pengaruh dana pihak ketiga, capital adequacy...
TRANSCRIPT
PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, CAPITAL ADEQUACY RATIO DAN
NON PERFORMING FINANCING TERHADAP FINANCING TO DEPOSIT
RATIO PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA (PERIODE 2011-2015)
Skripsi
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Firda Elfanisa Fadhillah
NIM: 1113085000070
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
i
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. INFORMASI PRIBADI
Nama : Firda Elfanisa Fadhillah
Alamat : Jl. Al-Mubarok III Gg. Kamboja No. 122 RT/RW
003/02, Kelurahan Joglo Kecamatan Kembangan
Jakarta Barat-11640
Telepon : 0896 3762 6932
Email : [email protected]
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 10 Juli 1995
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
B. PENDIDIKAN FORMAL
Pendidikan Nama Lembaga Kota Tahun
Masuk
Tahun
Keluar
SD SD Islam Al-Hikmah Jakarta Selatan 2001 2007
SMP MTs Negeri 32 Jakarta Jakarta Selatan 2007 2010
SMA MA Negeri 19 Jakarta Jakarta Selatan 2010 2013
Perguruan
Tinggi Negeri
UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta-Perbankan Syariah
Tangerang
Selatan
2013 2017
vi
C. PENGALAMAN ORGANISASI
Lembaga/Institusi Tahun
Anggota Dokter Kecil SD Islam Al-Hikmah Jakarta 2005-2006
Anggota OSIS Departemen Kesenian MTsN 32 Jakarta 2007-2008
Anggota OSIS Departemen Seni Budaya MA Negeri 19
Jakarta
2013-2014
Ketua Ekstrakulikuler Study Dakwah Islam MA Negeri
19 Jakarta
2014-2015
Anggota Departemen Staf Ahli Musik LSO Dapur Seni
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2013-2014
Anggota Departemen Pemberdayaan Perempuan HMJ
Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2014-2015
Anggota LSO Tari Saman Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2014-2015
D. KEMAMPUAN
Mampu bekerja secara tim maupun individu
Mampu mengoperasikan Microsoft Office (Wors, Excel dan Powerpoint)
Mampu berkomunikasi dengan baik
E. LATAR BELAKANG KELUARGA
Ayah : Fatullah
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 7 April 1970
Pendidikan Terakhir : SMA
Ibu : Kholifah, S.Pd.I
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 11 September 1972
Pendidikan Terakhir : Sarjana (S1)
vii
ABSTACT
The study aims to analyze the influence of third party funds, Capital
Adequacy Ratio (CAR) and Non Performing Financing (NPF) to Financing to
Deposit Ratio (FDR) in sharia banking in Indonesia. The data used in this study
in the data montly from January 2011 - December 2015. The study is using the
method of analysis of the regression linear risks by using a computer program
EViews 9.0 and microsoft Excel 2010.
The result showed that Third Party Fund, Capital Adequacy Ratio (CAR) and
Non Performing Financing (NPF), simultaneously or together have a significant
influence on the Financing to Deposit Ratio (FDR) with the sig. 0.000 <0.05. The
result showed a partial third party funds signficantly influences on Financing to
Deposit Ratio (FDR) with the sig. 0.0012< 0.05. Capital Adequacy Ratio (CAR)
does not affect the partial on the Financing to Deposit Ratio (FDR) with the sig.
0.050 = 0.05. Non Performing Financing (NPF) significantly influences on
Financing to Deposit Ratio (FDR) with a value of its sig. 0.0000 < 0.05.
Keyword : DPK, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Financing, Financing
to Deposit Ratio.
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga
(DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Non Performing Financing (NPF)
terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) pada Perbankan Syariah di Indonesia.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data bulanan dari Januari 2011-
Desember 2015. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier
beganda dengan menggunakan program komputer EViews 9.0 dan microsoft
Excel 2010.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital
Adequacy Ratio (CAR), dan Non Performing Financing (NPF) secara simultan
atau bersama-sama mempunyai pengaruh yang siginifikan terhadap Financing to
Deposit Ratio (FDR) pada perbankan di Indonesia dengan nilai sig. 0.000 <0.05.
Hasil Penelitian ini menunjukan secara parsial Dana Pihak Ketiga (DPK)
berpengaruh secara signifikan terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) dengan
nilai sig. 0.012 <0.05. Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh secara
parsial terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) dengan nilai sig. 0.050 = 0.05.
Non Performing Financing (NPF) secara parsial berpengaruh terhadap Financing
to Deposit Ratio (FDR) dengan nilai sig. 0.000 < 0.05.
Kata Kunci: Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non
Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR).
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillahirobbil’alamiin, puji syukur kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan berkah dan nikmat-Nya kepada penulis serta menganugerahkan
kesehatan dan kemampuan berpikir sehingga penulis mampu menyelesaikan
skripsi ini dengan baik dan dengan harapan dapat bermanfaat luas bagi banyak
pihak. Shalawat serta salam tak lupa selalu terhaturkan kepada Baginda Nabi
Besar Muhammad SAW yang telah membawa ajaran Islam hingga sampai kepada
kita semua, semoga kita semua termasuk umatnya yang kelak mendapatkan
syafa’at dalam menuntut ilmu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak akan
terselesaikan dengan baik tanpa bimbingan dan bantuan berbagai pihak dari mulai
periode perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini. oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang
berjasa dalam hidup penulis dan dalam penyusunan skripsi ini, yang terdiri dari:
1. Allah SWT, yang selalu mencurahkan nikmat dan karunia-Nya kepada saya,
sehingga saya dapat menyelesaikan perkuliahan ini hingga pada penyusunan
skripsi ini.
2. Kedua orang tua ku tercinta, Ibu Kholifah dan Bapak Fatullah. Terima kasih
yang tak terhingga atas segala ridho, do’a, kerja keras, bimbingan, nasihat,
perhatian, semangat dan dukungannya yang selalu kalian berikan kepada
saya, hingga saya mampu menyelesaikan seluruh tanggung jawab ini. Untuk
kedua adikku Ahmad Dzaki Zulfahmi dan Irza Zaidan Ash Shidqi yang
x
selalu menghibur dan memberikan perhatian kepada saya. Kalianlah yang
menjadi penyemangat saya untuk menyelesaikan pembuatan skripsi ini.
3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, SE., MBA., selaku Ketua Jurusan dan Ibu
Fitri Damayanti, SE., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat kepada saya.
5. Ibu Erika Amelia, SE., M.Si., selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan ilmu dan banyak motivasi untuk saya.
6. Bapak Dr. Suhenda Wiranata, M.E., selaku dosen pembimbing pertama
yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan
dan arahan selama pembuatan skripsi ini hingga dapat saya selesaikan
dengan baik. Terima kasih atas segala saran dan dukungan yang Bapak
berikan selama pembuatan skripsi, semoga Allah SWT membalas kebaikan
Bapak.
7. Ibu Ay Maryani, SE., M.Si, selaku dosen pembimbing dua yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan
selama pembuatan skripsi ini hingga dapat saya selesaikan dengan baik.
Terima kasih atas segala saran dan dukungan yang Ibu berikan selama
pembuatan skripsi, semoga Allah SWT membalas kebaikan Ibu.
8. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
ilmu yang bermanfaat dan berharga untuk saya selama masa perkuliahan.
xi
9. Tino Pratama, yang telah banyak memberikan waktu serta motivasi dan
dukungannya dalam suka maupun duka. Terima kasih telah banyak
memberikan pelajaran dan pengalaman baru di hidup saya.
10. Sahabat seperjuangan, yaitu Uphi Samsurin dan Virly Indayani yang selalu
setia membantu dalam pengerjaan skripsi.
11. Sahabat tercinta ELLE, yaitu Dheya Sekar Melia Hayatun Nufus, Rani
Nursasih, Bella Qora, Hafar Dina dan Ayu Wulan Agustianingsih. Sahabat
THE GASS, yaitu Nurul Rohmah, Rahmatun Nisa, Desty Aryani, Fadhillah
Nursakinah dan Rukyati Khairunnisa. Sahabat SELUSIN, yaitu Arrum
Annisa, Gloria Novitasara, Naftara Cora dan Mita Kurnia Dewi. Serta
Keluarga Besar EXACTUNO yang senantiasa selalu menghibur di kala suka
maupun duka, terima kasih atas waktu yang telah kalian berikan untuk saya.
12. Sahabat-sahabat PSY B 48 Virly Indayani, Rosalia, Dini Rizqiyanti, Erna
Putri Lestari, Maretta Daniaty yang selalu menghibur, memberikan motivasi
dan mendukung saya selama masa perkuliahan. Terima kasih telah menjadi
sahabat terbaik untuk saya.
13. Sahabat-sahabat angkatan 2013, yaitu Muhammad Rizki, Ahmad Angri
Ramadhan, Hexa Nur Hidayanti, Farida Yunita dan Rilo Wahyudi yang
telah banyak membantu saya dalam pembuatan skripsi ini.
14. Harjuno Wahyu Kuncoro, terima kasih telah banyak membantu saya dalam
penyelesaian skripsi ini.
15. Seluruh Mahasiswa Perbankan Syariah angkatan 2012 yang telah
memberikan banyak pelajaran dan pengalaman yang berharga untuk saya,
xii
dan seluruh Mahasiswa Perbankan Syariah semua angkatan yang tidak bisa
saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas loyalitas dan waktunya selama
masa perkuliahan.
16. Teman-teman KKN 2016, Ahmad Faisal Ridwan, Nurkhasanah,
Munawaroh Tuddohiyyah, Irma Rahmawati, Nita Listianah dan Rhomi
Prayoga yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada saya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan
banyak kelemahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari berbagai pihak atas skripsi ini.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, 27 Februari 2017
Firda Elfanisa Fadhillah
xiii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ..................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF………………...………..ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI……………………….………...…iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ILMIAH………….…………………..iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................................v
ABSTACT .............................................................................................................. vii
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii
BAB I .......................................................................................................................1
A. Latar Belakang Penelitian ............................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ................................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 11
D. Manfaat Penulisan ...................................................................................... 11
BAB II ....................................................................................................................13
A. Landasan Teori ........................................................................................... 13
B. Dana Pihak Ketiga (DPK) .......................................................................... 15
C. Capital Adequacy Ratio (CAR) ................................................................. 16
D. Non Performing Financing (NPF) ............................................................. 17
E. Financing to Deposit Ratio (FDR) ............................................................. 19
F. Bank Syariah .............................................................................................. 25
G. Hubungan Keterkaitan Antara Variabel Independen dengan Variabel
Dependen ........................................................................................................... 29
H. Penelitian Terhadulu .................................................................................. 31
I. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 36
J. Perumusan Hipotesis .................................................................................. 37
xiv
BAB III ..................................................................................................................38
A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 38
B. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................. 38
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 40
D. Metode Analisis Data ................................................................................. 42
E. Operasional Variabel Penelitian ................................................................. 49
BAB IV ..................................................................................................................53
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................... 53
B. Analisis dan Pembahasan ........................................................................... 64
1. Uji Stasioneritas ..................................................................................... 65
2. Uji Asumsi Klasik .................................................................................. 66
3. Uji Statistik ............................................................................................. 71
4. Persamaan Model Regresi ...................................................................... 75
C. Interpretasi.................................................................................................. 77
BAB V....................................................................................................................82
A. Kesimpulan ................................................................................................ 82
B. Saran ........................................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................85
LAMPIRAN ...........................................................................................................88
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Komposisi FDR, DPK, CAR, dan NPF Perbankan Syariah Periode
2011–2015 ............................................................................................................... 6
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 31
Tabel 3. 1. Proses Pengambilan Sampel Penelitian .............................................. 40
Tabel 4.1. Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR) Tahun 2011-2015 . 57
Tabel 4.2. Data Dana Pihak Ketiga (DPK) Tahun 2011-2015 .............................. 59
Tabel 4.3. Data Capital Adequacy Ratio (CAR) Tahun 2011-2015 ..................... 61
Tabel 4.4. Data Non Performing Financing (NPF) ............................................... 63
Tabel 4.5. Stasioneritas ADF Tingkat Level ......................................................... 65
Tabel 4.6. Stasioneritas ADF Tingkat 1st Difference ........................................... 66
Tabel 4.7. Hasil Uji Multikolinearitas................................................................... 68
Tabel 4.8. Hasil Uji Heteroskedastisitas ............................................................... 69
Tabel 4.9. Hasil Uji Autokorelasi ......................................................................... 70
Tabel 4.10. Hasil Diferensiasi Uji Autokorelasi ................................................... 71
Tabel 4.11. Hasil Uji-t .......................................................................................... 72
Tabel 4.12. Hasil Uji-F.......................................................................................... 73
Tabel 4.13. Hasil Koefisien Determinasi .............................................................. 74
Tabel 4.14. Hasil Estimasi Metode Ordinary Least Square (OLS) ....................... 75
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1. Grafik perkembangan FDR Perbankan Syariah ................................ 3
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ........................................................ 36
Gambar 4.1. Hasil Uji Normalitas......................................................................... 67
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Data Penelitian.................................................................................. 88
Lampiran 2: Data Penelitian (Z-Score) ................................................................. 90
Lampiran 3: Uji Stasioner ..................................................................................... 92
Lampiran 4: Uji Heteroskedastisitas ..................................................................... 92
Lampiran 5: Uji Autokorelasi ............................................................................... 94
Lampiran 6: Uji Ordinary Least Square ................................................................ 94
Lampiran 6: Uji Ordinary Least Square ................................................................ 94
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Bank adalah bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran
suatu negara. Bahkan pada era globalisasi sekarang ini, bank juga telah
menjadi bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran dunia.
Mengingat hal yang demikian itu, maka suatu bank telah memperoleh izin
berdiri dan beroperasi dari otoritas moneter negara yang bersangkutan. Oleh
karena itu, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat muslim, maka ada
inisiatif untuk menciptakan sistem ekonomi syariah melalui bank syariah
sebagaimana yang ada pada saat ini sudah banyak bank-bank konvensional
membuka cabang dengan menggunakan sistem syariahnya (Sadi, 2015:37).
Bank dianggap sebagai lembaga keuangan yang aman dalam
melakukan berbagai macam aktivitas keuangan. Di Indonesia terdapat dua
jenis bank, yaitu bank konvensional dan bank syariah. Bank Konvensional
adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional.
Sedangkan Bank syariah adalah bank yang menggunakan prinsip bagi hasil
secara adil, berbeda dengan bank konvensional yang bersandarkan pada
bunga (Alma, 2009:7).
Bank syariah sebagaimana bank konvensional memiliki fungsi sebagai
perantara jasa keuangan (financial intermediary). Memiliki tugas pokok yaitu
2
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada
masyarakat dalam bentuk fasilitas pembiayaan. Perbedaan mendasar antara
kedua bank tersebut terletak pada kegiatan usahanya. Kegiatan usaha bank
syariah tidak berdasarkan bunga, namun didasarkan pada prinsip syariah atau
prinsip pembagian keuntungan dan kerugian.
Sebagai lembaga intermediasi, bank harus memperhatikan
keberlangsungan kegiatan penyaluran dari dana yang dihimpun dalam bentuk
pembiayaan, pembiayaan yang disalurkan kepada masyarakat mempunyai arti
penting baik bagi masyarakat maupun bagi bank syariah itu sendiri.
Penyaluran pembiayaan memungkinkan masyarakat untuk melakukan
investasi, distribusi dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat semua
kegiatan tersebut selalu berkaitan dengan penggunaan uang. Kelancaran
kegiatan investasi, distribusi dan konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan
pembangunan perekonomian masyarakat. Melalui fungsi ini bank berperan
sebagai Agent of Develompment.
Dalam keberlangsungan kegiatan penyaluran bank syariah, untuk
mengukur seberapa besar jumlah pembiayaan yang disalurkan maka dapat di
lihat dari jumlah rasio Financing to Deposit Ratio (FDR). FDR adalah rasio
untuk mengukur komposisi jumlah pembiayaan yang diberikan dibandingkan
dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Semakin
tinggi FDR berarti semakin meningkatnya ekspansi pembiayaan bank, namun
jika nilai FDR terlalu tinggi maka dapat digambarkan bahwa kurang baiknya
posisi likuiditas bank. Bank Indonesia menetapkan FDR berkisar antara 85%-
3
110% (Syukron, 2014:113). Berikut adalah grafik perkembangan FDR
Perbankan Syariah periode 2011-2015.
Gambar 1. 1.
Grafik perkembangan FDR Perbankan Syariah periode 2011-2015
Sumber : Statistik Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Berdasarkan data yang dipublikasi oleh Otoritas Jasa Keuangan
(OJK), tingkat FDR Perbankan Syariah menunjukkan pertumbuhan yang
berfluktuasi. Pertumbuhan FDR terendah berada pada tahun 2011 dengan
nilai 88.94%, diikuti pertumbuhan FDR pada tahun-tahun selanjutnya yang
cenderung meningkat, hingga pada tahun 2013 menunjukkan nilai FDR
terbesar yaitu 121.46%, nilai ini di luar batas toleransi Bank Indonesia yang
menetapkan FDR dengan batas 85%-110%. Hal ini diindikasikan akibat
gencarnya bank dalam memberikan penyaluran dana berupa pembiayaan
kepada masyarakat. Namun, nilai FDR yang melebihi batas normal ini
kemudian diperbaiki oleh bank syariah pada tahun-tahun selanjutnya, yaitu di
tahun 2014 dan 2015.
0
20
40
60
80
100
120
140
2011 2012 2013 2014 2015
FDR
PERBANKAN SYARIAH
FDR
4
Fenomena yang terjadi adalah menurunnya laju aset perbankan
syariah pada tahun 2014, hal ini berimbas pada penurunan tingkat penyaluran
pembiayaan bank syariah yang menurun drastis dari tahun 2013 ke tahun
2014 sebesar 21.39%. Namun hal ini tidak membuat usaha perbankan syariah
surut, dibuktikan dari penghimpunan dana yang dilakukan oleh bank syariah
yang menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Hal ini membuktikan bahwa
perbankan syariah mampu meningkatkan pangsa pasarnya dan
mempertahankan kepercayaan masyarakat untuk terus menyimpan uangnya di
bank syariah meskipun kondisi aset bank syariah mengalami penurunan.
Sehingga dapat dikatakan pertumbuhan DPK sangat menetukan akselerasi
pertumbuhan aset perbankan syariah.
Dalam memaksimalkan jumlah FDR bank syariah, ada beberapa unsur
yang terkait dengan peningkatan FDR itu sendiri, yaitu Dana Pihak Ketiga.
Dana Pihak Ketiga adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada
bank dalam bentuk giro, deposito dan tabungan atau yang dapat
dipersamakan dengan itu. Dengan dana yang berhasil dihimpun oleh bank,
maka bank tersebut dapat menyalurkan pembiayaan lebih banyak. Dana-dana
yang dihimpun dari masyarakat ternyata merupakan sumber dana terbesar
yang paling diandalkan oleh bank (bisa mencapai 80%-90% dari seluruh dana
yang dikelola oleh bank) (Suhartatik, 2013:3).
Faktor internal lain yang memepengaruhi FDR adalah modal atau
CAR (Capital Adequacy Ratio) yang merupakan suatu faktor penting untuk
mengcover eksposur risiko saat ini dan mengantisipasi eksposur risiko di
5
masa datang. CAR merupakan kecukupan modal yang menunjukkan
kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan
kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi
dan mengontrol risiko-risiko yang dapat berpengaruh terhadap besarnya
modal bank. (Syukron, 2014:47).
Selain itu, aktivitas bank syariah dalam melaksanakan fungsi
intermediasinya yaitu penyaluran dana tidak lepas dari yang namanya risiko
pembiayaan yang disebut Non Performing Financing (NPF). Semakin besar
dana yang disalurkan kepada masyarakat akan memungkinkan adanya
pembiayaan bermasalah yang timbul dari debitur.
Hal ini merupakan suatu koreksi besar untuk bank syariah dalam
menyalurkan pembiayaan perlu diadakan pengidentifikasian yang efektif
terhadap syarat-syarat yang diajukan oleh calon debitur. Karena apabila
tingkat NPF bank syariah meningkat, maka bank syariah pun juga akan
menanggung kerugian, yang kemudian hal tersebut akan mempengaruhi
pendapatan bank yang akan digunakan untuk mengajukan pembiayaan di
periode-periode selanjutnya.
Berikut ini merupakan data empiris mengenai FDR, DPK, CAR, dan
NPF. Data tersebut merupakan data sepanjang periode tahun 2011-2015 yang
bersumber dari Statistik Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan.
6
Tabel 1.1.
Komposisi FDR, DPK, CAR, dan NPF Perbankan Syariah
Periode 2011–2015
Tahun
Data
2011 2012 2013 2014 2015
FDR (%) 88.94 100.19 121.46 100.07 90.26
DPK (Miliar) 115415 147512 176292 217858 231175
CAR (%) 16.63 14.13 12.23 16.10 15.02
NPF (%) 2.52 2.22 2.62 4.33 4.84
Sumber : Statistik Perbankan syariah OJK (data diolah)
Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa FDR bank syariah pada
tahun 2011-2015 mengalami fluktuasi pada tiap tahunnya, dengan presentase
terendah sebesar 88.94% dan tertinggi sebesar 121.46%. nilai FDR sempat
sangat meningkat di tahun 2013 yang melewati batas normal ketentuan Bank
Indonesia. Nilai FDR yang terlalu tinggi dapat menggambarkan kurang
baiknya posisi likuiditas bank, karena jumlah DPK tidak mampu menutup
pembiayaan yang disalurkan. Namun bank syariah kembali melakukan
ekspansi pembiayaan pada tahun-tahun selanjutnya dengan nilai FDR yang
masih dalam batas normal (85%-110%).
Peningkatan laju FDR diimbangi pula dengan peningkatan Dana Pihak
Ketiga (DPK) setiap tahunnya yang selalu mengalami peningkatan yang
signifikan. Hal ini menunjukkan dana yang dihimpun melalui dana pihak
ketiga baik melalui tabungan, giro maupun deposito dapat tersalurkan dengan
7
baik lewat penyaluran dana bank syariah. Hal ini menunjukkan bahwa dana
pihak ketiga berpengaruh positif terhadap financing to deposit ratio.
Selanjutnya dalam menyalurkan dananya kepada masyarakat, bank
memerlukan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) untuk mengcover
eksposur risiko saat ini dan mengantisipasi risiko yang timbul di masa datang.
Tujuan utama pengaturan kecukupan modal adalah untuk menjaga tingkat
likuiditas bank, yang artinya berusaha memperkecil tingkat risiko yang
ditanggung bank. Risiko yang ditanggung bank diantaranya risiko kerugian
bank ketika membiayai usaha, karena selain menggunakan sumber dana dari
masyarakat dalam hal ini adalah DPK, bank juga menggunakan modalnya
untuk aktivitas pembiayaan. Permodalan bank syariah yang tercermin dalam
rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) menjadi salah
satu tolak ukur bank syariah dalam menyalurkan pembiayaan.
Pada tabel di atas, Capital Adequacy Ratio (CAR) mengalami
fluktuatif pada tahun 2011-2015. Seiring dengan nilai FDR yang mengalami
fluktuatif pula. Pada tahun 2013 di saat nilai FDR meningkat pesat yaitu
sebesar 121.46%, nilai CAR mengalami penurunan pula sebesar 1.9% dari
tahun sebelumnya. Hal ini mengindikasikan bahwa pada tahun 2013 bank
syariah dalam memberikan penyaluran pembiayaannya kepada masyarakat
menyertakan modal yang dimilikinya, baik untuk kegiatan operasional
maupun sebagai penambah modal dalam menyalurkan pembiayaan. Oleh
karena itu, nilai CAR pada tahun 2013 pun terkikis dan mengalami
penurunan.
8
Kuat atau tidaknya permodalan bank syariah menunjukan fungsi
permodalan tersebut dalam menampung risiko kerugian yang dapat dialami
oleh bank. Semakin tinggi CAR, maka semakin baik kemampuan bank
tersebut untuk menghadapi risiko, baik dari pembiayaan atau aktiva produktif
yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi, maka bank mampu membiayai kegiatan
operasional dan memberikan kontribusi yang baik bagi penyaluran
pembiayaan yang memerlukan modal penyaluran dana lebih besar dari bank
syariah (Utami, 2013:4).
Berdasarkan tabel di atas, ketika nilai FDR meningkat, maka
diimbangi dengan penurunan nilai CAR. Ekspansi pembiayaan yang
disalurkan bank memakan sebagaian modal yang dimiliki oleh bank, baik
untuk menutup kerugian dari pembiayaan yang disalurkan, maupun untuk
menutup kebutuhan operasional bank.
Selanjutnya bank syariah dalam menjalankan fungsi intermediasinya,
yaitu menyalurkan dana kepada masyarakat yang dalam hal ini menyalurkan
pembiayaan tidak terlepas dari yang namanya risiko pembiayaan yang dapat
dilihat dari nilai Non Performing Financing (NPF). Dalam menyalurkan
pembiayaan, bank perlu mengantisipasi adanya pembiayaan bermasalah yang
akan timbul karena beberapa faktor, dapat terjadi karena kelalaian debitur
dalam mengelola usahanya, atau karena memang terjadi kerugian pada usaha
debitur.
Berdasarkan tabel di atas, nilai fluktuatif FDR relevan dengan nilai
NPF yang setiap tahunnya menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2013
9
meningkatnya FDR diimbangi dengan meningkatnya nilai NPF sebesar
0.40% dari tahun sebelumnya. Sedangkan untuk tahun 2014 dan 2015 nilai
NPF terus meningkat dengan nilai FDR yang mengalami penurunan (masih
dalam batas normal ketentuan Bank Indonesia). Hal ini dapat diindikasikan
karena bank syariah masih menanggung pembiayaan bermasalah yang timbul
di tahun-tahun sebelumnya. Pembiayaan yang diberikan bank tidak hanya
semerta pembiayaan jangka pendek, namun juga dapat berupa pembiayaan
jangka menengah atau panjang yang masanya lebih dari 3 tahun ke atas.
Besarnya nilai NPF dapat menjadi dampak buruk bagi perbankan
syariah, karena dengan tingkat NPF yang besar maka uang kembali dari pihak
debitur kepada bank akan terhambat, hal ini dapat mempengaruhi kinerja
perbankan syariah. Untuk mengatasinya, diperlukan percepatan akselerasi
permodalan perbankan syariah seperti yang terjadi pada perbankan
konvensional (www.liputan6.com).
Dengan nilai NPF bank yang besar, maka itu akan berdampak pada
penurunan tingkat FDR bank syariah. Sesuai dengan fenomena yang terjadi
pada tahun 2014 dan 2015 adalah ketika nilai NPF bank syariah meningkat,
pada rasio FDR juga terjadi penurunan nilai yang cukup signifikan, begitu
sebaliknya. Menurunnya nilai NPF dari tahun 2011 ke 2012 dengan selisih
sebesar 0.32% bermuara kepada peningkatan FDR sebesar 12.25%.
Kemudian peningkatan nilai NPF yang terjadi pada tahun 2014 ke 2015
dengan selisih 0.51%, berimbas pada menurunnya nilai FDR pada tahun
tersebut sebesar 9.81%.
10
Dengan kata lain kinerja FDR yang tinggi seharusnya diimbangi oleh
kualitas pembiayaan yang juga baik sehingga akan bermuara ke tingkat
keuntungan yang lebih meningkat. Kemudian, peningkatan NPF juga dapat
menggerus rasio kecukupan modal (CAR) bank syariah. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin besar NPF bank syariah maka akan mengakibatkan semakin
kecilnya nilai FDR bank syariah.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan,
maka penulis ingin mengadakan penelitian dan menyusunnya dalam sebuah
skripsi yang berjudul “Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy
Ratio dan Non Performing Financing Terhadap Financing to Deposit
Ratio Perbankan Syariah Di Indonesia (Periode 2011-2015)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di atas, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh secara parsial Dana Pihak Ketiga (DPK),
Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Financing (NPF)
terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) Perbankan Syariah di
Indonesia Periode 2011-2015?
2. Apakah terdapat pengaruh secara simultan Dana Pihak Ketiga (DPK),
Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Financing (NPF)
terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) Perbankan Syariah di
Indonesia Periode 2011-2015?
11
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Menganalisis pengaruh secara parsial Dana Pihak Ketiga (DPK),
Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Financing (NPF)
terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) Perbankan Syariah di
Indonesia Periode 2011-2015.
2. Menganalisis pengaruh secara simultan Dana Pihak Ketiga (DPK),
Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Financing (NPF)
terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) Perbankan Syariah di
Indonesia Periode 2011-2015.
D. Manfaat Penulisan
Beberapa manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Bagi mahasiswa
Dapat memberikan pengetahuan mengenai pola hubungan antara
Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non
Performing Financing (NPF) terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR)
Perbankan Syariah di Indonesia periode 2011-2015.
2. Bagi praktisi lembaga keuangan syariah
Memberikan informasi kepada praktisi lembaga-lembaga keuangan
syariah khususnya perbankan syariah yang mempunyai komitmen sebagai
lembaga pemberdaya umat, terutama para pelaku ekonomi mengenai peran
serta lembaga keuangan dan kebijakan-kebijakan yang tepat untuk
12
mengembangkan dunia usaha dan memonitor tingkat risiko yang akan
dihadapi.
3. Bagi pemerintah
Dapat dijadikan salah satu acuan dalam menentukan kebijakan-
kebijakan mengenai produk pada bank syariah dalam
menumbuhkembangkan dunia usaha dan menggerakkan sektor rill yang
ada di Indonesia, sehingga dapat meningkatkan perekonomian nasional.
4. Bagi pihak lain
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kondisi
perkembangan bank syariah yang terjadi pada periode 2011-2015
didukung dengan pemaparan data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
13
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Kinerja Keuangan
Kinerja (performance) dalam kamus istilah akuntansi adalah
kuantifikasi dari keefektifan dalam pengoperasian bisnis selama periode
tertentu. Kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan
bank pada suatu periode tertentu, baik mencakup aspek penghimpunan
dana maupun penyaluran dananya. Kinerja perusahaan dapat diukur
dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan. Informasi
posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa lalu seringkali digunakan
sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa
depan.
Rasio merupakan alat ukur yang digunakan perusahaan untuk
menganalisis laporan keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan
atau pertimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain.
Dengan menggunakan alat analisa berupa rasio keuangan dapat
menjelaskan dan memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik
atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan dari suatu
periode ke periode berikutnya (Kusumo, 2008:3).
14
2. Rasio Keuangan
Rasio keuangan adalah indeks yang mempunyai hubungan
relevan dan signifikan antara dua angka dalam pos-pos laporan keuangan
dengan membandingkan angka-angka tersebut dalam satu periode untuk
membantu mengevaluasi suatu laporan keuangan (Mandasari, 2014:3).
Menurut Kasmir (2009:127), jenis rasio keuangan terdiri sebagai
berikut:
a. Rasio Likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendek.
b. Rasio Leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang.
c. Rasio Aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan (penjualan,
persediaan, penagihan piutang, dan lainnya) atau rasio untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas
sehari-hari.
d. Rasio Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu
periode tertentu.
Berdasarkan beberapa jenis rasio keuangan tersebut, penelitian ini
menggunakan 3 jenis rasio keuangan yaitu: rasio likuiditas yang diukur
dengan Financing to Deposit Ratio, rasio solvabilitas yang diukur dengan
15
Capital Adequacy Ratio dan rasio kesehatan bank yang diukur dengan
Non Performing Financing.
B. Dana Pihak Ketiga (DPK)
1. Definisi Dana Pihak Ketiga
Simpanan adalah dana yang diercayakan oleh nasabah kepada
bank syariah atau UUS berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah dalam bentuk giro, tabungan
dan deposito atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
DPK merupakan variabel uncontrollable, artinya tidak ada control
dari Bank Indonesia mengenai rasio maksimum atau minimum yang
mengatur keharusan untuk menyalurkan DPK dalam kegiatan
perkreditan. Keputusan pengelolaan DPK merupakan kebijakan yang
diputuskan oleh manajemen bank. Bank cenderung mengalokasikan DPK
yang mereka miliki pada aktivitas selain pembiayaan, hal itu didasarkan
karena bank berusaha menghindari resiko yang akan muncul akibat gagal
bayar dari kegiatan perkreditan yang akan berpengaruh pada tingkat
kembalian dana. Bank cenderung mengalokasikan dana yang mereka
miliki pada instrument lain seperti SBI (Hersugondo, 2012:10).
2. Macam-macam Dana Pihak Ketiga
Menurut Susanto (2010:58), yang termasuk dalam dana pihak
ketiga yaitu giro, tabungan dan deposito. Ketiga macam dana pihak
ketiga tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
16
a. Giro, terdiri atas giro wadiah, yaitu simpanan dana yang bersifat
titipan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat. Sedangkan
giro mudharabah, yaitu simpanan dana yang bersifat investasi yang
penarikannya dapat dilakukan berdasarkan kesepakatan.
b. Tabungan, Tabungan wadiah adalah simpanan dana nasabah pada
bank yang bersifat titipan dan penarikannya dapat dilakukan setiap
saat dan terhadap titipan tersebut bank tidak dipersyaratkan untuk
memberikan imbalan. Tabungan Mudharabah adalah simpanan dana
nasabah yang bersifat investasi dan terhadap investasi tersebut
diberikan bagi hasil sesuai nisbah.
c. Deposito, Deposito Mudharabah adalah simpanan yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan perjanjian antara nasabah dengan bank.
C. Capital Adequacy Ratio (CAR)
1. Definisi Capital Adequacy Ratio
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah modal yang berbanding
aktiva yang mengandung risiko atau rasio kecukupan modal minimum
dengan memperhitungkan risiko pasar (market risk). CAR menunjukkan
seberapa besar modal bank untuk menunjang kebutuhannya dan semakin
besar CAR maka akan semakin besar daya tahan bank yang bersangkutan
dan menunjukkan semakin sehat bank tersebut (Wangsawidjaja,
2012:117).
17
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan
yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian di dalam kegiatan
perkreditan atau pembiayaan dan perdagangan surat-surat berharga
(Martono, 2010:84).
2. Fungsi CAR
Menurut Arifin (2009:159), CAR mempunyai tiga fungsi, yaitu:
a. Sebagai penyangga untuk menyerap kerugian operasional dan
kerugian lainnya.
b. Sebagai dasar bagi penetapan batas maksimum pemberian kredit
atau pembiayaan.
c. Menjadi dasar perhitungan bagi para partisipan pasar untuk
mengevaluasi tingkat kemampuan bank secara relatif dalam
menghasilkan keuntungan.
D. Non Performing Financing (NPF)
1. Definisi Non Performing Financing
Non Performing Financing (NPF) merupakan salah satu indikator
kesehatan kualitas aset bank, semakin tinggi nilai NPF (di atas 5%) maka
bank tersebut tidak sehat. NPF yang tinggi menurunkan laba yang akan
diterima oleh bank. Penurunan laba mengakibatkan dividen yang
dibagikan juga semakin berkurang sehingga pertumbuhan tingkat return
saham bank akan mengalami penurunan (Wangsawidjaja, 2012:117).
Dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/2/PBI/2013 tertera
bahwa nilai NPF maksimum adalah sebesar 5%. Hal ini dapat diartikan
18
bahwa bank dianggap sehat apabila memiliki nilai rasio NPF kurang dari
5%.
2. Penggolongan Kredibilitas Pembiayaan
Kolektibilitas pembiayaan merupakan penggolongan pembiayaan
berdasarkan kategori tertentu guna memantau kelancaran pembayaran
pada pembiayaan oleh debitur. Menurut Martono (2010:61), tingkat
kolektivitas pembiayaan dibuat menurut ketentuan Bank Indonesia
sebagai berikut:
a. Kredit atau pembiayaan lancar, yaitu kredit yang pembayaran pokok
pinjaman dan bunganya tepat waktu, perkembangan rekening baik
dan tidak ada tunggakan serta sesuai dengan persayaratan kredit.
b. Dalam perhatian khusus, yaitu kredit yang pengembalian pokok
pinjaman atau bunganya terdapat tunggakan sampai 90 hari.
c. Kurang lancar, yaitu kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan
pembayaran bunganya terdapat tunggakan telah melampaui 90 hari
sampai 180 hari waktu yang disepakati.
d. Diragukan, yaitu kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan
pembayaran bunganya terdapat tunggakan telah melampaui 180 hari
sampai dengan 270 hari dari waktu yang disepakati.
e. Macet, adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan
pembayaran bunganya terdapat tunggakan telah melampaui 270 hari.
19
3. Upaya Menindaklanjuti Pembiayaan Bermasalah
Sebagai upaya untuk menindak lanjuti adanya pembiayaan yang
bermasalah atau macet oleh debitur, maka pihak bank berupaya untuk
dapat melakukan penyelamatan atas pembiayaan-pembiayaan yang
bermasalah. Menurut Kasmir (2014:120), penyelamatan terhadap kredit
atau pembiayaan macet dilakukan dengan beberapa metode, yaitu:
a. Rescheduling, yaitu dengan cara memperpanjang jangka waktu
pembiayaan dan memperpanjang jangka waktu angsuran.
b. Resconditioning, yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat
pembiayaan yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran,
jangka waktu dan persyaratan lainnya, sepanjang tidak menyangkut
maksimum saldo pembiayaan.
c. Restructuring, yaitu dengan menambah jumlah pembiayaan dan
menambah equity.
d. Penyitaan jaminan.
E. Financing to Deposit Ratio (FDR)
1. Definisi Financing to Deposit Ratio
Loan to Deposit Ratio (LDR), atau yang dalam bank syariah
dikenal sebagai Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio untuk
mengukur komposisi jumlah pembiayaan yang diberikan dibandingkan
dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan.
Besarnya Financing to Deposit Ratio menurut peraturan pemerintah
maksimum adalah 110% (Kasmir, 2014:319).
20
Financing to Deposit Ratio (FDR) tersebut menyatakan seberapa
jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang
dilakukan deposan dengan mengandalkan pembiayaan yang diberikan
sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian
pembiayaan kepada nasabah pembiayaan dapat mengimbangi kewajiban
bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik
kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan
pembiayaan.
Rasio ini untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar
kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya
dengan pembiayaan-pembiayaan yang telah diberikan kepada para
debiturnya. Semakin tinggi rasionya semakin tinggi tingkat likuiditasnya
(Martono, 2010:82).
2. Fungsi Financing to Deposit Ratio
FDR pada saat ini berfungsi sebagai indikator intermediasi
perbankan. Begitu pentingnya arti FDR bagi perbankan syariah maka
angka FDR pada saat ini telah dijadikan persyaratan antara lain:
1) Sebagai salah satu indikator penilaian tingkat kesehatan bank.
2) Sebagai salah satu indikator kriteria penilaian GWM (Giro Wajib
Minimun 50%).
3) Sebagai faktor penentu besar kecilnya GWM (Giro Wajib Minimum)
sebuah bank.
21
4) Sebagai salah satu persyaratan pemberian keringanan pajak bagi
bank yang akan merger.
3. Macam-macam Pembiayaan Bank Syariah
Menurut Wangsawidjaja, (2012:79) Pembiayaan adalah penyediaan
dana atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berupa transaksi
bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah, transaksi sewa-
menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah
muntahiyah bit tamlik, transaksi jual beli dalam bentuk piutang
murabahah, salam dan istishna’, transaksi pinjam-meminjam dalam
bentuk piutang qardh, dan transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk
ijarah untuk tranksaksi multijasa.
Macam-macam pembiayaan diuraikan sebagai berikut:
a. Prinsip Jual Beli (Ba’i)
1) Murabahah
Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal
dengan tambahan keuntungan yang disepakati antara pihak bank
dan nasabah. Pada perjanjian Murabahah, bank membiayai
pembelian barang yang dibutuhkan oleh nasabahnya dengan
membeli barang itu dari pemasok, dan kemudian menjualnya
kepada nasabah dengan harga yang ditambah keuntungan atau di
mark-up. Dengan kata lain, penjualan barang kepada nasabah
dilakukan atas dasar cost-plus profit (Sudarsono, 2008:69).
22
Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an tentang jual beli
terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 275, yang berbunyi
(Mujiatun, 2013:3).
مََّ اْلَبْيعََّ للاهَّ َوأََحل َّ ... َبا َوَحر ... الرِّ
“Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba”
2) Salam
Salam adalah akad jual beli barang pesanan dengan
penangguhan pengiriman oleh penjual dan pelunasannya
dilakukan segera oleh pembeli sebelum barang pesanan tersebut
diterima sesuai syarat-syarat tertentu (Alma, 2009:11).
3) Istishna’
Istishna’ adalah akad jual beli antara pembeli dan
produsen yang juga bertindak sebagai penjual. Cara
pembayarannya dapat berupa pembayaran di muka, cicilan, atau
ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu. Barang pesanan
harus diketahui karakteristiknya secara umum. Bank dapat
bertindak sebagai pembeli atau penjual. Jika bank bertindak
sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk
menyediakan barang pesanan dengan cara istshna’ maka hal ini
disebut dengan istshna’ paralel (Alma, 2009:12).
23
b. Prinsip Sewa (Ijarah)
Al-Ijarah berasal dari kata al-ajru yang berarti al-‘iwadhu
(ganti). Ijarah adalah akad pemindahan guna atas barang dan jasa,
melalui pembayaran upah sewa, tanpa atau serta diikuti dengan
pemindahan kepemilikan (ownership/milkiyyah) atas barang itu
sendiri (Sudarsono, 2008:73).
Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi
pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, tapi
perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual beli
objek transaksinya adalah barang, pada ijarah objek transaksinya
adalah jasa. Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang
yang disewakannya kepada nasabah. Karena itu dalam perbankan
syariah dikenal ijarah muntahhiyah bittamlik (sewa yang diikuti
dengan berpindahnya kepemilikan) (Karim, 2009:101).
c. Prinsip Bagi Hasil
1) Musyarakah
Musyarakah adalah perkongsian antara dua pihak atau
lebih dalam suatu proyek di mana masing-masing pihak berhak
atas segala keuntungan dan bertanggung jawab akan segala
kerugian yang terjadi sesuai dengan penyertaannya masing-
masing (Alma, 2009:11).
24
2) Mudhrabah
Mudhrabah merupakan hubungan berserikat antara dua
pihak, yaitu pemilik modal dan pihak pemilik keahlian atau
pengalaman. Dalam perjanjian ini pemilik modal bersedia
membiayai sepenuhnya suatu proyek atau usaha dan pengusaha
setuju untuk mengelola proyek tersebut dengan pembagian hasil
sesuai dengan perjanjian (Martono, 2010:98).
d. Akad Pelengkap
1) Hiwalah
Hiwalah (alih utang piutang), bertujuan untuk
membantu supplier mendapatkan ganti biaya atas jasa
pemindahan utang.
2) Rahn
Rahn (gadai), bertujuan untuk memberikan jaminan
pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan
pembiayaan. Barang yang akan digadaikan harus mempunyai
kriteria, yaitu milik nasabah sendiri, jenis ukuran, sifat dan
nilainya ditentukan berdasarkan nilai rill pasar, dan dapat
dikuasai tetapi tidak boleh dimanfaatkan oleh bank.
3) Qardh
Qardh adalah pinjaman uang. Aplikasi qardh
dalam perbankan syariah biasanya dalam hal pinjaman talangan
haji, pinjaman tunai dan produk kartu kredit syariah, pinjaman
25
kepada pengusaha kecil dan sebagai pinjaman kepada pengurus
bank.
4) Wakalah
Wakalah (perwakilan), aplikasi yang terjadi apabila
nasabah melakukan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya
melakukan pekerjaan tertentu, seperti pembukuan L/C, inkaso
dan transfer (Alma, 2009:14).
F. Bank Syariah
1. Definisi Bank Syariah
Menurut Pasal 1 Ayat 2 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998
tentang perubahan Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,
yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lain dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.
Bank syariah adalah bank yang menggunakan prinsip bagi hasil
secara adil, berbeda dengan bank konvensional yang bersandarkan pada
bunga. Bank syariah juga dapat diartikan sebagai bank yang dalam
prinsip, operasional maupun produknya dikembangkan dengan
berlandaskan pada nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an dan
petunjuk-petunjuk operasional hadis Nabi Muhammad Rasulullah SAW
(Alma, 2009:7).
26
2. Fungsi dan Peran Bank Syariah
Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai lembaga
perantara (intermediary instution) yang menghimpun dan menyalurkan
dana masyarakat. Dana masyarakat yang disimpan dalam bentuk
rekening giro, deposito dan atau tabungan kemudian dihimpun dan
dikelola oleh bank. Simpanan yang dipercayakan oleh masyarakat kepada
bank tersebut kemudian disalurkan oleh bank dalam bentuk fasilitas
pembiayaan kepada masyarakat yang membutuhkan dana
(Wangsawidjaja,2012:32).
Menurut Sudarsono (2008:43), fungsi dan peran bank syariah
yang diantaranya tercantum dalam pembukaan standar akuntansi yang
dikeluarkan oleh AAOIFI (Acounting and Auditing Organization for
Islamic Financial Instution), sebagai berikut:
a. Manajer investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana
nasabah.
b. Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang
dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya.
c. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah
dapat melakukan kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana
lazimnya.
d. Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas
keuangan syariah, bank syariah juga memiliki kewajiban untuk
27
mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan,
mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya.
3. Tujuan Bank Syariah
Menurut Sudarsono (2008:43), perbankan syariah mempunyai
beberapa tujuan diantaranya sebagai berikut:
a. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat bermuamalat secara Islam,
khususnya muamlat yang berhubungan dengan perbankan, agar
terhindar dari praktek-praktek riba atau jenis-jenis
usaha/perdagangan lain yang mengandung unsur gharar (tipuan), di
mana jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang dalam Islam, juga
telah menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan ekonomi
rakyat.
b. Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi dengan jalan
meratakan pendapatan melalui investasi, agar tidak terjadi
kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal dengan pihak
yang membutuhkan dana.
c. Untuk meningkatkan kualitas hidup dengan jalan membuka peluang
usaha yang lebih besar terutama kelompok miskin, yang diarahkan
kepada kegiatan usaha yang produktif, menuju terciptanya
kemandirian usaha.
d. Untuk menanggulangi masalah kemiskinan, upaya bank syariah di
dalam mengentaskan kemiskinan ini berupa pembinaan nasabah
yang lebih menonjol sifat kebersamaan dari siklus usaha yang
28
lengkap seperti program pembinaan pengusaha produsen, pembinaan
pedagang perantara, program pembinaan konsumen, program
pengembangan modal kerja dan program pengembangan usaha
bersama.
e. Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter. Dengan aktivitas
bank syariah akan mampu menghindari pemanasan ekonomi
akibatkan adanya inflasi, menghidari persaingan yang tidak sehat
antara lembaga keuangan.
f. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank
non-syariah.
4. Jenis Bank Syariah
Jenis perbankan syariah di Indonesia, adalah sebagai berikut:
a. Bank Umum Syariah, adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang
diberikan bersifat umum, dalam pengertian dapat memberikan semua
jasa perbankan dan wilayah operasinya dapat dilakukan di seluruh
wilayah (Martono, 2010:31).
b. Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS adalah unit kerja
dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai
kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah.
29
c. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, adalah bank syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran
(Wangsawidjaja, 2012:15).
G. Hubungan Keterkaitan Antara Variabel Independen dengan Variabel
Dependen
1. Keterkaitan Dana Pihak Ketiga (DPK) dengan Financing to Deposit
Ratio (FDR)
Dana pihak ketiga (DPK) adalah dana yang dipercayakan oleh
masyarakat kepada bank. Dengan dana yang berhasil dihimpun oleh
bank, maka bank tersebut dapat menyalurkan kredit atau pembiayaan
lebih banyak. Sehingga dapat dijelaskan bahwa semakin besar DPK
maka semakin besar pula pembiayaan (FDR) yang disalurkan kepada
masyarakat. Sehingga DPK mempunyai hubungan positif terhadap FDR
(Suhartatik, 2013:5).
Kemampuan bank dalam menghimpun dana memperlihatkan
bank tersebut memiliki kredibilitas yang tinggi dari masyarakat.
Penelitian yang menyatakan bahwa dana pihak ketiga berpengaruh positif
dan signifikan terhadap FDR juga dibuktikan oleh penelitian dari Utami
(2014) dan Dyatama (2015).
2. Keterkaitan antara Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Financing to
Deposit Ratio (FDR)
Semakin besar CAR maka mengindikasikan semakin baik
permodalan yang dimiliki bank. Bila tingkat kecukupan modal bank baik,
maka masyarakat akan tertarik untuk mengambil pembiayaan dan pihak
30
bank memiliki dana cadangan jika sewaktu-waktu terjadi masalah,
contohnya pembiaayan macet.
Pemberian pembiayaan bank pada masyarakat diwakili dengan
rasio FDR. Bank yang memiliki kecukupan modal yang tinggi maka akan
meningkatkan kepercayaan diri dalam menyalurkan pembiayaan,
sehingga apabila CAR meningkat maka itu berarti FDR bank syariah
juga akan meningkat. Capital Adequacy Ratio berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Financing to Deposit Ratio, dibuktikan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Hersugondo (2012).
3. Keterkaitan antara Non Performing Financing (NPF) dan Financing
to Deposit Ratio (FDR)
Non Performing Financing (NPF) merupakan indikator yang
digunakan untuk menunjukan kerugian akibat risiko pembiayaan.
Tingkat Non Performing Financing (NPF) yang tinggi mengharuskan
bank membentuk cadangan penghapusan yang lebih besar. Hal ini akan
membuat bank menurunkan jumlah kredit atau pembiayaan yang
disalurkannya (Suhartatik, 2013:5).
Selain itu dengan munculnya pembiayaan bermasalah maka akan
mengakibatkan ketersediaan alat likuid yang minim pada suatu bank
sehingga dapat mempengaruhi tingkat likuiditas pada bank tersebut.
Dengan terganggunya tingkat likuiditas bank, maka akan berpengaruh
pada tingkat FDR di mana bank sebagai lembaga intermediasi diwajibkan
menjalankan fungsinya untuk menyalurkan dana kepada masyarakat
31
dalam bentuk pembiayaan. Penelitian ini didukung oleh penelitian dari
Hersugondo (2012) dan Utami (2014).
H. Penelitian Terhadulu
Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena
penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Meskipun
ruang lingkup hampir sama, tetapi karena beberapa variabel, objek, periode
waktu yang digunakan berbeda, maka terdapat banyak hal berbeda pula,
sehingga dapat dijadikan referensi untuk saling melengkapi. Berikut
ringkasan beberapa penelitian:
Tabel 2. 1
Penelitian Terdahulu
No
Peneliti
(tahun)
Judul Penelitian
Metodologi
Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Arditya
Prayudi
(2010)
Pengaruh Capital
Adequacy Ratio
(CAR), Non
Performing Loan
(NPL), BOPO,
Return On Asset
(ROA), dan Net
Interest Margin
(NIM) terhadap
Loan to Deposit
- Variabel
independen
CAR
- Metode
analisis
data:
Regresi
Linier
Berganda
- Variabel
independen
NPL,
BOPO,
ROA dan
NIM
- Variabel
dependen:
LDR
- Alat anali
Hasil Penelitian
menunjukkan
bahwa secara
parsial untuk
variabel CAR,
NPL, dan BOPO
tidak berpengaruh
terhadap LDR.
Sedangkan untuk
variabel ROA dan
32
No
Peneliti
(tahun)
Judul Penelitian
Metodologi Penelitian
Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Ratio (LDR) analisis:
SPSS
- Sampel: 10
bank
dengan aset
terbesaer di
Indonesia
- Periode:
2006-2010
NIM berpengaruh
terhadap LDR
2. Hersugondo
dan Handy
Setyo
Tamtomo
(2012)
Pengaruh CAR,
NPL, DPK dan
ROA Terhadap
LDR Perbankan
Indonesia
- Variabel
independen
DPK dan
CAR
- Metode
analisis
data:
Regresi
Linier
Berganda
- Variabel
independen
NPL dan
ROA
-Variabel
dependen:
LDR
-Alat analisis:
SPSS
- Sampel:
Perbankan
yang
- CAR dan ROA
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap LDR
- NPL berpengaruh
negatif dan
signifikan terhadap
LDR
- DPK berpengaruh
positif dan tidak
signifikan terhadap
LDR
33
No
Peneliti
(tahun)
Judul Penelitian
Metodologi
Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Terdaftar di
Direktori
BI
- Periode:
tahun 2006-
2009
3. Nur
Suhartatik
dan
Rohmawati
Kusumanin
gtias (2013)
Determinan
Financing to
Deposit Ratio
Perbankan
Syariah Di
Indonesia (2008-
2012)
- Variabel
independen
DPK, CAR
dan NPF
- Variabel
dependen:
FDR
- Metode
analisis
data:
Regresi
Linier
Berganda
- Variabel
independen
SBIS
- Alat
analisis:
SPSS
- Sampel:
BUS
- Periode:
tahun 2008-
2011
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa secara
simultan untuk
variabel CAR,
DPK, SBIS dan
NPF berpengaruh
terhadap FDR
4. Siti Rahmi
Nur Utami
Pengaruh DPK, S
SBIS, CAR dan
- Variabel
independen
- Variabel
independen
Hasil penelitian
menunjukkan
34
No
Peneliti
(tahun)
Judul Penelitian
Metodologi
Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
(2014) NPF Terhadap
FDR Pada Bank
Umum Syariah di
Indonesia
DPK CAR
dan NPF
- Variabel
dependen:
FDR
- metode
analisis
data:
Regresi
Linier
Berganda
SBIS
- alat analisis:
SPSS
-Sampel:
BUS
-Periode:
tahun 2008-
2013
bahwa secara
simultan untuk
variabel DPK,
SBIS, CAR dan
NPF berpengaruh
positif dan
signifikan terhadap
FDR
5. Ayank
Narita
Syatama
dan
Imamudin
Yuliadi
(2015)
Determinan
Jumlah
Pembiayaan Bank
Syariah di
Indonesia
- Variabel
Independen
DPK, CAR
dan NPF
- Variabel
dependen:
Jumlah
Pembiaya-
an
- Metode
- Variabel
independen
ROA dan
SBIS
- Periode:
tahun 2010-
2014
- DPK
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap jumlah
pembiayaan
perbankan
- NPL dan ROA
berpengaruh
negatif dan
35
No
Peneliti
(tahun)
Judul Penelitian
Metodologi Hasil
Penelitian Persamaan Perbedaan
- analisis
data:
Regresi
Linier
Berganda
- Sampel:
BUS dan
UUS
Alat
analisis:
Eviews
- signifikan
terhadap jumlah
pembiayaan
perbankan
SBIS dan CAR
berpengaruh
negatif dan
tidak signifikan
terhadap jumlah
pembiayaan
perbankan
36
I. Kerangka Pemikiran
Data Statistika Perbankan Syariah
Sumber Otoritas Jasa Keuangan Periode 2011-2015
DPK (X1) CAR (X2) NPF (X3)
FDR (Y)
Metode Analisis Data :
1. UjI Stasioner
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
b. Uji Multikolonieritas
c. Uji Heteroskedastisitas
d. Uji Autokorelasi
3. Uji Hipotesis
a. Uji F (Simultan)
b. Uji t (Parsial)
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
4. Analisis Regresi Linier Berganda
Kesimpulan, implikasi
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Basis Teori: Kinerja Keuangan
Gambar 2.1.
Kerangka Pemikiran Penelitian
37
J. Perumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang hendak di uji
kebenarannya melalui riset. Dikatakan jawaban dari permasalahan yang telah
dirumuskan dalam perumusan masalah, sedangkan kebenaran dari hipotesis
perlu diuji terlebih dahulu melalui analisis data (Suliyanto, 2006:53).
Berdasarkan pada kerangka pemikiran sebelumnya, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H01 : Diduga tidak terdapat pengaruh secara parsial Dana Pihak Ketiga
(DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing
Financing (NPF) terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) pada
Perbankan Syariah di Indonesia periode 2011-2015.
Ha1 : Diduga terdapat pengaruh secara parsial Dana Pihak Ketiga (DPK),
Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Financing
(NPF) terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) pada Perbankan
Syariah di Indonesia periode 2011-2015.
H02 : Diduga tidak terdapat pengaruh secara simultan Dana Pihak Ketiga
(DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing
Financing (NPF) terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) pada
Perbankan Syariah di Indonesia periode 2011-2015.
Ha2 : Diduga terdapat pengaruh secara simultan Dana Pihak Ketiga
(DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing
Financing (NPF) terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) pada
Perbankan Syariah di Indonesia periode 2011-2015.
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan
data sekunder yang diperoleh dari laporan Statistik Perbankan Syariah
Otoritas Jasa Keuangan pada periode 2011-2015.
Jenis penelitian ini berdasarkan tingkat eksplanasinya adalah
penelitian asosiatif. Menurut Sugiyono (2003:11), penelitian asosiatif
merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh ataupun
juga hubungan antara dua variabel atau lebih. Metode yang digunakan adalah
metode kausal-asosiatif yang dilakukan terhadap data yang dikumpulkan
setelah terjadinya suatu peristiwa. Identifikasi terhadap peristiwa tersebut
berkenaan dengan variabel independen yaitu: Dana Pihak Ketiga (DPK),
Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Financing (NPF),
dengan variabel dependen yaitu Financing to Deposit Ratio (FDR). Tempat
penelitian ini adalah Perbankan Syariah di Indonesia.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono,
2015:80). Populasi pada penelitian ini adalah Perbankan Syariah yang terdiri
39
atas Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiono, 2015:81). Metode penentuan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive
sampling adalah teknik pemilihan sampel berdasarkan pada kriteria-kriteria
tertentu. Dalam penelitian ini penulis menggunakan data runtut waktu (time
series) periode bulan Januari 2011 - Desember 2015. Sampel pada penelitian
ini adalah Perbankan Syariah yang terdiri dari Bank Umum Syariah (BUS)
dan Unit Usaha Syariah (UUS). Adapun kriteria dipilihnya perbankan syariah
yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah:
1. Data keuangan yang dikeluarkan oleh Bank Umum Syariah (BUS) dan
Unit Usaha Syariah (UUS) yang terdapat di laporan keuangan Otoritas
Jasa Keuangan (OJK).
2. Data Keuangan Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah
(UUS) yang diterbitkan secara konsisten di laporan keuangan Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) tahun 2011-2015.
3. Data Keuangan Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah
(UUS) tersebut memiliki data yang dibutuhkan terkait variabel-variabel
yang digunakan untuk penelitian selama periode 2011-2015.
40
Tabel 3. 1.
Proses Pengambilan Sampel Penelitian
No. Keterangan
Jumlah Sampel
Penelitian
1.
Populasi data keuangan Perbankan Syariah di
laporan keuangan OJK Periode 2011-2015 yang
terdiri dari BUS, UUS dan BPRS
2 laporan
2.
Data keuangan yang dikeluarkan oleh BUS dan
UUS yang terdapat di OJK
1 laporan
3.
Data Keuangan BUS dan UUS yang diterbitkan
secara konsisten di laporan keuangan OJK tahun
2011-2015
1 laporan
4.
Data Keuangan BUS dan UUS tersebut memiliki
data yang dibutuhkan terkait variabel-variabel
yang digunakan untuk penelitian selama periode
2011-2015
1 laporan
Jumlah Data Sampel Penelitian 1 x 60 = 60 data
Data Keuangan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah pada
laporan keuangan Otoritas Jasa Keuangan terdiri dari 1 laporan.
Jumlah Periode dari Januari 2011 – Desember 2015 ada 60 bulan.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder,
data tersebut diperoleh langsung dari laporan keuangan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK). Data sekunder adalah data yang diterbitkan atau digunakan
41
oleh organisasi yang bukan pengolahnya. Kelebihan dari data sekunder
adalah biaya yang diperlukan untuk mendapatkan relatif lebih mudah
dibandingkan dengan pengambilan data primer. Sedangkan kelemahannya,
data sekunder sering kali tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan karena
sudah dalam bentuk publikasi dan data sekunder dari sumber yang berbeda
kerap memberikan informasi yang berbeda juga (Suliyanto, 2006:132).
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Field Research
Peneliti menggunakan data sekunder berupa data runtut waktu (time
series) dengan skala bulanan (monthly) yang diambil dari data bulanan
Statistik Perbankan Syariah dengan rentang waktu dari bulan Januari
2011 - Desember 2015. Menurut Suliyanto (2006:133), data time series
adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu pada satu obyek
dengan tujuan menggambarkan perkembangan.
2. Library Research
Library Research merupakan teknik pengumpulan data yang dilengkapi
dengan membaca, mempelajari dan menganalisis literatur yang
bersumber dari buku-buku dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan
penelitian ini untuk mendapatkan konsep yang terususun dan
memperoleh data yang valid.
42
3. Internet Research
Terkadang buku referensi atau literatur yang kita miliki atau pinjam
dari perpustakaan merupakan literatur lama atau kadaluarsa, karena
ilmu selalu berkembang seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu,
untuk mengantisipasi hal tersebut penulis melakukan penelitian dengan
menggunakan tekonologi yang juga berkembang yaitu internet,
sehingga data yang diperoleh merupakan data sesuai dengan
perkembangan zaman.
D. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda.
Pemilihan alat analisis dalam penelitian ini adalah Ordinary Least Square
(OLS) yaitu suatu metode ekonometrik di mana terdapat variabel independen
sebagai variabel penjelas dan variabel dependen sebagai variabel yang
dijelaskan dalam suatu persamaan linier. Dalam OLS hanya terdapat satu
variabel dependen, sedangkan untuk variabel independen jumlahnya bisa
lebih dari satu.
Untuk analisis data dilakukan dengan bantuan aplikasi komputer yaitu
program Microsoft Excel 2010 dan EViews 9.0. Dalam penelitian ini data
yang digunakan adalah data Z-score, suatu bilangan yang menunjukkan
seberapa jauh nilai mentah menyimpang dari rata-ratanya dalam distribusi
data dengan satuan deviasi. Tujuan dilakukannya adalah untuk menyamakan
satuan, jadi nilai standar tidak lagi tergantung pada satuan pengukuran,
43
melainkan menjadi nilai baku. Standarisasi data dilakukan menggunakan alat
bantu piranti lunak SPSS Versi 24.0.
1. Uji Stasioneritas
Uji stasioneritas bertujuan untuk melihat nilai rata-rata dan varian
dari data time series, apakah data tersebut mengalami perubahan secara
sistematik sepanjang waktu (konstan) atau sebaliknya. Uji stasioneritas
dapat dilihat dengan menggunakan uji grafik dan uji akar unit. Di sini
peneliti menggunakan metode uji akar unit agar mendapatkan hasil yang
lebih akurat.
Hasil uji akar-akar unit dengan membandingkan nilai t-hitung
dengan nilai kritis MCKinnon dan jika nilai probabilitas lebih kecil dari
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data stasioner. Sedangkan jika nilai
probabilitas lebih besar dari 0.05 maka data tidak stasioner. Jika data di
level normal, maka dapat dinaikkan ke diferensiasi tingkat 1 (Winarno,
2015:11.5).
Hipotesis:
H0 : data tidak stasioner.
H1 : data stasioner.
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:
Bila probabilitas>0.05, maka H0 diterima
Bila probabilitas<0.05, maka H0 ditolak.
44
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat
normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisistas dan autokolerasi pada
model regresi. Untuk itu diperlukannya pendeteksian lebih lanjut
diantaranya:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam
model regresi, terdapat variabel residual atau variabel pengganggu
atau residual mempunyai distribusi normal.
Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual memiliki
distribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji
statistik. Namun dalam penelitian ini lebih ditekankan untuk menguji
dengan uji statistik. Uji statistik yang dilakukan adalah dengan uji
Jarque-Bera (JB). (Ghozali, 2013:165).
Data dalam penelitian ini dikatakan terdistribusi normal jika,
nilai probability Jarque-Bera lebih besar dari 0.05 (Ghozali,
2013:166). Nilai JB selanjutnya dapat kita hitung signifikansinya
untuk menguji hipotesis berikut:
H0 = data terdistribusi normal.
H1 = data terdistribusi tidak normal.
Dasar pengambilan keputusan:
Bila probabilitas Obs*R Squared>0.05 H0 diterima.
Bila probabilitas Obs*R Squared<0.05, H0 ditolak.
45
b. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinearitas digunakan untuk mendeteksi ada
tidaknya hubungan antara beberapa atau semua variabel independen
dalam model regresi. Menurut ghozali (2013:77), uji
multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi yang tinggi atau sempurna antar
variabel independen.
Menurut Ghozali (2013:79), pendeteksian adanya
multikolinearitas dengan menggunakan uji efisiensi korelasi (r). Jika
koefisien korelasi cukup tinggi, yaitu di atas 0.90, maka diduga
terjadi multikolinearitas dalam model. Sebaliknya, jika koefisien
relatif rendah maka diduga model tidak terjadi multikolinearitas.
Hipotesis:
H0 = tidak ada multikolinearitas.
H1 = ada multikolinearitas.
Dasar pengambilan keputusan
Bila r<0.90 (tidak ada multikolinearitas), maka H0 diterima.
Bila r>0.90 (ada multikolinearitas), maka H0 diolak.
c. Uji heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (2013:95), Uji heteroskedastisitas adalah uji
yang digunakan karena terjadinya gangguan (error) yang muncul
dalam fungsi regresi yang mempunyai varian yang tidak sama. Jika
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,
46
maka disebut homokedastisitas, dan jika variance tidak konstan atau
berubah-ubah disebut dengan heteroskedastisitas. Model regresi
yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas. Pendeteksian heteroskedastisitas yang penulis
gunakan dilakukan melalui Uji White. Dengan hipotesis sebagai
berikut:
H0 = tidak ada heteroskedastisitas.
H1 = ada heteroskedastisitas.
Dasar pengambilan keputusan:
Bila probabilitas Obs*R2>0.05, maka H0 diterima.
Bila probabilitas Obs*R2<0.05, maka H0 ditolak.
d. Uji Autokolerasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu model
regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu (residual)
pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya).
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual
(kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi
lainnya (Ghozali, 2013:137).
Untuk melihat ada tidaknya autokorelasi dapat dilakukan Uji
Langrange Multiplier (LM Test) dengan membandingkan nilai
probabilitas R-Squared dengan α= 0.05.
47
Hipotesis:
H0 = tidak ada autokorelasi.
H1 = ada autokorelasi.
Dasar pengambilan keputusan:
Bila probabilitas Obs*R2>0.05, H0 diterima.
Bila probabilitas Obs*R2<0.05, maka H0 ditolak.
3. Uji Statistik
a. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji-t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen
dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. (Ghozali,
2013:63). Hipotesis:
H0 = tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel
independen terhadap variabel dependen.
H1 = terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen
terhadap variabel dependen.
Dasar pengambilan keputusan:
Jika probabilitas>0.05, maka H0 diterima.
Jika probabilitas<0.05, maka H0 ditolak.
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)
Uji Statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel
48
dependen (Ghozali, 2013:61). Adapun cara pengujian dalam uji F ini
dengan melihat nilai signifikasi.
Hipotesis:
H0 = tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari seluruh
variabel independen terhadap variabel dependen.
H1 = terdapat pengaruh yang signifikan dari seluruh variabel
independen terhadap variabel dependen.
Dasar pengambilan keputusan:
Jika probabilitas>0.05, maka H0 diterima.
Jika probabilitas<0.05, maka H0 ditolak.
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang
kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang
mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen (Ghozali, 2013:59).
4. Analisis Regresi Linier Berganda
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah analisis Regresi
Linier Berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Metode
yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel
49
independen terhadap variabel dependen. Persamaan regresi linier
berganda dapat dituliskan sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + ................. bnXn + e
Keterangan:
Y : Variabel terikat (nilai yang diproyeksikan)
a : Intercept (konstanta)
b1 : Koefisien regresi untuk X1
b2 : Koefisien regresi untuk X2
bn : Koefisien regresi untuk Xn
X1 : Variabel bebas pertama
X2 : Variabel bebas kedua
Xn : Variabel bebas ke-n
e : Nilai residu
E. Operasional Variabel Penelitian
Operasional variabel penelitian merupakan spesifikasi kegiatan
peneliti dalam mengukur suatu variabel. Spesifikasi tersebut menunjukkan
pada dimensi-dimensi dan indikator-indikator dari variabel penelitian yang
diperoleh pengamatan dan penelitian terdahulu.
1. Variabel Terikat (Variabel Dependen)
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Financing to
Deposit Ratio (FDR) perbankan syariah di Indonesia. Financing to
Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara seluruh jumlah pembiayaan
50
yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini
menunjukkan salah satu penilaian likuiditas bank.
FDR =
Jumlah Pembiayaan yang diberikan x 100%
Total Dana Pihak Ketiga + KLBI +Modal Inti
Semakin tinggi FDR berarti semakin meningkatnya ekspansi
pembiayaan bank, akan tetapi jika tidak diimbangi dengan pengumpulan
dana pihak ketiga, atau dari sisi lain berarti dana pihak ketiga yang
dikumpulkan bank menurun, jika nilai FDR terlalu tinggi juga tidak baik
karena menggambarkan kurang baiknya posisi likuiditas bank. Bank
Indonesia menetapkan FDR berkisar antara 85%-110% (Syukron,
2014:113).
Pemilihan variabel FDR menjadi penting karena semakin tinggi
FDR menunjukkan semakin riskan kondisi likuiditas bank. Sebaliknya,
semakin rendah FDR menunjukkan kurangnya efektivitas bank dalam
menyalurkan pembiayaan.
2. Variabel Bebas (Variabel Independen)
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel
dependen. Variabel yang menjadi variabel independen dalam penelitian
ini adalah:
a. Dana Pihak Ketiga (DPK) (X1)
Dana Pihak Ketiga adalah dana yang diercayakan oleh nasabah
kepada bank syariah atau UUS berdasarkan akad wadi’ah atau akad
lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dalam bentuk
51
giro, tabungan dan deposito atau bentuk lainnya yang dipersamakan
dengan itu.
Alasan pemilihan variabel ini adalah karena DPK dinilai
sebagai sumber dana terbesar yang didapatkan oleh bank guna
menunjang operasional bank itu sendiri. Dengan adanya DPK maka
bank dapat menyalurkan pembiayaan sehingga meningkatkan tingkat
FDR bank syariah.
b. Capital Adequacy Ratio (CAR) (X2)
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah modal yang berbanding
aktiva yang mengandung risiko atau rasio kecukupan modal
minimum dengan memperhitungkan risiko pasar (market risk). CAR
menunjukkan seberapa besar modal bank untuk menunjang
kebutuhannya dan semakin besar CAR maka akan semakin besar
daya tahan bank yang bersangkutan dan menunjukkan semakin sehat
bank tersebut (Wangsawidjaja, 2012:117).
CAR =
Modal Bank x 100%
ATMR
Alasan pemilihan variabel ini adalah karena modal adalah
salah satu komponen penting bagi bank syariah guna menunjang
kebutuhan operasionalnya. Sebelum bank syariah menghimpun dana
dari masyarakat, modal inilah yang berperan penting untuk
memenuhi segala kebutuhan operasional bank syariah tersebut. CAR
juga berfungsi untuk menyerap kerugian operasional dan kerugian
52
lainnya, dan sebagai dasar bagi penetapan batas maksimum
pemberian kredit atau pembiayaan (Arifin, 2009:159).
c. Non Performing Financing (NPF) (X3)
Menurut Wangsawidjaja (2012:117) Non Performing
Financing (NPF) merupakan salah satu indikator kesehatan kualitas
aset bank, semakin tinggi nilai NPF (di atas 5%) maka bank tersebut
tidak sehat. NPF yang tinggi menurunkan laba yang akan diterima
oleh bank. NPF menunjukkan kemampuan kolektibilitas sebuah
bank dalam mengumpulkan kembali pembiayaan yang dikeluarkan
oleh bank sampai lunas.
NPF =
Jumlah Pembiayaan Bermasalah x 100%
Total Pembiayaan
Alasan pemilihan variabel ini karena pada perbankan syariah
apabila terdapat Non Performing Financing, maka akan berakibat
terguncangnya kinerja perbankan dan dapat mempengaruhi tingkat
penyaluran pembiayaan pada bank syariah.
53
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia
Di Indonesia, bank syariah telah muncul semenjak awal 1990-an
dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia. Secara perlahan bank
syariah mampu memenuhi kebutuhan masyarakat yang menghendaki
layanan jasa perbankan yang sesuai dengan prinsip syariah agama Islam
yang dianutnya, khususnya yang berkaitan dengan pelarangan praktik
riba, kegiatan yang bersifat spekulatif yang non produktif yang serupa
dengan perjudian, ketidakjelasan, dan pelanggaran prinsip keadilan
dalam bertransaksi, serta keharusan penyaluran pembiayaan dan investasi
pada kegiatan usaha yang etis dan halal secara syariah.
Namun demikian, perkembangan bank syariah yang pesat baru
terasa semenjak era reformasi pada akhir 1990-an, setelah pemerintah
dan Bank Indonesia memberikan komitmen besar dan menempuh
berbagai kebijakan untuk mengembangkan bank syariah, khususnya
sejak perubahan undang-undang perbankan dengan UU No. 10 tahun
1998. Berbagai kebijakan tersebut tidak hanya menyangkut perluasan
jumlah kantor dan operasi bank-bank syariah untuk meningkatkan sisi
penawaran, tetapi juga menyangkut pengembangan pemahaman dan
kesadaran masyarakat untuk meningkatkan sisi permintaan.
54
Tahun 1998 merupakan tonggak bersejarah bagi perkembangan
perbankan syariah di Indonesia ketika Pemerintah memberikan
komitmennya secara penuh. Pada tahun itu, UU No. 14 Tahun 1967
tentang Pokok-pokok Perbankan diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998
yang memberikan landasan kelembagaan dan operasional untuk
perkembangan perbankan syariah secara komprehensif. Oleh karena itu,
landasan hukum perbankan syariah menjadi lebih jelas dan kuat. Dengan
undang-undang ini, sistem perbankan ganda diterapkan karena bank
konvensional dan bank syariah diakui keberadaannya dan keduanya
sama-sama diatur dan diawasi oleh Bank Indonesia.
Komitmen Pemerintah untuk mengembangkan perbankan syariah
dilandasi oleh berbagai hal, antara lain:
1. Memenuhi kebutuhan masyarakat yang menghendaki pelayanan jasa
perbankan yang sesuai dengan prinsip syariah;
2. Meningkatkan mobilisasi investasi masyarakat yang belum terserap
sistem perbankan yang ada dan mengoptimalkan proses investment-
investment bagi usaha percepatan pembangunan;
3. Meningkatkan ketahanan sistem perbankan nasional dengan
mengembangkan bank syariah yang mempunyai karakteristik
kegiatan usaha yang menekankan ethical investment, melarang
bunga bank (lebih banyak berbasis equity dengan prinsip bagi hasil)
dan transaksi yang bersifat spekulatif yang non produktif, serta
pembiayaan yang harus didasarkan pada kegiatan usaha riil;
55
4. Menyediakan sarana bagi investor internasional untuk melakanakan
pembiayaan dan transaksi keuangan yang sesuai dengan prinsip
syariah.
Dukungan Pemerintah terhadap perkembangan perbankan syariah
tidak berhenti sampai di sini. Pada akhir tahun 2003, MUI mengeluarkan
fatwa bahwa bunga bank adalah riba dan haram hukumnya. Dengan
keluarnya fatwa ini, masyarakat muslim yang peduli berbondong-
bondong memindahkan dananya dari bank konvensional ke bank syariah.
Perbaikan dan penyempurnaan terus dilakukan agar perkembangan
perbankan syariah selalu berada pada relnya yang benar sesuai dengan
blueprintnya.
Pertumbuhan bank syariah saat ini menunjukkan besarnya
permintaan masyarakat terhadap jasa perbankan syariah. Hal ini
tercermin dari pertumbuhan jumlah bank yang signifikan dari jaringan
kantor maupun kinerja keuangan perbankan syariah selama tahun 2011-
2015, jumlah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah mengalami peningkatan. Sampai tahun 2016 ini
perbankan syariah terdiri atas 12 BUS dan 22 UUS.
Kondisi perbankan syariah pada tahun mendatang diperkirakan
akan terus membaik. Ini terbukti dengan masih tingginya minat
masyarakat terhadap perbankan syariah. Dalam rangka peningkatan
jangkauan melalui kemudahan untuk membuka kantor pelayanan,
56
diharapkan dapat memberikan pengaruh pada minat masyarakat (Ascarya
dan Yumanita, 2005:55-61).
2. Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR) Perbankan
Syariah
Fungsi bank adalah sebagai lembaga yang menghimpun dan
menyalurkannya kembali kepada masyarakat atau yang disebut dengan
financial intermediary. Manajemen dana bank perlu dilakukan untuk
mengelola dan mengatur posisi dana yang diterima dari aktivitas funding
untuk disalurkan kepada aktivitas financing. Indikator efektivitas
perbankan dalam menyalurkan pembiayaan adalah FDR.
Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio untuk
mengukur komposisi jumlah pembiayaan yang diberikan dibandingkan
dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan.
Besarnya Financing to Deposit Ratio menurut peraturan pemerintah
maksimum adalah berkisar antara 85%-110% (Kasmir, 2014:319).
Berikut adalah data FDR yang digunakan peneliti periode Januari 2011–
Desember 2015:
57
Tabel 4.1.
Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR) Tahun 2011-2015
(dalam persen)
Bulan
Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
Januari 91.97 87.27 117.65 100.07 91.50
Februari 95.16 90.49 118.42 102.03 88.85
Maret 93.22 87.13 121.50 102.22 89.37
April 95.17 95.39 120.05 95.50 89.15
Mei 94.88 97.95 119.88 99.43 89.57
Juni 94.93 98.59 121.71 100.8 90.05
Juli 94.18 99.91 119.86 99.89 92.56
Agustus 94.39 101.03 119.36 98.99 90.13
September 94.97 102.10 121.05 99.71 90.72
Oktober 95.24 100.84 120.24 98.99 90.82
November 94.40 101.19 121.46 94.62 90.67
Desember 88.94 101.19 121.46 100.07 90.26
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, nilai FDR terendah pada tahun 2011
berada pada bulan Januari sebesar 91.97% dan tertinggi pada bulan
Oktober sebesar 95.24%. Pada tahun 2012 FDR terendah pada bulan
Maret sebesar 87.13% dan tertinggi pada September sebesar 102.10%.
Pada tahun 2013 FDR terendah pada bulan Januari sebesar 117.65% dan
tertinggi pada bulan Juni sebesar 121.71%. Pada tahun 2014 FDR
58
terendah pada bulan November sebesar 94.62% dan tertinggi pada bulan
Februari sebesar 102.03%. Pada tahun 2015 FDR terendah pada bulan
Februari sebesar 88.85% dan tertinggi pada bulan Juli sebesar 92.56%.
Tingginya FDR pada Bank Syariah ini yang melebihi batas
toleransinya pada kisaran 85%-110%, menunjukkan bahwa bank syariah
berada pada kebijakan yang ekspansif. Semakin tinggi FDR maka
semakin tinggi pembiayaannya daripada dana yang dihimpun. Hal ini
menjadi sangat riskan karena apabila terjadi kegagalan usaha pada
debitur khususnya pada pembiayaan bagi hasil yang cicilannya tidak
tetap, akan berdampak pada terjadinya pembiayaan macet. Namun secara
umum menurut data FDR periode 2011-2015, bank syariah memiliki
FDR yang fluktuatif namun masih dalam porsi yang baik. FDR bank
syariah tidak pernah di bawah angka 85%, dan peningkatan yang terjadi
pada tahun 2013 diimbangi kembali pada tingkat FDR yang normal pada
tahun-tahun berikutnya, yaitu tahun 2014 dan 2015.
3. Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Syariah
Pertumbuhan setiap bank sangat dipengaruhi oleh perkembangan
kemampuannya dalam menghimpun dana masyarakat, baik berskala kecil
maupun besar dengan masa pengendapan yang memadai. Sebagai
lembaga keuangan, maka dana merupakan masalah utama bagi setiap
bank. Tanpa dana yang cukup, bank tidak dapat berbuat apa-apa atau
dengan kata lain bank menjadi tidak berfungsi sama sekali. Dana yang
ada akan dialokasikan oleh bank dalam berbagai bentuk termasuk untuk
59
pembiayaan. Kegiatan menghimpun dana dari masyarakat oleh bank
sering disebut dengan kegiatan funding. Kegiatan funding juga dilakukan
oleh bank syariah, maka pihak bank syariah membuat berbagai macam
bentuk produk yang dapat ditawarkan kepada masyarakat. Adapun data
DPK periode Januari 2011–Desember 2015 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2.
Data Dana Pihak Ketiga (DPK) Tahun 2011-2015 (dalam miliar)
Bulan
Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
Januari 75814 116518 148731 177930 210761
Februari 75085 114616 150795 178154 210297
Maret 79651 114318 156964 180945 212988
April 79567 114018 158519 185508 213973
Mei 82861 115206 163858 190783 215339
Juni 87025 119279 163966 191594 213477
Juli 89768 121018 166453 194299 216083
Agustus 92021 123673 170222 195959 216356
September 97756 122678 171701 197141 219580
Oktober 101811 134453 174018 207121 219478
November 105330 138671 176292 209644 220635
Desember 115415 147512 176292 217858 231175
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (data diolah)
60
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, nilai DPK terendah pada tahun
2011 berada pada bulan Februari sebesar 75085 miliar rupiah dan
tertinggi pada bulan Desember sebesar 115415 miliar rupiah. Pada tahun
2012 DPK terendah pada bulan April sebesar 114018 miliar rupiah dan
tertinggi pada Desember sebesar 147512 miliar rupiah. Pada tahun 2013
DPK terendah pada bulan Januari sebesar 148731 miliar rupiah dan
tertinggi pada bulan Desember sebesar 176292 miliar rupiah. Pada tahun
2014 DPK terendah pada bulan Januari sebesar 177930 miliar rupiah dan
tertinggi pada bulan Desember sebesar 217858 miliar rupiah. Pada tahun
2015 DPK terendah pada bulan Februari sebesar 210297 miliar rupiah
dan tertinggi pada bulan Desember sebesar 231175 miliar rupiah. Secara
umum penghimpunan dana di bank syariah ini masih dinilai baik karena
tingkat DPK selalu mengalami peningkatan setiap periodenya.
4. Perkembangan Capital Adequacy Ratio (CAR) Perbankan Syariah
Menurut Hersugondo (2012:2), Capital Adequacy Ratio (CAR)
merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam
menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan
menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi
bank. Semakin tinggi CAR maka semakin besar pula sumber daya
finansial yang dapat digunakan untuk ekspansi dan mengantisipasi potensi
kerugian yang diakibatkan oleh penyaluran pembiayaan. Berikut adalah
data CAR periode Januari 2011–Desember 2015:
61
Tabel 4.3.
Data Capital Adequacy Ratio (CAR) Tahun 2011-2015 (dalam persen)
Bulan
Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
Januari 20.23 16.27 15.29 16.76 14.16
Februari 15.17 15.91 15.20 16.71 14.38
Maret 16.57 15.33 14.30 16.20 14.43
April 19.86 14.97 14.72 16.68 14.50
Mei 19.58 13.40 14.28 16.85 14.37
Juni 15.92 16.12 14.32 16.21 14.09
Juli 15.92 16.12 15.28 15.62 14.47
Agustus 15.83 15.63 14.71 14.73 15.05
September 16.18 14.98 14.19 14.54 15.55
Oktober 15.30 14.54 12.45 15.52 14.96
November 14.88 14.82 12.23 15.66 15.31
Desember 16.63 14.13 12.23 16.10 15.02
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, nilai CAR terendah pada tahun 2011
berada pada bulan November sebesar 14.88% dan tertinggi pada bulan
Januari sebesar 20.23%. Pada tahun 2012 CAR terendah berada pada
bulan Mei sebesar 13.40% dan tertinggi pada bulan Januari sebesar
16.27%. Pada tahun 2013 CAR terendah berada pada bulan November
dan Desember sebesar 12.33% dan tertinggi pada bulan Januari sebesar
62
15.29%. Pada tahun 2014 CAR terendah berada pada bulan September
sebesar 14.54% dan tertinggi pada bulan Mei sebesar 16.85%. Sedangkan
pada tahun 2015 CAR terendah berada pada bulan Juni sebesar 14.09%
dan tertinggi pada bulan September sebesar 15.55%. Secara umum CAR
bank syariah selama periode penelitian mengalami fluktuasi dengan nilai
yang cukup riskan, karena ada beberapa periode yang memiliki tingkat
CAR di bawah 14%. Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), bank
syariah harus menambah modalnya jika nilai CAR di bawah 14%.
Menurut Prayudi (2010:6), nilai CAR yang rendah akan mempengaruhi
likuiditas bank syariah, karena CAR digunakan untuk menutup
kemungkinan kerugian di dalam kegiatan pembiayaan dan perdagangan
surat-surat berharga.
5. Perkembangan Non Performing Financing (NPF) Perbankan
Syariah
Non Performing Financing (NPF) adalah jenis pembiayaan yang
bermasalah yang memiliki klasifikasi kurang lancar, diragukan dan macet.
NPF yang tinggi menurunkan laba yang akan diterima oleh bank. Rasio
NPF ini menggambarkan tingkat kesehatan bank, oleh karena itu harus
dikelola dengan baik dan profesional agar tidak melampaui ketentuan
yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia, yaitu 5%. Berikut adalah data
NPF selama periode penelitian Januari 2011–Desember 2015:
63
Tabel 4.4.
Data Non Performing Financing (NPF) (dalam persen)
Bulan
Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
Januari 3.28 2.68 2.49 3.01 5.56
Februari 3.66 2.82 2.72 3.53 5.83
Maret 3.60 2.76 2.75 3.22 5.49
April 3.79 2.85 2.85 3.48 5.20
Mei 3.76 2.93 2.92 4.02 5.44
Juni 3.55 2.88 2.64 3.90 5.09
Juli 3.75 2.92 2.75 4.31 5.30
Agustus 3.53 2.78 3.01 4.58 5.30
September 3.50 2.74 2.80 4.67 5.14
Oktober 3.11 2.58 2.96 4.58 5.16
November 2.74 2.50 3.08 4.86 5.13
Desember 2.52 2.22 2.62 4.33 4.84
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, nilai NPF terendah pada tahun 2011
berada pada bulan Desember sebesar 2.52% dan tertinggi pada bulan
April sebesar 3.79%. Pada tahun 2012 nilai NPF terendah berada pada
bulan Desember sebesar 2.22% dan tertinggi pada bulan Mei sebesar
2.93%. Pada tahun 2013 NPF terendah berada pada bulan Januari sebesar
2.49% dan tertinggi pada bulan November sebesar 3.08%. Pada tahun
64
2014 NPF terendah berada pada bulan Januari sebesar 3.01% dan
tertinggi pada tahun November sebesar 4.86%. Sedangkan pada tahun
2015 NPF terendah berada pada bulan Desember sebesar 4.84% dan
tertinggi pada bulan Februari sebesar 5.83%.
Secara umum laju NPF selama periode penelitian cenderung
meningkat, hal ini harus menjadi perhatian penting pihak bank syariah,
terlebih untuk beberapa periode nilai NPF melebihi ketentuan yaitu di atas
5%. Bank dapat mengelola manajemen risiko pembiayaan bermasalah
agar nilai NPF setiap periodenya mengalami penurunan.
B. Analisis dan Pembahasan
Semua data yang digunakan dalam analisis ini merupakan data
sekunder runtut waktu (time series) mulai tahun 2011-2015. Penelitian
mengenai Financing to Deposit Ratio (FDR) menggunakan data pada
Perbankan Syariah di Indonesia sebagai variabel dependen (variabel terikat).
Sedangkan variabel independen terdiri dari Dana Pihak Ketiga (DPK),
Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Financing (NPF).
keseluruhan dari data yang digunakan sebagai bahan penelitian diperoleh dari
laporan bulanan Stasistik Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan.
Model yang digunakan sebagai alat analisis regresi liner berganda
adalah Ordinary Least Square (OLS). Pengolahan data dilakukan secara
elektronik dengan menggunakan Microsoft Excel 2010 dan EViews 9.0 untuk
mempercepat hasil yang dapat menjelaskan variabel-variabel yang akan
65
diteliti. Pembahasan dilakukan dengan Uji Stasioneritas, Uji Asumsi Klasik
dan Uji Hipotesis.
Keseluruhan data variabel dalam penelitian ini diolah atau
ditransformasikan ke dalam bentuk Z Score, Untuk menstandarkan data yang
dikarenakan memiliki satuan yang berbeda agar menjadi sama, maka model
kemudian ditransformasikan ke dalam bentuk persamaan Z Score.
1. Uji Stasioneritas
Uji stasioneritas bertujuan untuk melihat nilai rata-rata dan varian
dari data time series, apakah data tersebut mengalami perubahan secara
sistematik sepanjang waktu (konstan) atau sebaliknya. Hasil uji akar-akar
unit dengan melihat probabilitas, jika nilai probabilitas lebih kecil dari
0.05 maka dapat disimpulkan bahwa data stasioner. Jika data tidak
stasioner di tingkat level, data dapat dinaikkan ke diferensiasi tingkat 1
(Winarno, 2015:11.5).
Setelah data diolah menggunakan aplikasi Eviews 9, maka terlihat
hasil uji akar unit sebagai berikut:
Tabel 4.5.
Stasioneritas ADF Tingkat Level
Variabel Level
t-stat Probabilitas Keterangan
FDR -1.352308 0.5994 Tidak Stasioner
DPK -0.845135 0.7985 Tidak Stasioner
CAR -5.030131 0.0001 Stasioner
NPF -0.816353 0.8070 Tidak Stasioner
Sumber: Output EViews 9 (data diolah)
66
Berdasarkan hasil uji stsioneritas pada tingkat level, variabel FDR,
DPK dan NPF tidak stasioneritas karena memiliki probabilitas lebih
besar dari 0.05. Oleh karena itu, maka uji stasioneritas dinaikkan ke
diferensiasi tingkat 1, dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.6.
Stasioneritas ADF Tingkat 1st Difference
Variabel 1
st Difference
t-stat Probabilitas Keterangan
FDR -7.949326 0.0000 Stasioner
DPK -7.785878 0.0000 Stasioner
CAR -9.273424 0.0000 Stasioner
NPF -8.860780 0.0000 Stasioner
Sumber: Output EViews 9 (data diolah)
Seluruh hasil uji pada diferensiasi tingkat 1 menunjukkan semua
variabel sudah stasioner. Dari output yang dihasilkan, terlihat bahwa nilai
probabilitas seluruh variabel lebih kecil dari nilai kritis (0.0000<0.05).
Dengan demikian data telah stasioner pada tahap diferensiasi tingkat 1
dan hipotesis H0 (data tidak stasioner) dapat ditolak.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel
dependen, independen, atau keduanya berdistribusi normal atau
tidak. Salah satu cara untuk melihat normalitas residual adalah
dengan menggunakan metode Jarque-Bera (JB). model regresi yang
baik adalah data berdistribusi normal. Dalam software EViews,
67
normalitas sebuah data dapat diketahui dengan membandingkan nilai
Jarque-Bera. Uji JB didapat dari histogram normality
(Ghozali,2013:165).
Setelah data diolah menggunakan EViews 9 maka didapatkan
hasil sebagai berikut:
Gambar 4.1.
Hasil Uji Normalitas
0
1
2
3
4
5
6
7
8
-1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0
Series: ResidualsSample 1 60Observations 60
Mean 6.66e-17Median -0.008657Maximum 1.104958Minimum -1.478911Std. Dev. 0.668524Skewness -0.184785Kurtosis 2.449664
Jarque-Bera 1.098629Probability 0.577346
Sumber: Output EViews 9 (data diolah)
Berdasarkan gambar 4.7, dihasilkan nilai JB sebesar
1.098629, dengan probabilitas sebesar 0.577346 yang berarti nilai ini
lebih dari 0.05. Maka H0 diterima dan dapat disimpulkan bahwa data
terdistribusi normal.
b. Uji Multikolineritas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi ditemukan adanya korelasi yang tinggi atau sempurna
antar variabel independen (Ghozali,2013:79).
Pada penelitian ini uji multikolinearitas yang digunakan
menggunakan metode perhitungan koefisien korelasi, di mana jika
68
hubungan antara variabel bebas yang satu dengan yang lainnya di
bawah 0.90, maka antar variabel tersebut tidak terdapat gejala
multtikolinearitas. Sebaliknya, jika koefisien korelasi yang
dihasilkan di atas 0.90 maka dapat dikatakan terdapat gejala
multikolinearitas. Setelah data diolah menggunakan EViews 9, maka
didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.7.
Hasil Uji Multikolinearitas
ZDPK ZCAR ZNPF
ZDPK 1.000000 -0.421897 0.643982
ZCAR -0.421897 1.000000 -0.024934
ZNPF 0.643982 -0.024934 1.000000
Sumber: Output EViews 9 (data diolah)
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai korelasi
variabel independen antara DPK dan CAR adalah -0.421897, antara
DPK dan NPF sebesar 0.643982, antara CAR dan NPF sebesar -
0.024934.
Nilai korelasi variabel independen (DPK, CAR, dan NPF)
tertinggi hanya mencapai 0.643982, yaitu antara DPK dan NPF.
karena nilai 0.643982 < 0.90, maka diputuskan H0 diterima, sehingga
dapat dikatakan tidak terjadi multikolinearitas. Hasil tersebut
menyatakan bahwa variabel independen penelitian ini terbebas dari
gejala multikolinearitas. Sehingga dapat dilanjutkan ke pengujian
selanjutnya.
69
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik
adalah Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas
(Ghozali,2013:95).
Untuk mendeteksi data memiliki masalah heteroskedastisitas
atau tidak yaitu jika probabilitas OBS*R2>0.05, maka data tidak
terdapat heteroskedastisitas. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan
dengan aplikasi EViews 9.0 dengan menggunakan uji white,
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.8.
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 2.696261 Prob. F(3,56) 0.0545
Obs*R-squared 7.572729 Prob. Chi-Square(3) 0.0557
Scaled explained SS 4.781490 Prob. Chi-Square(3) 0.1885
Sumber: Output EViews 9 (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.8 diatas, diketahui bahwa nilai
probabilitas Chi Square sebesar 0.0557 yang lebih besar dari nilai α
sebesar 0.05. Karena nilai probabilitas Chi Square> dari α= 5%
(0.0557>0.05), maka dalam hal ini H0 diterima sehingga dapat
disimpulkan H0 diterima dan data tersebut bersifat homoskedastisitas
dan tidak terdapat heteroskedastisitas.
70
d. Uji Autokolerasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam suatu
model regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu
(residual) pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1
(sebelumnya) (Ghozali, 2013:137).
Uji autokorelasi dapat dilakukan melalui uji LM Test yang
kemudian hasil dapat dilihat dari nilai probabilitas Chi Square. Jika
probabilitas Chi Square lebih besar dari tingkat signifikansi 5%,
maka dikatakan tidak terdapat autokorelasi. Hasil pengujian uji
autokorelasi menggunakan EViews 9.0 adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9.
Hasil Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 43.71434 Prob. F(2,54) 0.0000
Obs*R-squared 37.09093 Prob. Chi-Square(2) 0.0000
Sumber: Output EViews 9.0 (data diolah)
Dari tabel 4.9 di atas diketahui bahwa nilai probabilitas Chi
Square<α=5% (0.0000<0.05), maka H0 ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa data terdapat masalah autokorelasi. Oleh karena
itu, perlu dilakukannya perbaikan, pada masalah autokorelasi ini
dapat diperbaiki dengan Metode Diferensiasi Tingkat Pertama.
Untuk mengatasinya, perlu dilakukan estimasi dengan diferensi
tingkat satu dengan memasukkan persamaan (d(y) c d(x)) (Winarno,
2015:5.37).
71
Setelah dilakukannya perubahan estimasi dengan metode
diferensiasi tingkat pertama, maka hasil output dari uji autokorelasi
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.10.
Hasil Diferensiasi Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.255147 Prob. F(2,53) 0.7757
Obs*R-squared 0.562645 Prob. Chi-Square(2) 0.7548 Sumber: Output EViews 9 (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.10, diketahui bahwa nilai probabilitas
Chi Square>α (0.7548>0.05), maka H0 diterima sehingga dapat
disimpulkan bahwa data tidak terdapat masalah autokorelasi.
3. Uji Statistik
a. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji-t)
Uji-t bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara parsial
(individu) variabel-variabel independen DPK, CAR dan NPF
terhadap variabel dependen, yaitu FDR. Salah satu cara untuk
melakukan uji-t adalah dengan melihat nilai probabilitas pada tabel
uji statistik t. Apabila nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat
signifikan α yaitu 0.05, berarti variabel independen secara parsial
(individu) mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.
72
Tabel 4.11.
Hasil Uji-t
Dependent Variable: FDR
Method: Least Squares
Date: 02/11/17 Time: 21:17
Sample: 1 60
Included observations: 60
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -7.325306 0.088588 -8.268987 1.0000
ZDPK 0.470331 0.137769 3.413921 0.0012
ZCAR -0.211216 0.105431 -2.003351 0.0500
ZNPF -0.854398 0.124946 -6.838129 0.0000
Sumber: Output EViews 9 (data diolah)
Dari hasil tabel 4.11, hasil uji statistik t didapatkan sebagai
berikut:
1) Pengaruh t-statistik untuk Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap
Financing to Deposit Ratio (FDR)
Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil t-hitung sebesar
3.413921 dengan tingkat signifikan 0.0012 yang berarti lebih
kecil dari 0.05, maka dapat dikatakan menolak H0 dan secara
parsial perubahan DPK dapat mempengaruhi tingkat FDR secara
positif dan signifikan.
2) Pengaruh t-statistik untuk Capital Adequacy Ratio (CAR)
terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR)
Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil t-hitung sebesar -
2.003351 dengan tingkat signifikan 0.0500 yang berarti sama
dengan 0.05, maka dapat dikatakan menerima H0 dan secara
73
parsial perubahan CAR tidak dapat mempengaruhi tingkat FDR
secara signifikan.
3) Pengaruh t-statistik untuk Non Performing Financing (NPF)
terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR)
Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil t-hitung sebesar -
6.838129 dengan tingkat signifikan 0.0000 yang berarti lebih
kecil dari 0.05, maka dapat dikatakan menolak H0 dan secara
parsial perubahan NPF dapat mempengaruhi tingkat FDR secara
negatif dan signifikan.
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)
Uji-F bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel
independen (DPK, CAR dan NPF) secara simultan (bersama-sama)
terhadap variabel dependen, yaitu FDR.
Tabel 4.12.
Hasil Uji-F
R-squared 0.553075 Mean dependent var -8.333333
Adjusted R-squared 0.529133 S.D. dependent var 1.000000
S.E. of regression 0.686197 Akaike info criterion 2.149038
Sum squared resid 26.36854 Schwarz criterion 2.288661
Log likelihood -60.47113 Hannan-Quinn criter. 2.203652
F-statistic 23.10025 Durbin-Watson stat 0.421053
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Output EViews 9 (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.12, diperoleh hasil F-statistik sebesar
23.10025 dengan nilai probabilitas sebesar 0.000000. karena
probabilitas lebih kecil dari 0.05, maka dapat dikatakan menolak H0
74
dan dapat disimpulkan bahwa perubahan DPK, CAR dan NPF secara
bersama-sama mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap
FDR.
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) yang digunakan dalam
penelitian ini adalah menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat
mengevaluasi model regresi terbaik. Dikarenakan dalam penelitian
ini menggunakan lebih dari satu variabel independen.
Tabel 4.13.
Hasil Koefisien Determinasi
R-squared 0.553075 Mean dependent var -8.333333
Adjusted R-squared 0.529133 S.D. dependent var 1.000000
S.E. of regression 0.686197 Akaike info criterion 2.149038
Sum squared resid 26.36854 Schwarz criterion 2.288661
Log likelihood -60.47113 Hannan-Quinn criter. 2.203652
F-statistic 23.10025 Durbin-Watson stat 0.421053
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Output EViews 9 (data diolah)
Berdasarkan hasil regresi pada tabel 4.13, dapat diketahui
bahwa nilai Adjusted R-Squared sebesar 0.529133, hal ini
menunjukkan bahwa variasi variabel dependen (FDR) secara
bersama-sama mampu dijelaskan oleh variasi variabel independen
(DPK, CAR dan NPF) sebesar 52.9 persen. Sedangkan sisanya
sebesar 47.1 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel
yang diteliti.
75
4. Persamaan Model Regresi
Hasil pengolahan data menggunakan regresi linier berganda
dengan metode OLS dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.14.
Hasil Estimasi Metode Ordinary Least Square (OLS)
Dependent Variable: FDR
Method: Least Squares
Date: 02/11/17 Time: 21:17
Sample: 1 60
Included observations: 60
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -7.325306 0.088588 -8.268987 1.0000
ZDPK 0.470331 0.137769 3.413921 0.0012
ZCAR -0.211216 0.105431 -2.003351 0.0500
ZNPF -0.854398 0.124946 -6.838129 0.0000
R-squared 0.553075 Mean dependent var -8.333333
Adjusted R-squared 0.529133 S.D. dependent var 1.000000
S.E. of regression 0.686197 Akaike info criterion 2.149038
Sum squared resid 26.36854 Schwarz criterion 2.288661
Log likelihood -60.47113 Hannan-Quinn criter. 2.203652
F-statistic 23.10025 Durbin-Watson stat 0.421053
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Output EViews 9
Dari tabel di atas, maka dapat disusun persamaan regresi linier
berganda sebagai berikut:
ZFDR = -7.325306 + 0.470331 ZDPK – 0.211216 ZCAR – 0.854398
ZNPF + e
Dimana:
Y : FDR (Financing Deposit to Ratio)
X1 : DPK (Dana Pihak Ketiga)
76
X2 : CAR (Capital Adequacy Ratio)
X3 : NPF (Non Performing Financing)
e : Nilai Residu
Dari persamaan di atas dapat dijelaskan bahwa:
a. Dari hasil data OLS, nilai konstanta sebesar -7.325306, artinya bahwa
apabila variabel bebas (independen) dianggap konstan atau tidak
mengalami perubahan maka akan menurunkan atau mengurangi
tingkat FDR sebesar 7.325306. Hal ini menunjukkan akan terjadi
penurunan tingkat FDR Perbankan Syariah apabila variabel
indepeden dianggap konstan.
b. Nilai koefisien regresi Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 0.470331
persen yang berarti jika Dana Pihak Ketiga mengalami perubahan
(positif) sebesar 1 persen, maka akan menaikan FDR sebesar
0.470331 persen.
c. Nilai koefisien regresi Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar –
0.211216 persen yang berarti jika CAR mengalami perubahan
(positif) sebesar 1 persen, maka akan menurunkan FDR sebesar
0.211216 persen.
d. Nilai koefisien regresi Non Performing Financing (NPF) sebesar –
0.854398 persen yang berarti jika NPF mengalami perubahan
(positif) sebesar 1 persen, maka akan menurunkan FDR sebesar
0.854398 persen.
77
C. Interpretasi
Adapun interpretasi penulis terhadap penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Financing to Deposit
Ratio (FDR)
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa variabel Dana Pihak
Ketiga (DPK) mempunyai nilai signifikan 0.0012<0.0500, hal ini berarti
menolak HO1. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Dana Pihak
Ketiga (DPK) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Financing
to Deposit Ratio (FDR) Perbankan Syariah. Hasil penelitian ini
mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Hersugondo (2012) dan
Utami (2014) yang menyatakan bahwa DPK berpengaruh signifikan
terhadap FDR.
Menurut Rivai dalam Utami (2014:7), pada sebagian besar atau
setiap bank, dana masyarakat ini umumnya merupakan dana terbesar
yang dimiliki. Hal ini sejalan dengan fungsi bank sebagai penghimpun
dana masyarakat. Dengan adanya sumber dana yang besar, maka sangat
memungkinkan bagi bank dalam melakukan penyaluran pembiayaan
yang nantinya menambah nilai rasio Financing to Deposit Ratio (FDR).
Jadi, hasil analisis di atas menunjukkan bahwa variabel DPK
berpengaruh signifikan terhadap FDR. Hal ini dikarenakan semakin besar
dana yang dihimpun oleh bank maka akan berdampak pada semakin
besar juga dana yang harus disalurkan oleh bank lewat pembiayaan. Pada
data penelitian DPK setiap periodenya selalu mengalami peningkatan, hal
ini juga diikuti dengan nilai FDR yang berfluktuasi cenderung
78
meningkat. DPK tidak seutuhnya digunakan untuk menyalurkan
pembiayaan saja, namun juga untuk membiayai kegiatan operasional
bank syariah. Hal ini yang mengakibatkan nilai FDR pada periode
penelitian berfluktuasi. Arah konstanta DPK pada penelitian ini
menunjukkan nilai positif, hal ini berarti semakin besar DPK yang
dihimpun akan meningkatkan pembiayaan yang disalurkan yang
jumlahnya dapat dilihat dari rasio FDR.
2. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Financing to
Deposit Ratio (FDR)
Dari hasil penelitian dapat diketahui variabel Capital Adequacy
Ratio (CAR) mempunyai nilai signifikan 0.0500=0.0500, hal ini berarti
menerima H01. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Capital
Adequacy Ratio (CAR) secara parsial tidak berpengaruh signifikan
terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) Perbankan Syariah. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Prayudi (2010),
Suhartatik (2013), Utami (2014) dan Dyatama (2015) di mana hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa CAR tidak memiliki pengaruh secara
signifikan terhadap FDR.
Menurut Suhartatik (2013:7), semakin besar CAR bank syariah
maka semakin tinggi kemampuan permodalan bank dalam menjaga
timbulnya risiko kerugian kegiatan usahanya, namun belum tentu secara
nyata berpengaruh terhadap peningkatan pembiayaan.
Menurut Dyatama (2015:8), jumlah CAR mengindikasikan adanya
sumber daya finansial (modal) yang idle ataupun disalurkan ke sektor
79
lain ataupun investasi lain selain pembiayaan, karena seperti diketahui
bahwa pembiayaan merupakan investasi yang resikonya paling tinggi,
sehingga modal yang tersedia diinvestasikan ke sektor lain ataupun surat
berharga, seperti Surat Bank Indonesia Syariah (SBIS).
Jadi, hasil analisis di atas menunjukkan bahwa variabel CAR tidak
berpengaruh signifikan terhadap FDR. Hal ini dikarenakan fungsi modal
bank paling utama adalah untuk menutup kerugian dari kegiatan
operasional yang dilakukan oleh bank, serta untuk membiayai kegiatan
operasional bank, sehingga tidak berdampak secara langsung pada
penyaluran pembiayaan bank syariah. Jadi dapat disimpulkan bahwa
peningkatan atau penurunan CAR tidak mempengaruhi nilai FDR.
3. Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap Financing to
Deposit Ratio (FDR)
Dari hasil penelitian dapat diketahui variabel Non Performing
Financing (NPF) mempunyai nilai signifikan 0.0000<0.0500, hal ini
berarti menolak H01. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Non
Performing Financing (NPF) secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) Perbankan Syariah. Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
Hersugondo (2012) dan Suhartatik (2013), di mana hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa NPF berpengaruh signifikan terhadap FDR.
Menurut Dendawijaya dalam Hersugondo (2010:10), dampak dari
meningkatnya NPF akan menyebabkan hilangnya kesempatan
memperoleh pendapatan (income) dari pembiayaan yang diberikan,
80
sehingga mengurangi laba dan mengurangi kemampuan untuk
memberikan pembiayaan. Banyaknya pembiayaan bermasalah juga
membuat bank tidak berani meningkatkan penyaluran pembiayaannya,
apalagi bila dana pihak ketiga tidak dapat dicapai secara optimal
sehingga dapat mengakibatkan likuiditas suatu bank terganggu.
Jadi, hasil analisis di atas menunjukkan bahwa variabel NPF
berpengaruh signifikan terhadap FDR. Hal ini dikarenakan besarnya
angka NPF dapat membuat pihak bank enggan menyalurkan
pembiayaannya karena harus membentuk cadangan penghapusan yang
besar. NPF yang besar akan berimbas pada jumlah penyaluran
pembiayaan yang sedikit pada periode selanjutnya, karena bank harus
menyisihkan sebagian dananya untuk menutupi kerugian operasional
akibat adanya NPF ini. Arah konstanta NPF pada hasil penelitian ini
menunjukkan angka yang negatif. Hal ini berarti semakin besar NPF
maka akan menurunkan tingkat FDR. Sebaliknya, jika terjadi penurunan
NPF maka akan meningkatkan nilai FDR.
4. Pengaruh variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy
Ratio (CAR) dan Non Performing Financing (NPF) terhadap
Financing to Deposit Ratio (FDR)
Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan
Non Performing Financing (NPF) secara bersama-sama atau simultan
berpengaruh terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) Perbankan
Syariah. Hal ini ditunjukkan dengan hasil uji-F yang menunjukkan nilai
probabilitas 0.0000<0.050, yang berarti menolak H02. Berarti model
81
regresi dapat digunakan untuk memprediksi FDR, atau dapat disimpulkan
bahwa DPK, CAR dan NPF secara bersama-sama berpengaruh terhadap
FDR Perbankan Syariah.
Hasil dari penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Prayudi (2010), Hersugondo (2012), Suhartatik (2013), Utami (2014) dan
Dyatama (2015) yang menyatakan bahwa DPK, CAR dan NPF secara
simultan berpengaruh terhadap FDR Perbankan Syariah.
82
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian dengan
melakukan pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi berganda, dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara parsial, variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh signifikan
dengan arah konstanta positif terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR)
Perbankan Syariah, hal ini mengindikasikan bahwa jika nilai DPK
meningkat maka nilai FDR akan mengalami peningkatan pula. Capital
Adequacy Ratio (CAR) secara parsial tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) Perbankan Syariah, hal ini
mengindikasikan apabila nilai CAR meningkat atau menurun maka tidak
dapat mempengaruhi naik turunnya nilai FDR. Sedangkan Non
Performing Financing (NPF) secara parsial berpengaruh signifikan
dengan arah konstanta negatif terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR)
Perbankan Syariah, hal ini mengindikasikan bahwa jika nilai NPF
meningkat maka nilai FDR akan mengalami penurunan.
2. Secara simultan, Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio
(CAR) dan Non Performing Financing (NPF) berpengaruh signifikan
terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) Perbankan Syariah di
Indonesia periode 2011-2015.
83
B. Saran
Berkaitan dengan penelitian ini penulis menyarankan beberapa hal, yaitu:
1. Bagi nasabah
Penelitian ini dapat digunakan oleh nasabah sebagai acuan dalam
melakukan pembiayaan pada Perbankan Syariah agar memperhatikan
terlebih dahulu tingkat Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy
Ratio (CAR) dan Non Performing Financing (NPF). Terutama pada
tingkat NPF, nasabah harus memperhatikan kemampuan diri sendiri
dalam mengajukan pembiayaan agar tidak terlibat dalam pembiayaan
bermasalah.
2. Bagi pihak perbankan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Dana Pihak Ketiga
(DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Financing
(NPF) berpengaruh terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR), oleh
karena itu pihak Bank Syariah disarankan untuk memperhatikan faktor
tersebut dengan cara meningkatkan modal yang memadai untuk
menunjang kegiatan operasionalnya dan cadangan untuk menyerap
kerugian yang mungkin terjadi, sehingga kinerja keuangan dapat dicapai
dengan maksimal.
Kondisi penghimpunan dana pihak ketiga perbankan syariah sudah
cukup baik dengan laju yang selalu meningkat setiap periodenya, dalam
hal ini bank diharapkan terus dapat mempertahankan ketercapaian ini
dengan terus meningkatkan pelayanan nasabah agar masyarakat dapat
terus mempercayakan uangnya untuk disimpan di bank.
84
Selain itu, dilihat dari kondisi pembiayaan bermasalah yang
cenderung meningkat setiap tahunnya, di sini merupakan koreksi terbesar
bagi bank. Bank dalam memberikan penyaluran pembiayaannya kepada
masyarakat harus memperhatikan secara detail studi kelayakan dari bisnis
yang dimiliki calon debitur, bank harus menekankan pada kualitas
pembiayaan bukan kuantitas pembiayaan yang diberikan.
3. Bagi akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi
mengenai bank syariah bagi peneliti maupun bagi penulis selanjutnya
yang ingin meneliti tentang topik sejenis yaitu DPK, CAR dan NPF
terhadap FDR Perbankan Syariah. Selain itu juga dapat dijadikan bahan
refrensi tambahan bagi kepustakaan pihak kampus. Jumlah koefisien
determinasi pada penelitian ini sebesar 52,9%, hal ini berarti 47,1%
variabel dependen FDR dipengaruhi variabel lain di luar variabel yang
diteliti. Jadi Untuk peneliti selanjutnya dapat menambah jumlah variabel
di luar variabel di penelitian ini, seperti: ROA, NIM, BOPO, SBIS, dan
lainnya.
85
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Bukhari. “Manajemen Bisnis Syariah”, Alfabeta, Bandung, 2009.
Arifin, Zainul. “Dasar–Dasar Manajemen Bank Syariah”, Azkia Publisher,
Jakarta, 2009.
Ascarya dan Diana Yumanita. “Bank Syariah: Gambaran Umum”, PPSK BI,
Jakarta, 2005.
Dendawijaya, Lukman. “Manajemen Perbankan”, Ghalia Indonesia, Jakarta,
2009.
Departemen Agama, “Al-Qur’an dan Terjemahnya”, Intermasa, Jakarta,
1993.
Dyatama, Ayamk Narita dan Imamudin Yuliadi. “Determinan Jumlah
Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia”. Jurnal Ekonomi dan Studi
Pembangunan Vol. 16, No. 1. Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, 2015.
Ghozali, Imam, dan Dwi Ratmono, “Analisis Multivariat dan Ekonometrika:
Teori, Konsep, dan Aplikasi Dengan EViews 8”, Badan Penerbit-
Undip, Semarang, 2013.
Hersugondo dan Handy Setyo Tamtomo. “Pengaruh CAR, NPL, DPK, Dan
ROA Terhadap LDR Perbankan Indonesia”. Jurnal Dharma
Ekonomi Vol.36, No.8. Fakultas Ekonomi Universitas Stikubank
Semarang, 2012.
http://m.liputan6.com/bisnis/read/2019003/bank-syariah-diimbau-jaga-rasio-
kredit-bermasalah, diakses 6 Maret 2014.
Karim, Adiwarman. “Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan”, Rajawali
Pers, Jakarta, 2009.
Kasmir. “ Manajemen Perbankan”, PT. Rajagrafindo Persada, Depok, 2009.
. “ Manajemen Perbankan”, PT. Rajagrafindo Persada, Depok,
2014.
Kusumo, Yunanto Adi. “ Analisis Kinerja Keuangan Bank Syariah Mandiri
Periode 2002 – 2007 (dengan Pendekatan PBINo. 9/1/PBI/2007)”.
Jurnal Ekonomi Islam Vol. 2, No. 1, 2008.
86
Laporan Statistika Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan Tahun 2011.
Otoritas Jasa Keuangan. http://www.ojk.go.id/ diakses tanggal 22
November 2016.
Laporan Statistika Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan Tahun 2012.
Otoritas Jasa Keuangan. http://www.ojk.go.id/ diakses tanggal 22
November 2016.
Laporan Statistika Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan Tahun 2013.
Otoritas Jasa Keuangan. http://www.ojk.go.id/ diakses tanggal 22
November 2016.
Laporan Statistika Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan Tahun 2014.
Otoritas Jasa Keuangan. http://www.ojk.go.id/ diakses tanggal 22
November 2016.
Laporan Statistika Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan Tahun 2015.
Otoritas Jasa Keuangan. http://www.ojk.go.id/ diakses tanggal 22
November 2016.
Mandasari, Aulia. “Analisis Rasio Keuangan dan Pengaruhnya Terhadap
Harga Saham Perusahaan Transportasi”. Jurnal Ilmu & Riset
Manajemen Vol. 3, No. 10. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia
Surabaya, 2014.
Martono. “Bank & Lembaga Keuangan Lain”, Ekonisia, Yogyakarta, 2009.
Mujiatun, Siti. “Jual Beli Dalam Perspektif Islam: Salam dan Istishna”.
Jurnal Riset Akuntansi dan Bisnis Vol. 13, No. 2. Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, 2013.
Mulyono, Teguh Pudjo. “Akuntansi Manajemen: Dalam Praktik Perbankan
Edisi 3”, BFPE Yogyakarta, Yogyakarta, 2012.
Prayudi, Arditya. “Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing
Loan (NPL), BOPO, Return On Asset (ROA) Dan Net Interest
Margin (NIM) Terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR)”. Jurnal
Ekonomi Vol.8, No.4. 2010.
Republik Indonesia. “Peraturan Bank Indonesia No. 15/2/PBI/2013 tentang
Penetapan Status dan Tindak Lanajut Pengawasan Bank Umum
Konvensional”. 2013.
Republik Indonesia. “Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan Syariah”. 1998.
Republik Indonesia. “Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan”. 1992.
87
Sadi, Muhamad. “Konsep Hukun Perbankan Syariah”, Setara Press, Malang,
2015.
Sholahuddin, Muhammad., dan Lukman Hakim. “Lembaga Ekonomi dan
Keuangan Syariah Kontemporer”, Muhammadiyah University Press,
Surakarta, 2008.
Sudarsono, Heri. “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah : Seksripsi dan
Ilustrasi”, Ekonisia, Yogyakarta, 2008.
Sugiono. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND”, Alfabeta,
Bandung, 2015.
Suhartatik, Nur, dan Rohmawati Kusumaningtias. “Determinant Financing to
Deposit Ratio Perbankan Syariah di Indonesia (2008 – 2012)”.
Jurnal Manajemen Vol.10, No.2. Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Surabaya, 2013.
Suliyanto, “Metode Riset Bisnis”, CV Andi Offset, Yogyakarta, 2006.
Susanto, Burhanuddin. “Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah”, Ruko
Jambusari, Yogyakarta, 2010.
Syukron, Ali, “Tanggung Jawab Sosial dan Kinerja Keuangan”, LSIN
Independen, Banten, 2014.
Utami, Siti Rahmi Nur, “Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS), Rasio Kecukupan Modal (CAR) dan Non
Performing Financing (NPF) Terhadap Financing to Deposit Ratio
(FDR) Pada Bank Umum Syariah di Indonesia”. Jurnal Ekonomi
Islam Vol. 22, No.8. Universitas Siliwangi Tasikmalaya.2014.
Wangsawidjaja. “Pembiayaan Bank Syariah”, Kompas Gramedia Building,
Jakarta, 2012.
Winarno, Wing Wahyu, “Analisis Ekonometrika dan Statistika Dengan
EViews”, UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2015.
88
LAMPIRAN
Lampiran 1: Data Penelitian
NO PERIODE FDR DPK CAR NPF
1. Jan-11 91.97 7,814 20.23 3.28
2. Feb-11 95.16 75085 15.17 3.66
3. Mar-11 93.22 79651 16.57 3.60
4. Apr-11 95.17 79567 19.86 3.79
5. Mei-11 94.88 82861 19.58 3.76
6. Jun-11 94.93 87025 15.92 3.55
7. Jul-11 94.18 89768 15.92 3.75
8. Agust-11 94.39 92021 15.83 3.53
9. Sep-11 94.97 97756 16.18 3.50
10. Okt-11 95.24 101811 15.30 3.11
11. Nop-11 94.40 105330 14.88 2.74
12. Des-11 88.94 115415 16.63 2.52
13. Jan-12 87.27 116518 16.27 2.68
14. Feb-12 90.49 114616 15.91 2.82
15. Mar-12 87.13 114318 15.33 2.76
16. Apr-12 95.39 114018 14.97 2.85
17. Mei-12 97.95 115206 13.40 2.93
18. Jun-12 98.59 119279 16.12 2.88
19. Jul-12 99.91 121018 16.12 2.92
20. Agust-12 101.03 123673 15.63 2.78
21. Sep-12 102.10 122678 14.98 2.74
22. Okt-12 100.84 134453 14.54 2.58
23. Nop-12 101.19 138671 14.82 2.50
24. Des-12 100 147512 14.13 2.22
25. Jan-13 117.65 148731 15.29 2.49
26. Feb-13 118.42 150795 15.20 2.72
27. Mar-13 121.50 156964 14.30 2.75
28. Apr-13 120.05 158519 14.72 2.85
29. Mei-13 119.88 163858 14.28 2.92
30. Jun-13 121.71 163966 14.32 2.64
31. Jul-13 119.86 166453 15.28 2.75
32. Agust-13 119.36 170222 14.71 3.01
33. Sep-13 121.05 171701 14.19 2.80
34. Okt-13 120.24 174018 12.45 2.96
89
35. Nop-13 121.46 176292 12.23 3.08
36. Des-13 121.46 176292 12.23 2.62
37. Jan-14 100.07 177930 16.76 3.01
38. Feb-14 102.03 178154 16.71 3.53
39. Mar-14 102.22 180945 16.20 3.22
40. Apr-14 95.50 185508 16.68 3.48
41. Mei-14 99.43 190783 16.85 4.02
42. Jun-14 100.80 191594 16.21 3.90
43. Jul-14 99.89 194299 15.62 4.31
44. Agust-14 98.99 195959 14.73 4.58
45. Sep-14 99.71 197141 14.54 4.67
46. Okt-14 98.99 207121 15.52 4.58
47. Nop-14 94.62 209644 15.66 4.86
48. Des-14 91.50 217858 16.10 4.33
49. Jan-15 88.85 210761 14.16 5.56
50. Feb-15 89.37 210297 14.38 5.83
51. Mar-15 89.15 212988 14.43 5.49
52. Apr-15 89.57 213973 14.50 5.20
53. Mei-15 90.05 215339 14.37 5.44
54. Jun-15 92.56 213477 14.09 5.09
55. Jul-15 90.13 216083 14.47 5.30
56. Agust-15 90.72 216356 15.05 5.30
57. Sep-15 90.82 219580 15.55 5.14
58. Okt-15 90.67 219478 14.96 5.16
59. Nop-15 90.26 220635 15.31 5.13
60 Des-15 88.03 231175 15.02 4.84
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
90
Lampiran 2: Data Penelitian (Z-Score)
NO PERIODE ZFDR ZDPK ZCAR ZNPF
1. Jan-11 -0,7225 -1,7268 3,30828 -0,3628
2. Feb-11 -0,4338 -1,7422 -0,1263 0,00964
3. Mar-11 -0,6094 -1,646 0,82402 -0,0492
4. Apr-11 -0,4329 -1,6478 3,05714 0,13704
5. Mei-11 -0,4591 -1,5784 2,86709 0,10764
6. Jun-11 -0,4546 -1,4907 0,38282 -0,0982
7. Jul-11 -0,5225 -1,433 0,38282 0,09784
8. Agust-11 -0,5035 -1,3855 0,32173 -0,1178
9. Sep-11 -0,451 -1,2648 0,5593 -0,1472
10. Okt-11 -0,4265 -1,1794 -0,038 -0,5294
11. Nop-11 -0,5026 -1,1053 -0,3231 -0,892
12. Des-11 -0,9968 -0,8929 0,86474 -1,1076
13. Jan-12 -1,148 -0,8697 0,62039 -0,9508
14. Feb-12 -0,8565 -0,9097 0,37603 -0,8136
15. Mar-12 -1,1607 -0,916 -0,0177 -0,8724
16. Apr-12 -0,4129 -0,9223 -0,262 -0,7842
17. Mei-12 -0,1812 -0,8973 -1,3277 -0,7058
18. Jun-12 -0,1233 -0,8115 0,51857 -0,7548
19. Jul-12 -0,0038 -0,7749 0,51857 -0,7156
20. Agust-12 0,09761 -0,719 0,18598 -0,8528
21. Sep-12 0,19447 -0,7399 -0,2552 -0,892
22. Okt-12 0,08041 -0,492 -0,5539 -1,0488
23. Nop-12 0,1121 -0,4032 -0,3638 -1,1272
24. Des-12 0,1121 -0,217 -0,8322 -1,4016
25. Jan-13 1,60211 -0,1913 -0,0448 -1,137
26. Feb-13 1,67181 -0,1479 -0,1059 -0,9116
27. Mar-13 1,95062 -0,0179 -0,7168 -0,8822
28. Apr-13 1,81936 0,01481 -0,4317 -0,7842
29. Mei-13 1,80397 0,12724 -0,7304 -0,7156
30. Jun-13 1,96963 0,12951 -0,7032 -0,99
31. Jul-13 1,80216 0,18188 -0,0516 -0,8822
32. Agust-13 1,7569 0,26125 -0,4385 -0,6274
33. Sep-13 1,90989 0,2924 -0,7914 -0,8332
34. Okt-13 1,83656 0,34119 -1,9725 -0,6764
35. Nop-13 1,947 0,38907 -2,1218 -0,5588
36. Des-13 1,947 0,38907 -2,1218 -1,0096
91
37. Jan-14 0,01071 0,42357 0,95298 -0,6274
38. Feb-14 0,18814 0,42829 0,91904 -0,1178
39. Mar-14 0,20534 0,48706 0,57287 -0,4216
40. Apr-14 -0,403 0,58315 0,89868 -0,1668
41. Mei-14 -0,0472 0,69423 1,01407 0,36244
42. Jun-14 0,07679 0,71131 0,57966 0,24484
43. Jul-14 -0,0056 0,76827 0,17919 0,64663
44. Agust-14 -0,0871 0,80323 -0,4249 0,91123
45. Sep-14 -0,0219 0,82812 -0,5539 0,99943
46. Okt-14 -0,0871 1,03828 0,11132 0,91123
47. Nop-14 -0,4826 1,09141 0,20634 1,18563
48. Des-14 -0,7651 1,26438 0,505 0,66623
49. Jan-15 -1,005 1,11493 -0,8118 1,87163
50. Feb-15 -0,9579 1,10516 -0,6625 2,13623
51. Mar-15 -0,9778 1,16183 -0,6285 1,80303
52. Apr-15 -0,9398 1,18257 -0,581 1,51883
53. Mei-15 -0,8963 1,21134 -0,6693 1,75403
54. Jun-15 -0,6691 1,17213 -0,8593 1,41103
55. Jul-15 -0,8891 1,227 -0,6014 1,61683
56. Agust-15 -0,8357 1,23275 -0,2077 1,61683
57. Sep-15 -0,8266 1,30064 0,13168 1,46003
58. Okt-15 -0,8402 1,2985 -0,2688 1,47963
59. Nop-15 -0,8773 1,32286 -0,0312 1,45023
60 Des-15 -1,0792 1,54481 -0,2281 1,16603
Sumber : SPSS Versi 24.0
92
Lampiran 3: Uji Stasioner
Variabel Dependen FDR
Null Hypothesis: D(ZFDR) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.949326 0.0000
Test critical values: 1% level -3.548208
5% level -2.912631
10% level -2.594027 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Variabel DPK
Null Hypothesis: D(ZDPK) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.785878 0.0000
Test critical values: 1% level -3.548208
5% level -2.912631
10% level -2.594027 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Variabel CAR
Null Hypothesis: D(ZCAR) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -9.273424 0.0000
Test critical values: 1% level -3.548208
5% level -2.912631
10% level -2.594027 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
93
Variabel NPF
Null Hypothesis: D(ZNPF) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -8.860780 0.0000
Test critical values: 1% level -3.548208
5% level -2.912631
10% level -2.594027 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Lampiran 4: Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 3.632262 Prob. F(9,50) 0.0015
Obs*R-squared 23.72007 Prob. Chi-Square(9) 0.0048
Scaled explained SS 16.77192 Prob. Chi-Square(9) 0.0524
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 01/25/17 Time: 16:41
Sample: 1 60
Included observations: 60 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -1.603695 1.583799 -1.012562 0.3161
DPK^2 -0.106845 0.114993 -0.929147 0.3573
DPK*CAR -0.083723 0.059602 -1.404707 0.1663
DPK*NPF 0.011402 0.071512 0.159439 0.8740
DPK 0.990707 0.861570 1.149886 0.2557
CAR^2 0.004217 0.018891 0.223226 0.8243
CAR*NPF 0.028387 0.026254 1.081235 0.2848
CAR 0.155575 0.257457 0.604278 0.5484
NPF^2 0.007768 0.023634 0.328702 0.7438
NPF -0.216660 0.256529 -0.844585 0.4024 R-squared 0.395335 Mean dependent var 0.005150
Adjusted R-squared 0.286495 S.D. dependent var 0.006618
S.E. of regression 0.005590 Akaike info criterion -7.384726
Sum squared resid 0.001562 Schwarz criterion -7.035669
Log likelihood 231.5418 Hannan-Quinn criter. -7.248191
F-statistic 3.632262 Durbin-Watson stat 1.335378
Prob(F-statistic) 0.001503
94
Lampiran 5: Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.255147 Prob. F(2,53) 0.7757
Obs*R-squared 0.562645 Prob. Chi-Square(2) 0.7548
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 02/27/17 Time: 18:17
Sample: 2011M02 2015M12
Included observations: 59 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.008953 0.067721 0.132210 0.8953
D(ZDPK) -0.148414 0.809598 -0.183318 0.8552
D(ZCAR) -0.000882 0.054225 -0.016271 0.9871
D(ZNPF) -0.034566 0.192200 -0.179841 0.8580
RESID(-1) -0.048818 0.140571 -0.347281 0.7298
RESID(-2) 0.087869 0.142276 0.617597 0.5395 R-squared 0.009536 Mean dependent var -1.06E-17
Adjusted R-squared -0.083904 S.D. dependent var 0.353366
S.E. of regression 0.367892 Akaike info criterion 0.934088
Sum squared resid 7.173249 Schwarz criterion 1.145363
Log likelihood -21.55560 Hannan-Quinn criter. 1.016561
F-statistic 0.102059 Durbin-Watson stat 1.998985
Prob(F-statistic) 0.991293
Lampiran 6: Uji Ordinary Least Square
Dependent Variable: ZFDR
Method: Least Squares
Date: 02/27/17 Time: 18:18
Sample: 2011M01 2015M12
Included observations: 60 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -7.33E-07 0.088588 -8.27E-06 1.0000
ZDPK 0.470331 0.137769 3.413921 0.0012
ZCAR -0.211216 0.105431 -2.003351 0.0500
ZNPF -0.854398 0.124946 -6.838129 0.0000 R-squared 0.553075 Mean dependent var -8.33E-07
Adjusted R-squared 0.529133 S.D. dependent var 1.000000
S.E. of regression 0.686197 Akaike info criterion 2.149038
Sum squared resid 26.36854 Schwarz criterion 2.288661
Log likelihood -60.47113 Hannan-Quinn criter. 2.203652
F-statistic 23.10025 Durbin-Watson stat 0.421053
Prob(F-statistic) 0.000000