pengaruh menonton acara “mamah dan aa”di...
TRANSCRIPT
PENGARUH MENONTON ACARA “MAMAH DAN AA”DI INDOSIAR TERHADAP PEMAHAMAN KEAGAMAAN MASYARAKAT KECAMATAN
WEDUNG KABUPATEN DEMAK
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Jurusan Komunikas Penyiaran Islam (KPI)
Disusun Oleh:
Lismaiyah 1103097
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2009
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama
dibidang komunikasi dan informasi semakin pesat. Pada zaman modern
seperti sekarang ini merupakan zaman yang tidak bisa lepas dari dua hal
sebagai tandanya, yaitu penggunaan teknologi dalam aspek kehidupan
manusia dan berkembangnya ilmu pengetahuan sebagai wujud dari
keintelektualan manusia. Akibatnya kualitas kehidupan manusia semakin
meningkat (Fatah Syukur, 2005 : 1). Menghadapi zaman yang semakin maju
dan modern seperti sekarang ini, perlu persiapan generasi yang mampu
dibidang IPTEK dan matang secara mentalnya, untuk itu pemahaman ajaran
agama harus ditanamkan sejak dini.
Hadirnya teknologi informasi atau teknologi komunikasi sangat
menguntungkan untuk menunjang kegiatan dakwah oleh pengemban dakwah,
para pengemban dakwah dapat melaksanakan dakwahnya melalui
pemanfaatan teknologi komunikasi yang ada, seperti surat kabar, radio,
televisi, maupun internet. Media komunikasi tersebut bisa dijadikan sebagai
media dakwah. Media-media tersebut harus diupayakan penggunaannya
untuk kepentingan dakwah secara luas. Melalui media-media tersebut pesan
dakwah akan sampai pada masyarakat luas, tidak hanya seorang atau
sekelompok masyarakat saja. Media dakwah merupakan salah satu unsur
2
yang penting dalam proses melaksanakan dakwah, selain metode, juga materi
yang sesuai. Semua itu penting dipahami guna menyukseskan dan
mengupayakan solusi yang terbaik dalam mengatasi berbagai masalah yang
dapat menggagalkan proses dakwah.
Televisi merupakan salah satu media elektronik yang umum
digunakan umat Islam sebagai media dakwah pada masa sekarang, sebagai
contoh melalui program siarannya, seperti lagu-lagu, senetron, film, talk show
dan lainnya. Melalui media televisi pesan dakwah dapat disampaikan secara
luas, dalam bentuk bermacam-macam sesuai program acara yang disajikan
oleh masing-masing stasiun televisi, dan tentunya disesuaikan pula dengan
selera pemirsanya. Namun munculnya televisi ini akan membawa pengaruh
pada perkembangan masyarakat. Pengaruh tersebut bisa dalam bidang politik,
sosial, budaya dan lain-lain. Kehadiran televisi memberikan kontribusi besar
untuk melaksanakan syiar Islam, karena bisa digunakan sebagai media
dakwah.
Bahri Ghazali (1997:33) menyebutkan bahwa lajunya perkembangan
zaman memacu tingkat kemajuan ilmu dan teknologi, tidak terkecuali
teknologi komunikasi yang menghubungkan satu masyarakat dengan
masyarakat lainnya, hal ini mengakibatkan penyampaian dakwah Islam
dituntut semakin berkembang. Dakwah Islam diselenggarakan tidak hanya
melalui pertemuan-pertemuan langsung antara da’i dan mad’u, akan tetapi
dibutuhkan inovasi dengan menggunakan media lain yang lebih mendukung
suksesnya kegiatan dakwah seperti media cetak ataupun elektronik.
3
Media televisi sampai saat ini masih diasumsikan sebagai alat
informasi yang ampuh dalam mengubah sikap dan perilaku pemirsa, karena
efek suara dan bentuk gambarnya secara nyata dapat disaksikan mata pemirsa
dirumah (Wawan Kuswandi, 1996: 73). Pada umumnya televisi akan
mempengaruhi sikap, pandangan, perasaan dan persepsi para pemirsa. Hal ini
disebabkan salah satu pengaruh psikologis dari televisi seakan-akan bisa
menghipnotis pemirsa. Sehingga mereka seolah-olah hanyut dalam
keterlibatan pada suatu kisah atau peristiwa yang ditayangkan oleh televisi.
Maka dari itu televisi merupakan salah satu media modern yang
digunakan untuk berdakwah pada masa sekarang. Sebagai contoh melalui
program siarannya, seperti lagu-lagu, sinetron, kuis, dialog interaktif, reality
show dan program yang lainnya. Hal tersebut disebabkan oleh posisi televisi
memiliki kelebihan-kelebihan dengan media lain. Kelebihan-kelebihan
tesebut antara lain: memiliki jangkauan luas dan segera dapat menyentuh
rangsangan penglihatan dan pandangan masyarakat, dapat menyajikan
pengalaman langsung kepada pemirsa, dapat mengkoordinasikan
pemanfaatan berbagai media lain seperti film, foto, dan gambar ke berbagai
tempat yang berjauhan dan mudah ditonton tanpa perlu menggelapkan
ruangan (Sutrisno, 1993: 3).
Acara “Mamah dan Aa” merupakan salah satu tayangan talk show
religi yang disiarkan di Indosiar, tayangan yang berdurasi satu jam itu telah
mengudara pada setiap hari Senin sampai Sabtu pukul 05.00 WIB. Acara
“Mamah dan Aa”, menyuguhkan beragam perbincangan seputar Islam. Yang
4
disiarkan langsung dari Studio 3 Indosiar. Dialog yang dibangun dalam
program ini tidak hanya dilakukan oleh Mamah dan Aa saja. Melainkan
dialog interaktif juga dihadirkan antara kedua pelakon program dengan para
pemirsa yang ada di studio maupun di rumah. Sementara untuk pemirsa yang
ada di rumah, dapat menelpon di nomor 021 5641234. Saluran ini diberi
nama curahan hati (curhat), program Mamah dan Aa merupakan program
yang mengupas tuntas tentang sebuah fenomena yang akan dikaitkan dengan
Islam. Program ini dipandu oleh Mamah Dedeh Rosidah Syarifudin adalah
ustadzah yang juga aktif di majelis ulama Indonesia (MUI) Depok Jawa
Barat, Mamah Deden adalah lulusan dari IAIN Syarif Hidayatullah, Mamah
tidak hanya tampil seorang diri, dia dibantu oleh Aa Abdul. Abdul yang
dimaksud adalah sosok salah seorang pedukung acara republic BBM yang
pernah beken di Indosiar, perannya sebagai program atau host, Abdul sendiri
diberi sapaan Aa. Acara “Mamah dan Aa” mengangkat beberapa persoalan
atau topik yang berbeda setiap minggunya, seperti tentang nikah siri,
perceraian, tanggungjawab seorang suami dan istri, dan lain-lain. Acara ini
cukup banyak mendapat respon dari pemirsa. Banyaknya telepon yang
masuk, menjadi satu indikasi awal kalau program tersebut mendapatkan
tempat di hati pemirsa Indosiar. (www. Indosiar.co.id akses 20 Agustus 2007
pukul 11. 30).
Dari berbagai acara atau talk show, acara Mamah dan Aa yang
ditayangkan di Indosiar tersebut banyak mengambil tentang keluarga dan
rumah tangga, acara Mamah dan Aa diatas membuat peneliti tertarik untuk
5
menelitinya. Dan akan dijadikan obyek dalam penelitian ini, khususnya
mengenai pengaruh acara terhadap masyarakat yang dalam hal ini adalah
masyarakat Kecamatan Wedung Kabupaten Demak.
Alasan peneliti memilih masyarakat Kecamatan Wedung Kabupaten
Demak, karena 80 % masyarakatnya disana menyaksikan acara Mamah dan
Aa di Indosiar, karena dalam acara Mamah an Aa banyak mengambil topik-
topik yang sangat menarik, dengan alasan tersebut peneliti tertarik untuk
meneliti kaitannnya dengan pemahaman keagamaan masyarakat yang ada di
Kecamatan Wedung Kabupaten Demak.
1.2. Rumusan Masalah
Dari penjelasan latar belakang di atas, penelitian ini akan
menfokuskan penelitian pada: Adakah pengaruh menonton acara Mamah dan
Aa di Indosiar terhadap pemahaman keagamaan masyarakat Kecamatan
Wedung Kabupaten Demak?
1.3. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
ada atau tidak pengaruh menonton acara Mamah dan Aa di Indosiar
terhadap pemahaman keagamaan masyarakat Kecamatan Wedung
Kabupaten Demak.
6
1.3.2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritik
Menambah khasanah pengembangan ilmu dakwah baik dalam
subyek, materi dan ilmu dakwah serta aplikasi dakwah dengan
menggunakan media elektronik.
b. Manfaat Praktis
Diharapkan dapat bermanfaat untuk menumbuhkan pemahaman
kepada komunitas dakwah, bahwa telivisi bisa dijadikan sebagai
salah satu media untuk dakwah. Hasil penelitian ini dapat
dimanfaatkan oleh praktisi dakwah tentang penyampaian dakwah
lewat media televisi.
1.4. Tinjauan Pustaka
Pertama: Penelitian Samiasih (2006) yang berjudul “Pengaruh
Menonton Program Tolong di SCTV terhadap Sikap Solidaritas Mahasiswa
Fakultas Dakwah Jurusan KPI (Angkatan 2002-2005) IAIN Walisongo
Semarang”. Pada penelitian ini fokus kajiannya pada sebuah media dakwah
yaitu televisi yang dapat mempengaruhi sikap solidaritas mahasiswa Fakultas
Dakwah jurusan KPI (angkatan 2002-2005) IAIN Walisongo melalui
program acaranya yang berupa Reality Show Tolong di SCTV yang bukan
merupakan program dakwah, namun dalam setiap penayangannya Samiasih
mengangap mengandung pesan dakwah yang tersirat. Samiasih menggunakan
analisis kuantitatif dan menggunakan metode survei atau penelitian lapangan.
7
Dalam penelitiannya akhirnya berkesimpulan bahwa adanya sikap solidaritas
mahasiswa IAIN Walisongo Jurusan KPI (angkatan 2002-2005) akibat
menonton program tolong di SCTV.(Samiasih, 2006)
Kedua: Penelilitan Moh. Arbain Nasrullah yang berjudul “ Pengaruh
Menonton Cybersex di Internet Terhadap Perilaku Seks Mahasiswa IAIN
Walisongo Semarang”. Pada penelitian ini Moh. Arbain Nasrullah ingin
mengetahui apakah ada pengaruh perilaku seks mahasiswa IAIN Walisongo
Semarang, dengan menggunakan analisis kuantitatif dengan metode survei
dan metode deskriptif analisis, yaitu metode untuk mengetahui pendapat para
pengambil kebijakan tentang sistem yang akan diterapkan. (Moh. Arbain
Nasrullah: 2006)
Ketiga: Penelitian yang dilakukan oleh Syekhu Rohman yang judul
Pengaruh Kuliah Subuh di Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) Terhadap
Pengetahuan Agama Pemirsanya (Studi Terhadap Pemirsa Remaja di
Kecamatan Secang Kabupaten Magelang). Penelitian yang dilakukan Syekhu
Rohman ini untuk mengetahui tingkat frekuensi penerimaan siaran Kuliah
Subuh melalui Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), dan apakah ada pengaruh
positifnya terhadap pengetahuan agama pemirsanya. Sedang jenis
penelitiannya yaitu penelitian kuantitatif. Adapun hasil yang dicapai oleh
peneliti adalah:
Bahwa remaja Islam yang ada di kecamatan Secang kabupaten
Magelang banyak yang mengikuti Kuliah Subuh di Televisi Pendidikan
Indonesia (TPI). Terbukti dengan hasil angket kepada responden, bahwa 56
8
responden atau 56 % sangat setuju kuliah subuh, 35 responden atau 35 %
cukup setuju kuliah subuh, 6 responden atau 6 % kurang setuju, dan yang 3
responden atau 3 % tidak setuju kuliah subuh.
Bahwa tingkat pengetahuan agama remaja di kecamatan Secang
kabupaten Magelang sangat tinggi. Terbukti dengan hasil angker kepada 100
responden, bahwa 66 responden atau 66 % sangat baik pengetahuan
agamanya, 29 responden atau 29 % cukup baik pengetahuan agamanya, 4
responden atau 4 % kurang baik pengetahuan agamanya, dan 1 responden
atau 1 % tidak baik pengetahuan agamanya.
Diketahui hubungan frekuensi Kuliah Subuh di Televisi Pendidikan
Indonesia (TPI) terhadap pengetahuan agama remaja di kecamatan Secang
kabupaten remaja di kecamatan Cepiring kabupaten Kendal menunjukkan
pengaruh yang . Diketahui hubungan frekuensi Kuliah Subuh di Televisi
Pendidikan Indonesia (TPI) terhadap pengetahuan agama remaja di
kecamatan Secang kabupaten Magelang adalah merupakan hubungan positif
dan signifikan. (Syekhu Rahman:1997)
Dari ketiga penelitian diatas, masing-masing mempunyai karakter
yang berbeda, begitu juga dengan penelitiaini, mempunyai karakter tersebut,
dari segi media, penelitian pertama menggunakan media televisi dengan
program reality show yaitu program “Tolong” di SCTV. Penelitian kedua
menggunakan media internet pada cybersex dengan maksud ingin mengetahui
perilaku seks mahasiswa akibat menonton cybersex di internet. Ketiga
9
menggunakan televisi dengan maksud ingin mengetahui agama pemirsa
akibat menonton kuliah subuh di TPI.
Sedangkan pada penelitian ini, peneliti menggunakan media televisi
melalui talk show yang ditayangkan di Indosiar, yang obyeknya masyarakat
Kec. Wedung Kab. Demak. Dari segi tahun penelitian yang dilakukan,
penelitian yang pertama dilakukan pada tahun 2006 yang kedua pada tahun
2006 dan ketiga dilakukan pada tahun 1997, dari segi ini dapat dilihat apakah
pada tahun sebelumnya dan pada tahun saat penelitian ini terdapat kesamaan
mengenai pengaruh dakwah di media massa terhadap perubahan yang terjadi
di masyarakat, baik dalam bidang pemahaman, sikap ataupun keagamaan.
1.5. Sistematika Penulisan Skripsi
Untuk memudahkan pembahasan serta pengertian tentang skripsi
disusun dalam rangkaian bab-perbab yang menjadi kesatuan yang tidak
dipisahkan dari masing-masing bab ini, terbagi lagi menjadi sub-sub:
Sebelum masuk pada bab pertama serta bab berikutnya, maka penulis
skripsi ini diawali dengan: halaman judul, halaman nota pembimbing,
halaman pengesahan, halaman motto, halaman kata pengantar, dan daftar isi,
daftar tabel, kemudian diikuti bab pertama.
Bab pertama ini, yang berupa pendahuluan berisi tentang latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian serta tinjauan pustaka, serta
sistematika penulisan.
10
Bab kedua ini deskripsi konsep tentang menonton televisi dan
pemahaman keagamaan. Menonton televisi berisi tentang motivasi, intensitas,
minat.. Pengertian televisi, fungsi televisi, aktifitas menonton televisi dan
pemahaman keagamaan berisi tentang dimensi-dimensi keagamaan. Serta
hubungan menonton televisi dengan pemahaman keagamaan dan hipotesis.
Bab tiga metodologi penelitian yang berisi tentang jenis dan metode
penelitian, definisi konseptual dan operasional, sumber dan jenis data, jenis
data ini ada dua: data primer dan data skunder. Populasi dan sample. Tehnik
pengumpulan data metode angket ini diuji validitas instrumen ada dua
validitas konstruk dan uji validitas. Uji reliabilitas instrumen, teknik analisis
data teknik ini berisi analisis pendahuluan, analisis uji hipotesis dan analisis
lanjutan.
Bab keempat ini, berisi kondisi masyarakat Kecamatan Wedung
Kabupaten Demak. Wilayah Kecamatan Wedung, letak geografis, kondisi
demokrafis, kondisi ini berisi tentang jumlah penduduk berdasarkan jenis
kelamin, jumlah penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin berdasarkan
golongan usia, jumlah penduduk berdasarkan pencarian, jumlah penduduk
menurut agama yang dianut, jumlah tempat ibadah di Kecamatan Wedung
banyaknya televisi, radio, listrik dan telephon di Kecamatan Wedung, kondisi
pemahaman keagamaan masyarakat Kecamatan Wedung Kabupaten Demak.
Bab kelima berupa analisis data tentang menonton acara Mamah dan
Aa di Indosiar terhadap pemahaman keagamaan masyarakat Kecamatan
Wedung Kabupaten Demak. Analisis pendahuluan: data nilai hasil angket
11
variabel X, data distribusi frekuensi variabel menonton acara Mamah dan Aa
di Indosiar, data nilai hasil angket variabel Y, data distribusi frekuensi
pemahaman keagamaan, analisis uji hipotesis, analisis lanjutan dan analisis
akhir.
Bab terakhir merupakan bab penutup, kesimpulan, saran-saran dan daftar pustaka.
12
BAB II
KERANGKA TEORITIK
MENONTON TELEVISI DAN PEMAHAMAN KEAGAMAAN
2.1.Pengertian Menonton Televisi
Menonton merupakan salah satu kegiatan dengan menggunakan mata
untuk memandang (memperhatikan) sesuatu, sabagai salah satu aspek
perhatian, menonton berusaha mengganti informasi baik dari televisi maupun
yang lainnya. Dalam hal ini (Depdikbud, 1994: 594). Menyebutkan bahwa
menonton merupakan suatu kegiatan menggunakan mata untuk memandang
(memperhatikan) hubungan dengan penelitian ini yaitu suatu kegiatan dengan
mengguakan mata untuk memandang (memperhatika) acara ”Mamah dan Aa ”
yang ditayangkan di Indosiar.
Adapun hal yang pokok yang harus diperhatikan dalam menonton
antara lain:
a. Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri
seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan
tanggapan terhadap adanya tujuan. Motivasi juga dikatakan serangkaian
usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu
mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka maka akan
berusaha untuk meniadakan atau mengelola perasaan tidak suka itu
(Sardiman, 1992: 75).
b. Intensitas merupakan kecenderungan yang dilakukan secara berulang-
ulang. Intensitas disini adalah kegiatan menonton, kegiatan yang ditonton
13
itu nerupakan hal-hal yang penting dan disenangi, maka akan konsentrasi
dalam menonton.
c. Keaktifan adalah melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat membantu
menangkap isi pesan (Suhartin Citrobroto, 1982:109-110).
2.2. Pengertian Televisi
Media televisi pada hakikatnya merupakan suatu sistem komunikasi
yang menggunakan suatu rangkaian gambar elektronik yang dipancarkan
secara cepat, berurutan dan diiringi unsur audio.(Sutisno, 1993 : 1). Istilah
televisi itu sendiri terdiri dari "tele" yang berarti jauh dan "visi" berarti
penglihatan. Sedangkan secara lebih jauh, televisi siaran merupakan media
dari jaringan dengan ciri-ciri yang memiliki komunikasi massa, yaitu
berlangsung satu arah. Dengan demikian, televisi merupakan media audio-
visual, yang disebut juga sebagai media pandang dengar, atau sambil didengar
langsung pula dapat dilihat (Aep Kusnawan, 2004: 74). Oleh karena itu,
penanganan produksi siaran televisi jauh lebih besar dibanding dengan media
radio. Karena media televisi bersifat realistis, yaitu menggambarkan apa yang
nyata. Pesawat televisi pada hakekatnya hampir sama dengan movie film,
hanya perbedaannya terletak pada operasionalisasinya (Bahri Ghazali, 1997 :
40). Pesawat televisi cenderung efektif karena pemirsanya didatangi oleh
acaranya, pemirsa diberi pengetahuan sekaligus juga dihibur oleh acara-acara
yang mampu menyuguhkan santapan rohani dan juga menyegarkan pemirsa
dari kesibukannya sehingga masyarakat terhibur dari ketegangan.
14
2.3. Fungsi Televisi
Sesuai dengan cara menyampaikan pesan informasinya. Televisi
sebagai media massa seperti halnya radio dimana proses komunikasinya
hanya berjalan satu arah saja (one way commnication), artinya si penerima
pesan (komunikan) tidak dapat berhubungan langsung dengan pengirim pesan
(komunikator), demikian pula komunikatornya pada media televisi tidak
bersifat individual melainkan bersifat kolektif, sedangkan massa
komunikannya adalah para penontonnya yang mempunyai karakteristik
tersendiri (Sastro Subroto darwanto, 1994: 15)
Pada prinsipnya media massa (televisi) merupakan satu institusi yang
melembaga yang berfungsi dan bertujuan untuk menyampaikan informasi
kepada khalayak sasaran agar well informed. Media massa adalah alat bantu
yang dipakai oleh suatu organisasi untuk mewujudkan efisiensi dan efektifitas
kegiatannya.terlebih bagi keluarga yang hidup di kota–kota besar dimana
kedua orang tuannya sibuk bekerja mencari nafkah sepanjang hari, televisi
dapat dikatakan sebagai sarana utama bagi seorang untuk belajar tentang
kehidupan dan budaya dalam masyarakatnnya dalam rangka mencapai tujuan
masyarakat organisasi yang bersangkuatan.
Asep S. Muhtadi dan Sri Handajani (2000 : 100) menyebutkan sebagai
media komunikasi massa, televisi adalah sumber informasi yang paling akrab
di masyarakat, karena kemampuan daya jangkau (accessability) yang
dimiliki, ketersediaan (avability) serta potensi yang sangat besar dalam
membentuk pendapat khalayak (public opinion).
15
Ada beberapa unsur penting dalam media massa, yaitu adanya sumber
informasi, khalayak, sasaran, isi pesan, saluran informasi (media) dan efek
dari informasi. Media televisi sebagaimana media massa lainnya mempunyai
berbagai fungsi, diantaranya sebagai alat penyebar informasi, pendidik,
penghibur, mempengaruhi membimbing, mengkritik dan sebagai kontrol
sosial (Wawan Kuswandi, 1996: 98-99). Sebagaimana yang tulis oleh Wawan
Kuswandi, 1996:24-25), menurut robet K. Avert dalam bukunya
“Communication and The Media” dan Sanford B. Wienberg dalam
“Massages – A Reader in Human Communication”, Randon House, New
York 1980, mengunkapkan 3 (tiga) fungsi media:
1. The surveillance of the environment, yaitu media massa bertindak sebagai
pengamat lingkungan dan selalu akan memberikan berbagai informasi
atas hal-hal yang tidak dapat terjangkau khalayak.
2. The correlation of the parts of social in responding to the environment,
yaitu media massa lebih menekankan kepada pemilihan, penilaian,
penafsiran tentang apa yang patut disampaikan kepada khalayak, dengan
demikian media massa dapat dinilai sebagai “Gatekeeper” dari arus
informasi.
3. The transmission of the social heritage from one generation to the
generation,hal ini menunjukkan bahwa media massa berfungsi sebagai
jembatan tata nilai dan budaya dari generasi satu ke generasi berikutnya,
atau dengan kata lain media massa berfungsi pula sebagai media
pendidikan. (Sastro Subroto darwanto, 1994: 16)
16
Ketiga fungsi tersebut pada dasarnya memberikan suatu penilaian
pada media massa sebagai alat atau sarana yang secara sosiologis menjadi
perantara untuk menyambung atau menyampaikan nilai-nilai tertentu pada
masyarakat. Charles Wrigt menambahkan fungsi media massa adalah sebagai
hiburan yang lebih bersifat human interest. Selain itu, menurut Wilbur
Schramm, media massa juga berfungsi sebagai “to sell goods for us”. Artinya
media massa menjadi sarana efektif untuk mempropagandakan hasil produksi
dalam mencari keuntungan secara materi atau bentuk promosi barang.
Menurut Roedi Hofmann (1999: 54-58) ada 5 (lima) fungsi televisi dalam
masyarakat, karena sekarang ini televisi tidak dilihat lagi sebagai sarana
pendidikan dan alat promosi perdagangan. Lima fungsi itu adalah sebagai
berikut:
1. Pengawasan situasi masyarakat dan dunia
Fungsi ini disebut fungsi informasi. Seandainya fungsi ini diperhatikan
betul, televisi dapat menjadi media komunikasi yang cukup demokratis,
sejauh hidup di dalam masyarakat dikembalikan lagi kepada masyarakat
lewat siaran.
2. Menghubungkan satu dengan yang lain
Televisi dapat menghubungkan hasil penghawasan satu dengan hasil
pengawasan lain secara jauh lebih gampang sesuai dengan keinginan
masyarakat.
17
3. Menyalurkan kebudayaan
Sebetulnya kebudayaan rakyat sudah cukup terangkat, kalau televisi lebih
proaktif berfungsi sebagai pengawas masyarakat.
4. Pengerahan masyarakat untuk bertindak dalam keadaan darurat
Misalnya kalau terjadi wabah penyakit di suatu daerah, bisa saja
memberitakan berdasarkan fungsinya sebagai pengawas. Berita ini
kemudian dapat dihubungkan dengan keterangan vaksinasi atau
sejenisnya. Namun juga harus proaktif memberi motivasi dan
menganjurkan supaya orang mau dibantu secara preventif.
5. Hiburan
Hiburan itu merupakan rekreasi, artinya berkat hiburan manusia lebih
segar untuk kegiatan–kegiatan lain. Kalau televisi tidak menghibur
umumnya tidak akan ditonton, karena hiburan sudah menjadi kebutuhan
manusia. Fungsi dari media massa sebagai fungsi menghibur tiada lain
tujuannya adalah untuk mengurangi ketergangan pikiran khalayak, karena
dengan melihat tayangan hiburan di televisi dapat membuat pikiran
khalayak segar kembali.
Sementara itu, Karlina, dalam Karlina, dkk. (1999) mengemukakan
fungsi komunikasi secara umum adalah:
a. Fungsi informasi: bahwa media massa adalah penyebab informasi bagi
pemirsa, berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang
bersangkutan sesuai dengan kepentingan khalayak, khalayak sebagai
18
manusia sosial akan selalu merasa haus informasi tentang segala sesuatu
yang terjadi di sekitar.
b. Fungsi pendidikan: media massa merupakan sarana media pendidikan bagi
khalayaknya (mass education). Karena media massa banyak menyajikan
hal-hal yang sifatnya mendidik. Salah satu cara mendidik yang dilakukan
media massa adalah melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan
yang berlaku kepada pemirsa.
c. Fungsi mempengaruhi: fungsi mempengaruhi dari media massa secara
implisit terdapat pada tajuk atau editorial, features, iklan, artikel dan lain
sebagainya. Khalayak dapat terpengaruh oleh iklan-iklan yang
ditayangkan televisi.
d. Fungsi pengembangan mental: untuk mengembangkan wawasan, kita
membutuhkan berkomunikasi dengan orang lain. Dengan komunikasi,
manusia akan bertambah pengetahuannya dan berkembang intelektualnya.
Hal ini pengalaman dapat membantu manusia untuk memahami betapa
besar ketergantungan manusia kepada komunikasi, karena komunikasi
dapat membantu manusia dalam perkembangan mentalnya.
e. Fungsi menyakinkan (to persuade) fungsi komunikasi massa secara
umum antara lain memberikan hiburan kepada khalayak. Namun ada
fungsi yang tidak kalah penting dari media massa yaitu fungsi
menyakinkan atau persuasi. Persuasi menurut Devito, pada Karlinah,
dalam Karlina, dkk (1999) bisa datang dalam bentuk:
19
1. Mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan atau nilai
seseorang.
2. Mengubah sikap, kepercayaan atau nilai seseorang.
3. Menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu.
4. Memperkenalkan etika atau menawarkan sistem nilai tertentu.
5. Fungsi membius (Narcotization): salah satu fungsi media massa yang
paling menarik dan paling banyak dilupakan adalah fungsi
membiusnya (Narcotization). Ini berrti bahwa pabila media
menyajikan informasi tentang sesuatu, penerima percaya bahwa
tindakan tertentu harus diambil. Sehingga akibatnya, pemirsa atau
menerima terbius ke dalam keadaan pasif, seakan-akan berada dalam
pengaruh narkotik.
6. Fungsi menciptakan rasa kebersatuan: fungsi komunikasi massa yang
tidak banyak disadari oleh kita semua adalah kemampuannya untuk
membuat kita merasa menjadi anggota suatu kelompok (Ardianto
Elvinaro dan Komala Erdinaya Lukisti, 2004:18-27).
2.4. Aktivitas Menonton Televisi
Televisi dengan menonton televisi adalah dua hal (kata) yang sangat
berbeda. Yang pertama sudah tentu mempelajari medium komunikasi yang
bernama televisi, baik sebagai benda material ataupun sebagai tontonan
(spectacle). Sebagai benda material, televisi merupakan komoditas atau obyek
konsumsi; sebagai tontonan, televisi adalah gugusan-gugusan ikon dan
20
simbol, cita-cita audio visual yang bermakna. Sedangkan menonton televisi
sendiri adalah suatu tindakan (action) tertentu dari adanya alat komunikasi
yakni televisi (Kris Budiman, 2002). Televisi, menurut Asep S. Muhtadi dan
Sri Handayani (2000: 55) adalah sebuah kotak ajaib yang ditempatkan secara
khusus di salah satu sudut ruangan, barangkali adalah hasil produksi
kemajuan teknologi yang paling banyak memperoleh ”gelar kehormatan”,
seperti ”jendela dunia” (window of the world), ”kotak ajaib” (miracle box),
”kotak dungu” (stupid box).
Aktivitas menonton televisi adalah sebuah proses yang aktif, baik
antar-partisipan maupun antar partisipan dan televisi, yang didalamnya
audiens tidak sekedar mengambil peran sebagai pihak yang secara aktif
memilih, namun juga memakai, menafsir serta menyampaikan. Artinya
aktivitas menonton televisi bukanlah sekedar aktivitas menyorotkan mata ke
layar kaca, melainkan bersifat multi-faset dan kaya dimensi (Kris Busiman,
2002: 21).
Aktivitas menonton televisi biasanya dilakukan di dalam rumah secara
langsung dapat menentukan bagaimana orang menonton televisi. Faktor-
faktor fisik ini mungkin menyangkut ketersediaan tempat, jumlah pesawat
televisi, serta penempatannya beserta benda-benda lainnya diruang tertentu
(Kris Budiman,2002: 37). Dalam hal pengaturan ruang, faktor ketersediaan
merupakan sebuah persoalan penting. Ketersediaan tempat yang sempit dan
terbatas serta kepemilikan pesawat televisi tentu sangat terbatas pula dalam
menentukan lokasi untuk meletakkan dan menonton televisi. Dengan
21
keterbatasan itu, salah satu pilihan yang mungkin adalah dengan
menempatkan televisi disebuah ruang yang menjadi pusat kegiatan, misalnya
ruang keluarga yang biasanya dijadikan tempat istirahat bahkan menjadi
tempat transit dari satu ruang ke ruang yang lain.
Aktivitas televisi bisa disaksikan di ruang-ruang publik (umum)
seperti: warung makan, restoran, ruang tunggu, bahkan mungkin di pinggir
jalan sekalipun. Biasanya memiliki ukuran relatif lebih besar dibandingkan
dengan ruang lain. Secara tipikal, pesawat televisi akan ditempatkan pada
salah satu pojok atau sisi ruang yang ada. Menonton televisi bukanlah
aktivitas yang solider, sendiri dan terpisah dari aktivitas-aktivitas yang lain.
Sebaliknya, aktifitas menonton televisi merupakan aktifitas sosial yang jalin
menjalin dengan tanggung jawab dan tugas-tugas rutin pengelolaan rumah
tangga sehari-hari (Kris Budiman, 2002: 60).
Di saat sedang menonton televisi, beberapa jenis aktivitas lain dapat
bertumpang tindih atau dilakukan bersamaan. Hal ini bukan berarti bahwa
menonton televisi tidak dapat dilakukan secara terisolasi, sendirian dengan
pandangan lebih terfokus. Seringkali orang menonton televisi sekaligus
melakukan aktivitas lainnya pada saat yang bersamaan. Anggota-anggota
keluarga mononton televisi secara simultan dengan aktivitas lainnya seperti
makan, mengerjakan tugas-tugas, mendengarkan musik, memasak,
membersihkan rumah, bermain, membaca, mengasuh anak, dan sebagainya.
Bisa saja, ketika tidak ada seorangpun penontonnya, televisi mungkin tetap
tidak dimatikan.
22
Media televisi sebagimana media massa lainnya berperan sebagai alat
informasi, hiburan, kontrol sosial, dan sebagai alat penghubung wilayah
secara geografis. Hal ini sesuai dengan fungsi media yaitu memberikan
informasi, mendidik, dan menghibur dan mempengaruhi khalayak. Keempat
fungsi tersebut sangat mendorong manusia dalam membentuk kepribadian
masyarkat baik dari sisi kognitif, afektif, maupun behavioral. Bersamaan
dengan jalannya proses penyampaian isi pesan media televisi kepada pemirsa,
maka isi pesan itu juga akan diinterpretasikan secara berbeda-beda dan
dampak yang ditimbulkan juga beraneka macam (Wawan Kuswandi, 1996:
99). Diantara dampak berbagai dampak yang selama ini telah sering
dikemukakan dalam berbagai ulasan mengenai televisi adalah dampak-
dampak perubahan pada sikap pemirsa. Hal ini terjadi karena tingkat
pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap isi pesan acara televisi berkaitan
erat dengan motivasi, status sosial, serta kondisi pemirsa pada saat menonton
televisi (Redi Panuju, 1997: 127).
2.5. Pemahaman Keagamaan
Menurut Elisabeth B. Haarlock (1978: 354), dalam bukunya “Child
Development” mengemukakan: “Undsrstading is the ability to achieve agars
of the nature significance or explanation of something an to have a clar or
complete idea of it. In short, it means the ability to comprehend.
Understanding is achieved be applying previourly acquired knowledge to new
experiences and situations”. (Pemahaman merupakan kemampuan untuk
23
mencapai pengertian tentang hakekat, arti atau suatu keterangan dan
mempunyai suatu kejelasan yang lengkap dari suatu hal dengan mendasarkan
pada pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh pada masa lalu atau
menerima pengetahuan yang baru).
Psikologi pemahaman keagamaan memiliki ruang lingkup tersendiri.
Mengembangkan pemahaman terhadap agama sebagaimana pernyataan
Zakiyah Daradjat menyebutkan bahwa psikologi mencakup proses beragama,
perasaan dan kesadaran beragama dengan pengaruh dan akibat-akibat yang
dirasakan sebagai hasil dari keyakinan terhadap suatu agama yang dianut.
Oleh karena itu menurut Zakiyah Daradjat, batasan psikologi agama meliputi:
1. Bermacam-macam emosi yang menjalar di luar kesadaran yang ikut
menyertai kehidupan beragama orang biasa (umum), seperti rasa lega
dan tenteram sehabis sembayang, rasa lepas dari ketegangan batin
sesudah berdoa atau membaca ayat-ayat suci, perasaan tenang, pasrah
dan menyerah setelah berzikir dan ingat kepada Allah ketika mengalami
kesedihan dan kekecewaan yang bersangkutan.
2. Berbagai perasaan dan pengalaman seseorang secara individual terhadap
Tuhannya, misalnya rasa tenteram dan kelegaan batin.
3. Mempelajari, meneliti dan menganalisis pengaruh kepercayaan akan
adanya hidup sesudah mati (akhirat) pada tiap-tiap orang.
4. Meneliti dan mempelajari kesadaran dan perasaan orang terhadap
kepercayaan yang berhubungan dengan surga dan neraka serta dosa dan
24
pahala yang turut memberi pengaruh terhadap sikap dan tingkah lakunya
dalam kehidupan.
5. Meneliti dan mempelajari bagaimana pengaruh penghayatan seseorang
terhadap ayat-ayat seci kelegaan batinnya.
Semua itu menurut Zakiyah Daradjat tercakup dalam kesadaran agama
(religious counsciousness) dan pengalaman agama (religious experience).
Yang dimaksud dengan kesadaran agama adalah bagian atau segi agama yang
hadir (terasa) dalam pikiran yang merupakan aspek mental dari aktifitas
agama. Sedangkan pengalaman agama adalah unsur perasaan dalam
kesadaran beragama, yaitu perasaan yang membawa kepada keyakinan yang
dihasilkan oleh tindakan (amaliyah).(Jalaluddin, 2001:16-17)
Kebenaran Islam adalah mutlak tapi itu tidak berarti, bahwa kebenaran
pemahaman kita sebagai manusia dalam mempresepsikan (agama) Islam
selalu benar, apalagi benar mutlak. Pemahaman kita selalu akan terbatas;
termasuk terbatas kebenarannya, sesuai dengan keterbatasan kita sebagai
manusia. Dalam memahami Islam, dalam rangka mewujudkan tujuan-tujuan
strategisnya pada masa sekarang, yakni pada zaman yang penuh perubahan
dan tantangan ini, diperlukan penataan-penataan. Dan sedikitnya ada empat
dimensi pemahaman yang perlu dikembangkan dikalangan umat Islam
terhadap pesan-pesan agama Islam.
a. Memahami Islam sebagai pemberi norma dan hukum, dalam Islam
hukum-hukum yang berkembang memang ada dua kategori yakni:
25
pertama hukum yang baku (tsabit). Dan kedua, hukum yang dapat
berubah (mutaghayyir)
b. Memahami Islam sebagai pembentuk solidaritas. Hal ini akan penting
artinya dalam mengembangkan konsep “ummah”. Tentunya konsep
solidaritas yang diperlukan bukan semata-mata bersifat retorik dan
kosmetik. Tetapi yang lebih bersifat fungsional dan realistis.
c. Memahami Islam sebagai sistem interpretasi terhadap realitas.
Pengertiannya adalah bagaimana kita dapat memahami realitas yang kita
hadapi dengan tetap komitmen terhadap nilai-nilai ke-Islaman dalam
menafsirkan keadaan nyata yang kita hadapi. Bagaimana sikap Islam
terhadap kemiskinan, kebodohan, kemajuan teknologi, kemajuan sosial
dan lain sebagainya.
d. Memahami Islam sebagai instrumen pemecahan masalah. Pemahaman-
pemahaman yang demikian secara utuh harus ditingkatkan menjadi basic
philosophy dan diinternalisasikan menjadi sikap dan watak ”manusia
muslim”.(Muhammad Tholhah Hasan, 2005 : 28-30)
Keagamaan didefinisikan sebagai berikut: “Religiousness” is more or
less conscious dependency or a deity / God and the transcendent. This
dependency or commitment is evident in one’s personality, experiences,
beliefs and thinking and motivates one’s devotional practice and moral
behaviour and other activity. (Keagamaan adalah renungan lebih
ketergantungan yang sadar pada Dewa atau Tuhan dan sesuatu yang bersifat
transenden, ketergantungan atau komitmen ini tampak jelas dalam pribadi
26
seseorang, pengalaman, kepercayaan dan pemikiran dan mendorong
seseorang unntuk melakukan kepasrahan dan tingkah laku moral dan aktifitas
lainnya). (Palauzian, 1996:12). Jadi pemahaman keagamaan adalah
kemampuan untuk mengerti dengan jelas dalam pribadi seseorang, tentang
pengalaman, keprcayaan dan pemikiran, serta mendorong seseorang untuk
melakukan kepasrahan kepada Tuhan dengan tingkah laku moral dan katifitas
lainnya.
Di dalam agama dalam analisis dan interpretasi sosialisasi tulisan
Roland Robertson disebutkan lima dimensi mengenai dimensi keagamaan
manusia. Yang pertama adalah dimensi keyakinan yang berisikan
pengharapan-pengharapan dimana orang yang beragama berpegang teguh
pada pandangan teologi tertentu. Dalam Islam dimensi keyakinan ini
tertutup pada Allah, para malaikat, para rasul, surga neraka, serta qodho dan
qodar. (Roland Robertson, 1995: 291-297)
Yang kedua adalah dimensi praktek agama yang mencakup perilaku
pemujaan, ketaatan, dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan
komitmen agama yang dianutnya. Dalam hal ini mencakup dua kelas yang
penting yaitu ritual dan ketaatan. Ritual, mencakup kepada seperangkat
rutual yaitu tindakan keagamaan formal dan praktek-praktek suci yang
semua agama menghaparkan para penganutnya melaksanakan. Sedangkan
ketaatan dalam dimensi praktek meliputi pelaksanaan sholat, puasa, zakat,
shodaqoh, tolong menolong dan sebagainya.
27
Dimensi ketiga adalah dimensi pengalaman, dalam dimensi ini
bersikap dan memperhatikan fakta bahwa semua agama mengandung
pengharapan-pengharapan tertentu.
Dimensi keempat adalah dimensi pengetahuan agama. Dimensi ini
mengacu kepada harapan agar orang-orang yang beragama paling tidak
memiliki sejumlah dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci, dan tradisi.
Dimensi yang kelima adalah dimensi konsekuensi. Dimensi ini
mengacu kepada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktek,
pengalaman dan pengetahuan.
Untuk memahami Islam dan umat Islam, konsep yang tepat adalah
konsep yang mampu memahami adanya beragam dimensi dalam berislam.
Menurut rumusan Glock & Stark yang membagi keberagaman menjadi lima
dimensi dalam tingkat tertentu mempunyai kesesuaian dengan Islam.
Walaupun tak sepenuhnya sama, dimensi keyakinan dapat disejajarkan
dengan akidah, dimensi praktek agama disejajarkan dengan syari’ah dan
dimensi pengalaman disejajarkan dengan akhlak.
Dimensi keyakinan atau akidah Islam menunjuk pada seberapa
tingkat keyakinan Muslim terhadap kebenaran ajaran-ajaran agamanya,
terutama terhadap ajaran-ajaran yang bersifat fundamental dan domatig. Di
dalam keberislaman, isi dimensi keimanan menyangkut keyakinan tentang
Allah, para malaikat, Nabi/Rasul, kitab-kitab Allah, surga dan neraka, serta
qadha dan qadar.
28
Dimensi peribadatan (atau praktek agama) atau syari’ah menunjuk
pada seberapa tingkat kepatuhan Muslim dalam mengerjakan kegiatan-
kegiatan ritual sebagaimana disuruh dan dianjurkan oleh agamanya. Dalam
keberislaman, dimensi peribadatan menyangkut pelaksanaan shalat, puasa,
zakat, haji, membaca Al-Qur’an, doa, dzikir, ibadah kurban, i’tikaf di masjid
di bulan puasa, dan sebagainya.
Dimensi pengalaman atau akhlak menunjuk pada seberapa tingkatan
Muslim berperilaku dimotifasi oleh ajaran-ajaran agamanya, yaitu
bagaimana individu berelasi dengan dunianya, terutama dengan manusia
lain. Dalam keberislaman, dimensi ini meliputi perilaku suka menolong,
bekerjasama, berdermawan, menyejahterakan dan menumbuh kembangkan
orang lain, menegakkan keadilan dan kebenaran, berlaku jujur, memaafkan,
menjaga lingkungan hidup, menjaga amanat, tidak mencuri, tidak korupsi,
tidak menipu, tidak berjudi tidak meminum minuman yang memabukkan,
mematuhi norma-norma Islam dalam perilaku seksual, berjuang untuk hidup
sukses menurut ukuran Islam. (Djamaludin Ancok & Fuad Nashori Suroso,
1994: 80-81). Jadi masyarakat dapat dikatakakan faham terhadap agama
apabila dapat mengetahui dan mampu menjelaskan kembali dimensi-dimensi
keberagamaan di atas, yang merupakan pokok ajaran Islam.
Mengenai peningkatan pemahaman dalam hal ini berbentuk
kesadaran beagama oleh Prof. Dr. Zakiyah Drajat dalam bukunya ilmu jiwa
agama. Meliputi rasa keagamaan yang terorganisasi dalam sistem mental
dan kepribadian karena agama melibatkan seluruh fungsi jiwa raga manusia
29
maka kesadaran beragama mencakup aspek afektif, konatif, kognitif dan
motorok. (Zakiyah Drajat, 1992: 3)
Keterlibatan aspek dan konatif terlihat dalam pengalaman ke-
Tuhanan, rasa keagamaan, dan kerinduan akan Tuhan. Aspek kognitif
keterlibatan aspek motorik nampak dalam perbuatan dan gerakan tingkah
laku keagamaan.Dalam kehidupan sehari-hari aspek-aspek tersebut
merupakan satu kesatuan yang utuh dalam kepribadian seseorang.
Sedangkan Abdul Aziz Ahyani dalam buku psikologi agama
kepribadian muslim pancasila menyebutkan ciri-ciri peningkatan
pemahaman keagamaan yang meliputi.
1. Differensiasi yang baik, semakin baik seseorang adalah pemahaman
keagamaannya maka ia akan semakin kaya dan makin majemuk
(berfariasi aspek psikis yang akan dimiliki) semua pengalaman, rasa dan
kehidupan beragama juga akan makin matang, kaya komplek dan makin
bersifat pribadi.
2. Motivasi kehidupan beragama yang dinamis, tanda kedua dari
meningkatnya pemahaman keagamaan adalah adanya motif kehidupan
beragama yang otonom. Makin kuat derajat kepuasan yang diberikan
oleh agama maka makin kokoh dan otonom motif tersebut.
3. Pelaksanaan ajaran agama yang konsisten dan produktif. Orang yang
meningkat kesadaran keberagamaannya maka seseorang tersebut akan
semakin bertanggungjawab dalam menjalankan perintah agama dan
menjauhi larangan agama. Seseorang yang pengetahuan agamanya
30
matang akan melaksanakan ibadah dengan konsisten, stabil, mantap,
dilandasi tanggung jawab dan diwarnai pandangan agama yang luas.
4. Pandangan hidup yang komprehensif. Seseorang yang meningkat
pemahaman keagamaannya maka ia akan bertingkah laku toleran
terhadap pandangan dan paham yang berbeda.
5. Pandangan hidup yang integral yang ditandai dengan keterbukaannya
dalam mencari, menafsirkan dan menemukan nilai-nilai baru dalam
agama.
6. Semangat mencari dan pengabdian kepada Tuhan. Bahwa semua yang
dilakukannya akan selalu dievaluasi dan ditingkatkan agar menemukan
kenikmatan penghayatan akan kehidupan Tuhan.
Mengenai pemahaman keagamaan Dawam Raharja (1985:40) adalah
sebuah konsep yang tidak saja memberikan pedoman akibat yang mantap
tetapi juga mampu memberi pedoman kepada tingkah laku yang rasional.
(Soekanto, Soejono. 1985:23)
Dengan kehadiran televisi dapatlah diketahui perubahan-perubahan
sosialnya terutama perubahan sosial keagamaannya. Masyarakat sebagai
lingkungan atau sebagai sasaran dakwah senantiasa mengalami dinamika
perubahan pola interaksi yang menuju pada arah tertentu yang dapat
menimbulkan dampak sosial maupun fisik (Amrullah Ahmad. 1985: 16).
Proses perubahan sosial dipengaruhi berbagai aspek antara lain: keagamaan,
ilmu pengetahuan, sejarah, budaya, politik dan masalah-masalah sosial
lainnya.
31
Perubahan sosial mengandung sejumlah konsekuensi perubahan
sikap dan keadaan psikologi individu, keluarga, dan masyarakat sebagai
sasaran ataupun lingkungan dakwah dalam menerima pesan (ajaran Islam).
Jadi perubahan sosial ini ditandai dengan aktifitas inovasi seseorang,
invention terhadap lingkungan fisik pada saat tertentu mengakibatkan
terjadinya perubahan yang mempengaruhi kualitas sosial hidup manusia.
(Soekanto Soejono. 1985:23).
2.6. Hubungan Menonton Televisi Dengan pemahaman Keagamaan
Media televisi sebagai media televisi komunikasi massa tidak hanya
berperan dalam memberikan informasi tetapi lebih jauh dapat digunakan
untuk tujuan penguluran kepada masyarakat. Dalam hal ini teori jarum suntik
yang beranggapan bahwa media massa menimbulkan efek yang kuat yaitu
perubahan terhadap pengetahuan sikap perilaku seseorang menjadi terbukti.
Jamaludin Rakhmat berpendapat bahwa kehadiran media komunikasi tersebut
dapat menimbulkan efek afaktif, efek kognitif dan efek behavioral. Sama
halnya dengan pendapat orang yang memaparkan teori hipodermik atau jarum
suntik. Teori hipodermik mengandung anggapan dasar bahwa media massa
menimbulkan efek yang kuat yaitu perubahan terhadap pengetahuan, sikap
dan perilaku seseorang (Onong Uchjana, 2000: 84). Ketika pesan dikirimkan
langsung mengenai sasarannya yakni penerima pesan seperti peluru yang
langsung mengenai sasaran.
32
Dalam buku spektrum komunikasi (1992: 130) Onong
mengklasifikasikan efek komunikasi sebagai berikut:
1. Efek Kognitif: adalah akibat komunikasi yang timbul pada komunikasi
hanya bersifat pemberitauan. Disini pesan yang disampaikan komunikator
hanyalah berkisar memberi tahu.
2. Efek Afektif: Disini tujuan komunikator bukan sekedar supaya
komunikan tahu, tetapi tergerak hatinya, menimbulkan perasaan tertentu,
misalnya perasaan iba, terharu, sedih, gembira dan lain sebagainya.
3. Efek Behavioral: merupakan dampak yang timbul pada komunikasi dalam
bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan
Menurut Onong setidaknya ada tiga cara dimana media massa secara
potensial mempengaruhi norma-norma dan batas-batas situasi perorangan
yaitu:
1. Pesan komunikasi bisa memperkuat pola-pola yang sudah ada (reinforce
exiting patterns) dan mengarahkan orang-orang percaya bahwa suatu
bentuk sosial dipelihara oleh masyarakat.
2. Media massa bisa menempatkan keyakinan baru (creote new shared
conviction) mengenai topik, dengan topik mana khalayak kurang
berpengalaman sebelumnya.
3. Media massa bisa mengubah orang-orang dari bentuk tingkah laku yang
satu menjadi tingkah laku yang lain.
33
Melalui pesan-pesan yang disampaikan televisi tentu akan
memperkaya pengetahuan serta persepsi penonton baik tingkah laku maupun
sikap seseorang. Rangsangan ini kemudian akan suatu pola pikir
penontonnya, serta lingkup pengalaman seseorang dalam membentuk sikap
dan tingkah lakunya.
Teori ini disamping mempunyai pengaruh yang sangat kuat juga
mengasumsikan bahwa para pengelola media dianggap sebagai orang yang
lebih pintar di audience. Akibatnya, audience bisa dikelabuhi sedemikian
rupa dari apa yang disiarkannya. Bahwa media punya dugaan, audience bisa
ditundukkan sedemikian rupa atau bahkan bisa dibentuk dengan cara apapun
yang dikehendaki media. Sebagaimana dikatakan oleh Jason dan Anne Hill
(1997) bahwa media massa dalam teori jarum hipodermik mempunyai efek
langsung ”disuntikkan” kedalam ketidaksadaran audience (Nuruddin, 2003:
156) sebagaimana obat disimpan dan disebarkan dalam tubuh sehingga terjadi
perubahan dalam sistem fisik, begitu pula pesan-pesan persuasif mengubah
sistem psikologi. Model ini sering disebut “Bullet Theory” (teori peluru)
karena komunikasi dianggap secara pasif menerima berondongan pesan-pesan
komunikasi. Maka kita menggunakan komunikator yang tepat, pesan yang
baik, atau media yang benar, komunikan diarahkan sekehendak kita (Rakhmat
Jalaluddin, 1995: 62).
Jika dihubungkan dengan menonton acara Mamah dan Aa di Indosiar,
dengan keaktifan menonton seseorang tersebut akan memudahkan daya
pemahaman keagamaan para penontonnya terhadap nilai-nilai agama.Dengan
34
penjelasan diatas ada semacam kesimpulan bahwa hubungan antara keaktifan
menonton acara Mamah dan Aa terhadap pemahaman keagamaan
penontonnya.
Media televisi bisa berpengaruh terhadap pemahaman keagamaan
mengenai pengaruh media televisi terhadap pemahaman keagamaan
digambarkan dalam the bullet theory communication yang dicetuskan oleh
Wilbur Schramm (Teori Peluru). Teori tersebut, yang akan diterjemahkan
sebagai Teori Hipodermik, bahwa media sangat ampuh untuk mempengaruhi
dan mampu memasukkan ide pada benak yang tidak berdaya serta pasrah
sehingga terbentuk opini tertentu dan membawa perubahan pada masyarakat.
Media massa mempunyai peran dan pengaruh yang sangat kuat dan serempak
(Nuruddin, 2004:156).
Berdasarkan teori The Bullet Theory, maka dapat diambil asumsi
dasar bahwa televisi dapat mempengaruhi pemahaman keagamaan pemirsa,
berdasarkan proses pembentukan dan perubahan pemahaman dengan interaksi
di luar kelompok yaitu melalui media televisi, pesan yang disampaikan
televisi bisa mempengaruhi pemahaman keagamaan.
Berkaitan dengan pengaruh media, dalam batasan-batasan tertentu,
media massa khususnya televisi mempunyai pengaruh antara lain:
1. Siaran televisi bisa menumbuhkan keinginan untuk memperoleh
pengetahuan. Hal ini berarti bahwa beberapa penonton termotivasi untuk
mengikuti apa yang dilihat dilayar televisi.
35
2. Pengaruh pada cara berbicara, penonton biasanya memperlihatkan bukan
hanya apa yang diucapakan orang di televisi bahkan sebagimana cara
mengucapkannya.
3. Pengaruh pada penambahan kosakata, ini dapat digunakan dengan tepat
dan mengembangkan dalam suatu aktifitas kelompok belajar dan diskusi.
4. Televisi berpengaruh pada bentuk permintaan, ini berarti bahwa dengan
menonton televisi ia semakin banyak memunculka ide-ide baru berbagi
jenis permintaan.
5. Televisi memberikan berbagai pengaruh yang tidak dapat diperoleh dari
lingkungan sekitar atau orang lain, seperti pengetahuan tentang
kehidupan yang luas, keindahan alam, dan perkembangan ilmu yang
sangat pesat, dan sebagainya. Dari sini ia mempunyai wawasan luas, dan
mampu memahami kebenaran dari mana saja. (Arini Hidayati,1998:82-
84)
Dari beberapa pengaruh televisi terhadap perkembangan sosial
masyarakat di atas, maka pengaruh menonton acara Mamah dan Aa di
Indosiar akan berpengaruh terhadap pemahaman keagamaannya, karena
penonton biasanya secara tidak sadar akan mengikuti dan terhanyut dalam
cerita dan bahkan akan ikut mengikuti perilaku tokoh-tokoh yang ada
didalamnya.
36
2.7.Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan
penelitian. (Saifuddin Azwar, 2004: 49). Dalam penelitian ini, penulis
mengajukan hipotesis kerja adanya pengaruh menonton acara Mamah dan Aa
terhadap pemahaman keagamaan masyarakat Kecamatan Wedung Kabupaten
Demak. Makin sering masyarakat menonton acara Mamah dan Aa, maka makin
baik pemahaman keagamaan masyarakat.
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.Jenis Data Metode Penelitian
3.1.1. Jenis
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif yaitu penelitian
yang bertujuan menguji sebuah teori melalui pengukuran variabel-
variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data melalui
prosedur statistik (Indriantoro dan Supomo, 1999:12).
3.1.2. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode survei atau
penelitian lapangan, yakni penelitian yang mengambil sampel dari satu
populasi dan menggunakan kuesioner sabagai alat pengumpulan data
yang pokok (Singarimbun dan Efendi, 1989: 1). Dalam hal ini unit sosial
yang akan diteliti adalah masyarakat Kecamatan Wedung Kabupaten
Demak.
3.2. Definisi Konseptual dan Operasional
3.2.1. Definisi Konseptual
Definisi konseptual dalam penelitian ini adalah menonton. Secara
terminologi, kata menonton berasal dari kata “tonton” mendapat awalan
me, menjadi menonton yang berarti melihat pertunjukan, gambar hidup
(WJS Poerwadarminto, 1985: 1087). Menonton acara Mamah dan Aa
adalah suatu tindakan melihat, tentu dari adanya alat komunikasi yakni
38
televisi, berupa aktifitas menyaksikan acara Mamah dan Aa yang
ditayangkan di Indosiar. Dan pemahaman keagamaan adalah berasal dari
dua kata yaitu pemahaman dan keagamaan. Pemahaman adalah proses
pembuatan, cara memahami (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
1994: 714). Keagamaan berasal dari kata agama yang berarti sistem,
proses kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan
kewajiban yang telah bertalian dengan kepercayaan itu. Sedangkan
keagamaan sendiri berasal yang berhubungan dengan agama.(Hoetomo,
2005: 20). Jadi pemahaman terhadap agama adalah hal ini Islam adalah
hendaknya memahami materi yang terdapat dalam ajaran Islam,
sehingga orang dapat dikatakan memahami ajaran Islam jika bisa
menghasilkan hal tersebut dalam kehidupan beragamanya, jadi
pemahaman keagamaan adalah sebuah proses pemahaman kepercayaan
kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan kewajiban yang telah
bertalian dengan kepercayaan yang berhubungan dengan ajaran.
3.2.2. Definisi Operasional
Menonton acara Mamah dan Aa merupakan aktifitas menyaksikan acara
Mamah dan Aa yang ditayangkan di Indosiar setiap hari Senin sampai
Sabtu pukul 05.00 dan selesai jam 06.00 masyarakat Kecamatan
Wedung Kabupaten Demak. Dalam penelitian ini penulis mengangkat
judul “Pengaruh menonton acara Mamah dan Aa di Indosiar terhadap
pemahaman keagamaan masyarakat Kecamatan Wedung Kabupaten
Demak”. Agar tidak terjadi kekeliruan dalam menangkap pengertian
39
yang dimaksud dalam judul tersebut, maka penulis menegaskan
pengertian masing-masing variabel.
Sumadi Suryabrata (1992: 72) menyebutkan bahwa variabel
merupakan segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan
penelitian, jadi yang menjadi obyek pengamatan dalam penelitian ini
adalah:
3.2.2.1.Variabel independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah menonton acara
Mamah dan Aa di Indosiar. Definisi operasionalnya adalah
kegiatan dalam menggunakan mata untuk memandang
(memperhatikan) acara Mamah dan Aa yang ditayangkan di
Indosiar, yang dapat ditunjukkan dengan indikator sebagai
berikut:
1. Keaktifan menonton mesyarakat Kecamatan Wedung
Kabupaten Demak.
2. Intensitas menonton masyarakat Kecamatan Wedung
Kabupaten Demak.
3. Motivasi menonton masyarakat Kecamatan Wedung
Kabupaten Demak. (Jalalludin Kafie, 1993:95)
Kisi-kisi intrumen menonton acara Mamah dan Aa di Indosiar
Tabel 1
No. Variabel Indikator Nomer Item
1. Menonton Acara Mamah Dan Aa Di Indosar (X)
- Keaktifan menonton - Intensitas menonton - Motivasi menoton
1-6 7-11 12-16
40
3.2.2.2.Variabel dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pemahaman
keagamaan masyarakat, dapat dilihat dari definisi indikator
sebagai berikut:
1. Pemahaman tentang sholat
2. Pemahaman hukum pernikahan
3. Pemahaman akhlak
Tabel 2
No Variabel Indikator Nomer
Item
1. Pemahaman
Keagamaan (Y)
-Pemahaman Tentang
Sholat
-Pemahaman Hukum
Pernikahan
-Pemahaman Akhlak
17-22
23-30
31-40
3.3. Sumber dan Jenis Data
3.3.1. Sumber Data
Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah subyek dari
mana data diperoleh. Karena penelitian ini menggunakan kuesioner
dalam pengumpulan datanya, maka sumber data berasal dari responden,
yaitu orang merespon yang pernyataan atau menjawab pertanyaan dari
41
peneliti, dalam penelitian ini adalah masyarakat Kecamatan Wedung
Kabupaten Demak.
3.3.1.1. Jenis Data
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan
langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian
atau yang bersangkutan yang memerlukannya. Data primer
ini disebut juga data asli atau data baru (Hasan, 2004:19).
Dalam penelitian ini data angket atau kuesioner yang
diajukan sebagai data primer.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan
langsung oleh orang yang melakukan penelitian dari
sumber-sumber yang telah ada. Data ini biasanya diperoleh
dari perpustakaan atau dari laporan-laporan penelitian
terdahulu (Hasan, 2004: 19). Melalui angket dan library
research penulis jadikan sebagai data sekunder atau data
penunjang dalam penelitia ini.
3.4. Populasi dan Sampel
3.4.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Suharsimi Arikunto,
2002: 108). Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat
42
Kecamatan Wedung Kabupaten Demak. Yang menonton acara Mamah
dan Aa di Indosiar sejumlah 100 orang. Adapun yang akan menjadi
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Kecamatan
Wedung Kabupaten Demak yang menonton acara Mamah dan Aa di
Indosiar yaitu berjumlah 20 desa.
3.4.2. Sampel
Suharsimi Arikunto (1997: 117) menyebutkan bahwa sampel adalah
sebagian wakil populasi yang diteliti. Maka dalam penelitian ini akan
menggunakan teknik cluster sampling atau disebut juga teknik
sampling daerah. Teknik ini digunakan karena populasi tersebut dalam
beberapa desa (Hasan Usman dan Purnomo, 1996: 46) untuk itu
peneliti mengambil sampel penelitian lima desa yang ada di
Kecamatan Wedung Kabupaten Demak, kelima desa tersebut antara
lain:
- Desa Babalan
- Desa Kedungmutih
- Desa Menco
- Desa Kedungkarang
- Desa Tedunan
Kemudian dari masing-masing desa atau kelurahan akan diambil 20
orang sehingga dalam penelitian ini menggunakan 100 responden.
43
3.5. Teknik Pengumpulan Data
3.5.1. Metode Angket
Penelitian ini menggunakan metode kuesioner atau angket untuk
mengumpulkan data, yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi data masyarakat
Kecamatan Wedung Kabupaten Demak yang kaitannya dengan
penelitian yang akan dikaji.
Jenis pertanyaan yang akan diajukan adalah pertanyaan
tertutup, dimana jawaban pada angket sudah ditentukan lebih
dahulu atau tinggal memilih, dan responden tidak diberi
kesempatan atau memberikan jawaban lain (Singarimbun dan
Effendi, 1989:177).
3.5.1.1. Uji Validitas Instrumen
Validitas berarti kesucian alat ukur artinya alat yang
digunakan dalam pengukuran dapat digunkan untuk
mengukur apa yang hendak diukur ( Hasan, 2004: 15)
1. Validitas konstruk (konstruct validity) adalah kerangka
dari suatu konsep yang nantinya dari kerangka itu,
peneliti dapat menyusun tolak ukur operasional konsep
tersebut dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan
(Singarimbun dan Efendi, 1989: 125), dan peneliti telah
melakukan uji valisitas konstruk melalui dua cara:
pertama, dengan memberikan definisi pada konsep
44
yang akan diukur (tentang menonton dan pemahaman
keagamaan) bersadarkan konsep para ahli yang tertulis
dalam literatur. Kedua, untuk memperkuat hasil
validitras konstruk tersebut, penulis mengkonsultasikan
konsep tersebut dengan ahli-ahli yang kompeten dalam
bidang konsep pembimbing, dan hasil yang diperoleh
bahwa instrumen yang akan digunakan sebagai alat
untuk mengumpulkan dinyatakan valid.
2. Uji Validitas dengan menghilangkan korelasi antara
masing-masing pertanyaan dengan skor total,
menggunakan rumus korelasi product moment, dan
hasil pengujian yang diperoleh melalui SPSS
menunujukkan nilai r hitung dibandingkan dengan r
tabel masing-masing instrumen yang dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 3
Variabel Item
Pertanyaan
r Hitung r Tabel Status
Menonton Acara
Mamah Dan Aa Di
Indosiar
Item 1
Item 2
Item 3
Item 4
Item 5
0.399
0.433
0.487
0.506
0.591
0.388
0.388
0.388
0.388
0.388
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
45
Item 6
Item 7
Item 8
Item 9
Item 10
Item 11
Item 12
Item 13
Item 14
Item 15
Item 16
0.563
0.467
0.417
0.530
0.415
0.413
0.452
0.458
0.446
0.429
0.402
0.388
0.388
0.388
0.388
0.388
0.388
0.388
0.388
0.388
0.388
0.388
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tabel 4
Variabel Item Pertanyaan r Hitung r Tabel StatusPemahaman Keagamaan Item 17
Item 18
Item 19
Item 20
Item 21
Item 22
Item 23
Item 24
Item 25
0.476
0.536
0.454
0.424
0.518
0.421
0.467
0.438
0.398
0.388
0.388
0.388
0.388
0.388
0.388
0.388
0.388
0.388
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
46
Item 26
Item 27
Item 28
Item 29
Item 30
Item 31
Item 32
Item 33
Item 34
Item 35
Item 36
Item 37
Item 38
Item 39
Item 40
0.426
0.398
0.472
0.530
0.395
0.431
0.484
0.440
0.429
0.412
0.427
0.454
0.452
0.432
0.477
0.388
0.388
0.388
0.388
0.388
0.388
0.388
0.388
0.388
0.388
0.388
0.388
0.388
0.388
0.388
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa korelasi
antara masing-masing skor item pertanyaan baik variabel
X (X1 – X16) maupun variabel Y (Y17 – 40) terhadap
total skor item-item pertanyaan (menonton acara Mamah
dan Aa dan pemahaman keagamaan) menunjukkan hasil
yang signifikan. Jadi dapat disimulkan bahwa masing-
masing pertanyaan pada variabel X dan Y adalah valid,
47
sehingga data yang telah dikumpulkan melalui instrumen
penelitian ini layak untuk dianalisis lebih lanjut.
3.5.1.2. Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas artinya memiliki sifat dapat dipercaya,
reliabilitas mengandung tiga makna yaitu: tidak berubah-
ubah, konsisten, dapat diandalkan (Iqbal Hasan, 2004: 15).
Agar pengujian hipotesis penelitian dapat mengenai
sasaran, maka instrumen (alat ukur) yang digunakan untuk
mengumpulkan data harus reliabel. Dalam hal ini penulis
menggunakan SPSS, hasil pengujian yang diperoleh dapat
diringkas pada tabel sebagai berikut:
Tabel 5
Variabel Item Pertanyaan
Cronbach Alpha
Keputusan
Menonton Acara
Mamah Dan Aa Di
Indosiar ( X )
1 - 16 0,837 Reliabel
Pemahaman
Keagamaan ( Y )
17 - 40 0,869 Reliabel
Kemudian memasukkan data yang telah diberi nilai
dan dikumpulkan ke dalam tabel distribusi yang ada pada
rangka pengolahan data dengan menggunakan SPSS.
48
3.5.2. Metode Interview
Metode interview adalah suatu dialog yang digunakan
pewawancara dengan terwawancara untuk memperoleh informasi
(Suharsimi Arikunto, 1997:132). Metode ini digunakan untuk
mengumpulkan data dengan melakukan tanya jawab secara
langsung dengan tokoh Masyarakat.
3.5.3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode yang digunakan dengan
mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip, buku,
surat kabar, majalah, agenda, dan sebagainya (Suharsimi Arikunto,
1997: 135). Hal ini penulis gunakan untuk mengumpulkan data
tentang demografi desa, susunan perangkat, jumlah penduduk, dan
lain-lain.
3.6. Teknik Analisis Data
Dalam analisis data yang terkumpul penulis menggunakan metode
statistik, karena jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
kuantitatif. Tujuan analisis ini adalah meyederhanakan data kedalam bentuk
yang mudah dibaca dan diinterpretasikan (Singarimbun, 1989: 263).
Adapun langkah yang penulis lakukan dalam menganalisis data ini
meliputi tiga tahap yaitu:
a. Mencari korelasi kriterium dengan predictor
49
Karena antara predictor X dengan kriterium Y dapat dicari melalui
teknik korelasi moment tangkar dengan pearson, dengan rumus:
rxy =∑XY
√(∑X2 ) (∑Y2 ) (Sutrisno, Hadi, 2004:4)
b. Menguji apakah korelasi itu signifikan atau tidak
Setelah diadakan ujim korelasi dengan rumus korelasi moment tangkat
dari peoarson, maka hasil yang diperoleh diuji dengan uji T (T – tes) d
engan rumus sebagai berikut:
th = r √ n – 2
√ 1 - r 2
c. Mencari persamaan garis regresi dengan rumus
Y = a X + K
Y = kriterium/ nilai variabel Y ( pemahaman keagamaan)
X = prediktor/ nilai variabel X (menonton acara Mamah dan Aa)
a = bilangan koefisien prediktor yaitu angka arah atau koefisien regresi
yang menunjukkan angka meningkatkan variabel dependen yang di
dasarkan pada nilai variabel.
K = bilangan konstan (harga Y bila X = 0
50
d. Analisis varians
Tabel 6
Sumber Variasi db Jakarta RK
Regresi (reg) Regresi (res)
1
N-2
( )∑ ∑ ∑−+
NY
YkXY2
∑ ∑ ∑−− YKXYAY 2
regreg
dbJK
resres
dbJK
Total (T) N-1 ( )∑ ∑−
NY
Y2
2
resregreg
RK RK F = db = 1 lawan N-2
Keterangan:
a : Koefisen predictor
K : Bilangan konstanta
N : Jumlah sampel yang diteliti
ΣX : Nilai dari menonton televisi
ΣY : Nilai pemahaman keagamaan masyarakat
ΣX2 : Nilai kuadrat menonton televisi
ΣY2 : Nilai kuadrat pemahaman keagamaan masyarakat
ΣXY : Hasil dari penonton televisi dan pemahaman
keagamaan masyarakat
JK reg : Jumlah kuadrat regresi
JK res : Jumlah kuadrat residu
RK reg : Rata-rata kuadrat regresi
51
RK res : Rata-rata kuadrat residu
db reg : Derajat kebebasan regresi
db res : Derajat kebebasan residu
52
BAB IV
GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KECAMATAN WEDUNG
KABUPATEN DEMAK
4.1. Wilayah Kecamatan Wedung Kabupaten Demak
Secara Geografis Kecamatan Wedung terletak dalam wilayah
Kabupaten Demak, provinsi Jawa Tengah adapun batasan wilayah
Kecamatan Wedung sebagai berikut:
Sebelah Utara, dibatasi oleh Kabupaten Jepara
Sebelah Timur, dibatasi oleh Kecamatan Mijen
Sebelah Selatan, dibatasi oleh Kecamatan Bonang
Sebelah Barat, dibatasi oleh Kecamatan Merah
Jarak di wilayah ke beberapa kota sebagai berikut :
Jarak dari barat ke timur adalah sepanjang 29 km
Jarak dari utara ke selatan adalah sepanjang 5 km
Jarak dari ibu kota Demak adalah sepanjang 29 km
Jarak ke Kecamatan sekitar adalah Kecamatan Karangawen 7 km
Jarak ke Kecamatan Sayung 12 km (KSK Wedung Kabupaten Demak,
2006:1)
Wilayah Kecamatan Wedung terdiri dari 20 desa sebagai berikut :
1. Babalan 11. Mutih Kulon
2. Bungo 12. Kendalasem
3. Berahan Wetan 13. Kedungkarang
53
4. Berahan Kulon 14. Kedungmutih
5. Jetak 15. Mandung
6. Jungsemi 16. Ruwit
7. Jungpasar 17. Wedung
8. Kenduren 18. Tedunan
9. Ngawen 19. Tempel
10. Mutih Wetan 20. Buko
Secara administratif luas wilayah Kecamatan Wedung adalah 98.76
km2, terdiri atas 20 desa. Sebagai daerah agraris yang kebanyakan
penduduknya hidup di pertanian, Wilayah Kecamatan Wedung terdiri atas
lahan sawah yang mencapai luas 5.580 ha. Sawah selebihnya adalah lahan
kering. Menurut pengunaannya, sebagian besar lahan sawah yang digunakan
berpengairan tadah hujan 3.883.99 ha, setengah tehnis 7.000 ha. Sedangkan
untuk lahan kering 138.40 ha digunakan untuk tegalan/ atau kebun, 454.30
digunakan untuk bangunan dan halaman, selebihnya digunakan untuk
lainnya (jalan,sungai). (KSK Wedung Kabupaten Demak, 2006:2)
Tabel 7
Luas Wilayah Kecamatan Wedung Dirinci Menurut Penggunaan
NO. Penggunaannya Luas ( Km2)
1. Wilayah Kec.Wedung dirinci perdesaan 98,76
2. Tanah sawah 5580,00
3. Tanah kering 4296,00
4. Pekarangan 454,30
54
5. Kebun 138,40
6. Empang / tegal 20,00
7. Tambak 3407,00
Jumlah 9994,46
Sumber : Statistik Kec. Wedung 2006: 10
4.2. Kondisi Demografis
4.2.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Secara keseluruhan jumlah penduduk di Kecamatan Wedung
adalah sebanyak 80.162 orang yang semuanya adalah Warga Negara
Indonesia (WNI). Dilihat dijenis kelamin, jumlah pendudk laki-laki
dan perempuan hampir seimbang, yakni laki-laki 39.103 orang dan
perempuan 41.059 orang. (KSK Wedung Kabupaten Demak, 2006:1)
Tabel 8
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
NO. Jenis Kelamin Jumlah (orang)
1. Laki-laki 39.103
2. Perempuan 41.059
Jumlah 80,162
Sumber : Monografi Kec. Wedung 2006
55
4.2.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis
Tabel 9
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis
Kelamin
Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
0-4th 4.193 4192 8.385
5-9th 4.203 4167 8.370
10-14th 4.478 4402 8.880
15-19th 4.778 4859 9.637
20-24th 4.442 4065 8.307
25-29th 3.303 3295 6.598
30-34th 2.726 2966 5.692
35-39th 2.180 2549 4.729
40-44th 2.109 2359 4.468
45-49th 1.802 1870 3.672
50-54th 1.561 1664 3.225
55-59th 1.161 1273 2.434
60-64th 1.034 1316 2.350
65th 1.333 2082 3.415
Jumlah 39.103 41.059 80.162
Sumber : Statistik Kec. Wedung 2006: 24
56
4.2.3. Jumlah penduduk berdasarkan pencaharian
Mata pencaharian penduduk Kecamatan Wedung bermacam-
macam, yakni Petani, Buruh tani, Nelayan, Pengusaha, Buruh
bangunan, Buruh Industri, Pedagang, Angkutan, Pegawai Negeri,
Pensiunan, dan lain-lain. Tetapi pada umumnya mereka bekerja pada
sektor pertanian untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 10
Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencahariaan
NO. Mata pencaharian Jumlah (orang)
1. Petani 10.960
2. Buruh 13.495
3. Nelayan 6.291
4. Pengusaha 45
5. Buruh Industri 532
6. Buruh Bangunan 594
7. Pedagang 2.032
8. Angkutan 366
9. Pegawai Negeri 362
10. Pensiunan 41
11. Lainnya 25.721
Jumlah 60.439
Sumber : Statistik Kec. Wedung 2006: 34
57
4.2.4. Banyaknya Televisi, Radio, Listrik PLN dan Telephon Kecamatan
Wedung
Ditinjau dari banyaknya televisi, radio, listrik PLN dan
telephon di Kecamatan Wedung diketahui bahwa masyarakat banyak
yang memiliki televisi yaitu berjumlah 2.766 dibandingkan dengan
yang memiliki radio yaitu berjumlah 1.206. Sedangkan untuk
telephon yaitu 336. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 11
Banyaknya Televisi, Radio, Listrik PLN, dan Telephon Kec.
Wedung
NO. Desa Televisi Radio Telephon
1. Wedung 244 41 84
2. Ngawen 167 29 22
3. Ruwit 100 49 12
4. Kenduren 67 39 4
5. Buko 155 34 41
6. Mandung 83 47 9
7. Berahan Kulon 174 37 5
8. Berahan Wetan 276 102 27
9. Bungo 67 166 11
10. Tampel 83 26 -
11. Jetak 107 41 -
12. Jungsemi 95 53 -
13. Jungpasir 65 81 2
14. Mutih Wetan 34 47 4
15. Mutih Kulon 83 183 6
58
16. Tedunan 336 41 22
17. Kendalasem 72 37 -
18. Kedungkarang 186 49 25
19. Kedungmutih 201 61 30
20. Babalan 171 43 32
Jumlah 2.766 1.206 336
Sumber : Statistik Kec. Wedung 2006: 10
4.3. Pemahaman Keagamaan Masyarakat Kecamatan Wedung Kabupaten
Demak
Pemahaman keagamaan masyarakat Kecamatan Wedung Kabupaten
Demak sangat baik dilihat dari kehidupannya sehari-hari, karena seringnya
menonton acara Mamah dan Aa di Indosiar maka semakin bertambah pula
pemahaman keagamaannya, masyarakat Kecamatan Wedung tidak hanya
menonton acara Mamah dan Aa saja tetapi mereka juga sering mengikuti
pengajian di musolla-musollah ataupun di rumah-rumah warga secara
bergantian, maka semakin baik pula pemahaman keagamaan masyarakat
Kecamatan Wedung Kabuapten Demak, dan dalam pengajian itu membahas
berbagai topik seperti tentang sholat, akhlak, kehidupan dalam rumah tangga
dan lain-lain.
Dan pemahaman mereka diamalkan ataupun dipraktekkan dalam
kehidupan sehari-hari, seperti sholat dengan pemahaman tentang sholat
masyarakt Kecamatan Wedung makin rajin menjalankan sholat berjama’ah
bersama di masjid-masjid apaupun di musolla-musolla, begitu pula dengan
pemahaman tentang akhlak maka semakin baik pula akhlak mereka. ini dapat
59
dilihat dari kehidupan keagamaan dan keragaman di lingkungan masyarakat
Kecamatan Wedung Kabupaten Demak sangat kondusif dan dinamis. Hal ini
dapat terjadi karena tingginya rasa toleransi antar sesama yang dimiliki oleh
masyarakat. Sedangkan kegiatan keagamaan masyarakat Kecamatan Wedung
Kabupaten Demak hampir seluruh kegiatan didominasi oleh kegiatan
keagamaan Islam. Kegiatan-kegiatan keagamaan Islam dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu kegiatan keagamaan individu yang lebih memfokuskan
pada hubungan individu dengan Tuhan yang termaktub dalam rukun Islam,
dan kegiatan keagamaan sosial, yaitu kegiatan keagamaan yang memadukan
antara unsur individu satu dengan individu lainnya. Kegiatan-kegiatan
keagamaan Islam yang bersifat sosial yang telah berlangsung di Kecamatan
Wedung Kabupaten Demak antara lain adalah:
1. Sholat berjama’ah
Sholat berjama’ah di Kecamatan Wedung dilakukan setiap sholat
fardhu (wajib) tiba, yakni Dhuhur, Ashar, Magrib, Isya’ dan Subuh.
Waktu yang paling banyak didatangi para jama’ah adalah waktu sholat
magrib, karena ketika magrib tiba, masyarakat selesai dengan rutinitas
pekerjaan mereka, sehingga waktu magrib telah ditradisikan sebagai
waktu yang penuh dengan nuansa keagamaan (sholat, dzikir, tadarus).
2. Pengajian
Setiap desa di Kecamatan Wedung hampir terbentuk suatu
organisasi Islam, sehingga wadah pembinaan keorganisasian dan
keagamaan masyarakat, misalnya pengajian ibu-ibu, pengajian bapak-
60
bapak, dan bagi remaja diantaranya Irmaja, Karang Taruna. Masing-
masing organisasi biasanya mengadakan kegiatan rutin seperti yasinan,
tahlilan, do’a buat keselamatan dan kesejahtraan lahir batin, do’a dunia
akhirat buat sesama pengajian, kegiatan ini dibawah asuhan tokoh-tokoh
besar, ustadz atau ustadah, guru pengajian, ulama lokal, kyai yang
disegani dan lain-lain, dan biasanya kegiatan ini dilakukan semingggu
sekali di musholla-musholla dan di rumah-rumah secara bergiliran.
Sedangkan pengajian sifatnya insidental adalah pengajian yang
diselenggarakan dalam rangka memperingati hari besar agama Islam,
seperti Maulid Nabi, Isra’miraj, khoul, halal bihalal, dan lain-lain
biasanya peringatan-peringatan hari besar tersebut diselenggarakan secara
akbar.
3. Belajar baca tulis al-Qur’an
Kecamatan Wedung hampir setiap desa memiliki madrasah
diniyah, lembaga tersebut adalah tempat belajar dan pengembangan baca
tulis al-Qur’an namun secara umum, para orangtua juga membina
keagamaan putra putrinya belajar baca al-Qur’an di tempat para ustadz
(kyai), seperti pengenalan huruf-huruf, do’a-do’a dan sebagainya
(Wawancara dengan Lurah Babalan, 19 Desember 2008: 10.30).
Beradasarkan data yang diperoleh dari BPS, masyarakat
Kecamatan Wedung Kabupaten Demak mayoritas beragama Islam,
mengenai jumlah pemeluk agama Islam dan jumlah sarana ibadah terlihat
bahwa religiositas masyarakat Kecamatan Wedung Kabupaten Demak
61
tergolong baik. Hal ini dibuktikan dengan mayoritas penduduk yang
beragama Islam sejumlah 180.157. Masyarakat rajin melaksanakan
ibadah wajib seperti sholat, puasa dan lain, hal ini dapat dilihat dengan
banyaknya sarana ibadah 206 yang terdiri dari masjid dan musholla untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : (KSK Wedung
Kabupaten Demak, 2006:1).
Tabel 12
Jumlah Penduduk Menurut Agama Yang Dianut
NO. Agama Jumlah
1. Islam 80.157
2. Kristen Katholik -
3. Kristen Protestan 5
4. Hindu/Budha -
Jumlah 80.162
Sumber : Statistik Kec. Wedung 2006
Tempat Ibadah di Kecamatan Wedung bermacam-macam yakni
Masjid, Mushola atau Langgar dan Gereja untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 13
Jumlah Tempat Ibadah di kecamatan Wedung
NO. Tempat Ibadah Jumlah
1. Masjid 37
2. Mushola/Langgar 169
3. Gereja -
4. Wihara/Kuil -
Jumlah 206
Sumber : Statistik Kec. Wedung 2006
62
Dari hasil penelitian di lapangan di Kecamatan Wedung
Kabupaten Demak ini ada beberapa organisasi dan kegiatan keagamaan
antara lain seperti: NU, Muhammadiyah, Karang Taruna, Irmaja dan
sejumlah pengajian atau majlis taklim yang tersebar dari tingkat provinsi
sampai desa-desa, dan kegiatan keagamaan. Dalam kehidupan keseharian
mereka tercermin dalam perilaku dan kegiatan sehari-hari, selain dalam
bentuk ibadah seperti sholat, puasa di bulan ramadhan, haji dan ekspresi
keagaman banyak muncul dalam upacara-upacara lingkaran hidup seperti
kelahiran, sunatan, perkawinan, kematian dan beragam upacara lainnya.
Masyarakat Kecamatan Wedung Kabupaten Demak mempunyai
tipikal sebagai masyarakat santri, sabagaimana tipikal keagamaan
masyarakat Demak pada umumnya. Menurut ilmuan sosial pola kultural
keagamaan masyarakat pesisir utara pulau jawa, termasuk wilayah
Kabupaten Demak pada umumnya, masyarakat santri nampaknya pola
keberagamaan masyarakat muslim pesisir.
Tipikal santri nampak dari tradisi masyarakat serta bentuk
interaksi sosial yang berkembang dalam masyarakat. Peran kyai sangat
sterategis dalam interaksi dan setrata sosial masyarakat. Hampir
persoalan sosial selalu merujuk pada pendapat atau pandangan kyai,
termasuk dalam penentuan politik. Kerena karakter masyarakat tradisonal
agamis, maka sebagian besar masyarakat Kecamatan Wedung Kabupaten
Demak berafiliasi pada jam’iyah NU (Nahdhatul Ulama), dengan
menempatkan kyai sebagai sosial tertinggi. Sebagai masyarakat santri
63
NU, masyarakat Kecamatan Wedung Kabupaten Demak mempunya
tradisi-tradisi keagamaan yang berbeda dengan tradisi keagamaan
masyarakat santri lainnya, seperti Muhammadiyah dan sebagainya.
Dilihat dari keagamaan yang demikian, tradisi tidak dapat dipisahkan dari
pola keagamaan masyarakat NU pedesaan, yang cenderung pada pola
keagamaan ahl al-sunnah aljama’ah dan menghidupkan tradisi-tradisi,
termasuk tradisi sosial sebagai peninggalan masyarakat (Wawancara
dengan Kyai M Nasikhin, 19 des 2008: 15. 30).
Masyarakat Kecamatan Wedung Kabuapten Demak rasa gotong
royongnya masih sangat kental sekali ini dapat dilihat:
1. Ngadegke omah (mendirikakan rumah): setiap ada yang mendirikan
rumah, para tetangga ikut membantu dalam mendirikan rumah yang
disebut dengan sambatan.
2. Duwe gawe (mempunyai hajat): secara umum orang mempunyai hajat
membutuhkan banyak biaya, maka masyarakat Kecamatan Wedung
Kabupaten Demak telah lama mentradisikan dalam hajatan hampir
sama dengan ngadegke rumah, hanya saja barang yang ditawarkan
adalah barang yang dibutuhkan bagi orang duwe gawe, seperti beras,
kelapa, rokok, panganan dan lain sebagainya.
3. Upacara untuk orang yang meninggal: dalam menyelenggarakan
upacara atau selamatan bagi arwah keluarga yang telah meninggal,
disamping shohibul musibah harus menyuguhkan makanan
secukupnya.
64
Dalam kehidupan masyarakat Kecamatan Wedung Kabupaten
Demak. Hampir setiap aktivitas kegiatan masyarakat membutuhkan
bantuan, terutama aktivitas yang membutuhkan bantuan orang lain, ia
bukan saja bermanfaat bagi setiap anggota masyarakat secara personal,
namun terdapat fungsi lain yang sangat urgen dalam kehidupan
bermasyarakat.
Di antara fungsi tradisi dalam masyarakat Kecamatan Wedung
Kabupaten Demak, antara lain : Pertama: Perekat Sosial (Social
Integration). Sebagai alat integrasi, tradisi tersebut mempunyai karakter
yang dapat dipahami sebagai tradisi khas suatu masyarakat, tradisi itu
dapat mengintegrasikan masyarakat tanpa melihat status sosial
masyarakat dalam kehidupan masyarakat Kecamatan Wedung Kabupaten
Demak. Ia dapat mempertemukan antar warga masyarakat dalam satu
kepentingan seperti membantu orang yang berhajat. Melalui tradisi ini,
dapat bertemu antara yang miskin dan yang kaya bersama-sama
membantu orang yang membutuhkan, sesuai dengan tingkat kemampuan
mereka dan melihat kebutuhan atau kepentingan mereka ke depan.
Kedua: tradisi ini dapat menjadi salah satu ukuran atau standar tentang
tingkat sosial dari warga masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari peran
dalam kehidupan masyarakat Kecamatan Wedung Kabupaten Demak
yang menempati posisi sebagai tradisi sosial yang erat dengan kehidupan
bermasyarakat. Ia menjadi salah satu tradisi, yang dapat dijadikan sebagai
alat takar, khususnya dalam mengukur apakah seseorang termasuk warga
65
yang dapat hidup bermasyarakat atau tidak. Ketiga: Sebagai penopang
Tradisi Agama. Sebagai masyarakat yang mempunyai latar belakang
keagamaan, masyarakat Kecamatan Wedung Kabupaten Demak, secara
umum mempunyai pandangan bahwa pelaksanaan kegiatan ini dalam
kehidupan masyarakat tidak dapat dipisahkan dari kegiatan keagamaan.
Ia diyakini oleh masyarakat sebagai salah satu amal sosial dan dinilainya
sebagai ibadah yang mempunyai makna spiritual. Hal ini nampak, bahwa
dalam melaksanakannya, selalu didahului dengan penyelenggaraan acara
ritual. Sampai sekarang, mereka meyakini bahwa penyelenggaraan
manaqiban dalam serangkaian kegiatan lainnya merupakan rangkaian
yang tidak terpisahkan, dengan harapan pertolongan Allah akan
memudahkan bagi terealisasinya hajat masyarakat.
Di sisi lain, tradisi ini tidak dapat dipisahkan dari sejarah dakwah
Islam dalam masyarakat Kecamatan Wedung Kabupaten Demak. Ia
merupakan salah satu model pendekatan yang digunakan oleh tokoh-
tokoh agama pada waktu itu, untuk menyebarkan ajaran Islam kepada
seluruh lapisan masyarakat melalui kegiatan sosial ( Wawancara dengan
Tokoh masyarakat, Zainuddi, 20 des 200: 10. 30).
66
BAB V
ANALISIS DATA TENTANG PENGARUH MENONTON ACARA
MAMAH DAN AA DI INDOSIAR TERHADAP PEMAHAMAN
KEAGAMAAN MASYARAKAT KECAMATAN WEDUNG KABUPATEN
DEMAK
5.1. Analisis Pendahuluan
Dalam analisis ini langkah-langkah yang ditempuh adalah
memasukkan data-data hasil angket yang diperoleh kedalam tabel kerja
analisis regresi yang melibatkan data-data sebagai berikut:
Tabel 14
Tabel Kerja Koefisien Nilai Pengaruh Menonton Acara Mamah dan Aa
di Indosiar Terhadap Pemahaman Keagamaan Masyarakat
R X Y X² Y² XY 1 42 62 1764 3844 2604 2 36 59 1296 3481 2124 3 44 63 1936 3969 2772 4 42 60 1764 3600 2520 5 43 65 1849 4225 2795 6 44 66 1936 4356 2904 7 37 62 1369 3844 2294 8 38 62 1444 3844 2356 9 37 58 1369 3364 2146 10 41 60 1681 3600 2460 11 38 62 1444 3844 2356 12 41 65 1681 4225 2665 13 38 61 1444 3721 2318 14 37 62 1369 3844 2294 15 43 63 1849 3969 2709 16 44 65 1936 4225 2860 17 42 63 1764 3969 2646 18 38 62 1444 3844 2356 19 41 65 1681 4225 2665 20 39 65 1521 4225 2535 21 40 66 1600 4356 2640
67
22 43 63 1849 3969 2709 23 42 64 1764 4096 2688 24 39 65 1521 4225 2535 25 36 67 1296 4489 2412 26 42 60 1764 3600 2520 27 42 66 1764 4356 2772 28 31 62 961 3844 1922 29 40 65 1600 4225 2600 30 44 62 1936 3844 2728 31 36 60 1296 3600 2160 32 40 64 1600 4096 2560 33 40 62 1600 3844 2480 34 42 61 1764 3721 2562 35 37 63 1369 3969 2331 36 38 62 1444 3844 2356 37 43 66 1849 4356 2838 38 38 62 1444 3844 2356 39 41 58 1681 3364 2378 40 42 64 1764 4096 2688 41 40 64 1600 4096 2560 42 35 59 1225 3481 2065 43 43 62 1849 3844 2666 44 38 61 1444 3721 2318 45 37 60 1369 3600 2220 46 42 62 1764 3844 2604 47 40 61 1600 3721 2440 48 44 65 1936 4225 2860 49 42 65 1764 4225 2730 50 41 63 1681 3969 2583 51 43 58 1849 3364 2494 52 39 59 1521 3481 2301 53 37 61 1369 3721 2257 54 43 63 1849 3969 2709 55 40 65 1600 4225 2600 56 41 63 1681 3969 2583 57 35 62 1225 3844 2170 58 36 61 1296 3721 2196 59 40 62 1600 3844 2480 60 39 67 1521 4489 2613 61 43 67 1849 4489 2881 62 40 62 1600 3844 2480 63 37 62 1369 3844 2294 64 37 58 1369 3364 2146 65 43 60 1849 3600 2580 66 44 63 1936 3969 2772 67 39 61 1521 3721 2379 68 37 61 1369 3721 2257 69 40 62 1600 3844 2480
68
70 37 61 1369 3721 2257 71 38 62 1444 3844 2356 72 36 62 1296 3844 2232 73 38 62 1444 3844 2356 74 35 61 1225 3721 2135 75 44 66 1936 4356 2904 76 44 61 1936 3721 2684 77 38 63 1444 3969 2394 78 36 62 1296 3844 2232 79 43 67 1849 4489 2881 80 38 62 1444 3844 2356 81 36 62 1296 3844 2232 82 35 59 1225 3481 2065 83 38 62 1444 3844 2356 84 31 61 961 3721 1891 85 44 64 1936 4096 2816 86 35 59 1225 3481 2065 87 39 62 1521 3844 2418 88 43 63 1849 3969 2709 89 37 60 1369 3600 2220 90 44 64 1936 4096 2816 91 38 62 1444 3844 2356 92 38 62 1444 3844 2356 93 38 62 1444 3844 2356 94 37 63 1369 3969 2331 95 41 66 1681 4356 2706 96 35 63 1225 3969 2205 97 37 61 1369 3721 2257 98 39 62 1521 3844 2418 99 43 66 1849 4356 2838 100 40 63 1600 3969 2520 100 3951 6246 157003 390594 247050
Keterangan:
- Kolom 1 : Subjek
- Kolom 2 : Skor variabel X
- Kolom 3 : Skor variabel Y
- Kolom 4 : Hasil pengkuadratan skor variabel X
- Kolom 5 : Hasil pengkuadratan skor variabel Y
- Kolom 6 : Hasil pengkalian antara skor variabel X dan Y
69
Setelah dilakukan penghitungan, data diatas kemudian dianalisis,
adapun langkah-langkah sebagai berikut:.
5.1.1. Mencari rata-rata variabel X dan Y
Dari tabel diatas kemudian dicari rata-rata (Mean) variabel
menonton acara Mamah dan Aa di Indosiar dengan menggunakan
rumus:
Mx = N
Y∑
= 3951 100 = 39,51
Berdasarkan perhitungan variabel menonton acara Mamah dan
Aa di Indosiar (X) diatas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata (Mean)
X adalah 39,51 artinya responden memiliki menonton acara Mamah
dan Aa di Indosiar yang cukup jika dilihat dari interval nilai (X).
Sedangkan untuk mencari rata-rata (Mean) variabel
pemahaman keagamaan dengan menggunakan rumus:
My = N
Y∑
= 1006246
= 62,46
Berdasarkan perhitungan diatas dapat diketahui bahwa nilai
rata-rata untuk variabel Y adalah 62,46 artinya responden memiliki
pemahaman keagamaan yang cukup jika dilihat dari interval nilai (Y).
70
5.1.2. Mengadakan perhitungan-perhitungan sehingga ditemukan skor
angka nilai tertinggi tingkat kualifikasi masing-masing variabel yang
diteliti.
Menentukan kualifikasi dan interval nilai dari variabel X
dengan cara menentukan Range:
R = H – L
Keterangan:
R = Range
N = Nilai tertinggi
L = Nilai terendah
R = 44 – 31
R = 13
Menentukan interval nilai
i = intervaljumlah
Range
= 3
13
= 4,3
Jadi interval nilai dari menonton acara Mamah dan Aa di
Indosiar (X) dapat diperoleh sebagai berikut : 4,3
Dengan demikian dapat diperoleh kualifikasi dan interval nilai
sebagai berikut:
71
Tabel 15
Interval nilai X
Interval Keterangan
39,6 – 44 Baik
35,3 – 39,5 Cukup
31 – 35,4 Kurang
Berdasarkan perhitungan diatas, dapat diketahui interval X
adalah 49,6 – 44 (kategori baik), 35,3 – 39,5 (kategori cukup), 31 –
35,4 (kategori kurang).
Sedangkan untuk mengetahui kualifikasi dan interval dari
variabel pemahaman keagamaan dengan cara merubah Range:
R = H – L
R = 67 – 58
R = 9
Menentukan interval nilai
i = intervaljumlah
Range
= 39
= 3
Jika interval pemahaman keagamaan (Y) dapat diperoleh
sebagai berikut: 3.
Dengan demikian dapat diperoleh kualifikasi dan interval nilai
seperti tabel dibawah ini.
72
Tabel 16
Interval nilai Y
Interval Kategori
64 - 67 Baik
61 – 63 Cukup
58 - 60 Kurang
Berdasarkan perhitungan diatas, dapat di ketahui intereval
nilai Y adalah 64 – 67 (kategori baik), 61 - 63 ( kategori cukup ), 58
– 60 (kategori kurang).
5.1.3. Mencari nilai tangah (median) variabel X dan Y
Dari tabel diatas kemudian dicari nilai tengah (median)
variabel menonton acara Mamah dan Aa di Indosiar dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
38 – 0,100 = 37,90 jadi 1 = 37,90
Mdn = 1 + fi
fkb - N 1/2 = 37,90 + 14
57 - 71
= 37,90 + 14
14 = 37,90 + 1
= 38,9 dibulatkan 38
Tabel 17
Median Distribusi Sampel Tentang Menonton Acara
Mamah dan Aa di Indosiar (X)
Nilai-nilai f Persen Fkb fka
31 2 2,0 100 = N 2
73
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
6
8
13
14
7
11
7
10
12
10
6,0
7,0
13,0
15,0
7,0
11,0
7,0
10,0
12,0
10,0
98
92
84
71
57
50
39
32
22
10
8
16
29
43
50
61
68
78
90
100 =
N
Total 100 100,0 - -
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat grafik sebagai berikut:
Tabel 18
Grafik Menonton Acara Mamah dan Aa
Menonton Acara Mamah dan Aa di Indosiar
44,042,040,038,036,034,032,0
30
20
10
0
Std. Dev = 3,01 Mean = 39,5
N = 100,00
Sedangkan untuk mencari nilai tengah (median) variabel
pemahamn keagamaan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
74
Dengan demikian dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
62 – 0,100 = 61,90 jadi 1 = 61,90
Mdn = 1 + fi
fkb - N 1/2 = 61,90 + 30
41 - 71
= 61,90 + 30
30 = 61,90 + 1
= 62,9 dibulatkan 62
Tabel 19
Median Distribusi Sampel Tentang Pemahaman Keagamaan (Y)
Nilai-nilai f Persen Fkb fka
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
4
5
7
13
30
14
6
10
7
4
4,0
5,0
7,0
13,0
30,0
14,0
6,0
10,0
7,0
4,0
100 = N
96
91
84
71
41
27
21
11
4
4
8
16
29
59
73
79
89
96
100 = N
Total 100 100,0 - -
75
Tabel 20
Grafik Pemahaman Keagamaan
Pemahaman Keagamaan
68,066,064,062,060,058,0
50
40
30
20
10
0
Std. Dev = 2,18 Mean = 62,5
N = 100,00
5.1.4. Tabel distribusi frekuensi menonton acara Mamah dan Aa di Indosiar
dan pemahaman keagamaan masyarakat Kecamatan Wedung
Kabupaten Demak dapat di lihat pada tabel di bawah ini:.
Tabel 21
Distribusi Frekuensi Menonton Acara Mamah dan Aa di Indosiar
No Interval Frekuensi Fr ( % )
1. 39,6 – 44 50 50 %
2. 35,3 – 39,5 42 42 %
3. 31 – 35,2 8 8 %
Jumlah 100 100 %
Dari hasil tabel distribusi menonton acara Mamah dan Aa di
Indosiar diatas dapat diketahui nilai sebagai berikut: untuk interval
39,6 – 44 dengan nilai 50 %, untuk interval 35,3 – 39,5 dengan nilai
42 %, untuk interval 31 – 35,2 dengan nilai 8 %.
76
Tabel 22
Distribusi Frekuensi Pemahaman Keagamaan
No Interval Frekuensi Fr ( % )
1. 64 – 67 27 27 %
2. 61 – 63 57 57 %
3. 58 – 60 16 16 %
Jumlah 100 100 %
Dari hasil tabel distribusi pemahaman keagamaan diatas dapat
diketahui nilai sebagai berikut: untuk interval 64 - 67 dengan nilai 27
%, untuk interval 61 – 63 dengan nilai 50 %, untuk interval 58 – 60
dengan nilai 16 %.
5.1.5. Mencari nilai yang sering muncul (Modus) variabel X dan Y
Cara mencari nilai yang sering muncul (Modus) variabel
menonton acara Mamah dan Aa di Indosiar dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
Mo = b + p ( )b2b1 b1
+
Keterangan:
Mo = Modus
b = Batas bawah kelas modus
p = Panjang kelas modus
77
b1 = Frekuensi yang terletak di atas interval yang
mengandung modus
b2 = Frekuensi yang terletak di bawah interval yang
mengandung modus (Anas, Sudijono, 2004: 108)
Mo = 37 + 71
1+
= 37 + 0,13 = 37,1
Tabel 23
Distribusi Variabel Menonton Acara Mamah dan Aa di Indosiar (X)
Interval Frekuensi 31
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
2
6
8
13
14
7
11
7
10
12
10
Untuk mencari nilai yang sering muncul (Modus) variabel
pemahaman keagamaan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Mo = b + p ( )b2b1 b1
+
78
Mo = 61 + 1617 17
+
= 61 + 0,62 = 51,52
5.2. Analisis Uji Hipotesis
Analisis ini dimasudkan untuk mengolah data yang telah
dikumpulkan, baik variabel menonton acara Mamah dan Aa di Indosiar
maupun variabel pemahaman keagamaan yang bertujuan membuktikan
diterima atau ditolaknya hipotesis yang diajukan peneliti, yaitu menggunakan
analisis regresi satu predictor.
Untuk membuktikan hipotesis tersebut, digunakan analisis dengan
satu predictor dengan menggunakan rumus Spearman-Brown (Suharsimi,
Arikunto, 2006: 80). Adapun tugas pokok analisis regresi adalah sebagai
berikut:
5.2.1. Untuk mencari korelasi antara kriterium dengan predictor
Untuk mencari korelasi antara predictor X dengan kriterium Y
dapat dicari melalui teknik korelasi moment tangkar dengan pearson
dengan rumus:
rxy =∑XY √(∑X2 ) (∑Y2 )
Sebelum mencari nilai r, maka harus mencari nilai-nilai ∑XY, ∑X2
dan ∑Y2 melalui rumus sebagai berikut:
∑XY = ∑XY- (∑X2 ) (∑Y2 ) N ∑XY = ∑X2 = (∑X) 2 N ∑Y2 = ∑Y2 = (∑Y) 2
N
79
Setelah hasil nilai tersebut diketahui, maka langkah
selanjutnya adalah mencari nilai koefisien dengan menggunakan
rumus:
a. rxy =∑XY √(∑X2 ) (∑Y2 )
(Sutrisno, Hadi, 2000:4)
∑X2 = ∑X2 – (∑X) 2 N
∑y2 = ∑Y2 – (∑Y) 2 N
∑xy = ∑Y – (∑Y) 2 N
Untuk menguji hasil nilai masing-masing rumus tersebut
adalah sebagai berikut:
(1). ∑X2 = ∑X2 – (∑X) 2 N = 157003 - (3951) 2
100 = 157003 – 156104,01
100 = 157003 – 156104,01
= 898,99
(2). ∑y2 = ∑Y2 – (∑Y) 2
N = 390594 – (6246) 2
100 = 390595 – 390125,16 = 469,84
(3). ∑xy = ∑Y – (∑Y) 2
N = 247050 – (6246) (3951)
100 = 247050 – 24677946
100 = 24705000 - 24677946 = 270,54
80
(4). rxy =∑XY √(∑X2 ) (∑Y2 )
= 270,54 √ (898,99) (469,84)
= 270,54 √ 898,99 √ 469,84 = 270,54
29,98316194 . 21,67579295 = 270,54 649,9088102 = 0,41627 dibulatkan menjadi 0,417
Hubungan antara variabel X dan Y cukup signifikan
1. Menguji korelasi itu signifikan atau tidak.
Untuk menguji hubungan variabel X dan Y signifikan atau
tidak dapat dilakukan dengan 2 jalur sebagai berikut:
a. Melalui Tabel
Dari uji coba koefisien tersebut dapat dikatahui
bahwa rxy (hitung adalah 0,417, kemudian kemudian
dikonsultasikan dengan harga rt (tabel) pada taraf signifikan
5 % dan 1 % jika rxy > rt baik taraf signifikan 5 % dan 1 %
maka signifikan dan hipotesis diterima sebaliknya, jika rxy
< rt baik pada taraf signifikan 5 % dan 1 % maka non
signifikan dan hipotesis ditolak. Untuk mengetahui lebih
lanjut dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
81
Tabel 24
Hasil Korelasi Menonton Acara Mamah dan Aa
di Indosiar dan Pemahaman Keagamaan Masyarakat
Kec. Wedung Kab. Demak
rt N rxy
5 % 1 %
Kriteria
100 0,417 0,195 0,256 Signifikan
b. Melalui Uji t
Selain mencocokkan tabel relasi preduct moment (rt
tabel) dari pearson, uji signifikan juga dapat dilakukan
dengan menggunakan uji t oleh William Seely Gosset
sebagai berikut:
th = r √ n – 2 √ 1 - r 2
= 0,417 √ 100 – 2 √ 1 – (0,417) 2 = 0,417 . √ 98
√1 – (0,417) 2 = 0,417 . 9,899 √ 1 – (0,174) = 4,128 √ 0,826 = 4,128 0,909 = 4,538
Karena t hitung = 4,538 > t tabel (0,05 = 100) =
2,000, dan t hitung 4,538, berarti korelasi antara variabel
menonton acara Mamah dan Aa (X) dengan pemahaman
keagamaan (Y) adalah signifikan.
82
5.2.2. Mencari persamaan regresi
Dalam analisis linear sedangkan ini menggunakan rumus
Galto sebagai berikut:
Y = a X + K
Keterangan:
Y = Pemahaman keagamaan
X = Menonton acara Mamah dan Aa
a = Bilangan koefisien prediktor yaitu angka arah atau koefisien
regresi yang menunujukkan angka peningkatan variabel
dependen yang didasarkan pada nilai variabel
K = Bilangan konstanta (harga Y bila X = 0) (Sutrisno, Hadi,
2001:6)
Rumus tersebut dapat dicari dengan metode skor kasar harga a
dan K dari persamaan dibawah ini:
(1). ∑XY = a ∑X2 + ∑X
(2). ∑Y = a ∑X + N K
Jika data yang sudah kita ketahui kita masukkan kedalam
rumus-rumus sebagai berikut:
(1). 247050 = a 157003 + K 3951 (2). 6246 = a 3951 + K 100 157003 a + 3951 K = 247050 : 3951 3951 a + 100 K = 6246 :100 (3). 39,7375348 a + K = 62,5284738 (4).39,51 a + K = 62,46
0,2275348 a = 0,0684738 a = 0,0684738
83
0,2275348 Jadi nilai a = 0,301
(5). ∑XY = a ∑X 2 247050 = 0,301 – 157003 + K 3951 0,301 . 157003 + 3951 K = 247050 47257,903 + 3951 K = 247050
3951 K = 247050 – 47257,903 K = 199792,097
3951 = 50,570
Dari penghitungan tersebut dapat diketahui bahwa harga K
adalah 50,570, dengan demikian persamaan linier Y = 0,301 X +
50,570.
5.2.3. Mencari variabel garis regresi
Diketahui dengan mencari nilai F (uji F ) dengan rumus:
Freg = RKreg RKres
Dimana:
Freg = Harga F regresi
RKreg = Rerata kuadrat garis regersi
RKres = Rerata kuadrat garis residu
Untuk memudahkan penghitungan dalam mencari nilai Ft maka
dibuat tabel ringkasan analisis garis regresi
Tabel 25 Ringkasan Analisis Regresi
Sumber Variabel
db JK RK
Regresi I (∑X) 2 ∑X2 res
regdbJK
Residu (N – 2) ∑y2 – (∑Xy)2 ∑X 2
resreg
dbJK
Total (N - 1 ) ∑y2
Freg= RKreg
RKres
84
Selanjutnya rumus-rumus tersebut diaplikasikan kedalam data
yang ada pada tabel diketahui persamaan garis regersi Y = 0,301 X +
50,570 diketahui bahwa
N = 100
∑X = 3951
∑Y = 6246
a = 0,301
∑X2 = 157003
∑Y2 = 390594
∑XY = 247050 K = 50,570
Selanjutnya dimasukkan kedalam rumus Hoyt sebagai berikut
(Suharsimi, Arikunto, 2006:191)
(1). JKreg = (∑xy) 2 ∑X2
= (270,54) (898,99) = 73191,8916 898,99 = 81,416
(2). JK res = ∑y 2 – (∑XY) 2
∑X2
= 469,84 – (270,54) 2 898,99 = 469,84 – 73191,89 = 469,84 – 81,42 = 387,424 (3). JK(t) = ∑y2
= 469,84
(4). RKreg = resreg
dbJK
85
= 81,416 1 = 81,416
(5). RKres =resres
dbJK
= 387,424 98 = 3,953 Jadi Freg adalah seagai berikut:
Freg = resreg
RK RK
= 81,416 3,953 = 20,594
Setelah diperoleh harga F atau (Freg ) kemudian
dikonsultasikan dengan harga Ftabel pada taraf signifikan 5 % dan 1 %
dengan db = N – 2. Hipotesis diterima jika Freg hitung < Ftabel pada
taraf signifikan 5 % dan 1 %. Untuk mengetahui lebih lanjut dapat
dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 26
Ringkasan Hasil Analisis Regres
Sumber
variabel
db JK RK F
Regresi 1 81,416 81,416
Freg
5% 1%
Kriteria
Resudu 98 387,424
Total 99 468,840
3,953 20,594 0,195 0,256 Sing
Setelah diketahui uji coba hipotesis, baik melalui uji toleransi
(rxy) analisis regresi (Freg) sebagian tersebut, maka hasil yang di
peroleh dikonsultasikan pada rt, dan Ft dimana rxy dan Freg hitung > Ft
86
dan rt. Dari sini dapat disimpulkan bahwa, baik rxy dan Freg adalah
signifikan pada taraf 5 % dan 1 %, dengan demikian hipotesis yang
diajukan diterima.
Untuk mengetahui perhitungan rxy dan Freg dapat di lihat dalam
tabel ringkasan hasil perhitungan rxy dan Freg sebagai berikut
Tabel 27
Hasil perhitungan Freg dan rxy
Tabel Kriteria Uji Hipotensis
Uji Hipotensis
Hitung
5% 1% rxy 0,417 0,195 0,256
Freg 20,594 1,96 2,63
Sig Diterima
5.3. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil pengolahan data tentang menonton acarah Mamah dan Aa di
Indosiar di ketahui bahwa rata-ratanya adalah 39,51 hasil ini berarti bahwa
menonton acara Mamah dan Aa di Indosiar terhadap pemahaman keagamaan
masyarakat Kecamatan Wedung Kabupaten Demak dalam kategori sangat
baik yaitu terletak pada interval 39,6 - 44 dalam persentase 50% sementara
itu, dari perhitungan mean variabel peningkatan pemahaman keagamaan
masyarakat sangat besar.
Hasil uji hipotesis diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan
antara menonton acara Mamah dan Aa di Indosiar terhadap pemahaman
keagamaan masyarakat Kecamatan Wedung Kabupaten Demak. Hal ini
ditunjukkan dari korelasi sebesar 0,417 sedangkan (r 2 ) sebesar 0,174 (17 %)
87
dengan demikian menonton acara Mamah dan Aa di Indosiar terhadap
pemahaman keagamaan masyarakat Kecamatan Wedung Kabupaten Demak
62,46. hal ini berarti bahwa peningkatan menonton acara Mamah dan Aa di
Indosiar dalam kategori cukup yaitu pada interval 61 – 63 dengan persentase
57%.
Hasil tersebut kemudian dikonsultasikan dengan harga rt (tabel) pada
taraf signifikan 5 % dan 1 % dengan ketentuan jika rxy baik pada taraf
signifikan 5 % dan 1 %, maka signifikan dan hipotesis diterima sebaliknya
jika rxy < r, baik pada taraf signifikan 5 % dan 1 % maka non signifikan dan
hipotesis ditolak. Karena rxy > r, maka hasilnya signifikan. Hal itu juga
dibuktikan dengan persamaan garis regresi diketahui bahwa harga a adalah
0,301 dan K (konstanta) sebesar 50,570, dengan demikian, persamaan garis
linier regresinya adalah Y = 0,301 X + 50,570.
Sementara itu dari hasil analisis uji nilai Freg (analisis varian garis
regresi) nilainya adalah 20,594 sedangkan pada taraf dari Ft baik pada taraf
signifikan 5 % > taraf signifikan 1 % atau Freg > Ft maka hasilnya juga
menunjukkan signifikan antara menonton acara Mamah dan Aa di Indosiar
dengan pemahaman keagamaan masyarakat Kecamatan Wedung Kabupaten
Demak diajukan "diterima" artinya semakin sering menonton acara Mamah
dan Aa di Indosiar maka pemahaman keagamaan masyarakat Kecamatan
Wedung Kabupaten Demak meningkat maka hasil akhir ada pengaruh yang
signifikan (positif) menonton acara Mamah dan Aa di Indosiar terhadap
pemahaman keagamaan masyarakat Kecamatan Wedung Kabupaten Demak.
88
88
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
Ada pengaruh positif antara menonton acara Mamah dan Aa di
Indosiar terhadap pemahaman keagamaan masyarakat Kecamatan Wedung
Kabupaten Demak. Semakin sering menonton acara Mamah dan Aa di
Indosiar maka semakin tinggi pula tingkat pemahaman keagamaan
masyarakat. Dengan demikian menonton acara Mamah dan Aa di Indosiar
dapat dikatakan positif bagi pemahaman keagamaan masyarakat Kecamatan
Wedung Kabupaten Demak. Masyarakat yang menonton acara Mamah dan
Aa di Indosiar dengan rajin akan diikuti pemahaman keagamaan yang tinggi
pula. Hal ini terbukti dengan diperolehnya harga Freg (20,596) > Ftabel
(4,538).
6.2. Saran-Saran
Saran adalah sesuatu hal yang penting yang kita berikan atau kita
terima dan sangat berarti bagi setiap umat dalam mengurangi samudra
kehidupan yang sangat komplek ini, yang syarat dengan berbagai hambatan,
tantangan, rintangan yang harus kita lalui. Apabila kita tidak ingin termasuk
orang yang rugi maka, kita senantiasa memberikan saran atau pesan kepada
pihak-pihak lain dengan penuh kebenaran dan kesabaran. Oleh karena itu,
89
perkenankanlah penulis memberikan saran atau pesan kepada pihak yang
terkait, elemen bangsa, segenap pencipta ilmu pengetahuan, khususnya
peneliti yang ingin melanjutkan dan mengembangkan penelitian sejenis,
dengan keterangan sebagai berikut:
1. Kepada masyarakat (penonton): Hendaklah dalam memilih suatu
tayangan atau siaran televisi, masyarakat dapat membedakan mana
tayangan yang baik untuk ditonton dan mana yang kurang baik untuk
ditonton, dan diharapkan agar masyarakat dapat memilih dan memilah
tayangan-tayangan mengandung pendidikan dan informasi.
2. Kepada Indosiar: melihat televisi sangat diminati oleh masyarakat luas,
hendaknya televisi (statiun televisi) mampu mengatur acara atau siaran-
siaran yang layak ditonton dan tidak, sehingga penonton setia televisi
mampu mengatur waktu dalam menonton televisi dengan kegiatan lain,
utamanya kegiatan keagamaan. Khususnya stasiun Indosiar agar dalam
penayangan program-programnya mengandung unsur pendidikan,
informasi, kontrol sosial dan juga nilai-nilai yang positif dan untuk
kehidupannya diharapkan agar Indosiar mampu menyuguhkan suatu
tayangan yang berkualitas dan bermanfaat bagi kepentingan khalayak
pemirsa luas.
3. Kepada pencipta ilmu pengetahuan: Dalam skripsi ini penulis belum
menjelaskan lebih detail, hanya memaparkan atau mendiskripsikan
mengenai pengaruh menonton acara Mamah dan Aa di Indosiar terhadap
pemahaman keagamaan masyarakat Kecamatan Wedung Kabupaten
90
Demak. Maka dari itu, hendaklah bagi peneliti selanjutnya yang sejenis
dengan penelitian penulis, mampu lebih mengekspresikan atau
memaparkan atau mengembangkannya lagi sehingga nanti diharapkan
akan muncul ide-ide baru yang akan dapat menambah ilmu pengetahuan
khususnya bidang komunikasi pertelevisian.
6.3. Penutup
Dengan mengucapkan Alhamdulillah kepada Allah SWT atas segala
karunia dan hidayahnya, kini penulis menyelesaikan penyusunan skpripsi
dengan judul pengaruh penonton acara Mamah dan Aa di Indosiar terhadap
pemahaman keagamaan masyarakat kecamat Wedung kabupaten Demak.
Dengan tidak ada halangan yang cukup berarti dan penulis menyadari
didalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, kesalahan yang
perlu disempurnakan karena itulah masukan saran dan kritik yang
konstruktif sangat penulis harapkan.
Semoga senantiasa melimpahkan petunjuk kejalan yang lurus. Dan
mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddin. 1997. Metode Penelitian. Yogyakarta. Pustaka pelajar.
Asnawir dan Usman. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta.Ciputat Pers.
Arikunto. Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Ardianto, Elvinaro dan Komala, Lukiati. 2004. Komunikasi Massa: Suatu
Pengantar. Bandung. Simbiosa Rekatama Media.
Achmad, Amrullah. 1985. Dakwah Islam dan Perubahan Sosial. Yogyakarta.
PLP2M.
Citrobroto, Suhartin. 1982. Prinsip-Prinsip dan Teknik Berkomunikasi. Jakarta.
Bahrata Karya Aksara.
Drajat Zakiyah. 1992. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta. Bulan Bintang.
Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Ketiga. Jakarta. Balai Pustaka.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta. Balai Pustaka
Effndi. Onong Uchjana. 1986. Dinamika Komunikasi. Bandung. Remadja Karya.
Ghazali, Bahri, 1997. Dakwah komunikatif. Jakarta: Pedomanilmu Jaya.
Hasan, Iqbal. 2004. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta:Bumi
Aksara.
Hadi, Sutrisno. 2001. Anlisis Regresi. Yogyakarta: Andi Affset. Cet.8.
Hidayati, Arini.1998. Televisi dan Perkembangan Sosial Anak.Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Hidayat, Rahayu S. 1989. Pengetesan Kemampuan Membaca Serta Komunikasi.
Jakarta: Intermasa.
Hofman. Roedi. 1999. Dasar-dasar Apresiasi Program Televisi. Jakarta.
Grasindo.
Koentjaroningrat. 1993. Metode- metode Penelitian Masyarakat. Jakarta.
Kuswandi, Wawan.1996. Komunikasi Massa, Sebuah Analisis Media Teelvisi
Jakarta. Renika cipta.
KSK Wedung Kabupaten Demak. 2006. Kecamatan Wedung Dalam Angka.
Indiantoro, Nur dan Supama, Bambang. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis.
Yogyakarta: BPFD
Moh. Arbain Nasrullah. 2006. Pengeruh Menonton Cybersex di Internet Terhadap
Perilaku Seks Mahasiswa IAIN Walisongo Semarang. www. http://
Library. Walisongo.ac.id. Tidak diterbitkan.
Nuruddin. 2004. Komunikasi Massa. Cespur. Malang.
Poerwadarminta, WJS. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Cet 8. Jakarta:
Belai Pustaka.
Panuju. Radi. 1997. Sistem Komunikasi Islam. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Robertson Roland.1995. Agama Dalam Analisis dan Interpretasi Sosial. Jakarta.
Raja Grafindo Persada.
Rakhmat. Jalaluddin. 1995. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung. PT. Remaja
Rosdakarya.
Sutrisno.P.C.S. 1993. Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Video.
Jakarta. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofyan. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta
LP3ES.
Sukur, Fatah. 2005. Tehnologi Pendidikan. Semarang. Rasail
Syekhu Rahman. 1997. Pengaruh Kuliah Subuh di Televisi Pendidikan Indonesia
(TPI) Terhadap Pengetahuan Agama Pemirsanya (Studi Terhadap
Pemirsa Remaja di Kecamatan Secang Kabupaten Magelang). Fakultas
Dakwah IAIN Walisongo Semarang. Tidak diterbitkan..
S. Hartadi. Aep dan Handayani. Sri (ed). 2000. Dakwah Kontemporer: Pola
Alternatif dakwah Melalui Televisi. Bandung. Pusdai Press.
Samiasih 2006, Pengaruh Menonton Program Tolong di SCTV Terhadap Sikap
Dolidaritas Mahasiswa Fakultas Dakwa Jurusan KPI (Angkatan 20002-
2005) IAIN Walisongo Semarang. www. http:// Library. Walisongo.ac.id.
Tidak diterbitkan.
Tholhah Hasan, Muhammad. 2005. Islam Dalam Perspektif Sosio Kultural.
Jakarta: Lantobara Press.
Uchjana Effendy, Onong. 1992. Spektrum Komunikasi. Bandung. Mandar Maju.
www. Indosiar co.id.akses 20 Agustus 2007 pukul 11.30
www. File:/existo01/penduduk html, akses 19 September 2007. Pukul 10.50.
i
MOTTO
$ tΒuρ þ’Å+Š Ïùöθ s? ωÎ) «! $$ Î/ 4 ϵ ø‹ n= tã àMù= ©. uθs? ϵø‹ s9Î)uρ Ü=Š ÏΡ é&
Dan tak ada taufiq bagiku melainkan (pertolongan) Allah hanya
kepada Allah aku bertawakal dan hanya kepada-Nya-lah aku
kembali.
(QS. Huud, 11: 88)
ii
PERNYATAAN
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi
ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang laing atau
diterbitkan. Dengan demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-
pikiran orang lain, kecuali informasi yang dalam referensi yang dijadikan
bahan rujukan.
Semarang, 08 Januari
2009
Deklaration,
LISMAIYAH
NIM: 1103097
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulihah segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang
senantiasa mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya, bagi penulis dapat
menyelesaiakn skripsi ini.
Sholawat dan salam semoga selalu tercurahakan Nabi Muhammad SAW.
Beserta keluargamnya dan sahabat-sahabatnya yang menjadikan dunia ini penuh
dengan pengetahuan dan keilmuan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi yang berjudul
“PENGARUH MENONTON ACARA MAMAH DAN AA DI INDOSIAR
TERHADAP PEMAHAMAN KEAGAMAAN MASYARAKAT KECAMATAN
WEDUNG KABUPATEN DEMAK”, ini tidak akan berhasil sebagaimana
diharapkan tanpa adanya restu, dorongan serta pengertian Orangtua, Kakak-kakak,
Adik-adik serta teman-teman tercinta. Semoga dengan selesainya penulisan
skripsi ini hasilnya dapat mengobati jerih payah mereka.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya
bantuan dari banyak pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu, yang
dapat penulis sebutkan hanyalah sebagian dari mereka tanpa mengurangi rasa
terima kasih mendalam kepada mereka diantaranya adalah:
1. Yang terhormat bapak Drs.H. M. Zain Yusuf, MM, dekan fakultas Dakwah
IAIN Walisongo Semarang, yang telah memberikan fasilitas dalam
menyusun skripsi ini hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Yang terhormat bapak Ahmad faqih M.Ag, selaku dosen wali studi yang
telah memberikan bimbingan dan arahan bagi penulis.
3. Yang terhormat ibu Dra. Hj. Siti Sholihati, MA dan bapak H. M. Alfandi,
M.Ag, selaku pembimbing I dan II, yang telah berkenan meluangkan waktu
dan pikirannya untuk membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini.
4. Yang terhormat bapak dan ibu dosen fakultas Dakwah IAIN Walisongo
Semarang yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, sehingga
penulis mampu menyelesaiakn skripsi ini.
iv
5. Terima kasih kepada semua pihak yang membantu penulis dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini, baik langsung maupun tidak langsung
Semoga semua amal yang telah diperbuat akan menjadi amal sholeh, yang
akan mendapatkan pahala yang setimpal dari Allah kelak kemudian hari.
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat Amin Ya
Robbal Alamin..
Semarang Januari 2009
Penulis
Lismaiyah
v
ABTRAKSI
Nama : Lismaiyah Nim : 1103097, PENGARUH MENONTON ACARA
MAMAH DAN AA DI INDOSIAR TERHADAP PEMAHAMAN
KEAGAMAAN MASYARAKAT KECAMATN WEDUNG KABUPATEN
DEMAK.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : pengeruh menonton acara
Mamah dan Aa di Indosiar (X) terhadap pemahaman keagamaan masyarakat
Kecamatan Wedung Kabupaten Demak (Y).
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif, selain itu dalam
penelitian ini penulis menggunakan metode suvei, dalam metode survei informasi
dikumpulkan dari responden dengan menggunakan angket untuk memperoleh data
dalam penelitian ini, penulis menggunakan observasi dalam metode angket,
sedangkan teknik analisisnya penulis menggunakan analisis pendahuluan, analisis
uji hipotesis, dalam hal ini yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam rumus
regresi dengan skala skor kasat satu prediktor yang menggunakan penghitungan
manual yang hasilnya disamakan dengan menggunakan program SPSS.
Berdasarkan angket yang dikumpulkan penulis, bahwa menonton acara
Mamah dan Aa di Indosiar terhadap pemahaman keagamaan masyarakat
Kecamatan Wedung Kanbupaten Demak menunjukkan pengaruh yang positif.
Dalam hasil perhitungan yang menggunakan analisis regresi dengan skor
kasar diperoleh sebuah hasil t hitung sebesar 4,538. Pada taraf signifikan 5%
dengan jumlah responden 100, besar nilai t tabel adalah 4,538 > 2,000 ini berarti
menunjukkan bahwa menonton acara Mamah dan Aa di Indosiar terhadap
pemahaman keagamaan masyarakat Kecamatan Wedung Kabupaten Demak
menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan. Sedangkan pada taraf 1% dengan
jumlah responden 100, nilai t tabel adalah 2,000, sedangkan hasil analisisnya
adalah 4,538 sehingga t hitung > t tabel (4,538 > 2,000). ini bererti menonton
acara Mamah dan Aa di Indosiar terhadap pemahaman keagamaan masyarakat
Kecamatan Wedung Kabupaten Demak menunjukkan pengaruh yang signifikan.
vi
Dengan demikian, berdasarkan 2 tingkat signifikan (5% dan 1%) hipotesis
kerja (Ha) diterima dan hipotesis nihil (Ha) ditolak. Dengan kata lain, hipotesis
yang penulis ajukan bahwa menonton acara Mamah dan Aa di Indosiar terhadap
pemahaman keagamaan masyarakat Kecamatan Wedung Kabupaten Demak,
artinya semakin tinggi atau aktif menonton acara Mamah dan Aa di Indosiar,
maka semakin tinggi atau baik pula pemahaman keagamaan masyarakat
Kecamatan Wedung Kabupaten Demak.
vii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya yang sederhana ini untuk
1. Ayahanda (Khamdan) dan ibunda (Alfiyah) tercinta yang senantiasa
mencurahkan kasih sayang dan do’anya, semangat dan dukungan baik moral
maupun materiil.
2. Kakak-kakakku yang telah memberikan nasehat-nasehat bermanfaat bagiku,
dan dukungan sampai bisa menyelesaikan skripsi ini.
3. Adik-adikku yang membantu aku lebih semangat.
4. sahabat-sahabatku thoriqod makasih dukungannya, kenangan antara kita tak
akan terlupakan.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i
HALAMAN ABSTRAKSI PENELITIAN .............................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ................................................................................................ v
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................ vi
HALAMAN KATA PENGANTAR.......................................................................... vii
HALAMAN DAFTAR ISI......................................................................................... viii
HALAMAN TABEL .................................................................................................. x
BAB I : PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................ 5
1.3. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian............................................... 5
1.4. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 6
1.5. Sistematika Penulisan Skripsi .......................................................... 9
BAB II : MENONTON TELEVISI DAN PEMAHAMAN KEAGAMAAN... 12
2.1. Pengertian Menonton ....................................................................... 12
2.2.Pengertian Televisi............................................................................ 13
2.3. Fungsi Televisi ................................................................................. 14
2.4. Aktifitas Menonton Televisi ............................................................ . 19
2.5. Pemahaman Keagamaan .................................................................. 22
2.6. Hubungan Menonton Televisi Dengan Pemahaman Keagamaan.... 31
2.7. Hipnotis ............................................................................................ 36
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 37
3.1. Metodologi Penelitian...................................................................... 37
3.2. Jenis dan Metode Penelitian ............................................................ 37
3.3. Definisi Konseptual dan Operasional .............................................. 38
3.4. Sumber dan Jenis Data..................................................................... 40
3.5. Populasi dan Sampel........................................................................ 41
ix
3.6. Tehnik Pengumpulan Data............................................................... 43
3.7. Tehnik Analisis Data ....................................................................... 48
BAB IV : KONDISI MASYARAKAT KECAMATAN WEDUNG
KABUPATEN DEMAK ....................................................................... 52
4.1. Wilayah Kecamatan Wedung Kabupaten Demak............................ 52
4.2. Kondisi Demografis ......................................................................... 54
4.3. Kondisi pemahaman Masyarakat..................................................... 58
BAB V : ANALISIS DATA TENTANG PENGARUH MENONTON
ACARA MAMAH DAN AA DI INDOSIAR TERHADAP
PEMAHAMAN KEAGAMAAN MASYARAKAT
KECAMATAN WEDUNG KABUPATEN DEMAK ........................ 66
5.1. Analisis Pendahuluan...................................................................... 66
5.2. Analisis Uji Hipotesis ..................................................................... 78
5.3. Pembanhasan Hasil Penelitian ........................................................ 86
BAB VI : PENUTUP .............................................................................................. 88
6.1. Kesimpulan ..................................................................................... 88
6.2. Saran ............................................................................................... 88
6.3. Penutup ........................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
1. Kisi-kisi instrumen menonton acara Mamah dan Aa di Indosiar............................ 39
2. Kisis-kisi instrumen pemahaman keagamaan ......................................................... 40
3. Uji viliditas instrumen ............................................................................................ 44
4. Luas wilayah Kecamatan Wedung Kabupaten demak............................................ 53
5. Kondisi demografis ................................................................................................. 54
6. Jumlah penduduk .................................................................................................... 54
7. Jumlah penduduk menurut agama yang dianut....................................................... 55
8. Jumlah tempat ibadah.............................................................................................. 56
9. Hasil angket menonton acara Mamah dan Aa di Indosiar Kecamatan
Wedung Kabupaten Demak .................................................................................... 66
10. Interval nilai variabel X (menonton acara Mamah dan Aa).................................... 71
11. Interval nilai variabel Y .......................................................................................... 72
12. Median distribusi variabel X................................................................................... 73
13. Grafik menonton acara Mamah dan Aa .................................................................. 73
14. Median distribusi variabel Y................................................................................... 74
15. Distribusi frekuensi tentang menonton acara Mamah dan Aa ................................ 75
16. Distribusi frekuensi pemahaman keagamaan.......................................................... 76
17. Distribusi vareiabel menonton acara Mamah dan Aa ............................................. 77
18. Hasil korelasi menonton acara Mamah dan Aa di Indosiar terhadap
pemahaman keagamaan .......................................................................................... 81
19. Ringkasan analisis regresi....................................................................................... 83
20. Ringkasan hasil analisis regresi .............................................................................. 85
21. Hasil perhitungan F reg dan rxy Saran.................................................................... 86