pengaruh metode inquiri terpimpin …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pelajaran 201...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGARUH METODE INQUIRI TERPIMPIN DALAM
PEMBELAJARAN BIOLOGI TERHADAP KETERAMPILAN PROSES
SAINS DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA SMA TAHUN
PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh:
PUTRI SARTIKA AGUSTIN
K4307045
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGARUH METODE INQUIRI TERPIMPIN DALAM
PEMBELAJARAN BIOLOGI TERHADAP KETERAMPILAN PROSES
SAINS DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA SMA TAHUN
PELAJARAN 2011/2012
Oleh:
PUTRI SARTIKA AGUSTIN
K4307045
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat guna mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Harlita, S.Si, M.Si Riezky Maya P, S.Si, M.Si
NIP.19690401 199802 2 001 NIP. 19760419 200112 2 003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Pada Hari : Kamis
Tanggal : 9 Februari 2012
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Puguh Karyanto, S.Si, M. Si, Ph.D ......................
Sekretaris : Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si ......................
Anggota I : Harlita, S.Si, M.Si ......................
Anggota II : Riezky Maya P, S.Si, M.Si .......................
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan,
Prof. Dr. H. Muhammad Furqon Hidayatullah, M.Pd
NIP. 196007271987021001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Putri Sartika Agustin. PENGARUH METODE INQUIRI TERPIMPIN
DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI TERHADAP KETERAMPILAN
PROSES SAINS DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA SMA
TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) apakah ada pengaruh
penggunaan metode inquiri terpimpin dalam pembelajaran biologi terhadap
keterampilan proses sains siswa, (2) Apakah ada pengaruh minat belajar siswa
terhadap keterampilan proses sains siswa, (3) Apakah ada interaksi antara metode
inquiri terpimpin dengan minat belajar siswa terhadap keterampilan proses sains
siswa, kelas XI SMA Negeri 1 Boyolali .
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (Quasi experiment)
menggunakan Randomized Control Only Design. Metode pembelajaran dan minat
belajar sebagai variabel bebas dan keterampilan proses sains sebagai variabel
terikat. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA semester ganjil
SMA Negeri 1 Boyolali tahun pelajaran 2011/2012. Sampel pada penelitian ini
adalah siswa kelas XI IPA 2 sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas XI
IPA 6 sebagai kelompok kontrol. Teknik pengambilan sampel dengan “Cluster
Random Sampling”. Teknik pengumpulan data keterampilan proses sains
menggunakan teknik lembar observasi. Pengukuran minat belajar biologi juga
menggunakan lembar observasi. Teknik analisis data dengan menggunakan
Analisis varians (ANAVA) dua jalan dan uji lanjut Bonfferoni.
Hasil penelitian ini disimpulkan sebagai berikut: (1) Metode pembelajaran
inquiri terpimpin berpengaruh nyata terhadap keterampilan proses sains pada
siswa kelas XI SMA Negeri 1 Boyolali, (2) Minat belajar siswa berpengaruh nyata
terhadap keterampilan proses sains pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Boyolali,
(3) Tidak ada interaksi antara Metode pembelajaran inquiri terpimpin dengan
minat belajar terhadap keterampilan proses sains pada siswa kelas XI SMA Negeri
1 Boyolali.
Kata Kunci: Keterampilan Proses Sains, Metode Pembelajaran Inquiri Terpimpin,
Minat Belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Putri Sartika Agustin. K4307045. The Influence of Guided Inquiry Method To
Science Process Skills In Biology Learning Observed From Learning
Interest Of Students On SMA In Academic Year 2011/2012. Thesis,
Surakarta: Biology Education Department of Teacher Training and Education
Faculty of Sebelas Maret University of Surakarta, January 2012.
Keywords :Science Process Skills, Guided Inquiry Method, and learning interest.
The purposes of this research is aimed to know: 1) the influence of guided
inquiry method to the science process skills; 2) the influence of student’s learning
interest to science process skills; 3) the interaction between learning method and
learning interest to the science process skills.
This research is considered as a quasi experimental research using
Randomized Control Only design. Learning method and learning interest become
the independent variables where as science process skills become the dependent
variable in this research. This research was conducted towards student of of SMA
Negeri 1 Boyolali as population. The samples of this research were the students of
class XI IPA 2 as the experimental group and students of class XI IPA 6 as the
control group. Research sample was taken using cluster random sampling. The
data about science process skills collected by use observation. The obtained data
was analised using anava two away in different cell.
It can be concluded that: 1) Guided Inquiry was significantly influence the
science process skills on XI grade of SMA Negeri 1 Boyolali; 2) Learning interest
was also significantly influence the science process skills on XI grade of SMA
Negeri 1 Boyolali; 3) There was no interaction between the afore mentioned
stated variable in affect the science process skills on XI grade of SMA Negeri 1
Boyolali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Cukuplah Alloh (sebagai penolongku) bagiku, tidak ada sesembahan (yang benar
lagi berhak diibadahi) kecuali Dia, hanya kepada-Nya aku bertawakal dan Dia
adalah Rabb ‘Arsy yang Agung.
(Abu Dawud: 4/321)
Tidak ada kata terlambat untuk belajar mengembangkan diri menjadi pribadi
super, back to Al-Qur’an & As-Sunnah
(Penulis)
Seribu langkah berawal dari satu langkah, terus berusaha, berdoa, dan yakin
bahwa kita mampu meraih dunia akhirat
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Dengan Rahmat dan Ridho Allah SWT, kupersembahkan karya ini
untuk:
Ibu.. Ibu.. Ibu.. dan Bapak, terima kasih untuk doa dan kasih sayang yang
senantiasa mengiringi langkahku. Semampuku.. aku berusaha memberikan
yang terbaik, meski takkan pernah mampu aku membalas budi baikmu, wahai
ibu bapakku.
Kakak-kakakku yang aku sayangi, terima kasih untuk persaudaraan yang
indah ini, semoga kan terus terjaga hingga ke Jannah-Nya.
Keponakanku, Angga & Chacha yang lucu-lucu dan pintar, semoga menjadi
anak yang sholeh sholehah, berbakti pada ibu bapak, sayang Eyang Uti &
Kakung juga Bulik.
Sahabatku yang selalu setia menemani dan memberikan dukungan, Dwi SP.
Bu Lita dan Bu Riezky, terima kasih untuk bimbingan, pengarahan serta
waktu yang diberikan.
Bu Suci dan Pak Baskoro, terima kasih telah meluangkan waktu dan
memberikan bantuan.
Pak Slamet dan Bu Retno, terima kasih telah menjadi sumber inspirasi.
Teman-teman yang bernaung di bawah satu atap kos, terima kasih telah
menjadi keluarga keduaku dengan segala cerita suka duka, Yunita, Mbak
Widi, Indah, Mbak Titin, Eka Chan, Mbak Dini, Aji, Nurul, Arum, Mahar,
Suci.
Teman-teman satu bimbingan, terima kasih untuk dukungan dan kebersamaan
yang indah selama ini, maaf bila banyak kata-kata yang kurang berkenan.
Terima kasih untuk teman-temanku yang selalu mengingatkan akan kebaikan,
walau raga tak bersua semoga ukhuwah kan tetap di hati.
Desi, Mbak Ida, Dewi Apple, Nisa dan teman-teman angkatan 2007, terima
kasih untuk kebersamaan dan perjuangan bersama yang tak kan terlupakan,
semoga kita berkumpul bersama lagi di Jannah-Nya.
Almamater.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji hanyalah milik Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang,
yang telah memberikan ilmu, inspirasi, dan taufiq kepada penulis untuk dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul ” PENGARUH METODE INQUIRI
TERPIMPIN DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI TERHADAP
KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI MINAT BELAJAR
SISWA SMA TAHUN PELAJARAN 2011/2012”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan gelar
sarjana pada program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Pendidikan dan Keguruan Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak, untuk itu penulis
menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta, yang telah memberi ijin dalam proses penyusunan skripsi.
2. Bapak Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Ketua Program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Harlita S.Si, M.Si, selaku pembimbing I, yang selalu memberikan bimbingan
dan pengarahan dalam menyelesaikan penelitian hingga penyusunan skripsi.
5. Riezky Maya Probosari, S.Si, M.Si, selaku pembimbing II yang selalu
memberikan motivasi, bimbingan dan pengarahan dalam penelitian hingga
penyusunan skripsi.
6. Meti Indrowati S.Si, M.Si selaku Pembimbing Akademik yang selalu
memberikan dukungan, pengarahan, perhatian dan doa.
7. Bapak Kepala sekolah SMA Negeri 1 Boyolali, yang telah memberi ijin guna
pengambilan data dalam penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
8. Ibu Yustin selaku guru mata pelajaran biologi SMA Negeri 1 Boyolali, yang
telah memberi bimbingan dan bantuan selama penelitian.
9. Berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
Tidak ada yang dapat penulis berikan selain doa semoga amal kebaikan
Bapak/Ibu/Saudara mendapat balasan yang sempurna dari Allah. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena penulis yakin
bahwa kesempurnaan itu hanya milik Allah. Saran dan kritik sangat kami
harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua.
Surakarta, 9 Februari 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
BAB II. LANDASAN TEORI ......................................................................... 6
A. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 6
1. Metode Inquiri Terpimpin .............................................................. 6
2. Minat Belajar Biologi ..................................................................... 11
3. Keterampilan proses Sains ............................................................. 15
4. Pembelajaran Biologi ..................................................................... 19
B. Kerangka Berpikir ............................................................................... 21
C. Hipotesis ............................................................................................... 23
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 24
1. Tempat Penelitian........................................................................... 24
2. Waktu Penelitian ............................................................................ 24
B. Populasi dan Sampel ............................................................................ 24
1. Populasi Penelitian ......................................................................... 24
2. Sampel Penelitian ........................................................................... 25
3. Teknik Pengambilan Sampel.......................................................... 25
C. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 25
1. Variabel Penelitian ......................................................................... 25
2. Metode Pengumpuan Data ............................................................ 26
3. Teknik Penyusunan Instrumen ....................................................... 27
4. Analisis Instrumen ........................................................................ 28
D. Rancangan Penelitian ........................................................................... 30
E. Teknik Analisis Data . .......................................................................... 31
1. Uji Kesetimbangan ......................................................................... 31
2. Uji Prasyarat Analisis . ................................................................... 34
3. Uji Hipotesis .................................................................................. 34
4. Uji Lanjut Anava . .......................................................................... 34
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 35
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 35
1. Data Keterampilan proses Sains .................................................... 35
a. Data Nilai Keterampilan Proses Sains Secara Keseluruhan ... .. 35
b. Keterampilan Proses Sains Berdasarkan Metode
Pembelajaran ............................................................................ 35
c. Keterampilan Proses Sains ditinjau dari Minat Belajar Siswa . 36
d. Keterampilan Proses Sains Berdasarkan Interaksi Metode
Pembelajaran dan Minat Belajar Siswa .................................... 37
2. Uji Prasyarat Analisis ..................................................................... 37
a. Uji Normalitas .......................................................................... 37
b. Uji Homogenitas ....................................................................... 38
3. Hasil Uji Hipotesis ......................................................................... 39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
a. Hipotesis Pertama ..................................................................... 39
b. Hipotesis Kedua........................................................................ 40
c. Hipotesis Ketiga ....................................................................... 40
4. Uji Lanjut ...................................................................................... 41
B. Pembahasan Hasil Analisis .................................................................. 44
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ......................................... 55
A. Simpulan .............................................................................................. 55
B. Implikasi ............................................................................................... 55
C. Saran ..................................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 57
LAMPIRAN ..................................................................................................... 61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Perbedaan antara pertanyaan produktif dan pertanyaan
nonproduktif ...................................................................................... 8
Tabel 2. Rancangan Penelitian “Randomized Control Only Design” .............. 30
Tabel 3. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kemampuan Awal .. 32
Tabel 4. Rangkuman Hasil perhitungan Uji Homogenitas Kemampuan Awal 33
Tabel 5. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji-t Kemampuan Awal ................... 33
Tabel 6. Data Nilai Keterampilan Proses Sains siswa ..................................... 35
Tabel 7. Data Keterampilan Proses Sains Berdasarkan Metode Pembelajaran 36
Tabel 8. Data KPS Ditinjau dari Minat Belajar Siswa Tinggi, Sedang dan
Rendah............................................................................................... 36
Tabel 9. DataKeterampilan Proses Sains Siswa Ditinjau dari Minat Belajar
Tinggi, Sedang dan Rendah Pada Kelompok Kontrol dan Kelompok
Eksperimen 37
Tabel 10. Hasil Uji Normalitas Keterampilan Proses Sains Siswa Berdasarkan
Metode pembelajaran 38
Tabel 11. Hasil Uji Normalitas Keterampilan Proses Sains Siswa Ditinjau
Dari Minat Belajar Siswa 38
Tabel 12. Hasil Uji Homogenitas Keterampilan Proses Sains Siswa Berdasarkan
Metode pembelajaran dan ditinjau dari Minat Belajar 38
Tabel 13. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
Keterampilan Proses Sains Berdasarkan Metode pembelajaran(A) 39
Tabel 14. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
Keterampilan Proses Sains ditinjau dari Minat Belajar Siswa(B) 40
Tabel 15. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
Keterampilan Proses Sains Berdasarkan Metode pembelajaran dan
ditinjau dari Minat Belajar Siswa(AB) 40
Tabel 16. Hasil Uji Lanjut Anava (Uji Bonferroni) Pengaruh Metode Inquiri
terpimpin terhadap Keterampilan Proses Sains 42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Tabel 17. Hasil Uji Lanjut Anava (Uji Bonferroni) Pengaruh Minat Belajar
terhadap Keterampilan Proses Sains 42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Skema Kerangka Penelitian ...... ................................................... 22
Gambar 2. Grafik Interaksi Antara Metode pembelajaran dan Minat Belajar
Siswa terhadap Keterampilan Proses Sains ................................... 41
Gambar 3. Skema Perbedaan Langkah-Langkah Pembelajaran Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol...................... ................................................... 54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Instrumen Penelitian ................................................................. 61
Lampiran 2. Data Awal ................................................................................. 152
Lampiran 3. Validitas, Reliabilitas dan Data Hasil Penelitian ...................... 161
Lampiran 4. Dokumentasi ............................................................................. 185
Lampiran 5. Periinan ..................................................................................... 189
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sains merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang alam dengan
segala isinya. Sains diperoleh melalui serangkaian kegiatan ilmiah yang dikenal
sebagai metode ilmiah. Metode ilmiah digunakan untuk mendapatkan sejumlah
fakta, konsep, prinsip, dan hukum tentang kealaman. Metode ilmiah diawali
dengan mengamati gejala yang terjadi di alam, kemudian melakukan hipotesis
terhadap apa yang diamati, dilanjutkan dengan pengujian hipotesis melalui
eksperimen, lalu diperoleh data-data yang merupakan hasil eksperimen atau
dengan mencari informasi dari sumber lain. Data-data hasil eksperimen atau data
yang diperoleh dari sumber-sumber informasi diolah dan dievaluasi untuk
penarikan kesimpulan. Kesimpulan tersebut merupakan suatu fakta atau konsep
dari permasalahan yang diteliti. Rangkaian metode ilmiah dapat meningkatkan
sikap ilmiah seperti jujur, teliti, dan tekun serta hati-hati sehingga sains
merupakan rangkaian kegiatan ilmiah untuk memperoleh fakta, konsep dan
produk sains lainnya dengan dilandasi oleh sikap ilmiah.
Biologi merupakan bagian dari sains. Biologi mempelajari tentang
kehidupan dimulai dari yang mikroskopik hingga lingkungan alam raya serta
mempelajari tentang sistem yang terdapat dalam diri maupun sistem yang ada
lingkungan sekitar. Biologi juga mempelajari cara mencari tahu dan memahami
alam secara sistematis sesuai dengan metode ilmiah dalam sains. Cara belajar
bologi yang tepat adalah tidak hanya sekedar sajian konsep dan informasi tetapi
juga harus melibatkan siswa pada proses belajar langsung agar siswa lebih
memahami konsep dalam biologi sehingga siswa mampu menjelajahi dan
memahami alam serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran biologi yang umum diterapkan di sekolah-sekolah masih
bersifat teacher center. Guru menjadi sumber pengetahuan dan informasi utama
bagi siswa dan metode yang diterapkan adalah metode ceramah. Metode ini
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
banyak dipilih karena merupakan metode paling efektif untuk menyampaikan
materi yang semakin bertambah seiring dengan pesatnya perkembangan IPTEK
serta waktu yang terbatas. Alasan inilah yang sering diungkapkan oleh guru-guru
karena khawatir materi belum selesai diajarkan tetapi waktu sudah habis. Hal ini
yang menyebabkan kemampuan yang dimiliki siswa hanya sebatas pengetahuan
berupa hafalan-hafalan konsep saja. Guru belum memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertindak, berkreasi, dan berpikir kritis sesuai dengan
perkembangannya. Siswa cenderung bersikap pasif, hal ini ditunjukkan dengan
hanya beberapa siswa yang mengajukan pertanyaan, hanya siswa tertentu yang
menjawab pertanyaan dari guru, sehingga interaksi antara guru dan siswa sangat
sedikit. Kegiatan siswa didominasi dengan mendengarkan ceramah guru dengan
bantuan power point dan mencatat hal-hal yang dianggap penting sehingga waktu
banyak dihabiskan untuk mencatat yang sebenarnya sudah ada di dalam buku
teks.
Pembelajaran biologi yang tepat adalah pembelajaran yang dapat
mengaktifkan siswa dengan mengedepankan keterampilan proses sains sesuai
dengan karakteristik biologi. Keterampilan proses sains merupakan keterampilan
yang harus dimiliki oleh siswa untuk menemukan konsep layaknya seorang
ilmuan. Keterampilan proses sains meliputi keterampilan mengobservasi,
membuat hipotesis, merencanakan penelitian, pengendalian variabel, menafsirkan
data, menyusun kesimpulan, meramalkan, menerapkan dan mengkomunikasikan.
Metode ceramah tidak mampu memfasilitasi siswa untuk aktif belajar dan
memiliki keterampilan proses sains untuk itu diperlukan suatu kondisi dimana
siswa mampu aktif dan mengembangkan keterampilan proses sainsnya, yaitu
harus terpenuhi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal misalnya
minat belajar siswa dan faktor eksternal adalah metode pembelajaran yang
digunakan.
Minat sangat diperlukan untuk mencapai tujuan belajar dengan maksimal.
Minat merupakan kecenderungan atau kegairahan yang tinggi atau keinginan yang
tinggi terhadap sesuatu. Minat yang baik dalam diri siswa terhadap mata pelajaran
memacu siswa untuk mencurahkan segala perhatian dan memiliki kemauan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
besar untuk menyelesaikan tugas belajar yang dibebankan dengan baik. Siswa
menjadi lebih banyak mengajukan pertanyaan, fokus selama pembelajaran,
mendengarkan materi dengan baik, melakukan aktifitas sesuai dengan situasi
pembelajaran, dan memiliki sikap duduk yang baik, dengan demikian siswa tentu
akan berusaha dengan sebaik mungkin untuk mengikuti proses pembelajaran dan
mencapai target belajar dengan baik.
Pemilihan metode pembelajaran sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
dalam pembelajaran. Apabila metode pembelajaran yang digunakan menarik
minat siswa maka keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran meningkat
dengan demikian mampu meningkatkan keterampilan proses sains pada diri siswa.
Alternatif yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran
biologi adalah dengan menggunakan metode pembelajaran inquiri terpimpin.
Metode inquiri terpimpin dapat dikatakan sebagai suatu metode yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan informasi sendiri dengan binbingan
guru. Pemilihan metode inquiri terpimpin didasarkan pada kondisi siswa yang
belum siap untuk melakukan penyelidikan secara mandiri. Hal ini dikarenakan
pembelajaran yang berlangsung selama ini bersifat teacher center sehingga
diperlukan sedikit campur tangan guru dalam memberikan bimbingan pada setiap
tahap penyelidikan demi kelancaran proses pembelajaran. Guru menyajikan
beberapa pengetahuan seraya mendorong siswa untuk mencari pengetahuan
sendiri. Tugas guru dalam pembelajaran metode inquiri terpimpin adalah sebagai
fasilitator, mediator, dan konselor sedangkan siswa ditempatkan sebagai subjek
belajar yang mengembangkan kreativitas dalam memecahkan permasalahan.
Langkah-langkah pembelajaran dengan metode inquiri terpimpin adalah
dengan observasi, perumusan masalah, menetapkan jawaban sementara /
hipotesis, siswa mencari informasi, data, fakta yang diperlukan, dan menarik
kesimpulan jawaban. Metode inquiri terpimpin sangat sesuai untuk
mengembangkan keterampilan proses sains siswa karena keterampilan proses
sains berkaitan dengan keterampilan-keterampilan yang dipelajari siswa untuk
melakukan sebuah penyelidikan seperti mengamati, merumuskan permasalahan,
hipotesis, merencanakan percobaan, melaksanakan percobaan, mengumpulkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
data dan membuat kesimpulan. Keterampilan ini sangat dibutuhkan untuk
keberhasilan penerapan metode inquiri terpimpin serta menumbuhkan sikap
ilmiah, sehingga metode inquiri terpimpin tidak dapat dipisahkan dengan
keterampilan proses sains siswa.
Metode inquiri terpimpin menjadikan siswa aktif, menantang siswa untuk
melakukan penyelidikan, dengan demikian pembelajaran biologi berlangsung
tidak hanya transfer of knowledge, tetapi juga mempelajari bagaimana cara
menemukan konsep dan bagaimana cara memecahkan permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian mengenai
“PENGARUH METODE INQUIRI TERPIMPIN DALAM
PEMBELAJARAN BIOLOGI TERHADAP KETERAMPILAN PROSES
SAINS DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA SMA”.
B. Perumusan Masalah
Dari masalah yang ada maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah penggunaan metode inquiri terpimpin dalam pembelajaran biologi
berpengaruh terhadap keterampilan proses sains siswa?
2. Apakah minat belajar siswa berpengaruh terhadap keterampilan proses sains
siswa?
3. Apakah ada interaksi antara metode inquiri terpimpin dengan minat belajar
siswa terhadap keterampilan proses sains siswa?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang telah dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui apakah penggunaan metode inquiri terpimpin dalam
pembelajaran biologi berpengaruh terhadap keterampilan proses sains siswa
2. Mengetahui apakah minat belajar siswa berpengaruh terhadap keterampilan
proses sains siswa
3. Mengetahui apakah terdapat interaksi antara metode inquiri terpimpin dengan
minat belajar siswa terhadap keterampilan proses sains siswa?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
a. Meningkatkan kemampuan keterampilan proses siswa dalam pembelajaran
biologi.
b. Memberikan suasana belajar yang berbeda dari biasanya sehingga
pembelajaran tidak monoton dan dapat membawa dampak pada peningkatan
minat belajar siswa.
2. Bagi Guru
a. Menambah wawasan tentang metode pembelajaran yang efektif dalam
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
b. Memberikan gambaran yang jelas pada guru mata pelajaran tentang
penggunaan metode inquiri terpimpin dalam pembelajaran biologi.
3. Bagi Institusi
a. Memberikan masukan atau saran dalam upaya mengembangkan suatu proses
pembelajaran yang mampu meningkatkan keterampilan proses sains siswa
SMA.
b. Memberikan masukan atau saran dalam upaya meningkatkan sumber daya
pendidikan sehingga menghasilkan output yang berkualitas, dan dapat
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Metode Inquiri Terpimpin
Pembelajaran dapat berhasil dengan baik apabila guru dapat menampilkan
pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik dan lingkungan
belajar di kelas sehingga peserta didik dapat aktif selama proses pembelajaran
berlangsung. Nana Sudjana dalam Dimyati dan Mudjiono (1999: 63) menyatakan
bahwa keterlibatan peserta didik / keaktifan peserta didik dapat dikondisikan.
Salah satunya adalah dengan menentukan metode pembelajaran yang tepat.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2005: 70) metode merupakan cara atau
siasat yang dipergunakan dalam pembelajaran. Metode adalah rencana
menyeluruh yang berhubungan dengan pengajaran bahan pelajaran secara teratur,
tidak saling bertentangan, dan mendasarkan diri atas suatu pendekatan. Sedangkan
pembelajaran menurut Agus Suprijono (2010: 13) merupakan proses, cara,
perbuatan mempelajari. Lebih lanjut, metode pembelajaran menurut Martinis
Yamin (2008: 145) merupakan cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi
contoh dan memberi latihan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan belajar.
Sementara itu, metode pembelajaran menurut Wenno (2008: 85) merupakan
teknik atau cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan interaksi
dengan siswa pada saat berlangsungnya pembelajaran. Berdasarkan uraian
tersebut maka metode pembelajaran diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata
dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Inkuiri berasal dari kata ”inquire”, yang berarti mencari atau
mempertanyakan. Sedangkan Inquiri secara harfiah berarti penyelidikan. Inkuiri
ditandai dengan adanya pencarian jawaban yang mempersyaratkan siswa
melakukan serangkaian kegiatan intelektual agar pengalaman ataupun masalah
dapat dipahami. Karena itu, inkuiri menekankan pada kemauan siswa untuk
mengalami proses belajarnya sendiri. Proses pembelajaran dipandang sebagai
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
stimulus yang dapat menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar.
Sementara itu, Victor dan Kellough (2004) dalam Jacobsen (2009: 243)
mengemukakan bahwa inkuiri merupakan sebuah proses dalam menjawab
pertanyaan-pertanyaan dan memecahkankan masalah-masalah berdasarkan pada
pengujian logis atas fakta-fakta dan observasi-observasi. Sedangkan menurut
Peggy Brickman (2009) inquiri merupakan metode untuk membimbing siswa
dalam menentukan variabel, menentukan langkah kerja, mengontrol variabel,
mengukur dan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang membantu siswa dalam
menemukan jawaban / konsep tertentu. Lebih lanjut, Mulyani (2001: 142)
mengemukakan bahwa metode inquiri melibatkan peserta didik dalam proses
mental untuk menemukan informasi-informasi yang diperlukan untuk mencapai
tujuan belajarnya. Kegiatan-kegiatan yang melibatkan proses mental peserta didik
menurut Mulyasa (2006: 109) dapat dilakukan dengan: mengajukan pertanyaan-
pertanyaan tentang fenomena alam, merumuskan masalah, menyusun hipotesis,
merancang dan melakukan eksperimen, mengumpulkan serta menganalisis data,
kemudian menarik kesimpulan.
Metode inquiri juga dapat diterapkan dengan guru memberikan suatu
benda/barang/buku yang masih asing kepada siswa, semua siswa diminta untuk
mengamati, meraba, melihat dengan seluruh alat inderanya. Kemudian guru
memberikan masalah/pertanyaan kepada seluruh siswa yang sudah siap dengan
jawaban atau pendapat. Jawaban atau pendapat yang sudah dikemukakan
terdahulu tidak boleh diulang oleh teman yang lainnya. Sehingga masalah
berkembang sesuai dengan garis pelajaran yang telah direncanakan. (Roestiyah,
2008: 76).
Salah satu dasar penting untuk bisa melakukan inquiri menurut Ari Widodo
(2009: 22) adalah kemampuan mengajukan pertanyaan produktif. Pertanyaan
produktif adalah pertanyaan yang jawabannya bisa ditemukan melalui kegiatan
atau pengamatan, sedangkan pertanyaan nonproduktif adalah pertanyaan yang
jawabannya didasarkan pada buku atau sumber kedua.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Tabel 1. Perbedaan antara pertanyaan produktif dan pertanyaan nonproduktif
Pertanyaan nonproduktif Pertanyaan produktif
Mendorong munculnya pengertian sains
sebagai informasi
Mendorong munculnya pengertian
bahwa sains adalah cara kerja
Jawaban diperoleh dari sumber kedua
misal dari bacaan
Jawaban diperoleh dari pengamatan
langsung yang menuntut tindakan
pengamatan atau percobaan
Cenderung menekankan bahwa ada
jawaban yang lebih benar
Mendorong munculnya kesadaran
bahwa jawaban yang berbeda bisa saja
benar, tergantung konteks
Anak dengan kemampuan verbal baik
cenderung lebih aktif dan banyak
menjawab
Hampir semua anak bisa menjawab
pertanyaan
Jelly (1985: 4)
Menurut Sund and Trowbridge (1973) dalam Mulyasa (2006:109) metode
inquiri dibagi menjadi tiga, yaitu inquiri terpimpin, inquirI bebas, dan inquiri
bebas yang dimodifikasi. Penelitian ini menggunakan metode inquiri terpimpin
(guide inquiry). Inquiri terpimpin merupakan suatu metode yang diterapkan pada
peserta didik yang belum terbiasa dengan metode inquri. Pembelajaran
dilaksanakan dengan bantuan dari guru yang berupa guru memberikan
pertanyaan-pertanyaan secara runtut dan sistematis kemudian dengan petunjuk
yang jelas dari guru, peserta didik menyusun dan mengumpulkan data untuk
memperoleh informasi yang diinginkan. Pada tahap awal bimbingan dan arahan
cukup luas. Namun, sejalan dengan waktu, sedikit demi sedikit bimbingan
dikurangi. Pendapat ini didukung oleh Jamal Ma’mur Asmani (2010: 159) yang
menyatakan bahwa metode inquiri merupakan metode yang menempatkan peserta
didik sebagai subjek belajar, namun guru tetap memegang peranan penting
sebagai perancang pembelajaran.
Guru berperan sebagai pengarah siswa untuk melakukan suatu kegiatan.
Guru dapat memancing pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik yang
kemudian peserta didik aktif untuk memecahkan permasalahan yang diberikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Dengan demikian, peserta didik aktif membaca buku, berpikir, bertukar pikiran
dan berdiskusi. Tugas guru selain sebagai penggiring peserta didik, juga sebagai
pencipta iklim yang kondusif dalam proses pembelajaran di kelas. Hal ini dapat
diciptakan menggunakaan fasilitas media dalam bentuk modul pembelajaran.
Jamal Ma’mur Asmani (2010: 158) menyatakan bahwa metode inquiri
merupakan metode pembelajaran yang mampu menyadarkan peserta didik
mengenai apa yang telah dialami dalam belajar. Siswa dituntut berpikir untuk
memproses pengalaman yang telah diperoleh menjadi sesuatu yang bermakna
dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, proses inquiri dapat berjalan dengan baik jika
peserta didik memiliki bekal pengetahuan yang kemudian siswa memproses
pengetahuan yang telah dimiliki menjadi sesuatu yang bermakna dalam kehidupan
sehari-hari. Peserta didik memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan dari
hasil inquiri.
Siklus inquiri menurut Suwarna (2006: 122) meliputi observasi, bertanya,
mengajukan dugaan, pengumpulan data dan kesimpulan. Siklus inquiri yang
pertama adalah observasi. Peserta didik dihadapkan pada fenomena alam yang
terjadi disekitar lingkungan peserta didik untuk dilakukan pengamatan. Kemudian
guru mengajukan pertanyaan berkaitan dengan fenomena tersebut, dilanjutkan
dengan siswa mengajukan dugaan-dugaan berkaitan dengan pertanyaan. Dugaan-
dugaan tersebut dikumpulkan kemudian dilakukan penyelidikan berdasarkan
eksperimen atau dengan menggali berbagai informasi kemudian hasil
penyelidikan dianalisis untuk kemudian penarikan kesimpulan sebagai jawaban
atas pertanyaan yang diajukan. Kesimpulan dapat diperoleh dengan jalan peserta
didik aktif, kreatif, berpikir kritis, analitis dan produktif.
Langkah-langkah dalam proses inquiri menurut Wenno (2008: 62) adalah
a. observasi, b. perumusan masalah, c. menetapkan jawaban sementara / hipotesis,
d. siswa mencari informasi, data, fakta yang diperlukan, e. menarik kesimpulan
jawaban. Implementasi inquiri di kelas adalah sebagai berikut: mengidentifikasi
dan merumuskan situasi dengan jelas yang berarti memfokuskan inkuiri, guru
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, pertanyaan yang diberikan bertujuan untuk
merangsang keingintahuan peserta didik. Setiap peserta didik aktif berpikir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
menemukan dugaan-dugaan atas pertanyaan yang diberikan berdasarkan atas
pengetahuan yang dimiliki, kemudian siswa mengumpulkan data yang relevan
dengan hipotesis yang dibuat dengan cara menjelajahi informasi atau data
eksperimen, dilanjutkan dengan mengevaluasi data tersebut untuk sampai kepada
kesimpulan.
Langkah-langkah dalam inkuiri terpimpin menurut Mulyasa (2006: 109)
mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena alam, merumuskan masalah
yang ditemukan, merumuskan hipotesis, merancang dan melakukan eksperimen,
mengumpulkan dan menganalisis data, serta menarik kesimpulan. Langkah-
langkah dalam inkuiri terpimpin ini mempunyai peranan yang sangat penting
dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Para siswa akan berperan aktif melatih
keberanian, berkomunikasi dan berusaha mendapatkan pengetahuan sendiri untuk
memecahkan masalah yang dihadapi. Tugas guru adalah mempersiapkan skenario
pembelajaran sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Salah satu cara
yang dilakukan untuk mendukung proses inquiri adalah dengan memberikan teka
teki bergambar. Menurut Roestiyah (2008: 79) gambar, peragaan, atau situasi
yang sesungguhnya dapat digunakan untuk meningkatkan cara berpikir kritis dan
kreatif siswa.
Keunggulan metode inquiri menurut Hanafiah dan Cucu Suhana (2009:
79) yaitu: a. membantu peserta didik untuk mengembangkan penguasaan
keterampilan dalam proses kognitif, b. peserta didik lebih mudah dalam
memahami materi dan lebih mengendap dalam pikiran siswa, c. mampu motivasi
dan gairah belajar peserta didik untuk belajar lebih giat lagi, d. memberikan
peluang untuk maju dan berkembang sesuai dengan kemampuan dan minat
masing-masing peserta didik, e. memperkuat dan menambah kepercayaan pada
diri sendiri dengan proses penyelidikan.
Sedangkan kelemahan yang dimiliki oleh metode inkuiri dalam pelaksaan
pembelajaran di kelas menurut Hanafiah dan Cucu Suhana (2009: 79) adalah a.
peserta didik harus memiliki kesiapan dan kematangan mental serta kemauan
untuk mengetahui keadaan sekitar dengan baik, b. jumlah siswa yang besar
menyebabkan pelaksanaan inkuiri kurang memuaskan, c. guru dan siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
sudah sangat terbiasa dengan pembelajaran gaya lama maka metode inquiri ini
akan sangat mengecewakan. Lebih lanjut, kelemahan metode inquiri menurut
Slameto (1991:117) adalah : a. Tidak dapat diterapkan secara aktif pada semua
tingkatan kelas, b. Tidak semua guru/instruktur mampu menerapkan metode
inquiri, c. Terlalu menekankan aspek kognitif dan kurang menekankan aspek
afektif, d. memerlukan banyak waktu.
2. Minat Belajar Biologi
Siswa merupakan satu komponen yang menjadi sentral dalam proses
pembelajaran biologi. Siswa sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki
tujuan dan keinginan untuk mencapai apa yang menjadi cita-cita secara maksimal.
Siswa merupakan faktor penentu bagi masa depan siswa itu sendiri, sehingga
tanpa minat dari diri peserta didik dalam proses pembelajaran biologi maka tidak
akan berhasil dengan maksimal karena menurut Sardiman (2007: 95) proses
belajar baru akan berjalan dengan lancar jika disertai dengan minat belajar yang
baik.
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan
yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Mursal (1981)
dalam Syaiful Bahri Djamarah (2005: 60) minat adalah perhatian yang
mengandung unsur-unsur perasaan. Sementara itu, Hilgard dalam Slameto (1995:
57) minat adalah kecenderungan untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
kegiatan. Sedangkan menurut Kurt Singer (1973: 78) minat adalah suatu landasan
yang paling meyakinkan demi keberhasilan suatu proses belajar. Pendapat lain
dikemukakan oleh Uzer Usman (2005: 27) yang menyatakan bahwa minat
merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang dan berpengaruh
terhadap belajar. Lebih lanjut, menurut Winkel (1996: 188) minat diartikan
sebagai kecenderungan subyek yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang
studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu.
Kemudian, menurut Whitherington (1984) dalam Syaiful Bahri Djamarah (2005:
60) minat diartikan sebagai kesadaran seseorang bahwa suatu objek, atau situasi
bersangkut paut dengan dirinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Beberapa pendapat mengenai pengertian minat belajar tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa minat belajar biologi timbul karena adanya kemauan,
kesadaran, perhatian, ketertarikan, dan perasaan senang terhadap pembelajaran
sehingga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan proses pembelajaran biologi.
Bila peserta didik berminat terhadap mata pelajaran biologi maka dia akan
memperhatikannya dalam jangka waktu tertentu, dengan demikian konsentrasi
peserta didik dapat terpusatkan pada pelajaran biologi. Seorang peserta didik akan
belajar dengan sungguh- sungguh apabila ia menaruh minat yang tinggi pada
materi yang diajarkan oleh guru dan akan memberikan hasil belajar yang
memuaskan. Siswa yang berminat pada pelajaran biologi akan memusatkan
perhatiannya dan mengikuti proses pembelajaran dengan penuh gairah.
Ada tiga cara yang digunakan untuk menentukan minat menurut Dewa
Ketut Sukardi (1988: 63) yaitu: minat yang diekspresikan (expressed interest).
Seseorang dapat mengungkapkan minat atau pilihannya dengan kata tertentu,
misalnya:seseorang mungkin mengatakan bahwa dia tertarik dalam menciptakan
suatu model pesawat udara, dalam mengumpulkan perangko, dalam
mengumpulkan mata uang logam; minat yang diwujudkan (manifest Interest).
Seseorang dapat mengekspresikan minat bukan melalui kata-kata tetapi melalui
tindakan atau perbuatan, ikut serta berperan aktif dalam suatu aktivitas tertentu,
misalnya : siswa dapat ikut serta menjadi anggota klub musik, drama, sains dan
matematika. Hobi dan asosiasi dengan siswa yang lain dalam aktivitas
berkelompok dan organisasi remaja adalah suatu cara untuk mewujudkan minat-
minatnya; minat yang diinventarisasikan (inventoried interest ). Seorang menilai
minatnya dapat diukur dengan menjawab terhadap sejumlah pertanyaan tertentu
dan urutan pilihannya untuk kelompok aktivitas tertentu. Rangkaian pertanyaan
semacam ini disebut inventori minat.
Unsur- unsur yang berperan untuk mengetahui minat siswa terhadap
suatu mata pelajaran yang antara lain disebutkan sebagai berikut:
1) Kemauan
Apabila seseorang sudah menetapkan satu putusan untuk dikerjakan
maka timbullah dorongan pada diri seseorang untuk bertindak melaksanakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
putusan itu (Sardiman, 2007 : 89). Adanya kemauan untuk berbuat atau
melakukan sesuatu hal menandakan minat seseorang. Karena adanya kemauan
maka timbul keingintahuan dan kesadaran untuk melakukan sesuatu.
2) Perhatian
Perhatian merupakan pemusatan energi psikis yang tertuju pada suatu
obyek pelajaran (Sardiman, 2007 : 45). Seseorang yang menaruh minat terhadap
suatu hal maka akan mempunyai kecenderungan untuk memperhatikan. Perhatian
dapat timbul secara langsung karena sudah ada kesadaran pada diri siswa akan
tujuan dan kegunaan mata pelajaran yang diikuti. Selain itu, perhatian juga baru
dapat timbul bila mendapat rangsangan dari guru berupa pembelajaran yang
menarik (Slameto, 1991: 86). Apabila terdapat perhatian pada diri siswa mengenai
pelajaran biologi, maka pelajaran yang diterima akan dihayati, diolah dalam
pikiran, sehingga timbullah pengertian. Syaiful Bahri Djamarah (2005: 59-60)
menambahkan bahwa perhatian pada siswa dapat ditunjukkan dengan perhatian
terarah pada pembicaraan guru, pandangan dan anggota tubuhnya duduk dengan
baik ketika guru sedang menjelaskan bahan pelajaran, tidak terkejut saat diberi
pertanyaan atau ada sesuatu yang mengejutkan, siswa melihat ke papan tulis,
gambar, guru, buku, tulisan di papan tulis, mendengarkan apa yang guru ucapkan,
dan bukan melihat ke arah luar jika ingin belajar.
3) Perasaan
Perasaan dibedakan menjadi perasaan senang dan perasaan tidak senang.
Perasaan senang merupakan ungkapan menyukai terhadap sesuatu hal. Perasaan
ini merupakan perasaan tanggapan yang mempunyai makna perasaan yang
mengiri apabila kita menganggap suatu keadaan (Agus Sujanto, 2004: 77).
Perasaan tanggapan menimbulkan keinginan untuk mengadakan interaksi dengan
hal yang disenanginya. Dapat dikatakan perasaan senang menimbulkan minat
terhadap sesuatu hal sedang perasaan tidak senang berperan sebaliknya yaitu
menurunkan minat.
4) Kesadaran
Apabila seseorang sudah menetapkan satu putusan untuk dikerjakan
maka timbullah dorongan pada diri seseorang untuk bertindak melaksanakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
putusan itu (Sardiman, 2007 : 89). Adanya kesadaran untuk berbuat atau
melakukan sesuatu hal menandakan minat seseorang. Karena adanya kesadaran
maka timbul keingintahuan dan kemauan untuk melakukan sesuatu.
5) Konsentrasi
Konsentrasi menurut Sardiman (2007: 40) dimaksudkan memusatkan
segenap kekuatan perhatian pada situasi belajar. Konsentrasi adalah pemusatan
perhatian secara menyeluruh terhadap sesuatu hal. Adanya konsentrasi
menunjukkan bahwa seseorang dikatakan berminat pada sesuatu hal. Seseorang
yang berminat terhadap sesuatu akan berkonsentrasi dalam melakukan kegiatan.
Usaha konsentrasi pelajaran menyebabkan siswa memperoleh pengalaman
langsung, mengamati sendiri, meneliti sendiri, untuk menyusun dan
menyimpulkan pengetahuan sendiri. (Slameto, 1991:88).
Minat belajar dalam pembelajaran biologi yang ada dalam diri peserta
didik muncul dengan didorong oleh beberapa faktor. Kurt Singer (1973: 92)
mengemukakan beberapa persyaratan untuk menumbuhkan minat belajar peserta
didik adalah sebagai berikut:
a) Pelajaran akan menarik perhatian jika terlihat terdapat hubungan antara
pelajaran dengan kehidupan nyata.
b) Pelajaran menarik harus mempertimbangkan minat pribadi peserta
didik.
c) Pelajaran akan lebih menarik bagi peserta didik jika mereka memberi
kesempatan untuk giat dan mandiri.
d) Minat peserta didik akan bertambah jika ia dapat melihat dan
mengalami bahwa yang dipelajari itu dapat mencapai tujuan tertentu.
e) Guru harus memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berperan
serta atau bahkan menumbuhkan rasa keterlibatan aktif peserta didik.
Minat belajar dalam pembelajaran biologi yang dimiliki oleh peserta didik
tidak serta merta datang dengan sendirinya, melainkan perlu dibangkitkan dan
dikembangkan. Usaha-usaha yang dilakukan untuk membangkitkan minat
menurut Winkel (1996: 189) antara lain:
1) Membina hubungan yang akrab dengan peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
2) Menyajikan bahan pelajaran yang tidak terlalu diatas daya tangkap
siswa, namun juga tidak jauh di bawahnya.
3) Menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi ajar.
4) Tidak membodohkan peserta didik jika mereka belum bisa.
Lebih lanjut, Sardiman (2007:95) minat dapat dibangkitkan dengan:
1) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan.
2) Menghubungkan dengan pengalaman masa lampau.
3) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
4) Menggunakan berbagai macam brntuk mengajar.
Inti dari uraian di atas adalah untuk membangkitkan minat belajar peserta
didik dalam pembelajaran biologi diperlukan suatu kondisi belajar yang
menyenangkan, terbuka, dan memberikan pemahaman kepada peserta didik
bahwa ilmu yang sedang dipelajari merupakan kebutuhan bagi peserta didik untuk
sekarang ataupun nanti.
Terdapat empat cara untuk mengukur minat menurut Wayan Nurkancana
dan Sunartama (1986 : 232) yaitu metode observasi, kuesioner, interview, dan
inventori. Pengukuran minat dengan menggunakan metode observasi dapat
dilakukan dengan mengamati minat seseorang dalam kehidupan nyata. Pencatatan
hasil observasi dapat dilakukan selama observasi berlangsung. Pada metode
kuesioner, daftar-daftar berupa pertanyaan tentang minat diajukan kepada
responden untuk dijawab dengan menuliskan persyaratan. Metode inilah yang
digunakan dalam penelitian ini. Metode berikutnya yaitu metode interview
dilakukan untuk memperoleh informasi langsung dari responden. Selanjutnya
metode yang terakhir yaitu metode inventori adalah metode pengukuran atau
penilaian yang sejenis dengan kuesioner hanya saja responden memberi jawaban
dengan memberi tanda lingkaran, menyilang, atau tanda lain yang berupa
jawaban singkat dari pertanyaan lengkap.
3. Keterampilan Proses Sains
Aspek proses dalam pembelajaran biologi merupakan suatu hal yang tidak
dapat terpisahkan karena rancangan pembelajaran biologi harus sesuai dengan
hakikat belajar biologi dan sesuai dengan tujuan belajar yang telah ditetapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
yang meliputi tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Ango (2002)
menyatakan bahwa untuk dapat mengaplikasikan konsep, attitude dan psikomotor
dalam kehidupan maka diperlukan bermacam-macam keterampilan proses.
Keterampilan proses sains merupakan komponen dasar untuk mempelajari sains
dibawah bimbingan guru. Pendapat ini diperkuat dengan pernyataan yang di
kemukakan Ausubel (1968) dalam Ango (2002) bahwa keterampilan proses
merupakan langkah yang penting untuk membangun pemahaman konsep ilmiah,
teori dan memahami betul prosedur ilmiah guna memecahkan permasalahan.
Keterampilan proses sains merupakan seperangkat keterampilan yang
digunakan para ilmuan dalam melakukan penyelidikan ilmiah. Belajar biologi
akan bermakna bilamana siswa terlibat aktif secara intelektual, manual dan sosial
maka keterampilan proses sains perlu dikembangkan. Beberapa alasan mengenai
seberapa penting keterampilan proses sains menurut Wenno (2008: 66 – 67)
adalah:
a) Sains tidak terpisahkan dengan metode penyelidikan, hal ini berarti
bahwa untuk memahami sains tidak hanya mengetahui materi sains
saja, melainkan dapat memahami bagaimana cara mengumpulkan fakta
dan mengolahnya untuk membuat suatu penafsiran atau kesimpulan.
b) Keterampilan proses sains diperlukan sepanjang hayat (life-long
learning), yang digunakan tidak hanya sekedar untuk mempelajari
ilmu melainkan juga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Funk (1985) dalam Dimyati dan Mudjiono (1999: 140), ada dua
kelompok keterampilan didalam keterampilan proses, yaitu keterampilan dasar
(basic skills) dan keterampilan terintegrasi (integrated skills). Keterampilan dasar
terdiri atas enam keterampilan, yaitu mengobservasi, mengklasifikasi,
memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Keterampilan
terintegrasi terdiri atas mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data,
menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel,
mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis,
memdefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian dan
melaksanakan eksperimen. Sedangkan menurut Nuryani (2005: 80-81),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
keterampilan proses sains dibagi menjadi 9 keterampilan, yaitu melakukan
pengamatan, menafsirkan pengamatan, mengelompokkan, meramalkan,
berkomunikasi, berhipotesis, merencanakan percobaan, menerapkan konsep atau
prinsip, dan mengajukan pertanyaan.
Keterampilan proses sains yang akan diukur dalam penelitian ini terdiri
atas 5 keterampilan, yaitu mengobservasi, merumuskan pertanyaan, merumuskan
hipotesis, menyusun cara kerja dan menarik kesimpulan.
1. Mengobservasi atau mengamati
Keterampilan mengamati merupakan keterampilan paling dasar dalam
memproses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakan hal terpenting
untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan proses yang lain. Menurut
Sigit Saptono (2001: 71) keterampilan mengamati mencakup kemampuan yang
melibatkan semua alat indera untuk menyatakan sifat yang dimiliki oleh satu atau
lebih onjek. Lebih lanjut Nuryani (2005: 80) menyatakan bahwa observasi
dilakukan dengan menggunakan indera penglihatan, pembau, pendengar,
pengecap, dan peraba. Selain itu, menggunakan fakta yang relevan dan memadai
dari hasil pengamatan juga merupakan bagian dari mengobservasi.
2. Mengajukan pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan dapat meminta penjelasan, tentang apa,
mengapa, bagaimana, atau menanyakan latar belakang hipotesis. Pertanyaan
tentang latar belakang hipotesis menunjukkan siswa sudah memiliki gagasan atau
perkiraan untuk menguji atau memeriksanya. Mary L Ango (2011) dalam
jurnalnya mengatakan bahwa keterampilan bertanya merupakan dasar terjadinya
komunikasi di dalam kelas. Pertanyaan menjembatani guru dan siswa untuk
membuat proses pembelajaran sains lebih hidup dan aktif. Pertanyaan yang
diajukan memiliki karakteristik yang berbeda, melayani berbagai fungsi dan
dapat menstimulasi pemikiran yang berbeda.
3. Merumuskan hipotesis
Hipotesis merupakan suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan
pengamatan tertentu. Seorang ilmuan biasanya membuat hipotesis yang kemudian
diuji melalui eksperimen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
4. Menyusun Cara Kerja
Menyusun cara kerja perlu di latih agar dalam pelaksanaannya tidak
terjadi pemborosan waktu, tenaga, biaya serta hasil yang mungkin tidak sesuai
dengan yang diharapkan.
5. Membuat Kesimpulan
Menghubung-hubungkan hasil percobaan, menemukan pola dalam suatu
seri pengamatan dan menarik kesimpulanmengenai percobaan yang dilakukan.
Guru berperan penting dalam mengembangkan keterampilan proses sains
siswa. Peran guru dalam pengembangan keterampilan proses sains siswa menurut
Nuryani (2010: 1.21-1.25) secara umum adalah memberikan kesempatan kepada
siswa untuk melakukan eksplorasi materi dan fenomena dengan menggunakan
alat-alat indera, memberikan kesempatan untuk berdiskusi dalam kelompok kecil,
mendengarkan pembicaraan siswa dan mempelajari produk yang dihasilkan yang
diperlukan untuk membentuk gagasan siswa, mendorong siswa untuk mengenali
keterampilan-keterampilan yang perlu diitngkatkan dan mendorong siswa untuk
mempertimbangkan cara-cara alternatif untuk mengembangkan kegiatan mereka
serta memberikan strategi yang diperlukan untuk mengembangkan keterampilan
penyelidikan.
Keterampilan proses sains dapat diukur dengan berbagai cara yaitu dengan
tes perbuatan, tes tertulis dan tes lisan. (Sigit, 2001: 73). Tes perbuatan mampu
mengukur penguasaan keterampilan secara menyeluruh, tetapi banyak
membutuhkan waktu, alat dan bahan. Sedangkan tes tertulis memiliki daya
jangkau yang luas baik dari segi testee, alat, bahan maupun waktu. Namun
demikian, tes tertulis hanya mampu mengukur kemampuan mental yang kemudian
dituangkan dalam bentuk tulisan dan tidak mampu mengungkap kemampuan
manual nyata yang dimiliki siswa. Tes kelompok memungkinkan siswa untuk
berkomunikasi dan bekerja sama lebih banyak, tetapi kurang dapat
mengungkapkan keterampilan perseorangan. Keterampilan proses dapat
dievaluasi secara bagian demi bagian menurut jenis dengan catatan tetap
melibatkan mental bersama dengan kemampuan manual dan sosial siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
4. Pembelajaran Biologi
Pembelajaran menurut Agus Suprijono (2010: 13) merupakan terjemahan
dari learning. Berdasarkan makna leksikal, pembelajaran berarti proses, cara,
perbuatan mempelajari. Sedangkan menurut Slavin (2008:179) pembelajaran
didefinisikan sebagai perubahan dalam diri siswa yang disebabkan oleh
pengalaman. Sementara itu, menurut Mulyasa (2006: 193) pembelajaran pada
hakekatnya adalah proses interaksi antar peserta didik dengan lingkungannya,
sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Pendapat ini
diperkuat oleh Syaiful Sagala (2009:164) yang menyatakan bahwa pembelajaran
merupakan proses komunikasi dua arah, yaitu mengajar dilakukan oleh guru
sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik dengan
mempelajari pengetahuan dan keterampilan mengenai materi-materi pembelajaran
sehingga dapat dikatakan bahwa pembelajaran ialah upaya membelajarkan peserta
didik. Lebih jauh, Hamzah B. Uno (2006:134-135) mengungkapkan bahwa
pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau desain sebagai upaya
membelajarkan siswa sehingga siswa berinteraksi dengan keseluruhan sumber
belajar yang mungkin dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan oleh peserta didik dalam
mempelajari suatu materi pelajaran dengan difasilitasi oleh guru untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan berupa perolehan pengetahuan, perubahan tingkah
laku ke arah yang lebih baik, dan perolehan sikap. Guru berperan untuk
menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didik, sedangkan siswa sebagai subjek
belajar. Siswa sebagai subjek belajar yang aktif dituntut untuk melakukan proses
berpikir, mencari, mengolah, mengurai, menggabungkan, menyimpulkan dan
menyesuaikan masalah, sehingga pembelajaran lebih menekankan bagaimana
membelajarkan siswa, bukan pada apa yang dipelajari siswa. Pembelajaran yang
penuh makna adalah pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan minat
peserta didik dan terdapat hubungan yang erat dengan kehidupan nyata serta
berguna dalam kehidupannnya (Syaiful Sagala, 2009:164).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Biologi merupakan bagian dari sains sehingga karakteristik biologi tidak
berbeda jauh dengan karakteristik sains yaitu obyek kajian berupa gejala-gejala
kebendaan dan dapat ditangkap indera; dikembangkan berdasarkan pengalaman
empiris (pengalaman nyata); memiliki langkah-langkah sistematis yang bersifat
baku, menggunakan cara berfikir logis; yang bersifat induktif artinya berfikir
dengan menarik kesimpulan dari hal-hal yang khusus menjadi ketentuan yang
berlaku umum; hasilnya bersifat obyektif atau apa adanya, terhindar dari
kepentingan pelaku (subyektif); hasil berupa fakta, prinsip, hukum, dan teori.
(Wenno, 2008: 2-3).
Biologi menurut Nuryani (2010: 1.6) merupakan ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang bekerja ilmiah, klasifikasi dan keanekaragaman hayati,
makhluk hidup dan lingkungan, struktur dan fungsi, pewarisan sifat dan aplikasi
biologi. Berdasarkan uraian tersebut, lingkup pembelajaran biologi yang pertama
adalah proses berupa bekerja ilmiah sedangkan lingkup pembelajaran berikutnya
adalah berupa produk yang meliputi fakta, konsep, hukum dan prinsip tentang
dunia kealaman. Produk tersebut hanya dapat diperoleh melalui proses yaitu
melalui metode ilmiah (scientific methods). Hal ini didukung oleh pendapat
Wenno (2008: 3) yang mengatakan bahwa elemen utama biologi adalah sebagai
proses dan produk yang saling melengkapi. Biologi sebagai proses merupakan
rangkaian kegiatan ilmiah untuk mendapatkan pengetahuan yang disebit dengan
produk ilmiah.
Berdasarkan uraian tersebut, pembelajaran biologi hendaknya tidak
dengan memberikan produk biologi sebanyak-banyaknya melainkan pembelajaran
biologi yang memberikan kesempatan berbuat, berpikir, dan bertindak seperti
ilmuan dengan mengikuti metode ilmiah dalam memecahkan permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran biologi yang tepat adalah dengan memberikan kesempatan
dan bekal untuk memproses biologi dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-
hari dengan mengikuti cara yang benar dan sesuai dengan etika keilmuan sserta
etika yang berlaku di dalam masyarakat. Lebih lanjut, Saptono (2001) mengatakan
bahwa belajar biologi tidak cukup sekadar mengingat dan memahami konsep yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
ditemukan oleh ilmuwan. Akan tetapi, yang sangat penting adalah pembiasaan
perilaku ilmuwan dalam menemukan konsep yang dilakukan melalui percobaan
dan penelitian ilmiah sehingga dapat menghasilkan berbagai keterampilan yang
dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa.
B. Kerangka Pemikiran
Biologi merupakan salah satu ilmu pengetahuan alam yang berkembang
dengan pesat seiring dengan perkembangan IPTEK. Efek yang ditimbulkan oleh
semakin pesatnya temuan-temuan dalam bidang kebiologian adalah semakin
bertambahnya materi-materi biologi yang harus dikuasai oleh peserta didik di
sekolah-sekolah. Hal ini menjadikan kesulitan tersendiri bagi kalangan pendidikan
karena harus merombak cara belajar lama menuju cara belajar yang lebih efektif
dan ini merupakan suatu hal yang sulit. Umumnya guru mengatasi kondisi seperti
ini dengan mengejar ketuntasan materi tetapi tidak memperhatikan aspek proses
sehingga porsi kemampuan memori lebih ditonjolkan sedangkan porsi untuk
aplikasi di dunia nyata serta kemampuannya dalam memecahkan permasalahan
sangat sedikit. Kondisi semacam ini menempatkan guru sebagai sumber utama
ilmu sedangkan siswa sebagai penerima ilmu yang pasif. Suatu hal yang kurang
tepat karena anak didik dibekali akal untuk berpikir dan berkreasi serta
mendapatkan keterampilan yang semestinya mereka dapatkan seperti
keterampilan untuk membangun konsep dengan melakukan serangkaian kegiatan
penyelidikan ilmiah tetapi selama pembelajaran berlangsung kegiatan siswa lebih
banyak mendengarkan, dan mencatat sehingga keterampilan proses sains tidak
tersampaikan. Selain itu, hal ini juga berefek negatif pada minat belajar siswa
dalam pembelajaran biologi. Padahal, minat menjadi faktor penting dalam
keberhasilan belajar. Minat belajar akan mendorong siswa untuk melakukan
aktifitas sesuai dengan bidang yang siswa sukai, menjadikan siswa lebih fokus
dalam pembelajaran, dan memiliki kemauan yang serta usaha yang maksimal
dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, oleh karena itu tanpa minat
belajar maka proses pembelajaran tidak dapat berlangsung dengan baik dan
hasilnya juga tidak dapat maksimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Penggunaan metode pembelajaran inquiri terpimpin diharapkan dapat
menjadi solusi dari permasalahan yang sedang dihadapi. Pembelajaran inquiri
terpimpin ini siswa dilatih untuk bekerja sesuai dengan metode ilmiah seperti
seorang ilmuan sedangkan untuk berhasil dalam bekerja dengan metode ilmiah
seorang siswa harus memiliki keterampilan proses sains yang memadai sehingga
dengan penerapan metode inquiri ini diharapkan dapat melatih keterampilan
proses sains siswa dan menambah ketertarikannya untuk melakukan penyelidikan
dimasa yang akan datang, dengan demikian pembelajaran biologi berpeluang
besar untuk menciptakan bibit-bibit seorang peneliti sains yang handal.
Untuk memperjelas kerangka pemikiran tersebut, maka dapat
digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut:
Gambar 1 : Skema Kerangka Pemikiran
Keterangan :
X = Metode pembelajaran
X1 = Metode inquiri terpimpin
X1
Y1
A
A
Y3
Y2
X1Y1A
A X1Y3A
X1Y2A
Y2
Y1
Y3 A
A
A
X0Y3A
X0Y2A
X0 Y1A
X
0
X
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
X0 = Metode konvensional
Y = Minat belajar siswa
Y1 = Minat belajar siswa rendah
Y2 = Minat belajar siswa sedang
Y3 = Minat belajar siswa tinggi
A = Keterampilan proses sains
X1Y1A = Interaksi antara metode inquiri terpimpin dengan minat belajar siswa
rendah terhadap keterampilan proses sains.
X1Y2A = Interaksi antara metode inquiri terpimpin dengan minat belajar siswa
sedang terhadap keterampilan proses sains.
X1Y3A = Interaksi antara metode inquiri terpimpin dengan minat belajar siswa
tinggi terhadap keterampilan proses sains.
X0 Y1A= Interaksi antara metode konvensional dengan minat belajar siswa rendah
terhadap keterampilan proses sains.
X0 Y2A= Interaksi antara metode konvensional dengan minat belajar siswa sedang
terhadap keterampilan proses sains.
X0 Y3A= Interaksi antara metode konvensional dengan minat belajar siswa tinggi
terhadap keterampilan proses sains.
C. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran, maka hipotesis
penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Ada pengaruh penggunaan metode inquiri terpimpin dalam pembelajaran
biologi terhadap keterampilan proses sains siswa.
2. Ada pengaruh minat belajar siswa terhadap keterampilan proses sains
siswa.
3. Ada interaksi antara metode inquiri terpimpin dengan minat belajar siswa
terhadap keterampilan proses sains siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri I Boyolali kelas XI yang
beralamat di Jalan Kates No 8 Boyolali.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran
2011/2012 dimulai pada bulan Oktober 2011. Pelaksanaan penelitian ini
dilakukan secara bertahap dengan tahap-tahap sebagai berikut :
a. Tahap Persiapan
Tahap persiapan, meliputi: permohonan pembimbing, survei sekolah
yang bersangkutan, pengajuan judul skripsi, pembuatan proposal, pembuatan
silabus (Lampiran 1 hal 61), pembuatan RPP (Lampiran 1 hal 64-99), pembuatan
LKS (Lampiran 1 hal 100-142), try out angket (Lampiran 3 hal 165-172 ), dan
perijinan penelitian (Lampiran 5 hal 189) yang dilaksanakan pada bulan Juni
2011 sampai September 2011.
b. Tahap Penelitian
Tahap penelitian, meliputi : semua kegiatan yang dilaksanakan di tempat
penelitian yang meliputi pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan rancangan
pembelajaran, dan pengambilan data. Dilaksanakan pada bulan Oktober – awal
November 2011.
c. Tahap Penyelesaian
Tahap penyelesaian, meliputi: analisa data (Lampiran 3 hal 173-184) dan
penyusunan laporan. Dilaksanakan bulan November 2011 sampai selesai.
B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (1998:115), “Populasi adalah keseluruhan
subyek yang akan diteliti”. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa
kelas XI SMA Negeri I Boyolali tahun pelajaran 2011/2012.
24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
2. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas, yaitu kelas XI IPA 6
sebanyak 32 siswa sebagai kelompok kontrol dan kelas XI IPA 2 sebanyak 32
siswa sebagai kelompok eksperimen.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
cluster random sampling. Menurut Subana dan Sudrajat (2009:123) cluster
random sampling adalah pengambilan sampel secara random yang bukan
individual, tetapi kelompok-kelompok unit yang kecil atau “kluster”. Kelas
dianggap kelompok sampling yang mewakili populasi. Dari enam kelas pada kelas
XI IPA di SMA Negeri 1 Boyolali dilakukan pengambilan secara random dua
kelompok untuk dijadikan sampel yaitu satu sebagai kelompok eksperimen dan
satu sebagai kelompok kontrol.
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang menjadi sumber objek pengamatan dan
sebagai faktor yang berperan dalam peristiwa yang diteliti. Pada penelitian ini
terdapat dua veriabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel-variabel tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Variabel Bebas
1) Metode pembelajaran yang diterapkan di dalam kelas. Metode yang
digunakan untuk kelas eksperimen adalah metode inkuiri terpimpin,
sedangkan untuk kelas kontrol menggunakan metode yang biasa
diterapkan guru dalam mengajar di kelas.
2) Minat Belajar Biologi Siswa
Minat belajar biologi siswa adalah suatu kecenderungan yang menetap
pada diri seseorang dan menyebabkan seseorang tersebut memberikan
perhatian dengan rasa senang terhadap bidang studi biologi dalam proses
belajar mengajar yang ditunjukkan dengan angket minat belajar yang
diubah ke skala ordinal. Minat dikategorikan menjadi tiga, yaitu minat
tinggi, sedang dan rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
(1) minat belajar tinggi, jika X ≥ X gab + Sgab
(2) minat belajar sedang, jika X gab - Sgab < X < X gab + Sgab
(3) minat belajar rendah, jika X ≤ X gab - Sgab
dengan:
X : skor observasi minat
Xgab : rerata skor observasi minat
Sgab : standar deviasi gabungan
(Anas Sudijono, 2008: 448-451)
b. Variabel Terikat
1) Keterampilan proses sains siswa
Keterampilan proses sains siswa adalah ketermpilan-keterampilan yang
diperlukan dalam proses pembelajaran di kelas yang meliputi keterampilan
mengobservasi, mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis, menyusun
cara kerja dan menarik kesimpulan.
2. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan dalam pengambilan data
adalah sebagai berikut :
a. Metode Dokumentasi
Menurut Budiyono (2003:54), metode dokumentasi adalah cara
pengumpulan data dengan melihat dalam dokumen-dokumen yang telah ada.
Metode dokumentasi pada penelitian ini adalah untuk mendapatkan nilai ulangan
harian kelas XI tahun pelajaran 2011/2012 mata pelajaran biologi. Nilai ulangan
harian ini digunakan untuk melakukan uji kesetimbangan pada dua kelas yang
dijadikan kelas kontrol dan kelas eksperimen.
b. Metode angket
Data minat siswa terhadap pembelajaran biologi digunakan metode angket.
Angket terdiri dari pernyataan yang mengandung kondisi siswa yang menjadi
tujuan pengajaran. Angket merupakan alat serta teknik pengumpulan data yang
mengandalkan informasi atau keterangan dari sumber data responden.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
3. Teknik Penyusunan Instrumen
a. Pengukuran Keterampilan Proses Sains Siswa
Penyusunan instrumen keterampilan proses sains diawali dengan
menyusun kisi-kisi lembar observasi (Lampiran 1 hal 143) kemudian menyusun
lembar observasi beserta rubrik penilaian (Lampiran 1 hal 145-147). Penilaian
dilakukan oleh tiga observer, dan peneliti dengan melakukan checklist (√). Skala
yang digunakan pada lembar observasi adalah skala 1, 2, 3, dan 4. (Moh. Uzer
Usman, 2005: 45).
b. Pengukuran Minat Belajar Siswa
Pengukuran minat belajar siswa menggunakan teknik angket yang diawali
dengan penyusunan kisi-kisi (Lampiran 1 hal 144), kemudian penyusunan butir-
butir soal (Lampiran 1 hal 148-151) yang terdiri dari 45 soal pilihan dengan 4
alternatif jawaban. Penilaian angket adalah:
Untuk butir angket pertanyaan positif
- Jawaban SS nilai: 4
- Jawaban S nilai: 3
- Jawaban TSnilai: 2
- Jawaban STS nilai: 1
Untuk butir angket pertanyaan negatif
- Jawaban SS nilai: 1
- Jawaban S nilai: 2
- Jawaban TS nilai: 3
- Jawaban STS nilai: 4
Keterangan:
SS : Sangat Sesuai
S : Sesuai
TS : Tidak Sesuai
STS : Sangat Tidak Sesuai
Sebelum angket digunakan untuk mengumpulkan data, terlebih dahulu
dikonsultasikan dengan konsultan pendidikan yang berkompeten mengenai
kelayakan angket tersebut. Apakah memenuhi syarat sebagai angket atau tidak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
4. Analisis Instrumen
a. Validitas
Validitas adalah kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini meliputi validitas
konstruk dan isi yaitu sebelum digunakan terlebih dahulu lembar indikator
divalidasi oleh ahli seperti dosen pembimbing maupun dosen ahli.
Observasi dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang sebenarnya
harus diukur. Validitas suatu teknik observasi sangat bergantung pada kecakapan,
pengertian, pengetahuan, dan sifat-sifat pengamat itu sendiri. Maka untuk menjaga
tetap adanya validitas observasi, perlu diperhatikan ketententuan-ketentuan sebagai
berikut:
1) Pencatatan di dalam observasi harus dilakukan segera dan secepat mungkin
sehingga bagian-bagian yang penting tidak terlupakan dan pencatat lebih
objektif
2) Observer harus selalu sadar akan bahaya misinterpretasi yang timbul karena
kekacauan
3) Generalisasi dari observasi baru dapat diterima atau dilakukan berdasarkan
penelitian yang sangat hati-hati
4) Last but no least, signifikansi hasil observasi sangat bergantung pada
kecakapan, pemahaan, dan sifat-sifat pengamat itu sendiri.
(Ngalim Purwanto, 152:2006).
Untuk menguji validitas butir angket pada penelitian ini digunakan rumus
korelasi produk moment sebagai berikut:
2222 YYNXXN
YXXYNrxy
Keterangan :
xyr = koefisien korelasi suatu butir atau item
X = menyatakan nilai dari variabel X (Skor butir nomor tertentu).
Y = menyatakan nilai dari variabel Y (Skor subyek nomor tertentu).
N = menyatakan jumlah subyek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Σ = menyatakan sigma / jumlah nilai.
(Suharsimi Arikunto, 2002:72)
Jika harga ruv < r tabel, maka korelasi tidak signifikan sehingga item soal dikatakan
invalid. Sebaliknya, jika ruv > r tabel maka item pertanyaan dinyatakan valid. Uji
validitas tes try out angket minat di kelas XI IPA SMA Negeri 3 Surakarta
menunjukkan bahwa dari jumlah 45 item, 4 item invalid dan 41 item valid.
Selengkapnya dapat di lihat pada Lampiran 3 hal 164-168.
b. Reliabilitas
Reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran tersebut
dapat memberikan hasil relatif tidak berbeda bila dilakukan kembali kepada
subyek yang sama. Reliabilitas lembar observasi keterampilan proses sains
menggunakan perhitungan dua atau tiga observer peninjau, skor dua atau lebih
observer dibandingkan untuk objektivitas dalam interpretasi. Pemanfaatan
pengamat lain membantu mengurangi kemelencengan pengumpulan data. (Mueller,
1996: 114).
Pengujian reliabilitas angket dengan kemungkinan jawaban 1, 2, 3, dan 4
digunakan rumus koefisien alpha yang dinyatakan sebagai berikut:
2
2
11 11
t
b
n
nr
Keterangan:
11r = reliabilitas butir secara keseluruhan
n = banyaknya butir pertanyaan
t
b = jumlah varian butir
2
t = varians total
N
N
XX
b
b
b
2
2
2
N
N
XX
t
t
t
2
2
2
Hasil perhitungan uji reliabilitas dengan rumus alpha ini diinterpretasikan sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
0,80 < 11r 1,00 : Tinggi
0,60 < 11r 0,80 : Cukup
0,40 < 11r 0,60 : Agak Rendah
0,20 < 11r 0,40 : Rendah
0,00 < 11r 0,20 : Sangat Rendah
(Suharsimi Arikunto, 2002:109)
Hasil uji reliabilitas tes try out angket minat belajar di kelas XI IPA SMA Negeri
3 Surakarta menunjukkan korelasi yang tinggi yaitu 0.946. Berdasarkan hasil uji
reliabilitas dapat diketahui bahwa instrumen penelitian sangat reliabel untuk
digunakan. Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3 hal 165-168.
D. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu (Quasi
experiment). Kedua kelas baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen diberi
perlakuan yang berbeda. Pada saat pemberian perlakuan kedua kelas
dikelompokkan berdasarkan tingkat minat belajar. Minat belajar biologi
digolongkan menjadi 3 tingkatan berdasarkan mean dan standar deviasi menurut
Anas Sudijono (2008: 324) yaitu:
(1) minat belajar tinggi, jika X ≥ X gab + Sgab
(2) minat belajar sedang, jika X gab - Sgab < X < X gab + Sgab
(3) minat belajar rendah, jika X ≤ X gab - Sgab
dengan:
X : skor observasi minat
Xgab : rerata skor observasi minat
Sgab : standar deviasi gabungan
Rancangan penelitian adalah ”Randomized Control Only Design”. Adapun bentuk
rancangannya disajikan pada Tabel 5 di bawah ini:
Tabel 2. Rancangan Penelitian “Randomized Control Only Design”
Group Treatment Post Test
Eksperimen Group (R) X T2
Control Group (R) - T2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Keterangan:
X : Perlakuan yang diberikan kepada kelas eksperimen yaitu dengan
penerapan metode inquiri terpimpin.
T2 : Tes akhir yang diberikan kepada kelas eksperimen dan kelompok
kontrol
(R) : Random assigment (pemilihan kelompok secara random)
E. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah anava dua jalan
pada sel yang tidak sama dengan uji General Linear Model pada Minitab 16.
Kedua faktor yang digunakan untuk menguji signifikansi perbedaan efek baris,
efek kolom, serta kombinasi efek baris dan efek kolom terhadap hasil belajar
adalah faktor A (metode pembelajaran) dan faktor B (minat belajar). Teknik
analisis data ini digunakan untuk menguji ketiga hipotesis yang telah
dikemukakan di depan.
Selain anava, digunakan pula analisis data lain yaitu uji-t, uji Anderson-
Darling dan uji Levene’s. Uji-t digunakan untuk menguji keseimbangan hasil
belajar antara kelompok eksperimen dan kolompok kontrol sebelum perlakuan
sedangkan uji Anderson-Darling dan uji Levene’s digunakan untuk menguji
prasyarat analisis yaitu normalitas dan homogenitas. (Triyanto, 2009)
1) Uji Keseimbangan
Uji ini dilakukan pada kedua kelompok sebelum diberi perlakuan metode
pembelajaran yang berbeda bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok
tersebut seimbang. Secara statistik, apakah terdapat perbedaan mean yang berarti
dari dua sampel yang independen.
Sebelum uji-t dilakukan uji prasyarat yaitu uji Anderson-Darling untuk
uji normalitas dan uji Levene’s untuk uji homogenitas.
a. Uji Normalitas
Perhitungan uji normalitas sampel menggunakan uji Anderson-Darling pada
Minitab 16.
1) Hipotesis
H0 : µ1 = µ2 (sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
H1 : µ1 ≠ µ2 (sampel tidak berasal dari populasi yang terdistribusi normal)
2) Taraf signifikan (α) = 0,05
3) Keputusan uji untuk nilai probabiliti (p-value) lebih besar dari nilai signifikasi
α = 0,05, H0 diterima
4) Kesimpulan:
1) Sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal jika H0 diterima.
2) Sampel tidak berasal dari populasi yang terdistribusi normal jika H0 ditolak.
Hasil perhitungan uji normalitas kemampuan awal dengan menggunakan uji
Anderson-Darling disajikan dalam Tabel 2 dan selengkapnya pada Lampiran 3
hal 162-163.
Tabel 3. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kemampuan Awal
Nilai Awal
p-value Kriteria Keputusan
H0 Kelompok
Kontrol
Kelompok
Eksperimen
0,572 0,216 p-value > 0,05 Diterima,
normal
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa kemampuan awal untuk kelompok
kontrol maupun kelompok eksperimen memiliki p-value lebih dari nilai
signifikasi 0,05 sehingga sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Perhitungan uji homogenitas sampel menggunakan uji Levene’s pada Minitab 16.
1) Hipotesis
H0 : µ1 = µ2 (samua variasi homogen)
H1 : µ1 ≠ µ2 (tidak semua variasi homogen)
2) Taraf signifikan (α) = 0,05
3) Keputusan uji untuk nilai probabiliti (p-value) lebih besar dari nilai signifikasi
α = 0,05, H0 diterima
4) Kesimpulan:
1) Semua variasi sampel homogen jika H0 diterima.
2) Tidak semua variasi homogen jika H0 ditolak.
Hasil perhitungan uji homogenitas kemampuan awal dengan menggunakan uji
Levene’s disajikan dalam Tabel 3 dan selengkapnya pada Lampiran 3 hal 164.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Tabel 4. Rangkuman Hasil perhitungan Uji Homogenitas Kemampuan Awal
Nilai Awal
p-value Kriteria Keputusan H0
0.051 p-value > 0,05 Diterima, homogen
Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa kemampuan awal kelas kontrol dan
kelas eksperimen memiliki p-value lebih dari nilai signifikasi 0,05 sehingga
semua variasi homogen.
c. Uji Kesetimbangan
Perhitungan uji kesetimbangan sampel menggunakan T-test pada Minitab 16.
1) Hipotesis
H0 : µ1 = µ2 (kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama)
H1 : µ1 ≠ µ2 (kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang tidak sama)
2) Taraf signifikan (α) = 0,05
3) Keputusan uji untuk nilai probabiliti (p-value) lebih besar dari nilai signifikasi
α = 0,05, H0 diterima.
4) Kesimpulan:
1) Kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama jika H0 diterima.
2) Kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang tidak sama jika H0
ditolak.
Hasil perhitungan uji kesetimbangan kemampuan awal dengan
menggunakan T-test disajikan dalam Tabel 5 dan selengkapnya pada Lampiran 3
hal 164.
Tabel 5. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji-t Kemampuan Awal
Nilai Awal
p-value Kriteria Keputusan H0
0.883 p-value > 0,05 Diterima, kemampuan
awal sama
Berdasarkan Tabel 5 diketahui p-value untuk nilai awal lebih besar dari
nilai signifikasi 0,05 sehingga H0 diterima jadi diinterpretasikan bahwa kedua
sampel penelitian memiliki kemampuan awal yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
1) Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini dari
populasi atau distribusi normal atau tidak. Perhitungan uji normalitas pada
penelitian ini menggunakan uji Anderson-Darling. Kriteria pengujian: data
berasal dari populasi yang berdistribusi normal (H0=diterima) jika nilai nyatasi
probabilitasnya (p-value) lebih besar dari nilai nyatasi α = 0,05.
b. Uji Homogenitas Variansi
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah variansi-variansi dari
sejumlah populasi apakah sama atau tidak. Perhitungan uji homogenitas pada
penelitian ini menggunakan uji Levene’s. Kriteria pengujian adalah varians
populasi baik metode maupun minat yang diteliti dinyatakan homogeny
(H0=diterima) jika nilai nyatasi probabilitasnya (p-value) lebih besar dari nilai
nyatasi α = 0,05. Sebaliknya apabila p-value lebih kecil dari α maka dinyatakan
tidak homogeny (H0=ditolak.
2) Uji Hipotesis
Uji hipotesis menggunakan uji anava dua jalan. Perhitungan uji hipotesis
dilakukan dengan menggunakan General Linear Model untuk anava dua jalan
pada sel yang tidak sama. Kriteria yang digunakan dalam pengambilan keputusan
hipotesis adalah tingkat signifikasi (α) : 0,05 atau 5% dengan daerah kritisnya
yaitu Ho ditolak jika signifikasi probabilitas (p-value) < α (0,05). Hal ini berarti
jika signifikasi probabilitas (p-value) < 0,05 maka hipotesis nihil (Ho) ditolak dan
sebaliknya jika signifikasi probabilitas (p-value) > 0,05 maka hipotesis nihil
diterima.
3) Uji Lanjut Anava
Uji lanjut dari analisis variansi digunakan apabila hasil analisis variansi
tersebut menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak sehingga terdapat perbedaan
signifikan antar variabel. Tingkat perbedaan dapat diketahui dengan perhitungan
menggunakan uji Bonferroni. Perhitungan uji lanjut digunakan untuk mengetahui
pengaruh variabel yang lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Data Keterampilan Proses Sains
a. Data Nilai Keterampilan Proses Sains Secara Keseluruhan
Setelah dilakukan penelitian, kelas eksperimen menggunakan metode
inquiri terpimpin, dan kelas kontrol menggunakan metode konvensional maka
diperoleh data nilai keterampilan proses sains siswa yang telah dikonversi ke
dalam skala 1-100. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 92 dan nilai terendah
adalah 54. Hasil perhitungan distribusi keterampilan proses sains siswa dapat
dilihat pada Lampiran 2 hal 154- 157 dan secara ringkas disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Data Nilai Keterampilan Proses Sains siswa
No Nilai
Frekuensi
Total
Kelas
Kontrol
Kelas
Eksperimen
1 54-59 2 2 0
2 60-65 4 3 1
3 66-71 16 11 5
4 72-77 8 4 4
5 78-83 24 11 13
6 84-89 5 1 4
7 90-95 5 0 5
Jumlah 64 32 32
b. Keterampilan Proses Sains Berdasarkan Metode Pembelajaran
Data keterampilan proses sains diambil dari dua kelas sebagai kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen, dengan jumlah 64 siswa dari kelompok XI
IPA-2 dan XI IPA-6 SMA Negeri 1 Boyolali tahun pelajaran 2011/2012. Kelas
XI-IPA 6 sebagai kelompok kontrol dengan menerapkan metode pembelajaran
konvensional berjumlah 32 siswa. Kelas XI-IPA 2 sebagai kelompok eksperimen
dengan menerapkan metode inquiri terpimpin berjumlah 32 siswa.
Hasil keterampilan proses sains siswa pada sub bab organ tumbuhan dari
kelompok kontrol pada siswa kelas XI-IPA 6 dengan sampel sebanyak 32 siswa
dan kelompok eksperimen pada siswa kelas XI-IPA 2 dengan sampel sebanyak 32
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
siswa, berdasarkan perhitungan pada Lampiran 3 hal 173-174, dapat disajikan
secara ringkas dalam Tabel 7.
Tabel 7. Data Keterampilan Proses Sains Berdasarkan Metode Pembelajaran
Kelas Frekuensi Kelompok
Kontrol
Frekuensi Kelompok
Eksperimen
54-59 2 0
60-65 3 1
66-71 11 5
72-77 4 4
78-83 11 13
84-89 1 4
90-95 0 5 Mean 72.97 81.41
Standart Deviasi 8.189 8.036
Varience 67.064 64.572
Minimum 54 63
Maximum 88 92
Median 73 79
N 32 32
c. Keterampilan Proses Sains Biologi ditinjau dari Minat Belajar Siswa
Penggolongan hasil keterampilan proses sains tidak hanya dilihat dari
metode pembelajaran tetapi juga ditinjau dari minat belajar siswa. Data minat
belajar siswa dalam pembelajaran biologi di SMA Negeri 1 Boyolali tahun
pelajaran 2011/2012 berupa skor minat belajar biologi siswa. Data-data tersebut
diambil dari kelas XI IPA 6 sebagai kelompok kontrol dan kelas XI IPA 2 sebagai
kelompok eksperimen yang masing-masing kelas berjumlah 32 siswa. Data minat
belajar biologi siswa pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
selanjutnya dikatagorikan menjadi tiga yaitu minat belajar tinggi, sedang, dan
rendah. Data sebaran minat belajar siswa pada kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen pada Lampiran 3 hal 175-177 dapat disajikan secara ringkas dalam
Tabel 8.
Tabel 8. Data KPS Ditinjau dari Minat Belajar Siswa Tinggi, Sedang dan Rendah
Minat
Statistik
Minat Belajar
Rendah
Minat Belajar
Sedang
Minat Belajar
Tinggi
Skor X3<109.8 109.8
<X2<127.6
X > 127.620
Frekuensi
(Kontrol)
5 20 7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Frekuensi
(Eksperimen)
4 18 10
Mean 69.09 76.47 82.8
Standart Deviasi 8.252 8.180 6.614
Varience 68.091 66.905 43.743
Minimum 54 58 71
Maximum 79 92 92
Median 67 77 83
N 11 38 15
d. Keterampilan Proses Sains Berdasarkan Interaksi Metode pembelajaran
dan Minat Belajar Siswa
Keterampilan proses sains siswa berdasarkan interaksi metode
pembelajaran dan minat belajar tinggi, sedang dan rendah pada kelompok kontrol
dan kelompok eksperimen pada Lampiran 3 hal 182-184 dapat disajikan secara
ringkas dalam Tabel 9.
Tabel 9. DataKeterampilan Proses Sains Siswa Ditinjau dari Minat Belajar Tinggi,
Sedang dan Rendah Pada Kelompok Kontrol dan Kelompok
Eksperimen Hasil
Statistik
Minat Belajar Rendah Minat Belajar Sedang Minat Belajar Tinggi
Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen
Mean 68.0 75.714 72.5 80.45 81.6 86.8
StDev 9.110 8.693 7.022 7.207 4.879 7.12
Varience 83.000 75.571 49.313 51.945 23.80 50.7
Minimum 54 63 58 67 75 79
Maximum 79 88 83 92 88 92
Median 67 75 71 71 83 92
N 5 4 20 18 7 10
2. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui bahwa sampel berasal dari
populasi yang terdistribusi normal. Populasi yang terdistribusi normal merupakan
prasyarat dari uji hipotesis anava dua jalan. Perhitungan uji normalitas pada
penelitian ini menggunakan uji Anderson-Darling. Kriteria pengujian: data berasal
dari populasi yang berdistribusi normal jika nilai nyatasi probabilitasnya (p-value)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
lebih besar dari nilai nyatasi α = 0,05. Hasil uji normalitas keterampilan proses
sains siswa pada Lampiran 3 hal 173-177 dapat disajikan secara ringkas dalam
Tabel 10 dan 11.
Tabel 10. Hasil Uji Normalitas Keterampilan Proses Sains Siswa Berdasarkan
Metode pembelajaran Keterampilan
Proses
Sains
P-value Kriteria Keputusan
Uji H0 Metode
Konvensional
Metode inquiri
terpimpin
0.162 0.166 p-value > 0,05 H0 diterima,
normal
Tabel 11. Hasil Uji Normalitas Keterampilan Proses Sains Siswa Ditinjau Dari
Minat Belajar Siswa Keterampilan
Proses Sains
Siswa
P-value
Kriteria
Keputusan
Uji H0 Minat
Rendah
Minat
Sedang
Minat
Tinggi
0.281 0.159 0.352 p-value > 0,05 H0 diterima,
normal
Tabel 10 dan 11 menunjukkan bahwa hasil uji normalitas Anderson-
Darling nilai probabilitinya (p-value) lebih dari nilai signifikasi 0,05 sehingga
keputusan uji H0 diterima. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa semua sampel
pada penelitian ini berasal dari populasi yang terdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui bahwa variansi-variansi
pada populasi sama atau homogen. Perhitungan uji homogenitas pada penelitian
ini menggunakan uji Levene’s. Kriteria pengujian adalah varians populasi baik
metode maupun minat yang diteliti dinyatakan homogen jika nilai nyatasi
probabilitasnya (p-value) lebih besar dari nilai nyatasi α = 0,05. Sebaliknya
apabila p-value lebih kecil dari α maka dinyatakan tidak homogen. Hasil uji
homogenitas keterampilan proses sains siswa secara lengkap disajikan pada
Lampiran 3 hal 178 dan secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Hasil Uji Homogenitas Keterampilan Proses Sains Siswa Berdasarkan
Metode pembelajaran dan ditinjau dari Minat Belajar
Uji
Homogenitas
P- value
Kriteria
Keputusan
Uji H0 Metode
pembelajaran
Minat
Belajar
Keterampilan
Proses Sains
0.917 0.707 p-value > 0,05
H0 diterima,
homogen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Tabel 12 menunjukkan bahwa nilai probabilitas (p-value) untuk semua
variansi berdasarkan metode pembelajaran dan ditinjau dari minat belajar siswa
lebih dari nilai signifikansi 0,05 sehingga keputusan uji H0 diterima. Hal tersebut
dapat disimpulkan bahwa kedua sampel mempunyai variansi metode
pembelajaran ( Konvensional= Metode Inquiri terpimpin ) dan minat belajar ( tinggi =
sedang= rendah) yang homogen.
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas maka diketahui
bahwa masing-masing sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan
homogen. Uji dilanjutkan ke analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama.
3. Hasil Uji Hipotesis
Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis varian dua jalan
untuk sel yang tidak sama melalui uji General Linear Model. Prasyarat uji anava
dua jalan yaitu uji normalitas dan homogenitas telah terpenuhi. Sampel populasi
harus terdistribusi normal dan memiliki variasi yang sama.
Kriteria yang digunakan dalam pengambilan keputusan hipotesis adalah
tingkat signifikasi (α) : 0,05 atau 5% dengan daerah kritisnya yaitu Ho ditolak jika
signifikasi probabilitas (p-value) < α (0,05). Hal ini berarti jika signifikasi
probabilitas (p-value) < 0,05 maka hipotesis nihil (Ho) ditolak dan sebaliknya jika
signifikasi probabilitas (p-value) > 0,05 maka hipotesis nihil diterima.
a. Hipotesis Pertama
Hasil analisis pengaruh penerapan metode inquiri terpimpin terhadap
keterampilan proses sains menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak
sama pada Lampiran 3 hal 178 dapat disajikan secara ringkas dalam Tabel 13.
Tabel 13. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
Keterampilan Proses Sains Berdasarkan Metode pembelajaran(A)
KPS
Sumber F P-value Kriteria Keputusan
A 43,79 0.049
p-value < 0,05
Ho ditolak, Terdapat
pengaruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Berdasarkan Tabel 13 dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
HOA ditolak HaA diterima artinya ada perbedaan yang signifikan rata – rata
keterampilan proses sains berdasarkan metode pembelajaran (kelompok kontrol
dengan metode pembelajaran konvensional dan kelompok eksperimen dengan
metode inquiri terpimpin) sehingga diinterpretasikan bahwa penerapan metode
inquiri terpimpin berpengaruh terhadap keterampilan proses sains siswa.
b. Hipotesis Kedua
Hasil perhitungan keterampilan proses sains siswa ditinjau dari minat
belajar menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama pada
Lampiran 3 hal 179 dapat disajikan secara ringkas dalam Tabel 14.
Tabel 14. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
Keterampilan Proses Sains ditinjau dari Minat Belajar Siswa(B)
KPS
Sumber F P-value Kriteria Keputusan
B 25,53 0,000 p-value < 0,05
Ho ditolak, Terdapat
Pengaruh
Berdasarkan Tabel 14 dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
HOB ditolak HaB diterima artinya ada perbedaan rata – rata keterampilan
proses sains ditinjau dari minat belajar siswa sehingga diinterpretasikan ada
pengaruh minat belajar terhadap keterampilan proses sains siswa.
c. Hipotesis Ketiga
Hasil perhitungan keterampilan proses sains berdasarkan metode
pembelajaran dan ditinjau dari minat belajar menggunakan analisis variansi dua
jalan dengan sel tak sama pada Lampiran 3 halaman 179 dapat disajikan secara
ringkas dalam Tabel 15.
Tabel 15. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
Keterampilan Proses Sains Berdasarkan Metode pembelajaran dan
ditinjau dari Minat Belajar Siswa(AB)
KPS
Sumber F P-value Kriteria Keputusan
AB 0,13 0,299 p-value >0,05
Ho diterima, tidak
ada interaksi
Berdasarkan Tabel 15 dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
HOAB diterima HaAB ditolak artinya tidak ada interaksi antara metode
pembelajaran dan minat belajar siswa terhadap keterampilan proses sains sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
diinterpretasikan tidak ada pengaruh bersama (interaksi) antara penerapan metode
pembelajaran dan minat belajar siswa keterampilan proses sains.
Interaksi antara penerapan metode pembelajaran dan minat belajar siswa
pada keterampilan proses sains dapat disajikan dengan grafik sebagai berikut:
TinggiSedangRendah
85
80
75
70
KONTROLEKSPERIMEN
85
80
75
70
KELAS
MINAT
EKSPERIMEN
KONTROL
KELAS
Rendah
Sedang
Tinggi
MINAT
Interaction Plot for NILAIData Means
Gambar 2. Grafik Interaksi Antara Metode pembelajaran dan Minat Belajar
Siswa terhadap Keterampilan Proses Sains
Gambar 2 menunjukkan tidak terdapat perpotongan antar kelompok
kontrol dengan kelompok eksperimen dilihat dari minat belajar siswa dan tidak
terdapat perpotongan antar minat tinggi, sedang dan rendah dilihat dari metode
pembelajaran. Grafik tersebut menunjukkan tidak terdapat interaksi antara metode
pembelajaran dan minat belajar siswa terhadap keterampilan proses sains.
Keterampilan proses sains kelompok eksperimen dengan penerapan metode
inquiri terpimpin selalu lebih tinggi dibanding keterampilan proses sains
kelompok kontrol dengan penerapan metode pembelajaran konvensional baik
dilihat dari minat tinggi, sedang dan rendah. Dengan demikian dapat diketahui
bahwa metode pembelajaran dan minat belajar memiliki pengaruh sendiri-sendiri.
4. Uji Lanjut Anava
Analisis uji lanjut dilakukan untuk mengetahui tingkat pengaruh dari
masing-masing perlakuan saat uji anava dua jalan memberi keputusan H0 ditolak
(ada perbedaan signifikan). Perhitungan uji lanjut pada penelitian ini
menggunakan uji Bonferroni untuk sel yang tidak sama. Kriteria yang digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
dalam pengambilan keputusan hipotesis adalah tingkat signifikasi (α) : 0,05 atau
5% yaitu Ho ditolak jika sig < α (0,05). Hal ini berarti jika sig < 0,05 maka
hipotesis nihil (Ho) ditolak dan sebaliknya jika sig > 0,05 maka hipotesis nihil
diterima. Tingkat pengaruh yang lebih baik dapat dilihat dari perbedaan rata-rata.
a. Pengaruh Metode Inquiri Terpimpin
Uji lanjut anava (uji Bonferroni) pengaruh metode inquiri terpimpin
terhadap keterampilan proses sains dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3
halaman 179. Sajian secara ringkas dapat dilihat pada tabel 16.
Tabel 16. Hasil Uji Lanjut Anava (Uji Bonferroni) Pengaruh Metode Inquiri
terpimpin terhadap Keterampilan Proses Sains
KPS
Difference Of Means P-Value Kriteria Keputusan
-11,02 0,0493 p-value < 0,05 H0 Ditolak, Ada
pengaruh
Berdasarkan Tabel 16 dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
H0 ditolak Ha diterima artinya terdapat perbedaan rata-rata keterampilan proses
sains yang signifikan antara metode inquiri terpimpin dan metode konvensional.
Rata-rata nilai keterampilan proses sains untuk metode inquiri terpimpin lebih
tinggi dibandingkan rata-rata nilai keterampilan proses sains pada metode
konvensional, sehingga dapat diinterpretasikan metode inquiri terpimpin lebih
baik dari pada metode pembelajaran konvensional.
b. Pengaruh Minat Belajar Siswa
Hasil uji lanjut untuk pengaruh minat belajar terhadap keterampilan
proses sains dapat dilihat pada Lampiran 3 halaman 179-180 dan dapat disajikan
secara ringkas pada Tabel 17.
Tabel 17. Hasil Uji Lanjut Anava (Uji Bonferroni) Pengaruh Minat Belajar
terhadap Keterampilan Proses Sains
KPS
Minat
Belajar Difference Of Means
P-Value Kriteria
Keputusan
Rendah-
Sedang 7,193 0,0212
p-value < 0,05
H0 ditolak, KPS
minat sedang
lebih baik
daripada minat
rendah
Rendah- 13,000 0,0002 p-value < 0,05 H0 ditolak, KPS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Tinggi minat tinggi lebih
baik daripada
minat rendah
Sedang-
Tinggi 5,808 0,0457
p-value < 0,05 H0 ditolak, KPS
minat Tinggi
lebih baik
daripada minat
sedang
Berdasarkan Tabel 17 dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
1) H0(minat rendah-sedang) ditolak Ha (minat rendah – sedang) diterima artinya ada
perbedaan rata-rata keterampilan proses sains yang signifikan antara minat
belajar rendah dengan minat belajar sedang.
2) H0(minat rendah – tinggi) ditolak Ha (minat rendah – tinggi) diterima artinya ada
perbedaan rata-rata hasil keterampilan proses sains yang signifikan antara
minat belajar rendah dengan minat belajar tinggi. Rata-rata nilai keterampilan
proses sains untuk minat belajar tinggi lebih tinggi dibandingkan rata-rata
nilai keterampilan proses sains pada minat belajar rendah, sehingga dapat
diinterpretasikan keterampilan proses sains minat belajar tingggi lebih baik
daripada keterampilan proses sains minat belajar rendah.
3) H0(minat tinggi – sedang) ditolak Ha (minat tinggi – sedang) diterima artinya ada
perbedaan rata-rata keterampilan proses sains yang signifikan antara minat
belajar tinggi dengan minat belajar sedang. Rata-rata keterampilan proses
sains untuk minat belajar tinggi lebih tinggi dibandingkan rata-rata nilai
keterampilan proses sains pada minat belajar sedang, sehingga dapat
diinterpretasikan keterampilan proses sains minat belajar tinggi lebih baik
daripada keterampilan proses sains minat belajar sedang.
c. Interaksi Metode pembelajaran dan Minat Belajar Siswa
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan menunjukkan
keterampilan proses sains H0AB diterima, sehingga tidak ada interaksi antara
variabel metode pembelajaran dan minat belajar terhadap keterampilan proses
sains. Hal ini menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara
metode pembelajaran konvensional dan metode inquiri terpimpin pada minat
belajar tinggi, sedang dan rendah terhadap keterampilan proses sains. Rata rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
keterampilan proses sains pada siswa minat belajar tinggi, sedang, dan rendah
dengan penerapan metode inquiri terpimpin selalu lebih tinggi dibanding
keterampilan proses sains metode pembelajaran konvensional.
B. Pembahasan
1. Pengujian Hipotesis Pertama
Berdasarkan hasil uji anava pada Tabel 13 diketahui bahwa penerapan
metode inquiri terpimpin berpengaruh terhadap keterampilan proses sains siswa,
sedangkan pada uji lanjut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata
keterampilan proses sains yang signifikan antara metode inquiri terpimpin dan
metode konvensional. Tabel 7 menunjukkan nilai rata-rata keterampilan proses
sains di kelas eksperimen yang menggunakan metode inquiri terpimpin dalam
pembelajaran lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan
metode konvensional. Hal ini karena metode inquiri terpimpin yang diterapkan di
kelas eksperimen dengan materi pelajaran struktur jaringan organ tumbuhan
mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri
dengan bimbingan dari guru. Siswa dibimbing untuk mampu melihat apa yang
terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan
mencari jawaban sendiri serta menghubungkan penemuan yang satu dengan
penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang
ditemukan peserta didik lainnya sehingga dapat diperoleh kesimpulan sementara.
Hal ini menjadikan siswa lebih memahami proses perolehan ilmu dan melatih
siswa untuk mampu membaca apa yang ada di alam, khususnya mengenai
anatomi organ tumbuhan. Peristiwa ini berbeda nyata bila dibandingkan dengan
yang terjadi pada kelas kontrol dengan menerapkan pembelajaran metode ceramah
bervariasi. Pembelajaran di kelas kontrol lebih di dominasi oleh guru sebagai
sentral informasi. Guru memberikan ceramah dengan materi struktur jaringan
organ tumbuhan dimulai dengan apersepsi (Lampiran 4 hal 187), kemudian
dilanjutkan dengan paparan konsep-konsep (Lampiran 4 hal 187). Pembelajaran
ceramah ini juga disertai dengan guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada
siswa dan kemudian siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru
(Lampiran 4 hal 187). Pertanyaan yang diajukan adalah untuk seluruh kelas, tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
spesifik pada anak tertentu, akan tetapi yang menjawab pertanyaan hanya orang-
orang tertentu saja. Siswa yang mengajukan pertanyaanpun hanya siswa-siswa
tertentu saja sehingga kelas terkesan hanya di dominasi oleh beberapa siswa,
kemudian siswa diberi suatu gambar anatomi batang dikotil dari pucuk hingga
pangkal untuk didiskusikan dalam kelompok (Lampiran 4 hal 187), siswa
mengalami kesulitan untuk memperkirakan jawaban sementara tentang fenomena
yang terjadi dan siswa juga tidak mampu menghubungkan kaitan antara gambar
satu dengan yang lainnya, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan hipotesis
siswa dan kemampuan menghubungkan pengamatan satu dengan lainnya masih
terlihat kurang.
Pembelajaran inquiri terpimpin di kelas XI IPA 2 berlangsung di
laboratorium biologi SMA Negeri 1 Boyolali yang dimulai dengan melakukan
apersepsi berupa pengamatan terhadap organ-organ dari dua jenis tanaman jagung
(monokotil) dan bayam (dikotil) (Lampiran 4 hal 185), dari pengamatan yang
dilakukan ini akan muncul pertanyaan-pertanyaan dari peserta didik salah satunya
adalah mengapa tanaman dikotil mampu membentuk kayu sedangkan tanaman
monokotil tidak mampu membentuk kayu. Berdasarkan pertanyaan yang diajukan,
guru mengarahkan siswa untuk melakukan eksperimen mendeskripsikan masing-
masing organ tanaman baik dari tanaman jagung maupun bayam dengan bantuan
LKS. LKS yang diberikan berisi kolom-kolom yang harus diisi siswa untuk
melakukan penyelidikan ilmiah dimulai dengan merumuskan pertanyaan,
menyusun hipotesis, menuliskan rancangan kerja, melakukan eksperimen,
mengumpulkan data, menganalisis dan membuat kesimpulan (Lampiran 4 hal
185). Hipotesis disusun berdasarkan permasalahan yang ingin diselesaikan oleh
siswa yaitu berupa jawaban sementara yang kemudian akan diuji kebenarannya
melalui eksperimen. Tahap selanjutnya adalah menyusun langkah kerja. Guru
memberikan bimbingan pada siswa melalui kata kunci-kata kunci pada setiap
langkah yang terdapat pada kolom. Kata kunci yang diberikan memacu siswa
untuk berpikir kritis dalam menyusun langkah kerja yang tepat beserta dengan
anggota kelompoknya. Tahap selanjutnya yaitu siswa melakukan eksperimen
sesuai dengan langkah kerja yang telah disusun. Masing-masing siswa dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
kelompok melakukan tugas sendiri-sendiri dimulai dengan mempersiapkan
mikroskop, mengiris tipis organ tumbuhan yang akan diamati, meletakkannya di
object glass, kemudian mengamati dibawah mikroskop, dilanjutkan dengan
menggambar hasil observasi di LKS, mengidentifikasi bagian-bagian organ dan
menganalisis masing-masing struktur jaringan yang menyusun organ (Lampiran 4
hal 185-186). Langkah-langkah inquiri yang padat ini membuat siswa berperan
aktif dalam menyelesaikan beban belajar di kelas, dan hanya beberapa siswa yang
kurang aktif. Pernyataan ini didukung pula oleh Sevilay Karamustafaoğlu (2011)
bahwa keterampilan proses sains sangat bermanfaat bagi siswa untuk mampu
berpartisipasi aktif dalam penyelidikan di laboratorium.
Lain halnya dengan kelas kontrol yang juga melakukan kegiatan di
laboratorium yaitu kegiatan eksperimen yang dilakukan semua dijelaskan secara
detail oleh guru sehingga siswa hanya sebagai pelaksana atas rancangan yang
dibuat oleh guru (Lampiran 4 hal 188). Siswa tidak membuat pertanyaan-
pertanyaan untuk dipecahkan akan tetapi eksperimen dilakukan untuk menguatkan
konsep yang diberikan guru di kelas. Pembelajaran dengan metode ini kurang
memberikan pengalaman keterampilan proses pada siswa karena dalam proses
pembelajaran ada beberapa keterampilan yang tidak muncul yaitu tidak disertai
dengan merumuskan permasalahan, dan menyusun hipotesis. Siswa hanya diberi
kesempatan yang luas untuk menyusun cara kerja dan mengisi jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan pada LKS dan membuat kesimpulan. Hal
ini didukung oleh Jamal Ma’mur Asmani (2010: 146) yang menyatakan bahwa
dalam metode eksperimen, guru harus menjelaskan permasalahan yang akan diuji,
menjelaskan mengenai alat dan bahan yang digunakan, menjelaskan urutan
eksperimen, dan menjelaskan hal-hal yang perlu dicatat. Metode eksperimen yang
biasa diterapkan dengan demikian kurang mampu menimbulkan keterampilan
proses dengan optimal.
Hasil pengamatan dalam pembelajaran inquiri terpimpin, siswa memiliki
kesempatan yang luas untuk menumbuhkan dan meningkatkan keterampilan
proses. Hal ini karena siswa yang belajar dengan metode inquiri diberi
kesempatan yang luas untuk melakukan penyelidikan seperti yang dilakukan oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
seorang ilmuan. Masing-masing tahap inquiri membelajarkan siswa akan
keterampilan proses sains dengan demikian metode inquiri tidak dapat dipisahkan
dengan keterampilan proses sains. Keterampilan-keterampilan yang dicapai siswa
dalam pembelajaran inquiri terpimpin di kelas eksperimen adalah keterampilan
mengobservasi, merumuskan permasalahan, menyusun hipotesis, merancang dan
melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data serta menarik
kesimpulan sedangkan pembelajaran secara konvensional yaitu metode ceramah
kurang memfasilitasi siswa untuk menumbuhkan dan mengembangkan
keterampilan proses sains sehingga keterampilan proses sains siswa kelas
ekperimen lebih unggul dibandingkan dengan kelas kontrol. Penelitian yang
dilakukan oleh Ramziye Ergul dkk (2011) yakni inquiri terpimpin melibatkan
siswa dalam penyelidikan ilmiah. Inquiri terpimpin melibatkan aktifitas dan
keterampilan tetapi berfokus pada pencarian pengetahuan atau kepuasan dalam
suatu penyelidikan. Metode pembelajaran inquiri terpimpin merupakan sarana
utama untuk membangun keterampilan proses sains dan inquiri terpimpin
digunakan untuk membelajarkan keterampilan proses sains dengan jalan
memberikan fasilitas yang memungkinkan siswa merancang penelitian sendiri
dengan merumuskan permasalahan, hipotesis, memilih metode atau cara
mendapatkan data, berdiskusi, melaporkan, dengan demikian siswa dapat
mengadopsi keterampilan proses sains melalui langkah-langkah inquiri terpimpin.
Zehra dan Nermin (2009) dalam penelitiannya juga menunjukkan bahwa inquiri
terpimpin meningkatkan keterampilan proses siswa dengan memberikan banyak
latihan keterampilan hans on. Metode inquiri terpimpin membimbing siswa untuk
melalui serangkaian penyelidikan ilmiah dengan berdasarkan pada model learning
by doing. Pembelajaran ini dipersiapkan oleh guru dan guru membimbing siswa
sehingga siswa dapat menemukan dan menyelediki apa yang belum diketahui.
Pelaksanaan pembelajaran inquiri di kelas XI IPA 2 menunjukkan adanya
antusias yang tinggi pada siswa dalam penyelidikan. Masing-masing siswa
memiliki tugas yang harus diselesaikan dan terfokus pada tugas. Rasa tanggung
jawab yang tinggi juga didorong akan keingintahuan yang harus segera terjawab
melalui penyelidikan. Terbukti dari masing-masing kelompok mencoba
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
menyelesaikan tiap alur yang telah diberikan sesuai panduan LKS. LKS yang
diberikan memicu siswa untuk berpikir kritis dengan disertai kata kunci dan
pernyataan-pernyataan yang mengarah pada bagian-bagian tertentu dari struktur
jaringan organ tanaman. Hal ini didukung oleh Hanafiah dan Suhana (2009:77)
dalam Moehamad Hayin Amin (2010) menyatakan bahwa pembelajaran inquiri
terpimpin merupakan serangkaian pembelajaran yang melibatkan secara maksimal
seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis,
dan logis sehingga siswa dapat menemukan konsep, sikap dan keterampilan
sebagai wujud adanya perubahan tingkah laku.
Tanggung jawab siswa untuk berperan serta ditunjukkan ketika
pelaksanaan penyelidikan, yaitu masing-masing siswa berulang kali membuat
irisan setipis mungkin agar hasil sayatan dapat terbaca dengan jelas dibawah
mikroskop (Lampiran 4 hal 185). Kelompok yang telah berhasil menemukan
bayangan objek segera konfirmasi pada guru untuk mengecek sehingga
pembelajaran inquiri di kelas eksperimen mampu meningkatkan tanggung jawab
siswa untuk turut aktif. Senada dengan Trianto (2007) bahwa pembelajaran inquiri
terpimpin memiliki sasaran utama yaitu keterlibatan siswa secara maksimal dalam
pembelajaran, dan untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah
dalam waktu yang relatif singkat. Proses ilmiah dalam pembelajaran biologi
mensyaratkan dimilikinya keterampilan-keterampilan kerja ilmiah. Penelitian
yang dilakukan oleh Zainuddin Muchtar dan Pikek Arsidah (2009) di tiga sekolah
yaitu MAN 1 Medan, MAN 2 Model Medan, dan MAS Al-Kautsar PAB 1
Sampali juga menunjukkan bahwa siswa yang diajar dengan metode inquiri lebih
aktif dalam proses belajar dan rata-rata mencapai level ketuntasan belajar minimal
yang lebih baik dibandingkan dengan kelas konvensional. Metode inquiri juga
mampu melibatkan peserta didik dalam proses belajar. Penggunaan metode inquiri
menggugah rasa ingin tahu siswa sehingga memicu keaktifan untuk bertanya
maupun mencari jawaban atas pertanyaan yang muncul selama proses belajar.
Hasil wawancara dengan siswa yang dilakukan ketika jam istirahat
menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran metode inquiri terpimpin
mempermudah siswa untuk memiliki gambaran yang jelas mengenai struktur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
jaringan organ tumbuhan baik dikotil maupun monokoti. Siswa merasa lebih
mudah dalam memahami materi pelajaran karena saat proses pelajaran siswa
berhadapan langsung dengan objek tanaman dikotil dan monokotil. Terlebih lagi
pembelajaran dilakukan dengan melakukan penyelidikan pada struktur anatomi
organ tumbuhan tersebut sehingga siswa seperti dibawa langsung ke alam untuk
memahami ilmu. Proses pembelajaran yang sistematis membuat siswa merasa
akrab dengan materi struktur jaringan organ tumbuhan. Proses pembelajaran
inquiri juga memberikan siswa kesempatan untuk melakukan penemuan melalui
kegiatan penelitian sebagai bagian dari mengimplementasikan konsep – konsep
awal sehingga pembelajaran lebih bermakna. Watcharee Ketpichainarong dkk
(2010) juga menjelaskan bahwa metode inquiri terpimpin dalam pembelajaran
sangat penting karena dapat membantu siswa untuk memahami dunia nyata dan
siswa dapat memahami situasi dalam dunia nyata. Depdiknas (2006:451) dalam
Puji Astuti (2009) juga menyatakan bahwa pembelajaran biologi sebagai bagian
dari IPA sebaiknya dilakukan secara inquiri terpimpin ilmiah (scientific inquiry)
untuk menumbuh kembangkan kemampuan kerja ilmiah dan sikap ilmiah karena
dalam pembelajaran biologi menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk
memahami konsep dan proses sains. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Purbo
Suwasono (2011) di jurusan Fisika FMIPA UM dengan menggunakan
pendekatan kualitatif jenis penelitian tindakan kelas juga menunjukkan bahwa
pelaksanaan inquiri terpimpin mampu meningkatkan keterampilan proses sains
mahasiswa.
2. Pengujian Hipotesis Kedua
Berdasarkan tabel hasil uji hipotesis diketahui adanya pengaruh minat
belajar terhadap keterampilan proses sains siswa. Hasil perhitungan uji lanjut
anava (uji Bonferroni) pada Tabel 8 menunjukkan bahwa rata-rata keterampilan
proses sains siswa dengan minat belajar tinggi lebih tinggi dibandingkan dengan
minat belajar sedang dan rendah, sedangkan minat belajar sedang memiliki rata-
rata keterampilan proses sains yang lebih tinggi dibandingkan dengan minat
belajar rendah. Hal ini disebabkan karena siswa yang memiliki minat belajar
tinggi dalam pembelajaran materi organ tumbuhan memiliki perhatian dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
kemauan yang besar untuk mengikuti setiap tahap dalam proses pembelajaran
sehingga peserta didik mencurahkan segenap perhatian pada pembelajaran, lebih
aktif, lebih terampil dan rasa keingintahuan lebih tinggi untuk memecahkan
permasalahan. Keaktifan siswa dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari frekuensi
mengajukan pertanyaan pada guru, turut menyelesaikan menyusun langkah kerja
dengan berdiskusi bersama, tidak pernah menganggur selama eksperimen
berlangsung dalam arti selalu berusaha berperan serta dalam proses penyelidikan
baik dengan sumbang pemikiran ataupun perbuatan oleh karena itu keterampilan
yang dicapai oleh siswa dengan minat belajar tinggi lebih baik dibandingkan
siswa dengan minat belajar sedang dan rendah. Reilli dan Lewiss (1983) dalam
Chumdari dan Hadiyah (2007) menyatakan bahwa minat merupakan kegairahan
yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap suatu kegiatan dimana minat
menjadi sebab kegiatan itu dilakukan seseorang dan juga merupakan penyebab
seseorang turut berpartisipasi dalam suatu kegiatan.
Hasil observasi di kelas menunjukkan bahwa siswa dengan minat yang
sedang dan rendah dalam pembelajaran materi struktur jaringan organ tumbuhan
memiliki perhatian dan kemauan yang lebih rendah dari siswa dengan minat
belajar tinggi dalam melakukan setiap kegiatan penyelidikan. Siswa dengan minat
belajar sedang memiliki keaktifan yang rata-rata bila dibandingkan dengan siswa
dengan minat belajar tinggi, hal ini terlihat ketika terjadi proses pembelajaran di
laboratorium yaitu siswa dengan minat belajar sedang mengambil peran yang baik
dalam pengamatan ataupun dalam penyusunan rancangan penelitian akan tetapi
masih terdapat kekurangan misalnya menuliskan kesimpulan tetapi belum
memenuhi semua indikator, menuliskan langkah kerja secara sistematis tepai tidak
dijelaskan secara rinci, menggunakan dua atau satu sumber referansi lain,
sedangkan siswa dengan minat belajar rendah sering melakukan aktifitas diluar
proses pembelajaran materi anatomi organ tumbuhan, yaitu kurang berperan serta
dalam setiap langkah inquiri terpimpin, siswa cenderung hanya berjalan-jalan,
hanya melihat teman-teman yang lain bekerja, sikap duduk yang tidak baik
(tiduran), jika bertanya tidak ada sangkut paut dengan materi pelajaran seperti
bertanya mengenai kehidupan guru, dan tidak turut andil dalam kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
eksperimen sehingga menjadikan siswa terlihat kurang merespon pembelajaran
dan tidak terlihat nyata usaha untuk mampu menyelesaikan tugas yang diberikan
meskipun sesekali siswa dengan minat belajar rendah membantu teman dalam
anggota kelompok untuk melakukan pengamatan anatomi organ tumbuhan.
William James (1890) dalam Moh Uzer Usman (22:1994) menyatakan bahwa
minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan belajar
siswa, maka siswa dengan minat sedang cenderung memiliki keaktifan yang lebih
baik dibandingkan siswa dengan minat belajar rendah.
Siswa dengan minat belajar tinggi melalui pembelajaran inquiri terpimpin
pada materi anatomi organ tumbuhan lebih banyak menggunakan indera untuk
melakukan observasi, yaitu dengan menggunakan indera peraba untuk meraba
permukaan daun dengan tujuan mengetahui modifikasi yang dimiliki oleh daun
berupa trikoma, menggunakan indera penglihatan untuk melakukan pengamatan
terhadap lentisel, dan objek yang diamati dibawah mikroskop ketika praktikum
berlangsung, indera pendengaran yang digunakan selama diskusi dan saat siswa
melakukan presentasi, indera pencecapan yang digunakan siswa saat mencicipi
wortel dan kentang dalam praktikum, sebaliknya siswa dengan minat belajar
sedang dan rendah dalam pembelajaran materi struktur jaringan organ tumbuhan
ini hanya menggunakan dua indera atau bahkan satu indera saja, yaitu indera
penglihatan, pendengaran, atau indera peraba saja. Hal ini didukung pula oleh
Syaiful Sagala (169:2009) yang menyampaikan bahwa belajar aktif berarti giat
bekerja, berusaha, dan melakukan perbuatan untuk menemukan pengetahuan
melalui belajar dengan berbuat, mengaktifkan banyak indera untuk mencari tahu,
berinteraksi dalam kerja kelompok dan diskusi, dan berkomunikasi melalui
presentasi. Siswa dengan minat yang tinggi akan mendorong keaktifan dalam diri
siswa, dengan demikian keterampilan proses yang dicapai juga akan meningkat,
namun sebaliknya siswa dengan minat belajar rendah akan menunjukkan
keaktifan yang rendah, hal ini berakibat keterampilan yang dikuasai akan rendah
pula.
Pemusatan perhatian pada siswa dengan minat belajar tinggi dalam
pembelajaran organ tumbuhan memungkinkan siswa untuk belajar lebih giat dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
akhirnya mencapai keterampilan yang diinginkan. Hal ini terlihat ketika siswa
aktif mencari beberapa sumber belajar lain untuk menyusun hipotesis dalam
rancangan penelitian yang akan dilakukan dalam pembelajaran struktur jaringan
organ tumbuhan di dalam laboratorium. Siswa dengan minat belajar tinggi hampir
tidak luput dalam memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh guru di dalam
kelas. Ormrod (102:2008) mengungkapkan bahwa siswa dengan minat yang
tinggi akan mencurahkan perhatian yang lebih dan terlibat aktif secara kognitif di
dalamnya. Hasil observasi juga menunjukkan bahwa siswa dengan minat yang
tinggi cenderung belajar lebih bermakna, terorganisasi dan terperinci, misalnya
mengaitkannya dengan pengetahuan sebelumnya, membuat gambar-gambar
visual, mengaitkan berbagai ide, menarik kesimpulan, dan mengidentifikasi
potensi penerapan konsep yang didapat dengan fungsi pada masing-masing organ
tumbuhan. Minat dalam pembelajaran organ tumbuhan memicu semangat untuk
mempelajari lebih dalam mengenai struktur tumbuhan dan mengaitkannya dengan
fungsi organ tumbuhan sehingga dalam hal ini keterampilan proses siswa
mengalami peningkatan yang signifikan.
Hasil penelitian ini didukung oleh Muhibbin Syah (2005: 135) yang
mengungkapkan minat dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar siswa dalam
bidang-bidang tertentu. Menurut Dwijiastuti (2003) minat belajar IPA merupakan
perasaan siswa untuk menyukai / menyenangi berbagai kegiatan belajar IPA.
Sallah satu kegiatan belajar IPA adalah keterampilan proses sains yang
menggambarkan cara kerja ilmiah para ilmuan. Keterampilan proses sangat
berguna bagi kehidupan sehari-hari yaitu dalam memecahkan permasalahan.
Akibatnya siswa dengan minat yang semakin besar untuk mempelajari IPA akan
memberikan peluang memperoleh hasil belajar serta keterampilan proses yang
lebih baik.
3. Pengujian Hipotesis Ketiga
Hasil uji hipotesis pada Tabel 15 menunjukkan tidak ada interaksi antara
penerapan metode inquiri terpimpin dengan minat belajar terhadap keterampilan
proses sains siswa. Berdasarkan Grafik 2 yaitu grafik interaksi dapat diketahui
bahwa pengaruh metode inquiri terpimpin terhadap keterampilan proses sains
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
siswa selalu lebih baik daripada metode konvensional untuk minat tinggi, sedang,
dan rendah, serta minat belajar tinggi selalu lebih baik daripada minat belajar
sedang dan rendah, kemudian minat belajar sedang lebih baik daripada minat
belajar rendah pada metode inquiri terpimpin maupun metode konvensional. Hal
ini dikarenakan metode pembelajaran dan minat belajar memiliki pengaruh
sendiri-sendiri terhadap keterampilan proses sains siswa.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa dengan minat belajar
tinggi memiliki dorongan yang kuat untuk aktif dalam pembelajaran dan memiliki
kemauan yang keras untuk menguasai materi baik dengan metode pembelajaran
inquiri terpimpin ataupun metode konvensional sehingga minat belajar tidak
berpengaruh terhadap metode pembelajaran. Siswa dengan minat belajar tinggi,
sedang, dan rendah apabila diberi pembelajaran dengan metode inquiri ataupun
metode konvensional memiliki pengaruh yang sama terhadap keterampilan proses
sains siswa. Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan guru sebagai
wahana untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan
nyata. Metode pembelajaran memungkinkan adanya interaksi antara guru dengan
siswa, siswa dengan siswa dan siswa dengan lingkungan belajar. Metode
pembelajaran yang aktif dan menyenangkan akan membuat siswa lebih
memfokuskan perhatiannya dan memiliki kemauan yang tinggi untuk mengikuti
pelajaran dengan baik sedangkan minat merupakan penentu derajat keaktifan
siswa dalam pembelajaran. Metode inquiri terpimpin merupakan metode
pembelajaran yang menantang siswa untuk aktif berperan serta dalam
penyelidikan yang akan berpengaruh positif pada peningkatan keterampilan
proses sains siswa. Keterampilan proses sains siswa pada kelompok eksperimen
dengan penerapan metode inquiri terpimpin secara langsung merangsang siswa
untuk memiliki keterampilan proses yang harus dimiliki agar siswa berhasil dalam
belajar inquiri terpimpin. Kelas kontrol yang diperlakukan dengan metode
ceramah dan eksperimen kurang memfasilitasi siswa untuk melatih keterampilan
proses yang dimiliki karena suasana di kelas tidak mendukung untuk siswa
berlatih keterampilan proses sains.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Berdasarkan pengamatan, banyak faktor lain yang mempengaruhi
ketercapaian keterampilan proses sains selain metode pembelajaran yang
diterapkan dan minat belajar. Faktor internal yang turut berpengaruh selain minat
belajar antara lain aspek fisiologis (kesehatan siswa) dan aspek psikologis (gaya
belajar) serta faktor eksternal lain yaitu lingkungan belajar, dukungan orang tua,
sarana dan prasarana yang mendukung dalam pembelajaran, serta keikutsertaan
siswa dalam bimbingan belajar di luar sekolah. Berikut ini disajikan tabel
perbedaan langkah kegiatan pelaksanaan pembelajaran dikelas kontrol dan kelas
eksperimen:
Pertemuan I
IPA 2 (Eksperimen) IPA 6 (Kontrol)
Pertemuan II
Apersepsi dengan
demonstrasi tanaman +
media PPT
PPT
(10
menit)
Apersepsi PPT (5-
10 menit)
Penutupan dan Informasi PPT
(5 menit)
Ceramah dan diskusi dalam
kelompok
PPT
(75
menit)
Keterampilan proses
dengan kegiatan
laboratorium
Lab +
LKS (75
menit)
Penugasan Kelompok dan
Penutupan
PPT
(5 menit)
Apersepsi dan pembagian
LKS
5 menit Apersepsi 5 menit
Persentasi hasil
keterampilan poroses dan
diskusi kelompok
PPT
siswa &
LKS
(80
menit)
Kegiatan lab. Keterampilan
proses sains dan diskusi
kelompok
Lab &
LKS (75
menit)
Pembeda:
1. Kesempatan Presentasi
2. LKS
Penutup 5 menit Penutup 5 menit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
55
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh metode inquiri terpimpin
terhadap keterampilan proses sains ditinjau dari minat belajar siswa dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Metode pembelajaran inquiri terpimpin berpengaruh nyata terhadap
keterampilan proses sains pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Boyolali.
2. Minat belajar siswa berpengaruh nyata terhadap keterampilan proses sains pada
siswa kelas XI SMA Negeri 1 Boyolali.
3. Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran inquiri terpimpin dengan
minat belajar terhadap keterampilan proses sains pada siswa kelas XI SMA
Negeri 1 Boyolali.
Berdasarkan uji lanjut diperoleh hasil bahwa metode inquiri terpimpin lebih
baik dibanding konvensional terhadap keterampilan proses sains siswa kelas XI
SMA Negeri 1 Boyolali.
B. IMPLIKASI
1. Implikasi Teoretis
Hasil penelitian secara teoretis dapat digunakan sebagai bahan kajian dan
referensi pada penelitian sejenis dan dapat digunakan sebagai upaya bersama
antara guru, siswa serta penyelenggara sekolah agar dapat membantu siswa dalam
meningkatkan ketercapaian keterampilan proses sains.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi guru
dalam memberikan pembelajaran biologi yaitu dengan membangkitkan minat
belajar siswa serta menerapkan metode pembelajaran yang mampu memfasilitasi
keterampilan proses sains.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
C. SARAN
1. Guru
Metode inquiri terpimpin dapat diterapkan sebagai salah satu alternatif
untuk menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan proses sains siswa.
2. Peneliti
Penelitian ini sangat terbatas pada kemampuan peneliti, maka perlu
diadakan penelitian yang lebih lanjut mengenai penerapan metode pembelajaran
inquiri terpimpin dan minat belajar dalam ruang lingkup yang lebih luas serta
faktor-faktor lain yang turut berpengaruh terhadap pembelajaran.