hubungan antara prasangka dengan agresivitas pada agama

34
HUBUNGAN ANTARA PRASANGKA DENGAN AGRESIVITAS PADA AGAMA (KRISTEN-ISLAM) DI POSO PASCA KONFLIK POSO TAHUN 1998-2001 OLEH DENNYS CHRISTOVEL DESE 80 2010 038 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hubungan Antara Prasangka dengan Agresivitas Pada Agama

HUBUNGAN ANTARA PRASANGKA DENGAN AGRESIVITAS PADA

AGAMA (KRISTEN-ISLAM) DI POSO PASCA KONFLIK POSO TAHUN

1998-2001

OLEH

DENNYS CHRISTOVEL DESE

80 2010 038

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari

Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 2: Hubungan Antara Prasangka dengan Agresivitas Pada Agama
Page 3: Hubungan Antara Prasangka dengan Agresivitas Pada Agama
Page 4: Hubungan Antara Prasangka dengan Agresivitas Pada Agama

ii

Page 5: Hubungan Antara Prasangka dengan Agresivitas Pada Agama

iii

Page 6: Hubungan Antara Prasangka dengan Agresivitas Pada Agama

iv

Page 7: Hubungan Antara Prasangka dengan Agresivitas Pada Agama

v

HUBUNGAN ANTARA PRASANGKA DENGAN AGRESIVITAS PADA

AGAMA (KRISTEN-ISLAM) DI POSO PASCA KONFLIK POSO TAHUN

1998-2001

Dennys Christovel Dese

Sutarto Wijono

Heru Astikasari S.M.

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 8: Hubungan Antara Prasangka dengan Agresivitas Pada Agama

vi

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara prasangka dengan

agresivitas pada agama (Kristen-Islam) di Poso pasca Konflik Poso tahun 1998-2001.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan skala sebagai instrumen

penelitian. Subjek dalam penelitian ini merupakan masyarakat pemeluk agama kristen

poso di Kecamatan Pamona Puselemba yang berjumlah 122 orang dengan masa usia

antara 28-40 tahun. Instrumen penelitian ini menggunakan skala prasangka yang

dikembangkan berdasarkan teori prasangka dari Sears (1985).Sedangkan skala

agresivitas merupakan adaptasi dari skala agresivitas yang dikembangkan Buss dan

Perry (1992).Skala prasangkaterdiri dari 29 item dan 20 item dinyatakan lolos seleksi

daya diskriminasi item dengan koefisien alpha cronbachnya 0,860. Sedangkan skala

agresivitas terdiri dari 29 item dan 23 item dinyatakan lolos uji diskriminasi item

dengan alpha cronbach sebesar 0,892. Hasil uji korelasi menggunakan pearson

correlation diperoleh skor pearson correlation sebesar 0,994 dengan signifikansi 0.000

yang menunjukan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara prasangka dengan

agresivitas pada masyarakat agama (Kristen) Poso di Kecamatan Pamona Puselemba.

Berdasarkan hasil uji analisis deskriptif menunjukkan bahwa prasangka dan

agresivitaspada masyarakat agama (Kristen) Poso di Kecamatan Pamona Puselemba

berada pada kategori sedang.

Kata Kunci :Prasangka, Agresivitas, Agama, Konflik, Poso

i

Page 9: Hubungan Antara Prasangka dengan Agresivitas Pada Agama

vii

Abstract

This study aims to determine the relationship between prejudice to aggressiveness in

religions (Christian-Islam) in post-conflict Poso Poso in 1998-2001. This study uses

quantitative methods to scale as a research instrument. Subjects in this study is the

religious communities in the district of Poso Christian Pamona puselemba the period

amounted to 122 people with ages between 28-40 years. This research instrument

using a scale developed prejudices based on the theory of prejudice from Sears

(1985). While the scale of aggressiveness is an adaptation of the scale of

aggressiveness developed by Buss and Perry (1992). Prejudice scale consists of 29

items and 20 items passed the selection item discrimination power with cronbachnya

alpha coefficient 0.860. While the aggressiveness scale consists of 29 items and 23

items passed the discrimination test items with a Cronbach alpha of 0.892. Pearson

correlation test results using the Pearson correlation score obtained correlation of

0.994 with 0.000 significance which shows that there is a significant positive

relationship between prejudice to aggressiveness in religious communities

(Christians) Poso in Pamona Puselemba. Based on the test results of descriptive

analysis shows that prejudice and aggressiveness on religious communities

(Christians) Poso in Pamona Puselemba in middle category.

Keywords: Prejudice, Aggressiveness, Religion, Conflict, Poso

ii

Page 10: Hubungan Antara Prasangka dengan Agresivitas Pada Agama

1

PENDAHULUAN

Masalah konflik menjadi fenomena yang seakan menjadi biasa dalam masyarakat

Indonesia.Kondisi Negara Indonesia dengan segala macam kemajemukan dan

heterogenitas.Indonesia merupakan sebuah negara yang terdiri dari multi etnis dan

multi budaya.Dewasa ini, Indonesia telah menjadi negara yang multi partai dalam

sistem politiknya.Kondisi yang demikian, membuat masyarakat tidak dapat terhindar

masyarakatnya dari timbulnya berbagai bentuk konflik vertikal ataupun horizontal.

Situasi ini terjadi karena setiap kelompok atau individu punya tujuan yang berbeda

satu dengan yang lain. Pertentangan kepentingan itu memunculkan konflik yang terus

menjadi bagian dalam rangka untuk memperjuangkan kepentingan masing-masing

(Lestari, 2009).Pernyataan tersebut sejalan dengan ungkapan seperti berikut, konflik

terjadi ketika tujuan masyarakat tidak sejalan, berbagai perbedaan pendapat dan

kepentingan.Oleh sebab itu, konflik biasanya bisa diselesaikan tanpa adanya

kekerasaan, sehingga sering menghasilkan situasi yang lebih baik bagi sebagian besar

atau semua pihak yang terlibat (Fisher, 2001).

Pada saat ini Indonesia sangat rentan dengan perpecahan, terjadi berbagai gejolak

konflik di berbagai daerah.Salah satunya konflik yang terjadi di Poso yang di sinyalir

oleh berbagai kalangan adalah konflik bernuansa suku, agama, ras, dan antargolongan

(SARA).Konflik tersebut terjadi karena adanya pertikaian suku dan pemeluk agama

Islam dan Kristen.Peristiwa kerusuhan diawali dengan pertikaian antar dua pemuda

yang berbeda agama, sehingga belarut dan berhujung dengan terjadinya

kerusuhan.Implikasi-implikasi kepentingan politik elit nasional, elit lokal dan militer

juga diduga menyulut terjadinya konflik horizontal, sehingga sulit mencari

penyelesaian yang lebih tepat.Sementara itu, terkesan pihak keamanan polri lamban

Page 11: Hubungan Antara Prasangka dengan Agresivitas Pada Agama

2

menangani konflik tersebut, sehigga konflik terjadi belarut – larut yang telah memakan

korban jiwa dan harta. Secara umum konflik di poso sudah berlangsung tiga kali.Awal

kerusuhan terjadi Desember 1998, konflik kedua terjadi April 2000, tidak lama setelah

kerusuhan tahap dua terjadi lagi kerusuhan ketiga di bulan Mei-Juni 2000.Kemudian

konflik masih terus berlanjut dengan terjadinya kerusuhan pada Juli 2001, hingga pada

November 2001. Peristiwa konflik tersebut memperlihatkan adanya keterkaitan antara

satu dengan yang lain, sehingga kerusuhan-kerusuhan dicermati dalam konteks jilid

satu sampai 3. Pada akhir dibentuk kesepakatan damai pada bulan Desember 2001

dalam deklarasi Malino.

Pada dasarnya masyarakat Poso begitu rukun dan saling menghargai dimana

terlihat masing-masing penganut agama baik Kristen maupun Islam, mereka begitu

taat menjalankan kegiatan atau ajaran agamanya dengan benar, sehingga sebelumnya

jarang terjadi tindak kekerasan atau kriminal.Konflik Poso muncul saat pintu politik

terbuka lebar di masyarakat.Perebutan kekuasaan suku, agama & antargolongan

(SARA) mulai nampak adanya gejala-gejala terjadi di Poso.Hal tersebut di perberat

timbulya ketimpangan struktural yang terjadi dalam masyarakat.Perebutan kekuasaan

yang di lakukan para elite lokal, memanfaatkan momentum masyarakat Poso yang

sedang melaksanakan ibadah Ramadhan dan peringatan Hari Raya Natal.Momentum

religius ini di “seret” ke kancah politik yang berujung munculnya konflik (Hasrullah,

2009).Selanjutnya, Jusuf Kalla (dalam Hasrullah, 2009) menegaskan bahwa penyebab

konflik Poso bukan kriminal melainkan konflik struktural, elite yang berbeda agama

yang menyebabkan timbulnya ketimpangan.Konflik Poso telah memakan banyak

korban jiwa serta meninggalkan trauma psikologis yang sulit diukur tersebut, ternyata

hanya disulut dari persoalan-persoalan sepele berupa perkelahian antar

Page 12: Hubungan Antara Prasangka dengan Agresivitas Pada Agama

3

pemuda.Solidaritas kelompok memang muncul dalam kerusuhan itu. Namun,

konteksnya masih murni seputar dunia remaja, yakni: isu miras dan isu tempat

maksiat.

Penulis telah mencatat hasil observasi dan wawancara dengan beberapa orang

yang pernah mengalami konflik di Poso sejak tahun 2012. Temuan tersebut

menunjukan bahwa mereka memiliki kecenderungan untuk dapat melakukan tindakan

tertentu kepada orang lain. Dari sisi positif, terlihat bahwa sesama kelompok sendiri

mereka lebih menghargai bahkan menganggap orang lain seperti saudara mereka

sendiri karena merasa berada dalam satu kelompok.Dalam hal ini adalah memiliki satu

kepercayaan/iman yang sama. Sementara itu, tindakan lain dari sisi negatif, antara lain

mengejek orang lain, meremehkan orang lain bahkan sampai mengajak orang lain

untuk melakukan tindakan kekerasan fisik atau berkelahi. Tindakan ini dilakukan

karena sisi lain merasa daerahnya terganggu dan tujuan atau kepentingannya dihalangi

serta terkadang melakukan tindakan tersebut tanpa ada maksud lain. Tindakan yang di

lakukan tanpa ada maksud tersebut karena ada rasa menganggap diri mereka lebih

hebat dari orang lain yang belum pernah mengalami konflik sosial. Tindakan-tindakan

yang di lakukan oleh orang-orang yang pernah mengalami konflik sosial seperti

meremehkan orang lain, mengejek orang lain, menyakiti tanpa sebab memancing

amarah orang lain, dan tindakan yang lain merupakan bentuk agresivitas. Bentuk nyata

agresivitas yang dilakukan masyarakat adalah maraknyaperkelahian/tawuran antar

kelompok, yangsering membawa korban jiwa. Hal yang terjadi pada saat tawuran

sebenarnya adalah perilaku agresi dari seorang individu atau kelompok.

Page 13: Hubungan Antara Prasangka dengan Agresivitas Pada Agama

4

Pertanyaannya kemudian adalah mengapakasus-kasus sepele dalam kehidupan

sosialmasyarakat sehari-hari dapat tiba-tiba berubah menjadi bencana besar yang

berakibat hilangnya nyawa manusia? Peristiwa tersebut banyak mendapat sorotan dan

perhatian baik dari masyarakat, pemerintah, pendidik serta psikolog karena adanya

gejala peningkatan tingkah laku agresif. Sehingga, disini jelas bahwa agresivitas

menarik untuk di teliti.

Penelitian dari Maharani (2004) menunjukan bahwa ketika terjadi konflik yang

terus menerus maka akan terjadi peningkatan agresivitas. Akibatnya, tindak kekerasan

dan keadaan di daerah konflik yang mencekam membawa pengaruh negatif maupun

positif bagi remaja yang hidup di daerah tersebut. Pengaruh positif biasanya lebih

kepada rasa kekompakan atau rasa tanggung jawab untuk mempertahankan daerah

atau keluarga serta harta yang dimiliki dalam satu kelompok yang sama.Namun,

dampak negatif lah yang begitu tampak ditimbulkan dari agresivitas dalam konflik.

Dalam penelitian Hasrullah (2009) mengenai “Dendam konflik poso periode 1998-

2001” menyatakan ketika perseteruan menyentuh ranah agama sebagai dasar

keyakinan umat, world-view, maka konflik tidak dapat dikendalikan lagi, sebab

masalah agama mudah menyulut sentimen individu dan kelompok yang sangat

sesnsitif dan berakibat kepada konflik berkepanjangan di Poso sehingga tampak

seolah-olah konflik antar agama yang akibatnya terjadi dendam, pembantaian, dan

lahirnya tragedi kemanusiaan yang semuanya termasuk bentuk agresivitas. Penelitian

lain yang dilakukan oleh Destrianus (2011) mengenai pengaruh sikap terhadap

agresivitas masyarakat pasca konflik sosial Halmahera, ditemukan bahwa semakin

positif sikap terhadap konflik sosial semakin tinggi pula agresivitas verbal/fisik yang

ditimbulkan oleh masyarakat.

Page 14: Hubungan Antara Prasangka dengan Agresivitas Pada Agama

5

Sebagai salah satu bentuk gejala kejiwaan, agresi pastilah mempunyai penyebab

tertentu.Dalamkonteks pengaruh subkultural, sumberagresi adalah komunikasi atau

kontaklangsung yang berulang kali terjadi antarsesama anggota masyarakat di

lingkungan tempat tinggal.Mengingat kondisi masyarakat,maka peer group berperan

juga dalammewarnai perilaku masyarakat yangbersangkutan.Dalam peristiwa konflik

antar agama ini, salah satu penyebab dari munculnya perilaku agresi adalah prasangka

dari dua kelompok agama yangberbeda tersebut.Konflik seringkali mendasari

munculnya perilaku agresi antar kelompok dan konflik antar kelompok seringkali

dipicu oleh keadaan in group vs out group sehingga anggota kelompok diwarnai oleh

perasaan prasangka (Helmi & Soedardjo, 1998).Walaupun masyarakat dari kedua

agama tersebut telah sejak lama hidupberdampingan pada suatu daerah tertentu,

perbedaan mendasar yang dimiliki olehkedua agama ini tetap saja mengakibatkan rasa

in group maupun out group dalamproses interaksi sosial mereka.Sejalan dengan ini,

Tajfel (1978) mengemukakan bahwa terjadinya prasangkadisebabkan adanya ”ingroup

favoritism”, yaitu kecenderungan untukmendiskriminasikan dalam perlakuan yang

lebih baik atau menguntungkaningroup di atas outgroup.

Salah satu teori prasangka adalah realistic conflict theory yang memandang

prasangka berakar dari kompetisi sejumlah kelompok sosial terhadap sejumlah

komoditas maupun peluang, apabila kompetisi berlanjut maka masing-masing anggota

akan memandang anggota kelompok lain sebagai musuh, sehingga jika terdapat isyarat

agresi maka perilaku agresi akan muncul (Baron & Byrne, 2004).Baron & Byrne

(2004) mendefinisikan prasangka sebagaisebuah sikap (biasanya negatif) terhadap

anggota kelompok tertentu, semataberdasarkan keanggotaan mereka dalam kelompok

tersebut. Prasangka merupakansalah satu fenomena yang hanya bisa ditemui dalam

Page 15: Hubungan Antara Prasangka dengan Agresivitas Pada Agama

6

kehidupan sosial.Seseorangtidak mungkin berprasangka bila tidak pernah mengalami

kontak sosial denganindividu lain, di samping itu prasangka memiliki fungsi heuristik

(jalan pintas),yaitu langsung menilai sesuatu tanpa memprosesnya secara terperinci

dalam alampikiran (kognisi) kita.Gunanya adalah agar kita tidak terlalu lama

membuangwaktu dan energi untuk sesuatu yang telah terlebih dahulu kita ketahui

dampaknya(Sarwono, 2006).Masalahnya, sering sekali orang berprasangka secara

berlebihansehingga orang tersebut tidak rasional lagi dan akhirnya membuat keputusan

yangkeliru.

Adanya berbagai kepentingan yang sama dari kolompok yang berbeda diatas

dapat menyebabkan munculnya prasangka pada tiap-tiap kelompok atau

agama,dimana prasangka tersebut akan meningkatkan kecenderungan untuk

berperilakuagresif pada kelompok lain atau agama lain. Sejalan dengan hal ini Jaspars

&Warnaen (1982) mengatakan bahwa terdapat dua hal yang seringkali

merupakansumber konflik antar kelompok dan salah satunya adalah prasangka.

Konflik agama yang sering terjadi di Indonesia dan menimbulkan banyak

kerugian baik fisik maupun psikis adalah diantaranya konflik yang terjadi antara

masyarakat penganut agama Kristen dan masyarakat penganut agama Islam.Prasangka

terhadap masyarakat penganut agama (Kristen-Islam) sudah jauh lebih lama muncul

dibandingkan dengan prasangka-prasangka yang muncul pada agama-agama lain di

Indonesia.Diantaranya konflik antara agama yang terjadi di Ambon Maluku dan Poso.

Secara singkat dapat disimpulkan bahwa dalam konflik antar agama

terdapattindakan-tindakan yang dimaksudkan secara sengaja untuk menyakiti

individumaupun kelompok lain yang dalam hal ini dapat diartikan sebagai agresi, dan

agresivitas dapat dimunculkan oleh adanya prasangka. Berpijak dari latarbelakang

Page 16: Hubungan Antara Prasangka dengan Agresivitas Pada Agama

7

permasalahan yang penulis kemukakan di atas, maka penulismengadakan penelitian

dengan judul “Hubungan antara Prasangka dengan Agresivitas pada Agama (Islam-

Kristen) di Poso Pasca Konflik Poso Tahun 1998-2001”.

TINJAUAN PUSTAKA

Agresivitas

Soemantri (2006) menjelaskan, bahwa perilaku agresif merupakan tindakan nyata

dan mengancam sebagai ungkapan benci. Sedangkan Buss & Perry (1992) mengatakan

bahwa agresivitas adalah tindakan yang bersifat kekerasan baik dalam bentuk fisik

maupun verbal yang bertujuan menyerang atau menyakiti orang lain. Pengertian

agresivitas menurut Buss & Perry (1992), yang dipakai dalam penelitian ini.

Aspek-aspek Agresivitas

Menurut Buss & Perry (1992), ada 4 aspek dalam Agresivitas yaitu :

a. Agresi Fisik (physical aggression) merupakan bentuk perilaku yang dilakukan

dengan menyerang secara fisik.

b. Agresi verbal (verbal aggression). Agresi yang dilakukan untuk melukai orang lain

secara verbal. Perilaku ini bertujuan untuk menyerang, melukai dan melanggar hak

orang lain berupa perkataan dan ucapan kasar.

c. Kemarahan (anger) merupakan suatu bentuk indirect aggression atau agresi tidak

langsung berupa perasaaan benci kepada orang lain maupun sesuatu hal atau

karena seseorang tidak mencapai tujuannya.

d. Permusuhan (hostility) merupakan komponen kognitif dalam agresivitas yang

terdiri atas perasaan ingin menyakiti dan ketidakadilan.

Page 17: Hubungan Antara Prasangka dengan Agresivitas Pada Agama

8

Sedangkan Soemantri (2006), menyatakan bahwa perilaku agresif dapat dibedakan

dilihat dari bagaimana perilaku agresif tersebut terungkap, yaitu:

a. Perilaku agresif yang bersifat fisik, berupa serangan langsung pada objek agresif.

b. Ledakan agresif, berupa tingkah laku yang tidak terkontrol seperti tantrum.

c. Perilaku agresif verbal, berupa dusta, marah, mengancam, dan sebagainya.

d. Perilaku agresif tidak langsung, misalnya merusak barang milik orang lainmenjadi

objek agresif.

Selanjutnya Sarwono (1999) menambahkan bahwa agresi terdiri daridua jenis yaitu

hostile aggression dan instrumental aggression.Hostileaggression adalah tindakan

agresi yang dilakukan berdasarkan perasaanpermusuhan, sedangkan instrumental

aggression adalah tindakan agresi yangditujukan semata-mata untuk mencapai tujuan

tertentu, bahkan antara pelakudan korban kadang-kadang tidak ada hubungan pribadi.

Berdasarkan uraian diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwaagresivitas

memiliki beberapa jenis antara lain adalah agresivitasyang bersifat fisik seperti

memukul maupun menendang, agresivitas yangbersifat verbal seperti mencaci,

perilaku kemarahan (Hostile aggression) danperilaku penolakan (instrumental

aggression).

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Agresivitas

Menurut Koeswara (1988), faktor-faktor yang menjadi pencetus kemunculan

perilaku agresif, yaitu:

a) Frustrasi.

b) Stres

c) Deindividuasi

Page 18: Hubungan Antara Prasangka dengan Agresivitas Pada Agama

9

d) Kekuasaan dan Kepatuhan

e) Efek Senjata

f) Provokasi

g) Alkohol

h) Suhu Udara

Menurut Dollard, dkk. (dalam Lever, 1976), prasangka dalam teori frustrasi agresi

termasuk ke dalam salah satu faktor yang mempengaruhi agresif. Orang yang memiliki

prasangka juga di pahami oleh Dollard, dkk. (dalam Lever, 1976) sebagai orang yang

juga telah memiliki perasaan frustrasi. Frustrasi dapat di sebabkan oleh berbagai

macam faktor.Allport (dalam Idhamsyah, 2012) menjelaskan ada empat hal yang

menyebabkan frustrasi yaitu; kekurangan pada kondisi fisik dan pemenuhan dasar,

masalah di keluarga, hidup lebih dekat pada komunitas, dan kondisi sosial dan

kebijakan sosial.

Selanjutnya, Baron & Byrne (2004) mengatakan adanya pengaruh dari faktor

“Prasangka” terhadap agresivitas, yang menyatakan bahwa agresivitas seringkali

didasari oleh konflik antar kelompok sedangkan konflik antar kelompok seringkali

dipicu oleh perasaan in group vs out group sehingga anggota kelompok diwarnai

perasaan prasangka. Salah satu teori tentang prasangka adalah realistic conflict theory

yang memandang prasangka berakar dari kompetisi sejumlah kelompok sosial

terhadap suatu komoditas maupun peluang, apabila kompetisi berlanjut maka masing-

masing anggota kelompok akan memandang anggota kelompok lain sebagai musuh,

sehingga jika terdapat isyarat agresi maka perilaku agresi akan muncul. Baron &

Byrne (2004) juga mengungkapkan bahwa ketika kelompok bersaing satu sama lain

untuk memperoleh sumber daya yang berharga (contoh: pekerjaan, perumahan,

Page 19: Hubungan Antara Prasangka dengan Agresivitas Pada Agama

10

kesempatan, pendidikan), mereka dapat memandang satu sama lain dengan pandangan

negatif yang terus meningkat. Hasilnya dapat berupa prasangka etnis dan rasial yang

berskala penuh, dan hal tersebut sayangnya sering kali diekspresikan secara terbuka,

dalam bentuk aksi agresi yang membahayakan dan diarahkan pada mereka yang

dipersepsikan sebagai musuh.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab agresivitas

diantaranya adalah faktor frustasi, stres, deindividuasi, kekuasaan & kepatuhan, efek

senjata, provokasi, alcohol, suhu udara dan faktor “prasangka”.

Prasangka

Baron & Byrne (2004) mendefinisikan prasangka sebagai sebuah sikap (biasanya

negatif) terhadap anggota kelompok tertentu, semata berdasarkan keanggotaan mereka

dalam kelompok tersebut.

Brown (2005) menyatakan bahwa prasangka seringkali didefinisikan sebagai

penilaian negatif yang salah atau tidak berdasar mengenai anggota suatu kelompok,

tetapi definisi semacam itu menimbulkan kesulitan konseptual karena ada masalah

pemastian apakah penilaian sosial itu memang salah atau sekedar menyimpang dari

kenyataan.Sebagai gantinya, prasangka didefinisikan sebagai sikap, emosi, atau

perilaku negatif terhadap anggota suatu kelompok karena keanggotaanya di kelompok

tersebut.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan oleh penulis bahwa prasangka

adalah suatu sikap negatif yang ditujukan kepada seseorang berkaitan dengan

keanggotaannya pada suatu kelompok tertentu.

Page 20: Hubungan Antara Prasangka dengan Agresivitas Pada Agama

11

Aspek Perilaku Prasangka

Terdapat tiga aspek prasangka yang diungkapkan oleh Sears (1985, h.148),

yaitu:

1. Kognitif

Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, berisi

persepsi, kepercayaan, dan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu.

2. Afektif

Merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional perasaan yang

dimiliki terhadap sesuatu, banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang kita

percayai sebagai benar dan berlaku bagi objek termaksud.

3. Konatif.

Merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap

yang dimiliki oleh seseorang.

Hubungan antara prasangka dengan agresivitas

Banyaknya konflik-konflik yang mengandung unsur-unsur agresi terjadi karena

prasangka agama ini, memicu munculnya penelitian-penelitian tentang hal tersebut,

diantaranya adalah penelitian dari Abidin (1999) yang meneliti tentang prasangka

rasial dan persepsi perilaku agresif pada kelompok mahasiswa pribumi dan Cina dari

empat universitas di kota Bandung. Abidin (1999) menemukan bahwa kelompok

mahasiswa yang lebih berprasangka memiliki tingkat persepsi agresi yang lebih positif

dibandingkan mahasiswa yang kurang berprasangka. Mereka lebih menerima jika

terjadi kekerasan yang dilakukan etniknya terhadap etnik lain.

Page 21: Hubungan Antara Prasangka dengan Agresivitas Pada Agama

12

Penelitian lain yang juga menyangkut tentang prasangka etnis yang dapat

menimbulkan perilaku agresif adalah penelitian yang dilakukan oleh Nuraeni &

Faturochman (2006) dengan judul faktor prasangka sosial dan identitas sosial dalam

perilaku agresi pada konflik warga: kasus konflik warga Bearland dan warga

Palmeriam matraman jakarta timur (social prejudice and social identity factors of

aggressive behavior in social conflicts), penelitian ini mendapatkan kesimpulan bahwa

prasangka sosial berpengaruh terhadap perilaku agresi baik pada warga Bearland

maupun pada warga Palmeriam. Penelitian ini mendapatkan data statistik yang sangat

signifikan mengenai variabel prasangka sosial dan variabel perilaku agresi.

Baron & Byrne (2004), menyatakan bahwa agresivitas seringkali didasari oleh

konflik antar kelompok sedangkan konflik antar kelompok seringkali dipicu oleh

perasaan in group vs out group sehingga anggota kelompok diwarnai perasaan

prasangka. Salah satu teori tentang prasangka adalah realistic conflict theory yang

memandang prasangka berakar dari kompetisi sejumlah kelompok sosial terhadap

suatu komoditas maupun peluang, apabila kompetisi berlanjut maka masing-masing

anggota kelompok akan memandang anggota kelompok lain sebagai musuh, sehingga

jika terdapat isyarat agresi maka agresivitas akan muncul.

Sikap penuh prasangka terhadap anggota kelompok ras atau agama berbeda telah

ditengarai sebagai prediktor potensial untuk peningkatan agresi terhadap anggota

kelompok-kelompok tersebut. Sikap prasangka telah diidentifikasi sebagai konstruk

psikologis utama dalam menjelaskan agresi yang dimotivasi secara agama dan rasial,

dengan merendahkan kelompok lain dan mempertanyakan keabsahan hak partisipasi

sosial mereka maka terbentuklah dasar untuk membenarkan perilaku agresif terhadap

kelompok minoritas (Krahe, 2005).

Page 22: Hubungan Antara Prasangka dengan Agresivitas Pada Agama

13

Dapat di simpulkan bahwa ketika kelompok bersaing satu sama lain untuk

memperoleh sumber daya yang berharga (contoh: pekerjaan, perumahan, kesempatan,

pendidikan), mereka dapat memandang satu sama lain dengan pandangan negatif yang

terus meningkat. Hasilnya dapat berupa prasangka agama dan rasial yang berskala

penuh, dan hal tersebut sayangnya sering kali diekspresikan secara terbuka, dalam

bentuk aksi agresi yang membahayakan dan diarahkan pada mereka yang

dipersepsikan sebagai musuh.

Hipotesis

Berdasarkan teori-teori yang telah disebutkan di atas dan dengan memperhatikan

pembatasan masalah pada penelitian ini, maka untuk mengetahui hubungan antara

prasangka dengan agresivitas, peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: “Ada

Hubungan signifikan antara Prasangka dengan Agresivitas pada Agama (Kristen-

Islam) di Poso Pasca Konflik Poso Tahun 1998-2001”.

METODE PENELITIAN

Variabel Penelitian

Prasangka(Variabel bebas)

Dalam penelitian ini pengukuran terhadap prasangka negatif dilakukan dengan

menggunakan skala sikap prasangka terhadap masyarakat agama Kristen-Islam yang

di kembangkan oleh peneliti sendiri. Selanjutnya skala sikap ini akan mengungkap 3

aspek dari prasangka yaitu aspek (1) aspek afeksi, yang merujuk pada perasaan emosi

(rasa suka atau tidak suka) mengenai objek sikap; (2) aspek konatif, menjelaskan

bagaimana seseorang akan berespon pada suatu hal tertentu; (3) aspek kognisi, yaitu

kepercayaan,persepsi dan informasi yang dimiliki individu tentang objek sikap.

Page 23: Hubungan Antara Prasangka dengan Agresivitas Pada Agama

14

Agresivitas (Variabel terikat)

Agresivitas adalah perilaku yang ditujukan untuk menyakiti orang lain baik secara

fisik maupun verbal. Pada penelitian ini agresivitas diukur dengan menggunakan skala

sikap agresivitasterhadap masyarakat agama Kristen-Islam. Selanjutnya skala sikap ini

mengungkap 4 aspek agresi, yaitu agresi fisik, agresi verbal, agresi kemarahan, dan

agresi permusuhan terhadap masyarakat agama Kristen-Islam; faktor-faktor tersebut

mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Buss dan Perry (1992), serta dikaitkan

dengan teori Soemantri (2006), dan Sarwono (1999).

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat agama kristen Kabupaten

Poso di Kecamatan Pamona puselembasebanyak 31.980 jiwa (2012). Sampel pada

penelitian ini adalah 122 orang dari populasi penelitian dengan usia 28-40 tahun.

Pemilihan usia subjek pada penelitian ini didasari pertimbangan bahwa pada usia ini

interaksi sosial yang dialami oleh individu akan meningkat.Desmita (2007),

menyatakan bahwa selama periode ini individu melibatkan diri secara khusus dalam

karir, pernikahan, dan hidup berkeluarga oleh karena itu pada masa ini dunia personal

menjadi lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya dan

sesudahnya.Selanjutnya menurut Levinson (1978), pada tahun ini pemilihan struktur

kehidupan pada individu menjadi lebih mantap dan telah menemukan tempatnya di

masyarakat.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah menggunakan skala

pengukuran psikologi, yang terdiri dari 2 skala, yaitu skala prasangkadan skala

perilaku agresivitas.Item dalam skala-skala tersebut dikelompokkan dalam pernyataan

favorable dan unfavorable dengan menggunakan 4 alternatif jawaban dari skala Likert

yang telah dimodifikasi yaitu, Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan

Page 24: Hubungan Antara Prasangka dengan Agresivitas Pada Agama

15

Sangat Tidak Sesuai (STS).Pernyataan favorableSTS=1, TS=2, S=3, SS=4

sedangkanPernyataanunfavorableSTS=4, TS=3, S=2, SS=1

Skor individu pada skala sikap, yang merupakan skor sikapnya, adalah jumlah skor

dari keseluruhan pernyataan yang ada dalam skala.Keseluruhan data diperoleh dari

skala psikologi yang telah dibagikan kepada subjek.

Berdasarkan pada perhitungan uji seleksi item dan reliabilitas Skala

Prasangkayang terdiri dari 29 item, diperoleh item yang gugur sebanyak 9 item, sisa

item yang tidak gugur sebanyak 20 item setelah pengujian dua putaran, dengan

koefisien korelasi item totalnya bergerak antara 0,305-0,710. Sedangkan teknik

pengukuran untuk menguji reliabilitas adalah menggunakan teknik koefisien Alpha

Cronbach, sehingga dihasilkan koefisien Alpha pada Skala Prasangka sebesar

0,860.Koefisien ini dikartagorikan dalam reliable yang cukup (Azwar, 1997).Hal ini

berarti SkalaPrasangka mempunyaireliabilitas yang baik.

Perhitungan uji seleksi item dan reliabilitas kelompok skala Agresivitasyang

terdiri dari 29 item, diperoleh 6 item yang gugur, sehingga tersisa 23 item yang dapat

di gunakan setelah dua kali putaran, dengan koefisien korelasi item total bergerak

antara 0,324-0,690, dan koefisien Alpha pada kelompok skalaAgresivitassebesar 0,892

yang artinya kelompok skala tersebut reliabel.

Analisis Data

Teknik yang digunakan untuk menguji hubungan antara kedua variabel penelitian

adalah korelasi Product Moment dari Pearson. Dalam penelitian ini, analisis data akan

dilakukan dengan bantuan program khusus komputer statistik yaitu SPSS version 16.0

for windows.

Page 25: Hubungan Antara Prasangka dengan Agresivitas Pada Agama

16

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Analisis Deskriptif

Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-rata, minimal, maksimal, dan standar

deviasi sebagai hasil pengukuran skala Prasangkapada masyarakat Agama Kristen di

Kecamatan Pamona Puselemba Kabupaten Poso dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1.1

Kategori Prasangka

Interval Kategori F % Mean SD

68 ≤ x ≤ 80 Sangat Tinggi 4 3,29 %

47,573

10,624 56 ≤ x <68 Tinggi 23 18,86%

44 ≤ x <56 Sedang 51 41,80%

32 ≤ x <44 Rendah 36 29,50%

20 ≤ x <32 Sangat Rendah 8 6,55%

Jumlah 122 100%

Maximum = 78

Minimum = 24

Dari tabel 1.1 di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar Masyarakat memiliki

Prasangka yang berada pada kategori sedang yaitu 51orang atau sebesar 41,80%.

Kemudian juga Masyarakat yang memiliki Prasangka pada kelompok yang sangat

tinggi yaitu 4 orang atau sebesar 3,29%. Lalu pada Masyarakat dengan tingkat

Prasangka yang tinggi yaitu 23 orang atau sebesar 18,85%. Kemudian di tingkat

Prasangka yang rendah pada masyarakat sebesar 36 orang atau sebesar 29,50 %. Dan

yang terakhir dalam kelompok yang sangat rendah pada Prasangka pada masyakat

sebanyak 8 orang atau sebesar 6,55%. Skor paling rendah adalah 24, skor paling tinggi

adalah 78, dan rata-ratanya sebesar 47,573 dengan standar deviasi 10,624.

Selanjutnya hasil perhitungan nilai rata-rata, minimal, maksimal, dan standar

deviasi sebagai hasil pengukuran skala Agresivitaspada masyarakat Agama Kristen di

Kecamatan Pamona Puselemba Kabupaten Poso dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Page 26: Hubungan Antara Prasangka dengan Agresivitas Pada Agama

17

Tabel 1.2

Kategori Agresivitas

Interval Kategori F % Mean SD

78,2 ≤ x ≤ 92 Sangat Tinggi 4 3,28 %

54,393

11,988 64,4 ≤ x <78,2 Tinggi 16 13,11%

50,6 ≤ x <64,4 Sedang 53 43,44%

36,8 ≤ x <50,6 Rendah 39 31,97%

23 ≤ x <36,8 Sangat Rendah 10 8,20%

Jumlah 122 100%

Maximum = 90

Minimum = 27

Dari tabel 1.2 di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar Masyarakat memiliki

Agresivitas yang berada pada kategori sedang yaitu 53 orang atau sebesar 43%.

Kemudian juga Masyarakat yang memiliki Agresivitas pada kategori yang sangat

tinggi yaitu 4 orang atau sebesar 3,28%. Lalu pada Masyarakat dengan tingkat

Agresivitas yang tinggi yaitu 16 orang atau sebesar 13,11%. Kemudian di tingkat

Agresivitas yang rendah pada Masyarakat sebesar 39 orang atau sebesar 31,97 %. Dan

yang terakhir dalam kategori yang sangat rendah pada Agresivitas pada Masyarakat

sebanyak 10 orang atau sebesar 8,20%. Skor paling rendah adalah 27, skor paling

tinggi adalah 90, dan rata-ratanya sebesar 54,393dengan standar deviasi 11,988.

Page 27: Hubungan Antara Prasangka dengan Agresivitas Pada Agama

18

Uji Asumsi

Uji asumsi yang dilakukan terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas. Uji

normalitas dapat dilihat pada tabel 1.3 di bawah ini:

Tabel Skala 1.3 Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Prasangka Agresivitas

N 122 122

Normal Parametersa Mean 47.5738 54.3934

Std. Deviation 10.62425 11.98867

Most Extreme

Differences

Absolute .087 .079

Positive .087 .079

Negative -.049 -.054

Kolmogorov-Smirnov Z .962 .869

Asymp. Sig. (2-tailed) .313 .437

a. Test distribution is Normal.

Pada Tabel Skala 1.3 pada kelompok Prasangkadiperoleh nilai K-S-Z sebesar

0,962 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,313 (p>0,05). Kelompok

Agresivitas nilai K-S-Z sebesar 0,869 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar

0,437.Dengan demikian kedua kelompok berdistribusi normal.

Page 28: Hubungan Antara Prasangka dengan Agresivitas Pada Agama

19

Sementara itu, hasil uji linearitas dapat dilihat pada tabel 1.4 di bawah ini :

Tabel Skala 1.4 Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara

variabel bebas dengan variabel tergantung. Hubungan yang linear menggambarkan

bahwa perubahan pada variabel bebas akan cenderung diikuti oleh perubahan variabel

tergantung dengan membentuk garis linear. Uji lineritas hubungan antara prasangka

dengan agresivitas masyarakatdiperoleh nilai Fhitung sebesar 1,296 lebih kecil dari nilai

Ftabel yang sebesar 279,307 dengan nilai probabilitas sebesar 0,168 > 0,05. Dari data di

atas dapat dikatakan bahwa variabel prasangka mempunyai korelasi yang linear

dengan variabel agresivitas.

ANOVA Table

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Agresivitas *

Prasangka

Between

Groups

(Combined) 17245.332 36 479.037 279.307 .000

Linearity 17167.537 1 17167.537 1.001E4 .000

Deviation from

Linearity 77.795 35 2.223 1.296 .168

Within Groups 145.783 85 1.715

Total 17391.115 121

Page 29: Hubungan Antara Prasangka dengan Agresivitas Pada Agama

20

Korelasi Prasangka dan Agresivitas

Korelasi Prasangka dan Agresivitas dapat di lihat pada tabel di bawah ini :

Tabel Skala 1.5 Uji Korelasi

Correlations

Prasangka Agresivitas

Prasangka Pearson

Correlation 1 .994

**

Sig. (1-tailed) .000

N 122 122

Agresivitas Pearson

Correlation .994

** 1

Sig. (1-tailed) .000

N 122 122

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Pada skala 1.4 di atas dapat di defenisikan bahwa korelasi antara Prasangka

dengan Agresivitas adalah 0,994 dan tingkat signifikan antara keduanya adalah 0,000

pada populasi 122. Kemudian korelasi Agresivitas dengan Prasangka adalah 0,994 dan

tingkat signifikan antara keduanya adalah 0,000 pada populasi 122.

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisa data penelitian mengenai Hubungan Antara Prasangka

dengan Agresivitas Pada Agama Kristen-Islam di Poso Pasca Konflik Poso Tahun

1998-2001 dengan menggunakan program SPSS versi 16.0, diperoleh korelasi antara

Prasangka dengan Agresivitas di peroleh hasil perhitungan koefisien korelasi (r)

sebesar 0,994 dengan signifikansi sebesar 0,00 (p < 0,05). Dapat disimpulkan bahwa

ada hubungan positif signifikan antara Prasangka dengan Agresivitaspada

AgamaKristen-Islam di Poso Pasca Konflik Poso 1998-2001 artinya semakin positif

masyarakat agama kristen yang berprasangka dengan Agama Islam maka semakin

Page 30: Hubungan Antara Prasangka dengan Agresivitas Pada Agama

21

tinggi pula Agresivitas Masyarakat Kristen. Sebaliknya semakin negatif masyarakat

agama kristen yang berprasangka dengan agama islam maka semakin rendah pula

agresivitas masyarakat Kristen.

Sebagian besar masyarakat yang menganggap bahwa prasangka yang menjadi

bagian dari kehidupan akan menimbulkan adanya agresivitas.Hal ini sejalan dengan

pendapat dari Krahe (2005), yang menyatakan bahwa sikap penuh prasangka terhadap

anggota kelompok ras atau agama berbeda telah ditengarai sebagai prediktor potensial

untuk peningkatan agresi terhadap anggota kelompok-kelompok tersebut. Sikap

prasangka telah diidentifikasi sebagai konstruk psikologis utama dalam menjelaskan

agresi yang dimotivasi secara agama dan rasial, dengan merendahkan kelompok lain

dan mempertanyakan keabsahan hak partisipasi sosial mereka maka terbentuklah dasar

untuk membenarkan agresivitas terhadap kelompok pemeluk agama mayoritas lainnya.

Penelitian lain yang juga menyangkut tentang prasangka yang dapat

menimbulkan agresivitas adalah penelitian yang dilakukan oleh Nuraeni &

Faturochman (2006) dengan judul faktor prasangka sosial dan identitas sosial dalam

tindakan agresi pada konflik warga: kasus konflik warga Bearland dan warga

Palmeriam matraman jakarta timur (social prejudice and social identity factors of

aggressive behavior in social conflicts), penelitian ini mendapatkan kesimpulan bahwa

prasangka sosial berpengaruh terhadap tindakan agresi baik pada warga Bearland

maupun pada warga Palmeriam. Penelitian ini mendapatkan data statistik yang sangat

signifikan mengenai variabel prasangka sosial dan variabel agresivitas.Lebih jauh

menelusuri hubungan antara prasangka dengan agresivitas, pendapat dari beberapa

tokoh dapat menjelaskan fenomena ini, seperti Baron dan Byrne (2004), yang

berpendapat bahwa adanya stereotipe adalah indikator dari prasangka dan prasangka

Page 31: Hubungan Antara Prasangka dengan Agresivitas Pada Agama

22

menimbulkan perilaku diskriminatif yang salah satu bentuknya adalah tindakan agresif

yang merusak. Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Baron dan Byrne,

Billig dan Tajfel, (1973) menyatakan bahwa prasangka dan diskriminasi adalah hal

yang seringkali merupakan sumber dari konflik antar kelompok disebabkan oleh

kategorisasi sosial, identitas sosial dan perbandingan sosial.

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan, maka dapat

ditarik suatu kesimpulan bahwaada hubungan positif dan signifikan antara Prasangka

dengan Agresivitaspada Agama(Kristen-Islam) di Poso Pasca Konflik Poso 1998-

2001dari hasil ini penulis melihat bahwa masyarakat yang sangat berprasangka dengan

masyarakat pemeluk agama lain (Islam) cenderung melakukan agresivitasyang tinggi

namun sebaliknya masyarakat yang kurang atau bahkan tidak berprasangka terhadap

masyarakat pemeluk agama lain (Islam)cenderung tidak melakukan agresivitas yang

tinggi. Hal ini dapat terlihat dari Sumbangan efektif dari prasangka dalam agresivitas

sebanyak 98,8% dari seluruh sumbangan efektif yang ada (100%) sementara 1,2%

berasal dari faktor lainnya.

Saran

Setelah penulis melakukan penelitian dan pengamatan langsung dilapangan serta

melihat hasil penelitian yang ada, maka berikut ini beberapa saran yang penulis

ajukan:

1. Bagi subjek penelitian. Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan bagi subjek

penelitian (masyarakat agamakristen) yang memiliki prasangka yang tinggi agar

lebih bisa untuk meminimalkan atau menghilangkan prasangka yang negative. Hal

itu dapat dilakukan dengan cara menambah pengetahuan tentang prasangka

Page 32: Hubungan Antara Prasangka dengan Agresivitas Pada Agama

23

negatifdan dampaknya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga juga akhirnya

tindakan agresivitas berkurang atau hilang untuk terwujudnya keharmonisan dan

perdamaian yang sesungguhnya dari kedua belah pihak masyarakat pemeluk agama.

2. Bagi Pemerintah dan kepala daerah. Hendaknya pihak pemerintah terutama bagi para

kepala daerahagar dapat membantu memberikan pemahaman serta pegentahuan

supaya masyarakat dapat meminimalkan prasangka mereka terhadap pemeluk agama

lain dengan latar belakang konflik poso, dan memperhatikan serta mengontrol

kegiatan-kegiatan dalam masyarakat, sehingga yang mengarah pada prasangka pasca

konflik tidak tampak lagi dalam masyarakat. Selain itu pemerintah atau kepala daerah

juga harus sering mengadakan kegiatan-kegiatan yang dapat membangun

keharmonisan serta kekompakan dalam masyarakat poso yang berujung pada

perdamaian yang sesungguhnya dalam masyarakat poso.

3. Bagi Peneliti selanjutnya. Peneliti selanjutnya dapat melakukan atau mengukur lebih

mendalam tentang hubungan prasangka dengan agresivitas pada agama (Islam-Kristen)

pasca konflik poso dengan mengambil populasi atau sampel masyarakat pemeluk

agama Islam, untuk melihat perbandingan hubungan apakah hasilnyasama atau berbeda

dengan populasi atau sampel pada masyarakat pemeluk agama Kristen.

Page 33: Hubungan Antara Prasangka dengan Agresivitas Pada Agama

24

DAFTAR PUSTAKA Abidin, Z. 1999. Prasangka Rasial dan Persepsi Agresi pada Kelompok

Mahasiswa Pribumi dan Cina dari Empat Perguruan Tinggi di

Bandung.Tesis. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Azwar, Saifuddin. 1999. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Sigma Alpha.

Azwar, S. (2012).Penyusunan skala psikologi.Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar

Baron, A. R., & Byne, D. (2004).Psikologi sosial.Jakarta: Penerbit Erlangga.

Billig, M. & Tajfel, H. 1973, Social categorization and similarity in Intergroup

behavior, European Journal of Social Psychology, 3, 27-52.

Brown, Robert. 2005. Menangani Prasangka dari Perspektif Psikologi Sosial.

Jogjakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Buss A.H., & Perry M., (1992). The aggression questionnaire.Journal of

personality and social psychology 63, 452-459.

Desmita. 2007. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Destrianus, (2011).Hubungan antara sikap terhadap konflik sosial di Halmahera

Tahun 1999-2000 dengan agresivitas mahasiswa Halmahera.Salitiga:

Fakultas PsikologiUKSW.

Fisher, Simon, dkk. (2001). Mengelola Konflik : Keterampilan dan Strategi

Untuk Bertindak, Cetakan Pertama, Alih Bahasa S.N. Kartikasari, dkk, The

British Counsil, Indonesia, Jakarta.

Hasrullah. (2009). Dendam konflik poso(periode 1998-2001). Jakarta : PT.

Gramedia pustaka utama.

Helmi & Soedardjo. 1998. Beberapa Perspektif Perilaku Agresi. Buletin

Psikologi. No. 2, 9-15.

Jaspars, J.M.S. & Warnaen, S. 1982. Intergroup Relation, Ethnic Identity and

Self-evaluation in Indonesia, in H. Tajfel (ed) Social Identity

andIntergroup Relation, London: Cambridge University Press

.

Krahe, B. (2005). Perilaku agresif.Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Lestari.(2009, januari 26).Informasi umum tentang Indonesia.Dipetik Februari

27, 2013, dari lestari web:

Lever , H. (1976). “Frustatio and Prejudice in South Africa”. Journal of Social

psychology, 100 (1), 21-33

Levison, D.J., Darrow, D.N., Klein, E.B., Levinson MA & McKee, B. 1978.The

Seasons Of a Man’s Life. New York: Knopf

Page 34: Hubungan Antara Prasangka dengan Agresivitas Pada Agama

25

Maharani, dkk (2004).Gambaran penyesuaian Sosial Dan Agresivitas Pada

Remaja Yang Pernah Hidup Dalam Situasi Konflik Di Aceh.Unika Atma

Jaya.

Mar’at, 1991.Sikap manusia perubahan serta pengukurannya.Jakarta: Ghalia

Indonesia.

Nuraeni & Faturochman. 2006. Faktor Prasangka Sosial dan Identitas Sosial

dalam Perilaku Agresi pada Konflik Warga: Kasus Konflik Warga

Bearland dan Warga Palmeriam Matraman Jakarta Timur.

SosiosainsBerkala Penelitian Pascasarjana Ilmu-Ilmu Sosial Universitas

GadjahMada. Vol.19.

Sarwono, Sarlito W. 1999. Psikologi Sosial: Individu dan Teori-teori Psikologi

Sosial. Jakarta: Balai Pustaka

Sears, D.O, dkk. (1985). Psikologi Sosial jilid 2. Jakarta: Erlangga

Soemanntri, Sutjihati. 2006. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT Refika

Aditama.

Tajfel, H. (ed). 1978. Differentiation betweeen Social Groups: Studies in the

Social Psychology of Intergroup Relations, European Monographs in

Social Psychology, No 14, London: Academic Press