pengaruh model pembelajaran deep dialogue and …

83
i PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND CRITICAL THINKING TERHADAP KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 2 KOTA JAMBI SKRIPSI Oleh AWALIA RAHMAH NIM. TM. 151193 PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019

Upload: others

Post on 03-Nov-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

i

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE

AND CRITICAL THINKING TERHADAP KEMAMPUAN

BERFIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA DI

MADRASAH TSANAWIYAH

NEGERI 2 KOTA

JAMBI

SKRIPSI

Oleh

AWALIA RAHMAH

NIM. TM. 151193

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2019

Page 2: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

i

i

Page 3: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

ii

ii

Page 4: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

iii

iii

Page 5: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

iv

iv

Page 6: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

v

v

Page 7: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

vi

vi

PERSEMBAHAN

Puji syukur kuhaturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat-Nya kepadaku, sehingga aku tetap optimis untuk menyelesaikan skripsi ini

dan berharap menggapai kesuksesan dikemudian hari.

Langit takkan indah jika tidak dihiasi dengan kerlap-kerlip bintang

dimalam hari meskipun kadang ditutup kabut awan malam.

Tak jauh berbeda dalam melukiskan warna bahagia dalam gurat wajah ayah, ibu

dan saudaraku tersayang.

Memikul harapan mereka meskipun dihadang tantangan dan hambatan.

Manisnya hasil kerja keras akan terasa apabila semuanya terlalui dengan sabar

meski harus memerlukan pengorbanan.

Kupersembahkan karya kecil ini kepada :

1. Ayahanda M Nawar dan ibunda Multasyam yang selalu memotivasi dan

memanjatkan do‟a kepada putri sulungnya dalam setiap sujudnya.

2. Saudaraku Syakirah Ramadhani dan Salsabila Alfitra yang selalu

memotivasiku, salam sayang untuknya.

3. Sahabat-sahabat ku Dora Aulia Harahap, Endang Supyarni, Reza Anggeraini,

Andi Wahda, Uni Nuni, Siska, iis, yang mensupport dan menemani ketika

susah maupun senang, salam rindu untuknya

4. Sahabat-sahabat seperjuangan dan orang-orang yang mencintai ilmu

pengetahuan.

Page 8: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

vii

vii

MOTTO

م ه ن م فأعرض ع ه ىب ب في قل م لم الل ين يع ذ ك ال ئ ول أ

ب يغا ل م قىلا ب فسه ن م في أ قل له م و وعظه

“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati

mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka

pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa

mereka.” (An-Nisa‟ : 63) (Qur‟an dan terjemahannya: 2003)

Page 9: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

viii

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha „Alim

yang kita tidak mengetahui kecuali apa yang diajarkannya, atas iradahnya hingga

skripsi ini dapat dirampungkan. Shalawat dan salam atas Nabi Muhammad SAW

pembawa risalah pencerahan dan ilmu pengetahuan bagi manusia.

Penelitian skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat

akademik guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Tadris

Matematika Fakultas Tarbiyah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Penulis

menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian skripsi ini melibatkan pihak-pihak

yang telah memberikan motivasi baik moril maupun materil, untuk itu melalui

kolom ini Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor UIN Sulthan Thaha Saifuddin

Jambi.

2. Ibu Dr. Hj. Armida, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

3. Bapak Drs. Sunarto, M.Pd selaku Ketua Prodi Tadris Matematika Fakultas

Tarbiyah dan Keguruan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

4. Bapak Drs. H. Kemas Imron Rosyadi, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I dan

Bapak Abul Walid, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II yang telah

meluangkan waktunya dan mencurahkan pemikirannya demi mengarahkan

peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. H. Imtazmona selaku Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiyah

Negeri 2 Kota Jambi dan Bapak Amir Mahmud, S.Pd selaku guru mata

pelajaran matematika di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Kota Jambi yang

telah memberikan izin untuk mengadakan riset penelitian dan memberikan

kemudahan kepada peneliti untuk memperoleh data dilapangan.

Akhirnya smeoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan dan

amal semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan. Amin Ya Robbal „Aalamiin.

Jambi,04 Oktober 2019

Penulis

Awalia Rahmah

NIM. TM 151193

Page 10: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

ix

ix

ABSTRAK

Nama : Awalia Rahmah

Jurusan : Pendidikan Matematika

Judul : Pengaruh Model Pembelajaran Deep Dialogue And Critical

Thinking Terhadap Kemampuan Berfikir Kritis Matematis

Siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Kota Jambi

Pengaruh Model Deep Dialogue And Critical Thinking Terhadap

Kemampuan Berfikir Kritis Matematis Siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2

Kota Jambi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan

desain Posttest-Only Control Design sedangkan pengumpulan data dilakukan

dengan teknik tes. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII G sebagai kelas

eksperimen berjumlah 28 orang siswa dan siswa kelas VII F sebagai kelas kontrol

berjumlah 29 orang siswa. Data hasil penelitian diperoleh skor tertinggi di kelas

eksperimen adalah 95 dan skor terendah 65 dengan rata-rata 73,46, sedangkan

pada kelas kontrol diperoleh skor tertinggi 79 dan terendah 32 dengan rata-rata

44,69. Berdasarkan perhitungan menggunakan uji t diperoleh = 9,62 dan

pada taraf signifikan 5% diperoleh dan taraf signifikan 1%

= 2,715 dengan demikian 2,005 < 9,62 > 2,715. Sehingga diterima, artinya

bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan berfikir kritis matematis

siswa yang menggunakan model deep dialogue and critical thinking dengan yang

tidak menggunakan model dialogue and critical thinking.

kata Kunci : Kemampuan Berfikir Kritis Matematis , Model dialogue and critical

thinking.

Page 11: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

x

x

ABSTRACT

Name : Awalia Rahmah

Departmant : Mathematics

Title : Effect of deep dialogue and critical thinking Model on Students'

Mathematical critical thinking Ability in Madrasah Tsanawiyah

Negeri 2

The Effect of Deep Dialogue and Critical Thinking Models on Students'

Mathematical Critical Thinking Ability in Madrasah Tsanawiyah Negeri 2, Jambi

City. This research is a quantitative study using Posttest-Only Control Design

while data collection is done by using test techniques. The subjects of this study

were students of class VII G as an experimental class totaling 28 students and

students of class VII F as a control class totaling 29 students. The research data

obtained that the highest score in the experimental class was 95 and the lowest

score was 65 with an average of 73.46, while in the control class the highest score

was 79 and the lowest was 32 with an average of 44.69. Based on calculations

using the t test obtained t_count = 9.62 and at a significant level of 5% obtained t_

(table) = 2.005 and a significant level of 1% t_ (table) = 2.715 thus 2.005 <9.62>

2.715. So that 〖H〗 _ (a) is accepted, it means that there is a significant difference

between the mathematical critical thinking ability of students who use the deep

dialogue and critical thinking models and those who do not use the dialogue and

critical thinking models.

Keywords: Mathematical Critical Thinking Ability, Model dialogue and critical

thinking.

Page 12: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

xi

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

NOTA DINAS ................................................................................................... ii

PERNYATAAN ORISINILITAS ...................................................................... iv

PERSEMBAHAN ............................................................................................. v

MOTTO ............................................................................................................. vi

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii

ABSTRAK ........................................................................................................ viii

ABSTRACT ...................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ..................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Identifikasi Masalah..................................................................... 7

C. Pembatasan Masalah .................................................................... 8

D. Rumusan Masalah ........................................................................ 8

E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian ................................................. 8

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA FIKIR, DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

A. Deskripsi Teori ............................................................................ 10

B. Penelitian yang Relevan ............................................................... 23

C. Kerangka Fikir ............................................................................. 25

D. Hipotesis Penelitian ..................................................................... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 28

B. Pendekatan dan Desain Penelitian ............................................... 28

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel .................................. 29

D. Variabel-variabel dan Perlakuan Penelitian ................................. 30

E. Instrumen Penelitian .................................................................... 30

F. Teknik Analisis Data .................................................................. 34

G. Hipotesis Statistik ........................................................................ 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ........................................................................... 40

B. Uji Hipotesis ............................................................................... 52

C. Pembahasan Hasil Penelitian ...................................................... 61

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................. 63

B. Saran ........................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 65

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 13: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan subjek yang sangat penting di dalam sistem

pendidikan di seluruh Negara dunia. Negara yang mengabaikan pendidikan

matematika sebagai prioritas utama akan tertinggal dari segala bidang apabila

dibandingkan dengan negara-negara lain yang memberikan tempat bagi

matematika sebagai subjek yang sangat penting. Sistem pendidikan tidak akan

mantap jika peserta didik di sekolah dan mahasiswa di perguruan tinggi lemah

dalam menguasai ilmu matematika, sebab matematika merupakan ilmu dasar yang

sangat penting untuk landasan bagi teknologi dan pengetahuan modern.

Pendidikan Nasional Indonesia seperti yang tertuang dalam cita-cita

nasional bangsa yaitu bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

rangka mewujudkannya, pemerintah selalu menyempurnakan sistem pendidikan

nasional. UU No 20 Tahun 2003 mengatur tentang Sistem Pendidikan Nasional

yang salah satunya memuat tentang kurikulum. Kurikulum yang berlaku di MTs

Negeri 2 Kota Jambi adalah kurikulum 2013. Adapun tujuan pembelajaran

matematika dalam kurikulum 2013 salah satunya adalah melatih cara berfikir

kritis dan bernalar dalam menarik kesimpulan.

Jean Piaget (2006) melandasi timbulnya strategi kognitif yang disebut

teori metakognitif yang merupakan keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik

dalam mengatur dan mengontrol proses berpikirnya. Menurut Preisseisen

metakognitif meliputi empat keterampilan yaitu keterampilan pemecahan

masalah, pengambilan keputusan, berpikir kritis, dan berpikir kreatif.

Keterampilan sangat penting untuk dimiliki oleh setiap peserta didik dalam proses

belajar mengajar. “Sayangnya dalam masyarakat sekarang, orang berpikir bahwa

berpikir kritis hanya ada dimata kuliah filsafat dan retorika diperguruan tinggi dan

bukan sebuah kebiasaan berpikir yang seharusnya ditanamkan sejak usia dini.”

Padahal berpikir kritis bukanlah suatu yang sulit yang hanya bisa dilakukan oleh

mereka yang memiliki IQ berkatagori genius. Sebaliknya berpikir kritis

Page 14: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

2

merupakan suatu yang dapat dilakukan oleh semua orang. Saat peserta didik aktif

dalam bertanya karena ketidakpuasan dengan penjelasan yang diberikan, mereka

adalah anak yang memiliki kemampuan berpikir kritis.

Adanya berfikir keritis matematis akan berpengaruh dalam mengerjakan

soal. namun kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang

kurang paham dari materi yang sedang dipelajari, sehingga siswa merasa kesulitan

ketika diberikan soal berbeda dari contoh yang dijelaskan oleh guru dalam proses

pembelajaran.

Hal ini terlihat ketika peneliti melakukan observasi awal dengan

mewawancarai seorang guru matematika di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Kota

Jambi, yaitu bapak Amir Mahmud, S.Pd pada tanggal 14-17 Januari 2019

diperoleh informasi bahwa, penyebab rendahnya tingkat kemampuan berfikir

kritis matematis siswa adalah siswa kurang mampu menyelesaikan soal-soal yang

berhubungan dengan menganalisis, menyintesis, memecahkan masalah,

menyimpulkan dan mengevaluasi seperti soal cerita yang mengharuskan siswa

mampu berfikir kritis. Selain itu siswa juga merasa kesulitan dalam menentukan

prodsedur atau operasi tertentu yang harus digunakan dalam menyelesaikan

permasalahan. Mengaplikasikan berfikir keritis pada pemecahan masalah masih

rendah terlihat ketika diberikan soal latihan yang berbeda dengan contoh soal,

mereka mulai bingung bagaimana cara mengerjakannya. Serta kurang aktifnya

siswa dalam proses pembelajaran atau pembelajaran hanya berpusat pada guru

saja atau teacher center. Jika pembelajaran hanya berpusat pada guru itu artinya

yang lebih memahami materi tersebut adalah guru itu sendiri sedangkan siswanya

akan menjadi kurang mengerti atau hanya beberapa orang saja yang akan mengerti

atau memahami materi dan soal pemecahan masalah yang diberikan. Kemudian

dilakukan observasi dikelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Kota Jambi.

Siswa mengatakan bahwa mereka mengerti dan paham terhadap contoh yang

diberikan guru, tetapi ketika telah diberikan soal yang berbeda dari contoh soal

mulai muncul pertanyaan-pertanyaan, seperti apa yang harus dikerjakan terlebih

dahulu dari soal.

Page 15: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

3

Kemampuan berpikir kritis matematis perlu menjadi fokus perhatian

dalam pembelajaran matematika, sebab melalui proses berpikir peserta didik dapat

menggunakan akalnya untuk menyelesaikan dan memecahkan masalah

matematika. Oleh sebab itu, guru harus berusaha untuk mendorong peserta didik

agar mampu berpikir kritis dengan baik. Dengan demikian, disajikan data hasil

ulangan siswa di MTs Negeri 2 Kota Jambi. Adapun rata-rata hasil belajar

metematika peserta didik kelas VII dapat dilihat pada data tabel berikut:

Tabel 1.1

Data Hasil Ulangan Siswa Kelas VII MTs Negeri 2 Kota Jambi

No. Nilai Kriteria Jumlah Persentase

1. ≥ 70 Tuntas 98 40,33%

2. ≥ 70 Tidak Tuntas 145 59,67%

Jumlah 243 100%

Catatan : Diambil Berdasarkan Nilai Lembar Jawaban Ulangan Siswa Kelas VII MTs

Negeri 2 Kota Jambi

Berdasarkan Tabel 1.1 masih banyak peserta didik yang belum mencapai

standar KKM, nilai tersebut merupakan hasil tes yang diberikan oleh guru kepada

peserta didik. Padahal soal-soal yang diajukan adalah soal-soal yang mengacu

pada beberapa indikator berpikir kritis matematis yaitu merumuskan

permasalahan ke dalam model matematika, menyelesaikan masalah matematika

dengan menggunakan strategi atau prosedur yang telah dipelajari.

Berdasarkan tabel diatas, ketidaktuntasan siswa terlihat kepada

kemampuan siswa menjawab soal ulangan. Ternyata jawaban siswa sebagaimana

pada contoh berikut:

Page 16: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

4

Sumber: Dokumentasi hasil ulangan siswa MTs Negeri 2 Kota Jambi

Gambar 1.1. Lembar Jawaban Salah Siswa

Pada gambar 1.1 menunjukkan jawaban siswa kelas VII pada materi

himpunan, terlihat siswa belum bisa memahami bagaimana menjawab dan

menyatakan soal tersebut dalam bentuk diagram venn, seharusnya siswa terlebih

dahulu memodelkannya kedalam diagram venn, dari hasil jawaban siswa terlihat

siswa belum bisa memenuhi indikator berfikir kritis dari soal untuk

menyelesaikan masalah. Hal ini terlihat dari ketidakmampuan berfikir kritis siswa

menjawab soal tidak tepat atau tidak sesuai dengan prosedur.

Sumber: Dokumentasi Hasil Ulangan Siswa MTs Negeri 2 Kota Jambi

Gambar 1.2. Lembar Jawaban Salah Siswa

Page 17: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

5

Berdasarkan pada gambar 1.2 terlihat bahwa siswa tidak mampu

menemukan fakta pada pemecahan masalah, serta siswa tidak dapat

menyimpulkan penyelesaian yang tepat pada soal. Hal ini terlihat dari

ketidakmampuan berfikir kritis siswa menjawab soal tidak tepat.

Sumber: Dokumentasi Hasil Ulangan Siswa MTs Negeri 2 Kota Jambi

Gambar 1.3. Lembar Jawaban Salah Siswa

Berdasarkan pada gambar 1.3 terlihat bahwa siswa tidak mampu

memecahkan masalah pada soal tersebut, serta siswa tidak dapat menyimpulkan

penyelesaian yang tepat, tidak menemukan dan mendeteksi hal-hal penting dalam

soal. Hal ini terlihat dari ketidamampuan siswa dalam memecahkan masalah serta

menyimpulkan dan mengevaluasi dalam menyelesaikan soal.

Berdasarkan jawaban siswa pada gambar 1,2 dan 3 kelas VII untuk

materi himpunan dan ajabar,terlihat siswa belum bisa memahami dari konsep

himpunan dan ajabar dengan cara menguraikan. Seharusnya siswa mampu

menganalisis dan memecahkan masalah dalam menyelesaikan model matematika.

Namun, hasil jawaban siswa yang terlihat pada gambar, siswa tidak memenuhi

indikator kemampuan berfikir kritis tersebut. Terdapat kesalahan-kesalahan dalam

penyelesaian soal. Sementara ada siswa yang mendapat nilai diatas KKM, sebagai

berikut:

Page 18: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

6

Sumber: Dokumentasi Hasil Ulangan Siswa MTs Negeri 2 Kota Jambi

Gambar 1.4. Lembar Jawaban Siswa yang mendapat nilai di atas KKM

Berdasarkan gambar 1.4 terlihat bahwa siswa mampu menyajikan

permasalahan tersebut dalam model matematika dengan menentukan himpunan A

gabungan B dan diagram venn pada soal. Siswa mampu menyelesaikan soal yang

tepat sesuai dengan prosedur serta dalam menggunakan konsep dalam

menyimpulkan penyelesaian yang tepat.

Berdasarkan lembaran-lembaran jawaban siswa ini terlihat ketimpangan

yang terjadi dalam kemampuan berfikir kritis matematis siswa. Seperti mengacu

pada indikator berpikir kritis matematis peserta didik MTs Negeri 2 Kota Jambi

masih rendah. Rendahnya hasil belajar peserta didik ini dapat disebabkan oleh

rendahnya berpikir kritis peserta didik, kurang aktifnya peserta didik dalam proses

pembelajaran, belum mampunya peserta didik dalam membuat kesimpulan yang

benar dari hasil penyelidikan permasalahan yang dipelajari, dan kurangnya

pemahaman peserta didik pada materi yang dipelajari. Pada era reformasi

sekarang ini, kemampuan berpikir kritis menjadi kemampuan yang sangat

diperlukan agar peserta didik sanggup menghadapi perubahan keadaan atau

tantangan-tantangan dalam kehidupan yang selalu berkembang. Kemampuan

berpikir kritis melatih peserta didik untuk membuat keputusan dari berbagai sudut

pandang secara cermat, teliti, dan logis. Oleh karena itu sebaiknya pembelajaran

di sekolah melatih peserta didik untuk menggali kemampuan dan keterampilan

berpikir kritis matematis. Upaya agar kemampuan berpikir kritis matematis

peserta didik berkembang lebih baik, salah satu caranya mengembangkan model

Page 19: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

7

pembelajaran kearah yang lebih baik, efektif, kondusif, menyenangkan atau yang

berbeda dengan yang biasa dilakukan di sekolah tersebut yaitu pembelajaran

ekspositori yang kegiatan pembelajarannya masih di dominasi oleh peran

pendidik. Model pembelajaran yang efektif dan efisien untuk mengembangkan

berpikir kritis adalah model pembelajaran Deep Dialogue And Critical Thinking.

Dari permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran matematika yang

telah diuraikan di atas, serta memperhatikan kemampuan-kemampuan berpikir

kritis yang harus dicapai oleh peserta didik, dan mempertimbangkan hasil

penelitian terdahulu. Untuk mengetahui pengaruh model Deep Dialogue And

Critical Thinking terhadap berpikir kritis, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Deep Dialogue And

Critical Thinking Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa di

Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Kota Jambi”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka identifikasi masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran yang digunakan di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2

Kota Jambi belum efektif dalam menimbulkan kemampuan berfikir kritis

matematis siswa

2. Kemampuan berfikir kritis matematis siswa masih relatif rendah, hal ini

ditemui banyak siswa yang masih kesulitan dalam menentukan solusi apa

yang akan digunakan dalam menyelesaikan permasalahan.

3. Kegiatan pembelajaran yang terpusat pada guru sehingga siswa kurang

aktif .

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

penulis membatasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Model pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini adalah model

pembelajaran Deep Dialogue And Critical Thinking (DDCT)

Page 20: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

8

2. Objek penelitian ini adalah siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri

2 Kota Jambi semester genap tahun ajaran 2018/2019

3. Evaluasi yang dilakukan setelah diadakan penelitian dibatasi pada evaluasi

kemampuan berfikir kritis matematis siswa yaitu soal uraian tentang

kemampuan berfikir kritis matematis.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah serta pembatasan

masalah yang telah dirumuskan di atas maka penulis dapat merumuskan masalah

dalam penelitian ini, yaitu:

1. Berapa Skor Kemampuan Berfikir Kritis Matematis Siswa Dengan

Menggunakan Model Pembelajaran Deep Dialogue And Critical Thinking

Di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Kota Jambi?

2. Berapa Skor Kemampuan Berfikir Kritis Matematis Siswa yang tidak

Menggunakan model pembelajaran Deep Dialogue And Critical Thinking

Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Kota Jambi?

3. Apakah Terdapat Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Deep

Dialogue And Critical Thinking terhadap kemampuan berfikir kritis

matematis siswa Di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Kota Jambi?

E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan maka tujuan

penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah ada pengaruh penerapan

model pembelajaran Deep Dialogue And Critical Thinking terhadap

kemampuan berpikir kritis matematis siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri

2 Kota Jambi. Bentuk perinciannya sebagai berikut:

a) Untuk Mendeskripsikan Berapa Skor Kemampuan Berfikir Kritis

Matematis Siswa yang Menerapkan Model Pembelajaran Deep Dialogue

And Critical Thinking di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Kota Jambi

b) Untuk Mendeskripsikan Berapa Skor Kemampuan Berfikir Kritis

Matematis Siswa yang Tidak Menerapkan Model Pembelajaran Deep

Page 21: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

9

Dialogue And Critical Thinking di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Kota

Jambi

c) Untuk Mendeskripsikan Berapa Skor Pengeruh Penerapan Model

Pembelajaran Deep Dialogue And Critical Thinking Terhadap

Kemampuan Berfikir Kritis Matematis Siswa di Madrasah Tsanawiyah

Negeri 2 Kota Jambi.

2. Kegunaan Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis berharap hasil penelitian ini

memberikan manfaat baik bagi pembelajaran matematika maupun dalam

upaya meningkatkan kualitas dan hasil pembelajaran matematika. Secara

umum hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap

pembelajaran matematika, utamanya dalam mengembangkan kemampuan

berpikir kritis matematis peserta didik.

1) Bagi peneliti, memberikan manfaat besar berupa pengalaman bekal

untuk menjadi calon pendidik yang professional.

2) Bagi pendidik, memberikan masukan dalam kegiatan belajar mengajar

dengan menerapkan model pembelajaran Deep Dialogue And Critical

Thinking sebagai bentuk pembelajaran matematika untuk

melaksanakan proses pembelajaran yang lebih menarik.

3) Bagi peserta didik, agar memiliki kemampuan berpikir kritis

matematis yang lebih tinggi dalam menyelesaikan soal-soal

matematika.

4) Bagi sekolah, mendapat gagasan baru serta menumbuhkan semangat

untuk memajukan keilmuan yang kopetitif.

Page 22: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

10

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR, DAN PENGAJUAN

HIPOTESIS

A. Deskripsi Teori

1. Model Pembelajaran Deep Dialogue And Critical Thinking

a) Pengertian Dialogue And Critical Thinking

Deep Dialogue And Critical Thinking adalah sebuah filsafat yang

digunakan sebagai pendekatan pembelajaran dengan mengutamakan

adanya dialog mendalam dan berpikir kritis dalam proses

pembelajaran di kelas. Deep dialogue (dialog mendalam) dapat

diartikan sebagai percakapan antara orang-orang (dialog) yang

diwujudkan dalam hubungan interpersonal, saling ada keterbukaan,

jujur dan mengandalkan kebaikan. Sedangkan critical thinking

(berpikir kritis) adalah kegiatan berpikir yang dilakukan dengan

mengoperasikan potensi intelektual untuk menganalisis, membuat

pertimbangan dan mengambil keputusan secara tepat serta

melaksanakannya secara benar (Global Dialogue Institute).

Menurut Kamdi (2015), Deep Dialogue And Critical Thinking

proses pembelajarannya dikonstruksikan untuk mendapatkan

pengetahuan dan pengalaman melalui dialog secara mendalam dan

berfikir kritis, tidak saja menekankan keaktifan peserta pada aspek

fisik, tetapi juga aspek intelektual, sosial, mental, emosional, dan

spiritual. Selanjutnya Deep Dialogue And Critical Thinking menurut

Swidler merupakan transformasi diri melalui pembukaan diri terhadap

siapapun yang mempunyai pola pikir berbeda. Adapun menurut Lau

(2014) Deep Dialogue And Critical Thinking merupakan kemampuan

untuk berpikir secara cermat dan wajar meliputi kemampuan untuk

menyatukan, mencerminkan, dan pemikiran bebas.

Page 23: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

11

Critical thinking dalam deep dialogue, merupakan metalitas

dialog di mana akar critical thinking adalah dialog, sehingga dialog

sebagai cara berpikir yang kritis dapat memperjelas cara berpikir itu

sendiri. Deep Dialogue And Critical Thinking ini dapat membantu

guru untuk menjadikan pembelajaran bermakna bagi peserta didik,

karena dalam pendekatan ini pembelajaran sebanyak mungkin terpusat

pada peserta didik. Jadi peserta didik dilatih untuk memperoleh

pengetahuan, pengalaman, menemukan konsep, dan memecahkan

permasalahan melalui dialog mendalam dan berpikir kritis dengan

guru maupun sesama peserta didik.

Beberapa prinsip yang harus dikembangkan dalam Deep

Dialogue And Critical Thinking antara lain adanya komunikasi dua

arah, prinsip saling memberi yang terbaik, menjalin hubungan

kesederajatan dan keberadaban, serta empatisitas yang tinggi. Dengan

demikian, Deep Dialogue And Critical Thinking mengandung nilai-

nilai demokrasi dan etis, sehingga keduanya dapat dimiliki oleh siswa,

selain pemahaman terhadap materi pembelajaran itu sendiri.

Model pembelajaran Deep Dialogue And Critical Thinking adalah

model pembelajaran yang mengkonsentrasikan kegiatan pembelajaran

untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman, melalui dialog

secara mendalam dan berpikir kritis (Helmiati, 2013). Penyusunan

rancangan pembelajaran Deep Dialogue And Critical Thinking

dilakukan empat tahapan utama yaitu :

1) Mengembangkan komunitas (Comunity building)

2) Analisis isi (content analysis)

3) Analisis latar cultural (cultural setting analysis)

4) Pengorganisasian materi (content analysis). (Lubis, 2007)

Page 24: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

12

Pertama, membangun komunitas belajar tahap ini merupakan

bagian refleksi diri guru terhadap dunia siswanya. Pandangan dunia

guru yang dimiliki oleh siswanya menjadi bagian yang berguna, dalam

menyususn rancangan pembelajaran yang bernuansa dialog yang

mendalam dan berfikir kritis. Kegiatan refleksi ini meliputi

indentifikasi pengalaman guru dan pengalaman siswanya, kelas

belajar dan sebagainya.

Kedua, analisis isi proses untuk melakukan identifikasi seleksi

dan penetapan pembelajaran. Proses ini ditempuh dengan berpedoman

ramburambu materi yang terdapat dalam kurikulum yang antara lain

standar minimal, urutan (sequence) dan keluasaan (scope) materi,

kompetensi dasar yang dimilikinya serta keterampilan yang

dikembangkan. Di samping menganalisis guru hendaknya

menggunakan pendekatan nilai moral yang substansinya meliputi

prinsif komunikasi, etika komunikasi dan mekanisme komunikasi.

Ketiga, analisis latar yang dikembangkan dari latar kultural dan

siklus kehidupan (life cycle). Dalam analisis ini mengandung dua

konsep, yaitu konsep wilayah atau lingkungan (lokal, regional,

nasional dan global) dan konsep manusia berserta aktifitasnya yang

mencakup seluruh aspek kehidupan. Selain itu, analisis latar juga

mempertimbangkan nilai-nilai kultural yang tumbuh dan berkembang

serta dijunjung tinggi oleh suatu masyarakat serta kemungkinan

kebermanfaatannya bagi kehidupan peserta didik. Dalam kaitan itu,

analisis latar berhubungan erat dengan prinsip yang harus

dikembangkan dalam mengajarkan nilai dan moral, yaitu prinsip dari

mudah ke yang sukar, dari yang sederhana menjadi kompleks, dari

konkrit ke abstrak, dari lingkungan sempit atau dekat ke lingkungan

yang meluas.

Page 25: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

13

Keempat, pengorganisasian materi model dilakukan dengan

memperhatikan prinsip ”4W dan 1 H” yaitu What (apa), Why

(mengapa), When (kapan), where (dimana) dan How (bagaimana).

Dalam rancangan pembelajaran keempat prinsif ini harus di warnai

oleh ciri–ciri pembelajaran Deep Dialogue And Critical Thinking.

Dalam menuju pelakonan, nilai-nilai moral dan critical thinking dalam

upaya pencapaian dan pemahan konsep, dan pengembangan konsep.

(Lubis, 2007)

b) Langkah-langkah pembelajaran Deep Dialogue And Critical

Thinking

(1) Dalam setiap mengawali pembelajaran dimulai dengan berdoa.

(2) Memberikan tujuan pembelajaran, kompetensi yang akan dicapai.

(3) Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum dikuasai dari

pelajaran yang sudah dipelajari.

(4) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari.

(5) Guru membagi peserta didik ke dalam kelompok pembelajaran

yang terdiri dari 4-6 peserta didik.

(6) Guru meminta setiap kelompok untuk menghitung jumlah anggota

kelompoknya dan masing-masing peserta didik mengingat nomor

urutannya dalam kelompok.

(7) Guru memberikan masalah atau tugas yang harus didiskusikan

atau didialogkan secara mendalam oleh kelompok tersebut.

(8) Setelah dibentuk kelompok, kemudian guru memberikan

pertanyaan kepada setiap kelompok secara acak (dengan undian

nomor). Hal ini diharapkan agar peserta didik dilatih memberikan

pengalaman melalui proses usaha menemukan informasi, konsep

atau pengertian yang diperlukan dengan mengoptimalkan dialog

dan berpikir kritis.

Page 26: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

14

(9) Setelah selesai berdiskusi, guru kemudian memberikan

kesempatan pada peserta didik untuk mempresentasikan hasil

diskusinya.

(10) Setelah peserta didik melakukan presentasi, guru akan

mengklarifikasi hasil diskusi yang telah peserta didik sampaikan.

(11) Guru bersama peserta didik merefleksi kegiatan pembelajaran

yang telah dilakukan.

(12) Guru bersama peserta didik juga menyimpulkan poin penting

dari materi yang telah dibahas bersama. (Lubis, 2007)

c) Ciri-ciri Deep Dialogue And Critical Thinking

Global Dialogue Institute mengidentifikasi ciri-ciri pembelajaran

yang menggunakan model pembelajaran Deep Dialogue And Critical

Thinking, yaitu:

1) Peserta didik dan guru nampak aktif.

2) Mengoptimalisasikan potensi intelegensi peserta didik.

3) Berfokus pada mental, emosional dan spiritual.

4) Menggunakan kemampuan komunikasi dan berpikir kritis dalam

pembelajaran.

5) Peserta didik dan guru dapat menjadi pendengar, pembicara dan

pemikir yang baik.

6) Dapat diimplimentasikan dalam kehidupan sehari-hari.

7) Lebih menekankan pada nilai, sikap dan kepribadian. (Lubis,

2007)

d) Kelebihan dan kelemahan Deep Dialogue And Critical Thinking

Menurut Salamah bahwa model pembelajaran Deep Dialogue And

Critical Thinking memiliki kelebihan diantaranya:

1) Deep Dialogue And Critical Thinking digunakan untuk melatih

siswa untuk mampu berfikir kritis, dan imajinatif, menggunakan

logika, menganalisis fakta-fakta dan melahirkan imajinatif atas

ide-ide lokal dan tradisional. Sehingga siswa dapat membedakan

yang mana disebut berpikir baik dan tidak baik.

Page 27: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

15

2) Deep Dialogue And Critical Thinking merupakan pendekatan

yang dapat dikolaborasikan dengan metode yang telah ada dan

dipergunakan oleh guru selama proses pembelajaran.

3) Deep Dialogue And Critical Thinking merupakan dua sisi mata

uang, dan merupakan hal yang inherent (menjadi bagian tetap)

dalam kehidupan peserta didik, oleh karena itu dalam proses

pembelajaran Deep Dialogue And Critical Thinking selalu

berkaitan dengan kehidupan nyata sehingga memudahkan siswa

untuk mengerti dan memahami manfaat dari isi pelajaran.

4) Deep Dialogue And Critical Thinking menekankan pada nilai,

sikap dan kepribadian, mental, emosional dan spiritual sehingga

peserta didik belajar dengan menyenangkan dan bersemangat.

5) Melalui model pembelajaran Deep Dialogue And Critical

Thinking baik guru maupun siswa akan dapat memperoleh

pengetahuan dan pengalaman karena dengan dialog yang

mendalam dan berfikir kritis mampu memasuki ranah intelektual,

fisikal, sosial, mental seseorang.

6) Melalui Deep Dialogue And Critical Thinking akan terbina

hubungan antara guru dan peserta didik secara dialogis kritis,

membiasakan guru dan peserta didik untuk saling membelajarkan

dan belajar hidup dan keberagaman.

Kekurangan dari model pembelajaran Deep Dialogue and Critical

Thinking adalah sebagai berikut:

1) Butuh waktu dan adaptasi bagi siswa yang tingkat kemampuannya

rendah.

2) Bagi guru yang kurang kreatif akan mengalami kesulitan karena

belum terbiasa mengkolaborasi dengan metode yang digunakan

sebelumnya.

3) Siswa yang pasif atau tidak percaya diri akan marasa semakin

minder, merasa paling bodoh.

Page 28: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

16

4) Sulit diterima karena banyaknya keberagaman membuat guru dan

siswa beradu keintelektualan. (Lubis, 2007)

2. Berpikir Kritis Matematis

Berpikir kritis merupakan salah satu strategi kognitif dalam pemecahan

masalah yang lebih kompleks dan menuntut pola yang lebih tinggi. Berpikir kritis

lebih banyak berada dalam kendali otak kiri dengan fokus pada menganalisis dan

mengembangkan berbagai kemungkinan dari masalah yang dihadapi. Berpikir

kritis yaitu berpikir untuk: (1) membandingkan dan mempertentangkan berbagai

gagasan, (2) memperbaiki dan memperhalus, (3) bertanya dan verifikasi, (4)

menyaring, memilih, dan mendukung gagasan, (5) membuat keputusan dan

timbangan, (6) mengadakan landasan untuk satu tindakan. Para pakar di bidang

psikologi kognitif mengatakan bahwa berpikir kritis menuntut kita untuk

mempertimbangkan isu-isu umum antara beberapa ranah.

Dalam bidang pendidikan, Aisyah mengemukakan bahwa berpikir kritis

di definisikan sebagai pembentukan kemampuan aspek logika seperti kemampuan

memberikan argumentasi, silogisme dan pernyataan yang proposialnya.

Sedangkan, menurut Pikket dan Foster berpikir kritis adalah jenis berpikir yang

lebih tinggi yang bukan hanya menghafal materi tetapi penggunaan dan

manipulasi bahan-bahan yang dipelajari dalam situasi baru.

Menurut Fisher (2008), Ada tiga macam cara mendefinisikan berpikir

kritis. Pertama berpikir kritis merupakan “ satu pola berpikir reflektif yang

berfokus pada pembuatan keputusan tentang apa yang diyakini atau yang

dilakukan”. Ada empat kata kunci dalam definisi tersebut yaitu reflektif, terfokus,

keputusan, dan keyakinan.Reflektif mengandung makna bahwa dalam prosesnya

berfikir dilakukan dengan pemantulan antara hal-hal yang bersifat tatanan

konseptual dan tatanan empiris untuk mendapatkan kesimpulan. Dalam kaitan ini,

pemprosesannya tidak hanya mendapatkan solusi masalah tetapi yang lebih

penting yaitu pemahaman yang lebih baik tentang hakikat masalah itu sendiri.

Berpikir kritis juga terfokus dalam arti kita tidak hanya berpikir, tetapi kita

berpikir tentang sesuatu yang ingin kita pikirkan. Tujuan berpikir kritis ialah

Page 29: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

17

memberikan bobot dan penilaian terhadap informasi dengan cara yang sedemikian

rupa, sehingga kita dapat membuat keputusan secara tepat. Akhirnya, tidak seperti

pemecahan masalah, isi berpikir kritis merupakan keyakinan atau motif yang

ingin diuji secara lebih tepat.

Definisi kedua tentang berpikir kritis adalah “ berpikir yang lebih baik”.

Pandangan ini menyarankan bahwa belajar untuk berpikir secara kritis, informasi

untuk tujuan membuat pilihan dengan dukungan informasi yang tepat. Dengan

demikian, dalam proses pembelajaran, siswa harus terus diberikan bantuan agar

mampu mengembangkan pola-pola berpikir kritis dengan menggunakan informasi

yang memadai.

Definisi ketiga, adalah “berpikir yang membedakan antara berpikir yang

diarahkan mendapatkan tujuan dengan mengklarifikasikan tujuan”. Mendapatkan

tujuan lebih dekat dengan pemecahan masalah karena menekankan kepada

“produk atau hasil” pembuatan keputusan, sedangkan “klarifikasi tujuan” lebih

banyak menekankan pada “proses” untuk mencapai keputusan. Definisi ini

memandang bahwa berpikir kritis lebih dari sekedar membuat keputusan, dan

diyakini bahwa yang lebih penting lagi yaitu proses pembuatan keputusan dengan

didukung oleh informasi yang memadai.

a. Keterampilan-Keterampilan dalam Berpikir Kritis

Ada sejumlah keterampilan atau kecakapan yang diperlukan untuk dapat

melakukan berpikir kritis secara efektif. Menurut Ennis ada dua faktor yang

menunjang kecakapan berpikir kritis yaitu disposisi dan kecakapan. Disposisis,

merujuk pada ciri afektif dan disposisional yang dibawa seseorang untuk

melaksanakan tugas-tugas berpikir seperti keterbukaan berpikir, usaha untuk

mendapatkan informasi yang baik, dan kepekaan terhadap keyakinan, perasaan,

dan pengetahuan orang lain. Kecakapan merujuk pada keterampilan kognitif yang

diperlukan untuk berpikir secara kritis, seperti tindakan memusatkan,

menganalisis, dan menimbang.

Segala bentuk berpikir kritis, tidak mungkin dapat dilakukan tanpa

komponen utama yaitu pengetahuan. Pengetahuan merupakan sesuatu yang

digunakan untuk berpikir secara kritis dan juga diperoleh sebagai hasil berpikir

Page 30: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

18

kritis. Seperti telah dinyatakan pada bagian terdahulu, bahwa pengetahuan

keahlian akan membuat individu mampu memecahkan masalah secara lebih cepat,

lebih baik, dan berbeda. Pengetahuan merupakan sumber dalam memberikan

timbangan terhadap informasi atau titik pandang, dan juga membantu kita

meneliti secara cermat tujuan dan sasaran kita. Pengetahuan dalam bentuk strategi

secara aktif akan membentuk arahan dalam pemecahan masalah. Inferensi atau

pembuatan kesimpulan dalam proses berpikir kritis. Inferensi merupakan

keterampilan dalam menghubungkan dua atau lebih satuan-satuan

pengetahuan.Membuat inferensi atau kesimpulan merupakan tahap yang esensial

dalam berpikir kritis karena hal itu memungkinkan individu mampu memahami

situasi secara lebih dalam dan dalam derajat yang lebih bermakna.

Alec Fisher (2008) mendefinisikan berpikir kritis sebagai berpikir

reflektif yang beralasan dan difokuskan pada penetapan apa yang dipercayai atau

yang dilakukan. Ennis mengemukakan ada dua belas keterampilan yang

diperlukan dalam proses berpikir kritis matematis secara efektifitas, dua belas

kecakapan berpikir kritis matematis yaitu:

1) Memfokuskan pada pertanyaan.

2) Menganalisis argument.

3) Menanyakan dan menjawab pertanyaan klarifikasi.

4) Menimbang kredibilitas suatu sumber.

5) Mengamati dan menimbang hasil pengamatan.

6) Menimbang deduksi.

7) Menimbang induksi.

8) Membuat timbangan nilai.

9) Merumuskan istilah dan menimbang definisi.

10) Mengidentifikasi asumsi.

11) Memutuskan suatu tindakan.

12) Berinteraksi dengan orang lain.

Page 31: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

19

Menurut Paul, Fisher dan Nosich (1993:4) berpikir kritis adalah mode

berpikir mengenai hal, substansi atau masalah apa saja, di mana si pemikir

meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil struktur-

struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan standarstandar intelektual

padanya. Selanjutnya Krulik, mengemukakan bahwa berpikir kritis itu adalah

suatu cara berpikir yang menguji, menghubungkan, dan mengevaluasi semua

aspek dari suatu situasi masalah, termasuk di dalamnya kemampuan untuk

mengumpulkan informasi, mengingat, menganalisis situasi, membaca serta

memahami dan mengidentifikasi hal-hal yang diperlukan.

Menurut Fisher (2008) indikator keterampilan berpikir kritis yang

penting, meliputi:

1) Menyatakan kebenaran pertanyaan atau pernyataan.

2) Menganalisis pertanyaan atau pernyataan.

3) Berpikir logis.

4) Mengurutkan, misalnya secara temporal, secara logis, secara sebab

akibat.

5) Mengklasifikasi, misalnya gagasan objek-objek.

6) Memutuskan, misalnya apakah cukup bukti.

7) Memprediksi (termasuk membenarkan prediksi).

8) Berteori.

9) Memahami orang lain dan dirinya.

Menurut Arief dalam buku Ahmad Susanto (2013) ada lima prilaku yang

sistematis dalam berpikir kritis. Lima prilaku tersebut adalah sebagai berikut:

1) Keterampilan Menganalisis

Keterampilan menganalisis yaitu suatu keterampilan menguraikan

sebuah struktur kedalam komponen-komponen agar mengetahui

pengorganisasian struktur tersebut. Dalam keterampilan tersebut

tujuan pokoknya adalah memahami sebuah konsep dengan cara

menguraikan atau merinci globalitas tersebut ke dalam bagian-bagian

yang lebih kecil dan terperinci.

Page 32: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

20

2) Keterampilan Menyintesis

Keterampilan menyintesis yaitu keterampilan yang berlawanan

dengan keterampilan menganalisis, yakni keterampilan yang

menggabungkan bagian-bagian menjadi sebuah bentukan atau

susunan baru.

3) Keterampilan Mengenal dan Memecahkan Masalah

Keterampilan ini merupakan keterampilan aplikatif konsep

kepada beberapa pengertian baru. Keterampilan ini menuntut

pembaca untuk memahami bacaan dengan kritis sehingga setelah

kegiatan membaca selesai siswa mampu menangkap beberapa poko

pikiran bacaan, sehingga mampu mempola sebuah konsep.

4) Keterampian Menyimpulkan

Keterampilan menyimpulkan yaitu kegiatan akal pikiran

manuasia berdasarkan pengertian atau pengetahuan yang dimilikinya,

dapat beranjak menyampai pengertian (kebenaran) baru yang lain.

5) Keterampilan Mengevaluasi atau Menilai

Keterampilan ini menuntut pemiira yang matang dalam

menentukan nilai sesuatu dengan berbagai kriteria yang

ada.Keterampilan menilai menghendaki pembaca agar memberikan

penilaian tentang nilai yang diukur dengan meggunakan standar

tertentu.

Berdasarkan beberapa indikator menurut para ahli di atas, dan hasil

prasurvey. Peneliti merujuk pada indikator menurut Arief (2013), dapat dilihat

pada Tabel 2 berikut :

Tabel 2.1

Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

No. Indikator Berpikir Kritis

Matematis

Sub Indikator Kemampuan Berpikir Kritis

Matematis

1 Menganalisis Menentukan informasi dari soal, memilih

informasi yang penting, serta memilih strategi

Page 33: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

21

yang benar dalam menyelesaikannya.

2 Menyintesis

Menemukan fakta, data dan konsep kemudian

menghubungkan fakta, data dan konsep serta

menyimpulkan penyelesaian yang tepat.

3 Memecahkan Masalah

Mengidentifikasi yang diketahui, ditanyakan

dan kecukupan unsur dalam soal, membuat

model matematika, merencanakan

penyelesaiannya, dan menyelesaikan model

matematika

4 Menyimpulkan Menemukan fakta, data dan konsep serta dapat

menyimpulkan penyelesaian yang tepat.

5 Mengevaluasi

Menemukan dan mendeteksi hal-hal penting

dalam soal dan menyelesaikan model

matematika.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian dengan menggunakan model Deep Dialogue/Critical Thinking

hasil telaah pustaka peneliti, antara lain:

1. Penelitian Octavia Argita, skripsi, (2011) dalam penelitiannya yang berjudul

“Implementasi Model Pembelajaran Deep Dialogue/Critical Thinking untuk

meningkatkan Keaktifan dan Prestasi belajar Sejarah Siswa Kelas XI IPS

SMA 2 Godean Tahun Ajaran 2010/2011”. Berdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa terdapat peningkatan keaktifan siswa pada siklus 1

sebesar 28%, siklus 2 sebesar 30% dan siklus 3 sebesar 35%. Sedangkan

prestasi belajar mengalami peningkatan pada siklus I sebesar 12%, siklus II

sebesar 24 % dan siklus III sebesar 40%. dari data tersebut dapat diketahui

bahwa penerapan model pembelajaran deep dialogue/critical thinking dapat

meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar.

Penelitian di atas menunjukkan adanya persamaan dan perbedaan dengan

penelitian yang dilakukan peneliti. Adapun persamaan penelitian di atas

dengan penelitian yang akan peneliti lakukan terdapat pada model

Page 34: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

22

pembelajaran yang digunakan. Perbedaan dalam penelitian ini terletak pada

variable terikat yaitu keaktifan dan prestasi belajar, lokasi penelitian serta

mata pelajaran.

2. Saifurrijal, skripsi, (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Kolaborasi

Metode Ceramah dengan Model Pembelajaran Deep Dialogue/Critical

Thinking (DD/CT) untuk Meningkatkan Partisipasi dan Hasil belajar pada

Mata Pelajaran Chasis dan Suspensi Otomotif Siswa Kelas XI SMKN 2

Pengasih Tahun Ajaran 2011/2012”. Menyimpulkan bahwa Dengan

diterapkannya kolaborasi metode ceramah dengan model pembelajaran Deep

Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) dapat meningkatkan partisipasi siswa

dalam proses pembelajaran, pada siklus I siswa yang berpartisipasi sebesar

42.43%, pada siklus II sebesar 61.74% dan pada siklus III sebesar 69.70%.

Penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Deep

Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) juga dapat meningkatkan hasil belajar

siswa, peningkatan dari siklus I ke siklus III sebesar 12.89%.

Penelitian di atas menunjukkan adanya persamaan dan perbedaan dengan

penelitian yang dilakukan peneliti. Adapun persamaan penelitian di atas

dengan penelitian yang akan peneliti lakukan terdapat pada model

pembelajaran yang digunakan. Perbedaan dalam penelitian ini terletak pada

variable terikat yaitu keaktifan dan prestasi belajar, lokasi penelitian serta

mata pelajaran.

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas, dapat disusun suatu

kerangka berpikir guna memperoleh jawaban sementara atas kesalahan yang

timbul. Dalam setiap tindakan penulis akan mengamati kemampuan berpikir kritis

matematis peserta didik pada setiap tindakan pengajaran yang dilakukan di kelas.

Pada kondisi awal peserta didik kelas VII MTs Tarbiyah Islamiyah Kota Jambi,

memiliki kemampuan berpikir kritis matematis yang cukup rendah. Hal tersebut

dilihat dari keadaan peserta didik yang kurang bisa memperkirakan jawaban dan

proses solusi pada setiap masalah yang diberikan, serta membuat kesimpulan yang

benar dari hasil penyelidikan permasalahan yang dipelajari.

Page 35: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

23

Selain itu, beberapa peserta didik masih sangat bergantung kepada guru

dalam proses pembelajaran matematika, sehingga sebagian dari peserta didik

kurang memiliki kreatifitas dalam menentukan solusi pada setiap permasalahan.

Hal ini dikarenakan guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional

salah satunya yaitu pembelajaran ekspositori.

Pembelajaran berpusat pada pendidik melalui pembelajaran ekspositori

masih menjadi kecenderungan dalam pembelajaran matematika yang berakibat

pada rendahnya berpikir kritis matematis peserta didik. Proses pembelajaran yang

terjadi hanya mengandalkan diri pada pendidik saja tanpa harus berpikir

mendalam serta membuat suasana menjadi kurang aktif. Model pembelajaran

Deep Dialogue And Critical Thinking yaitu suatu model pembelajaran yang

mengkonsentrasikan kegiatan pembelajaran untuk mendapatkan pengetahuan dan

pengalaman, melalui dialog secara mendalam dan berpikir kritis. Dari mulai

memahami masalah, merencanakan penyelesaian, melaksanakan rencana hingga

memeriksa proses dan hasil dari jawaban.

Dari pemaparan di atas penulis merasa perlu meneliti apakah terdapat

pengaruh model pembelajaran Deep Dialogue And Critical Thinking terhadap

kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik. Kemampuan berpikir kritis

matematis peserta didik dapat dilihat dari hasil posttest yang diberikan setelah

dilakukannya pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran yang berbeda

pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Gambaran penelitian ini disajikan dalam

bentuk diagram, sebagai berikut :

Page 36: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

24

Diagram Kerangka Berpikir

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis

merupakan jawaban sementara dari permasalahan yang masih perlu diuji

kebenarannya melalui analisis.

Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh model

pembelajaran Deep Dialogue And Critical Thinking terhadap kemampuan berpikir

kritis matematis siswa.

Materi Pembelajaran

Tes Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

Proses Pembelajaran

Terdapat Pengaruh Terhadap Kemampuan berpiki Kritis Matematis Peserta

Didik Melalui Pembelajaran Deep Dialogue And Critical Thinking

Model Pembelajaran Ekspositori Model Pembelajaran Deep Dialogue

And Critical Thinking

Page 37: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

25

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA PIKIR, DAN PENGAJUAN

HIPOTESIS

A. Deskripsi Teori

1. Model Pembelajaran Deep Dialouge And Critical Thingking

a. Pengertian Deep Dialogue And Critical Thinking

Deep Dialogue And Critical Thinking adalah sebuah filsafat yang

digunakan sebagai pendekatan pembelajaran dengan mengutamakan

adanya dialog mendalam dan berpikir kritis dalam proses

pembelajaran di kelas. Deep dialogue (dialog mendalam) dapat

diartikan sebagai percakapan antara orang-orang (dialog) yang

diwujudkan dalam hubungan interpersonal, saling ada keterbukaan,

jujur dan mengandalkan kebaikan. Sedangkan critical thinking

(berpikir kritis) adalah kegiatan berpikir yang dilakukan dengan

mengoperasikan potensi intelektual untuk menganalisis, membuat

pertimbangan dan mengambil keputusan secara tepat serta

melaksanakannya secara benar (Global Dialogue Institute).

Menurut Kamdi, Deep Dialogue And Critical Thinking proses

pembelajarannya dikonstruksikan untuk mendapatkan pengetahuan

dan pengalaman melalui dialog secara mendalam dan berfikir kritis,

tidak saja menekankan keaktifan peserta pada aspek fisik, tetapi juga

aspek intelektual, sosial, mental, emosional, dan spiritual. Selanjutnya

Deep Dialogue And Critical Thinking menurut Swidler merupakan

transformasi diri melalui pembukaan diri terhadap siapapun yang

mempunyai pola pikir berbeda. Adapun menurut Lau Deep Dialogue

And Critical Thinking merupakan kemampuan untuk berpikir secara

cermat dan wajar meliputi kemampuan untuk menyatukan,

mencerminkan, dan pemikiran bebas.

Critical thinking dalam deep dialogue, merupakan metalitas

dialog di mana akar critical thinking adalah dialog, sehingga dialog

Page 38: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

26

sebagai cara berpikir yang kritis dapat memperjelas cara berpikir itu

sendiri. Deep Dialogue And Critical Thinking ini dapat membantu

guru untuk menjadikan pembelajaran bermakna bagi peserta didik,

karena dalam pendekatan ini pembelajaran sebanyak mungkin terpusat

pada peserta didik. Jadi peserta didik dilatih untuk memperoleh

pengetahuan, pengalaman, menemukan konsep, dan memecahkan

permasalahan melalui dialog mendalam dan berpikir kritis dengan

guru maupun sesama peserta didik.

Beberapa prinsip yang harus dikembangkan dalam Deep

Dialogue And Critical Thinking antara lain adanya komunikasi dua

arah, prinsip saling memberi yang terbaik, menjalin hubungan

kesederajatan dan keberadaban, serta empatisitas yang tinggi. Dengan

demikian, Deep Dialogue And Critical Thinking mengandung nilai-

nilai demokrasi dan etis, sehingga keduanya dapat dimiliki oleh siswa,

selain pemahaman terhadap materi pembelajaran itu sendiri.

Model pembelajaran Deep Dialogue And Critical Thinking adalah

model pembelajaran yang mengkonsentrasikan kegiatan pembelajaran

untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman, melalui dialog

secara mendalam dan berpikir kritis (Helmiati, 2013). Penyusunan

rancangan pembelajaran Deep Dialogue And Critical Thinking

dilakukan empat tahapan utama yaitu :

5) Mengembangkan komunitas (Comunity building)

6) Analisis isi (content analysis)

7) Analisis latar cultural (cultural setting analysis)

8) Pengorganisasian materi (content analysis). (Lubis, 2007)

Pertama, membangun komunitas belajar tahap ini merupakan

bagian refleksi diri guru terhadap dunia siswanya. Pandangan dunia

guru yang dimiliki oleh siswanya menjadi bagian yang berguna, dalam

menyususn rancangan pembelajaran yang bernuansa dialog yang

mendalam dan berfikir kritis. Kegiatan refleksi ini meliputi

Page 39: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

27

indentifikasi pengalaman guru dan pengalaman siswanya, kelas

belajar dan sebagainya.

Kedua, analisis isi proses untuk melakukan identifikasi seleksi

dan penetapan pembelajaran. Proses ini ditempuh dengan berpedoman

ramburambu materi yang terdapat dalam kurikulum yang antara lain

standar minimal, urutan (sequence) dan keluasaan (scope) materi,

kompetensi dasar yang dimilikinya serta keterampilan yang

dikembangkan. Di samping menganalisis guru hendaknya

menggunakan pendekatan nilai moral yang substansinya meliputi

prinsif komunikasi, etika komunikasi dan mekanisme komunikasi.

Ketiga, analisis latar yang dikembangkan dari latar kultural dan

siklus kehidupan (life cycle). Dalam analisis ini mengandung dua

konsep, yaitu konsep wilayah atau lingkungan (lokal, regional,

nasional dan global) dan konsep manusia berserta aktifitasnya yang

mencakup seluruh aspek kehidupan. Selain itu, analisis latar juga

mempertimbangkan nilai-nilai kultural yang tumbuh dan berkembang

serta dijunjung tinggi oleh suatu masyarakat serta kemungkinan

kebermanfaatannya bagi kehidupan peserta didik. Dalam kaitan itu,

analisis latar berhubungan erat dengan prinsip yang harus

dikembangkan dalam mengajarkan nilai dan moral, yaitu prinsip dari

mudah ke yang sukar, dari yang sederhana menjadi kompleks, dari

konkrit ke abstrak, dari lingkungan sempit atau dekat ke lingkungan

yang meluas.

Keempat, pengorganisasian materi model dilakukan dengan

memperhatikan prinsip ”4W dan 1 H” yaitu What (apa), Why

(mengapa), When (kapan), where (dimana) dan How (bagaimana).

Dalam rancangan pembelajaran keempat prinsif ini harus di warnai

oleh ciri–ciri pembelajaran Deep Dialogue And Critical Thinking.

Dalam menuju pelakonan, nilai-nilai moral dan critical thinking dalam

upaya pencapaian dan pemahan konsep, dan pengembangan konsep.

(Lubis, 2007)

Page 40: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

28

b. Langkah-langkah pembelajaran Deep Dialogue And Critical

Thinking

(13) Dalam setiap mengawali pembelajaran dimulai dengan

berdoa.

(14) Memberikan tujuan pembelajaran, kompetensi yang akan

dicapai.

(15) Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

bertanya mengenai bahan pelajaran yang belum dikuasai dari

pelajaran yang sudah dipelajari.

(16) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari.

(17) Guru membagi peserta didik ke dalam kelompok

pembelajaran yang terdiri dari 4-6 peserta didik.

(18) Guru meminta setiap kelompok untuk menghitung jumlah

anggota kelompoknya dan masing-masing peserta didik mengingat

nomor urutannya dalam kelompok.

(19) Guru memberikan masalah atau tugas yang harus

didiskusikan atau didialogkan secara mendalam oleh kelompok

tersebut.

(20) Setelah dibentuk kelompok, kemudian guru memberikan

pertanyaan kepada setiap kelompok secara acak (dengan undian

nomor). Hal ini diharapkan agar peserta didik dilatih memberikan

pengalaman melalui proses usaha menemukan informasi, konsep

atau pengertian yang diperlukan dengan mengoptimalkan dialog

dan berpikir kritis.

(21) Setelah selesai berdiskusi, guru kemudian memberikan

kesempatan pada peserta didik untuk mempresentasikan hasil

diskusinya.

(22) Setelah peserta didik melakukan presentasi, guru akan

mengklarifikasi hasil diskusi yang telah peserta didik sampaikan.

(23) Guru bersama peserta didik merefleksi kegiatan pembelajaran

yang telah dilakukan.

Page 41: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

29

(24) Guru bersama peserta didik juga menyimpulkan poin penting

dari materi yang telah dibahas bersama. (Lubis, 2007)

Dari langkah-langkah diatas,dibuatlah kolom seperti dibawah ini:

Guru Murid Alokasi Waktu

Guru memberi salam,

mempersilahkan siswa untuk berdo‟a

Siswa menjawab salam, dan

berdo‟a

10 menit

Guru menjelaskan tujuan

pembelajaran,kompetensi yang akan

dicapai

Siswa memperhatikan yang

disampaikan guru

Guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk bertanya

mengenai bahan pelajaran yang

belum dikuasai dari pelajaran yang

sudah dipelajari

Siswa bertanya kepada guru

mengenai bahan pelajaran yang

belum dikuasai dari pelajaran yang

sudah dipelajari

Guru menyampaikan materi pokok

yang akan dipelajari

Siswa memperhatikan penjelasan

yang disampaikan oleh guru

Guru membagi peserta didik

kedalam kelompok pembelajaran

yang terdiri dari 4-6 siswa

Siswa duduk dikelompok masing-

masing sesuai dengan yang guru

bagikan

Guru meminta setiap kelompok

menghitung jumlah anggota

kelompok

Siswa mulai menghitung anggota

kelompok masing-masing

Guru memberikan masalah atau

tugas yang harus didiskusikan secara

mendalam oleh kelompok tersebut

Siswa mulai berdiskusi dari

masalah yang diberikan oleh guru

25 menit Guru memberikan pertanyaan kepada

setiap kelompok secara acak (dengan

nomor undian).

Siswa yang terpilih menjawab

pertanyaan yang diberikan guru,

dan siswa lain memperhatikan

Setelah selesai berdiskusi, guru Setiap kelompok siswa mulai 25 menit

Page 42: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

30

kemudian memberikan kesempatan

siswa untuk mempresentasikan hasil

diskusinya

mempresentasikan hasil diskusi

mereka satu persatu

Guru mengklarifikasi hasil diskusi

yang telah siswa sampaikan

Siswa memperhatikan dan

menanyakan jika kurang dipahami

15 menit

Guru bersama siswa merefleksi

kegiatan pembelajaran yang telah

dilakukan

Guru bersama siswa merefleksi

kegiatan pembelajaran yang telah

dilakukan

Guru bersama siswa menyimpulkan

poin penting dari materi yang telah

dibahas bersama

Guru bersama siswa menyimpulkan

poin penting dari materi yang telah

dibahas bersama

Guru memberikan motivasi Siswa memperhatikan

5 menit Guru mengakhiri pembelajaran

dengan salam

Siswa menjawab salam

c. Ciri-ciri Deep Dialogue And Critical Thinking

Global Dialogue Institute mengidentifikasi ciri-ciri pembelajaran

yang menggunakan model pembelajaran Deep Dialogue And Critical

Thinking, yaitu:

8) Peserta didik dan guru nampak aktif.

9) Mengoptimalisasikan potensi intelegensi peserta didik.

10) Berfokus pada mental, emosional dan spiritual.

11) Menggunakan kemampuan komunikasi dan berpikir kritis dalam

pembelajaran.

12) Peserta didik dan guru dapat menjadi pendengar, pembicara dan

pemikir yang baik.

13) Dapat diimplimentasikan dalam kehidupan sehari-hari.

14) Lebih menekankan pada nilai, sikap dan kepribadian. (Lubis,

2007)

d. Kelebihan dan kelemahan Deep Dialogue And Critical Thinking

Page 43: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

31

Menurut Salamah bahwa model pembelajaran Deep Dialogue And

Critical Thinking memiliki kelebihan diantaranya:

7) Deep Dialogue And Critical Thinking digunakan untuk melatih

siswa untuk mampu berfikir kritis, dan imajinatif, menggunakan

logika, menganalisis fakta-fakta dan melahirkan imajinatif atas

ide-ide lokal dan tradisional. Sehingga siswa dapat membedakan

yang mana disebut berpikir baik dan tidak baik.

8) Deep Dialogue And Critical Thinking merupakan pendekatan

yang dapat dikolaborasikan dengan metode yang telah ada dan

dipergunakan oleh guru selama proses pembelajaran.

9) Deep Dialogue And Critical Thinking merupakan dua sisi mata

uang, dan merupakan hal yang inherent (menjadi bagian tetap)

dalam kehidupan peserta didik, oleh karena itu dalam proses

pembelajaran Deep Dialogue And Critical Thinking selalu

berkaitan dengan kehidupan nyata sehingga memudahkan siswa

untuk mengerti dan memahami manfaat dari isi pelajaran.

10) Deep Dialogue And Critical Thinking menekankan pada nilai,

sikap dan kepribadian, mental, emosional dan spiritual sehingga

peserta didik belajar dengan menyenangkan dan bersemangat.

11) Melalui model pembelajaran Deep Dialogue And Critical

Thinking baik guru maupun siswa akan dapat memperoleh

pengetahuan dan pengalaman karena dengan dialog yang

mendalam dan berfikir kritis mampu memasuki ranah intelektual,

fisikal, sosial, mental seseorang.

12) Melalui Deep Dialogue And Critical Thinking akan terbina

hubungan antara guru dan peserta didik secara dialogis kritis,

membiasakan guru dan peserta didik untuk saling membelajarkan

dan belajar hidup dan keberagaman.

Kekurangan dari model pembelajaran Deep Dialogue and Critical

Thinking adalah sebagai berikut:

Page 44: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

32

5) Butuh waktu dan adaptasi bagi siswa yang tingkat kemampuannya

rendah.

6) Bagi guru yang kurang kreatif akan mengalami kesulitan karena

belum terbiasa mengkolaborasi dengan metode yang digunakan

sebelumnya.

7) Siswa yang pasif atau tidak percaya diri akan marasa semakin

minder, merasa paling bodoh.

8) Sulit diterima karena banyaknya keberagaman membuat guru dan

siswa beradu keintelektualan. (Lubis, 2007)

2. Berpikir Kritis Matematis

Berpikir kritis merupakan salah satu strategi kognitif dalam pemecahan

masalah yang lebih kompleks dan menuntut pola yang lebih tinggi. Berpikir kritis

lebih banyak berada dalam kendali otak kiri dengan fokus pada menganalisis dan

mengembangkan berbagai kemungkinan dari masalah yang dihadapi. Berpikir

kritis yaitu berpikir untuk: (1) membandingkan dan mempertentangkan berbagai

gagasan, (2) memperbaiki dan memperhalus, (3) bertanya dan verifikasi, (4)

menyaring, memilih, dan mendukung gagasan, (5) membuat keputusan dan

timbangan, (6) mengadakan landasan untuk satu tindakan. Para pakar di bidang

psikologi kognitif mengatakan bahwa berpikir kritis menuntut kita untuk

mempertimbangkan isu-isu umum antara beberapa ranah.

Dalam bidang pendidikan, Aisyah mengemukakan bahwa berpikir kritis

di definisikan sebagai pembentukan kemampuan aspek logika seperti kemampuan

memberikan argumentasi, silogisme dan pernyataan yang proposialnya.

Sedangkan, menurut Pikket dan Foster berpikir kritis adalah jenis berpikir yang

lebih tinggi yang bukan hanya menghafal materi tetapi penggunaan dan

manipulasi bahan-bahan yang dipelajari dalam situasi baru.

Menurut Fisher (2008), Ada tiga macam cara mendefinisikan berpikir

kritis. Pertama berpikir kritis merupakan “ satu pola berpikir reflektif yang

berfokus pada pembuatan keputusan tentang apa yang diyakini atau yang

dilakukan”. Ada empat kata kunci dalam definisi tersebut yaitu reflektif, terfokus,

keputusan, dan keyakinan.Reflektif mengandung makna bahwa dalam prosesnya

Page 45: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

33

berfikir dilakukan dengan pemantulan antara hal-hal yang bersifat tatanan

konseptual dan tatanan empiris untuk mendapatkan kesimpulan. Dalam kaitan ini,

pemprosesannya tidak hanya mendapatkan solusi masalah tetapi yang lebih

penting yaitu pemahaman yang lebih baik tentang hakikat masalah itu sendiri.

Berpikir kritis juga terfokus dalam arti kita tidak hanya berpikir, tetapi kita

berpikir tentang sesuatu yang ingin kita pikirkan. Tujuan berpikir kritis ialah

memberikan bobot dan penilaian terhadap informasi dengan cara yang sedemikian

rupa, sehingga kita dapat membuat keputusan secara tepat. Akhirnya, tidak seperti

pemecahan masalah, isi berpikir kritis merupakan keyakinan atau motif yang

ingin diuji secara lebih tepat.

Definisi kedua tentang berpikir kritis adalah “ berpikir yang lebih baik”.

Pandangan ini menyarankan bahwa belajar untuk berpikir secara kritis, informasi

untuk tujuan membuat pilihan dengan dukungan informasi yang tepat. Dengan

demikian, dalam proses pembelajaran, siswa harus terus diberikan bantuan agar

mampu mengembangkan pola-pola berpikir kritis dengan menggunakan informasi

yang memadai.

Definisi ketiga, adalah “berpikir yang membedakan antara berpikir yang

diarahkan mendapatkan tujuan dengan mengklarifikasikan tujuan”. Mendapatkan

tujuan lebih dekat dengan pemecahan masalah karena menekankan kepada

“produk atau hasil” pembuatan keputusan, sedangkan “klarifikasi tujuan” lebih

banyak menekankan pada “proses” untuk mencapai keputusan. Definisi ini

memandang bahwa berpikir kritis lebih dari sekedar membuat keputusan, dan

diyakini bahwa yang lebih penting lagi yaitu proses pembuatan keputusan dengan

didukung oleh informasi yang memadai.

b. Keterampilan-Keterampilan dalam Berpikir Kritis

Ada sejumlah keterampilan atau kecakapan yang diperlukan untuk dapat

melakukan berpikir kritis secara efektif. Menurut Ennis ada dua faktor yang

menunjang kecakapan berpikir kritis yaitu disposisi dan kecakapan. Disposisis,

merujuk pada ciri afektif dan disposisional yang dibawa seseorang untuk

melaksanakan tugas-tugas berpikir seperti keterbukaan berpikir, usaha untuk

mendapatkan informasi yang baik, dan kepekaan terhadap keyakinan, perasaan,

Page 46: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

34

dan pengetahuan orang lain. Kecakapan merujuk pada keterampilan kognitif yang

diperlukan untuk berpikir secara kritis, seperti tindakan memusatkan,

menganalisis, dan menimbang.

Segala bentuk berpikir kritis, tidak mungkin dapat dilakukan tanpa

komponen utama yaitu pengetahuan. Pengetahuan merupakan sesuatu yang

digunakan untuk berpikir secara kritis dan juga diperoleh sebagai hasil berpikir

kritis. Seperti telah dinyatakan pada bagian terdahulu, bahwa pengetahuan

keahlian akan membuat individu mampu memecahkan masalah secara lebih cepat,

lebih baik, dan berbeda. Pengetahuan merupakan sumber dalam memberikan

timbangan terhadap informasi atau titik pandang, dan juga membantu kita

meneliti secara cermat tujuan dan sasaran kita. Pengetahuan dalam bentuk strategi

secara aktif akan membentuk arahan dalam pemecahan masalah. Inferensi atau

pembuatan kesimpulan dalam proses berpikir kritis. Inferensi merupakan

keterampilan dalam menghubungkan dua atau lebih satuan-satuan

pengetahuan.Membuat inferensi atau kesimpulan merupakan tahap yang esensial

dalam berpikir kritis karena hal itu memungkinkan individu mampu memahami

situasi secara lebih dalam dan dalam derajat yang lebih bermakna.

Alec Fisher (2008) mendefinisikan berpikir kritis sebagai berpikir

reflektif yang beralasan dan difokuskan pada penetapan apa yang dipercayai atau

yang dilakukan. Ennis mengemukakan ada dua belas keterampilan yang

diperlukan dalam proses berpikir kritis matematis secara efektifitas, dua belas

kecakapan berpikir kritis matematis yaitu:

13) Memfokuskan pada pertanyaan.

14) Menganalisis argument.

15) Menanyakan dan menjawab pertanyaan klarifikasi.

16) Menimbang kredibilitas suatu sumber.

17) Mengamati dan menimbang hasil pengamatan.

18) Menimbang deduksi.

19) Menimbang induksi.

20) Membuat timbangan nilai.

21) Merumuskan istilah dan menimbang definisi.

Page 47: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

35

22) Mengidentifikasi asumsi.

23) Memutuskan suatu tindakan.

24) Berinteraksi dengan orang lain.

Menurut Paul, Fisher dan Nosich (1993:4) berpikir kritis adalah mode

berpikir mengenai hal, substansi atau masalah apa saja, di mana si pemikir

meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil struktur-

struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan standarstandar intelektual

padanya. Selanjutnya Krulik, mengemukakan bahwa berpikir kritis itu adalah

suatu cara berpikir yang menguji, menghubungkan, dan mengevaluasi semua

aspek dari suatu situasi masalah, termasuk di dalamnya kemampuan untuk

mengumpulkan informasi, mengingat, menganalisis situasi, membaca serta

memahami dan mengidentifikasi hal-hal yang diperlukan.

Menurut Fisher (2008) indikator keterampilan berpikir kritis yang

penting, meliputi:

10) Menyatakan kebenaran pertanyaan atau pernyataan.

11) Menganalisis pertanyaan atau pernyataan.

12) Berpikir logis.

13) Mengurutkan, misalnya secara temporal, secara logis, secara sebab

akibat.

14) Mengklasifikasi, misalnya gagasan objek-objek.

15) Memutuskan, misalnya apakah cukup bukti.

16) Memprediksi (termasuk membenarkan prediksi).

17) Berteori.

18) Memahami orang lain dan dirinya.

Menurut Arief dalam buku Ahmad Susanto (2013) ada lima prilaku yang

sistematis dalam berpikir kritis. Lima prilaku tersebut adalah sebagai berikut:

6) Keterampilan Menganalisis

Keterampilan menganalisis yaitu suatu keterampilan menguraikan

sebuah struktur kedalam komponen-komponen agar mengetahui

pengorganisasian struktur tersebut. Dalam keterampilan tersebut

tujuan pokoknya adalah memahami sebuah konsep dengan cara

Page 48: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

36

menguraikan atau merinci globalitas tersebut ke dalam bagian-bagian

yang lebih kecil dan terperinci.

7) Keterampilan Menyintesis

Keterampilan menyintesis yaitu keterampilan yang berlawanan

dengan keterampilan menganalisis, yakni keterampilan yang

menggabungkan bagian-bagian menjadi sebuah bentukan atau

susunan baru.

8) Keterampilan Mengenal dan Memecahkan Masalah

Keterampilan ini merupakan keterampilan aplikatif konsep

kepada beberapa pengertian baru. Keterampilan ini menuntut

pembaca untuk memahami bacaan dengan kritis sehingga setelah

kegiatan membaca selesai siswa mampu menangkap beberapa pokok

pikiran bacaan, sehingga mampu mempola sebuah konsep.

9) Keterampian Menyimpulkan

Keterampilan menyimpulkan yaitu kegiatan akal pikiran

manuasia berdasarkan pengertian atau pengetahuan yang dimilikinya,

dapat beranjak menyampai pengertian (kebenaran) baru yang lain.

10) Keterampilan Mengevaluasi atau Menilai

Keterampilan ini menuntut pemiira yang matang dalam

menentukan nilai sesuatu dengan berbagai kriteria yang

ada.Keterampilan menilai menghendaki pembaca agar memberikan

penilaian tentang nilai yang diukur dengan meggunakan standar

tertentu.

Berdasarkan beberapa indikator menurut para ahli di atas, dan hasil

prasurvey. Peneliti merujuk pada indikator menurut Arief (2013), dapat dilihat

pada Tabel 2 berikut :

Tabel 2.1

Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

No. Indikator Berpikir Kritis

Matematis

Sub Indikator Kemampuan Berpikir Kritis

Matematis

1 Menganalisis Menentukan informasi dari soal, memilih

Page 49: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

37

informasi yang penting, serta memilih strategi

yang benar dalam menyelesaikannya.

2 Menyintesis

Menemukan fakta, data dan konsep kemudian

menghubungkan fakta, data dan konsep serta

menyimpulkan penyelesaian yang tepat.

3 Memecahkan Masalah

Mengidentifikasi yang diketahui, ditanyakan

dan kecukupan unsur dalam soal, membuat

model matematika, merencanakan

penyelesaiannya, dan menyelesaikan model

matematika

4 Menyimpulkan Menemukan fakta, data dan konsep serta dapat

menyimpulkan penyelesaian yang tepat.

5 Mengevaluasi

Menemukan dan mendeteksi hal-hal penting

dalam soal dan menyelesaikan model

matematika.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian dengan menggunakan model Deep Dialogue/Critical Thinking

hasil telaah pustaka peneliti, antara lain:

3. Penelitian Anis Mardiningsih dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran

Deep Dialogue And Critical Thinking Terhadap Kemampuan Berfikir Kritis

Matematis”. Penelitian ini merupakan penelitian Quasy Experimental Design.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII SMPN

24 Bandar Lampung. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan acak

kelas. Sampel dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VIIII sebagai

kelas eksperimen dan kelas VIIIH sebagai kelas kontrol. Teknik

pengumpulan data adalah tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji-

t. Uji prasyarat analisis dilakukan dengan metode Lilifors untuk uji

normalitas dan uji barlett untuk uji homogenitas. Berdasarkan hasil uji

normalitas dengan menggunakan uji Lilifors dan uji homogenitas dengan uji

barlett, diperoleh bahwa data hasil tes dari kedua kelompok tersebut normal

Page 50: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

38

dan homogen sehingga untuk pengujian hipotesis dapat digunakan uji-t. Dari

hasil penelitian dan analisis data diperoleh , sedangkan nilai ttabel = 2,000.

Oleh karena thitung > ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya rata-

rata kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik dengan menggunakan

model pembelajaran deep dialogue and critical thinking tidak sama dengan

rata-rata kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik dengan

menggunakan model pembelajaran ekspositori. Jadi dapat disimpulkan bahwa

penggunaan model deep dialogue and critical thinking dapat memberikan

pengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik.

Penelitian di atas menunjukkan adanya persamaan dan perbedaan dengan

penelitian yang dilakukan peneliti. Adapun persamaan penelitian di atas

dengan penelitian yang akan peneliti lakukan terdapat pada model

pembelajaran yang digunakan. Perbedaan dalam penelitian ini terletak pada

variable terikat yaitu keaktifan dan prestasi belajar, lokasi penelitian serta

mata pelajaran.

4. Penelitian Octavia Argita dalam penelitiannya yang berjudul “Implementasi

Model Pembelajaran Deep Dialogue/Critical Thinking untuk meningkatkan

Keaktifan dan Prestasi belajar Sejarah Siswa Kelas XI IPS SMA 2 Godean

Tahun Ajaran 2010/2011”. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan

bahwa terdapat peningkatan keaktifan siswa pada siklus 1 sebesar 28%, siklus

2 sebesar 30% dan siklus 3 sebesar 35%. Sedangkan prestasi belajar

mengalami peningkatan pada siklus I sebesar 12%, siklus II sebesar 24 % dan

siklus III sebesar 40%. dari data tersebut dapat diketahui bahwa penerapan

model pembelajaran deep dialogue/critical thinking dapat meningkatkan

keaktifan dan prestasi belajar.

Penelitian di atas menunjukkan adanya persamaan dan perbedaan dengan

penelitian yang dilakukan peneliti. Adapun persamaan penelitian di atas

dengan penelitian yang akan peneliti lakukan terdapat pada model

pembelajaran yang digunakan. Perbedaan dalam penelitian ini terletak pada

variable terikat yaitu keaktifan dan prestasi belajar, lokasi penelitian serta

mata pelajaran.

Page 51: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

39

5. Saifurrijal dalam penelitiannya yang berjudul “Kolaborasi Metode Ceramah

dengan Model Pembelajaran Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT)

untuk Meningkatkan Partisipasi dan Hasil belajar pada Mata Pelajaran Chasis

dan Suspensi Otomotif Siswa Kelas XI SMKN 2 Pengasih Tahun Ajaran

2011/2012”. Menyimpulkan bahwa Dengan diterapkannya kolaborasi metode

ceramah dengan model pembelajaran Deep Dialogue/Critical Thinking

(DD/CT) dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran,

pada siklus I siswa yang berpartisipasi sebesar 42.43%, pada siklus II sebesar

61.74% dan pada siklus III sebesar 69.70%. Penerapan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran Deep Dialogue/Critical Thinking

(DD/CT) juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, peningkatan dari siklus

I ke siklus III sebesar 12.89%.

Penelitian di atas menunjukkan adanya persamaan dan perbedaan dengan

penelitian yang dilakukan peneliti. Adapun persamaan penelitian di atas

dengan penelitian yang akan peneliti lakukan terdapat pada model

pembelajaran yang digunakan. Perbedaan dalam penelitian ini terletak pada

variable terikat yaitu keaktifan dan prestasi belajar, lokasi penelitian serta

mata pelajaran.

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas, dapat disusun suatu

kerangka berpikir guna memperoleh jawaban sementara atas kesalahan yang

timbul. Dalam setiap tindakan penulis akan mengamati kemampuan berpikir kritis

matematis peserta didik pada setiap tindakan pengajaran yang dilakukan di kelas.

Pada kondisi awal peserta didik kelas VII MTs Negeri 2 Kota Jambi, memiliki

kemampuan berpikir kritis matematis yang cukup rendah. Hal tersebut dilihat dari

keadaan peserta didik yang kurang bisa memperkirakan jawaban dan proses solusi

pada setiap masalah yang diberikan, serta membuat kesimpulan yang benar dari

hasil penyelidikan permasalahan yang dipelajari.

Selain itu, beberapa peserta didik masih sangat bergantung kepada guru

dalam proses pembelajaran matematika, sehingga sebagian dari peserta didik

kurang memiliki kreatifitas dalam menentukan solusi pada setiap permasalahan.

Page 52: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

40

Hal ini dikarenakan guru masih menggunakan model pembelajaran langsung salah

satunya yaitu pembelajaran ekspositori.

Pembelajaran berpusat pada pendidik melalui pembelajaran ekspositori

masih menjadi kecenderungan dalam pembelajaran matematika yang berakibat

pada rendahnya berpikir kritis matematis peserta didik. Proses pembelajaran yang

terjadi hanya mengandalkan diri pada pendidik saja tanpa harus berpikir

mendalam serta membuat suasana menjadi kurang aktif. Model pembelajaran

Deep Dialogue And Critical Thinking yaitu suatu model pembelajaran yang

mengkonsentrasikan kegiatan pembelajaran untuk mendapatkan pengetahuan dan

pengalaman, melalui dialog secara mendalam dan berpikir kritis. Dari mulai

memahami masalah, merencanakan penyelesaian, melaksanakan rencana hingga

memeriksa proses dan hasil dari jawaban.

Dari pemaparan di atas penulis merasa perlu meneliti apakah terdapat

pengaruh model pembelajaran Deep Dialogue And Critical Thinking terhadap

kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik. Kemampuan berpikir kritis

matematis peserta didik dapat dilihat dari hasil posttest yang diberikan setelah

dilakukannya pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran yang berbeda

pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Gambaran penelitian ini disajikan dalam

bentuk diagram, sebagai berikut :

Diagram Kerangka Berpikir

Rendahnya Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

Model Pembelajaran

Model Pembelajaran Ekspositori Model Pembelajaran Deep Dialogue And

Critical Thinking

Kelas Eksperimen

Kelas Kontrol

Page 53: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

41

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis

merupakan jawaban sementara dari permasalahan yang masih perlu diuji

kebenarannya melalui analisis.

Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh model

pembelajaran Deep Dialogue And Critical Thinking terhadap kemampuan berpikir

kritis matematis peserta didik.

Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

Tinggi

Tes Tes

Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

Rendah

Page 54: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

42

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Kota

Jambi yang beralamat di JL. Adityawarman No. 05, Thehok, Jambi Selatan, Kota

Jambi. Sedangkan waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester II (Genap)

Tahun Ajaran 2019/2020.

B. Pendekatan dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan

metode True Eksperimental Design yaitu Posstest-Only Control Design. Pada

design ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R).

“Kelompok Pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok yang lain tidak.

Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok

yang yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol” (Sugiyono, 2017, hal.

112)

Peneliti akan menguji coba kemampuan pemahaman konsep matematis

dengan cara memilih dua kelompok kelas yaitu kelompok siswa yang mendapat

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Deep Dialogue And

Critical Thinking (kelompok eksperimen) kemudian membandingkan dengan

kelompok siswa yang tidak mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran Deep Dialogue And Critical Thinking (kelompok kontrol).

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Posttest-

Only Control Design. Kedua kelompok hanya diberikan tes di akhir setelah

diberikan perlakuan yang berbeda. Berikut ini merupakan desain penelitiannya:

Gambar 3.1 Posttest-Only Control Design

R X O2

R O4

Page 55: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Penelitian dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Kota Jambi.

Penelitian ini dilakukan selama 5 kali pertemuan dengan seminggu 2 (dua) kali

pertemuan. Selanjutnya setelah selesai melakukan proses pembelajaran selama 4

kali pertemuan, siswa diberikan tes akhir pada pertemuan ke 5 untuk mengetahui

kemampuan berfikir kritis matematis siswa dalam menyelesaikan soal pada materi

Segiempat. Penelitian dilaksanakan pada dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan

kelas kontrol. Guru yang mengajar matematika di kelas VII F dan VII G adalah

Bapak Amir Mahmud,S.Pd. Kelas eksperimen adalah kelas VII G (28 orang)

yang menerapkan model Pembelajaran Deep Dialogue And Critical Thinking.

sedangkan Kelas kontrol adalah kelas VII F (29 orang) yang menerapkan model

Pembelajaran Langsung. Adapun jadwal pembelajaran yang telah dilakukan

penulis adalah sebagai berikut:

Tabel 4. 1

Jadwal Pembelajaran

Pertemuan Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pertama

Kedua

16 April 2019

19 April 2019

16 April 2019

17 April 2019

Ketiga 30 April 2019 30 April 2019

Keempat 03 Mei 2019 01 Mei 2019

Kelima 14 Mei 2019 14 Mei 2019

Page 56: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

44

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada bab IV maka dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Skor kemampuan berfikir kritis matematis siswa yang menggunakan

model Deep Dialogue And Critical Thinking pada materi segiempat

diperoleh skor rata-rata = 73,46 dan standar deviasinya = 8,75 serta

mediannya = 71.

2. Skor kemampuan berfikir kritis matematis siswa yang menggunakan

model pembelajaran Langsung pada materi segiempat diperoleh skor

rata-rata 44,68 dan standar deviasinya = 13,4 serta mediannya = 42.

3. Berdasarkan hasil uji korelasi Phi untuk mengetahui apakah terdapat

pengaruh model pembelajaran Deep Dialogue And Critical Thinking

terhadap kemampuan berfikir kritis matematis siswa, hasil analisis pada

taraf signifikansi 5% dan 1% diperoleh 0,250 < > 0,325 untuk nilai

tes, karena maka ditolak yang artinya ada pengaruh secara

nyata penerapan model pembelajaran Deep Dialogue And Critical

Thinking terhadap kemampuan berfikir kritis matematis siswa.

Page 57: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

45

B. Saran

Sesuai dengan hasil penelitian seperti yang telah penulis simpulkan diatas

maka saran dari penulis adalah :

1. Guru mata pelajaran matematika di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Kota

Jambi diharapkan dapat menggunakan model pembelajaran Deep

Dialogue And Critical Thinking dalam proses pembelajarannya, karena

model pembelajaran ini terbukti lebih efektif untuk membuat siswa

mudah memahami materi dan mengerjakan soal matematika, dan dapat

dijadikan salah satu upaya atau daya tarik siswa untuk meningkatkan

kemampuan berfikir kritis matematis siswa pada mata pelajaran

matematika.

2. Diharapkan kepada siswa agar belajar lebih giat dan aktif, khususnya

siswa kelas VII di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Kota Jambi. Karena

mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang

nantinya akan diikut sertankan dalam Ujian Nasional (UN).

Page 58: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

46

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, M. Dkk. (2013). Model dan Metode Pendekatan Pembelajaran di

Sekolah. diakses dari http://dikdasebook.blogspot.co.id/2018/03/model-

dan-metodepembelajaran-di.html

Fisher, A. (2008). Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Ahmad Susanto (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran disekolah dasar.

Jakarta: Kencana Predana Media.

Mardiningsih, Anis. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran DDCT Terhadap

Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Peserta Didik Kelas VIII SMPN

24 Bandar Lampung. Tgl 27 agustus 2019 pkl 16.24.

Arikunto, S. (2013). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi

Aksara.

Argita, Octavia. (2011). Implementasi model pembelajaran DDCT Untuk

Meningkatkan Keaktifan dan prestasi belajar sejarah siswa kelas XI Ips

SMA 2 Godean Tahun Ajaran 2010/2011. Tgl 27 agustus 2019 pkl

16.50.

Jean Peaget. (2006). Teori Perkembangan Kognitif. Yogyakarta: Kanisius, Cet I.

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan.

Lubis Grafura. (2007). Pembelajaran Inovatif Berbasis Deep Dialogue And

Criical Thinking. Jakarta: Ibid.

Hamzah, A., & Muhlisrarani. (2014). Perencanaan dan Strategi Pembelajaran

Matematika. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Helmiati. (2013). Model Pembelajan. Diakses dari http://anzdoc.com/model-

pembelajaran-dr-hj-helmiati-mag.html, 29 April 2019.

Misbahuddin, (2014). Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: PT.

Bumi Aksara..

Riduwan.(2012). Dasar-dasar Statistika. Bandung:Alfabeta

Rohim, saiful. 2010. Konsep dan makna pembelajaran. Bandung : Alfabeta

Sagala, saiful. (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Page 59: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

47

Sekretariat Ditjen Pendidikan Islam (2006). UU dan peraturan pemerintah RI

tentang Pendidikan. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Islam

Departemen Agama RI

Sudijono, A. (2012). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada

Sudijono, A. (2015). Pengantar Statistik Matematika. Jakarta: Raja Grafindo

Persada

Sudjana. (2013). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Tim Penyusun. (2017). Pedoman penulisan skripsi. UIN STS Jambi

Tim Penyusun. (2018). Pedoman penulisan skripsi. UIN STS Jambi

Trianto. (2014). Model Pembelajaran terpadu. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Usman, H. (2015). Pengantar Statistika. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Page 60: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

48

Data Penskoran Nilai Posttest Kelas Eksperimen

Nama

Skor

1

(5)

2

(10)

3

(10)

4

(15)

5

(10)

Skor

Nilai

Nilai

Konversi

ARA 5 7,5 10 10 5 37,5 75

AR 5 6 10 8,5 6 35,5 71

AZ 5 10 10 11 9,5 45,5 91

AS 5 7 10 6,5 4 32,5 65

AAD 5 8 10 5,5 7 35,5 71

AAMd 5 5 10 7 7 34 68

AAM 5 9 10 14 9,5 32,5 65

AH 5 8,5 10 11 8 42,5 85

CPE 5 9 10 14,5 9 47,5 95

CNC 5 8 10 8 8 39 78

DA 5 6,5 10 8 8 37,5 75

FS 5 6 10 7 7,5 35,5 71

FA 5 7 10 7 5 34 68

GP 5 6,5 10 7 7 35,5 71

HA 5 10 10 14 8,5 47,5 95

ISF 5 6 10 6 7 34 68

MBP 5 7 10 9 8 39 78

MASP 5 7 10 8,5 7 37,5 75

MDRA 5 6,5 10 5 6 32,5 65

MAP 3 8,5 10 8 8 37,5 75

MFN 5 5,5 10 6 6 32,5 65

QAA 5 7 10 5 5,5 32,5 65

RPW 5 6 10 7 6 34 68

RAD 5 8 10 9 7 39 78

RRP 5 6,5 10 5 6 32,5 65

RMRP 5 6 10 7 6 34 68

SNBG 5 7 10 9 8 39 78

SPR 5 5 10 6,5 6 32,5 65

Page 61: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

49

Data Penskoran Nilai Posttest Kelas Kontrol

Nama

Skor

1

(5)

2

(10)

3

(10)

4

(15)

5

(10)

Skor

Nilai

Nilai

Konversi

AJA 3 4 3 3 3 16 32

ANC 5 4 4 5 3 21 42

APTA 5 7,5 7 6 5 30,5 61

CFI 5 9 8 7,5 8 37,5 75

DG 5 8 10 8 8,5 39,5 79

DAS 5 6 5 5 4 25 50

EAF 3 4,5 3 3 4 17,5 35

FD 4 3 3,5 4 3 17,5 35

FR 2 4 4 3 3 16 32

IZ 4 5 4 4 4 21 42

IRS 5 5 5 5 5 25 50

JPM 5 6,5 7 6 6 30,5 61

KNM 3 3 3 4 3 16 32

LSA 2 4 4 3 3 16 32

LLH 3 5 4 4 5 21 42

MSD 5 4 6 5 5 25 50

NZS 3 4,5 3 4 3 17,5 35

Nr 4 4 3 3 3,5 17,5 35

NF 5 4 4 4 4 21 42

RR 2 4 3 3 4 16 32

RA 5 5 4 5 6 25 50

SZS 3 2 3 4 4 16 32

SM 4 5 4 5 3 21 42

SK 2 4 4 2 4 16 32

TIAS 5 5 4 5 6 25 50

TH 5 6 4 3 3 21 42

Wn 4 3 4 2 3 16 32

WTU 5 7 5 7 6,5 30,5 61

YDS 5 6 7 5,5 7 30,5 61

Page 62: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

50

Uji Homogenitas Data

Dalam uji homogenitas menggunakan rumus sebagai berikut :

Dengan :

A. Proses pengujian homogenitas :

1. Nilai kelas eksperimen

No Nama Nilai

1 ARAA 75

2 A R 71

3 AZ 91

4 AS 65

5 ADS 71

6 AAMd 68

7 AAM 65

8 AH 85

9 CPE 95

10 CNC 78

11 DA 75

12 FS 71

13 FA 68

14 GP 71

15 HA 95

16 ISF 68

Page 63: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

51

17 MBP 78

18 MASP 75

19 MDRA 65

20 MAP 75

21 MFN 65

22 QAA 65

23 RPW 68

24 RAD 78

25 RRP 65

26 RMRP 68

27 SNBG 78

28 SPR 65

Dari data di peroleh :

2

1 75 1,54 2,3716

2 71 -2,46 6,0516

3 91 17,54 307,6516

4 65 -8,46 71,5716

5 71 -2,46 6,0516

6 68 -5,46 29,8116

7 65 -8,46 71,5716

8 85 11,54 133,1716

9 95 21,54 463,9716

10 78 4,54 20,6116

11 75 1,54 2,3716

Page 64: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

52

12 71 -2,46 6,0516

13 68 -5,46 29,8116

14 71 -2,46 6,0516

15 95 21,54 463,9716

16 68 -5,46 29,8116

17 78 4,54 20,6116

18 75 1,54 2,3716

19 65 -8,46 71,5716

20 75 1,54 2,3716

21 65 -8,46 71,5716

22 65 -8,46 71,5716

23 68 -5,46 29,8116

24 78 4,54 20,6116

25 65 -8,46 71,5716

26 68 -5,46 29,8116

27 78 4,54 20,6116

28 65 -8,46 71,5716

Jumlah

2134,965

Page 65: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

53

2. Nilai Kelas Kontrol

No Nama Nilai

1 AJA 32

2 ANC 42

3 APTA 61

4 CFI 75

5 DG 79

6 DAS 50

7 EAF 35

8 FD 35

9 FR 32

10 IZ 42

11 IRS 50

12 JPM 61

13 KNM 32

14 LSA 32

15 LLH 42

16 MSD 50

17 NZS 35

18 Nr 35

19 NF 42

20 RR 32

Page 66: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

54

21 RA 50

22 SZS 32

23 SM 42

24 SK 32

25 TIAS 50

26 TH 42

27 Wn 32

28 WTU 61

29 YDS 61

Dari tabel diatas diperoleh :

2

1 32 -12,69 161,0361

2 42 -2,69 7,2361

3 61 16,31 266,0161

4 75 30,31 918,6961

5 79 34,31 1177,176

6 50 5,31 28,1961

7 35 -9,69 93,8961

8 35 -9,69 93,8961

9 32 -12,69 161,0361

10 42 -2,69 7,2361

Page 67: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

55

11 50 5,31 28,1961

12 61 16,31 266,0161

13 32 -12,69 161,0361

14 32 -12,69 161,0361

15 42 -2,69 7,2361

16 50 5,31 28,1961

17 35 -9,69 93,8961

18 35 -9,69 93,8961

19 42 -2,69 7,2361

20 32 -12,69 161,0361

21 50 5,31 28,1961

22 32 -12,69 161,0361

23 42 -2,69 7,2361

24 32 -12,69 161,0361

25 50 5,31 28,1961

26 42 -2,69 7,2361

27 32 -12,69 161,0361

28 61 16,31 266,0161

29 61 16,31 266,0161

Jumlah 1296 5008,207

Page 68: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

56

3. Proses pengujian homogenitas

1 2 2 2

75 2,3716 32 161,0361

71 6,0516 42 7,2361

91 307,6516 61 266,0161

65 71,5716 75 918,6961

71 6,0516 79 1177,176

68 29,8116 50 28,1961

65 71,5716 35 93,8961

85 133,1716 35 93,8961

95 463,9716 32 161,0361

78 20,6116 42 7,2361

75 2,3716 50 28,1961

71 6,0516 61 266,0161

68 29,8116 32 161,0361

71 6,0516 32 161,0361

95 463,9716 42 7,2361

68 29,8116 50 28,1961

78 20,6116 35 93,8961

75 2,3716 35 93,8961

65 71,5716 42 7,2361

75 2,3716 32 161,0361

65 71,5716 50 28,1961

65 71,5716 32 161,0361

Page 69: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

57

68 29,8116 42 7,2361

78 20,6116 32 161,0361

65 71,5716 50 28,1961

68 29,8116 42 7,2361

78 20,6116 32 161,0361

65 71,5716 61 266,0161

61 266,0161

Jumlah

2134,965 5008,207

73,46 44,69

B. Membandingkan dengan

Dengan rumus :

(untuk varians besar)

(untuk varians kecil)

Page 70: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

58

Karena sebesar 28 tidak ada di tabel, sedangkan yang ada di

tabel = 24 dan = 30 oleh karena itu dilakukan

interpolasi sebagai berikut:

Pada taraf signifikansi

Sehingga di peroleh

Kriteria pengujian:

Jika maka tidak homogen

Jika maka homogen

Karena atau 2,26 < 2,497 maka dapat disimpulkan bahwa

kelas VII G dan kelas VII H bersifat homogen atau mempunyai varians

yang sama.

Page 71: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

59

Uji t-test

Tabel Uji t-test

No =( )

1 75 32 1,54 -12,69 2,3716 161,0361

2 71 42 -2,46 -2,69 6,0516 7,2361

3 91 61 17,54 16,31 307,6516 266,0161

4 65 75 -8,46 30,31 71,5716 918,6961

5 71 79 -2,46 34,31 6,0516 1177,176

6 68 50 -5,46 5,31 29,8116 28,1961

7 65 35 -8,46 -9,69 71,5716 93,8961

8 85 35 11,54 -9,69 133,1716 93,8961

9 95 32 21,54 -12,69 463,9716 161,0361

10 78 42 4,54 -2,69 20,6116 7,2361

11 75 50 1,54 5,31 2,3716 28,1961

12 71 61 -2,46 16,31 6,0516 266,0161

13 68 32 -5,46 -12,69 29,8116 161,0361

14 71 32 -2,46 -12,69 6,0516 161,0361

15 95 42 21,54 -2,69 463,9716 7,2361

16 68 50 -5,46 5,31 29,8116 28,1961

17 78 35 4,54 -9,69 20,6116 93,8961

18 75 35 1,54 -9,69 2,3716 93,8961

19 65 42 -8,46 -2,69 71,5716 7,2361

20 75 32 1,54 -12,69 2,3716 161,0361

21 65 50 -8,46 5,31 71,5716 28,1961

22 65 32 -8,46 -12,69 71,5716 161,0361

23 68 42 -5,46 -2,69 29,8116 7,2361

24 78 32 4,54 -12,69 20,6116 161,0361

25 65 50 -8,46 5,31 71,5716 28,1961

26 68 42 -5,46 -2,69 29,8116 7,2361

27 78 32 4,54 -12,69 20,6116 161,0361

28 65 61 -8,46 16,31 71,5716 266,0161

29 61 16,31 266,0161

Jumlah 2057 1296 0,12 -0,01 2134,965 5008,207

Page 72: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

60

1. Menghitung mean variabel

2. Menghitung mean variabel

3. Mencari standar deviasi skor variabel

√∑

4. Mencari standar deviasi skor variabel

√∑

5. Mencari standar error mean variabel , dengan rumus :

Page 73: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

61

6. Mencari standar error mean variabel , dengan rumus

7. Mencari standar error perbedaan antara mean variabel dan mean variabel

dengan rumus :

8. Mencari atau dengan rumus :

9. Mencari interpretasi terhadap atau

Page 74: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

62

df atau db =

= 28 + 29 – 2

=55

Karena df sebesar 55 tidak ada di tabel, sedangkan yang ada di tabel df 60

dan df 40 oleh karena itu dilakukan interpolasi sebagai berikut :

Pada taraf signifikan 5%

C =

Pada taraf signifikansi 1 %

C =

C =

C =

Sehingga didapat sebagai berikut :

Pada taraf signifikansi 5% = 2,005

Pada taraf signifikansi 1% = 2,715

Page 75: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

63

Karena “t” yang diperoleh dalam perhitungan ( adalah lebih besar

dari pada (baik pada taraf signifikansi 5% = 2,005 maupun pada taraf

signifikansi 1% = 2,715 yaitu 2,005 < > 2,715 dengan demikian berarti

ditolak dan diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan hasil analisis

tes antara kemampuan berfikirkritis matematis siswa yang menggunakan

model Deep Dialogue And Critical Thinting. Hasil belajar yang diperoleh

siswa yang dalam proses pembelajarannya menggunakan model Deep

Dialogue And Critical Thinting lebih baik dari pada yang tidak

menggunakan model Deep Dialogue And Critical Thinting

Page 76: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

64

Page 77: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

65

Page 78: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

66

Page 79: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

67

Page 80: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

68

Page 81: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

69

Page 82: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

70

Page 83: PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DEEP DIALOGUE AND …

71