pengaruh senam ergonomis terhadap penurunan … publikasi.pdf · lansia 150 mmhg dan setelah...
TRANSCRIPT
PENGARUH SENAM ERGONOMIS TERHADAP PENURUNAN
TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI
DI POSBINDU DESA TANJUNGSARI KARANGJOHO
KARANGDOWO KLATEN
Jurnal
Disusun Oleh:
IKA YUNIARTI
K.011.015.006
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
(STIKES) DUTA GAMA KLATEN
2019
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
PENGARUH SENAM ERGONOMIS TERHADAP PENURUNAN
TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI
DI POSBINDU DESA TANJUNGSARI KARANGJOHO
KARANGDOWO KLATEN
Jurnal
Yang Disusun Oleh:
IKA YUNIARTI
K.011.015.006
Telah disetujui pada tanggal……...........................................
Pembimbing I
Pembimbing II
Witriyani, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,CWCS.
NIPY. 02.002.036
Akbar Amin Abdullah, S.Kep.,Ns.,M.Kep.
NIPY. 02.002.063
Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan
Witriyani, S.Kep.,Ns.M.Kep.,CWCS.
NIPY.02.002.036
iii
PENGARUH SENAM ERGONOMIS TERHADAP PENURUNAN TEKANAN
DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI POSBINDU DESA
TANJUNGSARI KARANGJOHO KARANGDOWO KLATEN
INTISARI
Ika Yuniarti1, Witriyani
2, Akbar Amin Abdullah
3
Latar Belakang : Penyakit hipertensi pada lansia di Jawa tengah masih menempati
proporsi terbesar urutan ke-5 dari seluruh penyakit tidak menular (PTM) yaitu 35,8%.
Salah satu terapi non farmakologi yang dapat dilakukan untuk penyakit hipertensi yaitu
dengan pemberian terapi senam ergonomis.
Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh senam ergonomis terhadap penurunan tekanan
darah pada lansia dengan hipertensi di Posyandu lansia Desa Tanjungsari Karangjoho
Karangdowo Klaten.
Metode penelitian : Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasy eksperiment dengan
desain penelitian one group pretest-posttest. Populasi dalam penelitian ini adalah semua
lansia yang berada di Posyandu lansia di Desa Tanjungsari Karangjoho Karangdowo
Klaten sejumlah 50 lansia. Teknik pengambilan sampel secara purposive sampling
sejumlah 18 lansia. Instrumen yang digunakan berupa lembar observasi tekanan darah
pretest-posttest dan SOP senam ergonomis. Analisis data menggunakan uji statistik
Wilcoxon.
Hasil Penelitian : Sebelum diberikan terapi senam ergonomis mayoritas tekanan darah
lansia 150 mmHg dan setelah diberikan terapi senam ergonomis mayoritas tekanan darah
lansia 140 mmHg.
Kesimpulan : Analisa data dengan Wilcoxon mendapatkan hasil bahwa nilai signifikasi
0,000 yang artinya p < α (0,05) maka terdapat pengaruh senam ergonomis terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi di Desa Karangjoho Karangdowo
Klaten.
Kata Kunci : Hipertensi, senam ergonomis, lansia
1 Mahasiswa keperawatan Stikes Duta Gama Klaten
2 Pembimbing I
3 Pembimbing II
iv
THE INFLUENCE OF CALISTHENICS ERGONOMIC DECLINE OF BLOOD
PRESSURE IN THE ELDERLY WITH HYPERTENSION IN POSBINDU
TANJUNGSARI VILLAGE KLATEN KARANGDOWO KARANGJOHO
ABSTRACT
Ika Yuniarti1, Witriyani
2, Akbar Amin Abdullah
3
Background: On the elderly hypertension Disease in Central Java still occupies the
largest proportion of the 5th order from all the diseases are not contagious (PTM) 35.8%.
One of the non pharmacological therapy can do for hypertensive disease by administering
therapeutic gymnastics ergonomic.
Purpose: To know the influence of gymnastics ergonomic against a decline in blood
pressure in the elderly with hypertension in elderly Posyandu Tanjungsari Village
Karangjoho Karangdowo Klaten.
Methods: This kind of research is Research quasy experiment with design research one
group pretest-posttest. The population in this study are all elderly residing in tanjungsari
village elderly Posbindu in Klaten Karangdowo Karangjoho a number of 50 elderly.
Sampling technique are purposive sampling a number of 18 elderly. The instruments used
in the form of blood pressure observation sheet pretest-posttest and SOP gymnastics
ergonomic. Data analysis using statistical test of Wilcoxon.
Results: Before a given therapy gymnastics ergonomic majority elderly blood pressure
150 mmHg and after given ergonomic gymnastics therapy the majority elderly blood
pressure 140 mmHg.
Conclusion: Data Analysis with the Wilcoxon significance values that get results 0.000
meaning α < p (0.05) then there is the influence of gymnastics ergonomic decline of
blood pressure in elderly with hypertension in the village of karangjoho Karangdowo
klaten.
Keywords: Ergonomic gymnastics, Hypertension, elderly
1 Nursing Student Stikes Duta Gama Klaten
2 Supervisor I
3 Supervisor II
1
PENDAHULUAN
Pada tahun 2013 secara
global jumlah penduduk berusia
lanjut diatas 60 tahun sekitar 11,7%
dari keseluruhan penduduk di dunia
dan menurut estimasi angkanya akan
semakin besar karena tingginya
tingkat harapan hidup yang semakin
baik menurut World Health
Organization (WHO). Usia harapan
hidup manusia pada tahun 2000
berdasarkan keterangan dari WHO,
adalah 66 tahun dan kemudian
menjadi 70 tahun pada tahun 2012,
dan 71 tahun pada tahun 2013.
Sementara itu ada sekitar 7.49% dari
keseluruhan manusia berusia lansia
pada tahun 2011 yang naik hingga
7.69%, ditahun 2013 terdapat 8,1%
lansia dari seluruh populasi dunia.
Demikian pula jumlah penduduk
berusia lanjut di Indonesia yang
mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun (WHO, 2015).
Berdasarkan Riset Kesehatan
Dasar 2013, penyakit hipertensi
merupakan penyakit terbanyak pada
usia lanjut. Terkait hipertensi sendiri,
menurut data WHO, dialami lebih
dari 972 juta penduduk atau sekitar
26,4% seluruh penduduk global.
Jumlah ini berpotensi mengalami
peningkatkan pada tahun 2025
hingga 29,2%. Mayoritas penduduk
yang mengalami hipertensi atau
sekitar 333 juta penduduk dari 972
penderitanya tinggal dinegara-negara
maju sedangkan sisanya sebesar 639
juta penderita ada dinegara sedang
berkembang, seperti Indonesia
(Yonata, 2016). Sementara itu
menurut Kemenkes RI (2016),
penduduk berusia 55 – 64 dengan
prevalensi hipertensi sebesar 45,9%,
usia 65 – 74 prevalensi hipertensi
2
sebesar 57,6%, sedangkan diatas 75
tahun prevalensinya sekitar 63,8%
(Kemenkes RI, 2016).
Prasetyo (2013) menjelaskan
bahwa pembuluh-pembuluh darah
dapat direlaksasikan dengan latihan
olahraga karena dengan olahraga
yang teratur pembuluh-pembuluh
darah yang lemas akan
mempengaruhi tekanan darah dan
akan menurunkannya. Sementara itu
Moniaga (2013) menjelaskan bahwa
tekanan darah sistolik dan diastolik
bisa menurun karena faktor olahraga,
tetapi umumnya penurunan pada
tekanan darah sistolik lebih
signifikan dibandingkan penurunan
pada tekanan darah diastolik
Senam ergonomis merupakan
cara yang sangat mudah, praktis dan
juga wajar untuk membantu menjaga
kesehatan jasmani. Berbagai sistem
tubuh akan dapat langsung
dibersihkan melalui gerakan senam
ergonomis termasuk sistem
kardiovaskular, perkemihan, dan
reproduksi. Sistem syaraf akan
menjadi lebih lentur dan aliran darah
lebih baik, oksigen ke otak akan
menjadi lebih maksimal, sistem
kecerdasan semakin terbuka, sistem-
sitem lain seperti juga sistem
keringat, pemanas tubuh, sistem
pembakaran asam urat, kolesterol,
gula darah, asam laktat, sistem
konversi karbohidrat, sistem
pembuatan elektrolit atau ozon dalam
darah, sistem kesegaran tubuh dan
sistem kekebalan dan energi
negatif/virus, dan sistem
pembuangan energi negatif dari
dalam tubuh bisa dikembalikan dan
diperbaiki melalui gerakan senam
ergonomis. Yang menjadi dasar dari
gerakan senam ergonomis itu sendiri
adalah gerakan sholat yang mana
3
orang berusia lanjut akan lebih
mudah untuk menerapkannya
(Wratsongko, 2014).
Berdasarkan studi
pendahuluan oleh peneliti yang
dilaksanakan pada bulan januari
2019 di Posbindu Desa Tanjungsari
Karangjoho Karangdowo Klaten,
dengan teknik wawancara dan
melakukan pengukuran tekanan
darah pada lansia sejumlah 15 orang
dan di dapatkan tekanan darah
≥140mmHg sebanyak 9 orang,
≥150mmHg sebanyak 6 orang
menggunakan terapi farmakologi
untuk penyembuhannya, dan mereka
belum mengetahui terapi non-
farmakologi (senam ergonomis),
dapat menurunkan tekanan darah.
Dari uraian pada latar belakang
diatas maka peneliti ingin mengkaji
lebih jauh tentang senam ergonomis
dan berfokus pada penurunan
tekanan darah dengan judul
penelitian “Pengaruh Senam
Ergonomis Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pada Lansia dengan
Hipertensi di Posbindu Desa
Tanjungsari Karangjoho
Karangdowo Klaten”.
TUJUAN UMUM
Untuk mengetahui pengaruh
senam ergonomis terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia
yang mengalami hipertensi.
MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi responden
Responden dapat melakukan
senam ergonomis tersebut di saat
tekanan darah naik.
2. Bagi institusi pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat
memberi manfaat dan
menambah refensi dan bahan
4
bacaan bagi mahasiswa dan
untuk bahan penelitian
selanjutnya.
3. Bagi profesi perawat
Hasil penelitian ini bisa menjadi
salah satu acuan untuk
melakukan asuhan keperawatan
pada pasien hipertensi dengan
terapi non farmakologis.
4. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini bisa
mengaplikasikan senam
ergonomis sebagai seorang
perawat pada pasien hipertensi
dan dapat menjadi
pengembangan penelitian lebih
lanjut.
5. Bagi IPTEK
Penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan dasar penelitian lebih
lanjut yang berkaitan dengan
kesehatan lansia dan ilmu
keperawatan medikal bedah.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan april sampai mei 2019 di
Posbindu Desa Tanjungsari
Karangjoho Karangdowo Klaten.
Jenis penelitian ini quasy
eksperiment. sampel dalam penelitian
ini 18 responden, yang memenuhi
kriteria inklusi dan ekslusi.
HASIL PENELITIAN
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi
karakteristik responden
lansia berdasarakan umur. No Umur (tahun) f (%)
1 60 8 44,4%
2 62 1 5,6%
3
4
64 1 5,6%
65 3 16,7%
5 66 2 11,1%
6 67 1 5,6%
7 68 2 11,1%
Total 18 100,0%
Berdasarkan tabel 4.1
diketahui bahwa responden
mayoritas berumur 60 tahun
sebanyak 8 responden (44,4 %).
5
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi
karakteristik responden
lansia berdasarkan jenis
kelamin. No Jenis Kelamin f (%)
1 Laki – Laki 5 27,8%
2 Perempuan 13 72,2%
Total 18 100,0%
Berdasarkan tabel 4.2
diketahui bahwa responden
mayoritas berjenis kelamin
perempuan sebanyak 13 responden
(72,2 %).
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi
karakteristik responden
lansia berdasarkan
pendidikan terakhir. No Pendidikan Terakhir f (%)
1 SD 15 83,3%
2 SMP 3 16,7%
Total 18 100,0%
Berdasarkan tabel 4.3
diketahui bahwa responden
mayoritas berpendidikan terakhir SD
sebanyak 15 responden (83,3 %).
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi
karakteristik responden
lansia berdasarkan
pekerjaan. No Pekerjaan f (%)
1 Petani 13 72,2%
2 Buruh Tani 2 11,1%
3 Wirausaha 3 16,7%
Total 18 100,0%
Berdasarkan tabel 4.4
diketahui bahwa responden
mayoritas bekerja sebagai petani
sebanyak 13 responden (72,2 %).
Tabel 4.5 Tekanan darah responden
sebelum intervensi lansia
sebelum dilakukan
intervensi.
No Tekanan Darah
(sistole) f (%)
1 145 1 5,6%
2 150 7 38,9%
3 160 7 38,9%
4 170 2 11,1%
5 180 1 5,6%
Total 18 100,0%
Berdasarkan tabel 4.5
diketahui bahwa mayoritas
responden memiliki tekanan darah
(sistole) 150 sebanyak 7 responden
(38,9 %).
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi
tekanan darah (diastole)
responden lansia sebelum
dilakukan intervensi.
No Tekanan Darah
(diastole) f (%)
1 90 10 55,6%
2 95 5 27,8%
3 100 3 16,3%
Total 18 100,0%
Berdasarkan tabel 4.6
diketahui bahwa mayoritas
responden memiliki tekanan darah
6
(diastole) 90 sebanyak 10 responden
(55,6 %).
Tabel 4.7 Distribusi frekuensi
tekanan darah (sistole)
responden setelah
dilakukan intervensi.
No Tekanan Darah
(sistole) f (%)
1 125 1 5,6%
2
3
4
5
6
130
135
140
150
160
5
1
8
2
1
27,8%
5,6%
44,4%
11,1%
5,6%
Total 18 100,0%
Berdasarkan tabel 4.7
diketahui bahwa mayoritas
responden memiliki tekanan darah
(sistole) 140 sebanyak 8 responden
(44,4 %).
Tabel 4.8 Distribusi frekuensi
tekanan darah (diastole)
responden setelah
dilakukan intervensi.
No Tekanan Darah
(diastole) f (%)
1 70 2 11,1%
2 75 3 16,7%
3 80 8 44,4%
4 90 5 27,8%
Total 18 100,0%
Berdasarkan tabel 4.8
diketahui bahwa mayoritas
responden memiliki tekanan darah
(diastole) 80 sebanyak 8 responden
(44,4 %).
Analisa bivariate
Perbedaan rata-rata nilai pretest dan
posttest tekanan darah sistolik
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi
Pengaruh Pemberian
Senam Ergonomis
Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Sistolik
Pada Lansia
N
Median
(minimum-
maksimum)
p-value
Pretest 18 160 (145-180) 0,000
Posttest 18 140 (125-160) 0,000
Berdasarkan tabel 4.9 dapat
diketahui nilai p – value = 0,000
(p<0,05). Jadi hasil uji analisis
wilcoxon menunjukan bahwa Ho
ditolak dan Ha diterima sehingga
menunjukan ada pengaruh pemberian
senam ergonomis terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia
dengan hipertensi di Posbindu Desa
Tanjungsari Karangjoho
Karangdowo Klaten.
Perbedaan rata-rata nilai
pretest dan posttest tekanan darah
diastolik
7
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi
Pengaruh Pemberian
Senam Ergonomis
Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Diastolik
Pada Lansia
N
Median
(minimum-
maksimum)
p-value
Pretest 18 90 (90-100) 0,000
Posttest 18 80 (70-90) 0,000
Berdasarkan tabel 4.10 dapat
diketahui nilai p – value = 0,000
(p<0,05). Jadi hasil uji analisis
wilcoxon menunjukan bahwa Ho
ditolak dan Ha diterima sehingga
menunjukan ada pengaruh pemberian
senam ergonomis terhadap
penurunan tekanan darah pada lansia
dengan hipertensi di Posbindu Desa
Tanjungsari Karangjoho
Karangdowo Klaten.
PEMBAHASAN
Data penelitian ini
berdasarkan umur responden
mayoritas responden berumur 60
tahun sebanyak 8 responden (44,4%).
Penelitian Hasurung dalam Rahajeng
dan Tuminah (2016) bahwa pada
lansia 60 – 64 tahun terjadi
peningkatan risiko hipertesi sebesar
2,18 kali, sedangkan pada umur 65 –
69 tahun terjadi peningkatan risiko
hipertensi sebesar 2,45 kali. Hal ini
terjadi karena pada usia tersebut
arteri besar kehilangan kelenturannya
dan menjadi kaku karena itu darah
pada setiap denyut jantung dipaksa
untuk melalui pembuluh darah yang
sempit dari pada biasanya dan
menyebabkan naiknya tekanan darah.
Jenis kelamin lansia pada
Posbindu Desa Tanjungsari
Karangjoho Karangdowo Klaten
mayoritas berjenis kelamin
perempuan, ini dapat dilihat di tabel
4.2 yang menunjukan responden
yang berjenis kelamin perempuan
sebanyak 13 responden (72,2%) dan
5 responden (27,8%) berjenis
kelamin laki-laki.
8
Penelitian menurut Wahyuni
dan Eksanoto (2015), bahwa
perempuan cenderung menderita
hipertensi dari pada laki-laki. Pada
penelitian tersebut sebanyak 27,5%
perempuan mengalami hipertensi,
sedangkan untuk laki-laki hanya
sebesar 5,8%. Menurut Junaedi
(2013), kaum laki-laki lebih banyak
menderita hipertensi, namun hal ini
akan terjadi sebaliknya setelah
berumur 55 tahun hipertensi banyak
dijumpai pada wanita.
Data penelitian ini
berdasarkan pendidikan lansia di
Posbindu Desa Tanjungsari
Karangjoho Karangdowo Klaten
mayoritas pendidikan SD sebanyak
15 responden (83,3%). Semakin
tinggi pendidikan maka semakin tahu
seseorang tentang makanan-makanan
yang perlu dihindari bagi orang
penderita hipertensi. Hampir 5 - 20%
kasus hipertensi diperkirakan terjadi
akibat konsumsi garam yang
berlebihan akan meningkatkan risiko
terserang hipertensi (Junaedi, 2013).
Tingkat pendidikan secara
tidak langsung juga mempengaruhi
tekanan darah. Tingkat pendidikan
berpengaruh terhadap gaya hidup
yaitu kebiasaan merokok, kebiasaan
minum alkohol, dan kebiasaan
melakukan aktivitas fisik seperti
olahraga. Hasil Riskesdas tahun 2013
dalam Badan penelitian dan
pengembangan Kesehatan (2013)
menyatakan bahwa penyakit
hipertensi (tekanan darah tinggi)
cenderung tinggi pada pendidikan
rendah dan menurun sesuai dengan
peningkatan pendidikan (Anggara
dan Prayitno, 2014).
Data penelitian ini
berdasarkan pekerjaan lansia di
Posbindu Desa Karangjoho
9
Karangdowo Klaten mayoritas
pekerjaan sebagai petani sebanyak 13
responden (72,2%). Ketika mereka
mengetahui bahwa mereka
terdiagnosa mengalami penyakit
hipertensi, maka akan timbul
kekhawatiran dalam dirinya terhadap
apa yang akan mereka alami dihari
yang akan datang. Kondisi ini
menyebabkan timbulnya rasa
khawatir yang pada akhirnya dapat
menimbulkan depresi (Fitriani,
2017).
Menurut Ardian (2017),
mengemukakan stres yang terjadi
pada masyarakat akan memicu
terjadinya kenaikan tekanan darah
dengan suatu mekanisme yang
memicu meningkatnya kadar
adrenalin. Stres akan menstimulasi
saraf simpatis akan muncul
peningkatan tekanan darah dan curah
jantung yang meningkat. Stres akan
bertambah tinggi jika resistensi
pembuluh darah perifer dan curah
jantung meningkat yang sehingga
menstimulasi syaraf simpatis.
Sehingga stres akan bereaksi pada
tubuh yang antara lain termasuk
peningkatan tegangan otot,
peningkatan denyut jantung dan
meningkatnya tekanan darah. Reaksi
ini dimunculkan ketika tubuh
bereaksi secara cepat yang tidak
digunakan, maka akan dapat memicu
terjadinya penyakit yang termasuk
penyakit hipertensi.
Tekanan darah sebelum
dilakukan intervensi, dapat dilihat
bahwa tekanan darah sistolik
responden mayoritas 150 mmHg
sebanyak 7 responden (38,9%),
tekanan darah diastolik responden
mayoritas 90 mmHg sebanyak 10
responden (55,6%). Menurut
observasi peneliti mayoritas tekanan
10
darah responden yang sebagian besar
buruk tersebut dikarenakan memang
responden belum diberikan senam
ergonomis.
Hasil penelitian ini didukung
oleh penelitian (Hasanah, 2018)
dalam penelitian yang berjudul
“Pengaruh Senam Ergonomis
Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Pada Lansia Penderita Hipertensi di
Dusun Pundung Nogotirto Gamping
Sleman Yogyakarta”, dengan hasil
bahwa setelah dilakukan senam
ergonomis dari 12 responden
terdapat nilai p-value tekanan darah
sistolik dan diastolik yaitu 0,002
yang berarti signifikan.
Tekanan darah sistolik dan
diastolik responden bervariasi setelah
dilakukan intervensi dibandingkan
tabel 4.5 dan tabel 4.6, karena respon
tubuh setiap orang berbeda saat
melakukan senam ergonomis.
Berdasarkan tabel 4.7 dan 4.8 dapat
dilihat bahwa tekanan darah sistolik
dari 18 responden mengalami
penurunan. Sedangkan tekanan darah
diastolik dari 18 responden yang
mengalami penurunan tekanan darah
sebanyak 16 responden. Pada
penelitian ini terlihat juga bahwa
responden yang mempunyai tekanan
darah tinggi (hipertensi) setelah
diberikan terapi senam ergonomis
(posttest) didapatkan hasil dengan
tekanan darah sistolik menurun
sebanyak 18 responden lansia.
Hasil penelitian ini terlihat
lansia merasa nyaman dan rileks saat
diberikan terapi senam ergonomis,
semua lansia aktif mengikuti gerakan
senam dan mengikuti prosedur
senam yang benar secara
berkelanjutan pemberian senam
ergonomis kepada responden yang
mengalami hipertensi dilakukan 20
11
menit dengan melakukan latihan
pemanasan, latihan inti, serta latihan
pendinginan dan penutup sebanyak 4
kali dalam 1 bulan. Dari 18
responden lansia penderita hipertensi
semua memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi dan tidak ada yang droup
out.
Hasil penelitian ini tidak jauh
berbeda dengan penelitian Ikafah
(2014), yang menemukan bahwa
hasil pengukuran tekanan darah
setiap sebelum dan setelah senam
didapatkan bahwa ada penurunan
tekanan darah secara bertahap. Pada
hari pertama rata-rata nilai tekanan
darah dari responden tidak
mengalami perubahan karena
mungkin sebagai fase adaptasi, untuk
selanjutnya terhadap penurunan
tekanan darah bertahap sampai 1
bulan senam. Meskipun pada
olahraga yang mendadak
menyebabkan peningkatan tekanan
darah selama olahraga, pengulangan
aktivitas tersebut dapat menurunkan
tekanan darah selama istirahat dan
peningkatan terhadap olahraga
selanjutnya akan lebih baik terhadap
penderita hipertensi maupun pada
orang yang normal.
Latihan senam ergonomis
yang dilakukan oleh responden
menjadikan arteri dan arteriol yang
ada di sekitar otot akan mengalami
konstriksi akibat tekanan dari otot,
sehingga aliran darah pada pembuluh
darah tertahan. Ketika otot
direlaksasikan, akan terjadi
mekanisme hiperemia reaktif yang
menyebabkan terjadinya aktivasi
semua faktor vasodilator pada
pembuluh darah setempat, serta
menstimulasi kerja sistem saraf
perifer (autonom nervous system)
terutama parasimpatis yang
12
menyebabkan vasodilatasi
penampang pembuluh darah akan
mengakibatkan terjadinya penurunan
tekanan darah baik sistolik maupun
diastotik (Pollock dan Wilmore,
2013).
Penelitian ini juga didukung
oleh penelitian Priyanti (2016) yang
berjudul “Pengaruh Senam
Ergonomis Secara Kelompok dan
Individu Terhadap Penurunan
Tekanan Darah pada Lansia dengan
Hipertensi di Kelurahan Gisikdrono
Semarang ”, dengan hasil bahwa
didapatkan p – value 0,000 yang
artinya ada pengaruh senam
ergonomis secara kelompok dan
individu terhadap penurunan tekanan
darah pada lansia dengan hipertensi
di kelurahan gisikdrono semarang.
Hal ini juga menunjukan
bahwa seseorang yang telah lanjut
usia juga memerlukan aktivitas fisik
yang dapat membantu memelihara
kesehatan fisik termasuk juga
mental, dan salah satu aktivitas fisik
yang dianjurkan adalah senam.
Aktivitas fisik dengan intensitas
ringan sampai sedang seperti senam
ergonomis ini dapat diterapkan pada
lansia karena memiliki banyak
manfaat bagi tubuh jika dilakukan
secara rutin, salah satunya adalah
menurunkan ataupun mengontrol
tekanan darah bagi penderita
hipertensi dan tentunya juga tidak
mengakibatkan hal yang
membahayakan bagi lansia (Priyanti,
2016).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian
yang berjudul pengaruh senam
ergonomis terhadap penurunan
tekanan darah pada lansia dengan
hipertensi di Posbindu Desa
13
Tanjungsari Karangjoho
Karangdowo Klaten didapatkan
kesimpulan sebagai berikut :
1. Karakteristik responden menurut
jenis kelamin mayoritas berjenis
kelamin perempuan sebanyak
72,2 %.
2. Tekanan darah pada lansia
sebelum diberikan senam
ergonomis di Posbindu Desa
Tanjungsari Karangjoho
Karangdowo Klaten, tekanan
darah sistole mayoritas 150
mmHg sebanyak 7 responden
(38,9%), dan tekanan darah
diastole mayoritas 90 mmHg
sebanyak 10 responden (55,6
%).
3. Tekanan darah pada lansia
setelah diberikan senam
ergonomis di Posbindu Desa
Tanjungsari Karangjoho
Karangdowo Klaten, tekanan
darah sistole mayoritas 140
mmHg sebanyak 8 responden
(44,4%), dan tekanan darah
diastole mayoritas 80 mmHg
sebanyak 8 responden (44,4 %).
4. Ada pengaruh pemberian senam
ergonomis terhadap penurunan
tekanan darah pada lansia
dengan hipertensi di Posbindu
Desa Tanjungsari Karangjoho
Karangdowo Klaten ditandai
dengan nilai p = 0,000 (p <
0,05).
SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas maka
peneliti memberi saran sebagai
berikut :
1. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat
menambah referensi dan dapat
menjadi bahan pengembangan
ilmu pengetahuan bahwa
14
pemberian senam ergonomis
dapat menurunkan tekanan
darah.
2. Bagi Profesi Keperawatan
Diharapkan penelitian ini dapat
dijadikan sebagai masukan
sehingga dapat diambil langkah
– langkah sebagai upaya untuk
peningkatan mutu dan kualitas
pelayanan.
3. Bagi Responden
Diharapkan penelitian ini dapat
menjadi pertimbangan
responden untuk memilih
pengobatan alternatif yang tepat
dan praktis tanpa efek samping.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan untuk penelitian
selanjutnya dapat menggunakan
metode penelitian yang berbeda
sehingga dapat mengetahui data
responden secara akurat,
mengembangkan metode
penelitian ke arah eksperimen
agar bisa dibandingkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anggara, FHD., & Prayitno, N.
2014. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan
Tekanan Darah Di
Puskesmas Telaga Murni,
Cikarang Barat Tahun 2012 .
Program Studi S1 Kesehatan
Masyarakat STIKes MH.
Thamrin. Jakarta. Jurnal
Ilmiah Kesehatan. 5(1):20-25.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah. 2017. Profil
Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah. Dinas Kesehatan
Jawa Tengah.
http://www.depkes.go.id/reso
urces/download/profil/PROFI
L_KES_PROVINSI_2017/13
_Jateng_2017.pdf (14 Januari
2019).
Ikafah, 2014. Pengaruh Latihan
Fisik (Senam Lansia)
Terhadap Penurunan
Tekakan Darah Pada Lansia
Dengan Hiperteni Ringan-
Sedang Di Rektorat Unibraw
Malang, Jurnal Surya, Vol 2
Nomer IV, Malang.
Junaedi. E, dkk. 2013. Hipertensi
Kandas Berkat Herbal.
Jakarta : F media
Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. 2017. Analisis
Lansia di Inonesia. Jakarta
selatan : Pusat Data dan
15
Informasi
file:///C:/Users/samsung/Dow
nloads/Analisis%20Lansia%2
0Indonesia%202017%20(1).p
df (14 januari 2019).
Novitaningtyas. 2014. Hubungan
Karakteristik (umur, jenis
kelamin, tingkat pendidikan)
dan Aktivitas Fisik dengan
Tekanan Darah pada Lansia
di Kelurahan Makam Haji
Kecamatan Kartasura
Kabupaten Sukoharjo.
Surakarta : Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Jurnal
PMK No 79. 2014. Penyelenggaraan
Pelayanan Geriatri Di
Rumah Sakit.
http://yankes.kemkes.go.id/re
ad-masalah-kesehatan-pada-
lansia-4884.html (6 Maret
2019)
Priyanti. 2016. Pengaruh Senam
Ergonomik Secara Kelompok
dan Individu Terhadap
Penurunan Tekanan Darah
pada Lansia dengan
Hipertensi di Kelurahan
Gisikdrono Semarang.
Semarang : Stikes Tegalrejo
Semarang. Jurnal
Pudiastuti R. D. 2015. Penyakit
Pemicu Stroke. Yogyakarta :
Nuha Medika.
Rahajeng, E., Tuminah, S. 2016.
Prevalensi Hipertensi dan
Determinannya di Indonesia.
Majalah Kedokteran
Indonesia.
Sulistiyani, dkk. 2018. Hubungan
Penggunaan Pestisida
dengan Kejadian Hipertensi
pada Petani Padi di Desa
Gringsing Kecamatan
Gringsing Kabupaten Batang.
ISSN : 2356-3346. Volume 6,
No 1 Januari 2018.
Triyanto, E. 2014. Pelayanan
Keperawatan Bagi Penderita
Hipertensi Secara Terpadu.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
WHO. 2015. Data Informasi
Penyakit Stroke. Jakarta :
EGC
Wratsongko. 2015. Sehat Tanpa
Obat Kimia dengan Best.
Jakarta Selatan : Mizania
IKAPI.
Yonata, A., Satria, A. 2016.
Hipertensi sebagai Faktor
Pencetus Terjadinya Stroke.
Majority Vol. 5 No. 3.