pengaruh konsep diri akademik dan attachment...
TRANSCRIPT
PENGARUH KONSEP DIRI AKADEMIK DAN ATTACHMENT
STYLE TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI
SISWA KELAS IX MTs. AL GHAZALY BOGOR
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Oleh:
Yusuf As Saleh
103070029025
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2011 M
PENGARUH KONSEP DIRI AKADEMIK DAN ATTACHMENT
STYLE TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI
SISWA KELAS IX MTs. AL GHAZALY BOGOR
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh:
Yusuf As Saleh NIM. 103070029025
Di bawah bimbingan,
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dra. Diana Mutiah, M. Si Mulia Sari Dewi, M. Psi NIP. 19671029 199603 2 001 NIP. 19820929 200801 2 004
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul Pengaruh Konsep Diri Akademik dan Attachment Style
terhadap Motivasi Berprestasi Siswa Kelas IX MTs. Al Ghazaly Bogor telah
diujikan dalam sidang munaqosah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 11 April 2011. Skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi.
Jakarta, 11 April 2011
Sidang Munaqosah
Dekan/ Pembantu Dekan/ Ketua Merangkap Anggota Sekretaris merangkap Anggota Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si NIP. 130 885 522 NIP. 19561223 198303 2001
Anggota,
Solicha, M. Si Dra. Diana Mutiah, M. Si NIP. 1972015 199903 2 001 NIP. 19671029 199603 2 001
Mulia Sari Dewi, M. Psi NIP. 19820929 200801 2 004
LEMBAR PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Yusuf As Saleh
NIM : 103070029025
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh konsep diri
akademik dan attachment style terhadap motivasi berprestasi siswa kelas IX
MTs. Al Ghazaly Bogor adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak
melakukan tindakan plagiat dalam penysusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-
kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber
pengutipannya dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan undang-
undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan
karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan dengan sebaik-baiknya.
Jakarta, 11 April 2011
Penulis
MOTTO
Jangan terjebak dalam kesalahan hidup, di mana Anda mencoba meraih
tujuan hidup secara instant sekaligus dan langsung besar, bagaikan aksi
sulap yang dapat mentransformasikan khayalan menjadi realita. Perlu Anda
ketahui, sesuatu yang besar itu tidak pernah tercipta kecuali Anda memulai
dengan sesuatu yang kecil untuk pertama kali. kesuksesan seseorang, pada
umumnya direalisasikan bukan oleh perubahan nasib mendadak, melainkan
dari langkah yang sederhana, secara terus menerus menapaki tangga
kemajuan.
~Andrew Wood~
Ya Allah, kami mohon kepada-Mu akan keselamatan dalam agama, kesehatan dalam badan, bertambah dalam ilmu, keberkahan dalam rezeki, taubat sebelum mati, rahmat ketika mati, dan ampunan sesudah mati !
Karya ini kupersembahkan untuk kedua orangtuaku yang berjuang tanpa henti, ikhlas memberi tanpa pamrih.
LOVE & MISS YOU!
ABSTRAK
(A) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (B) April 2011 (C) Yusuf As Saleh (D) 70 halaman (E) Pengaruh konsep diri akademik dan attachment style terhadap motivasi
berprestasi siswa kelas IX MTs. Al Ghazaly Bogor (F) Motivasi merupakan pendorong timbulnya suatu tingkah laku, dalam hal
ini siswa mencapai hasil yang maksimal terwujud berupa prestasi akademik yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Pada penelitian Baslant dan McCoach (2006) dapat terlihat bahwa motivasi menjadi masalah yang mendasar bagi para siswa. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara konsep diri akademik dan attachment style terhadap motivasi berprestasi siswa kelas IX MTs. Al Ghazaly Bogor, serta Seberapa besar kontribusi variabel-variabel antara konsep diri akademik dan attachment style terhadap motivasi berprestasi siswa kelas IX MTs. Al Ghazaly. Motivasi berprestasi diartikan sebagai suatu dorongan yang akan mengarahkan individu untuk bertingkah laku tertentu dengan tujuan untuk mencapai tingkat prestasi tertentu pula. Konsep diri akademik diartikan gambaran siswa terhadap kemampuan dirinya dalam pelajaran disekolah, dan persepsi siswa tentang pandangan guru dan teman-teman terhadap kemampuannya di bidang akademik, yang terdiri dari dua faktor academic self confidence dan academic effort. Attachment style diartikan sebagai kecenderungan perilaku lekat individu yang terdiri dari dimensi positif dan negatif dua sikap dasar, yaitu sikap mengenai self dan sikap terhadap orang lain, yang terdiri dari fear-avoidant, secure, dismissing, dan preoccupied. Untuk menguji hipotesis, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif terhadap populasi siswa kelas IX MTs Al Ghazaly Bogor, dimana sampel yang digunakan sebanyak 117 siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner berbentuk skala model Likert yaitu skala motivasi berprestasi, skala konsep diri akademik, dan skala attachment style. Data diolah dengan teknik analisis regresi berganda lewat SPSS 17.0 for windows. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada variabel konsep diri akademik hanya dimensi academic effort yang berpengaruh signifikan terhadap motivasi berprestasi siswa kelas IX MTs. Al Ghazaly, dengan kontribusi sebesar 28,2%.
Namun demikian, keseluruhan variabel tersebut secara bersama-sama memberikan pengaruh terhadap skor motivasi berprestasi, karena diketahui bahwa nilai R = 0.686, nilai R2 = 0.471, dengan F hitung (13.840) > F tabel (2.09). Ini berarti bahwa proporsi varian dari motivasi berprestasi yang secara keseluruhan bisa diterapkan pada 7 variabel ialah sebesar 47.1%. Atau dengan kata lain, penyebab bervariasinya skor motivasi berprestasi yang ditentukan oleh 7 variabel bebas (academic confidence, academic effort, fearful-avoidant, secure, dismissing, preoccupied, dan kelas) secara bersama-sama ialah 47.1%. Sedangkan sisanya sebesar 52.9% disebabkan oleh aspek-aspek lain. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peneliti menyarankan untuk penelitian selanjutnya menggunakan populasi yang lebih banyak dengan sampel yang lebih bervariasi lagi, dan menggali variabel lain yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi siswa.
(G) Bahan bacaan: 18 Buku + 4 Skripsi + 1 Tesis + 7 Jurnal
KATA PENGANTAR
Tiada kata indah selain memuji dan bersyukur kepada Allah SWT yang dengan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini walau dalam menjalaninya
penuh dengan perjuangan dan pengorbanan. Tak lupa Shalawat serta salam
semoga selalu tercurah pada Kanjeng Nabi Muhammad SAW. beserta keluarga,
sahabat dan para pengikutnya yang telah membimbing manusia keluar dari masa
kegelapan menuju masa yang penuh asa.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada insan-insan
yang menjadi penyemangat penulis di saat-saat genting tanpa inspirasi dan
mengajarkan berbagai hal mengenai kehidupan.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada :
1. Bapak Jahja Umar, Ph.D selaku dekan fakultas psikologi beserta
jajarannya.
2. Bapak Prof. DR. Hamdan Yasun, M.si. dosen pembimbing akademik kelas
A angkatan 2003.
3. Ibu Dra. Diana Mutiah, M. Si. Pembimbing I yang selama ini dengan
ketulusan hati telah meluangkan waktunya untuk penulis dan dengan sabar
memberikan banyak masukan untuk perbaikan skripsi pada penulis.
Terima kasih atas segala nasihat, kata-kata penyemangat yang pernah ibu
ucapkan akan saya ingat selalu.
4. Ibu Mulia Sari Dewi, M. Psi. Pembimbing II yang selama ini dengan sabar
memberikan koreksian dan masukan kepada penulis. Terima kasih atas
segala kebaikan ibu selama membimbing saya dari awal sampai akhir
penyusunan skripsi ini
5. Bapak Kepala MTs Al Ghazaly Bogor beserta Drs. Sofyan atas izinya
untuk memperbolehkan peneliti untuk meneliti di sekolah MTs Al
Ghazaly Bogor, serta adik-adikku kelas IX yang telah bersedia menjadi
responden dalam penelitian ini.
6. Bapak Kepala MTs Al Syukro Jakarta beserta Ibu Heriyah atas izinya
untuk memperbolehkan peneliti untuk melakukan try out di sekolah MTs
Al Syukro Jakarta, serta adik-adikku kelas VIII yang telah bersedia
menjadi responden dalam penelitian ini.
7. Mamah dan Babah tercinta yang selalu tanpa mengenal kata lelah yang
dengan doa dan semangatnya terus mendukung tiada henti agar penulis
cepat menyelesaikan skripsi. Untuk saudara dan saudariku Ria, Oca’ dan
Chai’ terima kasih atas dukunganya dan telah menjadi seorang adik yang
perhatian, keluarga besar H. Soleh Asman (Ua-uaku, mamang-mamangku,
dan bibi-bibiku serta para sepupuku) di Bogor terima kasih supportnya.
Penulis bersyukur dan bangga memiliki keluarga seperti kalian.
8. Seluruh staff pengajar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
bersedia memberikan secercah harapan masa depan selama proses
perkuliahan.
9. Jajaran akademik dan karyawan Fakultas Psikologi Ibu Faozah, Bang
Ayung, Rini, Ibu Sariah (special: thanks a lot bu!), Bang Alex, dkk, yang
sabar mendengar keluhan-keluhan dan direpotkan dalam menyusun nilai-
nilai penulis yang tak beraturan.
10. Staff perpustakaan Psikologi UIN, Perpustakaan UI Depok, Perpumda
Kuningan Jaksel, terima kasih atas buku-buku dan semua literatur yang
dibutuhkan penulis selama perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.
11. Atika Sahara terima kasih untuk segalanya yang selalu membuat penulis
lebih bersemangat dan termotivasi serta selalu mendampingi penulis baik
susah maupun senang serta sering memberikan banyak masukan sehingga
penulis dapat lebih cepat dalam menyelsaikan skripsi ini.
12. My brotherhood Ramdan (tenkyu wa uda bantuin bikin item!), Catur,
Dani, Arif, Badru, Indra, Adit, dan Chupie B. Dan semua orang-orang
luar biasa angkatan 2003 kelas A,B,C dan D, serta teman-teman lainnya
yang banyak memberi warna dan kebersamaanya dalam perkuliahan.
Semoga tali silaturrahmi kita tidak putus.
13. Teman-teman asal Sul-Sel Murjon, Bang Sul, Q-mhoy, Mursal dkk
(terimakasih telah memberikan tumpangan dikosan kalian! hee..). Ka
Mas’ud, Ka Masykur, Ka Ullah, dan senior-seniorku yang lain!
(terimakasih segala ‘ilmu’ yang diberikan!). Awy dan Badrul (tenkyu da
bantuin scoring!).
Untuk semua pihak yang turut membantu penyusunan skripsi yang tidak dapat
disebutkan satu persatu namanya karena keterbatasan ruang. Hanya doa yang bisa
penulis panjatkan, semoga bantuan dan kebaikan yang telah mereka berikan
menjadi amal ibadah yang diterima di sisi Allah SWT.
Jakarta, 11 April 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul……………………………………………………………….. i
Halaman Persetujuan………………………………………………………… ii
Halaman Pengesahan………………………………………………………… iii
Lembar Pernyataan…………………………………………………………... iv
Motto dan Dedikasi………………………………………………………….. v
Abstrak……………………………………………………………………….. vi
Kata Pengantar……………………………………………………………….. viii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................ 1-11
1.1. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................................................... 7
1.2.1. Pembatasan masalah ...................................................................... 7
1.2.2. Perumusan masalah ....................................................................... 8
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 9
1.3.1. Tujuan penelitian .......................................................................... 9
1.3.2. Manfaat penelitian ......................................................................... 9
1.4. Sistematika Penulisan ............................................................................ 11
BAB 2 KAJIAN TEORI ............................................................................. 12-36
2.1. Motivasi Berprestasi............................................................................... 12
2.1.1. Pengertian motivasi berprestasi....................................................... 12
2.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi .................. 14
2.1.3. Karakteristik motivasi berprestasi ................................................... 18
2.1.4. Pengukuran motivasi berprestasi ..................................................... 19
2.2. Konsep Diri Akademik ........................................................................... 20
2.2.1. Pengertian konsep diri akademik .................................................. 20
2.2.2. Struktur konsep diri akademik ...................................................... 23
2.2.3. Pengukuran konsep diri akademik ................................................ 27
2.3. Attachment Style..................................................................................... 29
2.3.1. Pengertian attachment style .......................................................... 29
2.3.2. Pembentukan attachment behavior ............................................... 30
2.3.3. Jenis-jenis attachment style .......................................................... 31
2.4 Kerangka Berpikir ................................................................................... 34
2.5 Hipotesa Penelitian ................................................................................. 35
BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................... 37-50
3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................................. 37
3.2. Jenis Variabel dan Definisi Operasional ................................................. 37
3.2.1. Variabel dependen ......................................................................... 37
3.2.2. Variabel independen ...................................................................... 38
3.3 Populasi dan Sampel ............................................................................... 39
3.2.1. Populasi ......................................................................................... 39
3.2.2. Teknik pengambilan sampel .......................................................... 40
3.4. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data .............................................. 40
3.3.1. Metode dan Instrumen Penelitian ................................................... 40
3.3.2. Teknik Uji Instrumen..................................................................... 41
3.3.2.1 Uji validitas .......................................................................... 41
3.3.2.1 Uji reliabilitas ....................................................................... 42
3.5. Hasil Uji Coba Alat Ukur Penelitian ....................................................... 43
3.5.1. Alat ukur motivasi berprestasi ....................................................... 43
3.5.2. Alat ukur konsep diri akademik ..................................................... 44
3.5.3. Alat ukur attachment style ............................................................. 46
3.6. Teknik Analisa Data ............................................................................... 48
3.7. Prosedur Penelitian ................................................................................ 49
3.7.1. Tahap persiapan............................................................................. 49
3.7.2. Pelaksanaan penelitian ................................................................... 49
BAB 4 HASIL PENELITIAN ..................................................................... 51-65
4.1. Gambaran Umum Responden ................................................................. 51
4.1.1. Berdasarkan usia ............................................................................. 52
4.1.2. Berdasarkan kelas ........................................................................... 52
4.2. Pengujian Hipotesis ................................................................................ 53
4.2.1. Uji hipotesis 1 .................................................................................. 55
4.2.2. Uji hipotesis 2 .................................................................................. 55
4.2.3. Uji hipotesis 3 .................................................................................. 56
4.3. Proporsi Varian ...................................................................................... 57
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN…………………….. ..... 66-70
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 66
5.2 Diskusi .................................................................................................... 67
5.3 Saran ....................................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Hasil uji validitas pada skala motivasi berprestasi ...................... 43
Tabel 3.2 Bobot skor skala motivasi berprestasi ........................................ 44
Tabel 3.3 Hasil uji validitas pada skala konsep diri akademik .................... 45
Tabel 3.4 Bobot skor skala konsep diri akademik ...................................... 45
Tabel 3.5 Hasil uji validitas pada skala attachment style.……………... ..... 46
Tabel 3.6 Bobot skor skala attachment style .............................................. 47
Tabel 4.1 Gambaran sampel terpilih ............................................... ............ 51
Tabel 4.2 Gambaran umum berdasarkan usia............................................... 52
Tabel 4.3 Gambaran umum berdasarkan kelas............................................. 53
Tabel 4.4 Coefficients analisis regresi 7 variabel bebas.............................. 54
Tabel 4.5 Model summary analisis regresi dari 7 variabel bebas ................ 57
Tabel 4.6 Anova analisis regresi dari 7 variabel bebas ............................... 57
Tabel 4.7 Model summary analisis regresi dari 6 variabel bebas ................ 59
Tabel 4.8 Anova analisis regresi dari 6 variabel bebas ............................... 59
Tabel 4.9 Coefficients analisis regresi dari 6variabel bebas ....................... 61
Tabel 4.10 Proporsi varian variabel terikat yang terkait dengan variabel bebas
.................................................................................................. 62
DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN
Gambar 2.1. Konsep Diri Menurut Shavelson dkk...................................... 27
Gambar 2.2. Attachment Style Models Menurut Barholomew ..................... 33
Gambar 2.3. Alur Kerangka Berpikir ......................................................... 35
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Izin penelitian dari MTs. Al Ghazaly
Lampiran 2. Angket penelitian
Lampiran 3. Data try out
Lampiran 4. Data hasil penelitian
Lampiran 5. Validitas dan reliabilitas
Lampiran 6. Proporsi varian
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi
perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa
dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada cara kebudayaan
tersebut mengenali, menghargai, dan memanfaatkan sumber daya manusia dan hal
ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada anggota
masyarakatnya, khususnya kepada siswa.
Munandar (2004) menjelaskan bahwa tujuan pendidikan pada umumnya
ialah menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk
mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga ia dapat
mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya, sesuai dengan kebutuhan
pribadinya dan kebutuhan masyarakat. Setiap orang mempunyai bakat dan
kemampuan yang berbeda-beda dan karena itu membutuhkan pendidikan yang
berbeda-beda pula.
Prestasi sekolah saat ini merupakan ukuran dari keberhasilan siswa dalam
menempuh pelajaran di sekolah. Meskipun demikian, tidak semua siswa mencapai
hasil belajar yang memuaskan. Hal ini dapat diterima jika memang anak memiliki
keterbatasan dalam menyerap pelajaran dan gagal untuk berprestasi dengan baik.
Akan tetapi, hal ini menjadi masalah jika anak memiliki kecerdasan yang tinggi,
namun menunjukkan prestasi yang rendah. Menurut Davis dan Rimm (1985) anak
tersebut mengalami underachievement yaitu ketidaksesuaian antara prestasi
sekolah dan indeks kemampuannya yang nyata dari tes inteligensi, prestasi atau
kreativitas, atau data dari observasi.
Pada penelitian Baslant dan McCoach (2006) dapat diketahui bahwa
motivasi menjadi masalah yang mendasar bagi para siswa. Motivasi merupakan
pendorong timbulnya suatu tingkah laku, dalam hal ini siswa mencapai hasil yang
maksimal terwujud berupa prestasi akademik yang sesuai dengan potensi yang
dimilikinya.
Tinggi rendahnya motivasi dalam mencapai prestasi yang maksimal terkait
dengan motivasi berprestasi yang dimilikinya. Mcclelland (dalam Kovacova &
Schuller, 2006) mendefinisikan motivasi berprestasi sebagai sebuah
kecenderungan yang secara relatif melakukan usaha untuk sukses. Ciri-ciri
individu yang memiliki motivasi berprestasi adalah individu yang berorientasi
pada tugas dan menyukai tugas-tugas yang menantang dimana penampilan
individu pada tugas tersebut dapat dievaluasi (McClelland dalam Morgan & King,
1986).
Meningkatnya motivasi berprestasi pada anak berpengaruh terhadap prestasi
yang akan diraihnya. Dalam penelitian Herwanto (2006) bahwa ada pengaruh
yang signifikan antara motivasi berprestasi siswa dengan prestasi belajar fisika.
Dalam hal ini menunjukkan bahwa jika motivasi berprestasi ditingkatkan maka
prestasi belajar fisika belajar siswa akan meningkat juga. Kadar variabel tersebut
ditunjukkan oleh koefesian determinasi (R2) sebesar 0,582. Dengan demikian
motivasi berprestasi memberikan sumbangan dengan hasil belajar sebesar 58,2%,
sedangkan sisanya 41,8 ditentukan faktor lain. Dengan kata lain, ketika diterapkan
pada bidang akademik yang lain motivasi berprestasi secara nyata ikut
menentukan kontribusi dengan prestasi belajar siswa. Inilah betapa pentingnya
motivasi berprestasi pada siswa / peserta didik secara umum, siswa underachiever
pada khususnya.
Pentingnya motivasi berprestasi juga merupakan harapan orang tua terhadap
anak-anaknya. Orang tua juga mengharapkan anak-anak mereka untuk bekerja
lebih keras dan meraih sukses, serta orang tua akan memberikan penghargaan
terhadap prestasi yang mereka capai (dalam Morgan & King, 1986).
Fernald dan Fernald (1999) mengatakan bahwa tumbuh kembangnya
motivasi berprestasi salah satunya dipengaruhi oleh konsep diri. Moss dan Kagen
(dalam Calhoum & Acocella, 1990) juga mengatakan hal yang sama bahwa
keinginan untuk berhasil dipengaruhi oleh konsep diri yang dimiliki individu.
Kepercayaan diri siswa merupakan salah satu faktor dari konsep diri
akademik yang diartikan sebagai persepsi siswa terhadap kompetensi akademik
dan terhadap komitmen mereka, lingkungan, dan perhatian terhadap tugas-tugas
sekolah. Yang diidentifikasikan dalam dua faktor yaitu kepercayaan diri akademis
siswa dan usaha siswa (dalam Liu, Wang & Parkins, 2005).
Byrne dan Reyes (dalam Tan & Yates, 2007) menyimpulkan konsep diri
merupakan sebuah konsep yang terbentuk oleh berbagai multidimensi,
mempunyai aspek umum dan aspek khusus, salah satunya adalah konsep diri
akademik. Konsep diri akademik diartikan sebagai persepsi terhadap diri sendiri
terhadap prestasi di sekolah.
Penelitian terhadap konsep diri akademik yang dilakukan oleh Herbert W.
Marsh (dalam Guay, Marsh, & Boivin, 2003) ditegaskan dari hasil studi penelitian
tentang ‘Causal Ordering of Academic Self-Concept and Achievement’ yang jelas
memberikan jawaban afirmatif untuk pertanyaan apakah perubahan akademik
konsep diri menyebabkan perubahan pada prestasi akademik. Penelitian ini
penting bahwa kenaikan akademik konsep diri menyebabkan kenaikan pada
prestasi akademik. Dan dijelaskan pula bahwa hubungan konsep diri akademik
dan prestasi mempunyai efek timbal-balik, efek timbal balik memperlihatkan
bahwa konsep diri akademik dan prestasi akademik saling terkait dan saling
memperkuat. Peningkatan akademik konsep diri akan mengakibatkan prestasi
yang lebih baik dan prestasi baik akan membawa pada konsep diri akademik yang
lebih baik. Misalnya, jika guru ingin meningkatkan konsep diri akademik siswa
tanpa meningkatkan prestasinya, maka konsep diri tersebut kemungkinan besar
tidak akan bertahan lama. Sebaliknya, jika guru ingin meningkatkan prestasi
akademik siswa tanpa juga mendorong kepercayaan diri mereka dalam
kemampuan akademiknya, maka prestasi tersebut juga tidak akan bertahan lama.
Oleh karena itu, sesuai dengan model efek timbal balik, guru harus berusaha
untuk meningkatkan secara simultan baik konsep diri akademis dan prestasi pada
siswanya.
Konsep diri terhadap kemampuan akademis oleh Brookover (dalam Burns,
1993) dipandang menjadi sebagai sebuah faktor yang cukup berarti dalam
pencapaian prestasi akademis pada segala tingkatan usia. Kecenderungan prestasi
yang rendah dipengaruhi oleh konsep diri yang negatif terhadap kemampuan
untuk berprestasi di dalam lingkungan sekolah. Lahey (2009) menyebutkan ada
dua aspek yang mempengaruhi motivasi pada seorang individu yaitu aspek
intrinsik dan aspek eksternal, pada aspek eksternal suatu aktivitas yang dilakukan
karena faktor eksternal individu namun sifatnya tidak tetap. eksternal disebutkan
bisa diperoleh dari faktor lingkungan keluarga atau lingkungan sosial (peer group)
anak. Dijelaskan oleh Fernald & Fernald (1999) salah satu faktor yang
mempengaruhi motivasi berprestasi seorang siswa adalah pengaruh keluarga dan
kebudayaan.
Peranan keluarga dalam hal ini orang tua turut andil dalam pembentukan
karakter kepribadian siswa yang nantinya ikut mempengaruhi penyesuaian diri
siswa di sekolah (dalam Rakhmadini, 2006). Hubungan kelekatan anak dengan
orang tua dikenal dengan sebutan attachment theory atau teori kelekatan.
Attachment diartikan sebagai hubungan timbal balik antara anak dengan orang tua
yang besifat afektif diiringi dengan perasaan aman yang bertahan lama. Terdapat
tiga macam Attachment Style (gaya kelekatan) yang dikembangkan Ainsworth
(dalam Meins, 1997) yaitu; secure attachment, anxious attachment dan avoidant
attachment. Kemudian lebih disempurnakan oleh Bartholomew (dalam Baron &
Byrne, 2003) attachment style dibagi menjadi empat tipe yaitu; secure attachment
style (gaya kelekatan aman), fearful-avoidant attachment style (gaya kelekatan
takut-menghindar), preoccupied attchment style (gaya kelekatan terpreokupasi),
dan dismissing attachment style (gaya kelekatan menolak).
Salah satu gaya kelekatan yang diteliti oleh Kinasih (2010) secure
attachment style, mengungkapkan bahwa dari hasil penelitiannya korelasi
menunjukkan hasil yang mengarah pada adanya korelasi positif antara gaya
kelekatan aman (secure attachment style) dengan harga diri pada anak usia akhir
(latechildhood). Hasil analisa yang pertama, gaya kelekatan aman-ayah dan harga
diri menunjukkan koefisien korelasi r sebesar 0,470 dengan p = 0,000 (p < 0,05)
pada uji dua sisi (two-tailed). Hasil analisa yang kedua, gaya kelekatan aman-ibu
dan harga diri menunjukkan koefisien korelasi r sebesar 0,433.
Dari uraian diatas peneliti bermaksud mengetahui apakah ada pengaruh
antara Attachment Style seorang siswa terhadap motivasi berprestasinya karena
faktor lingkungan keluarga sangat berperan dalam pembentukan awal karakter
anak, apakah anak tersebut menjadi pribadi yang tangguh ataukah cepat menyerah
terhadap tantangan sekolah untuk berprestasi.
Dari pemaparan yang telah dilakukan diatas, menurut peneliti sangatlah
menarik dilakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
berprestasi siswa, penelitian dilakukan dengan menetapkan siswa atau siswi SMP
sebagai subjeknya. Maka dari itu peneliti melihat pentingnya untuk mengkaji
sejauh mana pengaruh konsep diri akademik terhadap motivasi berprestasi pada
siswa kelas IX MTs. Al Ghazaly. Sehingga penulis memilih judul ”Pengaruh
konsep diri akademik dan attachment style terhadap motivasi berprestasi
siswa kelas IX MTs. Al Ghazaly Bogor”
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan masalah
Agar pembahasan tidak meluas dan lebih terarah, penulis memberikan
batasan pada penelitian ini terhadap:
a. Motivasi berprestasi yang dimaksud oleh peneliti adalah suatu dorongan
yang akan mengarahkan individu untuk bertingkah laku tertentu dengan
tujuan untuk mencapai tingkat prestasi tertentu pula. Pencapaian prestasi
ini didasarkan pada suatu standar dan tingkah laku berprestasi ini akan
muncul jika individu merasa bahwa dirinya akan dinilai.
b. Konsep diri akademik yang dimaksud peneliti adalah penilaian siswa
terhadap kemampuan akademiknya, yang meliputi kemampuan dalam
mengikuti pelajaran, kemampuan dalam meraih prestasi di bidang
akademik, serta aktivitas di sekolah atau di dalam kelas yang juga
berkaitan dengan persepsi, pikiran, perasaan, dan penilaian seseorang
terhadap kemampuan akademiknya.
c. Attachment style (gaya kelekatan) yang dimaksud peneliti adalah
kecenderungan perilaku lekat individu yang terdiri dari dimensi positif dan
negatif dua sikap dasar, yaitu sikap mengenai self dan sikap terhadap orang
lain. Dimana ada empat tipe attachment style yaitu, secure attachment
style (gaya kelekatan aman), fearful-avoidant attachment style (gaya
kelekatan takut menghindar), preoccupied attchment style (gaya kelekatan
terpreokupasi) dan dismissing attachment style (gaya kelekatan menolak).
d. Siswa kelas IX MTs. Al Ghazaly yang dimaksudkan adalah siswa yang
terdaftar pada MTs. Al Ghazaly Bogor pada kelas IX A, IX B, IX C dan
IX D tahun ajaran 2010/2011.
1.2.2 Perumusan masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka dalam penelitian ini
dapat dirumuskan masalah sebagai berikut;
1. Apakah konsep diri akademik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
motivasi berprestasi pada siswa MTs. Al-Ghazaly Bogor ?
a. Apakah Academic Confidence memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap motivasi berprestasi pada siswa MTs. Al-Ghazaly Bogor ?
b. Apakah Academic Effort memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
motivasi berprestasi pada siswa MTs. Al-Ghazaly Bogor ?
2. Apakah attachment style memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
motivasi berprestasi pada siswa MTs. Al-Ghazaly Bogor ?
a. Apakah Fearful-avoidant style memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap motivasi berprestasi pada siswa MTs. Al-Ghazaly Bogor ?
b. Apakah Secure style memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
motivasi berprestasi pada siswa MTs. Al-Ghazaly Bogor ?
c. Apakah Dismissing style memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
motivasi berprestasi pada siswa MTs. Al-Ghazaly Bogor ?
d. Apakah Preoccupied style memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
motivasi berprestasi pada siswa MTs. Al-Ghazaly Bogor ?
3. Apakah perbedaan kelas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
motivasi berprestasi pada siswa MTs. Al-Ghazaly Bogor ?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris adanya pengaruh
antara konsep diri akademik dan attachment style terhadap motivasi
berprestasi pada siswa MTs. Al-Ghazaly Bogor.
1.3.2 Manfaat penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi upaya
pengembangan ilmu-ilmu psikologi melalui data-data yang diperoleh dari
proses penelitian ini, khususnya dalam bidang Psikologi Pendidikan.
b. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:
1. Konselor sebagai bahan kajian dan acuan yang berguna terutama dalam
konseling siswa yang memiliki masalah dengan motivasi
berprestasinya.
2. Pihak Sekolah sebagai bahan evaluasi dan masukan dalam upaya
peningkatan dan pengembangan mutu pendidikan siswa, khususnya
siswa yang mengalami motivasi berprestasi rendah di sekolah.
3. Pemerhati atau peneliti lain sebagai referensi guna melakukan
penelitian serupa yang lebih komprehensif.
Dengan demikian, penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu
upaya menghimpun data tentang pengaruh konsep diri akademik dan
Attachment Style terhadap motivasi berprestasi pada anak underachiever.
1.4 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan penelitian ini, penulis menggunakan kaidah penulisan
American Psychology Assosiation (APA) style yang mengacu kepada Pedoman
Penyusunan dan Penulisan Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulisan ini dibagi menjadi beberapa bagian
bahasan seperti yang akan dijabarkan sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab pendahuluan ini membahas latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika
penulisan skripsi.
BAB 2 KAJIAN TEORI
Pada bab ini teori yang digunakan peneliti, diantaranya teori motivasi
berprestasi, konsep diri akademik, dan attachment style. Disamping itu juga
kerangka berpikir dan hipotesa penelitian.
BAB 3 METODE PENELITIAN
Pada bab ini dibahas metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian berupa:
pendekatan dan metode penelitian, definisi konseptual dan operasional variabel;
pengambilan sampel berupa: populasi dan teknik pengambilan sampel;
pengumpulan data berupa: instrumen penelitian dan teknik uji insrument;
prosedur penelitian berupa: tahap persiapan dan tahap pelaksanaan penelitian;
dan terakhir teknik analisis data.
BAB 4 HASIL PENELITIAN
Bab ini berisi gambaran umum subjek penelitian, presentasi data, serta
pembahasan hasil pengujian hipotesa.
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan, diskusi dan saran dari peneliti.
BAB 2
KAJIAN TEORI
2.1 Motivasi Berprestasi
2.1.1 Pengertian motivasi berprestasi
Murray merupakan salah satu tokoh awal yang berperan dalam teorinya
psychology motive yang meyakini bahwa motivasi merupakan proses dari hasil
dari kebutuhan individu yang dapat diobservasi dalam keadaan alami atau
situasi klinik. Kemudian Murray mendifinisikan kebutuhan sebagai perhatian
yang berulang terhadap hasil yang ditetapkan dan meyakini bahwa sebuah
kebutuhan terdiri dari dua komponen. Komponen pertama mengarahkan dari
dalam secara alami dan termasuk juga objek yang akan memuaskan kebutuhan
tersebut. Komponen kedua terdiri dari energi yang mengarahkan tingkah laku
dan dapat menimbulkan intensitas dari kebutuhan (dalam Petri & Govern,
2004).
Menurut Petri dan Govern (2004) motivasi merupakan sebuah konsep
yang kita gunakan ketika menjabarkan sebuah kekuatan untuk melakukan suatu
tindakan dimana individu tersebut dapat memulai dan mengarahkan tingkah
laku. Motivasi juga dapat menjelaskan perbedaan dalam kekuatan dari tingkah
laku. Semakin kuat tingkah laku dapat dipertimbangkan menjadi hasil dari
tingkatan motivasi yang tinggi. Tambahan lagi, kita sering menggunakan
konsep motivasi untuk menunjukkan tingkah laku yang tetap. Sebuah tingkah
laku yang dimotivasi tinggi akan selalu menjadi tetap walaupun kekuatan
tingkah laku mungkin rendah. Dimana istilah motivasi oleh Lahey (2009)
berkenaan dengan bagian dalam yang menggerakkan dan memberi arah
terhadap pikiran kita.
Motivasi berprestasi sendiri oleh McClelland (dalam Morgan & King,
1986) termasuk dalam motif sosial dikarenakan motif ini dipelajari dalam
kelompok sosial, khususnya dalam kelurga sebagai tempat kembang anak, dan
juga disebut sebagai motif sosial dikarenakan adanya keterlibatan orang lain.
selanjutnya dijelaskan motif sosial ini dijabarkan dalam tiga kebutuhan yakni;
kebutuhan akan prestasi (need for achivement), kebutuhan akan hubungan
(need for affiliation) dan kebutuhan akan kekuasaan (need for power).
Kebutuhan akan prestasi dinyatakan sebagai dorongan untuk menyelesaikan
sesuatu dan sukses dalam pelaksanaan tugas-tugas. Individu yang motivasi
berprestasinya tinggi diperlihatkan dengan keinginan yang kuat dalam
menyelesaikan dan meningkatkan kinerjanya dalam menyelesaikan tugas-tugas
yang diberikan. Tugas-tugas menjadi orientasi mereka dan sangat menyukai
tugas yang menantang dan evaluasi terhadap yang mereka kerjakan dengan
cara membandingkan dengan hasil kerja orang lain atau dengan standar yang
telah ada.
Kebutuhan akan prestasi oleh Murray (dalam Morgan & King, 1986)
ditinjau dari tujuan dan pengaruhnya dimaknai akan individu dalam
menyelesaikan tugas yang sulit, untuk bersaing dan mengungguli individu yang
lain. Dan ditegaskan pula oleh Lahey (2009) bahwa motivasi berprestasi ini
merupakan kebutuhan psikologis untuk keberhasilan di sekolah, tempat kerja,
dan di area kehidupan lainnya. Tiap orang berbeda dalam mendefinisikan arti
keberhasilan dan itulah alasan yang mendorong untuk mencarinya.
Sejalan dengan pengertian diatas, menurut McClelland (dalam Morgan
& King, 1986) motivasi berprestasi adalah dorongan yang ada pada individu
untuk menungguli, berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar dan
berusaha untuk mendapatkan keberhasilan.
Motivasi berprestasi yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan
bahwa motivasi berprestasi merupakan suatu usaha yang mendorong seseorang
untuk bersaing dengan standar keunggulan, dimana standar keunggulan ini
dapat berupa kesempurnaan tugas, dapat diri sendiri atau prestasi orang lain.
tingkah laku berprestasi ini akan muncul jika individu merasa bahwa dirinya
akan dinilai. Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi ada
kecenderungan untuk memperoleh prestasi yang lebih tinggi.
2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi
Raynor (dalam Petri & Govern, 2004) menyatakan untuk mencapai
suatu orientasi masa depan (future goals), dorongan untuk berprestasi pada
seorang individu akan mempengaruhi tingkah laku yang sekarang demi
mencapai apa yang dicita-citakan. Orientasi masa depan (future goals) ini
mempunyai dua aspek yaitu aspek intrinsik dan aspek ekstrinsik.
Pada kenyataannya, dalam dunia pendidikan ada siswa yang motif
berprestasinya lebih bersifat intrinsik sedangkan pada siswa lain bersifat
ekstrinsik hal ini terjadi karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi
apakah itu sifatnya intrinsik atau ekstrinsik. Lahey (2009), membagi hal-hal
yang mempengaruhi motivasi terdiri atas motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik.
a) Motivasi intrinsik
Berbicara tentang motivasi intrinsik adalah ketika dimana individu dalam
aktivitasnya termotivasi oleh dari dalam dirinya dan sifatnya melekat,
mereka senang untuk menguasai sesuatu yang baru, atau konsekuensi
alami dari kegiatan tersebut. misalnya, monyet yang telah disebutkan
sebelumnya yang akan membongkar teka-teki mekanis karena tidak ada
hadiah selain mendapatkan mereka terpisah secara intrinsik termotivasi
untuk memecahkan teka-teki. Orang-orang yang membaca buku-buku
nonfiksi yang tidak terkait dengan pekerjaan mereka hanya karena itu
menyenangkan untuk belajar hal-hal baru yang termotivasi secara
intrinsik. Demikian pula, orang yang menyumbangkan anonim untuk amal
karena mereka ingin membantu orang tanpa diakui secara intrinsik
termotivasi.
b) Motivasi ekstrinsik
Di sisi lain, motivasi ekstrinsik merupakan suatu aktivitas yang dilakukan
karena faktor eksternal individu dan sifatnya tidak tetap. Jika seorang anak
yang membenci mengerjakan pekerjaan rumah aritmatika, yang
mendorong untuk melakukannya karena diberikan hadiah untuk setiap
jawaban yang benar, hal ini adalah motivasi ekstrinsik. Demikianlah dia
bekerja untuk karena adanya hadiah (faktor eksternal) daripada karena
minat intrinsik dalam matematika.
Orang yang secara intrinsik cenderung termotivasi untuk bekerja
lebih keras dan merespon tantangan dengan bekerja lebih keras lagi. Mereka
menikmati pekerjaan mereka lebih banyak dan sering melakukan lebih
kreatif dan efektif daripada orang-orang yang termotivasi ekstrinsik.
Motivasi intrinsik dibentuk oleh pengalaman kita belajar. Misalnya, anak-
anak keluarga yang menekankan sukacita dan pentingnya belajar memiliki
motivasi intrinsik lebih untuk belajar di sekolah.
Sejalan dengan teori Lahey, selanjutnya Fernald & Fernald (1999)
mengungkapkan terdapat 4 faktor yang berpengaruh terhadap motivasi
berprestasi bagi seseorang yaitu:
1). Pengaruh keluarga dan kebudayaan (family and cultural influence)
besarnya kebebasan yang diberikan orang tua kepada anaknya, jenis
pekerjaan orang tua dan jumlah serta urutan anak dalam suatu keluarga
memiliki pengaruh yang sangat besar dalam perkembangan motivasi
berprestasi. Produk-produk kebudayaan pada suatu negara seperti cerita
rakyat sering mengandung tema-tema prestasi yang bisa meningkatkan
semangat warga negaranya.
2). Peranan dari konsep diri (role of self concept)
Konsep diri merupakan bagaimana seseorang berpikir mengenai dirinya
sendiri. Apabila individu percaya bahwa dirinya mampu untuk
melakukan sesuatu, maka individu akan termotivasi untuk melakukan
hal tersebut sehingga berpengaruh dalam bertingkah laku. Shavelson
dkk. (Marsh dan Hattie, 1996) menciptakan sebuah bagan struktur
konsep diri yang bersifat multidimensional dan hirarkis, dimana konsep
diri terbagi atas konsep diri akademis dan konsep diri non-akademis.
3). Peranan dari peran jenis kelamin (influence of sex roles)
Prestasi tinggi biasanya diidentikkan dengan maskulinitas, sehingga
banyak para wanita belajar tidak maksimal khususnya jika wanita
tersebut berada di antara para pria (Fernald & fernald, 1999). Kemudian
horner (Santrock, 1998) juga menyatakan bahwa pada wanita terdapat
kecenderungan takut akan kesuksesan (fear of success) yang artinya
pada wanita terdapat kekhawatiran bahwa dirinya akan ditolak oleh
masyarakat apabila dirinya memperoleh kesuksesan, namun sampai saat
ini fear of success masih diperdebatkan.
4). Pengakuan dan prestasi (recognition and achievement)
Individu akan termotivasi untuk bekerja keras jika dirinya merasa
dipedulikan oleh orang lain.
Dari uraian diatas peneliti menilai bahwa siswa yang memiliki
motivasi berprestasi dipengaruhi oleh faktor internal dari dalam dirinya
yang sifatnya menetap, dan pengaruh-pengaruh dari luar (eksternal) siswa
yang juga turut membentuk motivasi –walaupun ini sifatnya tidak menetap–
, sehingga siswa memperlihatkan prestasi yang diharapkan oleh para guru
dan orang tua murid, dimana mereka pun sebagai faktor eksternal turut andil
dalam membentuk motivasi siswa, yang fungsinya sebagai faktor penguat
positif siswa dalam berprestasi.
2.1.3 Karakteristik motivasi berprestasi
McClelland (dalam Morgan & King, 1986) menjelaskan karakterisitik
individu dengan n-achievement yang tinggi.
1. Individu dengan n-achievement yang tinggi lebih menyukai tugas yang
menantang serta keyakinan akan sukses dalam mengerjakannya. Mereka
tidak suka mengerjakan tugas yang sangat mudah, dimana tidak ada
tantangan didalamnya dan tidak memberikan kepuasan terhadap kebutuhan
berprestasi mereka; maupun tugas yang sangat sulit, dimana besar
kemungkinan keberhasilan sangat rendah. Individu dengan n-achievement
yang tinggi sangat realistis dalam tugas, pekerjaan, dan lapangan kerja yang
mereka pilih; mereka sangat baik dalam membandingkan antara kemampuan
yang mereka miliki dengan apa yang akan di tuntut dari mereka.
2. Individu dengan n-achievement tinggi menyukai tugas yang dimana dapat
dibandingkan dengan yang lain; mereka sangat menyukai ‘umpan-balik’
dengan apa yang mereka kerjakan.
3. Individu dengan n-achievement yang tinggi cenderung untuk terus menerus
bekerja dalam tugas yang dirasa berhubungan dengan karir atau yang
mencerminkan karakteristik pribadi (misalnya inteligensi) dimana mereka
dilibatkan dalam ‘menjadi yang terdepan’.
4. Ketika individu yang memiliki n-achievement tinggi sukses, mereka
cenderung meningkatkan mutu mereka akan cita-cita dalam arah yang
reaistis, jadi mereka akan bergerak mendapatkan tugas lain yang menantang
dan sulit.
5. Individu dengan n-achievement yang tinggi menyukai bekerja dalam situasi
yang mereka dapat kontrol hasilnya; mereka bukanlah ‘penjudi’.
Dari uraian tentang ciri-ciri orang yang memiliki motivasi tinggi,
akhirnya dapat dinyatakan bahwa individu akan mempunyai motivasi
berprestasi tinggi akan mempresepsikan bahwa keberhasilan adalah merupakan
akibat dari kemauan dan usaha. Sedangkan individu yang memiliki motivasi
berprestasi rendah akan mempersepsikan bahwa kegagalan adalah sebagai
akibat kurangnya kemampuan dan tidak melihat usaha sebagai penentuan
keberhasilan. Ada beberapa ciri yang menjadi indikator orang yang memiliki
motivasi berprestasi. Individu yang motif berprestasi tinggi akan
menampakkan tingkah laku dengan ciri-ciri menyenangkan pekerjaan-
pekerjaan yang menuntut tangung jawab pribadi, memilih pekerjaan yang
resikonya sedang (moderat ), mempunyai dorongan sebagai umpan balik (feed
back) tentang perebuatannya dan berusaha melakukan sesuatu dengan cara-cara
kreatif.
2.1.4 Pengukuran motivasi berprestasi
Dari literatur yang ada, motivasi berprestasi dapat diukur melalui tiga
cara, yaitu:
1. Tes Proyeksi, tes ini didasarkan pada ide bahwa orang yang akan
memproyeksikan perasaan dan kebutuhannya dalam materi yang ambigu
atau tidak terstruktur (dalam Morgan & King, 1986). Memakai teori dan
pengukuran kepribadian Henry Murray, McClelland (dalam Santrock,
2003) menguji motivasi berprestasi dengan memperlihatkan kepada subjek
gambar yang akan menstimulasi respon yang berhubungan dengan
pencapaian prestasi.
2. Kuesioner, inventori ini terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang perilaku
dan pilihan tertentu untuk dijawab yang berhubungan dengan apa yang
akan atau dipilih untuk dilakukan dalam situasi tertentu.
3. Tes situasional, dalam tes ini dibuat suatu situasi dimana tindakan
seseorang akan menampakkan motifnya yang dominan.
Dalam peneliltian ini, cara yang digunakan untuk mengukur tingkat
motivasi berprestasi subjek adalah dengan kuesioner. Hal ini disebabkan
karena kuesioner peneliti anggap lebih praktis dibanding cara pengukuran yang
lain. Subjek memilih satu dari keempat pilihan jawaban yang dianggap paling
tepat mengenai dirinya, sehingga tidak ada campur tangan peneliti atau orang
lain.
2.2 Konsep Diri Akademik
2.2.1 Pengertian konsep diri akademik
Staines (dalam Burns, 1993) mendefinisikan konsep diri sebagai suatu
sistem sadar dari hal-hal yang dipersepsikan, konsep-konsep, evaluasi-evaluasi
mengenai individu sebagimana siswa tampak bagi individu tersebut.
Selanjutnya konsep diri menurut Hurlock (1978) pada dasarnya merupakan
pengertian dan harapan seseorang mengenai diri yang dicita-citakan dan
bagaimana dirinya dalam realitas yang sesungguhnya, baik secara fisik maupun
psikologik. Konsep diri juga diartikan sebagai pandangan diri anda sendiri
(dalam Calhoun & Acocella, 1990).
Konsep diri menurut Rogers (dalam Burns,1993) adalah organisasi dari
persepsi persepsi diri, yang tersusun atas:
a. Persepsi-persepsi dari karakteristik-karakteristik dan kemampuan-
kemampuan seseorang.
b. Hal-hal yang dipersepsikan dan konsep-konsep tentang diri yang
berhubungan dengan orang lain dan lingkungan.
c. Kualitas-kualitas nilai yang dipersepsikan yang dihubungkan dengan
pengalaman-pengalaman dan objek-objek.
d. Tujuan-tujuan dan ide-ide yang dipersepsikan mempunyai valensi negatif
atau positif.
Konsep diri atau penilaian diri merupakan variabel yang sangat penting
dalam mencapai prestasi akademis. Konsep diri juga sering diartikan tentang
bagaimana individu mengambarkan dirinya yang akan mempengaruhi pola
bersikap, berpikir dan berperilaku serta mempunyai rasa optimis dalam
mengerjakan tugas tugas dalam hidup sehingga segala tugas dapat dikerjakan
secara optimal.
Konsep diri akademik muncul pada saat anak mulai berhubungan
dengan bidang akademik atau pada saat mereka memasuki bangku sekolah.
Perkembangan konsep diri akademik dipengaruhi oleh lingkungan yang luas.
Yaitu bukan saja orangtua tetapi juga teman-teman sebaya dan guru-guru
(dalam Burns, 1993). Lingkungan sekolah memberikan pengembangan
ketrampilan-ketrampilan yang baru yang menjadikan anak mengevaluasi
dirinya yakni dengan membandingkan dirinya sendiri dengan oranglain dan
mempersepsikan evaluasi oranglain terhadap dirinya. Thomas (dalam Burns,
1993) membuktikan bahwa sikap, pengharapan dan evaluasi guru sangat
berpengaruh terhadap diri akademik siswa.
Strein (1993) konsep diri akademik dapat dibagi oleh dua elemen dasar
pada model Shavelson. Pertama konsep diri akademik menggambarkan secara
deskriptif (misalnya; saya suka matematika), juga berupa evaluatif (misalnya;
saya bisa dalam bidang matematika) ini adalah aspek dari persepsi terhadap
diri sendiri. Kedua, persepsi diri dihubungkan dengan konsep diri akademis
terhadap kecenderungan penguasaan (kompetensi) mata pelajaran. Ini juga
berhubungan dengan persepsi terhadap diri sendiri mengenai prestasi di
sekolah (Reyes, 1984). Persepsi seorang siswa terhadap kemampuan
akademisnya dapat mempengaruhi prestasi yang diraih (dalam Tan & Yates,
2007).
Seseorang yang mempunyai status pelajar pasti mempunyai konsep diri
akademik. Konsep diri akademik ini terbentuk dari pandangan para siswa yang
bersangkutan tentang kemampuannya dalam pelajaran disekolah. Setiap mata
pelajaran yang ada disekolah manjadi satu dimensi spesifik yang menyusun
konsep diri akademik. Demikian halnya pada siswa-siswa di sekolah akan
mempunyai konsep diri akademik yang terbentuk dari persepsi siswa tentang
kemampuan dirinya tersebut sangat penting peranannya dalam proses
pendidikan, terutama berkaitan dengan kelangsungan pendidikannya di masa
yang akan datang. Para siswa yang terdiri dari anak usia remaja membutuhkan
adanya pengakuan dan penghargaan dari lingkungan. Salah satu kebutuhan
yang dapat dipenuhi dari lingkungan sekolah adalah pengakuan dan
penghargaan terhadap prestasinya (dalam Marsh & Hattie, 1996) dari
gambaran siswa terhadap kemampuan dirinya dalam pelajaran disekolah, dan
persepsi siswa tentang pandangan guru dan teman-teman terhadap
kemampuannya tersebut akan membentuk suatu konsep diri akademik.
2.2.2 Struktur konsep diri akademik
Proses perkembangan konsep diri tidak pernah berakhir, hal tersebut
berjalan terus dengan aktif dari saat kelahiran sampai kepada kematian sejalan
dengan individu tersebut secara terus menerus menemukan potensi-potensi
yang baru dalam proses membentuk diri. Untuk memiliki sebuah konsep diri,
seorang anak harus memandang dirinya sendiri sebagai sebuah obyek yang
jelas berbeda dan mampu untuk melihat obyek-obyek lainnya. Lalu menjadi
sadar terhadap perspektif-perspektif lainnya, hanya di dalam cara yang
demikian, hanya dalam cara yang demikanlah dia dapat sadar terhadap
evaluasi-evaluasi dari orang lain terhadap dirinya.
Terdapat tiga sumber yang tampaknya penting dalam pembentukan
konsep diri, walaupun nilai penting relatifnya berlain-lainan pada periode-
periode yang berbeda-beda di dalam jangka kehidupannya. Ketiga sumber itu
adalah (dalam Burns, 1993):
1. Diri fisik dan citra tubuh
Konsep diri pada mulanya adalah citra tubuh, sebuah gambaran yang
dievaluasikan mengenai diri fisik. Pada masa awal perkembangan bayi
perbedaan yang pertama dibuat antara diri dan bukan diri didasarkan atas
kesadarannya terhadap sensasi-sensasi sentuhan, otot dan dan kinestetiknya
sendiri sewaktu dia menyentuh, mencubit, melempar, jatuh, menubruk dan
lain-lainnya. Sosok tubuh, penampilan dan ukurannya merupakan hal
teramat penting di dalam mengembangkan pemahaman tentang evolusi
konsep diri seseorang. Perasaan-perasaan yang bersangkutan dengan tubuh
dan citra tubuh menjadi inti dari konsep diri di dalam tahun-tahun pertama
kehidupan.
2. Bahasa
Sangat jelas bahwa perkembangan bahasa membantu perkembangan dari
konsep diri, karena penggunaan ‘aku’, ‘dia’ dan ‘mereka’ berguna untuk
membedakan diri (self) dengan orang-orang lainnya. Simbol-simbol bahasa
juga membentuk dasar dari konsepsi-konsepsi dan evaluasi-evaluasi tentang
diri, misalnya sedang sedih atau merasa bahagia. Umpan balik dari orang-
orang lain seringkali dalam bentuk verbal. Dengan kata lain konsep diri
dipahami dalam hubungannya dengan bahasa dan perkembangannya dibuat
mudah dengan bahasa. Jadi jelas bahwa bahasa menjadi sumber konsep diri,
dimana individu mampu untuk mengkonseptualisasikan dan
memverbalisasikan diri dan orang lain.
3. Umpan balik
Sumber utama lainnya dari konsep diri, selain citra tubuh dan keterampilan
berbahasa adalah umpan balik dari orang-orang lain yang dihormati. Sebuah
contoh dijelaskan oleh Guthrie (Burns, 1993) dalam menjelaskan pengaruh
umpan balik terhadap konsep diri. Sebuah kelompok dari siswa pria
memainkan yang dimaksudkan sebagai lelucon kepada seorang siswa wanita
yang bodoh dan tidak menarik. Mereka memperlakukan siswa wanita
tersebut untuk beberapa waktu lamanya seakan-akan ia sangat populer dan
menarik. Siswa-siswa pria tadi terkejut karena dalam waktu satu tahun dia
mengambangkan sikap yang santai, percaya diri dan popularitas. Sikap
semacam itu meningkatkan perolehan yang positif dan memperkuat reaksi-
reaksi dari orang lain. Siklus umpan balik yang serupa terdapat dibalik
banyak konsep diri dan pola-pola tingkah laku dari kita semua.
Ditambahkan pula oleh Calhoun dan Acocella, potret diri mental
(konsep diri) memiliki tiga dimensi, yaitu pengetahuan tentang diri anda
sendiri, pengharapan anda tentang anda sendiri, dan penilaian tentang diri anda
sendiri.
Shavelson dkk. (dalam Marsh & Hattie, 1996) memperkenalkan model
konsep diri, terdapat tujuh karakteristik penting dalam konstruk konsep diri
yang menjadi pertimbangan dalam penyusunan model Shavelson dkk.
a. Orang-orang mengorganisasi sejumlah besar informasi yang mereka miliki
mengenai diri mereka sendiri dalam dimensi-dimensi dan mengaitkan setiap
dimensi tersebut satu sama lain dalam sebuah struktur.
b. Konsep diri yang dimiliki seseorang bersifat multifaset, dan setiap fasetnya
mencerminkan sebuah dimensi yang diciptakan oleh orang tersebut atau
masyarakatnya.
c. Konsep diri yang bersifat hirarkis. Persepsi terhadap perilaku dalam situasi
yang spesifik terletak didasar hirarki, penyimpulan tentang diri dalam
dimensi-dimensi tertentu terletak di tengah hirarki, dan konsep diri yang
bersifat umum dan global terletak dipuncaknya.
d. Konsep diri umum yang terletak dari puncak hirarki bersifat stabil. Di
bawah puncak ini, konsep diri menjadi semakin spesifik terhadap situasi-
situasi tertentu, sehingga sifatnya juga lebih tidak stabil. Oleh karena itu,
perubahan dalam konsep diri yang terletak di bagian bawah hirarki mungkin
tidak terlalu berpengaruh terhadap konsep diri yang berada di atasnya,
namun perubahan konsep diri umum di puncak hirarki akan ikut
mempengaruhi konsep diri seseorang di banyak bidang.
e. Konsep diri menjadi lebih bersifat multifaset seiring dengan perkembangan
individu dari bayi hingga dewasa. Pada masa bayi, seseorang belum dapat
membedakan dirinya dari lingkungannya, sementara anak-anak cenderung
masih memiliki konsep diri yang global dan belum terbedakan. Baru pada
masa dewasa konsep diri seseorang makin terdiferensiasi dan terintegrasi
menjadi konstruk yang hirarkis dan multifaset.
f. Konsep diri memiliki aspek deskriptif dan evaluatif. Evaluasi dapat
dilakukan dengan membandingkan dengan kondisi ideal yang absolut,
standar relatif terhadap teman-teman sebaya, atau tuntutan dari orang-orang
terdekat. Setiap dimensi konsep diri dapat memiliki bobot makna yang
berbeda-beda bagi tiap orang.
g. Konsep diri pada bidang tertentu memiliki hubungan yang lebih kuat pada
konstruk yang secara teoritis berkaitan daripada konsep diri pada bidang lain
yang tidak berkaitan. Misalnya, prestasi akademik akan memiliki hubungan
yang lebih kuat dengan konsep diri akademik dibandingkan dengan konsep
diri sosial atau fisik.
Dari ketujuh karakteristik yang telah dikemukakan tersebut, Shavelson
dkk. (dalam Marsh & Hattie, 1996) menciptakan sebuah bagan struktur konsep
diri yang bersifat multidimensional dan hirarkis, yang selanjutnya secara
ringkas di gambarkan oleh peneliti.
Oleh Strein (dalam Tan & Yates, 2007)) istilah konsep diri akademik
diatas dapat ditandai dengan dua elemen yang konsisten dengan model
Shavelson. Pertama, akademik konsep diri mencerminkan deskriptif (misalnya,
saya suka matematika) serta evaluatif (misalnya, saya baik di matematika)
aspek persepsi diri. Kedua, persepsi diri yang terkait dengan konsep diri
akademik cenderung berfokus pada kompetensi akademis, bukan sikap. Hal ini
senada dengan teori yang dikembangkan oleh Liu dan Wang (dalam Tan &
Yates, 2007) ada dua ranah konsep diri akademik yaitu academic confidence
(kepercayaan diri akademik) yakni persepsi dan perasaan siswa terhadap
kompetensi akademik mereka. Kemudian academic effort (usaha akademik)
yaitu komitmen siswa akan keterlibatan dan minatnya terhadap tugas sekolah.
General Self-Concept
Academic Self-Concept
Nonacademic Self-Concept:
1. Social Self-Concept. 2. Emotional Self-
Concept. 3. Physical self-Concept
2.2.3 Pengukuran konsep diri akademik
Burns (1993) menyatakan dari banyak metode pelaporan-diri yang
dapat digunakan untuk mendapatkan suatu deskripsi diri individu beberapa
metode dibawah ini yang mendominasi literatur riset mengenai konsep diri.
1. Skala-skala penilaian, dapat berupa bentuk kuesioner, inventori dan sikap
terhadap skala-skala diri. Pada umumnya metode ini terdiri atas pemberian
seperangkat pernyataan-pernyataan. Subjek merespons kepada masing-
masing pernyataan dengan menyetujui derajat dimana item yang
bersangkutan berlaku padanya atau memberi ciri baginya yang terdapat pada
suatu skala yang ditetapkan dengan biasanya terdiri atas tiga, lima atau
lebih.
2. Daftar pengecekan, pada metode ini individu semata-mata hanya mengecek
kata-kata sifat ataupun pernyataan-pernyataan yang sesuai yang
menjelaskan dirinya sendiri. Hanya item-item tersebut dicek yang berlaku
pada subjek tersebut, pada hakikatnya suatu skala respons ya/tidak.
3. Metode-metode respons yang tidak berstruktur dan bebas, dalam metode ini
subjek diminta untuk menyediakan bahan-bahan mengenai dirinya sendiri,
biasanya dengan melengkapi kalimat-kalimat atau membuat esai. Subjek
dipresentasikan dengan sejumlah pernyataan yang tidak lengkap yang dia
minta untuk melengkapinya.
4. Teknik-teknik proyektif, beberapa periset menggunakan teknik-teknik
proyektif untuk mengukur konsep diri yang tidak sadar (unconscious
selfconcept), misalnya Friedman, 1955; Mussen dan Jones, 1957; Linton
dan Graham, 1959. Mereka menggunakan pendekatan ini karena mereka
yakin aspek-aspek tidak sadar bersangkut-paut dengan teori-teori diri.
5. Metode wawancara, metode ini sangat sering dilakukan pada usaha
konseling dan didalam studi-studi psikoterapi tentang konsep diri dan
perubahan konsep diri.
Dalam peneliltian ini, cara yang digunakan untuk mengukur konsep diri
akademik subjek adalah dengan kuesioner. Hal ini disebabkan karena
kuesioner dalam penelitian kuantitatif dianggap lebih praktis dibanding cara
pengukuran yang lain. Subjek memilih satu dari keempat pilihan jawaban yang
dianggap paling tepat mengenai dirinya, sehingga tidak ada campur tangan
peneliti atau orang lain.
2.3 Attachment Style
2.3.1 Pengertian attachment (kelekatan)
Istilah Kelekatan (attachment) untuk pertama kalinya dikemukakan
oleh seorang psikolog dari Inggris pada tahun 1958 bernama John Bowlby
(dalam Meins, 1997). Kemudian formulasi yang lebih lengkap dikemukakan
oleh Mary Ainsworth pada tahun 1969 . Kelekatan merupakan suatu ikatan
emosional yang kuat yang dikembangkan anak melalui interaksinya dengan
orang yang mempunyai arti khusus dalam kehidupannya, biasanya orang tua.
Menurut Santrock (1995) Attachment ialah suatu ikatan emosional yang kuat
antara bayi dan pengasuhnya.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan kelekatan adalah suatu hubungan emosional atau
hubungan yang bersifat afektif antara satu individu dengan individu lainnya
yang mempunyai arti khusus, dalam hal ini biasanya hubungan ditujukan pada
ibu atau pengasuhnya. Hubungan yang dibina bersifat timbal balik, bertahan
cukup lama dan memberikan rasa aman walaupun figur lekat tidak tampak
dalam pandangan anak.
2.3.2 Pembentukan tingkah laku lekat (attachment behavior)
Monks (2006) berpendapat bahwa tingkah laku lekat merupakan
tingkah laku yang khusus bagi manusia, yaitu kecenderungan dan keinginan
seseorang untuk mencari kedekatan dengan orang lain, untuk mencari kepuasan
dalam hubungannnya dengan orang lain tersebut. Bowlby (dalam Santrock,
1995) yakin bahwa bayi dan ibunya secara naluriah membentuk suatu
keterikatan. Ia mengemukakan bahwa bayi yang baru lahir secara biologis
diberi kelengkapan untuk memperoleh perilaku keterikatan ibu. Bayi menangis,
menempel, merengek dan tersenyum. Kemudian, bayi merangkak perlahan-
lahan, berjalan dan mengikuti ibu. Tujuan bayi itu ialah untuk mmpertahankan
agar ibu selalu dekat.
Schaffer (dalam Monks, 2006) mengemukakan bahwa anak pada waktu
dilahirkan mempunyai semacam struktur kognitif yang spesifik, yaitu suatu
struktur kognitif yang terarah pada jenisnya sendiri yang dapat menambah
kemungkinan untuk mempertahankan hidupnya. Dalam tiga bulan yang
pertama akan timbul daya tarik terhadap manusia pada umumnya, kemudian
struktur kognitif tersebut berubah arah akibat pengalaman dan belajar hingga
anak lebih tertarik pada orang-orang tertentu saja. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Bowlby (dalam Meinz, 1997) bahwa keterikatan anak dengan orang
tuanya berkembang dari hal-hal yang tidak terarah, sedikit demi sedikit
menjadi lebih terarah dan tertentu.
Menurut Monks (2006) ada dua macam tingkah laku yang
menyebabkan seseorang dipilih sebagai objek kelekatan atau figur lekat, yaitu:
1. Sering mengadakan reaksi terhadap tingkah laku anak yang dimaksudkan
untuk menarik perhatian.
2. Sering membuat interaksi secara spontan dengan anak.
Bowlby (dalam Monks, 2006) berpendapat bahwa timbulnya kelekatan
anak terhadap figur lekatnya adalah suatu akibat menjadi aktifnya sejumlah
sistem tingkah laku (behavioral system) yang membutuhkan kedekatan dengan
ibu. Bila anak ditinggalkan oleh ibu atau dalam keadaan takut, sistem tingkah
laku tadi segera menjadi aktif dan hanya bisa dihentikan oleh sentuhan, suara
atau kehadiran ibu. Bowlby (dalam Meinz, 1997) menambahkan ikatan antara
ibu-anak sangat penting dan berpengaruh terhadap perkembangan kelekatan
emosional diantara keduanya. Ibu dapat memberi kasih sayang dan perhatian
kepada bayinya. Bayi merasa aman, nyaman dan percaya pada ibunya sebab
mampu memenuhi kebutuhan hidupnya.
2.3.3 Jenis-jenis attachment
Gaya kelekatan adalah kecenderungan perilaku lekat individu yang
terdiri dimensi positif dan negatif pada dua sikap dasar, yaitu sikap dasar
mengenai self dan sikap dasar mengenai orang lain. Bartholomew (dalam
Baron & Byrne, 2003) membagi gaya kelekatan (Attachment Style) menjadi
empat tipe yaitu:
1. Secure attachment style (gaya kelekatan aman)
Seseorang dengan gaya kelekatan aman memiliki self esteem yang tinggi
dan positif terhadap orang lain, sehingga ia mencari kedekatan interpersonal
dan merasa nyaman dalam hubungan. Contohnya, orang dengan gaya
kelekatan aman melaporkan memiliki hubungan yang hangat dengan orang
tua mereka dan mempersepsikan kehidupan keluarga mereka dimasa lampau
dan masa sekarang secara positif. Dibandingkan dengan gaya kelekatan
yang lain individu dengan gayakelekatan aman tidak mudah marah, tidak
mengatribusikan keinginan keinginan bermusuhan dengan orang lain dan
mengharapkan hasil positif dan konstruktif dari konflik.
2. Fearful-avoidant attachment style (gaya kelekatan takut-menghindar)
Memiliki self esteem yang rendah dan negatif terhada orang lain. dengan
meminimalkan kedekatan interpersonal dan menghindari hubungan akrab,
mereka berharap dapat melindungi diri mereka sendiri dari rasa sakit
ditolak. Individu yang takut ditolak menggambarkan orang tua mereka
secara negatif, memendam perasaan hostile (bermusuhan) dan marah tanpa
menyadarinya.
3. Preoccupied attachment style (gaya kelekatan terpreokupasi)
Memiliki ketidakkonsistenan antara self image dengan image mengenai
orang lain. Individu dengan gaya kelekatan ini mempunyai pandangan
negatif mengenai self dikombinasikan dengan harapan yang positif bahwa
orang lain akan mencintai dan menerima mereka. Sebagai akibatnya
individu yang terpreokupasi mencari kedekatan dalam hubungan (kadang-
kadang kedekatan berlebihan), tapi mereka juga mengalami kecemasan dan
rasa malu karena mereka merasa ‘tidak pantas’ menerima cinta orang lain.
4. Dismissing attachment style (gaya kelekatan menolak)
Memiliki self image yang sangat positif (kadang kala tidak realistis) dan self
description yang berbeda jauh dari gambaran orang lain tentang mereka.
Individu yang menolak melihat dirinya sebagai berharga, independen dan
sangat layak untuk mendapatkan hubungan yang dekat; orang lain lebih
mungkin melihat mereka secara lebih tidak positif dan mendeskripsikan
mereka sebagai tidak ramah dan terbatas kempuan sosialnya. Masalah
utamanya adalah mereka mengharapkan yang terburuk dari orang lain,
sehingga mungkin saja merasa takut kedekatan yang jujur.
Berikut ini empat kategori model attachment style yang dikembangkan
oleh Bartholomew dan Horowitz (dalam Polek, 2007).
Peneliti menyimpulkan bahwa ke empat attachment style (gaya
kelekatan) tersebut mempunyai kombinasi aspek yang berbeda, secure
attachment style (gaya kelekatan aman) mempunyai kombinasi self evaluation
yang positif dan persepsi mengenai orang lain yang positif, fearful-avoidant
attachment style (gaya kelekatan takut menghindar) mempunyai kombinasi self
evaluation yang negatif dan persepsi mengenai orang lain yang negatif,
preoccupied attchment style (gaya kelekatan terpreokupasi) mempunyai
kombinasi self evaluation yang negatif dan persepsi mengenai orang lain yang
positif, dan dismissing attachment style (gaya kelekatan menolak) mempunyai
kombinasi self evaluation yang positif dan persepsi mengenai orang lain yang
negatif.
2.4 Kerangka Berfikir
Dari penjelasan teori-teori diatas peneliti ingin mengetahui seberapa besar
pengaruh konsep diri akademik dan attachment style pada siswa yang
teridentifikasi kelas IX MTs. Al Ghazaly terhadap motivasi berprestasi mereka.
Alur berfikir dalam penelitian ini digambarkan berupa bagan oleh peneliti sebagai
berikut;
2.6 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, dan
kerangka berpikir yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini ialah:
Academic Confidence
Kelas
Academic Effort
Secure Style
Fearful-Avoidant Style
Preoccupied Style
Dismissing Style
Motivasi Berprestasi Siswa
Ho1 : Konsep diri akademik tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
motivasi berprestasi pada siswa kelas IX MTs. Al Ghazaly.
Ho1.a : Academic Confidence tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap motivasi berprestasi pada siswa kelas IX MTs. Al Ghazaly.
Ho1.b : Academic Effort tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
motivasi berprestasi pada siswa kelas IX MTs. Al Ghazaly.
Ho2 : Attachment style tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap motivasi
berprestasi pada siswa kelas IX MTs. Al Ghazaly.
Ho2.a : Fearful-avoidant style tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap motivasi berprestasi pada siswa kelas IX MTs. Al Ghazaly.
Ho2.b : Secure style memiliki tidak pengaruh yang signifikan terhadap
motivasi berprestasi pada siswa kelas IX MTs. Al Ghazaly.
Ho2.c : Dismissing style tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
motivasi berprestasi pada siswa kelas IX MTs. Al Ghazaly.
Ho2e : Preoccupied style tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
motivasi berprestasi pada siswa kelas IX MTs. Al Ghazaly.
Ho3 : Kelas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap motivasi
berprestasi pada siswa kelas IX MTs. Al Ghazaly.
BAB 3
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini diuraikan mengenai pendekatan dan jenis penelitian
yang digunakan, jenis penelitian yang digunakan, jenis variabel dan definisi
operasional dari variabel yang diteliti, populasi dan sampel, alat ukur
pengumpulan data, uji validitas dan realibitas alat ukur penelitian, teknik analisa
data, dan prosedur penelitian.
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif, dimana data yang dihasilkan adalah berupa data kuantitatif yakni data
yang berbentuk bilangan. Untuk menguji hipotesis yang diajukan, peneliti
menggunakan pengujian secara kuantitatif guna mendukung besarnya pengaruh
antara konsep diri akademik dan attachment style dengan motivasi berprestasi
siswa kelas IX MTs. Al Ghazaly.
3.2 Jenis Variabel dan Definisi Operasional
3.2.1 Variabel dependen
a. Definisi konseptual: Motivasi berprestasi adalah motivasi berprestasi adalah
dorongan yang ada pada individu untuk menungguli, berprestasi sehubungan
dengan seperangkat standar dan berusaha untuk mendapatkan keberhasilan
(McClelland dalam Morgan dan King, 1986).
b. Definisi operasional: Motivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang akan
mengarahkan individu untuk bertingkah laku tertentu dengan tujuan agar
dapat mencapai tingkat prestasi tertentu. Aspek-aspek yang diukur antara
lain; tanggung jawab, mempertimbangkan resiko, umpan balik dan kreatif-
inovatif.
3.2.2 Variabel independen
a. Definisi konseptual: Konsep diri akademik dapat dibagi oleh dua elemen
dasar pada model Shavelson. Pertama, konsep diri akademik menggambarkan
secara deskriptif dan evaluatif. Kedua, persepsi diri dihubungkan dengan
konsep diri akademis terhadap kecenderungan penguasaan (kompetensi) mata
pelajaran. Ini juga berhubungan dengan persepsi terhadap diri sendiri
mengenai prestasi di sekolah (Strein dalam Tan & Yates, 2007).
b. Definisi operasional: Konsep diri akademik adalah skor yang diperoleh dari
hasil skala konsep diri akademik yang terdiri dari dua subskala yang
mengandung dimensi academic confidance dan academic effort.
c. Definisi konseptual: Attachment style adalah kecenderungan perilaku lekat
individu yang terdiri dari dimensi positif dan negatif dua sikap dasar, yaitu
sikap mengenai self dan sikap terhadap orang lain (Bartholomew dalam
Baron dan Byrne, 2003).
d. Definisi operasional: Attachment style adalah skor yang diperoleh dari hasil
skala attachment style yang terdiri dari empat subskala yang mengandung
empat gaya lekat, yaitu; Secure attachment style (gaya kelekatan aman),
Fearful-avoidant attachment style (gaya kelekatan takut menghindar),
Preoccupied attachment style (gaya kelekatan terpreokupasi) dan Dismissing
attachment style (gaya kelekatan menolak).
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah kelompok besar yang merupakan sasaran generalisasi,
sampel adalah kelompok kecil yang kita amati (Sevilla, 1993).
Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah siswa-siswi
kelas kelas IX MTs. Al Ghazaly dengan jumlah keseluruhan populasi siswa
dan siswi sebanyak 174 anak.
3.3.2 Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan
teknik Pengambilan Sampel Purposif, dimana semua anggota atau subjek
penelitian tidak memiliki peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel.
Beberapa bagian tertentu dalam semua kelompok secara sengaja tidak
dimasukkan dalam pemilihan untuk mewakili sub-kelompok. Sampel yang
akan dijadikan penelitian sudah diterapkan karakteristiknya, diantaranya
sebagai berikut :
a. Siswa (i) yang terdaftar di MTs. Al Ghazaly tahun ajaran 2010/2011.
b. Siswa (i) MTs. Al Ghazaly kelas IX A, IX B, IX C dan IX D.
3.4. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
3.4.1 Metode dan instrumen penelitian
Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode objektif,
objektif dimaksud dalam pengukuran yaitu pemberian skor atas jawaban yang
diberikan. Dijelaskan oleh Annastasi (Sevilla, 1993) objektivitas tes diperoleh
melalui reliabilitas dan validitas yang tinggi dari pengujian instrumen. Oleh
karena hal tersebut, maka instrumen yang digunakan sebagai alat ukur pada
penelitian ini adalah dengan skala.
Skala yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model likert
dengan menggunakan derajat persetujuan dan ketidak setujuan.
3.4.2 Teknik uji instrumen
3.4.2.1 Uji validitas
Untuk memperoleh pengukuran yang valid dilakukan
pengkorelasian skor item dengan skor total. Bila korelasi antara skor item
dengan skor total menghasilkan korelasi yang rendah, maka item yang
dinyatakan gugur atau dimodifikasi, sedangkan bila korelasi yang didapat
menghasilkan skor yang tinggi maka item tersebut dinyatakan valid dan
dapat digunakan sebagai alat ukur.
Untuk menguji validitas, peneliti menggunakan uji korelasi korelasi
biserial. Validitas suatu butir pernyataan dapat dilihat pada hasil output
SPSS 17.0. Menilai kevalidan masing-masing butir pernyataan dapat dilihat
dari nilai Corrected Item-total Correlation masing-masing butir pernyataan.
Berikut ini rumus korelasi korelasi biserial adalah ;
Keterangan :
rxy : angka indeks antara variabel X dan Y
∑XY : jumlah dari hasil perkalian antara skot variabel X dan Y
∑X : jumlah dari skor X
∑Y : jumlah dari skor Y
∑X2 : jumlah dari skor X yang telah terlebih dahulu di kuadratkan
∑Y2 : jumlah dari skor Y yang telah terlebih dahulu dikuadratkan
(∑X)2 : jumlah dari seluruh skor variabel X, setelah dikuadratkan
(∑Y)2 : jumlah dari seluruh skor variabel Y, setelah dikuadratkan
N : jumlah case
]Y)(Y[N]X)(X[NY)(X)(XYNr
2222xy
3.4.2.2. Uji reliabilitas
Reliabilitas menurut Sevilla, 1993 adalah derajat ketetapan dan
ketelitian atau akurasi yang ditunjukkan oleh instrumen pengukuran. Uji
instrumen dari tiga skala pada penelitian ini menggunakan ukuran
reliabilitas dengan Alpha Cronbach sebagai berikut:
2
2
11 Sx
Sjk
k
Keterangan :
α = Reliabilitas instrument
k = Banyaknya item tes
Sj² = Varians dari skor item
Sx² = Varians dari skor tes
Uji reliabilitas ketiga skala ini menggunakan program SPSS versi
17.0 for windows.
3.5 Hasil Uji Coba Alat Ukur Penelitian
3.5.1 Alat ukur motivasi berprestasi
Alat ukur motivasi berprestasi yang dikembangkan dalam penelitian ini
berdasarkan oleh teori McClelland (Morgan dan King, 1986) menjelaskan
karakterisitik individu dengan n-achievement yang tinggi.
Berdasarkan uji coba terhadap 30 item dalam skala motivasi berprestasi,
maka diperoleh 15 item yang valid dan 15 item yang tidak valid. Hasil tersebut
diperoleh berdasarkan uji reliabilitas dengan menggunakan uji statistik Alpha
Cronbach pada program SPSS 17.0 for windows. Disajikan pada tabel 3.2.
dibawah ini :
Tabel 3.2.
Hasil uji validitas pada skala motivasi berprestasi
Variabel Indikator Fav Unfav
Motivasi Berpresatasi
1. Tanggung jawab. 2. Mempertimbangkan resiko 3. Memperhatikan umpan balik. 4. Kreatif-inovatif.
9*,11*,22, 23
2,5,6,24
3,7,25
4,8*,12,16*
13*,17,19*,26*
10*,14*,27*,30
15,21*,28*
1,18*,20*, 29*
5
3
2
5
Jumlah 4 11 15 * item yang valid
Tabel 3.3
Bobot skor skala motivasi berprestasi
Jawaban Favorable Unfavorable
SS (Sangat Setuju) 4 1
S (Setuju) 3 2
TS (Tidak Setuju) 2 3
STS (Sangat Tidak Setuju) 1 4
Dari hasil uji reliabilitas skala motivasi berprestasi diperoleh reliabilitas
skala dengan 15 item adalah 0,782. Dengan ini maka skala motivasi berprestasi
memiliki reliabilitas yang reliabel.
3.5.2 Alat ukur konsep diri akademik
Alat ukur konsep diri akademik di dalam penelitian ini mengadaptasi skala
yang dikembangkan oleh Liu dan Wang (Tan dan Yates, 2007) yaitu Academic
Self-Concept Questionnaire (ASCQ). ASCQ terdiri dari dua sub-skala, sub-skala
yang pertama adalah academic confidence (kepercayaan diri akademik) yang
mengukur persepsi dan perasaan siswa terhadap kompetensi akademik mereka.
Sub-skala yang kedua, academic effort (usaha akademik) sub-skala ini mengukur
komitmen siswa akan keterlibatan dan minatnya terhadap tugas sekolah.
Berdasarkan uji coba terhadap 24 item dalam skala konsep diri akademik,
maka diperoleh 13 item yang valid dan 11 item yang tidak valid. Hasil tersebut
diperoleh berdasarkan uji reliabilitas dengan menggunakan uji statistik Alpha
Cronbach pada program SPSS 17.0 for windows. Disajikan pada tabel 3.4
dibawah ini :
Tabel 3.4
Hasil uji validitas pada skala konsep diri akademik
Variabel Aspek Indikator Fav Unfav
Konsep Diri Akademik
1. Academic Confidence (Kepercayaan Diri Akademis)
Persepsi siswa terhadap kompetensi akademik mereka.
Perasaan siswa terhadap kompetensi akademik mereka.
1*, 3, 5
15*, 19*, 22
9*, 11*, 21
7, 13, 17
3 2
2. Academic Effort (Usaha Akademik)
Komitmen siswa akan keterlibatan terhadap tugas sekolah.
Komitmen siswa akan minatnya terhadap tugas sekolah.
6*, 12, 18
10*, 8*, 23*
16*, 20*, 24*
2*,4,14
4 4
Jumlah 7 6 13 * item yang valid
Tabel 3.5
Bobot skor skala konsep diri akademik
Jawaban Favorable Unfavorable
SS (Sangat Setuju) 4 1
S (Setuju) 3 2
TS (Tidak Setuju) 2 3
STS (Sangat Tidak Setuju) 1 4
Dari hasil uji reliabilitas skala konsep diri akademik diperoleh reliabilitas
skala dengan 13 item adalah 0,707. Dengan ini maka skala konsep diri akademik
memiliki reliabilitas yang reliabel.
3.5.3 Alat ukur attachment style (gaya kelekatan)
Alat ukur attachment style (gaya kelekatan) yang dikembangkan oleh
Bartholomew dan Horowitz (Polek, 2008) dalam penelitian ini mengukur empat
aspek gaya kelekatan, yaitu: secure attachment style (gaya kelekatan aman),
fearful-avoidant attachment style (gaya kelekatan takut-menghindar), preoccupied
attchment style (gaya kelekatan terpreokupasi), dan dismissing attachment style
(gaya kelekatan menolak). Keempat aspek tersebut akan dibagi lagi ke dalam
indikator-indikator untuk mewakili tiap aspeknya.
Pada uji coba terhadap 26 item dalam skala attachment style, maka
diperoleh 16 item yang valid dan 10 item yang tidak valid. Hasil tersebut
diperoleh berdasarkan uji reliabilitas dengan menggunakan uji statistik Alpha
Cronbach pada program SPSS 17.0 for windows. Disajikan pada tabel 3.6.
dibawah ini :
Tabel 3.6
Hasil uji validitas pada skala attachment style
Variabel Attachment Style Indikatornya Item
Attachment Style
1. Secure Attachment Style (Gaya Kelekatan Aman)
Mudah dekat dengan orang lain secara emosional.
Nyaman bila bergantung dengan orang lain dan begitu sebaliknya.
Tidak khawatir apabila sendiri atau orang lain tidak menerimanya.
1, 12*, 13,
9, 16, 20*,
15*, 25
1 1 1
2. Fearful-Avoidant Attachment Style (Gaya Kelekatan Takut-Menghindar),
Kurang nyaman dekat dengan orang lain.
Mengiginkan kedekatan emosi dengan orang lain. Tapi sulit untuk mempercayai orang lain.
Khawatir disakiti bila terlalu dekat dengan orang lain.
3, 26*
2*, 4*
18*, 21*
1 2 2
3. Preoccupied Attachment Style (Gaya Kelekatan Terpreokupasi)
Keinginan dekat dengan orang lain secara emosional. Tapi seringnya merasakan orang lain enggan untuk dekat.
Tidak nyaman tanpa adanya kedekatan emosinal dengan orang lain, namun merasa khawatir orang lain tidak menghargainya.
8*, 10, 19*
6*, 22*, 24*
2 3
4. Dismissing Attachment Style (Gaya Kelekatan Menolak).
Nyaman tanpa adanya kedekatan emosional dengan orang lain.
Merasa mandiri serta memilih untuk tidak bergantung pada orang lain, begitu pula sebaliknya.
7*, 14, 17
5*, 11, 23*
1 2
Jumlah 16
* item yang valid
Tabel 3.7
Bobot skor skala attachment style
Jawaban Bobot skor
SS (Sangat Setuju) 4
S (Setuju) 3
TS (Tidak Setuju) 2
STS (Sangat Tidak Setuju) 1
Dari hasil uji reliabilitas skala attachment style diperoleh reliabilitas skala
dengan 16 item adalah 0,808. Dengan ini maka skala attachment style memiliki
reliabilitas yang masih dalam taraf reliabel.
3.6 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan dari
penelitian ini, dengan metode statistik untuk mengetahui signifikansi pengaruh
antara konsep diri akademik dan attachment style dengan motivasi berprestasi dan
seberapa besar kontribusi variabel-variabel bebas tersebut terhadap motivasi
berprestasi.
Untuk menganalisa data yang diperoleh dan mengetahui pengaruh antara
variabel-variabel penelitian menggunakan teknik statistik regresi berganda dengan
rumus sebagai berikut;
Y = a + b1X1 + b2X2 + …+ bnXn + e
Keterangan:
Y : variabel terikat
a : konstanta
b1,b2 : koefisien regresi
X1, X2 : variabel bebas
e : residual
Penghitungan statistik dilakukan dengan menggunakan sistem
komputerisasi program SPSS versi 17.0. Jika hasil nilai p lebih kecil dari 0.05,
maka pengaruh dianggap signifikan dengan kata lain hipotesis nihil ditolak. Tetapi
jika hasil perhitungan nilai p lebih besar dari 0.05, maka pengaruh tidak
signifikan atau hipotesis nihil diterima.
3.7 Prosedur Penelitian
3.7.1 Tahap persiapan
Tahap persiapan dimulai dengan perumusan masalah, menentukan
variabel penelitian, melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan
gambaran dan landasan teoritis yang tepat, menentukan, menyusun dan
menyiapkan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu skala
motivasi berprestasi dan skala konsep diri akademik yang kemudian dilakukan
uji panelis terlebih dahulu. Setelah skala dikatakan baik maka peneliti
menentukan lokasi penelitian. Peneliti melakukan uji coba (try out) instrumen
yang berupa skala pada tanggal 24 Februari 2011. Try out ini ini diujikan pada
Sekolah MTs Al Syukro pada kelas VII dengan jumlah responden 39 siswa.
3.7.2 Pelaksanaan penelitian
Pengambilan data penelitian dilakukan pada tanggal 28 Februari 2011 di
MTs Al Ghazaly pada 28 siswa pada kelas IX MTs. Al Ghazaly dari jam 08.00 –
10.30 (kurang lebih durasi tiap kelas 30 menit) dengan menggunakan instrumen
berupa skala motivasi berprestasi, skala konsep diri akademik dan skala
attachment style.
Kemudian melakukan skoring hasil skala yang telah diisi oleh responden
penelitian, menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh, kemudian
membuat tabel data dengan menggunakan metode statistik untuk menguji hipotesa
penelitian, menginterpretasikan dan membahas hasil analisa statistik berdasarkan
teori, kemudian merumuskan kesimpulan hasil penelitian.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini diuraikan mengenai gambaran umum subjek penelitian,
pembahasan hasil pengujian hipotesa, serta proporsi varian.
4.1. Gambaran Umum Responden
Gambaran umum responden penelitian akan diuraikan secara rinci deskriptif
dan dibantu dengan penyajian dalam bentuk tabel. Gambaran umum responden ini
meliputi jenis kelamin, umur, dan skor intelegensi.
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah MTs. Al Ghazaly Bogor. Jumlah
siswa pada kelas IX adalah 174 siswa (i). Adapun responden penelitian yang
dipakai berjumlah 117 orang. Berikut ini adalah gambaran responden berdasarkan
jenis kelamin.
Tabel 4.1.
Gambaran Sampel Terpilih
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki-laki 52 44 %
Perempuan 65 56 %
Jumlah 117 100 %
Dari sampel yang terpilih berjumlah 117 responden berjenis kelamin laki-
laki berkontribusi sebanyak 44% atau 52 orang, sedangkan berjenis kelamin
perempuan berkontribusi sebanyak 56% atau 65 orang.
Selanjutnya gambaran umum responden akan diuraikan secara rinci berupa
gambaran umum frekuensi dan persentase dari rentang usia, kelas dan skor
intelegensi.
4.1.1. Berdasarkan usia
Responden yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa-siswi
dengan rentang usia 14 – 17 tahun.
Tabel 4.2.
Gambaran umum responden berdasarkan rentang usia
Usia Frekuensi Persentase
13 – 14 60 51 %
15 – 17 57 49 %
Jumlah 117 100 %
Dari sampel yang terpilih berjumlah 117 responden berdasarkan rentang
usia dari 13 - 14 tahun berkontribusi sebanyak 51% atau 60 orang, sedangkan
dengan rentang usia 15-17 tahun berkontribusi sebanyak 49% atau 57 orang.
4.1.2. Berdasarkan kelas
Responden yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa-siswi yang
kelas IX yang terdiri dari tiga kelas.
Tabel 4.3.
Gambaran umum responden berdasarkan kelas
Kelas Frekuensi Persentase
IX A 38 33 %
IX B 40 34 %
IX C 39 33 %
Jumlah 117 100 %
Dari sampel yang terpilih berjumlah 117 responden berdasarkan kelas
IX/A berkontribusi sebanyak 33% atau 38 orang, kelas IX/B berkontribusi
sebanyak 34% atau 40 orang, sedangkan kelas IX/C berkontribusi sebanyak
33% atau 39 orang.
4.2. Pengujian Hipotesis
Selanjutnya, uji hipotesis untuk mengetahui pengaruh masing-masing
variabel bebas terhadap variabel terikat dalam penelitian ini, analisisnya dilakukan
dengan teknik regresi berganda. Data yang dianalisis ialah faktor skor atau true
score yang diperoleh dari hasil analisis faktor. Alasan penulis menggunakan
faktor skor ini adalah untuk menghindari dampak negatif dari kesalahan
pengukuran (attenuation). Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4.4
Coefficientsa analisis regresi 7 variabel bebas
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .040 .196 .204 .839
Academic Confidance .151 .082 .151 1.839 .069
Academic Effort .580 .080 .580 7.236 .000
Fearful-Avoidant Style .074 .084 .074 .886 .378
Secure Style .002 .075 .002 .033 .974
Dismissing Style -.080 .073 -.080 -1.102 .273
Preoccupied Style -.123 .085 -.123 -1.444 .152
Kelas -.020 .091 -.016 -.218 .828
a. Dependent Variable: Motivasi Berprestasi
Dari persamaan regresi tersebut, bisa dibuat prediksi tentang berapa harga Y
jika nilai setiap variabel bebas diketahui. Berdasarkan tabel 4.4 di atas, dijelaskan
persamaan regresi berdasarkan nilai B yaitu: motivasi berprestasi (y’) = 0.040 +
0.151 AC + 0.580 AE + 0.074 FAv + 0.002 Se - 0.080 Di - 0.123 Pr - 0.020
Kelas.
Sesuai tabel 4.4 di atas juga dapat diketahui signifikan tidaknya masing-
masing variabel bebas terhadap variabel terikat, hal ini untuk menjawab berbagai
hipotesis dalam penelitian sebagai berikut;
4.2.1. Uji hipotesis 1
Uji hipotesis 1 merupakan uji hipotesis yang menjawab pertanyaan:
apakah konsep diri akademik tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap motivasi berprestasi pada siswa kelas IX MTs. Al Ghazaly. Konsep
diri akademik mencakup 2 faktor, rinciannya sebagai berikut:
a. Pada tabel 4.4 diketahui nilai p untuk AC = 0.069. Karena p > 0.05 maka
dapat disimpulkan bahwa academic confidence tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap motivasi berprestasi siswa kelas IX MTs. Al
Ghazaly (Ho diterima).
b. Pada tabel 4.4 diketahui nilai p untuk AE = 0.000. Karena p < 0.05 maka
dapat disimpulkan bahwa academic effort memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap motivasi berprestasi siswa kelas IX MTs. Al Ghazaly
(Ho ditolak).
4.2.2. Uji hipotesis 2
Uji hipotesis 1 merupakan uji hipotesis yang menjawab pertanyaan:
attachment style tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap motivasi
berprestasi pada siswa kelas IX MTs. Al Ghazaly. Attachment style mencakup
4 faktor, rinciannya sebagai berikut:
a. Pada tabel 4.4 diketahui nilai p untuk FAv = 0.378. Karena p > 0.05 maka
dapat disimpulkan bahwa fearful-avoidant style tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap motivasi berprestasi siswa kelas IX MTs. Al
Ghazaly (Ho diterima).
b. Pada tabel 4.4 diketahui nilai p untuk Se = 0.974. Karena p > 0.05 maka
dapat disimpulkan bahwa secure style tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap motivasi berprestasi siswa kelas IX MTs. Al Ghazaly
(Ho diterima).
c. Pada tabel 4.4 diketahui nilai p untuk Di = 0.273. Karena p > 0.05 maka
dapat disimpulkan bahwa dismissing style memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap motivasi berprestasi siswa kelas IX MTs. Al Ghazaly
(Ho diterima).
d. Pada tabel 4.4 diketahui nilai p untuk Pr = 0.152. Karena p > 0.05 maka
dapat disimpulkan bahwa preoccupied style memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap motivasi berprestasi siswa kelas IX MTs. Al Ghazaly
(Ho diterima).
4.2.3. Uji hipotesis 3
Uji hipotesis 3 merupakan uji hipotesis yang menjawab pertanyaan:
kelas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap motivasi berprestasi
siswa kelas IX MTs. Al Ghazaly. Pada tabel 4.4 diketahui nilai p untuk kelas = -
0.828. Karena p > 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa kelas memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap motivasi berprestasi siswa kelas IX MTs. Al
Ghazaly (Ho diterima).
4.3. Proporsi Varian
Pada subbab sebelumnya dapat diketahui tidak ada variabel bebas yang
pengaruhnya signifikan terhadap motivasi berprestasi siswa kelas IX MTs. Al
Ghazaly. Hal ini mungkin terjadi karena sedikitnya jumlah responden dalam
penelitian ini. Namun demikian, peneliti ingin melihat proporsi varian dari
motivasi berprestasi yang secara keseluruhan ditrapkan pada 7 variabel bebas.
Peneliti melakukan uji analisis regresi berganda menggunakan SPSS, hasilnya
sebagai berikut:
Tabel 4.5
Model Summary analisis regresi dari 7 variabel bebas
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .686a .471 .437 .75062279
a. Predictors: (Constant), Kelas, Academic Confidance, Secure Style,
Dismissing Style, Fearful-Avoidant Style, Academic Effort, Preoccupied
Style
Tabel 4.6
ANOVAb analisis regresi dari 7 variabel bebas
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 54.586 7 7.798 13.840 .000a
Residual 61.414 109 .563
Total 116.000 116
a. Predictors: (Constant), Kelas, Academic Confidance, Secure Style, Dismissing Style, Fearful-
Avoidant Style, Academic Effort, Preoccupied Style
b. Dependent Variable: Motivasi Berprestasi
Dari tabel 4.5 dapat diketahui bahwa nilai koefesien korelasi ( R) = 0.686,
dimana nilai koefesien determinasi (R2) = 0.471. Ini berarti bahwa proporsi varian
dari motivasi berprestasi yang secara keseluruhan bisa diterapkan pada 7 variabel
ialah sebesar 47.1%. Atau dengan kata lain, penyebab bervariasinya skor motivasi
berprestasi yang ditentukan oleh 7 variabel bebas (ASC, AE, FAv, Se, Di, Pr, dan
Kelas) secara bersama-sama ialah 47.1%. Sedangkan sisanya sebesar 52.9%
disebabkan oleh aspek-aspek lain. Kesimpulannya, terdapat kemungkinan adanya
aspek-aspek lain yang memiliki pengaruh lebih besar terhadap motivasi
berprestasi siswa kelas IX MTs. Al Ghazaly.
Kemudian pada tabel anova didapat uji F yang telah menguji ke tujuh
variabel bebas yang akan mempengaruhi persamaan regresi. Dari tabel 4.6 nilai F
= 13.840 dengan menggunakan derajat keyakinan 95% atau taraf signifikan 5%
dengan derajat kebebasan df1 = 7 dan df2 = 109, dicari nilai F tabel dengan
menggunakan fungsi FINV di Microsoft Excel. Jadi F tabel untuk FINV
(0.05.7.109) adalah 2.09. Kesimpulan, F hitung = 13.840 > F tabel = 2.09. Jadi
kesimpulan secara simultan semua variabel bebas mempunyai nilai signifikansi
dan mempengaruhi terhadap variabel terikat.
Sedangkan untuk mengetahui proporsi varian dari konsep diri akademik (2
variabel) dan attachment style (4 variabel) terhadap motivasi berprestasi siswa
kelas IX MTs. Al Ghazaly dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.7
Model Summary analisis regresi
variabel konsep diri akademik dan attachement style
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .686a .470 .441 .74736629
a. Predictors: (Constant), Academic Effort, Fearful-Avoidant Style,
Dismissing Style, Secure Style, Academic Confidance, Preoccupied
Style
Tabel 4.8
ANOVAb analisis regresi
variabel konsep diri akademik dan attachement style
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 54.559 6 9.093 16.280 .000a
Residual 61.441 110 .559
Total 116.000 116
a. Predictors: (Constant), Academic Effort, Fearful-Avoidant Style, Dismissing Style, Secure Style,
Academic Confidance, Preoccupied Style
b. Dependent Variable: Motivasi Berprestasi
Dari tabel 4.7 dapat diketahui bahwa nilai koefesien korelasi ( R) = 0.686,
dimana nilai koefesien determinasi (R2) = 0.470. Ini berarti bahwa proporsi varian
dari motivasi berprestasi yang secara keseluruhan bisa diterapkan pada 6 variabel
ialah sebesar 47.0%. Atau dengan kata lain, penyebab bervariasinya skor motivasi
berprestasi yang ditentukan oleh 6 variabel bebas (ASC, AE, FAv, Se, Di, dan Pr)
secara bersama-sama ialah 47.0%. Sedangkan sisanya sebesar 53.0% disebabkan
oleh aspek-aspek lain. Kesimpulannya, terdapat kemungkinan adanya aspek-aspek
lain yang memiliki pengaruh lebih besar terhadap motivasi berprestasi siswa kelas
IX MTs. Al Ghazaly.
Kemudian pada tabel anova didapat uji F yang telah menguji ke tujuh
variabel bebas yang akan mempengaruhi persamaan regresi. Dari tabel 4.8 nilai F
= 16.280 dengan menggunakan derajat keyakinan 95% atau taraf nyata 5% serta
derajat kebebasan dari df1 = 6 dan df2 = 110, dicari nilai F tabel dengan
menggunakan fungsi FINV di Microsoft Excel. Jadi F tabel untuk FINV
(0.05.6.110) adalah 2.18. Kesimpulan, F hitung = 16.280 > F tabel = 2.18. Jadi
kesimpulan secara simultan semua variabel bebas mempunyai nilai signifikansi
dan mempengaruhi terhadap variabel terikat.
Berikut ini disajikan tabel coefficient analisis regresi variabel konsep diri
akademik dan attachment style, sebagai berikut:
Tabel 4.9
Coefficientsa analisis regresi variabel konsep diri akademik dan attachement style
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 8.494E-17 .069 .000 1.000
Secure Style .004 .074 .004 .054 .957
Fearful-Avoidant Style .079 .081 .079 .964 .337
Preoccupied Style -.127 .083 -.127 -1.525 .130
Dismissing Style -.081 .072 -.081 -1.113 .268
Academic Confidance .149 .081 .149 1.834 .069
Academic Effort .584 .077 .584 7.574 .000
a. Dependent Variable: Motivasi Berprestasi
Berdasarkan tabel 4.9 di atas, dijelaskan persamaan regresi berdasarkan nilai
B yaitu: motivasi berprestasi (y’) = 8.494E-17 + 0.004 Se + 0.079 FAv - 0.127 Pre
- 0.081 Di + 0.149 AC + 0.584 AE. Dari persamaan regresi tersebut, bisa dibuat
prediksi tentang berapa harga Y jika nilai setiap variabel bebas diketahui.
Setelah mengetahui proporsi varian dari 7 variabel secara bersama-sama,
penulis juga ingin melihat variabel bebas mana yang memiliki kontribusi paling
tinggi terhadap motivasi berprestasi siswa kelas IX MTs. Al Ghazaly. Oleh karena
itu peneliti melakukan analisis regresi secara hierarki. Di sini mula-mula peneliti
menghitung satu variabel bebas, kemudian menambahkan satu variabel bebas
lainnya, begitu seterusnya hingga seluruh variabel bebas dimasukkan.
Berdasarkan hasil hitungan menggunakan SPSS yang dapat dilihat dilampiran,
berikut ini ialah tabel proporsi varian motivasi berprestasi yang terkait dengan
variabel bebas, yaitu:
Tabel 4.10
Proporsi varian variabel terikat yang terkait dengan variabel bebas
No Variabel Bebas R2 R2 Change / Kontribusi Varian (%) Sig
1 AC 0.169 16.9% NS 2 AC + AE 0.451 28.2% S 3 AC + AE + Fav 0.451 0% NS 4 AC + AE + Fav + SE 0.451 0% NS 5 AC + AE + Fav + SE + Di 0.459 0.8% NS 6 AC + AE + Fav + SE + Di + Pr 0.470 1.1% NS 7 AC + AE + Fav + SE + Di + Pr + Kelas 0.471 0.1% NS
Total keseluruhan 47.1%
Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui kontribusi masing-masing variabel
bebas terhadap motivasi berprestasi. Berikut rincian deskripsi dari masing-masing
variabel bebas sebagai berikut:
1. Pengaruh motivasi berprestasi dengan academic confidence (AC) diperoleh
resume change z sebesar 0.169 yang berarti bahwa variabel AC memiliki
kontribusi sebesar 16.9% dalam mempengaruhi motivasi berprestasi siswa
kelas IX MTs. Al Ghazaly. Selain itu pada tabel 4.4 dapat diperoleh nilai
sebesar 0.151 yang berarti bahwa AC secara positif mempengaruhi motivasi
berprestasi dengan kriteria tidak signifikan. Dapat disimpulkan bahwa semakin
tinggi academic confidence siswa kelas IX MTs. Al Ghazaly, maka semakin
tinggi pula motivasi berprestasinya, namun tidak signifikan.
2. Pengaruh motivasi berprestasi dengan academic effort (AE) diperoleh resume
change z sebesar 0.282 yang berarti bahwa variabel AE memiliki kontribusi
sebesar 28.2% dalam mempengaruhi motivasi berprestasi siswa kelas IX MTs.
Al Ghazaly. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi academic effort siswa
kelas IX MTs. Al Ghazaly, maka semakin tinggi pula motivasi berprestasinya.
3. Pengaruh motivasi berprestasi dengan fearful-avoidant (Fav) diperoleh resume
change z sebesar 0.000 yang berarti bahwa variabel Fav tidak memiliki
kontribusi dalam mempengaruhi motivasi berprestasi siswa kelas IX MTs. Al
Ghazaly. Selain itu pada tabel 4.4 dapat diperoleh nilai sebesar 0.074 yang
berarti bahwa Fav secara positif mempengaruhi motivasi berprestasi dengan
kriteria tidak signifikan. Dapat disimpulkan bahwa siswa kelas IX MTs. Al
Ghazaly dengan gaya fearful-avoidant semakin rendah pula motivasi
berprestasinya, namun hal tersebut tidak signifikan.
4. Pengaruh motivasi berprestasi dengan secure (Se) diperoleh resume change z
0.000 yang berarti bahwa variabel Se tidak memiliki kontribusi dalam
mempengaruhi motivasi berprestasi siswa kelas IX MTs. Al Ghazaly. Selain itu
pada tabel 4.4 dapat diperoleh nilai sebesar 0.002 yang berarti bahwa Se secara
positif mempengaruhi motivasi berprestasi dengan kriteria tidak signifikan.
Dapat disimpulkan bahwa siswa kelas IX MTs. Al Ghazaly dengan gaya secure
semakin rendah pula motivasi berprestasinya, namun hal tersebut tidak
signifikan.
5. Pengaruh motivasi berprestasi dengan dismissing (Di) diperoleh resume change
z sebesar 0.008 yang berarti bahwa variabel Di memiliki kontribusi sebesar
0.8% dalam mempengaruhi motivasi berprestasi siswa kelas IX MTs. Al
Ghazaly. Selain itu pada tabel 4.4 dapat diperoleh nilai sebesar -0.080 yang
berarti bahwa Di secara negatif mempengaruhi motivasi berprestasi dengan
kriteria tidak signifikan. Dapat disimpulkan bahwa siswa kelas IX MTs. Al
Ghazaly dengan gaya dismissing semakin tinggi pula motivasi berprestasinya,
namun hal tersebut tidak signifikan.
6. Pengaruh motivasi berprestasi dengan preoccupied (Pr) diperoleh resume
change z sebesar 0.011 yang berarti bahwa variabel Pr memiliki kontribusi
sebesar 1.1% dalam mempengaruhi motivasi berprestasi siswa kelas IX MTs.
Al Ghazaly. Selain itu pada tabel 4.4 dapat diperoleh nilai sebesar -0.123 yang
berarti bahwa Pr secara negatif mempengaruhi motivasi berprestasi dengan
kriteria tidak signifikan. Dapat disimpulkan bahwa siswa kelas IX MTs. Al
Ghazaly dengan gaya preoccupied semakin rendah pula motivasi
berprestasinya, namun hal tersebut tidak signifikan.
7. Pengaruh motivasi berprestasi dengan kelas diperoleh R2 (R Square) sebesar
0.001 yang berarti bahwa variabel kelas memiliki kontribusi sebesar 0.1%
dalam mempengaruhi motivasi berprestasi siswa kelas IX MTs. Al Ghazaly.
Selain itu pada tabel 4.4 dapat diperoleh nilai sebesar -0.020 yang berarti
bahwa kelas secara negatif mempengaruhi motivasi berprestasi dengan kriteria
tidak signifikan. Dapat disimpulkan bahwa semakin rendah kelas siswa kelas
IX MTs. Al Ghazaly, maka semakin rendah pula motivasi berprestasinya,
namun tidak signifikan.
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Hasil dari uji hipotesis dengan menggunakan analisis regresi berganda
menyatakan bahwa:
1. Hasil penelitian ini akan menjawab apakah ada pengaruh yang signifikan
antara konsep diri akademik terhadap motivasi berprestasi pada siswa kelas IX
MTs. Al Ghazaly dengan 2 cakupan variabel, rinciannya sebagai berikut:
a. Variabel academic confidence tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap motivasi berprestasi siswa kelas IX MTs. Al Ghazaly (Ho
diterima).
b. Variabel academic effort memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
motivasi berprestasi siswa kelas IX MTs. Al Ghazaly (Ho ditolak).
2. Hasil penelitian ini akan menjawab apakah ada pengaruh yang signifikan
antara attachment style terhadap motivasi berprestasi pada siswa kelas IX MTs.
Al Ghazaly dengan 4 cakupan variabel, rinciannya sebagai berikut:
a. Variabel fearful-avoidant style tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap motivasi berprestasi siswa kelas IX MTs. Al Ghazaly (Ho
diterima).
b. Variabel secure style tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
motivasi berprestasi siswa kelas IX MTs. Al Ghazaly (Ho diterima).
c. Variabel dismissing style tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
motivasi berprestasi siswa kelas IX MTs. Al Ghazaly (Ho diterima).
d. Variabel preoccupied style tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap motivasi berprestasi siswa kelas IX MTs. Al Ghazaly (Ho
diterima).
3. Hasil penelitian ini diketahui bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara
kelas terhadap motivasi berprestasi siswa kelas IX MTs. Al Ghazaly (Ho
diterima).
5.2. Diskusi
Penelitian ini dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui variabel-variabel
apa saja yang mempengaruhi motivasi berprestasi pada siswa kelas IX MTs. Al
Ghazaly dengan menentukan variabel konsep diri akademik dan attachment style
sebagai variabel bebasnya.
Sebagai bahan diskusi penelitian yang telah dilakukan Aat Sriati (2004)
terhadap mahasiswa universitas padjadjaran mengungkapkan bahwa keeratan
hubungan antara konsep diri dan motivasi berprestasi remaja akhir adalah sebesar
0,523 dengan arah yang positif, artinya semakin positif konsep diri diikuti dengan
peningkatan motivasi berprestasi remaja akhir (N = 138). Pada penelitian tersebut
dapat terlihat bahwa konsep diri memiliki pengaruh terhadap motivasi berprestasi
remaja akhir. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fasti Rola
(2006) adanya hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan motivasi
berprestasi pada remaja.
Pada penelitian yang dilakukan ini dapat diketahui bahwa academic effort
(salah satu dari variabel konsep diri akademik) secara positif berpengaruh
signifikan terhadap motivasi berprestasi yakni sebesar 28.2%. Dimana dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi academic effort siswa kelas IX MTs. Al
Ghazaly semakin tinggi pula motivasi berprestasinya.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara variabel-variabel attachment style dengan motivasi berprestasi.
Namun, dapat dilihat dari hasil proporsi varian bahwa nilai koefesien korelasi ( R)
= 0.686, dimana nilai koefesien determinasi (R2) = 0.471. Ini berarti bahwa
proporsi varian dari motivasi berprestasi yang secara keseluruhan bisa diterapkan
pada 7 variabel ialah sebesar 47.1%. Atau dengan kata lain, penyebab
bervariasinya skor motivasi berprestasi yang ditentukan oleh 7 variabel bebas
(ASC, AE, FAv, Se, Di, Pr, dan Kelas) secara bersama-sama ialah 47.1%.
Sedangkan sisanya sebesar 52.9% disebabkan oleh aspek-aspek lain.
Kesimpulannya, terdapat kemungkinan adanya aspek-aspek lain yang memiliki
pengaruh lebih besar terhadap motivasi berprestasi siswa kelas IX MTs. Al
Ghazaly.
5.3 Saran
Sehubungan dengan penelitian yang dilaksanakan peneliti menyadari bahwa
penelitian ini perlu melakukan perbaikan dan penyempurnaan untuk itu peneliti
memberikan beberapa saran secara metodelogis dan praktis yang bisa
dipertimbangkan sebagai penyempurnaan yang berkaitan dengan penelitian yaitu:
1. Saran metodologis
a. Bagi para peneliti selanjutnya disarankan untuk memperhatikan dan
mengontrol variabel lain yang mempengaruhi motivasi berprestasi siswa
kelas IX MTs. Al Ghazaly seperti; self esteem yang rendah, kebiasaan
belajar yang buruk, masalah sosial, dan disiplin.
b. Untuk penelitian selanjutnya ketika menyusun item-item skala agar lebih
dikembangkan lagi. Karena menurut peneliti semakin banyak item dalam try
out yang dipakai maka variasi soal yang muncul pada saat penelitian
semakin baik (terlebih jika teknik analisanya memakai analisis faktor).
c. Apabila ada peneliti yang ingin meneliti pada judul yang sama disarankan
untuk menggunakan sampel penelitian pada populasi yang lain atau sampel
yang lebih besar, agar bisa menjadi perbandingan.
2. Saran praktis
a. Untuk para pendidik, sebaiknya bisa lebih memberikan perhatian lebih lagi
terhadap siswa atau siswinya dapat diarahkan agar dapat lebih
meningkatkan motivasi berprestasinya dengan harapan kelak dapat tergali
potensinya dengan maksimal dan dapat mengarahkan diri mereka sendiri
kepada cita-cita yang ingin dicapai.
b. Untuk para orang tua yang mendapati putra-putrinya agar juga dapat
memberikan dukungan penuh terhadap setiap kegiatan sekolah atau kegiatan
luar sekolah yang mereka minati. Dengan begitu mereka dapat berkembang
dan termotivasi lebih lagi agar segala potensi yang dimilikinya tidak
terbuang percuma.
c. Untuk para siswa (i) agar lebih membangun motivasi dalam dirinya untuk
lebih memaksimalkan potensi yang dimiliki. Meningkatkan kesadaran diri
akan pentingnya pendidikan sebagai salah satu wadah aktualisasi diri.
Dengan mengetahui apa yang ingin dicapai berdasarkan pengetahuan dan
penilaian terhadap dirinya sendiri akan timbul motivasi berprestasi dalam
meraih apa yang diinginkan dimasa akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. (2006). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Baron, R & Byrne, D. (2004). Social psychology 10th ed . New York: McGraw-Hill.
Baslant, U & McCoach, D. B. (2006). Factors related to the underachievement of university students in turkey. proquest Psychology Journals.
Burns, R. B. (1993). Konsep diri, teori, pengukuran dan perilaku. Jakarta: Penerbit Arcan.
Calhoun, J. F. & Acocella, J. R. (1990). Psikologi tentang penyesuaian dan hubungan kemanusiaan 3th ed (terj.). Semarang: IKIP Semarang Press.
Davis, G. A. & Rimm, S. B. (1985), Education of the gifted and talented. New Jersey: Prentice-Hall. Inc.
Fernald, L. D and Fernald, P. S. (1999). Introduction to psychology, 5th.ed. India : A.I.T.B.S. Publisher & Distributors.
Guay, F., Marsh, H.W. & Boivin, Michel. (2003). Academic self-concept and academic achievement: developmental perspectives on their causal ordering. proquest Psychology Journals.
Herwanto, Y. ( 2006). Pemahaman konsep fisika, motivasi berprestasi, & cara belajar dengan prestasi belajar fisika, Tesis. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Hurlock, E. (1978). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang hidup. Jakarta: Erlangga.
Kinasih, A.D.N. (2010). Hubungan antara gaya kelekatan aman terhadap orang tua dengan harga diri pada anak usia akhir (late childhood). Skripsi. Yogyakarta : Universitas Islam Indonesia.
Kovacova, E. & Schuller, I.S. (2006). Self-efficacy and its relation to selected factors of achievement motivation in adolescent Boys and Girl, proquest Psychology Journals.
Lahey, B.B. (2009). Psychology an education. New York: McGraw-Hill.
Liu, W.C., Wang, C.K.J. & Parkins, E. J. (2005). A longitudinal study of students' academic self-concept in a streamed setting; The Singapore Context. proquest Psychology Journals.
Marsh, H.W. (2003). A reciprocal effect model of the causal ordering of academic self-concept and achievement. proquest Psychology Journals.
Marsh, H. W., & Hattie, J. (1996). Theoretical perspectives on the structure of self-concept. In B. A. Bracken (Ed.), Handbook of self-concept (pp 38-90). New York: Wiley
Meins, E. (1997). Security of attachment and the social development of cognition. United Kingdom: Psychology Press Ltd.
Munandar, U. (2004). Pengembangan kreativitas anak berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
McClelland, D.C. (1987). Human motivation. USA: Cambridge Press University.
Monks, F.J.K & Haditono, S.R. (2003). Psikologi perkembangan pengantar dalam berbagai bagiannya. Jogjakarta: Universitas Gajah Mada.
Morgan & King. (1986) Introduction to psychology 7th Ed. Singapore: McGraw-Hill Book Co.
Petri, H.L. & Govern, J.M. (2004). Motivation; theory, research, and application 5th ed. Singapore: Thomson Wadsworth.
Polek. E, (2007), Attachment in cultural context, University of Groningen.
Rakhmadini, A. (2006). Hubungan antara kelekatan (attachment) terhadap orang tua dengan penyesuaian diri siswa SMU Negeri 112 Kembangan Jakarta Barat. Skripsi. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.
Rola, F (2006). Hubungan konsep diri dengan motivasi berprestasi pada remaja. Skripsi. Medan : Universitas Sumatera Utara.
Santrock, J. W. (2004). Educational psychology. New York: McGraw-Hill.
Santrock, J, W. (1998). Adolecence (7th ed.) Washington DC: McGraw-Hill.
Sevilla, et.al,. (1993), Pengantar metode penelitian (Terjemahan), Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI Press).
Sriati, A. (2004), Pengaruh konsep diri dan motivasi berprestasi terhadap prestasi akademik remaja akhir. Skripsi. Bandung : Universitas Padjadjaran.
Tan, J.B.Y. & Yates, Shirley M, (2007), A Rasch analysis of the academic self-concept questionnaire, International Education Journal.