92882986 bab i kelelahan di tempat kerja reaction timer

21
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan itu bermacam-macam, berkembang dan berubah, bahkan sering kali tidak disadari oleh pelakunya. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang ingin dicapai dan orang berharap aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawakan suatu keadaan yang lebih memuaskan dari sebelumnya. Perkembangan teknologi yang semakin maju mendorong Indonesia mencapai tahap industrialisasi, yaitu adanya berbagai macam industri yang ditunjang dengan teknologi maju dan modern. Salah satu konsekuensi dari perkembangan industri yang sangat pesat dan persaingan yang ketat antar perusahaan di Indonesia sekarang ini adalah tertantangnya proses produksi kerja dalam perusahaan supaya terus menerus berproduksi selama 24 jam. Dengan demikian diharapkan ada peningkatan kualitas dan kuantitas produksi untuk mencapai keuntungan yang maksimal. Peranan manusia dalam industri tidak dapat diabaikan karena sampai saat ini dalam proses produksi masih terdapat adanya ketergantungan antara alat-alat kerja atau dengan kata lain adanya antara manusia, alat dan bahan sertalingkungan kerja Interaksi antara manusia, alat dan bahan, serta lingkungan kerjamenimbulkan beberapa pengaruh terhadap tenaga kerja. Pengaruh atau dampak negatif sebagai hasil samping proses industri merupakan beban tambahan dari tenaga kerja, yang bisa menimbulkan kelelahan kerja (Rosa, 2011).

Upload: dimas

Post on 14-Sep-2015

41 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Kelelahan Di Tempat Kerja Reaction Timer

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Bekerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia.

    Kebutuhan itu bermacam-macam, berkembang dan berubah, bahkan sering

    kali tidak disadari oleh pelakunya. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang

    ingin dicapai dan orang berharap aktivitas kerja yang dilakukannya akan

    membawakan suatu keadaan yang lebih memuaskan dari sebelumnya.

    Perkembangan teknologi yang semakin maju mendorong Indonesia mencapai

    tahap industrialisasi, yaitu adanya berbagai macam industri yang ditunjang

    dengan teknologi maju dan modern. Salah satu konsekuensi dari

    perkembangan industri yang sangat pesat dan persaingan yang ketat antar

    perusahaan di Indonesia sekarang ini adalah tertantangnya proses produksi

    kerja dalam perusahaan supaya terus menerus berproduksi selama 24 jam.

    Dengan demikian diharapkan ada peningkatan kualitas dan kuantitas produksi

    untuk mencapai keuntungan yang maksimal.

    Peranan manusia dalam industri tidak dapat diabaikan karena sampai

    saat ini dalam proses produksi masih terdapat adanya ketergantungan antara

    alat-alat kerja atau dengan kata lain adanya antara manusia, alat dan bahan

    sertalingkungan kerja Interaksi antara manusia, alat dan bahan, serta

    lingkungan kerjamenimbulkan beberapa pengaruh terhadap tenaga kerja.

    Pengaruh atau dampak negatif sebagai hasil samping proses industri

    merupakan beban tambahan dari tenaga kerja, yang bisa menimbulkan

    kelelahan kerja (Rosa, 2011).

  • 2

    Kelelahan merupakan suatu mekanisme perlindungan agar tubuh

    terhindar dari kerusakan lebih lanjut, sehingga akan terjadi pemulihan. Gejala

    kelelahan akibat kerja dapat berkisar dari rasa sakit pada otot, rasa kaku atau

    kejang pada bagian tubuh tertentu, rasa sakit atau nyeri hingga rasa kantuk,

    kebingungan mental, kekejangan muskular (otot) dan kejenuhan. Tingkat

    kelelahan akibat kerja yang dialami karyawan bisa menyebabkan

    ketidaknyamanan, gangguan dan kemungkinan mengurangi kepuasan serta

    penurunan produktivitas yang ditunjukkan dengan berkurangnya kecepatan

    performansi, menurunnya mutu produk, hilangnya orisinalitas, meningkatnya

    kesalahan dan kerusakan, kecelakaan yang sering terjadi, kendornya perhatian

    dan ketidaknyamanan dalam melaksanakan pekerjaan.

    Data dari ILO menyebutkan hampir setiap tahun sebanyak dua juta

    pekerja meninggal dunia karena kecelakaan kerja yang disebabkan oleh faktor

    kelelahan. Penelitian tersebut menyatakan dari 58115 sampel, 32,8%

    diantaranya atau sekitar 18828 sampel menderita kelelahan. Penelitian

    mengenai kecelakaan transportasi yang dilakukan di New Zealand antara

    tahun 2002 dan 2004 menunjukkan bahwa dari 134 kecelakaan fatal, 11%

    diantaranya disebabkan faktor kelelahan dan dari 1703 cidera akibat

    kecelakaan, 6% disebabkan oleh kelelahan pada operator (Pangesti Putri,

    2008).

    Berdasarkan data mengenai kecelakaan kerja yang tercatat di Kompas

    tahun 2004, di Indonesia setiap hari rata-rata terjadi 414 kecelakaan kerja,

    27,8% disebabkan kelelahan yang cukup tinggi. Lebih kurang 9,5% atau 39

    orang mengalami cacat. Data kecelakaan dari sumber yang dikeluarkan oleh

    Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional di sektor listrik (PLN)

  • 3

    mencatat terjadi 1458 kasus kecelakaan dan salah satu penyebab adalah faktor

    kurangnya konsentrasi pekerja karena kelelahan (Departemen Tenaga Kerja

    dan Transmigrasi RI, Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan, 2004)

    (Pangesti Putri, 2008)

    B. Tujuan Penelitian

    1) Untuk mengetahui bagaimana cara mengoperasikan alat Reaction Timer

    2) Untuk mengetahui intensitas kelelahan pekerja

    3) Untuk menentukan apakah intensitas kelelahan yang telah diukur melewati

    NAB atau tidak.

  • 4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Definisi Kelelahan Kerja

    Ada beberapa definisi kelelahan yang dapat dijadikan acuan. Secara

    umum, kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh

    terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah

    istirahat (Sumamur, 1996). Menurut Tarwaka tahun 2004, istilah kelelahan

    biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi

    semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas

    kerja serta ketahanan tubuh .

    Kelelahan dapat diartikan sebagai suatu kondisi menurunnya efisiensi,

    performa kerja, dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh untuk

    terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan. Adapun kelelahan secara

    umum adalah keadan tenaga kerja yang ditandai oleh adanya perasaan

    kelelahan dan penurunan kesigapan kerja, bersifat kronis serta merupakan

    suatu fenomena psikososial. Kelelahan kerja menyebabkan penurunan kinerja

    yang dapat berakibat pada peningkatan kesalahan kerja, ke tidak hadiran,

    keluar kerja, kecelakaan kerja dan berpengaruh perilaku kerja (Anonim,

    2010).

    Kelelahan kerja dalam suatu industri berkaitan pada gejala-gejala yang

    saling berhubungan yaitu perasan lelah dan perubahan fisiologis dalam tubuh

    (syaraf dan otot tidak berfungsi dengan baik atau tidak secepat seperti

    keadaan normal) yang disebabkan oleh keadan kimiawi setelah bekerja dan

    dapat menurunkan kapasitas kerja. Kelelahan kerja merupakan kriteria yang

  • 5

    komplek yang tidak hanya menyangkut kelelahan fisiologis dan psikologis

    tetapi dominan hubungannya dengan penurunan kinerja fisik. Adanya

    perasaan lelah, penurunan motivasi dan penurunan produktivitas kerja

    Kelelahan adalah reaksi fungsionil dari pusat kesadaran yaitu cortex

    cerebri yang dipengaruhi oleh dua sistem antagonistik yaitu system

    penghambat atau inhibisi dan system penggerak atau aktivasi, dimana

    keduanya berada pada susunan syaraf pusat. Sistem penghambat terdapat

    dalam thalamus yang mampu menurunkan kemampuan manusia bereaksi dan

    menyebabkan kecenderungan untuk tidur. Adapun sistem penggerak terdapat

    dalam formation retikularis yang dapat merangsang pusat-pusat vegetatif

    untuk konversi ergotropis dari dalam tubuh ke arah bekerja.

    B. Jenis Kelelahan Kerja

    Berdasarkan pendapat para ahli sebagaimana yang dikutip Silaban

    (1996) bahwa kelelahan dibedakan berdasarkan 3 (tiga) bagian yaitu

    (Anonim, 2011) :

    1. Berdasarkan proses dalam otot yang terdiri dari :

    a. Kelelahan otot, menurut Wignjoesoebroto (2000) ialah disebabkan

    munculnya gejala kesakitan yang amat sangat ketika otot harus

    melakukan beban.

    b. Kelelahan umum, ialah suatu perasaan yang menyebar yang disertai

    dengan adanya penurunan kesiagaan dan kelambatan pada setiap

    aktivitas. Kelelahan umum dapat menjadi gejala penyakit juga

    berhubungan dengan faktor psikologis (motivasi menurun, kurang

    tertarik) yang mengakibatkan menurunnya kapasitas kerja. Sebab -

  • 6

    sebab kelelahan umum adalah monotoni, intensitas dan lamanya kerja

    fisik dan mental, keadaan lingkungan, sebab-sebab mental (tanggung

    jawab, kekhawatiran dan konflik) serta penyakit-penyakit.

    2. Berdasarkan waktu terjadinya kelelahan :

    a. Kelelahan akut, terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau

    seluruh tubuh secara berlebihan

    b. Kelelahan kronis, terjadi bila kelelahan berlangsung setiap hari,

    berkepanjangan dan bahkan kadang-kadang telah terjadi sebelum

    memulai suatu pekerjaan

    3. Berdasarkan penyebabnya dikutip dari (Anonim, 2011):

    a. Menurut Singleton (1972) disebabkan oleh faktor fisik dan psikologis

    di tempat kerja

    b. Menurut McFarland (1972) disebabkan oleh faktor fisiologis yaitu

    akumulasi dari substansi toksin (asam laktat) dalam darah dan faktor

    psikologis yaitu konflik yang menyebabkan stres emosional yang

    berkepanjangan

    c. Menurut Phoon (1988) disebabkan oleh kelelahan fisik yaitu kelelahan

    karena kerja fisik, kerja patologis ditandai dengan menurunnya kerja,

    rasa lelah dan ada hubungannya dengan faktor psikososial.

  • 7

    C. Mekanisme Kelelahan

    Sampai saat ini masih berlaku dua teori tentang kelelahan yaitu teori

    kimia dan teori syaraf pusat yang terjadi kelelahan. Pada teori kimia secara

    umum menjelaskan bahwa terjadi kelelahan adalah akibat berkurangnya

    cadangan energi dan meningkatnya metabolisme sebagai penyebab hilangnya

    efisiensi otot, sedang perubahan arus listrik kepada otot dan syaraf adalah

    penyebab sekunder. Sedangkan pada teori syaraf pusat menjelaskan bahwa

    perubahan kimia hanya merupakan penunjang proses. Perubahan kimia yang

    terjadi mengakibatkan dihantarnya rangsangan syaraf melalui syaraf sensoris

    ke otak yang disadari sebagai kelelahan, menghambat pusat-pusat otak dalam

    mengendalikan gerakan sehingga frekuensi potensial kegiatan pada sel syaraf

    menjadi berkurang. Berkurangnya frekuensi tersebut akan menurunkan

    kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan

    menjadi lambat. Dengan demikian semakin lambat gerakan seseorang akan

    menunjukkan semakin lemah kondisi otot seseorang (Anonim, 2010).

    Ada suatu konsep yang menyatakan bahwa keadaan dan perasaan

    kelelahan ini timbul karena adanya reaksi fungsionil dari pusat kesadaran

    yaitu cortex cerebri yang bekerja atas pengaruh 2 sistem antagonistik yaitu

    sistem penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi). Sistem

    penghambat ini terdapat dalam thalamus dan bersifat menurunkan

    kemampuan manusia untuk bereaksi. Apabila sistem penggerak lebih kuat

    dari sistem penghambat maka keadaan orang tersebut ada dalam keadaan

    segar untuk bekerja. Sebaliknya apabila sistem penghambat lebih kuat dari

    sistem penggerak maka orang tersebut akan mengalami kelelahan. Kerja yang

    monoton bisa menimbulkan kelelahan walaupun mungkin beban kerjanya

  • 8

    tidak seberapa. Hal ini disebabkan karena sistem penghambat lebih kuat

    dibandingkan sistem penggerak (Anonim, 2010).

    D. Faktor Penyebab Kelelahan Kerja

    Terjadinya kelelahan tidak begitu saja, tetapi ada faktor yang

    menyebabkannya. Faktor yang menyebabkan kelelahan tersebut antara lain

    (Anonim, 2010):

    1. Faktor dari Dalam Individu

    a. Usia

    Usia seseorang dapat mempengaruhi kelelahan kerja, semakin

    tua umur seseorang semakin besar tingkat kelelahan . Fungsi faal

    tubuh yang dapat berubah karena faktor usia mempengaruhi ketahanan

    tubuh dan kapasitas kerja seseorang. (Sumamur, 1996)

    b. Jenis Kelamin

    Pada tenaga kerja wanita akan terjadi siklus biologis setiap

    bulan di dalam mekanisme tubuhnya sehingga akan mempengaruhi

    kondisi fisik maupun psikisnya dan hal ini akan menyebabkan tingkat

    kelelahan wanita akan lebih besar dari pada tingkat kelelahan pria.

    c. Status Kesehatan

    1. Penyakit Jantung

    Seseorang yang mengalami nyeri jantung jika kekurangan

    darah, kebanyakan menyerang bilik kiri jantung sehingga paru-

    paru akan mengalami bendungan dan penderita akan mengalami

    sesak napas sehingga akan mengalami kelelahan.

  • 9

    2. Asma

    Pada penderita penyakit asma terjadi gangguan saluran

    udara bronkus kecil bronkiolus. Proses transportasi oksigen dan

    karbondioksida terganggu sehingga terjadi akumulasi

    karbondioksida dalam tubuh yang menyebabkan kelelahan.

    Terganggunya proses tersebut karena jaringan otot paru-paru

    terkena radang.

    3. Tekanan Darah Rendah

    Pada penderita tekanan darah rendah kerja jantung untuk

    memompa darah ke bagian tubuh yang membutuhkan kurang

    maksimal dan lambat sehingga kebutuhan oksigennya tidak

    terpenuhi, akibatnya proses kerja yang membutuhkan oksigen

    terhambat. Pada penderita penyakit paru-paru pertukaran O2 dan

    CO2 terganggu sehingga banyak tertimbun sisa metabolisme

    yang menjadi penyebab kelelahan.

    4. Tekanan Darah Tinggi

    Pada tenaga kerja yang mengalami tekanan darah tinggi

    akan menyebabkan kerja jantung menjadi lebih kuat sehingga

    jantung membesar. Pada saat jantung tidak mampu mendorong

    darah beredar ke seluruh tubuh dan sebagian akan menumpuk

    pada jaringan seperti tungkai dan paru. Selanjutnya terjadi sesak

    napas bila ada pergerakan sedikit karena tidak tercukupi

    kebutuhan oksigennya akibatnya pertukaran darah terhambat.

    Pada tungkai terjadi penumpukan sisa metabolism yang

    menyebabkan kelelahan.

  • 10

    2. Faktor dari Luar Individu

    a. Beban Kerja dan Masa Kerja

    Beban kerja adalah volume pekerjaan yang dibebankan

    kepada tenaga kerja baik berupa fisik maupun mental dan menjadi

    tanggung jawabnya. Setiap pekerjaan merupakan beban bagi

    pelakunya dan masing-masing tenaga kerja mempunyai kemampuan

    sendiri untuk menangani beban kerjanya sebagai tambahan dari

    beban kerja langsung ini. Pekerjaan biasanya dilakukan dalam suatu

    lingkungan atau situasi yang akan menjadi beban tambahan pada

    jasmani dan rohani tenaga kerja tersebut. Seperti faktor lingkungan

    fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikologi.

    Beban kerja menentukan berapa lama seseorang dapat

    bekerja tanpa mengakibatkan kelelahan atau gangguan. Pada

    pekerjaan yang terlalu berat dan berlebihan akan mempercepat pula

    kelelahan kerja seseorang.

    Masa kerja merupakan lama waktu seseorang bekerja pada

    suatu instansi atau tempat kerja. Pada masa kerja ini dapat

    berpengaruh pada kelelahan kerja khususnya kelelahan kronis,

    semakin lama seorang tenaga kerja bekerja pada lingkungan kerja

    yang kurang nyaman dan menyenangkan maka kelelahan pada orang

    tersebut akan menumpuk terus dari waktu ke waktu.

    b. Lingkungan Kerja Fisik

    Lingkungan kerja fisik yang mempengaruhi kelelahan antara

    lain penerangan, kebisingan iklim kerja, dan ergonomi.

  • 11

    E. Akibat Kelelahan Kerja

    Konsekuensi kelelahan kerja menurut Randalf Schuler (1999)

    (Anonim, 2011) antara lain :

    a. Pekerja yang mengalami kelelahan kerja akan berprestasi lebih

    buruk lagi daripada pekerja yang masih penuh semangat

    b. Memburuknya hubungan si pekerja dengan kerja yang lain

    c. Dapat mendorong terciptanya tingkah laku yang menyebabkan

    menurunnya kualitas hidup rumah tangga seseorang.

    Menurut Sumamur (1996) ada 30 gejala kelelahan yang terbagi

    dalam 3 kategori yaitu :

    a. Menunjukkan terjadinya pelemahan kegiatan.

    Perasaan berat di kepala, menjadi lelah seluruh badan,

    kaki merasa berat, sering menguap, merasa kacau pikiran, manjadi

    mengantuk, marasakan beban pada mata, kaku dan canggung dalam

    gerakan, tidak seimbang dalam berdiri, mau berbaring.

    b. Menunjukkan terjadinya pelemahan motivasi.

    Merasa susah berpikir, lelah berbicara, menjadi gugup,

    tidak konsentrasi, tidak dapat mempunyai perhatian terhadap

    sesuatu, cenderung untuk lupa, kurang kepercayaan, cemas

    terhadap sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap, tidak dapat tekun

    dalam pekerjaan.

  • 12

    c. Menunjukkan gambaran kelelahan fisik akibat keadaan umum

    Sakit kepala, kekakuan di bahu, merasa nyeri di punggung,

    terasa pernafasan tertekan, haus, suara serak, terasa pening, spasme

    dari kelopak mata, tremor pada anggota badan, merasa kurang

    sehat.

    Kelelahan yang terus menerus terjadi setiap hari akan

    berakibat terjadinya kelelahan yang kronis. Perasaan lelah tidak

    saja terjadi sesudah bekerja pada sore hari, tetapi juga selama

    bekerja, bahkan kadang-kadang sebelumnya. Perasaan lesu tampak

    sebagai suatu gejala. Gejala-gejala psikis ditandai dengan

    perbuatan-perbuatan anti sosial dan perasaan tidak cocok

    dengan sekitarnya, sering depresi, kurangnya tenaga serta

    kehilangan inisiatif. Tanda-tanda psikis ini sering disertai

    kelainan-kelainan psikolatis seperti sakit kepala, vertigo, gangguan

    pencernaan, tidak dapat tidur dan lain-lain. Kelelahan kronis

    demikian disebut kelelahan klinis. Hal ini menyebabkan tingkat

    absentisme akan meningkat terutama mangkir kerja pada waktu

    jangka pendek disebabkan kebutuhan istirahat lebih banyak atau

    meningkatnya angka sakit. Kelelahan klinis terutama terjadi pada

    mereka yang mengalami konflik-konflik mental atau kesulitan-

    kesulitan psikologis. Sikap negatif terhadap kerja, perasaan

    terhadap atasan atau lingkungan kerja memungkinkan faktor

    penting dalam sebab ataupun akibat (Sumamur, 1996).

  • 13

    F. Cara Menanggulangi Kelelahan Kerja

    Untuk menghindari rasa lelah diperlukan adanya keseimbangan antara

    masukan sumber datangnya kelelahan tersebut (faktor-faktor penyebab

    kelelahan) dengan jumlah keluaran yang diperoleh lewat proses pemulihan

    (recovery). Proses pemulihan dapat dilakukan dengan cara antara lain

    memberikan waktu istirahat yang cukup baik yang terjadwal atau terstruktur

    atau tidak dan seimbang dengan tinggi rendahnya tingkat ketegangan kerja.

    Dengan memperpendek jam kerja harian akan menghasilkan kenaikan

    output per jam sebaliknya dengan memperpanjang jam kerja harian akan

    menjurus memperlambat kecepatan (tempo) kerja yang akhirnya berakibat

    pada penurunan prestasi kerja per jamnya.

    Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara yang ditujukkan

    kepada keadaan umum dan lingkungan fisik di tempat kerja. Misalnya,

    banyak hal dapat dicapai dengan jam kerja, pemberian kesempatan istirahat

    yang tepat, kamar-kamar istirahat, masa-masa libur dan rekreasi, dan lain-

    lain.

    Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan saraf pusat,

    terdapat sistem aktivasi dan inhibisi. Kedua sistem ini saling mengimbangi

    tetapi kadang-kadang salah satu dari padanya lebih dominan sesuai

    dengan keperluan. Sistem aktivasi bersifat simpatis, sedangkan inhibisi

    adalah parasimpatis. Agar tenaga kerja berada dalam keserasian dan

    keseimbangan, kedua sistem tersebut harus berada pada kondisi yang

    memberikan stabilitasi kepada tubuh (Sumamur, 1996).

  • 14

    G. Nilai Ambang Batas (NAB) Kelelahan Kerja

    Adapun nilai ambang batas kelelahan kerja menurut Balai Hiperkes

    Tahun 2004, yaitu :

    Tabel 1

    Nilai Ambang Batas Kelelahan Kerja Menurut Balai Hiperkes

    Tahun 2004

    No Status Waktu Reaksi (ms)

    1. Normal 150,0 - 240,0

    2. Kelelahan Kerja Ringan >240,0 - 410,0

    3. Kelelahan Kerja Sedang >410,0 580,0

    4. Kelelahan Kerja Berat >580,0

    Sumber:Balai Hiperkes, 2004

  • 15

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Lokasi dan Waktu Pengambilan Sampel

    a. Lokasi pengambilan sampel:

    Laboratorium AVA (Audio Visual Aids), Lantai 3, Gedung

    Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin, Tamalanrea.

    b. Waktu pengambilan sampel :

    Hari Jumat, 27 April 2012, Pukul 14.30 WITA

    B. Alat

    Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah Reaction Timer

    Center L-77 Merek Lakasidaya. Reaction Timer merupakan perangkat yang

    digunakan untuk mengukur tingkat kelelahan kerja.

    Gambar 1. Reaction Timer Center L-77 Merek Lakasidaya

  • 16

    Alat ini terdiri dari 3 bagian, yaitu:

    1. Reaction Timer Center, bagian ini sebagai pusat reaksi perintah alat dan

    berfungsi mengirimkan rangsang baik berupa cahaya ataupun suara.

    2. Tester, berfungsi menyampaikan rangsang dari Respon Timer Center ke

    responden

    3. Mouse Respon, alat ini digunakan responden untuk menyampaikan respon

    dari rangsang yang diterima.

    C. Prinsip Kerja

    Prinsip kerja dari Reaction Timer yaitu rangsamg ditmbulkan dari

    Reaction Timer Center yang mengirimkan rangsang berupa cahaya atau suara

    kemudian disampaikan melalui Tester yang kemudian ditanggapi oleh

    responden dan menyampaikan rangsang melalui Mouse Respon.

    D. Prosedur Kerja

    1) Reaction Timer dihubungkan dengan arus listrik.

    2) Reaction Timer diaktifkan dengan menekan tombol power (tombol ON).

    3) Responden diposisikan dengan Reaction Timer Center agak berjauhan,

    bisa juga posisi responden membelakangi Reaction Timer Center.

    4) Mouse Respon diarahkan dengan Tester menghadap ke responden, kedua

    alat diusahakan sejajar.

    5) Tombol Cahaya atau Tombol Suara pada Reaction Timer Center ditekan

    (dipilih) sesuai dengan apa yang akan diukur.

    6) Tombol mulai pada Reaction Timer Center ditekan oleh operator untuk

    memberikan rangsang.

    7) Mouse Respon ditekan dengan cepat oleh responden setelah melihat

    cahaya atau mendengar suara dari Tester.

  • 17

    8) Angka/nilai respon dari rangsang yang terlihat pada Reaction Timer

    Center dicatat.

    9) Setelah dicatat, alat dikalibrasi dengan cara Tombol Nol pada Reaction

    Timer Center ditekan, kemudian tombol mulai ditekan kembali.

    10) Pengukuran dilakukan sebanyak 20 kali, masing-masing pada respon

    cahaya maupun respon suara.

    11) Setelah pengukuran dilaksanakan sebanyak 20 kali, Nilai pengukurn ke-6

    sampai ke-15 diambil untuk dilakukan perhitungan. Hal ini disebabkan,

    nilai ke-1 sampai ke-5 responden belum konsentrasi atau masih adaptasi,

    sedangkan nilai ke-16 sampai ke-20 kemungkinan responden sudah mulai

    kelelahan.

    12) Pengukuran dilakukan dengan sangat hati-hati, karena alat yang sangat

    sensitif dan rentan terjadi error, pengukuran harus dimulai lagi dari awal

    apabila terjadi error dalam tahap pengukuran.

  • 18

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. HASIL PENGAMATAN

    Dari hasil pengukuran, diperoleh data sebagai berikut :

    Tabel 2

    Hasil Pengukuran Kelelahan Pada Responden dengan Menggunakan

    Reaction Timer Di Laboratorium AVA FKM Unhas Tahun 2012

    No. Pengukuran Pengukuran Cahaya Pengukuran Suara

    1 274,5 350,0

    2 204,4 275,3

    3 175,0 312,4

    4 250,3 212,7

    5 262,9 174,9

    6 388,3 200,0

    7 412,5 175,5

    8 250,3 150,3

    9 350,4 312,8

    10 312,8 212,8

    11 325,3 250,3

    12 175,2 200,5

    13 200,2 150,5

    14 249,8 212,8

    15 250,1 212,7

    16 275,3 225,2

    17 162,8 200,4

    18 225,2 137,7

    19 287,9 125,1

    20 188,1 125,2

    Sumber : Data Primer, 2012

  • 19

    B. PEMBAHASAN

    a. Perhitungan Daya Tangkap Cahaya:

    Rumus Perhitungan:

    Reaksi Cahaya = jumlah hasil percobaan ke-6 sampai ke-15

    10

    Dengan menggunakan rumus diatas, maka:

    =

    Dari hasil pegukuranan kelelahan yang telah dilakukan,

    menunjukkan bahwa intensitas kelelahan tertinggi berada pada pengukuran

    ke-7 yaitu 412,5 m/s, dan diperoleh nilai rata-rata dari pengukuran ke-6

    sampai ke-15 sebesar 291,72 m/s. Berdasarkan pengukuran ini, dinyatakan

    bahwa angka kelelahan responden berada diatas Nilai Ambang Batas

    (NAB) normal yang ditetapkan Balai Hiperkes yang menyatakan bahwa

    NAB kelelahan untuk rangsangan cahaya melalui pengukuran Reaction

    Timer yaitu antara 150-240 ms. Sedangkan hasil pemeriksaan responden

    menunjukkan angka 291,72 ms. Sehingga responden dapat dinyatakan

    dalam keadaan kelelahan kerja ringan (interval 240-410 ms).

    Berdasarkan hasil pengukuran di atas, nilai yang dihasilkan tidak

    terlalu berbahaya bagi responden, karena masih dalam taraf kelelahan

    ringan, pemulihan akan segera terjadi apabila responden telah beristirahat.

  • 20

    b. Perhitungan Daya Tangkap Suara:

    Rumus Perhitungan:

    Reaksi Suara = jumlah hasil percobaan ke-6 sampai ke-15

    10

    Dengan menggunakan rumus diatas, maka:

    Dari hasil pegukuranan kelelahan yang telah dilakukan,

    menunjukkan bahwa intensitas kelelahan tertinggi berada pada pengukuran

    ke-1 yaitu 350,0 m/s, dan diperoleh nilai rata-rata dari pengukuran ke-6

    sampai ke-15 sebesar 207,8 m/s. Berdasarkan pengukuran ini, dinyatakan

    bahwa angka kelelahan responden berada di batas normal yang ditetapkan

    Balai Hiperkes tahun 2004 yang menyatakan bahwa NAB kelelahan untuk

    rangsangan cahaya melalui pengukuran Reaction Timer yaitu antara 150-

    240 ms. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa responden masih dalam

    taraf aman, karena intensitas kelelahan yang masih normal. Dimana

    kelelahan ini tidak akan menimbulkan efek yang berbahaya bagi

    responden, dibandingkan dengan intensitas kelelahan yang dialami oleh

    responden.

  • 21

    BAB IV

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari pengukuran ini adalah

    sebagai berikut :

    1. Peneliti sudah mampu menggunakan alat Reaction Timer.

    2. Adapun intensitas kelelahan responden berupa rangsang cahaya maupun

    suara, diperoleh hasil sebagai berikut:

    a. Cahaya = 291,72 m/s

    b. Suara = 207,8 m/s

    3. Berdasarkan hasil pengukuran dengan respon cahaya maka responden I

    dinyatakan mengalami kelelahan ringan, sedangkan hasil pengukuran

    dengan respon suara maka responden II masih dalam keadaan normal, dan

    tidak memiliki efek berbahaya bagi responden.

    B. Saran

    Diperlukan ketelitian dalam menggunakan alat ini, karena alat ini

    sangat sensitif, sehingga rentan terjadi error dalam pengukuran.

    Bagi responden yang terdeteksi kelelahan ringan hingga berat,

    disarankan untuk beristirahat untuk pemulihan kondisi fisik dan psikologi.