pengaruh komitmen organisasi dan iklim...
TRANSCRIPT
PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI DAN IKLIM
ORGANISASI TERHADAP ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
Satrio Arif Purwanto
NIM: 109070000001
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2015 M
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Anda tidak akan pernah tahu berapa milyar butir beras
di masa depan yang terkandung di dalam setiap butir beras.
Seperti, Anda tidak akan pernah tahu berapa besar kekayaan ilmu
dan harta di masa depan yang bisa anda bangun dari
kesungguhan hati anda hari ini.
Mario Teguh
“
Persembahan:
Karya sederhana ini peneliti persembahkan untuk kedua orang tua,
adik, saudara-saudara dan semua orang yang peneliti cintai dan
sayangi, yang tiada henti mendoakan serta memberikan dorongan
moril sehingga skripsi ini dapat selesai.
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) Desember 2014
C) Satrio Arif Purwanto
D) Studi tentang pengaruh komitmen organisasi dan iklim organisasi terhadap
organizational citizenship behavior (OCB).
E) XIV + 91 halaman + lampiran
F) Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh komitmen organisasi dan
iklim organisasi terhadap OCB. Populasi dalam penelitian ini adalah guru
pengajar SMPN 13 Madiun; SMPN 1 Takeran, Magetan; SMPN 1
Kawedanan, Magetan; dan SMPN 2 Bendo, Magetan yang semuanya
berjumlah 202 orang. Dengan menggunakan teknik total sampling jumlah
sampel yang diambil adalah sama dengan jumlah populasi yaitu 202
orang. Alat ukur OCB peneliti adaptasi dan modifikasi berdasarkan
konstruk dari Podsakoff, MacKenzie, Moorman, & Fetter (1990). Alat
ukur komitmen organisasi peneliti adaptasi dan modifikasi berdasarkan
konstruk dari Mayer & Allen (1990). Alat ukur iklim organisasi peneliti
adaptasi dan modifikasi berdasarkan konstruk dari Koys & Decotiis
(1991). Metode analisis yang digunakan yaitu teknik regresi berganda,
sedangkan pengujian validitas konstruk menggunakan Confirmatory factor
analysis (CFA).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
komitmen organisasi dan iklim organisasi terhadap OCB guru dengan
memberikan kontribusi sebesar 66,2%, artinya 33,8% sisanya dipengaruhi
oleh variabel lain di luar penelitian ini. Hasil uji hipotesis menunjukkan
bahwa dari kesebelas independent variabel hanya empat variabel yang
berpengaruh signifikan terhadap OCB yaitu affective commitment,
autonomy, cohesion dan pressure dengan (P-value<0.05). Sedangkan
normative commitment, continuance commitment, fairness, innovation,
recognition, support dan trust tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap OCB.
Peneliti berharap implikasi dari hasil penelitian ini dapat dikaji kembali
dan dapat dikembangkan pada penelitian selanjutnya. Misalnya, dengan
menambah variabel lain yang terkait dengan OCB dan dianalisis sebagai
IV yang mungkin mempunyai pengaruh besar terhadap OCB atau yang
tetap ingin mengkaji IV mengenai iklim organiasi disarankan
menggunakan sampel penelitian pada satu instansi saja agar didapat iklim
yang sama.
G) Bahan Bacaan 33; Buku : 7 Jurnal : 25 Artikel : 1
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) December 2014
C) Satrio Arif Purwanto
D) The Effects of Organizational Commitment and Organizational Climate on
OCB
E) XIV + 91 pages + attachments
F) This research examines the effects of organizational commitment and
organizational climate on OCB. The population of this research are
teachers of SMPN 13 Madiun; SMPN 1 Takeran, Magetan; SMPN 1
Kawedanan, Magetan; and SMPN 2 Bendo, Magetan with the total is 202
peoples. By using the total sampling technic, number of samples that be
taken is equal to the number of population that are 202 peoples. Measuring
tool OCB researchers adaptation and modification based constructs of Podsakoff,
MacKenzie, Moorman, & Fetter (1990). Measuring instrument organizational
commitment researchers adaptation and modification based constructs of Mayer &
Allen (1990). Measuring tools climate adaptation research organizations and
modifications based on the construct of Koys & Decotiis (1991). The instrument in
this research using the scale that arranged by adaption and modified. By
the researchers based on the dimensions of each variable. The analytical
method that used is multiple regression, while the construct validity testing
using Confirmatory factor analysis (CFA).
The results showed that there was a significant effect of organizational
commitment and organizational climate on OCB teachers that contributed
66.2%, while 33.8% is influenced by other variables outside of this
research. The hypothesis test results show that only four variable of eleven
independents are significantly influence the OCB. They are affective
commitment, autonomy, cohesion, and pressure with (P-value<0.05).
While normative commitment, continuance commitment, fairness,
innovation, recognition, support, and trust are not significant effect on
OCB.
Researchers hope the implications of the results of this research can be
reviewed and may be developed in future research. For example by adding
other variables that associated with OCB and analyzed as IV which may
have a major influence on OCB or who still want to examine climate organiasi IV
suggested using one sample at any institution in order to get the same climate
G) Reading Material 33; Books: 7 Journals: 25 Article: 1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT
yang telah memberikan harkat derajat manusia dengan ilmu dan amal, serta atas
segala rahmat, hidayah, dan kasih sayang yang diberikan-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga terlimpah
atas Nabi Muhammad SAW yang menjadi sumber ilmu dan hikmah.
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah
berkontribusi secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si sebagai Dekan Fakultas Psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Wakil Dekan 1 Dr. Abdul Rahman
Shaleh M.Si, Wakil Dekan II Ikhwan Luthfi M.Psi, dan Wakil dekan III
Dra. Diana Mutiah M.Si. Terima kasih telah memberikan banyak pengaruh
besar terhadap perkembangan keilmuan di Fakultas Psikologi dalam
rangka menciptakan lulusan berkualitas.
2. Drs. Sofiandy Zakaria, M.Psi sebagai pembimbing 1 dan Drs. Akhmad
Baidun, M.Si sebagai pembimbing II yang tidak bosan-bosannya
meluangkan waktu, pikiran dan tenaganya dengan penuh kesabaran
memberikan bimbingan, petunjuk, arahan, dan saran kepada penulis dalam
menyelesaikan penulisan skripsi. Terima kasih atas waktu yang berharga
untuk membimbing dan memberikan masukan kepada peneliti.
3. Seluruh dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
khususnya Dra. Ibu Netty, M.si, sebagai dosen pembimbing akademik
yang telah banyak memberikan pengetahuan seputar Psikologi dan juga
seluruh karyawan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah banyak membantu peneliti dalam menjalani perkuliahan dan
menyelesaikan skripsi.
4. Orang tua penulis, Puji Hari Siswanto S.Pd dan Ratnawati Nuranivah
S.Pd; Keluarga besar bapak Sunawar S.KM; dan Keluarga besar bapak
Samiyo S.Pd. Terima kasih atas kasih sayang, pengorbanan, dukungan
moril dan material serta segalanya yang telah diberikan kepada penulis.
Semua itu tidak akan dapat penulis balas dalam bentuk material duniawi
apapun. Hanya bakti dan doa-doa yang dapat penulis panjatkan. Adik
penulis Dwi Ayu Nuraini, terima kasih atas bantuan dan semangatnya.
5. Lina Oktavia S.Pd, terima kasih karena telah mengisi hari-hari penulis
serta tidak pernah bosan menjadi pendengar, penasehat dan penyemangat.
6. Seluruh teman-teman psikologi angkatan 2009, Khususnya kelas A. Atas
dukungan dan motivasi pada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
7. Semua pihak yang belum bisa disebutkan satu per satu, karena dukungan
moral, doa, dan pengertian mereka, penulis dapat menyelesaikan skripsi.
Akhir kata, penulis memohon kepada Allah SWT agar seluruh bantuan, doa,
dan bimbingan dari seluruh pihak dibalas dengan balasan yang berlipat.
Mengingat masih terdapat kekurangan dan keterbatasan pada skripsi ini, maka
segala kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan sebagai bahan
penyempurnaan.
Depok, Desember 2015
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... iii
LEMBAR ORISINALITAS .................................................................................... iv
MOTTO DAN LEMBAR PERSEMBAHAN ........................................................ v
ABSTRAK ................................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. x
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xiv
BAB 1. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................... 8
1.2.1. Pembatasan Masalah ................................................................... 8
1.2.2. Perumusan Masalah .................................................................... 8
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................. 9
1.3.1. Tujuan Penelitian ....................................................................... 9
1.3.2. Manfaat Penelitian ..................................................................... 10
1.4. Sistematika Penulisan ........................................................................... 10
BAB 2. LANDASAN TEORI .................................................................................. 12
2.1. Organizational Citizenship Behavior (OCB)........................................ 12
2.1.1 Definisi OCB ................................................................................ 12
2.1.2 Teori dan Dimensi OCB .............................................................. 14
2.1.3 Pengukuran OCB ......................................................................... 18
2.1.4 Faktor yang mempengaruhi OCB ................................................ 18
2.2 Komitmen Organisasi ........................................................................... 22
2.2.1 Definisi Komitmen Organisasi ..................................................... 22
2.2.2 Dimensi Komitmen Organisasi .................................................... 25
2.2.3 Pengukuran Komitmen Organisasi .............................................. 26
2.3 Iklim Organisasi .................................................................................... 27
2.3.1 Definisi Iklim Organisasi ............................................................. 27
2.3.2 Dimensi Iklim Organisasi ............................................................ 29
2.3.3 Pengukuran Iklim Organisasi ....................................................... 31
2.4 Kerangka Berpikir ................................................................................. 32
2.5 Hipotesis Penelitian ............................................................................... 40
BAB 3. METODE PENELITIAN ........................................................................... 42
3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ............................. 42
3.2 Variabel Penelitian ................................................................................ 42
3.2.1 Dependent Variable ..................................................................... 42
3.3.2 Independent Variable ................................................................... 43
3.3 Definisi Operasional Variabel ............................................................... 43
3.2.1 OCB ............................................................................................. 43
3.3.2 Komitmen Organisasi................................................................... 45
3.3.3 Iklim Organisasi ........................................................................... 46
3.4 Metode dan Instrumen Pengumpulan Data ........................................... 48
3.4.1 Metode Pengumpulan Data .......................................................... 48
3.4.2 Instrumen Pengumpulan Data ...................................................... 49
3.5 Uji Validitas Konstruk .......................................................................... 52
3.5.1 Uji Validitas Konstruk Skala OCB .............................................. 55
3.5.2 Uji Validitas Konstruk Skala Komitmen Organisasi ................... 57
3.5.3 Uji Validitas Konstruk Skala Iklim Organisasi ............................ 61
3.6 Prosedur Pengumpulan Data ................................................................. 71
3.7 Metode Analisa Data ............................................................................. 72
BAB 4. HASIL PENELITIAN ................................................................................ 74
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian ..................................................... 74
4.2 Analisis Deskriptif Hasil Penelitian ...................................................... 74
4.3 Pengelompokan Subjek Berdasarkan Variabel Penelitian .................... 76
4.4 Uji Hipotesis Penelitian......................................................................... 77
4.4.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian ............................................ 77
4.4.2 Proporsi Varian ............................................................................ 83
BAB 5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN ............................................... 87
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 87
5.2 Diskusi .................................................................................................. 88
5.3 Saran ...................................................................................................... 96
5.3.1 Saran Teoritis ............................................................................... 96
5.3.2 Saran Praktis ................................................................................ 97
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Format Skoring Skala Likert............................................................... 49
Tabel 3.2 Blueprint Skala OCB........................................................................... 50
Tabel 3.3 Blueprint Skala Komitmen Organisasi................................................. 51
Tabel 3.4 Blueprint Skala Iklim Organisasi.......................................................... 52
Tabel 3.5 Muatan Faktor Item OCB..................................................................... 56
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Affective Commitment.......................................... 58
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Continuance Commitment................................... 59
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Normative Commitment...................................... 60
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Autonomy............................................................ 62
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Cohesion............................................................. 63
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Trust.................................................................... 64
Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Pressure.............................................................. 65
Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Support................................................................ 67
Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Recognition......................................................... 68
Tabel 3.15 Muatan Faktor Item Fairness.............................................................. 69
Tabel 3.16 Muatan Faktor Item Innovation........................................................... 70
Tabel 4.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin.................................... 74
Tabel 4.2 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian................................................ 75
Tabel 4.3 Norma Interpretasi Skor Variabel........................................................ 76
Tabel 4.4 Katrgorisasi Responden Penelitian...................................................... 77
Tabel 4.5 Model R Square................................................................................... 78
Tabel 4.6 Anova Pengaruh Seluruh IV Terhadap DV......................................... 79
Tabel 4.7 Koefisien Regresi................................................................................. 79
Tabel 4.8 Proporsi Varians Untuk Masing-Masing independent variable........... 83
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir..........................................................................40
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian.........................................................103
Lampiran 2 Path diagram...................................................................109
Lampiran 3 Syntax Lisrel....................................................................114
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini dibahas tentang latar belakang masalah, pembatasan masalah,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
1.1. Latar belakang masalah
Persaingan jasa pendidikan yang tinggi sekarang ini, organisasi sebaiknya terus
berusaha membenahi diri untuk dapat bertahan dalam persaingan tersebut dan
melakukan perubahan guna menuju organisasi yang lebih efektif. Sebagai contoh
yaitu semakin ke sini persaingan antar sekolah semakin ketat. Bahkan semakin
tahun, jumlah sekolah kian bertambah banyak (Badruzzaman, 2015). Proses
membenahi diri pada instansi pendidikan sebaiknya memperhatikan, menjaga, dan
mengembangkan sumber daya manusia, khususnya para guru.
Guru memiliki peran yang penting dalam memajukan instansi pendidikan.
Sebagai pengajar guru bertugas menuangkan sejumlah bahan pelajaran ke dalam
otak anak didik, sedangkan sebagai pendidik guru bertugas membimbing dan
membina anak didik agar menjadi manusia yang memiliki susila yang cakap,
aktif, kreatif, dan mandiri. Selain itu terdapat kegiatan lain yang harus dijalankan
misalnya menjadi anggota panitia kegiatan sekolah, menjalankan tugas sebagai
’ibu’ disekolah bagi siswa, menghadapi masalah kenakalan anak-anak dan lain
sebagainya. Seringkali pekerjaan harus dilakukan diluar jam kerja, yang berarti
pula bahwa pekerjaan sebagai guru adalah pekerjaan yang kompleks.
Kompleksnya pekerjaan yang dilakukan guru dalam instansi membutuhkan kerja
tim supaya pekerjaan tersebut dapat terselesaikan dengan baik. Kaihatu dan Rini
1
(2007) mengatakan guru sering memainkan peran ganda dalam menjalankan
tugas, misalnya besarnya persentase menggantikan jadwal rekan guru lainnya
dalam mata pelajaran sejenis maupun mata pelajaran berbeda.
Persaingan jasa pendidikan yang tinggi sekarang ini, supaya tetap menarik
minat dan loyalitas peserta didik dalam menggunakan jasa pendidikan di suatu
instansi pendidikan dibutuhkan kemampuan anggota organisasi untuk dapat
bekerja sebagai tim. Purba dan Seniati, (2004) menyatakan efektivitas dan kinerja
tim ditentukan oleh kemampuan anggota tim untuk dapat bekerja dalam tim (work
teams). Namun pada kenyataannya tidak semua orang mampu bekerja sebagai
anggota tim dan hanya mementingkan kepentingan individu, hal tersebut
menunjukkan kurang mampunya anggota organisasi untuk berpartisipasi sebagai
tim. Salah satu contoh yaitu ketiadaan guru di tempat tugas (mangkir)
menyebabkan murid-murid sekolah dasar di Distrik Waan Kabupaten Merauke
menjadi terlantar (Abraham, 2014). Individu sebaiknya memiliki keterampilan
untuk dapat bekerja dalam tim seperti komunikasi, kemampuan berperan serta
dalam seluruh aktivitas tim untuk kepentingan organisasi. Keterampilan
interpersonal hanya dapat ditampilkan oleh individu yang peduli terhadap
individu lain, berusaha menampilkan yang terbaik jauh melebihi yang
diprasyaratkan dalam pekerjaan. Dengan kata lain, individu tersebut menampilkan
perilaku extra-role (Purba & Seniati, 2004).
Budiharjo (2011) perilaku sukarela disebut sebagai extra-role atau
merupakan perilaku organizational citizenship behavior (OCB). Menurut Puffer
(dalam Kaihatu & Rini, 2007) sering juga disebut pro-social behavior, atau juga
diartikan sebagai kewargaan yang baik. Namun dari berbagai istilah tersebut
memiliki pengertian yang sama, yaitu suatu perilaku kerja karyawan yang bekerja
tidak hanya pada tugasnya (in-role), tetapi juga bekerja tidak secara kontrak
mendapatkan kompensasi berdasarkan sistem penghargaan atau sistem penggajian
formal beyond the job (Kaihatu & Rini, 2007).
Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMPN 13 Madiun pada 27
agustus 2013, terdapat beberapa hal yang menunjukkan rendahnya perilaku OCB.
Perilaku OCB yang rendah pada guru dapat terlihat dari banyak guru yang tidak
mau berpartisipasi menjadi panitia pondok Ramadhan, tidak perdulinya sebagian
dari guru ketika melihat ruang kelas kosong, guru memberikan tugas kepada anak
didiknya kemudian meninggalkan untuk sekedar minum kopi sambil berbincang-
bincang dengan guru lain, dan guru yang memiliki jam kosong tetapi enggan
menggantikan sebagai petugas piket saat petugas piket tersebut berhalangan hadir
sehingga hanya tugas formal yang dapat terselesaikan dengan optimal tanpa
didukung oleh perilaku yang mendukung terciptanya kinerja ekstra lebih dari yang
diharapkan. Rendahnya perilaku OCB tersebut dapat merugikan organisasi karena
dapat menurunkan mutu dan kepercayaan orang tua serta peserta didik untuk
menuntut ilmu di dalam instansi pendidikan. Namun, dari hasil wawancara guru
di sekolah lain pada 28 agustus 2013, masih ada yang memiliki OCB seperti
halnya inisiatif para guru untuk menyumbangkan sebagian gajinya untuk
pembangunan ruang kelas. Guru memiliki OCB yang baik pada organisasinya, hal
ini tentunya sangat membantu suatu organisasi dalam memajukan organisasinya
tersebut. Tingginya prilaku OCB yang dimiliki dan ditunjukkan tersebut dapat
memajukan organisasi karena dapat meningkatkan mutu di dalam suatu
organisasi.
Perilaku yang ditampilkan oleh seorang karyawan di tempat kerja
sangatlah menentukan kesuksesan sebuah instansi atau perusahaan. Organ, et. al.
(2006) mendefinisikan OCB sebagai berikut:
“organizational citizenship behavior is individual behavior that is
discretionary, not directly or explicitly recognized by the formal reward
system, and in the aggregate promotes the efficient and effective
functioning of the organization. By discretionary, we mean that the
behavior is not an enforceable requirement of the role or the job
description, that is, the clearly specificable terms of the person’s
employment contract with the organization; behavior is rather a matter
of a person choice, such that its omission is not generally understood as
punishable.”
OCB adalah perilaku individu yang mempunyai kebebasan untuk memilih,
yang secara tidak langsung atau secara eksplisit diakui dalam sistem reward, dan
memberi kontribusi pada keefektifan dan keefisienan fungsi organisasi. Perilaku
ini berarti bukan suatu yang diperlukan dalam melaksanakan tugas atau deskripsi
pekerjaan, yang berhubungan dengan kontrak kerja seseorang terhadap organisasi.
perilaku lebih kepada suatu hal yang dipilih seseorang, sehingga apabila tidak
dikerjakan maka tidak akan mendapatkan sanksi. Menurut Organ (dalam Jahangir
et, al, 2004) perilaku ini sering kali di motivasi secara internal yang muncul dari
dalam dirinya dan ditopang oleh kebutuhan intrinsik individu yang berkaitan
dengan prestasi, kompetensi yang dimiliki atau afiliasi. Sedangkan menurut Van
Dyne (dalam Jahangir et, al, 2004), OCB juga dipandang sebagai perilaku afiliatif
dan promotif seperti perilaku yang menunjukkan keinginan individu untuk
menjaga hubungan dengan rekan kerja atau organisasi dan berkontribusi pada
kesuksesan antar rekan kerja dan organisasinya tersebut.
Berbagai penelitian telah banyak dilakukan untuk berusaha menemukan
hal yang berpengaruh terhadap OCB. Penelitian Bolino, et. al. (2006) yang
mengungkapkan bahwa faktor kesan merupakan prediktor terhadap OCB. Selain
itu, Chiaburu, et. al. (2011), mengungkapkan bahwa lima faktor model personality
traits juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi OCB, kemudian Norman,
et. al. (2010) mengungkapkan identitas organisasi juga berpengaruh terhadap
OCB, dan masih banyak lagi penelitian yang lainnya. Beberapa penelitian tentang
OCB juga sudah banyak diteliti di Indonesia dengan variabel yang berbeda-beda
diantaranya penelitian Yuniar .et. al. (2011) yang menyatakan bahwa kepuasan
kerja dan resiliensi (ketahanan) memiliki keterkaitan secara positif terhadap OCB
dan penelitian Sambung, et. al. (2011) tentang kepuasan kerja, komitmen
organisasi, kepribadian dan profesionalisme yang juga menunjukkan hubungan
positif dengan OCB.
Variabel komitmen organisasi juga berpengaruh terhadap OCB. Menurut
Mowday, et. al (dalam Amstrong, 2011) komitmen organisasi yaitu sebagai
keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi, keyakinan yang pasti
dalam organisasi serta penerimaan nilai-nilai dan tujuan organisasi, dan kesiapan
untuk mengerahkan usaha yang cukup atas nama organisasi. Dengan kata lain,
komitmen organisasi merupakan sikap yang mencerminkan kesetiaan karyawan
kepada organisasi mereka secara berkelanjutan di mana peserta organisasi
mengekspresikan kepedulian, kesuksesan dan kesejahteraan mereka bagi
organisasi. Menurut Purba dan Seniati (2004) dari hasil penelitiannya mengenai
pengaruh kepribadian dan komitmen organisasi terhadap perilaku citizenship
karyawan menunjukkan bahwa OCB dipengaruhi oleh faktor kepribadian
karyawan dan komitmen organisasi. Menurut hasil penelitian Vinekar, et. al
(2009) mengenai komitmen, keadilan prosedural terhadap organizational
citizenship behavior menunjukkan hasil yang signifikan sehingga OCB dapat
dipengaruhi oleh faktor komitmen organisasi.
Variabel lain yang juga berpengaruh terhadap OCB salah satunya adalah
iklim organisasi. Menurut Joyce dan Slocum (dalam Hang, et. al. 2009) iklim
organisasi umumnya mengacu pada bagaimana karyawan memandang lingkungan
kerja mereka, yang memengaruhi sikap dan perilaku yang berhubungan dengan
pekerjaan. Ini memberikan kerangka acuan di mana individu memahami
kehidupan organisasinya. Menurut Shim (2010) bahwa kualitas iklim organisasi
dapat dilihat dari karyawan yang berpersepsi baik terhadap lingkungan kerja
mereka akan mampu mencapai banyak hal berharga untuk organisasinya dan tetap
terlibat dalam pekerjaan dan memberikan kualitas layanan terbaik untuk suatu
instansi atau perusahaan. Sebaliknya, iklim yang buruk dapat dilihat dari
rendahnya tingkat prestasi karyawan, tingginya role overload, konflik peran, dan
kelelahan emosional. Keadaan lingkungan dan iklim organisasi suatu instansi atau
perusahaan dapat berpengaruh terhadap sikap maupun pandangan karyawan. Iklim
yang kondusif serta perasaan nyaman yang dirasakan para karyawan akan dapat
menimbulkan kepercayaan terhadap organisasi sehingga karyawan ingin
memberikan yang terbaik bagi suatu instansi atau perusahaan. Iklim organisasi
merupakan konsep sistem yang dinamis yang dapat memberikan pengaruh dan
dipengaruhi oleh hampir semua hal yang terjadi dalam suatu organisasi. Iklim
yang kondusif akan memberikan pengaruh positif terhadap keberhasilan suatu
instansi atau perusahaan dalam mencapai tujuannya, dan sebaliknya iklim yang
tidak kondusif akan menghambat laju instansi atau perusahaan dalam mencapai
tujuannya. Penelitian yang dilakukan Prihatsanti dan Dewi (2010) dari hasil
penelitiannya pada guru SD di sukoharjo menyatakan bahwa iklim organisasi
berpengeruh positif dan signifikan terhadap OCB.
Berdasarkan penjelasan di atas, penelitian ini akan mengkaji tentang
pengaruh dari delapan aspek dalam iklim organisasi yang dikemukakan oleh
(Koys & Decotis, 1991). Tiga aspek dari komitmen organisasi oleh (Allan &
Mayer, 1990) terhadap keseluruhan aspek OCB yang berasal dari lima aspek OCB
yang diidentifikasi oleh Organ 1980 dan diukur oleh Podsakof 1990 yaitu
altruism, conscientiousness, sportsmanship, courtesy and civic virtue. Komitmen
organisasi sebagai sikap karyawan terhadap organisasi dan Iklim organisasi yang
berdasarkan dari persepsi diri seseorang terhadap lingkungan organisasi diduga
akan dapat meningkatkan OCB. Karena itu, penelitian ini berjudul “pengaruh
komitmen organisasi dan iklim organisasi terhadap organizational citizenship
behavior (OCB)”.
1.2. Pembatasan dan perumusan masalah
1.2.1. Pembatasan masalah
Penelitian ini hanya dibatasi mengenai pengaruh iklim organisasi dan komitmen
organisasi terhadap OCB. Adapun penjelasan masing-masing konsep variabel
yang menjadi fokus penelitian adalah sebagai berikut:
1. OCB yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap membantu dengan
tanpa meminta imbalan apapun yang ditunjukkan oleh anggota organisasi,
yang sifatnya konstruktif, dihargai oleh suatu instansi tetapi tidak secara
langsung berhubungan dengan tugas formal individu.
2. Komitmen organisasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hubungan
psikologis karyawan dengan organisasi berupa derajat kepercayaan karyawan
dan penerimaan tujuan organisasi serta keinginan memberikan kontribusi
terhadap instansi yang akan tetap tinggal atau tidak akan meninggalkan
organisasi.
3. Iklim organisasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kualitas
lingkungan internal dalam organisasi yang memiliki karakteristik, sehingga
berbeda dengan organisasi lainnya yang digambarkan melalui persepsi para
anggota organisasi terhadap lingkungan kerja mengenai apa yang ada atau
yang terjadi di lingkungan internal organisasi secara rutin, yang
mempengaruhi sikap dan perilaku anggota organisasi.
1.2.2. Perumusan masalah
Adapun perumusan masalah secara umum dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
“Apakah terdapat pengaruh signifikan komitmen organisasi dan iklim organisasi
terhadap OCB?”
Sedangkan perumusan masalah secara khusus dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh signifikan affective commitment terhadap OCB?
2. Apakah terdapat pengaruh signifikan continuance commitment terhadap OCB?
3. Apakah terdapat pengaruh signifikan normative commitment terhadap OCB?
4. Apakah terdapat pengaruh signifikan autonomy terhadap OCB?
5. Apakah terdapat pengaruh signifikan cohesion terhadap OCB?
6. Apakah terdapat pengaruh signifikan trust terhadap OCB?
7. Apakah terdapat pengaruh signifikan pressure terhadap OCB?
8. Apakah terdapat pengaruh signifikan support terhadap OCB?
9. Apakah terdapat pengaruh signifikan recognition terhadap OCB?
10. Apakah terdapat pengaruh signifikan fairness terhadap OCB?
11. Apakah terdapat pengaruh signifikan innovation terhadap OCB?
1.3. Tujuan dan manfaat penelitian
1.3.1. Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh aspek autonomy,
cohesion, trust, pressure, support, recognition, fairness, innovation dalam
variabel iklim organisasi, pengaruh aspek affektif commitment, continuance
commitment, dan normative commitment dalam variabel komitmen organisasi
terhadap OCB.
1.3.2. Manfaat penelitian
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi
perkembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi industri dan organisasi,
terutama mengenai iklim organisasi, komitmen organisasi dan OCB. Serta
diharapkan penelitian ini dapat memperkaya jumlah penelitian dalam bidang
psikologi, khususnya yang berkaitan dengan iklim organisasi dan komitmen
organisasi terhadap OCB.
Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi suatu
instansi atau perusahaan dalam menyusun suatu kebijakan dan pertimbangan yang
terkait dengan pengembangan sumber daya manusia khususnya demi tertanamnya
sikap dan perilaku OCB dalam diri setiap karyawan.
1.4. Sistematika penulisan
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kaidah penelitian american
psychology association (APA) style. Untuk mengetahui gambaran tentang hal-hal
yang dibahas dalam penelitian ini, maka peneliti mengemukakan sistematika
penelitian proposal ini dalam 5 bab, yaitu :
Bab I. Pendahuluan.
Bab I berisi latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.
Bab II. Landasan teori
Bab II teori berisi uraian-uraian berisi teori-teori yang berkaitan dengan
organizational citizenship behavior (OCB), iklim organisasi, komitmen
organisasi, kerangka berpikir dan pengajuan Hipotesis.
Bab III. Metodologi penelitian
Bab III berisi tentang uraian metodologi penelitian yang meliputi jenis
penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan sampel, variabel
penelitian, definisi operasional dari variabel, instrument penelitian, teknik
pengujian validitas konstruk, metode analisis data dan prosedur
penulisan.
Bab IV. Analisis data
Bab IV berisi tentang gambaran umum responden, kategori skor iklim
organisasi dan komitmen organisasi, pengujian hipotesis dan analisis
regresi.
Bab V. Penutup
Bab V berisi tentang kesimpulan hasil penelitian, diskusi dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam bagian ini, dijelaskan teori yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu teori
tentang OCB, iklim organisasi, dan komitmen organisasi.
2.1. Organizational citizenship behavior (OCB)
2.1.1. Definisi OCB
Istilah OCB diperkenalkan oleh Organ diawal tahun 1980-an, namun jauh
sebelum tahun tersebut, Barnard (1939) telah menggunakan konsep sejenis OCB
dan menyebutnya sebagai kerelaan bekerja sama (willingness to cooperate). Pada
tahun 1964, Katz menggunakan konsep serupa dan menyebutnya sebagai inovatif
dan perilaku spontan (Innovative and spontaneous behaviours) (Budiharjo, 2011).
Organ, et. al. (2006), mendefinisikan OCB sebagai berikut:
“individual behavior that is discretionary, not directly or explicity
recognized by the format reward system, and that in the aggregate
prompts the effective functioning of the organization. By discretionary, we
mean that the behavior is not an enforceable requirement of the role or the
job description, that is, the clearly specificable terms of the person’s
employment contract with the organization; behavior is rather a matter of
a person choice, such that its omission is not generally understood as
punishable.”
Perilaku individu yang mempunyai kebebasan untuk memilih, yang secara
tidak langsung atau secara eksplisit diakui dalam sistem reward, dan memberi
kontribusi pada keefektifan dan keefisienan fungsi organisasi. Perilaku ini berarti
bukan suatu yang diperlukan dalam melaksanakan tugas atau deskripsi pekerjaan,
yang berhubungan dengan kontrak kerja seseorang terhadap organisasi. perilaku
lebih kepada suatu hal yang dipilih seseorang, sehingga apabila tidak dikerjakan
maka tidak akan mendapatkan sanksi.
12
Hal senada diungkapkan oleh Johns (dalam Budihardjo, 2011), bahwa
OCB memiliki karakteristik perilaku sukarela (extra-role behaviour) yang tidak
termasuk dalam uraian jabatan, perilaku spontan, tanpa sasaran atau perintah
seseorang, perilaku yang bersifat menolong, serta perilaku yang tidak mudah
terlihat serta dinilai melalui evaluasi kinerja. Sedangkan, Newstrom dan Davis
(1989) OCB didefinisikan sebagai prilaku karyawan dengan menunjukkan
tindakan yang bijaksana untuk keberhasilan organisasi, OCB sering ditandai
dengan prilaku yang spontanitas, memiliki sifat sukarela, prilaku yang bersifat
menolong dengan tak terduga terhadap orang lain.
Menurut Bateman dan Organ (dalam Purba & Seniati, 2004) OCB adalah
sikap membantu yang ditunjukkan oleh anggota organisasi, yang sifatnya
konstruktif, dihargai oleh perusahaan tetapi tidak secara langsung berhubungan
dengan produktifitas individu. Sedangkan, menurut Organ (dalam Purba &
Seniati, 2004) OCB merupakan bentuk prilaku yang merupakan pilihan dan
inisiatif individual, tidak berkaitan dengan sistem reward formal organisasi secara
keseluruhan meningkatkan efektifitas organisasi. Menurut Purba dan Seniati
(2004), perilaku yang merupakan pilihan dan inisiatif individual tersebut tidak
termasuk ke dalam persyaratan kerja atau deskripsi kerja karyawan sehinggga jika
tidak ditampilkan pun tidak diberikan hukuman.
Dari pengertian OCB para tokoh di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa OCB adalah sikap membantu dengan tanpa meminta imbalan apapun yang
ditunjukkan oleh anggota organisasi, yang sifatnya konstruktif, dihargai oleh
suatu instansi tetapi tidak secara langsung berhubungan dengan tugas formal
individu. Bersifat spontan serta memberi kontribusi pada keefektivan dan
keefisienan fungsi organisasi. Bentuk prilaku sukarela (sekehendak hati) dan
bukanlah suatu kewajiban kerja (job description) yang harus dilakukan oleh
seseorang karyawan dengan dan tanpa meminta imbalan apapun. Dengan kata
lain, OCB merupakan prilaku seorang karyawan bukan karena tuntutan tugasnya
namun lebih berdasarkan pada kesukarelaannya.
2.1.2. Teori dan Dimensi OCB
Berikut ini adalah penjelasan secara terperinci dari dimensi yang terdapat dalam
OCB menurut Organ, Podsakoff dan Mackenzie (2006) tentang bagaimana
karyawan dapat membantu meningkatkan efisiensi dan efektivitas OCB di dalam
organisasi yakni:
1. Altruism, yaitu perilaku individu secara sukarela dalam peranannya sebagai
seseorang karyawan yang memiliki pengaruh untuk membantu individu
tertentu yang memiliki permasalahan dalam organisasi. Menurut Organ, Dyne,
Graham, dan Dinesch (dalam Muchinsky, 2000) perilaku altruism misalnya
membantu karyawan baru dengan secara sukarela memberikan waktunya
kepada orang lain dalam bekerja dan secara khusus ditunjukkan kepada
individu yang lainnya tetapi tetap berkontribusi terhadap efisiensi kelompok
dengan memperbesar kinerja individu. Menurut Organ (dalam Triyanto &
Santoso, 2009) perilaku altruism merupakan suatu bentuk perilaku yang
menunjukkan suatu pribadi yang lebih mementingkan kepentingan orang lain
dibandingkan dengan kepentingan pribadinya misalnya, karyawan yang sudah
selesai dengan pekerjaannya membantu karyawaan lain dalam menghadapi
pekerjaan yang sulit.
2. Conscientiousness, yaitu perilaku individu secara sukarela dan
menguntungkan serta melebihi apa yang dipersyaratkan oleh organisasi seperti
membantu pekerjaan karyawan yang tidak hadir, mematuhi peraturan dan
regulasi perusahaan, merelakan waktu istirahat, dan seterusnya. Menurut
Organ, Dyne, Graham, dan Dinesch (dalam Muchinsky, 2000) perilaku
conscientiousness misalnya menggunakan waktu secara efisien, beristirahat
secukupnya, serta mampu memperbesar efisiensi antara individu dan
kelompok. Menurut Organ (dalam Triyanto & Santoso, 2009) perilaku
conscientiousness merupakan suatu bentuk prilaku yang menunjukkan upaya
sukarela untuk meningkatkan cara dalam menjalankan pekerjaaannya secara
kreatif agar kinerja organisasi meningkat. Prilaku tersebut melibatkan kreatif
dan inovatif secara sukarela untuk meningkatkan kemampuannya dalam
bekerja demi peningkatan organisasi.
3. Sportsmanship, yaitu perilaku individu secara sukarela dalam kesediaannya
sebagai seseorang karyawan yang menunjukkan sikap toleransi terhadap
situasi yang kurang ideal dalam organisasi tanpa mengeluh sedikitpun.
Menurut Organ, Dyne, Graham, dan Dinesch (dalam Muchinsky, 2000)
perilaku sportsmanship misalnya menghindari keluhan dan rengekan serta
memperbaiki sejumlah waktu yang telah terbuang dalam usaha konstruktif
didalam organisasi. Menurut Organ (dalam Triyanto & Santoso, 2009)
sportsmanship merupakan suatu bentuk perilaku yang menunjukkan suatu
kerelaan atau toleransi untuk bertahan dalam suatu keadaan yang tidak
menyenagkan tanpa mengeluh. Perilaku ini menunjukkan suatu daya toleransi
yang tinggi terhadap lingkungan yang kurang atau bahkan tidak menyenagkan.
4. Courtesy, yaitu perilaku individu secara sukarela dalam peranannya sebagai
karyawan yang membantu mencegah timbulnya masalah yang berhubungan
dengan pekerjaan atau masalah pekerjaan yang timbul dari pihak laur atau
rekan sekerja. Menurut Organ, Dyne, Graham, dan Dinesch (dalam
Muchinsky, 2000) perilaku courtesy misalnya memberi perhatian, surat
peringatan, dan mengkomunikasikan informasi yang tepat dan membantu
dalam mencegah permasalahan dan memfasilitasi penggunaan waktu. Menurut
Organ (dalam Triyanto & Santoso, 2009) courtesy merupakan suatu bentuk
perilaku yang membantu orang lain secara sukarela dan bukan merupakan
tugas serta kewajibannya. Dimensi ini menunjukkan perilaku membantu
karyawan baru berkaitan dengan masalah yang dihadapi misalnya membantu
dalam mempergunakan peralatan dalam bekerja.
5. Civic victue, yaitu perilaku oleh individu secara sukarela dalam perannya yang
mengindikasikan bahwa ia terlibat secara langsung dan bertanggung jawab
atas kelangsungan organisasi yang bersangkutan dengan kehidupan atau
perusahaan. Menurut Organ, Dyne, Graham, dan Dinesch (dalam Muchinsky,
2000) perilaku civic virtue misalnya melayani komite dan secara sukarela
merawat fungsi organisasi serta menaikkan ketertarikan kepada organisasi.
Menurut Organ (dalam Triyanto & Santoso, 2009) perilaku civic virtue
merupakan suatu bentuk perilaku yang terlibat dalam aktivitas organisasi dan
peduli terhadap kelangsungan hidup organisasi. Secara sukarela berpartisipasi,
bertanggung jawab dan terlibat dalam mengatasi masalah organisasi demi
kelangsungan organisasi misalnya aktif berpartisipasi dalam rapat organisasi.
Organ, et. al. (2006) berpendapat bahwa OCB dapat :
1. Meningkatkan produktivitas karyawan dalam organisasi. Bentuk perilaku
OCB sebagai contoh membantu rekan kerja baru atau membantu rekan kerja
memenuhi tenggat waktu. Adanya OCB tersebut maka pekerjaan dari setiap
karyawan akan menjadi lebih mudah karena terjalin saling membantu antar
karyawan.
2. Membebaskan sumber daya mandiri. Adanya OCB pada setiap karyawan,
membuat pimpinan memberikan lebih banyak waktu pada karyawan dalam
bekerja sama untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. OCB di dalam
kerjasama karyawan sangat membantu karena OCB tersebut memfasilitasi
kekompakan (sebagai bagian dari perilaku pemeliharaan kelompok).
3. Menarik dan mempertahankan karyawan yang baik. Adanya OCB dapat
menciptakan dan memelihara keramahan, mendukung lingkungan kerja dan
rasa memiliki. Perilaku OCB tersebut dalam organisasi membuat karyawan
enggan untuk meninggalkan organisasi.
4. Menciptakan lingkungan sosial yang luas. Seluruh anggota dalam organisasi
dapat saling mengenal dengan lebih baik. Prilaku OCB tersebut membuat
antar karyawan dapat berkomunikasi dengan lebih baik dan memperkuat
jaringan serta memfasilitasi transfer informasi yang akurat dan meningkatkan
efisiensi.
2.1.3. Pengukuran OCB
Pengukuran OCB telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu.
Diantaranya skala 30 item Bateman dan Organ pada tahun 1983, penelitian Smith,
Organ dan Near pada tahun 1983. Kemudian Podsakoff dan MacKenzie (1994)
yang menggunakan 14 item dengan membaginya ke dalam aspek helping
behavior, civic virtue dan sportsmanship. Sedangkan pengukuran yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan skala OCB yang diadaptasi dari penelitian
Podsakof, McKenzie, dkk pada tahun 1990 yang menggunakan skala OCB 24
item yang dibagi menjadi 5 dimensi OCB (altruism, conscientiousness,
sportsmanship, courtesy, civic virtue).
2.1.4. Faktor yang mempengaruhi OCB
Jahangir, et. al. (2004) mengemukakan faktor yang mempengaruhi OCB sebagai
berikut:
1. Kepuasan kerja dan komitmen organisasi
Kepuasan kerja menurut Davis (dalam Jahangir, et. al. 2004) telah ditemukan
memiliki hubungan positif dengan kinerja dan OCB. Kepuasan kerja pada
gilirannya memiliki pengaruh signifikannya terhadap ketidakhadiran, turnover,
dan tekanan psikologis karyawan. Menurut Brown (dalam Jahangir, et. al. 2004)
pekerja dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi lebih mungkin untuk
melakukan perilaku OCB. Sedangkan, menurut Sager (dalam Jahangir, et. al.
2004) individu dengan kepuasan kerja yang lebih tinggi menunjukkan
kecenderungan untuk tidak mencari pekerjaan yang lain dan menurunkan
kecenderungan untuk meninggalkan organisasi.
Komitmen organisasi afektif juga sering dikutip sebagai anteseden
terhadap OCB. Komitmen afektif menurut Van Dyne, et. al (dalam Jahangir, et.
al. 2004) dikonseptualisasikan sebagai keyakinan yang kuat dan penerimaan
tujuan organisasi serta keinginan yang kuat untuk mempertahankan keanggotaan
dalam organisasi. Komitmen afektif merupakan prilaku mempertahankan
keanggotaan dalam organisasi ketika ada sedikit imbalan formal, dikemukakan
oleh Allen dan Meyer (dalam Jahangir, et. al. 2004).
2. Persepsi peran
Persepsi peran meliputi persepsi seperti konflik peran dan ambiguitas peran, yang
keduanya telah ditemukan secara signifikan berhubungan negatif dengan OCB.
Menurut Podsakoff, et. al (dalam Jahangir, et. al. 2004) kejelasan peran dan
fasilitasi peran berhubungan positif dengan OCB. Ambiguitas peran dan konflik
peran diketahui mempengaruhi kepuasan karyawan, dan kepuasan berhubungan
dengan OCB, ada kemungkinan bahwa setidaknya sebagian dari hubungan antara
ambiguitas, konflik dan OCB dimediasi oleh kepuasan.
3. Perilaku pemimpin dan leader-member exchange (LMX)
Kepemimpinan tampaknya memiliki pengaruh yang kuat pada kemauan karyawan
untuk terlibat dalam OCB bukan dikaitkan dengan gaya kepemimpinan tertentu.
Penelitian Podsakoff, et. al (dalam Jahangir, et. al. 2004) menemukan bahwa yang
terpenting adalah kualitas hubungan karyawan dengan pemimpin. Kualitas
hubungan antara bawahan dan atasan sering disebut (LMX). Variabel
kepemimpinan lain yang berhubungan positif dengan OCB adalah yang
dikemukakan oleh Podsakoff, et. al (dalam Jahangir, et. al. 2004) yaitu perilaku
reward kontingen para pemimpin, seperti mengekspresikan kepuasan atau
penghargaan untuk kinerja yang baik. Perilaku kepemimpinan juga dapat
mempengaruhi OCB secara tidak langsung melalui persepsi karyawan tentang
keadilan atau keadilan di tempat kerja.
4. Persepsi keadilan
Persepsi keadilan mengacu pada apakah karyawan merasa atau tidak bahwa
keputusan organisasi dibuat secara adil terhadap karyawan (disebut keadilan
prosedural) dan karyawan merasa atau tidak bahwa mereka cukup dihargai. Rasa
dihargai dalam karyawan sangat dibutuhkan, seperti diberikan tingkat pelatihan
untuk mereka, kepemilikan, tanggung jawab atau beban kerja (disebut keadilan
distributif). Persepsi keadilan berhubungan positif dengan OCB dikemukakan
oleh Moorman (dalam Jahangir, et. al. 2004).
5. Disposisi individu
Variabel kepribadian termasuk efektivitas positif, efektivitas negatif, kesadaran
dan keramahan. Menurut Organ dan Ryan (dalam Jahangir, et. al. 2004) semuanya
telah ditemukan untuk mempengaruhi orang yang membuat mereka lebih
mungkin terlibat dalam OCB. OCB tampaknya tidak tergantung pada ciri
kepribadian seperti extraversion, introversi, atau keterbukaan untuk berubah.
Fakta bahwa OCB dikonseptualisasikan sebagai satu set perilaku terutama
dipengaruhi oleh persepsi dari tempat kerja (bukan oleh sifat pribadi) mungkin
menjadi alasan mengapa ukuran kepribadian belum diterapkan secara luas dalam
studi OCB. Meskipun demikian, kepribadian dapat menjadi ukuran penting dalam
rangka untuk mengendalikan pengaruhnya terhadap perilaku.
6. Teori motivasi
Penelitian terbaru menggunakan motivasi untuk mengukur disposisi individu telah
memperbaharui minat dalam pemeriksaan Organ (1990), model Organ yang
mengusulkan bahwa motif individu mungkin berhubungan dengan perilaku OCB
(Kemery, et. al. 1996; Tang & Ibrahim, 1998). Menurut Penner, et. al (dalam
Jahangir, et. al. 2004) mengeksplorasi dampak kepribadian dan motivasi pada
OCB, karena tidak ada penelitian sebelumnya telah menggunakan motivasi untuk
memprediksi OCB sehingga mereka mengembangkan proposisi mereka dari
penelitian kesukarelaan. Tipologi baru sumber motivasi diusulkan oleh Leonard,
et, al (dalam Jahangir, et. al. 2004). Para peneliti mengusulkan lima sumber
motivasi yang diukur meliputi proses intrinsik, instrumental, self concept
eksternal, self concept internal, dan internalisasi. Sedangkan, menurut Barbuto,
et. al (dalam Jahangir, et. al. 2004) berpendapat bahwa meskipun teori motivasi
bekerja sebagai anteseden untuk OCB, namun para peneliti memperingatkan
bahwa sumber motivasi individu bisa berdampak pada tingkat OCB.
7. Usia karyawan
Proposisi bahwa pekerja yang lebih muda dan pekerja yang lebih tua melihat
pekerjaan dan diri dengan cara yang berbeda secara fundamental bukanlah hal
baru. Wagner dan Rush (dalam Jahangir, et. al. 2004) menyatakan karyawan
muda (20-34) adalah tahun pendirian mereka terhadap pekerjaan sedangkan
karyawan yang lebih tua (35-55) adalah tahun dimana karyawan memiliki
kesadaran diri yang kuat terhadap pekerjaannya. Karyawan yang lebih muda
mengkoordinasikan kebutuhan mereka dengan kebutuhan organisasi yang lebih
fleksibel. Sebaliknya, karyawan yang lebih tua cenderung lebih kaku dalam
menyesuaikan kebutuhan mereka dengan organisasi. Oleh karena itu, pekerja
muda dan lebih tua mungkin berbeda dalam orientasi mereka terhadap diri sendiri,
orang lain, dan pekerjaan. Perbedaan-perbedaan ini dapat menyebabkan motif
penting yang berbeda untuk OCB antara karyawan muda dan tua.
Menurut Prihatsanti dan Dewi (2010) berdasarkan penelitian terdahulu
mengenai iklim organisasi terhadap OCB menyatakan iklim organisasi merupakan
faktor yang berpengaruh terhadap OCB. Iklim organisasi menurut Prihatsanti dan
Dewi (2010) terdapat hubungan yang sangat signifikan antara variabel iklim
organisasi dan OCB. Iklim organisasi akan menentukan apakah seseorang
melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan prosedur yang ditetapkan
atau tidak. Jika iklim organisasi dipersepsikan secara positif oleh anggota
organisasi, maka secara sukarela anggota organisasi akan memberikan kontribusi
dalam usaha-usaha pencapaian tujuan organisasi. Iklim organisasi akan
berdampak positif jika iklim organisasi memenuhi perasaan dan kebutuhan
pegawai. Iklim ditentukan oleh seberapa baik anggota diarahkan, dibangun dan
dihargai oleh organisasi sehingga membentuk pola perilaku positif, antara lain
OCB.
2.2. Komitmen organisasi
2.2.1. Definisi komitmen organisasi
Menurut Rathi (2011) komitmen organisasi didefinisikan sebagai lampiran psikologis
dari individu untuk organisasinya dan ingin terus bekerja dengan organisasi. Menurut
Mowday, Steers, dan Porter (dalam Rathi, 2011) komitmen organisasi sebagai, kekuatan
relatif dari identifikasi dengan individu dan keterlibatan dalam organisasi tertentu. Hal
tersebut dapat dicirikan dalam tiga faktor: (1) keyakinan yang kuat dan penerimaan tujuan
nilai organisasi, (2) kemauan untuk mengerahkan upaya atas nama organisasi, dan (3)
keinginan yang kuat untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi. Sedangkan,
menurut Kreitner dan Kinicki (2007) komitmen organisasi mencerminkan sejauh
mana seorang individu mengidentifikasikan organisasi dan berkomitmen untuk
tujuan organisasi. Komitmen organisasi adalah sikap kerja yang penting karena
individu diharapkan berkomitmen menampilkan kemauan untuk bekerja lebih
keras untuk mencapai tujuan organisasi dan keinginan yang lebih besar untuk
tetap bekerja di sebuah organisasi.
Menurut Armstrong (2011), komitmen mengacu pada attachment dan
loyalty. Hal ini terkait dengan perasaan individu tentang organisasi mereka.
Menurut Porter, et. al. (dalam Amstrong, 2011), komitmen adalah kekuatan relatif
dari identifikasi individu dan keterlibatan dalam sebuah organisasi tertentu.
Karakteristik komitmen oleh Mowday, et. al. (dalam Michael Amstrong, 2011)
yaitu sebagai keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi,
keyakinan kuat serta penerimaan nilai maupun tujuan organisasi, dan kesiapan
untuk mengerahkan usaha yang cukup atas nama organisasi.
Menurut Salancik (dalam Amstrong, 2011), komitmen adalah suatu
keadaan di mana seorang individu menjadi terikat dalam tindakannya untuk
meyakinkan, mendukung kegiatan dan terlibat dalam organisasi. Tiga bentuk
perilaku penting dalam kegiatan individu untuk menentukan suatu tindakan
tersebut meliputi visibilitas tindakan, sejauh mana hasil yang tidak dapat
dibatalkan, dan sejauh mana orang tersebut melakukan tindakan secara sukarela.
Komitmen dapat ditingkatkan, dimanfaatkan untuk mendapatkan dukungan demi
tujuan dan kepentingan organisasi melalui cara seperti partisipasi dalam
pengambilan keputusan mengenai tindakan yang akan dilakukan.
Menurut Allen dan Mayer (1991) mendefinisikan komitmen organisasi
yaitu kondisi psikologis individu yang menggambarkan hubungan antara
karyawan dengan organisasi, dan memiliki implikasi terhadap keputusan
karyawan untuk melanjutkan atau tidak melanjutkan kenaggotaan organisasi.
Kumar dan Bakhshi (2010), komitmen organisasi didefinisikan sebagai kekuatan
relatif dari identifikasi individu, keterlibatan dalam organisasi tertentu, hubungan
psikologis antara karyawan dan membuat karyawan enggan meninggalkan
organisasi. Ada banyak definisi lain dari komitmen organisasi tapi hampir semua
definisi menggambarkan konstruk dalam hal keadaan psikologis yang mencirikan
hubungan karyawan dengan organisasi nya dan memiliki implikasi untuk
karyawan melanjutkan keanggotaan dalam organisasi.
Dari berbagai definisi di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
komitmen organisasi adalah hubungan psikologis karyawan berupa derajat
kepercayaan karyawan dan penerimaan tujuan organisasi serta keinginan
memberikan kontribusi terhadap instansi yang akan tetap tinggal atau tidak akan
meninggalkan organisasi. Dengan demikian, tiga komponen komitmen organisasi
yang mengacu pada karyawan yang mana keterikatan emosional terkait dengan
keterlibatan dalam suatu organisasi (affective commitment), biaya yang dirasakan
dengan meninggalkan organisasi (continuance commitment), kewajiban tetap
tinggal dengan organisasi (normative commitment). Maka, variabel yang diukur
dengan skala komitmen organisasi berdasarkan aspek: affective commitment,
continuance commitment, normative commitment.
2.2.2. Aspek komitmen organisasi
Robbins (2005), menyatakan bahwa komitmen organisasi merupakan keterikatan
secara psikologis yang didasarkan pada tiga bentuk, yaitu :
1. Affective commitment
Komitmen afektif mengacu pada kekuatan dari keinginan seseorang untuk terus
bekerja untuk sebuah organisasi karena ia setuju dengan organisasinya dan ingin
melakukannya. Menurut Allen dan Meyer (1991) affective commitment, yaitu
keterikatan emosional yang dirasakan pegawai, rasa ikut sebagai bagian dari
organisasi dan rasa keterlibatan dalam organisasi. Pegawai yang memiliki
komitmen afektif yang kuat akan bertahan di dalam organisasi karena mereka
sendiri yang menginginkannya.
2. Continuance commitment
Komitmen continuance terkait dengan kecenderungan seseorang untuk terus
bekerja dalam sebuah organisasi. Menurut Allen dan Meyer (1991) continuance
commitment yaitu penilaian pegawai tentang apakah biaya untuk keluar dari
organisasi adalah lebih besar daripada biaya untuk terus bekerja di dalam
organisasi. Pegawai yang menganggap bahwa biaya untuk keluar dari organisasi
lebih besar dari pada biaya untuk tetap bekerja dalam organisasi, akan tetap
bertahan di dalam organisasi karena mereka mau tidak mau harus melakukannya.
3. Normative commitment
Komitmen seperti ini mengacu pada perasaan karyawan dari kewajiban untuk
tinggal dengan organisasi karena tekanan dari orang lain. Menurut Allen dan
Meyer (1991) normative commitment adalah rasa tanggung jawab yang dimiliki
pegawai terhadap organisasinya. Pegawai yang memiliki tingkat komitmen
normatif yang tinggi akan tetap bertahan di dalam organisasi karena mereka
merasa bahwa itu adalah yang seharusnya dilakukan.
2.2.3. Pengukuran komitmen organisasi
Pengukuran komitmen organisasi banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu.
Diantaranya penelitian sahertian (2010) yang mengukur komitmen organisasi
dengan menggunakan instrumen organizational commit-ment questionnaire
(OCQ) yang dikembangkan Meyer dan Allen (1997) yang mencakup 3 dimensi
dengan 18 butir. Selain itu, Kaihatu dan Rini (2007) mengukur komitmen
organisasi (organizational commitment) menggunakan pengukuran yang
dikembangkan oleh Aldag dan Reschke (1997), yang diadaptasikan berdasarkan
pengukuran three-component model of organizational commitment yang
dikembangkan Allen dan Meyer (1990) dengan tiga dimensi (komitmen afektif,
komitmen normatif, komitmen kontinuan), yang tersebar dalam enam item
pertanyaan item pertanyaan diukur dengan skala lima point (a five-point) atau
skala likert. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan alat ukur yang
dikemukakan oleh Mayer dan Allen (1990) dengan menggunakan instrument
organizational commitment quationnaire (OCQ), dengan skala yang berjumlah
24 item dari 3 aspek, yaitu affective commitment, normative commitment, dan
continuance commitment.
2.3. Iklim organisasi
2.3.1. Definisi iklim organisasi
Iklim organisasi merupakan sesuatu yang nyata dirasakan oleh karyawan yang ada
di dalam suatu organisasi. Apa yang dirasakan itu mempengaruhi perilakunya
yang akhirnya akan menentukan tingkat produktivitas kerja mereka (Kamuli,
2012). Prihatsanti dan Dewi (2010) menyatakan bahwa setiap organisasi dengan
organisasi yang lainnya akan memiliki iklim organisasi yang berbeda.
Keanekaragaman pekerjaan yang dirancang di dalam organisasi, atau sifat
individu yang ada akan menggambarkan perbedaan tersebut. Menurut Prihatsanti
dan Dewi (2010) iklim organisasi penting untuk diciptakan karena merupakan
persepsi seseorang tentang apa yang diberikan oleh organisasi dan dijadikan dasar
bagi penentuan tingkah laku anggota selanjutnya.
Menurut Patterson, et. al. (2005) iklim organisasi merupakan persepsi
karyawan terhadap kebijakan organisasi, praktik, prosedur, dan pola interaksi
berikutnya serta perilaku yang mendukung kreativitas, inovasi, keselamatan, atau
layanan dalam organisasi. Menurut Joyce dan Slocum (dalam Hang, et. al., 2009)
iklim organisasi umumnya mengacu pada bagaimana karyawan memandang
lingkungan kerja mereka, yang mempengaruhi sikap yang berhubungan dengan
pekerjaan dan perilaku mereka sehingga dapat memberikan kerangka acuan di
mana individu memahami kehidupan organisasi. Menurut Burton, Lauridsen, dan
Obel (dalam Hang, et. al., 2009) iklim organisasi didefinisikan sebagai sikap
individu mengenai organisasi, terdiri dari derajat kepercayaan, semangat, konflik,
penghargaan, kredibilitas pemimpin, resistensi terhadap perubahan, dan kambing
hitam.
Koys dan Decotiis (l99l) mendefinisikan iklim organisasi sebagai persepsi
bersama anggota organisasi terhadap lingkungan kerja mengenai apa yang
diberikan oleh organisasi atau yang ada di lingkungan internal organisasi secara
rutin, yang mempengaruhi sikap dan perilaku anggota organisasi selanjutnya.
Iklim organisasi didefinisikan sebagai persepsi bersama karyawan
di lingkungan kerja mereka (Jones & James, 1979; Joyce & Slocum,
1984; Verbeke, et, al., 1998) (dalam Shim, 2010). Menurut Shim (2010) kualitas iklim
organisasi dapat dilihat dari karyawan yang berpersepsi pada lingkungan kerja
dengan persepsi yang baik maka mereka akan mampu mencapai banyak hal
berharga untuk organisasinya serta tetap terlibat dalam pekerjaan dan memberikan
kualitas layanan terbaik untuk suatu instansi atau perusahaan. Sebaliknya, iklim
yang buruk dapat dilihat dari rendahnya tingkat prestasi karyawan, tingginya role
overload, konflik peran, dan kelelahan emosional.
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa iklim organisasi
adalah kualitas lingkungan internal dalam organisasi yang memiliki karakteristik,
sehingga berbeda dengan organisasi lainnya. Digambarkan melalui persepsi para
anggota organisasi terhadap lingkungan kerja mengenai apa yang ada atau yang
terjadi di lingkungan internal organisasi secara rutin, yang mempengaruhi sikap
dan perilaku anggota organisasi. Karyawan yang berpersepsi pada lingkungan
kerja dengan persepsi yang baik maka mereka akan mampu mencapai banyak hal
berharga untuk organisasinya serta tetap terlibat dalam pekerjaan dan memberikan
kualitas layanan terbaik untuk suatu instansi atau perusahaan.
2.3.2. Aspek iklim organisasi
Koys dan Decotiis (l99l) mengidentifikasi lebih dari 80 dimensi yang kemudian
diseleksi dan ditetapkan menjadi 8 dimensi yang bersifat universal, yaitu:
1. Autonomy yaitu persepsi mengenai penentuan sendiri prosedur kerja, tujuan
dan prioritas. Menurut Cherns dan Klein (dalam Patterson, et. al. 2005)
autonomy yaitu merancang pekerjaan dengan cara yang memberikan
karyawan lingkup yang luas untuk memberlakukan kerja. Sedangkan,
menurut Campbell (dalam Ringgle, 2007) autonomy yaitu kebebasan
seseorang untuk menjadi diri sendiri dan mempertahankan keputusan yang
membuatnya kuat untuk dirinya sendiri.
2. Cohesion yaitu perasaan kebersamaan diantara lingkup organisasi. Cohesion
juga termasuk kemauan setiap anggota organisasi untuk menyediakan bahan
bantuan sehingga didalam organisasi timbul rasa saling membantu dengan
tidak membeda-bedakan antar karyawan. Kebersaaman antar karyawan di
dalam lingkup organisasi menjadikan pekerjaan lebih ringan.
3. Trust yaitu persepsi kebebasan untuk berkomunikasi secara terbuka dengan
anggota organisasi level atas mengenai isu sensitif dan personal. Adanya
kebebasan untuk berkomunikasi tersebut diharapkan bahwa integritas
komunikasi seperti itu tidak dilanggar. Selain itu dengan adanya kebebasan
untuk berkomunikasi secara terbuka, maka setiap anggota organisasi dapat
saling membuka diri antar sesama anggota organisasi.
4. Pressure yaitu persepsi mengenai tuntutan waktu untuk menyelesaikan tugas
dan standar kinerja. Menurut Taira (dalam Patterson, et. al. 2005) pressure
yaitu tingkat tekanan bagi karyawan untuk memenuhi target. Mengacu
penjelasan tersebut, pressure merupakan sejumlah kegiatan yang harus
diselesaikan oleh karyawan dalam jangka waktu tertentu.
5. Support yaitu persepsi toleransi perilaku anggota organisasi oleh atasannya,
termasuk membiarkan anggota belajar dari kesalahannya tanpa ketakutan dan
hukuman. Menurut Cummins dan Eisenberger (dalam Patterson, et. al. 2005)
support yaitu sejauh mana karyawan mengalami dukungan dan pengertian dari
atasan langsung mereka. Menurut Robbins (dalam Idrus, 2006) support yaitu
tingkat kejelasan komounikasi, bantuan, dan dukungan yang disediakan
manajemen terhadap unit kerja di bawahnya. Sedangkan, menurut Stringer
(2002) support merefleksikan perasaan percaya dan saling mendukung terus
berlangsung di antara kelompok kerja. Dukungan tinggi jika anggota
organisasi merasa bahwa mereka bagian dari tim yang berfungsi dengan baik
dan merasa memperoleh bantuan dari atasannya, jika mengalami kesulitan
dalam menjalankan tugas. Jika dukungan rendah, anggota organisasi merasa
terisolasi dan tersisih sendiri. Komponen iklim organisasi ini menjadi sangat
penting untuk model bisnis yang ada saat ini, dimana sumber sangat terbatas.
6. Recognition yaitu persepsi bahwa kontribusi anggota organisasi kepada
organisasi diakui dan dihargai. Menurut Stringer (2002) recognition
mengindikasikan bahwa anggota organisasi merasa dihargai jika mereka dapat
menyelesaikan tugas secara baik. Penghargaan merupakan ukuran
penghargaan yang dihadapkan dengan kritik dan berkarakteristik
keseimbangan antara karakter dan kritik. Penghargaan rendah artinya
penyelesaian pekerjaan dengan baik diberikan imbalan secara tidak konsisten.
7. Fairness yaitu persepsi bahwa praktik organisasi adil, wajar, dan tidak
sewenang-wenang atau berubah-ubah. Karyawan berpersepsi bahwa
organisasi memiliki aturan yang tegas sesuai dengan kewajaran dan tidak berat
sebelah. Hal tersebut dikarenakan organisasi dalam mengambil keputusan
tidak melampaui batas keadilan dan kewajaran.
8. Innovation yaitu persepsi bahwa perubahan dan kreativitas di dukung. Namun,
hal itu juga termasuk pengambilan resiko mengenai bidang baru, di mana
anggota organisasi tidak atau sedikit mempunyai pengalaman sebelumnya.
Menurut West dan Farr (dalam Patterson, et. al. 2005) innovation yaitu tingkat
dorongan dan dukungan untuk ide baru dan pendekatan inovatif.
2.3.3. Pengukuran iklim organisasi
Pengukuran iklim organisasi banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu diantaranya
dalam penelitiannya Hang (2009) dengan menggunakan skala 7 item yang
dikembangkan oleh Burton et al (2004), skala tersebut mengambil pendekatan
umum terhadap iklim, mencoba menangkap berbagai aspek yang meliputi aspek
presepsi karyawan tentang organisasi mereka, termasuk kepercayaan, moral,
penghargaan pemerataan, kredibilitas pemimpin, konflik, kambing hitam, dan
resistensi terhadap perubahan. Namun, dalam variabel pengukuran yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala iklim organisasi yang
diadaptasi dari penelitian Koys dan Decotiis pada tahun (1991) yang
menggunakan skala iklim organisasi 40 item yang dibagi menjadi 8 dimensi yang
meliputi aspek autonomy, cohesion, trust, pressure, support, recognition, fairness,
dan innovation.
2.4. Kerangka berpikir
Proses membenahi diri untuk menuju organisasi yang lebih efektif pada instansi
pendidikan sebaiknya memperhatikan, menjaga, dan mengembangkan sumber
daya manusia. Dalam proses menuju organisasi yang lebih efektif pada instansi
pendidikan sangat dibutuhkan kesediaan seluruh anggota organisasi untuk
berkontribusi secara positif dalam menyikapi perubahan, khususnya para guru.
Perilaku untuk bersedia memberikan kontribusi positif ini diharapkan tidak hanya
terbatas dalam kewajiban secara formal, melainkan idealnya lebih dari kewajiban
formalnya.
Menurut Budiharjo (2011) perilaku ini disebut sebagai organizational
citizenship behavior (OCB). Pegawai melakukan suatu tindakan melebihi peran
yang dibebankan sebagai anggota organisasi. Individu dapat memberikan
kontribusi kepada organisasi dengan melakukan perilaku yang bukan bagian dari
uraian jabatannya. Para pakar organisasi menyatakan pentingnya OCB bagi
keberhasilan sebuah organisasi, karena pada dasarnya organisasi tidak dapat
mengantisipasi seluruh perilaku dalam organisasi hanya dengan mengandalkan
deskripsi kerja yang dinyatakan secara formal saja. Budiharjo (2011) menyatakan
perilaku OCB tidak terdapat pada job description karyawan tetapi sangat
diharapkan karena mendukung peningkatan keefektivan dan kelangsungan hidup
organisasi atau perusahaan khususnya dalam lingkungan bisnis yang
persaingannya semakin tajam.
Walaupun OCB bukan perilaku yang secara langsung berdampak pada
kinerja tugas yang bersifat formal. Namun, OCB yang ditunjukkan oleh hampir
keseluruhan guru yang bekerja dalam suatu instansi pendidikan akan
menimbulkan terjalinnya hubungan yang semakin baik antar individu dengan
individu, individu dengan organisasi dan individu dengan peserta didik, sehingga
secara tidak langsung dapat meningkatkan mutu organisasi. OCB yang
ditampilkan oleh guru juga dapat menimbulkan kepercayaan peserta didik untuk
tetap menggunakan jasa instansi pendidikan.
Bila merujuk kepada hasil observasi guru SMP di Madiun, beberapa kasus
terlihat hal yang menunjukkan kurangnya OCB yang ditunjukkan oleh sebagian
anggotanya sehingga hanya tugas formal yang dapat diselesaikan dengan optimal
tanpa didukung oleh perilaku yang mendukung terciptanya kinerja ekstra lebih
dari yang diharapkan. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap tinggi atau
rendahnya OCB dalam lingkup organisasi, seperti hubungan antara atasan dan
bawahan, kepuasan kerja, kepribadian bawaan dari individu, budaya organisasi
yang berlaku dalam organisasi.
Variabel yang akan diteliti adalah faktor penyebab yang berdasar dari
komitmen individu terhadap organisasinya. Komitmen organisasi merupakan
suatu keadaan dimana seorang individu memiliki keterikatan emosional yang kuat
terhadap organisasi serta tujuan dan keinginannya untuk berkontribusi dalam
organisasi serta mempertahankan keangotaannya dalam organisasi tersebut.
Adanya komitmen, diharapkan karyawan bisa mencurahkan perhatian kepada
perusahaan dan bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai atau norma yang ada di
perusahaan. Dengan demikian karyawan yang memiliki komitmen yang tinggi
dalam perusahann, akan merasa senang untuk menghabiskan karirnya dalam
organisasi dan memiliki kemumngkinan yang kecil untuk meninggalkan
organisasi tersebut.
Variabel komitmen organisasi meliputi affective commitment, normative
commitment, continuance commitment. Terkait dengan variabel iklim organisasi
dapat dirumuskan kerangka berfikir sebagai berikut: pada variabel affective
commitment, seseorang karyawan yang memiliki keterikatan emosional yang kuat
dan memiliki keterlibatan terhadap organisasinya akan memiliki kecenderungan
yang tinggi untuk menampilkan OCB. Sebaliknya, karyawan yang merasa kurang
terlibat dan terikat terhadap organisasinya akan menampilkan OCB yang rendah.
Karyawan yang memiliki komitmen afektif yang kuat dalam organisasi mereka
karena memang ingin terlibat dalam kegiatan organisasi akan meningkatkan OCB.
Begitu pula pada variabel continuance commitment. Karyawan yang
memiliki komitmen kontinuans dalam organisasi yaitu, seseorang yang
mempertimbangkan untung rugi untuk tetap dan tidak meninggalkan perusahaan
tersebut akan lebih terdorong untuk membantu organisasi dan rekan kerjanya
dengan sukarela. Sebaliknya, karyawan yang mempertimbangkan bahwa tidak ada
untungnya tetap tinggal dalam organisasi akan menampilkan OCB yang rendah.
Karyawan bekerja karena mereka butuh pekerjaan tersebut, maka dalam bekerja
muncul rasa komitmen yang kuat pada organisasi sehingga meningkatkan orang
menampilkan OCB.
Lebih lanjut pada variabel normative commitment, karyawan yang
memiliki rasa tanggung jawab terhadap perusahaan akan terdorong untuk
membantu organisasinya dengan sukarela. Sebaliknya, karyawan yang tidak
merasa bertanggung jawab dalam organisasinya akan menampilkan perilaku OCB
yang rendah. Dalam bekerja, karyawan yang memiliki komitmen normatif yang
kuat akan meningkatkan OCB karena karyawan merasa wajib untuk tetap bekerja
dalam organisasi. Komitmen tersebut dapat mempengaruhi seseorang dalam
berbuat lebih diluar tugas formalnya. Seperti yang dikemukakan oleh Salancik
(dalam Amstrong, 2011) bahwa komitmen adalah suatu keadaan di mana seorang
individu memiliki keterikatan dalam tindakannya untuk meyakinkan, mendukung
kegiatan dan terlibat dalam organisasi.
Variabel selanjutnya yang akan diteliti adalah faktor penyebab yang
berdasar dari persepsi individu terhadap iklim organisasinya, karena iklim
organisasi diasumsikan mempengaruhi perilaku anggota organisasi dan
mempengaruhi efektifitas instansi pendidikan. Iklim organisasi dapat ditangkap
melalui persepsi anggota organisasi mengenai lingkungan kerjanya. Hang, et, al.
(2009) menyatakan bahwa iklim organisasi umumnya mengacu pada bagaimana
karyawan memandang lingkungan kerja mereka, yang mempengaruhi sikap yang
berhubungan dengan pekerjaan dan perilaku mereka sehingga dapat memberikan
kerangka acuan individu dalam memahami kehidupan organisasi. Menurut Shim
(2010) kualitas iklim organisasi dapat dilihat pada karyawan yang memiliki
persepsi yang positif terhadap lingkungan akan mampu mencapai banyak hal
berharga untuk organisasinya dan tetap terlibat dalam pekerjaan serta memberikan
kualitas layanan terbaik untuk suatu instansinya. Sebaliknya, iklim yang buruk
dapat dilihat dari rendahnya tingkat prestasi karyawan, tingginya role overload,
konflik peran, dan kelelahan emosional. Karena iklim organisasi mempengaruhi
perilaku, maka perilaku tersebut diduga juga termasuk OCB.
Variabel iklim organisasi meliputi autonomy, cohesion, trust, pressure,
support, recognition, fairness, dan innovation. Terkait dengan variabel iklim
organisasi dapat dirumuskan kerangka berfikir sebagai berikut: pada variabel
autonomy, karyawan yang mempersepsikan bahwa instansi memberikan
kebebasan dalam merancang pekerjaan dengan cara yang memberikan karyawan
lingkup yang luas dalam prosedur kerjanya akan menaikkan sikap dan perilaku
karyawan untuk menampilkan OCB. Sebaliknya, karyawan yang mempersepsikan
instansinya membatasi prosedur kerjanya akan menurunkan sikap dan perilaku
karyawan untuk menampilkan OCB. Ketika atasan memberikan karyawan
kebebasan dan pilihan dalam melaksanakan pekerjaan mereka, karyawan akan
lebih termotivasi dan merasa nyaman dalam pekerjaan mereka sehingga akan
mempengaruhi perilaku mereka untuk menampilkan OCB.
Variabel cohesion, karyawan yang mempersepsikan terdapat kebersamaan
diantara lingkup organisasi termasuk sikap tolong menolong untuk saling
membantu didalam organisasi maka akan menaikkan sikap dan perilaku karyawan
untuk menampilkan OCB. Sebaliknya, karyawan yang mempersepsikan
individualisme diantara lingkup organisasi termasuk sikap acuhnya antar
karyawan didalam organisasi akan menurunkan sikap dan perilaku karyawan
untuk menampilkan OCB. Organisasi yang memberikan suasana kebersamaan
didalam lingkungannya akan menjadikan pekerjaan guru menjadi lebih ringan dan
membuat keintiman antar guru meningkat sehingga mengakibatkan perubahan
sikap dan perilaku karyawan untuk menampilkan OCB.
Variabel trust, karyawan yang mempersepsikan terdapat kebebasan untuk
berkomunikasi secara terbuka dengan atasan mengenai isu sensitif dan personal
didalam organisasi akan menaikkan sikap dan perilaku karyawan untuk
menampilkan OCB. Sebaliknya, karyawan yang mempersepsikan organisasi
membatasi komunikasi mengenai isu sensitif dan personal akan menurunkan sikap
dan perilaku karyawan untuk menampilkan OCB. Organisasi yang memberikan
kebebasan untuk berkomunikasi diharapkan bahwa integritas komunikasi seperti
itu tidak dilanggar, sehingga masalah isu sensitif dapat segera terjawab dan
membuat karyawan tenang dalam bekerja. Ketika karyawan merasa diperhatikan
perasaannya oleh organisasi, hal tersebut akan membuat karyawan melakukan
perilaku OCB.
Variabel pressure, karyawan yang mempersepsikan sesuainya tuntutan
waktu yang diberikan organisasi untuk menyelesaikan tugas dan standar kerjanya
akan menaikkan sikap dan perilaku karyawan untuk menampilkan OCB.
Sebaliknya karyawan yang mempersepsikan tingginya tuntutan waktu yang
diberikan organisasi untuk menyelesaikan tugas dan standar kerjanya akan
menurunkan sikap dan perilaku karyawan untuk menampilkan OCB. Tingginya
tuntutan tugas yang harus dikerjakan akan membuat karyawan tidak menampilkan
OCB karena karyawan tidak memiliki waktu yang lebih diluar pekerjaan
formalnya.
Variabel support, karyawan yang mempersepsikan adanya dukungan dan
pengertian dari atasannya akan menaikkan sikap dan perilaku karyawan untuk
menampilkan OCB. Sebaliknya, karyawan yang mempersepsikan tidak adanya
dukungan dan pengertian dari atasan akan menurunkan sikap dan perilaku
karyawan untuk menampilkan OCB. Organisasi yang memberikan dukungan dan
pengertian terhadap karyawan akan membuat karyawan termotivasi untuk
menampilkan perilaku yang terbaik dalam organisasinya termasuk OCB.
Variabel recognition, karyawan yang mempersepsikan bahwa kontribusi
yang telah diberikan diakui dan dihargai oleh organisasi akan menaikkan sikap
dan perilaku karyawan untuk menampilkan OCB. Sebaliknya, karyawan yang
mempersepsikan tidak ada kontribusi yang dihargai dan diakui oleh organisasi
akan menurunkan sikap dan perilaku karyawan untuk menampilkan OCB.
Organisasi yang menghargai kontribusi karyawan akan membuat karyawan
merasa bahwa apa yang sudah dikerjakan dilihat dan di perhatikan oleh organisasi
sehingga karyawan tidak merasa sia-sia dalam melakukan tugas yang akhirnya
membuat karyawan menampilkan OCB.
Variabel fairness, karyawan yang mempersepsikan bahwa praktik dalam
organisasi adil, wajar dan tidak sewenang-wenang atau tetap akan menaikkan
sikap dan perilaku karyawan untuk menampilkan OCB. Sebaliknya, karyawan
yang mempersepsikan praktik dalam organisasi berat sebelah, bias dan berubah-
ubah akan menaikkan sikap dan perilaku karyawan untuk menampilkan OCB.
Organisasi memiliki aturan yang tegas sesuai dengan kewajaran dan tidak berat
sebelah akan membuat karyawan merasa diberlakukan adil sehingga tidak ada
kecurigaan antar karyawan. Hal tersebut dikarenakan organisasi dalam mengambil
keputusan tidak melampaui batas keadilan dan kewajaran sehingga karyawan akan
menampilkan OCB.
Variabel innovation, karyawan yang mempersepsikan bahwa perubahan
dan kreativitas didukung oleh organisasi akan menaikkan sikap dan perilaku
karyawan untuk menampilkan OCB. Sebaliknya, karyawan yang mempersepsikan
bahwa perubahan dan kreativitas tidak didukung oleh organisasi akan
menurunkan sikap dan perilaku karyawan untuk menampilkan OCB. Karyawan
yang merasa bahwa kreatifitasnya di dukung oleh organisasi akan membuat
karyawan merasa dihargai dan merasa dibutuhkan oleh organisasi sehingga
membuat orang menampilkan OCB.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ketika individu merasa
memiliki komitmen yang kuat terhadap organisasinya dan merasa memiliki
persepsi yang positif dalam lingkungan kerjanya akan memiliki kecenderungan
untuk menampilkan OCB. Dengan adanya perilaku OCB pada guru dalam instansi
pendidikan akan meningkatkan mutu organisasinya. Timbulnya OCB para guru
diharapkan dapat menarik minat dan loyalitas peserta didik dalam menggunakan
jasa pendidikan di instansi pendidikan tersebut.
Berdasarkan paparan tersebut, maka kerangka berfikir penelitian ini dapat
digambarkan dalam skema berikut ini:
Komitmen Organisasi
Iklim Organisasi
Gambar 2.1. Pengaruh Iklim Organisasi dan Komitmen Organisasi Terhadap OCB
2.5. Hipotesis penelitian
Hipotesis mayor
Ha : Terdapat pengaruh signifikan komitmen organisasi dan iklim organisasi
terhadap OCB.
Hipotesis minor
Ha1 : Terdapat pengaruh signifikan affective commitment terhadap OCB.
Ha2 : Terdapat pengaruh signifikan continuance commitment terhadap OCB.
Ha3 : Terdapat pengaruh signifikan normative commitment terhadap OCB.
Ha4 : Terdapat pengaruh signifikan autonomy terhadap OCB.
Ha5 : Terdapat pengaruh signifikan cohesion terhadap OCB.
Autonomy
Cohesion
Trust
Pressure
Support
Recognition
Fairness
Innovation
Continuance Commitment
Affective Commitment
Normative Commitment
Organizational
Citizenship Behavior
(OCB)
Ha6 : Terdapat pengaruh signifikan trust terhadap OCB.
Ha7 : Terdapat pengaruh signifikan pressure terhadap OCB.
Ha8 : Terdapat pengaruh signifikan support terhadap OCB.
Ha9 : Terdapat pengaruh signifikan recognition terhadap OCB.
Ha10 : Terdapat pengaruh signifikan fairness terhadap OCB.
Ha11 : Terdapat pengaruh signifikan innovation terhadap OCB.
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab tiga ini, akan dipaparkan mengenai populasi, sampel dan teknik
pengumpulan sampel, variabel penelitian, definisi operasional variabel, instrument
penelitian, teknik pengujian validitas konstruk, metode analisis data dan prosedur
penelitian.
3.1. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah guru pada 4 SMPN yaitu: 55 guru SMPN 13
Madiun; 48 guru SMPN 1 Takeran, Magetan; 52 guru SMPN 1 Kawedanan,
Magetan; dan 47 guru SMPN 2 Bendo, Magetan. Karakteristik populasi dalam
penelitian ini yaitu guru pengajar tetap di sekolah tersebut yang seluruhnya
berjumlah 202 guru. Sampel dalam penelitian ini jumlahnya sama dengan jumlah
populasi yang ada sebanyak 202 guru. Dengan kata lain, pengambilan sampel
pada penelitian ini bersifat total sampling yaitu semua anggota populasi akan
dijadikan sampel.
3.2. Variabel Penelitian
Adapun variabel penelitian yang digunakan meliputi organization citizenship
behavior (OCB), iklim organisasi dan komitmen organisasi.
3.2.1. Dependent Variable
Variabel bergantung (dependent variable) dalam penelitian ini yaitu OCB,
meliputi: altruism (mementingkan orang lain), conscientiousness (sifat berhati-
hati), sportsmanship (sikap sportif), courtesy (kesopanan), dan civic virtue
(kebajikan).
42
3.2.2. Independent Variable
Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini yaitu komitmen
organisasi dan iklim organisasi.
1. Komitmen organisasi, meliputi: affective commitment (komitmen afektif),
continuance commitment (komitmen berkelanjutan), dan normative
commitment (komitmen normatif).
2. Iklim organisasi, meliputi: autonomy (otonomi), cohesion (kebersamaan), trust
(kepercayaan), pressure (tekanan), support (dukungan), recognition
(pengakuan), fairness (keadilan), dan innovation (inovasi).
3.3. Definisi Operasional Variabel
3.3.1. Organizational Citizenship Behavior
OCB adalah sikap membantu dengan tanpa meminta imbalan apapun yang
ditunjukkan oleh anggota organisasi, yang sifatnya konstruktif, dihargai oleh
suatu instansi tetapi tidak secara langsung berhubungan dengan tugas formal
individu. Dalam penelitian ini peneliti mengukur skala OCB dari kelima aspek
yang diidentifikasi oleh Organ, Podsakoff dan Mackenzie (2006) meliputi:
altruism (mementingkan orang lain), conscientiousness (sifat berhati-hati),
sportsmanship (sikap sportif), courtesy (kesopanan), dan civic virtue (kebajikan).
1. Altruism, yaitu perilaku individu yang secara sukarela dalam peranannya
sebagai seseorang karyawan sangat memiliki pengaruh untuk membantu
individu tertentu yang memiliki permasalahan dalam organisasi. Adapun
indikatornya yaitu kemauan untuk menolong orang lain dalam hal mengatasi
masalah kerja.
2. Conscientiousness, yaitu perilaku individu yang secara sukarela dan
menguntungkan serta melebihi apa yang dipersyaratkan oleh organisasi seperti
membantu pekerjaan karyawan yang tidak hadir, mematuhi peraturan dan
regulasi perusahaan, merelakan waktu istirahat, dan seterusnya. Adapun
indikatornya yaitu kesediaan untuk melakukan hal yang menguntungkan
organisasi seperti mematuhi peraturan di organisasi.
3. Sportsmanship, yaitu perilaku individu yang secara sukarela dalam
kesediaannya sebagai seseorang karyawan yang menunjukkan sikap toleransi
terhadap situasi yang kurang ideal dalam organisasi tanpa mengeluh
sedikitpun. Adapun indikatornya yaitu kesediaan untuk melakukan toleransi
pada situasi yang kurang ideal.
4. Courtesy, yaitu perilaku individu yang secara sukarela dalam peranannya
sebagai karyawan untuk membantu mencegah timbulnya masalah yang
berhubungan dengan pekerjaan atau masalah pekerjaan yang timbul dari pihak
laur atau rekan sekerja. Adapun indikatornya yaitu kemauan untuk mencegah
masalah yang mungkin muncul dalam pekerjaan.
5. Civic victue, yaitu perilaku individu yang secara sukarela dalam perannya
mengindikasikan bahwa ia terlibat secara langsung dan bertanggung jawab
atas kelangsungan organisasi yang bersangkutan dengan kehidupan atau
perusahaan. Adapun indikatornya yaitu kesediaan untuk terlibat dalam
kegiatan organisasi dan kesediaan untuk perduli pada kelangsungan hidup
organisasi.
3.3.2. Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi adalah hubungan psikologis karyawan berupa derajat
kepercayaan karyawan dan penerimaan tujuan organisasi serta keinginan
memberikan kontribusi terhadap instansi yang akan tetap tinggal atau tidak akan
meninggalkan organisasi. Penelitian ini berdasarkan skala komitmen organisasi
dari Allen dan Meyer (1990), yang membagi menjadi tiga aspek meliputi:
affective commitment (komitmen afektif), continuance commitment (komitmen
berkelanjutan), dan normative commitment (komitmen normatif).
1. Continuance commitment yaitu kecenderungan seseorang untuk terus bekerja
dalam sebuah organisasi. Penilaian pegawai tentang apakah biaya untuk
keluar dari organisasi adalah lebih besar daripada biaya untuk terus bekerja di
dalam organisasi. Pegawai yang menganggap bahwa biaya untuk keluar dari
organisasi lebih besar dari pada biaya untuk tetap bekerja dalam organisasi,
akan tetap bertahan di dalam organisasi karena karyawan mau tidak mau
harus melakukannya. Adapun indikatornya yaitu karyawan merasa rugi jika
meninggalkan organisasi.
2. Affective commitment yaitu kekuatan dari keinginan seseorang untuk terus
bekerja untuk sebuah organisasi karena ia setuju dengan organisasinya dan
ingin melakukannya. Keterikatan emosional yang dirasakan pegawai, rasa
ikut sebagai bagian dari organisasi dan rasa keterlibatan dalam organisasi.
Pegawai yang memiliki komitmen afektif yang kuat akan bertahan di dalam
organisasi karena mereka sendiri yang menginginkannya. Adapun
indikatornya yaitu karyawan memiliki ikatan emosional dan rasa ikut sebagai
bagian dari organisasi.
3. Normative commitment yaitu perasaan karyawan dari kewajiban untuk tinggal
dengan organisasi karena tekanan dari orang lain. Rasa tanggung jawab yang
dimiliki pegawai terhadap organisasinya. Pegawai yang memiliki tingkat
komitmen normatif yang tinggi akan tetap bertahan di dalam organisasi
karena mereka merasa bahwa itu adalah yang seharusnya dilakukan. Adapun
indikatornya yaitu kesadaran karyawan bahwa komitmen terhadap organisasi
merupakan hal yang memang seharusnya dilakukan
3.3.3. Iklim Organisasi
Iklim organisasi adalah kualitas lingkungan internal dalam organisasi yang
memiliki karakteristik, sehingga berbeda dengan organisasi lainnya.
Digambarkan melalui persepsi para anggota organisasi terhadap lingkungan kerja
mengenai apa yang ada atau yang terjadi di lingkungan internal organisasi secara
rutin, yang mempengaruhi sikap dan perilaku anggota organisasi. Koys dan
Decotiis (1991) mendefinisikan iklim organisasi sebagai persepsi bersama
anggota organisasi terhadap lingkungan kerja mengenai apa yang diberikan oleh
organisasi atau yang ada di lingkungan internal organisasi secara rutin, yang
mempengaruhi sikap dan perilaku anggota organisasi selanjutnya. Koys dan
Decotiis (1991) mengidentifikasi lebih dari 80 dimensi yang kemudian diseleksi
dan ditetapkan menjadi 8 dimensi iklim yang bersifat universal meliputi:
autonomy (otonomi), cohesion (kebersamaan), trust (kepercayaan), pressure
(tekanan), support (dukungan), recognition (pengakuan), fairness (keadilan), dan
innovation (inovasi).
1. Autonomy yaitu persepsi mengenai penentuan sendiri prosedur kerja tujuan
dan prioritas. Adapun indikatornya yaitu dapat menentukan sendiri cara atau
prosedur kerja.
2. Cohesion yaitu perasaan kebersamaan diantara lingkup organisasi, termasuk
kemauan anggota organisasi untuk menyediakan bahan-bahan bantuan
sehingga didalam organisasi timbul rasa saling membantu dengan tidak
membeda-bedakan antar karyawan. Kebersaaman antar karyawan di dalam
lingkup organisasi menjadikan pekerjaan lebih ringan. Adapun indikatornya
yaitu rasa saling memiliki antar sesama anggota. Saling membantu dan
menjaga sesama anggota.
3. Trust yaitu persepsi kebebasan untuk berkomunikasi secara terbuka dengan
anggota organisasi level atas mengenai isu sensitif dan personal. Adanya
kebebasan untuk berkomunikasi tersebut diharapkan bahwa integritas
komunikasi seperti itu tidak dilanggar. Selain itu dengan adanya kebebasan
untuk berkomunikasi secara terbuka, maka setiap anggota organisasi dapat
saling membuka diri antar sesama anggota organisasi. Adapun indikatornya
yaitu saling membuka diri antar sesama anggota organisasi dan keterbukaan
dalam berkomunikasi.
4. Pressure yaitu persepsi mengenai tuntutan waktu untuk menyelesaikan tugas
dan standar kineria. Adapun indikatornya yaitu tuntutan terhadap standar
performasi dan waktu penyelesaian tugas.
5. Support yaitu persepsi toleransi perilaku anggota organisasi oleh atasannya,
termasuk membiarkan anggota belajar dari kesalahannya tanpa ketakutan dan
hukuman. Adapun indikatornya yaitu saling menerima dan mendukung
sesama anggota.
6. Recognition yaitu persepsi bahwa kontribusi anggota organisasi kepada
organisasi diakui dan dihargai. Adapun indikatornya yaitu adanya pengakuan
dari organisasi terhadap kontribusi dan penghargaan karena menyelesaikan
tugas dengan baik.
7. Fairness yaitu persepsi bahwa praktik organisasi adil, wajar, dan tidak
sewenang-wenang atau berubah-ubah. Karyawan berpersepsi bahwa
organisasi memiliki aturan yang tegas sesuai dengan kewajaran dan tidak berat
sebelah. Hal tersebut dikarenakan organisasi dalam mengambil keputusan
tidak melampaui batas keadilan dan kewajaran. Adapun indikatornya yaitu
merasa diperlakukan adil oleh organisasi dan menerima aturan kerja
organisasi.
8. Innovation yaitu persepsi bahwa perubahan dan kreativitas di dukung,
termasuk pengambilan resiko mengenai bidang baru di mana anggota
organisasi tidak atau sedikit mempunyai pengalaman sebelumnya. Adapun
indikatornya yaitu berusaha mencoba metode baru dalam bekerja.
3.4. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data
3.4.1. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
skala yang diberikan langsung kepada subjek. Skala merupakan aturan yang
diperlukan untuk mengkuantitatifkan data dari pengukuran suatu variabel. Dalam
penilitian ini, peneliti menggunakan tiga instrumen sebagai alat pengumpulan
data, yaitu:
1. Skala OCB, yang disusun dengan menggunakan skala model Likert.
2. Skala komitmen organisasi, yang disusun dengan menggunakan skala model
Likert.
3. Skala iklim organisasi, yang disusun dengan menggunakan skala model
Likert.
3.4.2. Instrumen Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner untuk menggumpulkan data
penelitian yaitu kuesioner OCB, komitmen organisasi dan iklim organisasi. Skala
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model skala Likert yang dimodifikasi.
Skala Likert pada skala penelitian ini digunakan empat pilihan jawaban, yaitu
sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS).
Nilai untuk keempat pilihan jawaban sebagai berikut:
Tabel 3.1
Format Skoring Skala Likert
Kategori Favorable Unfavorable
SS = sangat sesuai 4 1
S = sesuai 3 2
TS = tidak sesuai 2 3
STS = sangat tidak sesuai 1 4
Pada penelitian ini subjek akan diberikan skala yang terdiri dari dua bagaian. Pada
bagaian awal dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Bagian pengantar, berisi tentang nama peneliti, tujuan penelitian, kerahasiaan
jawaban yang diberikan, dan ucapan terima kasih.
2. Bagian data diri responden, berisi tetang identitas diri, tempat bekerja, dan
jenis kelamin.
Kemudian pada bagian inti, berisi alat ukur yang akan diteliti. Adapun
instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu:
1. Skala OCB
Skala yang digunakan untuk mengukur OCB dalam penelitian ini yaitu alat ukur
OCBs yang terdapat lima faktor yang diidentifikasi oleh Organ (1988) dan diukur
oleh Podsakoff, MacKenzie, Moorman, & Fetter pada tahun 1990. Skalanya
adalah altruism, conscientiousness, sportsmanship, courtesy, dan civic virtue dan
sebanyak 24 item mengukur konstruk OCB. Adapun blue print skala OCB:
Tabel 3.2
Blue Print Item OCB
No Aspek Indikator Nomor item Total
Fav Unfav
1 Altruism Kemauan untuk menolong
orang lain dalam hal
mengatasi masalah kerja.
1,2,
3,4,5
5
2 Conscientiousness Kesediaan untuk
melakukan hal yang
menguntungkan organisasi
seperti mematuhi
peraturan di organisasi.
6,7,8,
9,10
5
3 Sportmanship Kesediaan untuk
melakukan toleransi pada
situasi yang kurang ideal.
11,
12,13,
14,15
5
4 Courtesy Kemauan untuk mencegah
masalah yang mungkin
muncul dalam pekerjaan.
16,
17,18,
19, 20
5
5 Civic virtue Kesediaan untuk terlibat
dalam kegiatan organisasi.
Kesediaan untuk perduli
pada kelangsungan hidup
organisasi.
21,22,
23, 24
4
Total keseluruhan 19 5 24
2. Skala komitmen organisasi
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur skala komitmen
organisasi ini yaitu self-scoring questionnaire yang diadaptasi dari Allen dan
Meyer’s (1990) yang dinamakan organizational commitment quationnaire (OCQ),
dengan skala yang berjumlah 24 item dari 3 aspek. Ketiga aspek tersebut antara
lain affective commitment, continuance commitment, dan normative commitment.
Adapun blue print skala komitmen organisasi sebagai berikut:
Tabel 3.3
Blue Print Item Komitmen Organisasi
No Aspek Indikator Nomor item Total
Fav Unfav
1. Affective
commitment Karyawan memiliki
ikatan emosional.
Karyawan merasa ikut
sebagai bagian dari
organisasi
1,2,3,7
4, 5, 6,
8
8
2. Continuance
commitment Karyawan merasa rugi
jika meninggalkan
organisasi.
10, 12,
13, 14,
15, 16
9, 11, 8
3. Normative
commitment Kesadaran karyawan
bahwa komitmen
terhadap organisasi
merupakan hal yang
memang seharusnya
dilakukan.
17,18,19,
20,23,24
21,22 8
Total keseluruhan 16 8 24
3. Skala iklim organisasi
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur skala iklim organisasi yaitu
organizational climate quesionare (OCQ) yang dikembangkan oleh Koys dan
Decotiis (l99l) dengan 8 dimensi diantaranya adalah autonomy, cohesion, trust,
pressure, support, recognition, fairness, and innovation dengan jumlah 40 item.
Adapun blue print skala iklim organisasi sebagai berikut:
Tabel 3.4
Blue Print Item Iklim Organisasi
No Aspek Indikator Nomor item Total
Fav Unfav
1. Autonomy Dapat menentukan sendiri cara
atau prosedur kerja.
1,2,3,4, 5 5
2. Cohesion Rasa saling memiliki antar
sesama anggota.
6,7,8,9 5
Saling membantu dan menjaga
sesama anggota.
10
3. Trust Saling membuka diri antar
sesama anggota organisasi.
11,12,
13,14
5
Keterbukaan dalam
berkomunikasi.
15
4. Pressure Tuntutan terhadap standar
performasi dan waktu
penyelesaian tugas.
17 16,18,
19,20
5
5. Support Saling menerima dan mendukung
sesama anggota.
21,22,23,
24,25
5
6. Recognition Adanya pengakuan dari
organisasi terhadap kontribusi.
26,28,
29,30
27 5
Penghargaan karena
menyelesaikan tugas dengan
baik.
7. Fairness Merasa diperlakukan adil oleh
organisasi.
28,29,
30,31,
5
Menerima aturan kerja organisasi 32
8. Innovation Berusaha mencoba metode baru
dalam bekerja.
36,37,38,
39,40
5
Total keseluruhan 35 5 40
3.5. Uji Validitas Konstruk
Sebelum melakukan analisis data, peneliti melakukan pengujian terhadap validitas
konstruk ketiga instrumen yang digunakan, yaitu OCB, iklim organisasi,
komitmen organisasi. Peneliti menggunakan uji validitas konstruk instrumen
tersebut dengan menggunakan CFA (Confirmatory Factor Analysis) dengan
software Lisrel 8.70. Adapun logika dasar dari CFA menurut Umar (2011):
1. Bahwa ada sebuah konsep berupa kemampuan yang didefinisikan secara
oprasional sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk
mungukurnya. Kemampuan ini disebut faktor, sedangkan pengukuran
terhadap faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas itemnya.
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga tiap
subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun subtes
bersifat unidimensional.
3. Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi matriks
korelasi antar item yang seharusnya diperoleh jika memang unidimensional.
Matriks korelasi antar item yang seharusnya diperoleh jika memang
unidimensional. Matriks korelasi ini disebut sigma kemudian
dibandingkan dengan matriks dari data empiris, yang disebut matriks S. jika
teori tersebut benar (unidimensional) maka tentunya tidak ada perbedaan
matriks matriks S atau bisa juga dinyatakan dengan S = 0.
4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan chi-
square. Jika hasil chi-square tidak signifikan p > 0.05, maka hipotesis nihil
tersebut “tidak ditolak”. Artinya teori unidimensionalitas tersebut dapat
diterima bahwa item ataupun sub tes instrument hanya mengukur satu faktor.
5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan atau
tidak mengukur apa yang hendak diukur, dengan menggunakan t-value. Jika
hasil t-value tidak signifikan maka item tersebut tidak signifikan dalam
mengukur apa yang hendak di ukur, bila perlu item yang demikian di drop.
6. Terakhir, apabila dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan
faktornya negatif, maka item tersebut harus di drop. Sebab hal ini tidak sesuai
dengan sifat item, yang bersikap positif (favourable).
Setelah diuji validitasannya, kemudian diuji pula realibilitas dari item-
item yang dimiliki peneliti. Reliabilitas adalah seberapa besar proporsi varian dari
total skor yang merupakan varian dari true skor. Nilai reliabilitas nantinya
didapatkan sekaligus ketika melakukan uji validitas dengan bantual software
Lisrel 8.7. Diteorikan bahwa pertama-tama yang dilakukan untuk mengetahui
apakah item-item yang ada pada alat ukur valid adalah dengan dicari model fit
dari tiap variabel yang terdiri dari item-item. Kemudian untuk melihat item yang
valid dan item yang harus di eliminasi ditentukan berdasarkan kriteria sebagai
berikut:
1. Pertama dilihat apakah nilai T (T-Value) pada item-item variabel terdapat
tanda negatif (-). Disyaratkan bahwa nilai T (T-Value) harus (+). Jika terdapat
nilai T-Value negatif pada item, maka item tersebut tidak diikutsertakan dalam
pengolahan menjadi standardize score (Z-Score) yang kemudian dirubah ke
dalam faktor skor.
2. Kriteria lainnya adalah koefisien muatan faktor. Apabila nilai koefisien
muatan faktor nilainya rendah dengan nilai t lebih kecil dari 1,96 berarti
koefisien muatan faktor tidak signifikan. Maka item tersebut dengan koefisien
faktor yang kecil harus di eliminasi.
3. Kesalahan pengukuran berkorelasi. Apabila ditemukan item dengan banyak
melakukan kesalahan pengukuran yang berkorelasi dengan banyak item lain,
dapat diartikan bahwa item tersebut selain mengukur satu hal, juga mengukur
hal lain. Sehingga item tersebut harus di eliminasi. Kemudian setelah
dilakukan modifikasi terhadap model, maka dilakukan olah data untuk
mendapatkan faktor skornya. Olah data dapat menggunakan SPSS 17. Dengan
ketentuan tidak mengikutsertakan skor mentah dari item yang dieliminasi.
4. Setelah proses mendapatkan Z-score dilakukan, kemudian dikonversikan
dalam skala T (T-score) yang rumus perhitungannya adalah
Tx = 50 + (15*Zx)
Keterangan : Tx = T Score untuk variabel x
Zx = standardized score
Faktor skor yang masih mengandung angka negatif harus dikonfersikan
menjadi true-score dengan mean standar deviasi (mean SD) sebesar 15.
5. Setelah true-score (t-score) diperoleh dari masing-masing variabel, maka
dilakukan analisis regresi. Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi
berganda (multiple regression analysis).
3.5.1. Uji Validitas Konstruk Skala OCB
Terdapat 24 item dalam skala ini dimana dari hasil analisis CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor, diperoleh nilai Chi-square = 1488.22; df = 252; P-value
= 0.00000; RMSEA = 0.156, nilai tersebut menunjukkan bahwa model tidak fit.
Oleh karena itu, peneliti kemudian melakukan modifikasi terhadap model satu
faktor tersebut, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan
berkorelasi satu dengan yang lainnya. Kemudian setelah dilakukan modifikasi
sebanyak 79 kali diperoleh model fit dengan Chi-square = 201.99; df = 172; P-
value = 0.05855; RMSEA = 0.029. Nilai Chi-Square menghasilkan P-Value > 0.05
(tidak signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat
diterima bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu OCB. Path diagram
ada di lampiran.
Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil
tentang muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.5 berikut:
Tabel 3.5
Muatan Faktor Item Skala OCB
Item Koefisien Standar Eror Nilai t Signifikansi
1 0.49 0.07 7.25 V
2 0.32 0.07 4.47 V
3 0.37 0.07 5.15 V
4 0.30 0.07 4.42 V
5 0.68 0.06 10.49 V
6 0.27 0.07 10.48 V
7 0.54 0.07 7.96 V
8 0.36 0.07 5.15 V
9 0.57 0.07 7.99 V
10 0.61 0.07 8.95 V
11 0.15 0.07 2.21 V
12 0.24 0.07 3.35 V
13 0.55 0.07 8.35 V
14 0.24 0.07 3.42 V
15 0.15 0.07 2.07 V
16 0.54 0.07 8.13 V
17 0.29 0.07 4.02 V
18 0.53 0.07 7.92 V
19 0.47 0.07 6.50 V
20 0.23 0.07 3.32 V
21 0.54 0.07 8.19 V
22 0.71 0.06 11.07 V
23 0.43 0.07 6.40 V
24 0.37 0.07 5.40 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1.96 atau t < -1.96); X = tidak signifikan (-
1.96 ≤ t ≤ 1.96)
Berdasarkan tabel 3.5 tidak terdapat item yang memiliki nilai -1.96 ≤ t ≤
1.96, sehingga berdasarkan uji t seluruh item signifikan. Selanjutnya melihat
koefisien dari item, apakah ada yang bermuatan negatif. Pada tabel tidak terdapat
item yang muatan faktornya negatif. Sehingga item tidak ada yang di drop.
3.5.2. Uji Validitas Konstruk Skala Komitmen Organisasi
1. Komitment affektive
Skala komitment affective pada dimensi komitmen organisasi terdiri dari delapan
item. Peneliti menguji apakah delapan item tersebut bersifat unidimensional
artinya hanya mengukur komitmen organisasi saja. Dari hasil yang diperoleh CFA
dengan model satu faktor adalah Chi-square = 75.70; df = 20; p-value = 0.00000;
RMSEA = 0.118, nilai tersebut menunjukkan bahwa model tidak fit, selanjutnya
peneliti melakukan modifikasi terhadap model satu faktor tersebut. Kesalahan
pengukuran terhadap model dibebaskan berkorelasi satu dengan yang lainnya.
Kemudian setelah dilakukan modifikasi sebanyak tiga kali diperoleh model fit
dengan Chi-Square = 24.12; df = 17; P-value = 0.11631; RMSEA = 0.046. Nilai
Chi-Square menghasilkan P-Value > 0.05 (tidak signifikan), yang artinya model
dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item mengukur
satu faktor saja yaitu komitmen organisasi. Path diagram ada di lampiran.
Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil
tentang muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor seperti pada tabel 3.6 berikut:
Tabel 3.6
Muatan Faktor Item Skala Komitment Affective
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1.96 atau t < -1.96); X = tidak signifikan (-1.96 ≤
t ≤ 1.96)
Berdasarkan tabel 3.6 tidak terdapat item yang memiliki nilai -1.96 ≤ t ≤
1.96, sehingga berdasarkan uji t seluruh item signifikan. Selanjutnya melihat
koefisien dari item, apakah ada yang bermuatan negatif. Pada tabel tidak terdapat
item yang muatan faktornya negatif. Sehingga item tidak ada yang di drop.
2. Komitment continuance
Skala komitment continuance pada dimensi komitmen organisasi terdiri dari
delapan item. Peneliti menguji apakah delapan item tersebut bersifat
unidimensional artinya hanya mengukur komitmen organisasi saja. Dari hasil
yang diperoleh CFA dengan model satu faktor adalah, Chi-square = 104.53; df =
20; P-value = 0.00000; RMSEA = 0.145, nilai tersebut menunjukkan bahwa model
tidak fit, selanjutnya peneliti melakukan modifikasi terhadap model satu faktor
tersebut. Kesalahan pengukuran terhadap model dibebaskan berkorelasi satu
dengan yang lainnya. Kemudian setelah dilakukan modifikasi sebanyak 3 kali
diperoleh model fit dengan Chi-Square = 26.27; df = 17; P-value = 0.07311;
RMSEA = 0.052. Nilai Chi-Square menghasilkan P-Value > 0.05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat
Item Koefisien Standar Eror Nilai t Signifikansi
1 0.44 0.08 5.54 V
2 0.42 0.08 5.22 V
3 0.70 0.07 9.78 V
4 0.53 0.08 6.98 V
5 0.53 0.07 7.09 V
6 0.53 0.07 7.18 V
7 0.43 0.08 5.66 V
8 0.58 0.07 7.82 V
diterima bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu komitmen
organisasi. Path diagram ada di lampiran.
Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil
tentang muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap muatan faktor seperti pada tabel 3.7 berikut:
Tabel 3.7
Muatan Faktor Item Skala Komitment Continuance
Item Koefisien Standar Eror Nilai t Signifikansi
1 0.45 0.09 5.11 V
2 0.09 0.08 1.15 X
3 0.59 0.08 7.73 V
4 0.49 0.08 6.38 V
5 0.44 0.08 5.57 V
6 0.44 0.08 5.44 V
7 0.53 0.08 6.94 V
8 0.70 0.08 9.02 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96 atau t<-1.96); X = tidak signifikan (-
1.96≤ t ≤1.96)
Berdasarkan tabel 3.7 nilai t bagi koefisien item 2 tidak signifikan,
sedangkan koefisien item lainnya signifikan. Dengan demikian item 2 akan di
drop. Artinya, nilai pada item 2 tidak ikut dianalisis dalam perhitungan faktor
skor. Selanjutnya melihat koefisien dari item apakah ada yang bermuatan negatif.
Dari tabel 3.7, item yang tersisa pada kolom koefisien tidak terdapat item yang
muatan faktornya negatif. Sehingga item yang akan di drop hanya item 2.
3. Komitment normative
Skala komitment normative pada dimensi komitmen organisasi terdiri dari 8 item.
Peneliti menguji apakah 8 item tersebut bersifat unidimensional artinya hanya
mengukur komitmen organisasi saja. Dari hasil yang diperoleh CFA dengan
model satu faktor adalah Chi-square = 169.44; df = 20; P-value = 0.00000;
RMSEA = 0.193, nilai tersebut menunjukkan bahwa model tidak fit, selanjutnya
peneliti melakukan modifikasi terhadap model satu faktor tersebut. Kesalahan
pengukuran terhadap model dibebaskan berkorelasi satu dengan yang lainnya.
Kemudian setelah dilakukan modifikasi sebanyak 7 kali diperoleh model fit
dengan Chi-Square = 22.00; df = 13; P-value = 0,05538; RMSEA = 0.059. Nilai
Chi-Square menghasilkan P-Value > 0.05 (tidak signifikan), yang artinya model
dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item mengukur
satu faktor saja yaitu komitmen organisasi. Path diagram ada di lampiran.
Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil
tentangmuatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap muatan faktor seperti pada tabel 3.8 berikut:
Tabel 3.8
Muatan Faktor Item Skala Komitment Normative
Item Koefisien Standar Eror Nilai t Signifikansi
1 0.67 0.09 7.45 V
2 0.02 0.07 0.33 X
3 0.47 0.07 6.89 V
4 0.99 0.07 14.28 V
5 0.49 0.07 6.65 V
6 0.56 0.07 8.22 V
7 o.44 0.07 6.51 V
8 0.26 0.07 3.78 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96 atau t<-1.96); X = tidak signifikan (-
1.96 ≤ t ≤ 1.96)
Berdasarkan tabel 3.8 nilai t bagi koefisien item 2 tidak signifikan,
sedangkan koefisien item lainnya signifikan. Dengan demikian item 2 akan di
drop. Artinya, nilai pada item 2 tidak ikut dianalisis dalam perhitungan faktor
skor. Selanjutnya melihat koefisien dari item apakah ada yang bermuatan negatif.
Dari tabel 3.8, item yang tersisa pada kolom koefisien tidak terdapat item yang
muatan faktornya negatif. Sehingga secara keseluruhan item yang akan di drop
hanya item 2.
3.5.3. Uji Validitas Konstruk Skala Iklim Organisasi
1. Autonomy
Skala autonomy pada dimensi iklim organisasi terdiri dari empat item. Peneliti
menguji apakah empat item tersebut bersifat unidimensional artinya hanya
mengukur iklim organisasi saja. Dari hasil yang diperoleh CFA dengan model
satu faktor adalah Chi-square = 77.30; df = 5; P-value = 0.00000; RMSEA =
0.268, nilai tersebut menunjukkan bahwa model tidak fit, selanjutnya peneliti
melakukan modifikasi terhadap model satu faktor tersebut. Kesalahan pengukuran
terhadap model dibebaskan berkorelasi satu dengan yang lainnya. Kemudian
setelah dilakukan modifikasi sebanyak 2 kali diperoleh model fit dengan Chi-
Square = 5.23; df = 3; P-value = 0,15565; RMSEA = 0.061. Nilai Chi-Square
menghasilkan P-Value > 0.05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu
faktor (unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item mengukur satu faktor
saja yaitu iklim organisasi. Path diagram ada di lampiran.
Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil
tentang muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap muatan faktor seperti pada tabel 3.9 berikut
Tabel 3.9
Muatan Faktor Item Autonomy
Item Koefisien Standar Eror Nilai t Signifikansi
1 0.49 0.07 7.29 V
2 0.88 0.06 15.55 V
3 0.98 0.05 18.47 V
4 0.84 0.06 14.27 V
5 0.48 0.07 7.04 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1.96 atau t < -1.96); X = tidak signifikan (-
1.96 ≤ t ≤ 1.96)
Pada tabel 3.9 tidak terdapat item yang memiliki nilai -1.96 ≤ t ≤ 1.96,
sehingga berdasarkan uji t seluruh item signifikan. Selanjutnya melihat muatan
faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif. Pada tabel tidak terdapat
item yang muatan faktornya negatif. Sehingga tidak ada item yang di drop.
2. Cohesion
Skala cohesion pada dimensi iklim organisasi terdiri dari 5 item. Peneliti menguji
apakah 5 item tersebut bersifat unidimensional artinya hanya mengukur iklim
organisasi saja. Dari hasil yang diperoleh CFA dengan model satu faktor adalah
Chi-square = 42.48; DF = 5; P-value = 0.00000; RMSEA = 0.193, nilai tersebut
menunjukkan bahwa model tidak fit, selanjutnya peneliti melakukan modifikasi
terhadap model satu faktor tersebut. Kesalahan pengukuran terhadap model
dibebaskan berkorelasi satu dengan yang lainnya. Kemudian setelah dilakukan
modifikasi sebanyak 2 kali diperoleh model fit dengan Chi-Square = 6.29; df = 3;
P-value = 0,09815; RMSEA = 0.074. Nilai Chi-Square menghasilkan P-Value >
0.05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional)
dapat diterima bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu iklim
organisasi. Path diagram ada di lampiran.
Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil
tentang muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap muatan faktor seperti pada tabel 3.10 berikut:
Tabel 3.10
Muatan Faktor Item Cohesion
Item Koefisien Standar Eror Nilai t Signifikansi
1 0.72 0.06 11.43 V
2 0.99 0.06 17.14 V
3 0.76 0.06 12.21 V
4 0.68 0.07 9.87 V
5 0.75 0.07 11.31 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96 atau t<-1.96); X = tidak signifikan (-
1.96≤ t ≤ 1.96)
Pada tabel 3.10 tidak terdapat item yang memiliki nilai -1.96≤ t ≤ 1.96,
sehingga berdasarkan uji t seluruh item signifikan. Selanjutnya melihat muatan
faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif. Pada tabel tidak terdapat
item yang muatan faktornya negatif. Sehingga tidak ada item yang di drop.
3. Trust
Skala trust pada dimensi iklim organisasi terdiri dari 5 item. Peneliti menguji
apakah 5 item tersebut bersifat unidimensional artinya hanya mengukur iklim
organisasi saja. Dari hasil yang diperoleh CFA dengan model satu faktor adalah
Chi-square = 30.33; df = 5; P-value = 0.00001; RMSER = 0.159, nilai tersebut
menunjukkan bahwa model tidak fit, selanjutnya peneliti melakukan modifikasi
terhadap model satu faktor tersebut. Kesalahan pengukuran terhadap model
dibebaskan berkorelasi satu dengan yang lainnya. Kemudian setelah dilakukan
modifikasi sebanyak 2 kali diperoleh model fit dengan Chi-Square = 3.44; df = 3;
P-value = 0,32925; RMSEA = 0.027. Nilai Chi-Square menghasilkan P-Value >
0.05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional)
dapat diterima bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu iklim
organisasi. Path diagram ada di lampiran.
Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil
tentang muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap muatan faktor seperti pada tabel 3.11 berikut:
Tabel 3.11
Muatan Faktor Item Trust
Item Koefisien Standar Eror Nilai t Signifikansi
1 0.66 0.07 9.39 V
2 0.76 0.07 10.70 V
3 0.78 0.07 11.84 V
4 0.61 0.07 8.90 V
5 0.70 0.07 10.36 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1.96 atau t < -1.96); X = tidak signifikan (-
1.96 ≤ t ≤ 1.96)
Pada tabel 3.11 tidak terdapat item yang memiliki nilai -1.96 ≤ t ≤ 1.96,
sehingga berdasarkan uji t seluruh item signifikan. Selanjutnya melihat muatan
faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif. Pada tabel tidak terdapat
item yang muatan faktornya negatif. Sehingga tidak ada item yang di drop.
4. Pressure
Skala pressure pada dimensi iklim organisasi terdiri dari 5 item. Peneliti menguji
apakah 5 item tersebut bersifat unidimensional artinya hanya mengukur iklim
organisasi saja. Dari hasil yang diperoleh CFA dengan model satu faktor adalah
Chi-square = 22.72; df = 5; P-value = 0.00038; RMSEA = 0.133, nilai tersebut
menunjukkan bahwa model tidak fit, selanjutnya peneliti melakukan modifikasi
terhadap model satu faktor tersebut. Kesalahan pengukuran terhadap model
dibebaskan berkorelasi satu dengan yang lainnya. Kemudian setelah dilakukan
modifikasi sebanyak 1 kali diperoleh model fit dengan Chi-Square = 5.47; df = 4;
P-value = 0,24227; RMSEA = 0.043. Nilai Chi-Square menghasilkan P-Value >
0.05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional)
dapat diterima bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu iklim
organisasi. Path diagram ada di lampiran.
Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil
tentang muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap muatan faktor seperti pada tabel 3.12 berikut:
Tabel 3.12
Muatan Faktor Item Pressure
Item Koefisien Standar Eror Nilai t Signifikansi
1 0.72 0.06 11.24 V 2 0.69 0.06 10.64 V 3 0.77 0.06 12.52 V 4 0.88 0.06 13.13 V 5 0.85 0.06 14.39 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96 atau t<-1.96); X = tidak signifikan (-1.96≤ t ≤
1.96)
Pada tabel 3.12 tidak terdapat item yang memiliki nilai -1.96≤ t ≤ 1.96,
sehingga berdasarkan uji t seluruh item signifikan. Selanjutnya melihat muatan
faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif. Pada tabel tidak terdapat
item yang muatan faktornya negatif. Sehingga secara keseluruhan tidak ada item
yang di drop.
5. Support
Skala support pada dimensi iklim organisasi terdiri dari 5 item. Peneliti menguji
apakah 5 item tersebut bersifat unidimensional artinya hanya mengukur iklim
organisasi saja. Dari hasil yang diperoleh CFA dengan model satu faktor adalah
Chi-square = 56.54; df = 5; P-value = 0.00000; RMSEA = 0.226, nilai tersebut
menunjukkan bahwa model tidak fit, selanjutnya peneliti melakukan modifikasi
terhadap model satu faktor tersebut. Kesalahan pengukuran terhadap model
dibebaskan berkorelasi satu dengan yang lainnya. Kemudian setelah dilakukan
modifikasi sebanyak 2 kali diperoleh model fit dengan Chi-Square = 4.39; df = 3;
P-value = 0,22229; RMSEA = 0.048. Nilai Chi-Square menghasilkan P-Value >
0.05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional)
dapat diterima bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu iklim
organisasi. Path diagram ada di lampiran.
Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil
tentang muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap muatan faktor seperti pada tabel 3.13 berikut:
Tabel 3.13
Muatan Faktor Item Support
Item Koefisien Standar Eror Nilai t Signifikansi
1 0.72 0.06 11.38 V
2 0.94 0.06 15.60 V
3 0.93 0.06 15.28 V
4 0.78 0.06 12.56 V
5 0.66 0.06 10.36 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1.96 atau t < -1.96); X = tidak signifikan (-
1.96 ≤ t ≤ 1.96)
Pada tabel 3.13 tidak terdapat item yang memiliki nilai -1.96≤ t ≤ 1.96,
sehingga berdasarkan uji t seluruh item signifikan. Selanjutnya melihat muatan
faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif. Pada tabel tidak terdapat
item yang muatan faktornya negatif. Sehingga tidak ada item yang di drop.
6. Recognition
Skala recognition pada dimensi iklim organisasi terdiri dari 5 item. Peneliti
menguji apakah 5 item tersebut bersifat unidimensional artinya hanya mengukur
iklim organisasi saja. Dari hasil yang diperoleh CFA dengan model satu faktor
adalah Chi-square = 66.54; df = 5; P-value = 0.00000; RMSEA = 0.247, nilai
tersebut menunjukkan bahwa model tidak fit, selanjutnya peneliti melakukan
modifikasi terhadap model satu faktor tersebut. Kesalahan pengukuran terhadap
model dibebaskan berkorelasi satu dengan yang lainnya. Kemudian setelah
dilakukan modifikasi sebanyak 3 kali diperoleh model fit dengan Chi-Square =
4.71; df = 2; P-value = 0,09511; RMSEA = 0.082. Nilai Chi-Square menghasilkan
P-Value > 0.05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu faktor
(unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja
yaitu iklim organisasi. Path diagram ada di lampiran.
Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil
tentang muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap muatan faktor seperti pada tabel 3.14 berikut:
Tabel 3.14
Muatan Faktor Item Recognition
Item Koefisien Standar Eror Nilai t Signifikansi
1 0.66 0.09 7.08 V
2 0.55 0.08 7.27 V
3 0.36 0.07 4.80 V
4 0.61 0.08 7.86 V
5 0.85 0.09 9.56 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1.96 atau t < -1.96); X = tidak signifikan (-
1.96 ≤ t ≤ 1.96)
Pada tabel 3.14 tidak terdapat item yang memiliki nilai -1.96 ≤ t ≤ 1.96, sehingga
berdasarkan uji t seluruh item signifikan. Selanjutnya melihat muatan faktor dari
item, apakah ada yang bermuatan negatif. Pada tabel tidak terdapat item yang
muatan faktornya negatif. Sehingga tidak ada item yang di drop.
7. Fairness
Skala fairness pada dimensi iklim organisasi terdiri dari 5 item. Peneliti menguji
apakah 5 item tersebut bersifat unidimensional artinya hanya mengukur iklim
organisasi saja. Dari hasil yang diperoleh CFA dengan model satu faktor adalah
Chi-square = 34.70; df = 5; P-value = 0.00000; RMSEA = 0.172, nilai tersebut
menunjukkan bahwa model tidak fit, selanjutnya peneliti melakukan modifikasi
terhadap model satu faktor tersebut. Kesalahan pengukuran terhadap model
dibebaskan berkorelasi satu dengan yang lainnya. Kemudian setelah dilakukan
modifikasi sebanyak 2 kali diperoleh model fit dengan Chi-Square = 3.91; df = 3;
P-value = 0,27152; RMSEA = 0.039. Nilai Chi-Square menghasilkan P-Value >
0.05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional)
dapat diterima bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu iklim
organisasi. Path diagram ada di lampiran.
Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil
tentang muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap muatan faktor seperti pada tabel 3.15 berikut:
Tabel 3.15
Muatan Faktor Item fairness
Item Koefisien Standar Eror Nilai t Signifikansi
1 0.93 0.06 16.47 V
2 0.80 0.06 13.06 V
3 0.64 0.07 9.70 V
4 0.75 0.06 12.06 V
5 0.46 0.07 6.45 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1.96 atau t < -1.96); X = tidak signifikan (-
1.96≤ t ≤ 1.96)
Pada tabel 3.15 tidak terdapat item yang memiliki nilai -1.96 ≤ t ≤ 1.96,
sehingga berdasarkan uji t seluruh item signifikan. Selanjutnya melihat muatan
faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif. Pada tabel tidak terdapat
item yang muatan faktornya negatif. Sehingga tidak ada item yang di drop.
8. Innovation
Skala innovation pada dimensi iklim organisasi terdiri dari 5 item. Peneliti
menguji apakah 5 item tersebut bersifat unidimensional artinya hanya mengukur
iklim organisasi saja. Dari hasil yang diperoleh CFA dengan model satu faktor
adalah Chi-square = 16.10; df = 5; P-value = 0.00655; RMSEA = 0.105, nilai
tersebut menunjukkan bahwa model tidak fit, selanjutnya peneliti melakukan
modifikasi terhadap model satu faktor tersebut. Kesalahan pengukuran terhadap
model dibebaskan berkorelasi satu dengan yang lainnya. Kemudian setelah
dilakukan modifikasi sebanyak 1 kali diperoleh model fit dengan Chi-Square =
4.82; df = 4; P-value = 0,30589; RMSEA = 0.032. Nilai Chi-Square menghasilkan
P-Value > 0.05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu faktor
(unidimensional) dapat diterima bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja
yaitu iklim organisasi. Path diagram ada di lampiran.
Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut
perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis nihil
tentang muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap muatan faktor seperti pada tabel 3.16 berikut:
Tabel 3.16
Muatan Faktor Item Innovation
Item Koefisien Standar Eror Nilai t Signifikansi
1 0.67 0.07 9.95 V
2 0.85 0.06 13.65 V
3 0.75 0.07 11.44 V
4 0.69 0.07 10.41 V
5 0.32 0.08 4.20 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t>1.96 atau t<-1.96); X = tidak signifikan (-
1.96≤ t ≤ 1.96)
Berdasarkan tabel 3.16 tidak terdapat item yang memiliki nilai -1.96≤ t ≤
1.96, sehingga berdasarkan uji t seluruh item signifikan. Selanjutnya melihat
muatan faktor dari item, apakah ada yang bermuatan negatif. Pada tabel tidak
terdapat item yang muatan faktornya negatif. Sehingga secara keseluruhan tidak
ada item yang di drop.
3.6. Prosedur Pengumpulan Data
Penelitian ini berjalan dengan tiga tahapan prosedur penelitian, yaitu tahapan
persiapan, pelaksanaan penelitian, dan pengolahan data.
1. Persiapan
Dimulai dengan perumusan masalah, menentukan variabel yang akan diteliti,
melakukan kajian teori untuk mendapatkan gambaran dan penjelasan yang
tepat tentang variabel penelitian. Kemudian menentukan, menyusun dan
menyiapkan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian: skala OCB,
komitmen organisasi dan iklim organisasi
2. Pelaksanaan penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 1 juli 2014 di SMPN 13 Madiun dengan
sampel sebanyak 55 guru. Penelitian selanjutnya dilaksanakan pada tanggal 21
juli 2014 di SMPN 1 Kawedanan, Magetan dengan sampel sebanyak 52 guru;
SMPN 1 Takeran, Magetan dengan sampel 48 guru; dan SMPN 2 Bendo,
Magetan dengan sampel 47 guru.
3. Pengolahan data
Untuk setiap variabel penelitian peneliti menghitung true skor (faktor skor)
dengan menggunakan CFA untuk melihat valid atau tidaknya item yang kita
gunakan. Setelah menghitung true skor, dilakukan analisis data dengan
menggunakan metode statistik untuk menguji hipotesis penelitian, teknik
analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Peneliti
menggunakan teknik tersebut karena ingin mencari pengaruh antara variabel
bebas (Independent Variable) komitmen organisasi dan iklim organisasi
terhadap variabel terikat (Dependent Variable) OCB. Dalam menganalisis,
peneliti menggunakan program aplikasi SPSS.
3.7. Metode Analisa Data
Dalam menguji hipotesis penelitian yaitu pengujian hipotesis mayor dan
pengujian hipotesis minor. Secara empiris, maka peneliti mengolah data yang
didapat dengan menggunakan teknik statistic multiple regression analysis
(analisis regresi berganda). Teknik analisis regresi berganda ini digunakan agar
dapat menjawab hipotesis yang ada di bab 2. Dengan dependent variabel yaitu
OCB dan independent variabel yaitu komitmen organisasi dan iklim organisasi,
maka persamaan regresinya adalah sebagai berikut:
Y’= a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5+b6X6+b7X7+b8X8+b9X9+b10X10+b11X11
Keterangan :
Y’ = OCB
a = Konstan intersepsi
b = Koefisien regresi untuk masing-masing X
X1 = Autonomy
X2 = Cohesion
X3 = Trust
X4 = Pressure
X5 = Support
X6 = Recognition
X7 = Fairness
X8 = Innovation
X9 = Kommitment affektive
X10 = Kommitment continuance
X11 = Kommitmen normative
Dari analisis regresi berganda dapat diperoleh nilai R, yaitu koefisien
korelasi berganda antara dependen variable OCB dengan independent variable
iklim organisasi dan komitmen organisasi. Besarnya nilai OCB disebabkan oleh
independent variable yang telah disebutkan ditunjukkan oleh koefisien
determinasi berganda atau R2 (R Square). R2 merupakan perkiraan proporsi
varians dari OCB yang dipengaruhi oleh independent variable. Uji R2 yang
dilakukan mengindikasikan apakah regresi Y terhadap independent variable
secara bersama-sama signifikan secara statistik. Kemudian untuk membuktikan
apakah regresi Y pada X signifikan, maka digunakan uji F. Dari hasil uji F yang
dilakukan nantinya, dapat dilihat apakah variable-variabel independent yang
diujikan memiliki pengaruh terhadap dependen variable. Rumus uji F adalah
sebagai berikut (Pedhazur, 1982) :
R2/k
F=
(1- R2) / (N-k-1)
Keterangan : k = jumlah independent variable
N = jumlah sampel.
Selanjutnya peneliti menguji apakah pengaruh yang diberikan oleh
masing-masing variabel independent signifikan terhadap dependent variable
dengan menggunakan uji t. Uji t akan dilakukan sebanyak sepuluh kali sesuai
dengan variabel yang dianalisis. Uji t yang dilakukan mengunakan rumus sebagai
berikut :
b
t=
Sb
Keterangan : b = koefisien regresi
Sb = standar eror dari b
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai gambaran umum subjek penelitian,
analisis deskriptif, kategorisasi skor, uji hipotesis dan proporsi varians.
4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian
Untuk mendapatkan gambaran umum mengenai latar belakang subjek penelitian
maka pada subbab ini ditampilkan gambaran banyaknya subjek penelitian
berdasarkan jenis kelamin.
Tabel 4.1
Gambaran Umum Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persen
Laki-laki 85 42.1%
Perempuan 117 57.9%
Total 202 100%
Dari tabel 4.1, dapat dilihat bahwa subjek dalam penelitian ini didominasi oleh
perempuan dengan persentase 57.9% dibandingkan laki-laki hanya 42.1% dari
202 subyek penelitian.
4.2. Analisis Deskriptif
Hasil analisis deskriptif adalah hasil yang memberikan gambaran data penelitian,
yang berisi nilai minimum, maximum, mean dan standar deviasi (SD). Sebelum
dilakukan, data terlebih dahulu dipindahkan skalanya berdasarkan rumus t-score
dengan persamaan : T = 50+10*z. Setelah memperoleh skor faktor yang telah
diubah menjadi t-score nilai baku ini kemudian akan dianalisis dalam uji hipotesis
korelasi dan regresi. Hal yang sama berlaku untuk seluruh variabel pada penelitian
ini. Nilai tersebut akan disajikan dalam tabel 4.2 di bawah ini:
74
Tabel 4.2
Deskiptif Statistik
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
OCB 202 29.86 65.26 50.00 9.18636
Commitment affective 202 22.06 63.12 50.00 8.61534
Commitment continuance 202 21.94 61.87 50.00 8.48714
Commitment normative 202 24.70 62.92 50.00 8.86904
Autonomy 202 18.99 59.20 50.00 9.45090
Cohesion 202 9.40 58.97 50.00 9.13682
Fairness 202 24.57 62.43 50.00 9.14148
Innovation 202 19.89 63.83 50.00 8.53667
Pressure 202 22.08 60.47 50.00 9.12550
Recognition 202 20.71 62.86 50.00 8.94623
Support 202 20.94 60.30 50.00 9.29291
Trust 202 15.81 62.49 50.00 8.93032
Valid N (listwise) 202
Pada tabel 4.2 juga dapat diketahui skor terendah dari OCB 29.86 dan skor
tertinggi 65.26. Skor terendah pada dimensi commitment affective dari variabel
komitmen organisasi 22.06 dan skor tertinggi 63.12. Skor terendah pada dimensi
commitment continuance dari variabel komitmen organisasi 21.94 dan skor
tertinggi 61.87. Skor terendah pada dimensi commitment normative dari variabel
komitmen organisasi 24.70 dan skor tertinggi 62.92. Skor terendah pada dimensi
autonomy dari variabel iklim organisasi 18.99 dan skor tertinggi 59.20. Skor
terendah pada dimensi cohesion dari variabel iklim organisasi 9.40 dan skor
tertinggi 58.97. Skor terendah pada dimensi fairness dari variabel iklim
organisasi 24.57 dan skor tertinggi 62.43. Skor terendah pada dimensi innovation
dari variabel iklim organisasi 19.89 dan skor tertinggi 63.83. Skor terendah pada
dimensi pressure dari variabel iklim organisasi 22.08 dan skor tertinggi 60.47.
Skor terendah pada dimensi recognition dari variabel iklim organisasi 20.71 dan
skor tertinggi 62.86. Skor terendah pada dimensi support dari variabel iklim
organisasi 20.94 dan skor tertinggi 60.30. Skor terendah pada dimensi trust dari
variabel iklim organisasi 15.81 dan skor tertinggi 62.49.
4.3. Pengelompokkan Subjek Berdasarkan Variabel Penelitian
Kategorisasi variabel bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam
kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut kontinum
berdasarkan atribut yang diukur. Kontinum jenjang ini contohnya adalah dari
rendah ke sedang kemudian ke tinggi yang akan penulis gunakan dalam
kategorisasi variabel penelitian. Sebelum mengkategorisasikan skor masing-
masing variabel berdasarkan tingkat rendah dan tinggi, penulis terlebih dahulu
menetapkan norma dari skor dengan menggunakan nilai mean dan standar
deviasi. Maka akan diperoleh nilai persentase kategori untuk masing-masing
variabel sebagaimana yang terdapat pada tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3
Norma Interpretasi Skor
Kategori Rumus
Tinggi X >M+SD
Sedang M-SD≤X ≤ M+SD
Rendah X <M-SD
Setelah norma kategorisasi tersebut diperoleh, selanjutnya akan dijelaskan
perolehan nilai presentase kategorisasi untuk variabel OCB, affective
commitment, continuance commitment, normative commitment, autonomy,
cohesion, fairness, innovation, pressure, recognition, support, dan trust. Uraian
mengenai gambaran kategori skor variabel penelitian berdasarkan tinggi, sedang
dan rendahnya variabel OCB, affective commitment, continuance commitment,
normative commitment, autonomy, cohesion, fairness, innovation, pressure,
recognition, support, dan trust disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.4 Kategorisasi Responden Penelitian
No
Variabel Kategorisasi dan presentase skor
Rendah
(Orang)
% Sedang
(Orang)
% Tinggi
(Orang)
%
1 OCB 33 16.3 147 72.8 22 10.9
2 Affective 34 16.8 154 76.2 14 6.8
3 Continuance 21 10.4 169 83.7 12 5.9
4 Normative 29 14.4 147 72.8 26 12.9
5 Autonomy 22 10.9 180 89.1 0 0
6 Cohesion 23 11.4 179 88.6 0 0
7 Fairness 26 12.9 126 62.4 50 24.8
8 Innovation 12 5.9 155 76.7 35 17.3
9 Pressure 28 13.9 120 59.4 54 26.7
10 Recognition 29 14.4 145 71.8 28 13.9
11 Support 22 10.9 125 61.9 55 27.2
12 Trust 24 11.9 146 72.3 32 15.8
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa kebanyakan sampel berada pada
kategori sedang, pada variabel OCB sebanyak 147 orang (72.8%), commitment
affective sebanyak 154 orang (76.2%), commitment continuance sebanyak 169
orang (83.7%), commitment normative sebanyak 147 orang (72.8%). Selanjutnya
pada variabel autonomy sebanyak 180 orang (89.1%), cohesion sebanyak 179
(88.6%), fairness sebanyak 126 orang (62.4%), innovation sebanyak 155 orang
(76.7%), pressure sebanyak 120 orang (59.4%), recognition sebanyak 145 orang
(71.8%), support sebanyak 125 orang (61.9%), dan trust sebanyak 146 orang
(72.3%).
4.4. Uji Hipotesis Penelitian
4.4.1. Analisis Regresi Variabel Penelitian
Selanjutnya, uji hipotesis untuk mengetahui pengaruh antara masing-masing IV
terhadap DV dalam penelitian ini, analisisnya dilakukan dengan teknik analisis
regresi berganda. Data yang dianalisis ialah true score yang diperoleh dari hasil
analisis faktor yang skalanya sudah dipindahkan berdasarkan rumus t-score.
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, pada analisis regresi
akan dilihat 3 hal, yaitu nilai besaran R-square untuk mengetahui berapa persen
(%) varians DV yang dijelaskan oleh IV, kedua apakah secara keseluruhan IV
berpengaruh secara signifikan terhadap DV, kemudian terakhir melihat signifikan
atau tidaknya koefisien regresi dari masing-masing IV.
Langkah pertama, peneliti melihat besaran R square untuk mengetahui
berapa persen (%) varians DV yang dijelaskan oleh IV. Selanjutnya untuk tabel R-
square, dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut.
Tabel 4.5
Tabel R Square Model R R Square Adjusted R
Square
STD. Error Of The
Estimate
1 .813a .662 .642 5.49711
a. Predictors: (Constant), Autonomy, cohesion, trust, pressure, support,
recognition, fairness, innovation, Affective commitment, continuance
commitment, normative commitment.
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui informasi bahwa perolehan nilai R
square sebesar 0.662 atau sebesar 66.2%. Artinya proporsi varians dari OCB pada
guru yang dijelaskan oleh semua variable independent adalah sebesar 66.2%
sedangkan 33.8% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.
Selanjutnya peneliti melakukan uji F untuk menganalisis pengaruh dari
keseluruhan IV terhadap DV dalam hal ini adalah OCB pada guru. Adapun hasil
uji F dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.6
Anova Pengaruh Keseluruhan IV terhadap DV Model Sum Of Squares DF Mean Square F Sig.
1 Regression 11220.781 11 1020.071 33.757 .000
Residual 5741.467 190 30.218
Total 16962.248 201
a. Dependent Variable: OCB
b. Predictors: (Constant), Autonomy, cohesion, trust, pressure, support, recognition,
fairness, innovation, Affective, continuance, normative.
Berdasarkan tabel, dapat diketahui bahwa nilai sig adalah sebesar 0.000.
Dengan demikian diketahui bahwa nilai sig < 0.05, maka hipotesis nihil yang
menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan dari keseluruhan IV terhadap
OCB ditolak. Artinya, ada pengaruh yang signifikan dimensi variabel komitmen
organisasi (commitment affective, commitment continuance, and commitment
normative), dan dimensi variabel iklim organisasi (autonomy, cohesion, fairness,
innovation, pressure, recognition, support, and trust) terhadap OCB.
Langkah terakhir adalah melihat koefisien regresi tiap independent
variable. Jika nilai sig < 0.05 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang
berarti bahwa IV tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap OCB.
Tabel 4.7
Koefisien Regresi
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B STD. Error Beta
1 (Constant) -7.887 3.583 -2.202 .029
Affective .178 .068 .167 2.599 .010
Continuance .056 .063 .052 .886 .377
Normative .129 .065 .125 1.975 .050
Autonomy .242 .061 .249 3.979 .000
Cohesion .143 .062 .143 2.329 .021
Fairness .070 .065 .070 1.076 .283
Innovation .024 .052 .023 .471 .638
Pressure .134 .058 .133 2.290 .023
Recognition .092 .060 .090 1.539 .126
Support .030 .062 .031 .494 .622
Trust .058 .061 .057 .343 .343
a. Dependent Variable: OCB
Berdasarkan koefisien regresi pada tabel dapat disampaikan persamaan
regresi sebagai berikut :
OCB = -7.887 + 0.178 Affective + 0.056 continuance + 0.129 normative + 0.242
autonomy + 0.143 cohesion + 0.070 fairness + 0.024 innovation + 0.134 pressure
+ 0.092 recognition + 0.030 support + 0.058 trust.
Berdasarkan tabel 4.7 juga dapat diketahui signifikan atau tidaknya masing-
masing IV terhadap DV, hal ini untuk menjawab berbagai hipotesis dalam
penelitian ini, yaitu:
1. Variabel commitment affective
Pada tabel tersebut diperoleh koefisien regresi 0.178 dengan signifikansi 0.010
(sig<0.05), maka hipotesis nihil yang menyatakan “tidak ada pengaruh yang
signifikan commitment affective terhadap OCB” ditolak. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa commitment affective secara positif dan signifikan mempengaruhi OCB,
hal ini berarti semakin tinggi commitment affective maka OCBnya akan semakin
tinggi pula.
2. Variabel commitment continuance
Pada tabel tersebut diperoleh koefisien regresi 0.056 dengan signifikansi 0.377
(sig>0.05), maka hipotesis nihil yang menyatakan “tidak ada pengaruh yang
signifikan commitment continuance terhadap OCB” diterima. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa commitment continuance tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap OCB.
3. Variabel commitment normative
Pada tabel tersebut diperoleh koefisien regresi 0.129 dengan signifikansi 0.050
(sig>0.05), maka hipotesis nihil yang menyatakan “tidak ada pengaruh yang
signifikan commitment normative terhadap OCB” diterima. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa commitment normative tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap OCB.
4. Variabel autonomy
Pada tabel tersebut diperoleh koefisien regresi 0.242 dengan signifikansi 0.000
(sig<0.05), maka hipotesis nihil yang menyatakan “tidak ada pengaruh yang
signifikan autonomy terhadap OCB” ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
autonomy secara positif dan signifikan mempengaruhi OCB, hal ini berarti
semakin tinggi autonomy maka OCBnya akan semakin tinggi pula.
5. Variabel cohesion
Pada tabel tersebut diperoleh koefisien regresi 0.143 dengan signifikansi 0.021
(sig<0.05), maka hipotesis nihil yang menyatakan “tidak ada pengaruh yang
signifikan cohesion terhadap OCB” ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
cohesion secara positif dan signifikan mempengaruhi OCB, hal ini berarti
semakin tinggi cohesion maka OCBnya akan semakin tinggi pula.
6. Variabel fairness
Pada tabel tersebut diperoleh koefisien regresi 0.070 dengan signifikansi 0.283
(sig>0.05), maka hipotesis nihil yang menyatakan “tidak ada pengaruh yang
signifikan fairness terhadap OCB” diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
fairness tidak berpengaruh secara signifikan terhadap OCB.
7. Variabel innovation
Pada tabel tersebut diperoleh koefisien regresi 0.024 dengan signifikansi 0.638
(sig>0.05), maka hipotesis nihil yang menyatakan “tidak ada pengaruh yang
signifikan innovation terhadap OCB” diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
innovation tidak berpengaruh secara signifikan terhadap OCB.
8. Variabel pressure
Pada tabel tersebut diperoleh koefisien regresi 0.134 dengan signifikansi 0.023
(sig<0.05), maka hipotesis nihil yang menyatakan “tidak ada pengaruh yang
signifikan pressure terhadap OCB” ditolak. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
pressure secara positif dan signifikan mempengaruhi OCB, hal ini berarti semakin
tinggi pressure maka OCBnya akan semakin tinggi pula.
9. Variabel recognition
Pada tabel tersebut diperoleh koefisien regresi 0.092 dengan signifikansi 0.126
(sig>0.05), maka hipotesis nihil yang menyatakan “tidak ada pengaruh yang
signifikan recognition terhadap OCB” diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
recognition tidak berpengaruh secara signifikan terhadap OCB.
10. Variabel support
Pada tabel tersebut diperoleh koefisien regresi 0.030 dengan signifikansi 0.622
(sig>0.05), maka hipotesis nihil yang menyatakan “tidak ada pengaruh yang
signifikan support terhadap OCB” diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
support tidak berpengaruh secara signifikan terhadap OCB.
11. Variabel trust
Pada tabel tersebut diperoleh koefisien regresi 0.058 dengan signifikansi 0.343
(sig>0.05), maka hipotesis nihil yang menyatakan “tidak ada pengaruh yang
signifikan trust terhadap OCB” diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa trust
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap OCB.
4.4.2. Proporsi Varians
Selanjutnya peneliti ingin mengetahui bagaimana penambahan proporsi varians
dari masing-masing IV terhadap motivasi berprestasi.
Tabel 4.8
Proporsi Varians IV Terhadap DV
a. affective
b. affective, continuance
c. affective, continuance, normative
d. affective, continuance, normative, autonomy
e. affective, normative, continuance, autonomy, cohesion
f. affective, continuance, normative, autonomy, cohesion, fairness
g. affective, continuance, normative, autonomy, cohesion, fairness, innovation
h. affective, continuance, normative, autonomy, cohesion, fairness, innovation, pressure
i. affective, continuance, normative, autonomy, cohesion, fairness, innovation, pressure,
recognition
j. affective, continuance, normative, autonomy, cohesion, fairness, innovation, pressure,
recognition, support
k. affective, continuance, normative, autonomy, cohesion, fairness, innovation, pressure,
recognition, support, trust
Model R R
Square
Adjusted
R Square Std.
Error of
the
Estimate
Change Statistics
R
Square
Change
F Change df
1
df2 Sig.F
Change
1 .661a .437 .434 6.90843 .437 155.406 1 200 .000
2 .680b .462 .456 6.77335 .025 9.056 1 199 .003
3 .715c .511 .503 6.47371 .049 19.848 1 198 .000
4 .765d .586 .577 5.97328 .075 35.566 1 197 .000
5 .781e .609 .599 5.81469 .023 11.893 1 196 .001
6 .800f .641 .629 5.59166 .032 16.947 1 195 .000
7 .802g .643 .630 5.58900 .002 1.186 1 194 .278
8 .810h .656 .641 5.50220 .013 7.169 1 193 .008
9 .812i .659 .643 5.48625 .003 2.124 1 192 .147
10 .812j .660 .642 5.49575 .001 .337 1 191 .562
11 .813k .662 .642 5.49711 .002 .905 1 190 .343
Kolom ketiga (R-square) pada tabel 4.8 merupakan R-square dari IV yang
dianalisis, kolom keenam (R-square change) adalah penambahan varian DV dari
tiap IV yang dianalisis, kolom ketujuh (F-change) merupakan nilai F hitung bagi
IV yang bersangkutan, kolom kesepuluh (Sig.F change) adalah hasil dari
keseluruhan IV yang menyatakan signifikansi. Apabila nilai sig < 0.05 dikatakan
signifikan, sebaliknya jika nilai sig > 0.05 dikatakan tidak signifikan.
Berdasarkan data pada tabel 4.8 dapat disampaikan informasi sebagai berikut :
1. Variabel affective commitment memberikan sumbangan sebesar 43,7% dalam
varians OCB. Sumbangan tersebut signifikan dengan F Change = 155.406 dan
df1 = 1 dan df2 = 200 dengan Sig.F Change = 0,000 ( sig<0,05). Artinya,
sumbangan yang diberikan variabel affective commitment terhadap OCB
adalah signifikan.
2. Variabel continuance commitment memberikan sumbangan sebesar 2,5%
dalam varians OCB. Sumbangan tersebut signifikan dengan F Change = 9.056
dan df1 = 1 dan df2 = 199 dengan Sig.F Change = 0,003 (sig<0,05). Artinya,
sumbangan yang diberikan variabel continuance commitment terhadap OCB
adalah signifikan.
3. Variabel normative commitment memberikan sumbangan sebesar 4,9% dalam
varians OCB. Sumbangan tersebut signifikan dengan F Change = 19.848 dan
df1 = 1 dan df2 = 198 dengan Sig.F Change = 0,000 (sig<0,05).Artinya,
sumbangan yang diberikan variabel normative commitment terhadap OCB
adalah signifikan.
4. Variabel autonomy memberikan sumbangan sebesar 7,5% dalam varians
OCB. Sumbangan tersebut signifikan dengan F Change = 35,566 dan df1 = 1
dan df2 = 197 dengan Sig.F Change = 0,000 (sig<0,05). Artinya, sumbangan
yang diberikan variabel autonomy terhadap OCB adalah signifikan.
5. Variabel cohesion memberikan sumbangan sebesar 2,3% dalam varians OCB.
Sumbangan tersebut signifikan dengan F Change = 11,893 dan df1 = 1 dan
df2 = 196 dengan Sig.F Change = 0,001 (sig<0,05). Artinya, sumbangan yang
diberikan variabel cohesion terhadap OCB adalah signifikan.
6. Variabel fairness memberikan sumbangan sebesar 3,2% dalam varians OCB.
Sumbangan tersebut signifikan dengan F Change = 16.947 dan df1 = 1 dan
df2 = 195 dengan Sig.F Change = 0,000 (sig<0,05). Artinya, sumbangan yang
diberikan variabel fairness terhadap OCB adalah signifikan.
7. Variabel innovation memberikan sumbangan sebesar 0,2% dalam varians
OCB. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan F Change = 1.186 dan df1
= 1 dan df2 = 194 dengan Sig.F Change = 0,278 (sig>0,05). Artinya,
sumbangan yang diberikan variabel innovation terhadap OCB adalah tidak
signifikan.
8. Variabel pressure memberikan sumbangan sebesar 1,3% dalam varians OCB.
Sumbangan tersebut signifikan dengan F Change = 7.169 dan df1 = 1 dan df2
= 193 dengan Sig.F Change = 0,008 (sig<0,05). Artinya, sumbangan yang
diberikan variabel pressure terhadap OCB adalah signifikan.
9. Variabel recognition memberikan sumbangan sebesar 0,3% dalam varians
OCB. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan F Change = 2.124 dan df1
= 1 dan df2 = 192 dengan Sig.F Change = 0,147(sig>0,05). Artinya,
sumbangan yang diberikan variabel recognition terhadap OCB adalah tidak
signifikan.
10. Variabel support memberikan sumbangan sebesar 0,1% dalam varians OCB.
Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan F Change = 0.337 df1 = 1 dan
df2 = 191 dengan Sig.F Change = 0,562 (sig>0,05). Artinya, sumbangan yang
diberikan variabel support terhadap motivasi berprestasi adalah tidak
signifikan.
11. Variabel trust memberikan sumbangan sebesar 0,2% dalam varians OCB.
Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan F Change = 0.905 dan df1 = 1
dan df2 = 190 dengan Sig.F Change = 0,343 (sig>0,05). Artinya, sumbangan
yang diberikan variabel trust terhadap OCB adalah tidak signifikan.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa dari sebelas IV
terdapat tujuh IV yang signifikan sumbangannya terhadap OCB yaitu affective
commitment, continuance commitment, normative commitment, autonomy,
cohesion, fairness, and pressure, jika dilihat besarnya pertambahan R2 yang
dihasilkan setiap kali dilakukan penambahan IV (sumbangan proporsi varians
yang diberikan).
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Pada bab lima peneliti akan memaparkan lebih lanjut hasil dari penelitian yang
telah dilakukan. Bab ini terdiri dari tiga bagian yaitu kesimpulan, diskusi dan
saran.
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian maka kesimpulan yang dapat diambil
dari penelitian ini adalah: “ada pengaruh yang signifikan dari komitmen
organisasi (commitment affective, commitment continuance, commitment
normative) dan iklim organisasi (autonomy, cohesion, trust, pressure, support,
recognition, fairness, dan innovation) terhadap OCB guru SMPN di Madiun dan
Magetan. Dari sebelas variabel independen dalam penelitian ini, hanya ada empat
variabel independen yang signifikan pengaruhnya terhadap OCB yaitu affective
commitment, autonomy, cohesion, pressure. Dengan demikian hanya ada empat
hipotesis minor yang diterima yaitu ada pengaruh yang signifikan dari dimensi
komitmen organisasi pada variabel affective commitment terhadap OCB, ada
pengaruh yang signifikan dimensi iklim organisasi pada variabel autonomy
terhadap OCB, ada pengaruh yang signifikan dimensi iklim organisasi pada
variabel cohesion terhadap OCB dan ada pengaruh yang signifikan dimensi iklim
organisasi pada variabel pressure terhadap OCB.
Selanjutnya, jika dilihat berdasarkan proporsi varian masing-masing
variabel, ternyata terdapat tujuh variabel yang signifikan.variabel-variabel tersebut
87
adalah affective commitment, continuance commitment, normative commitment,
autonomy, cohesion, fairness and pressure.
5.2. Diskusi
Persaingan Jasa pendidikan yang tinggi sekarang ini, organisasi terus berusaha
membenahi diri untuk dapat bertahan dalam persaingan tersebut dan melakukan
perubahan guna menuju organisasi yang lebih efektif. Guru memiliki peran yang
penting dalam memajukan instansi pendidikan. Proses menuju organisasi yang
lebih efektif pada instansi pendidikan sangat dibutuhkan kesediaan seluruh
anggota organisasi untuk berkontribusi secara positif dalam menyikapi perubahan,
khususnya para guru. Perilaku untuk bersedia memberikan kontribusi positif ini
diharapkan tidak hanya terbatas dalam kewajiban secara formal, melainkan
idealnya lebih dari kewajiban formalnya.
Organ, et. al. (2006) menyatakan OCB adalah perilaku individu yang
mempunyai kebebasan untuk memilih, yang secara tidak langsung atau secara
eksplisit diakui dalam sistem reward, dan memberi kontribusi pada keefektifan
dan keefisienan fungsi organisasi. Walaupun OCB bukan perilaku yang secara
langsung berdampak pada kinerja tugas yang bersifat formal. Namun, OCB yang
ditunjukkan oleh hampir keseluruhan guru yang bekerja dalam suatu instansi
pendidikan akan menimbulkan terjalinnya hubungan yang semakin baik antar
individu dengan individu, individu dengan organisasi dan individu dengan peserta
didik, sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan mutu organisasi. OCB
yang ditampilkan oleh guru juga dapat menimbulkan kepercayaan peserta didik
untuk tetap menggunakan jasa instansi pendidikan.
Aspek yang mempengaruhi guru menampilkan OCB dalam penelitian ini
adalah komitmen organisasi, guru yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap
organisasi akan cenderung menampilkan OCB. Guru yang mempunyai komitmen
terhadap organisasi akan lebih besar untuk berbicara secara positif tentang
organisasi, memberikan bantuan kepada rekan kerja dan membuat kinerja
pekerjaan mereka melampaui perkiraan normal, menjadi stabilisator dalam
organisasi dan berpartisipasi secara sukarela terhadap kegiatan-kegiatan dalam
organisasi. Lebih terlibat dan merasa wajib untuk melakukan suatu aktivitas di
dalam organisasi, bahkan dalam hubungan sosial antar individu di dalam
organisasi. Seperti yang dikemukakan oleh Salancik (dalam Michael Amstrong,
2011) bahwa komitmen adalah suatu keadaan dimana seseorang individu
memiliki keterikatan dalam tindakannya untuk meyakinkan, mendukung kegiatan
dan terlibat dalam organisasi.
Aspek lain yang mempengaruhi guru menampilkan OCB dalam penelitian
ini adalah iklim organisasi, guru yang memiliki persepsi yang positif terhadap
lingkungan kerjanya akan cenderung menampilkan OCB. Iklim organisasi akan
menentukan apakah guru melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan atau tidak. Jika iklim organisasi dipersepsikan secara
positif, maka guru sebagai anggota organisasi akan sukarela melaksanakan
pekerjaannya dalam organisasi melebihi apa yang diharapkan dan dilaksanakan.
Sekolah memiliki tanggung jawab sosial pada lingkungan sehingga secara
alamiah guru akan mengembangkan kesediaan untuk bekerja melebihi tugas
utamanya untuk membantu mencapai tujuan sekolah. Atmosfer iklim organisasi
yang positif akan terakumulasi menjadi perilaku OCB. Menurut Shim (2010)
bahwa kualitas iklim organisasi dapat dilihat dari karyawan yang berpersepsi baik
terhadap lingkungan kerja mereka akan mampu mencapai banyak hal berharga
untuk organisasinya dan tetap terlibat dalam pekerjaan serta memberikan kualitas
layanan terbaik untuk suatu instansi atau perusahaan. Sebaliknya, iklim yang
buruk dapat dilihat dari rendahnya tingkat prestasi karyawan, tingginya role
overload, konflik peran, dan kelelahan emosional.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan
variabel komitmen organisasi pada aspek affective commitment dan iklim
organisasi pada aspek autonomy, cohesion, pressure terhadap OCB guru SMPN
13 Madiun; SMPN 1 Takeran, Magetan; SMPN 1 Kawedanan, Magetan; dan
SMPN 2 Bendo, Magetan.
Berdasarkan penelitian ini, variabel dari komitmen organisasi yaitu
affective commitment memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
OCB. Dapat disimpulkan, semakin tinggi affective commitment maka semakin
tinggi OCB yang ditampilkan guru. Sedangkan dua variabel yang lain, yaitu
continuance commitment dan normative commitment tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap OCB. Sehingga dari keseluruhan variabel komitmen
organisasi, hanya dimensi affective commitment yang memiliki pengaruh secara
positif dan signifikan terhadap OCB guru.
Sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan Purba dan Seniati
(2004) dari hasil penelitiannya mengenai komitmen organisasi terhadap OCB
pada aspek komitmen afektif berpengaruh positif dan signifikan terhadap hampir
keseluruhan dimensi OCB kecuali sportmanship. Hal ini mengindikasikan bahwa
karyawan yang ingin terus terikat di perusahaan cenderung senang membantu
rekan kerja dan atasannya, menghindari konflik interpersonal dengan rekan kerja
dan atasannya, peduli pada kelangsungan hidup perusahaan, tingkat kehadiran di
tempat kerja tinggi, patuh pada peraturan dan tata tertib organisasi, suka membela
kepentingan organisasi dan sering memberikan sumbang saran untuk
memperbaiki kinerja organisasi.
Menurut Purba dan Seniati (2004) komitmen organisasi pada aspek
komitmen normatif hanya mempengaruhi dimensi civic virtue. Hal ini berarti
karyawan yang merasa wajib terikat pada perusahaan cenderung akan terlibat
dalam kegiatan kegiatan perusahaan dan peduli terhadap kelangsungan
perusahaan. Komitmen normatif tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan
pada dimensi-dimensi yang lain dan OCB total. Kemungkinan hal ini disebabkan
perasaan wajib untuk tetap tinggal di perusahaan merupakan perasaan karyawan
terhadap perusahaan secara makro, sehingga mereka akan menampilkan perilaku-
perilaku yang makro pula.
Menurut Purba dan Seniati (2004) komitmen organisasi pada aspek
komitmen kontinuans berpengaruh negatif terhadap civic virtue, conscientiousness
dan OCB total. Hal tersebut mengindikasikan bahwa karyawan yang terikat
dengan perusahaan karena pertimbangan untung rugi cenderung tidak bersedia
menampilkan perilaku-perilaku yang tidak mendapatkan reward sehingga
karyawan tersebut tidak dapat diharapkan peduli terhadap kelangsungan hidup
perusahaan, tidak suka bekerja keras, dan tidak mau mengambil tanggung jawab
ekstra.
Hasil berbeda penelitian You dan Tsai (2012) menyatakan bahwa
komitmen organisasi pada aspek komitmen afektif memiliki efek positif dan
signifikan terhadap OCB. Komitmen organisasi pada aspek komitmen normatif
berpengaruh positif dan signifikan terhadap OCB. Sedangkan komitmen
organisasi pada aspek komitmen kontinuans tidak berpengaruh terhadap OCB.
Penelitian lain dilakukan Sambung (2012) pada dosen di universitas palangka raya
menyatakan bahwa komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap OCB. Dosen yang mempunyai komitment terhadap organisasi akan lebih
besar untuk secara positif tentang organisasi, memberikan bantuan pada rekan
kerja, kolega dan mahasiswa dan membuat kinerja pekerjaan mereka melampaui
perkiraan normal.
Feather dan Rauther (2004) bahwa komitmen organisasi memiliki
hubungan yang positif dan signifikan terhadap OCBs. Vinekar, et, al (2009)
mengenai komitmen organisasi terhadap organizational citizenship behavior
menunjukkan hasil yang signifikan sehingga OCB dapat dipengaruhi oleh faktor
komitmen organisasi. Mowday, et, al (dalam Michael Amstrong, 2011) komitmen
organisasi yaitu sebagai keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota
organisasi, keyakinan yang pasti dalam organisasi serta penerimaan nilai-nilai dan
tujuan organisasi, kesiapan untuk mengerahkan usaha yang cukup atas nama
organisasi. Dengan kata lain, komitmen organisasi merupakan sikap yang
mencerminkan kesetiaan seorang guru kepada instansi mereka secara
berkelanjutan di mana guru mengekspresikan kepedulian, kesuksesan dan
kesejahteraan mereka bagi organisasi. Guru yang memiliki komitmen yang tinggi
terhadap organisasi akan cenderung menampilkan OCB.
Selanjutnya berdasarkan analisis yang dilakukan pada variabel iklim
organisasi, yakni autonomy, cohesion, and pressure memiliki hubungan positif
dan signifikan terhadap OCB guru. Dapat disimpulkan, semakin tinggi autonomy,
cohesion, and pressure maka akan semakin tinggi OCB yang ditampilkan oleh
guru. Sedangkan empat variabel yang lain, yaitu fairness, trust, support,
recognition, and innovation tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
OCB. Sehingga dari keseluruhan variabel iklim organisasi hanya dimensi
autonomy, cohesion, and pressure yang memiliki pengaruh secara positif dan
signifikan terhadap OCB guru.
Sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan Krishnan, et. al.
(2013) dari hasil penelitiannya mengenai Job Autonomy terhadap OCB
menyatakan bahwa Autonomy berkorelasi positif dan signifikan terhadap OCB.
Penelitian menunjukkan bahwa pengusaha yang menyediakan pekerjaan otonom
bagi karyawan, meningkatkan kepuasan karyawan dan sebagai pertukaran,
karyawan membalas dengan terlibat dalam perilaku kerja yang positif seperti
OCB. Menurut teori karakteristik pekerjaan, ketika atasan memberikan karyawan
kebebasan dan pilihan dalam melaksanakan pekerjaan mereka, karyawan akan
lebih termotivasi dalam pekerjaan mereka dan akan lebih bersedia untuk
memberikan upaya mereka dalam kinerja non tugas seperti OCB di tempat kerja.
Aspek cohesion sejalan dengan penelitian Cohen, et. al (2012) menyatakan
komitmen afektif, ukuran kelompok dan Cohesion signifikan berkaitan dengan
OCB. Penelitian menunjukkan bahwa (a) individu yang berada dalam kelompok
besar maka cohesion akan meningkat, sebaliknya (b) individu yang berada dalam
kelompok kecil maka cohesion akan menurun. Ketika cohesion dalam organisasi
rendah perilaku OCB tidak ditampilkan.
Aspek pressure oleh Jain dan Cooper (2012) menyatakan bahwa stres
memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap OCB. Tuntutan pekerjaan
(pressure) (misalnya, konflik peran, beban kerja dan stres peran) sangat terkait
dengan tingkat stres yang lebih tinggi dan kelelahan emosional. OCB dianggap
positif oleh organisasi dan dihargai sampai batas tertentu. Tapi karyawan tidak
dihukum karena tidak menampilkan OCB. Di sisi lain, jika karyawan tidak
melakukan perilaku pada tugas formal, mereka bertanggung jawab untuk
dihukum. Ini berarti bahwa karyawan ingin mengurangi stres mereka dengan tidak
menampilkan OCB dan ini akan memungkinkan mereka untuk tetap produktif
dalam tugas formal mereka. Karyawan tidak menampilkan OCB jika tekanan
meningkat yang berakibat tingkat stres tinggi. Tekanan kerja membuat karyawan
merasa tindakan organisasi tidak menguntungkan. Berbeda dengan penelitian Join
dan Cooper (2012), pada penelitian Organ dan Rian (dalam Bolino & Turnley,
2005) menyatakan bahwa individu yang terlibat dalam tingkat OCB yang tinggi
dapat meningkatkan role overload and job stress. Bolino dan Turnley (2005)
menyatakan OCB dapat mempengaruhi organisasi dalam beberapa cara yang
positif, namun tidak tertutup kemungkinan bahwa terlibat dalam perilaku seperti
itu bisa memiliki konsekuensi negatif bagi karyawan yang melakukannya.
Penelitian yang dilakukan Agyemang (2013) mengenai persepsi pegawai
tentang iklim organisasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap OCB. Hal ini
berarti ketika karyawan merasa atau bepersepsi positif terhadap iklim organisasi
maka akan meningkatkan OCB karyawan. Sebaliknya, apabila persepsi terhadap
iklim organisasinya negatif maka akan menurunkan OCB karyawan. Agyemang
(2013) menyatakan untuk menciptakan iklim organisasi yang kondusif, prioritas
harus diberikan kepada masalah yang berhubungan dengan innovation, support,
recognition and autonomy.
Penelitian yang dilakukan Prihatsanti dan Dewi (2010) dari hasil
penelitiannya pada guru SD di sukoharjo menyatakan bahwa iklim organisasi
berpengeruh positif dan signifikan terhadap OCB. Prihatsanti dan Dewi (2010)
menambahkan Iklim organisasi akan berdampak positif jika iklim organisasi
memenuhi perasaan dan kebutuhan pegawai. Iklim ditentukan oleh seberapa baik
anggota diarahkan, dibangun dan dihargai oleh organisasi sehingga membentuk
pola perilaku positif, antara lain OCB. You dan Tsai (2012) dari hasil
penelitiannya menunjukkan hasil yang positif dan signifikan iklim organisasi
terhadap OCB. Secara impisit menjelaskan bahwa ketika iklim organisasi
meningkat maka akan meningkatkan OCB. Sebaliknya, jika iklim organisasi
rendah maka akan menurunkan OCB. Penelitian terdahulu mengenai iklim
organisasi terhadap OCB, secara umum tidak dijelaskan secara mendalam
bagaimana dimensi pada iklim organisasi berpengaruh terhadap OCB.
Persepsi mengenai iklim organisasi pada suatu instansi atau perusahaan
dapat berpengaruh terhadap sikap maupun pandangan guru. Iklim yang kondusif
serta perasaan nyaman yang dirasakan para guru akan dapat menimbulkan
kepercayaan terhadap organisasi sehingga guru ingin memberikan yang terbaik
bagi instansinya. Iklim yang kondusif akan memberikan pengaruh positif terhadap
keberhasilan suatu instansi dalam mencapai tujuannya, dan sebaliknya iklim yang
tidak kondusif akan menghambat laju instansi dalam mencapai tujuannya.
5.3. Saran
Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam
penelitian ini sehingga dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk melengkapi
kekurangan dan keterbatasan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh, peneliti membagi saran menjadi dua, yaitu saran teoritis dan saran
praktis. Saran tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi peneliti lain yang
akan meneliti variable dependent yang sama.
5.3.1. Saran teoritis
1. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan sampel pada 4 sekolah yaitu SMPN
13 Madiun; SMPN 1 Kawedanan, Magetan; SMPN 2 Takeran, Magetan;
SMPN 2 Bendo, Magetan. Oleh karena itu, dalam penelitian selanjutnya yang
ingin mengkaji mengenai iklim organiasi disarankan menggunakan sampel
penelitian pada satu instansi saja sehingga didapat iklim yang sama. Dengan
iklim yang sama diperoleh data yang sama mengenai persepsi terhadap
lingkungan di dalam instansi.
2. Berdasarkan proporsi varian dari hasil penelitian variabel komitmen organisasi
dan variabel iklim organisasi terhadap OCB para guru sebesar 66,2% dan
selebihnya dipengaruhi oleh variabel lain. Oleh karena itu, untuk peneliti
berikutnya disarankan untuk melihat faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi OCB seperti diantaranya LMX, lama kerja, dan budaya. Agar
nantinya didapatkan informasi yang lebih komprehensive mengenai hal-hal
yang berkaitan dengan OCB. Selain itu, dengan mempertimbangkan variabel
tersebut, diharapkan penelitian selanjutnya akan lebih menyempurnakan hasil
dalam penelitian ini.
3. Berdasarkan hasil uji validitas konstruk komitmen organisasi, ditemukan bahwa
2 dari 24 item yang digunakan dalam penelitian ini tidak valid (t < 1,96).
Peneliti berasumsi, item yang tidak valid disebabkan penerjemahan item yang
kurang baik sehingga menyebabkan kesalahan dalam memperoleh data.
Peneliti menyarankan dalam penelitian selanjutnya untuk melakukan pilot
study pada responden yang akan diteliti dan menganalisa dengan bertanya
langsung apakah kalimat yang digunakan dalam alat ukur tersebut mudah
dipahami atau tidak.
5.3.2. Saran Praktis
1. Berdasarkan proporsi varian dari hasil penelitian variabel komitmen organisasi
dan variabel iklim organisasi terhadap OCB para guru sebesar 66,2% dan
selebihnya dipengaruhi oleh variabel lain. Sedangkan dari uji F, dapat
diketahui bahwa ada pengaruh yang signifikan dari dimensi variabel komitmen
organisasi (commitment affective, commitment continuance, and commitment
normative), dan dimensi variabel iklim organisasi (autonomy, cohesion,
fairness, innovation, pressure, recognition, support, and trust) terhadap OCB.
Guru yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap organisasi akan cenderung
menampilkan OCB dan guru yang memiliki persepsi yang positif terhadap
lingkungan kerjanya akan cenderung menampilkan OCB. Hasil penelitian
tersebut dapat dijadikan bahan masukan yang positif bagi sekolah untuk lebih
memperhatikan faktor-faktor yang dapat meningkatkan OCB para guru,
khususnya komitmen organisasi dan iklim organisasi. Dengan memperhatikan
kedua faktor tersebut diharapkan kepala sekolah untuk mengembangkan
instansinya agar memiliki iklim organisasi yang baik. Hal ini nantinya akan
membuat para guru memiliki persepsi positif terhadap instansi sehingga dapat
meningkatkan OCB guru. Selain itu dengan adanya rasa aman dan
menyenangkan di instansi membuat hubungan psikologis guru dengan instansi
semakin baik sehingga dapat meningkatkan komitmen para guru.
Meningkatnya komitmen para guru akan berpengaruh pada meningkatnya OCB
guru. OCB yang ditunjukkan oleh hampir keseluruhan guru yang bekerja
dalam suatu instansi pendidikan akan menimbulkan terjalinnya hubungan yang
semakin baik antar individu dengan individu, individu dengan organisasi dan
individu dengan peserta didik, sehingga secara tidak langsung dapat
meningkatkan mutu organisasi. OCB yang ditampilkan oleh guru juga dapat
menimbulkan kepercayaan peserta didik untuk tetap menggunakan jasa instansi
pendidikan.
2. Dimensi affective comitment pada komitmen organisasi merupakan variabel
yang signifikan berpengaruh terhadap OCB. Seorang karyawan yang memiliki
keterikatan emosional yang kuat dan memiliki keterlibatan terhadap
organisasinya akan memiliki kecenderungan yang tinggi untuk menampilkan
OCB. Sebaliknya, karyawan yang merasa kurang terlibat dan terikat terhadap
organisasinya akan menampilkan OCB yang rendah. Guru yang memiliki
komitmen afektif yang kuat dalam organisasi mereka karena ingin terlibat
dalam kegiatan organisasi akan meningkatkan OCB. Dengan memperhatikan
faktor tersebut diharapkan kepala sekolah memperhatikan hal-hal yang dapat
meningkatkan komitmen para guru khususnya affective commitment. Dengan
semakin kuat keterikatan emosional yang dirasakan dan merasa ikut sebagai
bagian dari organisasi akan mampu meningkatkan OCB para guru.
3. Dimensi Autonomy pada iklim organisasi merupakan variabel yang signifikan
mempengaruhi OCB. Guru yang mempersepsikan bahwa instansi memberikan
kebebasan dalam merancang pekerjaan dengan cara yang memberikan
karyawan lingkup yang luas dalam prosedur kerjanya maka akan menaikkan
sikap dan perilaku guru untuk menampilkan OCB. Sebaliknya, guru yang
mempersepsikan instansinya membatasi prosedur kerjanya maka akan
menurunkan sikap dan perilaku guru untuk menampilkan OCB. Ketika atasan
memberikan guru kebebasan dan pilihan dalam melaksanakan pekerjaan
mereka, guru akan lebih termotivasi dan merasa nyaman dalam pekerjaan
mereka sehingga akan mempengaruhi perilaku mereka untuk menampilkan
OCB. Untuk itu instansi pendidikan sebaiknya memberikan keleluasaan dalam
perencanaan tugas guru. Dengan keleluasaan prencanaan tugas tersebut
membuat para guru merasa nyaman dalam melaksanakan tugas-tugas yang
diberikan sehingga dapat meningkatkan OCB para guru.
4. Dimensi Cohesion pada iklim organisasi merupakan variabel yang signifikan
mempengaruhi OCB. Guru yang mempersepsikan terdapat kebersamaan
diantara lingkup organisasi termasuk sikap tolong menolong untuk saling
membantu didalam organisasi maka akan menaikkan sikap dan perilaku guru
untuk menampilkan OCB. Sebaliknya, guru yang mempersepsikan
individualisme diantara lingkup organisasi termasuk sikap acuhnya antar guru
didalam organisasi akan menurunkan sikap dan perilaku guru untuk
menampilkan OCB. Instansi pendidikan sebaiknya memberikan suasana
kebersamaan didalam lingkungan instansi sehingga akan menjadikan pekerjaan
guru menjadi lebih ringan dan membuat keintiman antar guru meningkat. Hal
tersebut mengakibatkan perubahan sikap dan perilaku guru untuk menampilkan
OCB. Kebersamaan yang ada didalam instansi membuat para guru saling
menghargai dan saling menolong antar sesama guru serta tidak membedakan
antar guru.
5. Dimensi pressure pada iklim organisasi merupakan variabel yang signifikan
mempengaruhi OCB. Guru yang mempersepsikan sesuainya tuntutan waktu
yang diberikan organisasi untuk menyelesaikan tugas dan standar kerjanya
akan menaikkan sikap dan perilaku guru untuk menampilkan OCB. Sebaliknya
guru yang mempersepsikan tingginya tuntutan waktu yang diberikan organisasi
untuk menyelesaikan tugas dan standar kerjanya akan menurunkan sikap dan
perilaku guru untuk menampilkan OCB. Tingginya tuntutan tugas yang harus
dikerjakan akan membuat guru tidak menampilkan OCB karena tidak memiliki
waktu yang lebih diluar pekerjaan formalnya. Untuk itu sebaiknya instansi
pendidikan memberikan tugas yang sesuai dan tidak berlebihan sehingga guru
tidak merasa terbebani. Dengan persepsi guru yang baik terhadap tuntutan
tugasnya maka akan mendorong guru untuk melakukan perilaku OCB.
DAFTAR PUSTAKA
Abraham. (2014). Guru mangkir tugas, murid di waan terlantar. Diunduh
tanggal 7 januari 2015. http://bintangpapua.com
Agyemang. (2013). Perceived organizational climate and organizational tenure
on organizational citizenship behaviour: empirical study among
ghananan banks. European journal of business and management, 5
(26), 2222-2839.
Allen dan Meyer. (1990). The measurement and antecedents of affective,
continuance and normative commitment to the organization. Journal of
occupational psychology, 63, 1- 18.
Amstrong. (2011). Armstrong’s handbook of human resource management
practice. London : Kogan page.
Badruzzaman. (2015). Sekolah bersaing ketat. Diunduh tanggal 7 Januari
2015. Http://m.kompasiana.com.
Bolino, et. al. (2006). The impact of impression management tactics on
supervisor ratings of organizational citizenship behavior. Journal of
organizational behavior. 27, 281-297.
Budiharjo. (2011). Organisasi menuju pencapaian kinerja optimum. Jakarta :
Prasetiya Mulya Publishing.
Chiaburu, et. al. (2011). The five factor model of personality traits and
organizational citizenship behaviors a metaanalysis. Journal of
appliced psychology. 96 (6), 1140-1166.
Davis & Newstrom. (1989). Organizational behavior human behavior at work.
North America: Mcgraw- hill.
Feather & Rauter. (2004). Organizational citizenship behaviours in relation to
job status, job insecurity, organizational commitment and
indentification, job satisfaction, and work values. Journal of
occupational and organizational psychology. 77, 81-94.
Hang, et. al. (2009). Family friendly work practices, organizational climate,
and firm performance a study of multinational corporations in
hongkong . Journal of organizational behavior. 30, 1-15.
Huang, You & Tsai. (2012). A Multidimensional analysis of ethical climate,
job satisfaction, organizational commitment, and organizational
citizenship behaviors. Nursing ethics journal, 19 (14), 513-592.
Idrus. (2006). Implikasi iklim organisasi terhadap kepuasan kerja dan kualitas
kehidupan kerja karyawan. Jurnal psikologi UNDIP, 3 (1), 94-106.
Jahangir, et. al. ( 2004). Organizational citizenship behavior it’s nature and
antecedents. Jurnal universitas BRAC, 1 (2), 75-85.
Kaihatu & Rini. (2007). Kepemimpinan transformasional dan pengaruhnya
terhadap kepuasan atas kualitas kehidupan kerja, komitmen organisasi
dan prilaku ekstra peran studi para guru SMU di surabaya. Jurnal
manajemen dan kewirausahaan, 98, (1), 49-61.
Kamuli. (2012). Pengaruh iklim organisasi terhadap produktivitas kerja
pegawai di seketariat daerah kota gorontalo. Jurnal Inovasi, 9 (1),
1693-9034.
Koys dan Decotis. (1991). Inductive measures of psychological climate. human
relations journal. 44, (3), 265-285.
Kreitner & Kinicki. (2007). Organizational behavior. Both of arizona state
university: Mcgraw hilc irwin.
Kumar dan bakhshi. (2010). The five factor model of personality and
organizational commitment is there any relationship. Humanity &
social sciences journal. 5 (1), 25-34.
Muchinsky. (2000). Psychology applied to work. University of north cardina at
greesboro : wadsworth.
Norman, et. al. (2010). The interactive effects of psychological capital and
organizational identity on employee organizational citizenship and
deviance behaviors. Journal of leadership & organizational studies, 17
(4), 380-391.
Organ, et. al. (2006). Organizational citizenship behaviors its nature,
antecedents, and consequences. London & New Delhi: Sage
publications.
Patterson, et. al. (2005). Validating the organizational climate measure links to
managerial practices, productivity and innovation. Journal of
organizational behavior. 26, 379-408.
Prihatsanti dan Dewi. (2010). Hubungan antara iklim organisasi organizational
citizenship behavior (OCB) pada guru SD negeri di kecamatan
mojolaban sukoharjo. Jurnal fakultas psikologi universitas diponegoro,
7 (1), 11-17.
Purba & seniati. (2004). Pengaruh kepribadian dan komitmen organisasi
terhadap organizational citizenship behavior. Jurnal makara sosial
humaniora, 8 (3), 105-111.
Ranthi. (2011). Psychological well being and organizational commitment
exploration of the relationship. Journal university of Amrita vishwa
vidyapeetham, 106, 1-19.
Ringgle. (2007). The impact of organizational climate variables of perceived
organizational support, workplace isolation and ethical climate on sales
person psychological and behavioral work outcomes. Journal
university of south florida scholar commons, 6 (1), 1-177.
Robbins. (2005). Organizational behavior. San diego tate university: Pearson
education international.
Sambung, et. al. (2011). Pengaruh kepuasan kerja, komitmen organisasional,
kepribadian dan profesionalisme dosen terhadap organizational
citizenship behavior serta dampaknya terhadap kinerja dosen studi
pada universitas palangkaraya. Jurnal ekonomi universitas
palangkaraya, 66, 1693-5241.
Sehertian. (2010). Prilaku kepemimpinan berorientasi hubungan dan tugas
sebagai anteseden komitmen organisasional, self efficacy dan
organizational citizenship behavior (OCB). Jurnal fakultas ekonomi
universitas kanjuruhan malang, 12 (2), 156-169.
Shim. (2010). Factors influencing child welfare employee’s turnover: Focusing
on organizational culture and climate. Journal children and youth
services review, 32, 847-856.
Triyanto & Santoso. (2009). Organizational citizenship behavior ( OCB) dan
pengaruhnya terhadap keinginan keluar dan kepuasan kerja karyawan.
Jurnal manajemen, 7 (4), 1-13.
Vinekar, et. al.(2009). Commitment, procedural fairness, and organizational
citizenship behavior a multifoci analysis. Journal of organizational
behavior, 30 (3), 337-357.
Yuniar, et. al. (2011). Hubungan antara kepuasan kerja dan resiliensi dengan
organizational citizienship behavior (OCB) pada karyawan kantor
pusat PT. BPD Bali. Jurnal fakultas psikologi UNDIP, 9 (1), 11-20.
LAMPIRAN
Lampiran II
A. Path Diagram OCB
B. Komitment Organisasi
1. Path Diagram Affective Commitment
2. Path Diagram Continuance Commitment
3. Path Diagram Normative Commitment
C. Iklim Organisasi
1. Path Diagram Autonomy
2. Path Diagram Cohesion
3. Path Diagram Trust
4. Path Diagram Pressure
5. Path Diagram Support
6. Path Diagram Recognition
7. Path Diagram Fairness
8. Path Diagram Innovation
Lampiran III
A. Syntax Lisrel OCB
DATE: 9/ 6/2014 TIME: 22:20
L I S R E L 8.70 BY
Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom This program is published exclusively by
Scientific Software International, Inc. 7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100
Lincolnwood, IL 60712, U.S.A. Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140
Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004 Use of this program is subject to the terms specified in the
Universal Copyright Convention. Website: www.ssicentral.com
OCB DA NI = 24 NO = 202 MA = KM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19 ITEM20 ITEM21 ITEM22 ITEM23 ITEM24 PM SY FI = OCB.COR SE 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24/ MO NX = 24 NK = 1 TD = SY, FI LX = FR LK OCB FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 FR TD 9 9 TD 10 10 TD 11 11 TD 12 12 TD 13 13 TD 14 14 TD 15 15 FR TD 16 16 TD 17 17 TD 18 18 TD 19 19 TD 20 20 TD 21 21 TD 22 22 TD 23 23 TD 24 24 FR TD 24 23 TD 2 1 TD 13 12 TD 4 3 TD 8 4 TD 17 1 TD 16 13 TD 3 1 TD 3 2 TD 4 2 TD 8 3 FR TD 20 2 TD 4 1 TD 24 3 TD 15 2 TD 9 6 TD 10 9 TD 7 5 TD 21 20 TD 22 21 TD 20 3 FR TD 18 17 TD 21 5 TD 20 16 TD 14 13 TD 14 12 TD 22 19 TD 17 8 TD 16 9 TD 22 12 FR TD 23 22 TD 19 18 TD 20 4 TD 6 2 TD 18 13 TD 18 12 TD 14 1 TD 17 12 TD 13 1 TD 19 8 FR TD 23 15 TD 5 4 TD 5 2 TD 6 3 TD 18 15 TD 21 14 TD 22 4 TD 23 8 TD 6 1 TD 6 5 FR TD 18 11 TD 23 1 TD 19 6 TD 9 1 TD 10 1 TD 13 10 TD 16 8 TD 16 3 TD 12 1 TD 16 6 FR TD 17 2 TD 24 1 TD 24 17 TD 23 17 TD 17 4 TD 20 13 TD 23 14 TD 19 10 TD 19 9 FR TD 9 7 TD 10 7 TD 12 9 TD 20 7 TD 8 7 TD 17 7 TD 15 1 TD 15 13 TD 20 5 TD 21 4 FR TD 20 12 PD OU SS TV MI
B. Komitmen Organisasi
1. Syntax Lisrel Affective commitment
DATE: 9/ 9/2014
TIME: 18:48 L I S R E L 8.70
BY Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively by Scientific Software International, Inc. 7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100
Lincolnwood, IL 60712, U.S.A. Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140
Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004 Use of this program is subject to the terms specified in the
Universal Copyright Convention. Website: www.ssicentral.com
AFFECTIVE DA NI = 8 NO = 202 MA = KM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 PM SY FI = AFFECTIVE.COR SE 1 2 3 4 5 6 7 8/ MO NX = 8 NK = 1 TD = SY, FI LX = FR LK AFFECTIVE FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 FR TD 4 1 TD 3 2 TD 2 1 PD OU SS TV MI
2. Syntax Lisrel Continuance commitment
DATE: 9/ 9/2014 TIME: 19:17
L I S R E L 8.70 BY
Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom This program is published exclusively by
Scientific Software International, Inc. 7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100
Lincolnwood, IL 60712, U.S.A. Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140
Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004 Use of this program is subject to the terms specified in the
Universal Copyright Convention. Website: www.ssicentral.com
CONTINUANCE DA NI = 8 NO = 202 MA = KM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 PM SY FI = CONTINUANCE.COR SE 1 2 3 4 5 6 7 8/ MO NX = 8 NK = 1 TD = SY, FI LX = FR LK AFFECTIVE FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 FR TD 5 4 TD 6 1 TD 8 1 PD OU SS TV MI
3. Syntax Lisrel Normative commitment
DATE: 9/ 9/2014
TIME: 21:49 L I S R E L 8.70
BY Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively by Scientific Software International, Inc. 7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100
Lincolnwood, IL 60712, U.S.A. Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140
Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004 Use of this program is subject to the terms specified in the
Universal Copyright Convention. Website: www.ssicentral.com
Normative DA NI = 8 NO = 202 MA = KM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 PM SY FI = Normative.cor SE 1 2 3 4 5 6 7 8/ MO NX = 8 NK = 1 TD = SY, FI LX = FR LK Normative FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 FR TD 3 2 TD 6 5 TD 2 1 TD 8 2 TD 5 4 TD 4 1 TD 8 1 PD OU SS TV MI
C. Iklim Organisasi
1. Syntax Lisrel Autonomy
DATE: 9/ 9/2014
TIME: 22:34 L I S R E L 8.70
BY Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively by Scientific Software International, Inc. 7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100
Lincolnwood, IL 60712, U.S.A. Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140
Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004 Use of this program is subject to the terms specified in the
Universal Copyright Convention. Website: www.ssicentral.com
Autonomy DA NI = 5 NO = 202 MA = KM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 PM SY FI = Autonomy.cor SE 1 2 3 4 5/ MO NX = 5 NK = 1 TD = SY, FI LX = FR LK AFFECTIVE FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 FR TD 5 4 TD 4 1 PD OU SS TV MI
2. Syntax Lisrel Cohesion
DATE: 9/ 9/2014
TIME: 22:41 L I S R E L 8.70
BY Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively by Scientific Software International, Inc. 7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100
Lincolnwood, IL 60712, U.S.A. Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140
Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004 Use of this program is subject to the terms specified in the
Universal Copyright Convention. Website: www.ssicentral.com
Cohesion DA NI = 5 NO = 202 MA = KM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 PM SY FI = Cohesion.cor SE 1 2 3 4 5/ MO NX = 5 NK = 1 TD = SY, FI LX = FR LK Cohesion FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 FR TD 5 2 TD 4 2 PD OU SS TV MI
3. Syntax Lisrel Trust
DATE: 9/ 9/2014
TIME: 23:05 L I S R E L 8.70
BY Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively by Scientific Software International, Inc. 7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100
Lincolnwood, IL 60712, U.S.A. Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140
Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004 Use of this program is subject to the terms specified in the
Universal Copyright Convention. Website: www.ssicentral.com
Trust DA NI = 5 NO = 202 MA = KM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 PM SY FI = Trust.cor SE 1 2 3 4 5/ MO NX = 5 NK = 1 TD = SY, FI LX = FR LK Trust FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 FR TD 2 1 TD 5 2 PD OU SS TV MI
4. Syntax Lisrel Pressure
DATE: 9/ 9/2014
TIME: 22:54
L I S R E L 8.70
BY
Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively by Scientific Software International, Inc. 7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100
Lincolnwood, IL 60712, U.S.A. Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140
Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004 Use of this program is subject to the terms specified in the
Universal Copyright Convention. Website: www.ssicentral.com
Pressure DA NI = 5 NO = 202 MA = KM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 PM SY FI = Pressure.cor SE 1 2 3 4 5/ MO NX = 5 NK = 1 TD = SY, FI LX = FR LK Pressure FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 FR TD 2 1 PD OU SS TV MI
5. Syntax Lisrel Support
DATE: 9/ 9/2014
TIME: 23:01 L I S R E L 8.70
BY Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively by Scientific Software International, Inc. 7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100
Lincolnwood, IL 60712, U.S.A. Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140
Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004 Use of this program is subject to the terms specified in the
Universal Copyright Convention. Website: www.ssicentral.com
Support DA NI = 5 NO = 202 MA = KM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 PM SY FI = Support.cor SE 1 2 3 4 5/ MO NX = 5 NK = 1 TD = SY, FI LX = FR LK Support FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 FR TD 5 4 TD 3 2 PD OU SS TV MI
6. Syntax Lisrel Recognition
DATE: 9/ 9/2014
TIME: 22:58 L I S R E L 8.70
BY Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively by Scientific Software International, Inc. 7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100
Lincolnwood, IL 60712, U.S.A. Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140
Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004 Use of this program is subject to the terms specified in the
Universal Copyright Convention. Website: www.ssicentral.com
Recognition DA NI = 5 NO = 202 MA = KM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 PM SY FI = Recognition.cor SE 1 2 3 4 5/ MO NX = 5 NK = 1 TD = SY, FI LX = FR LK Recognition FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 FR TD 4 3 TD 3 2 TD 5 1 PD OU SS TV MI
7. Syntax Lisrel Fairness
DATE: 9/ 9/2014
TIME: 22:45 L I S R E L 8.70
BY Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively by Scientific Software International, Inc. 7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100
Lincolnwood, IL 60712, U.S.A. Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140
Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004 Use of this program is subject to the terms specified in the
Universal Copyright Convention. Website: www.ssicentral.com
Fairness DA NI = 5 NO = 202 MA = KM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 PM SY FI = Fairness.cor SE 1 2 3 4 5/ MO NX = 5 NK = 1 TD = SY, FI LX = FR LK Fairness FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 FR TD 5 3 TD 5 4 PD OU SS TV MI
8. Syntax Lisrel Innovation
DATE: 9/ 9/2014
TIME: 22:49 L I S R E L 8.70
BY Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively by Scientific Software International, Inc. 7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100
Lincolnwood, IL 60712, U.S.A. Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140
Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004 Use of this program is subject to the terms specified in the
Universal Copyright Convention. Website: www.ssicentral.com
Innovation DA NI = 5 NO = 202 MA = KM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 PM SY FI = Innovation.cor SE 1 2 3 4 5/ MO NX = 5 NK = 1 TD = SY, FI LX = FR LK Innovation FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 FR TD 5 4 PD OU SS TV MI