skripsi diajukan kepada fakultas psikologi untuk memenuhi...

127
/f ·KONSELING PERKAWINAN DI BP4 KOTAMADYA JAKARTA SELATAN DALAM MENANGANI KONFLIK SUAMI ISTRI Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Disusun Oleh: Mira Humairoh NM: 10207002648 FAKUL TAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2007 rlll I 1428 H

Upload: lydang

Post on 19-May-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

~7t/FS1 /f ·KONSELING PERKAWINAN DI BP4

KOTAMADYA JAKARTA SELATAN DALAM

MENANGANI KONFLIK SUAMI ISTRI

Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Disusun Oleh:

Mira Humairoh NM: 10207002648

FAKUL TAS PSIKOLOGI

UIN SY ARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2007 rlll I 1428 H

Page 2: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

KONSELING PERKAWINAN DI BP4 KOTAMADYA JAKARTA SELATAN

DALAM MENANGANI KONFLIK SUAMI ISTRI

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Psikologi

Oleh:

Mira Humairoh NM: 10207002648

Di bawah Bimbingan

Pembimbing I

~f~ Bambang Suryadi, Ph.D NIP. 150326891

FAKULTAS PSIKOLOGI

Pembimbing II

Gazj Saloom, M.Si

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2007 M / 1428 H

Page 3: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul "Konseling Perkawinan di BP4 Kotamadya Jakarta

Selatan Dalam Menangani Konflik Suami lstri" telah diujikan dalam Sidang

Munaqasyah Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada

tanggal 27 Februari 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu

syarat untuk memenuhi gelar Sarjana Psikologi

Jakarta, 27 Februari 2007

SIDANG MUNAQASYAH

gkap Anggota

artati-M. Si 938

Penguji I

ah M.Si

Pembimbing I

f-Bambang S ryadi, Ph.D NIP: 150 326 891

Sekretariat Merangkap Anggota

Anggota

Penguji II

Ph.D

Pembimbing II

Gazi Saloom, M.Si

Page 4: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

KATA PENGANTAR

~}I .;,A'" }I iJi1 ~

Al-Hamdu/illahi Rabb al-'Alamin, penulis panjatkan segala puja-puji syukur

hanya kepada Allah Subhanahu Wata'ala atas limpahan rahmat dan karunia­

Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik, kemudian semoga

shalawat dan salam hanya tercurah keharibaan junjungan agung nan mulia

Nabi Muhammad SAW.

Selanjutnya, berkaitan dengan penyelesaian skripsi ini, secara pribadi penulis

mengucapkan terima kasih kepada segenap sivitas akademika Fakultas

Psikologi UIN Jakarta baik secara kelembagaan maupun perorangan.

Ucapan terima kasih terutama penulis sampaikan kepada:

1. !bu Ora. Netty Hartati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta;

2. Pembantu Dekan dan para dosen yang telah memberikan bimbingan

dan pengarahan selama dalam proses pembelajaran di Fakultas

Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta;

3. Bapak Bambang Suryadi, Ph.D dan Gazy Saloom, M.Si, selaku

pembimbing yang telah memberikan bimbingannya, seh111gga skripsi

ini bisa diselesaikan dengan baik;

Page 5: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

4. Ketua dan Staf BP4 Kotamadya Jakarta Selatan, para responden

konsultan perkawinan, bapak Ahmad Nasuha, ibu Endah Nina

Kurniasih dan ibu Asita R. lrisari atas kewdian waktu untuk

wawancara dan informasinya, sehingga 11kripsi ini dapat

diselesaikangan dengan baik;

5. Orang tuaku Umi Hj. Siti Maryam dan Baf)ak H. M. Nurdrn tercinta di

Cilebut Bogar atas do'a restunya baik spi<itual maupun material, teteh

Eni dan suami di Keradenan, teteh lin, adik lwan, adik Reza, dan adik

Tiar di Cilebut, serta keluarga besar Al-Falah di Cikaret Cibinong;

6. Mertuaku Umi Hj. Nur Fatmah dan Bapak H. Djumhur Ahmadi tercinta

di Mataram Lombok atas do'a restunya bark spiritual maupun material,

kak Tini & kak Zded, kak Eni, adik Efhy, 11dik Nita, Martin Rika dan

semua keluarga di Lombok;

7. Muhammad Harfin Zuhdi, suamiku tercinta-tersayang dan buah hati

belahan jiwa kami tercinta Muhammad Sheva Maulaya Zuhdi, sebagai

tempat private sharing dan motivator unruk segera menyelesaikan

studi dan skripsi; dan

8. Teman-teman mahasiswa Psiko!ogi angkatan 2002 kelas D, Umi, Ida

dan teman-teman fakultas Tarbiyah, serta teman-teman lain yang

dengan cara mereka masing-masing telah turut memperkaya wawasan

intelektual penulis.

Page 6: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

Akhirnya hanya kepada Allah Subhanahu Wata'ala jualah penulis berdo'a

semoga mereka mendapat balasan yang mulia dan skripsi ini dapat

bermanfaat bagi pengembangan khazanah keislaman dalam konteks

Psikologi Islam. Amiin Ya Rabb a/-'Alamiin.

Wallahul Hadi i/aa Sabilir Rasyaad.

Ciputat, 07 Februari 2007 M 19 Muharram 1428 H

Penulis

Page 7: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

DAFTAR ISi

JUDUL

KATA PENGANTAR ............................................................................ .i

DAFTAR 151. ....................................................................................... iv

ABSTRAKS ....................................................................................... vii

BABI PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah .................................................. 1

1.2. ldentifikasi Masalah ........................................................ 6

1.3. Pembatasan Masalah .............................................................. 7

1.4. Perumusan Masalah ...................................................... 8

1.5.Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 8

1.6.Sistematika penulisan .............................................................. 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Konseling ................................................................. 12

2.1.1 Pengertian Konseling .......................................... 12

2.1.2 Karakteristik Hubungan Konseling ......................... 14

2.1.3 Faktor-Faktor yang Berpengaruh Pada

Keberhasilan Konseling ...................................... 17

2.1.4 Beberapa Pendekatan (Teknik) Konseling .............. 19

2.1.5 Proses Konseling .............................................. 33

2.2. Konseling Perkawinan ................................................. 36

2.2.1 Pengertian Konseling Perkawinan .......................... 36

2.2.2 Konselor Perkawinan ........................................... 38

2.2.3 Tujuan Konseling Perkawinan ................................... 39

2.2.4 Tipe-Tipe Konseling Perkawinan .......................... .41

2.3. Konflik .................................................................... .43

2.3.1 Definisi Konflik .................................................... .43

2.3.2 Sebab-Sebab Terjadinya Konflik .......................... .45

Page 8: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

2.3.3 Permasalahan Suami lstri dalam Kehidupan

Sehari-hari. ....................................................... 51

2.3.4 Dampak Terjadinya Konflik ................................... 55

BAB Ill METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian .................................... 60

3.2 Subyek Penelitian ......................................................... 63

3.2.1 Kriteria Subyek ............................................................ 63

3.3 Metode Pengumpulan Data ........................................... 64

3.3.1 Wawancara ................................................................. 64

3.3.2 Observasi. ................................................................. 65

3.4 lnstrumen Pengumpulan Data..... . . . . .. . . . . . . . .. . . . . ............. 65

3.4.1 Pedoman Wawancara .................................................. 66

3.4.2 Lembar Observasi.. ...................................................... 66

3.4.3 Alat Perekam (Tape Recordiwr) ....................................... 66

3.5 Prosedur Penelitian...... ...... ..... . ... ... . .............. 67

3.5.1 Persiapan Penelitian............ . ..................................... 67

3.5.2 Pelaksanaan Penelitian....... . ....................................... 68

3.6 Analisa Data............................ . ................................. 68

BABIV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian .............................. 71

4.2 Pelaksanaan Konseling Perkawinan di BP4 Kotamadya

Jakarta Selatan ........................................................... 75

4.2.1 Jen is Konseling ................................................... 76

4.2.2 Waktu Konseling ................................................. 78

4.2.3 Durasi Konseling ................................................. 79

4.3 Metode Konseling Perkawinan di BP4 Jakarta Selatan ........ 80

4.4 Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Konseling

Perkawinan ................................................................ 82

4.5 Peranap Konseling Perkawinan dalam Menangani Konflik

Page 9: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

Suami lstri. ................................................................ 86

4.6 Analisis Perbandingan Ketiga Konselor. ................................. 89

BABV PENUTUP

5.1 Kesimpulan .............................................................. 101

5.2 Diskusi. .................................................................... 103

5.3 Saran ...................................................................... 104

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 10: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Tahapan-Tahapan Konseling Eklektik .................................... 32

Page 11: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

DAFTAR TABEL

1. Tabel 4.1 : Gambaran um um Subyek .......................................... 72

2. Tabel 4.2.2 : Jadwal konseling dan Daftar nama Konselor. ................ 78

3. Tabel 4.2.3 : Konseling Perkawinan di BP4 Jakarta Selatan ............... 80

4. Tabel 4.2.4 : Analisis Perbandingan Ketiga Konselor. .................... 100

Page 12: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 : Pernyataan Kesediaan

2. Lampiran 2 : Lembar Oservasi

3. Lampiran 3 : Pedoman Wawancara A

4. Lampiran 4 : Pedoman Wawancara B

5. Lampiran 5 : Surat ljin Penelitian

6. Lampiran 6 : Surat Keterangan Penelitian

7. Lampiran 7 : Data Keberhasilan Konseling

8. Lampiran 8 : Surat Panggilan Konsultasi

9. Lampiran 9 : Berita Acara Penasehatan Suami lstri

Page 13: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

(A) Fakultas Psikologi (B) Februari 2007 (C) Mira Humairoh

ABSTRAKS

(D) Konseling Perkawinan Di BP4 Kotamadya Jakarta Selatan Dalam Menangani Konflik Suami lstri

(E) xi+ 105 (F) Penjelasan

Konflik yang terjadi antara suami istri dalam sebuah perkawinan muncul dalam berbagai bentuk dan beragam penyebab, dari yang berskala kecil sampai yang besar. Penyebabnya bisa terjadi karena faktor akhlak, ekonomi dan pihak ketiga. Konseling perkawinan sangat diperlukan oleh pasangan suami istri yang sedang mengalami konflik dalam perkawinan, karena pasangan yang SP.dang diianda konflik pada umumnya tidak lagi mempunyai hubungan baik dengan realitas. Dalam konteks ir.!lah konseling dibutuhkan agar suami istri dapat saling memahami dan membantu memperkokoh ikatan perkawinannya.

Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) merupakan satu-satunya badan semi resmi Departemen Agama di bidang penasehatan perkawinan dalam pelaksanaan konseling terhadap konflik suami istri.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konseling perkawinan, metode konseling, faktcr pendukung dan penghaml:>at rlan peranan konsP.ling perkawinan dal::im menangani konflik suami istri di BP4 Kotamadya Jakarta Selatan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Dalam penelitian ini, subyek berjumlah tiga orang konselor atau konsultan perkawinan yang terlibat langsung dalam konseling perkawinan. Pengambilan subyek penelitian dilakukan dengan cara purposive sampling (sampel bertuJuan) dimana sampel penelitian diambil dari populasi yang mewakili sampel-sampel lain. lnstrumen penelitian adalah wawancara mendalam (in-dept interview) dan observasi sebagai instrumen penunjang.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa secara umum konse!ing dilakukan dengan tatap muka yang dilakukan sesuai jadwal resmi yaitu hari Senin sampai Kamis, mulai pukul 09.00-15.00 WIB. Konseling dilakukan secara individual (masing-masing pasangan) dan secara kedua pasangan secara bersamaan dengan menggunakan teknik konseling client-centered therapy.

Dalam konseling perkawinan terdapat proses-proses yang dilakukan pertemuan pertama melakukan eksploras! masalah, perumusan masalah dan identifikasi masalah. Pertemuan kedua melakukan panggilan terhadap pasangan klien.

Page 14: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

Pertemuan ketiga mempertemukan kedua pasangan secara bersama-sama untuk memecahkan masalah dan pengambilan keputusan diserahkan sepenuhnya kepada klien. Pertemuan keempat dilakukan untuk menentukan keputusan penanganan konflik, apakah mau berdamai atau diteruskan ke Pengadilan Agama. Pengambilan keputusan akhir tetap diserahkan kepada klien, konselor hanya sebagai mediator dan fasilitator terhadap keputusan klien tersebut.

Faktor pendukung konseling perkawinan adalah kejujuran klien dalam mengungkapkan masalahnya, dan keinginan klien untuk bekerja sama dengan konselor. Sedangkan faktor penghambatnya adalah sikap klien yang egois, emosional dan mau menang sendiri serta tidak mau bekerja sama dengan konselor. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pelaksanaan konseling perkawinan di BP4 Kotamadya Jakarta Selatan memiliki peran positif dan signifikan dalam menangani konflik suami istri dengn tingkat keberhasilan di atas 50%.

Diharapi<an bagi para peneliti selanjutnya agar mengembangkan hasil penelitian ini dengan pendekatan kuantitatif dan memfokuskan klien sebagai subyek penelitiannya agar dapat diketahui bagaimana persepsi klien terhadap peran konselir;g perkawinan di BP4.

(G) Buku 40 (1997-2005)

Page 15: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

1.1 Latar Belakang Masaiah

BABI

PENDAHULUAN

Dalam realitas hidup berpasangan yang terjalin dalam relasi suami istri, tentu

akan membawa implikasi dan konsekuensi baik dan buruk. lmplikasi baik dan

bermanfaat dapat dirasakan seperti tergambar dalam surat Ar-Rum: 21, yaitu

terciptanya suasana menyenangkan, membahagiakan dan menentramkan

bagi keduanya. Jadi perkawinan adalah solusi paling memungkinkan untuk

memenuhi keinginan-·keinginan, baik secara material, biologis, maupun

psikologis. Namun di samping membawa ketentraman dan bahagiaan,

perkawinan juga berpeluang mendatangkan ketidaktentraman jika masalah

dan konflik suami istri dalam rumah tangga disikapi secara tidak benar.

Tidak ada satu pun hubungan antar individu yang terbebas dari konflik. Studi

tentang konflik senantiasa dipelajari pada saat kita berbicara dalam disiplin

komunikasi antarpribadi, karena ia muncul seiring dengan tingginya intensitas

interaksi dan komunikasi antarpribadi, namun konflikjuga dapat berkurang

dan selesai melalui manajemen komunikasi yang baik antarpribadi. Jadi

konflik adalah bagian dari proses komunikasi antarpribadi. Dalam konflik

antarpribadi prinsip-prinsip efektivitas antarpribadi menghadapi ujian berat.

Page 16: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

Selama konflik antarpribadi terjadi hampir tidak mungkin menahan diri

sejenak, menganalisis situasi, dan mengevaluasi prinsip efektifitas yang

mungkin paling relevan. Karena kesulitan ini, maka diperlukan manajemen

konflik (Joseph A. Devito, 1997).

Ada beberapa masalah yang menyebabkan terjadinya konflik dan

kehancuran rumah tangga, seperti dikemukakan oleh Florence Hellis,

sebagaimana dikutip Kamal Mukhtar (1993), yaitu:

1. Ketergantungan istri atau suami kepada orang tuanya, sehingga ia

tidak berani mengambil keputusan mengenai rumah tangganya tanpa

terlebih dahu:u maminta pertimiJ&ngan orang t:.ianya atau meniru

tindakan orang tuanya yang pernah dialami;

2. Keluarga istri atau suami yang terlalu banyak mencampuri urusan

anak yang sudah berumah tangga;

3. Perbedaan latar belakang kebudayaan; dan

4. Faktor-faktor sosial ekonomi.

2

Gambaran perkembangan keutuhan keluarga akhir-akhir ini sungguh sangat

memprihatinkan dengan tingkat angka perceraian yang jauh meningkat

dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Realitas ini relevan dengan

tingkat prosentase penyebab perceraian yang terjadi di Pengadilan Agama

seluruh Indonesia. Menurut data Direktorat Urusan Agama Islam Departemen

Page 17: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

3

Agama, bahwa ada tiga faktor dominan penyebab perceraian yaitu:

meninggalkan kewajiban 48,60 %; terus menerus berEelisih/konflik 38,77 %;

dan moral 7,71 % (Direktorat Urais, 2002).

Berdasarkan data ini, terlihat bahwa konflik yang terus menerus memiliki

signifikansi yang besar terhadap intensitas terjadinya perceraian. Konflik

yang terjadi antara suami istri dalam sebuah perkawinan muncul dalam

berbagai bentuk dan beragam penyebab, baik konflik berskala kecil sampai

yang besar, dari pertengkaran k8cil sampai terjadinya perceraian dan

keruntuhan rumah langga. Oleh karenanya, ketika terjadi konflik, maka ia

han.;s disikapi dan dikelola seca;a baik, sehingga tidak berkepanjangan d3n

menimbulkan dampak negatif bagi stabilitas perkawinan.

Ajaran Islam menganjurkan bahwa ketika terjadi konflik suami istri, maka

pertama-tama harus melibatkan pihak keluarga dari kedua belah pihak

sebagai mediator (hakam). Sebagaimana diisyaratkan firman Allah:

.11 J' y. G-)\..pl l..\;.r- 014J_..I if ~ J .U...1 :....,. ~ I fail> ~ JI.A...;, ~ 0\J

lp,L..).o. 015' .11 01 ~ Artinya: "Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya,

maka kirimlah seorang hakam Guru damai) dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufiq kepada suami istri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha mengenal" (Al-Nisa': 35).

Page 18: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

5

Hal ini diperkuat berdasarkan keputusan Menteri Agama No.30 tahun 1977,

yang menegaskan adanya pengakuan dari pemerintah bahwa BP4

merupakan satu-satunya badan penunjang sebagian tugas Departemen

Agama dalam bidang penasehatan perkawinan, perselisihan rumah tangga

dan perceraian. Di dalam Diktum pertimbangannya SK tersebut, disebutkan

bahwa untuk melancarkan pelaksanaan UU N0.1 tahun 1974 tentang

perkawinan dan segala peraturan pelaksanaan dipandang perlu menegaskan

pengakuan BP4 dalam keputusan Menteri Agama No.65 tahun 1961, bagitu

pula perribinaan badan tersebut sebagai satu-satunya badan yang b8rus<'lha

pada bidang penasehatan perkawinan dan mengurangi perceraian dalam

rangka menunjang tugas Departemen Agama di bidang bimbingan

masyarakat Islam (8?4 Pusat, 1997).

Lembaga ini tidak hanya memberikan nasehat sebelum pernikahan

dilangsungkan, namun juga pada saat terjadi konflik suami istri baik nerskala

kecil maupun konflik yang sudah menjurus kepada perceraian. Berdasarkan

data di BP4 Kotamadya Jakarta Selatan, bahwa tingkat keberhasilan

konseling perkawinan dalam menangani konflik suami istri sangat poi;itif dan

signifikan. (Data Triwulan ke-1 2006, yang berhasil didamaikan sebanyak

53,3% dan Triwulan ke-112006, sebanyak 51,1%).Sedangkan kegagalan

konseling lebih disebabkan oleh beberapa faktor, seperti pasangan suami

istri datang ke BP4 pada saat konfliknya sudah parah dan mengadukan

Page 19: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

konfliknya (mengajukan cerai atau menggugat cerai), tanpa melalui tahapan

mediasi perdamaian dan konseling perkawinan di BP4.

6

Dalam konteks inilah penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih

lanjut tentang konseling perkawinan di BP4, termasuk ingin mengetahui

faktor pendukung dan kendala yang dihadapi dan ingin mengetahui lebih jauh

peran BP4 dalam menangani konflik suami istri. Selanjutnya penelitian ini

lebih memfokuskan kajian tentang "Konseling Perkawinan di BP4

Kotatnadya Jakarta Selatan Dalam Menangani Konflik Suami lstri".

1.2 ldentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis meng1dentifikasi beberapa

masalah yang menarik untuk diangkat dalam penelitian ini, di antaranya:

a. Bagaimana sejarah terbentuknya BP4 sebagai badan konseling

perkawinan semi resmi pemerintah;

b. BC!f!aimana peranan BP4 sebagai badan mediasi dan konseling

perkawinan dalam menangani konflik suami istri;

c. Apc:i faktor-faktor yang menjadi pemicu te~adinya konflik suami istri;

d. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam konseling perkawinan;

Page 20: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

e. Bagaimana pelaksanaan konseling perkawinan di BP4 dalam

menangani konflik suami istri; dan

f. Apa metode dan pendekatan yang digun~ikan pada konseling

perkawinan di BP4 dalam menangani konflik suami istri.

1.3 Pembatasan Masalah

Konseling adalah suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui

wawancara konseling oleh seorang ahli yang p1ofesional kepada individu

yang sedang mengalami masalah (klien) yang bertujuan untuk membantu

memecahkan masalah yang dihadapi klien. Dengan kata lain, konseling

perkawinan merupakan konseling yang diselenggarakan sebagai metode

pendidikan, metode penurunan ketegangan emosional, metode yang

membantu partner-partner yang menikah untuk memecahkan masalah dan

cara menentukan pola pemecahan masalah yang lebih baik.

7

Dari identifikasi masalah di atas terlihat banyak aspek yang dapat dikaji dan

dianalisis mengenai pelaksanaan konseling perkawinan dalam menangani

konflik suami istri, namun tentu tidak seluruhnya dapat dikemukakan menjadi

permasalahan-permasalahan yang menjadi pertiatian. Penelitian ini dibatasi

Page 21: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

pada masalah mengenai pelaksanaan konseling perkawinan dalam

menangani konflik suami istri di BP4 Kotamadya Jakarta Selatan.

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka untuk memperjelas pokok

permasalahan, penulis merumuskan masalah sebagai pertanyaan utama

penelitian ini sebagai berikut:

a. Bagaimana pelaksanaan konseling perkawinan di BP4 Kotamadya

Jakarta Selatan?

b. Apa metode yang digunakan dalam proses konseling perkawinan di

BP4 Kotamadya Jakarta Selatan?

8

c. Apa faktor-faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi oleh BP4

Kotamadya Jakarta Selatan dalam pelaksanaan konseling perkawinan?

d. Bagaimana peranan konseling perkawinan di BP4 Kotamadya Jakarta

Selatan dalam menangani konflik suami 1stri?

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan mi~salah yang telah

dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian in1 adalah sebagai berikut:

Page 22: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

a. Mengetahui pelaksanaan konseling perk41winan di BP4 Kotamadya

Jakarta Selatan;

b. Mengetahui metode yang digunakan dah11m proses konseling

perkawinan di BP4 Kotamadya Jakarta Selatan;

c. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam proses

konseling perkawinan di BP4 Kotamadya Jakarta Selatan; dan

9

d. Mengetahui peranan konseling perkawinan di BP4 Kotamadya Jakarta

Selatan dalam menangani konflik suami 1stri.

Selanjutnya penelitian ini diharapkan menghasilkan dua manfaat, yaitu

manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat secara teoritis

Untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan dalam bidang Psikologi

sosial, khususnya yang berhubungan dengan konseling perkawinan dan

penanganan konflik suami istri secara positif.

2. Manfaat Praktis

Untuk memberi masukan dan rujukan kepada masyarakat secara umum,

dan secara khusus kepada pasangan suami istri sebagai masukan

konstruktif untuk mengelola konflik suami istri secara positif dalam

membangun keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah.

Page 23: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

10

1.6 Sistematika Penulisan

Pada umumnya, suatu pembahasan karya ilmiah diperlukan suatu bentuk

penulisan yang sistematis sehingga tampak gambaran yang jelas, terarah

serta logis dan saling berhubungan antara bab satu dan bab sesudahnya.

Skripsi yang berjudul Konseling Perkawinan di BP4 Kotamadya Jakarta

Selatan Dalam Menangani Konflil< Suami lstri ini, dibagi menjadi lima bab

sebagai berikut:

Bab I: Pendahuluan, merupakan landasan umum penelitian skripsi ini.

Bab ini memberikan gambaran tentang manual penelitian ini

dijalankan. lsinya terdiri dari Latar BEYiakang masalah kemudian

dilanjutkan dengan identifikasi masal01h, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan martlaat penelitian, serta

sistematika penulisan.

Bab II : Mengetengahkan tentang kajian pust11ka tentang pengertian

konseling perkawinan, pendekatan konseling, proses konseling,

tujuan dan fungsi konseling, serta tipe-tipe konseling perkawinan,

kemudian dilanjutkan dengan pengertian konflik, sebab-sebab

terjadinya konflik, dan permasalahan suami istri dalam kehidupan

sehari-hari, serta dampak terjadinya konflik.

Page 24: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

Bab Ill : Dalam bab ini menguraikan tentang metode penelitian, yang

mengetengahkan pendekatan dan jenis penelitian, subyek

penelitian, metode pengumpulan data, instrumen penelitian,

prosedur penelitian, prosedur penelitian dan analisa data.

Bab IV : Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang hasil penelitian dan

analisis yang berisi gambaran umum subyek penelitian,

pelaksanaan konseling perkawinan d1 BP4, metode yang

digunakan dan menjelaskan faktor pendukung dan penghambat

serta menjelaskan peranan konseling perkawinan dalam

menangani konflik suami isteri, dan analisis ketiga konselor

11

BabV Sebagai bab penutup yang berisi kesimpulan yang diintrodusir dari

tujuan penelitian, sekaligus jawaban terhadap petanyaan yang

dirumuskan dalam penelitian ini. Kemudian dilanjutkan dengan

diskusi dan saran konstruktif bagi lembaga BP4 dan para peneliti

selanjutnya.

Page 25: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

2.1 Konseling

2.1.1 Pengertian Konseling

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Kata konseling (counseling) menurut Baruth dan Robinson (1987) berasal

dari kata counsel yang diambil dari bahasa Latin, counsilium,

artinya "bersama" atau "bicara bersama". Pengertian berbicara "bersama­

sama" dalam hal ini adalah pembicaraan konselor dengan seorang atau

beberapa klien (Latipun, 2005).

Sedangkan menurut Maclean dalam Prayitno dan Amti (1998), konseling

adalah suatu proses yang terjadi dalam hubungan tatap muka antara individu

yang terganggu oleh karena masalah-masalahyang tidak dapat diatasinya

sendiri dengan seorang pekerja profesional, yaitu pekerja yang terlatih dan

berpengalaman membantu orang lain dalam mHmecahkan berbagai jenis

kesulitan pribadi. Hornby dalam Hallen (2002) mengemukakan bahwa kata

konseling berasal dari bahasa inggris, yaitu "to counsel' yang secara

etimologis berarti "to give advice" (memberi nasihat/ saran).

Sementara itu kata konseling secara etimologis menurut Rogers dalam

(Singgih Gunarsa, 191;)6}, yaitu suatu hubungan yang bebas dan berstruktur

Page 26: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

13

dan membiarkan kliennya memperoleh pengertian sendiri yang

membimbingnya menentukan langkah-langkah positif ke arah orientasi baru.

Syahlan, et.al., (1997), mendefinisikan konseling sebagai suatu bentuk dialog

untuk menolong seseorang agar memperoleh pengertian yang lebih baik

mengenai dirinya dan permasalahan yang sedang dihadapi, sehingga

rnampu mengambil langkah-langkah untuk mengatasinya.

Menurut Depkes RI (2003) konseling adalah proses pertolongan dimana

seseorang yang tulus dan jelas memberi waktu, perhatian dan keahliannya

untuk membantu klien mempelajari keadaan dinnya, mengenali dan

memecahkan masalah terhadap keterbatasan yang diberikan lingkungan.

American Psychology Asociation (APA) (Baraja, 2004) merumuskan definisi

konseling sebagai suatu proses untuk membantu individu mengatasi

hambatan-hambatan perkembangan pribadinya dan untuk mencapai

perkembangan kemampuan pribadi yang dimilikinya secara optimal.

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat dik11takan bahwa konseling

adalah suatu proses pemberian bantuan yang t!tl11kukan melalui wawancara

konseling oleh seorang ahli yang profesional htpada individu yang sedang

mengalami masalah (klien) yang bertujuan unlltk membantu rnernecahkan

masalah yang dihadapi klien.

Page 27: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

l<onseling memiliki tujuan untuk membantu klien agar:

a. Mengetahui apa yang harus dan akan dilakukan dalam berbagai

bidang kehidupan;

b. Merasa lebih baik, jauh dari ketegangan dan tekanan terus menerus

karena persoalan;

c. Berfungsi maksimal sesuai dengan potensi yang dimiliki;

d. Mencapai sesuatu yang lebih baik karem1 bersikap positif dan

optimistik; dan

14

e. Bisa hid up lebih efektif sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan

menyesuaikan diri sesuai dengan tuntutan lingkungan (Gunarsa, 1996).

2.1.2 Karakteristik Hubungan Konselor

George dan Cristiani (1990) dalam Latipun (2005) mengemukakan enam

karakteristik dinamika dan keunikan hubungan konseling.

Keenam karakteristik itu adalah :

1. Afeksi

Hubungan konselor dengan klien pada dasarnya lebih sebagai hubungan

afektif daripada sebagai hubungan kognitif. Hubungan afeksi akan tercermin

Page 28: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

15

sepanjang proses konseling termasuk dalam melakukan eksplorasi terhadap

persepsi dan perasaan-perasaan subyektif klien. Hubungan yang penuh

afeksi ini dapat mengurangi rasa cemas dan ketakutan pada klien, dan

diharapkan hubungan konselor dan klien lebih produktif.

2. lntensitas

Hubungan konseling dilakukan dengan penuh intensitas. Hubungan konselor

dan klien ini diharapkan dapat saling terbuka terhadap persepsinya masing­

masing. Tanpa adanya intensitas hubungan, m111ka hubungan konseling tidak

akan mencapai pada hubungan yang diharapkan Konselor biasanya

mengupayakan agar hubungannya dengan klien dapat berlangsung secara

mendalam sejalan dengan perjalanan hubungan konsehng.

3. Pertumbuhan dan Perubahan

Hubungan konseling bersifat dianamis. Hubungan konseling terus

berkembang sebagaimana perubahan dan pertumbuhan yang terjadi pada

konselor dan klien. Hubungan tersebut dikatakan dinamis jika dari waktu ke

waktu terus terjadi peningkatan hubungan konselor dengan klien,

pengalaman bagi klien dan tanggung jawabnya Dengan demikian pada klien

terjadi pengalaman belajar untuk memahami dirinya sekaligus bertanggung

jawab untuk mengembangkan dirinya.

Page 29: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

16

4. Privasi

Pada prinsipnya dalam hubungan konseling perlu adanya keterbukaan klien.

Keterbukaan klien tersebut bersifat konfidensial, konselor harus menjaga

kerahasiaan seluruh informasi tentang klien dan tidak dibenarkan

mengemukakan secara transparan kepada siapapun tanpa seizin klien.

Perlindungan atau jaminan ini bersifat unik dan akan meningkatkan kemauan

klien membuka diri.

5. Dorongan

Konselor dalam hubungan konseling memberikan dorongan (supporlive)

kepada klien untuk meningkatkan kemampuan dirinya dan berkembang

sesuai dengan kemampuannya. Dalam hubungan konseling, konselor juga

perlu memberikan dorongan atas keinginannya untuk perubahan perilaku dan

memperbaiki keadaannya sendiri sekaligus memberi motivasi untuk berani

mengambil resiko dari keputusannya.

6. Kejujuran

Hubungan konseling didasarkan atas saling kejujuran dan keterbukaan, serta

adanya komunikasi terarah antara konselor dengan kliennya. Dalam

hubungan ini tidak ada sandiwara dengan jalan menutupi kelemahan atau

menyatakan yang bukan sejatinya. Klien maupun konselor harus

Page 30: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

membangun hubungannya secara jujur dan terbuka. Kejujuran menjadi

prasyarat bagi keberhasilan konseling.

2.1.3 Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Keberhasilan Konseling

17

Ada beberapa faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan konseling, faktor­

faktor yang dipandang mempengaruhi hasil konseling biasanya dijadikan

sebagai pertimbangan dalam memberikan konseling. Menurut Baraja (2004)

terdapat lima faktor yang berpengaruh terhadap proses dan hasil konseling

antara lain:

1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan:

- Jenis kesakitan, gangguan dan masalah

- Berat, ringan suatu kesulitar., gangguan dan masalah

- Konseling atau terapi sebelumnya

2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan karakteristik subyek:

- Usia klien

- Jenis kelamin

- Tingkat pendidikan

- lntelegensi

- Status sosial ekonomi

Page 31: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

2. Klien menilai perubahan perilaku yang telah terjadi pada dirinya; dan

3. Klien menilai proses dan tujuan konseling.

2.1.4 Beberapa Pendekatan (teknik) Konseling

Dalam literatur psikologi konseling dikenal beberapa pendekatan (teknik)

konseling. Masing-masing pendekatan memiliki karakteristik tersendiri. Di

bawah ini akan dikemukakan mengenai tiga pendekatan konseling dengan

menitikberatkan pada perbedaan peran antara konselor dengan klien.

Pendekatan-pendekatan tersebut yaitu:

1. Pendekatan Langsung (Directive Counseling)

19

Pendekatan directive counseling dalam W.S Winkel dan M.M. Sri Hastuti

(2004) disebut dengan istilah trait-factor counseling atau counselor-centered

counseling. Metode ini lebih bersifat mengarahkan kepada klien untuk

berusaha mengatasi kesulitan yang dihadapi. Pendekatan ini terpusat kepada

konselor, yaitu di mana konselor berperan sangat aktif dan mendominasi

seluruh interaksinya dengan klien. Sebaliknya peran klien sangat pasif,

cenderung menerima, dan tentunya akan diharapkan menyetujui dan

melaksanakannya sesuai dengan petunjuk yang diberikan konselor (Gunarsa,

1996).

Page 32: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

20

Pelaksanaan konseling direktif ini menuntut kematangan, pengalaman, dan

latihan-latihan konselor, khusunya dalam masalah yang berat. Dengan cara

ini tujuan konseling dapat dicapai, karena peranan, pimpinan dan tanggung

jawab sebagian besar dipegang oleh konselor.

A. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Dire4<tif

Pendekatan direktif ini memiliki beberapa kelebltian, karena cara pendekatan

ini menurut Yusuf Gunawan dan Chaterine Oew1 (2001) dapat rnembantu:

a. Klien yang tidak mampu memulai wawaricara dan ia membutuhkan

bantuan konselor untuk mengungkapkan pokok persoalannya;

b. Klien yang dalam keadaan putus asa dan rnembutuhkan bantuan

orang lain sebelum memulai dengan kekuatannya sendiri;

c. Klien yang mau dan mampu memegang tanggung jawab dalam proses

konseling berikutnya;

d. Masalah klien yang sudah jelasa dan terdapat bukti-bukti yang pasti

sehingga memudahkan konselor untuk menentukan langkah-langkah

berikutnya; dan

e. Klien yang mau dan mampu menerima hasil konseling dan tidak akan

menyia-nyiakan kekuatan diri sendiri untuk ikut dalam proses

konseling berikutnya.

Page 33: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

21

Namun pendekatan ini memiliki kelemahan-kel('mahan yang berbahaya, oleh

karena itu pendekatan ini tidak dapat dipakai dalam kondisi:

a. Jika klien memandang cara ini sebagai bentuk perampasan tanggung

jawabnya;

b. Jika masalah mengandung banyak keruwetan perasaan atau

gangguan perasaan, dan dengan cara ini konselor cenderung

melupakan aspek penting dalam konseling;

c. Jika belum terdapat bukti-bukti yang jelas dan dengan cara

pendekatan ini belum jelas akhir penyelesainnya; dan

d. Jika inisiatif konselor dapat rnengganggu hubungan baik antara

konselor dan klien (Yusuf Gunawan dan Chaterine Dewi 2001 ).

8. Peran Konselor

Konselor yang berpegang pada pendekatan direktif (Winkel dan Hastuti,

2004) mengikuti rangkaian langkah kerja yang agak mirip dengan

peiaksanaan studi kasus dan pelayanan dokter terhadap seorang pasien,

yaitu analisis atau pengurnpulan data yang relevan, sintesis atau organisasi

dari data itu untuk rnemperoleh gambaran yang selengkap mungkin tentang

klien, diagnosis atau kesirnpulan tentang sernoo unsur pokok masalah klien

dan sebab-sebabnya, prognosis atau perkiraan tentang perkernbangan klien

selanjutnya serta berl?,agai implikasi dari hasil Oiagnosis. Konseling atau

Page 34: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

22

wawancara perseorangan untuk memikirkan p~'flyelesaian terhadap problem

yang dihadapi; tindak lanjut (follow-up) atau bantuan kepada klien bila timbul

masalah lagi dan evaluasi terhadap efektivitas konseling.

Dalam pendekatan direktif (Yusuf Gunawan, 2001) konselor berperan

sangat aktif dan mendominasi seluruh interaksinya dengan klien. Sebaliknya

peran klien sangat pasif, cenderung menerima, dan tentunya akan

diharapkan menyetujui dan melaksanakannya 11esuai dengan petunjuk yang

diberikan konselor.

Menurut Latipun (2005) ada beberapa peranan konselor dalam hal ini, yaitu:

a. Konselor lebih edukatif-direktif kepada klien, yaitu dengan jalan

banyak memberikan cerita dan penjelasan, khususnya pada tahap

awal;

b. Mengkonfrontasikan masalah klien secara langsung;

c. Menggunakan pendekatan yang dapat memberi semangat dan

memperbaiki cara berpikir klien, kemudian memperbaiki mereka untuk

mendidik dirinya sendiri; dan

d. Menyerukan klien menggunakan kemampuan rasional daripada

emosinya.

2. Pendekatan Tidak Langsung (Non Directive Counseling) ••

Page 35: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

23

Pendekatan non direktif ini merupakan reaksi terhadap pendekatan direktif.

Pendekatan ini dalam Sofyan S. Willis (2004) sering disebutjuga client­

centered therapy adalah suatu metode perawatan psikis yang dilakukan

dengan cara berdialog antara konselor dengan klien, agar tercapai gambaran

yang serasi antara ideal self (diri klien yang ideal) dengan actual self (diri

klien sesuai kenyataan sebenarnya).

Berdasarkan pengertian di atas, tujuan pendekatan ini adalah untuk

membina kepribadian klien secara integral, berdiri sendiri dan mernpunyai

kernampuan untuk memecahkan masalah sendiri. Kepribadian yang integral

adalah struktur kepribadiannya tidak terpecah 1utinya sesuai antara

gambaran tentang diri yang ideal (ideal self) dengan kenyataan diri

sebenarnya (actual self). Kepribadian yang berdiri sendiri adalah yang

mampu menentukan pilihan sendiri atas dasar 1anggung jawab dan

kemampuan. Tidak tergantung pada orang lain sebelum menentukan pilihan,

tentu individu harus memahami (kekuatan dan tlelemahan diri), dan

kemudian keadaan diri tersebut ia terima.

Pendekatan ini memberikan kesempatan dan hmggung jawab kepada klien

untuk mencapai tujuan konseling. Peranan utarna dipegang oleh klien,

sedangkan konselor hanya berperan sebagai orang penuh penerimaan dan

perhatian terhadap problem klien serta menunjukkan sikap mau membantu.

Jadi dengan pendekatan ini fungsi konselor hanya sebagai pendengar yang

Page 36: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

24

aktif dan dapat memantulkan kembali pikiran dan perasaan klien, dengan

disertai perasaan konselor yang menunjukkan sikap menerima dan penuh

pengertian (Yusuf Gunawan dan Chaterine Dewi, 2001)

Berdasarkan uraian di atas, maka pendekatan non direktif ini menuntut

kernampuan seorang klien untuk memecahkan problemnya sendiri. Hasil

yang efektif dari pendekatan ini merupakan hasil dari kekuatan klien sendiri

untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan membina hubungan baik

dan saling pengertian dengan seorang konselor. Dengan kondisi ini klien

akan berani menyatakan perasaannya dan mengerti reaksi-reaksi serta

belajar menerima diri sendiri.

A. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Non Direktif

Menurut Yusuf Gunawan dan Chaterine (2001) pendekatan non direktif ini

akan sangat efektif dalam beberapa kondisi, yaitu:

a. Klien dalam keadaan tertekan yang kurang berbahaya;

b. Klien mengalami kesukaran perasaan dan tidak mampu menganalisis

kesukaran;

c. Klien mengalami l<esulitan mengungkapkan perasaannya dan tidak

mampu menganalisisnya secara rasional;

d. Klien memiliki konflik perasaan yang aktual; "

Page 37: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

e. Konselor memiliki kecakapan yang baik dalam menggunakan

pendekatan ini;

f. Klien ditunut memegang kendali tanggung jawab dalam pemecahan

masalah, terutama dalam pengambilan keputusan dan tindakannya;

g. Sebab-sebab kesukaran tampak samar dan masalahnya cukup

kompleks.

Demikian beberapa kelebihan pendekatan ini, namun pendekatan ini

memiliki keterbatasan dan kelemahan-kelemahm1, sebagaimana dijelaskan

Yusuf Gunawan dan Chaterine Dewi (2001 ), ya<tu:

25

a. Waktu interview sangat terbatas dan ma11ih banyak klien yang masih

membutuhkan pertolongan, padahal pendekatan ini memerlukan

durasi waktu yang cukup banyak;

b. Konselor yang kurang terlatih dalam masalah psikologis, sehingga ia

tidak memiliki kecakapan klinis;

c. Biasanya ketegangan klien berkaitan dengan masalah-masalah lain

yang banyak menyangkut ketegangan dan tekanan perasaan;

d. Kecakapan dan keberanian klien dalam mengungkapkan konlik

perasaannya sangat terbatas;

e. Kesukaran konselor dalam mengadakan penerimaan dan pemahaman;

Page 38: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

26

f. Pendekatan ini menuntut sikap dewasa dari klien, karena klien harus

dapat menerima diri sendiri dan dapat berdiri sendiri untuk

memecahkan masalahnya sendiri;

g. Pendekatan ini kurang menghargai psikodiagnostik, karena

psikodiagnostik mengobjektifkan manusia;

h. Klien dapat menerima akibat yang kurang baik dan memperlemah

semangatnya dari penggunaan pendekatan ini, karena klien harus

menerima dan menanggung kesulitan-kesulitan diri sendiri;

i. Pendekatan ini memiliki kesukaran bagi klien, karena tidak diarahkan

kepada sutu tujuan tertentu;

j. Pendekatan ini memiliki kesukaran bagi klien yang kesulitan

mengungkapkan dirinya dengan bahasa yang baik, terutama bagi klien

yang malu berbicara; dan

k. Klien akan merasa kecewa, karena ia merasa dibiarkan oleh konselor

untuk memecahkan masalahnya sendiri. Padahal ia datang minta

bantuan kepada konselor, karena ia sendiri tidak dapat memecahkan

masalahnya.

B. Peran Konselor

Dalam pendekatan non direktif, konselor lebih hanyak memberikan

kesempatan kepada ~lien untuk mengungkapk11>n segala permasalahan,

Page 39: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

perasaan dan persepsinya, sementara konselor rnerefleksikan segala yang

diungkapkan oleh klien.

27

Agar peran ini dapat dipertahankan dan tujuan konseling dapat dicapai, maka

konselor perlu menciptakan kondisi yang mampu menumbuhkan konseling.

Menurut Latipun (2005) ada beberapa kondisi yang perlu diciptakan untuk

rnembangun hubungan konseling, yaitu:

a. Konselor dan klien berada dalam hubunuan psikologis;

b. Klien adalah orang yang mengalami kec~masan, pernderitaan dan

ketidakseimbangan;

c. Konselor adalah benar-benar dirinya sejati dalam berhubungan

dengan klien;

d. Konselor merasa atau menunjukkan unconditional positive regard

untuk klien;

e. Konselor menunjukkan adanya rasa empati dan memahami tentang

kerangka acuan klien serta memberitahukan pemahamannya kepada

klien; dan

f. Klien menyadari usaha konselor yang menunjukkan sikap empatik

berkomunikasi dan unconditioning positive regard kepada klien.

Berkaitan dengan peran konselor ini, maka dalam memahami perilaku klien,

konselor menggunakan pendekatan internal frame of reference klien seniri.

Kemudian untuk menpiptakan kondisi tersebut, teknik yang dapat

Page 40: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

,---_,_ 8 ' -·--- 2 f -------

/

P?C,ff P!f..;~- rl, f1· :-- -----/ •

. WN Sl'.41111 . ' ' ' : · •111!

---- . iK1Ji?7~ I ----- -~--·------ --·-·----~-~~~:~~~,/

dikembangkan adalah verbalisasi, teknik non verbal, membuka diri dan

ekspresi emosi (Latipun, 2005).

C. Tahapan Konseling

Setelah penulis menguraikan kelebihan dan kelemahan pendekatan non

direktif ini, maka selanjutnya akan dijelaskan proses dan tahapan pendekatan

non direktif. Menurut Boy dan pine (1981) dibagi menjadi dua tahap, yaitu:

pertama, tahap membangun hubungan terapetik, menciptakan kondisi

fasilitatif dan hubungan yang substantif seperti empati, kejujuran, ketulusan,

penghargaan, dan sikap positiftanpa syarat. K"dua, tahap kelanjutan yang

disesuaikan dengan efektivitas hubungan kons~iling dan disesuaikan dengan

kebutuhan klien.

Sedangkan menurut Corey (1988) jika dilihat drui segi pengalarnan klien

dalam proses hubungan konseling dapat dibag1 rnenjadi empat tahap, yaitu:

a. Klien datang ke konselor dalam kondisi hdak kongruensi, mengalami

kecemasan, atau kondisi penyesuaian dtti yang tidak baik;

b. Saat klien menemui konselor dengan penuh harapan dapat

memperoleh bantuan, jawaban atas permasalahan yang sedang

dialami, dan menemukan jalan atas kesulitan-kesulitannya;

c. Pada awal konseling, klien menunjukkan perilaku, sikap dan

perasaannya yang kaku. Pada tahap aw11l ini klien cenderung 1.

Page 41: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

29

menginternalisasi perasaan dan masalalmya, serta rnungkin bersikap

dipensif. Karena kondisi yang diciptakan konselor kondusif dengan

sikap empati, penghargaan dan konselm terus membantu klien untuk

mengeksplorasi dirinya secara lebih terbuka, sehingga ditandai

dengan sikap yang lebih menyatakan diri yang sesungguhnya; dan

d. Klien yang mulai menghilangkan sikap dan perilaku yang kaku,

membuka diri terhadap pengalamannya, dan belajar untuk bersikap

lebih matang dan teraktualisasi, dengan jalan menghilangkan

pengalaman yang didistorsinya.

3. Pendekatan Eklektik

Munculnya pendekatan eklektik ini karena beberapa alasan, antara lain

karena lemahnya penggunaan model tunggal untuk semua kasus yang pada

kenyataannya tidak mudah untuk diterapkan pada semua orang . Padahal

kehidupan dan keberadaan bahkan persoalan pada setiap orang berbeda­

beda. Untuk mengatasi hal itu maka harus dicoba secara kreatif memilih

bagian-bagian dari beberapa pendekatan yang relevan. Kemudian secara

sintesis-analitik diterapkan kepada kasus yang dihadapi. Pendekatan seperti

ini dinamakan Creative-synthesis-Analytic (CSA).

Page 42: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

30

Allen E. Ivey (1980) dalam Sofyan S. Willis (2004) menyebutkan pendekatan

CSA ini dengan nama eclectic approach yaitu memilih secara selektif bagian­

bagian teori yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan konselor.

Peran konselor dalam pendekatan ini bersifat k·indisional disesuaikan

dengan kondisi dan kemampuan klien. Dalam pendekatan eklektik, konselor

kadangkala bisa sebagai penentu pemecahan rmisalah, kadangkala sebagai

partner klien, psikoanalisis dan sebagainya. Pe•an konselor yang kondisional

ini menurut Latipun (2005) terjadi karena perannya tidak terdefinisi secara

khusus dan ditentukan oleh jenis pendekatan yang digunakan.

Tahapan konseling eklektik sebenarnya menganut tahapan-tahapan yang

spesifik sebagai berikut:

i. Tahap eksplorasi masalah

Pada tahap ini yang terpenting adalah konselor menciptakan hubungan

baik dengan klien, membangun saling kepercayaan, menggali

pengalaman klien pada perilaku yang lebih rnendalam, mendengarkan

apa yang menjadi perhatian klien, menggali pengalaman-pengalaman

klien dan merespon klien, perasaan dan arti dari apa yang dibicarakan

klien.

2. Tahap perumusan masalah

Masalah klien baik afeksi, kognisi, maupun tingkah laku diperhatikan oleh

konselor. Setelah itu konselor dan klien, merumuskan dan membuat

kesepakatan masc;tlah apa yang sedang dihadapi. Masalah sebaiknya

Page 43: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

31

dirumuskan dalam terminologi yang jelas. Jika rumusan masalahnya tidak

disepakati perlu kembali ke tahap pertama.

3. Tahap identifikasi masalah

Konselor bersama klien mengidentifikasi alternatif-alternatif pemecahan

dari rumusan masalah yang telah disepakati, alternatif yang diidentifikasi

adalah sangat mungkin dilakukan, yaitu yang tepat dan realistik. Konselor

dapat membantu klien menyusun daftar alternatif-alternatif, dan klien

memiliki kebebasan untuk memilih alternatif yang ada. Dalam hal ini

konselor tidak boleh menentukan alternatif yang harus dilakukan klien.

4. Tahap perencanaan

Jika klien telah menetapkan pilihan dari sejumlah alternatif, selanjutnya

menyusun rencana tindakan. Rencana tindakan ini menyangkut tindakan

apa saja yang akan dilakukan dan sebagainya. Rencana yang baik jika

realistik, bertahap, tujuan setiap tahap juga 1elas dan dapat dipahami oleh

klien. Dengan kata lain, rencana yang dibuat bersifat tentatif sekaligus

pragmatis.

5. Tahap tindakan atau komitmen

Tidak berarti operasionalisasi rencana yang disusun. Konselor perlu

mendorong klien untuk berkemauan melaksanakan rencana-rencana itu.

Usaha klien untuk melaksanakan rencana s<mgat penting bagi

keberhasilan konseling karena tanpa ada tir>dakan nyata proses konseling

tidak ada artinya. ,

Page 44: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

32

6. Tahap penilaian dan umpan balik

Konselor dan klien perlu mendapatkan umpan balik dan penilaian tentang

keberhasilannya. Jika ternyata ada kegagalan m~ka perlu dicari apa yang

menyebabkan klien harus bekerja mulai mulai dari tahap yang mana lagi.

Mungkin diperlukan rencana-rencana baru yang sesuai dengan keadaan

klien dan perubahan-perubahan yang dihadapi klien. Jika ini yang

diperlukan maka konselor dan klien secara fleksibel menyusun alternatif

atau rencana yang lebih tepat.

Cara kerja tahapan-tahapan konseling eklektik sebagaimana dikemukakan

Carkhuff secara sistematik dapat dilihat pada g111mbar berikut (latipun, 2005):

I II III IV v VI Eksplorasi Perumu Identifika Percnca Aksi/kom Assesm masalah san si naan itmen ent dan

mas al ah masalah um pan balik

I I I I I I Berdasarkan elaborasi yang panjang lebar tentang ketiga pendekatan dalam

konseling, maka dapat dilihat bahwa pendekatan konseling yang relevan dan

dilakukan di BP4 Kotamadya Jakarta Selatan adalah pendekatan non direktif

atau sering disebut juga client-centered therapy adalah suatu metode

Page 45: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

33

perawatah psikis yang dilakukan dengan cara berdialog antara konselor

dengan klien, agar tercapai gambaran yang serasi antara ideal self (diri klien

yang ideal) dengan actual self (diri klien sesuai kenyataan sebenarnya).

Pendekatan ini memberikan kesempatan dan tanggung jawab kepada klien

untuk mencapai tujuan konseling. Peranan utama dipegang oleh klien.

sedangkan konselor hanya berperan sebagai orang penuh penerimaan dan

perhatian terhadap pmblem klien serta menunjukkan sikap mau rnembantu.

Jadi dengan pendekatan ini fungsi konselor hanya sebagai pendengar yang

aktif dan dapat rnemantulkan kembali pikiran d111n perasaan klien, dengan

disertai perasaan ernpati konselor yang menun,ukkan sikap menerima dan

penuh pengertian.

2.1.5 Proses Konseling

Kata proses dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) artinya runtutan

perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu; rangkaian tindakan

perbuatan (Moeliono, et.al.,1998). Dalam kamus Dewan, proses diartikan

sebagai perubahan atau peristiwa yang berlaku dalam perkembangan

sesuatu (Othman, et.al., 1991 ).

Menurut Baraja (2004) proses konseling merupakan suatu cara atau langkah­

langkah agar kegiatai;i konseling berjalan sehingga dapat mengungkapkan

Page 46: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

34

dan memecahkan masalah klien, maka dalam proses konseling perkawinan

diharapkan dapat terungkap masalah/konflik yang dihadapi suami isteri

sehingga terjadi perdamaian diantara mereka dan selain itu akan bisa

dirumuskan strategi pemecahan masalah-masalahnya.

Menurut Brammer (1979) dalam Sofyan S.WilliS (2004) proses konseling

adalah peristiwa yang tengah berlangsung dan memberi makna bagi peserta

konseling tersebut (konselor dan klien). Proses konseling terlaksana karena

hubungan konseling berjalan dengan baik.

Menurut Sofyan S. Willis (2004) secara umum proses konseling dibagi atas

tiga tahapan:

1. Tahap Awai Konseling

Adapun proses konseling tahap awal yang dilakukan konselor sebagai berikut:

a. Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien;

b. Memperjelas dan mendefinisikan masalah;

c. Membuat penaksiran dan penjajakan; dan

d. Menegosiasikan kontrak.

2. Tahap Pertengahan

Berangkat dari definisi masalah klien yang disepakati pada tahap awal, maka

kegiatan selanjutnya adalah memfokuskan pada aspek:

Page 47: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

a. Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah, isu, dan kepedulian klien

lebih jauh;

b. Menjaga agar hubungan klien tetap selal\J terpelihara; dan

c. Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak;

3. Tahap Akhir Konseling (Tahap Tindakan)

Pada tahap akhir konseling ditandai dengan beberapa hal, yaitu:

a. Memutuskan perubahan sikap dan perilaku yang memadai;

b. Terjadinya transfer of learning pada klien;

c. Melaksanakan perubahan perilaku; dan

d. Mengakhiri hubungan konseling

35

Proses konseling perkawinan dalam hal ini akan merujuk pada pendekatan

yang dikemukakan oleh Carkhuff, seorang teontikus pendekatan eklektik.

Carkhuff (Winkel dan Sri Hastuti, 2004) yang mengemukakan model

konseling sistematis yang menjamin efisiensi dan efektifitas dari proses

konseling serta menghasilkan perubahan positif yang nyata pada diri klien,

yaitu dengan melewati tiga fase pokok dalam proses konseling adalah fase

eksplorasi (exploration), pemahaman diri (understanding), dan bertindak

(action).

Page 48: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

36

2.2 Konseling Perkawinan

2.2.1 Pengertian Konseling Perkawinan

Adapun mengenai konseling perkawinan terdapat beberapa istilah, yaitu

couples counseling, maniage counseling, dan marital counseling. lstilah­

istilah ini dapat digunakan secara bergantian dan memiliki makna yang sama

(Latipun, 2005).

Menurut Klemer (1975) dalam Latipun (2005) konseling perkawinan

merupakan konseling yang diselenggarakan sebagai metode pendidikan,

metode penurunan ketegangan emosional, metode yang membantu partner­

partner yang menikah untuk memecahkan masalah dan menentukan pola

pemecahan masalah yang lebih baik.

Dikatakan sebagai metode pendidikan, karena 1<onseling perl<awinan

memberikan pemahaman kepada pasangan yang berkonsultasi tentang diri,

pasangannya, dan masalah-masalah hubungan perkawinan yang dihadapi

serta cara-cara yang dapat dilakukan dalam mll?ngatasi masalah

perkawinannya.

Penurunan ketegangan emosional dimaksudkan bahwa konseling

perkawinan dilakukan biasanya saat kedua belah pihak berada pada situasi

Page 49: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

emosional yang sangat berat (akut). Dengan konseling, pasangan dapat

melakukan ventilasi, dengan jalan membuka emosinya sebagai katarsis

terhadap tekanan-tekanan emosional yang dihadapi (Latipun, 2005).

Menurut Latipun (2005) ada tiga asumsi yang mendasari konseling

perkawinan, yaitu:

37

1. Konseling perkawinan lebih menekankan pada hubungan pasangan,

bukan kepada kepribadian masing-masing partner. Konse!or tidak

menekankan untuk mengetahui secara mendalam kepribadian setiap

klien yang datang. Dia akan menekankan tentang bagaimana

hubungan yang terjadi selama ini diantara pasangan tersebut.

Konselor dibolehkan melihat ke belakang tentang aspek kepribadian,

termasuk riwayat-riwayat masa lalunya, namun yang ditekankan

adalah bagaimana sifat kesulitan yang dihadapi menyangkut

hubungan kedua belah pihak;

2. Masalah yang dihadapi kedua belah pihak dalam kondisi mendesak

(akut), sehingga konseling perkawinan dilaksanakan dengan

pendekatan iangsung untuk memecahkan masalah; dan

3. Masalah-masalah yang dihadapi pasangan adalah masalah-masalah

yang normal, b,"ukan kasus ekstrim yang bersifat patologis. Masalah

Page 50: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

38

normal adalah masalah yang umum dialami dalam kehidupan keluarga,

hanya saja pasangan suami istri mengalami kesulitan mengatasi

konflik-konfliknya.

2.2.2 Konselor Perkawinan

Konselor perkawinan di Sadan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian

Perkawinan (BP4 Pusat, 1997) harus memenutii kualifikasi sebagai berikut:

1. Konselor atau penasehat perkawinan diangk11t dan diberhentikan oleh

pengurus masing-masing tingkatan organisa111

2. Konselor perkawinan harus:

a. Berkelakuan baik dan beramal saleh, terutama dalam kehidupan

berkeluarga;

b. Menyimpan rahasia orang yang berkepentingan;

c. Sudah mengikuti pelatihan sebagai konselor perkawinan;

d. Berumur sekurang-kurangnya 30 tahun dan telah kawin; dan

e. Memiliki pengetahuan dan keterampilan lentang konseling perkawinan

dan keluarga.

Di samping itu konselor juga diharapkan memillki beberapa aspek (BP4

Pusat, 1997):

,,

Page 51: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

39

a. Rasa pengabdian yang tinggi. Jika rasa pengabdian itu tidak tertanam

pada diri konselor, maka jangan harap ia akan ikhlas dalam beramal.

Bahkan sebaliknya setiap tindakannya d1dasarkan pada keuntungan;

b. Motivasi yang kuat. Para konselor akan cepat putus asa dalam

mengatasi perselisihan yang berat dalam perselisihan suarni istri; dan

c. Mampu menerapkan metode yang baik. Para konselor harus memiliki

dan pandai menerapkan metode yang baik, karena metode yang

diterapkan berpengaruh pada berhasil atau tidaknya dalam menangani

suatu masalah;

2.2.3 Tujuan Konseling Perkawinan

Pelaksanaan konseling perkawinan tidak memiliki orientasi untuk

mempertahankan suatu keluarga. Konselor berpandangan bahwa dirinya

tidak memiliki hak untuk memutuskan cerai atau tidak sebagai solusi

terhadap masalah yang dihadapi pasangan. Brammer dan Shostrom (1962)

mengemukakan bahwa perhatian utama konseling perkawinan adalah

berorientasi untuk membantu klien-kliennya dalam mengaktualisasikan diri;

apakah dengan jalan bercerai atau tidak.

Pada hakikatnya tujuan konseling perkawinan 11dalah untuk clapat

mempengaruhi sikap, tingkah laku, pikiran, pen1saan dan terutama cara ,,

Page 52: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

40

mengambil keputusan. Penasehatan perkawim~n terutama yang sedang

mengalami masalah (merital conflik) lebih bertl!fuan agar pasangan

perkawinan dapat mengambil sikap lebih dewa111a dan berfikir positif. Menurut

Deva (1989) pasangan perkawinan yang sedang mengalami konflik marital

umumnya tidak lagi mempunyai hubungan yang baik dengan realitas. Dalam

hal ini penasehatan dibutuhkan agar suami dan istri, masing masing dapat

berdiri sendiri, bersedia untuk saling membantu dan memperkokoh ikatan

perkawinannya. Menurut Masdani (1980) penar.ehatan juga bertujuan untuk

mengurangi ketegangan dan untuk menolong suami istri agar dapat

mengembangkan perilaku yang efektif dalam menghadapi konflik marital.

Dalam hal ini penasehatan yang diberikan diharapkan dapat membantu

mereka memperoleh pengertian yang obyektif tentang keadan yang

dihadapinya. Keadaan ini akan membawa mereka mengenal dan mampu

mengungkapkan perasaannya sehingga dapat mengurangi ketegangan dan

deritanya hingga mereka akan dapat berfikir realistis (BP4 Pusat, 1997).

Dalam konseling perkawinan, konselor membantu klien untuk melihat realitas

yang dihadapi dan mencoba menyusun keputusan yang tepat bagi keduanya.

Keputusannya dapat berbentuk menyatu kembali, berpisah, bercerai, untuk

mencari kehidupan yang lebih harmonis, dan menimbulkan rasa aman bagi

keduanya.

'

Page 53: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

41

Secara lebih rinci tujuan jangka panjang konseling perkawinan menurut Huff

dan Miller dalam Latipun (2005) adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan kesadaran terhadap dirinya dan dapat saling empati

diantara para partner;

b. Meningkatkan kesadaran tentang kekuatan dan potensinya masing-

masing;

c. Meningkatkan keinginan untuk saling membuka diri;

d. Meningkatkan hubungan yang lebih intim; dan

e. Mengembangkan keterampilan komunikasi, pemecahan masalah, dan

mengelola konflik.

2.2.4 Tipe-Tipe Konseling Perkawinan

Untuk memahami lebih lanjut tentang pelaksan111m konseling perkawinan,

rnaka diklasifikasikan empat tipe konseling pert.awinan, yaitu: concurrent,

collaborative, conjoint, dan couples group counseling (Latipun, 2005).

a. Concurrent Marital Counseling

Konselor yang sama melakukan konseling seC<11ra terpisah pada setiap

partner. Metode ini digunakan ketika salah seorang partner memiliki masalah

psikis tertentu untuk dipecahkan tersendiri. Dalam pendekatan ini konselor

mempelajari kehidupan masing-masing pasangan yang dijadikan bahan

Page 54: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

dalam pemecahan masalah "pribadi" maupun masalah yang berhubungan

dengan perkawinannya.

b. Collaborative Marital Counseling

42

Setiap partner secara individual menjumpai konselor yang berbeda.

Konseling ini terjadi ketika seorang partner lebih suka menyelesaikan

masalah hubungan perkawinannya. Sementara konselor yang lain

menyelesaikan masalah-masalah lain yang juga menjadi perhatian kliennya.

Konselor kemudian bekerja sama membandingl<an hasil konselingnya dan

merencanakan strategi intervensi yang sesuai.

c. Conjoint Marital Counseling

Suami istri secara bersama-sama datang ke seorang atau beberapa konselor.

Pendekatan ini digunakan ketika kedua partner dimotivasi untuk bekerja

dalam hubungan, penekanan pada pemahaman dan modifikasi hubungan.

Pada tipe ini, konselor secara simultan melakukan konseling terhadap kedua

partner.

d. Couples Group Counseling

Beberapa pasangan suami istri bersama-sama datang kepada seorang atau

beberapa konselor. Pendekatan ini digunakan sebagai pelengkap conjoint

counseling. Metode ini dapat mengurangi kedalaman situasi emosional

antara pasangan, selanjutnya mereka belajar dan memelihara perilaku yang

lebih rasional dalam kelompok.

Page 55: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

44

yang memiliki, atau merasa memiliki, sasaran-sasaran yang tidak sejalan".

Sementara menurut Roxane S. Lulofs. dan Dudley D. Cahn (2000), "Konflik

adalah dua atau lebih reaksi yang bertentangan terhadap suatu peristiwa,

atau perbedaan antara dua individu, adanya saling permusuhan antara

kelompok, atau adanya suatu masalah yang harus diselesaikan".

Dari ketiga definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang dinamakan konflik

adalah adanya suatu kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang

membawa ketidakharmonisan baik dari individu atau kelompok.

Dalam bahasa Arab menurut Munir al-Ba'labakiy dalam kamus al-Maurid

(1994), kata konflik bisa disebut dengan niza'un atau khilaf. Niza' berasal dari

kata naza'a yang dalam al-Qur'an disebutkan dalam berbagai bentuk

(Muhammad Fu'ad al-Baqiy, tt.th), kata naza'a memiliki beberapa arti di

antaranya:

1. Pertentangan, perselisihan (Q.S. Ali lmron/3:152)

2. Berbantah (Q.S. al-Anfal/8:46)

3. Menarik (Q.S. Asy-Syu'ara/26:33)

4. Mencabut (Q.S.Huud/11 :9)

5. Berlainan pendapat (Q.S. an-Nisa/4:59)

6. Melenyapakan (Q.S. al-Hijr/15:47)

7. Menggelimpangkan (Q.S. al-Qamar/54:10)

8. Memperebutkqn (Q.S. ath·Thur/52:23)

Page 56: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

dalam mendefinisikan konflik, yaitu "Suatu keadaan dimana terdapat

pertentangan baik secara fisik atau non fisik, olch kelompok atau perorangan".

2.1.2 Sebab-Sebab Terjadinya Konflik

Dalam upaya penanganan konflik secara baik dan benar, maka diperlukan

pengenalan yang baik terhadap akar timbulnya konflik tersebut. Banyak

aspek yang menyebabkan timbulnya konflik, baik faktor internal maupun

faktor eksternal. Sebelum penulis membahas tentang objek sumber konflik,

maka penulis ingin memaparkan bahwa ada lima aspek yang memiliki

keterkaitan dan saling mempengaruhi dalam kehidupan seseorang. Kelima

aspek tersebut adalah pikiran, suasana hati, perilaku, reaksi fisik dan

lingkungan (Dennis Greenberger dan Christine A. Padesky, 2004). Di

samping kelima aspek tersebut, Siti Zainab (2005) menambahkan bahwa

faktor agama juga memiliki peran yang signifikan untuk mempengaruhi pola

perilaku pasangan suami istri dalam konteks penyebab timbulnya konflik.

Page 57: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

46

Konflik suami istri dalam kehidupan rumah tangga bisa terjadi karena

beberapa sebab. Terkadang penyebabnya hanya satu, namun ada juga yang

penyebabnya lebih dari satu. Bahkan penyebab pertama bisa mendatangkan

penyebab berikutnya.

Pada penelitian ini, penulis akan menjelaskan enam faktor penyebab konflik

yang diambil dari obyek atau pelakunya yang saling kait mengait dan saling

mempengaruhi dalam kehidupan sesorang, sehagaimana dikemukakan oleh

Dennis Greenberger dan Christine A. Padesky (2004) serta oleh Siti Zainab

(2005). Adapun penyebab terjadinya konflik ter111ebut adalah:

a.Agama.

Faktor agama yang dimiliki oleh suami istri se~lum dan sesudah menikah

sangat mempengaruhi kondite sebuah rumah langga. Agama dapat

dikatakan sebagai peta atu kompas sebagai petunjuk bagi pasangan suami

istri dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Seringkali konflik terjadi

karena ketidaksiapan atau ketidakmampuan suami istri dalam mengurus

rurnah tangga serta ketidaktahuan akan hak dan kewajiban sumai istri yang

telah ditentukan oleh hukum agama (Shaleh Ghanim, 2001).

Page 58: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

47

Pemahaman dan pengamalan agama yang baik membimbing kepada jalan

yang benar. Demikian sebaliknya pemahaman dan pengalaman agama yang

minim dan parsial, berakibat pada perilaku, suasana hati maupun reaksi fisik

yang tidak benar. Dan akhirnya semuanya akan bermuara pada masalah

hubungan suami istri, baik antara mereka berdua, keluarga mereka, bahkan

berdampak pada lingkungan dimana mereka tinggal.

Dalam konteks ini terlihat relevansi petunjuk Rasulullah saw. dalam memilih

pasangan hidup (suami istri) bahwa faktor agama merupakan faktor yang

sangat signifikan dalam membina rumah tangga.

b. Pikiran

Pikiran yang buruk (negatifthinking) dan prasangka berlebihan kepada

pasangan atau keluarganya, maupun lingkungannya karena terjadinya

misscommunication, sangat berbahaya karena akan mengakibatkan

terjadinya konflik dan disharmonis hubungan manusia dalam setiap lini

kehidupan bahkan hubungannya dengan Allah. Selain berbahaya prasangka

buruk juga merupakan dosa bagi pelakunya, sebagaimana firman Allah:

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu ada/ah dosa" (Al-Hujurat: 12).

Page 59: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

48

Kecenderungan seorang istri lebih banyak berpraduga kepada suami, karena

secara alamiah perempuan lebih banyak atau 10ering berpikir yang berlebihan

daripada laki-laki. Seperti riset selama 20 tahun oleh Susan Nolen-Hoeksema

menunjukan makin banyak perempuan yang b1011ikir secara berlebihan. Di sisi

lain perempuan terlahir sebagai orang yang cenderung berfikir terlalu banyak

dan menganalisa secara berlebihan (Tabloid Awa, 2004).

Berpikir secara berlebihan akan menjadi masalah jika menjadi sebuah

tuntutan tanpa kompromi, demikian juga pikiran berlebihan dalam melihat

masalah yang terjadi dalam keluarga baik dengan pasangan secara langsung

ataupun tidak langsung memberi peluang mendatangkan konflik, atau

mempengaruhi konflik yang telah ada.

c. Suasana hati.

Suasana hati kurang stabil, sedikit banyak berpengaruh pada perilaku dan

reaksi fisik terhadap stimulus yang diterima dari luar, dengan atau tanpa

pemikiran terlebih dahulu. Jika hal tersebut tidak dipahami oleh pasangan

suami istri, maka dapat menimbulkan kesalahpahaman dan berujung pada

terjadinya konflik, baik besar maupun kecil.

Page 60: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

49

Menurut hasil penelitian, sekitar 70 % perempuan menderita sindrom

pramenstruasi -premenstrual syndrom (PMS) sampai tingkat tertentu. Pada

tingkat paling ringan, PMS menyebabkan mudah marah, menangis dan

kembung. Tapi 1 diantara 20 perempuan menderita kondisi yang membuat

lemah, yang dapat mempengaruhi suasana hati, harga diri, hubungan

interpersonal dan pekerjaan (Tabloid Aura, 2004).

d. Perilaku

Perilaku yang buruk disebabkan kurangnya pemahaman agama tentang hak

dan kewajiban suami istri atau karena pengaruh lingkungan yang tidak

kondusif. Perilaku yang buruk, seperti suka menuntut yang berlebihan,

menghina, cemburu yang berlebihan, sombong, tidak bisa menghargai orang

lain, tidak melaksanakan kewajiban suami istri, melakukan perbuatan maksiat,

keras kepala, kikir, bores, berkhianat, materiali11tik, dan lain sebagamya.

Contoh perilaku istri yang berkhianat diilustrasikan dalam firrnan Allah:

Artinya: "Allah membuat istri nabi Nuh dan istri Luth perumpamaan bagi orang yang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang shaleh di antara hamba-hamba kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada suaminya, maka kedua suaminya itu ti111da dapat mernbantu mereka sedikitpun dari siksa Allah; dan dikatakan kepada keduanya: "Masuklah ke dalam neraka bersama orang-orang yang masuk neraka" (At-Tahrim:10).

Page 61: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

50

Di samping itu, konflik juga terjadi !<arena kesalahan dalam berkomunikasi,

bagaimana menerima dan mengirim pesan. Proses komunikasi memang

sangat kompleks. Pesan yang diterima bukan saja dari telinga, namun yang

sangat berpengaruh bagaimana mengartikan pesan yang didengar,

selanjutnya bagaimana mengartikan pesan yang diterima sangat tergantung

kepada latar belakang masing-masing pasangan sebelum perkawinan.

Dalam sebuah studi yang diterbitkan di Journal of Marriage and Family,

Gettman dan para koleganya melihat bahwa kebanyakan konflik diawali oleh

pertengkaran suami istri yang seringkali dicetuskan oleh istri dengan nada

pembicaraan yang meninggi (Tabloid Aura, 2003). Fenomena ini dapat

dipahami, karena secara fitrah, perempuan sangat mudah dikuasai oleh

emosi, sehingga tidak lagi mampu mengendalikan dirinya dengan logika dan

akal sehat (Muhammad Thalib, 2002).

e. Reaksi Fisik

Pikiran yang destruktif menimbulkan reaksi fisik yang destruktif pula. Reaksi

aktif destruktif, seperti kekerasan bisa berupa bentakan, pemukulan,

penyiksaan, dan pembunuhan adalah hal-hal yang sering dilakukan oleh

suami terhadap istri dalam menyelesaikan masalah.

Page 62: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

51

Namun sebaliknya reaksi pasif destruktif adalah dengan menyiksa diri sendiri

dengan berbagai cara, dan yang paling fatal adalah bunuh diri. Reaksi

tersebut tidak menyelesaikan masalah, bahkan mempengaruhi dan

menambah permasalahan konflik baru. Sementara bagi perempuan yang

agresif sering melakukan reaksi fisik secara berlebihan, seperti suka

melempar barang ketika terjadi pertengkaran, membanting pintu, bahkan

melakukan kekerasan kepada suami atau keluarga yang lain.

2.3.3 Permasalahan Suami lstri dalam kehid~Jpan Sohari-Hari

Adapun permasalahan konflik suami istri menurut Siti Zainab (2005) biasanya

dipicu oleh bebrapa faktor, yaitu:

1. Perselingkuhan

Perselingkuhan memang kata-kata yang tidak asing didengar pada saat ini.

Perselingkuhan bisa terjadi dimana saja terutama di kota-kota besar.

Bentuknyapun beragam, dari perselingkuhan dengan teman kantor atau

atasan, dengan tetangga, dengan anak kos dan sebagainya.

Page 63: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

52

Pelaku perselingkuhan pun sekarang tidak saja didominasi oleh suami,

namun dari pihak istri pun mulai meningkat. lni adalah fenomena perkawinan

yang sangat ironis dan mencemaskan dalam kmhidupan rumah tangga.

Faktor penyebab dari perselingkuhan bermacam-macam, seperti, adanya

peluang dan kesempatan, konflik dengan pasangan, seks yang tidak

terpuaskan, abnormalitas atau animalistis seks, iman yang hampa karena

hilangnya rasa malu dan sebagainya (Abu al-Ghifari, 2003).

Perselingluhan dengan alasan apapun bisa membawa akibat yang fatal, yaitu

terjadinya perceraian atau putusnya hubungan suami istri. Hal tersebut terjadi

karena kebanyakan pasangan sangat sulit memaafkan dan menerima

kembali pasangannya yang telah melakukan perselingkuhan.Secara medis

akan mendatangkan penyakit kelamin (kalau sampai melakukan zina)

dampaknya bisa aborsi. Dari sudut pandang sosial jelas perselingkuhan akan

mendatangkan aib, gunjingan dan hinaan dari lingkunganya. Secara

psikologis mengakibatkan depresi dan frustras1. Dan yang paling penting

dalam konteks ajaran Islam, adalah termasuk suatu perbuatan maksiat,

apalagi kalau sampai terjerumus pada perzinahan.

2. Keuangan atau kemiskinan

Page 64: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

5.1

Masalah keuangan rentan menimbulkan konfli~ suami-istri. Apalagi pada

masa sekarang, naiknya harga kebutuhan po~ok dan banyaknya PHK yang

berakibat pada pengangguran, membuat para keluarga kehilangan

keseimbangan, tidak saja menimbulkan kekarauan keuangan, namun juga

menimbulkan kekacauan psikis, bahkan kegoyohan pada keyakinan.

Masalah keuangan tidak hanya terkait dengan kemiskinan. Banyak orang

yang sudah mapan secara materi, namun masth berambisi untuk

mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya tanpa melihat halal haramnya.

Semua waktu tersita sampai melupakan kewajlbannya, baik sebagai hamba

Allah maupun kewajiban kepada manusia. Sehingga hubungan keluarga dan

sosialnya terganggu dan berdampal< pada hubungan yang tidak harmonis.

3. Kekerasan

Tingkat kekerasan yang dialami perempuan di Indonesia cukup tinggi dari

jumlah penduduk Indonesia yang hampir 217 iuta jiwa, 11,4% atau sekitar 24

juta perempuan, terutama di pedesaan, mengaku pernah mengalami tindak

kekerasan. Sebagian besarnya adalah di dalarn rumah tangga, seperti

pelecehan seksual, penganiayaan, perkosaan, atau perselingkuhan yang

dilakukan oleh pihak suami (Zaitunah Subhan, 2004).

Page 65: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

Kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga bisa berupa kekerasan fisik,

psikologis, kekerasan ekonomi dan kekerasan seksual. Jika dicermati jenis

kekerasan diatas, maka terjadinya kekerasan yang terjadi dalam rumah

tangga sangat rentan, apalagi bagi pihak istri. Karenanya hal tersebut tidak

saja perlu penanganan yang serius, juga diperlukan tindakan prepentif.

Secara sederhana faktor yang menimbulkan kekerasan terbagi dua, yaitu:

faktor eksternal adalah berkaitan dengan hubungan kekuasaan suami istri

dan diskriminasi gender di kalangan masyarakat. Dan faktor internal yaitu

karena kondisi psikis dan kepribadian suami s1wbagai pelaku kekerasan

(Fathul Jannah, 2003).

4. Gangguan seksual

54

Kasus yang berkenaan dengan gangguan sek11ual yang mendatangkan

konflik terhadap suami istri sangat beragam, d111ngan darnpak dan akibat yang

bervariasi pula. Sepe1ti ketidakmampuan suam1 atau istri memberi nafkah

batin kepada pasangannya, adanya perilaku y .. ng menyimpang dalam

melakukan kegiatan seksual dan sebagainya. Para psikiater mengakui,

banyak gangguan mental dan syaraf yang berawal dari problem

seksual.Gangguan-gangguan seksual juga dapat menimbulkan berbagai

penyakit psikomatis yang akhirnya mengakibatkan gangguan fisik.

Page 66: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

Sehingga kesehatan emosional juga terkait kepada pengelolaan yang

bijaksana dari aspek seksual (Abu al-Ghifari, 2003).

55

Ketidakmampuan mengatasi masalah seksual sering berasal dari masalah

komunikasi. Hal tersebut dikarenakan berbedanya pria dan wanita

menaggapi masalah seks ini. Pria menginginkan cinta dan cenderung

menunjukan cintanya dengan memulai hubungan seks. Sedangkan wanita

cenderung lebih siap memulainya dengan ungkapan komunikasi non-seksual.

Disinilah sering terjadi kesalahpahaman, kar11ma masing-masing pasangan

merasa ditolak oleh pasangannya (Dewi L.O, 1995).

Melihat efek dari ketidakpuasan seksual dalam rumah tangga, maka

penyelesaian masalah seksual sangat penting. Diperlukan keterbukaan dan

kepercayaan dari kedua belah pihak untuk mengatasi hal tersebut. Sehingga

bisa jadi perasaan ketidakpuasan dan kekecewaan yang terpendam,

membawa kepada perilaku yang mendatangkan konflik terselubung.

2.3.4 Dampak Terjadinya Konflik

Adapun dampak dari terjadinya konflik suami-istri menurut Siti Zainab (2005)

adalah sebagai berikut:

1. Akibat Positif

Page 67: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

56

a. Konflik suami istri tidak saja mendatangkan kesadaran untuk

mengintrospeksi diri pada pasangannya, namun juga introspeksi

hubungannya dengan Allah, yang kemud1an mendatangkan keinginan

untuk memperbaiki diri dari kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan,

juga bertaubat dan membiasakan diri untuk beristighfar (Iman

Sulaiman, 2004)

Dengan adanya kesadaran untuk introspeksi din dari kedua belah pihak,

maka hal tersebut bisa:

1. Mengilhami kedua belah pihak untuk mengubah cara berpikir, merasa

ke arah yang inovatif dan menguntungkan;

2. Menambah atau meningkatkan komitmen dari masing-masing pihak di

dalam suatu hubungan (orang merasa lebih terikat);

3. Setelah konflik terselesaikan, masing-masing pihak akan menjadi lebih

akrab satu sama lain; dan

4. Dari konflik yang terjadi, pihak-pihak yang berhubungan berusaha

untuk mengembangkan suatu aturan main untuk dapat menyelesaikan

konflik di masa datang (Budyatna dan Nina Mutmainnah, 2002).

Konflik suami istri bisa menjadi wujud kasih sayang Allah, sebagai proses

seleksi dan ujian bagi hambanya. Allah SWT berfirman:

Page 68: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

57

"Apakah manusia mengira, mereka akan dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?" (QS. Al-Ankabut:2)

Ujian yang Allah berikan berupa konflik diantara suami istri yang jika disikapi

secara benar akan memberikan banyak keuntungan lainnya, seperti

rnemberikan sifat sabar dan menumbuhkan rasa bersyukur yang akan

mendatangkan pahala serta meningkatkan derajat mereka.

2. Akibat Negatif

Konflik bisa menghambat tumbuh dan berkembangnya suatu hubungan

dalam beberapa hal:

a. Menimbulkan perasaan negatif;

b. Konflik seringkali menghabiskan energi. Terutama ketika upaya

penyelesaiannya menggunakan strategi konflik yang tidak produktif;

c. Konflik menyebabkan menutup dirinya dari pihak lain. Hal tersebut

dapat menyebabkan berkurangnya keintiman dan kesempatan untuk

berinteraksi secara pribadi; dan

d. Akibat yang paling sering dari terjadinya konflik adalah rnelemahkan

konsep diri seseorang (Budyatna dan Nina Mutmainnah, 2002).

Selain itu menurut Ahmad Bahjat (2002) damp~k dari konflik perkawinan ini

jika dilihat dari pengaruh secara tidak langsung akan berakibat pada

beberapa aspek diantaranya adalah:

Page 69: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

58

a. Dampak bagi suami istri.

Dampak yang sangat umum adalah terjadinya rllsharmonis hubungan suami

istri seperti hilangnya rasa kasih sayang, pengt1r1ian, dan harapan yang tidak

jarang berujung kepada perceraian. Sedangkan dampak positifnya ialah

makin kokohnya ikatan perkawinan, kepercayaan, kebersamaan yang

akhirnya menjadikan keluarga yang sakinah.

b. Dampak terhadap anak.

Dampak terhadap anak-anak ini tergantung bagaimana orang tua mereka

bereaksi terhadap konflik. Hasil penelitian memmjukkan bahwa kematian

orang tua dalam peperangan tidak hanya mempengaruhi kehidupan anak

pada masa selanjutnya, bahkan mungkin kesedihan tersebut bisa membantu

mereka menyadari dan memahami kesedihan orang lain. Akan tetapi, konflik

dalam rumah tangga yang dialami seorang anak menghancurkan mental

rnereka dan diliputi suasana yang penuh kegelisahan. Kondisi tersebut bisa

membekas sampai mereka dewasa (Ahmad Bahjat, 2002).

Dari penelitian tersebut, maka jelas bahwa bagaimana suami istri dapat

menangani konflik yang terjadi sangat berpengaruh terhadap jiwa anak. Jika

mereka bersikap secara dewasa, maka anak-anak akan belajar bagaimana

mereka bereaksi secara baik jika terjadi konflik. Secara psikologis anak-anak

akan menjadi pribadi,yang tenang, logis, tidak tergesa-gesa dan tidak mau

Page 70: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

59

menang sendiri jika kenyataan tidak seperti yang diinginkan. Membuat anak­

anak dapat beradaptasi dengan lingkungan, dan tentunya bisa menjadi

pribadi yang menyenangkan. Akan tetapi jika penanganan konflik dari orang

tuanya tidak baik, apalagi sampai terjadi perceraian, maka secara psikologis

anak akan terganggu. Akibatnya anak merasa tidak aman, tertekan, bahkan

bisa merasa frustrasi yang pada akhirnya membawa kepada penderitaan.

Jika anak mengalami ketidaknyamanan dan frustrasi, maka anak bisa

terjerumus kepada perilaku menyimpang dan melakukan kemaksiatan,

seperti penggunaan narkoba, minuman keras, bahkan perzinahan.

c. Dampak bagi lingkungan sosial.

Dampak bagi lingkungan sosial ini bisa berkaib•n dengan hubungan keluarga

dari kedua belah pihak (terlepas letak secara g.,ografis dekat maupun jauh),

tetangga dan lingkungan sosial dimana merek<1 tinggal.

Hubungan keluarga kedua belah pihak tentu s~ngat berpengaruh dengan

adanya konflik yang terjadi. Jika konflik tersebu1 besar dan tidak

terselesaikan dengan baik, maka hubungan keluarga bisa renggang atau

disharmonis, bahkan kemungkinan terburuk bisa terputus. Sebaliknya konflik

yang ditangani secara baik, maka akan tercipta rasa memiliki dan saling

menolong, sehingga menciptakan hubungan keluarga yang lebih dekat dan

harmonis.

Page 71: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

BAB Ill

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian ini menggunakan metode kualitatif.. Pemilihan

pendekatan kualitatif ini didasarkan pada pertimbangan untuk menjawab

masalah dan tujuan penelitian, yaitu mengetahui pelaksanaan konseling

perkawinan di BP4 dalam menangani konflik suami istri.

Penggunaan pendekatan kualitatif dipergunakan atas tiga pertimbangan

pokok. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila

berhadapan dengan gejala yang kompleks. Kedua, metode ini menyajikan

secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden. Ketiga,

metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak

penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi

(Lexy Moleong, 2000).

Sehubungan dengan pendekatan ini, maka pendekatan kualitatif adalah

suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif. Pendekatan ini

diarahkan pada setting individu dalam latar tersebut secara menyeluruh.

Page 72: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

61

Pertimbangan lainnya mengapa pendekatan kualitatif ini dipilih adalah karena:

1. Peneliti dapat memahami realitas dalam domain pengalarnan

masyarakat yang dikaji;

2. Pendekatan kualitatif secara langsung nwenyajikan hakikat hubungan

antara peneliti dan informannya;

3. Pendekatan kualitatif lebih dapat beradaptasi dengan keterkaitan pola­

pola tingkah laku dan nilai-nilai yang menjadi latar belakangnya;

4. Desain penelitian kualitatif bersifat fleksihel dan lentur dalam arti

secara terus menerus disesuaikan dengi~n kenyataan di lapangan; dan

5. Konsepsi tentang realitas sosial lebih merupakan proses dan realitas

yang merupakan produk konstruksi sosial.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang dilakukan di kantor Sadan

Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Kotamadya

Jakarta Selatan.

Adapun karakteristik penelitian kualitatif antara lain adalah ia akan

berlangsung dalam latar belakang yang alamiah, peneliti sendiri merupakan

alat pengumpul data yang utama, analisis datanya dilakukan secara induktif.

Ditinjau dari tujuannya penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif

analitis. Penulis berusaha menggambarkan fenomena sosial tertentu secara

sistematis, faktual dan akurat (Mohammad Nasir, 1998), kemudian dianalisis

Page 73: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

62

secara rinci dan kritis. Dalam konteks ini berarti penulis menyajikan data-data

yang telah diperoleh tentang konseling perkawinan di BP4 Kotamadya

Jakarta Selatan dalam menangani konflik suami istri.

Penelitian data dilakukan dengan dua cara:

a. Penelitian Kepustakaan (Ubrary Research)

Penelitian kepustakaan, yaitu penelitian yang dilakukan penulis dengan

me!akukan riset kepustakaan dan mengumpulkan data sumber-sumber

primer dan sekunder. Selanjutnya untuk memudahkan penulisan dalam

penelitian kepustakaan ini, maka penulis menggunakan dua metode, yaitu: 1)

metode seleksi sumber (source selection), yaitu dengan menyeleksi buku­

buku yang menjadi inti dalam penelitian ini, dan 2) metode analisis inti

(content analysis), yakni dengan membaca dan menyelidiki serta mencermati

isi buku-buku dan dokumen yang akan diteliti, sehingga dapat rnemudahkan

penulis dalam mengemukakan ide dan persepsr.

b. Penelitian Lapangan (field research)

Dalam mengumpulkan data penulis mengguna~ an teknik interview yaitu

teknik wawancara !angsung untuk mendapatkan informasi yang diperlukan

dari subyek penelitian atau orang yang terlibat 111 da!amnya.

Page 74: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

63

3.2 Subyek Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, menurut Strauss dalam Rosenthal dan Rosnow

(2004) tidak ada ketentuan baku mengenai jumlah minimal subyek penelitian

yang harus dipenuhi. Apabila data yang diperoleh telah cukup memadai dan

mendalam, maka dapat diambil subyek dalam jumlah kecil, misalnya pada

penelitian yang menggunakan wawancara mendalam. Dalam penelitian ini,

subyek berjumlah tiga orang konselor. Pengambilan subyek penelitian

dilakukan dengan cara purposive sampling (sampel bertujuan) dimana

sampel penelitian diambil dari populasi yang mewakili sampel-sampel lain.

3.2.1 Kriteria Subyek

Dalam kajian pustaka telah disinggung mengenai pengertian konselor,

kualifikasi konselor perkawinan dan lain sebagainya, untuk keperluan

penelitian ditetapkan kriteria subyek penelitian.

Adapun kriteria subyek I responden adalah:

1. T elah mengikuti pelatihan konseiing perkawinan

2. Merupakan pegawai BP4 yang menjabat sebagai konsultan perkawinan

3. Telah melakukan konseling perkawinan pada pasangan suami istri

Page 75: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

64

4. Telah menangani lebih dari tiga orang klien. Penentuan ini didasarkan

bahwa konselor tersebut telah memiliki pengalaman dalam menangani klien,

serta memahami karakteristik dan psikologis klien.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalarn penelitian ini. akan digunakan metode

wawancara mendalam (in-dept interview) dan metode observasi sebagai

penunjang.

3.3.1 Wawancara

Menurut Bugin (2001) wawancara merupakan pmses percakapan dengan

rnaksud untuk mengkonstruksi mengenai orang kejadian, kegiatan,

organisasi, motivasi, perasaan, dan lain sebagmnya yang diiakukan oleh dua

pihak, yaitu pewawancara (interviewet) dengan yang diwawancarai

(interviewee).

Pada penelitian ini akan dilakukan wawancara semi terstruktur dan bersifat

terbuka, sehingga pada proses wawancara akan dapat menggali informasi

yang banyak berdasarkan pedoman wawancam yang telah tersusun, tetapi

bersifat luwes, bebas irama serta ada komunikasi yang baik antara

Page 76: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

65

pewawancara dengan yang diwawancarai karena proses wawancara bersifat

terbuka.

3.3.2 Observasi

Observasi menurut Wayan Nurkancana (1993) merupakan suatu cara

pengumpulan data dengan menggunakan pengamatan langsung terhadap

suatu obyek dalam suatu periode tertentu dan mengadakan pencatatan

secara sistematis tentang hal-hal yang diamati. Pengamatan langsung yang

dimaksud dapat berupa kegiatan melihat, mendengar atau kegiatan indera

lainnya. Observasi dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi

ruang konseling serta fasilitas pendukungnya. Observasi dilakukan secara

terbuka, yaitu peneliti menyatakan langsung akan kehadiran peneliti untuk

mengadakan penelitian.

3.4 lnstrumen Pengumpulan Data

Untuk memudahkan peniJmpulan data, maka ponulis menggunakan

beberapa instrumen sebagai alat bantu yang akan digunakan dalam

penelitian, yaitu pedoman wawancara, lembar observasi dan alat perekam.

Page 77: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

66

3.4.1 Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan agar proses wowancara yang dilakukan

tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Selain 1tu, pedoman wawancara

juga digunakan sebagai alat bantu untuk melak1>anakan kate9orisasi jawaban

sehingga memudahkan dalam melakukan anali1>1s.

3.4.2 Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mencatat sotiap keadaan yang ada dalam

penelitian seperti gambaran tempat pelaksanaan penelitian, waktu penelitian,

kondisi ruang konseling serta fasilitas pendukungnya.

3.4.3 Alat Perekam (Tape Recorder)

Alat perekam berfungsi sebagai alat bantu agar tidak ada data atau informasi

yang terlewatkan dalam wawancara. Disamping itu, alat perekam dapat

memungkinkan penulis untuk dapat melakukan konsentrasi pada saat

wawancara. Alat perekam juga membantu penulis dalam mengulang kembali

hasil wawancara agar diperoleh data yang utuh, sesuai dengan apa yang

disampaikan oleh responden dalam penelitian, sehingga mampu

Page 78: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

67

meminimalisasi kemungkinan bias yang akan terjadi karena subyektivitas dan

keterbatasan penulis. Alat ini digunakan dengan seizin responden.

3.5 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dilakukan dengan tujuan agar pelaksanaan penelitian

dapat dilakukan dengan sistematis atas dasar perencanaan yang matang.

Prosedur penelitian dimulai dengan tahapan persiapan penelitian yang

dilanjutkan dengan tahap pelaksanaan penelitian.

3.5.1 Persiapan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian peneliti melakukan langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Peneliti menghubungi kantor BP4 Kotarnadya Jakarta Selatan untuk

mempertimbangkan kemungkinan dilakui.;unnya penelitian.

b. Membuat pedoman wawancara dan lemllar obsflrvasi yang disusun

berdasarkan teori yang relevan dengan PH1salah.

c. Melakukan konsultasi dengan dosen pernbirnbing untuk mendapatkan

masukan-masukan.

Page 79: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

d. Melakukan revisi berupa perbaikan atau tambahan yang diperlukan

dalam penyusunan pedoman wawancara.

3.5.2 Pelaksanaan Penelitian

Setelah persiapan untuk melakuka penelitian telah dilakukan, kemudian

peneliti melakukan langkah selanjutnya, yaitu :

68

a. Peneliti menghubungi kembali pihak konselor BP4 Kotamadya Jakarta

Selatan untuk menentukan dan meminta kesediaan responden untuk

menjadi subyek penelitian.

b. Membuat kesepakatan dengan responden mengenai waktu dan

tempat pelaksanaan wawancara.

c. Melakukan wawancara dengan responden berdasarkan pedoman

wawancara yang dibuat dan dibantu lembar observasi serta alat

perekam.

3.6 Analisa Data

Karena penelitian ini bersifat kualitatif, maka analisa datanya bersifat iteratif

(berkelanjutan) dan dikembangkan sepanjang penelitian berlangsung.

Page 80: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

Dalam proses reduksi data, penulis menganalisis bahan-bahan yang telah

terkumpul, menyusunnya secara sistematis, dan menonjolkan pokok-pokok

permasalahannya.

70

Tahap berikutnya adalah penyajian data dalam konteks ini, penulis

menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan

adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Data yang telah dipolakan, difokuskan dan disusun secara sistematis tersebut

diambil kesimpulan, sehingga makna data dapat ditemukan. Namun

kesimpulan itu bersifat sementara saja dan masih bersifat umum. Agar

kesimpulan diperoleh secara final maka data lainnya perlu dicari. Data baru

tersebut bertugas melakukan pengujian terhadap berbagai kesimpulan

tentatif tadi.

Page 81: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

BABIV

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

;~;,-z 4.1 Gambaran Umum Subyek'Penelitian

Subyek penelitian ini adalah tiga .• ,111.rang konselor dari lima orang konselor ,--)!_,,;

perkawinan (yaitu mereka yang melakukan konseling perkawinan terhadap

pasangan suami istri yang menghadapi konflik perkawinan). Konselor yang

dipilih sebagai responden adalah mereka yang telah memiliki pengalaman

sebagai konsultan perkawinan.

Responden berusia antara 40-63 tahun. Dua orang responden adalah wanita

dan seorang responden lagi adalah laki-laki. Latar belakang pendidikan

mereka yaitu satu orang pascasarjana (S2), dua orang sarjana (S1). Mereka

telah berpengalaman menjadi konselor perkawinan antara 6 hingga 15 tahun.

Mereka telah menangani 50 hingga 130 klien. Diantara mereka, dua orang

rnenjadi konselor profesional dan dosen dan satu orang di samping konselor

juga berprofesi sebagai da'i.

Page 82: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

72

Tabel 4.1

Gambaran Umum Subyek

Nama Usia Jen is Pendidikan Pekerjaan Pengalama Klien yang ,f,4\i\·,

kelamin n menjadi telah

konselor ditangani I -···--- - ··-- \..------

A.N 63 Pria 8~ Konselor & 15 Tahun 130 klien

8yari'ah Da'r

IAR ·--

51 Wanita 81 Konselor& 10 Tahun 100 klien

Psikologi Dasen

··-·- ·-------.---------··----E.N 42 Wanita 82 Konselor & 6 Tahun 70 klien

Dakwah Dost'n

--·-· ---- ------·------·-··---

Responden pertama adalah A.N. pria kelahiran Jepara 63 tahun silam ini

adalah lulusan fakultas 8yari'ah IAIN 8yarif Hid,~yatullah Jakarta. la memulai

kiprahnya sebagai konselor sejak 15 tahun yar11,1 lalu. la memiliki pengalaman

dan jam terbang yang tinggi memberikan konsEl'l111g perkawinan dalarn

menangani konflik suarni istri sesuai dengan tu1,1as'nya di bidang penyuluhan

u;usan agama Islam dan pernah beberapa kali menjadi kepala KUA

kecamatan di OKI Jakarta. Aktivitas konseling perkawinan yang dijalaninya

selama ini dipandang sebagai amal shaleh untuk membantu sebagai

penengah suami istri yang sedang menghadapt konflik.

Page 83: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

73

Bapak yang memiliki 9 anak ini merupakan sosok yang ramah, bersahabat

dan penuh empati sehingga klien yang datang kepadanya bisa lebih tenang

untuk melakukan konseling kepadanya dengan pendekatan agama dan

hubungan interpersonal yang baik. Di samping sebagai konselor, ia juga

masih aktif berdakwah. Hingga saat ini subyek telah menangani lebih dari

100 klien.

Responden kedua bemama A.R., wanita kelahiran Jakarta, 4 November 1955

ini masuk menjadi konselor perkawinan di BP4 sejak tahun 1995 atau sudah

11 tahun mengabdi di BP4 Kotamadya Jakarta Selatan. Selain menjadi

konselor di BP4, ia juga seorang konsultan perkawinan (marriage counseling)

di lembaga swasta. Adapun faktor yang melatar belakanginya menjadi

konselor adalah karena ia seorang psikolog, senang bersosialisasi dan

berinteraksi dengan orang banyak, dan akhimya menjadi hoby untuk

mengenal bermacam-macam karakter orang, sehingga dalam proses

konseling diterapkan beberapa pendekatan sesuai dengan karakter klien

yang dihadapi. lbu tiga orang anak ini juga memiliki pengalaman belajar di

Amerika Serikat dan ia berujar bahwa:

"Saya melihat bahwa konseling perkawinan di Indonesia belum begitu popular menjadi kebutuhan, berbeda misalnya dengan di Amerika yang menganggap bahwa marriage counseling merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan".

Page 84: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

74

Sebelum menjadi konselor perkawinan di BP4, ia mengajar di fakultas

Psikologi UI Depok. Hingga saat ini subyek telah menangani kasus100 klien.

Responden ketiga bernama E.N., wanita kelahiran Jakarta, 2 .Juni 1964 ini

masih tampak awet muda walaupun memiliki 6 orang anak, dan ia sangat

ramah dalam menghadapi klien. Wanita yang h·>bi mernbaca dan

mendengarkan musik ini menyelesaikan SI di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dan 82 di llQ Jakarta. la secara resmi masuk tl•~rgabung sebagai konselor

BP4 Kotamadya .Jakarta Selatan sejak tahun 2000.

Aktivitas konseling perkawinan yang selama ini dijalaninya dijadikan sebagai

tempat untuk selalu belajar dan memperbaiki diri sendiri karena banyak

hikmah yang dapat dijadikan pelajaran dari pengalaman hidup dan masalah

orang lain. Sebelum bergabung sebagai konselor, ia bertugas di bidang

penyuluhan agama Islam dan sebagai dosen btlberapa universitas di Jakarta.

Hingga saat ini subyek sudah menangani 70 knsus dan menurut

pengakuannya:

"Al-Hamdulillah kasus konflik suami istri yang saya tangani lebih banyak ke arah perbaikan (ishlah).

Page 85: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

75

4.2 Pelaksanaan Konseling Perkawinan di BP4 Jakarta Selatan

Pelaksanaan konseling perkawinan di BP4 Kotamadya Jakarta Selatan sama

artinya dengan nasehat perkawinan. Nasehat perkawinan (marriage

counseling) adalah suatu proses pertolongan yang diberikan kepada pria atau

wanita, sebelum dan sesudah perkawinan agar mereka memperoleh

kesejahteraan dan kebahagiaan dalam perkawinan dan kehidupan

keluarganya (BP4 Pusat, 1997).

Konseling perkawinan sebelum kawin (pre marital counseling) pada dasarnya

diberikan kepada pemuda dan pemudi atau calon-calon suami istri agar

mereka memahami secara obyektif peranannya dalam perkawinan dan

memahami tanggung jawab masing-masing pasangan suami istri dalam

membina keluarga bahagia dan sejahtera. Konseling jenis ini dilakukan di

BP4 KUA Kecamatan.

Sementara konseling perkawinan sesudah per~awinan pada dasarnya

bersifat pemeliharaan hubungan perkawinan dan kekeluargaan supaya tetap

berada pada suasana rukun dan harmonis yanl1 rnenjadi syarat mutlak bagi

kebahagiaan kehidupan perkawinan dan keluarga. Dan manakala terjadi

konflik dalam rumah tangga, rnaka konseling p~.rkawinan diwujudkan dalam

bentuk usaha-usaha pertolongan dan perbaikan dan pengernbalian kondisi

Page 86: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

76

yang harmonis bagi kelangsungan rumah tangga pasangan yang

bersangkutan. Konseling jenis inilah yang dilakukan di BP4 tingkat

Kotamadya/Kabupaten.

"'Jadi.. bantuan konseling di BP4 itu ada dua yattu konseling sebelum perkawinan yaitu dengan layanan konseling dan pelatihan bagi para calon pengantin, biasanya setelah dia mendaftar nikah lalu diundang untuk mengikuti pelatihan, materinya seputar keluargn sakinah, ilmu kesehatan yang mengisi acaranya biasanya, da'i, psikolog, bidan dari puskesmas dan itu dilaksanakan di Tingkat Kecamatan. Semenlara untuk konseling sesudah menikah tempatnya ya di BP4 Kotamadya yaitu untuk membantu pasangan suami istri yang sedang menghadapi konflik dalam rumah tangganya ... " (wawancara dengan Bapak A.N., Kamis 9 Nov1~mber 2006}.

Tugas pokok BP4 adalah melaksanakan penasehatan /konseling perkawinan

yang bertujuan untuk membantu pasangan suami istri yang menghadapi

konflik, dan menyelamatkan perkawinan dari kehancuran serta turut membina

terwujudnya sebuah perkawinan yang sakinah mawadah wa rahmah.

4.2.1 Jenis Konseling yang dilakukan

Konseling perkawinan secara umum dilakukan dengan cara konseling tatap

muka (face to face counseling) yaitu konseling yang prosesnya secara

langsung antara konselor dengan klien di ruangan khusus konsultasi BP4

Kotamadya Jakarta Selatan Jl.Buncit Raya No.2 Pejaten Pasar Minggu

Jakarta Selatan.

Page 87: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

Konseling tatap muka dilakukan dengan terlebih dahulu klien mendaftarkan

diri untuk berkonsultasi ke sekretariat BP4, maka pada hari itu juga klien

dipersilahkan masuk ke ruang konsultasi perkawinan.

77

"Konseling dilakukan dengan cara tatap muka saja, caranya klien yang datang ke BP4 membawa surat keterangan dari kecamatan dan mengisi form pendaftaran untuk berkonsultasi dan pada hari 1tu juga dapat konsultasi" (Wawancara dengan lbu A.R., Kamis 9 November 2006).

Dalam konteks ini BP4 dapat dikatakan sebaga1 klinik perkawinan (maniage

clinic), dimana suami istri yang mengalami konflik perkawinan dapat meminta

bantuan dan pertolongan untuk memperbaiki hubungan perkawinan mereka.

Selanjutnya prosedur untuk mendapatkan kesempatan berkonsultasi dan

rnelakukan proses konseling perkawinan di BP..u Kotamadya Jakarta Selatan

sangat mudah dan sederhana. Pihak yang berkepentingan dalarn hal ini,

suami atau istri dapat rnengisi formulir pendafta<an dan segera akan

mendapatkan panggilan, mungkin pada hari itu 1uga .• Jika yang datang

rnengadukan perkaranya adalah pihak istri, maka pada kesempatan

berikutnya pihak suami akan diminta pula kesediaannya untuk datang begitu

juga sebaliknya. Kemudian pada kesempatan ketiga mereka dapat hadir

secara bersama-sama untuk melakukan cross check dan mengkonfrontir

terhadap laporan dan masalah-masalah yang sudah diajukan dalam mencari

alternatif penyelesaian masalah. Namun lebih baik lagi jika kedua belah pihak

sejak awal mempunyai kesadaran untuk datang secara bersama-sama

Page 88: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

78

mencari solusi terhadap konflik yang dihadapinya dengan bantuan para

konselor yang kompeten di bidangnya.

4.2.2 Waktu Pelaksanaan Konseling

Pelayanan konseling perkawinan secara formal dilakukan pada hari Senin

sampai Karnis dari pukul 09.00-15.00 WIB. Berikut ini adalah jadwal

pelaksanaan konseling.

Tabel 4.2.2

Jadwal Pelaksanaan Konseling dan Daftar Nama Konselor

-Hari No Konselor Waktu

I - ---·-··-· --

Sen in 1 Ors. H. Farhan

2 Ora. Hj. Endah Nina Kurmasih, MA 09 00-15.00 WIB

rselasa ----· ··-·--

1 Ors. H. A. Nasuha ·--··-· -----------· ...... 09 00-15.00 WIB

Ra bu 1 Ors. H. Endang lsmai-1 -·-- ----

09.00-15.00 WIB

Kam is 1 Hj. Asita--R. lrisari, S.Psy --- ..

---- ..

2 Ors. H. Nasuha 09 00-15.00 WIB

---· ··---- .... -

Page 89: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

79

4.2.3 Durasi Konseling

Dalam proses pelaksanaar. konseling dilakukan dalam jumlah durasi yang

bervariasi. Hal ini tergantung pada masalah dan kebutuhan yang dihadapi

klien. Pelaksanaan konseling perkawinan biasanya dilaksanakan dalam tiga

sampai empat sesi pertemuan. Pertemuan pertama lebih menitikberatkan

pada pada pembentukan hubungan baik antara konselor dengan klien,

abstraksi konflik dan identifikasi masalah klien yang melapor. Pertemuan

kedua adalah pertemuan konselor dengan pasangan klien untuk membina

hubungan baik dan mengecek dan mengkompi1masi laporan dari kiien yang

pertama. Pertemuan ketiga adalah mempertemukan kedua pasangan klien

untuk melakukan mengkonfrontir informasi kedua pasangan suami istri serta

menentukan alternatif penanganan konflik yang diputuskan sendiri oleh klien

dengan fasilitasi konselor, apakah mau melakukan perdamaian (is/ah) atau

diteruskan kasusnya ke Pengadilan Agama untuk mendapatkan ketetapan

hukum. Sedangkan pertemuan keempat adalah kelanjutan dari pertemuan

ketiga yang diinginkan klien untuk menuntaskan penyelesaian masalahnya.

Sementara itu durasi konseling dalam setiap sesi pertemuan bervariasi

tergantung berat ringannya masalah, namun biasanya berkisar antara 60

menit (satu jam) sampai 90 menit (satu setengah jam).

Page 90: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

I

80

Tabel 4.2.3

Pelaksanaan Konseling Perkawinan di BP4 Kotamadya Jakarta Selatan

I I I

Jen is

a. Jenis konseling

b. Teknik

c. Tempat

d. Waktu

e. Jumlah sesi

pertemuan

Uraian

·---a. Tatap muka (facu to face)

b. Konseling individu bagi pasangan suami istri

secara bergiliran dan konselin9 kelompok

bagi keduanya s.,cara bersamaan dengan

pendekatan clierit centered tlwmpy

counseling

c. Ruang konsultam BP4 Kota Jakarta Selatan

d. Jadwal konselinu setiap hari senin sampai

kamis pada pukul 09.00-15.00 WIB

e. Biasanya pertemuan antara 1-3 kali atau lebih

sampai 4 kali set'i pertemuan

I f. Durasi waktu

Lpertemuan

f. Face to face: anhua 1 jam - 1,5 jam

4.3 Metode Konseling Perkawinan di BP4 Jakarta Selatan

Metode yang digunakan dalam konseling perkawinan adalah metode non

derektif (metode yang bersifat tidak mengarahkan), yaitu cara untuk

Page 91: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

82

masalah yang sedang dihadapi. Hal ini dilakukl'1n agar tercipta kemandirian

klien dalam menyelesaikan masalahnya sendin

"Metode konseling yang saya terapkan disini adalah metode non direktif, yaitu curhatan-curhatanlah antara klien dengan konselor, kita tanya apa keluhannya, lalu klien saya biarkan untuk bercerita mulai sejak awal perkenalan, pacaran lalu sampai dalam pernikahan dia merasa tidak ada keharmonisan dalam perkawinannya. Lalu kam1 sebagai konselor mencatat point-point penting mengenai masalahnya dan dari situlah kelihatan mana yang menyimpang dari aturan syari'at, itulah yang kita harus luruskan. Jadi upayanya supaya tetap terjalin dalam kehidupan berkeluarga itu keluarga yang sakinah mawaddah warahmah" (Wawanc1.1ra dengan Bapak AN., Kamis 9 November 2006).

"Pada pertemuan pertama yang datang biasanya yang merasa terdzolimi, misalnya si istri sendiri lalu pada pertemuan kedua kami melakukan panggilan kepada pihak suami dan melakukan re chek. Maka pada pertemuan ketiga keduanya istri dan suaminya kami pertemukan untuk mengkonfrontir satu sama lain dan membahas permasalahannya kalau bisa sekaligus menentukan alternatif pemecahan masalahannya."(Wawancara dengan ibu AR., Kamis 9 November 2006).

4.4 Faktor pendukung dan penghambat dalam Konseling Perkawinan.

Berdasarkan penelitian dan wawancara yang penulis lakukan terhadap

konselor, maka dapat dipaparkan di sini bahwa ada beberapa hal yang

menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam proses konseling

perkawinan dan cara mereka mengatasi hambatan tersebut, antara lain:

a. F aktor pendukung dalam pelaksanaan konseling

Page 92: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

83

Faktor pendukung dalam pelaksanaan konseling perkawinan ada dua, yaitu

faktor konselor dan klien. Faktor konselor meliputi:

1. Kemampuan dan keterampilan konselor dalam melakukan konseling;

2. Kesabaran, pengertian dan motivasi yang mendalam dari konselor dalam

memberikan bantuan kepada klien yang memerlukan; dan

3. Mampu menerapkan metode yang tepat. Konselor harus mampu

menerapkan metode yang baik dan tepat, karena penerapan metode akan

berpengaruh pada berhasil tidaknya pelaksanaan konseling.

"Menurut saya, seorang konselor itu harus memiliki pengetahuan dan keterampilan. Di samping ia juga harus memiliki kesabaran dan motivasi yang kuat sehingga dapat melakukan konseling dengan baik" (wciwa:icara der.ga11 ibu AR., Kar11is, S November 2006).

Sedangkan faktor klien meliputi:

1. Niat atau keinginan klien untuk mencari solusi konflik secara baik dan ada

kemauan untuk tetap mempertahankan dan mewujudkan rumah tangga

yang sakinah mawaddah warahmah yang membawa kemaslahatan bagi

semua;

2. Kejujuran dan keterbukaan klien dalam mengungkapkan masalahnya

serta tetap berpikir positif dalam mencari penyelesaian konflik; dan

3. Dapat menjalin hubungan dan kerja sama secara baik dengan konselor

sesuai dengan kesepakatan dan harapan bersama.

Page 93: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

84

Faktor pendukung lain adalah konflik sekecil apapun harus dikelola dengan

baik dan cepat ditangani secara baik, sehingga konfliknya tidak membesar

dan merembet ke mana-mana.

Di samping itu, faktor pendukung lain adalah tersedianya sarana prasarana

yang memadai bagi keberhasilan proses konseling, seperti ruang konsultasi

yang nyaman, tenang dan sejuk, sehingga klien dapat merasa tenang dan at

home di dalamnya.

"Faktor pendukungnya tentu saja bila ada niat atau kemauan klien untuk tetap mempertahankan rumah tangganya, mau jujur melihat kekurangan diri dan mau memperbaikinya, datang secara teratur berdua dan tidak memaksakan kehendak" (Wawancara dengan lbu E.N., Senin 13 Oktober 2006).

b. Faktor penghambat dalam pelaksanaan konseling

Berdasarkan pengamatan penulis di lapangan, pada umumnya faktor

penghambat berasal dari klien, diantaranya adalah sikap klien yang tertutup,

tidak mau mengungkapkan masalah yang dihadapi, salah satu pasangan

tidak memenuhi panggilan atau tidak koperatif, bersikap egois, memonopoli

percakapan, pasangan tidak diberi kesempatan untuk bicara, tidak jujur,

mengancam pasangannya dan memaksakan kehendak, tidak ada niat untuk

mempertahankan rumah tangga kembali, dan menganggap dirinya paling

benar dan paling pintar, mengedepankan emosinya, sehingga tidak mau

mendengar masukan dan nasehat dari konselor.

Page 94: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

85

Faktor pengharnbat lain yang cukup dorninan yaitu pada urnurnnya klien yang

datang ke BP4 rnernbawa rnasalah/konflik yang sudah parah dan akut,

bahkan pasangan suarni istri sudah lama pisah rnnjang

"Harnbatannya kalau lagi diperternukan secara nnrsama-sama terkadang salah satu pasangan rnemonopoli percakapan. !Klak mau memberi kesernpatan pasangannya untuk bicara, tidak n1au rnenerirna masukan dari kami karna rnerasa paling pintar, egois, tidak k(1peratif bahkan pernah ada suarni yang rnengancam pasangannya dan rne11gancam bunuh diri sampai mengeluarkan senjata tajam kalau istrinya tetap rninta cerai, dan umurnnya rnasalah klien sudah sangat parah" (Wawancarn denuan lbu E. N., Sen in 13 November 2006).

Sedangkan dari pihak konselor sendiri berdasarkan wawancara yang penulis

lakukan tidak ditemui hambatan yang signifikan. karena mereka menjalani

profesi konselor ini sebagai bentuk pengabdian yang dijalani dengan ikhlas,

di sarnping sudah rnenjadi hoby, sehingga tidak ada perasaan jenuh. Namun

secara berkelakar mereka menyinggung tentang peningkatan kesejahteraan

para konselor agar mereka dapat melaksanakan tugas secara maksimal.

"Kami sebagai konselor merasa tidak memiliki hambatan atau kejenuhan dalam menjalani profesi ini, karena kami ikhlas menjalaninya kerena Allah dan dalarn rangka membantu sesama. Namun secara manusiawi kami mengharapkan agar pemerintah memperhatikan kesejahteraan konselor, hee ... hee .... " (Wawancara dengan Bapak A.N. Kamis, 9 November 2006).

c. Strategi dalam mengatasi hambatan

Untuk mengatasi hambatan yang berasal dari klien yang tertutup, maka para

konselor berusaha meyakinkan kepada klien bahwa ia bersedia sharing dan

Page 95: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

86

membantunya untuk mencari alternatif pemecahan masalah secara baik serta

menjamin kerahasiaannya tetap terjaga, sehingga dapat membuat klien

merasa nyaman dan terbuka untuk mengungkapkan konflik yang dihadapinya.

Apabila klien dalam kondisi emosional, seperti sedih, marah, maka konselor

berusaha menenangkannya dengan obrolan-obrolan ringan dan rileks untuk

mencairkan suasana dan cooling down. Sementara untuk klien yang bersikap

egois, merasa paling benar dan pintar, maka konselor berusaha memberikan

pandangan-pandangan positif solusi alternatif untuk memecahkan masalah,

dan konselor tetap memberikan kesempatan klien untuk dapat mengambil

keputusan secara mandiri.

4.5 Peranan Konseling Perkawinan dalam Menangani Konflik Suami lstri

Pada hakikatnya tujuan konseling adalah untuk rnempengaruh1 sikap, tingkah

laku, pikiran, perasaan dan terutama cara klien mengambil keputusan.

Pelaksanaan konseling pada pasangan suami 10>tri yang sedang mengalami

konflik lebih bertujuan agar pasangan itu dapal rnengarnbil sikap lebih

dewasa dan berfikir positif. Konselor harus da1)±tt menjadi fasilitator yang

memberikan support kepada mere!<a agar dap1•t menerima kenyataan yang

dihadapi dan mampu melihat kehidupan yang lebih baik di masa depan.

Oiupayakan juga agar mereka lebih mampu mt1ngendalikan emosinya,

sehingga mereka tetap dapat berbuat optimal dalam kesadaran penuh.

Page 96: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

Dengan demikian, maka klien tersebut akan dapat lebih bertanggung jawab

terhadap masalah yang sedang dihadapinya.

87

Pada dasarnya konseling perkawinan merupakan konseling yang

diselenggarakan sebagai metode pendidikan, metode penurunan ketegangan

emosional, metode membantu partner-partner yang menikah untuk

memecahkan masalah dan menentukan pemecahan masalah yang lebih baik.

Dikatakan sebagai metode pendidikan , karena konseling perkawinan

memberikan pemahaman kepada pasangan yang berkonsultasi tentang

dirinya, pasangannya dan masalah-masalah hubungan perkawinan yang

dihadapi serta cara-cara yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah

perkawinannya.

Penurunan ketegangan emosional dimaksudkan bahwa konseling

perkawinan dilakukan biasanya saat kedua belah pihak berada pada situasi

emosional yang sangata berat (akut). Dengan melakukan konseling,

pasangan suami istri dapat melaku!<an ventilasi, dengan jalan membuka

emosinya sebagai katarsis terhadap tekanan emosional yang dihadapi.

Dari sinilah konselor memegang peranan sebagai mediator dan fasilitator

dalam proses konseling pasangan suami istri yang sedang mengalami konflik

Page 97: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

88

perkawinan. Konselor dikatakan sebagai seorang mediator, karena ia

memediasi konflik dan sebagai komunikator yang dapat mengkumunikasikan

informasi dan alternatif solusi secara tepat dan berimbang kepada pasangan

suami istri. Sedangkan sebagai fasilatator, konselor bertugas memfasilitasi

kiien untuk membuat MoU perdamaian jika klie11 memilih berdamai,

sebaliknya jika klien memilih bercerai, maka konselor meneruskan kasusnya

ke Pengadilan Agama.

"Dalam prosesnya saya tidak banyak bicara, tapi klien yang banyak bicara, jadi saya hanya mendengarkan saja dan saya •umya memberi penekanan­penekanan misalnya klien bilang ... ibu suami s&ya kurang perhatian deh sama saya maka yang saya katakan oh .. suami 1bu kurang perhatian ya .dan pertanyaan biasanya sesuai dengan alur yang 111ceritakan klien saja agar akar masalahnya jelas dan yang terpenting ad111lah kita harus menunjukan rasa empati, sehingga hubungan kita dengan kllen terjalin dengan baik sehingga dia mau curhat sama kita. Dalam kon~eling ini saya hanya sebagai pe.nyampai apa maunya istri apa maunya suami lalu kita sampaikan biasanya dia baru tahu oh ... istri saya pengennya saya seperti itu, jadi akhirnya biasanya klien mengatakan ooh .. saya baru tahu dari ibu"(Wawancara dengan ibu Nina, 13 November 2006) .

Dapat disimpulkan bahwa konflik yang terjadi antara suami-istri akan

menimbulkan suasana tegang dan ketidakharmonisan dalam rumah tangga.

Oleh sebab itu konseling perkawinan sangat diperlukan oleh pasangan

perkawinan yang sedang mengalami konflik marital, menurut Deva (1989).

Pasangan suami istri yang sedang mengalami konflik marital umumnya tidak

lagi mempunyai hubungan yang baik dengan realitas.Dalam hal ini konseling

perkawinan dibutuhkan agar suami dan istri, masing-masing dapat berdiri

sendiri, bersedia untuJ< membantu dan memperkokoh ikatan perkawinannya.

Page 98: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

89

Menurut masdani (1980). Konseling perkawinan juga bertujuan untuk

meredakan ketegangan dan menolong suami atau istri agar dapat

mengembangkan perilaku yang efektif dalam menghadapi konflik marital.

Dalam hal ini konseling yang diberikan diharapka11 dapat menolong mereka

memperoleh pengertian yang obyektif terhadap kondisinya. Keadaan ini akan

membawa mereka mengenal dan mampu mengungkapkan perasaannya

sehingga dapat mengurangi ketegangan, sehingga mereka akan dapat

berpikir realistis (BP4 Pusat, 1997).

4.6. Analisis Perbandingan Ketiga Konselor

Berdasarkan hasil eksplorasi data faktual lapangan selanjutnya dilakukan

proses analisa data. lnterpretasi data akan dilakukan dengan proses analisis

data terhadap ketiga konselor.

Konselor 1

Konselor 1 menggunakan pendekatan non direktif atau lebih dikenal sebagai

client centered therapy, yaitu suatu metode konseling perkawinan yang

dilakukan dengan berdialog antara konselor dengan klien untuk mencapai

gambaran yang serasi antara diri klien yang ideai dengan diri klien yang

sesuai kenyataan.

Page 99: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

90

Konflik suami istri yang terjadi biasanya karena adanya pertentangan antara

gambaran rumah tangga yang ideal dengan kePyataan rumah tangga yang

sebenarnya. Peran konselor dalam konteks ini .11dalah sebaga1 pendengar

yang aktif dan dapat memantulkan kembali pikir an dan perasaan klien,

dengan disertai perasaan konselor yang menun1ukkan sikap menerima dan

penuh pengertian mengingatkan gambaran ideal rumah tangga sesuai

dengan ajaran Islam, sehingga klien kembali sadar akan hak dan tanggung

jawabnya dalam sebuah ikatan perkawinan, dan sekaligus memantulkan

kesadaran kepada klien bahwa apapun keputus.an yang akan diambil klien;

apakah mau berdamai atau bercerai, harus dilakukan secara baik.

Konselor 1 selalu menekankan pertimbangan aspek ajaran Islam ketika

memberikan tanggapan, masukan dan advis kepada klien dalam proses

konseling. Hal ini dapat dipahami karena ia memiliki latar belakang

pendidikan Islam (syari'ah). di samping ia juga sebagai seorang da'i.

"Metode konseling yang saya terapkan disini adalah metode non direktif, yaitu curhatan-curhatanlah antara klien dengan konselor, kita tanya apa keluhannya, lalu klien saya biarkan untuk bercerita mulai sejak awal perkenalan, pacaran lalu sampai dalam pernikahan dia merasa tidak ada keharmonisan dalam perkawinannya. Lalu saya sebagai konselor mencatat point-point penting mengenai masalahnya dan dari situlah kelihatan mana yang menyimpang dari aturan syari'at, itulah yang kita harus luruskan. Jadi upayanya supaya tetap terjalin dalam kehidupan berkeluarga itu keluarga yang sakinah mawaddah warahmah" (Wawancara dengan subyek, Kamis 9 November 2006).

Page 100: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

91

Dalam pelaksanaan konseling perkawinan, maka tidak akan lepas dari

sebuah proses yang dilakukan. Bahwa proses konseling merupakan suatu

cara atau langkah-langkah agar kegiatan konseling dapat berjalan sehingga

dapat mengungkapkan masalah dan memecahkan masalah klien.

Proses konseling di BP4 Kotamadya Jakarta Selatan dilakukan dalam

beberapa tahap pertemuan. Pertemuan pertama lebih menitikberatkan pada

pada pembentukan hubungan baik antara konselor dengan klien, abstraksi

konflik dan identifikasi masalah klien yang melapor. Pertemuan kedua adalah

pertemuan konselor dengan pasangan klien unluk membina hubungan baik

dan mengecek dan mengkompirmasi laporan d1u1 klien yang pertama.

Pertemuan ketiga adalah mempertemukan kedua pasangan klien untuk

melakukan mengkonfrontir informasi kedua pas.angan suami istri serta

menentukan alternatif penanganan konflik yang diputuskan sendiri oleh klien

dengan fasilitasi konselor, apakah rnau melakullan perdamaian (is/ah) atau

diteruskan kasusnya ke Pengadilan Agama unh1k mendapatkan ketetapan

hukum. Sedangkan pertemuan keempat adalah kelanjutan dari pertemuan

ketiga yang diinginkan klien untuk menuntaskan penyelesaian masalahnya.

"Adapun tahapan atau proses konseling di BP4 adalah sebagai berikut: pertama klien datang ke sekretariat dan mengis1 form konseling perkawinan, kemudian langsung masuk ke ruang konsultasi dan konselor menanyakan kepada klien apa masalah yang sedang dihadapi dalam kehidupan rumah tangga klien. Kemudian klien saya biarkan untuk bercerita rnulai dari awal pernikahannya bahkan disinggung juga waktu pacaran, sampai akhirnya dalam perkawinannya terasa tidak ada keharmonisan. Dari situlah saya

Page 101: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

92

sebagai konselor mencatat point-ponit permasalahannya. Dari gambaran ini kelihatan mana yang menyimpang dari aturan syari'at, itu yang harus saya luruskan. Pada pertemuan pertama ini saya tidak terlalu banyak komentar, saya hanya menyuruh klien untuk merenungi, introspeksi diri dan kalau sudah mantap saya mempersilahkan klien datang bersama pasangannya. Pada pertemuan kedua suami dipaggil lalu kita tanyakan sebenarnya apa masalah yang terjadi dalam perkawinan saudara sekaligus mengkonfrontasikan apakah benar rnasalahnya seperti ini. .. seperti yang diadukan istri, lalu kalau dia mau jujur mau mengakuinya, saya tanya saudara rnaunya apa .. masih sayang sama istri dan anak-anak ... coba dipikirkan lagi, introspeksi diri, jadi saya lebih menyuruh klien untuk mawas diri, merenungi awal dulu ia menikah dan masa depan anak-anak. Lalu saya sarankan untuk melakukan sholat istikhoroh minta petunjuk Allah untuk mengambil keputusan mau damai atau cerai. Pada pertemuan ketiga kita pertemukan keduanya saya tanya bagimana perkembangannya, sudah mantap dengan keputusan yang akan diambil. Dalam konteks ini kita kembali membahas masalahnya, diklarifikasi masalahnya dan meluruskan suatu pengaduan dari klien sesuai norma agama dan moral. Lalu saya tanya bagaimana sekarang keputusan ditangan saudara. Kalau klien tetap memilih cerai dinasehati dulu dan diberi rekomendasi untuk dilanjutkan ke Pengadilan Agama. Kalau klien memilih damai ada syarat-syarat perjanjian kedua belah pihak, kalau ada yang dilanggar diadukan lagi minta cerai ya sudah bisa cerai. Jadi intinya, saya sebagai konselor BP4 tetap menekankan bahwa apapun keputusan yang diambil klien; baik damai maupun cerai harus dilaksanakan secara baik berdasarkan ketentuan Hukum Islam dan Undang-Undang perkawinan" (Wawancara dengan subyek, Kamis, 9 Januari 2006).

Faktor pendukung dalam konseling perkawinan adalah kejujuran dan

keterbukaan klien dalam mengungkapkan masalahnya serta tetap berpikir

positif dalam mencari penyelesaian konflik.

"Menurut saya, faktor pendukungnya adalah kalau klien mau jujur mengungkapkan masalahnya, dan mau mendengar nasehat dari kami, dan sebaliknya penghambatnya adalah jika klien yang egois tidak mau menerima nasehat dari kami, klien tertutup tidak mau menceritakan masalah sebenarnya ... ini yang susah, berbohong hanya alasan untuk bercerai biasanya kelihatan dari gaya bicaranya. pernah juga suami istri malah ribut saat proses konseling" (Wawancara dengan subyek, kamis 9 November 2007).

Page 102: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

9]

Adapun peranan konselor dalam konteks ini adalah sebagai mediator dan

fasilatator dalam menangani konflik suami istri.

"Tugas saya memediasi konflik suami istri supaya is/ah dan rnengingatkan akan hak dan kewajibannya masing-masing, tapi kalau mereka tetap ngotot maka saya memfasilitasinya untuk dilanjutkan ke l'.'engadilan Agama" (Wawancara dengan subyek, sabtu 16 desemb•~r 2006)

Konselor 2

Konselor 2 juga menggunakan pendekatan non direktif atau leb1h dikenal

sebagai client centered therapy dalam pelaksanaan konseling perkawinan.

'Metode yang saya gunakan adalah pendekatan client centered therapy Carl Rogers yang bertujuan untuk membina kepribadian klien secara integral, berdiri sendiri, dan kemarnpuan untuk memecahkan masalahnya sendiri" (Wawancara dengan subyek, Kamis 9 November 2006).

Adapun proses konseling dengan pendekatan non direktif ini dilakukan dalam

beberapa tahap, yaitu: 1) klien datang kepada konselor atas kemauan sendiri;

2) konselor harus mernberikan motivasi kepada klien agar ia mampu

mengemukakan perasaan dan rnasalahnya; 3) konselor harus bersikap

ramah, bersahabat dan menerima kllen apa ad<mya; 4) konselor harus

berusaha agar klien dapat memahami dan menerima keadaan dirinya; 5)

klien menentukan pilihan sikap dan keputusan yang akan diambilnya.

"Bagi saya, proses konseling dengan pendekatan non direktif ini dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu pertarna klien datang ke BP4 dengan kemauan sendiri menemui konselor untuk mengadukan konflik rumah tangganya. Saya sebagai konselor menampung, rnengapresiasi dan meyakinkan klien agar mau mengemukakan masalahnya secara jujur dan terbuka. Kedua, saya akan meyakinkan kepada klien bahwa saya dapat memahami dan rnenerima klien apa adanya dan siap membantunya. Ketiga, sikap penerirnaan ini akan

Page 103: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

94

saya tunjukkan kepada klien secara verbal maupun non verbal. seperti tatap ramah, empati dan bersahabat. Keempat, saya akan memotivasi dan meyakinkan klien agar ia memiliki kemandirian dan berani mengambil keputusan secara mandiri (Wawancara dengan subyek, Kamis, 9 November 2006).

Faktor pendukung dalam pelaksanaan konseling perkawinan adalah

kemampuan dan keterampilan konselor dalam melakukan konseling, di

samping kesabaran, pengertian dan motivasi yang mendalam dari konselor

dalam memberikan bantuan kepada klien yang memerlukan.

"Menurut saya, faktor pendukung keberhasilan sebuah konseling terletak pada konselor. Seorang konselor itu harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dan menerapkan metode yang tepat. Di samping ia juga harus memiliki kesabaran dan motivasi yang kuat sehingga dapat melakukan konseling dengan baik" (Wawancara dengan subyek, Kamis, 9 November 2006).

Sedangkan faktor penghambatnya adalah sikap klien yang tidak jujur, egois,

merasa lebih pintar dan kuasa serta konfliknya sudah parah clan akut.

"Ada beberapa kasus konflik suami istri yang s11lah satu pasangannya adalah seorang yang memiliki pendidikan tinggi dan btlfkedudukan sebagai pejabat merasa lebih pintar dan sok kuasa, sehingga terjadi handicap terhadap proses konseling" (Wawancara dengan subyek Kamis, 9 November 2006).

Peranan konselor dalam menangani konflik sucmii istri adalah memaharni dan

menerima klien apa adanya secara netral dan l'ltlmbenkan bantuan kepada

arah yang diinginkan klien.

"Saya memberikan apresiasi kepada klien untuFi mengambil keputusannya secara mandiri, dan saya memberikan bantuan untuk itu, misalnya mau berdamai atau bercerai. Bagi saya, perceraian nu bukan sebuah indikator

Page 104: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

95

kegagalan konseling perkawinan, karena ini merupakan suatu pilihan yang tepat menurut klien, karena boleh jadi kalau perkawinan tetap dipertahankan sementara konflik dan masalah masih ada, maka dampaknya akan lebih buruk, baik secara fisik maupun psikis" (Wawancara dengan subyek, kamis, 9 November 2006)

Konselor 3

Konselor 3 juga menggunakan pendekatan non direktif yaitu penekanan

keaktipan dan kemandirian pada klien dengan interview yang terpola,

sehingga mampu mengungkapkan problematika klien.

"Pendekatan yang saya gunakan adalah non direktif, yakni menekankan keaktifan dan kemandirian klien. Saya hanya berusaha menumbuhkan power dan rasa percaya dirinya klien sehingga ia mampu menemukan apa yang harus dilakukan ketika menghadapi masalah dan saya hanya memberi nasehat yang sesuai dengan kebutuhan klien. Metode yang saya terapkan biasanya dikenal dengan metode "Satu-Tujuh" yaitu fase ke-1: Sa: salam, yaitu memberi salam dan menyambut klien dengan hangat dan ramah. l<onsultan memperkenalkan diri dan tugasnya lmlu T: tanyalah, yaitu tanya bagaimana keadanya dan apa masalahnya dan dengarkan dengan penuh perhatian dan rasa empati dengan cara mendengarkan aktif. U: !Jraian, yaitu menguraikan hal-hal yang ingin penasehat ketahui agar klien dapat memahami masalahnya, dengan melihat potensi dan kekuatan yang ada padanya. Fase ke 2: bantuan: yaitu membantu klien untuk mencocokan keadaannya dengan berbagai kemungkinan-kemungkinan yang dapat dipilih. Fase ke 3: J: jelaskan, yaitu menjelaskan yang lebih lengkap bagaimana cara mengatasi konflik yang dihadapi klien dari segi positif dan negatifnya sesuai dengan tinjauan al-Qur'an dan al-hadits serta mendiskusikan bagaimana cara mengatasi hambatan-hambatan tersebut. Kemudian fase ke 4 adalah U: ulang-ulangi, yaitu mengulangi pokok-pokok permasalah yang perlu diketahui dan diingatnya, kuatkan dengan nasehat agama dan yakinkan klien bahwa konselor siap membantu bila masih ada permasalah (Wawancara dengan subyek, senin, 13 November 2006).

Dalam konseling perkawinan di BP4 Kotamadya Jakarta Selatan dibagi

dalam empat fase tahapan, yaitu: pertama, tahap permulaan dimulai dengan

Page 105: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

96

menjalin hubungan yang baik dan menumbuhkan rasa saling percaya antara

konselor dengan klien (membentuk rapport) termasuk di dalamnya konselor

memperkenalkan diri, dan memberikan gambaran mengenai proses

konseling.

Kedua, tahap pertengahan, setelah komunikasi awal terbangun dengan baik,

maka selanjutnya konselor dapat meminta klien untuk mengungkapkan apa

permasalahan yang mesti dipecahkan bersama atau kadangkala klien sendiri

yang langsung mengungkapkan masalahnya kepada konselor.

Ketiga, tahap pertengahan, yaitu setelah ditentukan masalah rnana yang

menjadi fokus pembahasan, maka pada fase in1 adalah menerjemahkan

tilikan insight untuk mencari alternatif-alternatif pamecahan masalahnya.

Dalam menentukan pemecahan masalah, selak' diutarnakan agar klien

sendiri yang mengambil keputusannya. Semenlara konselor hanya sebagai

fasilitator yang membantu klien mencari alternat1f pemecahan masalahnya.

Tahap keempat, fase akhir yaitu mendefinisikan kembali problem klien dan

membantu membuat keputusan dan memfasilitasi klien untuk mencapai

kemandirian ketegasan diri dalam pengambilan keputusan.

"Berdasarkan pengalaman saya dalam melakukan konseling perkawinan ada empat fase yang harus dilalui, yaitu fase permulaan yang berisi perkenalan dan membentuk hubungan baik dengan klien y1mg bertujuan untuk menumbuhkan rasa saling percaya dan keterbukaan. Kedua fase pertengahan untuk mengungkapkan permasalahan yang dihadapi klien. Terus ketiga fase untuk menentukan alternatif-alternatif pemecahan masalah. kemudian yang terakhir adalah fase pengambillm keputusan oleh klien" (Wawancara dengan subyek, senin, 13 November 2006).

Page 106: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

98

bahkan sampai menangis dan saya menyuruh rnereka untuk bersalaman dan berpelukan. Dan itu tergantung masalahnya kal01u masalahnya ringan biasa damai tapi kalau masing-masing pasangan tida~ rnau mengakui kesalahannya biasanya mereka tidal< mau berdllrnai, maka dilanjutkan kepengadilan agama (PA) dan biasanya ini ma~alah yan9 sudah beratnya ... .ibaratnya penyakit yang sudah akul (Wawancara dengan subyek, senin, 13 November 2006)

Selanjutnya berdasarkan analisis terhadap masmg-masing subyek di atas

dapat dikatakan bahwa ketiga konselor memilik1 kesamaan dan perbedaan

serta memiliki kekurangan dan kelebihan. Dalarn konteks penerapan metode

pada proses konseling sebenarnya tidak ada pt"bedaan dari ketiga konselor,

mereka sama-sama menggunakan metode non direktif atau clien centered

therapy. Namun perbedaannya terletak pada praktek dan keterampilan setiap

konselor dalam membangun hubungan hubungan (rapport) dengan klien, di

samping pengalaman dan latar belakang ilmu yang dimilikinya.

Untuk konselor AN pendekatan konseling yang diberikan lebih banyak

merujuk pada penekanan aspek ajaran islam, karena menurutnya faktor

dominan terjadinya konflik suami istri terletak pada kurangnya pemahaman

dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan rumah tangga, sehingga

ikatan pernikahan mudah goyah dan rentan terhadap konflik. Jika ajaran

Islam dijadikan sebagai dasar dan pegangan dalam membangun sebuah

rumah tangga, maka akan dapat menjadi benteng bagi keutuhan rumah

Page 107: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

tangga, karena pernikahan itu sendiri dalam ajaran Islam disebut sebagai

mitsaqan ghalizhan (ikatan perjanjian yang kuat).

99

Sementara untuk konselor A.R dalam proses konseling lebih menekankan

pada pendekatan psikologi, karena menurutnya konflik suami istri biasanya

terjadi karena adanya kesenjangan antara harapan dengan kenyataan dalam

perkawinan. Secara teoritik, konselor memiliki pengetahuan ilmu psikologi

yang memadai, namun dalam prakteknya, terlihat konselor kurang bisa

membangun hubungan (rapport) dengan klien secara baik, terutama pada

aspek empati dan attending, karena konselor menerapkan metode client

. centered secara teks book dan ketat. Di samping itu, konselor juga memiliki

performance dengan style sikap tegas dan vokal suara yang keras, sehingga

kiien merasa kurang mendapat empati dan attending yang memadai.

Sedangkan untuk konselor E.N. dalam konselingnya lebih menggunakan

pendekatan teaching heart (pendekatan dari hr*ti ke hati), karena menurutnya,

konflik biasanya terjadi karena suami istri mene4<<1nkan perbedaan dan ego

masing-masing, sehingga persamaan dan kom~men yang dibangun menjadi

terlupakan. Dalam konteks inilah pendekatan dari hati ke hati menjadi penting,

karena berusaha mencari titik persamaan sehirigga konflik bisa diminimalisir.

Pendekatan ajaran Islam juga memegang peran yang signifikan, karena

secara fitrah, manusia lebih menyukai perdamam (is/ah) daripada konflik atau

perceraian.

Page 108: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

100

Tabel 4.6 Analisis Perband1ngan Ketiga Konselor

Keterangan Konselor A.N Konselor A.R Konselor E.N

Met ode Non direktif /client-centered Non direktif I Client-centered Non direktif I Client-centered konselinq theraov therapy theraov Proses Tahap awal meliputi: Tahap awal meliputi: Tahap awal meliputi: konseling 1. Empati dan membina Rapport 1. Membangun rapport 1. Membentuk rapport

2. Attending 2. Me11definisikan masalah 2. Mendefinisikan masalah 3. Refleksi 3. Menegosiasikan kontrak 3. Refleksi Tahap pertengahan meliputi: Tahap pertengahan meliputi: Tahap pertengahan meliputi: 1 . Mengarahkan 1. Mengeksplorasi masalah 1. Mengeksploeasi masalah 2. Konfrontasi 2. Konfrontasi 2. Konfrontasi 3. menyimpulkan 3. Memberi nasehat 3. Menerjemahkan tilikan insight Tahap akhir meliputi: Tahap akhir meliputi: Tahap akhir meliputi: 1. Mendorong 1. Transfer of learning 1. Mendorong 2. Menilai 2. Melaksanakan perubahan 2. Memfasilitasi kemandirian 3. mengakhiri perilaku 3. Menilai dan mengakhiri

3. Mengakhiri konseling Faktor Faktor pendukung yaitu: Faktor pendukung yaitu: Faktor pendukung yaitu: pendukung & 1. Kejujuran mengungkapkan 1. Kejujuran mengungkapkan 1. Sikap klien yang kooperatif penghambat masalahnya masalah 2. Kemampuan konselor

2. Berfikir positif dalam mencari 2. Kemampuan konselor dalam menerapkan metode konseling penyelesaian konflik melakukan konseling 3, Tersedinya sarana prasarana

3. Sarana dan prasarana di BP4 2. Kesabaran,dan motivasi kuat untuk menunjung konselng

I Faktor penghambat meliputi: kepada klien Faktor penghambat yaitu:

I 1. Masalahnya sudah kompleks, Faktor penghambat yaitu: 1. Sikap egois, memaksakan parah dan akut 1. Sikap klien yang plin-plan, kehendak kepada

2. Egois, sombong dan tidak egois, merasa lebih pintar pasangannya kooperatif 2. Konflik sudah parah dan akut 4. Tidak kooperatif dengan

Page 109: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

101

konselor Peranan 1. Mediator, yaitu untuk 1. Memahami klien apa adanya 1. Mediator atau penengah yang konselor menangani konflik suami istri secara netral netral

2. Fasilitator, yaitu untuk 2. Memberikan bantuan kepada 2. Fasilitator yang membantu meneruskan oerkaranva ke PA an:ih yang diinainkan klien menyelesaikan konflik ke PA

Page 110: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

5.1 Kesimpulan

BABV

PENUTUP

Pelaksanaan konseling perkawinan di BP4 Kotamadya Jakarta Selatan

merupakan suatu proses konseling yang diberikan kepada pasangan suami

istri yang sedang mengalami konflik perkawinan, yang bertujuan untuk

meredakar. ketegangim dan menolong klien agar dapat mengembangkan

perilaku yang efektif dan obyektif dalam menghadapi konflik marital. Secara

umum konseling dilakukan dengan cara tatap muka dalam satu sampai

empat kali pertemuan antara konselor dengan klien yang dibagi dalam

em pat fase tahapan, yaitu: 1) membangun rapport; 2) mengeksplorasi

masalah; 3) menentukan alternatif pemecahan masalah; dan 4) memfasilitasi

klien untuk mencapai kemandirian diri dalam pengambilan keputusan.

Metode yang yang digunakan dalam konseling perkawinan adalah metode

non direktif yang sering disebut dengan client-centered therapy, yaitu suatu

metode perawatan psikis yang dilakukan dengan cara berdialog antara

konselor dengan klien, agar tercapai gambaran tentang diri yang ideal (ideal

self) dengan kenyataan diri sebenarnya (actual self) yang bertujuan untuk

Page 111: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

membina kepribadian klien secara integral, berdiri sendiri dan mempunyai

kemampuan untuk memecahkan masalah sendiri.

103

Faktor pendukung dalam pelaksanaan konseling perkawinan ini terletak pada

keinginan dan mctivasi konselor dan klien untuk menyelesaikan konflik

dengan baik dan dapat menjalin hubungan dan kerja sama sesuai dengan

kesepakat;::n dan harapan bersama. Di samping itu, konflik sekecil apapun

harus dikelola dengan baik dan cepat ditangani, sehingga konfliknya tidak

membesar dan merembet ke mana-mana.Sedangkan faktor psnghambatnya

adalah sikap klien yang tertutup, egois, emosional dar. tidak mau menerima

nasehat, karena merasa paling pintar dan merasa paling benar.

Peranan konseling perkawinan ya11g dilakukan BP4 Kotamaciya Jakarta

Selatan memiliki manfaat yang positif dan signifikan, yaitu keoerhasilannya

dalam mem:ngani konflik suami istri, mencegah terjadinya perceraian

sewenang-wenang di'!n tetap mendorong terwujudnya keluarga sakinah

mawadah warahmah. Jadi peranan BP4 adalah sepagai mediator

perdamaian untuk meredakan konflik suami istri dan sekaligus sebagai

fasilitator untuk meneruskan kasusnya ke Pengadilan Agama untuk

memperoleh ketetapan hukum.

Page 112: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

5.2 Diskusi

Konseling perkawinan di BP4 Kotamadya Jakarta Selatan menggunakan

metode non direktif dengan mengacu pada teknik client-centered therapy

yang dikembangkan oleh Carl R. Rogers (Gunarsa, 1996). Kelebihan dari

teknik ini adalah adanya kebebasan dan keleluasaan pada klien dalam

menentukan sendiri strategi pemecahan masalah yang dihadapinya. Jadi

klien lebih banyak bercerita (katarsis) mengenai masalahnya.

104

Sementara tipe konseling perkawinan di BP4 termasuk ke dalam tipe

concurrent marital counseling dan conjoint marital counseling (Latipun, 2005).

Pendekatan ini digunakan untuk mengurangi ketegangan emosional antara

pasangan dan memodifikasi hubungan, selanjutnya mereka belajar dan

memelihara perilaku yang lebih rasional dalam kelompok.

Adapun faktor terjadinya konflik sebagaimana data dari BP4 ada tiga yaitu

akhlak, ekonomi dan pihak ke-3. Dari ketiga faktor tersebut yang lebih

dominan adalah adanya pihak ke-3 yaitu perselingkuhan dan campur tangan

pihak keluarga pasangan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Risa Rosmita

(2005). Bahwa konflik yang terjadi antara suami istri yang disebabkan oleh

perselingkuhan akan menyebabkan ketidakharmonisan dalam rumah tangga

bahkan rnengakibatkan perceraian.

Page 113: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

105

Konflik yang terjadi antara suami istri juga menimbulkan suasana tegang dan

tidak harmonis dalam rumah tangga. Oleh sebab itu konseling perkawinan

sangat diperlukan oleh pasangan perkawinan yang sedang mengalami konflik

marital (Deva, 1989). Pasangan perkawinan yang sedang mengalami konflik

marital umumnya tidak lagi mempunyai hubungan yang baik dengan malitas.

Dalam hal ini konseling perkawinan dibutuhkan agar suami dan istrl, masing­

masing dapat berdiri sendiri, bersedia untuk membantu dan memperkokoh

ikatan perkawinannya. Menurut Masdani (1980). Konseling perkawinan juga

bertujuan untuk meredakan ketegangan dan menolong suami atau istri agar

dapat mengembangkan prilaku yang efektif dalam menghadapi konflik marital.

Dengan konseling diharapkan dapat menolong mereka memperoleh

pengertian yang ohyektif tentang keadaan yang dihadapinya. Keadaan ini

akan membawa me~eka mengenal dan mampu mengungkapkan

perasaannya sehingga dapat mengurangi ketegangan dan deritanya hingga

mereka akan dapat berpikir realistis.

5.3 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, penulis memberikan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Untuk memeberikan akses yang lebih luas terhadap pelayanan

konseling perkawinan di BP4 agar lebih dikembangkan dan

Page 114: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

disesuaikan dengan perkembangan zaman, seperti adanya hotline

service, konseling via internet dan home visit.

106

2. BP4 sebagai badan konseling semi resmi pemerintah harus lebih pro

aktif melakukan sosialisasi program dan advokasi kepada masyarakat

untuk membina kehidupan rumah tangga yang sakinah mawadah wa

rahmah.

3. Untuk mengatasi faktor penghambat dalam konseling, seperti sikap

klien yang tertutup, egois dan apatis, maka konselor harus dapat

membangun hubungan baik dengan pendekatan empati dan persuasif.

Di samping itu pemerintah juga harus meningkatkan kesejahteraan

konselor dan memberikan training dan pelatihan secara berkala untuk

meningkatkan komptensi dan loyalitas konselor.

4. Dalam proses konseling perkawinan, konselor harus bisa memadukan

metode atau pendekatan agama dengan psikologi, sehingga akar

konflik dapat ditangani secara baik, bukan hanya sekedar memberikan

nasehat untuk meluruskan masalah secara syariat, namun lebih jauh

dapat memberikan alternatif solusi dalam menangani konflik secara

komprehensif dengan perspektif psikologi.

5. Diharapkan bagi para peneliti selanjutnya agar mengembangkan hasil

penelitian ini dengan pendekatan kuantitatif dan memfokuskan klien

sebagai subyek penelitiannya agar dapat diketahui bagaimana

persepsi klien terhadap peran konseling perkawinan di BP4.

Page 115: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

DAFTAR PUSTAKA

Abd al-Baqiy, Muhammad Fuad. (t.th). al-Mu]am al-Mufahras Ii alfadz al­Qur'an al-Karim. Jakarta: Maktabah Dahlan.

107

Al-Ba'labakiy, Munir. (1994). Kamus al-Maurid. Beirut: Dar al 'llm Iii Malayin

Alwi, Hasan. et.al. (1988). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Balai Pustaka. Ed.3. Cet-1

Arifin, M. (1998). Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Agama. Jakarta: Golden Press. Cet ke-6

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta, Edisi Revisi V. Cet-2

Bahjat, Ahmad (2002). Hakikat Cinta Menuju Rumah Tangga Ideal. Bandung: Pustaka Hidayah.

Bakran, M. Hamdani. t\dz-Dzakaky. (2002). Kcnse/ing dan Psikoterepi Islam. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru. Cet-2

Baraja, Abu Bakar. (2004). Psikologi Konseling dan Teknik Konseling. Jakarta: Studia Press. Cet-1

BP4 Pusat. (1997). BP-4, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan. Jakarta: BP4 Pusat Cet-1

BP4 Pusat. (1998). Hasil Munas BP-4 Ke-11. Jakarta: 1998

Budyatna dan Nina Mutmainah. (2002). Komunikasi Antar Pribadi. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Candra, I. Robby. (1992). Konflik dalam Hidup Sehari-hari. Jogjakarta: Kanisius

Capuzzi, dan Gross. (1991). Introduction To Counseling. Needham Heights: Allyn and Bacon.

Chaplin J.P. (1985). Dictionary of Psychology. Newyork Laurel.

Page 116: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

108

Corey, G. (1988). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Eresco

Depag RI. (1985). Al-Qur'an dan Terjemahannya. Jakarta: Depag RI

Devito, Joseph A. (1997). Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: Professional Book

Dewi L.O. (1995). Gejolak Emosi yang Dinamis, Langkah-langkah Memperbaiki Hubungan sebelum memutuskan untuk berpisah. Jakarta: Abdi Tandur

Greenberger, Dennis dan Padesky A. Christine. (2004). Manajemen Pikiran: Metode Ampuh Menata Pikiran untuk Mengatasi Depresi, Kemarahan, Kecemasan dan Perasaan Merusak Lainnya. Bandung: Kaifa. Cet-1

Gunawan, Yusuf dan Chaterine Dewi. (2001). Pengantar Bimbingan dan Konseling. Jogjakarta: Kanisius

Haryono, Rudy. (2001). Seuntai Harapan Mertua dan Menantu. Surabaya: Putra Pelajar.

Hasan, Muflihun. dan Ahnan, Maftuh.(2003). Menyelami Dinamika Rumah ............ Tangga. Surabaya: Putra Pelajar.

Haqani, Luqman. (2004). Prahara Rumah Tangga Karena Lidah Tak Bertulang. Bandung: Pustaka Ulumuddin.

Jones, Richard Nelson. (1996). Human Relationship Skill, (Cara Membina Hubungan Baik dengan Orang Lain. Jakarta: Bumi Akasara. Cet-2

Klemer, R.H. (1965) Counseling in marital and sexsual problem: A Physician's Handbook. Baltimore: The Williams & Wilkins Co.

Latipun. (2005). Psikologi Konseling. Malang: UMM Press.

Mahmud, Nabil. (2004). Problematika Rumah Tangga dan Kunci Penyelesaiannya. Jakarta: Qisthi Press.

Moleong, Lexi J. (2002). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Pickering, Peg. (2001). Kiat Menangani Konflik. Jakarta: Erlangga. Edisi.111

Page 117: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

109

Shaleh, Ghanim. (2001). Al-Nusyuz, (Jika Suami lsteri Berselisih Bagaimana Menghadapinya?). Jakarta: Gema lnsani Press. Cet-5

Simon Fisher et. All. (2000). Mengelola Konflik Ketrampilan dan Strategi Untuk Bertindak. Jakarta: The British Council.

Singgih, Gunarsa. (1996). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia.

Thalib, Muhammad. (2002). 35 Fitrah Wanita dan 20 Keistimewaannya. Bandung: lrsyad Baitus Salam. Cct-1

Team Penyusun BP4 Pusat. (1997). Problema pelaksanaan Undang-Undang Perkawinan dan Pembinaan Keluarga. Jakarta: BP4 Pusat

Winkel, W.S. dan M.M. Sri Hastuti. (2004). Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Media Abadi

Willis, S. Soyan. (2004). Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta. Cet-1

Lulofs, Roxane S. dan Dudley D. Gahn. (2000). Conflict from Theory to Action.

Tabloid

Tabloid Aura. (2004).edisi 28-29. 5 Agustus-11 Agustus

Skripsi dan Tesis:

Yayan Rohiyat .(2005) .Konseling HIV/AIDS (Koseling Dukungan Odha). Jakarta: Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatulloh.

Risa Rosmalita. (2005). Konflik dan Strategi Coping lstri Menghadapi Perselingkuhan Yang Dilakukan Suami. Jakarta: Fak. Psikologi UIN Syarif Hidayatullah.

Siti Zainab. (2005). Manajemen Konflik Suami lstri Dalam Perspektif Al-qur'an. Tesis. Jakarta: Dakwah dan komunikasi UIN syarif Hidayatullah.

Nuri Rohmatika. (2005). Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam di BP4 Dalam Mencegah Terjadinya Perceraian. Jakarta: Fak. Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah.

Page 118: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

Lembar Observasi

Subyek : 1/2/3

Wawancara/observasi : 1/2/3

Tempat

·ranggal

Jam

1. Keadaan tempat wawancara, cuaca, dan kehadiran pihak lain disekitar

tempat wawancara.

2. Kondisi ruang konseling

3. Fasilitas pendukung

4. Gangguan dan hambatan selama wawancara

5. Catatan khusus selama wawancara

Page 119: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

Pedoman Wawancara A

Pengalaman Konselor

/ 1. Apa y~ motivasi menjadi konselor perkawinan?

2. Apa pekerjaan sebelum menjadi konselor?

3. Apa pekerjaan selain menjadi konselor?

4. Pernahkah perasaan jenuh, bosan atau bahkan stres menjadi konselor?

5. Bagaimana strategi mengatasinya?

6. Apa saja kendala dan handicap dari klien selama konseling berlangsung?

7. Bagaimana cara mengatasinya?

Page 120: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

Pedoman llVawancara. ~

A. Gambaran Umum Konseling Perkawinan di BP4 Kotamadya Jakarta Selatan

1. Apa Metode dan jenis konseling yang digunakan dalam konseling

perkawinan?

2. Di mana tempat konseling perkawinan berlangsung?

3. Apa teknik konseling yang digunakan (individu/kelompok)?

4. Siapa yang paling dominan dalam pelaksanaan konseling?

(konselor/klien)?

5. Berapa durasi waktu dalam 1 kali sesi pertemuan?

6. Berapa jumlah (seluruh) sesi pertemuan konseling (pada umumnya)

7. (mohon jelaskan tiap sesinya)

B. Proses Konseling Perkawinan

1. Bagaimana cara membina hubungan yang baik dalam menumbuhkan

kepercayaan terhadap klien?

2. Bagaimana strategi yang dilakukan ketika klien sangat tertutup atau ada

klien yang tidak jujur memberi keterangan dan klien yang resisten?

3. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan konseling?

4. Bagaimana mengatasi hambatan-hambatan tersebut?

5. Apa konflik yang biasa diadukan suami atau istri?

6. Bagaimana tahapan dalam pelaksanaan konseling? 7. Bagaimana Peran konselor dalam menangani konflik suami istri ketika

keduanya dipertemukan? 8. Apa solusi I nasehat yang diberikan kepada pasangan suami istri yang

sedang dilanda konflik? 9. Apa yang dilakukan konselor apabila salah satu pasangan tidak

memenuhi panggilan? ·10. Bagaimana peran konselor dalam proses konseling?

Page 121: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

11. Siapakah yang lebih berperan dalam pengarrbilan keputusan?

12.Apa saja yang menjadi faktor penyebab terja<l1nya konflik suami istri?

i3.Apakah klien sendiri yang mengungkapkan keluhan-keluhannya atau

diarahkan oleh konselor?

14.Apakah masalah (yang dikeluhkan) semuanya ditampung atau difokuskan

hanya pada masalah inti?

15. bagaimana peran BP4 dalam menangani konfiik suami istri?

Page 122: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

BADAN PENASIHATAN, PEMBINAAN DAN PELESTARIAN PERKAWINAN (BP4) KOTAMADYA JAKARTA SELATAN

JI. Buncit Raya No. 2 Pejaten Pasar Minggu Telp.: 7983255 - 79198073 Jakarta Selatan

SURAT KETERANGAN Nomor : 6095/9-P/BP4/JS/Xl/2006

Sehubungan de ngan surat Universitas Islam ( UI N )Syarif Hidayatullah Jakarta tanggal, 22 September 2006, Nomor : Ft.71/0T.01.7/1097/IX/2006, Perlhai : lzin Penelltlan, maka dengan inl Ketua BP4 Kola Jakarta Selatan menerangfkan bahwa :

Nam a Mahasiswa

Jurusa n Nomor pokok Tahun Akade m ik Program A I a m a t rum ah

: Mira Humairoh : Universitas Islam Negeri (UI N) Syarif Hidaya-

tullah Jakarta : Fakultas Psikologi : 102070026048 : 2006 12007 : Strata 1 (S.1) : JI. Semanggl Ill R!.002/03 Ciputat

Telah mengadakan wawancara, rise! dan penelitian di Kantor kami mengenai" Pelaksanaan l<onseling Perkawinan dt BP4 Kota .Jal<arta Selatan Dalam Menanganl Konfllk Suaml lsterl " dari tanggal 06 Nopember sampai dengan tanggal 13 Nopember 2006.

Demikian, agar menjadi maklum adanya.

Jakarta, 17 'jopem ber 2006

Page 123: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

SJ\D.£1.N PENi.\S!t"lttiP.i'A PEl\o1BlNAf1i'4 DP.J~ PELESTARIPJ·I PERKA'NJNAN (S? .. \)

1_;\PORAN OP:f'A PEJ\lfl.Slr-IATAN

r<~)?'4SJJL 1·Pi.Sl PERKA\f'JlMAN ----------KOTi":JiW:'ARTi\ SELATAt.f ________ --- -·-- ;f;i~A.-~~-;.1~-~iZeT:·-<~ia~;;rl:Pe br, r1·1arei}-ii:i06-

1

---1----------------1 ------ i-~~·.iLAH SEU;R•il-iN\~A---- -- . - - - - -------BAN YAK!l'I' fl.-------------, ---PROSENTASE -------

. Mo-_! SATLlAN ·:~_: .. ::~s~J-~~:~--~ =~:~:[·~~~0-::~:-lt-~;~~;;J:~~;I~ j~:U~IJK-Jr~~:If Jr:.;;; p:.t :2::.:=a~,-C!---K-ET __ · --l l . ' l 1· ' l

I \SN Mp.Praµatan j 232 i - I · I 232 I · I · · 1 · ·

' I : i I i I I I I 2 j'3P4 Ps.Mir.ggu I f./'. I I j c.n • I I /

3 /SP4 t<eb.Saru I 32:) I I :l20 I I I I ·i !SP4 Keo.Lama j f,7•; j I £.79 i 5 ~ 8?4 Setiabudl J -:;. l 'J ! I ?. I'.) \

I I I I 15 fBP.:t Ciiandak j ':'AJ \ :'.'.48 i ·7 LEIP4 Pancor:an J :;.:1"'. ·_~;j~ i

l_ 1'.I :> I ap4 ,Jas1ak:irsa 1,~ ':.1.1 I I I 1 , • \ i I

'~ 2 ,;

' - I 1 ·• \ - i , ...... ----·--- .. _l_ .. ___ ,, .... 0.-----------J.----.. ---.. ;---------·---------------i

\ 24· i 2'l i 9.7''1-0 l 53.3~/r. l - !

i.c:;~·1~. '"?'.!Jtci: .\.:'

, : I I

C:..::it;:1l<:Hl .

- Dal:! TIC dizunbil d~ii Pen~F1dil;.u1 Ag:oirn•:i .l<'•k· '.::i·e:l

,':) - I, -·- ----· -· •..•. -- .L-··--····-··· -·-·-··.!

~~'>:'.:!HJ\lf\JS 8F''i Kot~> j~~ka1tc: ::;;1.0:l:::il;:11: - ~~~ .....

Page 124: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

BA.DAN PENAS!HA.TPtl~ :PE!v16H~r\AN O.,!!.N

P;;LEST;.\RIA:N PC:R_K'..l\t1~iNr7J,;':'4 ;3?,q -···-----i<c·T J.' .JAl\ART.i\.SELA T.;i.l,N _________ _

'H) \BP4 TO?bet .~n;: f·-----'-----------------·-----------+----------.. ; ........... ---· i ·J -1 i BP4 Kata .Jak-Se! j SG·1 ~; 'l l) 'l '.~·Pi L •••• ++-.L••-'---·-•·---·-·-·-----·••-•• _!.. ___ ··--·--··'--•• ··--••••• ------··•

Ketua

~~

·:::a!z:!an : "Data TIC dia1nbil dari PengacJilan Ag<1r<1a Jal-:.-Sei

LP.Po<;~AN Ofl,T~\ ?'.:'..Nf.:,-:rl~lf~TAN

KONsu;_Tf<,S1 PEilJ\/\\;\'10!.AN ---··- -:r1:1.;~-u1·;· ;.;··:~ e-t 1 : ... U\;; ;i1:Ni :ti~ .:i tlt1i ·1· 2 (1 ·os·-

.: ~·

J::~~;;;'!!i '.·i 01 .It~:\ 2('1(1!<

!·)en£11_u1.1s p;: ... ~ i<ol~< J;1b'11!i: ~·~':L~!.:0 1

-= ._;.yarifudin, S.Pd

Page 125: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

BADAN PENASIHATAN, PEMBINMN DAN PELESTARIAN PERKAWINAN (BP4) KOTAMADYA JAKARTA SELATAN

JI. Bunclt Raya No. 2 Pejaten Pasar Mlnggu Telp.: 7983255 • 79198073 Jakarta Selatan

Nomor Sifat Perihal

: .......... /5-P/BP4/JS/ ........ /2006 Jakarta, ......................... 2006 : Penting : Panggilan Konsultasi

Kepada Yth. Sdr .................................. ..

JAKARTA

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Sehubungan dengan masalah keluarga (rumah tangga) Saudara yang perlu kita bicarakan, mal<a dengan i•1i kami minta kahadiran Saudara pada :

Hari/Tangga.I

W a kt u

Acara

Tempat

: Jam 09.30 WIB

: Konsultasi Keluarga (Rumah Tangga)

: Kantor BP4 Kata Jakarta Salatan JI. Buncit Raya No. 2 Pejatan Ps. Minggu Jakarta Selatan (Belakang Harian Republil<a).

Demikian, atas kehadirannya kami ucapkan terima kasih.

Wass a I am, Ketua,

H. JAWAD!, S.Ag/

Ternbusan Yth. :

1 ............................................. (Konsultan)

2 ............................................. (Konsultan)

Page 126: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

!. SUAMI

II. ISTRI

BADAN PENASIHATAN PEMBINAAN DAN PELESTARIAN PERKAWINAN (BP4) KOTA JAKARTA SELATAN

JI. Pejaten Raya, Pasar Minggu Jakarta Selalan Telp. 7983255, 79198073

BERITA ACARA PENASIHATAN SUAMI IS'tERI KRISIS RUMAH TANGGA

Nama

Umur

Kelahiran

Pendldlkan

KTP, No.

Nama

Umur

Kelahiran

Pendidikan

KTP, No.

............................... bin ..................................... .

......... tahun, Peke1Jnan: .................................... .

. Agam1t: .............................. .

.Alamat: .............................. .

. ............................... bint! ................................. ..

......... tahun, Pekerjaan : ................................... ..

................................ Agatna: .............................. .

o o o o O o 0 0 O o O O I 0 f Of O t O O 0 O 0 0 0 O 0 0 , o .Alaina t : 0 0 0 0 0 0 t 0 0 0 0 0 I 0 0 0 0 0 0 I 0 0 0 0 I 0 0 0 0 0 0

III. Nikah di KUA Kecamatan : ......................... tgl, .................. No. : ............... ..

rv. Sm·at Pengantar dari Pengad!lan Agama : ..................... tgl, ............. No ..... ..

V. Dalam Perkawinan in! sudah/belum mendapat anak berjumlah ............ orang

VI. SEBAB-SEBAB TERJADINYA KRISIS RUMAH TANGGA :

a. Ura!an singkat suami/istri :

..............................................................................

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ' ..... . f t t o o o o o o o o o o o o ' o ' o 0 o t o o o o o o o o t t o o t t 0 t 0 t 0 t I t t o t t t 0 t 0 t 0 t t t t t 0 0 t t t t I t o o 0 o 0 f 0 f o 0 o

..............................................................................

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .............................. .

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ' ............................... . o o o o o 0 o o o o o o t o ' o o ' o o o o o o o o o 0 t 0 t o o o o o o 0 f o f I t t t o 0 t t o o o o o o o o o o o o o o t t o o o o 0 o 0 t o t o t o

..............................................................................

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . , ............................................. .

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Page 127: Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/16547/1/MIRA HUMAIROH-FPS.pdf · perkawinan dalam pelaksanaan konseling

b. Uraian singkat isteri/suami:

·················································································································· ······································································································

·················································································································· .................................................................................................................. ·················································································································· ............................................................................................................

········································································································· ············································································································ .............................................................................................................

······························································································ ········································································

···································································

I. MATEm PENASIHATAN:

............................. ., .......................................................................... . Ill. HASIL PENASIHATAN:

Damai/tidak damai *) Kalau tidak terjadi perdamaian, maka disepakat1 hal·hal scbag;o i berikut a. Meneruskan ke PA, BP4/Instansi yang bersani;lrntan.

b. Lain-lain : ................................................... ,, ................... . ..................................................... ..................... ............ . ..................................................... ......................................... ..

Jaka1ta, .............. . 20 ....

!{ctua BP4 Penasihat

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . I ( ......................... I

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ) Suan1i lstcri

Corel yang tidak perlu