pengangkatan gigi molar ketiga impaksi

21
PENGANGKATAN GIGI MOLAR KETIGA IMPAKSI I. PENDAHULUAN Gigi molar ketiga impaksi adalah salah satu kasus yang sering dijumpai di praktek-praktek kedokteran gigi. Kasus ini dapat disebabkan oleh faktor lokal maupun sistemik serta dapat menimbulkan berbagai komplikasi. Tindakan pengangkatan gigi molar ketiga impaksi perlu dilakukan untuk menghilangkan kelainan yang telah ditimbulkan ataupun untuk mencegah terjadinya kelainan lebih lanjut. Pengangkatan gigi molar ketiga impaksi memerlukan teknik dan keterampilan tertentu. Banyak hal yang perlu dipersiapkan untuk keberhasilan pengangkatan gigi molar ketiga impaksi, diantaranya adalah mengetahui klarifikasi impaksi, teknik yang tepat, dan komplikasi yang ditimbulkan. Dengan teknik yang tepat operator akan lebih mudah mengeluarkan gigi impaksi. Pembuangan jaringan tulang disekitar gigipun dapat direncanakan seminimal mungkin untuk mencegah terjadinya trauma yang besar sehingga proses penyembuhan lebih cepat. II. DEFINISI GIGI IMPAKSI Menurut Archer (1961) : Gigi impaksi adalah gigi yang erupsinya terhalang oleh gigi lain, gigi tetangganya, atau oleh tulang. Menurut James R. Hayward (1976) : Gigi mengalami impaksi ketika proses erupsinya dihalangi, ditunda atau digagalkan, oleh berbagai gangguan

Upload: ocky94

Post on 09-Aug-2015

178 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Odontektomi

TRANSCRIPT

Page 1: Pengangkatan Gigi Molar Ketiga Impaksi

PENGANGKATAN GIGI MOLAR KETIGA IMPAKSI

I. PENDAHULUAN

Gigi molar ketiga impaksi adalah salah satu kasus yang sering dijumpai

di praktek-praktek kedokteran gigi. Kasus ini dapat disebabkan oleh faktor

lokal maupun sistemik serta dapat menimbulkan berbagai komplikasi.

Tindakan pengangkatan gigi molar ketiga impaksi perlu dilakukan

untuk menghilangkan kelainan yang telah ditimbulkan ataupun untuk

mencegah terjadinya kelainan lebih lanjut. Pengangkatan gigi molar ketiga

impaksi memerlukan teknik dan keterampilan tertentu.

Banyak hal yang perlu dipersiapkan untuk keberhasilan pengangkatan

gigi molar ketiga impaksi, diantaranya adalah mengetahui klarifikasi impaksi,

teknik yang tepat, dan komplikasi yang ditimbulkan.

Dengan teknik yang tepat operator akan lebih mudah mengeluarkan gigi

impaksi. Pembuangan jaringan tulang disekitar gigipun dapat direncanakan

seminimal mungkin untuk mencegah terjadinya trauma yang besar sehingga

proses penyembuhan lebih cepat.

II. DEFINISI GIGI IMPAKSI

Menurut Archer (1961) : Gigi impaksi adalah gigi yang erupsinya

terhalang oleh gigi lain, gigi tetangganya, atau oleh tulang.

Menurut James R. Hayward (1976) : Gigi mengalami impaksi ketika

proses erupsinya dihalangi, ditunda atau digagalkan, oleh berbagai gangguan

Page 2: Pengangkatan Gigi Molar Ketiga Impaksi

mekanik. Gangguan mekanik itu mungkin oleh tulang gigi yang berdekatan,

proses kalsifikasi yang tidak normal, jaringan lunak atau proses kista.

Menurut Pedersen : Gigi impaksi adalah gigi yang jalan erupsi

normalnya terhalang atau terblokir, biasanya oleh gigi didekatnya atau jaringan

patologis. Impaksi diperkirakan secara klinis apabila gigi antagonis sudah

erupsi dan hampir bisa dipastikan apabila gigi yang terletak pada sisi yang lain

sudah erupsi.

III. ETIOLOGI

Menurut Daniel E. Waite (1978) : ada tiga teori yang menjelaskan

penyebab gigi impaksi yaitu :

3.1. Teori Ortodonti

Menurut teori ini, pertumbuhan rahang dan pergerakan gigi yang

normal adalah ke arah anterior. Apabila ada sesuatu yang merintangi keadaan

ini, akan menyebabkan gigi impaksi. Tulang yang padat biasanya dapat

menghambat pergerakan ke anterior.

3.2. Teori Mendel

Menurut teori ini, pertumbuhan dan perkembangan gigi dan rahang

dipengaruhi oleh faktor keturunan. Apabila salah satu orang tua mempunyai

rahang yang kecil sedang yang lainnya mempunyai gigi yang besar-besar, maka

pada salah satu anaknya kemungkinan akan memiliki rahang yang kecil dan

gigi yang besar-besar, dan akibatnya akan terjadi kekurangan tempat, sehingga

terjadi impaksi.

Page 3: Pengangkatan Gigi Molar Ketiga Impaksi

Menurut Archer (1961), terjadinya gigi impaksi adalah disebabkan

berkurangnya ukuran atau besarnya mandibula dan maxilla manusia secara

perlahan-lahan yaitu sesuai dengan teori evolusi. Akibatnya maxilla dan

mandibula manusia terlalu kecil untuk tempat molar ketiga. Berdasarkan teori

ini kita temukan gigi molar ketiga yang tidak ada sama sekali secara congenital

atau gigi molar yang kurang tempatnya.

3.3. Teori Filogenik

Menurut teori ini perubahan kebiasaan makan manusia dari makanan

keras ke makanan yang lebih lunak mengakibatkan fungsi dari rahang berubah,

sehingga besar maxilla dan mandibula berkurang. Dengan semakin kecilnya

ukuran maxilla dan mandibula maka kemungkinan ada gigi yang tidak

mendapat tempat yang cukup, sehingga menempati posisi yang salah atau

terjadi keadaan gigi-gigi bertumpuk, atau kadang-kadang sama sekali tidak

terbentuk.

3.4. Menurut Berger (1948) Gigi Impaksi dapat disebabkan oleh Penyebab

Lokal dan Sistemik.

3.4.1. Penyebab Lokal

1. Letak yang tidak beraturan dan adanya tekanan dari gigi di sebelahnya.

2. Kepadatan jaringan dan tulang di sekitarnya.

3. Adanya rahang kronik yang lama, yang menyebabkan mukosa di sekitarnya

menjadi padat.

4. Retensi gigi sulung yang terlalu lama.

5. Gigi sulung yang tanggal sebelum waktunya.

Page 4: Pengangkatan Gigi Molar Ketiga Impaksi

3.4.2. Penyebab Sistemik

1. Penyebab Prenatal :

- Herediter

- Perkawinan antar ras

2. Penyebab Postnatal :

- Riketsia

- Anemia

- Sifilis congenital

- Disfungsi kelenjar endokrin

- Malnutrisi

- Tuberkulosis

3. Kedaan yang jarang terjadi :

- Kleidokranial disostosis

- Progeria

- Celah langit-langit

- Oksisefali

- Akhondroplasia

IV. KOMPLIKASI GIGI MOLAR KETIGA IMPAKSI

Komplikasi yang dapat terjadi karena gigi molar ketiga impaksi adalah :

4.1. Karies

Gigi molar ketiga impaksi sebagian memungkinkan terjadinya tempat

penimbunan makanan diantara gigi molar kedua dan ketiga. Karena sukar

Page 5: Pengangkatan Gigi Molar Ketiga Impaksi

menjaga kebersihan pada daerah tersebut maka karies mudah terjadi baik pada

gigi molar kedua maupun molar ketiga.

4.2. Infeksi

Infeksi dapat terjadi akibat perluasan karies atau melalui membrane

periodontal. Infeksi dapat terbatas pada operculum dan ginggiva saja yang

disebut operculitis. Dapat juga mengenai seluruh jaringan lunak sekitar

mahkota yang disebut perikoronitis. Infeksi dapat meluas sehingga terjadi abses

perikoronal, abses alveolar, osteitis, abses submucosa, osteomyelitis, selulitis

dan mungkin terjadi perluasan ke ruang perimandibular, parafaringeal,

sublingual, submandibular, infratemporal dan submaseter.

4.3. Kista dan Tumor

Folikel di sekitar gigi impaksi mempunyai potensi untuk menjadi kista

dentigerous dan ameloblastoma.

4.4. Keluhan-keluhan Neurologis

Berupa rasa nyeri yang ringan dan terbatas pada daerah gigi impaksi

atau nyeri hebat yang melibatkan semua gigi dari sisi yang terkena. Nyeri dapat

menyebar ke daerah yang lebih jauh seperti telinga dan wajah terutama yang

dipersarafi nervus trigeminus.

4.5. Timbul Tinitus

Berupa keluhan bising dan berdenyut pada telinga dan kepala yang

merupakan suatu rasa sakit yang menjalar melalui nervus auricular.

Page 6: Pengangkatan Gigi Molar Ketiga Impaksi

4.6. Trismus

Trismus sering ditemukan pada infeksi akibat impaksi gigi molar ketiga

bawah atau pada peradangan dari muskulus temporalis atau muskulus masseter.

4.7. Fraktur Mandibula

Adanya gigi molar ketiga bawah impaksi dapat menyebabkan tulang

mandibula daerah angulus menjadi tipis dan lemah karena tulang sekitar gigi

impaksi sering terjadi proses patologis.

4.8. Resorbsi Patologis dari Tulang

Tekanan dari gigi molar ketiga bawah impaksi terhadap gigi molar

kedua bawah akan mengaktifkan sel-sel yang akan meresorbsi tulang.

V. KLASIFIKASI GIGI MOLAR KETIGA IMPAKSI

5.1. Klasifikasi Gigi Molar Ketiga Impaksi Berguna untuk Menentukan

Cara atau Teknik Pembedahan yang akan Digunakan.

Pell dan Gregory membagi klasifikasi :

5.1.1. Berdasarkan hubungan antara letak gigi molar ketiga bawah terhadap

ramus mandibula dan bagian distal gigi molar kedua bawah.

Kelas I : Ruang antara ramus mandibula dan permukaan distal molar

kedua rahang bawah cukup bagi ukuran mesiodistal molar

ketiga rahang bawah.

Kelas II : Ruangan antara ramus mandibula dan permukaan distal molar

kedua rahang bawah kurang bagi ukuran mesiodistal molar

ketiga rahang bawah.

Page 7: Pengangkatan Gigi Molar Ketiga Impaksi

Kelas III : Semua atau sebagian besar molar ketiga rahang bawah

berada di dalam ramus mandibula.

5.1.2. Klasifikasi berdasarkan letak molar ketiga rahang bawah di dalam

tulang.

Klasifikasi ini terdiri dari :

Posisi A : Bagian tertinggi molar ketiga rahang bawah terletak setinggi

atau di atas garis oklusal molar kedua rahang bawah.

Posisi B : Bagian tertinggi gigi molar ketiga rahang bawah terletak di

bawah bidang oklusal, tetapi di atas garis servikal gigi molar

kedua rahang bawah.

Posisi C : Bagian tertinggi gigi molar ketiga rahang bawah terletak di

bawah garis servikal gigi molar kedua rahang bawah.

5.1.3. Klasifikasi menurut sumbu panjang gigi molar ketiga rahang bawah

impaksi terhadap dataran oklusal :

a. Vertikal

b. Horizontal

c. Inverted

d. Mesioangular

e. Distoangular

f. Bukoanglar

g. Linguoangular

Page 8: Pengangkatan Gigi Molar Ketiga Impaksi

5.2. KLASIFIKASI GIGI MOLAR KETIGA MAXILLA

Klasifikasi gigi molar ketiga Maxilla impaksi didasarkan pada posisi

anatomi adalah sebagai berikut :

5.2.1. Kedalaman relative gigi molar ketiga maxilla impaksi di dalam tulang :

Kelas A : Bagian terendah dari mahkota gigi molar ketiga impaksi berada

pada garis dataran oklusal gigi molar kedua maxilla.

Kelas B : Bagian terendah mahkota gigi molar ketiga maxilla impaksi

terletak antara dataran oklusal dan garis servikal gigi molar

kedua maxilla.

Kelas C : Bagian terendah mahkota gigi molar ketiga maxilla impaksi

terletak pada atau diatas garis servikal gigi molar kedua

maxilla.

5.2.2. Kedudukan sumbu panjang gigi molar ketiga maxilla impaksi terhadap

sumbu panjang gigi molar kedua maxilla :

a. Vertikal

b. Horizontal

c. Mesioangular

d. Distoangular

e. Inverted

f. Bukoversi/Bukoangular

g. Linguoversi

Page 9: Pengangkatan Gigi Molar Ketiga Impaksi

5.2.3. Hubungan gigi molar ketiga maxilla impaksi dengan sinus maxillaries :

a. Sinus approximation (S.A) : antara gigi molar ketiga maxilla impaksi dan

sinus maxillaris tidak terdapat tulang atau

terdapat dinding/pemisah yang tipis

b. No Sinus approximation (N.S.A) : antara gigi molar ketiga maxilla impaksi

dan sinus maxillaries terdapat tulang

dengan ketebalan 2 mm atau lebih.

V. INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI PENGANGKATAN GIGI

MOLAR KETIGA IMPAKSI

6.1. INDIKASI

6.1.1. Pencegahan dari terjadinya

a. Infeksi karena erupsi yang terhambat dan abnormal (perikoronitis)

b. Berkembangnya follikel menjadi keadaan patologis (kista odontogenik dan

neoplasma

6.1.2. Usia muda, sesudah akar gigi terbentuk sepertiga sampai dua pertiga

bagian dan sebelum pasien mencapai usia 26 tahun.

6.1.3. Adanya infeksi (focus selulitis)

6.1.4. Adanya kedaan patologis (odontogenik)

6.1.5. Penyimpangan panjang lengkung rahang dan untuk membantu

mempertahankan stabilitas hasil perawatan ortodonsia.

6.1.6. Prostetik atau restorative (diperlukan untuk mencapai jalan masuk ke tepi

giggiva distal dari molar kedua didekatnya.

Page 10: Pengangkatan Gigi Molar Ketiga Impaksi

6.1.7. Secara umum, sebelum tulang sangat termineralisasi dan padat (pada usia

muda)

6.2. KONTRA INDIKASI

6.2.1. Apabila pasien tidak menghendaki giginya dicabut.

6.2.2. Sebelum panjang akar mencapai sepertiga atau dua pertiga dan apabila

tulang yang menutupinya terlalu banyak (pencabutan prematur)

6.2.3. Jika kemungjkinan bedar akan terjadi kerusakan pada sturktur penting di

sekitarnya (Nervus alveolaris inverior, nervus lingualis atau sinus

maxillaris) atau kerusakan tulang pendukung yang luas misalnya rasio

resiko/manfaat tidak menguntungkan.

6.2.4. Apabila tulang yang menutupinya sangat termineralisasi dan padat, yaitu

pasien yang berusia lebih dari 26 tahun.

6.2.5. Apabila kemampuan pasien untuk menghadapi tindakan pembedahan

terganggu oleh kondisi fisik (misalnya usia lanjut dan penyakit sistemik)

atau mental tertentu.

VII. FAKTOR-FAKTOR PENYULIT PADA TINDAKAN OPERASI

PENGANGKATAN GIGI MOLAR KETIGA IMPAKSI

7.1. Lengkung Akar yang Abnormal

7.2. Hipersementosis

7.3. Terlalu Dekatnya dengan Canalis Mandibularis

7.4. Kepadatan Tulang yang Keras Terutama pada Pasien Orang Tua

Page 11: Pengangkatan Gigi Molar Ketiga Impaksi

7.5. Ruang Folliculer Terisi oleh Tulang, Terutama Sering Terlihat pada

Pasien diatas Usia 25 Tahun.

7.6. Kadang-kadang Mahkota Gigi Impaksi pada Orang Tua Mula-mula

Sebagian Diresorbsi oleh Aktivitas Osteoclas, dan kemudian Bekas

Permukaannya Diisi dengan Tulang Hasil Aktivitas Osteoblas. Hal ini

Menimbulkan Ankilosis antara Gigi dan Tulang yang Memerlukan

Pengangkatan Semua Tulang yang Mengelilingi Mahkota Gigi

Impaksi Sebelum dapat Diluksasi atau Dipecah-pecah Menjadi

Beberapa Bagian dengan Bur. Pahat/Chisel Tidak Efektif untuk Gigi

yang Angkilosis.

7.7. Bidang Operasi yang Sulit karena :

a. Kecilnya rongga mulut

b. Ketidakmampuan membuka mulut cukup lebar

c. Ukuran lidah yang besar dan tidak terkontrol

7.8. Gigi Molar Ketiga Impaksi Menyentuh atau Sangat Dekat dengan

Sinus Maxillaris, Molar Ketiga Maxilla berada di dalam atau

Menekan di atas Akar Gigi Molar Kedua Maxilla, Molar Ketiga

Impaksi Fusi dengan Akar Gigi Molar Kedua Maxilla, Molar Ketiga

Impaksi sangat Dekat dengan Prosesus Zigomatikus Maxillaris.

Page 12: Pengangkatan Gigi Molar Ketiga Impaksi

VIII. TEKNIK PENGANGKATAN ATAU PEMBEDAHAN GIGI

MOLAR KETIGA IMPAKSI

8.1. Sebelum Dilakukan Pengangkatan atau Pembedahan Gigi Molar

Ketiga Impaksi, Perlu Dilakukan Persiapan Pra Bedah. Langkah-

langkah Dasar Perencanaan Operasi Gigi Impaksi (Persiapan Pra

Bedah) adalah :

8.1.1. Mempelajari foto rontgen dengan teliti

8.1.2. Mengklasifikasi gigi impaksi

8.1.3. Pemeriksaan visual diantara jaringan lunak, jaringan keras dan gigi yang

berdekatan dengan gigi impaksi.

8.1.4. Menentukan teknik pembedahan :

- Mengeluarkan gigi dengan cara memotong-motong gigi

- Kombinasi dari pembuangan tulang dan teknik pemotongan gigi.

- Hanya pembuangan tulang di sekitarnya.

8.1.5. Memilih instrumen yang tepat untuk pengangkatan gigi impaksi dengan

trauma sekecil mungkin.

8.2. Teknik Pembedahan

Pengambilan gigi molar rahang bawah impaksi terdiri dari empat tahap

sebagai berikut :

8.2.1. Tahap I, pembuatan flap

1. Pada molar ketiga rahang bawah impaksi secara keseluruhan, maka

flap dibuat dengan membuat sayatan yang dimulai dari daerah di dekat

linea oblik eksterna dengan jarak kira-kira 1,5 cm dari bagian distal

Page 13: Pengangkatan Gigi Molar Ketiga Impaksi

molar kedua. Sayatan ditarik kea rah anterior sampai bagian tengah

distal molar kedua dan dilanjutkan mengikuti saku gusi bukal molar

kedua sampai bagian interproximal molar kedua dan molar pertama.

Sayatan kemudian diperluas lateral dengan sudut 45o.

2. Pada molar ketiga rahang bawah impaksi sebagian, sayatan ditarik dari

linea oblik eksterna sampai bagian tengah distal molar ketiga dan

diteruskan mengikuti bagian bukal molar ketiga sampai bagian

interproksimal molar ketiga dan molar kedua kemudian diperluas ke

lateral dengan sudut 45o.

3. Pada molar ketiga rahang bawah impaksi di daerah edentulous, bentuk

sayatan adalah semisirkuler. Sayatan dimulai dari bagian distal molar

ketiga kearah alveolar crest, setelah sayatan mengelilingi gigi impaksi

kemudian sayatan diteruskan ke bagian mesial molar ketiga sampai ke

lateral. Kemudian flap dan periostrum dipisahkan dari tulang dengan

menggunakan dental raspatorium.

8.2.2. Tahap II, pembuangan jaringan tulang

Apabila diperlukan pengambilan jaringan tulang yang menghalangi

pengangkatan molar ketiga, maka hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan

bor, pahat atau kombinasi keduanya, sehingga sebagian besar mahkota gigi

terbuka. Teknik yang biasa dilakukan adalah dengan membuat parit sepanjang

bukal dan distal mahkota dengan maksud melindungi crista oblique externa

namun tetap bisa mendapatkan jalan masuk yang cukup kepermukaan akar

yang akan dipotong.

Page 14: Pengangkatan Gigi Molar Ketiga Impaksi

8.2.3. Tahap III, pengeluaran gigi impaksi

Bila sebagian besar gigi impaksi telah terlihat, maka gigi tersebut dapat

segera dikeluarkan. Pengeluaran gigi dapat secara utuh atau dibelah.

Pengeluaran gigi secara utuh digunakan elevator, sedangkan dengan cara

dibelah/dipotong-potong maka digunakan bor atau pahat. Dasar pemikiran dari

pemotongan adalah menciptakan ruang yang bias digunakan untuk mengungkit

dan mengeluarkan segmen mahkota atau sisa akar. Sekali konsep ini

dimengerti, pencabutan gigi impaksi mandibula dapt dilakukan dengan cara

yang bijaksana.

8.2.4. Tahap IV, penutupan luka

Setelah gigi impaksi berhasil dikeluarkan dengan baik, sisa-sisa Folikel

dibersihkan seluruhnya. Kegagalan untuk melakukan hal ini bias

mengakibatkan penyembuhan yang lama atau perkembangan patologis dari sisa

epitel odontogenik. Setelah folikel dibersihkan, alveolus diirigasi dengan saline

dan diperiksa dengan teliti. Semua potongan gigi atau serpihan tulang juga

serpihan periosteum dan mukosa harus dihilangkan. Tepi-tepi tulang dihaluskan

dengan kikir tulang. Kemudian flap dijahit kembali, dan diletakkan tampon di

atas bekas operasi.

8.2.5. Tahap V, pemberian instruksi kepada pasien.

Instruksi yang diberikan kepada pasien setelah pembedahan gigi impaksi

adalah :

1. Pasien menggigit tampon selama kira-kira 1 jam setelah itu boleh dibuang.

2. Gunakan obat sesuai yang dianjurkan dalam resep.

Page 15: Pengangkatan Gigi Molar Ketiga Impaksi

3. Lakukan pengompresan es/dingin pada wajah sekitar daerah operasi untuk

mengurangi pembengkakan (dengan menggunakan kantung plastik kecil

yang diisi potongan es dan dibungkus dengan dua lapis kain). Pengompresan

dilakukan dengan selang 30 menit, yaitu 30 menit kompres, 30 menit dilepas.

4. Tidurlah denga kepala agak dinaikkan, yaitu dengan diganjal satu atau dua

bantal tambahan. Ini dapat mengurangi/mengontrol pembengkakan.

5. Lakukan sikat gigi seperti biasa. Gunakan obat kumur selama 24 jam

pertama.

6. Makanlah makanan yang lunak-lunak terlebih dahulu.

7. Istirahat yang cukup, untuk mempercepat penyembuhan.

Yang harus dihindari oleh pasien setelah pembedahan gigi impaksi :

1. Hindari makan yang keras dan kasar yang dapat melukai daerah operasi.

2. Jangan mengisap-isap daerah bekas operasi.

3. Jangan mengunyah permen karet atau merokok.

4. Hindarkan daerah bekas operasi dari rangsang panas.

5. Jangan melakukan kerja yang terlalu berat paling tidak 48 jam pertama.

8.2.6. Kontrol post operasi

Setelah operasi gigi impaksi selesai, kepada pasien juga diberitahukan

jadwal kunjungn kembali untuk kontrol melepas jahitan. Biasanya dijadwalkan

pada hari kelima setelah operasi. Pada kunjungan ini daerah yang dioperasi

diperiksa dengan teliti, yaitu mengenai penutupan mukosa dan keberadaan

bekuan darah.

Page 16: Pengangkatan Gigi Molar Ketiga Impaksi

8.3. Teknik Pembedahan Gigi Impaksi Molar Ketiga Maxilla

Pada dasarnya langkah-langkah pembedahan/pengangkatan gigi molar

ketiga maxilla impaksi sama dengan pembedahan gigi molar ketiga mandibula

impaksi. Hanya ada beberapa variasi sesuai anatomi maxilla.

8.3.1. Pembuatan flap jaringan lunak

Insisi flap dimulai pada tuberositas di hamular noctch. Membran mukosa

yang menutupi tuberositas diincisi dari bagian paling distal tuberositas ke arah

depan sampai bagian tengah permukaan distal gigi molar kedua atas. Lalu

incise dilanjutkan kea rah bukal mengelilingi leher gigi molar kedua atas pada

permukaan interpriximal antara molar pertama dan molar kedua atas.

Kemudian ke depan kea rah mukobal fold membentuk sudut 45o. Jaringan

mukoperiostal yang menutupi tuberositas juga dibuka. Hal ini akan lebih

memudahkan melihat tulang yang menutupi gigi impaksi.

8.3.2. Pembuangan jaringan tulang

Pada rahang atas pengambilan tulang lebih sering dilakukan dengan

elevator lurus yang digunakan sebagai pencukil tulang atau dengan osteotom

dan tekanan tangan. Bisa juga digunakan chisel. Pada umumnya tulang yang

menutupi seperti kulit telur, yang dengan mudah dikupas menggunakan

elevator periostal. Pembuangan tulang harus dilakukan dengan hati-hati, jangan

menggunakan tekanan yang berlebihan dan tidak terkontrol. Karena dapat

menekan/mendorong gigi molar ketiga impaksi kedalam sinus maxillaries atau

ke ruang pterigomaxillaris.

Page 17: Pengangkatan Gigi Molar Ketiga Impaksi

8.3.3. Pengeluaran gigi impaksi

Setelah gigi molar ketiga atas impaksi terlihat, harus ada ruangan yang

cukup antara kontur terbesar dari gigi impaksi dan tulang untuk menempatkan

elevator. Elevator dapat ditempatkan di bawah mahkota gigi, dekat garis

ginggival pada sudut mesiobukal. Gigi molar impaksi kemudian diangkat

dengan elevator. Elevator yang tepat diinsersikan di atas kontur yang paling

tinggi dan menggunakan bagian bukal sebagai fulcrum, gigi impaksi diangkat

ke bukal dan distal dari alveolus.

IX. KOMPLIKASI PEMBEDAHAN/PENGANGKATAN GIGI MOLAR

KETIGA IMPAKSI

9.1. Komplikasi dapat terjadi selama pembedahan ataupun setelah

pembedahan

Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi selama pembedahan :

9.1.1. Perdarahan primer

Perdarahan dapat terjadi dari jaringan lunak, tulang atau dari pembuluh

darah kecil dan besar di sekitar daerah operasi, seperti arteri mandibularis

dan arteri alveolaris inferior.

9.1.2. Trauma pada nervus alveolaris inferior dan nervus lingualis

Dapat terjadi karena tidak hati-hati dalam menggunakan alat dan

penggunaan kekuatan yang berlebihan, terutama dalam mengeluarkan

gigi molar ketiga bawah yang erupsinya terdapat pada permukaan lingual

rahang di bawah Krista milohioid atau dekat pada canalis mandibularis.

Page 18: Pengangkatan Gigi Molar Ketiga Impaksi

Kerusakan juga dapat terjadi karena terkena jarum pada waktu anastesi

blok.

9.1.3. Kerusakan pada gigi molar kedua

Terjadi bila gigi molar ketiga dekat sekali dengan gigi molar kedua.

Elevator atau alat-alat yang digunakan dapat melukai puncak alveolar dan

membran periodontal gigi molar kedua. Kerusakan juga dapat terjadi

karena kesalahan operator jika gigi molar kedua digunakan sebagai

sandaran pada waktu mendorong atau mengungkit gigi molar ketiga.

9.1.4. Fraktur tulang alveolar

Seringkali terjadi fraktur pada sisi lingual mandibula, terutama bila posisi

gigi adalah linguoangular dan didorong kea rah lingual dengan elevator.

9.1.5. Fraktur mandibula

Fraktur dapat disebabkan penggunaan kekuatan yang berlebihan, adanya

angkilosis antara gigi dan tulang sehingga tindakan pengeluaran gigi

menjadi sulit, keadaan patologis yang menyebabkan kelemahan tulang

seperti osteoporosis, osteomyelitis, atau akibat terapi penyinaran, kista

dan tumor.

9.1.6. Emfisema

Emfisema adalah pembengkakan yang disebabkan adanya udara yang

terdorong masuk ke dalam jaringan atau spasium di daerah muka yang

dapat meluas sampai ke leher dan medistinal. Dapat disebabkan

pemakaian semprotan udara yang bertekanan, penggunaan bor kecepatan

Page 19: Pengangkatan Gigi Molar Ketiga Impaksi

tinggi atau tindakan pasien berkumur keras, bersin atau batuk dengan

menutup mulut.

9.1.7. Terbukanya sinus maxillaries

Hal ini bisa terjadi karena penggunaan elevator dengan tekanan

berlebihan, dan juga secara anatomis akar gigi molar ketiga atas impaksi

dekat sekali dengan sinus maxillaris.

9.1.8. Luka pada bibir, pipi, atau membrane mukosa karena penggunaan alat-

alat yang tidak hati-hati.

9.1.9. Terdorongnya gigi molar ketiga impaksi ke dalam sinus maxillaries dan

ke dalam fossa pterigomaxillaris

9.2. Beberapa Komplikasi yang Mungkin Terjadi setelah Pembedahan :

9.2.1. Perdarahan sekunder

Perdarahan dapat terjadi antara 6 jam sampai 24 jam setelah pembedahan

yang disebut perdarahan intermediet. Perdarahan yang terjadi setelah 24

jam bias disebabkan karena naiknya tekanan darah atau karena aktivitas

yang berlebihan.

9.2.2. Dry socket

Dry socket aatu alveolar osteitis merupakan komplikasi yang terjadi pada

soket bekas pencabutan. Hal ini karena terjadi infeksi pada alveolus

sehingga alveolus tidak terisi oleh koagulasi darah.

9.2.3. Pembengkakan

Pembengkakan dapat disebabkan adanya oedem, hematom atau efisema.

Pembengkakan juga terjadi karena reaksi radang yang mengeluarkan

Page 20: Pengangkatan Gigi Molar Ketiga Impaksi

cairan intra vaskuler (eksudat).

9.2.4. Rasa nyeri

Rasa nyeri dapat disebabkan iritasi atau tekanan terhadap akhiran saraf

sensoris akibat pengeluaran eksudat dan pembengkakan.

9.2.5. Parestesi

Dapat disebabkan karena trauma pada waktu pembedahan dimana

kekuatan yang berlebihan dapat menghancurkan tulang dari canalis

mandibularis dan menekan atau melukai nervus mandibularis. Parestesi

biasanya sering menimbulkan rasa kesemutan pada bibir dan dagu.

9.2.6. Trismus

Trismus dapat disebabkan karena trauma pasca pembedahan atau karena

infeksi. Hal ini menimbulkan keterbatasan pembukaan mulut karena

spasma atau kekejangan otot-otot pengunyahan.

9.2.7. Perubahan Warna

Terjadi perubahan warna pada jaringan lunak yang berlebihan, di bawah

mandibula, di bawah mata, pipi atau bibir tergantung daerah operasi. Ini

adalah eccymosis akibat perdarahan post operasi.

X. KESIMPULAN

Gigi molar ketiga impaksi seringkali menimbulkan komplikasi. Untuk

mengatasinya perlu dilakukan pengangkatan gigi molar ketiga impaksi.

Pengangkatan gigi molar ketiga impaksi memerlukan keterampilan dan teknik

Page 21: Pengangkatan Gigi Molar Ketiga Impaksi

tertentu. Dengan perencanaan dan teknik yang tepat dapat mengurangi trauma

dan komplikasi lebih lanjut, sehingga proses penyembuhan dapat lebih cepat.

XI. DAFTAR PUSTAKA

1. Archer, W. H. 1961. Oral Surgery. 4th

ed. Philadelphia. W. B. Saunder

Company. Hal. 122-171.

2. Howe, G. L. 1971. Minor Oral Surgery. 2th

ed. Bristol. John Wright and

Sons Ltd. Hal. 77-81, 89-116.

3. Kruger, G. O. 1979. Oral and Maxillofacial Surgery. 5th

ed. St. Louis.

The C.V. Mosby Company. Hal. 77-90, 198, 201.

4. Pedersen, Gordon W. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Alih bahasa,

Purwanto/Baseoseno; editor, Lilian Yuwono, Jakarta : EGC, 1996,

hal. 60-76, 84-100.

5. Waite, E. D. 1978. Texbook of Practical Oral Surgery. 2th

ed.

Philadelphia. Lea and Fibringer. Hal 149-150