pengaruh brain gym terhadap fungsi kognitif …repository.unjaya.ac.id/862/2/melina...

39
i PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF PADA POPULASI LANJUT USIA DI DUSUN NGEBEL YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta Disusun Oleh : MELINA WIDIASTUTI 09/PSIK/3209104 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA 2013

Upload: nguyennhi

Post on 27-Apr-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF …repository.unjaya.ac.id/862/2/Melina Widiastuti_3209104_nonfull.pdf · Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia di

i

PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF

PADA POPULASI LANJUT USIA DI DUSUN NGEBEL YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan

STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Disusun Oleh :

MELINA WIDIASTUTI

09/PSIK/3209104

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

JENDERAL ACHMAD YANI

YOGYAKARTA

2013

Page 2: PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF …repository.unjaya.ac.id/862/2/Melina Widiastuti_3209104_nonfull.pdf · Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia di

ii

Page 3: PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF …repository.unjaya.ac.id/862/2/Melina Widiastuti_3209104_nonfull.pdf · Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia di

iii

PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF

PADA POPULASI LANJUT USIA DI DUSUN NGEBEL YOGYAKARTA

Melina Widiastuti1, Paulus Subiyanto

2, Fajriyati Nur Azizah

3

INTISARI

Latar Belakang: Semakin bertambahnya umur seseorang, terjadi proses penuaan

secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri

manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif dan status kesehatan.

Penurunan fungsi kognitif pada lansia ini apabila tidak segera ditangani dapat

menyebabkan kepikunan yang akan berpengaruh terhadap kualitas hidup lansia.

Oleh karena itu, telah banyak dikembangkan program latihan yang dapat

meningkatkan fungsi kognitif salah satunya yaitu Brain Gym.

Tujuan penelitian: Mengetahui pengaruh brain gym terhadap fungsi kognitif

pada populasi lanjut usia di Dusun Ngebel, Bantul.

Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan

desain penelitian quassy experiment (eksperimen semu). Uji statistik

menggunakan Independent t-test dan Paired t-test dengan tingkat kemaknaan α =

0,05. Sampel diambil dengan menggunakan teknik purpossive sampling dengan

responden sebanyak 36 responden yang dibagi kedalam dua kelompok yaitu,

kelompok intervensi (n=18) dan kelompok kontrol (n=18). Kelompok intervensi

mendapatkan 8 kali sesi brain gym, sedangkan kelompok kontrol tidak mendapat

latihan. Instrumen pengukuran fungsi kognitif yang digunakan adalah Mini-

Mental State Examination (MMSE).

Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia di kelompok

intervensi dengan brain gym memiliki nilai rerata posttes yang lebih tinggi 1,17

poin dari nilai pretes sedangkan kelompok kontrol justru mengalami sedikit

penurunan nilai rerata 0,39 poin lebih rendah pada nilai posttesnya. Hasil uji t-tes

berpasangan dengan tingkat kepercayaan 95%, didapatkan nilai p=0,004(t=-3,378)

pada kelompok intervensi sedangkan nilai p=0,168 (t=1,441) pada kelompok

kontrol. Sedangkan menurut uji t-tes independen, nilai p = 0,001 (t=3,549), maka

selisih rerata nilai fungsi kognitif pada kelompok intervensi berbeda secara

bermakna setelah dilakukan brain gym yang artinya intervensi brain gym

berpengaruh meningkatkan nilai fungsi kognitif lansia jika dibandingkan dengan

nilai fungsi kognitif lansia di kelompok kontrol.

Kesimpulan: Brain gym memiliki pengaruh terhadap fungsi kognitif pada lansia

secara bermakna dibandingkan dengan kelompok kontrol tanpa brain gym.

Kata Kunci: Brain Gym, Fungsi Kognitif, Lanjut Usia

1 Mahasiswa PSIK Stikes Jend. A. Yani Yogyakarta

2 Dosen Akper Panti Rapih Yogyakarta

3 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Jend.A.Yani Yogyakarta

Page 4: PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF …repository.unjaya.ac.id/862/2/Melina Widiastuti_3209104_nonfull.pdf · Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia di

iv

THE INFLUENCE OF BRAIN GYM ON COGNITIVE FUNCTION OF

ELDERS IN NGEBEL YOGYAKARTA

Melina Widiastuti1, Paulus Subiyanto

2, Fajriyati Nur Azizah

3

ABSTRACT

Background: As human aging, the degenerative aging process occurs that could

impact on the changes in a human being, not just physical changes but also

cognitive and health status. Cognitive decline in elders if doesn’t get any notice it

could lead to dementia which would affect the elders quality of life. Therefore, the

training program has been developed that could improve cognitive functions, one

of them which we knew as Brain Gym.

Objective: Determine the influence of Brain Gym on cognitive function in elders

in Ngebel, Bantul, Yogyakarta.

Methods: This study is an experimental research study with quassy experimental

design. Statistics test which used are Independent t-test dan Paired t-test with

significancy α=0,05. The sampling methods which used was purposive sampling

technique with the total respondents were 36 respondents and divided in to two

groups, the intervention group (n=18) and control group (n=18). The intervention

group get 8 times of the Brain Gym sessions, while the control group received no

training. The instrument to measure cognitive function which used was Mini-

Mental State Examination (MMSE).

Result: Based on the research, elders in intervention group with brain gym has an

average value of post-test 1,17 points higher than the pre-test value while the

average value of post-test in control group without brain gym 0,39 points lower

than pre-test value. The result of paired t-test with 95% of CI, p=0.004 (t=-3,378)

in intervention group while p=0,168 (t=1,441) in control group. Then, the result

of independent t-test, p-value was 0,001 (t=3,549), it means brain gym has an

influence in increasing the cognitive functions among elders compared to control

group.

Conclusions: Brain gym effective has an influence on enhance the cognitive

function among elders.

Keywords: Brain gym, Cognitive Function, Elderly

1 Student of Nursing Science in School of Health Science Jend.A.Yani

Yogyakarta 2

Lecturer in Nursing Academy of Panti Rapih Yogyakarta 3 Lecturer of Nursing Study Program in School of Health Science Jend.A.Yani

Yogyakarta

Page 5: PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF …repository.unjaya.ac.id/862/2/Melina Widiastuti_3209104_nonfull.pdf · Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia di

v

PERNYATAAN KEASLIAN NASKAH PENELITIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa naskah Penelitian Skripsi dengan judul:

Pengaruh Brain Gym terhadap Fungsi Kognitif pada Populasi Lanjut Usia di

Dusun Ngebel Yogyakarta ini adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan

bukan merupakan hasil penjiplakan, pengutipan, penyusunan oleh orang/pihak

lain, atau cara-cara lain yang tidak sesuai dengan ketentuan akademik yang

berlaku di STIKES A.Yani Yogyakarta dan etika yang berlaku dalam masyarakat

keilmuan.

Apabila dalam Naskah Penelitian Skripsi ini ditemukan adanya pelanggaran

atas apa yang saya nyatakan di atas, atau pelanggaran atas etika keilmuan,

dan/atau ada klaim terhadap kealian Naskah Penelitian Skripsi saya ini, maka saya

siap menanggung sanksi dari pihak akademik.

Yogyakarta,19 Agustus 2013

Melina Widiastuti

NPM: 3209104

Page 6: PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF …repository.unjaya.ac.id/862/2/Melina Widiastuti_3209104_nonfull.pdf · Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia di

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan nikmat yang tak terhitung

banyaknya. Sholawat dan salam kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Segenap syukur kepada Allah atas limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat dukungan dan

bantuan serta pengarahan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. I. Edy Purwoko, Sp.B selaku Ketua STIKES A.YANI Yogyakarta

2. Dwi Susanti, S.Kep., Ns selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

STIKES A.YANI Yogyakarta

3. Paulus Subiyanto, Sp.KMB selaku pembimbing I yang telah meluangkan

waktunya untuk memberikan pengarahan, bimbingan, dan masukan yang

sangat berarti bagi penulis

4. Fajriyati Nur Azizah, S.Kep., Ns selaku pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan nasihat dalam mengerjakan skripsi ini

5. Wenny Savitri., S.Kep., Ns., MNS selaku penguji yang telah memberikan

saran untuk kebaikan skripsi ini.

6. Kepala Dukuh Dusun Ngebel, Ketua RT dan Kader Posyandu Adji Yuswa

yang telah membantu mempermudah penelitian ini

7. Seluruh lansia yang bersedia tergabung dalam penelitian ini

8. Semua pihak yang belum tercantum yang telah membantu dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Semoga bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan yang lebih baik

dari Allah SWT. Harapan penulis skripsi ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya

di bidang ilmu keperawatan.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Yogyakarta, 19 Agustus 2013

Penulis

Page 7: PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF …repository.unjaya.ac.id/862/2/Melina Widiastuti_3209104_nonfull.pdf · Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia di

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii

INTISARI ............................................................................................................... iii

ABSTRACT ........................................................................................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................ v

HALAMAN MOTTO ............................................................................................ vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 5

E. Keaslian Penelitian.................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 9

A. Lanjut Usia ................................................................................................ 9

1. Pengertian Lansia ................................................................................. 9 2. Klasifikasi Lansia ............................................................................... 10 3. Perubahan yang Terjadi pada Lansia ................................................. 10 4. Struktur dan Fungsi Otak ................................................................... 14

5. Fungsi Kognitif pada Lansia .............................................................. 17 B. Brain Gym ............................................................................................... 25

1. Pengertian ........................................................................................... 25

2. Manfaat brain gym ............................................................................. 25 3. Keuntungan brain gym ....................................................................... 26 4. Mekanisme Kerja Brain Gym ............................................................. 27 5. Gerakan Brain Gym ............................................................................ 28

C. Landasan Teori........................................................................................ 33

D. Kerangka Teori ....................................................................................... 34 E. Kerangka Konsep .................................................................................... 35

F. Hipotesis ................................................................................................. 35

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 36

A. Rancangan Penelitian .............................................................................. 36

Page 8: PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF …repository.unjaya.ac.id/862/2/Melina Widiastuti_3209104_nonfull.pdf · Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia di

x

B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 36 C. Populasi dan Sampel ............................................................................... 37

D. Variabel Penelitian .................................................................................. 39 E. Definisi Operasional ............................................................................... 40 F. Alat dan Metode Pengumpulan Data ...................................................... 41 G. Validitas dan Reliabilitas ........................................................................ 43 H. Analisa dan Model Statistik .................................................................... 44

I. Etika Penelitian ....................................................................................... 46

J. Pelaksanaan Penelitian ............................................................................ 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 51

A . Hasil ........................................................................................................ 51 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................. 51 2. Analisis Hasil Penelitian .................................................................... 52

a. Analisis Univariat .......................................................................... 52

b. Analisis Bivariat ............................................................................ 56

B . Pembahasan............................................................................................. 58

C . Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 65

A. Simpulan ................................................................................................. 65

B. Saran ....................................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 67

LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................... 72

Page 9: PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF …repository.unjaya.ac.id/862/2/Melina Widiastuti_3209104_nonfull.pdf · Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia di

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Skor MMSE .......................................................................................... 21

Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................................ 40

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Kel.Kontrol ................................................ 52

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Kel.Intervensi .............................................. 53

Tabel 4.3 Rata-Rata Hasil Pengukuran Nilai Fungsi Kognitif Kel.Kontrol ........ 54

Tabel 4.4 Rata-Rata Hasil Pengukuran Nilai Fungsi Kognitif Kel.Intervensi ..... 54

Tabel 4.5 Normalitas Data ................................................................................... 56

Tabel 4.6 Hasil Analisis Paired t-Test Fungsi Kognitif Lansia ...........................57

Tabel 4.7 Hasil Analisis Independent t-Test........................................................ .57

Page 10: PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF …repository.unjaya.ac.id/862/2/Melina Widiastuti_3209104_nonfull.pdf · Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia di

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Data Demografi Responden

Lampiran 2. Lembar Permohonan Menjadi Partisipan

Lampiran 3. Lembar Persetujuan menjadi Responden

Lampiran 4. Prosedur Pelaksanaan Brain Gym (Senam Otak)

Lampiran 5.Gambar Gerakan brain gym

Lampiran 6. Lembar Mini Mental State Examination (MMSE)

Lampiran 7. Jadwal Penyusunan Skripsi

Lampiran 8. Rekapan Data Responden

Lampiran 9. Data Distribusi Frekuensi

Lampiran 10. Hasil Analisis Uji Hipotesis

Lampiran 11. Surat Izin Studi Pendahuluan dari Kampus

Lampiran 12. Surat Keterangan Izin Penelitian dari Gubernur

Lampiran 13. Surat Keterangan Izin Penelitian dari BAPPEDA

Lampiran.14 Surat Keterangan Izin Penelitian dari Kampus

Lampiran 15. Lembar Bimbingan Skripsi

Page 11: PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF …repository.unjaya.ac.id/862/2/Melina Widiastuti_3209104_nonfull.pdf · Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia di

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya

tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh

(Nugroho, 2008). Lanjut Usia dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada

daur kehidupan manusia. Menurut Depkes RI (2003) dalam Maryam, Ekasari,

Rosidawati, Jubaedi, Batubara (2008), lansia diklasifikasikan dalam 5 kelompok

yaitu: pralansia (prasenilis) yaitu seseorang yang berusia 45-59 tahun, lansia yang

berusia 60 tahun atau lebih, lansia beresiko tinggi yaitu seseorang yang berusia 70

tahun atau lebih/ seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah

kesehatan, lansia potensial yaitu lansia yang mampu melakukan pekerjaan

dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/ jasa, dan lansia tidak

potensial.

Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya

secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti

dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap

infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantindes, 1994 dalam

Nugroho, 2008). Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami

berbagai masalah kesehatan atau yang disebut sebagai penyakit degeneratif

(Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, Batubara, 2008).

Membedakan perubahan pada lanjut usia yang berlangsung secara normal

atau patologis merupakan bagian penting bagi perawatan kesehatan untuk lanjut

usia (lansia). Hal ini juga penting bagi seorang perawat untuk memahami

perubahan fisiologis yang normal pada lanjut usia (lansia). Dengan demikian,

perawat akan mampu mengetahui bagaimana cara membedakan perubahan pada

lanjut usia ini yang normal ataupun tidak (Wallace,2008).

Salah satu perubahan yang terjadi pada usia lanjut yaitu perubahan perlahan

pada fungsi persarafan yang akan mempengaruhi fungsi kognitif pada usia lanjut.

Banyak orang percaya sebagai akibat dari bertambahnya usia, kerusakan kognitif

merupakan suatu hal yang tidak dapat dicegah dan dihindari. Ketika terjadi

Page 12: PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF …repository.unjaya.ac.id/862/2/Melina Widiastuti_3209104_nonfull.pdf · Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia di

2

berbagai perubahan pada fungsi persarafan seseorang sebagai akibat dari proses

bertambahnya usia, perubahan ini tidak akan berakibat pada fungsi kognitif

seseorang secara berlebihan. Kerusakan kognitif yang kronis merupakan

perubahan patologis dari penuaan sebagai akibat dari demensia. Demensia adalah

istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan mengenai gangguan kognitif

secara patologis pada seseorang yang berusia lebih dari 60 tahun sebagai akibat

dari berbagai proses penyakit, faktor keturunan, gaya hidup, dan mungkin

pengaruh lingkungan. Hal ini didefenisikan oleh Asosiasi Alzheimer sebagai

kehilangan pada dua area atau lebih seperti bahasa, memori, kemampuan visual

dan spasial, atau penilaian yang keseluruhan gangguan tersebut akan berakibat

cukup parah mengganggu kehidupan sehari-hari (Wallace, 2008).

Penurunan fungsi kognitif pada lansia dapat meliputi berbagai aspek yaitu

orientasi, registrasi, atensi dan kalkulasi,memori dan juga bahasa. Penurunan ini

dapat mengakibatkan masalah antara lain pada memori jangka panjang dan proses

informasi. Untuk memori jangka panjang, lansia akan kesulitan dalam

mengungkapkan kembali cerita atau kejadian yang tidak begitu menarik

perhatiannya dan informasi baru atau informasi tentang orang. Keluhan

kehilangan memori atau penurunan proses mengingat dapat direfleksikan dengan

proses neurodegeneratif yang berkaitan dengan fakta bahwa dalam proses menua

terjadi insidensi peningkatan fungsi kognitif yang tidak digunakan dan aspek non-

psikologis seperti berkurangnya mobilitas atau pergerakan fisik (Azizah, 2011).

Kurangnya latihan dapat menyebabkan kesulitan pergerakan fisik yang

mempengaruhi aktivitas motorik (seperi mandi, berpakaian, berdiri tegak dengan

membawa beban padanya; perubahan proses kognitif (memori, perhatian, dan

kinerja) dan bahkan perubahan cerebral. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh

Lautenschlager (2008) mengemukakan bahwa mereka yang dengan kerusakan

memori subjektif, program aktivitas fisik yang dilakukan selama 6 bulan dapat

meningkatkan fungsi kognitifnya. Pada beberapa penelitian, demensia

diasosiasikan dengan meningkatnya risiko jatuh (Nugroho,2008). Hal ini

menggambarkan bahwa penurunan fungsi kognitif apabila tidak segera diatasi

dapat mengakibatkan kepikunan yang berpengaruh terhadap kualitas hidup lansia.

Page 13: PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF …repository.unjaya.ac.id/862/2/Melina Widiastuti_3209104_nonfull.pdf · Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia di

3

Saat ini telah banyak dikembangkan berbagai program yang bertujuan untuk

menstimulasi peningkatan fungsi kognitif yang akan berdampak kepada

peningkatan kualitas hidup lanjut usia (lansia). Salah satu program yang saat ini

banyak diperkenalkan yaitu Brain Gym. Brain gym adalah suatu program latihan

yang berfokus pada kegiatan fisik yang spesifik untuk mengaktifkan fungsi otak,

sehingga meningkatkan kinerja kognitif dan membuat lebih mudah dalam

menerima pembelajaran. Pembelajaran yang meliputi seluruh bagian otak melalui

gerakan ini memungkinkan seseorang untuk mengakses area di dalam otak

mereka yang sebelumnya jarang digunakan (Barnes,2003).

Brain gym awalnya lebih banyak dikenalkan kepada kelompok usia anak-

anak, yang biasa digunakan oleh guru sebagai salah satu upaya untuk

meningkatkan konsentrasi siswanya sehingga diharapkan kalau kedepannya dapat

berdampak pada peningkatan prestasi akademik anak didiknya. Namun, akhir-

akhir ini juga banyak ditemukan bahwa brain gym tidak hanya baik untuk

kelompok anak-anak tetapi juga untuk lanjut usia dalam upaya meningkatkan

kemampuan kognitifnya. Seperti yang telah dibuktikan dalam penelitian Barnes

(2003); Festi (2010); dan Sangundo (2008) menyatakan bahwa lanjut usia yang

memperoleh latihan brain gym menunjukkan kemampuan kognitif yang lebih baik

daripada mereka yang tidak dilakukan brain gym.

Kemajuan di bidang kesehatan, meningkatnya sosial ekonomi masyarakat

dan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat yang bermuara pada

meningkatnya kesejahteraan rakyat akan meningkatkan usia harapan hidup

sehingga menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia dari tahun ke tahun akan

semakin meningkat (Menkokesra, 2012). Populasi terbesar penduduk lansia,

sekitar 80%, diperkirakan hidup di negara berkembang, termasuk Indonesia.

Secara demografis, berdasarkan sensus penduduk diketahui bahwa jumlah

penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2006 sebesar kurang lebih 19 juta, usia

harapan hidup 66,2 tahun, pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 23,9 juta

(9,77%), usia harapan hidupnya 67,4 tahun dan pada tahun 2020 diperkirakan

sebesar 28,8 juta (11,34%) dengan usia harapan hidup 71,1 tahun (Menkokesra,

2012). Menurut survei Komisi Nasional Lanjut Usia Jakarta (2009), jika dilihat

Page 14: PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF …repository.unjaya.ac.id/862/2/Melina Widiastuti_3209104_nonfull.pdf · Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia di

4

sebaran penduduk lanjut usia menurut provinsi, presentase penduduk lansia diatas

10 persen ada di provinsi D.I. Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan D.I Yogyakarta itu sendiri mengenai

Profil Kesehatan Kabupaten/Kota pada tahun 2010 diperoleh rasio data sebaran

kepadatan penduduk usia lanjut tertinggi pertama berada di Kabupaten Bantul

yaitu sebesar 10.5% penduduk lansia dari seluruh total penduduk berdasar

kelompok usia dibandingkan dengan Kabupaten Sleman dan Kulon Progo.

Kecamatan Kasihan merupakan salah satu kecamatan yang ada di wilayah Bantul

dengan kepadatan penduduk lansia yang tergolong lebih banyak dibandingkan

kecamatan lainnya menurut data dari Biro Pusat Statistik (BPS) Yogyakarta tahun

2011.

Prevalensi kejadian demensia berdasarkan data dari penelitian yang

dilakukan oleh Amirullah (2008) diketahui bahwa nilai fungsi kognitif yang

diukur menggunakan Mini-Mental State Examinantion (MMSE) kategori normal

di posyandu Adji Yuswo Dusun Ngebel ini sebesar 54,9%, sedang sebesar 29,4%,

dan berat sebesar 11,8%. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh

peneliti diketahui bahwa beberapa lansia di dusun Ngebel ini ada yang

mengeluhkan masalah memorinya yang cepat lupa hal ini ditunjukkan

berdasarkan skor pengukuran yang dilakukan peneliti menggunakan MMSE

dengan hasil ada yang mengalami demensia tahap ringan dan sedang. Dari hasil

wawancara dengan ketua posyandu lansia, tidak ada upaya khusus yang dilakukan

dalam menanggulangi masalah penurunan kognitif ini karena masalah ini belum

menjadi sorotan. Aktivitas yang rutin dilakukan lansia di dusun ngebel ini adalah

senam lansia satu bulan sekali yang digunakan sebagai upaya meningkatkan

aktivitas olahraga pada lansia.

Penelitian serupa terhadap pengaruh brain gym pada lansia telah banyak

dilakukan, namun terdapat perbedaan dalam hal partisipan antara partisipan di

lembaga sosial dan komunitas. Penelitian mengenai brain gym yang ada

sebelumnya lebih banyak dilakukan di lembaga sosial. Lansia dalam lingkungan

lembaga sosial dan komunitas memiliki perbedaan karakteristik yang akan

memengaruhi fungsi kognitifnya juga, salah satunya dalam lembaga sosial

Page 15: PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF …repository.unjaya.ac.id/862/2/Melina Widiastuti_3209104_nonfull.pdf · Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia di

5

tersebut lansia memiliki keteraturan jadwal kegiatan seperti olahraga, sedangkan

lansia di lingkungan masyarakat tidak. Selain itu, dukungan sosial yang diperoleh

yang akan berakibat pada status kesehatan fisik dan mental lansia yang juga

memengaruhi fungsi kognitif ini akan berbeda pula di kedua lingkup ini. Untuk

itu, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh brain

gym dalam konteks lingkungan masyarakat umum khusunya di Dusun Ngebel,

Kasihan, Bantul.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, peneliti membuat

rumusan masalah sebagai berikut: Apakah ada pengaruh Brain Gym terhadap

fungsi kognitif pada populasi lanjut usia di Dusun Ngebel, Kasihan, Bantul?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan Umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh brain gym

terhadap fungsi kognitif pada populasi lanjut usia di Dusun Ngebel.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui karakteristik lanjut usia di Dusun Ngebel, Kasihan, Bantul.

b. Diketahui nilai rerata fungsi kognitif lansia pada kelompok kontrol di Dusun

Ngebel yang tidak dilakukan intervensi Brain Gym.

c. Diketahui nilai rerata fungsi kognitif lansia pada kelompok intervensi di

Dusun Ngebel sebelum dan sesudah intervensi Brain Gym.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan di bidang kesehatan

khususnya keperawatan jiwa dan gerontik mengenai pengaruh brain gym

Page 16: PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF …repository.unjaya.ac.id/862/2/Melina Widiastuti_3209104_nonfull.pdf · Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia di

6

terhadap fungsi kognitif pada lanjut usia dengan harapan hidup lansia yang

semakin meningkat.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Puskesmas

Puskesmas dapat menjadikan penelitian ini sebagai rujukan dalam

memasukkan program penunjang dalam kegiatan posyandu lansia yang

diadakan di masing-masing daerah yang akan berguna dalam

meningkatkan kemampuan kognitif dari populasi lanjut usia.

b. Bagi Praktek Keperawatan

Penelitian ini dapat digunakan oleh perawat untuk mensosialisasikan

manfaat latihan kognitif ini pada populasi usia lanjut mengingat perawat

sebagai profesi yang terdekat dengan pasien.

.

E. Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian dilakukan terkait dengan pengaruh brain gym terhadap

fungsi kognitif lansia. Beberapa penelitian serupa antara lain sebagai berikut:

1. Barnes (2003), melakukan suatu penelitian mengenai Enhancing cognitive

performance in dementia care: Using Brain Gym exercises to access and

enhance cognitive performance. Hasil penelitian menunjukkan dari 24

responden yang diberikan intervensi Brain Gym, sebanyak 16 dari mereka

menunjukkan fungsi kognitif yang lebih baik setelah memperoleh latihan

Brain Gym. Dilakukan pengukuran fungsi kognitif 10 menit sebelum

dilakukan Brain Gym dan kemudian diulang kembali untuk pengukuran

fungsi kognitif setelah dilakukan latihan Brain Gym. Perbedaan penelitian ini

dengan penelitian yang dilakukan oleh Barnes (2003) yaitu dalam hal

instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur fungsi kognitif

responden, dalam penelitian ini menggunakan instrumen MMSE (Mini-mental

State Examination) sedangkan penelitian Barnes (2003) menggunakan Tes

Page 17: PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF …repository.unjaya.ac.id/862/2/Melina Widiastuti_3209104_nonfull.pdf · Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia di

7

Tugas Individu untuk mengetahui pengaruh brain gym pada fungsi

kognitifnya.

2. Festi (2010), telah melakukan penelitian tentang pengaruh Brain Gym

terhadap Peningkatan Fungsi Kognitif Lansia dikarang Werdha Peneleh

Surabaya. Hasil penelitian menyatakan bahwa perbedaan fungsi kognitif yang

signifikan antara sebelum dan sesudah pelaksanaan intervensi brain gym serta

terdapat perbedaan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sesudah

pelaksanaan intervensi brain gym. Penelitian ini dilakukan menggunakan

metode penelitian Quassy Experiment dengan uji analisis Mc.Neemar dan chi

square. Penelitian yang dilakukan oleh Festi (2010) ini memberikan

perlakuan selama 3 minggu dengan durasi 2 kali dalam sehari yakni

menjelang dan setelah bangun tidur dengan durasi + 15 menit. Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Festi (2010) yaitu, pada

penelitian ini tidak menggunakan uji analisis Mc.Neemar tetapi menggunakan

Uji Paired t-Test dan juga dalam penelitian ini intervensi diberikan sebanyak

2 kali dalam 1 minggu selam 4 minggu dengan durasi + 15 menit.

3. Sangundo (2008), melakukan penelitian mengenai Pengaruh Pelaksanaaan

Brain Gym terhadap fungsi Kognitif pada populasi usila di Panti Sosial

Tresna Werdha Budi Luhur, Kasongan, Bantul, Yogyakarta. Hasil Penelitian

menunjukkan bahwa Latihan Brain Gym memberikan efek yang signifikan

terhadap fungsi kognitif pada usia lanjut yang diukur menggunakan MMSE.

Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimental lapangan dengan

analisis data Independent sample t-test. Perbedaan penelitian yang dilakukan

oleh Sangundo (2008) dengan penelitian yang dilakukan ini yaitu mengenai

metode intervensi yang diberikan. Penelitian yang dilakukan oleh Sangundo

(2008) ini memberikan intervensi sebanyak 5 kali dalam 1 minggu dengan

durasi 15 menit selama 3 pekan, sedangkan penelitian ini hanya memberikan

intervensi sebanyak 2 kali dalam satu minggu dengan durasi 15 menit selama

4 minggu. Selain itu, penelitian ini juga berbeda dalam hal analisa data,

populasi, dan jumlah sampel yang ada. Pada penelitian ini penelitian

Page 18: PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF …repository.unjaya.ac.id/862/2/Melina Widiastuti_3209104_nonfull.pdf · Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia di

8

dilakukan pada populasi di komunitas dan dianalisa menggunakan uji Paired

t-test.

.

Page 19: PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF …repository.unjaya.ac.id/862/2/Melina Widiastuti_3209104_nonfull.pdf · Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia di

51

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A . Hasil

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dukuh III Ngebel yang merupakan salah

satu dusun di kelurahan Tamantirta, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Yogyakarta. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Kepala Dukuh Dusun

Ngebel, wilayah Dukuh III Ngebel berbatasan dengan Dusun Geblagan di

sebelah utara, berbatasan dengan Dukuh IV Ngrame di sebelah selatan,

berbatasan dengan Dukuh I Tlogo di sebelah barat, dan berbatasan dengan

Dukuh II Rukeman, Gatak di sebelah Timur.

Dusun Ngebel memiliki beberapa kegiatan rutin yang dilaksanakan baik

secara menyeluruh satu dukuh atau dalam lingkup kecil tiap RT antara lain,

arisan RT, pengajian ibu-ibu/bapak-bapak, serta posyandu lansia. Dusun

Ngebel ini memiliki jumlah penduduk lansia yang cukup banyak berdasarkan

data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan penuturan dari Kepala

Dukuh setempat sehingga kegiatan posyandu lansia dapat berjalan dengan

baik diikuti oleh hampir seluruh lansia yang ada disana. Posyandu ini berdiri

pada tanggal 28 September 2010 dan sampai dengan saat ini semua RT yang

ada dalam wilayah pudukuhan ini telah aktif dalam kegiatan Posyandu

tersebut. Kegiatan yang dilakukan dalam posyandu lansia ini selain kegiatan

pokok posyandu seperti penimbangan berat badan, pemeriksaan dasar, dan

pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS) juga terdapat kegiatan senam lansia.

Senam lansia tersebut dilakukan satu bulan sekali sesuai dengan jadwal

posyandu lansia yang diikuti oleh hampir seluruh lansia yang hadir. Senam

lansia biasanya dipimpin oleh instruktur senam yang dipanggil dari sanggar

senam. Selain kegiatan senam lansia di posyandu tersebut, tidak ada lagi

kegiatan senam lainnya yang dilaksanakan di Dukuh Ngebel ini.

Page 20: PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF …repository.unjaya.ac.id/862/2/Melina Widiastuti_3209104_nonfull.pdf · Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia di

52

2. Analisis Hasil Penelitian

a. Analisis Univariat

1) Karakteristik Responden

Populasi dalam penelitian ini adalah rata-rata lansia yang aktif

mengikuti kegiatan di Posyandu Lansia Adji Yuswa selama periode

kunjungan bulan desember 2012-februari 2013 yaitu sebanyak 60

lansia. Dalam penelitian ini diambil sebanyak 36 responden yang

memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Lansia yang mendapat perlakuan

brain gym sebanyak 18 orang sedangkan kelompok kontrol tanpa brain

gym yaitu sebanyak 18 orang. Karakteristik responden dalam penelitian

ini meliputi usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan. Responden

dalam penelitian ini adalah lansia yang berusia 60-74 tahun.

Hasil analisis univariat berfungsi untuk mendeskripsikan

karakteristik dari subjek penelitian sehingga kumpulan data tersebut

berubah menjadi informasi yang bermakna.

Tabel 4.1

Karakteristik Responden berdasarkan jenis kelamin, usia, dan

tingkat pendidikan di kelompok kontrol (n=18)

Karakteristik n %

a. Jenis Kelamin

Laki-Laki

Perempuan

2

16

11,1

88,9

b. Usia

60-64

65-69

70-74

3

4

11

16,7

22,2

61,1

c. Tingkat Pendidikan

Tidak Sekolah

SD

SMP

SMA

9

7

0

2

50,0

38,9

0,0

11,1

Total 18 100,0

Sumber: Data Primer

Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa responden yang diambil dalam

kelompok kontrol yaitu sebanyak 18 responden dengan jumlah

responden berjenis kelamin wanita sebanyak 16 orang sedangkan pria

Page 21: PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF …repository.unjaya.ac.id/862/2/Melina Widiastuti_3209104_nonfull.pdf · Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia di

53

sebanyak 2 orang. Usia responden terbanyak dalam penelitian ini yaitu

rentang usia 70-74 tahun dengan presentase sebesar 61,1 % dan usia

responden paling sedikit yaitu dengan rentang usia 60-64 sebesar

16,7%. Tingkat pendidikan responden paling banyak dengan tingkat

pendidikan tidak sekolah yaitu sebanyak 9 orang dan yang paling

sedikit yaitu lansia dengan tingkat pendidikan SMA ada 2 orang

sedangkan tidak ada lansia dengan tingkat pendidikan SMP.

Tabel 4.2

Karakteristik Responden berdasarkan jenis kelamin, usia, dan

tingkat pendidikan di kelompok intervensi periode Juni 2013

(n=18)

Karakteristik n %

a. Jenis Kelamin

Laki-Laki

Perempuan

2

16

11,1

88,9

b. Usia

60-64

65-69

70-74

2

4

12

11,1

22,2

66,7

c. Tingkat Pendidikan

Tidak Sekolah

SD

SMP

SMA

10

7

1

0

55,6

38,9

5,6

0,0

Total 18 100,0

Sumber: Data Primer

Pada tabel 4.2 diketahui bahwa lansia pada kelompok intervensi

terdapat sebanyak 16 orang yang berjenis kelamin perempuan dan 2

orang yang berjenis kelamin laki-laki. Usia lansia paling banyak berada

di rentang usia 70-74 yaitu sebesar 66,7% dan yang paling sedikit ada

di rentang usia 60-64 terdapat sekitar 11,1%. Untuk Tingkat pendidikan

disini paling banyak yang tidak sekolah yaitu sebesar 55,6% sedangkan

yang paling sedikit yaitu SMA tanpa ada seorangpun dan 1 orang

(5,6%) untuk lansia di tingkat pendidikan SMP.

Page 22: PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF …repository.unjaya.ac.id/862/2/Melina Widiastuti_3209104_nonfull.pdf · Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia di

54

2) Gambaran Rata-Rata Hasil Pengukuran Fungsi Kognitif pre-tes dan

post-tes MMSE pada kelompok kontrol

Tabel 4.3

Rata-Rata Hasil Pengukuran Nilai Fungsi Kognitif pre-tes dan

post-tes pada kelompok kontrol

Kategori N Mean Std. Dev Min Max

Nilai Pretes MMSE 18 25,06 2,48 19 29

Nilai Posttes MMSE 18 24,67 2,84 20 29

Sumber: Data Primer

Tabel 4.3 Menunjukkan bahwa rata-rata nilai MMSE lansia pada

kelompok kontrol saat pretes adalah 25,06 dan nilai post-tes 24,67.

Untuk nilai fungsi kognitif yang diukur menggunakan instrumen Mini-

Mental State Examination (MMSE) memiliki nilai tertinggi pada saat

pre-tes 29 dan nilai terendah 19, sedangkan nilai tertinggi pada saat

post-tes 29 dan nilai terendah posttes yaitu 20 di kelompok kontrol.

Selisih rata-rata nilai MMSE pretes dan posttes pada kelompok

kontrol yaitu -0,39, yang artinya nilai posttes MMSE pada kelompok

kontrol lebih rendah 0,39 poin daripada nilai pretes MMSE di kelompok

kontrol.

3) Gambaran Rata-Rata Hasil Pengukuran Fungsi Kognitif pre-tes dan

post-tes MMSE pada kelompok intervensi

Tabel 4.4

Rata-Rata Hasil Pengukuran Nilai Fungsi Kognitif pre-tes dan

post-tes pada kelompok intervensi di Dusun Ngebel, Kasihan,

Bantul di kelompok intervensi periode Juni-Juli 2013

Kategori N Mean Std.Dev Min Max

Nilai pretes MMSE 18 23,50 2,91 17 27

Nilai posttes MMSE 18 24,67 2,78 20 29

Sumber: Data Primer

Tabel 4.4 Menunjukkan bahwa rata-rata nilai MMSE lansia pada

kelompok intervensi adalah saat pretes adalah 23,50 dan nilai post-tes

24,67. Untuk nilai fungsi kognitif yang diukur menggunakan instrumen

Mini-Mental State Examination (MMSE) memiliki nilai tertinggi pada

saat pre-tes 27 dan nilai terendah 17, sedangkan nilai tertinggi pada saat

post-tes 29 dan nilai terendah posttes yaitu 20 di kelompok intervensi.

Page 23: PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF …repository.unjaya.ac.id/862/2/Melina Widiastuti_3209104_nonfull.pdf · Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia di

55

Selisih rata-rata nilai MMSE pretes dan posttes pada kelompok

intervensi yaitu 1,17, yang artinya nilai posttes MMSE pada kelompok

kontrol lebih tinggi 1,17 poin daripada nilai pretes MMSE di kelompok

intervensi.

4) Gambaran Perbedaan Perubahan Fungsi Kognitif Post-tes MMSE pada

Kelompok Kontrol dan Perlakuan

Bagan 4.1

Perbedaan Perubahan Fungsi Kognitif Post-tes MMSE pada

kelompok Kontrol dan Perlakuan

Gambaran hasil nilai MMSE pada kedua kelompok

Bagan 4.1 Menunjukkan hasil nilai MMSE pada kelompok

perlakuan yang meningkat yaitu sebanyak 13 orang (72,2%), tetap

sebanyak 2 orang (11,1%), dan menurun sebanyak 3 orang (16,7%).

Hasil MMSE pada kelompok kontrol yang mengalami peningkatan ada

sebanyak 4 orang (22,2%), tetap ada sebanyak 5 orang (27,8%), dan

menurun sebanyak 9 orang (50%).

0

2

4

6

8

10

12

14

Kel. Intervensi Kel. Kontrol

Naik

Tetap

Menurun

Page 24: PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF …repository.unjaya.ac.id/862/2/Melina Widiastuti_3209104_nonfull.pdf · Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia di

56

b. Analisis Bivariat

1) Hasil Uji Normalitas Data Nilai Pretes, Posttes Fungsi Kognitif dan

Selisih Nilai MMSE pada Kelompok Kontrol dan Intervensi Brain

Gym

Tabel 4.5

Output Hasil Normalitas Data

PERLAKUAN

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig

Nilai

Pre-Tes

Dilakukan Brain

Gym

Tanpa brain

gym

.141

18 .200x .913 18 .097

.148 18 .200 x .959 18 .582

Nilai

Post-Tes

Dilakukan Brain

Gym

.214

18 .028 .930 18 .193

Tanpa brain

gym

.120 18 .200 x .939 18 .278

Selisih

Nilai

MMSE

Dilakukan Brain

Gym

.215 18 .027 .908 18 .079

Tanpa brain

gym

.203 18 .048 .921 18 .133

Sumber: Data Primer

Untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak

maka digunakan uji Kolmogorov-Smirnov atau Shapiro-Wilk. Uji

Kolmogorov-Smirnov digunakan untuk sampel yang besar (lebih dari

50) sedangkan Shapiro-Wilk untuk sampel yang sedikit (kurang atau

sama dengan dari 50). Dari tabel 4.5 Diketahui bahwa nilai

signifikansi dengan Shapiro-Wilk (untuk sampel kecil) pada nilai

fungsi kognitif pretes, posttes, dan selisih nilai MMSE menunjukkan

nilai yang lebih dari 0,05 sehingga dapat dikatakan data berdistribusi

normal dan uji parametrik dapat digunakan.

Page 25: PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF …repository.unjaya.ac.id/862/2/Melina Widiastuti_3209104_nonfull.pdf · Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia di

57

2) Hasil penelitian yang menggambarkan tentang kelompok kontrol dan

kelompok eksperimen ditunjukkan oleh tabel sebagai berikut:

Tabel 4.6

Hasil Analisis Paired t-Test Fungsi Kognitif Lansia yang

tergabung dalam Kelompok Kontrol tanpa intervensi brain gym

dan Kelompok Intervensi brain gym

Pasangan n Mean + SD t Sig.(2-

tailed)

Ket

Intervensi 18 Pre-tes 23,50+ 2.91

Post-tes 24,67+ 2,78

-3,378 ,004 Bermakna

Kontrol 18 Pre-Tes 25,06+2,48

Post-Tes 24,67+2,84

1,441 ,168 Tidak

Bermakna

Sumber: Data Primer

Tabel 4.6 Menunjukkan hasil dari uji t-berpasangan (Paired t-

Test) antara pre-tes dan post-tes pada kelompok intervensi dan

kelompok kontrol. Hasil penghitungan didapatkan bahwa nilai

signifikansi yaitu 0,004 (p < 0,05) pada kelompok intervensi yang

berarti bahwa brain gym dapat memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap fungsi kognitif pada lanjut usia.

Tabel 4.7

Hasil Analisis Independent t-Test Selisih Nilai Fungsi Kognitif

(MMSE) pada lansia di Kelompok Kontrol dan Kelompok

Intervensi Brain Gym

Perlakuan

N

Mean

Std.Deviation

Std.Error

Mean

Selisih Nilai

MMSE

Dilakukan brain

gym

18 1,17 1,465 ,345

Tidak dilakukan

brain gym

18 -,39 1,145 ,270

Levene’s Test

for Equality

of Variances

t-test for Equality of

Means

F Sig. t df Sig. (2-

tailed)

Selisih Nilai

MMSE

Equal variances

assumed

.829 .369 3.549 34 .001

Equal variances

not assumed

3.549 32.119 .001

Sumber: Data Primer

Page 26: PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF …repository.unjaya.ac.id/862/2/Melina Widiastuti_3209104_nonfull.pdf · Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia di

58

Tabel 4.7 Menunjukan rata-rata (Mean) selisih nilai MMSE

pada kelompok intervensi adalah sebesar 1,17 dan kelompok kontrol

sebesar -0,39. Angka tersebut menunjukkan bahwa pada kelompok

perlakuan diperoleh rata-rata nilai post-tes MMSE yang meningkat

sebanyak 1,17 poin lebih besar daripada nilai saat pre-tes, sedangkan

pada kelompok kontrol diperoleh rata-rata nilai post-tes MMSE yang

menurun sebanyak 0,39 poin lebih rendah daripada rata-rata nilai

pre-tes.

Nilai Levene’s tes memperoleh nilai 0,369 yang artinya lebih

besar dari 0,05 yang berarti variabel pada dua kelompok tersebut

memiliki varians yang sama, sehingga nilai signifikansi yang

digunakan adalah hasil uji t baris yang pertama yaitu equal variances

assumed. Hasil uji t-independen diperoleh nilai signifikansinya

0,001. Hal ini berarti bahwa nilai p< 0,05 dan dapat diambil

kesimpulan ada perbedaan rerata selisih nilai MMSE yang bermakna

antara kelompok intervensi brain gym dan kelompok kontrol.

B . Pembahasan

1. Karakteristik Responden

Pada penelitian ini, jenis kelamin responden paling banyak diikuti oleh

perempuan yaitu sebanyak 16 orang pada masing-masing kelompok kontrol

dan intervensi apabila dibandingkan dengan responden berjenis kelamin laki-

laki yang hanya sebanyak 2 orang saja pada masing-masing kelompok. Hal

ini seiring dengan penelitian yang dilakukan oleh Rachmawati (2008)

mengenai jenis kelamin dengan pengaruhnya terhadap fungsi kognitif

diketahui bahwa perempuan lebih banyak mengalami gangguan fungsi

kognitif dibanding laki-laki. Penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli

menyatakan bahwa perempuan mempunyai risiko lebih tinggi dari pria untuk

menderita penyakit demensia alzheimer, ini dapat disebabkan karena umur

Page 27: PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF …repository.unjaya.ac.id/862/2/Melina Widiastuti_3209104_nonfull.pdf · Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia di

59

perempuan yang lebih panjang daripada pria (Santoso, 1996 dalam

Rachmawati, 2008).

Responden dalam penelitian ini didominasi oleh lansia dengan kisaran

usia yaitu 70-74 tahun yaitu sebanyak 11 responden (61,1%) pada kelompok

kontrol dan 12 responden (66,7%) pada kelompok intervensi. Sedangkan

jumlah paling sedikit sebanyak 3 responden (16,7%) pada kelompok kontrol

dan 2 responden (11,1%) pada kelompok intervensi yaitu lansia dengan

rentang usia 60-64 tahun. Menurut Gossard (2013) sedikitnya 10% seseorang

yang berusia lebih dari 65 tahun dan 50% dari mereka yang berusia 85 tahun

memiliki beberapa bentuk kemunduran fungsi kognitif, dengan rentang

penurunan fungsi kognitif ringan sampai demensia. Penurunan fungsi kognitif

terkait dengan penuaan bukanlah penyakit namun lebih merupakan akibat dari

perubahan struktur dan fungsi otak yang normal terjadi selama penuaan.

Seluruh orang yang tumbuh dan berkembang akan mengalami penurunan

kapasitas kognitif seiring dengan perkembangan waktu/usia. Data

menunjukkan bahwa kerangka biologis yang mendasari penurunan

kemampuan berpikir dan bernalar termasuk didalamnya antara lain penurunan

volume otak, kehilangan integritas myelin, penipisan korteks, gangguan

serotonin,asetilkolin, dan dopamin yang merupakan reseptor pengikat sinyal,

akumulasi neurofibril yang kusut, dan kerusakan konsentrasi yang

diakibatkan oleh berbagai sistem metabolis otak.

Berdasarkan Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 kembali, tingkat pendidikan lansia

yang tergabung dalam penelitian ini banyak diikuti oleh lansia yang tidak

mengenyam pendidikan yaitu sebesar 9 lansia (50,0%) untuk kelompok

kontrol dan 10 lansia (55,6%) pada kelompok intervensi yang kemudian

diikuti oleh tingkat pendidikan lansia yang paling sedikit yaitu SMP pada

kelompok kontrol dan SMA pada kelompok intervensi dengan tidak ada

satupun pada tingkat pendidikan tersebut atau 0,0%. Menurut Turner dan

Helms (1995) dalam Dariyo (2003) individu yang memiliki latar belakang

pendidikan ataupun status sosio-ekonomi rendah karena jarang memperoleh

Page 28: PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF …repository.unjaya.ac.id/862/2/Melina Widiastuti_3209104_nonfull.pdf · Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia di

60

tantangan tugas yang mengasah kemampuan kecerdasan sehingga cenderung

menurun kemampuan intelektualnya secara kualitatif dan kuantitatif.

2. Pengaruh Brain Gym terhadap Fungsi Kognitif pada Lansia

Hasil analisis statistik dalam penelitian ini digunakan untuk

menunjukkan adanya pengaruh dari intervensi brain gym terhadap fungsi

kognitif pada lanjut usia. Fungsi kognitif lansia tersebut diukur dengan

menggunakan instrumen Mini-Mental State Examination (MMSE) yang nilai

tersebut akan digunakan sebagai data pre-tes dan data post-tes pada kedua

kelompok.

Setelah diberikan brain gym selama 4 minggu dengan 2 kali pertemuan

setiap minggunya selama 15 menit dilakukan analisis data menggunakan uji t

berpasangan (Paired t-Test) yang disajikan dalam tabel 4.5 diperoleh nilai

p=0,004 pada kelompok intervensi yang artinya bahwa brain gym memiliki

pengaruh terhadap fungsi kognitif pada lansia. Nilai rata-rata fungsi kognitif

pada kelompok intervensi mengalami peningkatan dari rata-rata pretes 23,50

menjadi 24,67 saat posttes. Sedangkan rerata nilai fungsi kognitif pada

kelompok kontrol tidak jauh berbeda antara nilai pre-tes yaitu 25,06 yang

berubah menjadi 24,67 pada saat post-tes. Hal tersebut dibuktikan dengan

hasil uji analisis menggunakan Independent t-Test yang disajikan dalam tabel

4.6 yang diperoleh hasil rata-rata nilai MMSE pada kelompok intervensi 1,17

poin lebih tinggi pada nilai posttes dibandingkan dengan nilai pretes,

sedangkan pada kelompok kontrol mengalami penurunan 0,39 poin lebih

rendah pada nilai posttes jika dibandingkan dengan nilai pretes. Nilai

signifikansi yang diperoleh dengan uji t-independen yaitu sebesar 0,001 yang

artinya p < 0,05 dan diperoleh kesimpulan ada perbedaan rerata nilai MMSE

yang bermakna antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Hasil

tersebut seiring dengan penelitian yang dilakukan oleh Sangundo (2008)

tentang pengaruh dari brain gym terhadap peningkatan fungsi kognitif pada

lanjut usia. Intervensi brain gym yang diberikan sebanyak 5 kali dalam

seminggu dengan durasi 15 menit ini memperoleh hasil perbedaan rerata

selisih nilai MMSE yang bermakna antara usila yang memperoleh brain gym

Page 29: PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF …repository.unjaya.ac.id/862/2/Melina Widiastuti_3209104_nonfull.pdf · Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia di

61

dengan usila yang berada di kelompok kontrol, dimana selisih nilai MMSE

bernilai positif lebih besar terdapat pada kelompok perlakuan atau rerata

selisih nilai MMSE usila pada kelompok intervensi lebih besar secara

bermakna dibandingkan kelompok kontrol.

Responden dalam kelompok kontrol dan kelompok intervensi

didominasi oleh lansia dengan rentang usia 70-74 yaitu sebanyak 61,1% dan

66,7% dengan tingkat pendidikan yang mendominasi yaitu tidak sekolah

sebanyak 54,6% di kelompok kontrol dan 66,7% pada kelompok intervensi.

Responden dengan rentang usia 70-74 dan tidak memiliki dasar pendidikan di

kelompok kontrol dan intervensi ini mengalami perubahan fungsi kognitif

yang berbeda dimana responden dengan kriteria tersebut di kelompok

intervensi lebih banyak yang mengalami peningkatan dibandingkan dengan

kelompok kontrol yang lebih banyak mengalami penurunan. Hal tersebut

dikaitkan dengan pengoptimalan fungsi otak yang tidak dilakukan di

kelompok kontrol. Paparan terhadap proses pembelajaran yang baru yang

mampu mengasah kemampuan intelektual dan kegiatan fisik yang mampu

meningkatkan aliran darah ke otak tidak dilakukan di kelompok kontrol dapat

mendasari terjadinya perbedaan skor fungsi kognitif diantara dua kelompok

tersebut.

Penelitian lainnya yang serupa dengan penelitian ini seperti yang

dilakukan oleh Barnes (2003) yang meneliti mengenai penggunaan brain gym

pada pasien alzheimer untuk meningkatkan fungsi kognitif di lembaga

perawatan demensia. Dalam penelitian tersebut diketahui bahwa terjadi

peningkatan hasil pengukuran tugas individu post-tes pada kelompok

perlakukan sebanyak 23% apabila dibandingkan dengan kelompok kontrol

yang hanya mengalami peningkatan sebanyak 3% peningkatan hasil

pengukuran tugas individu. Peningkatan nilai post-tes pada kelompok

perlakuan tersebut dialami setelah dilakukan brain gym selama 45 menit

sedangkan kelompok kontrol tidak mendapatkan latihan brain gym. Penelitian

ini berhasil membuktikan bahwa latihan gerakan (Educational Kinesiology)

tidak memiliki efek yang sama pada semua pasien alzheimer. Pada tes

Page 30: PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF …repository.unjaya.ac.id/862/2/Melina Widiastuti_3209104_nonfull.pdf · Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia di

62

pengukuran yang kedua di kelompok kontrol, 11 orang memiliki hasil yang

lebih baik jika dibandingkan dengan hasil pengukuran tes yang pertama

sedangkan 3 orang lainnya memiliki hasil yang cenderung tidak berubah. Hal

tersebut dapat dihubungkan dengan pengulangan terhadap tugas individu

yang ada relatif hanya dengan waktu yang singkat. Brain gym merupakan

program latihan yang berfokus pada aktifitas fisik yang spesifik yang dapat

mengaktifkan otak, dengan demikian dapat meningkatkan kinerja fungsi

kognitif dan membuat proses belajar menjadi lebih mudah. Pembelajaran

menggunakan seluruh otak melalui gerakan ini dapat membuat seseorang

mengakses area di otak mereka yang sebelumnya jarang digunakan oleh

mereka (Barnes, 2003).

Otak tersusun dari kumpulan neuron, dimana neuron merupakan sel

saraf panjang seperti kawat yang mengantarkan pesan-pesan listrik lewat

sistem saraf dan otak. Sel-sel pada suatu daerah otak menghubungkan bagian-

bagian tubuh yang lain secara kontinyu dan otomatis. Neuron mengirimkan

sinyal dan menyebar secara terencana, semburan listrik terhentak-hentak yang

membentuk bunyi yang jelas (kertak-kertuk) yang timbul dari gelombang

kegiatan neuron yang terkoordinasi, dimana gelombang itu sebenarnya

sedang mengubah bentuk otak dan membentuk sirkuit otak menjadi pola-pola

yang lama kelamaan akan menyebabkan seseorang mampu menangkap suara,

sentuhan, dan gerakan. Otak mempunyai lima bagian utama yaitu otak besar

(serebrum), otak tengah (mesenfalon), otak kecil (serebelum), jembatan varol,

dan sumsum sambung (medula oblongata) yang memiliki fungsi dan peranan

penting sehingga fungsinya saling terkait satu sama lain (Price, 2006).

Beberapa mekanisme yang mungkin dari aktifitas fisik sehingga dapat

mempengaruhi fungsi kognitif antara lain peningkatan sirkulasi darah ke otak,

mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler dan serebrovaskuler, dan

menstimulasi pertumbuhan neuron dan pertahanannya. Menurut Barnes

(2003) brain gym berfungsi untuk menunda meningkatnya masalah persepsi

dan defisit koordinasi motorik. Latihan brain gym ini sendiri dapat

merangsang kemudahan dan keseimbangan gerakan sepanjang tiga dimensi

Page 31: PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF …repository.unjaya.ac.id/862/2/Melina Widiastuti_3209104_nonfull.pdf · Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia di

63

tubuh yaitu dimensi lateralis (otak kiri-kanan), dimensi pemfokusan (otak

depan-belakang), dan dimensi pemusatan (otak atas-bawah). Penelitian yang

juga dilakukan oleh Festi (2010) tentang pengaruh brain gym terhadap

peningkatan fungsi kognitif lansia, metode brain gym yang dilakukan 2 kali

sehari dengan durasi 15 menit selama 3 pekan ini memperoleh hasil terdapat

perbedaan fungsi kognitif antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol

sebelum dan sesudah intervensi brain gym. Perbedaan fungsi kognitif lansia

antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol terjadi karena pada

kelompok kontrol tidak terjadi pengoptimalan fungsi otak kembali secara

menyeluruh dan efektif karena pada lansiia terjadi beberapa perubahan,

diantaranya perubahan fisik dan psikologis, perubahan ini mempengaruhi

penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

Dalam mode paralel, dengan meningkatkan kemudahan pergerakan di

dalam dimensi tubuh tersebut secara teoritis dapat menstimulasi integrasi

koneksi saraf antara pusat otak dalam dimensi yang sama. Pusat otak yang

terletak berlawanan dari masing-masing dimensi menyediakan fungsi

komplementer untuk suatu tugas kinerja. Ketika bagian berlawanan dari

masing-masing dimensi diintegrasi, kemampuan atau kinerja secara umum

akan meningkat; kemampuan tersebut yang disebut dengan ―komunikasi‖

untuk dimensi hemisfer kanan-kiri, ―organisasi‖ untuk dimensi atas bawah,

dan ―pemahaman/perhatian‖ untuk dimensi depan dan belakang otak. Suatu

waktu, dimensi tersebut tidak terintegrasi untuk melakukan suatu tugas

karena stress dan faktor lainnya. Pada keadaan ini, penggunaan latihan brain

gym dapat meningkatkan kemudahan seseorang dalam melakukan gerakan

fisik dan penerimaan informasi diantara pusat-pusat otak terhadap tugas yang

diberikan sehingga dapat meningkatkan kinerja dan fungsi kognitif mereka

(Dennison, 2004).

Berdasarkan evaluasi dari responden yang mendapatkan perlakuan

brain gym mengatakan bahwa mereka sekarang lebih mudah mengingat

sesuatu, kemampuan komunikasi dan bahasa lebih baik, dan juga badan

mereka terasa lebih ringan dan kuat setelah mengikuti kegiatan brain gym.

Page 32: PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF …repository.unjaya.ac.id/862/2/Melina Widiastuti_3209104_nonfull.pdf · Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia di

64

C . Keterbatasan Penelitian

1. Kesulitan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian, peneliti mengalami kesulitan sebagai berikut :

a. Kesulitan dalam melakukan screening nilai fungsi kognitif karena

peneliti harus berkeliling satu dusun untuk mencari rumah dari setiap

lanjut usia yang ada di wilayah tersebut.

b. Kesulitan yang berhubungan dengan proses pengenalan gerakan-gerakan

brain gym pada awalnya kepada lansia.

c. Ada beberapa peserta brain gym yang tidak secara rutin mengikuti

kegiatan karena memiliki beberapa kesibukkan sehingga peneliti harus

mencarikan ganti jadwal untuk responden tersebut.

d. Peneliti harus melakukan perubahan kriteria inklusi (perubahan batas

nilai MMSE) karena kesulitan mendapatkan responden dengan kriteria

awal yang ditetapkan.

2. Kelemahan Penelitian

a. Jeda waktu dalam memberikan intervensi brain gym kurang

dipertimbangkan sehingga dapat mempengaruhi hasil penelitian.

b. Tidak ada pemberian informasi tentang gerakan brain gym pada keluarga

dan responden di kelompok kontrol, hanya secara umum saja sehingga

untuk kendali untuk tidak melakukan brain gym pada kelompok kontrol

kurang reliabel.

c. Apersepsi dengan asisten peneliti kurang demonstrasi bersama sehingga

akan berpengaruh terhadap kesetaraan intepretasi hasil pengukuran nilai

MMSE.

d. Responden yang diambil hanya responden yang mengikuti kegiatan

posyandu lansia saja, padahal di wilayah tersebut masih ada lansia yang

tidak terdaftar dalam kegiatan posyandu lansia.

e. Homogenitas dalam kedua kelompok kurang dapat dilakukan karena

jumlah responden yang digunakan dalam lingkup kecil sehingga

homogenitas sulit dilakukan.

Page 33: PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF …repository.unjaya.ac.id/862/2/Melina Widiastuti_3209104_nonfull.pdf · Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia di

65

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebagian besar responden didominasi berjenis kelamin wanita yaitu

sebanyak 88,9% dan laki-laki 11,1% pada masing-masing kelompok dimana

rentang usia tertinggi yaitu 70-74 sebanyak 61,1% di kelompok kontrol dan

66,7% di kelompok intervensi dengan tingkat pendidikan tidak sekolah

yaitu 50% di kelompok kontrol dan 55,6% di kelompok intervensi.

2. Nilai pretes MMSE yaitu dari 23,50 menjadi 24,67 yang artinya terdapat

peningkatan pada nilai posttes sebanyak 1,17 poin lebih tinggi pada

kelompok intervensi.

3. Nilai pretes MMSE yaitu 25,06 berubah menjadi 24,67 yang artinya

terdapat perbedaan 0,39 poin lebih rendah pada nilai posttes untuk

kelompok kontrol.

4. Ada pengaruh brain gym terhadap fungsi kognitif pada kelompok intervensi

dengan diperoleh nilai p=0,001 (p<0,05) dengan menggunakan analisis t

berpasangan. Sedangkan menurut analisis independent t-test diperoleh nilai

p= 0,001 yang artinya terdapat perbedaan selisih rerata yang bermakna pada

kelompok intervensi jika dibandingkan dengan kelompok kontrol dengan

kata lain brain gym efektif dalam meningkatkan fungsi kognitif lansia.

B. Saran

1. Bagi pihak Puskesmas, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah

satu program yang ditawarkan dan dikenalkan kepada lansia melalui

kegiatan Posyandu Lansia mengingat kegiatan tersebut berada dibawah

naungan Puskesmas dan banyak lansia yang terlibat dalam kegiatan tersebut

sebagai metode untuk meningkatkan fungsi kognitif pada lansia sehingg

diharapkan kualitas hidup lansia dapat terus meningkat.

Page 34: PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF …repository.unjaya.ac.id/862/2/Melina Widiastuti_3209104_nonfull.pdf · Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia di

66

2. Bagi keperawatan gerontik, hasil penelitian ini diharapkan dapat

disosialisasikan sehingga disini dapat diketahui bahwa menjadi tua tetapi

masih dapat memiliki fungsi kognitif yang baik.

3. Bagi Posyandu Adji Yuswa, Kasihan, Bantul, hasil penelitian ini diharapkan

dapat dijadikan sebagai dasar dalam pelaksanaan senam brain gym yang

diselipkan dalam kegiatan posyandu lansia.

4. Bagi peneliti selanjutnya dapat menjadikan penelitian ini sebagai salah satu

acuan dan lebih mengembangkannya lagi, namun lebih dispesifikasi lagi

terhadap pertimbangan jeda waktu pemberian perlakuan karena akan

mempengaruhi hasil penelitian, kriteria inklusi penelitian dapat lebih

dispesifikasikan lagi, misalnya saja tingkat pendidikan responden yang

dapat dibuat dua jenis tingkat pendidikan saja dan dapat menambah jumlah

sesi pertemuan untuk melakukan intervensi agar dapat diperoleh pengaruh

yang lebih spesifik.

Page 35: PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF …repository.unjaya.ac.id/862/2/Melina Widiastuti_3209104_nonfull.pdf · Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia di

DAFTAR PUSTAKA

Aamodt, S & Wang, S. (2007). Exercise on the Brain. The New York Times edisi 8

november 2007. Diakses melalui

http://www.nytimes.com/2007/11/08/opinion/08aamodt.html?ei=5070&e

m=&en=875b1c15ea6447c9&ex=1194670800&pagewanted=print pada

31 Desember 2013.

Amirullah. (2008). Evaluasi Keaktifan Lansia dalam Mengikuti Program

Posyandu Lansia terhadap Tingkat Demensia Lansia di Posyandu Adji

Yuswo Ngebel Tamantirta Kasihan Bantul. Skripsi Fakultas

Keperawatan. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Anonim. (2010). Profil Lanjut Usia 2009. Jakarta: Komisi Nasional Lanjut Usia.

Anonim. (2012). Bantul dalam angka 2012. Yogyakarta: Biro Pusat Statistik.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penlitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi

2010. Jakarta: Rineka Cipta.

Azizah, L.M. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Barnes, I. (2003). Enhancing Cognitive Performance in Dementia Care. Reading

in Dementia Care Journals Volume 14, Number 1, February-March

2003.Volume 14, Number 1, 33-37.

Dahlan, M. S. (2012). Statistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Deskriptif,

Bivariat dan Multivariat. Jakarta: Salemba Medika.

Dariyo, Agus. (2003). Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: Grasindo.

Demuth, Ellisabeth. (2005). Meningkatkan Potensi Belajar Melalui Gerakan dan

Sentuhan: Sebuah Pengantar dan Pedoman Dasar ―Edu-K‖ dan ―Brain-

Gym‖. Intim-Jurnal Teologi Konstektual Edisi No.8.

Dennison, P.E & Dennison, G.E. (2004). Buku Panduan Lengkap Brain Gym

(Senam Otak). Jakarta: Grasindo.

Page 36: PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF …repository.unjaya.ac.id/862/2/Melina Widiastuti_3209104_nonfull.pdf · Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia di

Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan. (2003).

Pedoman Pembinaan Kesehatan Jiwa Usia Lanjut bagi Petugas

Kesehatan. Jakarta.

Festi, P. (2010). Pengaruh Brain Gym terhadap Kognitif Lansia di Karang Werdha

Peneleh Surabaya. Jurnal Kesehatan Universitas Muhammadiyah

Surabaya.

Goldman, H.H. (2000). Review of General Psychiatry: An Introduction to Clinical

Medicine 5th

ed. Singapore: McGraw-Hill.

Gossard, B. (2013). Age Related Cognitive Decline. An article from Life

Extension Foundation 2013. Diakses melalui

http://www.lef.org/protocols/neurological/age_related_cognitive_decline

_01.htm pada 20 juni 2013.

Hidayat, A.A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.

Jakarta: Salemba Medika.

Hernandez, C.R., Gonzalez, M.Z., Lucas, A.F., Aloneo, T.O. (2008). The Effect

of motor activity on improved memory and emotional well-being in

elderly women. International Journal of Sport Science VOLUMEN IV

No.13 October 2008.

Khasanah, Novia. (2010). Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Kejadian

Penurunan Daya Ingat (Demensia) pada Lansia di Panti Sosial Tresna

Werdha Yogyakarta. Jurnal Publikasi Skripsi Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

King, L.A. (2010). Psikologi Umum Sebuah Pandangan Apresiatif (The Science

of Psychology: An Appreciate View). Jakarta: Salemba Humanika.

Lautenschlagner, N.T., Cox, K.L., Flicker, L., Foster, J.K., Bockxmeer, F.M.,

Xiao, J., Greenop, K.R., Almeida, O.P. 2008. Effect of Physical Actiity

on Cognitive Function in Older Adults at Risk for Alzheimer Disease.

JAMA Volume 300, No.9. America: American Medical Association.

Lumbantobing, S.M. (2006). Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental.

Jakarta: Penerbit FKUI

Page 37: PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF …repository.unjaya.ac.id/862/2/Melina Widiastuti_3209104_nonfull.pdf · Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia di

Markam, S., Mayza, A., Pujiastuti, H., Erdat, M. S., Suwardhana., & Solichien, A.

(2006). Latihan Vitalisasi Otak. Jakarta: Grasindo.

Maryam,S.R., Ekasari, F.M., Rosidawati., Jubaedi, A., & Batubara, I. (2008).

Mengenal Lanjut Usia dan Perawatannya. Jakarta:Salemba Medika.

Maskel, B., Shapiro D.R., Ridley, C. (2004). Effects of Brain Gym on Overhand

Throwing in First Grade Students: A Preliminary Investigation. Physical

Educator 61, 14-23.

McDowell, I. (2006). Measuring Health: A Guide to Rating Scales and

Questionnaires, Third Edition. New York: Oxford University Press

Meiner, S.E. (2012). Gerontologic Nursing 4th

Edition. United States of America:

Elsevier Mosby.

Myers, J.S. (2008). Factors Associated with Changing Cognitive Function in

Older Adults: Implication for Nursing Rehabilitation. Reading in

Rehabilitation Nursing, Vol.33 No.3. Diakses melalui

http://www.rehabnurse.org/pdf/rnj285.pdf pada 12 mei 2013.

Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik edisi 3. Jakarta: EGC.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Papalia., Olds., & Feldman. (2009). Human Development Perkembangan Manusia

edisi 10 Buku 2. Jakarta: Salemba Humanika.

Papalia., Olds., & Feldman. (2008). Human Development (Psikologi

Perkembangan) Bagian V s/d IX Masa Remaja, Dewasa Awal, Dewasa

Pertengahan, dan Dewasa Akhir (Scanlan, Binkin, Michieletto, Lessig,

Elizabeth, & Borson, Agustus)Sebuah Kehidupan Edisi Kesembilan.

Jakarta: Salemba Humanika.

Price, S.A., Wilson, L.M. (2006). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses- Proses

Penyakit. Jakarta: EGC.

Page 38: PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF …repository.unjaya.ac.id/862/2/Melina Widiastuti_3209104_nonfull.pdf · Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia di

Rachmawati, S.D . (2008). Pengaruh Jenis Kelamin, Pendidikan, dan Status

Perkawinan terhadap terjadinya Demensia pada Lansia. Skripsi.

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Sangundo, M.F. (2008). Pengaruh Pelaksanaan Brain Gym terhadap Fungsi

Kognitif pada Populasi Usila di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur,

Kasongan, Bantul, Yogyakarta. Skripsi Fakultas Kedokteran. Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

Santrock, J.W. (2009). Psikologi Pendidikan (Educational Psychology) Edisi 3.

Jakarta: Salemba Humanika.

Situmorang, P.A. (2010). Pengaruh Senam Otak terhadap Peningkatan Daya Ingat

Lansia di Panti Werha Karya Kasih Monginsidi Medan. Skripsi Ilmu

Keperawatan. Universitas Sumatra Utara.

Scanlan, J. M., Binkin, N., Michieletto, F., Lessig, M., Elizabeth, Z., & Borson, S.

(2007). Cognitive Impairment, Chronic Disease Burden, and Functional

Disaility: A Population Study of Older Adults. Am J Geriatr Psychiatry

15:8 . Diakses melalui

http://pdfs.journals.lww.com/ajgponline/2007/08000/Cognitive_Impairm

ent,_Chronic_Disease_Burden,_and.10.pdf pada 26 januari 2013 jam

20.00.

Setyopranoto, I. (2002). Reliabilitas dan Validitas Mini-Mental State Examination

untuk Penapisan Demensia. Logika vol 8 No.9 September 2002. Diakses

melalui http://data.dppm.uii.ac.id/uploads/l080901.pdf pada 13 februari

2013 pukul 14.00 WIB

Situs Resmi Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. (2012).

Lansia Masa Kini dan Mendatang. Diakses pada tanggal 7 mei 2012 dari

http://oldkesra.menkokesra.go.id.

Vertesi, A., Lever, J. A., Molloy, D. W., Sanderson, B., Tuttle, I., Pokoradi, L., et

al. (2001). Standardized Mini-Mental State Examination Use and

Interpretation. Canadian Family Physician vol.47 .

Wallace, M. (2008). Essentials of Gerontologic Nursing. New York: Springer

Publishing Company.

Weuve, J., Kang, J.H., Manson, J.E., Breteler, M.M., Ware, J.H., & Grodstein, F.

(2007). Physical Activity, Including Walking, ad Cognitive Function in

Page 39: PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP FUNGSI KOGNITIF …repository.unjaya.ac.id/862/2/Melina Widiastuti_3209104_nonfull.pdf · Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia di

Older Women. The Journal of the American Medical Association,

September 22/29,2004—Vol 292, No.12. Diakses melalui

jamanetwork.com/.