bab ii kajian pustaka -...

14
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Project Based Learning Pembelajaran Berbasis Proyek atau sering disebut dengan Project Based Learning (PBL), dilakukan untuk memperdalam pengetahuan dan keterampilan dengan membuat proyek atau karya yang terkait dengan materi dan kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh siswa (Ridwan, 2014). Proyek yang akan dibuat terkait dengan kebutuhan para siswa dan dapat digunakan oleh siswa didalam kelas, produk yang dihasilkan juga bisa berupa produk yang sederhana seperti majalah dinding. Model PBL ini merupakan model yang mencakup pemecahan masalah (problem solving), pengambilan keputusan, keterampilan melakukan investigasi dan keterampilan membuat karya. Siswa haruslah fokus pada penyelesaian masalah atau pertanyaan yang memandu mereka dalam memahami konsep dan prinsip yang berkaitan dengan proyek. Guru berperan membantu peserta didik dalam merencanakan proyek, menganalisa rancangan atau sketsa proyek jika diminta oleh kelompok, mengurus kebutuhan kerja sama yang mungkin diperlukan, akan tetapi tidak memberikan arahan tentang bagaimana menyelesaikan proyek yang direncanakan peserta didik. Pemahaman peserta didik secara mendalam tentang konsep dan prinsip merupakan sasaran yang dikehendaki dalam melibatkan mereka dalam sebuah proyek. Tahap pertama pembelajaran adalah menyampaikan tujuan pembelajaran, kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa dan materi ajar yang harus dikuasai, selanjutnya siswa membentuk kelopok belajar dan mengidentifikasi permasalahan yang terkait dengan tujuan pembelajaran atau materi pembelajaran. Kelompok membuat rancangan karya untuk mengatasi atau menjawab permasalahan yang diidentifikasi, kemudian mengerjakan proyek dan berupaya memahami konsep dan prinsip yang terkait materi ajar secara mendalam. Tahap terakhir pembelajaran berbasis proyek adalah menampilkan proyek yang telah dibuat. Tahap ini merupakan bagi siswa dan rekan-rekan yang membantu dalam membuat

Upload: ngobao

Post on 04-May-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16547/2/T1_292013510_BAB II.pdf · Mengingat (Remember) C1 Mengingat merupakan usaha mendapatkan

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Model Pembelajaran Project Based Learning

Pembelajaran Berbasis Proyek atau sering disebut dengan Project Based

Learning (PBL), dilakukan untuk memperdalam pengetahuan dan keterampilan

dengan membuat proyek atau karya yang terkait dengan materi dan kompetensi

yang diharapkan dimiliki oleh siswa (Ridwan, 2014). Proyek yang akan dibuat

terkait dengan kebutuhan para siswa dan dapat digunakan oleh siswa didalam

kelas, produk yang dihasilkan juga bisa berupa produk yang sederhana seperti

majalah dinding. Model PBL ini merupakan model yang mencakup pemecahan

masalah (problem solving), pengambilan keputusan, keterampilan melakukan

investigasi dan keterampilan membuat karya. Siswa haruslah fokus pada

penyelesaian masalah atau pertanyaan yang memandu mereka dalam memahami

konsep dan prinsip yang berkaitan dengan proyek. Guru berperan membantu

peserta didik dalam merencanakan proyek, menganalisa rancangan atau sketsa

proyek jika diminta oleh kelompok, mengurus kebutuhan kerja sama yang

mungkin diperlukan, akan tetapi tidak memberikan arahan tentang bagaimana

menyelesaikan proyek yang direncanakan peserta didik. Pemahaman peserta didik

secara mendalam tentang konsep dan prinsip merupakan sasaran yang

dikehendaki dalam melibatkan mereka dalam sebuah proyek.

Tahap pertama pembelajaran adalah menyampaikan tujuan pembelajaran,

kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa dan materi ajar yang harus dikuasai,

selanjutnya siswa membentuk kelopok belajar dan mengidentifikasi permasalahan

yang terkait dengan tujuan pembelajaran atau materi pembelajaran. Kelompok

membuat rancangan karya untuk mengatasi atau menjawab permasalahan yang

diidentifikasi, kemudian mengerjakan proyek dan berupaya memahami konsep

dan prinsip yang terkait materi ajar secara mendalam. Tahap terakhir

pembelajaran berbasis proyek adalah menampilkan proyek yang telah dibuat.

Tahap ini merupakan bagi siswa dan rekan-rekan yang membantu dalam membuat

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16547/2/T1_292013510_BAB II.pdf · Mengingat (Remember) C1 Mengingat merupakan usaha mendapatkan

proyek, siswa juga mendapatkan kesempatan untuk mengenalkan dan

menjelaskan proyek yang telah dibuat.

proyek, siswa juga mendapatkan kesempatan untuk mengenalkan dan

menjelaskan proyek yang telah dibuat.

Gambaran tahap pembelajaran PBL menurut Ridwan (2014) secara umum:

Gambar 2.1

Tahap pembelajaran PBL menurut Ridwan

John Dewey pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning)

adalah pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media dan

Guru memaparkan topik yang akan dikaji, tujuan belajar, motivasi dan

kompetensi yang akan dicapai

Peserta didik mengidentifikasi permasalahan atau pertanyaan yang terkait

dengan topik yang dikaji, pertanyaan juga dapat diajukan oleh guru

p

Kelompok membuat rencana proyek terkait dengan penyelesaian

masalah yang diidentifikasi

Guru atau sekolah memfasilitasi pameran atas karya yang dihasilkan

oleh peserta didik

Kelompok membuat proyek atau karya dengan memahami konsep atau

prinsip terkait materi pelajaran

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16547/2/T1_292013510_BAB II.pdf · Mengingat (Remember) C1 Mengingat merupakan usaha mendapatkan

menggunkan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan

mengintegrasikan pengetahuan baru beradasarkan pengalaman siswa dalam

beraktivitas secara nyata. Pembelajaran berbasis proyek merupakan pembelajaran

yang menuntut kreativitas siswa, pada pembelajaran berbasis proyek terkandung

karya siswa sebagai hasil belajar melalui perbuatan / pengalaman langsung yang

merupakan konsep dari pendekatan konstruksivisme.

Langkah-langkah pada Project Based Learning (Pembelajaran Berbasis

Proyek) menurut Keser & Karagoca ada 6 langkah:

Gambar 2.2

Langkah-langkah PBL dari Keser & Karagoca

a. Penentuan Proyek

Siswa menetukan tema yang telah ditentukan oleh guru, siswa mendapat

kesempatan untuk memilih proyek yang akan dikerjakan baik dalam kelompok

atau individu asalkan tidak menyimpang dari tugas yang diberikan oleh guru.

b. Perencanaan langkah-langkah penyelesaian proyek

Siswa merancang atau menyusun langkah-langkah yang akan dilakukan

untuk menyelesaikan proyek yang telah dibuatnya. Kegiatan perencanaan ini

terdiri dari aturan dalam proses pengerjaan proyek, memilih aktivitas yang

mendukung pengerjaan proyek, pengintegrasian sebagai yang mungkin

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16547/2/T1_292013510_BAB II.pdf · Mengingat (Remember) C1 Mengingat merupakan usaha mendapatkan

menyelesaikan proyek, perencanaan sumber/bahan/alat yang mendukung

penyelesaian proyek, dan kerja sama dalam kelompok.

c. Penyusunan jadwal pelaksanaan proyek

Siswa didampingi guru melakukan penjadwalan dalam pengerjaan proyek.

d. Penyelesaian proyek dengan fasilitas dan monitoring guru

Kegiatan yang dilakukan dalam mengerjakan proyek adalah 1). Membaca,

2). Meneliti, 3). Observasi, 4). Interview, 5). Merekam, 6). Berkarya seni, 7).

Mengunjungi objek proyek atau, 8). Akses internet. Guru bertanggung jawab

dalam pemonitoran siswa dalam mengerjakan proyek hingga selesai. Guru juga

menyiapkan rubrik yang dapat merekan aktivitas siswa dalam menyelesaikan

proyek.

e. Penyusunan laporan dan presentasi/publikasi hasil proyek

Hasil produk yang selesai dikerjakan akan di publikasikan pada siswa,

guru atau masyarakat dalam penerapan produk pembelajaran.

f. Evaluasi proses dan proyek

Pada akhir pembelajaran guru dan siswa akan melakukan refleksi terhadap

aktivitas dan proyek, pada tahap evaluasi siswa diberi kesemparan untuk

mengemukakan pengalamannya selama menyelesaikan proyek. Pada tahap ini

juga dilakukan umpan balik terhadap proses dan produk yang telah dihasilkan.

2.1.2 Karakteristik Project Based Learning

Pengertian Model Project Based Learning (PBL) adalah pemanfaatan

Proyek dalam belajar mengajar, dengan tujuan memperdalam pembelajaran,

proyek ini juga berfungsi untuk menguji dan menilai kompetensi siswa. Dalam

PBL ini siswa mengembangkan sendiri investigasi mereka dengan kelompok atau

individu, siswa secara aktif terlibat dalam pendefinisian masalah, pemecahan

masalah, pengambilan keputusan dan aktifitas lainnya.

Kaarakteristik PBL secara umum:

a) Siswa mengambil keputusan sendiri dalam kerangka kerja

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16547/2/T1_292013510_BAB II.pdf · Mengingat (Remember) C1 Mengingat merupakan usaha mendapatkan

b) Siswa berusaha memecahkan masalah sendiri

c) Siswa merancang proses yang akan ditempuh untuk mencari solusi

d) Siswa didorong untuk berpikir kritis, memecahkan masalah, berkolaborasi,

serta mencoba berbagai macam bentuk komunikasi

e) Siswa bertanggung jawab mencari dan mengelola sendiri informasi

f) Evaluasi dilakukan selama proyek berlangsung

Model ini menciptakan lingkungan belajar dimana siswa membangun

pengetahun mereka sendiri dan guru berperan sebagai fasilitator.

Kelebihan Project Based Learning

1. Meningkatkan motivasi belajar siswa

2. Meningkatkan kemampuan untuk memecahkan masalah

3. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran

4. Mendorong siswa untuk mengembangkan dan mempraktekkan keterampilan

komunikasi

5. Meningkatkan keterampilan siswa dalam mengelola sumber

6. Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan siswa secara kompleks

dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata

Kelemahan Project Based Learning

1. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah

2. Membutuhkan biaya yang cukup banyak

3. Banyak guru yang merasa nyaman dengan kelas tradisional yang berpusat

pada guru

Siswa yang memiliki kelemahan pada percobaan dan pengumpulan informasi

akan mengalami kesulitan

2.2 Hasil Belajar

Hamalik (2008) mengatakan bahwa hasil belajar adalah terjadinya

perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur bentuk

pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16547/2/T1_292013510_BAB II.pdf · Mengingat (Remember) C1 Mengingat merupakan usaha mendapatkan

terjadinya peningkatan dan perkembangan yang lebih baik sebelumnya yang tidak

tahu menjadi tahu.

Sedangkan menurut Mulyasa (2008) hasil belajar merupakan prestasi

belajar siswa keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dan derajat dan

perubahan perilaku yang bersangkutan. Kompetensi yang dikuasai siswa perlu

dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai sebagai wujud hasil belajar siswa

yang mengacu pada kemampuan langsung. Miller at all dalam Herman (2014)

yang dimaksud hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki atau dikuasai siswa

setelah memperoleh atau menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa

memiliki hubunga dengan pengalaman belajar.

Menurut Gagne hasil belajar (Learning Outcomes) terbagi menjadi 5

kelompok yaitu Intelectual skill, cognitive strategy, verbal information, motor

skill, and attitude. Gagne menekankan pada pentingnya kondisi internal dan

eksternal dalam suatu pembelajaran agar memperoleh hasil belajar yang

diharapkan. Kondisi eksternal bertujuan untuk merangsang ingatan siswa,

penginformasian tujuan pembelajaran, pembimbing materi yang baru,

memberikan kesempatan kepada siswa yang menghubungkannya dengan

informasi baru

Dari pendapat para tokoh tentang hasil belajar, dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku yang lebih baik yang

merupakan wujud hasil belajar, siswa dapat belajar melalui pengalaman yang

dialaminya.

Dalam taksonomi bloom terdapat 3 ranah yaitu, kognitif, ranak afektif dan

ranak psikomotor.

1. Ranah kognitif pada teori Bloom terdapat 6 tingkatan dalam

berpikir, yaitu mengingat (Remember), memahami (Understand),

menerapakan (Apply), menganalisis (Analyz), Mengevaluasi (Evaluate),

menciptakan (create)

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16547/2/T1_292013510_BAB II.pdf · Mengingat (Remember) C1 Mengingat merupakan usaha mendapatkan

Mengingat (Remember) C1

Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan

dari ingatan yang telah lalu, mengingat brperan penting dalam pe

mbelajaran yang bermakna dan memecahkan masalah.

Memahami (Understand) C2

Memahami berkaitan dengan membangun sebuah pengertian dari

berbagai sumber seperti pengertian, bacaan dan komunikasi

Menerapkan (Apply) C3

Menerapkan merupapakan proses yang berkelanjutan, dimulai dari

siswa menyelesaikan suatu permasalahan menggunkan prosedur

baku/standar yang sudah diketahui. Kegiatan ini berjakan teratur

sehingga siswa mampu melaksanakan prosedur dengan mudah,

kemudian munculnya permasalahan-permasalahan baru pada

siswa, dan siswa dituntut untuk mengenal dengan baik

permasalahan tersebut dan memilih prosedur yang repat untuk

menyelesaikan permasalah.

Menganalisis (Analyz) C4

Menganalisis merupakan pemecahan suatu masalah dengan

memisahkan tiap bagian dari permasalahan dan mencari tahu

keterkaitan terebut dapat menjadi masalah. Kemampuan

mengeanalisis merupakan kemampuan yang banyak dituntut pada

kegiatan di sekolah. Tuntutan terhadap siswa untuk memiliki

kemampuan analisis sering kali cenderung lebih penting dari

dimensi kognitif yang lain seperti mengevaluasi dan mencipta.

Mengevaluasi (Evaluate) C5

Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian

berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang

biasanya digunaka adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan

konsistensi. Standar tersebut dapat berupa kualitatif atau kuantitatif

serta dapat ditentukan sendiri oleh siswa. Tidak semua kegiatan

penilaian merupakan dimensi mengevaluasi, namun hampir senua

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16547/2/T1_292013510_BAB II.pdf · Mengingat (Remember) C1 Mengingat merupakan usaha mendapatkan

dimensi proses kognitif merupakan penilaian. Perbedaan penilain

yang dilakukan siswa dengan penilaian yang merupakan evaluasi

adalah pada standar dan kriteri yang dibuat oleh siswa. Jika standar

atau kriteria yang dibuat mengarah pada keefektifan hasil yang

didapatkan dibandingkan dengan perencanaan dan keefektifan

prosedur yang digunakan maka apa yang dilakukan oleh siswa

merupakan kegiatan evaluasi.

Menciptakan (Create) C6

Mencipta mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-unsur

secara bersama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan

mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan

mengorganisasikan beberapa undur menjadi bentuk atau pola yang

berbeda sebelumnya.

2. Ranah Afektif

Pada ranah afektif mencakup semua emosi, yang uraikan menjadi 5

kategori, yaitu:

Penerimaan (receiving)

Kategoro pertama ini mengacu pada kemampuan merespon terhada

stimulasi/rangsangan.

Menanggapi (Responsive)

Siswa berpartisipasif dalam pembelajaran dan termotivasi untuk

melakukan tindakan.

Nilai (Value)

Kemampuan yang menunjukkan bahwa siswa dapat membedakan

hal yang baik dan buruk pada kejadian atau objek dan

diekspresiakn dalam perilaku.

Karakter (Characterization)

Tujuan dari kategori ini adalah berhubungan dengan keteraturan

pribadi, sosial dan emosi jiwa, kemampuan mengendalikan

perilaku berdasarkan nilai yang dianut dan memperbaiki hubungan

intrapersonal dan sosial.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16547/2/T1_292013510_BAB II.pdf · Mengingat (Remember) C1 Mengingat merupakan usaha mendapatkan

3. Ranah Psikomotor

Ranah psikomotorik ini meliputi gerakan jasmani, keterampilan

motorik, dan fisik. Pada ranah terdapat 4 poin yaitu:

Meniru

Kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan contoh yang

diamatinya walaupun belum dimengerti maknanya atau hakikat

dari keterampilan itu.

Memanipulasi

Kemampuan dalam melakukan suatu tindakan serta memilih

sesuatu yang diperlukan dari apa yang diajarkan.

Pengalamiahan

Penampilan tindakan dimana hal yang diajarkan dan dijadikan

sebagai contoh telah menjadi kebiasaan dan gerakan-gerakan yang

telah ditampilkan lebih meyakinkan.

Artikulasi

Suatu tahapan dimana seseorang dapat melakukan suatu

keterampilan yang lebih kompleks, terutama yang berhubungan

dengan gerakan interpretatif.

2.3 Pembelajaran IPA

Pembelajaran IPA yang cocok untuk anak-anak di sekolah dasar di

Indonesia adalah menggunakan pendekatan yang mencakup kesesuaian atara

situasi belajar anan dan situasi kehidupan nyata masyarakat, menemukan ciri-ciri

esensial dari situasi kehidupan yang berbeda-beda akan meningkatkan

kemampuan menalar, berprakarsa dan berpikir kreatif pada anak didik. Model

belajar yang cocok untuk anak Indonesia ialah belajar melalui pengalaman

(learning by doing), model pembelajaran ini dapat meningkatkan daya ingat anak

karena belajar menggunakan alat-alat dan media belajar yang ada disekitar

mereka.

Menurut Tisno Hadisubroto dalam Herry (2014,19) pembelajaran IPA di

sekolah dasar, Piaget mengatakan bahwa pengalaman langsung yang memegang

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16547/2/T1_292013510_BAB II.pdf · Mengingat (Remember) C1 Mengingat merupakan usaha mendapatkan

peran penting sebagai pendorong lajunya perkembangan kognitif anak.

Pengalaman langsung anak terjadi secara spontan sejak lahir sampai anak berumur

12 tahun. Efisiensi pengalaman langsung tergantung pada konsistesi antara model

dan objek dengan tingkat perkembangan kognitif anak. Anak siap

mengembangkan konsep tertentu jika anak telah memiliki struktur kognitif

(skemata) yang menjadi prasyaratnya adalah perkembangan kognitif yang hirarkis

dan integratif.

Tujuan pembelajaran IPA menurut BSNP (2011:13) menyatakan bahwa

tujuan pembelajaran IPA meliputi:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam penciptannya.

2. Mengembangkan pengetahuan pemahaman konsep-konsep Sains yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara Sains, lingkungan, teknologi dan

masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan

melestarikan lingkungan alam.

Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya

sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

Menurut Samatowa (2011:10), beberapa aspek penting yang perlu

diperhatikan guru dalam pembelajaran IPA di SD adalah:

1. Pentingnya memahami bahwa pada saat memulai kegiatan pembelajarannya,

siswa telah memiliki berbagai konsepsi, pengetahuan yang relevan dengan apa

yang mereka pelajari. Pemahaman akan pengetahuan pengetahuan apa yang

dibawa siswa dalam pembelajaran akan membantu siswa untuk meraih

pengetahuan yang seharusnya mereka miliki.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16547/2/T1_292013510_BAB II.pdf · Mengingat (Remember) C1 Mengingat merupakan usaha mendapatkan

2. Aktivitas siswa melalui berbagai kegiatan nyata dengan alam menjadi hal

utama dalam pembelajaran IPA. Dengan berbagai aktivitas nyata, siswa akan

dihadapkan langsung dengan fenomena yang akan dipelajari, sehingga

memungkinkan terjadinya proses belajar yang interaktif.

3. Dalam pembelajaran IPA, kegiatan bertanya menjadi bagian yang penting.

Melalui kegiatan bertanya, siswa akan berlatih menyampaikan gagasan dan

memberikan respon yang relevan terhadap suatu masalah yang dimunculkan.

Pembelajaran IPA memberikan kesempatan kepada anak untuk

mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam menjelaskan suatu masalah

Tabel 2.1

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

Mata pelajaran IPA di SD kelas IV Semester I

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

KI 1 : Menerima dan menjalankan

ajaran agama yang dianutnya.

KI 2: Menunjukkan perilaku jujur,

disiplin, tanggung jawab, santun,

peduli dan percaya diri dalam

berinteraksi dengan keluarga, teman

dan guru.

KI 3 : Memahami pengetahuan faktual

dengan cara mengamati (melihat,

mendengar, membaca) dan menanya

berdasar rasa ingin tahu tentang

dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan

kegiatannya, dan benda-benda yang

dijumpainya di rumah dan di sekolah.

KI 4 : Menyampaikan pengetahuan

dalam bahasa yang faktual dan logis,

3.6 Memahami sifat-sifat cahaya

melalui pengamatan dan

medeskripsikan penerapannya dalam

kehidupannya sehari-hari

4.5 Membuat karya/model yang

memanfaatkan sifat-sifat cahaya.

3.6 Memahami sifat-sifat cahaya

melalui pengamatan dan

medeskripsikan penerapannya dalam

kehidupannya sehari-hari

4.5 Membuat karya/model yang

memanfaatkan sifat-sifat cahaya

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16547/2/T1_292013510_BAB II.pdf · Mengingat (Remember) C1 Mengingat merupakan usaha mendapatkan

dalam karya yang estetis, dalam

gerakan yang mencerminkan sikap

anak sehat, dan dalam tindakan yang

mencerminkan perilaku anak beriman

dan berakhlak mulia

2.4 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang akan dibuat dapat memperhatikan penelitian yang sudah

ada sebelumnya yang dijadikan rujukan dalam membuat penelitian, adapun

penelitian yang sebelumnya diantaranya:

Muhamad Fajar Dismawan (2014) dengan judul “Model Project Based

Learning untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar” penelitian tersebut

dilakukan pada kelas IV Sulaiman SD Muhammadiyah Metro Pusat.

Peningkatan hasil belajar terlihat setelah penulis menerapkan Model Project

Based Learning, dengan nilai rata-rata yang mengalami peningkatan pada

setiap siklusnya, pada siklus I rata yang dicapai 57,22, siklus II meningkat

menjadi 62.52 dan siklus II nilai rata-rata 82,21.

Rizky Agung Pratiwi (2015) dengan judul “Penerapan Model Problem

Based Learning Berbantuan LKS untuk meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar IPA” peneliti melakukan penelitian tersebut pada kelas IV SD Negeri

1 Purworejo, 27,27 % dari KKM yang ditentukan. Pada kelas ini ada 22

siswa, sedangkan yang mendapatkan nilai tuntas hanya 6 siswa. Pada siklus I

tercatat 68,18% kentutasan yang dicapai, sedangkan pada siklus II 86,36%

ketuntasan yang dicapai siswa.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah ada, dapat dilihat bahwa

dengan menggunaka Project Based Learning dapat meningkatkan hasil

belajar siswa.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16547/2/T1_292013510_BAB II.pdf · Mengingat (Remember) C1 Mengingat merupakan usaha mendapatkan

Bagan 2.3

Kerangka Berpiki

Kondisi Awal Tindakan Kondisi Akhir

Kualitas pendidikan Matematika

rendah

yaitu ditandai dengan:

1. Kurangnya memberi kesempatan

kepada siswa untuk terlibat dalam

pemecahan masalah

2. Siswa kurang responsif dalam

menanggapi pertanyaan guru

3. Dibuktikan dengan hasil IPA

siswa yang masih rendah, dari 37

siswa 33 siswa belum tuntas

sebanyak 89,2% dan dan 4 siswa

sebanyak 10,8%

Peningkatan kualitas pembelajaran

Matematika ditandai dengan:

1. Siswa menjadi lebih aktif dalam

bertanya dan percaya diri dengan

pendapatnya

2. Hasil belajar IPA meningkat

dengan mencapai batas KKM

yang ditentukan

Melaksanakan pembelajaran IPA menggunakan model

Project Based Learning dengan sintaks sebagai berikut:

1. Penentuan project

2. Perencanaan langakah-langkah penyelesaian

3. Penyusunan jadwal penyelesaian project

4. Penyelesaian project dengan fasilitasi dan

monitoring guru

5. Penyusunan laporan dan presentasiublikasi hasil

project

6. Evaluasi proses dan hasil project

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/16547/2/T1_292013510_BAB II.pdf · Mengingat (Remember) C1 Mengingat merupakan usaha mendapatkan

2.5 Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang dirumuskan adalah jika model Project Based Learning

diterapkan maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri

Dukuh 01 Salatiga, semeter 1 Tahun 2017.