pengaruh konversi lahan pertanian terhadap produksi …
TRANSCRIPT
i
PENGARUH KONVERSI LAHAN PERTANIAN TERHADAP PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG
THE IMPACT OF FIELD CONVERSION TOWARD PADDY PRODUCTION IN SIDENRENG RAPPANG REGENCY
DIAN MEI SULASTRI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
ii
PENGARUH KONVERSI LAHAN PERTANIAN TERHADAP PRODUKSI PADI DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi
Perencanaan dan Pengembangan Wilayah
Disusun dan diajukan oleh
DIAN MEI SULASTRI
kepada
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
iii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Dian Mei Sulastri
Nomor mahasiswa : P0204213002
Program studi : Perencanaan dan Pengembangan
Wilayah
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar –benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Makassar, Mei 2015
Yang menyatakan
Dian Mei Sulastri
v
PRAKATA
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul
“Pengaruh Konversi lahan Pertanian terhadap Produksi Padi di Kabupaten
Sidenreng Rappang”, salawat dan salam kepada baginda Rasullulah
Muhammad SAW, keluarga, para sahabatnya dan seluruh kaum muslimin
hingga akhir zaman.
Dalam penyususn tesis ini, penulis sangat menyadari bahwa tidak
terlepas dari berbagai bentuk tantangan dan hambatan, namun karena
banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materil
maupun moril sehingga hal tersebut bisa diatasi. Oleh karena itu
sepatutnya penulis secara khusus dengan hormat mengucapankan terima
kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Roland Alexander Barkey selaku
ketua komisi pembimbing dan Prof.Dr.Ir. Hazairin Zubaer, MS selaku
anggota komisi pembimbing atas bimbingan dan arahan yang telah
diberikan kepada penulis sejak awal hingga akhir penyusunan tesis ini.
Demikian pula penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Dr. Ir. Ria Wikantari Rosalia, M.Arch., Ph.D, Prof. Dr. H.M. Tahir
Kasnawi, SU, serta Dr. Muh. Hatta Jamil,SP.,M.Si yang secara aktif telah
memberikan masukan untuk perbaikan tesis ini.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang
tulus kepada :
vi
1. Rektor Universitas Hasanuddin dan Direktur Program Pascasarjana
Universitas Hasanuddin yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis melanjutkan studi pada Pascasarjana Universitas Hasanuddin.
2. Ketua Program studi Perencaan dan Pengembangan Wilayah yang
telah banyak membantu dan membimbing penulis selama pendidikan
di Universitas Hasanuddin Makassar.
3. Seluruh staf Pengajar Pascasarjana Megister Perencanaan dan
Pengembangan Wilayah Universitas Hasanuddin Makassar yang
telah memberikan bekal ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis.
4. Bupati Kabupaten Sidenreng Rappang Bapak H. Rusdi Masse yang
telah memberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan penulis
ke Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar.
5. Kepala Badan pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Sidenreng
Rappang bapak H. Abdul Majid , SE, M.Si yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan.
6. Kepala Dinas Pertanian Dan Kepala BAPPEDA Kabupaten Sidenreng
Rappang yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian.
7. Seluruh rekan seperjuangan peserta Program Megister Perencanaan
dan Pengembangan Wilayah 2013 Universitas Hasanuddin Makassar
atas bantuan, support, persahabatan dan kerjasama yang baik selama
ini.
vii
8. Ayahanda Drs. H. Lukmanul Hakim Masse dan Hj, Suriati serta
saudara-saudara (i) yang sangat saya cintai dan hormati dengan tulus
mendidik dan mendoakan saya tanpa kenal lelah.
9. Mertuaku bapak H.Lammi Nikka dan Hj.Najemiah yang telah tulus dan
ikhlas dalam memberikan dorongan dan bantuan selama ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu,
yang telah banyak memberikan support dan bantuan selama ini.
Akhirnya saya persembahkan kepada Suamiku yang tercinta Syahrul
Mubarak dan anakku Yumna Shidqiyah Syahrul yang sangat saya cintai
dan sayangi dengan bantuan dan jasa kalian penulis mampu bertahan
hingga akhir pendidikan ini.
Semoga karya tulis ini bermanfaat untuk kemajuan ilmu pengetahuan,
dengan diberkati oleh Allah SWT Tuhan semesta alam yang maha
pengasih lagi penyayang.
Makassar, Mei 2015
Dian Mei Sulastri
Dian Mei Sulastri. Pengaruh Konversi Lahan Pertanian terhadap Produksi Padi Di Kabupaten Sidenreng Rappang dan Hazairin Zubair).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Pengaruh yang di timbulkan adanya konversi lahan pertanian terhadap produksi padi di Kabuapten Sidenreng Rappangmempengaruhi konversi lahan pertanian di Kabupaten Sidenreng Rappang, (3) Merumuskan arahan untuk mengatasi konversi lahan pertanian di Kabupaten Sidenreng Rappang.
Penelitian ini dilaksanakan di 3 Kecamatan Kabupaten Sidenreng Rappang. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan penyebaran kuesionsampling purposive. Data di analisis dengan menggunakan analisis Deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konversi lahan pertanian berpengaruh signifikan terhadap produksi padi. Ada hubungan antara faktor internal dan eksternal petani dengan pengambilan keputusan untuk mengkonversi lahan. Rumusan untuk mengatasi konversi lahan di Kabupaten Sidenreng Rappang yaitu :ketegasan kepada pihak investor mengenai ijin mendirikan suatu bangunan, meningkatkan penyuluhan dan wawasan kepada petani, perlu diupayakan secara kongkrit dalam hal pembuatan kebijakan yang menyangkut jaminan kestabilan harga, serta peningkatan sarana dan prasarana pertanian, dalam hal ini jalan tani dan sistem irigasi
Kata kunci : Konversi lahan, Produksi padi
ABSTRAK
Pengaruh Konversi Lahan Pertanian terhadap Produksi Padi Di Kabupaten Sidenreng Rappang (dibimbing oleh Roland A.Barkey
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Pengaruh yang di konversi lahan pertanian terhadap produksi padi di
Kabuapten Sidenreng Rappang, (2) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konversi lahan pertanian di Kabupaten Sidenreng
pang, (3) Merumuskan arahan untuk mengatasi konversi lahan pertanian di Kabupaten Sidenreng Rappang.
Penelitian ini dilaksanakan di 3 Kecamatan Kabupaten Sidenreng Rappang. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan penyebaran kuesioner. Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik sampling purposive. Data di analisis dengan menggunakan analisis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konversi lahan pertanian berpengaruh signifikan terhadap produksi padi. Ada hubungan antara
tor internal dan eksternal petani dengan pengambilan keputusan untuk mengkonversi lahan. Rumusan untuk mengatasi konversi lahan di
upaten Sidenreng Rappang yaitu : memberikan batasan dan ketegasan kepada pihak investor mengenai ijin mendirikan suatu
gunan, meningkatkan penyuluhan dan wawasan kepada petani, perlu diupayakan secara kongkrit dalam hal pembuatan kebijakan yang menyangkut jaminan kestabilan harga, serta peningkatan sarana dan prasarana pertanian, dalam hal ini jalan tani dan sistem irigasi.
Konversi lahan, Produksi padi
viii
Pengaruh Konversi Lahan Pertanian terhadap Produksi (dibimbing oleh Roland A.Barkey
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Pengaruh yang di konversi lahan pertanian terhadap produksi padi di
faktor apa saja yang mempengaruhi konversi lahan pertanian di Kabupaten Sidenreng
pang, (3) Merumuskan arahan untuk mengatasi konversi lahan
Penelitian ini dilaksanakan di 3 Kecamatan Kabupaten Sidenreng Rappang. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
er. Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik sampling purposive. Data di analisis dengan menggunakan analisis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konversi lahan pertanian berpengaruh signifikan terhadap produksi padi. Ada hubungan antara
tor internal dan eksternal petani dengan pengambilan keputusan untuk mengkonversi lahan. Rumusan untuk mengatasi konversi lahan di
memberikan batasan dan ketegasan kepada pihak investor mengenai ijin mendirikan suatu
gunan, meningkatkan penyuluhan dan wawasan kepada petani, perlu diupayakan secara kongkrit dalam hal pembuatan kebijakan yang menyangkut jaminan kestabilan harga, serta peningkatan sarana dan
DIAN MEI SULASTRIpaddy production in Sidenreng Rappang Regency (A Barkey and Hazairin Zubair
This research aimed (1)land conversion on the paddy production in Sidenreng Rappang Regency; (2) to investigate the factors affecting the agricultural land conversion in Sidenreng Rappang Regency;(3) Arrange some advice to solve theagricultural land conversion in Sidenreng Rappang Regency
The research was conducted in 3 subRappang Regency. The methods used were interview and questionnaire distribution. The samples were chosen by using the purposive sampling technique. The data were then analyzed using descriptive analysis.
The research result revealed that the conversion of the agricultural land had a significant effect on the paddy production. There was also a correlation between the internal and external facthe decision making of the land conversion. The advice to solve the agricultural land conversion in Sidenreng Rappang Regency are : give a limitation and clearness to the investors about the license to establish a building, increase counseling and insight for the formers. Real efforts in policy making which is related to price stability guarantee is needed, as well as improve facilities and infrastructure.
Keyword : land conversation, paddy production
ABSTRACT
DIAN MEI SULASTRI. The effect of the agricultural land conversion on paddy production in Sidenreng Rappang Regency (Supervised by
Hazairin Zubair)
This research aimed (1) to investigate the impact of the agricultural land conversion on the paddy production in Sidenreng Rappang Regency; (2) to investigate the factors affecting the agricultural land conversion in Sidenreng Rappang Regency;(3) Arrange some advice to solve theagricultural land conversion in Sidenreng Rappang Regency
The research was conducted in 3 sub-district of Sidenreng Rappang Regency. The methods used were interview and questionnaire distribution. The samples were chosen by using the purposive sampling echnique. The data were then analyzed using descriptive analysis.
The research result revealed that the conversion of the agricultural land had a significant effect on the paddy production. There was also a correlation between the internal and external factors of the farmers and the decision making of the land conversion. The advice to solve the agricultural land conversion in Sidenreng Rappang Regency are : give a limitation and clearness to the investors about the license to establish a
counseling and insight for the formers. Real efforts in policy making which is related to price stability guarantee is needed, as well as improve facilities and infrastructure.
Keyword : land conversation, paddy production
ix
The effect of the agricultural land conversion on Supervised by Roland
to investigate the impact of the agricultural land conversion on the paddy production in Sidenreng Rappang Regency; (2) to investigate the factors affecting the agricultural land conversion in Sidenreng Rappang Regency;(3) Arrange some advice to solve the
district of Sidenreng Rappang Regency. The methods used were interview and questionnaire distribution. The samples were chosen by using the purposive sampling echnique. The data were then analyzed using descriptive analysis.
The research result revealed that the conversion of the agricultural land had a significant effect on the paddy production. There was also a
tors of the farmers and the decision making of the land conversion. The advice to solve the agricultural land conversion in Sidenreng Rappang Regency are : give a limitation and clearness to the investors about the license to establish a
counseling and insight for the formers. Real efforts in policy making which is related to price stability guarantee is needed, as
x
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ................................................................................... i
Halaman Pengajuan .......................................................................... ii
Halaman Persetujuan ........................................................................ iii
Pernyataan Keaslian Tesis ................................................................ iv
Prakata ............................................................................................. v
Abstrak............................................................................................... viii
Abstract.............................................................................................. ix
Daftar Isi ........................................................................................... x
Daftar Tabel ....................................................................................... xiii
Daftar Gambar .................................................................................. xiv
Daftar Lampiran ................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar belakang .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................ 9
C. Tujuan Penelitian .............................................................. 9
D. Manfaat Penelitian ............................................................ 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................... 11
A. Penelitian Terdahulu ......................................................... 11
B. Konsep Agraria ................................................................. 12
C. Konsep dan Definisi Lahan ............................................... 13
D. Konversi lahan .................................................................. 15
xi
E. Kerangka Pikir Penelitian .................................................. 24
BAB III METODE PENELITIAN......................................................... 25
A. Pendekatan penelitian....................................................... 25
B. Lokasi dan waktu penelitian .............................................. 25
C. Populasi dan sampel penelitian ........................................ 27
D. Jenis dan sumber data...................................................... 28
E. Teknik pengumpulan data................................................. 29
F. Teknik Analisi Data ........................................................... 29
G. Definisi Opersasional ........................................................ 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................ 39
A. Pengaruh Konversi lahan terhadap Produksi .......................... 39
B. Faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan........................... 42
C. Arahan Untuk Mengatasi Konversi Lahan Pertanian............... 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................. 56
A. Kesimpulan ........................................................................ 56
B. Saran ................................................................................. 57
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... 58
LAMPIRAN........................................................................................ 60
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Perubahan lahan sawah di 3 kecamatan kabupaten Sidenreng Rappang ............................................................................................
2. Matriks Hubungan antara tujuan, data, dan metode..........................
3. Definisi opersaional dan kriteria objektif ............................................
4. Pengaruh Konversi lahan Terhadap Produksi ...................................
5. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan ........
7
30
36
39
43
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka pikir penelitian .......................................................... 24
2. Lokasi penelitian Kabupaten SIDRAP ...................................... 26
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kuesioner Responden .................................................................... 60
2. Daftar wawancara........................................................................... 63
3. Hasil analisis variabel ..................................................................... 68
4. Rekomendasi penelitian ................................................................. 76
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak manusia pertama kali menempati bumi, lahan sudah menjadi
salah satu unsur utama dalam menunjang kelangsungan kehidupan.
Konkritnya, lahan difungsikan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk
mempertahankan eksistensinya. Aktivitas yang pertama kali dilakukan
adalah pemanfaatan lahan untuk bercocok tanam (pertanian). Seiring
pertumbuhan populasi dan perkembangan peradaban manusia,
penguasaan dan penggunaan lahan mulai terusik yang menimbulkan
kompleksitas permasalahan akibat pertambahan jumlah penduduk,
penemuan dan pemanfaatan teknologi, serta dinamika pembangunan.
Lahan yang semula berfungsi sebagai media bercocok tanam, berangsur-
angsur berubah menjadi multifungsi pemanfaatan.(Agus, 2008)
Perubahan spesifik dari penggunaan lahan untuk pertanian ke
pemanfaatan bagi nonpertanian yang kemudian dikenal dengan istilah alih
fungsi (konversi) lahan, kian waktu kian meningkat. Khusus untuk
Indonesia, fenomena ini tentunya dapat mendatangkan permasalahan
yang komplek dikemudian hari, jika tidak diantisipasi secara serius dari
sekarang. Implikasinya, alih fungsi lahan sawah yang tidak terkendali
2
dapat mengancam kapasitas penyediaan pangan, dan bahkan dalam
jangka panjang dapat menimbulkan kerugian sosial.(Irawan,2002)
Lahan pertanian memiliki manfaat sosial dan manfaat ekonomi
maupun manfaat lingkungan. Secara sosial, eksistensi lahan pertanian
terkait dengan tatanan kelembagaan masyarakat petani dan aspek
budaya lainnya. Secara ekonomi, lahan pertanian adalah masukan paling
esensial dalam keberlangsungan proses produksi. Sementara itu, secara
lingkungan, aktivitas pertanian pada umumnya relatif lebih selaras dengan
prinsip-prinsip pelestarian lingkungan. (Bappenas, 2006).
Salah satu fenomena yang cukup sering terjadi dalam pemanfaatan
lahan adalah alih fungsi lahan. Fenomena tersebut muncul seiring makin
tinggi dan bertambahnya tekanan kebutuhan dan permintaan terhadap
lahan, baik dari sektor pertanian maupun dari sektor nonpertanian sebagai
akibat dari bertambahnya penduduk dan kegiatan pembangunan.
Sumaryanto et al. (1994) menggarisbawahi bahwa sisi dampak negatif
(kerugian) utama akibat konversi lahan pertanian (sawah) adalah
hilangnya peluang atau kesempatan dalam memproduksi hasil pertanian
yang terkonversi. Lebih lanjut, kerugian tersebut juga berdampak pada
hilangnya peluang pendapatan dan kesempatan kerja, baik secara
langsung maupun tidak langsung ke depan (forward linkage) dan ke
belakang (backward linkage) dari kegiatan ekonomi usaha tani.(I Gusti
Ngurah santoso,2011)
3
Konversi lahan pertanian sulit untuk dihindari oleh para pemilik
tanah baik petani maupun bukan petani. Hal tersebut disebabkan oleh
faktor ekonomi yaitu setiap orang ingin memperbaiki taraf hidupnya dan
mempunyai akses yang mudah terhadap sumber daya yang ada di
sekitar mereka. Lahan pertanian yang mereka miliki biasanya dikonversi
untuk penggunaan non pertanian, seperti perumahan, jasa, dan pabrik.
Lahan bagi penduduk Indonesia adalah sumber daya yang paling
penting (Tjondronegoro, 1999). Seiring dengan meningkatnya kepadatan
penduduk, keberadaan lahan terutama lahan pertanian menjadi semakin
terancam dikarenakan kebutuhan yang lebih penting yaitu untuk tempat
tinggal. Fenomena ini memacu terjadinya konversi lahan pertanian
menjadi lahan non pertanian baik itu untuk kompleks perumahan,
kawasan industri, kawasan perdagangan, bahkan sarana publik. Menurut
Utomo (1992), alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi
lahan didefinisikan sebagai perubahan fungsi sebagian atau seluruh
kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan)
menjadi fungsi lain yang membawa dampak negatif (masalah) terhadap
lingkungan dan potensi lahan itu sendiri.
Konversi lahan pertanian merupakan bentuk akibat dari
perkembangan wilayah. Konversi lahan pertanian dapat menimbulkan
dampak negatif terutama dalam konteks kondisi sosial ekonomi petani.
Kondisi ini tentu saja tidak boleh dibiarkan mengingat peran pertanian
yang begitu sentral dalam pengembangan ekonomi bangsa. Diantaranya
4
yaitu mencakup aspek produksi atau ketahanan pangan, peningkatan
kesejahteraan petani atau pengentasan kemiskinan. Yang tidak kalah
pentingnya adalah peran pertanian dalam menjaga kelestarian lingkungan
hidup. Itulah yang sering kali disebut sebagai multi fungsi pertanian.
Kebutuhan pangan di dunia semakin meningkat seiring dengan
bertambahnya jumlah penduduk di dunia, dengan adanya pertumbuhan
penduduk ini akan mengkibatkan berbagai permasalahan diantaranya
kerawanan pangan. Kebutuhan pangan dalam hal ini beras terus
mengalami peningkatan akibat pertambahan jumlah penduduk dan
peningkatan konsumsi per kapita yang dirangsang oleh kenaikan
pendapatan rumahtangga. Untuk mengimbangi peningkatan tersebut,
produksi beras nasional harus meningkat secara memadai dalam rangka
mempertahankan kecukupan pangan. Namun, berbagai hasil penelitian
mengungkapkan bahwa laju pertumbuhan produksi beras akhir-akhir ini
justru semakin melambat. Pada kondisi di mana produktivitas usahatani
padi sulit ditingkatkan, peningkatan luas panen padi merupakan upaya
yang terpaksa dilakukan untuk meningkatkan produksi padi nasional.
Namun demikian, keterbatasan sumber daya lahan dan anggaran
pembangunan menyebabkan upaya tersebut semakin sulit diwujudkan.
Pada situasi di mana produksi padi sulit ditingkatkan akibat
meningkatknya kendala perluasan sawah dan stagnasi teknologi
usahatani, konversi lahan sawah akan memperbesar masalah pangan
(Irawan, 2002).
5
Mengingat beras merupakan kebutuhan makanan pokok
yang sangat vital di Indonesia, maka beras itu harus selalu ada dan
harus mencukupi setiap saat dari waktu ke waktu. Pangan khusunya
beras tidak boleh kurang. Kekurangan pangan berpengaruh pada gizi
buruk, kesehatan, sekaligus menurunkan kualitas sumberdaya manusia.
Dampak serius lain yang ditimbulkan apabila terjadi kekurangan pangan
adalah terganggunnya stabilitas politik, ekonomi, keamanan dan
ketergantungan pada Negara lain.
Konversi lahan pertanian merupakan ancaman yang serius
terhadap ketahanan pangan nasional karena dampaknya bersifat
permanen. Keberadaan lahan pertanian memberikan manfaat yang
sangat luas secara ekonomi, sosial dan lingkungan. Oleh karena itu
hilangnya lahan pertanian akibat dikonversi ke penggunaan non pertanian
dapat menimbulkan dampak negatif terhadap berbagai aspek
pembangunan. Salah satu dampak konversi lahan yang sering mendapat
sorotan masyarakat adalah terganggunya ketahanan pangan yang
merupakan salah satu tujuan pembangunan nasional (Irawan, 2002). Hal
yang sangat disesalkan adalah ketika konversi lahan tersebut dilakukan
pada lahan- lahan produktif atau bahkan ada yang telah dilengkapi
dengan saluran irigasi.
Di Indonesia sendiri, khususnya di Kabupaten Sidenreng Rappang
permasalahan pangan tidak dapat kita hindari, walaupun kita sering
disebut sebagai daerah agraris yang sebagian besar penduduknya adalah
6
petani. Kenyataannya masih banyak kekurangan pangan yang melanda,
hal ini seiring dengan meningkatnya penduduk. Bertambahnya penduduk
bukan hanya menjadi satu-satunya permasalahan yang menghambat
untuk menuju ketahanan pangan nasional. Berkurangnya lahan pertanian
yang dikonversi menjadi pemukiman dan lahan industri, telah menjadi
ancaman dan tantangan tersendiri untuk Kabupaten Sidenreng Rappang
yang mandiri dalam bidang pangan. Tujuan dari ketahanan pangan harus
diorentasikan untuk pencapaian pemenuhan hak atas pangan,
peningkatan kualitas sumberdaya manusia, dan ketahanan pangan
nasional dan lokal. Berjalannya sistem ketahanan pangan tersebut sangat
tergantung pada dari adanya kebijakan dan kinerja sektor ekonomi, sosial
dan politik. Kebijakan pemerintah dalam aspek ekonomi, sosial maupun
politik juga sangat berpengaruh terhadap ketahanan pangan.
Kabupaten Sidenreng Rappang yang memiliki luas wilayah
2.506,19 km2,dengan jumlah penduduk sebesar 271.911 jiwa,merupakan
salah satu daerah yang dikenal sebagai sentra beras terbesar di Sulawesi
Selatan.(BPS Kabupaten Sidenreng Rappang). Namun perkembangannya
sampai sekarang ini sudah banyak lahan pertanian di Kabupaten
Sidenreng Rappang yang beralih fungsi menjadi perumahan masyarakat,
sehingga lahan pertanian semakin berkurang.hal ini akan berpengaruh
signifikan terhadap pendapatan petani di daerah tersebut.Hal ini terlihat
dari beberapa kecamatan yang terdapat di Kabupaten .Sidenreng
Rappang dimana beberapa lahan pertanian telah terkonversi,seperti
7
Kecamatan Maritenggae, Kecamatan Watang pulu, dan Kecamatan
Wattang Sidenreng.(Dinas Pertanian Kabupaten Sidrap,2014)
Tabel 1. Menunjukkan luas lahan sawah yang terdapat di 3
kecamatan mengalami peningkatan dan penurunan luas lahan. Akan
tetapi Kecamatan Wattang Sidenreng dari tahun 2013 mengalami
peningkatan luas lahan karena di kecamatan tersebut dilaksanakan
pencetakan sawah baru. (Dinas Pertanian Sidrap, 2014)
Tabel 1. Luas Lahan Sawah di kabupaten Sidenreng Rappang
No. KacamatanTahun ( Ha)
2009 2010 2011 2012 2013 2014
1 MaritengngaE 5.443 5.443 5.443 5.443 5.351 5.351
2 Wattang sidenreng 6.504 6.504 6.504 6.575 6.632 6.857
3 Wattang pulu 3.652 3.630 3.630 3.639 3.576 3.576
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Sidenreng Rappang (2014)
Lahan pertanian dapat memberikan manfaat baik dari segi
ekonomi, sosial maupun lingkungan. Oleh karena itu, semakin sempitnya
lahan pertanian akibat konversi akan mempengaruhi segi ekonomi, sosial
dan lingkungan tersebut. Jika fenomena konversi lahan pertanian ke non-
pertanian terus terjadi secara tak terkendali, maka hal ini akan menjadi
ancaman tidak hanya bagi petani dan lingkungan, tetapi hal ini bisa
menjadi masalah nasional.
8
Usaha yang dilakukan pemerintah untuk mempertahankan
swasembada pangan adalah peningkatan mutu program itensifikasi,
ekstensifikasi, diversifikasi dan rehabilitasi lahan pertanian. Hal ini penting
dilakukan guna mengantisipasi kebutuhan pangan khususnya beras yang
terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan
semakin kecilnya lahan sawah.
Untuk mengurangi alih fungsi lahan yang lebih luas pemerintah
Kabupaten Sidenreng Rappang perlu melakukan strategi dan kebijakan
mengenai pengendalian konversi lahan sawah karena permasalahannya
sangat kompleks maka strategi pengendalian alih fungsi lahan pertanian
memerlukan pendekatan holistik (memuat instrumen yuridis, instrumen
insentif bagi pemilik lahan pertanian, dan instrumen rencana tata ruang
wilayah dan perizinan lokasi secara terpadu). Serta dalam rangka
menjaga ketahanan pangan di Kabupaten Sidenreng Rappang
khususnya untuk meningkatkan produksi padi selain melakukan
pengendalian alih fungsi lahan juga perlu dilakukan intensifikasi pertanian
melalui penerapan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi dan
berwawasan lingkungan agar dapat meningkatkan budaya sains dan
teknologi pertanian di Kabupaten Sidenreng Rappang.
9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan, maka
yang menjadi rumusan masalah penelitian adalah, sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh konversi lahan pertanian terhadap produksi
padi di Kabupaten Sidenreng Rappang
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan pertanian di
Kabupaten Sidenreng Rappang
3. Arahan yang di tempuh untuk mengatasi masalah konversi lahan
pertanian di Kabupaten Sidenreng Rappang.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai
dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh yang di timbulkan konversi lahan pertanian
terhadap produksi padi di Kabupaten Sidenreng Rappang.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan
pertanian di Kabupaten Sidenreng Rappang.
3. Merumuskan arahan untuk mengatasi masalah konversi lahan
pertanian di Kabupaten Sidenreng Rappang
10
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau
kegunaan sebagai berikut :
1. Bagi Universitas Hasanuddin, penelitian ini dapat dijadikan
sebagai tolok ukur keberhasilan proses belajar mengajar dan juga
sebagai wujud pengabdian civitas akademik kepada masyarakat.
2. Bagi pemerintah, diharapkan dapat berguna sebagai informasi
mengenai dampak konversi lahan pertanian terhadap produksi
padi
3. Bagi petani, diharapkan dapat menambah pengetahuan sehingga
dapat bersifat ter-buka mandiri, dan kritis dalam menghadapi
setiap permasalahan.
4. Bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber ilmu
pengetahuan dan pengalaman serta acuan penelitian di masa
mendatang.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
I Made Mahadi Dwipradnyana (2014), dalam penelitian berjudul
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Pertanian serta
Dampaknya terhadap Kesejahteraan Petani. Hasil Penelitian bahwa pihak
terkait baik pemerintah harus mampu untuk mengontrol laju konversi
lahan dengan cara memperlemah faktor-faktor yang mendorong konversi
lahan baik yang bersifat internal maupun eksternal.
Petani harus ditekankan bahwa konversi lahan bukan jalan terbaik
bahkan dapat merugikan petani itu sendiri dan secara luas seperti
ketahanan pangan serta lingkungan. Dampak konversi lahan terhadap
kesejahteraan petani memerlukan penelitian yang lebih lanjut. Penelitian
selanjutnya diharapkan dapat mengkaji indikator-indikator lain selain
pendapatan yang mempengaruhi kesejahteraan petani. Hal ini terkait
dengan perbedaan persepsi petani tentang kesejahteraan.(I Made, 2014)
Agus Puji Rahardjo (2008), dalam penelitian berjudul Pengaruh Alih
Fungsi Lahan Sawah terhadap Produksi Pangan Utama di Provinsi Jawa
Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan alih fungsi
lahan sawah semakin sering terjadi. Semakin meluasnya alih fungsi lahan
akan memiliki dampak buruk terhadap ketersediaan pangan di Jawa Timur
12
khususnya padi, karena 90 persen padi ditanam di lahan sawah,
sedangkan lahan sawah sering mengalami alih fungsi menjadi
penggunaan lahan non pertanian. Untuk mengendalikan alih fungsi lahan
diperlukan strategi berupa strategi peraturan kebijakan, dan strategi
partisipasi mayarakat. Dengan ini maka instrumen untuk mengendalikan
alih fungsi lahan semakin kuat.
Fajar (2009), dalam penelitian berjudul Pengaruh konversi lahan
pertanian terhadap produksi padi di Kabupaten Asahan, hasil penelitian
menunjukkan bahwa luas`lahan pertanian dan produksi padi di Kabupaten
Asahan cenderung menurun, dan konversi lahan khususnya lahan
pertanian berpengaruh terhadap produksi padi di Kabupaten Asahan.
Konversi lahan pertanian terutama lahan sawah juga sangat
merugikan ketahanan pangan. Sebagaimana diketahui bahwa sekitar 55%
konsumsi kalori dan 45% protein rumah tangga berasal dari beras.
Sementara sekitar 90% produksi beras nasional dihasilkan dari lahan
sawah.
B. Konsep Agraria
Pengertian agraria menurut UUPA 1960 (UU No.5 Tahun 1960)
dalam Sitorus (2002) adalah seluruh bumi, air dan ruang angkasa,
termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dalam wilayah
Republik Indonesia sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah bumi,
air dan ruang angkasa Bangsa Indonesia dan merupakan kekayaan
nasional.
13
Sitorus (2002) menyatakan bahwa jenis-jenis sumber agraria
meliputi:
1) Tanah atau permukaan bumi, yang merupakan modal alami utama
dari pertanian dan peternakan.
2) Perairan, yang merupakan modal alami dalam kegiatan perikanan.
3) Hutan, merupakan modal alami utama dalam kegiatan ekonomi
komunitas perhutanan.
4) Bahan tambang, yang terkandung di “tubuh bumi”
5) Udara, yang termasuk juga materi “udara” sendiri.
Sitorus (2002) mengemukakan bahwa konsep agraria merujuk
pada berbagai hubungan antara manusia dengan sumber-sumber agraria
serta hubungan antar manusia dalam rangka penguasaan dan
pemanfaatan sumber-sumber agraria. Sitorus (2002) juga mengemukakan
bahwa subjek agraria dapat dibedakan menjadi tiga yaitu komunitas,
pemerintah dan swasta.
C. Konsep dan Definisi Lahan
Tanah atau lahan merupakan salah satu sumber daya yang penting
dalam kehidupan manusia karena setiap aktivitas manusia selalu terkait
dengan tanah. Tanah merupakan tanah (sekumpulan tubuh alamiah,
mempunyai kedalaman lebar yang ciri-cirinya mungkin secara langsung
berkaitan dengan vegetasi dan pertanian sekarang) ditambah ciri-ciri fisik
lain seperti penyediaan air dan tumbuhan penutup yang dijumpai. Utomo
14
(1992) menyatakan bahwa lahan sebagai modal alami yang melandasi
kegiatan kehidupan dan penghidupan, memiliki dua fungsi dasar, yakni:
a) Fungsi kegiatan budaya; suatu kawasan yang dapat dimanfaatkan
untuk berbagai penggunaan, seperti pemukiman, baik sebagai
kawasan perkotaan maupun pedesaan, perkebunan hutan produksi
dan lain-lain.
b) Fungsi lindung; kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utamanya
untuk melindungi kelestarian lingkungan hidup yang ada, yang
mencakup sumberdaya alam, sumberdaya buatan, dan nilai
sejarah serta budaya bangsa yang bisa menunjang pemanfaatan
budidaya.
Sihaloho (2004) membedakan penggunaan tanah ke dalam tiga kategori,
yaitu:
1. Masyarakat yang memiliki tanah luas dan menggarapkan tanahnya
kepada orang lain; pemilik tanah menerapkan sistem sewa atau bagi
hasil.
2. Pemilik tanah sempit yang melakukan pekerjaan usaha tani dengan
tenaga kerja keluarga, sehingga tidak memanfaatkan tenaga kerja
buruh tani.
3. Pemilik tanah yang melakukan usaha tani sendiri tetapi banyak
memanfaatkan tenaga kerja buruh tani, baik petani bertanah sempit
maupun bertanah luas.
15
D. Konversi Lahan
Utomo dkk (1992) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya
disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau
seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan)
menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap
lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan dalam artian
perubahan/penyesuaian peruntukan penggunaan, disebabkan oleh faktor-
faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi
kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan
meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik.
Sihaloho (2007) membagi konversi lahan kedalam tujuh pola atau
tipologi, antara lain:
1. Konversi gradual berpola sporadis; dipengaruhi oleh dua faktor utama
yaitu lahan yang kurang/tidak produktif dan keterdesakan ekonomi
pelaku konversi.
2. Konversi sistematik berpola ‘enclave’; dikarenakan lahan kurang
produktif, sehingga konversi dilakukan secara serempak untuk
meningkatkan nilai tambah.
3. Konversi lahan sebagai respon atas pertumbuhan penduduk
(population growth driven land conversion); lebih lanjut disebut
konversi adaptasi demografi, dimana dengan meningkatnya
pertumbuhan penduduk, lahan terkonversi untuk memenuhi
kebutuhan tempat tinggal.
16
4. konversi yang disebabkan oleh masalah sosial (social problem driven
land conversion); disebabkan oleh dua faktor yakni keterdesakan
ekonomi dan perubahan kesejahteraan.
5. Konversi tanpa beban; dipengaruhi oleh faktor keinginan untuk
mengubah hidup yang lebih baik dari keadaan saat ini dan ingin keluar
dari kampong.
6. Konversi adaptasi agraris; disebabkan karena keterdesakan ekonomi
dan keinginan untuk berubah dari masyarakat dengan tujuan
meningkatkan hasil pertanian.
7. Konversi multi bentuk atau tanpa bentuk; konversi dipengaruhi oleh
berbagai faktor, khususnya faktor peruntukan untuk perkantoran,
sekolah, koperasi, perdagangan, termasuk sistem waris yang tidak
dijelaskan dalam konversi demografi.
Konversi lahan biasanya terkait dengan proses perkembangan
wilayah, bahkan dapat dikatakan bahwa konversi lahan merupakan
konsekuensi dari perkembangan wilayah. Sebagian besar konversi lahan
yang terjadi, menunjukkan adanya ketimpangan dalam penguasaan lahan
yang lebih didominasi oleh pihak kapitalis dengan mengantongi izin
mendirikan bangunan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Di Indonesia,
terdapat tiga macam ketimpangan (Cristo-doulou sebagaimana dikutip
Wiradi, 2000), yakni:
1. Ketimpangan dalam hal struktur “pemilikan” dan “penguasaan”
tanah
17
Kepentingan/keberpihakan Pemerintah. Peran pemerintah
mendominasi dalam menentukan kebijakan peruntukan
penggunaan lahan dan mendukung pihak bermodal dan
penguasaan lahan, sedangkan peran masyarakat rendah
2. Ketimpangan dalam hal peruntukan tanah
Terdapatnya indikasi kesenjangan, yakni tanah yang
seharusnya diperuntukan bagi pertanian rakyat digusur,
sedangkan sektor non pertanian semakin bertambah luas.
3. Ketimpangan atau Incompability dalam hal persepsi dan
konsepsi mengenai agraria
Terjadi perbedaan persepsi dan konsepsi mengenai bermacam
hak atas tanah, yakni pemeritah dan pihak swasta yang
menggunakan hukum positif dengan penduduk yang
berpegang pada hukum normatif/hukum adat.
Menurut Kurniawati(2005) proses terjadinya alih fungsi lahan
pertanian ke penggunaan non pertanian disebabkan oleh beberapa faktor.
Tiga faktor penting yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan sawah
yaitu:
1. Faktor Eksternal. Merupakan faktor yang disebabkan oleh
adanya dinamika pertumbuhan perkotaan (fisik maupun
spasial), demografi maupun ekonomi.
18
2. Faktor Internal. Faktor ini lebih melihat sisi yang disebabkan
oleh kondisi sosial-ekonomi rumah tangga pertanian pengguna
lahan.
3. Faktor Kebijakan. Yaitu aspek regulasi yang dikeluarkan oleh
pemerintah pusat maupun daerah yang berkaitan dengan
perubahan fungsi lahan pertanian.
Pasandaran (2006) menjelaskan paling tidak ada tiga faktor, baik
sendiri-sendiri maupun bersama-sama yang merupakan determinan
konversi lahan sawah, yaitu:
1. Kelangkaan sumberdaya lahan dan air
2. Dinamika pembangunan
3. Peningkatan jumlah penduduk
Ada 3 aspek penting yang harus diperhatikan terkait alih fungsi
lahan dalam tata ruang, yaitu:1). Aspek Hukum dan Kelembagaan, 2).
Aspek Ekologi dan Biofisik, 3). Aspek Ekonomi dan Sosial-Budaya.
1. Aspek Hukum dan Kelembagaan:
1) Alih fungsi lahan menghargai perizinan atas kawasan yang telah
diterbitkan oleh Pemerintah.
2) Alih fungsi lahan menghargai keberadaan proyek/aset
pemerintah.
3) Alih fungsi lahan menghargai keberadaan atas sertifikat atau
bukti-bukti kepemilikan atas tanah yang sah.
19
4) Alih fungsi lahan merupakan bagian dari upaya resolusi
permasalahan tenurial dan kemantapan kawasan.
5) Alih fungsi lahan merupakan bagian dari upaya menghargai dan
menguatkan hak-hak sipil masyarakat sebagai warga negara.
2. Aspek Ekologi dan Biofisik:
1) Pertimbangan ekologi bertujuan untuk membangun
keseimbangan jangka panjang interaksi antar komponen sistem
lingkungan (abiotik dan biotik), termasuk di dalamnya unsur
interaksi sosial manusia untuk dapat mewujudkan kelestarian
dan kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan.
2) Pertimbangan aspek keanekaragaman hayati dan ekosistemnya
sehingga tetap terjaga keberadaan dan kelestariannya.
3) Pertimbangan keberadaan dan sebaran atau jelajah jenis-jenis
endemik dan/atau dilindungi baik tumbuhan maupun satwa.
4) Pertimbangan keberadaan dan sebaran ekosistem unik dan khas
termasuk mangrove, gambut, dan ekosistem khas pulau kecil.
5) Pertimbangan fungsi suatu kawasan sebagai bagian dari suatu
ekosistem yang mempunyai manfaat jasa lingkungan.
6) Ditujukan guna memantapkan kesatuan ekosistem dan
kekompakan kawasan ]hutan untuk dipertahankan agar dapat
berfungsi optimal.
7) Memperhatikan dukungan upaya global untuk menurunkan
emisi karbon dalam rangka mitigasi perubahan iklim.
20
8) Memperhatikan kerawanan bencana, skor kawasan (lereng,
tanah, curah hujan), dan penutupan lahan.
9) Memperhatikan kecukupan luas kawasan hutan minimal 30%
(tiga puluh persen) dari luas DAS dan atau pulau dengan
sebaran yang proporsional, sementarauntuk pulau-pulau kecil
dapat menggunakan pendekatan klaster pulau sebagai Satuan
Wilayah Pengelolaan.
3. Aspek Ekonomi dan Sosial-Budaya:
1) Pertimbangan keberadaan permukiman dan kebutuhan lahan
usaha dalam luasan yang rasional, terutama yang telah ada sejak
lama (>10 tahun).
2) Untuk permukiman mempertimbangkan keberadaan infrastruktur
(fasilitas sosial dan fasilitas umum) dan kelembagaan desa
(organisasi perangkat desa).
3) Menghargai keberadaan situs budaya dan objek-objek yang
menjadi sumber penghidupan masyarakat.
4) Menghormati hak dan keberadaan masyarakat adat.
5) Mempertimbangkan upaya daerah untuk mengoptimalisasikan
pemanfaatan sumber daya alam bagi kesejahteraan masyarakat
secara berkelanjutan.
Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian misalnya :
1. Memperkecil peluang terjadinya konversi
21
Dalam rangka memperkecil peluang terjadinya konversi lahan
sawah dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi penawaran dan
permintaan. Dari sisi penawaran dapat berupa insentif kepada pemilik
sawah yang berpotensi untuk dirubah. Dari sisi permintaan
pengendalian sawah dapat ditempuh melalui:( a) mengembangkan
pajak tanah yang progresif; (b) meningkatkan efisiensi kebutuhan
lahan untuk non pertanian sehingga tidak ada tanah yang terlantar.(c)
mengembangkan prinsip hemat lahan untuk industri, perumahan dan
perdagangan misalnya pembangunan rumah susun.
2. Mengendalikan Kegiatan Konservasi Lahan
a) membatasi konversi lahan sawah yang memiliki produktivitas tinggi,
menyerap tenaga kerja pertanian tinggi, dan mempunyai fungsi
lingkungan tinggi.
b) mengarahkan kegiatan konversi lahan pertanian untuk
pembangunan kawasan industri, perdagangan, dan perumahan
pada kawasan yang kurang produktif.
c) membatasu luas lahan yang dikonversi di setiap kabupaten/kota
yang mengacu pada kemampuan pengadaan pangan mandiri.
d) menetapkan Kawasan Pangan Abadi yang tidak boleh dikonversi,
dengan pemberian insentif bagi pemilik lahan dan pemerintah
daerah setempat
3. Instrumen Pengendalian Konservasi Lahan
22
Instrumen yang dapat digunakan untuk perlindungan dan
pengendalian lahan sawah adalah melalui instrumen yuridis dan non
yuridis, yaitu:
a) instrumen yuridis berupa peraturan perundang-undangan yang
mengikat (apabila memungkinkan setingkat undang-undang)
dengan ketentuan sanksi yang memadai.
b) instrumen insentif dan disinsentif bagi pemilik lahan sawah dan
pemerintah daerah setempat.
c) pengalokasian dana dekonsentrasi untuk mendorong pemerintah
daerah dalam mengendalikan konversi lahan pertanian terutama
sawah.
d) Instrumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan perizinan
lokasi.
Kekhawatiran akan makin menurunnya kualitas hidup masyarakat,
bahaya kelaparan, kekurangan gizi dan akibat-akibat negatif lain dari
permasalahan tersebut secara keseluruhan akan menghambat
pencapaian goal pertama dari Millennium Development Goals (MDGs)
yakni eradication of poverty and extreme hunger.
Mengingat beras merupakan kebutuhan makanan pokok yang
sangat vital di Indonesia, maka beras itu harus selalu ada dan harus
mencukupi setiap saat dari waktu ke waktu. Pangan khususnya beras
tidak boleh kurang.. Dampak serius lain yang ditimbulkan apabila terjadi
kekurangan pangan adalah terganggunnya stabilitas politik, ekonomi,
23
keamanan dan ketergantungan pada Negara lain. Oleh karena itu
Indonesia wajib dan harus memiliki ketahanan maupun kedaulatan
pangan secara berkelanjutan, bahkan harus mampu sebagai pengekspor
beras. Masalah yang dihadapi ke depan adalah merupakan ironi, negara
harus mampu meningkatkan produksi untuk bisa menyediakan pangan
beras secara berkecukupan dan berkelanjutan, namun di sisi lain alih
fungsi lahan sawah terus berlangsung dan semakin meningkat yang
dengan sendirinya mengurangi penyediaan beras.
Bagi Indonesia, masalah ketahanan pangan sangatlah krusial.
Pangan merupakan basic human need yang tidak ada substitusinya.
Indonesia memandang kebijakan pertanian baik di tingkat global, regional
dan nasional. Persoalan ketahanan pangan dan pembangunan pertanian
harus kembali menjadi fokus dari arus utama pembangunan nasional dan
global. Oleh karena itu Indonesia mengambil peran aktif dalam
menggalang upaya bersama mewujudkan ketahanan pangan global dan
regional.(I Gusti Ngurah Santoso,2011)
Produksi atau persediaan beras merupakan sumber utama untuk
kebutuhan dan terpenuhinya kebutuhan menunjukkan tingkat ketahanan
pangan beras itu sendiri. Apabila persediaan lebih rendah dari kebutuhan
maka ketahanan lemah, untuk menutupi kebutuhan harus ada impor.
Apabila persediaan sama dengan kebutuhan ketahanan pangan
khususnya beras masih dalamkondisi berimbang atau pas-pasan, belum
stabil sehingga impor masih perlu dilakukan.
24
E. Kerangka Pikir Penelitian
Kerangka penelitian bertujuan untuk memperlihatkan bagian utama
yang menjadi dasar analisis dalam penelitian ini. Adapun kerangka pikir
penelitian dapat dilihat pada Gambar :
Gambar 1. Kerangka pikir penelitian
Konversi Lahan
Faktor Internal
Umur Tingkat
Pendidikan Tingkat
pendapatan
Faktor Eksternal
Pengaruh Investor
Pengaruh tetangga
Produksi Padi
Arahan Mengatasi Konvesi Lahan di
Sidrap
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian
survei. Metode penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel
dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai pengumpulan
data yang pokok. Penelitian ini menggunakan bentuk deskriptif
korelasional. Penelitian deskriptif korelasional adalah bentuk penelitian
untuk mempelajari pengaruh satu variabel terhadap variabel lain. Data
yang terkumpul melalui metode deskriptif kemudian diteliti
keterhubungannya dengan menggunakan korelasional
Data yang digunakan dalam penelitian adalah data kuantitatif dan
kualitatif, hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil yang akurat. Data
kuantitatif diperoleh melalui hasil kusioner sebagai instrumen utama. Data
kualitatif diperoleh dengan melakukan wawancara mendalam dilakukan
untuk menggali informasi yang lebih mendalam dari para informan.
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian akan dilakukan di Kabupaten Sidenreng Rappang.
Penelitian dilaksanakan dua bulan yakni pada bulan Februari 2015
sampai dengan Maret 2015. Dengan Lokasi 3 Kecamatan yaitu
26
Kecamatan MaritenggaE, Kecamatan Watang Pulu dan Kecamatan
Wattang Sidenreng.
Sumber : Bappeda Kab. Sidenreng Rappang, 2015
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Kabupaten Sidenreng Rappang
Lokasi Penelitian
27
C. Populasi dan Sampel
Sugiyono (2009:115) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam hal ini
anggota populasi adalah seluruh petani yang mengalami konversi lahan
pada 3 Kecamatan yang diteliti.
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi. Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil
atau ditentukan mewakili populasi untuk diamati. Teknik pengambilan
sampel memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota)
populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel Sugiyono (2009:118).
Pemilihan responden dilakukan dengan teknik sampling
purposive.Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Dalam hal ini, sampel yang diambil berjumlah 30
orang responden yang terdiri dari tiga kecamatan yaitu Kecamatan
Maritenggae, Wattang Pulu dan Wattang Sidenreng . Untuk data kualitatif
diperlukan responden sebagai pendukung hasil analisis data kuantitatif,
responden dalam hal ini adalah adalah pemerintah kabupaten, petani dan
tokoh masyarakat.
28
D. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh melalui responden,
dimana responden akan memberikan respon verbal dan atau respon
tertulis sebagai tanggapan atas pertanyaan yang di berikan.Jenis Data
yang di gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Data Kualitatif, yaitu data yang diperoleh bersifat keterangan
yang tidak dapat dihitung yang dapat memberikan gambaran
terhadap sesuatu yang di teliti.
2) Data Kuantitatif, yaitu data yang diperoleh berbentuk angka-
angka dan dapat dihitung.
b. Sumber data
Jenis dan sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Data primer, adalah data yang diperoleh dari wawancara mendalam
(indepth interview) dengan panduan kuesioner yang diberikan kepada
petani sebagai responden telah disiapkan. Hal ini dimaksudkan untuk
menggali lebih lanjut persepsi dan pandangan responden tentang
konversi lahan untuk produksi padi.
b. Data sekunder, adalah data yang diperoleh melalui pendekatan
persuasif pada instansi terkait yaitu berupa dokumen-dokumen yang
berasal dari Dinas Pertanian, BPS, BAPPEDA dan laporan-laporan
29
resmi pemerintah serta kajian-kajian yang ada relevansinya dengan
penelitian
E. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara (interview)
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, yang
dilakukan oleh pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang
diwawancarai yang memberikan jawaban. Penelitian ini akan mengambil
data primer dari wawancara yang dilakukan terhadap sejumlah
responden. Penulis secara langsung melakukan wawancara dengan
responden yang dianggap paham dan mengetahui dengan jelas masalah
yang akan diteliti. Informan terpilih ada 2 (dua) yaitu sebagai berikut:
1. Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang dalam hal ini
kepala Dinas pertanian, Kepala Badan Perencanaan daerah,
dan BPS Kabuapten Sidenreng Rappang
2. Ketua kelompok Tani
b. Kuesioner, pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengedarkan daftar pertanyaan kepada responden.
F. Teknik Analisis Data
Data Kuantitatif yang telah terkumpul kemudian diolah dengan
menggunakan program SPSS, data tersebut kemuadian disajkan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi dengan menggunakan analisis deskriptif.
Tujuan dari analisis ini adalah untuk menjelaskan/mendeskripsikan
karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. (Hastono, 2001).
30
Tabel 2. Matriks Hubungan antara Tujuan, Data, dan Metode
No. Tujuan Variabel Data Sumber Data Metode1 Mengetahui pengaruh
yang ditimbulkan konversi lahan terhadap produksi padi
Jumlah produksi Jumlah produksi musim panen (ton)
Petani Instansi terkait
Analisis Deskriptif
2 Mengetahui dampak yang ditimbulkan konversi lahan terhadap produksi padi
Umur Umur petani saat menjadi responden
PetaniAnalisis Deskriptif
Pengaruh investor Frekuensi investor yang masuk Petani
Pendidikan Ijazah terakhir yang dimiliki
responden Petani
Pendapatan masyarakat (Petani)
Jumlah pendapatan petani permusim panen
Petani
Pengaruh tetangga Jumlah intensitas pengaruh tetangga
Petani
3 Merumuskan arahan strategi pemerintah untuk mengatasi konversi lahan pertanian
Arahan strategi Rumusan beberapa strategi pemerintah
Petani Instansi terkait
Analisis Deskriptif
31
G. Definisi Operasional
1. Variabel Independen
a. Pengaruh investor adalah ada tidaknya orang yang berkepentingan
untuk membangun usaha di bidang non pertanian yang mempengaruhi
responden agar mengkonversi lahan.
Cara pengukuran :Wawancara
Alat ukur : Kuesioner
Metode Pengukuran : Variabel investor diukur dengan total scoring
dari jawaban peryataan yang ada pada
instrumen dengan bentuk pilihan ganda ( 3
pertanyaan ), total skor 3 dengan alternative
jawaban :
1) Jawaban ya diberi skor 1
2) Jawaban Tidak diberi skor 0
Kriteria Objektif : investor dikatakan ada jika responden memiliki
≥ 50%.
Investor dikatakan tidak ada jika responden
memiliki<50%.
Jenis Data : Ordinal
b. Pengaruh tetangga adalah ada tidaknya tetangga yang mengkonversi
lahan yang diukur dari banyaknya petani yang lahannya berada di
sekitar responden yang telah mengalih fungsi lahannya.
Cara pengukuran :Wawancara
32
Alat ukur : Kuesioner
Metode Pengukuran : Variabel pengaruh tetangga diukur dengan total
scoring dari jawaban peryataan yang ada pada
instrumen dengan bentuk pilihan ganda ( 3
pertanyaan ), total skor 3 dengan alternative
jawaban :
1) Jawaban ya diberi skor 1
2) Jawaban Tidak dibberi skor 0
Kriteria Objektif : pengaruh tetangga dikatakan ada jika
responden memiliki ≥ 50%.
Pengaruh tetangga dikatakan tidak ada jika
responden memiliki<50%.
Jenis Data : Ordinal.
a. Umur adalah lamanya hidup responden yang diukur berdasarkan usia.
Cara pengukuran : Wawancara
Alat ukur : KTP/akte kalahiran
Metode Pengukuran : Variabel umur diukur dengan menggunakan
Kartu tanda penduduk (KTP) atau akte
kelahiran untuk melihat tahun kelahiran
responden .
Kriteria Objektif : penilaian muda apabila umur responden
kurang dari 35 tahun dan tua apabila umur
responden lebih atau sama dengan 35 tahun.
33
Jenis data : rasio
b. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang
pernah dilakukan oleh responden.
Cara pengukuran : Wawancara
Alat Ukur : Ijazah terakhir
Metode Pengukuran : tingkat pendididkan diukur dengan
menggunakan ijazah terakhir untuk melihat
jenjang pendidikan yang pernah dialui
responden.
Kriteria Objektif : Tingkat pendidkan dikatakan tinggi jika
responden lulus SMP/sederajat.
Tingkat pendidikan dikatakan rendah jika
responden tidak lulus SMP/sederajat
Jenis data : Ordinal
c. Tingkat pendapatan adalah hasil usaha yang diperoleh seseorang
setelah dikurangkan dengan biaya (cost) dalam sebulan yang di
nyatakan dalam rupiah.
Cara Pengukuran : Wawancara
Alat Ukur : Kuesioner
Metode pengukuran : Tingkat pendapatan diukur dengan hasli panen
dikurangi biaya dibagi lama panen.
34
Kriteria Objektif : Dikatakan cukup jika tingkat pendapatan
responden ≥ Upah Minimum Kabupaten (UMK)
Sidrap
Dikatakan kurang jika tingkat pendapatan
reponden < UMK Sidrap
Jenis data : Ordinal
2. Variabel antara
a. Konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh
kawasan(seoerti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang
menjadi dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi
lahan itu sendiri.
Cara Pengukuran : Wawancara
Alat Ukur : Kuesioner
Metode pengukuran : konversi lahan diukur dengan luas lahan
yang beralih fungsi dari lahan pertanian
menjadi non pertanian.
Kriteria Objektif : Dikatakan ada konversi jika responden
pernah melakukan alih fungsi lahan.
Dikatakan tidak ada jika responden tidak
pernah melakukan alih fungsi lahan.
Jenis data : Ordinal
35
3. Variabel Dependen
a. Produksi adalah banyaknya hasil panen yang diperoleh dari lahan
yang digarap yang diukur dalam satuan berat.
Cara Pengukuran : Wawancara
Alat Ukur : Kuesioner
Metode pengukuran : Produksi diukur dengan menjumlahkan hasil
panen secara keseluruhan dari lahan yang
digarap.
Kriteri Objektif : Dikatakan tinggi jika jumlah produksi tahun
ini lebih banyak dari tahun lalu.
Dikatakan rendah jika jumlah produksi tahun
ini lebih sedikit dari tahun lalu.
Jenis data : Rasio
36
Tabel 3 Definisi Operasional dan criteria objektif
No.Variabel
PenelitianDefinisi operasional
Skala Pengukuran
Alat Ukur Kriteria ObjektifJenis data
1 Pengaruh Investor
Pengaruh investor adalah ada tidaknya orang yang berkepentingan untuk membangun usaha di bidang non pertanian yang mempengaruhi responden agar mengkonversi lahan.
Ya = 1Tidak =0
Guttman
Kuesioner Ada bila ≥ 50 % Tidak ada bila <
50%
Ordinal
2 Pengaruh tetangga
Pengaruh tetangga adalah ada tidaknya tetangga yang mengkonversi lahan yang diukur dari banyaknya petani yang lahannya berada di sekitar responden yang telah mengalih fungsi lahannya.
Ya = 1Tidak =0
Guttman
Kuesioner Ada bila ≥ 50 % Tidak ada bila <
50%
Ordinal
3 Umur Umur adalah lamanya hidup responden yang diukur berdasarkan
KTP/Akte kelahiran
Tua bila ≥ mean Muda bila < mean
Rasio
37
No.Variabel
PenelitianDefinisi operasional
Skala Pengukuran
Alat Ukur Kriteria ObjektifJenis data
usia.
4 Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah dilakukan oleh responden.
Wajib belajar 9 tahun
Ijazah terakhir
Tinggi jika lulus SMP sederajat.
Rendah jika tidak lulus SMP/sederajat
Ordinal
5 Tingkat pendapatan
Tingkat pendapatan adalah hasil usaha yang diperoleh seseorang setelah dikurangkan dengan biaya (cost) dalam sebulan yang di nyatakan dalam rupiah
Upah Minimum Provinsi
Jumlah pendapatan
Cukup jika ≥ UMP Rendah jika <
UMP
Rasio
6 Konversi lahan
Konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan(seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan
Ya = 1Tidak =0
Guttman
Kuesioner Ada bila ≥ 50 % Tidak ada bila <
50%
Ordinal
38
No.Variabel
PenelitianDefinisi operasional
Skala Pengukuran
Alat Ukur Kriteria ObjektifJenis data
dan potensi lahan itu sendiri.
7 Produksi padi
Produksi adalah banyaknya hasil panen yang diperoleh dari lahan yang digarap yang diukur dalam satuan berat.
Satuan Berat Timbangan Meningkat jika hasil panen musim ini > hasli panen musim lalu.
Menurun jika hasil panen musim ini ≤ hasil panen musim lalu.
rasio
39
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian berupa data yang telah diolah menjadi informasi
sesuai dengan tujuan penelitian yang dideskripsikan dalam bentuk tabel
dan penjelasan. Data yang di peroleh kemudian diolah dengan
menggunakan program SPSS. Analisis Frekuensi dilakukan terhadap
variabel-variabel penelitian dengan mendeskripsikan hasil-hasil penelitian.
A. Pengaruh konversi lahan terhadap produksi
Analisis statistik dilakukan untuk mengetahui pengaruh konversi
dengan jumlah produksi padi pada di 3 kacamatan kabupaten
Sidenreng Rappang dengan hasil sebagai berikut :
Tabel 4. Pengaruh konversi lahan terhadap produksi padi
Konversi
lahan
Jumlah ProduksiJumlah
Meningkat Menurun
n % N n% N %
Terjadi
konversi0 13,3 13 86,7 13 100
Tidak terjadi
konversi13 86,7 0 13,3 13 100
Tabel 4, menunjukkan bahwa terjadi konversi lahan dan disertai
dengan penurunan produksi (100%), begitupun sebaliknya. Hal ini
menunjukkan bahwa konversi lahan pertanian berpengaruh terhadap
40
jumlah produksi padi, semakin banyak konversi lahan yang dilakukan
maka akan semakin menurunkan jumlah produksi padi. Jika produksi
padi menurun maka akan mempengaruhi tingkat pendapatan petani,
dan ketersediaan beras yang menurun sehingga akan mengancam
ketahanan pangan nasional. Mengingat beras adalah kebutuhan pokok
masyarakat Indonesia maka beras harus selalu ada dan tersedia.
Hal yang menyebabkan kehilangan hasil yang cukup besar
akibat dari arah konversi lahan sawah yang terjadi cenderung
mengarah kepada jenis lahan sawah yang berkualitas, dahulu karena
masih banyak pilihan, konversi terjadi pada lahan-lahan irigasi tadah
hujan atau irigasi sederhana, tetapi sekarang karena pilihan sudah
semakin kurang, maka semakin merambah kepada sawah-sawah
teknis yang memiliki tingkat produktivitas dan intensitas tanam yang
lebih baik.
Hal yang sama yang kemukakan oleh Fajar (2009),
menyatakan bahwa pengaruh adanya konversi lahan dengan produksi
padi di Kabuapten Asahan memiliki pengaruh yang bersifat
berbanding terbalik, artinya semakin besar konversi lahan maka
semakin kecil produksi padi yang di hasilkan.
Perubahan penggunaan lahan ini sejalan dengan penelitian
Sudaryanto (2005) bahwa selama periode 1981-1999 telah kehilangan
produksi padi sebesar 8,89 juta ton, dimana 6,86 juta ton terjadi di
41
Pulau Jawa dan 2,03 juta ton di Luar Jawa . Ini berarti bahwa setiap
tahun kita kehilangan 0,47 juta ton padi.
Akibat konversi lahan telah menyebabkan hilangnya setara
50, 9 juta ton gabah atau sekitar 2,82 juta ton gabah per tahun. Bila
dihitung setara beras, maka kehilangan produksi pangan tersebut
adalah sebesar 1,7 juta ton beras per tahun. Jumlah kehilangan
produksi beras tersebut hampir sebanding dengan jumlah impor beras
pada tahun 1984-1997 yang berkisar antara 1,5 juta hingga 2,5 juta
ton beras per tahun. Artinya, apabila konversi lahan sawah dapat
ditekan maka hal itu akan memberikan dampak yagn cukup besar bagi
pengadaan beras nasional.
Hal yang menyebabkan kehilangan hasil yang cukup besar
akibat dari: (a) Arah konversi lahan sawah yang terjadi cenderung
mengarah kepada jenis lahan sawah yang berkualitas, dahulu karena
masih banyak pilihan, konversi terjadi pada lahan-lahan irigasi tandah
hujan atau irigasi sederhana, tetapi sekarang karena pilihan sudah
semakin kurang, maka semakin merambah kepada sawah-sawah
teknis yang notabene memiliki tingkat produktivitas dan intensitas
tanam yang lebih baik, (b) Sebaliknya kegiatan pencetakan sawah
semakin bergeser pada kabupaten-kabupaten dengan produktivitas
usahatani Padi relatif rendah. Hal ini menunjukkan pula bahwa
ketersediaan lahan yang potensial bagi pencetakan sawah semakin
terbatas.
42
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan
Minimnya penghasilan dari bercocok tanam oleh sebagian besar
petani membuat mereka semakin terhimpit dalam hal pemenuhan
kebutuhan keluarga. Kondisi ini membuat banyak petani yang
mengamalkan prinsip pola nafkah ganda, dalam hal ini tidak hanya
kepala keluarga yang mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan
keluarga. Istri atau anak juga diminta untuk mencari nafkah dengan
menjadi buruh (buruh tani) demi menutupi kekurangan dalam hal
pemenuhan kebutuhan keluarga mereka.
Namun, usaha tersebut dirasa sia-sia karena biaya hidup
sekarang semakin meningkat. Oleh karena itu, konversi lahan menjadi
solusi dari permasalahan yang mereka hadapi. Dalam hal ini, mereka
mengkonversi lahan demi mempertahankan hidup mereka dengan
asumsi bahwa konversi lahan yang mereka lakukan akan lebih
menghasilkan. Faktor ini kemudian didukung dengan faktor-faktor yang
diduga berhubungan dengan konversi lahan. Faktor-faktor tersebut
meliputi faktor internal dan eksternal.
Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi konversi lahan sebagai berikut :
43
Tabel 5. Hasil analis faktor – faktor yang mempengaruhi konversi lahan
No. Variabel Kategori
Konversi LahanJumlah
Ada Tidak ada
N % N % n %
1 UmurMuda 1 12,5 7 87,5 8 100
Tua 14 63,6 8 36,4 22 100
2 InvestorAda 12 100 0 0 12 100
Tidak ada 3 16,7 15 83,3 18 100
3Pengaruh
tetangga
Ada 11 100 0 0 11 100
Tidak ada 4 21,1 15 83,3 19 100
4 Pendididkan Tinggi 3 33,3 6 66,7 9 100
Rendah 12 57,1 9 42,9 21 100
5 PendapatanCukup 8 36,4 14 3,6 22 100
Kurang 7 87,5 1 12,5 8 100
1. Umur
Umur merupakan salah satu faktor penentu para petani di
Kabuapten Sidenreng Rappang mengkonversikan lahan mereka.
Berdasarkan Tabel 5 , menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa
responden yang melakukan konversi dengan umur yang muda
hanya 12,5% responden yang melakukan konversi jika
dibandingkan dengan umur yang tua sebanyak 63%. pada kasus
konversi lahan di Kabupaten Sidenreng Rappang, petani akan
cenderung mengkonversi lahan ketika umur mereka sudah tua
karena pada umur tersebut petani sudah tidak kuat lagi dan akan
menjual atau mengalih fungsikan lahan mereka bahkan di
wariskan kepada anak-anak mereka.
44
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Misbahul munir
(2008) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh umur terhadap
konversi lahan pertanian. Akan tetapi dari hasil penelitian tersebut
berbanding terbalik dengan kategori umur yang mengkonversi lahan
pada kasus konversi lahan di desa Candimolyo, petani akan
cenderung mengkonversi lahan ketika umur mereka masih muda.
Hal terjadi karena kasus konversi lahan di desa ini merupakan
pengalihan fungsi lahan pertanian menjadi tambang pasir dan batu
yang pada proses penggaliannya membutuhkan tenaga lebih besar
dari bertani. Jadi, diduga bahwa petani golongan umur muda lebih
mampu untuk melakukan pekerjaan menambang pasir dan batu
tersebut sehingga akan lebih cenderung melakukan konversi lahan.
2. Pengaruh Investor
Rayuan dari pengusaha atau investor membuat petani rela
menjual lahannya. Berdasarkan Tabel 5 , menunjukkan bahwa,
menunjukkan bahwa responden yang melakukan konversi lahan
dan disertai dengan adanya investor sebanyak 100%, berbeda jika
dibandingkan dengan responden yang melakukan konversi lahan
dan tidak disertai dengan investor hanya 16,7%.pada kasus
konversi lahan di Kabupaten Sidenreng Rappang, petani akan
cenderung mengkonversi lahan ketika ada investor yang datang
kepada petani dengan memberikan penawaran yang menarik,
misalnya menawarkan harga jual lahan yang tinggi ke petani.
45
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Subali (2005)
yang menyatakan bahwa ada ketergantungan yang signifikan antara
pengaruh pengusaha dengan luasan tanah yang dikonversi.
Pendekatan yang dilakukan oleh pihak pengembang dalam
mendapatkan tanah masyarakat adalah salah satunya melalui calo
diselingi paksaan meskipun pihak pengusaha mengaku telah
melakukan rapat terlebih dahulu dengan pihak masyarakat. Namun
dalam pelaksanaan rapat dan negosiasi, responden bersifat pasif,
artinya hanya bisa mengatakan persetujuan dengan ketentuan yang
dilakukan oleh perusahaan dan calo. Hal ini karena kurangnya
pengetahuan tentang konversi lahan dan rendahnya tingkat
pendidikan penduduk yang menjual lahan.
3. Pengaruh Tetangga
Merujuk kepada tetangga yang terlebih dahulu melakukan
konversi lahan dan mereka dapat mencukupi kebutuhan hidup,
maka sebagian responden mengikuti jejak tetangganya.
Berdasarkan Tabel 5 , menunjukkan bahwa responden yang
melakukan konversi lahan dan disertai dengan adanya pengaruh
tetangga sebanyak 100%, berbeda jika dibandingkan dengan
responden yang melakukan konversi dan tidak disertai dengan
adanya pengaruh tetangga hanya 21,1 %.
pada kasus konversi lahan di Kabupaten Sidenreng
Rappang, petani akan cenderung mengkonversi lahan ketika ada
46
pengaruh tetangga yang mempengaruhi, ini biasanya didasarkan
oleh sifat iri hati ketika ada tetangga mereka yang berubah
kehidupan sosialnya. Bahkan fenomena yang terjadi di Kabupaten
Sidenreng Rappang walaupun lahannya sudah dialih
kepemilikannya, namun mereka masih dapat menggarap lahan
tersebut meskipun hasilnya tidak sebanding dengan yang
didapatkan sebelum mereka menjual lahannya.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Agus
(2008),yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan
antara pengaruh tetangga dengan konversi lahan yag terjadi di
Provinsi Jawa Timur. Jumlah tetangga petani yang mengkonversi
lahan, pada hakekatnya memiliki pengaruh bagi petani-petani lain
untuk ikut-ikutan mengkonversikan lahan mereka. Jika ditinjau dari
sejarah maraknya konversi lahan yang terjadi juga menunjukkan
bahwa pada hakekatnya konversi lahan yang dilakukan oleh petani-
petani ini merupakan akibat pengaruh tetangga yang ditunjukkan
dengan semakin pesatnya perkembangan konversi lahan ini dari
tahun ke tahun. Ada juga yang sempat berpendapat bahwa, jika
kegiatan konversi lahan ini tidak ada yang memulai, kemungkinan
besar kegiatan pertanian di Provinsi Jawa Timur
4. Pendidikan
Pendidikan terahir responden diduga menjadi penyebab
terjadinya konversi lahan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka
47
akan semakin bijak dalam mengambil keputusan untuk mengambil
keputusan tidak melakukan konversi lahan. Berdasarkan Tabel 5
menunjukkan bahwa responden yang melakukan konversi lahan
dan disertai dengan tingkat pendidikan yang tinggi hanya 33,3%,
berbeda jika dibandingkan dengan responden yang melakukan
konversi dan disertai dengan tingkat pendidikan yang rendah
sebanyak 57,1 %.
pada kasus konversi lahan diKabupaten Sidenreng
Rappang , konversi lahan lebih banyak dilakukan oleh petani yang
memiliki pendidikan yang rendah. Petani yang berpendidikan yang
tinggi akan lebih bijak dalam mengambil sebuah keputusan atau
langkah untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya, tentu akan
lebih memilih tidak mengkonversi lahan mereka karena mereka
belum tentu bisa berhasil dalam melakukan pekerjaan yang belum
mereka kuasai.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Nana
Danapriatna (2013), yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan
seseorang akan berpengaruh terhadap luasan tanah yang
dikonversi. Tingkat pendidikan responden didominasi oleh petani
berpendidikan setingkat SD, bahkan banyak juga yang tidak
bersekolah. Kondisi ini menyebabkan mudahnya petani tergoda
untuk menjual lahan sawahnya kepada pihak lain manakala
kebutuhan ekonomi makin mendesak untuk dipenuhi.
48
5. Pendapatan
Tingkat pendapatan responden diduga menjadi penyebab
terjadinya konversi lahan. Berdasarkan tabel 5 responden yang
melakukan konversi lahan dan disertai dengan tingkat pendapatan
yang cukup hanya 36,4%, berbeda jika dibandingkan dengan
responden yang melakukan konversi dan disertai dengan tingkat
pendapatan yang kurang sebanyak 87,5 %.
pada kasus konversi lahan di Kabupaten Sidenreng
Rappang, konversi lahan lebih banyak dilakukan oleh petani yang
memiliki pendapatan yang kurang jika dibandingkan dengan yang
memiliki pendapatan yang cukup. Menurut informasi yang didapat
di lapangan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi
tingkat pendapatan petani seperti luas lahan, hasil panen, faktor
lingkungan ,dan jumlah tanggungan keluarga. Pendapatan
dikatakan cukup apabila jumlah pengeluaran rumah tangga petani
lebih kecil dari pendapatan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan I Made Mahadi (2014),
yang menyatakn bahwa pendapatan petani bepengaruh terhadap
keputusan petani untuk mengkonversi lahan. Berdasarka hasil
penelitian di disimpulkan bahwa di Subak sebagian besar
responden yaitu 77 orang (68,75%) menyatakan setuju untuk
melakukan konversi lahan pertanian karena alasan lahan dianggap
mampu untuk mengatasi masalah ekonomi, lahan akan lebih
49
bermanfaat untuk perumahan dan lahan dianggap tidak mampu
untuk menghasilkan sesuai dengan keinginan.
Lahan mampu mengatasi masalah ekonomi tidak terlepas
dari permintaan lahan itu sendiri. Semakin banyak permintaan akan
lahan maka akan berpengaruh terhadap nilai lahan tersebut, maka
lahan akan menjadi komoditi yang menjanjikan dan akan
menghasilkan pemasukan yang banyak apabila dijual. Begitu pula
dengan persepsi masyarakat yang menganggap lahan merupakan
barang ekonomi, apabila persepsi tersebut tidak mampu dirubah
maka lama-kelamaan lahan akan habis terjual.
C. Arahan untuk mengatasi konversi lahan pertanian.
Pelaksanaan pencegahan alih fungsi lahan di daerah
penghasil pangan tentu sangat menarik untuk dicermati. Mengingat
selama ini Kabupaten Sidenreng Rappang di kenal sebagai daerah
penghasil beras. Secara teknis Undang-Undang Republik
Indonesia No 41 Tahun 2009 tentang perlindungan lahan pertanian
pangan berkelanjutan. menekankan bahwa pecegahan alih fungsi
lahan demi tercapainya ketahan Pangan dan Kemandirian Pangan.
Kabupaten Sidenreng Rappang selalu berinovasi untuk
melakukan peningkatan produksi padi, ini sesuai dengan misi
Kabuapten Sidenreng Rappang yang meningkatkan produktivitas
dan nilai tambah agrobisnis –agroindustri.
50
Beberapa strategi yang di tempuh pemerintah guna
peningkatan produksi padi diantaranya pemberian bantuan berupa
alat pertanian, pupuk organik, pupuk cair, bibit, pompa air, sumur
bor, racun, SLPPT ( sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu)
dan perbaikan sarana-sarana pertanian seperti jalan tani dan
saluran irigasi.serta bantuan pemerintah kabupaten untuk cetak
sawah baru yang diberikan minimal 10 ha/kelompok tani.
Bantuan yang di dapat oleh para petani bukan hanya datang
dari pemerintah kabupaten tapi datang dari pemerintah pusat dan
provinsi guna untuk mencapai program nasional yaitu swasembada
pangan. Pada tahun 2014 Kabupaten Sidenreng Rappang
mendapat bantuan pembuatan bendungan dari pemerintah pusat
sebagai penunjang untuk pengairan sawah yang tadah hujan di
kecamatan panca rijang, kecamatan kulo (Bappeda).
Luas lahan di kabupaten Sidenreng Rappang mengalami
penurunan di 2 kecamatan yaitu kecamatan MaritenggaE dan
Kecamatan Wattang pulu. Sedangkan di kecamatan Wattang
Sidenreng tidak mengalami penurunan bahkan mengalami
peningkatan luas lahan karena di kecamatan tersebut di
laksanakan pencetakan sawah baru dan alih fungsi lahan
perkebunan di jadikan lahan persawahan.
Dari hasil penelitian dan wawancara dilapangan terdapat
ancaman, peluang, kelemahan, dan kekuatan yang dihadapi oleh
51
Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang mengenai masalah
mengatasi konversi lahan yang sekarang ini mulai banyak terjadi.
1. Ancaman
Berbagai ancaman yang dihadapi Pemerintah dalam
mengatasi konversi lahan pertanian adalah sebagai berikut :
a) Pengaruh investor
Salah satu kendala yang selama ini dihadapi
pemerintah adalah resistensi para investor yang mempunyai
kekuatan lobby kepada pemerintah agar memberi izin untuk
pembangunan, disisi lain kesadaran masayarakat memang lebih
mengedepankan menjadi pengusaha dibanding mempertahankan
lahan pertanian dikarenakan menjadi petani dianggap tidak
menjanjikan.
b). Pengaruh Tetangga
Melihat jumlah petani yang mengkonversikan lahannya
semakin banyak, tidak menutup kemungkinan, petani-petani yang
lain akan ikut mengkonversi juga, apa lagi mereka yang telah
mengkonversi tadi telah terlihat keberhasilannya.
c). Pendapatan
Pendapatan hasil pertanian (terutama padi) masih jauh
lebih rendah, karena kalah bersaing dengan yang lain (terutama non
pertanian)seperti usaha industry dan perumahan dll. Hal inilah yang
mendorong mereka tertarik pada usaha lain di luar pertanian seraya
52
berpengharapan pendapatannya mudah meningkat (walaupun belum
tentu karena mayoritas ketrampilannya masih minim) dengan
mengganti lahan pertanian (sawah) menjadi lahan non pertanian.
2. Peluang
Beberapa peluang yang dimiliki Pemerintah untuk mengatasi
konversi lahan pertanian sebagai berikut :
a). Tingkat kesuburan tanah
Tingkat kesuburan tanah yang dimiliki di Kabuapten
Sidenreng Rappang bagus untuk pertanian karena sistem irigasi
yang dimiliki lebih banyak irigasi teknis jika dibandingkan dengan
sawah yang tadah hujan.
b). Sistem jaringan irigasi
Kabupaten Sidenreng Rappang merupakan salah satu sentra
penghasil beras di Sulawesi Selatan. Hal ini terutama didukung
oleh jaringan irigasi teknis yang mampu mengairi sawah
sepanjang tahun. Beberapa jaringan irigasi yang ada di
Sidenreng Rappang antara lain:
1. Jaringan Irigasi Bulu Cenrana, mengairi 6000 hektare sawah
2. Jaringan Irigasi Bila, mengairi 5400 hektare sawah
3. Jaringan Irigasi Bulu Timoreng, mengairi 5400 hektare sawah
Meskipun memiliki 3 jaringan irigasi akan tetapi sistem irigasi di
kabupaten Sidenreng Rappang belum bagus, ini di karenakan
53
masih banyaknya air yang terbuang ke sungai sehingga air tidak
banyak yang sampai ke sawah.
3. Kekuatan
Beberapa kekuatan yang dimiliki Pemerintah untuk mengatasi
konversi lahan pertanian adalah :
a). Pemberian bantuan ke petani
Bantuan yang didapat oleh para petani bukan hanya datang
dari pemerintah kabupaten tapi datang dari pemerintah pusat dan
provinsi guna untuk mencapai program nasional yaitu
swasembada pangan, diantaranya pemberian bantuan berupa
alat pertanian, pupuk organik, pupuk cair, bibit, pompa air, sumur
bor, racun, SLPPT ( sekolah lapang pengelolaan tanaman
terpadu).
b). Penerapan teknologi pertanian
Di Kabupaten Sidenreng Rappang penerapan teknologi
pertanian sudah dilaksanakan guna untuk meningkatkan produksi
padi. Teknologi yang digunakan berupa mesin traktor, mesin
pemotong padi(combain), Taxi (motor pengangkut gabah). Jadi
kegiatan pertanian yang dulunya menggunakan alat-alat
tradisional dan masih dikerjakan oleh manusia sekarang ini rata-
rata sudah tergantikan dengan mesin-mesin yang bertehnologi
tinggi, sehingga lebih memudahkan petani untuk bekerja
disamping itu waktu yang digunakan menjadi lebih efektif dan
54
efisien. Tapi dengan digunakannya teknologi pertanian tersebut
mengurangi jumlah tenaga kerja dibidang pertanian.
c). Pencetakan sawah baru
Salah satu upaya pemerintah Kabupaten Sidenreng
Rappang untuk perluasan areal tanam yaitu melaksanakan
pencetakan sawah baru guna untuk tetap menjaga kestabilan
produksi padi. Pemerintah memberikan bantuan dana
pencetakan sawah baru 10ha untuk tiap-tiap kelompok tani.
Pencetakan sawah baru belum sepenuhnya berjalan
dengan optimal karena dalam pencetakan sawah baru
memerlukan dana yang besar disamping itu lahan yang
diperlukan masih terbatas dan sistem irigasi belum optimal.
4. Kelemahan
Selain ancaman, peluang, dan kekuatan yang dimiliki oleh
Pemerintah dalam hal strategi pencegahan konversi lahan,
terdapat pula kelemahan yaitu :
a). Tingat Pendidikan
Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh petani menjadi
kelemahan tersendiri karena dengan minimya pendidikan
karakter (mental baja terhadap setiap usaha yang diinginkan)
dan minimnya IPTEKS yang dimiliki mayoritas rakyat Indonesia,
maka sering terjadinya sebagian masyarakat cenderung
mengambil jalan pintas dalam mengatasi masalah seperti usaha
55
seadanya (mengeksploitasi lahan pertanian hingga tidak
produktif/rusak, menjual tanah, merubah lahan pertanian ke non
pertania)tanpa memikirkan dampak untung dan ruginya,
sehingga manakala terjadi masalah maka kerugiannlah yang di
dapat (menderita).
b). Harga gabah yang tidak stabil
Salah satu yang membuat para petani tidak mampu untuk
mencukupi kebutuhan hidup keluarganya di sebabkan oleh harga
gabah yang tidak stabil, terkadang biaya produksi yang
dikeluarkan tidak sebanding dengan hasil panen yang di
dapatkan.
Dari hasil penelitian dan wawancara yang dilakukan terhadap
petani dan pemerintah maka dapat dirumuskan beberapa arahan
untuk mengatasi konversi lahan di Kabupaten Sidenreng Rappang
yaitu :
1. Memberikan batasan dan ketegasan kepada pihak
investor mengenai ijin mendirikan suatu bangunan.
2. Meningkatkan penyuluhan dan wawasan kepada petani.
3. Perlu diupayakan secara kongkrit dalam hal pembuatan
Kebijakan yang menyangkut jaminan kestabilan harga.
4. Peningkatan sarana dan prasarana pertanian, dalam hal
ini jalan tani dan sistem irigasi
56
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan
pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh antara konversi lahan pertanian dengan produksi
padi, artinya jika semakin banyak konversi lahan maka semakin
menurun produksi padi yang di hasilkan. Pada umumnya konversi
lahan di Kabupaten Sidenreng Rappang tidak terlalu mempengaruhi
penurunan produksi tetapi secara Kecamatan mempengruhi
produksi.
2. Terdapat pengaruh faktor internal dan eksternal dengan
pengambilan keputusan untuk mengkonversi lahan. Faktor-faktor
tersebut adalah umur, pengaruh investor, pengaruh tetangga,
pendidikan dan pendapatan.
3. Arahan untuk mengatasi konversi lahan di Kabupaten Sidenreng
Rappang yaitu : memberikan batasan dan ketegasan kepada pihak
investor mengenai ijin mendirikan suatu bangunan, meningkatkan
penyuluhan dan wawasan kepada petani, perlu diupayakan secara
kongkrit dalam hal pembuatan kebijakan yang menyangkut jaminan
kestabilan harga, serta peningkatan sarana dan prasarana pertanian,
dalam hal ini jalan tani dan sistem irigasi.
57
B. Saran
1. Peneliti lanjutan lebih mempertajam bahasan mengenai dampak
konversi lahan bagi sosial ekonomi masyarakat dan lingkungan.
Hal itu dapat memperjelas kondisi pertanian di Indonesia
umumnya, dan Kabuapten Sidenreng Rappang khususnya.
2. Konversi lahan harus diminimalisir demi menjamin ketahanan
pangan. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan program
intensifikasi, ekstensifikasi dan diversivikasi pangan.
3. Perumusan strategi yang telah dibuat untuk mengatasi konversi
lahan pertanian, selanjutnya dapat ditindak lanjuti oleh
Pemerintah Kabupaten Sidenreng Rappang.
58
DAFTAR PUSTAKA
Agus Puji Raharjo.(2008). Pengaruh Alih Fungsi Lahan Sawah Terhadap Produksi Pangan Utama di Provinsi Jawa Timur: Suatu Analisis Kebijakan, PPs Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Surabaya
Badan Pusat statistik.2014, Profil Kabuapten Sidenreng Rappang
Darwanto, Dwidjono H. 2005. Ketahanan Pangan Berbasis Produksi dan Kesejahteraan Petani. Ilmu Pertanian Vol. 12 No.2, 152-164.
Fajar Akbar Addhitama. 2009. Pengaruh konversi lahan pertanian terhadap produksi padi di Kabuapten Asahan.Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Hastono, S. p. (2001). Modul Analisis Data. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat universitas Indonesia.
I Gusti Ngurah Santosa. (2011) Dampak Alih Fungsi Lahan Sawah Terhadap Ketahanan Pangan Beras. Udayana, Denpasar.
Imade Mahadi Dwipradnyana. (2014).Faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan pertanian serta dampaknya terhadap kesejahteraan petani .PPs Udayana, Denpasar.
Kurniawati, Yoyoh. 2005. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian ke Non Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Daya Dukung Lahan di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung.[Tesis] Sekolah Pascasarjana. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Nana Danapriatna. 2013. Pengaruh Konversi Lahan Pertanian terhadap Tingkat Kesejahteraan Petani. Fakultas Pertanian. Universitas Islam 45. Bekasi
Nasution dkk. (2000).Masalah Alih Fungsi Lahan dan Dampaknya terhadap Keberlangsungan Swasembada Pangan. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian Jakarta.
Misbahul Munir (2008). Pengaruh Konversi Lahan Pertanian Terhadap Tingkat Kesejahteraan Rumahtangga Petani (Kasus: Desa Candimulyo, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo Propinsi Jawa Tengah), Institut Pertanian Bogor
59
Program Pascasarjana Univesitas Hasanuddin. 2011. Pedoman Penulisan Tesis dan Disertasi. PPs UNHAS, Makassar
Pasandaran, Effendi. (2006). Alternatif Kebijakan Pengendalian Konversi Lahan Sawah Beririgasi di Indonesia.
Sihaloho, Martua.(2004). Konversi Lahan Pertanian dan Perubahan Struktur Agraria.
Sitorus, MT. F.( 2002). Lingkup Agraria dalam Menuju Keadilan Agraria 70 Tahun.Jakarta.
Subali, A. 2005. Pengaruh Konversi Lahan Terhadap Pola Nafkah Rumah Tangga Petani. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Sugiyono, Metode Penelitian Admninistrasi, Bandung : CV. Alfabeta,2009
Suryana, Ahmad. 2004. Kapita Selekta Evolusi Pemikiran Kebijakan Ketahanan Pangan. Edisi 2003/2004. BPFE – Yogyakarta.
Utomo, M., Eddy Rifai dan Abdulmutalib Thahir. (1992). Pembangunan dan Alih Fungsi Lahan..
Tambunan, Tulus. 2008. Ketahanan Pangan di Indonesia Inti Permasalahan dan Alternatif Solusinya. Makalah, untuk Kongres ISEI, Mataram
Wiradi, Gunawan.(2000). Reforma Agraria: Perjalanan Yang Belum Berakhir.
60
Lampiran 1
KUESIONER
Petunjuk:
Isilah jawaban pada titik-titik (.....) serta berilah tanda (√) pada setiap kolom ( ) yang sesuai di bawah ini
IDENTITAS RESPONDEN
No. kuesioner ..................................................
Jenis Kelamin : ..................................................
Tempat Tinggal : ..................................................
Desa / kelurahan : .................................................
A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Umur Responden
( tahun )
Daftar Pertanyaan
1. Apakah anda pernah mengalih fungsikan lahan pertanian ?
(a) Ya
(b) Tidak
2. Apakah ada alih fungsi lahan pertanian di daerah anda ?
(a) ya
(b) Tidak
3. Apakah ada investor yang datang kepada anda ?
(a) Ya
61
(b) Tidak
4. Apakah ada investor yang membangun di lahan pertanian ?
(a) Ya
(b) Tidak
5. Apakah ada investor yang mempengaruhi anda untuk alih fungsi lahan pertanian ?
(a) Ya
(b) Tidak
6. Apakah ada tetangga anda yang mengalih fungsikan lahan pertaniannya ?
(a) Ya
(b) Tidak
7. Apakah ada tetangga anda yang mempengaruhi untuk alih fungsi lahan pertanian ?
(a) Ya
(b) Tidak
8. Apakah ada tetangga anda hidup sejahtera setelah mengalih fungsikan lahan pertaniannya ?
(a) Ya
(b) Tidak
9. Apa pendidikan terakhir anda ?
1. Tidak sekolah
2. Tidak tamat SD
3. Tidak tamat SMP
4. Tidak tamat SMA
10. Berapa pendapatan anda dalam sekali panen ?
62
(Rp )
11. Apakah pendapatan anda cukup untuk keluarga ?
(a) Ya
(b) Tidak
12. Berapa luas lahan yang anda garap ?
( Ha)
13. Apakah anda mengalami penurunan pendapatan setelah konversi?
a. Ya
b. Tidak
14. Berapa hasil panen anda dalam sekali musim ?
( Ton)
15. Berapa harga gabah yang anda jualkan musim ini?
( Rp……………..)
16. Apa anda mengalami penurunan produksi setelah konversi?
a. Ya
b. Tidak
20. Berapa hasil panen anda musim lalu ?
( Ton)
63
Lampiran 2
DAFTAR WAWANCARA
Lampiran daftar wawancara yang dilakukan terhadap petani
dan Pemerintah.
a. Petani
No Daftar Pertanyaan Jawaban
1. Apakah di daerah anda ada bantuan
dari pemerintah ?
1.ada
2. Bagaimana respon pemerintah
dalam peningkatan produksi padi ?
2.Mendukung
3. Sawah anda masuk dalam irigasi
tehnis atau tadah hujan
3.Irigasi tehnis dan tadah
hujan
4. Bagaimana dengan sistem irigasi di
daerah anda ?
4.Belum bagus karna masih
banyak air yang terbuang ke
sungai sehingga air tidak
banyak yang sampai ke
sawah
5. Apakah ada cetak sawah di daerah
anda ?
5.ada
6. Cetak sawah yang dilakukan atas
bantuan pemerintah ?
6.Tidak semua karna
sebagian juga ada swadaya
masyarakat
7. Apakah semenjak pemerintah
memberikan bantuan, hasil produksi
anda meningkat ?
7.iya meningkat
8. Apakah ada tehnologi pertanian
masuk di daerah anda
8.ada
64
No Daftar Pertanyaan Jawaban
9. Tehnologi apa saja yang ada? 9.mesin traktor, mesin
pemotong padi(combain),
Taxi (motor pengangkut
gabah)
10. Apakah semenjak mesin-mesin
tehnologi pertanian di
gunakan,mengurangi tenaga kerja
di bidang pertanian ?
10.iya
11. Bagaimana harga gabah di daerah
anda?
11.Belum stabil
12. Siapa yang menentukan harga
gabah?
12.Pedagang
13. Apakah ada konversi lahan di
daerah anda ?
13. ada
14. Menurut anda, apa sudah ada
aturan yang di berikan pemerintah
tentang konversi lahan ?
14.Belum ada aturan
15. Bagaimana dengan sanksi yang di
berikan terhadap pelanggar alih
fungsi lahan pertanian ?
15.Tidak ada sanksi
65
b. Pemerintah
No Daftar Pertanyaan Jawaban
1. Apakah ada konversi lahan di
Kabupaten Sidrap ?
1.Ada
2. Apakah sudah ada aturan mengenai
konversi lahan ?
2.ada tapi masih sementara
pembahasan
3. Apakah ada bantuan yang diberikan
pemerintah untuk petani ?
3.Ada
4. Bantuan apa saja yang diberikan ? 4.- SLPTT (sekolah lapang
pengelolaan tanaman
terpadu, pompa, sumur bor,
benih, racun.
5. Bagaimana sistem irigasi ? 5.belum optimal karna
masih ada beberapa
kecamatan yang jaringan
irigasinya yang masih perlu
di perbaiki dan di
tambahkan.
6. Apakah ada bantuan dari
pemerintah pusat ?
6.Ada,bantuan dana ke
petani untuk UPSUS (upaya
66
No Daftar Pertanyaan Jawaban
khusus swasembada
pangan.
7. Apakah ada usaha pemerintah
untuk perbaikan atau penambahan
lahan pertanian ?
7.ada
8. Usaha apa yang di laksanakan 8.Pencetakan sawah baru
yang di berikan kepada
kelompok tani minimal 10
Ha/kelompok tani
9. Apakah pemerintah ikut andil dalam
penentuan harga gabah?
9.Tidak,karna pemerintah
hanya mengendalikan harga
gabah,jika suatu saat harga
gabah turun.
10. Bagaimana pemerintah
mengendalikan harga gabah
10.Pemerintah bekerja
sama dengan bulog tentang
harga gabah jika sewaktu-
waktu harga gabah turun.
67
Lampiran 3HASIL ANALISIS SPSS
Frequency Table
Jenis kelamin
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid Laki-laki 30 100.0 100.0 100.0
Umur
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid Muda 8 26.7 26.7 26.7
Tua 22 73.3 73.3 100.0Total 30 100.0 100.0
Investor
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid Ada 12 40.0 40.0 40.0
tidak ada 18 60.0 60.0 100.0Total 30 100.0 100.0
Pengaruh Tetangga
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid Ada 11 36.7 36.7 36.7
tidak ada 19 63.3 63.3 100.0Total 30 100.0 100.0
Pendidiikan
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid Tinggi 9 30.0 30.0 30.0
Rendah 21 70.0 70.0 100.0Total 30 100.0 100.0
68
Pendapatan
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid Cukup 22 73.3 73.3 73.3
Kurang 8 26.7 26.7 100.0Total 30 100.0 100.0
Konversi
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid Ada 15 50.0 50.0 50.0
tidak ada 15 50.0 50.0 100.0Total 30 100.0 100.0
Jumlah Produksi
Frequency Percent Valid PercentCumulative
PercentValid meningkat 15 50.0 50.0 50.0
menurun 15 50.0 50.0 100.0Total 30 100.0 100.0
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N PercentUmur * Konversi 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%Investor * Konversi 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%Pengaruh Tetangga * Konversi 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%
Pendidiikan * Konversi 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%Pendapatan * Konversi 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%
69
Umur * Konversi
Crosstab
Konversi Total
ada tidak ada adaUmur Muda Count 1 7 8
% within Umur 12.5% 87.5% 100.0%Tua Count 14 8 22
% within Umur 63.6% 36.4% 100.0%Total Count 15 15 30
% within Umur 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 6.136(b) 1 .013Continuity Correction(a)
4.261 1 .039
Likelihood Ratio 6.719 1 .010Fisher's Exact Test .035 .018Linear-by-Linear Association 5.932 1 .015
N of Valid Cases 30
a Computed only for a 2x2 tableb 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.00.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.Nominal by Nominal
Phi -.452 .013Cramer's V .452 .013
N of Valid Cases 30
a Not assuming the null hypothesis.b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
70
Investor * Konversi
Crosstab
Konversi Total
ada tidak ada adaInvestor Ada Count 12 0 12
% within Investor 100.0% .0% 100.0%tidak ada Count 3 15 18
% within Investor 16.7% 83.3% 100.0%Total Count 15 15 30
% within Investor 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 20.000(b) 1 .000Continuity Correction(a)
16.806 1 .000
Likelihood Ratio 25.369 1 .000Fisher's Exact Test .000 .000Linear-by-Linear Association 19.333 1 .000
N of Valid Cases 30
a Computed only for a 2x2 tableb 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.00.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.Nominal by Nominal
Phi .816 .000Cramer's V .816 .000
N of Valid Cases 30
a Not assuming the null hypothesis.b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
71
Pengaruh Tetangga * Konversi
Crosstab
Konversi Total
ada tidak ada adaPengaruh Tetangga
ada Count 11 0 11% within Pengaruh Tetangga 100.0% .0% 100.0%
tidak ada Count 4 15 19% within Pengaruh Tetangga 21.1% 78.9% 100.0%
Total Count 15 15 30% within Pengaruh Tetangga 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 17.368(b) 1 .000Continuity Correction(a)
14.354 1 .000
Likelihood Ratio 22.032 1 .000Fisher's Exact Test .000 .000Linear-by-Linear Association 16.789 1 .000
N of Valid Cases 30
a Computed only for a 2x2 tableb 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.50.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.Nominal by Nominal
Phi .761 .000Cramer's V .761 .000
N of Valid Cases 30
a Not assuming the null hypothesis.b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
72
Pendidikan * Konversi
Crosstab
Konversi Total
ada tidak ada adaPendidiikan Tinggi Count 3 6 9
% within Pendidiikan 33.3% 66.7% 100.0%Rendah Count 12 9 21
% within Pendidiikan 57.1% 42.9% 100.0%Total Count 15 15 30
% within Pendidiikan 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 1.429(b) 1 .232Continuity Correction(a)
.635 1 .426
Likelihood Ratio 1.449 1 .229Fisher's Exact Test .427 .213Linear-by-Linear Association 1.381 1 .240
N of Valid Cases 30
a Computed only for a 2x2 tableb 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.50.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.Nominal by Nominal
Phi -.218 .232Cramer's V .218 .232
N of Valid Cases 30
a Not assuming the null hypothesis.b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
73
Pendapatan * Konversi
Crosstab
Konversi Total
ada tidak ada adaPendapatan Cukup Count 8 14 22
% within Pendapatan 36.4% 63.6% 100.0%Kurang Count 7 1 8
% within Pendapatan 87.5% 12.5% 100.0%Total Count 15 15 30
% within Pendapatan 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 6.136(b) 1 .013Continuity Correction(a)
4.261 1 .039
Likelihood Ratio 6.719 1 .010Fisher's Exact Test .035 .018Linear-by-Linear Association 5.932 1 .015
N of Valid Cases 30
a Computed only for a 2x2 tableb 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.00.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.Nominal by Nominal
Phi -.452 .013Cramer's V .452 .013
N of Valid Cases 30
a Not assuming the null hypothesis.b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
74
Konversi*Produksi padi
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N PercentKonversi * Jumlah Produksi 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%
Konversi * Jumlah Produksi Crosstabulation
Jumlah Produksi Total
meningkat menurun meningkatKonversi ada Count 2 13 15
% within Konversi 13.3% 86.7% 100.0%tidak ada Count 13 2 15
% within Konversi 86.7% 13.3% 100.0%Total Count 15 15 30
% within Konversi 50.0% 50.0% 100.0%
Chi-Square Tests
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 16.133(b) 1 .000Continuity Correction(a)
13.333 1 .000
Likelihood Ratio 18.028 1 .000Fisher's Exact Test .000 .000Linear-by-Linear Association 15.596 1 .000
N of Valid Cases 30
a Computed only for a 2x2 tableb 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.50.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.Nominal by Nominal
Phi -.733 .000Cramer's V .733 .000
N of Valid Cases 30
a Not assuming the null hypothesis.b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
75
76