pengaruh penambahan magnesium oksida (0, 20, 25, …digilib.unila.ac.id/24315/20/skripsi tanpa bab...

62
PENGARUH PENAMBAHAN MAGNESIUM OKSIDA (0, 20, 25, 30%) TERHADAP KARAKTERISTIK KEKERASAN DAN STRUKTUR FASA BAHAN KERAMIK CORDIERITE BERBASIS SILIKA SEKAM PADI (Skripsi) Oleh FRANSISKA MEILYANA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

Upload: buiphuc

Post on 14-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENGARUH PENAMBAHAN MAGNESIUM OKSIDA (0, 20, 25, 30%)TERHADAP KARAKTERISTIK KEKERASAN DAN STRUKTUR FASA

BAHAN KERAMIK CORDIERITE BERBASIS SILIKA SEKAM PADI

(Skripsi)

Oleh

FRANSISKA MEILYANA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2016

i

ABSTRAK

PENGARUH PENAMBAHAN MAGNESIUM OKSIDA (0, 20, 25, 30%)TERHADAP KARAKTERISTIK KEKERASAN DAN STRUKTUR

FASA BAHAN KERAMIK CORDIERITE BERBASIS SILIKA SEKAMPADI

Oleh

FRANSISKA MEILYANA

Telah dilakukan sintesis dan karakterisasi cordierite berbasis silika sekam padidengan penambahan magnesium oksida sebanyak 0, 20, 25 dan 30% (C0, C20, C25,dan C30). Pembuatan cordierite menggunakan bahan MgO dan Al2O3 murni dansilika dari sekam padi yang diekstraksi dengan metode sol-gel menggunakanlarutan NaOH 1,5% dan HNO3 10%. Metode yang digunakan adalah metodereaksi padatan (Solid State Reaction) dan disintering pada suhu 1250°C denganwaktu tahan selama 3 jam. Pengujian fisis yang dilakukan meliputi penyusutan,densitas dan porositas, sedangkan analisis karakteristik struktur fasa menggunakanXRD (X-Ray Diffraction) serta uji kekerasan menggunakan microhardness testerdengan metode Vickers. Hasil uji struktur menunjukkan pada C0 terbentuk fasacordierite dan spinel, sedangkan C20, C25, dan C30 terbentuk spinel, forsterite, danpericlase. Uji kekerasan menunjukkan seiring dengan penambahan MgOkekerasan menurun karena menurunnya densitas dan naiknya porositas pada tiapsampel.

Kata kunci : cordierite, MgO, silika sekam padi, reaksi solid state.

ii

ABSTRACT

EFFECT OF EXCEES MAGNESIUM OXIDE (0, 20, 25, 30%) ONHARDNESS AND PHASE STRUCTURE OF CORDIERITE CERAMIC

BASED RICE HUSK SILICA

By

FRANSISKA MEILYANA

Synthesis and characterization of cordierite-based rice husk silica was done byadding magnesium oxide as much as 0, 20, 25, and 30% (C0, C20, C25, and C30).The cordierite was made of pure MgO and Al2O3 and the rice husk silica whichwas extracted by using sol-gel method using NaOH 1,5% and HNO3 10 %solution. The solid state reaction is used, and sample was sintered at 1250 oC withholding time for 3 hours. Physical test included shrinkage, density, and porosity,while characteristic analysis of phase structure was determined with XRD andhardness test used microhardness tester with Vickers method. The result ofstructure test showed that cordierite and spinel phase were formed on C0,meanwhile forsterite, spinel, and periclase were formed on C20, C25, and C30.Hardness test showed that along with the increase of the amount of MgO, thehardness level decrease because of the decrease of density level and the increaseof porosity in each sample.

Key words: cordierite, MgO, rice husk silica, solid state reaction.

PENGARUH PENAMBAHAN MAGNESIUM OKSIDA (0, 20, 25, 30%)

TERHADAP KARAKTERISTIK KEKERASAN DAN STRUKTUR FASA

BAHAN KERAMIK CORDIERITE BERBASIS SILIKA SEKAM PADI

Oleh

FRANSISKA MEILYANA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA SAINS

Pada

Jurusan Fisika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 20 Mei 1994, sebagai anak

ketiga dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Nicolaus Suwarno dan Ibu Anna

Sumarti. Pendidikan TK Xaverius 3 Bandar Lampung diselesaikan tahun 2000,

SD diselesaikan di SD Xaverius 3 Bandar Lampung pada 2006, SMP diselesaikan

di Xaverius 2 Bandar Lampung pada 2009, dan SMA diselesaikan di SMAN 12

Bandar Lampung pada 2012.

Tahun 2012, penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung melalui SNMPTN Undangan.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum Sains

Dasar Fisika, Elektronika Dasar I, Fisika Dasar I dan II, serta aktif Himpunan

Mahasiswa Fisika (Himafi). Penulis pernah melakukan Praktik Kerja Lapangan di

PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. Penulis melakukan KKN di Desa Tunas Asri,

Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang Bawang Barat. Penulis

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penambahan Magnesium Oksida

(0, 20, 25, 30)% terhadap Karakteristik Kekerasan dan Struktur Fasa Bahan

Keramik Cordierite Berbasis Silika Sekam Padi” sebagai tugas akhir di Jurusan

Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

viii

MOTTO

“Ora et Labora”

(Berdoa dan Bekerja) – Mother Theresa

ix

Kuselesaikan karya kecilku ini karena:

Allah yang Mahakuasa.

Aku persembahkan karya ini untuk:

kedua orang tua, kakak, dan keluarga, yang selalu mendoakandan mendukungku.

Dosenku, yang mengajarkan banyak ilmu danmembimbingku.

Sahabat seperjuangku.

Almamater tercinta:

Universitas Lampung.

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah yang Mahakuasa, yang telah memberikan kesehatan,

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pengaruh Penambahan Magnesium Oksida (0, 20, 25, 30)%

terhadap Karakteristik Kekerasan dan Struktur Fasa Bahan Keramik

Cordierite Berbasis Silika Sekam Padi”. Tujuan penulisan skripsi ini adalah

sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar S1 dan juga melatih

mahasiswa untuk berpikir cerdas dan kreatif dalam menulis karya ilmiah.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, oleh karena itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua.

Bandar Lampung, Oktober 2016

Penulis,

Fransiska Meilyana

xi

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah yang Mahakuasa, karena atas kuasa-Nya penulis

masih diberikan kesempatan untuk mengucapkan terimakasih kepada pihak yang

telah banyak membantu dalam penyelesaian penelitian dan skripsi ini, terutama

kepada:

1. Kedua orang tuaku, Bapak Nicolaus Suwarno dan Ibu Anna Sumarti serta

keluargaku yang tiada henti memberiku semangat dan doa.

2. Bapak Prof. Simon Sembiring, Ph.D. sebagai pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan serta nasehat dalam menyelesaikan tugas akhir.

3. Bapak Dr.Eng. Bambang Joko Suroto, M.Si. sebagai pembimbing II yang

senantiasa memberikan masukan serta nasehat dalam menyelesaikan tugas

akhir.

4. Ibu Dra. Dwi Asmi, M.Si., Ph.D. sebagai penguji yang telah mengoreksi

kekurangan, memberi kritik dan saran selama penulisan skripsi.

5. Bapak Drs. Syafriadi, M.Si. sebagai pembimbing akademik, yang telah

memberikan bimbingan serta nasehat dari awal perkuliahan sampai

menyelesaikan tugas akhir.

6. Ibu Dr. Yanti Yuliati, M.Si. selaku ketua Jurusan Fisika Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

xii

7. Bapak Arif Surtono, S.Si., M.Si., M.Eng. selaku sekretaris Jurusan Fisika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

8. Para dosen serta karyawan di Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.

9. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Tanjung Bintang, dan Badan

Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Serpong.

10. Sahabat terkasih: Anggita Maharani, Arizka Antartika Putri, Andri Abadi,

Annisa Rizka Amalia, terimakasih atas semangat, doa dan semua bantuan

yang telah diberikan.

11. Teman-teman satu tim: Adelia Tristiana, Mirawati dan Juniati br Simbolon

yang telah membantu serta menjadi teman diskusi yang baik.

12. Teman–teman fisika 2012 serta kakak dan adik tingkat yang membantu dan

memberikan semangat dalam proses menyelesaikan tugas akhir.

Semoga Allah yang Mahakuasa senantiasa memberikan rahmat-Nya, serta

memberkahi hidup kita. Amin.

Bandar Lampung, Oktober 2016

Penulis,

Fransiska Meilyana

xiii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... i

ABSTRACT ................................................................................................... ii

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... v

PERNYATAAN ............................................................................................. vi

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ vii

MOTTO .......................................................................................................... viii

PERSEMBAHAN ........................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ................................................................................... x

SANWANCANA ........................................................................................... xi

DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................. 3

C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 4

D. Batasan Masalah ................................................................................... 4

E. Manfaat Penelitian ................................................................................ 5

F. Sistematika Penulisan. .......................................................................... 5

xiv

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Keramik Cordierite .............................................................................. 7

1. Karakteristik Cordierite. ................................................................. 7

2. Pembentukan Kristal Cordierite ..................................................... 8

3. Aplikasi Keramik Cordierite .......................................................... 9

B. Karakteristik Bahan Baku ....................................................................... 10

1. Magnesium Oksida (MgO) ............................................................ 10

2. Alumina ......................................................................................... 10

3. Silika Sekam Padi .......................................................................... 11

C. Pengaruh Penambahan Senyawa Oksida terhadap Cordierite ................ 13

1. Penambahan MgO .......................................................................... 13

2. Pengaruh Penambahan dan Pengurangan Alumina (Al2O3) .......... 16

D. Metode Sol-Gel ....................................................................................... 17

E. Sintering .................................................................................................. 17

F. Karakterisasi Cordierite-MgO ................................................................ 18

1. Difraksi Sinar-X ................................................................................ 18

2. Analisis Rietveld ............................................................................... 20

3. Densitas dan Porositas ...................................................................... 21

4. Penyusutan ........................................................................................ 22

5. Kekerasan .......................................................................................... 23

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................ 25

B. Alat dan Bahan Penelitian ...................................................................... 25

1. Alat Penelitian .................................................................................. 25

2. Bahan Penelitian ............................................................................... 26

C. Preparasi Sampel .................................................................................... 26

1. Preparasi Sekam Padi ....................................................................... 26

2. Ekstraksi Silika Sekam Padi ............................................................. 26

3. Preparasi Prekusor Cordierite .......................................................... 28

4. Preparasi Paduan Cordierite-Magnesium Oksida ............................ 28

5. Pencetakan Pelet Paduan Cordierite-Magnesium Oksida ................ 29

D. Sintering .................................................................................................. 29

E. Karakterisasi Sampel ............................................................................... 30

1. Penyusutan ....................................................................................... 30

2. Densitas dan Porositas ...................................................................... 30

3. XRD (X-Ray Diffraction) ................................................................. 31

4. Kekerasan (Hardness) ...................................................................... 32

F. Diagram Alir ........................................................................................... 34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pengantar. ............................................................................................... 37

B. Hasil Ekstraksi Silika Sekam Padi. ........................................................ 37

C. Hasil Paduan Cordierite-MgO ............................................................... 39

D. Hasil Karakterisasi ................................................................................. 41

1. Analisis Kualitatif Data XRD .......................................................... 41

2. Analisis Kuantitatif Data XRD. ....................................................... 44

xv

3. Pengaruh Penambahan MgO terhadap Cordierite. .......................... 47

4. Densitas dan Porositas. .................................................................... 49

5. Penyusutan. ...................................................................................... 51

6. Kekerasan (Hardness). ..................................................................... 53

V. KESIMPULAN

A. Kesimpulan ............................................................................................ 56

B. Saran. ..................................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Skematik Difraksi Sinar-X .................................................................... 19

2. Microhardness Tester ........................................................................... 33

3. Diagram Alir Pembuatan Bubuk Silika ................................................ 34

4. Diagram Alir Pembuatan Bubuk Prekusor Cordierite .......................... 35

5. Diagram Alir Pembuatan Bubuk Paduan Cordierite-MgO .................. 35

6. Diagram Alir Pembuatan Pelet dan Karakterisasi Sampel Cordierite-

MgO ...................................................................................................... 36

7. Hasil Ekstraksi Sol Sekam Padi. ........................................................... 38

8. Gel Silika yang telah Dicuci dengan Air Hangat dan larutan Pemutih . 38

9. Bubuk Silika.......................................................................................... 39

10. Bubuk Prekusor Cordierite ................................................................... 39

11. Sampel Sebelum dan Sesudah Sintering ............................................... 40

12. Spektrum Pola Difraksi Sinar-X dari sampel (C0, C20, C25, dan C30) ... 41

13. Pola Difraksi Hasil Refinement Sampel C0 ........................................... 45

14. Pola Difraksi Hasil Refinement Sampel C20.......................................... 45

15. Pola Difraksi Hasil Refinement Sampel C25.......................................... 46

16. Pola Difraksi Hasil Refinement Sampel C30.......................................... 46

17. Grafik Fraksi Massa Fasa yang Terbentuk ........................................... 48

xvi

18. Grafik Pengaruh Penambahan MgO terhadap Densitas dan

Porositas Sampel C0, C20, C25, dan C30 ................................................. 50

19. Pengaruh Penambahan MgO terhadap Nilai Penyusutan .................... 52

20. Grafik Pengukuran Nilai Kekerasan ..................................................... 53

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Karakteristik Cordierite ........................................................................ 7

2. Karakteristik Spinel (MgAl2O4) ............................................................ 9

3. Karakteristik Magnesium Oksida (MgO) ............................................. 10

4. Karakteristik Alumina (Al2O3) ............................................................. 11

5. Karakteristik Silika (SiO2) .................................................................... 11

6. Komposisi Kimiawi dari Sekam Padi Hasil Pengabuan dan Ekstraksi 12

7. Karakteristik Forsterite (Mg2SiO4)....................................................... 14

8. Hasil Pengujian Microhardness dengan Metode Vickers ..................... 16

9. Komposisi Pencampuran Cordierite-MgO .......................................... 40

10. Hasil Identifikasi Struktur Fasa pada Sampel C0, C20, C25, dan C30 .... 42

11. Profile Figures of Merit ....................................................................... 47

12. Fraksi Massa Sampel C0, C20, C25, dan C30 ......................................... 48

13. Hasil Uji Densitas Sampel Cordierite-MgO ........................................ 50

14. Hasil Uji Penyusutan Sampel Cordierite-MgO .................................. 52

15. Hasil Uji Nilai Kekerasan Sampel Cordierite-MgO ............................ 54

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cordierite (2Al2O3.2MgO.5SiO2) telah menjadi salah satu bahan baku keramik

yang paling potenisal karena banyak digunakan pada aplikasi bidang industri

seperti katalis, mikroelektronika, produk refraktori, papan IC (Integrated Circuit),

membran, serta keramik berpori (Chowdury et al, 2007). Sumber bahan oksida-

oksida pembentuk cordierite (2Al2O3.2MgO.5SiO2) banyak dijumpai pada bahan-

bahan alam di Indonesia, seperti misalnya; sumber magnesium oksida (MgO)

dapat diperoleh dari bahan magnesit magnesium karbonat (MgCO3), atau dolomite

(CaMg(CO3)2, sumber aluminium oksida (Al2O3) dapat diperoleh dari alumina

atau kaolinit (Al2O3.2SiO2.2H2O), sedangkan silika (SiO2) dapat diperoleh dari

pasir silika (Sofyan dkk, 2013), atau dari ekstraksi sekam padi (Sembiring dkk,

2009).

Banyak metode yang dapat digunakan untuk menyintesis keramik cordierite

(2Al2O3.2MgO.5SiO2) yaitu dengan menggunakan metode solid-state (Li et al,

2015). metode sol-gel ( El Chahal et al, 1995; Heinrich dan Aneziris, 2007),

metode atomisasi (El Chahal et al, 1995), metode melt-quenching (Hao et al,

2015), serta metode sintesis kaolin dan talc (Banjuraizah et al, 2010). Cordierite

(2Al2O3.2MgO.5SiO2) isostruktural dengan berilium, yang ditemukan dalam dua

2

bentuk struktur, yaitu orthorombic (bentuk suhu rendah) simetri yang lebih

umum, dan simetri heksagonal, yang juga dikenal sebagai indialite

(Mg2Al4Si5O18). Struktur cordierite (2Al2O3.2MgO.5SiO2) ditandai dengan enam

cincin yang dibentuk dari tetrahedra silikat (SiO4) dan aluminat (AlO4) (Ikawa et

al, 1986). Beberapa dari multifasa oksida ini yaitu, memiliki densitas sebesar 2.0–

2.53 g/cm3, titik leleh sebesar 1470 oC, koefisien ekspansi termal dari 25 hingga

1000 oC, modulus Young 139-150 GPa dan konstanta dielektrik yang tinggi

(Chowdury et al, 2007).

Pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, silika aktif dari sekam padi

dapat diperoleh dengan pencucian asam sederhana (Sembiring, 2007), yang

kemudian diketahui bahwa struktur dari silika yang diekstraksi dari sekam padi

dibentuk oleh struktur cristobalite (SiO2) dan trydimite (SiO2) pada suhu sintering

700 oC ke atas. Karena berbentuk silika amorf dan mempunyai partikel yang

halus, sekam padi menjadi bahan penting yang kompetitif sebagai salah satu

sumber silika keramik seperti keramik cordierite (2Al2O3.2MgO.5SiO2)

(Sembiring dkk, 2009; Sofyan dkk, 2013; Sembiring dkk, 2016), silika-karbida

(SiC) (Romero dan Remoso, 1996), silika-nitrit (Si3N4) (Rahman, 1994),

magnesium-silika (Mg2Si) (Bose et al, 1993), lithium-alumina-silika

(Li2O.Al2O3.2SiO2) (Chatterjee dan Naskar, 2006).

Magnesium oksida (MgO) adalah bahan penting yang digunakan dalam banyak

aplikasi seperti katalis, remediasi limbah beracun (Mastuli et al, 2012), cat,

produk superkonduktor (Magheswari et al, 2013) dan sebagai lapisan anti-bakteri

(Jin dan He, 2011). Magnesium adalah elemen grup IIA dengan nomor atom 12

3

dan oksigen adalah elemen grup VIA dengan nomor atom 8. Senyawa MgO

mempunyai titik didih sebesar 3600 oC dan titik leleh 2852 oC.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh

penambahan magnesium oksida (MgO) terhadap karakteristik struktur fasa dan

kekerasan dari keramik cordierite berbasis silika sekam padi. Keramik cordierite

(2Al2O3.2MgO.5SiO2) dibuat dengan mencampur bahan baku silika sekam padi

hasil ekstraksi, magnesium oksida (MgO), dan aluminium oksida (Al2O3).

Karakteristik struktur fasa cordierite (2Al2O3.2MgO.5SiO2) dianalisis

menggunakan XRD (X-Ray Diffraction) dan karakteristik kekerasan dianalisis

dengan alat Microhardness Tester metode Vickers Hardness. Kemudian

dilakukan analisis sifat fisis meliputi pengukuran densitas, porositas dan

penyusutan.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana pengaruh penambahan magnesium oksida (MgO) sebesar 0, 20, 25,

dan 30% pada cordierite (2Al2O3.2MgO.5SiO2) terhadap karakteristik struktur

fasa.

b. Bagaimana pengaruh penambahan magnesium oksida (MgO) sebesar 0, 20, 25,

dan 30% pada cordierite (2Al2O3.2MgO.5SiO2) terhadap karakteristik

kekerasan.

c. Bagaimana kaitan antara pembentukan struktur fasa dan kekerasan pada

paduan MgO-cordierite.

4

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini antara lain:

a. Mengetahui pengaruh penambahan magnesium oksida (MgO) sebesar 0, 20,

25, dan 30% pada cordierite (2Al2O3.2MgO.5SiO2) terhadap karakteristik

struktur fasa.

b. Mengetahui penambahan magnesium oksida (MgO) sebesar 0, 20, 25, dan 30%

pada cordierite (2Al2O3.2MgO.5SiO2) terhadap nilai kekerasan.

c. Mengetahui kaitan antara pembentukan struktur fasa dan nilai kekerasan pada

paduan MgO-cordierite.

D. Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini antara lain:

a. Silika yang digunakan untuk menyintesis keramik cordierite

(2Al2O3.2MgO.5SiO2) adalah silika berbasis sekam padi yang diekstraksi

menggunakan metode sol-gel dengan natrium hidroksida (NaOH) 1.5 % dan

asam nitrat (HNO3) 10%.

b. Variasi penambahan magnesium oksida (MgO) pada cordierite

(2Al2O3.2MgO.5SiO2) yaitu 0, 20, 25, dan 30%.

c. Suhu yang digunakan dalam menyintering paduan cordierite-MgO sebesar

1250 oC dengan waktu tahan selama 3 jam.

d. Analisis yang dilakukan meliputi porositas, densitas, penyusutan, struktur fasa,

dan kekerasan.

5

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai:

a. Menambah pengetahuan bagi penulis dalam studi pengaruh penambahan

magnesium oksida (MgO) terhadap karakteristik kekerasan dan struktur fasa

keramik cordierite (2Al2O3.2MgO.5SiO2) berbasis silika sekam padi.

b. Bahan referensi dalam hal menyintesis cordierite (2Al2O3.2MgO.5SiO2)

dengan bahan baku utama silika sekam padi dengan menggunakan metode sol-

gel.

c. Sebagai bahan acuan dalam studi pengaruh penambahan magnesium oksida

(MgO) 0, 20, 25 dan 30% terhadap karakteristik struktur fasa dan karakteristik

kekerasan keramik cordierite (2Al2O3.2MgO.5SiO2) berbasis silika sekam

padi.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada penelitian ini yaitu

BAB I PENDAHULUAN

Menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan

masalah, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Memaparkan informasi ilmiah tentang cordierite, silika sekam padi, magnesium

oksida (MgO), sintering, densitas, porositas, penyusutan, kekerasan, analisis

Rietveld dan XRD (X-Ray Diffraction).

6

BAB III METODE PENELITIAN

Menjelaskan waktu dan tempat penelitian, alat dan bahan yang digunakan,

prosedur penelitian, serta diagram alir penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Menjelaskan tentang analisis dan pembahasan hasil karakteristik struktur fasa

dengan XRD, kekerasan, densitas, penyusutan, porositas dari keramik cordierite

(2Al2O3.2MgO.5SiO2) dengan variasi penambahan magnesium oksida (MgO) 0,

20, 25, dan 30 %.

BAB V KESIMPULAN

Menjelaskan tentang kesimpulan dan saran yang diperoleh berdasarkan hasil dari

seluruh tahapan penelitian yang telah dilakukan.

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Keramik Cordierite

1. Karakteristik Cordierite

Cordierite dapat dibentuk dari pencampuran berbagai macam jenis oksida antara

lain magnesium oxyde (MgO), aluminium tryoxyde (Al2O3), dan silicon dioxyde

(SiO2), ferrum trioxyde (Fe2O3), dan calcium oxyde (CaO) (Trumbulovic, 2003).

Salah satu hasil sintesis keramik cordierite antara lain magnesium aluminate

silicate (2Al2O3.2MgO.5SiO2) (Kurama dan Kurama, 2006) serta lithium

aluminate silicate (Li2O.Al2O3.2SiO2) (Naskar dan Chatterjee, 2006).

Cordierite (2Al2O3.2MgO.5SiO2) mempunyai keunggulan dibandingkan dengan

keramik lainnya yaitu nilai koefisien termal ekspansinya jauh lebih rendah, yaitu

sekitar 2x10-6 – 3x10-6 °C-1 (Charles, 2001). Beberapa karakteristik keramik

cordierite (2Al2O3.2MgO.5SiO2) lainnya ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik cordierite (Charles, 2001).Parameter NilaiDensitas (g/cm3) 2.66Kekerasan (kgf/mm2) 700-800Konduktivitas listrik (S/cm) 10-12-10-14

Konduktivitas termal (W/m.K) 2,5Titik lebur (oC) 1460

8

2. Pembentukan Kristal Cordierite

Keramik cordierite (2Al2O3.2MgO.5SiO2) mempunyai sifat mekanik, termal dan

dielektrik yang lebih baik dibandingkan dengan keramik lainnya disebabkan oleh

elektron valensi dari atom logam berpindah secara tetap ke atom oksigen,

membentuk O2- atau dengan kata lain unsur logam dapat melepaskan elektron

terluar dan memberikan pada non logam yang mengikatnya, sehingga elektron-

elektron tersebut menjadi isolator listrik dan kalor yang baik. Al3- dari Al2O3

kehilangan semua elektron valensi yang membawa muatan logam aluminium.

Elektron-elektron tersebut sekarang diikat oleh ion oksigen. Cordierite merupakan

jenis keramik oksida yang dibentuk dari tiga macam oksida yakni magnesium

oksida (MgO), aluminium oksida (Al2O3) dan silika (SiO2) dengan formula

2Al2O3.2MgO.5SiO2. Mekanisme pembentukan cordierite (2Al2O3.2MgO.5SiO2)

melalui reaksi padatan oksida-oksida pada suhu tinggi sekitar 1100 - 1200 oC

(Charles, 2001).

Pada penelitian sintesis cordierite (2Al2O3.2MgO.5SiO2) berbasis silika sekam

padi yang telah dilakukan oleh Sembiring (2010) dengan variasi suhu sintering

1050-1350 oC, suhu pembentukan fasa cordierite (2Al2O3.2MgO.5SiO2), spinel

(MgAl2O4) dan alumina pada penelitian ini lebih rendah bila dibandingkan dengan

penelitian sebelumnya (Kurama dan Kurama, 2006; Naskar dan Chatterjee, 2004)

serta meningkat seiring dengan kenaikan suhu sintering. Kehadiran fasa cordierite

(2Al2O3.2MgO.5SiO2) mengindikasikan energi termal yang diberikan cukup

untuk mereaksikan silika aktif dari sekam padi dengan bahan lainnya. Namun,

fasa cristobalite (SiO2) terbentuk hingga suhu sintering 1200 oC, mengindikasikan

9

tidak semua silika bereaksi membentuk cordierite (2Al2O3.2MgO.5SiO2) hingga

suhu sintering 1200 oC, sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan

Petrovic et al (2001).

Pertumbuhan kristal cordierite (2Al2O3.2MgO.5SiO2) dari sumber silika berasal

dari sekam padi terjadi karena pertumbuhan secara berkelanjutan dari

pertumbuhan cristobalite (SiO2) dan spinel (MgAl2O4),. Karakteristik spinel

ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Karakteristik spinel (MgAl2O4) (Charles, 2001).Parameter NilaiDensitas (g/cm3) 3,55Kekerasan (kgf/mm2) 1326Konduktivitas Listrik (S/cm) 4,92 x10-13

Konduktivitas termal (W/m.K) 7,6-15Titik lebur (°C) 2135

3. Aplikasi Keramik Cordierite

Cordierite (2Al2O3.2MgO.5SiO2) termasuk dalam bahan yang mempunyai

ketahanan suhu tinggi, cordierite (2Al2O3.2MgO.5SiO2) juga digunakan sebagai

bahan insulator panas dan juga sangat baik digunakan dalam insulator tegangan

listrik tinggi karena mempunyai koefisien termal yang rendah dan koefisien

dielektrik yang tinggi, juga kestabilan dan daya tahan terhadap bahan kimia dan

kapasitas induksi yang tinggi yang cocok sebagai material piranti elektronik

(Chatterjee dan Naskar, 2006; Karmakar dkk, 2002).

10

B. Karakteristik Bahan Baku

1. Magnesium Oksida (MgO)

Magnesium oksida (MgO) atau yang sering juga disebut sebagai periclase sangat

jarang terbentuk karena proses alam dan umumnya diproduksi dari kalsinasi dari

magnesium hidroksida (Mg(OH)2) atau magnesium karbonat (MgCO3). Kata

periclase berasal dari bahasa Yunani perri yang berarti “sekitar” dan kata klao

yang berarti “untuk memotong” (Shand, 2006). Magnesium oksida (MgO)

mempunyai struktur kristal cubic face-centered (CFC), di bawah ini merupakan

karakteristik magnesium oksida atau periclase yang ditunjukkan oleh Tabel 3.

Tabel 3. Karakteristik magnesium oksida (MgO) (Charles, 2001).Parameter NilaiDensitas (g/cm3) 3.55Kekerasan (kgf/mm2) 561Konduktivitas listrik (S/cm) 10-7 - 10-8

Konduktivitas termal (W/m.K) 42Titik lebur (oC) 2800

2. Alumina (Al2O3)

Aluminum Oksida adalah senyawa kimia yang terdiri dari aluminium dan oksigen

dengan rumus kimia Al2O3. Alumina memiliki dua jenis struktur yaitu heksagonal

dan oktahedral, dimana struktur heksagonal memiliki atom-atom pada tiap

sudutnya sementara oktahedral memiliki dua buah lapisan secara vertikal dimana

kation alumunium (Al3+) menempati 2/3 bagian dan anion oksigen menempati 1/3

oktahedral. Al2O3 pada umumnya bersifat polimorfi yaitu memiliki beberapa

bentuk stuktur diantaranya α-Al2O3 dan μ-Al2O3. Namun, bentuk Alumina yang

11

lebih umum terdapat dalam bentuk kristalin yang disebut corundum atau α-Al2O3.

Bangun kristal µ-alumina memiliki struktur kristal kubik dan α-alumina dengan

struktur kristal corundum (Cava dkk, 2007). Alumina (Al2O3) mempunyai

karakteristik sifat yang keras, relatif stabil pada suhu tinggi, mudah dibentuk,

memiliki titik leleh yang tinggi yakni >2000°C serta patikel yang halus dan

homogen (Fujiwara dkk, 2007). Karakteristik alumina ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Karakteristik alumina (Al2O3) (Charles, 2001).Parameter NilaiDensitas (g/cm3) 3,95Kekerasan (kgf/mm2) 1631-1733Konduktivitas listrik (S/m) 7,80 x 10-6

Konduktivitas termal (W/m.K) 25-30Titik lebur (°C) 2050

3. Silika Sekam Padi

Silika merupakan salah satu senyawa oksida dengan rumus kimia SiO2 dimana

senyawa ini memiliki daya tahan terhadap temperatur, stabilitas termal yang tinggi

dan daya tahan kimia baik terhadap berbagai jenis asam seperti (asam sulfat

(H2SO4), asam korida (HCl)) juga basa seperti (natrium hidroksida (NaOH),

kalium hidroksida (KOH)) sehingga silika (SiO2) (Katsuki, 2005). Karakteristik

silika (SiO2) lainnya ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Karaketristik silika (SiO2) (Charles, 2001).Parameter NilaiDensitas (g/cm3) 2.2 – 2,65Kekerasan (kgf/mm2) 650Konduktivitas listrik (S/cm) 10-12

Konduktivitas termal (W/m.K) 1,5Titik lebur (oC) 1600

12

Proses untuk memperoleh silika sekam padi dapat dilakukan dengan cara yaitu

dengan metode alkalis dan pengabuan. Metode alkalis didasarkan pada kelarutan

silika amorph yang besar pada larutan alkalis dan pengendapan silika terlarut

dalam asam dan basa. Pada penenlitian yang telah dilakukan sebelumnya

(Daifullah dkk, 2003; Daifullah dkk, 2004; Cheng dan Chang, 1991; Riveros dan

Garza, 1986) menyimpulkan bahwa silika sekam padi dapat diperoleh dalam

bentuk amorph dengan menggunakan larutan kalium hidroksida (KOH) 5% pada

pH optimum 7 atau bersifat netral dan diendapkan menggunakan larutan HCl

10%. Selain kalium hidroksida (KOH) dan asam klorida (HCl), silika (SiO2) dapat

diperoleh dengan larutan alkalis seperti natrium hidroksil (NH4OH), natrium

hidroksida (NaOH) (Della dkk, 2002) dan pengendapan silika terlarut

menggunakan asam sulfat (H2SO4), asam nitrat (HNO3) dan asam oksalat

(H2C2O4) (Kalapathy dkk, 2000). Perbandingan komposisi kimiawi sekam padi

hasil pengabuan dan sekam padi hasil ekstraksi ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Komposisi kimiawi dari sekam padi hasil pengabuan dan ekstraksi(Della et al, 2002).

KomposisiOksida-oksida logam

Sekam Padi (wt%)Hasil Pembakaran

Sekam Padi (wt%)Hasil Ekstraksi

SiO2 94.95 99.06Al2O3 0.39 0.50Fe2O3 0.26 0.01CaO 0.54 0.06Na2O 0.25 -P2O5 0.94 0.03MnO 0.02 0.02TiO2 0.74 -MgO 0.90 -K2O 0.16 -

13

C. Pengaruh Penambahan Senyawa Oksida terhadap Cordierite

1. Penambahan MgO

Li et al (2015) melakukan penelitian tentang penambahan MgO sebesar 13, 783 –

27, 565% pada keramik cordierite dengan bahan awal kaolin, attapulgite,

magnesium karbonat / magnesium oksida serta menggunakan metode solid state

yang disintering pada suhu 1100 – 1300 oC. Sampel dibagi menjadi dua yaitu pada

grup I memakai tambahan magnesium karbonat sebagai sumber MgO dan grup

lainnya menggunakan magnesium oksida. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

penambahan MgO tidak secara langsung memengaruhi suhu kristalisasi bahan

tetapi secara pasti menambah atau meningkatkan produksi cairan dan densitas

pada bahan.

Pada sintering 1100 oC dengan menggunakan magnesium karbonat, pada sampel

struktur fasa yang terbentuk yaitu fasa utama cristobalite (SiO2) dan sapphirine

((Al5Mg4) (Al4Si2)O20) dengan sedikit mullite (Al6Si2O13). Pada suhu sintering

1200 oC fasa yang terbentuk yaitu cordierite (2Al2O3.2MgO.5SiO2) dengan

sedikit sapphirine ((Al5Mg4) (Al4Si2)O20). Sedangkan pada penambahan dengan

menggunakan magnesium oksida enstatite (MgSiO3) merupakan fasa utama dan

spinel (MgAlO4) muncul kemudian pada sintering dengan suhu 1100 oC, seiring

dengan penambahan MgO, sapphirine ((Al5Mg4) (Al4Si2)O20) dan cristobalite

(SiO2) menghilang serta forsterite (Mg2SiO4) muncul. Karakteristik forsterite

(Mg2SiO4) ditunjukkan pada Tabel 7.

14

Tabel 7. Karaketristik forsterite (Mg2SiO4) (Charles, 2001).Karakteristik Silika NilaiDensitas (gr/cm3) 2,9Kekerasan (kgf/mm2) 724Konduktivitas listrik (S/cm) 10-6

Konduktivitas termal (W/m.K) 3,3-4,6Titik lebur (oC) 1890

Penambahan rasio mol MgO juga berpengaruh pada densitas bahan dimana

penambahan MgO mengakibatkan pembentukan fasa cair, meskipun dampak ini

harusnya juga berlaku pada suhu tinggi. Kenaikan suhu sintering dan rasio mol

penambahan MgO nyatanya membuat densitas bahan meningkat, meskipun terjadi

penurunan yang signifikan pada persentase MgO sebesar 23, 430%.

Berdasarkan Tang et al (2012) yang melakukan penelitian pengaruh penambahan

MgO sebesar 0, 0,2. 0,4, 0,6, 0,8% pada keramik Cordierite-Alumina yang

ditandai sebagai sampel A-E menjelaskan bahwa penambahan MgO fasa yang

terbentuk pada sampel A yaitu hanya α-Al2O3, dan pada sampel E fasa yang

muncul yaitu fasa cordierite, α-Al2O3, dan MgO-Al2O3 spinel. Penambahan rasio

MgO juga mengakibatkan densitas bulk meningkat kemudian menurun, dimana

menyetuh titik minimum pada 2,831 g/cm-3 pada MgO sebesar 0,4% serta

porositas keramik menjadi menurun kemudian bertambah dimana meraih titik

maksimum sebesar 8,45% pada 0,4% MgO.

Selain itu Banjuraizah et al (2011) melaporkan dalam penelitiannya bahwa

pengaruh penambahan persentase MgO sebesar 13,783 – 27,565% pada cordierite

(2Al2O3.2MgO.5SiO2) dengan bahan awal kaolin, talc, silika (SiO2), dan alumina

(Al2O3) mengakibatkan suhu dari kristalisasi menurun seiring dengan

15

penambahan MgO dan memperlambat pertumbuhan μ-cordierite. Penambahan

MgO juga meningkatkan pembentukan α-cordierite hingga 94% hingga

persentase penambahan MgO sebesar 19,296% dan mengakibatkan sejumlah

mulllite (Al6Si2O13), spinel (MgAl204) dan μ-cordierite menurun pada persentase

MgO tersebut. Intensitas dari α-cordierite menurun ketika persentase MgO di atas

19,296% karena fasa forsterite (Mg2SiO4) muncul dan meningkat.

Torres dan Alarcon (2005) melakukan penelitian tentang pengaruh penambahan

MgO pada struktur mikro kaca-keramik glasir berbasis cordierite dengan bahan

awal silika (SiO2), alumina (Al2O3), magnesium oksida (MgO), kalsium oksida

(CaO), titanium oksida (TiO2), dan boron trioksida (B2O3). Persentase

penambahan MgO sebesar 10,16, 12,01 dan 13,61% (GC10, GC11, GC13), untuk

tiap sampel GC10, 11 dan 13 dipanaskan dengan 3 suhu yang berbeda yaitu

sebesar 1100, 1160, 1190 oC selama 5 menit dengan kenaikan suhu sebesar 25

oC/menit. Dalam hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa hasil XRD pada

sampel dengan suhu sintering 1100 oC untuk GC10 sedikit fasa anorthite

(CaAl2Si2O8) terbentuk, sedangkan pada GC11 menunjukkan bahwa fasa kristalin

unik terbentuk dan GC13 menunjukkan fasa utamanya cristoballite (SiO2),

enstatite (MgSiO3), forsterite (Mg2SiO4) (dengan sedikit α-cordierite). Untuk

semua sampel pada sintering 1160 dan 1190 oC menunjukkan fasa yang terbentuk

yaitu α-cordierite.

Penelitian Torres dan Alarcon (2005) juga menguji kekerasan dari ketiga sampel

untuk suhu sintering 1160 dan 1190 oC dengan menggunakan microhardness

tester menggunakan metode Vickers. Hasil ditunjukkan pada Tabel 8.

16

Tabel 8. Hasil pengujian microhardness dengan metode Vickers (Torres danAlarcon, 2005).

Suhu Sintering(oC)

GC10 (kg/mm2) GC11 (kg/mm2) GC13 (kg/mm2)

1160 576 ± 15 680 ± 12 562 ± 161190 610 ± 15 710 ± 12 579 ± 16

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa nilai kekerasan paling tinggi dimiliki

oleh sampel dari GC11 baik pada kedua suhu sintering karena memiliki

kandungan fasa kristalin yang tinggi. Dengan membandingkan nilai kekerasan

dari kedua suhu pada penelitian ini, penulis menjelaskan bahwa perlu adanya

pengembangan penelitian dengan meningkatkan suhu pembakaran akhir.

2. Pengaruh Penambahan dan Pengurangan alumina (Al2O3)

Berdasarkan penelitian Pinero et al (1992), struktur fasa cordierite terbentuk pada

penambahan alumina (Al2O3) sebesar 35,35%, penambahan alumina lebih tinggi

mengakibatkan munculnya fasa mullite (Al6Si2O13) bersamaan dengan fasa

cordierite (2Al2O3.2MgO.5SiO2). Pada penambahan alumina sebesar 39,35%

menunjukkan fasa cordierite (2Al2O3.2MgO.5SiO2) menghilang sedangkan

mullite (Al6Si2O13) meningkat. Nilai densitas pada suhu sintering 1160oC pada

paduan cordierite-alumina sebesar 0,98 gr/cm3.

Penelitian Li et al (2014) tentang pengaruh densitas keramik cordierite

(2Al2O3.2MgO.5SiO2) dengan pengurangan persentase alumina (Al2O3)

menyebutkan bahwa dengan pengurangan persentase alumina (Al2O3) sebesar

34,861 – 24,402% menyebabkan nilai penyusutan dan densitas bahan meningkat,

serta diikuti dengan penurunan nilai porositas. Fasa cordierite

17

(2Al2O3.2MgO.5SiO2) yang terbentuk terjadi pada suhu sintering 1200 oC. Pada

persentase alumina (Al2O3) sebesar 24,402%, porositas bahan mencapai titik

minimum dan densitas bulk meraih titik maksimum sebesar 2,50 kg/m2.

D. Metode Sol Gel

Proses sol gel dapat digunakan untuk menyintesis suatu material anorganik,

misalnya keramik dan gelas. Sol merupakan suspensi partikel koloid dalam suatu

cairan atau larutan polimer. Sedangkan gel adalah suatu massa yang setengah

kaku yang terbentuk ketika partikel koloid dihubungkan oleh gaya permukaan

untuk membentuk jaringan. Pembuatan silika (SiO2) juga merupakan salah satu

sintesis bahan yang menggunakan metode sol-gel, dalam pembuatannya

temperatur sintering yang dibutuhkan untuk membentuk silika secara umum pada

koloid gel adalah antara 800 - 1000oC dan 1200 - 1500 oC (Rahaman, 1995).

Keramik yang disintesis melalui proses sol-gel terdiri dari beberapa tahap.

Tahapan tersebut dapat dibagi menjadi tiga yaitu: (1) pembentukan gel melalui

reaksi hidrolisis dan kondensasi, (2) pengeringan dan (3) konversi gel kering ke

hasil akhir melalui pembakaran (Rahaman, 1995).

E. Sintering

Sintering merupakan bagian penting pada proses pembuatan keramik dengan

metode padatan. Parameter yang perlu diperhatikan dalam proses sintering yaitu

waktu dan temperatur untuk mendapatkan keramik dengan struktur dan butiran

18

yang halus dengan densitas yang tinggi. Seiring dengan peningkatan waktu dan

temperatur sintering, densitas akan meningkat hingga mencapai titik maksimum.

Menurut Sembiring (2014) melalui proses sintering, maka terjadi perubahan:

Pengurangan jumlah dan ukuran pori.

Pertumbuhan butir.

Peningkatan densitas dan penyusutan.

Pada proses sintering, butir-butir (partikel) berdekatan dan berikatan. Butir-butir

tersebut membentuk necking dan diikuti dengan perubahan bentuk pori

(Bourdillon dan Bourdillon, 1994).

F. Karakterisasi Cordierite-MgO

1. Difraksi Sinar-X

Hasil pengukuran dengan menggunakan metode difraksi sinar-x (XRD) pada

dasarnya dalam bentuk spektrum, yang mengandung informasi karakteristik dari

bahan keramik, komposit dan polimer yaitu transformasi struktur melalui ukuran

partikel, simetri atom, bentuk kristal atau amorph, orientasi bahan seperti

tegangan, vibrasi thermal dan cacat kristal. Analisis XRD didasarkan pada

susunan-susunan atom tertentu dalam suatu bahan yang didifraksikan pada

panjang gelombang tertentu pada sudut-sudut (2θ) tertentu. Identifikasi struktur

fasa yang terdapat pada sampel secara umum dilakukan dengan menggunakan

standar melalui data base Join Commite on Powder Diffraction Standar, JCPDS

(1996) dan International Centre for Diffraction Data, ICPDF (1978). Identifikasi

fasa dapat dilakukan dengan metode search-match (pencocokan) dengan

19

membandingkan sudut difraksi (2θ) dan jarak antar atom (d) pengukuran dengan

data standar (Sembiring dan Simanjuntak, 2015). Jalannya sinar-x ditunjukkan

pada Gambar 1.

Gambar 1. Skematik difraksi sinar-X (Sembiring dan Simanjuntak, 2015).

Sinar-X dihasilkan dari penembakan target (logam anoda) oleh elektron berenergi

tinggi yang berasal dari hasil pemanasan filamen dari tabung sinar-x.Tabung

sinar-x tersebut terdiri dari empat komponen utama, yakni filamen katoda yang

berperan sebagai sumber elektron, ruang vakum sebagai pembebas hambatan,

target sebagai anoda, dan sumber tegangan listrik (40 kV dan 30 mA). Slit terbuat

dari logam berat dalam bentuk lapisan tipis, seperti molybdenum (Mo), yang

berfungsi untuk menyearahkan spektrum hingga mengenai sampel.

Monokromator merupakan alat untuk mengarahkan suatu berkas sempit dari

panjang gelombang spektrum yang dipancarkan oleh sumber. Unsur terpenting

dari sebuah monokromator adalah sistem celah dan unsur dispersif. Radiasi dari

sumber difokuskan ke celah masuk, kemudian dikumpulkan oleh sebuah lensa

atau cermin sehingga sinar paralel jatuh pada unsur dispersif, yang merupakan

suatu prisma atau suatu kisi difraksi. Detektor fungsinya untuk mengubah sinar

20

menjadi energi listrik yang sebanding dengan besaran yang dapat diukur.

(Sembiring dan Simanjuntak, 2015).

2. Analisis Rietveld

Metode Rietveld pertama kali dikemukakan oleh ilmuwan H. M. Rietveld dimana

metode untuk mempelajari struktur kristal campuran oksida dan padatan organik

lainnya melalui difraksi neutron, selain itu metode ini didasarkan pada

pencocokan secara keseluruhan data difraksi pengamatan dengan memasukkan

parameter yang ada, sehingga diperoleh pola difraksi yang sesuai dengan data

pengamatan (Rietveld, 1969). Metode Rietveld lalu mengalami banyak

perkembangan, beberapa diantaranya untuk analisis struktur kristal melalui pola

difraksi sinar-X (Cullity, 1959), juga digunakan untuk analisis fasa secara

kuantitatif sebagai fungsi yang sangat fleksibel untuk menggambarkan bentuk

puncak pola difraksi (Hunter dan Howard, 2000).

Untuk mengetahui derajat kecocokan antara data pengamatan dengan data

perhitungan dinyatakan dengan persamaan:

1. Fungsi profil (Rp), = ∑ ∑ (1)

2. Fungsi profil berat (RWp), = ( )∑ (2)

3. Fungsi Bragg (RB), = ∑| |∑ (3)

4. Faktor harap (Rexp), = ∑ (4)

21

5. Goodness of Fitting ( 2), = ∑ ( ) = (5)

dimana:

Yio = Intensitas difraksi hasil observasi.

Yic = Intensitas perhitungan pada titik i.

Wi = Faktor pemberat yang digunakan pada setiap pengamatan.

Iko = Intensitas integrasi.

Ikc = Intensitas perhitungan pada akhir penghalusan.

N = Jumlah pengamatan (jumlah total Yio ketika latar belakang dihaluskan).

P = Jumlah parameter kuadrat terkecil.

Kecocokan antara pola difraksi pengukuran dengan hasil perhitungan dapat dilihat

dari nilai 2. Nilai yang ideal untuk 2 adalah 1, tetapi terkadang bisa lebih dari

1, dalam kasus analisis fasa Kisi (1994) menyarankan nilai 2 ≤ 4.

3. Densitas dan Porositas

Definisi densitas adalah kerapatan suatu bahan yang merupakan massa per unit

volume. Densitas terjadi akibat perpindahan partikel ketika partikel mengalami

pertumbuhan butir dan perubahan bentuk butiran. Penyusutan akan terjadi ketika

slip cairan antara partikel dan peningkatan tekanan pada titik kontak yang

menyebabkan material menjauh dari daerah kontak dan memaksa pusat partikel

untuk mendekat satu sama lain (Kingery dkk, 1976). Porositas memiliki nilai yang

berbanding terbalik dengan nilai densitas. Diketahui bahwa dengan nilai porositas

yang tinggi menyatakan bahwa bahan tersebut memiliki banyak rongga di

22

dalamnya. Rongga yang banyak dalam suatu bahan tentunya akan membuat bahan

tersebut menjadi rapuh serta kekuatannya akan berkurang (Vlack, 1994).

Pengukuran densitas dan porositas dapat diketahui dengan menggunakan

Persamaan (6) dan (7)

= × (6)

= × 100% (7)

dimana:

ρ = Bulk densitas (gr/cm3).

= Porositas (%).

= Berat sampel kering (gr).

= Berat sampel jenuh (gr).

= Berat sampel basah (gr).

4. Penyusutan

Penyusustan terjadi akibat perubahan densitas dari temperatur proses ke

temperatur ruang yang ditandai dengan berkurangnya volume, massa dan dimensi

(panjang, lebar dan tebal) dari suatu bahan. Faktor yang mempengaruhi

penyusutan suatu bahan antara lain:

a. Pembentukan bahan.

b. Lama pembakaran (sintering).

c. Ukuran butiran, komposisi dan lain-lain.

23

Pengukuran penyusutan (S) merupakan persen pengurangan diameter dari sampel

sebelum disintering (Mo) terhadap sampel yang telah disintering (M) dengan

Persamaan (8) (Sembiring, 2014).

= ( ) × 100% (8)

dimana:

S = Banyaknya persentase penyusutan (shrinkage) (%)

= Massa sampel sebelum sintering (gr).

M = Massa sampel setelah sintering (gr).

5. Kekerasan

Definisi kekerasan yaitu ketahanan terhadap indentasi (lekukan) dan ditentukan

dengan mengukur kedalaman indentasi tetap, yang artinya bila menggunakan gaya

atau beban tetap saat indentor diberikan maka akan menghasilkan indentasi.

Apabila indentasi yang dihasilkan semakin kecil, maka material tersebut semakin

keras. Kekerasan sampel akan meningkat seiring pertambahan suhu sintering yang

dilakukan, karena semakin merapatnya partikel-partikel dalam sampel (Vlack,

1994). Ada tiga macam metode pengujian untuk kekerasan bahan, yaitu metode

goresan, patahan dan penekanan. Pengujian dengan metode penekanan biasanya

menggunakan uji Brinell, Vickers, dan Rockwell. Pada uji kekerasan Vickers,

penekanan menggunakan piramida intan dengan dasar berbentuk bujur sangkar

(George, 1987). Beban yang dapat digunakan berkisar antara 1 - 120 kg dengan

sudut piramida yang berhadapan 136o, angka kekerasan (HV) didefinisikan

24

sebagai beban dibagi luas permukaan lekukan sesuai dengan Persamaan (9)

(Sembiring, 2014).

= (9)

dimana:

P = Beban yang diberikan (kg).

d = Panjang diagonal rata-rata (mm).

α = Sudut antara permukaan piramid yang berlawanan (136o).

25

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2016 hingga September 2016 di

Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia Instrumentasi FMIPA

Universitas Lampung, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Tanjung

Bintang sedangkan karakterisasi sampel dilakukan di BATAN (Badan Tenaga

Nuklir) Serpong.

B. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain: gelas ukur, beaker glass,

batang pengaduk, kompor listrik, oven, labu elenmeyer, corong bucher, corong

kaca, pipet tetes, pH indikator, magnetic stirrer, kertas saring, alumunium foil,

plastik press, kertas tissue, krusibel (cawan), neraca digital, pengayak dengan

diameter 63 µm, mortar dan pastel, penekan hidrolik GRASEBY SPECAC,

furnace, microhardness tester HV-1000 serial No. 0002, XRD (X-ray

Diffractometer).

26

2. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah: sekam padi, akuades, alkohol,

Larutan natrium hidroksida (NaOH) 1,5% sebagai media ekstraksi, asam nitrat

(HNO3) 10%, magnesium oksida (MgO) SIGMA-ALDRICH (63093-250G-F),

Al2O3 SIGMA-ALDRICH product of Germany (11028-500G).

C. Preparasi Sampel

1. Preparasi Sekam Padi

Sekam padi yang diperoleh dari pabrik penggilingan dicuci menggunakan air

panas lalu direndam selama 6 jam, hal ini bertujuan agar zat–zat pengotor (zat

organik) yang larut dalam air seperti batang padi, tanah, dan pengotor lainnya

dapat terlepas dari sekam padi. Kemudian memisahkan sekam padi yang

mengapung di permukaan dan mengambil sekam padi yang tenggelam untuk

digunakan dalam percobaan selanjutnya. Sekam padi ditiriskan dan dikeringkan

menggunakan sinar matahari selama ± 2 hari. Selama proses penjemuran sekam

padi diratakan agar kering secara menyeluruh.

2. Ekstraksi Silika Sekam Padi

Sekam padi yang telah dipreparasi, selanjutnya diekstraksi dalam larutan natrium

hidroksida (NaOH) 1,5%. Proses ekstraksi dilakukan dengan cara menimbang

sekam padi sebanyak 50 gr yang kemudian dimasukkan ke dalam gelas beaker,

kemudian menambahkan larutan natrium hidroksida (NaOH) 1,5% sebanyak 500

27

ml hingga sekam terendam seluruhnya agar diperoleh silika terlarut. Sekam padi

yang telah direndam oleh larutan natrium hidroksida (NaOH) 1,5% dipanaskan

menggunakan kompor listrik dengan daya 600 Watt hingga mendidih selama 30

menit. Tahap selanjutnya adalah memisahkan ampas sekam padi dari ekstrak

sekam menggunakan corong bucher, untuk memperoleh hasil ekstraksi yang

berupa filtrat (sol) silika yang terlarut. Sol silika yang diperoleh didinginkan

kemudian ditutup menggunakan plastik press dan didiamkan selama 24 jam.

Proses tahapan inilah yang disebut dengan penuaan (aging).

Sol silika yang telah didiamkan selama 24 jam selanjutnya didapat disaring

menggunakan kertas saring. Sol silika disaring menggunakan kertas penyaring

agar terpisah dengan zat pengotor (organik) dan ampas filtrat silika. Ekstrak sol

silika kemudian diasamkan dengan cara menambahkan larutan asam nitrat

(HNO3) 10% sedikit demi sedikit untuk memperoleh gel silika hingga nilai pH 7.

Gel silika yang diperoleh didiamkan selama 24 jam agar tejadi proses penuaan

(aging). Tahap aging, menghasilkan gel silika bewarna coklat kehitaman. Untuk

memperoleh serbuk silika putih gel tersebut dicuci menggunakan air hangat yang

dicampur dengan pemutih agar mendapatkan gel silika yang bewarna putih,

proses ini disebut dengan proses bleaching. Untuk mengurangi kandungan air

pada silika gel, gel silika disaring menggunakan kertas penyaring. Silika gel

kemudian dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 110 °C selama 5 jam

untuk memperoleh silika dalam bentuk padatan. Silika padatan yang telah

melewati proses pengeringan kemudian digerus menggunakan mortar dan pestle

hingga menjadi serbuk silika yang halus. Serbuk silika tersebut diayak

menggunakan pengayak 63 µm. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan serbuk

28

silika yang homogen. Serbuk putih silika yang telah homogen kemudian

dikalsinasi pada suhu 110 °C selama 3 jam untuk menghilangkan sisa zat yang

mudah menguap (volatile).

3. Preparasi Prekusor Cordierite

Metode padatan (solid state) digunakan dalam preparasi cordierite ini.

Perbandingan mol untuk masing-masing bahan magnesium oksida (MgO),

alumina (Al2O3), dan silika (SiO2) yang digunakan yaitu 2:2:5 atau setara dengan

perbandingan berat 14:34:52 wt%. Ketiga bahan diayak menggunakan pengayak

dengan ukuran diameter 63 µm sebelum dilakukan pencampuran. Tahapan

selanjutnya, bahan-bahan dicampur dan digerus menggunakan mortar dan pestle

hingga didapatkan serbuk prekusor cordierite yang homogen.

4. Preparasi Paduan Cordierite-Magnesium Oksida

Preparasi cordierite yang telah diperoleh ditambahkan magnesium oksida (MgO)

dengan persentase berat 0, 20, 25 dan 30% dari berat total 25 gram. Selanjutnya,

mencampur kedua paduan bahan dengan larutan alkohol menggunakan magnetic

stirrer selama 4 jam. Tahapan ini bertujuan agar partikel kedua bahan tersebut

dapat menyatu secara homogen. Setelah itu dilakukan penyaringan untuk

memisahkan filtrat cordierite dengan larutan alkohol. Filtrat yang didapat

dikeringkan dengan suhu 70°C selama 2,5 jam. Hasil filtrat padatan digerus dan

diayak hingga diperoleh serbuk paduan Cordierite-MgO.

29

5. Pencetakan Pelet Paduan Cordierite-Magnesium Oksida

Pencetakan pelet ini menggunakan alat Press Hidrolic. Hal pertama yang

dilakukan dalam proses ini yaitu menimbang sampel dengan berat 2 gram dengan

variasi masing-masing paduan 0, 20, 25 dan 30%. Setelah itu memasukkan bubuk

yang telah ditimbang pada cetakan press yang berbentuk silinder. Kemudian

memasang cetakan press ke dalam alat pressing dengan tekanan 5 ton.

D. Sintering

Proses sintering dilakukan dengan menggunakan tungku pembakaran (furnace)

listrik yang memiliki pengaturan suhu. Temperatur suhu yang digunakan pada

proses ini adalah 1250 oC dengan kenaikan suhu 4 oC/menit serta waktu tahan

selama 3 jam.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses sintering ini adalah sebagai

berikut:

a. Menyiapkan sampel yang akan disintering.

b. Menimbang berat sampel serta cawan krusibel sebelum disinter.

c. Memasukkan sampel ke dalam krusibel kuarsa kemudian memasukkan ke

dalam tungku pembakaran.

d. Menghubungkan aliran listrik dengan tungku pembakaran.

e. Menghidupkan tungku pembakaran listrik dengan menekan skalar pada

posisi “ON”.

f. Mengatur suhu yang diinginkan yaitu 1250 oC dengan kenaikan suhu 4 oC

per menit dan waktu tahan selama 3 jam.

30

g. Mematikan tungku pembakaran listrik setelah proses sintering selesai.

h. Mengeluarkan sampel dari tungku pembakaran dan mendiamkannya

hingga dingin.

i. Menimbang massa sampel setelah disintering.

E. Karakterisasi Sampel

Karakterisasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah pengukuran penyusutan,

densitas dan porositas, XRD (X-Ray Diffraction) serta kekerasan. Kode penamaan

sampel cordierite dengan penambahan magnesium oksida (MgO) 0, 20, 25 dan

30% berturut-turut yakni C0, C20, C25 dan C30.

1. Penyusutan

Pengukuran penyusutan pada sampel dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Menyiapkan sampel C0, C20, C25 dan C30.

b. Menimbang massa sampel C0, C20, C25 dan C30. sebelum dan sesudah

proses sintering.

c. Menghitung besarnya penyusutan dengan Persamaan (8).

2. Densitas dan Porositas

Uji densitas dan porositas dilakukan secara bersamaan dalam satu waktu

menggunakan prinsip Archimedes dengan langkah-langkah sebagai berikut:

d. Menyiapkan sampel C0, C20, C25 dan C30.

a. Menimbang sampel dengan neraca digital dalam keadaan kering untuk

menentukan berat sampel kering (Mk) dan dilakukan pengulangan

sebanyak tiga kali.

31

b. Menyiapkan beaker glass yang telah diisi air, selanjutnya memasukkan

sampel pelet paduan cordierite-MgO ke dalamnya dan merebus sampel

tersebut selama 5 jam.

c. Sampel hasil perebusan didiamkan selama 24 jam agar sampel menjadi

jenuh.

d. Setelah dijenuhkan selama 24 jam, sampel dilap dengan tissue dan

dilakukan penimbangan untuk memperoleh berat sampel jenuh (Mj).

e. Sampel yang telah ditimbang diikat dengan benang, kemudian meletakkan

gelas plastik yang telah berisi air ke dalam neraca. Sebelum melakukan

penimbangan sampel, gelas berisi air tersebut dikalibrasi kemudian

menimbang sampel yang telah diikat pada tengah-tengah air untuk

memperoleh berat sampel basah (Mb). Melakukan pengulangan

penimbangan sebanyak tiga kali.

f. Melakukan perhitungan densitas dan porositas dari data yang telah

diperoleh menggunakan Persamaan (6) dan (7).

3. XRD (X-Ray Diffraction)

Karakterisasi XRD dilakukan untuk menganalisis pengaruh penambahan

persentasi MgO terhadap struktur kristalografi, apakah bersifat amorf atau

kristalin. Sumber radiasi menggunakan tembaga (Cu). Langkah-langkah dalam

melakukan analisis menggunakan XRD sebagai berikut:

32

a. Menyiapkan dan merekatkan sampel yang akan dianalisis pada kaca,

kemudian dipasang pada tempatnya yang berupa lempeng tipis berbentuk

persegi panjang (sampel holder) dengan bantuan malam (lilin perekat).

b. Sampel yang disimpan dipasang pada sampel holder kemudian diletakkan

pada sampel stand dibagian geniometer.

c. Parameter pengukuran dimasukkan pada software pengukuran melalui

komputer pengontrol, yaitu meliputi penentuan scan mode, penentuan

rentang sudut, kecepatan scan cuplikan, member nama cuplikan, dan

member nomor urut file data.

d. Mengoperasikan alat difraktometer dengan perintah “Start” pada menu

komputer, dimana sinar-X akan meradiasi sampel yang terpancar dari

target Cu dengan panjang gelombang 1,5406 Å.

e. Hasil difraksi dapat dilihat pada komputer dan intensitas difraksi pada

sudut 2θ tertentu dapat dicetak oleh mesin printer.

f. Sampel dari sampel holder diambil setelah pengukuran cuplikan selesai.

4. Kekerasan (Hardness)

Uji kekerasan dilakukan untuk mengetahui karakteristik fisis pada sampel paduan

cordierite-MgO. Pengujian ini dilakukan menggunakan alat Microhardness Tester

model HV-1000 serial No. 0002 dengan metode Vickers hardness.

33

Gambar 2. Microhardness tester.

Adapun langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menyiapkan sampel yang akan dianalisis.

b. Untuk mendapatkan permukaan sampel yang halus, maka dilakukan proses

polish menggunakan amplas berukuran 600 serta BUEHLER alpha

micropolish magnesium oxide (cairan serbuk maggnesium oksida

berukuran 1µm). Dilakukan gerakan berputaran membentuk angka delapan

pada sampel agar mendapatkan permukaan yang halus.

c. Memberikan lapisan tipis menggunakan spidol berwarna biru pada

permukaan sampel yang berwarna putih. Hal ini dilakukan agar bentuk

identasi dapat terlihat.

d. Sampel diposisikan tegak lurus terhadap identer yang berbentuk diamond

pyramid pada microhardness tester.

e. Mengatur beban sebesar 0,2 kgf yang akan diberikan pada sampel.

f. Memilih permukaan yang lebih halus pada sampel dengan mikroskop pada

alat microhardness tester, dan menempatkan identor diatas permukaan

yang halus tersebut.

g. Menghidupkan alat microhardness tester dengan menekan tombol On.

h. Mengamati identitas yang terbentuk dengan mikroskop pada

microhardness tester dan mengukur panjang kedua diagonal, yaitu d1 dan

d2.

34

i. Menghitung nilai kekerasan menggunakan Persamaan (9).

F. Diagram Alir

Proses ekstraksi silika dari sekam padi ditunjukkan oleh diagram alir pada

Gambar 3.

Gambar 3. Diagram alir pembuatan bubuk silika.

Pembuatan bubuk prekusor cordierite ditunjukkan oleh diagram alir pada

Gambar 4.

Sekam Padi

SolSilika

Gel Silika

Padatan Silika

Bubuk silika (SiO2)

- direbus dalam larutan NaOH 1,5%- disaring

- diaging 24 jam- ditetesi larutan HNO3 10%

- diaging 24 jam- dicuci menggunakan pemutih- ditiriskan- dioven 5 jam pada suhu 110oC

- digerus sampai halus- dioven 3 jam pada suhu 110oC- diayak dengan ayakan 63 m

35

Gambar 4. Diagram alir pembuatan bubuk prekusor cordierite.

Proses pembuatan bubuk cordierite dengan penambahan magnesium oksida

(MgO) ditunjukkan oleh diagram alir pada Gambar 5.

Gambar 5. Diagram alir pembuatan bubuk paduan cordierite-MgO.

- dioven 3 jam pada suhu 70oC- digerus sampai halus- diayak dengan ayakan 63 m- dioven 2,5 jam pada suhu 70oC---- disaring dengan saringan 63 m

2MgO.2Al2O3.5SiO2 + MgO

Paduan Cordierite-MgO

- ditimbang dengan komposisisi variasipenambahan MgO 0, 20, 25 dan 30wt%- distrirrer dalam larutan alkohol 70%

selama 4 jam- disaring dan ditiriskan

Bubuk paduan Cordierite-MgO

- diaduk dan digerus 3 jam

- ditimbang dengan perbandinganmassa (14 : 35 : 51)- diayak dengan ayakan 63 m- dicampur

MgO + Al2O3 + SiO2

Campuran bahan Cordierite

Bubuk Prekusor

Cordierite

36

Pembuatan sampel cordierite dengan penambahan magnesium oksida (MgO)

dalam bentuk pelet hingga proses karakterisasi ditunjukkan oleh diagam alir pada

Gambar 6.

Gambar 6. Diagram alir pembuatan pelet dan karakterisasi sampelCordierite-MgO.

- dianalisis

Bubuk paduan Cordierite-MgO

Pelet Paduan Cordierite-MgO

- ditimbang masing-masing 2 gram- dicetak dengan alat press pada tekanan

5 ton

Data uji dan karakterisasi

- diukur uji densitas, porositas,penyusutan, kekerasan- dikarakterisasi menggunakan

XRD

Kesimpulan

57

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang penambahan

magnesium oksida (MgO) terhadap bahan keramik cordierite berbasis silika

sekam padi, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil analisis XRD, fasa yang terbentuk pada C0 didominasi oleh

spinel dan cordierite, namun seiring penambahan MgO pada sampel C20, C25,

dan C30, sampel didominasi oleh fasa forsterite, spinel, kemudian periclase.

2. Seiring dengan penambahan persentasi MgO nilai densitas, dan penyusutan

menurun, serta porositas naik akibat perubahan komposisi pada sampel

cordierite.

3. Nilai uji kekerasan mengalami penurunan seiring dengan penambahan MgO

pada sampel akibat pembentukan fasa pada sampel menyebabkan nilai

densitas turun, dan nilai porositas naik, sehingga terjadi pertumbuhan rongga

pada sampel yang menyebabkan nilai kekerasan menjadi turun.

57

B. Saran

Untuk memaksimalkan hasil penelitian ini diharapkan untuk melakukan uji

karakteristik FTIR dengan perbandingan komposisi yang sama pada penelitian ini,

serta menggunakan variasi suhu sintering yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Banjuraizah, J., Mohamad, H., Ahmad, Z.A. 2010. Thermal ExpansionCoefficient and Dielectrics Properties of non-Stoichiometric CordieriteCompositions with Excess MgO Mole Ratio Synthesized from MainlyKaolin and Talc by The Glass Crystallization Method. Journal of Alloys andCompounds. 494: 256-260.

Banjuraizah, J., Mohamad, H. and Ahmad, Z.A. 2011. Effect of Excess MgOMole Ratio in a Stoichiometric Cordierite (2MgO.2Al2O3.5SiO2)Composition on the Phase Transformation and Crystallization Behavior ofMagnesium Aluminium Silicate Phases. International Journal of AppliedCeramic Technology. 3: 637-645.

Bose, S., Acharya, H.N., Banerjee, H.D. 1993. Electrocal, Thermal,Thermoelectric and Related Properties of Magnesium SilicideSemiconductor Prepared from Rice Husk. Journal of Material Science. 28:5461-5468.

Bourdillon, A. and Bourdillon, T.X.N. 1994. High Temperature SuperconductorsProccesing and Science. Academic Press. USA. Page 93.

Cava, S., Tebcherani, S.M., Souza, I.A., Pianaro, S.A., Paskocimas, C.A., Longo,E., Varela, J.A. 2007. Structural Characterization of Phase Transtition ofAl2O3 Nanopowders Obtained by Polymeric Precusor Method. MaterialsChemistry and Physics. 103: 394-399.

Charles, A.H. 2001. Handbook of Ceramic Glasses and Diamonds. Mc GrawHills Company Inc. USA. Page 65-104.

Chatterjjee, M. and Naskar M.K. 2006. Sol-Gel Synthesis of Lithium AluminiumSilicate Powders; The Effect of Silica Source. Ceramic International. 32:623-632.

Cheng, J.M. and Chang, F.W. 1991. The Chlorination Kinetics of Rice Husk.Indian Engineering Chemical Research. 30: 2241-2247.

Chowdury, A., Maitra, S., Das, S. 2007. Synthesis, Properties and Applications ofCordierite Ceramics, Part 1. Interceram: International Ceramics Review.56: 18-22

Cullity, B.D. 1978. Elements of X-Ray Diffraction. Department of MetallurgicalEngineering and Materials Science. Academic Press. Page 93.

Daifullah, A.A.M., Awwad, N.S. and El-Reffy. 2004. Purification of PhosphoricAcid from Ferric Ion Using Modified Rice Husk. Journal ChemicalEngineering and Processing. 43: 193-201.

Daifullah, A.A.M., Girgis, B.S. and Gad, H.M.H. 2003. Utilization of ArgoResidues (Rice Husk) in Small Waste Water Treatment Plans. JournalMaterials Letters. 57: 1723-1731.

Della, V.P., Kuhn, I., Hotza, D. 2002. Rice Husk Ash an Alternate Source ofActive Silica Production. Journal Material Letters. 57: 818-821.

El Chalal, L., Werckmann, J., Pourroy, G., Esnouf, C. 1995. X-Ray and ElectronDiffraction Studies on Crystallization of Two Cordierite Precusors Preparedby Atomization or Sol-Gel Process. Journal of Crystal Growth. 156: 99-107.

Fujiwara, S., Tamura, Y., Maki, H., Azuma, N., and Takeuchi, Y. 2007.Development of New High-Purity Alumina. Sumitomo Kagaku. 1: 1-9.

George, E Dieter.1987. Metalurgi Mekanik Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta. Hal51.

Hao, X., Hu, K., Luo, Z., Liu, T., Li, Z., Wu, T., Lu, A., Tang, Y. 2015.Preparation and Properties of Tranparent Cordierite-Based Glass-Ceramicswith High Crystallinity. Ceramics International. 25: 34-39.

Heinrich, J.G. and Aneziris, C. 2007. Crystallization Studies of CordieriteOriginated from Sol-Gel Precusors. Proceedings 10th Europe CeramicsConference 32: 275-279.

Hunter, B.A. and Howard, C.J. 2000. A computer Program Rietveld Analysis of X-Ray and Neutron Powder Diffraction Patterns. Australian Nuclear Scienceand Technology Organization. Australia. Page 79.

Ikawa, H., Otagiri T., Imai, O., Suzuki, M., Urabe, K. and Udagawa S. 1986.Crystal Structures and Mechanism of Thermal Expansion of High Cordieriteand Its Solid Solutions. Journal of The American Ceramic Society. 6: 492-498.

Jacobsen, S. D., Holl, C. M., Adams, K. A., Fischer, R. A., Martin, E. S., Bina, C.R., Lin, J. F., Prakapenka, V. B., Kubo, A., Dera, P. 2008. Compression of

Single-Crystal Magnesium Oxide to 118 GPa and a Ruby Pressure Gaugefor Helium Pressure Media. American Mineralogist. 93: 1823-182.

Jin, T., He, Y. 2011. Antibacterical Activities of Magnesium Oxide (MgO)Nanoparticles Against Foodbourne Pathogens. Journal Nanoparticle. 13:6877-6885.

Kalaphaty, C., Proctor, A. and Shultz, J. 2000. A Simple Method for Productionof Pure Silica from Rice Husk Ash. Journal Biosource Technology. 73: 257-264.

Kamakar, B., Kundu, P., Jana, S., Dwiredi, R.N. 2002. Crystallization Kineticsand Mechanism Of Low Expansion Magnesium-Alumina-Silicate GlassCeramics by Dilatometry. American Ceramic Society. 10: 2572-2574.

Katsuki, H. 2005. ZSM-5 Zeolite/Porous Carbon Composite Conventional andMicrowave-Hydrothermal Synthesis Of Forsterite Powder from ZeolitePrecursors. Croatica Chemica Acta. 12: 203-208.

Kingery, W.D., Bowen, H.K., and Uhlmann, D.R. 1976. Introduction to Ceramic(2nd edition). John Wiley and Sons Inc. New York. Page 73-75.

Kisi, E.H. 1994. Rietveld Analysis of Powder Diffraction Pattern. Department ofMechanical Engineering University of Newcastle. Australia. Page 36.

Koepke J., Schulz H. 1986. Single Crystal Structure Investigations Under High-Pressure of the Mineral Cordierite with an Improved High-Pressure Cell.Physics and Chemistry of Minerals. 13: 165-173.

Kudoh, Y., Takeuchi, Y. 1985. The Crystal Structure of Forsterite Mg2SiO4 UnderHigh Pressure up to 149 kb. Zeitschrift fur Kristallographie. 171: 291-302.

Kurama, H. and Kurama, S. 2006. The Reaction Kinetics of Rice Husk BasedCordierite Ceramics. Ceramic International. 34: 269-272.

Larson, A.C., and Von Dreele, R.B. 2000. General Structure Analysis System(GSAS). Los Alamos National Library. USA.

Li, H., Qian, H., Cheng, X., Zhang, R., Zhang, H. 2014. Fabrication of DenseCordierite Ceramic Through Reducing Al2O3 Mole Ratio. Matterial Letters.116: 262-264.

Li, Y., Cheng, X., Zhang, R. and Zhang, H. 2015. Effect of Excess MgO on theProperties of Cordierite Ceramic Sintered by Solid-State Method.International Journal of Applied . Ceramic. Technology. 12: 442-450.

Mageshwari, K., Mali, S.S., Sathyamoorty, R., Patil, P.S. 2013. Template-FreeSynthesis of MgO Nanoparticles for Effective Photocatalytic Applications.Powder Technology. 249: 456-462.

Maharani, A. 2016. Pengaruh Penambahan Periclase (0, 10, 15)% terhadapKarakteristik Struktur dan Kekerasan Cordierite. Universitas Lampung.Bandar Lampung. Hal 38.

Mastuli, M.S., Rusdi, R., Mahat, A.M., Saat, N. and Kamarulzaman, N. 2012. Sol-Gel Synthesis of Highly Stable Nano Sized MgO from Magnesium OxalateDihydrate. Advanced Material Research. 545: 137-142.

Mirawati. 2016. Mikrostruktur dan Konduktivitas Listrik Cordierite(2MgO.2Al2O3.5SiO2) Berbasis Silika Sekam Padi dengan PenambahanMgO (0, 20, 25, 30 wt%). Universitas Lampung. Bandar Lampung. Hal 40.

Naskar, M.K. and Chatterjee, M. 2004. A Novel Process for The Synthesis ofCordierite (Mg2Al4Si5O18) Powder from Rice Husk Ash and Other Sourcesof Silica and Their Comparative Study, Journal of European CeramicsSociety. 24: 3499-3508.

Nestola, F., Boffa Ballaran, T., Balic-Zunic, T., Princivalle, F., Secco L., DalNegro, A. 2007. Comparative Compressibility and Structural Behavior ofSpinel MgAl2O4 at High Pressures: the Independency on the Degree ofCation Order. American Mineralogist. 92: 1838-1843.

Petrovic, R., Janacovic, D., Bozovic, B., Zec, S. and Gvozdenovic, L.K. 2001.Densification and Crystallization Behavior of Colloidal Cordierite-TypeGels. Journal Serbian Chemical Society. 66: 335-345.

Pinero, M., Atik, M. and Zarzycki, J. 1992. Cordierite-ZrO2 and Cordierite-Al2O3

Composites Obtained by Sonocatalytic Methods. Journal of Non-CrystallineSolids. 56: 523-531.

Rahaman, M.N. 1995. Ceramics Proccesing and Sintering. Departemen ofCeramics Engineering. University of Missouri. USA. Page 73.

Rahman, I.A. 1994. Preparation of Si3N4 by Carbothermal Reduction of DigestedRice Husk. Ceramics International. 20: 195-199.

Rietveld, H.M. 1969. A Profile Refinement Method for Nuclear and MagneticStructures. Journal of Applied Crystallography. 2: 65-71.

Riveros, H. and Garza, C. 1986. Rice Husk Ash as a Source of High Purity Silica.Crystallization Growth. 57: 65-71.

Romero, F.J.N., Reinoso, F.R. 1996. Synthesis of SiC from Rice Husk Catalyzedby Iron, Cobalt or Nickel. Journal of Materials Science. 31: 5461-5468.

Shand, M.A. 2006. The Chemistry and Technology of Magnesia. John Wiley andSons, Inc. USA. Page 48.

Sembiring, S. 2007. Karakterisasi Silika Sekam Padi sebagai Bahan Keramikdengan Teknik Sintering. Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian kepadaMasyarakat (Unila). Hal 417-423.

Sembiring, S. 2010. Potensi Keramik Cordierite Suhu Tinggi Berbasis SilikaSekam Padi dengan Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR).Prosiding Seminar Nasional Sains MIPA. Universitas Lampung. 22: 54-59

Sembiring, S. 2014. Preparasi dan Karakterisasi Bahan. Jurusan Fisika FMIPAUniversitas Lampung. Hal. 45-59.

Sembiring, S., Manurung, P., Karo-Karo, P. 2009. Pengaruh Suhu Tinggi terhadapKarakteristik Keramik Cordierite Berbasis Silika Sekam Padi. Jurnal Fisikadan Aplikasinya. 5: 090107.

Sembiring, S. and Simanjuntak, W. 2015. Silika Sekam Padi Potensinya sebagaiBahan Baku Keramik Industri. Plantaxia. Yogyakarta. Hal 47-49.

Sembiring, S., Simanjuntak, W., Situmeang, R., Riyanto, A., Sebayang, K. 2016.Preparation of Refractory Cordierite Using Amorphous Rice Husk Silica forThermal Insulation Purposes. Ceramics International. 42: 8431-8437.

Sofyan, G.G.I., Alauhdin, M., Susatyo, E.B. 2013. Sintesis dan KarakterisasiBahan Keramik Cordierite dari Abu Sekam Padi. Indonesian Journal ofChemical Science. 10: 1-6.

Tang, L., Cheng X., Lu, P., Yue, F. 2012. Effect of MgO/CuO on theMicrostructure and Thermal Properties of Cordierite-Alumina Ceramics.Key Engineering Materials. 509: 240-244.

Torres, F., Alarcon, J. 2005. Effect of MgO/CaO ratio on the Microstructure ofCordierite-Based Glass-Ceramic Glazes for Floor Tiles. CeramicsInternational. 31: 683-690.

Trumbulovic, L., Gulisija, Z., Acimovic, Z., Pavlovic, Z. and Adric, L. 2003.Influence of The Cordierite Ligning on The Lost Foam Casting Process.Journal of Mining and Metalurgy. 39: 3-4.

Vlack, V. 1994. Ilmu dan Teknologi Bahan (Ilmu Logam dan Non Logam), Edisikelima. Erlangga. Jakarta. Hal 67.

Xiang, R., Li, Y., Li, S., Li, Y., Sang, S. 2016. Effect of Excess Magnesia on ThePreparation of Cordierite Based on Waste Foundry Sand. InternationalJournal of Applied Ceramic Technology. 13: 603-608.