pengaruh keluarga terhadap perilaku politik dilihat...
TRANSCRIPT
PENGARUH KELUARGA TERHADAP PERILAKU POLITIK
DILIHAT DARI LATAR BELAKANG KELUARGA DAN
SOSIALISASI POLITIK DALAM KELUARGA
Studi Kepada Mahasiswa Fakultas Bidang Sosial dan Sains
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Syifa Izzati Nur Shabrina
1113112000053
PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
vi
ABSTRAK
Nama : Syifa Izzati Nur Shabrina
Judul :PENGARUH KELUARGA TERHADAP PERILAKU POLITIK
DILIHAT DARI LATAR BELAKANG KELUARGA DAN
SOSIALISASI POLITIK DALAM KELUARGA (Studi kepada
mahasiswa Fakultas Bidang Sosial dan Sains UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta)
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku politik yang dilihat
berdasarkan latar belakang keluarga dan proses terjadinya sosialisasi politik. Data
dikumpulkan dengan menggunakan metode survei yang dilakukan kepada Mahasiswa
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai objek penelitian. Dalam penelitian ini,
perilaku politik mahasiswa dipengaruhi oleh latar belakang keluarga dan sosialisasi
politik. Setiap variabel diukur dengan menggunakan beberapa indikator yang akan
menggambarkan karakteristik dari masing-masing variabel. Teknik analisis statistik
yang digunakan adalah structural equation models (SEM) dengan metode estimasi
partial least square (PLS)
Beradasarkan hasil pengolahan data antara variabel latar belakang keluarga
dan variabel sosialisasi politik terhadap perilaku politik, kedua variabel variabel latar
belakang keluarga dan variabel sosialisasi politik memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap variabel perilaku politik. Hal ini terllihat dari hasil t hitung dari kedua
variabel, yaitu: X1 = 2,797 dan X2 = 2,788 yang lebih besar dari t tabel (1,96)
sehingga Ho ditolak dan memberikan kesimpulan bahwa variabel latar belakang
keluargaa dan sosialisasi politik memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
perubahan variabel perilaku politik.
Sementara itu hasil dari kalkulasi yang diterima oleh variabel perilaku (Y)
adalah sebesar 0,2037 atau 20,37%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan
menggunakan model yang didapatkan di mana variabel eksogen yaitu latar belakang
keluarga (X1) dan sosialisasi politik (X2) memiliki pengaruh terhadap perubahan
variabel perilaku politik (Y) sebesar 20,37%, dengan rincian variabel latar belakang
keluarga memberikan kontribusi sebesar 9,38% dan variabel sosialisasi politik
memberikan kontribusi sebesar 10,99%.
Kata kunci: Latar Belakang Keluarga, Sosialisasi Politik, Perilaku Politik.
vii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Segala puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT tuhan semesta alam
yang telah memberikan kemudahan dan keberkahan bagi seluruh umat manusia
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Keluarga
Terhadap Perilaku Politik: Studi Kepada Mahasiswa Fakultas Umum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta” untuk melengkapi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana
Strata Satu (S1) dalam Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini tidak akan muncul dan selesai tanpa adanya berkat pertolongan
dari Allah SWT dan bantuan dari berbagai pihak, hingga akhirnya skripsi ini dapat
terselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih sebanyak-
banyaknya kepada:
1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Iding Rosyidin, M.Si., selaku Ketua Program Studi Ilmu Politik Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Suryani, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bambang Ruswandi, M.Stat selaku dosen pembimbing yang sudah bersedia
meluangkan waktunya untuk membimbing dengan sabar, memberi nasihat,
masukan dan saran sehingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi ini.
5. Adi Prayitno M.Si selaku dosen Matakuliah Perilaku Politik yang sudah
bersedia membantu peneliti dengan memberikan masukan serta saran,
sehingga penelitian ini bisa terselesaikan dengan baik.
6. Seluruh dosen dan staf pengajar Program Studi Ilmu Politik yang tidak bisa
disebutkan satu per satu. Terima kasih atas segala dedikasinya yang telah
memberikan banyak ilmu pengetahuan selama masa perkuliahan.
7. Kedua orang tua tercinta Ayah dan Mamah yang tidak pernah berhenti
mendukung, mengingatkan serta mendo’a kan peneliti, sehingga harapan
mereka agar skripsi ini selesai terkabulkan juga. Khususnya untuk kerja keras
Ayah yang tidak pernah lelah memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya,
sehingga peneliti bisa sampai pada tahap ini. Terimakasih banyak Ayah.
8. Nenek tercinta (Mimi), terimakasih karena tidak pernah bosan memanjatkan
do’a untuk setiap langkah yang peneliti pijak.
viii
9. Keluarga besar Alm. Abah Ahmad dan Alm. Bapak H. Nawawi, terutama om
dan tante, serta sepupu-sepupu yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Terimakasih atas dukungan, semangat, serta do’a kalian.
10. Teman-teman Ilmu Politik (B) 2013 Dzikrina, Tiara Manisha, Tiara Marisa,
Masayu, Eli, Irin, Pinkan, Yusrina, Firdha, Sultan, Kiwil, Dhany, Kikoy,
Hisyam, Fikri, Umam, Gilang, Zul, Famal, Azis, Shidki, Alfian, Badron,
Kholid, Padlan, Mahatma, Juple, Ical, Bagol, Hendri. Penulis ucapkan
terimakasih atas kenangan, pelajaran berharga, serta kekompakan yang selalu
terjaga sejak awal masuk kuliah dan bahkan sampai saat ini. Khususnya
kepada Manisha dan Irin yang selalu memberikan motivasi, yang selalu
menemani dan yang selalu ada untuk penulis, sejak skripsi ini baru dibuat
sampai skripsi ini selesai. Terimakasih juga kepada Tiara Marisa, yang sudah
menjadi teman setia ke perpustkaan dan ke kampus selama masa awal
bimbingan berlangsung.
11. Para responden dari setiap Fakultas umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
penulis ucapkan terimakasih kasih sebanyak-banyaknya karena telah
meluangkan sedikit waktunya untuk membantu penulis dalam mengisi
kuesioner yang telah ada. sehingga penelitian ini bisa berjalan dengan
semestinya.
Karena tanpa kehadiran mereka, sangat sulit bagi peneliti untuk
menyelesaikan penelitian ini. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat atas
kebaikan dan membalas segala kebaikan mereka yang tanpa sadar telah banyak
membantu dalam penyusunan skripsi ini. Tentunya peneliti bukanlah orang yang
sempurna, sehingga mohon maaf atas segala kekurangan dalam penelitian ini.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Jakarta, 2018
Syifa Izzati Nur Shabrina
ix
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xx
DAFTAR PERSAMAAN ........................................................................................ xxi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Pernyataan Masalah ...................................................................................... 1
B. Pertanyaan Masalah ...................................................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................................... 7
D. Tinjauan Pustaka ........................................................................................... 9
E. Sistematika Penulisan ................................................................................... 14
BAB II KAJIAN TEORI DAN KONSEP ................................................................ 17
A. Latar Belakang Keluarga ............................................................................... 17
B. Sosialisasi Politik .......................................................................................... 20
1. Agen Sosialisasi Politik ........................................................................... 21
C. Perilaku Politik .............................................................................................. 25
1. Pendekatan Sosiologis ............................................................................. 27
2. Pendekatan Psikologis ............................................................................. 29
3. Pendekatan Pilihan Rasional ................................................................... 35
D. Partisipasi Politik .......................................................................................... 36
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................ 39
A. Jenis Penelitian .............................................................................................. 39
B. Objek Penelitian ............................................................................................ 40
x
C. Teknik Ukuran Sampel ................................................................................. 41
1. Teknik Sampling ..................................................................................... 41
2. Sampel ..................................................................................................... 43
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 45
E. Definisi Operasional ...................................................................................... 47
F. Kerangka Berfikir .......................................................................................... 49
G. Hipotesis ........................................................................................................ 52
1. Hipotesis Latar Belakang Keluarga ........................................................ 52
2. Hipotesis Sosialisasi Politik .................................................................... 52
H. Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................................................ 52
I. Tahap Pemodelan (SEM) dengan (PLS) ....................................................... 55
1. Membangung Model Berbasis Teori ....................................................... 55
2. Estimasi Parameter .................................................................................. 57
3. Evaluasi Kesesuaian Model Pengukuran (Outer Model) ........................ 57
4. Evaluasi Kesesuaian Model Struktural (Inner Model) ............................ 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................... 60
A. Gambaran Tempat Penelitian ........................................................................ 60
1. Sejarah Latar Belakang UIN Syarif HIdayatullah Jakarta ...................... 60
B. Deskripsi Demografi Responden .................................................................. 62
C. Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................................................ 68
D. Hasil Kuesioner ............................................................................................. 73
1. Latar Belakang Keluarga ......................................................................... 73
2. Sosialisasi Politik .................................................................................... 80
3. Perilaku Politik ........................................................................................ 85
E. Tabulasi Variabel Penelitian Dengan Data Demografi ................................. 107
F. Hasil Estimasi Parameter dan Path Diagram ................................................. 145
G. Evaluasi Kesesuaian Outer Model ................................................................ 146
H. Hasil Estimasi Parameter dan Path Diagram Valid ....................................... 151
I. Hasil Evaluasi Kesesuaian Outer Model ....................................................... 152
J. Analisis Outer Model Pada Variabel Latar Belakang Keluarga ................... 155
K. Analisis Outer Model Pada Variabel Sosialisasi Politik ............................... 157
L. Analisis Outer Pada Variabel Perilaku Politik .............................................. 159
M. Evaluasi Kesesuaian Inner Model ................................................................. 160
N. Pengujian Hipotesis ....................................................................................... 134
O. Analisis Inner Model Pada Variabel Perilaku Politik ................................... 161
P. Analisis Data ................................................................................................. 163
xi
BAB V PENUTUP .................................................................................................... 174
A. Kesimpulan ................................................................................................... 174
B. Saran .............................................................................................................. 175
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. xxii
LAMPIRAN ............................................................................................................. xxvii
xii
DAFTAR TABEL
Tabel III.B Populasi Mahasiswa Fakultas umum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta .......................................................................... 41
Tabel III.C Populasi Sampel Per-Fakultas ........................................................... 45
Tabel III.D Kategori Pilihan Dalam Skala Likert ................................................ 46
Tabel III.E.1 Definisi Operasional Variabel Latar Belakang Keluarga .................. 48
Tabel III.E.2 Definisi Operasional Variabel Sosialisasi Politik .............................. 48
Tabel III.E.3 Definisi Operasional Variabel Perilaku Politik ................................. 49
Tabel IV.B.1 Deskripsi Demografi Responden Berdasarkan Fakultas ................... 63
Tabel IV.B.2 Deskripsi Demografi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .......... 64
Tabel IV.B.3 Deskripsi Demografi Responden Berdasarkan
Pendidikan Orang Tua ....................................................................... 64
Tabel IV.B.4 Deskripsi Demograsi Responden Berdasarkan
Pekerjaan Orang Tua ......................................................................... 65
Tabel IV.B.5 Deskripsi Demografi Responden Berdasarkan
Pendapatan Orang Tua ...................................................................... 67
Tabel IV.B.6 Deskripsi Demograsi Responden Berdasarkan
Asal Sekolah ...................................................................................... 68
xiii
Tabel IV.C.1 Pengujian Validitas dan Realiabilitas Variabel Latar Belakang
Keluarga Dimensi Status Sosial Ekonomi ......................................... 69
Tabel IV.C.2 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Variabel Sosialisasi Politik
Dimensi Komunikasi ......................................................................... 70
Tabel IV.C.3 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Variabel Perilaku Politik
Dimensi Pendekatan Sosiologis ........................................................ 70
Tabel IV.C.4 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Variabel Perilaku Politik
Dimensi Pendekatan Psikologis ........................................................ 71
Tabel IV.C.5 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Variabel Perilaku Politik
Dimensi Pendekatan Pilihan Rasional ............................................... 72
Tabel IV.C.6 Pengujian Validitas dan Relibilitas Variabel Perilaku Politik
Dimensi Partisipasi Politik ............................................................... 72
Tabel IV.D.1 Keluarga Aktif Dalam Kegiatan Masyarakat .................................... 74
Tabel IV.D.2 Keluarga Memiliki Pengaruh di Masyarakat ..................................... 75
Tabel IV.D.3 Keluarga Berkecukupan Secara Ekonomi ......................................... 76
Tabel IV.D.4 Keluarga Berpendidikan Tinggi ........................................................ 77
Tabel IV.D.5 Keluarga Penganut Agama yang Taat ............................................... 78
Tabel IV.D.6 Keluarga Selalu Melaksanakan Ibadah Tepat Waktu ........................ 79
Tabel IV.D.7 Keluarga Menerapkan Ajaran Agama Dalam Kehidupan
Sehari-hari ......................................................................................... 80
xiv
Tabel IV.D.8 Keluarga Sebagai Sarana Pendidikan Politik Pertama ...................... 82
Tabel IV.D.9 Keluarga Sumber Informasi Politik Pertama ..................................... 83
Tabel IV.D.10 Keluarga Pembentuk Karakter Berpolitik ......................................... 84
Tabel IV.D.11 Keluarga Sebagai Sarana Berdiskusi ................................................. 85
Tabel IV.D.12 Faktor Suku ....................................................................................... 87
Tabel IV.D.13 Faktor Agama .................................................................................... 88
Tabel IV.D.14 Faktor Ekonomi Calon Knadidat ....................................................... 89
Tabel IV.D.15 Faktor Pekerjaan Calon Kandidat ...................................................... 90
Tabel IV.D.16 Faktor Pendidikan Calon Kandidat ................................................... 91
Tabel IV.D.17 Faktor Jenis Kelamin ......................................................................... 92
Tabel IV.D.18 Faktor Isu yang Berkembang ............................................................. 93
Tabel IV.D.19 Orang Tua Partisipan Partai ............................................................... 94
Tabel IV.D.20 Karakter Calon Kandidat ................................................................... 95
Tabel IV.D.21 Popularitas Calon Knadidat ............................................................... 96
Tabel IV.D.22 Ideologi Partai ................................................................................... 97
Tabel IV.D.23 Mengenal Calon Kandidat ................................................................. 98
Tabel IV.D.24 Kinerja Partai ..................................................................................... 99
Tabel IV.D.25 Hasil Nyata Kinerja Kandidat ........................................................... 100
Tabel IV.D.26 Kebijakan Partai Atau Calon Kandidat ............................................. 101
xv
Tabel IV.D.27 Kesejahteraan Hidup ......................................................................... 102
Tabel IV.D.28 Mengikuti Kampanye ........................................................................ 103
Tabel IV.D.29 Donatur Kampanye ............................................................................ 104
Tabel IV.D.30 Menjadi Panitia Pemilu ..................................................................... 105
Tabel IV.D.31 Calon Knadidat Unggulan ................................................................. 106
Tabel IV.D.32 Menyumbangkan Suara ..................................................................... 107
Tabel IV.E.1 Tingkatan Skala ................................................................................. 109
Tabel IV.E.2 Frekuensi Data Variabel Latar Belakang Keluarga ........................... 109
Tabel IV.E.3 Frekuensi Data Variabel Sosialisasi Politik ...................................... 110
Tabel IV.E.4 Frekuensi Data Variabel Perilaku Politik .......................................... 111
Tabel IV.E.5 Cross Tabulation Variabel Latar Belakang Keluarga
Terhadap Fakultas ............................................................................. 112
Tabel IV.E.6 Cross Tabulation Variabel Latar Belakang Keluarga Terhadap
Jenis Kelamin .................................................................................... 113
Tabel IV.E.7 Cross Tabulation Variabel Latar Belakang Keluarga Terhadap
Pendidikan Ayah ............................................................................... 115
Tabel IV.E.8 Cross Tabulation Variabel Latar Belakang Keluarga Terhadap
Pendidikan Ibu ................................................................................... 117
Tabel IV.E.9 Cross Tabulation Variabel Latar Belakang Keluarga Terhadap
xvi
Pendapatan Ayah ............................................................................... 118
Tabel IV.E.10 Cross Tabulation Variabel Latar Belakang Keluarga Trhadap
Pendapatan Ibu .................................................................................. 120
Tabel IV.E.11 Cross Tabulation Variabel Latar Belakang Keluarga Terhadap
Asal Sekolah Responden ................................................................... 121
Tabel IV.E.12 Cross Tabulation Variabel Sosialisasi Politik
Terhadap Fakultas ............................................................................. 123
Tabel IV.E.13 Cross Tabulation Variabel Sosialisasi Politik Terhadap
Jenis Kelamin .................................................................................... 124
Tabel IV.E.14 Cross Tabulation Variabel Sosialisasi Politik Terhadap
Pendidikan Ayah ............................................................................... 126
Tabel IV.E.15 Cross Tabulation Variabel Sosialisasi Politik Terhadap
Pendidikan Ibu ................................................................................... 127
Tabel IV.E.16 Cross Tabulation Variabel Sosialisasi Politik Terhadap
Pendapatan Ayah ............................................................................... 129
Tabel IV.E.17 Cross Tabulation Variabel Sosialisasi Politik Terhadap
Pendapatan Ibu .................................................................................. 130
Tabel IV.E.18 Cross Tabulation Variabel Sosialisasi Politik Terhadap
Asal Sekolah Responden ................................................................... 132
Tabel IV.E.19 Cross Tabulation Variabel Perilaku Politik Terhadap
xvii
Fakultas .............................................................................................. 133
Tabel IV.E.20 Cross Tabulation Variabel Perilaku Politik Terhadap
Jenis Kelamin .................................................................................... 134
Tabel IV.E.21 Cross Tabulation Variabel Perilaku Politik Terhadap
Pendidikan Ayah ............................................................................... 135
Tabel IV.E.22 Cross Tabulation Variabel Perilaku Politik Terhadap
Pendidikan Ibu ................................................................................... 137
Tabel IV.E.23 Cross Tabulation Variabel Perilaku Politik Terhadap
Pendapatan Ayah ............................................................................... 138
Tabel IV.E.24 Cross Tabulation Variabel Perilaku Politik Terhadap
Pendapatan Ibu .................................................................................. 140
Tabel IV.E.25 Cross Tabulation Variabel Perilaku Politik Terhadap
Asal Sekolah Responden ................................................................... 141
Tabel IV.E.26 Cross Tabulation Variabel Perilaku Politik Terhadap Variabel
Latar Belakang Keluarga ................................................................... 142
Tabel IV.E.27 Cross Tabulation Variabel Perilaku Politik Terhadap Variabel
Sosialisasi Politik ............................................................................... 144
Tabel IV.G.1 Pengujian Validitas Outer Model Variabel Latar Belakang
Keluarga Dimensi Status Sosial Ekonomi ......................................... 147
Tabel IV.G2 Pengujian Validitas Outer Model Variabel Sosialisasi Politik
Dimensi Komunikasi ......................................................................... 147
Tabel IV.G.3 Pengujian Validitas Outer Model Variabel Perilaku Politik
Dimensi Pendekatan Sosiologis ........................................................ 148
xviii
Tabel IV.G.4 Pengujian Validitas Outer Model Variabel Perilaku Politik
Dimensi Pendekatan Psikologis ........................................................ 149
Tabel IV.G.5 Pengujian Validitas Outer Model Variabel Perilaku Politik
Dimensi Pendekatan Pilihan Rasional ............................................... 149
Tabel IV.G.6 Pengujian Validitas Outer Model Variabel Perilaku Politik
Dimensi Partisipasi Politik ................................................................ 160
Tabel IV.I.1 Hasil Validitas Outer Model .............................................................. 153
Tabel IV.I.2 Pengujian Reliabilitas Outer Model Variabel
Latar Belakang Keluarga ................................................................... 154
Tabel.IV.I.3 Pengujian Reliabilittas Outer Model Variabel Sosialisai
Politik ................................................................................................ 154
Tabel IV.I.4 Pengujian Reliabilitas Outer Model Variabel Perilaku
Politik ................................................................................................ 155
Tabel IV.J.1 Nilai Standardized Loading Terhadap Laten
Latar Belakang Keluarga ................................................................... 156
Tabel IV.K.1 Nilai Standardized Loading Terhadap Laten
Sosialisasi Politik ............................................................................... 158
Tabel IV.L.1 Nilai Standardized Loading Terhadap Laten
Perilaku Politik .................................................................................. 159
Tabel IV.M.1 Pengujian Inner Model ...................................................................... 161
Tabel IV.N.1 Ringkasan dan Pengujian Koefisien Jalur ......................................... 162
Tabel IV.O.1 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Variabel
X1 Terhadap Y .................................................................................. 164
xix
Tabel IV.O.2 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Variabel
X2 Terhadap Y .................................................................................. 165
Tabel IV.O.3 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Variabel
X1 dan X2 Terhadap Y ...................................................................... 166
xx
DAFTAR GAMBAR
Gambar III.F.1 Kerangka Berpikir Pengaruh Keluarga Terhadap
Perilaku Politik ............................................................................. 49
Gambar IV.F.1 Path Diagram Hasil Estimasi Parameter ....................................... 145
Gambar IV.F.2 Path Diagram Hasil Estimasi Parameter ....................................... 146
Gambar IV.H.1 Path Diagram Valid Hasil Estimasi Parameter ............................. 151
Gambar IV.H.2 Path Diagram Valid Hasil Estimasi Parameter ............................. 152
Gambar IV.O.1 Diagram Jalur Mode Struktural (Inner Model) ............................. 164
xxi
DAFTAR PERSAMAAN
Persamaan III.C.1 Estok Cowwan Nonprobality ................................................... 43
Persamaan III.C.2 Komposisi Proposional ............................................................ 44
Persamaan III.H.1 Koefisien Item Total Corelation ............................................. 53
Persamaan III.H.2 Alpha Cronbach ....................................................................... 55
Persamaan III.I.1 Rumus Q-Square ...................................................................... 58
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Perilaku politik merupakan pemikiran yang berasal dari dalam diri yang
berhubungan dengan sistem politik yang ada, seperti kegiatan pemilihan umum.1 Di
Indonesia pemilihan umum merupakan pelaksanaan kedaulatan rakyat, yang
mengharuskan setiap warga negara nya ikut berpatisipasi bagi yang sudah memiliki
hak untuk memilih.
Namun pada pelaksanaannya masih saja ada pemilih muda yang mana adalah
mereka yang sudah memasuki usia pemilih dengan rentang usia antara 17-21 tahun2,
yang tidak menggunakan hak pilihnya dengan baik. Hal ini bisa dilihat dari
presentase jumlah pemilih muda dalam pemilu 2014 yang cenderung rendah yaitu
50,2%, tingkat partisipasi yang paling rendah adalah siswa dan mahasiswa tingkat
awal.3
Menurut Ramlan surbakti, terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi
perilaku politik individu. Salah satunya adalah yang berasal dari lingkungan sosial
1 Jack C. Plano, Robert E. Ring, dan Helena S Robin, Kamus Analisa Politik (Jakarta:
Rajawali Press, 1985), 280. 2 Sigit Joyowardono dan Titik Prihati Wahyuningsih, ed., Pedoman Pendidikan Pemilih
(Jakarta: Komisi Pemilihan Umum Republlik Indonesia, 2015), 15. 3 Arisa Permata Siwi, “Dua Faktor Rendahnya Partisipasi Politik Pemilih Muda,”
http://m.metrotvnews.com. 21 Juli 2014 pukul 21:52 WIB. Diunduh pada 4 September 2018 pukul
16:54 WIB.
2
politik langsung, yaitu keluarga.4 Pada penelitian ini, pengaruh yang diberikan
keluarga terhadap perilaku politik dilihat dari latar belakang keluarga dan sosialisasi
politik.
Latar belakang keluarga merupakan asal mula terbentuknya keluarga, yang di
dasarkan pada beberapa aspek kehidupan. Salah satunya adalah status sosial ekonomi.
Status sosial ekonomi adalah kedudukan individu yang dilihat berdasarkan unsur
ekonomi. Seperti unsur pendapatan, pendapatan, pendidikan, sosial sampai dengan
agama. Endang Sri Indrawari dalam penelitiannya mengakatakan bahwa, tinggi-
rendahnya status ekonomi dalam keluarga sangat mempengaruhi intensitas
komunikasi antar anggota keluarga.5 Intensitas komunikasi ini nantinya juga akan
berpengaruh kepada proses sosialisasi politik dalam keluarga.
Sosialisasi politik seringkali dikenal sebagai proses pengenalan sistem politik
yang dilakukan seseorang kepada seorang lainnya berdasarkan pengalaman yang
pernah dialami sebelumnya.6 Sosialisasi politik sebaiknya dimulai sejak individu
masih berusia anak-anak, karena sosialisasi politik pada masa ini merupakan
momentum penting dalam pembentukan sekaligus pengarahan politik kepada
individu. Sosialisasi politik bertujuan untuk menguatkan sikap politik individu,
sehingga sistem politik yang ada bisa dipelihara baik nantinya.
4 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: PT.Gramedia Widiasarana Indonesia,
2010), 169. 5 Endang Sri Indrawati, “Status Sosial Ekonomi dan Intensitas Komunikasi Keluarga Pada
Panggung Kidul Semarang Utara,” Jurnal Psikologi IRT Universitas Diponegoro 14 (April 2015): 52-
57. 6 Gabriel A. Almonda dan Sidney Verba, Budaya Politik (Jakarta: Bina Aksara, 1984), 325.
3
Sebagai kelompok sosial yang melakukan sosialisasi politik pertama bagi
kehidupan setiap individu, serta interaksi yang telah terjadi dalam kurun waktu yang
panjang membuat keluarga merasa tidak menemukan masalah yang berarti dalam
proses sosialisasi politik. Karena sejatinya setiap individu dilahirkan untuk menerima
serta menanggapi segala informasi yang di dapatnya.
Pada prosesnya, sosialisasi politik terjadi melalui interaksi yang terjadi antara
anggota keluarga, yaitu orang tua dengan individu. Di mana orang tua selaku
significant others dan sosok yang paling berpengaruh dalam keluarga, orang tua
memiliki peran yang paling strategis dalam mengajarkan sekaligus menanamkan
nilai, norma dan peran ke dalam diri individu. Dengan kekuasaan yang orang tua
miliki proses pengajaran dan penanaman nilai bukan menjadi sesuatu yang sulit untuk
dilakukan, bahkan dengan cara orang tua menerapkan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan sehari-hari, pentransformasian nilai-nilai kepada individu akan terjadi
dengan sangat baik. Sehingga individu akan dapat dengan mudah memahami dan
menerapkan sendiri nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya.
Keluarga atau lebih khususnya orang tua memiliki peran yang sangat penting
dalam membentuk karakter berpolitik individu sejak mereka kecil, dengan begitu saat
nanti individu mulai beranjak dewasa individu sudah memiliki pola pikir yang
matang dan cermat untuk bisa mengambil keputusan dan berpartisipasi secara
langsung dalam ranah politik. Hal ini diperkuat oleh pernyataan dari Almond, proses
sosialisasi yang terjadi di dalam keluarga selalu bersifat searah: di mana pengalaman
4
yang dimiliki keluarga memiliki pengaruh penting pada struktur sekunder politik.
Seperti hal nya, sikap berpolitik orang Jerman terhadap penguasa tergantung pada
struktur kekuasaan di dalam keluarga mereka masing-masing.7
Sebagai determinant factor atau faktor penentu, keluarga atau orang tua pasti
menjadi panutan bagi individu. Mulai dari cara bertutur kata, cara menghadapi
masalah, sampai dengan minat mereka terhadap politik. Peran keluarga atau orang tua
dalam pendidikan politik tidak lain adalah untuk memberikan pemahaman kepada
individu tentang hak dan kewajiban, serta tanggung jawab dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Hingga individu beranjak dewasa, individu harus memiliki
kesadaran sendiri mengenai hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Seperti
kewajibannya dalam berpartisipasi pada pemilihan umum dan hak nya untuk
menyalurkan pilihan suaranya.
Pada penerapan pemahaman atau nilai-nilai yang mengandung unsur politik
dalam keluarga terjadi melalui proses komunikasi, yang mana dari komunikasi ini
akan menghasilkan interaksi. Komunikasi berarti memiliki tafsiran kepada perilaku
orang lain yang berwujud pembicaraan gerak-gerik badaniah, sikap, dan perasaan
yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.8 Keberhasilan sosialisasi politik keluarga
dalam mempengaruhi perilaku politik individu tentunya tidak terlepas dari
komunikasi yang terjadi antara orang tua dan anaknya.
7 Gabriel A. Almond dan Sidney Verba, Budaya Politik (Jakarta: Bina Aksara, 1984), 325.
8 Neko Harada, “Sosialisasi Politik Di Lingkungan Keluarga,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara Medan, 2011), 13.
5
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan salah satu perguruan tinggi yang
memiliki mahasiswa yang mana adalah mereka yang memiliki rentang usia 19-21
tahun, berasal dari dua latar pendidikan berbeda. Yaitu pesantren dan non pesantren.
Dimana kedua mahasiswa yang berasal dari dua latar pendidikan yang berbeda ini
juga memiliki pilihan Fakultas yang berbeda-beda. Umumnya mahasiswa dengan
latar pendidikan non pesantren akan lebih memilih Fakultas umum, sedangkan bagi
mahasiswa dengan latar pendidikan pesantren cenderung lebih memilih Fakultas
keagamaan.
Terdapat 11 Fakultas yang berada di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dimana
pengelompokannya dilihat berdasarkan sistem paket pada ujian masuk SPMB
Mandiri UIN Syarif HIdayatullah Jakarta. Terdapat tiga paket, diantaranya paket A
merupakan prodi sosial dan keagamaan, kemudian paket B merupakan prodi sains,
dan paket C merupakan paket campuran antara prodi sosial, sains dan keagamaan.9
Sehingga jika dilihat dari mata kuliah yang dipelajari, seharusnya yang
memiliki ketertarikan pada bidang politik adalah mahasiswa yang berasal dari
Fakultas umum. Tapi pada kenyataannya, aktor politik seperti Azyumardi Azra,
Fachri Ali, Syaiful Mujani, Ali Munhanif, dan Burhanudin Muhtadi adalah berasal
dari Fakultas keagamaan. Sedangkan dari Fakultas umum sampai saat ini masih
belum terlihat adanya tokoh yang muncul di ranah politik Indonesia.
9Tim redaksi berita UIN online, “Jalur SPMB Mandiri Tawarkan 57 Program Studi,”
http://www.uinjkt.ac.id. 21 maret 2018. Diunduh pada tanggal 1 September 2018 pukul 06.46 WIB.
6
Dari dua latar pendidikan mahasiswa ini, ada ciri khas yang berkaitan dengan
intensitas pertemuan dengan keluarga dan hal ini pun berpengaruh dengan perilaku
politik mereka. Seperti yang dikatakan oleh Haryanto, besarnya pengaruh yang
diberikan oleh Agen soisalisasi politik (keluarga) terhadap individu tergantung dari
intensitas interaksi yang terjadi antara individu dan agen (keluarga).10
Di mana
mahasiswa dengan latar pendidikan pesantren, intensitas pertemuan dengan
keluarganya sangatlah minim. Jadi perilaku politik mereka banyak dipengaruhi pihak
lain, seperti dari teman-teman dan pondok pesantrennya. Sedangkan bagi mereka
yang berlatar pendidikan non pesantren memiliki intensitas pertemuan dengan
keluarga lebih banyak, sehingga perilaku politik mereka dimungkinkan dipengaruhi
oleh keluarga. Karenanya penelitian ini lebih ditunjukan kepada mahasiswa Fakultas
umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Berdasarkan hal-hal yang digambarkan di atas, pengaruh keluarga terhadap
perilaku politik, dan sejauh mana keluarga selaku kelompok sosialisasi pertama
dalam kehidupan mahasiswa mempengaruhi perilaku politik mereka menjadi hal yang
sangat menarik untuk dibahas dan dikaji lebih mendalam. Oleh karenanya peneliti
memilih judul skripsi mengenai “Pengaruh Keluarga Terhadap Perilaku Politik
Dilihat dari Latar Belakang Keluarga Dan Sosialisasi Politik dalam Keluarga”
Studi Kepada Mahasiswa Fakultas Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
B. Pertanyaan Penelitian
10
Haryanto, Sistem Politik:Suatu Pengantar (Yogyakarta: Liberty, 1982), 33
7
1. Bagaimana karakteristik latar belakang keluarga mahasiswa Fakultas umum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?
2. Bagaimana karakteristik sosialisasi politik mahasiswa Fakultas umum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta?
3. Bagaimana karakteristik perilaku politik mahasiswa Fakultas umum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta?
4. Apakah latar belakang keluarga berpengaruh pada perilaku politik mahasiswa
Fakultas umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?
5. Apakah sosialisasi politik berpengaruh pada perilaku politik mahasiswa
Fakultas umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?
6. Seberapa besar pengaruh latar belakang keluarga dan sosialisasi politik
terhadap perilaku politik mahasiswa Fakultas umum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
C.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui karakteristik latar belakang keluarga mahasiswa Fakultas
umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
8
2. Untuk mengetahui karakteristik sosialisasi politik mahasiswa Fakultas umum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Untuk mengetahui karakteristik perilaku politik mahasiswa Fakultas umum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Untuk mengetahui tingkat pengaruh latar belakang keluarga dalam
mempengaruhi perilaku politik mahasiswa Fakultas Umum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
5. Untuk mengetahui tingkat pengaruh sosialisasi politik dalam mempengaruhi
perilaku politik mahasiswa Fakultas Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh latar belakang keluarga dan
sosialisasi politik terhadap perilaku politik mahasiswa Fakultas umum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
C.2 Manfaat Penelitian
a) Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak
orang, terutama orang-orang yang juga memiliki kepentingan yang sama dengan yang
dimiliki oleh peneliti, sehingga penelitian ini bisa menjadi tambahan refrensi.
b) Manfaat Akademis
Selain itu, peneliti berharap jika penelitian ini dapat memberikan pengetahuan
dan informasi baru bagi masyarakat luas dan juga bagi para mahasiswa, khususnya
mahasiswa prodi ilmu politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Juga kepada
9
pemerhati permasalahan pemilu. Sedangkan sebagai objeknya, hasil penelitian ini
bisa menjadi bahan masukan yang dapat memberikan perbandingan tentang pengaruh
keluarga dilain waktu.
A. Tinjauan Pustaka
Pada penelitian yang peneliti kerjakan saat ini, terdapat beberapa literatur
bacaan yang peneliti jadikan sebagai acuan dalam penulisan dan pelaksanaan
penelitian. Literatur di sini yang peneliti sebut sebagai tinjauan pustaka, bertujuan
untuk menemukan bagian menarik dari penelitian yang tengah peneliti lakukan
sekaligus sebagai perbandingan dari masalah penelitian yang sedang peneliti bahas
yaitu mengenai: Pengaruh Keluarga Terhadap Perilaku Politik, Dilihat Dari Latar
Belakang Keluarga dan Sosialisasi Politik Dalam Keluarga.
Pertama, skripsi yang berjudul Peran Keluarga Sebagai Agen Sosialisasi
Politik terhadap Orientasi Politik Pemilih Pemula dalam Pemilihan Gubernur Jawa
Barat di Kabupaten Indramayu, yang ditulis oleh Iim Shoimah Mahasiswi
Universitas Negeri Semarang, Program Studi Politik dan Kewarganegaraan, Fakultas
Ilmu Sosial tahun 2013. Pada penelitiannya Iim Soimah mencoba menguraikan
mengenai peran keluarga sebagai agen sosialisasi politik dalam mempengaruhi
orientasi politik pemilih pemula, yang dimana selama ini para pemilih pemula di
Indonesia kurang memiliki kesadaran juga pengetahuan politik yang dimiliki oleh
pemilih pemula dirasa masih kurang, sehingga lebih mudah dipengaruhi oleh banyak
pihak. Selain itu Iim Soimah juga memaparkan bagaimana keluarga sebagai
10
kelompok sosial yang pertama kali ditemui oleh individu, sekaligus yang memiliki
peran penting dalam menggembleng individu sebelum terjun langsung ke dalam
masyarakat. Dan juga Pada penelitian yang dilakukannya ini, terdapat beberapa teori
yang digunakannya. Antara lain adalah teori peran, keluarga, agen sosialisasi politik,
orientasi politik dan pemilih pemula. Iim Soimah menemukan dalam penelitiannya
bahwa keluarga mempengaruhi orientasi politik pemula melalui perannya dengan
memberkan informasi politik
Kedua, skripsi yang berjudul Pengaruh Popularitas terhadap Pilihan Pemilih
Pemula (Fenomena Masuknya Artis dalam Politik) Studi Kasus: Mahasiswa
Departemen Ilmu Politik, FISIP, USU, skripsi tersebut ditulis oleh Rika Rubyanti,
Mahasiswi Universitas Sumatera Utara, Program Studi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik 2009. Pada penelitiannya Rika Rubyanti mengurikan
fenomena para artis ibukota yang mulai melenggang di ranah politik, dimana para
artis ini yang sebelumnya kapasitas para artis ini digunakan hanya untuk menarik
masa, namun semakin kesini para artis mulai merambah posisi eksekutif. Hal seperti
ini tentunya menarik perhatian banyak pihak, beberapa kader dari partai politik mulai
melakukan protes karena posisinya dalam pemilihan calon legislatif tergeser dengan
keberadaan para artis. Kondisi seperti ini tidak lain karena masyarakat Indonesia
masih sangat terpengaruh dengan adanya figuritas kandidat terhadap pilihan pemilih.
Dimana sebagain besar masyarakat Indonesia masih menggunakan pilihannya
berdasarkan priomordial. Selain itu masyarakat Indonesia masih cenderung bersifat
11
parokhial, di mana masyarakat memposisikan dirinya sebagai orang yang pasif dalam
politik. Sehingga dalam situasi seperti ini banyak oknum yang memanfaatkan dengan
menjual isu kedaerahan, agama dan juga popularitas kandidat.
Ketiga, skripsi yang berjudul Perilaku Pemilih (Dinamika Pilihan Rasional
Dalam Kemenangan Jokowi-Basuki Pada Pemilihan Umum Gubernur DKI Jakarta
2012), skripsi tersebut ditulis oleh Muhammad Ferdiansyah Zidni, mahasiswa
Universitas Negri Islam Jakarta, Program studi Ilmu politik, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik 2014. Dalam skripsinya ini Ferdiansyah mamaparkan perihal
kemenangan yang diraih oleh Joko Widodo dan Basuki Tjahya, terjadi karena
keduanya menggunakan pendekatan pilihan rasional dalam kampanye nya. Kemudian
Ferdiansyah menjelaskan secara detail bagaimana perilaku pemilih di Jakarta yang
mulai memasuki fase kritis. Di sini juga Ferdiansyah menjelaskan bahwa orientasi
politik masyarakat tidak lagi hanya sekedar menjadikan pilihan politik mereka
sebagai suatu kebetulan, namun mereka telah mempertimbangkan akan keuntungan
apa yang kedepannya akan mereka dapatkan dari pasangan calon. Pada penelitian
yang dilakukan oleh Muhammad Ferdiansyah hanya menggunakan teori perilaku
pemilih, di mana Ferdiansyah lebih condong menggunakan pendekatan pilihan
rasional. Dalam penelitiannya Ferdiansyah menemukan jika kemenangan yang di
dapatkan oleh Jokowi-Basuki adalah sebuah anomali. Peristiwa ini terjadi karena
masyarakat Jakarta mulai mampu meruntuhkan kekuasaan uang yang dikalahkan
dengan rasionalitas pemilih. Yang artinya kecerdasan pemilih di wilayah Jakarta
12
dalam menakar seorang figur tidak lagi semata-mata karena basis dukungan logistic
yang kuat, namun lebih kepada aspek-aspek yang subtantif seperti integrasi dan
keterujian melalui track record.
Ke empat, tesis yang berjudul Perilaku Politik Umat Islam Di Kabupaten
Karo Dalam Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2013,
tesis tersebut ditulis oleh Saiful Amir, Mahasiswa Pasca Sarjana Institut Agama Islam
Negeri Sumatera Utara, Program Studi Pemikiran Islam 2014. Pada penelitiannya
Saiful Amir mencoba menguraikan tentang pentingnya pemilu dalam demokrasi,
kemudian pentingnya pemilu bagi negara dunia ketiga. Saiful Amir juga menemukan
dalam penelitiannya jika pemahaman ummat Islam mengenai isu-isu politik di dapat
dari media massa, kemudian tingkat partisipasi umat Islam di Kabupaten Karo adalah
sebesar 81.5% dari jumpal populalsi yang diteliti dari tiga kecamatan, kemudian umat
Islam di Karo cenderung lebih memilih berdasarkan aspek agama dan aspek penilaian
visi dan misi calon kandidat. Kelebihan dari penelitian ini adalah cara
penyampaiannya yang mudah dipahami dan informasi mengenai partisipasi
politiknya sangat detail, namun kekurangannya dalam pembahasan perilaku
politiknya kurang dibahas secara gamblang.
Ke lima, tesis yang berjudul Pengaruh Status Sosial Ekonomi Terhadap
Partisipasi Politik, tesis tersebut ditulis oleh Tulus Guritno, mahasiswa Pasca Sarjana
Universitas Indonesia, Program Ilmu Administrasi dan Kebijakan Publik, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 2001. Tulus mencoba memaparkan tentang
13
perkembangan perilaku pemilih dari mulai masa pasca orde baru, masa orde baru
sampai dengan masa reformasi. Selain itu Tulus juga memaparkan tentang
perkembangan daerah Banyumas sebagai daerah percontohan, lalu hubungannya
dengan perilaku politik masyarakatnya. Penelitian ini menggunakan teori status sosial
ekonomi dan perilaku politik dengan menggunakan tiga pendekatan perilaku pemilih
yaitu pendekatan sosiologis, psikologis dan pendekatan pilihan rasional.
Ke enam, disertasi yang berjudul Perilaku Memilih Dalam Pmeilihan Umum
Studi Atas Pemilihan Umum Legislatif 2004 Pada Era Pasca Reformasi Di Provindi
Jawa Barat, disertasi tersebut ditulis oleh Affan Sulaeman, mahasiswa Pasca Sarjana
Universitas Indonesia, Program Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu POlitik
2016. Pada penelitiannya Affan Sulaeman mencoba menguraikan tentang
perkembangan demokrasi di Indonesia dari mulai tahun 1955 sampai dengan masa
reformasi, lalu setelahnya Affan juga memaparkan tentang kelemahan demokrasi
Indonesia sepanjang masa orde baru. Teori yang digunakan dalam penelitian milik
Affan adalah teori perilaku politik, partai politik, politik local, dan budaya politik.
dan hasil temuan dari penelitiannya adalah perilaku memilih masyarakat di Provinsi
Jawa Barat dipengaruhi oleh empat variabel yaitu peran media massa, dukungan
dana, kepemimpinan dan identifikasi partai.
Dari keseluruhan tinjauan pustaka yang peneliti gunakan sebagai pegangan
dan juga acuan dalam pembuatan skripsi ini, terdapat perbedaan yang mendasar
mengenai permasalahan yang sedang peneliti teliti yaitu peneliti lebih memfokuskan
14
materi terhadap pengaruh keluarga dalam mempengaruhi perilaku politik seorang
individu khususnya mahasiswa, seberapa besar pengaruh keluarga berimplikasi
terhadap perilaku politik seorang individu, bagaimana perilaku politik umat Islam di
tanah Karo, setelah itu seperti apa pengaruh yang diberikan oleh status sosial
ekonomi terhadap partisipasi politik, dan perilaku politik yang terfokus pada pemilu
legislatif. Karena dari tinjauan pustaka yang penulis jadikan referensi di atas, belum
ada yang membahas mengenai permasalahan ini. Sekalipun ada, ia hanya membahas
sebatas peran dari keluarga dalam mempengaruhi orietasi politik seseorang.
B. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan, maka peneliti membagi skripsi ini
menjadi lima bab yang disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Pada bab ini peneliti akan menguraikan pernyataan masalah, yaitu mengenai
pengaruh keluarga terhadap perilaku politik mahasiswa Fakultas umum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Selanjutnya adalah rumusan masalah, dalam rumusan masalah
peneliti mengutarakan pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang akan penulis
teliti. Kemudian tujuan dan manfaat penulisan, dalam hal ini peneliti akan
memberitahukan tujuan dan manfaatnya melakukannya penelitian ini. Terakhir adalah
sistematika penulisan, untuk sistematika, peneliti menjabarkan mengenai isi setiap
bab dan sub bab yang peneliti buat.
15
BAB II: KAJIAN TEORI DAN KONSEP
Pada bab ini peneliti menjabarkan mengenai kerangka teori yang penulis
gunakan untuk membahas permasalahan yang penulis jadikan sebagai bahan
penelitian. Di antara teori-teori tersebut ialah sosialisasi politik, kemudian agen
sosialisasi politik, perilaku politik dengan menggunakan tiga pendekatan (sosiologis,
psikologis, pilihan rasional), latar belakang keluarga, dan yang terakhir adalah
partisipasi politik sebagai teori penunjang
BAB III: METODE PENELITIAN
Pada bab ini peneliti akan memuat tentang jenis penelitian apa yang peneliti
gunakan, kemudian siapa yang akan peneliti jadikan sebagai objek penelitian, lalu
teknik sampling dan ukuran sampling yang di dalamnya peneliti akan menjelaskan
mengenai teknik sampling yang peneliti gunakan dan bagaimana peneliti menghitung
jumlah sampel yang terlibat dalam penelitian ini, selanjutnya teknik pengumpulan
data yang memuat tentang jenis data dan skala apa yang peneliti gunakan dalam
penelitian, selanjutnya pada sub bab metode analisis data peneliti ingin menjelaskan
mengenai metode-metode yang peneliti gunakan untuk mengolah hasil data
penelitian, lalu pada definisi operasional peneliti menguraikan variabel menjadi
beberapa konsep yang nantinya akan peneliti gunakan sebagai kuesioner pertanyaan
penelitian, kemudian dalam kerangka berpikir peneliti memberikan gambaran akan
permasalahan yang tengah peneliti teliti, dan yang terakhir peneliti akan memaparkan
mengenai hipotesis sementara untuk hasil penelitian.
16
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ANALISIS PENGARUH
KELUARGA TERHADAP PERILAKU POLITIK MAHASISWA
Pada bab ini peneliti akan menjelaskan perihal latar belakang tempat yang
peneliti jadikan sebagai tempat dari objek penelitian, lalu peneliti akan mulai memuat
perhitungan mengenal hasil dari uji validitas dan reliabilitas, hasil analisa deskriptif
yang di dalamnya berisi profil responden dan hasil dari distribusi frekuensi dan
presentase hasil penelitian, dan hasil analisa berdasarkan uji cross tabulation,
kemudian peneliti akan memuat hasil uji normalitas, selanjutnya peneliti akan
memuat mengenai analisa hubungan variabel, dan yang terakhir peneliti akan memuat
mengenai analisa pengaruh variabel.
BAB V: PENUTUP
Pada bab ini peneliti menyajikan kesimpulan dan saran. Dalam bab ini
dipaparkan jawaban atas hipotesis yang digunakan (diterima atau tidaknya hipotesis
tersebut) serta jawaban dari pertanyaan penelitian, dan saran-saran berdasarkan hasil
penelitian.
17
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KONSEP
Pada bab ini terdapat beberapa teori dan konsep yang peneliti anggap relevan
dan peneliti rasa dapat menunjang penelitian untuk kasus yang sedang peneliti teliti.
Penggunaan teori latar belakang keluarga, teori-teori sosialisasi politik, perilaku
politik, dan partisipasi politik sebagai teori penunjang untuk menggambarkan
sekaligus menjelaskan pengaruh keluarga terhadap perilaku politik mahasiswa
Fakultas bidang sosial dan bidang sains UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
A. Latar Belakang Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pertama yang dimiliki oleh setiap manusia
dalam kehidupannya, dari keluarga setiap manusia akan mulai membentuk diri
mereka sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga pula setiap manusia akan di
gembleng sebelum akhirnya nanti terjun secara langsung dalam masyarakat.
Menurut Hartono, keluarga merupakan sebuah grup yang terbentuk dari
hubungan yang dilakukan antara laki-laki dan perempuan dalam kadar waktu yang
lama dengan tujuan untuk memiliki keturunan. Keluarga sendiri terdiri dari ayah, ibu
dan anak-anak yang belum memasuki usia dewasa.1
1 Syamsul Ma’arif, “Konsep Al-Qur’an Tentang Keluarga Bahagia,” (Skripsi S1 Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010), 7.
18
Sedangkan menurut Mattessich dan Hill, keluarga adalah kelompok yang
tercipta karena adanya hubungan kekerabatan yang dekat, tempat tinggal yang sama
dan memiliki hubungan emosional yang dekat.2
Hampir sama dengan pendapat kedua ahli sebelumnya, menurut William, keluarga
adalah kelompok yang terdiri dari seorang wanita dan seorang pria dewasa yang telah terikat
perkawinan, serta adanya anak-anak yang masih bergantung kepada keduanya.3
Sehingga dapat disimpulkan jika keluarga merupakan sebuah kelompok kecil
dalam masyarakat, yang di mana di dalamnya terdapat laki-laki dan perempuan yang
sudah memiliki ikatan pernikahan atau adanya hubungan darah dan juga terdapat
anak yang masih bergantung dengan orang tuanya dan tinggal dalam satu atap yang
sama.
Sedangkan pengertian dari latar belakang adalah titik tolak, dasar, atau asal.4
Menurut pusat bahasa Depdiknas, latar belakang adalah dasar/ alasan suatu tindakan
atau perbuatan.5 Sehingga jika digabungkan, yang dimaksud dengan latar belakang
keluarga adalah asal mula dari terbentuknya keluarga, yang didasarkan pada beberapa
aspek dalam kehidupan.
2 Herien Puspitawati, Konsep dan Teori Keluarga, 2013 [Karya Ilmiah on-line]; tersedia di
http://ikk.fema.ipb.ac.id/v2/images/karyailmiah/teori.pdf; Internet; diunduh pada 15 Maret 2017 pukul:
10.45 WIB. 3 William A. Haviland; alih bahasa R.G. Soekadijo, Antropologi Jilid 1 (Jakarta: Erlangga,
1999), 73. 4 https://kbbi.web.id/latarbelakang; Internet; diunduh pada 6 Juni 2018 pukul 11.19 WIB
5 Ratna Eka Saputri,”Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Formal Orang Tua Dan Intensitas
Komunikasi Dalam Keluarga Terhadap Kepribadian Remaja Di Kampung Wonosowo Kelurahan Sine
Kecamatan Sragen,” (Skripsi S1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2013), 4.
19
Dalam penelitian ini, peneliti menjadikan latar belakang keluarga berdasarkan
aspek status sosial ekonomi untuk melihat perilaku politik dari mahasiswa/i Fakultas
umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Seperti yang diungkapkan Mardiya dalam
salah satu artikelnya. Berdasarkan maknanya, keluarga yang mengandung makna
kelas dibedakan menjadi lima jenis, diantaranya berdasarkan lingkungan pekerjaan,
pola kehidupan dan mata pencaharian, serta keadaan ekonomi.6 Di mana, lingkungan,
pekerjaan, kehidupan sosial, dan keadaan ekonomi, masuk ke dalam status sosial
ekonomi.
Pengertian status sekonomi menurut Mayer, merupakan kedudukan individu
atau keluarga berdasarkan unsur ekonomi.7 Berdasarkan GOP tahun 2008, status
sosial ekonomi adalah ukuran gabungan dari posisi ekonomi dan sosial individu atau
keluarga yang relating kepada orang lain, berdasarkan pendapatan, pendidikan, dan
pekerjaan.8 Selain ditentukan oleh ketiga hal sebelumnya, status sosial ekonomi
seseorang atau keluarga dapat didasarkan pada beberapa unsur kepentingan manusia
dalam kehidupannya. Yaitu status dalam kehidupan masyarakat, salah satunya adalah
status agama yang dianut. Status sosial ekonomi orang tua berkaitan dengan
6 Mardiya, Keluarga: Arti, Latar Belakang Pembentukan, Kedudukan Dan Perannya Sebagai
Penerus Kebudayaan [Artikel Online]; tersedia di Internet; diakses pada 30 Juni 2018 pukul 13.14
WIB. 7 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2007), 207.
8 Guntur Ardyan Tamara, “Pengaruh Status Sosial Ekonomi Terhadap Partisipasi Politik
Masyarakat Dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2015 (Studi
Perbandingan Keluarahan Way Urang dan Keluarahan Bumi Agung Kecamatan Kalianda Kabupaten
Lampung Selatan),” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung, 2015),
26.
20
kedudukan keluarga dalam masyarakat, serta usaha orang tua demi terpenuhinya
kebutuhan baik jasmani maupun rohani.9
Berdasarkan pemaparan mengenai status sosial ekonomi sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa status sosial ekonomi merupakan ukuran tinggi rendahnya
kedudukan yang dimiliki individu atau keluarga di dalam masyarakat berdasarkan
kepemilikan materi dan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan baik jasmani atau pun
rohani.
Keterkaitan perilaku politik dengan teori latar belakang keluarga berdasarkan
status sosial ekonomi dapat dilihat berdasarkan pengaruh komunikasi yang terjadi di
dalam keluarga. Karena tinggi rendahnya status ekonomi yang dimiliki oleh keluarga,
akan sangat mempengaruhi intensitas komunikasi antar anggota keluarga.10
Sehingga
hal tersebut akan berdampak juga terhadap proses sosialisasi politik dalam keluarga,
yang pada akhirnya akan ikut mempengaruhi perilaku politik individu.
B. Sosialisasi Politik
Sosialisasi politik merupakan proses memperkenalkan sistem politik kepada
seseorang dan bagaimana orang tersebut menentukan sikap serta reaksi dirinya
9 Laila Nurjannah, “Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Dengan MOtivasi Orang Tua
Menyekololahkan Anak Di PAUD Smart Kid Dan PAUD Sahabat Ananda Kecamatan DAU,” (Skirpsi
S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahin Malang,
2014), 12. 10
Endang Sri Indrawati, “Status Sosial Ekonomi dan Intensitas Komunikasi Keluarga Pada
Panggung Kidul Semarang Utara,” Jurnal Psikologi IRT Universitas Diponegoro 14 (April 2015): 52-
57.
21
terhadap gejala politik.11
Sosialisasi politik yang terjadi sangat ditentukan oleh faktor
lingkungan kultural, lingkungan politik, lingkungan sosial tempat di mana individu
hidup bermasyarakat, dan pengalaman yang pernah individu alami sebelumnya.
Sosialisasi politik adalah proses pentransformasian ilmu atau informasi politik
dari anggota sosialisasi politik terhadap individu, sosialisasi politik juga merupakan
salah saru sarana bagi individu untuk mempelajari politik. Karenanya sosialisasi
politik menjadi indikator paling penting dalam suatu sistem politik.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka yang dimaksud sosialisasi
politik dalam penelitian ini adalah proses seorang individu dalam mengenal dan
mempelajari politik yang diperoleh dari seseorang yang berasal dari lingkungannya
berdasarkan pengalaman hidup sebelumnya.
1. Agen Sosialisasi Politik
Dalam kehidupan berpolitik setiap individu, biasanya tidak dapat terlepas dari
pengaruh agen sosialisasi politik. Agen sosialisasi politik merupakan mereka yang
berperan dalam membentuk perilaku, sikap dan pengetahuan mengenai politik. Dalam
sosialisasi politik terdapat beberapa agen yang bisa dikatakan dapat mempengaruhi
11
Raga Maran R, Pengantar Sosiologi Politik (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001), 136.
22
dan memegang peranan penting bagi kehidupan politik seorang individu, di antaranya
adalah:12
a) Keluarga
Keluarga merupakan agen sosiaisasi politik yang memiliki kedudukan paling
sentral di antara agen-agen lainnya. Seperti yang dikatakan oleh Stephen Douglas,
jika keluarga merupakan agen sosialisasi politik yang memiliki posisi paling penting
dan paling awal dalam sosialisasi politik. Hal ini dikarenakan, keluarga merupakan
institusi pertama yang ditemui oleh setiap individu dalam kehidupannya. Pada
keluarga jugalah individu belajar berinteraksi dengan orang lain, dalam hal ini orang
tua adalah orang yang paling berperan penting.
Interaksi yang terjadi hampir setiap hari antara individu dan orang tua
membuat individu mulai mengenal tentang pola hubungan kekuasaan. Dimulai dari
pola hubungan kekuasaan dalam keluarga nantinya individu akan mulai terpengaruhi
persepsinya mengenai pola hubungan kekuasaan dalam konteks yang lebih luas,
seperti pada sistem politik.13
Seperti yang diungkapkan Almond, bahwa pola
kekuasaan nonpolitik yang diharapkan dapat mempengaruhi sikap politik adalah
keluarga, sekolah, dan tempat kerja.14
12
Damsar, Pengantar Sosiologi Politik (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), 154-
165. 13
F. Winarni, “Peran Keluarga Sebagai Agen Sosialisasi Dalam Meningkatkan Partisipasi
Politik Wanita,” Informasi Kajian Masalah Pendidikan dan Ilmu Sosial hal: 89, 2005 [Jurnal Online];
tersedia di http://download.portalgaruda.org/article; Internet; diunduh pada 15 Mei 2018. 14
Gabriel Almond dan Sidney Verba, Budaya Politik (Jakarta: Bina Aksara, 1984), 330.
23
Menurut Apter, dalam tahapannya keluarga merupakan langkah pertama bagi
individu dalam mempelajari politik.15
Baik disengaja atau tidak, segala tindakan yang
dilakukan oleh orang dewasa (orang tua) akan diserap dan disimpan dalam ingatan
individu. Lalu kemudian seiring berjalannya waktu, semakin seringnya interaksi yang
terjalin antara individu dan keluarga maka secara tidak sadar hal tersebut akan
mempengaruhi individu dalam cara pandangnya terhadap sistem politik, reaksinya
kepada isu-isu politik yang sedang terjadi, serta bagaimana ia menentukan sikapnya
dalam politik.
Berhasil atau tidaknya pelaksanaan sosialisasi politik dalam keluarga, yang
nantinya juga ikut mempengaruhi perilaku politik seorang individu tentunya akan
sangat terpengaruhi oleh tingkat intensitas komunikasi yang terjadi antara individu
dan keluarga. Karena poin penting dari terjadinya proses sosialisasi dalam keluarga
adalah dapat mempengaruhi tindak-tanduk perilaku politik anak setelah menginjak
dewasa.16
b) Sekolah
Sebagai sebuah lembaga pendidikan yang sangat penting dalam kehidupan
masyarakat modern, sekolah memiliki peran yang sangat penting juga dalam
pembentukan perilaku politik. Sosok yang memiliki peranan penting di sekolah untuk
15
David E Apter, Pengantar Analisis Politik (Jakarta: LP3ES,1996), 263. 16
F. Winarni, “Peran Keluarga Sebagai Agen Sosialisasi Dalam Meningkatkan Partisipasi
Politik Wanita,” Informasi Kajian Masalah Pendidikan dan Ilmu Sosial hal: 89, 2005 [Jurnal Online];
tersedia di http://download.portalgaruda.org/article; Internet; diunduh pada 15 Mei 2018.
24
mempengaruhi adalah guru. Gaya kepemimpinan guru dan cara mengajar guru
sangatlah berpengaruh dalam pembentukan karakter seorang anak selama berada di
sekolah.
c) Kelompok Teman Sebaya (Peer Group)
Menurut Horton dan Hunt, “kelompok teman sebaya (Peer Group) merupakan
suatu kelompok dari orang-orang yang seusia dan memiliki status yang sama, dengan
siapa seseorang umumnya berhubungan atau bergaul.”
Teman sebaya biasanya menjadi perantara dari sosialisasi politik dengan cara
yang informal, di mana sosialisasi politik bisa digunakan melalui obrolan, candaan
dan juga cara-cara lainnya. Sehingga tidak heran jika seiring dengan berkembangnya
zaman, para peserta politik mulai memanfaatkan keberadaan teman sebaya ini untuk
menyampaikan maksud dan tujuan politiknya, khususnya kepada para kawula muda.
d) Media Massa
Media massa merupakan agen sosialisasi politik yang saat ini peranannya
sangat besar dalam mempengaruhi pemikiran seorang individu. Apalagi saat ini,
ketika teknologi semakin maju dan berkembang, media massa menjadi sangat mudah
untuk diakses. Karenanya media massa masih menjadi pilihan utama bagi para
kandidat pemilu dalam men-sosialisasikan konsep kepemimpinan mereka agar bisa
dengan mudah diketahui oleh khalayak ramai.
25
C. Perilaku Politik
Selaku makhluk sosial, manusia kerap kali berinteraksi dengan manusia
lainnya. Hal ini disebabkan karena manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia
memerlukan orang lain untuk membantu kehidupannya. Dalam pemahaman interaksi
secara umum, merupakan hubungan yang terjadi antara individu dengan individu
lainnya, antara lembaga yang satu dengan lembaga lainnya, atau bahkan antara
lembaga dan individu. Sedangkan dalam politik, Ramlan surbakti mengatakan jika
interaksi yang terjadi antara pemerintah dan masyarakat dalam lembaga-lembaga
pemerintahan, dalam rangka pembuatan, pelaksanaan serta penegakan keputusan, bisa
dikatakan sebagai perilaku politik.17
Perilaku politik merupakan kegiatan yang berhubungan langsung dengan
proses pembuatan kebijakan politik, proses pelaksanaannya, sampai dengan
keputusan politik yang dibuat.18
Hal ini dilakukan agar tujuan dari masyarakat dapat
terwujud, karena tujuan dari perilaku politik sendiri adalah mewujudkan keinginan
masyarakat untuk memperbaiki sistem politik yang ada. Agar masyarakat dapat hidup
dengan aman, tentram dan damai.
Sementara menurut Jack C. Plano, perilaku politik merupakan pemikiran yang
berasal dari dalam diri, seperti persepsi, sikap, kejujuran, dan juga tindakan yang
berhubungan langsung dengan sistem politik yang ada. Seperti kegiatan pemilihan
17
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana, 2010), 20. 18
Sudijono Sastroatmodjo, Perilaku Politik (Semarang: IKIP Press, 1995), 3.
26
umum.19
Kegiatan pemilihan umum mencakup pemungutan suara, kampanye,
gerakan mencari dukungan untuk calon, dan juga lobi.20
Sementara menurut Jack C.
Plano, perilaku politik merupakan pemikiran yang berasal dari dalam diri, seperti
persepsi, sikap, kejujuran, dan juga tindakan yang berhubungan langsung dengan
sistem politik yang ada. Seperti kegiatan pemilihan umum.21
Kegiatan pemilihan
umum mencakup pemungutan suara, kampanye, gerakan mencari dukungan untuk
calon, dan juga lobi.22
Pada kegiatan pemilihan umum, perilaku memilih dapat ditunjukan dengan
cara memberikan suara kepada calon kandidat sekaligus menentukan kemenangan
bagi setiap calon kandidat yang ada secara langsung. Oleh karenanya dalam
pemilihan umum, perilaku memilih juga merupakan bagian dari perilaku politik.
Seperti yang dikatakan oleh Ramlan Surbakti, bahwa perilaku politik dalam
pemilihan umum adalah perihal memilih atau tidak memilih.23
Adapun perilaku memilih menurut Ramlan Surbakti adalah, aktivitas
pemberian suara oleh individu yang berkaitan dengan kegiatan pengambilan
19
Jack C. Plano, Robert E. Ring, dan Helenan S Robin, Kamus Analisa Politik (Jakarta:
Rajawali Press, 1985), 280. 20
Suryana Aminudin, “Perilaku Politik Di Indonesia.” Jurnal Aspirasi 1(Februari 2011):5. 21
Jack C. Plano, Robert E. Ring, dan Helenan S Robin, Kamus Analisa Politik (Jakarta:
Rajawali Press, 1985), 280. 22
Suryana Aminudin, “Perilaku Politik Di Indonesia.” Jurnal Aspirasi 1(Februari 2011):5. 23
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana, 2010), 186.
27
keputusan untuk memilih atau tidak memilih ( to vote or note vote ) pada pemilihan
umum.24
Secara umum perilaku merupakan respon atau reaksi yang dimiliki oleh
seorang individu terhadap rangsangan dari luar dirinya, yang dimaksud rangsangan
adalah stimulus (kelakuan). Sedangkan dalam politik berarti reaksi atau respon
seorang pemilih terhadap pengaruh yang berasal dari luar dirinya. Perilaku atau
tingkah laku sangat mudah dipengaruhi oleh banyak hal, dalam bukunya Saiful
Mujani, R William Liddle dan Kuskridho Ambardi menuliskan bahwa terdapat tiga
pendekatan yang bisa mempengaruhi perilaku memilih. Yaitu pendekatan sosiologis,
pendekatan pilihan rasional, dan pendekatan psikologis.25
1. Pendekatan Sosiologis
Pendekatan sosiologis ini merupakan pendekatan yang pertama kali muncul
dalam studi perilaku pemilih. Pendekatan ini berkembang di Eropa dan Amerika pada
tahun 1950-an. Pendekatan ini ditemukan dari hasil penelitian yang telah diakukan
oleh alumni Columbia University, karenanya pendekatan sosiologis ini disebut
sebagai Mazhab Columbia. Dalam bukunya Saiful Mujani mengatakan jika
24
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana, 1992), 192. 25
Khairul Azmi, Perilaku Memilih Pemilih Pemula Masyarakat Kendal Pada Pemilihan
Umum Presiden Dan Wakil Presiden Tahun 2014 [Artikel on-line]; tersedia di
https://media.neliti.com/media/publications/111809-ID-perilaku-memilih-pemilih-pemula-
masyarak.pdf; Internet; diunduh 17 Maret 2017 Pukul: 11.48 WIB.
28
pendekatan sosiologis merupakan pendekatan dimana perilaku pemilih ditentukan
oleh kelas sosial, agama dan juga kelompok etnik/kedaerahan/bahasa.26
Pendekatan sosiologis menjadikan lingkungan sebagai dasar dari
pendekatannya, karenanya sering dikatakan jika pendekatan sosiologis merupakan
pendekatan yang paling dekat dengan kehidupan individu dan paling mudah dalam
mempengaruhi perilaku politik individu. Berdasarkan pola interaksi yang terjadi
dalam pendekatan soisologis, terdapat dua kelompok sosial yang dapat terbagi. Di
antaranya kelompok primer, seperti keluarga, teman sebaya, tetangga, kelompok
agama, dan sebagainya. Dan sekunder, seperti halnya perhimpunan serikat pekerja,
partai politik, asosiasi profesi, dan lain-lain.
Menurut Lazarsfeld, individu terikat dalam lingkaran sosial. Nantinya
lingkaran sosial inilah yang akan mempengaruhi keputusan para pemilih. Dijelaskan
bahwa, konteks status ekonomi, agama, tempat tinggal, usia dan pekerjaan dalam
kehidupan manusia digunakan untuk mendefiniskan lingkaran sosial setiap pemilih.
Setiap lingkaran sosial memiliki norma, dan kepatuhan terhadap norma itu akan
menghasilkan integritas yang dapat mengontrol perilaku individu, sehingga menekan
26
Saiful Mujani, R. William Liddle, dan Kuskrido Ambardi, Kuasa Rakyat: Analisa tentang
Perilaku Memilih dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru (Jakarta:
Mizan Media Utama, 2012), 6.
29
individu untuk menyesuaikan diri. Karena pada dasarnya individu ingin hidup damai
dalam lingkungan sosialnya.27
Pendekatan sosiologis ini menekankan pentingnya beberapa hal yang
berkaitan dengan instrument kemasyarakatan seseorang, seperti: status sosial-
ekonomi (seperti pendidikan, jenis pekerjaan, pendapatan dan kelas sosial), agama,
etnik, dan wilayah tempat tinggal (misalnya kota, desa pesisir ataupun pedalaman.28
2. Pendekatan Psikologis
Pendekatan psikologis merupakan sebuah pendekatan yang tercipta dari hasil
penelitian mahasiswa alumni Michigan University di bawah naungan The Michigan
Survey Research Centre. Pendekatan psikologis ini mulai berpengaruh kuat setelah
terbitnya buku The American Voter oleh Campbell pada tahun 1950, tentang pemilih
Amerika.29
Pendekatan ini muncul karena adanya kritik atas kelemahan dari
pendekatan sosiologis, dimana dalam pendekatan tersebut penelitian yang dilakukan
hanya memaparkan mengenai apa yang dilihat dari hasil interaksi yang terjadi antara
individu dan masyarakat di sekelilingnya, tanpa meninjau lebih lanjut mengenai sikap
apa yang akan diambil oleh individu tersebut. Selain itu pada prosesnya, faktor-faktor
27
Muhammad Ferdiansyah, “Perilaku Pemilih (Dinamika Pilihan Rasional dalam
Kemenangan Jokowi-Basuki Pada Pemilihan Umum Gubernur DKI Jakarta 2012),” (Skripsi S1
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2014), 12. 28
Leo Agustino dan Mohammad Agus Yusoff, “Pemilihan Umum dan Perilaku Pemilih:
Analisis Pemilihan Presiden 2009 di Indonesia.” Jurnal Kajian Politik dan Masalah Pembagunan 5
(Jurnal Enam Bulanan 2009), 422. 29
Saiful Mujani, R. William Liddle, dan Kuskrido Ambardi, Kuasa Rakyat: Analisa tentang
Perilaku Memilih dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru (Jakarta:
Mizan Media Utama, 2012), 371.
30
sosiologis tidak bisa secara langsung mempengaruhi keputusan individu dalam
memilih. Tetapi faktor-faktor sosiologis justru diperantarai oleh persepsi. Sehingga
yang terjadi bukan faktor sosiologis secara objektif dalam mempengaruhi individu,
namun faktor sosiologis sebagaimana yang telah dipersepsikan.30
Karena masalah
politik merupakan masalah ketertarikan dan hal tersebut tentunya membuat
pendekatan sosiologis tidak cukup jelas untuk menjelaskan perilaku memilih
seseorang dalam pemilu.
Pada pendekatan psikologis ini, sangat jelas bahwa landasan dasar konsep
yang digunakan adalah konsep psikologi untuk menjelaskan perilaku politik dari
seorang pemilih. Bagi penganut mazhab ini, mereka mempercayai jika pendekatan ini
lebih dapat menjelaskan segala hal yang sebelumnya tidak dapat terjelaskan dalam
pendekatan sosiologis. Contohnya saja seperti pengambilan sikap memilih yang
dilakukan oleh seorang individu dalam pemilu, pendekatan sosiologis tidak lebih
hanya sekedar menentukan sikap politik seseorang dan tidak menggambarkan secara
jelas bagaimana proses seorang individu mengambil keputusan dan bersikap dalam
politik. Sedangkan dalam pendekatan psikologis ini hal-hal yang sebelumnya dirasa
tidak perlu dibahas pada pendekatan sosiologis, seperti faktor pendorong yang
mengakibatkan seseorang memutuskan untuk memilih calon kandidat dalam pemilu
akan dibahas lebih lanjut pada pendekatan ini. Karena pastinya setiap perilaku yang
30
Saiful Mujani, R. William Liddle, dan Kuskrido Ambardi, Kuasa Rakyat: Analisa tentang
Perilaku Memilih dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru (Jakarta:
Mizan Media Utama, 2012), 22.
31
dilakukan oleh individu, memiliki faktor pendorong yang membuat akhirnya seorang
individu memutuskan untuk melakukan sesuatu.
Pendekatan psikologis merupakan salah satu pendekatan yang berhubungan
dengan hati, karenanya pendekatan ini sangat erat sekali kaitannya dengan
karakteristik yang dimiliki oleh setiap individu. Dalam pembahasan perihal perilaku
psikologis ini biasanya identik dengan penggambaran akan “perasaan”, baik itu
ketertarikan, kekaguman, bahkan sampai kebencian. Karena memang dalam
pendekatan ini para ilmuwan lebih menyoroti kepada emosi yang dimiliki oleh setiap
individu.
Emosi merupakan faktor terpenting dalam pendekatan psikologis, sekalipun
emosi tidak bermain secara langsung namun peran dari emosi sendiri adalah sebagai
pendorong dalam proses pengambilan keputusan.31
Namun bagi yang tidak setuju
dengan pendekatan ini, mereka seringkali menyatakan bahwa keberadaan emosi
bukanlah elemen yang cukup akurat untuk alasan seorang individu dalam mengambil
keputusan, karena sifatnya yang terkadang masih dirasa kurang konsisten dan
kemunculannya yang singkat. Tetapi keraguan dari para ilmuwan ini segera ditepis
oleh Roth, ia mengatakan bahwa faktor-faktor yang terdapat dalam pendekatan
psikologis dapat mempengaruhi keputusan seorang individu pada pemilu dalam
31
Diana C. Mutz, The Oxford Hand Books Of Political Behavior (New York: Oxford
University Press, 2007), 83.
32
jangka waktu yang singkat.32
Hal ini juga didukung oleh pernyataan dari Alford, ia
mengungkapkan bahwa "emosi menghasilkan pilihan dan perilaku tanpa banyak
pertimbangan dan musyawarah terkontrol yang transparan secara introspektif."33
Kecenderungan memilih dengan menggunakan emosi pada pendekatan ini,
sebenarnya tidak terlepas dari inti pemikiran pendekatan psikologis, yaitu identifikasi
partai. Dalam pendekatan psikologis sebenarnya perilaku memilih seorang individu
dapat dideteksi dengan dua hal. Pertama adalah konsep Political Involvement,
merupakan perasaan yang menilai diri sendiri selaku faktor yang penting atau tidak
untuk terlibat ke dalam isu-isu politik yang bersifat umum. Kedua adalah Identifikasi
partai ( Identification Party).34
Konsep identifikasi partai pada awalnya diusulkan oleh salah-seorang
ilmuwan politik pada tahun 1950 di Pusat Penelitian Survei University of
Michigan,35
pengertian dari identifikasi partai adalah perasaan suka seorang individu
terhadap suatu partai atau kelompok tertentu sehingga pada akhirnya individu
tersebut mengidentifikasikan dirinya sebagai partai atau kelompok tertentu. Konsep
identifikasi partai secara umum diartikan sebagai orientasi afeksi individu terhadap
32
Muhammad Ferdiansyah, “Perilaku Pemilih (Dinamika Pilihan Rasional dalam
Kemenangan Jokowi-Basuki Pada Pemilihan Umum Gubernur DKI Jakarta 2012,” (Skripsi S1
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2014), h. 13. 33
Diana C. Mutz, The Oxford Hand Books Of Political Behavior (New York: Oxford
University Press, 2007), 85. 34
Suryana Aminudin, “Perilaku Politik Indonesia.” Jurnal Aspirasi 2 (Februari 2011): 8. 35
Niels Norgaard Kristensen, Party Choice And Family Influence in The Age Of Modernity:
Students’ Reflection On Sources of Politcan Influence on Their Party Choice as First Time Voters in a
Norwegian Election. [Paper] (Denmark: Alborg University Denmark, 2016).
33
kelompok penting dalam masyarakat, ialah mengenai perasaan seseorang terhadap
partai politik, bisa berupa perasaan yang positif maupun negatif. Identifikasi partai
dipercaya memiliki pengaruh yang kuat terhadap berbagai sikap politik.36
Untuk mengidentifikasi diri dengan suatu partai, tentu tidak harus menjadi
anggota resmi dari partai tersebut. Karena biasanya identifikasi partai dapat
diwariskan dari orang tua kepada anaknya.37
Baik disengaja atau pun tidak,
keberadaan orang tua akan sangat mempengaruhi pola pemikiran anak-anaknya.
Sebagai tokoh sentral dalam keluarga dan tempat terbaik untuk mendiskusikan
perihal masalah politik, orang tua memiliki posisi paling strategis untuk
mempengaruhi pemikiran politik anaknya. Seperti penelitian yang telah
dilakukannnya dalam bentuk paper, Niels menggungkapkan bahwa pengaruh dari
identifikasi sosial, seperti orang tua, keluarga dan orang lain memang sangat
mempengaruhi identifikasi politik para pemilih pemula di Norwegia. Hal ini serupa
dengan pernyataan yang dikatakan oleh Holmberg, “keterikatan individu terhadap
partai politik pada umumnya cenderung stabil dan dirumuskan oleh pengaruh sosial
dari luar. Sepeti orang tua, anggota keluarga dan orang lain.”38
36
Saiful Mujani, R. William Liddle, dan Kuskrido Ambardi, Kuasa Rakyat: Analisa tentang
Perilaku Memilih dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru (Jakarta:
Mizan Media Utama, 2012), 374. 37
Muhammad Ferdiansyah, “Perilaku Pemilih (Dinamika Pilihan Rasional dalam
Kemenangan Jokowi-Basuki Pada Pemilihan Umum Gubernur DKI Jakarta 2012,” (Skripsi S1
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2014), 14. 38
Niels Norgaard Kristensen, Party Choice And Family Influence in The Age Of Modernity:
Students’ Reflection On Sources of Politcan Influence on Their Party Choice as First Time Voters in a
Norwegian Election. [Paper] (Denmark: Alborg University Denmark, 2016).
34
Identifikasi partai seorang individu merupakan hasil dari proses sosialisasi
yang panjang dan kompleks, karenanya identifikasi partai memiliki sifat yang
menetap. Pada pendekatan psikologi dalam perilaku memilih, sering kali identifikasi
partai dipengaruhi oleh lingkungan keluarga. melalui diskusi mengenai isu-isu politik
yang sedang berkembang, orang tua secara tidak langsung akan memengaruhi
anggota keluarga lainnya. Sehingga kegiatan seperti ini menjadi faktor yang dapat
mempengaruhi perilaku memilih individu.39
Seperti misalnya, orang tua yang
menjadi pendukung salah-satu partai biasanya akan mulai melakukan proses
sosialisasi politik sejak dini kepada anak-anaknya. Sehingga dengan begitu akan
mudah bagi orang tua dalam menentukan pembentukan identitas partai anak-anaknya
dan mengarahkan mereka untuk mendukung partai yang sama.40
Dari ketiga pendekatan yang bisa melihat perilaku pemilih, seperti pendekatan
sosiologis, pendekatan psikologis, dan pendekatan pilihan rasional. Pendekatan
psikologis merupakan pendekatan yang sesuai dengan penelitian yang peneliti
lakukan. Di mana dalam teori ini peneliti menggunakan konsep identifikasi partai,
yang membahas antara hubungan dalam politik yang seringkali terjadi antara orang
tua dan anak.
39
RR EmiliaYustiningrum dan Wawan Ichwanuddin, “Partisipasi Politik Dan Perilaku
Memilih Pada Pemilu 2014,” Jurnal Penelitian Politik 12 (25 Juni 2015): 130. 40
Saiful Mujani, R. William Liddle, dan Kuskrido Ambardi, Kuasa Rakyat: Analisa tentang
Perilaku Memilih dalam Pemilihan Legislatif dan Presiden Indonesia Pasca-Orde Baru (Jakarta:
Mizan Media Utama, 2012), 407.
35
3. Pendekatan Rasional Choice (Pendekatan Pilihan Rasional)
Pendekatan pilihan rasional atau rational choice merupakan salah satu
pendekatan yang terdapat dalam political behavior yang mulai berkembang pada
tahun 1960, pendekatan ini sendiri sebenarnya diadopsi dari ilmu ekonomi karenanya
pendekatan ini sering juga disebut sebagai pendekatan ekonomi. Hal ini terjadi karena
konsep keduanya hampir sama, jika dalam ilmu ekonomi menekan modal sekecil-
kecilnya untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Begitu juga dalam politik,
para individu yang notabenenya sebagai pemilih dalam pemilu akan
mempertimbangkan kredibilitas yang dimiliki pasangan calon secara matang, mana di
antara pasangan calon yang sekiranya untuk kedepannya dapat menguntungkan.
Seringkali dalam pemilihan umum pilihan para pemilih yang berubah-ubah.
Tidak dapat kita pungkiri bahwa perilaku seseorang bisa berubah kapan saja, selain
karena peristiwa politik yang terjadi, peristiwa sosial pun dapat mempengaruhi
perilaku politik seseorang. Seperti yang terjadi dalam acara arisan, pengajian,
kumpulan senam, dan lainnya. acara-acara tersebut akan memberikan pengaruh yang
berbeda jika dikemas dengan tujuan yang berbeda pula. Karenanya tidak jarang
kelompok perkumpulan seperti itu memiliki prefensi yang sama mengenai pilihan
politik.
Ketertarikan pemilih pada isu yang sedang berkembang, popularitas,
kecakapan fisik, serta sederet penawaran yang ditawarkan oleh partai politik.
36
kesemua itu tidak lagi berlaku dikalangan masyarakat, karena saat ini masyarakat
sudah pintar dalam menilai bahwa hal semacam itu tidak akan bertahan lama dan juga
hal tersebut tidak akan memberikan jaminan bagi kehidupan masyarakat ke depannya.
Seperti yang diungkapkan oleh Ramlan Surbakti dan Dennis Kanvaagh.
Bahwa konsep pilihan rasional ini membuat pemilih tidak hanya sekedar kebetulan
memilih pilihannya, namun mereka juga melakukan pertimbangan berdasarkan
pendidikan, pengetahuan, serta informasi yang mereka miliki. Sehingga nantinya
mereka dapat menentukan secara lebih matang tentang pilihan mereka sesuai dengan
untung rugi yang akan mereka dapatkan.41
Dalam pemilihan umum, pendekatan pilihan rasional atau rational choice
adalah pendekatan yang mengedepankan pemikiran logis serta pertimbangan atas
keuntungan dan kerugian yang akan diperoleh oleh setiap pemilih ketika menentukan
pilihannya.
D. Partisipasi Politik
Setelah menjelaskan tiga teori sebelumnya, kali ini peneliti akan
menambahkan satu teori penunjang untuk penelitian ini. Yaitu partisipasi politik.
Menurut Huntington dan Nelson, keduanya mengemukakan jika partisipasi
politik merupakan suatu tindakan yang ditunjukkan untuk memengaruhi keputusan
41
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana, 1992), 146.
37
yang tengah dibuat oleh pemerintah. Partispasi politik ini sendiri bisa dilakukan baik
secara individu, kolektif, terorganisir, spontan, damai atau pun dengan cara
kekerasan. Sementara Keith Fauls membatasi partisipasi politik sebagai “keterlibatan
secara aktif dari individu atau kelompok ke dalam proses pemerintahan. Keterlibatan
ini mencakup keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan maupun berlaku
oposisi terhadap pemerintah.”42
Sedangkan Ramlan Surbakti mengatakan jika partisipasi politik merupakan
keikutsertaan warga negara biasa (yang tidak mempunyai kewenangan) dalam
menentukan segala keputusan yang menyangkut atau memengaruhi hidupnya.43
Lain hal nya dengan Mc Closky, Closky membatasi bila partisipasi politik
merupakan kegiatan sukarela yang dilakukan oleh warga masyarakat, melalui hak
mereka dalam pemilu yang hasilnya nanti baik secara langsung ataupun tidak
langsung akan dapat memengaruhi kebijakan dari pemerintah. Miriam Budiardjo
dalam bukunya menggambarkan jika partsipasi politik merupakan kegiatan seseorang
atau kelompok yang secara aktif ikut serta dalam kehidupan politik, salah satu
contohnya adalah dengan memilih seorang pemimpin dan dengan cara tersebut baik
secara langsung ataupun tidak langsung dapat memengaruhi kebijakan pemerintah.44
42
Damsar, Pengantar Sosiologi Politik(Jakarta: Kencana Prenanda Media Group, 2010), 179-
180. 43
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta: Grasindo, 2010), 180. 44
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008),
367.
38
Berdasarkan beberapa definisi konseptual yang dikemukakan sebelumnya
maka dapat disimpulkan, partisipasi politik merupakan keikutsertaan individu atau
kelompok secara sukarela untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah dengan terlibat
secara aktif dalam kehidupan politik. salah satu contohnya adalah menyuarakan hak
suara dalam pemilihan umum secara langsung.
Alasan peneliti menggunakan teori ini dikarenakan penelitian yang dilakukan
memiliki keterkaitan hasil dengan teori ini, di mana partisipasi politik yang tidak lain
adalah kegiatan pemilu merupakan penentu dari proses sosialisasi politik terhadap
perilaku politik. Hasil mengenai terpengaruh atau tidaknya perilaku individu akan
terlihat dari partisipasi individu dalam pemilu.
39
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini peneliti akan membahas perihal metode-metode yang akan
peneliti gunakan dalam penelitian ini. Dimulai dari jenis penelitian, objek penelitian,
kemudian teknik sampling dan ukuran sample penelitian, teknik pengumpulan data,
definisi operasional variabel, kerangka berpikir, hipotesis, dan yang terakhir adalah
tahap pemodelan structural equation models (SEM) dengan partial least square
(PLS). Dimana dalam metode ini terbagi lagi empat bagian, diantaranya: mebangun
model berbasis teori, estimasi parameter, evaluasi kesesuaian model pengukuran
(outer model), dan evaluasi kesesuaian model struktural (inner model).
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif. Menurut Robert Domoyer penelitian kuantiatif adalah pendekatan
terhadap kajian empiris untuk mengumpulkan, menganalisa, dan menampilkan data
dalam bentuk numerik daripada naratif yang diperoleh dari kuesioner.1 Sedangkan
menurut Kasiram, metodologi penelitian kuantitatif merupakan proses menemukan
pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisis
1 Subagio Budi Prajitno, “Metodologi Penelitian Kuantitatif,” [artikel on-line] tersedia di
http://www.komunikasi.uinsgd.ac.id; Internet; diunduh pada 22 Desember 2016 pukul: 17.41 WIB.
40
keterangan mengenai apa yang ingin diketahui.2 Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui hasil secara lebih konkrit, apakah terdapat hubungan yang terjadi antara
keluarga dengan perilaku politik mahasiswa.
B. Objek Penelitian
Dalam sebuah penelitian, objek penelitian merupakan bagian terpenting.
Karena dari objek penelitian inilah peneliti bisa menarik kesimpulan atas penelitian
yang sedang dilakukan. Menurut Umar Husein, objek penelitian merupakan atribut
dalam penelitian yang menjelaskan tentang apa dan siapa yang akan peneliti teliti.
Dan juga menunjukkan tempat dan waktu yang dilakukan peneliti, selain itu peneliti
bisa juga menambahkan hal lain jika memang dirasa perlu bagi penelitian yang
sedang diteliti.3
Penelitian ini dilakukan kepada mahasiswa Fakultas umum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Fakultas umum yang berada di lingkungan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta terdapat dari 5 Fakultas. Di antaranya adalah, Fakultas
Psikologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, dan yang terakhir adalah Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Berikut ini adalah populasi Mahasiswa Fakultas Umum UIN Syarif Hidyatullah
Jakarta:
2 Kuntjojo, “Metodologi Penelitian”, 4 November 2009 [Diktat online]; Tersedia di
https://ebekunt.files.wordpress.com; internet; diunduh pada 22 Maret 2017 Pukul: 12.07 WIB. 3 Umar Husein, Metode Penelitian (Jakarta: Salemba Empat 2005), 303.
41
Tabel III.B. Populasi Mahasiswa Fakultas Umum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta T.A 20174
Fakultas Populasi
FPSI 879
FST 2.975
FKIK 1.991
FEB 2.363
FISIP 1.293
Total 9.501
C. Teknik Sampling dan Ukuran Sampel Penelitian
1. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah quota ampling.
Quota sampling merupakan metode yang dilakukan untuk mencari responden dalam
keperluan penelitian survei, yang tidak lain masih merupakan versi non-probability
dari stratified sampling.
Quota sampling sendiri adalah versi nonprobability dari Stratified sampling.
Dalam stratified sampling, subset merupakan bagian dari populasi yang diciptakan.
Sehingga setiap subset memiliki karakteristik, seperti hal nya jenis kelamin.
Pengambilan sample yang dilakukan secara acak, adalah dengan mengambil sejumlah
subjek dari setiap subset. Tidak seperti sample kuota, masing-masing subjek potensial
memiliki probabilitas yang diketahui untuk dipilih.
4 Akademik pusat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta T.A 2017.
42
Dipilihnya metode ini adalah karena peneliti melihat dari segi persepsi yang
dimiliki mahasiswa tentang perilaku politik mereka bisa saja berbeda-beda, sesuai
dengan fakultas mereka masing-masing. Karenanya peneliti rasa metode quota
sampling sangat tepat untuk dijadikan sebagai teknik sampling dalam penelitian ini.
Sementara untuk pemilihan unit sampel menggunakan metode convecience
sampling. Convecience sample adalah jenis dari nonprobability atau nonrandom
sampling, di mana anggota populasi yang menjadi sasaran adalah mereka yang
memenuhi memenuhi kriteria praktis tertentu. Seperti, kemudahan aksesbilitas,
kedekatan geografi, ketersediaan waktu tertentu, atau ketersediaan untuk
berpartisipasi yang disertakan untuk tujuan pembelajaran.5
Convecience Sample sering juga disebut sebagai “sample tidak sengaja”, hal
ini dikarenakan populasi yang dijadikan sample dipilih secara kebetulan,
administratif, atau memang karena mereka dekat dengan lokasi tempat pengambilan
data. Tujuan utama dari convecience sampling adalah mendapatkan informasi dari
subjek penelitian yang bisa dengan mudah diakses oleh peneliti.
Alasan peneliti menggunakan metode ini adalah tidak lain untuk
mempersingkat waktu dan juga biaya penelitian. Metode convecience sampel ini
sangat memudahkan bagi peneliti karena dapat mengambil sampel secara mudah dan
praktis, tanpa perlu menggunakan rentetan cara yang cukup merumitkan.
5 Ilker Etikan, Sulaiman Abubakar Musa, Rukayya Sanusi Alkassim, “Comparison Of
Convecience Sampling and Purposive Sampling,” American Journal Of Theoretical and Applied
Statistic 5 (Desember 2015): 2.
43
2. Sampel
Sampel merupakan sebagian atau wakil populasi yang sedang atau akan
diteliti. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk
menggeneralisasikan hasil penelitian sampel.6 Hampir sama seperti Suharsimi,
Ferguson menjelaskan jika sampel adalah beberapa bagian kecil atau cuplikan yang di
ambil dari populasi.7 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rumus estok navitte
cowan / estok cowan noproballity untuk menentukan jumlah sampel penelitian.
Rumusnya adalah sebagai berikut:
Persamaan III.C.1. Estok Navitte Cowan / Estok Cowwan Nonprobability
[ ( )]
[ ( )] ( )
Keterangan:
N: Ukuran populasi
P: Proporsi dalam populasi
Z: Standar skor
n: Ukuran sampel
6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta
1998), 117. 7 Afid Burhanuddin, “Populasi dan Sampel,” Mei 2012 [ Artikel online]; Tersedia di
https://afidburhanuddin.files.wordpress.com; Internet; diunduh pada 28 Maret 2017 Pukul: 14.23
WIB.
44
E: Eror sampling
Pada penelitian ini peneliti menggunakan tingkat kesalahan sebesar 5 %
(0,05). Jumlah populasi (N) = 9.501 dengan proporsi: P = 0,5 nilai Z dengan tingkat
ketepatan 95 % = 1,96.
[ ( )]
[ ( )] ( )
Jadi jumlah populasi yang akan peneliti ambil sebagai sampel penelitian
adalah sebesar n= 370 atau sebanya k 25 % dari jumlah populasi
keseluruhan.
Kemudian untuk menentukan jumlah sampel per-Fakultas, peneliti
menggunakan rumus komposisi proposional. Di antaranya adalah sebagai berikut:
Persamaan III.C.2. Komposisi Proposional
Keterangan:
ni: Ukuran sampel dalam strata
Ni: Ukuran populasi dalam strata
N: Ukuran populasi
45
n: Ukuran sampel
Berikut jumlah perhitungan populasi sampel per-Fakultas:
Tabel III.C. Populasi Sampel Setiap Fakultas
Fakultas Populasi Sampel
FPSI 879 34
FST 2.975 116
FKIK 1.991 78
FEB 2.363 92
FISIP 1.293 50
Total 9.501 370
D. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang merupakan
opini publik dari wawancara yang dilakukan secara individual dengan responden
yaitu mahasiswa. Sedangkan untuk teknik pengumpulan datanya, peneliti
menggunakan kuesioner dengan pertanyaan tertutup. Skala penelitian yang peneliti
gunakan dalam penelitian ini menggunakan skala pengukuran likert, skala likert
sendiri merupakan metode pengukuran yang digunakan untuk mengukur sikap
46
pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial.8
Dalam skala likert terdapat 4 kategori pilihan,9 di antaranya adalah sebagai berikut:
Tabel III.D. Kategori Pilihan Dalam Skala Likert
Pernyataan Jumlah Skor
Sangat Setuju 4
Setuju 3
Tidak Setuju 2
Sangat Tidak Setuju 1
Kemudian selain data primer, peneliti juga menggunakan data sekunder. Di
mana data sekunder merupakan data yang diambil secara tidak langsung, atau melalui
melalui media perantara. Seperti data yang berada pada Koran, arsip dan buku. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan beberapa buku, di antaranya adalah: Memahami
Ilmu Politik dari Ramlan Surbakti, kemudian Dasar-Dasar Ilmu Politik dari Miriam
Budiardjo, Kuasa Rakyat dari Saiful Mujani dan Pengantar Sosiologi Politik dari
Damsar.
8 Disya Oktaviani, “Pengaruh Orientasi Politik Terhadap Partisipasi Politik Studi Terhadap
Kecendrungan Pemilih Atas Joko Widodo-Jusuf Kalla di TPS 71 Kelurahan Pamulang Barat,
Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Islam Negeri Syarif idayatullah, Jakarta, 2015), 30. 9 Weksi Budiaji, “Skala Pengukuran Dan Jumlah Respon Skala Likert,” Jurnal Ilmu
Pertanian dan Perikanan. Desember 2013 [Jurnal online]; tersedia di
http://www.budiaji.info/publications/skalalikert.pdf; Internet; diunduh pada 28 Maret 2017 pukul:
15.18 WIB.
47
E. Definisi Operasional
Definisi operasional variabel merupakan langkah yang dilakukan dalam
penelitian, di mana dalam hal ini peneliti menguraikan variabel-variabel menjadi
beberapa konsep dan dari konsep-konsep itu semakin dikerucutkan menjadi indikator-
indikator yang lebih rinci. Sehingga akan memudahkan peneliti untuk melakukan
pengukuran.
Penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas (X1) dan (X2) serta satu variabel
terikat (Y). untuk variabel bebas (X1) penelitian ini adalah latar belakang keluarga, di
mana dimensinya adalah sosial ekonomi dan Agama. Kemudian untuk variabel bebas
(X2) penelitian ini adalah sosialisasi politik, di mana dimensinya adalah komunikasi
politik. Sedangkan untuk variabel terikatnya (Y) adalah perilaku politik, di mana
dimensinya adalah pendekatan sosiologis, pendekatan psikologis, pendekatan pilihan
rasional, dan partisipasi politik.
48
Tabel III.E.1. Definisi Operasional Variabel Latar lakang Keluarga
Variabel Dimensi Indikator Skala
Latar
Belakang
Keluarga
Status Sosial
Ekonomi
Keluarga aktif dalam kegiatan
masyarakat
Likert
Keluarga memiliki pengaruh di
masyarakat
Keluarga berkecukupan secara
ekonomi
Keluarga berpendidikan tinggi
Keluarga penganut agama yang taat
Keluarga melaksanakan ibadah tepat
waktu
Keluarga menerapkan agama dalam
keseharian
Tabel III.E.2. Definisi Operasional Variabel Sosialisasi Politik
Variabel Dimensi Indikator Skala
Sosialisasi
Politik
Komunikasi
Sarana pendidikan politik pertama
Likert Sumber informasi politik pertama
Berperan membentuk karakter
Sebagai tempat berdiskusi terbaik
49
Tabel III.E.3. Definisi Operasional Variabel Perilaku Politik
Variabel Dimensi Indikator Skala
Perilaku
Politik
(Y)
Pendekatan
Sosiologis
Faktor suku
Likert
Faktor agama
Faktor ekonomi
Faktor pekerjaan
Faktor pendidikan
Faktor jenis kelamin
Pendekatan
Psikologis
Isu yang berkembang dalam masyarakat
Orang tua partisipan partai
Karakter calon kandidat
Popularitas calon kandidat
Ideologi partai
Mengenal calon kandidat
Pendekatan
Pilihan Rasional
Kinerja partai
Hasil nyata kinerja calon kandidat
Kebijakan partai / calon kandidat
Perubahan kehidupan
Partisipasi
Politik
Mengikuti kampanye
Donatur kampanye
Menjadi panitia pemilu
Memiliki calon kandidat unggulan
Menyumbangkan hak suara
F. Kerangka Berpikir
Perilaku politik merupakan kegiatan politik yang menggambarkan proses
seorang individu dalam memilih pilihan politiknya, perilaku politik ini juga termasuk
ke dalam perilaku kompleks yang dalam prosesnya dapat dipengaruhi oleh berbagai
macam faktor, biasanya faktor yang dominan dalam mempengaruhi perilaku politik
seseorang adalah faktor yang berasal dari luar dirinya. Karenanya pada penelitian ini
peneliti akan mengkaitkan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku
politik seseorang, yaitu keluarga. Perilaku politik merupakan kegiatan politik yang
50
menggambarkan proses seorang individu dalam memilih pilihan politiknya, perilaku
politik ini juga termasuk ke dalam perilaku kompleks yang dalam prosesnya dapat
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, biasanya faktor yang dominan dalam
mempengaruhi perilaku politik seseorang adalah faktor yang berasal dari luar dirinya.
Karenanya pada penelitian ini peneliti akan mengkaitkan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi perilaku politik seseorang, yaitu keluarga.
Dalam konsep keluarga pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua
variabel bebas. Variabel pertama adalah variabel latar belakang keluarga, pada
variabel ini terdapat tiga dimensi. Yaitu, status sosial ekonomi. Dimensi ini
diasumsikan menjadi faktor yang dapat mempengaruhi perilaku politik seorang
individu. Kemudian yang kedua adalah sosialisasi politik, pada variabel ini terdapat
satu dimensi. Yaitu dimensi komunikasi. Komunikasi yang dilakukan pada penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan komunikasi verbal. Komunikasi ini merupakan
sarana yang dilakukan oleh keluarga untuk mempengaruhi perilaku politik individu.
Pada teori perilaku politik (political behavior), perilaku politik seorang
individu dapat di lihat melalui tiga pendekatan. Diantaranya adalah pendekatan
sosiologis, pendekatan psikologis, dan pendekatan pilihan rasional (rational choice).
Dari ketiganya, keberadaan keluarga yang memiliki hubungan emosional dengan
individu tentunya masuk ke dalam pendekatan psikologis.
51
Membicarakan perihal hubungan antara pendekatan psikologi dalam perilaku
politik dengan keluarga, di sini peneliti melihat keterkaitan keduanya melalui
identifikasi partai. Identifikasi partai ini merupakan rasa suka atau keberpihakan
seseorang terhadap salah satu partai politik, sehingga mereka dapat meng-
identifikasikan diri mereka sendiri sebagai partai politik tersebut. Identifikasi partai
menurut Angus Campbell dalam buku American Voter, ia mengatakan jika
identifikasi partai itu dapat diturunkan dari orangtua kepada anak-anaknya.10
Maka
dari itu hubungan antara keluarga dan perilaku politik individu dapat di lihat melalui
pendekatan psikologis dengan dipengaruhi oleh identifikasi partai, di mana dalam hal
ini orang tua berperan sebagai media untuk menyalurkan identifikasi partai yang
dianutnya kepada anggota keluarga, khusunya anak-anaknya. Artinya keberadaan
keluarga berpengaruh terhadap perillaku politik seseorang.
Gambar III.F.1. Kerangka Berpikir Pengaruh Keluarga Terhadap
Perilaku Politik
10
Muhammad Ferdiansyah, “Perilaku Pemilih (Dinamika Pilihan Rasional dalam
Kemenangan Jokowi-Basuki pada Pemilihan Umum Gubernur DKI Jakarta 2012,” (Skripsi S1
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2014), 14.
Latar Belakang
Keluarga
(X1)
Sosialisasi Politik
(X2)
Perilaku
Politik
(Y)
52
G. Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang penting kedudukannya dalam
penelitian. Oleh karena itulah maka peneliti dituntut kemampuannya untuk dapat
merumuskan hipotesis ini dengan jelas. Terdapat dua jenis hipotesis yang digunakan
dalam penelitian ini, yaitu hipotesis alternatif (H1) dan juga hipotesis noll (Ho).
Berikut hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Hipotesis Latar Belakang Keluarga
Ho: X1 = 0: Latar belakang keluarga tidak mempengaruhi perilaku politik
mahasiswa
H1: X1 < 0: Latar belakang keluarga mempengaruhi perilaku politik
mahasiswa
2. Hipotesis Sosialisasi Politik
Ho: X2 = 0: Sosialsasi politik tidak mempengaruhi perilaku politik mahasiswa
H1: X2 < 0: Sosialisasi politik mempengaruhi perilaku politik mahasiswa
H. Uji Validitas dan Reliabilitas
Dalam penelitian kuantitatif, uji validitas dan reliabilitas merupakan bagian
yang sangat krusial. Karena dalam penelitian dengan metode survey seperti yang
peneliti gunakan, kuesioner menjadi titik penentu dari keberhasilan penelitian itu
sendiri. Oleh sebab itu Uji validitas dan reliabilitas sangat perlu digunakan, agar
53
peneliti bisa tahu apakah kuesioner yang telah dibuat cukup relevan untuk digunakan
sebagai alat ukur dari penelitian itu sendiri. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan 30 orang untuk dijadikan sebagai pengujian dari sampel kuesioner
yang telah peneliti buat.
H.1 Uji Validitas
Menurut Azwar, validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana
ketepatan sebuah instrument ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Dimaksudkan di
sini adalah, hasil dari pengukuran yang dilakukan dengan tes dapat dikatakan valid
apabila bisa menunjukkan sekaligus menggambarkan secara jelas dan tepat dari
keadaan yang sebenarnya.11
Untuk menentukan kevalidan dari item kuesioner yang
berupa skor yang memiliki tingkatan (ordinal), digunakan metode koefisien item-total
correlation dengan rumus sebagai berikut:12
Persamaan III.H.1 Koefisien Item-Total Correlation
( )
√ [ ]
Dimana:
merupakan korelasi Product Moment:
11
Zulkifli Matondang, “Validitas dan Reliabilitas Suatu Instrumen Penelitian,” Jurnal
Tabularasa PPS UNIMED Vol. 6 No.1, Juni 2009 [jurnal online]; tersedia di
http://digilib.unimed.ac.id; Internet; diunduh pada 19 Juli 2017 pukul: 19.44 WIB. 12
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Belajar 2012), 84.
54
∑ ∑ ∑
√( ∑ (∑ ) )( ∑ (∑ ) )
Keterangan:
: Korelasi antara item pertanyaan secara keseluruhan
: Varians jawaban responden untuk item ke-i
: Varians jawaban responden keseluruhan item
∑ : Jumlah jawaban responden untuk keseluruhan item
∑ : Jumlah jawaban responden untuk item ke-i
∑ : Jumlah jawaban responden untuk keseluruhan item yang dikuadratkan
∑ : Jumlah jawaban responden untuk item ke-I yang dikuadratkan
n : Jumlah responden
Suatu item kuesioner dikatakan valid jika nilai koefisien validitasnya
(koefisien item-total correlation) ≥ 0,30.13
H.2 Uji Reliabilitas
Setelah setiap kuesioner diuji validitasnya, maka langkah selanjutnya yang
dilakukan peneliti adalah dengan menguji reliabilitasnya. Reliabilitas atu reliability
13
Robert M. Kaplan dan Dennis P. Sccuzo, Psychological Testing: Principles, Aplications,
and Issues (Californis: Brooks/Cole Publising Company, 1993), 84.
55
diartikan sebagai keterpercayaan.yang dimaksud di sini ialah, apakah sebuah
instrument dapat mengukur sesuatu yang secara konsisten dari waktu ke waktu. Uji
reliabilitas dilakukan untuk menguji konsistensi dari jawaban sebuah kuesioner,
apakah akan menghasilkan jawaban yang sama meskipun harus diulang dua kali.14
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengukuran reliabilitas dengan
menggunakan alpha cronbach. Kriteria suatu kuesioner dikatakan reliabel bila
cronbach’s alpha > 0,6 tetapi apabila cronbach’s alpha < 0,6 maka data tidak
reliabel. Berikut Rumus Alpha Cronbach/ Cronbach’s Alpha:15
Persamaan III.H.2 Alpha Cronbach
(
) (
∑
)
Keterangan:
ɑ : Koefisien reliabilitas alpha
K : Banyaknya belahan
SJ² : Variasi skor belahan
SX² : Variansi total skor
14
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai (Jakarta: LP3ES, 2011),
140. 15
Syofian Siregar, Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2013), 90.
56
I. Tahap Pemodelan Structural Equation Models (SEM) dengan Partial
Least Square (PLS)
Untuk menjamin model telah terspesifikasi dengan benar, terdapat beberapa
tahapan yang harus dilalui dalam pemodelan Structural Equation Models (SEM)
dengan Partial Least Square (PLS).
1. Membangun Model Berbasis Teori
Berdasarkan informasi yang diperoleh serta kajian teori yang dilakukan,
peneliti mendapatkan suatu model di mana terdapat dua buah variabel independen
yaitu latar belakang keluarga dan sosialisasi politik yang memberikan pengaruh
terhadap perilaku politik mahasiswa Fakultas umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada penelitian ini latar belakang keluarga dan sosialisasi politik
diidentifikasikan sebagai variabel laten eksogen yang di ukur oleh indikator-indikator
serta memberikan pengaruh terhadap perilaku politik mahasiswa sebagai variabel
laten endogen yang juga diukur oleh indikator-indikator serta memberikan pengaruh
terhadap perilaku politik mahasiswa sebagai variabel laten endogen yang juga diukur
oleh indikator-indikator sebagaimana yang terlihat pada tabel 3.2 tabel definisi
operasional.
57
2. Estimasi Parameter
Metode pendugaan parameter (estimasi) di dalam PLS adalah metode kuadrat
terkecil (least square methods). Proses perhitungan dilakukan dengan cara iterasi.
Dimana iterasi akan berhenti jika telah tercapai kondisi konvergen.
Pendugaan parameter di dalam PLS meliputi tiga hal, yaitu:
a. Weight Estimate digunakan untuk menciptakan skor variabel laten.
b. Estimasi jalur (path estimate) yang menghubungkan antar variabel laten (Inner
Model) dan estimasi loading antara variabel laten dengan indikatornya (Outer
Model).
c. Estimasi Means dan lokasi parameter (nilai konstanta regresi, intersep) untuk
indikator dan variabel laten.
3. Evaluasi Kesesuaian Model Pengukuran (Outer Model)
Menurut Setyo Hari Wijanto, evaluasi kesesuaian model pengukuran meliputi
uji validitas dan uji reliabilitas, untuk pengujian validitas model pengukuran,
menggunakan hipotesis.16
Ho: Ө = 0 (koefisien parameter loading factor tidak signifikan atau tidak valid)
H1: Ө ≠ 0 (koefisien parameter loading factor signifikan atau valid)
Dengan kriteria pengujian menggunakan statistik uji t:
16
Setyo Hari Wijanto, Structural Equation Modelling (SEM) dengan LISREL 8.8 Konsep &
Tutorial (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), 14.
58
Jika > (1,96), maka Ho ditolak
Jika < (1,96), maka Ho diterima
Atau menggunakan uji Convergen Validity dengan melihat nilai loading
factor, jika nilai muatan faktor standar (standardized loading factor) > 0,50, maka
indikator valid dalam mengukur latennya.
Sedangkan untuk pengujian reliabilitas, diindikasikan oleh dua ukuran yaitu
Composite Reliability dan Discriminant Validity. Sebuah konstruk (variabel laten)
memiliki nilai reliabilitas yang baik, jika:17
a. Nilai Composite Reliability (CR) > 0,7
b. Nilai Discriminant Validity (AVE) > 0,5
4. Evaluasi Kesesuaian Model Struktural (Inner Model)
Evaluasi kesesuaian inner model atau keseluruhan model dapat dikur dengan
menggunakan Q Square predictive relevance, mengukur seberapa baik nilai observasi
dihasilkan oleh model dan juga estimmasi parameternya.
Persamaan III.I.2. Rumusn Q-Square
= 1 – (1 - ) (1 -
)...(1 - )
Dimana R1², R2²…..Rp² adalah R square variabel endogen dalam model.
17
Setyo Hari Wijanto, Structural Equation Modelling (SEM) dengan LISREL 8.8 Konsep &
Tutorial (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), 14.
59
Interpretasi Q² sama dengan koefisien determinasi total pada analisis jalur
(mirip dengan R² pada regresi).
Dengan kriteria Uji sebagai berikut:
a. Besaran Q² memiliki nilai dengan rentang 0 < Q² < 1, di mana semakin
mendekati 1 berarti model semakin baik. Besaran Q² ini setara dengan
koefisien determinasi total.
b. Jika nilai Q-square > 0 menunjukkan model memiliki predictive
relevance;
c. Sebaliknya jika nilai Q-square < 0 menunjukkan model kurang memiliki
predictive relevance.
60
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini peneliti akan memaparkan hasil dari perhitungan penelitian dan
juga membahas hasil temuan penelitian. Dimulai dari gambaran tempat penelitian,
deskripsi demografi responden berdasarkan profile responden, hasil dari uji validitas
dan reliabilitas, tabulasi variabel penelitian dengan data demografi yang di dalamnya
terdapat hasil hitung frekuensi data setiap variabel dan tabel hasil hitung tabulasi
silang, hasil estimasi parameter dan path diagram, hasil evaluasi kesesuaian outer
model, hasil estimasi parameter dan path diagram yang valid, hasil kesesuaiaan outer
model, analisis outer model pada setiap variabel, evaluasi kesesuaian inner model,
pengujian hipotesis, analisis inner model setiap variabel, kemudian yang terakhir
adalah analisis data.
A. Gambaran Tempat Penelitian
A.1 Sejarah dan Latar Belakang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada mulanya Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta didirikan
dalam bentuk akademi kedinasan milik Departemen Agama, yaitu pada 1 Juni 1957.
Awalnya bernama ADIA (Akademi Dinas Departemen Agama), pendirian ADIA ini
bertujuan untuk mempersiapkan para pegawai negri untuk mendapatkan ijazah
pendidikan agar menjadi ahli pendidikan agama.
61
Sesuai dengan fungsi serta tujuannya, dalam ADIA hanya terdapat dua
jurusan. Kedua-duanya merupakan jurusan berasaskan agama, yaitu jurusan Syari’at
(pendidikan agama) dan Lughat Al Arabiyah (jurusan bahasa Arab). Selain itu ADIA
pun tidak sembarangan menerima mahasiswa, hanya mereka yang mendapatkan tugas
belajar yang bisa mengenyam pendidikan di sana. Seperti hal nya para pegawai / guru
agama di lingkungan Departemen Agama dari berbagai daerah yang telah masuk
berdasarkan seleksi.
Kemudian pada tahun 1960 ADIA mulai bergabung dengan PTAIN
(Perguruan Tinggi Agama Islam) yang berada di Yogyakarta, dan mengganti nama
menjadi IAIN cabang Jakarta. Sejak itulah IAIN tidak lagi hanya menerima
mahasiswa yang berasal dari kalangan kedinasan saja tapi juga mulai menerima
mahasiswa dari berbagai kalangan masyarakat (bebas). Namun sesuai dengan
namanya, IAIN hanya terbatas menyediakan Fakultas serta prodi dari bidang ilmu
agama saja. Tetapi seiring berjalannya waktu, keinginan untuk menjadi pendorong
untuk integrasi keilmuan membuat IAIN berani mengambil langkah dengan
membuka Fakultas dan Prodi ilmu-ilmu umum. Karenanya pada tahun 2002, melalui
keputusan Menteri Agama IAIN Syarif Hidayatullah merubah dirinya menjadi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Setelah berdiri selama 60 tahun, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah
menjalankan misinya sebagai pendorong dari integrasi keilmuan, baik dalam agama,
kehidupan dan juga keindonesiaan. UIN pun telah berkembang menjadi institusi yang
62
dapat menyentuh berbagai lini kehidupan. Mulai dari ilmu pengetahuan sampai
dengan pembangun kehidupan bangsa dengan menyumbangkan program-program
yang dapat meningkatkan kesejahteraan sosial. Hingga saat ini UIN Syarif
HIdayatullah telah berdiri sebagai salah satu Universitas terbesar di Indonesia, dan
memiliki 13 fakultas, diantaranya Fakultas Tarbiyah, Fakultas Ushuludin, Fakultas
Syari’ah dan Hukum, Fakultas Adab dan Humaniora, Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Fakultas Dirasat Islamiyah, Fakultas Psikologi, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Sains dan Teknologi, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Fakultas Sumber Daya Alam. Dan yang terakhir
adalah Program Pasca Sarjana.
B. Deskripsi Demograsfi Responden
Pada penelitian ini profile responden terdiri Fakultas, jenis kelamis,
pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua, dan sekolah asal
responden. Untuk lebih jelasnya, dapat di lihat uraian tabel berikut:
63
Tabel IV.B.1 Tabel Deskripsi Demografi Responden Berdasarkan Fakultas
Fakultas Frekuensi Presentase
FPSI
(Fakultas Psikologi)
879 9,2 %
FST
(Fakultas Sains dan Teknologi)
116 31,4 %
FKIK
(Fakultas Kesehantan dan Ilmu Kesehatan)
78 21,1 %
FEB
(Fakultas Ekonomi dan Bisnis)
92 24,9 %
FISIP
(Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik)
50 13,5 %
Total 370 100 %
Dari tabel persebaran sampel berdasarkan Fakultas dapat diketahui bahwa,
Fakultas Sains dan Teknologi memiliki pesebaran sampel 116 mahasiswa atau 31,4%.
Kemudian Fakultas Ekonomi dan Bisnis diketahui memiliki persebaran sampel 92
mahasiswa atau 24,9%, lalu Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik diketahui memiliki
persebaran sampel 50 mahasiswa atau 13,5%, selanjutnya Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan memiliki persebaran sampel 78 mahasiswa atau 21,1%, dan yang
terakhir adalah Fakultas Psikologi memiliki persebaran sampel 34 mahasiswa atau
9,2%. Sehingga total dari penyebaran sampel yang peneliti lakukan yaitu kepada 370
orang mahasiswa dengan jumlah presentasi 100 %.
64
Tabel IV.B.2 Tabel Deskripsi Demografi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Responden
Jenis Kelamin Frekuensi Presentase
Laki-Laki 154 41,6 %
Perempuan 216 58,4 %
Total 370 100 %
Berdasarkan tabel di atas Total responden yang peneliti teliti adalah sebanyak
370 orang mahasiswa, dengan jumlah mahasiwi perempuan lebih mendominasi
dibandingkan mahasiswa laki-laki yaitu 216 orang (58,4 %), sedangkan mahasiswa
laki-laki 154 orang (41,6 %).
Tabel IV.B.3 Tabel Deskripsi Demografi Responden Berdasarkan Pendidikan
Orang Tua
Pendidikan
Orang Tua
Ayah Ibu
Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase
SD 20 5,4 % 22 5,9 %
SMP 15 4,1 % 44 11,9 %
SMA / Sederajat 141 38,1 % 161 43,5 %
Diploma 43 11,6 % 49 13,2 %
S1/S2 151 40,8 % 94 25,4 %
Total 370 100 % 370 100 %
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi di atas dapat diketahui bahwa
pendidikan orang tua responden dari pihak ayah di dominasi oleh responden yang
memiliki ayah dengan pendidikan akhir sarjana S1/S2 yaitu 151 orang dengan
presentase 40,8%, responden yang memiliki ayah dengan pendidikan akhir
SMA/Sederajat 141 orang dengan presentase 38,1%, responden yang memiliki ayah
65
dengan pendidikan akhir Diploma 3 orang dengan presentase 11,6%, responden yang
memiliki ayah dengan pendidikan akhir SD 20 orang dengan presentase 5,4% , dan
responden yang memiliki ayah dengan pendidikan akhir SMP 15 orang dengan
presentase 4,1%.
Sedangkan dari pihak ibu dapat diketahui bahwa responden yang memiliki ibu
dengan pendidikan akhir SMA/Sederajat lebih mendominasi, yaitu 161 orang dengan
presentase 43,5 %. Responden yang memiliki ibu dengan pendidikan akhir Sarjana
S1/S2 sebanyak 94 dengan presentase 25,4 %, responden yang memiliki ibu dengan
pendidikan akhir Diploma sebanyak 49 orang dengan presentase 13,2 %, responden
yang memiliki ibu dengan pendidikan akhir SMP 44 orang dengan presentase 11,9 %,
dan responden yang memiliki ibu dengan pendidikan akhir SD 22 orang dengan
presentase 5,9 %.
Tabel IV.B.4 Tabel Deskripsi Demografi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Orang Tua
Pekerjaan Orang
Tua
Ayah Ibu
Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase
Tidak Bekerja / Ibu
Rumah Tangga
10 2,7 % 236 63,8 %
Karyawan Swasta 112 30,3 % 18 4,9 %
PNS/TNI/POLRI 67 18,1% 38 10,3 %
Guru 15 4,1 % 42 11,4 %
Wiraswasta 145 39,2 % 34 9,2 %
Pensiunan 21 5,7 % 2 5 %
Total 370 100 % 370 100 %
66
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi di atas dapat diketahui bahwa pekerjaan
orang tua responden dari pihak ayah di dominasi oleh responden yang memiliki ayah
dengan pekerjaan sebagai wiraswasta 145 orang dengan presentase 39,2 %,
responden yang memiliki ayah dengan pekerjaan sebagai karyawan swasta 112 orang
dengan presentase 30,3 %, responden yang memiliki ayah dengan pekerjaan sebagai
PNS/TNI/POLRI 15,7 orang dengan presentase 18,1 %, responden yang memiliki
ayah yang sudah tidak bekerja lagi/pensiunan 21 orang dengan persentase 5,7 %, ,
responden yang memiliki ayah dengan pekerjaan sebagai guru 15 orang dengan
presentase 4,1 %, dan selanjutnnya responden yang memiliki ayah yang tidak lagi
bekerja atau pensiunan 10 orang dengan presentase 2,7%.
Sedangkan dari pihak ibu di dominasi oleh responden yang memiliki ibu
dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga 236 orang dengan presentase 63,8 %,
responden yang memiliki ibu dengan pekerjaan sebagai guru 42 orang dengan
presentase 11,4 %, responden yang memiliki ibu dengan pekerjaan sebagai
PNS/TNI/POLRI 38 dengan presentase 10,3 %, responden yang memiliki ibu dengan
pekerjaan sebagai wiraswasta 34 orang dengan presentase 9,2 %, responden yang
memiliki ibu dengan pekerjaan sebagai karyawan swasta 18 orang dengan presentase
4,9 %, dan selanjutnya responden yang memiliki ibu yang sudah tidak lagi bekerja
atau pensiunan 2 orang dengan presentase 5 %.
67
Tabel IV.B.5 Tabel Deskripsi Demografi Responden Berdasarkan Pendapatan
Orang Tua
Pendapatan Orang
Tua
Ayah Ibu
Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase
Di bawah Rp 2,5 jt 64 17,3 % 232 62,7 %
Rp 2,5 jt – Rp 5 jt 149 40,3 % 89 24,1 %
Rp 5 jt – Rp 10 jt 100 27,0 % 37 10,0 %
Di atas Rp 10 jt 57 15,4 % 12 3,2 %
Total 370 100 % 370 100 %
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi di atas dapat diketahui bahwa
pendapatan orang tua responden dari pihak ayah di dominasi pendapatan sebesar Rp
2,5 jt – Rp 5 jt sebanyak 149 orang dengan presentase sebesar 40,3 %, kemudian
disusul oleh responden yang memiliki ayah dengan pendapatan sebesar Rp 5 jt – Rp
10 jt sebanyak 100 orang dengan presentase sebesar 27 %, lalu responden yang
memiliki ayah dengan pendapatan di bawah Rp 2,5 jt sebanyak 64 orang dengan
peresntase sebesar 17,3 %, dan responden yang memiliki ayah dengan pendapatan di
atas Rp 10 jt sebanyak 57 orang dengan presentase sebesar 15,4 %.
Sedangkan dari pihak ibu di dominasi oleh responden yang memiliki ibu
dengan pendapatan di bawah Rp 2,5 jt sebanyak 232 orang dengan presentase sebesar
62,7 %, kemudian disusul oleh responden yang memiliki ibu dengan pendapatan Rp
2,5 jt – Rp 5 jt sebanyak 89 orang dengan presentase sebesar 24,1 %, lalu responden
yang memiliki ibu dengan pendapatan Rp 5 jt – Rp 10 jt sebanyak 37 orang dengan
68
presentase sebesar 10 %, dan responden yang memiliki ibu dengan pendapatan di atas
Rp 10 jt sebanyak 12 orang dengan presentase sebesar 3,2 %.
Tabel IV.B.6 Tabel Deskripsi Demografi Responden Berdasarkan Asal Sekolah
Responden
Asal Sekolah Frekuensi Presentase
SMA 295 79,7 %
MA 53 14,3 %
SMK 22 5,9 %
Total 370 100 %
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi di atas dapat diketahui bahwa
responden yang berasal dari SMA lebih mendominasi yaitu sebanyak 295 orang
dengan presentase sebesar 79,7%, kemudian disusul oleh responden yang berasal dari
MA (Madrasal Aliyah) sebanyak 53 orang dengan presentase sebesar 14,3 % dan
yang terakhir merupakan responden yang berasal dari SMK (Sekolah Menengah
Kejuruan) sebanyak 22 orang dengan presentase sebesar 5,9 %.
C. Uji Validitas dan Relliabilitas
Sebelum terjaun langsung ke lapangan untuk melakukan survey dengan
membagikan kuesioner, peneliti terlebih dahulu melakukan pre-test. Pre-test ini
dilakukan untuk mengetahui ke validan dan tingkat reliabiltas dari kuesioner yang
telah peneliti buat sebelumnya. Pada pre-test kali ini, peneliti menyebarkan kuesioner
69
secara acak kepada 30 mahasiswa Fakultas Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Maka berikut hasil yang diperoleh:
Tabel IV.C.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Latar Belakang Keluarga
(Dimensi Status Sosial Ekonomi)
No
Item
r hitung r tabel Keterangan Cronbach’s
Alpha
Keterangan
P1 0,518 0,300 Valid
0,726
Reliabel P2 0,575 0,300 Valid
P3 0,344 0,300 Valid
P4 0,608 0,300 Valid
P5 0,733 0,300 Valid
P6 0,788 0,300 Valid
P7 0,493 0,300 Valid
Variabel latar belakang keluarga terdiri dari satu dimensi, yaitu dimensi status
sosial ekonomi. Untuk uji validitas dan reliabilitas pada dimensi status sosial
ekonomi, terdapat tujuh item pernyataan dan dari semua pernyataan tersebut
dinyatakan valid karena nilai korelasinya melebihi 0,3. Sedangkan untuk tingkat
reliabilitas semua item pernyataan dinyatakan reliabel, karena nilai dari alpha
cronbach sebesar 0,726 yang berarti melebihi tingkat signifikansinya yaitu 0,6.
70
Tabel IV.C.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Sosialisasi Politik
(Dimensi Komunikasi)
No
Item
r hitung r tabel Keterangan Cronbach’s
Alpha
Keterangan
P1 0,677 0,300 Valid
0,665
Reliabel P2 0,663 0,300 Valid
P3 0,457 0,300 Valid
P4 0,350 0,300 Valid
Dari tabel variabel sosialisasi politik terdiri dari satu dimensi, yaitu dimensi
komunikasi. Untuk uji validitas dan reliabilitas pada dimensi komunikasi, terdapat
empat item pernyataan dan semua pernyataan tersebut dinyatakan valid, karena nilai
korelasinya melebihi 0,3. Sedangkan untuk tingkat reliabilitas semua item pernyataan
dinyatakan reliabel, karena nilai dari alpha cronbach sebesar 0,665 yang berarti
melebihi tingkat signifikansinya yaitu 0,6.
Tabel IV.C.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Perilaku Politik
(Dimensi Pendekatan Sosiologis)
No
Item
r hitung r tabel Keterangan Cronbach’s
Alpha
Keterangan
P1 0,605 0,300 Valid
0,717
Relliabel P2 0,721 0,300 Valid
P3 0,522 0,300 Valid
P4 0,400 0,300 Valid
P5 0,408 0,300 Valid
P6 0,615 0,300 Valid
Variabel perilaku politik terdiri dari empat dimensi, diantaranya dimensi
pendekatan sosiologis, dimensi pendekatan psikologis, dimensi pendekatan pilihan
71
rasional dan dimensi partisipasi politik. Untuk uji validitas dan reliabilitas pada
dimensi pendekatan sosilogis, terdapat enam pernyataan dan semua pernyataan
dinyatakan valid karena nilai korelasinya melebihi 0,3. Sedangkan untuk tingkat
reliabilitas semua item pernyataan dinyatakan reliabel, karena nilai alpha cronbach
sebesar 0,717 yang berarti melebihi tingkat signifikansinya yaitu 0,6.
Tabel IV.C.4 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Perilaku Politik
(Dimensi Pendekatan Psikologis)
No
Item
r hitung r tabel Keterangan Cronbach’s
Alpha
Keterangan
P1 0,403 0,300 Valid
0,658
Reliabel P2 0,634 0,300 Valid
P3 0,444 0,300 Valid
P4 0,424 0,300 Valid
P5 0,426 0,300 Valid
P6 0,506 0,300 Valid
Dari tabel dimensi pendekatan psikologis di atas diketahui terdapat enam item
pernyataan dan semua pernyataan tersebut dinyatakan valid, karena nilai korelasinya
melebihi 0,3. Sedangkan untuk tingkat reliabilitas semua item pernyataan dinyatakan
reliabel, karena nilai alpha cronbach sebesar 0,658 yang berarti melebihi tingkat
signifikansinya yaitu 0,6.
72
Tabel IV.C.5 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Perilaku Politik
(Dimensi Pendekatan Pilihan Rasional)
No
Item
r hitung r tabel Keterangan Cronbach’s
Alpha
Keterangan
P1 0,625 0,300 Valid
0,650
Reliabel P2 0,583 0,300 Valid
P3 0,441 0,300 Valid
P4 0,435 0,300 Valid
Dari tabel dimensi pendekatan pilihan rasional di atas diketahui terdapat
empat item pernyataan dan semua pernyataan tersebut dinyatakan valid, karena nilai
korelasinya melebihi 0,3. Sedangkan untuk tingkat reliabelitas semua item pernyataan
dinyatakan reliabel, karena nilai alpha cronbach sebesar 0,650 yang berarti melebihi
tingkat signifikansinya yaitu 0,6.
Tabel IV.C.6 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Perilaku Politik
(Dimensi Partisipasi Politik)
No
Item
r hitung r tabel Keterangan Cronbach’s
Alpha
Keterangan
P1 0,812 0,300 Valid
0,788
Reliabel P2 0,625 0,300 Valid
P3 0,765 0,300 Valid
P4 0,735 0,300 Valid
P5 0,758 0,300 Valid
Dari tabel dimensi partisipasi politik di atas diketahui terdapat lima item
pernyataan dan semua pernyataan tersebut dinyatakan valid, karena nilai korelasinya
melebihi 0,3. Sedangkan untuk tingkat reliabilitas semua item pernyataan dinyatakan
73
reliabel, karena nilai alpha cronbach sebesar 0,788 yang berarti melebihi tingkat
signifikansinya yaitu 0,6.
D. Hasil Kuesioner
Pada bagian ini peneliti akan menguraikan hasil kuesioner untuk dapat
menggambarkan secara lebih rinci hasil dari penelitian ini. Berikut merupakan
hasilnya:
D.1 Variabel Latar Belakang Keluarga
Latar belakang keluarga adalah asal mula dari terbentuknya keluarga, yang di
dasarkan pada beberapa aspek dalam kehidupan. Dalam penelitian ini, peneliti
melihat latar belakang responden berdasarkan status sosial ekonomi mereka. Seperti
yang telah di jelaskan pada bab dua, status sosial ekonomi merupakan kedudukan
individu, atau keluarga berdasarkan unsur ekonomi. Status sosial ekonomi individu
atau keluarga dilihat berdasarkan pendapatan, pendidikan, pekerjaan, kehidupan
dalam masyarakat, dan juga agama yang dianut.
Untuk mengukur variabel tersebut peneliti telah menyebarkan kuesioner
kepada 370 responden yang berasal dari lima Fakultas yang terdiri dari Fakultas
bidang sosial dan sains. Di antaranya 154 orang responden laki-laki dan 216 orang
responden perempuan. Pada variabel ini terdapat tujuh pernyataan yang wajib diisi.
Berikut adalah hasil rincian hasil dari kuesioner variabel latar belakang keluarga
dengan dimensi status sosial ekonomi.
74
Pernyataan nomor 1 berbunyi “Keluarga saya aktif dalam kegiatan
masyarakat.” Pernyataan ini berusaha mengetahui seberapa aktif keluarga mahasiswa
dalam masyarakat.
Tabel IV.D.1 Keluarga Aktif Dalam Berbagai Kegiatan di Masayarakat
Jawaban Frekuensi Presentase %
Sangat setuju 70 18,9 %
Setuju 221 59,7 %
Tidak setuju 73 19,7 %
Sangat tidak setuju 6 1,6 %
Total 370 100 %
Berdasarkan data yang diperoleh untuk pernyataan keluarga aktif dalam
berbagai kegiatan di masyarakat, mayoritas responden menjawab setuju sebanyak
221 responden dengan presentase 59,7 %, kemudian yang menjawab tidak setuju
sebanyak 73 responden dengaan presentase 19,7 %, lalu yang menjawab sangat setuju
sebanyak 70 responden dengan presentase 18,9 % dan yang menjawab sangat tidak
setuju sebanyak 6 responden dengan presentase 1,6 %. Maka secara umum dapat
dilihat kecenderungan mahasiswa Fakultas bidang sosial dan sains UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta menjawab setuju bahwa keluarga mereka ikut berperan aktif
dalam kegiatan masyarakat.
Pernyataan nomor 2 berbunyi “Keluarga saya termasuk keluarga yang
berpengaruh di masyarakat.” Pernyataan ini berusaha mengetahui posisi keluarga
mahasiswa dalam lingkungan masyarakat.
75
Tabel IV.D.2 Keluarga Memiliki Pengaruh di Masyarakat
Jawaban Frekuensi Presentase %
Sangat setuju 56 15,1 %
Setuju 197 53,2 %
Tidak setuju 113 30,5 %
Sangat tidak setuju 4 1,1 %
Total 370 100 %
Berdasarkan data yang diperoleh untuk pernyataan keluarga memiliki
pengaruh di masyarakat, mayoritas responden menjawab setuju sebanyak 197
responden dengan presentase 53,2 %, kemudian yang menjawab tidak setuju
sebanyak 113 responden dengan presentase 30,5 %, lalu yang menjawab sangat setuju
sebanyak 56 responden dengan presentase 15,1 % dan yang menjawab sangat tidak
setuju sebanyak 4 responden dengan presentase 1,1 %. Maka secara umum dapat
dilihat kecenderungan mahasiswa Fakultas bidang sosial dan sains UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta menjawab setuju bahwa keluarga mereka merupakan keluarga
yang memiliki pengaruh di lingkungan masyarakat.
Pernyataan nomor 3 berbunyi “Keluarga saya merupakan keluarga yang
berkecukupan secara ekonomi.” Pernyataan ini berusaha mengetahui bagaimana
kondisi latar belakang ekonomi keluarga mahasiswa.
76
Tabel IV.D.3 Keluarga Berkecukupan Secara Ekonomi
Jawaban Frekuensi Presentase %
Sangat setuju 28 7,6 %
Setuju 296 80 %
Tidak setuju 45 12,2 %
Sangat tidak setuju 1 0,3 %
Total 370 100 %
Berdasakan data yang diperoleh untuk pernyataan keluarga berkecukupan
secara ekonomi, mayoritas responden menjawab setuju sebanyak 296 responden
dengan presentase 80 %, kemudian yang menjawab tidak setuju sebanyak 45
responden dengan presentase 12,2 %, lalu yang menjawab sangat setuju sebanyak 28
responden dengan presentase 7,6 % dan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak
1 orang dengan presentase 0,3 %. Maka secara umum dapat dilihat kecenderungan
mahasiswa Fakultas bidang sosial dan sains UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
menjawab setuju bahwa keluarga mereka merupakan keluarga yang berkecukupan
secara ekonomi.
Pernyataan nomor 4 berbunyi “Keluarga saya merupakan keluarga dengan
latar pendidikan tinggi.” Pernyataan ini berusaha mengetahui latar belakang
pendidikan yang dimiliki oleh anggota keluarga mahasiswa.
77
Tabel IV.D.4 Indikator Keluarga Berpendidikan Tinggi
Jawaban Frekuensi Presentase %
Sangat setuju 20 5,4 %
Setuju 183 49,5 %
Tidak setuju 154 41,6 %
Sangat tidak setuju 13 3,5 %
Total 370 100 %
Berdasarkan data yang diperoleh untuk pernyataan keluarga berpendidikan
tinggi, mayoritas responden menjawab setuju sebanyak 183 responden dengan
presentase 49,5 %, kemudian yang menjawab tidak setuju sebanyak 154 rsponden
dengan presentase 41,6 %, lalu yang menjawab sangat setuju sebanyak 20 responden
dengan presentase 5,4 % dan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 13
responden 3,5 %. Maka secara umum dapat dilihat kecenderungan mahasiswa
Fakultas bidang sosial dan sains UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjawab setuju
bahwa keluarga mereka merupakan keluarga yang berpendidikan tinggi.
Pernyataan 5 berbunyi “Keluarga saya merupakan penganut agama yang taat.”
Pernyataan ini berusaha mengatahui seberapa jauh keluarga mahasiswa mentaati
perintah serta larangan agama.
78
Tabel IV.D.5 Keluarga Merupakan Penganut Agama yang Taat
Jawaban Frekuensi Presentase %
Sangat setuju 90 24,3 %
Setuju 243 65,7 %
Tidak setuju 35 9,5 %
Sangat tidak setuju 2 0,5 %
Total 370 100 %
Berdasarkan data yang diperoleh untuk pernyataan keluarga merupakan
penganut agama yang taat, mayoritas responden menjawab setuju sebanyak 243
responden dengan presentase 65,7 %, kemudian yang menjawab sangat setuju
sebanyak 90 responden dengan presentase 24,3 %, lalu yang menjawab tidak setuju
sebanyak 35 responden dengan presentase 9,5 % dan yang menjawab sangat tidak
setuju sebanyak 2 responden dengan presentase 0,5 %. Maka secara umum dapat
dilihat kecenderungan mahasiswa Fakultas bidang sosial dan sains UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta menjawab setuju bahwa keluarga mereka merupakan penganut
agama yang taat.
Pernyataan nomor 6 berbunyi “Keluarga saya selalu melaksanakan ibadah
tepat waktu.” Pernyataan ini berusaha mengetahui seberapa disiplinnya keluarga
mahasiswa dalam melaksanakan ibadah sholat lima waktu.
79
Tabel IV.D.6 Keluarga Selalu Melaksanakan Ibadah Tepat Waktu
Jawaban Frekuensi Presentase %
Sangat setuju 82 22,2 %
Setuju 229 61,9 %
Tidak setuju 58 15,7 %
Sangat tidak setuju 1 0,3 %
Total 370 100 %
Berdasarkan data yang diperoleh untuk pernyataan keluarga selalu
melaksanakan ibadah tepat waktu, mayoritas responden menjawab setuju sebanyak
229 responden dengan presentase 61,9 %, kemudian yang menjawab sangat setuju
sebanyak 82 responden dengan presentase 22,2 %, lalu yang menjawab tidak setuju
sebanyak 58 responden dengan presentase 15,7 % dan yang menjawab sangat tidak
setuju sebanyak 1 responden dengan presentase 0,3 %. Maka secara umum dapat
dilihat kecenderungan mahasiswa Fakultas bidang sosial dan sains UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta menjawab setuju bahwa keluarga mereka selalu melaksanakan
ibadah tepat waktu.
Pada pernyataan nomor 7 berbunyi “Keluarga saya selalu menerapkan ajaran
agama dalam kehidupan sehari-hari.” Pernyataan ini berusaha untuk mengetahui
sejauh mana keluarga mahasiswa menrapkan agama dalam kehidupan sehari-hari.
80
Tabel IV.D.7 Keluarga Menerapkan Ajaran Agama Dalam Kehidupan
Sehari-hari
Jawaban Frekuensi Presentase %
Sangat setuju 100 29,2 %
Setuju 225 60,8 %
Tidak setuju 34 9,2 %
Sangat tidak setuju 3 0,8 %
Total 370 100 %
Berdasarkan data yang diperoleh untuk pernyataan keluarga menerapkan
ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari, mayoritas responden menjawab setuju
sebanyak 225 responden dengan presentase sebesar 60,8 %, kemudian yang
menjawab sangat setuju sebanyak 100 responden dengan presentase sebesar 29,2 %,
lalu yang menjawab tidak setuju sebanyak 34 responden dengan presentase sebesar
9,2 % dan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 3 responden dengan
presentase sebesar 0,8 %. Maka secara umum dapat dilihat kecenderungan mahasiswa
Fakultas bidang sosial dan sains UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjawab setuju
bahwa keluarga mereka menerapkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.
D.2 Variabel Sosialisasi Politik
Sosialisasi politik merupakan pentransformasian ilmu atau informasi politik
dari anggota sosialisasi politik terhadap individu. Pada proses berlangsungnya,
terdapat agen yang berperan dalam membentuk perillaku, sikap dan memberikan
pengetahuan mengenai politik kepada individu. Terdapat beberapa agen yang
81
dikatakan bisa mempengaruhi dan memegang peranan penting bagi kehidupan politik
seorang individu. Salah satunya adalah keluarga.
Menurut Douglas, keluarga merupakan agen yang memiliki posisi paling
penting dan dekat dalam sosialisasi politik. Interaksi yang terjadi hampir setiap hari
antara individu dan orang tua membuat individu mulai mengenai pola kekuasaan.
Dimulai dari pola kekuasaan dalam keluarga nantinya individu akan mulai
terpengaruhi persepsinya mengenai pola kekuasaan yang lebih luas, salah satu
contohnya seperti pada sistem politik. Berhasil atau tidaknya pelaksanaan sosialisasi
politik dalam keluarga yang nantinya juga akan ikut mempengaruhi perilaku politik
individu, tentunya sangat dipengaruhi oleh intensitas komunikasi yang terjadi antara
individu dan anggota keluarga.
Pada variabel ini terdapat empat pernyataan yang wajib diisi. Berikut adalah
hasil rincian hasil dari kuesioner variabel sosialisasi politik dengan dimensi
komunikasi.
Pada pernyataan nomor 8 berbunyi “Keluarga merupakan sarana pendidikan
politik pertama saya.” Pernyataan ini akan menunjukkan seberapa banyak mahasiswa
yang menjadikan keluarga mereka sebagai sarana pendidikan politik pertama mereka.
82
Tabel IV.D.8 Keluarga Sebagai Sarana Pendidikan Politik Pertama
Jawaban Frekuensi Presentase %
Sangat setuju 83 22,4 %
Setuju 179 48,4 %
Tidak setuju 102 27,6 %
Sangat tidak setuju 6 1,6 %
Total 370 100 %
Berdasarkan data yang diperoleh untuk pernyataan keluarga sebagai sarana
pendidikan politik pertama, mayoritas responden menjawab setuju sebanyak 179
responden dengan presentase 48,4 %, kemudian yang menjawab tidak setuju
sebanyak 102 responden dengan presentase 27,6 %, lalu yang menjawab sangat setuju
sebanyak 83 responden dengan presentase 22,4 % dan yang menjawab sangat tidak
setuju sebanyak 6 responden dengan presentase 1,6 %. Maka secara umum dapat
dilihat kecenderungan mahasiswa Fakultas bidang sosial dan sains UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta menjawab setuju bahwa keluarga merupakan sarana pendidikan
politik pertama mereka.
Pada pernyataan nomor 9 berbunyi “Keluarga merupakan sumber informasi
politik pertama.” Pernyataan ini akan menunjukkan seberapa banyak mahasiswa yang
menjadikan keluarga sebagai sumber informasi politik pertama mereka.
83
Tabel IV.D.9 Keluarga Sumber Informasi Politik Pertama
Jawaban Frekuensi Presentase %
Sangat setuju 71 19,2 %
Setuju 174 47 %
Tidak setuju 113 30,5 %
Sangat tidak setuju 12 3,2 %
Total 370 100 %
Berdasarkan data yang diperoleh untuk pernyataan keluarga sebagai sumber
informasi politik pertama, mayoritas responden menjawab setuju sebanyak 179
respoden dengan presentase 47 %, kemudian yang menjawab tidak setuju sebanyak
113 responde dengan presentase 30,5 %, lalu yang menjawab sangat setuju sebanyak
71 responden dengan presentase 19,2 % dan yang menjawab sangat tidak setuju
sebanyak 12 responden dengan presentase 3,2 %. Maka secara umum dapat dilihat
kecenderungan mahasiswa Fakultas bidang sosial dan sains UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta menjawab setuju bahwa keluarga merupakan sumber informasi politik
pertama bagi mereka.
Pada pernyataan nomor 10 berbunyi “Keluarga memiliki peran dalam
membentuk karakter berpolitik.” Pernyataan ini akan mengetahui sejauh mana peran
keluarga dalam membentuk karakter berpolitik mahasiswa.
84
Tabel IV.D.10 Pembentuk Karakter Berpolitik
Jawaban Frekuensi Presentase %
Sangat setuju 66 17,8 %
Setuju 190 51,4 %
Tidak setuju 104 28,1 %
Sangat tidak setuju 10 2,7 %
Total 370 100 %
Berdasarkan data yang diperoleh untuk pernyataan keluarga memiliki peran
dalam membentuk karakter berpolitik, mayoritas responden menjawab setuju
sebanyak 190 responden dengan presentase 51,4 %, kemudian yang menjawab tidak
setuju sebanyak 104 responden dengan presentase 28,1 %, lalu yang menjawab sangat
setuju sebanyak 66 responden dengan presentase 17,8 % dan yang menjawab sangat
tidak setuju sebanyak 10 responden dengan presentase 2,7 %. Maka secara umum
dapat dilihat kecenderungan mahasiswa Fakultas bidang sosial dan sains UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta menjawab setuju bahwa keluarga memiliki peran dalam
membentuk karakter berpolitik mereka.
Pada pernyataan nomor 11 berbunyi “Keluarga merupakan tempat berdiskusi
paling baik dalam membicarakan politik.” Pernyataan ini akan mengetahui sejauh
mana interaksi yang terjadi antara mahasiswa dan anggota keluarganya.
85
Tabel IV.D. 11 Sarana Berdiskusi
Jawaban Frekuensi Presentase %
Sangat setuju 45 12,2 %
Setuju 175 47,3 %
Tidak setuju 136 36,8 %
Sangat tidak setuju 14 3,8 %
Total 370 100 %
Berdasarkan data yang diperoleh untuk pernyataan keluarga sebagai tempat
berdiskusi politik paling baik, mayoritas responden menjawab setuju sebanyak 175
responden dengan presentase 47,3 %, kemudian yang menjawab tidak setuju
sebanyak 136 responden dengan presentase 36,8 %, lalu yang menjawab sangat setuju
sebanyak 45 responden dengan presentase 12,2 % dan yang menjawab sangat tidak
setuju sebanyak 14 responden dengan presentase 3,8 %. Maka secara umum dapat
dilihat kecenderungan mahasiswa Fakultas bidang sosial dan bidang sains UIN Syarif
Hidyatullah Jakarta menjawab setuju bahwa keluarga merupakan tempat berdiskusi
politik paling baik bagi mereka.
Pernyataan nomor 12 berbunyi “Saya memilih karena faktor calon suku
kandidat.” Pernyataan ini ingin melihat seberapa berpengaruhnya faktor suku dalam
pembuatan keputusan memilih bagi mahasiswa.
D.3 Variabel Perilaku Politik
Menurut Jack Plano, perilaku politik merupakan pemikiran yang berasal dari
dalam diri, seperti persepsi, sikap, kejujuran, dan juga tindakan yang berhubungan
86
langsung dengan sistem politik yang ada. Seperti pemilihan umum. Dalam pemilihan
umum perilaku pemilih juga merupkan bagian dari perilaku politik. Menurut buku
yang ditulis oleh Saiful Mujani, R William Liddle dan Kuskridho Ambaradi, terdapat
tiga pendekatan yang bisa mempengaruhi perilaku memilih. Yaitu pendekatan
sosiologis, psikologis, dan pendekatan pilihan rasional.
Pendekatan sosiologis merupakan pendekatan di mana perilaku memilih
ditentukan oleh kelas sosial, agama, dan juga kelompok etnik/kedaerahan/bahasa.
Pendekatan sosilogis menjadikan lingkungan sebagai dasar dari pendekatannya.
Dijelaskan bahwa konteks ekonomi, agama, tempat tinggal, usia, pekerjaan
digunakan untuk mendefinisikan lingkaran sosial pemilih. Di mana nantinya
lingkaran sosial ini akan mempengaruhi keputusan para pemilih.
Sedangkan pendekatan psikologis merupakan pendekatan yang identik dengan
penggambaran perasaan, karena pada pendekatan ini para ilmuwan lebih menyoroti
kepada emosi yang dimiliki oleh setiap individu. Emosi merupakan faktor terpenting
dalam pendekatan psikologi, sekalipun emosi tidak bermain secara langsung, namun
peran dari emosi sendiri adalah sebagai pendorong dalam proses pengambilan
keputusan.
Kemudian pendekatan pilihan rasional atau sering juga disebut sebagai
pendekatan ekonomi, karena pendekatan ini melihat politik dari untung-rugi, hampir
sama seperti konsep ekonomi. Pada pendekatan ini kita dapat melihat faktor-faktor
87
yang menentukan pilihan politik masyarakat bukan lagi karena faktor popularitas,
finansial, dan kecakapan fisik. Tapi lebih kepada faktor-faktor yang dapat
memberikan keuntungan jaka panjang bagi kehidupan masyarakat kedepannya.
Selain ketiga pendekatan di atas, salah satu faktor terpenting dari berlangsung
pemilihan umum adalah partisipasi politik. partisipasi politik merupakan
keikutsertaan individu atau kelompok secara sengaja dan sukarela untuk
mempengaruhi kebijakan pemerintah dengan terlibat secara aktif dalam kehidupan
politik, salah satu contohnya adalah dengan menyuarakan hak suara dalam pemilihan
umum secara langsung.
Pada variabel ini terdapat 21 pernyataan dan empat dimensi yang digunakan
yaitu dimensi pendekatan sosiologis, dimensi pendekatan psikologis, dimensi
pendekata pilihan rasional, dana dimensi partisipasi politik.
Pernyataan nomor 12 berbunyi“Saya memilih karena faktor suku calon
kandidat.” Pernyataan ini ingin melihat seberapa berpengaruhnya faktor suku
terhadap perilaku memilih mahasiswa.
Tabel IV.D. 12 Faktor Suku
Jawaban Frekuensi Presentase %
Sangat setuju 5 1,4 %
Setuju 117 31 %
Tidak setuju 193 52,2 %
Sangat tidak setuju 55 14,9 %
Total 370 100 %
88
Berdasarkan data yang diperoleh untuk pernyataan memilih karena faktor
suku, mayoritas responden menjawab tidak setuju sebanyak 193 responden dengan
presentase 52,2 %, kemudian yang menjawab setuju sebanyak 117 resonden dengan
presentase 31 %, lalu yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 55 responden
dengan presentasl 14,9 % dan yang menjawab sangat setuju sebanyak 5 responden
dengan presentase 1,4 %. Maka secara umum dapat dilihat kecenderungan mahasiswa
Fakultas bidang sosial dan sains UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjawab tidak
setuju bahwa mereka memilih karena faktor suku.
Pernyataan nomor 13 berbunyi “Saya memilih karena faktor agama yang
dianut calon kandidat.” Pernyataan ini ingin melihat seberapa berpengaruhnya faktor
agama terhadap perilaku memilih mahasiswa.
Tabel IV.D.13 Faktor Agama
Jawaban Frekuensi Presentase %
Sangat setuju 68 18,4 %
Setuju 182 49,2 %
Tidak setuju 98 26,5 %
Sangat tidak setuju 22 5,9 %
Total 370 100 %
Berdasarkan data yang diperoleh untuk pernyataan memilih karena faktor
agama, mayoritas responden menjawab setuju sebanyak 182 responden dengan
presentase 49,2%, kemudian yang menjawab tidak setuju sebanyak 98 dengan
presentase 26,5 %, lalu yang menjawab sangat setuju sebanyak 68 responden dengan
89
presentase 18,4 % dan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 22 responden
dengan presentase 2,9 %. Maka secara umum dapat dilihat kecenderungan mahasiswa
Fakultas bidang sosial dan sains UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjawab setuju
bahwa mereka memilih karena faktor agama.
Pernyataan nomor 14 berbunyi “Saya memilih karena faktor pekerjaan yag
dimiliki calon kandidat.” Pernyataan ini ingin melihat seberapa berpengaruhnya
faktor ekonomi terhadap perilaku memilih mahasiswa.
Tabel IV.D.14 Faktor Ekonomi Calon Kandidat
Jawaban Frekuensi Presentase %
Sangat setuju 15 4,1 %
Setuju 100 27 %
Tidak setuju 213 57,6 %
Sangat tidak setuju 42 11,4 %
Total 370 100 %
Berdasarkan data yang diperoleh untuk pernyataan memilih karena faktor
latar belakang ekonomi calon kandidat, mayoritas responden menjawab tidak setuju
sebanyak 213 responden dengan presentasi 57,6 %, kemudian yang menjawab setuju
sebanyak 100 responden dengan presentase 27%, lalu yang menjawab sangat tidak
setuju sebanyak 42 responden dengan presentase 11,4% dan yang menjawab sangat
setuju sebanyak 15 responden dengan presentase 4,1%. Maka secara umum dapat
dilihat kecenderungan mahasiswa Fakultas bidang sosial dan sains UIN Syarif
90
Hiyatullah Jakarta menjawab tidak setuju bahwa mereka memilih karena faktor latar
belakang ekonomi calon kandidat.
Pernyataan nomor 15 berbunyi “Saya memilih karena faktor pekerjaan yang
dimiliki calon kandidat.” Pernyataan ini ingin melihat seberapa berpengaruhnya
faktor pekerjaan terhadap perilaku memilih mahasiswa.
Tabel IV.D.15 Faktor Pekerjaan Calon Kandidat
Jawaban Frekuensi Presentase %
Sangat setuju 18 4,9 %
Setuju 137 37 %
Tidak setuju 189 51,1 %
Sangat tidak setuju 26 7 %
Total 370 100 %
Berdasarkan data yang diperoleh untuk pernyataan memilih karena faktor
pekerjaan calon kandidat, mayoritas responden menjawab tidak setuju sebanyak 189
responden dengan presentase 51,1 %, kemudian yang menjawab setuju sebanyak 137
responden dengan presentase 37 %, lalu yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak
26 responden dengan presentase 7 % dan yang menjawab sangat setuju sebanyak 18
responden dengan presentase 4,9 %. Maka secara umum dapat dilihat kecenderungan
mahasiswa Fakultas bidang sosial dan sains UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
menjawab tidak setuju bahwa mereka memilih karena faktor pekerjaan yang dimiliki
oleh calon kandidat.
91
Pernyataan nomor 16 berbunyi “Saya memilih karena faktor latar belakang
pendidikan yang dimiliki calon kandidat.” Pernyataan ini ingin melihat seberapa
berpengaruhnya pendidikan calon kandidat terhadap perilaku memilih mahasiswa.
Tabel IV.D.16 Faktor Pendidikan Calon Kandidat
Jawaban Frekuensi Presentase %
Sangat setuju 84 22,7 %
Setuju 206 55,7 %
Tidak setuju 70 18,9 %
Sangat tidak setuju 10 2,7 %
Total 370 100 %
Berdasarkan data yang diperoleh untuk pernyataan memilih karena faktor
latar belakang pendidikan calon kandidat, mayoritas responden menjawab setuju
sebanyak 206 responden dengan presentase 55,7 %, kemudian yang menjawab sangat
setuju sebanyak 84 responden dengan dengan presentase 22,7 %, lalu yang menjawab
tidak setuju sebanyak 70 responden dengan presentase 18,9 % dan yang menjawab
sangat tidak setuju sebanyak 10 responden dengan presentase 2,7 %. Maka secara
umum dapat dilihat kecenderungan mahasiswa Fakultas bidang sosial dan sains UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta menjawab setuju bahwa mereka memilih karena faktor
pendidikan yang dimiliki oleh canlon kandidat.
Pernyataan nomor 17 berbunyi “Saya memilih karena faktor jenis kelamin
calon kandidat.” Pernyataan ini ingin melihat seberapa berpengaruhnya faktor jenis
kelamin terhadap perilaku memilih mahasiswa.
92
Tabel IV.D.17 Faktor Jenis Kelamin
Jawaban Frekuensi Presentase %
Sangat setuju 21 5,7 %
Setuju 107 28,9 %
Tidak setuju 187 50,5 %
Sangat tidak setuju 55 14,9 %
Total 370 100 %
Berdasarkan data yang diperoleh untuk pernyataan memilih karena faktor
jenis kelamin calon kandidat, mayoritas responden menjawab tidak setuju sebanyak
187 responden dengan presentase 50,5 %, kemudian yang menjawab setuju sebanyak
107 responden dengan presentase 28,9 %, lalu yang menjawab sangat tidak setuju
sebanyak 55 resonden dengan presentase 14,9 % dan yang menjawab sangat setuju
sebanyak 21 responden dengan presentase 5,7 %. Maka secara umum dapat dilihat
kecenderungan mahasiswa Fakultas bidang sosial dan sains UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta menjawab tidak setuju bahwa mereka memilih karena faktor jenis kelamin
calon kandidat.
Pernyataan nomor 18 berbunyi “Saya memilih karena adanya isu yang
berkembang mengenai citra baik dari calon kandidat.” Pernyataan ini ingin melihat
seberapa berpengaruhnya isu yang berkembang dalam masyarakat terhadap perilaku
memilih mahasiswa.
93
Tabel IV.D.18 Isu yang Berkembang Dalam Masyarakat
Jawaban Frekuensi Presentase %
Sangat setuju 28 7,6 %
Setuju 220 59,5 %
Tidak setuju 116 31,4 %
Sangat tidak setuju 6 1,6 %
Total 370 100 %
Berdasarkan data yang diperoleh untuk pernyataan memilih karena isu politik
yang sedang berkembang, mayoritas responden menjawab setuju sebanyak 220
responden dengan presentase 59,5 %, kemudian yang menjawab tidak setuju
sebanyak 116 responden dengan presentase 31,4 %, lalu yang menjawab sangat setuju
sebanyak 28 responden dengan presentase 7,6 % dan yang menjawab sangat tidak
setuju sebanyak 6 responden dengan presentase 1,6 %. Maka secara umum dapat
dilihat kecenderungan mahasiswa Fakultas bidang sosial dan sains UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta menjawab setuju bahwa mereka memilih karena adanya isu
politik yang sedang berkembang.
Pernyataan nomor 19 berbunyi “Saya memilih karena orang tua saya
merupakan partisipan dari partai pengusung calon kandidat.” Pernyataan ini ingin
melihat seberapa berpengaruhnya peran orang tua selaku significant other dalam
keluarga sekaligus bagian dari anggota partai terhadap perilaku memilih mahasiswa.
94
Tabel IV.D.19 Orang Tua Partisipan Partai
Jawaban Frekuensi Presentase %
Sangat setuju 12 3,2 %
Setuju 84 22,7 %
Tidak setuju 226 61,1 %
Sangat tidak setuju 48 13 %
Total 370 100 %
Berdasarkan data yang diperoleh untuk pernyataan memilih karena orang tua
sebagai partisipan dari partai pengusung calon kandidat, mayoritas responden
menjawab tidak setuju sebanyak 226 responden dengan presentase 61,1 %, kemudian
yang menjawab setuju sebanyak 84 responden dengan presentase 22,7 %, lalu yang
menjawab sangat tidak setuju sebanyak 48 responden dengan presentase 13 % dan
yang menjawab sangat setuju sebanyak 12 responden dengan presentase 3,2 %. Maka
secara umum dapat dilihat kecenderungan mahasiswa Fakultas bidang sosial dan
sains UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjawab tidak setuju bahwa mereka memilih
karena orang tua sebagai partisipan dari partai pengusung calon kandidat.
Pernyataan nomor 20 berbunyi “Saya memilih karena menyukai calon
kandidat.” Pernyataan ini ingin melihat seberapa berpengaruhnya faktor emosi
terhadap perilaku memilih mahasiswa.
95
Tabel IV.D.20 Karakter Calon Kandidat
Jawaban Frekuensi Presentase %
Sangat setuju 65 17,6 %
Setuju 244 65,9 %
Tidak setuju 58 15,7 %
Sangat tidak setuju 3 0,8 %
Total 370 100 %
Berdasarkan data yang diperoleh untuk pernyataan memilih karena menyukai
karakter calon kandidat, mayoritas responden menjawab setuju sebanyak 244
responden dengan presentase 65,9 %, kemudian yang menjawab sangat setuju
sebanyak 65 responden dengan dengan presentase 17,6 %, lalu yang menjawab tidak
setuju sebanyak 58 responden dengan presentase 15,7 % dan yang menjawab sangat
tidak setuju sebanyak 3 responden dengan presentase 0,8 %. Maka secara umum
dapat dilihat kecenderungan mahasiswa Fakultas bidang sosial dan sains UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta menjawab setuju bahwa mereka memilih karena menyukai
karakter calon kandidat.
Pernyataan nomor 21 berbunyi “Saya memilih karena popularitas yang
dimiliki oleh calon kandidat.” Pernyataan ini ingin melihat seberapa berpengaruhnya
popularitas terhadap perilaku memilih mahasiswa.
96
Tabel IV.D.21 Popularitas Calon Kandidat
Jawaban Frekuensi Presentase %
Sangat setuju 16 4,3 %
Setuju 151 40,8 %
Tidak setuju 180 48,6 %
Sangat tidak setuju 23 6,2 %
Total 370 100 %
Berdasarkan data yang diperoleh untuk pernyataan memilih karena
popularitas calon kandidat, mayoritas responden menjawab tidak setuju sebanyak
180 responden dengan presentase 48,6 %, kemudian yang menjawab setuju sebanyak
151 responden dengan dengan presentase 40,8 %, lalu yang menjawan sangat tidak
setuju sebanyak 23 responden dengan presentase 6,2 % dan yang menjawab sangat
sangat setuju sebanyak 16 responden dengan presentase 4,3 %. Maka secara umum
dapat dilihat kecenderungan mahasiswa Fakultas bidang sosial dan sains UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta menjawab tidak setuju bahwa mereka memilih karena
popularitas yang dimiliki calon kandidat.
Pernyataan nomor 22 berbunyi “Saya memilih karena ideologi dari partai
pengusung calon kandidat sesuai dengan pemahaman yang saya anut.” Pernyataan ini
ingin melihat seberapa berpengaruhnya ideologi partai terhadap perilaku memilih
mahasiswa.
97
Tabel IV.D.22 Ideologi Partai
Jawaban Frekuensi Presentase %
Sangat setuju 47 12,7 %
Setuju 189 51,1 %
Tidak setuju 120 32,4 %
Sangat tidak setuju 14 3,8 %
Total 370 100 %
Berdasarkan data yang diperoleh untuk pernyataan memilih karena ideologi
partai pengusung calon kandidat sesuai dengan pemahaman yang dianut. mayoritas
responden menjawab setuju sebanyak 189 responden dengan presentase 51,1 %,
kemudian yang menjawab tidak setuju sebanyak 120 responden dengan dengan
presentase 32,4 %, lalu yang menjawab sangat setuju sebanyak 47 responden dengan
presentase 12,7 % dan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 14 responden
dengan presentase s3,8%. Maka secara umum dapat dilihat kecenderungan
mahasiswa Fakultas bidang sosial dan sains UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
menjawab setuju bahwa mereka memilih karena ideologi partai pengusung calon
kandidat sesuai dengan pemahaman yang mereka anut.
Pernyataan nomor 23 berbunyi “Saya memilih karena saya mengenal calon
kandidat sesuai dengan pemahaman yang saya anut.” Pernyataan ini ingin melihat
seberapa berpengaruhnya hubungan kekerabatan partai terhadap perilaku memilih
mahasiswa.
98
Tabel IV.D.23 Mengenal Calon Kandidat
Jawaban Frekuensi Presentase %
Sangat setuju 18 4,9 %
Setuju 170 45,9 %
Tidak setuju 156 42,2 %
Sangat tidak setuju 26 7 %
Total 370 100 %
Berdasarkan data yang diperoleh untuk pernyataan memilih karena mengenal
calon kandidat. mayoritas responden menjawab setuju sebanyak 170 responden
dengan presentase 45,9 %, kemudian yang menjawab tidak setuju sebanyak 156
responden dengan dengan presentase 42,2 %, lalu yang menjawab sangat tidak setuju
sebanyak 26 responden dengan presentase 7 % dan yang menjawab sangat setuju
sebanyak 18 responden dengan presentase 4,9 %. Maka secara umum dapat dilihat
kecenderungan mahasiswa Fakultas bidang sosial dan sains UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta menjawab setuju bahwa mereka memilih karena mengenal calon kandidat.
Pada pernyataan nomor 24 sebagai berikut “Saya memilih karena kinerja
partai asal calon kandidat.” Pernyataan ini ingin melihat seberapa berpengaruhnya
kinerja partai terhadap perilaku memilih mahasiswa.
99
Tabel IV.D.24 Kinerja Partai
Jawaban Frekuensi Presentase %
Sangat setuju 46 12,4 %
Setuju 206 55,7 %
Tidak setuju 106 28,6 %
Sangat tidak setuju 12 3,2 %
Total 370 100 %
Berdasarkan data yang diperoleh untuk pernyataan memilih karena kinerja
partai asal calon kandidat. mayoritas responden menjawab setuju sebanyak 206
responden dengan presentase 55,7 %, kemudian yang menjawab tidak setuju
sebanyak 106 responden dengan dengan presentase 28,6 %, lalu yang menjawab
sangat setuju sebanyak 46 responden dengan presentase 12,4 % dan yang menjawab
sangat tidak setuju sebanyak 12 responden dengan presentase 3,2 %. Maka secara
umum dapat dilihat kecenderungan mahasiswa Fakultas bidang sosial dan sains UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta menjawab setuju bahwa mereka memilih karena kinerja
dari partai asal calon kandidat.
Pernyataan nomor 25 berbunyi “Saya memilih karena melihat hasil nyata dari
kinerja calon kandidat yang memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.” Pernyataan
ini ingin melihat seberapa berpengaruhnya hasil nyata dari kinerja calon kandidat
terhadap perilaku memilih mahasiswa.
100
Tabel IV.D.25 Hasil Nyata Kinerja Calon Kandidat
Jawaban Frekuensi Presentase %
Sangat setuju 125 33,8 %
Setuju 212 57,3 %
Tidak setuju 29 7,8 %
Sangat tidak setuju 4 1,1 %
Total 370 100 %
Berdasarkan data yang diperoleh untuk pernyataan memilih karena melihat
hasil nyata dari kinerja calon kandidat yang memberikan kesejahteraan luas.
mayoritas responden menjawab setuju sebanyak 212 responden dengan presentase
57,3 %, kemudian yang menjawab sangat setuju sebanyak 125 responden dengan
dengan presentase 33,8 %, lalu yang menjawab tidak setuju sebanyak 29 responden
dengan presentase 7,8 % dan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 4
responden dengan presentase 1,1 %. Maka secara umum dapat dilihat kecenderungan
mahasiswa Fakultas bidang sosial dan sains UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
menjawab setuju bahwa mereka memilih karena kinerja dari partai asal calon
kandidat.
Pernyataan nomor 26 berbunyi “Saya memilih karena kebijakan yang dibuat
partai/calon kandidat dirasa dapat memberikan keuntungan, baik secara pribadi
maupun kepada masyarakat umum.” Pernyataan ini ingin melihat seberapa
berpengaruhnya kebijakan publik terhadap perilaku memilih mahasiswa.
101
Tabel IV.D.26 Kebijakan Partai atau Calon Kandidat
Jawaban Frekuensi Presentase %
Sangat setuju 102 27,6 %
Setuju 200 54,1 %
Tidak setuju 61 16,5 %
Sangat tidak setuju 7 1,9 %
Total 370 100 %
Berdasarkan data yang diperoleh untuk pernyataan memilih karena kebijakan
yang dibuat partai atau calon kandidat dapat memberikan keuntungan, baik kepada
pribadi atau pun kepada masyarakat umum . mayoritas responden menjawab setuju
sebanyak 200 responden dengan presentase 54,1 %, kemudian yang menjawab sangat
setuju sebanyak 102 responden dengan dengan presentase 27,6 %, lalu yang
menjawab tidak setuju sebanyak 61 responden dengan presentase 16,5 % dan yang
menjawab sangat tidak setuju sebanyak 7 responden dengan presentase 1,9 %. Maka
secara umum dapat dilihat kecenderungan mahasiswa Fakultas bidang sosial dan
sains UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjawab setuju bahwa mereka memilih
karena kebijakan yang dibuat partai / calon kandidat.
Pernyataan nomor 27 berbunyi “Saya memilih karena merasa kehidupan saya
sudah berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya.” Pernyataan ini ingin melihhat
seberapa berpengaruhnya kesejahteraan terhadap perilaku memilih mahasiswa.
102
Tabel IV.C.2.27 Kesejahteraan Hidup
Jawaban Frekuensi Presentase %
Sangat setuju 39 10,5 %
Setuju 211 57 %
Tidak setuju 111 30 %
Sangat tidak setuju 9 2,4 %
Total 370 100 %
Berdasarkan data yang diperoleh untuk pernyataan memilih karena kehidupan
saat ini terasa lebih baik dibandingkan kehidupan sebelumnya. . mayoritas responden
menjawab setuju sebanyak 211 responden dengan presentase 57 %, kemudian yang
menjawab tidak setuju sebanyak 111 responden dengan dengan presentase 30 %, lalu
yang menjawab sangat setuju sebanyak 39 responden dengan presentase 10,5 % dan
yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 9 responden dengan presentase 2,4 %.
Maka secara umum dapat dilihat kecenderungan mahasiswa Fakultas bidang sosial
dan sains UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjawab setuju bahwa mereka memilih
karena merasa kehidupan mereka saat ini sudah terasa jauh lebih baik dari kehidupan
mereka sebelumnya.
Pernyataan nomor 28 berbunyi “Saya selalu ikut serta dalam kegiatan
kampanye” Pernyataan ini ingin melihat seberapa jauh mahasiswa berpaartisipasi
dalam kegiatan pemilu.
103
Tabel IV.D.28 Mengikuti Kampanye
Jawaban Frekuensi Presentase %
Sangat setuju 12 3,2 %
Setuju 70 18,9 %
Tidak setuju 255 68,9 %
Sangat tidak setuju 33 8,9 %
Total 370 100 %
Berdasarkan data yang diperoleh untuk pernyataan selalu ikut serta dalam
kegiatan kampanye. mayoritas responden menjawab tidak setuju sebanyak 255
responden dengan presentase 68,9 %, kemudian yang menjawab setuju sebanyak 70
responden dengan dengan presentase 18,9 %, lalu yang menjawab sangat tidak setuju
sebanyak 33 responden dengan presentase 8,9 % dan yang menjawab sangat setuju
sebanyak 12 responden dengan presentase 3,2 %. Maka secara umum dapat dilihat
kecenderungan mahasiswa Fakultas bidang sosial dan sains UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta menyatakan bahwa mereka tidak pernah ikut serta dalam kegiatan kampanye
politik.
Pernyataan nomor 29 berbunyi “Saya ikut menyumbang dana untuk kegiatan
kampanye.” Pernyataan ini ingin melihat seberapa jauh mahasiswa berpartisipasi
dalam kegiatan pemilu.
104
Tabel IV.D.29 Donatur Kampanye
Jawaban Frekuensi Presentase %
Sangat setuju 2 0,5 %
Setuju 41 11,1 %
Tidak setuju 272 73,5 %
Sangat tidak setuju 55 14,9 %
Total 370 100 %
Berdasarkan data yang diperoleh untuk pernyataan ikut menyumbang dana
untuk kegiatan kampanye. mayoritas responden menjawab tidak setuju sebanyak 272
responden dengan presentase 73,5%, kemudian yang menjawab sangat tidak setuju
sebanyak 55 responden dengan dengan presentase 14,9 %, lalu yang menjawab setuju
sebanyak 41 responden dengan presentase 11,1 % dan yang menjawab sangat setuju
sebanyak 2 responden dengan presentase 0,5 %. Maka secara umum dapat dilihat
kecenderungan mahasiswa Fakultas bidang sosial dan sains UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta menyatakan bahwa mereka tidak pernah menyumbang dana untuk kegiatan
kampanye.
Pernyataan nomor 30 berbunyi “Saya ikut andil menjadi panitia pelaksana
dalam kegiatan pemilu.” Pernyataan ini akan menunjukkan seberapa banyak
mahasiswa yang ikut aktif dalam kegiatan pemilu.
105
Tabel IV.D.2.30 Menjadi Panitia Pemilu
Jawaban Frekuensi Presentase %
Sangat setuju 11 3 %
Setuju 107 28,9 %
Tidak setuju 219 59,2 %
Sangat tidak setuju 33 8,9 %
Total 370 100 %
Berdasarkan data yang diperoleh untuk pernyataan Ikut andil menjadi panitia
pelaksana kegiatan pemilu. Mayoritas responden menjawab tidak setuju sebanyak
219 responden dengan presentase 59,2 %, kemudian yang menjawab setuju sebanyak
107 responden dengan dengan presentase 28,9 %, lalu yang menjawab sangat tidak
setuju sebanyak 33 responden dengan presentase 8,9 % dan yang menjawab sangat
setuju sebanyak 11 responden dengan presentase 3%. Maka secara umum dapat
dilihat kecenderungan mahasiswa Fakultas bidang sosial dan sains UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta menyatakan bahwa mereka tidak pernah ikut andil menjadi
panitia pelaksana pemilu.
Pernyataan nomor 31 berbunyi “Saya memiliki calon kandidat yang
diunggulkan.” Pernyataan ini akan menunjukkan seberapa banyak mahasiswa yang
sudah memiliki calon kandidat yang diunggulkan setiap kali pemilu berlangsung.
106
Tabel IV.D.31 Calon Kandidat Unggulan
Jawaban Frekuensi Presentase %
Sangat setuju 19 5,1 %
Setuju 215 58,1 %
Tidak setuju 120 32,4 %
Sangat tidak setuju 16 4,3 %
Total 370 100 %
Berdasarkan data yang diperoleh untuk pernyataan memiliki calon kandidat
yang diunggulkan. Mayoritas responden menjawab setuju sebanyak 215 responden
dengan presentase 58,1 %, kemudian yang menjawab tidak setuju sebanyak 120
responden dengan dengan presentase 32,4 %, lalu yang menjawab sangat setuju
sebanyak 19 responden dengan presentase 5,1 % dan yang menjawab sangat tidak
setuju sebanyak 16 responden dengan presentase 4,3 %. Maka secara umum dapat
dilihat kecenderungan mahasiswa Fakultas bidang sosial dan sains UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta menyatakan bahwa mereka memiliki calon kandidat yang
diunggulkan setiap kali kegiatan pemilu berlangsung.
Pernyataan nomor 31 berbunyi “Saya menggunakan hak pilih saya sebagai
salah satu bentuk tanggung jawab sebagai warga negara Indonesia.” Pernyataan ini
akan menunjukkan seberapa banyak mahasiswa yang ikut berpartisipasi dengan
menyumbangkan suaranyaa dalam kegiatan pemilu.
107
Tabel IV.D.32 Menyumbangkan Hak Suara
Jawaban Frekuensi Presentase %
Sangat setuju 179 48,4 %
Setuju 154 41,6 %
Tidak setuju 34 9,2 %
Sangat tidak setuju 3 0,8 %
Total 370 100 %
Berdasarkan data yang diperoleh untuk pernyataan menggunakan hak pilih
sebagai rasa bentuk tanggung jawab sebagai warga negara Indonesia. Mayoritas
responden menjawab sangat setuju sebanyak 179 responden dengan presentase
48,4%, kemudian yang menjawab setuju sebanyak 154 responden dengan dengan
presentase 41,6 %, lalu yang menjawab tidak setuju sebanyak 34 responden dengan
presentase 9,2 % dan yang menjawab sangat tidak setuju sebanyak 3 responden
dengan presentase 0,8 %. Maka secara umum dapat dilihat kecenderungan mahasiswa
Fakultas bidang sosial dan sains UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyatakan bahwa
mereka selalu menggunakan hak pilih mereka dalam pemilu sebagai bentuk rasa
tanggung jawab mereka sebagai warga negara Indonesia.
E. Tabulasi Variabel Penelitian Dengan Data Demografi
Selanjutnya peneliti akan menampilkan hasil hitung berdasarkan uji tabulasi
silang (cross tabulation). Hal ini dilakukan untuk melihat adanya hubungan dari
ketiga variabel dalam bentuk tabulasi.
108
Untuk menghitung nilai-nilai yang terkandung dalam ketiga variabel, peneliti
menggunakan metode tabulasi silang (cross tabulation) dalam aplikasi SPSS 2.0.
Tetapi sebelum masuk ke dalam perhitungan tabulasi silang, terlebih dahulu peneliti
mengkonversi estimasi skor variabel dengan cara mengolah data dimensi yang diukur
oleh beberapa indikator, kemudian hasilnya di konvensi menjadi skala yang dilihat
berdasarkan urutan tingakatannya dengan menggunakan bantuan dari smart pls.
Untuk lebih jelasnya, berikut uraiannya:
Persamaan III.E.1. Univariate Distribution
.( )
Keterangan:
: Skor maksimal : Nilai skala terkecil
: Nilai skala terbesar V : Nilai skala per-responden
Kemudian setelah mengkonvensikan skor menjadi urutan skala, langkah
selanjutnya yang peneliti lakukan adalah mengurutkannya berdasarkan tingkatan
skala. Mulai dari tingkatan sangat rendah, rendah, tinggi, sampai dengan sangat
tinggi. Baru setelahnya peneliti menghitung menggunakan metode tabulasi silang,
dengan bantuan aplikasi SPSS 2.0. Untuk lebih jelasnya, berikut tabelnya:
109
Tabel IV.E.1 Tingkatan Skala
Skala Tingkatan
76-100 Sangat Tinggi
55-75 Tinggi
26-50 Rendah
0-25 Sangat rendah
E.2 Frekuensi Data Variabel Latar Belakang Keluarga (X1) Dengan
Demografi
Pada sub bab ini, peneliti akan memaparkan mengenai hasil hitung frekuensi
data dari variabel latar belakang keluarga beserta yang terdiri dari satu dimensi, yaitu
dimensi status sosial ekonomi. Serta tujuh indikator dan penjelasan demografinya.
Untuk lebih jelasnya, dapat di lihat berdasarkan uraian berikut.
Tabel IV.E.2 Frekuensi Data Variabel Latar Belakang Keluarga (X1)
Tingkatan Frekuensi Presentase %
Sangat Rendah 17 4,6 %
Rendah 120 32,4 %
Tinggi 165 44,6 %
Sangat Tinggi 68 18,4 %
Total 370 100 %
Berdasarkan data yang diperoleh dari dimensi latar belakang keluarga, jumlah
nilai paling banyak berada pada kategorisasi tinggi yaitu sebanyak 165 responden
dengan presentase sebesar 44,6 %. Maka secara umum dapat dilihat bahwa
kecenderungan pengaruh keluarga mahasiswa Fakultas umum UIN Syarif
110
Hidayatullah Jakarta berdasarkan dimensi latar belakang keluarga berada pada
kategorisasi “tinggi”.
E.3 Frekuensi Data Variabel Sosialisasi Politik (X2)
Pada sub bab ini, peneliti akan memaparkan mengenai hasil hitung frekuensi
data dari variabel sosialisasi politik yang terdiri dari satu dimensi yaitu dimensi
komunikasi dan empat indikator, serta penjelasan demografinya. Untuk lebih
jelasnya, dapat di lihat berdasarkan uraian berikut:
Tabel IV.E.3 Frekuensi Data Variabel Sosialisasi Politik (X2)
Tingkatan Frekuensi Presentase %
Sangat Rendah 17 4,6 %
Rendah 120 32,4 %
Tinggi 165 44,6 %
Sangat Tinggi 68 18,4 %
Total 370 100 %
Berdasarkan data yang diperoleh dari dimensi sosialisasi politik, jumlah nilai
paling banyak berada pada kategorisasi tinggi yaitu sebanyak 165 responden dengan
presentase sebesar 44,6 %. Maka secara umum dapat dilihat bahwa kecenderungan
pengaruh keluarga mahasiswa Fakultas umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
berdasarkan dimensi sosialisasi politik berada pada kategorisasi “tinggi”.
111
E.4 Frekuensi Data Variabel Perilaku Politik (Y)
Pada sub bab ini, peneliti akan memaparkan mengenai hasil hitung frekuensi
data dari variabel perilaku politik yang terdiri dari empat dimensi, yaitu dimensi
pendekatan sosiologis, dimensi pendekatan psikologis, dimensi pendekatan pilihan
rasional, dan dimensi partisipasi politik. Selain itu, variabel ini terdiri dari 21
indikator, serta penjelasan demografinya. Untuk lebih jelasnya, dapat di lihat
berdasarkan uraian berikut:
Tabel IV.E.4 Frekuensi Data Variabel Perilaku Politik (Y)
Tingkatan Frekuensi Presentase %
Sangat Rendah 28 7,6 %
Rendah 169 45,7 %
Tinggi 152 41,1 %
Sangat Tinggi 21 5,7 %
Total 370 100 %
Berdasarkan data yang diperoleh dari dimensi partisipasi politik, jumlah nilai
paling banyak berada pada kategorisasi rendah yaitu sebanyak 169 responden dengan
presentase sebesar 45,7 %. Maka secara umum dapat dilihat bahwa kecenderungan
mahasiswa Fakultas umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam berperilaku politik
berada pada kategorisasi “rendah”.
112
E.5 Cross Tabulation Variabel Latar Belakang Keluarga Terhadap
Fakultas
Tabel IV.D.5 Cross Tabulation Variabel Latar Belakang Keluarga (status sosial
ekonomi) Terhadap Fakultas
Fakultas Status Sosial Ekonomi Total P-
Value Rendah Tinggi
FEB 48
(52,2%)
44
(47,8%) 92
(100%)
0,026
FISIP 16
(32%)
34
(68%) 50
(100%)
FPSI 13
(38,3%)
21
(61,8%) 34
(100%)
FST 54
(46,6%)
62
(53,4%) 116
(100%)
FKIK 27
(34,6%)
51
(65,3%) 78
(100%)
Total 158
(42,7%)
212
(57,3%)
370
(100%)
Berdasarkan hasil crosstab di atas dapat dilihat pada Fakultas Ekonomi Bisnis
(FEB) kategorisasi rendah berada pada presentase 52,2%, untuk kategorisasi tinggi
berada pada presentase 47,8%. Lalu pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(FISIP) untuk kategorisasi rendah berada pada presentase 32%, untuk kategorisasi
tinggi berada pada presentase 68%. Selanjutnya pada Fakultas Psikologi (FPSI) untuk
kategorisasi rendah berada pada presentase 38,3%, kategorisasi tinggi berada pada
presentase 61,8%. Kemudian pada Fakultas Fakultas Sains dan Teknologi (FST)
untuk kategorisasi kategorisasi rendah berada pada presentase 46,6%, untuk
113
kategorisasi tinggi berada pada presentase 53,4%. Sedangkan pada Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) untuk kategorisasi rendah berada pada
presentase 34,6%, untuk kategorisasi tinggi berada pada presentase 65,3%. Sehingga
di antara seluruh Fakultas sains dan sosial yang berada di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) memiliki persepsi paling tinggi
mengenai status sosial ekonomi di antara Fakultas lainnya.
Jadi, berdasarkan nilai P-Value sebesar 0,026 di mana nilainya < 0,05. Maka
dapat disimpulan bahwa ada perbedaan terkait tingkat persepsi latar belakang
keluarga jika dilihat dari Fakultas - Fakultas. Sehingga antara satu Fakultas dengan
Fakultas lainnya memiliki perbedaan persepsi mengenai status sosial ekonomi
keluarga.
E.6 Cross Tabulation Variabel Latar Belakang Keluarga Terhadap Jenis
Kelamin
Tabel IV.E.6 Cross Tabulation Variabel Latar Belakang Keluarga (tatus sosial
ekonomi) Terhadap Jenis Kelamin
Jenis
Kelamin
Status Sosial Ekonomi Total P-Value
Rendah Tinggi
Laki-Laki 63
(40,9%)
91
(59,1%) 154
(100%)
0,412 Perempuan 95
(44%)
121
(56%) 216
(100%)
Total 158
(42,7%)
212
(57,3%)
370
(100%)
114
Berdasarkan hasil crosstab di atas dapat di lihat pada responden berjenis
kelamin laki-laki untuk kategorisasi rendah berada pada presentase 40,9%, untuk
kategorisasi tinggi berada pada presentase 59,1%. Sedangkan pada responden berjenis
kelamin perempuan untuk kategorisasi rendah berada pada presentase 44%, kemudian
untuk kategorisasi tinggi berada pada presentase 56%. Sehingga di antara responden
laki-laki dan perempuan, responden laki-laki memiliki persepsi status sosial ekonomi
lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang berjenis kelamin perempuan.
Jadi, berdasarkan nilai P-Value sebesar 0,412 di mana nilainya > 0,05. Maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan terkait latar belakang keluarga jika
dilihat dari jenis kelamin responden. Sehingga baik responden laki-laki atau pun
perempuan tidak memiliki perbedaan persepsi status sosial ekonomi keluarga.
115
E.7 Cross Tabulation Variabel Latar Belakang Keluarga Terhadap
Pendidikan Ayah
Tabel IV.E.7 Cross Tabulation Variabel Latar Belakang Keluarga (status sosial
ekonomi) Terhadap Pendidikan Ayah
Pendidikan
Ayah
Status Sosial
Ekonomi
Total P-
Value
Rendah Tinggi
SD 9
(45%)
11
(55%) 20
(100%)
0,450
SMP 7
(46,6%)
8
(53,3%) 15
(100%)
SMA/Sederajat 20
(46,1%)
76
(53,9%) 141
(100%)
Diploma 13
(30,2%)
30
(69,7%) 43
(100%)
Sarjana S1/S2 64
(42,3%)
87
(57,6%) 151
(100%)
Total 158
(42,7%)
212
(57,3%)
370
(100%)
Berdasarkan crosstab di atas dapat dilihat, ayah dengan latar pendidikan SD
untuk kategorisasi rendah berada pada presentase 45%, untuk kategorisasi tinggi
berada pada persentase 55%. Selanjutnya ayah dengan latar pendidikan SMP untuk
kategorisasi rendah berada pada presentase 46,6%, untuk kategorisasi tinggi berada
pada presentase 53,3%. Kemudian ayah dengan latar pendidikan SMA/Sederajat
untuk kategorisasi rendah berada pada presentase 46,1%, untuk kategorisasi tinggi
berada pada presentase 53,9%. Lalu ayah dengan latar pendidikan Diploma untuk
kategorisasi rendah berada pada presentase 30,2%, untuk kategorisasi tinggi berada
116
pada presentase 69,7%. Sedangkan ayah dengan latar pendidikan Sarjana S1/S2 untuk
kategorisasi sangat rendah berada pada presentase 42,3%, untuk kategorisasi tinggi
berada pada presentase 57,6%. Sehingga di antara latar belakang pendidikan ayah
responden, ayah dengan latar pendidikan diploma memiliki persepsi status sosial
ekonomi paling tinggi dibandingkan ayah dengan latar pendidikan lainnya.
Jadi, berdasarkan nilai P-Value sebesar 0,450 di mana nilainya > 0,05. Maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan terkait latar belakang keluarga jika
dilihat dari pendidikan ayah. Sehingga tinggi rendahnya pendidikan ayah, tidak
mempengaruhi persepsi status sosial ekonomi keluarga.
117
E.8 Cross Tabulation Variabel Latar Belakang Keluarga Terhadap
Pendidikan Ibu
Tabel IV.E.8 Cross Tabulation Variabel Latar Belakang Keluarga (status sosial
ekonomi) Terhadap Pendidikan Ibu
Pendidikan
Ibu
Status Sosial
Ekonomi
Total P-
Value
Rendah Tinggi
SD 11
(50%)
11
(50%) 22
(100%)
0,462
SMP 22
(50%)
22
(50%) 44
(100%)
SMA/Sederajat 67
(41,6%)
94
(58,4%) 161
(100%)
Diploma 16
(32,6%)
33
(67,3%) 49
(100%)
Sarjana S1/S2 42
(44,7%)
52
(55,3%) 94
(100%)
Total 158
(42,7%)
212
(57,3%)
370
(100%)
Berdasarkan crosstab di atas dapat dilihat, ibu dengan latar pendidikan SD
untuk kategorisasi rendah berada pada presentase 50%, untuk kategorisasi tinggi
berada pada persentase 50%. Selanjutnya ibu dengan latar pendidikan SMP untuk
kategorisasi rendah berada pada presentase 50%, untuk kategorisasi tinggi berada
pada presentase 50%. Kemudian ibu dengan latar pendidikan SMA/Sederajat untuk
kategorisasi rendah berada pada presentase 41,6%, untuk kategorisasi tinggi berada
pada presentase 58,4%. Lalu ibu dengan latar pendidikan Diploma untuk kategorisasi
rendah berada pada presentase 32,6%, untuk kategorisasi tinggi berada pada
118
presentase 67,3%. Sedangkan ibu dengan latar pendidikan Sarjana S1/S2 untuk
kategorisasi rendah berada pada presentase 44,7%, selanjutnya untuk kategorisasi
tinggi berada pada presentase 55,3%. Sehingga di antara latar belakang pendidikan
ibu responden, ibu dengan latar pendidikan diploma memiliki persepsi status sosial
ekonomi paling tinggi dibandingkan ibu dengan latar pendidikan lainnya.
Jadi, berdasarkan nilai P-Value sebesar 0,462 di mana nilainya > 0,05. Maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan terkait latar belakang keluarga jika
dilihat dari pendidikan ibu. Sehingga tinggi rendahnya pendidikan yang dimiliki ibu,
tidak mempengaruhi status sosial ekonomi keluarga.
E.9 Cross Tabulation Variabel Latar Belakang Keluarga Terhadap
Pendapatan Ayah
Tabel IV.E.9 Cross Tabulation Variabel Latar Belakang Keluarga (status sosial
ekonomi) Terhadap Pendapatan Ayah
Pendapatan
Ayah
Status Sosial Ekonomi Total P-Value
Rendah Tinggi
< Rp2,5 jt 27
(41,2%)
37
(57,8%) 64
(100%)
0,558
Rp 2,5- Rp 5 jt 66
(44,3%)
83
(55,8%) 149
(100%)
Rp 5- Rp 10 jt 41
(41%)
59
(59%) 100
(100%)
>Rp 10 jt 24
(42,1%)
33
(57,9%) 57
(100%)
Total 158
(42,7%)
212
(57,3%)
370
(100%)
119
Berdasarkan crosstab di atas dapat dilihat, ayah dengan pendapatan kurang
dari Rp 2,5jt untuk kategorisasi rendah berada pada presentase 41,2%, untuk
kategorisasi tinggi berada pada presentase 57,8%. Selanjutnya, dengan ayah yang
memiliki pendapatan Rp 2,5 – Rp 5 jt untuk kategorisasi rendah berada pada
presentase 44,3%, untuk kategorisasi tinggi berada pada presentase 55,8%. Kemudian
ayah dengan pendapatan Rp 5 – Rp 10 jt untuk kategorisasi rendah berada pada
presentase 41%, untuk kategorisasi tinggi berada pada presentase 59%. Sedangkan
ayah dengan pendapatan lebih dari Rp 10jt untuk kategorisasi rendah berada pada
presentase 42,1%, untuk kategorisasi tinggi berada pada presentase 57,9%. Sehingga
di antara pendapatan yang dimiliki ayah responden, ayah dengan pendapatan Rp 5 –
Rp 10 jt memiliki persepsi status ekonomi paling tinggi di bandingkan ayah dengan
pendapatan lainnya.
Jadi, berdasarkan nilai P-Value sebesar 0,558 dimana nilainya > 0,05. Maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan terkait latar belakang keluarga jika
dilihat dari pendapatan ayah. Sehingga tinggi rendahnya pendapatan yang di dapat
ayah, tidak mempengaruhi persepsi status sosial ekonomi keluarga.
120
E.10 Cross Tabulation Variabel Latar Belakang Keluarga Terhadap
Pendapatan Ibu
Tabel IV.E.10 Cross Tabulation Variabel Latar Belakang Keluarga (status
sosial ekonomi) Terhadap Pendapatan Ibu
Pendapatan
Ibu
Status Sosial Ekonomi Total P-Value
Rendah Tinggi
< Rp2,5 jt 96
(41,4%)
136
(58,6%) 232
(100%)
0,392
Rp 2,5- Rp 5 jt 39
(43,8%)
50
(56,1%) 89
(100%)
Rp 5- Rp 10 jt 17
(45,9%)
20
(54%) 37
(100%)
>Rp 10 jt 6
(50%)
6
(50%) 12
(100%)
Total 158
(42,7%)
212
(57,3%)
370
(100%)
Berdasarkan crosstab di atas dapat dilihat, ibu dengan pendapatan kurang dari
Rp 2,5jt untuk kategorisasi rendah berada pada presentase 41,4%, untuk kategorisasi
tinggi berada pada presentase 58,6%. Selanjutnya, ibu yang memiliki pendapatan Rp
2,5 – Rp 5 jt untuk kategorisasi rendah berada pada presentase 43,8%, untuk
kategorisasi tinggi berada pada presentase 56,1%. Kemudian ibu dengan pendapatan
Rp 5 – Rp 10 jt untuk kategorisasi rendah berada pada presentase 45,9%, untuk
kategorisasi tinggi berada pada presentase 54%. Sedangkan ibu dengan pendapatan
lebih dari Rp 10jt untuk kategorisasi rendah berada pada presentase 50%, untuk
kategorisasi tinggi berada pada presentase 50%. Sehingga di antara pendapatan yang
121
dimiliki ibu responden, ibu dengan pendapatan < Rp 2,5jt memiliki persepsi status
ekonomi paling tinggi di bandingkan ibu dengan pendapatan lainnya.
Jadi, berdasarkan nilai P-Value sebesar 0,392 dimana nilainya > 0,05. Maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan terkait latar belakang keluarga jika
dilihat dari pendapatan ibu. Sehingga tinggi rendahnya pendapatan yang di dapat ibu,
tidak mempengaruhi status sosial ekonomi keluarga.
E.11 Cross Tabulation Variabel Latar Belakang Keluarga Terhadap Asal
Sekolah Responden
Tabel IV.E.11 Cross Tabulation Variabel Latar Belakang Keluarga (status
sosial ekonomi) Terhadap Asal Sekolah Responden
Asal Sekolah Status Sosial Ekonomi Total P-Value
Rendah Tinggi
SMA 125
(42,4%)
170
(57,7%)
295
(100%)
0,533 MA 25
(47,7%)
28
(52,9%)
53
(100%)
SMK 8
(36,4%)
14
(63,6%)
22
(100%)
Total 158
(42,7%)
212
(57,3%)
370
(100%)
Berdasarkan crosstab di atas dapat dilihat pada asal sekolah responden yang
berasal dari SMA untuk kategorisasi rendah berada pada presentase 42,4%, untuk
kategorisasi tinggi berada pada presentase 57,7%. Selanjutnya responden yang
berasal dari MA untuk kategorisasi rendah berada pada presentase 47,7%, untuk
122
kategorisasi tinggi berada pada presentase 52,9%. Sedangkan responden yang berasal
dari SMK untuk kategorisasi rendah berada pada presentase 36,4%, lalu untuk
kategorisasi tinggi berada pada presentase 63,6%. Sehingga di antara latar belakang
pendidikan responden, responden dengan latar pendidikan SMK memiliki persepsi
status sosial ekonomi paling tinggi dibandingkan responden yang berasal dari latar
pendidikan lainnya.
Jadi, berdasarkan nilai P-Value sebesar 0,533 dimana nilainya > 0,05. Maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan persepsi terkait latar belakang keluarga
jika dilihat dari asal sekolah responden. Sehingga dari sekolah manapun responden
berasal, tidak memiliki persepsi yang berbeda mengenai status sosial ekonomi
keluarga.
123
E.12 Cross Tabulation Variabel Sosialisasi Politik Terhadap Fakultas
Tabel IV.E.12 Cross Tabulation Variabel Sosialisasi Politik (komunikasi)
Terhadap Fakultas
Fakultas Komunikasi Total P-
Value Rendah Tinggi
FEB 38
(41,3%)
54
(58,7%) 92
(100%)
0,672
FISIP 14
(28%)
36
(72%) 50
(100%)
FPSI 10
(34%)
24
(70,6%) 34
(100%)
FST 43
(37%)
73
(62,9%) 116
(100%)
FKIK 32
(41%)
46
(59%) 78
(100%)
Total 137
(37%)
233
(63%)
370
(100%)
Berdasarkan hasil crosstab di atas dapat dilihat pada Fakultas Ekonomi Bisnis
(FEB) kategorisasi rendah berada pada presentase 41,3%, untuk kategorisasi tinggi
berada pada presentase 58,7%. Lalu pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(FISIP) untuk kategorisasi rendah berada pada presentase 28%, untuk kategorisasi
tinggi berada pada presentase 72%. Selanjutnya pada Fakultas Psikologi (FPSI) untuk
kategorisasi rendah berada pada presentase 34%, kategorisasi tinggi berada pada
presentase 70,6%. Kemudian pada Fakultas Fakultas Sains dan Teknologi (FST)
untuk kategorisasi kategorisasi rendah berada pada presentase 37%, untuk
kategorisasi tinggi berada pada presentase 62,9%. Sedangkan pada Fakultas
124
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) untuk kategorisasi rendah berada pada
presentase 41%, untuk kategorisasi tinggi berada pada presentase 59%. Sehingga di
antara seluruh Fakultas sains dan sosial yang berada di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) memiliki tingkat komunikasi
dengan keluarga paling tinggi dibandingkan dengan Fakultas lainnya.
Jadi, berdasarkan nilai P-Value sebesar 0,672 di mana nilainya > 0,05. Maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan berarti terkait persepsi kounikasi jika
dilihat dari Fakultas - Fakultas. Sehingga antara satu Fakultas dengan Fakultas
lainnya tidak memiliki persepsi yang berbeda mengenai komunikasi dalam keluarga.
E.13 Cross Tabulation Variabel Sosialisasi Politik Terhadap Jenis Kelamin
Tabel IV.E.13 Cross Tabulation Variabel Sosialisasi Politik (komunikasi)
Terhadap Jenis Kelamin
Jenis
Kelamin
Komunikasi Total P-Value
Rendah Tinggi
Laki-Laki 60
(39%)
94
(61,1%) 154
(100%)
0,579 Perempuan 77
(35,6%)
139
(64,4%) 216
(100%)
Total 137
(37%)
233
(63%)
370
(100%)
Berdasarkan hasil crosstab di atas dapat di lihat pada responden berjenis
kelamin laki-laki untuk kategorisasi rendah berada pada presentase 39%, untuk
kategorisasi tinggi berada pada presentase 61,1%. Sedangkan pada responden berjenis
125
kelamin perempuan untuk kategorisasi rendah berada pada presentase 35,6%,
kemudian untuk kategorisasi tinggi berada pada presentase 64,4%. Sehingga di antara
responden laki-laki dan perempuan, responden perempuan memiliki tingkat
komunikasi dengan keluarga paling tinggi dibandingkan dengan responden yang
berjenis kelamin laki-laki.
Jadi, berdasarkan nilai P-Value sebesar 0,579 di mana nilainya > 0,05. Maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan terkait persepsi komunikasi dalam
keluarga jika dilihat dari jenis kelamin responden. Sehingga di antara responden laki-
laki maupun perempuan tidak tidak memiliki persepsi yang berbeda mengenai
komunikasi dalam keluarga.
126
E.14 Tabel IV.J.13 Cross Tabulation Variabel Sosialisasi Politik Terhadap
Pendidikan Ayah
IV.E.14 Cross Tabulation Variabel Sosialisasi Politik (komunikasi) Terhadap
Pendidikan Ayah
Pendidikan
Ayah
Komunikasi Total P-
Value Rendah Tinggi
SD 9
(45%)
11
(55%) 20
(100%)
0,427
SMP 6
(40%)
9
(60%) 15
(100%)
SMA/Sederajat 49
(34,7%)
92
(65,3%) 141
(100%)
Diploma 11
(25,6%)
32
(74,4%) 43
(100%)
Sarjana S1/S2 62
(41,1%)
89
(58,9%) 151
(100%)
Total 137
(37%)
233
(63%)
370
(100%)
Berdasarkan crosstab di atas dapat dilihat, ayah dengan latar pendidikan SD
untuk kategorisasi rendah berada pada presentase 45%, untuk kategorisasi tinggi
berada pada persentase 55%. Selanjutnya ayah dengan latar pendidikan SMP untuk
kategorisasi rendah berada pada presentase 40%, untuk kategorisasi tinggi berada
pada presentase 60%. Kemudian ayah dengan latar pendidikan SMA/Sederajat untuk
kategorisasi rendah berada pada presentase 34,7%, untuk kategorisasi tinggi berada
pada presentase 65,3%. Lalu ayah dengan latar pendidikan Diploma untuk
kategorisasi rendah berada pada presentase 25,6%, untuk kategorisasi tinggi berada
127
pada presentase 74,4%. Sedangkan ayah dengan latar pendidikan Sarjana S1/S2 untuk
kategorisasi sangat rendah berada pada presentase 41,1%, untuk kategorisasi tinggi
berada pada presentase 58,9%. Sehingga di antara latar belakang pendidikan ayah
responden, ayah dengan latar pendidikan diploma memiliki tingkat komunikasi paling
tinggi dibandingkan ayah dengan latar pendidikan lainnya.
Jadi, berdasarkan nilai P-Value sebesar 0,427 di mana nilainya > 0,05. Maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan terkait persepsi komunikasi dalam
keluarga jika dilihat dari pendidikan ayah. Sehingga tinggi rendahnya pendidikan
ayah, tidak mempengaruhi komunikasi dalam keluarga.
E.15 Cross Tabulation Variabel Sosialisasi Politik Terhadap Pendidikan Ibu
Tabel IV.E.15 Cross Tabulation Variabel Sosialisasi Politik (komunikasi)
Terhadap Pendidikan Ibu
Pendidikan
Ibu
Komunikasi Total P-
Value Rendah Tinggi
SD 10
(45,5%)
12
(54,6%) 22
(100%)
0,412
SMP 17
(38,6%)
27
(61,4%) 44
(100%)
SMA/Sederajat 52
(32,3%)
109
(67,7%) 161
(100%)
Diploma 22
(44,9%)
27
(55,1%) 49
(100%)
Sarjana S1/S2 36
(38,3%)
58
(61,7%) 94
(100%)
Total 137
(37%)
233
(63%)
370
(100%)
128
Berdasarkan crosstab di atas dapat dilihat, ibu dengan latar pendidikan SD
untuk kategorisasi rendah berada pada presentase 45,5%, untuk kategorisasi tinggi
berada pada persentase 54,6%. Selanjutnya ibu dengan latar pendidikan SMP untuk
kategorisasi rendah berada pada presentase 38,6%, untuk kategorisasi tinggi berada
pada presentase 61,4%. Kemudian ibu dengan latar pendidikan SMA/Sederajat untuk
kategorisasi rendah berada pada presentase 32,3%, untuk kategorisasi tinggi berada
pada presentase 67,7%. Lalu ibu dengan latar pendidikan Diploma untuk kategorisasi
rendah berada pada presentase 44,9%, untuk kategorisasi tinggi berada pada
presentase 55,1%. Sedangkan ibu dengan latar pendidikan Sarjana S1/S2 untuk
kategorisasi rendah berada pada presentase 38,3%, selanjutnya untuk kategorisasi
tinggi berada pada presentase 61,7%. Sehingga di antara latar belakang pendidikan
ibu responden, ibu dengan latar pendidikan SMA/Sederajat memiliki tingkat
komunikasi paling tinggi dibandingkan ibu dengan latar pendidikan lainnya.
Jadi, berdasarkan nilai P-Value sebesar 0,412 di mana nilainya > 0,05. Maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan terkait persepsi komunikasi dalam
keluarga jika dilihat dari pendidikan ibu. Sehingga tinggi rendahnya pendidikan yang
dimiliki ibu, tidak mempengaruhi komunikasi dalam keluarga.
129
E.16 Cross Tabulation Variabel Sosialisasi Politik Terhadap Pendapatan
Ayah
Tabel IV.E.16 Cross Tabulation Variabel Sosialisasi Politik (komunikasi)
Terhadap Pendapatan Ayah
Pendapatan
Ayah
Komunikasi Total P-Value
Rendah Tinggi
< Rp2,5 jt 22
(34,3%)
42
(65,6%) 64
(100%)
0,993
Rp 2,5- Rp 5 jt 54
(36,2%)
95
(63,7%) 149
(100%)
Rp 5- Rp 10 jt 37
(37%)
63
(63%) 100
(100%)
>Rp 10 jt 24
(42,1%)
33
(57,9%) 57
(100%)
Total 137
(37%)
233
(63%)
370
(100%)
Berdasarkan crosstab di atas dapat dilihat, ayah dengan pendapatan kurang
dari Rp 2,5jt untuk kategorisasi rendah berada pada presentase 34,3%, untuk
kategorisasi tinggi berada pada presentase 65,6%. Selanjutnya, dengan ayah yang
memiliki pendapatan Rp 2,5 – Rp 5 jt untuk kategorisasi rendah berada pada
presentase 36,2%, untuk kategorisasi tinggi berada pada presentase 63,7%. Kemudian
ayah dengan pendapatan Rp 5 – Rp 10 jt untuk kategorisasi rendah berada pada
presentase 37%, untuk kategorisasi tinggi berada pada presentase 63%. Sedangkan
ayah dengan pendapatan lebih dari Rp 10jt untuk kategorisasi rendah berada pada
presentase 42,1%, untuk kategorisasi tinggi berada pada presentase 57,9%. Sehingga
130
di antara pendapatan yang dimiliki ayah responden, ayah dengan pendapatan < Rp
2,5jt memiliki tingkat komunikasi paling tinggi di bandingkan ayah dengan
pendapatan lainnya.
Jadi, berdasarkan nilai P-Value sebesar 0,993 dimana nilainya > 0,05. Maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan terkait persepsi komunikasi dalam
keluarga jika dilihat dari pendapatan ayah. Sehingga tinggi rendahnya tingkat
pendapatan yang di dapat ayah, tidak mempengaruhi komunikasi dalam keluarga.
E.17 Cross Tabulation Variabel Sosialisasi Politik Terhadap Pendapatan Ibu
Tabel IV.E.17 Cross Tabulation Variabel Sosialisasi Politik (komunikasi)
Terhadap Pendapatan Ibu
Pendapatan
Ibu
Komunikasi Total P-Value
Rendah Tinggi
< Rp2,5 jt 87
(37,5%)
145
(62,5%) 232
(100%)
0,453
Rp 2,5- Rp 5 jt 33
(37,1%)
56
(62,9%) 89
(100%)
Rp 5- Rp 10 jt 12
(32,4%)
25
(67,6%) 137
(100%)
>Rp 10 jt 5
(41,6%)
7
(58,3%) 12
(100%)
Total 137
(37%)
233
(63%)
370
(100%)
Berdasarkan crosstab di atas dapat dilihat, ibu dengan pendapatan kurang dari
Rp 2,5jt untuk kategorisasi rendah berada pada presentase 37,5%, untuk kategorisasi
tinggi berada pada presentase 62,5%. Selanjutnya, ibu yang memiliki pendapatan Rp
131
2,5 – Rp 5 jt untuk kategorisasi rendah berada pada presentase 37,1%, untuk
kategorisasi tinggi berada pada presentase 62,9%. Kemudian ibu dengan pendapatan
Rp 5 – Rp 10 jt untuk kategorisasi rendah berada pada presentase 32,4%, untuk
kategorisasi tinggi berada pada presentase 67,6%. Sedangkan ibu dengan pendapatan
lebih dari Rp 10jt untuk kategorisasi rendah berada pada presentase 41,6%, untuk
kategorisasi tinggi berada pada presentase 58,3%. Sehingga di antara pendapatan
yang dimiliki ibu responden, ibu dengan pendapatan Rp 5 – Rp 10jt memiliki tingkat
komunikasi paling tinggi di bandingkan ibu dengan pendapatan lainnya.
Jadi, berdasarkan nilai P-Value sebesar 0,453 dimana nilainya > 0,05. Maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan terkait komunikasi dalam keluarga jika
dilihat dari pendapatan ibu. Sehingga tinggi rendahnya tingkat pendapatan yang di
dapat ibu, tidak mempengaruhi komunikasi dalam keluarga.
132
E.18 Cross Tabulation Variabel Sosialisasi Politik Terhadap Asal Sekolah
Responden
Tabel IV.E.18 Cross Tabulation Variabel Sosialisasi Politik (komunikasi)
Terhadap Asal Sekolah Responden
Asal Sekolah Komunikasi Total P-Value
Rendah Tinggi
SMA 103
(34,9%)
192
(65,1%) 295
(100%)
0,118
MA 26
(49%)
27
(50,9%) 53
(100%)
SMK 8
(8,3%)
14
(63,6%) 22
(100%)
Total 137
(37%)
233
(63%)
370
(100%)
Berdasarkan crosstab di atas dapat dilihat pada asal sekolah responden yang
berasal dari SMA untuk kategorisasi rendah berada pada presentase 34,9%, untuk
kategorisasi tinggi berada pada presentase 65,1%. Selanjutnya responden yang
berasal dari MA untuk kategorisasi rendah berada pada presentase 49%, untuk
kategorisasi tinggi berada pada presentase 50,9%. Sedangkan responden yang berasal
dari SMK untuk kategorisasi rendah berada pada presentase 8,3%, lalu untuk
kategorisasi tinggi berada pada presentase 63,6%. Sehingga di antara latar belakang
pendidikan responden, responden dengan latar pendidikan SMA memiliki tingkat
komunikasi paling tinggi dibandingkan responden yang berasal dari latar pendidikan
lainnya.
133
Jadi, berdasarkan nilai P-Value sebesar 0,118 dimana nilainya > 0,05. Maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan terkait komunikasi dalam keluarga jika
dilihat dari asal sekolah responden. Sehingga dari sekolah manapun responden
berasal, tidak memiliki perbedaan persepsi komunikasi dalam keluarga.
E.19 Cross Tabulation Perilaku Politik Terhadap Fakultas
Tabel IV.E.19 Cross Tabulation Perilaku Politik Terhadap Fakultas
Fakultas Status Sosial Ekonomi Total P-
Value Rendah Tinggi
FEB 42
(45,7%)
50
(54,4%) 92
(100%)
0,061
FISIP 16
(32%)
34
(68%) 50
(100%)
FPSI 10
(29,4%)
24
(70,6%) 34
(100%)
FST 39
(33,6%)
77
(66,4%) 116
(100%)
FKIK 30
(38,5%)
48
(61,5%) 78
(100%)
Total 137
(37%)
233
(63%)
370
(100%)
Berdasarkan hasil crosstab di atas dapat dilihat pada Fakultas Ekonomi Bisnis
(FEB) kategorisasi rendah berada pada presentase 45,7%, untuk kategorisasi tinggi
berada pada presentase 54,4%. Lalu pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
(FISIP) untuk kategorisasi rendah berada pada presentase 32%, untuk kategorisasi
tinggi berada pada presentase 68%. Selanjutnya pada Fakultas Psikologi (FPSI) untuk
kategorisasi rendah berada pada presentase 29,4%, kategorisasi tinggi berada pada
134
presentase 70,6%. Kemudian pada Fakultas Sains dan Teknologi (FST) untuk
kategorisasi kategorisasi rendah berada pada presentase 33,6%, untuk kategorisasi
tinggi berada pada presentase 66,4%. Sedangkan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (FKIK) untuk kategorisasi rendah berada pada presentase 38,5%, untuk
kategorisasi tinggi berada pada presentase 61,5%. Sehingga di antara seluruh Fakultas
sains dan sosial yang berada di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Psikologi
(FPSI) memiliki perilaku politik paling tinggi dibandingkan dengan Fakultas lainnya.
Jadi, berdasarkan nilai P-Value sebesar 0,061 di mana nilainya > 0,05. Maka
dapat disimpulan bahwa tidak ada perbedaan berarti terkait persepsi perilaku politik
jika dilihat dari Fakultas - Fakultas. Sehingga antara satu Fakultas dengan Fakultas
lainnya tidak memiliki perbedaan perilaku politik.
E.20 Cross Tabulation Perilaku Politik Terhadap Jenis Kelamin
Tabel IV.E.20 Cross Tabulation Perilaku Politik Terhadap Jenis Kelamin
Jenis
Kelamin
Perilaku Politik Total P-Value
Rendah Tinggi
Laki-Laki 55
(35,7%)
99
(64,3%) 154
(100%)
0,861 Perempuan 82
(38%)
134
(62,1%) 216
(100%)
Total 137
(37%)
233
(63%)
370
(100%)
Berdasarkan hasil crosstab di atas dapat di lihat pada responden berjenis
kelamin laki-laki untuk kategorisasi rendah berada pada presentase 35,7%, untuk
135
kategorisasi tinggi berada pada presentase 64,3%. Sedangkan pada responden berjenis
kelamin perempuan untuk kategorisasi rendah berada pada presentase 38%, kemudian
untuk kategorisasi tinggi berada pada presentase 62,1%. Sehingga di antara
responden laki-laki dan perempuan, responden laki-laki memiliki perilaku politik
paling tinggi dibandingkan dengan responden yang berjenis kelamin perempuan.
Jadi, berdasarkan nilai P-Value sebesar 0,861 di mana nilainya > 0,05. Maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan berarti terkait persepsi perilaku politik
jika dilihat dari jenis kelamin responden. Sehingga baik responden laki-laki atau pun
perempuan tidak memiliki perbeedaan persepsi mengenai perilaku politik.
E.21 Cross Tabulation Perilaku Politik Terhadap Pendidikan Ayah
Tabel IV.E.21 Cross Tabulation Perilaku Politik Terhadap Pendidikan Ayah
Pendidikan
Ayah
Komunikasi Total P-
Value Rendah Tinggi
SD 7
(35%)
13
(65%) 20
(100%)
0,584
SMP 7
(46,7%)
8
(53,3%) 15
(100%)
SMA/Sederajat 55
(39%)
86
(61%) 141
(100%)
Diploma 8
(18,6%)
35
(81,4%) 43
(100%)
Sarjana S1/S2 60
(39,7%)
91
(59,5%) 151
(100%)
Total 137
(37%)
233
(63%)
370
(100%)
136
Berdasarkan crosstab di atas dapat dilihat, ayah dengan latar pendidikan SD
untuk kategorisasi rendah berada pada presentase 35%, untuk kategorisasi tinggi
berada pada persentase 65%. Selanjutnya ayah dengan latar pendidikan SMP untuk
kategorisasi rendah berada pada presentase 46,7%, untuk kategorisasi tinggi berada
pada presentase 53,3%. Kemudian ayah dengan latar pendidikan SMA/Sederajat
untuk kategorisasi rendah berada pada presentase 39%, untuk kategorisasi tinggi
berada pada presentase 61%. Lalu ayah dengan latar pendidikan Diploma untuk
kategorisasi rendah berada pada presentase 18,6%, untuk kategorisasi tinggi berada
pada presentase 81,4%. Sedangkan ayah dengan latar pendidikan Sarjana S1/S2 untuk
kategorisasi sangat rendah berada pada presentase 39,7%, untuk kategorisasi tinggi
berada pada presentase 59,5%. Sehingga di antara latar belakang pendidikan ayah
responden, ayah dengan latar pendidikan diploma memiliki perilaku politik paling
tinggi dibandingkan ayah dengan latar pendidikan lainnya.
Jadi, berdasarkan nilai P-Value sebesar 0,584 di mana nilainya > 0,05. Maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan terkait persepsi perilaku politik jika
dilihat dari pendidikan ayah. Sehingga tinggi rendahnya pendidikan ayah, tidak
mempengaruhi perilaku politik responden.
137
E.22 Cross Tabulation Perilaku Politik Terhadap Pendidikan Ibu
Tabel IV.E.22 Cross Tabulation Perilaku Politik Terhadap Pendidikan Ibu
Pendidikan
Ibu
Komunikasi Total P-
Value Rendah Tinggi
SD 9
(40,9%)
13
(59%) 22
(100%)
0,771
SMP 17
(38,7%)
17
(38,7%) 44
(100%)
SMA/Sederajat 56
(34,8%)
105
(64,9%) 161
(100%)
Diploma 17
(34,7%)
32
(65,3%) 49
(100%)
Sarjana S1/S2 38
(40,4%)
56
(59,5%) 94
(100%)
Total 137
(37%)
233
(63%)
370
(100%)
Berdasarkan crosstab di atas dapat dilihat, ayah dengan latar pendidikan SD
untuk kategorisasi rendah berada pada presentase 40,9%, untuk kategorisasi tinggi
berada pada persentase 59%. Selanjutnya ayah dengan latar pendidikan SMP untuk
kategorisasi rendah berada pada presentase 38,7%, untuk kategorisasi tinggi berada
pada presentase 38,7%. Kemudian ayah dengan latar pendidikan SMA/Sederajat
untuk kategorisasi rendah berada pada presentase 34,8%, untuk kategorisasi tinggi
berada pada presentase 64,9%. Lalu ayah dengan latar pendidikan Diploma untuk
kategorisasi rendah berada pada presentase 34,7%, untuk kategorisasi tinggi berada
pada presentase 65,3%. Sedangkan ayah dengan latar pendidikan Sarjana S1/S2 untuk
kategorisasi sangat rendah berada pada presentase 40,4%, untuk kategorisasi tinggi
138
berada pada presentase 59,5%. Sehingga di antara latar belakang pendidikan ibu
responden, ibu dengan latar pendidikan diploma memiliki perilaku politik paling
tinggi dibandingkan ibu dengan latar pendidikan lainnya.
Jadi, berdasarkan nilai P-Value sebesar 0,771 di mana nilainya > 0,05. Maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan terkait persepsi perilaku politik jika
dilihat dari pendidikan ibu. Sehingga tinggi rendahnya pendidikan yang dimiliki ibu,
tidak mempengaruhi perilaku politik responden.
E.23 Cross Tabulation Perilaku Politik Terhadap Pendapatan Ayah
Tabel IV.E.23 Cross Tabulation Perilaku Politik Terhadap Pendapatan Ayah
Pendapatan
Ayah
Perilaku Politik Total P-Value
Rendah Tinggi
< Rp2,5 jt 23
(35,9%)
41
(64%) 64
(100%)
0,363
Rp 2,5- Rp 5 jt 56
(37,6%)
93
(62,4%) 149
(100%)
Rp 5- Rp 10 jt 38
(38%)
62
(62%) 100
(100%)
>Rp 10 jt 20
(35,1%)
37
(64,9%) 94
(100%)
Total 137
(37%)
233
(63%)
370
(100%)
Berdasarkan crosstab di atas dapat dilihat, ayah dengan pendapatan kurang
dari Rp 2,5jt untuk kategorisasi rendah berada pada presentase 35,9%, untuk
kategorisasi tinggi berada pada presentase 64%. Selanjutnya, dengan ayah yang
memiliki pendapatan Rp 2,5 – Rp 5 jt untuk kategorisasi rendah berada pada
139
presentase 37,6%, untuk kategorisasi tinggi berada pada presentase 62,4%. Kemudian
ayah dengan pendapatan Rp 5 – Rp 10 jt untuk kategorisasi rendah berada pada
presentase 38%, untuk kategorisasi tinggi berada pada presentase 62%. Sedangkan
ayah dengan pendapatan lebih dari Rp 10jt untuk kategorisasi rendah berada pada
presentase 35,1%, untuk kategorisasi tinggi berada pada presentase 64,9%. Sehingga
di antara pendapatan yang dimiliki ayah responden, ayah dengan pendapatan > Rp
10jt memiliki perilaku politik paling tinggi di bandingkan ayah dengan pendapatan
lainnya.
Jadi, berdasarkan nilai P-Value sebesar 0,363 di mana nilainya > 0,05. Maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan terkait persepsi perilaku politik jika
dilihat dari pendidikan ibu. Sehingga tinggi rendahnya pendidikan yang dimiliki ibu,
tidak mempengaruhi perilaku politik responden.
140
E.24 Cross Tabulation Perilaku Politik Terhadap Pendapatan Ibu
Tabel IV.E.24 Cross Tabulation Perilaku Politik Terhadap Pendapatan Ibu
Pendapatan
Ibu
Perilaku Politik Total P-Value
Rendah Tinggi
< Rp2,5 jt 85
(36,6%)
147
(63,3%) 232
(100%)
0,950
Rp 2,5- Rp 5 jt 34
(38,2%)
55
(61,8%) 89
(100%)
Rp 5- Rp 10 jt 13
(35,1%)
24
(64,9%) 37
(100%)
>Rp 10 jt 5
(41,7%)
7
(58,3%) 12
(100%)
Total 137
(37%)
233
(63%)
370
(100%)
Berdasarkan crosstab di atas dapat dilihat, ayah dengan pendapatan kurang
dari Rp 2,5jt untuk kategorisasi rendah berada pada presentase 36,6%, untuk
kategorisasi tinggi berada pada presentase 63,3%. Selanjutnya, dengan ayah yang
memiliki pendapatan Rp 2,5 – Rp 5 jt untuk kategorisasi rendah berada pada
presentase 38,2%, untuk kategorisasi tinggi berada pada presentase 61,8%. Kemudian
ayah dengan pendapatan Rp 5 – Rp 10 jt untuk kategorisasi rendah berada pada
presentase 35,1%, untuk kategorisasi tinggi berada pada presentase 64,9%.
Sedangkan ayah dengan pendapatan lebih dari Rp 10jt untuk kategorisasi rendah
berada pada presentase 41,7%, untuk kategorisasi tinggi berada pada presentase
64,9%. Sehingga di antara pendapatan yang dimiliki ayah responden, ayah dengan
141
pendapatan Rp 5 – Rp 10jt memiliki perilaku politik paling tinggi di bandingkan ayah
dengan pendapatan lainnya.
Jadi, berdasarkan nilai P-Value sebesar 0,363 di mana nilainya > 0,05. Maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan terkait persepsi perilaku politik jika
dilihat dari pendidikan ibu. Sehingga tinggi rendahnya pendidikan yang dimiliki ibu,
tidak mempengaruhi perilaku politik responden.
E.25 Cross Tabulation Perilaku Politik Terhadap Asal Sekolah Responden
Tabel IV.E.25 Cross Tabulation Perilaku Politik Terhadap Asal Sekolah
Responden
Asal Sekolah Perilaku Politik Total P-Value
Rendah Tinggi
SMA 103
(34,9%)
192
(65,1%) 295
(100%)
0,253
MA 26
(49%)
27
(50,9%) 53
(100%)
SMK 8
(36,3%)
14
(63,6%) 22
(100%)
Total 137
(37%)
233
(63%)
370
(100%)
Berdasarkan crosstab di atas dapat dilihat pada asal sekolah responden yang
berasal dari SMA untuk kategorisasi rendah berada pada presentase 34,9%, untuk
kategorisasi tinggi berada pada presentase 65,1%. Selanjutnya responden yang
berasal dari MA untuk kategorisasi rendah berada pada presentase 49%, untuk
kategorisasi tinggi berada pada presentase 50,9%. Sedangkan responden yang berasal
142
dari SMK untuk kategorisasi rendah berada pada presentase 36,3%, lalu untuk
kategorisasi tinggi berada pada presentase 63,6%. Sehingga di antara latar belakang
pendidikan responden, responden dengan latar pendidikan SMA perilaku politik
paling tinggi dibandingkan responden yang berasal dari latar pendidikan lainnya.
Jadi, berdasarkan nilai P-Value sebesar 0,253 dimana nilainya > 0,05. Maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan terkait persepsi perilaku politik jika
dilihat dari asal sekolah responden. Sehingga dari sekolah manapun responden
berasal, tidak memiliki persepsi perilaku politik yang berbeda.
E.26 Cross Tabulation Variabel Perilaku Politik Terhadap Variabel Latar
Belakang Keluarga
Tabel IV.E.26 Cross Tabulation Variabel Perilaku Politik Terhadap Variabel
Latar Belakang Keluarga
Latar
Belakang
Keluarga
Perilaku Politik Total P-Value
Rendah Tinggi
Sangat Rendah 36
(100%)
0
(0%) 36
(100%)
0,000
Rendah 75
(61,5%)
47
(38,5%) 122
(100%)
Tinggi 26
(14,7%)
151
(85,3% 177
(100%)
Sangat Tinggi 0
(0%)
35
(100%) 35
(100%)
Total 137
(37%)
233
(63%)
370
(100%)
143
Berdasarkan crosstab di atas, dapat dilihat tingkatan sangat rendah pada
variabel latar belakang keluarga terhadap perilaku politik untuk kategorisasi rendah
berada pada presentase 100%, lalu untuk kategorisasi tinggi berada pada presentase
0%. Kemudian pada tingkatan rendah untuk kategorisasi rendah berada pada
presentase 61,5%, lalu untuk kategorisasi tinggi berada pada presentase 38,5%.
Selanjutnya pada tingkatan tinggi untuk kategorisasi rendah berada pada presentase
14,7%, untuk kategorisasi tinggi berada pada presentase 85,3%. Lalu pada tingkatan
sangat tinggi untuk kategorisasi rendah berada pada presentase 0%, untuk
kategorisasi tinggi berada pada presentase 100%.
Jadi, berdasarkan nilai P-Value sebesar 0,000 dimana nilainya < 0,05. Maka
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan terkait variabel perilaku politik jika dilihat
dari variabel latar belakang keluarga.
144
E.27 Cross Tabulation Variabel Perilaku Politik Terhadap Variabel
Sosialisasi Politik
Tabel IV.E .27 Cross Tabulation Variabel Perilaku Politik Terhadap Variabel
Sosialisasi Politik
Sosialisasi
Politik
Perilaku Politik Total P-Value
Rendah Tinggi
Sangat Rendah 17
(100%)
0
(0%) 17
(100%)
0,000
Rendah 94
(78,3%)
26
(21,6%) 120
(100%)
Tinggi 25
(15,2%)
140
(84,9%) 165
(100%)
Sangat Tinggi 1
(1,5%)
67
(98,5%) 68
(100%)
Total 137
(37%)
233
(63%)
370
(100%)
Berdasarkan crosstab di atas, dapat dilihat tingkatan sangat rendah pada
variabel sosialisasi politik terhadap perilaku politik untuk kategorisasi rendah berada
pada presentase 100%, lalu untuk kategorisasi tinggi berada pada presentase 0%.
Kemudian pada tingkatan rendah untuk kategorisasi rendah berada pada presentase
78,3%, lalu untuk kategorisasi tinggi berada pada presentase 21,6%. Selanjutnya pada
tingkatan tinggi untuk kategorisasi rendah berada pada presentase 15,2%, untuk
kategorisasi tinggi berada pada presentase 84,9%. Lalu pada tingkatan sangat tinggi
untuk kategorisasi rendah berada pada presentase 1,5%, untuk kategorisasi tinggi
berada pada presentase 98,5%.
145
Jadi, berdasarkan nilai P-Value sebesar 0,000 dimana nilainya < 0,05. Maka
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan terkait variabel perilaku politik jika dilihat
dari variabel sosialisasi politik.
F. Hasil Estimasi Parameter dan Path Diagram
Di bawah ini merupakan path diagram Structural Equation Models (SEM)
beserta parameter hasil estimasi dengan metode penaksiran Partial Least Square
yang menggambarkan hubungan antara indikator dengan variabel latennya, serta
pengaruh variabel laten eksogen Latar Belakang Keluarga dan Sosialisasi Politik
terhadap variabel laten endogen perilaku politik.
Berikut ini merupakan gambaran path diagram dari hasil estimasi parameter
yang belum valid:
Gambar IV.F.1. Path Diagram Hasil Estimasi Parameter
146
Gambar IV.F.2. Path Diagram Hasil Estimasi Parameter
G. Evaluasi Kesesuaian Outer Model
Evaluasi outer model dilakukan untuk melihat apakah variabel observasi
sudah dengan tepat konstuknya. Pengujian model pengukuran meliputi uji validitas
dan uji reliabilitas. Untuk menguji validitas, dilakukan dengan menggunakan uji
Convergen Validity dengan melihat nilai loading factor dan statistik hitung t. Berikut
ini adalah tabel yang menunjukkan nilai muatan faktor standar (standardized loading
factor) dan statistik hitung t untuk model pengukuran tingkat pertama untuk setiap
variabel laten.
147
Tabel IV.G.1 Pengujian Validitas Outer Model Variabel Latar Belakang
Keluarga
(Dimensi Status Sosial Ekonomi)
Dimensi
Status Sosial
Loading Factor t hitung Keterangan
XLB 1 0,691 11,810 Valid
XLB 2 0,709 14,319 Valid
XLB3 0,563 5,213 Valid
XLB 4 0,397 2,862 Valid
XLB 5 0,750 14,852 Valid
XLB 6 0,739 14,391 Valid
XLB 7 0,684 9,841 Valid
Untuk pengujian validitas dengan model pengukuran outer model, ketujuh
indikator yang berada pada dimensi status sosial ekonomi semuanya dinyatakan
valid. Karena nilai standardized loading factor > 0,05 dan nilai kritis (t hitung >
1,96). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketujuh indikator di atas dapat mengukur
variabel laten latar belakang keluarga dengan baik.
Tabel IV.G.2 Pengujian Validitas Outer Model Variabel Sosialisasi Politik
(Dimensi Komunikasi)
Dimensi
Komunikasi
Loading Factor t hitung Keterangan
XSP 8 0,840 20,727 Valid
XSP 9 0,872 30,183 Valid
XSP 10 0,860 27,273 Valid
XSP 11 0,799 15,369 Valid
148
Kemudian untuk pengujian validitas dengan model pengukuran outer model
keempat indikator yang berada pada variabel sosialisasi politik semuanya dinyatakan
valid. Karena nilai standardized loading factor > 0,05 dan nilai kritis (t hitung >
1,96). Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketujuh indikator di atas dapat mengukur
variabel laten latar belakang keluarga dengan baik.
Tabel IV.G.3 Pengujian Validitas Outer Model Variabel Perilaku Politik
(Dimensi Pendekatan Sosiologis)
Dimensi
Pendekatan
Sosiologis
Loading Factor
t hitung
Keterangan
YPS 1 0,383 0,831 Tidak Valid
YPS 2 0,677 2,176 Valid
YPS 3 0,600 1,486 Tidak Valid
YPS 4 0,755 1,905 Tidak Valid
YPS 5 0,708 3,637 Valid
YPS 6 0,505 1,415 Tidak Valid
Untuk pengujian validitas dengan model pengukuran outer model, dari enam
indikator yang berada dalam dimensi pendekatan sosiologis terdapat empat indikator
yang dinyatakan tidak valid dan dua lainnya dinyatakan valid. Karena nilai
standardized loading factor > 0,05 dan nilai kritis (t hitung > 1,96). Sehingga dapat di
simpulan bahwa, dari keenam indikator di atas hanya dua indikator yang dapat
mengukur variabel laten Perilaku politik dengan baik.
149
Tabel IV.G.4 Pengujian Validitas Outer Model Variabel Perilaku Politik
(Dimensi Pendekatan Psikologis)
Dimensi
Pendekatan
Psikologis
Loading Factor
t hhitung
Keterangan
YPP 7 0,586 3,362 Valid
YPP 8 0,438 1,596 Tidak Valid
YPP 9 0,648 3,615 Valid
YPP 10 0,327 1,232 Tidak Valid
YPP 11 0,653 3,678 Valid
YPP 12 0,597 3,590 Valid
Untuk pengujian validitas dengan model pengukuran outer model, dari enam
indikator yang berada dalam dimensi pendekatan psikologis terdapat dua indikator
yang dinyatakan tidak valid dan empat lainnya dinyatakan valid. Karena nilai
standardized loading factor > 0,05 dan nilai kritis (t hitung > 1,96). Sehingga dapat di
simpulan bahwa, dari keenam indikator di atas hanya empat indikator yang dapat
mengukur variabel laten Perilaku politik dengan baik.
Tabel IV.G.5 Pengujian Validitas Outer Model Variabel Perilaku Politik
(Dimensi Pendekatan Pilihan Rasional)
Dimensi
Pendekatan
Pilihan Rasional
Loading Factor
t hitung
Keterangan
YPR 13 0,664 3,497 Valid
YPR 14 0,795 3,015 Valid
YPR 15 0,885 3,195 Valid
YPR 16 0,615 2,779 Valid
150
Untuk pengujian validitas dengan model pengukuran outer model, keempat
indikator yang berada di dalam dimensi pendekatan pilihan rasioal semuanya
dinyatakan valid. Karena nilai standardized loading factor > 0,05 dan nilai kritis (t
hitung > 1,96). Sehingga dapat disimpulkan bahwa keempat indikator di atas dapat
mengukur variabel laten perilaku politik dengan baik.
Tabel IV.G.6 Pengujian Validitas Outer Model Variabel Perilaku Politik
(Dimensi Partisipasi Politik)
Dimensi
Partisipasi Politik
Loading Factor t hitung Keterangan
YPO 17 0,680 2,182 Valid
YPO 18 0,408 1,213 Tidak Valid
YPO 19 0,645 2,030 Valid
YPO 20 0,739 2,858 Valid
YPO 21 0,481 1,775 Tidak Valid
Untuk pengujian validitas dengan model pengukuran outer model, dari lima
ndikator yang berada dalam dimensi partisipasi politik terdapat dua indikator yang
dinyatakan tidak valid dan tiga ainnya dinyatakan valid. Karena nilai standardized
loading factor > 0,05 dan nilai kritis (t hitung > 1,96). Sehingga dapat di simpulan
bahwa, dari kelima indikator di atas hanya tiga indikator yang dapat mengukur
variabel laten Perilaku politik dengan baik.
151
H. Hasil Estimasi Parameter dan Path Diagram Valid
Di bawah ini adalah bentuk path diagram structural equation model (SEM)
beserta hasil estimasi parameter yang sudah valid.
Gambar IV.H.3. Path Diagram Valid Hasil Estimasi Parameter
152
Gambar IV.H.4. Path Diagram Valid Hasil Estimasi Paramete
I. Hasil Evaluasi Kesesuaian Outer Model
Setelah melakukan evaluasi kesesuaian outer model dengan menggunakan uji
convergen validity dengan melihat nilai loading factor dan nilai statistik hitung t.
Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan hasil dari nilai standardized loading
factor dan statistik hitung t untuk setiap variabel laten yang sudah valid.
153
Tabel IV.I.1 Hasil Validitas Outer Model
Dimensi Loading
Factor
t hitung Keterangan
Status Sosial Ekonomi
XLB1 0,691 11,281 Valid
XLB2 0,709 12,309 Valid
XLB3 0,563 5,721 Valid
XLB4 0,397 2,926 Valid
XLB5 0,750 15,194 Valid
XLB6 0,739 14,315 Valid
XLB7 0,684 9,203 Valid
Komunikasi
XSP8 0,840 21,949 Valid
XSP9 0,872 28,394 Valid
XSP10 0,860 29,089 Valid
XSP11 0,799 16,825 Valid
Pendekatan Sosiologis
YPS2 0,690 3,358 Valid
YPS5 0,875 10,745 Valid
Pendekatan Psikologis
YPP7 0,575 4,540 Valid
YPP9 0,712 7,696 Valid
YPP11 0,671 6,048 Valid
YPP12 0,610 4,875 Valid
Pendekataan Pilihan
Rasional
YPR13 0,659 7,892 Valid
YPR14 0,797 14,674 Valid
YPR15 0,887 35,924 Valid
YPR16 0,617 5,333 Valid
Partisipasi Politik
YPO17 0,742 4,371 Valid
YPO19 0,739 3,721 Valid
YPO20 0,804 7,001 Valid
Tabel di atas menunjukkan bahwa seluruh muatan faktor standar
(Standardized loading factor) pada model pengukuran outer model mempunyai
154
validitas yang baik. Hal ini berdasarkan kriteria validitas (t hitung > 1,96) dan nilai
standardized loading factor > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel-
variabel observasi (indikator) pada model pengukuran outer model dapat mengukur
masing-masing variabel laten Latar Belakang Keluarga, Sosialisasi Politik dan
Perilaku Politik dengan baik.
Tabel IV.I.2 Pengujian Reliabilitas Outer Model Variabel Latar Belakang
Keluarga
Dimensi Composite
Reliability (CR)
Discriminant
Validity (AVE)
Keterangan
Status Sosial
Ekonomi
0,831 0,4330 Tidak Baik
Berdasarkan pengujian reliabilitas outer model di atas, nilai Construct
Reliability dari variabel latar belakang keluarga melebihi batas ambangnya yaitu 0,7
sedangkan nilai Variance Extracted berada di bawah ambang batasnya yaitu 0,5. Hal
ini mengindikasikan bahwa tingkat reliabilitas pada pengukuran tingkat pertama
untuk konstruk latar belakang keluarga ini adalah rendah. sehingga dapat dikatakan
bahwa indikator pada konstruk latar belakang keluarga tidak cukup konsisten untuk
mengukur konstruknya.
Tabel IV.I.3 Pengujian Reliabilitas Outer Model Variabel Sosialisasi Politik
Dimensi Composite
Reliability (CR)
Discriminant
Validity (AVE)
Keterangan
Komunikasi 0,9077 0,7111 Baik (fit)
155
Berdasarkan pengujian reliabilitas outer model di atas, semua ini nilai
Construct Reliability dari variabel laten sosialisasi politik melebihi batas ambangnya
yaitu 0,7 dan nilai Variance Extracted melebihi ambang batas, yaitu 0,5. Hal ini
mengindikasikan bahwa tingkat reliabilitas pada pengukuran tingkat pertama pada
konstruk sosialisasi politik adalah tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa indikator-
indikator pada setiap konstruk cukup konsisten untuk mengukur konstruknya.
Tabel IV.I.4 Pengujian Reliabilitas Outer Model Variabel Perilaku Politik
Dimensi Composite
Reliability (CR)
Discriminant
Validity (AVE)
Keterangan
Pendekatan Sosiologis 0,7640 0,6214 Baik (fit)
Pendekatan Psikologis 0,7381 0,4150 Tidak Baik
Pendekatan Pilihan
Rasional
0,8323 0,5588 Baik (fit)
Partisipasi Politik 0,8061 0,5812 Baik (fit)
Berdasarkan pengujian reliabilitas outer model di atas, empat nilai Construct
Reliability dari variabel laten perilaku politik melebihi batas ambangnya yaitu 0,7
sedangkan untuk nilai Variance Extracted hanya terdapat tiga nilai melebihi ambang
batas, yaitu 0,5 dan satu nilai berada di bawah ambang batas. Hal ini
mengindikasikan bahwa tingkat reliabilitas pada pengukuran tingkat pertama pada
konstruk sosialisasi politik adalah belum cukup tinggi. Sehingga dapat dikatakan
bahwa indikator-indikator pada setiap konstruk tidak cukup konsisten untuk
mengukur konstruknya.
156
J. Analisis Outer Model Pada Variabel Latar Belakang Keluarga
Outer model diartikan sebagai model pengukuran antara variabel laten
eksogen latar belakang keluarga dengan masing-masing indikatornya. Hasil estimasi
parameter standardized loading factor (nilai bobot) untuk model pengukuran latar
belakang keluarga dari tujuh indikator dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel IV.J.1 Nilai Standardized Loading Indikator Terhadap Laten Latar
Belakang Keluarga
Dimensi Item Indikator Loading
Factor
Status Sosial
Ekonomi
(X1)
XLB 1 Keluarga aktif dalam kegiatan
masyarkat
0,691
XLB 2 Keluarga memiliki pengaruh di
masyarakat
0,709
XLB 3 Keluarga berkecukupan secara ekonomi 0,563
XLB 4 Keluarga berpendidikan tinggi 0,397
XLB 5 Keluarga penganut agama yang taat 0,750
XLB 6 Keluarga melaksanakan ibadah tepat
waktu
0,739
XLB 7 Keluarga menerapkan agama dalam
keseharian
0,684
Pada tabel di atas diperoleh informasi yang berkaitan dengan nilai bobot yang
diberikan oleh tujuh indikator terhadap variabel laten latar belakang keluarga, terlihat
ketujuh indikator memiliki nilai loading yang besar (di atas 0,05). Hal ini
mengindikasikan bahwa ketujuh indikator memberikan kontribusi yang baik dan
valid dalam mengukur variabel laten latar belakang keluarga.
157
Untuk variabel laten latar belakang keluarga terdapat indikator yang
berkontribusi paling besar adalah indikator XLB5 (keluarga penganut agama yang
taat) yaitu sebesar 0,750, sedangkan indikator yang memberikan kontribusi terkecil
dalam mengukur variabel latar belakang keluarga adalah XLB4 (keluarga
berpendidikan tinggi) yaitu sebesar 0,397.
Jika diakumulasikan, total kontribusi yang diberikan oleh tujuh indikator
dalam mengukur variabel latar belakang keluarga yaitu sebesar nilai AVE. Dari
perhitungan sebelumnya untuk variabel laten latar belakang keluarga diperoleh nilai
0,4330. Hal ini menunjukkan bahwa ketujuh indikator yang mengukul variabel latar
belakang keluarga dapat menjelaskan variabel tersebut sebesar 43,30%.
K. Analisis Outer Model Pada Variabel Sosialisasi Politik
Outer model diartikan sebagai model pengukuran antara variabel laten
eksogen sosialisasi politik dengan masing-masing indikatornya. Hasil estimasi
parameter standardized loading factor (nilai bobot) untuk model pengukuran
sosialisasi politik dari empat indikator dapat dilihat pada tabel berikut:
158
Tabel IV.K.1 Nilai Standardized Loading Indikator Terhadap Laten Sosialisasi
Politik
Dimensi Item Indikator Loading
Factor
Komunikasi
(X2)
XSP 8 Sarana pendidikan politik 0,840
XSP 9 Sumber informasi politik pertama 0,872
XSP 10 Pembentuk karakter berpolitik 0,860
XSP 11 Tempat berdiskusi masalah politik 0,799
Pada tabel di atas diperoleh informasi yang berkaitan dengan nilai bobot yang
diberikan oleh tujuh indikator terhadap variabel laten sosialisasi politik, terlihat
keempat indikator memiliki nilai loading yang besar (di atas 0,05). Hal ini
mengindikasikan bahwa keempat indnikator memberikan kontribusi yang baik dan
valid dalam mengukur variabel laten sosialisasi politik.
Untuk variabel laten sosialisasi politik terdapat indikator yang berkontribusi
paling besar adalah indikator XSP9 (Sumber informasi politik pertama) yaitu sebesar
0,872, sedangkan indikator yang memberikan kontribusi terkecil dalam mengukur
variabel sosialisasi politik adalah XSP11 (Tempat berdiskusi masalah politik) yaitu
sebesar 0,799.
Jika diakumulasikan, total kontribusi yang diberikan oleh tujuh indikator
dalam mengukur variabel sosialisasi politik yaitu sebesar nilai AVE. Dari perhitungan
sebelumnya untuk variabel laten sosialisasi politik diperoleh nilai 0,7111. Hal ini
159
menunjukkan bahwa kempat indikator yang mengukul variabel sosialisasi politik
dapat menjelaskan variabel tersebut sebesar 71,11 %.
L. Analisis Outer Pada Variabel Perilaku Politik
Outer model diartikan sebagai model pengukuran antara variabel laten
eksogen perilaku politik dengan masing-masing indikatornya. Hasil estimasi
parameter standardized loading factor (nilai bobot) untuk model pengukuran perilaku
politik dari 13 indikator dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel IV.L.1 Nilai Standardized Loading IndikatTable 1or Terhadap Laten
Perilaku Politik
Dimensi Item Indikator Loading
Factor
Pendekatan
Sosiologis
YPS 2 Faktor agama 0,690
YPS 5 Faktor pendidikan 0,875
Pendekatan
Psikologi
YPP 7 Isu yang berkembang dalam
masyarakat
0,575
YPP 9 Karakter calon kandidat 0,712
YPP 11 Ideologi partai 0,671
YPP 12 Mengenal calon kandidat 0,610
Pendekatan Pilihan
Rasional
YPR 13 Kinerja partai 0,659
YPR 14 Hasil nyata kinerja calon kandidat 0,797
YPR 15 Kebijakan partai / calon kandidat 0,887
YPR 16 Perubahan kehidupan 0,617
Partisipasi Politik
YPO 17 Mengikuti kampanye 0,742
YPO 19 Menjadi panitia pemilu 0,739
YPO 20 Memiliki calon kandidat unggulan 0,804
160
Pada tabel di atas diperoleh informasi yang berkaitan dengan nilai bobot yang
diberikan oleh 13 indikator terhadap variabel laten perilaku politik, terlihat keempat
indikator memiliki nilai loading yang besar (di atas 0,05). Hal ini mengindikasikan
bahwa keempat indikator memberikan kontribusi yang baik dan valid dalam
mengukur variabel laten perilaku politik.
Untuk variabel laten perilaku politik terdapat indikator yang berkontribusi
paling besar adalah indikator YPR15 (kebijakan partai / calon kandidat) yaitu sebesar
0,887, sedangkan indikator yang memberikan kontribusi terkecil dalam mengukur
variabel latar belakang keluarga adalah YPP7 (isu yang berkembang dalam
masyarakat) yaitu sebesar 0,575.
Jika diakumulasikan, total kontribusi yang diberikan oleh 13 indikator dalam
mengukur variabel perilaku politik yaitu sebesar nilai AVE. Dari perhitungan
sebelumnya untuk variabel laten perilaku politik diperoleh nilai 0,2529. Hal ini
menunjukkan bahwa 13 indikator yang mengukur variabel perilaku politik dapat
menjelaskan variabel tersebut sebesar 25,29 %.
M. Evaluasi Kesesuaian Inner Model
Setelah melakukan evaluasi outer model (model pengukuran), langkah
selajutnya adalah melakukan evaluasi inner model (model struktural). Dari model
yang diajukan di mana terdapat dua variabel laten eksogen yaitu latar belakang
161
keluarga dan sosialisasi politik yang dapat memberikan memberikan dampak pada
perilaku politik mahasiswa.
Evaluasi kesesuaian inner model atau kesleuruhan model dapat diukur dengan
menggunakan Q-Square predictive relevance. Berikut akan ditampilkan nilai R-
Square dari masing-masing dimensi:
Tabel IV.M.1 Pengujian Inner Model
Variabel Laten Endogen R-Square (R²)
Perilaku Politik 0,2035
Maka Nilai Q-Square adalah:
Q² = 1 – (1 - R²)
Q² = 1 – (1 – 0,2035)
Q² = 0,2035
Dari hasil di atas diperoleh nilai Q² lebih besar dari pada nol (0) yaitu sebesar
0,2035. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kecocokan inner model /
keseluruha model adalah baik dan memiliki predictive relevance.
N. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian dilakukan untuk menyelidiki pengaruh antara
pengaruh variabel laten eksogen terhadap variabel laten endogen, sehingga dapat
162
diketahui sejauh mana variabel laten eksogen mempengaruhi variabel laten endogen.
Berikut merupakan rekapitulasi pengujian hipotesis hasil pengolahan data:
Tabel IV.N.1 Ringkasan dan Pengujian Koefisien Jalur
No. Hipotesis
Penelitian
Hipotesis Loading
Factor
t
hitung
Keputusan Kesimpulan
1. Pengaruh Latar
Belakang
Keluarga
terhadap
Perilaku Politik
Ho : X1
= 0
H1 : X1
< 0
X1=0,254
2,742
Ho Ditolak
Memiliki
pengaruh
secara
signifikan
2. Pengaruh
Sosialisasi
Politik
Terhadap
Perilaku Politik
Ho : X2
= 0
H1 : X2
< 0
X2=0,284
2,851
Ho Ditolak
Memiliki
pengaruh
secara
signifikan
Berdasarkan tabel pengolahan data di atas diperoleh kesimpulan bahwa kedua
variabel eksogen yaitu latar belakang keluarga dan sosialisasi politik memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel endogen yaitu perilaku politik. hal ini
terlihat dari hasil t hitung dari kedua variabel eksogen yaitu X1= 2,742 dan X2=
2,851 yang lebih besar dari t tabel (1,96) sehingga Ho ditolak dan memberiikan
kesimpulan bahwa variabel laten eksogen memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap perubahan variabel endogen.
Pada variabel latar belakang keluarga memiliki nilai loading factor sebesar
0,254 kemudian tanda positif pada nilai tersebut menunjukkan bahwa terdapat
hubugan yang saling berkaitan antara latar belakang keluarga dengan perilaku politik.
163
Artinya semakin tinggi status sosial ekonomi keluarga mahasiswa maka semakin
tinggi juga tingkat perilaku politiknya. Begitu juga pada variabel sosialisasi politik
yang memiliki nilai loading factor 0,284 tanda positif pada nilai tersebut
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang saling berkaitan antara sosialisasi politi
dengan perilaku politik. artinya semakin tinggi tingkat komunikasi keluarga dengan
mahasiswa, maka semkin tinggi juga tingkat perilaku politiknya.
Dari kedua nilai loading factor tersebut dapat terlihat bahwa bobot antara
variabel latar belakang keluarga dengan variabel sosialisasi politik, lebih tinggi nilai
yang dimiliki oleh variabel Sosialisasi Politik. Hal ini berarti variabel sosialisasi
politik memiliki peranan yang lebih besar dibandingkan dengan variabel latar
belakang keluarga, dalam mengukur perilaku politik mahasiswa.
O. Analisis Inner Model Pada Variabel Perilaku Politik
Dalam menganalisis model struktural (inner model), akan dilakukan
perhitungan pengaruh langsungdan tidak langsung yang diberikan oleh variabel
eksogen latar belakang keluarga dan sosialisasi politik terhadap variabel endogen
perilaku politik mahasiswa. berikut ini adalah diagram jalur yang diperoleh dari hasil
pengolahan data:
164
Gambar IV.O.5. Diagram Jalur Model Struktural (Inner Model)
0,203
0,254
0,4074
0,284
Di bawah ini adalah perhitungan pengaruh langsung dan tidak langsung dari
setiap variabel eksogen terhadap variabel endogen.
Tabel IV.O.1 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Variabel Latar
Belakang Keluarga (X1) Terhadap Perilaku Politik (Y)
Pengaruh Latar Belakang Keluarga (X1) Terhadap Perilaku Sosial (Y)
Variabel Perhitungan Bobot %
Langsung Latar
Belakang
Keluarga
(X1)
(0,254)*(0,254)
0,0645
6,45 %
Tidak
Langsung
Melalui
Sosialisasi
Politik
(X2)
(0,254)(0,4074)(0,284)
0,0293
2,93 %
Total Pengaruh Latar Belakang Keluarga (X1)
Terhadap Perilaku Sosial (Y)
0,0938 9,38 %
Perilaku
Politik
(Y)
Sosialisasi
Politik
(X2)
Latar
Belakang
Keluarga
(X1)
165
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pengaruh langsung variabel latar
belakang keluarga (X1) terhadap perilaku politik (Y) adalah sebesar 0,0645 atau 6,45
%, sedangkan pengaruh tidak langsung pengaruh latar belakang keluarga (X1)
terhadap perilaku politik (Y) melalui sosialisasi politik (X2) adalah sebesar 0,0293
atau 2,93 %. Sehingga total pengaruh yang diberikan variabel latar belakang keluarga
(X1) terhadap perilaku politik (Y) adalah 0,0938 atau 9,38 %.
Tabel IV.O.2 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Variabel Sosialisasi
Politik (X2) Terhadap Perilaku Politik (Y)
Pengaruh Sosialisasi Politik (X2) Terhadap Perilaku Sosial (Y)
Variabel Perhitungan Bobot %
Langsung Sosialisasi
Politik
(X2)
(0,284)*(0,284)
0,0806
8,06 %
Tidak
Langsung
Melalui
Latar
Belakang
Keluarga
(X1)
(0,284)(0,4074)(0,254)
0,0293
2,93 %
Total Pengaruh Sosialisasi Politik (X1) Terhadap
Perilaku Politik (Y)
0,1099 10,99 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pengaruh langsung variabel
sosialisasi politik (X2) terhadap perilaku politik (Y) adalah sebesar 0,0806 atau 8,06
%, sedangkan pengaruh tidak langsung pengaruh sosialisasi politik (X2) terhadap
perilaku politik (Y) melalui latar belakang keluarga (X1) adalah sebesar 0,0293 atau
2,93 %. Sehingga total pengaruh yang diberikan variabel sosialisasi politik (X2)
terhadap perilaku politik melalui latar belakang keluarga (X1) adalah 0,1099 atau
166
10,99 %. Sehingga total pengaruh yang diberikan variabel sosialisasi politik (X2)
terhadap perilaku politik (Y) adalah 0,1099 atau 10,99 %.
Tabel IV.O.3 Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Variabel Latar
Belakang Keluarga (X1) dan Sosialisasi Politik (X2) Terhadap Perilaku
Politik(Y)
No. Variabel Pengaruh Bobot Presentase Total %
1. Latar Belakang
Keluarga
Langsung 0,0645 6,45 %
9,38 % Tidak
Langsung
0,0293 2,93 %
2. Sosialisasi Politik Langsung 0,0806 8,06 %
10,99 % Tidak
Langsung
0,0293 2,93 %
Total Pengaruh Terhadap Y 0,2037 20,37 %
Dari hasil perhitungan diperoleh total yang diterima oleh variabel perilaku
politik (Y) adalah sebesar 0,2037 atau 20,37%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan
menggunakan model yang didapatkan di mana variabel eksogen yaitu latar belakang
keluarga (X1) dan sosialisasi politik (X2) memiliki pengaruh terhadap perubahan
variabel perilaku politik (Y) sebesar 20,37%, dengan rincian variabel latar belakang
keluarga memberikan kontribusi sebesar 9,38 % dan variabel sosialisasi politik
memberikan kontribusi sebesar 10,99%. Sedangkan sisanya (100% - 20,93% =
79,07%) adalah kemungkinan terdapat aspek-aspek lain yang memiliki pengaruh
terhadap perubahan variabel perilaku politik mahasiswa.
167
P. Analisis Data
Sebelum peneliti menjabarkan hasil dari analisis pemodelan structural
equation models (SEM) dengan partial least square (PLS), terlebih dahulu peneliti
akan memaparkan hasil dari uji tabulasi silang (cross tabulation) di mana didapatkan
hasil sebagai berikut:
Untuk variabel latar belakang keluarga terhadap Fakultas, tidak ada perbedaan
terkait persepsi status sosial ekonomi keluarga jika dilihat dari Fakultas yang dipilih
oleh responden. Sehingga antara satu Fakultas dan Fakultas lainnya tidak memiliki
perbedaan persepsi mengenai status sosial ekonomi keluarga.
Kemudian untuk variabel latar belakang keluarga terhadap jenis kelamin,
tidak ada perbedaan terkait persepsi status sosial ekonomi keluarga jika dilihat dari
jenis kelamin responden. Sehingga antara responden laki-laki ataupun perempuan
memiliki persepsi yang sama mengenai status sosial ekonomi keluarga.
Selanjutnya untuk variabel latar belakang keluarga terhadap pendidikan ayah,
tidak ada hubungan terkait persepsi status sosial ekonomi keluarga jika dilihat dari
pendidikan ayah. Sehingga tinggi atau rendahnya pendidikan ayah, tidak
mempengaruhi status sosial ekonomi keluarga. Sedangkan untuk variabel latar
belakang keluarga terhadap pendidikan ibu, juga tidak ada hubungan terkait persepsi
status sosial ekonomi keluarga. sehingga tinggi atau pun rendahnya pendidikan ibu,
tidak mempengaruhi status sosial ekonomi keluarga.
168
Kemudian untuk variabel latar belakang keluarga terhadap pendapatan ayah,
tidak ada hubungan terkait persepsi status sosial ekonomi keluarga jika dilihat dari
pendapatan yang diperoleh ayah. Sehingga tinggi atau rendahnya pendapatan yang
diterima ayah, tidak mempengaruhi status sosial ekonomi keluarga. Sedangkan untuk
variabel latar belakang keluarga terhadap pendapatan ibu, tidak ada hubungan terkait
persepsi status sosial ekonomi keluarga jika di lihat dari pendapatan ibu. Sehingga
tinggi-rendahnya pendapatan yang diperoleh ibu tidak mempengaruhi status sosial
ekonomi keluarga.
Lalu untuk variabel latar belakang keluarga terhadap asal sekolah responden,
tidak ada perbedaan terkait persepsi status sosial ekonomi keluarga jika dilihat dari
asal sekolah responden. Sehingga dari sekolah manapun responden berasal, mereka
memiliki persepsi yang sama mengenai komunikasi dalam politik.
Kemudian untuk variabel sosialisasi politik terhadap Fakultas, tidak ada
perbedaan terkait persepsi komunikasi dalam keluarga jika dilihat dari Fakultas-
Fakultas. Sehingga antara satu Fakultas dan Fakultas lainnya memiliki persepsi yang
sama mengenai komunikasi dalam keluarga.
Selanjutnya untuk variabel sosialisasi politik terhadap jenis kelamin, tidak ada
perbedaan terkait persepsi komunikasi dalam keluarga jika di lihat dari jenis kelamin.
Sehingga baik laki-laki atau perempuan, memiliki persepsi yang sama mengenai
komunikasi dalam keluarga.
169
Lalu untuk variabel sosialisasi politik terhadap pendidikan ayah, tidak ada
hubungan terkait persepsi komunikasi dalam keluarga jika dilihat dari pendidikan
yang dimiliki ayah. Sehingga tinggi-rendahnya pendidikan yang dimiliki ayah, tidak
mempengaruhi komunikasi dalam keluarga. sedangkan untuk variabel sosialisasi
politik terhadap pendidikan ibu, tidak ada hubungan terkait persepsi komunikasi
dalam keluarga jika dilihat dari latar pendidikan ibu. Sehingga tinggi-rendahnya
pedidikan yang dimiliki ayah, tidak mempengaruhi komunikasi dalam keluarga.
Kemudian untuk variabel sosialisasi politik terhadap pendapatan ayah, tidak
ada ubungan terkait persepsi komunikasi dalam keluarga jika dilihat dari pendapatan
yang diperoleh ayah. Sehingga tinggi-rendahnya pendapatan yang diterima ayah,
tidak mempengaruhi komunikasi dalam keluarga. sedangkan untuk variabel
sosialisasi politik terhadap pendapatan ibu, tidak ada hubungan terkait persepsi
komunikasi dalam keluarga jika dilihat dari pendapatan yang diperoleh ibu. Sehingga
tinggi-rendahnya pendapatan yang diterima ibu, tidak mempengaruhi komunikasi
dalam keluarga.
Sedangkan untuk variabel sosialisasi politik terhadap asal sekolah responden,
tidak ada perbedaan terkait persepsi komunikasi dalam keluarga jika dilihat dari asal
sekolah responden. Sehingga dari manapun responden berasal, mereka memiliki
persepsi yang sama mengenai komunikasi dalam keluarga.
170
Selanjutnya untuk variabel perilaku politik terhadap Fakultas, tidak ada
perbedaan terkait persepsi perilaku politik jika dilihat dari Fakultas-Fakultas.
Sehingga setiap Fakultas memiliki persepsi yang sama mengenai perilaku politik.
Kemudian untuk variabel perilaku politik terhadap jenis kelamin, tidak ada
perbedaan terkait persepsi perilaku politik jika dilihat dari jenis kelamin. Sehingga
antara laki-laki dan perempuan memiliki persepsi perilaku politik yang sama.
Lalu untuk variabel perilaku politik terhadap pendidikan ayah, tidak ada
hubungan terkait persepsi perilaku politik jika dilihat dari latar pendidikan yang
dimiliki ayah. Sehingga tinggi atau rendahnya pendidikan yang dimiliki ayah, tidak
mempengaruhi persepsi perilaku politik responden. Begitu juga dengan variabel
perilaku politik terhadap pendidikan ibu, tidak ada hubungan yang terkait persepsi
perilaku politik jika dilihat dari latar pendidikan yang dimiliki ibu. Sehingga tinggi
atau rendahnya pendidikan yang dimiliki ibu, tidak mempengaruhi persepsi perilaku
politik responden.
Selanjutnya untuk variabel perilaku politik terhadap pendapatan ayah, tidak
ada hubungan yang terkait persepsi perilaku politik jika dilihat dari pendapatan yang
diperoleh ayah. Sehingga tinggi-rendahnya pendapatan yang di dapat ayah, tidak
mempengaruhi persepsi perilaku politik responden. Sedangkan untuk variabel
perilaku politik terhadap pendapatan ibu, tidak ada hubungan yang terkait persepsi
perilaku politik jika dilihat dari pendapatan yang diterima ibu. Sehingga tinggi-
171
rendahnya pendapatan yang diperoleh ibu, tidak mempengaruhi persepsi perilaku
politik responden.
Kemudian untuk variabel perilaku politik terhadap asal sekolah responden,
tidak ada perbedaan terkait persepsi perilaku politik jika dilihat dari Asal sekolah
responden. Sehingga dari sekolah manapun responden berasal, mereka memiliki
persepsi yang sama mengenai persepsi perilaku politik.
Lalu untuk hasil crosstab antara variabel perilaku politik terhadap variabel
latar belakang keluarga, terdapat hubungan terkait variabel perilaku politik jika dilihat
dari variabel latar belakang keluarga. begitu juga antara variabel perilaku politik
terhadap variabel soisalisasi politik, dimana terdapat hubungan terkait variabel
perilaku politik jika dilihat dari variabel sosialisasi politik.
Selanjutnya, untuk hasil kolerasi antara variabel latar belakang keluarga (X1)
dan variabel perilaku politik (Y) adalah sebesar 0,254. Artinya semakin tinggi status
sosial ekonomi keluarga, maka semakin tinggi juga tingkat perilaku politiknya.
Begitu juga dengan korelasi antara variabel sosialisasi politik (X2) dan variabel
perilaku politik (Y) juga sebesar 0,284. Artinya semakin tinggi komunikasi yang
terjadi dalam keluarga, maka semakin tinggi juga tingkat perilaku politiknya.
Kemudian untuk nilai (t hitung) variabel latar belakang keluarga (X1) adalah sebesar
2,742 dan untuk variabel sosialisasi politik (X2) adalah sebesar 2,851 yang di mana
hasil keduanya > 1,96. Sehingga dapat disimpulkan bahwa X1 dan X2 memiliki
172
pengaruh yang signifikan terhadap variabel perilaku politik (Y). Lalu dari hasil
perhitungan total yang diterima variabel perilaku politik (Y) adalah sebesar 0,2037
atau 20,37%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model analisis jalur
yang didapatkan di mana variabel eksogen yaitu latar belakang keluarga (X1) dan
sosialisasi politik (X2) memiliki pengaruh terhadap perubahan variabel perilaku
politik (Y) sebesar 20,37%, dengan rincian variabel latar belakang keluarga 9,38%
dan variabel sosialisasi politik sebesar 10,99%. Sedangkan sisanya 79,07% adalah
kemungkinan terdapat aspek-aspek lain yang memiliki pengaruh terhadap perubahan
variabel perilaku politik mahasiswa.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Indar
Melani Mahaiswi Universitas Hasanuddin Makassar Jurusan Ilmu Politik
Pemerintahan, “Perilaku Pemilih Pemula Di Kecamatan Duampanua Pada
Pemilukada Kabupaten Pinrang Tahun 2013.”1 Dalam penelitian ini dikatakan bahwa
faktor terbesar yang mempengaruhi pemilih pemula dalam memilih adalah keluarga
dan orang tua, karena bagi mereka keluarga terutama orang tua merupakan sosok
yang paling dapat dipercaya. Sehingga menjadikan para pemilih pemula memiliki
prefensi pilihan politik yang sama dengan keluarga dan orang tuanya.
Lalu yang kedua hasil dari penelitian ini pun sesuai dengan penelitian yang
sebelumnya telah dilakukan oleh Iim Soimah selaku mahasiswi Universitas Negeri
1 Indar Melani, “Perilaku Pemilih Pemula Di Kecamatan Duampanua Pada Pemilukada
Kabupaten Pinrang Tahun 2013.” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Hassanuddin Makassar, 2014),h. 93.
173
Semarang Jurusan Ilmu Politik dan Kewarganegaraan, “Peran Keluarga Sebagai
Agen Sosialisasi Politik Terhadap Orientasi Politik Pemilih Pemula Dalam Pemilihan
Gubernur Jawa Barat Di Kabupaten Indramayu.”2 Dalam penelitian ini dikatakan
bahwa, sebagai bagian dari agen sosialisasi politik. keluarga memiliki peran yang
besar dalam memberikan informasi, pengetahuan, kesadaran serta motivasi kepada
pemilih pemula, sehingga hal tersebut menjadikan keluarga sebagai faktor yang
paling mempengaruhi orientasi politik dan tentunya perilaku dari pemilih pemula itu
sendiri.
Kemudian yang ketiga hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang
ditulis oleh Dewi Angriani mengenai Politik Kekerabatan. Dikatakannya bahwa
keluarga dan politik dalam kebudaayaan universal dikelompokkan dalam organisasi
sosial, sehingga antara keluarga dan politik memiliki relasi yang cukup untuk saling
mempengaruhi.3
2 Iim Soimah, “Peran Keluarga Sebagai Agen Sosialisasi Politik Terhadap Orientasi Politik
Pemilih Pemula Pada Pemilihan Gubernur Jawa Barat Di Kecamatan Indramayu.” (Skripsi S1 Fakultas
Ilmu Politik Universitas Negeri Semarang, 2013), h. 76. 3 Dewi Anggriani, “Politik Kekerabatan,” [artikel online]; tersedia di
http://www.portalgaruda.org; Internet; diunduh Pada 11 Desember 2017 pukul: 22.51 WIB.
174
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukaan terhadap mahasiswa Fakultas
umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, maka dapat disimpulkan sebagai bahwa:
Secara parsial, ada perbedaan persepsi mengenai status sosial ekonomi dalam
variabel latar belakang keluarga jika di lihat dari Fakultas-Fakultas. Sehingga setiap
Fakultas memiliki persepsi mengenai status sosial ekonomi yang berbeda-beda.
Kemudian untuk variabel sosialisasi politik, tidak ditemukan perbedan persepsi
maupun hubungan yang mempengaruhi tingkat komunikasi dalam keluarga.
Sedangkan untuk variabel perilaku politik, ada perbedaan persepsi mengenai perilaku
politik jika di lihat dari asal sekolah responden. Sehingga setiap responden memiliki
persepsi perilaku politik yang berbeda-beda, sesuai dengan asal sekolahnya.
Selain itu analisis antara variabel latar belakang keluarga dengan variabel
perilaku politik, menunjukkan bahwa keduanya memiliki kolerasi yang tinggi dan
arah hubungan yang positif. Begitu juga antara variabel sosialisasi politik dengan
variabel perilaku politik, keduanya menunjukkan kolerasi yang tinggi dan arah
hubungan yang positif. Sementara itu untuk hasil perhitungan total yang diterima
variabel perilaku politik (Y) adalah sebesar 0,2037 atau 20,37%. Hal ini
menunjukkan bahwa dengan menggunakan model analisis jalur yang didapatkan di
175
mana variabel eksogen yaitu latar belakang keluarga (X1) dan sosialisasi politik (X2)
memiliki pengaruh terhadap perubahan variabel perilaku politik (Y) sebesar 20,37%,
dengan rincian variabel latar belakang keluarga 9,38% dan variabel sosialisasi politik
sebesar 10,99%. Sedangkan sisanya 79,07% adalah kemungkinan terdapat aspek-
aspek lain yang memiliki pengaruh terhadap perubahan variabel perilaku politik
mahasiswa.
B. Saran
Berdasarkan hasl penelitian yang dilakukan, peneliti mencoba memberikan
saran-saran untuk diperhatikan bagi pihak-pihak yang terkait. Adapun saran-saran
yang peneliti berikan adalah:
1. Masih kurangnya kesadaran yang dimiliki oleh keluarga khususnya orang tua,
dalam memberikan pendidikan politik sejak dini kepada individu. Sehingga
menyebabkan kesadaran politik yang dimiliki individu ketika beranjak dewasa
menjadi rendah, dan juga perilaku politik mereka akan lebih terpengaruhi oleh
pihak lain selain keluarga. Oleh sebab itu seringkali kita temui dalam sebuah
keluarga, setiap anggota memiliki pilihan politik yang berbeda. Karenanya
pendidikan politik sejak dini dalam keluarga menjadi satu tindakan penting,
agar kedepannya setiap individu memiliki kesadaran politik dan dapat
berpartisipasi dalam politik secara aktif.
xxii
DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
Almond, A. Gabriel, dan Sidney Verba. Budaya Politik. Jakarta: Bina Aksara, 1984.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta, 1998.
Azwar, Saifuddin. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2012.
Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2008.
Damsar. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.
Hartyanto. Sistem Politik: Suatu Pengantar. Yogyakarta: Liberty. 1982.
Husein, Umar. Metode Penelitian. Jakarta: Salemba Empat, 2005.
Haviland, Willliam A. Antropologi Jilid I. Jakarta: Erlangga, 1999.
Kantaprawira, Rusadi. Sistem Politik Indonesia, Suatu Model Pengantar. Bandung:
Sinar Baru Algensindo, 2006.
Maran, Rafael Raga. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001.
Mujani, Saiful, R. Willian Hiddle, dan Kuskrido Ambardi. Kuasa Rakyat: Analisa
Tentang Pemilihan Dalam Legislatif dan Presiden Indonsia Pasca Orde Baru.
Jakarta: Mizan Media Utama, 2012.
Mutz, Diana C. The oxford Hand Books Of Political Behavior. New York: Oxford
University Press, 2007.
Plano, Jack C, Robert E. Ring, dan Helena S Robin. Kamus Analisa Politik. Jakarta:
Rajawali Press, 1985.
Sastroatmodjo, Sudjiono. Perilaku Politik. Semarang: IKIP Press, 1995.
Sembiring, R.K. Analisis Regresi. Bandung: ITB, 1995.
Singarimbun, Masri, dan Sofian Efendi. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES,
2011.
xxiii
Siregar, Syofian. Statistik Parametik Untuk Penelitian Kunatitatif. Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2013.
Sudjiono, Anas. Pengantar Statistika Pendidikan. Jakarta: Grafindo, 2006.
Sunarto, Kamanto. Pengantar Sosiologi Edisi Ketiga. Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004.
Surbakti, Ramlan. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010.
Walpole, Ronald E. Pengantar Statistika. Jakarta: Gramedia, 1992.
JURNAL:
Agustino, Leo, dan Mohammad Agus Yusoff. “Pemilihan Umum dan Perilaku
Pemilih: Analisis Pemilihan Presiden 2009 di Indonesia.” Jurnal Kajian
Politik Dan Masalah Pembangunan Vol-5, 2009.
Aminudin, Suryana. “Perilaku Politik di Indonesia.” Jurnal Aspirasi Vol-1, Februari
2011.
Etikan, Ilker, Abubakar Musa, dan Rukayya Sanusi Alkassim. “Comparasion of
Convience Samplinig and Purposive Sampling.” American Journal Of
Theoritical And Applied Statistics Vol-5, Desember 2015.
Indrawati, Endang Sri. “Status Sosial Ekonomi Dan Intensitas Komunikasi Keluarga
Pada Ibu Rumah Tangga di Panggung Kidul Semarang Utara.” Jurnal
Psikologi Universitas Diponegoro Vol-14, April 2015.
Tyas, Fitri Sulistianing, dan Hermanto. “Peran Orang Tua Dalam Menanamkan
Kesadaran Politik Pada Anaknya Sebagai Pemilih Pemula Di Kelurahan
Tambakrejo Kecamatan Simokerto Surabaya.” Jurnal Kajian Moral Dan
Kewarganegaraan Vol-1, 2004.
Yustiningrum, RR Emilia, dan Wawan Ichwanuddin. “Partisipasi Politik dan Perilaku
Memilih Pada Pemilu 2014.” Jurnal Penelitian Politik, 25 Juni 2015.
Wahyu, Hasbi. “Keluarga Sebagai Basis Pendidikan Pertama Dan Utama.” Jurnal
Ilmiah Didaktika, Februari 2002.
xxiv
KARYA ILMIAH
Kasyidi, Muhammad Fariz. Pendidikan Keluarga Berbasis Tauhid. Skripsi S1
Fakultas Pendidikan Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Jakarta,
2013.
Kristensen, Niels Norgaard. Party Choice and Family Influence in The Age of
Modernity: Students’ Reflection on Sources of Politican Influence on Their
Party Choice as First Time Voters in a Norwegian Election. Papper, Alborg
University Denmark, 2016.
Ma’arif, Syamsul. Konsep Al-Qur’an Tentang Keluarga Bahagia. Skripsi S1 Fakultas
Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2010.
Marpaung, Fernando. Pengaruh pendidikan Terhadap Partisipasi Politik dalam
Pemilihan Walikota Studi Kelurahan Batu IX Kecamatan Tanjung Pinang
Timur RT 004/ RW 003 Tanjung Pinang. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Maritim Raja Haji Tanjung Pinang, 2016.
Melani, Indar. Perilaku Pemilih Pemula di Kecamatan Duampanua Pada
Pemilukada Kabupaten Pinrang Tahun 2013. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, Universitas Hassanudin Makassar, 2014.
Oktaviani, Disya. Pengaruh Orientasi Politik Terhadap Partisipasi Politik Studi
Terhadap Kecenderungan Pemilih Atas Joko Widodo – Jusuf Kalla di TPS 71
Kelurahan Pamulang Barat, Kecamatan Pamulan, Kota Tangerang Selatan.
Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.
Rubyanti, Rika. Pengaruh Popularitas Terhadap Pilihan Pemilih Pemula (Fenomena
Masuknya Artis dalam Politik) Studi Kasus: Mahasiswa Departemen Ilmu
Politik. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Sumatera Utara, 2009.
Shoimah, Iim. Peran Keluarga Sebagai Agen Sosialisasi Politik Terhadap Orientasi
Politik Pemilih Pemula dalam Pemilihan Gubernur Jawa Barat di Kabupaten
Indramayu. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang,
2013.
xxv
Yulianto, Yayan. Hubungan Antara Jenjang Pendidikan Orang Tua dan Motivasi
Belajar dengan Prestasi Belajar Sosiologi Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri
1 Surakarta T.A 2010/2011. Skripsi S1 Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Solo, 2011.
Zidni, Muhammad Ferdiansyah. Perilaku Pemilih (Dinamika Pilihan Rasional dalam
Kemenangan Jokowi-Basuki Pada Pemilihan Umum Gubernur DKI Jakarta.
Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
INTERNET
Azmi, Khairul. Perilaku Memilih Pemilih Pemula Msyarakat Kendal Pada Pemilihan
Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014. Artikel Online, tersedia di
https://media.neliti.com/media/publications/111809-ID-Perilaku-Pemilih-
Pemula-Masyarakat.Pdf; Internet; diunduh 17 Maret 2017 Pukul: 11.48 WIB.
Anggriani, Dewi. Politik Kekerabatan. Artikel Online, tersedia di
https://www.portalgaruda.org; Internet; diunduh pada 11 Desember 2017
Pukul: 22.51 WIB.
Budiaji, Weksi. Skala Pengukuran dan Jumlah Respon Skala Likert. Jurnal Ilmu
Pertanian dan Perikanan, Desember 2013 [Jurnal Online]; tersedia di
https://www.Budiaji.info/publications/skalalikert.pdf; Internet diunduh Pada
28 Maret 28 Maret Pukul: 15.18 WIB.
Burhanuddin, Afid. Populasi dan Sampel. Artikel Online, tersedia di
https://afidburhanuddin.files.wordpress.com; Internet diunduh pada 28 Maret
2017 Pukul: 14.23 WIB.
Kuntjojo. Metodologi Penelitian. Diktat Online, tersedia di
https://ebukunt.files.wordpress.com; Internet; diunduh pada 22 Maret 2017
Pukul: 12.07 WIB.
Kustituanto, Bambang, dan Rudy Badrudin. Diktat Statistika Deskriptif [Buku
Online] (Jakarta: Penerbit Gunadarma, 1994, diunduh pada 17 Januari 2018);
tersedia di https://ketinggalan.files.wordpress.com; Internet pada pukul: 15.39
WIB.
xxvi
Kuswandi, AOS, dan Ali Syaefa. Hubungan Sosialisasi Politik dan Budaya Politik
Politik Pelaku UKM di Kecamatan Mustika Jaya Kota Bekasi. Artikel Online,
tersedia di https://repository.unikom.ac.id/30667/1/pa-aos-ali.pdf; Internet;
diunduh pada 19 Februari Pukul: 16.40 WIB.
Matondang, Zulkifli. Validitas dan Reliabilitas Suatu Instrumen Penelitian. Jurnal
Tabularasa PPS UNIMED Vol-6, Juni 2009 [Jurnal Online]; tersedia di
https://digilib.unimed.ac.id; Internet; diunduh pada 19 Juli 2017 Pukul: 19.44
WIB.
Pantow, Roland. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Partisipasi
Politik Pemilih Pemula Pada Pemilu Legislatif 2014, Suatu Studi di Desa
Tempok Kecamatan Tompaso Kabupaten Minahasa. Artikel Online, tersedia
di https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jurnaleksekutif/article; Internet; diunduh
pada 6 Februari 2018 Pukul: 12.51 WIB.
Prajitno, Subagio Budi. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Artikel Online, tersedia di
https://www.komunikasi.uinsgd.ac.id; Internet diunduh pada 22 Desember
2016 Pukul: 17.41 WIB.
Puspitawati, Herien. Konsep dan Teori Keluarga. Karya Ilmiah Online, tersedia di
https://ikk.fema.IPB.ac.id/v2/images/karyailmiah/teori.pdf; Internet; diakses
pada 15 Maret 2017 Pukul: 10.45 WIB.
Sunarti, Euis. Fungsi dan Peran Keluarga. Artikel Online, tersedia di
https://euissunarti.staff.IPB.ac.id; Internet diunduh pada 15 Maret 2017
Pukul: 13.00 WIB.
Supardan, Dadan. Sejarah dan Prospek Demokrasi. Sosio Didaktita: Social Science
Journal Vol-2, 2015 [Jurnal Online]; tersedia di https://journal.uinjkt.ac.id;
Internet; diunduh pada 20 Februari 2010 Pukul: 13.15 WIB.
Tim Redaksi Berita UIN. online, diakses pada tanggal 21 maret 2018 dari
http://www.uinjkt.ac.id.
DATA RESPONDEN
Petunjuk Pengisian :
**Pilihlah pilihan yang sesuai dengan diri anda dengan memberikan tanda
silang (X) pada pilihan yang tersedia**
Jenis Kelamin : a. Laki – Laki b. Perempuan
FAKULTAS
a) FEB
b) FISIP
c) FST
d) FKIK
e) FPSI
Pendidikan Orang
Tua
Ayah
a) SD
b) SMP
c) SMA/Sederajat
d) Diploma
e) Sarjana S1 / S2
Ibu
a) SD
b) SMP
c) SMA / Sederajat
d) Diploma
e) Sarjana S1 / S2
Pekerjaan Orang Tua
Ayah
a) Belum / Tidak Bekerja
b) Karyawan Swasta
c) PNS / TNI / POLRI
d) Guru
e) Wiraswasta
f) Pensiunan
Ibu
a) Ibu Rumah Tangga
b) Karyawan Swasta
c) PNS / TNI / POLRI
d) Guru
e) Wiraswasta
f) Pensiunan
Pendapatan Orang
Tua
Ayah
a) Di bawah Rp 2,5 jt
b) Rp 2,5 jt – Rp 5 jt
c) Rp 5 jt – Rp 10 jt
d) Di atas Rp 10 jt
Ibu
a) Di bawah Rp 2,5 jt
b) Rp 2,5 jt – Rp 5 jt
c) Rp5 jt – Rp 10 jt
d) Di atas Rp 10 jt
Pendidikan Terakhir Responden
a) SMA
b) MA
c) SMK
SUKU ASAL RESPONDEN
a) Sunda
b) Jawa
c) Batak
d) Betawi
e) Madura
f) Bali
g) Minang
h) Lain-lain
Judul Skripsi :
PENGARUH KELUARGA TERHADAP PERILAKU POLITIK DILIHAT
DARI LATAR BELAKANG KELUARGA DAN SOSIALISASI POLITIK
DALAM KELUARGA (Studi Kepada Mahasiswa Fakultas Umum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta)
Petunjuk Pengisian :
Bacalah setiap pertanyaan dengan seksama.
Pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan diri anda dengan cara
memberikan tanda ceklis (√ ) pada jawaban yang tersedia.
Berikut adalah pilihan jawaban yang tersedia:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Kuesioner ini berisi tiga puluh dua (32) pertanyaan, tolong jawab pertanyaan
dengan sebenar-benarnya dan jangan sampai ada pertanyaan yang terlewatkan.
Terimakasih.
DAFTAR PERNYATAAN
Variabel Latar Belakang Keluarga
a. Status Sosial Ekonomi
NO.
Pernyataan
Pilihan Jawaban
SS S TS STS
1. Keluarga saya aktif dalam kegiatan
masyarakat
2. Keluarga saya termasuk keluarga
yang berpengaruh di masyarakat
3. Keluarga saya merupakan keluarga
yang berkecukupan secara ekonomi
4. Keluarga saya merupakan keluarga
dengan latar pendidikan tinggi
5. Keluarga saya merupakan penganut
agama yang taat
6. Keluarga saya selalu melaksanakan
ibadah tepat waktu
7. Keluarga saya selalu menerapkan
ajaran agama dalam kehidupan
seharii-hari
DAFTAR PERNYATAAN
Variabel Sosialisasi Politik
a. Keluarga
NO.
Pernyataan
Pilihan Jawaban
SS S TS STS
1. Keluarga merupakann sarana
pendidikan pilitik pertama saya
2. Keluarga merupakan sumber
informasi politik pertama saya
3. Keluarga memiliki peran dalam
membentuk karakter berpolitik saya
4. Keluarga merupakan tempat
berdiskusi paling baik dalam
membicarakan politik
DAFTAR PERNYATAAN
Variabel Perilaku Politik
a. Pendekatan Sosiologis
NO.
Pernyataan
Pilihan Jawaban
SS S TS STS
1. Saya memilih kare faktor suku calon
kandidat
2. Saya memilih karena faktor agama
yang dianut calon kandidat
3. Saya memilih karena faktor latar
belakang ekonomi calon kandidat
4. Saya memilih karena faktor pekerjaan
yang dimiliki calon kandidat
5. Saya memilih karena faktor latar
belakang pendidikan yang dimiliki
calon kandidat
6. Saya memilih karena faktor latar
belakang pendidikan yang dimiliki
calon kandidat
7. Saya memilih karena faktor jenis
kelamin calon kandidat
b. Pendekatan Psikologis
NO.
Pernyataan
Pilihan Jawaban
SS S TS STS
1. Saya memilih karena adanya isu yang
berkembang mengenai citra baik dari
calon kandidat
2. Saya memilih karena orang tua saya
merupakan partisipan dari partai
pengusung calon kandidat
3. Saya memilih karena menyukai
karakter calon kandidat
4. Saya memilih karena popularitas yang
dimiliki oleh calon kandidat
5. Saya memilih karena ideology dari
partai pengusung calon kandidat,
sesuai dengan pemahaman yang saya
anut
6. Saya memilih karena saya mengenal
calon kandidat
c. Pendekatan Pilihan Rasional
NO.
Pernyataan
Pilihan Jawaban
SS S TS STS
1. Saya memilih karena kinerja partai
asal calon kandidat
2. Saya memilih karena melihat hasil
nyata dari kinerja calon kandidat
yang memberikan kesejahteraan bagi
masyarakat
3. Saya memilih karena kebijakan yang
dibuat partai / calon kandidat dirasa
dapat memberikan keuntungan, baik
secara pribadi maupun kepada
masyarakat umum
4. Saya memilih karena merasa
kehidupan saya sudah berubah
menjadi lebih baik dari sebelumnya
d. Pendekatan Partisipasi Politik
NO.
Pernyataan
Pilihan Jawaban
SS S TS STS
1. Saya selalu ikut serta dalam kegiatan
kampanye
2. Saya ikut menyumbang dana untuk
kegiatan kampanye
3. Saya ikut andil menjadi panitia
pelaksana dalam kegiatan pemilu
4. Saya memiliki calon kandidat yang
diunggulkan
5. Saya menggunakan hak pilih saya
sebagai salah satu bentuk tanggung
jawab sebagai warga negara Indonesia
CROSS TABULATION
Chi-Square Tests Variabel Latar Belakang Keluarga Terhadap
Fakultas
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 22.549a 12 .032
Likelihood Ratio 20.456 12 .059
Linear-by-Linear Association 4.962 1 .026
N of Valid Cases 370
a. 4 cells (20.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 3.22.
Chi-Square Tests Variabel Latar Belakang Keluarga Terhadap Jenis
Kelamin
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square .916a 3 .822
Likelihood Ratio .908 3 .823
Linear-by-Linear Association .673 1 .412
N of Valid Cases 370
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 14.57.
Chi-Square Tests Variabel Latar Belakang Keluarga Terhadap
Pendidikan Ayah
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 5.799a 12 .926
Likelihood Ratio 5.923 12 .920
Linear-by-Linear Association .572 1 .450
N of Valid Cases 370
a. 7 cells (35.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1.42.
Chi-Square Tests Variabel Latar Belakang Keluarga Terhadap
Pendidikan Ibu
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 12.045a 12 .442
Likelihood Ratio 11.435 12 .492
Linear-by-Linear Association .542 1 .462
N of Valid Cases 370
a. 6 cells (30.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 2.08.
Chi-Square Tests Variabel Latar Belakang Keluarga Terhadap
Pendapatan Ayah
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 3.529a 9 .940
Likelihood Ratio 3.697 9 .930
Linear-by-Linear Association .343 1 .558
N of Valid Cases 370
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 5.39.
Chi-Square Tests Variabel Latar Belakang Keluarga Terhadap
Pendapatan Ibu
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 8.865a 9 .450
Likelihood Ratio 8.904 9 .446
Linear-by-Linear Association .732 1 .392
N of Valid Cases 370
a. 5 cells (31.2%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1.14.
Chi-Square Tests Variabel Latar Belakang Keluarga Terhadap Asal
Sekolah Responden
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 4.959a 6 .549
Likelihood Ratio 4.596 6 .597
Linear-by-Linear Association .388 1 .533
N of Valid Cases 370
a. 2 cells (16.7%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 2.08.
Chi-Square Tests Variabel Sosialisasi Politik Terhadap Fakultas
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 12.509a 12 .406
Likelihood Ratio 12.484 12 .408
Linear-by-Linear Association .179 1 .672
N of Valid Cases 370
a. 4 cells (20.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1.56.
Chi-Square Tests Variabel Sosialisasi Politik Terhadap Jenis
Kelamin
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 2.790a 3 .425
Likelihood Ratio 2.754 3 .431
Linear-by-Linear Association .308 1 .579
N of Valid Cases 370
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 7.08.
Chi-Square Tests Variabel Sosialisasi Politik Terhadap Pendidikan
Ayah
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 15.938a 12 .194
Likelihood Ratio 16.143 12 .185
Linear-by-Linear Association .630 1 .427
N of Valid Cases 370
a. 6 cells (30.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .69.
Chi-Square Tests Variabel Sosialisasi Politik Terhadap Pendidikan
Ibu
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 13.890a 12 .308
Likelihood Ratio 13.675 12 .322
Linear-by-Linear Association .674 1 .412
N of Valid Cases 370
a. 5 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1.01.
Chi-Square Tests Variabel Sosialisasi Politik Terhadap Pendapatan
Ayah
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 9.127a 9 .426
Likelihood Ratio 9.328 9 .408
Linear-by-Linear Association .000 1 .993
N of Valid Cases 370
a. 3 cells (18.8%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 2.62.
Chi-Square Tests Variabel Sosialisasi Politik Terhadap Pendapatan
Ayah
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 8.180a 9 .516
Likelihood Ratio 7.956 9 .539
Linear-by-Linear Association .563 1 .453
N of Valid Cases 370
a. 5 cells (31.2%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .55.
Chi-Square Tests Variabel Sosialisasi Politik Terhadap Asal
Sekolah Responden
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 6.225a 6 .399
Likelihood Ratio 5.697 6 .458
Linear-by-Linear Association 2.449 1 .118
N of Valid Cases 370
a. 3 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1.01.
Chi-Square Tests Variabel Perilaku Politik Terhadap Fakultas
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 19.503a 12 .077
Likelihood Ratio 17.742 12 .124
Linear-by-Linear Association 3.512 1 .061
N of Valid Cases 370
a. 5 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1.47.
Chi-Square Tests Variabel Perilaku Politik Terhadap Jenis Kelamin
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 4.475a 3 .214
Likelihood Ratio 4.429 3 .219
Linear-by-Linear Association .031 1 .861
N of Valid Cases 370
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 6.66.
Chi-Square Tests Variabel Perilaku Politik Terhadap Pendidikan
Ayah
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 21.432a 12 .044
Likelihood Ratio 22.972 12 .028
Linear-by-Linear Association .300 1 .584
N of Valid Cases 370
a. 7 cells (35.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .65.
Chi-Square Tests Variabel Perilaku Politik Terhadap Pendidikan Ibu
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 6.548a 12 .886
Likelihood Ratio 6.595 12 .883
Linear-by-Linear Association .085 1 .771
N of Valid Cases 370
a. 6 cells (30.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .95.
Chi-Square Tests Variabel Perilaku Politik Terhadap Pendapatan
Ayah
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 4.289a 9 .891
Likelihood Ratio 4.123 9 .903
Linear-by-Linear Association .828 1 .363
N of Valid Cases 370
a. 3 cells (18.8%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 2.46.
Chi-Square Tests Variabel Perilaku Politik Terhadap Pendapatan
Ibu
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 9.360a 9 .405
Likelihood Ratio 7.228 9 .613
Linear-by-Linear Association .004 1 .950
N of Valid Cases 370
a. 6 cells (37.5%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .52.
Chi-Square Tests Variabel Perilaku Politik Terhadap Asal Sekolah
Responden
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 4.684a 6 .585
Likelihood Ratio 4.489 6 .611
Linear-by-Linear Association 1.306 1 .253
N of Valid Cases 370
a. 3 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is .95.