pengaruh kecerdasan emosi dan faktor demografis...

101
PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS TERHADAP AGRESIVITAS PENGGUNA KERETA COMMUTER LINE Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Disusun Oleh: Dwi Retno Wulansari 11140700000152 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H / 2018 M

Upload: others

Post on 01-Jan-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS TERHADAP AGRESIVITAS

PENGGUNA KERETA COMMUTER LINE

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Psikologi (S.Psi)

Disusun Oleh: Dwi Retno Wulansari

11140700000152

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1440 H / 2018 M

Page 2: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya
Page 3: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya
Page 4: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya
Page 5: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

MOTTO

“To injure an opponent is to injure yourself. To control aggression

without inflicting injury is the Art of Peace.”

-Morihei Ueshiba-

“Therefore, endure with grateful and patience.”

-Al-Ma’arij (70:5)-

Page 6: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

ABSTRAK

(A) Fakultas Psikologi (B) November 2018 (C) Dwi Retno Wulansari (D) Pengaruh Kecerdasan Emosi dan Faktor Demografis terhadap

Agresivitas Pengguna Kereta Commuter Line (E) xi + 76 halaman + lampiran (F) Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosi

dan faktor demografis terhadap agresivitas pengguna kereta Commuter Line. Agresivitas merupakan kecenderungan perilaku yang berniat untuk menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun psikologis untuk mengekspresikan perasaan negatif sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Peneliti memiliki dugaan bahwa agresivitas dapat dipengaruhi oleh kecerdasan emosi (memahami emosi, mengontrolemosi, motivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan) dan faktor demografis (usia dan jenis kelamin). Populasi pada penelitian ini adalah pengguna kereta Commuter Line. Sampel yang diambil berjumlah 210 orang dengan teknik accidental sampling. Penulis memodifikasi intsrumen menggunakan skala agresivitas Webster dkk (2014) dan mengadaptasi instrumen menggunakan skala kecerdasan emosi Rahim dkk (2002). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh kecerdasan emosi dan faktor demografis terhadap agresivitas pengguna kereta Commuter Line. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa domain mengontrol emosi dari kecerdasan emosi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas. Sementara untuk domain lainnya tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan proporsi varians mengontrol emosi oleh seluruh variabel independen sebesar 7,4 %. Sedangkan 92,6 % sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan melibatkan variabel lain seperti kepribadian, provokasi, penderitaan, dan lainnya. Disarankan juga kepada pengguna kereta untuk dapat mengendalikan emosi lebih baik, sehingga dampak dari emosi negatif tidak diekspresikan dengan tindakan agresif.

(G) Bahan bacaan : 53 ; 14 buku + 28 jurnal + 1 tesis + 1 skripsi + 9 artikel

Page 7: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

ABSTRACT

(A) Faculty of Psychology (B) November, 2018 (C) Dwi Retno Wulansari (D) The Influence of Emotional Intelligence and Demographic Factors on

Aggressivity of Commuter Line Passengers (E) xi + 76 pages + attachments (F) This study was conducted to determine the effect of emotional intelligence

and demographic factors on aggressivity. Aggressivity is behavioral tendencies which intend to hurt or caused pain to others, both physically or mentally, to express bad feelings so people who are doing it can get what they want in return. The author assumed that emotional intelligence (self-awareness, self-regulation, motivation, empathy, and social skills) and demographic factors (age and gender) could affect aggressivity. The population of this research are passengers of Commuter Line, with total 210 as the samples. The samples were taken with accidental sampling technique. The author modified an instrument using a scale of aggression by Webster et. al (2014) and adapted an instrument using scale of emotional intelligence by Rahim et. al (2002). The result showed that emotional intelligence and demographic factors influenced the aggressivity of Commuter Line passengers. Hyphotesis test result showed that self-regulation significantly influenced aggressivity. As for self-awareness, motivation, empathy, social skills, age, and gender did not significantly affect it. The result also showed proportion of variance of self-regulation described by all independent variables which is 7,4 %, while the remaining 92,6 % influenced by other variables outside this research. Studies in the future are expected to develop this research with involvement of other variables such as personality, provocation, pain, etc. It is also recommended to the passengers to manage their negative emotion that caused bad feelings as to not expressed it in offensive behavior, in this case aggression. The Commuter Line company is also expected to revise their service, for example, adding securities in every railway coach to discipline and handle situation in the train, as for limit the capacity of passengers in it. That act could avoid the train as not be too crowded.

(G) Reading materials : 53 ; 14 books + 28 journals + 2 thesis + 9 articles

Page 8: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Ta’la yang tak henti-hentinya menurunkan nikmat dan

berkah yang senantiasa dirasakan oleh penulis. Salah satu berkah yang penulis

rasakan adalah dapat menempuh perkuliahan dengan baik dan lancar tanpa ada

suatu kendala yang berarti, dan diberikan kemudahan dalam menyelesaikan tugas

akhir berupa skripsi ini. Tercurah shalawat serta salam untuk manusia terbaik

sepanjang zaman dan berakhlak sempurna, Baginda Nabi Muhammad Salallahu

‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya. Semoga kelak penulis dapat

berkumpul bersama di surga kelak.

Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik tak lepas dari bantuan berbagai

pihak, baik dalam dukungan moril, materiil dan do’a. Oleh karena itu, dengan

segala kerendahan hati, penulis berterima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M. Ag., M.Si., Dekan Fakultas Psikologi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2014-2019, beserta jajarannya.

2. Bapak Drs. Rachmat Mulyono, M.Si., Psikolog selaku dosen pembimbing

skripsi. Terima kasih atas bimbingan dan motivasi untuk segera

menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Dr. Netty Hartati, M.Si, Bapak Miftahuddin, M.Si, dan Bapak Dr. Gazi,

M.Si yang telah memberikan banyak saran serta bimbingan untuk perbaikan

skripsi ini.

Page 9: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

4. Ibu Mulia Sari Dewi, M.Psi selaku dosen pembimbing akademik. Terima

kasih atas saran dan dukungan untuk dapat menyelesaikan perkuliahan

dengan baik.

5. Seluruh pengguna kereta Commuter Line yang telah berpartisipasi dalam

penelitian ini.

6. Kedua orang tua yang sangat penulis cintai dan banggakan, Bapak Djoko

Seno Adji dan Ibu Maret Utami. Terima kasih telah merawat dan

memberikan kasih sayang yang luar biasa besar kepada penulis sejak dalam

kandungan sampai saat ini. Tak pernah lelah memberikan semangat, motivasi,

dan nasihat yang membangun dalam setiap langkah penulis. Selalu

membekali penulis dengan do’a dimanapun penulis berada.

7. Kakak yang sangat penulis cintai dan banggakan, Retno Utari Dewi. Terima

kasih atas segala bantuan dan motivasi yang diberikan kepada penulis.

Darimu lah penulis belajar menjadi orang yang kuat.

8. Teman-teman terbaik yang mengiringi langkah penulis, Ami, Agnes, Della.

Semoga tetap bersama sampai hari tua.

9. Pejuang S.Psi yang mewarnai perkuliahan penulis setiap harinya. Shafira,

Icha, Novia, Salsa, Inay, Indri, Ziah, Vero, Sahida, Nia, Gio, Desri, dan

seluruh teman-teman Psikologi angkatan 2014. Terima kasih atas segalanya.

Page 10: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

10. Dan, seluruh pihak yang tidak dapat penulis tulis satu persatu, atas semua

bantuan dan do’anya. Semoga segala kebaikan dibalas dengan sebaik-baiknya

balasan oleh Allah SWT.

Jakarta, 30 November 2018

Penulis

Page 11: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... ii LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... iii MOTTO .................................................................................................................... iv ABSTRAK ................................................................................................................ v KATA PENGANTAR .............................................................................................. vii DAFTAR ISI ............................................................................................................. x DAFTAR TABEL .................................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xiv BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................ 1-8

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1 1.2 Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ........................................ 7

1.2.1 Pembatasan masalah .................................................................... 7 1.2.2 Perumusan masalah ...................................................................... 7

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ 8 1.3.1 Tujuan penelitian ......................................................................... 8 1.3.2 Manfaat penelitian ....................................................................... 8

BAB 2 LANDASAN TEORI ................................................................................... 9-29

2.1 Agresivitas ............................................................................................... 9 2.1.1 Pengertian Agresivitas ................................................................. 9 2.1.2 Dimensi-dimensi agresivitas ........................................................ 11 2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi agresivitas ............................ 13 2.1.4 Pengukuran Agresivitas ............................................................... 15

2.2 Kecerdasan Emosi .................................................................................... 16 2.2.1 Pengertian Kecerdasan Emosi ..................................................... 16 2.2.2 Dimensi-dimensi Kecerdasan Emosi ........................................... 18 2.2.3 Pengukuran Kecerdasan Emosi ................................................... 20

2.3 Faktor Demografis .................................................................................... 21 2.3.1 Usia .............................................................................................. 21 2.3.2 Jenis Kelamin ............................................................................... 22

2.4 Kerangka Berpikir .................................................................................... 23 2.5 Hipotesis Penelitian .................................................................................. 28

BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................................ 30-46

3.1 Populasi dan Sampel ................................................................................ 30 3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .......................................... 31 3.3 Instrumen Pengumpulan Data .................................................................. 32 3.4 Uji Validitas Konstruk ............................................................................. 36

3.4.1 Uji Validitas Konstruk Agresivitas .............................................. 38 3.4.2 Uji Validitas Konstruk Kecerdasan emosi ................................... 39

3.5 Teknik Analisis Data ................................................................................ 42

Page 12: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

BAB 4 HASIL PENELITIAN ................................................................................. 47-57 4.1 Gambaran Subjek Penelitian .................................................................... 47 4.2 Analisis Deskriptif ................................................................................... 48 4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian ..................................................... 49 4.4 Uji Hipotesis Penelitian............................................................................ 51

4.4.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian ........................................... 51 4.5 Pengujian Proporsi Varians pada Setiap Variabel Independen ................ 56

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN ................................................ 58-64 5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 58 5.2 Diskusi ..................................................................................................... 58 5.3 Saran ......................................................................................................... 62

5.3.1 Saran teoritis ................................................................................ 63 5.3.2 Saran praktis ................................................................................ 63

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 65 LAMPIRAN .............................................................................................................. 76

Page 13: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Penilaian Item Favorable dan Unfavorable ............................................... 33 Tabel 3.2 Blueprint Skala Agresivitas ....................................................................... 34 Tabel 3.3 Blueprint Skala Kecerdasan emosi ............................................................ 35 Tabel 3.4 Muatan Faktor Item Agresivitas ................................................................ 38 Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Memahami Emosi Diri .............................................. 39 Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Mengontrol Emosi Diri ............................................. 40 Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Motivasi Diri ............................................................. 40 Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Mengenali Emosi Orang Lain ................................... 41 Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Membina Hubungan .................................................. 42 Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek ........................................................................... 47 Tabel 4.2 Analisis Deskriptif ..................................................................................... 48 Tabel 4.3 Norma Skor Variabel ................................................................................. 49 Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel ........................................................................ 49 Tabel 4.5 R Square ..................................................................................................... 52 Tabel 4.6 ANOVA ..................................................................................................... 52 Tabel 4.7 Koefisien Regresi ....................................................................................... 53 Tabel 4.8 Proporsi Varians pada Setiap Independent Variable ................................. 56

Page 14: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ....................................................................... 28

Page 15: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ............................................................................... 71 Lampiran 2 Syntax dan Path Diagram ....................................................................... 78 Lampiran 3 Output Regresi ........................................................................................ 84 Lampiran 4 Tabel Validitas Agresivitas .................................................................... 86

Page 16: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kereta Commuter Line merupakan sarana transportasi umum yang angka

penggunanya sangat tinggi. Tingginya jumlah pengguna menyebabkan kepadatan

yang luar biasa yang mengakibatkan keadaan yang sesak dan hiruk pikuk di dalam

lingkungan. Menurut penelitian Evans & Wener (2006), keadaan padat, penuh, dan

sesak dapat mempengaruhi tekanan pada psikologis seseorang dan keadaan itulah

yang terjadi di Commuter Line terutama ketika pagi dan sore hari. Selain itu Sarwono

(1995) juga mengatakan bahwa dampak psikologis akibat kepadatan dapat

menimbulkan beberapa reaksi seperti reaksi emosi, fisiologi, dan sosial.

Hal tersebut dibuktikan dengan berita yang dilaporkan oleh berbagai media

mengenai pengalaman-pengalaman pengguna Commuter Line, salah satunya yang

dilaporkan oleh Rahmawati (2014). Ia mengatakan bahwa pengguna yang hendak

naik kereta seringkali tidak menghiraukan teriakan pengguna yang akan turun

sehingga menyebabkan pengguna yang ingin turun harus menerobos barikade

manusia yang berdiri padat didepan pintu kereta jika tak ingin terbawa kembali ke

stasiun lain. Hal ini dibuktikan dengan laporannya mengenai pengguna yang

terdorong balik ke dalam kereta oleh para pengguna yang akan naik, serta pengguna

yang hampir jatuh di peron kereta ketika hendak turun.

Pada peristiwa lain, seorang pengguna yang menaiki gerbong khusus wanita

mengaku pernah didorong saat hendak duduk sehingga pendorongnya lah yang pada

Page 17: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

2

akhirnya mendapatkan tempat duduk. Selain itu, seorang wanita yang tengah

mengandung lima bulan juga mengungkapkan bahwa ia seringkali tidak diberi tempat

duduk oleh sesama wanita. Padahal, di dalam kereta terdapat peraturan yang

mengharuskan pengguna untuk mengutamakan orang-orang yang diprioritaskan

seperti ibu hamil, ibu membawa balita, lansia, dan orang dengan disabilitas. Seakan-

akan mengacuhkan peraturan tersebut, banyak pengguna yang sering berpura-pura

tidur, memalingkan wajah, dan bermain gadget demi mempertahankan tempat

duduknya (Rahmawati, 2014).

Toriq (2017) juga melaporkan masalah terkait pengguna Commuter Line.

Seorang pengguna yang menempati gerbong wanita mengaku pernah bertengkar

dengan pengguna lainnya ketika ingin duduk, dan juga tidak jarang pengguna

meminta tempat duduk dengan nada bicara yang tinggi sehingga memicu kekesalan

pengguna lain. Tidak hanya itu, diketahui dari laporan Nailufar (2017) pada April

2017 terdapat video amatir yang viral di media sosial yang membuktikan “ganas”nya

pengguna Commuter Line. Video tersebut merekam aksi dua orang pengguna yang

menjambak rambut satu sama lain di mana perkelahian itu merupakan buntut dari

perebutan tempat duduk di gerbong kereta khusus wanita.

Bahkan, aksi saling dorong yang selalu terjadi di Commuter Line sampai

menyebabkan kematian. Seorang pengguna bernama Syafwardi diduga terjatuh dari

pintu kereta saat hendak turun. Mateta selaku Humas PT KAI saat itu mengatakan

bahwa korban mengalami luka pada bagian kepala dan tidak dapat diselamatkan

karena pendarahan yang dialaminya (news.detik.com, 2017). Perilaku-perilaku

Page 18: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

3

agresif ini sudah menjadi masalah yang menyebabkan terenggutnya nyawa seseorang.

Penjabaran fenome-fenomena di atas merupakan bukti adanya kecenderungan

agresivitas yang tinggi pada kalangan pengguna kereta Commuter Line.

Agresivitas adalah kecenderungan perilaku yang berniat untuk menyakiti

orang lain, baik secara fisik maupun psikologis untuk mengekspresikan perasaan

negatif sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan (Buss & Perry, 1992). Pada

dasarnya perilaku agresif merupakan kecenderungan yang dimiliki oleh setiap orang,

hanya kadarnya saja yang berbeda-beda (Aziz & Mangestuti, 2006). Menurut

Berkowitz (dalam Matulessy, 2012), agresi merupakan bentuk perilaku yang

dimaksudkan untuk menyakiti orang lain secara fisik maupun mental. Ia juga

mengungkapkan bahwa tindak kekerasan atau perilaku agresif ini dapat terjadi di

seluruh lapisan masyarakat dengan bentuk yang kompleks dan beragam.

Lazarus (2001) mengemukakan asumsi dasarnya bahwa agresi dapat

ditimbulkan karena beberapa emosi. Hal ini dapat dipahami ketika seseorang

mempertimbangkan respon emosional yang akan mereka tampilkan dalam menilai

sebuah peritiwa yang mereka dialami. Emosi tersebut akan mengekspresikan makna

dari peristiwa yang mereka alami (Steffgen & Gollwitzer, 2007).

Selain itu, Berkowitz (dalam Steffgen & Gollwitzer, 2007) mengemukakan

bahwa pengaruh negatif (keadaan emosional yang tidak menyenangkan) merupakan

mediator antara peristiwa yang tidak menyenangkan dan agresi. Maka dari itu,

peristiwa yang tidak menyenangkan menyebabkan munculnya pengaruh negatif ini,

dimana pengaruh negatif dapat meningkatkan agresi. Teori dari Berkowitz ini

Page 19: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

4

merupakan pernyataan yang paling menjelaskan hubungan antara emosi dan

agresivitas. Dari sudut pandangnya, perasaan buruk apa pun yang dirasakan individu

akan meningkatkan kecenderungan perilaku agresif. Aziz (2006) mengatakan terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

agresivitas, salah satunya adalah rendahnya tingkat kecerdasan. Pendapat tersebut ia

ambil setelah memperdalam konsep Daniel Goleman mengenai Emotional

Intelligence. Goleman mengatakan bahwa kecerdasan intelektual bila tidak disertai

dengan pengolahan emosi yang baik tidak akan menghasilkan seseorang sukses

dalam hidupnya dan pengelolaan emosi juga berperan penting dalam dan

pengambilan keputusan untuk bertindak. Sehingga, Aziz (2006) meyakini bahwa jika

tindakan yang dilakukan oleh seseorang bergantung pada kecerdasan yang mereka

miliki.

Penelitian dari Ciarrochi et al. (dalam Das &Tripathy, 2015) dan Kaya et al.

(2017) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kecerdasan

emosi dan agresivitas. Hal ini semakin memperkuat gagasan yang telah dikemukakan

di atas serta dapat peneliti jadikan sebagai acuan. Namun, subjek pada penelitian

sebelumnya berbeda dengan subjek pada penelitian ini. Maka dari itu peneliti juga

ingin melihat apakah ada perbedaan pada pengaruh yang akan dihasilkan.

Tidak hanya kecerdasan emosi, peneliti juga mengambil usia sebagai variabel

bebas yang akan diteliti pengaruhnya terhadap agresivitas. Peneliti melakukan

pengamatan sederhana, dan dari hasil pengamatan ini peneliti melihat anak muda

cenderung bersikap acuh saat ada orang tua atau pengguna prioritas yang

Page 20: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

5

membutuhkan tempat duduk. Meskipun beberapa orang dewasa juga melakukannya,

fakta tersebut lebih banyak peneliti jumpai.

Menguatkan hasil pengamatan peneliti, hasil penelitian Khan (2006) pun

membuktikan bahwa benar terdapat perbedaan agresivitas dilihat dari sudut pandang

usia. Ia mengatakan bahwa remaja sedang berada pada fase proses membentuk

identitas pribadi, sehingga identitas pribadi mereka belum matang. Maka dari itu,

remaja cenderung belum bisa menahan ekspresi dari perasaan negatif mereka yang

merupakan perilaku agresif.

Berbeda dengan remaja, orang dewasa sadar sepenuhnya akan status sosial

mereka, serta paham akan moral dan aturan di masyarakat yang membuat mereka

dapat menahan agresi. Orang dewasa juga paham akan efek yang dapat ditimbulkan

akibat perilaku mereka. Maka dari itu, peneliti ingin melihat lebih dalam apakah

penelitian ini dapat menguatkan hasil pengamatan peneliti dan apakah bisa

mendukung hasil penelitian sebelumnya yang mengatakan terdapat perbedaan

agresivitas dilihat dari usia pada pengguna kereta Commuter Line.

Selain itu, terdapat penelitian terdahulu yang membuktikan adanya perbedaan

pada agresivitas dilihat dari jenis kelamin. Bhateri dan Singh (2015) dalam

penelitiannya menegaskan fakta bahwa laki-laki memiliki agresivitas yang lebih

tinggi daripada perempuan. Namun dilihat dari fenomena yang ada, berbeda dengan

gerbong umum, gerbong khusus wanita seringkali disebut sebagai gerbong yang

“ganas”. Wanita pada gerbong tersebut tidak segan untuk saling sikut dan adu mulut

demi bisa duduk atau sekedar masuk kereta (Putera, 2017).

Page 21: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

6

Hasil penelitian lain dari Archer (2004) bahkan membuktikan hal yang

berbeda dari keduanya. Archer menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang paling

besar pada dimensi agresi fisik, agresi verbal, dan agresi tidak langsung dalam jenis

kelamin. Laki-laki dikatakan memegang persentase lebih besar pada dimensi agresi

fisik dan agresi verbal, dan keduanya dilakukan secara langsung (ada kontak dengan

korban). Sementara perempuan memegang persentase lebih besar pada dimensi agresi

tidak langsung (tidak ada kontak dengan korban). Maka dari itu peneliti merasa perlu

mengkaji lebih dalam lagi mengenai hal ini sehingga dapat menemukan jawaban atas

perbedaan di atas.

Berdasarkan penyajian di atas , terlihat bahwa penelitian mengenai agresivitas

pengguna kereta Commuter Line penting untuk dilakukan. Tujuannya agar individu

dapat menentukan sejauh mana sebuah faktor mempengaruhi agresivitas sehingga

individu tersebut dapat mengantisipasinya di masa yang akan datang. Oleh karena itu,

karya tulis ini berjudul Pengaruh Kecerdasan emosi dan Faktor Demografis terhadap

Agresivitas Pengguna Kereta Commuter Line.

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.2.1 Pembatasan Masalah

Agar pemaparan variabel yang diteliti tidak meluas batasan permasalahan dalam

penelitian ini akan dibatasi, yaitu hanya meliputi pengaruh kecerdasan emosi dan

faktor demografis terhadap agresivitas. Adapun pengertian tentang konsep variabel

yang digunakan adalah sebagai berikut:

Page 22: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

7

1. Agresivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perilaku yang berniat

untuk menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun psikologis untuk

mengekspresikan perasaan negatif sehingga dapat mencapai tujuan yang

diinginkan. Meliputi physical aggression, verbal aggression, anger aggression,

dan hostility aggression (Buss & Perry, 1992).

2. Kecerdasan emosi yang dimaksud dalam penelitian ini merujuk pada kemampuan

untuk mengenali dan mengelola emosi diri sendiri dan emosi orang lain. Terdiri

dari lima dimensi yaitu memahami emosi, mengontrol emosi, motivasi diri,

mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan. (Goleman, 2016).

1.2.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini difokuskan

pada:

1. Apakah kecerdasan emosi, usia, dan jenis kelamin secara signifikan

mempengaruhi agresivitas?

2. Apakah memahami emosi diri dari variabel kecerdasan emosi secara signifikan

mempengaruhi agresivitas?

3. Apakah mengontrol emosi dari variabel kecerdasan emosi secara signifikan

mempengaruhi agresivitas?

4. Apakah motivasi diri dari variabel kecerdasan emosi secara signifikan

mempengaruhi agresivitas?

5. Apakah mengenali emosi orang lain dari variabel kecerdasan emosi secara

signifikan mempengaruhi agresivitas?

Page 23: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

8

6. Apakah usia secara signifikan mempengaruhi agresivitas?

7. Apakah jenis kelamin secara signifikan mempengaruhi agresivitas?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh variabel kecerdasan emosi

dan faktor demografis terhadap agresivitas pengguna kereta Commuter Line, serta

seberapa besar pengaruh tersebut.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat berupa:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu

pengetahuan, khususnya mengenai pengaruh kecerdasan emosi faktor demografis

terhadap agresivitas. Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian

terdahulu dan dapat dijadikan rujukan dan pembanding untuk penelitian-penelitian

selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta gambaran tentang faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi agresivitas, khususnya masyarakat yang setiap hari

berkendara dengan transportasi umum agar dapat menjaga kenyamanan, ketertiban,

dan kesejahteraan bersama.

Page 24: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

9

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Agresivitas

2.1.1 Pengertian Agresivitas

Sears (1991) juga beranggapan bahwa agresi merupakan setiap perilaku

yang bertujuan menyakiti orang lain, atau adanya perasaan ingin menyakiti orang

lain yang ada dalam diri seseorang. Scheneiders (dalam Susantyo, 2011) juga

menyatakan bahwa perilaku agresif adalah luapan emosi atas reaksi terhadap

kegagalan individu yang ditunjukkan dalam bentuk perusakan terhadap orang atau

benda dengan unsur kesengajaan yang diekspresikan dengan kata-kata (verbal)

dan perilaku non-verbal.

Murry (dalam Hall & Lindsey, 1993) menyatakan bahwa agresi

didefinisikan sebagai suatu cara untuk melawan dengan sangat kuat, melalui

berkelahi, melukai, menyerang, membunuh, atau menghukum orang lain. Secara

singkatnya agresi adalah tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang lain

atau merusak milik orang lain. Hal yang terjadi pada saat tawuran sebenarnya

adalah perilaku agresif dari seorang individu atau kelompok (Susantyo, 2011).

Baron (2005) mengatakan agresi adalah tingkah laku yang diarahkan kepada

tujuan menyakiti makhluk hidup lain yang ingin menghindari perlakuan tersebut.

Menurut Buss dan Perry (1992) agresivitas adalah kecenderungan perilaku

yang berniat untuk menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun psikologis

untuk mengekspresikan perasaan negatif sehingga dapat mencapai tujuan yang

diinginkan. Selain itu, Berkowitz (dalam Matulessy et al., 2012) juga

Page 25: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

10

mendefinisikan agresivitas sebagai segala bentuk perilaku yang dimaksudkan

untuk menyakiti orang lain secara fisik maupun mental. Perilaku dikategorikan

sebagai agresivitas apabila bertujuan untuk melukai orang lain dan berusaha untuk

melakukan tindakan agresi walaupun usahanya tidak berhasil.

Freud mengatakan bahwa perilaku agresif merupakan cara pertama yang

dikenal manusia untuk mengungkapkan kemarahannya, yang dituangkan melalui

serangan fisik secara membabi-buta terhadap obyek, benda hidup maupun benda

mati yang membangkitkan emosi itu (Bailey, 1989). Menurut Bjorkqvist (dalam

Fronzei, 2003) agresi merupakan perilaku yang bertujuan untuk membahayakan

atau melukai beberapa orang, seseorang, atau suatu obyek.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menggunakan adalah definisi dari

Buss dan Perry (1992) yang mengatakan bahwa agresivitas merupakan

kecenderungan perilaku yang berniat untuk menyakiti orang lain, baik secara fisik

maupun psikologis untuk mengekspresikan perasaan negatif sehingga dapat

mencapai tujuan yang diinginkan.

2.1.2 Dimensi-dimensi Agresivitas

Dilihat dari bentuk perilaku yang ditampilkan, Buss dan Perry (1992)

beranggapan bahwa agresivitas dapat dibedakan menjadi empat jenis:

1. Physical Aggression

Agresi yang dilakukan untuk melukai dan menyakiti seseorang secara fisik,

seperti memukul, menyerang, berkelahi, dan sebagainya.

Page 26: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

11

2. Verbal Aggression

Agresi yang dilakukan dalam bentuk ucapan yang dapat menyakiti atau melukai

orang lain. Misalnya menghina, mengumpat, memaki, mengolok, dan membentak.

3. Anger

Perasaan tidak senang yang dirasakan oleh seseorang akibat dari reaksi fisik

ataupun cedera fisik yang dialami orang tersebut. Misalnya dapat terlihat dari

ekspresi wajah marah, tidak membalas sapaan, sulit menahan amarah dan

sebagainya.

4. Hostility

Sikap dan perasaan negatif terhadap orang lain yang muncul karena penilaian

negatif dari diri sendiri sebagai hasil dari proses kognitif. Misalnya iri, memfitnah,

dan sebagainya.

Pendapat lain mengenai jenis-jenis agresi dilontarkan oleh Fronzei (2003)

yang membaginya ke dalam dua jenis, yaitu:

1. Instrumental aggression

Dilakukan hanya sebagai sarana untuk mencapai tujuan lain selain penderitaan

korbannya, dan pada umumnya tidak disertai emosi. Myers (dalam Sarwono,

2002) mengatakan bahwa agresi ini mencakup perkelahian untuk membela diri,

penyerangan terhadap seseorang ketika terjadi perampokan, perkelahian untuk

membuktikan kekuasaan atau dominasi seseorang.

2. Hostile aggression

Dilakukan dengan tujuan menyakiti orang lain atau sebagai ungkapan

kemarahan dan ditandai dengan emosi yang tinggi. Perilaku agresif dalam jenis

Page 27: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

12

pertama ini adalah tujuan dari agresi itu sendiri, yaitu menimbulkan cedera atau

bahkan kematian bagi korban.

Berdasarkan dimensi-dimensi agresivitas di atas, peneliti menggunakan

dimensi yang diungkapkan oleh Buss dan Perry (1992), yaitu physical aggression,

verbal aggression, anger aggression, dan hostility aggression.

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Agresivitas

Berikut ini merupakan elemen-elemen yang diidentifikasi sebagai faktor-faktor

yang memengaruhi agresivitas:

1. Kecerdasan emosi

Penelitian dari Kaya (2017) dan Ciarrochi (dalam Das &Tripathy, 2015)

menunjukkan bahwa kecerdasan emosi yang dimiliki seseorang mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas mereka.

2. Gen

Peningkatan hormon testosterone menyebabkan pria lebih mudah untuk

berperilaku agresi dibandingkan dengan wanita, karena hormon tersebut

mempengaruhi kognisi (Campbell & Muncer, 1994).

3. Jenis kelamin

Bhateri dan Singh (2015) dalam penelitiannya menyatakan bahwa laki-laki lebih

agresif daripada perempuan. Namun, Archer (2004) menyatakan bahwa terdapat

perbedaan yang paling besar pada aspek agresi fisik, agresi verbal, dan agresi

tidak langsung dalam jenis kelamin. Laki-laki dikatakan memegang persentase

lebih besar daripada perempuan pada aspek agresi fisik dan agresi verbal , dan

keduanya dilakukan secara langsung (ada kontak dengan korban). Sementara

Page 28: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

13

perempuan memegang persentase lebih besar daripada laki-laki pada aspek agresi

tidak langsung (tidak ada kontak dengan korban).

4. Kepribadian

Setiap kepribadian memiliki karakteristik yang berbeda-beda, contoh salah satu

tipe kepribadian adalah narcissism yang memiliki karakteristik temperamen.

Individu dengan kepribadian narsistik yang merasa pandangan baik tentang

dirinya ditantang oleh orang lain akan merasa tersinggung atau marah di mana hal

tersebut dapat memicu agresi.

5. Provokasi

Provokasi dilihat sebagai ancaman yang harus dihadapi dengan respon agresif

untuk meniadakan bahaya yang diisyaratkan oleh ancaman itu. Bentuk provokasi

dapat berupa verbal maupun fisik.

6. Frustrasi

Frustrasi terjadi apabila seseorang terhalang oleh sesuatu hal dalam mencapai

suatu tujuan, kebutuhan, keinginan, pengharapan atau tindakan tertentu. Sebagai

akibat dari frustrasi itu mungkin timbul perasaan jengkel atau perasaan negatif

lainnya yang dapat disalurkan ke dalam bentuk perilaku agresif (DeLisi & Beaver,

2011).

7. Penderitaan

Kondisi yang dapat membuat individu merasa menderita antara lain dapat berupa

suhu udara yang panas, suara nyaring, bau tak sedap, dan lain-lain. Hal-hal

tersebut dapat memicu perilaku agresif yang diawali dengan pemikiran agresif

Page 29: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

14

yang muncul sebagai akibat dari emosi negatif yang disebabkan oleh penderitaan

(DeLisi & Beaver , 2011).

8. Isyarat pemicu agresivitas

Hadirnya hal-hal yang dapat memicu perilaku agresif seperti kehadiran senjata

dalam situasi tertentu dan kekerasan dalam media seperti tayangan televisi, film,

permainan video yan menunjukkan perilaku agresif sehingga mampu

memunculkan pikiran-pikiran agresif (DeLisi & Beaver, 2011).

9. Obat-obatan

Mengonsumsi obat-obatan seperti alkohol dan kafein dapat mempengaruhi

seseorang dalam berperilaku (DeLisi & Beaver, 2011).

10. Usia

Khan (2006) dalam penelitiannya membuktikan perbeda an agresivitas dilihat dari

segi usia. Remaja cenderung memiliki agresivitas yang lebih besar daripada orang

dewasa, karena identitas pribadinya yang belum matang, dan mereka merasa

agresivitas merupakan bagian dari kepribadian mereka. Sementara orang dewasa

yang sudah matang identitas pribadi serta status sosialnya di masyarakat

cenderung lebih bisa menahan agresinya.

2.1.4 Pengukuran Agresivitas

Terdapat sejumlah skala pengukuran agresivitas, diantaranya adalah:

1. Aggression Questionnaire dari Buss dan Perry (1992). Alat ukur ini terdiri dari

29 item yang terbagi dari 4 dimensi yaitu, physical aggression, verbal

aggression, anger, dan hostility. Alat ukur ini memiliki nilai reliabilitas

konsistensi internal (cronbach’s alpha) sebesar 0,89 yang jika dijabarkan

Page 30: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

15

setiap dimensi: aggression, 0.85; verbal aggression, 0.72; anger, 0.83; dan

hostility, 0.77. Aggression Questionnaire terdiri dari empat pilihan jawaban

yaitu sangat tidak sesuai, tidak sesuai, netral, sesuai, sangat tidak sesuai.

2. The Short-Form Buss-Perry Aggression Questionnaire (BPAQ-SF),

dikembangkan oleh Bryant dan Smith (2001) dan modifikasi oleh Diamond et

al. (2005), serta merupakan versi pendek dari Aggression Questionnare yang

disusun oleh Buss dan Perry (1992). Alat ukur ini memiliki 12 item yang

diambil dari 29 item, dan tetap meliputi dimensi agresi fisik, agresi verbal,

kemarahan, dan permusuhan. Reliabilitas alat ukur ini berkisar antara 0,62

sampai 0,77.

3. Brief Aggression Questionnaire (BAQ), dikembangkan oleh Webster et al.

(2015) serta merupakan versi pendek dari Aggression Questionnare yang

disusun oleh Buss dan Perry (1992). Alat ukur ini memiliki 12 item, meliputi

dimensi agresi fisik, agresi verbal, kemarahan, dan permusuhan. Reliabilitas

alat ukur ini berkisar antara 0,67 sampai 0,82.

4. Adult Scale of Hostility and Aggression Reactive-Proactive, dikembangkan

oleh Matlock dan Aman (2011). Alat ukut ini memiliki 58 item, dengan

dimensi verbal aggression, physical aggression, hostile affect, covert

aggression, dan bullying. Alat ukur ini juga memiliki reliabilitas yang tinggi.

5. The Aggression Scale: A Self-Report Measure of Aggressive Behavior for

Young Adolescents, dikembangkan oleh Orpinas dan Frankowski (2001) hanya

diperuntukan remaja tingkat sekolah menengah pertama.Terdiri dari 11 item

Page 31: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

16

dengan dimensi verbal aggression dan physical aggression. Reliabilitas alat

ukur ini adalah sebesar 0,87.

Dalam penelitian ini, peneliti memodifikasi alat ukur Brief Aggression

Questionnaire (BAQ), karena alat ukur dikembangkan berdasarkan teori Buss dan

Perry (1992) sehingga dimensi-dimensi yang terdapat pada alat ukur sesuai

dengan dimensi-dimensi yang peneliti gunakan. Alat ukur ini juga memiliki

validitas dan reliabilitas yang baik.

2.2 Kecerdasan Emosi

2.2.1 Pengertian Kecerdasan Emosi

Intelegensi merupakan suatu kemampuan mental, pikiran, atau intelektual

manusia. Secara umum, intelegensi dapat dikatakan sebagai kecerdasan. Wechsler

(dalam Kaufman, 2016) memberikan definisi intelegensi sebagai kemampuan

individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah, serta mengolah dan

menguasai lingkungan secara efektif. Kemampuan itu adalah untuk mengolah

lebih jauh lagi hal-hal yang kita amati.

Menurut Chaplin (2008) keadaan emosional merupakan suatu reaksi

kompleksnya yang mengait satu tingkat tinggi kegiatan dan perubahan-perubahan

secara mendalam, serta dibarengi dengan perasaan yang kuat atau disertai keadaan

afektif. Emosi juga dapat dirumuskan sebagai satu keadaan yang terangsang dari

organisme, mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

sifatnya, dan perubahan perilaku. Sedangkan menurut Goleman (2016) emosi

merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khas, suatu keadaan biologis dan

psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.

Page 32: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

17

Goleman (2016) mengatakan bahwa kecerdasan emosi merujuk pada

kemampuan untuk mengenali dan mengelola emosi diri sendiri dan emosi orang

lain. Gardner (dalam Jorfi et al., 2014) menyatakan bahwa kecerdasan pribadi

(Goleman menyebutnya kecerdasan emosi) terdiri dari kecerdasan antarpribadi

dan kecerdasan intrapribadi. Kecerdasan intrapribadi ialah kemampuan untuk

memahami orang lain seperti apa yang memotivasi mereka, bagaimana mereka

berkerja, bagaimana berkerja bahu-membahu dengan mereka. Dalam rumusan

lain, Gardner mencatat bahwa inti dari kecerdasan antarpribadi itu mencakup

kemampuan membedakan dan menanggapi dengan tepat suasana hati,

temperamen, motivasi, dan hasrat orang lain.

Salovey dan Mayer (dalam Salovey & Grewal, 2005) mendefinisikan

kecerdasan emosi sebagai kemampuan untuk mengamati perasaan serta emosi

seseorang dan orang lain, untuk membedakan keduanya, dan menggunakan

informasi ini untuk mengarahkan pemikiran dan tindakan seseorang.

Selain itu, Davies et al. (1998) menyatakan bahwa kecerdasan emosi

merupakan kemampuan untuk mengendalikan keinginan seseorang dan menunda

pemenuhannya, mengatur suasana hati orang lain, memisahkan perasaan dari

pikiran. Selain itu, kecerdasan emosi juga mencakup berbagai keterampilan

seperti pengendalian diri, ketekunan, semangat dan kemampuan untuk memotivasi

orang lain.

Dari penjelasan di atas, peneliti menggunakan definisi kecerdasan emosi

dari Goleman (2016). Ia menyatakan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan

untuk mengenali dan mengelola emosi diri sendiri dan emosi orang lain.

Page 33: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

18

2.2.2 Dimensi-dimensi Kecerdasan Emosi

Menurut Goleman (2016) kecerdasan emosi memiliki 5 area kunci, yaitu:

1. Memahami emosi diri

Kemampuan untuk senantiasa memperhatikan dan memahami keadaan emosi diri,

yang merupakan kunci untuk melihat diri secara psikologis lebih dalam.

Kemampuan ini meliputi mengenali perasaan sesuai dengan apa yang terjadi,

mampu memantau perasaan dari waktu ke waktu, merasa selaras terhadap apa

yang dirasakan. Menurut Sembiring et al. (2015) termasuk meliputi waspada

terhadap suasana hati maupun pikiran, peka terhadap perasaan, mendengarkan

suara hati, dan memahami alam bawah sadar.

2. Mengontrol emosi diri

Kemampuan untuk menangani perasaan sehingga perasaan dapat ditangkap

dengan tepat, menenangkan diri, melepaskan diri dari kecemasan, kemurungan

dan kemarahan yang menjadi-jadi. Seorang dengan kemampuan ini dapat

mengatasi tekanan dan emosi negatif dengan baik, dan emosi negatif itu

cenderung tidak akan mempengaruhi tindakannya.

3. Motivasi diri

Kemampuan individu untuk memanfaatkan kapasitas diri seperti antusiasme,

keyakinan diri untuk mendorong semangat guna mencapai tujuan, mengatur

emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan, atau juga sebaliknya yaitu

untuk menunda kepuasan dan merenggangkan dorongan hati.

4. Mengenali emosi orang lain

Page 34: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

19

Kemampuan untuk mengetahui perasaan orang lain sehingga menimbulkan

kesadaran empatik. Seorang yang empati lebih bisa mengindikasikan sinyal-sinyal

sosial seperti ketika orang lain membutuhkan atau menginginkan sesuatu

membantu mereka untuk menyesuaikan diri terhadap apa yang diinginkan orang

lain.

5. Membina hubungan

Kemampuan ini mengarah pada bagaimana mengelola emosi orang lain dan

berinteraksi secara baik dengan orang lain. Selain itu, keterampilan ini mengarah

pada popularitas, kecerdasan kepemimpinan, penyelesaian masalah, serta

kesuksesan interpersonal.

Selain itu, Mayer et al. (2011) juga membagi kecerdasan emosi ke dalam empat

dimensi, yaitu:

1. Persepsi dan ekspresi dari emosi

Kemampuan mengidentifikasi dan mengekspresikan emosi yang ada dalam

pikiran, perasaan, dan diri seseorang.

2. Asimilasi emosi dalam pikiran

Kemampuan menggunakan emosi untuk berpikir secara produktif.

3. Memahami dan menganalisis emosi

Kemampuan memberi label pada emosi, mengenali perasaan orang lain, dan

memahami hubungan yang terkait dengan perubahan emosi

4. Regulasi emosi

Page 35: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

20

Kemampuan untuk tetap terbuka akan emosi yang dirasakan, mampu

memantau dan mengatur emosi untuk mengembangkan pertumbuhan tidak

hanya kecerdasan emosi itu sendiri tetapi juga kecerdasan intelektual

Dari beberapa dimensi diatas, penelit menggunakan dimensi yang dikembangkan

oleh Goleman (2016) yang meliputi kemampuan memahami emosi diri,

mengontrol emosi diri, motivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan membina

hubungan.

2.2.3 Pengukuran Kecerdasan Emosi

Terdapat sejumlah skala pengukuran kecerdasan emosi, diantaranya adalah:

1. The Emotional Competence Inventory dari Richard E. Boyatzis dan Daniel

Goleman (2002). Konsistensi reliabilitas internal (cronbach’s alpha) ECI

secara keseluruhan tergolong bagus, reliabilitas berkisar dari 0,68

(Transparency) hingga 0,87 (Emotional Self Awareness) dengan rata-rata

reliabilitas 0,78, dan reliabilitas “self” berkisar dari 0,47 (Conflict

Management) hingga 0,76 (Inspirational Leadership) dengan rata-rata

reliabilitas sebesar 0,63.

2. Mayer-Salovey-Caruso Emotional Intelligence Test (MSCEIT) disusun oleh

Peter Salovey, Jack Mayer, dan David Caruso. Alat ukur ini meliputi empat

dimensi, yaitu percieving emotions (memahami emosi), use of emotions to

facilitate thoughts (menggunakan emosi untuk memfasilitasi pikiran),

understanding emotions (memahami emosi), managing emotions (mengelola

emosi). Terdiri dari 141 item dengan reliabilitas alat ukur ini adalah antara

0,76 sampai 0,91 (Salovey & Brackett, 2006).

Page 36: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

21

3. Schutte Self-Report Emotional Intellignece Test (SSEIT), dikembangkan oleh

Nicola Schutte (1998) berdasarkan teori Salovey dan Mayer (1990). Alat ukur

ini terdiri dari dimensi emotion perception (persepsi emosi), utilizing

emotions (memanfaatkan emosi), managing self-relevant emotions

(mengelola emosi diri), dan managing others’ emotions (mengelola emosi

orang lain). Terdiri dari 33 item, dengan realibilitas 0,90 (Jonker & Vosloo,

2008).

4. Wong and Law Emotional Intelligence Scale (WLEIS), dikembangkan oleh

Wong dan Law (2002) mengadopsi alat ukur dari Salovey dan Mayer (1990).

Alat ukur ini terdiri dari 16 item, meliputi dimensi self-emotion appraisal

(penilaian emosi diri), others’ emotion appraisal (penilaian emosi orang lain),

use of emotion (penggunaan emosi), dan regulation of emotion (pengaturan

emosi). Reliabilitas skala ini adalah 0,91.

5. Emotional Quotient Index (EQI), dikembangkan oleh Rahim et al. (2002)

berdasarkan teori kecerdasan emosi dari Goleman (2000). Alat ukur ini pada

awalnya terdiri dari 40 item, namun setelah dua kali direvisi 22 item terpilih.

Item-item tersebut meliputii dimensi memahami emosi, mengontrol emosi

diri, motivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan

(keterampilan sosial). Reliabilitas alat ukur ini berkisar antara 0,58 sampai

0,95.

Dalam penelitian ini, peneliti memodifikasi alat ukur Emotional Quotient Index

(EQI) yang dikembangkan oleh Rahim et al. (2002), karena alat ukur ini

dikembangkan berdasarkan teori kecerdasan emosi dari Goleman (2016) sehingga

Page 37: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

22

dimensi-dimensi yang terdapat pada alat ukur sesuai dengan dimensi-dimensi

yang peneliti gunakan. Alat ukur ini juga memiliki validitas dan reliabilitas yang

baik.

2.3 Faktor Demografis

2.3.1 Usia

Pada penelitian yang dilakukan oleh Khan (2006) usia terbukti memiliki pengaruh

terhadap agresivitas. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat perbedaan

tingkat agresivitas yang dimiliki oleh setiap individu yang berbeda usia. Remaja

cenderung memiliki agresivitas yang lebih besar daripada orang dewasa, karena

identitas pribadinya yang belum matang, dan mereka merasa agresivitas

merupakan bagian dari kepribadian mereka. Sementara orang dewasa yang sudah

matang identitas pribadi serta status sosialnya di masyarakat cenderung lebih bisa

menahan agresinya.

Thomas (2002) dalam penelitiannya menyatakan bahwa tidak ada

perbedaan usia yang signifikan dalam hal kemarahan yang dialami di rumah,

namun memiliki skor yang tinggi di tempat kerja khususnya wanita di usia 40-an.

Selain itu, skor mereka hampir dua kali lebih tinggi dari skor pria di usia 40-an.

Kemudian, wanitadi usia 20-an dan 30-an juga dikatakan cenderung lebih

mengekspresikan kemarahannya secara terbuka dibandingkan wanita di usia 50-

an.

2.3.2 Jenis Kelamin

Bhateri dan Singh (2015) dalam penelitiannya menegaskan fakta bahwa laki-laki

memiliki agresivitas yang lebih tinggi daripada perempuan. Namun, berbeda

Page 38: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

23

dengan mereka, hasil penelitian lain dari Archer (2004) bahkan membuktikan hal

yang berbeda dari keduanya.

Archer (2004) menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang paling besar

pada dimensi agresi fisik, agresi verbal, dan agresi tidak langsung dalam jenis

kelamin. Laki-laki dikatakan memegang persentase lebih besar pada dimensi

agresi fisik dan agresi verbal, dan keduanya dilakukan secara langsung (ada

kontak dengan korban). Sementara perempuan memegang persentase lebih besar

pada dimensi agresi tidak langsung (tidak ada kontak dengan korban).

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Scheithauer (2008) ternyata

juga mendapatkan hasil yang sama dengan hasil penelitian Archer (2004).

Menurut hasil penelitian meta-analisisnya tentang agresi tidak langsung,

perempuan yang lebih tua menggunakan lebih sering menggunakan agresi tidak

langsung daripada laki-laki.

2.4 Kerangka Berpikir

Dalam penelitian ini, peneliti ingin menguji apakah agresivitas dapat dipengaruhi

oleh kecerdasan emosi dan faktor demografis. Kecerdasan emosi terdiri dari

kemampuan memahami emosi diri, mengontrol emosi diri, memunculkan

motivasi diri, paham pada perasaan orang lain atau berempati, serta menjaga

jalinan hubungan dengan orang lain (Goleman, 2016).

Kesadaran diri merupakan salah satu kemampuan seseorang dalam

mengenali serta memahami emosi dan bagaimana emosi tersebut dapat

memberikan pengaruh pada perilaku (Goleman, 2017). Ketika kesadaran diri

individu mulai tumbuh, mereka akan memahami dengan lebih baik mengapa

Page 39: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

24

mereka merasakan apa yang mereka rasakan, dan mengapa mereka melakukan apa

yang mereka lakukan (Sherdianti, 2014). Seseorang yang dapat mengenali serta

memahami emosinya dengan baik akan menunjukkan perilaku yang baik pula,

karena mereka mudah mengambil keputusan dalam melakukan suatu tindakan

berdasarkan perasaan yang dialami. Misalnya, seorang pengguna yang merasa

jengkel akibat berdesak-desakan di kereta akan sadar bahwa ia tidak seharusnya

merasa seperti ini karena memang seperti inilah keadaan yang harus dihadapi jika

menggunakan transportasi kereta.

Menurut Goleman (2017) kontrol diri merupakan kemampuan untuk

mengelola emosi negatif dan tetap bersikap efektif, bahkan dalam situasi yang

penuh tekanan. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa rendahnya kemampuan

untuk mengontrol diri serta emosinya dapat menyebabkan emosi negatif lepas

kendali. Sama halnya dengan pengguna kereta ketika merasa tertekan, lelah, kesal

dengan lingkungan kereta yang tidak nyaman dan penumpang yang tidak tertib,

jika mereka dapat mengontrol emosinya dengan baik akan dapat mengalihkan

perasaan-perasaan tidak enak tersebut sehingga tidak menimbulkan perilaku

negatif yang dapat mengakibatkan pertikaian.

Selanjutnya, aspek lain yang termasuk dalam cerdasnya emosi seseorang

kemampuan motivasi diri. Handoko (dalam Maulana, 2015) mengartikan motivasi

sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan hal-hal tertentu

untuk mencapai suatu tujuan. Namun, dijelaskan juga oleh Goleman (2016)

kemampuan dalam motivasi diri ini juga berguna untuk menunda kepuasan dan

merenggangkan dorongan hati. Telah dijelaskan sebelumnya, perilaku agresi

Page 40: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

25

dapat dilakukan ketika seseorang ingin mempertahankan dirinya dari sesuatu atau

serangan, hal tersebut menunjukkan bahwa orang tersebut memiliki motivasi

untuk melindungi dirinya. Hal ini dapat dicontohkan ketika seorang pengguna

menginginkan tempat duduk, maka ia akan melakukan cara agar ia bisa

mendapatkan atau mempertahankan keinginannya itu. Termasuk salah satunya

bersikap acuh saat ada orang lain yang juga menginginkan atau membutuhkan

tempat duduk.

Namun orang dengan kemampuan motivasi diri yang baik juga dapat

mengendalikan serta menunda keinginannya. Misalnya, ketika seseorang ingin

sampai di tempat tujuan lebih awal namun kondisi kereta sangat padat, orang

tersebut dapat menunggu kereta selanjutnya agar pengguna ada di dalam kereta

tidak semakin terdesak. Dengan begitu, tindakan agresif yang bisa terjadi kepada

dirinya atau bisa saja ia lakukan jika berada dalam kereta terhindarkan.

Selain kemampuan memotivasi diri, kemampuan mengenali emosi orang

lain juga merupakan syarat dalam cerdasnya emosi seseorang. Mengenali serta

membayangkan emosi orang lain dapat memunculkan rasa empati terhadap orang

lain (Batson & Hoffman dalam Stanger, 2015). Ketika seseorang mampu

membayangkan kondisi dan memahami perspektif orang lain, mereka cenderung

tidak akan terlibat dalam perilaku agresif yang dapat menimbulkan kesusahan

pada orang tersebut.

Pengguna yang memiliki empati tidak akan berbuat yang merugikan

kepada pengguna lain dan akan saling membantu. Misalnya, ketika ada orang

sepuh atau wanita hamil yang membutuhkan tempat duduk orang yang empati

Page 41: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

26

akan memberikan tempat duduknya kepada mereka sebagai wujud kepedulian,

sementara orang yang tidak berempati akan memilih untuk mengabaikan.

Hal sederhana seperti peduli kepada orang lain dapat menjadi salah satu

akar dari terjalinnya hubungan pertemanan yang baik. Membina suatu hubungan

mengarah pada bagaimana kemampuan mengelola emosi orang lain dan

berinteraksi secara baik dengan orang lain. Seorang yang pandai bersosialisasi

akan menimbulkan kenyamanan sosial pada orang sekitar. Seorang yang pandai

dalam berinteraksi dengan orang lain menunjukkan bahwa orang tersebut dapat

dengan baik mengelola emosi lawan bicaranya.

Hal itu dapat dianalogikan seperti ini: dua orang pengguna pada akhirnya

berteman karena sering berjumpa di kereta, ini menandakan bahwa sudah terjalin

hubungan yang baik diantara mereka. Dari pertemanan tersebut mereka dapat

terhindarkan dari perilaku-perilaku negatif yang mungkin saja terjadi jika

keduanya tidak berteman. Dengan hubungan yang baik tentunya rasa kepedulian

serta keinginan untuk saling membantu akan lebih kuat.

Kecerdasan emosi memegang peranan yang sangat penting dalam

pengendalian diri, karena tanpa kecerdasan emosi yang baik seseorang akan sulit

memiliki kontrol akan perilakunya sehari-hari. Orang tidak akan melakukan

tindakan yang menyakitkan ketika ia bisa memahami perasaan orang lain yang

ada disekitarnya. Bahkan ketika seseorang dapat mengontrol emosi diri sendiri

pun tanpa disadari akan membuat mereka terhindar dari perilaku negatif. Selain

itu, dengan menanamkan empati dari dalam diri juga akan membuat seseorang

Page 42: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

27

lebih peka dan peduli terhadap orang lain, sehingga pikiran-pikiran negatif yang

hadir dapat tertutupi.

Selain kecerdasan emosi, terdapat faktor demografis usia yang juga dapat

mempengaruhi agresivitas. Khan (2006) membuktikan bahwa individu berusia

muda cenderung belum pandai mengendalikan perasaan negatifnya, sehingga

diekspresikan salah satunya dengan perilaku agresif. Sementara orang dewasa

lebih mampu menahan dan mengendalikan perilakunya. Dikaitkan dengan

fenomena, terkadang beberapa remaja cenderung mengabaikan pengguna prioritas

yang membutuhkan tempat duduk.

Bhateri & Singh (2015) mengatakan bahwa laki-laki memiliki agresivitas

yang lebih tinggi dibandingkan perempuan. Sedangkan menurut Archer (2004)

tidak ada perbedaan yang signifikan antara agresivitas edua jenis kelamin.

Berbeda dengan situasi pada gerbong umum, gerbong khusus wanita lebih

“mengerikan” di mata para pengguna. Maka dari itu, peneliti ingin melihat apakah

hasil penelitian ini akan mendukung salah satu dari tiga pernyataan tersebut.

Page 43: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

28

2.3.5 Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Mayor

Ha : Ada pengaruh yang signifikan variabel kecerdasan emosi (memahami

emosi diri, mengontrol emosi diri, motivasi diri, mengenali emosi orang

lain, membina hubungan) dan faktor demografis (usia, jenis kelamin)

terhadap agresivitas pengguna kereta Commuter Line

2. Hipotesis Minor

H1 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi memahami emosi diri pada

kecerdasan emosi terhadap agresivitas pengguna kereta Commuter Line

H2 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi mengontrol emosi diri pada

kecerdasan emosi terhadap agresivitas pengguna kereta Commuter Line

Gambar 2.1 Bagan Kerangka

Page 44: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

29

H3 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi motivasi diri pada kecerdasan

emosi terhadap agresivitas pengguna kereta Commuter Line

H4 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi mengenali emosi orang lain pada

kecerdasan emosi terhadap agresivitas pengguna kereta Commuter Line

H5 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi membina hubungan pada

kecerdasan emosi terhadap agresivitas pengguna kereta Commuter Line

H6 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi usia terhadap agresivitas

pengguna kereta Commuter Line

H7 : Ada pengaruh yang signifikan dimensi jenis kelamin terhadap

agresivitas pengguna kereta Commuter Line

Page 45: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

30

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah pengguna aktif kereta Commuter Line. Rata-

rata jumlah pengguna kereta Commuter Line per-hari mencapai 993.804

pengguna pada hari kerja, dengan rekor jumlah terbanyak yang dilayani dalam

satu hari adalah 1.065.522 pengguna (www.krl.co.id, 2017). Subjek dalam

penelitian ini adalah pengguna kereta Commuter Line di wilayah Jabodetabek.

Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini

menggunakan teknik non-probability sampling. Menurut Suryadi et al. (2014),

non-probability sampling atau pengambilan sampel secara tidak acak (non-

random sampling) adalah teknik pengambilan sampel di mana setiap elemen

populasi tidak mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Adapun

cara yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling, di mana

sampel diambil dengan memilih secara spontan sehingga mempermudah proses

pengumpulan data.

Peneliti melakukan pengambilan data dengan cara menyebarkan kuesioner

kepada pengguna kereta Commuter Line yang dimulai pada tanggal 30 Juni 2018

sampai 31 Juli 2018. Penyebaran kuesioner dilakukan menggunakan dua cara,

yaitu offline (lembar kuesioner disebar langsung) dan online (melalui google

form). Peneliti menyebar sebanyak 180 kuesioner secara offline dengan bantuan

keluarga dan kerabat terdekat pada untuk menyebarkannya ke setiap pengguna

kereta Commuter Line yang mereka kenal seperti teman di kantor, sekolah, dan

Page 46: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

31

lain-lain. Dari 180 kuesioner yang disebar terdapat 50 kuesioner yang tidak

kembali, sehingga total jumlah kuesioner yang didapat secara offline adalah 130.

Namun, peneliti hanya mengambil 78 kuesioner karena pada kuesioner lainnya

terdapat ketidaklengkapan data pada informed consent serta terdapat beberapa

pilihan jawaban pada skala yang tidak terisi.

Untuk pengambilan data secara online, peneliti menyebarkan kuesioner

melalui tiga platform yaitu Whats App, Line, dan Instagram. Peneliti mulai

menyebar link kuesioner (https://goo.gl/forms/MXYgrz7aljGCHfi12) pada

tanggal 19 Juli 2018 dan menutup link pada tanggal 31 Juli 2018. Jumlah total

responden yang didapat dari kurun waktu tersebut adalah 132. Maka dari itu, total

keseluruhan responden yang peneliti dapat dari pengambilan data secara offline

dan online adalah 210.

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah agresivitas

pengguna aktif kereta Commuter Line. Dan, variabel bebas (independent variable)

dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosi dan faktor demografis. Adapun

definisi operasional dari variabel pada penelitian ini adalah:

1. Agresivitas

Agresivitas adalah perilaku yang mengandung unsur kekerasan secara fisik

maupun verbal untuk menyakiti orang lain atau benda, sebagai bentuk

pengekspresian perasaan negatif, secara fisik maupun psikologis di mana orang

yang disakiti tidak mengharapkan perilaku tersebut. Agresivitas memiliki dimensi

Page 47: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

32

physical aggression, verbal aggression, anger aggression, dan hostility

aggression (Buss & Perry, 1992).

2. Kecerdasan Emosi

Kecerdasan emosi adalah kemampuan individu yang berhubungan dengan

kemampuan pengenalan serta pengelolaan emosi diri sendiri dan juga orang lain,

serta kemampuan untuk merubah emosi negatif menjadi positif. Kecerdasan ini

memiliki dimensi memahami emosi diri, mengontrol emosi diri, motivasi diri,

mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan (Goleman, 2016).

3. Faktor Demografis

Faktor demografis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Usia

Usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau

makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Kategori usia dalam penelitian ini

mengacu pada teori Hurlock (2001) yaitu di bawah 21 tahun, 21 sampai 40 tahun,

dan 41 sampai 60 tahun.

2) Jenis kelamin

Jenis kelamin adalah perbedaan bentuk, sifat, dan fungsi biologi laki-laki dan

perempuan yang menentukan perbedaan peran masing-masing individu.

3.3 Instrumen Pengumpulan Data

Pada penelitian ini menggunakan instrumen pengumpulan data dalam bentuk

berupa kuisioner, yang menggunakan alat ukur berrmodel Skala Likert yang sudah

baku dan diadaptasi oleh peneliti ke dalam bahasa Indonesia. Skala ini memiliki

Page 48: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

33

empat alternatif jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS),

dan sangat tidak setuju (STS).

Penyusunan item pada skala ini dibuat dalam empat alternatif jawaban

yang dikelompokkan menjadi item favorable dan item unfavorable. Subjek

diminta untuk memilih satu dari empat pilihan jawaban, dan masing-masing

jawaban menunjukkan kesesuaian pernyataan yang diberikan dengan keadaan

yang dirasakan oleh subjek. Perhitungan skor tiap-tiap pilihan jawaban adalah

sebagai berikut:

Tabel 3.1

Penilaian Item Favorable dan Unfavorable

Pilihan Favorable Unfavorable SS (Sangat Sesuai) 4 1 S (Sesuai) 3 2 TS (Tidak Sesuai) 2 3 STS (Sangat Tidak Sesuai) 1 4

Instrumen penelitian yang diberikan pada pengguna kereta Commuter Line adalah

sebagai berikut:

1. Isian biodata subjek penelitian, terdiri dari pertanyaan mengenai nama atau

inisial responden, usia, dan jenis kelamin.

2. Skala agresivitas dan skala kecerdasan emosi.

1). Skala Agresivitas

Peneliti menggunakan skala agresivitas Brief Aggression Questionnaire (BAQ)

yang dikembangkan oleh Webster et al. (2015) yang juga merupakan versi singkat

dari skala agresivitas yang dikembangkan oleh Buss dan Perry (1992). Skala ini

terdiri dari 12 item dan meliputi lima dimensi, yaitu physical aggression, verbal

Page 49: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

34

aggression, anger aggression, dan hostility aggression. Peneliti mengadaptasi

skala ini ke dalam bahasa Indonesia dan melakukan modifikasi pada beberapa

item terkait dengan kepentingan penelitian.

Tabel 3.2

Blueprint Skala Agresivitas

Keterangan : tanda (*) untuk item unfavorable

2). Skala Kecerdasan Emosi

Peneliti menggunakan skala kecerdasan emosi Emotional Quotient Index (EQ

Index) yang disusun oleh Rahim et al. (2002). Alat ukur ini dikembangkan oleh

Rahim et al. (2002) berdasarkan teori kecerdasan emosi dari Goleman (2016).

Skala ini meliputi lima dimensi yang akan diteliti yaitu memahami emosi diri,

mengontrol emosi diri, motivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan membina

hubungan. Skala ini terdiri dari 22 item dan telah peneliti adaptasi ke dalam

bahasa Indonesia.

No Dimensi Indikator No Item Jumlah

1. Physical aggression

Menyerang orang lain, 2,7 2

Berkelahi 5 1

2. Verbal aggression

Memberikan teguran 4,11 2 Beradu argument 8 1

3. Anger aggression

Sulit mengendalikan emosi 1,9 2

Menunjukkan emosi negative 3 1

4. Hostility aggression

Berburuk sangka terhadap orang lain 6,10,12 3

Jumlah 12 12

Page 50: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

35

Tabel 3.3

Blueprint Skala Kecerdasan emosi

No Dimensi Indikator Item Jumlah

1. Memahami emosi diri

Mampu menyadari emosi diri, 1

4

Mampu menyadari efek dari emosi diri terhadap orang lain,

11

Mampu menyadari suasana hati, 7

Mampu menyadari keinginan dalam diri 9

2. Mengontrol emosi diri

Mampu menjaga emosi tetap dalam kendali 3,4,14,6*

5 Mampu menjaga impuls tetap dalam kendali 18

3. Motivasi diri Mampu menerima perubahan dalam mencapai tujuan

10

5

Mampu untuk tetap fokus pada tujuan 2,5

Mampu berharap untuk sukses daripada takut gagal akan suatu hal

12

Mampu berkorban untuk mencapai tujuan 22

4. Mengenali emosi orang lain

Mampu memahami perasaan yang disampaikan melalui pesan non-verbal dan verbal

8,20

4 Mampu memahami hubungan emosi antar individu lain

21

Mampu memberikan dukungan secara emosional kepada orang yang membutuhkan

17

5. Membina hubungan Mampu menghadapi masalah tanpa memandang dengan siapa bekerja

19

5

Mampu untuk tidak membiarkan emosi negatif menjadi halangan

15,16

Mampu menangani konflik dengan bijaksana 13

Jumlah 22

22

Keterangan : tanda (*) untuk item unfavorable

Page 51: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

36

3.4 Uji Validitas Konstruk

Peneliti menggunakan CFA (Confirmatory Factor Analysis) untuk pengujian

validitas instrumen dengan 34 item dari 2 skala, yaitu agresivitas dan kecerdasan

emosi. Teknik CFA ini memiliki beberapa prosedur menurut Umar (dalam

Suryadi et al., 2014), yaitu:

1. Menyusun suatu definisi operasional tentang konsep atau trait yang hendak

diukur. Untuk mengukur trait atau faktor tersebut diperlukan item (stimulus)

sebagai indikatornya.

2. Disusun hipotesis/teori bahwa seluruh item yang disusun (dibuat) adalah valid

mengukur konstruk yang didefinisikan. Dengan kata lain diteorikan (hipotesis)

bahwa hanya ada satu faktor yang diukur yaitu konstruk yang didefinisikan

(model unidimensional).

3. Berdasarkan data yang diperoleh kemudian dihitung matriks korelasi antar

item, yang disebut matriks S.

4. Matriks korelasi tersebut digunakan untuk mengestimasi korelasi yang

seharusnya terjadi menurut teori atau model yang ditetapkan. Jika

teori/hipotesis pada butir 2 adalah benar, maka semestinya semua item hanya

mengukur satu faktor saja (unidimensional).

5. Adapun langkah-langkahnya adalah:

a. Dihitung (diestimasi) parameter dari model/teori yang diuji, di mana hal

tersebut terdiri dari koefisien muatan faktor dan varian kesalahan pengukuran

(residual)

Page 52: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

37

b. Setelah nilai parameter diperoleh, kemudian diestimasi (dihitung) korelasi

antar setiap item sehingga diperoleh matriks korelasi antar item berdasarkan

hipotesis/teori yang diuji (matriks korelasi ini disebut sigma).

6. Uji validitas konstruk dilakukan dengan menguji hipotesis bahwa S = Ʃ atau

dapat dituliskan HO : S – Ʃ = 0. Uji hipotesis ini misalnya dilakukan

menggunakan uji chi-square, di mana jika chi-square tidak signifikan (p>0,05)

maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nihil (H0) tidak ditolak. Artinya, teori

yang mengatakan bahwa semua item hanya mengukur satu konstruk saja

terbukti sesuai (fit) dengan data.

7. Jika telah terbukti model unidimensional (satu faktor) fit dengan data maka

langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan dalam mengukur apa yang

hendak diukur, dengan menggunakan t-test. Jika hasil t-test tidak signifikan

maka item tersebut tidak signifikan dalam mengukur apa yang hendak diiukur,

bila perlu item yang demikian didrop dan sebaliknya. Melihat signifikan atau

tidaknya item tersebut mengukur satu faktor dengan melihat nilai t bagi

koefisien muatan faktor item. Perbandingannya adalah jika t>1,96 maka item

tersebut signifikan dan sebaliknya.

8. Selanjutnya, apabila dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan

faktornya negatif, maka item tersebut harus di drop. Sebab, hal ini tidak sesuai

dengan sifat item, di mana item tersebut bersifat positif (favorable)

9. Langkah terakhir adalah apabila kesalahan pengukuran item terlalu banyak

yang berkorelasi, maka item tersebut akan didrop. Karena, item tersebut, selain

mengukur apa yang hendak diukur, juga mengukur hal lain. adapun, pengujian

Page 53: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

38

analisis CFA seperti yang dipaparkan di atas dapat dilakukan dengan

menggunakan bantuan software LISREL 8.70.

3.4.1 Uji Validitas Konstruk Agresivitas

Penulis menguji apakah 12 item dari agresivitas bersifat unidimensional, artinya

benar hanya mengukur agresivitas saja. Dari hasil awal analisis CFA yang

dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-Square=244.91

df=54, P-Value=0.000, RMSEA=0.130. Oleh karena itu, penulis melakukan

modifikasi terhadap model, di mana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan

berkorelasi satu sama lain. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak 9 kali,

diperoleh model fit dengan Chi-Square=74.40, df=45, P-Value=0.00380,

RMSEA=0.056.

Tabel 3.4 Muatan Faktor Item Agresivitas

No Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan ITEM 1 0.65 0.06 10.36 √ ITEM 2 0.50 0.07 7.62 √ ITEM 3 0.51 0.07 7.67 √ ITEM 4 -0.02 0.07 -0.28 × ITEM 5 0.66 0.06 10.19 √ ITEM 6 0.74 0.06 11.38 √ ITEM 7 0.59 0.06 9.21 √ ITEM 8 0.46 0.07 6.37 √ ITEM 9 0.78 0.06 12.56 √ ITEM 10 0.48 0.07 7.07 √ ITEM 11 0.61 0.07 8.77 √ ITEM 12 0.48 0.07 7.18 √

Selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam mengukur faktor yang

hendak diukur, sekaligus menentukan manakah item yang perlu digugurkan atau

tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat T-Value dan muatan faktor, jika

nilai t>1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Berdasarkan tabel 3.5

Page 54: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

39

terlihat bahwa terdapat 11 item yang bermuatan positif dan signifikan, sementara

1 item lainnya memiliki nilai t<1,96 dan tidak signifikan sehingga item tersebut

harus digugurkan.

3.4.2 Uji Validitas Konstruk Kecerdasan Emosi

3.4.2.1 Muatan Faktor Item Memahami Emosi

Pada variabel memahami emosi diri yang dilakukan dengan model fit, satu faktor

menghasilkan model yang fit dengan Chi-Square=1,78, df=2, P-Value=0.41115,

RMSEA=0.000.

Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Memahami Emosi

No Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan ITEM 1 0.56 0.07 8.37 √ ITEM 2 0.85 0.06 14.14 √ ITEM 3 0.89 0.06 14.94 √ ITEM 4 0.63 0.07 9.63 √

Selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam mengukur faktor yang

hendak diukur, sekaligus menentukan manakah item yang perlu didrop atau tidak.

Pengujiannya dilakukan dengan melakukan T-value dan muatan faktor, jika nilai

t>1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Berdasarkan tabel 3.5

terlihat bahwa dari 4 item yang mengukur memahami emosi, semua item

signifikan (t>1,96) sehingga tidak ada item yang digugurkan.

3.4.2.2 Muatan Faktor Item Mengontrol emosi diri

Pada variabel mengontrol emosi diri yang dilakukan dengan model fit, satu faktor

menghasilkan model yang fit dengan Chi-Square=8.55, df=5, P-Value=0.12844,

RMSEA=0.058.

Page 55: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

40

Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Mengontrol Emosi Diri

No Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan ITEM 1 0.70 0.07 10.34 √ ITEM 2 0.72 0.07 10.62 √ ITEM 3 0.39 0.07 5.27 √ ITEM 4 0.78 0.07 11.72 √ ITEM 5 0.52 0.07 7.31 √

Selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam mengukur faktor yang

hendak diukur, sekaligus menentukan manakah item yang perlu didrop atau tidak.

Pengujiannya dilakukan dengan melakukan T-value dan muatan faktor, jika nilai

t>1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Berdasarkan tabel 3.6

terlihat bahwa dari 5 item yang mengukur mengontrol emosi diri, semua item

signifikan (t>1,96) sehingga tidak ada item yang digugurkan.

3.4.2.3 Muatan Faktor Item Motivasi Diri

Pada variabel motivasi diri yang dilakukan dengan model fit, satu faktor

menghasilkan model yang tidak fit dengan Chi-Square=22.62, df=5, P-Value=

0.00040, RMSEA=0.130. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi

terhadap model, di mana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi

satu sama lain. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak 1 kali, maka diperoleh

model fit dengan Chi-Square=5.73, df=4, P-Value=0.21997, RMSEA=0.046.

Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Motivasi Diri

No Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan ITEM 1 0.79 0.07 10.53 √ ITEM 2 0.57 0.07 7.69 √ ITEM 3 0.45 0.08 5.90 √ ITEM 4 0.34 0.08 4.29 √ ITEM 5 0.66 0.07 8.94 √

Selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam mengukur faktor yang

hendak diukur, sekaligus menentukan manakah item yang perlu didrop atau tidak.

Page 56: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

41

Pengujiannya dilakukan dengan melakukan T-value dan muatan faktor, jika nilai

t>1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Berdasarkan tabel 3.7

terlihat bahwa dari 5 item yang mengukur motivasi diri, semua item signifikan

(t>1,96) sehingga tidak ada item yang digugurkan.

3.4.2.4 Muatan Faktor Item Mengenali Emosi Orang Lain

Pada variabel mengenali emosi orang lain yang dilakukan dengan model fit, satu

faktor menghasilkan model yang tidak fit dengan Chi-Square=9.42, df=2, P-

Value= 0.00903, RMSEA=0.133. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi

terhadap model, di mana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi

satu sama lain. Setelah dilakukan modifikasi sebanyak 1 kali, maka diperoleh

model fit dengan Chi-Square=0.05, df=1, P-Value=0.82973, RMSEA=0.000.

Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Mengenali Emosi Orang Lain

No Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan ITEM 1 0.92 0.06 15.42 √ ITEM 2 0.62 0.06 9.56 √ ITEM 3 0.90 0.06 14.99 √ ITEM 4 0.57 0.07 8.16 √

Selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam mengukur faktor yang

hendak diukur, sekaligus menentukan manakah item yang perlu didrop atau tidak.

Pengujiannya dilakukan dengan melakukan T-value dan muatan faktor, jika nilai

t>1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Berdasarkan tabel 3.8

terlihat bahwa dari 4 item yang mengukur mengenali emosi orang lain, semua

item signifikan (t>1,96) sehingga tidak ada item yang digugurkan.

Page 57: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

42

3.4.2.5 Muatan Faktor Item Membina Hubungan

Pada variabel membina hubungan yang dilakukan dengan model fit, satu faktor

menghasilkan model yang fit dengan Chi-Square=0.27, df=2, P-Value=0.87507,

RMSEA=0.000.

Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Membina Hubungan

No Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan ITEM 1 0.92 0.06 15.42 √ ITEM 2 0.62 0.06 9.56 √ ITEM 3 0.90 0.06 14.99 √ ITEM 4 0.57 0.07 8.16 √

Selanjutnya adalah melihat signifikan tidaknya item dalam mengukur faktor yang

hendak diukur, sekaligus menentukan manakah item yang perlu didrop atau tidak.

Pengujiannya dilakukan dengan melakukan T-value dan muatan faktor, jika nilai

t>1,96 artinya item tersebut signifikan dan sebaliknya. Berdasarkan tabel 3.8

terlihat bahwa dari 4 item yang mengukur membina hubungan, semua item

signifikan (t>1,96) sehingga tidak ada item yang digugurkan.

3.5 Teknik Analisis Data

Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda.

Metode analisis regresi berganda ini digunakan untuk mengetahui besarnya

pengaruh lebih dari satu variabel bebas (IV) dalam penelitian ini yaitu kepribadian

kecerdasan emosi dan faktor demografis terhadap variabel terikat (DV) yaitu

agresivitas. Setelah melakukan analisis faktor dengan metode CFA (Confirmatory

Factor Analysis), akan didapatkan data variabel berupa true score di mana

selanjutnya data tersebut akan dijadikan input untuk dianalisis dengan regresi

berganda. Karena penelitian ini akan diuji hipotesis dengan menggunakan analisis

Page 58: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

43

statistik, maka hipotesis penelitian yang ada kemudian diubah menjadi hipotesis

nihil. Hipotesis ilmiah inilah yang akan diuji dalam analisis statistik nantinya.

Pada penelitian ini, digunakan analisis regresi berganda di mana terdapat

lebih dari satu variabel bebas untuk memprediksi variabel terikat. Pada penelitian

ini terdapat tujuh independent variable (variabel bebas) dan satu dependent

variable (variabel terikat). Adapun persamaan regresi berganda untuk penelitian

ini adalah sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + e

Keterangan :

Y = Nilai prediksi Y (agresivitas)

a = intercept (konstan)

b = koefisien regresi untuk masing-masing X

X1 = memahami emosi

X2 = mengontrol emosi diri

X3 = motivasi diri

X4 = mengenali emosi orang lain

X5 = membina hubungan

X6 = usia

X7 = jenis kelamin

Melalui analisis regresi berganda ini akan diperoleh nilai R2, yaitu koefisien

determinasi yang menunjukan besarnya proporsi (persentase) varians dari

dependent variable yang dapat dijelaskan oleh bervariasinya independent variable

secara keseluruhan.

Page 59: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

44

Adapun untuk mendapatkan nilai R2, digunakan rumus sebagai berikut:

𝑅2 =𝑆𝑆𝑟𝑒𝑔𝑆𝑆𝑦

Di mana:

R2 = Proporsi varians yang bisa dijelaskan oleh keseluruhan

independent variable.

SSreg = Jumlah kuadrat regresi yang dapat dihitung jika koefisien regresi

telah diperoleh.

SSy = Jumlah kuadrat dari dependent variabel (Y)

Selanjutnya R2 dapat diuji signifikansi dengan uji F. Adapun rumus untuk uji F.

Adapun rumus untuk uji F terhadap R2 adalah :

𝐹 = 𝑅2/𝑘(1−𝑅2)/(𝑁−𝑘−1)

dengan df=K dan (N – k – 1)

Di mana K adalah banyaknya independent variable dan N adalah besarnya

sampel. Apabila nilai F itu signifikan (p<0,05), maka berarti seluruh independent

variable secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

dependent variable.

Adapun langkah berikutnya adalah menguji signifikansi pengaruh masing-

masing independent variable terhadap dependent variable. Hal ini dilakukan

melalui uji t (t-test) terhadap setiap koefisien regresi. Jika nilai t>1,96 maka

berarti independent variable yang bersangkutan memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap dependent variable, dan sebaliknya.

Adapun rumus t-test yang digunakan adalah:

𝑡 =𝑏𝑖𝑆𝑏1

Page 60: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

45

Di mana bi adalah koefisien regresi untuk IV(i) dan Sbi adalah standar deviasi

sampling dari bi.

Sebagai langkah terakhir adalah uji signifikan terhadap proporsi varian

yang disumbangkan oleh masing-masing independent variable dalam

mempengaruhi dependent variable. Setiap kali dilakukan analisis regresi akan

diperoleh nilai R2. Setiap kali ditambahkan independent variable baru diharapkan

terjadi peningkatan R2 secara signifikan.

Jika pertambahan R2 (R2 change) signifikan secara statistik maka berarti

independent variable baru yang ditambahkan tersebut cukup penting secara

statistic maupun dalam upaya memprediksi independent variable serta untuk

menguji hipotesis apakah independent variable bersangkutan signifikan

pengaruhnya. Setiap pertambahan R2 ketika satu independent variable baru

ditambahkan adalah menunjukan besarnya sumbangan unik independent variable

tersebut terhadap bervariasinya dependent variable setelah pengaruh dari

beberapa independent variable terdahulu diperhitungkan dampaknya. Oleh sebab

itulah analisis regresi secara sequential seperti ini dikenal dengan sebutan

stepwise regression.

Adapun rumus yang digunakan untuk menguji signifikan tidaknya pertambahan

proporsi varian (R2 change) adalah sebagai berikut :

𝐹 = (𝑅𝑇2− 𝑅𝑠2)/(𝑇−𝑆)

(1−𝑅𝑇2)/(𝑁−𝑇−1)

dengan df = (T – S) dan (N – T – 1)

Disini, 𝑅𝑇2 adalah nilai R2 yang dihasilkan setelah independent variable baru

ditambahkan ke dalam persamaan, dan 𝑅𝑆2 adalah nilai R2 yang diperoleh sebelum

independent variable baru ditambahkan. Sedangkan T adalah banyaknya

Page 61: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

46

independent variable pada 𝑅𝑇2 dan S adalah banyak independent variable pada 𝑅𝑆2.

N adalah besarnya sampel penelitian.

Rumus ini bersifat generik, artinya bisa digunakan untuk menguji

signifikan tidaknya pertambahan R2 baik untuk pertambahan satu IV maupun

untuk pertambahan beberapa IV. Jika nilai F yang dihasilkan signifikan berarti

proporsi varian yang dapat dijelaskan dan merupakan sumbangan dari IV yang

ditambahkan adalah signifikan secara statistik.

Maka dari itu rumus ini bisa diuji signifikan tidaknya pertambahan

independent variable baik hanya dengan menambahkan satu independent variable

maupun dengan menambahkan beberapa independent variable sekaligus. Teknik

analisis data multiple regression seperti yang telah dijelaskan di atas akan

menggunakan bantuan software statistika SPSS 16.0.

Page 62: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

47

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah 210 pengguna kereta Commuter Line di

Jabodetabek. Selanjutnya akan dijelaskan gambaran sujek berdasarkan usia dan

jenis kelamin pada table 4.1 berikut :

Tabel 4.1

Tabel Gambaran Umum Subjek (N=210)

Sampel Penelitian Frekuensi (%) Usia < 21 tahun 20 9.5% 21 – 40 tahun 175 83.3% 41 – 60 tahun 15 7.1% Jenis Kelamin Laki-laki 63 30% Perempuan 147 70%

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar sampel dalam

penelitian ini berusia 21 – 40 tahun dengan persentase sebesar 85.7%, sebagian

lainnya berusia dibawah 21 tahun dengan persentase sebesar 9.5%, dan 41 – 60

tahun dengan persentase sebesar 7.1%.

Berikutnya dijelaskan gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin. dapat

diketahui bahwa sebagian besar sampel dalam penelitian ini memiliki jenis

kelamin perempuan dengan persentase sebesar 70% dan laki-laki dengan

persentase sebesar 30%.

4.2 Analisis Deskriptif

Pada penelitian ini, peneliti mengklasifikasikan agresivitas, memahami emosi diri,

mengontrol emosi diri, motivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan membina

Page 63: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

48

hubungan menjadi dua skor, yaitu rendah dan tinggi. Berikut analisis deskriptif

yang peneliti lakukan yang disajikan dalam tabel 4.2 di bawah ini :

Tabel 4.2

Analisis Deskriptif (N=210)

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Agresivitas 210 30.72 83.19 50.0000 9.05042 Memahami emosi diri

210 14.76 71.38 50.0000 8.62361

Mengontrol emosi diri

210 25.90 72.23 50.0000 8.40366

Motivasi diri 210 20.83 70.19 50.0000 8.23459 Mengenali emosi orang lain

210 26.66 72.82 50.0000 8.88923

Membina hubungan

210 24.65 68.23 50.0000 7.87388

Valid N (listwise)

210

Dari tabel 4.2 dapat diketahui deskriptif statistik pada setiap variabel. Kolom N

menjelaskan bahwa sampel pada setiap variabel berjumlah 210. Kolom minimum

dan maksimum menjelaskan nilai minimum dan minimum pada setiap variabel.

Dilihat bahwa pertama, variabel agresivitas memiliki nilai minimum 30.72 dan

nilai maksimum 83.19. Kedua, variabel memahami emosi diri memiliki nilai

minimum 14.76 dan nilai maksimum 71.38. Ketiga, variabel mengontrol emosi

diri memiliki nilai minimum 25.90 dan nilai maksimum 72.23. Keempat, variabel

motivasi diri memiliki nilai minimum 20.83 dan nilai maksimum 70.19. Kelima,

variabel mengenal emosi orang lain memiliki nilai minimum 26.66 dan nilai

maksimum 72.82. Keenam, variabel membina hubungan memiliki nilai minimum

24.65 dan nilai maksimum 68.23.

Page 64: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

49

4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian

Dengan menggunakan nilai mean dan standar deviasi, maka dapat ditetapkan

norma kategorisasi variabel penelitian seperti yang tertera pada tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3

Norma Skor Variabel

Kategori Rumus Rendah X < (M – 1SD) Sedang (M – 1SD) < X ≤ (M + 1SD) Tinggi X > (M – 1SD)

Setelah kategori tersebut didapatkan, maka akan diperoleh nilai persentasi

kategori masing-masing variabel penelitian. Masing-masing variabel akan

dikategorisasikan dengan kategori rendah, sedang, dan tinggi. penjelasannya dapat

dilihat pada tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4

Kategorisasi Skor Variabel

Variabel Frekuensi Rendah (%) Sedang (%) Tinggi (%)

Agresivitas 30 (14.3) 153 (72.9) 26 (12.4) Memahami emosi diri 17 (8.1) 166 (79) 27 (12.9) Mengontrol emosi diri 15 (7.1) 169 (80.5) 26 (12.4) Motivasi diri 11 (5.2) 173 (82.4) 26 (12.4) Mengenali emosi orang lain 16 (7.6) 172 (81.9) 22 (10.5) Membina hubungan 7 (3.3) 176 (83.8) 27 (12.9)

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa:

1. Responden dengan tingkat agresivitas rendah berjumlah 30 orang (14.3%),

responden dengan tingkat agresivitas sedang berjumlah 153 orang (72.9%),

dan responden dengan tingkat agresivitas tinggi berjumlah 26 orang (12.4%).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas agresivitas pengguna kereta

berada pada tingkat sedang (72.9%). Namun, pengguna kereta dengan tingkat

Page 65: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

50

agresivitas rendah (30%) lebih dominan daripada pengguna kereta dengan

tingkat agresivitas tinggi (12.4%).

2. Responden dengan tingkat memahami emosi diri rendah berjumlah 17 orang

(8.1%), responden dengan tingkat memahami emosi diri sedang berjumlah

166 orang (79%), dan responden dengan tingkat memahami emosi diri tinggi

berjumlah 27 orang (12.9%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas

memahami emosi diri pengguna kereta berada pada tingkat sedang (79%).

Namun, pengguna kereta dengan tingkat memahami emosi diri yang tinggi

(12.9%) lebih dominan daripada pengguna kereta dengan tingkat memahami

emosi diri yang rendah (8.1%).

3. Responden dengan tingkat mengontrol emosi diri rendah berjumlah 15 orang

(7.1%), responden dengan tingkat mengontrol emosi diri sedang berjumlah

169 orang (80.5%), dan responden dengan tingkat mengontrol emosi diri

tinggi berjumlah 26 orang (12.4%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa

mayoritas mengontrol emosi diri pengguna kereta berada pada tingkat sedang

(80.5%). Namun, pengguna kereta dengan tingkat mengontrol emosi diri

tinggi (12.4%%) lebih dominan daripada pengguna kereta dengan tingkat

mengontrol emosi diri rendah (7.1%).

4. Responden dengan tingkat motivasi diri rendah berjumlah 11 orang (5.2%),

responden dengan tingkat motivasi diri sedang berjumlah 173 orang (82.4%),

dan responden dengan tingkat motivasi diri tinggi berjumlah 26 orang

(12.4%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas motivasi diri

pengguna kereta berada pada tingkat sedang (82.4%). Namun, pengguna

Page 66: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

51

kereta dengan tingkat motivasi diri rendah (12.4%) lebih dominan daripada

pengguna kereta dengan tingkat motivasi diri tinggi (5.2%).

5. Responden dengan tingkat mengenali emosi orang lain rendah berjumlah 16

orang (7.6%), responden dengan tingkat mengenali emosi orang lain sedang

berjumlah 172 orang (81.9%), dan responden dengan tingkat mengenali

emosi orang lain tinggi berjumlah 22 orang (10.5%). Sehingga dapat

disimpulkan bahwa mayoritas mengenali emosi orang lain pengguna kereta

berada pada tingkat sedang (81.9%). Namun, pengguna kereta dengan tingkat

mengenali emosi orang lain tinggi (10.5%) lebih dominan daripada pengguna

kereta dengan tingkat mengenali emosi orang lain rendah (7.6%).

6. Responden dengan tingkat membina hubungan rendah berjumlah 7 orang

(3.3%), responden dengan tingkat membina hubungan sedang berjumlah 176

orang (83.8%), dan responden dengan tingkat membina hubungan tinggi

berjumlah 27 orang (12.9%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas

membina hubungan pengguna kereta berada pada tingkat sedang (83.8%).

Namun, pengguna kereta dengan tingkat membina hubungan tinggi (12.9%)

lebih dominan daripada pengguna kereta dengan tingkat membina hubungan

rendah (3.3%).

4.4 Uji Hipotesis Penelitian

4.4.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian

Pada tahapan uji hipotesis penelitian, teknik analisis regresi dilakukan regresi

dilakukan dengan menggunakan software SPSS 16.0 seperti yang sudah

dijelaskan pada bab 3. Dalam regresi ada tiga hal yang dilihat, yaitu pertama

Page 67: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

52

melihat R Square untuk mengetahui berapa persen (%) varians dependent variable

yang dijelaskan oleh independent variable, yang kedua apakah keseluruhan

independent variable berpengaruh secara signifikan terhadap DV, kemudian

terakhir melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-masing

independent variable. Selanjutnya untuk tabel R Square, dapat dilihat pada tabel

4.5 sebagai berikut:

Tabel 4.5

R square

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Sig F. Change

1 .271a .074 .041 8.86103 .029 a. Predictors: (Constant), JK, Memahami emosi diri, Usia, Mengontrol emosi diri, Motivasi diri,

Mengenali emosi orang lain, Membina hubungan Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa perolehan R-Square sebesar 7,4%. Artinya

proporsi dari agresivitas yang dijelaskan oleh variabel kecerdasan emosi

(memahami emosi diri, mengontrol emosi diri, motivasi diri, mengenali emosi

orang lain, dan membina hubungan) dan faktor demografi (usia dan jenis kelamin)

adalah sebesar 7,4% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar

penelitian ini.

Langkah kedua adalah menganalisis dampak independent variable

terhadap agresivitas. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6

ANOVAa Model Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 1258.628 7 179.804 2.290 .029 Residual 15860.600 202 78.518 Total 17119.227 209

a. Predictors: (Constant), JK, Memahami emosi diri, Usia, Mengontrol emosi diri, Motivasi diri, Mengenali emosi orang lain, Membina hubungan

b. Dependent variable: Agresivitas

Page 68: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

53

Berdasarkan pada tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai Sig. adalah

sebesar 0.029, dengan demikian diketahui bahwa nilai Sig<0.05, maka hipotesis

nol yang menyatakan tidak ada pengaruh kecerdasan emosi dan faktor demografis

terhadap agresivitas, ditolak. Artinya, ada pengaruh yang signifikan antara

dimensi-dimensi kecerdasan emosi (memahami emosi diri, mengontrol emosi diri,

motivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan) dan faktor

demografis (usia dan jenis kelamin) terhadap agresivitas.

Langkah selanjutnya adalah melihat koefisien regresi setiap independent

variable. Jika nilai Sig <0.05 maka koefisien regresi tersebut signifikan, yang

berarti bahwa independent variable tersebut memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap agresivitas. Adapun penyajiannya pada tabel 4.7 sebagai berikut:

Tabel 4.7

Koefisien Regresi

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 61.852 5.793 10.676 .000 Memahami emosi diri -.176 .101 -.168 -1.744 .083 Mengontrol emosi diri -.238 .089 -.221 -2.664 .008* Motivasi diri .125 .095 .114 1.315 .190 Mengenali emosi orang lain

.077 .093 .076 .832 .406

Membina hubungan .073 .113 .064 .648 .517 Usia -2.600 1.562 -.117 -1.665 .097 JK .572 1.417 .029 .404 .687

Berdasarkan tabel 4.7, maka persamaan regresinya adalah sebagai berikut:

(*signifikan)

Agresivitas = 61.852 – 0.176 kecerdasan emosi (memahami emosi diri) – 0.238*

kecerdasan emosi (mengontrol emosi diri) + 0.125 kecerdasan emosi (motivasi

Page 69: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

54

diri) + 0.077 kecerdasan emosi (mengenali emosi orang lain) + 0.073 kecerdasan

emosi (membina hubungan) – 2.600 usia + 0.572 jenis kelamin.

Dari persamaan regresi di atas, dapat dilihat bahwa koefisien regresi

semua variabel (memahami emosi diri, mengontrol emosi diri, motivasi diri,

mengenali emosi orang lain, membina hubungan, usia, dan jenis kelamin) hanya

variabel mengontrol emosi yang signifikan, sedangkan variabel lainnya tidak

signifikan. Hal ini menyatakan bahwa dari tujuh independent variable hanya satu

variabel yang signifikan pengaruhnya terhadap agresivitas. Penjelasan dari nilai

koefisien regresi yang diperoleh pada masing-masing independent variabel adalah

sebagai berikut:

1. Nilai koefisien regresi pada variabel memahami emosi diri sebesar -0.176

dengan nilai signifikansi sebesar 0.083, dalam hal ini nilai probability > 0.05,

dengan demikian hipotesis nihil diterima. Hal ini mengandung arti bahwa

memahami emosi diri tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

agresivitas.

2. Nilai koefisien regresi pada variabel mengontrol emosi diri sebesar -0.238

dengan nilai signifikansi sebesar 0.008, dalam hal ini nilai probability < 0.05,

dengan demikian hipotesisi nihil ditolak. Hal ini mengandung berarti bahwa

mengontrol emosi diri memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

agresivitas. Arah negatif menunjukkan bahwa semakin tinggi kecenderungan

mengontrol emosi diri, semakin rendah agresivitas.

3. Nilai koefisien regresi pada variabel motivasi diri sebesar 0.125 dengan nilai

signifikansi sebesar 0.190, dalam hal ini nilai probability > 0.05, dengan

Page 70: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

55

demikian hipotesis nihil diterima. Hal ini mengandung arti bahwa motivasi

diri tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas.

4. Nilai koefisien regresi pada variabel mengenali emosi orang lain sebesar

0.077 dengan nilai signifikansi sebesar 0.406, dalam hal ini nilai probability >

0.05, dengan demikian hipotesis nihil diterima. Hal ini mengandung arti

bahwa mengenali emosi orang lain tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap agresivitas.

5. Nilai koefisien regresi pada variabel membina hubungan sebesar 0.073

dengan nilai signifikansi sebesar 0.517, dalam hal ini nilai probability > 0.05,

dengan demikian hipotesis nihil diterima. Hal ini mengandung arti bahwa

membina hubungan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

agresivitas.

6. Nilai koefisien regresi pada variabel usia sebesar -2.600 dengan nilai

probability sebesar 0.097, dalam hal ini nilai probability > 0.05, dengan

demikian hipotesis nihil diterima. Hal ini mengandung arti bahwa tidak ada

perbedaan dalam hal tinggi dan rendahnya agresivitas antara usia < 21 tahun,

21 – 40 tahun, dan 41 – 60 tahun.

7. Nilai koefisien regresi pada variabel jenis kelamin sebesar 0.572 dengan nilai

probability sebesar 0.687, dalam hal ini nilai probability > 0.05, dengan

demikian hipotesis nihil diterima. Hal ini mengandung arti bahwa tidak ada

perbedaan dalam hal tinggi dan rendahnya agresivitas antara jenis kelamin

perempuan dengan laki-laki.

Page 71: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

56

4.6 Pengujian Proporsi Varians pada Setiap Variabel Independen

Untuk mengetahui proporsi varians dari masing-masing variabel bebas, maka

dilakukan perhitungan nilai R-Square Change dengan cara melakukan analisis

regresi satu persatu. Langkah ini dilakukan untuk melihat besarnya R-Square

Change setiap kali menambahkan variabel bebas ke dalam analisis regresi.

Adapun besar R-Square Change untuk masing-masing variabel bebas pada tabel

4.8 berikut ini:

Tabel 4.8

Proporsi Varians pada Setiap Independent Variable

Model Summary

Model R R Square

Change Statistics

R Square Change F Change df1 df2

Sig. F Change

1 .127a .016 .016 3.401 1 208 .067 2 .193b .037 .021 4.564 1 207 .034 3 .230c .053 .015 3.344 1 206 .069 4 .240d .058 .005 1.095 1 205 .297 5 .247e .061 .003 .670 1 204 .414 6 .261f .073 .012 2.620 1 203 .107 7 .262g .074 .001 .163 1 202 .687

Berdasarkan tabel 4.8, dapat disampaikan informasi sebagai berikut:

1. Sumbangan variabel memahami emosi diri terhadap agresivitas adalah sebesar

1,6%, namun tidak signifkan (Sig F>0.05).

2. Sumbangan variabel mengontrol emosi diri terhadap agresivitas sebesar adalah

2,1%, dan signifikan (Sig F<0.05).

3. Sumbangan variabel motivasi diri terhadap agresivitas sebesar adalah 1,5%,

namun tidak signifkan (Sig F>0.05).

4. Sumbangan variabel mengenali emosi orang lain terhadap agresivitas sebesar

adalah 0,5%, namun tidak signifkan (Sig F>0.05).

5. Sumbangan variabel membina hubungan terhadap agresivitas adalah sebesar

0.3%, namun tidak signifkan (Sig F>0.05).

Page 72: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

57

6. Sumbangan variabel usia terhadap agresivitas adalah sebesar 1,2%, namun

tidak signifkan (Sig F>0.05).

7. Sumbangan variabel jenis kelamin terhadap agresivitas adalah sebesar 0,1%,

namun tidak signifkan (Sig F>0.05).

Page 73: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

58

BAB 5

KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji hipotesis, kesimpulan pertama yang diperoleh dari penelitian ini

adalah terdapat pengaruh yang signifkan dari kecerdasan emosi (memahami emosi

diri, mengontrol emosi diri, motivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan membina

hubungan) dan faktor demografis (usia dan jenis kelamin) terhadap agresivitas

pengguna kereta Commuter Line. Berdasarkan hasil uji F dapat diketahui bahwa

hipotesis nihil yang menyatakan “tidak ada pengaruh yang signifikan variabel

kecerdasan emosi dan faktor demografis terhadap agresivitas” ditolak. Artinya,

terdapat pengaruh yang signifikan pada kecerdasan emosi (memahami emosi diri,

mengontrol emosi diri, motivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan membina

hubungan) dan faktor demografis (usia dan jenis kelamin) terhadap agresivitas.

5.2 Diskusi

Fokus pada penelitian ini adalah untuk menguji faktor-faktor yang mempengaruhi

agresivitas pengguna kereta Commuter Line. Dari hasil koefisien regresi

menunjukkan bahwa mengontrol emosi diri secara negatif memberikan pengaruh

yang signifikan terhadap agresivitas. Artinya, semakin baik kemampuan pengguna

kereta Commuter Line dalam mengontrol emosi dirinya maka semakin rendah

agresivitas mereka. Apabila individu mampu mengendalikan emosinya, dapat

menenangkan diri dari kecemasan, kemurungan, serta kemarahan yang menjadi-jadi

maka individu tersebut cenderung akan menghindari berperilaku negatif yang dapat

Page 74: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

59

merugikan dirinya sendiri maupun orang lain, seperti melampiaskan amarahnya

dengan tindakan agresif.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Kaya et al. (2017) dan Masum &

Khan (2014) yang membuktikan bahwa dimensi mengontrol emosi diri dalam

kecedasan emosional secara signifikan memberikan pengaruh terhadap agresivitas,

yang artinya individu dengan kemampuan mengontrol emosi diri yang baik memiliki

agresivitas yang rendah. Penelitian dari Masoumeh et al. (2014) juga membuktikan

bahwa dari lima dimensi kecerdasan emosi, mengontrol emosi diri merupakan salah

satu dimensi yang secara signifikan mempengaruhi agresivitas. Selain itu, hasil ini

juga membuktikan pernyataan dari Goleman (2016) bahwa individu yang dapat

mengontrol emosi dirinya dengan baik dapat menangani rasa frustrasinya. Karena

individu yang sulit menangani rasa frustrasinya dengan baik cenderung akan

mengekspresikan emosi mereka dengan perilaku-perilaku negatif.

Di dalam penelitian ini pun terdapat beberapa variabel yang tidak terbukti

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas. Variabel tersebut antara lain

memahami emosi diri, motivasi diri, mengenali emosi orang lain, membina

hubungan, usia, dan jenis kelamin. Hasil penelitian menunjukkan, dari lima dimensi

kecerdasan emosi, hanya dimensi mengontrol emosi diri yang secara signifkan

memiliki pengaruh terhadap agresivitas, sedangkan empat dimensi lainnya tidak

memiliki pengaruh yang signifikan. Hasil ini sejalan dengan penelitian dari Kaya et

al. (2017) dan Masoumeh et al. (2014), meskipun keseluruhan variabel kecerdasan

Page 75: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

60

emosi secara signifikan berpengaruh terhadap agresivitas secara spesifik tidak semua

dimensi memberikan pengaruh yang signifikan.

Variabel kecerdasan emosi pertama yang memiliki pengaruh sedikit terhadap

agresivitas adalah memahami emosi diri. Memahami emosi diri merupakan

kemampuan untuk memperhatikan dan memahami keadaan emosi diri yang

dirasakan. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Kaya et al. (2017) yang

membuktikan adanya pengaruh yang signifkan antara dimensi ini dengan agresivitas.

Hal ini mungkin dapat disebabkan karena memahami emosi diri saja tidak cukup

mempengaruhi seseorang untuk berperilaku agresif.

Variabel kedua yang tidak memiliki pengaruh yang signifikan adalah motivasi

diri, hasil ini sejalan dengan penelitian dari Masum & Khan (2014). Hal ini dapat

dikarenakan agresivitas pengguna tidak disebabkan oleh kemampuan memotivasi diri,

namun oleh kemampuan lain.Selain itu, pengaruh yang disumbangkan oleh dimensi

ini positif, yang artinya semakin tinggi kemampuan motivasi diri individu semakin

tinggi pula agresivitas yang dimilikinya. Hal ini mungkin dapat dikarenakan motivasi

yang ada pada diri pengguna adalah keinginan untuk sampai di tempat tujuan tepat

waktu sehingga pengguna akan melakukan segala cara agar bisa memenuhinya,

termasuk jika harus dilakukan dengan agresi.

Variabel ketiga yang tidak memberikan pengaruh yang signifikan adalah

mengenali emosi orang lain. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Kaya et al. (2017) yang membuktikan bahwa kemampuan mengenali emosi orang

lain tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas. Hal ini dapat

Page 76: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

61

dikarenakan ketika berada di dalam kereta, pengguna lebih mengutamakan

kepentingan pribadinya daripada kepentingan orang lain.

Variabel keempat yang tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap

agresivitas adalah membina hubungan. Hasil ini tidak sejalan dengan hasil penelitian

dari Kaya et al. (2017). Hal ini mungkin dapat dikarenakan mayoritas pengguna tidak

mengenal satu sama lain sehingga dimensi ini tidak bisa menyumbang pengaruh

karena memang tidak adanya hubungan yang terjalin.

Variabel kelima yang tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap

agresivitas adalah usia. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian dari Khan (2006)

yang menyatakan bahwa usia merupakan variabel yang dapat mempengaruhi

agresivitas, dimana individu pada usia muda memiliki agresivitas yang lebih tinggi

daripada individu usia dewasa. Penyebab dari hasil ini dapat dikarenakan jumlah

responden yang tidak seimbang, mayoritas responden berusia 21 sampai 40 tahun

sedangkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal dibutuhkan jumlah responden

yang merata.

Variabel terakhir pada penelitian ini yang tidak memberi pengaruh yang

signifikan adalah jenis kelamin. Hasil ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh Archer (2004) yang menyatakan tidak ada perbedaan pada tingkat

agresivitas yang dimiliki laki-laki maupun perempuan. Secara garis besar, hasil

penelitian ini menguatkan penelitian-penelitan sebelumnya meskipun subjek yang

diambil yang berbeda.

Page 77: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

62

Tentunya, penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan. Beberapa

diantaranya yang dapat peneliti simpulkan adalah:

1. Jumlah responden tidak merata dilihat dari jenis kelamin dan usia, sehingga hasil

yang didapat mungkin tidak menggambarkan dengan maksimal apa yang terjadi di

lapangan.

2. Item-item pada skala variabel kecerdasan emosi bersifat umum atau tidak

disesuaikan dengan fenomena yang diambil.

Selain itu, terdapat beberapa hal yang mungkin dapat menjadi penyebab kecilnya

sumbangan kecerdasan emosi dan faktor demografis terhadap agresivitas,

diantaranya:

1. Terdapat faktor eksternal yang memiliki pengaruh lebih besar.

2. Agresivitas bersifat situasional yang artinya responden bersikap agresif hanya saat

berada di lingkungan kereta, hal tersebut dikarenakan situasi yang membuat

tertekan dan mengaharuskan mereka untuk “survive” sehingga perilaku yang

muncul bukan perilaku sehari-hari.

3. Tingginya korelasi antar independent variable menyebabkan kecilnya besar

sumbangan yang diperoleh. Maka dari itu, alangkah baiknya jika pada penelitian

selanjutnya menambahkan independent variable yang memiliki korelasi rendah

antar satu sama lain.

5.3 Saran

Pada bagian ini, saran dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu saran teoritis dan

saran praktis. Penulis memberikan saran secara teoritis dengan harapan dapat

Page 78: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

63

memberikan kontribusi untuk penelitian selanjutnya. Selain itu, penulis juga

menguraikan saran secara praktis dengan harapan dapat memberikan informasi

tambahan terutama bagi pembaca yang ingin melakukan penelitian.

5.3.1 Saran Teoritis

Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa saran teoritis yang dapat diajukan

sebagai pertimbangan bagi penelitian selanjutnya, yaitu:

1. Pada penelitian ini, salah satu dimensi dari kecerdasan emosi yaitu mengontrol

emosi diri merupakan satu-satunya yang mempengaruhi agresivitas secara

signifikan. Sehingga untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambahkan

variabel-variabel besar lain diluar variabel kecerdasan emosi dan faktor

demografis yang terkait dengan agresivitas diantaranya seperti kepribadian,

provokasi, dan penderitaan.

2. Pada penelitian selanjutnya juga disarankan untuk memperbanyak responden dan

meratakan sampel penelitian berdasarkan usia dan jenis kelamin agar lebih

merepresentasikan populasi.

5.3.2 Saran Praktis

Berdasarkan hasil penelitian ini, saran praktis yang dapat diajukan kepada pihak-

pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian adalah:

Hasil penelitian membuktikan bahwa agresivitas dipengaruhi secara signifikan oleh

salah satu domain kecerdasan emosi yaitu mengelola emosi diri. Fakta tersebut

sejalan dengan penelitian Kaya (2013) yang meneliti pengaruh kecerdasan emosi

Page 79: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

64

terhadap agresivitas dimana dimensi mengelola emosi diri merupakan salah satu

domain yang berpengaruh secara signifikan.

Maka, dapat dikatakan bahwa salah satu cara untuk mengurangi tingkat

agresivitas atau meminimalisir agresi pada pengguna kereta Commuter Line adalah

dengan mengendalikan emosi lebih baik, sehingga dampak dari emosi negatif yang

dirasakan tidak diekspresikan dengan tindakan agresif. Selain itu, pihak KRL (Kereta

Rel Listrik) Commuter Line pun alangkah baiknya ikut memperbaiki pada segi

pelayanan, misalnya dengan menghadirkan penjaga pada setiap pintu gerbong kereta

sehingga lebih mudah menertibkan situasi di masing-masing gerbong dan membatasi

pengguna yang masuk agar tidak melebihi kapasitas, dengan begitu kepadatan yang

berlebihan dapat terhindarkan.

Page 80: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

65

DAFTAR PUSTAKA

Agung, D. B., & Matulessy, A. (2012). Kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual dan agresivitas pada remaja. Persona, Jurnal Psikologi Indonesia, 1(2), 99-104

Archer, J. (2004). Sex differences in aggression in real-world settings: a meta-analytic review. Review of General Psychology, 8(4), 291–322. doi: 10.1037/1089-2680.8.4.291

Aziz, R., & Mangestuti, R. (2006). Pengaruh kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ) terhadap agresivitas pada mahasiswa UIN Malang. Jurnal Penelitian dan Pengembangan, 1(1), 1-23

Aziz, R., & Mangestuti, R. (2006). Tiga Jenis Kecerdasan dan Agresivitas Mahasiswa. Psikologika, (21), 64-77

Bhateri & Singh, R. (2015). A comparative study of aggression between males and females. IOSR Journal of Humanities and Social Science, 20(8), 43-51. doi: 10.9790/0837-20844351

Bailey, R. H. (1989). Peranan Otak. Jakarta: Tira Pustaka

Baron, R., & Bryne, D. (2005). Psikologi Sosial: Jilid Kedua Edisi Kesepuluh. Jakarta: Erlangga

Brackett, M. A., & Salovey, P. (2006). Measuring emotional intelligence with the Mayer-Salovey-Caruso emotional intelligence test (MSCEIT). Psicothema, 18, 34-41

Brown, C. (2006). Social Psychology. London: SAGE Publications Ltd

Bryant, F. B., & Smith, B. D. (2001). Refining the achitecture of aggression: a measurement model for the Buss–Perry aggression questionnaire. Journal of Research in Personality, 35, 138–167. doi: 10.1006/jrpe.2000.2302

Buss, A. H., & Perry, M. P. (1992). The aggression questionnaire. Journal of Personality and Social Psychology, 63(3), 452-459

Campbell, A., & Muncer, S. (1994). Sex differences in aggression: social representation and social roles. British Journal of Social Psychology, 33(2), 233-240. doi: 10.1111/j.2044-8309.1994.tb01021.x

Consoelu, S. G. (1993). Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: Universitas Indonesia

Page 81: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

66

DeLisi, M., & Beaver, K. M. (2011). Criminological Theory: A Life-Course Approach. Sudburry, Massachusetts: Jones and Bartlett Publishers

Dini, F. O., & Indrijati, H. (2014). Hubungan antara kesepian dengan perilaku agresif pada anak didik di lembaga pemasyarakatan anak blitar. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental, 3(3), 30-36

Das, P. P. P., & Tripathy, S. (2015). Role of emotional intelligence on aggression: a comparison between adolescent boys and girls. Psychology and Behavioral Sciences, 4(1), 29-35. doi: 10.11648/j.pbs.20150401.15

Davies, M., Stankov, L., & Roberts, R. D. (1998). Emotional intelligence:In search of an elusive construct. Journal of Personality and Social Psychology, 75, 989–1015

Evans, G. W., & Wener, R. E. (2006). Rail commuting duration and passenger stress. Health Psychology, 25(3), 408–412. doi: 10.1037/0278-6133.25.3.408

Franzoi, S. L. (2003). Social Psychology, 3rd Edition. New York: McGraw Hill

Goleman, D. (2016). Emotional Intelligence (Kecerdasan emosi): Mengapa EI Lebih Penting daripada IQ. Jakarta: PT Gramedia

Goleman, D. (2017). Why Emotional Self-Control Matters? https://www.mindful.org/ emotional-self-control-matters/ (dikunjungi pada 10 Januari 2018)

Goleman, D. (2017). How Emotionally Self-Aware Are You? https://www.mindful.org/emotionally-self-aware/ (dikunjungi pada 10 Januari 2018)

Handono, O. T., & Bashori, K. (2013). Hubungan antara penyesuaian diri dan dukungan sosial terhadap stres lingkungan pada santri baru. Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, 1(2), 79-89

Helmi, A. F., & Soedardjo. (1998). Beberapa perspektif perilaku agresif. Buletin Psikologi, 5(2), 9-15

Hurlock, E. B. (2001). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga

Ioannidou, F., & Konstantikaki, V. (2008). Empathy and emotional intelligence: what is it really about. International Journal of Caring Sciences, 1(3), 118-123

Page 82: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

67

Jonker, C. S., & Vosloo, C. (2008). The psychometric properties of the schutte emotional intelligence scale. Journal of Industrial Psychology, 24(2), 21-30

Jorfi, H., Jorfi, S., Yaccob, H. F. B., & Nor, K. M. (2014). The impact of emotional intelligence on communication effectiveness: focus on strategic alignment. African Journal of Marketing Management, 6(5), 82-87. doi: 10.1037/1089-2680.8.4.291

Joseph, D. L., & Newman, D. A. (2010). Emotional intelligence: an integrative meta-analysis and cascading model. American Psychological Association, 95(1), 54–78. doi: 10.1037/a0017286

Kaya, H. B., Hazar, M., Beyleroglu, M, & Sari, I. (2017). Relationship between emotional intelligence and aggression on boxers. Future Human Image, 8, 55-65

Khan, F. N. (2006). Age differences in expression of aggression in men and women. Journal of Independent Studies and Research, 4(1), 29-32

Madani, M. A. (2018). Pengguna KRL Commuter Line Meningkat 22,6 Persen. http://www.republika.co.id/berita/inpicture/jabotabek-inpicture/18/01/08/ p28los283-pengguna-krl-commuter-line-meningkat-226-persen(dikunjungi pada 24 Januari 2018)

Matlock, S. T., & Aman, M. G. (2011). Development of the adult scale of hostility and aggression: reactive–proactive (A-SHARP). American Association on Intellectual and Developmental Disabilities,116(2), 130-141. doi: 10.1352/1944-7558-116.2.130

Maulana, F. H., Hamid, D., & Mayoan, Y. (2015). Pengaruh motivasi intrinsik, motivasi ekstrinsik dan komitmen organisasi terhadap kinerja karyawan pada bank BTN kantor cabang Malang. Jurnal Administrasi Bisnis, 22(1), 1-8

Mayer, J. D., Salovey, P., Caruso, D. R., & Cherkasskiy, L. (2011). Emotional Intelligence. The Cambridge handbook of intelligence. New York, NY: Cambridge University Press

Masoumeh, H., Mansor, M. B., Yaacob, S. N, Talib, M. A., & Sara, G. (2014). Emotional intelligence and aggression among adolescents in Tehran, Iran. Life Science Journal, 11(5), 506-511

Masum, R., & Khan, I. (2014). Examining the relationship between emotional intelligence and aggression among undergraduate students of Karachi. Educational Research International, 3(3), 36-41

Page 83: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

68

Nailufar, N. N. (2017). Berebut Tempat Duduk di KRL, Dua Perempuan Jambak-jambakan https://megapolitan.kompas.com/read/2017/05/16/10121011/

berebut. duduk.di.krl.dua.perempuan.jambak-jambakan. (dikunjungi pada 20 Juli 2018)

Orpinas, P., & Frankowski, R. (2001). The aggression scale: a self-report measure of aggressive behavior for young adolescents. Journal of Early Adolescence, 21(1), 50-67. doi: 10.1177/0272431601021001003

Putera, D. A. (2017). “Ganasnya” Gerbong Khusus Wanita di KRL Jadi Keprihatinan PT KCJ. https://megapolitan.kompas.com/read/2017/06/21 /08104311/.ganasnya. gerbong.khusus.wanita.di.krl.jadi.keprihatinan.pt.kcj (dikunjungi pada 20 Oktober 2018)

Rahim, M. A, & Psenicka, C. (2002). A model of emotional intelligence and conflict management strategies: a study in seven countries. The International Journal of Organizational Analysis, 10(4), 302-326. doi: 10.1108/eb028955

Rahmawati, L. (2014). Naik dan Turun KRL Pun Pengguna Harus Bersaing http://ekonomi.kompas.com/read/2014/08/08/14104581/Naik.dan.Turun.KRL.Pun.Pengguna.Harus.Bersaing (dikunjungi pada 20 Januari 2018)

Rahmawati, L. (2014). Egoisnya Pengguna Perempuan di Gerbong Wanita Commuter Line. http://ekonomi.kompas.com/read/2014/08/08/1636444/ Egoisnya.Pengguna.Perempuan.di.Gerbong.Wanita.Commuter.Line(dikunjungi pada 20 Januari 2018)

Salovey, P., & Grewal, D. (2005). The science of emotional intelligence. American Psychological Society,14(6), 281-285. doi: 10.1111/j.0963-7214.2005.00381.x

Sarwono, S. W. (1995). Psikologi Lingkungan. Jakarta: Grasindo

Sarwono, S. W. (2002). Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka

Scheithauer, H., Haag, N., Mahlke, J., & Ittel, A. (2018). Gender and age differences in the development of relational/indirect aggression: first results of a meta-analysis. European Journal of Developmental Science, 2(1/2), 176-189. doi: 10.3233/DEV-2008-21211

Sears, D.O., Freedman, J.L, & Peplau, L.A. (1991). Psikologi Sosial, Jilid 1 & 2. Jakarta: Erlangga

Sekaran, U. (2003). Research Methods for Business: A Skill Building Approach, Fourth Edition. Cambridge: Southern Illionis University

Page 84: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

69

Sembiring, M., Milfayetty, S., & Siregar, N. I. (2015). Hubungan Kecerdasan Emosi dan Kecerdasan Spiritual dengan Perilaku Prososial Mahasiswa Calon Katekis. Tesis. Program Studi Magister Psikologi, Program Pascasarjana, Universitas Medan Area dan Universitas Negeri Medan

Sherdianti, I. (2014). Self Awareness that Leads to Edna Pontellier’s Egoistic Suicide in Kate Chopin’s The Awakening Novel. Skripsi. English Department Faculty of Humanities Diponegoro University, Semarang

Siregar, S. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi Perbandingan Perhitungan Manual & SPSS Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group

Situs Berita Detik https://news.detik.com/berita/2015055/dorong-dorongan-saat-turun-dari-krl-syafwardi-tewas-terjatuh (dikunjungi pada 13 Oktober 2018)

Situs Resmi Kereta Commuter Line http://www.krl.co.id/ (dikunjungi pada 20 Januari 2018)

Stanger, N., Kavussanu, M., McIntyre, D., & Ring, C. (2015). Empathy inhibits aggression in competition: the role of provocation, emotion, and gender. Journal of Sport & Exercise Psychology, 38(1), 4-14. doi: 10.1123/jsep.2014-0332

Steffgen G., & Gollwitzer, M. (2007). Emotions and Aggressive Behavior. Ashland, OH, US. Hogrefe & Huber Publisher

Suryadi, B., Mutiah, D., Miftahuddin, Dewi, M.S., Muchtar, Y.D., & Tresniasari, N. (2014). Metodologi Penelitian. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah

Susantyo, B. (2011). Memahami Perilaku Agresif: Sebuah Tinjauan Konseptual. Jurnal Informasi, 6(3), 189-202

Thomas, S. P. (2002). Age differences in anger frequency, intensity, and expression. Journal of the American Psychiatric Nurses Association, 8(2). 255-275. doi: 10.1067/mpn.2002.124412

Toriq, A. (2017). Pengguna Commuter Line Wanita: Mending di Gerbong Umum! https://news.detik.com/berita/d-3503790/pengguna-commuter-line-wanita- mending-di-gerbong-umum (dikunjungi pada 20 Januari 2018)

Tucker-Ladd, C. E. (2004). Psychological Self-Help. Retrieved from psychologicalhelp.org

Webster, G. D., DeWall, C.N., Junior, R. S. P., Deckman, T., Jonason, P. K., Le, B. M., Nichols, A. L., Schember, T. O., Crysel, L. C., Crosier, B. S., Smith,

Page 85: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

70

C. V., Paddock, E. L., Nezlek, J. B., Kirkpatrick, L. A., Bryan, A. D., & Bator, R. J. (2015). The brief aggression questionnaire: structure, validity, reliability, and generalizability. Journal of Personality Assessment, 0(0), 1-12

Page 86: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

71

Lampiran 1

KUESIONER PENELITIAN

Assalamu’alaikum wr, wb.

Selamat pagi/siang/sore,

Saya mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat

ini saya sedang melakukan penelitian dalam rangka menyelesaikan tugas akhir

(skripsi) sebagai syarat kelulusan. Saya mengharapkan kesediaan Anda untuk

mengisi form kuesioner mengenai agresivitas pengguna kereta Commuter

Line.

Dalam pengisian kuesioner tidak ada jawaban yang benar atau salah, maka

dari itu pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan keadaan diri Anda apa adanya.

Perlu diketahui bahwa segala informasi serta jawaban yang Anda berikan bersifat

RAHASIA dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitan.

Atas perhatian dan partisipasi Anda saya ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum wr, wb.

Hormat saya,

Dwi Retno Wulansari

Page 87: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

72

INFORMED CONSENT

Lembar Persetujuan Keikutsertaan Penelitian

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa saya setuju untuk

secara sukarela menjadi partisipan penelitian yang dilakukan oleh Dwi Retno

Wulansari mengenai agresivitas pengguna kereta Commuter Line. Data yang saya

berikan adalah data yang sebenar-benarnya dan saya menyetujui bahwa data saya

akan digunakan dalam keperluan penelitian.

Nama / Inisial :

Jenis Kelamin :

Usia :

Menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan oleh

Dwi Retno Wulansari, dan data saya dijamin kerahasiaannya serta hanya

digunakan untuk penelitian semata.

Jakarta, Juni 2018

Partisipan

Page 88: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

73

Beri tanda (√) pada jawaban yang sesuai dengan Anda!

1. Apakah Anda merupakan pengguna aktif kereta Commuter Line? Ya Tidak

2. Apakah Anda menggunakan kereta Commuter Line sebagai media

transportasi sehari-hari? Ya Tidak

3. Berapa kali Anda menggunakan kereta Commuter Line dalam kurun

waktu seminggu (7 hari)? *ket: 1 kali perjalanan = tap in – naik kereta ke stasiun tujuan – tap out 1 – 3 kali 4 – 6 kali 7 – 9 kali ≥ 10 kali

4. Pada hari apa Anda aktif menggunakan kereta Commuter Line?

Senin – Jumat Sabtu dan Minggu Senin – Minggu Lainnya,silahkan isi:……………………………………………….

5. Kapan waktu aktif Anda menggunakan kereta Commuter Line? (Jawaban

boleh lebih dari satu) Pagi Siang Sore Malam

Page 89: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

74

PETUNJUK PENGISIAN

Berikut ini terdapat butir-butir pernyataan, baca dan pahami dengan baik setiap

pernyataannya. Anda diminta untuk menentukan apakah pernyataan-pernyataan

tersebut sesuai dengan diri Anda, dengan cara memberi tanda ( √ ) pada salah satu

dari empat pilihan yang tersedia.

Keterangan:

STS = Sangat Tidak Setuju

TS = Tidak Setuju

S = Setuju

SS = Sangat Setuju

Contoh:

No. Pernyataan STS TS S SS 1 Saya percaya dengan kemampuan yang

saya miliki √

Seluruh pernyataan dibagi ke dalam 2 skala berbeda.

SKALA I

No. Pernyataan STS TS S SS

1 Saya kesulitan mengendalikan amarah ketika kondisi di dalam kereta tidak nyaman.

2 Jika saya harus menggunakan kekerasan untuk melindungi hak saya, saya akan melakukannya.

3 Ketika frustrasi, saya memperlihatkannya lewat ekspresi wajah saya.

4 Saya mengingatkan penumpang yang tidak memberikan tempat duduk kepada penumpang prioritas.

5 Ada penumpang yang menantang saya sehingga mengakibatkan kami berkelahi.

6 Saya merasa penumpang lain meremehkan saya dari belakang.

7 Jika saya didorong oleh penumpang lain, saya akan membalasnya.

Page 90: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

75

8 Ketika penumpang memaksa masuk ke dalam kereta yang sudah penuh, saya melarangnya.

9 Terkadang saya kehilangan kendali diri tanpa alasan yang jelas.

10 Saya merasa penumpang lain tidak peduli dengan keadaan di dalam kereta.

11

Ketika penumpang lain ada yang mengganggu kenyamanan, saya memberitahu mereka bahwa saya merasa terganggu.

12 Saya curiga dengan penumpang lain yang bersikap terlalu baik.

SKALA II

No. Pernyataan STS TS S SS

1 Saya sadar akan emosi yang sedang saya rasakan dan tahu penyebabnya.

2 Saya memiliki motivasi yang tinggi untuk mencapai tujuan yang menantang.

3 Saya mampu mempertahankan diri agar tetap tenang, terlepas dari emosi yang saya rasakan.

4 Saya dapat menangani stres dengan baik.

5 Saya tetap fokus pada tujuan meskipun banyak rintangan yang saya hadapi.

6 Ketika situasi yang tidak terduga terjadi, saya akan panik.

7 Saya sadar akan suasana hati yang sedang saya alami.

8 Saya dapat memahami perasaan yang disampaikan melalui pesan verbal atau lisan.

9 Saya sadar akan keinginan yang ada dalam diri saya.

10 Saya mampu menerima perubahan yang cepat untuk mencapai suatu tujuan.

11 Saya sadar akan efek dari perasaan yang sedang saya alami terhadap orang lain.

12 Ketika menjalani suatu hal, saya selalu berharap untuk sukses daripada takut gagal.

13 Saya mampu menangani konflik emosi dengan bijaksana.

Page 91: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

76

14 Saya mampu menjaga emosi negatif agar tetap dalam kendali.

15 Saya mampu mengesampingkan perasaan yang sedang dialami ketika menyelesaikan suatu hal.

16 Saya tidak membiarkan emosi negatif menjadi hambatan dalam bekerjasama dengan orang lain.

17 Saya dapat memberikan saran atau nasihat yang berguna ketika dibutuhkan.

18 Saya mampu menjaga keinginan-keinginan buruk saya tetap dalam kendali.

19 Saya mampu menghadapi masalah tanpa memandang dengan siapa saya bekerja.

20 Saya dapat memahami perasaan yang disampaikan melalui pesan non-verbal atau tulisan.

21 Saya memahami hubungan emosi antar individu yang berbeda, serta apa yang mereka lakukan.

22 Saya tidak ragu berkorban demi mencapai tujuan yang penting.

Terima kasih atas partisipasi Anda dalam pengisian kuesioner ini.

Page 92: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

77

Lampiran 2

Gambar 2.1 Analisis Faktor Konfirmatorik Variabel Agresivitas 1. Syntax Agresivitas UJI VALIDITAS KONSTRUK AGRESIVITAS DA NI=12 NO=210 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 PM SY FI=CODINGDV.COR MO NX=12 NK=1 LX=FR TD=SY LK AGRESIVITAS PD FR TD 11 8 TD 10 6 TD 12 2 TD 11 6 TD 11 9 TD 7 3 TD 8 9 TD 11 4 TD 6 5 OU TV SS MI

Page 93: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

78

Gambar 2.2 Analisis Faktor Konfirmatorik Variabel Memahami emosi diri 2. Syntax Memahami emosi diri

UJI VALIDITAS KONSTRUK MEMAHAMI EMOSI DIRI DA NI=4 NO=210 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 PM SY FI=CODINGIVD1.COR MO NX=4 NK=1 LX=FR LK MEMAHAMI EMOSI DIRI PD OU TV SS MI

Page 94: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

79

Gambar 2.3 Analisis Faktor Konfirmatorik Variabel Mengontrol emosi diri 3. Syntax Mengontrol emosi diri

UJI VALIDITAS KONSTRUK MENGONTROL EMOSI DIRI DA NI=5 NO=210 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 PM SY FI=CODINGIVD2.COR MO NX=5 NK=1 LX=FR LK MENGONTROL EMOSI DIRI PD OU TV SS MI

Page 95: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

80

Gambar 2.4 Analisis Faktor Konfirmatorik Variabel Motivasi Diri 4. Syntax Motivasi Diri UJI VALIDITAS KONSTRUK MOTIVASI DIRI DA NI=5 NO=210 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 PM SY FI=CODINGIVD3.COR MO NX=5 NK=1 LX=FR TD=SY LK MOTIVASI DIRI PD FR TD 5 4 OU TV SS MI

Page 96: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

81

Gambar 2.5 Analisis Faktor Konfirmatorik Variabel Mengenali Emosi Orang Lain 5. Syntax Mengenali Emosi Orang Lain UJI VALIDITAS KONSTRUK MENGENALI EMOSI ORANG LAIN DA NI=4 NO=210 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 PM SY FI=CODINGIVD4.COR MO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SY LK MENGENALI EMOSI ORANG LAIN PD FR TD 4 3 OU TV SS MI

Page 97: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

82

Gambar 2.6 Analisis Faktor Konfirmatorik Variabel Membina Hubungan 6. Syntax Membina Hubungan

UJI VALIDITAS KONSTRUK MEMBINA HUBUNGAN DA NI=4 NO=210 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 PM SY FI=CODINGIVD5.COR MO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SY LK MEMBINA HUBUNGAN PD OU TV SS MI

Page 98: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

83

Lampiran 3

Hasil Uji Hipotesis

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

AGRESIVITAS 210 30.72 83.19 50.0000 9.05042

MEMAHAMI_EMOSI 210 14.76 71.38 50.0000 8.62361

MENGONTROL_EMOSI 210 25.90 72.23 50.0000 8.40366

MOTIVASI_DIRI 210 20.83 70.19 50.0000 8.23459

MENGENALI_EMOSI_ORA

NG_LAIN 210 26.66 72.82 50.0000 8.88923

MEMBINA_HUBUNGAN 210 24.65 68.23 50.0000 7.87388

USIA 210 1.00 3.00 2.0000 .37887

JK 210 .00 1.00 .3000 .45935

Valid N (listwise) 210

ANOVAb

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

Sig. F Change

1 .271a .074 .041 8.86103 .029

a. Predictors: (Constant), JK, MEMAHAMI_EMOSI, USIA,

MENGONTROL_EMOSI, MOTIVASI_DIRI,

MENGENALI_EMOSI_ORANG_LAIN, MEMBINA_HUBUNGAN

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 1258.628 7 179.804 2.290 .029a

Residual 15860.600 202 78.518

Total 17119.227 209

a. Predictors: (Constant), JK, MEMAHAMI_EMOSI, USIA, MENGONTROL_EMOSI,

MOTIVASI_DIRI, MENGENALI_EMOSI_ORANG_LAIN, MEMBINA_HUBUNGAN

b. Dependent Variable: AGRESIVITAS

Page 99: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

84

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 61.852 5.793 10.676 .000

MEMAHAMI_EMOSI -.176 .101 -.168 -1.744 .083

MENGONTROL_EMOSI -.238 .089 -.221 -2.664 .008

MOTIVASI_DIRI .125 .095 .114 1.315 .190

MENGENALI_EMOSI_ORANG_LAIN .077 .093 .076 .832 .406

MEMBINA_HUBUNGAN .073 .113 .064 .648 .517

USIA -2.600 1.562 -.117 -1.665 .097

JK .572 1.417 .029 .404 .687

a. Dependent Variable: AGRESIVITAS

Model Summary

Model R

R

Square

Adjusted R

Square

Std. Error

of the

Estimate

Change Statistics

R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F

Change

1 .127a .016 .011 8.99888 .016 3.401 1 208 .067

2 .193b .037 .028 8.92277 .021 4.564 1 207 .034

3 .230c .053 .039 8.87267 .015 3.344 1 206 .069

4 .240d .058 .039 8.87063 .005 1.095 1 205 .297

5 .247e .061 .038 8.87777 .003 .670 1 204 .414

6 .261f .073 .041 8.86404 .012 2.620 1 203 .107

7 .262g .074 .036 8.88418 .001 .163 1 202 .687

a. Predictors: (Constant), MEMAHAMI_EMOSI

b. Predictors: (Constant), MEMAHAMI_EMOSI,

MENGONTROL_EMOSI

c. Predictors: (Constant), MEMAHAMI_EMOSI,

MENGONTROL_EMOSI, MOTIVASI_DIRI

d. Predictors: (Constant), MEMAHAMI_EMOSI, MENGONTROL_EMOSI, MOTIVASI_DIRI,

MENGENALI_EMOSI_ORANG_LAIN

Page 100: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

85

e. Predictors: (Constant), MEMAHAMI_EMOSI, MENGONTROL_EMOSI, MOTIVASI_DIRI,

MENGENALI_EMOSI_ORANG_LAIN, MEMBINA_HUBUNGAN

f. Predictors: (Constant), MEMAHAMI_EMOSI, MENGONTROL_EMOSI, MOTIVASI_DIRI,

MENGENALI_EMOSI_ORANG_LAIN, MEMBINA_HUBUNGAN, USIA

g. Predictors: (Constant), MEMAHAMI_EMOSI, MENGONTROL_EMOSI, MOTIVASI_DIRI,

MENGENALI_EMOSI_ORANG_LAIN, MEMBINA_HUBUNGAN, USIA, JK

Page 101: PENGARUH KECERDASAN EMOSI DAN FAKTOR DEMOGRAFIS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46408... · 2019. 8. 2. · ‘alaihi wa salam, juga keluarga serta sahabatnya

86

Lampiran 4

Tabel 3.4 Muatan Faktor Item Agresivitas

No Koefisien Standar Error Nilai T Signifikan ITEM 1 0.65 0.06 10.36 √ ITEM 2 0.50 0.07 7.62 √ ITEM 3 0.51 0.07 7.67 √ ITEM 4 -0.02 0.07 -0.28 × ITEM 5 0.66 0.06 10.19 √ ITEM 6 0.74 0.06 11.38 √ ITEM 7 0.59 0.06 9.21 √ ITEM 8 0.46 0.07 6.37 √ ITEM 9 0.78 0.06 12.56 √ ITEM 10 0.48 0.07 7.07 √ ITEM 11 0.61 0.07 8.77 √ ITEM 12 0.48 0.07 7.18 √