pengaruh ukuran perusahaan terhadap agresivitas pajak

17
74 PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK DENGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) SEBAGAI VARAIBEL MODERASI Findria Prameswari Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan mengetahui apakah corporate social responsibility (CSR) dapat memperlemah hubungan antara ukuran perusahaan dengan agresivitas pajak. Informasi dalam laporan tahunan atau keuangan perusahaan digunakan untuk menguji dan menghitung proksi variabel-variabel tersebut. Populasi yang digunakan adalah perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2011-2015. Teknik analisis data menggunakan analisis statistic SPSS dengan MRA ( Moderated Regression Analysis). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak dan corporate social responsibility (CSR) tidak dapat memperlemah hubungan antara ukuran perusahaan dengan agresivitas pajak. Kata Kunci : Corporate Social Responsibility (CSR), Ukuran Perusahaan, Agresivitas Pajak. ABSTRACT This study aims to examine and determine whether corporate social responsibility (CSR) can weaken the relationship between firm size and tax aggressiveness. Information in annual reports or corporate finances is used to test and quantify the proxies of those variables. The population used is mining firm listed on the BEI in 2011-2015. Data were analyzed using SPSS statistical analysis with MRA (Moderated Regression Analysis). The results showed firm size not have effect on tax aggressiveness and that corporate social responsibility (CSR) can not weaken the relationship between firm size and tax aggressiveness. Keywords: Corporate Social Responsibility (CSR), Firm Size, Tax Aggressiveness. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang tinggi di dunia. Bukan hanya itu, Indonesia juga memiliki kekayaan akan sumber daya yang melimpah dan merupakan kawasan lalu lintas perdagangan dunia karena letak geografisnya yang cukup strategis. Keadaan seperti itu menyebabkan banyak perusahaan dalam negeri maupun luar negeri tertarik untuk mendirikan usahanya di Indonesia dan menjadi hal yang menguntungkan bagi negara dalam hal peningkatan pendapatan terutama dari sektor perpajakan. Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3 Issue 4 (2017)

Upload: others

Post on 26-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK

74

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP AGRESIVITAS

PAJAK DENGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)

SEBAGAI VARAIBEL MODERASI

Findria Prameswari

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya

[email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan mengetahui apakah corporate social

responsibility (CSR) dapat memperlemah hubungan antara ukuran perusahaan dengan

agresivitas pajak. Informasi dalam laporan tahunan atau keuangan perusahaan digunakan

untuk menguji dan menghitung proksi variabel-variabel tersebut. Populasi yang digunakan

adalah perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2011-2015. Teknik

analisis data menggunakan analisis statistic SPSS dengan MRA (Moderated Regression

Analysis). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh

terhadap agresivitas pajak dan corporate social responsibility (CSR) tidak dapat

memperlemah hubungan antara ukuran perusahaan dengan agresivitas pajak.

Kata Kunci: Corporate Social Responsibility (CSR), Ukuran Perusahaan, Agresivitas Pajak.

ABSTRACT

This study aims to examine and determine whether corporate social

responsibility (CSR) can weaken the relationship between firm size and tax aggressiveness.

Information in annual reports or corporate finances is used to test and quantify the proxies of

those variables. The population used is mining firm listed on the BEI in 2011-2015. Data

were analyzed using SPSS statistical analysis with MRA (Moderated Regression Analysis).

The results showed firm size not have effect on tax aggressiveness and that corporate social

responsibility (CSR) can not weaken the relationship between firm size and tax

aggressiveness.

Keywords: Corporate Social Responsibility (CSR), Firm Size, Tax Aggressiveness.

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang tinggi di dunia.

Bukan hanya itu, Indonesia juga memiliki kekayaan akan sumber daya yang melimpah dan

merupakan kawasan lalu lintas perdagangan dunia karena letak geografisnya yang cukup

strategis. Keadaan seperti itu menyebabkan banyak perusahaan dalam negeri maupun luar

negeri tertarik untuk mendirikan usahanya di Indonesia dan menjadi hal yang

menguntungkan bagi negara dalam hal peningkatan pendapatan terutama dari sektor

perpajakan.

Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3 Issue 4 (2017)

Page 2: PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK

75

Pajak memegang peranan penting dalam perekonomian negara. Hal ini dikarenakan

pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang berasal dari iuran wajib rakyat,

dimana ketentuan pungutannya diatur dalam undang-undang seperti yang dinyatakan dalam

pasal 23A Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen III. Pasal 23A UUD 1945 menjelaskan

bahwa pajak dan pungutan lain yang memiliki sifat paksaan dan digunakan untuk keperluan

negara diatur dengan undang-undang. Pemerintah menggunakan pajak yang diperoleh dari

wajib pajak orang pribadi maupun wajib pajak badan untuk melaksanakan tanggung jawab

negara di berbagai sektor kehidupan guna mencapai kesejahteraan umum, termasuk

masyarakat dan bangsa Indonesia.

Sebagai salah satu sumber pendapatan terbesar negara pajak merupakan hal yang

krusial, baik itu dari segi pelaksanaan, pemungutan maupun peraturan perundang-

undangannya. Sementara bagi perusahaan, pajak dianggap sebagai biaya yang akan

mengurangi keuntungan perusahaan dan memperkecil laba bersih. Kondisi itulah yang

menyebabkan banyak perusahaan berusaha mencari cara untuk mengurangi biaya pajak yang

dibayar. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan perusahaan akan bersikap agresif

dalam perpajakan. (Chen et al., 2008)

Perusahaan-perusahaan yang berdiri saat ini umumnya tidak bertujuan untuk

mensejahterakan pemegang sahamnya saja dengan memperoleh laba, perusahaan juga tidak

puas dengan menghemat pajak yang sedikit. Dalam prakteknya, perusahaan-perusahaan

tersebut akan berusaha dengan berbagai cara untuk menghemat pajak semaksimal mungkin

meski resiko yang akan ditanggung semakin besar juga. Perusahaan melaksanakan

perencanaan pajak (tax planning) dengan baik agar terhindar dari sanksi administrasi

maupun pidana karena adanya perbedaan penafsiran antara aparat fikus dengan wajib pajak

akibat dari begitu luasnya peraturan perpajakan yang berlaku dan system informasi yang

belum efektif. Perusahaan memerlukan perencanaan pajak yang agresif untuk dapat

menghemat pajaknya. Penghematan pajak seperti ini dikenal dengan istilah agresivitas pajak

(tax aggressive).

Agresivitas pajak merupakan perencanaan pajak yang agresif. Perencanaan pajak

tersebut dianggap agresif apabila melanggar peraturan pajak yang ada dan berdampak negatif

pada kelangsungan perusahaan. Menurut Hlaing (2012) agresivitas pajak adalah suatu

kegiatan perencanaan pajak yang dilakukan oleh perusahaan dimana memiliki tujuan untuk

mengurangi beban pajak yang dibayar dalam periode tersebut yang akan berakibat turunnya

Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3 Issue 4 (2017)

Page 3: PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK

76

tarif pajak efektif. Agresivitas pajak dapat juga dapat diartikan sebagai suatu tingkat

keagresifan perusahaan untuk menghemat pajak yang seharusnya dibayar.

Tindakan agresivitas pajak menurut Ngadiman dan Puspitasari (2014) disebabkan

salah satunya oleh ukuran perusahaan. Dalam penelitian tersebut menemukan bahwa

perusahaan dengan skala yang lebih besar akan memiliki aktivitas operasi perusahaan yang

lebih banyak dan rumit sehingga terdapat celah-celah untuk dimanfaatkan dalam keputusan

tax avoidance. Sedangkan Hanum dan Zulaikha (2013) menjelaskan bahwa perusahaan yang

lebih besar akan membayar pajak yang lebih tinggi, sehingga dapat dikatakan laba yang

semakin besar akan menunjukkan tarif efektif pajak yang semakin besar juga. Ukuran

perusahan adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba, semakin besar laba bersih

maka perusahaan dianggap semakin besar (Suyanto dan Supramono, 2012). Besar kecilnya

sebuah perusahaan dapat dipengaruhi dari seberapa besar penjualan yang dilakukan oleh

perusahaan.

Tetapi tidak semua perusahaan besar akan membayar pajak yang tinggi. Dharma dan

Ardiana (2016) menunjukkan perusahaan besar akan lebih mudah melakukan praktik tax

avoidance karena perusahaan tersebut memiliki sumber daya yang lebih unggul dibandingkan

dengan perusahaan kecil. Sumber daya unggul yang dimiliki perusahaan dapat dimanfaatkan

untuk meminimalkan beban pajak yang seharusnya dibayarkan dengan cara memanfaatkan

celah-celah peraturan perpajakan yang berlaku. Persepsi tersebut sejalan dengan teori

akuntansi positif yang dikemukakan oleh Watts dan Zimmerman (1990) menyatakan bahwa

tujuan utama teori akuntansi positif adalah untuk menjelaskan dan memprediksi pilihan

standar akuntansi oleh manajemen. Dan sejalan juga dengan teori perilaku terencana yang

dikemukakan oleh Ajzen (1991) bahwa wajib pajak memiliki kesadaran untuk melakukan

tindakan agresif terhadap pajak yang menyebabkan wajib pajak tersebut akan memiliki niat

dan melakukan tindakan agresif terhadap pajak.

KAJIAN PUSTAKA

Teori Akuntansi Positif (PositiveAAccounting Theory)

Watts dan Zimmerman (1990) menyatakan bahwa pendekatan akuntansi positif

bertujuan untuk mempredikasi dan menjelaskan pilihan standar akuntansi mana yang dipilih

manajemen dengan menganalisis manfaat dan biaya tertentu dalam hubungannya dengan

alokasi sumber daya dan berbagai individu dalam perekonomian. Hipotesis Biaya politik

termasuk dalam bagian teori akuntansi positif menjelaskan manajer cenderung lebih memilih

Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3 Issue 4 (2017)

Page 4: PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK

77

prosedur akuntansi yang menyerah pada laba yang dilaporkan dari masa sekarang menuju

masa depan jika biaya politik yang harus ditanggung perusahaan semakin besar. Untuk itu

dalam rangka meyakinkan pemerintah bahwAprofit yang dimiliki perusahaan tidak terlalu

besar perusahaan memilih untuk mengadopsi kebijakan akuntansi income-decreasing

(pendapatan menurun).

Teori Perilaku Terencana (Theory of Planned Behavior)

Ajzen (1991) mengemukakan teori perilakuAterencana yang menjelaskan bahwa

perilaku akan timbul oleh individu karena adanya niat untuk beperilaku. Teori perilaku

terencana dapat menjelaskan bagaimana perilaku wajibApajak tersebut untuk melaksanakan

kewajibannya membayar pajak. Individu dapat memiliki keyakinan mengenai hasil yang akan

diperolehnya sebelum individu melakukan sesuatu hal. Kemudian wajib pajak dapat

memutuskan untuk melakukannya atauAtidak. Setelah wajibApajak memiliki kesadaran

untuk melakukan tindakan agresif terhadap pajak, maka wajibApajak tersebut akan berniat

untuk melakukan tindakan agresif terhadap pajak.

Teori Legitimasi (Legitimacy Theory)

Teori legitimasi adalah sistem dimana perusahaan akan mengelola dan berorientasi

untuk berpihak kepada masyarakat,Apemerintah, kelompok dan individu masyarakat (Gray et

al, 1996). Legitimasi perusahaan memiliki tanggung jawab kepada tuntutan atau harapan

masyarakat karena adanya tanggung jawab sosial perusahaan (Kuznetsov dan Kuznetsova,

2008). Hal ini dapat diartikan jika masyarakat beranggapan organisasi tersebut telah

melakukan pelanggaran secara kontrak sosial maka kelangsungan hidup suatu organisasi

tersebut akan terancam. Sebagai wujud tanggungAjawab kepada masyarakat dan sekitar

perusahaan akan melakukan kegiatan CSR, atau dapat diartikan perusahaan peduli akan

masyarakat dan lingkungannya. Sama dengan wujud usaha peningkatan kesejahteraan

pembangunan nasional dan masyarakat, tanpa melakukan agresivitas pajak atau mengurangi

pajak perusahaan dapat taat dalam pembayaran pajak sesuai dengan ketentuanAyang berlaku.

Dapat dikatakan, perusahaan dengan banyak pengungkapan aktivitas CSR-nya maka semakin

kecil memungkinkan dalam hal bertindak agresivitas terhadap pajak dan tentu akan

merugikan perusahaan sendiri dan masyarakat.

Agresivitas Pajak

Hlaing (2012) menjelaskan agresivitasApajak merupakan aktivitas perusahaan dalam

merencanakan pajak (tax planning) yang melibatkan usaha untuk pengurangan pajak

seharusnya. Tax Planning adalah proses pengendalian perilaku agar tidak terkena

Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3 Issue 4 (2017)

Page 5: PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK

78

konsekuensi pembayaran pajak yang tidak diharapkan. Perusahaan yang bertindak agresif

terhadap pajak biasanya dikatakan sama halnya denganAperusahaan tersebut tidakApeduli

akan keadaan sosialAdisekitarnya. Avi-yonah (2006) menjelaskan bahwa tujuan menekan

biaya pajak yang harus dibayar oleh perusahaan akan dapat dimengerti dan akan

menampakkan beberapa perilaku pemangku kepentingan atau komunitas lainnya di

perusahaan. Perencanaan beban pajak yang baik diperlukan oleh perusahaan, maka dari itu

untuk mendorongAperusahaan agar dapat bersaing denganAperusahaan yang lain diperlukan

perencanaan yang sesuai denganAketentuan yang berlaku.

Ukuran Perusahaan

Machfoedz (1994) yang dikutip oleh Suwito dan Herawati (2005) menjelaskan bahwa

ukuranAperusahaan merupakan suatu pengukuran yang dapat menggolongkan perusahaan

menjadi kecildan besar menurut berbagai cara seperti total aset atau total aktiva perusahaan,

rata-rata tingkat penjualan, nilai pasar saham, dan total penjualan. Umumnya

ukuranAperusahaan dapat dibagi dalam 3 bagian, yaitu large firm (perusahaanAbesar),

medium firm (perusahaanAmenengah), dan small firm (perusahaanAkecil). Semakin

perusahaan tersebut besar maka tentu mempunyai perilaku operasi yang besar juga.

Perusahaan dalam skala besar tentu mempunyai pengalaman lebih lama untuk melakukan

operasinya, dan mempunyai pengalaman yang lebih dalam strategiAuntuk keberlanjutan

operasinya, tak terkecuali tindakan meminimalkan pajak (Kristanto, 2013).

Corporate Social Responsibility (CSR)

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan pendekatan yaitu perusahaan

berintegrasi kepedulian sosial di operasi bisnis serta dalam interaksi perusahaan dengan para

pemangku kepentingan yang berdasar pada kemitraan dan sukarela (Nuryana, 2005).

Nirmalasari (2012) menyatakan perusahaan-perusahaan yang berlokasi di luar negeri, seperti

di Amerika SerikatAdan Eropa, akan lebih luas dalam hal pengungkapan kegiatan CSR.

Dechant dan Altman (1994) menjelaskan menjalankan kegiatan CSR adalah bagian

dariAperencanaan perusahaan. CSR bukanlah kegiatan menguras keuangan perusahaan

namun menjadi hal yang menguntungkan kompetitif dan pada akhirnya dapat

memberikanAkeuntungan untuk perusahaan (Strike, 2006). Namun perlahan-lahan CSR kini

menjadi bagian yang sangat penting dari dunia usaha. Pelan tapi pasti CSR telah menjadi

agenda wajib atau rencana strategis perusahaan. Menurut Citraningrum, dkk (2014) CSR

bukanlah formalitas akan tetapi ikut berperan membangun ekonomi berkelanjutanAguna

meningkatkan lingkungan yang bermanfaat dan kualitas kehidupan, tidak hanyaAbagi

Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3 Issue 4 (2017)

Page 6: PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK

79

perusahaan, akan tetapi masyarakat dan komunitas setempat. PerusahaanAmengungkapkan

CSR sebagai bentuk pengabdiannya kepada masyarakat. Perusahaan akan lebih transparan

dalam melaporkan informasi keuangannya, sehingga terdapat sedikit kemungkinan

perusahaan akan melakukan tindakan agresif terhadap pajak.

Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Agresivitas Pajak

Perusahaan diklasifikasikan kecil atau besar dari salah satunya dari kecil besarnya

total penjualan perusahaan. Tolok ukur yang digunakan untuk memperlihatkan kecil besarnya

suatu perusahaan, antara lain total penjualan, jumlah pelanggan tetap dan total aktiva

(Sunarto dan Budi 2009). Semakin besar total penjualan atau aset, maka ukuran suatu

perusahaan semakin besar juga (Mulianti, 2010). Untuk menurunkan ETR suatu perusahaan

perusahaan berkesempatan cukup besar merencanakan pajak yang baik dengan mempraktikan

akuntansi yang efektif (Rodriguez dan Arias, 2012). Penjualan yang dilakukan perusahaan

akan memengaruhi banyaknya laba perusahaan. Semakin besar laba yang dimiliki suatu

perusahaan akan berdampak semakin besarnya juga pajak yang harus dibayarkan perusahaan

tersebut. Sejalan dengan teori akuntansi positif, dalam rangka meyakinkan pemerintah bahwa

profit yang dimiliki perusahaan tidak terlalu besar perusahaan akan mengadopsi kebijakan

akuntansi income-decreasing (pendapatan menurun).

H1: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap agresivitas pajak

Corporate Social Responsibility Memperlemah Hubungan Ukuran Perusahaan terhadap

Agresivitas Pajak

Kegiatan CSR merupakan perwujudan perhatian perusahaan terhadap masyarakat,

selain dengan membayar pajak dengan benar dan baik. CSR merupakan wujud hubungan

komunikasi. Hal ini dilakukan agar perusahaan memiliki citra positif dimata stakeholder

maupun masyarakat luas. Sejalan dengan teori legitimasi disamping mendapatkan

keuntungan yang maksimal perusahaan dituntut untuk perhatian kepada masyarakat. Ukuran

perusahaan dapat berhubungan positif dengan agresivitas pajak. Akan tetapi, ketika terjadi

faktor lain seperti adanya CSR diduga akan memperlemah hubungan antara ukuran

perusahaan dengan agresivitas pajak. CSR tersebut akan memperkuat nilai CETR yang

berarti perusahaan akan lebih transparan untuk membangun hubungan yang baik dengan

masyarakat ataupun stakeholder. Hal ini sejalan legitimasi theory yaitu sebagai bentuk

tanggung jawab kepada masyarakat dan sekitar. Dechant dan Altman (1994) juga mengatakan

bahwa perusahaan di luar negeri melakukan aktivitas CSR sebagai bagian dari

Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3 Issue 4 (2017)

Page 7: PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK

80

strategiAperusahaan. Dengan demikian, adanya CSR tersebut dapat memperlemah pengaruh

ukuran perusahaan terhadap agresivitas pajak.

H2: Corporate social responsibility (CSR) dapat memperlemah hubungan ukuran

perusahaan terhadap agresivitas pajak

Model Penelitian

Gambar 1

Model Penelitian

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif diartikan sebagai

metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti

populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian,

analisis data bersifat kuantitatif atau statistic, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang

telah ditetapkan (Sugiyono, 2010: 14). Dengan menggunakan pendekatan kuantitatif peneliti

bertujuan untuk menguji secara empiris hubungan antara variabel independen yaitu ukuran

perusahaan (size), variabel bebas yaitu agresivitas pajak, CSR sebagai variabel moderasi.

Data yang digunakan merupakan data sekunder. Indriantoro & Supomo (2002: 14)

menjelaskan data sekunder merupakan sumber data dalam penelitian yang didapat melalui

media perantara (diperoleh dan dicatat pihak lain). Peneliti memperoleh datalsekunder berupa

laporan keuangan telah dipublikasikan (BEI) www.idx.co.id dan web perusahaan masing-

masinguselama 5 (lima) tahun terakhir yaitu 2011-2015.

Variabel Independen

Variabel independennya adalah ukuraniperusahaanc(size). Ukuranwperusahaan adalah

variabel yang banyak dipakai menjelaskan pengungkapan laporan tahunan sperusahaan.

Tolok ukur yang digunakan untuk menunjukkan skala perusahaan, adalh penjualan total,

Ukuran

Perusahaan

Agresivitas

Pajak

CSR

H1

H2

Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3 Issue 4 (2017)

Page 8: PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK

81

jumlah total aktivaAdan jumlah total pelangganutetap (Sunarto dan Budi, 2009).

Ukuranqperusahaanzdiukur melalui naturalvlogaritma totalapenjualan.

Variabel Dependen

Variabel dependennya adalah agresivitasopajak. Agresivitas pajak merupakan upaya

wajib pajak untuk menghindari pajak baik legal maupun illegal. Rasio cash effective tax rate

(CETR) digunakan sebagai alat ukur agresivitas pajak. Cash effective tax rate (CETR)

digunakan sebagai metode untuk menghitung agresivitas pajak karena dapat menggambarkan

tarif bagi wajib pajak dan dilihat berdasarkan jumlah pajak yang dibayarkan. Semakin besar

nilai CETR, semakinArendah tindakan agresif suatu perusahaan (Suardijaya dkk, 2013).

Rasio cash effective tax rate (CETR) merupakan perhitungan antara jumlah pajak yang

dibayarkan dibagi dengan laba sebelum pajak.

Variabel Moderasi

Variabel moderasi penelitian ini adalah Corporate Social Responsibilityo (CSR). CSR

adalah usaha untuk menciptakanohubunganpyang baik dengan masyarakat, melalui acara

yang cocok dengan norma dan nilaipserta keperluan masyarakat. Cara pengukuran yaitu

dengan mencocokan item pada check list dengan item yang terungkap pada

laporanqtahunaneperusahaan dan mengacu pada indikator pengungkapanAoleh Global

Reporting Initiatives (GRI) 3.1. GRI dianggap member rangka menyeluruh

mengenaiAkinerjaAperusahaan (Suaryana, 2011). Diberi nilai 1 jika item y diungkapkan, dan

diberi nilai 0 jika item y tidak diungkapkan. Kemudian hitunglah ungkapan CSR

menggunakan rumus CSRI.

CSRIi : IndeksAluas pengungkapanACSR perusahaanAi

ƩXyi : nilaiA= 1 jika itemAy diungkapkan; 0 = jika y tidakAdiungkapkan

ni : jumlahAitem perusahaanAI, niA= 84

Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3 Issue 4 (2017)

Page 9: PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK

82

Teknik Analisis Data

PenelitianAini menggunakanAanalisis Moderated Regression Analysis (MRA) yang

bertujuan untuk mengukur persamaan regresiAmengandung unsur interaksiA(perkalian

duaAatau lebih variabelAindependen). Sharma et al (1981) membagi variabel moderator

dalam beberapa kelompok.

Tabel 1

Jenis-Jenis Variabel Moderator

Berhubungan dengan

kriterion dan atau predictor

Tidakberhubungan dengan

kriterion dan predictor

Tidak berinteraksi dengan

predictor

1

Intervening, Exogen,

Antesedent, Prediktor

2

Moderator (Homologizer)

Berinteraksi dengan

predictor

3

Moderator

(Quasi Moderator)

4

Moderator

(Pure Moderator) Sumber: Sharma, et al (1981)

Berikut persamaan Moderated Regression Analysis (MRA):

Yi = α + β 1X + ε ……………………….…………. (1)

Yi = α + β 1X + β 2 Z + ε ……………………………(2)

Yi = α + β 1X + β 2 Z + β 3 X*Z + ε ……….………. (3)

Yi = Agresivitas pajak

α = Konstanta

β 1- β 3 = Koefisien regresi

X = Ukuran perusahaan

Z = CSR

X*Z = Interaksi antara ukuran perusahaan dengan CSR

ε = Error Term, yaitu tingkat kesalahan penduga dalam penelitian

HASIL DAN PENELITIAN

Deskripsi Objek Penelitian

Penggunaan jenis data penelitian ini adalah data sekunderAyang terdapat pada

bursaAefek indonesiaA(www.idx.com). Populasi dalamApenelitian iniAadalah

perusahaanApertambangan yang terdaftarApada BursaAEfek IndonesiaA(BEI) untuk

periodeA2011-2015. PengumpulanAdata menggunakan teknikAdokumentasi dan teknik

studiApustaka. StudiApustaka merupakan teknik pengumpulanAdata denganAmelakukan

Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3 Issue 4 (2017)

Page 10: PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK

83

pengkajian berbagai sumber seperti jurnal, buku dan lainnya. SedangkanAdokumentasi

dengan cara mencatatAdokumen-dokumen yang dimilikiAperusahaan.

Metode pengambilan sampel digunakan dalam penelitian ini adalah

purposiveAsampling. Total awal perusahaan sampel sebanyak 43 perusahaan. Kemudian

disebabkan karena tidak memiliki data penelitian yang dibutuhkan akhirnya ada 33

perusahaan yang tidak memenuhi kriteria, sehingga tinggal 10 perusahaan sampel dipakai

penelitianAini dalam kurun waktu 5 tahun.

Tabel 2

Kriteria PemilihanAPopulasi dan Sampel

No Keterangan Jlh Perusahaan

1. Perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI 43

2. Tidak menerbitkan annual report secara teratur (11)

3. Tidak mengungkapkan CSR (0)

4. Tidak memiliki laba sebelum pajak bernilai positif (19)

5. Tidak memiliki data-data terkait penelitian (3)

Jumlah sampel 10

Total sampel selama 2011-2012 50 Sumber: Peneliti (2017)

Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari

nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum dan minimum. Berikut hasil analisis

deskriptif masing-masing variabel dari tahun 2011-2015:

Tabel 3

Uji Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic

SIZE 50 18.82 24.40 21.9137 1.68164

CETR 50 .00 .97 .4752 .25916

CSRI 50 .11 .56 .2476 .10558

Valid N (listwise) 50

Sumber: Hasil Olah Data SPSS 22, (2017)

Variabel independen yaitu ukuran perusahaan menggunakan rumus SIZE, memiliki

nilai minimum sebesar 18,82 yaitu PT. Citatah, Tbk. (CTTH) tahun 2011 dan nilaiA

maksimum sebesar 24,40 yaitu PT. Adaro Energy, Tbk (ADRO) Tahun 2014. Mean nilai

ukuran perusahaan seluruh perusahaan sampel sebesar 21,9137 dengan standar deviasi

sebesar 1,68164. Variabel dependen yaitu agresivitas pajak menggunakan rumus CETR,

Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3 Issue 4 (2017)

Page 11: PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK

84

mempunyai nilai minimum sebesar 0,00 yaitu PT. Citatah, Tbk. (CTTH) tahun 2014 dan

nilai maksimum sebesarA0,97 yaitu PT. Samindo Resources, Tbk. (MYOH) tahun 2013.

Mean nilai agresivitas pajak seluruh perusahaan sampel sebesar 0,4752 dengan standar

deviasi sebesar 0,25916. Variabel moderasi yaitu corporate social responsibility (CSR)

menggunakan rumus CSRI, mempunyai nilai minimum sebesar 0,11 yaitu PT. Baramulti

Sukses sarana, Tbk. (BSSR) tahun 2011-2012 dan nilai maksimum sebesar 0,56 yaitu PT.

Adaro Energy,Tbk (ADRO) tahun 2012. Mean nilai corporate social responsibility (CSR)

seluruh perusahaan sampel sebesar 0,2476 dengan standar deviasi sebesar 0,10558.

Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji normalitas residual dilakukan

dengan uji statistik non-parametik Kolmogorov Smirnov (K-S). HasilAuji statistik non-

parametrik K-S memiliki tingkat probabilitas signifikansi sebesar 0,200 sehingga dapat

disimpulkan bahwa data residual terdistribusi secara normal.

Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak

terdapat korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi,

maka variabel-variabel tersebut tidak ortogonal (Ghozali, 2009:95). Nilai tolerance pada

variable SIZE, CSRI dan SIZE*CSRI mempunyai nilai Tolerance kurang dari 0,10 dan nilai

Variance Inflation Factor (VIF) memperlihatkan ketiga variabel mempunyai nilai VIF lebih

dari 10, sehingga adanya multikolinieritas antar variable independen dalam model regresi.

Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi

antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1

(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. utokolerasi

dapat diuji menggunakan Run Test. Hasil uji autokorelasi memperlihatkan nilai symp. Sig.

(2-tailed) > 0,05 yaitu 0,391. Maka data dikatakan random (acak) sehingga tidak terdapat

masalah autokorelasi.

Uji Heteroskedastis

Pengujian heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.

Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3 Issue 4 (2017)

Page 12: PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK

85

Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

Cara mendeteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan denganmenggunakan Uji

Glejser. Untuk variabel ukuran perusahaan (X) memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,441,

variabel CSR (Z) memiliki signifikansi sebesarA0,609, sedangkan variabel interaksi (X*Z)

memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,647 dimana ketiganya jauh diatas tingkat signifikansi

diatasA0,05. ModelAregeresi tidakAmengandung Heterokedastisitas.

Moderated Regression Analysis (MRA)

Model 1

1. Uji Koefisien Determinasi (Uji R2)

Tabel 4

Uji Koefisien Determinasi Model 1

Model Summaryc,d

Model R R

Squareb

Adjusted

R Square

Std. Error

of the

Estimate

1 .134a 0.018 0.003 0.31947

Sumber: Hasil Olah Data SPSS 22, (2017)

Dari Tabel 4 dapat diperoleh bahwa nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,003.

Angka ini menunjukkan bahwa variasi nilai agresivitas pajak yang dapat dijelaskan oleh

ukuran perusahaan adalah sebesar 0,3% sedangkan sisanya sebesar 99,7% dijelaskan oleh

variabel lain di luar model.

Tabel 5

Uji Koefisien Determinasi Model 3

Model Summaryc,d

Model R R

Squareb

Adjusted

R Square

Std. Error

of the

Estimate

1 .351a 0.123 0.066 0.19980 Sumber: Hasil Olah Data SPSS 22, (2017)

Dari Tabel 5 dapat diperoleh bahwa nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,066.

Angka ini menunjukkan bahwa variasi nilai agresivitas pajak yang dapat dijelaskan oleh

Interaksi antara ukuran perusahaan dengan CSR adalah sebesar 6,6% sedangkan sisanya

sebesar 93,4% dijelaskan oleh variabel lain di luar model.

Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3 Issue 4 (2017)

Page 13: PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK

86

2. Uji Simultan (Uji F)

Tabel 6

Uji Silmultan Model 1

ANOVA

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig.

1 Regression .037 1 0.037 0.871 .355a

Residual 2.057 48 0.043

Total 2.095 49

Sumber: Hasil Olah Data SPSS 22, (2017)

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi sebesar 0,355. Oleh karena (0, 355

> 0,05), maka pengambilan keputusannya adalah H0 ditolak. Artinya variabel bebas tidak

berpengaruh terhadap variabel terikat. Jadi, variabel bebas yang terdiri dari ukuran

perusahaan (SIZE) tidak berpengaruh terhadap variabel terikat yaitu agresivitas pajak

(CETR).

Tabel 7

Uji Silmultan Model 3

ANOVA

Model Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig.

1 Regression .259 3 .086 2.159 .106b

Residual 1.836 46 .040

Total 2.095 49

Sumber: Hasil Olah Data SPSS 22, (2017)

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi sebesar 0,185. Oleh karena (0, 106

> 0,05), maka pengambilan keputusannya adalah H0 ditolak. Artinya variabel bebas tidak

berpengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat. Jadi, variabel bebas

yang terdiri dari ukuran perusahaan (SIZE), CSR (CSRI) dan variabel interaksi (SIZE*CSRI)

secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel terikat yaitu agresivitas pajak

(CETR).

Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3 Issue 4 (2017)

Page 14: PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK

87

3. Uji Parsial (Uji t)

Tabel 8

Uji Parsial Model 1

Coefficients

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig.

B

Std.

Error Beta

1 (Constant) -.056 .765 -.073 .942

SIZE .153 .164 .134 -.933 .355 Sumber: Hasil Olah Data SPSS 22, (2017)

Dari Tabel 8 diperoleh hasil bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap

agresivitas pajak yang ditunjukkan dengan nilai thitung sebesar 0,933 dan nilai tsign 0,355. Hal

ini menunjukkan bahwa nilai α lebih besar dari nilai tsign (0,05 < 0,355). Dengan demikian

pengujian menunjukkan variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap agresivitas

pajak.

Tabel 9

Uji Parsial Model 3

Coefficients

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 8.155 3.995 2.042 .047

SIZE -1.523 .840 -1.333 -1.812 .076

CSRI -19.289 8.577 -9.093 -2.249 .029

SIZE*CSRI 3.940 1.780 10.094 2.213 .032 Sumber: Hasil Olah Data SPSS 22, (2017)

Dari Tabel 3 diperoleh hasil bahwa interaksi ukuran perusahaan dan CSR mempunyai

nilai tsign 0,032. Hal ini menunjukkan bahwa nilai α lebih besar dari nilai tsign (0,05 > 0,032).

Dengan demikian pengujian menunjukkan H0 diterima H1 ditolak. Artinya CSR bukan

merupakan variabel moderasi yang dapat memperlemah hubungan ukuran perusahaan dengan

agresivitas pajak, namun CSR merupakan variabel independen. Hal ini terlihat ketika ukuran

perusahaan tidak signifikan terhadap aresivitas pajak, kemudian CSR menjadi sebuah

variabel independen maka hasil yang didapat adalah signifikan.

PEMBAHASAN

Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Besarnya ukuran

suatu perusahaan maka perusahaan mempunyai sedikit peluang untuk melakukan

penghindaran pajak (unacceptable tax avoidance/ aggressive tax planning). Ukuran suatu

Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3 Issue 4 (2017)

Page 15: PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK

88

perusahaan dapat dilihat melalui jumlah penjualanAperusahaan. Jika perusahaan semakin

besar, maka going concern perusahaan tersebut semakin bagus pula. Perusahaan besar/yang

telah lama beroperasi cenderung memiliki praktisi pajak yang benar-benar memahami

peraturan perpajakan. Sebenarnya dalam undang-undang pajak penghasilan sudah terdapat

pencegahan terhadap tindakan agresif terhadap pajak. Seperti pasal 18 UU PPh Tahun 2013

yang mengatur agar tidak terjadinya transfer pricing dari perusahaan- perusahaan yang

memiliki hubungan istimewa. Untuk mencegah terjadinya penghindaran pajak yang dapat

terjadi karenaAadanya hubungan istimewa maka diadakannya ketentuan tersebut. Selain itu,

perusahaan pertambangan termasuk perusahaan yang mendapatkan fasilitas dan

insentifApajak penghasilan. Umumnya pembentukanAdana cadangan tidak boleh dibebankan

sebagai biaya. Akan tetapi, sesuai dengan Undnag-Undang Pajak Penghasilan pasal 9 ayat (1)

huruf c biaya cadangan reklamasi dapat menjadipengurang PKP. Fasilitas pajak perusahaan

pertambangan inilah yang menyebabkan perhitungan penghasilan kena pajak dapat berkurang

sehingga tanpa bersikap agresif perusahaan dapat sedikit membayar pajaknya dari pada

perusahaan yang tidak memiliki fasilitas ini.

Hasil uji menjelaskan bahwa CSR merupakan variabel independen yang ditunjukkan

dengan nilai t sebesar 0,029, namun bukan variabel moderasi antara ukuran perusahaan dan

agresivitas pajak yang ditunjukkan dengan nilai sebesar 0,035, namun menjadi. Tanpa

adanya CSR,perusahaan telah taat membayar pajak.

SIMPULAN

Menurut hasil penelitian dan pembahasan maka dapat simpulkan bahwa hasil

pengujian melalui uji regresi berganda menemukan bahwa:

1. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap agresivitas pajak. Hal ini menjelaskan

bahwa perusahaan pertambangan memiliki praktisi pajak yang mengetahui dan

memahami peraturan-peaturan perpajakan sehingga bersikap tidak agresif terhadap pajak.

Selain itu perusahaan pertambangan memiliki fasilitas pajak tersendiri yaitu biaya

pemupukan cadangan reklamasi dapat dijadikan pengurang penghasilan kena pajak. Jadi

tanpa bersifat agresif perusahaan akan membayar pajak lebih sedikit jika dibandngkan

perusahaan yang tidak memiliki fasilitas tersebut seperti perusahaan manufaktur dan

sebagainya.

2. Corporate social responsibility tidak dapat memperlemah hubungan antara ukuran

perusahaan dengan agresivitas pajak. Corporate social responsibility tidak dapat

Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3 Issue 4 (2017)

Page 16: PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK

89

membuat perusahaan besar bersikap tidak agresif terhadap pajak. Tanpa adanya CSR

perusahaan sudah taat dalam membayar pajaknya.

SARAN

Dari hasil penelitian maka ada beberapa saran guna evaluasi serta perbaikan penelitian

dengan topik serupa yaitu:

1. Penelitian dimasa mendatang semoga dapat memasukkan criteria perusahaan yang tidak

memiliki hubungan istimewa untuk dijadikan sampel penelitian, karena ukuran

perusahaan tidak bepengaruh terhadap agresivitas pajak memperlihatkan jika perusahaan

yang memiliki hubungan istimewa

2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mempertimbangkan untuk meneliti dan menguji

kemudian membandingkan mengenai agresivitas pajak pada sector lain yang tidak

memiliki fasilitas khusus dengan sector pertambangan.

3. Penelitian yang akan datang bisa menambahkan periode tahun yang akan diteliti,

sehingga sampel yang diuji semakin banyak.

DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, I. (1991). The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior And Human

Decision Processes, 50, 179–211.

Chen, S., Chen, X., Cheng, Q., & Shevlin, T. (2008). Are family firms more or less tax

aggressive? Journal of Financial Economics, 41–61.

Dharma, I. M. S., & Ardiana, P. A. (2016). Pengaruh Leverage, Intensitas Aset Tetap,

Ukuran Perusahaan, Dan Koneksi Politik Terhadap Tax Avoidance. E-Jurnal

Akuntansi Universitas Udayana, 15.1, 584–613.

Ghozali, I. (2009). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS (4th ed.).

Universitas Diponegoro.

Hanum, H. R., & Zulaikha. (2013). Pengaruh Karakteristik Corporate Governance Terhadap

Effective Tax Rate. Diponegoro Journal of Accounting, 2(2), 1–10.

Hlaing, K. P. Organizational Architecture of Multinationals and Tax Aggressiveness,

University of Waterloo 19–51 (2012).

Ngadiman, & Puspitasari, C. (2014). Pengaruh Leverage, Kepemilikan Institusionaal, Dan

Ukuran Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak (Tax Avoidance) Pada Perusahaan

Sektor Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2010-2012. Jurnal

Akuntansi, XVIII(3), 408–421.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3 Issue 4 (2017)

Page 17: PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK

90

Suyanto, K. D., & Supramono. (2012). Likuiditas, Leverage , Komisaris Independen, dan

Manajemen Laba Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan. Jurnal Keuangan Dan

Perbankan, 16(2), 167–177.

Watts, R. L., & Zimmerman, J. L. (1990). Positive Accounting Theory: A Ten Year

Perspective. The Accounting Review, 65(1), 131–156.

Jurnal Ekonomi Akuntansi Vol. 3 Issue 4 (2017)