firda latifah rahayu_1227041040_proposal penelitian tindakan kelas_ discovery learning
DESCRIPTION
tugas PTKTRANSCRIPT
PROPOSAL PENELITIAN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY PADA SISWA
KELAS X DI SMKN 4 BARRU UNTUK MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR PEMBIAKAN TANAMAN VEGETATIF
OLEH:
FIRDA LATIFAH RAHAYU MAHFUD
1227041040
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNIK
UNUVERSITAS NEGERI MAKASSAR
MEI 2015
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 4
C. Tujuan Penulisan........................................................................... 4
D. Manfaat Penulisan......................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 6
A. Kajian Teori................................................................................... 6
B. Kajian Penelitian yang Relevan.................................................... 17
C. Kerangka Pikir............................................................................... 19
D. Hipotesis Penelitian....................................................................... 21
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 22
A. Jenis Penelitian atau Desain Penelitian ........................................ 22
B. Tempat dan Waktu Penelitian....................................................... 22
C. Populasi dan Sampel Penelitian.................................................... 23
D. Variabel Penelitian ....................................................................... 23
E. Definisi Operasional Variabel....................................................... 24
F. Teknik Pengumpulan Data............................................................ 24
G. Teknik Analisis Data..................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 26
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim...
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena rahmat dan
kehendak-Nya lah Proposal penelitian ini dapat selesai untuk dikumpulkan
sebagai tugas matakuliah Penelitian Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Tak lupa
pula salam serta shalawat kepada Nabi Muhammad SAW karena Beliau lah nabi
yang membawa kenikmatan islam yang dapat dirasakan saat ini oleh segala
umatnya.
Terima kasih pula pada segala sumber-sumber materi yang telah
membantu penyusunan dan refrensi materi dalam pembuatan sehingga menjadi
sebuah hasil yang di susun sebagai Proposal Penelitian ini. Tak lupa pula terima
kasih kepada Dosen Pembimbing, atas segala pengetahuan dan ilmu-ilmu yang
telah diberikan saat pembelajaran berlangsung.
Penulis menyadari banyak hal ataupun kekeliruan dalam proposal ini,
untuk itu sangat diharapkan kritik dan saran yang membangun agar kedepannya
dapat menjadi lebih baik. Terima kasih.
Makassar, 19 ]uni 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi
dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor ( Saiful
: 2011). Dari pengertian ini, dapat dibahasakan bahwa belajar adalah suatu
perubahan dari suatu aktivitas yang dilakukan manusia secara kompleks yaitu dari
berpikir sampai dengan pengaplikasiannya. Belajar berhubungan erat dengan
lingkungan baik itu sekolah maupun rumah. Sekolah Dasar (SD), Sekolah
Menengah Pertama (SMP) maupun Sekolah Menengah Atas (SMA) sangat
berbeda dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang dimana mementingkan
keterampilan khusus yang akan dikaji lebih dalam daripada keilmuan umum
biasanya seperti Matematika, Bahasa, Seni, Agama, dll.
SMK merupakan sekolah menengah kejuruan yang memiliki fokus kejuruan
yang berbeda. Sehingga alumni-alumninya nanti diharapkan bisa menjadi SDM
yang berketerampilan khusus di bidang kejuruannya masing-masing. Begitupun,
SMKN 4 Barru yang memiliki 4 Kejuruan yaitu Budidaya Tanaman Pangan dan
Hortikultura, Mekanisasi Pertanian, Teknik Las, dan Teknik Komputer Jaringan.
Dari 4 Kejuruan ini, memiliki keterampilan khusus yang berbeda yang ditawarkan
kepada siswa untuk dapat dijadikan mata pencaharian maupun untuk bekal studi
lanjut ke jenjang perkuliahan.
Namun hal ini berbanding terbalik dengan fakta yang terjadi dilapangan.
Berdasarkan observasi sekolah yang telah dilakukan oleh peneliti di SMKN 4
Barru di kelas X Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTH), proses
belajar mengajar masih berpusat pada guru. Kegiatan pembelajan terkhusus pada
pembelajaran Pembiakan Tanaman Vegetatif di jurusan Budidaya Tanaman
Pangan dan Hortikultura masih dilakukan secara konvensional, dengan guru lebih
banyak menerangkan materi pembelajaran dan peserta didik hanya berperan
sebagai penyimak. Pembelajaran ilmu pertanian yang demikian yang dilakukan
dengan model pembelajaran searah tidak atau belum memberi kesempatan
maksimal kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan
keterampilannya. Dimana proses pembelajaran yang berlangsung di kelas hanya
dibebankan pada kemampuan mengingat dan meresap materi yang ada tanpa ada
pertukaran informasi dan pemberian kesimpulan yang membuat peserta didik
memahami sendiri maksud dari pembelajaran tersebut. Selain itu dalam proses
belajar mengajar, guru hanya terpaku pada buku teks sebagai satu-satunya sumber
pembelajaran.
Ditambah dengan peserta didik yang merasa kurang antusias selama
mengikuti pembelajaran yang belangsung di kelas, ketika guru menerangkan
banyak diantaranya yang tidak memperhatikan dan sibuk dengan kegiatan
masing-masing seperti mengobrol, bercanda bahkan ada yang keluar masuk
ruangan. Dengan model pembelajaran yang masih konvensional dan guru yang
belum ahli di bidang ilmu pertanian ini membuat peserta didik mengalami
kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan. Hal ini berdampak pada
kurangnya pemahaman materi dan inti pembelajaran peserta didik pada mata
pelajaran pembiakan tanaman. Salah satunya ditandai dengan rendahnya hasil
belajar peserta didik. Berdasarkan observasi sekolah yang dilakukan oleh peneliti
didapatkan nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yang telah ditentukan
untuk mata pelajaran Pembiakan Tanaman di sekolah tersebut yaitu 70. Hal ini
menunjukan bahwa sebagian besar peserta didik harus memiliki nilai lebih dari
nilai KKM mata pelajaran pembiakan tanaman.
Berdasarkan masalah-masalah diatas, menunjukan bahwa diduga terdapat
pengaruh antara rendahnya hasil belajar peserta didik dengan proses pembelajaran
yang diterapkan oleh guru. Model, teknik dan sumber belajar yang digunakan oleh
guru selama kegiatan pembelajaran belum maksimal untuk diterapkan dengan
mata pelajaran Pembiakan Tanaman yang tidak hanya menekankan pada
pemaparan materi saja secara terus menerus. Oleh karena itu, guru harus lebih
mempertimbangkan kesesuaian model pembelajaran dengan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai. Sebagai guru yang baik dituntut untuk dapat menciptakan
pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga dapat tercipta suasana
pembelajaran yang kondusif dan aktif. Hal ini dimaksudkan agar tujuan
pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai secara maksimal.
Berpedoman pada fakta-fakta diatas, salah satu alternatif pemecahan masalah
yang dapat diambil adalah dengan penerapan model Discoveri Learning sebagai
upaya meningkatan kegiatan pembelajaran Pembiakan Tanaman khususnya pada
materi Pembiakan secara vegetatif. Model Discovery Learning adalah salah satu
model pembelajaran yang memusatkan peserta didik untuk bisa menemukan,
mencari, dan melakukan sesuatu secara individual dan berkelompok atas dirinya
sendiri yang berkaitan dengan pengajaran. Model pembelajaran ini
mengutamakan peran guru dalam menciptakan situasi belajar yang melibatkan
peserta didik belajar secara aktif dan mandiri. Kegiatan pembelajaran discovery
learning menekankan agar peserta didik terlibat langsung dalam pembelajaran
sehingga peserta didik dapat mengalami dan menemukan sendiri inti
pembelajaran yang disampaikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Lilis (2014),
Model Discovery Learning akan membuat pembelajaran lebih bermakna karena
akan mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif serta
mengubah pembelajaran yang semula teacher oriented ke student oriented
Dengan demikian diharapkan peserta didik lebih memahami materi pembelajaran
yang disampaikan.
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka peneliti tertarik
melakukan penelitian tindakan kelas sebagai upaya penyelesaian masalah-masalah
diatas dalam mata pelajaran pembiakan tanaman, dengan melakukan penelitian
tindakan kelas dengan judul: “Penerapan Model Discovery Learning Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Pembiakan
Tanaman Vegetatif di Kelas X SMKN 4 Barru”.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah dijelaskan terlebih dahulu, peneliti
merumuskan masalah utama dalam penelitian ini yaitu “Bagaimanakah penerapan
Model Discovery Learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan
hasil belajar pembiakan tanaman vegetatif di Kelas X SMKN 4 Barru?”. Secara
spesifik rumusan masalah dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dalam
pembelajaran pembiakan tanaman melalui penerapan Model Discovery
Learning di kelas X SMKN 4 Barru?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran
pembiakan tanaman melalui penerapan Model Discovery Learning di kelas X
SMKN 4 Barru?
C. Tujuan Penelitian
Dengan rumusan masalah diatas, maka dirumuskan beberapa tujuan yang
ingin dicapai dari penelitian ini secara umum adalah “Untuk memperoleh dan
mendeskripsikan informasi yang didapatkan menjadi data yang isinya mengenai
penerapan Model Discovery Learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kritis dan hasil belajar siswa di kelas X SMKN 4 Barru. Secara khusus tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memperoleh dan mendeskripsikan data mengenai peningkatan
kemampuan berpikir kritis siswa melalui penerapan Model Discovery
Learning di kelas X SMKN 4 Barru.
2. Untuk memperoleh dan mendeskripsikan data mengenai peningkatan hasil
belajar peserta didik pada pembelajaran pembiakan tanaman di kelas X
SMKN 4 Barru.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat teoritis
Melalui kegiatan penelitian ini diharapkan diperoleh suatu model
pembelajaran yang tepat dalam melaksanakan pembelajaran pembiakan tanaman
sebagai salah satu upaya meningkatkan pemahaman dan kemampuan berpikir
kritis siswa khususnya materi pembiakan tanaman secara vegetative yang
nantinya dapat dijadikan sebagai refrensi bagi peneliti selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peserta didik
1. Meningkatkan pemahaman peserta didik mengenai materi pembiakan
tanaman secara vegetatif
2. Mendorong peserta didik lebih aktif, kreatif, dan berani
mengungkapkan pendapat
3. Mendapatkan pengajaran yang konkrit yaitu tidak hanya sekedar
konsep melainkan proses suatu kejadian
4. Menjadikan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga
peserta didik termotivasi dan merasa antusias dalam mengikuti
pembelajaran.
b. Bagi guru
1. Meningkatnya kemampuan guru dalam mengatasi kendala
pembelajaran Pembiakan Tanaman.
2. Dapat memberikan inspirasi bagi guru untuk melakukan proses belajar
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang inovatif
sehingga tercipta pembelajaran yang menyenangkan.
3. Melatih keprofesionalan seorang guru dalam mengembangkan model
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik
c. Bagi sekolah
1. Hasil penelitian dapat dijadikan acuan dalam upaya pengadaan inovasi
pembelajaran bagi para guru lain dalam mengajarkan materi-materi
yang merupakan mata pelajaran khusus pada tiap-tiap kejuruan.
2. Sebagai masukan dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pembelajaran secara intensif dan menggunakan model pembelajaran
yang lebih inovatif agar kualitas pembelajaran lebih efektif khususnya
pada kualitas sekolah.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Model Discovery Learning
Menurut Syaiful Sagala (2009) mengatakan bahwa Model Pembelajaran
Discovery Learning merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar
siswa menjadi aktif karena dengan menerapkan Discovery Learning, siswa belajar
berfikir analis dan mencoba memecahkan problema yang dihadapi sendiri,
kebiasaan itu akan ditransfer dengan kehidupan bermasyarakat. Pernyataan itu
pun didukung oleh Fenny (2011) bahwa Metode discovery adalah suatu metode
belajar yang memungkinkan siswa menemukan sendiri sebagian atau seluruh
informasi yang menjadi tujuan pembelajaran. Melalui metode Discovery, siswa
didorong untuk belajar mandiri dan aktif karena siswa akan berfikir dan
menggunakan kemampuannya sendiri untuk menemukan konsep, teorema, rumus,
pola, aturan, dan sejenisnya. Guru bertindak sebagai pembimbing dan pendorong
siswa untuk mendapatkan pengalaman dengan melakukan kegiatan yang
memungkinkan mereka untuk mandiri.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran discovery learning
adalah model pembelajaran yang mengutamakan siswa untuk berfikir secara
analis dan kritis untuk aktif dalam proses belajar mengajar untuk menemukan
sendiri inti dari pokok pembahasan yang ditransfer guru sebagai fasilitator secara
mandiri. Oleh karena itu, discovery learning atau pembelajaran penemuan
dikatakan sebagai model pembelajaran yang berpusat pada siswa karena guru
hanya berperan sebagai stimulus yang nantinya siswa diharapkan aktif
memberikan respon dan menyimpulkan sendiri di akhir kegiatan pembelajaran.
Oleh sebab itu, Menurut Wina Sanjaya (2006) menyatakan bahwa guru perlu
memahami prinsip-prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran sebagai
berikut :
a. Berorientasi pada tujuan
Dalam sistem pembelajaran tujuan merupakan komponen yang utama. Segala
aktivitas guru dan siswa, mestilah diupayakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Ini sangat penting, sebab mengajar adalah proses yang bertujuan.
b. Aktivitas
Belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah
berbuat atau memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang
diharapakan. Sehingga strategi pembelajaran harus mendorong aktivitas siswa.
c. Individualitas
Mengajar adalah usaha mengembangkan setiap individu siswa. Walaupun kita
mengajar sekelompok siswa, namun pada hakikatnya yang ingin kita capai adalah
perubahan perilaku setiap siswa.
d. Integritas
Mengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh pribadi
siswa. Mengajar bukan hanya mengembangkan kognitifnya saja, akan tetapi juga
meliputi pengembangan aspek afektif dan aspek psikomotoriknya.
Adapun kelemahan dan keunggulan metode discovery dalam proses
pembelajaran Menurut Roestiyah (2001: 20) dalam Fenny (2011) adalah sebagai
berikut:
a. Keunggulan metode discovery
1) Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan,
memperbanyak kesiapan serta penguasaan keterampilan dalam proses
kognitif/ pengenalan siswa.
2) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat pribadi sehingga dapat
kokoh/ mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut.
3) Dapat membangkitkan kegairahan belajar para siswa.
4) Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
5) Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi
yang kuat untuk belajar lebih giat.
6) Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri
sendiri dengan proses penemuan sendiri.
7) Strategi ini berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru hanya sebagai
teman belajar saja dan membantu jika diperlukan.
b. Kelemahan metode discovery
1) Siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar ini.
Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya
dengan baik.
2) Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini akan kurang berhasil.
3) Bagi guru dan siswa yang sudah terbiasa dengan perencanaan dan
pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan
teknik penemuan.
4) Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu
mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan
perkembangan/ pembentukan sikap dan keterampilan bagi siswa.
Sedangkan, Menurut Lilis (2014) ada beberapa langkah-langkah pembelajaran
dengan menggunakan model Discovery Learning adalah sebagai berikut :
1) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan). Pertama-tama pada tahap
ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya,
kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul
keinginan untuk menyelidiki sendiri.
2) Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah). Setelah dilakukan
stimulation langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah
yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan
dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan
masalah).
3) Data collection (pengumpulan data). Ketika eksplorasi berlangsung guru
juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan
informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar
atau tidaknya hipotesis. Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab
pertanyaan atau membuktikan benar tidak hipotesis, dengan demikian
anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai
informasi yang relevan, membaca literature, mengamati objek, wawancara
dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
4) Data processing (pengolahan data). Data processing merupakan kegiatan
mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui
wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Data processing
disebut juga dengan pengkodean coding/ kategorisasi yang berfungsi
sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut
siswa akan mendapatkan penegetahuan baru tentang alternatif jawaban/
penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.
5) Verification (pentahkikan/pembuktian). Bertujuan agar proses belajar akan
berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman
melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
6) Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi). Tahap generalitation/
menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat
dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah
yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Atau tahap dimana
berdasarkan hasil verifikasi tadi, anak didik belajar menarik kesimpulan
atau generalisasi tertentu. Akhirnya dirumuskannya dengan kata-kata
prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi.
2. Kemampuan Berpikir Kritis
Menurut Kowiyah (2012) Berpikir adalah suatu kegiatan atau proses kognitif,
tindakan mental untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman dan keterampilan
agar mampu menemukan jalan keluar dan keputusan secara deduktif, induktif dan
evaluatif sesuai dengan tahapannya. Sejalan dengan pengertian ini, dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah terdapat
beberapa kompetensi yang terkait dengan penguasaan keterampilan berpikir kritis,
yaitu bahwa lulusan harus dapat: a) membangun, menggunakan dan menerapkan
informasi tentang lingkungan sekitar secara logis, kritis, dan kreatif, b)
menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, c)
menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggi dan menyadari potensinya, d)
menunjukkan kemampuan memecahkan masalah, e) menunjukkan kemampuan
mengenali gejala alam dan sosial di lingkungan sekitar, f) menunjukkan
kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya
(Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah).
Herti (2011) menyatakan bahwa kemampuan berpikir adalah suatu proses dan
kemampuan untuk memperoleh pengetahuan dalam memahami suatu konsep dan
info yang diperoleh seseorang dalam mengatasi berbagai permasalahan yang
menjadi hasil yang positif untuk dirinya maupun lingkungannya. Selanjutnya
dijelaskan kembali oleh Kowiyah (2012) bahwa Kemampuan berpikir kritis
adalah suatu kegiatan atau proses kognitif dan tindakan mental untuk memperoleh
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan agar mampu menemukan jalan keluar
dan melakukan keputusan secara deduktif, induktif dan evaluatif sesuai dengan
tahapannya yang dilakukan dengan berpikir secara mendalam tentang hal-hal
yang dapat dijangkau oleh pengalaman seseorang, pemeriksaan dan melakukan
penalaran yang logis yang diukur melalui kecakapan interpretasi, analisis,
pengenalan asumsi-asumsi, deduksi, evaluasi inference, eksplanasi/penjelasan,
dan regulasi diri. Adapun indikator-indikator kemampuan berpikir kritis adalah :
(1) Menginterpretasi yaitu a)mengkategorikan; b) mangklasifikasi;
(2)Menganalisis yaitu a) Menguji; b) mengidentifikasi;
(3) Mengevaluasi yaitu a) Mempertimbangkan; b)Menyimpulkan;
(4) Menarik kesimpulan yaitu a)Menyaksikan data; b) Menjelaskan kesimpulan;
(5) Penjelasan yaitu a) Menuliskan hasil; b)Menghadirkan argumen;
(6) Kemandirian yaitu a) Melakukan koreksi; b) Melakukan pengujian.
Ennis (1996) dalam Afrizon (2012) mengungkapkan bahwa ada 12 indikator
berpikir kritis yang dikelompokkan dalam lima besar aktivitas sebagai berikut:
a. Memberikan penjelasan sederhana yang berisi: memfokuskan pertanyaan,
menganalisis pertanyaan dan bertanya, serta menjawab pertanyaan tentang
suatu penjelasan atau pernyataan.
b. Membangun keterampilan dasar, yang terdiri dari mempertimbangkan apakah
sumber dapat dipercaya atau tidak dan mengamati serta mempertimbangkan
suatu laporan hasil observasi.
c. Menyimpulkan yang terdiri dari kegiatan mendeduksi atau
mempertimbangkan hasil deduksi, menginduksi atau mempertimbangkan hasil
induksi, untuk sampai pada kesimpulan.
d. Memberikan penjelasan lanjut yang terdiri dari mengidentifikasi istilah-istilah
dan definisi pertimbangan dan juga dimensi, serta mengidentifikasi asumsi.
e. Mengatur strategi dan teknik, yang terdiri dari menentukan tindakan dan
berinteraksi dengan orang lain.
3. Hasil Belajar Siswa
Menurut Sudjana (2010: 22) dalam Bambang (2014) mengatakan bahwa hasil
belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman
belajar. Sedangkan, menurut Halomoan (2013) menyatakan bahwa hasil belajar
adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa
setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat
mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari. Adapun
menurut Faridah (2014) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan suatu hasil
yang telah dicapai seseorang setelah menerima pengalaman belajar dan dibuktikan
dengan adanya perubahan tingkah laku baik jasmani maupun rohani.
Begitupun Benyamin Bloom dalam Faridah (2014) secara garis besar
mengklasifikasikan hasil belajar menjadi 3 ranah, yakni ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik, yaitu :
1) Ranah kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis dan evaluasi.
2) Ranah afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari penerimaan,
jawaban, reaksi, dan organisasi.
3) Ranah psikomotorik
Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak individu yang terdiri dari lima aspek, yakni gerakan
refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan keharmonisan atau ketepatan,
gerakan keterampilan kompleks dan gerakan ekspresif.
Ketiga ranah hasil belajar tersebut sangat penting diketahui oleh seorang guru
dalam merumuskan tujuan pengajaran dan menyusun alatalat penilaian, baik tes
maupun bukan tes. Evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan
nilai belajar sistem melalui kegiatan penilaian dan atau pengukuran hasil belajar.
Muhibbin Syah dalam Faridah (2014) berpendapat bahwa evaluasi merupakan
pengungkapan penyusunan deskripsi peserta didik, baik secara kuantitatif maupun
kualitatif. Evaluasi hasil belajar memiliki sasaran berupa ranah-ranah yang
terdapat dalam tujuan. Ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar peserta
didik. Secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yakni ranah kognitif,
afektif, psikomotorik. Hasil belajar tidak dapat dipisahkan dari penilaian sebagai
aktivitas di dalam menentukan tinggi rendahnya hasil, sebab evaluasi merupakan
suatu tindakan untuk menentukan nilai.Dari keseluruhan nilai inilah akan
diakumulasikan menjadi suatu hasil belajar siswa yang kompleks baik itu dari
nilai kuantitatif maupun kualitatif.
4. Aplikasi Model Discovery Learning dalam Pembelajaran Pembiakan Tanaman
Model pembelajaran ini dapat diaplikasikan pada mata pelajaran Pembiakan
tanaman materi pembiakan tanaman secara vegetatif yang meliputi
perencanaannya adapun tahap-tahap pelaksanaannya dan evaluasinya, sebagai
berikut :
a. Perencanaan
1) Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya
belajar, dan sebagainya).
2) Menentukan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh peserta didik.
3) Menentukan materi yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari
contoh-contoh generalisasi).
4) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh,
ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa.
5) Mengatur materi pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang
konkrit ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik.
6) Mempersiapkan penilaian proses dan hasil belajar siswa
b. Pelaksanaan pembelajaran:
1) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan).
Memberikan rangsangan kepada siswa dengan memberikan permasalahan
kepada siswa baik itu pertanyaan, maupun sesuatu yang harus dibuktikan.
Permasalahan yang diberikan kepada siswa tentunya berhubungan dengan
materi pembiakan tanaman secara vegetatif baik itu permasalahan berupa
pengertian maupun contoh awal mengenai pembiakan tanaman tersebut
pada kehidupan sehari-hari.
2) Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah).
Berdiskusi untuk mengidentifikasi sebuah masalah yang telah ditentukan
oleh guru. Identifikasi masalah ini bisa dimulai dari contoh kasus yang
sering siswa lihat dikehidupan sehari-hari mereka yang kemudian mereka
analisis serta menggolongkan jenis-jenis pembiakan tanaman secara
vegetatif tersebut.
3) Data collection (pengumpulan data)
Pengumpulan data dilakukan untuk mencari kebenaran data dari hasil
identifikasi siswa. Pengumpulan data bisa dilakukan dengan cara
wawancara, observasi, angket dan sebagainya. Pada materi ini
pengumpulan data bisa dilakukan dengan cara pemberian lembar kegiatan
percobaan dan media objek untuk selanjutnya oleh siswa dilaksanakan
dengan tujuan membuktikan kebenaran data yang telah didapatkan
sebelumnya. Percobaan yang dilakukan akan lebih menekankan pada
pembuktian dari kasus yang ditemukan siswa mengenai pembiakan secara
vegetatif.
4) Data processing (pengolahan data)
Data yang telah diperoleh pada saat pengumpulan data kemudian diproses
dan disusun secara sistematis oleh siswa, baik itu dengan berupa
rangkuman maupun laporan sederhana yang tidak terstruktur.
5) Verification (pembuktian)
Setelah data dapat diolah, siswa mencari contoh-contoh kasus lain dan
pembuktian dengan kenyataan yang ada dan sering mereka gunakan dalam
kehidupan sehari-hari untuk mempermudah pekerjaan mereka sesuai
dengan materi serta fokus pembelajaran pembiakan tanaman secara
vegetatif.
6) Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Menarik kesimpulan dari keseluruhan kegitan yang telah dilaksanakan
untuk selanjutnya menjawab dan memecahkan masalah. Kesimpulan yang
akan didapatkan oleh siswa adalah berupa pengertian, langkah-langkah,
serta perbedaan yang dimiliki oleh pembiakan tanaman vegetatif yang
diterapkan oleh manusia di kehidupan sehari-hari.
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Dalam Penelitian, Syaiful Sagala (2009) dengan judul “Efektivitas Metode
Discovery Learning dengan Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Pada Sup Pokok Bahasan Mengenal Alat-Alat Kantor Kelas XI SMK
Negeri 7 Medan Tahun Pembelajaran 2008/2009” menyatakan bahwa
berdasarkan hasil penelitian yangtelah dilakukan sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa cara pembelajaran dengan Metode Discovery Learning lebih
efektif dibanding Metode Diskusi. Dimana, hal ini dapat terlihat dari data nilai
tertinggi mengenal alat-alat kantor dengan Metode Discovery learning adalah 94
dan nilai terendahnya 70. Sehingga diperoleh nilai rata-rata mengenal alat-alat
kantor dengan Metode Discovery learning adalah 87,7. Sedangkan, untuk
pembelajaran dengan metode diskusi diperoleh nilai rata-rata 77,7. Begitupun
Bambang (2014) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa Penerapan
Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang diperoleh dari
persentase ketuntasan pada siklus 1 sebesar 60,60% (tuntas) menjadi sebesar
90,90% (tuntas) pada siklus ke 2.
Sejalan dengan hal yang telah dikemukakan sebelumnya, Fitri Apriani (2014)
dalam penelitiannya juga melakukan penelitian dengan menggunakan metode
discovery yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Model Discovery Learning
Dengan Pendekatan Saintifik Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
SMA”. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
keterampilan berpikir kritis antara siswa yang diajar menggunakan model
discovery learning dengan pendekatan saintifik dengan siswa yang diajar dengan
menggunakan model cooperative learning dengan pendekatan saintifik.
Pembelajaran dengan model discovery learning dengan pendekatan saintifik
memberikan peningkatan hasil belajar dengan effect size sebesar 0,78 (tergolong
sedang) pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Begitupun Ni Luh
Rismayani (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model
Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKN
Siswa” menyimpulkan suatu kesimpulan yaitu peningkatan rata-rata hasil belajar
siklus I ke siklus II sebesar 9,2% sedangkan peningkatan dari segi ketuntasan
hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 33,4%.
Berdasarkan pada penelitian-penelitian mengenai model pembelajaran
discovery diatas, membuat peneliti tertarik untuk menggunakan model tersebut
dalam meningkatkan kemampuan berpikir siswa yang secara langsung akan
meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Pembiakan Tanaman
khususnya materi pembiakan tanaman secara vegetatif. Peniliti menduga bahwa
besar kemungkinan dengan penerapan model pembelajaran Discovery Learning
ini, akan dapat meningkatkan pembelajaran siswa kelas x di SMKN 4 Barru.
C. Kerangka Pikir Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan kajian teori yang dipaparkan diatas,
dalam pembelajaran pembiakan tanaman di sekolah menengah kejuruan
khususnya di kelas X SMKN 4 Barru masih mengalami kendala-kendala dari segi
SDM dan model pembelajaran yang menimbulkan masalah-masalah yang
menyebabkan proses belajar mengajar kurang maksimal.
Salah satunya adalah dengan penerapan model Discovery Learning. Model
Discovery Learning diprediksi akan meningkatkan pembelajaran pembiakan
tanaman secara vegetatif pada mata pelajaran Pembiakan Tanaman dengan alasan-
alasan berikut :
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, kelebihan dari Model Discovery
Learning diprediksi dapat meningkatkan pembelajaran pembiakan tanaman
ssecara vegetatif pada mata pelajaran Pembiakan Tanaman yang nantinya akan
berpengaruh pula pada hasil pembelajaran peserta didik yang meliputi aspek
kognitif, afektif dan psikomotor. Karena pada Model Discovery Learning,
senantiasa mengajak siswa untuk aktif dalam menemukan inti dari pembelajaran
sehingga kognitif terasah, psikomotorik digunakan, serta afektif akan semakin
terbiasa untuk dijadikan kebiasaan belajar yang baik. Dengan demikian materi
pembelajaran yang disampaikan dapat diproses dengan baik oleh peserta didik.
Keberhasilan penggunaan model discovery learning dalam pembelajaran
pembiakan tanaman secara vegetatif dengan sendirinya akan dapat meningkatkan
hasil belajar (kognitif, psikomotor), terutama pada kemampuan berpikir kritis
siswa.. Untuk dapat mencapai tujuan peningkatan kemampuan berpikir kritis
siswa, peneliti menyusun pembelajaran dengan penerapan model discovery
learning melalui pelaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), peneliti
berkolaborasi dengan guru mata pelajaran. PTK akan dilaksanakan dengan 2
siklus. Siklus I meliputi kompetensi mediskripsikan materi tentang pembiakan
tanaman secara vegetatif, siklus II meliputi kompetensi merelevansikan
pengetahuan siswa dengan kenyataan di kehidupan sehari-hari.
D. Hipotesis Tindakan
Dalam penelitian ini hipotesis yang digunakan dalam masalah penelitian
tindakan kelas dapat dirumuskan sebagai berikut : “Diduga bahwa adanya
peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas x SMKN 4
Barru dengan menggunakan model pembelajaran discovery pada mata pelajaran
pembiakan tanaman.”
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan kelas yang pada umumnya
bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. Penelitian ini
berbasis kolaboratif, sehingga dalam pelaksanaannya penelitian dilakukan melalui
kerja sama peneliti dengan guru mata pelajaran pembiakan tanaman. Peneliti
berperan sebagai guru pada siklus I untuk melakukan tindakan pembelajaran
sesuai perencanaan tindakan yang dibuat. Kemudian pada siklus berikutnya, akan
dilanjutkan oleh guru mata pelajaran.
Gambar 2. Siklus Penilitian Kemmis dan Mc Taggart
B. Setting Penelitian
Setting dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas X SMKN 4 Barru yang
berjumlah 30 peserta didik.
b. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah SMKN 4 Barru yang beralamat di Kabupaten
Barru Provinsi Sul-Sel.
c. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini diprediksi selesai dalam 3 bulan yaitu dari September -
November 2015.
C. Langkah-Langkah Tindakan
Dalam pelaksanaannya penilitian secara rinci terdiri dari langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Perencanaan tindakan, menggambarkan secara rinci hal-hal yang perlu
dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan, diuraikan sebagai berikut:
a. Mendiskusikan dengan guru tentang langkah-langkah, model, dan media
yang akan digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
b. Menyesuaikan rancangan penelitian dengan pokok bahasan
c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
d. Mempersiapkan media yang akan digunakan untuk mengaplikasikan
kegiatan eksperimen
e. Mempersiapkan perangkat-perangkat pembelajaran yang perlu disiapkan
dan dikembangkan, yaitu: lembaran-lembaran evaluasi dan instrumen lain
berikut kriteria penilaian dan kunci jawaban yang akan disiapkan dan
dikembangkan.
f. Mempersiapkan alat-alat untuk dokumentasi kegiatan pembelajaran
2) Pelaksanaan tindakan berisi uraian tahapan-tahapan tindakan yang akan
dilakukan oleh peneliti, observer, dan peserta didik dalam pembelajaran.
Pelaksanaan dilakukan pada bulan September-November 2015. Uraian dari
tahapan pelaksanaan adalah sebagai berikut:
a. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran, dalam tahap ini kegiatan pembelajaran
yang dirumuskan diaplikasikan dalam kelas. Dengan rincian kegiatan
sebagai berikut:
Peneliti sebagai guru melakukan kegiatan pembelajaran dengan
menerapkan model Discovery Learning.
Langkah pembelajaran diawali dengan pengeksplorasian pengetahuan
awal peserta didik mengenai materi pembiakan tanaman. Pada langkah
ini, guru sebagai motivator mmembangun motivasi peserta didik.
Pembelajaran dilanjutkan dengan penayangan obyek yang dipilih dengan
media gambar pada PPT yang telah disiapkan sebelumnya. Penayangan
ini menjadi salah satu langkah dalam membangun motivasi peserta didik
sekaligus memberikan penginderaan mengenai materi pembelajaran yang
dilakukan.
Guru memberikan penjelasan sedikit tentang materi dengan bantuan
media diatas, kemudian memberikan pertanyaan kepada peserta didik
berhubungan dengan materi yang disampaikan.
Peserta didik bekerja dalam kelompok untuk melakukan diskusi
berkaitan dengan materi yang dibahas. Kegiatan diskusi ini dilakukan
untuk memberikan ruang untuk siswa berinteraksi langsung dengan
temannya agar peserta didik mampu menemukan sendiri inti
pembelajaran sehingga lebih memahami materi tersebut.
Peserta didik membuat kesimpulan dari hasil diskusinya berupa laporan
sederhana.
Salah satu perwakilan peserta didik mempresentasikan masing-masing
hasil diskusi yang telah dilakukan kelompoknya.
Pada akhir pembelajaran, pembelajaran ditutup dengan menyimpulkan
dan merespon kegiatan diskusi yang telah dilakukan. Tahap ini
merupakan salah satu bentuk konfirmasi dalam pembelajaran.
3) Observasi, menggambarkan mengenai pengamatan observer terhadap kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik dan sembilan orang peserta didik.
Mengobservasi kesesuaian rencana dengan aplikasinya pada saat
berlangsungnya proses belajar mengajar serta mengobservasi ketercapaian
indikator kognitif dan indikator afektif pada saat kegiatan pembelajaran
berlangsung. Kegiatan observasi ini dilakukan oleh observer dengan
menggunakan instrumen yang telah disiapkan oleh peneliti.
4) Refleksi, dilakukan untuk mengevaluasi kekurangan dan kelebihan proses
belajar mengajar pada siklus I. Kekurangan dapat diperbaiki pada siklus
berikutnya.
Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam beberapa siklus. Apabila pada siklus I
belum juga mengarah kepada perubahan proses pembelajaran dan hasil belajar
maka dapat dilakukan siklus II. Siklus dapat dihentikan jika hasil belajar yang
diinginkan telah tercapai. Refleksi Awal, perencanaan tindakan, pelaksanaaan
tindakan, dan refleksi pada siklus II dapat dilakukan atas hasil evaluasi dari siklus
I dan begitu juga dengan siklus selanjutnya.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dari tujuan penelitian, maka terdapat dua jenis data yang diperlukan dalam
menyelesaikan penelitian ini yaitu :
a. Peningkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik
Data ini dikumpulkan melalui lembar observasi mengenai aktivitas peserta
didik dan pendidik selama kegiatan belajar mengajar dikelas, dan dokumentasi
pembelajaran yang diambil oleh observer yang kemudian dianalisis secara
deskriptif yang sebelumnya telah disusun beberapa instrumen untuk
membandingkan hasil sebelum dan sesudah penerapan yang berdasarkan pada
aspek kemampuan berpikir kritis siwa.
b. Data peningkatan hasil belajar peserta didik
Data ini dikumpulkan melalui penggunaan lembar observasi aktivitas selama
melakukan kegiatan diskusi, penilaian persentasi yang dilakukan peserta didik
yang menjadi sampel dalam penelitian dan tes yang dibuat oleh pendidik dalam
penelitian ini. Data ini kemudian dianalisis secara deskriptif. Berikut uraian
instrument yang digunakan dalam penelitian :
1) Tes adalah instrumen yang digunakan untuk memperoleh data mengenai hasil
belajar peserta didik. Instrumen ini berupa tes uraian yang mengukur
kemampuan berpikir kritis siswa dan pemahaman peserta didik terhadap
materi berdasarkan indikator keberhasilan yang telah ditentukan. Dimana
dilaksanakan dalam dua bentuk yaitu pre test untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman awal peserta didik tentang materi pembaiakan tanaman secara
vegetatif dan post test untuk mengetahui sejauh mana peningkatan
pemahaman yang didapatkan peserta didik setelah diberikan treatment.
2) Lembar Observasi adalah instrumen yang digunakan untuk memperoleh data
mengenai aktivitas guru dan peserta didik selama kegiatan belajar mengajar
di kelas dengan peneran Model Discovery Learning. Instrumen ini digunakan
oleh observer untuk sembilan orang peserta didik.
3) Dokumentasi adalah teknik dokumenter (documentary study) merupakan suatu
teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen
arsip, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.Dokumen
sehubungan penelitian harus sesuai dengan fokus masalah penelitian dan
tujuan. Dalam penelitian ini yang dipakai adalah dokumentasi dalam bentuk
foto dan video selama pembelajaran berlangsung.
E. Teknik Analisis Data
Dalam menjawab pertanyaan penelitian, analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis data kualitatif. Analisis data kualitatif yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif yang akan digunakan
dalam usaha mencari dan mengumpulkan data, menyusun, menggunakan serta
mentafsirkan mengenai pemahaman dan keaktifan belajar peserta didik yang
diperoleh dari tes uraian serta lembar observasi dan dokumentasi untuk untuk
mengetahui peningkatan pemahaman peserta didik.
Menurut Takari (2008: 29) dalam Lilis (2014) Analisis data dilakukan melalui
tiga tahap, yaitu:
a. Reduksi data adalah proses penyederhanaan data yang dilakukan melalui
seleksi, pengelompokan, dan pengorganisasian data mentah menjadi sebuah
informasi bermakna.
b. Paparan data merupakan suatu upaya menampilkan data secara jelas dan
mudah dipahami dalam bentuk paparan naratif, tabel, grafik, atau perwujudan
lainnya yang dapat memberikan gambaran jelas tentang proses dan hasil
tindakan lainnya.
c. Penyimpulan merupakan pengambilan intisari dari sajian data yang telah
terorganisasikan dalam bentuk pernyataan atau kalimat singkat, padat dan
bermakna.
F. JADWAL PENELITIAN
Waktu penelitian adalah empat bulan terhitung mulai bulan September
sampai dengan Desember 2015. Urutan kegiatan beserta jadwal pelaksanaannya
disajikan pada berikut.
No Uraian KegiatanBulan
September Oktober November Desember1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Perencanaan
2Penyusunan Proposal
3Pelaksanaan Tindakan
4 Pengumpulan Data5 Pengelolaan Data
6Penyusunan Laporan dan Bimbingan
7 Sidang skripsi
DAFTAR PUSTAKA
Afrizon, Renol. 2012. Peningkatan Perilaku Berkarakter Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas Ix Mtsn Model Padang Pada Mata Pelajaran Ipa-Fisika Menggunakan Model Problem Based Instruction. ejournal.unp.ac.id/index.php/jppf/article/.../598/517. Di unduh pada tanggal 20 Mei 2015.
Faridah. 2010. Efektivitas Metode Pembelajaran Inquiry Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Pai Pada Siswa Kelas Viii Semester 1 Smp Nu 01 Muallimin Weleri Tahun Pelajaran 2010-2011. http://eprints.walisongo.ac.id/3268/1/63111067_Coverdll.pdf. Di unduh pada tanggal 20 Mei 2015.
Fenny Anggraini. 2011.Upaya Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Kelas X Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian (TPHP) 1 Smk Negeri 1 Pandak Pada Kompetensi Dasar Menerapkan Proses Pengecilan Ukuran Melalui Metode Discovery. http://eprints.uny.ac.id/4997/1/SKRIPSI_JADI.PDF. Diunduh pada tanggal 15 Mei 2015.
Fitri Apriani. 2014 .Pengaruh Penggunaan Model Discovery Learning Dengan Pendekatan Saintifik Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/6488. Diunduh pada tanggal 17 Mei 2015.
Hasugian, Halomoan. 2013. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Dengan Metode Discovery Learning Pada Anak Kelas VI Sekolah Dasar Negeri 02 Sejaruk Param. http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/viewFile/3305/3311. Di unduh pada tanggal 21 Mei 2015.
Kowiyah. 2012. Kemampuan Berpikir Kritis. http://journal.ppsunj.org/jpd/article/view/108. Di unduh pada tanggal 17 Mei 2015.
Nurhidayah, Lilis. 2014. Penerapan Model Discovery Learning Untuk Meningkatkan Pembelajaran Konsep Sifat-Sifat Cahaya Di Kelas V Sdn 2 Suntenjaya Kecamatan Lembangkabupaten Bandung Barat. https://www.academia.edu/9092125/Proposal_PTK_Discovery_Learning_. Diunduh pada tanggal 20 Mei 2015.
Patmawati, Herti. 2011. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada pembelajaran Larutan Elektrolit dan Non elektrolit dengan Metode Praktikum.http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/3912/1/HERTIPATMAWATI-FITK.pdf. Di unduh pada tanggal 22 Mei 2015.
Rismayani, Ni Luh. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKN Siswa. http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP/article/view/405. Di unduh pada tanggal 18 Mei 2015.
Sagala, Syaiful. 2009.Efektivitas Metode Discovery Learning Dengan Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Sup Pokok Bahasan Mengenal Alat-Alat Kantor Kelas XI SMK Negeri 7 Medan TahunPembelajaran2008/2009.http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Article-28967-Novasasmira.pdf. Di unduh pada tanggal 17 Mei 2015.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana PRENADAMEDIA GROUP.
Supriyanto, Bambang. 2014. Penerapan Discovery Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VI B Mata Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Keliling Dan Luas Lingkaran Di SDN Tanggul Wetan 02 Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember. http://jurnal.unej.ac.id/index.php/pancaran/article/viewFile/753/571. Di unduh pada tanggal 20 Mei 2015.
LAMPIRAN
Lembar Observasi Pengelolaan Pembelajaran oleh Guru
No Aspek yang diamati Skor Keterangan
I
Pengamatan KBM
A. Pendahuluan Memotivasi siswa Menyampaikan tujuan pembelajaran
B. Kegiatan Inti
Mendiskusikan langkah-langkah kegiatan bersama siswa
Membimbing siswa melakukan kegiatan
Membimbing siswa mendiskusikan hasil kegiatan dalam kelompok
Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempresentasikan hasil kegiatan belajar mengajar
Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep
C. Penutup
Membimbing siswa membuat rangkuman
Memberikan evaluasi
II Pengelolaan Waktu
III
Antusiasme Kelas
Siswa Antusias Guru Antusias
JumlahKeterangan : Nilai Kriteria 1 : Tidak Baik 2 : Kurang Baik 3 : Cukup Baik 4 : Baik
Lembar Pengamatan Aktivitas Guru dan Murid
No Aktivitas Guru yang diamati Skor Presentase Keterangan1234
56
7
89
Menyampaikan tujuanMemotivasi siswa/merumuskan masalahMengkaitkan dengan pelajaran berikutnyaMenyampaikanmateri/langkah-langkah/strategiMenjelaskan materi yang sulitMembimbing dan mengamati siswa dalam menentukan konsepMeminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatanMemberikan umpan balikMembimbing siswa merangkum pelajaran
No Aktivitas Siswa yang diamati Skor1
234
56789
Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guruMembaca buku siswaBekerja dengan sesama anggota kelompokDiskusi antar siswa/antara siswa dengan guruMenyajikan hasil pembelajaranMengajukan/menanggapi pertanyaan/ideMenulis yang relevan dengan KBMMerangkum pembelajaranMengerjakan tes evaluasi/latihan
Keterangan : Nilai Kriteria 1 : Tidak Baik 2 : Kurang Baik 3 : Cukup Baik
4 : Baik
Keterangan Presentase
Presentase (%) = nN
x 100 %
Ket :n : skor yang diperolehN : Skor maksimal % : Tingkat presentase yang dicapai
81%-100% : sangat baik61%-80% : Baik41%-60% : Cukup21%-40% : Kurang Baik<20% : Sangat kurang
Lembar Pengamatan Kinerja Guru
NO
DESKRIPTOR SKOR
I PERENCANAAN PEMBELAJARAN
1 Merumuskan tujuan pembelajaran
2 Memilih dan mengorganisasikan materi ajar sesuai dengan tujuan
3 Memilih sumber dan media sesuai dengan tujuan dan materi
4 Merumuskan scenario pembelajaran dengan jelas, rinci dan sesuai dengan tujuan
5 Menyususn instrument penelitian dengan lengkap dan sesuai dengan tujuan
II PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
6 Mengingatkan kembali pelajaran yang lalu dan menjelaskan pentingnya materi pembelajaran
7 Menunjukan penguasaan materi pembelajaran
8 Mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan dengan realitas kehidupan
9 Menyampaikan materi secara logis dan jelas (Auditori)
10 Melaksanakan pembelajaran secara sistematis
11 Mengelola waktu pembelajaran secara efektif
12 Mampu mengelola kelas
13 Melaksanakan pembelajaran dengan membagi peserta didik dalam kelompok dengan cara setiap kelompok terdiri dari peserta didik yang heterogen
14 Menggunakan media visual (PPT/Video/Gambar/Macromedia
Flash)
15 Melaksanakan pembelajaran yang dapat menumbuhkan motivasi peserta didik dalam belajar melalui presentasi hasil diskusi kelompok (kinestetik)
16 Memberikan penguatan dari hasil diskusi kelompok
17 Memberikan penghargaan kepada peserta didik
18 Merangsang peserta didik untuk bertanya
Menanggapi dengan terbuka terhadap pertanyaan dan respon peserta didik
19 Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme peserta didik
20 Menggunakan bahasa lisan dan tulis dengan jelas, baik, dan benar
21 Melakukan penilaian akhir sesuai dengan tujuan pembelajaran
22 Melakukan refleksi atau membuat rangkuman pembelajaran dengan melibatkan peserta didik
JUMLAH SKOR
Keterangan : Nilai Kriteria 1 : Tidak Baik 2 : Kurang Baik 3 : Cukup Baik
4 : Baik
Keterangan Presentase dan Pengkategorian
Presentase (%) = nN
x 100 %
Ket :n : skor yang diperolehN : Skor maksimal % : Tingkat presentase yang dicapai
81%-100% : sangat baik61%-80% : Baik41%-60% : Cukup21%-40% : Kurang Baik<20% : Sangat kurang
Lembar Pengamatan Kinerja Guru dan Siswa
NO. ASPEK YANG DIAMATIRATING
5 4 3 2 1
1. Kegiatan Awal
a. Melakukan Appersepsi
b. Menyampaikan/strategi pembelajaran
2. Kegiatan Inti
a. mengorganisasi siswa dalam kelompok belajar
b. Membimbing siswa melakukan pengamatan
c. Membimbing siswa melakukan diskusi kelompok
d. Membimbing siswa mempresaentasikan hasil diskusi kelompok
e. Dll (sesuai scenario di RPP)
3. Kegiatan Akhir
a. Membimbing siswa merangkum materi
b. Memberikan evaliasi Hasil Belajar
c. Memberikan penghargaan
d. Memberikan penguatan/Umpan balik
Keterangan : Nilai Kriteria 1 : Tidak Baik 2 : Kurang Baik
3 : Cukup Baik 4 : Baik
Keterangan Presentase dan Pengkategorian
Presentase (%) = nN
x 100 %
Ket :n : skor yang diperolehN : Skor maksimal % : Tingkat presentase yang dicapai
Lembar Pengamatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran
NO
Indikator Penilaian SKOR Keterangan
1 Menginterpretasikan pelajaran2 Menganalisis pelajaran3 Mengevaluasi pelajaran4 Menarik Kesimpulan5 Memberikan Penjelasan6 Kemandirian Kerja siswa
Keterangan : Nilai Kriteria 1 : Tidak Baik 2 : Kurang Baik 3 : Cukup Baik
4 : Baik
Keterangan Presentase dan Pengkategorian
Presentase (%) = nN
x 100 %
Ket :n : skor yang diperolehN : Skor maksimal % : Tingkat presentase yang dicapai
81%-100% : sangat baik61%-80% : Baik41%-60% : Cukup21%-40% : Kurang Baik<20% : Sangat kurang
81%-100% : Sangat baik61%-80% : Baik41%-60% : Cukup21%-40% : Kurang Baik<20% : Sangat kurang
SOAL PRE TESTJawablah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan baik dan benar !1. Jelaskan pengertian dari teknik-teknik pembiakan tanaman vegetatif di bawah
ini!1. Pembiakan tanaman vegetatif alami2. Pembiakan tanaman vegetatif buatan
2. Sebutkan 2 contoh tanaman yang dapat di perbanyak dengan cara :a.Cangkokb. Stekc.Okulasid. Runduk e.Sambung
3. Sebutkan hal-hal penting yang harus diperhatikan sebelum melakukan pembiakan tanaman!
4. Sebutkan manfat dari pembiakan tanaman secara vegetative!5. Sebutkan macam-macam pembiakan vegetative alami!
SOAL POST TESTJawablah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan baik dan benar !
1. Jelaskan macam-macam pembiakan tanaman vegetative yang kamu ketahui!
2. Berikan 3 contoh peristiwa sehari-hari yang membuktikan adanya pembiakan
tanaman vegetatif alami !
3. Saat kamu melihat tanaman anggrek yang ditumpangkan ke pohon mangga,
teknik apa yang digunakan dalam pembiakan anggrek? Jelaskan!
4. Apa perbedaan mangga yang dibiakkan dengan di okulasi dengan yang tidak
dibiakkan secara vegetative?
5. Jelaskan menurut pemahamanmu apa saja yang perlu diperhatikan dalam
melakukan pembiakan tanaman secara vegetative!