pengaruh pemberian amelioran pada perkebunan...

12
225 PENGARUH PEMBERIAN AMELIORAN PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI LAHAN GAMBUT PROVINSI JAMBI TERHADAP EMISI CO2 EFFECT OF AMELIORANT APPLICATION ON CO2 EMISSION FROM PEATLAND UNDER OIL PALM PLANTATION IN JAMBI Terry Ayu Adriany 1 , A. Wihardjaka 1 , Prihasto Setyanto 1 , Salwati 2 1 Balai Penelitian Lingkungan Pertanian. Jl. Jakenan-Jaken Km. 5 Jakenan, Pati 59182 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. Jl. Samarinda Paal Lima Kotabaru Jambi Abstrak. Pemberian amelioran di lahan gambut diharapkan dapat menekan emisi GRK dan memperbaiki produktivitas tanah gambut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian amelioran terhadap emisi CO 2 pada perkebunan kelapa sawit di lahan gambut di Provinsi Jambi. Penelitian dilakukan di Arang-arang, Kecamatan Kumpeh Hulu, Kabupaten Muara Jambi, Provinsi Jambi pada bulan Juli 2013 sampai Juni 2014. Lokasi penelitian merupakan perkebunan rakyat yang ditanami tanaman kelapa sawit dengan jarak tanam 9 m x 7 m dan umur tanaman 6 - 7 tahun. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan amelioran yang diterapkan adalah (1) pemberian pupuk dasar (kontrol), (2) pupuk gambut, (3) tandan kosong kelapa sawit, dan (4) pupuk kandang. Pengambilan contoh gas CO 2 dilakukan dengan metode sungkup tertutup setiap bulan sekali. Parameter yang diamati adalah fluks CO 2, suhu dan headspace dalam sungkup. Hasil penelitian menunjukkan pemberian bahan amelioran pada perkebunan kelapa sawit di lahan gambut di piringan tanaman kelapa sawit memberikan pengaruh nyata terhadap penurunan emisi CO 2 . Emisi CO 2 tertinggi sampai terendah yang dihasilkan di piringan tanaman terturut-turut yaitu kontrol (24,56 ton ha -1 tahun -1 ), pupuk gambut (22,51 ton ha -1 tahun -1 ), pupuk kandang (17,58 ton ha -1 tahun -1 ), dan tandan kosong kelapa sawit (15,12 ton ha -1 tahun -1 ). Pengaruh pemberian bahan amelioran di antara tanaman kelapa sawit tidak nyata menurunkan emisi CO 2 . Pemberian amelioran dapat digunakan sebagai usaha peningkatan produktivitas tanah gambut dan dapat sebagai upaya mitigasi emisi CO 2 pada perakaran tanaman kelapa sawit. Kata kunci: Emisi CO 2 , amelioran, lahan gambut, kelapa sawit. Abstract. Ameliorant application on peatland is aimed to reduce greenhouse gases (GHGs) emissions and to improve peat productivity. The purpose of this study was to determine the effect of ameliorant application on CO 2 emissions in peatland planted of oil palm at Jambi province. The experiment was conducted at Arang-arang, Kumpeh Hulu Sub-District, Muara Jambi District, Jambi Province in July 2013 to June 2014. The experiment used farmer's oil palm plantations which be planted with a 16

Upload: ngolien

Post on 05-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PEMBERIAN AMELIORAN PADA PERKEBUNAN …jambi.litbang.pertanian.go.id/ind/images/PDF/wati2.pdf · pengaruh nyata terhadap penurunan emisi CO 2. ... Di sisi lain pembukaan

225

PENGARUH PEMBERIAN AMELIORAN PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI LAHAN GAMBUT PROVINSI JAMBI TERHADAP EMISI CO2

EFFECT OF AMELIORANT APPLICATION ON CO2 EMISSION FROM PEATLAND UNDER OIL PALM PLANTATION IN JAMBI

Terry Ayu Adriany1, A. Wihardjaka1, Prihasto Setyanto1, Salwati2

1 Balai Penelitian Lingkungan Pertanian. Jl. Jakenan-Jaken Km. 5 Jakenan, Pati 59182

2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. Jl. Samarinda Paal Lima Kotabaru Jambi

Abstrak. Pemberian amelioran di lahan gambut diharapkan dapat menekan

emisi GRK dan memperbaiki produktivitas tanah gambut. Tujuan penelitian

ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian amelioran terhadap emisi

CO2 pada perkebunan kelapa sawit di lahan gambut di Provinsi Jambi.

Penelitian dilakukan di Arang-arang, Kecamatan Kumpeh Hulu, Kabupaten

Muara Jambi, Provinsi Jambi pada bulan Juli 2013 sampai Juni 2014.

Lokasi penelitian merupakan perkebunan rakyat yang ditanami tanaman

kelapa sawit dengan jarak tanam 9 m x 7 m dan umur tanaman 6 - 7 tahun.

Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 4

perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan amelioran yang diterapkan adalah (1)

pemberian pupuk dasar (kontrol), (2) pupuk gambut, (3) tandan kosong

kelapa sawit, dan (4) pupuk kandang. Pengambilan contoh gas CO2

dilakukan dengan metode sungkup tertutup setiap bulan sekali. Parameter

yang diamati adalah fluks CO2, suhu dan headspace dalam sungkup. Hasil

penelitian menunjukkan pemberian bahan amelioran pada perkebunan

kelapa sawit di lahan gambut di piringan tanaman kelapa sawit memberikan

pengaruh nyata terhadap penurunan emisi CO2. Emisi CO2 tertinggi sampai

terendah yang dihasilkan di piringan tanaman terturut-turut yaitu kontrol

(24,56 ton ha-1

tahun-1

), pupuk gambut (22,51 ton ha-1

tahun-1

), pupuk

kandang (17,58 ton ha-1

tahun-1

), dan tandan kosong kelapa sawit (15,12 ton

ha-1

tahun-1

). Pengaruh pemberian bahan amelioran di antara tanaman

kelapa sawit tidak nyata menurunkan emisi CO2. Pemberian amelioran

dapat digunakan sebagai usaha peningkatan produktivitas tanah gambut dan

dapat sebagai upaya mitigasi emisi CO2 pada perakaran tanaman kelapa

sawit.

Kata kunci: Emisi CO2, amelioran, lahan gambut, kelapa sawit.

Abstract. Ameliorant application on peatland is aimed to reduce

greenhouse gases (GHGs) emissions and to improve peat productivity. The

purpose of this study was to determine the effect of ameliorant application

on CO2 emissions in peatland planted of oil palm at Jambi province. The

experiment was conducted at Arang-arang, Kumpeh Hulu Sub-District,

Muara Jambi District, Jambi Province in July 2013 to June 2014. The

experiment used farmer's oil palm plantations which be planted with a

16

Page 2: PENGARUH PEMBERIAN AMELIORAN PADA PERKEBUNAN …jambi.litbang.pertanian.go.id/ind/images/PDF/wati2.pdf · pengaruh nyata terhadap penurunan emisi CO 2. ... Di sisi lain pembukaan

Terry Ayu Adriany et al.

226

spacing of 9 m x 7 m and plant age 6 - 7 years. The experiment used a

randomized block design (RBD) with 4 treatments and 4 replications. The

treatments were (1) base fertilizer application (control), (2) peat fertilizer

(pugam), (3) and oil palm empty fruit bunches (tankos) (4) farmyard

manure (pukan). Gas samples were taken using closed chamber technique

every month in the morning and afternoon. Parameters observed were CO2

flux, temperature and headspace in the chamber. The results showed that

ameliorant application on oil palm plantations in peatland significantly

reduce CO2 emissions. CO2 emissions sequence from the highest to the

lowest around the palm were for base fertilizer application (24.56 ton ha-1

year-1

), pugam (22.51 ton ha-1

year-1

), pukan (17.58 ton ha-1

year-1

), and

tankos (15.12 ton ha-1

year-1

). However, ameliorant application on area

between oil palms was not significantly decreased CO2 emissions.

Ameliorant application could be used to increase soil productivity and to

reduce CO2 emissions on peatlands.

Keywords: CO2 emissions, ameliorant, peatland, oil palm.

PENDAHULUAN

Keterbatasan lahan produktif, peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan kebutuhan

pangan mendorong pemanfaatan lahan marjinal sebagai perluasan areal pertanian. Lahan

gambut merupakan salah satu lahan marjinal yang memiliki potensi untuk perluasan lahan

pertanian (ekstensifikasi). Luas lahan gambut di Indonesia yaitu 14,9 juta hektar (Ritung

et al., 2011). Pemanfaatan lahan gambut sebagai lahan pertanian memiliki dilema yang

harus dihadapi. Kebutuhan akan pangan, pengembangan bioindustri dan pengembangan

ekonomi menyebabkan pembukaan lahan gambut. Di sisi lain pembukaan dan pengolahan

lahan gambut tanpa memperhatikan aspek lingkungan dapat memberikan ancaman lebih

besar terhadap emisi gas rumah kaca (GRK) dari lahan tersebut. Lahan gambut pada

kondisi alami merupakan penyimpan (sink) karbon yang stabil dengan laju dekomposisi

yang menghasilkan GRK relatif seimbang dengan penyerapan oleh vegetasi alami dalam

bentuk CO2. Apabila kondisi alami pada lahan gambut terganggu akan mempercepat

proses dekomposisi, sehingga karbon yang tersimpan tersebut teremisi membentuk gas

rumah kaca (GRK) terutama CO2. Emisi GRK yang berhubungan dengan alih fungsi

lahan dan pengelolaan lahan gambut mendekati 50% dari emisi nasional Indonesia

(Hooijer et al., 2006). Tanah gambut merupakan penyumbang emisi CO2 yang tinggi

(Langeveld et al., 1997).

Perkebunan kelapa sawit diyakini dapat meningkatkan emisi GRK dengan tingkat

emisi tertinggi di antara tanaman perkebunan lainnya. Hasil penelitian Marwanto dan

Agus (2014) menunjukkan bahwa emisi CO2 di lahan gambut dengan vegetasi tanaman

kelapa sawit di Jambi dengan menggunakan Infrared Gas Analyzer (IRGA) adalah 46 ±

30 ton ha-1

tahun-1

. Oleh karena itu, diperlukan upaya mitigasi GRK di lahan gambut

Page 3: PENGARUH PEMBERIAN AMELIORAN PADA PERKEBUNAN …jambi.litbang.pertanian.go.id/ind/images/PDF/wati2.pdf · pengaruh nyata terhadap penurunan emisi CO 2. ... Di sisi lain pembukaan

Pengaruh Pemberian Amelioran pada Perkebunan Kelapa Sawit

227

untuk menekan emisi GRK yang dapat menelan laju pemanasan global. Salah satu upaya

mitigasi GRK di lahan gambut adalah dengan pemberian bahan amelioran. Bahan

amelioran merupakan bahan yang dapat ditambahkan ke dalam tanah sehingga dapat

meningkatkan kesuburan tanah melalui perbaikan kondisi fisik, kimia tanah, dan biologi

tanah. Pemberian amelioran pada tanah gambut digunakan untuk menekan tingginya

kemasaman tanah dan rendahnya kesuburan tanah untuk meningkatkan produktivitas

lahan gambut (Barchia, 2006).

Beberapa jenis amelioran yang dapat menekan emisi GRK di lahan gambut adalah

pupuk gambut (pugam), pupuk kandang (pukan), hasil kompos tandan kosong kelapa

sawit (tankos), tanah mineral, dan dolomit. Beberapa bahan amelioran mengandung

kation polivalen seperti Fe3+

, Cu2+

, Al3+

, Zn2+

, dan Mg2+

yang dapat mengkhelat asam

organik dalam tanah gambut, sehingga laju dekomposisi gambut dikurangi dan pelepasan

gas rumah kaca dapat ditekan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

pemberian beberapa bahan amelioran terhadap penurunan emisi CO2 pada perkebunan

kelapa sawit di lahan gambut di Provinsi Jambi.

BAHAN DAN METODE

Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan di Desa Arang-arang Kecamatan Kumpeh Hulu,

Kabupaten Muara Jambi, Provinsi Jambi pada bulan Juli 2013 sampai Juni 2014. Lokasi

penelitian terletak pada titik kordinat S 01o40’55,1” dan E 103

o49’07.3” yang merupakan

perkebunan rakyat kelapa sawit sejak tahun 2005 dan berasal dari konversi hutan gambut

sekunder menjadi lahan perkebunan kelapa sawit. Total luasan petak percobaan yang

diperlakukan amelioran adalah 2,4 ha. Gambut di lokasi penelitian mempunyai ketebalan

gambut ± 2,24 m dengan tipe kematangan gambut saprik. Tanaman kelapa sawit yang

digunakan dalam penelitian berumur 6 - 7 tahun dengan jarak tanam 9 m x 7 m. Di antara

tanaman kelapa sawit dilakukan penanaman nenas pada bulan Sepetember 2013 dengan

jarak tanam 1,5 m x 1,75 m.

Rancangan Percobaan dan Perlakuan

Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok dengan empat perlakuan dan

empat ulangan. Perlakuan amelioran terdiri atas kontrol, pupuk gambut (pugam), tandan

kosong kelapa sawit (tankos) yang dikomposkan, dan pupuk kandang ayam (pukan).

Pemberian amelioran dilakukan dua kali yaitu tanggal 25 Juli 2013 dan 21-30 Januari

2014. Dosis pemberian amelioran dan pupuk pada lahan kelapa sawit disajikan pada Tabel

1.

Page 4: PENGARUH PEMBERIAN AMELIORAN PADA PERKEBUNAN …jambi.litbang.pertanian.go.id/ind/images/PDF/wati2.pdf · pengaruh nyata terhadap penurunan emisi CO 2. ... Di sisi lain pembukaan

Terry Ayu Adriany et al.

228

Tabel 1. Dosis amelioran dan pupuk yang digunakan dalam penelitian.

Perlakuan

Dosis pemberian amelioran dan pupuk (kg pohon-1)

Pemberian I

(25 Juli 2013)

Pemberian II

(25-30 Januari 2014)

Amelioran

Kontrol - -

Pupuk gambut (pugam) 5 3

Pupuk kandang (pukan) 10 6

Tandan kosong kelapa sawit

(tankos) 15 9

Pupuk Dasar

Urea 2 2

SP36 2 2

KCl 2.5 2.5

Kieserit (MgSO4.H2O) 1.2 -

Pupuk Mikro

CuSO4 0.15 -

ZnSO4 0.15 -

Borax (Na2B4O7.10H2O) 0.30 -

Keterangan: Semua perlakuan diberi pupuk dasar SP-36 kecuali perlakuan pupuk gambut (pugam).

Pengukuran Gas Rumah Kaca (GRK)

Secara garis besar pengukuran GRK (CO2) terdiri atas dua tahapan, yaitu

pengambilan contoh gas. Contoh gas dianalisis menggunakan Portabel Mikro GC Varian

CP-4900. Contoh gas diambil dengan metode sungkup tertutup (close chamber technique)

yang diadopsi dari IAEA (1993). Contoh gas diambil setiap bulan sekali pada pagi hari

(jam 06.00-09.00 WIB) dan siang hari (12.00-15.00 WIB) dengan interval pengambilan

contoh (3, 6, 9, 12, 15, 18, 21 menit). Sebelum peletakan sungkup, penampang sungkup

diletakkan secara permanen di lokasi yang akan diambil contoh gasnya. Sungkup yang

digunakan berukuran 50 cm x 50 cm x 30 cm untuk daerah piringan tanaman kelapa sawit

dan 50 cm x 15 cm x 30 cm untuk daerah antara tanaman kelapa sawit. Sungkup

dilengkapi oleh fan (kipas) untuk menghomogenkan udara, termometer untuk mengetahui

suhu di dalam sungkup, dan jarum suntik dengan ukuran 10 ml yang dibungkus dengan

kertas perak. Parameter yang diamati adalah fluks dan emisi CO2, suhu dan headspace di

dalam sungkup pada saat pengambilan sampel. Contoh gas dianalisis konsentrasinya

dengan alat kromatografi gas Portabel Mikro GC CP-4900 yang dilengkapi dengan

detektor TCD (thermal conductivity detector). Gas pembawa (carrier gas) yang

digunakan adalah Helium UHP (ultra high purity) degan kemurnian 99,99%. Fluks (F)

Page 5: PENGARUH PEMBERIAN AMELIORAN PADA PERKEBUNAN …jambi.litbang.pertanian.go.id/ind/images/PDF/wati2.pdf · pengaruh nyata terhadap penurunan emisi CO 2. ... Di sisi lain pembukaan

Pengaruh Pemberian Amelioran pada Perkebunan Kelapa Sawit

229

dari gas CO2 yang lepas dari satu luasan tanah gambut dihitung berdasarkan persamaan

yang diadopsi dari IAEA (1993) sebagai berikut:

dc Vch mW 273,2

F = x x x

dt Ach mV (273,2+T)

Keterangan :

F : Fluks gas CO2 (mg m-2

hari-1

), emisi gas CO2 (ton ha-1

tahun-1

)

dc/dt : Perbedaan konsentrasi CO2 per waktu (ppm menit-1

)

Vch : Volume sungkup (m3)

Ach : Luas sungkup (m2)

mW : Berat molekul CO2 (g)

mV : Volume molekul CO2 (l)

T : Temperatur rata-rata di dalam sungkup saat pengambilan contoh gas (oC)

Analisis Data

Data emisi CO2 dianalisis statistik dengan sidik ragam untuk mengetahui pengaruh

perlakuan dan dilanjutkan dengan uji t-Test (LSD) dengan tingkat kepercayaan 95%.

Analisis data statistik menggunakan software SAS (system analysis statistic) versi 9.1.3

(SAS, 2005).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Fluks CO2 Harian di Piringan dan Antara Tanaman Kelapa Sawit

Gambar 1. memperlihatkan keragaman fluks CO2 antar perlakuan di piringan

tanaman dan antara tanaman kelapa sawit dan tinggi muka air pada saat pengambilan

contoh gas. Fluks CO2 di piringan tanaman kelapa sawit lebih tinggi dibandingkan di

antara tanaman kelapa sawit yang ditanami nenas dengan tinggi muka air yang seragam

pada setiap pengamatan. Secara umum fluks CO2 akan meningkat seiring dengan

kedalaman tinggi muka air tanah. Namun, hasil penelitian Jauhiainen et al., (2008)

menyatakan bahwa hubungan antara kedalaman air dengan laju emisi tidak selalu linear.

Page 6: PENGARUH PEMBERIAN AMELIORAN PADA PERKEBUNAN …jambi.litbang.pertanian.go.id/ind/images/PDF/wati2.pdf · pengaruh nyata terhadap penurunan emisi CO 2. ... Di sisi lain pembukaan

Terry Ayu Adriany et al.

230

Gambar 1. Rata-rata fluks CO2 di piringan dan antara tanaman kelapa sawit (Pugam =

pupuk gambut, Tankos = tandan kosong kepala sawit, Pukan = pupuk kandang, Garis

terputus menunjukkan waktu pemberian amelioran).

Perbedaan fluks CO2 yang dihasilkan di piringan dan antara tanaman kelapa sawit

menunjukkan adanya perbedaan laju respirasi perakaran tanaman. Laju respirasi di

piringan kelapa sawit melepaskan CO2 lebih tinggi dibandingkan di antara tanaman

kelapa sawit. Dariah et al., (2013) melaporkan bahwa perbedaan distribusi perakaran

tanaman dan pemberian pupuk di sekitar tanaman mempengaruhi fluks CO2 yang

dihasilkan. Semakin rapat distribusi perakaran tanaman dan pemberian pupuk di daerah

sekitar perakaran akan meningkatkan pelepasan CO2 dari hasil respirasi perakaran

tanaman dan aktivitas mikroba tanah.

Selain adanya pengaruh faktor tinggi muka air tanah dan laju respirasi perakaran

tanaman, ketersediaan bahan organik di dalam tanah juga akan mempengaruhi fluks CO2

yang dihasilkan. Rata-rata fluks CO2 pada pemberian amelioran I dan II tampak

mengalami peningkatan secara signifikan di piringan tanaman dan antara tanaman kelapa

sawit yang ditanami nenas. Pemberian bahan amelioran berperan sebagai bahan

pembenah tanah sekaligus sumber karbon atau energi bagi mikroorganisme dalam

melakukan aktivitasnya, serta dapat menambah ketersediaan unsur hara bagi pertumbuhan

tanaman (Tabel 2). Pemberian amelioran bertujuan untuk memperbaiki kesuburan tanah

gambut juga dapat memacu emisi karena ameliorasi akan menurunkan rasio C/N dan

memacu dekomposisi tanah gambut (Widyati, 2011). Kandungan bahan organik di dalam

tanah berkorelasi positif dengan emisi CO2 yang dihasilkan dari dalam tanah (Irawan &

Page 7: PENGARUH PEMBERIAN AMELIORAN PADA PERKEBUNAN …jambi.litbang.pertanian.go.id/ind/images/PDF/wati2.pdf · pengaruh nyata terhadap penurunan emisi CO 2. ... Di sisi lain pembukaan

Pengaruh Pemberian Amelioran pada Perkebunan Kelapa Sawit

231

June, 2011). Bahan organik merupakan sumber energi bagi mikroorganisme dalam proses

respirasi yang menghasilkan CO2. Selain kandungan bahan organik, peningkatan fluks

CO2 dipengaruhi oleh ketersediaan oksigen pada kondisi aerob di dalam tanah sebagai

hasil dari dekomposisi tanah gambut (Kechavarzi et al., 2007). Pembentukan gas CO2

terjadi dalam kondisi aerob, dimana mikroorganisme dekomposer seperti bakteri dan

jamur dapat beraktivitas secara optimal.

Tabel 2. Hasil analisis bahan amelioran yang digunakan dalam penelitian.

Parameter Unit Pugam Pukan Kompos Tankos

pH H2O (1:5)

8,6 8.5 7.0

Kadar Air % 3,8 70.08 55.89

As. Humat % - 1.37 1.43

As. Fulfat % - 1.60 2.42

C-Organik % - 6.13 19.23

NH4 % - 0.06 0.15

NO3 % - 0.03 0.08

C/N % - 12 11

P2O5 % 13,15 0.56 4.75

K2O % 0,08 0.49 0.45

Ca % 18,9 0.72 1.29

Mg % 6,53 0.33 0.80

S % 0,56 0.10 0.20

Sumber: BPTP Jambi

Fluks CO2 Harian pada Pagi dan Siang Hari

Rata-rata fluks CO2 pada pagi dan siang dari semua perlakuan terlihat pada

Gambar 2. Rata-rata fluks CO2 pada pagi hari lebih rendah dibandingkan siang hari. Suhu

rata-rata dalam sungkup pada siang hari berkisar 35 – 50oC dan lebih tinggi dibandingkan

pada pagi hari yang berkisar 20 – 30oC. Tingginya suhu dalam sungkup merupakan faktor

yang mempengaruhi konsentrasi CO2 yang dihasilkan. Makin tinggi suhu tanah

menyebabkan makin tinggi fluks CO2 yang dihasilkan. Suhu tanah berpengaruh terhadap

reaksi fisiologi mikroba tanah dan karakteristik fisika-kimia tanah, misalnya volume

tanah, tekanan, potensi reduksi-oksidasi, difusi, viscositas, struktur tanah, dan tekanan

permukaan. Suhu yang meningkat dapat menyebabkan terjadinya percepatan reaksi

metabolisme oleh mikroorganisme seperti aktivitas enzim. Suhu tanah memiliki korelasi

positif terhadap fluks CO2 pada tanaman kelapa sawit (Melling et al., 2013).

Page 8: PENGARUH PEMBERIAN AMELIORAN PADA PERKEBUNAN …jambi.litbang.pertanian.go.id/ind/images/PDF/wati2.pdf · pengaruh nyata terhadap penurunan emisi CO 2. ... Di sisi lain pembukaan

Terry Ayu Adriany et al.

232

Gambar 2. Rata-rata fluks CO2 pada pagi dan siang hari dengan pemberian amelioran

yang berbeda (Pugam = pupuk gambut, Tankos = tandan kosong kepala sawit, Pukan =

pupuk kandang).

Perlakuan tanpa pemberian amelioran (kontrol) menghasilkan rata-rata fluks CO2

tertinggi pada pagi hari yaitu 5.256 mg m-2

hari-1

dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

Pemberian amelioran selain memperbaiki produktivitas gambut juga dapat menekan emisi

GRK. Kandungan kation polivalen dan unsur mikro yang terkandung dalam bahan

amelioran berfungsi untuk menetralisasi asam organik beracun dalam gambut. Kation

polivalen berfungsi dalam khelasi asam organik sehingga tanah gambut lebih stabil, laju

dekomposisi berkurang dan emisi GRK turun (Subiksa, 2010). Namun, berbeda dengan

rata-rata fluks CO2 pada siang hari yang tertinggi ditunjukkan pada perlakuan pupuk

gambut (pugam) yaitu 6.486 mg m-2

hari-1

. Pugam merupakan bahan amelioran yang

banyak mengandung bahan organik serta unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan

bagi pertumbuhan tanaman. Pemberian pugam yang kaya akan unsur hara dan suhu yang

lebih tinggi pada siang hari meningkatkan aktivitas mikroba tanah dan meningkatkan rata-

rata fluks CO2. Pemberian amelioran tandan kosong kelapa sawit (tankos) menghasilkan

rata-rata fluks CO2 terendah baik pada pagi maupun siang hari dengan fluk masing-

masing sebesar 3.494 mg m-2

hari-1

dan 3.892 mg m-2

hari-1

.

Total Emisi CO2

Emisi CO2 yang dihasilkan di piringan tanaman kelapa sawit lebih tinggi

dibandingkan di antara tanaman kelapa sawit pada semua perlakuan (Gambar 3).

Respirasi pada zona perakaran pada perkebunan kelapa sawit di lahan gambut

menghasilkan emisi CO2 lebih tinggi dibanding di luar zona perakaran, yaitu sekitar 38%

Page 9: PENGARUH PEMBERIAN AMELIORAN PADA PERKEBUNAN …jambi.litbang.pertanian.go.id/ind/images/PDF/wati2.pdf · pengaruh nyata terhadap penurunan emisi CO 2. ... Di sisi lain pembukaan

Pengaruh Pemberian Amelioran pada Perkebunan Kelapa Sawit

233

dari emisi gas CO2 merupakan hasil respirasi akar (Handayani, 2010). Semakin dekat

jarak pengukuran GRK dengan tanaman kelapa sawit, semakin tinggi fluks CO2 yang

dihasilkan dari respirasi akar tanaman (Dariah et al., 2014). Emisi CO2 di piringan kelapa

sawit dari yang tertinggi sampai terendah secara berurutan adalah kontrol, pugam, pukan,

dan tankos, sedangkan di antara tanaman kelapa sawit yang ditanami nenas urutan emisi

tertinggi sampai terendah adalah pukan, pugam, kontrol, dan tankos.

Gambar 3. Emisi CO2 di piringan dan antara tanaman kelapa sawit (Pugam = pupuk

gambut, Tankos = tandan kosong kepala sawit, Pukan = pupuk kandang).

Pemberian bahan amelioran pada perkebunan kelapa sawit di piringan tanaman

memberikan pengaruh nyata terhadap emisi CO2. Sedangkan pemberian amelioran di

antara tanaman kelapa sawit menghasilkan emisi CO2 yang tidak berbeda nyata antara

perlakuan. Emisi CO2 dari tanah merupakan hasil intergrasi beberapa faktor antara lain

aktivitas respirasi mikroorganisme tanah dan hasil respirasi rizosfer tanaman (Ding et al.,

2007). Faktor lain yang mempengaruhi besarnya emisi CO2 dari tanah adalah suhu tanah,

kelembaban tanah, kedalaman muka air tanah, pemupukkan, tipe vegetasi dan kualitas

tanah, aktivitas dan biomassa mikroba serta pengelolaan tanah.

Tabel 3. Persentase penurunan emisi CO2 dari pemberian bahan amelioran di lahan

gambut di Jambi.

Perlakuan

Rata-rata Emisi CO2

(ton ha-1 tahun-1) % Penurunan Emisi CO2

Piringan Antara tanaman Piringan Antara

tanaman

Kontrol 24,56 a 12,50 a - -

Pupuk gambut (pugam) 22,51 ab 16,88 a 8 -35

Tandan kosong kelapa sawit (tankos) 15,12 c 10,01 a 38 20

Pupuk kandang (pukan) 17,84 cb 15,84 a 27 -27

Angka dalam lajur sama diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5%

menurut uji t-Test

Page 10: PENGARUH PEMBERIAN AMELIORAN PADA PERKEBUNAN …jambi.litbang.pertanian.go.id/ind/images/PDF/wati2.pdf · pengaruh nyata terhadap penurunan emisi CO 2. ... Di sisi lain pembukaan

Terry Ayu Adriany et al.

234

Tanpa pemberian amelioran (kontrol) menghasilkan emisi CO2 tertinggi di piringan

tanaman yaitu sebesar 24,56 ton ha-1

tahun-1

. Sedangkan di antara tanaman kelapa sawit

pemberian amelioran pupuk gambut (pugam) menghasilkan emisi CO2 tertinggi yang

sebesar 16,88 ton ha-1

tahun-1

. Emisi CO2 terendah dihasilkan perlakuan amelioran tandan

kosong kelapa sawit (tankos) di piringan 15,12 ton ha-1

tahun-1

dengan persentase

penurunan emisi CO2 38% dan di antara tanaman kelapa sawit 10,01 ton ha-1

tahun-1

dengan persentase penurunan emisi CO2 20% (Tabel 3). Tankos merupakan bahan

amelioran berupa kompos dari tandan kosong kelapa sawit yang dicampur dengan pupuk

kandang dan dolomit dengan perbandingan 100 : 30 : 5 yang dikomposkan selama 3 bulan

(BPTP Jambi, 2013). Hasil penelitian yang terdahulu di lokasi yang sama dengan umur

tanaman kelapa sawit 3 - 5 tahun pada piringan tanaman menunjukkan bahwa pemberian

amelioran pukan mampu menurunkan emisi CO2 sebesar 26,6%, tanah mineral 13,5%,

tankos 6,5% dan pugam A 5,7% dari perlakuan kontrol (Susilowati et al., 2012).

Ketersediaan tandan kosong kelapa sawit yang melimpah di perkebunan sawit sebagai

limbah dapat dimanfaatkan secara optimal dengan membuat kompos tankos sebagai bahan

amelioran. Kombinasi tandan kosong kelapa sawit, pukan, dan dolomit menjadi kompos

tankos diyakini dapat menurunkan emisi CO2 di lahan gambut yang ditanami kelapa

sawit.

KESIMPULAN

Pemberian bahan amelioran pada perkebunan kelapa sawit di lahan gambut

Jambi nyata menurunkan emisi CO2 di piringan tanaman kelapa sawit. Pemberian

amelioran tandan kosong kelapa sawit menghasilkan emisi CO2 terendah sebesar 15,12

ton ha-1

tahun-1

di piringan tanaman dan 10,01 ton ha-1

tahun-1

di antara tanaman kelapa

sawit. Penurunan emisi CO2 dari pemberian amelioran tankos adalah 38% di piringan

tanaman dan 20% di antara tanaman kelapa sawit dibandingkan dengan kontrol.

Pemberian bahan amelioran di antara tanaman kelapa sawit tidak memberikan pengaruh

nyata terhadap penurunan emisi CO2.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada ICCTF dalam kegiatan kerjasama

penelitian antara Badan Litbang Pertanian dengan BAPPENAS atas dukungan biaya

penelitian. Selain itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada tim kelompok peneliti

emisi dan absorbsi gas rumah kaca (EAGRK) Balai Penelitian Lingkungan Pertanian dan

tim pengukuran gas rumah kaca di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi atas

bantuannya dalam pelaksanaan penelitian ini.

Page 11: PENGARUH PEMBERIAN AMELIORAN PADA PERKEBUNAN …jambi.litbang.pertanian.go.id/ind/images/PDF/wati2.pdf · pengaruh nyata terhadap penurunan emisi CO 2. ... Di sisi lain pembukaan

Pengaruh Pemberian Amelioran pada Perkebunan Kelapa Sawit

235

DAFTAR PUSTAKA

Barchia, M.F. 2006. Gambut. Agroekosistem dan Transformasi Karbon. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

BPTP Jambi. 2013. Leaflet: Teknologi Pembuatan Kompos Tandan Kosong Kelapa

Sawit. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Jambi.

Dariah, A., F. Agus, E. Susanti, and Jubaedah. 2013. Relationship between distance

sampling and carbon dioxide emission under oil palm plantation. Journal Tropica

Soils. 18(2). ISSN: 0852-257X.

Dariah, A., S. Marwanto, and F. Agus. 2014. Root-and peat-based CO2 emissions from oil

palm plantations. Mitigation Adaptation Strategi Global Change 19: 831–843.

Ding, W., Lei Meng, Yunfeng Yin, Zucong Cai, and Xunhua Zheng. 2007. CO2 emission

in an intensively cultivated lLam as affected by long-term application of organic

manure and nitrogen fertilizer. Soil Biology and Biochemistry 3: 669-679.

Handayani, E. Meine V. Noowidwijk, K. Idris, S. Sabiham, and S. Djuniwati. 2010. The

Effet of various water table depth on CO2 emission at oil palm plantation on West

Aceh Peat. J. Trop. Soils. 15(3): 255-260.

Hooijer, A., M. Silvius, H. Wosten, and S. Page. 2006. PEAT-CO2, Assessment of CO2

Emissions from Drained Peatlands in SE Asia, Delft Hydraulics report Q3943.

IAEA. 1993. Manual on Measurement of Methane and Nitrous Oxide Emission from

Agricultural Vienna: International Atomic Energy Agency (IAEA).

Irawan, A., dan T. June, 2011. Hubungan iklim mikro dan bahan organik tanah dengan

emisi CO2 dari pembukaan tanah di hutan alam Babahaleka Taman Nasional

Lore Lindu, Sulawesi Tengah. Jurnal Agricultural Metelorogi 25(1): 1-8.

Jauhiainen, J., S. Limin, H. Silvennoinen, and H. Vasander. 2008. Carbon dioxide and

methane fluxes in drained tropical peat before and after hydrological restoration.

Ecology. 89(12): 3503-3514.

Kechavarzi, C., Q. Dawson, P.B. Leeds-Harrison, J. SzatyLowicz, and T. Gnatowski.

2007. Water-table management in lowland UK peat soils and its potential impact

on CO2 emission. Soil Use Management 23: 359-367.

Langeveld, CA., R. Segers, B.O.M. Dirks, A. Van den Pol-van Dasselar, G.L. Velthof,

and A. Hensen, 1997. Emissions of CO2, CH4, and N2O from pasture on drained

peat soils in the Netherlands. European Journal of Agronomy 7: 35-47.

Marwanto, S., dan F. Agus. 2014. Is CO2 flux from oil palm plantations on peatland

controlled by smil Moisture and/or soil and air temperatures?. Mitigation

Adaptation Strategi Global Change 19: 809–819.

Ritung, S., Wahyunto, K. Nugroho, Sukarman, Hikmatullah, Suparto, dan C.

Tafakresnanto. 2011. Peta Lahan Gambut Indonesia Skala 1 : 250.000. Balai

Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor. Edisi

Desember 2011. ISBN: 978-602-8977-16-6.

Page 12: PENGARUH PEMBERIAN AMELIORAN PADA PERKEBUNAN …jambi.litbang.pertanian.go.id/ind/images/PDF/wati2.pdf · pengaruh nyata terhadap penurunan emisi CO 2. ... Di sisi lain pembukaan

Terry Ayu Adriany et al.

236

SAS Institute Inc. 2005. SAS® 9.1.3 Language Reference: Consepts, Third Edition. Cary

NC. USA. SAS Institute Inc.

Subiksa, I G., Made, 2010. Pengembangan Formula Amelioran dan Pupuk “Pugam”

Spesifik Lahan Gambut Diperkaya Bahan Pengkhelat untuk Meningkatkan

Serapan Hara dan Produksi Tanaman >50% dan Menurunkan Emisi Gas Rumah

Kaca (GRK) >30%. http://km.ristek.go.id/index.php/klasifikasi/detail/20885.

Susilowati., H. L., J. Hendri, D. Nursyamsi, dan P. Setyanto. 2012. Pengaruh pemberian

bahan amelioran terhadap fluks CO2 pada pertanaman kelapa sawit tanah gambut

di perkebunan rakyat Kabupaten Muara Jambi Provinsi Jambi. Prosiding Seminar

Nasional: Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan. Bogor, 4 Mei 2012. ISBN:

978-602-8977-42-5.

Widyati, E. 2011. Kajian optimasi pengelolaan lahan gambut dan isu perubahan iklim.

Tekno Hutan Tanaman. 4(2) : 57 – 68.