pengaruh modal pemimpin lokal terhadap …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan...

131
PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN PEDESAAN (Studi Kasus Pada Program Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) di Desa Watugede, Kecamatan Singosari, Malang) Oleh: APRILIA FENDI ANGGARA MINAT KOMUNIKASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PROGRAM STUDI AGRIBISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN MALANG 2015

Upload: others

Post on 01-Aug-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP

KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN PEDESAAN

(Studi Kasus Pada Program Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat

(LDPM) di Desa Watugede, Kecamatan Singosari, Malang)

Oleh:

APRILIA FENDI ANGGARA

MINAT KOMUNIKASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

MALANG

2015

Page 2: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP

KEBERHASILAN PROGRAM PEMBANGUNAN PEDESAAN

(Studi Kasus Pada Program Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat

(LDPM) di Desa Watugede, Kecamatan Singosari, Malang)

Oleh:

APRILIA FENDI ANGGARA

105040101111129

KOMUNIKASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

AGRIBISNIS

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana

Pertanian Strata Satu (S-1)

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

MALANG

2015

Page 3: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan

Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, Agustus 2015

Aprilia Fendi Anggara

Page 4: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

Skripsi ini kupersembahkan untuk

Kedua Orang tua tercinta serta Adikku Tersayang

Calon Istriku kelak, Pendampingku di waktu susah maupun senang

Page 5: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

i

RINGKASAN

APRILIA FENDI ANGGARA. 105040101111129. Pengaruh Modal

Pemimpin Lokal Terhadap Keberhasilan Program Pembangunan Pedesaan.

Di bawah bimbingan Dr. Ir. Yayuk Yuliati, MS sebagai Pembimbing Utama,

Setiyo Yuli Handono SP., MP., MBA sebagai Pembimbing Pendamping

Keberhasilan suatu program ditentukan oleh keterlibatan pemimpin lokal.

Keterlibatan pemimpin lokal dipengaruhi oleh basis dan modal yang dimilikinya.

Modal merupakan basis dominansi yang dimiliki oleh seseorang untuk

mempengaruhi orang lain, memperjuangkan posisi atau sesuatu yang diinginkan.

Pemimpin lokal adalah individu yang mempunyai tujuan atau maksud yang

ditunjukkan dalam bentuk tindakan yang mempengaruhi masyarakat dan

sekitarnya. Besarnya pengaruh dari tindakan tersebut dipengaruhi oleh modal

yang dimiliki oleh pemimpin lokal.

Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) mendeskripsikan pemimpin lokal yang

berpengaruh dalam masyarakat, khususnya dalam program pembangunan

pedesaan, (2) mengetahui modal yang dimiliki pemimpin lokal dan pengaruhnya

terhadap masyarakat, dan (3) menganalisis keterkaitan modal pemimpin lokal

dengan kontribusinya dalam tahapan program Lembaga Distribusi Pangan

Masyarakat (LDPM).

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan explanatory, yang

dilakukan di desa Watugede, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Provinsi

Jawa Timur. Unit analisis dari penelitian ini adalah individu pemimpin lokal yang

termasuk dalam pengurus Gapoktan “Makmur Santosa” dan tokoh masyarakat

desa. Pemilihan responden dalam penelitian ini menggunakan metode Snowball

Sampling. Responden dipilih berdasarkan rekomendasi dari key informan yang

tidak lain yaitu ketua Gapoktan. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dan

interview ke sejumlah responden hingga mencapai 20 responden. Data primer

diperoleh menggunakan kuesioner melalui wawancara, sedangkan data sekunder

diperoleh buku-buku, arsip, dokumen yang berhubungan dengan penelitian.

Analisa perhitungan pengaruh kepemilikan modal menggunakan Indeks Casey

untuk mengetahui seberapa besar tingkat pengaruh modal pemimpin lokal dalam

masyarakat, sedangkan analisa statistik menggunakan uji regresi linear berganda

menggunakan software SPSS 18.00 for windows.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pemimpin lokal yang

berpengaruh terhadap masyarakat khususnya dalam pelaksanaan program LDPM

(Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat). Ada empat kategori. Pertama,

pemimpin lokal FR yang merupakan pemimpin lokal yang berasal dari basis

institusi yaitu sebagai ketua Gapoktan. Kedua, pemimpin lokal PW yang berasal

dari kalangan terpelajar dan aktif di kepengurusan LDPM. Ketiga, pemimpin lokal

SK yang merupakan salah satu tokoh masyarakat yang ada di desa Watugede.

Keempat, pemimpin lokal TM yang merupakan elit agama dan sebagai ustadz di

desa Watugede.

Berdasarkan penghitungan indeks Casey, pemimpin lokal FR memiliki indeks

pengaruh yang tinggi baik modal internal maupun eksternal di dalam masyarakat.

Pengaruh FR terhadap masyarakat adalah dimana masyarakat mengikuti arahan

atau kebijakan FR pada semua tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Pemimpin lokal PW memiliki indeks pengaruh modal internal yang lebih tinggi

Page 6: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

ii

dibanding modal eksternal di dalam masyarakat. Pengaruh pemimpin lokal PW

terhadap masyarakat adalah masyarakat mempercayai pemimpin lokal PW dalam

teknis pelaksanaan program. Sementara pemimpin lokal TM juga memiliki indeks

pengaruh modal internal yang lebih tinggi dibandingkan modal eksternalnya di

masyarakat. Pengaruh pemimpin lokal TM terhadap masyarakat adalah TM sering

diminta pendapatnya terkait program yang akan dilaksanakan (perencanaan).

Pemimpin lokal SK memiliki indeks pengaruh modal internal yang lebih tinggi

dibandingkan modal eksternal di dalam masyarakat. Pengaruh pemimpin lokal SK

di dalam masyarakat yaitu sering dimintai pendapat dalam kegiatan evaluasi

program.

Pemimpin lokal dengan basis pemerintahan dan memiliki modal manusia dan

modal sosial yang tinggi (FR), maka pemimpin lokal tersebut cenderung akan

terlibat dalam setiap program yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Pemimpin lokal dengan basis terpelajar dan memiliki modal manusia yang jauh

lebih tinggi dibandingkan modal sosial dan ekonomi (PW), cenderung terlibat

dalam tahap pelaksanaan, yaitu pada saat memberikan ide maupun terlibat

langsung dalam teknis program. Pemimpin lokal dengan basis tokoh masyarakat

dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung

terlibat dalam kegiatan evaluasi program. Sedangkan pemimpin lokal dengan

basis elit agama atau kiai yang memiliki modal sosial dan ekonomi yang tinggi

dibandingkan modal manusia (TM), cenderung terlibat dalam tahapan

perencanaan program.

Page 7: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

iii

SUMMARY

APRILIA FENDI ANGGARA. 105040101111129. The Influence of Local

Leader Capital Against the Success of Rural Development Program.

Supervised by Dr. Ir. Yayuk Yuliati , MS and Setiyo Yuli Handono

SP.,MP.,MBA

The success of a program is determined by the involvement of local leaders.

The involvement of local leaders are influenced by the base and capital. The base

is the dominance of capital owned by someone to influence other people, fight for

position or something desirable. Local leaders are individuals who have a purpose

or intent indicated in the forms of action that affect the community and

surrounding areas. The magnitude of the effects of these actions are influenced by

the capital owned by local leaders.

The purpose of this study was to: (1) describe the influential local leaders in

the community, especially in the rural development program, (2) determine the

capital owned local leaders and influence on society, and (3) analysing the

interconnectedness of local leaders with capital contributions in stages LDPM

program.

This research is descriptive and explanatory, which is carried out in the

village Watugede, Singosari, Malang, East Java Province. The unit of analysis of

this study is the individual local leaders included in Gapoktan "Makmur Santosa"

and rural community leaders. Selection of respondents in this study using

snowball sampling method. Respondents were selected based on

recommendations from key informants that Gapoktan (Farmer Group Association)

chairman. Furthermore, researchers conducted interviews and interviews to a

number of respondents to 20 respondents. The primary data obtained through

interviews using a questionnaire, while the secondary data obtained books,

records, documents related to the study. Analysis of calculation of the effect of

capital ownership Casey index while using a statistical analysis using multiple

linear regression using SPSS software for windows.

The results showed that there are local leaders who affect the society,

especially in the implementation of the program LDPM (Institute of Food

Distribution Society). There are four categories. First, local leaders FR which is a

local leader who comes from a base that is as chairman Gapoktan institutions.

Secondly, PW local leaders from among the educated and active in the

management of LDPM. Third, local leaders SK which is one of the community

leaders in the Watugede village. Fourth, local leaders TM which is a religious elite

and as a teacher at the Watugede village.

Local leaders FR has a high influence both internal and external capital in the

community. The influence of the FR on the community is where the Community

directives or policies follow FR on all stages of planning, implementation and

evaluation. A local leader of the PW has the influence of internal capital higher

than external capital in the community. The influence of local leaders is

community the PW to trust the local leaders of the PW in the technical

implementation of the program. While local leaders also has the influence of

internal capital index higher than external capital in the community. The influence

of local leaders of the TM in the community is often asked his opinion of the

associated program that will be implemented (planning). A local leader of the SK

Page 8: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

iv

has the influence of internal capital that is higher than the external capital in the

community. The influence of local leaders in the community i.e. SK frequently

asked for opinions in the activities of the evaluation program.

Local leaders on the basis of government and has the human capital and

social capital are high (FR), then local leaders are likely to be involved in any

program is the planning, implementation and evaluation. Local leaders on the

basis of learning and human capital is much higher than the social and economic

capital (PW), tend to be involved in the implementation phase, which is when

they give an idea as well as directly involved in the technical program. Local

leaders and community leaders to base social capital and economic capital are

high (SK) tend to engage in program evaluation activities. While local leaders on

the basis of the religious elite or scholars who have social and economic capital is

higher than human capital (TM), are likely to be involved in the planning stages of

the program.

Page 9: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang degan rahmat dan

hidayah Nya telah menuntun penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pengaruh Modal Pemimpin Lokal terhadap Keberhasilan Program

Pembangunan”

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya, kepada Dr. Ir. Yayuk Yuliati, MS dan Setiyo Yuli Handono SP.,

MP.,MBA selaku dosen pembimbing atas segala kesabaran, nasihat, arahan dan

bimbingannya kepada penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Plt Ketua Jurusan Fitria Dina

Riana SP.,MP dan Prof. Ir. Ratya Anindita, MS.,PhD selaku dosen pembimbing

akademik atas segala nasehat dan bimbingannya kepada penulis, beserta seluruh

dosen atas bimbingan dan arahan yang selama ini diberikan serta kepada

karyawan Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas

Brawijaya atas fasilitas dan bantuan yang diberikan.

Penghargaan yang tulus penulis berikan kepada kedua orang tua dan adik atas

doa, cinta, kasih sayang, pengertian dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

Juga kepada rekan-rekan Agribisnis khususnya angkatan 2010 atas bantuan,

dukungan dan kebersamaan selama ini. Penulis berharap semoga hasil dari

penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak, dan memberikan sumbangan

pemikiran dalam kemajuan ilmu pengetahuan

Malang, Agustus 2015

Penulis

Page 10: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ponorogo pada tanggal 23 April 1992 sebagai putra

pertama dari dua bersaudara dari Bapak Sujiono dan Ibu Isminatun.

Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN Janti Ponorogo pada tahun 1998

sampai tahun 2004, kemudian penulis melanjutkan ke MTsN Kauman Ponorogo

pada tahun 2004 dan selesai pada tahun 2007. Pada tahun 2007 sampai tahun 2010

penulis studi di SMAN 3 Ponorogo. Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai

mahasiswa Strata 1 Program Studi Agribisnis, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian,

Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya melalui jalur PSB (Penerimaan Siswa

Berprestasi).

Selama menjadi mahasiswa penulis pernah mengikuti keorganisasian baik di

dalam kampus maupun di luar kampus. Di dalam kampus penulis aktif sebagai

pengurus CADS (Center of Agriculture Development Program) pada tahun 2013-

2014 sebagai sekretaris divisi kewirausahaan. Di luar kampus penulis aktif di

organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan menjabat sebagai Kepala

Departemen Penerangan pada tahun 2013-2014. Selain itu penulis juga aktif di

kegiatan kewirausahaan terutama di Online Marketing.

Page 11: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

vii

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN .......................................................................................................... i

SUMMARY ........................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ............................................................................................ v

RIWAYAT HIDUP ................................................................................................ vi

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii

I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 3

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 6

2.1 Telaah Penelitian Terdahulu ..................................................................... 6

2.2 Tinjauan Teoritis Kepemilikan Modal Pemimpin Lokal dan Program

Pembangunan ...................................................................................................... 8

2.2.1 Kepemilikan Modal dan Pengaruh Pemimpin Lokal ........................ 8

2.2.2 Kategori Pemimpin Lokal .............................................................. 12

2.2.3 Program Pembangunan ................................................................... 13

2.2.4 Program Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) ........... 13

III. KERANGKA KONTEKSTUAL ............................................................... 15

3.1 Konsep Kerangka Pemikiran .................................................................. 15

3.2 Hipotesis ................................................................................................. 18

3.3 Batasan Masalah ..................................................................................... 18

3.4 Definisi Operasional ............................................................................... 19

3.5 Pengukuran Variabel .............................................................................. 21

IV. METODE PENELITIAN ........................................................................... 35

4.1 Jenis Penelitian ....................................................................................... 35

4.2 Metode Penentuan Lokasi Penelitian ..................................................... 35

Page 12: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

viii

4.3 Metode Penentuan Responden ............................................................... 35

4.4 Metode Pengumpulan Data .................................................................... 36

4.5 Metode Analisis Data ............................................................................. 37

4.5.1 Analisis Deskriptif Kualitatif .......................................................... 37

4.5.2 Analisis Indeks Casey ..................................................................... 38

4.5.3 Uji Asumsi Klasik ........................................................................... 39

4.5.4 Regresi Linear Berganda ................................................................. 41

4.5.5 Goodness of Fit Test ....................................................................... 41

V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN ............................................ 43

5.1 Keadaan Geografis Desa Watugede, Singosari ...................................... 43

5.1.1 Karakteristik Lahan dan Iklim ........................................................ 43

5.1.2 Curah Hujan .................................................................................... 43

5.1.3 Lahan Menurut Ekosistem dan Penggunaan ................................... 44

5.1.4 Komoditas Utama............................................................................ 45

5.1.5 Sumberdaya Manusia ...................................................................... 45

5.2 Implementasi Pelaksanaan Program Lembaga Distribusi Pangan

Masyarakat (LDPM) Di Desa Watugede .......................................................... 46

5.2.1 Profil Gapoktan “Makmur Santosa” dalam Program LDPM .......... 48

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 50

6.1 Karakteristik Responden ........................................................................ 50

6.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia .................................... 50

6.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ......................... 51

6.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Utama ................ 52

6.2 Pemimpin Lokal Pilihan Warga ............................................................. 53

6.2.1 Pemimpin Lokal “FR” .................................................................... 54

6.2.2 Pemimpin Lokal PW ....................................................................... 58

6.2.3 Pemimpin Lokal “SK” .................................................................... 59

6.2.4 Pemimpin Lokal “TM” ................................................................... 61

6.3 Pengaruh Modal Pemimpin Lokal dalam Program LDPM .................... 63

6.3.1 Modal Internal ................................................................................. 63

6.3.2 Modal Eksternal .............................................................................. 76

6.3.3 Modal Internal dan Eksternal .......................................................... 86

Page 13: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

ix

6.4 Keterkaitan Modal dengan Keterlibatannya dalam Tahapan Program

LDPM. ............................................................................................................... 90

6.4.1 Pengaruh Kepemilikan Modal pada Tahapan Program .................. 90

VII. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 96

7.1 Kesimpulan ............................................................................................. 96

7.2 Saran ....................................................................................................... 97

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 98

Page 14: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

x

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Indikator Modal Manusia.......................................................................

2. Indikator Modal Sosial...........................................................................

3. Indikator Modal Ekonomi......................................................................

4. Indikator Modal Institusi.......................................................................

5. Indikator Modal Simbolik......................................................................

6. Indikator Modal Budaya........................................................................

7. Indikator Modal Moral...........................................................................

8. Indikator Tahap Perencanaan.................................................................

9. Indikator Tahap Pelaksanaan..................................................................

10. Indikator Tahap Evaluasi........................................................................

11. Dasar Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi..................................

12. Luas dan irigasi lahan sawah..................................................................

13. Luas Lahan Kering.................................................................................

14. Komoditas tanaman yang ada.................................................................

15. Penduduk menurut umur........................................................................

16. Penduduk menurut pendidikan...............................................................

17. Komposisi responden berdasarkan usia.................................................

18. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan..................................

19. Pemimpin lokal menurut pilihan responden di program LDPM............

20. Nilai Indeks Modal Manusia pada Pemimpin Lokal..............................

21. Nilai Indeks Modal Sosial Pemimpin Lokal..........................................

22. Nilai Indeks Modal Ekonomi pada Pemimpin Lokal.............................

23. Nilai Indeks Modal Institusi pada Pemimpin Lokal...............................

24. Nilai Indeks Modal Simbolik Pemimpin Lokal.....................................

25. Nilai Indeks Modal Budaya pada Pemimpin Lokal...............................

26. Nilai Indeks Modal Moral pada Pemimpin Lokal..................................

27. Nilai Indeks Modal Internal pada Pemimpin Lokal...............................

28. Nilai Indeks Modal Eksternal Pada Pemimpin Lokal............................

22

23

25

26

27

27

28

30

31

33

40

44

44

45

45

46

51

52

54

64

70

74

76

80

83

85

86

88

Page 15: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

xi

29. Total Nilai Indeks Modal dan Interpretasinya pada Pemimpin

Lokal.......................................................................................................

30. Hasil Regresi Linier Pengaruh Modal Internal dan Modal Eksternal

Terhadap Keterlibatan Pemimpin Lokal dalam Tahapan

Perencanaan............................................................................................

31. Hasil Regresi Linier Pengaruh Modal Internal dan Modal Eksternal

Terhadap Keterlibatan Pemimpin Lokal dalam Tahapan

Pelaksanaan............................................................................................

32. Hasil Regresi Linier Pengaruh Modal Internal dan Modal Eksternal

Terhadap Keterlibatan Pemimpin Lokal dalam Tahapan Evaluasi........

90

91

93

94

Page 16: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

xii

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Hal.

1. Skema Hasil Kerangka Pemikiran Tentang Pengaruh Pemimpin Lokal

Terhadap Keberhasilan Program Pembangunan.........................................

2. Struktur Pengurus Gapoktan “Makmur Santosa”.......................................

3. Diagram Jenis Pekerjaan Responden.........................................................

17

49

53

Page 17: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Hal.

1. Kuesioner Penelitian................................................................................

2. Data Responden.......................................................................................

3. Dokumentasi Penelitian...........................................................................

4. Statistik SPSS Hubungan Modal terhadap Tahapan Program.................

98

102

103

104

Page 18: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberadaan pemimpin lokal bagi masyarakat desa memiliki posisi strategis,

karena mereka-lah berbagai informasi dan komunikasi dapat dialirkan bagi

kepentingan masyarakat. Sosok sebagai figur panutan diperoleh seseorang melalui

berbagai cara yang secara otomatis dilekatkan oleh masyarakat setempat, seperti

karena pengaruh kewibawaan, kepandaian, kekayaan maupun dari keberanian dan

kekuasaannya. Jadi melalui figur kepemimpinan lokal tersebut berbagai program

pembangunan dapat diselenggarakan secara efektif dan efisien.

Usat (2013) meneliti tentang peran kepemimpinan kepala adat dalam

pembangunan desa Kelubir Kalimantan Utara, yang mempunyai peran penting

dalam pembangunan desa baik secara fisik maupun non fisik. Hasil penelitiannya

menyimpulkan bahwa kepala adat sangat berperan dalam perencanaan dan

pelaksanaan pembangunan. Peran penting ini terlihat dari kemampuan kepala adat

dalam mengarahkan, menjelaskan, dan menggerakkan masyarakat serta memberi

motivasi dalam melaksanakan program-program pembangunan. Fungsi kepala

adat dalam pembangunan non fisik di desa Kelubir diantaranya mendorong

masyarakat agar senantiasa bekerja sama dan bergotong royong membantu sesama

dan membangkitkan kesadaran masyarakat khususnya kaum muda akan

pentingnya melestarikan nilai adat. Adapun beberapa kendala yang dialamai

kepala adat dalam menjalankan tugas dan fungsinya yaitu minim atau terbatasnya

anggaran, kualitas sumber daya manusia setempat yang relatif masih rendah dan

lokasi desa Kelubir yang terhitung cukup terpencil dari jangkauan akses

pembangunan infrastruktur pemerintah.

Penelitian tersebut juga menginformasikan bahwa kepala adat atau biasa

disebut pemimpin lokal pada hakekatnya memiliki potensi sebagai agen

pembangunan, yaitu dalam mendukung terwujudnya perencanaan dan

pelaksanaan program pembangunan serta menjaga kelestarian budaya adat

setempat.

Pengaruh pemimpin lokal dapat di ukur dengan melihat elemen-elemen

kapital atau modal yang dimilikinya. Pada umumnya semakin tinggi kualitas

maupun kuantitas elemen-elemen kapital yang dimiliki oleh pemimpin lokal maka

Page 19: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

2

semakin besar pemimpin lokal memiliki pengaruh atau kharisma kepemimpinan

terhadap masyarakat. Elemen-elemen tersebut adalah modal manusia, modal

institusi, modal sosial, modal simbolik, modal ekonomi, modal budaya, dan modal

moral (Casey, 2008).

Mengingat peran penting kepemimpinan lokal dalam pengambilan keputusan

individu atau kelompok dalam masyarakat pedesaan, maka dilakukan penelitian

lebih lanjut untuk melakukan identifikasi pemimpin lokal yang memiliki pengaruh

lebih kuat kepada masyarakat pedesaan, penelitian ini akan dimulai dengan

pengidentifikasian pemimpin lokal yang terkait program pembangunan di Desa

Watugede.

Permasalahan mendasar dalam kepemimpinan lokal di tempat penelitian desa

Watugede, kecamatan Singosari, kabupaten Malang yaitu masih rendahnya

tingkat pengaruh pemimpin lokal dalam suatu program pembangunan, khususnya

program Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM). Program ini berupa

kegiatan pemberdayaan Gapoktan dalam rangka meningkatkan kemampuan unit

usaha yang dikelolanya yaitu melalui pengembangan unit-unit usaha distribusi /

pemasaran / pengolahan dan pengelolaan cadangan pangan serta pembangunan

sarana penyimpanan sehingga meningkatkan nilai tambah produksi petani dan

mendekatkan akses terhadap sumber pangan.

Indikasi masalah terlihat dari tingkat pengaruh pemimpin lokal dalam

kontribusinya di tahapan program dipengaruhi oleh modal yang dimiliki

pemimpin lokal tersebut. Hal itu dapat dilihat dari rendahnya kontribusi pemimpin

lokal dalam program pembangunan dilihat dari tahapan program pembangunan

mulai dari perencanaan, pelaksanaaan hingga evaluasi program.

Program LDPM sudah berjalan selama 2012-2014, namun peran pemimpin

lokal dalam kontribusinya di program pembangunan masihlah belum maksimal

dilihat dari perbedaaan karakteristik modal yang dimiliki. Ada indikasi program

pembangunan di suatu daerah dipengaruhi oleh tingkat kontribusi pemimpin lokal

dalam tahapan program. Sehingga ada kecenderungan semakin tinggi modal yang

dimiliki pemimpin lokal, maka semakin tinggi pula kontribusi pemimpin lokal

dalam suatu program pembangunan. Kontribusi pemimpin lokal ini selanjutnya

akan berpengaruh langsung terhadap tingkat keberhasilan dalam menjalankan

Page 20: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

3

tahapan program. Bagaimanapun berdasarkan hipotesis di atas ada suatu

pertanyaan besar, bagaimana pengaruh modal pemimpin lokal terhadap

kontribusinya di tahapan program pembangunan sampai program tersebut bisa

dikatakan berhasil.

Penelitian ini berusaha untuk menganalisis derajat pengaruh pemimpin lokal

berdasarkan modal yang dimiliki oleh pemimpin lokal. Besaran pengaruh

pemimpin lokal dapat diketahui dengan melakukan penghitungan indeks Casey.

Selanjutnya hasil dari pengaruh pemimpin lokal dikaitkan dengan tingkat

kontribusi pemimpin lokal dalam tahapan program pembangunan. Dari hasil

penelitian ini dapat diketahui sejauhmana pengaruh pemimpin lokal dan kaitannya

dalam keterlibatannya dalam tahapan program pembangunan hingga dapat

diketahui keberhasilan dari program tersebut berdasar dari keterlibatan pemimpin

lokal

1.2 Perumusan Masalah

Program pembangunan perdesaan merupakan bagian integral dari

pembangunan nasional. Program ini dimaksudkan untuk mewujudkan kehidupan

masyarakat yang mandiri maju dan berkeadilan. Keberadaan program

pembangunan di pedesaan merupakan wujud nyata pemerataan pembangunan

segala penjuru kawasan. Tidak terkecuali program kegiatan LDPM (Lembaga

Distribusi Pangan Masyaraat) yang merupakan program dari dinas pertanian yang

bergerak di bidang ketahanan pangan guna mewujudkan pembangunan pertanian

secara berkelanjutan. Dalam suatu program pembangunan, peran pemimpin lokal

sangat strategis dalam setiap kebijakan-kebijakan yang diambil, karena

mempengaruhi jalannya kegiatan program.

Pemimpin lokal mempunyai peranan penting dalam setiap pengambilan

keputusan masyarakat, namun setiap pemimpin lokal mempunyai derajat

pengaruh yang berbeda terhadap masing-masing individu dalam sebuah lembaga

masyarakat. Tidak adanya pemetaan atau tipologi serta pengidentifikasian yang

jelas terkait pemimpin lokal dapat menyebabkan sulitnya untuk mengidentifikasi

karakteristik dari suatu lembaga tersebut. Derajat pengaruh pemimpin lokal yang

berbeda dalam setiap individunya mengakibatkan adanya kesenjangan atau

Page 21: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

4

perbedaan di masyarakat desa. Hasilnya adalah masyarakat desa secara alami akan

terbagi menjadi beberapa kelompok yang apabila tidak didukung kerjasama antar

pemimpin lokal akan menyebabkan terhambatnya pembangunan desa, karena

dalam pembangunan diperlukan kesamaan tujuan bersama dan apabila tidak

terjadi kolaborasi antar pemimpin lokal, maka kemungkinan akan terjadi tarik

menarik kepentingan yang menyebabkan bergesernya fungsi pemimpin lokal yang

seharusnya mempercepat proses pembangunan tetapi justru menjadi penghambat

pembangunan itu sendiri.

Dengan demikian, perlu dilihat bagaimanakah pengaruh pemimpin lokal

terhadap program dilihat dari modal yang dimiliki oleh pemimpin lokal,

khususnya program pembangunan di pedesaan, karena hal ini akan mempengaruhi

arah serta jenis program yang akan masuk atau yang akan di implementasikan

dalam suatu daerah. Hal ini perlu dilihat agar saat pihak-pihak yang

berkepentingan ingin membuat suatu program, dapat disesuaikan dengan

karakteristik masyarakatnya, dilihat dari tipologi pemimpin lokal yang ada. Hal

ini akan memudahkan program untuk lebih tepat sasaran. Bagaimanapun melihat

hal itu perlu dilihat:

1. Siapa sajakah pemimpin lokal yang terlibat di dalam program LDPM?

2. Bagaimanakah modal yang dimiliki pemimpin lokal dan pengaruhnya

terhadap masyarakat petani di Desa Watugede?

3. Bagaimanakah keterkaitan modal pemimpin lokal dengan kontribusinya

dalam tahapan program pembangunan?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimanakah pengaruh

pemimpin lokal terhadap program dilihat dari modal yang dimiliki oleh pemimpin

lokal. Hal ini berguna agar implementasi program dapat berjalan sesuai dengan

seharusnya. Selain itu tujuan dari penelitian ini juga untuk:

1. Mendeskripsikan profil figur pemimpin lokal yang berpengaruh dalam

masyarakat, khususnya dalam program-program pembangunan pedesaan.

2. Mengidentifikasikan modal yang dimiliki pemimpin lokal dan pengaruhnya

terhadap masyarakat.

Page 22: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

5

3. Menganalisis keterkaitan modal pemimpin lokal dengan kontribusinya dalam

tahapan program LDPM.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mendapatkan tipologi

pemimpin lokal berdasarkan modal yang dimiliki dan hubungannya dengan

tingkat pengaruh pemimpin lokal dalam tiga tahapan program. Adapun penelitian

ini memberikan manfaat untuk mahasiswa selaku pengamat dan akademisi,

masyarakat, perguruan tinggi dan pemerintah. Manfaat yang diperoleh yaitu:

1. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini bermanfaat menjadi tambahan literatur penelitian mengenai

hubungan antara pengaruh pemimpin lokal dengan modal yang dimiliki

sehingga kedepannya dapat mempermudah dalam menganalisis terkait topik

kepemimpinan untuk penelitian selanjutnya.

2. Bagi Perguruan Tinggi

Penelitian ini merupakan perwujudan dari Tridharma Perguruan Tinggi

yang diharapkan dapat meningkatkan khasanah ilmu pengetahuan dan

menjadi sumber rujukan dalam topik kepemimpinan khususnya dalam

menganalisis keberhasilan program sehingga secara tidak langsung dapat

meningkatkan kualitas perguruan tinggi.

3. Bagi Pemerintah

Hasil dari penelitian ini akhirnya melahirkan suatu tipologi pemimpin

lokal yang dapat digunakan sebagai bahan referensi pemerintah maupun

pihak-pihak terkait dalam menggulirkan program ke pedesaan agar program

yang masuk terimplementasikan dengan baik dan sesuai dengan rencana serta

tujuan.

4. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat

mengenai hubungan keberhasilan program dengan pemimpin yang terlibat

didalamnya.

Page 23: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Telaah Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai kepemimpinan lokal dalam pembangunan bukanlah hal

yang baru. Sebelumnya telah ada beberapa kajian/penelitian tentang

kepemimpinan lokal. Pencantuman penelitian terdahulu ini bertujuan untuk

memperlihatkan pada posisi penelitian yang akan dilakukan. Penelitian

kepemimpinan disebut bidang retak tangan yang menentukan di masyarakat Jawa

yakni negara-desa yang terpisah secara tradisional (Fagg dalam Nordholt, 1987).

Ditambahkan oleh Fagg, dalam hubungan ini negara, keraton, merupakan pusat

kekuasaan yang memancarkan pengaruhnya dalam ukuran yang semakin

berkurang ke lingkaran paling jauh dari kerajaan sampai ke mancanegara.

Menurut garis hirarki, dari raja sampai petani, pengaruh kepemimpinan pejabat

dalam rangkaian pemerintahan semakin menipis. Namun banyak pejabat yang

masuk dalam lingkungan negara secara struktural akan menganggap dirinya

pemimpin. Dan setiap orang yang termasuk lingkungan desa dipandang sebagai

pengikut.

Penelitian lain yang bertolak belakang dari pemikiran Fagg adalah Nordholt

(1987) yang mengaitkan antara pemimpin dan pengikut yang dapat memberi

pandangan lebih luas tentang perkembangan yang terjadi di pedesaan Jawa.

Dalam kajiannya antara pemimpin dan pengikut apabila yang berkedudukan sosial

lebih tinggi dalam sikap dan perkataannya dengan lebih jelas memperlihatkan

bahwa dia adalah atasan, maka yang berkedudukan sosial lebih rendah itu akan

merasa begitu tertekan dan terdesak, sehingga tidak ada cara apapun yang dapat

digunakan untuk menyatakan pendapatnya yang mungkin bersifat bertentangan.

Karena atasan yang demikian itu sesungguhnya memang tidak mau tahu pendapat

yang lebih baik. Tindakan semacam itu membuat setiap informasi dari bawah

tertutup sama sekali.

Dapat dibayangkan, apabila pemimpin itu sendiri berada di bawah tekanan

untuk melaksanakan program-program dan proyek-proyek tertentu, maka ia akan

memaksakan secara kasar pelaksanaan tersebut dengan menggunakan kata-kata

yang bersifat intimidasi. Dengan demikian, ia yakin tidak akan dibantah. Sikap

pemimpin semacam itu lebih mirip dengan menipu dirinya sendiri dan tidak ada

Page 24: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

7

hubungannya dengan eachrecognize the other as valid, and legitimate within its

own spere (Nordholt, 1987).

Di dalam buku Sosiologi Pedesaan, Sajogyo (2007) menjelaskan tentang

struktur sosial dalam masyarakat pedesaan di daerah Cibodas, salah satu peranan

dalam struktur sosial tersebut adalah pengaruh tuan tanah besar. Kelompok ini

terdiri dari sejumlah kecil keluarga yang berhubungan rapat dengan perkawinan

yang mana mereka itu adalah kalangan bangsawan desa, merekalah yang

menentukan jenis kegiatan kemasyarakatan dan memainkan peranan penting,

baik positif maupun negatif, dalam setiap kegiatan di desa itu, dalam arti

bahwa mereka selalu terlibat dalam kegiatan tersebut, sebagai pendukung atau

sebagai lawan, baik secara terbuka maupun tersembunyi. Mereka mempunyai

sumber modal terbesar dan mendapat kepercayaan dari para tengkulak uang. Dan

dengan tuan tanah besar inilah, para wakil jawatan pemerintah mengadakan

hubungan-hubungan pribadi, dan sampai saat ini dari merekalah para pejabat

memperoleh informasi tentang keadaan masalah-masalah desa. Tuan tanah besar

ini juga merupakan aktor atau orang yang memainkan politik lokal. Pada kasus

Cibodas tersebut di atas menujukkan bahwa pemimpin lokal memainkan peranan

tertentu dalam pembagunan di pedesaan, walaupun setiap pemimpin lokal

memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap masyarakat maupun individu dari

masyarakat itu sendiri.

Penelitian yang dilakukan Casey (2008) melalui jurnal ilmiah yang berjudul

“Defining Political Capital” menganalisis tentang pengaruh pemimpin lokal di

Amerika Serikat. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa modal politik yang

dimiliki oleh pemimpin di Amerika serikat merupakan bentuk dari pengukuran

dari elemen-elemen modal yang dimiliki pemimpin tersebut. Casey (2008)

menganalisis pengaruh pemimpin lokal dengan menggunakan indeks modal yang

dimiliki oleh pemimpin lokal di negaranya. Dalam penelitiannya disebutkan

bahwa pengaruh pemimpin lokal dapat di ukur dengan melihat elemen-elemen

kapital atau modal yang dimilikinya. Pada umumnya semakin tinggi kualitas

maupun kuantitas elemen - elemen yang dimiliki oleh pemimpin lokal maka

pemimpin lokal akan lebih memiliki pengaruh terhadap masyarakat. Elemen -

elemen tersebut adalah modal manusia, modal institusi, modal sosial, modal

Page 25: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

8

simbolik, modal ekonomi, modal budaya, dan modal moral. Adanya pengaruh dari

modal tersebut ditemukan bukti bahwa pemimpin memiliki terlibat dalam

kegiatan pengambilan kebijakan dalam pemerintahan.

Berdasarkan kajian penelitian terdahulu, penulis akan menggunakan metode

analisis Casey yang mengukur pengaruh pemimpin lokal dengan melihat elemen –

elemen kapital atau modal yang dimiliki. Dengan asumsi semakin tinggi modal

yang digunakan pemimpin lokal dalam program pembangunan maka semakin

tinggi pula derajat pengaruh yang ditimbulkan pemimpin lokal dalam program

pembangunan itu sendiri.

2.2 Tinjauan Teoritis Kepemilikan Modal Pemimpin Lokal dan Program

Pembangunan

2.2.1 Kepemilikan Modal dan Pengaruh Pemimpin Lokal

Menurut Bordieu (1990) modal memiliki definisi yang sangat luas dan

mencakup hal-hal material (yang dapat memiliki nilai simbolik) dan berbagai

atribut yang tak tersentuh, namun signifikan secara kultural, misalnya prestise,

status, dan otoritas (yang dirujuk sebagai modal simbolik), serta modal budaya

(yang didefinisikan sebagai selera bernilai budaya dan pola-pola konsumsi).

Selain itu, Bordieu juga menambahkan bahwa modal berperan sebagai sebuah

relasi sosial yang terdapat di dalam suatu sistem pertukaran, dan istilah ini

diperluas pada segala bentuk barang-baik materil maupun simbol, tanpa

perbedaan- yang mempresentasikan dirinya sebagai sesuatu yang jarang dan layak

untuk dicari dalam sebuah formasi tertentu.

Modal juga dipandang Bordieu sebagai basis dominansi (meskipun tidak

selalu diakui demikian oleh partisipan). Beragam jenis modal dapat ditukar

dengan jenis-jenis modal lainnya-yang artinya modal bersifat ’dapat ditukar’.

Penukaran paling hebat yang telah dibuat adalah penukaran pada modal simbolik,

sebab dalam bentuk-bentuk modal yang berbeda dipersepsi dan dikenali sebagai

sesuatu yang legitimit. Bordieu juga menambahkan bahwa ranah dapat dipahami

sebagai ranah kekuatan dan perjuangan posisi dan otoritas legitimit, sementara

logika yang mengatur perjuangan-perjuangan ini adalah logika modal.

Page 26: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

9

Terkait modal di atas, Casey (2008) membagi modal menjadi tujuh bagian

yaitu modal manusia, modal institusi, modal sosial, modal simbolik, modal

ekonomi, modal budaya, dan modal moral. Pembagian modal yang dilakukan

Casey sebenarnya merujuk dari empat pembagian modal yang dilakukan oleh

Bordieu. Penjelasan pembagian modal menurut Casey adalah :

1. Modal Manusia

Modal manusia merupakan kombinasi dari kemampuan dan ketrampilan,

pengalaman serta pendidikan. Modal manusia biasanya dilihat dari dua hal yaitu

pengalaman dan pendidikan. Pengalaman dibagi menjadi dua yaitu pengalaman

pemimpin dibidangnya dan pengalaman pemimpin diluar dari bidang yang

ditekuninya.

Definisi di atas dapat disimpulkan, bahwa modal manusia adalah nilai

pengetahuan, pengalaman, keterampilan, motivasi dan sikap yang dimiliki oleh

individu-individu yang relevan dengan aktivitas adopsi inovasi. Dalam konteks ini

bahwa komponen modal manusia adalah untuk meningkatkan produktivitas dan

pendapatan

Pengalaman merupakan elemen yang paling banyak dimiliki oleh pemimpin

lokal yang memiliki modal manusia, hal ini dikarenakan pengalaman merupakan

elemen modal yang didapatkan dengan mengawinkan implementasi dengan

waktu. Dengan demikian, pengalaman merupakan elemen modal yang dihasilkan

bukan secara instan, oleh sebab itu secara otomatis masyarakat akan lebih percaya

pemimpin lokal yang memiliki pengalaman yang mencukupi. Selain itu hal ini

bukan berarti pendidikan dan kemampuan tidak diperhitungkan dalam

mengidentifikasi modal manusia yang dimiliki oleh pemimpin lokal.

2. Modal Institusi

Pada umumnya untuk melihat derajat modal institusi yang dimiliki oleh aktor

dapat dilihat dari tiga hal yaitu: dukungan institusi terhadap aktor, ideologi

institusi, dan pengaruh institusi kepada pemimpin lokal.

Dalam perkembangannya modal institusi dibagi menjadi tiga yaitu dukungan

institusi terhadap pemimpin lokal, ideologi institusi, dan pengaruh intitusi,

Page 27: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

10

dukungan institusi adalah elemen modal institusi yang paling sering dimiliki oleh

para pemimpin lokal. Terlihat dari kasus-kasus ini adalah dalam kehidupan

masyarakat pedesaan cukup hanya dengan dukungan dari institusi baik berupa

pengakuan maupun keterlibatan secara langsung ternyata mempengaruhi tingkat

pengaruh aktif terhadap masyarakat

3. Modal Sosial

Modal Sosial biasanya dilihat dari tiga hal yaitu dukungan grup kolektif,

jaringan, dan reputasi. Dukungan grup kolektif biasanya diukur dari angka

statistik yang diterima oleh kandidat (jika dalam pemilihan umum), dalam kasus

ini adalah dukungan yang diberikan oleh masyarakat setempat. Jaringan berasal

dari kelompok sosial dimana sang kandidat turut terlibat, dan reputasi adalah

seberapa diketahuinya pemimpin lokal oleh masyarakat.

Umumnya jaringan lebih banyak dimiliki oleh pemimpin lokal dibandingkan

dukungan grup kolektif dan reputasi, walaupun bukan berarti kedua hal tersebut

sama sekali tidak dimiliki oleh pemimpin lokal. Hal ini dikarenakan jaringan yang

semakin luas membuat pemimpin lokal lebih banyak memiliki informasi sehingga

memudahkan pemimpin lokal dalam mengakses banyak hal maupun

mempengaruhi sesuatu keputusan karena dianggap sebagai pihak yang lebih

mengerti dibandingkan yang lain.

4. Modal Simbolik

Modal simbolik merupakan hasil dari praktek sosial. Bordieu mengemukakan

bahwa modal simbolik merupakan simbol yang melegitimasi/membuktikan

dominasi melalui strata sosial atau pembeda terhadap orang lain, sehingga hal

simbolik dapat memenuhi fungsi politik (Swartz). Modal Simbolik dapat dilihat

dari dua hal yaitu prestise yang dibawa serta gelar. Modal Simbolik sangat

bergantung pada masyarakatnya. Pengakuan dari masyarakat merupakan simbol

dimana secara tidak langsung elit informal agama memiliki prestise sendiri dan

memiliki gelar sendiri yang mana apa yang diputuskannya merupakan keputusan

yang terbaik. Hal ini menunjukkan bahwa elit informal agama memiliki pengaruh

terhadap masyarakat.

Page 28: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

11

5. Modal Ekonomi

Modal ekonomi berasal dari produksi material dan petukaran atau

perdagangan, uang, atau materi yang dihasilkan seseorang, baik dagang dan

produksi sendiri. Secara umum yang ditonjolkan adalah seberapa kuat dukungan

finansial atau kekayaan yang dimiliki kandidat atau pemimpin lokal.

Sebagai contoh adalah pada penelitian yang dilakukan Sajogyo (2007), pada

kasus masyarakat Desa Cibodas, tuan tanah besar memiliki modal, mereka dapat

memiliki kira-kira setengah dari tanah yang terdapat didesa tersebut, dan hampir

semua tanah yang dapat digolongkan mempunyai kualitas kelas satu atau kelas

dua (menurut peraturan sewa tanah kepada petani) berada ditangan mereka

sehingga mereka mempunyai sumber modal terbesar dan mendapat kepercayaan

dari para tengkulak uang. Dikarenakan mereka memiliki sumber modal terbesar di

desa tersebut, mereka mendapat kepercayaan dari para tengkulak uang. Berkat

laba yang besar yang mereka tarik dari menanam kentang dan kubis untuk

dipasarkan, mereka sanggup mendirikan bungalow-bungalow baru di desa itu atau

di Bandung.

6. Modal Budaya

Modal budaya merupakan hasil dari praktek sosial dan pengembangan sosial

dari beberapa simbol dan arti yang termasuk kelas yang lebih tinggi untuk

melakukan kultur dominan mereka dalam siklus pengembangan kultur.

Tingkat pengaruh pemimpin lokal juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan

atau budaya dari lingkungan pemimpin lokal tersebut. Jika budaya telah terbentuk,

maka walaupun kemampuan pemimpin lokal tidak mencukupi, masyarakat akan

tetap mengikuti arahan dari pemimpin lokal tersebut. Hal ini terjadi khususnya di

daerah-daerah yang kelembagaan adat nya masih kental.

7. Modal Moral

Modal moral adalah dimana pemimpin informal memiliki tujuan yang jelas

dan bermanfaat untuk masyarakat. Pada umumnya modal moral dapat dilihat dari

opini publik tehadap pemimpin informal tersebut.

Page 29: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

12

Modal moral yang dimiliki oleh seorang pemimpin lokal dapat dilihat dari

opini publik tentang dirinya, semakin baik opini publik tentang dirinya semakin

tinggi modal moral yang dimiliki pemimpin lokal tersebut. Hal ini yang akhirnya

berujung pada semakin berpengaruhnya pemimpin lokal terhadap masyarakat.

2.2.2 Kategori Pemimpin Lokal

Berdasarkan pembagian modal menurut Casey (2008) maka peneliti mencoba

mengkategorikan modal menjadi dua kategori yaitu modal internal dan modal

eksternal. Modal yang bersal dari dalam individu pemimpin lokal disebut modal

internal yang terdiri dari modal manusia (human capital), modal sosial (social

capital), modal ekonomi (economics capital).

Modal manusia termasuk dalam modal internal karena indikator yang dapat

ditemukan dalam diri seorang individu pemimpin lokal. Sedangkan modal sosial

merupakan usaha yang dilakukan oleh pemimpin lokal untuk mendapatkan

dukungan, membuat jaringan dan menciptakan serta menjaga reputasi yang baik.

Modal internal yang terakhir yaitu modal ekonomi yang biasa disebut dengan

economics capital, dalam modal ekonomi diperlukan kondisi keuangan yang

mendukung guna meningkatkan kinerja dari seorang pemimpin lokal.

Kategori modal yang kedua yaitu modal eksternal, modal ini merupakan

modal yang dimiliki oleh pemimpin lokal yang berasal dari luar individu

pemimpin lokal. Modal eksternal terdiri dari modal institusi, modal simbolik,

modal budaya dan modal moral.

Modal institusi masuk dalam kategori modal eksternal karena modal ini

memberikan dampak kepada pemimpin lokal dalam setiap keterlibatannya

didalam sebuah institusi. Sedangkan modal simbolik didapatkan dari prestise dan

gelar yang diberikan oleh individu, masyarakat maupun dari institusi yang

berwenang kepada individu pemimpin lokal. Modal eksternal yang ketiga yaitu

modal budaya dan moral, modal ini diperoleh pemimpin lokal dari pendapat

masyarakat tentang tindakan, aktivitas serta kebijakan terkait dengan budaya dan

kapabilitasnya dalam memimpin.

Page 30: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

13

Kedua kategori tersebut saling mempengaruhi satu sama lain dan selanjutnya

akan mempengaruhi posisi maupun keterlibatan pemimpin lokal dalam sebuah

program pembangunan.

2.2.3 Program Pembangunan

Pembangunan adalah perubahan sosial pada masyarakat secara partisipatif.

Perubahan tersebut tidak hanya dilihat dari perubahan pendapatan perkapita saja

tetapi juga perubahan sistem sosial, kapasitas individu, serta kontrol masyarakat

terhadap lingkungan dan dirinya sendiri.

Nasution (1998) dalam bukunya Komunikasi Pembangunan juga

menambahkan bahwa pembangunan memiliki tujuan umum, khusus, dan target.

Penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Tujuan umum (Goals) Pembangunan adalah proyeksi terjauh dari harapan-

hatapan dan ide-ide manusia, komponan-komponen dari yang terbaik yang

mungkin, atau masyarakat ideal terbaik yang dapat dibayangkan.

2. Tujuan khusus (Objectives) Pembangunan adalah tujuan jangka pendek,

biasanya yang dipilih sebagai tingkat pencapaian sasaran dari suatu program

tertentu.

3. Target pembangunan adalah tujuan-tujuan yang dirumuskan secara konkret,

dipertimbangkan rasional dan dapat direalisasikan sebatas teknologi dan

sumber-sumber yang tersedia, yang ditegakkan sebagai

2.2.4 Program Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM)

Kegiatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) adalah kegiatan

pemberdayaan Gapoktan dalam rangka meningkatkan kemampuan unit usaha

yang dikelolanya yaitu melalui pengembangan unit-unit usaha distribusi /

pemasaran / pengolahan dan pengelolaan cadangan pangan serta pembangunan

sarana penyimpanan sehingga meningkatkan nilai tambah produksi petani dan

mendekatkan akses terhadap sumber pangan. Pemberdayaan Gapoktan dilakukan

di daerah sentra pangan selama 3 tahun untuk mewujudkan stabilisasi harga

pangan di tingkat petani dan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga (Badan

Ketahahan Pangan, 2009)

Page 31: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

14

Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat dapat dibentuk melalui Gabungan

Kelompok Tani (Gapoktan). Melalui kegiatan Lembaga Distribusi Pangan

(LDPM) sebagai program unggulan ternyata mampu memberdayakan bisnis

pangan bagi petani di pedesaan. Pasalnya, melalui LDPM mampu meningkatkan

akses pangan melalui pemanfaatan peluang pengembangan produk agribisnis

bernilai ekonomi tinggi dan ramah lingkungan (BKP, 2009).

Dukungan pemerintah melalui kegiatan Penguatan-LDPM bertujuan untuk

memperkuat Gapoktan agar:

1. Memiliki sarana penyimpanan/ gudang penyimpanan

2. Dapat menjaga stabilisasi harga gabah/ beras/ jagung di tingkat petani

3. Dapat mengembangkan usaha ekonomi di pedesaan melalui kegiatan yang

berbasis agribisnis.

4. Meningkatkan akses pangan anggota Gapoktan disaat menghadapi

paceklik melalui penyediaan cadangan pangan

Dukungan yang diberikan oleh pemerintah kepada Gapoktan berupa

pendampingan dan penyaluran dana Bantuan Sosial (Bansos). Penyaluran dana

Bansos kepada Gapoktan dilakukan pada tahun pertama dan kedua. Untuk tahap

pertama, dana Bansos diberikan Rp. 150.000.000,00 digunakan untuk

pembangunan gudang, modal usaha jual-beli gabah/ beras/ jagung dan pembelian

cadangan pangan. Sedangkan pada tahap kedua dana Bansos diberikan Rp.

75.000.000,00 sebagai modal tambahan untuk jual beli dan cadangan pangan (jika

diperlukan). Pada tahun ketiga pemerintah tidak lagi menyalurkan dana Bansos,

dana tersebut harus terus dikembangkan untuk usaha agribisnis. Pemerinta akan

terus memantau perkembangan dana yang ada di Gapoktan.

Page 32: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

15

III. KERANGKA KONTEKSTUAL

3.1 Konsep Kerangka Pemikiran

Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses dan usaha yang

dilakukan oleh suatu masyarakat secara sistematis untuk mencapai situasi ataupun

kondisi yang lebik baik dari saat ini. Dilaksanakannya proses pembangunan ini

didasarkan pada kebutuhan masyarakat yang merasa tidak puas akan kondisi atau

situasi saat ini yang dinilai belum ideal. Namun demikian pembangunan

merupakan suatu proses evolusi, sehingga masyarakat perlu melakukan prosesnya

secara bertahap sesuai dengan sumber daya yang dimiliki beserta masalah utama

yang sedang dihadapi.

Dalam program pembangunan pedesaan khususnya LDPM (Lembaga

Distribusi Pangan Masyarakat) tentu saja harus melibatkan pihak – pihak tertentu

(stakeholders) atau bisa disebut dengan pemimpin lokal (local leaders). Peran

pemimpin lokal sangat vital dalam sebuah program pembangunan karena

pemimpin lokal merupakan salah satu aset penting dalam suatu desa yang mampu

memahami kondisi di desa serta memetakan kebutuhan masyarakat yang

disesuaikan dengan karakteristik dan potensi sumber daya lokal.

Pengaruh pemimpin lokal terhadap masyarakat tidak terlepas dari

kepemilikan modal yang dimilikinya. Merujuk dari pembagian modal oleh Casey,

penulis mencoba mengkategorikan ketujuh modal tersebut menjadi dua kategori.

Kategori ini didasarkan dari asal modal tersebut. Modal yang berasal dari dalam

individu pemimpin lokal disebut modal internal yang terdiri dari modal manusia,

modal sosial, dan modal ekonomi. Kemudian modal yang berasal dari luar

individu pemimpin lokal atau dari atribut sosial pemimpin lokal termasuk dalam

modal eksternal yang terdiri dari modal institusi, modal simbolik, modal budaya,

dan modal moral.

Lebih lanjut kepemilikan modal internal dibagi menjadi 3 bagian antara lain;

(1) modal manusia yaitu nilai pengetahuan, pengalaman, keterampilan, motivasi

dan sikap yang dimiliki oleh individu - individu yang relevan dengan aktivitas

adopsi inovasi, (2) modal sosial adalah modal yang dimiliki oleh pemimpin lokal

berasal dari dukungan grup kolektif, jaringan serta reputasi dari lingkungan

Page 33: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

16

sekitar, (3) modal ekonomi, modal ekonomi adalah dukungan finansial atau

kekayaan yang dimiliki oleh pemimpin lokal.

Modal eksternal pemimpin lokal dibagi menjadi 4 bagian antara lain; (1)

modal institusi adalah modal yang berasal dari institusi tempat pemimpin lokal

mengabdikan diri, (2) modal simbolik merupakan hasil dari praktek sosial. Simbol

dari bukti dominasi dalam sebuah strata sosial, (3) modal budaya adalah hasil dari

praktek sosial dan pengembangan sosial dari beberapa simbol dan arti yang

termasuk kelas yang lebih tinggi untuk melakukan kultur dominan mereka dalam

siklus pengembangan kultur, dan (4) modal moral adalah dimana pemimpin

memiliki tujuan yang jelas dan bermanfaat untuk masyarakat.

Hasil dari kepemilikan modal yang dimiliki oleh pemimpin lokal akan

berpengaruh terhadap tingkat derajat pengaruh pemimpin lokal dalam suatu

program pembangunan. Hal ini dikarenakan setiap pemimpin lokal memiliki

kharakteristik kepemilikan modal yang berbeda – beda, sehingga pengaruh yang

dihasilkan pemimpin lokal dalam suatu program pembangunan desa juga berbeda

pula.

Adanya derajat tingkat pengaruh pemimpin lokal yang berbeda berakibat

kepada kontribusi pemimpin lokal dalam suatu tahapan program pembangunan

yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap evaluasi. Kontribusi

pemimpin lokal dalam tahapan perencanaan dapat dilihat berdasarkan

keikutsertaan pemimpin lokal dalam suatu rapat atau musyawarah yang diadakan

saat perencanaan program dan keterlibatan dalam penentuan konsep program yang

akan dilaksanakan. Dalam tahapan pelaksanaan dilihat dari keterlibatan sebagai

anggota proyek, sumbangsih pemikiran serta sumbangsih materi (uang) untuk

kelancaran program pembangunan. Sedangkan dalam tahapan evaluasi, kontribusi

pemimpin lokal dilihat berdasarkan kehadiran dalam rapat evaluasi dan kontribusi

dalam memberikan kritik dan saran guna menambah kesuksesan program pada

masa mendatang.

Dari hasil analisis kontribusi pemimpin lokal dalam program maka dapat

diketahui pula tingkat pengaruh pemimpin lokal terhadap keberhasilan program

pembangunan pedesaan. Untuk lebih jelasnya bisa melihat bagan kerangka

pemikiran pada Gambar 1.

Page 34: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

17

Gambar 1. Skema Hasil Kerangka Pemikiran Tentang Pengaruh Pemimpin Lokal

Terhadap Keberhasilan Program Pembangun

Kepemilikan Modal Pemimpin Lokal (Casey Indeks)

Modal Internal

1. Modal Manusia o Kemampuan o Pengalaman di

bidangnya o Pengalaman di luar

bidangnya o Tingkat Pendidikan

Formal 2. Modal Sosial

o Dukungan Grup Kolektif

o Jaringan o Reputasi

3. Modal Ekonomi o Dukungan Keuangan

Modal Eksternal 1. Modal Institusi

o Dukungan Institusi o Ideologi Institusi o Pengaruh Institusi

2. Modal Simbolik o Prestise o Gelar

3. Modal Budaya o Kesesuaian

dengan Budaya 4. Modal Moral

o Opini Positif Publik

Pelaksanaan

o Sumbangsih Pemikiran

o Sumbangsih Materi o Keterlibatan dalam

Anggota Proyek

Perencanaan o Kehadiran o Konsep Program

o

Evaluasi o Kehadiran o Kritik dan Saran

Pengaruh Pemimpin Lokal

Tingkat Pengaruh Pemimpin

Lokal terhadap Keberhasilan

Program

: Indeks Pengaruh Pemimpin Lokal

: Regresi

: Saling Mempengaruhi

: Mempengaruhi

Page 35: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

18

3.2 Hipotesis

Hipotesis yang dapat ditarik dari penelitian ini yaitu diduga besar pengaruh

modal yang dimiliki pemimpin lokal akan mempengaruhi tingkat kontribusi

pemimpin lokal dalam tahapan program LDPM.

3.3 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis memberikan batasan penelitian sebagai berikut:

1. Pemimpin lokal yang diteliti terbatas kepada pemimpin yang terlibat langsung

dalam program LDPM di desa Watugede.

2. Pengaruh pemimpin lokal dilihat berdasarkan elemen-elemen modal eksternal

dan internal yang dimiliki, pembagian modal tersebut merupakan hasil dari

penelitian Casey (2008).

3. Pengaruh dari elemen-elemen modal yang dimiliki oleh pemimpin lokal

dilihat berdasarkan kontribusi pemimpin lokal di dalam keberhasilan program

pembangunanan LDPM berupa kontribusi perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi.

Page 36: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

19

3.4 Definisi Operasional

Agar terjadi keseragaman dalam menginterpretasi pengertian tentang

variabel-variabel yang digunakan.dalam penelitian ini, yang menjadi independen

adalah modal pemimpin lokal, sedangkan yang menjadi variabel dependen adalah

tahapan program pembangunan. Perumusan definisi operasional variabel adalah

sebagai berikut:

Pemimpin lokal adalah individu yang mempunyai tujuan atau maksud yang

ditunjukkan dalam bentuk tindakan yang mempengaruhi masyarakat dan

sekitarnya dalam suatu daerah tertentu.

1. Modal adalah sesuatu atau alat yang dimiliki oleh pemimpin lokal untuk

mencapai tujuan tertentu.

1.1 Modal Internal adalah modal yang berasal dari dalam individu pemimpin

lokal

1.1.1 Modal Manusia merupakan nilai pengetahuan, pengalaman, keterampilan,

motivasi dan sikap yang dimiliki oleh individu - individu yang relevan

dengan aktivitas adopsi inovasi.

a. Kemampuan adalah sebaik apa pemimpin dapat menjalankan tugas

dan kewajibannya

b. Pengalaman dibidangnya adalah kiprah pemimpin dalam bidang yang

digelutinya.

c. Pengalaman diluar bidanag adalah kiprah pemimpin diluar bidangnya.

d. Tingkat pendidikan formal adalah tingkat kelulusan pendidikan formal

terakhir pemimpin lokal.

1.1.2 Modal Sosial adalah modal yang dimiliki oleh pemimpin lokal berasal dari

dukungan grup kolektif, jaringan serta reputasi dari lingkungan sekitar.

a. Dukungan grup kolektif adalah dukungan masyarakat, kelompok,

individu kepada pemimpin lokal baik berbentuk sikap yang tidak

membantah dan mendukung kebijakan pemimpin lokal

b. Jaringan adaalah kekuatan dan keluasan jaringan yang dimiliki oleh

pemimpin lokal

c. Reputasi adalah sejauh mana pemimpin lokal dikenal atau familiar

dimasyarakat

Page 37: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

20

1.1.3 Modal Ekonomi adalah dukungan finansial atau kekayaan yang dimiliki

oleh pemimpin lokal.

a. Dukungan keuangan adalah daya dukung keuangan yang dimiliki

pemimpin lokal dalam membiayai segala aktivitasnya

1.2 Modal Eksternal adalah modal yang berasal dari luar individu pemimpin lokal

1.2.1 Modal Institusi adalah modal yang berasal dari institusi tempat pemimpin

lokal mengabdikan diri

a. Dukungan Institusi adalah dukungan yang diberikan institusi kepada

pemimpin dalam menjalankan kebijakan – kebijakan pemimpin lokal

tersebut

b. Ideologi Institusi adalah kesesuaian pemimpin lokal dlam menjalankan

kebijakan – kebijakannya dengan ideologi dari institusi tersebut

c. Pengaruh institusi adalah sejauh mana institusi memberikan pengaruh

positif kepada pemimpin lokal, baik dalam hal pengaruhnya kepada

masyarakat maupun pelaksanaan kebijakan.

1.2.2 Modal simbolik merupakan hasil dari praktek sosial. Simbol dari bukti

dominasi dalam sebuah strata social

a. Wibawa atau kehormatan yang dimiliki oleh pemimpin lokal dalam

mempengaruhi masyarakat.

b. Gelar adalah latar belakang pendidikan dilihat dari dimana/tempat

pemimpin lokal tersebut menuntut ilmu.

1.2.3 Modal budaya adalah hasil dari praktek sosial dan pengembangan sosial

dari beberapa simbol dan arti yang termasuk kelas yang lebih tinggi untuk

melakukan kultur dominan mereka dalam siklus pengembangan kultur.

a. Kesesuaian dengan budaya adalah kesesuaian segala tingkah laku,

kebijakan, dan aktivitas pemimpin lokal merupakan representasi dari

budayanya (sesuai dengan budaya setempat).

1.2.4 Modal moral adalah dimana pemimpin memiliki tujuan yang jelas dan

bermanfaat untuk masyarakat.

a. Opini positif publik adalah bagaimana tanggapan atau pandangan

masyarakat tentang pemimpin lokal.

Page 38: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

21

2. Tahapan Program merupakan proses dimana program dijalankan mulai dari

perencanaan hingga evaluasi program

2.1 Tahap perencanaan adalah tahapan keseluruhan proses pemikiran dan

penentuan secara matang dari hal-hal yang akan dikerjakan dalam kegiatan

program dalam rangka pencapaian yang telah ditentukan.

a. Kehadiran adalah keikutsertaan pemimpin lokal dalam rapat atau

musyawarah yang diadakan saat perencanaan program.

b. Konsep program adalah keterlibatan pemimpin lokal dalam menentukan

konsep program yang akan dilaksanakan.

2.2 Tahap pelaksanaaan adalah tahapan dimana secara umum program kegiatan

dilaksanakan.

a. Keterlibatan sebagai anggota proyek adalah keterlibatan secara aktif

pemimpin lokal dalam hal-hal teknis dilapangan.

b. Sumbangsih pemikiran adalah keterlibatan pemimpin lokal dalam

menyumbangkan pemikirannya dalam mengambil kebijakan saat

pelaksanaan program.

c. Sumbangsih materi adalah kemampuan pemimpin lokal dalam

mendukung pelaksanaan program dengan materi (uang) yang

dimilikinya

2.3 Tahap evaluasi adalah tahapan pengukuran tingkat keberhasilan atau

kegagalan dari program yang telah dilaksanakan

a. Kehadiran adalah keikutsertaan pemimpin lokal dalam rapat atau

musyawarah yang diadakan saat program berakhir

b. Kritik dan Saran adalah keterlibatan pemimpin lokal dalam

menyumbangkan kritik, saran, atau argumen terhadap program yang

telah dilaksanakan.

3.5 Pengukuran Variabel

Variabel adalah sesuatu yang mempunyai variasi nilai. Pengukuran variabel

digunakan untuk menentukan penilaian terhadap masalah yang akan diteliti.

Variabel Independen yang akan diukur yaitu variabel modal pemimpin lokal

berupa modal internal dan modal eksternal. Sedangkan variabel dependen yang

Page 39: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

22

akan diukur yaitu tahapan program pembangunan berupa perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi. Adapun pengukuran untuk tiap variabel dapat dilihat

pada tabel :

A. Tabel Pengukuran variabel X (Independen), pengukuran kepemilikan modal

pemimpin lokal menggunakan penghitungan Indeks Casey.

1. Modal Internal

1.1 Modal Manusia

Indikator Kategori Indeks Pengaruh

Pemimpin Lokal

Kemampuan Sangat mampu

(Pemimpin lokal sangat mampu

menjalankan tugas dan kewajibannya

dalam program pembangunan)

Mampu

(Pemimpin lokal mampu menjalankan

tugas di program pembangunan)

Cukup mampu

(Pemimpin lokal cukup mampu

menjalankan tugasnya namun belum

maksimal)

Sedikit Mampu

(Pemimpin lokal kurang mampu menjadi

pemimpin program pembangunan)

Tidak Mampu

(Pemimpin lokal tidak mampu menjalankan

tugas dan kewajibannya di program

pembangunan)

+2

+1

0

-1

-2

Pengalaman di

bidang

kelembagaan

Sangat berpengalaman

(Pemimpin lokal sangat berpengalaman di

bidang program dan telah sukses

menjalankan program-program sejenis

sebelumnya)

Berpengalaman

(Pemimpin lokal mempunyai pengalaman

yang memadai dalam kegiatan program)

Cukup berpengalaman

(Pemimpin lokal memiliki cukup

pengalaman dalam menjalankan program

dan masih perlu belajar dalam mengontrol

organisasi kelembagaan)

Sedikit berpengalaman

(Pemimpin lokal belum berpengalaman di

bidang kelembagaan dan perlu belajar dari

pemimpin lokal yang lebih senior)

Tidak berpengalaman

(Pemimpin lokal tidak mempunyai

+2

+1

0

-1

Page 40: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

23

Indikator Kategori Indeks Pengaruh

Pemimpin Lokal

pengalaman dalam mengontrol organisasi

kelembagaan)

-2

Pengalaman di

Luar Bidang

Sangat Berpengalaman

(Pemimpin lokal sangat berpengalaman di

luar bidang program yang digeluti saat ini

dan menjalankan kegiatan kelembagaan

lain)

Berpengalaman

(Pemimpin lokal mempunyai pengalaman

yang memadai di luar bidang kelembagaan

dan memiliki kegiatan sampingan yang

lain)

Cukup berpengalaman

(Pemimpin lokal memiliki cukup

pengalaman di luar bidang dan hanya

menjalankan satu kegiatan kelembagaan)

Sedikit Berpengalaman

(Pemimpin lokal kurang memiliki

pengalaman di bidang lain)

Tidak Berpengalaman

(Pemimpin lokal tidak memiliki

pengalaman di bidang di luar yang

digelutinya)

+2

+1

0

-1

-2

Tingkat

Pendidikan

Sarjana

Diploma

SMA

SMP

Dibawah SMP

+2

+1

0

-1

-2

1.2 Modal Sosial

Indikator Kategori Indeks Pengaruh

Pemimpin Lokal

Dukungan Grup

Kolektif

Sangat mendukung

(Pemimpin lokal sangat didukung oleh

semua masyarakat petani dan selalu

mengikuti kebijakannya)

Mendukung

(Pemimpin lokal didukung oleh sebagian

besar masyarakat petani)

Cukup mendukung

(Pemimpin lokal didukung oleh sebagian

masyarakat petani, dan terkadang

kebijakannya tidak dijalankan oleh petani)

Sedikit mendukung

(Pemimpin lokal memperoleh sedikit

dukungan masyarakat dan kesulitan dalam

menjalankan kebijakannya)

Tidak mendukung

(Pemimpin lokal tidak didukung oleh

+2

+1

0

-1

-2

Page 41: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

24

Indikator Kategori Indeks Pengaruh

Pemimpin Lokal

masyarakat petani)

Jaringan Sangat kuat

(Pemimpin lokal mempunyai jaringan yang

luas dan kekuatan memimpinnya sampai ke

kalangan di luar masyarakat petani lokal)

Kuat

(Pemimpin lokal memiliki jaringan yang

luas dan mendapat dukungan dari dinas

Pertanian)

Cukup kuat

(Pemimpin lokal memiliki jaringan yang

cukup luas dan sebatas jaringan lokal

setempat)

Sedikit kuat

(Pemimpin lokal mempunyai jaringan yang

kurang dan kesulitan dalam mengadakan

kerja sama dengan lembaga lain)

Tidak kuat

(Pemimpin lokal tidak memiliki jaringan

kelembagaan)

+2

+1

0

-1

-2

Reputasi Sangat dikenal

(Pemimpin lokal sangat dikenal oleh

masyarakat lain baik di masyarakat petani

maupun kalangan lain)

Dikenal

(Pemimpin lokal dikenal oleh sebagian

besar masyarakat petani)

Cukup dikenal

(Pemimpin lokal cukup dikenal masyarakat

dan sebagian tidak mengenalinya)

Sedikit dikenal

(Hanya masyarakat petani tertentu yang

mengenali pemimpin lokal)

Tidak dikenal

(Masyarakat petani tidak mengenali

pemimpin lokal)

+2

+1

0

-1

-2

1.3 Modal Ekonomi

Indikator Kategori Indeks Pengaruh

Pemimpin Lokal

Dukungan

Keuangan

Sangat mendukung

(Pemimpin lokal memiliki dukungan

keuangan yang tinggi dan tidak mempunyai

kesulitan dalam hal ekonomi)

Mendukung

(Pemimpin lokal memiliki dukungan

keuangan untuk kegiatan program)

Cukup mendukung

(Pemimpin lokal memiliki cukup dukungan

+2

+1

0

Page 42: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

25

Indikator Kategori Indeks Pengaruh

Pemimpin Lokal

keuangan dan membutuhkan bantuan

keuangan guna mendukung kegiatan

program)

Sedikit mendukung

(Pemimpin lokal memiliki kontribusi yang

rendah dalam hal dukungan keuangan)

Tidak mendukung

(Pemimpin lokal tidak memiliki dukungan

keuangan)

-1

-2

Kategori modal di atas merujuk modal internal yang diukur dengan

mengakumulasi jumlah skor dari modal manusia, modal sosial, dan modal

ekonomi. Adapun kategori modal internal berdasarkan pengukuran indeks Casey

sebagai berikut sebagai berikut:

Sangat Berpengaruh = > 8

(Modal internal yang terdapat dalam individu pemimpin lokal sangat berpengaruh

di dalam masyarakat)

Berpengaruh = 8 ≤ X < 0

(Modal internal yang terdapat dalam individu pemimpin lokal berpengaruh di

dalam masyarakat)

Cukup berpengaruh = 0

(Modal internal yang terdapat dalam individu pemimpin lokal cukup berpengaruh

di dalam masyarakat)

Sedikit berpengaruh = 0 < X ≤ -8

(Modal internal yang terdapat dalam individu pemimpin lokal sedikit berpengaruh

di dalam masyarakat)

Tidak berpengaruh = < -8

(Modal internal yang terdapat dalam individu pemimpin lokal tidak berpengaruh

di dalam masyarakat)

Page 43: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

26

2. Modal Eksternal

2.1 Modal Institusi

Indikator Kategori Indeks Pengaruh

Pemimpin Lokal

Dukungan

Institusi

Sangat mendukung

(Pemimpin lokal sangat didukung oleh

institusi terkait maupun oleh pemerintah

lokal setempat)

Mendukung

(Pemimpin lokal didukung oleh institusi

terkait)

Cukup mendukung

(Pemimpin lokal cukup didukung oleh

sebagian besar institusi lokal setempat)

Sedikit mendukung

(Pemimpin lokal hanya didukung oleh

sedikit institusi lokal)

Tidak mendukung

(Pemimpin lokal tidak didukung oleh

institusi terkait)

+2

+1

0

-1

-2

Ideologi Institusi Sangat sesuai

(Ideologi institusi terkait sangat sesuai

dengan kebijakan yang pemimpin lokal

jalankan)

Sesuai

(Ideologi institusi terkait sesuai dengan

sebagian besar kebijakan yang dibuat

pemimpin lokal)

Cukup sesuai

(Ideologi institusi terkait cukup sesuai

dengan kebagian kebijakan yang dibuat

pemimpin lokal)

Sedikit sesuai

(Ideologi institusi terkait sedikit sesuai

dengan kebijakan yang dibuat pemimpin

lokal

Tidak sesuai

(Ideologi institusi tidak sesuai dengan

kebijakan yang dibuat pemimpin lokal)

+2

+1

0

-1

-2

Pengaruh Institusi Sangat berpengaruh

(Institusi sangat berpengaruh positif dalam

setiap kebijakan yang dibuat pemimpin

lokal)

Berpengaruh

(Institusi berpengaruh positif pada sebagian

besar kebijakan pemimpin lokal)

Cukup berpengaruh

(Institusi memiliki cukup pengaruh positif

pada sebagian kebijakan pemimpin lokal)

Sedikit berpengaruh

(Institusi hanya berpengaruh positif yang

+2

+1

0

Page 44: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

27

Indikator Kategori Indeks Pengaruh

Pemimpin Lokal

kecil dari kebijakan pemimpin lokal)

Tidak berpengaruh

(Intitusi tidak berpengaruh positif terhadap

kebijakan pemimpin lokal)

-1

-2

2.2 Modal Simbolik

Indikator Kategori Indeks Pengaruh

Pemimpin Lokal

Wibawa Sangat terhormat

(Pemimpin lokal memiliki wibawa yang

sangat terhormat)

Terhormat

(Pemimpin lokal memiliki wibawa yang

terhormat)

Cukup terhormat

(Pemimpin lokal memiliki wibawa yang

cukup terhormat)

Sedikit terhormat

(Pemimpin lokal memiliki wibawa yang

sedikit terhormat)

Tidak terhormat

(Pemimpin lokal memiliki wibawa yang

tidak terhormat)

+2

+1

0

-1

-2

Gelar Sangat terkenal

(Pemimpin lokal memiliki gelar pendidikan

dari tempat yang sangat terkenal)

Terkenal

(Pemimpin lokal memiliki gelar pendidikan

dari tempat yang terkenal)

Cukup terkenal

(Pemimpin lokal memiliki gelar pendidikan

dari tempat yang sedikit terkenal)

Sedikit terkenal

(Pemimpin lokal memiliki gelar pendidikan

dari tempat yang sedikit terkenal)

Tidak terkenal

(Pemimpin lokal memiliki gelar pendidikan

dari tempat yang tidak terkenal)

+2

+1

0

-1

-2

2.3 Modal Budaya

Indikator Kategori Indeks Pengaruh

Pemimpin Lokal

Kesesuaian

dengan Budaya

Sangat sesuai

(Aktivitas pemimpin lokal sangat sesuai

dengan budaya setempat mulai dari tingkah

laku serta kebijakannya)

Sesuai

+2

+1

Page 45: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

28

Indikator Kategori Indeks Pengaruh

Pemimpin Lokal

(Aktivitas pemimpin lokal sesuai dengan

budaya setempat dilihat dari kebijakannya)

Cukup sesuai

(Aktivitas pemimpin lokal cukup sesuai

dengan budaya setempat dilihat dari

kebijakannya)

Sedikit sesuai

(Aktivitas pemimpin lokal kurang sesuai

dengan kebijakan yang diambil pemimpin

lokal)

Tidak sesuai

(Aktivitas pemimpin loka tidak sesuai

dengan budaya setempat)

0

-1

-2

2.4 Modal Moral

Indikator Kategori Indeks Pengaruh

Pemimpin Lokal

Opini Positif

Publik

Sangat positif

(Pemimpin lokal mendapatkan tanggapan

yang sangat positif dari setiap kebijakan

yang dijalankannya)

Positif

(Pemimpin lokal mendapat tanggapan

positif oleh sebagian besar msyarakat

petani)

Cukup positif

(Pemimpin lokal mendapat tanggapan yang

cukup positif oleh sebagian masyarakat,

selebihnya kurang mendapatkan respon)

Sedikit positif

(Pemimpin lokal mendapat tanggapan yang

sedikit positif dari masyarakat, yang

sebagian besar kurang mendapat respon

baik dari masyarakat)

Tidak positif

(Pemimpin lokal tidak mendapatkan

tanggapan positif dari masyarakat)

+2

+1

0

-1

-2

Kategori modal eksternal di atas diukur dengan mengakumulasikan jumlah

skor dari modal institusi, modal simbolik, modal budaya, dan modal moral.

Adapun kategori jumlah indeks modal eksternal berdasarkan indeks pengukuran

Casey sebagai berikut;

Page 46: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

29

Sangat Berpengaruh = > 7

(Modal eksternal yang berasal dari luar individu pemimpin lokal sangat

berpengaruh di dalam masyarakat)

Berpengaruh = 7 ≤ X < 0

(Modal eksternal yang berasal dari luar individu pemimpin lokal

berpengaruh di dalam masyarakat)

Cukup berpengaruh = 0

(Modal eksternal yang berasal dari luar individu pemimpin lokal cukup

berpengaruh di dalam masyarakat)

Sedikit berpengaruh = 0 < X ≤ -7

(Modal eksternal yang berasal dari luar individu pemimpin lokal sedikit

berpengaruh di dalam masyarakat)

Tidak berpengaruh = < -7

(Modal eksternal yang berasal dari luar individu pemimpin lokal tidak

berpengaruh di dalam masyarakat)

Kategori modal total yaitu dengan mengakumulasikan jumlah skor dari modal

internal dan eksternal. Modal yang dihitung berupa modal manusia, modal sosial,

modal ekonomi, modal institusi, modal simbolik, modal budaya, dan modal

moral. Sehingga pengaruh pemimpin lokal dilihat dari akumulasi modal yang

dimiliki secara keseluruhan dan dapat dikategorikan menjadi:

Sangat Berpengaruh = > 15

(Modal total yang dimiliki oleh pemimpin lokal sangat berpengaruh nyata di

dalam masyarakat)

Berpengaruh = 15 ≤ X < 0

(Modal total yang dimiliki oleh pemimpin lokal berpengaruh nyata di dalam

masyarakat)

Cukup berpengaruh = 0

(Modal total yang dimiliki oleh pemimpin lokal cukup berpengaruh nyata di

dalam masyarakat)

Sedikit berpengaruh = 0 < X ≤ -15

(Modal total yang dimiliki oleh pemimpin lokal sedikit berpengaruh nyata di

dalam masyarakat)

Page 47: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

30

B. Tabel Pengukuran variabel Y (dependen), pengukuran variabel kontribusi

dalam tahapan program menggunakan penghitungan Indeks Casey sebagai

berikut;

1. Tahap Perencanan

Indikator Kategori Skor

Kehadiran Selalu hadir

(Pemimpin lokal selalu hadir dalam rapat dan

musyawarah yang diadakan saat perencanaan

program)

Sering hadir

(Pemimpin lokal sering hadir dalam rapat dan

musyawarah yang diadakan saat perencanaan

program)

Kadang – kadang hadir

(Pemimpin lokal kadang-kadang hadir dalam rapat

dan musyawarah yang diadakan saat perencanaan

program)

Jarang hadir

(Pemimpin lokal jarang hadir dalam rapat dan

musyawarah yang diadakan saat perencanaan

program)

Tidak pernah hadir

(Pemimpin lokal tidak pernah hadir dalam rapat dan

musyawarah yang diadakan saat perencanaan

program)

5

4

3

2

1

Konsep Program Selalu terlibat

(Pemimpin lokal selalu terlibat dalam menentukan

konsep program)

Sering terlibat

(Pemimpin lokal sering terlibat dalam menentukan

konsep program)

Kadang – kadang terlibat

(Pemimpin lokal kadang-kadang terlibat dalam

menentukan konsep program)

Jarang terlibat

(Pemimpin lokal jarang terlibat dalam menentukan

konsep program)

Tidak pernah terlibat

(Pemimpin lokal tidak pernah terlibat dalam

menentukan konsep program)

5

4

3

2

1

Untuk tahapan program penilaian terhadap keterlibatan pemimpin lokal pada

tahapan perencanaan yaitu dengan mengakumulasi jumlah skor dari kehadiran dan

konsep program. Keterlibatan pemimpin lokal pada tahapan perencanaan dapat

dikategorikan sebagai berikut:

Page 48: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

31

Tinggi = > 8

(Pemimpin lokal mempunyai keterlibatan yang tinggi di dalam tahapan

perencanaan program)

Sedang = 8 ≤ X < 6

(Pemimpin lokal mempunyai keterlibatan yang sedang di dalam tahapan

perencanaan program)

Cukup = 6 ≤ X < 2

(Pemimpin lokal mempunyai keterlibatan yang cukup di dalam tahapan

perencanaan program)

Rendah = 4 ≤ X < 2

(Pemimpin lokal mempunyai keterlibatan yang rendah di dalam tahapan

perencanaan program)

Tidak Terlihat = ≤ 2

(Pemimpin lokal tidak terlibat di dalam tahapan perencanaan program)

2. Tahap Pelaksanaan

Indikator Kategori Skor

Keterlibatan

sebagai anggota

proyek

Selalu terlibat

(Pemimpin lokal selalu terlibat aktif dalam hal-hal

teknis di lapangan)

Sering terlibat

(Pemimpin lokal sering terlibat aktif dalam hal-hal

teknis di lapangan)

Kadang – kadang terlibat

(Pemimpin lokal kadang-kadang terlibat aktif dalam

hal-hal teknis di lapangan)

Jarang terlibat

(Pemimpin lokal jarang terlibat aktif dalam hal-hal

teknis di lapangan)

Tidak pernah terlibat

(Pemimpin lokal tidak pernah terlibat aktif dalam hal-

hal teknis di lapangan)

5

4

3

2

1

Sumbangsih

Pemikiran

Selalu terlibat

(Pemimpin lokal selalu terlibat dalam

menyumbangkan pemikirannya saat pelaksanaan

program)

Sering terlibat

(Pemimpin lokal sering terlibat dalam

menyumbangkan pemikirannya saat pelaksanaan

program)

Kadang – kadang terlibat

(Pemimpin lokal kadang-kadang terlibat dalam

5

4

3

Page 49: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

32

Indikator Kategori Skor

menyumbangkan pemikirannya saat pelaksanaan

program)

Jarang terlibat

(Pemimpin lokal jarang terlibat dalam

menyumbangkan pemikirannya saat pelaksanaan

program)

Tidak pernah terlibat

(Pemimpin lokal tidak pernah terlibat dalam

menyumbangkan pemikirannya saat pelaksanaan

program)

2

1

Sumbangsih

Materi

Selalu terlibat

(Pemimpin lokal selalu terlibat dalam mendukung

materi (uang) untuk pelaksanaan program)

Sering terlibat

(Pemimpin lokal sering terlibat dalam mendukung

materi (uang) untuk pelaksanaan program)

Kadang – kadang terlibat

(Pemimpin lokal kadang-kadang terlibat dalam

mendukung materi (uang) untuk pelaksanaan

program)

Jarang terlibat

(Pemimpin lokal jarang terlibat dalam mendukung

materi (uang) untuk pelaksanaan program)

Tidak pernah terlibat

(Pemimpin lokal tidak pernah terlibat dalam

mendukung materi (uang) untuk pelaksanaan

program)

5

4

3

2

1

Untuk tahapan program penilaian terhadap keterlibatan pemimpin lokal pada

tahapan pelaksanaan yaitu dengan mengakumulasi jumlah skor dari keikutsertaan

dalam tekhnis, pengambilan kebijakan dilapangan, dan sumbangsih materi.

Keterlibatan pemimpin lokal pada tahapan pelaksanaan dapat dikategorikan

sebagai berikut:

Tinggi = > 12

(Pemimpin lokal mempunyai keterlibatan yang tinggi di dalam tahapan

pelaksanaaan program)

Sedang = 12 ≤ X < 9

(Pemimpin lokal mempunyai keterlibatan yang sedang di dalam tahapan

pelaksanaaan program)

Cukup = 9 ≤ X < 6

(Pemimpin lokal mempunyai keterlibatan yang cukup di dalam tahapan

pelaksanaaan program)

Page 50: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

33

Rendah = 6 ≤ X < 3

(Pemimpin lokal mempunyai keterlibatan yang rendah di dalam tahapan

pelaksanaaan program)

Tidak Terlihat = ≤ 3

(Pemimpin lokal tidak terlibat di dalam tahapan pelaksanaaan program)

3. Tahapan Evaluasi

Indikator Kategori Skor

Kehadiran Selalu hadir

(Pemimpin lokal selalu hadir dalam rapat atau

musyawarah setelah program berakhir)

Sering hadir

(Pemimpin lokal sering hadir dalam rapat atau

musyawarah setelah program berakhir)

Kadang – kadang hadir

(Pemimpin lokal kadang-kadang hadir dalam rapat

atau musyawarah setelah program berakhir)

Jarang hadir

(Pemimpin lokal jarang hadir dalam rapat atau

musyawarah setelah program berakhir)

Tidak pernah hadir

(Pemimpin lokal tidak pernah hadir dalam rapat atau

musyawarah setelah program berakhir)

5

4

3

2

1

Keterlibatan dalam

Kritik dan Saran

Selalu terlibat

(Pemimpin lokal selalu terlibat dalam memberikan

kritik dan saran terhadap program yang telah

dilaksanakan)

Sering terlibat

(Pemimpin lokal sering terlibat dalam memberikan

kritik dan saran terhadap program yang telah

dilaksanakan)

Kadang – kadang terlibat

(Pemimpin lokal kadang-kadang terlibat dalam

memberikan kritik dan saran terhadap program yang

telah dilaksanakan)

Jarang terlibat

(Pemimpin lokal jarang terlibat dalam memberikan

kritik dan saran terhadap program yang telah

dilaksanakan)

Tidak pernah terlibat

(Pemimpin lokal tidak pernah terlibat dalam

memberikan kritik dan saran terhadap program yang

telah dilaksanakan)

5

4

3

2

1

Untuk tahapan program penilaian terhadap keterlibatan pemimpin lokal pada

tahapan evaluasi yaitu dengan mengakumulasi jumlah skor dari kehadiran dan

Page 51: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

34

kritik dan saran. Keterlibatan pemimpin lokal pada tahapan evaluasi dapat

dikategorikan sebagai berikut:

Tinggi = > 8

(Pemimpin lokal mempunyai keterlibatan yang tinggi di tahapan evaluasi

program)

Sedang = 8 ≤ X < 6

(Pemimpin lokal mempunyai keterlibatan yang sedang di dalam tahapan

evaluasi program)

Cukup = 6 ≤ X < 2

(Pemimpin lokal mempunyai keterlibatan yang cukup di dalam tahapan

evaluasi program)

Rendah = 4 ≤ X < 2

(Pemimpin lokal mempunyai keterlibatan yang rendah di dalam tahapan

evaluasi program)

Tidak Terlihat = ≤ 2

(Pemimpin lokal tidak terlibat di dalam tahapan evaluasi program)

Page 52: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

35

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini tergolong penelitian yang menggunakan jenis penelitian

explanatori (explanatory research) dimana untuk mengetahui sejauh mana

pengaruh modal yang dimiliki oleh pemimpin lokal berpengaruh terhadap tingkat

keterlibatannya dalam ketiga tahapan program yang nantinya berujung pada

terbentuknya tipologi pemimpin lokal. Penelitian eksplanatori menurut

Singarimbun dalam Singarimbun dan Effendi (1995) merupakan penelitian yang

menjelaskan hubungan kausal antara variabel penelitian dengan pengujian

hipotesa. Di dalam penelitian eksplanatori, pendekatan yang dipakai dalam

penelitian ini adalah metode survei, yaitu penelitian yang dilakukan untuk

memperoleh fakta-fakta mengenai fenomena-fenomena yang ada di dalam obyek

penelitian dan mencari keterangan secara aktual dan sistematis.

4.2 Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja, yaitu di Desa

Watugede, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Lokasi dipilih karena

wilayah tersebut menjalankan program pembangunan pedesaan Lembaga

Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) dan sudah berjalan selama 2 tahun mulai

2012 - 2014. Program LDPM merupakan program dari Kementerian Pertanian.

Hal lain yang menjadi pertimbangan adalah belum banyaknya penelitian yang

berusaha untuk meneliti pengaruh pemimpin lokal dalam kontribusinya di tahapan

program pembangunan khususnya di program kegiatan LDPM.

4.3 Metode Penentuan Responden

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengambilan responden

dengan cara purposive. Menurut Arikunto (2002) teknik ini biasanya dilakukan

atas beberapa pertimbangan, misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga dan

dana, sehingga tidak dapat mengambil tempat yang luas atau jauh. Metode

penentuan responden ditetapkan secara sengaja dengan pertimbangan tertentu,

yaitu:

Page 53: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

36

1. Desa Watugede merupakan desa yang melaksanakan Program LDPM dan

saat ini program masih berjalan, sehingga pengumpulan data dilakukan pada

petani Desa Watugede yang tergabung dalam Gapoktan “Makmur Santosa”

yang mengikuti program tersebut.

2. Responden yang dipilih berdasarkan keaktifan anggota Gapoktan dalam

mengikuti semua kegiatan Program LDPM. Keaktifan anggota Gapoktan

dilihat dari keikutsertaan anggota dalam mengikuti kegiatan penjualan hasil

pertanian dan pendampingan. Sehingga pengumpulan data dilakukan pada

anggota Gapoktan yang sampai program berakhir masih aktif dan mengikuti

semua kegiatan Program LDPM.

Berdasarkan pertimbangan diatas, informasi yang didapatkan dari key

informan atau informan kunci yaitu ketua gapoktan Desa Watugede bahwa pada

awalnya anggota Gapoktan yang mengikuti program LDPM berjumlah 90 orang

dan pada saat program berjalan ternyata hanya tersisa 20 anggota kelompok tani

yang aktif dalam semua kegiatan Program LDPM. Aktif dalam artian bahwa

anggota Gapoktan yang masih melanjutkan semua kegiatan yang ada dalam

Program LDPM dan yang tidak aktif adalah anggota Gapoktan yang tidak

melanjutkan dan tidak mengikuti semua kegiatan Program LDPM. Dari ke 20

orang responden kritis yang terkumpul, sudah dianggap mencukupi untuk

mengetahui keperpengaruhan pemimpin lokal dalam tahapan program kegiatan

LDPM.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan salah satu faktor yang menentukan

keberhasilan dalam kegiatan penelitian. Adapun teknik pengumpulan data dalam

melaksanakan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh sendiri dengan melakukan

pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian, hasil dari data primer penelitian

ini dapat dilihat sesuai lampiran 1. Data primer yang digunakan meliputi:

a. Wawancara

Wawancara (Sugiyono, 2010) adalah cara mendapatkan informasi

dengan cara bertanya langsung kepada responden. Wawancara dilakukan

Page 54: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

37

dengan cara wawancara terstruktur dan wawancara mendalam (indeepth

interview).

1) Wawancara terstruktur dilakukan secara langsung pada responden

dengan berpedoman pada kuisioner atau pertanyaan untuk memperoleh

jawaban dari responden meliputi data yang berkaitan dengan

kepemimpinan lokal dalam tahapan program pembangunan.

2) Wawancara mendalam (indeepth interview) yaitu melakukan wawancara

kepada sumber-sumber yang berkompeten (key informan) untuk

mendapakan informasi secara lengkap terkait dengan penelitian.

b. Observasi

Observasi digunakan untuk mengetahui fakta yang terjadi di daerah

penelitian berdasarkan pengamatan sendiri. Pengamatan ini dilakukan secara

langsung oleh peneliti di lokasi Penelitian yaitu di Desa Watugede,

Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang digunakan sebagai pendukung data primer.

Data ini diambil atau diperoleh secara langsung dari pustaka, peneliti terlebih

dahulu dan lembaga atau instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian ini.

Data ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum lokasi penelitian.

4.5 Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini, menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan

kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif yaitu analisis yang menjelaskan suatu

fenomena atau kenyataan yang ada dengan cara mendeskripsikan sejumlah

variabel yang berkenaan dengan masalah dari unit yang diteliti. Sedangkan alat

analisis kuantitatif yang digunakan pada penelitian ini adalah pengukuran indeks

Casey dan Regresi Linear Berganda. Untuk penjabaran penggunaan deskriptif

kualitatif dan kuantitatif akan dijelaskan pada sub bab dibawah ini:

4.5.1 Analisis Deskriptif Kualitatif

Analisis diskriptif kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan tentang latar

belakang dan karakteristik pemimpin lokal yang terlibat langsung dalam program

Page 55: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

38

pembangunan. Analisis deskriptif kualitatif yaitu suatu analisis yang memaparkan

keadaan lapang dalam bentuk kalimat atau kata-kata yang menggambarkan suatu

keadaan, fenomena, dan fakta dilapangan secara alamiah, apa adanya dalam

situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya (Arikunto,2002).

4.5.2 Analisis Indeks Casey

Analisis Indeks Casey ditemukan oleh Kimberly L. Casey dalam jurnal

ilmiah yang berjudul “Defining Political Capital: A Reconsideration of

Bourdieu’s Interconvertibility Theory” pada tahun 2008. Model pengukuran

indeks Casey dengan cara mengklasifikasikan modal yang dimiliki oleh pemimpin

menjadi 7 bagian modal yaitu modal manusia, modal sosial, modal ekonomi,

modal institusi, modal simbolik, modal moral, dan modal budaya. Dari ketujuh

modal tersebut kemudian di bagi menjadi dua kategori yaitu modal internal dan

modal eksternal. Modal internal terdiri dari modal manusia, modal sosial dan

modal ekonomi. Modal eksternal terdiri dari modal institusi, modal simbolik,

modal budaya dan modal moral. Setiap modal memiliki indikator dan skala

pengukuran tertentu yng telah dijelaskan di bagian pengukuran variabel BAB 3.

Indeks Casey digunakan untuk menganalisis pengaruh modal yang dimiliki

pemimpin lokal khususnya dalam program pembangunan. Hal ini sesuai untuk

menjawab tujuan penelitian yang kedua yaitu “menganalisis modal yang dimiliki

pemimpin lokal dan pengaruhnya terhadap masyarakat, khususnya dalam program

pembangunan di pedesaan”. Rumus yang digunakan sebagai berikut (Casey,

2008):

Modal Internal = Mm + Ms + Me

Keterangan:

Mm : Modal Manusia

Ms : Modal Sosial

Me : Modal Ekonomi

Modal Eksternal = Mi + Msm + Mb + Mmr

Keterangan:

Mi : Modal Institusi

Msm : Modal Simbolik

Mb : Modal Budaya

Mmr : Modal Moral

Page 56: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

39

4.5.3 Uji Asumsi Klasik

Dalam penelitian ini digunakan uji asumsi klasik sebelum menguji hipotesis

menggunakan analisis regresi berganda. Uji asumsi klasik yang akan digunakan

dalam penelitian ini meliputi:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi, variabel

dependen dan variabel independen keduanya mempunyai distribusi normal atau

tidak. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Normal Kolmogorov

Smirnov. Dasar pengambilan keputusan adalah dengan melihat angka probabilitas,

dengan ketentuan :

Probabilitas ≥ 0,05 maka data berdistribusi normal.

Probabilitas < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.

Apabila data tidak berditsribusi normal, ada beberapa cara untuk

menormalkan data dengan menggunakan uji transformasi data atau dengan uji

outliner data (Ghozali, 2006).

b. Uji Multikolinearitas

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah di dalam model analisis regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Untuk mendeteksi

ada tidaknya multikolinieritas di dalam regresi dapat dilihat dari tolerance value

dan nilai variance inflation factor (VIF). Model regresi yang bebas

multikolinieritas adalah yang mempunyai nilai tolerance di atas 0,1 atau VIF di

bawah 10. Apabila tolerance variance di bawah 0,1 atau VIF di atas 10, maka

terjadi multikolinieritas (Ghozali, 2006).

Modal Total = Mm + Ms + Me + Mi + Msm + Mb + Mmr

Keterangan:

Mm : Modal Manusia Mi : Modal Institusi

Ms : Modal Sosial Msm : Modal Simbolik

Me : Modal Ekonomi Mmr : Modal Moral

Mb : Modal Budaya

Page 57: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

40

c. Uji Autokorelasi

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi

linier ada korelasi antara kesalahan pengguna pada periode t dengan kesalahan

pada periode t-1. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan

sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual

tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang baik

adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Uji autokorelasi dapat dilakukan

dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai

berikut (Ghozali, 2006) :

Tabel 10. Dasar Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi

Hipotesis nol Keputus

an

Jika

Tidak ada Autokorelasi positif

Tidak ada Autokorelasi positif

Tidak ada korelasi negatif

Tidak ada korelasi negatif

Tidak ada Autokorelasi positif/

negative

Tolak

No decision

Tolak

No decision

Tidak

ditolak

0 < d < dl

dl ≤ d ≤ du

4 - dl < d < 4

4 – du ≤d ≤ 4 -dl

du < d < 4- du

Sumber: Ghozali, 2006

d. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini bertujuan apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan

variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari

residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2006).

Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah

dengan menggunakan grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel terikat

(dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Apabila nilai probabilitas

signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5% dan grafik scatterplot, titik-titik

menyebar di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y, maka dapat

disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas

(Ghozali,2006). Selain dapat dideteksi dengan menggunakan uji glejser. Uji

glejser dilakukan dengan meregresi nilai absolut residual terhadap variabel

Page 58: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

41

independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen maka ada

indikasi terjadi heteroskedastisitas.

4.5.4 Regresi Linear Berganda

Dalam pengolahan data peneliti menggunakan alat bantu berupa perangkat

lunak statistik (statistic software) yang dikenal dengan SPSS. Teknik analisis data

yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dengan metode

penggabungan (pooling data) merupakan model yang diperoleh dengan

mengkombinasikan atau mengumpulkan semua data cross section dan data time

series. Model data ini kemudian diestimasi dengan menggunakan Ordinary Least

Square (OLS). Analisis regresi linear berganda dapat menjelaskan pengaruh

antara variabel terikat dengan beberapa variabel bebas. Analisis ini digunakan

untuk melihat hubungan antara modal yang dimiliki pemimpin lokal dengan

keterlibatannya dalam tiga tahapan program (tahap pelaksanaan, perencanaan, dan

evaluasi). Persamaan regresi berganda akan dipakai untuk menguji hipotesis yang

telah dibangun. Adapun rumus yang digunakan untuk analisis regresi linier

berganda dalam penelitian ini, sebagai berikut (Sembiring, 1995):

4.5.5 Goodness of Fit Test

a. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien

determinasi antara nol dan satu. Nilai (R2) yang kecil berarti kemampuan variabel-

variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.

Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen.

Y= B0 + B1X1 + B2X2 + E

Keterangan :

Y : Pengaruh pemimpin lokal X1 : Modal Internal

E : Error X2 : Modal Eksternal

Page 59: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

42

Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (cross section) relatif

rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan,

sedangkan untuk data runtut waktu (time series) biasanya mempunyai nilai

koefisien determinasi yang tinggi (Ghozali, 2006).

b. Uji Hipotesis Secara Serentak (Uji F)

Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara bersama-sama

atau simultan terhadap variabel terikat. Hipotesis nol (Ho) menyatakan bahwa

semua variabel independen yang dimasukkan dalam model tidak mempunyai

pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen, sedangkan Hi

menyatakan bahwa semua variabel independen mempunyai pengaruh secara

signifikan terhadap variabel dependen.

Ho diterima apabila Fhitung ≤ Ftabel

Ho ditolak apabila Fhitung ≥ Ftabel

1) Jika signifikansi F statistik < 0.05 atau F hitung ≥F tabel maka Ho ditolak

yang berarti semua variabel independen secara simultan mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

2) Jika signifikansi F statistik > 0.05 atau F hitung ≤ F tabel maka Ho

diterima yang berarti semua variabel independen secara simultan tidak

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

c. Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t)

Uji t dilakukan untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen secara parsial. Hipotesis dirumuskan

sebagai berikut :

Ho : Xi = 0, artinya tidak ada pengaruh secara signifikan dari variabel

independen terhadap variabel dependen.

Ho : Xi ≠ 0, artinya ada pengaruh secara signifikan dari variabel

independen terhadap variabel dependen.

Kriteria pengujian ditetapkan sebagai berikut:

Jika nilai -ttabel ≤ thitung ≤ ttabel maka Ho diterima

Jika nilai thitung > ttabel atau thitung < -ttabel maka Ho ditolak.

Page 60: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

43

V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5.1 Keadaan Geografis Desa Watugede, Singosari

Desa Watugede terletak di Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang,

Propinsi Jawa Timur. Jarak desa ke kecamatan adalah 3 km yang dapat ditempuh

dengan waktu kurang lebih 10 menit dengan menggunakan sepeda motor dari

kantor Kecamatan Singosari.

Desa Watugede Kecamatan Singosari memiliki luas wilayah 315,334 ha yang

meliputi lahan sawah 88,369 ha. Pekarangan 57,8 ha dan ladang / tegalan 118,392

ha. Lain-lain 85 ha.

Batas wilayah administrasi Desa Watugede adalah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Taman Harjo

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Banjararum

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Pagentan

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Baturetno / Dengkol

5.1.1 Karakteristik Lahan dan Iklim

Sebagian besar tanah di Desa Watugede memiliki tingkat keasaman agak

asam. Hal ini disebabkan karena pemakaian pupuk anorganik seperti urea, NPK,

Ponska, KCL cukup tinggi dan penggunaan lahan yang terus-menerus . Sehingga

untuk menetralkan keasaman tanah, diperlukan pengapuran dan mengubah pola

pemupukan dari anorgank menjadi organik.

Pada umumnya di Desa Watugede merupakan tanah datar sampai landai (

kemiringan kurang dari 8% ), serta didukung adanya pengairan teknis, sangat

berpotensi untuk pengembangan komoditas padi sawah.

5.1.2 Curah Hujan

Dilihat dari topografi desa Watugede terletak pada ketinggian 50 m dpl

dengan kondisi umum agroklimat antara lain keadaan suhu rata-rata harian relatif

panas, rata-rata bulan basah ada 7 bulan dan bulan kering ada 5 bulan. Adapun

drainase tergolong baik dan lancar.

Kondisi agroklimat ini sangat cocok untuk budidaya pertanian. Baik komoditi

padi, palawija maupun komoditas lainnya. Dengan penyebaran hujan relatif

Page 61: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

44

merata, lahan sawah di desa Watugede bisa ditanami hingga dua musim tanam per

tahun. Apabila dikelola dengan baik, maka potensi ini akan memberikan hasil

yang optimal bagi kesejahteraan masyarakat.

5.1.3 Lahan Menurut Ekosistem dan Penggunaan

Tabel 12. Luas dan irigasi lahan sawah

No Irigasi Luas (Ha) Persentase (%)

1 Teknis 84.61 96.54

2 ½ Teknis 2.19 2.49

3 Tadah Hujan 0.84 0.958

Jumlah 87.64 100

Sumber: Diklat Alih Kelompok Angkatan III Desa Watugede (2011)

Tabel 11 di atas menunjukkan bahwa dari lahan sawah yang ada, sebagian

besar berpengairan / beririgasi teknis. Dengan kondisi yang demikian, lahan

sawah bisa ditanami dengan Indeks Pertanaman 200 ( IP 200 ). Artinya bahwa

dalam waktu satu tahun, lahan sawah bisa ditanami padi 2 kali musim tanam.

Dengan prasarana bangunan saluran yang sudah dapat difungsikan secara teknis,

ketersediaan air bisa dipastikan ada pada saat dibutuhkan sehingga mampu

memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi secara

maksimal.

Tabel 13. Luasan Lahan kering

No. Lahan Kering Luas (ha) Persentase (%)

1 Tegal / lading 118,392 45,33

2 Pekarangan 57,800 22,13

3 Lain-lain 85,000 32,54

Jumlah 261,192 100

Sumber: Diklat Alih Kelompok Angkatan III Desa Watugede (2011)

Dari tabel 12 di atas menunjukkan bahwa lahan kering banyak difungsikan

sebagai lahan tegal. Apabila dipadukan dengan kondisi agroklimat seperti

dijelaskan di atas, lahan kering berpotensi dan sudah dikelola untuk tanaman tebu.

Komoditas tebu memberikan keuntungan bagi petani karena apabila ditanami

komoditas lain membutuhkan investasi yang lebih banyak dengan keuntungan

yang tidak menentu.

Page 62: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

45

5.1.4 Komoditas Utama

Dari beberapa komoditas yang ditanam petani, yang paling dominan adalah

tanaman padi yang ditanam pada lahan sawah. Luas tanam per tahun seluas

175,15 ha. Produktivitas rata-rata sebesar 7,5 ton/ha sehingga estimasinya bisa

mendapatkan produksi padi sebanyak 1.313 ton. Selain padi komoditas kedua

ditempati oleh tebu dengan luas tanam mencapai 53 ha, dengan produksi 4.006

ton. Selengkapnya komoditas yang diusahakan petani tercantum pada tabel 13 di

bawah ini.

Tabel 14. Komoditas tanaman yang ada

No Jenis Komoditi Luas (ha) Produksi (ton)

1 Jagung 1 4

2 Kacang Tanah 0,8 0,5

3 Kacang Panjang 0.2 0.04

4 Padi Sawah 175,15 1.313

5 Ubi Kayu 0,7 0,5

6 Ubi Jalar 0,1 0,2

7 Cabe 0,2 0,3

8 Tomat 0,2 0,4

Sumber: Diklat Alih Kelompok Angkatan III Desa Watugede (2011)

5.1.5 Sumberdaya Manusia

Jumlah penduduk di Desa Watugede sebanyak 7.429 orang, yang terdiri dari

laki-laki 3.748 orang dan perempuan 3.681 orang dengan jumlah KK sebanyak

1458 KK dan KK Tani 869 KK.

Tabel 15. Penduduk menurut umur

No. Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 0 – 5 571 7,69

2 6 – 18 1.389 18,70

3 19 – 45 3.366 45,32

4 >45 2.103 28,28

Jumlah 7.429 100,00

Sumber: Diklat Alih Kelompok Angkatan III Desa Watugede (2011)

Dari tabel 15 di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbesar pada

kelompok umur 19 – 45 tahun dengan jumlah jiwa 3.366. Hal ini juga merupakan

potensi karena kelompok umur tersebut merupakan tenaga kerja produktif.

Tentunya apabila kelompok umur ini mempunyai komitmen tinggi untuk

Page 63: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

46

pembangunan pertanian, akan dapat memberikan kontribusi yang sangat besar,

baik secara individu maupun masyarakat di lingkungannya.

Tabel 16. Penduduk menurut pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Tidak tamat sekolah 1.672 26,70

2 Tamat SD 1.806 22,45

3 Tamat SLTP 2.160 28,10

4 Tamat SLTA 1.677 20,93

5 Tamat D3 11 0,17

6 Tamat Sarjana 103 1,64

Sumber: Diklat Alih Kelompok Angkatan III Desa Watugede (2011)

Dari tabel 16 di atas menunjukkan pendidikan SLTP mendominasi jumlh

penduduk. Apabila dikaitkan dengan kegiatan Penyuluhan Pertanian, maka

inovasi yang diberikan oleh penyuluh idealnya lebih mudah diserap oleh petani.

Namun hal ini tidak bisa menjamin bahwa teknologi bisa diterapkan dengan baik.

Sebab kemampuan menerima informasi tidak dibarengi dengan kemauan untuk

menerapkan teknologi.

5.2 Implementasi Pelaksanaan Program Lembaga Distribusi Pangan

Masyarakat (LDPM) Di Desa Watugede

Kegiatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) adalah bagian

kegiatan program Peningkatan Ketahanan Pangan yang bertujuan meningkatkan

kemampuan Gapoktan dan unit-unit usaha yang dikelolanya (distribusi/pemasaran

dan cadangan pangan) dalam usaha memupuk cadangan pangan dan memupuk

modal dari usahanya dan dari anggotanya yang tergabung dalam wadah Gapoktan.

Kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat dibiayai melalui

APBN dengan mekanisme dana bantuan sosial (Bansos) yang disalurkan langsung

kepada Gapoktan.

Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah melalui Kementrian Pertanian

dalam pelaksanaan Program Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat

adalah untuk mewujudkan stabilisasi harga pangan di tingkat petani dan

ketahanan pangan di tingkat rumah tingga petani melalui pengembangan unit-unit

usaha (unit usaha distribusi/pemasaran/pengolahan dan pengelolaan cadangan

pangan) dan pembangunan sarana penyimpanan milik gapoktan sehingga dapat

Page 64: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

47

meningkatkan posisi tawar petani, mengingatkan nilai tambah produksi petani dan

mendekatkan akses terhadap sumber pangan.

Kegiatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat bertujuan untuk; (1)

meningkatkan kemampuan kelembagaan Gapoktan utuk dapat mampu

mengembangkan unit usaha pengelola cadangan pangan yang mencakup

mengembangkan sarana penyimpanan (gudang) sendiri dan mampu menyediakan

cadangan pangan (gabah, beras, atau pangan pokok lokal spesifik lainnya)

minimal bagi kebutuhan anggotanya pada musim paceklik dan unit usaha

distribusi hasil pertanian yang mencakup pembelian, penyimpanan, pengolahan,

dan penjualan hasil pertanian dalam rangka mendorong stabilisasi harga pangan

strategis, (2) Mengembangkan usaha ekonomi di wilayah melalui peningkatan

usaha pembelian dan penjualan gabah atau beras, (3) Meningkatkan nilai tambah

produk petani anggotanya melalui kegiatan penyimpanan atau pengolahan atau

pengemasan. (4) memperluas jaringan kerja sama distribusi/ pemasaran yang

saling menguntungkan dengan mitra usaha, baik di dalam maupun di luar

wilayahnya.

Kegiatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat di Kabupaten Malang tahun

2012 merupakan bagian dari pengembangan lembaga usaha ekonomi pedesaan

pada program peningkatan ketahanan pangan tahun 2012 yang bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan gapoktan dalam mengembangkan usaha distribusi dan

pengelolaan cadangan pangan. Untuk meningkatkan Gapoktan telah dilakukan

pembinaan administrasi, pendampingan pengelolaan unit cadangan pangan dan

unit usaha distribusi/ pemasaran. Penyuluh pertanian yang mewilayahi Desa

Watugede Kecamatan Singosari sebagai petugas pendamping bersama-sama

dengan petugas Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Malang dan koordinator

pertanian kecamatan telah melakukan pembinaan diantaranya, peningkatan

kemampuan manajemen Gapoktan mencakup; perencanaan kegiatan LDPM,

pembukuan untuk kegiatan pengembangan usaha distribusi hasil pertanian atau

pemasaran dan pengolahan hasil pertanian serta pengelolaan cadangan pangan,

pelaporan kegiatan LDPM, peningkatan kemampuan teknis sesuai kebutuhan

tentang pengelolaan komoditas dalam rangka peningkatan nilai tambah.

Menyusun rencana kegiatan mengacu pada alur pikir kegiatan LDPM tentang

Page 65: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

48

volume pembelian dan pengolahan gabah/beras dari petani anggota, volume

gabah/beras yang akan dijual dan disimpan sebagai penguatan cadangan pangan,

kegiatan penunjang (penyimpanan tempat/gudang, dan fasilitas penyimpanan,

rencana penumpukan cadangan pangan dan rencana pembiayaan). Selain itu

merencanakan pembuatan desain untuk pembangunan gudangan dengan kapasitas

30-40 ton, pengembangan jejaring kemitraan usaha distribusi hasil pertanian, dan

pembinaan administrasi gapoktan untuk kelancaran administrasi.

Gapoktan ini menjalankan distribusi hasil pertanian pada komoditas padi.

Dengan menampung gabah kering giling dari anggota maupun mitra petani

lainnya, tetapi belum digiling menjadi beras. Dalam bentuk masih berupa gabah

yang sudah dikeringkan gapoktan menjual ke mitra yang telah bekerjasama, yang

berada di daerah Malang. Adapun kendala yang dihadapi oleh gapoktan dalam

pembelian gabah adalah pasokan gabah dari petani anggota pada musim panen

tentunya jumlah sedikit, karena sebagian daerah ada yang gagal panen akibat

serangan wabah wereng.

5.2.1 Profil Gapoktan “Makmur Santosa” dalam Program LDPM

Gapoktan “Makmur Santosa” berdiri pada tanggal 21 Desember 2008 melalui

keputusan hasil musyawarah bersama 5 kelompok tani anggota. Kelompok tani

anggota ada 5 yaitu:

1. Poktan Sumber Makmur I

2. Poktan Sumber Makmur II

3. Poktan Tirta Makmur

4. Poktan Rahmad Makmur

5. Poktan Suka Makmur

Luas lahan sawah 114 Ha (padi 87 Ha dan jagung 23 Ha dengan produktivitas

tanaman padi 7 ton/ha dan jagung 6 ton/Ha). Lahan berupa tegal luasnya 127 Ha

ditanami tebu dan luas lahan pekarangan 12 Ha. Dengan berkembangnya kegiatan

Gapoktan, maka dari pendirian tersebut telah di akta notaris dengan nomer AHU-

0492.AH.02.01.2010

Adapun Pengurus Gapoktan “Makmur Santosa” pada kegiatan LDPM tahun

2012 terdiri dari:

Page 66: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

49

Ketarangan:

: Alur masuk dana belanja bansos Program LDM

: Unit usaha penerima dana belanja bansos Program LDPM

Gambar 2. Struktur Pengurus Gapoktan “Makmur Santosa”

Dana Bansos Ketua Gapoktan

FR

Sekertaris

Yudi Purwono

Bendahara

Sholikhan

Unit Usaha

Saprodi

Ridwan

Unit

Usahatani

Nasir

Unit Usaha

Distribusi/

Pemasaran/

Pengelolahan

Agus S.

Unit

Pengelolaan

Cadangan

Pangan

Solikan Hadi

Pengawas/ pendamping

1. Suparno (Kepala Desa)

2. Moh. Zamil (Ka. UPT)

Page 67: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

50

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Karakteristik Responden

Penggambaran karakteristik responden dimaksudkan untuk memberikan

gambaran tentang kondisi responden secara umum di daerah penelitian. Data

karakteristik responden ini disajikan dari hasil data primer melalui observasi di

lapangan. Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, teknik yang digunakan yaitu

dengan kuisioner, wawancara, observasi dan dokumentasi. Karakteristik

responden merupakan ciri-ciri individu yang terdapat pada petani dan digunakan

untuk membedakan antara individu yang satu dengan individu yang lainnya yang

berpengaruh dalam pelaksanaan Program Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat

(LDPM). Karakteristik responden meliputi umur, pendidikan dan luas lahan.

Responden dalam penelitian ini adalah anggota gapoktan “Makmur Santosa” yang

mengikuti program LDPM dengan jumlah responden sebanyak 20 orang.

Pemimpin lokal pada penelitian ini dipilih oleh responden yang merupakan

anggota dari program LDPM. Mereka merupakan responden yang cukup

mengenal pemimpin lokal dan memiliki posisi yang disegani oleh warga petani.

Beberapa responden masih memiliki hubungan kerabat dengan pemimpin lokal.

Responden ini dipilih karena merupakan orang-orang yang cukup sering

berinteraksi dengan pemimpin lokal dalam kegiatan program LDPM. Selain itu

faktor keaktifan mengikuti setiap kegiatan program LDPM juga menjadi salah

satu faktor ditentukannya pemilihan responden.

6.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan komposisi responden berdasarkan usia dapat diketahui tingkat

produktivitas responden dalam setiap mengikuti kegiatan program LDPM. Pada

usia yang lebih muda tingkat produktivitas responden akan lebih tinggi

dibandingkan dengan usia responden yang lebih tua. Faktor usia juga menjadi

salah satu faktor penting yang menunjukkan keahlian petani di bidang pertanian.

Page 68: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

51

Tabel 17. Komposisi responden berdasarkan usia

No Usia (tahun)

Jumlah (orang) Persentase (%)

1 30 – 40 3 15

2 41 – 50 7 35

3 51 – 60 8 40

4 61 – 70 2 10

Total 20 100%

Sumber: Analisis Data Primer, 2014

Tabel 16 di atas menunjukkan komposisi responden berdasarkan usia,

diketahui usia terbanyak pada kisaran usia 51- 60 dengan persentase 40%.

Sedangkan jumlah usia paling sedikit pada kisaran usia 61 – 70 dengan persentase

10%. Dari hasil komposisi tabel di atas, mayoritas petani yang memiliki

produktivitas tertinggi di program LDPM terdapat pada usia 40 – 60. Hal itu

terlihat dari tingginya besaran persentase hingga 75%. Hal ini juga berkaitan

dengan pengalaman petani dalam setiap program kegiatan LDPM dan sering

berinteraksi dengan pemimpin lokal.

6.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang secara tidak langsung

berpengaruh terhadap kegiatan program LDPM. Status pendidikan mempengaruhi

cepat atau lambatnya suatu inovasi diterima oleh responden. Tingkat pendidikan

yang tinggi akan membuat suatu inovasi yang diberikan oleh sumber informasi

mudah diterima dan dimengerti. Selain itu pendidikan yang tinggi jauh lebih

mempunyai pengetahuan atau wawasan yang luas dibandingkan pendidikan yang

rendah. Tingkat pendidikan yang rendah cenderung sulit untuk menerima suatu

inovasi. Berikut ini disajikan pada tabel 17 mengenai karakteristik responden

menurut tingkat pendidikan :

Page 69: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

52

Tabel 18. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan di gapoktan

“Makmur Santosa”

No Tingkat

Pendidikan

Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Tidak Sekolah - -

2 SD / SR 7 35

3 SMP 4 20

4 SMA/SMK 7 35

5 Sarjana 2 10

Total 20 100

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan tingkat pendidikan petani di gapoktan

“Makmur Santosa” cukup baik, hal ini terlihat dari semua responden sudah

mengenyam bangku pendidikan. Dari 20 responden yang diteliti, diperoleh hasil

yang cukup baik yaitu proporsi petani yang menempuh pendidikan SMA dan SD

memiliki persentase 35%. Diikuti dengan pendidikan SMP yang hanya 20% dan

sarjana 10%.

Hasil dari tabel di atas memperlihatkan bahwa, semua responden yang diteliti

memiliki pengalaman yang cukup dalam berusaha tani. Proses penerimaan

informasi tentunya akan lebih mudah tersampaikan kepada petani, daripada petani

yang tidak menempuh bangku sekolah. Jenjang sarjana terdapat 2 orang, yang

masing-masing responden tersebut memiliki jabatan penting di gapoktan, yaitu

sebagai pemimpin lokal. Tentunya keterkaitan tingkat pendidikan seseorang

dengan posisi strategis di gapoktan pada penelitian kali ini sangat berpengaruh

penting.

6.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Utama

Deskripsi karakteristik responden menurut jenis pekerjaan yaitu menguraikan

atau memberikan gambaran mengenai identitas responden menurut jenis

pekerjaan responden. Dalam deskripsi karakteristik responden, dikelompokkan

menurut jenis pekerjaan responden yang dapat dilihat melalui diagram berikut ini :

Page 70: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

53

Gambar 3. Diagram Jenis Pekerjaan Responden (Data Primer Diolah)

Berdasarkan gambar diagram di atas dapat diketahui bahwa profesi petani

menjadi persentase terbesar diikuti dengan profesi buruh pabrik yang terdiri dari 4

orang. Sedangkan persentase terkecil yaitu pedagang dan tukang ojek yang

masing-masing terdiri dari satu orang. Dari 20 responden yang diteliti semuanya

berprofesi sebagai petani, namun hanya 40% saja yang menjadikan petani sebagai

mata pencarian utama, sisanya mereka memiliki usaha lain yang menjadi prioritas

pekerjaan utama.

6.2 Pemimpin Lokal Pilihan Warga

Fokus dalam penelitian ini adalah melihat keterlibatan pemimpin lokal dalam

program LDPM. Dengan demikian pemimpin lokal dalam penelitian ini

ditentukan oleh masyarakat yang termasuk dalam kepengurusan LDPM. Oleh

sebab itu dilakukan pegambilan data dengan menanyakan pendapat kepada 20

responden yang termasuk anggota LDPM, mengenai siapakah pemimpin lokal di

Gapoktan Makmur Santosa khususnya dalam program LDPM.

Pemilihan responden berdasarkan dengan keaktifan mengikuti program

LDPM dan mengetahui secara umum kondisi di Gapoktan “Makmur Santosa”

khususnya di program LDPM. Hal ini dilakukan untuk mengetahui secara pasti

pemimpin lokal yang berpengaruh di mata masyarakat petani. Dalam

pelaksanaannya, setiap responden diminta untuk memilih pemimpin lokal yang

Pedagang

5%

Penebas

10%

Petani

40%

Buruh pabrik

20%

Buruh tani

10%

Penjaga Air

10% Ojek

5%

Page 71: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

54

secara langsung terlibat dalam kegiatan program LDPM. Hasil pendapat dari ke-

20 responden diperoleh empat pemimpin lokal yang secara langsung terlibat di

program LDPM. (lihat Tabel 19)

Tabel 19. Pemimpin lokal menurut pilihan responden di program LDPM

Kode

Resp.

Pemimpin Lokal Pilihan Responden

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T

1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

3 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0

4 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

5 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

6 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0

7 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

8 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

9 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0

10 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0

11 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

12 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0

13 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

14 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0

15 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0

16 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0

17 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

18 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0

19 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0

20 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Total 19 16 1 13 15 4 1 3 0 0 0 4 0 2 0 0 4 0 0 0

Ket: Daftar nama responden dapat dilihat di lampiran 2

Pada penelitian ini terdapat empat pemimpin lokal yang cenderung memiliki

keterlibatan yang tinggi yaitu; FR, PW, SK, dan TS. Nama tersebut merupakan

inisial yang diambil dari nama asli pemimpin lokal untuk memudahkan

pengklasifikasian.

Keempat pemimpin lokal tersebut merupakan orang yang cukup disegani dan

paling berpengaruh di lingkungan masyarakat petani Desa Watugede, Kecamatan

Singosari Malang. Selain itu latar belakang dan peran sosial yang mereka miliki

dinilai pantas untuk menjalankan amanah sebagai pemimpin lokal.

6.2.1 Pemimpin Lokal “FR”

FR merupakan warga pendatang Desa Watugede, lahir dan tinggal di Karang

Ploso Malang hingga akhirnya pindah ke Desa Watugede, Singosari untuk

mengikuti istri yang bertempat tinggalasli di Desa Watugede. Keluarga mertua FR

Page 72: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

55

merupakan keluarga yang cukup dihormati di daerahnya, dikarenakan memiliki

lahan yang cukup luas di sekitar tempat tinggalnya. Selain itu bapak mertua FR

merupakan sesepuh dan tokoh masyarakat yang disegani oleh masyarakat petani.

Saat masih berstatus pelajar (tepatnya saat masih studi di bangku SMA), FR

aktif dalam mengikuti kegiatan organisasi, baik organisasi di sekolah seperti

ekstrakulikuler maupun organisasi di luar sekolah. Organisasi sekolah yang diikuti

FR saat SMA adalah Organisasi Intra Sekolah (OSIS), Musyawarah Perwakilan

Kelas (MPK). Selain itu FR juga mengikuti ekstrakulikuler Karya Ilmiah Remaja

(KIR).

Tidak hanya itu, FR juga aktif di kegiatan luar sekolah seperti Pramuka.

Setiap kegiatannya FR aktif sebagai pembimbing bagi adik kelas dalam setiap

kegiatan Kepramukaan.

Pada masa kuliah, FR mengikuti berbagai kegiatan organisasi kampus baik di

jurusan maupun fakultas. Hingga akhirnya lulus dalam waktu 3,5 tahun dengan

predikat Cumlaude. Prestasi inilah yang membawanya sekarang menjadi seorang

ketua Gapoktan “Makmur Santosa”.

Pada awalnya pemimpin lokal FR tidak terlalu aktif dalam kegiatan desa.

Walaupun FR tetap bersosialisasi atau bergaul dengan masyarakat desa,

khususnya warga di sekitar tempat tinggalnya, akan tetapi FR jarang mengikuti

kegiatan-kegiatan desa. Hal ini dikarenakan pandangan FR mengenai budaya

kebersamaan di Desa Watugede mulai luntur. Lunturnya kebudayaan ini salah

satunya dikarenakan tokoh-tokoh masyarakat yang ada semakin sedikit dan

semakin sepuh, sehingga menyebabkan semakin sedikitnya penggerak atau

pelopor yang dapat membangun kebersamaan kembali. Oleh sebab itu, FR tidak

termotivasi untuk terlalu aktif dalam kegiatan desa dan lebih memilih untuk aktif

di luar desa.

Hingga akhirnya FR mulai dikenalkan kegiatan-kegiatan di Gapoktan oleh

bapak mertuanya. Dari setiap kegiatan-kegiatan yang ada di Gapoktan, FR mulai

mempunyai komitmen untuk membangun desa melalui kegiatan di Gapoktan.

Apalagi bapak mertua secara langsung memberikan amanah kepadanya untuk

meneruskan kepemimpinannya di Gapoktan.

Page 73: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

56

Terkait dengan hal di atas, dapat disimpulkan bahwa FR memiliki

kepribadian yang kuat yang berinteraksi dengan faktor situasional yaitu

sebagaimana pendapat salah satu responden, yaitu KR:

“...Pak FR iku wonge aktif, supel, petani onok masalah mesti langsung

goleki pak FR. Asline pak FR iku pendatang, melok bojo nang kene. Tapi

kabeh yo uwes percoyo ng pak FR, urusan Gapoktan lan LDPM mesti beres

nok ditangani wonge. Ngopeni sawah sedinoan yo betah, sawahe lumayan

ombo nok kene mas...”

“...Dia itu aktif, supel, tanggung jawab juga. Disini walaupun posisinya

sebagai pendatang, dia sih aktif juga merangkap di bagian-bagian lain,

kayaknya soal LDPM itu ada di otaknya semua, maklum aja keluarganya juga

memang bagus, kayak tanahnya juga luas itu kan punya bapaknya. Tiap

kegiatan di gapoktan selalu mengikuti. Gak heran dia sekarang jadi ketua

Gapoktan..."

Merujuk pada pendapat tersebut dan jika dikaitkan dengan tiga faktor dalam

teori kepribadian dan situasi, yaitu sifat dan golongannya, kepribadian, dan

situasi, terlihat bahwa sifat FR yang supel, rajin dan berasal dari keluarga yang

memang cukup dipandang, FR juga merupakan individu berkepribadian yang

bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya. Hal

ini di didukung oleh situasi yang mana warga menginginkan adanya pemimpin

yang dapat membangun desa serta dapat dipercaya. Interaksi ketiga faktor inilah

yang akhirnya dapat menyimpulkan bahwa FR termasuk pemimpin.

FR merupakan individu yang memiliki tujuan. Tujuan tersebut diwujudkan

FR dalam bentuk tindakan yang akhirnya dapat mempengaruhi masyarakat

sekitarnya. Dengan demikian, FR disebut sebagai pemimpin lokal. Pada awalnya

secara struktur desa, FR tidak memiliki jabatan struktural apapun, namun dengan

masuknya di Gapoktan “Makmur Santosa” dan menjadi Ketua di program LDPM,

FR terlibat menjadi pengurus yang dipercayai dan disetujui oleh Kepala Desa.

Selain itu LDPM merupakan program pemerintah yang terikat dengan institusi

pemerintahan, sehingga FR memiliki kekuasaan posisional, karena itulah FR

dapat digolongkan sebagai pemimpin lokal.

Ditunjang dengan kemampuannya secara organisasi menjalankan

kepengurusan Gapoktan dan program LDPM, maka tidak heran jika Gapoktan

“Makmur Santosa” menjadi salah satu Gapoktan yang maju di wilayah Malang

Page 74: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

57

Raya. Apalagi sering mendapatkan berbagai bantuan dari dinas pertanian setempat

untuk pengadaan bibit, pupuk hingga alat pertanian.

Sikap FR yang peduli terhadap warga tanpa memandang status tersebut juga

tetap diakui oleh ketua-ketua RT dan tokoh masyarakat lainnya. Selain itu, FR

juga dapat merangkul para tokoh masyarakat setempat untuk ikut aktif berperan

dalam kegiatan-kegiatan desa. Tidak hanya itu saja, FR juga mengajak tokoh

masyarakat untuk ikut berdiskusi dalam mengambil keputusan-keputusan terkait

kebijakannya atas kegiatan program LDPM. Selain aktif di petanian, FR juga aktif

mengikuti kegiatan pada tingkat Kecamatan Singosari seperti perdagangan produk

pertanian seperti berdagang jagung dan beras

. Kartodirjo (1984) menyatakan bahwa pemimpin merupakan akibat adanya

interaksi antara orang dengan kepribadian yang kuat dengan faktor situasional.

Merujuk pendapat Kartodirjo, FR dapat digolongkan sebagai pemimpin karena

adanya interaksi kepribadian FR yang kuat. Kepribadian FR yang kuat ini

berinteraksi dengan keadaan atau situasi dimana warga menginginkan seorang

pemimpin yang peduli dengan warganya tanpa mengenal status. Hal ini oleh

Kartodirdjo juga disebut sebagai teori kepribadian dalam situasi yang secara rinci

merupakan interaksi dari tiga faktor: (1) sifat dan golongannya, (2) kepribadian,

dan (3) situasi atau kejadian. Terkait dengan faktor sifat dan golongan, FR

memiliki sifat yang ramah dan peduli, hal ini juga didukung oleh latar belakang

keluarganya yang memang berasal dari keluarga yang cukup aktif di desa. Selain

itu, jika melihat faktor kedua yaitu kepribadian, FR memiliki kepribadian yang

bertanggung jawab dalam tugasnya, baik sebagai ketua Gapoktan maupun ketua

program LDPM. Beliau juga bijak dalam mengambil keputusan maupun dalam

memberikan solusi. Terkait dengan faktor ketiga, yaitu situasi atau kejadian,

dimana masyarakat petani ingin memiliki pemimpin yang peduli dan mengerti

masalah-masalah warga. Interaksi dari ketiga faktor sebenarnya menunjukkan

bahwa FR adalah seorang pemimpin yang memiliki pengaruh.

FR merupakan pemimpin yang dapat mempengaruhi warga sekitarnya. Ini

dapat dilihat dari sikap warga yang selalu menyambut baik keputusan atau

kebijakan yang dibuat oleh FR. Oleh karena itu FR digolongkan sebagai

Page 75: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

58

pemimpin lokal, selain statusnya sebagai ketua Gapoktan yang mempunyai

kekuasaan posisional yang oleh Etzioni (1985) disebut sebagai pemimpin formal.

6.2.2 Pemimpin Lokal PW

PW merupakan warga asli Desa Watugede dan salah satu pemimpin lokal

yang dipilih oleh masyarkat petani (responden). Sejak muda PW telah aktif dalam

kegiatan-kegiatan desa maupun di lingkungan tempat tinggalnya. Keluarga PW

juga termasuk keluarga yang aktif dalam kegiatan desa, sebagai contoh paman

PW pernah menjabat sebagai Kepala Desa Watugede.

Keaktifan PW dalam segala aktivitas atau kegiatan di pertanian sudah dimulai

sejak PW masih di bangku sekolah. Adapun bentuk keaktifan tersebut dengan

keterlibatan PW dalam menyelesaikan masalah-masalah pertanian utamanya

ketika diadakan pertemuan dengan kelompok tani. Keaktifan PW di lingkungan

kelompok tani dan sifat beliau yang rajin dan peduli pada petani sekitarnya

menjadikan PW sebagai salah satu pemimpin lokal yang cukup disegani oleh

masyarakat petani.

Warga sangat menghormati PW walaupun usianya masih tergolong muda

yaitu 41 tahun. Hal ini dikarenakan beliau sangat peduli serta bertanggung jawab

dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin lokal. Setiap keterlibatannya di

masyarakat, beliau selalu mau mendengarkan keluhan-keluhan warga dan ikut

serta dalam mencari solusi. Walaupun terkadang solusi yang dberikan PW tidak

dapat membantu banyak, namun hal tersebut sudah membuktikan keseriusan

beliau dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin lokal.

Kepemimpinan beliau sebagai pemimpin lokal di Gapokan “Makmur

Santosa” khususnya di program LDPM bukan hanya di kalangan masyarakat

petani saja, namun juga menyebar ke masyarakat lingkungan sekitar pada

umunya. Berikut ini kutipan dari salah satu responden terkait kepemimpinan PW:

“...Pak PW iki sek enom umure, ngono semangat tanine ngalah-ngalahno

wong tuo. Wonge iku sregep, saben ono acara-acara kumpul tani mesti teko.

Yen ono sing loro utawa mati mesti teko, gak mandang iku sugeh opo miskin.

Pak PW iso dadhi conto apik nang deso kene, ngajeni marang tetonggo...”

“...Bapak PW ini walaupun umurnya masih muda, namun orangnya

bertanggung jawab. Orangnya rajin sekali, setiap ada kegiatan kumpul-

kumpul petani beliau selalu datang. Kalau ada yang sakit atau meninggal pasti

Page 76: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

59

dateng, gak peduli kaya atau miskin, kalau gak dikasih tau ada yang sakit atau

meninggal dia pasti marah. Saya ingin menjadi orang yang kaya gitu, rajin

dan peduli sesama warga sekitar...”

Selain aktif dalam kegiatan di program LDPM, PW juga memiliki kesibukan

lain seperti beternak kambing hingga membuka kios Gapoktan untuk

dimanfaaatkan oleh petani sekitar. Tentunya dengan adanya usaha kios Gapoktan,

semakin mendekatkan PW dengan petani di lingkungannya. Apalagi jika ada

bantuan dari dinas pertanian maka PW sebagai pemegang kios Gapoktan akan

menginformasikan kepada masyarakat petani. Hal ini akan semakin meningkatkan

interaksi sosial khususnya antara pemimpin lokal dengan petani.

PW memiliki kekurangan sebagai seorang pemimpin lokal, yaitu dukungan

keuangan. Di antara keempat pemimpin lokal, PW mempunyai dukungan

keuangan yang cukup rendah. Namun dari kelemahan yang beliau miliki, sosok

PW adalah seorang sosok pemimpin lokal yang rajin dan peduli kepada warganya,

walaupun PW memiliki umur yang bisa dikategorikan muda. Hal inilah yang akan

terus mendukung dan menjadi modal berharga PW untuk menjadi pemimpin lokal

yang terus dicintai oleh warganya.

6.2.3 Pemimpin Lokal “SK”

Pemimpin lokal SK merupakan warga asli Desa Watugede dan salah satu

tokoh masyarakat di desa tersebut. Selain itu, SK merupakan salah satu orang

yang paham akan sejarah desa serta karakteristik warga desanya. Karenanya

beliau sering diikut sertakan dalam pengambilan keputusan atau kebijakan di

Gapoktan “Makmur Sentosa” khususnya di program LDPM.

Terkait di atas, contoh yang dapat mengilustrasikan kesepuhan SK adalah

saat adanya musyawarah Gapoktan dengan PPL ( Petugas Penyuluh Lapangan).

Saat adanya musyawarah dengan petani dan PPL untuk seksi pembelian gabah

untuk musim paceklik, ada sedikit masalah diantara petani. Adapun masalah

tersebut terkait dengan rencana pengalokasian cadangan pangan Gapoktan yang

dinilai terlalu besar oleh sebagian petani. Hingga akhirnya PPL kesulitan untuk

memberikan penjelasan kepada petani mengenai program pembelian gabah. Saat

itulah peran SK terlihat, SK diminta oleh petani tersebut untuk memberikan

Page 77: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

60

pengarahan terkait program cadangan pangan oleh LDPM. Hal ini terkait dengan

kematangan SK dalam pengambilan keputusan serta dianggap sesepuh desa yang

tau bagaimana kondisi dan historis lapangan.

Selain itu, saat adanya kegiatan penggalangan dana masyarakat petani guna

keperluan program LDPM, SK melakukan pendekatan dengan beberapa warga

yang akhirnya warga yang bersangkutan bersedia menanggung secara swadaya,

sehingga kekurangan dana untuk keperluan program LDPM yang kurang pun

terselesaikan karena salah satu warga ada yang menghibahkan sedikit dananya

untuk keperluan Gapoktan.

Kepribadian SK yang tenang dan bijak membuat warga segan untuk

menentangnya. Selain itu, norma dan budaya yang berlaku di Desa Watugede

adalah menghormati orang yang lebih tua, terlebih lagi orang tersebut merupakan

tokoh masyarakat dan warga mematuhi norma tersebut. Saat usia SK masih

tergolong muda, SK aktif dalam kegiatan desa. Namun saat ini, SK hanya

mengikuti kegiatan kegiatan tertentu saja. Kondisi ini sebagaimana dipaparkan

oleh salah satu responden:

“...Bien iku wayah ono acara pertemuan Gapoktan, ono musyawarah

mbahas pembelian beras, wayah iku salah siji petani ono sing gak setuju,

dadine acara rembuk tani dadi mulek. Namung, sakwise pak SK turun tangan,

dadine beres. Malah pak SK sing ngajak petani kanggo urunan mbayar

kekurangane, mari ngono masalah beres. Paling nek iku pak SK gak teko mesti

masalah wingi gak beres mas...”

“...Dulu itu waktu ada pertemuan Gapoktan ada pembahasan tentang

pembelian beras, salah satu petani ada yang tidak setuju. Jadinya

pembahasannya alot. Cuma setelah pak SK turun tangan, jadinya beres.

Setelah semuanya sepakat, dananya kurang, pak SK mengajak warga petani

untuk menanggung kekurangan, akhirnya semua masalah selesai. Mungkin

kalau pak SK tidak dateng pasti kemarin pembelian beras tidak disetujui...”

Merujuk pada Teori Kartodirdjo, terlihat bahwa adanya interaksi kepribadian

SK yang bijak serta pengetahuan SK terhadap kondisi desa dengan situasi

masyarakat desa yang mulai tidak mengetahui dengan jelas silsilah maupun

sejarah desanya. Analisis lebih rinci dijelaskan dengan melihat ketiga faktor, yaitu

sifat dan golongannya, kepribadian, serta situasi atau kejadian.

Faktor sifat dan golongan menjelaskan bahwa sifat SK yang bijak serta

paham sejarah desa berinteraksi dengan faktor kepribadian yaitu SK yang

Page 78: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

61

perhatian terhadap warganya. Ini sesuai dengan faktor ketiga yaitu situasi dimana

kondisi warga yang mulai tidak paham tentang sejarah desanya. Interaksi ketiga

faktor ini membuat SK memiliki pengaruh terhadap warganya, hal ini ditunjukkan

oleh warga yang segan dan menghormati perkataan serta kebijakan SK. Oleh

sebab itu, disimpulkan bahwa SK merupakan salah satu pemimpin lokal di Desa

Watugede.

Pemimpin menurut Etzioni (1985) terbagi menjadi dua, yaitu pemimpin

formal dan informal. SK merupakan pemimpin lokal yang tidak memiliki

kekuatan posisional dan hanya mengandalkan kekuatan pribadi yang dimilikinya,

untuk itu SK dapat disebut sebagai pemimpin informal.

6.2.4 Pemimpin Lokal “TM”

TM lahir dan tinggal di Desa Watugede yang berarti merupakan penduduk

asli Desa Watugede. TM merupakan salah satu sesepuh Desa Watugede.

Pemimpin lokal TM merupakan tokoh masyarakat yang dulu ikut membangun

desa. TM lahir dalam keluarga yang menjunjung tinggi nilai keagamaan, yaitu

Islam, sehingga TM dari awal telah disekolahkan di pesantren di daerah Malang.

Minat TM tidak hanya pada bidang keagamaan, tetapi juga bidang sosial dan

pertanian, akhirnya membuat TM aktif mengikuti kegiatan-kegiatan Gapoktan di

daerah Watugede. Hal ini membuat TM menjadi dikenal di daerah Watugede dan

cukup disegani. Selain itu, TM juga berprofesi sebagai petani lokal yang sangat

berpengalaman di bidang pertanian.

Dengan nilai-nilai keagamaan yang tertanam dalam diri TM, membuat TM

disebut sebagai ustadz Desa Watugede dan menjadi tempat masyarakat bertanya

tentang masalah-masalah keagamaan. Selain itu TM juga ikut memberikan

pertimbangan dalam kebijakan-kebijakan yang diambil oleh ketua Gapoktan

khususnya di program LDPM. Menurut pemaparan responden, TM merupakan

ustadz yang memegang teguh nilai Islam serta aktif dan dekat dengan warga.

Sebagaimana dipaparkan oleh responden FR:

“...Ustadz TM iku mesti dukung kegiatane Gapoktan, Wonge sregep bantu

lan saben musyawarah gapoktan kerep wenehi pesan-pesan agomo mas. Yo

iku, pengalaman dadi petani wes puluhan tahun, bedo mbek wong liane sing

Page 79: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

62

gawean petani saiki dadi panggawean sampingan. Pak TM kerep wenehi usul-

usul gawe kemajuan Gapoktan, wonge apik tenan mas nang petani...”

“..Ustadz TM itu selalu mendukung kebijakan Gapoktan, orangnya rajin

dan selalu membawa nilai-nilai relijius dalam setiap pertemuan. Dia itu sangat

berpengalaman di bidang pertanian, beliau memang sebagai petani murni

beda sama yang lain yang masih punya usaha sampingan. Kalo ada pertemuan

LDPM beliau selalu hadir dan memberikan ide-ide dan petuah...”

Selain sebagai ustadz tempat masyarakat bertanya, TM juga sebagai orang

yang menjaga ketentraman wilayah sekitarnya. Pemimpin lokal TM juga

mengawasi kelakuan dan kegiatan pemuda di daerahnya untuk mencegah hal yang

tidak diinginkan terjadi. Untuk itulah, selain segan, warga sekitar juga takut

terhadap TM.

TM juga aktif mengisi di Majelis Ta'lim maupun ceramah di mesjid-mesjid

yang ada di desa. Beliau juga mengisi perkumpulan pengajian atau ta'lim yang

diadakan secara rutin di desa Watugede. Beliau juga merupakan sosok humoris

yang terkadang membuat tersenyum masyarakat.

TM merupakan seorang sosok petani yang terhitung sukses di lingkungan

desa Watugede. Luasan lahan yang dimiliki TM cukup luas mencapai 7 hektar.

Lahan seluas itu cukup luas mengingat di desa Watugede sudah dipenuhi dengan

perkampungan dan perumahan baru. Kiprah pertaniannya juga cukup lama hingga

sekarang didaulat sebagai pemimpin lokal masyarakat.

Selain sebagai seorang ustadz di desa Watugede, TM memiliki jabatan

sebagai ketua HIPPA ( Himpunan Petani Pengguna Air) di desa Watugede. Tugas

ketua HIPPA adalah memberikan koordinasi pembagian aliran air ke sawah-

sawah petani pada musim kemarau dan musim penghujan. Selain itu mewakili

petani dalam menjajaki upaya kerjasama dengan pihak luar, termasuk pemerintah

daerah atau lembaga lain untuk kepentingan petani dan menampung masalah dan

menyalurkan aspirasi petani yang terkait dengan sumber air untuk usaha

pertanian.

Merujuk kepada teori kepribadian dalam situasi Kartodirjo, TM dapat

disebut sebagai pemimpin dikarenakan adanya interaksi kepribadian TM yang

kuat dengan nilai-nilai agama. Kepribadian TM dan pengalamannya berinteraksi

dengan keadaan (masuknya budaya modern). Oleh sebab itu, dibutuhkan

Page 80: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

63

pemimpin yang tegas dan berpengalaman untuk membatasi tindakan serta

pergaulan warga sekitar agar tetap dalam norma-norma yang berlaku.

Hal ini dijelaskan lebih lanjut terkait tiga faktor yang diungkapkan oleh

Kartodirdjo, yaitu (1) sifat dan golongannya, (2) kepribadian, dan (3) situasi atau

kejadian, terlihat bahwa pertama, TM memiliki sifat yang tegas khususnya pada

nilai-nilai agama dan norma. Pemimpin lokal TM juga termasuk ustadz yang

dihormati di desa. Kedua, jika melihat kepribadian TM yang kuat, khususnya

dalam menangani perilaku warga maupun dalam menegakkan nilai-nilai agama,

serta ketiga, situasi dimana warga membutuhkan pemimpin yang tegas, maka

interaksi ketiga faktor ini dapat menyimpulkan bahwa TM merupakan pemimpin.

TM juga memiliki pengaruh terhadap warganya, hal ini terlihat dengan warga

yang menyambut positif kata-kata maupun kebijakan yang diambil oleh TM, oleh

sebab itu TM dapat disebut sebagai pemimpin lokal di Desa Watugede. Pemimpin

lokal TM dapat mempengaruhi warga sekitarnya didasari kekuatan pribadi yang

dimilikinya, oleh sebab itu merujuk pada pendapat Etzioni maka TM disebut

sebagai pemimpin informal.

6.3 Pengaruh Modal Pemimpin Lokal dalam Program LDPM

6.3.1 Modal Internal

Pemimpin lokal dalam penelitian ini adalah individu yang mempunyai tujuan

atau maksud yang ditunjukkan dalam bentuk tindakan yang mempengaruhi

masyarakat sekitarnya. Besarnya pengaruh tersebut sudah tentu dipengaruhi oleh

modal yang dimiliki oleh individu tersebut.

Modal internal adalah modal yang berasal dari individu pemimpin lokal.

Terdapat tiga modal yang termasuk dalam kategori modal internal, yaitu modal

manusia, modal sosial, dan modal ekonomi. Adapun kepemilikan modal internal

masing-masing pemimpin lokal dalam penelitian ini yaitu, FR, PW, SK, dan TM,

lebih jelasnya akan dibahas dalam pembahasan dibawah ini.

6.3.1.1 Modal Manusia

Modal manusia merupakan modal pertama dalam kategori modal internal.

Modal manusia ini dapat dilihat dari empat indikator, yaitu kemampuan, tingkat

Page 81: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

64

pendidikan dan pengalaman. Pengalaman dalam penelitian ini dibagi menjadi dua

yaitu pengalaman pemimpin dibidangnya dan pengalaman pemimpin diluar dari

bidang yang ditekuninya.

Keempat pemimpin lokal dalam penelitian ini memiliki nilai yang beragam

dari masing-masing indikator. Hal ini dapat dipengaruhi oleh latar belakang dan

peranan sosial mereka dalam masyarakat. Perbandingan nilai indeks modal

manusia masing masing pemimpin lokal dilihat dari nilai indeks setiap indikator

(lihat Tabel 20)

Tabel 20. Nilai Indeks Modal Manusia pada Masing-masing Pemimpin Lokal

Indikator Pemimpin Lokal

FR* PW SK TM

Kemampuan 1.5 1.2 0.5 0.75

Pengalaman dibidangnya 1.65 0.7 0.35 0.45

Pengalaman di luar bidangnya 0.45 1.2 1.7 0.95

Tingkat pendidikan 1.5 1.9 0.15 -0.5

Total 5.1 5.0 2.7 1,65 *) Nama Inisial Pemimpin Lokal

Merujuk pada tabel 20 terlihat bahwa FR memiliki modal manusia yang

paling tinggi dibandingkan pemimpin lokal lainnya, yaitu sebesar 5.1. Indikator

yang paling tinggi yang dimiliki oleh FR adalah pengalaman di bidangnya yaitu

sebesar 1.65. Hal ini sama dengan pemimpin lokal berinisial PW yang sama-sama

sudah menempuh pendidikan sarjana.

Berbeda dengan ketiga pemimpin lokal lainnya, SK justru memiliki indikator

modal yang paling tinggi adalah pengalaman di luar bidangnya. Pengalaman di

luar bidang yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengalaman SK dalam

berdagang sapi hingga menjadi penebas hasil panen petani. Nilai indeks 1.7 yang

dimiliki oleh SK pada indkator ini merupakan nilai tertinggi dari variabel tersebut.

Hal ini juga terkait dengan pengalaman SK yang pada sebelumnya lebih banyak

berkecimpung dalam kegiatan-kegiatan di luar pertanian.

Nilai indeks pemimpin lokal pada setiap indikator ditentukan dengan

memberikan nilai pada setiap tingkatan jawaban responden. Nilai indeks 1.5

menunjukkan FR sangat mampu menjalankan tugasnya sebagai ketua Gapoktan

“Makmur Santosa” sekaligus ketua LDPM.

Pemimpin lokal FR dikatakan sangat mampu dilihat dari kinerjanya sebagai

ketua Gapoktan yang dinilai baik oleh masyarakat petani. Hal ini dibuktikan

Page 82: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

65

dengan warga petani yang selalu memuji ketua Gapoktan, terealisasikannya

kantor Gapoktan dan lumbung pangan dan disetujuinya program LDPM berjalan

di desa Watugede sudah cukup membuktikan kapabilitasnya pemimpin FR

sebagai pemimpin lokal. Apalagi selama ini masyarakat petani juga memiliki

kedekatan khusus dengan pemimpin FR dalam setiap mengikuti kegiatan LDPM.

Kata pujian pun juga terlontar dari PPL (Petugas Penyuluh Lapangan), berikut ini

kutipan percakapan dengan Bapak Erdi selaku PPL Desa Watugede:

“...Aku seneng mbek kerjone pak FR, wonge sregep ugo pinter ngelola

Gapoktan, masalah arsip pembukuan lengkap. Biasane ngajokne proposal

bantuan neng pemerintah kerep lolos, yo iku masalah administrasine iso

lengkap. Contone yo Koyo program LDPM iki, iso ngerawangi bantu masalah

petani. Pak FR iku kuliah oleh nilai cumlaude lho dek...”

“...Saya suka dengan kinerja pak FR, selain rajin beliau juga pintar

dalam mengelola kelembagaan, pembukuan arsipnya juga sangat lengkap.

Kami beberapa kali mengajukan proposal kegiatan Gapoktan sering kali lolos.

Sampai akhirnya ada program LDPM yang sangat membantu para petani. Dia

itu kuliah lulus dengan nilai cumlaude dek..”

Selain itu, pemimpin lokal FR juga dikenal sebagai pribadi yang ramah

kepada semua masyarakat dan peduli jika ada anggota Gapoktan yang

membutuhkan bantuan seperti pengadaan pupuk, bibit dan lain sebagainya.

Walaupun FR bukan dari penduduk asli desa Watugede namun masyarakat petani

sangat segan kepadanya, karena keputusan dan kebijakan yang diambil sangat

menguntungkan untuk petani.

Berbeda dengan pemimpin lokal FR, PW dinilai mampu dalam menjalankan

tugasnya dengan persentase responden yang menjawab sebanyak 70%. Fakta di

lapangan yang mendukung hal ini adalah terpilihnya PW sebagai pengurus tetap

Gapoktan “Makmur Santosa”. Sama halnya dengan pemimpin lokal SK dan TM.

Mereka dinilai cukup mampu oleh responden dengan nilai masing-masing 55%

dan 45%.

Pemimpin lokal SK dinilai cukup mampu yaitu melihat kemampuan

memahami memahami sejarah desa dan karakteristik petani desa Watugede. Oleh

sebab itu, SK sering diminta bantuannya untuk menyelesaikan masalah apabila

terjadi persengketaan seperti masalah ahli waris dan hal-hal lain yang terkait

dengan sejarah desa.

Page 83: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

66

Sama halnya dengan pemimpin lokal TM. TM dinilai cukup mampu yaitu

dengan melihat kemampuan TM dalam bidang keagamaan. Hal ini terlihat dari

sikap warga yang segan terhadap TM dan meyakini bahwa keputusan maupun

kebijakan yang dikeluarkan TM merupakan hal yang tepat atau sesuai, karena

sudah tentu tidak bertentangan dengan ajaran agama.

Indikator selanjutnya dari modal manusia adalah pengalaman di bidangnya,

khususnya dalam mengontrol organisasi kelembagaan. Persentase responden yang

menjawab terkait dengan indikator ini pada setiap responden menunjukkan lebih

dari setengah responden menjawab bahwa pemimpin lokal FR sangat

berpengalaman dibidangnya. Persentase responden yang menjawab hal ini adalah

70%. Hal ini terlihat dari pengalaman menjadi ketua Gapoktan terkait

keterlibatannya dalam kepengurusan LDPM.

Kapabilitas FR dalam mengontrol organisasi kelembagaan tidak perlu

dipertanyakan lagi. Semua warga petani sudah mengetahui prestasi dari FR,

sebelum FR menjabat sebagai Ketua Gapoktan “Makmur Santosa” memang masih

banyak orang yang agak meragukannya dalam mengelola kelembagaan, apalagi

FR bukanlah warga asli desa Watugede. Namun atas rekomendasi dari sesepuh

desa yang notabene juga sebagai bapak mertua FR, akhirnya FR terpilih sebagai

Ketua Gapoktan “Makmur Santosa” secara aklamasi. Kemampuan FR dalam

mengelola kelembagaan sudah terasah sejak masa SMA hingga kuliah. Selain itu,

mudahnya FR beradaptasi dengan petani desa dan juga ramah kepada semua

warga juga menjadi suatu nilai tambah yang ada dalam diri FR.

Sama halnya dengan PW, dimana sebanyak 60% responden memilih PW

sebagai orang yang berpengalaman di bidangnya, khususnya dalam hal mengelola

kelembagaan. Memang sejak masih di bangku SMA PW dikenal sebagai seorang

yang aktif di kegiatan desa, kepedulian PW dengan dunia pertanian sudah besar

mengingat orang tuanya juga berkecimpung dengan dunia pertanian.

Sedikit berbeda dengan pemimpin lokal SK dan TM. Pemimpin lokal yang

berinisial SK dan TM dipilih oleh responden sebagai pemimpin yang cukup

berpengalaman dibidangnya dalam halnya mengontrol organisasi dengan

persentase sama-sama 60%. Pemimpin lokal SK disebut cukup berpengalaman

dikarenakan SK pernah aktif di sebuah organisasi kelompok tani, namun dalam

Page 84: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

67

hal ini SK lebih bersifat sebagai penasehat Gapoktan. Pengurus Gapoktan

“Makmur Santosa” sering meminta pertimbangan kepada SK terkait pengambilan

kebijakan strategis. Di Gapoktan memang SK ikut dalam kepengurusan, namun

posisinya bukan sebagai pengurus teras ( pengurus inti) .

Sedangkan bagi pemimpin lokal TM, disebut cukup berpengalaman

dikarenakan TM sudah sering menjadi pengurus maupun tokoh yang diminta

pendapatnya terkait dengan masalah agama dan pengalamannya bertani. Secara

pengalaman bertani, TM paling unggul di antara keempat pemimpin lokal. Namun

dari segi pengelolaan kelembagaan seperti Gapoktan dan LDPM, TM masih di

bawah ketiga pemimpin lokal lainnya.

Indikator ketiga adalah pengalaman di luar bidangnya. Indikator ini ingin

melihat seberapa besar kiprah pemimpin lokal dibidang lain selain bidang yang

ditekuninya selama ini. Presentase jawaban responden terkait indikator ini

menunjukkan sebanyak 70% responden menjawab bahwa SK sangat

berpengalaman di luar bidangnya. SK selain berkiprah di bidang pertanian, namun

juga memiliki kegiatan usaha dagang sapi dan menjadi penebas hasil produksi

petani ketika selesai panen. Secara ekonomi SK lebih banyak menghasilkan

pendapatan dari dagang sapi dan penebas. Meskipun begitu kegiatan di Gapoktan

dan LDPM juga tidak dikesampingkan. Luas lahan yang dimiliki SK pun juga

tidak bisa dibilang kecil, dengan lahan 5 hektar menjadikan SK selalu aktif di

kegiatan LDPM dan selalu terpilih sebagai pengurus tetap Gapoktan. Hal ini

sesuai dengan yang diungkapkan responden ketika wawancara kuesioner. Berikut

ini penuturannya:

“...Pak SK iku akeh usahane, Usahane gak cuma tani, dagang sapi lan

penebas yo dilakoni. Sawahe ombo makane sugih. Tapi Sugihe yo sek tetep

sregep kumpul gawe acara Gapoktan lan LDPM. Apik wonge, ngrapyak nang

tetonggo...”

“...Pak SK itu banyak usahanya, selain bertani dia punya usaha dagang

sapi dan penebas. Lahannya juga luas. Dia itu kaya dek. Meskipun begitu dia

gak pernah absen dalam kegiatan Gapoktan dan LDPM. Saya salut sama dia,

walaupun kaya dia ramah kepada petani lain...”

Terkait hal tersebut, maka dapat terlihat bahwa SK sangat berpengalaman

dalam menjalankan usahanya tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa selain

Page 85: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

68

berpengalaman menjadi pengurus Gapoktan dan LDPM, SK juga sangat

berpengalaman di luar bidang tersebut.

Tidak jauh berbeda dengan pemimpin lokal SK, PW dan TM juga

berpengalaman dalam kiprahnya di luar bidang yang digelutinya, khususnya

selain sebagai petani. Pemimpin lokal PW cukup besar persentase kemampuan di

luar bidang yang ditekuni. Berdasarkan pilihan responden, PW mendapat

persentase sebesar 60%. Hal ini terlihat dari kegiatan yang dilakukan PW selain di

bidang pertanian. PW memiliki pengalaman di bidang peternakan khususnya

dalam beternak kambing serta mempunyai usaha toko pertanian. Walaupun

penghasilan dari ternak kambing belum sebesar dari usaha di pertanian, namun

PW sudah menjalani usaha ternak kambing sejak lama.

Sama halnya dengan pemimpin lokal TM, responden menyatakan

berpengalaman dalam kiprahnya selain di bidang pertanian dengan perolehan

persentase 75%. Petani di desa Watugede sudah tidak meragukan kemampuan TM

dalam kegiatannya selain di pertanian. TM adalah sosok yang relijius serta

mengerti betul tentang agama, khususnya Islam. TM sering mengikuti kegiatan

majelis ta’lim dan menjadi penceramah di masjid atau musholla. Nilai-nilai

relijius yang tertanam dalam diri TM sangat kuat. Oleh karenanya, petani di desa

Watugede segan terhadap beliau.

Pemimpin lokal FR memperoleh persentase 55% dengan jawaban responden

cukup berpengalaman di luar bidang yang digelutinya. FR sebagai ketua Gapoktan

memang memperoleh persentase yang paling rendah di variabel ini. Hal ini

memang sudah dapat diduga sebelumnya. Berdasarkan wawancara responden, FR

memang sangat berpengalaman di bidang pertanian dan mengontrol organisasi

kelembagaan, namun untuk kegiatan di luar pertanian FR tidak begitu

berpengalaman. Terbukti dengan temuan di lapangan, FR lebih banyak

menghabiskan waktu di kegiatan pertanian.

Indikator terakhir dari modal ini adalah tingkat pendidikan. Persentase pada

setiap pemimpin lokal terkait dengan indikator tingkat pendidikan menunjukkan

bahwa sebanyak 90% responden menjawab pemimpin lokal PW telah mencapai

jenjang sarjana. Indikator ini merupakan indikator dengan nilai indeks tertinggi

yang dimiliki oleh PW. Memang sebagai warga asli desa Watugede, sepak terjang

Page 86: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

69

PW sudah diketahui oleh semua warga petani. PW merupakan salah satu anak

petani yang melanjutkan kuliah sampai jenjang sarjana di sebuah universitas di

Malang.

Berbeda dengan PW, sebanyak 50% responden menjawab tingkat pendidikan

FR adalah Diploma. Hal ini sebenarnya kurang sesuai dengan kenyataan di

lapangan dikarenakan FR setelah lulus SMA melanjutkan pendikan ke jenjang

Sarjana di salah satu universitas di Malang. Bahkan prestasi akademiknya sangat

memuaskan, memperoleh predikat cumlaude dan IPK tertinggi ketiga pada masa

kuliahnya. Pada kenyataannya responden tidak mengetahui betul latar belakang

pendidikan FR. Hal ini memang dikarenakan FR bukan warga asli desa Watugede.

FR menjadi warga desa Watugede setelah menikah dengan istrinya yang

merupakan warga asli desa tersebut. Oleh karena itu hanya sebagian saja

responden yang tau secara persis latar belakang pendidikannya.

Pemimpin lokal selanjutnya yaitu SK, sebanyak 65% responden menjawab

tingkat pendidikan SK adalah SMA. Hasil ini memang sudah bisa diprediksi

sebelumnya. SK merupakan warga asli desa Watugede yang aktif di kegiatan

sosial kemasyarakatan di lingkungannya. Responden yang notabene petani, sudah

mengetahi betul bagaimana latar belakang pendidikan SK.

Terakhir adalah pemimpin lokal TM. Sebanyak 60% responden menjawab

tingkat pendidikan yang dimiliki TM adalah SR (Sekolah Rakyat). Hal ini sesuai

fakta dilapangan mengingat TM hanya menyelesaikan pendidikan sampai SD

(Sekolah Dasar). Umur TM bisa dikatakan cukup tua, pada masanya memang

petani sekolah hanya sampai jenjang sekolah dasar. TM walaupun hanya lulusan

SR namun keilmuan agamanya tidak kalah dengan pendidikan formal seperti

sekarang. Hal ini dikarenakan TM pernah masuk di pesantren di daerahnya.

6.3.1.2 Modal Sosial

Modal berikutnya setelah modal manusia dalam kategori modal internal

adalah modal sosial. Modal sosial merupakan modal yang terdiri dari tiga

indikator, yaitu dukungan grup kolektif, jaringan, dan reputasi. Masing-masing

pemimpin lokal memiliki nilai indeks modal sosial yang berbeda, untuk melihat

Page 87: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

70

nilai indeks total modal yang dimiliki pemimpin lokal, maka perlu dilihat nilai

indeks dari setiap indikator. (lihat Tabel 21)

Tabel 21. Nilai Indeks Modal Sosial Masing-masing Pemimpin Lokal

Indikator Pemimpin Lokal

FR* PW SK TM

Dukungan grup kolektif 1.6 1.55 1.4 1.55

Jaringan 1.5 0.95 0.95 1

Reputasi 1.75 0.2 1.6 1.4

Total 4.85 2.7 3.95 3.95 *) Nama Inisial Pemimpin Lokal

Pada Tabel 21 dapat terlihat bahwa nilai indeks modal sosial yang paling

tinggi dimiliki oleh FR. Pemimpin lokal FR yang notabene sebagai ketua

Gapoktan dan LDPM mempunyai modal sosial yang lebih tinggi dibandingkan

ketiga pemimpin lokal lainnya, khususnya pada indikator reputasi yang mana

menjukkan bahwa FR sangat dikenal oleh warga di desa Watugede.

Sedangkan pemimpin lokal SK dan TM sama-sama memiliki modal manusia

dengan total nilai indeks 3.95. Tidak terlalu jauh dengan nilai yang dimiliki FR,

hanya yang menarik adalah pada indikator jaringan, SK memiliki nilai indeks

terendah yaitu 0,95. Walaupun nilainya rendah seperti yang dimiliki oleh PW, tapi

nyatanya SK indikator jaringan yang tinggi mencapai 1.6. Hal ini dapat dilihat di

lapangan bahwa SK memiki reputasi yang baik di mata masyarakat. Maksudnya

adalah SK dikenal oleh semua warga desa Watugede.

Nilai pada setiap indikator tentunya dipengaruhi oleh jawaban responden

terhadap tingkatan jawaban. Salah satu indikator dari modal sosial adalah

dukungan grup kolektif. Dukungan grup kolektif yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah dukungan masyarakat, kelompok, maupun individu kepada pemimpin

lokal baik berbentuk sikap yang tidak membantah dan mendukung kebijakan

pemimpin lokal. Persentase dari jawaban reponden pada kuesioner menunjukkan

bahwa responden menjawab bahwa pemimpin lokal PW, SK, dan TM memiliki

dukungan grup kolektif yang sangat mendukung kepemimpinan mereka.

Pada pemimpin lokal PW, dukungan grup kolektif yang diperoleh sebagian

besar berasal dari kalangan petani muda dan pemerintahan desa. Hal ini

ditunjukkan dari terpilihnya PW menjadi pengurus tetap Gapoktan “Makmur

Santosa”.

Page 88: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

71

Sifat PW yang ringan tangan dan suka membantu petani ketika panen raya

atau gotong royong warga. Kepercayaan masyarakat petani kepada PW juga

ditunjukkan dengan dukungan para petani kepada PW untuk mengelola kios

Gapoktan.

Dari keempat pemimpin lokal rata-rata mendapatkan indeks dukungan grup

kolektif yang tinggi. Hal ini terlihat dari jumlah indeks berurutan mulai dari FR

1.6 , PW 1.55, SK 1.4, dan TM 1.55. Dari jumlah indeks tersebut menunjukkan

bahwa tingkat dukungan yang diberikan oleh masyarakat petani kepada keempat

pemimpin lokal sangat tinggi. Dukungan tersebut muncul dari diadakannya

berbagai kegiatan Gapoktan dan program LDPM. Tanpa dukungan dari petani

tentunya LDPM tidak akan berjalan dengan baik. Pada tahun 2014 kemarin

program LDPM di desa Watugede terpilih sebagai LDPM percontohan untuk area

Malang raya. Tentu ini sangat membanggakan bagi petani dan pengurus Gapoktan

“Makmur Santosa”. Hal ini tidak terlepas dari dukungan masyarakat petani di

desa tersebut.

Khusus untuk pemimpin lokal TM memperolah dukungan bukan hanya dari

masyarakat petani namun juga dari masyarakat desa Watugede pada umumnya.

Dukungan itu datang dari para elit agama di desa Watugede. Aktifnya TM di

kegiatan keagamaan membuat warga segan dan selalu mendukung setiap

perkataan beliau. Tentu saja ini karena TM membuat berbagai kebijakan

didasarkan pada sisi agamis dan kepentingan masyarakat.

Dukungan terbesar diperolah oleh pemimpin lokal FR. Hampir semua petani

desa Watugede kenal dengan FR. Sebanyak 60% responden yang menjawab

dukungan grup klolektif yang dimiliki oleh FR yaitu sangat mendukung.

Pemimpin lokal FR sebagai ketua Gapoktan dalam menjalankan tugasnya

memiliki dukungan grup kolektif yang terlihat dari sikap masyarakat petani yang

lebih cenderung setuju dengan tindakan dan kebijakan yang diambil oleh ketua,

jika terjadi persengketaan, biasanya ketua Gapoktan yang akan menyelesaikan dan

masyarakat petani menerima keputusan tersebut.

Indikator selanjutnya adalah jaringan. Jaringan yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah kekuatan dan keluasan jaringan yang dimiliki oleh pemimpin

lokal. Kekuatan jaringan masing-masing pemimpin lokal dapat dilihat dari

Page 89: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

72

persentase jawaban responden. Pada pemimpin lokal FR, responden menjawab

bahwa pemimpin lokal tersebut memiliki jaringan yang kuat. Hal ini ditunjukkan

dengan persentase 55% responden menjawab jaringan yang dimiliki oleh FR

sangat kuat. Jawaban responden pada indeks ini memang sesuai dengan kenyataan

yang ada di lapangan. Pemimpin lokal FR memang mempunyai jaringan yang

luas, tidak hanya di kawasan desa Watugede namun juga sampai wilayah

Singosari. Hal ini terlihat dari dokumentasi kegiatan acara di kantor Gapoktan.

Keluasan jaringan bagi ketua Gapoktan memang mutlak dipergunakan guna untuk

mendukung kegiatan program LDPM yang pada kasusnya sering melakukan

penjualan dan pembelian produk pertanian.

Sementara untuk pemimpin lokal PW, SK dan TM memperoleh indeks luasan

jaringan sebesar 0.95, 0.95, dan 1.0. Nilai indek tersebut menunjukkan ketiga

pemimpin lokal tersebut memberi keluasan jaringan yang kuat. Berbeda dengan

FR yang memiliki luasan jaringan hingga wilayah kecamatan, ketiga pemimpin

lokal ini keluasan jaringannya hanya sekitar desa Watugede saja.

Pemimpin lokal PW dan SK memiliki jaringan di desa Watugede yang kuat.

Hal ini terlihat dari aktivitas kegiatan pertanian yang diikuti oleh kedua pemimpin

tersebut. Aktivitas jaringan sosial dari kedua pemimpin tersebut berkutat di daerah

desa Watugede seperti koordinasi antar kelompok tani dan pertemuan anggota

kelompok tani desa. Kegiatan tersebut selain sebagai tempat untuk tukar informasi

pertanian juga sebagai ajang silaturahmi antar anggota Gapoktan.

Sedikit berbeda dengan pemimpin lokal TM, beliau mempunyai luasan

jaringan tidak semata dari para petani namun juga dari warga desa Watugede. Hal

ini berkaitan dengan kegiatan dakwah di masjid hingga perkumpulan pengajian,

yasinan dan majelis ta’lim.

Indikator terakhir dari modal sosial adalah reputasi. Reputasi yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah sejauh mana pemimpin lokal dikenal atau familiar

dimasyarakat. Adapun melihat persentase jawaban reponden pada kuesioner,

terlihat bahwa pada pemimpin lokal FR, SK, dan TM disebut oleh responden

sebagai pemimpin lokal yang sangat dikenal. Persentase responden yang

menjawab hal tersebut masing-masing secara berurutan pada pemimpin lokal FR,

SK, dan TM adalah 75%; 70%; dan 45%.

Page 90: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

73

Merujuk pada persentase di atas ketahui bahwa pemimpin lokal FR memiliki

pesentase tertinggi. Hal ini karena posisi FR yang juga sebagai ketua Gapoktan.

Pemimpin lokal FR familiar dikalangan masyarakat petani. Hal ini telihat dari

kepemimpinan FR yang penuh tanggung jawab dan peduli kepada para petani.

Kegiatan FR yang sering berkunjung ke beberapa kelompok tani juga semakin

mengenalkan beliau kepada petani.

Pemimpin lokal SK juga merupakan tokoh masyarakat yang dikenal oleh

petani di desa Watugede. Selain aktif di kegiatan Gapoktan dan Poktan, beliau

juga sering membantu petani menjualkan hasil panen petani ke bagian distribusi

LDPM. Pada musim raya, SK selalu aktif mengunjungi petani-petani di sawah.

Tidak hanya itu, kegiatan SK yang sebagai pedagang sapi juga memberikan

timbal balik yang bagus dalam memperluas reputasi beliau.

Lain halnya dengan pemimpin lokal TM. Pemimpin lokal TM memiliki

reputasi yang baik dikalangan warga, meskipun TM lebih banyak dikenal

dikalangan elit agama, hal ini juga dikarenakan posisi TM sebagai ustadz.

Kegiatan TM yang bukan hanya dikenal oleh petani namun juga oleh masyarakat

yang mengikuti kegiatan majelis ta’lim.

Sedikit berbeda dengan ketiga pemimpin lokal yang disebutkan di atas,

pemimpin lokal PW mendapat persentase 80% dengan pilihan cukup dikenal.

Pilihan responden tersebut menunjukkan bahwa pemimpin lokal PW kurang

dikenal oleh masyarakat petani. Pemimpin lokal PW cukup dikenal karena

kepiawaian dan tanggung jawab dalam bekerja khususnya dalam menjadi

pengurus di Gapoktan. Sifat pemimpin lokal PW yang tidak mudah akrab dengan

berbagai kalangan warga juga merupakan salah satu indikasi kurang dikenalnya

PW di mata para petani.

6.3.1.3 Modal Ekonomi

Selanjutnya modal terakhir dalam kategori modal internal adalah modal

ekonomi. Modal Ekonomi merupakan modal yang fokus pada dukungan keuangan

yang dimiliki oleh pemimpin lokal. Dukungan keuangan yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah daya dukung keuangan yang dimiliki pemimpin lokal dalam

Page 91: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

74

membiayai segala aktivitasnya. Nilai modal ekonomi yang dimiliki oleh

pemimpin lokal masing-masing dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Nilai Indeks Modal Ekonomi pada Masing-masing Pemimpin Lokal

Pemimpin Lokal Indikator

Dukungan Keuangan

FR* 0.6

PW -0.2

SK 1.65

TM 1.9 *) Nama Inisial Pemimpin Lokal

Berdasarkan indeks dukungan keuangan seperti yang diperlihatkan di atas,

terdapat perbedaan yang cukup signifikan antar pemimpin lokal. Hal tersebut

cukup menarik untuk diulas karena selisih indek yang cukup besar ini cukup

mempengaruhi sepak terjang pemimpin lokal dalam memimpin Gapoktan dan

program LDPM.

Terlihat dari keempat pemimpin lokal di atas, PW memiliki jumlah dukungan

keuangan yang paling sedikit. Berdasarkan pilihan responden, sebanyak 60%

responden menyatakan PW memiliki cukup dukungan keuangan. Sisa dari

responden menyatakan PW memiliki dukungan keuangan yang sedikit.

Didasarkan pada kenyataan di lapangan, memang benar pemimpin lokal PW

memiliki sedikit dukungan keuangan. Hal ini berkaitan dengan aktivitas sehari-

hari PW yang banyak dihabiskan untuk beternak kambing dan jualan di kios

Gapoktan. Dilihat secara kasat mata PW memiliki sedikit kegiatan yang produktif

secara ekonomi dibandingkan dengan ketiga pemimpin lokal lain. Namun

demikian PW aktif dalam kegiatan Gapoktan khususnya di program LDPM.

Sosok PW yang rajin dan mampu mengelola kelembagaan petani menjadi salah

satu dasar terpilihnya menjadi pemimpin lokal di Gapoktan “Makmur Santosa”.

Kondisi berbeda terdapat pada pemimpin lokal TM, sebanyak 90% responden

menyatakan TM memiliki modal ekonomi yang sangat mendukung. Dukungan

tersebut berasal dari kegiatan pertaniannya yang cukup sukses. TM memiliki luas

lahan sekitar 7 hektar yang mana terbesar diantara keempat pemimpin lokal.

Berprofesi sebagai petani murni tanpa ada usaha sampingan lain, TM

mencurahkan seluruh waktunya mengelola ladang dan sawah miliknya. Kegiatan

bertani dilakukan pada siang hari, dan pada malam hari sering mengisi kegiatan

keagamaan di desanya.

Page 92: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

75

Sesuatu hal yang menarik pada diri TM yaitu dukungan ekonomi yang

dimilikinya bukan saja untuk dirinya sendiri namun juga untuk membantu

Gapoktan dan acara keagamaan. Hal ini tentu sangat baik, TM yang notabene

sebagai sesepuh desa yang sangat disegani oleh warga petani juga bisa

memberikan contoh yang baik kepada orang lain. Kesederhanaan TM inilah yang

membuat orang percaya akan kemampuannya dalam memimpin, selain piawai

menyampaikan tausiah agama.

Kondisi hampir sama juga terjadi pada pemimpin lokal SK, sebanyak 70%

responden menyatakan SK memiliki dukungan keuangan yang sangat

mendukung. Dari hasil survey yang dilakukan di lapangan, SK memang memiliki

dukungan keuangan yang bagus. Selain sebagai petani, SK memiliki usaha di

bidang jual beli sapi yang memiliki omset hingga puluhan juga setiap kali

transaksi. Bukan hanya itu saja, sebagai petani SK juga mempunyai peran sebagai

penebas yang bertugas menjualkan hasil panen petani ke pedagang selanjutnya.

Aktivitas inilah yang sehari-hari dilakukan oleh pemimpin lokal SK. Tidak jarang

ketika ada kegiatan program LDPM yang membutuhkan dana cepat, SK

memberikan pinjaman untuk memperlancar kegiatan program.

Berbeda dengan pemimpin lokal TM dan SK yang memiliki dukungan

keuangan yang bagus, pemimpin lokal FR yang tidak lain adalah ketua Gapoktan

“Makmur Santosa” memiliki cukup dukungan keuangan. Hasil dari kuesioner

yang dibagikan, sebanyak 50% responden menyatakan bahwa FR memiliki cukup

dukungan keuangan. Berdasarkan penelitian di lapangan, pemimpin lokal FR

memiliki kesibukan yang sepenuhnya dilakukan di bidang pertanian. Kegiatan-

kegiatan FR sehari-hari yaitu mengelola program LDPM dan sebagai petani.

Waktu yang tercurahkan di kegiatan tersebut lebih besar dibandingkan usaha lain

yang dilakukan FR. Hal inilah yang dilihat responden ketika dimintai pendapatnya

tentang dukungan keuangan pemimpin lokal. Namun fakta lain menunjukkan FR

juga berprofesi sebagai pedagang pangan. Dari profesi berdagang tersebut, tidak

bisa dikatakan bahwa dukungan keuangan FR hanya cukup. Hasil pemasukan dari

aktivitas berdagang tentu bisa meningkatkan pendapatan FR.

Dari keempat pemimpin lokal yang dijelaskan di atas memiliki berbagai latar

belakang ekonomi yang berbeda. Namun dari perbedaan ekonomi yang dimiliki

Page 93: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

76

oleh pemimpin lokal, tidak terlalu mempengaruhi pemimpin lokal dalam

mengelola kelembagaan Gapoktan dan program LDPM. Oleh sebab itu dapat

disimpulkan bahwa modal ekonomi memiliki pengaruh yang sedikit pada

kepemimpinan pemimpin lokal dalam memberikan pengaruh kepada masyarakat

petani desa Watugede.

6.3.2 Modal Eksternal

Selain modal internal, modal yang berpengaruh terhadap kepemimpinan

seorang pemimpin lokal adalah modal eksternal. Modal eksternal merupakan

modal yang berasal dari luar diri pemimpin lokal tersebut.

Modal eksternal terdiri dari empat modal yaitu modal institusi, modal

simbolik, modal budaya, dan modal moral. Lebih jelasnya pembahasan masing-

masing modal akan dibahas pada pembahasan dibawah ini.

6.3.2.1 Modal Institusi

Modal institusi merupakan modal pertama dalam kategori modal eksternal.

Modal ini terdiri dari tiga indikator yaitu dukungan institusi, ideologi institusi, dan

pengaruh institusi. Masing-masing pemimpin lokal memiliki nilai indeks yang

beragam terkait dengan nilai indeks total modal institusi yang dimiliki. Total nilai

indeks modal institusi yang dimiliki masing-masing pemimpin lokal tidak terlepas

dari nilai indeks masing-masing indikator (lihat Tabel 23).

Tabel 23. Nilai Indeks Modal Institusi pada Masing-masing Pemimpin Lokal.

Indikator Pemimpin Lokal

FR* PW SK TM

Dukungan Institusi 1.45 1.5 0 0.05

Ideologi Institusi 1.8 0.75 -0.05 1.05

Pengaruh Institusi 1.65 1.4 -0.5 1.65

Total 4.9 3.65 -0.9 2.75 *) Nama Inisial Pemimpin Lokal

Pada tabel di atas terlihat bahwa FR memiliki modal institusi yang paling

tinggi dibandingkan pemimpin yang lainnya, yaitu 4.9. Hal ini dikarenakan posisi

FR sebagai ketua Gapoktan yang langsung berkaitan dengan institusi pertanian.

Selanjutnya diikuti oleh PW sebagai pengurus Gapoktan, walaupun nilai indeks

yang dimiliki tidak terlalu tinggi, namun masih ada kaitan dengan institusi

pertanian.

Page 94: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

77

Lain halnya dengan pemimpin lokal TM, walaupun tidak masuk dalam

kepengurusan Gapoktan “Makmur Santosa” , namun keterlibatan dengan institusi

pertanian cukup tinggi. Terlihat dari aktivitas TM dengan PPL (Penyuluh

Pertanian Lapang) untuk kegiatan-kegiatan teknis pertanian sepertian pertemuan

kelompok tani hingga aktivitas di lahan pertanian seperti pembuatan demplot dan

lainnya.

Perbedaan lain ditemukan pada pemimpin lokal SK. Dari keempat pemimpin

lokal yang diteliti, SK memiliki indeks modal institusi yang paling rendah. Hal ini

merujuk apada aktivitas SK yang lebih banyak dengan petani dan kepengurusan

Gapoktan. Posisi SK yang sering melakukan kegiatan di luar konteks pertanian

juga menjadi salah satu sebab rendahnya modal institusi yang dimiliki.

Indikator pertama dalam modal institusi adalah dukungan institusi. Dukungan

institusi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dukungan yang diberikan

institusi kepada pemimpin dalam menjalankan kebijakan-kebijakan pemimpin

lokal tersebut. Adapun jika melihat persentase jawaban responden pada kuesioner

menunjukkan bahwa pemimpin lokal FR sebagai ketua Gapoktan “Makmur

Santosa” tentunya memiliki dukungan institusi yang sangat mendukung.

Sebanyak 55% responden menjawab sangat mendukung. Hal ini merujuk dari

posisi FR sebagai ketua Gapoktan yang didukung oleh institusi formal yaitu dinas

pertanian khususnya dari Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Singosari. Sebagai

ketua Gapoktan, kepengurusan sendiri sudah tentu memberikan kewenangan

kepada FR untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan dalam melaksanakan

tugasnya. Kebijakan serta keputusan ketua Gapoktan menjadi suatu keputusan

yang harus dijalankan oleh anggota Gapoktan.

Sama halnya dengan pemimpin lokal PW. Sebanyak 55% responden

menjawab dukungan institusi yang dimiliki PW adalah sangat mendukung.

Pemimpin lokal PW yang terpilih menjadi pengurus Gapoktan “Makmur Santosa”

dan LDPM sudah tentu terikat pada institusi pertanian.

Adanya legalitas dari pemerintahan desa kepada PW sebagai pengurus Gapoktan

memudahkan beliau dalam menggerakkan warga petani untuk ikut serta

membantu program LDPM.

Page 95: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

78

Cukup berbeda dengan pemimpin lokal FR dan PW. Pemimpin lokal SK

memiliki dukungan institusi yang cukup mendukung. Hal ini didukung dengan

pernyataan responden yaitu sebanyak 70% menjawab cukup mendukung. SK

memang merupakan salah satu pengurus Gapoktan yang aktif. Namun dalam hal

dukungan institusi khususnya dari PPL (Petugas Penyuluh Lapangan) hanya

sekadar pengakuan sebagai pemimpin lokal di dalam sebuah kepengurusan.

Keterlibatan SK dengan institusi cukup rendah, ini terkait dengan aktivitas SK

yang lebih banyak di kegiatan lapangan dan kurang mengikuti agenda-agenda

pertemuan dengan PPL.

Begitu pula dengan pemimpin lokal TM. Pemimpin lokal TM tidak terlalu

terlibat dengan institusi pertanian secara langsung. Sebanyak 75% responden

menjawab cukup mendukung. Hal ini menunjukkan TM dalam institusi pertanian

kurang begitu terlibat. Keterlibatan TM dalam kegiatan Gapoktan dengan institusi

pertanian hanya sebatas pertemuan rutin Gapoktan dan LDPM. Kegiatan TM yang

cenderung lebih banyak dilakukan di lahan dan acara keagamaan memang cukup

menyita banyak waktu. Keberadaan TM yang sebagai penasehat Gapoktan

menjadi nilai tambah yang beliau miliki.

Indikator berikutnya adalah ideologi institusi. Ideologi institusi adalah

kesesuaian pemimpin lokal dalam menjalankan kebijakan-kebijakannya dengan

ideologi dari institusi tersebut. Sebanyak 85% responden mengatakan bahwa

ideologi yang dibawa oleh FR sangat sesuai dengan ideologi dari institusi yang

mana FR termasuk didalamnya, yaitu kelembagaan Gapoktan dan LDPM.

Pemimpin lokal FR sebagai ketua Gapoktan, sudah tentu kebijakan-kebijakannya

tidak menyimpang dari tugas dan wewenang ketua Gapoktan seharusnya,

sehingga dalam hal ini, FR tetap menjalankan tugasnya sesuai dengan aturan yang

berlaku dan tetap memperjuangkan aspirasi warga petani.

Tidak begitu jauh dengan pemimpin lokal PW. Responden yang menyatakan

bahwa ideologi institusi yang dibawa oleh pemimpin lokal PW sesuai sebanyak

65% yaitu lebih dari setengah responden. Hal ini sesuai dengan yang terjadi

dilapangan dimana kebijakan maupun keputusan-keputusan PW sesuai dengan

ideologi yang dibawa oleh institusi, seperti misalnya program LDPM yang

dijalankan oleh kepengurusan Gapoktan, PW menjadi salah satu orang yang rajin

Page 96: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

79

mengikuti dalam setiap kegiatannya selain ketua Gapoktan. Sama halnya dengan

pembuatan kios Gapoktan, PW mengelola kios tersebut untuk keperluan

masyarakat petani. Ini tentu menjadi salah satu contoh kesesuaian ideologi

institusi dengan sikap yang ditunjukkan pemimpin lokal PW.

Sedikit berbeda dengan pemimpin lokal SK. Sebanyak 75% responden

menyatakan SK cukup sesuai dengan ideologi institusi. Berdasarkan fakta di

lapangan pemimpin lokal SK kurang memiliki kedekatan dengan institusi

pertanian. Aktivitas SK yang lebih banyak dihabiskan di lapang seperti di lahan

dan sawah, tentu akan mengurangi interaksi dengan institusi.

Hal sama juga berlaku dengan pemimpin lokal TM. Walaupun TM kurang

berinteraksi dengan institusi,namun setiap kebijakan yang diambil oleh FR

sebagai ketua Gapoktan selalu meminta pertimbangan kepada sesepuh desa

utamanya TM. Sebanyak 75% responden menyatakan bahwa ideologi institusi

dengan kesesuaian pemimpin lokal sudah sesuai. Ini ditunjukkan dari dukungan

yang diberikan oleh TM kepada FR untuk menjalankan kebijakan-kebijakan yang

ada di Gapoktan.

Indikator yang terakhir adalah pengaruh institusi. Pengaruh institusi adalah

sejauh mana institusi memberikan pengaruh positif kepada pemimpin lokal, baik

dalam hal pengaruhnya kepada masyarakat maupun dalam pelaksanaan kebijakan.

Pada pemimpin lokal FR, pengaruh institusi yang diberikan terhadap

kepemimpinan FR sangat tinggi. Sebanyak 65% responden menjawab sangat

berpengaruh. Hal ini juga terlihat dimana posisi FR sebagai ketua Gapoktan

tentunya memberikan pengaruh yang positif terhadap kepemimpinan FR, karena

dengan status yang diberikan oleh institusi ini, FR menjadi tokoh yang kebijakan

dan keputusannya dianjurkan untuk diikuti oleh masyarakat petani.

Tidak jauh berbeda dengan pemimpin lokal TM. Sebanyak 65% responden

menyatakan bahwa instutusi memiliki pengaruh yang sangat positif kepada TM.

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa keputusan yang diambil oleh FR

selaku ketua Gapoktan selalu meminta pertimbangan kepada pemimpin lokal TM.

Tentu saja hal tersebut terkait dengan kesesuaian prinsip-prinsip ideologi institusi

dengan pemikiran-pemikiran TM.

Page 97: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

80

Pemimpin lokal PW juga memperoleh pengaruh positif dari institusi

pertanian. Sebanyak 50% responden menyatakan bahwa PW memperoleh

pengaruh yang postif dari keberadaan institusi. Hasil ini sesuai dengan yang

terjadi di lapangan. Keberadaan PW yang aktif di kepengurusan Gapoktan

merupakan salah satu faktor yang membuat keberadaan institusi memberi

pengaruh positif pada diri pemimpin lokal. Satu satu contohnya yaitu kepercayaan

yang diberikan institusi pertanian (PPL) kepada PW untuk mengelola kios

Gapoktan.

Sedikit berbeda dengan ketiga pemimpin lokal lainnya. Pemimpin lokal SK

hanya mendapat pengaruh yang sedikit dari keberadaan institusi pertanian.

Sebanyak 55% respon menyatakan pemimpin lokal SK memiliki sedikit pengaruh

dari institusi. Hal ini karena pemimpin lokal SK melakukan kegiatan pertanian

berdasarkan pengalaman yang dimiliki, pengaruh yang diberikan institusi kurang

berdampak pada aktivitasnya di Gapotan.

6.3.2.2 Modal Simbolik

Modal kedua dari kategori modal eksternal adalah modal simbolik. Modal

simbolik terdiri dari dua indikator yaitu Prestise dan Gelar. Total nilai indeks

modal simbolik adalah jumlah dari kedua nilai indeks tersebut. Setiap masing

masing pemimpin lokal memiliki nilai indeks yang berbeda. Hal ini lebih jelasnya

terlihat pada Tabel 24.

Tabel 24. Nilai Indeks Modal Simbolik Masing-masing Pemimpin Lokal

Indikator Pemimpin Lokal

FR* PW SK TM

Prestise / Kehormatan 1.3 0.35 1.15 1.2

Gelar 0.8 0.85 0.1 -0.3

Total 2.1 1.2 1.25 0.9 *) Nama Inisial Pemimpin Lokal

Sama halnya dengan modal lainnya yang mana FR selalu memiliki nilai

indeks tertinggi, nilai indeks modal simbolik tertinggi juga masih dimiliki oleh FR

yaitu dengan nilai 2.1 yang kemudian diikuti oleh PW dan SK dengan nilai 1.2

dan 1.25. Pada indikator prestise selain FR yang memiliki nilai tertinggi, namun

SK dan TM juga mendapat nilai yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan SK dan

TM merupakan tokoh masyarakat dan sesepuh desa yang mana kebiasaan

Page 98: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

81

masyarakat maupun pandangan masyarakat terhadap mereka sudah tertanam

sebagai suatu tokoh panutan. Berbeda dengan FR dan PW yang dapat

mempengaruhi masyarakat dikarenakan jabatan yang mereka miliki.

Pada indikator gelar setiap pemimpin lokal memiliki perbedaan nilai yang

cukup signifikan. Hal ini karena persepsi masyarakat terhadap kedudukan

pendidikan formal yang telah ditempuh oleh pemimpin lokal. Namun berdasarkan

fakta di lapangan, jawaban responden kurang sesuai.

Pada kenyataannya indikaor gelar yang dimiliki oleh pemimpin lokal tidak

mempengaruhi tingkat prestise atau kehormatan. Jadi pada kenyataannya indikator

gelar tidak mempengaruhi modal simbolik yang dimiliki pemimpin lokal. Modal

simbolik dari keempat pemimpin lokal ini hanya dipengaruhi oleh indikator

prestise yang dimiliki oleh pemimpin lokal.

Modal simbolik terdiri dari dua indikator yaitu Prestise dan Gelar. Prestise

adalah wibawa atau kehormatan yang dimiliki oleh pemimpin lokal dalam

mempengaruhi masyarakat. Keempat pemimpin lokal memiliki nilai yang

beragam yang dipengaruhi oleh persentase jawaban responden.

Pemimpin lokal FR disebut oleh 70% responden sebagai pemimpin lokal

yang terhormat. Hal ini dikarenakan FR merupakan ketua Gapoktan yang

memiliki kedudukan tertinggi sebagai pengambil keputusan atas segala kebijakan-

kebijakan yang diambil. Selain itu dalam setiap pengambilan keputusan FR selalu

meminta pertimbangan kepada semua pengurus, sehingga ketika keputusan sudah

dibuat semua anggota Gapoktan khususnya di program LDPM akan

menyetujuinya.

Pemimpin lokal SK dan TM juga memiliki prestise yang terhormat. Hasil dari

pengambilan data dari responden menunjukkan kedua pemimpin tersebut

memiliki persentase berturut-turut 85% dan 80% sebagai pemimpin yang

terhormat. SK merupakan salah satu tokoh masyarakat yang disegani oleh warga

petani. Sifat SK yang ringan tangan dan suka membantu petani dalam distribusi

pembelian gabah menjadi salah satu nilai tambah pada diri SK. Selain itu, SK

merupakan pemimpin yang dermawan yang gemar membantu petani ketika masa

tanam padi dimulai. Seperti contoh memberikan bantuan berupaa bibit padi untuk

tanam dengan harga yang lebih murah dan lain sebagainya.

Page 99: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

82

Tidak begitu berbeda dengan pemimpin lokal TM. Responden menyatakan

bahwa TM merupakan sosok pemimpin yang terhormat. Hal ini dikarenakan

sebagai seorang pemimpin lokal yang berasal dari elit agama, tentunya TM sangat

dihormati oleh masyarakat disekitarnya, namun dikarenakan TM saat ini terbatas

untuk mengunjungi RT dan Kampung lain yang letaknya jauh dari daerah tempat

tinggalnya, membuat sebagian responden menjawab bahwa TM cukup terhormat,

karena mereka tidak terlalu mengenal TM. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun

masyarakat tidak mengenal TM, pemimpin lokal TM tetap dihormati oleh mereka.

Nilai indeks prestise yang dimiliki TM cukup tinggi dapat dikarenakan status TM

sebagai sesepuh desa, hal ini merupakan faktor pendukung yang menyebabkan

warga petani tetap menghormati dan segan kepada TM hingga saat ini.

Selain itu pada pemimpin lokal PW sebanyak 65% responden menjawab

bahwa pemimpin lokal PW cukup terhormat dikalangan masyarakat petanu. Hal

ini terlihat di lapangan bahwa pemimpin lokal PW memiliki wibawa dimata

warganya dikarenakan beberapa warga selalu memuji dan menyebutkan bahwa

beliau adalah pemimpin yang bijak dan rajin.

Selanjutnya indikator yang kedua adalah gelar. Gelar adalah latar belakang

pendidikan dilihat dari dimana / tempat pemimpin lokal tersebut menuntut ilmu.

Ketiga pemimpin lokal yaitu FR, dan PW memperoleh jawaban yang hampir

sama. Pemimpin lokal FR, dan PW berurutan memperoleh persentase 70 dan 75%

dengan jawaban pemimpin lokal pernah menuntut ilmu di tempat yang terkenal.

Berdasarkan fakta di lapangan kedua pemimpin tersebut sama-sama sudah

menuntut ilmu sampai bangku sarjana. Tentu dengan fakta yang ada tersebut

dapat mempengaruhi responden dalam menjawab pertanyaan kuesioner. Persepsi

bahwa jika sekolah tinggi sampai sarjana merupakan suatu prestasi yang

membanggakan masih ada sampai sekarang. Hasil persentase di atas juga

menjelaskan bagaimana kedekatan responden dengan kedua pemimpin lokal.

Lain halnya dengan pemimpin lokal SK. Sebanyak 60% responden menjawab

latar belakang pendidikannya cukup terkenal. Hal ini sesuai dengan fakta di

lapangan bahwa SK hanya menempuh pendidikan formal sampai SMA (Sekolah

Menengah Atas). Begitu juga dengan pemimpin lokal TM, responden menjawab

cukup terkenal terkait gelar yang mereka miliki, hal ini dikarenakan mereka tidak

Page 100: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

83

memiliki gelar tersebut. Walaupun TM memiliki gelar ustadz, namun gelar

tersebut diberikan sendiri oleh masyarakat, bukan diberikan oleh tempat

pemimpin lokal menuntut ilmu yaitu pesantren TM.

6.3.2.3 Modal Budaya

Modal budaya merupakan modal ketiga dalam kategori modal eksternal.

Modal budaya adalah modal yang melihat kesesuaian pemimpin lokal dengan

budaya yang ada. Keseuaian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

kesesuaian segala tingkah laku, kebijakan, dan aktivitas pemimpin lokal

merupakan representasi dari budayanya. Nilai indeks modal budaya pada

masingmasing pemimpin lokal dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25. Nilai Indeks Modal Budaya pada Masing-masing Pemimpin Lokal

Pemimpin Lokal Indikator

Kesesuaian dengan budaya

FR* 0.9

PW -0.25

SK 1.25

TM 1.8 *) Nama Inisial Pemimpin Lokal

Pada tabel 25 terlihat bahwa ada perbedaan nilai indeks pada masing-masing

pemimpin lokal. Tiga pemimpin lokal mempunyai nilai yang tidak jauh perbeda,

hal ini menunjukkan bahwa ketiga pemimpin tersebut dalam kebijakannya sesuai

dengan budaya lokal setempat. Pemimpin lokal PW memiliki nilai indeks yang

paling rendah dan yang paling jauh selisihnya dengan nilai pemimpin lokal yang

lain. Hal ini dikarenakan masyarakat yang mengenal pemimpin lokal PW adalah

yang paling sedikit sehingga nilai yang dimiliki juga rendah, bukan dikarenakan

beliau yang paling tidak sesuai dengan budaya setempat.

Nilai dari indikator tersebut tentunya dipengaruhi oleh penilaian responden

terhadap masing-masing pemimpin lokal. Persentase penilaian responden kepada

pemimpin lokal menunjukkan bahwa semua tindakan pemimpin lokal disebut

sesuai dengan budayanya. Pada pemimpin lokal FR sebanyak 60% responden

menjawab cukup sesuai dan sisanya menjawab sesuai. Hal ini memberikan nilai

yang cukup tinggi terhadap modal budaya yang dimiliki pemimpin lokal FR. Pada

dasarnya sejauh ini kebijakan yang diterapkan oleh FR tidak menyimpang dari

budaya yang ada, walaupun aktivitas dan kebijakan yang diterapkan oleh FR

Page 101: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

84

sudah lebih mengarah kepada modernisasi, namun tidak menyimpang pada

norma-norma pada umumnya maupun norma-norma sosial.

Pemimpin lokal SK juga memiliki nilai modal budaya yang tinggi. Hal ini

dapat dilihat bahwa sebanyak 65% responden menjawab sesuai. Selama SK

beraktivitas, SK tidak menyimpang dari budaya yang ada, walaupun tidak

membiasakan kearah adat desa tapi tidak menyimpang dari norma-norma yang

ada. Selain itu SK juga memiliki tujuan untuk mengembalikan budaya gotong

royong dan swadaya pada warga petani.

Tidak jauh berbeda dengan pemimpin lokal TM. Sebagai elit agama, tentunya

hal ini juga mempengaruhi penilaian responden. Sebanyak 80% responden

menjawab sangat sesuai. Budaya Desa Watugede pada dasarnya masih

berbasiskan islam. Terkait latar belakang TM sebagai ustadz dan lulusan

pesantren, sudah tentu kebijakan maupun tindakan dari TM sesuai dengan budaya

setempat, yaitu selalu berbasiskan Agama Islam. Kebijakan maupun tindakan

yang dilakukan atau dicontohkan oleh TM bahkan terkadang dijadikan sebagai

salah contoh sikap yang diikuti oleh masyarakat.

Berikutnya adalah pemimpin lokal PW. Diantara keempat pemimpin lokal

tersebut, PW memiliki nilai indeks yang paling kecil. Sebanyak 65% responden

menjawab kebijakan dan tingkah laku dari pemimpin lokal PW cukup sesuai

dengan budaya setempat. Fakta di lapangan memang kebijakan PW tidak

bertentangan dengan budaya setempat. Namun dari hasil pengamatan kenapa hasil

nilai indeks PW paling kecil karena PW merupakan sosok yang kurang akrab

dengan warga sekitar. Walaupun PW merupakan warga asli Watugede, namun

petani kurang begitu tau kharakteristiknya. Beliau sosok yang tenang dan

berbicara jika dibutuhkan saja dan kurang menyukai basa-basi. Hal inilah yang

membuat warga petani menjawab kuesioner dengan nilai cukup sesuai.

6.3.2.4 Modal Moral

Modal Moral merupakan modal terakhir dalam pembagian modal dan dalam

kategori modal eksternal. Modal moral fokus kepada indikator opini positif

publik. Opini positif publik adalah bagaimana tanggapan atau pandangan

Page 102: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

85

masyarakat tentang pemimpin lokal. Total nilai indeks modal moral pada

masingmasing pemimpin lokal dapat dilihat pada Tabel 26.

Tabel 26. Nilai Indeks Modal Moral pada Masing-masing Pemimpin Lokal

Pemimpin Lokal Indikator Modal Moral

Opini Positif Publik

FR* 1.7

PW 1.3

SK 1.45

TM 1.4 *) Nama Inisial Pemimpin Lokal

Pada tabel 26 terlihat bahwa pemimpin lokal FR memiliki indek tertinggi

dibandingkan ketiga pemimpin lokal lainnya. Hal ini karena memang FR

merupakan ketua Gapoktan yang menjalankan program LDPM. Masyarakat petani

menilai sangat positif tentang keberadaannya. Keputusan-keputusan yang diambil

oleh FR selalu menguntungkan petani. Oleh karena itu sebagian besar responden

memberikan tanggapan positif kepada FR.

Nilai indeks modal moral dipengaruhi oleh persentase jawaban responden.

Pada pemimpin lokal FR sebanyak 70% responden menjawab sangat positif

mengenai pendapat mereka tentang pemimpin lokal FR. Petani memandang FR

adalah pribadi yang sangat baik dan perhatian. Oleh sebab itu terdapat opini

positif yang berkembang dikalangan warga petani tentang ketua Gapoktan.

Kemudian pada pemimpin lokal PW, terdapat 50% responden menjawab

positif mengenai tanggapan mereka tentang PW. Hal ini ditunjukkan dari warga

desa memandang PW merupakan pribadi yang baik, terdapat opini positif yang

berkembang tentang PW dikalangan warga. Warga menyebutkan bahwa beliau

terkenal rajin dan bertanggung jawab dalam bekerja.

Tidak jauh berbeda dengan pemimpin lokal SK. Sebanyak 50% responden

menjawab bahwa tanggapan mereka mengenai SK adalah sangat positif. Secara

keseluruhan, SK memiliki opini yang baik dikalangan masyarakat, SK dikenal

sebagai tokoh yang bijak dan paham kondisi desa dan memang saat ini beliau

cukup aktif di lapangan. Faktor lain yang membuat dukungan masyarakat petani

sangat positif yaitu SK ramah kepada semua orang dan murah senyum.

Terakhir adalah pemimpin lokal TM. Sebanyak 60% menjawab bahwa

pandangan mereka tentang TM adalah positif. TM memiliki opini positif di

kalangan masyarakat, khususnya daerah Watugede dan para elit desa seperti tokoh

Page 103: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

86

masyarakat dan kyai lainnya. Apalagi TM merupakan tokoh masyarakat yang

disegani oleh para petani dan warga Watugede. Citra positif dari pemimpin lokal

TM tidak terbantahkan, sebagai seorang ustadz beliau sering memberikan nasehat-

nasehat di Gapoktan “Makmur Santosa” khususnya di program LDPM. Karakter

tokoh inilah yang meningkatkan citra positif dari diri TM.

6.3.3 Modal Internal dan Eksternal

Bordieu dalam Pengantar Paling komprehensif kepada Pemikiran Pierre

Bourdieu (1990) menyebutkan bahwa ranah dapat dipahami sebagai ranah

kekuatan dan perjuangan posisi dan otoritas legitimit, sementara logika yang

mengatur perjuangan-perjuangan ini adalah logika modal. Merujuk pada pendapat

ini maka pemimpin lokal dalam memberikan pengaruh kepada masyarakat desa

tentunya tidak terlepas dari modal yang dimilikinya.

Terkait pembahasan sebelumnya, dapat dilihat kepemilikan kedua kategori

modal secara spesifik berdasarkan indikatornya. Namun dalam melihat apakah

modal-modal tersebut berpengaruh atau tidak terhadap kepemimpinan pemimpin

lokal maka perlu diakumulasi total nilai indeks dari setiap kategori modal. Nilai

indeks modal internal dan interpretasinya lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 27.

. Tabel 27. Nilai Indeks Modal Internal pada Masing-masing Pemimpin Lokal

Pemimpin

Lokal

Modal Internal Total Interpretasi

M.Manusia M.Sosial M.Ekonomi

FR* 5.1 4.85 0.6 10.55 Sangat berpengaruh

PW 5.0 2.7 -0.2 7.5 Berpengaruh

SK 2.7 3.95 1.65 8.3 Sangat berpengaruh

TM 1.65 3.95 1.9 7.5 Berpengaruh *) Nama Inisial Pemimpin Lokal

Merujuk pada Tabel 27 terlihat bahwa modal internal yang dimiliki FR

memiliki nilai indeks yang paling tinggi dibandingkan dengan pemimpin lokal

yang lainnya, khususnya pada modal manusia. Hal ini menjelaskan bahwa

kemampuan, pengalaman, dan pendidikan merupakan indikator yang paling

berpengaruh dalam kepemilikian modal internal pemimpin lokal FR. Total nilai

yang dimiliki FR adalah 10.55 yang berarti dapat disimpulkan bahwa FR

merupakan pemimpin lokal yang sangat berpengaruh terhadap masyarakat petani

Desa Watugede.

Page 104: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

87

Pemimpin lokal SK menempati urutan kedua dalam total nilai modal internal

dari keempat pemimpin lokal. Berbeda halnya dengan FR, modal tertinggi yang

dimiliki SK adalah modal sosial dan yang terendah adalah modal ekonomi. Hal ini

menunjukkan bahwa modal sosial sangat berpengaruh dalam kategori modal

internal yang dimiliki oleh SK sedangkan modal ekonomi hanya memiliki

pengaruh yang sedikit. Total nilai indeks modal internal yang dimiliki SK adalah

8.3. Berdasarkan indikator yang sudah dibuat sebelumnya, maka dapat

disimpulkan bahwa SK merupakan pemimpin lokal yang sangat berpengaruh

terhadap masyarakat petani Desa Watugede.

Tidak jauh berbeda dengan FR, modal manusia yang dimiliki pemimpin lokal

PW merupakan modal yang tertinggi dibandingkan kedua modal lainnya dalam

kategori modal internal. Hal ini menjelaskan bahwa kemampuan, pengalaman,

dan tingkat pendidikan yang dimiliki pemimpin lokal PW merupakan indikator

yang paling berpengaruh. Total nilai indeks modal internal yang dimiliki oleh

pemimpin lokal PW adalah 7.5, hal ini dapat menyatakan bahwa PW merupakan

pemimpin lokal yang berpengaruh terhadap masyarakat petani Desa Watugede.

Sama halnya dengan pemimpin lokal SK, pemimpin lokal TM memiliki nlai

indeks sosial tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa modal sosial berpengaruh

dalam kepemilikan modal internal yang dimiliki oleh TM. Modal internal yang

dimiliki pemimpin lokal TM mempunyai nilai sebesar 7.5. Oleh sebab itu dapat

disimpulkan bahwa TM merupakan pemimpin lokal yang berpengaruh terhadap

masyarakat petani Desa Watugede.

Merujuk pada penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa dari seluruh modal

dalam kategori modal internal yang paling berpengaruh adalah modal manusia

dan modal sosial. Hal ini menjelaskan bahwa kemampuan, pengalaman baik

dibidangnya maupun diluar bidangnya serta tingkat pendidikan merupakan

indikator yang berpengaruh dalam modal internal yang dimiliki pemimpin lokal.

Tidak hanya itu dukungan masyarakat, keluasan jaringan dan reputasi juga

merupakan salah satu kategori penting yang berpengaruh pada diri pemimpin

lokal.

Pengaruh yang dimiliki oleh pemimpin lokal selain dipengaruhi oleh modal

internal, tentunya juga dipengaruhi oleh modal eskternal. Modal eksternal

Page 105: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

88

merupakan modal yang berasal dari luar pemimpin lokal. Terkait hal tersebut

untuk melihat besar pengaruh modal eksternal pada pemimpin lokal, perlu dilihat

akumulasi dari jumlah nilai indeks modal institusi, simbolik, budaya, dan moral.

Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 28.

Tabel 28. Nilai Indeks Modal Eksternal Pada Masing-masing Pemimpin Lokal

Pemimpin

Lokal

Modal Eksternal Total Interpretasi

Modal

Institusi

Modal

Simbolik

Modal

Budaya

Modal

Moral

FR 4.9 2.1 0.9 1.7 9.6 Sangat

berpengaruh

PW 3.65 1.2 -0.25 1.3 5.9 Berpengaruh

SK -0.9 1.25 1.25 1.45 3.05 Berpengaruh

TM 2.75 0.9 1.8 1.4 6.85 Berpengaruh

Tabel 28 menunjukkan bahwa pemimpin lokal FR memiliki modal eksternal

yang paling tinggi dibandingkan ketiga pemimpin lokal yang lainnya, khususnya

pada modal institusi. Terdapat selisih yang cukup jauh antara FR dengan ketiga

pemimpin lokal lainnya, baik dalam modal institusi maupun total modal eksternal.

Hal ini menunjukkan bahwa modal institusi yang dimiliki FR mempengaruhi

modal eksternal yang dimilikinya, untuk itu dapat dikatakan bahwa dukungan,

ideologi, dan pengaruh institusi adalah indikator yang paling berpengaruh dalam

kepemilikan modal eksternal FR.

Total nilai indeks modal eksternal dari akumulasi keempat modal adalah 9.6.

Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa modal eksternal yang dimiliki oleh

pemimpin lokal FR menyatakan bahwa FR merupakan pemimpin lokal yang

sangat berpengaruh terhadap masyarakat petani Desa Watugede.

Selanjutnya adalah pemimpin lokal TM. Beliau memiliki nilai modal

eksternal tertinggi kedua setelah FR, namun terdapat selisih nilai yang cukup jauh

antara FR dan TM, yaitu antara 9.6 dan 6.85. Merujuk dari keempat modal dalam

kategori modal eksternal, yang paling berpengaruh terhadap kepemilikan modal

eksternal TM adalah modal institusi. Hal ini menunjukkan bahwa kesesuaian

ideologi institusi dengan kebijakan TM dalam mengelola Gapoktan dan program

LDPM memberikan pengaruh yang baik dalam kepemimpinannya di desa

Watugede. Adapun total nilai indeks modal eksternal yang dimiliki oleh

pemimpin lokal TM adalah 6.85, oleh sebab itu menurut indikator dalam definisi

Page 106: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

89

operasional dapat disimpulkan modal eksternal yang dimiliki oleh pemimpin lokal

TM menyatakan bahwa TM memiliki pengaruh yang besar terhadap warga petani

Desa Watugede.

Merujuk pada Tabel 28, pemimpin lokal SK memiliki nilai modal eksternal

yang paling rendah dibandingkan dengan ketiga pemimpin lokal lainnya. Hal ini

dikarenakan cukup rendahnya modal simbolik, modal budaya serta kurang

mendukungnya modal institusi yang dimiliki oleh SK. Walaupun begitu modal

yang paling tinggi nilainya dalam modal eksternal SK adalah modal moral. Hal ini

menunjukkan bahwa SK memiliki opini positif yang baik dikalangan warga petani

Desa Watugede. Adapun total nilai indeks modal eksternal yang dimiliki

pemimpin lokal DM adalah 3.05, hal ini menunjukkan bahwa modal eksternal

yang dimiliki oleh pemimpin lokal SK menyatakan bahwa SK berpengaruh

terhadap warga petani Desa Watugede.

Terakhir adalah pemimpin lokal PW. Pemimpin lokal PW juga memiliki

modal institusi yang paling tinggi, hal ini tidak jauh berbeda dengan FR dan TM.

Tingginya modal institusi yang dimiliki PW memiliki arti bahwa keterlibatan PW

dalam institusi pertanian berpengaruh terhadap kepemimpinannya di Gapoktan

“Makmur Santosa”. Total nilai indeks modal eksternal yang dimiliki oleh

pemimpin lokal PW adalah 5.9, oleh sebab itu berdasarkan indikator dalam

metodologi penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa modal eksternal yang

dimiliki oleh pemimpin lokal PW menyatakan bahwa PW merupakan pemimpin

lokal yang berpengaruh terhadap masyarakat.

Melihat tabel di atas dapat terlihat bahwa modal institusi merupakan modal

yang memiliki nilai indeks yang cukup merata pada keempat pemimpin lokal

tersebut. Oleh sebab itu dapat ditarik kesimpulan bahwa keterlibatan institusi

pertanian dalam setiap pengambilan keputusan pemimpin lokal merupakan salah

satu indikator yang paling sering mempengaruhi kepemilikan modal ekternal

pemimpin lokal.

Modal internal dan eksternal yang dimiliki oleh pemimpin lokal tentunya

mempengaruhi sejauh mana pengaruh yang dimilikinya terhadap masyarakat,

untuk itu perlu dilihat total akumulasi modal internal dan eksternal masing-masing

Page 107: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

90

pemimpin lokal. Total nilai indeks modal dan interpretasinya lebih jelas dapat

dilihat pada Tabel 29.

Tabel 29. Total Nilai Indeks Modal dan Interpretasinya pada Masing-masing

Pemimpin Lokal

Pemimpin

Lokal

Modal Total Interpretasi

Internal Eksternal

FR* 10.55 9.6 20.15 Sangat Berpengaruh

PW 7.5 5.9 13.4 Berpengaruh

SK 8.3 3.05 11.35 Berpengaruh

TM 7.5 6.85 14.35 Berpengaruh *) Nama Inisial Pemimpin Lokal

Pada Tabel 29 di atas terlihat bahwa pada seluruh pemimpin lokal, modal

internal lebih tinggi dibandingkan modal eksternal. Pada pemimpin lokal FR

memiliki nilai akumulasi modal paling tinggi yaitu 20.15, dapat disimpulkan

bahwa berdasarkan kepemilikan modal pemimpin lokal FR, maka FR termasuk

pemimpin yang sangat berpengaruh. Kemudian pada pemimpin lokal PW, SK dan

TM yang memiliki total nilai modal masing-masing 13.4, 11.35 dan 14.35, maka

merujuk pada indikator pada metodologi penelitian dapat disimpulkan bahwa

modal yang dimiliki oleh pemimpin lokal PW, SK, dan TM menyatakan bahwa

ketiga pemimpin lokal tersebut berpengaruh kepada masyarakat Desa Watugede.

6.4 Keterkaitan Modal dengan Keterlibatannya dalam Tahapan Program

LDPM.

6.4.1 Pengaruh Kepemilikan Modal pada Tahapan Program

6.4.1.1 Tahapan Perencanaan

Umumnya pada sebuah program terdiri dari tiga tahapan yaitu tahapan

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Salah satu cara untuk melihat peran

pemimpin lokal dalam program LDPM adalah dengan melihat keterlibatannya

dalam tahapan program tersebut. Keterlibatan pemimpin lokal pada tahapan

perencanaan dapat dilihat dari dua indikator yaitu kehadiran dan konsep program.

Kehadiran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keikutsertaan pemimpin

lokal dalam rapat atau musyawarah yang diadakan saat perencanaan program,

sedangkan konsep program adalah keterlibatan pemimpin lokal dalam

menentukan konsep program yang dilaksanakan.

Page 108: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

91

Keterlibatan pemimpin lokal pada tahapan perencanaan dipengaruhi oleh

modal yang dimilikinya. Oleh sebab itu pertama kali perlu dilihat apakah

kepemilikan modal berpengaruh terhadap keterlibatan masing-masing pemimpin

lokal pada tahap perencanaan. Hasil analisis statistik dapat dilihat pada Tabel 30.

Berikut disajikan hasil analisa data dengan regresi linier untuk menguji ada

tidaknya pengaruh modal internal dan modal eksternal terhadap keterlibatan

pemimpin lokal dalam tahapan perencanaan.

Tabel 30 Hasil Regresi Linier Pengaruh Modal Internal dan Modal Eksternal

Terhadap Keterlibatan Pemimpin Lokal dalam Tahapan Perencanaan

Modal Pemimpin Lokal

FR PW TM SK

T Sig. t Sig. t Sig. T Sig.

Modal Internal 2.995 0.008* 2.397 0.028

* 3.406 0.003

* 2.225 0.040

*

Modal Eksternal 3.576 0.002* 2.185 0.043

* 3.119 0.006

* 2.145 0.047

*

R2 = 64.9% R

2 = 36.7% R

2 = 61.8% R

2 = 35.7%

Keterangan: t = Statistik Uji, (*) p-value < α (10%)

Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa kepemilikan modal internal dan

modal eksternal setiap pemimpin lokal berpengaruh signifikan pada tahap

perencanaan (p < α = 0.100). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi modal

internal dan modal eksternal yang dimiliki maka semakin tinggi keterlibatan

pemimpin lokal dalam tahapan perencanaan.

Ditinjau dari nilai R2, diketahui bahwa pemimpin lokal FR memiliki

keterlibatan paling tinggi dalam tahap perencanaan dengan nilai R2 sebesar

64.9%, di mana yang paling berpengaruh adalah modal eksternal dengan nilai

koefisien yang lebih tinggi. Hal ini ditunjang dari jawaban responden yang

menyatakan bahwa pemimpin lokal FR memiliki modal internal dan eksternal

yang tinggi dan memiliki keterlibatan yang tinggi dalam tahap perencanaan.

Selanjutnya pemimpin lokal PW memiliki keterlibatan dalam tahap

perencanaan yang didukung oleh kepemilikan modal dengan nilai R2 sebesar

36.7%, di mana yang paling berpengaruh adalah modal internal. Hal ini ditunjang

dari jawaban responden yang menyatakan bahwa pemimpin lokal PW memiliki

modal internal yang tinggi dan memiliki keterlibatan yang tinggi dalam tahap

perencanaan.

Selanjutnya pemimpin lokal TM memiliki keterlibatan dalam tahap

perencanaan yang didukung oleh kepemilikan modal dengan nilai R2 sebesar

Page 109: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

92

61.8%, di mana yang paling berpengaruh adalah modal internal. Hal ini ditunjang

dari jawaban responden yang menyatakan bahwa pemimpin lokal TM memiliki

modal internal yang tinggi dan memiliki keterlibatan yang tinggi dalam tahap

perencanaan.

Pada pemimpin lokal SK memiliki keterlibatan dalam tahap perencanaan

yang didukung oleh kepemilikan modal dengan nilai R2 sebesar 35.7%, di mana

yang paling berpengaruh adalah modal internal. Hal ini ditunjang dari jawaban

responden yang menyatakan bahwa pemimpin lokal SK memiliki modal internal

yang tinggi dan memiliki keterlibatan yang tinggi dalam tahap perencanaan.

6.4.1.2 Tahapan Pelaksanaan

Tahap berikutnya adalah tahap pelaksanaan. Keterlibatan pemimpin lokal

dalam tahap pelaksanaan dapat dilihat dari tiga hal yaitu, sumbangsih

pemikiran,sumbangsih materi, dan keterlibatan sebagai anggota proyek.

Sumbangsih pemikiran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterlibatan

pemimpin lokal dalam menyumbangkan pemikirannya dalam mengambil

kebijakan saat pelaksanaan program. Sedangkan yang dimaksud dengan

sumbangsih materi adalah kemampuan pemimpin lokal dalam mendukung

pelaksanaan program dengan materi (uang) yang dimilikinya. Terakhir adalah

keterlibatan sebagai anggota proyek, yang dimaksud dengan keterlibatan sebagai

anggota proyek adalah keterlibatan secara aktif pemimpin lokal dalam hal-hal

teknis dilapangan.

Keterlibatan pemimpin lokal pada tahapan pelaksanaan dipengaruhi oleh

modal yang dimilikinya. Oleh sebab itu pertama kali perlu dilihat apakah

kepemilikan modal berpengaruh terhadap keterlibatan masing-masing pemimpin

lokal pada tahap pelaksanaan. Berikut adalah hasil uji statistik pada masing-

masing pemimpin lokal pada modal internal dan eksternal yang lebih jelasnya

dapat dilihat pada Tabel 30.

Berikut disajikan hasil analisa data dengan regresi linier untuk menguji ada

tidaknya pengaruh modal internal dan modal eksternal terhadap keterlibatan

pemimpin lokal dalam tahapan pelaksanaan.

Page 110: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

93

Tabel 31. Hasil Regresi Linier Pengaruh Modal Internal dan Modal Eksternal

Terhadap Keterlibatan Pemimpin Lokal dalam Tahapan Pelaksanaan

Modal Pemimpin Lokal

FR PW TM SK

T Sig. t Sig. T Sig. T Sig.

Modal Internal 2.746 0.014* 6.073 0.000

* 2.781 0.013

* 2.216 0.041

*

Modal Eksternal 4.081 0.001* 2.408 0.028

* 3.024 0.008

* 2.278 0.036

*

R2 = 67.0% R

2 = 70.7% R

2 = 56.1% R

2 = 36.9%

Keterangan: t = Statistik Uji, (*) p-value < α (10%)

Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa kepemilikan modal internal dan

modal eksternal setiap pemimpin lokal berpengaruh signifikan pada tahap

pelaksanaan (p < α = 0.100). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi modal

internal dan modal eksternal yang dimiliki maka semakin tinggi keterlibatan

pemimpin lokal dalam tahapan pelaksanaan.

Ditinjau dari nilai R2, diketahui bahwa pemimpin lokal PW memiliki

keterlibatan paling tinggi dalam tahap pelaksanaan dengan nilai R2 sebesar 70.7%,

di mana yang paling berpengaruh adalah modal internal dengan nilai koefisien

yang lebih tinggi. Hal ini ditunjang dari jawaban responden yang menyatakan

bahwa pemimpin lokal PW memiliki modal internal dan eksternal yang tinggi dan

memiliki keterlibatan yang tinggi dalam tahap pelaksanaan.

Selanjutnya pemimpin lokal FR memiliki keterlibatan dalam tahap

pelaksanaan yang didukung oleh kepemilikan modal dengan nilai R2 sebesar

67.0%, di mana yang paling berpengaruh adalah modal eksternal. Hal ini

ditunjang dari jawaban responden yang menyatakan bahwa pemimpin lokal FR

memiliki modal eksternal yang tinggi dan memiliki keterlibatan yang tinggi dalam

tahap pelaksanaan.

Selanjutnya pemimpin lokal TM memiliki keterlibatan dalam tahap

pelaksanaan yang didukung oleh kepemilikan modal dengan nilai R2 sebesar

56.1%, di mana yang paling berpengaruh adalah modal eksternal. Hal ini

ditunjang dari jawaban responden yang menyatakan bahwa pemimpin lokal TM

memiliki modal eksternal yang tinggi dan memiliki keterlibatan yang tinggi dalam

tahap pelaksanaan.

Selanjutnya pemimpin lokal SK memiliki keterlibatan dalam tahap

pelaksanaan yang didukung oleh kepemilikan modal dengan nilai R2 sebesar

36.9%, di mana yang paling berpengaruh adalah modal eksternal. Hal ini

Page 111: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

94

ditunjang dari jawaban responden yang menyatakan bahwa pemimpin lokal SK

memiliki modal eksternal yang tinggi dan memiliki keterlibatan yang tinggi dalam

tahap pelaksanaan.

6.4.1.3 Tahapan Evaluasi

Tahap terakhir adalah tahap evaluasi. Keterlibatan pemimpin lokal dalam

tahap evaluasi dapat dilihat dari dua hal yaitu, keterlibatan serta kritik dan saran.

Keterlibatan yang dimaksud pada tahap evaluasi dalam penelitian ini adalah

keikutsertaan pemimpin lokal dalam rapat atau musyawarah yang diadakan saat

program berakhir. Sedangkan yang dimaksud dengan kritik dan saran adalah

keterlibatan pemimpin lokal dalam menyumbangkan kritik, saran, atau argumen

terhadap program yang telah dilaksanakan.

Keterlibatan pemimpin lokal pada tahapan evaluasi dipengaruhi oleh modal

yang dimilikinya. Oleh sebab itu pertama kali perlu dilihat apakah kepemilikan

modal berpengaruh terhadap keterlibatan masing-masing pemimpin lokal pada

tahap evaluasi. Berikut adalah hasil uji statistik pada masing-masing pemimpin

lokal pada modal internal dan eksternal yang lebih jelasnya dapat dilihat pada

Tabel 32.

Berikut disajikan hasil analisa data dengan regresi linier untuk menguji ada

tidaknya pengaruh modal internal dan modal eksternal terhadap keterlibatan

pemimpin lokal dalam tahapan evaluasi.

Tabel 32. Hasil Regresi Linier Pengaruh Modal Internal dan Modal Eksternal

Terhadap Keterlibatan Pemimpin Lokal dalam Tahapan Evaluasi

Modal Pemimpin Lokal

FR PW TM SK

T Sig. T Sig. T Sig. t Sig.

Modal Internal 3.098 0.007* 2.969 0.009

* 2.522 0.022

* 2.934 0.009

*

Modal Eksternal 4.049 0.001* 3.035 0.007

* 2.480 0.024

* 3.050 0.007

*

R2 = 68.8% R

2 = 49.9% R

2 = 48.7% R

2 = 51.0%

Keterangan: t = Statistik Uji, (*) p-value < α (10%)

Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa kepemilikan modal internal dan

modal eksternal setiap pemimpin lokal berpengaruh signifikan pada tahap evaluasi

(p < α = 0.100). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi modal internal dan

modal eksternal yang dimiliki maka semakin tinggi keterlibatan pemimpin lokal

dalam tahapan evaluasi.

Page 112: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

95

Ditinjau dari nilai R2, diketahui bahwa pemimpin lokal FR memiliki

keterlibatan paling tinggi dalam tahap evaluasi dengan nilai R2 sebesar 68.8%, di

mana yang paling berpengaruh adalah modal eksternal dengan nilai koefisien

yang lebih tinggi. Hal ini ditunjang dari jawaban responden yang menyatakan

bahwa pemimpin lokal FR memiliki modal internal dan eksternal yang tinggi dan

memiliki keterlibatan yang tinggi dalam tahap evaluasi.

Selanjutnya pemimpin lokal PW memiliki keterlibatan dalam tahap evaluasi

yang didukung oleh kepemilikan modal dengan nilai R2 sebesar 49.9%, di mana

yang paling berpengaruh adalah modal eksternal. Hal ini ditunjang dari jawaban

responden yang menyatakan bahwa pemimpin lokal PW memiliki modal eksternal

yang tinggi dan memiliki keterlibatan yang tinggi dalam tahap evaluasi.

Selanjutnya pemimpin lokal TM memiliki keterlibatan dalam tahap evaluasi

yang didukung oleh kepemilikan modal dengan nilai R2 sebesar 48.7%, di mana

yang paling berpengaruh adalah modal internal. Hal ini ditunjang dari jawaban

responden yang menyatakan bahwa pemimpin lokal TM memiliki modal internal

yang tinggi dan memiliki keterlibatan yang tinggi dalam tahap evaluasi.

Selanjutnya pemimpin lokal SK memiliki keterlibatan dalam tahap evaluasi

yang didukung oleh kepemilikan modal dengan nilai R2 sebesar 51.0%, di mana

yang paling berpengaruh adalah modal eksternal. Hal ini ditunjang dari jawaban

responden yang menyatakan bahwa pemimpin lokal SK memiliki modal eksternal

yang tinggi dan memiliki keterlibatan yang tinggi dalam tahap evaluasi.

Page 113: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

96

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Pemimpin lokal yang berpengaruh terhadap masyarakat petani khususnya di

program LDPM terdiri dari empat orang yaitu FR, PW, SK, dan TM. FR

merupakan pemimpin lokal yang berasal dari basis institusi yang memiliki

etos kerja yang tinggi serta memiliki pengalaman mengelola kelembagaan

yang baik. PW yang berasal dari basis terpelajar merupakan sosok yang rajin

serta memiliki sifat kepedulian yang tinggi terhadap petani. Selanjutnya, SK

yang berasal dari basis tokoh masyarakat merupakan sosok yang paham

kondisi desa serta bijak dalam mengambil setiap keputusan di program

LDPM. Terakhir, TM yang berasal dari basis elit agama merupakan sosok

yang bijaksana dan kerap menyampaikan nilai-nilai relijius dalam setiap

kegiatan program LDPM.

2. Berdasarkan hasil indeks pengaruh modal pemimpin lokal diketahui FR

memiliki nilai modal tertinggi dengan nilai 20.15 yang masuk dalam kategori

sangat berpengaruh. Selanjutnya, nilai modal PW, SK dan TM masing-masing

13.4, 11.35, dan 14.35 yang masuk dalam kategori berpengaruh. Hasil ini

menunjukkan bahwa semakin tinggi indeks modal pemimpin lokal maka

semakin tinggi pula tingkat keterlibatan pemimpin lokal dalam tahapan

program LDPM.

3. Pemimpin lokal FR mempunyai nilai indeks modal yang tinggi baik modal

internal maupun eksternal cenderung aktif dalam setiap tahapan program

LDPM mulai perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi. PW memiliki indeks

modal internal yang lebih tinggi dibanding modal eksternal yang aktif dalam

kegiatan pelaksanaan program. SK memiliki indeks modal internal yang lebih

tinggi dibanding modal eksternal yang aktif di perencanaan program. TM

memiliki indeks modal internal yang lebih tinggi dibanding modal eksternal

yang aktif di evaluasi program. Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat

keterlibatan pemimpin lokal dalam tahapan program LDPM dipengaruhi oleh

tingkat indeks modal yang dimiliki oleh masing-masing pemimpin.

Page 114: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

97

7.2 Saran

1. Pemimpin lokal sebaiknya juga berasal dari tokoh-tokoh yang pengalaman

dan berkompetensi di bidang kelembagaan khususnya program LDPM.

Kualitas sumber daya manusia di program LDPM masih cukup rendah,

diperlukan regenerasi kepemimpinan lokal. Hal ini penting dilakukan

mengingat keberhasilan program ditentukan oleh kemampuan pemimpin lokal

dalam menjalankan roda kebijakan.

2. Modal institusi yang berupa dukungan dinas pertanian setempat masih cukup

rendah di program LDPM, diperlukan peningkatan kerja sama yang lebih

intensif berupa pendampingan petugas pertanian lapangan (PPL) pada setiap

kegiatan program LDPM.

3. Kontribusi pemimpin lokal pada masing-masing tahapan program LDPM

masih cukup rendah, hal ini terlihat dari spesialisasi kemampuan yang

cenderung aktif di salah satu tahapan program. Sebaiknya keempat pemimpin

lokal mulai menyamakan visi dan misi pada program yang mereka jalankan.

Diperlukan kegiatan workshop dari dinas pertanian terkait untuk

meningkatkan pemahaman pemimpin lokal dalam menjalankan setiap agenda

kebijakan di program LDPM.

Page 115: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

98

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2002. Prosedur Suatu Penelitian: Pendekatan Praktek. Edisi Revisi

Kelima. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Bordieu. 1990. Posisi Teoritis Dasar. Mahar Cheleen, Harker Richard,

Wilkes Chris (eds). Pengantar Paling komprehensif kepada Pemikiran

Pierre Bordieu. Jalasutra. Bandung

Casey, Kimberly L. 2008. Defining Politic Capital: A Reconsideration of

Bourdieu’s Interconvertibility Theory. Dalam Jurnal

Etzioni, Amitai. 1985. Organisasi-organisasi modern. UI-Press. Jakarta

Kartodirjo, Sartono. 1990. Kepemimpinan dalam Dimensi Sosial. LP3ES. Jakarta

Nasution, Zulkarimen. 1998. Komunikasi Pembangunan. Rajawali Pers. Jakarta

Nordholt, Nico Schulte. 1987. Ojo Dumeh - Kepemimpinan Lokal Dalam

Pembangunan. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta

Sajogyo, Pudjiwati. 2007. Sosiologi Pedesaan. Gajah Mada University Press.

Yogjakarta

Sembiring, R. K., 1995. Analisis Regresi. Edisi Kedua. Penerbit ITB. Bandung.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei. PT

Pustaka LP3ES Indonesia. Jakarta

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta.

Bandung.

Usat, Martinus. 2013. Fungsi Kepemimpinan Kepala Adat Dalam Pembangunan

Desa Kelubir Kecamatan Tanjung Palas Utara Kabupaten Bulungan.

Dalam Jurnal Administrasi Negara.

Page 116: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

99

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

Kuesioner Penelitian

Pengaruh Modal Pemimpin Lokal Terhadap Keberhasilan Program Pembangunan

( Studi Kasus Pada Program Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) di

Desa Watugede, Kecamatan Singosari, Malang )

1. Nama : (L/P)

2. Usia :

3. Pendidikan formal terakhir :

4. Status : (Menikah/Belum Menikah/Cerai)

5. Pekerjaan :

6. Lama Bekerja : (tahun)

7. Luas Lahan :

8. Aktif Organisasi :

9. Alamat :

DAFTAR PERTANYAAN KUISIONER

1.1 Modal Manusia

1) Seberapa mampu pemimpin lokal dapat menjalankan tugas dan kewajibannya?

a. Sangat Mampu

b. Mampu

c. Cukup Mampu

d. Sedikit Mampu

e. Tidak Mampu

2) Bagaimana kiprah pemimpin lokal dalam bidang yang digelutinya, khususnya

dalam mengontrol organisasi kelembagaan?

a. Sangat Berpengalaman

b. Berpengalaman

c. Cukup Berpengalaman

d. Sedikit Berpengalaman

e. Tidak Berpengalaman

Tanggal :

No Kuesioner :

MM01

MM02

Page 117: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

100

3) Bagaimana pengalaman dan kiprahnya di luar bidangnya, khususnya selain

pengalaman di organisasi kelembagaan LDPM?

a. Sangat Berpengalaman

b. Berpengalaman

c. Cukup Berpengalaman

d. Sedikit Berpengalaman

e. Tidak Berpengalaman

4) Apa tingkat pendidikan terakhir pemimpin lokal?

a. Sarjana

b. Diploma

c. SMA

d. SMP

e. Di Bawah SMP

1.2 Modal Sosial

5) Bagaimana dukungan masyarakat, kelompok, individu, kepada pemimpin lokal

berbentuk sikap yang tidak membantah dan mendukung kebijakan pemimpin

lokal?

a. Sangat Mendukung

b. Mendukung

c. Cukup Mendukung

d. Sedikit Mendukung

e. Tidak Mendukung

6) Seberapa kuat kekuatan dan keluasan jaringan yang dimiliki oleh pemimpin

lokal?

a. Sangat Mendukung

b. Mendukung

c. Cukup Mendukung

d. Sedikit Mendukung

e. Tidak Mendukung

7) Sejauh mana pemimpin lokal dikenal atau familiar di masyarakat?

a. Sangat Dikenal

b. Dikenal

c. Cukup Dikenal

d. Sedikit Dikenal

e. Tidak Dikenal

1.3 Modal Ekonomi

8) Bagaimana dukungan keuangan yang dimiliki pemimpin lokal dalam membiayai

segala aktivitasnya?

a. Sangat Mendukung

b. Mendukung

c. Cukup Mendukung

d. Sedikit Mendukung

e. Tidak Mendukung

1.4 Modal Institusi

9) Bagaimana dukungan yang diberikan institusi (dinas pertanian) kepada pemimpin

dalam menjalankan kebijakan – kebijakan pemimpin lokal tersebut?

a. Sangat Mendukung

b. Mendukung

c. Cukup Mendukung

d. Sedikit Mendukung

e. Tidak Mendukung

10) Bagaimana kesesuaian pemimpin lokal dalam menjalankan kebijakan –

kebijakannya dengan ideology dari institusi (dinas pertanian)?

a. Sangat Sesuai

b. Sesuai

c. Cukup Sesuai

d. Sedikit Sesuai

e. Tidak Sesuai

MM03

MM04

MS01

MS02

MS03

ME01

MI01

MI02

Page 118: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

101

11) Sejauh mana institusi (dinas pertanian) memberikan pengaruh positif kepada

pemimpin lokal, baik dalam hal pengaruhnya kepada masyarakat maupun

pelaksanaan kebijakan?

a. Sangat Berpengaruh

b. Berpengaruh

c. Cukup Berpengaruh

d. Sedikit Berpengalaman

e. Tidak Berpengaruh

1.5 Modal Simbolik

12) Bagaimana wibawa atau kehormatan yang dimiliki oleh pemimpin lokal dalam

mempengaruhi masyarakat?

a. Sangat Terhormat

b. Terhormat

c. Cukup Terhormat

d. Sedikit Terhormat

e. Tidak Terhormat

13) Bagaimana latar belakang pendidikan pemimpin lokal dilihat dari dimana/tempat

pemimpin lokal tersebut menuntut ilmu?

a. Sangat Terkenal

b. Terkenal

c. Cukup Terkenal

d. Sedikit Terkenal

e. Tidak Terkenal

1.6 Modal Budaya

14) Bagaimana kesesuaian tingkah laku, kebijakan, dan aktivitas pemimpin lokal

dengan budaya lokal setempat?

a. Sangat Sesuai

b. Sesuai

c. Cukup Sesuai

d. Sedikit Sesuai

e. Tidak Sesuai

1.7 Modal Moral

15) Bagaimana tanggapan atau pandangan masyarakat tentang pemimpin lokal dalam

LDPM?

a. Sangat Positif

b. Positif

c. Cukup Positif

d. Sedikit Positif

e. Tidak Positif

2. Tahapan Perencanaan

16) Bagaimana kehadiran dan keikutsertaan pemimpin lokal dalam rapat atau

musyawarah yang diadakan saat perencanaan program?

a. Selalu Hadir

b. Sering Hadir

c. Kadang – kadang hadir

d. Jarang hadir

e. Tidak Pernah Hadir

17) Bagaimana keterlibatan pemimpin lokal dalam menentukan konsep program yang

akan dilaksanakan?

a. Selalu Terlibat

b. Sering Terlibat

c. Kadang – kadang Terlibat

d. Jarang Terlibat

e. Tidak Pernah Terlibat

3. Tahapan Pelaksanaan

18) Bagaimana keterlibatan pemimpin lokal dalam hal – hal teknis di lapangan?

a. Selalu Terlibat

b. Sering Terlibat

d. Jarang Terlibat

e. Tidak Pernah Terlibat

MI03

MSm01

MSm02

MB01

MMr01

TPr01

TPr02

TPl01

Page 119: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

102

c. Kadang – kadang Terlibat

19) Bagaiamana keterlibatan dan kemampuan pemimpin lokal dalam mendukung

pelaksanaan program dengan materi (uang) yang dimilikiny?

a. Selalu Terlibat

b. Sering Terlibat

c. Kadang – kadang Terlibat

d. Jarang Terlibat

e. Tidak Pernah Terlibat

4. Tahapan Evaluasi

20) Bagaimana kehadiran dan keikutsertaan pemimpin lokal dalam rapat atau

musyawarah yang diadakan saat program berakhir?

a. Selalu Hadir

b. Sering Hadir

c. Kadang – kadang hadir

d. Jarang hadir

e. Tidak Pernah Hadir

21) Bagaimana keterlibatan pemimpin lokal dalam menyumbangkan kritik, saran,

atau argumen terhadap program yang telah dilaksanakan.

a. Selalu Terlibat

b. Sering Terlibat

c. Kadang – kadang Terlibat

d. Jarang Terlibat

e. Tidak Pernah Terlibat

TPl02

TE01

TE02

Page 120: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

103

Lampiran 2. Data Responden

No. Nama Usia Luas

Lahan /ha

Pekerjaan Utama L/P Pendidikan

terakhir

Alamat

1 Fahrur Rozzy 40 2,5 Pedagang L S1 RT 02/RW 02 Dusun Sanan

2 Solikhan 41 5 Penebas L SMA RT 01/RW 01 Dusun Sanan

3 Khoirul Rozikin 38 2 Penebas L SMA RT 02/RW 02 Dusun Sanan

4 Purwanto 41 0,25 Petani L S1 RT 02/RW 10 Dusun Krajan

5 Tamsir 53 7 Petani L SR RT 02/RW 12 Dusun Krajan

6 Khusairi 46 0,25 Buruh Pabrik L SMP RT 02/RW 02 Dusun Sanan

7 Mustari 58 0,75 Petani L SR RT 02/RW 02 Dusun Sanan

8 H. Dulamat 61 0,5 Petani L SR RT 02/RW 02 Dusun Sanan

9 Waji 61 1,5 Petani L SR RT 02/RW 12 Dusun Krajan

10 Samun 58 3 Petani L SR RT 01/RW 03 Dusun Sanan

11 Buari – Budi 38 0,5 Buruh Pabrik L SMA RT 02/RW 03 Dusun Sanan

12 Suwondo 52 1 Petani L SMP RT 02/RW 03 Dusun Sanan

13 Bagio 55 2,5 Petani L SMA RT 02/RW 09 Dusun Krajan

14 Njoto 56 1 Buruh Tani L SR RT 02/RW 04 Dusun Krajan

15 Sakri 43 1 Waker L SMA RT 02/RW 05 Dusun Krajan

16 Ngatimin 47 0,5 Waker L SMP RT 01/RW 08 Dusun Krajan

17 Asman 47 1 Buruh Tani L SMP RT 01/RW 12 Dusun Krajan

18 Widi 41 0,75 Buruh Pabrik L SMK RT 02/RW 02 Dusun Sanan

19 Suratman 52 1,5 Buruh Pabrik L SMA RT 02/RW 02 Dusun Sanan

20 Nasipan 53 1,5 Ojek L SR RT 01/RW 12 Dusun Krajan

Page 121: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

104

Lampiran 3. Dokumentasi atau foto terkait penelitian di Desa Watugede,

Singosari, Malang

Page 122: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

105

Lampiran 4. Hubungan Modal Terhadap Tahapan Program

Lampiran A. Hubungan Modal Internal dan Modal Eksternal terhadap Perencanaan

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

d

i

m

e

n

s

i

on

0

1 .806a .649 .608 .22935

a. Predictors: (Constant), Modal Eksternal (FR), Modal Internal (FR)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1.656 2 .828 15.739 .000a

Residual .894 17 .053

Total 2.550 19

a. Predictors: (Constant), Modal Eksternal (FR), Modal Internal (FR)

b. Dependent Variable: Perencanaan (FR)

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.021 .387 2.642 .017

Modal Internal (FR) .780 .260 .453 2.995 .008

Modal Eksternal (FR) .802 .224 .540 3.576 .002

a. Dependent Variable: Perencanaan (FR)

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

d

im

e

n

s

io

n0

1 .606a .367 .293 .42919

a. Predictors: (Constant), Modal Eksternal (PW), Modal Internal (PW)

Page 123: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

106

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1.819 2 .909 4.936 .020a

Residual 3.131 17 .184

Total 4.950 19

a. Predictors: (Constant), Modal Eksternal (PW), Modal Internal (PW)

b. Dependent Variable: Perencanaan (PW)

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .979 .636 1.539 .142

Modal Internal (PW) 1.230 .513 .463 2.397 .028

Modal Eksternal (PW) .971 .444 .422 2.185 .043

a. Dependent Variable: Perencanaan (PW)

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

d

i

m

e

ns

i

o

n0

1 .786a .618 .573 .35155

a. Predictors: (Constant), Modal Eksternal (SK), Modal Internal (SK)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 3.399 2 1.699 13.751 .000a

Residual 2.101 17 .124

Total 5.500 19

a. Predictors: (Constant), Modal Eksternal (SK), Modal Internal (SK)

Page 124: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

107

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 3.399 2 1.699 13.751 .000a

Residual 2.101 17 .124

Total 5.500 19

a. Predictors: (Constant), Modal Eksternal (SK), Modal Internal (SK)

b. Dependent Variable: Perencanaan (SK)

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.054 .401 2.627 .018

Modal Internal (SK) 1.267 .372 .524 3.406 .003

Modal Eksternal (SK) 1.300 .417 .480 3.119 .006

a. Dependent Variable: Perencanaan (SK)

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

d

i

me

n

s

i

on0

1 .597a .357 .281 .25644

a. Predictors: (Constant), Modal Eksternal (TM), Modal Internal (TM)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .620 2 .310 4.711 .024a

Residual 1.118 17 .066

Total 1.738 19

a. Predictors: (Constant), Modal Eksternal (TM), Modal Internal (TM)

b. Dependent Variable: Perencanaan (TM)

Page 125: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

108

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.665 .455 3.657 .002

Modal Internal (TM) .605 .272 .433 2.225 .040

Modal Eksternal (TM) .810 .378 .417 2.145 .047

a. Dependent Variable: Perencanaan (TM)

Lampiran B. Hubungan Modal Internal dan Modal Eksternal terhadap Pelaksanaan

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

d

im

en

s

i

o

n0

1 .819a .670 .631 .26571

a. Predictors: (Constant), Modal Eksternal (FR), Modal Internal (FR)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 2.437 2 1.219 17.261 .000a

Residual 1.200 17 .071

Total 3.638 19

a. Predictors: (Constant), Modal Eksternal (FR), Modal Internal (FR)

b. Dependent Variable: Pelaksanaan (FR)

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.878 .448 4.193 .001

Modal Internal (FR) .829 .302 .403 2.746 .014

Modal Eksternal (FR) 1.061 .260 .598 4.081 .001

Page 126: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

109

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.878 .448 4.193 .001

Modal Internal (FR) .829 .302 .403 2.746 .014

Modal Eksternal (FR) 1.061 .260 .598 4.081 .001

a. Dependent Variable: Pelaksanaan (FR)

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

di

m

e

n

s

io

n0

1 .841a .707 .672 .28294

a. Predictors: (Constant), Modal Eksternal (PW), Modal Internal (PW)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 3.277 2 1.638 20.464 .000a

Residual 1.361 17 .080

Total 4.638 19

a. Predictors: (Constant), Modal Eksternal (PW), Modal Internal (PW)

b. Dependent Variable: Pelaksanaan (PW)

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.655 .419 3.947 .001

Modal Internal (PW) 2.054 .338 .800 6.073 .000

Modal Eksternal (PW) .705 .293 .317 2.408 .028

a. Dependent Variable: Pelaksanaan (PW)

Page 127: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

110

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

d

i

m

en

s

i

o

n0

1 .749a .561 .510 .39176

a. Predictors: (Constant), Modal Eksternal (SK), Modal Internal (SK)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 3.341 2 1.670 10.884 .001a

Residual 2.609 17 .153

Total 5.950 19

a. Predictors: (Constant), Modal Eksternal (SK), Modal Internal (SK)

b. Dependent Variable: Pelaksanaan (SK)

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.571 .447 5.751 .000

Modal Internal (SK) 1.153 .415 .458 2.781 .013

Modal Eksternal (SK) 1.405 .465 .498 3.024 .008

a. Dependent Variable: Pelaksanaan (SK)

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

di

m

e

n

si

o

n0

1 .608a .369 .295 .28808

a. Predictors: (Constant), Modal Eksternal (TM), Modal Internal (TM)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .827 2 .413 4.981 .020a

Residual 1.411 17 .083

Total 2.238 19

Page 128: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

111

a. Predictors: (Constant), Modal Eksternal (TM), Modal Internal (TM)

b. Dependent Variable: Pelaksanaan (TM)

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.945 .512 5.756 .000

Modal Internal (TM) .676 .305 .427 2.216 .041

Modal Eksternal (TM) .967 .424 .439 2.278 .036

a. Dependent Variable: Pelaksanaan (TM)

Lampiran C. Hubungan Modal Internal dan Modal Eksternal terhadap Evaluasi

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

di

m

en

si

o

n0

1 .829a .688 .651 .29189

a. Predictors: (Constant), Modal Eksternal (FR), Modal Internal (FR)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 3.189 2 1.595 18.716 .000a

Residual 1.448 17 .085

Total 4.637 19

a. Predictors: (Constant), Modal Eksternal (FR), Modal Internal (FR)

b. Dependent Variable: Evaluasi (FR)

Page 129: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

112

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.386 .492 2.816 .012

Modal Internal (FR) 1.027 .331 .442 3.098 .007

Modal Eksternal (FR) 1.156 .285 .577 4.049 .001

a. Dependent Variable: Evaluasi (FR)

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

di

m

e

n

s

io

n0

1 .706a .499 .440 .30900

a. Predictors: (Constant), Modal Eksternal (PW), Modal Internal (PW)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1.614 2 .807 8.454 .003a

Residual 1.623 17 .095

Total 3.237 19

a. Predictors: (Constant), Modal Eksternal (PW), Modal Internal (PW)

b. Dependent Variable: Evaluasi (PW)

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.129 .458 4.649 .000

Modal Internal (PW) 1.096 .369 .511 2.969 .009

Modal Eksternal (PW) .971 .320 .522 3.035 .007

a. Dependent Variable: Evaluasi (PW)

Page 130: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

113

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

d

i

m

en

s

i

o

n0

1 .698a .487 .427 .48510

a. Predictors: (Constant), Modal Eksternal (SK), Modal Internal (SK)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 3.799 2 1.900 8.073 .003a

Residual 4.001 17 .235

Total 7.800 19

a. Predictors: (Constant), Modal Eksternal (SK), Modal Internal (SK)

b. Dependent Variable: Evaluasi (SK)

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.564 .554 2.824 .012

Modal Internal (SK) 1.295 .513 .450 2.522 .022

Modal Eksternal (SK) 1.426 .575 .442 2.480 .024

a. Dependent Variable: Evaluasi (SK)

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

d

i

me

n

s

i

on0

1 .714a .510 .452 .25193

a. Predictors: (Constant), Modal Eksternal (TM), Modal Internal (TM)

Page 131: PENGARUH MODAL PEMIMPIN LOKAL TERHADAP …repository.ub.ac.id/131042/1/skripsi_final_fix.pdf · dan memiliki modal sosial dan modal ekonomi yang tinggi (SK) cenderung terlibat dalam

114

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1.121 2 .561 8.832 .002a

Residual 1.079 17 .063

Total 2.200 19

a. Predictors: (Constant), Modal Eksternal (TM), Modal Internal (TM)

b. Dependent Variable: Evaluasi (TM)

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.858 .447 6.389 .000

Modal Internal (TM) .783 .267 .498 2.934 .009

Modal Eksternal (TM) 1.132 .371 .518 3.050 .007

a. Dependent Variable: Evaluasi (TM)