pengantar filsafat oleh pdt. jan h. rapar. ph.d

15
TUGAS MANDIRI DISUSUN OLEH : ONCHY ARAMANA DOSEN : Pdt. Dr. Jan H. Rapar, Th.D, Ph.D UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TOMOHON YAYASAN GMIM Ds. A.Z.R WENAS FAKULTAS TEOLOGI 2012 1

Upload: onchy

Post on 05-Aug-2015

61 views

Category:

Presentations & Public Speaking


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengantar Filsafat Oleh Pdt. Jan H. Rapar. Ph.D

TUGAS MANDIRI

DISUSUN OLEH :

ONCHY ARAMANA

DOSEN :

Pdt. Dr. Jan H. Rapar, Th.D, Ph.D

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TOMOHONYAYASAN GMIM Ds. A.Z.R WENAS

FAKULTAS TEOLOGI2012

1

Page 2: Pengantar Filsafat Oleh Pdt. Jan H. Rapar. Ph.D

BAB IIIFILSAFAT MODEREN DALAM PEMBENTUKANNYA

1. RENAISSANCEPada abad ke-15 dan ke-16 dikuasai oleh suatu gerakan yang disebut Renaissance. Kata

Renaissance berarti: kelahiran kembali. Secara historis, Renaisance adalah suatu gerakan yang meliputi suatu zaman dimana orang merasa dirinya sebagai telah dilahirkan kembali dalam keadaban, dan pada awal gerakan pembaharuan dibidang kerohanian terjadi pada abad ke-14 di italia. Tujuan utama gerakan para humanis Italia ialah merealisasikan kesempurnaan pandangan hidup Kristiani, tetapi yang mengaitkan suatu hikmat kuna.

Demikianlah dapat dikatakan bahwa terdapat unsur-unsur Renaissance yang mengarami filsafat ialah humanism yang berkaitan dengan sansekerta klasik dan penyambutan yang dengan semangat atas realitas hidup. Tapi pada zaman Renaissance ada banyak sekali penemuan-penemuan diantaranya :

NIKOLAUS KOPERNIKUS (1473-1543), ia adalah seorang tokoh gerejani yang ortodoks, seorang tokoh gerejani yang ortodoks, menemukan bahwa matahari beraa di pusat jagat raya dan bumi mempunyai dua macam gerak, yaitu perputaran sehari-hari dan perputaran tahunan mengintari matahari. Dan suasana pandangan Kopornikus memang belum modere pada zaman itu. Dan pada tahun 1543 yaitu tentang kematiannya

JOHANES KEPLER (1571-1630) adalah orang penting sesudah kopernikus. Ia menerima teori, bahwa teori jagat raya berpusat pada matahari

GALILEO GALILEI (1564-1642) ia adalah penemu yang terbesar di bidang ilmu pengetahuan, dengan Newton sebagai satu-satunya terkecualian. Ia jugalah yang mula-mula menetapkan hukum bendah yang jatuh. Juga Galileilah, yang menemukan, bahwa sebuah perlu yang ditembahkan membuat suatu gerak parabolis, bukan gerak horisontal yang kemudian berubah menjadi gerak vertical. Sehingga penemuan Gialilei ini mengoncangkan Gereja, Hal ini terjadi pada Tahun 1616 secara tersembunyi dan pada tahun 1632 secara terbuka.

Dizaman Renaissance juga terdapat perkembangan dibidang ilmu pengetahuan negara sekalipun puncaknya baru terdapat bebrapa awal abad ke-17 yaitu dalam diri HUGO DE GROOT (1583-1645) dengan gagasannya tentang hukum

Untuk keluar dari kekacauan politik NICCOLO MACHIAVELLI (1467-1525) mengemukakan gagasan tentang suatu bentuk Negara yang otokratis, sedangkan THOMAS MORE merencanakan suatu rencana Utopia tentang suatu masyarakat agraris yang berdasarkan keluarga kesatuan.

FRANCIS BACON(1561-1626) yang bermaksud meninggalkan ilmu pengetahuan yang lama dan mengusahakan yang baru, dan seluruh filsafatnya bersifat praktis yaitu untuk menjadikan manusia menguasai kekuatan-kekuatan alam dengan perantaran penemuan-penemuan Ilmiah. Hal ini disebabkan karena filsafatnya pada akal semata-mata. Tugas yang sebenarnya dari ilmu pengetahuan tentang suatu penemuan yang meningkatkan kemakmuran dan hidup yang enak. Hal ini perlu dipandang mencegah timbulya gambaran-gambaran yang keliru. Arti penting yang ada pada Bacon ialah kritik-kritiknya dan pengaruhnya, dengan filsafat di Inggris kemudian dipengaruhi sekalI.

2

Page 3: Pengantar Filsafat Oleh Pdt. Jan H. Rapar. Ph.D

2. FILSAFAT DALAM ABAD KE-17

Masa ini pandang sebagai sumber pengetahuan hanya yang sejajar secara alamiah yang dipakai manusia, yaitu akal (rasio) dan pengalam (empiri), aliran rasionalisme berpendapat, bahwa sumber pengetahuan yang mencakupi dan dapat dipercaya adalah rasio (akal). Karena pengalaman hanya dapat dipakai untuk menegukan pengetahuan yang telah dipakai dan dapatkan oleh akal dan metode diterapkan adalah deduktif.

Aliran epirisme berpendapat bahwa empiri atau pengalamanlah yang menjadi sumber pengetahuan, baik pengalaman batinia maupun yang lahirilah. Dan akal juga dapat untuk mengelola bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman, Metode yang diterapkan ialah induksi.

A. RASIONALISME

Pada aliran ini RENE DESCARTES atau CARTESIUS (1596-1650) ilmu pengetahuan harus mengikuti ilmu pasti. Ilmu pasti menjadi suatu contoh bagimana cara mengenal atau mengetahui yang maju. Sekalipun demikian terdapat juga ilmu hitung dan ilmu ukur orang masih dapat ragu-ragu. Aku berpikir, aku ada (cogito ergo sum). Aku berada karena aku berpikir jadi aku adalah sesuatu yang berpikir, Cogito (aku berpikir) adalah pasti, sebab cogito adalah jelas dan terpilah-pilah. Bagi manusia pertama-tama yang jelas dan terpilih adalah pengetian “Allah” sebagai contoh yang secara sempurna tidak terbatas atau berada dimana-mana, jadi pengertian tentang Allah.

Suatu pengertian tentang pengadaan yang sempurna penuh terbatas tanpa batas, pemikiran menemukan dalam dirinya sendiri idea-idea itu sebagai gagasan-gagasan oleh karena itu idea-idea menjadi alat untuk mengenal hal-hal yang di luar pemikiran melaikan mentaati hukum-hukumnya sendiri yang ada padanya. Perbedaannya terwujud hal yang asasi melaikan hanya tambahan saja. Oleh karena itu secara a priori tiada kemungkinan yang satu mempengaruhi yang lain sekalipun dalam praktek tanpak ada pengaruhnya. Jiwa adalah substensi yang tunggal yang ada sehingga bersifat bandawi dan yang tidak dapat mati. Jiwa memiliki pemikiran sebagai sifat asasinya sehingga mempererat tubuh dengan perbuatan-perbuatan tertentu. Dan Bumi juga mewujudkan sesuatu yang ada terbilang didlam jagat raya yang tanpa ukuran itu. Kepercayaannya kepada Allah menjadikan manusia yang menyerah pada nasib.

BLAISE PASCAL (1623-1662) ia berusaha membela agama Kristen, yang mendapat serangan-serangan yang hebat karena pemikiran modern ini. Sehingga ilmu pasti bukan suatu ilmu yang metodenya harus dituruti oleh seorang filsuf, sebab seorang filsuf pertama-tama harus menyelami keadaan manusia yang kongkrit dihadapi orang demi orang. Akal atau rasio memang dapat memberi pengaruh kepada kita tentang rahasia akan tetapi akal tidak dapat merumuskan dalam pengertian-pengertian yang memadai. Filsafat Pascal mewujudkan suatu dialog antara manusia yang konkrit itu dengan Allah, hanya karena hanya manusialah yang dapat berkomunikasih dengan Allah.

BARUCH SPINOZA (1632-1677) menurut dia ialah didalam dunia tidak hal yang bersifat rahasia, karena akal atau rasio manusia telah mencakup segala sesuatu tentang nishab antara manusia dan Allha sebagai tokoh yang tiada batasnya. Hakekat Allah yang tiada batasnya itu perlu mutlak dan menjadi satu-satunya asas bagi segala hal bendawi,baik menurut keberadaannya maupun menurut hakekatnya. Tubuh manusia adalah alat jiwa manusia untuk mengungkapkan diri dalam banyak idea. Hal itu mengakibatkan adanya gambaran-gambaran yang kacau didalam imaginasi.

3

Page 4: Pengantar Filsafat Oleh Pdt. Jan H. Rapar. Ph.D

B. EMPIRISME

Mereka lebih mengikuti jejak Francis Bacon yaitu aliran empirisme, yang memberi tekanan kepada empiri atau pengalaman sebagai sumber pengenalan

THOMAS HOBBES (1588-1679), baginya filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang bersifat umum, Filsafat Hobbes mewujudkan suatu sistem yang lengkap mengenai keterangan tentang “yang ada” secara mekanis. Matrialisme yang dianaut oleh Hobbes adalah demikian, bahwa segala yang ada bersifat bendawi. Yang dimaksud dengan bendawi ialah segala sesuatu yang tidak tergantung kepada gagasan kita. Manusia tidak lebih dari pada suatu bagian bendawi yang mengelilingnya,Hidup manusia adalah gerek anggota-anggota tubuh.

Jiwa adalah suatu komplek dari proses-proses mekanis didialam tubu. Akal bukanlah pembawaan, melaikan hasil perkembangan karena kejiwaan. Pengenalan tersebut atau pengetahuan diperoleh karena pengalaman. Pengalaman adalah awal segala pengetahuan juga awal pengetahuan tentang asas-asas yang diperoleh dan diteguhkan oleh pengalaman.

Ajaran Hobbes tentang negara lebih moderen dibanding dengan segala teori tentang negara yang mendahuluinya. Menurut tabiatnya segala manusia adalah sama. Dan setiap negara mempunyai kuasa tanpa batas juga di dalam gereja. Rakyat diharuskan berbakti kepada Allah. Thomas Hobbes adalah seorang empiris yang mengagumi metode matematika, yaitu matematika yang murni dengan perenannya.

JHON LOCKE (1632-1704) yang untuk pertama kali menerapkan metode empiris kepada persoalan-persoalan tentang pengenalan atau pengetahuan. Segal pengetahuan datang dari pengalaman tidak lebih dari pada itu. Akal (rasio) adalah pasif pada waktu pengetahuan didapatkan. Akal tidak melahirkan pengetahuan dari dirinya sendiri. Dan yang menjadi sasaran pengalaman kita adalah pengenalan tentang gagasan atau idea atau kesan-kesan yang memilki subjek mengenal. Oleh karena itu tindakan bertentangan dengan hendaklah Allah jikalau tiap orang memiliki miliknya sendiri.

Locke juga menentang kekuasan negara atas Agama.negara tidak bole memeluk agama, tidak dapat memerintahkan atau meniadakan suatu dogma. Bahkan pengertian “Allah” disusun oleh pembuktian-pembuktian. Jadi Locke bukan berpangkal pada pengertian Allah.

C. FILSAFAT DI JERMAN

G. W. LEIBNIZ (1646-1716), ia adalah ahli pikiran moderen Jerman yang pertaama, yang penting sekali artinya. Dan CHRITIAN WOLFF (1679-1754) ia menerapkan filsafat lebihniz menjadi suatu sistem. Hingga kini Leibnis dipandang sebagai filsuf Jerman pertama yang rasional.

3. FILSAFAT ABAD KE-18A. PENCERAHAN (AUFKLARANG)

Pada Abad ke-18 dimulailah suatu zaman baru, berakar pada Renaissance serta yang mewujudkan buah pahit dari rasionalisme dan empirisme. Abad ke-18 disebut zaman perpecahan (Aufklarung). Menurut Imanuel Kant zaman perpecahan tersebut adalah zaman manusia keluar dari keadaan tidak akil balik. Bahwa manusia tidak mau memanfaatkan akalnya. Voltrin menyebut zaman perpecahan adalah “zaman akal”. Abad ke-17 membatasi diri dari usaha memberikan tafsiran mengenai manusia, dunia dan Allah. Abad ke-18 menganggap dirinya sebagai mendapat tugas untu

4

Page 5: Pengantar Filsafat Oleh Pdt. Jan H. Rapar. Ph.D

meneliti secara kritis segala yang ada, baik didalam negara maupun di dalam masyarakat, baik di bidang ekonomi maupun dibidang hukum, agama, pengajaran dan pendidikan dan lain sebagainya.

Dahulu filsafat mewujudkan suatu pemikiran yang hanya dapat hal istimewa beberepa ahli saja, tetapi sekarang orang berpendapat bahwa seluruh umat manusia berhak turut menikmati hasil-hasil pemikiran filsafat. Sikap perpecahan terhadap agama wahyu dikatakan memusuhi, atau setidak-tidanya mencurugainya. Sikap itu diungkapkan dalam usaha untuk menggati agama Kristen dengan agama alamia murni, yang isinya dikembalikan kepada beberapa keberadaan tentang Allah dan jiwa.

Sikap perpecahan terhadap ilmu pengetahuan dan sifat adalah bahwa orang membuang jauh-jauh ajaran Descrates. Cita-cita pemikiran perpecahan dipengaruhi sekali oleh ISAAC NEWTON (1642-1727) ia telah memberikan fisika yang klasik itu diterapkan kepada ilmu pengetahuan yang lain. Hal ini menyebabkan filsafat tidak dapt berkembang dnegan baik. Metode yang dipakai didalam filsafat adalah induksi. Alat yang dianggap perlu sekali dari segi pemikiran adalah manusia analisa. Analisa ini harus juga dipakai didalam mengeritik pengusaha dan tradisi masyarakat, negara dan gereja. Hal ini kira-kira menjelang akhir abad ke-17 di inggris berkembang suatu tata negara yang liberal.

B. PENCERAHAN DI INGGRIS

Salah satu gereja perpecahan di Inggris adalah yang disebut Deisme, DUARD HERBERT dari Cherburry (1581-1648), akal mempunyai otonomi mutlak di bidang agama, agama kristen di taklukkan kepada akal yang menentang segala kepercayaan yang berdasarkan wahyu. Dasar pengetahuan agama adalah bidang beberapa pengertian umum yang pasti bagi manusia semua yang mengenai isi kepastian semua agama dan kesusilaan. Inilah asas-asas yang pertama yang harus dijabarkan oleh akal manusia sehingga tersusunlah agama alamiah,

Deisme adalah suatu aliran yang mengakui adanya yang menciptakan alam semesta ini. Akan tetapi setalah dunia diciptakan, Allah menyerahkan dunia kepada nasibnya sendirri. Manusia dapat menuikan adanya yang menciptakan alam semesta in.i akan tetapi Allah menyerahkan dunia kepada nasibnya sendiri. Manusia dapat menuaikan tugasnya dalam berbakti kepada Allah dengan hidup sesuai dengan hukum-hukum akalnya. Yang dipandang sebagai satu-satunya sumber dan patokan kebenaran adalah akal. Dan yang mewakili alirannya adalah JOHN TOLAND (1670-1722) yang menulis Christianity not mysterious (1696). Dan MATTHEW TINDAL (1656-1733), yang menulis Christianity as old as Creation (1730)

GEORGE BERKELEY (1685-1753) berkeley bermuara ke aliran idealisme, yang oleh sendirinya disebut imatrealisme, sebab ia menyangkal adanya suatu dunia yang ada adalah demikian. Pangkal pemikiran Berkeley di bidang teori pengalaman karena hubungan antara pengamatan indera yang satu dengan pengamatan indera yang lain. Dikatakan bahwa pula sifat pengamatan adalah konkrit, artinya: isi yang diamati adalah sesuatu benar-benar dapat diamati. Substensi Berkeley tidak lebih dari suatu penggabungan yang tetap dar gagasan-gagasan. Konsep tentang sesuatu hal atau substansi tidak menambah apa-apa kepada sifat yang diamati dan oleh karenanya tidak perlu mutlak. Filsafat empirisme Locke dan Berkeley secara konsekuen adalah DAVID HUME (1711-1776). Karena dialah filsafat menjadi tidak masuk akal. Yang dimaksud dengan pengertian atau idea adalah gambaran tentang pengamatan yang redup

5

Page 6: Pengantar Filsafat Oleh Pdt. Jan H. Rapar. Ph.D

C. PENCERAHAN DI PERANCIS

Karena filsafatnya yang populer itu maka filsafat di prancis pada waktu itu tidak begitu mendalam. Dua tokoh yang akan bicarakan disini, yaitu pertama-tama VOLTAIRE (1694-1778) yang adalah nama samaran dari FRANCO OIS MARIE ARUET, juga padanya suatu sistem filsafat dalam arti yang sebenarnya. Akan tetapi tidak tahu apa-apa tentang hakekat dan sifat-sifat Allah ini.

JEAN JACQUES ROUSSEAU (1712-1778), yang memberikan penutupan yang sistematis bagi cita-cita pencerahan di Perancis. Oleh karena itu dianggap perlu untuk menciptakan aturan-aturan guna melindungi milik pribadi. Kehendak umum ditunjukan kepada kepentingan umum, yang tidak dapat tersesat, karena senantiasa mengikuti hal-hal yang benar.

D. PENCERAHAN DI JERMAN

SAMUEL PUFENDORFF (1632-1694) CHRISTIAN THOMASIUS (1655-1728). Dialah yang menciptakan pengistilahan-pengistilahan filsafat dalam bahasa Jerman dan menjadikan bahasa itu menjadi serasi bagi pemikiran ilmiah. Pada dasarnya filsafatnya adalah suatu usaha mensistimatisir pemikiran Leibniz dan menerapkan pemikiran itu pada segala bidang ilmu pengetahuan.

IMMANUEL KANT (1724-1804). Ia sendiri memang merasa, bahwa ia meneruskan pencerahan. Bentrokan ini memaksa Kant untuk memikirkan unsur-unsur mana di dalam pemikiran manusia yang berasal dari pengalaman dan unsur-unsur mana yang telah terdapat di dalam akal manusia.

BAB IIIFILSAFAT ABAD KE-19 DAN KE-20

1. FILSAFAT ABAD KE-19

Abad ke-19 adalah abad yang ruwet hal ini disebabkan karena

1) Daerah tempat filsafat berkembang menjadi lebih luas.2) Ilmu pengetahuan berkembang cepat sekali.3) Produksi yang di hasilkan mesin-mesin sangat mengubah masyarakat dan memberikan

kepada manusia suatu konsepsi baru mengubah masyarakat dan memberikan manusia suatu konsepsi baru tentang kuasa dalam hubungan dengan alam sekitar.

4) Baik dibidang filsafat maupun di bidang politik ada suatu revolusi yang mendalam terhadap sistem-sistem tradisional dalam pemikiran.

5) Suatu faktor yang berkembang pada zaman ini ialah dominasi Jerman secara intelektual,6) Abad ke-19 dipengaruhi besar sekali oleh Darwin.

CHARLES ROBERT DARWIN (1809-1882) ia menerapkan dua hal bahwa evolusi perang untuk hidup (the struggle for life). Oleh karena itu segala manusia hidup senantiasa menghasilkan keturunan yang berlebih-lebihan maka timbullah di antara makhluk-makhluk hidup itu suatu perang untuk hidup. Dilihat dari segi sejarah, yang menarik ialah pengluasan agama yangmendorong evolusi seluruh hidup ekonomi adalah semacam ekonomi biologis dalam dunia kompetisi bebas.

6

Page 7: Pengantar Filsafat Oleh Pdt. Jan H. Rapar. Ph.D

A. IDEALISME DI JERMAN

Pada awal abad ke-19, Fichte, Scelling dan Hagel menggangap dirinya adalah orang-orang yang meneruskan tugas yang diberikan Kant. Mereka adalah filsuf-filsuf trasenden akal pusat pembicaraan dalam menangani pengalaman, sehingga orang mengerti hal adanya segala sesuatu sebagai cara berada kesadaran.

J.G. FICHTE (1762-1814) yang dilahirkan di Rammenau, Jerman, filsafat juga sebagai ajaran tentang ilmu pengetahuan, jadi pada dasarnya manusia adalah makhluk yang bersifat moral. Dunia adalah sasaran bagi tugas manusia dan daerah tempat memenuhui tugas-tugas itu. Dalam metafisika pendiriannya adalah panteistis dalam ajaran tentang pengenalan ia adalah seorang edealis, sedang dalam etika ia membela otonomi.

F.W.J CHELLING (1775-1854) ia belajar Teologi di Tubingen, para ahli berpendapat, dalam pemikiran Schelling jelas sehingga terdapt tiga tahap, a) terhadap filsafat alam, b) terhadap filsafat identitas dan, c) tahap filsafat wahyu atau filsafat positif. Di dalam filsafat alamnya jikalauberefleksi memikirkan pengetahuan kita senantiasa membedakan antara objek dan sasaran yangluar biasa dan secara subjetif di dalam diri kita. Alam adalah hal yang luar kita yang dipertimbangkan dengan roh yang di dalam diri kita. Alam tidak lain adalah “Roh yang tampak”, sedangkan Roh adalah “alam yang tak tampak”. Ilmu pengetahuan adalah suatu totalitas dimana segala bagaimana dihubungkan secara organis di bahwa satu syarat.

G.W.F HEGEL (1770-1831). Pada tahun 1801 tampak perbedaan yang menyolok antara Hegel dan Fichte satu pihak dan Schelling di lain pihak. Tidak lai dengan ARTHUR SCOPENHAUER (1788-1868) yang dilahirkan di Danzing, karya pokoknya diterbitkan tahun 1819, yaitu Die Welt als Wille und Vorstellung, atau “dunia sebagai Kehendak dan gagasan”. Menurut Schopenhauer terletak dalam ajaran tentang benda dalam dirinya sendiri (Ding an sich). Menurut Schopenhauer, dunia adalah suatu gagasan. Sehingga manusia menemukan di dalam dirinya bahwa kehendaklah yang menjadi daya dorong, yang naik dari bagian tak sadar ke bagian sadar. Oleh karena itu kehendaklah adalah bagian hidup yang terdalam. Tubuh tidak lain adalah kehendak yang telah diobyektif dalam ruang dan waktu. Bagi Schopenhauer dunia ini bukan logis, tetapi juga bukan tidak logis (dalam arti secara logis salah) melaikan a-logis (tanpa akal) Akal adalah alat bagi kehendak yang tidak rasional. Jadi jalan kepada kebahagian ialah penyangkalan kehendak, seperti yang diajarkan agama Buddha.

B. POSITIVISME

Abad ke-19 Positivisme dari kata “positif”. Positif berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang faktual, yang positif. Arti segala ilmu pengetahuan ialah mengetahui untuk dapat melihat ke masa depan. Kesamaan Positivisme dengan empirisme keduannya mengutamakan pengalaman. Perbedaannya, positivisme hanya membatasi diri pada pengalaman-pengalama obyektif, tetapi juga empirisme menerima juga pengalaman-pengalaman batiniah atau pengalaman-pengalaman yang subyektif.

AUGUST COMTE (1798-1857) di Montpellierbtahun 1798. Menurut Comte pemikiran manusia berlangsung dalam 3 tahap atau zaman,

1) Pada zaman atau tahap teologis orang mengahrahkan rohnya kepada hakekat “batinia” segala sesuatu, kepada “sebab pertama” dan “tujuan terakhir” segala sesuatu. Jadi orang masih percaya kepada kemungkinan adanya pengetahuan atau pengenalan yang mutlak.

2) Zaman yang kedua, yaitu zaman metafisika suatu perubahan teologis

7

Page 8: Pengantar Filsafat Oleh Pdt. Jan H. Rapar. Ph.D

3) Zaman positi adalah zaman ketika orang tahu, bahwa tiada gunannya untuk berusaha mencapai pengenalan atau pengetahuan yang mutlak.

Mengena ilmu pengetahuan berarti harus disesuaikan dengan pembagian kawasan gejala-gejala atau penampakan yang mempelajari ilmu tersebut. Oleh karena itu yang paling bebas. Psikologi tidak memberi tempat dalam sistem Comte. Ajaran comte tentang masyarakat sekaligus mewujudkan suatu filsafat tentang sejarah. Jasa Comte menciptakan ilmu sosiologi dan peraturan sejarah Prancis. Di bidang filsafat pengaruhnnya yang terbesar terdapat.

JOHN STUART MILL (1806-1873) yang memberikan suatu dasar Psikologi dan logis kepada positivisme dan Mill membedakan ilmu pengetahuan alam dengan ilmu pengetahuan rohani.

HEBERTB SPENCER (1820-1903). Ia di lahirkan di Derby dan menjadi filsuf yang paling penting berpengaruh dalam abad ke-19. Perkembangan adalah suatu pengintergrasian dari benda, diamana selama pengintergrasian itu berpindah dari suatu kebersamaan, tetapi pula bersamaan dengan itu saling bergantungan dan memiliki suatu kelompok bagian-bagian yang memberi perlindungan. Sosiologi adalah yang dikemukakan Specer tidak kalah dengan ajaran Comte. Iamenyamakan masyarakat dengan organisasi.

C. KEMUNDURAN FILSAFAT HEGEL DAN TIMBULNYA MATREALISME DI JERMAN

Seperti yang dikemukakan hegel, akan tetapi pandangan yang demikian itu dibatalkan oleh perkembangan zaman dan pandangan filsafat Hegel itu sendiri. Dan yang memberi dorongan pertama ialah LUDWING FEUERBACH (1804-1872), menurut Feuerbach kebahagian manusia dapat dicapai dalam dunia ini, oleh karena itu agama dan metafisika harus ditoloak.

KARL MARX (1818-1883), yang terpikat dengan filsafat Hegel, kemudian bertemu dengan FRIEDRICHT ENGELS pada waktu meletus revolusi di Jerman pada tahun 1848 pindahlah ia ke Koln.

SOREN KIERKEGAARD (1813-1855). Menurut dia setia hari orang berhadapan dengan pertanyaan. Jadi eksistensinya adalah suatu eksistensi yang dipilih dalam kekebasan. Ia juga mengenjar hal-hal yang terbatas, tetapi dalam arti kesenangan yang tak terbatas. Sebab dalam bentuk eksistensinya ia tidak akan menemukan sesuatu yang dapat menjadikan keputusan itu. Gagasan yang sama juga terdapat pada FREIEDRICh NIETZSCHE (1844-1900), akan tetapi ahli berpikir tempat jauhnya dari pada agam Kristen dan daripada Komunisme.

2. FILSAFAT ABAD KE-20A. PENDAHULUAN

Pada abad ke-20 dijiwai pandangan bahwa cara yang paling baik untuk menemukan kebenaran di bidang filsafat adalah cara yang dengan saar meninggalkan apa yang telah dapat disumbangkan oleh para pemikir yang terdahulu di bidang itu.

B. PRAGMATISME

Di Amerika Serikat Pragmatisme mendapat tempatnya, dalam pemikiran filsafat. William Jameslah orang yang memperkenalkan gagasan-gagasan pragmatisme itu kepada dunia. Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengerjakan bahwa yang benar ialah akibat apa yang membuktikan dirinya yang mengjarkan bahwa benar dengan perantaraan akibat-akibatnya bermanfaat secara praktis. Aliran ini bersedia menerima segala sesuatu asal saja membawa akibat yang praktis. Demikianlah

8

Page 9: Pengantar Filsafat Oleh Pdt. Jan H. Rapar. Ph.D

patokan pragmatisme adalah “manfaat” bagi hidup praktis, tetapi pada dasarnya ketiganya adalah sama, yaitu: menolak segala intelektualisme dan absolustisme, serta meremekan logika formal.

WILLIAM JAMES (1842-1910) New York 1842. Arti James yang terpenting terletak di bidang psikologi. Menurut dia psikologi adalah sesuatu ilmu pengetahuan tentang gejala-gejala, yang benar denga ilmu pengetahuan alam. Hanya saja psikologi memilki hukum-hukum dan metodenya sendiri. Sebelum James, orang berpendapat bahwa kesadaran adalah “sesuatu” semacam bahan asli atau kualitas “yang ada” yang kedaannya berbeda sekali dengan bahan daripada obyek-obyek bendani dibuat. Kesadaraan adalah sebutan bagi sesuatu yang ridak mewujudkan suatu kesatuanlahirlah. Yang dimaksud dengan pengalaman murni ialah perubahan-perubahan langsung yang terusmenerus dari hidup iniyang melengkapi bahan-bahan yang diperlukan bagi pemikiran kembali atau refleksi kita di kemudian hari.

Menurut James, akal dengan segala perbuatannya ditaklukan oleh perbuatan. Akal dan perbuatannya berfungsi sebagai pemberi informasi bagi praktek hidup dan sebagai pembuka jalan baru bagi perbuatan-perbuatan kita. Tiada kebenaran yang mutlak yang ada adalah kebenaran-kebenaran (artinya: dalam bentuk jamak) yaitu apayang benar dalam pengalaman-pengalaman yang khusus, yang setiap kali dapat dirubah oleh pengalam berikutnya. Dunia ini dapat diterangkan denga berpangkal dari satu asas saja. Dunia bukanlah satu uni-versum, melaikan suatu multi-versum, dunia adalah tempat pementasan kekuatan-kekuatan yang saling bertentangan. Di dalam dunia ini manusia mendapat kesempatan untuk mengikutsertakan kehendak dan kekuatanya dalam pertentangan tadi.

JOHN DEWEY (1859-1952), ia adalah seorang pragmatis, sistemnya istilah instrume. Menurut dia, tugas filsafat ialah memberikan garis-garis pengertian bagi perubahan dalam kenyataan hidup. Filsafat harus berpijak pada pengalaman itu secara aktif-kritis. Menurtu Dewey penyelidikan adalah transformasi yang terawasi atau terpimpin suatu keadaan yang tak menentu menjadi suatu keadaan yang tertentu. Penyelidikan dengan penilaian adalah suatu alat (instrumen).

Menurut Dewey kepribadian adlah sesuatu yang harus dicapai sesuatu yang sedang pembukaan. Manusia adalah makhluk sosial, sehingga segala perbuatannya diberi cap masyarakat. Gagasan tentang pertumbumhan ini dipakai juga dalam ajaran tetang pendidikan tidak dapat dipisahkan dari filsafat. Maksud dan tujuan sekola ialah untuk membangkitkan sikap hidup demokratis dan untuk memperkembangkannya.

C. FILSAFAT HIDUP

Pada abad yang ke-19 dan awal abad ke-20 ilmu pengetahuan berkembang akal manusia dipakai untuk menyelidiki segala sesuatu. HENRI BERGON (1859-1941), menurut Bergson, hidup adalah sesuatu tenaga eksplosif yang telah ada sejak awal dunia, yang berkembangan melawan penahanan atau penentang matri (y.i.sesuatu yang lamban yang menentang gerak, yang oleh akal dipandang sebagai materi atau benda. Dan yang disebut nalurui adalah tenaga bawaan kelahiran guna memanfaatkan alat-alat organis tertentu dengan cara tertentu. Dalam hidup yang praktis akal harus mengunakan pengertian-pengertian atau gagasan-gagasan, sehingga kerja akal sama halnya dengan kerja potren atau yang menyebabkan segala sesuatu mati,olek karena itu dalam masyarakat menetukan cara hidup persekutuan masyarakat, Sehingga agama terbagi menjadi dua macam, menurut Bergson. Yaitu:

a) Agama yang statis, yang timbul karena hasil karya perkembangan.b) Agama yang dinamis, yang diberikan institusi.

9

Page 10: Pengantar Filsafat Oleh Pdt. Jan H. Rapar. Ph.D

D. FENOMENOLOGI

Kata “Fenomenologi” berasal dari kata Yunani fenomenon, sesuatu yang tanpak, terlihat karena cahaya, Kata fenomenon (disingkat: fenomen) atau gejala dipakai dalam bermacam-macam arti. Di dalam filsafat fenomenologi ketiga arti fenomen ini tidak di pakai. Untuk sementara dapat dipakai karena menurut para filsuf Fenomen adalah “apa yang menampakan diri dalam dirinya sendiri”. Istilah Fenomenologi pernah dipakai juga oleh I. Kant dan G.W.F. Hagel, sebagai suatu metode berpikir tertentu yang teliti secara khas.

Pelopor filsafat fenomenologi adalah EDMUND HUSSERL (1859-1938). Menurut Husserl hukum-hukum logika yang memberi kepastian, yang berlaku, tidak mungkin bersifat a posteriori, sebagai hasil pengalaman, tetapi bersifat a priori. hal ini sama juga dengan kenyataan, bahwa 2 x 2 = 4. Oleh karena itu logika sejenis ini dengan ilmu pasti, karena cara hukum-hukumnya berlaku adalah sama. Akal dan seluruh proses pengamatan menentukan atau mengkonstitusikan arti obyek pengamatannya.

Seorang penganut filsafat fenomenologi ialah, MAX SCHELER (1874-1928). Menurut Scheler, nilai, hal yang dituju oleh perasaan, yang mewujudkan a priori emosi. Akal tidak dapat melihat nilai, sebab nilai tampil jikalau ada rasa yang diarahkan kepada sesuatu. Juga jikalau orang bermaksud mendapatkan kenikmatan, hal ini bukan demi kepuasan perasaan, melainkan karena kenikmataan itu dipandang sebagai sesuatu nilai. Demikianlah kasih adalah sesuatu yang suci, yang tinggi, karena hal itu semua tergantung kepada nilai-nilai yang dikasihi setiap orang.

E. EKSISTENSIALISME

Eksistensialisme adalah filsafat yang memandang segala gejala dengan berpangkal kepada eksistensi. Eksistensi adalah beberapa di dalam manusia dunia, jadi hanya manusialah yang bereksistensi. Kata eksistensi berasal dari kata eks (keluar) dan sistensi, yang diturunkan dari karja sisto (berdiri, menempatkan). Kata eksistensi diartikan: manusia berdiri sebagai diri sendiri dengan keluar dari dirinya bereksistensi.

Dan ajaran eksistensialisme terbagi beberapa ciri yang sama diantaranya:

1) Motif pokok adalah apa yang disebut eksistensi, yaitu cara manusia berada. Hanya manusialah yang bereksistensi.

2) Bereksistensi harus diartikan secara dinamis, setiap saat manusia menjadi lebih atau kurang dari keadaannya.

3) Di dalam filsafat eksistensi manusia dipandang sebagai terbuka. Manusia adalah realitas yang belum selesai yang masih harus dibentuk pada hakekatnya manusia terikat kepada dunia sekitarnya, terlebih-lebih kepada sesama manusia.

4) Filsafat eksistensialisme memberi tekanan kepada pengalaman yang konkrit, pengalaman yang eksistensial.

Menurut HEIDEGGER, Satu-satunya “berada”, yang sendiri dapat di mengerti sebagai “berada” ialah “berad”-nya manusia. Manusia memang juga berdiri sendiri, akan tetapi ia mengambil tempat di tengah-tengah dunia sekitarnya. Keberadaan manusia ini disebut Dasein berada di sana di tempat. Desain manusia disebut juga eksistensi. Manusia berada” didalam dunia “. Desain berarti” berada di dalam dunia”. Hubungan sehari-hari antara manusia dan dunianya bersifat praktis, Dunia, yaitu segala sesuatu yang tidak berfungsi seperti yang semestinya.

10

Page 11: Pengantar Filsafat Oleh Pdt. Jan H. Rapar. Ph.D

Menurut JEAN PAUL SARTRE (1905). Ia menyanjikan filsafat dalam bentuk roman dan pantas dalam bahasa yang mampu menampakan maksudnya dihubungkan dengan hidup yang konkrit.

Menurut eksistesialisme berikutnya, yang akan dibicarakan adalah filsafat yang diajarkan oleh KARL JASPERS (1883-1969). Poko persoalan filsafat yang paling penting baginya adalah bagaimana dapat menagkap “ada” atau “berada” (das Sein) dalam eksistensinya sendiri. Sehingga orang harus mencarinya dengan susa payah dengan melalui beberapa tahap. Sebuah benda yang konkrit, akan tetapi dunia ini sebenarnya hanya bersifat relatif saja.

Menurut GABRIEL MARCEL (1889-1973), yang dilahirkan di Paris. Karya yang pertamanya yang bersifat eksistensialisme adalah Exsistence et Objectivete, atau “Eksistensi dan Obyektiftas” (1924). Tetapi karya-karnya tidak diuraikan secara sistematis. Itulah sebabnya sukar sekali untuk merangkumkan pandangannya. Hal ini mengakibatkan bahwa manusia adalah dirinya sendiri jikalau ia berpartisipasi dengan “berada” oleh karena itu manusia harus dibebaskan dari “pengasihan diri” itu. Pada hal dalam hubungan dengan orang lain itu hanya cinta-kasih yang sesuai dengan eksistensinya manusia, dan dalam kesetian itu manusia menghubungkan diri dengan orang lain di dalam ikrar dan mentransendiri hidup perasaannya yang berubah-ubah itu. Filsafat eksistensialisme menaruh perhatian yang besar sekali terhadap nasib manusia, sejak abad ke-19 segala sesuatu bersifat pribadi dipandang sebagai tidak bersifat ilmiah, sehingga kerung diperhatikan.

11