pjbl pneumonia

Upload: adelaine-ratih-k

Post on 13-Oct-2015

67 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pneumoniae

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangPneumonia adalah penyakit umum di semua bagian dunia. Ini adalah penyebab utama kematian di antara semua kelompok umur. Pada anak-anak, banyak dari kematian ini terjadi pada masa neonatus. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa satu dari tiga kematian bayi baru lahir disebabkan pneumonia. Lebih dari dua juta anak balita meninggal setiap tahun di seluruh dunia. WHO juga memperkirakan bahwa sampai dengan 1 juta ini (vaksin dicegah) kematian yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus''''pneumoniae, dan lebih dari 90% dari kematian ini terjadi di negara-negara berkembang. Kematian akibat pneumonia umumnya menurun dengan usia sampai dewasa akhir. Lansia individu, bagaimanapun, berada pada risiko tertentu untuk pneumonia dan kematian terkait. Karena beban yang sangat tinggi penyakit di negara berkembang dan karena kesadaran yang relatif rendah dari penyakit di negara-negara industri, komunitas kesehatan dunia telah menyatakan untuk 2 November Hari Pneumonia Dunia, sehari untuk warga yang prihatin dan pembuat kebijakan untuk mengambil tindakan terhadap penyakit. Di Inggris, kejadian tahunan dari pneumonia adalah sekitar 6 kasus untuk setiap 1000 orang untuk kelompok usia 18-39. Bagi mereka 75 tahun lebih dari usia, ini meningkat menjadi 75 kasus untuk setiap 1000 orang. Sekitar 20-40% individu yang membutuhkan pneumonia kontrak yang masuk rumah sakit antara 5-10% diterima ke unit perawatan kritis. Demikian pula, angka kematian di Inggris adalah sekitar 5-10%. Individu-individu ini juga lebih cenderung memiliki episode berulang dari pneumonia. Orang-orang yang dirawat di rumah sakit untuk alasan apapun juga berisiko tinggi untuk pneumonia. Pneumonia merupakan komplikasi yang sering terjadi setelah stroke yang menyulitkan penyembuhan pasien. Insidens yang tinggi dari pneumonia nosokomial merupakan masalah yang sering terjadi di rumah sakit.

B. Batasan Topik1. Definisi dan Klasifikasi Pneumonia2. Epidemiologi Pneumonia3. Etiologi Pneumonia4. Faktor Risiko Pneumonia5. Patofisiologi Pneumonia6. Manifestasi Klinik Pneumonia7. Pemeriksaan Diagnostik Pneumonia8. Penatalaksanaan medis Pneumonia9. Pencegahan Pneumonia10. Komplikasi Pneumonia

BAB IIPEMBAHASAN

A. Definisi dan Klasifikasi PneumoniaSecara kinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit). Pneumonia yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak termasuk. Sedangkan peradangan paru yang disebabkan oleh nonmikroorganisme (bahan kimia, radiasi, aspirasi bahan toksik, obat-obatan dan lain-lain) disebut pneumonitis. Pneumonia Komuniti 1973-2003 Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2003Pneumonia atau radang paru-paru ialah inflamasi paru-paru yang disebabkan oleh bakteria, virus atau fungal (kulat). Ia juga dikenali sebagai pneumonitis, bronchopneumonia dan 'community-acquired pneumonia (Mansjoer, 2000 : 254).Meunurt Glosarium Data & Informasi Kesehatan 2006, Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Gejala penyakit ini berupa napas cepat dan napas sesak, karena paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali per menit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun. Klasifikasi Pneumonia berat ditandai dengan adanya batuk atau (juga disertai) kesukaran bernapas, napas sesak, atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam (severe chest indrawing) pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun. Sementara untuk anak dibawah 2 bulan Pneumonia berat ditandai dengan frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih atau (juga disertai) penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam. Dalam pelaksanaan Pemberantasan Penyakit ISPA semua bentuk Pneumonia (baik Pneumonia maupun bronkopneumonia) disebut Pneumonia saja.

Klasifikasi Pneumonia1. Berdasarkan klinis dan epideologis :a. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)b. Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia / nosocomial pneumonia)c. Pneumonia aspirasid. Pneumonia pada penderita ImmunocompromisedPembagian ini penting untuk memudahkan penatalaksanaan.2. Berdasarkan bakteri penyebaba. Pneumonia bakterial / tipikal. Dapat terjadi pada semua usia. Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang sesorang yang peka, misalnya Klebsiella pada penderita alkoholik, Staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza.b. Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan Chlamydiac. Pneumonia virusd. Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised)3. Berdasarkan predileksi infeksia. Pneumonia lobaris. Sering pada pneumania bakterial, jarang pada bayi dan orang tua. Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder disebabkan oleh obstruksi bronkus misalnya : pada aspirasi benda asing atau proses keganasanb. Bronkopneumonia. Ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru. Dapat disebabkan oleh bakteria maupun virus. Sering pada bayi dan orang tua. Jarang dihubungkan dengan obstruksi bronkusc. Pneumonia interstisial

B. Epidemiologi PneumoniaPneumonia adalah salah satu penyebab kematian paling umum di seluruh dunia. Seringkali, pneumonia merupakan akhir penyakit pada orang yang memiliki lain yang serius, penyakit kronis. Beberapa jenis pneumonia dapat dicegah dengan imunisasi. Infeksi bakteri yang paling sering meliputi S Pneumonia, H.Influenza, M.Pneumonia, C. Pneumonia, dan M. Catarrharis, influenza merupakan virus yang paling sering didapat di komunitas.Di Amerika Serikat, sekitar 2 sampai 3 juta orang mengembangkan pneumonia setiap tahun, dan 45.000 dari mereka meninggal. Pneumonia adalah penyebab paling umum keenam kematian secara keseluruhan, dan infeksi fatal yang paling umum diperoleh di rumah sakit. Di negara berkembang, pneumonia merupakan salah satu penyebab utama kematian atau kedua setelah dehidrasi akibat diare berat. (Merck Manual.2011).Insidensi tahunan: 5-11 kasus per 1.000 orang dewasa; 15-45% perlu di rawat dirumah sakit (1-4 kasus), dan 5-10% diobati di ICU. Insidensi paling tinggi pada pasien yang sangat muda dan usia lanjut. Mortalitas: 5-12% pada pasien yang dirawat di rumah sakit; 25-50% pada pasien ICU (Jeremy, 2007). Di United States, insidensi untuk penyakit ini mencapai 12 kasus tiap 1.000 orang dewasa. Kematian untuk pasien rawat jalan kurang dari 1%, tetapi kematian pada pasien yang dirawat di rumah sakit cukup tinggi yaitu sekitar 14% (Alberta Medical Association, 2002). Di negara berkembang sekitar 10-20% pasien yang memerlukan perawatan di rumah sakit dan angka kematian diantara pasien tersebut lebih tinggi, yaitu sekitar 30-40% (Sajinadiyasa, 2011). Di Indonesia sendiri, insidensi penyakit ini cukup tinggi sekitar 5-35% dengan kematian mencapai 20-50% (Farmacia, 2006).

C. Etiologi PneumoniaPneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Tabel 2.1 memuat daftar mikroorganisme dan masalah patologis yang menyebabkan pneumonia (Jeremy, 2007).Daftar mikroorganisme yang menyebabkan pneumonia

Infeksi Bakteri Infeksi Atipikal Infeksi Jamur

Streptococcus pneumoniae Mycoplasma pneumoniae Aspergillus

Haemophillus influenza Legionella pneumophillia Histoplasmosis

Klebsiella pneumoniae Coxiella burnetii Candida

Pseudomonas aeruginosa Chlamydia psittaci Nocardia

Gram-negatif (E. Coli)

Infeksi Virus Infeksi Protozoa Penyebab Lain

Influenza Pneumocytis carinii Aspirasi

Coxsackie Toksoplasmosis Pneumonia lipoid

Adenovirus Amebiasis Bronkiektasis

Sinsitial respiratori Fibrosis kistik

Pneumonia yang ada di kalangan masyarakat umumnya disebabkan oleh bakteri, virus.mikoplasma (bentuk peralihan antara bakteri dan virus) dan protozoa(Djojodibroto,2009).a. BakteriPneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia lanjut. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah Streptococcus pneumonia sudah ada di kerongkongan manusia sehat. Begitu pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia tua atau malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan. Balita yang terinfeksi pneumonia akan panas tinggi, berkeringat, napas terengah-engah dan denyut jantungnya meningkat cepat.b. VirusSetengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus.Virus yang tersering menyebabkan pneumonia adalah Respiratory Syncial Virus (RSV). Meskipun virus-virus ini kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian atas, pada balita gangguan ini bisa memicu pneumonia. Tetapi pada umumnya sebagian besar pneumonia jenis ini tidak berat dan sembuh dalam waktu singkat. Namun bila infeksi terjadi bersamaan dengan virus influenza, gangguan bisa berat dan kadang menyebabkan kematian.c. MikroplasmaMikroplasma adalah agen terkecil di alam bebas yang menyebabkan penyakit pada manusia. Mikroplasma tidak bisa diklasifikasikan sebagai virus maupun bakteri, meski memiliki karakteristik keduanya. Pneumonia yang dihasilkan biasanya berderajat ringan dan tersebar luas. Mikroplasma menyerang segala jenis usia, tetapi paling sering pada anak pria remaja dan usia muda. Angka kematian sangat rendah, bahkan juga pada yang tidak diobati.d. ProtozoaPneumonia yang disebabkan oleh protozoa sering disebut pneumonia pneumosistis. Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii Pneumonia (PCP). Pneumonia pneumosistis sering ditemukan pada bayi yang prematur. Perjalanan penyakitnya dapat lambat dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan, tetapi juga dapat cepat dalam hitungan hari. Diagnosis pasti ditegakkan jika ditemukan P. Carinii pada jaringan paru atau spesimen yang berasal dari paru.

D. Faktor Risiko Pneumonia1. Orang yang memiliki kadar imun rendah : Orang dengan riwayat HIV/AIDS Orang dengan penyakit kronis seperti gangguan jantung, diabetes Orang yang sedang menjalani kemoterapi Orang yang sedang rutin meminum obat golongan imunosupresan dalam waktu yang lama2. Perokok dan peminum alcohol : Riwayat merokok dapat mengindikasikan adanya resiko iritasi pada area bronchialnya ( saluran nafas dalam ) yang akhirnya memicu adanya dahak atau jenis cairan lainnya. Apabila sputum ini menumpuk, maka akan jadi tempat kembangbiaknya bakteri maupun mikroba pneumonia Riwayat mengkonsumsi alcohol dapat mengindikasikan potensi buruknya produksi sel darah putih, sehingga tubuh akan tak mampu menyerang bentuk mikroba pencetus penyakit.3. Pasien yang sedang berada pada perawatan intensif ICU / ICCU : Pasien yang sedang melakukan tindakan ventilator ( alat bantu nafas ) endotracheal tube akan sangat beresiko terkena pneumonia, hal ini dikarenakan disaat mereka batuk, maka akan keluar tekanan isi lambung kearah tenggorokan. Bila disaat itu pasien memiliki bakteri pada area mulut/ tenggokan, maka akan segera ikut terbawa ke paru-paru.4. Lingkungan yang buruk : Menghirup udara yang tidak bersih : asap pabrik, asap rokok, polusi, akan berpotensi mengiritasi keadaan saluran nafas dalam. 5. Pasien yang tirah baring : Pasien yang mengalami imobilitas, maka akan melakukan tirah baring yang lama, saat pasien tidur atau berbaring statis, maka semua sputum berkumpul pada bagian rongga paru-paru, hal ini beresiko sebagai tempat biak para mikroba pneumonia.

A. Faktor Presipitasi ( Pencetus )Faktor-faktor yang berhubungan dengan pneumonia secara garis besar dibagi menjadi 2 faktor yakni factor internal dan factor external :1. Factor internal disini adalah usia, berat badan saat lahir, status gizi dan imunitas tubuhnya sendiri. Karena hal ini akan berdampak pada keadaan paru-paru serta potensi protect seseorang2. Sedangkan factor external dipengaruhi oleh lingkungan, pendidikan serta pengetahuan mengenai pneumonia. a. Faktor lingkungan : mikroba bakteri, virus, serta mikologi lainnya pemicu pneumonia. Contoh : Streptococcus pneumoniab. Faktor pendidikan dan pengetahuan : minimnya pengetahuan masyarakat akan lingkungan lingkungan yang berpotensi untuk menularkan penyakit pneumonia.

B. Faktor Predisposisi (Pemberat ) Riwayat penyakit : Aspirasi, gangguan imun, septisemia, malnutrisi, campak, pertusis, penyakit jantung bawaan, gangguan neuromuskular, kontaminasi perinatal dan gangguan klirens mukus/sekresi seperti pada fibrosis kistik , benda asing atau disfungsi silier.

E. Patofisiologi Pneumonia

Sekresi,edema,dan brochospasmeDaerah paru menjadi padat (konsolidasi)Partial oclusi-Dispenea-sianosis-batukTerbentuknya eksudat dalam alveoliProduksi sputum meningkatSputum bau dan kentalMK : Ketidakefektifan bersihan jalan nafasInhalasi mikroba dgn jalan melalui udaraAspirasi organisme dari naso faring scr hematogenRed Blood Count (RBC),white blood count (WBC) dan cairan keluar masuk ke alveoliNyeri pleuritisMembran paru-paru meradang dan berlubang-Nyeri dada-panas dan demamAnoreksia nausea vomitReaksi inflamasi hebatHepatitis merahSuhu tubuh

MK :Ketidakefektifan pola nafasMK : Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhKerusakan jaringan paruAnoreksiaHipoksemiaKapasitas difusi menurunPenurunan ratio ventilasi-perfusiLuas permukaan membrane respirasiMK : Defisit volume cairanAtelaktasis

F. Manifestasi Klinik PneumoniaPenyakit pneumonia memiliki beragam faktor pencetus atau pun penyebab terjadinya. Dan hal ini berhubungan langsung dengan macam gejala yang ditimbulkan. Faktor ini pun memiliki kecenderungan internal serta eksternal, contohnya usia, jenis kelamin, faktor lingkungan. Namun faktor ini memiliki keterkaitan pada golongan gejala yang ditimbulkan, jadi bukan sebagai patokan persentase terjadinya pneumonia kepada masing-masing individu. Hal ini dikarenakan penyebab utama pneumonia adalah bakteri atau virus maupun mikroba lainnya sebagai pemicu inflamasi di dalam organ paru-paru. Dan tiap kelompok generasi manusia memiliki potensi terserang mikroba penyebab pneumonia.Namun di samping itu, pneumonia memiliki ciri khas pada tiap proses jalannya penyakit, yakni adanya retraksi atau penarikan pada dinding dada bagian bawah yang mendekati diafragma. Penarikan ini dapat dilihat ketika pasien sedang bernafas. Penarikan dinding dada ini memiliki dampak terhadap frekuensi, perkusi pekak, fremitus melemah, serta suara ronkhi pun bervolume kecil. Gejala lainnya ialah adanya tanda efusi pleura atau empierna yang biasanya ditandai dengan gerak ekskursi dada yang tertinggal pada daerah efusi.

A. Gejala-gejala pneumonia berdasarkan usia :1. Bayi atau neonatal Pneumonia berat ditandai dengan batuk yang disertai kesulitan bernapas. Napas sesak, bayi tampak menarik perut dalam-dalam saat bernapas. Pneumonia sangat berat ditandai dengan batuk dan kesulitan bernapas disertai gejala sianosis sentral, yakni dada atau perut, bibir dan lidah bayi berwarna kebiruan, bahkan sampai sulit minum.2. Dewasa Gejala umum pneumonia pada orang dewasa yakni : Batuk berdahak (dahaknya seperti lendir,kehijauan atau seperti nanah) Nyeri dada (bias tajam atau tumpul dan bertambah hebat jika penderita menarik nafas dalam atau terbatuk) Menggigil, Demam, Mudah merasa lelah, Sesak nafas, Sakit kepala, Nafsu makan berkurang, Mual dan muntah, Merasa tidak enak badan, Kekakuan sendi, Kekakuan otot Gejala lainnya yang mungkin ditemukan Kulit lembab, Batuk darah, Pernafasan yang cepat, Cemas, stress, tegang, Nyeri perut

B. Gejala-gejala pneumonia berdasarkan jenis mikroba pencetus penyakit :1. Pneumonia bakteriGejala awal : Rinitis ringan Anoreksia Gelisah Berlanjut sampai : Demam Malaise Nafas cepat dan dangkal ( 50 80) Ekspirasi bebunyi Lebih dari 5 tahun, sakit kepala dan kedinginan Kurang dari 2 tahun vomitus dan diare ringan Leukositosis Foto thorak pneumonia lobar2. Pneumonia virusGejala awal : Batuk Rinitis Berkembang sampai : Demam ringan, batuk ringan, dan malaise sampai demam tinggi, batuk hebat dan lesu Emfisema obstruktif Ronkhi basah Penurunan leukosit

3. Pneumonia mikoplasmaGejala awal : Demam Mengigil Sakit kepala Anoreksia Mialgia Berkembang menjadi : Rinitis Sakit tenggorokan Batuk kering berdarah

G. Pemeriksaan Diagnostik Pneumonia Foto polos dada Diagnosis pneumonia utamanya didasarkan klinis sedangkan pemeriksaan foto polos dada perlu dibuat untuk menunjang diagnosis , disamping untuk melihat luasnya kelainan patologi secara lebih akurat. Foto pisisi anteroposterior (AP) dan lateral (L) diperlukan untuk menentukan luasnya lokai anatomis dalam paru, luasnya kelainan dan kemungkinan adanya komplikasi seperti pneumotoraks, pneumomediastinum, pnemumatokel, abses paru dan efusi pleura. Infiltrat tersebar paling sering dijumpai, terutama pada bayi. Pembesaran kelenjar hilus sering terjadi pada pneumonia karena Haemophillus influenza dan Staphylococcus aureus tapi jarang pada pneumonia karena Streptococcus pneumonia. Kecurigaan kea rah infeksi Staphylococcus aureus apabila pada foto polos dada dijumpai adanya gambaran pneumatokel, abses paru, empiema, dan piopneumotoraks serta usiapasien dibawah 1 tahun. Foto polos dada umumnya akan normal kembali dalam 3-4 minggu. Pemeriksaan radiologis tidak perlu diulang secara rutin kecuali jikaada pneumotakel, abses, efusi pleura, empiema, pneumotoraks atau komplikasi lain. Namun pemeriksaan ini tidak dapat membedakan nyata antara infeksi virus dengan bakteri. Pemeriksaan DarahPada pemeriksaan darah ditemukan leukositosis >15.000/UL, dominasi neutrofil pada hitung jenis atau adanya pergeseran ke kiri menunjukkan bakteri sebagai penyebab. Leukosit >30.000/UL dengan dominasi neutrofil mengarah ke pneumonia streptococcus dan stafilococcus. Pemeriksaan Laju Endap Darah dan C-reaktif protein (CRP) Pemeriksaan Laju Endap Darah dan C-reaktif protein (CRP) merupakan indicator inflamasi yang tidak khas sehingga hanya sedikit membantu. Adanya CRP yang positif dapat mengarah pada infeksi bakteri. Kadar CRP yang lebih tinggi ditemukan pada pasien dengan pneumonia alveolar dibandingkan pasien dengan pneumonia interstisialis. Begitu pula pada kasus pneumonia yang disebabkan oleh Streptococcus pneumonia akan menunjukkan kadar CRP yang lebih tinggi secara signifikan disbanding non pneumococcal pneumonia.

Kultur darah Biakan darah merupakan cara yang spesifik untuk diagnostic tapi hanya positif pada 10-15% kasus terutama pada anak kecil. Kultur darah sangat membantu pada penanganan kasus pneumonia dengan dugaan penyebab staphylococcus dan pneumococcus yang tidak menunjukkan respon baik terhadap pengananan awal. Pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR)Pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) bermanfaat untuk diagnosis Streptococcus pneumonia dan infeksi karena mikoplasma. Pemeriksaan PCR mahal, tidak tersedia secara luas serta tidak banyak berpengaruh terhadap penanganan awal pneumonia sehingga pemeriksaan ini tidak direkomendasikan. Analisis Gas DarahPemeriksaan analisis gas darah menunjukkan keadaan hipoksemia karena ventilasi yang tidak berfungsi dengan baik. Kadar Pa Co2 rendah, normal atau meningkat tergantung kelainannya. Dapat terjadiasidosis respiratorik, asidosis metabolic, dan gagal nafas.

H. Penatalaksaan Medis PneumoniaPenatalaksanaan pada klien pneumonia menurut Ngastiyah ( 2005 ) adalah sebagai berikut :1. Penatalaksanaan Medisa. Penisilline 50.000 u/Kg BB/hari ditambah dengan kloramfenikol 50 70 mg/Kg BB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampicilline. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4 5 hari.b. Pemberian O2.c. Pemberian cairan intravena, biasanya diperlukan campiran glukosa 5% dan NaCl 0,9% dalam perbandingan 3 : 1 ditambah larutan KCL 10 mEq / 500 ml / botol infus.d. Karena sebagian besar klien jatuh ke dalam asidosis metabolik akibat kurang nutrisi dan hipoksia, maka diberikan koreksi dengan hasil AGD arteri.e. Klien pneumonia ringan tidak perlu dirawat di rumah sakit.2. Penatalaksanaan Keperawatana. Kaji adanya distres pernafasan dengan memantau tanda-tanda vital dan status pernafasan.b. Tingkatkan oksigenasi yang adekuat dan pola nafas normal.c. Rekomendasikan vaksin pneumococcus untuk anak usia 2 tahun dan anak yang lebih besar yang berisiko terhadap pneumonia.d. Berikan penyuluhan kesehatan pada anak dan keluarga.Pengobatan medis mencakup memperbaiki oksigensi dengan oksigen dan terapi pernapasan. Digunakan anti biotik secara IV untuk mengobati pneoumonia bakteri berdasarkan kultur dan uji sensitivitas. Jika terjadi efusi pleura, mungkin diperlukan torasentesis atau drainase selang toraks.(Betz, 2002)Pengobatan ditujukan kepada pemberantasan mikroorganisme penyebabnya. Walaupun adakalanya tidak diperlukan antibiotika jika penyebabnya adalah virus, namun untuk daerah yang belum memiliki fasilitas biakan mikroorganisme akan menjadi masalah tersendiri mengingat perjalanan penyakit berlangsung cepat, sedangkan di sisi lain ada kesulitan membedakan penyebab antara virus dan bakteri. Selain itu, masih dimungkinkan adanya keterlibatan infeksi sekunder oleh bakteri.Masalah lain dalam hal perawatan penderita Pneumonia adalah terbatasnya akses pelayanan karena faktor geografis. Lokasi yang berjauhan dan belum meratanya akses tranportasi tentu menyulitkan perawatan manakala penderita pneumonia memerlukan perawatan lanjutan (rujukan) (Setiowulan, 2000).Konsolidasi atau area yang menebal dalam paru-paru yang akan tampak pada rontgen dada mencakup area berbercak atau keseluruhan lobus (pneumonia lobaris). Pada pemeriksaan fisik,temuan akan beragam tergantung pada keparahan pneumonia. Temuan tersebut dapat mencakup bunyi napas bronkuvesikuler atau bronchial,peningkatan fremitus,egofani positif,atau pekak pada perkusi.Pengobatan pneumonia termasuk pemberian antibiotic yang sesuai seperti yang ditetapkan oleh hasil pewarnaan Gram. Penisilin G merupakan antibiotic pilihan untuk infeksi oleh S. pneumoniae .Medikasi efektif lainnya termasuk eritromisin,klindamisin,sefalosporin generasi kedua dan ketiga,penisilin lainnya, dan trimetoprimsulfametoksazol (Bactrim).Pneumonia mikroplasma memberikan respon terhadap eritromisin,tetrasiklin,dan derivate tetrasiklin (doksisilin). Pneumonia atipikal lainnya mempunyai mempunyai penyebab virus,dan kebanyakan tidak memberikan respon terhadap antimicrobial. Pneumocystis carinii memberikan respon terhadap pentamidin dan trimetoprim-sulfametoksazol (Bacrim, TMP-SMZ). Inhalasi lembab dan hangat sangat membantu dalam menghilangkan iritasi bronchial. (Brunner dan Suddarth.2001) Tatalaksana Ringan : Anak di rawat jalan Beri antibiotik: Kotrimoksasol (4 mg TMP/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari atau Amoksisilin (25 mg/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari. Untuk pasien HIV diberikan selama 5 hari.Tindak lanjutAnjurkan ibu untuk memberi makan anak. Nasihati ibu untuk membawa kembali anaknya setelah 2 hari, atau lebih cepat kalau keadaan anak memburuk atau tidak bisa minum atau menyusu.Ketika anak kembali:Jika pernapasannya membaik (melambat), demam berkurang, nafsu makan membaik, lanjutkan pengobatan sampai seluruhnya 3 hari.Jika frekuensi pernapasan, demam dan nafsu makan tidak ada perubahan, ganti ke antibiotik lini kedua dan nasihati ibu untuk kembali 2 hari lagi.Jika ada tanda pneumonia berat, rawat anak di rumah sakit dan tangani sesuai pedoman di bawah ini. Tatalaksana Berat : Anak dirawat di rumah sakit Terapi Antibiotik Beri ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/kgBB/kali IV atau IM setiap 6 jam), yang harus dipantau dalam 24 jam selama 72 jam pertama. Bila anak memberi respons yang baik maka diberikan selama 5 hari. Selanjutnya terapi dilanjutkan di rumah atau di rumah sakit dengan amoksisilin oral (15 mg/ kgBB/kali tiga kali sehari) untuk 5 hari berikutnya. Bila keadaan klinis memburuk sebelum 48 jam, atau terdapat keadaan yang berat (tidak dapat menyusu atau minum/makan, atau memuntahkan semuanya, kejang, letargis atau tidak sadar, sianosis, distres pernapasan berat) maka ditambahkan kloramfenikol (25 mg/kgBB/kali IM atau IV setiap 8 jam) .Bila pasien datang dalam keadaan klinis berat, segera berikan oksigen dan pengobatan kombinasi ampilisin-kloramfenikol atau ampisilin-gentamisin. Sebagai alternatif, beri seftriakson (80-100 mg/kgBB IM atau IV sekali sehari).Bila anak tidak membaik dalam 48 jam, maka bila memungkinkan buat foto dada.Apabila diduga pneumonia stafilokokal (dijelaskan di bawah untuk pneumonia stafilokokal), ganti antibiotik dengan gentamisin (7.5 mg/kgBB IM sekali sehari) dan kloksasilin (50 mg/kgBB IM atau IV setiap 6 jam) atau klindamisin (15 mg/kgBB/hari 3 kali pemberian). Bila keadaan anak membaik, lanjutkan kloksasilin (atau dikloksasilin) secara oral 4 kali sehari sampai secara keseluruhan mencapai 3 minggu, atau klindamisin secara oral selama 2 minggu. Terapi Oksigen Beri oksigen pada semua anak dengan pneumonia berat Bila tersedia pulse oximetry, gunakan sebagai panduan untuk terapi oksigen (berikan pada anak dengan saturasi oksigen < 90%, bila tersedia oksigen yang cukup). Lakukan periode uji coba tanpa oksigen setiap harinya pada anak yang stabil. Hentikan pemberian oksigen bila saturasi tetap stabil > 90%. Pemberian oksigen setelah saat ini tidak berguna Gunakan nasal prongs, kateter nasal, atau kateter nasofaringeal. Penggunaan nasal prongs adalah metode terbaik untuk menghantarkan oksigen pada bayi muda. Masker wajah atau masker kepala tidak direkomendasikan. Oksigen harus tersedia secara terus-menerus setiap waktu.Lanjutkan pemberian oksigen sampai tanda hipoksia (seperti tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang berat atau napas > 70/menit) tidak ditemukan lagi.Perawat sebaiknya memeriksa sedikitnya setiap 3 jam bahwa kateter atau prong tidak tersumbat oleh mukus dan berada di tempat yang benar serta memastikan semua sambungan baik.Sumber oksigen utama adalah silinder. Penting untuk memastikan bahwa semua alat diperiksa untuk kompatibilitas dan dipelihara dengan baik, serta staf diberitahu tentang penggunaannya secara benar.

I. Pencegahan Pneumonia Berikan dorongan untuk sering batuk dan mengeluarkan sekresi. Karena setiap kondisi yang menghasilkan lendir atau obstruksi bronkhial dan mengganggu drainase normal paru dapat meningkatkan kerentanan pasien terhadap pneumonia. Ajarkan latihan napas dalam. Lakukan tindak kewaspadaan khusus untuk mencegah infeksi terutama pada pasien yang mengalami imunosupresif. Ubah posisi pasien dengan teratur terutama untuk pasien yang tidur secara pasif di tempat tidur. Lakukan penghisapan trakeobronkial bagi pasien-pasien beresiko yang tidak dapat melakukan sekresi. Tingkatkan higiene oral yang teratur bagi pasien-pasien yang menjalani regimen NPO (puasa) atau mendapat antibiotik untuk meminimalkan kolonisasi organisme. Berikan sedatif dan opoid denga pertimbangan yang sangat bijak untuk menghindari supresi pernapasan. Waspadalah terhadap pneumonia pada lansia, pasien-pasien pascaoperatif, mereka dengan supresi sistem imun, mereka yang mengalami gangguan fungsi pernapasan, dan mereka yang tidak sadar. Pastikan bahwa perlatan pernapasan telah dibersihkan dengan tepat. Berikan dorongan pada individu untuk berhenti merokok dan mengurangi alkohol.

J. Komplikasi Pneumonia Syok dan gagal pernapasanKomplikasi ini ditemukan terutama pada pasien yang tidak mendapan pengobatan spesifik, mendapat pengobatan yang tidak mencukupi atau menunda pengobatan atau terapi antimokroba dimana organism penginfeksiannya resisten atau pada mereka dengan penyakit sebelumnya yang menyulitkan pneumonia. Atelektasis dan efusi pleuraAtelektasis (akibat obstruksi bronkus oleh penumpukan sekresi) dapat terjadi pada sembarang fase dari pneumonia akut. Efusi pleural, dimana cairan terkumpul dalam rongga pleural cukup umum terjadi dan dapat menandaan dimulainya empiema (cairan purulen di dalam ruang pleura). Torasentesis diagnostik biasanya perlu dilakukan untuk menegakkan efusi pleura. DeliriumMerupakan kemungkinan komplikasi lain dan dianggap sebagai kedaruratan medis ketika hal ini terjadi. SuperinfeksiDapat terjadi dengan pemberian dosis antibiotik yang sangat besar, seperti penisilin, atau dengan penggunaan kombinasi antibiotik.jika pasien membaik dan demam menghilang setelah diberikan terapi antibiotic, tetapi selanjutnya terjadi peningkatan suhu tubuh disertai dengan batuk dan adanya bukti penyebaran pneumonia, kemungkinannya adalah superinfeksi.

BAB IIIPENUTUPAN

A. KesimpulanPneumonia adalah penyakit umum di semua bagian dunia. Pneumonia adalah salah satu penyakit akibat infeksi parenkim parupenyebab utama kematian di antara semua kelompok umur. Pada anak-anak, banyak dari kematian ini terjadi pada masa neonatus. Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa satu dari tiga kematian bayi baru lahir disebabkan pneumonia.Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli. (Axton & Fugate, 1993). Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti :1. Bakteri: stapilokokus, streplokokus, aeruginosa, eneterobacter2. Virus: virus influenza, adenovirus3. Micoplasma pneumonia4. protozoa Penatalaksanaan medis yang dilakukan pada pasien pneumonia dalah pemberian antibiotik untuk mengatasi infeksi oleh bakteri dan pemberian antipiretik untuk mengatasi suhu tubuh yang tinggi. Selain itu pemeriksaan penunjang juga perlu dilakukan untuk melihat daerah paru yang terkena infeksi, dan mengetahui apakah ada komplikasi lain yang dapat disebapkan oleh penyakit ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Cause of death. Available at: http://www.who.int/research/en/Downloaded June 11th 2009Betz, Cecily. L, 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik edisi 3; EGCInternational Child Health Review Colaboration. http://ichrc.org/422-pneumonia-berat-diagnosis-dan-tatalaksanaMansjoer, Arif, dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FK-UI, Jakarta. Muttaqin,Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba MedikaNgastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit. EGC, Jakarta. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pneumonia Komunitas, pedomandiagnosis & penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: PDPI, 2003. h.1-6 Somantri,irman.2007.Keperawatan medikal bedah: Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernafasan.Jakarta: Salemba medikaSmeltzer, Suzanne C. , dan Bare, Brenda G. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta: EGCWHO, (2003). Penanganan ISPA pada Anak di Rumah Sakit Kecil Negara Berkembang, Jakarta : EGChttp://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-pneumoniakom/pnkomuniti.pdfhttp://www.klikpdpi.com/konsensus/pnenosokomial/pnenosokomial.pdfhttp://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/Glosarium%202006.pdfhttp://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/matkul/Ilmu_Penyakit_Dalam/Ilmu%20Penyakit%20Paru/Pneumonia%20UWK%202008.pdf

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Respiratory SystemLAPORAN PROJECT BASED LEARNINGPNEUMONIA

KELOMPOK 6K3LNDisusun olehAdelaine Ratih K(125070207131004)Hesty Dwi Noviastuty(125070207131008)

Dinni Nurul Kurnia I.(125070207131005)LuLuil Maknun(125070207131009)

Alif Dewi Safitri(125070207131006)Wulan Purwanty(125070207141010)

Desy Karmia Pitalupi(125070207131007)Isthafa Alania(125070207131011)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2014