatu (Leavitt, 1978 dalam Arifin, 2011). Menurut Robbins

Page 83: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

61

(1999) dalam Suprani (2010), persepsi adalah suatu proses dimana individu

mengaorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka untuk

memberikan makna terhadap lingkungan. Stephen P. Robbins (1998) dalam

Arifin (2011) mengatakan persepsi adalah sebuah proses dimana individu

mengorganisasikan dan menginterpretasikan rangsangan/stimulus yang

bermakna dengan tujuan untuk memberikan arti kepada lingkungan manusia.

Dalam Arifin (2011) pula, Morgan (1986) menyatakan persepsi sebagai segala

sesuatu yang dialami manusia di dunia melalui penglihatan, pendengaran,

perabaan, pengecapan, dan penciuman.

Secara umum persepsi dapat diartikan sebagai suatu pandangan, pendapat,

dan penilaian seseorang dalam menafsirkan, memandang atau mengartikan

kesan-kesan terhadap stimulus yang diterima panca indera mereka, sehingga

menjadi bermakna. Sedangkan arti dari persepsi tempat duduk ialah penilaian

seseorang dalam menafsirkan kesan terhadap tempat duduk menurut panca

ineranya, sehingga (dalam penelitian ini) dapat digambarkan kenyamanan posisi

duduk ibu menyusui saat menggunakan tempat duduk (kursi ergonomis) tersebut.

Karena berhubungan dengan panca indera manusia, persepsi tempat duduk

terkait kenyamanan yang dirasakan akan cenderung berbeda antara individu yang

satu dengan lainnya. Hal ini sejalan dengan penjelasan Puswiartika (2008) yaitu

persepsi individu terhadap tempat duduk mempengaruhi kenyamanan duduk

seseorang dalam bekerja. Setiap individu memiliki pandangan yang berlainan

terhadap tempat duduk, karena adanya perbedaan masing-masing individu dalam

menerima, menyeleksi dan mengorganisasi, dan menginterpretasikan tempat

Page 84: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

62

duduk. Perbedaan tersebut dikarenakan perbedaan kelima indera. Tempat duduk

menurut seseorang mungkin keras, tetapi untuk orang lain tidak begitu keras

(Kantowitz dan Sorkin, 1996 dalam Puswiartika, 2008).

E. Konsep Kursi Ergonomis

Oborne (1987) dalam Sarimurni & Murtopo (2004) mengatakan sikap duduk

tergantung pada kondisi kursi duduk, karena itu harus ada perancangan kursi

duduk yang baik. Pada aktivitas ibu menyusui yang dapat diasumsikan sebagai

suatu proses kerja, adanya rancangan kursi duduk diharapkan dapat memberikan

kenyamanan ibu ketika menyusui, sehingga akhirnya membantu proses

kelancaran pemberian ASI.

Dalam penelitiannya mengenai ergonomi, Sarimurni & Murtopo (2004)

mengemukakan adanya beberapa prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam

perancangan kursi yaitu tipe dan dimensi dari kursi berkaitan dengan alasan

duduk dan antropometri orang yang duduk, memberikan dukungan dan stabilitas

bagi orang yang duduk, memberikan kesempatan kepada pengguna untuk

mengubah sikap duduknya, sandaran punggung, khususnya yang menonjol di

daerah pinggang akan mengurangi tekanan pada bagian tulang punggung.

Sementara itu, Wickens (1992) dalam Puswiartika (2008) mengemukakan

prinsip-prinsip umum desain tempat duduk antara lain:

a. Tempat duduk dapat menegakkan lordosa tulang belakang.

b. Tekanan pada sendi dan beban statis dari otot-otot punggung dapat

diminimalkan.

Page 85: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

63

c. Postur yang tetap dapat dikurangi.

d. Tempat duduk dapat disesuaikan dengan mudah.

e. Ketinggian dan kemiringan tempat duduk yang sesuai.

f. Kedalaman dan lebar tempat duduk yang sesuai.

g. Perlu ada bantalan tempat duduk.

1. Sikap Kerja Duduk

Dalam ergonomi selalu dianjurkan bahwa pekerjaan sedapat mungkin

dilaksanakan dalam sikap duduk. Alasan tersebut dikemukakan karena bekerja

sambil duduk mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut (Dwiyati,

2010):

a) Kurangnya kelelahan pada kaki

b) Terhindarnya sikap-sikap yang tidak alamiah

c) Berkurangnya pemakaian energi

d) Kurangnya tingkat keperluan sirkulasi darah

Namun demikian terdapat pula kerugian-kerugian sebagai akibat bekerja

sambil duduk, yaitu:

a) Melembekkan otot-otot perut

b) Melengkungnya punggung

c) Tidak baik bagi alat-alat dalam khususnya peralatan pencernaan jika posisi

dilakukan secara membungkuk

Sikap duduk paling baik yang tidak berpengaruh buruk terhadap sikap badan

dan tulang belakang adalah sikap duduk dengan sedikit lordosa pada pinggang

dan sedikit mungkin kifosa pada punggung. Sikap demikian dapat dicapai

Page 86: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

64

dengan kursi dan sandaran punggung yang tepat. Dengan sikap demikian, otot-

otot punggung akan terasa enak.

Untuk mengetahui tepat tidaknya kursi, perlu dipelajari keluhan-keluhan

yang dirasakan seperti: keluhan pada kepala, leher dan bahu, pinggang, pantat,

lengan dan tungkai, lutut dan kaki, dan paha.

Page 87: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

65

F. Kerangka Teori

berdasarkan teori-teori di atas, maka dapat disimpulkan kerangka teori penelitian ini

adalah sebagai berikut.

Kenyamanan Posisi

Duduk

Karakteristik Tempat Duduk:

1. Dimensi Kursi/Tempat Duduk

2. Sudut Dudukan

3. Bentuk Kursi/Tempat Duduk

4. Bahan Pelapis atau Bantalan

Kursi/Tempat Duduk

Karakteristik Individu:

1. Dimensi Tubuh (Termasuk

Tinggi Badan)

2. Kondisi Tubuh

3. Sirkulasi atau Peredaran Darah

4. Kondisi Pikiran atau Tingkat

Stres

5. Usia

6. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Karakteristik Pekerjaan:

1. Durasi

2. Beban Visual

3. Beban Fisik

a. Ukuran Objek (Massa,

Bentuk, dan Posisi)

b. Penggunaan Tenaga

c. Postur

d. Pergerakan

4. Beban Mental dan Sosial

5. Kondisi Lingkungan

6. Waktu Istirahat

7. Aktivitas pada Waktu Istirahat

Persepsi terhadap Kenyamanan

Posisi Duduk

Bagan 2.2

Kerangka Teori (Kumar, 1999; Pheasant, 2003;

Ramadhani, 2003 dalam Rusdjijati dan Widodo, 2008;

dan Puswiartika, 2008)

Page 88: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

66

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penggunaan kursi ergonomis terhadap

kenyamanan posisi duduk ibu menyusui bayi usia sampai enam bulan dengan

memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhinya, antara lain karakteristik

individu, karakteristik pekerjaan atau aktivitas menyusui, dan karakteristik

lingkungan. Adapun data karakteristik tempat duduk (kursi ergonomis) penelitian ini

yang meliputi dimensi kursi, sudut dudukan, bentuk, dan bantalan kursi yang

digunakan dimana deskripsinya tercantum dalam Lampiran V. Sedangkan faktor

karakteristik individu yang akan diukur yaitu usia ibu, dan Indeks Massa Tubuh

(IMT) ibu. Untuk karakteristik pekerjaan yang akan diukur yaitu durasi, ukuran

objek, dan postur. Sementara karakteristik lingkungan yang diukur meliputi tingkat

kebisingan, suhu, dan tingkat pencahayaan.

Adapun faktor dimensi tubuh atau ukuran antropometri ibu tidak diukur karena

kursi ergonomis pada penelitian ini telah dirancang sesuai ukuran antropometri.

Faktor kondisi tubuh, sirkulasi atau peredaran darah, kondisi pikiran atau tingkat

stres, dan faktor beban mental dan sosial tidak diukur karena keterbatasan peneliti.

Faktor-faktor tersebut secara teori dapat mempengaruhi kenyamanan.

Kondisi lingkungan yang diukur hanya lingkungan fisik yang meliputi

kebisingan, suhu, dan pencahayaan. Kondisi lingkungan kimia dan biologi tidak

diukur karena mempertimbangkan keterbatasan peneliti, dimana untuk mengukur

Page 89: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

67

kondisi lingkungan kimia dan biologi memerlukan analisis laboratorium lebih lanjut

seperti kadar debu, jumlah mikroorganisme, dan sebagainya.

Faktor beban visual tidak diukur karena aktivitas menyusui tidak berkaitan

dengan beban visual. Penggunaan tenaga tidak diukur karena keterbatasan peneliti.

Faktor pergerakan tidak diukur karena aktivitas menyusui merupakan aktivitas yang

statis. Pergerakan yang mungkin terjadi adalah perubahan posisi duduk ibu.

Faktor waktu istirahat tidak diukur karena berdasarkan hasil studi pendahuluan

yang telah dilakukan, jeda atau selang aktivitas menyusui tidak jauh berbeda sekitar

2-3 jam, artinya ibu menyusui bayi rata-rata 2-3 jam sekali. Waktu istirahat di sini

diartikan sebagai waktu dimana ibu sedang tidak melakukan aktivitas menyusui.

Adapun faktor aktivitas saat sedang tidak menyusui tidak diukur karena aktivitas

tersebut cenderung homogen, yaitu termasuk aktivitas rumah tangga pada umumnya.

Pada penelitian ini, variabel independennya adalah Penggunaan Kursi Ergonomis

yang datanya diperoleh dari Kelompok Kontrol, yaitu kelompok tanpa menggunakan

kursi ergonomis dan Kelompok Eksperimen, yaitu kelompok yang menggunakan

kursi ergonomis. Pengukuran posttest pada Kelompok Kontrol dan Kelompok

Eksperimen dilakukan 1 – 2 bulan setelah pretest. Adapun variabel dependennya

adalah Kenyamanan Posisi Duduk Ibu saat Menyusui yang selain diukur secara

kuantitatif melalui lembar Body Part Discomfort, juga diukur secara kualitatif

melalui wawancara mendalam untuk mendukung hasil kuantitatif. Hal ini

dikarenakan Lembar Body Part Discomfort Scale mengukur keluhan fisik dari ibu

menyusui yang merupakan indikasi adanya peningkatan rasa ketidaknyamanan.

Page 90: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

68

Dengan demikian, peneliti dapat mengukur rasa kenyamanan berdasarkan keluhan

fisik ibu menyusui.

Kenyamanan adalah suatu kondisi perasaan dimana lebih dari sekadar hilangnya

rasa tidak nyaman akibat dari variasi faktor fisik, fisiologi, dan psikologi manusia,

merupakan penilaian respondentif individu yang sulit untuk didefinisikan secara

pasti karena sangat tergantung pada orang yang mengalami situasi tersebut, sehingga

harus menanyakan langsung kepada orang tersebut untuk mengetahui kenyamanan

yang dirasakan. Artinya, rasa nyaman yang dirasakan oleh individu yang satu belum

tentu sama dirasakan oleh individu lainnya. Adapun aspek kenyamanan yang diukur

adalah perasaan ibu menyusui terkait kenyamanan posisi duduk menyusui yang

dapat ditunjukkan melalui keluhan fisik ibu saat menyusui pada kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol dimana diharapkan terdapat hubungan sebab

akibat dari keberadaan kursi ergonomis tersebut. Sehingga, pada akhirnya

keberadaan kursi ergonomis dapat menjadi salah satu solusi dalam membantu

kelancaran proses menyusui.

Kursi dalam penelitian ini dapat dikatakan sebagai kursi ergonomis dikarenakan

kursi tersebut telah dirancang berdasarkan ukuran tubuh (antropometri)

penggunanya, yaitu ibu menyusui bayi usia sampai enam bulan. Adapun terkait

karakteristik kursi ergonomis yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan

modifikasi penggabungan data Antropometri Orang Indonesia dan Singapura

menurut Tan Kay Chuan, Markus Hartono, Naresh Kumar (2010) dengan data

antropometri ibu menyusui di Kelurahan Pisangan dimana deskripsinya tercantum

dalam Lampiran V.

Page 91: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

69

Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka konsep penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut:

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Variabel Dependen:

Kenyamanan Posisi

Duduk saat

Menyusui Variabel Confounder:

Faktor yang Ikut Mempengaruhi (selain

Kursi Ergonomis):

1. Karakteristik Individu:

a. Usia

b. Indeks Massa Tubuh (IMT)

2. Karakteristik Pekerjaan (Aktivitas

Menyusui)

a. Frekuensi dan Durasi/ Lama

Menyusui

b. Ukuran Objek (Berat Badan Bayi)

c. Postur Menyusui

3. Karakteristik Lingkungan:

a. Kebisingan

b. Suhu

c. Pencahayaan

Variabel

Independen:

Penggunaan

Kursi Ergonomis

Page 92: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

70

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Definisi Cara Ukur Instrumen Hasil Ukur Skala

Ukur

Kursi

ergonomis

Suatu penerapan ergonomi dalam

pembuatan kursi yang dimaksudkan

untuk mendapatkan sikap tubuh yang

ergonomis pada saat bekerja dan

beraktivitas (Meilia, 2011).

Kuesioner,

observasi

Kuesioner,

lembar

observasi

1. Kelompok kontrol:

Kelompok yang

melakukan aktivitas

menyusui seperti

biasanya, tanpa kursi

ergonomis.

2. Kelompok

Eksperimen:

Kelompok yang

melakukan aktivitas

menyusui

menggunakan kursi

ergonomis.

Ordinal

Kenyamanan

posisi duduk

Kondisi perasaan ibu dimana terbebas

dari rasa tidak nyaman atau tidak

adanya sensasi dari tubuh ibu yang

tidak menyenangkan saat posisi duduk

sedang menyusui.

Kuesioner

dengan

didukung

wawancara

Lembar Body

Part

Discomfort

Scale,

Pedoman

wawancara

terstruktur,

recorder

Skor ketidaknyamanan

saat menyusui:

0. Tidak

1. Ya

Dengan frekuensi:

1. Kadang-kadang

2. Sering

3. Selalu

Dengan intensitas:

1. Tidak nyaman

2. Sakit

3. Sangat sakit

Ordinal

Faktor-faktor yang akan diteliti Ikut Mempengaruhi Kenyamanan Posisi Duduk Ibu Menyusui (selain kursi ergonomis):

Variabel Definisi Cara Ukur Instrumen Hasil Ukur Skala

Ukur

Usia Lama masa hidup ibu terhitung sejak

dilahirkan hingga saat pengumpulan

data penelitian ini dilakukan.

Kuesioner Kuesioner Usia dalam tahun Ratio

Indeks Massa

Tubuh (IMT)

Ukuran status gizi ibu berdasarkan

tinggi badan dan berat badan.

Perhitungan

BB (kg)/TB2

(m)

Pengukur TB,

timbangan

digital, dan

kalkulator

1. Kurus: < 18,5

2. Normal: 18,5-25,0

3. Gemuk: >25,0

(Depkes, 1994 dalam

Almatsier, 2004)

Ordinal

Frekuensi

Menyusui

Durasi

Menyusui

Banyaknya (berapa kali) aktivitas

menyusui dalam sehari.

Lama waktu yang biasa dibutuhkan ibu

untuk menyusui bayinya (untuk dua

payudara).

Kuesioner Kuesioner 1. <12 kali

2. ≥12 kali

1. < 10 menit

2. 10-15 menit

3. 20-30 menit

4. > 30 menit

Ordinal

Ukuran

Objek

Berat badan bayi pada saat dilakukan

pengumpulan data penelitian ini.

Pengukuran

langsung

Timbangan

berat badan

untuk bayi

Berat badan dalam

kilogram (kg)

Rasio

Sumber: Data Sekunder

Page 93: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

71

Variabel Definisi Cara Ukur Instrumen Hasil Ukur Skala

Ukur

Postur Kondisi relatif tubuh ibu pada

ruang/tempat tertentu. (Pheasant, 2003)

Analisis

Postur

Tubuh

dengan

metode

Rapid Upper

Limb

Assessment

(RULA)

Kamera video,

penggaris,

busur derajat,

timbangan

berat badan

bayi untuk

mengukur

beban objek

Skor RULA dengan

klasifikasi menurut

level risiko:

1. Minimum: Skor 1-2

2. Kecil: Skor 3-4

3. Sedang: Skor 5-6

4. Tinggi: Skor 7

Ordinal

Kondisi

Lingkungan:

1. Kebisingan

2. Suhu

3. Pencahaya-

an

Bunyi yang tidak diinginkan dari usaha

atau kegiatan dalam tingkat dan waktu

tertentu yang dapat menimbulkan

gangguan kesehatan manusia dan

kenyamanan lingkungan. (KEPMENLH

No. 48 Tahun 1996).

Ukuran panas atau dinginnya suatu

benda atau lingkungan.

Jumlah penyinaran pada suatu bidang

kerja yang diperlukan untuk

melaksanakan kegiatan secara efektif.

(KepMenkes RI No.

1405/MENKES/SK/XI/2002)

Pengukuran

langsung

Pengukuran

langsung

Pengukuran

langsung

Sound Level

Meter

Termometer

Lux Meter

1. < 55 dB

2. > 55dB

(KepMenLH

No.48/1996)

1. 18-30oC

2. < 18oC

3. > 30

(Permenkes/1077/2011)

1. > 60 lux

2. < 60 lux

(Permenkes

No.1077/2011)

Ordinal

Ordinal

Ordinal

Sumber: Data Sekunder

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu:

Hipotesis Null (H0)

1. Ada beda rata-rata skor ketidaknyamanan sebelum dan setelah pada Kelompok

Eksperimen.

2. Ada beda rata-rata skor ketidaknyamanan sebelum dan setelah pada Kelompok

Kontrol.

3. Ada beda rata-rata skor ketidaknyamanan antara Kelompok Kontrol dengan

Kelompok Eksperimen.

Page 94: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

72

Hipotesis Alternatif (Ha)

1. Tidak ada beda rata-rata skor ketidaknyamanan sebelum dan setelah pada

Kelompok Eksperimen.

2. Tidak ada beda rata-rata skor ketidaknyamanan sebelum dan setelah pada

Kelompok Kontrol.

3. Tidak ada beda rata-rata skor ketidaknyamanan antara Kelompok Kontrol dengan

Kelompok Eksperimen.

Page 95: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

73

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Disain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan disain eksperimen jenis

Pretest-Posttest Control Group Design. Menurut Sugiyono (2008), dalam rancangan

tersebut terdapat kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest

untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol. Dalam penelitian ini, setelah randomisasi sampel yang diambil

lalu sampel tersebut dibagi atas Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol.

Kelompok Eksperimen diberikan perlakuan berupa penggunaan kursi ergonomis saat

menyusui, sedangkan pada Kelompok Kontrol tetap melakukan aktivitas menyusui

seperti biasanya.

Sugiyono (2008) menambahkan, hasil pretest yang baik apabila nilai kelompok

eksperimen tidak berbeda secara signifikan. Pengaruh perlakuan = (O2 – O1) – (O4 –

O3). Rancangan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Keterangan:

R : Sampel random

X : Eksperimen

O1 dan O3 : Kelompok pretest

R O1 X O2

R O3 O4

Page 96: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

74

O2 dan O4 : Kelompok posttest dengan O2 sebagai Kelompok Kontrol dan O4

sebagai Kelompok Eksperimen

Penelitian kuantitatif ini didukung oleh pendekatan kualitatif melalui observasi

dan wawancara mendalam untuk menganalisa kenyamanan posisi duduk saat

menggunakan kursi ergonomis pada ibu menyusui bayi usia sampai enam bulan

dengan melihat faktor-faktor selain kursi ergonomis yang mempengaruhi

kenyamanan tersebut.

Dalam karakteristik identifikasi masalah penelitian, Emzir (2011) menyatakan

penelitian kuantitatif cenderung mengarahkan permasalahan penelitian yang

memerlukan suatu deskripsi tentang kecenderungan atau suatu penjelasan hubungan

antarvariabel. Sedangkan penelitian kualitatif cenderung mengarahkan masalah-

masalah penelitian yang memerlukan eksplorasi mendalam terhadap hal yang sedikit

diketahui atau dipahami dan detail pemahaman tentang suatu fenomena sentral.

Permasalahan penelitian ini tentang kenyamanan yang berkaitan dengan perasaan

seseorang atau bersifat subjektif. Sugiyono (2008) menyatakan perasaan orang sulit

dimengerti jika tidak diteliti dengan metode kualitatif melalui wawancara mendalam

dan observasi. Sehingga, diharapkan akan diperoleh kondisi mendalam terkait

kenyamanan posisi duduk saat menggunakan kursi ergonomis pada ibu menyusui.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Pisangan, Kecamatan Ciputat Timur, Kota

Tangerang Selatan pada rentang Juli 2012 – Juli 2013.

Page 97: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

75

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel (Sampling)

Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui bayi usia sampai enam bulan

(≤6 bulan) dengan data kelahiran terakhir pada Januari 2013 yang tercatat di

sejumlah posyandu di Kelurahan Pisangan, yakni berjumlah 43 orang. Sedangkan

sampel penelitian ini dapat dihitung sebagai berikut:

Keterangan:

n : Besar sampel

Z1-α/2 : Harga kurva normal sesuai α (dalam penelitian ini digunakan α = 0,05

sehingga nilai Z1-α/2 = 1,96)

p : Proporsi kejadian (karena tidak ditemukan pada literatur atau penelitian

terdahulu, maka dalam penelitian ini digunakan nilai p berdasarkan hasil

studi pendahuluan yang sudah dilakukan oleh peneliti di Kelurahan

Pisangan yaitu sebesar p = 0,75)

q : 1-p

d : Beda antara proporsi di sampel dengan di populasi (presisi). Dalam

penelitian ini ditetapkan sebesar 10% = 0,1.

Dengan menggunakan rumus perhitungan sampel di atas, maka besar sampel

minimal dalam penelitian ini dapat ditentukan sebagai berikut:

Jadi, besar sampel minimal penelitian ini sebanyak 73 ibu menyusui bayi usia

sampai enam bulan.

Page 98: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

76

Namun demikian, data jumlah populasi ibu menyusui bayi usia sampai enam

bulan yang telah terkumpul sebanyak 43 responden. Jumlah ini diperoleh sebelum

dilakukan pretest, sedangkan pengukuran pretest mulai dilakukan pada akhir

Februari hingga pertengahan Maret, lalu dua bulan kemudian baru dilakukan

pengukuran post selama seminggu untuk penggunaan kursi ergonomis pada

Kelompok Eksperimen. Sehingga, ketika akan dilakukan pengukuran posttest jumlah

populasi yang memenuhi menjadi 34 orang dimana jumlah inilah yang digunakan

sebagai subyek penelitian ini. Sedangkan 9 orang lainnya tidak memenuhi karena

usia bayinya sudah lebih dari 6 bulan. Dari 34 orang tersebut dibagi menjadi 2

kelompok, yakni Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol, masing-masing

dengan jumlah yang sama sebanyak 17 orang.

Namun demikian, peneliti mengasumsikan dengan 34 sampel hasil penelitian ini

diharapkan sudah dapat menggambarkan kondisi kenyamanan ibu menyusui pada

umumnya. Hal ini dikarenakan di manapun lokasinya, karakteristik posisi duduk

pada populasi ibu menyusui mempunyai kecenderungan bersifat homogen dan

universal, yaitu duduk di kursi dan bukan kursi. Dalam penelitian ini, aspek posisi

duduk ibu menyusui yang menjadi fokus penelitian.

Memang dapat dimungkinkan untuk menambah jumlah sampel yang telah ada

dengan sampel yang baru, yaitu menunggu data kelahiran baru. Akan tetapi, selama

masa menunggu tersebut kemungkinan juga dapat mengurangi jumlah sampel yang

telah diperoleh sebelumnya. Hal ini disebabkan usia bayi juga ikut bertambah selama

menunggu sampel baru atau mungkin sampel yang telah bersedia tersebut tiba-tiba

Page 99: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

77

drop out mengundurkan diri. Di samping itu, terkait informed consent calon sampel

yang baru juga belum tentu mudah diperoleh.

Sementara untuk penentuan sampel penelitian ini menggunakan teknik Simple

Random Sampling, karena responden penelitian cenderung homogen dan memiliki

kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian. Sampel random dipilih

sebelum dilakukan tahap pretest. Cara untuk mengambil sampel penelitian ini yaitu

secara random atau acak melalui undian. Peneliti terlebih dahulu memberi nomor

pada setiap anggota populasi ibu menyusui bayi usia sampai enam bulan. Karena

setiap anggota mempunyai peluang yang sama untuk menjadi sampel, maka ketika

satu nomor sampel keluar akan dikembalikan lagi ke dalam populasi. Jika tidak

dikembalikan lagi, maka peluangnya menjadi tidak sama. Kemudian bila yang telah

diambil keluar lagi, maka dianggap tidak sah dan dikembalikan lagi. Selanjutnya

berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari sampel sebelumnya, peneliti

dapat menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan akan memberikan data

lebih lengkap (Sugiyono, 2008).

Adapun kriteria sampel penelitian ini berupa ibu menyusui bayi yang usianya

kurang dari atau sama dengan enam bulan dan cenderung sering menggunakan posisi

duduk saat menyusui, mau menggunakan kursi ergonomis saat melakukan aktivitas

menyusui untuk sampel Kelompok Eksperimen, dan tidak bekerja atau hanya

sebagai ibu rumah tangga. Pertimbangan responden menggunakan ibu menyusui

bayi usia sampai enam bulan atau ASI Eksklusif yaitu karena ketika masa menyusui

ASI Eksklusif tersebut aktivitas ibu cenderung fokus pada kegiatan menyusui dan

jika lebih dari enam bulan aktivitas harian ibu cenderung normal seperti biasanya.

Page 100: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

78

Tujuannya, untuk mengurangi bias dan memastikan jika muncul sensasi

ketidaknyamanan yang dirasakan cenderung disebabkan oleh aktivitas menyusui.

Selain itu, dari hasil analisa data pre diperoleh bahwa dari 73 sampel (bayi usia ≤6

bulan=39; bayi >6 bulan=34) sebanyak 89,7% ketidaknyamanan posisi duduk

menyusui dirasakan oleh ibu menyusui dengan bayi ≤6 bulan.

D. Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian ini diperoleh dari data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer yang digunakan yaitu data hasil pengisian kuesioner, data hasil

observasi dan wawancara, data pengukuran kondisi kingkungan dan

antropometri. Pengisian kuesioner berasal dari Lembar Body Part Discomfort

Scale untuk mengetahui informasi adanya keluhan ketidaknyamanan saat

menyusui. Observasi dilakukan untuk memperoleh posisi dan postur tubuh ibu

menyusui saat posisi duduk. Sedangkan wawancara dilakukan untuk memperoleh

informasi mengenai kenyamanan posisi duduk menyusui sebagai pendukung

hasil kuesioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini yaitu studi dokumentasi data ibu

menyusui dari seluruh posyandu di Kelurahan Pisangan hingga Januari 2013

serta data karakteristik kursi ergonomis yang direkomendasikan untuk digunakan

dalam penelitian ini.

Page 101: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

79

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar observasi,

perekam video, kamera, recorder (perekam suara), lembar Body Part Discomfort

Scale, RULA, alat pengukur tinggi badan (stand body measurement), timbangan

berat badan digital untuk dewasa, timbangan berat badan khusus untuk bayi, sound

level meter, termometer, lux meter, penggaris, busur derajat, dan kalkulator.

Instrumen tersebut digunakan sejak dilakukannya pengukuran pretest.

Lembar observasi digunakan untuk mengamati segala sesuatu yang tak bisa

diamati secara kuantitatif. Perekam video digunakan untuk mendokumentasi posisi

ibu saat menyusui dimana hasilnya akan dibuat menjadi gambar postur yang sesuai

dengan perubahan posisi ibu ketika menyusui kemudian dilakukan analisis

perhitungan dengan metode RULA untuk diperolehnya postur tubuh, baik saat ibu

menyusui dengan posisi duduk pada umumnya maupun saat menggunakan kursi

ergonomis untuk Kelompok Eksperimen. Sedangkan lembar Body Part Discomfort

Scale digunakan untuk mengetahui keluhan ketidaknyamanan pada beberapa bagian

tubuh ibu menyusui saat posisi duduk yang dilihat berdasarkan lokasi, intensitas, dan

frekuensinya.

Pada Body Part Discomfor Scale, tubuh dibagi menjadi 12 bagian, yaitu leher,

bahu (kanan dan kiri), punggung bagian atas, punggung bagian bawah, siku-siku

(kanan dan kiri), lengan bawah (kanan dan kiri), pergelangan tangan (kanan dan

kiri), pinggul (kanan dan kiri), paha (kanan dan kiri), lutut (kanan dan kiri), betis

(kanan dan kiri), dan tumit (kanan dan kiri). Selain responden akan memberikan

tanda pada bagian tubuh yang mengalami ketidaknyamanan, juga ditanyakan

Page 102: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

80

frekuensi (seberapa sering) dan intensitas (seberapa parah) responden mengalami

ketidaknyamanan pada bagian tubuh yang ditandai tersebut. Frekuensinya terdiri

dari: 1) Kadang-kadang, 2) Sering, 3) Selalu. Sedangkan Intensitasnya terdiri dari: 1)

Tidak nyaman, 2) Sakit, 3) Sangat sakit. Hasil dari pengisian lembar Body Part

Discomfort Scale ini akan didukung oleh hasil observasi dan wawancara mendalam

terkait kenyamanan posisi duduk menyusui.

Penggaris dan busur derajat digunakan untuk melakukan analisis RULA

berdasarkan hasil observasi untuk menentukan kemiringan tubuh atau gerakan tubuh

pada saat menyusui dengan posisi duduk, yaitu tubuh bagian lengan atas, lengan

bawah, pergelangan tangan, leher, batang tubuh, dan kaki.

Alat pengukur tinggi badan digunakan untuk mengukur tinggi badan ibu dan

timbangan berat badan digital digunakan untuk mengukur berat badan ibu. Begitu

juga dengan timbangan berat badan khusus untuk bayi digunakan untuk mengukur

berat badan bayi saat itu. Sound Level Meter digunakan untuk mengukur tingkat

kebisingan, Termometer untuk mengukur suhu, dan Lux Meter untuk mengukur

tingkat pencahayaan di lingkungan tempat ibu melakukan aktivitas menyusui.

Sedangkan kalkulator digunakan untuk menghitung IMT ibu berdasarkan berat

badan dan tinggi badan ibu.

F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

1. Pendekatan Kuantitatif

a. Pengolahan Data

Pengolahan data penelitian dilakukan melalui beberapa proses berikut:

Page 103: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

81

1) Editing, tahap ini merupakan kegiatan penyutingan data yang telah

terkumpul dengan cara memeriksa kelengkapan data dan kesalahan

pengisian instrumen penelitian untuk memastikan data yang diperoleh

telah lengkap dapat dibaca dengan baik, relevan, dan konsisten.

2) Coding, melakukan pengkodean pada setiap jawaban responden sebelum

diolah dengan komputer untuk memudahkan dalam analisa data.

Pengkodean data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

a) Adanya ketidaknyamanan pada bagian tubuh : 0. Tidak

1. Ya

(1) Dengan frekuensi : 1. Kadang-kadang

2. Sering

3. Selalu

(2) Dengan Intensitas : 1. Tidak nyaman

2. Sakit

3. Sangat Sakit

b) Skor analisis RULA berdasarkan level risiko : 1. Minimum: Skor 1-2

2. Kecil: Skor 3-4

3. Sedang: Skor 5-6

4. Tinggi: Skor 7

c) Indeks Massa Tubuh (IMT) : 1. Kurus: < 17,0 atau 17,0-18,5

2. Normal: 18,5-25,0

3. Gemuk: 25,0-27,0 atau > 27,0

Page 104: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

82

d) Durasi menyusui : 1. < 10 menit

2. 10-15 menit

3. 20-30 menit

4. > 30 menit

e) Kebisingan : 1. < 55 dB

2. > 55 dB

f) Suhu : 1. 18-30oC

2. < 18oC

3. > 30oC

g) Pencahayaan : 1. > 60 lux

2. < 60 lux

3) Data structure, dikembangkan sesuai dengan analisis yang akan

dilakukan dan jenis perangkat lunak yang digunakan.

4) Entry data, tahap ini merupakan proses memasukkan data ke dalam

komputer untuk kemudian diolah dengan bantuan perangkat lunak

komputer.

5) Cleaning, proses pengecekan kembali dan pemeriksaan kesalahan pada

data yang telah di-entry untuk diperbaiki dan disesuaikan dengan data

yang telah dikumpulkan.

b. Analisis Data

Setelah data diolah, kemudian dilakukan analisis data dengan perhitungan

statistik yang meliputi:

Page 105: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

83

1) Analisis univariat, dilakukan terhadap setiap variabel pada penelitian ini

yang menyajikan data secara deskriptif dengan menghitung distribusi

dari: skor kenyamanan sebelum dan setelah menggunakan kursi

ergonomis, skor kenyamanan sebelum dan setelah pada Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol, karakteristik individu (usia, dan

Indeks Massa Tubuh/IMT), karakteristik aktivitas menyusui (frekuensi

menyusui, durasi/lama menyusui, berat badan bayi, dan postur

menyusui), dan faktor lingkungan (kebisingan, suhu, dan pencahayaan).

2) Analisis bivariat, dilakukan melalui tiga uji statistik.

a) Untuk mengetahui perbedaan rata-rata skor ketidaknyamanan

sebelum dan setelah (pre dan post) masing-masing pada Kelompok

Kontrol dan Kelompok Eksperimen. Teknik statistik yang digunakan

t-test dependent atau uji Wilcoxon Signed Rank Test untuk data yang

tidak berdistribusi normal.

Adapun keputusan diambil jika p-value < 0,05 artinya Ho diterima

atau Ha ditolak, sedangkan jika p-value > 0,05 Ho ditolak atau Ha

diterima.

b) Untuk mennguji hipotesis bahwa “Ada perbedaan rata-rata skor

ketidaknyamanan antara Kelompok Kontrol dengan Kelompok

Eksperimen.” Dengan kalimat lain, penggunaan kursi ergonomis akan

meningkatkan kenyamanan posisi duduk pada ibu menyusui bayi usia

sampai enam bulan di Kelurahan Pisangan. Teknik statistik yang

digunakan adalah t-test independent atau uji Wilcoxon Mann-Whitney

Page 106: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

84

Test untuk data yang tidak berdistribusi normal. Adapun keputusan

diambil jika p-value < 0,05 artinya Ho diterima atau Ha ditolak,

sedangkan jika p-value > 0,05 Ho ditolak atau Ha diterima.

c) Analisis bivariat untuk faktor-faktor selain kursi ergonomis yang

diduga sebagai confounding dimana masing-masing faktor tersebut

dihubungkan dengan kenyamanan posisi duduk. Jika diperoleh hasil

yang berhubungan, maka analisa dapat dilanjutkan pada analisis

multivariat.

3) Analisis multivariat, dilakukan karena penelitian ini ingin mengetahui

hubungan penggunaan kursi ergonomis terhadap kenyamanan posisi

duduk ibu menyusui. Sedangkan masih terdapat faktor lain yang

mempengaruhi kenyamanan posisi duduk ibu menyusui, antara lain: usia

ibu, IMT ibu, frekuensi dan lama ibu menyusui, berat badan bayi, tingkat

kebisingan, suhu, dan tingkat pencahayaan. Jika faktor-faktor tersebut

terbukti berhubungan dalam analisis bivariat, maka dapat dilakukan uji

statistik lebih lanjut, yaitu menggunakan analisis Regresi Logistik

Berganda Model Faktor Risiko.

4) Pendekatan Kualitatif

Model analisa data yang digunakan yaitu model Miles dan Huberman (1984).

Dalam Sugiyono (2008), model ini mengemukakan bahwa aktivitas dalam

analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-

menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Langkah-langkah dalam analisis

data kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Page 107: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

85

a. Reduksi Data (Data Reduction)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, sehingga perlu

dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti ke lapangan, jumlah data

akan semakin banyak, kompleks, dan rumit. Maka, perlu dilakukan reduksi

data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Sehingga,

data yang telah direduksi akan memberikan gambaran lebih jelas,

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan

mencarinya bila diperlukan.

Dalam penelitian ini, data kualitatif yang akan diperoleh antara lain berupa

hasil wawancara mendalam, hasil observasi, dan dokumentasi. Hasil

wawancara mendalam yang telah direkam kemudian dibuat transkrip

wawancara. Selanjutnya keseluruhan data tersebut dikumpulkan dan

direduksi sesuai dengan tujuan penelitian.

b. Penyajian Data (Data Display)

Dengan menyajikan data, akan memudahkan untuk memahami apa yang

terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah

dipahami. Dalam menyajikan data, selain menggunakan teks naratif, juga

disarankan dengan grafik, matriks, network (jejaring kerja) dan chart. Dalam

penelitian ini, hasil wawancara disajikan dalam bentuk teks naratif.

c. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/Verification)

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan

masalah yang telah dirumuskan, tetapi mungkin juga tidak, karena rumusan

Page 108: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

86

masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan

berkembang setelah penelitian berada di lapangan. Dalam penelitian ini, hasil

wawancara dan observasi kemudian disimpulkan untuk mendukung data

kuantitatif yang diharapkan dapat menjawab rumusan masalah penelitian ini.

G. Validitas Data

Dalam penelitian ini, untuk mendapatkan data yang valid pada data kuantitatif

dilakukan melalui uji kuesioner. Sedangkan pada data kualitatif dilakukan triangulasi

teknik dan triangulasi waktu.

Triangulasi teknik merupakan uji validitas data dengan cara mengecek data

kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda (Sugiyono, 2008). Dalam

penelitian ini, triangulasi teknik dilakukan dengan wawancara, observasi, dan

dokumentasi. Sementara triangulasi waktu dilakukan dengan pengisian ulang

Lembar Body Part Discomfort Scale kepada responden Kelompok Eksperimen untuk

konsistensi pengukuran yang dilakukan pada hari ke-3 dan ke-6 saat menggunakan

kursi ergonomis. Diharapkan dengan triangulasi waktu ini dapat mengurangi bias

informasi dari responden.

H. Etika Penelitian

Etika penelitian ini meliputi:

1. Informed Consent, merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan responden

yang dapat berupa lembar persetujuan. Dalam penelitian ini, ketika pengukuran

pretest persetujuan yang dilakukan antara peneliti dengan responden berbentuk

Page 109: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

87

lisan. Sedangkan ketika akan dilakukan pengukuran posttest, khusus untuk

Kelompok Eksperimen, persetujuan antara peneliti dengan responden berbentuk

lembaran bermaterai yang berisi judul penelitian penulis, data dan informasi

yang akan diminta peneliti kepada responden yang bersangkutan termasuk di

dalamnya kesanggupan responden untuk menggunakan kursi ergonomis selama

penelitian berlangsung.

2. Confidentiality, yaitu bahwa data dan informasi yang telah dikumpulkan dari

responden akan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya digunakan untuk

pengembangan ilmu pengetahuan.

Page 110: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

88

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Profil Singkat Kelurahan Pisangan

Kelurahan Pisangan merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan

Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan. Batas wilayah Kelurahan Pisangan adalah

sebagai berikut:

1. Sebelah utara : Cireundeu, Ciputat Timur

2. Sebelah selatan : Pondok Cabe Ilir, Pamulang

3. Sebelah timur : Cinere, Limo

4. Sebelah barat : Cempaka Putih, Ciputat Timur

Profil Kelurahan Pisangan (2012) mencatat luas wilayahnya sebesar 405 ha/m2

dengan luas pemukiman 380 ha/m2. Penduduk di Kelurahan Pisangan berjumlah

29.779 orang yang terdiri dari 15.035 penduduk laki-laki (50,49%) dan 14.744

penduduk perempuan (49,51%). Kelurahan Pisangan terbagi menjadi 18 RW dengan

108 RT.

Sedangkan kondisi lingkungan di Kelurahan Pisangan antara lain yaitu

Kelurahan Pisangan mempunyai suhu rata-rata harian sekitar 24-34oC dan memiliki

tingkat kebisingan yang tergolong tingkat kebisingan ringan.

Kelurahan Pisangan mempunyai posyandu yang aktif dengan jumlah 23

posyandu. Daftar posyandu yang ada di Kelurahan Pisangan dapat dilihat pada Tabel

5.1 berikut.

Page 111: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

89

Tabel 5.1 Daftar Nama Posyandu di Kelurahan Pisangan

No. Nama Posyandu Alamat

1. Melati I Jl. Lurah Disah RT 02 RW 01

2. Melati II Jl. Legoso Raya RT 03 RW 07

3. Melati III Jl. Legoso Raya RT 06 RW 01

4. Mawar I Jl. H. Muri Salim RT 02 RW 02

5. Mawar II Jl. Puri Intan RT 04 RW 17

6. Mawar III Jl. Purnawarman RT 03 RW 02

7. Anggrek Jl. Legoso Gg. Gandaria RT 01 RW 02

8. Tulip Komplek Telkom

9. Nirwana Jl. Legoso Raya RT 04 RW 11

10. Wijaya Kusuma Jl. Legoso RT 04 RW 01

11. Kenanga Ciputat Molek RT 05 RW 07

12. Bugenvil Jl. Jambu II RT 01 RW 11

13. Nusa Indah I Jl. Kertamukti RT 04 RW 08

14. Flamboyan I Jl. Bungur RT 05 RW 08

15. Flamboyan II Jl. Sedap Malam RT 08 RW 08

16. Melon Jl. Tarumanegara RT 03 RW 10

17. Cempaka I Jl. Cirendeu Indah I RT 05 RW 03

18. Cempaka II Jl. Lebak Hijau Pemancingan RT 05 RW 05

19. Cempaka III Jl. Gelagah RT 02 RW 03

20. Dahlia Jl. Pluto Dalam RT 05 RW 04

21. Peruri Komplek Peruri RT 08 RW 02

22. Soka Jl. Pondok Hijau RW 09

23. Teratai Masjid Al Mabrur RT 01 RW 01

Sumber: Data Posyandu Kelurahan Pisangan, 2012

B. Hasil Penelitian Utama

Hasil penelitian utama diperoleh berdasarkan tujuan penelitian. Untuk

mengetahui skor pre-post dan perubahan skor ketidaknyamanan posisi duduk ibu

menyusui, digunakan uji Wilcoxon Signed Ranks karena data tidak berdistribusi

normal. Hasil penelitian uji statistik tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.2 Gambaran Skor Ketidaknyamanan Ibu Sebelum (Pre) dan Setelah

(Post) Menggunakan Kursi Ergonomis

Kelompok

Pre Post

z

p-

value

n Mean SD Min-Max Mean SD Min-Max

Eksperimen 42,47 48,744 0-140 10,82 24,600 0-100 -2,433 0,015 17

Kontrol 23,18 32,195 0-120 24,18 34,244 0-140 -0,028 0,977 17

Sumber: Data Primer, 2013

Page 112: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

90

Adapun interpretasi dari tabel di atas, yaitu:

1. Gambaran Skor Pre-Post Ketidaknyamanan Posisi Duduk saat Menyusui

pada Kelompok Eksperimen

Responden pada Kelompok Eksperimen sebanyak 17 responden. Untuk

menggambarkan kenyamanan responden dapat diketahui melalui tingkat

ketidaknyamanannya. Sehingga, skor kenyamanan posisi duduk saat menyusui

dapat dilihat dari hasil skor ketidaknyamanan. Penghitungan skor

ketidaknyamanan diperoleh melalui kuesioner Body Part Discomfort Scale

berdasarkan pada Frekuensi (Kadang-kadang = 1; Sering = 2; Selalu = 3) dan

Intensitas (Tidak nyaman = 1; Sakit = 2; Sangat sakit = 3). Perhitungannya yaitu

dari hasil perkalian pada jumlah skor frekuensi dan jumlah skor intensitas.

Interpretasi hasil skor ketidaknyamanan berbanding terbalik terhadap tingkat

kenyamanan. Semakin besar skor ketidaknyamanan menunjukkan bahwa tingkat

kenyamanan yang dirasakan oleh responden semakin rendah, begitupun

sebaliknya.

Dari Tabel 5.2 di atas diketahui bahwa pada Kelompok Eksperimen, nilai

rata-rata skor pre ketidaknyamanan adalah 42,47 dengan standar deviasi 48,744

dimana skor terendah adalah 0 dan skor paling tinggi yaitu 140. Sementara rata-

rata skor post ketidaknyamanan ibu menyusui yaitu 10,82 dengan standar deviasi

24,600 dimana skor terendah adalah 0 dan skor paling tinggi yaitu 100.

2. Gambaran Skor Pre-Post Ketidaknyamanan Posisi Duduk saat Menyusui

pada Kelompok Kontrol

Sama halnya dengan jumlah responden yang menjadi Kelompok Eksperimen,

jumlah responden untuk Kelompok Kontrol dalam penelitian ini juga sebanyak

Page 113: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

91

17 ibu menyusui bayi usia sampai enam bulan. Sehingga, responden pada

Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen adalah orang yang berbeda.

Tabel 5.2 tersebut menunjukkan bahwa rata-rata skor pre ketidaknyamanan

adalah 23,18 dengan standar deviasi 32,195 dimana skor terendah adalah 0 dan

skor paling tinggi yaitu 120. Sementara rata-rata skor post ketidaknyamanan ibu

menyusui yaitu 24,18 dengan standar deviasi 34,244 dimana skor terendah

adalah 0 dan skor paling tinggi yaitu 140.

3. Perubahan Skor Ketidaknyamanan Posisi Duduk Menyusui Pada

Kelompok Eksperimen

Berdasarkan Tabel 5.2 tersebut, diketahui bahwa rata-rata skor pre

ketidaknyamanan adalah 42,47 dengan standar deviasi 48,744. Sedangkan rata-

rata skor post ketidaknyamanan yaitu 10,82 dengan standar deviasinya 24,6. Dari

hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas (p-value) sebesar 0,015 yang berarti

pada α = 5% terdapat perbedaan signifikan rata-rata skor ketidaknyamanan

sebelum dan setelah pada Kelompok Eksperimen.

4. Perubahan Skor Ketidaknyamanan Posisi Duduk Menyusui Pada

Kelompok Kontrol

Berdasarkan Tabel 5.2 tersebut, diketahui rata-rata skor pre ketidaknyamanan

pada Kelompok Kontrol adalah 23,83 dengan standar deviasi 32,195. Sedangkan

rata-rata skor post ketidaknyamanan pada Kelompok Kontrol yaitu 24,18 dengan

standar deviasinya 34,244. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas (p-

value) sebesar 0,977 yang berarti pada α = 5% tidak terdapat perbedaan yang

signifikan rata-rata skor ketidaknyamanan sebelum dan setelah pada Kelompok

Kontrol.

Page 114: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

92

5. Perubahan Skor Ketidaknyamanan (Skor Delta (Δ)) Posisi Duduk Menyusui

Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Untuk mengetahui hasil perubahan skor ketidaknyamanan pada kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol, dilakukan uji Wilcoxon Mann-Whitney Test

karena data skor ketidaknyamanan tidak berdistribusi normal. Hasil uji

statistiknya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.3 Perubahan Skor Ketidaknyamanan Posisi Duduk Menyusui pada

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol di Kelurahan Pisangan

Tahun 2013

Skor Delta (Δ) Mean Mean Rank SD z p-value n

Perlakuan

-2,000

1 (Kelompok Eksperimen) -15,32 14,09 52,734 0,046 17

2 (Kelompok Kontrol) 1,50 20,91 0,508 17

Sumber: Data Primer Tahun 2013

Interpretasi dari hasil uji Mann-Whitney di atas, yaitu bahwa rata-rata skor Δ

ketidaknyamanan responden pada Kelompok Eksperimen adalah -15,32 dengan

standar deviasi 52,734. Sedangkan rata-rata skor Δ ketidaknyamanan responden

pada Kelompok Kontrol yaitu 1,50 dengan standar deviasi 0,508. Adapun nilai

probabilitas hasil uji ini yaitu sebesar 0,046 yang berarti pada α = 5% terdapat

perbedaan rata-rata skor Δ ketidaknyamanan responden pada Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol.

6. Gambaran Faktor-faktor selain Kursi Ergonomis yang Mempengaruhi

Kenyamanan Posisi Duduk saat Menyusui

Faktor-faktor selain kursi ergonomis yang diteliti diduga berhubungan

dengan kenyamanan posisi duduk ibu menyusui meliputi: usia ibu, IMT ibu,

frekuensi menyusui, durasi menyusui, berat badan bayi, postur RULA, tingkat

kebisingan, suhu, dan tingkat pencahayaan. Selain IMT ibu dan postur RULA,

Page 115: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

93

hasil analisa univariat dan bivariat dari faktor-faktor tersebut dapat dilihat pada

Tabel 5.4 berikut ini.

Tabel 5.4 Gambaran dan Hubungan Faktor-faktor yang Diduga Confounder

terhadap Kenyamanan Posisi Duduk Ibu Menyusui Bayi Usia sampai Enam Bulan

Di Kelurahan Pisangan Tahun 2013

Variabel Mean SD Min-Max r

(Koefisien Korelasi)

p-value

Usia Ibu (tahun) 27,38 6,679 17 – 43 0,252 0,150

Frekuensi (kali) 9,28 3,714 4 – 20 -0,166 0,429

Durasi (menit) 27,03 21,534 3 – 90 -0,94 0,604

BB bayi (kg) 6,2916 1,10069 3,88 – 8,10 -0,205 0,245

Kebisingan (dB) 63,712 7,0534 42,7 – 72,8 0,040 0,820

Suhu (0C) 32,603 1,7955 30 – 37 0,245 0,162

Pencahayaan (lux) 109,544 129,1268 12,0 – 558,0 -0,033 0,854

Sumber: Data Primer Tahun 2013

Interpretasinya:

a. Usia Ibu

Dari Tabel 5.4 diketahui rata-rata usia ibu menyusui bayi umur sampai

enam bulan adalah 27,38 tahun dengan standar deviasi 6,679 tahun dan nilai

tengah 24,50 tahun. Adapun usia ibu paling muda yaitu 17 tahun dan usia

tertuanya adalah 43 tahun.

b. Indeks Massa Tubuh (IMT) Ibu

IMT ibu diperoleh dari perbandingan antara berat badan ibu dalam

kilogram dengan kuadrat tinggi badan ibu dalam satuan meter, kemudian

dikategorikan menjadi kurus, normal, dan gemuk.

Page 116: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

94

Tabel 5.5 Gambaran dan Hubungan Status IMT terhadap Kenyamanan

Posisi Duduk Ibu Menyusui Bayi Usia sampai Enam Bulan Di

Kelurahan Pisangan Tahun 2013

Status IMT n % CI95% p-value

Kurus 2 5,9% -31,41-19,41

0,964 Normal 15 44,1% 148,26-14,26

Gemuk 17 50% -42,79-12,91

Total 34 100%

Sumber: Data Primer Tahun 2013

Tabel di atas, diketahui setengah dari 34 responden penelitian ini

mempunyai status IMT gemuk, yaitu sebesar 50%. Sedangkan persentase

status IMT kurus dan normal masing-masing adalah 5,9% dan 44,1%.

c. Masa Kerja (Frekuensi dan Durasi Menyusui)

Masa kerja ibu menyusui menunjukkan frekuensi menyusui dalam sehari

dan durasi/lamanya ibu melakukan aktivitas menyusui setiap satu kali

menyusui setiap harinya. Dari Tabel 5.4 diketahui rata-rata frekuensi

menyusui ibu adalah 9,28 kali dengan standar deviasi 3,714 kali dimana

frekuensi menyusui terendah sebanyak 4 kali dan frekuensi tertinggi ketika

menyusui sebanyak 20 kali. Sedangkan rata-rata durasi menyusui adalah

27,03 menit dengan standar deviasi selama 21,534 menit dimana durasi

tercepat menyusui selama 3 menit dan durasi terlama ketika menyusui selama

90 menit.

d. Beban Kerja Ibu (Berat Badan Bayi)

Beban kerja ibu menyusui adalah berat badan bayi yang ditopangnya

ketika melakukan aktivitas menyusui. Tabel 5.4 di atas menunjukkan bahwa

rata-rata berat badan bayi yang menjadi beban kerja ibu ketika menyusui

Page 117: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

95

adalah 6,2916 kg dengan standar deviasi 1,10069 kg. Adapun berat badan

bayi paling rendah adalah 3,88 kg dan paling tinggi 8,10 kg.

e. Postur Ibu Menyusui Menurut Level Skor RULA

Level skor RULA diperoleh berdasarkan bentuk postur dan posisi tubuh

ibu ketika sedang melakukan aktivitas menyusui saat pengumpulan data.

Hasil analisa RULA menunjukkan bahwa baik pada Kelompok Eksperimen

maupun Kontrol, kategori tindakan berada pada nilai 6 – 7 atau termasuk

pada level risiko ergonomi sedang hingga tinggi. Sehingga, tindakan yang

perlu dilakukan yaitu dibutuhkan tindakan dalam waktu dekat atau tindakan

dilakukan sekarang juga.

Berikut ini adalah beberapa gambar posisi duduk ibu menyusui saat

pengumpulan data.

a) Sebelum Perlakuan b) Setelah Perlakuan

Page 118: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

96

Gambar 5.1 Posisi Duduk Menyusui Kelompok Eksperimen (Pre-Post)

Gambar 5.2 Posisi Duduk Menyusui Kelompok Kontrol

f. Tingkat Kebisingan Lingkungan Ibu Menyusui

Tabel 5.4 di atas menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kebisingan

lingkungan ibu menyusui adalah sebesar 63,712 dB dengan standar deviasi

Page 119: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

97

7,0534 dB. Adapun tingkat kebisingan terendah yaitu sebesar 47,2 dB dan

tingkat kebisingan tertingginya sebesar 72,8 dB.

g. Suhu Lingkungan Ibu Menyusui

Dari Tabel 5.4 di atas, diketahui rata-rata suhu di lingkungan ibu

menyusui adalah 32,6030C dengan standar deviasi sebesar 1,7955

0C.

Sedangkan suhu terendah adalah 300C dan suhu tertinggi sebesar 37

0C.

h. Tingkat Pencahayaan Tempat Ibu Menyusui

Tabel 5.4 di atas menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pencahayaan

tempat ibu menyusui adalah 109,544 lux dengan standar deviasi 109,544 lux.

Sementara tingkat pencahayaan minimalnya adalah 12 lux dan tingkat

pencahayaan maksimalnya sebesar 558 lux.

7. Hubungan Faktor-faktor selain Kursi Ergonomis terhadap Kenyamanan

Posisi Duduk saat Menyusui

Sebagaimana dijelaskan pada kerangka konsep bahwa faktor-faktor selain

kursi ergonomis yang ikut mempengaruhi kenyamanan posisi duduk ibu

menyusui termasuk dalam variabel confounding. Untuk mengetahui bahwa kursi

ergonomis-lah yang mempengaruhi kenyamanan posisi duduk ibu menyusui,

maka digunakan uji statistik Regresi Logistik Berganda Model Faktor Risiko.

Sebelum melakukan uji statistik Regresi Logistik Berganda, setiap variabel akan

dianalisis bivariat terlebih dahulu.

Page 120: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

98

a. Usia Ibu

Untuk mengetahui hubungan antara usia ibu dengan ketidaknyamanan

dilakukan uji korelasi. Berdasarkan Tabel 5.4 di atas, diketahui bahwa korelasi

antara usia ibu dengan skor ketidaknyamanan tergolong tidak signifikan dengan

p-value = 0,150, sehingga variabel usia ibu tidak dapat dianalisis lebih lanjut.

b. IMT Ibu

Untuk mengetahui hubungan antara IMT ibu dengan ketidaknyamanan

dilakukan uji anova. Dari Tabel 5.5 di atas diketahui bahwa rata-rata skor

ketidaknyamanan pada ibu menyusui yang memiliki status IMT kurus adalah -6

dengan standar deviasi 2,828. Rata-rata skor ketidaknyamanan ibu menyusui

yang memiliki status IMT normal adalah -17 dengan standar deviasi 56,445.

Rata-rata skor ketidaknyamanan ibu menyusui yang memiliki status IMT gemuk

adalah -14,94 dengan standar deviasi 54,163. Dari hasil uji statistik diperoleh

nilai probabilitas (p-value) sebesar 0,964. Artinya, pada α = 5% tidak terdapat

perbedaan skor ketidaknyamanan antara status IMT kurus, normal, dan gemuk.

c. Frekuensi Ibu Menyusui

Untuk melihat hubungan antara frekuensi ibu menyusui dengan kenyamanan

dilakukan uji korelasi. Berdasarkan Tabel 5.4 di atas, diketahui bahwa korelasi

antara frekuensi ibu menyusui dan skor ketidaknyamanan tergolong tidak

signifikan dengan p-value = 0,429, sehingga tidak dapat dianalisis lebih lanjut.

d. Durasi Ibu Menyusui

Untuk memperoleh hubungan antara durasi ibu menyusui dengan

kenyamanan dilakukan uji korelasi. Berdasarkan hasil pada Tabel 5.4 di atas,

Page 121: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

99

diketahui bahwa korelasi antara durasi ibu menyusui dan skor ketidaknyamanan

tergolong tidak signifikan dengan pvalue = 0,604, sehingga variabel durasi ibu

menyusui tidak dapat dianalisis lebih lanjut.

e. Berat Badan Bayi

Untuk memperoleh hubungan antara berat badan bayi ibu menyusui dengan

kenyamanan dilakukan uji korelasi. Berdasarkan Tabel 5.4 di atas, diketahui

bahwa korelasi antara berat badan bayi dan skor ketidaknyamanan tergolong

tidak signifikan dengan pvalue= 0,245, sehingga variabel berat badan bayi tidak

dapat dianalisis lebih lanjut.

f. Tingkat Kebisingan

Untuk memperoleh hubungan antara tingkat kebisingan dengan kenyamanan

dilakukan uji korelasi. Berdasarkan hasil pada Tabel 5.4 di atas, diketahui bahwa

korelasi antara tingkat kebisingan dan skor ketidaknyamanan tergolong tidak

signifikan dengan pvalue= 0,820, sehingga variabel tingkat kebisingan tidak

dapat dianalisis lebih lanjut.

g. Suhu Lingkungan

Untuk memperoleh hubungan antara suhu lingkungan dengan kenyamanan

dilakukan uji korelasi. Berdasarkan hasil pada Tabel 5.4 di atas, diketahui bahwa

korelasi antara suhu lingkungan dan skor ketidaknyamanan tergolong tidak

signifikan dengan pvalue = 0,139, sehingga variabel suhu lingkungan tidak dapat

dianalisis lebih lanjut.

Page 122: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

100

h. Tingkat Pencahayaan

Untuk memperoleh hubungan antara tingkat pencahayaan dengan

kenyamanan dilakukan uji korelasi. Berdasarkan Tabel 5.4, diketahui bahwa

korelasi antara tingkat pencahayaan dan skor ketidaknyamanan tergolong tidak

signifikan dengan pvalue = 0,854, sehingga tidak dapat dianalisis lebih lanjut.

C. Hasil Penelitian Pendukung

Hasil penelitian pendukung diperoleh dari data kualitatif melalui wawancara

mendalam dan observasi mengenai kenyamanan posisi duduk ibu menyusui.

Dikatakan hasil penelitian pendukung karena hasil penelitian ini digunakan untuk

mendukung hasil penelitian kuantitatif pada hasil penelitian utama.

1. Gambaran Evaluasi Kursi Ergonomis

a. Masa Penggunaan Kursi Ergonomis

Pada Kelompok Eksperimen, responden diharuskan mau menggunakan

kursi ergonomis ini selama penelitian berlangsung. Selama itu, responden

juga diharuskan mengisi Lembar Checklist dan Intensitas Penggunaan Kursi

Ergonomis untuk mengetahui frekuensi dan lamanya responden

menggunakan kursi tersebut. Berikut ini merupakan gambaran frekuensi dan

lama penggunaan kursi ergonomis oleh responden.

Tabel 5.6 Gambaran Frekuensi dan Durasi Penggunaan Kursi

Ergonomis oleh Ibu Menyusui Di Kelurahan Pisangan Tahun 2013

Variabel Mean SD Median Minimum Maximum

Frekuensi (kali) 6,47 3,710 6,00 1 13

Durasi (menit) 13,76 7,595 12,00 3 36

Sumber: Data Primer Tahun 2013

Page 123: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

101

Tabel tersebut menunjukkan bahwa rata-rata frekuensi penggunaan kursi

ergonomis oleh ibu saat menyusui adalah sebanyak 6,47 kali dengan standar

deviasi 3,71 kali dan nilai tengahnya 6 kali dimana frekuensi paling sedikit

adalah sekali dan terbanyak adalah 13 kali. Sedangkan rata-rata durasi atau

lama penggunaannya selama 13,76 menit dengan standar deviasi 7,595 menit

dan nilai tengahnya 12 menit dimana durasi tercepat selama 3 menit dan

durasi terlamanya 36 menit.

b. Kekurangan dan Kelebihan

Kursi ergonomis dalam penelitian ini belum pernah digunakan atau diuji

coba sebelumnya. Oleh karena itu, untuk mengetahui kesesuaian disain kursi

ergonomis ini dengan pemakainya yang adalah responden penelitian ini,

maka tabel berikut akan memaparkan rekomendasi terhadap disain kursi ini

dari segi kekurangan dan kelebihannya.

Tabel 5.7 Kekurangan dan Kelebihan Kursi Ergonomis yang telah Diuji

Coba di Kelurahan Pisangan Tahun 2013

No. Kekurangan n (%) Kelebihan

1 Sandaran tangan perlu adjustment

agar mudah penyesuaian usia bayi

41,18 Sandaran punggung panjang dan sangat

nyaman

2 Busa pada sandaran tangan kurang

lebar

17,65 Cukup kuat dan kokoh

3 Pijakan kaki perlu adjustment agar

dapat sedikit untuk selonjoran

52,94 Busa sandaran punggung cukup

nyaman

4 Alas pijakan kaki perlu dilebarkan

minimal sepanjang telapak kaki

35,29 Sandaran tangan membantu

bersandarnya tangan yang menopang

bayi

5 Busa dudukan kursi kurang tebal 17,65 Pijakan kaki membuat posisi bayi lebih

tinggi ketika menyusui

6 Mur yang terlihat di bawah sandaran

tangan, tidak aman untuk bayi

23,53 Membuat menyusui lebih santai

7 Kaki kursi depan kurang aman 11,76

Sumber: Data Primer Tahun 2013

Page 124: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

102

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 17 ibu menyusui yang

menggunakan kursi ergonomis, sebanyak 52,94% ibu menyusui paling banyak

mengeluhkan kekurangan kursi ergonomis pada pijakan kaki kursi yang menurut

ibu terlalu tinggi/rendah, sehingga diperlukan adjustment. Sedangkan sebanyak

11,76% dari 17 ibu menyusui menyatakan bahwa kekurangan kursi ergonomis

terletak pada kaki kursi bagian depan yang tidak aman karena dapat membuat

mereka tersandung (tidak sampai jatuh).

2. Gambaran Penggunaan Tempat Duduk pada Posisi Duduk

Hasil penelitian pada bagian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran di mana

saja posisi duduk ibu saat melakukan aktivitas menyusui yang meliputi duduk di

atas kursi atau tempat duduk lain yang bukan kursi. Adapun pengukurannya

dilakukan saat pretest yang gambarannya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.8 Distribusi Penggunaan Tempat Duduk pada Ibu Menyusui Bayi

Usia sampai Enam Bulan di Kelurahan Pisangan Tahun 2013

Tempat Duduk saat Menyusui n %

Kursi 11 32,4%

Bukan Kursi 23 67,6%

Total 34 100%

Sumber: Data Primer Tahun 2013

Tabel di atas menunjukkan bahwa sebaran posisi duduk ibu saat menyusui

yaitu paling banyak duduk di tempat duduk yang bukan kursi dengan persentase

67,6% sedangkan ibu yang menyusui di atas kursi sebanyak 32,4%. Adapun

rincian tempat duduk bukan kursi yang biasanya ibu lakukan saat menyusui yaitu

duduk di atas lantai, di atas kasur, di atas tempat tidur, ataupun bangku panjang.

Page 125: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

103

3. Gambaran Penggunaan Peralatan Bantu saat Menyusui

Tujuan penggunaan peralatan bantu saat menyusui yaitu untuk mencapai

ketepatan posisi mulut bayi dengan payudara ibu, sehingga diharapkan ibu tidak

cenderung membungkuk saat menyusui. Berikut adalah tabel sebarannya.

Tabel 5.9 Distribusi Penggunaan Peralatan Bantu pada Ibu Menyusui Bayi

Usia sampai Enam Bulan di Kelurahan Pisangan Tahun 2013

Penggunaan Peralatan Bantu saat Menyusui n %

Ya 12 35,3%

Tidak 22 64,7%

Total 34 100%

Sumber: Data Primer Tahun 2013

Dari tabel tersebut diketahui bahwa sebaran penggunaan bantu saat ibu

menyusui yaitu paling banyak tidak menggunakan peralatan bantu sebanyak

64,7%, sisanya 35,3% ibu menggunakan peralatan bantu saat menyusui. Adapun

macam peralatan bantu yang digunakan diantaranya bantal dan kain atau selimut

bayi. Sedangkan menurut penuturan ibu, tujuan penggunaan peralatan bantu saat

menyusui yaitu supaya terasa nyaman, posisi bayi lebih tinggi sehingga tepat

menjangkau payudara ibu, dan punggung ibu tidak membungkuk.

4. Gambaran Kenyamanan Posisi Duduk Menurut Data Kualitatif

Gambaran kenyamanan posisi duduk menurut data kualitatif diperoleh

melalui wawancara mendalam dan observasi kepada ibu menyusui di Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol dengan jumlah informan masing-masing 7

orang dan 4 orang.

Page 126: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

104

a. Kelompok Eksperimen

Kenyamanan ibu saat menyusui menggunakan kursi ergonomis dapat

langsung dirasakan perbedaannya dibandingkan posisi menyusui dengan

duduk seperti biasanya. Seperti kutipan hasil wawancara berikut:

“…rasanya enak, nyaman. Apalagi udah ada sandaran tangan yang bisa

nahan tangan terus pijakan kakinya bisa ninggiin posisi bayi, dan sandaran

punggungnya juga empuk engga kaya nyender di tembok yang keras…”

“…sandaran punggungnya nyaman Mbak, bisa sampai kepala, jadi kan bisa

lebih nyantai dan rilex pas nyusui.”

“…enakan kursi ini sih dibandingin kursi biasa atau duduk di lantai, bikin

saya juga engga cepet capek pas nyusui malahan nyusuinya jadi lebih lama

gitu.”

“…bagus sih ada kursi ini, membantu ibu-ibu. Karena selain anak dapat ASI

ibu juga bisa jadi nyaman. Nah, karena nyaman itu bikin nyusui juga lebih

lama jadi juga bikin ibu engga males kasih ASI ke anak. Jadinya engga mau

deh kasih sufor (susu formula).”

“…sandaran punggungnya juga enak nih sampai kepala, jadi kalau capek

terus pengen nyender enak lah.”

Kenyamanan tersebut juga membuat ibu ingin lebih lama dan sering saat

menyusui di kursi ergonomis. Namun, terkadang mood bayi cenderung ingin

berbaring saat disusui atau ibu terpaksa melakukan posisi berbaring karena

bayinya cenderung aktif dan banyak gerak saat menyusui di kursi ergonomis,

seperti kutipan:

Page 127: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

105

“Sebenernya enak, cuma kadang mesti ngikutin moodnya bayi. Jadi kadang

saya baru bisa nyusui di kursi itu kalau bayinya mau. Abis, dia aktif banget

dan engga mau diem kalau nyusui duduk.”

“….bayinya gerak mulu, makanya kadang juga milih sambil baring gitu.”

Meskipun ibu merasa nyaman menyusui di kursi ergonomis, tetapi masih

terdapat ibu yang menyusui dengan postur janggal. Misalnya, leher

cenderung menunduk atau punggungnya lebih nyaman kalau duduk tidak

bersandar. Pada postur leher, bukan tanpa alasan ibu melakukan

kecenderungan untuk menunduk, bahkan hal ini sudah menjadi kealamiahan

ibu saat sedang menyusui (lihat Gambar 5.1). Menurutnya, menyusui itu

harus sambil melihat bayinya sebagai salah satu bentuk kasih saying ibu

terhadap anak dan hal ini juga dapat menciptakan ikatan emosional ibu dan

anak. Seperti kutipan berikut:

“…saya emang biasanya engga nyender Mba kalau nyusuin, udah biasa gitu.

Leher juga nunduk gitu biar bisa lihat bayi.”

“…seneng aja Mba pas nyusuin sambil lihat bayi, jadi tenang dan nyaman.”

“…saya kira leher nunduk itu udah alami ibu pas nyusu. Kan ibu juga jadi

bisa sambil ngobrol ke bayi, biar lebih deket kaya ikatan batin gitu.”

Simpulan dari hasil wawancara, diketahui bahwa keberadaan kursi ergonomis

sangat membantu ibu saat menyusui. Ibu mendapatkan sensasi kenyamanan

yang lebih dibandingkan posisi duduk biasanya, sehingga memicu ibu untuk

terus memberikan ASI dan menghindarkan pemberian susu formula lebih

dini.

Page 128: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

106

b. Kelompok Kontrol

Adapun gambaran kenyamanan untuk Kelompok Kontrol cenderung berbeda

dibandingkan Kelompok Eksperimen. Posisi duduk yang biasa dilakukan

oleh ibu menyusui dapat menimbulkan pegal-pegal dan kesemutan di bagian

tubuh ibu. Selain itu, terkadang posisi duduk yang biasa ibu lakukan saat

menyusui dapat membuat ibu mengalami kesulitan memposisikan bayi

dengan tepat agar mulut bayi dapat menjangkau payudara ibu. Berikut ini

kutipannya:

“Nyusuin di atas kasur itu engga nyaman Mba. Saya susah ngimbangin

posisi bayinya biar bisa nyampe ke puting. Jadi kadang ya mesti bungkuk,

kan capek juga…”

“…sebenernya enak aja sih. Cuma pegel-pegel di punggung terus juga siku

tangan yang nahan bayi kadang kesemutan, kaki juga kesemutan.”

“…engga nyaman karena punggungnya pegel, kepala juga kadang pusing,

capek juga. Malah kadang takut masuk angin juga Mba, kan duduk di lantai

itu dingin.”

Namun, dibandingkan posisi menyusui yang lainnya, posisi duduk saat

menyusui lebih santai dan nyaman. Bahkan cenderung aman untuk bayi yang

baru lahir karena terhindar dari risiko tertutupnya hidung bayi oleh payudara

ibu ketika menyusui atau risiko bayi tersedak. Seperti kutipan berikut:

“…kalau sambil duduk rasanya enak, seneng, bahagia. Capek atau pegelnya

mungkin karena beratnya terus nambah, tapi biasa lah. Dibawa enak aja,

jangan dijadiin beban.”

Page 129: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

107

“…lebih bagus sih sambil duduk biar bayinya engga kesedak. Ibunya juga

bisa lebih santai lah.”

“…saya takut Mba kalau sambil baringan. Takut hidung bayi ketutup sama

payudara. Enakan duduk, jadi bisa ngontrol.”

Simpulan dari hasil wawancara pada Kelompok Kontrol, diketahui bahwa

posisi duduk yang seperti biasa dilakukan ibu cenderung menimbulkan

sensasi ketidaknyamanan seperti pegal-pegal dan kesemutan. Dari hasil

wawancara tersirat bahwa meskipun ibu merasakan sensasi ketidaknyamanan

saat menyusui posisi duduk, tetapi ibu cenderung menahannya demi

kesinambungan pemberian ASI kepada bayinya selama proses menyusui.

Page 130: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

108

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini berkaitan langsung dengan aktivitas ibu saat sedang menyusui,

sehingga dalam pengumpulan datanya terdapat beberapa keterbatasan penelitian,

yaitu:

1. Tidak semua ibu bersedia menunjukkan aktivitas menyusuinya di depan orang

lain. Hal ini mempengaruhi proses observasi ketika pengumpulan data terutama

yang berkaitan dengan postur dan posisi saat menyusui.

2. Terdapat ibu menyusui dengan proses yang tidak alamiah ketika bersedia

menunjukkan aktivitas menyusuinya. Hal ini akan mempengaruhi keakuratan

ketika pengukuran dilakukan. Sehingga, terkadang observasi dapat dilakukan 1 –

2 kali pada setiap responden.

3. Hari pengumpulan data setiap responden tidak dilakukan sesuai jadwal yang

telah ditentukan oleh peneliti, karena setiap responden yang sekaligus seorang

ibu rumah tangga memiliki aktivitas dan keperluan lainnya yang terkadang

bersamaan dengan jadwal pengukuran. Sehingga, peneliti tidak mengetahui

gambaran kenyamanan di hari yang telah dijadwalkan, tetapi diperoleh di hari

lain yang mungkin saja respon ibu berbeda ketika dilakukan observasi atau

wawancara.

Page 131: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

109

B. Gambaran Kenyamanan sebelum (pre) Menggunakan Kursi Ergonomis

Konsep tentang kenyamanan (comfort) sangat sulit untuk didefinisikan, terutama

dikarenakan konsep ini lebih merupakan penilaian respondentif individu.

Kenyamanan merupakan suatu kondisi perasaan yang lebih dari sekedar hilangnya

rasa tidak nyaman, tetapi merupakan penilaian respondentif individu yang sulit untuk

didefinisikan secara pasti karena sangat tergantung pada orang yang mengalami

situasi tersebut atau berhubungan dengan pengalaman individu, dan harus

menanyakan langsung kepada orang tersebut untuk mengetahui kenyamanan yang

dirasakan. Dengan demikian, maka rasa nyaman yang dirasakan oleh individu satu

belum tentu sama dirasakan oleh individu lainnya (Sanders dan McCormick, 1993;

Oborne, 1995; Branton dalam Oborne, 1995). Seseorang tidak dapat mendefinisikan

atau mengukur kenyamanan secara pasti. Kita cenderung mengukur kenyamanan

berdasarkan tingkat ketidaknyamanan (Oborne, 1995). Jadi, untuk mengukur tingkat

kenyamanan seseorang dapat dilakukan dengan mengetahui tingkat

ketidaknyamanannya, karena konsep keduanya mempunyai makna yang berlawanan.

Jika tingkat kenyamanan seseorang meningkat, maka tingkat ketidaknyamanannya

cenderung menurun.

Responden dalam penelitian ini cenderung dominan dan paling sering

menggunakan posisi duduk ketika menyusui yaitu duduk bukan di kursi (lihat Tabel

5.8) yang meliputi duduk di lantai, di atas tempat tidur atau di atas kasur, duduk di

bangku panjang. Dari hasil observasi pada pengukuran pre (lihat Gambar 5.1 dan

Gambar 5.2), diketahui bahwa kecenderungan posisi duduk ibu menyusui adalah

membungkuk, punggung tidak bersandar atau posisi tidak tegak lurus dengan

Page 132: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

110

pangkuannya. Posisi cenderung membungkuk dikarenakan ibu ingin mendapatkan

posisi yang tepat antara mulut bayi dan payudara ibu, sehingga beberapa ibu bahkan

menggunakan peralatan bantu seperti bantal atau kain/selimut bayi (lihat Tabel 5.9).

Kecenderungan pada posisi tersebut tidak dianjurkan karena dapat memicu sensasi

ketidaknyamanan.

Menurut Karwowski dan Marras (2003), secara konseptual ketidaknyamanan

merupakan indikator risiko yang menjadi feedback dari sistem tubuh untuk

mendeteksi adanya kemungkinan masalah. Mereka menambahkan, ketidaknyamanan

diduga sebagai kondisi khusus untuk menilai adanya ketidaksesuaian fisik yang

berakibat pada otot.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor ketidaknyamanan posisi

duduk ibu menyusui sebelum menggunakan kursi ergonomis pada Kelompok

Eksperimen sebesar 42,47 dan pada Kelompok Kontrol sebanyak 23,18. Artinya,

ketidaknyamanan yang dirasakan oleh ibu cenderung tinggi pada kedua kelompok

dan mengindikasikan posisi duduk menyusui ibu memang tidak dibenarkan.

Fahma, dkk (2010) mengemukakan kesalahan memposisikan ibu dan bayi dalam

proses menyusui dapat menyebabkan pegal-pegal pada ibu di berbagai bagian tubuh

yang harus menopang bayi saat menyusui. Menurutnya, pada saat menyusui

biasanya ibu harus duduk minimal 20 menit, karena rentang waktu tersebut cukup

untuk bayi. Artinya, ibu dipaksa untuk memposisikan diri dan bayi secara tepat agar

proses menyusui dapat berjalan lancar. Ibu akan berada pada posisi tertentu selama

20-30 menit (jika rentang waktu menyusui 10-15 menit per payudara) dan berkali-

kali (sesering mungkin, sesuai permintaan bayi) setiap harinya hingga beberapa

Page 133: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

111

bulan, bisa enam bulan (ASI eksklusif) atau lebih. Kondisi yang demikian akan

menyebabkan suatu sensasi ketidaknyamanan bagi ibu. Namun, naluri keibuannya

akan menahan rasa ketidaknyamanan tersebut.

Menurut Pheasant (2003), keadaan kerja yang ketat yang membatasi kita

khususnya postur dan mencegah perubahan postural, akan membawa dampak jangka

panjang dan jangka pendek. Dalam jangka pendek, ketidaknyamanan dapat

mengalihkan perhatian pekerja dari tugasnya sehingga akan meningkatkan tingkat

kesalahan, berkurangnya output, terjadinya kecelakaan, dan lain-lain. Sedangkan

dampak jangka panjang dapat berupa perubahan patologis dalam jaringan otot

maupun jaringan lunak yang lain. Secara umum, rasa sakit datang seiring dengan

adanya beban fisik dalam waktu singkat dan kurangnya waktu istirahat. Pada poin

ini, bukan ketidaknyamanan lagi yang terjadi, tetapi lebih kepada cedera fisik dan

proses penyakit.

Oleh karena itu, untuk mengurangi dampak yang lebih serius dari timbulnya

ketidaknyamanan saat menyusui dengan posisi duduk, sebaiknya para ibu

menerapkan posisi duduk menyusui yang benar. Bahiyatun (2009) menyarankan

salah satu posisi ibu dan bayi yang benar saat menyusui, yaitu dengan posisi duduk.

Dia menambahkan, hal yang penting untuk diperhatikan dalam posisi duduk yaitu

dengan memberikan topangan atau sandaran pada punggung ibu dan dalam posisinya

tegak lurus (90o) terhadap pangkuannya.

Page 134: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

112

C. Perubahan Kenyamanan setelah (post) Menggunakan Kursi Ergonomis

Menurut Kolcaba (1991), salah satu definisi kenyamanan adalah keadaan dimana

ada kemudahan, ketenangan, dan kepuasan. Hal inilah yang ingin dicapai oleh ibu

ketika melakukan aktivitas menyusui. Seperti telah diketahui sebelumnya bahwa

menyusui merupakan proses alamiah seorang ibu setelah melahirkan yang dilakukan

dengan intensitas lebih sering (umumnya selama 10 – 15 menit per payudara berkali-

kali setiap harinya) dan cenderung berulang sampai masa menyusui berakhir. Selama

menyusui, ibu harus memposisikan diri dan bayinya secara tepat agar tercipta

kenyamanan. Dengan frekuensi dan durasi menyusui tersebut, akan membuat posisi

menyusui cenderung menjadi statis dan monoton. Pada hasil wawancara dan

observasi terlihat kebanyakan ibu cenderung tidak dalam posisi yang sesuai saat

menyusui (lihat Gambar 5.1 dan Gambar 5.2). Punggung ibu cenderung

membungkuk untuk memposisikan dengan tepat antara mulut bayi dan payudaranya,

lehernya cenderung menunduk karena rasa kasih sayang untuk ingin selalu melihat

bayinya selama menyusui. Menurutnya, kenyamanan bayi harus diutamakan karena

bayi tak bisa mengekspresikan keluhan yang dirasakan.

Dalam kaitannya dengan posisi menyusui, Bahiyatun (2009) menyarankan salah

satu posisi ibu dan bayi yang benar saat menyusui, yaitu dengan posisi duduk. Dia

menambahkan, hal yang penting untuk diperhatikan dalam posisi duduk yaitu

dengan memberikan topangan atau sandaran pada punggung ibu, dalam posisinya

tegak lurus (90o) terhadap pangkuannya. Hal ini dimungkinkan dapat dilakukan

dengan duduk di kursi. Dengan posisi duduk yang benar, diharapkan akan

menimbulkan kenyamanan baik bagi ibu maupun bayi.

Page 135: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

113

Dalam hasil penelitian ini, rata-rata skor ketidaknyamanan saat pengukuran post

diperoleh skor sebesar 10,82 pada Kelompok Eksperimen dan 24,18 pada Kelompok

Kontrol yang mengindikasikan keduanya masih terjadi ketidaknyamanan.

Adapun perubahan rata-rata skor pre-post pada Kelompok Eksperimen yaitu

42,47 menjadi 10,82 dengan nilai probabilitas 0,015. Artinya, terdapat perbedaan

rata-rata signifikan skor ketidaknyamanan pada Kelompok Eksperimen. Kelompok

eksperimen dalam penelitian ini mendapat perlakuan berupa penggunaan kursi

ergonomis saat menyusui yang dilakukan setelah pengukuran pre. Lama pakai kursi

tersebut selama seminggu dengan pengukuran yang dilakukan dua kali, yakni pada

hari ke-3 dan ke-6.

Sedangkan Kelompok Kontrol yaitu responden yang melakukan aktivitas

menyusui seperti biasanya tanpa penggunaan kursi ergonomis. Hasil penelitian

perubahan rata-rata skor pre-post ketidaknyamanan pada Kelompok Kontrol yaitu

dari 23,18 menjadi 24,18 atau meningkat 1 skor ketidaknyamanan. Adapun nilai

probabilitas (p-value) pada α = 5% yaitu 0,977 yang berarti tidak terdapat beda rata-

rata secara signifikan skor ketidaknyamanan sebelum dan setelah pada Kelompok

Kontrol. Hal ini berbeda pada Kelompok Eksperimen dengan perubahan skor

ketidaknyamanan yang cenderung menurun setelah menggunakan kursi ergonomis.

Peningkatan 1 skor ketidaknyamanan pada Kelompok Kontrol dapat dikarenakan

beban kerja ibu saat menyusui yaitu berat badan bayi yang cenderung bertambah

seiring dengan bertambahnya usia, sedangkan selisih pengukuran pre-post adalah

sekitar 1-2 bulan. Hal ini juga menimbulkan beban kerja ibu bertambah sementara

posisi ketika menyusui cenderung statis dan monoton dengan frekuensi sering setiap

Page 136: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

114

harinya. Perasaan tidak nyaman akan meningkat seiring dengan meningkatnya tugas

dan kelelahan (Zhang, 1996 dalam Tan et. al, 2008). Pheasant (2003) menambahkan

bahwa keadaan kerja yang ketat dan membatasi kita khususnya postur dan mencegah

perubahan postural, akan membawa dampak timbulnya ketidaknyamanan.

Sementara itu, hasil uji Mann-Whitney memaparkan bahwa pada nilai

probabilitas 0,046 menunjukkan bahwa terjadi perbedaan rata-rata skor

ketidaknyamanan antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol. Skor

ketidaknyamanan pada Kelompok Eksperimen (-15,32) lebih rendah dibandingkan

dengan Kelompok Kontrol (1,50). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian

penelitian Kalsum (2007) yang menyatakan terjadi penurunan rata-rata skor

ketidaknyamanan dari sebelum penggunaan kursi dan meja ergonomis (34,00)

hingga setelah penggunaan kursi dan meja ergonomis (13,60); hasil penelitian

Jasman (2003), yaitu bahwa penggunaan kursi dan meja kerja yang ergonomis dapat

mengurangi ketidaknyamanan sebesar 65,35 % dan meningkatkan produktivitas

tenaga kerja sebesar 77,13 % dibanding posisi kerja tradisional.

Perbedaan skor ketidaknyamanan antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok

Kontrol pada hasil penelitian ini tidak signifikan. Hal ini dapat dikarenakan

frekuensi penggunaan kursi ergonomis saat menyusui yang belum optimal (lihat

Tabel 5.6). Pada Tabel 5.6, diketahui frekuensi terendah penggunaan kursi

ergonomis sebanyak sekali setiap harinya. Selain itu, dapat dilihat pula dengan

memperhatikan Gambar 5.1 yang menunjukkan bahwa meskipun punggung telah

bersandar saat menggunakan kursi ergonomis, tetapi masih terdapat posisi janggal

pada leher yang tetap cenderung menunduk atau bahkan terdapat responden dengan

Page 137: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

115

punggung tetap tidak bersandar baik saat sebelum perlakuan maupun setelah

perlakuan. Sehingga, ketika dilakukan analisis RULA menunjukkan bahwa posisi

demikian tergolong dalam level risiko ergonomi yang sedang hingga tinggi. Jadi,

masih terdapat faktor perilaku atau kebiasaan ibu saat menyusui dengan

mengabaikan posisi duduk yang benar meskipun saat menggunakan kursi ergonomis.

Dalam artikelnya, Chamdany (2009) dalam Meilia (2011) menuliskan bahwa

banyak orang sering mengabaikan apa yang dinamakan cara duduk yang benar di

sebuah tempat duduk. Padahal, hal ini sangatlah penting sebagai dasar pola posisi

ergonomis dimana banyak aktivitas kerja dilakukan dalam keadaan duduk. Misalnya

posisi duduk ketika aktivitas menyusui yang cenderung statis dan monoton, sehingga

terkadang para ibu perlu melakukan perubahan sikap dan posisi tubuhnya saat

menyusui yang mengindikasikan telah terjadi ketidaknyamanan.

Dari hasil observasi, pada umumnya ibu akan cenderung membungkuk ketika

menyusui dalam posisi duduk untuk menyesuaikan posisi payudara ibu dan mulut

bayi dengan tepat. Belum lagi posisi kaki yang cenderung berpotensi menimbulkan

kesemutan hingga kram, sama halnya pada posisi tangan yang harus menopang bayi

dengan berat sampai mencapai 8 kg. Intensitas aktivitas menyusui yang berulang dan

sering hingga berhentinya masa menyusui inilah yang berpotensi terhadap timbulnya

risiko ergonomi. Menurut Effendi (2002), permasalahan yang berkaitan dengan

faktor ergonomi umumnya disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian antara pekerja

dan lingkungan kerja secara menyeluruh termasuk peralatan kerja.

Adanya kursi ergonomis pada penelitian ini diharapkan dapat mengurangi

sensasi ketidaknyamanan ibu saat menyusui. Hal ini dikarenakan kursi ergonomis

Page 138: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

116

telah didisain untuk meminimalisasi posisi dan postur janggal saat menyusui.

Sehingga, dapat mengurangi kesemutan, perasaan nyeri, mati rasa, atau kram yang

biasa timbul ketika menyusui. Ketidaknyamanan berhubungan dengan faktor

biomekanik yang menghasilkan perasaan nyeri, sakit, mati rasa, kram, dan

sebagainya. Perasaan tidak nyaman akan meningkat seiring dengan meningkatnya

tugas dan kelelahan. Mengeliminasi gangguan fisik dapat mengurangi

ketidaknyamanan, tetapi tidak langsung menghasilkan rasa nyaman (Zhang, 1996

dalam Tan et. al, 2008). Artinya, timbulnya kenyamanan juga tak terjadi secara

signifikan, mengingat juga masa penggunaan kursi ergonomis oleh responden hanya

seminggu.

Meskipun demikian, perlakuan berupa menggunakan kursi ergonomis ketika

menyusui pada Kelompok Eksperimen dapat memberikan pengaruh penurunan

sensasi ketidaknyamanan ibu ketika melakukan aktivitas menyusui dan

mengindikasikan bahwa dengan menggunakan kursi ergonomis dapat memberikan

efek positif terhadap kenyamanan ibu menyusui. Dengan kata lain, salah satu

penyelesaian masalah ketidaknyamanan dalam menyusui yaitu dengan adanya

peralatan ergonomis berupa kursi menyusui.

Banyak teori pendukung pernyataan tersebut yang tercantum dalam penelitian

Kalsum (2007). Pertama, Mark, et al (1985) menyatakan tempat kerja dan peralatan

yang ergonomis memperkecil banyaknya pergerakan tubuh dan membantu

penyesuaian postural untuk mempertahankan postur tubuh dengan tetap.

Selanjutnya, Oborne (1982) dan Pulat (1992) menyatakan tujuan ergonomi untuk

memaksimalkan kenyamanan dan Johson (1993) menyatakan desain yang ergonomis

Page 139: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

117

dapat membantu mengurangi tekanan biomekanis pada tangan pekerja, bahu, dan

lengan yang dapat menyebabkan gangguan. Suma’mur (2009) menambahkan,

ditinjau dari sudut pandang ergonomi, tempat duduk dapat memfasilitasi postur kerja

sehingga posisi tubuh tidak menjadi sumber hambatan bagi gerakan dalam

melakukan pekerjaan dan juga tidak menyebabkan keluhan dan ketidaknyamanan.

Namun demikian, kepemilikan akan kursi ergonomis sangat berkaitan dengan

kondisi ekonomi keluarga. Sementara itu, keberadaan kursi ergonomis untuk ibu

menyusui yang kebanyakan telah ada cenderung diperuntukkan untuk golongan

ekonomi menengah ke atas. Sehingga, untuk ke depannya agar lebih diperhatikan

keberadaan kursi menyusui yang terjangkau oleh masyarakat menengah ke bawah.

D. Faktor yang Diduga Confounder

1. Usia Ibu

Hasil distribusi rata-rata usia ibu menyusui bayi umur sampai enam bulan

adalah 27,38 tahun dengan usia ibu paling muda yaitu 17 tahun dan usia

tertuanya adalah 43 tahun. Sedangkan hasil uji korelasi menunjukkan hubungan

yang tidak signifikan, sehingga tak dapat dilakukan analisis lebih lanjut.

Hal ini mengindikasikan bahwa seiring bertambahnya usia ibu tidak

berpengaruh terhadap ketidaknyamanan yang dirasakan saat melakukan aktivitas

menyusui dengan posisi duduk. Namun, hasil ini berbeda dengan hasil penelitian

Tan et. al (2010) yang dilakukan pada sopir truk di Belanda, sopir truk yang

umurnya lebih tua lebih sering merasakan ketidaknyamanan pada bahu kanan

dibandingkan dengan sopir truk yang lebih muda.

Page 140: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

118

2. Indeks Massa Tubuh (IMT) Ibu

Hasil status IMT menunjukkan bahwa setengah dari 34 responden penelitian

ini atau paling banyak mempunyai status IMT gemuk, yaitu sebesar 50%.

Sedangkan persentase status IMT kurus dan normal masing-masing adalah 5,9%

dan 44,1%. Hal ini cukup wajar, mengingat masa menyusui merupakan masa

yang sangat membutuhkan asupan makanan dan nutrisi yang lebih banyak

daripada kondisi umumnya, sehingga peningkatan berat badan ibu cenderung

meningkat pula yang dapat mempengaruhi status IMT-nya.

Melalui uji anova, status IMT tidak berhubungan dengan ketidaknyamanan

posisi duduk pada ibu menyusui. Sedangkan menurut hasil penelitian Tan et. al

(2010) yang dilakukan pada supir truk di Belanda, sopir truk yang memiliki IMT

lebih tinggi (cenderung gemuk), lebih sering merasakan ketidaknyamanan pada

betis kanan setelah satu jam bekerja.

Pada proses menyusui, work station ibu terletak di atas pangkuannya, yakni

posisi keberadaan bayinya yang dinamis. Artinya, baik ibu dengan status IMT

kurus, normal, atau gemuk, ibu dapat menyesuaikan posisi duduknya dan posisi

keberadaan bayinya saat menyusui. Misalnya, ketika ibu ingin menyusui dengan

posisi duduk di atas lantai sambil selonjoran, ibu dapat mengatur ketinggian

posisi bayinya agar mulut bayi dapat menjangkau payudara ibu dengan

mengangkat satu kaki di atas kaki lainnya. Begitu pula saat menyusui di atas

kursi, ibu dapat mengatur posisi ketinggian bayinya dengan kaki ibu berada di

atas pijakan kaki.

Page 141: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

119

Lain halnya pada aktivitas menyetir truk, work station memang dirancang

statis/tetap pada posisinya, sehingga para supirlah yang harus menyesuaikan

posisi tubuhnya dalam mengendalikan kemudi stirnya. Dengan demikian, postur

tubuh supir dapat mempengaruhi ketidaknyamanannya saat menyetir truk.

Menurut Pheasant (2003), postur kerja dipengaruhi oleh hubungan antara

dimensi tubuh dan stasiun kerjanya (work station). Misalnya, tempat kerja yang

terlalu tinggi untuk pekerja yang memiliki tinggi badan rendah atau tempat kerja

yang terlalu rendah untuk pekerja dengan tinggi badan lebih.

3. Masa Kerja (Frekuensi dan Durasi Menyusui)

Hasil analisis univariat menunjukkan rata-rata frekuensi menyusui ibu adalah

9,28 kali dimana frekuensi menyusui terendah sebanyak 4 kali dan frekuensi

tertinggi ketika menyusui sebanyak 20 kali. Sedangkan rata-rata durasi menyusui

adalah 27,03 menit dimana durasi tercepat menyusui selama 3 menit dan durasi

terlama ketika menyusui selama 90 menit.

Sedangkan hasil uji korelasi diketahui bahwa baik frekuensi menyusui

maupun durasi menyusui menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan

dengan ketidaknyamanan posisi duduk ibu menyusui. Artinya, frekuensi dan

durasi menyusui tidak mempengaruhi kenyamanan posisi duduk saat ibu

menyusui.

4. Beban Kerja Ibu (Berat Badan Bayi)

Hasil menunjukkan bahwa rata-rata berat badan bayi yang menjadi beban

kerja ibu ketika menyusui adalah 6,2916 kg dengan standar deviasi 1,10069 kg

Page 142: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

120

dan nilai tengah 6,26 kg. Adapun berat badan bayi paling rendah adalah 3,88 kg

dan paling tinggi 8,10 kg.

Sedangkan pada uji korelasi menunjukkan tidak adanya hubungan yang

signifikan antara berat badan bayi dengan ketidaknyamanan posisi duduk.

Padahal, seiring dengan berjalannya masa menyusui, berat badan bayi akan

cenderung bertambah. Sehingga, saat menyusui ada penekanan yang lebih

terutama pada bagian tubuh di paha ibu dan tangan yang menopang bayi.

Namun, dari hasil wawancara menurut ibu hal ini menjadi salah satu proses

alamiah juga dalam proses menyusui, dan ibu sudah mengantisipasi untuk

menyesuaikan perkembangan tersebut.

5. Tingkat Kebisingan Lingkungan Ibu Menyusui

Hasil menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kebisingan lingkungan ibu

menyusui adalah sebesar 63,581 dB dengan standar deviasi 7,0826 dB dan nilai

tengah 65,250 dB. Adapun tingkat kebisingan terendah yaitu sebesar 47,2 dB dan

tingkat kebisingan tertingginya sebesar 74 dB. Artinya, tingkat kebisingan di

lingkungan ketika ibu menyusui berada di atas ambang batas yang telah

ditentukan oleh KepMen LH No.48/1996 tentang Baku Mutu Kebisingan.

Tingginya tingkat kebisingan didukung oleh situasi dan kondisi di sekitar

rumah responden yang sebagian besar terletak dekat dengan jalanan umum

dengan lalu lalang kendaraan yang melintas setiap waktunya. Namun, dari hasil

uji korelasi menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara tingkat

kebisingan di tempat ibu menyusui dengan ketidaknyamanan posisi duduk.

Artinya, ibu cenderung dapat lebih fokus dan mengabaikan keadaan sekitar

Page 143: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

121

ketika sedang menyusui. Sejalan dengan hasil wawancara bahwa menyusui

hendaknya dilakukan dengan senang dan bahagia, dalam kondisi tenang dan

tidak mengkhawatirkan apapun karena baginya hal ini akan mempengaruhi bayi.

Hal inilah yang membuat ibu lebih sering untuk selalu melihat bayinya ketika

menyusui daripada memilih menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi.

6. Suhu Lingkungan Ibu Menyusui

Hasil menunjukkan rata-rata suhu di lingkungan ibu menyusui adalah

32,7500C dengan standar deviasi sebesar 1,8515

0C dan nilai tengah 32,5

0C.

Sedangkan suhu terendah adalah 300C dan suhu tertingginya sebesar 36

0C.

Menurut Permenkes Nomor 1077 tahun 2011 tentang Pedoman Penyehatan

Udara dalam Ruang Rumah, kadar suhu lingkungan tempat ibu menyusui

melebihi dari kadar yang ditentukan. Hal ini dikarenakan ketika pengukuran saat

pengumpulan data kondisi di Indonesia khususnya di sekitar Jakarta sedang

memasuki masa akhir musim kemarau.

Sedangkan pada uji korelasi menunjukkan tidak adanya hubungan antara

suhu di tempat ibu menyusui dengan ketidaknyamanan posisi duduk. Padahal,

menurut Purnomo & Rizal (2000), pada lingkungan yang panas, keseimbangan

panas tubuh dapat diperoleh dengan meningkatkan aliran darah menuju kulit atau

melalui pengeluaran keringat. Pengeluaran keringat sendiri dapat menimbulkan

ketidaknyamanan apalagi jika intensitasnya lebih sering.

Dari hasil observasi ketika ibu melakukan aktivitas menyusui, terdapat ibu

yang sering mengelap keringat pada dahinya dan pada dahi bayinya atau

mengipaskan jari-jari tangannya. Hal ini menunjukkan adanya ketidaknyamanan.

Page 144: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

122

Namun, setelah ibu menyalakan kipas angin, tidak terlihat lagi gerakan ibu

mengelap keringat ketika menyusui. Dengan demikian, peningkatan suhu tempat

ibu menyusui masih dapat diatasi dengan pendinginan melalui kipas angin,

sehingga tak akan mempengaruhi proses ibu menyusui. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Purnomo & Rizal (2000) bahwa untuk membantu menurunkan suhu

lingkungan, dapat dilakukan dengan menyalakan kipas angin untuk mengganti

aliran udara yang panas di sekitar tubuh manusia (yang berasal dari panas tubuh)

dengan udara yang lebih dingin yang berasal dari bagian lain ruangan.

7. Tingkat Pencahayaan Tempat Ibu Menyusui

Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pencahayaan

tempat ibu menyusui adalah 90,085 lux dengan standar deviasi 96,9571 lux dan

nilai tengahnya sebesar 55 lux. Sementara tingkat pencahayaan minimalnya

adalah 12,5 lux dan tingkat pencahayaan maksimalnya sebesar 427,1 lux.

Menurut Permenkes Nomor 1077 tahun 2011 tentang Pedoman Penyehatan

Udara dalam Ruang Rumah, kadar tingkat pencahayaan lingkungan tempat ibu

menyusui melebihi dari batas minimal yang ditentukan, yaitu sebesar 60 lux.

Artinya, tingkat pencahayaan rumah ibu menyusui sudah baik untuk melakukan

aktivitasnya di rumah, termasuk menyusui.

Hasil uji korelasi menyatakan tidak adanya hubungan yang signifikan antara

tingkat pencahayaan dengan ketidaknyamanan. Hal ini karena memang rata-rata

tingkat pencahayaan di tempat saat ibu melakukan aktivitas menyusui termasuk

normal dan sesuai aturan Permenkes Nomor 1077 tahun 2011 tentang Pedoman

Penyehatan Udara dalam Ruang Rumah, seperti yang telah dijelaskan

Page 145: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

123

sebelumnya. Menurut Kurniawan & Cahyadi (2000), pencahayaan yang baik

memungkinkan pekerja untuk dapat melihat objek kerja secara jelas tanpa ada

upaya pemaksaan konsentrasi mata untuk melihat objek tersebut.

E. Gambaran Evaluasi Kursi Ergonomis

1. Masa penggunaan kursi ergonomis

a. Frekuensi penggunaan kursi ergonomis selama menyusui

Hasil menunjukkan bahwa rata-rata frekuensi penggunaan kursi ergonomis

oleh ibu saat menyusui adalah sebanyak 6,47 kali dengan standar deviasi 3,71

kali dan nilai tengahnya 6 kali dimana frekuensi paling sedikit adalah sekali

dan terbanyak adalah 13 kali. Artinya, setengah frekuensi ibu menyusui

dilakukan di kursi ergonomis. Namun, pada nilai minimal penggunaan kursi

yang dilakukan selama sekali menunjukkan bahwa ada kekurangan pada

kursi ergonomis (lihat Tabel 5.7) dalam penelitian ini yang membuat ibu

enggan untuk lebih sering menggunakannya. Hal ini dapat mempengaruhi

efek penggunaan kursi ergonomis terhadap timbulnya ketidaknyamanan.

b. Durasi penggunaan kursi ergonomis selama menyusui

Sedangkan rata-rata durasi atau lama penggunaan kursi ergonomis oleh ibu

saat menyusui selama 13,76 menit dengan standar deviasi 7,595 menit dan

nilai tengahnya 12 menit dimana durasi tercepat selama 3 menit dan durasi

terlamanya 36 menit. Adapun pada durasi tercepat selama 3 menit yang

menurut penuturan ibu karena kemauan bayi sendiri menyusui dengan waktu

Page 146: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

124

yang cepat. Namun, menurutnya dengan durasi yang cepat ini juga membuat

bayi menjadi lebih sering menyusui.

2. Kekurangan dan kelebihan kursi ergonomis

1. Kekurangan

a. Sandaran tangan

Menurut responden, sandaran tangan perlu adjustment agar dapat

disesuaikan dengan usia bayi. Misalnya, ketika usia bayi masih kurang

dari 3 bulan ibu dapat meninggikan sandaran tangan untuk menempatkan

posisi yang tepat antara mulut bayi dan payudara ibu. Kemudian ketika

usia bayi bertambah ibu dapat menurunkan sandaran tangan, karena

seiring dengan usia yang bertambah bentuk fisik bayi juga ikut

mengalami perubahan. Sebanyak 41,18% atau 7 ibu mengeluhkan hal

tersebut. Tidak adanya adjustment terkadang membuat beberapa ibu

enggan menggunakan kursi ergonomis saat menyusui dengan keluhan

sandaran tangan terlalu tinggi sementara usia dan bentuk fisik anak

cenderung membesar.

Selain perlunya adjustment, ibu juga menuturkan perlunya tambahan busa

pada sandaran tangan agar lebih lebar. Sebanyak 17,,65 atau 3 ibu

menginginkan hal tersebut. Mereka menambahkan, karena ketika

menyusui dengan kursi tersebut bagian tangan yang bertumpu adalah siku

hingga setengah lengan bawahnya, sehingga ketika menyusui terkadang

siku atau setengah dari lengan bawah ibu tidak bertumpu dengan

sempurna di sandaran tangan. Namun, sebagian besar ibu merasa nyaman

Page 147: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

125

dengan sandaran tangan yang ada. Sehingga, dapat dikatakan keluhan

tersebut bersifat subyektif ibu.

b. Pijakan kaki

Adapun pijakan kaki yang menurut responden perlu adanya adjustment

agar dapat melakukan peregangan otot kaki saat menyusi (selonjoran).

Ada 52,94 % atau 9 ibu yang menyatakan keluhan tersebut. Hal ini terjadi

karena tinggi badan ibu yang bervariasi, sehingga menurut sebagian ibu

tinggi pijakan kaki yang ada telah sesuai dan sebagian yang lain

mengeluhkan terlalu tinggi/rendah.

Kemudian, alas pijakan kaki terlalu sempit sehingga telapak kaki ibu

tidak berpijak sempurna. Sebanyak 35,29% atau 6 ibu mengeluhkan hal

tersebut. Menurut ibu, lebar alas pijakan kaki minimal selebar telapak

kaki sehingga telapak kaki dapat berpijak dengan sempurna.

c. Busa dudukan

Busa dudukan kursi ergonomis ini menurut ibu kurang tebal karena

beberapa ibu masih merasakan rangka kursi yang keras. Hal ini tentu

dapat mengurangi kenyamanan ketika duduk menyusui. Sebanyak

17,65% atau 3 ibu mengeluh hal tersebut. Dari hasil observasi, keluhan

tersebut cenderung dialami oleh ibu dengan berat badan yang lebih

dibandingkan ibu lainnya, tetapi saat dalam posisi duduk menyusui

terlihat bahwa posisi duduk ibu belum sempurna, seperti punggung tidak

bersandar dan ibu duduk hanya pada sebagian dudukan kursi. Oleh

karena itu, dapat dikatakan keluhan tersebut masih bersifat subyektif ibu.

Page 148: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

126

d. Keamanan

Pada disain kursi ergonomis ini, terdapat mur-mur yang menonjol di

bawah sandaran tangan. Hal ini menimbulkan sedikit kekhawatiran bagi

ibu dengan usia bayi mendekati atau sampai enam bulan karena panjang

bayi yang bertambah dan keaktifan dalam gerak. Ketika menyusui di

kursi tersebut, kedua kaki bayi berada di bawah sandaran tangan dan bayi

juga cenderung menggerak-gerakkan kakinya, sehingga ibu khawatir kaki

bayinya akan terkena mur-mur tersebut. Hal ini terkadang membuat ibu

cenderung untuk enggan atau sesekali menggunakan kursi ergonomis.

Menurutnya sebenarnya kursi tersebut nyaman untuk digunakan, tetapi

kurang aman untuk bayinya. Dari 17 ibu menyusui, hanya 23,53% atau

ada 4 ibu yang mengeluh terkait mur yang menonjol. Dengan demikian,

hal ini tidak bermasalah bagi ibu menyusui dengan usia bayi yang belum

mendekati enam bulan.

Selain mur, kurang amannya kursi tersebut ditunjukkan pada kaki kursi

bagian depan yang cenderung terlalu ke depan sehingga, membuat

beberapa ibu tersandung (tidak sampai jatuh) ketika sesaat berdiri setelah

selesai menyusui. Namun, hanya 11,76% atau dua ibu yang mengeluhkan

hal tersebut. Dari hasil observasi, keluhan tersebut dialami oleh ibu

dengan penempatan kursi yang tidak sesuai, seperti di teras pinggiran

jalan keluar masuk rumah. Sehingga, dimungkinkan keluhan tersebut

cenderung bersifat subyektif ibu.

Page 149: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

127

2. Kelebihan

a. Sandaran punggung

Menurut responden, kelebihan paling besar dari kursi ergonomis yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sandaran punggungnya yang

panjang (dapat menjangkau kepala ibu untuk bersandar ketika ingin

melakukannya) dan cukup empuk untuk bersandar. Selain itu, kursi

tersebut juga kuat dan kokoh sehingga, dapat terjangkau oleh responden

dengan berat badan lebih tanpa kekhawatiran kursi akan patah atau terjadi

perubahan bentuk pada kursi.

b. Sandaran tangan

Adanya sandaran tangan menurut responden sangat membantu tangan

yang menopang kepala bayi untuk bersandar, sehingga mengurangi

pegal-pegal atau lelah di tangan tersebut.

c. Pijakan kaki

Adanya pijakan kaki sangat membantu ibu dalam memposisikan

ketinggian bayi, sehingga posisi mulut bayi tepat dengan payudara ibu.

d. Kenyamanan

Bagi responden adanya kursi menyusui dapat membuat posisi duduk

menyusui ibu lebih santai dan nyaman saat menyusui. Dengan posisi

yang nyaman dapat membuat intensitas menyusui lebih sering dan bisa

lebih lama, sehingga menghambat keinginan untuk memberikan susu

formula kepada bayi lebih dini.

Page 150: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

128

BAB VII

PENUTUP

A. Simpulan

a. Skor pre-post ketidaknyamanan posisi duduk saat menyusui pada Kelompok

Eksperimen menunjukkan bahwa nilai rata-rata skor pre dan post

ketidaknyamanan pada Kelompok Eksperimen secara berturut-turut adalah 42,47

dan 10,82 atau terjadi penurunan skor ketidaknyamanan.

b. Skor pre-post ketidaknyamanan posisi duduk saat menyusui pada Kelompok

Kontrol menyatakan bahwa rata-rata skor ketidaknyamanan sedikit meningkat

dari 23,18 pada pre menjadi 24,18 pada pengukuran post-nya.

c. Perubahan skor ketidaknyamanan posisi duduk menyusui pada Kelompok

Eksperimen yaitu dari 42,47 menjadi 10,82. Sedangkan hasil uji statistik

diperoleh p-value sebesar 0,015 yang berarti pada α = 5% terdapat perbedaan

signifikan rata-rata skor ketidaknyamanan sebelum dan setelah pada Kelompok

Eksperimen.

d. Perubahan skor ketidaknyamanan posisi duduk menyusui pada Kelompok

Kontrol yaitu dari 23,83 menjadi 24,18. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai

probabilitas (p-value) sebesar 0,977 yang berarti pada α = 5% tidak terdapat

perbedaan signifikan rata-rata skor ketidaknyamanan sebelum dan setelah pada

Kelompok Kontrol.

Page 151: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

129

e. Hasil uji Mann-Whitney diperoleh nilai α < 5% yang menunjukkan terdapat

perbedaan skor ketidaknyamanan antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok

Kontrol. Artinya, penggunaan kursi ergonomis terbukti dapat mengurangi

ketidaknyamanan posisi duduk ibu saat menyusui.

f. Gambaran faktor-faktor selain kursi ergonomis yang ikut mempengaruhi

kenyamanan posisi duduk meliputi: (1) karakteristik responden, yaitu rata-rata

usia 27,38 tahun dan status IMT (Kurus, Normal, Gemuk) paling banyak yaitu

gemuk dengan persentase 50%; (2) karakteristik aktivitas menyusui, yaitu

memiliki rata-rata frekuensi menyusui sebanyak 9,28 kali dan lama menyusui

selama 27,03 menit; dan rata-rata berat badan bayi sebesar 6,2916 bulan; (3)

kondisi lingkungan, yaitu rata-rata kebisingan 63,581 dB, suhu sebesar 32,7500C,

dan tingkat pencahayaan sebesar 90,085 lux. Di antara kondisi lingkungan, hanya

tingkat pencahayaan yang sudah memenuhi aturan Permenkes Nomor 1077 tahun

2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara dalam Ruang Rumah.

g. Pada hasil analisa bivariat dari faktor-faktor selain kursi ergonomis terhadap

kenyamanan posisi duduk ibu menyusui diketahui bahwa faktor-faktor tersebut

tidak menunjukkan adanya hubungan secara statistik. Artinya, tidak ditemukan

faktor confounder terhadap kenyamanan posisi duduk menyusui. Sehingga,

penurunan ketidaknyamanan dalam penelitian ini dikarenakan oleh adanya

penggunaan kursi ergonomis saat menyusui.

Page 152: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

130

B. Saran

1. Penggunaan kursi ergonomis dalam penelitian ini terbukti dapat menurunkan

skor ketidaknyamanan dan meningkatkan skor kenyamanan pada Kelompok

Eksperimen. Sehingga bagi Ibu menyusui, sebaiknya para ibu menggunakan

kursi ini ketika menyusui disertai dengan menerapkan posisi duduk menyusui

yang benar seperti punggung bersandar dalam posisi tegak lurus dengan

pangkuan bayinya.

2. Bagi penelitian selanjutnya, hendaknya dapat memodofikasi kursi ergonomis ini

yang meliputi: perlu adanya adjustment pada sandaran tangan dan pijakan kaki,

pelebaran sandaran tangan dan pijakan kaki, pemberian busa yang lebih empuk,

dan mur-mur yang dibuat agar tidak terlihat demi keamanan bayi. Tujuannya,

agar ibu lebih termotivasi untuk menggunakan kursi, sehingga dapat

meminimalisasi ketidaknyamanan yang lebih baik lagi.

3. Kepemilikan kursi ergonomis sangat berkaitan dengan kondisi ekonomi

keluarga. Subyek penelitian ini berkecenderungan berstatus ekonomi menengah

ke bawah yang tidak dengan mudah menjangkau untuk memiliki kursi menyusui.

Sementara itu, keberadaan kursi ergonomis untuk ibu menyusui yang

kebanyakan telah ada cenderung diperuntukkan untuk golongan ekonomi

menengah ke atas. Sehingga, untuk ke depannya agar lebih diperhatikan

keberadaan kursi menyusui yang terjangkau bagi masyarakat menengah ke

bawah.

Page 153: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

131

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, Diana Nur. 2007. Faktor yang Berperan dalam Kegagalan Praktik Pemberian

ASI Eksklusif (Studi Kualitatif di Kecamatan Tembalang, Kota Semarang Tahun

2007).

Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Cet. IV. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Ardiana, Lintang. 2007. Persepsi Ketidaknyamanan Lingkungan di Kehidupan

Perkotaan (Suatu Studi Deskriptif pada Warga Kota Bogor). Skripsi. Fakultas

Psikologi Universitas Indonesia. Available on:

http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/124448-155.942%20ARD%20p%20-

%20Persepsi%20ketidaknyamanan-Literatur.pdf. Diakses: Senin, 17 September

2012 pukul 10.12 WIB.

Arifin, Mohamad Zainal. 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Persepsi

tentang Keselamatan Berkendara pada Civitas Akademika Pengendara Motor di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC.

Departemen Kesehatan RI. 2009. ASI dan Ketahanan Pangan. Available on:

http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/ASI-dan-Ketahanan-

Pangan12.pdf Diakses: Sabtu, 30 Juni 2012 pukul 16.11 WIB.

Departement of Health and Human Services Office on Woman’s Health. 2006. An Easy

Guide to Breastfeeding. U.S.: Departement of Health and Human Services

Office on Woman’s Health.

Dwiyati, Yuni Feri. 2010. Hubungan antara Ukuran Meja dan Kursi Belajar dengan

Kelelahan Siswa SDN Rembes II Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang.

Undergraduate Theses from JTPTUNIMUS (Universitas Muhammadiyah

Semarang).

Effendi, Fikri. 2002. Ergonomi bagi Pekerja Sektor Informal. Cermin Dunia Kedokteran

No. 136, 2002. Jakarta: Grup PT Kalbe Farma.

Emzir. 2011. Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.

Page 154: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

132

Fahma, Fakhrina, dkk. 2010. Perancangan Kursi untuk Ibu Menyusui berdasarkan

Pendekatan Antropometri (Studi Kasus: Di Ruang Laktasi Rumah Sakit XYZ).

National Conference on Applied Ergonomics 2010.

Fredregill, Suzanne and Ray Fredregill. 2010. The Everything Breastfeeding Book.

Second Edition. U.S.A: F+W Media Inc.

Jasman. 2003. Pengaruh Penggunaan Kursi dan Meja Kerja yang Ergonomis terhadap

Kenyamanan dan Produktivitas Tenaga Kerja Industri Pembuatan Emping

Melinjo Di Padang Pariaman. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Gajah

Mada Yogyakarta. Available on:

http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=download&sub=DownloadFile&act=view&

typ=html&file=(0188-H-2004).pdf&ftyp=4&id=23122 25 April 2013 pukul

13.40 WIB.

Kalsum. 2007. Kenyamanan dan Produktivitas Pembuat Sapu Ijuk Ditinjau dari Aspek

Ergonomis Di Desa Medan Sinembah, Tanjung Morawa. Info Kesehatan

Masyarakat Volume XI, Nomor 1, Juni 2007.

Karwowski, Waldemar dan William S. Marras. Ed. 2003. Principles and Application in

Engineering Series Occupational Ergonomics Engineering and Administrative

Controls. Florida: CRC Press.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 450/MENKES/SK/IV/2004

Tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara Eksklusif pada Bayi di Indonesia.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 Tentang: Baku Mutu

Kebisingan.

Kolcaba, Katharine. 1991. A Taxonomic Structure for The Concept Comfort. IMAGE:

Journal of Nursing Scholarship Vol. 23, No. 4.

_______________. 1992. Holistic comfort: Operationalizing The Construct as A Nurse-

Sensitive Outcome. Advance in Nursing Science.

_______________. 2001. Evolution of The Mid Range Theory of Comfort for Outcomes

Research. Nursing Outlook 2001 Vol. 49.

Kumar, Shrawan. Ed. 1999. Biomechanics in Ergonomics. London: Taylor & Francis.

Kurniawan, Andri dan Dwi Cahyadi. 2000. Pengukuran Lingkungan Fisik Kerja dan

Workstation di Kantor Pos Pusat Samarinda. Available on:

http://karyailmiah.polnes.ac.id/Download-PDF/EKSIS-VOL.07-NO.2-

AGUSTUS-2011/NO-%20014%20-%20dwi%20-

%20PENGUKURAN%20LINGKUNGAN%20FISIK%20KERJA%20DAN%20W

Page 155: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

133

ORKSTATION%20DI%20KANTOR%20POS%20PUSAT%20SAMARINDA.pdf

Diakses: Sabtu, 10 Mei 2013 pukul 10.13 WIB.

Listya, Widya. 2008. Teknik Menyusui yang Benar. Available on:

http://creasoft.wordpress.com/2008/04/18/teknik-menyusui-yang-benar-2/ (18

April 2008). Diakses: Minggu, 26 Agustus 2012 pukul 23.10 WIB.

Meilia, Ike Harda. 2011. Hubungan antara Kenyamanan Sikap Duduk dengan Stres

Kerja. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

Available on:

http://eprints.unika.ac.id/3711/1/07.40.0143_Ike_Harda_Meilia.pdf Diakses: 22

April 2013 pukul 13.45 WIB.

Nurfajriah dan Lilik Zulaihah. 2010. Perancangan Kursi Kuliah yang Ergonomis di

Fakultas Teknik Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. Bina

Teknika, Volume 6 Nomor 1, Desember 2010.

Oborne, David J., 1995. Ergonomic at Work: Human Factors in Design and

Development. Third Edition. England: John Wiley & Sons.

Patilima, Hamid. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Cet. Kedua. Bandung: Alfabeta

Perinasia. 2011. Mempersiapkan Anak Cerdas dan Sehat. Buletin Perinasia – Tahun

XVII, Nomor 2, Edisi Juli 2011. Available on:

http://perinasia.com/down/3/20110701-

000000abae0b460da1e3c05a211aa2c1a4532d.pdf Diakses: Minggu, 26 Agustus

2012 pukul 00.47 WIB.

Pheasant, Stephen. 2003. Body Space Anthropometry, Ergonomics and the Design of

Work. Second Edition. London: Taylor & France.

Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI. 2004. Ergonomi. Jakarta: Depkes RI.

Purnomo, Hari & Rizal. 2000. Pengaruh Kelembaban, Temperatur Udara dan Beban

Kerja terhadap Kondisi Faal Tubuh Manusia. LOGIKA, Volume 4, Nomor 5,

2000.

Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI. 2005. Kebijakan Departemen

Kesehatan tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Pekerja Wanita.

Available on:

http://www.akbideub.ac.id/files/download/public/Kebijakan_asi.pdf Diakses:

Sabtu, 30 Juni 2012 pukul 16.20 WIB.

Page 156: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

134

Puswiartika, Dhevy. 2008. Peran Ergonomi dalam Meningkatkan Produktivitas Kerja.

Ragam Jurnal Pengembangan Humaniora Vol. 8 No. 1, April 2008.

Rahmawati, Suci. 2009. Analisis Tingkat Risiko Terjadinya Musculoskeletal Disorders

(MSDs) pada Aktivitas Pekerjaan Di Unit Produksi Donat PD. Safari Donat

Tahun 2009. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Rijanto, B. Boedi. 2011. Pedoman Pencegahan Kecelakaan di Industri. Jakarta: Mitra

Wacana Media.

Roesli, Utami. 2009. Panduan Praktis Menyusui. Jakarta: Pustaka Bunda.

Rusdjijati, Retno dan Eko Muh Widodo. 2008. Pengaruh Paparan Getaran Tempat

Duduk Pengemudi Bis terhadap Kenyamanan Kerja. J@TI UNDIP, Vol. III, No.

3.

Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

Sarimurni dan Ichwan Murtopo. 2004. Analisa Penggunaan Kursi Ergonomi terhadap

Menurunnya Angka Kelelahan Perajin Batik Tulis. Jurnal Teknik Gelagar Vol.

15, No. 01, April 2004: 51 – 58.

Soetjiningsih. 1997. Seri Gizi Klinik, ASI:Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Stanton, Neville et. al. 2005. Handbook of Human Factor dan Ergonomics Methode.

CRC Press Taylor & Francis Group.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Cet. keempat.

Bandung: Alfabeta.

Suma’mur. 1989. Ergonomi untuk Produktivitas Kerja. Jakarta: CV Haji Masagung.

_________. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES). Jakarta: CV

Sagung Seto.

Sundari, Komang Nelly. 2010. Tinjauan Ergonomi terhadap Sikap Kerja Petani di

Banjar Tengah, Desa Peguyangan, Denpasar Utara. Metris, Vol. 11 No. 2,

September 2010: 71 – 76. ISSN: 1411 – 3287.

Suprani, Budi. 2010. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Persepsi Supir Angkot

(Angkutan Kota) Jurusan Parung-Bogor tentang Keselamatan Berkendara di

Jalan Raya Tahun 2010. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 157: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

135

Suyatno. 1997. Pemberian ASI Eksklusif dan Pertumbuhan Bayi Usia 0 – 3 Bulan Studi

Kasus pada Bayi yang Dilahirkan di 4 Rumah Sakit Bersalin di Kota Semarang.

Makalah Ilmiah yang Disampaikan pada Seminar Hasil-hasil Penelitian OPF

1996/1997 di FKM – UNDIP Semarang tanggal 19 Mei 1997.

Tan, CheeFai et. al. 2008. Subjective and Objective Measurements for Comfortable

Truck Driver’s Seat.

_______________. 2010. Seat Discomfort of Dutch Truck Driver Seat: A Survey Study

and Analysis.

Page 158: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

Lampiran I: Form Pernyataan Persetujuan Responden

PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS

TERHADAP KENYAMANAN POSISI DUDUK PADA IBU

MENYUSUI BAYI USIA SAMPAI ENAM BULAN DI

KELURAHAN PISANGAN KECAMATAN CIPUTAT TIMUR

KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2013

PENELITI

NAMA: SRI LISDIANA

NIM : 108101000045

Assalamu’alaikum wr. wb.

Saya mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, sedang

melakukan penelitian tentang “Pengaruh Penggunaan Kursi Ergonomis terhadap

Kenyamanan Posisi Duduk pada Ibu Menyusui Bayi Usia sampai Enam Bulan di

Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Tahun 2013”.

Penelitian ini saya lakukan sebagai syarat kelengkapan untuk menempuh ujian

memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).

Untuk itu, saya meminta kesediaan Ibu untuk menjadi responden dalam

penelitian ini. Atas perhatian dan kerjasamanya, saya ucapkan terimakasih.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Hormat Saya,

SRI LISDIANA

Page 159: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

SURAT PERNYATAAN PESETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Pada penelitian ini, responden akan menggunakan kursi ergonomis yang

direkomendasikan oleh peneliti ketika melakukan aktivitas menyusui sampai waktu yang

telah ditentukan. Selanjutnya, dilakukan tanya jawab, wawancara, dan observasi terkait

kenyamanan posisi duduk saat menyusui dengan menggunakan kursi ergonomis. Segala

informasi yang diberikan oleh responden akan dijamin kerahasiaannya.

“Setelah membaca pernyataan di atas, saya yang bertanda tangan di bawah ini

bersedia menjadi responden pada penelitian ini dan akan memberikan data dan informasi

yang diperlukan dengan sebenar-benarnya”.

Nama Informan,

Tanda Tangan Tanggal

Diketahui oleh:

Nama Peneliti

Tanda tangan Tanggal

Page 160: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

Lampiran II: Instrumen Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

Pertanyaan Pre Post

(Kontrol)

Post (Eksperimen)

Hari ke-3 Hari ke-6

A. Informasi Umum Responden

A.1 Posisi yang digunakan ibu saat menyusui:

1. Duduk (Lanjut) 2. Berbaring (Selesai)

A.2 Apakah saat ini ibu bekerja?

1. Ya (Selesai) 2. Tidak (Lanjut)

A.3 Nama Ibu : _______________________________

A.4 Tanggal Lahir Ibu : __ __ / __ __ / __ __ __ __

A.5 Tanggal Lahir Bayi : __ __ / __ __ / __ __ __ __

A.6 Bayi adalah anak ke- : __

A.7 Alamat : _________________________________

_________________________________

A.8 No. Telp./Hp : ________________________

A.9 Proses persalinan bayi:

0) Caesar 1) Normal

B. Informasi Aktivitas Menyusui

B.1 Berapa kali Ibu menyusui dalam sehari: __ __ kali 99. Lupa/Tidak tahu

B.2 Jika saat ini, sudah berapa kali Ibu menyusui? __ __ kali 99. Lupa/Tidak tahu

B.3 Bberapa lama Ibu menyusui dalam sehari per menyusui: __ __ menit

C. Penilaian Penggunaan Tempat Duduk saat Menyusui

C.1 Tempat duduk yang digunakan Ibu saat menyusui adalah:

1) Kursi, sebutkan _______________ 2) Bukan kursi, sebutkan ______________

C.2 Apakah Ibu menggunakan peralatan bantu seperti bantal saat menyusui?

1) Ya 2) Tidak pertanyaan D1

C.3 Jika Ya, mengapa Ibu menggunakannya? (Jawaban jangan dibacakan. Cukup lingkari

yang sesuai dengan jawaban ibu)

No. Alasan Ya Tidak

C.3.a Supaya nyaman 1 2

C.3.b Supaya lebih rileks 1 2

C.3.c Mempermudah proses menyusui 1 2

C.3.d Supaya tidak lelah/pegal 1 2

C.3.e Supaya posisi bayi lebih tinggi dan tepat untuk

menyusu 1 2

C.3.f Supaya ibu tidak membungkuk ketika menyusui 1 2

C.3.g Supaya ada sandaran pada tangan 1 2

C.3.h Supaya ada sandaran pada kepala 1 2

C.3.i Supaya ada sandaran pada punggung 1 2

C.3.j Supaya ada sandaran pada kaki 1 2

C.3.k Supaya tidak sakit 1 2

C.3.l Supaya bisa menyusui lebih lama 1 2

A1 ( )

A2 ( )

A3 ( )

A4 ( )

A5 ( )

A5 ( )

A9 ( )

B1 ( )

B2 ( )

B3 ( )

C1 ( )

C2 ( )

C3a ( )

C3b ( )

C3c ( )

C3d ( )

C3e ( )

C3f ( )

C3g ( )

C3h ( )

C3i ( )

C3j ( )

C3k ( )

C3l ( )

B1 ( )

B2 ( )

B2 ( )

C1 ( )

C2 ( )

C3a ( )

C3b ( )

C3c ( )

C3d ( )

C3e ( )

C3f ( )

C3g ( )

C3h ( )

C3i ( )

C3j ( )

C3k ( )

C3l ( )

B2 ( )

C2 ( )

C3a ( )

C3b ( )

C3c ( )

C3d ( )

C3e ( )

C3f ( )

C3g ( )

C3h ( )

C3i ( )

C3j ( )

C3k ( )

C3l ( )

B2 ( )

C2 ( )

C3a ( )

C3b ( )

C3c ( )

C3d ( )

C3e ( )

C3f ( )

C3g ( )

C3h ( )

C3i ( )

C3j ( )

C3k ( )

C3l ( )

No. Responden: _____

Page 161: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

C.3.m Lainnya, sebutkan ________________ 1 2

D. Penilaian Kenyamanan Posisi Duduk saat Menyusui

D.1 Apakah Ibu merasakan kenyamanan saat menyusui menggunakan kursi ergonomis?

0) Ya 1) Tidak pertanyaan F2

D.2 Berapa lama Ibu merasakan kenyamanan saat menyusui menggunakan kursi

ergonomis:

__ __ menit

D.3 Apakah Ibu merasakan ketidaknyamanan (pegal/kram/kesemutan/mati rasa/kaku)

pada beberapa bagian tubuh saat menyusui dengan posisi duduk?

0) Tidak pertanyaan G4 1) Iya

D.4 Jika Ya, pada bagian tubuh mana saja Ibu merasakan ketidaknyamanan tersebut?

(Perlihatkan gambar 1)

D.4.1 Frekuensi (Jawaban boleh lebih dari satu)

No. Bagian Tubuh Kadang Sering Selalu

D.4.1.a Leher 1 2 3

D. 4.1.b Bahu Kanan 1 2 3

D. 4.1.c Bahu Kiri 1 2 3

D. 4.1.d Siku-siku Kanan 1 2 3

D. 4.1.e Siku-siku Kiri 1 2 3

D. 4.1.f Lengan Bawah Kanan 1 2 3

D. 4.1.g Lengan Bawah Kiri 1 2 3

D. 4.1.h Tangan/Pergelangan Tangan Kanan 1 2 3

D. 4.1.i Tangan/Pergelangan Tangan Kiri 1 2 3

D. 4.1.j Punggung Bagian Atas 1 2 3

D. 4.1.k Punggung Bagian Bawah Kanan 1 2 3

D. 4.1.l Punggung Bagian Bawah Kiri 1 2 3

D.4.1.m Pinggul Kanan 1 2 3

D. 4.1.n Pinggul Kiri 1 2 3

D. 4.1.o Paha Kanan 1 2 3

D. 4.1.p Paha Kiri 1 2 3

D. 4.1.q Lutut Kanan 1 2 3

D. 4.1.r Lutut Kiri 1 2 3

D. 4.1.s Betis Kanan 1 2 3

D. 4.1.t Betis Kiri 1 2 3

D. 4.1.u Tumit Kanan 1 2 3

D. 4.1.v Tumit Kiri 1 2 3

D.4.2 Intensitas (Jawaban boleh lebih dari satu)

No. Bagian Tubuh Tidak

Nyaman Sakit

Sangat

Sakit

D.4.2.a Leher 1 2 3

D.4.2.b Bahu Kanan 1 2 3

D.4.2.c Bahu Kiri 1 2 3

D.4.2.d Siku-siku Kanan 1 2 3

D.4.2.e Siku-siku Kiri 1 2 3

D.4.2.f Lengan Bawah Kanan 1 2 3

D.4.2.g Lengan Bawah Kiri 1 2 3

D.4.2.h Tangan/Pergelangan Tangan Kanan 1 2 3

D.4.2.i Tangan/Pergelangan Tangan Kiri 1 2 3

D.4.2.j Punggung Bagian Atas 1 2 3

C3m ( )

D3 ( )

D4.1a ( )

D4.1b ( )

D4.1c ( )

D4.1d ( )

D4.1e ( )

D4.1f ( )

D4.1g ( )

D4.1h ( )

D4.1i ( )

D4.1j ( )

D4.1k ( )

D4.1l ( )

D4.1m ( )

D4.1n ( )

D4.1o ( )

D4.1p ( )

D4.1q ( )

D4.1r ( )

D4.1s ( )

D4.1t ( )

D4.1u ( )

D4.1v ( )

D4.2a ( )

D4.2b ( )

D4.2c ( )

D4.2d ( )

D4.2e ( )

D4.2f ( )

D4.2g ( )

D4.2h ( )

D4.2i ( )

D4.2j ( )

C3m ( )

D3 ( )

D4.1a ( )

D4.1b ( )

D4.1c ( )

D4.1d ( )

D4.1e ( )

D4.1f ( )

D4.1g ( )

D4.1h ( )

D4.1i ( )

D4.1j ( )

D4.1k ( )

D4.1l ( )

D4.1m ( )

D4.1n ( )

D4.1o ( )

D4.1p ( )

D4.1q ( )

D4.1r ( )

D4.1s ( )

D4.1t ( )

D4.1u ( )

D4.1v ( )

D4.2a ( )

D4.2b ( )

D4.2c ( )

D4.2d ( )

D4.2e ( )

D4.2f ( )

D4.2g ( )

D4.2h ( )

D4.2i ( )

D4.2j ( )

C3m ( )

D1 ( )

D2 ( )

D3 ( )

D4.1a ( )

D4.1b ( )

D4.1c ( )

D4.1d ( )

D4.1e ( )

D4.1f ( )

D4.1g ( )

D4.1h ( )

D4.1i ( )

D4.1j ( )

D4.1k ( )

D4.1l ( )

D4.1m ( )

D4.1n ( )

D4.1o ( )

D4.1p ( )

D4.1q ( )

D4.1r ( )

D4.1s ( )

D4.1t ( )

D4.1u ( )

D4.1v ( )

D4.2a ( )

D4.2b ( )

D4.2c ( )

D4.2d ( )

D4.2e ( )

D4.2f ( )

D4.2g ( )

D4.2h ( )

D4.2i ( )

D4.2j ( )

C3m ( )

D1 ( )

D2 ( )

D3 ( )

D4.1a ( )

D4.1b ( )

D4.1c ( )

D4.1d ( )

D4.1e ( )

D4.1f ( )

D4.1g ( )

D4.1h ( )

D4.1i ( )

D4.1j ( )

D4.1k ( )

D4.1l ( )

D4.1m ( )

D4.1n ( )

D4.1o ( )

D4.1p ( )

D4.1q ( )

D4.1r ( )

D4.1s ( )

D4.1t ( )

D4.1u ( )

D4.1v ( )

D4.2a ( )

D4.2b ( )

D4.2c ( )

D4.2d ( )

D4.2e ( )

D4.2f ( )

D4.2g ( )

D4.2h ( )

D4.2i ( )

D4.2j ( )

Page 162: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

D.4.2.k Punggung Bagian Bawah Kanan 1 2 3

D.4.2.l Punggung Bagian Bawah Kiri 1 2 3

D.4.2.m Pinggul Kanan 1 2 3

D.4.2.n Pinggul Kiri 1 2 3

D.4.2.o Paha Kanan 1 2 3

D.4.2.p Paha Kiri 1 2 3

D.4.2.q Lutut Kanan 1 2 3

D.4.2.r Lutut Kiri 1 2 3

D.4.2.s Betis Kanan 1 2 3

D.4.2.t Betis Kiri 1 2 3

D.4.2.u Tumit Kanan 1 2 3

D.4.2.v Tumit Kiri 1 2 3

D.5 Apa yang biasa Ibu lakukan ketika merasakan ketidaknyamanan tersebut?

1) Berhenti menyusui saat itu juga

2) Tetap meneruskan menyusui sampai bayi melepaskan sendiri puting susu Ibu

3) Berhenti menyusui sebentar lalu meneruskan menyusui lagi

4) Mengubah posisi dengan tetap menyusui

5) Mengubah posisi dan berhenti menyusui

6) Lainnya, sebutkan _______________________________________________

D.6 Berapa lama Ibu merasakan ketidaknyamanan saat menyusui dengan posisi duduk

tersebut? _ _ menit.

D.7 Setelah Ibu selesai menyusui, apakah Ibu masih merasakan ketidaknyamanan

tersebut?

0) Tidak 1) Ya

D.8 Apa saja kendala Ibu saat menyusui dengan kursi ergonomis? (Jawaban jangan

dibacakan. Cukup lingkari yang sesuai dengan jawaban ibu)

No. Kendala Ya Tidak

D.8.a Tidak ada kendala 1 2

D.8.b Tangan pegal 1 2

D.8.c Duduk tidak nyaman 1 2

D.8.d Membutuhkan sandaran 1 2

D.8.e Pantat pegal atau kram 1 2

D.8.f Betis sakit atau kram 1 2

D.8.g Pinggul pegal 1 2

D.8.h Leher pegal 1 2

D.8.i Punggung pegal 1 2

D.8.j Kaki pegal/kesemutan 1 2

D.8.k Lainnya, sebutkan ___________________ 1 2

D4.2k ( )

D4.2l ( )

D4.2m ( )

D4.2n ( )

D4.2o ( )

D4.2p ( )

D4.2q ( )

D4.2r ( )

D4.2s ( )

D4.2t ( )

D4.2u ( )

D4.2v ( )

D5 ( )

D6 ( )

D7 ( )

D8a ( )

D8b ( )

D8c ( )

D8d ( )

D8e ( )

D8f ( )

D8g ( )

D8h ( )

D8i ( )

D8j ( )

D8k ( )

D4.2k ( )

D4.2l ( )

D4.2m ( )

D4.2n ( )

D4.2o ( )

D4.2p ( )

D4.2q ( )

D4.2r ( )

D4.2s ( )

D4.2t ( )

D4.2u ( )

D4.2v ( )

D5 ( )

D6 ( )

D7 ( )

D8a ( )

D8b ( )

D8c ( )

D8d ( )

D8e ( )

D8f ( )

D8g ( )

D8h ( )

D8i ( )

D8j ( )

D8k ( )

D4.2k ( )

D4.2l ( )

D4.2m ( )

D4.2n ( )

D4.2o ( )

D4.2p ( )

D4.2q ( )

D4.2r ( )

D4.2s ( )

D4.2t ( )

D4.2u ( )

D4.2v ( )

D5 ( )

D6 ( )

D7 ( )

D8a ( )

D8b ( )

D8c ( )

D8d ( )

D8e ( )

D8f ( )

D8g ( )

D8h ( )

D8i ( )

D8j ( )

D8k ( )

D4.2k ( )

D4.2l ( )

D4.2m ( )

D4.2n ( )

D4.2o ( )

D4.2p ( )

D4.2q ( )

D4.2r ( )

D4.2s ( )

D4.2t ( )

D4.2u ( )

D4.2v ( )

D5 ( )

D6 ( )

D7 ( )

D8a ( )

D8b ( )

D8c ( )

D8d ( )

D8e ( )

D8f ( )

D8g ( )

D8h ( )

D8i ( )

D8j ( )

D8k ( )

Page 163: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

PANDUAN WAWANCARA

(untuk Kelompok Kontrol dan Pengukuran Pre Kelompok Eksperimen)

1. Bagaimana perasaan Ibu saat menyusui dengan posisi duduk yang seperti biasanya

sering dilakukan? ____________________________________________________

____________________________________________________________________

___________________________________________________________

2. Bagaimana kenyamanan yang dirasakan saat ibu menyusui dengan posisi duduk

tersebut? (Minta ibu untuk menjelaskan secara lebih luas dan rinci tentang

kenyamanan yang dirasakan.) __________________________________________

____________________________________________________________________

___________________________________________________________

3. Bagaimana pendapat Ibu tentang posisi duduk tersebut dalam hubungannya dengan

kelancaran proses menyusui? ___________________________________________

____________________________________________________________________

_______________________________________________

4. Menurut Ibu, bagaimanakah posisi duduk yang baik dan benar saat menyusui?

(Minta ibu untuk mempraktikkan posisi duduk yang baik dan benar) ____________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

____________________________________________________________________

__________________________________________________

Page 164: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

PANDUAN WAWANCARA

(Pengukuran Post Kelompok Eksperimen)

1. Bagaimana perasaan Ibu saat duduk menyusui menggunakan kursi ergonomis?

_________________________________________________________________

_________________________________________________________________

______________________________________________

2. Bagaimana kenyamanan yang dirasakan saat ibu menyusui menggunakan kursi

ergonomis? (Minta ibu untuk menjelaskan secara lebih luas dan rinci tentang

kenyamanan yang dirasakan.) ________________________________________

_________________________________________________________________

_________________________________________________________________

_________________________________________________________

3. Bagaimana pendapat Ibu tentang adanya kursi ergonomis tersebut dalam

hubungannya dengan aktivitas menyusui? _______________________________

_________________________________________________________________

___________________________________________________________

4. Apakah Ibu setuju jika kursi ergonomis tersebut menjadi salah satu program

dalam mendukung keberhasilan proses menyusui?

1. Setuju 2. Tidak setuju (Lanjut ke No. 8)

5. Mengapa Ibu setuju dengan hal tersebut? _______________________________

_________________________________________________________________

_________________________________________________________________

_______________________________

6. Menurut Ibu, apa saja kriteria atau syarat untuk kursi ergonomis agar dapat

diproduksi massal atau dijual secara meluas? ____________________________

_________________________________________________________________

_________________________________________________________________

________________________________________________________

Page 165: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

7. Menurut Ibu, apakah adanya kursi ergonomis ini dapat menjadi salah satu solusi

dalam membantu memperlancar proses menyusui?

1. Ya 2. Tidak (Lanjut ke No. 11)

8. Mengapa demikian? ________________________________________________

_________________________________________________________________

_________________________________________________________________

________________________________________________________

9. Menurut Ibu, apa saja kekurangan dan kelebihan kursi ergonomis ini?

No. Kekurangan Kelebihan

1

2

3

4

5

10. Menurut Ibu, bagaimana posisi duduk di kursi ergonomis ini yang baik dan

benar? ___________________________________________________________

_________________________________________________________________

_________________________________________________________________

________________________________________________________

Page 166: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

LEMBAR CHECKLIST PEMANTAUAN FREKUENSI & LAMA MENYUSUI

MENGGUNAKAN KURSI ERGONOMIS*

Menyusui

ke-

Hari 1 Lama

Menyusui

(menit)

Hari 2 Lama

Menyusui

(menit)

Hari 3 Lama

Menyusui

(menit) Pakai Kursi

( √ )

Pakai Kursi

( √ )

Pakai Kursi

( √ )

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

Total

Menyusui

Hari 1 =

kali

Hari 2 =

kali

Hari 3 =

kali

Page 167: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

LEMBAR CHECKLIST PEMANTAUAN INTENSITAS & LAMA MENYUSUI

MENGGUNAKAN KURSI ERGONOMIS*

Menyusui

ke-

Hari 4 Lama

Menyusui

(menit)

Hari 5 Lama

Menyusui

(menit)

Hari 6 Lama

Menyusui

(menit)

Hari 7 Lama

Menyusui

(menit) Pakai Kursi

( √ )

Pakai Kursi

( √ )

Pakai Kursi

( √ )

Pakai Kursi

( √ )

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

Total

Menyusui

Hari 4 =

kali

Hari 5 =

kali

Hari 6 =

kali

Hari 7 =

kali

*Lembar checklist ini digunakan untuk mengetahui frekuensi dan durasi/lama

penggunaan kursi ergonomis setiap harinya selama satu (1) minggu pemakaian kursi.

1. Total durasi menyusui setiap sekali menyusui:

2. Total frekuensi menyusui setiap hari selama seminggu:

3. Rata-rata durasi menyusui saat menggunakan kursi ergonomis setiap sekali

menyusui:

∑ (∑ )

4. Rata-rata frekuensi menyusui saat menggunakan kursi ergonomis setiap hari selama

seminggu penggunaan:

∑ (∑ )

Page 168: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

LEMBAR OBSERVASI

1. Rekam dengan video posisi atau sikap tubuh ibu saat menyusui.

2. Untuk pengukuran post pada Kelompok Eksperimen, isi tabel berikut dengan

memberi tanda checklist ( √ ) sesuai dengan hasil pengamatan.

No.

Tanda-tanda Menyusui yang Benar

Hasil Pengamatan ( √ )

Ya Tidak

1 Punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.

2 Posisi punggung tegak lurus (90o) terhadap pangkuannya.

3 Bayi tampak tenang.

4 Badan bayi menempel pada perut ibu.

5 Mulut bayi terbuka lebar.

6 Dagu bayi menempel pada payudara ibu.

7 Sebagian areola masuk ke dalam mulut bayi, areola bawah lebih

banyak yang masuk.

8 Bayi tampak menghisap dengan ritme perlahan-lahan.

9 Puting susu tidak terasa nyeri (tanyakan pada Ibu).

10 Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

11 Kepala bayi agak menengadah.

12 Bayi terlihat melakukan isapan yang lamban dan dalam serta

menelan ASI-nya.

Sumber: Bahiyatun (2009) dan Saleha (2009)

HASIL PENGUKURAN LANGSUNG

Faktor yang Diukur Hasil

Pengukuran

Tinggi Badan Ibu (cm)

Berat Badan Ibu (kg)

Indeks Massa Tubuh (IMT) Ibu

Berat Badan Bayi (kg)

Kebisingan (dB)

Suhu (oC)

Pencahayaan (Lux)

Page 169: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

Punggung Bagian Bawah: Kanan Kiri

Seberapa sering: Seberapa parah:

Kadang-Kadang Tidak Nyaman

Sering Sakit

Selalu Sangat sakit

Pinggul: Kanan Kiri

Seberapa sering: Seberapa parah:

Kadang-Kadang Tidak Nyaman

Sering Sakit

Selalu Sangat sakit

Lutut: Kanan Kiri

Seberapa sering: Seberapa parah:

Kadang-Kadang Tidak Nyaman

Sering Sakit

Selalu Sangat sakit

Tumit: Kanan Kiri

Seberapa sering: Seberapa parah:

Kadang-Kadang Tidak Nyaman

Sering Sakit

Selalu Sangat sakit

Betis: Kanan Kiri

Seberapa sering: Seberapa parah:

Kadang-Kadang Tidak Nyaman

Sering Sakit

Selalu Sangat sakit

Paha: Kanan Kiri

Seberapa sering: Seberapa parah:

Kadang-Kadang Tidak Nyaman

Sering Sakit

Selalu Sangat sakit

Tangan/Pergelangan Tangan: Kanan Kiri

Seberapa sering: Seberapa parah:

Kadang-Kadang Tidak Nyaman

Sering Sakit

Selalu Sangat sakit

Lengan Bawah: Kanan Kiri

Seberapa sering: Seberapa parah:

Kadang-Kadang Tidak Nyaman

Sering Sakit

Selalu Sangat sakit

Leher:

Seberapa sering: Seberapa parah:

Kadang-Kadang Tidak Nyaman

Sering Sakit

Selalu Sangat sakit

Bahu: Kanan Kiri

Seberapa sering: Seberapa parah:

Kadang-Kadang Tidak Nyaman

Sering Sakit

Selalu Sangat sakit

Punggung Bagian Atas:

Seberapa sering: Seberapa parah:

Kadang-Kadang Tidak Nyaman

Sering Sakit

Selalu Sangat sakit

Siku-Siku: Kanan Kiri

Seberapa sering: Seberapa parah:

Kadang-Kadang Tidak Nyaman

Sering Sakit

Selalu Sangat sakit

Lampiran III

Lembar Body Part Discomfort Scale

Page 170: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

Lampiran V

Data Kursi Ergonomis

Gambar Bentuk Kursi Ergonomis:

Tampak Depan samping Kanan Tampak Depan samping Kiri

Tampak Depan Tampak Belakang

Tampak samping Kiri Tampak samping Kanan

Page 171: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

Data Dimensi Kursi Ergonomis

Gambar 5.5 Gambar Rancangan Kursi Ergonomis Tampak kiri dengan rincian:

a.lebar sandaran, b. panjang sandaran tangan, c. tinggi sandaran, d. tinggi sandaran

tangan, e. lebar alas kursi, f.panjang kedalaman alas kursi, g. tinggi alas kursi.

Gambar 5.6 Gambar Rancangan Kursi Ergonomis Tampak kanan dengan rincian:

a.lebar sandaran, b. panjang sandaran tangan, c. tinggi sandaran, d. tinggi sandaran

tangan, e. lebar alas kursi, f.panjang kedalaman alas kursi, g. tinggi alas kursi

Page 172: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

1 2 3 4 5 6 7+

1 1 2 3 3 4 5 5

2 2 2 3 4 4 5 5

3 3 3 3 4 4 5 6

4 3 3 3 4 5 6 6

5 4 4 4 5 6 7 7

6 4 4 5 6 6 7 7

7 5 5 6 6 7 7 7

8+ 5 5 6 7 7 7 7

Table C

SCORESTable A

RULA Employee Assessment Worksheet

Subject: Date: / /Company: Department: Scorer:

Step 1a: Adjust�

Step 1: Locate Upper Arm PositionA. Arm & Wrist Analysis B. Neck, Trunk & Leg Analysis

20o+

Step 13: Add Muscle Use Score

Step 14: Add Force/load Score

Step 15: Find Column in Table C

+=

+

Step 9: Locate Neck Position

Step 9a: Adjust�

If legs & feet supported and balanced: +1;If not: +2

If trunk is twisted: +1; If trunk is side-bending: +1

If neck is twisted: +1; If neck is side-bending: +1

Use values from steps 8,9,& 10 to locate Posture Score inTable B

If posture mainly static or;If action 4/minute or more: +1

If load less than 2 kg (intermittent): +0;If 2 kg to 10 kg (intermittent): +1;If 2 kg to 10 kg (static or repeated): +2;If more than 10 kg load or repeated or shocks: +3= Force/load Score

= Final Neck, Trunk & Leg Score

= Muscle Use Score

= Posture B Score

= Final LegScore

= Final Trunk Score

Table B

10o to 20o0o to 10o

in extension

Complete this worksheet following the step-by-step procedure below. Keep a copy in the employee's personnel folder for future reference.

+1 +2 +3 +4

+1 +2

20o to 60o

+3

+4

60o+

0o to 10o 0o to 20o

standingerect

seated- 20o

1 also iftrunk iswellsup-portedwhileseated;2 if not

Step 10: Locate Trunk Position

Step 10a: Adjust�

Step 11: Legs

Final Score=

Step 2: Locate LowerArm Position

Final Lower Arm Score =

+

If wrist is bent from the midline: +1

Step 6: Add Muscle Use Score

Step 7: Add Force/load ScoreIf load less than 2 kg (intermittent): +0;If 2 kg to 10 kg (intermittent): +1;If 2 kg to 10 kg (static or repeated): +2;If more than 10 kg load or repeated or shocks: +3 =The completed score from the Arm/wristanalysis is used to find the row on Table C Final Wrist & Arm Score =

Step 3: Locate Wrist Position

Step 3a: Adjust�

+1 +1

+1 +1

+1+1 +1+3

+2 +2

15o+0o to 15o

+315o+

0o to 15o

Step 2a: Adjust�If arm is working across midline of the body: +1;If arm out to side of body: +1

Final Upper Arm Score =

+20o to 45o> -20o

+2+1

+45o to 90o 90o+

+3 +4+2

Final Wrist Score =

Wrist Twist Score =

Upper Lower

Wrist

Arm Arm

1 2 3 4

Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist Wrist Twist

1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 1 2 2 2 2 3 3 3

2 2 2 2 2 3 3 3 3

3 2 3 2 3 3 3 4 4

2 1 2 2 2 3 3 3 4 4

2 2 2 2 3 3 3 4 4

3 2 3 3 3 3 4 4 5

3 1 2 3 3 3 4 4 5 5

2 2 3 3 3 4 4 5 5

3 2 3 3 4 4 4 5 5

4 1 3 4 4 4 4 4 5 5

2 3 4 4 4 4 4 5 5

3 3 4 4 5 5 5 6 6

5 1 5 5 5 5 5 6 6 7

2 5 6 6 6 6 7 7 7

3 6 6 6 7 7 7 7 8

6 1 7 7 7 7 7 8 8 9

2 7 8 8 8 8 9 9 9

3 9 9 9 9 9 9 9 9

Upper LowerArm Arm

Step 5: Look-up Posture Score in Table A

Step 4: Wrist TwistIf wrist is twisted mainly in mid-range =1;If twist at or near end of twisting range = 2

+Posture Score A =

Force/load Score =

FINAL SCORE: 1 or 2 = Acceptable; 3 or 4 investigate further; 5 or 6 investigate further and change soon; 7 investigate and change immediately

If shoulder is raised: +1;If upper arm is abducted: +1;If arm is supported or person is leaning: -1

If posture mainly static (i.e. held for longer than 1 minute) or;If action repeatedly occurs 4 times per minute or more: +1

Step 8: Find Row in Table C

Muscle Use Score =

=Final Neck Score

The completed score from the Neck/Trunk & Leganalysis is used to find the column on Chart C

Step 12: Look-up Posture Score in Table B

erocSerutsoPknurT

1 2 3 4 5 6

sgeL sgeL sgeL sgeL sgeL sgeL

kceN 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

1 1 3 2 3 3 4 5 5 6 6 7 7

2 2 3 2 3 4 5 5 5 6 7 7 7

3 3 3 3 4 4 5 5 6 6 7 7 7

4 5 5 5 6 6 7 7 7 7 7 8 8

5 7 7 7 7 7 8 8 8 8 8 8 8

6 8 8 8 8 8 8 8 9 9 9 9 9

Source: McAtamney, L. & Corlett, E.N. (1993) RULA: a survey method for the investigation of work-related upper limb disorders, Applied Ergonomics, 24(2) 91-99.© Professor Alan Hedge, Cornell University. Feb. 2001

-20o to +20o

0o

Use values from steps 1,2,3 & 4 to locate Posture Score intable A

-60o to 100o

+1

100o+0-60o

+2

+2

Page 173: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

Lampiran VI

Output Hasil Analisis Statistik

A. Uji normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

bb_bayi bising suhu cahaya

umuribu2 Usia Ibu: skor_delta

B.1.1 Berapa kali Ibu menyusui dalam sehari:

B.3.1 Berapa lama Ibu menyusui dalam sehari per menyusui:

N 34 34 34 34 34 34 25 33

Normal Parametersa Mean 6.2916 63.712 32.603 109.544 27.38 -15.32 9.28 27.03

Std. Deviation 1.10069 7.0534 1.7955 1.2913E2 6.679 52.734 3.714 21.534

Most Extreme Differences Absolute .113 .169 .167 .319 .198 .209 .152 .233

Positive .070 .099 .167 .319 .198 .157 .152 .233

Negative -.113 -.169 -.164 -.225 -.093 -.209 -.137 -.132

Kolmogorov-Smirnov Z .658 .984 .973 1.859 1.155 1.219 .760 1.339

Asymp. Sig. (2-tailed) .779 .287 .300 .002 .138 .102 .611 .056

a. Test distribution is Normal.

B. Analisis Univariat

1. Skor pre-post ketidaknyamanan Kelompok Eksperimen

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

skor_pre 17 42.47 48.744 0 140

skor_post 17 10.82 24.600 0 100

2. Skor pre-post ketidaknyamanan Kelompok Kontrol

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

skor_pre 17 23.18 32.195 0 120

skor_post 17 24.18 34.244 0 140

Page 174: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan (diduga confounder)

C. Analisis Bivariat

1. Perubahan skor pre-post ketidaknyamanan pada kelompok eksperimen

2. Perubahan skor pre-post ketidaknyamanan pada kelompok kontrol

3. Perubahan skor ketidaknyamanan pada kelompok eksperimen dan kelompok control

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

bb_bayi 34 6.2916 1.10069 3.88 8.10

bising 34 63.712 7.0534 47.2 72.8

suhu 34 32.603 1.7955 30.0 37.0

cahaya 34 109.544 129.1268 12.0 558.0

umuribu2 Usia Ibu: 34 27.38 6.679 17 43

skor_delta 34 -15.32 52.734 -136 125

B.1.1 Berapa kali Ibu menyusui dalam sehari: 25 9.28 3.714 4 20

B.3.1 Berapa lama Ibu menyusui dalam sehari per menyusui:

33 27.03 21.534 3 90

Test Statisticsb

skor_post - skor_pre

Z -.028a

Asymp. Sig. (2-tailed) .977

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Test Statisticsb

skor_post - skor_pre

Z -2.433a

Asymp. Sig. (2-tailed) .015

a. Based on positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Test Statisticsb

skor_delta

Mann-Whitney U 86.500

Wilcoxon W 239.500

Z -2.000

Asymp. Sig. (2-tailed) .046

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .045a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: perlakuan

Page 175: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

4. Hubungan faktor-faktor yang diduga confounder:

a. Uji korelasi usia ibu dan skor ketidaknyamanan

b. Uji anova status IMT dan skor ketidaknyamnanan

Correlations

umuribu2 Usia Ibu: skor_delta

Spearman's rho umuribu2 Usia Ibu: Correlation Coefficient 1.000 .252

Sig. (2-tailed) . .150

N 34 34

skor_delta Correlation Coefficient .252 1.000

Sig. (2-tailed) .150 .

N 34 34

Descriptives

skor_delta

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

kurus 2 -6.00 2.828 2.000 -31.41 19.41 -8 -4

normal 15 -17.00 56.445 14.574 -48.26 14.26 -136 125

gemuk 17 -14.94 54.163 13.137 -42.79 12.91 -119 75

Total 34 -15.32 52.734 9.044 -33.72 3.08 -136 125

ANOVA

skor_delta

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 218.500 2 109.250 .037 .964

Within Groups 91550.941 31 2953.256

Total 91769.441 33

Multiple Comparisons

skor_delta Bonferroni

(I) imt2 (J) imt2 Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

kurus normal 11.000 40.909 1.000 -92.54 114.54

gemuk 8.941 40.624 1.000 -93.88 111.76

normal kurus -11.000 40.909 1.000 -114.54 92.54

gemuk -2.059 19.251 1.000 -50.78 46.66

gemuk kurus -8.941 40.624 1.000 -111.76 93.88

normal 2.059 19.251 1.000 -46.66 50.78

Page 176: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

c. Uji korelasi frekuensi menyusui dan skor ketidaknyamanan

Correlations

B.1.1 Berapa kali Ibu menyusui dalam sehari: skor_delta

Spearman's rho B.1.1 Berapa kali Ibu menyusui dalam sehari:

Correlation Coefficient 1.000 -.166

Sig. (2-tailed) . .429

N 25 25

skor_delta Correlation Coefficient -.166 1.000

Sig. (2-tailed) .429 .

N 25 25

d. Uji korelasi durasi/lama menyusui dan skor ketidaknyamanan

Correlations

B.3.1 Berapa lama Ibu

menyusui dalam sehari per menyusui: skor_delta

Spearman's rho B.3.1 Berapa lama Ibu menyusui dalam sehari per menyusui:

Correlation Coefficient 1.000 -.094

Sig. (2-tailed) . .604

N 33 33

skor_delta Correlation Coefficient -.094 1.000

Sig. (2-tailed) .604 .

N 33 33

e. Uji korelasi BB bayi dan skor ketidaknyamanan

Correlations

bb_bayi skor_delta

bb_bayi Pearson Correlation 1 -.205

Sig. (2-tailed) .245

N 34 34

skor_delta Pearson Correlation -.205 1

Sig. (2-tailed) .245

N 34 34

Page 177: PENGARUH PENGGUNAAN KURSI ERGONOMIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26525/1/SRI...7. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK, sebagai salah satu dosen K3 yang telah berbagi

f. Uji korelasi kebisingan dan skor ketidaknyamanan

Correlations

bising skor_delta

Spearman's rho bising Correlation Coefficient 1.000 .040

Sig. (2-tailed) . .820

N 34 34

skor_delta Correlation Coefficient .040 1.000

Sig. (2-tailed) .820 .

N 34 34

g. Uji korelasi suhu dan skor ketidaknyamanan

Correlations

suhu skor_delta

Spearman's rho suhu Correlation Coefficient 1.000 .245

Sig. (2-tailed) . .162

N 34 34

skor_delta Correlation Coefficient .245 1.000

Sig. (2-tailed) .162 .

N 34 34

h. Uji korelasi pencahayaan dan skor ketidaknyamanan

Correlations

cahaya skor_delta

Spearman's rho cahaya Correlation Coefficient 1.000 -.033

Sig. (2-tailed) . .854

N 34 34

skor_delta Correlation Coefficient -.033 1.000

Sig. (2-tailed) .854 .

N 34 34