pengaruh criv terhadap aktivitas pankreas mencit
DESCRIPTION
laporan endokrinolgiTRANSCRIPT
PENGARUH Cr-IV TERHADAP AKTIVITAS PANKREAS MENCIT
Oleh :Nama : Fryta Nur Islami PutriNIM : B1J012101Rombongan : IKelompok : 3
LAPORAN PRAKTIKUM ENDOKRINOLOGI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO
2014
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelenjar adalah suatu sel atau beberapa sel tubuh yang menghasilkan
substansi khusus untuk bagian lain dari tubuh. Kelenjar diklasifikasikan menjadi
kelenjar endokrin dan kelenjar eksokrin. Kelenjar eksokrin melepaskan sekresinya ke
dalam duktus pada permukaan tubuh, seperti kulit, atau organ internal. Kelenjar
endokrin merupakan kelenjar yang tidak mempunyai saluran sehingga sekresinya
akan masuk aliran darah dan mengikuti peredaran darah ke seluruh tubuh, disebut
juga dengan kelenjar buntu (Campbell et al., 2004).
Semua hewan vertebrata memiliki kelenjar endokrin yang sama dan
melepaskan hormon yang berfungsi untuk pertumbuhan, reproduksi, serta tanggapan
lainnya. Berikut adalah beberapa kelenjar utama kelenjar endokrin menurut Sivan
(2005) :
1. Hipotalamus
2. Kelenjar pineal
3. Anterior kelenjar pituitari
4. Posterior kelenjar hipofisis
5. Kelenjar gondok (tiroid)
6. Kelenjar paratiroid
7. Timus
8. Kelenjar adrenal
9. Pankreas
10. Ovarium
11. Testis
Pankreas merupakan organ tubuh istimewa yang berfungsi ganda sebagai
kelenjar eksokrin dan endokrin. Pankreas, sebagai kelenjar eksokrin membantu dan
berperan penting dalam sistem pencernaan dengan mensekresikan enzim-enzim
pankreas seperti amilase, lipase dan tripsin. Pankreas sebagai kelenjar endokrin
dikenal dengan produksi hormon-hormon insulin dan glukagon yang berperan dalam
metabolisme glukosa (Adnyane, 2001).
Kromium merupakan logam berat, polutan, dan mikronutrien yang penting
bagi tubuh. Jenis kromium yang memiliki efek toksik bagi organisme adalah
kromium heksavalen (Cr-VI). Kromium adalah logam yang berwarna putih, tidak
begitu liat (keras tapi rapuh), dan tidak dapat ditempa. Kromium berasal dari aktivitas
pewarnaan kulit, manufaktur tekstil, konsentrasi kimia, ataupun pelapisan krom
dalam industri. Efek toksik kromium dapat merusak dan mengiritasi hidung, paru-
paru, lambung, pankreas dan usus. Dampak jangka panjang yang tinggi dari kromium
menyebabkan kerusakan pada paru-paru dan kelenjar pankreas (Subandiyono, 2003).
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh Cr-VI terhadap
aktivitas kelenjar pankreas pada mencit (Mus musculus)
II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Bahan-bahan yang diperlukan dalam praktikum ini yaitu mencit betina (Mus
musculus) umur 6-8 minggu, kandang mencit dengan dimensi 23x15x14cm, sekam
padi, pakan, air putih (untuk yg kontrol), larutan Cr-IV (5, 10 dan 15 ppm), alkohol
70%, tisu, dan kertas label.
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu spuit jarum, timbangan
digital, spidol, alat tulis, gluco-Dr dan strip.
B. Metode
Metode yang dilakukan dalam praktikum ini adalah :
1. Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan.
2. Mencit yang akan diamati ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui berat
badan awal.
3. Setiap kelompok mendapatkan 3 mencit untuk diamati. Setelah ditimbang,
ketiga mencit tersebut diberi tanda yang berbeda-beda menggunakan spidol
untuk mengetahui perubahan berat badan akhir dari setiap mencit.
4. Mencit yang sudah ditimbang dan diberi tanda tersebut dimasukkan ke dalam
kandang yang sebelumnya telah diisi dengan pakan serta sekam padi sebagai
alas.
5. Setiap kelompok menyiapkan air minum mencit dengan perlakuan yang
berbeda. Botol minum mencit tersebut diisi dengan air putih biasa (untuk
kelompok yang sebagai kontrol), dan diisi larutan Cr-VI dengan konsentrasi
yang berbeda-beda yaitu 5,10 dan 15 ppm sebanyak 70 mL.
6. Botol minum yang telah disiapkan tersebut dipasang di kandangnya, setiap
kandang diberi label berdasarkan kelompok dan perlakuan.
7. Setiap hari selama seminggu mencit diberi pakan dengan rutin, dan diamati
perkembangannya serta dikontrol air minumnya apakah telah habis atau
belum, apabila telah habis tambahkan lagi dan dicatat jumlah air yang
ditambahkan tersebut.
8. Sekam padi diganti setiap 3 hari sekali.
9. Setelah pengamatan selama seminggu, mencit ditimbang kembali untuk
dilihat perubahan berat badannya.
10. Kemudian setiap mencit diukur kadar glukosanya dan dicatat hasilnya.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 3.1 Pengamatan Berat Badan dan Kadar Gula Darah pada mencit (Mus musculus)
Perlakuan UlanganBerat Badan
AwalBerat Badan
Akhir
Kadar Gula
Darah
Kontrol Kelompok 11 17,8 17,98 952 29,55 23,85 1103 16,65 15,86 114
Kontrol kelompok 21 20,2 21,01 1232 22,24 18,84 1233 20,59 19,74 110
5 ppm kelompok 21 18,34 23,98 1022 21,98 24,13 1463 24,8 26,45 135
5 ppm kelompok 61 23,44 26,84 1112 26,25 29,17 1353 16,46 19,37 180
10 ppm kelompok 31 19,29 22,81 1062 20,02 21,67 863 24,65 22,97 113
10 ppm kelompok 51 20,54 20,72 1282 24,94 27,36 1223 20,33 22,06 137
15 ppm kelompok 41 24,9 24,35 1312 19,2 20,7 803 23,67 26,51 80
15 ppm kelompok 71 24,53 25,86 1202 22 26,6 1403 24 26,6 110
a. Pengukuran berat badan awal
1. Rata-rata kontrol pada berat badan awal:
17,8+29,55+16,65+20,20+22,24+20,59 = 21,176
2. Rata-rata perlakuan 5 ppm pada berat badan awal:
18,34+21,98+24,80+23,44+26,25+16,46 = 21,876
3. Rata-rata perlakuan 10 ppm pada berat badan awal:
19,49+20,02+24,65+20,54+24,94+20,33 = 21,666
4. Rata-rata perlakuan 15 ppm pada berat badan awal:
24,9+19,20+23,67+24,53+22,0+24,0 = 23,056
b. Pengukuran berat badan akhir
1. Rata-rata kontrol pada berat badan akhir :
17,89+23,85+15,86+21,01+18,84+19,24 = 19,446
2. Rata-rata perlakuan 5 ppm pada berat badan akhir :
23,98+24,13+26,45+26,84+29,17+19,37 = 24,996
3. Rata-rata perlakuan 10 ppm pada berat badan akhir :
22,81+21,67+22,97+20,54+27,36+22,06 = 22,96
4. Rata-rata perlakuan 15 ppm pada berat badan akhir :
24,35+20,7+26,51+25,86+26,6+26,6 = 25,16
c. Pengukuran kadar glukosa darah
1. Rata-rata kontrol pada kadar glukosa darah:
95+96+114+123+123+110 = 110,16
6
2. Rata-rata perlakuan 5 ppm pada kadar glukosa darah:
102+146+135+111+135+180 = 118,166
3. Rata-rata perlakuan 10 ppm pada kadar glukosa darah:
106+86+113+128+122+137 = 115,336
4. Rata-rata perlakuan 15 ppm pada kadar glukosa darah:
131+80+80+120+140+110 = 110,16 6
Grafik 3.1 Kadar Glukosa Darah pada Mencit (Mus musculus)
kontrol 5 ppm 10 ppm 15 ppm0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
Grafik Kadar Glukosa Darah Mencit
kadar glukosa darah
Tabel 3.2 ANOVA
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:kadarglucosa
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 2291.458a 3 763.819 1.657 .208
Intercept 335357.042 1 335357.042 727.416 .000
Perlakuan 2291.458 3 763.819 1.657 .208
Error 9220.500 20 461.025
Total 346869.000 24
Corrected Total 11511.958 23
a. R Squared = ,199 (Adjusted R Squared = ,079)
B. Pembahasan
Chromium terdapat di alam dalam 2 bentuk oksida, yaitu oksida Cr-III
dan Cr-VI. Beberapa jenis kromium memiliki efek yang berbeda pada
organisme. Hanya Cr-VI yang bersifat karsinogenik yaitu zat yang
menyebabkan penyakit kanker, sedangkan Cr-III tidak. Cr-III merupakan
materi essensial dan memiliki sifat racun yang rendah dibanding dengan Cr-
VI yang merupakan pengoksida tinggi. Tingkat toksisitas Cr-III hanya sekitar
1/100 kalinya Cr-VI. Bahkan dari penelitian lebih lanjut, ternyata Cr-III
merupakan suatu jenis nutrisi yang dibutuhkan tubuh manusia dengan kadar
sekitar 50-200 µg/hari. Cr-VI mudah larut dalam air dan membentuk divalent
oxyanion yaitu cromate dan dichromate, sedangkan Chromium trivalent atau
Cr-III mudah diendapkan atau diabsorbsi oleh senyawa-senyawa organik dan
anorganik pada pH netral atau alkalin (Slamet et al., 2003).
Efek dari chromium terhadap kesehatan yakni bisa mengalami
gangguan pernapasan dan juga gangguan alat pencernaan. Mencerna makanan
yang mengandung Cr-VI tinggi dapat menyebabkan gangguan pencernaan
berupa sakit lambung, muntah dan pendarahan, luka pada lambung, konvulsi,
kanker alat pencernaan, bahkan dapat menyebabkan kematian. Ketika
chromium merupakan suatu campuran di dalam produk kulit, itu dapat
menyebabkan reaksi alergi, seperti ruam kulit. Saat bernafas Cr-VI dapat
menyebabkan gangguan hidung dan mimisan. Permasalahan kesehatan lain
yang disebabkan oleh Cr-VI adalah:
o Ruam kulit
o Gangguan perut dan borok
o Permasalahan pernapasan
o Sistem kekebalan melemah
o Ginjal dan kerusakan hati
o Kanker paru-paru
o Kematian (Yefrida, 2007).
Berdasarkan hasil pengamatan pengaruh Cr-VI terhadap aktivitas
kelenjar pankreas mencit (Mus musculus) didapatkan hasil kadar glukosa
darah rata-rata untuk mencit kontrol adalah 110.16, dalam penelitian ini kadar
glukosa darah pada perlakuan kontrol dijadikan acuan sebagai kadar glukosa
darah normal. Pada mencit yang diberi Cr-VI dengan konsentrasi 5 ppm rata-
rata kadar glukosanya yaitu 118.16, sedangkan pada konsentrasi 10 ppm pada
pengukuran kadar glukosa darah rata-rata menunjukkan nilai 115.33. Kadar
glukosa darah rata-rata pada mencit yang diberi Cr-VI yaitu 110.16. Hasil dari
ANOVA bahwa perlakuan yang diberikan tidak memberikan pengaruh yang
signifikan artinya pemberian Cr-VI pada konsentrasi 5, 10 dan 15 ppm tidak
begitu mempengaruhi kadar glukosa dalam darah. Hasil pengukuran rata-rata
berat badan awal untuk kontrol adalah 21.27 gram. Pada mencit yang diberi
Cr-VI konsentrasi 5 ppm yaitu 21.87 gram, untuk yang 10 ppm 21.66 gram
dan yang diberi 15 ppm 23.05 gram. Hasil rata-rata untuk berat badan akhir
pada kontrol mengalami penurunan yaitu 19.44 gram. Pada konsentrasi 5 ppm
mengalami kenaikan sebanyak 3.12 gram sehingga rata-rata berat badan
akhirnya yaitu 24.99 gram. Untuk konsentrasi 10 ppm mengalami kenaikan
sebanyak 1.24 gram sehingga rata-rata berat badan akhirnya 22.9 gram dan
untuk konsentrasi 15 ppm mengalami kenaikan sebanyak 2,05 gram sehingga
rata-rata berat badan akhirnya menjadi 25,1 gram. Hal ini menunjukan bahwa
konsentrasi 5 ppm Cr-VI mempengaruhi kadar glukosa darah dan peningkatan
berat badan tubuh. Hal ini sesuai dengan pustaka yang menyebutkan bahwa
kromium besar peranannya dalam proses metabolisme karbohidrat dalam
tubuh, terutama sekali fungsinya dalam meningkatkan asupan glukosa darah
masuk ke dalam sel. Bila unsur kromium berkurang dalam tubuh proses
metabolisme karbohidrat akan terganggu sehingga masuknya glukosa ke
dalam sel juga akan terganggu dan dapat mengakibatkan kadar glukosa dalam
darah akan meningkat (Anderson, 1998).
kontrol 5 ppm 10 ppm 15 ppm0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
Grafik Kadar Glukosa Darah Mencit
kadar glukosa darah
Grafik dibuat berdasarkan data rata-rata kadar glukosa darah pada 6
ulangan tiap perlakuan. Kadar glukosa dari keempat perlakuan berada pada
kisaran yang tidak jauh berbeda dikarenakan kromium hexavalent (Cr-VI)
dapat mengakibatkan kerusakan pada saluran pernapasan, hati, dan ginjal, dan
disebutkan berpengaruh terhadap aktivitas kelenjar pankreas apabila dalam
jumlah banyak sedangkan pada praktikum kali ini Cr-VI digunakan dalam
jumlah sedikit yaitu 5, 10 dan 15 ppm. Sehingga terlihat pada grafik maupun
tabel anova bahwa kromium hexavalent (Cr-VI) tidak berpengaruh terhadap
kadar glukosa mencit (Palar, 2008).
Kromium heksavalen (Cr-VI) diperoleh melalui pemanasan pada pH
alkali dan digunakan sebagai sumber kromium untuk tujuan industri.
Kromium heksavalen (Cr-VI) adalah iritan kuat yang dikenal sebagai
karsinogen apabila terhirup. Pada konsentrasi rendah kromium heksavalen
(Cr-VI) berubah menjadi Cr+3 oleh suatu senyawa dalam makanan dan
suasana asam dalam perut dapat mencegah timbulnya efek yang merugikan
dari Cr-VI (Muselin, et al, 2007).
Kromium dalam bentuk makanan diserap 10-25%. Efek toksik kromium dapat
merusak dan mengiritasi hidung, paru-paru, lambung, pankreas dan usus. Dampak
jangka panjang yang tinggi dari kromium menyebabkan kerusakan pada paru-paru
dan pankreas. Mengonsumsi makanan berbahan kromium dalam jumlah yang sangat
besar, menyebabkan gangguan perut, bisul, kejang, ginjal, kerusakan hati, dan
bahkan kematian (Setyo, 2006).
Cara kerja kromium dalam pankreas adalah mampu melipatgandakan daya
kerja insulin melalui sistem kerja Glukose Tolerance Factor (GTF). Jika saluran
pencernaan terkontaminasi oleh kromium dalam jumlah besar maka dapat
menyebabkan kelenjar pankreas memproduksi insulin dalam jumlah yang besar pula.
Hal ini dapat menghambat pemakaian glukosa oleh sel dan dapat terjadi pemecahan
glikogen yang disimpan di dalam hati dan otot secara berlebihan. Upaya yang dapat
dilakukan untuk menghindari kerusakan pankreas antara laian dengan melakukan test
laboratorium yang ditandai dengan lekositosis, amilase meningkat, lipase meningkat,
kalsium menurun, gula darah meningkat (Setyo, 2006).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pemberian Cr-
IV pada konsentrasi 5, 10 dan 15 ppm tidak begitu mempengaruhi kadar glukosa
dalam darah karena pada konsentrasi rendah kromium heksavalen (Cr-VI) berubah
menjadi Cr-III oleh suatu senyawa dalam makanan dan suasana asam dalam perut
dapat mencegah timbulnya efek yang merugikan dari Cr-VI. Kromium heksavalen
(Cr-VI) berpengaruh terhadap aktivitas kelenjar pankreas apabila dalam jumlah
banyak sedangkan pada praktikum kali ini Cr-VI digunakan dalam jumlah sedikit
yaitu 5, 10 dan 15 ppm.
DAFTAR REFERENSI
Anderson, R.A. 1997. Nutritional Factors Influencing The Glucose/Insulin System:Chromium, J.Am. COll. Nutrition .Research Center U.S. A.
Campbell, N. A., J. B Reece., dan L.G Mitchell. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3.Erlangga, Jakarta.
Djojosoebagio, S. 1990. Fisiologi Kelenjar Endokrin. Vol. 1. Depdikbud, Dikti.PAU Ilmu Hayati, IPB, Bogor.
Muselin, F., Violita, I., & Trif, A. 2007. Exposure in hexavalent chromium consequences on semen quality in rats. Calea Aradului Nr, 119, 300645.
Palar, H. 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta, Jakarta.
Setyo. 2006. Efek Konsentrasi Kromium (Cr+3) dan Salinitas Berbeda Terhadap Efisiensi Pemanfaatan Pakan Untuk Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus). UNDIP. Semarang
Sivan, B. 2005. Electrotonic Coupling in the Anterior Pituitary of a Teleost Fish. Endocrinology 146 (3):1048–1052.
Slamet., Syakur, R., dan Danumulyo, W. 2003. Pengolahan Limbah Logam Berat Chromium (VI) dengan Fotokatalis TiO. Makara, Teknologi, Vol. 7, No. 1.
Subandiyono, I.M. 2003. Pengaruh Kromium dalam Pakan terhadap Kadar Glukosa Darah, Kuosien Respiratori, Ekskresi NH3-N, dan Pertumbuhan Ikan Gurami. Jurnal Hayati. Vol.10, No.1:25-29.
Yefrida. 2007. Regenerasi dan Pemanfaatan Kembali Serbuk Gergaji Sebagai Penyerap Ion Logam Cd,Cu dan Cr dalam Air. Laporan Akhir Penelitian.