-
PENGARUH METODE GIVING QUESTION AND GETTING
ANSWER TERHADAP HASIL BELAJAR SKI KELAS VIII
DI MTS PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Nur Faizah
NIM 1112011000041
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
-
i
ABSTRAK
Nur Faizah (NIM: 1112011000041). PENGARUH METODE GIVING
QUESTION and GETTING ANSWER TERHADAP HASIL BELAJAR SKI
SISWA KELAS VIII DI MTS PEMBANGUNAN UIN JAKARTA.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi pembelajaran aktif metode giving question and getting answer terhadap hasil belajar SKI siswa. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Pembangunan UIN Jakarta tahun ajaran 2015/2016 semester I. desain dalam penelitian ini adalah nonrandomized control group pretest-postest design. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian semu (Quasi Experiment). Dalam penelitian ini terdapat dua kelas yakni kelas eksperimen VIII F dan kelas control VIII H
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh strategi pembelajaran metode giving question and getting answer terhadap hasil belajar SKI siswa. Hal ini ditunjukkan dari perolehan nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol, yaitu untuk kelas eksperimen 82,5 dan 79,1 untuk kelas kontrol.
Berdasarkan hasil pengujian uji t hasil belajar kedua kelas diperoleh thitung = 3,29 dan t tabel = 0,16, dapat dinyatakan bahwa t hitung > t tabel, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata posttest kelas eksperimen dengan nilai rata-rata posttest kelas kontrol.
Kata kunci: Metode Giving Question and Getting Answer, Hasil Belajar, SKI
-
ii
ABSTRACT
Nur Faizah (NIM: 1112011000041). METHOD GIVING EFFECT OF
GETTING ANSWER TO THE QUESTION and SKI LEARNING
OUTCOMES IN CLASS VIII DEVELOPMENT MTS UIN Jakarta.
This study aims to determine the effect of active learning strategies and methods of giving question getting SKI answer to the learning outcomes of students. This research was conducted at UIN Jakarta Development MTs academic year 2015/2016 . design in this study was nonrandomized control group pretest-posttest design. The method used in this research is false (Quasi Experiment). In this research, there are two classes namely experimental class from VIII F and control class from VIII H.
The results showed that there are significant learning strategies and methods of giving question getting SKI answer to the learning outcomes of students. It is shown from the acquisition value of the average experimental class is higher than the control class, namely for the experimental class of 82.5 and 79.1 for the control class.
Based on test results t test both classroom learning outcomes obtained t = 3.29 and t table = 0.16, it can be stated that thitung > t table, it can be concluded that there are significant differences between the average value posttest experimental class with value average posttest control group. Keywords: Method of Getting Question and Answer Giving, Learning Outcomes, SKI
-
iii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirabbil-aaalamiin. Segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan banyak nikmat, dan hidayah sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi
besar Muhammad SAW, yang selalu mencintai dengan kasih sayang Aamiin yaa
rabbal aalamiin.
Alhamdulillah, atas karunia dan hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul PENGARUH METODE GIVING
QUESTION and GETTING ANSWER TERHADAP HASIL BELAJAR SKI
KELAS VIII DI MTS PEMBANGUNAN UIN JAKARTA.
Terima kasih yang teramat banyak kepada kedua orang tua tercinta (Alm)
Ayahanda Ali Efendy dan Ibunda Tina, atas segala pengorbanan dan kasih
sayang yang tercurahkan, yang telah mengajarkan penulis kebaikan, arti cinta,
makna kehidupan serta telah mendidik penulis dengan kasih sayang sejak kecil
Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak kesulitan
dan hambatan yang dihadapi. Namun, atas bimbingan dan motivasi dari berbagai
pihak penulis dapat menyelesaikannya. Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih juga kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Abdul Majid Khan, MA Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam UIN Syarif Hidayatullah
3. Ibu Marhamah Shaleh, Lc, MA Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama
Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Ibu Dr. Sururin, MA Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan
bimbingan selama perkuliahan.
-
iv
5. Ibu Heny Narendrany Hidayati, M.Pd Dosen Pembimbing Skripsi yang
selalu meluangkan waktunya untuk membimbing dan memotivasi penulis.
6. Bapak Ibu Dosen yang telah membimbing penulis selama melaksanakan
perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Ibu Ir. Hj. Eha Soriha, M, Si Kepala Sekolah MTs Pembangunan UIN
Jakarta, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian di MTs Pembangunan UIN Jakarta.
8. Bapak Mardi, MA Wakabid. Kurikulum MTs Pembangunan UIN Jakarta,
yang telah memberikan arahan dan izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian di MTs Pembangunan UIN Jakarta.
9. Bapak Abdul Mutaqin, S.Ag Guru SKI kelas VIII di MTs Pembangunan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan izin dan
menyediakan waktu pembelajaran untuk untuk penulis teliti di MTs
Pembangunan UIN Jakarta.
10. Kakak tersayang Dahlia, Aty, Pardiman dan seluruh anggota keluarga
tersayang yang selalu memberikan doa dan semangat kepada penulis.
11. Sahabat-sahabatku Fitriani, Rena dan Lala serta seseorang yang selalu
memberi semangat, kasih sayang dan kesabarannya kak Firdaus.
12. Teman-temanku PAI angkatan 2012 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
khususnya kelas PAI B yang telah memberikan semangat dan bantuannya
selama ini, semoga tali silaturrahmi kita tetap terjalin hingga nanti.
Serta semua pihak yang berjasa, mudah-mudahan bantuan, bimbingan dan
doa yang telah diberikan menjadi pintu datangnya ridha dan kasih sayang
Allah Swt. di dunia dan akhirat kelak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan bagi khazanah ilmu pengetahuan pada umumnya.
Jakarta, 03 Oktober 2016
Penulis
-
v
DAFTAR ISI
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI
ABSTRAK ........................................................................................................ i
ABSTRACT ...................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................. 7
C. Pembatasan Masalah ................................................................ 71
D. Perumusan Masalah ................................................................. 81
E. Tujuan Penelitian ...................................................................... 82
F. Kegunaan Penelitian ................................................................. 82
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretik ................................................................................ 10
1. Hakikat Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam
a. Sejarah Kebudayaan Islam
1) Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam ................................. 10
2) Tujuan Sejarah Kebudayaan Islam....................................... 11
3) Manfaat Sejarah Kebudayaan Islam ..................................... 11
4) Ruang Lingkup Sejarah Kebudayaan Islam di MTs ............. 12
-
vi
5) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sejarah
Kebudayaan Islam di MTs ................................................... 12
6) Materi Ajar Sejarah Kebudayaan Islam di MTs ................... 13
b. Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam
1) Pengertian Hasil Belajar ...................................................... 20
2) Faktor yang mempengaruhi hasil belajar ............................. 24
3) Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam dan Penilaian ....... 26
4) Penilaian Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam .............. 27
2. Hakikat Metode Belajar
a. Metode Belajar Giving Question and Getting Answer
1) Pengertian Pembelajaran ..................................................... 28
2) Pembelajaran metode Giving Question and Getting Answer 29
3) Tujuan metode Giving Question and Getting Answer .......... 30
4) Kelebihan metode Giving Question and Getting Answer...... 30
5) Kelemahan metode Giving Question and Getting Answer .... 30
6) Langkah-langkah metode Giving Question and Getting
Answer ................................................................................ 31
b. Metode Belajar Diskusi ............................................................. 32
1) Pengertian metode belajar ................................................... 32
2) Pembelajaran metode diskusi............................................... 33
3) Tujuan metode diskusi ......................................................... 32
4) Kelebihan metode diskusi .................................................... 33
5) Kelemahan metode diskusi .................................................. 33
6) Langkah-langkah metode diskusi......................................... 34
B. Hasil Penelitian yang Relevan .............................................................. 35
C. Kerangka Berpikir ................................................................................ 36
D. Hipotesis Penelitian .............................................................................. 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 39
B. Metode dan Desain Penelitian ............................................................... 39
-
vii
C. Populasi dan Sampel ............................................................................. 41
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 42
E. Variabel dan Instrumen Penelitian ........................................................ 43
1. Variabel Penelitian .......................................................................... 43
2. Instrumen Penelitian ....................................................................... 44
a. Instrumen Tes .......................................................................... 44
b. Uji Coba Instrumen Tes ............................................................ 46
1) Uji Validitas ........................................................................ 46
2) Uji Reliabelitas .................................................................... 47
3) Uji Tingkat Kesukaran ........................................................ 48
4) Uji Daya Pembeda ............................................................... 49
F. Teknik Analisa Data ............................................................................. 50
1. Uji Normalitas ................................................................................ 50
2. Uji Homogenitas ............................................................................. 51
3. Uji Hipotesis ................................................................................... 52
G. Hipotesis Statistik ................................................................................. 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ..................................................................................... 55
1. Hasil Belajar SKI siswa yang diberi metode mengajar Giving
Question and Getting Answer.......................................................... 55
2. Hasil Belajar SKI siswa yang diberi metode mengajar Diskusi ........ 61
B. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran pada Kelas Kontrol dan
Eksperimen........................................................................................... 66
C. Pengujian Persyaratan Analisis ............................................................. 67
D. Pengujian Hipotesis Pembahasan Hasil Penelitian ................................ 72
E. Keterbatasan Penelitian......................................................................... 73
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................................... 75
B. Implikasi .............................................................................................. 75
C. Saran .................................................................................................... 76
-
viii
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... xi
LAMPIRAN
-
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel standar kompetensi dan kompetensi dasar....................12
Tabel 2.2 Tabel ranah kognitif taksonomi bloom ......................................21
Tabel 3.1 Tabel jadwal kegiatan penelitian...................................................39
Tabel 3.2 Tabel desain penelitian pre-tes dan post tes kontrol group design 41
Tabel 3.3 Tabel matrik variable ................................................................... 43
Tabel 3.4 Tabel kisi-kisi Intrument tes ....................................................... 44
Tabel 4.1 Tabel nilai hasil pre-tes eksperimen............................................. 55
Tabel 4.2 Tabel distribusi hasil nilai pre-tes eksperimen..............................56
Tabel 4.3 Tabel nilai hasil post-tes eksperimen............................................ 58
Tabel 4.4 Tabel distribusi hasil nilai post-tes eksperimen.............................59
Tabel 4.5 Tabel nilai hasil pre-tes kontrol.................................................... 61
Tabel 4.6 Tabel distribusi hasil nilai pre-tes kontrol.....................................62
Tabel 4.7 Tabel nilai hasil post-tes kontrol....................................................63
Tabel 4.8 Tabel distribusi hasil nilai post-test kontrol...................................65
Tabel 4.9 Tabel perlakuan pada setiap kelompok..67
Tabel 4.10 Tabel tingkat kesukaran soal.............68
Tabel 4.11 Tabel daya pembeda..............69
Tabel 4.12 Tabel hasil uji normalitas pre-tes eksperimen dan kontrol.......... 69
Tabel 4.13 Tabel hasil uji normalitas post-tes eksperimen dan kontrol.......... 70
Tabel 4.14 Tabel hasil uji homogenitas pretest...............................................71
Tabel 4.15 Tabel hasil uji homogenitas post-tes............................................. 72
-
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Diagram frekuensi nilai pre-test kelas eksperimen ......................57
Gambar 4.2 Diagram frekuensi nilai post-test kelas eksperimen ....................60
Gambar 4.3 Diagram frekuensi nilai pre-test kelas kontrol..............................62
Gambar 4.4 Diagram frekuensi nilai post-test kelas kontrol............................65
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar dapat diperoleh melalui pendidikan. Hal tersebut mendasari
bahwa pendidikan sangat penting bagi kemajuan bangsa, oleh karena itu setiap
anak bangsa wajib mengikuti kegiatan pendidikan. Melalui pendidikan, anak
bangsa dapat mengembangkan kemampuan dan potensi yang ada pada dirinya.
Salah satu yang menjadi peran penting dalam kehidupan adalah pendidikan
Islam yang sudah seharusnya ditanamkan sejak kecil.
Dengan adanya pendidikan, berguna untuk membentuk manusia yang
berpribadi muslim kamil serta berdasarkan ajaran Islam.1 Hal ini dapat dilihat
dalam firman Allah yang berbunyi:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-
benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan
dalam keadaan beragama Islam (Qs. Ali Imran : 102)2
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal 1 menyebutkan bahwa Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
1 Abuddin Nata, Paradigma Pendidikan Islam : Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Gramedia), h. 13
2 Tim Penulis, Al-Quran Tajwid Terjemah, (Depok: Cahaya Quran, 2008), h. 64
-
2
yang ada pada dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara,3
Pendidikan didapatkan dengan adanya proses belajar antara guru dan
siswa yang terjadi secara terus menerus. Guru berperan sebagai model atau
teladan bagi siswa yang diajarnya serta sebagai pengelola pembelajaran. Oleh
karena itu, keberhasilan suatu proses belajar sangat ditentukan oleh kualitas
atau kemampuan guru.
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan
psikomotor.4
Cronbach berpendapat yang dikutip oleh Yatim Riyanto bahwa belajar merupakan bahwa belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami
sesuatu yaitu menggunakan panca indera. Dengan kata lain bahwa belajar
adalah suatu cara mengamati, memaca, meniru, mengintimasi, mencoba
sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu.5
Dari definisi diatas, Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan
merupakan unsur yang fundamental dalam penyelengaraan setiap jenjang
pendidikan. maksudnya berhasilnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat
tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika didalam
lingkungan sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.
Oleh karena itu, pemahaman yang benar menganai arti belajar dengan segala
aspek diperlukan oleh para pendidik khususnya para guru. Kekeliruan mereka
terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin akan
mengakibatkan kurang bermutunya hasil belajar yang dicapai oleh peserta
didik.
3UU Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor: 20 Tahun 2003 4Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar,(Jakarta: PT Rineka Cipta,2008), h,13.
5Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2010), h.5.
-
3
Hasil belajar merupakan realisasi dari kecakapan-kecakapan potensial
atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh
seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik dari perilaku penugasan
pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik, sebagian
besar perilaku dari kegiatan atau perilaku yang diperlihatkan seseorang
merupakan hasil belajar.6
Abuddin Nata menyatakan bahwa keberhasilan belajar mengajar pada
dasarnya merupakan perubahan positif selama dan sesudah proses belajar
mengajar dilaksanakan. Keberhasilan ini dapat dilihat dari keterlibatan peserta
didik secara aktif dalam proses pembelajaran dan perubahan positif yang
ditimbulkan sebagai akibat dari proses belajar mengajar tersebut.7
Untuk membuat peserta didik terlibat secara aktif diperlukan belajar
aktif. Belajar aktif merupakan salah satu cara mengikat informasi yang baru
kemudian menyimpannya dalam otak. Karena salah satu faktor yang
menyebabkan informasi cepat dilupakan adalah faktor kelemahan otak
manusia itu sendiri. Belajar yang hanya mengandalkan indera pendengaran
mempunyai beberapa kelemahan, padahal hasil belajar seharusnya disimpan
sampai waktu yang lama.
Sesuai dengan kata mutiara yang diberikan oleh Mel Silberman, yakni :
Yang saya dengar, saya lupa; yang saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat;
yang saya dengar, lihat dan pertanyakan atau didiskusikan dengan orang
lain, saya mulai pahami; dari yang saya dengar, lihat, bahas dan terapkan
saya dapatkan pengetahuan dan keterampilan; yang saya ajarkan pada
orang lain, saya menguasainya.8
Pengelolaan kelas yang baik akan melahirkan interaksi belajar
mengajar yang baik pula dengan pendekatan yang tepat pada menghapuskan
kejenuhan dan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. 6Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 166 7Abuddin Nata, Paradigma Penidikan Islam, (Jakarta: PT Gramedia, 2008), h. 108 8Mel Silberman, Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2009), cet ke-6, h .23
-
4
Tujuan pembelajaran pun dapat dicapai tanpa menemukan kendala yang
berarti. Hanya sayangnya pengelolaan kelas yang baik tidak selamanya dapat
dipertahankan, disebabkan pada kondisi tertentu ada gangguan yang datang
tiba-tiba dan diluar kemampuan.9
Sejarah kebudayaan Islam (SKI) merupakan catatan perkembangan
perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam beribadah,
bermuamalah dan berakhlak serta dalam mengembangkan sistem kehidupan
atau menyebarkan ajaran Islam yang dilandasi oleh akidah. 10
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di Madrasah Tsanawiyah merupakan
salah satu mata pelajaran yang menelaah tentang Nabi Muhammad saw pada
periode Makkah, periode Madinah, peradaban Islam pada masa
Khulafaurrasyidin, perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Bani
Umayyah, perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Bani
Abbasiyah, perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Al
Ayyubiyah, serta perkembangan Islam di Indonesia.
Secara substansial mata pelajaran SKI memiliki kontribusi dalam
memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati Sejarah Kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan
yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak,
dan kepribadian peserta didik.
Materi yang terdapat pada mata pelajaran SKI sangat bermacam-
macam dan tidak semua materi yang dijelaskan bisa dengan menggunakan
metode berceramah dengan waktu yang singkat dua jam pelajaran perminggu.
Maka dari itu, guru sangat dianjurkan untuk bisa lebih aktif, inovatif dan
kreatif dalam mengembangkan metode-metode pembelajaran yang dapat
memperluas pemahaman peserta didik mengenai materi-materi agama,
menodorong anak didik untuk mengaplikasikan membentuk akhlak dan
9Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2010), h. 2
10 Permendikbud, Lampiran PMA No. 165 tahun 2014, h. 37
-
5
kepribadian anak didik serta dapat memperoleh hasil belajar yang tetap baik
dan memuaskan
Kecenderungan pembelajaran saat ini, metode pembelajaran yang
diterapkan oleh guru belum bervariatif, kerap membuat siswa merasa jenu h
dan kesulitan dalam mengingat pelajaran khususnya materi tentang SKI
dengan mengingat dan mengerti materi pelajaran yang didalamnya membahas
tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi dan berkiatan dengan waktu,
tempat, nama-nama tokoh, dan seluruh kehidupan manusia dari lahir hinga
meninggal dunia yang berhubungan dengan kebudayaan dan peradaban islam.
Berdasarkan hasil observasi, kondisi di MTs Pembangunan UIN
Jakarta masih dijumpai adanya permasalahan yang berkaitan dengan metode
pembelajaran dalam mata pelajaran SKI. Selama ini dalam proses kegiatan
belajar mengajar mayoritas siswa masih belum terlibat aktif dan siswa belum
menghiraukan materi yang disampaikan bahkan ada beberapa siswa yang
bercanda dengan temannya.
Materi SKI sangat identik dengan membahas tentang peristiwa-
peristiwa yang telah terjadi dan berkaitan dengan waktu, tempat, nama-nama
tokoh, dan seluruh kehidupan manusia dari lahir hinga meninggal dunia yang
berhubungan dengan kebudayaan dan peradaban islam. Hal tersebut sering
kali menyulitkan siswa dalam mengingatnya dan sulit dalam mengambil poin-
poin pentingnya.
Sering kali guru terjebak dengan cara-cara konvensional yaitu berpusat
pada guru (teacher centered) yang hanya berorientasi pada pencapaian aspek-
aspek kognitif yang mengandalkan metode ceramah dalam pembelajarannya
sehingga menyebabkan kejenuhan, membosankan, dan siswa tertekan karena
harus mendengarkan guru bercerita dalam proses pembelajaran yang kurang
-
6
mendukung sehingga menyebabkan masih ada beberapa hasil belajar siswa
belum mencapai nilai maksimum.11
Untuk mengatasi hal ini, maka diperlukan suatu strategi pembelajaran
yang tepat, menarik dan harus efektif sehingga siswa dapat aktif dalam
kegiatan pembelajaran dan dapat menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa
setelah proses pembelajaran berlangsung.
Salah satu starategi pembelajaran yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran aktif dengan
pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan
peserta didik bekerja sama untuk memaksimalkan belajar mereka dalam
kelompok. Selama belajar aktif, siswa akan memiliki ketrampilan khusus agar
dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti keterampilan
memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, berdiskusi
dan lain sebagainya.
Terkait dengan berbagai macam metode pembelajaran aktif yang
banyak. Penulis menggunakan metode giving question and getting answer.
Metode giving question and getting answer adalah metode yang digunakan
oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran, siswa dilibatkan aktif dalam
proses belajar dengan membaca, memahami pelajaran. Lalu siswa menulis
pada dua kertas mengenai materi pembelajaran yang belum dipahami dan
yang sudah dipahami dengan menggunakan pensil berwarna.
Metode giving question and getting answer mempunyai karakteristik
yaitu metode yang berkaitan dengan pemahaman siswa baik yang sudah
dimengerti maupun yang belum dimengerti untuk mempermudah siswa
mengidentifikasi target pelajaran yang hendak dicapai. Alat-alat yang
dibutuhkan cukup sederhana diantaranya dua kertas berwarna yang berbeda,
spidol berwarna cerah, pensil dan yang lain. Siswa bebas menuangkan
11 Berdasarkan observasi pada 17 Mei 2016 pukul 11.35
-
7
mengenai apa yang belum dan sudah mereka pahami sesuai dengan
kemampuan masing-masing siswa.
Tujuan dari metode giving question and getting answer adalah
mengembangkan kemampuan berpikir mencari informasi dan menganalisis
kemampuan mereka menjadi satu untuk melihat keseluruhan materi yang
diajarkan.
Berdasarkan alasan yang telah dijelaskan tersebut, penulis memilih
judul Pengaruh Metode Giving Question and Getting Answer terhadap
Hasil Belajar SKI Kelas VIII di MTs Pembangunan UIN Jakarta
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Penyajian materi pembelajaran SKI menggunakan metode yang belum
bervariatif.
2. Siswa sulit mengingat pelajaran.
3. Perhatian dan partisipasi dalam pembelajaran SKI masih rendah.
4. Siswa sulit mereview dan mencari pokok/ poin dari materi yg telah
dipelajari.
C. Pembatasan Masalah Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu kompleks. Maka
penulis memberikan batasan-batasan masalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran aktif Giving Question and Getting Answer yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah cara siswa dilibatkan untuk
membaca, memahami, menulis pada kertas mengenai apa yang telah
dipahami dan yang belum dipahami. Metode tersebut ajarkan pada
kelas eksperimen, sedangkan kelas kontrol diajarkan dengan
menggunakan metode diskusi.
-
8
2. Hasil belajar pada bidang studi SKI pada pokok bahasan Sejarah
Dinasti Abbasiyah Kelas VIII Semester Ganjil Tahun Ajaran 2016-
2017 MTs Pembangunan UIN Jakarta.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang identifikasi, dan pembatasan masalah yang
telah dikemukakan sebelumnya, maka perumusan masalah yang ingin
diajukan dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah terdapat pengaruh metode
Giving Question and Getting Answer terhadap hasil belajar siswa pada mata
pelajaran SKI?
E. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui apakah terdapat pengaruh metode giving question and getting
answer terhadap hasil belajar SKI kelas VIII di MTs Pembangunan UIN
Jakarta.
F. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberi nilai dan manfaat bagi
banyak pihak, terutama:
1. Bagi Siswa, Dapat memberikan suasana pembelajaran yang
menyenangkan terutama pada materi SKI.
2. Bagi Guru, Sebagai pedoman, guru dapat menyajikan pembelajaran yang
bervariatif dan inovatif sehingga guru dapat membuat suasana belajar jadi
menyenangkan dan membuat siswa jadi lebih aktif karena proses
pembelajaran berpusat pada siswa (student center).
3. Bagi Sekolah, Sebagai bahan masukan kepada MTs Pembangunan UIN
Jakarta dalam meningkatkan mutu belajar mengajar.
-
9
4. Bagi Penulis, Sebagai wadah untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan
wawasan terhadap dunia pendidikan dalam hal pembuatan karya ilmiah,
dan sebagai pedoman dalam mengajar.
-
10
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretik
1. Hakikat Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam
a. Sejarah Kebudayaan Islam 1) Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam
Sejarah dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa melayu yang
menyerap kata syajarah dari bahasa Arab yang berarti pohon,
keturunan, asal-usul, silsilah, riwayat.
Sedangkan menurut istilah adalah cabang ilmu pengetahuan uang
mengkaji secara sistematis keseluruhan perkembangan, proses
perubahan atau dinamika kehidupan masyarakat dengan segala aspek
kehidupan yang terjadi pada masa lampau.1
Kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta byddhayah, yang
diartikan sebagai bentuk jamak dari konsep budhi dan dhaya (akal)2.
Sedangkan menurut istilah adalah seluruh system yang terdiri dari
pengetahuan, kepercayaan yang diperoleh seseorang sebagai anggota
masyrakat atau sesuatu yang dipelajari dan diteruskan dari generasi ke
generasi.
Islam berasal dari kata aslama-yuslimu-islam yang artinya
selamat, sedangkan menurut istilah adalah agama yang diturunkan
Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw sebagai petunjuk bagi
manusia agar kehidupannya membawa rahmat bagi seluruh alam.
Dari beberapa definisi diatas, SKI adalah suatu kejadian atau
peristiwa pada masa lampau yang berbentuk hasil katua, karsa dan
cipta umat Islam yang didasarkan kepada sumber nilai-nilai Islam yang
1 M.Dien Madjid dan Johan Wahyudhi, Ilmu Sejarah,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014), h. 9 2 Bungaran Antonius S, Korelasi Kebudayaan dan Pendidikan, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014), h. 5
-
11
merupakan agama yang diaajarkan oleh Nabi Muhammad Saw
berpedoman kepada al-Quran dan Hadis yang diturunkan ke dunia
melalui wahyu Allah Swt.
2) Tujuan Sejarah Kebudayaan Islam
a) mempelajari kehidupan umat Islam masa lalu tentang masalah
kehidupan dan cara mengatasinya. 3
b) memahami berbagai masalah kehidupan umat Islam, yang disertai
dengan maju mundurnya kebudayan Islam itu sendiri. Kebudayaan
Islam mencapai puncak kejayaan pada abad ke-5 H atau abad
pertengahan Masehi.
c) Pada awal abad ke-6 kebudayaan Islam mengalami kemunduran
yang disebabkan oleh beberapa faktor internal dan eksternal
antaralain: Faktor Internal (Politik,Ekonomi), Faktor Eksternal
(Adanya serangan dari luar Islam )
3) Manfaat Sejarah Kebudayaan Islam
a) Dapat mengetahui kekeliruan yang mengakibatkan kegagalan pada
masa lampau.
b) Dapat mengantisipasi agar kekeliruan dimasa lampau tidak
terulang kembali dimasa sekararang dan yang akan datang
c) Membawa kita supaya bisa memilih sikap dalam hidup
d) Mengambil Ibrah/hikmah, nilai, dan makna yang terdapat dalam
sejarah Kebudayaan Islam
e) Menanamkan penghayatan dan kemauan yang kuat untuk
berakhlak yang baik
f) Meneladani sikap yang positif dari para tokoh umat Islam, serta
mampu mengantisipasi diri terhadap sikap yang tidak baik, yang
bisa menghancurkan harga diri dan martabat bangsa. 3 Dr.H.Murodi,MA, Sejarah Kebudayaan Islam kelas VII MTs, (Toha Putra: Semarang, 2013)
h. 15
-
12
4) Ruang Lingkup Sejarah Kebudayaan Islam di MTs
Ruang lingkup Pembelajaran SKI di tingkat MTs meliputi aspek-
aspek sebagai berikut:
a) Memahami sejarah Nabi Muhammad saw. periode Makkah
b) Memahami sejarah Nabi Muhammad saw. periode Madinah.
c) Memahami peradaban Islam pada masa Khulafaurrasyidin.
d) Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Bani Umayah.
e) Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Bani
Abbasiyah.
f) Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Al Ayyubiyah.
g) Memahami perkembangan Islam di Indonesia.4
5) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sejarah Kebudayaan Islam
di MTs
Tabel 2.1
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR 1. Memahami perkembangan Islam
pada masa Dinasti Abbasiyah
1.1 Menceritakan sejarah berdirinya Daulah Abbasiyah
1.2 Mendeskripsikan perkmebnagnan kebudayaan/peradaban Islam pada masa Dinasti Abbasiyah
1.3 Mengidentifikasi tokoh ilmuwan muslim dan perannya dalam kemajuan kebudayaan/peradaban Islam pada masa Dinasti Abbasiyah
1.4 Mengambil ibrah dari perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada masa Dinasti Abbasiyah untuk masa kini dan yang akan datang
1.5 Meneladani ketekunan dan kegigihan Dinasti Abbasiyah
Sumber data: Primer diolah dengan menggunakan Microsoft Excell
4 Permendikbud, Lampiran PMA No. 165 tahun 2014, h. 49
-
13
6) Materi Ajar Sejarah Kebudayaan Islam kelas VII MTs
a) Sejarah Keruntuhan Bani Umayyah5
Beberapa penyebab runtuhnya Dinasti Umayyah :
(1) Figur Kholifah yang Lemah Pemindahan ibu kota Madinah ke Damaskus merupakan sebab
awal munculnya faktor kelamahan ini. Sebagaimana diketahui,
Damaskus merupakan bekas ibukota Kerajaan Bizantium. Akibatnya,
kehidupan bangsawan Bizantium mulai mempengaruhi dan akhirnya
menjadi gaya hidup keluarga Dinasti Umayyah. Mereka terbiasa
menjalani kehidupan mewah dan jauh dari gaya hidup islami seperti
dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw.
Hal ini menyebabkan figur-figur khalifah menjadi figur yang
lemah. Hanya ada lima khalifah yang besar yang mampu memerintah
dengan kuat. Mereka adalah Muawiyyah, Abdul Malik. Al-Walid I,
Umar II dan Hisyam. Hisyam adalah negarawan kelima yang besar
dari Dinasti Umayyah.
Sebelum masa Hisyam, seperti ditunjukan oleh oleh Yazid II,
para khalifah bahkan menghabiskan waktu untuk berburu dan minum
anggur. Mereka lebih sibuk dengan musik dan syair-syair daripada Al-
Quran dan urusan agama. Karena harta kekayaan yang melipah,
jumlah budak menjadi berlebihan. Akhirnya mereka tak bisa
mengenadalikan hidupnya.
Para khalifah juga tidak bisa lagi membanggakan darah
bangsawan arabnya yang murni. Yazid III adalah khalifah Islam
pertama yang ibunya seorang budak belian yang dimerdekakan. Semua
itu telah melemahkan semangat dan daya juang keluarga Dinasti
Umayyah.
(2) Hak istimewa bangsa Arab Suriah
5 H. Darsono dan T.Ibrahim, Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam 2, (Solo: Tiga Serangkai Putra Mandiri, 2013) h. 3
-
14
Umayyah bin Khalaf merupakan moyang Dinasti Umayyah yang
telah lama menetap si Suriah jauh sebelum islam datang. Oleh karena
itu, kehidupan dan keberlangsungan Dinasti Umayyah tidak bisa
dilepaskan dari orang-orang Suriah. Selanjutnya, Dinasti Umayyah
membentuk aristrokasi militer arab yang secara turun-temurun
membentuk kelas-kelas sosial dan tingkatan masyarakat.
Tentara suriah adalah jantung kekuatan militer Dinasti Umayyah.
Sebagai sumber kekuatan, mereka memperoleh bagaian terbesar dari
harta rampasan perang. Masyarakat syuriah pada umumnya juga
mendapat hal istimewa itu. Tidak mengherankan apabila kemudian
terjadi kesenjangan sosial yang dalam antara masyarakat dan golongan
lainnya.
Keadaan itu menimbulkan kecemburuan kaum muslim arab di
Madinah, Mekkah dan Irak. Mereka memang dibebaskan dari beban
membayar pajak yang dipikulkan kepada orang-orang muslim non-
Arab (mawali) dan non-muslim. Akan tetapi ehidupan mereka tidak
lebih baik dibanding dengan keluarga keluarga Suriah.6
Kecemburuan yang lebih besar ditunjukan oleh orang-orang
muslim non-Arab pada umumnya dan lebih khusus lagi adalah orang-
orang islam Persia. Khalifah-khalifah Dinasti Umayyah bahkan
menunjukan sikap yang bermusuhan dengan mereka. Harapan mereka
untuk memperoleh persamaan dalam bidang ekonomi dan sosial pupus
sudah. Kedudukan mereka bahkan diturunkan menjadi mawali, yaitu
orang yang sangat tergantung nasibnya pada majikan mereka, orang-
orang Arab. Mereka mengeluh atas perlakuan itu dan memandanganya
sebagai hal yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islam
(3) Pemerintahan yang tidak demokratis dan Korup
Pada masa Khulafaur Rasyidin, pemilihan khalifah dilakukan
secara musyawarah dan demokratis. Dalam Perjanjian Amul Jamaah
6 Ibid, h. 4
-
15
antara Hasan bin Ali dan Muawiyyah, Muawiyah menyanggupi
pemilihan khalifah sesudahnya dilakukan dengan musyawarah dam
pemilihan demokratis dari umat islam. Namun, Muawiyyah
mengingari janji itu. Ia menunjuk anaknya, Yaziz bin Muawiyyah
sebagai putra mahkota dan khalifah sesudahnya. Hal ini berlangsung
secara turun temurun.7
Disamping mengingkari isi Perjanjian Amul Jamaah.
Penunjukan itu juga berlawanan dengan prinsip senioritas dalam
pemilihan pimpinan dikalangan bangsa Arab. Pemimpin adalah orang
tertua dan dianggap paling mampu serta berpengalaman. Akibatnya,
beberapa Khalifah Dinasti Umayyah berasal bukan dari garis
keturunan Muaawiyyah. Contohnya adalah Marwan. Keadaan
menjadi lebih sulit lagi ketika Marwan juga menginginkan anaknya,
Abdul Malik, sebagai khalifah sesudahnya. Selain itu, Marwan juga
merencanakan Abdul Aziz anaknya, sebagai khalifah sesudahnya.
Selain itu, Marwan juga merencanakan Abdul Aziz, anaknya
yang lain, sesdudah khalifah sesudah Abdul Malik. Hal ini tentu
membuat keadaaan di istana serta pemerintahan menjadi tidak stabil
serta mengancam kelangsungan Dinasti Umayyah. Keadaan ini
membuat administrasi pemerintahan terlalaikan. Hal itu juga
mendorong para pejabatnya melakukan korupsi dan mementingkan diri
sendiri. Pemerinahan menjadi lamban dan tidak efesien. Rakyat makin
tidak menyukai pemerintahan Dinasti Umayyah. Akibatnya,
penentanganpun muncul dimana-mana.
(4) Persaingan antarsuku
Persaingan antarsuku sudah lama menjadi citra bangsa Arab.
Sikap pilih kasih Dinasti Umayyah kemunculan hal itu. Suku arab
terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu bangsa Arab utara yang
disebut Arab Quraisy atau Mudari dan bangsa Arab Selatan yang 7Ibid, h. 5
-
16
disebut Arab Yamani atau Himyari. Dalam pertikaian itu, Dinasti
Umayya mendukung suku Arab Yamani yang lebih cocok dengan
mereka. Serangkaian peperangan antara dua suku Arab itu sangat
memperlemah kekuatan Dinasti Umayyah.
b) Sejarah berdirinya Dinasti Abbasiyah
Semua kejadian diatas menjadi permasalahan yang sulit
dipecahkan oleh pemerintahan Dinasti Umayyah. Sekitar awal abad
ke-8 (720 M), kebencian terhadap pemerintahan Dinasati Umayyah
telah tersebar luas. Kelompok-kelompok yang merasa tidak puas
bermuculan. Kelompok-keompok itu adalah :
(1) Kelopok muslim non-Arab (mawali) yang memprotes kedudukan
mereka sebagai warga kelas dua di bawah muslim Arab
(2) Kelompok Khawarij dan Syiah yang menganggap Dinasti
Umayyah sebagai perampas khilafah
(3) Kelompok muslim non Arab di Mekah, Madinah dan Irak yang
merasa sakit hati atas status istimewa penduduk Suriah
(4) Kelompok muslim yang saleh, baik Arab maupun non-Arab yang
memandang keluarga Dinasti Umayyah telah bergaya hidup
mewah dan jauh dari jalan hidup islami.
Kelompok-kelompok tersebut membentuk suatu kekuatan
gabungan yang dikoordinasi oleh keturuan al-Abbas, paman Nabi
Muhammad saw. Untuk mencari dukungan masyarakat luas, kelompok
Dinasti Abbasiyah melakukan propaganda yang mereka sebut sebagai
usaha dakwah. Gerakan dakwah dimuali ketika Umar bin Abdul Aziz
berkuasa (717-720 M). Umar bin Abdul Aziz memimpin dengan adil.
Ketentraman dan stabilitas negara memberi kesempatan kepada
gerakan Dinasti Abbasiyah untuk menusun dan merencanakan
kegiatannya di al-Humaymah.
Pemimpin gerakan dakwah waktu itu adalah Ali bin Abdullah
bin Abbas. Dia kemudian digantikan oleh ankanya, Muhammad. Ia
-
17
memperluas gerakan Dinasti Abbasiayh dan menetapkan tiga kota
sebagai pusat gerakan. Ketiga kota itu adalah al-Humaymah sebagai
pusat perencanaan dan organisai. Kufah sebagai kota penghubung, dan
Khurasan sebagai pusat gerakan praktis. Muhammad meninggal pada
tahun 743 M dan digantikan oleh anaknya, Ibrahim al-Imam. Ia
kemudian menunjuk seorang Khurasan sebagai panglima perangnya,
yaitu Abu Muslim al-Khurasani.
Abu Muslim al-Khurasani adalah pemuda yang menampakan
bakat kepemimpinan dan keberanian yang luar biasa. Padahal, pada
waktu ditunjuk sebagai panglima oleh Ibrahim al-Imam, ia baru
berusia 19 tahun. Ia mencapai sukses besar di Khurasan. Ia berhasil
menarik simpati sebagian besar penduduk dari sekitar 60 desa di
sekitar Merv. Banyak tuan tanah di Persia (dikhan) yang
mengikutinya. Ia berkampanye untuk memunculkan rasa kebersamaan
diantara golongan alawiyyin (keturuan Ali), golongan Syiah dan
orang-orang Persia untuk menentang Dinasti Umayyah yang telah
menindas mereka. Abu Muslim al-Khurasani mengajak mereka bekerja
sama dengan gerakan Abbasiayah untuk mengembalikan kekhalifahan
kepada golongan Bani Hasyim, baik dari keturunan Abbas bin Abdul
Mutholib maupun keturunan Ali bin Abi Talib.
Sebelum Abu Muslim al-Khurasani diangkat menjadi
panglima, gerakan dakwah dialakukan secara diam-diam. Para dai
dikirim ke berbagai penjuru wilayah islam dengan menyamar sebagai
pedagang atau jamaah haji. Hal itu dilakukan karena belum berani
melawan Dinasti Umayyah secara terang-terangan. Setelah Abu
Muslim al-Khurasani diangkat menjadi panglima, Ibrahim al-Imam
mendorong Abu Muslim al-Khurasani untuk merebut Khurasan dan
menyingkirkan orang-orang Arab yang mendukung Dinasti Umayyah
pada tahun 747 M. Rencana ini diketahui oleh penguasa Dinasti
Umayyah. Ibrahim al-Imam diatangkap dan dihukum mati oleh
Khalifah Marwan II. Kepemimpinan gerakan dakwah Dinasti
-
18
Abbasiah kemudian dipegang oleh saudaranya, Abdullah bin
Muhammad, yang dikenal sebagai Abu Abbas as-Saffah. Ia tetap
membari kepercayaan kepada Abu Muslim al-Khurasani untuk
menjadi panglima perangnya dan memimpin perlawanan di Khurasan.
Sementara itu, Abu Jafar al-Mansur, Isa bin Musa bin Muhammad
dan Abdullah bin Ali memimpin gerakan di Kufah, Damaskus,
Palestina, Yordania dan daerah bagian barat wilayah Dinasti Umayyah.
Abu Muslim Al-Khurasani segera memulai gerakannya.
Dengan pandai, ia memanfaatkan pertentangan antara suku Arab
Qurays dan suku Arab Yamani yang sudah berlangsung sejak zaman
Khalifah Hisyam bin Abdul Malik. Pada masa itu, orang-orang Yaman
mendapat kedudukan yang baik di Khurasan. Hal ini disebabkan
Gubernur saat itu berasal dari suku Arab Yamani, yaitu Asad bin
Abdullah al-Qasri. Sementara itu, orang-orang Arab Qaisy disisihkan
dari pemerintahan sehingga mereka tidak menyukai orang-orang
Yamani. Sebaliknya, ketika Gubernur Khurasan dijabt oleh orang-
orang Arab Qaisy, orang-orang Yamani disingkirkan.
Pada waktu Abu Muslim al-Khurasani memulai geraknnya,
Gubernur Khurasan dijabt oleh Nasr bin Sayyar yang berasal dari suku
Arab Qaisy. Abu Muslim al-Khurasani kemudian mendekati al-
Kirmani, pemimpin suku Arab Yamani di Khurasan. Dengan siasat
adu domba, Gubernur Nasr bin Sayyar berhasil dikalahkan. Dengan
bantuan orang-orang Yamani pula, Abu Muslim al-Khurasani berhasil
menduduki Kota merv dan Nisabur.
Sementara itu, tentara Dinasti Abbasiyah yang dipimpin oleh
Kahtaba, seorang Jendral Abu Muslim al-Khurasani, maju ke sebelah
barat. Ia didampingi oleh Khalid bin Barmak, pendiri wangsa
Barmakid. Mereka menyeberangi sungai Eufrat dan sampai ke medan
Karbala, tetapi Hesain bin Ali gugur dalam pertempuran. Pertempuran
dasyatpun berkobar. Gubernur Dinasti Umayyah di Irak yang bernama
Yazid berhasil dikahkan. Namun, Kahtaba gugur dalam pertempuran
-
19
itu. Komando di ambil alih oleh Husain bin Kahtaba. Tentara Dinasti
Abbasiyah akhirnya berhasil menguasai Kufah.
Di bagian timur, tentara Dinasti Abbasiyah terus bergerak
maju. Pada tahun 749 M, putra Khalifah Marwan dikalahkan Abu
Ayun, seorang panglima Dinasti Abbasiyah. Khalifah Marwan II
akhirnya memimpin langsung usaha terakhir untuk mempertahankan
dinastinya. Ia mengerahkan 120.000 tentaranya dan menyebrangi
Sungai Tigris serta maju menuju Zab Hulu atau Zab Besar. Tentara
Bani Abbasiyah dipimpin oleh Abdullah bin Ali. Tentara Dinasti
Umayyah berhasil dikalahkan. Marwan II melarian diri dan Damaskus
pun ke tangan Dinasti Abbasiyah. Marwan II diburu dari satu tempat
ke tempat lain. Ia ditemukan di Mesir dan dibunuh disana.
Abu Abbas as-Safah kemudian dibaiat sebagai Khalifah di
masjid Kufah pada tahun 750 M. Menurut para ahli sejarah,
perpindahan kekhalifahan dari Dinasti Umayyah kepada Dinasti
Abbasiyah lebih dari sekedar pergantian dinasti. Kejadian itu
merupakan Revolusi dalam sejarah Islam, yaitu suatu titik balik yang
sama pentingnya dengan Revolusi Prancis dan Rusia dalam sejarah
barat.
c) Kondisi Sosial
Pada masa dinasti umayyah, kelas kaum muslimin arab yang
tinggal di suriah menempati tingkatan yang tertinggi. Hal itu
menimbulkan kecemburuan masyarakat islam lainnya. Akhirnya,hal
itu menjadi sebab utama runtuhnya dinasti umayyah. Kekecewaan
yang terus menerus membuat mereka membrontak.
Keluarga barmak adalah keluarga bangsawan terpandang asal
balkh, Persia. Khalid bin barmak adalah orang pertama dari keluarga
barmak yang membina hubungan dengan cara khalifah dinasti
abbasiyah. Mereka ikut berjuang dalam gerakan dakwah dinasti
abbasiyah dan ikut berperan besar dalam proses berdirinya dinasti
-
20
ini.khalid bin barmak berjasa besar dalam usaha meredakan
pembrontakan di Mesopotamia. Untuk beberapa saat lamanya, ia
menjadi gubernur di sana.
Interaksi bangsa arab dengan bangsa-bangsa non-arab itu
memberikan khazanah baru dalam bidang social dan budaya. Selama
pemerintahan dinasti abbasiyah tidak ada pembelaan kelas antara
penduduk arab dan non-arab. Dengan demikian,mereka mampu
memberikan sumbangan yang penting dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dan peradaban.
b. Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam dan Penilaian 1) Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar
dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan
kegiatan penilaian hasil belajar. Dari peserta didik, hasil belajar
merupakan puncak dari proses belajar.
Hasil belajar tersebut dapat dibedakan menjadi (a) dampak
pembelajaran (prestasi) dan (b) dampak pengiring (hasil). Dampak
pembelajaran adalah hasil yang dapat diukur dalam setiap pelajaran
(pada umumnya menyangkut domain kognitif), seperti terttuang dalam
angka rapor dan angka dalam ijazah. Dampak pengiring adalah terapan
pengetahuan dan kemampuan di bidang lain yang merupakan suatu
transfer belajar (transfer of learning).8
Penilaian dalam pembelajaran juga meliputi tiga aspek, yaitu
kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif berhubungan
dengan kemampuan berfikir, termasuk di dalamnya kemampuan
menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan
mengevaluasi. Ranah afektif mencakup watak perilaku, seperti
8 Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 298
-
21
perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Sementara ranah psikomotor
mencakup imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi.9
Setiap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dapat dipastikan
memiliki tujuan yang hendak dicapai. Tujuan tersebut berupa
terjadinya perubahan dan peningkatan terhadap beberapa aspek atau
kawasan (domain) belajar yaitu aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor. Interpretasi terhadap tiga aspek sasaran belajar tersebut
berdasarkan teori Taksonomi Bloom yaitu:
a) Kognitif
Ranah kognitif terkait dengan kemampuan mengetahui,
memahami, megaplikasikan, menganalisis, melakukan sintesis, dan
mengevaluasi.10 Kemampuan mengetahui artinya kemapuan
mengetahui fakta, konsep, prinsip dan skill. Kemampuan memahami,
artinya kemapuan mengerti tentang hubungan sebab akibat, dan
penarikan kesimpulan. Kemampuan mengaplikasikan sesuatu, artinya
menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah atau
menerapakan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.
Kemampuan menganalisis, artinya menentukan bagian-bagian dari
suatu masalah, dan penyelesaian atau gagasan serta menunjukkan
hubungan anatar bagian itu. Kemampuan sintesis, artinya
menggabungkan berbagai informasi menjadi satu kesimpulan dan
konsep, meramu atau merangkai berbagai gagasan menjadi sesuatu hal
yang baru. Kemampuan evaluasi, artinya mempertimbangkan dan
menilai benar salah, baik buruk, bermanfaat tak bermanfaat.
9 Kunandar, Guru Profesional implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, ( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.2007), h. 385. 10 Kunandar, Ibid. h. 385.
-
22
Tabel 2.2
Taksonomi Bloom
C1
Mengingat
C2
Memahami
C3
Mengaplika
sikan
C4
Memahami
C5
Mengevaluasi
C6
Mencipta
Sumber data: Primer diolah menggunakan Microsoft excell
b) Afektif
Ranah afektif (affective domain) menurut tasonomi Kratwohl,
Bloom dan kawan-kawan.
(1) Penerimaan (receiving)
(2) Partisipasi (responding)
(3) Penilaian/penentuan sikap (valuing)
(4) Organisasi (organization)
(5) Pembentukan pola hidup (characterization by a value or value
complex).11
Ranah afektif terkait dengan kemampuan menerima, merespons,
menilai, mengorganisasi, dan memiliki karakter.12 Kemampuan
menerima, artinya kemampuan menerima fenomena dan stimulus
(rangsangan) atau kemampuan menunjukkan perhatian yang
terkontrol dan terseleksi. Kemampuan merespons, artinya
kemampuan menunjukkan perhatian yang aktif, kemampuan
melakukan sesuatu, dan kemampuan menanggapi.
Kemampuan menilai, artinya menunjukkan konsistensi perilaku
yang mengandung nilai, mempunyai motivasi untuk berprilaku
sesuai dengan nilai-nilai. Kemampuan mengorganisasi, artinya nilai-
nilai yang relevan ke dalam suatu sistem, menentukkan hubungan
11 Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: PT Grasindo:1991), h.150. 12 Kunandar, Op.Cit. h. 386.
-
23
antar nilai, menetapkan nilai yang dominan dan diterima.
karakternya atau nilai-nilai tertentu telah mendapat tempat dalam
dirinya dan mewarnai kehidupanya.
c) Psikomotorik
Kompetensi siswa dalam ranah psikomotorik menyangkut
kemampuan melakukan gerakan refleks, gerakan dasar, gerakan
persepsi, gerakan berkemampuan fisik, gerakan terampil, gerakan
indah, dan kreatif.13 Kemampuan gerakan refleks, artinya respons
terhadap stimulus tanpa sadar. Kemampuan melakukan gerakan dasar,
artinya gerakan yang muncul tanpa latihan, tetapi dapat diperluas
melalui praktik.
Ranah psikomotorik (pychomotoric domain) menurut klasifikasi
Simpson:
(1) Persepsi (perception)
(2) Kesiapan (set)
(3) Gerakan terbimbing (guided response)
(4) Gerakan yang terbiasa (mechanical response)
(5) Gerakan yang kompleks (complex response)
(6) Penyesuaian pola gerakan (adjustment)
Kemampuan melakukan gerakan persepsi, artinya gerakan lebih
halus dibanding gerakan refleks dan dasar karena sudah dibantu
kemampuan perseptual. Kemampuan melakukan gerakan
kemampuan fisik, artinya gerakan yang lebih efisien dan
berkembang melalui kematangan dan belajar. Kemampuan
melakukan gerakan terampil, artinya gerakan yang dapat mengontrol
berbagai tingkatan gerakan, gerakan yang sulit, rumit, kompleks
dengan tangkas dan cekatan. Kemampuan gerakan indah dan kreatif,
13 Ibid. h. 388.
-
24
artinya gerakan untuk mengomunikasikan perasaan, gerakan
terampil yang efisien dan indah.
Tes penilaian hasil belajar siswa bisa dilakukan dengan cara
sebagai berikut :14
(1) Formatif, yaitu merupakan umpan balik bagi guru sebagai dasar
untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan
program remidial bagi siswa yang belum menguasai sepenuhnya
materi yang dipelajari.
(2) Sumatif, yaitu dapat menegtahui tingkat penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran, menentukkan angka nilai sebagai
bahan keputusan kenaikan kelas dan laporan perkembangan
bealajar siswa, serta dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
(3) Diagnostik, yaitu dapat mengetahui latar belakang siswa
(psikologis, fisik dan lingkungan) yang mengalami kesulitan
belajar.
(4) Seleksi dan penempatan, yaitu hasil penilaian dapat dijadikan
dasar untuk menyeleksi dan menempatkan siswa sesuai dengan
minat dan kemampuanya.
Keberhasilan belajar mengajar adalah perubahan situasi proses
pembelajaran dari pasif menjadi aktif, statis menjadi dinamis, tidak
tahu menjadi tahu.
Jadi, dari beberapa pendapat diatas dapat dikatakan bahwa hasil
belajar adalah suatu pencapaian yang diperoleh siswa terhadap materi
pelajaran dalam proses pembelajaran berdasarkan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai.
2) Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
14 Kunandar, Op.Cit. h. 391.
-
25
Menurut Muhibbin Syah, faktor-faktor yang mempengaruhi
proses dan hasil belajar peserta didik di sekolah, secara garis besar
dapat dibagi kepada tiga bagian, yakni:
a) Faktor Internal (faktor dari dalam diri peserta didik), yakni keadaan
/ kondisi jasmani atau rohani peserta didik. Yang termasuk faktor-
faktir internal antara lain adalah:
(1) Faktor Fisiologis
Keadaan fisik yang sehat dan segar kuat akan
menguntungkan dan memberikan hasil belajar yang baik.
Tetapi, keadaan fisik yang kurang baik akan berpenngaruh pada
siswa dalam keadaan belajarnya.
(2) Faktor Psikologis
Yang termasuk faktor psikologis yang mempengaruhi
kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa antara
lain:
(a) Intelegansi, faktor ini berkaitan dengan IQ seseorang
(b) Perhatian, perhatian yang terarah dengan baik akan
menghasilkan pemahaman dan kemampuan yang mantap.
(c) Minat, kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu.
(d) Motivasi, merupakan keadaan internal organisme yang
mendorong berbuat sesuatu.
(e) Bakat, kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
b) Faktor Eksternal (faktor dari luar diri peserta didik), yakni Kondisi
lingkungan sekitar peserta didik. Adapun yang termasuk faktor-
faktor ini antara lain :
(1) Faktor social, yang terdiri dari : lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
(2) Faktor nonsosial, yang meliputi keadaan atau letak gedung
sekolah, keadaan dan letak rumah tinggal keluarga, alat-alat
-
26
dan sumber belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang
digunakan siswa. Faktor-faktor tersebut dipandang turut
menentukan tingkat keberhasilan belajar peserta didik di
sekolah.
c) Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar peserta didik
yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa dalam
menunjang keefektifan dan efisiensi proses mempelajari materi
tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah
operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan
masalah atau pencapaian tujuan belajar tertentu.15
3) Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam
Dalam Sejarah kebudayaan Islam, identik dengan nama, tempat
serta tahun yang terkadang menyulitkan siswa untuk mengingat dan
menulis poin-poin penting. untuk mengatasi hal tersebut, dalam proses
pembelajaran perlunya ditingkatkan aktivitas dan kreativitas peserta
didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Kreativitas
dapat dikembangkan dalam memberi kepercayaan, komunikasi yang
baik, dan pengawasan yang tidak terlalu ketat.
Lalu, motivasi belajar yang merupakan pendorong atau penarik
menyebabkan adanya tingkah laku kearah suatu tujuan tertentu. Guru
memberikan motivasi kepada siswa akan mendorong siswa untuk
belajar secara maksimal untuk mencapai hasil belajar Sejarah
Kebudayaan Islam yang maksimal.
Tujuan dari hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam adalah
memiliki prestasi yang baik yang sesuai dengan dengan tujuan
pembelajaran. Suatu proses pembelajaran akan berhasil jika guru
dengan murid memiliki hubungan timbal balik. Guru mengarahkan
kepada siswa untuk tujuan yang harus dicapai dalam akhir
pembelajaran dan siswa terlibat secara aktif menggali informasi dan 15 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rajawali Pers, 2010) h. 145-146
-
27
pengetahuan baik dari teman yang satu dan yang lainnya sesuai dengan
instruksi dan arahan dari guru.
Hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam adalah cerminan tingkat
keberhasilan atau pencapaian tujuan dari proses belajar SKI yang
sesuai dengan kompetensi indikator yang sudah ditentukan yakni siswa
mampu memahami keruntuhan dinasti Umayyah serta sejarah
berdirinya dinasti Abbasiyah yang telah dilaksanakan dengan diakhiri
dengan suatu evaluasi mengukur pemahaman setelah melalui proses
pembelajaran. Hasil belajar Sejarah Kebudayaan Islam diartikan
sebagai hasil akhir pengambilan keputusan tentang tinggi rendahnya
nilai siswa selama mengikuti proses belajar mengajar, pembelajaran
dikatakan berhasil jika tingkat pengetahuan siswa bertambah dari hasil
sebelumnya.
4) Penilaian Hasil Belajar Sejarah Kebudayaan Islam
Hasil belajar SKI diukur dengan menggunakan tes. Tes adalah
salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk
mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Dalam
pembelajaran objek ini bisa berupa kecakapan peserta didik, minat,
motivasi dan sebagainya. Bentuk tes yang digunakan di lembaga
pendidikan dilihat dari segi sistem penskorannya dapat dikategorikan
menjadi 2 yaitu tes objektif dan tes sukjektif.
Penilaian pada hasil belajar SKI digunakan dengan menggunakan
tes objektif. Tes objektif dalam hal ini adalah tes yang dalam
pemeriksaanya dapat dilakukan secara objektif. Hal ini memang
dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk
esai.16 bentuk tes yang mengandung kemungkinan jawaban atau respon
yang harus dipilih oleh peserta tes. Jadi kemungkinan jawaban atau
respon telah disediakan oleh penyusun butir soal.
16 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2015), h. 179
-
28
Peserta hanya memilih alternatif jawaban yang telah disediakan.
Dengan demikian pemeriksaan atau penskoran jawaban atau respon
peserta tes sepenuhnya dapat dilakukan secara objektif oleh pemeriksa.
Karena sifatnya yang objektif, maka tidak perlu harus dilakukan oleh
manusia, tetapi dapat dilakukan sengan mesin, misalnya mesin
scanner. Dengan demikian skor hasil tes dapat dilakukan secara
objektif.
2. Hakikat Metode Belajar a. Metode Belajar Giving Question and Getting Answer
1) Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah
usaha memengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar
mau belajar dengan kekendaknya sendiri. Melalui pembelajaran akan
terjadi proses pengembangan moral keagamaan, aktivitas dan
kreatifitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman
belajar. Pembelajaran menggambarkan aktifitas peserta didik.17
Pembelajaran terkait dengan bagaimana (how to) membelajarkan
siswa atau bagaimana membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan
terdorong oleh kemauanya sendiri untuk mempelajarai apa (what to)
yang teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan peserta
didik.18
Menurut Zakiyah Daradjat yang dikutip oleh Abdul Majid dan
Dian Andrayani, Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk
membina dan mengasuh peserta diidk agar senantiasa dapat memahami
ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada
17 Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Kencana, 2008), h. 205 18 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengaktifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2008), cet ke-4, h. 75-76
-
29
akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai
pandangan hidup.19
Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar yang
dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk
meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.20
Dari beberapa penjabaran tentang pembelajaran PAI yang telah
dikemukakan oleh para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran PAI adalah suatu usaha sadar membina dan
mempersiapkan peserta didik agar meyakini,memahami, menghayati
secara menyeluruh ajaran Islam, yang pada akhirnya dapat
mengamalkan serta menjadikannya sebagai pedoman hidup.
2) Pembelajaran metode Giving Question and Getting Answer
Dalam pengertian letterlijk, kata metode berasal dari bahasa
Greek yang terdiri dari meta yang berarti melalui dan hodos yang
berarti jalan. Jadi metode berarti jalan yang dilalui.21
Metode pembelajaran giving question and getting answer
merupakan implementasi dari strategi pembelajaran kontrukstivistik
yang menempatkan siswa sebagai subyek dalam pembelajaran.
Artinya, siswa mampu merenkontruksi pengetahuannya sendiri
sedangkan guru hanya sebagai fasilitator saja.
Metode ini dikembangkan untuk melatih siswa memiliki
kemampuan dan ketrampilan bertanya dan menjawab pertanyaan,
karena pada dasarnya metode tersebut merupakan modifikasi dari
metode Tanya jawab yang merupakan kolaborasi dengan
menggunakan potongan-potongan kertas sebagai medianya.
19 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan Impelementasi Kurikulum 2004), (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006), cet ke-3. h. 130 20 Ibid, h. 132 21 M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bina Aksara, 1987), h. 97
-
30
Strategi ini sangat baik digunakan untuk melibatkan peserta didik
dalam mengulang materi pelajaran yang telah disampaikan. Strategi ini
tepat digunakan di akhir pertemuan, yakni pada 15 menit terakhir
misalnya, atau diakhir semester sebagai rangkuman atau pengulangan
semua materi yang telah diberikan selama satu semester.22
3) Tujuan metode Giving Question and Getting Answer
a) Mengecek pemahaman para siswa sebagai dasar perbaikan proses
belajar mengajar.
b) Membimbing usaha para siswa untuk memperoleh suatu
keterampilan kognitif maupun sosial.
c) Memberikan rasa senang pada siswa.
d) Merangsang dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa.
e) Memotivasi siswa agar terlibat dalam interaksi.
f) Melatih kemampuan mengutarakan pendapat.
g) Mencapai tujuan belajar.
4) Kelebihan metode Giving Question and Getting Answer
Ada beberapa kelebihan dan kekuranagn dari strategi
pembelajaran aktif metode giving question and getting answer.
Adapun kelebihan dari metode Giving Question and Getting Answer
adalah:
a) Suasana menjadi lebih aktif
b) Siswa mendapat kesempatan baik secara individu maupun
kelompok untuk menanyakan hal-hal yang belum dimengerti.
c) Mendorong siswa untul berami mengajukan pendapatnya.
5) Kelemahan metode Giving Question and Getting Answer
a) Pertanyaan pada hakekatnya sifatnya hanya hafalan.
22 Hisyam Zaini dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta : CTSD, 2004), h. 69
-
31
b) Proses Tanya jawab yang berlangsung secara terus menerus akan
menyimpang dari pokok bahasan yang sedang dipelajari.
c) Guru tidak mengetahui secara pasti apakah anak yang tidak
mengajukan pertanyaan ataupun menjawab telah memahami dan
menguasai materi yang telah diberikan.
6) Langkah-langkah metode Giving Question and Getting Answer
Hisyam Zaini dkk menjelaskan langkah-langkah metode Giving
Question and Getting Answer sebagaik berikut:
a) Buat potongan-potongan kertas sebanyak dua kali sejumlah
peserta didik
b) Setiap peserta didik melengkapi pernyataan berikut ini:
Kertas 1 : saya masih belum paham tentang
Kertas 2 : saya dapat menjelaskan tentang
c) Bagi peserta didik kedalam kelompok kecil, 4 atau 5 orang
d) Masing- masing kelompok memilih pertanyaan pertanyaan yang
ada (kartu 1). Dan juga topil-topik yang dapat mereka jelaskan
(kartu 2)
e) Setiap kelompok membacakan pertanyaan-pertanyaan yang telah
mereka seleksi jika ada diantara peserta didik yang bisa
menjawab, diberi kesempatan untuk menjawab. Jika tidak ada
yang menjawab, guru/ dosen yang menjawab.
f) Setiap kelompok menyampaikan apa yang dapat mereka jelaskan
dari kertas 2. Selanjutnya minta mereka untuk menyampaikan ke
kawan-kawan.
g) Lanjutkan proses ini sesuai dengan waktu dan kondisi yang ada.
h) Akhri pembelajaran dengan menyampaikan rangkuman dalam
klasifikasi dari jawaban-jawaban dan penjelasan peserta didik23
23 Ibid, h. 69-70
-
32
b. Metode Belajar Diskusi 1) Pengertian Pembelajaran
Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua
lapisan masyarakat. Bagi para belajar atau mahasiswa kata belajar
merupakan kata yang tidak asing. Bahkan sudah merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut
ilmu di lembaga pendidikan formal.
Menurut Slameto yang dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah,
pengertian belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sepndiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.24
2) Pembelajaran metode Diskusi
Diskusi adalah proses pembelajaran dengan melakukan diskusi
kelompok kecil tujuannya agar peserta didik memiliki keterampilan memecahkan masalah terkait materi pokok dan persoalan yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.25 Diskusi juga berarti proses penglihatan dua atau lebih individu
yang berinteraksi secara global dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui tukar menukar
informasi, mempertahankan pendapat atau pemecahan masalah.
3) Tujuan metode Diskusi
a) Memecahkan materi pembelajaran yang berupa masalah atau
problematika yang sukar dilakukan oleh siswa secara perorangan.
b) Mengembangkan keberanian siswa mengemukakan pendapat.
c) Mengembangkan sikap toleran terhadap pendapat yang berbeda.
d) Melatih siswa mengembangkan sikap demokratis, keterampilan
berkomunikasi, mengeluarkan pendapat, menafsirkan dan 24 Syaiful Bahri Djamarah,Psikologi Pendidikan,(Jakarta: PT Rineka Cipta. 2011).cet.3.h. 13
25 Saiful Bahri Jamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h.72
-
33
menyimpulkan
pendapat.
e) Melatih dan membentuk kestabilan sosial-emosional.
4) Kelebihan metode Diskusi
a) Mendidik siswa untuk belajar mengemukakan pikiran atau
pendapat
b) Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh penjelasan
penjelasan dari berbagai sumber
c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati
pembaharuan suatu problem bersama sama
d) Melatih siswa untuk berdiskusi di bawah asuhan guru
e) Merangsang siswa untuk ikut mengemukakan pendapat sendiri,
meyetujui atau menentang pendapat orang lain
f) Membina suatu perasaan tanggung jawab mengenai suatu
pendapat, kesimpulan, atau keputusan yang akan atau telah diambil
g) Mengembangkan rasa solidaritas / toleransi terhadap pendapat
yang bervariasi atau mungkin bertentangan sama sekali
h) Membina siswa untuk berpikir matang matang sebelum bicara
i) Berdiskusi bukan hanya menuntut pengetahuan, siap dan kefasihan
berbicara saja tetpai juga menuntut kemampuan berbicara secara
sistematis dan logis
j) Dengan mendengarkan semua keterangan yang dikemukakan oleh
pembicara, pengetahuan dan pandangan siswa mengenai suatu
problem akan bertambah
k) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menjalin hubungan
kerja sama
5) Kelemahan metode Diskusi
a) Tidak semua topik dapat dijadikan metode diskusi, hanya hal hal
yang bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan.
-
34
b) Diskusi yang mendalam memerlukan banyak waktu.
c) Sulit untuk menentukan batas luas atau kedalaman suatau uraian
diskusi.
d) Biasanya tidak semua siswa berani menyatakan pendapat sehingga
waktu akan terbuang karena menunggu siswa mengemukakan
pendapat.
e) Pembicaraan dalam diskusi mungkin didominasi oleh siswa yang
berani dan telah biasa berbicara. Siswa pemalu dan pendiam tidak
akan menggunakan kesempatan untuk berbicara.
6) Langkah-langkah metode Diskusi26
a) Guru mengemukkan masalah yang akan didiskusikan dan
memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara
pemecahannya.
b) Para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi memilih
pimpinan diskusi (ketua, sekretaris, pelapor) mengatur tempat
duduk, ruangan, sarana,dan sebagainya dengan bimbingan
guru.Pimpinan diskusi sebaiknya berada di tangan siswa yang :
(1) Lebih memahami masalah yang akan didiskusikan
(2) "Berwibawa" dan disenangi oleh teman-temannya
(3) Lancar berbicara
(4) Dapat bertindak tegas, adil, dan demokratis
c) Tugas pimpinan diskusi antara lain :
(1) Pengatur dan pengarah diskusi
(2) Pengatur "lalu lintas" pembicaraan
(3) Penengah dan penyimpul berbagai pendapat
d) Para siswa berdiskusi dalam kelompoknya masing-masng,
sedangkan guru berkeliling dari kelompok yang satu ke kelompok
yang lain, menjaga ketertiban, serta memberikan dorongan dan
bantuan agar anggota kelompok berpartisipasi aktif dan diskusi 26 Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 42
-
35
dapat berjalan lancar. Setiap siswa hendaknya, mengetahui secara
persis apa yang akan didiskusikan dan bagaimana caranya
berdiskusi.
e) Setiap kelompok harus melaporkan hasil diskusinya. Hasil diskusi
dilaporkan ditanggapi oleh semua siswa, terutama dari kelompok
lain. Guru memberikan ulasan atau penjelasan terhadap laporan
tersebut.
f) Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, sedangkan guru
menyimpulkan laporan hasil diskusi dari setiap kelompok.27
B. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang relean dengan penelitian ini sebagai berikut:
Hikmatul Wasiah ( 108011000111) Pengaruh Strategi Pembelajaran
Aktif Metode Giving Question and Getting Answer terhadap Hasil Belajar
PAI di SMP Prima Nusantara. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2013.
Hasil penelitian bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran aktif
menggunakan Metode Giving Question and Getting Answer terhadap hasil
belajar PAI pada pembelajaran tharah dan shalat. Teknik analisa data yang
dilakukan dengan menggunakan uji t. dari hasil perhitungan uji hipotesis
diperoleh thitung > ttabel (4.30 > 2.02), maka hipotesis nol (H0) ditolak,
sementara Ha diterima, dengan demikian bahwa rata-rata hasil belajar pai
siswa yang menggunakan strategi pembelajaran aktif metode giving question
and getting answer lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar pai siswa yang
menggunakan strategi pembelajaran metode konvensional.
Marif Syafruddin (105017000427) Pengaruh Strategi Pembelajaran
Aktif Teknik Giving Question and Getting Answer terhadap Hasil Belajar
Matematika Siswa di SMP Negeri 1 Mancak Kab. Serang. Skripsi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2013. Hasil penelitian bahwa terdapat pengaruh model
pembelajaran aktif menggunakan teknik Giving Question and Getting Answer
terhadap hasil belajar Matematika. Teknik analisa data yang dilakukan dengan 27 Ibid, h. 43
-
36
menggunakan uji t. dari hasil perhitungan uji hipotesis diperoleh thitung > ttabel
(4.60 > 1.66), maka hipotesis nol (H0) ditolak, sementara Ha diterima, dengan
demikian bahwa rata-rata hasil belajar pai siswa yang menggunakan strategi
pembelajaran aktif teknik Giving Question and Getting Answer lebih tinggi
daripada rata-rata hasil belajar matematika siswa yang menggunakan strategi
pembelajaran metode konvensional.
C. Kerangka Berpikir Dalam belajar dibutuhkan sebuah metode yang dapat membuat suasana
pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan, tidak membosankan dan
dapat membangun keaktifan siswa didalamnya. Metode pembelajaran
merupakan suatu hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam mengajar.
Dengan menggunakan metode diharapkan terjadi interaksi baik dari guru ke
murid maupun murid dengan murid.
Penggunaan metode yang relevan dengan pelajaran akan sangat
membantu para murid untuk dapat memahami materi pelajaran. Sehingga hasil
belajar yang diinginkan dapat tercapai dengan optimal. Dan tentu pemilihan
metode ini harus benar-benar disesuaikan dengan kondisi siswa. Agar siswa
dapat melaksanakannya dengan baik.
Strategi merupakan cara atau tahapan seseorang dalam mencapai suatu
tujuan. Strategi yang digunakan dalam belajar itu disesuaikan dengan tipe atau
karakteristik dari siswa. Bagaimana cara siswa belajar untuk memahami
materi yang telah. Dan faktor-faktor belajar dari individu (internal) maupun
eksternal juga saling mempengaruhi tingkat keberhasilan.
Menurut Melvin L.Silberman dalam buku Active Learning 101 Cara
Belajar Siswa Aktif, Giving Question and Getting Answer adalah strategi
pembentukan tim untuk melibatkan siswa dalam peninjauan kembali materi
pada pelajaran sebelumnya atau pada akhir pelajaran.28
Sebagai pembelajaran aktif, metode Giving Question and Getting
Answer memiliki kelebihan diantaranya: 28Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif.Op.Cit, h.254
-
37
1. Metode Giving Question and Getting Answer lebih mendorong
motivasi belajar siswa yang berdampak pada hasil belajarnya.
2. Terjadinya interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa
3. Suasana belajar lebih menyenangkan dibandingkan dengan metode
konvensional yang berpusat pada guru.
4. Mendorong siswa untuk lebih menguasai keterampilan sosial.
5. Melatih keterampilan siswa baik kognitif maupun emosional.
Hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai siswa setelah mengikuti
proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah
laku, sikap, ketrampilan dan pengetahuan yang kemudian akan diukur dari
nilai hasil belajar siswa di sekolah tersebut.
Untuk mencapai hasil belajar siswa yang memuaskan seharusnya guru
memiliki variasi-variasi dalam pembelajaran sehingga pembelajaran tidak
terlalu monoton yang nantinya akan berpengaruh pada siswa.
Hasil belajar siswa yang dimaksud merupakan pengetahuan yang
dicapai siswa dari pembelajaran setelah mengalami proses pengajaran di
sekolah dari hasil tes atau ujian yang diberikan setelah melewati proses
belajar pada akhir rumusan tertentu. Dalam pembelajaran agama Islam, siswa
harus memahami dan dan mengidentifikasi sendiri mengenai apa yang belum
dan sudah dipahami agar terlihat langsung dalam pembelajaran. Salah satu
pembelajaran yang sejalan dengan itu adalah pembelajaran aktif metode
Giving Question and Getting Answer.
Dilihat dari keunggulan dari metode Giving Question and Getting
Answer memiliki pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Setelah mengkaji
teori-teori metode Giving Question and Getting Answer dan hasil belajar serta
keterkaitan teoritis. peneliti berasumsi bahwa diduga terdapat pengaruh
terhadap hasil belajar Pendidikan Agama Islam dengan menggunakan metode
Giving Question and Getting Answer.
-
38
Berdasarkan uraian di atas, diharapkan bahwa penerapan pembelajaran
Agama Islam dengan pendekatan Giving Question and Getting Answer dapat
meningkatkan hasil belajar pendidikan Agama Islam siswa.
D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka teoritik yang telah diuraikan, peneliti
mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
Ho : Tidak terdapat pengaruh pada hasil belajar SKI yang diajarkan
dengan menggunakan metode giving question and getting
answer
Ha : Terdapat pengaruh pada hasil belajar SKI yang diajarkan dengan
menggunakan metode giving question and getting answer
-
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di MTs Pembangunan UIN Jakarta yang
berlokasi di Jl. Ibnu Taimia IV Komplek UIN. Adapun waktu yang digunakan
oleh peneliti untuk memperoleh data yang berhubungan dengan objek
penelitian yaitu dimulai pada Semester Ganjil, Tahun Ajaran 2016-2017 pada
bulan Juli - Agustus 2016. Dengan rincian kegiatan
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian
Tanggal Kegiatan Penelitian
29 Juli 2016 05 Agustus 2016 Mengadakan observasi pembelajaran
diluar kelas kontrol dan eksperimen
05 Agustus 2016 Uji coba instrument
09 Agustus 10 Agustus 2016 Mengadakan pretes di kelas kontrol
dan eksperimen
09 Agustus 31 Agustus 2016 Mengadakan observasi di kelas
kontrol dan eksperimen
30 Agustus 31 Agustus 2016 Mengadakan postest di kelas kontrol
dan eksperimen
Sumber data: Primer diolah menggunakan Microsoft excell
B. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperimen.
Eksperimen ini juga disebut eksperimen semu. Tujuannya adalah untuk
memprediksi keadaan yang dapat dicapai melalu eksperimen yang sebenarnya,
tetapi tidak ada pengontrolan dan manipulasi terhadap seluruh variabel yang
relevan.1
1 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.2011).h.74
-
40
Serta untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan dari suatu perlakuan
(treatment), yakni pelaksanaan pembelajaran PAI pada mata pelajaran SKI
dengan menggunakan metode Giving Question and Getting Answer yang
diterapkan pada kelompok eksperimen, kemudian akan dibandingkan dengan
kelompok kontrol dengan menggunakan metode diskusi.
Penulis menggunakan quasi eksperimen, dikarenakan eksperimen yang
dilakukan tidak memenuhi salah satu kriteria yang dibutuhkan oleh
eksperimen sesungguhnya, yakni randomisasi pada subjek penelitian.
Sebagaimana diketahui, penentuan sampel pada penelitian eksperimen harus
dipilih secara random. Hal ini tidak mungkin dilakukan pada penelitian ini,
karena subjek penelitian sudah terbentuk dalam kelas alami, sehingga tidak
mungkin melakukan randomisasi pada subjek.
Untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan dari tidak adanya
randomisasi, maka kedua sampel yang dipilih harus memiliki karakteristik
yang sama. Akan tetapi, dalam hal ini kelompok kontrol tidak berfungsi
sepenuhnya dalam mengontrol hal-hal yang mempengaruhi treatment terhadap
hasil belajar yang dilakukan oleh peneliti.
Suatu penelitian eksperimen biasanya melibatkan dua kelompok, satu
kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol. Kelompok eksperimen
biasanya menerima suatu yang baru, suatu perlakuan di bawah penyelidikan.
Sementara itu, kelompok kontrol biasanya menerima suatu perlakuan yang
berbeda.2
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest-
postest control group design, yakni mengacak kelompok kelas untuk
menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sebelum proses
pembelajaran dimulai, kedua kelompok mendapatkan tes awal yang sama.3
Setelah itu, kelompok eksperimen mendapatkan perlakuan dengan
menerapkan pembelajaran aktif menggunakan metode Giving Question and
Getting Answer, sedangkan kelompok kontrol dengan menggunakan metode 2Emzir, Metodologi Pene