pengaruh model pembelajaran berbasis proyek pjbl)...
TRANSCRIPT
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS
PROYEK (PJBL) TERHADAP KEMAMPUAN
BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK PADA
MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk
Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Fitri Rizkiyah
NIM. 1113016100058
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
ii
v
ABSTRAK
Fitri Rizkiyah, 1113016100058. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis
Proyek terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik pada Materi
Pencemaran Lingkungan (Kuasi Eksperimen di SMAN 7 Kabupaten
Tangerang). Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidyatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis
proyek terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik pada materi
pencemaran lingkungan. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 7 Kabupaten
Tangerang dengan metode kuasi eksperimen yang menggunakan desain
nonequivalent control group. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari
dua kelas yaitu kelas X MIA 1 berjumlah 29 peserta didik sebagai kelas
ekperimen dan kelas X MIA 2 berjumlah 31 peserta didik sebagai kelas kontrol.
Pengambilan data dilakukan menggunakan tes kemampuan berpikir kreatif dalam
bentuk uraian berjumlah 11 soal yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya.
Berdasarkan pengujian hipotesis dengan uji-t diperoleh taraf signifikansi sebesar
0,00, lebih kecil dari nilai alpha yaitu 0,05 (sig < 0,05). Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran berbasis proyek terhadap
kemampuan berpikir kreatif peserta didik pada materi pencemaran lingkungan.
Kata kunci: Pembelajaran Berbasis Proyek, Kemampuan Berpikir Kreatif,
Pencemaran Lingkungan.
vi
ABSTRACT
Fitri Rizkiyah, 1113016100058. The Influence of Project Based Learning
Model on Student’s Creative Thinking Ability at Environmental Pollution
Learning Material (Quasi-Experimental at SMAN 7, Tangerang). BA Thesis,
Biology Education Study Program, Department of Natural Science Education,
Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, State Islamic University Syarif
Hidayatullah Jakarta.
This research aims to determine the influence of Project Based Learning model on
student’s creative thinking ability at environmental polution learning material.
This research was conducted at SMAN 7, Tangerang with a quasi-experimental
method which uses nonequivalent group design. The samples were taken by
purposive sampling technique. The samples in this research consisted of two
classes, they were X MIA 1 class which had 29 students as the experimental class
and X MIA 2 class which had 31 student as the control class. Data retrieval using
creative thinking ability test in essay of 11 questions that have been tested for
validity an reliability. The result from calculation of the T-Test obtained a
significance level of 0,00, smaller than the alpha value of 0,05 (sig < 0,05). It
means that there was influence of Project Based Learning Model on Student’s
Creative Thinking Ability at Envinmental Pollution Learning Material.
Keywords: Project Based Learning, Creative Thinking Ability, Environmental
Pollution
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran
Berbasis Proyek terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik pada
Materi Pencemaran Lingkungan”. Shalawat serta salam penulis haturkan
kepada junjungan Nabi Muhammada SAW beserta keluarga, para sahabat, dan
para pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Sururin, M.Ag., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
2. Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan
dan arahan selama masa perkuliahan.
3. Dr Yanti Herlanti, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan
Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Nengsih Juanengsih, M.Pd., Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan, saran, dan arahan selama penyusunan
skripsi.
5. Eni S Rosyidatun, M.A., Dosen Pembimbing II yang telah memberikan saran
dan motivasi bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan
sebaik-baiknya.
6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan IPA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama
mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan
mendapat berkah dari Allah SWT.
viii
7. Haryawan, M.Pd., Kepala Sekolah SMAN 7 Kabupaten Tangerang yang telah
memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.
8. Lisa Anita, M.Pd., Guru bidang studi Biologi Kelas X dan XI SMAN 7
Kabupaten Tangerang yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada
penulis selama penelitian
9. Dra. Hj. Munajah, Guru agama SMAN 7 Kabupaten Tangerang sekaligus
tante saya yang telah membantu saya selama persiapan penelitian
10. Seluruh dewan Guru, staf TU, peserta didik kelas X MIA 1, X MIA 2 dan XI
MIA 2 SMAN 7 Kabupaten Tangerang yang telah mendukung
keberlangsungan penelitian
11. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta, ayahanda Zulkifli Abbas dan
ibunda E. Bahiroh, serta saudara-saudara tersayang, Muhammad Haekal, Ifat
Kasyifaturrahmah, Zulmi Al-farobi, Siska Amelia, Aris Munandar dan Jazilah
Huwaida Izzati dan Muhammad Fauzan yang selalu sabar mendoakan dan
memotivasi penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini.
12. Agung Rajieb F yang selalu mendukung, memberi semangat, mendengar
segala keluh kesah dan membantu penulis mencari solusi dari setiap masalah
selama menyusun skripsi
13. Fithry Auliya, Festi Okayasari, Suadah Dzikriyah dan kawan-kawan
Pendidikan Biologi 2013 lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Terimakasih selalu mendoakan, memberi semangat dan bantuan selama
penyusunan skripsi.
14. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT membalas amal kebaikan dari pihak-pihak yang
telah banyak membantu di dalam pembuatan dan penyusunan skripsi ini. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amiin.
Jakarta,
Fitri Rizkiyah
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI .................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ............................................................. iii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI .................................................. iv
ABSTRAK ........................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 5
C. Pembatasan Masalah ................................................................................ 5
D. Perumusan Masalah ................................................................................. 6
E. Tujuan ....................................................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian ................................................................................... 6
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik .................................................................................... 7
1. Model Pembelajaran Berbasis Proyek ................................................ 7
a. Definisi Model Pembelajaran Berbasis Proyek ............................ 7
b. Landasan Pikiran Model Pembelajaran Berbasis Proyek ............ 8
c. Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Proyek ................... 9
d. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Proyek .......... 10
e. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis
Proyek ........................................................................................ 13
2. Kemampuan Berpikir Kreatif .......................................................... 14
a. Hakikat Berpikir Kreatif ............................................................ 14
b. Karakteristik Kemampuan Berpikir Kreatif .............................. 18
c. Tujuan Pengembangan Kreatifitas dan Kemampuan Berpikir
Kreatif ........................................................................................ 19
3. Pencemaran Lingkungan ................................................................. 20
B. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................... 22
C. Kerangka Berpikir ................................................................................. 24
D. Hipotesis Penelitian ............................................................................... 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Penelitian dan Waktu ................................................................ 25
B. Metode dan Desain Penelitian ............................................................... 25
C. Variabel Penelitian ................................................................................. 26
D. Populasi dan Sampel .............................................................................. 26
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 27
F. Instrumen Penelitian .............................................................................. 28
G. Kalibrasi Instrumen ............................................................................... 29
H. Teknik Analisis Data ............................................................................. 32
I. Hipotesis Statistik .................................................................................. 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 39
B. Pembahasan ........................................................................................... 52
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................ 63
B. Saran ...................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 65
LAMPIRAN ......................................................................................................... 71
x
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Syntax Model Pembelajaran Berbasis Proyek ..................................... 10
Tabel 3.1 Desain Penelitian................................................................................... 25
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian .............................................................. 27
Tabel 3.3 Kriteria Validitas Instrumen ................................................................. 29
Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas Instrumen ............................................................. 30
Tabel 3.5 Kriteria Tingkat Kesukaran .................................................................. 30
Tabel 3.6 Kriteria Daya Pembeda ........................................................................ 31
Tabel 3.7 Kriteria N-Gain .................................................................................... 36
Tabel 3.8 Kriteria Penilaian Kemampuan Berpikir Kreatif ................................. 36
Tabel 4.1 Data Statistik Hasil Pretest dan Posttest Kemampuan Berpikir Kreatif
Kelas Eksperimen dan Kontrol ............................................................ 38
Tabel 4.2 Hasil Uji N-Gain .................................................................................. 39
Tabel 4.3 Data Hasil Uji N-Gain Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif .......... 39
Tabel 4.4 Data Hasil Observasi Guru Kelas Eksperimen .................................... 40
Tabel 4.5 Data Hasil Observasi Peserta Didik Kelas Eksperimen ....................... 41
Tabel 4.6 Data Hasil Observasi Guru Kelas Kontrol ........................................... 43
Tabel 4.7 Data Hasil Observasi Peserta Didik Kelas Kontrol ............................. 44
Tabel 4.8 Data Rata-rata Nilai Produk ................................................................. 45
Tabel 4.9 Data Hasil Uji Statistik Pretest Kemampuan Berpikir Kreatif ............ 46
Tabel 4.10 Data Hasil Uji Statistik Posttest Kemampuan Berpikir Kreatif ......... 47
Tabel 4.11 Data Hasil Uji Statistik Pretest Kemampuan Berpikir Kreatif .......... 48
Tabel 4.12 Hasil Uji Statistik Data Gain Indikator Flexibillity dan Elaboration 49
Tabel 4.13 Hasil Uji Statistik Data Posttest Indikator Fluency dan Originality .. 50
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Empat kategori dari karakteristik kreativitas ................................... 15
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ............................................................................ 23
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Perencanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ....... 71
Lampiran 2 Rencana Perencanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol .............. 90
Lampiran 3 Lembar Kerja Proyek....................................................................... 102
Lampiran 4 Rubrik Penilaian Kemampuan Berpikir Kreatif Pada Produk ........ 111
Lampiran 5 Lembar Observasi Guru Kelas Eksperimen ................................... 115
Lampiran 6 Lembar Observasi Guru Kelas Kontrol .......................................... 121
Lampiran 7 Lembar Observasi Peserta Didik Kelas Eksperimen ...................... 125
Lampiran 8 Lembar Observasi Peserta Didik Kelas Kontrol ............................. 131
Lampiran 9 Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif .................. 135
Lampiran 10 Analisis Persentase Kemampuan Berpikir Kreatif Pada Produk .. 151
Lampiran 11 Kalibrasi Instrumen Penelitian ..................................................... 152
Lampiran 12 Nilai Pretest .................................................................................. 158
Lampiran 13 Nilai Posttest ................................................................................. 160
Lampiran 14 Nilai Pretest Per-Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif ........... 162
Lampiran 15 Nilai Posttest Per-Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif .......... 164
Lampiran 16 Uji Statistik Data Pretest .............................................................. 166
Lampiran 17 Uji Statistik Data Posttest ............................................................. 168
Lampiran 18 Uji Statistik Data Pretest Per-Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif
....................................................................................................... 170
Lampiran 19 Uji Statistik Data Gain Indikator Flexibillity dan Elaboration .... 175
Lampiran 20 Uji Statistik Data Posttest Indikator Fluency dan Originallity ..... 181
Lampiran 21 Rekapitulasi Data N-Gain ............................................................. 183
Lampiran 22 Wawancara Guru .......................................................................... 186
Lampiran 23 Uji Referensi ................................................................................. 188
Lampiran 24 Surat Keterangan Telah Penelitian ............................................... 199
Lampiran 25 Surat Permohonan Izin Penelitian ................................................ 200
Lampiran 26 Dokumentasi Penelitian ................................................................ 201
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Generasi muda yang bermutu di masa depan merupakan dambaan bagi
setiap bangsa. Pada abad 21 saat ini, pengetahuan dan teknologi mengalami
perkembangan yang sangat pesat.1 Oleh karena hal tersebut, diperlukan sumber
daya manusia yang memiliki berbagai keterampilan, diantaranya yaitu: 1)
creativity, 2) critical thinking, 3) communication, dan 4) collaboration.2
Sumber daya manusia yang berkualitas dicetak melalui pendidikan yang
berkualitas juga.3 Kualitas pendidikan Indonesia dapat diwakili oleh hasil
penelitian yang dilakukan oleh Organization for Economic Co-operation and
Development (OECD), sebagai lembaga penelitian international. Program
unggulan mereka adalah Program for International Student Assessment (PISA).
Berdasarkan hasil PISA (Program for International Student Assessment) tahun
2006-2007, Indonesia berada diposisi kedua paling rendah.4
Salah satu komponen pendidikan yang memegang peranan penting
dalam meningkatkan sumber daya manusia adalah guru. Guru merupakan
pendidik profesional yang memiliki tugas-tugas utama. Tugas utama guru tertera
dalam undang-undang tentang guru dan dosen nomor 14 tahun 2005 bab I pasal 1
yang berbunyi: “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
1 Etistika Yuni Wijaya, Dwi Agus Sudjimat, dan Amat Nyoto, “Transformasi Pendidikan
Abad 21 sebagai Tuntutan Pengembangan Sumber Daya Manusia di Era Global”, Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Matematika, Vol. 1, 2016, h. 263-264, diakses dari
http://repository.unikama.ac.id/840/32/263-278, pada 11 November 2017 pukul 09.30 WIB. 2 Maya Bialik dan Charles Fadel, Skills for the 21
st Century: What Should Students
Learn?, (Boston: Center for Curriculum Redesign, 2015), h. 1, diakses dari
https://curriculumredesign.org/wp-content/uploads/CCR-Skills_FINAL, pada 11 November 2017
pukul 11.18 WIB. 3 Najib Sulhan, Karakter Guru Masa Depan: Sukses dan Bermartabat, (Surabaya: Jaring
Pena, 2011), Cet. 1, h. 104. 4 Munif Chatib, Gurunya Manusia: Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua Anak
Juara, (Bandung: Kaifa, 2013), h. 22.
2
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah.”5
Terkait dengan pembelajaran, abad ke-21 menuntut perubahan
reorientasi dalam pembelajaran yaitu; (1) menggeser paradigma pembelajaran dari
berpusat pada guru menuju pembelajaran yang berpusat pada siswa, belajar
mandiri, dan pemahaman diri; (2) menggeser dari belajar menghafal konsep
menuju belajar menemukan dan membangun konsep sendiri; (3) menggeser dari
belajar individual klasikal menuju pembelajaran kelompok kooperatif.6
Menurut Costa Berthur L. (ed) (1985) yang dikutip oleh Edi Suryadi,
bahwa kemampuan berpikir kreatif merupakan sumber yang amat vital bagi suatu
bangsa. Mutu pendidikan suatu bangsa ditentukan oleh kemampuan berpikir
kreatif yang dimiliki oleh lulusan-lulusannya.7 Dalam prospek kerja, berdasarkan
Indonesia Skill Report, penelitian yang diambil berdasarkan tes pada pegawai
Indonesia, yaitu menekankan pada pentingnya keterampilan komunikasi dan
berpikir kreatif.8 Pentingnya berpikir kreatif juga disinggung oleh Bernie Trilling
dan Charles Fadel dalam bukunya yang menuliskan bahwa salah satu
keterampilan yang perlu dimiliki oleh peserta didik di abad 21 ini yaitu
kemampuan untuk berpikir kreatif.9
Berpikir kreatif merupakan salah satu kemampuan yang perlu diberikan
upaya-upaya pembelajaran yang dapat melatihnya, karena kemampuan berpikir
kreatif tidak dapat timbul dengan sendirinya. Berdasarkan hasil wawancara yang
5 Undang-undang R.I. No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, (Jakarta: BP. Cipta
Jaya, 2006), h. 8. 6 Milla Minhatul Maula, Dkk, “Pengaruh Model Pjbl (Project-Based Learning) Terhadap
Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pengelolaan Lingkungan,”
Artikel Ilmiah Mahasiswa, 2014, h. 2, diakses dari
http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/63447, pada 11 November 2017 pukul
14.35 WIB. 7 Edi Suryadi, Pentingnya Kreativitas dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan, 2016,
diakses dari http://edisuryadi.staf.upi.edu/2016/02/16/pentingnya-kreativitas-dalam-meningkatkan-
mutu-pendidikan/, pada 8 Januari 2019 pukul 09.08 WIB. 8 World Bank, Indonesia Skills Report: Trends in Skills Demand, Gaps, and Supply in
Indonesia, 2010, h. 10, diakses dari
http://siteresources.worldbank.org/EASTASIAPACIFICEXT/Resources/2263001279680449418,
pada 11 November 2017 pukul 15.01 WIB. 9 Bernie Trilling dan Charles Fadel, 21
st Century Skills: Learning for Life In Our Times,
(San Francisco: Jossey-Bass A Wiley Imprint, 2009), h.59.
3
dilakukan dengan guru mata pelajaran Biologi SMAN 7 Kabupaten Tangerang,
Pengembangan berpikir kreatif di sekolah sebagai salah satu Standar Kompetensi
Lulusan pada tingkat SMA/MA belum diterapkan, dalam pembelajaran guru
sudah menerapkan kurikulum saintifik atau K-13 dan menilai kemampuan
kognitif, afektif dan psikomotorik, tetapi untuk penilaian kemampuan berpikir
kreatif masih belum diterapkan.10
Hal tersebut menunjukkan perlunya
pengembangan pada aspek kemampuan berpikir kreatif peserta didik di SMAN 7
Kabupaten Tangerang.
Martin mengemukakan bahwa “kemampuan berpikir kreatif adalah
kemampuan untuk menghasilkan ide atau cara baru dalam menghasilkan suatu
produk”.11
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa kegiatan pembuatan produk
dapat memungkinkan peserta didik untuk melatih kemampuan berpikir kreatifnya
agar lebih berkembang. Model pembelajaran yang menerapkan kegiatan
pembuatan produk yaitu model pembelajaran berbasis proyek (Project Based
Learning).
Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang
memperkenankan peserta didik untuk bekerja secara mandiri dalam
mengkonstruksikan produk autentik yang bersumber dari masalah nyata yang
terjadi di kehidupan sehari-hari.12
Menurut Boss dan Kraus pembelajaran berbasis
proyek merupakan pembelajaran yang menekankan aktivitas siswa dalam
memecahkan berbagai permasalahan yang bersifat open-ended dan mengaplikasi
pengetahuan mereka dalam mengerjakan sebuah proyek untuk menghasilkan
sebuah produk otentik tertentu.13
Kemampuan berpikir kreatif menjadi salah satu modal utama bagi siswa
dalam mempelajari ilmu sains, khususnya biologi. Biologi adalah salah satu
10
Lampiran 22, h.186-187. 11 Inge Wiliandani Setya Putri, dkk, “Kemampuan Berpikir Kreatif Dalam Menyelesaikan
Masalah Kesebangunan di SMPN 11 Jember”, Jurnal Edukasi, Vol. IV(3), 2017, h. 59, diakses
dari https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JEUJ/article/download/6310. pada 13 November 2017
pukul 15.44 WIB. 12 M. Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21:
Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2016), h. 321. 13
Y Abidin, Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013, (Bandung:
Refika Aditama, 2016), h. 167.
4
cabang sains (IPA) yang besar peranannya dalam kehidupan, terlebih dalam
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang berkembang dengan pesat
saat ini. Biologi tidak hanya memberikan sumbangan yang nyata terhadap
perkembangan teknologi melainkan juga mendidik siswa untuk memiliki sikap
intelektual dan religi dalam kehidupan. Pentingnya keterampilan berpikir kreatif
maupun kreativitas pada pelajaran biologi, juga disarankan oleh Diki berdasarkan
hasil penelitiannya,“Creativity is important for student to learn in biology, as
creativity is formulating novel and useful ideas, it can be applied in education
sector, to help student solve their own problem”.14
Salah satu materi biologi yang sangat berhubungan dengan kehidupan
manusia adalah materi pencemaran lingkungan. Materi ini membahas tentang
berbagai macam masalah dampak-dampak negatif dari peristiwa pencemaran air,
tanah, udara, dan suara yang banyak terjadi di lingkungan sekitar tempat peserta
didik tinggal yang perlu dicarikan solusi pemecahannya. Dengan adanya masalah-
masalah tersebut, diperlukannya kemampuan berpikir kreatif untuk mencari ide-
ide pemecahan masalah melalui kegiatan analisis data dari berbagai sumber yang
relevan untuk mengaitkan fakta-fakta yang ditemukan sehingga dapat
menghasilkan sebuah solusi untuk memecahkan masalah-masalah tersebut. Solusi
yang merupakan hasil analisis yang telah dilakukan dapat disajikan dalam bentuk
media informasi lalu disebar ke publik sehingga dapat diketahui oleh banyak
masyarakat di sekitar. Hal ini sejalan dengan tujuan dari Kompetensi Dasar 3.10
yang menyatakan bahwa peserta didik diharapkan mampu “Menganalisis data
perubahan lingkungan dan dampak dari perubahan perubahan tersebut bagi
kehidupan“ dan 4.10 yang menyatakan bahwa peserta didik diharapkan mampu
“memecahkan masalah lingkungan dengan membuat desain produk daur ulang
limbah dan upaya pelestarian lingkungan”.15
14
Diki, diki, “Creativity for Learning Biology in Higher Education”, LUX: A Journal of
Transdisiplinary Writing and Research from Claremont Graduate University: Vol.3: iss.1, Article
3. 2013, p. 10, diakses dari http://scholarship.claremont.edu/lux/vol3/iss1/3. Pada 11 November
2017 pukul 22.00 WIB. 15
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Salinan Lampiran Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, 2013, h. 2, diakses dari http://bsnp-
5
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek (PJBL)
terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik pada Materi
Pencemaran Lingkungan ”.
B. Identifikasi Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah tersebut, dapat diidentifikasikan
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Diperlukannya sumber daya manusia yang memiliki kemampuan berpikir
kreatif untuk dapat bersaing di dunia kerja.
2. Guru kurang memperhatikan upaya pengembangan kemampuan berpikir
kreatif peserta didik
3. Perlu dicarinya model pembelajaran yang dapat mendukung peserta didik
untuk dapat memecahkan masalah dan memberikan solusi pada materi
pencemaran lingkungan
4. Perlu dicarinya model pembelajaran yang dapat mendukung pencapaian
kompetensi dasar 3.10 dan 4.10 pada kurikulum 2013
C. Pembatasan Masalah
Luasnya permasalahan yang timbul dari topik kajian maka pembatasan
masalah perlu dilakukan guna memperoleh kedalaman kajian dan menghindari
perluasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam peneltian adalah :
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran berbasis
proyek
2. Kemampuan berpikir kreatif yang diukur adalah indikator fluency,
flexibillity, originallity dan elaboration
3. Materi yang digunakan adalah materi pencemaran lingkungan
indonesia.org/2013/06/20/permendikbud-tentang-kurikulum-tahun-2013/, pada 7 Januari 2019
pukul 21.33 WIB.
6
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka didapatkan
rumusan masalahnya sebagai berikut: Bagaimana pengaruh model pembelajaran
berbasis proyek terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik pada materi
pencemaran lingkungan?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat
pengaruh model pembelajaran berbasis proyek terhadap kemampuan berpikir
kreatif peserta didik pada materi pencemaran lingkungan.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berarti
dan sumbangan pemikiran terhadap berbagai pihak, antara lain :
1. Bagi peneliti
Memberikan informasi mengenai pengaruh model pembelajaran berbasis
proyek terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik pada materi
pencemaran lingkungan yang dapat dijadikan rujukan untuk penelitian
lebih lanjut, selain itu juga agar dapat mengetahui keunggulan dari
penerapan model pembelajaran berbasis proyek terhadap kemampuan
berpikir kreatif peserta didik pada materi pencemaran lingkungan, serta
dapat menciptakan pembelajaran aktif, inovatif, bermakna, dan
menyenangkan.
2. Bagi guru
Apabila model pembelajaran ini dapat berpengaruh baik terhadap
kemampuan berpikir kreatif peserta didik, maka hasil penelitian ini akan
membantu guru dalam memilih model pembelajaran.
3. Bagi peserta didik
Membantu mengembangkan pembelajaran yang bermakna, sehingga
dapat meningkatkan kemampuan peserta didik yang akan berguna dalam
menghadapi persaingan yang ada dalam kehidupan.
7
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik
1. Model Pembelajaran Berbasis Proyek
a. Definisi Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran dengan
aktivitas belajar yang besifat student-centered dan terkait dengan isu-isu dunia
nyata.1 Pembelajaran berbasis proyek merupakan model yang mengorganisir
pembelajaran di sekitar proyek, berupa tugas-tugas kompleks yang melibatkan
siswa dalam mendesain pemecahan masalah berdasarkan pertanyaan menantang.
Tugas proyek memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja relatif mandiri
selama waktu yang lama untuk melakukan kegiatan investigasi dan mencapai
puncaknya pada produk yang realistis atau presentasi.2
Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, definisi
pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai berikut:
Pembelajaran berbasis proyek merupakan pembelajaran yang
menggunakan proyek sebagai media. Peserta didik melakukan
eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk
menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Pembelajaran berbasis
proyek merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai
langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan
baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata.
Pembelajaran berbasis proyek dirancang untuk digunakan pada
permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan
investigasi dan memahaminya.3
1 Educational Technology Division Ministry of Education, Project Based Learning
Handbook “Educating the Millennial Learner”, 2006, p. 3, diakses dari
http://www.moe.edu.my/btp/wpcontent/uploads/2011/07/Project%20Based%20Learning%20Hand
book/2%20-%20Project%20Based%20Learning%20Handbook.pdf, pada 11 November 2017
pukul 22.08 WIB. 2 J. W. Thomas, A Review of Research on Project-based learning, (California : The
Autodesk Foundation, 2000), p. 1, diakses dari http://www.bobpearlman.org/BestPractices/PBL
Research.pdf. 15 November 2017 pukul 20.15 WIB. 3 Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan
Penjaminan Mutu Pendidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Model Pembelajaran
Berbasis Proyek: Project Based Learning, h.1-2, diakses dari
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Dr.EndangMulyaniM.Si./KAKUBUTEK,Projec
tBasedLearning.pdf, pada 5 November 2017 pukul 16.36 WIB.
Sedangkan Menurut Duffy & Cunningham,“Project-based learning
(PJBL) is an instructional model that is based in the constructivist approach to
learning, which entails the construction of knowledge with multiple perspectives,
within a social activity, and allows for self-awareness of learning and knowing
while being context dependent”.4 Dan menurut BIE yang dikutip oleh Hua-Yun
Hsieh, Shi-Jer Lou, dan Ru-Chu Shih dalam jurnal penelitiannya, bahwa “Project-
based learning (PBL) is a systematic teaching approach, which emphasizing on
student learn knowledge and practical skill through exploring complex life issues
and well-planned learning tasks”.5
Jadi, mengenai definisi pembelajaran berbasis proyek dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran
yang menjadikan proyek sebagai medianya, dimana peserta didik dilibatkan
secara aktif untuk melakukan kegiatan perencanaan pemecahan masalah lalu
melakukan investigasi dan berujung pada pembuatan produk realistis sebagai
sebuah solusi dari masalah yang ada.
b. Landasan Pikiran Model Pembelajaran Berbasis Proyek
Model pembelajaran berbasis proyek didasarkan pada teori
konstruktivisme. Teori konstruktivisme berpandangan bahwa individu dapat
membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungan, baik dengan cara
melakukan penyelidikan, percakapan atau kegiatan. Seseorang belajar
membangun pengetahuan baru dengan mengaitkan pengetahuan yang telah
diketahuinya.6
4 Suha R. Tamim dan Michael M. Grant, Definitions and Uses: Case Study of Teachers
Implementing Project-based Learning, Interdisciplinary Journal of Problem-Based Learning,
7(2), 2013, p. 73, diakses dari lib.purdue.edu/cgi/, pada 5 November 2017 pukul 17.05 WIB. 5 Hua-Yun Hsieh, Shi-Jer Lou, dan Ru-Chu Shih, Applying Blended Learning with
Creative Project-Based Learning: A Case Study of Wrapping Design Course for Vocational High
School Students, The Online Journal of Science and Technology, Vol. 3, p. 19. 2013, diakses dari
https://www.tojsat.net/journals/tojsat, pada 13 November 2017 pukul 21.03 WIB. 6 Michael M Grant, Getting a Grip on Project Based-Learning: Theory, Cases, and
Recommendations, Meridian a Middle School Computer Technologies Journal, Vol. 5, 2002, p. 2,
diakses dari https://www.ncsu.edu/meridian/win2002/514/project-based.pdf, pada 5 November
2017 pukul 15.47 WIB.
9
Teori konstruktivisme merupakan teori belajar yang berpemahaman
bahwa siswa dapat memperoleh pengetahuan baru melalui hasil konstruksi
informasi yang sebelumnya telah diperoleh dan tersimpan dalam memori mereka.
Siswa dapat mengkonstruk sendiri pemahamannya dengan melakukan aktivitas
aktif dalam pembelajarannya. Dengan kata lain, siswa tidak hanya mendengar
ceramah yang diberikan guru, akan tetapi siswa melakukan penemuan sendiri
dengan menjadikan sumber-sumber lain sebagai informasi.7
Pelopor terkenal teori konstruktivisme adalalah J. Piaget dan
Vygotsky.8 Menurut J. Piaget, konstruktivisme personal menyoroti bagaimana
anak-anak pelan-pelan membentuk pengetahuan, semua anak berkembang melalui
urutan yang sama meskipun jenis dan tingkat pengalaman mereka berbeda satu
sama lainnya. Perkembangan mental anak terjadi secara bertahap, dari tahap yang
satu ketahap yang lebih tinggi.9 Sedangkan menurut Vygotsky, dalam upaya
memahami pengalaman baru, seseorang akan mengaitkan pengetahuan yang
didapat dengan pengetahuan yang telah diketahui sebelumnya dan akan
membangun makna yang baru.10
Jadi, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis proyek
yang merupakan pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal
dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan
pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata, sejalan dengan teori
konstruktivisme yang berpandangan bahwa pengetahuan baru dapat dibangun
dengan mengaitkan pengetahuan yang sebelumnya telah diperoleh.
c. Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis proyek memiliki delapan karakteristik,
diantaranya yaitu: (1) Peserta didik membuat sebuah kerangka kerja, (2) Adanya
masalah yang diajukan kepada peserta didik, (3) Peserta didik mendesain proses
untuk menentukan solusi atas permasalahan, (4) Peserta didik secara kolaboratif
7 Zulfiani, Tonih Feronika, Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran SAINS, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 119. 8 Ibid.
9 Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 58.
10 Rusmono, Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu Perlu: untuk
Meningkatkan Profesionalitas Guru, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), Cet. 2, h.13.
10
bertanggung jawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan
masalah, (5) Proses evaluasi dijalani secara kontinyu, (6) Peserta didik secara
berkala melakukan refleksi, (7) Produk akhir aktivitas belajar dievaluasi, (8)
Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.11
Sementara dalam sumber sekunder lain, memaparkan karakteristik
pembelajaran berbasis proyek diantaranya yaitu:
Efective project based-learning has the following characteristics: Leads
students to investigate important ideas and questions, is framed around
aninquiry process, is differentiated according to student needs and
interests,is driven by student independent production and presentation
rather thanteacher delivery of information, requires the use of creative
thinking,chritical thinking, and information skill to investigate, draw
conclusionsabout, and creat content, connects to real world and authentic
problemsand issues.12
d. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Proyek
Setiap model pembelajaran memiliki syntax yang merupaka fase dari
setiap kegiatan untuk membantu mengarahkan pembelajaran agar dapat berjalan
secara sistematis. Syntax dari model pembelajaran berbasis proyek dapat dilihat
pada tabel 2.1 di bawah ini:13
11
Rusman, Pembelajaran Tematik Terpadu: Teori, Praktik dan Penilaian, (Jakarta: Raja
grafindo Persada, 2015). h. 199. 12
Barbara Stripling, Norah Lovett, dan Fran Corvasce Macko, Project Based Learning:
Inspiring Middle School Students to Engage in Deep and Active Learning, (New York: NYC
Departemen of Education, 2009), p. 8, diakses dari
schools.nyc.gov/documents/teachandlearn/project_basedFinal.pdf, pada 15 Agustus 2018 pukul
20.33 WIB. 13
Satria Mihardi, Mara Bangun Harahap, dan Ridwan Abdullah Sani, The Effect of
Project Based Learning Model with KWL Worksheet on Student Creative Thinking Process in
Physics Problems, Journal of Education and Practice, Vol. 4(25), 2013, h. 192-193. diakses dari
https://www.iiste.org/Journals/index.php/JEP/article/viewFile, pada 13 November 2017 pukul
23.04 WIB.
11
Tabel 2.1 Syntax Model Pembelajaran Berbasis Proyek
Fase Aktivitas Guru
Goal description
Menjelaskan masalah,
mengkoordinasi peserta didik, dan
memberi motivasi
Specify criteria Mengarahkan peserta didik dalam
melakukan investigasi
Background
knowledge
Memandu dan mengarahkan peserta
didik untuk mencari informasi
terkait masalah dari hasil kegiatan
investigasi Generated idea
Implement solution Menilai, Mengkolaborasi dan
Mengawasi Reflect
Generalize Memoderasi presentasi, Memberi
refleksi, dan menilai
Menurut Malaysia Ministry of Education, ada empat dasar dalam
melaksanakan model pembelajaran berbasis proyek, diantaranya yaitu: (1)
Membuat kelompok dari tiga atau lebih siswa untuk bekerjasama dalam sebuah
proyek dalam waktu yang telah ditentukan; (2) Memperkenalkan siswa dengan
proyek yang akan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan awal yang dapat
memancing siswa untuk belajar lebih lanjut dan mengarahkan mereka untuk
membuat proyek; (3) Susun kalender penyelesaian proyek, mulai dari membuat
rancangan, mewujudkan proyek, sampai presentasi produk atau memamerkannya;
dan (4) Memberikan penilaian dan umpan balik atas pengerjaan proyek dan
produk yang dibuat.14
Sementara menurut Thomas yang dikutip oleh Shi-Jer Lou dkk. dalam
jurnal penelitiannya, menyatakan bahwa “In PBL, student face a challenging task,
and their design, problem-solving, decision-making, and research allow them to
autonomously conduct work related to the topic during a period of time,
completing a real product”.15
14
Educational Technology Division Ministry of Education, Op. Cit., p. 18. 15
Shi-Jer Lou dkk., “Construction of a Creative Instructional Design Model Using
Blended, Project-Based Learning for Collage Students”, Creative Education, vol.3(7), 2012. h.
1283. diakses dari https://www.scirp.org/journal/PaperInformation.aspx?PaperID=24850, pada 23
Oktober 2017 pukul 19.47 WIB.
12
Sedangkan menurut Ridwan, pembelajaran berbasis proyek memiliki
langkah-langkah sebagai berikut: 16
1. Penyajian permasalahan atau mengajukan pertanyaan esensial
Pertanyaan yang diajukan terkait dengan permasalahan dunia nyata
yang membutuhkan investigasi mendalam. Pertanyaan yang
diajukan hendaknya tidak mudah untuk dijawab dan dapat
mengarahkan siswa untuk membuat proyek.
2. Membuat perencanaan
Kegiatan perencanaan untuk memberikan solusi melalui pengerjaan
proyek sebaiknya dilakukan dengan melibatkan siswa dan guru
mengarahkan siswa untuk memilih aktivitas yang sesuai dan
memastikan agar proyek dapat dikerjakan berdasarkan sumber
belajar dan ketersediaan bahan yang ada.
3. Membuat penjadwalan
Guru mengarahkan siswa untuk membuat penjadwalan dalam
pengerjaan proyek. Siswa diminta menetapkan waktu untuk
pengerjaan tahapan proyek secara rasional.
4. Mengawasi kemajuan belajar
Guru melakukan monitoring atau pemantauan terhadap pelaksanaan
proyek sesuai dengan tahapan dan jadwal yang telah disepakati.
Guru hanyalah fasilitator dan pemberi arahan serta semangat bagi
siswa untuk giat belajar, mengerjakan proyek secara optimal dan
efektif, efisien dalam kelompok, saling membantu serta rasa
tanggung jawab.
5. Melakukan penilaian
Penilaian pada PjBL mencakup penilaian penguasaan siswa terkait
topik pembelajaran, penilaian proses pembelajaran yang mencakup
sikap dan keterampilan, penilaian produk dan kinerja siswa dalam
menampilkan produk.
16
Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 181-182.
13
6. Evaluasi
Memberikan kesempatan peserta didik dalam melakukan refleksi
pembelajaran yang telah dilakukan baik secara individual maupun
kelompok.
Menurut Hosnan, langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek
diantaranya yaitu: (1), diawali dengan penetuan proyek, peserta didik menentukan
tema/topik proyek berdasarkan tugas proyek yang diberikan guru. (2),
perancangan langkah-langkah penyelesaian proyek, yaitu peserta didik merancang
langkah-langkah kegiatan penyelesaian proyek dari awal sampai akhir beserta
pengelolaannya. (3) melakukan penyusunan jadwal pelaksanaan proyek, yaitu
penjadwalan semua kegiatan melalui pendampingan dengan guru. (4),
penyelesaian proyek dengan fasilitas dan monitoring guru, langkah ini adalah
pengimplementasian rancangan proyek yang telah dibuat. (5), melakukan langkah
penyusunan laporan dan presentasi kemudian tahap akhir adalah evaluasi proses
dan hasil proyek, pada tahap ini peserta didik diberi kesempatan mengemukakan
pengalamannya selama menyelesaikan tugas proyek yang berkembang dengan
diskusi untuk memperbaiki kinerja selama menyelesaikan tugas proyek.17
e. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis
Proyek
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangannya
masing-masing pada proses pembelajaran. Kelebihan dari model pembelajaran
berbasis proyek menurut Moursund diantaranya yaitu: (1) Increased Motivation,
pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan motivasi belajarsiswa; (2)
increased problem-solving ability, meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan masalah. Beberapa sumber mendeskripsikan bahwa lingkungan
belajar pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan kemampuan
memecahkan masalah; (3) Improved library research skills, Karena pembelajaran
berbasis proyek mempersyaratkan siswa harus mampu secara cepat memperoleh
informasi melalui sumber-sumber informasi; (4) Increased collaboration,
17
M. Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21:
Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2016), h. 325-326.
14
meningkatkan kemampuan siswa dalam bekerja sama; pentingnya kerja
kelompokdalam proyek memerlukan siswa mengembangkan dan
mempraktikanketerampilan komunikasi; (5) Increased resource-menagement
skills, pembelajaran berbasis proyek yang diimplementasikan secara baik
memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasikan
proyek, membuat alokasi dan sumber lain seperti perlengkapan untuk
menyelesaikan tugas.18
Sedangkan kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek yang dapat
menyebabkan banyak dari para pendidik dan peserta didik tidak minat
menerapkannya, diantaranya yaitu: (1) Pembelajaran ini membutuhkan banyak
waktu untuk menyelesaikan masalah; (2) Membutuhkan biaya yang cukup
banyak; (3) Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional,
dimana instruktur memegang peran utama di kelas; (4) Banyak peralatan yang
harus disediakan; (5) Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan
dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan; (6) Ada kemungkinan
peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok; (7) Ketika topik yang
diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik
tidak dapat memahami topik secara keseluruhan.19
2. Kemampuan Berpikir Kreatif
a. Hakikat Berpikir Kreatif
Sebuah aktivitas yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya
adalah berpikir. Berpikir yang melibatkan akal pikiran digunakan untuk
mengambil sebuah keputusan dalam menghadapi sebuah permasalahan. Wowo
Sunaryo mengatakan “Berpikir merupakan urutan kejadian mental yang terjadi
secara alamiah atau terencana dan sistematis pada konteks ruang, waktu dan
media yang digunakan, serta menghasilkan sesuatu perubahan terhadap objek
yang memengaruhinya.”20
Sedangkan menurut Edward de Bono, “berpikir sebagai
18
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual
Operasional, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), h.147. 19
Imas Kurniasih, Berlin Sani, Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013:
Memahami Berbagai Aspek Dalam Kurikulum 2013, (tt.p.: Kata Pena, 2014), h.84-85. 20
Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Berpikir, (Bandung:PT Remaja Rosda Karya,
2011), h. 3.
15
keterampilan mental yang memadukan kecerdasan dengan pengalaman”.21
Sehingga dapat dikatakan tidak setiap orang yang cerdas memiliki tingkat berpikir
yang bagus pula, karena keterampilan berpikir yang bagus didapat juga karena
adanya kebiasaan atau pengalaman.
Berpikir kreatif merupakan penggunaan dasar proses berpikir untuk
menemukan ide atau hasil yang asli (orisinil), estesis, dan konstruktif yang
berhubungan dengan konsep yang penekanannya ada pada aspek berpikir intuitif
dan rasional khususnya dalam menggunakan informasi dan bahan untuk
memunculkan atau menjelaskannya dengan perspektif asli pemikir.22
Berpikir kreatif merupakan salah satu kategori yang termasuk dalam
karakteristik dari kreativitas. Menurut Trefingger dkk., kreatifitas memiliki
karakteristik yang terdiri dari empat kategori, diantaranya yaitu Generating ideas,
Digging deeper into ideas, Openness and courage to explore ideas, dan Listening
to one’s “inner voice”.23
Berikut gambar mengenai karakteristik krativitas.
Gambar 2.1 Empat kategori dari karakteristik kreativitas
21
Edward de Bono, Revolusi Berpikir Edward de Bono: Mengajari Anak Anda Berpikir
Canggih dan Kreatif dalam Memecahkan Masalah dan Memantik Ide-ide Baru, Terj. Dari Teach
Your Child How to Thinkoleh Ida Sitompul dan Fahmy Yamani, (Bandung: Kaifa, 2007), h.24. 22
Ida Bagus Putu Arnyana, “Pengaruh Penerapam Strategi Pembelajaran Inovatif Pada
Pelajaran Biologi Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMA”, Jurnal pendidikan dan
pengajaran IKIP Singaraja, Vol. 39, No. 3, 2006, hal. 498. diakses dari
https://scholar.google.co.id/citations?user=EOvAmzIAAAAJ&hl=id, pada 11 November
2017 pukul 22.44 WIB. 23
Treffinger dkk., Assesing creativity: A Guide for Educators, (Florida: University of
Connecticut, 2002), p. VIII. diakses dari https://files.eric.ed.gov/fulltext/ED505548.pdf, pada 15
November 2017 pukul 21.07 WIB.
16
The generating ideas category includes the cognitive characteristics
commonly referred to as divergent thinking or creative thinking abilities
and metaphorical thinking. The specific characteristics in this category
include fluency, flexibility, originality, elaboration, and metaphorical
thinking. The digging deeper into ideas category includes cognitive
characteristics commonly referred to as convergent thinking or critical
thinking. The characteristics in this category include analyzing,
synthesizing, reorganizing or redefining, evaluating, seeing
relationships, desiring to resolve ambiguity or bringing order to
disorder, and preferring complexity or understanding complexity. The
openness and courage to explore ideas category includes some
personality traits that relate to one's interests, experiences, attitudes, and
self-confidence. The characteristics in this category include problem
sensitivity, aesthetic sensitivity, curiosity, sense of humor, playfulness,
fantasy and imagination, risk-taking, tolerance for ambiguity, tenacity,
openness to experience, emotional sensitivity, adaptability, intuition,
willingness to grow, unwillingness to accept authoritarian assertions
without critical examination, and integration of dichotomies or
opposites. The listening to one's "inner voice" category includes traits
that involve a personal understanding of who you are, a vision of where
you want to go, and a commitment to do whatever it takes to get there.
The characteristics in this category include awareness of creativeness,
persistence or perseverance, self-direction, internal locus of control,
introspective, freedom from stereotyping, concentration, energy, and
work ethic.24
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kreativitas adalah “kemampuan
untuk mencipta”.25
Sedangkan berdasarkan hasil analisis yang dilakukan Rhodes
mengenai definisi kreatifitas, yang dikutip oleh Munandar, menyatakan bahwa
tidak ada satupun definisi kreativitas yang dapat diterima secara universal. Dari
hasil analisisnya, Rhodes menyimpulkan bahwa pada umumnya kreativitas
dirumuskan dalam istilah pribadi (person), proses dan produk. Kreativitas dapat
pula ditinjau dari kondisi pribadi dan lingkungan yang mendorong (press)
individu berprilaku kreatif. Sehingga Rhodes menyebut keempat jenis definisi
tentang kreativitas ini sebagai “Four P’s of Creativity: Person Process, Press, dan
Product”.26
24
Trefingger dkk., loc. cit. 25
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud, Kamus Besar Bahasa
Indonesia Online, 2012, diakses dari https://www.google.co.id/amp/s/kbbi.web.id/kreativitas.html,
pada 08 Februari 2018 pukul 12.45 WIB. 26
Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, cet.Ke-3, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2012), h.20.
17
a. Definisi Pribadi
Kreatifitas merupakan ungkapan diri dari keunikan individu dalam
interaksi dengan lingkungannya. Yang merupakan titik pertemuan
antara aspek yaitu inteligensi, gaya kognitif, dan
kepribadian/motivasi. Dari ketiga aspek tersebut membantu
memahami apa yang melatar belakangi individu yang kreatif.27
b. Definisi Proses
Torrance menyatakan, kreativitas pada dasarnya meliputi seluruh
proses kreatif dan ilmiah mulai dari menemukan masalah sampai
dengan menyampaikan hasil.28
c. Definisi Produk
Kreatifitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi
kombinasi yang menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru.
Seseorang akan menciptakan produk kreatif yang bermakna dengan
kondisi pribadi dan kondisi lingkungan secara kreatif dengan
sendirinya.29
d. Definisi Press
Kreatifitas menekankan faktor “Press” atau dorongan. Arti dari
dorongan yang dimaksud yaitu dorongan internal (dari dalam diri
sendiri) dan dorongan eksternal (dari lingkungan sosial). Dorongan
berupa keinginan atau hasrat seseorang untuk menciptakan adalah
kreatifitas muncul dari faktor internal, sedangkan dorongan dari
lingkungan sosialnya adalah kreatif yang muncul dari faktor
eksternal.30
Jadi, berpikir kreatif sesungguhnya adalah suatu kemampuan berpikir
yang berawal dari adanya kepekaan terhadap situasi yang sedang dihadapi, bahwa
di dalam situasi itu terlihat atau teridentifikasi adanya masalah yang ingin atau
27
Ibid., h. 20. 28
Ibid., h. 21. 29
Ibid. 30
Ibid., h. 22
18
harus diselesaikan. Selanjutnya ada unsur originalitas gagasan yang muncul dalam
benak seseorang terkait dengan apa yang teridentifikasi.
Berpikir kreatif bukanlah sebuah proses yang sangat terorganisasi.
Berpikir kreatif adalah sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan
memperhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan kemungkinan-
kemungkinan baru, membuka sudut pandang menakjubkan dan membangkitkan
ide-ide yang tidak terduga.
b. Karakteristik Kemampuan Berpikir Kreatif
Menurut Trefingger, kemampuan berpikir kreatif termasuk dalam
kategori Generating idea, yang merupakan salah satu dari empat kategori
karakteristik kreativitas. Generating Idea adalah kategori pembangkit gagasan
yang mencakup karakteristik kognitif yang umumnya disebut sebagai berpikir
divergen. Berpikir divergen merupakan kemampuan yang mencakup kemampuan
berpikir kreatif dan pemikiran metafora. Karakteristik kemampuan berpikir kreatif
diantaranya yaitu fluency, flexibillity, originallity, dan elaboration.31
Fluency adalah kategori yang mengacu pada kuantitas atau kemampuan
untuk menghasilkan sejumlah besar ide dalam menanggapi pertanyaan terbuka
atau mengacu pada proses berpikir seseorang. Flexibillity adalah kategori yang
mengacu pada kemampuan untuk mengubah arah pemikiran seseorang atau
mengubah sudut pandang seseorang. Kategori ini melibatkan keterbukaan untuk
memeriksa ide atau pengalaman dengan cara yang tidak terduga atau beragam.
Originallity adalah kategori yang mengacu pada kemampuan untuk menghasilkan
ide-ide baru dan tidak biasa. Kategori ini berkaitan dengan opsi menghasilkan
yang tidak biasa atau jarang secara statistik. Elaboration adalah kategori yang
mengacu pada kemampuan untuk menambah detail dan memperluas ide. Kategori
ini melibatkan pembuatan ide yang lebih kaya, lebih menarik atau lebih lengkap.32
Sementara menurut Halizah Awang dan Ishak Ramly dalam jurnal
penelitiannya, menuliskan bahwa “ Originallity: the ability to produce uncommon
31
Treffinger dkk. op. cit., h.11. 32
Ibid., h.12
19
or unique responses; fluency: ability to pproduce a large number of idea;
flexibillity: the ability to produce a variety of ideational themes or categories”.33
Sedangkan menurut Utami Munandar, fluency (berpikir lancar) adalah
kemampuan dimana seseorang memiliki arus pemikiran yang lancar dan
menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan. Flexibillity adalah
kemampuan dimana seseorang memiliki arah pemikiran yang berbeda-beda, dapat
menghasilkan gagasan-gagasan yang seragam, dan mampu mengubah cara atau
pendekatan. Originallity adalah kemampuan dimana seseorang dapat memberikan
jawaban yang tidak lazim, yang lain dari yang lai, yang jarang diberikan
kebanyakan orang. Elaboration adalah kemampuan dimana seseorang dapat
memperluas suatu gagasan, memperinci detail-detail, dan mengembangkan,
menambah, memperkaya suatu gagasan.34
c. Tujuan Pengembangan Kreativitas dan Kemampuan Berpikir
Kreatif
Salah satu harapan dari Pendidikan Nasional adalah menjadikan peserta
didik kreatif. Kreatif merupakan salah satu kemampuan yang dapat menjadikan
seseorang dapat menghadapi problematika-problematika yang semakin komplek
seiring terjadinya perubahan yang terjadi dari masa ke masa.35
Beberapa alasan mengapa kreativitas perlu dipupuk sejak dini dan
sangan bermakna dalam kehidupan diantaranya yaitu: Pertama, dengan berkreasi
anak dapat mewujudkan dirinya. Perwujudan diri adalah salah satu kebutuhan
pokok manusia. Kedua, kemampuan berpikir kreatif dapat melihat berbagai
macam-mcam penyelesaian terhadap suatu masalah. Mengekspresikan pikiran-
pikiran yang berbeda dari orang lain tanpa dibatasi pada hakikatnya akan mampu
melahirkan berbagai macam gagasan. Ketiga, kesibuk diri secara kreatif akan
33
Halizah Hawang dan Ishak Ramly, Creative Thinking Skill Approach Through
Problem-Based Learning: Pedagogy and Practice in the Engineering Classroom, International
Journal of Social, Behavioral, Educational, Economic, business and Industrial Engineering,
vol.2(4), 2008. p. 336. diakses dari https://waset.org/publications/15369/creative-thinking-skill,
pada 8 Februari 2018 pukul 13.05 WIB. 34
Utami Munandar. Op. cit., h.192 35
Ibid., h.31
20
memberikan kepuasan kepada individu tersebut. Hal ini penting untuk
diperhatikan karena tingkat ketercapaian kepuasan seseorang akan mempengaruhi
perkembangan sosial emosinya. Keempat, dengan kreatifitas memungkinkan
manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Gagasan-gagasan baru sebagai buah
pemikiran kreatif akan sangat diperlukan untuk menghadapi masa depan yang
penuh tantangan.36
3. Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan merupakan salah satu materi yang termasuk
dalam kompetensi dasar kelas X (sepuluh). Kompetensi dasar materi pencemaran
lingkungan yang harus dicapai pada kurikulum 2013 yaitu pada KD 3.11.
Menganalisis data perubahan lingkungan dan penyebab, serta dampak dari
perubahan-perubahan tersebut bagi kehidupan. Indikatornya yaitu 3.11.1.
Menganalisis dampak degatif dari pencemaran air, tanah, udara dan suara, 3.11.2.
Mengidentifikasi bahan penyebab terjadinya pencemaran udara, air, tanah dan
suara, 3.11.3. Menjelaskan upaya penanggulangan dampak pencemaran udara, air,
tanah dan suara.
Materi pencemaran lingkungan hidup membahas mengenai masuknya
atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke
dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai
ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi
sesuai dengan peruntukannya. Pencemaran dapat dibedakan menjadi empat
macam, yaitu pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran tanah, dan
pencemaran suara.37
Pencemaran udara adalah adanya bahan atau zat asing di udara yang
mengakibatkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya.
Zat penyebab pencemaran udara, antara lain karbon monoksida (CO), nitrogen
oksida (NOx), clorofluorocarbon (CFC) dan gas rumah kaca (H2O, CO2, CH4, O3,
dan NO).38
36
Ibid. 37
Irnaningtyas, Biologi untuk SMA/MA Kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2016), h. 435. 38
Ibid., h.435-438.
21
Pencemaran air adalah masuknya makhluk hidup atau zat lain ke dalam
air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu
dan air tidak berfungsi lagi sesuai kegunaannya.39
Pencemaran air dapat
disebabkan oleh beberapa jenis bahan pencemar, diantara yaitu limbah industri,
sampah organik, fosfat hasil pembusukan NO3, dan tumpahan minyak.40
Pencemaran tanah adalah masuknya zat pencemar ke dalam tanah baik
secara langsung maupun tidak langsung (melalui air dan udara). Pencemaran
tanah dapat disebabkan oleh insektisida, fungisida, herbisida, DDT (dikloro
difenil triklorotana), pupuk kimia, plastik, kaca, styrofoam, kaleng, dan limbah
industri.41
Pencemaran suara adalah suara atau bunyi yang tidak diinginkan, tidak
disenangi, menganggu, dan dapat merusak pendengaran manusia. 42
Pencemaran
suara dapat disebabkan oleh suara bising kendaraan bermotor, pesawat terbang,
mesin pabrik, atau radio/tape recorder.43
Suara dikatakan bising apabila
frekuensinya lebih dari 80 dB.44
Limbah merupakan sumber daya alam yang telah hilang fungsinya.
Akumulasi limbah yang berlebihan di lingkungan berpotensi menjadi polutan
penyebab pencemaran.45
Upaya pengelolaan dan penangan limbah dapat
dilakukan dengan memanfaatkan kembali limbah yang masih dapat dipakai.
Misalnya, limbah kertas di pabrik didaur ulang untukk dijadikan kertas kembali.
Limbah plastik didaur ulang untuk dijadikan alat rumah tangga. Limbah cair
dapat melalui tahap pemrosesan diantaranya yaitu penyaringan, pemisahan bahan
partikel, dan penghancuran limbah organik. Limbah padat dapat dikurangi dengan
menimbun limbah dalam lubang galian atau membakarnya dengan peralatan
39
Ibid., h.438-440. 40
D.A Pratiwi, dkk, Biologi untuk SMA Kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2007), h.288-289. 41
Irnaningtyas, op. cit., h.440. 42
Ibid. 43
Pratiwi, op. cit., h.289 44
Irnaningtyas, op. cit., h.441. 45 Pratiwi, op. cit., h.293.
22
khusus. Gas-gas hasil pembakarannya dapat digunakan untuk menggerakkan
turbin, sedangkan sisa abu dapat ditimbun.46
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Berikut beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini,
diantaranya yaitu:
Penelitian yang dilakukan oleh Satria Mihardi, Mara Bangun Harahap
dan Ridwan Abdullah Sani pada tahun 2013 yang berjudul “The Effect of Project
Based Learning Model with KWL Worksheet on Student Creative Thinking
Process in Physics Problems”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
penggunaan model pembelajaran berbasis proyek efektif untuk meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa.47
Penelitian lainnya yaitu dilakukan oleh Ferawati Wahida, Nurdin
Rahman dan Siang Tandi Gonggo yang berjudul pengaruh model pembelajaran
berbasis proyek terhadap keterampilan berpikir kreatif dan hasil belajar kimia
siswa kelas X SMA Negeri 1 Parigi. Berdasarkan pada hasil penelitiannya, model
pembelajaran berbasis proyek berpengaruh secara signifikan terhadap
keterampilan bepikir kreatif dan hasil belajar siswa. Hasil ini kemudian didukung
oleh n-gain dalam kategori sedang.48
Penelitian yang dilakukan oleh Susanti yang berjudul “Pengaruh
Pembelajaran Berbasis Proyek terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif dan Sikap
Ilmiah Siswa Pada Materi Nutrisi”. Susanti menemukan bahwa kemampuan
berpikir kreatif siswa yang mendapatkan pembelajaran berbasis proyek
mengalami peningkatan.49
46
Ibid., h. 294. 47
Satria, op. cit., h. 188. 48
Ferawati Wahida, Nurdin Rahman, dan Siang Tandi Gonggo, Pengaruh Model
Pembelajaran Berbasis Proyek terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif dan Hasil Belajar Siswa
Kelas X SMA Negeri 1 Parigi, Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Vol.4, No.3, 2015, h. 42,
diakses dari http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JSTT/article/download/6949, pada 11
November 2017 pukul 11.00 WIB. 49
Susanti, “Pengaruh Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Kemampuan Berpikir
Kreatif dan Sikap Ilmiah Siswa pada Materi Nutrisi”, Jurnal Pengajaran MIPA, Vol.18 (1), 2013,
h.38, diakses dari http://journal.fpmipa.upi.edu/index.php/jpmipa/article/download/254/169, pada
19 Oktober 2018 pukul 10.15 WIB.
23
Penelitian yang dilakukan oleh Rindi Novitri Antika dan Sulton
Nawawi yang berjudul “Pengaruh Model Project Based Learning Pada Mata
Kuliah Seminar terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Mahasiswa”. Hasilnya
menunjukkan bahwa penggunaan model Project Based Learning berpengaruh
signifikan dalam meningkatkan keterampilan berpikir kreatif mahasiswa dan
paling tinggi terutama pada indikator fluency (mengemukakan banyak ide).50
Berdasarkan penelitian di atas terlihat bahwa pembelajaran berbasis
proyek dapat memberikan hasil kemampuan berpikir kreatif yang baik. Dengan
keberhasilan penelitian yang dilakukan sebelumnya peneliti berharap adanya
pengaruh dari penerapan model pembelajaran berbasis proyek terhadap
kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi pencemaran lingkungan.
50
Rindi Novitri Antika dan Sulton Nawawi, “Pengaruh Model Project Based Learning
Pada Mata Kuliah Seminar Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Mahasiswa”, Jurnal
Pendidikan Biologi Indonesia, Vol.3 (1), 2017, h. 7, diakses dari
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jpbi, pada 19 Oktober 2018 pukul 10.00 WIB.
24
C. Kerangka Berpikir
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori dan kerangka berpikir yang dikemukakan diatas,
maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah terdapat pengaruh pembelajaran
berbasis proyek terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik pada materi
pencemaran lingkungan.
Pengembangan berpikir kreatif melalui pendidikan
Menerapkan model pembelajaran berbasis proyek
Kemampuan berpikir kreatif anak berkembang
Pemecahan masalah dalam
kehidupan terkait pencemaran
lingkungan
Kurangnya perhatian dalam
pengembangan kemampuan
berpikir kreatif siswa
Kriteria SDM
pada abad 21
Menjadi SDM yang sesuai dengan kriteria pada abad 21
Siswa mampu mencapai pembelajaran terkait materi pencemaran
lingkungansesuai dengan Kompetensi Dasar 3.10 dan 4.10 pada kurikulum
2013
Dapat memecahkan masalah terkait pencemaran lingkungan yang terjadi
di kehidupan sehari-hari
Dibutuhkan
kemampuan
berpikir kreatif
Siswa diharapkan mampu
mencapai pembelajaran terkait
materi pencemaran
lingkungansesuai dengan
Kompetensi Dasar 3.10 dan 4.10
pada kurikulum 2013
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2017-
2018 yaitu tanggal 2 Mei 2018 sampai 18 Mei 2018. Adapun tempat penelitian
dilaksanakan di SMAN 7 Kabupaten Tangerang yang beralamat di Jalan Raya
Kresek km.09, Desa Patrasana, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang.
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode “Quasi Eksperiment”
atau eksperimen semu, yaitu metode yang memiliki kelompok kontrol, tetapi tidak
dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang
mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.1 Pemilihan metode ini dilakukan karena
tidak memungkinkannya pengontrolan secara ketat yang akan dilakukan pada
kelas yang akan dijadikan sebagai subjek penelitian. Penelitian dilakukan secara
kondisional namun tetap memerhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
validitas hasil penelitian.
Penelitian dilakukan dengan membagi kelompok yang diteliti menjadi
dua kelompok yaitu, kelompok kelas ekperimen dan kelompok kelas kontrol. Pada
kelompok eksperimen, diberikan pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan
menggunakan model pembelajaran berbasis proyek sedangkan kelompok kontrol
dengan pendekatan saintifik tanpa menggunakan model pembelajaran berbasis
proyek.
Desain penelitian yang digunakan adalah Control Group Nonequivalent
Design.2 Rancangan ini terdiri atas dua kelompok yang sebelum dilakukan
penelitian pada kedua kelompok tersebut diberikan tes awal (Pretest) dan setelah
1Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2015), h. 114 2Ibid, h. 116.
26
dilakukan penelitian kedua kelompok diberikan tes akhir (Postest). Untuk lebih
jelasnya rancangan penelitian tersebut dinyatakan dalam tabel 3.1 di bawah ini:
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelompok Pretest Treatment
(Perlakuan) Posttest
Eksperimen O1 XM O2
Kontrol O3 Xm O4
Keterangan :
O1dan O3 : Kemampuan berpikir kreatif peserta didik sebelum diberikan
perlakuan
O2dan O4 : Kemampuan berpikir kreatif peserta didik setelah diberikan
perlakuan
XM : Perlakuan proses belajar mengajar untuk kelompok eksperimen
yang diterapkan model pembelajaran berbasis proyek (PjBL).
Xm : Perlakuan proses belajar mengajar untuk kelompok kontrol yang
diterapkan pendekatan saintifik.
C. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas (variabel X)
dan variabel terikat (variabel Y). Variabel bebas penelitian ini adalah model
pembelajaran berbasis proyek sedangkan variabel terikat penelitiannya adalah
kemampuan berpikir kreatif peserta didik.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Trianto, populasi adalah “keseluruhan subjek penelitian”.3
Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik SMAN 7
Kabupaten Tangerang tahun ajaran 2017-2018, sedangkan populasi
3 Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan
Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Kencana, 2010), h.255.
27
terjangkaunya adalah seluruh peserta didik kelas X (sepuluh) MIA
SMAN 7 Kabupaten Tangerang tahun ajaran 2017-2018.
2. Sampel
Sampel adalah wakil populasi yang diteliti.4 Dalam penelitian ini untuk
pengambilan sampel, peneliti menggunakan teknik purposive sampling.
Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu.5 Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kelas X MIA 1 sebagai kelas eksperimen, dan kelas X MIA 2
sebagai kelas kontrol.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah tes
dan nontes. Teknik tes digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif
peserta didik pada materi pencemaran lingkungan. Teknik nontes digunakan untuk
melihat ketercapaian proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran berbasis proyek dan melihat kemampuan berpikir kreatif peserta
didik melalui pembuatan produk.
Tes kemampuan berpikir kreatif dilakukan sebelum dan sesudah
penerapan model pembelajaran berbasis proyek. Tes berupa soal uraian yang
mengacu pada tes berpikir divergen yang menjajaki berbagai macam
kemungkinan jawaban. Tes memuat empat Indikator kemampuan berpikir kreatif
diantaranya yaitu fluency, flexibility, originality, dan elaboration. Sedangkan
teknik nontes berupa lembar observasi dan dokumentasi. Lembar observasi
menggunakan daftar cek yang merupakan suatu set daftar karakteristik atau
kriteria yang memerlukan jawaban sederhana dengan memberikan tanda cek (√)
apabila setiap item daftar telah terpenuhi. Lembar observasi ini terdiri dari lembar
aktivitas guru dan peserta didik. Sedangkan jenis data yang dikumpulkan melalui
teknik dokumentasi yaitu berupa produk hasil kerja proyek peserta didik
4Ibid, h. 256.
5Sugiyono, op.cit., h. 124.
28
F. Instrumen Penelitian
Instrumen pada suatu penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.6 Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini diantaranya yaitu tes kemampuan berpikir kreatif,
penilaian produk, serta lembar observasi.
1. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Instrumen tes yang digunakan berupa tes kemampuan berpikir kreatif
yang mengacu pada tes berpikir divergen yang menjajaki berbagai macam
kemungkinan jawaban. Tes kemampuan berpikir kreatif yang digunakan memuat
empat indikator berpikir kreatif menurut Treffinger et al (2002). Tes kemampuan
berpikir kreatif tersebut disusun dalam bentuk uraian (essai) yang berjumlah 11
soal terkait materi pencemaran lingkungan. Tes diberikan sebanyak dua kali, yaitu
sebelum perlakuan (pretest) dan sesudah perlakuan (posttest), keduanya dibuat
sama untuk kedua kelas penelitian. Sebelum instrumen digunakan, terlebih dahulu
diujicobakan pada peserta didik yang sudah pernah menerima materi pencemaran
lingkungan di tahun sebelumnya. Peneliti melakukan ujicoba pada seluruh peserta
didik di kelas XI MIA 2 SMAN 7 Kabupaten Tangerang tahun ajaran 2017-2018.
Hal ini bertujuan untuk menguji apakah instrumen tes tersebut telah memenuhi
syarat untuk digunakan dalam penelitian melalui uji validitas, reliabilitas, tingkat
kesukaran, dan daya beda pada setiap butir soal. Adapun kisi-kisi instrumen tes
dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Indikator Kemampuan
Berpikir Kreatif
Indikator Pembelajaran Jumlah Soal
3.11.1 3.11.2 3.11.3
Fluency 1* 7 5, 11 4
Flexibility 2 6 13 3
Originallity 3* 8 14 3
Elaboration 4* 9, 10 12 4
Jumlah 14
Keterangan : (*) = Tidak Valid
6Ibid, h. 148.
29
2. Lembar Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data secara sistematis melalui
pengamatan dan pencatatan terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.7
Lembar observasi yang digunakan pada penelitian berupa daftar cek (check list).
Daftar cek (check list) yaitu penataan data yang dilakukan dengan menggunakan
daftar yang memuat nama observer disertai jenis gejala yang diamati.8
Lembar observasi digunakan ketika proses belajar mengajar
berlangsung. Observasi bertujuan untuk mengamati kesesuaian aktivitas guru dan
peserta didik yang dilakukan dengan karakteristik yang tertulis pada daftar cek di
lembar observasi. Dengan kata lain, lembar observasi ini digunakan untuk
mengetahui ketercapaian setiap tahapan pembelajaran dengan model pembelajaran
berbasis proyek yang diterapkan pada subjek penelitian.
3. Penilaian Produk
Penilaian produk yang merupakan hasil dari kerja proyek setiap
kelompok digunakan sebagai data pendukung untuk mengukur kemampuan
berpikir kreatif peserta didik selama diberi perlakuan. Penilaian dilakukan
berdasarkan empat indikator kemampuan berpikir kreatif menurut Treffinger et al.
(2012) yaitu indikator fluency, flexibillity, originallity dan elaboration. Produk
pertama yang dibuat yaitu berupa laporan pembuatan produk daur ulang limbah,
sedangkan produk kedua yaitu artikel. Rubrik penilaian produk dapat dilihat pada
lampiran 4.
G. Kalibrasi Instrumen
Kalibrasi instrumen bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kualitas
sebuah instrumen yang digunakan dalam penelitian. Instrumen tes yang sudah
dibuat, diuji coba terlebih dahulu di kelas yang peserta didiknya sudah pernah
mendapatkan materi pencemaran. Uji coba ini bertujuan untuk memperoleh
validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran dari instrumen yang
telah dibuat, sehingga instrumen bisa dipertimbangkan untuk digunakan atau tidak
pada penelitian.
7 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2010), h.158.
8 Ibid, h. 160.
30
1. Uji Validitas
Validitas adalah ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam
melakukan fungsi ukurnya.9 Instrumen penelitian menggunakan koefisien korelasi
yang menunjukan valid atau tidaknya suatu instrument. Kriteria penafsiran
korelasi dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut.
Tabel 3.3 Kriteria Validitas Instrumen10
Koefisien Kriteria
rxy ≤ 0,20 Sangat Rendah
(soal bisa diperbaiki atau diganti)
0,20 < rxy ≤ 0,40 Rendah
(soal bisa diperbaiki atau diganti)
0,40 < rxy ≤ 0,60 Cukup
0,60 < rxy ≤ 0,80 Tinggi
0,80 < rxy ≤ 1,00 Sangat Tinggi
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS versi 22,
instrumen tes kemampuan berpikir kreatif yang terdiri dari 14 item soal,
didapatkan 11 item soal yang valid yaitu 2,5,6,7,8,9,10,11,12,13, dan 14. Soal-
soal yang valid telah mewakili setiap indikator kemampuan berpikir kreatif. Tiga
item soal yang tidak valid yaitu nomor 1, 3, dan 4, tidak akan digunakan sebagai
instrumen pretest dan posttest.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan keajegan atau ketetapan alat tersebut dalam
menilai apa yang dinilainya.11
Suatu instrumen mempunyai taraf kepercayaan
yang tinggi jika instrumen tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Kriteria
reliabilitas instrumen dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut.
9 Sudaryono, Metodologi Penelitian, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2017), h. 301.
10 Jakni, Metodologi Penelitian Eksperimen Bidang Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,
2016), h.165. 11
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar mengajar, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010), h.16.
31
Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas Instrumen 12
Besarnya r Tingkat Reliabilitas
0,00 – 0,20 Kecil
0,20 – 0,40 Rendah
0,40 – 0,70 Sedang
0,70 – 0,90 Tinggi
0,90 – 1,00 Sangat Tinggi
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan dengan menggunakan
aplikasi SPSS versi 22, diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,612. Hal ini
menunjukkan bahwa soal yang sudah diujicobakan termasuk dalam kriteria
reliabilitas yang tinggi sehingga dapat digunakan dalam penelitian.
3. Tingkat Kesukaran
Uji ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal apakah soal
itu tergolong sukar, sedang, atau mudah. Tingkat kesukaran dari setiap butir soal
dihitung berdasarkan jawaban seluruh siswa yang mengikuti tes. Tingkat
kesukaran dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
Tingkat Kesukaran =
Hasil perhitungan tingkat kesukaran diinterpretasikan menggunakan
kriteria tingkat kesukaran butir soal. Sesuai dengan tabel 3.5 berikut:
Tabel 3.5 Kriteria Tingkat Kesukaran13
Indek Kesukaran Interpretasi
0,00 – 0,25 Sukar
0,26 – 0,75 Sedang
0,76 – 1,00 Mudah
12 Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains: Jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan mahasiswa tingkat akhir yang sering muncul dalam penelitian pendidikan
sains, (Jakarta: UIN Jakarta, 2014), h.55. 13
Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA
Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006), h. 103-104.
32
Berdasarkan hasil perhitungan data menggunakan SPSS versi 22
menunjukkan dari 14 soal yang diujicobakan diperoleh 12 soal dengan kriteria
sedang dan 2 soal dengan kriteria mudah.
4. Daya Pembeda
Daya pembeda digunakan untuk mengetahui kemampuan butir dalam
membedakan kelompok peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi dengan
peserta didik yang memiliki kemapuan rendah. Perhitungan daya pembeda
dilakukan dengan menggunakan Anates V4. Koefisien daya pembeda dari
perhitungan diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria yang ditunjukkan
pada tabel 3.6 berikut:
Tabel 3.6 Kriteria Daya Pembeda14
Nilai Daya Beda Interpretasi
0,00 – 0,20 Jelek
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71 – 1,00 Baik Sekali
Negatif Tidak Baik
Berdasarkan hasil perhitungan data yang telah dilakukan
menunjukkandari 14 soal yang diujicobakan diperoleh 11 soal memiliki daya
pembeda dengan kriteria baik sekali, 2 soal memiliki kriteria baik, 1 soal memiliki
kategori tidak baik.
H. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden
atau sumber lain terkumpul. Kegiatan dalam menganalisis data adalah
mengelompokkan data, mentabulasi data, menyajikan data, melakukan
perhitungan, dan menguji hipotesis yang telah diajukan.15
14
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi 2), (Jakarta:Bumi
Aksara, 2012), h. 232. 15
Sugiyono, op cit., h. 207.
33
Data yang diperoleh setelah dilakukan penelitian selanjutnya diolah
secara statistik kemudian dianalisis dengan tujuan untuk dapat menjawab
pertanyaan penelitian dan menguji hipotesis.
1. Uji Prasyarat Hipotesis
Sebelum melakukan uji hipotesis, maka dilakukan uji prasyarat
untuk menentukkan rumus statistik yang akan digunakan untuk uji
hipotesis. Terdapat 2 uji prasyarat yang harus dipenuhi, yaitu uji normalitas
dan uji homogenitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji asumsi untuk mengetahui persebaran
data apakah terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan
adalah uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan SPSS versi 22. Adapun
langkah-langkahnya diawali dengan masuk ke program SPSS. Lalu, klik
Variable View pada SPSS editor. Pada kolom Name, baris pertama dan
kedua ketik kelas subjek penelitian yaitu “Kontrol” dan “Eksperimen”, pada
kolom Decimal, ubah semua angka menjadi angka 1 (sesuai kebutuhan), dan
pada kolom Label, ketik jenis tesyang ingin diujikan misalnya “Nilai
Pretest” atau “Nilai Posttest”. Kemudian, klik Data View pada SPSS editor
dan masukkan nilai pretest atau posttest peserta didikpada kolom “Kontrol”
dan “Eksperimen”. Selanjutnya, pilih menu Analyze, lalusub menu
Nonparametric Test dan pilih Legacy Dialogs, kemudian pilih 1 SampleK-
S. Pada Test Variable List, masukkan variabel “Kontrol” dan “Eksperimen”,
sedangkan pada Test Distribution, klik Normal, lalu OK. Adapun kriteria
pengujian, yaitu jika probabilitas >0,05, maka Ho diterima, artinya distribusi
data populasi normal, sedangkan jika probabilitas <0,05, maka Ho ditolak
artinya distribusi data populasi tidak normal.16
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kelompok data
yang diuji memiliki varians yang sama atau tidak. Uji homogenitas yang
16
Kadir, Statistika Terapan: Konsep, Contoh dan Analisis Data dengan Program SPSS
Lisrel dalam Penelitian, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h. 155-156.
34
digunakan adalah Levene’s Test pada SPSS versi 22. Adapun langkah-
langkahnya diawali dengan masuk ke program SPSS. Lalu, klik Variabel
View pada SPSS editor. Pada kolom Name baris pertama ketik “Kelas” dan
pada baris kedua ketik data yang akan diuji “Nilai”, pada kolom Decimal,
ubah semua angka menjadi angka 1 (sesuai kebutuhan), pada kolom Label,
untuk baris pertama ketik “Kelas” sedangkan pada baris kedua ketik “Nilai
Pretest“ atau “Nilai Posttest”, dan pada kolom Value, untuk baris kedua
dikosongkan. Pada baris pertama kolom ini klik kotak kecil,lalu langkah
selanjutnya, yaitu ketik ”1” pada value dan pada label ketik “Kontrol”, lalu
klik add dan ketik “2” pada Value dan pada label ketik “Eksperimen” lalu
klik add. Kemudian, klik Data View pada SPSS editor. Pada kolom “Kelas”
ketik angka “1” dan “2” sesuai dengan kelasnya serta pada kolom“Nilai”
masukkan hasil nilai peserta didik yang ingin diuji.
Selanjutnya, pengolahan data dilakukan dengan cara buka menu
Analyze, dan klik Compare Mean. kemudian klik One-Way ANOVA. Lalu,
pindahkan variable “Nilai” ke dalam Dependent List dan variabel “Kelas”
ke Fixed Factor (s). kemudian klik Options. Pilih Homogeneity of varience
test, lalu klik Continue dan OK. Adapun kriteria pengujian menunjukkan
data memiliki varians homogen jika probabilitas > 0,05 dan Hoditerima,
sedangkan jika probabilitas < 0,05, Ho ditolak, artinya varians data tidak
homogen.17
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan setelah uji normalitas dan uji
homogenitas. Jika data yang didapat dari uji normalitas dan homogenitas itu
normal dan homogen maka statistika yang digunakan adalah statistika
parametrik dengan menggunakan rumus uji-t sampel bebas dengan taraf
signifikasi 5%. Dalam hal ini sampel bebas diartikan sebagai dua sampel
yang keberadaannya tidak saling memengaruhi atau tidak berkorelasi
(independent). Akan tetapi jika data yang didapatkan tidak normal maka
17
Ibid, h. 167-169.
35
statistika yang digunakan adalah statistik non-paramentrik dengan
menggunakan uji Mann Whitney.
Uji hipotesis dengan uji t yang dilakukan dengan menggunakan
SPSS versi 22. Langkah-langkah perhitungan diawali dengan terlebih
dahulu masuk ke program SPSS. Lalu, lik Variable View pada SPSS editor.
Pada kolom Name, baris pertama ketik “Kelas” dan pada baris kedua ketik
data yang akan diuji misal “Nilai”, pada kolom Decimal, diganti dengan
angka 1, pada kolom Label, baris pertama ketik “Kelas” dan pada baris
kedua ketik “Nilai Pretest“ atau “Nilai Posttest”, dan pada kolom Value,
untuk baris kedua dikosongkan. Pada baris pertama kolom ini klik kotak
kecil, langkah selanjutnya yaitu ketik ”1” pada value dan pada label ketik
“Kontrol”, lalu klik add dan ketik “2” pada Value dan pada label ketik
“Eksperimen” lalu klik add. Kemudian, klik Data View pada SPSS editor.
Pada kolom “Kelas” ketik angka “1” dan “2” sesuai dengan kelasnya serta
pada kolom “Nilai” masukkan hasil nilai peserta didik yang ingin diuji.
Selanjutnya, pengolahan data dilakukan dengan cara klik Analyze,
lalu Compare Means, kemudian pilih Independent Sample T-Test. Pada
kolom uji, masukkan nilai ke dalam Test Variable (s) sedangkan pada
Grouping Variable,masukkan kelas dengan cara klik Define Group dan
pada group 1 ketik angka “1”dan group 2 ketik angka “2”, lalu klik
Continue. Tahapan terakhir yaitu pengisian tingkat signifikansi dengan α =
5 % dilakukan dengan klik Options dan ubah Confidence level menjadi 95%
lalu klik Continue dan OK.
Sedangkan untuk langkah-langkah uji hipotesis nonparametrik
dengan menggunakan uji Mann Whitney yang dilakukan dengan
menggunakan SPSS versi 22 antara lain, pada Data View masukkan data
nilai pretest atau posttest dengan menggabung semua nilai menjadi satu
kolom,misal kelas kontrol dan eksperimen, masing-masing nilai kelas diberi
kode 1 untuk kontrol dan 2 untuk eksperimen. Lalu, pada Variable View
kolom Value, baris Group tuliskan angka 1 = Kontrol dan 2 = Eksperimen
kemudian Klik Addlalu OK. Kemudian, klik menu Analyze, pilih
36
Nonparametric Test, lalu pilih Legacy Dialogs dan klik 2 Independent
Samples. Masukkan “kelas” pada Test Variable List atau nama yang akan
diuji, lalu klik Define Group pada kolom Group Variable, kemudian isikan
angka 1 pada group 1 dan angka 2 pada group 2, dan klik Continue.
Selanjutnya, pada Test Type pilih Mann-Whitney U, kemudian klik OK.
Adapun kriteria pengujian, yaitu jika nilai probabilitas (Asymp.Sig.) > 0,05
Ho diterima, artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada tiap-tiap
aspek kemampuan berpikir kreatif antara kelas kontrol dan kelas
eksperimen. Namun, jika nilai probabilitas (Asymp.Sig.) < 0,05 Ho ditolak,
artinya terdapat perbedaan yang signifikan pada tiap-tiap aspek kemampuan
berpikir kreatif antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.18
3. Skor Gain
Skor gain merupakan nilai selisih dari skor posttest dan pretest
(skor posttest – skor pretest).19
Skor gain digunakan pada uji statistik
inferensi apabila kemampuan awal antara kelas kontrol dan kelas
eksperimen berbeda.20
4. Uji N-Gain
Setelah diperoleh data pretest dan posttest, kemudian dilakukan
perhitungan N-Gain untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir
kreatif yang diperoleh setelah kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:21
N-Gain=
Kategori perolehan N-Gain dapat dilihat pada tabel 3.7 berkut:
18
Ibid, h. 492-493. 19
Herlanti, op cit., h. 76. 20 Ibid, h. 77. 21
David E. Meltzer, “The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual
Learning Gains in Physics: A Possible “hidden variable” in Diagnostic Pretest score”, American
Association of Physics Teachers, 2002, h. 1260, diakses dari
http://www.physicseducation.net/docs/AJP-Dec-2002-Vol.70-1259-1268.pdf, pada 19 Februari
2018 pukul 14.05 WIB.
37
Tabel 3.7 Kriteria N-Gain22
Rentang Kriteria
(<g>) ≥ 0,7 Tinggi
0.7 > (<g>) ≥ 0,3 Sedang
(<g>) < 0,3 Rendah
5. Teknik Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif
Persentase kemampuan berpikir kreatif dapat diketahui melalui
perhitungan dengan rumus berikut:
Persentase KBK=
x 100%
Pedoman yang digunakan untuk klasifikasi kategori berpikir
kreatif peserta didik, diadopsi dari buku Suharsimi Arikunto dengan
perubahan seadanya:
Tabel 3.8 Kriteria Penilaian Kemampuan Berpikir Kreatif 23
Persentase Jawaban Kriteria
Penilaian
81-100 Sangat Tinggi
61-80 Tinggi
41-60 Sedang
21-40 Rendah
00-20 Sangat Rendah
6. Teknik Analisis Penilaian Produk
Kriteria aspek penilaian produk hasil kerja proyek peserta didik
kelas eksperimen dilakukan berdasarkan empat indikator kemampuan
berpikir kreatif yaitu Fluency, Flexibillity, Originallity, dan Elaboration.
22
Richard R. Hake, “Interactive-Engagement Versus Traditional Methods: A Six
Thousand-Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics Courses”,
AmericanJournal of Physics, Vol. 66 (1), 1998, p. 8, diakses dari
https://www.researchgate.net/publication/228710512_Interactive-
Engagement_Versus_Traditional_Methods_A_Six-Thousand-
Student_Survey_of_Mechanics_Test_Data_for_Introductory_Physics_Courses, pada 19 Februari
2018 pukul 13.44 WIB. 23
Suharsimi Arikunto, Cepi Safruddin A.J, Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman
Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 35.
38
Perhitungan persentase ketercapaian tiap indikator kemampuan berpikir
kreatif pada produk dapat dilakukan dengan rumus berikut:
Persentase =
x 100%
7. Teknik Analisis Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengetahui ketercapaian
setiap tahapan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis proyek
yang dilaksanakan oleh guru maupun peserta didik. Perhitungan persentase
ketercapaian setiap tahapan pembalajaran dapat dilakukan dilakukan dengan
rumus berikut:
Persentase =
x 100%
I. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
H0 : µ1 = µ2, maka H0 diterima, Ha ditolak
Ha : µ1 ≠ µ2, maka Ha diterima, H0 ditolak
Dengan :
H0 : Hipotesis nol, tidak terdapat pengaruh model pembelajaran berbasis
proyek terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik
Ha : Hipotesis alternatif, terdapat pengaruh model pembelajaran berbasis
proyek terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik
µ1 : Nilai rata-rata kelompok eksperimen
µ2 : Nilai rata-rata kelompok kontrol
63
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan
melalui uji-t sampel bebas (Independent Sample T-Test) diperoleh taraf
signifikansi kurang dari 0,05 yaitu sig = 0,00 < 0,05, hal ini menunjukkan H0
ditolak. Dengan demikian diketahui bahwa, adanya pengaruh model pembelajaran
berbasis proyek terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi
pencemaran lingkungan.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan melalui uji Mann
Whitney pada keempat indikator kemampuan berpikir kreatif yaitu indikator
Fluency, Flexibillity, Originallity, dan Elaboration, masing-masing diperoleh
taraf signifikansi kurang dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak.
Dengan demikian diketahui bahwa, model pembelajaran berbasis proyek
berpengaruh terhadap setiap indikator kemampuan berpikir kreatif siswa pada
materi pencemaran lingkungan.
B. Saran
Sebagai tindak lanjut dari penelitian ini, maka saran yang dapat
diajukan adalah sebagai berikut:
1. Dalam menerapkan model pembelajaran berbasis proyek diharapkan guru
dapat mengalokasikan waktu dengan sebaik-baiknya sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.
2. Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu karakteristik dari
kreatifitas. Penelitian selanjutnya disarankan untuk mencari tahu pengaruh
pembelajaran berbasis proyek terhadap kemampuan lain yang termasuk
dalam karakteristik kreatifitas misalnya berpikir kritis.
64
3. Penelitian selanjutnya disarankan untuk mencari tahu pengaruh pembelajaran
berbasis proyek terhadap kemampuan berpikir kreatif peserta didik pada
materi biologi lainnya, atau pada mata pelajaran sains lainnya.
4. Permasalahan yang disajikan di awal pembelajaran hendaknya sesuai dengan
pengetahuan awal peserta didik sehinngga memudahkan mereka dalam
menghasilkan ide, gagasan ataupun solusi.
65
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Y. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013.
Bandung: Refika Aditama, 2016.
Antika, Rindi Novitri, dan Sulton Nawawi. Pengaruh Model Project Based
Learning Pada Mata Kuliah Seminar Terhadap Keterampilan Berpikir
Kreatif Mahasiswa. Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia. Vol.3 (1), hal. 1-
8, 2017, http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jpbi, pada 19 Oktober 2018.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi 2). Jakarta:Bumi
Aksara, 2012.
Arikunto, Suharsimi., dan Cepi Safruddin A.J. Evaluasi Program Pendidikan:
Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
Arnyana, Ida Bagus Putu. Pengaruh Penerapam Strategi Pembelajaran Inovatif
Pada Pelajaran Biologi Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMA.
Jurnal pendidikan dan pengajaran IKIP Singaraja. Vol. 39, No. 3, hal. 496-
510, 2006,
https://scholar.google.co.id/citations?user=EOvAmzIAAAAJ&hl=id, 11
November 2017.
Aunurrahman. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, 2013.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud. “Kamus Besar
Bahasa Indonesia Online”,
https://www.google.co.id/amp/s/kbbi.web.id/kreativitas.html, 8 Februari
2018.
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan
Penjaminan Mutu Pendidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
“Model Pembelajaran Berbasis Proyek: Project Based Learning”,
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Dr.EndangMulyaniM.Si./
KAKUBUTEK,ProjectBasedLearning.pdf, 5 November 2017.
Bas, G. Investigating The Effects Of Project-Based Learning On Students’
Academic Achievement And Attitudes Towards English Lesson. The
Online Journal Of New Horizons In Education. Vol.1, Issue 4, hal. 1-15,
2011, https://www.tojned.net/journals/tojned/articles/v01i04/v01i04-01.pdf,
17 Oktober 2018.
66
Bialik, Maya., dan Charles Fadel. Skills for the 21st Century: What Should
Students Learn?. Boston: Center for Curriculum Redesign, 2015,
https://curriculumredesign.org/wp-content/uploads/CCR-Skills_FINAL, 11
November 2017.
Bono, Edward de. Revolusi Berpikir Edward de Bono: Mengajari Anak Anda
Berpikir Canggih dan Kreatif dalam Memecahkan Masalah dan Memantik
Ide-ide Baru, Terj. Dari Teach Your Child How to Think oleh Ida Sitompul
dan Fahmy Yamani. Bandung: Kaifa, 2007.
Chatib, Munif. Gurunya Manusia: Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua
Anak Juara. Bandung: Kaifa, 2013.
Diki, diki. Creativity for Learning Biology in Higher Education. LUX: A Journal
of Transdisiplinary Writing and Research from Claremont Graduate
University. Vol.3, iss.1, Article 3, hal. 1-12, 2013,
http://scholarship.claremont.edu/lux/vol3/iss1/3, 11 November 2017.
Educational Technology Division Ministry of Education. “Project Based Learning
Handbook “Educating the Millennial Learner””. 2006,
http://www.moe.edu.my/btp/wpcontent/uploads/2011/07/Project%20Based
%20Learning%20Handbook/2%20-
%20Project%20Based%20Learning%20Handbook.pdf, 11 November 2017.
Grant, Michael M. Getting a Grip on Project Based-Learning: Theory, Cases, and
Recommendations. Meridian a Middle School Computer Technologies
Journal. Vol. 5, hal. 1-18, 2002,
https://www.ncsu.edu/meridian/win2002/514/project-based.pdf, 5
November 2017.
Hake, Richard R. Interactive-Engagement Versus Traditional Methods: A Six
Thousand-Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics
Courses. American Journal of Physics. Vol. 66 (1), hal. 64-74, 1998,
https://www.researchgate.net/publication/228710512_Interactive-
Engagement_Versus_Traditional_Methods_A_Six-Thousand-
Student_Survey_of_Mechanics_Test_Data_for_Introductory_Physics_Cour
ses, 19 Februari 2018.
Hawang, Halizah, dan Ishak Ramly. Creative Thinking Skill Approach Through
Problem-Based Learning: Pedagogy and Practice in the Engineering
Classroom. International Journal of Social, Behavioral, Educational,
Economic, business and Industrial Engineering. vol.2(4), hal. 334-339,
2008., https://waset.org/publications/15369/creative-thinking-skill, 8
Februari 2018.
67
Herlanti, Yanti. Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains: Jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan mahasiswa tingkat akhir yang sering muncul dalam
penelitian pendidikan sains. Jakarta: UIN Jakarta, 2014.
Hosnan, M. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21:
Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. Bogor: Ghalia Indonesia,
2016.
Hsieh, Hua-Yun., Shi-Jer Lou, dan Ru-Chu Shih. Applying Blended Learning
with Creative Project-Based Learning: A Case Study of Wrapping Design
Course for Vocational High School Students. The Online Journal of Science
and Technology. Vol. 3, hal. 18-27, 2013,
https://www.tojsat.net/journals/tojsat, 13 November 2017.
Husamah, dan Yuni Pantiwati. Cooperative Learning STAD-PJBL: Motivation,
Thinking Skills, and Learning Outocomes of Biology Departement Student.
International Journal of Education Learning and Development. vol.2(1),
hal. 68-85, 2014, www.ea-journals.org, pada 19 Oktober 2018.
Irnaningtyas. Biologi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga, 2016.
Jakni. Metodologi Penelitian Eksperimen Bidang Pendidikan. Bandung: Alfabeta,
2016.
Kadir. Statistika Terapan: Konsep, Contoh dan Analisis Data dengan Program
SPSS Lisrel dalam Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers, 2015.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. “Salinan Lampiran Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka
Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah”,
http://bsnp-indonesia.org/2013/06/20/permendikbud-tentang-kurikulum-
tahun-2013/, 7 Januari 2019.
Kurniasih, Imas., dan Berlin Sani. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013:
Memahami Berbagai Aspek Dalam Kurikulum 2013. Tt.p.: Kata Pena, 2014.
Kuswana, Wowo Sunaryo. Taksonomi Berpikir. Bandung:PT Remaja Rosda
Karya, 2011.
Lou, Shi-Jer., Chih-Chao Chung, Wei-Yuan Dzan, dan Ru-Chu Shih.
Construction of a Creative Instructional Design Model Using Blended,
Project-Based Learning for Collage Students. Creative Education. vol.3(7),
hal. 1281-1290, 2012.
https://www.scirp.org/journal/PaperInformation.aspx?PaperID=24850, 23
Oktober 2017.
68
Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2010.
Maula, Milla Minhatul., Jekti Prihatin, dan Kamalia Fikri. Pengaruh Model Pjbl
(Project-Based Learning) Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Hasil
Belajar Siswa Pada Materi Pengelolaan Lingkungan. Artikel Ilmiah
Mahasiswa. Hal. 1-6, 2014,
http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/63447, 11
November 2017.
Meltzer, David E. The Relationship between Mathematics Preparation and
Conceptual Learning Gains in Physics: A Possible “hidden variable” in
Diagnostic Pretest score. American Association of Physics Teachers. Hal.
1259-1268, 2002, http://www.physicseducation.net/docs/AJP-Dec-2002-
Vol.70-1259-1268.pdf, 19 Februari 2018.
Mihardi, Satria., Mara Bangun Harahap, dan Ridwan Abdullah Sani. The Effect
of Project Based Learning Model with KWL Worksheet on Student Creative
Thinking Process in Physics Problems, Journal of Education and Practice.
Vol. 4(25), hal. 188-200, 2013,
https://www.iiste.org/Journals/index.php/JEP/article/viewFile, 13 November
2017.
Munandar, Utami. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT.
Rineka Cipta, Cet. 3, 2012.
Pratiwi, D.A., Sri Maryati, Srikini, Suharno, dan Bambang S. Biologi untuk SMA
Kelas X. Jakarta: Erlangga, 2007.
Putri, Inge Wiliandani Setya ., Saddam Hussen, dan Robiatul Adawiyah.
Kemampuan Berpikir Kreatif Dalam Menyelesaikan Masalah
Kesebangunan di SMPN 11 Jember. Jurnal Edukasi. Vol. IV(3), hal. 59-62,
2017, https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JEUJ/article/download/6310. 13
November 2017.
Rusman. Pembelajaran Tematik Terpadu: Teori, Praktik dan Penilaian. Jakarta:
Raja grafindo Persada, 2015.
Rusmono. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu Perlu:
untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru. Bogor: Ghalia Indonesia, Cet. 2,
2014.
Sani, Ridwan Abdullah. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum
2013. Jakarta: Bumi Aksara, 2014.
69
Sofyan, Ahmad., Tonih Feronika, dan Burhanudin Milama. Evaluasi
Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2006.
Stripling, Barbara., Norah Lovett, dan Fran Corvasce Macko. Project Based
Learning: Inspiring Middle School Students to Engage in Deep and Active
Learning. New York: NYC Departemen of Education, 2009,
schools.nyc.gov/documents/teachandlearn/project_basedFinal.pdf, 15
Agustus 2018.
Sudaryono. Metodologi Penelitian. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2017.
Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta, 2015.
Sulhan, Najib. Karakter Guru Masa Depan: Sukses dan Bermartabat. Surabaya:
Jaring Pena, Cet. 1, 2011.
Suryadi, Edi. “Pentingnya Kreativitas dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan”.
2016, http://edisuryadi.staf.upi.edu/2016/02/16/pentingnya-kreativitas-
dalam-meningkatkan-mutu-pendidikan/, 8 Januari 2019.
Susanti. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Kemampuan Berpikir
Kreatif dan Sikap Ilmiah Siswa pada Materi Nutrisi. Jurnal Pengajaran
MIPA, Vol.18 (1), hal. 35-42, 2013,
http://journal.fpmipa.upi.edu/index.php/jpmipa/article/download/254/169,
19 Oktober 2018.
Tamim, Suha R., dan Michael M. Grant. Definitions and Uses: Case Study of
Teachers Implementing Project-based Learning. Interdisciplinary Journal
of Problem-Based Learning. 7(2), hal. 72-101, 2013, lib.purdue.edu/cgi/, 5
November 2017.
Thomas, J. W. A Review of Research on Project-based learning. California : The
Autodesk Foundation, 2000,
http://www.bobpearlman.org/BestPractices/PBL Research.pdf. 15
November 2017.
Treffinger, Donald J., Grover C. Young, Edwin C. Selby, dan Cindy Shepardson.
Assesing creativity: A Guide for Educators. Florida: University of
Connecticut, 2002), p. VIII. https://files.eric.ed.gov/fulltext/ED505548.pdf,
15 November 2017.
70
Trianto. Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi
Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Kencana, 2010.
Trilling, Bernie., dan Charles Fadel. 21st Century Skills: Learning for Life In Our
Times. San Francisco: Jossey-Bass A Wiley Imprint, 2009.
Undang-undang R.I. No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: BP.
Cipta Jaya, 2006.
Wahida, Ferawati., Nurdin Rahman, dan Siang Tandi Gonggo. Pengaruh Model
Pembelajaran Berbasis Proyek terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif dan
Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Parigi. Jurnal Sains dan
Teknologi Tadulako. Vol.4, No.3, hal. 36-43, 2015,
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JSTT/article/download/6949, 11
November 2017.
Wena, Made. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009.
Wijaya, Etistika Yuni., Dwi Agus Sudjimat, dan Amat Nyoto. Transformasi
Pendidikan Abad 21 sebagai Tuntutan Pengembangan Sumber Daya
Manusia di Era Global. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Matematika. Vol. 1, hal. 263-278, 2016,
http://repository.unikama.ac.id/840/32/263-278, 11 November 2017.
World Bank. “Indonesia Skills Report: Trends in Skills Demand, Gaps, and
Supply in Indonesia”. 2010,
http://siteresources.worldbank.org/EASTASIAPACIFICEXT/Resources/22
63001279680449418, 11 November 2017.
Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini. Strategi Pembelajaran SAINS.
Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009.