pengaruh metode giving question and...

Download PENGARUH METODE GIVING QUESTION AND …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32709/1/NUR... · Tabel 4.10 Tabel tingkat kesukaran soal ... Gambar 4.3 Diagram frekuensi

If you can't read please download the document

Upload: nguyenbao

Post on 06-Feb-2018

234 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • PENGARUH METODE GIVING QUESTION AND GETTING

    ANSWER TERHADAP HASIL BELAJAR SKI KELAS VIII

    DI MTS PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

    Skripsi

    Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

    untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar

    Sarjana Pendidikan (S.Pd)

    Oleh:

    Nur Faizah

    NIM 1112011000041

    JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF

    HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2016

  • i

    ABSTRAK

    Nur Faizah (NIM: 1112011000041). PENGARUH METODE GIVING

    QUESTION and GETTING ANSWER TERHADAP HASIL BELAJAR SKI

    SISWA KELAS VIII DI MTS PEMBANGUNAN UIN JAKARTA.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi pembelajaran aktif metode giving question and getting answer terhadap hasil belajar SKI siswa. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Pembangunan UIN Jakarta tahun ajaran 2015/2016 semester I. desain dalam penelitian ini adalah nonrandomized control group pretest-postest design. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian semu (Quasi Experiment). Dalam penelitian ini terdapat dua kelas yakni kelas eksperimen VIII F dan kelas control VIII H

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh strategi pembelajaran metode giving question and getting answer terhadap hasil belajar SKI siswa. Hal ini ditunjukkan dari perolehan nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol, yaitu untuk kelas eksperimen 82,5 dan 79,1 untuk kelas kontrol.

    Berdasarkan hasil pengujian uji t hasil belajar kedua kelas diperoleh thitung = 3,29 dan t tabel = 0,16, dapat dinyatakan bahwa t hitung > t tabel, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata posttest kelas eksperimen dengan nilai rata-rata posttest kelas kontrol.

    Kata kunci: Metode Giving Question and Getting Answer, Hasil Belajar, SKI

  • ii

    ABSTRACT

    Nur Faizah (NIM: 1112011000041). METHOD GIVING EFFECT OF

    GETTING ANSWER TO THE QUESTION and SKI LEARNING

    OUTCOMES IN CLASS VIII DEVELOPMENT MTS UIN Jakarta.

    This study aims to determine the effect of active learning strategies and methods of giving question getting SKI answer to the learning outcomes of students. This research was conducted at UIN Jakarta Development MTs academic year 2015/2016 . design in this study was nonrandomized control group pretest-posttest design. The method used in this research is false (Quasi Experiment). In this research, there are two classes namely experimental class from VIII F and control class from VIII H.

    The results showed that there are significant learning strategies and methods of giving question getting SKI answer to the learning outcomes of students. It is shown from the acquisition value of the average experimental class is higher than the control class, namely for the experimental class of 82.5 and 79.1 for the control class.

    Based on test results t test both classroom learning outcomes obtained t = 3.29 and t table = 0.16, it can be stated that thitung > t table, it can be concluded that there are significant differences between the average value posttest experimental class with value average posttest control group. Keywords: Method of Getting Question and Answer Giving, Learning Outcomes, SKI

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum Wr. Wb

    Alhamdulillahirabbil-aaalamiin. Segala puji bagi Allah SWT yang telah

    memberikan banyak nikmat, dan hidayah sehingga saya dapat menyelesaikan

    penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi

    besar Muhammad SAW, yang selalu mencintai dengan kasih sayang Aamiin yaa

    rabbal aalamiin.

    Alhamdulillah, atas karunia dan hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat

    menyelesaikan skripsi ini yang berjudul PENGARUH METODE GIVING

    QUESTION and GETTING ANSWER TERHADAP HASIL BELAJAR SKI

    KELAS VIII DI MTS PEMBANGUNAN UIN JAKARTA.

    Terima kasih yang teramat banyak kepada kedua orang tua tercinta (Alm)

    Ayahanda Ali Efendy dan Ibunda Tina, atas segala pengorbanan dan kasih

    sayang yang tercurahkan, yang telah mengajarkan penulis kebaikan, arti cinta,

    makna kehidupan serta telah mendidik penulis dengan kasih sayang sejak kecil

    Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak kesulitan

    dan hambatan yang dihadapi. Namun, atas bimbingan dan motivasi dari berbagai

    pihak penulis dapat menyelesaikannya. Pada kesempatan ini penulis ingin

    menyampaikan ucapan terima kasih juga kepada:

    1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah

    dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Bapak Dr. Abdul Majid Khan, MA Ketua Jurusan Pendidikan Agama

    Islam UIN Syarif Hidayatullah

    3. Ibu Marhamah Shaleh, Lc, MA Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama

    Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    4. Ibu Dr. Sururin, MA Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan

    bimbingan selama perkuliahan.

  • iv

    5. Ibu Heny Narendrany Hidayati, M.Pd Dosen Pembimbing Skripsi yang

    selalu meluangkan waktunya untuk membimbing dan memotivasi penulis.

    6. Bapak Ibu Dosen yang telah membimbing penulis selama melaksanakan

    perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    7. Ibu Ir. Hj. Eha Soriha, M, Si Kepala Sekolah MTs Pembangunan UIN

    Jakarta, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan

    penelitian di MTs Pembangunan UIN Jakarta.

    8. Bapak Mardi, MA Wakabid. Kurikulum MTs Pembangunan UIN Jakarta,

    yang telah memberikan arahan dan izin kepada penulis untuk melakukan

    penelitian di MTs Pembangunan UIN Jakarta.

    9. Bapak Abdul Mutaqin, S.Ag Guru SKI kelas VIII di MTs Pembangunan

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan izin dan

    menyediakan waktu pembelajaran untuk untuk penulis teliti di MTs

    Pembangunan UIN Jakarta.

    10. Kakak tersayang Dahlia, Aty, Pardiman dan seluruh anggota keluarga

    tersayang yang selalu memberikan doa dan semangat kepada penulis.

    11. Sahabat-sahabatku Fitriani, Rena dan Lala serta seseorang yang selalu

    memberi semangat, kasih sayang dan kesabarannya kak Firdaus.

    12. Teman-temanku PAI angkatan 2012 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

    khususnya kelas PAI B yang telah memberikan semangat dan bantuannya

    selama ini, semoga tali silaturrahmi kita tetap terjalin hingga nanti.

    Serta semua pihak yang berjasa, mudah-mudahan bantuan, bimbingan dan

    doa yang telah diberikan menjadi pintu datangnya ridha dan kasih sayang

    Allah Swt. di dunia dan akhirat kelak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

    bagi penulis khususnya dan bagi khazanah ilmu pengetahuan pada umumnya.

    Jakarta, 03 Oktober 2016

    Penulis

  • v

    DAFTAR ISI

    SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

    LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

    LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI

    ABSTRAK ........................................................................................................ i

    ABSTRACT ...................................................................................................... ii

    KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii

    DAFTAR ISI ...................................................................................................... v

    DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii

    DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

    B. Identifikasi Masalah .................................................................. 7

    C. Pembatasan Masalah ................................................................ 71

    D. Perumusan Masalah ................................................................. 81

    E. Tujuan Penelitian ...................................................................... 82

    F. Kegunaan Penelitian ................................................................. 82

    BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

    A. Deskripsi Teoretik ................................................................................ 10

    1. Hakikat Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam

    a. Sejarah Kebudayaan Islam

    1) Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam ................................. 10

    2) Tujuan Sejarah Kebudayaan Islam....................................... 11

    3) Manfaat Sejarah Kebudayaan Islam ..................................... 11

    4) Ruang Lingkup Sejarah Kebudayaan Islam di MTs ............. 12

  • vi

    5) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sejarah

    Kebudayaan Islam di MTs ................................................... 12

    6) Materi Ajar Sejarah Kebudayaan Islam di MTs ................... 13

    b. Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam

    1) Pengertian Hasil Belajar ...................................................... 20

    2) Faktor yang mempengaruhi hasil belajar ............................. 24

    3) Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam dan Penilaian ....... 26

    4) Penilaian Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam .............. 27

    2. Hakikat Metode Belajar

    a. Metode Belajar Giving Question and Getting Answer

    1) Pengertian Pembelajaran ..................................................... 28

    2) Pembelajaran metode Giving Question and Getting Answer 29

    3) Tujuan metode Giving Question and Getting Answer .......... 30

    4) Kelebihan metode Giving Question and Getting Answer...... 30

    5) Kelemahan metode Giving Question and Getting Answer .... 30

    6) Langkah-langkah metode Giving Question and Getting

    Answer ................................................................................ 31

    b. Metode Belajar Diskusi ............................................................. 32

    1) Pengertian metode belajar ................................................... 32

    2) Pembelajaran metode diskusi............................................... 33

    3) Tujuan metode diskusi ......................................................... 32

    4) Kelebihan metode diskusi .................................................... 33

    5) Kelemahan metode diskusi .................................................. 33

    6) Langkah-langkah metode diskusi......................................... 34

    B. Hasil Penelitian yang Relevan .............................................................. 35

    C. Kerangka Berpikir ................................................................................ 36

    D. Hipotesis Penelitian .............................................................................. 38

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 39

    B. Metode dan Desain Penelitian ............................................................... 39

  • vii

    C. Populasi dan Sampel ............................................................................. 41

    D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 42

    E. Variabel dan Instrumen Penelitian ........................................................ 43

    1. Variabel Penelitian .......................................................................... 43

    2. Instrumen Penelitian ....................................................................... 44

    a. Instrumen Tes .......................................................................... 44

    b. Uji Coba Instrumen Tes ............................................................ 46

    1) Uji Validitas ........................................................................ 46

    2) Uji Reliabelitas .................................................................... 47

    3) Uji Tingkat Kesukaran ........................................................ 48

    4) Uji Daya Pembeda ............................................................... 49

    F. Teknik Analisa Data ............................................................................. 50

    1. Uji Normalitas ................................................................................ 50

    2. Uji Homogenitas ............................................................................. 51

    3. Uji Hipotesis ................................................................................... 52

    G. Hipotesis Statistik ................................................................................. 54

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Deskripsi Data ..................................................................................... 55

    1. Hasil Belajar SKI siswa yang diberi metode mengajar Giving

    Question and Getting Answer.......................................................... 55

    2. Hasil Belajar SKI siswa yang diberi metode mengajar Diskusi ........ 61

    B. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran pada Kelas Kontrol dan

    Eksperimen........................................................................................... 66

    C. Pengujian Persyaratan Analisis ............................................................. 67

    D. Pengujian Hipotesis Pembahasan Hasil Penelitian ................................ 72

    E. Keterbatasan Penelitian......................................................................... 73

    BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

    A. Kesimpulan .......................................................................................... 75

    B. Implikasi .............................................................................................. 75

    C. Saran .................................................................................................... 76

  • viii

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... xi

    LAMPIRAN

  • ix

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Tabel standar kompetensi dan kompetensi dasar....................12

    Tabel 2.2 Tabel ranah kognitif taksonomi bloom ......................................21

    Tabel 3.1 Tabel jadwal kegiatan penelitian...................................................39

    Tabel 3.2 Tabel desain penelitian pre-tes dan post tes kontrol group design 41

    Tabel 3.3 Tabel matrik variable ................................................................... 43

    Tabel 3.4 Tabel kisi-kisi Intrument tes ....................................................... 44

    Tabel 4.1 Tabel nilai hasil pre-tes eksperimen............................................. 55

    Tabel 4.2 Tabel distribusi hasil nilai pre-tes eksperimen..............................56

    Tabel 4.3 Tabel nilai hasil post-tes eksperimen............................................ 58

    Tabel 4.4 Tabel distribusi hasil nilai post-tes eksperimen.............................59

    Tabel 4.5 Tabel nilai hasil pre-tes kontrol.................................................... 61

    Tabel 4.6 Tabel distribusi hasil nilai pre-tes kontrol.....................................62

    Tabel 4.7 Tabel nilai hasil post-tes kontrol....................................................63

    Tabel 4.8 Tabel distribusi hasil nilai post-test kontrol...................................65

    Tabel 4.9 Tabel perlakuan pada setiap kelompok..67

    Tabel 4.10 Tabel tingkat kesukaran soal.............68

    Tabel 4.11 Tabel daya pembeda..............69

    Tabel 4.12 Tabel hasil uji normalitas pre-tes eksperimen dan kontrol.......... 69

    Tabel 4.13 Tabel hasil uji normalitas post-tes eksperimen dan kontrol.......... 70

    Tabel 4.14 Tabel hasil uji homogenitas pretest...............................................71

    Tabel 4.15 Tabel hasil uji homogenitas post-tes............................................. 72

  • x

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 4.1 Diagram frekuensi nilai pre-test kelas eksperimen ......................57

    Gambar 4.2 Diagram frekuensi nilai post-test kelas eksperimen ....................60

    Gambar 4.3 Diagram frekuensi nilai pre-test kelas kontrol..............................62

    Gambar 4.4 Diagram frekuensi nilai post-test kelas kontrol............................65

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Belajar dapat diperoleh melalui pendidikan. Hal tersebut mendasari

    bahwa pendidikan sangat penting bagi kemajuan bangsa, oleh karena itu setiap

    anak bangsa wajib mengikuti kegiatan pendidikan. Melalui pendidikan, anak

    bangsa dapat mengembangkan kemampuan dan potensi yang ada pada dirinya.

    Salah satu yang menjadi peran penting dalam kehidupan adalah pendidikan

    Islam yang sudah seharusnya ditanamkan sejak kecil.

    Dengan adanya pendidikan, berguna untuk membentuk manusia yang

    berpribadi muslim kamil serta berdasarkan ajaran Islam.1 Hal ini dapat dilihat

    dalam firman Allah yang berbunyi:

    Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-

    benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan

    dalam keadaan beragama Islam (Qs. Ali Imran : 102)2

    Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang

    Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal 1 menyebutkan bahwa Pendidikan

    adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

    proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

    1 Abuddin Nata, Paradigma Pendidikan Islam : Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Gramedia), h. 13

    2 Tim Penulis, Al-Quran Tajwid Terjemah, (Depok: Cahaya Quran, 2008), h. 64

  • 2

    yang ada pada dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

    pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

    yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara,3

    Pendidikan didapatkan dengan adanya proses belajar antara guru dan

    siswa yang terjadi secara terus menerus. Guru berperan sebagai model atau

    teladan bagi siswa yang diajarnya serta sebagai pengelola pembelajaran. Oleh

    karena itu, keberhasilan suatu proses belajar sangat ditentukan oleh kualitas

    atau kemampuan guru.

    Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu

    perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam

    interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan

    psikomotor.4

    Cronbach berpendapat yang dikutip oleh Yatim Riyanto bahwa belajar merupakan bahwa belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami

    sesuatu yaitu menggunakan panca indera. Dengan kata lain bahwa belajar

    adalah suatu cara mengamati, memaca, meniru, mengintimasi, mencoba

    sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu.5

    Dari definisi diatas, Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan

    merupakan unsur yang fundamental dalam penyelengaraan setiap jenjang

    pendidikan. maksudnya berhasilnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat

    tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika didalam

    lingkungan sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.

    Oleh karena itu, pemahaman yang benar menganai arti belajar dengan segala

    aspek diperlukan oleh para pendidik khususnya para guru. Kekeliruan mereka

    terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin akan

    mengakibatkan kurang bermutunya hasil belajar yang dicapai oleh peserta

    didik.

    3UU Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor: 20 Tahun 2003 4Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar,(Jakarta: PT Rineka Cipta,2008), h,13.

    5Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2010), h.5.

  • 3

    Hasil belajar merupakan realisasi dari kecakapan-kecakapan potensial

    atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh

    seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik dari perilaku penugasan

    pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik, sebagian

    besar perilaku dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan seseorang

    merupakan hasil belajar.6

    Abuddin Nata menyatakan bahwa keberhasilan belajar mengajar pada

    dasarnya merupakan perubahan positif selama dan sesudah proses belajar

    mengajar dilaksanakan. Keberhasilan ini dapat dilihat dari keterlibatan peserta

    didik secara aktif dalam proses pembelajaran dan perubahan positif yang

    ditimbulkan sebagai akibat dari proses belajar mengajar tersebut.7

    Untuk membuat peserta didik terlibat secara aktif diperlukan belajar

    aktif. Belajar aktif merupakan salah satu cara mengikat informasi yang baru

    kemudian menyimpannya dalam otak. Karena salah satu faktor yang

    menyebabkan informasi cepat dilupakan adalah faktor kelemahan otak

    manusia itu sendiri. Belajar yang hanya mengandalkan indera pendengaran

    mempunyai beberapa kelemahan, padahal hasil belajar seharusnya disimpan

    sampai waktu yang lama.

    Sesuai dengan kata mutiara yang diberikan oleh Mel Silberman, yakni :

    Yang saya dengar, saya lupa; yang saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat;

    yang saya dengar, lihat dan pertanyakan atau didiskusikan dengan orang

    lain, saya mulai pahami; dari yang saya dengar, lihat, bahas dan terapkan

    saya dapatkan pengetahuan dan keterampilan; yang saya ajarkan pada

    orang lain, saya menguasainya.8

    Pengelolaan kelas yang baik akan melahirkan interaksi belajar

    mengajar yang baik pula dengan pendekatan yang tepat pada menghapuskan

    kejenuhan dan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. 6Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 166 7Abuddin Nata, Paradigma Penidikan Islam, (Jakarta: PT Gramedia, 2008), h. 108 8Mel Silberman, Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2009), cet ke-6, h .23

  • 4

    Tujuan pembelajaran pun dapat dicapai tanpa menemukan kendala yang

    berarti. Hanya sayangnya pengelolaan kelas yang baik tidak selamanya dapat

    dipertahankan, disebabkan pada kondisi tertentu ada gangguan yang datang

    tiba-tiba dan diluar kemampuan.9

    Sejarah kebudayaan Islam (SKI) merupakan catatan perkembangan

    perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam beribadah,

    bermuamalah dan berakhlak serta dalam mengembangkan sistem kehidupan

    atau menyebarkan ajaran Islam yang dilandasi oleh akidah. 10

    Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di Madrasah Tsanawiyah merupakan

    salah satu mata pelajaran yang menelaah tentang Nabi Muhammad saw pada

    periode Makkah, periode Madinah, peradaban Islam pada masa

    Khulafaurrasyidin, perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Bani

    Umayyah, perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Bani

    Abbasiyah, perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Al

    Ayyubiyah, serta perkembangan Islam di Indonesia.

    Secara substansial mata pelajaran SKI memiliki kontribusi dalam

    memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami,

    menghayati Sejarah Kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan

    yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak,

    dan kepribadian peserta didik.

    Materi yang terdapat pada mata pelajaran SKI sangat bermacam-

    macam dan tidak semua materi yang dijelaskan bisa dengan menggunakan

    metode berceramah dengan waktu yang singkat dua jam pelajaran perminggu.

    Maka dari itu, guru sangat dianjurkan untuk bisa lebih aktif, inovatif dan

    kreatif dalam mengembangkan metode-metode pembelajaran yang dapat

    memperluas pemahaman peserta didik mengenai materi-materi agama,

    menodorong anak didik untuk mengaplikasikan membentuk akhlak dan

    9Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka

    Cipta, 2010), h. 2

    10 Permendikbud, Lampiran PMA No. 165 tahun 2014, h. 37

  • 5

    kepribadian anak didik serta dapat memperoleh hasil belajar yang tetap baik

    dan memuaskan

    Kecenderungan pembelajaran saat ini, metode pembelajaran yang

    diterapkan oleh guru belum bervariatif, kerap membuat siswa merasa jenu h

    dan kesulitan dalam mengingat pelajaran khususnya materi tentang SKI

    dengan mengingat dan mengerti materi pelajaran yang didalamnya membahas

    tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi dan berkiatan dengan waktu,

    tempat, nama-nama tokoh, dan seluruh kehidupan manusia dari lahir hinga

    meninggal dunia yang berhubungan dengan kebudayaan dan peradaban islam.

    Berdasarkan hasil observasi, kondisi di MTs Pembangunan UIN

    Jakarta masih dijumpai adanya permasalahan yang berkaitan dengan metode

    pembelajaran dalam mata pelajaran SKI. Selama ini dalam proses kegiatan

    belajar mengajar mayoritas siswa masih belum terlibat aktif dan siswa belum

    menghiraukan materi yang disampaikan bahkan ada beberapa siswa yang

    bercanda dengan temannya.

    Materi SKI sangat identik dengan membahas tentang peristiwa-

    peristiwa yang telah terjadi dan berkaitan dengan waktu, tempat, nama-nama

    tokoh, dan seluruh kehidupan manusia dari lahir hinga meninggal dunia yang

    berhubungan dengan kebudayaan dan peradaban islam. Hal tersebut sering

    kali menyulitkan siswa dalam mengingatnya dan sulit dalam mengambil poin-

    poin pentingnya.

    Sering kali guru terjebak dengan cara-cara konvensional yaitu berpusat

    pada guru (teacher centered) yang hanya berorientasi pada pencapaian aspek-

    aspek kognitif yang mengandalkan metode ceramah dalam pembelajarannya

    sehingga menyebabkan kejenuhan, membosankan, dan siswa tertekan karena

    harus mendengarkan guru bercerita dalam proses pembelajaran yang kurang

  • 6

    mendukung sehingga menyebabkan masih ada beberapa hasil belajar siswa

    belum mencapai nilai maksimum.11

    Untuk mengatasi hal ini, maka diperlukan suatu strategi pembelajaran

    yang tepat, menarik dan harus efektif sehingga siswa dapat aktif dalam

    kegiatan pembelajaran dan dapat menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa

    setelah proses pembelajaran berlangsung.

    Salah satu starategi pembelajaran yang dapat dilakukan untuk

    meningkatkan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran aktif dengan

    pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan

    peserta didik bekerja sama untuk memaksimalkan belajar mereka dalam

    kelompok. Selama belajar aktif, siswa akan memiliki ketrampilan khusus agar

    dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti keterampilan

    memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, berdiskusi

    dan lain sebagainya.

    Terkait dengan berbagai macam metode pembelajaran aktif yang

    banyak. Penulis menggunakan metode giving question and getting answer.

    Metode giving question and getting answer adalah metode yang digunakan

    oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran, siswa dilibatkan aktif dalam

    proses belajar dengan membaca, memahami pelajaran. Lalu siswa menulis

    pada dua kertas mengenai materi pembelajaran yang belum dipahami dan

    yang sudah dipahami dengan menggunakan pensil berwarna.

    Metode giving question and getting answer mempunyai karakteristik

    yaitu metode yang berkaitan dengan pemahaman siswa baik yang sudah

    dimengerti maupun yang belum dimengerti untuk mempermudah siswa

    mengidentifikasi target pelajaran yang hendak dicapai. Alat-alat yang

    dibutuhkan cukup sederhana diantaranya dua kertas berwarna yang berbeda,

    spidol berwarna cerah, pensil dan yang lain. Siswa bebas menuangkan

    11 Berdasarkan observasi pada 17 Mei 2016 pukul 11.35

  • 7

    mengenai apa yang belum dan sudah mereka pahami sesuai dengan

    kemampuan masing-masing siswa.

    Tujuan dari metode giving question and getting answer adalah

    mengembangkan kemampuan berpikir mencari informasi dan menganalisis

    kemampuan mereka menjadi satu untuk melihat keseluruhan materi yang

    diajarkan.

    Berdasarkan alasan yang telah dijelaskan tersebut, penulis memilih

    judul Pengaruh Metode Giving Question and Getting Answer terhadap

    Hasil Belajar SKI Kelas VIII di MTs Pembangunan UIN Jakarta

    B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi

    beberapa masalah sebagai berikut:

    1. Penyajian materi pembelajaran SKI menggunakan metode yang belum

    bervariatif.

    2. Siswa sulit mengingat pelajaran.

    3. Perhatian dan partisipasi dalam pembelajaran SKI masih rendah.

    4. Siswa sulit mereview dan mencari pokok/ poin dari materi yg telah

    dipelajari.

    C. Pembatasan Masalah Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu kompleks. Maka

    penulis memberikan batasan-batasan masalah sebagai berikut:

    1. Pembelajaran aktif Giving Question and Getting Answer yang

    dimaksud dalam penelitian ini adalah cara siswa dilibatkan untuk

    membaca, memahami, menulis pada kertas mengenai apa yang telah

    dipahami dan yang belum dipahami. Metode tersebut ajarkan pada

    kelas eksperimen, sedangkan kelas kontrol diajarkan dengan

    menggunakan metode diskusi.

  • 8

    2. Hasil belajar pada bidang studi SKI pada pokok bahasan Sejarah

    Dinasti Abbasiyah Kelas VIII Semester Ganjil Tahun Ajaran 2016-

    2017 MTs Pembangunan UIN Jakarta.

    D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang identifikasi, dan pembatasan masalah yang

    telah dikemukakan sebelumnya, maka perumusan masalah yang ingin

    diajukan dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah terdapat pengaruh metode

    Giving Question and Getting Answer terhadap hasil belajar siswa pada mata

    pelajaran SKI?

    E. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

    mengetahui apakah terdapat pengaruh metode giving question and getting

    answer terhadap hasil belajar SKI kelas VIII di MTs Pembangunan UIN

    Jakarta.

    F. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberi nilai dan manfaat bagi

    banyak pihak, terutama:

    1. Bagi Siswa, Dapat memberikan suasana pembelajaran yang

    menyenangkan terutama pada materi SKI.

    2. Bagi Guru, Sebagai pedoman, guru dapat menyajikan pembelajaran yang

    bervariatif dan inovatif sehingga guru dapat membuat suasana belajar jadi

    menyenangkan dan membuat siswa jadi lebih aktif karena proses

    pembelajaran berpusat pada siswa (student center).

    3. Bagi Sekolah, Sebagai bahan masukan kepada MTs Pembangunan UIN

    Jakarta dalam meningkatkan mutu belajar mengajar.

  • 9

    4. Bagi Penulis, Sebagai wadah untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan

    wawasan terhadap dunia pendidikan dalam hal pembuatan karya ilmiah,

    dan sebagai pedoman dalam mengajar.

  • 10

    BAB II

    KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

    A. Deskripsi Teoretik

    1. Hakikat Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam

    a. Sejarah Kebudayaan Islam 1) Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam

    Sejarah dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa melayu yang

    menyerap kata syajarah dari bahasa Arab yang berarti pohon,

    keturunan, asal-usul, silsilah, riwayat.

    Sedangkan menurut istilah adalah cabang ilmu pengetahuan uang

    mengkaji secara sistematis keseluruhan perkembangan, proses

    perubahan atau dinamika kehidupan masyarakat dengan segala aspek

    kehidupan yang terjadi pada masa lampau.1

    Kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta byddhayah, yang

    diartikan sebagai bentuk jamak dari konsep budhi dan dhaya (akal)2.

    Sedangkan menurut istilah adalah seluruh system yang terdiri dari

    pengetahuan, kepercayaan yang diperoleh seseorang sebagai anggota

    masyrakat atau sesuatu yang dipelajari dan diteruskan dari generasi ke

    generasi.

    Islam berasal dari kata aslama-yuslimu-islam yang artinya

    selamat, sedangkan menurut istilah adalah agama yang diturunkan

    Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw sebagai petunjuk bagi

    manusia agar kehidupannya membawa rahmat bagi seluruh alam.

    Dari beberapa definisi diatas, SKI adalah suatu kejadian atau

    peristiwa pada masa lampau yang berbentuk hasil katua, karsa dan

    cipta umat Islam yang didasarkan kepada sumber nilai-nilai Islam yang

    1 M.Dien Madjid dan Johan Wahyudhi, Ilmu Sejarah,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014), h. 9 2 Bungaran Antonius S, Korelasi Kebudayaan dan Pendidikan, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014), h. 5

  • 11

    merupakan agama yang diaajarkan oleh Nabi Muhammad Saw

    berpedoman kepada al-Quran dan Hadis yang diturunkan ke dunia

    melalui wahyu Allah Swt.

    2) Tujuan Sejarah Kebudayaan Islam

    a) mempelajari kehidupan umat Islam masa lalu tentang masalah

    kehidupan dan cara mengatasinya. 3

    b) memahami berbagai masalah kehidupan umat Islam, yang disertai

    dengan maju mundurnya kebudayan Islam itu sendiri. Kebudayaan

    Islam mencapai puncak kejayaan pada abad ke-5 H atau abad

    pertengahan Masehi.

    c) Pada awal abad ke-6 kebudayaan Islam mengalami kemunduran

    yang disebabkan oleh beberapa faktor internal dan eksternal

    antaralain: Faktor Internal (Politik,Ekonomi), Faktor Eksternal

    (Adanya serangan dari luar Islam )

    3) Manfaat Sejarah Kebudayaan Islam

    a) Dapat mengetahui kekeliruan yang mengakibatkan kegagalan pada

    masa lampau.

    b) Dapat mengantisipasi agar kekeliruan dimasa lampau tidak

    terulang kembali dimasa sekararang dan yang akan datang

    c) Membawa kita supaya bisa memilih sikap dalam hidup

    d) Mengambil Ibrah/hikmah, nilai, dan makna yang terdapat dalam

    sejarah Kebudayaan Islam

    e) Menanamkan penghayatan dan kemauan yang kuat untuk

    berakhlak yang baik

    f) Meneladani sikap yang positif dari para tokoh umat Islam, serta

    mampu mengantisipasi diri terhadap sikap yang tidak baik, yang

    bisa menghancurkan harga diri dan martabat bangsa. 3 Dr.H.Murodi,MA, Sejarah Kebudayaan Islam kelas VII MTs, (Toha Putra: Semarang, 2013)

    h. 15

  • 12

    4) Ruang Lingkup Sejarah Kebudayaan Islam di MTs

    Ruang lingkup Pembelajaran SKI di tingkat MTs meliputi aspek-

    aspek sebagai berikut:

    a) Memahami sejarah Nabi Muhammad saw. periode Makkah

    b) Memahami sejarah Nabi Muhammad saw. periode Madinah.

    c) Memahami peradaban Islam pada masa Khulafaurrasyidin.

    d) Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Bani Umayah.

    e) Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Bani

    Abbasiyah.

    f) Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Al Ayyubiyah.

    g) Memahami perkembangan Islam di Indonesia.4

    5) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sejarah Kebudayaan Islam

    di MTs

    Tabel 2.1

    STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR 1. Memahami perkembangan Islam

    pada masa Dinasti Abbasiyah

    1.1 Menceritakan sejarah berdirinya Daulah Abbasiyah

    1.2 Mendeskripsikan perkmebnagnan kebudayaan/peradaban Islam pada masa Dinasti Abbasiyah

    1.3 Mengidentifikasi tokoh ilmuwan muslim dan perannya dalam kemajuan kebudayaan/peradaban Islam pada masa Dinasti Abbasiyah

    1.4 Mengambil ibrah dari perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada masa Dinasti Abbasiyah untuk masa kini dan yang akan datang

    1.5 Meneladani ketekunan dan kegigihan Dinasti Abbasiyah

    Sumber data: Primer diolah dengan menggunakan Microsoft Excell

    4 Permendikbud, Lampiran PMA No. 165 tahun 2014, h. 49

  • 13

    6) Materi Ajar Sejarah Kebudayaan Islam kelas VII MTs

    a) Sejarah Keruntuhan Bani Umayyah5

    Beberapa penyebab runtuhnya Dinasti Umayyah :

    (1) Figur Kholifah yang Lemah Pemindahan ibu kota Madinah ke Damaskus merupakan sebab

    awal munculnya faktor kelamahan ini. Sebagaimana diketahui,

    Damaskus merupakan bekas ibukota Kerajaan Bizantium. Akibatnya,

    kehidupan bangsawan Bizantium mulai mempengaruhi dan akhirnya

    menjadi gaya hidup keluarga Dinasti Umayyah. Mereka terbiasa

    menjalani kehidupan mewah dan jauh dari gaya hidup islami seperti

    dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw.

    Hal ini menyebabkan figur-figur khalifah menjadi figur yang

    lemah. Hanya ada lima khalifah yang besar yang mampu memerintah

    dengan kuat. Mereka adalah Muawiyyah, Abdul Malik. Al-Walid I,

    Umar II dan Hisyam. Hisyam adalah negarawan kelima yang besar

    dari Dinasti Umayyah.

    Sebelum masa Hisyam, seperti ditunjukan oleh oleh Yazid II,

    para khalifah bahkan menghabiskan waktu untuk berburu dan minum

    anggur. Mereka lebih sibuk dengan musik dan syair-syair daripada Al-

    Quran dan urusan agama. Karena harta kekayaan yang melipah,

    jumlah budak menjadi berlebihan. Akhirnya mereka tak bisa

    mengenadalikan hidupnya.

    Para khalifah juga tidak bisa lagi membanggakan darah

    bangsawan arabnya yang murni. Yazid III adalah khalifah Islam

    pertama yang ibunya seorang budak belian yang dimerdekakan. Semua

    itu telah melemahkan semangat dan daya juang keluarga Dinasti

    Umayyah.

    (2) Hak istimewa bangsa Arab Suriah

    5 H. Darsono dan T.Ibrahim, Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam 2, (Solo: Tiga Serangkai Putra Mandiri, 2013) h. 3

  • 14

    Umayyah bin Khalaf merupakan moyang Dinasti Umayyah yang

    telah lama menetap si Suriah jauh sebelum islam datang. Oleh karena

    itu, kehidupan dan keberlangsungan Dinasti Umayyah tidak bisa

    dilepaskan dari orang-orang Suriah. Selanjutnya, Dinasti Umayyah

    membentuk aristrokasi militer arab yang secara turun-temurun

    membentuk kelas-kelas sosial dan tingkatan masyarakat.

    Tentara suriah adalah jantung kekuatan militer Dinasti Umayyah.

    Sebagai sumber kekuatan, mereka memperoleh bagaian terbesar dari

    harta rampasan perang. Masyarakat syuriah pada umumnya juga

    mendapat hal istimewa itu. Tidak mengherankan apabila kemudian

    terjadi kesenjangan sosial yang dalam antara masyarakat dan golongan

    lainnya.

    Keadaan itu menimbulkan kecemburuan kaum muslim arab di

    Madinah, Mekkah dan Irak. Mereka memang dibebaskan dari beban

    membayar pajak yang dipikulkan kepada orang-orang muslim non-

    Arab (mawali) dan non-muslim. Akan tetapi ehidupan mereka tidak

    lebih baik dibanding dengan keluarga keluarga Suriah.6

    Kecemburuan yang lebih besar ditunjukan oleh orang-orang

    muslim non-Arab pada umumnya dan lebih khusus lagi adalah orang-

    orang islam Persia. Khalifah-khalifah Dinasti Umayyah bahkan

    menunjukan sikap yang bermusuhan dengan mereka. Harapan mereka

    untuk memperoleh persamaan dalam bidang ekonomi dan sosial pupus

    sudah. Kedudukan mereka bahkan diturunkan menjadi mawali, yaitu

    orang yang sangat tergantung nasibnya pada majikan mereka, orang-

    orang Arab. Mereka mengeluh atas perlakuan itu dan memandanganya

    sebagai hal yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam

    (3) Pemerintahan yang tidak demokratis dan Korup

    Pada masa Khulafaur Rasyidin, pemilihan khalifah dilakukan

    secara musyawarah dan demokratis. Dalam Perjanjian Amul Jamaah

    6 Ibid, h. 4

  • 15

    antara Hasan bin Ali dan Muawiyyah, Muawiyah menyanggupi

    pemilihan khalifah sesudahnya dilakukan dengan musyawarah dam

    pemilihan demokratis dari umat islam. Namun, Muawiyyah

    mengingari janji itu. Ia menunjuk anaknya, Yaziz bin Muawiyyah

    sebagai putra mahkota dan khalifah sesudahnya. Hal ini berlangsung

    secara turun temurun.7

    Disamping mengingkari isi Perjanjian Amul Jamaah.

    Penunjukan itu juga berlawanan dengan prinsip senioritas dalam

    pemilihan pimpinan dikalangan bangsa Arab. Pemimpin adalah orang

    tertua dan dianggap paling mampu serta berpengalaman. Akibatnya,

    beberapa Khalifah Dinasti Umayyah berasal bukan dari garis

    keturunan Muaawiyyah. Contohnya adalah Marwan. Keadaan

    menjadi lebih sulit lagi ketika Marwan juga menginginkan anaknya,

    Abdul Malik, sebagai khalifah sesudahnya. Selain itu, Marwan juga

    merencanakan Abdul Aziz anaknya, sebagai khalifah sesudahnya.

    Selain itu, Marwan juga merencanakan Abdul Aziz, anaknya

    yang lain, sesdudah khalifah sesudah Abdul Malik. Hal ini tentu

    membuat keadaaan di istana serta pemerintahan menjadi tidak stabil

    serta mengancam kelangsungan Dinasti Umayyah. Keadaan ini

    membuat administrasi pemerintahan terlalaikan. Hal itu juga

    mendorong para pejabatnya melakukan korupsi dan mementingkan diri

    sendiri. Pemerinahan menjadi lamban dan tidak efesien. Rakyat makin

    tidak menyukai pemerintahan Dinasti Umayyah. Akibatnya,

    penentanganpun muncul dimana-mana.

    (4) Persaingan antarsuku

    Persaingan antarsuku sudah lama menjadi citra bangsa Arab.

    Sikap pilih kasih Dinasti Umayyah kemunculan hal itu. Suku arab

    terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu bangsa Arab utara yang

    disebut Arab Quraisy atau Mudari dan bangsa Arab Selatan yang 7Ibid, h. 5

  • 16

    disebut Arab Yamani atau Himyari. Dalam pertikaian itu, Dinasti

    Umayya mendukung suku Arab Yamani yang lebih cocok dengan

    mereka. Serangkaian peperangan antara dua suku Arab itu sangat

    memperlemah kekuatan Dinasti Umayyah.

    b) Sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah

    Semua kejadian diatas menjadi permasalahan yang sulit

    dipecahkan oleh pemerintahan Dinasti Umayyah. Sekitar awal abad

    ke-8 (720 M), kebencian terhadap pemerintahan Dinasati Umayyah

    telah tersebar luas. Kelompok-kelompok yang merasa tidak puas

    bermuculan. Kelompok-keompok itu adalah :

    (1) Kelopok muslim non-Arab (mawali) yang memprotes kedudukan

    mereka sebagai warga kelas dua di bawah muslim Arab

    (2) Kelompok Khawarij dan Syiah yang menganggap Dinasti

    Umayyah sebagai perampas khilafah

    (3) Kelompok muslim non Arab di Mekah, Madinah dan Irak yang

    merasa sakit hati atas status istimewa penduduk Suriah

    (4) Kelompok muslim yang saleh, baik Arab maupun non-Arab yang

    memandang keluarga Dinasti Umayyah telah bergaya hidup

    mewah dan jauh dari jalan hidup islami.

    Kelompok-kelompok tersebut membentuk suatu kekuatan

    gabungan yang dikoordinasi oleh keturuan al-Abbas, paman Nabi

    Muhammad saw. Untuk mencari dukungan masyarakat luas, kelompok

    Dinasti Abbasiyah melakukan propaganda yang mereka sebut sebagai

    usaha dakwah. Gerakan dakwah dimuali ketika Umar bin Abdul Aziz

    berkuasa (717-720 M). Umar bin Abdul Aziz memimpin dengan adil.

    Ketentraman dan stabilitas negara memberi kesempatan kepada

    gerakan Dinasti Abbasiyah untuk menusun dan merencanakan

    kegiatannya di al-Humaymah.

    Pemimpin gerakan dakwah waktu itu adalah Ali bin Abdullah

    bin Abbas. Dia kemudian digantikan oleh ankanya, Muhammad. Ia

  • 17

    memperluas gerakan Dinasti Abbasiayh dan menetapkan tiga kota

    sebagai pusat gerakan. Ketiga kota itu adalah al-Humaymah sebagai

    pusat perencanaan dan organisai. Kufah sebagai kota penghubung, dan

    Khurasan sebagai pusat gerakan praktis. Muhammad meninggal pada

    tahun 743 M dan digantikan oleh anaknya, Ibrahim al-Imam. Ia

    kemudian menunjuk seorang Khurasan sebagai panglima perangnya,

    yaitu Abu Muslim al-Khurasani.

    Abu Muslim al-Khurasani adalah pemuda yang menampakan

    bakat kepemimpinan dan keberanian yang luar biasa. Padahal, pada

    waktu ditunjuk sebagai panglima oleh Ibrahim al-Imam, ia baru

    berusia 19 tahun. Ia mencapai sukses besar di Khurasan. Ia berhasil

    menarik simpati sebagian besar penduduk dari sekitar 60 desa di

    sekitar Merv. Banyak tuan tanah di Persia (dikhan) yang

    mengikutinya. Ia berkampanye untuk memunculkan rasa kebersamaan

    diantara golongan alawiyyin (keturuan Ali), golongan Syiah dan

    orang-orang Persia untuk menentang Dinasti Umayyah yang telah

    menindas mereka. Abu Muslim al-Khurasani mengajak mereka bekerja

    sama dengan gerakan Abbasiayah untuk mengembalikan kekhalifahan

    kepada golongan Bani Hasyim, baik dari keturunan Abbas bin Abdul

    Mutholib maupun keturunan Ali bin Abi Talib.

    Sebelum Abu Muslim al-Khurasani diangkat menjadi

    panglima, gerakan dakwah dialakukan secara diam-diam. Para dai

    dikirim ke berbagai penjuru wilayah islam dengan menyamar sebagai

    pedagang atau jamaah haji. Hal itu dilakukan karena belum berani

    melawan Dinasti Umayyah secara terang-terangan. Setelah Abu

    Muslim al-Khurasani diangkat menjadi panglima, Ibrahim al-Imam

    mendorong Abu Muslim al-Khurasani untuk merebut Khurasan dan

    menyingkirkan orang-orang Arab yang mendukung Dinasti Umayyah

    pada tahun 747 M. Rencana ini diketahui oleh penguasa Dinasti

    Umayyah. Ibrahim al-Imam diatangkap dan dihukum mati oleh

    Khalifah Marwan II. Kepemimpinan gerakan dakwah Dinasti

  • 18

    Abbasiah kemudian dipegang oleh saudaranya, Abdullah bin

    Muhammad, yang dikenal sebagai Abu Abbas as-Saffah. Ia tetap

    membari kepercayaan kepada Abu Muslim al-Khurasani untuk

    menjadi panglima perangnya dan memimpin perlawanan di Khurasan.

    Sementara itu, Abu Jafar al-Mansur, Isa bin Musa bin Muhammad

    dan Abdullah bin Ali memimpin gerakan di Kufah, Damaskus,

    Palestina, Yordania dan daerah bagian barat wilayah Dinasti Umayyah.

    Abu Muslim Al-Khurasani segera memulai gerakannya.

    Dengan pandai, ia memanfaatkan pertentangan antara suku Arab

    Qurays dan suku Arab Yamani yang sudah berlangsung sejak zaman

    Khalifah Hisyam bin Abdul Malik. Pada masa itu, orang-orang Yaman

    mendapat kedudukan yang baik di Khurasan. Hal ini disebabkan

    Gubernur saat itu berasal dari suku Arab Yamani, yaitu Asad bin

    Abdullah al-Qasri. Sementara itu, orang-orang Arab Qaisy disisihkan

    dari pemerintahan sehingga mereka tidak menyukai orang-orang

    Yamani. Sebaliknya, ketika Gubernur Khurasan dijabt oleh orang-

    orang Arab Qaisy, orang-orang Yamani disingkirkan.

    Pada waktu Abu Muslim al-Khurasani memulai geraknnya,

    Gubernur Khurasan dijabt oleh Nasr bin Sayyar yang berasal dari suku

    Arab Qaisy. Abu Muslim al-Khurasani kemudian mendekati al-

    Kirmani, pemimpin suku Arab Yamani di Khurasan. Dengan siasat

    adu domba, Gubernur Nasr bin Sayyar berhasil dikalahkan. Dengan

    bantuan orang-orang Yamani pula, Abu Muslim al-Khurasani berhasil

    menduduki Kota merv dan Nisabur.

    Sementara itu, tentara Dinasti Abbasiyah yang dipimpin oleh

    Kahtaba, seorang Jendral Abu Muslim al-Khurasani, maju ke sebelah

    barat. Ia didampingi oleh Khalid bin Barmak, pendiri wangsa

    Barmakid. Mereka menyeberangi sungai Eufrat dan sampai ke medan

    Karbala, tetapi Hesain bin Ali gugur dalam pertempuran. Pertempuran

    dasyatpun berkobar. Gubernur Dinasti Umayyah di Irak yang bernama

    Yazid berhasil dikahkan. Namun, Kahtaba gugur dalam pertempuran

  • 19

    itu. Komando di ambil alih oleh Husain bin Kahtaba. Tentara Dinasti

    Abbasiyah akhirnya berhasil menguasai Kufah.

    Di bagian timur, tentara Dinasti Abbasiyah terus bergerak

    maju. Pada tahun 749 M, putra Khalifah Marwan dikalahkan Abu

    Ayun, seorang panglima Dinasti Abbasiyah. Khalifah Marwan II

    akhirnya memimpin langsung usaha terakhir untuk mempertahankan

    dinastinya. Ia mengerahkan 120.000 tentaranya dan menyebrangi

    Sungai Tigris serta maju menuju Zab Hulu atau Zab Besar. Tentara

    Bani Abbasiyah dipimpin oleh Abdullah bin Ali. Tentara Dinasti

    Umayyah berhasil dikalahkan. Marwan II melarian diri dan Damaskus

    pun ke tangan Dinasti Abbasiyah. Marwan II diburu dari satu tempat

    ke tempat lain. Ia ditemukan di Mesir dan dibunuh disana.

    Abu Abbas as-Safah kemudian dibaiat sebagai Khalifah di

    masjid Kufah pada tahun 750 M. Menurut para ahli sejarah,

    perpindahan kekhalifahan dari Dinasti Umayyah kepada Dinasti

    Abbasiyah lebih dari sekedar pergantian dinasti. Kejadian itu

    merupakan Revolusi dalam sejarah Islam, yaitu suatu titik balik yang

    sama pentingnya dengan Revolusi Prancis dan Rusia dalam sejarah

    barat.

    c) Kondisi Sosial

    Pada masa dinasti umayyah, kelas kaum muslimin arab yang

    tinggal di suriah menempati tingkatan yang tertinggi. Hal itu

    menimbulkan kecemburuan masyarakat islam lainnya. Akhirnya,hal

    itu menjadi sebab utama runtuhnya dinasti umayyah. Kekecewaan

    yang terus menerus membuat mereka membrontak.

    Keluarga barmak adalah keluarga bangsawan terpandang asal

    balkh, Persia. Khalid bin barmak adalah orang pertama dari keluarga

    barmak yang membina hubungan dengan cara khalifah dinasti

    abbasiyah. Mereka ikut berjuang dalam gerakan dakwah dinasti

    abbasiyah dan ikut berperan besar dalam proses berdirinya dinasti

  • 20

    ini.khalid bin barmak berjasa besar dalam usaha meredakan

    pembrontakan di Mesopotamia. Untuk beberapa saat lamanya, ia

    menjadi gubernur di sana.

    Interaksi bangsa arab dengan bangsa-bangsa non-arab itu

    memberikan khazanah baru dalam bidang social dan budaya. Selama

    pemerintahan dinasti abbasiyah tidak ada pembelaan kelas antara

    penduduk arab dan non-arab. Dengan demikian,mereka mampu

    memberikan sumbangan yang penting dalam perkembangan ilmu

    pengetahuan dan peradaban.

    b. Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam dan Penilaian 1) Pengertian Hasil Belajar

    Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar

    dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan

    kegiatan penilaian hasil belajar. Dari peserta didik, hasil belajar

    merupakan puncak dari proses belajar.

    Hasil belajar tersebut dapat dibedakan menjadi (a) dampak

    pembelajaran (prestasi) dan (b) dampak pengiring (hasil). Dampak

    pembelajaran adalah hasil yang dapat diukur dalam setiap pelajaran

    (pada umumnya menyangkut domain kognitif), seperti terttuang dalam

    angka rapor dan angka dalam ijazah. Dampak pengiring adalah terapan

    pengetahuan dan kemampuan di bidang lain yang merupakan suatu

    transfer belajar (transfer of learning).8

    Penilaian dalam pembelajaran juga meliputi tiga aspek, yaitu

    kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif berhubungan

    dengan kemampuan berfikir, termasuk di dalamnya kemampuan

    menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan

    mengevaluasi. Ranah afektif mencakup watak perilaku, seperti

    8 Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 298

  • 21

    perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Sementara ranah psikomotor

    mencakup imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi.9

    Setiap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dapat dipastikan

    memiliki tujuan yang hendak dicapai. Tujuan tersebut berupa

    terjadinya perubahan dan peningkatan terhadap beberapa aspek atau

    kawasan (domain) belajar yaitu aspek kognitif, afektif, dan

    psikomotor. Interpretasi terhadap tiga aspek sasaran belajar tersebut

    berdasarkan teori Taksonomi Bloom yaitu:

    a) Kognitif

    Ranah kognitif terkait dengan kemampuan mengetahui,

    memahami, megaplikasikan, menganalisis, melakukan sintesis, dan

    mengevaluasi.10 Kemampuan mengetahui artinya kemapuan

    mengetahui fakta, konsep, prinsip dan skill. Kemampuan memahami,

    artinya kemapuan mengerti tentang hubungan sebab akibat, dan

    penarikan kesimpulan. Kemampuan mengaplikasikan sesuatu, artinya

    menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah atau

    menerapakan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.

    Kemampuan menganalisis, artinya menentukan bagian-bagian dari

    suatu masalah, dan penyelesaian atau gagasan serta menunjukkan

    hubungan anatar bagian itu. Kemampuan sintesis, artinya

    menggabungkan berbagai informasi menjadi satu kesimpulan dan

    konsep, meramu atau merangkai berbagai gagasan menjadi sesuatu hal

    yang baru. Kemampuan evaluasi, artinya mempertimbangkan dan

    menilai benar salah, baik buruk, bermanfaat tak bermanfaat.

    9 Kunandar, Guru Profesional implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, ( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.2007), h. 385. 10 Kunandar, Ibid. h. 385.

  • 22

    Tabel 2.2

    Taksonomi Bloom

    C1

    Mengingat

    C2

    Memahami

    C3

    Mengaplika

    sikan

    C4

    Memahami

    C5

    Mengevaluasi

    C6

    Mencipta

    Sumber data: Primer diolah menggunakan Microsoft excell

    b) Afektif

    Ranah afektif (affective domain) menurut tasonomi Kratwohl,

    Bloom dan kawan-kawan.

    (1) Penerimaan (receiving)

    (2) Partisipasi (responding)

    (3) Penilaian/penentuan sikap (valuing)

    (4) Organisasi (organization)

    (5) Pembentukan pola hidup (characterization by a value or value

    complex).11

    Ranah afektif terkait dengan kemampuan menerima, merespons,

    menilai, mengorganisasi, dan memiliki karakter.12 Kemampuan

    menerima, artinya kemampuan menerima fenomena dan stimulus

    (rangsangan) atau kemampuan menunjukkan perhatian yang

    terkontrol dan terseleksi. Kemampuan merespons, artinya

    kemampuan menunjukkan perhatian yang aktif, kemampuan

    melakukan sesuatu, dan kemampuan menanggapi.

    Kemampuan menilai, artinya menunjukkan konsistensi perilaku

    yang mengandung nilai, mempunyai motivasi untuk berprilaku

    sesuai dengan nilai-nilai. Kemampuan mengorganisasi, artinya nilai-

    nilai yang relevan ke dalam suatu sistem, menentukkan hubungan

    11 Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: PT Grasindo:1991), h.150. 12 Kunandar, Op.Cit. h. 386.

  • 23

    antar nilai, menetapkan nilai yang dominan dan diterima.

    karakternya atau nilai-nilai tertentu telah mendapat tempat dalam

    dirinya dan mewarnai kehidupanya.

    c) Psikomotorik

    Kompetensi siswa dalam ranah psikomotorik menyangkut

    kemampuan melakukan gerakan refleks, gerakan dasar, gerakan

    persepsi, gerakan berkemampuan fisik, gerakan terampil, gerakan

    indah, dan kreatif.13 Kemampuan gerakan refleks, artinya respons

    terhadap stimulus tanpa sadar. Kemampuan melakukan gerakan dasar,

    artinya gerakan yang muncul tanpa latihan, tetapi dapat diperluas

    melalui praktik.

    Ranah psikomotorik (pychomotoric domain) menurut klasifikasi

    Simpson:

    (1) Persepsi (perception)

    (2) Kesiapan (set)

    (3) Gerakan terbimbing (guided response)

    (4) Gerakan yang terbiasa (mechanical response)

    (5) Gerakan yang kompleks (complex response)

    (6) Penyesuaian pola gerakan (adjustment)

    Kemampuan melakukan gerakan persepsi, artinya gerakan lebih

    halus dibanding gerakan refleks dan dasar karena sudah dibantu

    kemampuan perseptual. Kemampuan melakukan gerakan

    kemampuan fisik, artinya gerakan yang lebih efisien dan

    berkembang melalui kematangan dan belajar. Kemampuan

    melakukan gerakan terampil, artinya gerakan yang dapat mengontrol

    berbagai tingkatan gerakan, gerakan yang sulit, rumit, kompleks

    dengan tangkas dan cekatan. Kemampuan gerakan indah dan kreatif,

    13 Ibid. h. 388.

  • 24

    artinya gerakan untuk mengomunikasikan perasaan, gerakan

    terampil yang efisien dan indah.

    Tes penilaian hasil belajar siswa bisa dilakukan dengan cara

    sebagai berikut :14

    (1) Formatif, yaitu merupakan umpan balik bagi guru sebagai dasar

    untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan

    program remidial bagi siswa yang belum menguasai sepenuhnya

    materi yang dipelajari.

    (2) Sumatif, yaitu dapat menegtahui tingkat penguasaan siswa

    terhadap materi pelajaran, menentukkan angka nilai sebagai

    bahan keputusan kenaikan kelas dan laporan perkembangan

    bealajar siswa, serta dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

    (3) Diagnostik, yaitu dapat mengetahui latar belakang siswa

    (psikologis, fisik dan lingkungan) yang mengalami kesulitan

    belajar.

    (4) Seleksi dan penempatan, yaitu hasil penilaian dapat dijadikan

    dasar untuk menyeleksi dan menempatkan siswa sesuai dengan

    minat dan kemampuanya.

    Keberhasilan belajar mengajar adalah perubahan situasi proses

    pembelajaran dari pasif menjadi aktif, statis menjadi dinamis, tidak

    tahu menjadi tahu.

    Jadi, dari beberapa pendapat diatas dapat dikatakan bahwa hasil

    belajar adalah suatu pencapaian yang diperoleh siswa terhadap materi

    pelajaran dalam proses pembelajaran berdasarkan tujuan

    pembelajaran yang ingin dicapai.

    2) Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

    14 Kunandar, Op.Cit. h. 391.

  • 25

    Menurut Muhibbin Syah, faktor-faktor yang mempengaruhi

    proses dan hasil belajar peserta didik di sekolah, secara garis besar

    dapat dibagi kepada tiga bagian, yakni:

    a) Faktor Internal (faktor dari dalam diri peserta didik), yakni keadaan

    / kondisi jasmani atau rohani peserta didik. Yang termasuk faktor-

    faktir internal antara lain adalah:

    (1) Faktor Fisiologis

    Keadaan fisik yang sehat dan segar kuat akan

    menguntungkan dan memberikan hasil belajar yang baik.

    Tetapi, keadaan fisik yang kurang baik akan berpenngaruh pada

    siswa dalam keadaan belajarnya.

    (2) Faktor Psikologis

    Yang termasuk faktor psikologis yang mempengaruhi

    kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa antara

    lain:

    (a) Intelegansi, faktor ini berkaitan dengan IQ seseorang

    (b) Perhatian, perhatian yang terarah dengan baik akan

    menghasilkan pemahaman dan kemampuan yang mantap.

    (c) Minat, kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau

    keinginan yang besar terhadap sesuatu.

    (d) Motivasi, merupakan keadaan internal organisme yang

    mendorong berbuat sesuatu.

    (e) Bakat, kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk

    mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.

    b) Faktor Eksternal (faktor dari luar diri peserta didik), yakni Kondisi

    lingkungan sekitar peserta didik. Adapun yang termasuk faktor-

    faktor ini antara lain :

    (1) Faktor social, yang terdiri dari : lingkungan keluarga,

    lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

    (2) Faktor nonsosial, yang meliputi keadaan atau letak gedung

    sekolah, keadaan dan letak rumah tinggal keluarga, alat-alat

  • 26

    dan sumber belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang

    digunakan siswa. Faktor-faktor tersebut dipandang turut

    menentukan tingkat keberhasilan belajar peserta didik di

    sekolah.

    c) Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar peserta didik

    yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa dalam

    menunjang keefektifan dan efisiensi proses mempelajari materi

    tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah

    operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan

    masalah atau pencapaian tujuan belajar tertentu.15

    3) Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam

    Dalam Sejarah kebudayaan Islam, identik dengan nama, tempat

    serta tahun yang terkadang menyulitkan siswa untuk mengingat dan

    menulis poin-poin penting. untuk mengatasi hal tersebut, dalam proses

    pembelajaran perlunya ditingkatkan aktivitas dan kreativitas peserta

    didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Kreativitas

    dapat dikembangkan dalam memberi kepercayaan, komunikasi yang

    baik, dan pengawasan yang tidak terlalu ketat.

    Lalu, motivasi belajar yang merupakan pendorong atau penarik

    menyebabkan adanya tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu. Guru

    memberikan motivasi kepada siswa akan mendorong siswa untuk

    belajar secara maksimal untuk mencapai hasil belajar Sejarah

    Kebudayaan Islam yang maksimal.

    Tujuan dari hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam adalah

    memiliki prestasi yang baik yang sesuai dengan dengan tujuan

    pembelajaran. Suatu proses pembelajaran akan berhasil jika guru

    dengan murid memiliki hubungan timbal balik. Guru mengarahkan

    kepada siswa untuk tujuan yang harus dicapai dalam akhir

    pembelajaran dan siswa terlibat secara aktif menggali informasi dan 15 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rajawali Pers, 2010) h. 145-146

  • 27

    pengetahuan baik dari teman yang satu dan yang lainnya sesuai dengan

    instruksi dan arahan dari guru.

    Hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam adalah cerminan tingkat

    keberhasilan atau pencapaian tujuan dari proses belajar SKI yang

    sesuai dengan kompetensi indikator yang sudah ditentukan yakni siswa

    mampu memahami keruntuhan dinasti Umayyah serta sejarah

    berdirinya dinasti Abbasiyah yang telah dilaksanakan dengan diakhiri

    dengan suatu evaluasi mengukur pemahaman setelah melalui proses

    pembelajaran. Hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam diartikan

    sebagai hasil akhir pengambilan keputusan tentang tinggi rendahnya

    nilai siswa selama mengikuti proses belajar mengajar, pembelajaran

    dikatakan berhasil jika tingkat pengetahuan siswa bertambah dari hasil

    sebelumnya.

    4) Penilaian Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam

    Hasil belajar SKI diukur dengan menggunakan tes. Tes adalah

    salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk

    mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Dalam

    pembelajaran objek ini bisa berupa kecakapan peserta didik, minat,

    motivasi dan sebagainya. Bentuk tes yang digunakan di lembaga

    pendidikan dilihat dari segi sistem penskorannya dapat dikategorikan

    menjadi 2 yaitu tes objektif dan tes sukjektif.

    Penilaian pada hasil belajar SKI digunakan dengan menggunakan

    tes objektif. Tes objektif dalam hal ini adalah tes yang dalam

    pemeriksaanya dapat dilakukan secara objektif. Hal ini memang

    dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk

    esai.16 bentuk tes yang mengandung kemungkinan jawaban atau respon

    yang harus dipilih oleh peserta tes. Jadi kemungkinan jawaban atau

    respon telah disediakan oleh penyusun butir soal.

    16 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2015), h. 179

  • 28

    Peserta hanya memilih alternatif jawaban yang telah disediakan.

    Dengan demikian pemeriksaan atau penskoran jawaban atau respon

    peserta tes sepenuhnya dapat dilakukan secara objektif oleh pemeriksa.

    Karena sifatnya yang objektif, maka tidak perlu harus dilakukan oleh

    manusia, tetapi dapat dilakukan sengan mesin, misalnya mesin

    scanner. Dengan demikian skor hasil tes dapat dilakukan secara

    objektif.

    2. Hakikat Metode Belajar a. Metode Belajar Giving Question and Getting Answer

    1) Pengertian Pembelajaran

    Pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah

    usaha memengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar

    mau belajar dengan kekendaknya sendiri. Melalui pembelajaran akan

    terjadi proses pengembangan moral keagamaan, aktivitas dan

    kreatifitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman

    belajar. Pembelajaran menggambarkan aktifitas peserta didik.17

    Pembelajaran terkait dengan bagaimana (how to) membelajarkan

    siswa atau bagaimana membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan

    terdorong oleh kemauanya sendiri untuk mempelajarai apa (what to)

    yang teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan peserta

    didik.18

    Menurut Zakiyah Daradjat yang dikutip oleh Abdul Majid dan

    Dian Andrayani, Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk

    membina dan mengasuh peserta diidk agar senantiasa dapat memahami

    ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada

    17 Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Kencana, 2008), h. 205 18 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengaktifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2008), cet ke-4, h. 75-76

  • 29

    akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai

    pandangan hidup.19

    Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar yang

    dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk

    meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan

    bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk

    mencapai tujuan yang telah ditetapkan.20

    Dari beberapa penjabaran tentang pembelajaran PAI yang telah

    dikemukakan oleh para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

    pembelajaran PAI adalah suatu usaha sadar membina dan

    mempersiapkan peserta didik agar meyakini,memahami, menghayati

    secara menyeluruh ajaran Islam, yang pada akhirnya dapat

    mengamalkan serta menjadikannya sebagai pedoman hidup.

    2) Pembelajaran metode Giving Question and Getting Answer

    Dalam pengertian letterlijk, kata metode berasal dari bahasa

    Greek yang terdiri dari meta yang berarti melalui dan hodos yang

    berarti jalan. Jadi metode berarti jalan yang dilalui.21

    Metode pembelajaran giving question and getting answer

    merupakan implementasi dari strategi pembelajaran kontrukstivistik

    yang menempatkan siswa sebagai subyek dalam pembelajaran.

    Artinya, siswa mampu merenkontruksi pengetahuannya sendiri

    sedangkan guru hanya sebagai fasilitator saja.

    Metode ini dikembangkan untuk melatih siswa memiliki

    kemampuan dan ketrampilan bertanya dan menjawab pertanyaan,

    karena pada dasarnya metode tersebut merupakan modifikasi dari

    metode Tanya jawab yang merupakan kolaborasi dengan

    menggunakan potongan-potongan kertas sebagai medianya.

    19 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Impelementasi Kurikulum 2004), (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet ke-3. h. 130 20 Ibid, h. 132 21 M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bina Aksara, 1987), h. 97

  • 30

    Strategi ini sangat baik digunakan untuk melibatkan peserta didik

    dalam mengulang materi pelajaran yang telah disampaikan. Strategi ini

    tepat digunakan di akhir pertemuan, yakni pada 15 menit terakhir

    misalnya, atau diakhir semester sebagai rangkuman atau pengulangan

    semua materi yang telah diberikan selama satu semester.22

    3) Tujuan metode Giving Question and Getting Answer

    a) Mengecek pemahaman para siswa sebagai dasar perbaikan proses

    belajar mengajar.

    b) Membimbing usaha para siswa untuk memperoleh suatu

    keterampilan kognitif maupun sosial.

    c) Memberikan rasa senang pada siswa.

    d) Merangsang dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa.

    e) Memotivasi siswa agar terlibat dalam interaksi.

    f) Melatih kemampuan mengutarakan pendapat.

    g) Mencapai tujuan belajar.

    4) Kelebihan metode Giving Question and Getting Answer

    Ada beberapa kelebihan dan kekuranagn dari strategi

    pembelajaran aktif metode giving question and getting answer.

    Adapun kelebihan dari metode Giving Question and Getting Answer

    adalah:

    a) Suasana menjadi lebih aktif

    b) Siswa mendapat kesempatan baik secara individu maupun

    kelompok untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti.

    c) Mendorong siswa untul berami mengajukan pendapatnya.

    5) Kelemahan metode Giving Question and Getting Answer

    a) Pertanyaan pada hakekatnya sifatnya hanya hafalan.

    22 Hisyam Zaini dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta : CTSD, 2004), h. 69

  • 31

    b) Proses Tanya jawab yang berlangsung secara terus menerus akan

    menyimpang dari pokok bahasan yang sedang dipelajari.

    c) Guru tidak mengetahui secara pasti apakah anak yang tidak

    mengajukan pertanyaan ataupun menjawab telah memahami dan

    menguasai materi yang telah diberikan.

    6) Langkah-langkah metode Giving Question and Getting Answer

    Hisyam Zaini dkk menjelaskan langkah-langkah metode Giving

    Question and Getting Answer sebagaik berikut:

    a) Buat potongan-potongan kertas sebanyak dua kali sejumlah

    peserta didik

    b) Setiap peserta didik melengkapi pernyataan berikut ini:

    Kertas 1 : saya masih belum paham tentang

    Kertas 2 : saya dapat menjelaskan tentang

    c) Bagi peserta didik kedalam kelompok kecil, 4 atau 5 orang

    d) Masing- masing kelompok memilih pertanyaan pertanyaan yang

    ada (kartu 1). Dan juga topil-topik yang dapat mereka jelaskan

    (kartu 2)

    e) Setiap kelompok membacakan pertanyaan-pertanyaan yang telah

    mereka seleksi jika ada diantara peserta didik yang bisa

    menjawab, diberi kesempatan untuk menjawab. Jika tidak ada

    yang menjawab, guru/ dosen yang menjawab.

    f) Setiap kelompok menyampaikan apa yang dapat mereka jelaskan

    dari kertas 2. Selanjutnya minta mereka untuk menyampaikan ke

    kawan-kawan.

    g) Lanjutkan proses ini sesuai dengan waktu dan kondisi yang ada.

    h) Akhri pembelajaran dengan menyampaikan rangkuman dalam

    klasifikasi dari jawaban-jawaban dan penjelasan peserta didik23

    23 Ibid, h. 69-70

  • 32

    b. Metode Belajar Diskusi 1) Pengertian Pembelajaran

    Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua

    lapisan masyarakat. Bagi para belajar atau mahasiswa kata belajar

    merupakan kata yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan bagian

    yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut

    ilmu di lembaga pendidikan formal.

    Menurut Slameto yang dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah,

    pengertian belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu

    untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

    keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sepndiri dalam

    interaksi dengan lingkungannya.24

    2) Pembelajaran metode Diskusi

    Diskusi adalah proses pembelajaran dengan melakukan diskusi

    kelompok kecil tujuannya agar peserta didik memiliki keterampilan memecahkan masalah terkait materi pokok dan persoalan yang

    dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.25 Diskusi juga berarti proses penglihatan dua atau lebih individu

    yang berinteraksi secara global dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui tukar menukar

    informasi, mempertahankan pendapat atau pemecahan masalah.

    3) Tujuan metode Diskusi

    a) Memecahkan materi pembelajaran yang berupa masalah atau

    problematika yang sukar dilakukan oleh siswa secara perorangan.

    b) Mengembangkan keberanian siswa mengemukakan pendapat.

    c) Mengembangkan sikap toleran terhadap pendapat yang berbeda.

    d) Melatih siswa mengembangkan sikap demokratis, keterampilan

    berkomunikasi, mengeluarkan pendapat, menafsirkan dan 24 Syaiful Bahri Djamarah,Psikologi Pendidikan,(Jakarta: PT Rineka Cipta. 2011).cet.3.h. 13

    25 Saiful Bahri Jamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h.72

  • 33

    menyimpulkan

    pendapat.

    e) Melatih dan membentuk kestabilan sosial-emosional.

    4) Kelebihan metode Diskusi

    a) Mendidik siswa untuk belajar mengemukakan pikiran atau

    pendapat

    b) Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh penjelasan

    penjelasan dari berbagai sumber

    c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati

    pembaharuan suatu problem bersama sama

    d) Melatih siswa untuk berdiskusi di bawah asuhan guru

    e) Merangsang siswa untuk ikut mengemukakan pendapat sendiri,

    meyetujui atau menentang pendapat orang lain

    f) Membina suatu perasaan tanggung jawab mengenai suatu

    pendapat, kesimpulan, atau keputusan yang akan atau telah diambil

    g) Mengembangkan rasa solidaritas / toleransi terhadap pendapat

    yang bervariasi atau mungkin bertentangan sama sekali

    h) Membina siswa untuk berpikir matang matang sebelum bicara

    i) Berdiskusi bukan hanya menuntut pengetahuan, siap dan kefasihan

    berbicara saja tetpai juga menuntut kemampuan berbicara secara

    sistematis dan logis

    j) Dengan mendengarkan semua keterangan yang dikemukakan oleh

    pembicara, pengetahuan dan pandangan siswa mengenai suatu

    problem akan bertambah

    k) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menjalin hubungan

    kerja sama

    5) Kelemahan metode Diskusi

    a) Tidak semua topik dapat dijadikan metode diskusi, hanya hal hal

    yang bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan.

  • 34

    b) Diskusi yang mendalam memerlukan banyak waktu.

    c) Sulit untuk menentukan batas luas atau kedalaman suatau uraian

    diskusi.

    d) Biasanya tidak semua siswa berani menyatakan pendapat sehingga

    waktu akan terbuang karena menunggu siswa mengemukakan

    pendapat.

    e) Pembicaraan dalam diskusi mungkin didominasi oleh siswa yang

    berani dan telah biasa berbicara. Siswa pemalu dan pendiam tidak

    akan menggunakan kesempatan untuk berbicara.

    6) Langkah-langkah metode Diskusi26

    a) Guru mengemukkan masalah yang akan didiskusikan dan

    memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara

    pemecahannya.

    b) Para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi memilih

    pimpinan diskusi (ketua, sekretaris, pelapor) mengatur tempat

    duduk, ruangan, sarana,dan sebagainya dengan bimbingan

    guru.Pimpinan diskusi sebaiknya berada di tangan siswa yang :

    (1) Lebih memahami masalah yang akan didiskusikan

    (2) "Berwibawa" dan disenangi oleh teman-temannya

    (3) Lancar berbicara

    (4) Dapat bertindak tegas, adil, dan demokratis

    c) Tugas pimpinan diskusi antara lain :

    (1) Pengatur dan pengarah diskusi

    (2) Pengatur "lalu lintas" pembicaraan

    (3) Penengah dan penyimpul berbagai pendapat

    d) Para siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masng,

    sedangkan guru berkeliling dari kelompok yang satu ke kelompok

    yang lain, menjaga ketertiban, serta memberikan dorongan dan

    bantuan agar anggota kelompok berpartisipasi aktif dan diskusi 26 Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 42

  • 35

    dapat berjalan lancar. Setiap siswa hendaknya, mengetahui secara

    persis apa yang akan didiskusikan dan bagaimana caranya

    berdiskusi.

    e) Setiap kelompok harus melaporkan hasil diskusinya. Hasil diskusi

    dilaporkan ditanggapi oleh semua siswa, terutama dari kelompok

    lain. Guru memberikan ulasan atau penjelasan terhadap laporan

    tersebut.

    f) Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, sedangkan guru

    menyimpulkan laporan hasil diskusi dari setiap kelompok.27

    B. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang relean dengan penelitian ini sebagai berikut:

    Hikmatul Wasiah ( 108011000111) Pengaruh Strategi Pembelajaran

    Aktif Metode Giving Question and Getting Answer terhadap Hasil Belajar

    PAI di SMP Prima Nusantara. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2013.

    Hasil penelitian bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran aktif

    menggunakan Metode Giving Question and Getting Answer terhadap hasil

    belajar PAI pada pembelajaran tharah dan shalat. Teknik analisa data yang

    dilakukan dengan menggunakan uji t. dari hasil perhitungan uji hipotesis

    diperoleh thitung > ttabel (4.30 > 2.02), maka hipotesis nol (H0) ditolak,

    sementara Ha diterima, dengan demikian bahwa rata-rata hasil belajar pai

    siswa yang menggunakan strategi pembelajaran aktif metode giving question

    and getting answer lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar pai siswa yang

    menggunakan strategi pembelajaran metode konvensional.

    Marif Syafruddin (105017000427) Pengaruh Strategi Pembelajaran

    Aktif Teknik Giving Question and Getting Answer terhadap Hasil Belajar

    Matematika Siswa di SMP Negeri 1 Mancak Kab. Serang. Skripsi UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta 2013. Hasil penelitian bahwa terdapat pengaruh model

    pembelajaran aktif menggunakan teknik Giving Question and Getting Answer

    terhadap hasil belajar Matematika. Teknik analisa data yang dilakukan dengan 27 Ibid, h. 43

  • 36

    menggunakan uji t. dari hasil perhitungan uji hipotesis diperoleh thitung > ttabel

    (4.60 > 1.66), maka hipotesis nol (H0) ditolak, sementara Ha diterima, dengan

    demikian bahwa rata-rata hasil belajar pai siswa yang menggunakan strategi

    pembelajaran aktif teknik Giving Question and Getting Answer lebih tinggi

    daripada rata-rata hasil belajar matematika siswa yang menggunakan strategi

    pembelajaran metode konvensional.

    C. Kerangka Berpikir Dalam belajar dibutuhkan sebuah metode yang dapat membuat suasana

    pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan, tidak membosankan dan

    dapat membangun keaktifan siswa didalamnya. Metode pembelajaran

    merupakan suatu hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam mengajar.

    Dengan menggunakan metode diharapkan terjadi interaksi baik dari guru ke

    murid maupun murid dengan murid.

    Penggunaan metode yang relevan dengan pelajaran akan sangat

    membantu para murid untuk dapat memahami materi pelajaran. Sehingga hasil

    belajar yang diinginkan dapat tercapai dengan optimal. Dan tentu pemilihan

    metode ini harus benar-benar disesuaikan dengan kondisi siswa. Agar siswa

    dapat melaksanakannya dengan baik.

    Strategi merupakan cara atau tahapan seseorang dalam mencapai suatu

    tujuan. Strategi yang digunakan dalam belajar itu disesuaikan dengan tipe atau

    karakteristik dari siswa. Bagaimana cara siswa belajar untuk memahami

    materi yang telah. Dan faktor-faktor belajar dari individu (internal) maupun

    eksternal juga saling mempengaruhi tingkat keberhasilan.

    Menurut Melvin L.Silberman dalam buku Active Learning 101 Cara

    Belajar Siswa Aktif, Giving Question and Getting Answer adalah strategi

    pembentukan tim untuk melibatkan siswa dalam peninjauan kembali materi

    pada pelajaran sebelumnya atau pada akhir pelajaran.28

    Sebagai pembelajaran aktif, metode Giving Question and Getting

    Answer memiliki kelebihan diantaranya: 28Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif.Op.Cit, h.254

  • 37

    1. Metode Giving Question and Getting Answer lebih mendorong

    motivasi belajar siswa yang berdampak pada hasil belajarnya.

    2. Terjadinya interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa

    3. Suasana belajar lebih menyenangkan dibandingkan dengan metode

    konvensional yang berpusat pada guru.

    4. Mendorong siswa untuk lebih menguasai keterampilan sosial.

    5. Melatih keterampilan siswa baik kognitif maupun emosional.

    Hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai siswa setelah mengikuti

    proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah

    laku, sikap, ketrampilan dan pengetahuan yang kemudian akan diukur dari

    nilai hasil belajar siswa di sekolah tersebut.

    Untuk mencapai hasil belajar siswa yang memuaskan seharusnya guru

    memiliki variasi-variasi dalam pembelajaran sehingga pembelajaran tidak

    terlalu monoton yang nantinya akan berpengaruh pada siswa.

    Hasil belajar siswa yang dimaksud merupakan pengetahuan yang

    dicapai siswa dari pembelajaran setelah mengalami proses pengajaran di

    sekolah dari hasil tes atau ujian yang diberikan setelah melewati proses

    belajar pada akhir rumusan tertentu. Dalam pembelajaran agama Islam, siswa

    harus memahami dan dan mengidentifikasi sendiri mengenai apa yang belum

    dan sudah dipahami agar terlihat langsung dalam pembelajaran. Salah satu

    pembelajaran yang sejalan dengan itu adalah pembelajaran aktif metode

    Giving Question and Getting Answer.

    Dilihat dari keunggulan dari metode Giving Question and Getting

    Answer memiliki pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Setelah mengkaji

    teori-teori metode Giving Question and Getting Answer dan hasil belajar serta

    keterkaitan teoritis. peneliti berasumsi bahwa diduga terdapat pengaruh

    terhadap hasil belajar Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan metode

    Giving Question and Getting Answer.

  • 38

    Berdasarkan uraian di atas, diharapkan bahwa penerapan pembelajaran

    Agama Islam dengan pendekatan Giving Question and Getting Answer dapat

    meningkatkan hasil belajar pendidikan Agama Islam siswa.

    D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka teoritik yang telah diuraikan, peneliti

    mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

    Ho : Tidak terdapat pengaruh pada hasil belajar SKI yang diajarkan

    dengan menggunakan metode giving question and getting

    answer

    Ha : Terdapat pengaruh pada hasil belajar SKI yang diajarkan dengan

    menggunakan metode giving question and getting answer

  • 39

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di MTs Pembangunan UIN Jakarta yang

    berlokasi di Jl. Ibnu Taimia IV Komplek UIN. Adapun waktu yang digunakan

    oleh peneliti untuk memperoleh data yang berhubungan dengan objek

    penelitian yaitu dimulai pada Semester Ganjil, Tahun Ajaran 2016-2017 pada

    bulan Juli - Agustus 2016. Dengan rincian kegiatan

    Tabel 3.1

    Jadwal Kegiatan Penelitian

    Tanggal Kegiatan Penelitian

    29 Juli 2016 05 Agustus 2016 Mengadakan observasi pembelajaran

    diluar kelas kontrol dan eksperimen

    05 Agustus 2016 Uji coba instrument

    09 Agustus 10 Agustus 2016 Mengadakan pretes di kelas kontrol

    dan eksperimen

    09 Agustus 31 Agustus 2016 Mengadakan observasi di kelas

    kontrol dan eksperimen

    30 Agustus 31 Agustus 2016 Mengadakan postest di kelas kontrol

    dan eksperimen

    Sumber data: Primer diolah menggunakan Microsoft excell

    B. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperimen.

    Eksperimen ini juga disebut eksperimen semu. Tujuannya adalah untuk

    memprediksi keadaan yang dapat dicapai melalu eksperimen yang sebenarnya,

    tetapi tidak ada pengontrolan dan manipulasi terhadap seluruh variabel yang

    relevan.1

    1 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.2011).h.74

  • 40

    Serta untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan dari suatu perlakuan

    (treatment), yakni pelaksanaan pembelajaran PAI pada mata pelajaran SKI

    dengan menggunakan metode Giving Question and Getting Answer yang

    diterapkan pada kelompok eksperimen, kemudian akan dibandingkan dengan

    kelompok kontrol dengan menggunakan metode diskusi.

    Penulis menggunakan quasi eksperimen, dikarenakan eksperimen yang

    dilakukan tidak memenuhi salah satu kriteria yang dibutuhkan oleh

    eksperimen sesungguhnya, yakni randomisasi pada subjek penelitian.

    Sebagaimana diketahui, penentuan sampel pada penelitian eksperimen harus

    dipilih secara random. Hal ini tidak mungkin dilakukan pada penelitian ini,

    karena subjek penelitian sudah terbentuk dalam kelas alami, sehingga tidak

    mungkin melakukan randomisasi pada subjek.

    Untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan dari tidak adanya

    randomisasi, maka kedua sampel yang dipilih harus memiliki karakteristik

    yang sama. Akan tetapi, dalam hal ini kelompok kontrol tidak berfungsi

    sepenuhnya dalam mengontrol hal-hal yang mempengaruhi treatment terhadap

    hasil belajar yang dilakukan oleh peneliti.

    Suatu penelitian eksperimen biasanya melibatkan dua kelompok, satu

    kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol. Kelompok eksperimen

    biasanya menerima suatu yang baru, suatu perlakuan di bawah penyelidikan.

    Sementara itu, kelompok kontrol biasanya menerima suatu perlakuan yang

    berbeda.2

    Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest-

    postest control group design, yakni mengacak kelompok kelas untuk

    menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sebelum proses

    pembelajaran dimulai, kedua kelompok mendapatkan tes awal yang sama.3

    Setelah itu, kelompok eksperimen mendapatkan perlakuan dengan

    menerapkan pembelajaran aktif menggunakan metode Giving Question and

    Getting Answer, sedangkan kelompok kontrol dengan menggunakan metode 2Emzir, Metodologi Pene