pengaruh aspek-aspek csr terhadap agresivitas pajak pada

22
1 Pengaruh Aspek-Aspek CSR terhadap Agresivitas Pajak pada Perusahaan Manufaktur dan Perusahaan Tambang yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015 Raisa Putri Nabila Departemen Akuntansi, Fakultas Ekoomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, UI Depok, 16424, Depok, Indonesia Email: [email protected] Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk menguji bagaimana pengaruh aspek-aspek CSR (sosial, lingkungan, tata kelola, dan ekonomi) terhadap agresivitas pajak. Penulis menggunakan sampel perusahaan-perusahaan dari industri manufaktur dan tambang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2015 dengan menggunakan Partial Least Square (PLS) untuk pengujian regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan terhadap tingkat agresivitas pajak yang diukur dengan proxy current ETR. Aspek-aspek yang terdapat di dalam CSR sebaiknya tidak digabungkan menjadi satu elemen pengukuran (unidimensional) performa CSR karena akan menyebabkan hilangnya informasi menarik yang terdapat di dalam setiap aspeknya, khususnya dalam membahas isu agresivitas pajak. Selanjutnya, performa aspek-aspek CSR diukur dengan menggunakan penilaian Vigeo’s Rating. Dalam penelitian tambahan dengan menggunakan cash ETR untuk mengukur agresivitas pajak juga tidak terdapat hubungan yang signifikan diantara aspek-aspek CSR dan agresivitas pajak . Kata Kunci : CSR, PLS, Aspek-aspek CSR, Agresivitas Pajak, ETR, Vigeo’s Rating Abstract This study aims to provide empirical evidence of the influence of CSR aspects (social, environment, governance, and economic) on tax aggressiveness. Using manufacturing and mining firms listed in the Indonesia Stock Exchange during the year of 2015 and Partial Least Square (PLS) regression, the result indicate that there is no significant relation between CSR aspects and tax aggressiveness which measured with current ETR. CSR aspects should not be aggregated into one single measure because interesting information will be lost, especially when arguing about tax aggressiveness. CSR aspects were measured by using Vigeo’s Rating. In additional analysis, using cash ETR to measure tax aggressiveness, there is also no significant relation between CSR aspects and tax aggressiveness. Keywords : CSR, PLS, CSR aspects, tax aggressiveness, ETR, Vigeo’s Rating Pengaruh aspek ..., Raisa Putri Nabila, FEB UI, 2017

Upload: others

Post on 20-Nov-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Aspek-Aspek CSR terhadap Agresivitas Pajak pada

1

Pengaruh Aspek-Aspek CSR terhadap Agresivitas Pajak pada Perusahaan Manufaktur dan Perusahaan Tambang yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Tahun 2015

Raisa Putri Nabila

Departemen Akuntansi, Fakultas Ekoomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, UI Depok,

16424, Depok, Indonesia

Email:[email protected]

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk menguji bagaimana pengaruh aspek-aspek CSR (sosial, lingkungan, tata kelola, dan ekonomi) terhadap agresivitas pajak. Penulis menggunakan sampel perusahaan-perusahaan dari industri manufaktur dan tambang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2015 dengan menggunakan Partial Least Square (PLS) untuk pengujian regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan terhadap tingkat agresivitas pajak yang diukur dengan proxy current ETR. Aspek-aspek yang terdapat di dalam CSR sebaiknya tidak digabungkan menjadi satu elemen pengukuran (unidimensional) performa CSR karena akan menyebabkan hilangnya informasi menarik yang terdapat di dalam setiap aspeknya, khususnya dalam membahas isu agresivitas pajak. Selanjutnya, performa aspek-aspek CSR diukur dengan menggunakan penilaian Vigeo’s Rating. Dalam penelitian tambahan dengan menggunakan cash ETR untuk mengukur agresivitas pajak juga tidak terdapat hubungan yang signifikan diantara aspek-aspek CSR dan agresivitas pajak .

Kata Kunci : CSR, PLS, Aspek-aspek CSR, Agresivitas Pajak, ETR, Vigeo’s Rating

Abstract

This study aims to provide empirical evidence of the influence of CSR aspects (social, environment, governance, and economic) on tax aggressiveness. Using manufacturing and mining firms listed in the Indonesia Stock Exchange during the year of 2015 and Partial Least Square (PLS) regression, the result indicate that there is no significant relation between CSR aspects and tax aggressiveness which measured with current ETR. CSR aspects should not be aggregated into one single measure because interesting information will be lost, especially when arguing about tax aggressiveness. CSR aspects were measured by using Vigeo’s Rating. In additional analysis, using cash ETR to measure tax aggressiveness, there is also no significant relation between CSR aspects and tax aggressiveness.

Keywords : CSR, PLS, CSR aspects, tax aggressiveness, ETR, Vigeo’s Rating

Pengaruh aspek ..., Raisa Putri Nabila, FEB UI, 2017

Page 2: Pengaruh Aspek-Aspek CSR terhadap Agresivitas Pajak pada

2

1. Pendahuluan

Corporate Social Responsibility (CSR) adalah sebuah konsep dimana perusahaan

mempertimbangkan integrasi sosial dan lingkungan di dalam operasi bisnis perusahaan dan

interaksi dengan para pemangku kepentingannya secara suka rela. Salah satu tujuan utama

perusahaan adalah memperoleh keuntungan dan meningkatkan nilai para pemegang saham.

Namun harus diperhatikan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan dalam

memperoleh keuntungan tersebut tidak lepas dari bagaimana pengaruhnya terhadap para

pemangku kepentingan sehingga perusahaan diharuskan untuk bertanggung jawab atas

kegiatan yang telah dilakukan.

Perlu diperhatikan bahwa terdapat aspek sosial, aspek ekonomi, aspek lingkungan, dan

aspek tata kelola di dalam CSR (Laguir et al., 2015). Pertama, menurut European

Commission, aspek sosial di dalam CSR meliputi bagaimana kegiatan perusahaan yang

mempertimbangkan kesehatan dan keamanan karyawan serta memotivasi karyawan dengan

mengadakan pelatihan untuk pengembangan diri karyawan. Kedua, aspek lingkungan di

dalam CSR meliputi bagaimana sistem manajemen perusahaan di dalam mengelola dampak

lingkungan akibat aktivitas operasional perusahaan (Kovacs, 2008). Ketiga, aspek ekonomi di

dalam CSR meliputi bagaimana kegiatan pengembangan inovasi dari suatu produk, jasa, dan

model bisnis yang nantinya akan menghasilkan produk yang berkualitas dan pekerjaan yang

lebih produktif (Laguir et al., 2015). Keempat, aspek tata kelola di dalam CSR meliputi

bagaimana struktur dewan perusahaan, kebijakan kompensasi, visi, dan strategi perusahaan

(Ribando & Bonne, 2010).

Kegiatan yang dilakukan terkait agresivitas pajak sendiri adalah melakukan

perencanaan pajak yang dapat dikategorikan legal, illegal, atau masuk ke dalam grey area

(Chen et al., 2010). Namun perlu diperhatikan pula upaya di dalam penghematan pajak akan

menimbulkan biaya. Oleh karena itu dalam melakukan pengelolaan pajak, perusahaan harus

memperhatikan hubungan trade-off antara manfaat marginal ketika mengelola pajak dan biaya

marginal didalam melakukannya (Chen et al., 2010). Salah satu contohnya adalah

penghematan pajak yang lebih besar namun terdapat biaya marginal seperti waktu/usaha,

biaya agensi dan kemungkinan penalty oleh administrator pajak.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kegiatan CSR dapat mempengaruhi

keputusan dan performa perusahaan (Windsor, 2009). Beberapa penelitian sebelumnya

Pengaruh aspek ..., Raisa Putri Nabila, FEB UI, 2017

Page 3: Pengaruh Aspek-Aspek CSR terhadap Agresivitas Pajak pada

3

meneliti hubungan antara CSR dan agresivitas pajak suatu perusahaan (Renselaar, 2016; dan

Lanis & Richardson, 2012).

Griffin dan Mahon (1997) menyatakan bahwa dengan menggabungkan aspek-aspek

yang ada di dalam CSR menjadi satu kesatuan (unidimensional) dapat memungkinkan

tertutupnya salah satu aspek CSR yang sangat penting dan relevan serta memungkinkan

tertutupnya salah satu aspek CSR yang sebenarnya tidak memiliki pengaruh yang signifikan

dan relevan. Pengukuran CSR secara agregat juga dapat menimbulkan hilangnya informasi

yang menarik dan informasi penjelas di dalam suatu aspek, khususnya dalam membahas isu

agresivitas pajak (Laguir et al., 2015).

Kontribusi dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah secara spesifik aspek

sosial, lingkungan, tata kelola, dan ekonomi dalam CSR mempengaruhi tingkat agresivitas

pajak secara signifikan pada perusahaan manufaktur dan perusahaan tambang yang terdaftar

di Indonesia karena belum ada penelitian yang membahas pengaruh aspek CSR terhadap

agresivitas pajak di Indonesia. Oleh sebab itu, penelitian ini mengacu pada penelitian

sebelumnya yang dilakukan Laguir et al. (2015) pada perusahaan yang terdaftar di Eropa.

2. Tinjauan Pustaka dan Pengembangan Hipotesis

2.1 Teori Keagenan

Teori keagenan merupakan teori yang menjelaskan hubungan antara agen dan

prinsipal yang keduanya terikat di dalam sebuah kontrak. Agen atau manajemen adalah pihak

yang menjalankan dan bertanggung jawab atas pengambilan keputusan di dalam perusahaan,

sementara itu prinsipal adalah pemilik yang melakukan pengawasan dan evaluasi atas

informasi yang diberikan oleh agen (Jensen & Meckling, 1976). Teori ini menjelaskan bahwa

manajemen bertanggung jawab untuk mengelola perusahaan dengan optimal sehingga dapat

meningkatkan nilai pemegang saham. Sebagai imbalan, pemilik memberikan kompensasi atau

bonus atas performa manajemen yang sudah disepakati sebelumnya.

Friedman (1970) menyatakan bahwa masalah keagenan ditandai dengan terlibatnya

perusahaan di dalam aktivitas CSR. Manajemen memanfaatkan CSR hanya untuk

kepentingan sendiri dimana perbuatan tersebut dapat merugikan pemegang saham. Sebagai

contoh, manajemen memiliki kepentingan tersendiri terhadap isu sosial seperti bertanggung

jawab atas kegiatan sosial di dalam mencegah inflasi dengan cara tidak menaikkan harga

produk meskipun peningkatan harga produk tersebut merupakan hal yang baik bagi

Pengaruh aspek ..., Raisa Putri Nabila, FEB UI, 2017

Page 4: Pengaruh Aspek-Aspek CSR terhadap Agresivitas Pajak pada

4

perusahaan (Friedman, 1970). Oleh karena itu, perusahaan hanya mengimplementasikan CSR

apabila kegiatan tersebut dapat memaksimalkan profit perusahaan (Laguir et al., 2015).

2.2 Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholder) dan Teori Legitimasi

Stakeholder adalah individu atau kelompok yang dapat mempengaruhi atau

dipengaruhi oleh aktivitas operasional perusahaan di dalam mencapai tujuannya (Freeman &

McVea, 2001). Dalam teori stakeholder, selain pemegang saham perusahaan juga harus

mempertimbangkan kepuasan para stakeholder lainnya meskipun tujuan utama dari

perusahaan adalah memaksimalkan nilai pemegang saham. Perusahaan diharuskan untuk

menentukan siapa saja kelompok stakeholder mengingat stakeholder memiliki kekuatan

sendiri terhadap ketersediaan sumber daya operasional perusahaan seperti tenaga kerja, pasar

atas produk usaha dan lain-lain (Chariri & Ghozali, 2007).

Teori legitimasi mengasumsikan bahwa perusahaan harus melakukan performa

perusahaan yang tepat di dalam norma, nilai, kepercayaan, dan definisi suatu masyarakat

(Suchman, 1995), dimana perusahaan berupaya untuk memastikan bahwa aktivitas

perusahaan dapat diterima oleh masyarakat. Teori legitimasi mengasumsikan bahwa

perusahaan didefinisikan berdasarkan kemampuannya terlibat dan mengendalikan proses

legitimisasi untuk menunjukkan kesesuaian perusahaan terhadap nilai-nilai sosial (Guthrie &

Parker, 1989). Oleh karena itu, dengan berkembangnya kesadaran dan kepedulian perusahaan

terhadap komunitas, saat ini perusahaan diharapkan melakukan sesuatu untuk memastikan

bahwa keseluruhan performa perusahaan dapat diterima oleh komunitas (Wilmshurst & Frost,

2000).

2.3 Aspek-Aspek CSR

2.3.1 Aspek Sosial

Aspek sosial di dalam CSR dilihat dari kegiatan perusahaan di dalam memperhatikan

kualitas pegawai, kesehatan dan keamanan, pelatihan dan pengembangan, diversitas, hak asasi

manusia, komunitas, dan tanggung jawab terhadap produk (Ribando & Bonne, 2010). Selain

itu, menurut European Commission, aspek sosial CSR adalah aktivitas CSR yang meliputi

kesehatan, keamanan, dan kesejahtraan pegawai serta bagaimana upaya perusahaan tersebut

dalam memberikan kesempatan kepada pegawainya untuk berkembang melalui program

pelatihan yang disediakan oleh perusahaan. Aspek sosial juga melibatkan para stakeholder di

dalam proses pembuatan keputusan. Dengan dilaksanakannya aspek sosial dengan baik, maka

Pengaruh aspek ..., Raisa Putri Nabila, FEB UI, 2017

Page 5: Pengaruh Aspek-Aspek CSR terhadap Agresivitas Pajak pada

5

hal tersebut akan membantu perusahaan bertindak menjadi warga negara yang baik di dalam

komunitas lokal.

2.3.2 Aspek Lingkungan

Aspek lingkungan CSR pada perusahaan dilihat dari bagaimana upaya perusahaan

tersebut melakukan pengurangan emisi, pengurangan penggunaan bahan baku, dan inovasi

terhadap produk (Ribando dan Bonne, 2010). Aspek lingkungan fokus pada sistem

manajemen yang mengelola dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh aktivitas operasi

perusahaan sehingga perusahaan harus membangun kredibilitas dengan stakeholder internal

untuk memastikan bahwa perusahaan menggunakan integritas lingkungan di dalam

menjalankan operasi bisnisnya (Kovacs, 2008).

2.3.3 Aspek Tata Kelola

Tata kelola perusahaan dalam CSR dilihat dari struktur dewan perusahaan, kebijakan

kompensasi, fungsi dewan, hak pemegang saham, visi, dan strategi perusahaan (Ribando

&Bonne, 2010). Ruang lingkup tata kelola perusahaan juga mencakup perlindungan terhadap

kepentingan seluruh stakeholder perusahaan (Aguilera et al., 2008). Meskipun tujuan awal

tata kelola perusahaan adalah mengendalikan manajemen dan menghindari ekspropriasi

terhadap para pemegang saham (Shleifer & Vishny, 1997), konsep tersebut sekarang sudah

meluas sampai ke bagaimana perusahaan bertanggungjawab dan menyelesaikan kepentingan

stakeholder yang dipengaruhi oleh aktivitas operasi perusahaan. Oleh karena itu CSR dan tata

kelola perusahaan sama-sama bertujuan untuk menciptakan keberlanjutan perusahaan,

pertumbuhan perusahaan, dan kesejahtraan stakeholder.

2.3.4 Aspek Ekonomi

Menurut European Commission, aspek ekonomi pada CSR dilihat dari kegiatan

perusahaan yang berinteraksi dengan para pelanggan, pemasok, dan pemegang saham di

pasar. Kegiatan usaha di pasar merupakan sebuah indikator untuk menilai seberapa baik

perusahaan mengintegrasikan tanggung jawab ekonominya ke dalam struktur organisasi dan

proses pembuatan keputusan. Agar mampu bersaing di pasar, dalam aspek ekonomi CSR

perusahaan dituntut untuk menciptakan produk dan jasa yang inovatif sehingga terciptanya

produk yang berkualitas dan pekerjaan yang produktif bagi pegawai (Laguir et al., 2015).

Performa ekonomi perusahaan di dalam CSR juga dapat dilihat melalui bagaimana loyalitas

klien, performa ekonomi, dan loyalitas pemegang saham (Ribando dan Donne, 2010).

Pengaruh aspek ..., Raisa Putri Nabila, FEB UI, 2017

Page 6: Pengaruh Aspek-Aspek CSR terhadap Agresivitas Pajak pada

6

2.4 Agresivitas Pajak

Agresivitas pajak menurut Frank et al. (2009) adalah tindakan yang dilakukan

manajemen yang berawal dari perencanaan pajak untuk meminimalkan laba penghasilan

sebelum pajak, baik dengan cara penghindaran dan penyelundupan pajak atau penghindaran

pajak secara legal maupun ilegal. Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya pemisahan fungsi

antara manajemen dan pemilik. Manajemen bertindak sebagai agen yang melakukan upaya-

upaya agar meningkatkan kesejahtraan pemegang saham. Oleh karena itu, manajemen

berupaya untuk meningkatkan profit perusahaan salah satunya dengan cara melakukan

agresivitas pajak. Perusahaan yang melakukan agresivitas pajak dipandang sebagai

perusahaan yang memiliki tata kelola perusahaan yang lemah dan tingkat transparansi yang

rendah.

2.5 CSR dan Agresivitas Pajak

Pajak perusahaan akan berpengaruh terhadap konsep CSR apabila pajak tersebut

memiliki implikasi terhadap masyarakat luas. Dalam membayar pajak, perusahaan harus

mengetahui etika seperti dampak pembayaran tersebut kepada masyarakat dan pemangku

kepentingan lainnya. Sebagai contoh, pajak memiliki implikasi terhadap masyarakat luas.

Oleh karena itu, isu penting yang muncul di dalam mengimplementasikan hubungan konsep

CSR terhadap pajak meliputi aktivitas yang dapat mengurangi kewajiban perpajakan

perusahaan melalui penghindaran pajak dan perencanaan pajak (Williams, 2007).

Berdasarkan konsep teori stakeholder dan legitimasi, terdapat “kontrak sosial” antara

perusahaan dan masyarakat. Perusahaan dapat memperoleh legitimasi dari masyarakat dan

otoritas pajak apabila melakukan aktivitas perpajakan yang sesuai dengan undang-undang

perpajakan. Apabila suatu perusahaan dipandang sebagai perusahaan yang agresif di dalam

melakukan perencanaan pajak, maka perusahaan tersebut dipandang sebagai perusahaan yang

membayar pajak penghasilan secara tidak adil kepada pemerintah. Oleh karena itu, apabila

perusahaan ingin mendapatkan legitimasi dari masyarakat sekitar maka seharusnya

perusahaan tersebut memiliki tingkat agresivitas pajak yang rendah.

2.6 Pengembangan Hipotesis

2.6.1 Aspek Sosial CSR dan Agresivitas Pajak

Aspek sosial di dalam CSR dapat dilihat dari segi perhatian terhadap kualitas pegawai,

kesehatan dan keamanan, pelatihan dan pengembangan, diversitas, hak asasi manusia, dan

Pengaruh aspek ..., Raisa Putri Nabila, FEB UI, 2017

Page 7: Pengaruh Aspek-Aspek CSR terhadap Agresivitas Pajak pada

7

komunitas (Ribando & Bonne, 2010). Meningkatnya tekanan pada perusahaan untuk

mengatur atau mengelola CSR membuat perusahaan harus meluangkan waktu dan sumber

dayanya untuk kegiatan CSR agar terpenuhinya ekspetasi pemangku kepentingan. Dengan

meningkatnya kesadaran pemangku kepentingan terhadap kegiatan CSR perusahaan, banyak

perusahaan yang berlomba untuk mempromosikan kegiatan CSR yang telah dilakukannya

(Bhattacharya & Sen, 2004). Salah satu contoh kegiatannya adalah perusahaan memberikan

sumbangan sebagai bentuk kontribusi kepada masyarakat dan pemerintah di dalam

meningkatkan kesejahtraan masyarakat disekitarnya. Mengingat sumbangan menurut UU No.

36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat 1 huruf i, j, l, dan m merupakan kegiatan yang tergolong 3M

(Mendapatkan, Menagih, dan Memelihara), maka pengeluaran untuk sumbangan tersebut

boleh mengurangi jumlah penghasilan kena pajak perusahaan. Dengan semakin banyak

sumbangan yang dikeluarkan perusahaan kepada masyarakat, maka semakin kecil nilai

pendapatan kena pajak perusahaan. Oleh karena itu semakin tinggi aktivitas aspek sosial

dalam CSR, maka semakin tinggi pula tingkat agresivitas pajaknya.

Penelitian lainnya oleh Lanis dan Richardson (2012) menemukan bahwa semakin

banyak pengungkapan yang dilakukan perusahaan dalam investasi sosial, maka semakin

rendah agresivitas pajaknya. Berdasarkan perspektif teori legitimasi, perusahaan dapat

memperoleh legitimasi dari masyarakat dan otoritas pajak apabila melakukan aktivitas

perpajakan yang sesuai dengan undang-undang perpajakan (Avi-Yonah, 2008). Temuan ini

juga didukung dengan penelitian oleh Laguir et al. (2015) yang menunjukkan hubungan

negatif bahwa semakin tinggi (rendah) tingkat kegiatan aspek sosial di dalam CSR, maka

semakin rendah (tinggi) tingkat agresivitas pajak perusahaan. Namun, penelitian terbaru oleh

Renseelar (2016) menemukan bahwa aspek sosial tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat

agresivitas pajak perusahaan.

H1: Aspek sosial di dalam CSR mempengaruhi tingkat agresivitas pajak perusahaan

2.6.2 Aspek Lingkungan CSR dan Agresivitas Pajak

Aspek lingkungan CSR pada perusahaan dapat dilihat dari bagaimana upaya

perusahaan tersebut melakukan pengurangan emisi, pengurangan penggunaan bahan baku,

dan inovasi terhadap produk (Ribando dan Bonne, 2010). Namun, hanya sedikit literatur

yang diketahui yang membahas apakah ada hubungan yang terdapat diatara aspek lingkungan

CSR dan kegiatan penghindaran pajak suatu perusahaan (Renseelar, 2016). Aktivitas operasi

perusahaan yang memiliki dampak terhadap lingkungan adalah limbah perusahaan, energi

Pengaruh aspek ..., Raisa Putri Nabila, FEB UI, 2017

Page 8: Pengaruh Aspek-Aspek CSR terhadap Agresivitas Pajak pada

8

yang dikeluarkan, pemakaian lahan, emisi yang dihasilkan, penggunaan bahan baku, dan lain-

lain. Perusahaan hanya akan memperoleh sepertiga dari laba usaha apabila laba tersebut

digunakan untuk memenuhi tanggung jawab perusahaan akibat aktivitas operasinya yang

menyebabkan kerusakan lingkungan. Hal ini akan mengurangi laba perusahaan. Dengan

berkurangnya penerimaan laba tersebut akan mendorong perusahaan untuk melakukan

penghindaran pajak.

Laguir et al. (2015) menguji hubungan ini dan ditemukan hasil yang tidak signifikan

atau tidak ada hubungan antara aspek lingkungan CSR dan agresivitas pajak perusahaan.

Namun, penelitian terbaru oleh Renseelar (2016) menujukkan hasil yang unik yaitu semakin

terlibat perusahaan dalam kegiatan aspek lingkungan CSR maka semakin tinggi kegiatan

penghindaran pajaknya.

H2: Aspek lingkungan di dalam CSR mempengaruhi tingkat agresivitas pajak

perusahaan

2.6.3 Aspek Tata Kelola CSR dan Agresivitas Pajak

Tata kelola perusahaan dalam CSR dapat ditentukan berdasarkan struktur dewan

perusahaan, kebijakan kompensasi, fungsi dewan, hak pemegang saham, visi, dan strategi

perusahaan (Ribando dan Bonne, 2010). Agresivitas pajak dan tata kelola berhubungan

melalui agency problem. Desai dan Dharmapala (2006) menghubungkan tata kelola

perusahaan dan penghindaran pajak melalui aktivitas rent extraction. Mereka berpendapat

bahwa penghindaran pajak dan rent extraction saling berhubungan apabila kegiatan

penghindaran pajak mengurangi transparansi suatu perusahaan sehingga meningkatkan

peluang bagi manajer untuk menyalahgunakan pendapatan perusahaan untuk kepentingan

pribadi yang merugikan para pemegang saham. Tata kelola perusahaan yang baik dapat

meminimalisir hubungan keduanya. Hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki tata kelola

perusahaan yang baik memiliki mekanisme pengendalian internal yang dapat mencegah

hubungan negatif antara penyalahgunaan kekayaan perusahaan oleh manajer dan kegiatan

penghindaran pajak perusahaan (Desai & Dharmapala, 2006).

Watson (2011) berpendapat bahwa kegiatan yang tidak bertanggung jawab dalam tata

kelola perusahaan dapat menyebabkan tingkat agresivitas pajak yang tinggi. Watson (2011)

menyatakan bahwa tata kelola perusahaan merupakan salah satu aspek yang paling penting

untuk mengetahui hubungan antara CSR dan penghindaran pajak. Namun, terkait dengan

aspek tata kelola perusahaan di dalam CSR, penelitian oleh Laguir et al. (2015) dan Renseelar

Pengaruh aspek ..., Raisa Putri Nabila, FEB UI, 2017

Page 9: Pengaruh Aspek-Aspek CSR terhadap Agresivitas Pajak pada

9

(2016) memberikan hasil yang berlawanan bahwa aspek tata kelola pada CSR tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap tingkat agresivitas pajak suatu perusahaan.

H3: Aspek tata kelola di dalam CSR mempengaruhi tingkat agresivitas pajak

perusahaan

2.6.4 Aspek Ekonomi CSR dan Agresivitas Pajak

Performa ekonomi perusahaan di dalam CSR dapat diukur melalui loyalitas klien,

performa ekonomi, dan loyalitas pemegang saham (Ribando dan Donne, 2010). Friedman

(1970) berpendapat bahwa satu-satunya tujuan perusahaan adalah memaksimalkan profit yang

sejalan dengan tindakan perusahaan yang mengikuti aturan masyarakat. Setiap manajer

terkadang memiliki keinginan tersendiri untuk bertanggung jawab atas aktivitas yang telah

dilakukan oleh perusahaan. Bentuk tanggung jawab tersebut dapat berupa kepedulian

terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Sebagai contoh, manajer perusahaan

mengeluarkan biaya untuk mengurangi polusi yang diakibatkan oleh aktivitas perusahaan

sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan. Namun pengeluaran ini

tidak sejalan dengan kepentingan perusahaan karena akan mengurangi kas perusahaan dan

dapat menurunkan nilai pemilik. Oleh karena itu manajer harus melakukan kegiatan

penghindaran pajak agar profit perusahaan stabil dengan cara mengetahui sejauh mana

keterlibatan perusahaan di dalam melakukan penghindaran pajak dengan mempertimbangkan

manfaat dan biaya marginal untuk kontribusi manajer kepada pemegang saham (Chen et al.,

2010). Oleh karena itu, perusahaan yang sangat berkomitmen kepada para pemegang

sahamnya akan melakukan penghindaran pajak agar memberikan manfaat kepada pemegang

saham. Hal ini didukung dengan penelitian Laguir et al. (2015) dan Renseelar (2016) yang

menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat aktivitas ekonomi CSR suatu perusahaan maka

semakin tinggi pula tingkat agresivitas pajaknya.

H4: Aspek ekonomi di dalam CSR mempengaruhi tingkat agresivitas pajak perusahaan

3. Metode Penelitian

3.1 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini dipilih berdasarkan populasi seluruh perusahaan yang terdaftar

di BEI tahun 2015. Industri yang dipilih di dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan

manufaktur dan tambang yang terdaftar. Metode pengambilan sampel yang digunaka adalah

Pengaruh aspek ..., Raisa Putri Nabila, FEB UI, 2017

Page 10: Pengaruh Aspek-Aspek CSR terhadap Agresivitas Pajak pada

10

purposive sampling pada perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2015 dengan pengecualian

terhadap kriteria-kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan yang memiliki pendapatan sebelum pajak negatif dan pendapatan bersih

negatif.

2. Perusahaan yang memiliki nilai ekuitas negatif.

3. Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan tahunan 2015 dan laporan CSR.

3.2 Model Penelitian

Model penelitian yang digunakan mengacu pada model penelitian Laguir et al. (2015).

yang menggunakan alat uji regresi dengan metode PLS-SEM. Model tersebut digunakan

untuk menguji hipotesis 1 sampai 4.

TAG = α0 + β1SOCscore + β2ENVscore + β3CGscore + β4ECONscore + β5

FINperf + β6SIZE + β7CINT + β8INTG + β9LEV + β10BIG4 + ε

Keterangan:

TAG = Agresivitas Pajak

SOCscore = Aspek Sosial

ENVscore = Aspek Lingkungan

CGscore = Aspek Tata Kelola

ECONscore = Aspek Ekonomi

FINperf = Performa Keuangan

SIZE = Ukuran Perusahaan

CINT = Kapasitas Modal

INTG = Intangible

LEV = Leverage

BIG4 = KAP

3.3 Operasionalisasi Variabel Penelitian

3.3.1 Variabel Dependen

Variabel dependen dari penelitian ini adalah agresivitas pajak. Tingkat agresivitas

pajak diukur dengan menggunakan current Effective Tax Rate (ETR) yang didapat dengan

rumus:

Pengaruh aspek ..., Raisa Putri Nabila, FEB UI, 2017

Page 11: Pengaruh Aspek-Aspek CSR terhadap Agresivitas Pajak pada

11

ETR menggambarkan estimasi besar pajak kini dibandingkan dengan laba sebelum

pajak. Proxy dari ETR terhadap tingkat agresivitas pajak perusahaan adalah nilai ETR suatu

perusahaan yang tinggi menunjukkan bahwa aktivitas agresivitas pajak perusahaan tersebut

rendah dan sebaliknya. Lanis dan Richardson (2012) menyatakan bahwa alasan ETR

dijadikan sebagai proxy pengukuran agresivitas pajak dikarenakan ETR merangkum kegiatan

agresivitas pajak perusahaan (Robinson et al., 2010) dan ETR digunakan oleh banyak peneliti

apabila ingin mengukur tingkat agresivitas pajak perusahaan (Dyreng et al., 2010).

3.3.2 Variabel Independen

Variabel independen dari penelitian ini adalah aspek sosial, lingkungan, tata kelola,

dan ekonomi di dalam CSR. Pengukuran terhadap keempat aspek tersebut di dasarkan pada

pengungkapan kegiatan CSR yang dilakukan oleh perusahaan. Pengungkapan kegiatan CSR

merupakan suatu indikator yang baik di dalam menilai performa perusahaan (Cho & Patten,

2007). Tingkat pengungkapan CSR suatu perusahaan diukur melalui informasi yang di

ungkapkan perusahaan di dalam laporan tahunannya atau di website perusahaan yang

berkaitan dengan aktivitas CSR. Dalam menentukan tingkat aktivitas CSR pada setiap aspek,

penelitian ini menggunakan rating performa CSR. Rating ini mengacu pada penelitian Laguir

et al. (2015) yang menggunakan rating performa CSR pada perusahaan Prancis yang diambil

dari Vigeo Database.

Penilaian pengungkapan aktivitas setiap aspek CSR dilakukan dengan memberi

scoring antara 0 sampai 2 pada setiap kriteria dimana 0 adalah perusahaan yang tidak

melakukan aktivitas aspek CSR, 1 adalah perusahaan yang hanya menyatakan bahwa

perusahaan tersebut telah melakukan aktivitas aspek CSR, dan 2 adalah perusahaan yang

menjelaskan secara rinci mengenai aktivitas aspek CSR yang telah dilakukannya. Nilai dari

setiap aspek adalah nilai total indikator per aspek berdasarkan penilaian yang telah dilakukan.

Tabel 3.1 Pengukuran aktivitas CSR

Vigeo's Rating Criteria Aspek Sosial

Human Resource Promotion of labor relations Encouraging employee participation Responsible management of restructurings Career management and promotion of employability Quality of remuneration systems Improvement of health and safety conditions

Pengaruh aspek ..., Raisa Putri Nabila, FEB UI, 2017

Page 12: Pengaruh Aspek-Aspek CSR terhadap Agresivitas Pajak pada

12

Respect and management of working hours Community Involvement

Promotion of social and economic development Societal impacts of the company's products/services Contribution to general interest causes

Human Rights Respect for fundamental human rights Respect for freedom of association and the right to collective bargaining Non-discrimination and promotion of equal opportunity and diversity Elimination of child labor and forced labor

Aspek Tata Kelola Balance of power and efficiency of the board Audit and internal controls Ensuring the fair and equal treatment of minority shareholders Transparency and integration of CSR criteria into executive remuneration

Aspek Lingkungan Environmental strategy Accidental pollution prevention and control Development of green products and services Protection of biodiversity Management of water resources Management of environmental impacts from energy use Management of atmuspheric emissions Waste management Management of local pollution Management of environmental impacts from transportation Management of environmental impacts from the use and disposal of

products/services Aspek Ekonomi

Product safety Responsible information to customers Responsible customers relations Sustainable relationships with suppliers Environmentally responsible supply chain management Socially responsible supply chain management Prevention of corruption Prevention of anti-competitive practices Transparency and integrity of influencing practices

Pengaruh aspek ..., Raisa Putri Nabila, FEB UI, 2017

Page 13: Pengaruh Aspek-Aspek CSR terhadap Agresivitas Pajak pada

13

3.3.3 Variabel Kontrol

3.3.3.1 Financial Performance (FINPerf)

Performa keuangan atau financial performance suatu perusahaan dapat diukur

berdasarkan indikator return on asset (ROA) dan indikator return on equity (ROE). Lanis dan

Richardson (2012) menyatakan bahwa performa keuangan berhubungan positif dengan

agresivitas pajak. Dengan nilai ROA yang tinggi, maka laba bersih perusahaan akan semakin

tinggi sehingga semakin tinggi nilai pajak terhutang sehingga memicu penghindaran pajak.

Namun, penelitian sebelumnya tidak dapat memprediksi bagaimana hubungan ROA dengan

tingkat agresivitas pajak perusahaan dikarenakan hasil penelitian yang berbeda-beda (Lanis &

Richardson, 2014). Selain itu, penelitian Laguir et al. (2015) menambahkan ROE sebagai

indikator pengukur performa keuangan perusahaan. Rumus dari ROA dan ROE adalah:

3.3.3.2 Ukuran Perusahaan (SIZE)

Ukuran perusahaan merupakan sebuah skala untuk menentukan apakah perusahaan

tersebut tergolong besar atau kecil. Ukuran perusahaan memiliki dampak terhadap aktivitas

penghematan pajak perusahaan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perusahaan yang

lebih besar memiliki tingkat agresivitas pajak yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil

karena perusahaan besar memiliki kekuatan ekonomi dan politik yang lebih besar daripada

perusahaan kecil sehingga (Gupta & Newberry, 1997). Selain itu, Lanis dan Richardson

(2014) juga menemukan bahwa semakin besar perusahaan maka semakin cenderung

melakukan penghindaran pajak karena memiliki pengaruh sosial, ekonomi, dan politik yang

lebih besar dibandingkan dengan perusahaan kecil. Oleh karena itu, ukuran perusahaan

diprediksi memiliki hubungan positif dengan agresivitas pajak. Ukuran perusahaan

didapatkan dengan rumus:

ln(Total Asset)

3.3.3.3 Capital Intensity (CINT)

Capital intensity atau kapasitas modal menunjukkan seberapa banyak aset perusahaan

yang diinvestasikan dalam bentuk aset tetap. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa

Pengaruh aspek ..., Raisa Putri Nabila, FEB UI, 2017

Page 14: Pengaruh Aspek-Aspek CSR terhadap Agresivitas Pajak pada

14

kapasitas modal yang tinggi menunjukkan ETR yang rendah sehingga tingkat agresivitas

pajak perusahaan tinggi karena adanya biaya penyusutan terhadap aset tetap (Gupta &

Newberry, 1997). Oleh karena itu intensitas modal berhubungan positif dengan tingkat

agresivitas pajak perusahaan. Intensitas modal didapatkan dengan rumus:

3.3.3.4 Intangible (INTG)

Intangible asset atau aset tidak berwujud menunjukkan seberapa banyak aset yang

diinvestasikan dalam bentuk aset intangible. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa aset

tidak berwujud yang tinggi menunjukkan ETR yang rendah sehingga tingkat agresivitas pajak

perusahaan tinggi karena adanya biaya amortisasi terhadap aset tidak berwujud (Gupta &

Newberry, 1997). Oleh karena itu aset tidak berwujud berhubungan positif dengan tingkat

agresivitas pajak perusahaan. Intensitas modal didapatkan dengan rumus:

3.3.3.5 Leverage (LEV)

Leverage merupakan perbandingan total hutang jangka panjang perusahaan dengan

total aset yang dimiliki. Semakin tinggi nilai leverage perusahaan maka semakin banyak

komposisi hutang jangka panjang yang digunakan perusahaan untuk menjalankan operasi

bisnisnya. Hal ini memungkinkan perusahaan terlibat dalam kegiatan penghindaran pajak

secara agresif karena semakin besarnya interest payment. Penelitian sebelumnya

menunjukkan bahwa tingkat leverage yang tinggi menunjukkan ETR yang rendah sehingga

tingkat agresivitas pajak perusahaan tinggi (Gupta & Newberry, 1997). Oleh karena itu

leverage berhubungan positif dengan tingkat agresivitas pajak perusahaan. Leverage

didapatkan dengan rumus:

3.3.3.6 BIG4

Variabel BIG4 merupakan dummy variable dengan keterangan apabila perusahaan

diaudit oleh salah satu KAP BIG4 (EY, PWC, KPMG, Delloite) maka diberi nilai 1 dan akan

diberi nilai 0 apabila sebaliknya. Lanis dan Richardson (2014) menyatakan bahwa perusahaan

Pengaruh aspek ..., Raisa Putri Nabila, FEB UI, 2017

Page 15: Pengaruh Aspek-Aspek CSR terhadap Agresivitas Pajak pada

15

yang diaudit oleh salah satu BIG4 KAP diharapkan memiliki hubungan yang negatif dengan

tingkat agresivitas pajak perusahaan karena BIG4 KAP memiliki proses audit dan monitoring

yang lebih baik daripada non BIG4 KAP.

4. Analisis dan Pembahasan

4.1 Hasil Pemilihan Sampel

Berdasarkan kriteria-kriteria sampel, terdapat 95 perusahaan manufaktur dan tambang

yang digunakan sebagai sampel. Karena penelitian ini menggunakan waktu obeservasi

sebanyak 1 tahun, maka total sampel dalam penelitian ini adalah 95 perusahaan. Ringkasan

pemilihan sampel dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1 Ringkasan Pemilihan Sampel

No. Keterangan Jumlah

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2015 146

2. Perusahaan tambang yang terdaftar di BEI tahun 2015 24

3. Perusahaan yang memiliki pendapatan sebelum pajak dan pendapatan bersih negatif

(62)

4. Perusahaan yang memiliki nilai ekuitas negatif (4)

5. Perusahaan yang tidak memiliki laporan tahunan 2015 dan laroran CSR

(9)

Total akhir sampel penelitian 95

4.2 Uji Hipotesis

Tabel 4.2 berikut merangkum hasil uji model penelitian dengan menggunakan regresi

dalam SmartPLS.

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Model Penelitian

Prediksi Tanda Koefisien T-Stat Signifikansi

SOCscore -> TAG (?) -0.043 0.262

ENVscore -> TAG (?) 0.101 0.688

CGscore -> TAG (?) -0.028 0.376

ECONscore -> TAG (?) -0.036 0.197

FINperf -> TAG (+) 0.373 5.041 ***

Pengaruh aspek ..., Raisa Putri Nabila, FEB UI, 2017

Page 16: Pengaruh Aspek-Aspek CSR terhadap Agresivitas Pajak pada

16

LEV -> TAG (+) 0.378 3.221 **

SIZE -> TAG (+) -0.205 1.757 *

CINT -> TAG (+) -0.105 0.766

INTG -> TAG (+) 0.068 1.019

BIG4 -> TAG (-) -0.012 0.122

4.2.1 Aspek Sosial dan Agresivitas Pajak

Berdasarkan tabel 4.2, dapat dilihat bahwa nilai t-stat SOCscore adalah 0,262 dimana

nilai ini lebih kecil daripada 1,645 (signifikansi level α=10%) menunjukkan bahwa tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara aspek sosial dan tingkat agresivitas pajak

perusahaan. Hal ini tidak sejalan dengan hipotesis pertama yang memprediksi adanya

hubungan signifikan antara aspek sosial CSR dengan tingkat agresivitas pajak perusahaan.

Oleh karena itu, hipotesis pertama ditolak.

Hasil penelitian yang tidak sejalan dengan hipotesis mungkin disebabkan karena

aktivitas sosial yang dilakukan oleh perusahaan bersifat sukarela. PP Nomor 47 Tahun 2012

tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan tidak menetapkan alokasi dana khusus yang

harus dikeluarkan perusahaan untuk melakukan kegiatan sosial dan lingkungan. Karena tidak

ada aturan yang mewajibkan perusahaan untuk melakukan kegiatan sosial, apabila perusahaan

mengalami penurunan di dalam performa keuangannya, perusahaan cederung mengurangi

atau tidak melakukan aktivitas sosial daripada melakukan agresivitas pajak karena beberapa

pertimbangan. Pertimbangan tersebut adalah apabila perusahaan memilih untuk melakukan

agresivitas pajak, maka ada kemungkinan perusahaan akan dikenakan sanksi oleh petugas

pajak. Karena tidak ada dorongan untuk melakukan agresivitas pajak, maka aspek sosial CSR

yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur dan tambang di Indonesia tidak mempengaruhi

bagaimana praktik agresivitas pajak yang dilakukan perusahaan secara signifikan.

4.2.2 Aspek Lingkungan dan Agresivitas Pajak

Berdasarkan tabel 4.2, dapat dilihat bahwa nilai t-stat ENVscore adalah 0,688 dimana

nilai ini lebih kecil daripada 1,645 (signifikansi level α=10%) menunjukkan bahwa tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara aspek lingkungan dan tingkat agresivitas pajak

perusahaan. Hal ini tidak sejalan dengan hipotesis kedua yang memprediksi adanya hubungan

Pengaruh aspek ..., Raisa Putri Nabila, FEB UI, 2017

Page 17: Pengaruh Aspek-Aspek CSR terhadap Agresivitas Pajak pada

17

signifikan antara aspek lingkungan CSR dan tingkat agresivitas pajak perusahaan. Oleh

karena itu, hipotesis kedua ditolak.

Hasil penelitian yang tidak sejalan dengan hipotesis mungkin disebabkan karena

belum ada kebijakan pemerintah mengenai sanksi atau denda kepada perusahaan apabila

perusahaan melakukan aktivitas lingkungan yang memiliki dampak yang buruk terhadap

kelestarian lingkungan. Salah satu contohnya adalah wacana kebijakan pemerintah pajak atas

karbon (tax carbon). Pajak karbon adalah pajak yang harus dibayar atas jumlah karbon yang

telah dihasilkan. Mengingat perusahaan mengeluarkan cukup banyak emisi, maka aktivitas

lingkungan perusahaan berhubungan dengan pajak karbon. Namun kebijakan ini belum

memiliki peraturan yang pasti mengenai tarif pajak per emisi yang sudah dikeluarkan. Selain

itu, belum adanya ketetapan pasti dari pemerintah mengenai standar emisi dan denda yang

dikenakan apabila melanggar standar tersebut. Oleh karena itu, karena belum ada peraturan

ataupun kebijakan yang mengikat perusahaan, maka perusahaan masih tetap melakukan

aktivitas lingkungan seperti biasanya. Oleh karena perusahaan tidak mengeluarkan biaya atas

aktivitas lingkungan yang dilakukan, maka tidak ada yang mendorong perusahaan untuk

melakukan agresivitas pajak. Oleh karena itu, aspek lingkungan dalam CSR pada perusahaan

manufaktur dan tambang di Indonesia tidak berhubungan secara signifikan dengan tingkat

agresivitas pajak perusahaan.

4.2.3 Aspek Tata Kelola dan Agresivitas Pajak

Berdasarkan tabel 4.2, dapat dilihat bahwa nilai t-stat CGscore adalah 0,376 dimana

nilai ini lebih kecil daripada 1,645 (signifikansi level α=10%) menunjukkan bahwa tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara aspek tata kelola dan tingkat agresivitas pajak

perusahaan. Hal ini tidak sejalan dengan hipotesis ketiga yang memprediksi adanya

hubungan signifikan antara aspek tata kelola CSR dengan tingkat agresivitas pajak

perusahaan sehingga hipotesis ketiga ditolak.

Hasil uji hipotesis ketiga sejalan dengan penelitian oleh Laguir et al. (2015) dan

Renseelar (2016) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara aspek

tata kelola dalam perusahaan dan tingkat penghindaran pajak perusahaan. Berdasarkan hasil

scoring, mayoritas aktivitas tata kelola dalam CSR yang dilakukan oleh perusahaan

manufaktur dan tambang di Indonesia adalah audit dan internal kontrol. Sementara itu, untuk

aspek balance of power and efficiency of the board dan aspek transparency and integration of

CSR criteria into executive remuneration memiliki total nilai 0 yang menunjukkan bahwa

Pengaruh aspek ..., Raisa Putri Nabila, FEB UI, 2017

Page 18: Pengaruh Aspek-Aspek CSR terhadap Agresivitas Pajak pada

18

tidak ada perusahaan yang melakukan pengungkapan tersebut. Dapat disimpulkan bahwa

aspek audit dan internal kontrol sudah diterapkan oleh hampir seluruh perusahaan sehingga

menyebabkan pengaruh yang tidak signifikan terhadap kegiatan agresivitas pajak perusahaan.

4.2.4 Aspek Ekonomi dan Agresivitas Pajak

Berdasarkan tabel 4.2, dapat dilihat bahwa nilai t-stat ECONscore adalah 0,197

dimana nilai ini lebih kecil daripada 1,645 (signifikansi level α=10%). Hal ini menunjukkan

bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara aspek ekonomi dan tingkat agresivitas

pajak perusahaan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Laguir (2015) dan

Renseelar (2016) yang menunjukkan bahwa aspek ekonomi dalam CSR berhubungan positif

dengan tingkat agresivitas pajak perusahaan. Oleh karena itu, hipotesis keempat ditolak.

Penelitian Renseelar (2016) menunjukkan bahwa hubungan postitif antara aspek

ekonomi dalam CSR dan agresivitas pajak disebabkan karena loyalitas perusahaan kepada

para pemiliknya. Perusahaan bertanggung jawab untuk meningkatkan nilai pemegang saham

sehingga salah satu upayanya adalah dengan melakukan praktik agresivitas pajak selama

dapat membawa keuntungan bagi perusahaan (Friedman, 1970).

Berdasarkan indikator penilaian terkait aspek ekonomi dalam penelitian ini, terlihat

bahwa perusahaan menerapkan strategi yang didominasi oleh peningkatan kualitas produk

dalam proses produksi dan tanggung jawab terhadap konsumen. Dengan demikian indikator

penilian aspek ekonomi pada penelitian ini lebih terfokus kepada kepentingan stakeholder

yaitu konsumen, pemasok, dan masyarakat sekitar. Indikator ini tidak mencerminkan upaya

perusahaan dalam meningkatkan nilai pemegang saham. Akibatnya performa kinerja aspek

ekonomi menjadi tidak berpengaruh signifikan terhadap agresivitas pajak. Oleh karena itu,

aspek ekonomi pada perusahaan manufaktur dan tambang di Indonesia tidak mempengaruhi

praktik agresivitas pajak secara signifikan.

4.3 Analisis Variabel Kontrol

Penelitian ini terdiri dari 6 variabel kontrol yaitu FINperf, LEV, SIZE, CINT, INTG,

dan BIG4. Berdasarkan tabel 4.2, variabel FINperf, LEV, dan SIZE memiliki pengaruh yang

signifikan pada level α=1%, 5%, dan 10%. Sementara itu, variabel CINT, INTG, dan BIG4

tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan variabel dependen TAG.

Pengaruh aspek ..., Raisa Putri Nabila, FEB UI, 2017

Page 19: Pengaruh Aspek-Aspek CSR terhadap Agresivitas Pajak pada

19

4.4 Analisis Sensitifitas

Hasil regresi sebelumnya menunjukkan bahwa aspek-aspek CSR tidak mempengaruhi

praktik agresivitas pajak perusahaan. Agresivitas pajak diukur dengan menggunakan proxy

current ETR. Pengujian tambahan ini ditujukan untuk memperkuat (robustness) hasil

pengujian regresi sebelumnya dengan menggunakan proxy pengukuran ETR yang lain, yaitu

cash ETR. Cash ETR didapatkan dengan membagi cash tax paid dengan pre tax income.

Tabel 4.3 Uji Hipotesis Tambahan

Prediksi Tanda Koefisien T-Stat Signifikansi

SOCscore -> TAG2 (?) -0.05 0.307 ENVscore -> TAG2 (?) 0.062 0.498 CGscore -> TAG2 (?) -0.209 1.351 ECONscore -> TAG2 (?) -0.167 0.916 FINperf -> TAG2 (+) 0.156 0.946

LEV -> TAG2 (+) -0.148 1.061

SIZE -> TAG2 (+) 0.13 0.921

CINT -> TAG2 (+) 0.21 1.662 * INTG -> TAG2 (+) -0.086 0.852 BIG4 -> TAG2 (-) -0.036 0.302 Berdasarkan tabel 4.3, dapat dilihat bahwa hasil pengujian sebelumnya dan hasil

pengujian dengan menggunakan proxy cash ETR menunjukkan hasil yang sama. Aspek

sosial, aspek lingkungan, aspek tata kelola, dan aspek ekonomi pada perusahaan manufaktur

dan tambang di Indonesia tidak mempengaruhi praktik agresivitas pajak perusahaan secara

signifikan. Hal itu ditandai dengan tidak terdapat nilai yang berada diatas nilai signifikan 10%

yaitu 1,645 pada variabel independennya.

Sementara itu, pada variabel kontrol dalam pengujian hipotesis sebelumnya

menunjukkan bahwa variabel FINperf, LEV, dan SIZE memiliki hubungan yang signifikan

terhadap agresivitas pajak perusahaan. Hasil pengujian dengan menggunakan proxy cash ETR

menunjukkan hasil yang berbeda yaitu hanya variabel kontrol CINT yang mempengaruhi

praktik agresivitas pajak perusahaan.

5. Kesimpulan dan Saran

Penelitian ini menunjukan bahwa keempat aspek CSR yaitu aspek sosial, aspek

lingkungan, aspek tata kelola, dan aspek ekonomi tidak mempunyai hubungan yang signifikan

terhadap tingkat agresivitas pajak perusahaan. Hal ini mungkin disebabkan karena:

Pengaruh aspek ..., Raisa Putri Nabila, FEB UI, 2017

Page 20: Pengaruh Aspek-Aspek CSR terhadap Agresivitas Pajak pada

20

• Terdapat beberapa indikator yang merupakan sistem pengendalian yang harus

dilakukan perusahaan, sehingga semua perusahaan menerapkan indikator tersebut.

• Terdapat beberapa indikator yang merupakan regulasi yang harus dipatuhi

perusahaan, sehingga perusahaan merasa tidak mengungkapkan indikator tersebut

di dalam laporan tahunannya karena aturan tersebut bersifat mandatori.

• Dalam aspek ekonomi, indikator penilaian tidak mencerminkan bagaimana upaya

perusahaan untuk meningkatkan nilai pemegang saham.

Selain itu, penelitian ini memiliki banyak keterbatasan dibandingkan penelitian-

penelitian sebelumnya. Beberapa keterbatasan tersebut adalah penelitian ini menggunakan

pengukuran variabel indipenden yang mengacu pada penelitian Laguir et al. (2015) dengan

menggunakan Vigeo’s Rating. Namun, penelitian ini tidak bisa mereplikasi secara utuh

pengukuran tersebut dikarenakan Vigeo’s Rating memiliki rating dari 0-4 dari setiap

indikatornya yang tidak ditemukannya kriteria-kriteria penilaian dari 0-4 tersebut. Oleh

karena itu, penelitian ini memodifikasi pengukuran variabel indipenden tersebut dengan

mengubah rentangan rating dari 0-2. Selain itu, penelitian sebelumnya menggunakan data

sekunder dari Diane Financial Database yang telah memuat informasi mengenai Vigeo’s

Rating. Penggunaan metode ini merupakan metode yang tidak umum digunakan untuk

mengukur aktivitas aspek-aspek di dalam CSR. Dapat dikatakan bahwa penelitian ini

merupakan penelitian pertama di Indonesia yang digunakan untuk mengukur aktivitas aspek

CSR. Mungkin dalam beberapa tahun lagi, badan indipenden atau pemerintah Indonesia dapat

menciptakan sebuah indeks atau rating untuk menilai aktivitas aspek-aspek CSR yang dapat

dibuat berdasarkan keadaan perusahaan-perusahaan di Indonesia sehingga penelitian akan

menghasilkan hasil yang lebih akurat.

Daftar Pustaka

Aguilera, R. V., Filatotchev, I., Gospel, H., & Jackson, G. (2008). An organizational approach

to comparative corporate governance: Costs, contingencies, and complementarities.

Organization science, 19(3), 475-492.

Avi-Yonah, R. S. (2008). Corporate social responsibility and strategic tax behavior. In Tax

and corporate governance (pp. 183-198). Springer Berlin Heidelberg.

Bhattacharya, C. B., & Sen, S. (2004). Doing better at doing good: When, why, and how

consumers respond to corporate social initiatives. California management review, 47(1), 9-

24.

Pengaruh aspek ..., Raisa Putri Nabila, FEB UI, 2017

Page 21: Pengaruh Aspek-Aspek CSR terhadap Agresivitas Pajak pada

21

Chen, S., Chen, X., Cheng, Q., & Shevlin, T. (2010). Are family firms more tax aggressive

than non-family firms?. Journal of Financial Economics, 95(1), 41-61.

Cho, C. H., Roberts, R. W., & Patten, D. M. (2010). The language of US corporate

environmental disclosure. Accounting, Organizations and Society, 35(4), 431-443.

Desai, M. A., & Dharmapala, D. (2006). Corporate tax avoidance and high-powered

incentives. Journal of Financial Economics, 79(1), 145-179.

Dyreng, S. D., Hanlon, M., & Maydew, E. L. (2008). Long-run corporate tax avoidance. The

Accounting Review, 83(1), 61-82.

Freeman, R. E., & McVea, J. (2001). A stakeholder approach to strategic management.

Frank, M. M., Lynch, L. J., & Rego, S. O. (2009). Tax reporting aggressiveness and its

relation to aggressive financial reporting. The Accounting Review, 84(2), 467-496.

Friedman, M. (1970). The Social Responsibility of Business is to Increase its Profits.

Ghozali, I., & Chariri, A. (2007). Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Guthrie, J., & Parker, L. D. (1989). Corporate social reporting: a rebuttal of legitimacy theory.

Accounting and business research, 19(76), 343-352.

Griffin, J. J., & Mahon, J. F. (1997). The corporate social performance and corporate financial

performance debate: Twenty-five years of incomparable research. Business & society,

36(1), 5-31.

Gupta, S., & Newberry, K. (1997). Determinants of the variability in corporate effective tax

rates: Evidence from longitudinal data. Journal of Accounting and Public Policy, 16(1), 1-

34.

Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of the firm: Managerial behavior, agency

costs and ownership structure. Journal of financial economics, 3(4), 305-360.

Kovács, G. (2008). Corporate environmental responsibility in the supply chain. Journal of

Cleaner Production, 16(15), 1571-1578.

Laguir, I., Staglianò, R., & Elbaz, J. (2015). Does corporate social responsibility affect

corporate tax aggressiveness?. Journal of Cleaner Production, 107, 662-675.

Pengaruh aspek ..., Raisa Putri Nabila, FEB UI, 2017

Page 22: Pengaruh Aspek-Aspek CSR terhadap Agresivitas Pajak pada

22

Lanis, R., & Richardson, G. (2012). Corporate social responsibility and tax aggressiveness:

An empirical analysis. Journal of Accounting and Public Policy, 31(1), 86-108.

Ribando, J. M., & Bonne, G. (2010). A new quality factor: Finding alpha with ASSET4 ESG

data. Starmine Research Note, Thomson Reuters.

Robinson, J. R., Sikes, S. A., & Weaver, C. D. (2010). Performance measurement of

corporate tax departments. The Accounting Review, 85(3), 1035-1064.

Shleifer, A., & Vishny, R. W. (1997). A survey of corporate governance. The journal of

finance, 52(2), 737-783.

Suchman, M. C. (1995). Managing legitimacy: Strategic and institutional approaches.

Academy of management review, 20(3), 571-610.

Van Renselaar, J. (2016). The influence of corporate social responsibility on the level of

corporate tax avoidance.

Watson, L. (2011). Corporate social responsibility and tax aggressiveness: an examination of unrecognized tax benefits. Unpublished working paper. Pennsylvania State University, Pennsylvania.

Williams, D. F. (2007). Developing the concept of tax governance. KPMG, London, UK

Wilmshurst, T. D., & Frost, G. R. (2000). Corporate environmental reporting: a test of

legitimacy theory. Accounting, Auditing & Accountability Journal, 13(1), 10-26.

Windsor, D. (2009). Tightening corporate governance. Journal of International Management,

15(3), 306-316.

Pengaruh aspek ..., Raisa Putri Nabila, FEB UI, 2017